Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular
(PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global,
regional, nasional maupun lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang
selalu mengalami peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara
seluruh dunia. Diabetes merupakan serangkaian gangguan metabolik
menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin, sehingga
menyebabkan kekurangan insulin baik absolut maupun relatif, akibatnya
terjadi peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (Infodatin, 2014).
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang semakin
banyak jumlah penderitanya. Penyakit ini adalah penyakit metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar gula darah karena produksi insulin yang
terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan produksi
insulin dalam tubuh (Tarwoto, 2012).
Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. World Health Organization/ WHO (2016), memperkirakan
sebanyak 422 juta orang dewasa hidup dengan DM. International Diabetic
Foundation (IDF), menyatakan bahwa terdapat 382 juta orang di dunia yang
hidup dengan DM, dari 382 juta orang tersebut, diperkirakan 175 juta
diantaranya belum terdiagnosis, sehingga dimungkinkan berkembang
progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan. Pada
tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan naik menjadi 592 juta orang.
Sedangkan IDF Atlas (2015), memaparkan bahwa 415 juta orang dewasa
menderita DM dan diperkirakan pada tahun 2040 penderita DM akan naik
menjadi 642 juta orang.
Diabetes merupakan penyakit yang jumlah penderitanya mengalami
peningkatan di Indonesia. Menurut data WHO, Indonesia menempati
peringkat ke-4 dengan penderita DM terbanyak di dunia. Sedangkan hasil
wawancara yang dilakukan Riset Kesehatan Dasar / RISKESDAS (2013),
menyatakan bahwa pada tahun 2013 terjadi peningkatan penderita DM dua
kali lipat dibandingkan pada tahun 2007. Diperkirakan penderita DM akan
meningkat pada tahun 2030 sebesar 21,3 juta orang.
Berdasarkan hasil data sekunder dari Wilayah Puskesmas Baki
didapatkan data pasien dengan diabetes mellitus sebanyak 440 kasus pada
tahun 2019.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran penyakit diabetes mellitus di Wilayah Puskesmas
Baki Sukoharjo
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui jumlah penderita diabetes mellitus di Wilayah
Puskesmas Baki Sukoharjo
b. Mengetahui presentase penderita diabetes mellitus di Wilayah
Puskesmas Baki Sukoharjo
c. Memberikan penyuluhan kesehatan pada pasien tentang penyakit
diabetes mellitus

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi dan sumber literatur bacaan
tentang penyakit diabetes mellitus di Wilayah Puskesmas Baki
Sukoharjo.
b. Bagi profesi
Untuk menambah wawasan pengetahuan, memperdalam ilmu tetang
penyakit diabetes mellitus dan sebagai bahan masukan bagi profesi
dalam memberikan tindak lanjut serta pengembangan perencanaan
keperawatan untuk meningkatkan profesionalisme pelayanan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan dalam
bidang penyakit sistem endokrin khususnya diabetes mellitus dan
dapat menentukan tindakan selanjutnya.
b. Bagi keluarga pasien dengan Diabetes Mellitus
Menjadi sarana informasi dan menambah pengetahuan keluarga
tentang peran sertanya dalam melakukan perawatan pada anggota
keluarga yang mengalami diabetes mellitus.
c. Bagi instansi Puskesmas Baki
Hasil dan pembahasan diharapkan dapat bermanfaat bagi Puskesmas
Baki Sukoharjo dalam melakukan perawatan pada klien dengan
diabetes mellitus lebih baik lagi.
d. Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai bahan informasi dan masukan dalam peningkatan pelayanan
kesehatan serta pedoman uuntuk melaksanakan tindakan keperawatan
pada pasien diabetes mellitus.
e. Bagi Pembaca
Meningkatkan pengetahuan khususnya dalam khasanah kesehatan,
memperluas wawasan pembaca mengenai penyakit diabetes mellitus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Pengertian
Menurut American Public Health Association Public Health Nursing
(2013) keperawatan kesehatan masyarakat adalah praktik khusus dalam
keperawatan dan kesehatan masyarakat. Klinik ini berfokus pada
peningkatan kesehatan populasi dengan menekankan pencegahan, dan
menghadiri beberapa faktor penentu kesehatan. Sering digunakan secara
bergantian dengan keperawatan kesehatan masyarakat, praktik pengasuhan
ini mencakup advokasi, pengembangan kebijakan, dan perencanaan, yang
membahas masalah keadilan sosial. Dengan pandangan tingkat kesehatan
yang beragam, tindakan keperawatan kesehatan masyarakat terjadi melalui
penerapan teori, bukti, dan komitmen masyarakat terhadap keadilan dalam
kesehatan.
Menurut The Definition and Practice of Public Health Nursing
(2017) Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktik mempromosikan
dan melindungi kesehatan populasi menggunakan pengetahuan dari ilmu
keperawatan, sosial, dan kesehatan masyarakat.
Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada
kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan status kesehatan komunitas
dengan menekankan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit
serta tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitatif (Kemenkes RI, 2016)
Komunitas (Community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai ( valuase), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,
dengan norma dan nilai yang telah melembaga, misalnya didalam
kesehatan dikenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok
anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah
desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat
ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja,
masyarakat terasing dan sebagainya, (Alimul, 2009).

1. Perbedaan keperawatan Komunitas Dari Disiplin Keperawatan Lain


Pada awalnya Keperawatan kesehatan komunitas bekerja di sektor
pemerintahan seperti Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan dan
puskesmas tetapi dalam perkembangannya perawat komunitas juga bekerja
di setting lainnya misal pusat layanan kesehatan mandiri, organisasi home
care maupun organisasi kemasyarakatan lainnya. Menurut Institute of
Medicine (IOM) tahun 2003 mendefinisikan Keperawatan Kesehatan
Komunitas sebagai layanan keperawatan profesional yang diberikan oleh
perawat yang telah memeperoleh pendidikan keperawatan komunitas atau
disiplin lain yang berkaitan dan bekerja untuk meningkatkan derajat
kesehatan yang berfokus pada masyarakat.
Keperawatan kesehatan komunitas dibedakan dari spesialis
keperawatan lainnya berdasarkan delapan prinsip di bawah ini menurut
Harnilawati (2013) :
a. Klien atau unit keperawatan adalah populasi. Walaupun perawat
komunitas memberikan asuhan pada individu, keluarga dan
kelompok tetapi tanggung jawab dominan tetap pada populasi
keseluruhan
b. Tugas utama adalah meraih yang terbaik bagi sejumlah orang atau
populasi keseluruhan. Perawat kesehatan komunitas
mengidentifikasi kemungkinan menemukan individu yang
kebutuhannya tidak sesuai dengan prioritas kesehatan yang
menguntungkan bagi populasi keseluruhan
c. Proses yang digunakan oleh perawat komunitas termasuk bekerja
dengan klien sebagai mitra yang sejajar Tindakan perawat kesehatan
komunitas harus menggambarkan kesadaran dari kebutuhan yang
komprehensif dari kesehatan dalam kemitraan dengan komunitas
dan populasi meliputi perspektif, prioritas dan nilai dari populasii
dalam menginterpretasikan data, kebijakan dan memutuskan
program serta memilih strategi yang sesuai untuk dilakukan.
d. Pencegahan primer adalah prioritas dalam memilih tindakan yang
sesuai Pencegahan primer meliputi promosi strategi kesehatan dan
proteksi kesehatan
e. Memilih strategi untuk menciptakan lingkungan sehat, kondisi sosial
dan ekonomi pada populasi yang berkembang merupakan fokus
utama. Intervensi keperawatan kesehatan komunitas meliputi
pendidikan, pengembangan masyarakat, perencanaan sosial,
kebijakan pengembangan serta enforcement. Dan intervensi tersebut
akan berkembang ketika kita bekerja dengan komunitas dan
berakibat pada hukum, peraturan, kebijakan dan prioritas dana.
Advokasi pada komunitas untuk menciptakan kondisi sehat
merupakan bagian penting dari praktik keperawatan kesehatan
komunitas.
f. Ada tanggung jawab untuk mencapai keseluruhan populasi yang
memerlukan intervensi spesifik atau pelayanan Beberapa faktor
resiko tidak terdistribusi secara acak, subpopulasi spesifik
kemungkinan lebih dapat dipantau perkembangan penyakitnya atau
kecacatannya atau kemungkinan sulit untuk mengakses atau
menggunakan pelayanan, oleh sebab itu memerlukan jangkauan
yang khusus. Keperawatan kesehatan komunitas berfokus pada
keseluruhan populasi dan tidak hanya pada mereka yang datang ke
pelayanan.
g. Penggunaan sumber-sumber kesehatan yang optimal untuk
mendapatkan perbaikan yang terbaik dari populasi merupakan kunci
pokok dari kegiatan praktik. Perawat kesehatan komunitas harus
terlibat dalam koordinasi dan organisasi tindakan dalam merespon
isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan. Perawat komunitas
menggunakan dan memberikan informasi pada pembuat kebijakan
berdasarkan bukti ilmiah yang berhubungan dengan outcome aksi
spesifik, program atau kebijakan, seperti keuntungan biaya atau
efektifitas biaya dari strategi yang potensial. pada pembuat kebijakan
berdasarkan bukti ilmiah yang berhubungan dengan outcome aksi
spesifik, program atau kebijakan, seperti keuntungan biaya atau
efektifitas biaya dari strategi yang potensial. Perawat kesehatan
komunitas harus selalu berkembang untuk mencari bukti ilmiah
ketika diperlukan.
h. Kolaborasi dengan berbagai jenis profesi, organisasi dan
perkumpulan merupakan cara paling efektif untuk mempromosikan
dan melindungi kesehatan orang-orang Menciptakan kondisi dimana
komunitas selalu sehat kemungkinan sangat kompleks, proses
sumber daya yang intensif. Perawat kesehatan komunitas bekerja
sama dengan disiplin ilmu lain dari berbagai bidang dan profesi
dalam upaya meningkatkan kesehatan populasi. Hal inimeliputi
identifikasi perawat kesehatan komunitas akan pentingnya tindakan
legislatif dan keterlibatan kebijakan sosial dan kesehatan di semua
tingkat. Kolaborasi ini kemungkinan terjadi dalam sistem pelayanan
ksehatan dan pemerintah mengadopsi program promotif dan
kebijakan yang perlu direvisi.
2. Area Praktik Perawat Kesehatan Komunitas
Praktik yang dilakukan berfokus pada populasi dengan tujuan
utama promosi kesehatan dan mencegah penyakit serta kecacatan
untuk semua orang melalui kondisi yang dicipakan dimana orang bisa
menjadi sehat. Meskipun praktik yang dilakukan berada pada
berbagai jenis organisasi dan masyarakat, semua perawat kesehatan
komunitas berfokus pada populasi. Populasi dapat didefinisikan pada
mereka yang hidup pada area geografis yang spesifik (contoh :
tetangga, komunitas, kota atau negara) atau mereka kelompok etnik
atau ras khusus yang mengalami beban berlebihan dari outcome
kesehatan yang rendah. Populasi juga dapat berpartisipasi dalam
progra khusus seperti perawatan maternitas untuk remaja yang hamil,
atau mereka yang terkena penyakit-penyakit khusus seperti HIV/AIDS
atau tuberkulosis; atau faktor resiko seperti hipertensi, kurangnya
akses terhadap erawatan. Meskipun perawat kesehatan komunitas
melayani indvidu dan keluarga, fokus utama adalah populasi. Perawat
kesehatan komunitas bisa bekerja sama dengan komunitas dan
populasi untuk mengurangi resiko kesehatan dan meningkatkan,
mempertahankan serta memperbaiki kembali kesehatan. Perawat
kesehatan komunitas melakukan advokasi pada tingkat sistem untuk
merubah kesehatan. Perawat kesehatan komunitas harus memahami
dan menerapkan konsep dari berbagai area. Perawat komunitas juga
harus mengaplikasikan konsep pengorganisasian dan pengembangan
komunitas, koordinasi perawatan, pendidikan kesehatan, kesehatan
lingkungan dan ilmu kesehatan masyarakat. Perawat kesehatan
komunitas bekerja sama dengan populasi dan berbagai kelompok
menurut Mubarak, Iqbal Wahit (2009) meliputi :
a. Anggota dari tim kesehatan masyarakat seperti epidemiologis,
pekerja sosial, nutrisionis dan pendidik kesehatan
b. Organisasi kesehatan pemerintah
c. Penyedia layanan kesehatan
d. Organisasi dan koalisi masyarakat
e. Unit pelayanan komunitas seperti sekolah, lembaga bantuan hukum
dan unit gawat darurat
f. Industri dan bisnis
g. Institusi penelitian dan pendidikan
Perawat kesehatan komunitas bekerja untuk meningkatkan
kesehatan individu, keluarga, komunitas dan populasi melalui fungsi
inti dari pengkajian, jaminan dan kebijakan pengembangan. Fungsi
inti diaplikasikan dalam cara sistematik dan komprehensif. Proses
pengkajian meliputi identifikasi kepedulian, kekuatan dan harapan
populasi dan dipandu dengan metode epidemiologi. Jaminan diperoleh
melalui regulasi, advokasi pada penyedia layanan kesehatan
profesional lain untuk memenuhi kebutuhan layanan yang dikehendaki
populasi, koordinasi pelayanan komunitas atau ketentuan langsung
pelayanan. Srategi asuransi meliputi ketersediaan, bisa diterima, dapat
diakses dan kualitas layanan. Kebijakan ditetapkan berdasarkan hasil
pengkajian, prioritas ditentukan oleh populasi dan dengan
pertimbangan dari subpopulasi dan komunitas pada resiko terbesar,
seperti bukti keefektifan dari berbagai aktivitas atau strategi. Perawat
kesehatan komunitas proaktif dengan menghormati
kecenderunganpelayanan kesehatan dan sosial, merubah kepedulian,
dan aktivitas legislatif serta kebijakan. Fungsinya sebagai advokat
pada populasi yang mereka layani. Seperti advokasi untuk kesehatan
masyarakat dan promosi kesehatan lingkungan, menciptakan kondisi
yang emperbaiki dan mempertahankan kesehatan populasi dan
merupakan peranan kunci dari perawat kesehatan komunitas. Perawat
kesehatan komunitas terlibat dalam penelitian untuk meningkatkan
praktik perawat kesehatan komunitas dan strategi serta intervensi
khusus. Perawat harus memiliki tanggung jawab secara aktif dalam
meningkatkan ilmu berbasis bukti yang profesional. Dokumentasi yang
baik dan jelas merupakan bukti praktik perawat kesehatan komunitas
yang efisien, efektif dan strategi biaya yang menguntungkan dalam
promotif kesehatan masyarakat. Ketika perawat kesehatan komunitas
bermitra dengan individu, fokusnya menjadi meningkatkan
pengetahuan, sikap dan praktik yang mendukung serta meningkatkan
kesehatan dengan tujuan utama memperbaiki keseluruhan kesehatan
dari populasi. Sama juga tindakan dengan keluarga dan komunitas
yang meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat keseluruhan.
Aktivitas dengan populasi berhubungan dengan organisasi, kebijakan,
hukum dan termasuk stake holder kunci yang mempengaruhi
lingkungan dimana orang-orang tinggal dan menciptakan kondisi yang
meningkatkan kesehatan untuk semua (Sumijatun 2010).
Menurut Depkes (2006) Pelayanan keperawatan kesehatan
komunitas dapat diberikan secara langsung pada semua tatanan
pelayanan kesehatan , yaitu
a. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll)
yang mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat nginap
b. Di rumah Perawat “home care” memberikan pelayanan secara
langsung pada keluarga di rumah yang menderita penyakit akut
maupun kronis. Peran home care dapat meningkatkan fungsi
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mempunyai resiko
tinggi masalah kesehatan.
c. Di sekolah Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat
(day care) diberbagai institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA,
dan Perguruan tinggi, guru dan karyawan). Perawat sekolah
melaksanakan program screening kesehatan, mempertahankan
kesehatan, dan pendidikan kesehatan
d. Di tempat kerja/industri Perawat dapat melakukan kegiatan
perawatan langsung dengan kasus kesakitan/kecelakaan minimal di
tempat kerja/kantor, home industri/ industri, pabrik dll. Melakukan
pendidikan kesehatan untuk keamanan dan keselamatan kerja,
nutrisi seimbang, penurunan stress, olah raga dan penanganan
perokok serta pengawasan makanan. 5. Di barak-barak
penampungan Perawat memberikan tindakan perawatan langsung
terhadap kasus akut, penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda,
dan mental.
e. Dalam kegiatan Puskesmas keliling Pelayanan keperawatan dalam
puskesmas keliling diberikan kepada individu, kelompok
masyarakat di pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan
yang dilakukan adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan,
perawatan kasus penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan
kasus penyakit.
f. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak,
panti wreda, dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan)
atau lembaga pemasyarakatan (Lapas).
g. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi a. Pelayanan
perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia mendapat
perlakukan kekerasan b. Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan
kesehatan jiwa c. Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan
penyalahgunaan obat d. Pelayanan keperawatan ditempat
penampungan kelompok lansia, gelandangan pemulung/pengemis,
kelompok penderita HIV (ODHA/Orang Dengan Hiv-Aids), dan
WTS Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan
komunitas adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan, membimbing dan mendidik individu, keluarga,
kelompok, masyarakat untuk menanamkan pengertian, kebiasaan
dan perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara dan
meningkatkan derajad kesehatannya
3. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu,
keluarga, kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit
yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan, menurut Efendi
Ferry dan Makhfudli (2009) terdiri dari :
a. Individu
Individu adalah angota keluarga yang uni sebagau kesatuan utuh
dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual
b. Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, didalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan Sasaran keluarga yang
termasuk rentan terhadap masalah kesehatan (vulnerable group)
atau risiko tinggi (high risk group), dengan prioritas :
1) Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan
kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum
mempunyai kartu sehat
2) Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan mempunyai masalah kesehatan terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi,
penyakit menular
3) Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan
c. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan uang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan
termasuk diantaranya adalah :
Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya seperti ibu hami, bayi baru
lahir, balita, anak usia sekolah, usia lanjut, kelompok dengan usia
khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan
keperawatan diantaranya adalah :
1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS,
penyakit kelamin lainnya.
2) Penderita dengan oenyakit tak menular, seperti : penyakit
diabetes mellitus, jantung koroner, cacar fisisk, gangguan
mental dan lain sebagainya.
d. Sasaran asyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai
risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan
pada
1) Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang
mempunyai :
a) Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan
daerah lain
b) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi
dibandingkan daerah lain
c) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah
lain
2) Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria,
diare, demam berdarah, dll)
3) Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau
akibat lainnya
4) Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara
lain daerah terpencil, daerah perbatasan
5) Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan transportasi
sulit seperti daerah transmigrasi.
B. PUSKESMAS
1. Pengertian
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu
sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di
Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes, 2011).
Pengertian puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional
yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat
pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan
kegiatannya secara menyeluruh, terpadu yang berkesinambungan pada
suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu
(Azrul Azwar, 1996).
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan
peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan biaya yang dapat
dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan (Depkes, 2009)
2. Visi dan Misi Puskesmas
Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju Indonesia.
Indikator utama yakni:
a. Lingkungan sehat.
b. Perilaku sehat.
c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu.
d. Derajat kesehatan penduduk kecematan.
Misi puskesmas yaitu:
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
di wilayah kerjanya.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
3. Kegiatan Pokok Puskesmas
Kegiatan pokok puskesmas menurut Efendi & makhfudli
(2009), adalah sebagai berikut:
1) Upaya kesehatan Ibu dan Anak
a. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui
serta bayi danak balita dan anak prasekolah.
b. Memberikan nasehat tentang makanan guna mencegah gizi
buruk.
c. Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan acara
stimulasinya.
d. Imunisasi tetanus toksoid dua kali pada ibu hamil dan BCG,
DPT 3 kali, polio kali dan campak 1 kali pada bayi.
e. Penyuluhan kesehatan dalam mencapai program KIA.
f. Pelayanan keluarga berencana.
g. Pengobatan bagi ibu, bayi, balita dan anak prasekolah untuk
macam-macam penyakit ringan.
h. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang
memerlukan pemeliharaan, memberikan penerangan dan
pendidikan tentang kesehatan.
i. Pengawas dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para
dukun bayi.
1) Upaya Keluarga Berencana
a. Mengadakan kursus keluarga berencana untuk para ibu dan
calon ibu yang mengunjungi KIA
b. Mengadakan kursus keluarga berencana kepada dukun yang
kemudian akan bekerja sebagai penggerak calon peserta
keluarga berencana
c. Mengadakan pembicaraan-pembicaraan kapan saja ada
kesempatan
d. Memasang IUD, cara-cara penggunaan pil, kondom, dan cara
lain dengan memberi sarananya.
e. Melanjutkan mengamati mereka yang menggunakan sarana
pencegahan kehamilan.
2) Upaya Peningkatan Gizi
a. Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi dan mengobati
mereka
b. Mempelajari keadaan gizi masyarakat dan mengembangkan
program perbaikan gizi
c. Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat terutama
dalam rangka program KIA
d. Melaksanakan program-program:
a) Progtam perbaikan gizi keluarga melalui posyandu
b) Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein
dan kalori kepada balita dan ibu menyusui
c) Memberikan vitamin A kepada balota umur dibawah 5 tahun.
3) Upaya Kesehatan Lingkungan
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang
dilakukan staf puskesmas adalah:
a. Penyehatan air bersih
b. Penyehatan pembuangan kotoran
c. Penyehatan lingkungan perumahan
d. Penyehatan limbah
e. Pengawasan sanitasi tempat umum
f. Penyehatan makanan dan minuman
g. Pelaksanaan peraturan perundang-undangan
4) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
a. Mengumpulkan dan menganalisa data penyakit
b. Melaporkan kasus penyakit menular
c. Menyelidiki di lapangan untuk melihat benar atau tidaknya
laporan yang masuk, untuk menemukan kasus-kasus baru dan
untuk mengetahui sumber penularannya.
d. Tindakan permulaan untuk menahan penularan penyakit
e. Menyembuhkan penderita, hingga ia tidak lagi menjadi sumber
infeksi
f. Pemberian imunisasi
g. Pemberian vektor
h. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
5) Upaya pengobatan
a. Melaksanakan diagnose sedini mungkin
b. Melaksanakan tindakan pengobatan
c. Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan
tersebut dapat berupa: rujukan diagnostik, tujukan
pengobatan/rehabilitasi, rujukan lain.
6) Upaya penyuluhan
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari tiap-tiap program puskesmas. Kegiatan
penyuluhan kesehatan dilakukan pada jadwal pelaksanaan
program dan setiap kesempatan oleh petugas, apakah diklinik,
rumah dan keompok-kelompok masyarakat.
b. Di tingkat puskesmas tidak ada penyuluhan tersendiri, tetapi
ditingkat kabupatenn diadakan tenaga-tenaga koordinator
penyuluhan kesehatan. Koordinator membantu para petugas
puskesmas dalam mengembangkan teknik dan materi
penyuluhan di puskesmas
7) Upaya Kesehatan Sekolah
a. Membina sarana keteladanan disekolah, berupa sarana
keteladanan gizi berupa kantin dan sarana keteladanan
kebersihan lingkungan
b. Membina kebersihan perseorangan peserta didik
c. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berperan
secara aktif dalam pelayanan kesehatan melalui kegiatan
dokter kecil
d. Penjaringan kesehatan peserta didik kelas I
e. Pemeriksaan kesehatan periodik sekali setahun untuk kelas II
sampai kelas IV dan guru berupa pemeriksaan kesehatan
sederhana
f. Imunisasi peserta didik kelas I sampai kelas VI
g. Pengawasan terhadap keadaan air
h. Pengobatan ringan pertolongan pertama
i. Rujukan medik
j. Penanganan kasus anemia gizi
k. Pembinaan teknis dan pengawasan di sekolah
l. Pencatatan dan pelaporan
8) Upaya Kesehatan Olahraga
a. Pemeriksaan kesehatan berkala
b. Penentuan takaran latihan
c. Pengobatan dengan teknik latihan dan rehabilitasi
d. Pengobatan akibat cidera latihan
e. Pengawasan selama pemusatan latihan
9) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
a. Asuhan perawatan kepada individu di puskesmas maupun
dirumah dengan berbagai tingkat umur, kondisi kesehatan,
tumbuh kembang dan jenis kelamin
b. Asuhan perawatan yang diarahkan kepada keluarga sebagai
unit terkecil daro masyarakat (keluarga binaan)
c. Pelayanan perawatan kepada kelompok khusus diantaranya:
ibu hail, anak balita, usia lanjut dan sebagainya
d. Pelayanan keperawatan pada tingkat masyarakat
10) Upaya Peningkatan Kesehatan kerja
a. Identifikasi masalah, meliputi: Pemeriksaan kesehatan dari
awal dan berkala untuk para pekerja, pemeriksaan kasus
terhadap pekerja yang datang berobat ke puskesmas,
peninjauan tempat kerja untuk menentukan bahaya akibat kerja.
b. Kegiatan peningkatan kesehatan tenaga kerja melalui
peningkatan gizi pekerja, lingkungan kerja dan kegiatan
peningkatan kesejahteraan.
c. Kegiatan pencegahan kecelakaan akibat kerja, meliputi:
penyuluhan kesehatan, kegiatan ergonomic (yaitu kegiatan
untuk mencapai kesesuaian antara alat kerja agar tidak terjadi
stres fisik terhadap pekerja), kegiatan monitoring bahaya akibat
kerja, pemakaian alat pelindung diri.
d. Kegiatan pengobatan kasus penyakit akibat kerja.
e. Kegiatan pemulihan kesehatan bagi pekerja yang sakit
f. Kegiatan rujukan medis dan kesehatan terhadap pekerja yang
sakit
2) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
a. Pembinaan pengembangan kemampuan peran serta masyarakat
dalam upaya pemeliharaan diri dalam wadah program UKGM.
b. Pelayanan asuhan pada kelompok rawan, meliputi: anak
sekolah, kelompok ibu hamil, menyusui dan anak pra sekolah.
c. Pelayanan medik dokter gigi dasar, meliputi: pengobatan gigi
pada penderita yang berobat maupun yang dirujuk, merujuk
kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi kesasaran yang
lebih mampu, memberikan penyuluhan secara individu atau
kelompok, memelihara kebersihan (hygine klinik), memelihara
atau merawat peralatan atau obat-obatan.
d. Pencatatan dan pelaporan.
3) Upaya Kesehatan Jiwa
a. Kegiatan kesehatan jiwa yang terpadu dengan kegiatan pokok
puskesmas.
b. Penanganan pasien dengan gangguan jiwa.
c. Kegiatan dalam bentuk penyuluhan serta pembinaan peran
serta masyarakat.
d. Pengembangan upaya kesehatan jiwa di puskesmas melalui
pengembangan peran masyarakat dan pelayanan melalui
kesehatan masyarakat.
e. Pencatatan dan pelaporan.
4) Upaya Kesehatan Mata
a. Upaya kesehatan mata, pencegahan kesehatan dasar yang
terpadu dengan kegiatan pokok lainnya.
b. Upaya kesehatan mata.
c. Peningkatan peran serta masyarakat dalam bentuk penyuluhan
kesehatan serta menciptakan kemandirian masyarakat dalam
pemeliharaan kesehatan mata mereka.
d. Pengembangan kesehatan mata masyarakat.
e. Pencatatan dan pelaporan.
5) Laboratorium Kesehatan
a. Di ruangan laboratorium: menangani penerimaan pasien,
pengambilan specimen, penganan specimen, pelaksanaan
specimen, pengcekan hasil pemeriksaan, penyampaian hasil
pemeriksaan.
b. Terhadap specimen yang akan dirujuk: pengambilan specimen,
penanganan specimen, pengemasan specimen, pengiriman
specimen, pengambilan hasil pemeriksaan, pencatatan hasil
pemeriksaan, penyampaian hasil pemeriksaan.
c. Di ruang klinik dilakukan oleh perawat atau bidan, meliputi:
persiapan pasien, pengambilan spcimen, menyerahkan
specimen untuk diperiksa.
d. Di luar gedung, meliputi: melakukan tes skrining Hb,
pengambilan specimen untuk kemudian di kirim ke
laboratorium puskesmas, memberikan penyuluhan, pencatatan
dan pelaporan.
6) Upaya Pencatatan dan Pelaporan
a. Dilakukan oleh semua puskesmas (pembina, pembantu dan
keliling).
b. Pencatatan dan pelaporan mencakup: data umum dan
demografi wilayah keja puskesmas, data ketenagaan di
puskesmas, data kegiatan pokok puskesmas yang dilakukan
baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas.
c. Laporan dilakukan secara periodik (bulan, triwulan enam bulan
dan tahunan).
7) Upaya Pembinaan Peran Serta Masyarakat
Upaya pembinaan peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui:
a. Penggalangan dukungan penentu kebijaksanaan, pimpinan
wilayah, lintas sektoral dan berbagai organisasi kesehatan yang
dilakukan melalui dialog, seminar dan lokakarya dalam rangka
kominikasi, informasi dan motivasi dengan memanfaatkan
media masa dan system informasi kesehatan.
b. Persiapan petugas penyelenggaraan melalui latihan, orientasi
dan sarasehan kepemimpinan dibidang kesehatan.
c. Persiapan masyarakat, melalui rangkaian kegiatan untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan
memecahkan masalah kesehatan dengan mengenali dan
menggerakkan sumber daya yang dimilikinya melalui
rangkaian kegiatan: pendekatak kepada tokoh masyarakat,
survey mawas diri masyarakat untuk mengenali masalah
kesehatannya, musyawarah masyarakat desa untuk penentuan
bersama rencana pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi.
d. Pelaksanaan kegiatan kesehatan oleh dan untuk masyarakat
melalui kader yang terlatih.
e. Pengembangan dan pelestarian kegiatan oleh masyarakat.
8) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
a. Melestarikan bahan-bahan tanaman uang dapat digunakan
untuk pengobatan tradisional.
b. Pengembangan dan pelestarian terhadap cara-cara pengobatan
tradisional.
9) Upaya Kesehatan Remaja
10) Dana Sehat

4. Program Puskesmas
Program wajib yang telah sesuai standar menurut Depkes RI (2007)
antara lain:
a. Promosi Kesehatan (Promkes) seperti: penyuluhan kesehatan
masyarakat, sosialisasi program kesehatan, perawatan kesehatan
masyarakat (perkesmas).
b. Pencegahan Penyakit Menular (P2M), sperti: surveilens
epidemiolohi, pelacakan kasus (TBC, Kusta, DBD, malaria, flu
burung, ISPA, diare, IMS, atau Infeksi Menular Seksual dan
rabies).
c. Program Pengobatan, seperti: rawat jalan poli umum, rawat jalan
poli gigi, unit rawat inap (keperawatan, kebidanan), unit gawat
darurat (UGD), Puskesmas Keliling (Puskel).
d. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), diantaranya adalah NC (Antenatal
Care), PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana),
persalinan, Rujukan Bumil Resti, Kemitraan Dukun.
e. Upaya Peningkatan Gizi: penimbangan, pelacakan gizi buruk,
penyuluhan gizi.
f. Kesehatan Lingkungan, meliputi: pengawasan SPAL (saluran
pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban
keluarga), TTU (tempat-tempat umum), institusi pemerintah,
survey jentik nyamuk.
g. Pencatatan dan pelaporan: sistem pencatan dan pelaporan terpadu
puskesmas (SP2TP).

C. DIABETES MELITUS
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang
diakibatkan oleh kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
(Smeltzer & Bare, 2014). American Diabetes Association (2014)
mendefinisikan diabetes melitus sebagai hiperglikemia karena gangguan
sekresi insulin dan gangguan kerja insulin menjadi tanda bahwa diabetes
adalah salah satu kelompok penyakit metabolik.
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas
tidak lagi mampu menghasilkan insulin, atau ketika tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang dihasilkannya dengan baik. Tingginya kadar gula
dalam darah menandakan adanya diabetes (IDF, 2015). Pada dasarnya, hal ini
terjadi karena tubuh kekurangan hormon insulin – zat yang diproduksi oleh
kelenjar pankreas. Kekurangan disini bisa berupa jumlahnya yang memang
kurang, atau jumlahnya cukup tetapi kerjanya kurang baik (Hartini, 2009).
1. Klasifikasi Diabetes melitus
Diabetes melitus dibedakan menjadi empat kategori,antara lain:
a. Diabetes melitus tipe I
Diabetes melitus tipe I disebabkan oleh terjadinya destruksi atau
keruskan sel beta karena reaksi autoimun. Sistem kekebalan tubuh
merusak sel-sel beta pankreas sehingga insulin tidak bisa lagi
diproduksi, hal ini yang menyebabkan terganggunya metabolisme
tubuh sehingga kadar gula darah dalam tubuh meningkat
(hiperglikemia) (Smeltzer & Bare, 2014). Diabetes melitus tipe I ini
bisanya terjadi pada anak-anak. Diabetes melitus tipe I atau sering
disebut dengan IDDM membutuhkan terapi insulin sebagai tindakan
yang wajib dilakukan oleh penderita. Insulin sama sekali tidak
dihasilkan oleh pankreas pada penderita diabetes melitus tipe I
(Damayanti, 2015).
b. Diabetes melitus tipe II
Diabetes melitus tipe II atau NIDDM disebabkan oleh insulin yang
tidak dapat direspons dengan baik oleh sel-sel tubuh. Sel-sel tubuh
tidak mau menerima glukosa yang dibawa oleh insulin (resistensi
insulin) akhirnya menyebabkan kadar gula darah meningkat. Selain itu
lemak yang berlebihan pada orang obesitas ini yang biasanya
mengakibatkan terganggunya kerja insulin. Terbukti sebagian besar
penderita diabetes melitus tipe II memiliki berat badan diatas normal.
Terapi yang dilakukan pada diabetes melitus tipe II sangat
mementingkan penerapan diet yang tepat untuk menurunkan resiko
komplikasi (Damayanti, 2015)
c. Diabetes gestasional
Diabetes melitus gestasional merupakan naiknya kadar gula darah
sementara waktu pada masa kehamilan, biasa terdeteksi pada usia
kehamilan sudah diatas 18 minggu. Kadar gula darah akan kembali
normal setelah melahirkan. Namun, penderita diabetes gestasional
mempunya resiko lebih tinggi terkena diabetes pada masa yang akan
datang (Baradero, 2009). Diabetes gestasional yang tidak bisa
dikendalikan menyebabkan ukuran bayi menjadi besar atau sering
disebut makrosomia dimana berat badan bayi diatas 4 kg (Novitasari,
2012).
d. Diabetes sekunder
Novitasari (2012) mengatakan bahwa diabetes sekunder terjadi
karena penyakit-penyakit lain, misalnya penyakit radang pankreas,
penggunaan obat antihipertensi, antikolesterol, dan penggunaan
hormon kortikosteroid, serta adanya infeksi, malnutrisi, dan gangguan
kelenjar adrenal atau hipofisis. Keadaan tersebut dapat mengganggu
pembentukan dan atau fungsi dari insulin.
2. Penatalaksanaan
Pengendalian metabolik dapat dicapai melalui empat pilar pengendelian
diabetes. Empat pilar pengendalian diabetes melitus antara lain :
a. Edukasi
Pendidikan kesehatan wajib dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan
untuk membuka wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan
kesehatan kepada masyarakat. Penderita diabetes sebaiknya tahu
tentang penyakit yang diderita, mulai dari penyebab, gejala yang
dirasakan, kemudian komplikasi yang mungkin terjadi apabila
penderita diabetes tidak mengelola penyakitnya dengan baik. Edukasi
atau pendidikan kesehatan ini bisa dilakukan dengan menggunakan
media apa saja misalnya leaflet, poster atau bisa diberikan secara
langsung dengan petugas kesehatan face to face pada saat seminar
atau penyuluhan (Novitasari, 2012).
b. Pengaturan makan (diit)
Asupan makanan yang akan dikonsumsi harus mampu dikontrol oleh
penderita diabetes melitus. Mengontrol bukan berarti tidak boleh
tetapi memilih setiap kandungan gizi yang terdapat dalam makanan
dengan lebih cermat. Berkonsultasi kepada dokter atau petugas
kesehatan merupakan awal dari pengaturan pola makan dengan cara
diet yang seimbang dan penuh nilai gizi untuk kebutuhan tubuh
(Baradero, 2009).
Pedoman tentang kebutuhan gizi dan anjuran penggunaan bahan
makanan penukar dalam perencanaan diit telah disusun oleh
PERKENI dengan standar yang dianjurkan berupa komposisi santapan
seimbang yang terdiri dari karbohidrat (60-70%), protein (10-15%)
dan lemak (20-25%). Dalam melaksanakan diit diabetes lebih baik
diikuti dengan pedoman 3J yang mana menurut Tjokroprawiro (2007)
diartikan sebagai berikut :
J1 : jumlah kalori yang diberikan harus habis
J2 : jadwal diit harus diikuti sesuai dengan intervalnya tiga jam
J3 : jenis makanan yang manis harus dihindari

c. Olahraga
Kadar gula darah dan berat badan dapat dikendalikan dengan cara
olahraga, olahraga yang bisa dilakukan oleh penderita diabetes selain
senam adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Olahraga bagi penderita diabetes
Jenis Intensitas Lama Jumlah kalori
olahraga latihan yang dikeluarkan
Bersepeda 266m/menit 30 menit 113
Jogging 114m/menit 30 menit 136
Jalan kaki 53m/menit 30 menit 56
Berenang 15m/menit 30 menit 181
Sumber : Novitasari (2012)
d. Obat
Obat diberikan kepada pendrita diabetes untuk menurunkan resistensi
insulin dan mengatasi kekurangan produksi insulin. Obat di berikan
dengan dua cara yaitu injeksi dan oral sesuai dengan kebutuhan
penderita. Penderita diabetes tipe 2 diberikan obat yang dapat
merangsang pankreas untuk meningkatkan produksi insulin dan obat
yang digunakan untuk memperbaiki resistensi urin atau memperbaiki
hambatan terhadap kerja insulin (Baradero, 2009).

BAB III
ANALISA SITUASI
A. Deskripsi
Pusksesmas Baki adalah puskesmas yang terletak di jln. Wr. Supratman desa
Baki, Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah, dengan
mengampu 14 desa, yang memiliki 4 unit puskesmas pembantu.
B. Letak Geografis
1. Letak Umum Puskesmas Baki
a. Luas wilayah kerja Puskesmas Baki : 23. 522.838 m²
b. Jumlah desa wilayah kerja Puskesmas Baki
1) Desa Kudu
2) Desa Bakipandean
3) Desa Bentakan
4) Desa Jetis
5) Desa Ngrombo
6) Desa Purbayan
7) Desa Duwet
8) Desa Kadilangu
9) Desa Menuran
10) Desa Gedongan
11) Desa Mancasan
12) Desa Gentan
13) Desa Siwal
14) Desa Waru
c. Batas Wilayah Kecamatan Baki
1) Utara : kecamatan laweyan, kodya Surakarta
2) Selatan : kecamatan Wonosari, kabupaten Klaten
3) Timur : kecamatan Grogol
4) Barat : kecamatan Gatak dan Kartosuro
d. Letak geografis
Secara geogrfis Kecamatan Baki merupakan dataran rendah.
Letak geografis Puskesmas Baki dapat dikatakan strategis karena
berada dijalan utama yang menghubungkan antara Kabupaten
Sukoharjo dengan Kabupaten Klaten. Selain itu, batasan dengan
Kota Surakarta.
2. Keadaan Puskesmas Baki
Adapun sarana dan prasarana Puskesmas Baki antara lain:
a. Jumlah pustu : 4 unit
b. Jumlah PKD : 14 unit
c. Jumlah UGD : 1 unit
d. Jumlah rawat inap : 1 unit
e. Jumlah ambulance : 2 unit
f. Jumlah pusling : 3 unit
3. Ketenagaan
Ketenagakerjaan di Puskesmas Baki adalah sebagai berikut:
a. Dokter umum : 3 orang
b. Dokter gigi : 2 orang
c. Perawat : 20 orang
d. Perawat gigi : 1 orang
e. Teknisi gigi : 1 orang
f. Fisioterapi : 1 orang
g. Bidan : 21 orang
h. Bidan desa : 15 orang
i. Apoteker : 1 orang
j. Asisten apoteker : 2 orang
k. Nutrisionist/ gizi : 1 orang
l. Analis/laborat : 1 orang
m. Rekam medik : 1 orang
n. Sanitarian : 2 orang
o. Cleaning servis : 3 orang
p. Sopir : 1 orang
q. Non medis : 13 orang
KEPALA PUSKESMAS

4. Struktur ketenagaan dr. Puji Hastuti Perencanaan Puskesmas :


Drg. Rahayu Dwi S
STRUKTUR ORAGANISASI UPTD
PUSKESMAS BAKI Sistem Informasi Puskesmas
SUBAG TATA USAHA Henny Handayati, Amd. PK
DINAS KESEHATAN KABUPATEN
SUKOHARJO
Moro Baraswati, SKM Kepegawaian : Marsi, SKM

Rumah Tangga :
Medis : Sri Utaminingsih
Non Medis : Indah Kristanto

Keuangan :
Penerimaan : Indarti,
Pengeluaran : Umi martiyah, S.Kep,Ns

UNIT UKM ESENSIAL DAN KOORDINATOR UKM PENANGGUNG JAWAB UKP PENANGGUNG JAWAB JARINGAN
PUSKESMAS PENGEMBANGAN
Pelayanan kesehatan Lansia KEFARMASIAN LABORATORIUM PELAYANAN PUSKESMAS DAN JEJARING
1. Pengelolaan Pelayanan Promosi Aneksi Widiyatmi, Amd.Keb drg. Partini FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Kesehatan Termasuk UKS Aneksi Widiyatmi, Amd.Keb 1. Pengelolaan Pelayanan Rusmiyati, S.Kep, Ns.
Agustaria Budi Nugroho, S.Kep. Ns
Pel. Pemberd : Alva Indriyani. Pendaftaran
Sri Rudiati 1. Puskesmas Pembantu a. Puskesmas Pembantu
S.Kep.Ns
2. Kasir : Suparti Endang Wahyuni, S.Kep. Ns Endang Wahyuni, S.Kep, Ns
Pel Promkes Winarmi, S.Kep.Ns
2. Pel. UKS : Sukarmi,
Pengelolaan Amd.Keb
Pelayanan Kesehatan Lingkungan b. Puskesmas Keliling
Pelaks. Sarsanda : Titi Sukanti AMKL Dwi Rositawati, AMK
Pelaks. TTU/TPm/Ins/Ind : Sutrisno, AMKL 3. Pengelolaan Pelayanan
Pelayanan Kesehatan Kerja : Rumiyati, S.Kep. Ns Rekam Medis
Kesehatan Olahraga : Anisa Amaliah, AMF Henny Handayani, Amd, PK c. Bidan Desa
3.5. Pengelolaan Widiywati, Amd. Keb
Pengelolaan Pelayanan
PelayananKIAPencegahan
- KB yang bersifat
Penyakit 6.
4. Pengelolaan
Pengelolaan Pelayanan
Pelayanan 3. Pelayanan Sertifikat,
UKM KIA-KB Bersifat
Pemeriksaan Umum UKP : 2. Registrasi
Pengelolaandan Farmamin
Jejaring :
Fasilitas
Imunisasi : Yayuk Sri R, Amd.
Pel. Ibu : Marganisingsih, Amd. KebKeb Nur Saadatul M, Amd. Keb Sri Mulyani,: Amd. Keb
dr. Hastuti Retnaningsih Kesehatan
Surveliant,
Pel Matra, Haji,
Anak : Mulyani, Amd. P3K
Keb: Dwi Rositawati, AMK Esti Wijayanti, Amd. Keb
PML : Agustaria B.N, S.Kep. Ns
P2B2 : Nasikhin, AMK 7.
5. Pengelolaan Pelayanan
PTM : Sri Indrayanti, Kesehatan
Gawat Gigi dan Mulut
Darurat
4. Pengelolaan PelayananAmd. Keb
Gizi Bersifat UKM
Keswa drg. Partini
Yatini, AMK
Pel.: Ani: Nanik Hanyani,
Rahmawati, AMGz S.Kep. Ns
8. Pengelolaan Pelayann Gizi
6. Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat :
Priskhila Ayu S, AMK Bersifat UKP : Ani
Rakhmawati, AMGz
9. Pengelolaan Pelayanan
Ranap untuk Puskesmas
yang menyediakan
Pelanayanan Ranap
10. Pengelolaan Pelayanan
dr. Anton Budi Hermawan
Kefarmasian
Hartini

12. Pengelolaan Pelayanan


Laboratorium
Lia Rosit, SST

11. Pengelolaan Pelayanan


Fisioterapi
Annisa Amaliah, AMF
5. Upaya Pelayanan Puskesmas
a. Promotif
Kegiatan promotif dilakukan di luar gedung puskesmas dan bekerjasama
dengan isntansi terkait baik kecamatan, dinas-dinas terkait, tokoh-tokoh
masyarakat, sekolah dan kader kesehatan. Kegiatan promotif merupakan
kegiatan yang mengajak masyarakat untuk merubah perilaku kesehatan dari
yang tidak baik menjadi baik. Kegiatan promotif dilakukan secara terus menerus
karena sangat sulit merubah perilaku masyarakat walaupun secara pengetahuan
masyarakat tahu bahwa perilaku tersebut salah.
b. Preventif
Kegiatan preventif merupakan kegiatan pencegahan terhadap kesakitan.
Kegiatan tersebut dilakukan didalam maupun diluar gedung Puskesmas Baki.
Kegiatan yang dilakukan antara lain pemeriksaan atau screning awal pada anak
sekolah, ibu hamil, lansia, yang disertai dengan kegiatan promotf/penyuluhan
yang dilakukan oleh petugas. Kegiatan lainnya adalah imunisasi bayi, balita,
anak sekolah, jamaah haji, calon pengantin dan lainnya.
c. Kuratif
Kegiatan kuratif meliputi kegiatan pengobatan terhadap penyakit dan
kesakitan yang disebabkan selain penyakit, misalnya karena kecelakaan.
Kegiatan kuratif yang dilaksanakan didalam gedung yaitu pelayanan rawat jalan
di puskesmas induk, puskesmas pembantu (PUSTU). Pos Kesehatan Desa
(PKD), dan rawat inap serta luar gedung melalui kegiatan posyandu baik balita
maupun lansia. Kegiatan ini masih sangat diperlukan masyarakat, karena
Puskesmas Baki sesuai peraturan bupati untuk berobat rawat jalan tanpa
tindakan adalah gratis, sehingga sangat menolongmasyarakat dengan situasi
perekonomian saat ini yang semua serba mahal.
d. Rehabilitatif
Kegiatan rehabilitatif yaitu merupakan kegiatan pemulihan pasien dari
kesakitan.

6. Program Puskesmas
Status pelayanan kesehatan terdiri dari cakupan pengelolaan pelayanan program
kesehatan dan sarana prasarana kesehatan. Pada tingkat kecamatan atau Puskesmas
terdapat 6 program dasar yang ada, yaitu:
a. UKP
Terdiri dari poli umum, poli gigi, poli TB, poli HIV, poli IVA, poli Lansia, KIA,
MTBS, Kefarmasian, Laboratorium
b. UKM
1) P2
a) Pencegahan : Imunisasi,
b) Pengendalian penyakit menular
(1) P2ML : TB, HIV, Kusta,ISPA, Tipoid, Diare
(2) P2B2 : DBD, cikungungnya, rabies
c) Pengendalian penyakit tidak menular
(1) PTM: Hipertensi, kanker serviks, stroke, diabetes mellitus, ca mammae,
obesitas, kesehatan jiwa
2) Gizi : ASI eksklusif, pengukuran gizi
3) KIA : ibu : KB, K1, K2, K4, nifas, persalinan
c. Program kesehatan ibu dan anak (KIA)
Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS KIA) adalah alat
management untuk melakukan pamantauan program KIA di suatu wilayah kerja
secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat.
Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru
lahir dengan komplikasi, bayi dan balita. Dengan management PWS_KIA
diharapkan cakuupan pelayanan dapat menjangkau seluruh sasaran di suatu
wilayah kerja sehingga kasus dengan resiko / komplikasi kebidanan dapat
ditemukan sedini mungkin untuk dapat memperoleh penanganan yang memadai.
d. Program Perbaikan Gizi
Program perbaikan gizi masyarakat adalah salah satu program pokok
Puskesmas yaitu program kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi,
penanggulangan energi protein, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan
iodium, kurang vitamin A, keadaan zat gizi lebih. Peningkatan surveilan gizi dan
perberdayaan usaha perbaikan gizi keluarga / masyarakat,
e. Program Kesehatan Lingkungan
Menggalakkan perilaku pola hidup bersih dan sehat dengan kegiatan antara lain:
1) Melaksanakan inspeksi kesehatan lingkungan untuk tempat-tempat umum dan
tempat pengelolaan makanan
2) Surveilans dalam rangka pengawasan kualitas air bersih dan air minum
3) Pemberdayaan masyarakat melalui STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
meliputi:
(1) Menentukan kegiatan STBM, pemicuan STBM
(2) Kampanye CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun)
(3) Penyuluhan hygenis sanitasi pangan disekolah
f. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P)
Definisi epidemiologi menurut WHO (2016) adalah ilmu yang mempelajari
distribusi dan determinan dari peristiwa-peristiwa kesehatan dan peristiwa yang
berkaitan dengan kesehatan yang meningkat sekelompok masyarakat dan
mengarahkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan.
Program pencegahan adalah mencegah agar penyakit menular tidak menyebar
didalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan
kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan imunisasi, pengobatan
dengan pemberian pertolongan penderita, membangun pos-pos kesehatan ditempat
kejadian lanjut dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang memadai termasuk
rujukan: pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatitasi
pada KLB, DBD, kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemas pada KLB diare,
dan sebangainya. Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan, pengamatan /
pemantauan (surveilans ketat) dan logistik.
a. Program Penyakit Tidak Menular (PTM)
Penyakit pengindraan di Puskesmas Baki pada tahun 2019 menunjukkan bahwa
penyakit yang paling sering dilaporkan adalah penyakit otitis media unspesified
dengan angka penemuan sebanyak 127 jiwa Pada gangguan refraksi ditemukan
sebanyak 307 jiwa, konjungtivitis sebanyak 63 jiwa, sinusitis ditemukan sebanyak
42 jiwa, stomatitis sebanyak 18 jiwa dan dermatitis sebanyak 600 jiwa.
1) Mengadakan Posbindu di 14 desa yaitu: Desa Kudu, Bakipandean, Bentakan,
Jetis, Ngrombo, Purbayan, Duwet, Kadilangu, Menuran, Gedongan, Mancasan,
Gentan, Siwal, Waru dengan sasaran usia 15-59 tahun.
2) Mengadakan pemeriksaan IVA test setiap hari selasa dan kamis.
3) Sosialisasi dan penyuluhan kesehatan jiwa dan NAPZA di 2 desa dan 1 sekolah
dalam 1 tahun.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. GAMBARAN PROGRAM PROLANIS


PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) merupakan suatu sistem
pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi
yang melibatkan Peserta dan Fasilitas Kesehatan dalam rangka pemeliharaan
kesehatan bagi masyarakat yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas
hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Bentuk pelaksanaan aktifitas dalam Prolanis meliputi aktifitas konsultasi
medis/edukasi, Home Visit, Reminder, aktifitas klub dan pemantauan status
kesehatan (BPJS, 2014). Sedangkan aktifitas Prolanis yang dilaksanakan di
Puskesmas Baki Sukoharjo terdiri dari konsultasi medis, edukasi atau pendidikan
kesehatan maupun pemeriksaan status kesehatan. Kegiatan tersebut dilakukan 3-4x
setiap bulannya yang bertempat di aula Puskesmas Baki Sukoharjo.

B. RENCANA PROGRAM PROLANIS


Kegiatan Prolanis yang terdiri dari konsultasi medis dan pemeriksaan status
kesehatan melibatkan petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Baki Sukoharjo,
terdiri dari 3 orang perawat dan 1 dokter. Lalu, kegiatan pendidikan
kesehatan/edukasi dalam Prolanis dapat dilakukan oleh petugas kesehatan
Puskesmas Baki maupun mahasiswa yang sedang praktik klinik di Puskesmas Baki
juga dapat mengambil alih.

C. CAPAIAN PROGRAM PROLANIS


Prolanis yang terdapat di Puskesmas Baki Sukoharjo sudah terbentuk sejak 2
tahun yang lalu dan kegiatan Prolanis sudah berjalan 2 tahun. Penderita diabetes
melitus pada tahun 2019 sebanyak 440 orang, dan pada tahun 2018 ada sebanyak 708
orang. Sehingga menurut hasil tersebut, kasus untuk diabetes melitus mengalami
penurunan sebesar 23,18 % dari tahun 2018-2019. Dari hasil data wawancara terhadap
10 penderita diabetes militus yang mengikuti prolanis saat pemeriksaan kesehatan,
terdapat 5 orang (50%) yang menyatakan sudah paham tentang perawatan diri bagi
penderita DM, tujuan perawatan kaki DM, cara merawat kaki DM dan bahya jika
tidak melakukan perawatan kaki DM yang dapat dilakukan. Namun setelah dilakukan
wawancara pada penderita diabetes militus saat kegiatan posyandu lansia dan
posbindu banyak masyarakat menderita diabetes militus sudah paham tentang cara
mengontrol makanan.
D. ANALISIS SWOT

NO. ITEM STRANGE WEAKNESS OPPORTUNITIS THREAST


(KEKUATAN) (KELEMAHAN) (PELUANG) (ANCAMAN)

1. Program - Adanya dukungan - Masih ada pasien yang - Sudah terlaksananya - Masyarakat jarang untuk
dari dinas kesehatan belum tahu program program lain yang melakukan pengecekan
maupun puskesmas prolanis di Puskesmas mendukung prolanis gula darah
terkait program Baki yang bertujuan untuk dimasyarakat misalnya - Masyarakat belum
pengecekan gula mencegah dan mengontrol pemeriksaan gula darah banyak mengetahui
darah pada penderita kadar gula darah penderita di posyandu lansia dan program prolanis
diabetes diabetes posbindu

2. SDM - Terdapat 3 tenaga - Pada saat kegiatan tidak - Pelaksanaan prolanis - Ketidaksesuaian jumlah
kesehatan dan 1 semua petugas hadir dibantu oleh mahasiswa petugas lab sarana
dokter yang yang praktik di Puskesmas medika dalam
mengelola kegiatan Baki sebagai contoh pengambilan sampel
Prolanis di Puskesmas mahasiswa kedokteran darah sehingga kurang
Baki atau mahasiswa efektif dan tidak
keperawatan seimbang jumlah antara
- Petugas prolanis terdiri peserta prolanis dan
dari petugas lab sarana petugas lab
medika, petugas apotik,
dan instruktur senam

3. Sarana dan - Terdapat gedung dan - Tidak adanya ruangan - Pengecekan gula darah - Resiko kurang valid hasil
prasarana alat medis yang khusus untuk dapat dilakukan di setiap pemeriksaan dikarenakan
digunakan untuk pemeriksaan ataupun dukuh yang mengadakan jarak yang jauh antara
program prolanis penyuluhan program kegiatan posbindu dan Puskesmas Baki dengan
prolanis posyandu lansia Lab Sarana Medika
- Tidak ada media tetap - Adanya kerjasama
yang digunakan untuk dengan lab sarana
pendidikan kesehatan medika

4. Dana - Terdapat dana yang - Dana yang diperoleh dari - Adanya dana sukarela dari - Ada beberapa pserta
dikeluarkan oleh BPJS BPJS tiap bulan kadang pasien prolanis yang kurang
untuk program tidak bisa menutupi paham mengenai dana
Prolanis kebutuhan yang sosial sukarela yang
- Adanya anggaran dana diperlukan kegiatan pasien keluargkan setiap
dari pemerintah yang prolanis datang ke acara prolanis,
masuk untuk semua dimana uang tersebut
UKM di puskesmas digunakan sebagai dana
Baki sosial ketika ada peserta
prolanis yang sakit, dll.
Sehingga pada setiap
akhir tahun ada peserta
yang meminta uangnya
kembali karena dianggap
sebagai tabungan
pertahun

5. Alat - Adanya alat yang - Kurangnya alat berupa - Terdapat 1 set alat - Alat pengukur gula darah
menunjang program timbangan dan buku pengukur gula darah hanya digunakan jika
prolanis dari pemantauan kesehatan disetiap posyandu dan anggota posbindu ingin
Puskesmas Baki peserta posbindu di setiap dukuh melakukan pengecekan
seperti alat cek gula - Setiap bidan desa yang - APD petugas lab sarana
darah, alat tulis, tensi bertugas pada posyandu medika tidak lengkap
meter, buku register dan posbindu juga sehingga kurang safety
- Petugas lab sarana memiliki 1 set alat untuk petugas dan pasien
medika membawa pengukur gula darah
peralatan pengambilan sendiri
darah berupa spuit 3 - Lab sarana medika
cc, tabung eta, -
torniquet, dan alkohol
swab.
E. Strategi
1. Strategi S-T
a. Program :
Memberikan promosi kesehatan terkait prolanis
b. SDM :
Mengusulkan penambahan petugas lab sarana medika dalam
pengambilan sampel darah agar lebih efektif
c. Sarana dan prasarana :
Mengusulkan alat hasil lab berbentuk portabel kepada lab sarana
medika
d. Dana :
- Memberikan penjelasan/edukasi secara rinci kepada peserta
terkait dana yang peserta keluarkan terkait program prolanis
pada saat awal peserta mengikuti prolanis
- Menganggarkan dana khusus untuk program berdasarkan per
PTM
e. Alat :
- Mengusulkan penambahan alat kepada Puskesmas terkait
prolanis misalnya buku pemantauaan kesehatan peserta (lansia)
dan timbangan
- Mengusulkan penambahan alat kepada petugas lab sarana
medika untuk kelengkapan APD saat melakukan pemeriksaan
ke peserta

2. Strategi W – O
a. Program :
Meningkatkan program promotif dan preventif terkait dengan
prolanis di Puskesmas Baki
b. SDM :
- Membagi mahasiswa praktikan untuk membantu kegiatan
prolanis di Puskesmas Baki
- Mengajak petugas agar lebih aktif dengan pelaksanaan
program prolanis di Puskesmas Baki
c. Sarana dan prasarana
- Mengusulkan adanya ruang khusus untuk pemeriksaan ataupun
penyuluhan program prolanis dan media tetap yang digunakan
untuk pendidikan kesehatan
- Memanfaatkan rumah warga yang dijadikan tempat untuk
melakukan Posyandu dan Posbindu
d. Dana :
Terkait dana prolanis puskesmas Baki dicover oleh BPJS
e. Alat :
- Alat kesehatan yang digunakan prolanis setidaknya ditambah
agar mempercepat dalam pemeriksaan.
- Mengusulkan penambahan timbangan sebagai salah satu alat
prolanis yang berfungsi untuk melihat status kesehatan setiap
bulannya.

3. Strategi O – T
a. Program :
Memberikan pendidikan kesehatan mulai dari pengertian DM,
pengertian cara perawatan kaki DM, tujuan perawatam, cara
perawatan kaki bagi penderita DM, dan akibat tidak melakukan
perawatan.
b. SDM :
Melibatkan tenaga kesehatan khusus untuk kegiatan prolanis di
Puskesmas Baki
c. Sarana dan prasarana
Mengusulkan tempat khusus untuk kegiatan prolanis di Puskesmas
Baki
d. Dana :
Memanfaatkan dana dari BPJS setiap bulannya untuk kegiatan
prolanis
e. Alat :
Memaksimalkan alat kesehatan yang ada di prolanis Puskesmas
Baki

F. SARAN
1. Meningkatkan kepatuhan pada penderita Diabetes Melitus akan
pentingnya kegiatan Prolanis dengan cara mengedukasi kewilayah kerja
Puskesmas Baki secara rutin.
2. Perlu adanya pelatihan khusus pada kader untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan.
3. Perlu adanya buku pemantauan kesehatan peserta dalam kegiatan
prolanis.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H., Aziz. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika
Bardero, Mary., Dayrit, Mary Wilfrid & Siswad, Yakobus. (2009). Klien
Gangguan Endokrin :Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori
dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Damayanti, Santi. (2015). Diabetes Melitus dan Penataaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Depkes. (2006). Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Di Puskesmas. Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan, 2007. Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Standar
Minimal Pelayanan Kesehatan Gigi Puskesmas
Departemen Kesehatan, 2009. Sistem Kesehatan. Jakarta
Harnilawati.2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Sulawesi: Pustaka As
Salam
Hartini, S. (2009). Diabetes Siapa Takut, Panduan Lengkap Untuk Diabetes,
Keluarganya Dan Profesional Medis. Jakarta : Qanita
Mubarak, Iqbal Wahit. (2009). Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan
Komunitas 1. Jakarta : CV. Sagung Seto
Novitasari, Retno. (2012). Diabetes Milletus. Yogyakarta : Nuha Medika
Tjokroprawiro, Askandar. (2007). Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya : Airlangga
University Press
Smeltzer, Susan C & Bare. (2014). Buku Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12
Brunner Suddarth. Jakarta : EGC

ANALISA SWOT PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK


MENULAR (PTM) DIABETES MILITUS DI PUSKESMAS BAKI
SUKOHARJO

Disusun Untuk Memenuhi Syarat

Tugas Praktik Program Profesi Ners XXI Stase Keperawatan Komunitas


Disusun Oleh:

• Amalia Arifatul Diktina J230195044


• Wahyu Rahmawati J230195012
• Annisa Murya Dewi J230195016
• Riska Yekti Andini J230195025
• Ari Kurniawan J230195070

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020

Anda mungkin juga menyukai