Anda di halaman 1dari 10

7.3.

Pekerjaan PONDASI SUMURAN, PILECAP, SLOOF dan KAKI KOLOM


a. U m u m
Peraturan Umum yang digunakan adalah Tatacara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung dan untuk hal-hal yang belum terjangkau dapat digunakan
peraturan-peraturan, seperti ASTM, ACI dan peraturan lainnya yang relevan.

b. Besi Beton (Steel Reinforcement)


1. Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat:
 Pada SKSNI T-15-1991-03
 Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan lemak, minyak, karat dan tidak cacat
(retak-retak, mengelupas, luka dan sebagainya)
 Mempunyai penampang yang sama rata.
 Disesuaikan dengan gambar-gambar.

2. Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan diatas
harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan Tim Teknis.

3. Besi beton yang digunakan adalah dengan fy = 2400 kg/cm² untuk diameter =< 12
mm dan dengan fy = 3900 kg/cm² untuk diameter > 12 mm.

4. Besi beton harus berasal satu sumber (manufacture) dan tidak dibenarkan untuk
mencampur adukan bermacam-macam sumber besi beton tersebut untuk
pekerjaan Konstruksi.

5. Kontraktor diharuskan mengadakan pengujian mutu besi beton yang akan dipakai
sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari Direksi. Batang percobaan diambil dibawah
kesaksian Konsultan Pengawas dan Tim Teknis berjumlah minimum 3 (tiga)
batang untuk tiap-tiap jenis percobaan yang diameternya sama, dengan
panjangnya tidak kurang dari 100 cm. Pengujian dilakukan untuk setiap
pengiriman besi ke lokasi proyek.

6. Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang
perlu oleh Konsultan Pengawas dan Tim Teknis. Semua biaya-biaya percobaan
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

7. Pemasangan besi beton dilakukan sesuai dengan gambar-gambar dan mendapat


persetujuan Konsultan Pengawas dan Tim Teknis. Hubungan antara besi beton
satu dengan lainnya harus menggunakan kawat besi beton, diikat dengan teguh,
tidak menggeser selama pengecoran beton dan bebas dari tanah.

8. Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kwalitas, tidak sesuai
dengan spesifikasi harus segera dikeluarkan dari site. setelah menerima instruksi
tertulis dari Konsultan Pengawas dan Tim Teknis, dalam waktu 2x24 jam.

c. Pondasi Sumuran
c.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengadaan, penggalian tanah,
pembuatan cetakan, penulangan/pembesian dan pengecoran pondasi sumuran
beserta semua pekerjaan pendahuluan dan ikutannya sedemikian sehingga
pondasi sumuran yang terpasang sesuai dengan gambar dan spesifikasi.
Lingkup pekerjaan juga mencakup pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:
a. Mobilisasi dan demobilisasi peralatan yang diperlukan termasuk penyiapan
lahan, penentuan titik BM maupun bouwplank sehingga pekerjaan pondasi
dapat berlangsung dengan baik dan pembersihan lahan dari tiang-tiang yang
patah, pohon, semak dan sebagainya.
b. Dengan arahan dan persetujuan dari Tim Teknis /Pengawas, pengukuran /
stake out titik-titik pondasi sumuran dilaksanakan sebelum pekerjaan dimulai

c.2. Persyaratan Struktur dan Tanah untuk Pondasi Sumuran


a. Untuk pekerjaan ini digunakan pondasi sumuran dengan mutu beton utama
minimal K-300 kg/cm².

b. Dasar Pondasi sumuran harus diletakkan di tanah keras seperti gambar


rencana, dan penentuan tanah keras harus sepersetujuan Tim Teknis
/Pengawas.

c. Apabila dalam penggalian tanah untuk pondasi sumuran sesuai dengan


gambar rencana belum ditemukan tanah keras sesuai dengan standar teknis,
maka pihak Kontraktor/Pelaksana dengan arahan Tim Teknis /Pengawas
harus segera melaporkan kepada Perencana untuk segera mencari solusi.

d. Pemasangan besi beton pada pondasi sumuran sesuai dengan gambar


rencana dengan pengawasan dari Tim Teknis /Pengawas.

e. Pengecoran untuk Pondasi sumuran dapat dilakukan setelah dilakukan


pengecekan mengenai kedalaman, pemasangan besi beton dan hal teknis
lainnya setelah mendapat persetujuan dari Tim Teknis /pengawas. Bibir
galian harus disertai pelindung untuk mencegah runtuhnya tanah ke lubang
semua saat tengah dikerjakan oleh pekerja pengecoran.

f. Stek-stek di atas pondasi sumuran (stek besi beton bagian atas yang tidak
ikut dicor), harus diatur cara pembengkokan dan panjang minimalnya
sedemikian rupa sehingga penyambungan stek tersebut ke elemen struktur di
atasnya dapat menjamin kekuatan maupun kestabilan baik untuk pondasi
sumuran maupun elemen struktur di atasnya.

c.3. Keadaan Tanah / Soil Data


a. Informasi dan data yang diperoleh dari Penyelidikan Tanah (Soil-
Investigation) dan informasi tentang tipe strata tanah yang akan dijumpai
dilahan dapat diminta dari pihak Konsultan Pengawas, Tim Teknis
b. Apabila Pemborong ingin mendapatkan tambahan data mengenai keadaan
tanah tersebut, maka Pemborong boleh mengadakan penyelidikan tanah
tambahan atas biaya sendiri.

Urutan Pembuatan Pondasi Sumuran


1). Pemborong harus memasukkan usulan secara detail urutan pekerjaan pondasi
sumuran untuk memperoleh persetujuan tertulis dari pihak Tim Teknis /
Konsultan Pengawas sebelum dilakukan penggalian.

2). Urutan tersebut harus disusun sedemikian rupa untuk menghindari longsornya
tanah di sekitar pondasi.

3). Penggalian Tanah


a. Semua galian harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan syarat yang
ditentukan sampai kedalaman lapis tanah keras ditambah lagi satu setengah
meter (1,5 m) bila memungkinkan (apabila pengalian telah mencapai lapisan
yang sangat keras alat penggali sudah tidak mungkin menggali lagi,
penggalian boleh dihentikan pada kedalaman tersebut dengan terlebih dahulu
meminta ijin Perencana struktur,pengawas/ MK). .
b. Dasar dari semua galian harus waterpass bilamana pada dasar setiap galian
masih terdapat akar-akar atau bagian – bagian yang gembur maka harus
digali keluar sedangkan lubang tadi diisi kembali dengan pasir, dan
dipadatkan sehingga mendapatkan kembali dasar yang waterpass.
c. Terhadap kemungkinan adanya air didasar galian, baik pada waktu
penggalian maupun pada waktu pekerjaan pondasi, harus disediakan pompa
air atau pompa lumpur yang jika diperlukan dapat bekerja terus menerus,
untuk menghindari tergenangnya air pada dasar galian.
d. Pemborong harus memperhatikan pengamanan terhadap dinding tepi galian,
agar tidak longsor dengan memberikan suatu dinding penahan atau
penunjang sementara atau lereng yang cukup.
e. Semua tanah kelebihan yang berasal dari pekerjaan galian, setelah mencapai
jumlah tertentu, yaitu sampai mencapai ketinggian tanah asli semula, harus
disingkirkan dari halaman pekerjaan.
f. Seluruh barang berharga yang ditemui di lapangan harus segera dilaporkan
ke direksi/pemberi tugas dan harus dilindungi dari kerusakan dan bila
menderita kerusakan akibat kelalaian pemborong, maka harus diperbaiki atas
tanggungan pemborong.
g. Bila suatu alat pelayanan yang masih berfungsi ditemui di lapangan dan hal
itu tidak tertera pada gambar dan ternyata diperlukan perlindungan atau
pemindahan, pemborong harus bertanggung jawab untuk mengambil setiap
langkah apapun yang diperlukan untuk perlindungan.

4). Pengurugan Pondasi


a. Lingkup Pekerjaan
 Untuk peninggian guna mencapai level konstruksi sesuai gambar
 Urugan kembali pada akhir pekerjaan pondasi untuk pengisian dan
leveling disekitar konstruksi pondasi
 Luas daerah pengurugan adalah sesuai rencana

b. Bahan - bahan
 Bila tidak dicantumkan dalam gambar detail maka pada bagian atas
urugan dibawah pelat beton bertulang, beton rapat dan pondasi harus dari
urugan pasir setebal 10 cm padat.
 Dibawah lapisan pasir atau disamping pondasi, urugan yang dipakai
adalah dari sirtu yang bersih tanpa potongan-potongan bahan yang bisa
lapuk serta batuan yang telah dipecahkan.
 Kontraktor Pelaksana wajib mengusahakan agar semua bahan urugan dari
mutu yang baik.

d. Beton
1. Umum
 Kekuatan beton untuk Pile cap dan Tie Beam adalah dengan f’c= 300 kg/cm²
menurut SKSNI T-15-1991-03 dengan deviasi standard sebesar 40 kg/cm2
Beton harus merupakan bahan yang kuat dan tahan terhadap bahan-bahan
berbahaya (sperti asam dan garam) karena terletak didalam tanah.
 Pengecoran beton harus dilakukan dalam keadaan lokasi tidak berair. Selama
pengecoran dan pengeringan beton air tanah yang ada harus terus menerus
dipompa untuk mencegah rusaknya adukan beton akibat air dari luar.
 Adukan (adonan) beton harus memenuhi syarat-syarat PBI-1971 dan SKSNI
T-15-1991-03.
 Panjang stek untuk penyambungan kolom atau untuk penyambungan batang-
batang tulangan minimal 40 kali diameter tulangan ( 40 d ).

2. Pengecoran beton
 Adukan beton harus secepatnya dibawa ketempat pengecoran dengan
menggunakan cara (metode) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak
memungkinkan adanya pengendapan agregat dan tercampurnya kotoran-
kotoran atau bahan lain dari luar.
 Pemakaian beton ready mix harus mendapat persetujuan Direksi, baik
mengenai nama perusahaan, alamat maupun kemampuan alat-alatnya.
 Penggunaan alat-alat pengangkut mesin haruslah mendapat persetujuan
pengawas, sebelum alat-alat tersebut didatangkan ketempat pekerjaan.
Semua alat-alat pengangkut yang digunakan pada setiap waktu harus
dibersihkan dari sisa-sisa adukan yang mengeras.
 Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan
besi beton selesai diperiksa oleh dan mendapat persetujuan tertulis
pengawas.
 Pengecoran harus dilakukan secara kontinyu tanpa berhenti untuk
keseluruhan dari seluruh 1 (satu Pile Cap) dan diberi tanda maupun tanggal
pengecorannya.
 Pengecoran dilakukan lapis demi lapis dan tidak dibenarkan menuangkan
adukan dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian yang akan menyebabkan
pengendapan agregat.
 Beton dipadatkan dengan menggunakan suatu vibrator selama pengecoran
berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan
maupun posisi tulangan.
Kontraktor harus menyediakan vibrator-vibrator untuk menjamin effisiensinya
tanpa adanya penundaan.
 Pemadatan beton secara berlebih-lebihan sehingga menyebabkan kebocoran
- kebocoran melalui acuan dan lain-lain harus dihindarkan.

3. Curing dan perlindungan atas beton


 Beton harus dilindungi selama berlangsungnya proses pengerasan terhadap
matahari, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan perusakan secara
mekanis atau pengeringan sebelum waktunya.
 Semua permukaan beton yang terbuka dijaga tetap basah selama 10 hari
dengan menyemprotkan air atau menggenangi dengan air pada permukaan
beton tersebut.
 Terutama pada pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curing dan
perlindungan atas beton harus diperhatikan. Kontraktor harus bertanggung
jawab atas retaknya beton karena kelalaian ini.
PASAL 08.
PEKERJAAN BETON STRUKTUR ATAS

8.1. Lingkup Pekerjaan


a. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah :
Semua pekerjaan beton struktur yang ada dalam masing-masing jenis pekerjaan
yang tercantum dalam pasal-pasal buku RKS ini antara lain yang dikerjakan :
Beton Bertulang Struktur bangunan,

b. Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja serta
pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan RKS dan gambar-gambar pelaksanaan
yang telah disediakan untuk proyek ini.

8.2. Pedoman Pelaksanaan


Pelaksanaan pekerjaan ini harus mengikuti :
Semua ketentuan dalam SKSNI T-15-1991-03 terutama yang menyangkut pekerjaan
beton struktur.

8.3. Bahan - bahan Yang Digunakan


a. Semen
1. Semen yang digunakan untuk proyek ini adalah Portland Cement jenis II menurut
NI 8 atau type I menurut ASTM, memenuhi S.400 menurut Standard Cement
Portland yang digariskan oleh Asosiasi Cement Indonesia.
2. Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan tanpa persetujuan
Pengawas Lapangan.
3. Persetujuan PC hanya akan diberikan apabila dipasaran tidak diperoleh semen
dari merk yang telah dipilih dan telah digunakan.
4. Merk semen yang diusulkan sebagai pengganti dari merk semen yang sudah
digunakan harus disertai jaminan dari kontraktor pelaksana yang dilengkapi
dengan data teknis yang membuktikan bahwa mutu semen pengganti setaraf
dengan mutu semen yang digantikannya.
5. Batas-batas pengecoran yang memakai semen berlainan merk harus disetujui
oleh Pengawas Lapangan.

b. Aggregates.
Aggregates yang digunakan harus sesuai dengan syarat - syarat dalam SKSNI T-15
1991-03, terdiri dari
1. Pasir beton (aggregat halus). Kadar lumpur tidak boleh melebihi 4% berat pasir
beton.

2. Koral atau crushed stone (aggregat kasar) :


- Harus mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya
dan padat (tidak porous). Dimensi maksimum 2,5 cm, dan tidak lebih
seperempat dimensi beton yang terkecil dari bagian konstruksi yang
bersangkutan.
- Khusus untuk pekerjaan beton, diluar lapis pembesian yang berat batas
maksimum tersebut 3 cm dengan gradasi baik.
- Pada bagian dimana pembesian cukup berat (cukup ruwet) digunakan koral
semua split digunakan pecah/giling mesin.

c. Besi beton
Besi beton yang digunakan ialah : besi beton ulir mutu fy = 3900 kg/m² ex Krakatau
Steel/setara, untuk diameter lebih besar atau sama dengan 13 mm dan fy = 2400
kg/cm² untuk diameter lebih kecil dari 13 mm.
Untuk mendapatkan jaminan akan kwalitas besi yang diminta, maka disamping
adanya certificate dari pabrik, juga harus dimintakan certificate dari laboratorium
secara periodik minimal 3 contoh batang untuk tiap – tiap jenis percobaan tarik
(stress-strain) yang diameter sama dengan panjang tidak kurang dari 100 cm untuk
setiap 20 ton besi dan atau untuk setiap pengiriman besi beton ke lokasi proyek.

d. Admixture.
Pemakaian bahan tambahan untuk perbaikan mutu beton dari merk setara Fosroc
untuk beton biasa. Namun sebelumnya Kontraktor diwajibkan mengajukan analysis
kimia serta test, dan juga bukti penggunaan selama 5 tahun di Indonesia.
Penggunaan harus sesuai dengan petunjuk teknis pabrik.

8.4. Tata Cara Pengiriman Dan Penyimpanan Bahan


a. Pengiriman dan penyimpanan bahan pada umumnya harus sesuai dengan jadwal
pelaksanaan.

b. Penyimpanan Semen.
1. Semen harus didatangkan & disimpan dalam kantung/zak yang utuh. Berat
semen harus sama dengan yang tercantum dalam zak.
2. Semen harus disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari pengarus
cuaca, berventilasi cukup dan lantai yang bebas dari tanah.
3. Semen harus dalam keadaan belum mulai mengeras jika ada bagian yang mulai
mengeras, bagian tersebut harus dapat ditekan hancur oleh tangan bebas
(tanpa alat) dan jumlah bagian yang mulai mengeras ini tidak lebih dari 5% berat
semen.
4. Pada bagian semen yang mengeras tersebut harus dicampurkan semen dalam
jumlah yang sama dengan syarat bahwa kwalitas beton yang dihasilkan harus
sesuai dengan yang diminta perencana.

c. Penyimpanan Besi Beton


1. Besi beton disimpan dengan menggunakan bantalan-bantalan kayu sehingga
bebas dari tanah (minimal 20 cm).
2. Beton harus disimpan bebas dari lumpur, minyak atau zat asing lainnya.

d. Aggregates harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah dari satu dan lain
jenisnya/gradasinya dan diatas lantai beton ringan untuk menghindari tercampurnya
dengan tanah.

8.5. Bekisiting Yang Digunakan


a. Bekisting harus dibuat dari papan / multiplex dengan rangka kayu yang kuat tidak
mudah berubah bentuk dan untuk kolom dan balok menggunakan baja.

b. Bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk yang
nyata dan harus dapat menampung bahan-bahan sementara sesuai dengan jalannya
kecepatan pembetonan.

c. Semua bekesting harus diberi penguat datar dan silangan sehingga kemungkinan
bergeraknya bekesting selama dalam pelaksanaan dapat dihindarkan, juga harus
cukup rapat untuk menghindarkan keluarnya adukan(mortarleakage)

d. Susunan bekesting dengan penunjang-penunjang harus teratur sehingga


pengawasan atas kekurangannya dapat mudah dilakukan.
Penyusunan bekesting harus sedemikian rupa sehingga pada waktu
pembongkarannya tidak akan merusak dinding, balok atau kolom beton yang
bersangkutan.

e. Pada bagian terendah pada setiap pashe pengecoran dari bekesting kolom atau
dinding, harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.

f. Papan bekesting harus bersih dan dibasahi air terlebih dahulu sebelum pengecoran.

g. Air pembasahan tersebut harus diusahakan agar mengalir sedemikian rupa agar
tidak menggenangi sisi bawah dari bekisting.

h. Pemilihan susunan dan ukuran yang tepat dari penyangga-penyangga atau


silangan-silangan bekesting menjadi tanggung jawab kontraktor pelaksana.

i. Pembongkaran Bekesting:
Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan khusus yang
cukup untuk memikul 2 x beban sendiri.

Bila akibat pembongkaran cetakan, pada bagian konstruksi akan bekerja


beban-beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana, maka cetakan tidak boleh
dibongkar selama keadaan tersebut berlangsung.
Perlu ditentukan bahwa tanggung jawab atas keamanan konstruksi beton seluruhnya
terletak pada kontraktor pelaksana, dan perhatian Kontraktor mengenai
pembongkaran cetakan ditujukan ke SKSNI T-15-1991-03 dalam pasal yang
bersangkutan.

Pembongkaran harus memberi tahu Pemberi Tugas / Arsitek bila mana ia bermaksud
akan membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan minta
persetujuan-nya, tapi dengan adanya persetujuan itu tidak berarti Kontraktor terlepas
dari tanggung jawabnya.

8.6. Pemasangan Pipa-pipa


Pemasangan pipa dalam beton tidak boleh merugikan kekuatan konstruksi.

8.7. Kwalitas Beton


a. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, kwalitas beton adalah dengan fc' = 300 kg/cm²
Sedang beton praktis dengan fc' = 175 kg/cm²
Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat
dalam SKSNI T-15-1991-03.

b. Kontraktor pelaksana harus memberikan jaminan atas kemampuannya untuk


memenuhi kwalitas beton ini dengan memperlihatkan data-data pelaksanaan dilain
tempat atau dengan mengadakan Trialmix.

c. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan yang disebut
dalam SKSNI T-15-1991-03 ( batasan semen untuk beton K 300 = 413 kg/m3, K 225
= 371 kg/m3, K 175 = 326 kg/m3)

d. Pada masa permulaan pembetonan Kontraktor pelaksana harus membuat minimum


1 benda uji per 1,5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda uji yang
pertama. Pengambilan benda-benda uji harus dengan periode antara yang
disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.

e. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kwalitas beton yang dibuat,
laporan tersebut harus disyahkan oleh Pengawas lapangan laporan tersebut harus
dilengkapi dengan harga karakteristiknya.
f. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimum 7,5 cm maximum
12,5cm.
Cara pengujian slump adalah sebagai berikut :
1. Beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan (beton) (bekesting).
2. Cetakan slump dibasahi dan ditempatkan diatas kayu yang rata atau plat beton.
3. Cetakan di isi sampai kurang lebih 1/3 nya kali dengan besi dia. 16 mm panjang
30 cm dengan ujungnya yang bulat (seperti peluru).
4. Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap
lapis ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu lapis
yang dibawahnya.
5. Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan, dan diukur
penurunannya (slumpnya).

g. Pengujian kubus silinder percobaan harus dilakukan di laboratorium yang disetujui


oleh pengawas Lapangan.

h. Perawatan kubus silinder percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi tidak
tergenang air, selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.

i. Jika dianggap perlu, maka kontraktor pelaksana harus mengadakan percobaan


silinder umur 7 (tujuh) hari dengan ketentuan-ketentuan hasilnya tidak boleh kurang
65% kekuatan yang diminta pada 28 hari. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak
memberikan angka kekuatan yang diminta, maka harus dilakukan pengujian beton
ditempat dengan cara-cara yang ditentukan dalam SKSNI T-15-1991-03 dengan
biaya ditanggung Kontraktor pelaksana.

j. Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung setelah
seluruh komponen adukan masuk dalam mixer.

k. Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan


dengan cara yang tidak mengakibatkan terjadinya separasi komponen-komponen
beton.

l. Pemadatan beton harus menggunakan vibrator.

8.8. Siar-siar Konstruksi dan Pembongkaran Bekisting


Pembongkaran bekesting dan penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak
ditentukan lain dalam gambar, harus sesuai dengan SKSNI T-15-1991-03.
Siar-siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat sebelum
pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut harus disetujui oleh Pengawas
Lapangan.

8.9. Penggantian Besi


a. Kontraktor pelaksana harus mengusahakan supaya besi yang dipasang benar sesuai
dengan apa yang tertera dalam gambar.

b. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor pelaksana atau pendapatnya


mengalami kekeliruan, kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada
maka :
1. Kontraktor pelaksana dapat menambah extra besi dengan tidak mengurangi
pembesian yang tertera dalam gambar, secepatnya hal ini diberitahukan kepada
Pengawas Lapangan untuk sekedar informasi.
2. Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Kontraktor pelaksana sebagai kerja
tambah, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada
persetujuan tertulis dari Perencana dan disetujui Pemberi Tugas.
3. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan tersebut
hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari Perencana.
Mengajukan usul dalam rangka kejadian tersebut diatas adalah merupakan juga
kewajiban bagi Kontraktor pelaksana.

c. Jika Kontraktor pelaksana tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran diameter
besi dengan diameter terdekat dengan syarat :
1. Harus ada persetujuan dari pengawas Lapangan.
2. Jumlah luas besi tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar.
3. Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian ditempat
tersebut atau didaerah overlepping yang dapat menyulitkan pembetonan atau
penyampaian penggetar.

d. Toleransi Besi :
Diameter, ukuran sisi (atau Variasi dalam Toleransi
jarak antara dua permukaan berat yang diameter
yang berlawanan) diperbolehkan
Dibawah 10 mm ±7% ± 0,4 mm
10 mm sampai 16 mm (tapi tidak ±5% ± 0,4 mm
termasuk 16 mm)
16 mm sampai 28 mm ±5% ± 0,5 mm
29 mm dan 32 mm ±4% -

8.10. Perawatan Beton


a. Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
b. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan harus diperhatikan.
c. Beton harus dibasahi terus menerus selama minimal 10 hari sesudah pengecoran.

8.11. Tanggung Jawab Kontraktor Pelaksana


a. Kontraktor pelaksana bertanggung jawab penuh atas kwalitas konstruksi sesuai
dengan ketentuan-ketentuan diatas dan sesuai dengan gambar-gambar konstruksi
yang diberikan.
b. Adanya atau kehadiran Pengawas Lapangan selaku wakil Bouwher atau
Perencana yang sejauh melihat/mengawasi/menegur atau memberi nasehat
tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh tersebut diatas.
c. Jika Pengawas Lapangan memberi ketentuan-ketentuan tambahan yang
menyimpang dari ketentuan yang telah digariskan di atas atau yang telah tertera
dalam gambar, maka ketentuan tambahan tersebut menjadi tanggung jawab
Pengawas Lapangan, ketentuan tambahan ini harus dibuat secara tertulis.

8.12. Syarat – Syarat Untuk Beton Ready Mix


1.) Pada prinsipnya semua persyaratan-persyaratan untuk beton yang dibuat
dilapangan berlaku juga untuk Beton Ready Mix, baik mengenai persyaratan
Material Semen, Agregat, Air, ataupun Agmixture, Testing Beton, Slump dan
sebagaianya.

2.) Diisyaratkan agar pemesanan Beton Ready Mix dilakukan pada supplier Beton
Ready Mix yang sudah terkenal mengenai stabilitas mutunya, kontinuitas
penyediaannya dan mempunyai/mengambil material – material dari tempat
tertentu yang tetap dan bermutu baik.
Selain mutu beton maka harus diperhatikan betul – betul tentang kontinuitas
pengadaan agar tidak terjadi hambatan dalam waktu pelaksanaan.

3.) Direksi/Tim Teknis/Konsultan Pengawas akan menolak setiap Beton Ready Mix
yang sudah mengeras dan menggumpal untuk tidak digunakan dalam
pengecoran. usaha – usaha untuk menghaluskan / menghancurkan Beton Ready
Mix yang sudah mengeras atau menggumpal sama sekali tidak diperbolehkan.

Penambahan air dan material lainnya kedalam Beton ready Mix yang sudah
berbentuk adukan sama sekali tidak diperkenankan, karena akan merusak
komposisi yang ada dan bisa menurunkan mutu beton yang direncanakan.

Untuk mencegah terjadi pengerasan / penggumpalan beton sebelum dicorkan,


maka Kontraktor Pelaksana harus merencanakan secermat mungkin mengenai
Beton Ready Mix harus kapan tiba di Lapangan dan beberapa jumlah volume
yang dibutuhkan, termasuk didalamnya dengan memperhitungkan kemungkinan
macetnya transportasi dari/ke lapangan.

4.) Kontraktor Pelaksana harus meminta jaminan tertulis kepada Supplier Beton
Readyt Mix jaminan tentang mutu beton, stabilitas mutu dan kontinuitas
pengadaan dan jumlah/volume beton yang digunakan.

Walaupun demikian, untuk mengecek mutu beton yang dipakai maka baik
Kontraktor Pelaksana maupun suplier Beton Ready Mix masing-masing harus
membuat silinder atau kubus beton percobaan untuk ditest di Laboratorium yang
ditunjuk/disetujui secara tertulis oleh Direksi/tim teknis Konsultan Pengawas dan
jumlah silinder atau kubus beton dibuat sesuai dengan Peraturan Beton
Indonesia.

5.) Beton Ready Mix yang tidak memenuhi mutu yang diisyaratkan, walaupun
disupply oleh perusahaan beton Ready Mix, tetap merupakan tanggung jawab
sepenuhnya dari rekanan.

6.) Beton Ready Mix yang sudah melebihi waktu 3 jam, yaitu terhitung sejak
dituangkannya air kecampuran beton kedalam truk ready mix di plant/pabrik
sampai seleseinya beton ready mix tersebut dituangkan dicor, tidak dapat
digunakan atau dengan kata lain ditolak. Segala akibat yang ditimbulkan menjadi
beban dan resiko rekanan.

Anda mungkin juga menyukai