KARAKTERISASI SIFAT KIMIA SERAT ABAKA (MUSA TEXTILIS NEE) DI BALAI PENELITIAN TANAMAN PEMANIS DAN
SERAT (BALITTAS) MALANG
Oleh:
SITI MUSLIMAH
NIM. 166300111
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERIMAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KARAKTERISASI SIFAT KIMIA SERAT ABAKA (MUSA TEXTILIS NEE) DI BALAI PENELITIAN TANAMAN PEMANIS DAN
SERAT (BALITTAS) MALANG
Oleh:
SITI MUSLIMAH
NIM. 166300111
Telah disetujui dan disahkan
pada tanggal 29 November 2019
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kimia
KATA PENGANTAR
ii
9. Ibu Rif’atul Mahmudah, M.Si selaku dosen di jurusan Kimia Uin Malang
yang meluangkan waktu untuk mengarahkan dan memberi masukan dalam
pelaksanaan PKL.
10. Rofiqoh Ningrum Stephanie selaku teman satu kelompok PKL yang
memotivasi dan membantu dalam penyelesaian kegiatan PKL baik dalam
hal penelitian maupun penulisan laporan PKL.
11. Kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
ikut memberikan bantuan dan motivasi selama pelaksanaan PKLI sampai
dengan laporan ini selesai disusun, yang tidak bisa kami sebutkan satu-
persatu.
Kami sadar bahwa dalam pelaksanaan maupun penyusunan laporan ini
belum sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran akan kami terima
dengan lapang hati dan mohon maaf kepada semua pihak apabila terdapat
kesalahan selama penyusunan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan
menambah khasanah ilmu pengetahuan. Demikian laporan ini kami buat semoga
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................4
1.4 Batasan Masalah........................................................................................4
1.5 Manfaat.....................................................................................................4
BAB IV PENUTUP
5.1 Kesimpulan..................................................................................................31
5.2 Saran ...........................................................................................................31
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Morfologi Serat Abaka (Musa Textilis Nee).........................................31
Tabel 3.1 Analisis Kadar Air................................................................................31
Tabel 3.2 Analisis Kadar Abu..............................................................................31
Tabel 3.3 Analisis Kadar Sari...............................................................................31
Tabel 3.4 Analisis Kadar Lignin..........................................................................31
Tabel 3.5 Analisis Kelarutan Air Dingin dan Air Panas.......................................31
Tabel 3.6 Analisis Kelarutan NaOH.....................................................................31
Tabel 3.7 Analisis Kadar Holoselulosa................................................................31
Tabel 3.8 Analisis Alfa Selulosa..........................................................................31
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR PERSAMAAN
PENDAHULUAN
1
manusia. Namun masih belum memadai teknologi budidaya dan teknologi pasca
panen, menjadi permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan abaka dan
dapat berpengaruh terhadap menurunnya prokdutivitas dan kualitas tanaman
tersebut.
Akhir-akhir ini penggunaan serat abaka semakin meningkat terutama
sebagai bahan baku kertas uang dan kertas dokumen, kertas chek kertas plester,
dan tissue. Serat abaka juga baik digunakan untuk bahan baku textile, kain jok,
kertas majalah atau koran, kantong kertas rayon dan furtural, kertas peta dan
popok bayi. Sampai dengan tahun 2000, koleksi tanaman abaka relatif sangat
sedikit koleksi abaka terdiri atas 40 klon yang 11 klon merupakan koleksi lama
dari balitro sedangkan selebihnya adalah hasil eksplorasi di Kalimantan Timur,
Sulawesi Utara, serta beberapa daerah di Jawa. Pada musim tahun 2001 sebagai
akibat pemeliharaan yang kurang baik, sebanyak 5 klon abaka mati ditempat
koleksi. Tetapi jumlah koleksi bertambah 2 klon dari hasil perbanyakan melalui
kultur jaringan yang masih belum diketahui sifat-sifatnya secara pasti.
Menurut (Mulyawan, 2015) Tanaman abaka (Musa Textilis Nee) termasuk
dalam pisang (Musacease) yang dikategorikan sebagai pisang jantan, karena
pisang ini, tidak menghasilkan buah. Produksi utama dari budidaya tanaman
pisang ini adalah berupa serat (fibre) yang terkenal dalam perdagangan
internasional sebagai serat berkualitas tinggi, sebab serat pisang abaka ini tahan
terhadap air garam sehingga banyak digunakan sebagai pembungkus kabel bawah
laut atau tali temali pada kapal. Selain itu, serat pisang abaka juga banyak di
gunakan untuk bahan baku pulp kertas bermutu tinggi seperti kertas uang, cek,
kertas filter dan kertas pembungkus (Kaardiansyah,T. 2014).
Perkebunan pisang abaka di Indonesia hanya di jumpai di Banyuwangi
dengan areal sekitar 600 ha. Namun peluang pengembangan perkebunan pisang
abaka pada saat ini semakin terbuka dengan semakin potensialnya pasaran
internasional, terutama untuk memenuhi permintaan negara-negara maju seperti
Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Potensi pasar internasional
tercatat sebesar 600.000 ton serat Abaka per tahun (Kardiansyah,T 2014).
Banyuwangi, selain dikenal dengan kesenian tari gandrung, kabupaten
Banyuwangi juga menyimpan kerajinan tradisional. Itulah kerajinan tenun
berbahan dasar serat pohon pisang atau yang dikenal dengan nama serat abaka.
Jenis tenun tersebut diproduksi di Sanggar Genjah Arum, Desa Kemiren, Glagah.
Adapun abaka merupakan salah satu spesies pisang, yang jika di Indonesia
gampang ditemukan di Kalimantan dan Sumatera. Pisang tersebut diproduksi
bukan untuk diambil buahnya melainkan khusus diambil batangnya. Dari batang
tersebut diperoleh serat abaka yang halus namun sangat kuat, yang biasa
digunakan untuk tali penambat perahu (Sunardi, 2009).
Berdasarkan hal tersebut dapat mendukung pengembangan abaka sehingga
diperlukan paket budidaya yang tepat guna tersedianya varietas yang
menghasilkan serat berkualitas tinggi. Langkah awal yang ditempuh dalam
mengembangkan varietas unggul adalah dengan memperluas sumber genetik yang
ada melalui penerapan mutasi pada pemuliaan. Dengan penerapan mutasi
diharapkan akan diperoleh variasi genetik yang unggul. Untuk mengetahui lisensi
plasma nutfah Abaka yang lainnya perlu dilakukan karakterisasi lebih rinci agar
dapat memperlancar program pemuliaan selanjutnya dalam rangka mendapatkan
varietas unggul yang sesuai harapan untuk menghindari kerusakan yang lebih
besar dan pemusnahan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan studi untuk
mengetahui karakteristik kimianya pada tanaman abaka meliputi analisis kadar air,
kadar abu, kadar sari (ekstrak alkohol-benzena), kadar lignin, holoselulosa, kadar
alfa selulosa, kelarutan serat dalam natrium hidroksida dan kelarutan serat dalam
air panas dan air dingin.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui karakteristik kimia pada tanaman serat Abaka (Musa
Textilist Nee).
1.4 Batasan Masalah
Sampel yang digunakan adalah serat abaka (Musa Textilis Nee) dengan
Parameter uji yang digunakan adalah kadar air, kadar abu, kadar sari, kadar lignin,
kelarutan serat dalam air dingin dan panas, kelarutan serat dalam NaOH, kadar
alfa selulosa dan Holoselulosa
1.5 Manfaat
1. Dapat memberikan pengetahuan tentang tanaman serat Abaka yang
mempunyai berbagai macam kandungan didalamnya seperti kadar air, kadar
lignin, kadar sari, kadar selulosa, kadar abu, kadar alfa selulosa, kelarutan
serat dalam natrium hidroksida dan kelarutans erat dalam air panas dan air
dingin.
2. Dapat memberikan pengetahuan tentang karakteristik kimia pada tanaman
serat Abaka (Musa textilis Nee) sehingga dapat dimanfaatkan dalam
pemuliaan tanaman dalam rangka menghasilkan serat pada tanaman
tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
2.1.3.1 Visi
Terwujudnya IPTEK yang tepat guna, dinamis, berkelanjutan, dan ramah
lingkungan untuk komoditas tembakau, serat, dan minyak industri yang mampu
meningkatkan kesejahteraan petani, pekebun serta mampu mengantisipasi
masalah-masalah yang akan terjadi di masa mendatang.
2.1.3.2 Misi
a. Menghasilkan dan merakit teknologi yang mampu mengatasi permasalahan
tanaman tembakau, serat, dan minyak industri.
b. Meningkatkan komunikasi dan desiminasi hasil penelitian.
c. Mengembangkan kerjasama IPTEK.
d. Memberikan saran kebijakan dalam agribisnis tanaman tembakau, serat, dan
minyak industri.
atau kertas yang dihasilkan digunakan untuk pkertas yang sulit ditiru, materai,
kertas dukomen (segel, sertifikat, ijazah dan kertas penting lainnya).
Menurut (Gutierrezdande Rio,Jose C.2006) dikemukakan bahwa serat
abaka digunakan sebagai bahan baku pulp kertas berkualitas tinggi. Bank
Indonesia (BI) mulai tahun 2014 lebih serius untuk menggunakan bahan baku
serat kapas dan serat abaka dalam negeri. Hal ini sesuai dengan Undang - Undang
Mata Uang N0. 7 Tahun 2011 pada pasal 9 (2) agar mengutamakan bahan baku
dalam negeri (lokal) dengan menjaga mutu, keamanan dan harga yang bersaing
dalam mencetak uang rupiah. Philipina dan Jepang menggunakan kertas uang
campuran serat abaka.
Abaka merupakan salah satu jenis pisang penghasil serat yang banyak
digunakan untuk tali-temali kapal laut karena seratnya kuat dan tahan air garam
serta mengapung di laut, baik digunakan untuk bahan baku kertas berkualitas
tinggi misalkan kertas saring, kertas dasar stensil, kertas berharga (check, kertas
dokumen di bank), kertas uang (dollar amerika), tissue, kantung teh celup, bahan
tekstil, kain jok, kertas majalah, atau Koran, kantong kertas rayon dan furtural,
kertas rokok, kertas peta, dan popok bayi.
2.2.1 Morfologi Serat Abaka (Musa Textilis Nee)
Tabel 2.1 Morfologi Serat Abaka (Musa Textilis Nee)
Abaka (Musa Textilist Nee)
Parameter
Batang Serat
panjang serat (mm), - minimum 1,68 1,64
- Maximum 6,72 5,44
- rata-rata 3,57 3
diameter serat, mm 15,59 16,43
diameter lumer,mm 6,94 5,53
tebal dinding, mm 4,43 5,45
bilangan rungkel 2 1,97
kelangsingan 228,99 182,89
kelemasan 0,45 0,34
Kualitas serat abaka sama halnya dengan bahan baku lain dimana
kandungan kimia dan demensi serat sangat bergantung pada jenis tanaman dan
kondisi pertumbuhannya,sedangkan sifat fisik lembaran akan dipengaruhi oleh
persiapan dan pembuatannya.
11
suatu kayu umumnya lebih kecil daripada 1 % dari berat kayu keringnya, jarang
lebih besar.
Kadar abu ialah mineral pembentuk abu yang tertinggal setelah lignin dan
selulosa terbakar. Abu yang tersisa dari proses pembakaran terdiri atas bahan-
bahan anorganik pada kayu. Sedangkan bahan organiknya habis terbakar.Sjostrom
mengemukakan bahwa abu asalnya terutama dari berbagai garam yang
diendapkan dalam dinding-dinding sel dan lumen. Endapan yang khas adalah
berbagai garam-garam logam berupa karbonat, silikat, oksalat, dan fosfat.
Komponen logam yang paling banyak jumlahnya adalah kalsium diikuti kalium
dan magnesium. Dalam proses pengabuan, bahan-bahan organik yang terkandung
dalam kayu terbakar, sedangkan bahan organik tertinggal (santoso, 2014).
2.2.2.3 Kadar Sari
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan
senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penetapan ini
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar
sari yang larut dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa
yang terkandung dalam simplisia.
Ada beberapa teknik isolasi senyawa bahan alam yang umum digunakan
seperti maserasi, perkolasi, dan ekstraksi kontinu. Tetapi pada penelitian ini yang
digunakan adalah maserasi. Maserasi merupakan metode perendaman sampel
dengan pelarut organik, umumnya digunakan pelarut organik dengan molekul
relatif kecil dan perlakuan pada temperatur ruangan, akan mudah pelarut
terdistribusi ke dalam sel tumbuhan(Pustekkom, 2005).
Metode maserasi ini sangat menguntungkan karena pengaruh suhu dapat
dihindari, suhu yang tinggi kemungkinan akan mengakibatkan terdegradasinya
senyawa-senyawa metabolit sekunder. Pemilihan pelarut yang digunakan untuk
maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan
kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut akibat kontak langsung dan waktu
yang cukup lama dengan sampel (Day dkk, 2002). Salah satu kekurangan dari
metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama untuk mencari pelarut organik
yang dapat melarutkan dengan baik senyawa yang akan diisolasi dan harus
mempunyai titik didih yang tinggi pula sehingga tidak mudah menguap
(Pustekkom, 2005).
15
tetapi mudah larut dalam alkali encer dan mudah diserang oleh zat-zat oksida
lainnya (Kalia,Susheel dkk. 2012).
Lignin merupakan zat organik polimer yang banyak dan penting dalam
dunia tumbuhan selain selulosa. Adanya lignin dalam sel tumbuhan, dapat
menyebabkan tumbuhan kokoh berdiri. Lignin juga merupakan senyawa polimer
yang berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa pada jaringan tanaman.Lignin
secara umum tidak ditemui dalam bentuk sederhana diantara polisakarida-
polisakarida dinding sel tanaman, tetapi selalu tergantung atau berikatan dengan
polisakarida tersebut. Lignin merupakan senyawa polimer aromatik komplek yang
terbentuk melalui polimerisasi tiga demensi dari sinamil alkohol yang merupakan
turunan dari fenil propane.(Anggraini dkk ,2007).
2.2.2.6 Kelarutan Serat dalam Natrium Hidroksida
Natrium hidrokssida merupakan suatu basa kuat yang sangat mudah larut
dalam air. Senyawa ini biasa disebut dengan soda kaustik, atau soda api karena
sifatnya yang terasa panas dan licin jika terkena kulit. NaOH merupakan senyawa
ionic yang memiliki titik lebur 318°C dan titik didih 1390°C.NaOH sangat mudah
larut dalam air dan kelarutannya bersifat eksotermis (pustekkom, 2005).
NaOH banyak digunakan didalam laboratorium kimia adalah untuk reagen
sumber ion hidroksida OH.Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa basa NaOH
sangat mudah larut.Selain itu, NaOH juga banyak digunakan sebagai standar
sekunder pada eksprimen titrasi asam basa.Akan tetapi, penyimpanan larutan
NaOH yang telah distandirisasi harus dalam ruang tertutup karena sifat NaOH
yang bersifat higroskopis membuat larutannya juga mudah untuk menyerap gas
CO2 dalam atmosfer. Hal ini akan mempengaruhi konsentrasi larutan NaOH
sendiri. dalam laboratorium kimia organic, NaOH juga sering digunakan sebagai
reagen basa disamping KOH (Day dkk,2002).
Dalam dunia industri, NaOH banyak digunakan dalam industry pembuatan
sabun, industry tekstil, pemurnian minyak bumi, NaOH banyak digunakan sebagai
bahan pembuat sabun. NaOH dapat menyabunkan kotoran-kotoran yang
menempel disuatu bahan, misal piring. Kotoran yang kebanyakan berupa lemak
akan disabunkan oleh NaOH sehingga sabun hasil reaksi penyabunan ini akan
larut dalam air membentuk misel. Tetapi sekarang ini sabun yang menggunakan
17
bahan aktif basa NaOH sudah tidak banyak lagi digunakan, karena sabun ini akan
menjadi tidak aktif jika air yang digunakan bersifat sadah (Day dkk,2005).
Dalam industri pembuatan kertas, NaOH digunakan untuk melarutkan lignin
yang merupakan “pengotor” selulosa. Bahan baku selulosa yang diperoleh dari
serat kayu dikumpulkan dan dilakukan perendaman dalam larutan NaOH agar
lignin larut oleh NaOH. Dengan dilarutkannya lignin maka diperoleh selulosa
yang baik untuk pembuatan kertas (Day dkk,2002).
BAB III
PENJELASAN PKL
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah serat abaka. Selain itu, juga digunakan
larutan NaOH 1%, asam asetat 10%, asam sulfat 72%, aquades, etanol, benzena,
es batu, dan batu didih.
18
19
ditimbang hingga memperoleh berat konstan. Perhitungan kadar air serat abaka
dapat dilakukan menggunakan Persamaan 3.1.
...............................................(3.1)
Keterangan:
a = berat cawan kosong (gram)
b = berat cawan yang diisi dengan sampel (gram)
c = berat cawan yang sudah dikeringkan (gram)
3.3.2 Analisis Kadar Abu
Analisis kadar abu dilakukan berdasarkan SNI ISO 776:2010 (Badan
Standarisasi Nasional, 2010). Sampel serat abaka ditimbang sebanyak 5 g dalam
cawan porselen yang telah diketahui beratnya. Kemudian diabukan dalam muffle
furnace dengan pengaturan suhu 550ºC selama 3 jam. Setelah itu, ditimbang
kembali cawan porselen+sampel yang diabukan. Kemudian ditentukan kadar abu
berdasarkan perbandingan berat abu terhadap berat kering sampel seperti
Persamaan 3.2.
..........................................(3.2)
Keterangan:
a = berat cawan kosong (gram)
b = berat cawan dengan sampel (gram)
c = berat cawan dengan sampel yg sudah diabukan (gram)
sokletasi ini dilakukan selama 6 jam (5 kali siklus perjam) dengan pelarut
campuran alkohol-benzena (1:2) cawan masir yang berisi benzena dikeluarkan
dari sokhlet. Pelarut etanol-benzena dalam labu didihdiuapkan dengan cara
destilasi pada suhu ±78°C. Kemudian dikeringkan pada suhu 105°C selama 3 jam.
Perhitungan kadar sari ditunjukkan pada Persamaan 3.3
................................................(3.3)
Keterangan:
a = berat sari dalam labu ekstrak (gram)
b = berat contoh kering tanur (gram)
..................................(3.9)
Keterangan:
a = berat endapan lignin (gram)
b = berat contoh kering oven (gram)
21
........................................................(3.5)
Keterangan:
a = Berat sampel serat kering yang akan diekstrak air panas (gram)
b = Berat corong masir 17 G2 kosong (gram)
c = Berat corong masir 17 G2 + serat kering setelah dioven (gram)
Y = Kelarutan serat dalam air dingin (%)
........................................................(3.6)
Keterangan:
a = Berat sampel serat kering yang akan diekstrak air panas (gram)
b = Berat corong masir 17 G2 kosong (gram)
c = Berat corong masir 17 G2 + serat kering setelah dioven (gram)
X = Kelarutan serat dalam air panas (%)
.............................................................(3.7)
Keterangan:
23
Keterangan :
W1= kandungan ekstraktif alkohol-toluen (%)
W2 = berat kering sampel bebas eksraktif (g)
W3 = berat kering cawan
W4 = berat kering + residu (g)
disaring dengan cawan masir, dicuci dengan 125 mL NaOH 8,3% kemudian
dilakukan penyaringan selama 5 menit,sampel lalu dicuci dengan 1,5 liter akuades
dan dinetralkan denagn asam asetat 10%. Sampel dicuci lagi dengan 2 liter
akuades, lalu dicuci dengan 50 mL alkohol 95% kemudian dikeringkan pada suhu
105ºC selam 4 jam dan ditimbang sampai berat tetap. Perhitungan kandungan alfa
selulosa ditunjukkan pada Persamaan 3.9.
3.4. Pembahasan
Karakteristik kimia serat alam meliputi kandungan komponen kimia
penyusun serat. Yakni berupa kadar air, kadar abu, kadar sari, kadar lignin,
kelarutan dalam air dingin dan air panas, kadar holoselulosa dan kadar alfa
selulosa.
tinggi. Serat dengan kandungan zat ekstraktif yang lebih tinggi kurang baik untuk
membuat pulp karena adanya zat ekstraktif juga dapat menyebabkan timbulnya
bintik-bintik hitam pada kertas (Haygreen dan Bowyer, 1996). Selain itu, serat
dengan kadar ekstraktif tinggi juga dapat menyebabkan laju delignifikasi menjadi
semakin rendah (Syafii, dkk., 2009).
3.4.4 Analisis Kadar Lignin
Lignin adalah suatu polimer komplek dengan berat molekul tinggi (terdiri
dari satuan fenil propana) sifat senyawa ini sangat stabil dan sulit untuk
dipisahkan serta mempunyai bermacam–macam. Lignin bersama hemiselulosa
membentuk lem alami yang menjadi perekat yang membuat kokoh sifat mekanik
kayu tersebut. Jumlah lignin yang terdapat dalam tumbuhan yang berbeda sangat
bervariasi. Di dalam daun jarum dan daun lebar dikatakan tidak tentu, terkadang
tinggi atau rendah, kemungkinan tergantung pada keadaan perkembangannya.
Lignin terdapat dalam lamela tengah dan dinding sel yang berfungsi sebagai
perekat antar serat (Wardrop, 1971).
Tabel 3.4 Analisis Kadar Lignin
Sampel Kadar Lignin (%)
Abaka 1 10,7796
Abaka 2 10,3498
Lignin merupakan zat organik polimer amorf (Fengel dan Wagener, 1995)
yang berfungsi menaikan sifat-sifat kekuatan mekanik pada tumbuhan, sehingga
pohon yang besar dan tinggi dapat berdiri kokoh (Haygreen dan Bowyer, 1989).
Kandungan lignin yang tinggi mengindikasikan bahwa kekuatan kayu yang
dianalisis adalah rendah karena besarnya kadar lignin umumnya
berbandingterbalik dengan besarnya kadar selulosa artinya semakin tinggi kadar
ligninnyamaka semakin rendah kadar selulosanya (Haygreen dan bowyer, 1989).
Analisis kadar lignin pada penelitian kali ini dilakukan dengan menggunakan hasil
sampel serat abaka yang telah diekstraksi menggunakan pelarut alkohol:benzena
dengan perbandingan 1:2 pada analisis kadar sari. Lignin dapat diisolasi dari
serbuk bebas ekstraktif sebagai sisa yang tidak terlarut setelah penghilangan
polisakarida dengan hidrolisis (Achmadi, 1990).
28
Suatu Zat ekstraktif yang larut dalam air panas adalah garam-garam
anorganik, garam organik, gula, gum, pektin, galaktan tanin, pigmen, polisakarida
(Amin, dkk., 2017), zat wama, dan pati (Fengel dan Wegener, 1995) yang terdapat
pada rongga sel (ASTM, 2002). Pati dapat terlarut dalam air panas dan tidak dapat
terlarut dalam air dingin karena perbedaan kepolaran air dengan pati adalah sangat
jauh, sehingga diperlukan energi panas sebagai tambahan energi pelarutan pati
dalam air.
Kelarutan dalam
Sampel
NaOH (%)
Abaka 1 19,9221
Abaka 2 19,9622
Zat yang akan larut dalam NaOH dengan dibantu adanya pemanasan
hingga mendidihdan pengadukan agar reaksi kelarutannya berlangsung lebih
cepat. Reaksi yang terjadi dapat diamati pada Gambar 3.2. Reaksi tersebut
menunjukkan terjadinya substitusi ion hidrogen pada gugus alkohol dalam
selulosa oleh ion natrium, sehingga terbentuk mercerized selulosa. Kemudian,
sampel disaring agar terpisah zat yang dapat larut dengan NaOH dengan yang
tidak larut dalam NaOH.Pemisahan tersebut dibantu dengan adanya penambahan
air panas agar serat yang menempel pada dinding beaker glass dapat tersaring
pula. Selain itu, terdapat penambahan asam asetat pada akhir langkah kerja
31
dengan tujuan untuk melarutkan sisa NaOH yang masih terdapat pada serat
(Krutul, dkk. 2013).
n
Mercerized Selulosa
Selulosa
Gambar 3.2 Reaksi Selulosa dengan NaOH (Khashik, Vijay, dkk. 2012).
dioven kering dengan suhu 105ºC, kemudian didinginkan dalam desikator dan
ditimbang mencapai berat yang konstan.sehingga diperoleh konsentrasi sebesar
3,5392% pada percobaan pertama Sedangkan percobaan kedua sebesar 3,4829%.
Sebagaimana pada table 3.7.
Tabel 3.7 Hasil Analisis Holoselulosa
Sampel Kadar Holoselulosa (%)
Abaka 1 3,5392
Abaka 2 3,4829
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
karakteristik kimia serat abaka memiliki persentase karakteristik masing-masing.
Pada kadar air sebesar 7,075%, kadar abu sebanyak 0,9146%, pada kadar sari
sebesar 0,5360%, kadar lignin sebesar 10,5647%, kelarutan serat dalam air dingin
sebesar 1,3233%, kelarutan serat dalam air panas sebesar 7,8256%, kelarutan serat
pada NaOH sebesar 19,9421%, analisis holoselulosa sebesar 3,5110%, analisis
alfa selulosa sebesar 4,0744%.
4.2 Saran
Pada percobaan ini sangat butuh ketelitian dan lebih memperhatikan waktu
disetiap percobaan.Karena disetiap percobaan memiliki waktu yang berbeda dan
cukup lama. Disamping itu pada saat penyaringan, juga harus lebih hati-hati
supaya konsentrasi yang diperoleh sesuai dengan teori dan bisa akurat.
34
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Yusup, Rentry A Nurbaity, Novitri Hastuti, dan Adrin. 2017. Karakteristik
Komponen Kimia Kayu Tekan Pada Kayu Pinus (Pinus Merkusii Jungh Et
De Vriese).Prosiding Seminar Lignoselulosa.
Badan Standarisasi Nasional 1989. Cara Uji Kadar Sari (Ekstrak Alkohol-
Benzena) Dalam Kayu Dan Pulp. SNI 14-1032-1989, Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional 1989c. Cara Uji Kelarutan Dalam Air Dingin Dan
Air Panas. SNI 01-1305-1989. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional 1990. Cara Uji Kelarutan Kayu Dan Pulp Dalam
Natrium Hidroksida 1 %. SNI 04-1838-1990, Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
Badan Standarisasi Nasional 2008. Pulp Dan Kayu Cara Uji Kadar Lignin-
Metode Klason. SNI 0492-2008, Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standarisasi Nasional 2010. Cara Uji Kadar Abu Tidak Larut Asam. SNI
ISO 776:2010. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Balittas. 2018. “Karangploso 11 (KR 11)” diakses pada tanggal 2 juli 2018 dari
http://balittas.Litbang.Pertanian.go.id/index.php/produk/varietasunggul/ke
naf/252-karangploso-11-kr-11
35
36
Day, dkk. 2002. Pulp AndPaper Chemistry and Chemical Technology Third
Edition Vol 1. New York: A Willey-Interscience Publisher Inc.
Jose c de rio and ana gutirrez. 1993. Development of kenaf and jute ribboner.
Regional Workshop on Improved Retting and Exctraction of Jute and
kenaf. Reserch Instituti for To- bacco and Fibre Crops.
Kaushik, Vijay K., Anil Kumar1, dan Susheel Kalia. 2012. Effect of Mercerization
and Benzoyl Peroxide Treatment on Morphology, Thermal Stability and
Crystallinity of Sisal Fibers. International Journal of Textile Science. 1(6):
101-105
Kaardiansyah, T., & Sugesty, S. (2014). Karakteristik Pulp Kimia Mekanis Dari
Kenaf 43(Hibiscus cannabinus L.) Untuk Kertas Lainer. Jurnal Selulosa ,
37-43.
Matsushita, S., & Yasuda. (2003). Mikropropagasi Pisang Abaka (Musa Textillis
Nee) Melalui Teknik Kultur Jaringan. Ilmu Pertanian , 28- 30.
36
Mwaikambo, A. D. 2015. Komposisi Bahan Makanan Ternak Untuk Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurnasari, E., & Nurintiyas. (2017). Karakteristik Kimia Serat Buah, Serat
batang, dan Serat Daun. Bulein Tembakau , 64- 70.
Pustekkom.2005. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Santoso, B., solechudin, & wibisono, F. T. (2002). Abaka (Musa Textilis Nee)
Sebagai Sumber Serat Alam, Penghasil Bahan Baku Pulp Kertas Dan Sumber
Pendapatan Petani. Perspektif , 1-8.
37
LAMPIRAN
Serat
- aasdfgbnm,AbakaAagave
Dikeringkan wadah beserta tutupnya menggunakan oven pada suhu
1050C selama 4 jam
- Didinginkan wadah tersebut dalam desikator
- Ditimbang wadah kosong beserta tutupnya menggunakan neraca
analitik
- Ditimbang sebanyak 2 gram
- Dikeringkan pada suhu 1050C selama 4 Jam
- Didinginkan dalam desikator
- Ditimbang kembali
- Diduplo
- Dihitung nilai kadar air
Serat sebanyak
- Ditimbang Abaka
Serat Abaka5 gram
Hasill
- Dimasukkan kedalam cawan porselen kering yang telah diketahui
beratnya
- Diabukan dengan menggunakan muffle furnace pada suhu 5500C
selama 3 jam
- Diduplo
- Dihitung kadar abu
3. Hasil
Analisis Kelarutan Serat dalam Air Dingin
Endapan Filtrat
- Ditimbang sebanyak 2 gram
- Dimasukkan kedalam gelas beaker 600 ml
- Ditambahkan 400 ml aquades
- Ditutup dengan kaca arloji
- Dibiarkan selama 48 jam dengan suhu 23±20C dan diaduk sesekali
38
Hasil
- Disaring menggunakan corong masir 17 G2 yang telah diketahui
beratnya dimana penyaringan tersebut dilakukan dengan
memanfaatkan pompa vakum
Serat Abaka
39
Hasil
- Dicuci dengan menggunakan aquades panas beberapa kali hingga filtrat
menjadi jernih
- Dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 4 Jam
- Didinginkan dalam desikator
- Ditimbang
- Diduplo
- Dihitung persen kelarutan serat dalam air panas
1. Serat
Analisis Kelarutan Abaka
Serat dalam Natrium Hidroksida
40
Hasil
2. Analisis Kadar Sari
Hasil
Hasil
41
3. Analisis Kadar Lignin
-
Serat Abaka
Diambil serat Bebas Ekstraktif
hasil analisis kadar sari yang telah dikeringkan
- Dipindahkan ke gelas beaker 50 mL
- Direndam dengan es
- Ditambahkan asam sulfat 72% sebanyak 15 mL
- Diaduk menggunakan pengaduk gelas selama 2 sampai 3 menit
- Ditutup gelas beaker dengan menggunakan gelas arloji
- Dibiarkan selama dua jam pada bak perendam dan dilakukan
pengadukan sesekali
Serat Abaka
- Dipindahkan kedalam erlenmeyer 1000 mL yang telah diisi aquades
sebanyak 300 mL
- Ditambahkan aquades sampai volume mencapai 575 mL sehingga
konsentrasi H2SO4 menjadi 3 %
- Dipanaskan diatas penangas air hingga mendidih dan dibiarkan
selama 4 jam
- Didinginkan pada suhu kamar hingga lignin mengendap sempurna
- Disaring menggunakan kertas saring yang telah diketahui beratnya
Endapan Filtrat
- Ditimbang ±2 g
42
Hasil
- Dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 dan ditutup dengan kaca arloji
- Ditambahkan 150 mL aquades
- Ditambahkan 0,2mL asam asetat glasial dingin
- Ditambahkan 1 g NaClO2
- Ditempatkan dalam penangas air dengan suhu 70-80°C selama 5 jam
- Setiap jam ditambahkan 0,22 mL asam asetat glasial dingin dan 1 g
NaClO2
- Setelah 5 jam erlenmeye diletakkan dalam air dingin hingga suhu 10
°C
- Larutan disaring dengan cawan gelas yang memiliki porositas yang
kasar dan telah diketahui beratnya
Lampiran 2: Perhitungan
Keterangan :
a = berat cawan kosong (gram)
b = berat cawan yang diisi dengan sampel (gram)
c = berat cawan yang sudah dikeringkan (gram) 0,14;2,003
1.1 Serat Abaka (Musa Textilis Nee)
Ulangan 1
43
Ulangan 2
2. Persen Terkoreksi
Ulangan 1
= 92,75%
Ulangan 2
Keterangan:
a = berat cawan kosong (gram)
b = berat cawan dengan sampel (gram)
c = berat cawan dengan sampel yg sudah diabukan (gram)
Ulangan 1
= 5,1012g
Ulangan 2
44
4. Analisis Kelarutan Serat Abaka (Musa Textilis Nee) dalam Air Panas
Keterangan:
a = Berat sampel serat kering yang akan diekstrak air panas (gram)
b = Berat cawan masir 17 G2 kosong (gram)
c = Berat cawan masir 17 G2 + serat kering setelah dioven (gram)
X = Kelarutan serat dalam air panas (%)
Ulangan 2
1,9149 g
Kelarutan Serat Serat Abaka (Musa Textilis Nee) dalam Air Panas Rata-
Rata
5. Analisis Kelarutan Serat Abaka (Musa Textilis Nee) dalam Air Dingin
Keterangan:
a = Berat sampel serat kering yang akan diekstrak air panas (gram)
b = Berat cawan masir 17 G2 kosong (gram)
c = Berat cawan masir 17 G2 + serat kering setelah dioven (gram)
Y = Kelarutan serat dalam air dingin (%)
45
Ulangan 1
Ulangan 2
6. Analisis Kelarutan Serat Abaka (Musa Textilis Nee) dalam Natrium Hidroksida
Keterangan:
a = Berat sampel kering yang akan diekstrak larutan NaOH 1% (gram)
b = Berat sampel serat kering setelah diekstrak larutan NaOH 1% (gram)
Z = Kelarutan serat dalam NaOH (%)
6.1 Serat Abaka (Musa Textilis Nee)
Ulangan 1
Ulangan 2
Keterangan:
a = berat sari dalam labu ekstrak (gram)
b = berat contoh kering tanur (gram)
46
7.1 Serat Abaka (Musa Textilis Nee)
Ulangan 1
Ulangan 2
Keterangan:
a = berat endapan lignin (gram)
b = berat contoh kering oven (gram)
8.1 Serat Abaka (Musa Textilis Nee)
Ulangan 1
Ulangan 2
47
Keterangan:
a = berat endapan (gram)
b = berat contoh kering oven (gram)
9.1 Serat Abaka (Musa Textilis Nee)
Ulangan 1
Ulangan 2
Kadar Rata-Rata
10. Analisis Kadar Holoselulosa Serat Abaka (Musa Textilis Nee)
Keterangan:
a = berat endapan (gram)
b = berat contoh kering oven (gram)
10.1 Serat Abaka (Musa Textilis Nee)
Ulangan 1
Ulangan 2
48
LAMPIRAN 3 : GAMBAR PERCOBAAN
Gambar 3. Hasil
Gambar 2. Hasil Analisis Kadar Abu
Analisis Kadar Air Abaka (Musa Textilis
Gambar 1. Serat Abaka Serat Abaka (Musa Nee)
(Musa Textilis Nee) Textilis Nee)
Gambar 5. Hasil
Analisis Kelarutan
Serat Abaka (Musa
Textilis Nee) Pada Air
Panas Gambar 6. Hasil
Gambar 4. Proses Analisis Kelarutan
Pemanasan Analisis Serat Abaka (Musa
Kelarutan Serat Abaka Textilis Nee) Pada Air
(Musa Textilis Nee) Dingin
Gambar 9. Hasil
Gambar 7. Hasil Analisis Analisis Kadar Sari
Kelarutan Serat Abaka
(Musa Textilis Nee) Pada Gambar 8. Proses
Natrium Hidroksida Ekstraksi Soxhlet Pada
49
Analisis Kadar Sari
50