Anda di halaman 1dari 4

BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kasus, serta
membahas mengenai faktor penghambat dan pendukung, pemecahan masalah
dalam memberikan asuhan keperawatan disetiap tahapan mulai dari pengkajian
sampai evaluasi yang telah dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2019 sampai 27
Oktober 2019.

Adapun yang akan penulis bahas dalam bab ini meliputi kesamaan, kesenjangan
antara teori dan kasus yang ditemui pada klien dengan Flu Burung, serta faktor
penghambat dan pendukung dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
Tn. W dengan diagnosa medis Flu Burung di Ruang Parkit 1 Rumah Sakit
Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto Jakarta.

4.1 Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis tidak banyak menemukan kesenjangan antara
teori dan kasus. Pada tanda dan gejala yang muncul pada umumnya sama
pada setiap kasusnya, maka pengkajian data yang di dapatkan pada kasus
relatif sama dengan teorinya. Data yang ada pada teori dan muncul pada
kasus meliputi, usia diatas 35 tahun, keluhan utama sesak napas, riwayat
penyakit keluarga seperti asam urat, hipertensi, diabetes dan stroke. Adapun
data yang ada di kasus dan tidak ada di teori adalah pada kasus Tn. W
dilakukan pemeriksaan radiologi yaitu rontgen thorax PA dan lateral,
sedangkan pada teori hanya dilakukan pemeriksaan darah dan uji
konfirmasi. Penatalaksanaan pada teori menyebutkan bahwa memberikan
asupan diet tinggi kalori tinggi protein dengan konsisten lunak, sedangkan
pada kasus pemberian diit makanan lunak yang sama dengan pasien lain
bukan makanan tinggi kalori tinggi protein.

Faktor pendukung saat pengkajian adalah keluarga utama istri klien dapat
bekerja sama dan kooperatif saat penulis melakukan wawancara. Sedangkan
faktor penghambat adalah riwayat kebiasaan sehari-hari dan riwayat masa
lalu klien di status sudah lengkap. Untuk solusi pemecahan masalahnya
adalah wawancara kepada klien dengan sedetail mungkin sampai memenuhi
pencapaian yang ada.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Pada tahap diagnosa keperawatan ini dalam teori dapat ditemukan ada 7
diagnosa keperawatan yang muncul namun pada kasus hanya ada 3
diagnosa yang muncul. 3 diagnosa yang muncul pada kasus terdapat pula
pada teori. Untuk 1 diagnosa pada teori namun tidak muncul pada kasus
ialah : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi. Umunya pada penderita flu burung terjadi perubahan
pembentukkan sitokinin termasuk IL-I, IL-6 TNF Alfa yang kemudian
masuk sirkulasi sistemik yang menimbulkan gejala demam, malaise,
myalgia, dan sebagainya. Karena mengalami penurunan daya tahan tubuh
maka virus masuk sirkulasi darah sistemik dan organ tubuh lain,
Pembentukan sitokinin akibat replikasi virus tersebut juga akan merusak
jaringan paru yang luas dan berat yang bisa menyebabkan pneumonia
intertitial. Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi dan edema
intraalveolar, pembentukan hyalin dan fibroblas sel radang akan
memproduksi banyak sel mediator peradangan, keadaan ini akan
menyebabkan difusi oksigen terganggu, terjadilah hipoksia/anoksia yang
dapat merusak organ lain, keadaan ini bisa terjadi dengan cepat yang dapat
mengakibatkan secara mendadak. Karena perubahan bentuk tersebut
biasanya klien akan menjadi malu dan tidak percaya diri. Diagnosa ini tidak
muncul pada kasus karena klien Tn.W tidak merasa malu terhadap kondisi
tubuhnya dan tetap percaya diri.

Faktor pendukung saat membuat diagnosa adalah adanya buku-buku yang


mendukung untuk meningkatkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
flu burung. Sedangkan faktor penghambat saat membuat diagnosa adalah
sulitnya menentukan etiologi karena masalah yang di teori tidak selalu sama
dengan kondisi klien. Dan untuk solusi pemecahan masalahnya dengan
meneliti lebih lanjut apa yang menjadi etiologi dari diagnosa kasus tersebut.

4.3 Perencanaan Keperawatan


Pada perencanaan tejadi kesenjangan antara teori dan kasus. Pada teori
perencanaan tujuan tidak menggunakan waktu untuk setiap diagnosa,
namun pada kasus perencanaan tujuan menggunakan waktu penempatan
tujuan dan kriteria hasil yang penulis tetapkan pada kasus disesuaikan
dengan teori SMART, dengan tujuan hasil yang ingin diharapkan pada
kasus dapat tercapai, sehingga tindakan yang dilakukan tidak menyimpang,
efektif, efisien dan langsung tertuju pada pemecahan masalah.

Pada kasus penulis mengangkat masalah prioritas pertama adalah bersihan


jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas, dari
masalah tersebut didapatkan rencana tindakan seperti, monitor TTV,
monitor buny i nafas tambahan, monitor sputum, posisikan fowler atau semi
fowler, berikan minum hangat, ajarkan pasien untuk nafas dalam dan batuk
efektif.

Faktor pendukung dalam menyusun perencanaan yaitu buku sumber catatan


medik dan catatan keperawatan. Faktor penghambat dari membuat
perencanaan yaitu memprioritaskan tindakan yang akan dilakukan. Untuk
pemecahan masalahnya dengan cara lebih teliti dalam menentukan tindakan
apa yang paling utama harus dilakukan pada pasien dengan flu burung.

4.4 Pelaksanaan Keperawatan


Proses selanjutnya setelah perencanaan keperawatan yaitu pelaksanaan
keperawatan. Pelaksanaan keperawatan dalam kasus dilakukan sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat dengan prioritas masalah yang
dialami oleh pasien. Namun pada diagnosa kedua yaitu hipertemi
berhubungan dengan proses infeksi penyakit. Ada tindakan keperawatan
yang tidak dilakukan tetapi terdapat dalam intervensi keperawatan yaitu
mengganti linen dan mengkompres air hangat. Tindakan ini tidak dilakukan
karena ada keterbatasan waktu untuk melakukan rencana tindakan yang
sudah dibuat sehingga tidak dapat memantau mengkompres air hangat
selama 24jam.

Faktor pendukung dalam tahap pelaksanaan keperawatan adalah kerjasama


yang baik keluarga, penulis dan perawat ruangan. Sedangkan faktor
penghambat adalah belum semua rencana tindakan dilakukan oleh penulis
karena ada keterbatasan waktu yang tidak 24 jam berada di ruang perawatan
klien. Pemecahan masalahnya penulis melihat catatan keperawatan pada
status pasien untuk tindakan yang dilakukan perawat selama 24 jam.

4.5 Evaluasi Keperawatan


Pada tahap evaluasi ini, digunakan untuk menilai sejauh mana tujuann dan
kriteria hasil dapat tercapai. Evaluasi pada teori semua tujuan dan kriteria
hasil tercapai sedangkan pada kasus Tn.W sudah teratasi. Masalah
keperawatan yang teratasi yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas, hipertermia berhubungan
dengan proses infeksi penyakit, hipervolemia berhubungan dengan
kelebihan asupan cairan, nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Lima
diagnosa tersebut sudah teratasi karena klien sudah tidak merasakan batuk,
sudah tidak demam, sudah tidak nyeri, sudah bisa beraktivitas secara
mandiri dan pola minum diatur.

Faktor pendukung saat melakukan evaluasi yaitu terciptanya kerjasama


yang baik antara penulis, perawat ruangan serta keluarga dalam melakukan
asuhan keperawatan dalam menunjang proses evaluasi yang dilakukan oleh
penulis. Sedangkan faktor penghambat saat melakukan evaluasi adalah
tujuan keperawatan tidak tercapai karena asuhan keperawatan hanya
dilakukan selama tiga hari. Untuk solusinya yaitu tindakan yang belum
dilaksanakan didelegasikan ke perawat ruangan agar tujuan tercapai.

Anda mungkin juga menyukai