Crs Stunting Yola
Crs Stunting Yola
Oleh:
Preseptor:
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan case report session dengan judul “Stunting: Faktor
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Hardisman, MHID, PhD selaku
pembimbing. Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada semua pihak yang
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa case report session ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan case report session ini. Semoga case report session ini dapat
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
Daftar isi 3
Daftar gambar 4
Daftar tabel 5
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar belakang 6
1.2Rumusan masalah 8
1.3Tujuan penelitian 8
1.4Metode penelitian 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi stunting 9
2.2 Epidemiologi stunting 10
2.3 Etiologi stunting 10
2.4 Klasifikasi stunting 15
2.5 Pencegahan stunting 17
2.6 Kebjakan program pemerintah terkait stunting 19
BAB 3 ANALISIS SITUASI
3.1 Gambaran umum puksesmas Ambacang 23
3.1.1 Keadaan Geografis Puskesmas Ambacang 23
3.1.2 Keadaan Demografis Puskesmas Ambacang 25
3.1.3 Sarana dan prasarana 26
3.1.4 Sumber daya manusia 29
3.2Program Gizi di Puskesma Ambacang 31
3.3Gambaran umum stunting pada 34
3.3.1 Program gizi terkait stunting 34
BAB 4 PEMBAHASAN 36
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan 40
5.2Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 42
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR TABEL
5
BAB I
PENDAHULUAN
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah
lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah bayi lahir, akan tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2
tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita
dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umumnya
anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan
Kejadian stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh
balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017, 22,2% (sekitar 150,8 juta) balita di
dunia mengalami stunting. Dari angka tersebut lebih dari setengah balita stunting
di dunia berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal
di Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari
Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%). Data
6
Persentase status gizi balita pendek (pendek dan sangat pendek) di
Indonesia pada tahun 2007 adalah 36,8%, tahun 2010 adalah 35,6% dan tahun
2013 adalah 37,2% sedangkan tahun 2018 prevalensi stunting di Indonesia 30,8%
dengan persentase tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (42,6%) dan
3-11% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Dengan nilai PDB 2015 sebesar
mencapai Rp. 300 triliun - Rp. 1.210 triliun per tahun. Besarnya kerugian yang
seperti jantung, stroke, ataupun gagal ginjal. Ketika dewasa, anak yang menderita
penyakit menular seperti jantung, stroke maupun diabetes. Belum lagi ancaman
Oleh karena itu upaya perbaikan harus meliputi upaya untuk mencegah
dan mengurangi gangguan secara langsung (intervensi gizi spesifik) dan upaya
untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara tidak langsung (intervensi gizi
sebagainya.3
Ambacang?
di Puskesmas Ambacang?
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
malnutrisi yang kronis dan anak memerlukan waktu untuk berkembang serta
pulih kembali munuju keadaan tinggi badan anak yang normal menurut usianya. 1
irreversibel yang sebagian besar dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang tidak
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan
sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan
menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang
pendek). Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan
panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar
scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya
9
2.2 Epidemiologi Stunting
Sekitar sepertiga dari jumlah seluruh anak di negara-negara berkembang yang berusia di
bawah 5 tahun mengalami stunting.10 Diperkirakan sekitar 1 dari 3 anak yang berusia
lebih kurang separuh anak di bawah 5 tahun di wilayah Asia Selatan mengalami stunting
lebih tinggi dari negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Myammar, Vietnam (23%),
dan Thailand (16%). Indonesia menduduki peringkat ke-lima dunia untuk jumlah anak
dengan kondisi stunting, lebih dari sepertiga anak Indonesia tingginya berada di bawah
nasional tahun 2018 adalah sebesar 30,8 %, sudah mengalami penurunan jika
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak. Faktor-
faktor tersebut dapat berasal dari diri anak itu sendiri maupun dari luar diri anak tersebut.
Faktor penyebab stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi sedangkan
penyebab tidak langsungnya adalah pola asuh, pelayanan kesehatan, ketersedian pangan,
10
a. Faktor Langsung
Saat ini Indonesia mengahadapi masalah gizi ganda, permasalahan gizi ganda
tersebut adalah adanya masalah kurang gizi dilain pihak masalah kegemukan atau gizi
asupannya yaitu:
Kelebihan gizi adalah suatu keadaan yang muncul akibat pemenuhan asupan zat
gizi yang lebih banyak dari kebutuhan seperti gizi lebih, obesitas atau kegemukan.
Gizi baik adalah suatu keadaan yang muncul akibat pemenuhan asupan zat gizi
yang lebih sedikit dari kebutuhan seperti gizi kurang dan buruk, pendek, kurus dan
sangat kurus.15
perkembangan tubuh balita. Masa kritis ini merupakan masa saat balita akan mengalami
tumbuh kembang dan tumbuh kejar. Balita yang mengalami kekurangan gizi
sebelumnya masih dapat diperbaiki dengan asupan yang baik sehingga dapat melakukan
balita tidak akan dapat mengejar keterlambatan pertumbuhannya yang disebut dengan
gagal tumbuh. Begitu pula dengan balita yang normal kemungkinan terjadi gangguan
pertumbuhan bila asupan yang diterima tidak mencukupi. Dalam penelitian yang
menganalisis hasil Riskesdas menyatakan bahwa selain itu pada level rumah tangga
konsumsi energi rumah tangga di bawah rata-rata merupakan penyebab terjadinya anak
balita pendek.
11
Dalam upaya penanganan masalah stunting ini, khusus untuk bayi dan anak telah
yaitu 1) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang harus dilakukan sesegera mungkin
makanan pendamping ASI yang berasal dari makanan keluarga, diberikan tepat
waktu mulai bayi berusia 6 bulan; dan 4) Pemberian ASI diteruskan sampai
2. Penyakit Infeksi
Kaitan antara penyakit infeksi dengan pemenuhan asupan gizi tidak dapat
kekurangan asupan gizi. Anak balita dengan kurang gizi akan lebih mudah terkena
penyakit infeksi. Penyakit infeksi akan ikut menambah kebutuhan akan zat gizi
untuk membantu perlawanan terhadap penyakit ini sendiri. Pemenuhan zat gizi
yang sudah sesuai dengan kebutuhan namun penyakit infeksi yang diderita tidak
tertangani akan tidak dapat memperbaiki status kesehatan dan status gizi anak
balita. Untuk itu penanganan terhadap penyakit infeksi yang diderita sedini
Saluran Pernafasan Atas (ISPA), diare dan infeksi lainnya sangat erat
imunisasi, kualitas lingkungan hidup dan perilaku sehat. Ada beberapa penelitian
12
yang meneliti tentang hubungan penyakit infeksi dengan stunting yang
menyatakan bahwa diare merupakan salah satu faktor risiko kejadian stunting
1. Akses Pangan
Masalah ketersediaan ini tidak hanya terkait masalah daya beli namun
jumlah dan frekuensi serta jangka waktu tertentu. Aksesibilitas pangan yang
pemenuhan asupan nutrisi dalam keluarga itu sendiri. Rata-rata asupan kalori dan
protein anak balita di Indonesia masih di bawah Angka Kecukupan Gizi (AKG)
yang dapat mengakibatkan anak balita perempuan dan anak balita laki-laki
pendapatan keluarga yang lebih rendah dan biaya yang digunakan untuk
.
pengeluaran pangan yang lebih rendah merupakan beberapa ciri rumah tangga
13
pendapatan perkapita yang rendah merupakan faktor risiko kejadian stunting. 15
Status gizi janin dalam kandungan dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil,
bahkan status gizi ibu pada saat sebelum hamil. Kurang gizi pada wanita usia
subur (WUS) yang disebut kurang energi kronis (KEK) ditandai dengan lingkar
lengan atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm, sehingga ibu tersebut mempunyai
resiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena sejak dalam kandungan
retardation).14
ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta
setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan
bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI)
secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan
ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis
makanan baru pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh
bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh
minuman.3
Tingginya masalah gizi dan penyakit terkait gizi saat ini berkaitan
dengan faktor sosial dan budaya, antara lain kesadaran individu dan keluarga
14
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat, termasuk sadar gizi. Indikator PHBS
aktivitas fisik, penduduk usia di atas 10 tahun yang merokok, penduduk di atas
usia 10 tahun yang kurang makan sayur dan buah, akses terhadap sanitasi
Masalah kekurangan gizi pada anak balita ini merupakan dampak dari
pendamping ASI yang tidak tepat, karena diberikan terlalu dini atau terlambat,
perkembangan bayi pada setiap tahapan usia dan tidak bergizi seimbang untuk
memenuhi asupan kalori, protein dan gizi mikro (vitamin dan mineral). Hanya
41% keluarga yang mempunyai perilaku pemberian makanan bayi yang benar.
Ketersediaan pangan lokal beragam telah dapat diakses oleh sebagian keluarga
karena dari 41% keluarga yang memberikan makanan pendamping ASI yang
benar tersebut ternyata MP-ASI yang diberikan berasal dari sumber pangan lokal
yang memenuhi 70% kebutuhan besi dan 87% kebutuhan vitamin A. Buruknya
sering menderita diare dan penyakit infeksi lain sehingga memperburuk status
gizinya.14
Penilaian status gizi balita yang paling sering dilakukan adalah dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
15
tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat
yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang
dinyatakan dengan standar deviasi unit z (Z- score). Stunting dapat diketahui bila
seorang balita sudah ditimbang berat badannya dan diukur panjang atau tinggi
normal. Jadi secara fisik balita akan lebih pendek dibandingkan balita
seumurnya.16
pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat
pendek).15
perumur (TB/U).
a. Pendek-kurus : -Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB < -2,0
b. Pendek-normal : Z-score TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB antara - 2,0
s/d 2,0
16
2.5 Pencegahan Stunting
intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan
intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan. Intervensi ini
juga bersifat jangka pendek dimana hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif
Spesifik dapat dibagi menjadi beberapa intervensi utama yang dimulai dari masa
pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis, mengatasi
menanggulangi kecacingan pada ibu hamil serta melindungi ibu hamil dari
Malaria.3
b. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6
c. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia7-
23 bulan.
ASI hingga anak/bayi berusia 23 bulan. Kemudian, setelah bayi berusia diatas
17
menyediakan suplementasi zink, melakukan fortifikasi zat besi ke dalam
kedua adalah Intervensi Gizi Sensitif. Kerangka ini idealnya dilakukan melalui
70% Intervensi Stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat
secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari
sebagaiberikut:
Berencana (KB).
18
gizi pada remaja.
2011.
Eksklusif.
19
Secara Eksklusif Pada Bayi di Indonesia.
Susu Ibu.
Masyarakat (STBM).
2013.
(K/L) juga sebenarnya telah memiliki program baik terkait intervensi gizi
Kegiatan (HPK). Berikut ini adalah identifikasi beberapa program gizi spesifik
20
1. Program terkait Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil. Dilakukan melalui
Jenis kegiatan yang telah dan dapat dilakukan oleh pemerintah baik di
Tetanus Toksoid (TT), pemberian makanan tambahan pada ibu hamil, melakukan
Menyusui Dini (IMD), promosi menyusui ASI eksklusif (konseling individu dan
kelompok), imunisasi dasar, pantau tumbuh kembang secara rutin setiap bulan,
21
3. Program Intervensi yang ditujukan dengan sasaran Ibu Menyusui dan
dan penyuluhan serta penyediaan makanan pendukung gizi untuk balita kurang
22
BAB III
ANALISIS GEOGRAFIS
Puskesmas pertama adalah dr. Dewi Susanti Febri. Saat itu Puskesmas hanya
memiliki 15 orang staf. dr. Dewi Susanti Febri menjabat sebagai kepala
Puskesmas sampai bulan Maret 2009, dilanjutkan oleh dr. Hj. May Happy sampai
tahun 2012. Dari tahun 2012 hingga bulan Juli tahun 2018 dipimpin oleh Trice
Erwiza, S.KM, M.Kes, lalu setelah itu Puskesmas Ambacang dipimpin oleh dr.
dan berkeadilan. Visi ini dilaksanakan dengan beberapa misi, antara lain: untuk
23
Utara : Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji
dan +100° 23' 50.14" Lintang Utara, dan terletak pada ketinggian 57 m dari
Kuranji, Kota Padang (± 8 km dari pusat kota) dapat terjangkau dengan kendaraan
roda dua atau roda empat pribadi maupun sarana angkutan umum berupa angkutan
24
3.1.2 Keadaan Demografi
sasaran kegiatan Puskesmas selama tahun 2018 adalah sebanyak 52.032 jiwa
Jenis Kelamin
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan
Berdasarkan UU No.50 tahun 1960, angka ini menunjukkan bahwa wilayah kerja
tahun terakhir dari tahun 2010 (43.114 orang) s/d tahun 2018 dalah sebanyak
8.247 orang. Dengan pertambahan jumlah penduduk yang cukup pesat maka
penyakit infeksi. 17
25
Jumlah distribusi sasaran penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Total
Kelurahan Bayi Balita Bumil Bulin Bufas WUS PUS Lansia penduduk
Ps.Ambacang 336 1.615 363 347 349 4.216 3.637 1.245 18.659
Anduring 264 1.216 290 277 278 3.361 2.899 993 15.879
Lubuk Lintah 195 940 210 200 201 2.440 2.105 721 10.800
Ampang 141 743 150 142 143 1.740 1.502 513 7.694
Jumlah 936 4.514 1.013 966 966 11.757 10.143 3.633 52.032
26
Sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang antara lain
sebagai berikut:17
a. Puskesmas : 1 buah
e. Klinik/k. Bersalin :4
f. RS Swasta :-
ANDURING
Ambacang:
c. Posbindu : 12 Pos
d. Batra : 73 Batra
27
e. Poskestren : 1 Pos
f. Toga : 722 KK
h. Poskeskel : 4 unit
posyandu untuk 100 balita atau lansia. Dengan jumlah posyandu sebanyak 29 pos
se-wilayah kerja Puskesmas Ambacang dan jumlah bayi dan balita sebanyak 4.515
orang, maka 1 posyandu diasumsikan melayani 155 orang bayi/balita. Begitu juga
untuk posyandu lansia yang berjumlah 12 buah untuk total lansia sebanyak
3.472orang, artinya satu posyandu lansia untuk 385 orang. Dari data tersebut
Ketaping, 3 pos di Kelurahan Anduring yang terletak di R3R, sarang gagak, parak
Karang Ganting, Kampung Jambak, dan Panti. Berdasarkan observasi yang telah
dilakukan tidak ada satu pun Posbindu yang memiliki pos mandiri, kegiatan
28
posbindu dilakukan di rumah warga dengan fasilitas seperti meja, kursi, media
TK 8
SD 22
SMP 5
SMA 3
PT 1
Jumlah 39
Sumber daya manusia dalam sistem kesehatan terdiri atas tenaga kesehatan
dan non kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan. Tenaga kesehatan dan non kesehatan dalam memberikan
orang.17
baik.17
29
Tabel 3. 4 Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di Puskesmas Ambacang17
Honor
Dokter Umum 2 - 1 - 3 - - - - 3
Dokter Gigi 2 - - - 2 - - - - 2
Sarjana 2 - - - 2 - - - - 2
Kesmas
Bidan 13 1 3 - - 2 15 - - 17
Perawat 7 - 2 - 1 - 7 - 1 9
Perawat Gigi 1 - - - - - - - 1 1
Kesling 2 - - - - 1 1 - - 2
Analis - - 1 - - - 1 - - 1
Fungsional 1 - - - - - - - 1 1
Analis
Epidemiologi 1 - - - 1 - - - - 1
(SKM)
Apoteker 1 - - 1 - - - - 1
Asisten 2 - - - - - - - 2 2
Apoteker
Nutrition 2 - - - 1 - 1 - - 2
(AKZI/
SKM)
RR 3 - 2 - - - 2 - 3 5
Sopir/cleaning - - 3 - - - - - 2 3
Service
Jumlah 39 1 15 1 11 3 27 0 10 55
30
Dari segi rasio tenaga dengan penduduk, sumber daya manusia di
sebanyak 3 orang dengan rasio 1:52.032 jiwa, artinya 1 dokter melayani 17.344
orang. Angka tersebut sangat jauh dari ideal apabila dikaitkan dengan sistem
bidan yang menangani 52.032 penduduk dengan rasio 1 : 3.060. Hal ini
mencukupi.17
31
Tabel: 3.5 Cakupan Pencapaian Program Gizi di Puskesmas Ambacang tahun 201817
2 Penimbangan Masal
Februari 2018 4514 85 4061 89,96 +4,96
Bulan Agustus
Bayi 0-5 bulan 269 80 237 88,10 + 8,10
Bayi 6 bulan 49 80 35 71,43 -8,57
32
16 Vit A Bayi (6-11
bulan)
Bulan Februari 562 90 407 72,42 - 17,58
Bulan Agustus 556 90 510 91,73 + 1,73
Vit A anak Balita (12-
59 bulan)
Bulan Februari 3578 90 3324 92,90 + 2,90
Bulan Agustus 3578 90 3408 95,25 + 5,25
17 Balita punya KMS 4514 100 4151 91,96 -8,91
pemberian ASI ekslusif sampai 6 bulan 60,53 %, balita yang mempunyai KMS
91,96%, serta vitamin A bayi usia 6-11 bulan pada bulan Februari 2018 adalah
72,42%.17
Ambacang
Puskesmas Ambacang.
33
PS.AMBACANG 1615 13 0,80%
Ambacang
a) Penimbangan Masal
dengan pemberian vitamin A yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Sasaran dari
kegiatan ini adalah semua balita yang ada diwilayah kerja posyandu Puskesmas
penimbangan berat badan, pengukuran panjang badan/ tinggi badan, dan lingkar
lengan atas terhadap seluruh balita yang datang ke posyandu. Selain itu juga
masal.17
kesehatan berkala pada anak sekolah. Sasaran dari kegiatan ini adalah semua anak
sekolah mulai dari SD, SMP, dan SMA di wilayah kerja puskesmas Amabacang.
c) Konseling Gizi
34
Jadwal kegiatan konseling gizi di lakukan setiap hari di hari efektif kerja
yang melibat kan Lintas Program. Sasaran konseling gizi adalah penderita
diantaranya.17
deritanya
35
BAB IV
PEMBAHASAN
seperti yang tertuang dalam rencana aksi Kementrian Kesehatan RI, yaitu
Informasi dan Edukasi (KIE) dan kampanye gizi. Salah satu masalah gizi yang
pemerintah dalam menurunkan angaka kejadian stunting ini. Salah satunya adalah
intervensi gizi spesisifik dan sensitif. Intervensi gizi spesifik dengan target sasaran
pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis, pemberian
pengobatan bagi ibu hamil yang positif malaria. Sementara untuk ibu menyusui
dan anak usia 0-6 bulan adalah inisiasi menyusui dini, promosi menyusui ASI
eksklusif, imunisasi dasar, dan pemantauan tumbuh kembang secara rutin setiap
36
bulan. Pada ibu menyusui dan anak usia 7-23 bulan adalah Pemberian Makanan
sudah dijelasksan di atas. Ibu hamil yang datang memeriksakan diri ke puskesmas
akan dilakukan pemeriksaan dan dinilai status gizinya. Jika ditemukan ibu hamil
dengan anemia dan KEK maka akan dikonsulkan ke bagian gizi dan diberikan
makanan tambahan dan tablet tambah darah serta edukasi mengenai makanan
yang bergizi, edukasi mengenai inisiasi menyusui dini dan pemberian ASI
ekslusif.17
pengukuran tinggi badan, dan imunisasi dasar. Jika ditemukan balita dengan berat
badan dan tinggi badan yang tidak sesuai dengan umurnya maka akan diberikan
makanan tambahan dan edukasi mengenai gizi yang baik kepada orang tua.17
Akan tetapi dari hasil analisis data sekunder yaitu dengan data Puskesmas
dan diskusi dengan pemegang program gizi puskesmas, didapatkan bahwa masih
orang balita (tabel 3.6). Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi terjadinya
stunting ini, mulai dari prenatal, antenatal, dan post natal. Dari hasil diskusi
dengan pemegang program gizi dan data sekunder yang diperoleh, ditemukan
Ambacang, diantaranya17:
37
a. Pengetahuan ibu tentang kecukupan dan nilai gizi makanan kurang.
Dari hasil wawancara dengan pemegang program masih banyak para ibu
yang belum mengetahui tentang kecukupan nutrisi dan makanan gizi seimbang,
baik itu pemenuhan gizi saat hamil dan makanan pendamping ASI pada bayi.
Tingkat pengetahuan ini juga dipengaruhi oleh faktor pendidikan, ekonomi ibu,
Hal ini dibuktikan dengan masih adanya balita yang tidak datang ke
dilakukan bulan feburari dan agustus 2018 baru tercatat 77,71% yang berhasil
program salah satu faktor yang menyebabkan kegiatan tersebut tidak mencapai
target dengan berbagai alasan diantaranya karena orang tua balita yang bekerja
sehingga anak ditipkan ke nenek atau orang lain dirumah. Selain itu banyak juga
oarang tua balita yang beralasan mengantarkan kakak dari balita ke sekolah
sehingga tidak ada waktu untuk ke posyandu. Indikator lain terhadap tingkat
partisipasi orang tua dalam pemantauan yaitu diliat dari angka pencapaian balita
yang memupuyai kartu menuju sehat (tabel 3.5) sebanyak 91,96% dari target
100%.17
Dalam upaya penanganan masalah stunting ini, khusus untuk bayi dan anak
gizinya yaitu 1) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang harus dilakukan sesegera
38
mungkin setelah melahirkan; 2) Memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6
makanan pendamping ASI yang berasal dari makanan keluarga, diberikan tepat
waktu mulai bayi berusia 6 bulan; dan 4) Pemberian ASI diteruskan sampai anak
60,53%.17
masyarakat tidak tahu dan tidak peduli mengenai dampak dari stunting. Untuk
39
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Angka kejadian stunting di Puskesmas Ambacang pada tahun 2018 adalah 30
2018 terdiri atas berbagai kegiatan diantaranya; edukasi gizi pada ibu hamil,
pemeberian makanan tambahan pada ibu hamil dengan KEK, inisiasi menyusui
dini, ASI eksklusif, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan
imunisasi dasar, dan pemberian makanan tambahan pada balita gizi buruk.
tentang gizi masih terbatas dan minimnya media promosi stunting di masyarakat
sehingga masyarakat tidak tahu dan tidak peduli mengenai dampak dari stunting,
kinerja kader yang kurang optimal, dan penjaringan oleh kader belum maksimal.
5.2 Saran
terlaksananya program.
40
4. Melakukan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan program gizi dalam
41