PUSKESMAS
PUSKESMAS
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular
(PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global,
regional, nasional maupun lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang
selalu mengalami peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara
seluruh dunia. Diabetes merupakan serangkaian gangguan metabolik
menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin, sehingga
menyebabkan kekurangan insulin baik absolut maupun relatif, akibatnya
terjadi peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (Infodatin, 2014).
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang semakin
banyak jumlah penderitanya. Penyakit ini adalah penyakit metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar gula darah karena produksi insulin yang
terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan produksi
insulin dalam tubuh (Tarwoto, 2012).
Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. World Health Organization/ WHO (2016), memperkirakan
sebanyak 422 juta orang dewasa hidup dengan DM. International Diabetic
Foundation (IDF), menyatakan bahwa terdapat 382 juta orang di dunia yang
hidup dengan DM, dari 382 juta orang tersebut, diperkirakan 175 juta
diantaranya belum terdiagnosis, sehingga dimungkinkan berkembang
progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan. Pada
tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan naik menjadi 592 juta orang.
Sedangkan IDF Atlas (2015), memaparkan bahwa 415 juta orang dewasa
menderita DM dan diperkirakan pada tahun 2040 penderita DM akan naik
menjadi 642 juta orang.
Diabetes merupakan penyakit yang jumlah penderitanya mengalami
peningkatan di Indonesia. Menurut data WHO, Indonesia menempati
peringkat ke-4 dengan penderita DM terbanyak di dunia. Sedangkan hasil
wawancara yang dilakukan Riset Kesehatan Dasar / RISKESDAS (2013),
menyatakan bahwa pada tahun 2013 terjadi peningkatan penderita DM dua
kali lipat dibandingkan pada tahun 2007. Diperkirakan penderita DM akan
meningkat pada tahun 2030 sebesar 21,3 juta orang.
Berdasarkan hasil data sekunder dari Wilayah Puskesmas Baki
didapatkan data pasien dengan diabetes mellitus sebanyak 440 kasus pada
tahun 2019.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran penyakit diabetes mellitus di Wilayah Puskesmas
Baki Sukoharjo
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui jumlah penderita diabetes mellitus di Wilayah
Puskesmas Baki Sukoharjo
b. Mengetahui presentase penderita diabetes mellitus di Wilayah
Puskesmas Baki Sukoharjo
c. Memberikan penyuluhan kesehatan pada pasien tentang penyakit
diabetes mellitus
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi dan sumber literatur bacaan
tentang penyakit diabetes mellitus di Wilayah Puskesmas Baki
Sukoharjo.
b. Bagi profesi
Untuk menambah wawasan pengetahuan, memperdalam ilmu tetang
penyakit diabetes mellitus dan sebagai bahan masukan bagi profesi
dalam memberikan tindak lanjut serta pengembangan perencanaan
keperawatan untuk meningkatkan profesionalisme pelayanan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan dalam
bidang penyakit sistem endokrin khususnya diabetes mellitus dan
dapat menentukan tindakan selanjutnya.
b. Bagi keluarga pasien dengan Diabetes Mellitus
Menjadi sarana informasi dan menambah pengetahuan keluarga
tentang peran sertanya dalam melakukan perawatan pada anggota
keluarga yang mengalami diabetes mellitus.
c. Bagi instansi Puskesmas Baki
Hasil dan pembahasan diharapkan dapat bermanfaat bagi Puskesmas
Baki Sukoharjo dalam melakukan perawatan pada klien dengan
diabetes mellitus lebih baik lagi.
d. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai bahan informasi dan masukan dalam peningkatan pelayanan
kesehatan serta pedoman uuntuk melaksanakan tindakan keperawatan
pada pasien diabetes mellitus.
e. Bagi Pembaca
Meningkatkan pengetahuan khususnya dalam khasanah kesehatan,
memperluas wawasan pembaca mengenai penyakit diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Pengertian
Menurut American Public Health Association Public Health Nursing
(2013) keperawatan kesehatan masyarakat adalah praktik khusus dalam
keperawatan dan kesehatan masyarakat. Klinik ini berfokus pada
peningkatan kesehatan populasi dengan menekankan pencegahan, dan
menghadiri beberapa faktor penentu kesehatan. Sering digunakan secara
bergantian dengan keperawatan kesehatan masyarakat, praktik pengasuhan
ini mencakup advokasi, pengembangan kebijakan, dan perencanaan, yang
membahas masalah keadilan sosial. Dengan pandangan tingkat kesehatan
yang beragam, tindakan keperawatan kesehatan masyarakat terjadi melalui
penerapan teori, bukti, dan komitmen masyarakat terhadap keadilan dalam
kesehatan.
Menurut The Definition and Practice of Public Health Nursing
(2017) Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktik mempromosikan
dan melindungi kesehatan populasi menggunakan pengetahuan dari ilmu
keperawatan, sosial, dan kesehatan masyarakat.
Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada
kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan status kesehatan komunitas
dengan menekankan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit
serta tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitatif (Kemenkes RI, 2016)
Komunitas (Community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai ( valuase), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,
dengan norma dan nilai yang telah melembaga, misalnya didalam
kesehatan dikenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok
anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah
desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat
ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja,
masyarakat terasing dan sebagainya, (Alimul, 2009).
4. Program Puskesmas
Program wajib yang telah sesuai standar menurut Depkes RI (2007)
antara lain:
a. Promosi Kesehatan (Promkes) seperti: penyuluhan kesehatan
masyarakat, sosialisasi program kesehatan, perawatan kesehatan
masyarakat (perkesmas).
b. Pencegahan Penyakit Menular (P2M), sperti: surveilens
epidemiolohi, pelacakan kasus (TBC, Kusta, DBD, malaria, flu
burung, ISPA, diare, IMS, atau Infeksi Menular Seksual dan
rabies).
c. Program Pengobatan, seperti: rawat jalan poli umum, rawat jalan
poli gigi, unit rawat inap (keperawatan, kebidanan), unit gawat
darurat (UGD), Puskesmas Keliling (Puskel).
d. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), diantaranya adalah NC (Antenatal
Care), PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana),
persalinan, Rujukan Bumil Resti, Kemitraan Dukun.
e. Upaya Peningkatan Gizi: penimbangan, pelacakan gizi buruk,
penyuluhan gizi.
f. Kesehatan Lingkungan, meliputi: pengawasan SPAL (saluran
pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban
keluarga), TTU (tempat-tempat umum), institusi pemerintah,
survey jentik nyamuk.
g. Pencatatan dan pelaporan: sistem pencatan dan pelaporan terpadu
puskesmas (SP2TP).
C. DIABETES MELITUS
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang
diakibatkan oleh kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
(Smeltzer & Bare, 2014). American Diabetes Association (2014)
mendefinisikan diabetes melitus sebagai hiperglikemia karena gangguan
sekresi insulin dan gangguan kerja insulin menjadi tanda bahwa diabetes
adalah salah satu kelompok penyakit metabolik.
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas
tidak lagi mampu menghasilkan insulin, atau ketika tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang dihasilkannya dengan baik. Tingginya kadar gula
dalam darah menandakan adanya diabetes (IDF, 2015). Pada dasarnya, hal ini
terjadi karena tubuh kekurangan hormon insulin – zat yang diproduksi oleh
kelenjar pankreas. Kekurangan disini bisa berupa jumlahnya yang memang
kurang, atau jumlahnya cukup tetapi kerjanya kurang baik (Hartini, 2009).
1. Klasifikasi Diabetes melitus
Diabetes melitus dibedakan menjadi empat kategori,antara lain:
a. Diabetes melitus tipe I
Diabetes melitus tipe I disebabkan oleh terjadinya destruksi atau
keruskan sel beta karena reaksi autoimun. Sistem kekebalan tubuh
merusak sel-sel beta pankreas sehingga insulin tidak bisa lagi
diproduksi, hal ini yang menyebabkan terganggunya metabolisme
tubuh sehingga kadar gula darah dalam tubuh meningkat
(hiperglikemia) (Smeltzer & Bare, 2014). Diabetes melitus tipe I ini
bisanya terjadi pada anak-anak. Diabetes melitus tipe I atau sering
disebut dengan IDDM membutuhkan terapi insulin sebagai tindakan
yang wajib dilakukan oleh penderita. Insulin sama sekali tidak
dihasilkan oleh pankreas pada penderita diabetes melitus tipe I
(Damayanti, 2015).
b. Diabetes melitus tipe II
Diabetes melitus tipe II atau NIDDM disebabkan oleh insulin yang
tidak dapat direspons dengan baik oleh sel-sel tubuh. Sel-sel tubuh
tidak mau menerima glukosa yang dibawa oleh insulin (resistensi
insulin) akhirnya menyebabkan kadar gula darah meningkat. Selain itu
lemak yang berlebihan pada orang obesitas ini yang biasanya
mengakibatkan terganggunya kerja insulin. Terbukti sebagian besar
penderita diabetes melitus tipe II memiliki berat badan diatas normal.
Terapi yang dilakukan pada diabetes melitus tipe II sangat
mementingkan penerapan diet yang tepat untuk menurunkan resiko
komplikasi (Damayanti, 2015)
c. Diabetes gestasional
Diabetes melitus gestasional merupakan naiknya kadar gula darah
sementara waktu pada masa kehamilan, biasa terdeteksi pada usia
kehamilan sudah diatas 18 minggu. Kadar gula darah akan kembali
normal setelah melahirkan. Namun, penderita diabetes gestasional
mempunya resiko lebih tinggi terkena diabetes pada masa yang akan
datang (Baradero, 2009). Diabetes gestasional yang tidak bisa
dikendalikan menyebabkan ukuran bayi menjadi besar atau sering
disebut makrosomia dimana berat badan bayi diatas 4 kg (Novitasari,
2012).
d. Diabetes sekunder
Novitasari (2012) mengatakan bahwa diabetes sekunder terjadi
karena penyakit-penyakit lain, misalnya penyakit radang pankreas,
penggunaan obat antihipertensi, antikolesterol, dan penggunaan
hormon kortikosteroid, serta adanya infeksi, malnutrisi, dan gangguan
kelenjar adrenal atau hipofisis. Keadaan tersebut dapat mengganggu
pembentukan dan atau fungsi dari insulin.
2. Penatalaksanaan
Pengendalian metabolik dapat dicapai melalui empat pilar pengendelian
diabetes. Empat pilar pengendalian diabetes melitus antara lain :
a. Edukasi
Pendidikan kesehatan wajib dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan
untuk membuka wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan
kesehatan kepada masyarakat. Penderita diabetes sebaiknya tahu
tentang penyakit yang diderita, mulai dari penyebab, gejala yang
dirasakan, kemudian komplikasi yang mungkin terjadi apabila
penderita diabetes tidak mengelola penyakitnya dengan baik. Edukasi
atau pendidikan kesehatan ini bisa dilakukan dengan menggunakan
media apa saja misalnya leaflet, poster atau bisa diberikan secara
langsung dengan petugas kesehatan face to face pada saat seminar
atau penyuluhan (Novitasari, 2012).
b. Pengaturan makan (diit)
Asupan makanan yang akan dikonsumsi harus mampu dikontrol oleh
penderita diabetes melitus. Mengontrol bukan berarti tidak boleh
tetapi memilih setiap kandungan gizi yang terdapat dalam makanan
dengan lebih cermat. Berkonsultasi kepada dokter atau petugas
kesehatan merupakan awal dari pengaturan pola makan dengan cara
diet yang seimbang dan penuh nilai gizi untuk kebutuhan tubuh
(Baradero, 2009).
Pedoman tentang kebutuhan gizi dan anjuran penggunaan bahan
makanan penukar dalam perencanaan diit telah disusun oleh
PERKENI dengan standar yang dianjurkan berupa komposisi santapan
seimbang yang terdiri dari karbohidrat (60-70%), protein (10-15%)
dan lemak (20-25%). Dalam melaksanakan diit diabetes lebih baik
diikuti dengan pedoman 3J yang mana menurut Tjokroprawiro (2007)
diartikan sebagai berikut :
J1 : jumlah kalori yang diberikan harus habis
J2 : jadwal diit harus diikuti sesuai dengan intervalnya tiga jam
J3 : jenis makanan yang manis harus dihindari
c. Olahraga
Kadar gula darah dan berat badan dapat dikendalikan dengan cara
olahraga, olahraga yang bisa dilakukan oleh penderita diabetes selain
senam adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Olahraga bagi penderita diabetes
Jenis Intensitas Lama Jumlah kalori
olahraga latihan yang dikeluarkan
Bersepeda 266m/menit 30 menit 113
Jogging 114m/menit 30 menit 136
Jalan kaki 53m/menit 30 menit 56
Berenang 15m/menit 30 menit 181
Sumber : Novitasari (2012)
d. Obat
Obat diberikan kepada pendrita diabetes untuk menurunkan resistensi
insulin dan mengatasi kekurangan produksi insulin. Obat di berikan
dengan dua cara yaitu injeksi dan oral sesuai dengan kebutuhan
penderita. Penderita diabetes tipe 2 diberikan obat yang dapat
merangsang pankreas untuk meningkatkan produksi insulin dan obat
yang digunakan untuk memperbaiki resistensi urin atau memperbaiki
hambatan terhadap kerja insulin (Baradero, 2009).
BAB III
ANALISA SITUASI
A. Deskripsi
Pusksesmas Baki adalah puskesmas yang terletak di jln. Wr. Supratman desa
Baki, Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah, dengan
mengampu 14 desa, yang memiliki 4 unit puskesmas pembantu.
B. Letak Geografis
1. Letak Umum Puskesmas Baki
a. Luas wilayah kerja Puskesmas Baki : 23. 522.838 m²
b. Jumlah desa wilayah kerja Puskesmas Baki
1) Desa Kudu
2) Desa Bakipandean
3) Desa Bentakan
4) Desa Jetis
5) Desa Ngrombo
6) Desa Purbayan
7) Desa Duwet
8) Desa Kadilangu
9) Desa Menuran
10) Desa Gedongan
11) Desa Mancasan
12) Desa Gentan
13) Desa Siwal
14) Desa Waru
c. Batas Wilayah Kecamatan Baki
1) Utara : kecamatan laweyan, kodya Surakarta
2) Selatan : kecamatan Wonosari, kabupaten Klaten
3) Timur : kecamatan Grogol
4) Barat : kecamatan Gatak dan Kartosuro
d. Letak geografis
Secara geogrfis Kecamatan Baki merupakan dataran rendah.
Letak geografis Puskesmas Baki dapat dikatakan strategis karena
berada dijalan utama yang menghubungkan antara Kabupaten
Sukoharjo dengan Kabupaten Klaten. Selain itu, batasan dengan
Kota Surakarta.
2. Keadaan Puskesmas Baki
Adapun sarana dan prasarana Puskesmas Baki antara lain:
a. Jumlah pustu : 4 unit
b. Jumlah PKD : 14 unit
c. Jumlah UGD : 1 unit
d. Jumlah rawat inap : 1 unit
e. Jumlah ambulance : 2 unit
f. Jumlah pusling : 3 unit
3. Ketenagaan
Ketenagakerjaan di Puskesmas Baki adalah sebagai berikut:
a. Dokter umum : 3 orang
b. Dokter gigi : 2 orang
c. Perawat : 20 orang
d. Perawat gigi : 1 orang
e. Teknisi gigi : 1 orang
f. Fisioterapi : 1 orang
g. Bidan : 21 orang
h. Bidan desa : 15 orang
i. Apoteker : 1 orang
j. Asisten apoteker : 2 orang
k. Nutrisionist/ gizi : 1 orang
l. Analis/laborat : 1 orang
m. Rekam medik : 1 orang
n. Sanitarian : 2 orang
o. Cleaning servis : 3 orang
p. Sopir : 1 orang
q. Non medis : 13 orang
KEPALA PUSKESMAS
Rumah Tangga :
Medis : Sri Utaminingsih
Non Medis : Indah Kristanto
Keuangan :
Penerimaan : Indarti,
Pengeluaran : Umi martiyah, S.Kep,Ns
UNIT UKM ESENSIAL DAN KOORDINATOR UKM PENANGGUNG JAWAB UKP PENANGGUNG JAWAB JARINGAN
PUSKESMAS PENGEMBANGAN
Pelayanan kesehatan Lansia KEFARMASIAN LABORATORIUM PELAYANAN PUSKESMAS DAN JEJARING
1. Pengelolaan Pelayanan Promosi Aneksi Widiyatmi, Amd.Keb drg. Partini FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Kesehatan Termasuk UKS Aneksi Widiyatmi, Amd.Keb 1. Pengelolaan Pelayanan Rusmiyati, S.Kep, Ns.
Agustaria Budi Nugroho, S.Kep. Ns
Pel. Pemberd : Alva Indriyani. Pendaftaran
Sri Rudiati 1. Puskesmas Pembantu a. Puskesmas Pembantu
S.Kep.Ns
2. Kasir : Suparti Endang Wahyuni, S.Kep. Ns Endang Wahyuni, S.Kep, Ns
Pel Promkes Winarmi, S.Kep.Ns
2. Pel. UKS : Sukarmi,
Pengelolaan Amd.Keb
Pelayanan Kesehatan Lingkungan b. Puskesmas Keliling
Pelaks. Sarsanda : Titi Sukanti AMKL Dwi Rositawati, AMK
Pelaks. TTU/TPm/Ins/Ind : Sutrisno, AMKL 3. Pengelolaan Pelayanan
Pelayanan Kesehatan Kerja : Rumiyati, S.Kep. Ns Rekam Medis
Kesehatan Olahraga : Anisa Amaliah, AMF Henny Handayani, Amd, PK c. Bidan Desa
3.5. Pengelolaan Widiywati, Amd. Keb
Pengelolaan Pelayanan
PelayananKIAPencegahan
- KB yang bersifat
Penyakit 6.
4. Pengelolaan
Pengelolaan Pelayanan
Pelayanan 3. Pelayanan Sertifikat,
UKM KIA-KB Bersifat
Pemeriksaan Umum UKP : 2. Registrasi
Pengelolaandan Farmamin
Jejaring :
Fasilitas
Imunisasi : Yayuk Sri R, Amd.
Pel. Ibu : Marganisingsih, Amd. KebKeb Nur Saadatul M, Amd. Keb Sri Mulyani,: Amd. Keb
dr. Hastuti Retnaningsih Kesehatan
Surveliant,
Pel Matra, Haji,
Anak : Mulyani, Amd. P3K
Keb: Dwi Rositawati, AMK Esti Wijayanti, Amd. Keb
PML : Agustaria B.N, S.Kep. Ns
P2B2 : Nasikhin, AMK 7.
5. Pengelolaan Pelayanan
PTM : Sri Indrayanti, Kesehatan
Gawat Gigi dan Mulut
Darurat
4. Pengelolaan PelayananAmd. Keb
Gizi Bersifat UKM
Keswa drg. Partini
Yatini, AMK
Pel.: Ani: Nanik Hanyani,
Rahmawati, AMGz S.Kep. Ns
8. Pengelolaan Pelayann Gizi
6. Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat :
Priskhila Ayu S, AMK Bersifat UKP : Ani
Rakhmawati, AMGz
9. Pengelolaan Pelayanan
Ranap untuk Puskesmas
yang menyediakan
Pelanayanan Ranap
10. Pengelolaan Pelayanan
dr. Anton Budi Hermawan
Kefarmasian
Hartini
6. Program Puskesmas
Status pelayanan kesehatan terdiri dari cakupan pengelolaan pelayanan program
kesehatan dan sarana prasarana kesehatan. Pada tingkat kecamatan atau Puskesmas
terdapat 6 program dasar yang ada, yaitu:
a. UKP
Terdiri dari poli umum, poli gigi, poli TB, poli HIV, poli IVA, poli Lansia, KIA,
MTBS, Kefarmasian, Laboratorium
b. UKM
1) P2
a) Pencegahan : Imunisasi,
b) Pengendalian penyakit menular
(1) P2ML : TB, HIV, Kusta,ISPA, Tipoid, Diare
(2) P2B2 : DBD, cikungungnya, rabies
c) Pengendalian penyakit tidak menular
(1) PTM: Hipertensi, kanker serviks, stroke, diabetes mellitus, ca mammae,
obesitas, kesehatan jiwa
2) Gizi : ASI eksklusif, pengukuran gizi
3) KIA : ibu : KB, K1, K2, K4, nifas, persalinan
c. Program kesehatan ibu dan anak (KIA)
Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS KIA) adalah alat
management untuk melakukan pamantauan program KIA di suatu wilayah kerja
secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat.
Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru
lahir dengan komplikasi, bayi dan balita. Dengan management PWS_KIA
diharapkan cakuupan pelayanan dapat menjangkau seluruh sasaran di suatu
wilayah kerja sehingga kasus dengan resiko / komplikasi kebidanan dapat
ditemukan sedini mungkin untuk dapat memperoleh penanganan yang memadai.
d. Program Perbaikan Gizi
Program perbaikan gizi masyarakat adalah salah satu program pokok
Puskesmas yaitu program kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi,
penanggulangan energi protein, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan
iodium, kurang vitamin A, keadaan zat gizi lebih. Peningkatan surveilan gizi dan
perberdayaan usaha perbaikan gizi keluarga / masyarakat,
e. Program Kesehatan Lingkungan
Menggalakkan perilaku pola hidup bersih dan sehat dengan kegiatan antara lain:
1) Melaksanakan inspeksi kesehatan lingkungan untuk tempat-tempat umum dan
tempat pengelolaan makanan
2) Surveilans dalam rangka pengawasan kualitas air bersih dan air minum
3) Pemberdayaan masyarakat melalui STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
meliputi:
(1) Menentukan kegiatan STBM, pemicuan STBM
(2) Kampanye CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun)
(3) Penyuluhan hygenis sanitasi pangan disekolah
f. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P)
Definisi epidemiologi menurut WHO (2016) adalah ilmu yang mempelajari
distribusi dan determinan dari peristiwa-peristiwa kesehatan dan peristiwa yang
berkaitan dengan kesehatan yang meningkat sekelompok masyarakat dan
mengarahkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan.
Program pencegahan adalah mencegah agar penyakit menular tidak menyebar
didalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan
kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan imunisasi, pengobatan
dengan pemberian pertolongan penderita, membangun pos-pos kesehatan ditempat
kejadian lanjut dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang memadai termasuk
rujukan: pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatitasi
pada KLB, DBD, kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemas pada KLB diare,
dan sebangainya. Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan, pengamatan /
pemantauan (surveilans ketat) dan logistik.
a. Program Penyakit Tidak Menular (PTM)
Penyakit pengindraan di Puskesmas Baki pada tahun 2019 menunjukkan bahwa
penyakit yang paling sering dilaporkan adalah penyakit otitis media unspesified
dengan angka penemuan sebanyak 127 jiwa Pada gangguan refraksi ditemukan
sebanyak 307 jiwa, konjungtivitis sebanyak 63 jiwa, sinusitis ditemukan sebanyak
42 jiwa, stomatitis sebanyak 18 jiwa dan dermatitis sebanyak 600 jiwa.
1) Mengadakan Posbindu di 14 desa yaitu: Desa Kudu, Bakipandean, Bentakan,
Jetis, Ngrombo, Purbayan, Duwet, Kadilangu, Menuran, Gedongan, Mancasan,
Gentan, Siwal, Waru dengan sasaran usia 15-59 tahun.
2) Mengadakan pemeriksaan IVA test setiap hari selasa dan kamis.
3) Sosialisasi dan penyuluhan kesehatan jiwa dan NAPZA di 2 desa dan 1 sekolah
dalam 1 tahun.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Program - Adanya dukungan - Masih ada pasien yang - Sudah terlaksananya - Masyarakat jarang untuk
dari dinas kesehatan belum tahu program program lain yang melakukan pengecekan
maupun puskesmas prolanis di Puskesmas mendukung prolanis gula darah
terkait program Baki yang bertujuan untuk dimasyarakat misalnya - Masyarakat belum
pengecekan gula mencegah dan mengontrol pemeriksaan gula darah banyak mengetahui
darah pada penderita kadar gula darah penderita di posyandu lansia dan program prolanis
diabetes diabetes posbindu
2. SDM - Terdapat 3 tenaga - Pada saat kegiatan tidak - Pelaksanaan prolanis - Ketidaksesuaian jumlah
kesehatan dan 1 semua petugas hadir dibantu oleh mahasiswa petugas lab sarana
dokter yang yang praktik di Puskesmas medika dalam
mengelola kegiatan Baki sebagai contoh pengambilan sampel
Prolanis di Puskesmas mahasiswa kedokteran darah sehingga kurang
Baki atau mahasiswa efektif dan tidak
keperawatan seimbang jumlah antara
- Petugas prolanis terdiri peserta prolanis dan
dari petugas lab sarana petugas lab
medika, petugas apotik,
dan instruktur senam
3. Sarana dan - Terdapat gedung dan - Tidak adanya ruangan - Pengecekan gula darah - Resiko kurang valid hasil
prasarana alat medis yang khusus untuk dapat dilakukan di setiap pemeriksaan dikarenakan
digunakan untuk pemeriksaan ataupun dukuh yang mengadakan jarak yang jauh antara
program prolanis penyuluhan program kegiatan posbindu dan Puskesmas Baki dengan
prolanis posyandu lansia Lab Sarana Medika
- Tidak ada media tetap - Adanya kerjasama
yang digunakan untuk dengan lab sarana
pendidikan kesehatan medika
4. Dana - Terdapat dana yang - Dana yang diperoleh dari - Adanya dana sukarela dari - Ada beberapa pserta
dikeluarkan oleh BPJS BPJS tiap bulan kadang pasien prolanis yang kurang
untuk program tidak bisa menutupi paham mengenai dana
Prolanis kebutuhan yang sosial sukarela yang
- Adanya anggaran dana diperlukan kegiatan pasien keluargkan setiap
dari pemerintah yang prolanis datang ke acara prolanis,
masuk untuk semua dimana uang tersebut
UKM di puskesmas digunakan sebagai dana
Baki sosial ketika ada peserta
prolanis yang sakit, dll.
Sehingga pada setiap
akhir tahun ada peserta
yang meminta uangnya
kembali karena dianggap
sebagai tabungan
pertahun
5. Alat - Adanya alat yang - Kurangnya alat berupa - Terdapat 1 set alat - Alat pengukur gula darah
menunjang program timbangan dan buku pengukur gula darah hanya digunakan jika
prolanis dari pemantauan kesehatan disetiap posyandu dan anggota posbindu ingin
Puskesmas Baki peserta posbindu di setiap dukuh melakukan pengecekan
seperti alat cek gula - Setiap bidan desa yang - APD petugas lab sarana
darah, alat tulis, tensi bertugas pada posyandu medika tidak lengkap
meter, buku register dan posbindu juga sehingga kurang safety
- Petugas lab sarana memiliki 1 set alat untuk petugas dan pasien
medika membawa pengukur gula darah
peralatan pengambilan sendiri
darah berupa spuit 3 - Lab sarana medika
cc, tabung eta, -
torniquet, dan alkohol
swab.
E. Strategi
1. Strategi S-T
a. Program :
Memberikan promosi kesehatan terkait prolanis
b. SDM :
Mengusulkan penambahan petugas lab sarana medika dalam
pengambilan sampel darah agar lebih efektif
c. Sarana dan prasarana :
Mengusulkan alat hasil lab berbentuk portabel kepada lab sarana
medika
d. Dana :
- Memberikan penjelasan/edukasi secara rinci kepada peserta
terkait dana yang peserta keluarkan terkait program prolanis
pada saat awal peserta mengikuti prolanis
- Menganggarkan dana khusus untuk program berdasarkan per
PTM
e. Alat :
- Mengusulkan penambahan alat kepada Puskesmas terkait
prolanis misalnya buku pemantauaan kesehatan peserta (lansia)
dan timbangan
- Mengusulkan penambahan alat kepada petugas lab sarana
medika untuk kelengkapan APD saat melakukan pemeriksaan
ke peserta
2. Strategi W – O
a. Program :
Meningkatkan program promotif dan preventif terkait dengan
prolanis di Puskesmas Baki
b. SDM :
- Membagi mahasiswa praktikan untuk membantu kegiatan
prolanis di Puskesmas Baki
- Mengajak petugas agar lebih aktif dengan pelaksanaan
program prolanis di Puskesmas Baki
c. Sarana dan prasarana
- Mengusulkan adanya ruang khusus untuk pemeriksaan ataupun
penyuluhan program prolanis dan media tetap yang digunakan
untuk pendidikan kesehatan
- Memanfaatkan rumah warga yang dijadikan tempat untuk
melakukan Posyandu dan Posbindu
d. Dana :
Terkait dana prolanis puskesmas Baki dicover oleh BPJS
e. Alat :
- Alat kesehatan yang digunakan prolanis setidaknya ditambah
agar mempercepat dalam pemeriksaan.
- Mengusulkan penambahan timbangan sebagai salah satu alat
prolanis yang berfungsi untuk melihat status kesehatan setiap
bulannya.
3. Strategi O – T
a. Program :
Memberikan pendidikan kesehatan mulai dari pengertian DM,
pengertian cara perawatan kaki DM, tujuan perawatam, cara
perawatan kaki bagi penderita DM, dan akibat tidak melakukan
perawatan.
b. SDM :
Melibatkan tenaga kesehatan khusus untuk kegiatan prolanis di
Puskesmas Baki
c. Sarana dan prasarana
Mengusulkan tempat khusus untuk kegiatan prolanis di Puskesmas
Baki
d. Dana :
Memanfaatkan dana dari BPJS setiap bulannya untuk kegiatan
prolanis
e. Alat :
Memaksimalkan alat kesehatan yang ada di prolanis Puskesmas
Baki
F. SARAN
1. Meningkatkan kepatuhan pada penderita Diabetes Melitus akan
pentingnya kegiatan Prolanis dengan cara mengedukasi kewilayah kerja
Puskesmas Baki secara rutin.
2. Perlu adanya pelatihan khusus pada kader untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan.
3. Perlu adanya buku pemantauan kesehatan peserta dalam kegiatan
prolanis.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H., Aziz. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika
Bardero, Mary., Dayrit, Mary Wilfrid & Siswad, Yakobus. (2009). Klien
Gangguan Endokrin :Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Damayanti, Santi. (2015). Diabetes Melitus dan Penataaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Depkes. (2006). Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Di Puskesmas. Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan, 2007. Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Standar
Minimal Pelayanan Kesehatan Gigi Puskesmas
Departemen Kesehatan, 2009. Sistem Kesehatan. Jakarta
Harnilawati.2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Sulawesi: Pustaka As
Salam
Hartini, S. (2009). Diabetes Siapa Takut, Panduan Lengkap Untuk Diabetes,
Keluarganya Dan Profesional Medis. Jakarta : Qanita
Mubarak, Iqbal Wahit. (2009). Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan
Komunitas 1. Jakarta : CV. Sagung Seto
Novitasari, Retno. (2012). Diabetes Milletus. Yogyakarta : Nuha Medika
Tjokroprawiro, Askandar. (2007). Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya : Airlangga
University Press
Smeltzer, Susan C & Bare. (2014). Buku Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12
Brunner Suddarth. Jakarta : EGC