Anda di halaman 1dari 8

15 Upacara dan Adat Istiadat Khas Riau, Gambar dan Penjelasannya

MAY 19, 2019 By Y O G I R A H M A D Leave a Comment


Upacara dan adat istiadat khas Riau disertai gambar dan penjelasannya akan kami uraikan
dengan lengkap pada artikel kali ini. Riau yang mayoritas warganya bersuku Melayu memiliki
tradisi yang perlu dipelajari. Melalui artikel ini, kita akan berkenalan dengan ragam upacara
yang ada di daratan dan daerah lautan Riau.
Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau Sumatra. Provinsi
ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau Sumatra, yaitu di sepanjang pesisir Selat Melaka.
Dan beberapa upacara adat Riau sarat dengan nilai – nilai agama Islam yang dianut oleh
mayoritas warganya. Ibu kota dan kota terbesar Riau adalah Pekanbaru. Kota besar lainnya
antara lain Dumai, Selatpanjang, Bagansiapiapi, Bengkalis, Bangkinang, Tembilahan, dan
Rengat.
Sebelum kami menulis tentang upacara adat Riau ini, kami sudah terlebih dahulu menulis
tentang upacara adat Aceh dan upacara adat Sumatera Utara dalam blog ini. Anda bisa
membacanya usai selesai membaca artikel ini.
Beberapa Upacara Adat Riau Yang Pernah Ada
1. Tepung Tawar

Sumber
: GenPI.co
Tradisi Tepuk Tepung Tawar atau Tepung Tawar merupakan simbol untuk mendoakan
seseorang karena keberhasilannya. Prinsip inilah yang berlaku bagi masyarakat Riau. Bisa
dibilang, upacara ini menjadi salah satu bagian penting dalam sejumlah prosesi adat istiadat.
Seperti hajatan acara adat perkawinan, khataman Al Qur’an, berandam, syukuran, peresmian
maupun prosesi kegiatan tradisi lainya.
Tidak bisa ditinggalkan, sampai saat ini masyarakat Melayu di provinsi Riau dan Kepulauan
Riau ini masih melaksanakan Tepung Tawar. Ada yang menilai, upacara ini menjadi simbol
yang hakekatnya tetap pada kekuatan memohon doa kepada Allah SWT, agar dihindarkan dari
segala marabahaya.
Pada ungkapan orang Melayu, yang disebut Tepuk Tepung Tawar, menawar segala yang
berbisa, menolak segala yang menganiaya, menjauhkan segala yang menggila, mendindingkan
segala yang menggoda, menepis segala yang berbahaya. Selanjutnya juga disebutkan di dalam
Tepuk Tepung Tawar, terkandung segala restu, terhimpun segala doa, terpatri segala harap,
tertuang segala kasih sayang.
2. Upacara Menyemah Laut
Laut merupakan sumber daya alam yang harus dilestarikan keberadaannya. Setiap suku
mempunyai cara berbeda dalam melestarikannya. Hal inilah uang dilakukan oleh warga Riau
dalam menjaga laut mereka.
Kegiatan yang mereka lakukan disebut dengan Upacara Menyemah Laut, yaitu sebuah tradisi
untuk melestarikan laut dan isinya, guna mendatangkan manfaat bagi manusia. Salah satu
manfaatnya ialah hasil laut berupa ikan yang bisa untuk dimakan dan dijual dipasar.
Umumnya, upacara ini dilakukan oleh masyarakat yang tinggal disekitar laut dan mereka yang
menjalankan usaha atau mencari penghidupan dari laut.
Baca : Alat Transportasi Laut
3. Tradisi Balimau Kasai

Sumber
: Tribunnews
Balimau Kasai merupakan sebuah upacara tradisional yang istimewa bagi masyarakat Kampar di
Provinsi Riau. Kegiatan ini dilakukan masyarakat setempat untuk menyambut bulan suci
Ramadan. Acara ini umumnya dilaksanakan sehari menjelang masuknya bulan puasa.
Tujuannya, selain sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan memasuki bulan puasa, juga
merupakan simbol penyucian dan pembersihan diri.
Balimau mempunyai arti yaitu mandi dengan memakai air yang dicampur jeruk yang oleh
masyarakat setempat disebut Limau. Jeruk yang biasa dipakai ialah jeruk purut, jeruk nipis, dan
jeruk kapas.
Baca : 5 Cara Agar Supaya dan Tetap Tahan Puasa
4. Tradisi Merisik

Sumber : Blogger
Kegiatan Merisik yang ada di Riau merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam proses
perkawinan. Hal ini bertujuan untuk menyelidiki tentang keberadaan seorang calon pengantin
yang dilakukan oleh pihak laki-laki. Zaman dulu pergaulan pria dan wanita dibatasi oleh adat
budaya tidak seperti saat ini yang terlalu terbuka dan hampir tanpa batas. Jika seorang pemuda
merasa tertarik akan seorang gadis, maka ia akan menyampaikan kepada kedua orang tuanya
dan segala urusannya diserahkan pada mereka.
Untuk teknisnya, Merisik bisa dilakukan oleh orang tua laki-laki tersebut atau dengan mengirim
orang yang dipercaya sebagai utusan untuk mencari informasi tentang calon istri berkaitan
dengan latar belakang, kemampuannya mengurus rumah tangga, kesuciannya, kepribadiannya,
serta pergaulannya dengan orang tua, tetangga, dan masyarakat. Terlepas dari informasi yang
hendak didapat, poin penting ialah untuk ditanyakan adalah apakah si gadis sudah dipinang
orang atau sudah terikat janji dengan orang lain. Jika sudah, maka kedatangan pihak laki-laki
dianggap hanya untuk bersilaturrahmi.
5. Tradisi Meminang
Sumber :
RumahRiau
Meminang lanjutan dari Merisik. Usai mendapat informasi bahwa si gadis belum mempunyai
ikatan dengan laki-laki lain dan telah disepakati bahwa pihak laki-laki berkenan untuk
menjodohkan anak laki-lakinya dengan si gadis, maka dilakukan ke tahapan selanjutnya yaitu,
Meminang. Lalu pihak laki-laki akan memberitahukan tentang kedatangan utusannya untuk
melakukan peminangan dan pihak wanita menunggu sambil melakukan beberapa persiapan
seperti tepak sirih sebagai pertanda hati ikhlas menanti dan mengharapkan perundingan berjalan
lancar.
Jumlah utusan terdiri dari beberapa orang yang dituakan dan seseorang juru bicara untuk
menyampaikan maskud dan tujuan kedatangannya. Pernyataan Jubir dijawab oleh pihak wanita.
Ada kalanya jawaban bisa diberikan langsung saat peminangan, namun bisa pula pihak
perempuan meminta tidak langsung memberikan jawaban dengan memintanya diwaktu lain.
Tentu saja sang pria merasa ada perasaan cemas, apakah niatnya disetujui atau ditolak.
6. Tradisi Mengantar Tanda
Usai Merisik dan Meminang, jika prosesnya lancar, maka tahapan selanjutnya akan dilalui.
Tahapan ini bernama Mengantar Tanda yaitu merupakan suatu ikatan janji diantara kedua calon
pengantin. Sejatinya, tanda meruapakan sinyal kuat bahwa wujud dari persetujuan penerimaan
pinangan dan sebagai pengikat bagi kedua belah pihak. Lantas kedua belah pihak
bermusyawarah untuk menentukan waktu. Pada acara antar tanda ini, Cuma pihak laki-laki yang
membawa sebuah cincin emas belah rotan dengan ukuran sesuai dengan tingkat sosialnya. Usai
prosesi antar tanda selesai dapat disimpulkan tentang berapa besarnya uang antaran dan hari
langsung maka prosesi berikutnya adalah mengantar belanja.
7. Tradisi Mengantar Belanja
Selanjutnya, tradisi yang masih berlaku pada masyarakat Riau bernama Tradisi Mengantar
Belanja.
Kegiatan antar belanja pada hakikatnya merupakan kedatangan utusan pihak keluarga calon
pengantin laki-laki untuk menyerahkan uang belanja sebagai lambang gotong-royong dan
kebersamaan untuk membantu pihak perempuan dalam melaksanakan perhelatan perkawinan
kedua anak mereka yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan calon pengantin laki-laki.
Ada pihak wanita yang menetapkan berapa dan ada juga calon mempelai wanta yang diserahkan
kepada kemampuan sang pria.
Biasa ada uang juga yang diberikan pria kepada pihak keluarga wanita yang merupakan uang
guna membantu pihak wanita dalam membuat acara pernikahan dirumahnya atau ditempat lain.
8. Tradisi Menggantung (Hari Menggantung)
Tradisi ini merupakan suatu pertanda bahwa perhelatan pernikahan akan segera dilangsungkan.
Pada proses ini, Mak Andam menghias rumah dengan memasang gerai pelaminan di rumah
pengantin perempuan. Berbagai hiasan dipasang guna memperindah tampilan, baik ruang
pengantin, kamar, tempat tamu dan tempat – tempat lainnya.
Pada adat istiadat Melayu, biasanya warna kuning menjadi warna yang dominan.
9. Tradisi Berinai Curi

Sumber :
Deskgram
Tradisi Berinai Curi dilakukan pada malam hari kepada kedua calon pengantin sekitar 1 atau 2
hari menjelang pernikahan yang dipersiapkan oleh Mak Andam. Kenapa disebut Berinan Curi?
Karena peralatan Berinai untuk mempelai pria diambil secara diam-diam (dicuri) dari rumah
mempelai wanita pada malam hari.
Ada makna Berinai yang penting diketahui, yaitu seperti: untuk menolak bala, melindungi
pengantin dari segala kejahatan dan membuat paras pengantin makin berseri dan bercahaya.
Pemakaian inai di tangan dan di kuku, warna merahnya sebagai pemanis dan penolak bala
sehingga pengantin terhindar dari gangguan makhluk-makhluk halus. Inai ditelapak tangan
sebagai penjaga diri, sedangkan di telapak kaki sebagai tanda tak boleh berjalan jauh. Untuk
pemakaian di sekeliling telapak tangan dan kaki bermakna sebagai pembangkit seri.
10. Berandam

Sumber : SocialMediaFeed.me
Upacara Berandam masih menjadi bagian dari prosesi pernikahan. Kegiatan ini merupakan
kegiatan mencukur bulu roma diwajah sekaligus membersihkan muka, membentuk alis, dan
anak rambut dibagian muka dan di belakang tengkuk. Arti yang terkandung ini tiada lain ialah
untuk pembentukkan keindahan lahiriah guna perwujudan kecantikan bathiniahnya serta sebagai
lambang persiapan diri calon pengantin perempuan untuk menjadi seorang perempuan yang
sempurna lahir batinnya, dan siap menjadi ibu rumah tangga sejati.
Biasanya, kebiasaan ini dilaksanakan pada pagi hari sehari sesudah berinai curi terhadap
pengantin perempuan yang dilaksanakan di rumah pengantin perempuan dan dihadiri oleh
semua keluarga terdekat serta dipimpin oleh Mak Andam. Adapun kenapa dilakukan pada pagi
hari dengan maksud mengambil seri dari matahari pagi sepenggalahan agar pengantin selalu
bercahaya dan cerah secerah matahari pagi.
11. Tradisi Belian

Sumber : Liputan6
Upacara Belian merupakan upacara pengobatan tradisional. Upacara ini dilakukan untuk
memohon kesembuhan atas penyakit yang diderita. Dulu belum ada pengobatan modern seperti
sekarang. Namun begitu, pengobatan tradisional yang ada dinilai ampuh mengobati penyakit
yang diderita.
12. Upacara Badewo

Sumber : Riau
Magz
Ada dua fungsi dari Upacara Bedewo ini, yaitu pengobatan tradisional yang sekaligus dapat
dipergunakan guna mencari benda-benda yang hilang, apakah uang atau benda berharga lain.
Ada kalanya, pasca tradisi Badewo ini dilakukan, barang yang hilang bisa ditemukan dengan
cepat. Namun ada kalanya tidak dijumpai.
13. Upacara Menetau Tanah
Upacara Menetau Tanah adalah upacara membuka lahan untuk pertanian atau mendirikan
bangunan. Adapun tujuan dari upacara ini untuk memohon keberkahan dari lahan yang akan
digunakan. Lahan yang dibuka biasanya dipakai untuk menanam padi dan tanaman lainnya.
Baca : Alat Pemanen Padi
14. Upacara Batobo
Upacara Batobo merupakan sebutan untuk kegiatan bergotong royong dalam mengerjakan
sawah, ladang, dan sebagainya. Yang biasa dilaksanakan oleh suku Ocu (Bangkinang). Tujuan
dari Batobo ini untuk meringankan pekerjaan pertanian seseorang, dengan demikian akan lebih
cepat selesai dan lebih mudah. Batobo didirikan dalam sebuah kelompok, yang memiliki
seorang ketua untuk mengatur jadwal kerja setiap anggota. Kebanyakan kelompok Batobo
melakukan kegiatan secara bergiliran untuk setiap anggota kelompok batobo.
Kerja tim dikedepankan oleh tradisi ini. Dimana dengan kebersamaan yang akan dibangun
dalam bekerja menciptakan hasil yang maksimal dibandingkan dengan kerja secara sendiri.
15. Reog Ponorogo
Sumber : Youtube
Berdiri sejak tahun 1995 lalu di Kota Pekanbaru Reog Ponorogo tetap eksis, di tengah serangan
budaya global yang instan. Meski ada kendala diawal, namun semua itu tidak menghalangi tekad
komunitas Reog untuk memperkenalkannya kepada masyarakat Riau.
Bisa dibilang, Reog sarat dengan upacara adat Jawa dan di Riau mayoritas adalah suku Melayu.
Kehadiran tradisi Reog menjadi sesuatu yang menarik untuk jadi pelajaran bangsa Indonesia.
Dalam beberapa hari besar, Reog Ponorogo selalu ditampilkan oleh masyarakat Riau.
Contohnya saat merayakan Tahun Baru Hijriyah, seni ini digelar untuk menghibur masyarakat
yang hadir.
Dulu, kegiatan Reog dinilai mengandung mistis dikarenakan ada aksi memakan kaca. Namun
saat ini, tradisi Reog sudah jauh dari nilai tersebut.
Baca : Senjata Tradisional Riau
Demikian ulasan tentang upacara, tradisi dan adat istiadat yang ada di Riau. Semoga saja dapat
menambah wawasan pembaca. Mari kita sama – sama jaga dan lestarikan budaya Indonesia.
Jangan sampai hilang ditelan sejarah.
https://www.silontong.com/2018/11/06/upacara-tradisional-riau/

Anda mungkin juga menyukai