Paradigma Interpretive Pada Akuntansi PDF
Paradigma Interpretive Pada Akuntansi PDF
http://journal.trunojoyo.ac.id/pamator
ISSN: 1829-7935
Received: Juni 2017; Accepted: Oktober 2017
Paradigma Interpretif pada Riset Akuntansi (Sebuah Opini: Peneliti Pemula tidak
Terjebak dalam Penelitian Minimalis Akuntansi)
Mohamad Djasuli
Universitas Trunojoyo Madura
ABSTRAK
Paradigma interpretif dalam riset akuntansi hadir sebagai salah satu wujud dari kritik atas paradigma
positif yang telah lama menjadi dominasi dalam penelitian atau riset akuntansi. Paradigma positif
dianggap tidak dapat memberikan gambaran atau hasil secara nyata atas kejadian yang sebenarnya karena
menganggap data sebagai value free padahal sarat akan nilai (Kamayanti: 2016) sosial dan menganggap
hasil riset sebagai hasil yang umum atau general. Tantangan bagi peneliti akuntansi yang menggunakan
paradigma interpretif adalah jangan sampai membahas ilmu sosial, budaya, ataupun psikologi lebih
banyak daripada akuntansinya, terutama bagi peneliti pemula. Penulis memberikan opini bahwa sepuluh
jenis klasifikasi pada akuntansi keperilakuan dapat dijadikan panduan bagi peneliti yang melakukan riset
dengan paradigma interpretif agar tidak keluar jalur dari akuntansi.
Kata Kunci: Paradigma Interpretif, Akuntansi, Paradigma Positif, Akuntansi Keprilakuan
ABSTRACT
Interpretive paradigm has arrived as one of the critics for the positivism paradigm which has dominated
in the field of accounting research for long times. For those who opposed the positivism paradigm have
argued that the result of its research has failed to deliver and provide a significant result which show an
exact fact from the event because the paradigm merely relies on numeric value which is also deemed as
value free when it is actually full of values (Kamayanti: 2016) and also, the result is consedered as general.
However, challenge has occured for the accounting researcher who decides to use interpretive paradigm,
like a doubtful from others that the reserch will be dominated by the science of social, culture, or psycology
rather than accounting. Thus, this article suggests to use 10 classification of research fields in behavioral
accounting in order to give guidance for the researchers to stay aside in our accounting when conducting
accounting research with interpretive paradigm.
Key words: interpretive paradigm, accounting, positivism paradigm, and behavioral accounting
anggapan bahwa akuntansi lebih tepat direpresenta- jelasan spesifik terhadap pola tersebut dan mem-
sikan dengan angka dan model matematika ataukah berikan kerangka yang jelas dalam memahami
dapat disimbiosiskan dengan ilmu sosial dan tidak akuntansi serta mendorong riset relevan dimana
menjeneralisasikan hasil dari penelitian tersebut. akuntansi menekankan pada prediksi dan penjelas-
Artikel ini mendiskusikan bagaimana anterhadap fenomena akuntansi. Dengan kata lain,
paradigma interpretif sebagai sebuah paradigma teori akuntansi positif dalam akuntansi adalah un-
alternatif dalam riset akuntansi, hubungannya den- tuk menjelaskan (to explain) dan meramalkan (to
gan akuntansi keperilakuan dan bagaimana batasan predict) pilihan standar manajemen melalui analisis
yang harus diperhatikan oleh peneliti agar tidak atas biaya dan manfaat dari pengungkapan keuan-
keluar dari ke-akuntansi-annya. Walaupun begitu gan terterntu dalam hubungannya dengan berbagai
artikel ini tetap akan mendiskusikan perkembangan individu dan pengalokasian sumber daya ekonomi
paradigma akuntansi sebelum masuk dalam pemba- (Setijaningsih: 2012) .
hasan inti. Kemudian riset akuntansi yang berkem-
bang merupakan riset akuntansi positif dengan be-
Perkembangan Akuntansi Dari Masa ke Masa berapa pilar yang dianggap sebagai patokan riset
Paradigma terhadap sebuah ilmu selalu mengalami akuntansi positif (Belkaoui, 2004:182) yaitu:
evolusi dan revolusi selama manusia masih bertahta 1. Serangkaian kemungkinan tindakan pada setiap
di dunia ini. Ilmuwan, akademisi dan praktisi mem-
periode di dalam horizon waktu
berikan kontribusi yang sangat signifikan dalam per-
jalanan tersebut, termasuk didalamnya adalah ilmu 2. Suatu fungsi pegembalian hasil atas peristiwa-
Akuntansi. Perdebatan pendapat dalam jurnal ilmi- peristiwa yang terjadi selama periode yang
ah merupakan salah satu bentuk proses pengemban-
bersangkutan
gan ilmu itu sendiri. Dalam ilmu akuntansi bahkan
perdebatan tersebut termasuk mendefinisikan akun- 3. Hubungan probabilistik antara peristiwa-
tansi sebagai “seni” (art), “ilmu” (science) (Ghoza- peristiwa di masa lalu dan masa depan
li: 2004), ataukah teknologi (Nofianti: 2012). Pen-
definisian akuntansi pada awalnya memang sebagai 4. Peristiwa dan pertanda dari sistem informasi,
“seni” yang terbaca dalam buku-buku teks akuntan- termasuk pertanda di masa lalu dan masa depan
si pada tahun 1960-an dimana salah satunya adalah
5. Serangkaian aturan keputusan sebagai fungsi
definisi dari Pyle dan White (1969) bahwa akuntansi
adalah “seni mencatat dan meringkas transaksi-tran- dari pertanda tersebut
saksi bisnis dan mengintepretasikan pengaruhnya Dapat terlihat bahwasannya akuntansi
terhadap kegiatan unit ekonomi” (Ghozali: 2004). positif memberikan titik berat kepada penjelasan
Selanjutnya, Ghozali (2004) mengemukakan bahwa dan ramalan (prediksi), sehingga pendekatan positif
perdebatan definisi akuntansi sebagai seni dimulai selalu menetapkan berbagai faktor yang mungkin
pada tahun 1970-an, dimana para akademisi akun- mempengaruhi faktor rasional dalam bidang akun-
tansi mulai melakukan penolakan terhadap definisi tansi (Setijaningsih: 2012). Hingga saat inipun, riset
akuntansi sebagai seni dan memberikan penda- akuntansi dengan menggunakan paradigma positif
pat bahwa akuntansi adalah sebuah ilmu sehingga inipun masih mendominasi dan kebanyakan meng-
pengembangan akuntansi haruslah sebagai ilmu. gunakan model matematis dan pengujian hipote-
Pendefinisian akuntansi sebagai ilmu sis statistik. Terutama pada jurnal-jurnal ternama
tersebut akhirnya dikenal dengan sebutan akuntansi bidang akuntansi seperti The Accounting Review,
positif dengan pelopornya adalah Watts dan Zim- Journal of Accounting Research, dan Journal of
merman (1979) dimana mereka memiliki artikel Management Accounting Research (Ghozali: 2004).
yang memperoleh penghargaan dari AICPA award Riset Akuntansi dengan pendekatan positif
for notable Contribution to The Accounting Lit- melihat manusia sebagai kesatuan yang secara pasif
erature dengan judul “Towards a Positive Theory digambarkan dengan cara obyektif seperti yang ter-
of The Determination of Accounting Standard”. dapat dalam hasil penelitian akuntansi seperti con-
Artikel tersebut telah menjadikan teori akuntansi tingency theory of management accounting (Govin-
postif sebagai paradigma riset akuntansi yang domi- darajan, 1984; Hayes, 1977; Kwandwalla, 1972),
nan yang berbasis empiris kualitatif dan dapat di- Information processing mechanism (Libby, 1975),
gunakan untuk menjustifikasi berbagai teknik atau efficient capital market research (Ball and Brown,
metode akuntansi yang sekarang digunakan atau 1968), dan Agency Theory (Baiman, 1982) yang
mencari model baru untuk pengembangan teori merupakan teori-teori yang muncul untuk menemu-
akuntansi dikemudian hari (Setijaningsih: 2012). kan realitas obyektif atau general (Ghozali: 2004).
Akuntansi positif memberikan kontribusi dan pen- Pada setiap analisis yang dilakukan, aliran
Jurnal Pamator, 10(2) Oktober 2017: 97-106 99
Tabel 1
Perspektif Paradigma Interpretif Oleh Chua (1986)
No Perspektif Penjelasan Poin Penting Lain
1 keyakinan atas 1. Penyelidikan yang 1. Disarankan kuat untuk
pengetahuan (Beliefs memberikan penjelasan ilmiah melakukan observasi
about Knowledge) atas niat dibalik tindakan atas partisipan penelitian,
manusia studi kasus, dan pekerjaan
etnografi
2. Kecukupannya dinilai lewat
kriteria atas konsistensi logis, 2. Aktor/informan dipelajari
interpretasi subyektif, dan dalam kehidupan sehari-
persetujuan aktor tentang harinya
penjelasan/intrepretasi yang
ditulis atau dipahami oleh
peneliti (p.164)
2 keyakinan atas kenyataan 1. Kenyataan sosial muncul, 1. Kerangka Sosial sudah
sosial dan fisik (Beliefs tercipta dari individu-individu terbentuk
about Physical and Social , dan melalui interaksi antar
Reality) sesama manusia 2. Konflik sosial dimediasi
dengan skim umum yang
2. Segala tindakan memiliki telah terbiasa dilakukan
arti dan niat yang merupakan dan memiliki makna secara
cerminan atas praktik sosial sosial
dan sejarah
3 hubungan antara teori dan Teori hanya dibutuhkan untuk 1. Teori dapat digunakan
praktek menjelaskan tindakan dan sebagai suatu payumg yang
memperkuat pengertian dan kemudian diturunkan dalam
pemahaman tentang bagaimana metodologi hingga metode
sebuah kerangka sosial terbentuk penelitian
dan bereproduksi
(Kamayanti, 2016:56-57)
kehilangan satu elemen penting, yaitu asumsi Tu- gendalian anggaran oleh Boland dan Pondy (1983
han dalam ilmu pengetahuan. Selanjutnya, resume dalam Chua (1986) yang menggambarkan anggaran
ini hanya akan berfokus pada paradigma Interpretif bukan sebagai obyek yang tetap dan permanen, mel-
saja. ainkan dapat berubah peran ketika ia diperlakukan
Chua (1986: 615), membagi asumsi atau sebagai anggaran pada umumnya ataupun ketika
paradigma Interpretif menjadi 3 (tiga) perspek- berperan sebagai alat untuk kepentingan kelompok
tif, yaitu: (1) keyakinan atas pengetahuan (Beliefs tertentu. Nurhayati (2015) juga berpendapat bahwa
about Knowledge), (2) keyakinan atas kenyataan perkembangan akuntansi tidak dapat dilepaskan
sosial dan fisik (Beliefs about Physical and Social dengan perkembangan dunia sosial sehingga untuk
Reality), dan (3) hubungan antara teori dan praktek menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam
yang tergambar dalam tabel 1. dunia akuntansi maka harus dicari pendalaman
Melihat penjelasan diatas, maka lebih ban- makna melalui paradigma Interpretif. Selanjutnya
yak mengarah pada penelitian sosial, lalu bagaimana Somantri (2005) dalam Darmayasa dan Aneswari
implementasi paradigma interpretif pada penelitian (2016) dan menyatakan bahwa akuntansi merupa-
akuntansi? Chua (1986: 615-619) menjelaskan dan kan sebuah praktek atau implementasi ilmu yang
memberikan contoh penelitian tentang sistem pen- berhubungan erat dengan organisasi, manusia, ling-
Jurnal Pamator, 10(2) Oktober 2017: 97-106 101
kungan, dan ideologi serta berpengaruh terhadap tansi yang tidak hanya melihat accounting number
perkembangan masyarakat maupun sebaliknya. Se- atau angka saja, akan tetapi menekankan pada sisi
lain itu Scapens (2008) dalam Darmayasa dan An- non akuntansi yang dinilai akan mempengaruhi
eswari (2016) mengungkapkan bahwa paradigma pengambilan keputusan organisasi atau perusahaan.
Interpretif sanggup memperkaya bangunan ilmu Munculnya akuntansi keperilakuan ini merupakan
pengetahuan pada penggambaran teori organisa- sebuah terobosan akan ketidakpuasan atas hasil
sional, sosiologi, teori sosial, dan politik. Dengan akuntansi normatif dan akuntansi positif yang han-
demikian, paradigma interpretif dalam ilmu akun- ya mengedepankan numbers, kenyataan di lapangan
tansi menjadi sebuah oase yang dapat berguna bagi hasil peneltian tidak mampu mengatasi permasala-
perkembangan ilmu akuntansi dan bagi masyarakat han yang sebenarnya terjadi dalam tataran praktis,
sebagai lahan implementasi akuntansi itu sendiri. karena selama ini mengesampingkan faktor sosial
Jika paradigma positif lebih banyak menggunakan dan budaya dalam penelitian tersebut, selain itu il-
angka sebagai parameter dan memandang akuntansi muwan akuntansi positif telah memiliki kesadaran
sebagai obyek yang tetap dan statis, maka, para- open-ended terhadap ilmu sosial lain sehingga mun-
digma Interpretif dapat memanusiakan akuntansi cullah akuntansi keperilakuan (Norhadi: 2006).
(Nurhayati: 2015) karena interaksi akuntansi den- Riset bidang akuntansi keperilakuan ini,
gan lingkungan sosial ternyata sangat berpengaruh jika dilihat dari nama dan definisi seharusnya tu-
dalam pengambilan keputusan akuntansi itu sendiri. rut mengamini kritik yang ditujukan kepada riset
Walaupun demikian, peneliti harus ter- akuntansi positif yang menempatkan manusia atau
lebih dahulu mempelajari dan memahami dengan pelaku yang membentuk situasi sosial sebagai
baik tentang teknik pelaksanaan penelitian dengan obyek yang pasif karena riset lebih menitikberat-
menggunakan paradigma interpretif agar tidak ter- kan pada angka. Akan tetapi riset bidang akuntansi
jebak dengan paradigma positif yang mungkin telah keprilakukan ternyata juga masih didominasi oleh
terlebih dahulu merasuki pola pikir dan pola hidup paradigma positif (Kusuma: 2003 dan Meyer &
sehari-hari dalam memahami akuntansi dan prak- Rigsby (2001) dalam Kuang (2010). Pertanyaannya
teknya. Sayapun masih harus mempelajari paradig- adalah, mengapa saya memasukkan pembahasan
ma ini dari awal permulaan untuk dapat memahami penelitian bidang akuntansi keperilakuan ini dalam
dan mempraktekkannya. artikel bertemakan paradigma interpretif untuk ri-
set akuntansi? Karena paradigma interpretif sangat
Ilmu Sosial dalam Riset Akuntansi dan Akun- mengedepankan teori-teori sosial juga, sementara
tansi Keperilakuan seorang peneliti akuntansi, apapun paradigma yang
Akuntansi telah mengalami revolusi dan evolusi digunakan, tidaklah boleh untuk kehilangan sense
selama bertahun-tahun dan terus menerus ber- of accountancy dalam karya-karya yang dihasilkan-
proses hingga saat ini. Tidak hanya pemahaman nya. Harus diingat bahwa jangan sampai kajian
atas pedefinisian akuntansi itu sendiri apakah se- budaya dan sosial lebih mendominasi daripada
bagai sebuah seni atau sebuah ilmu ataukah sebuah akuntansinya (Kamayanti; 2016:105). Menurut
teknologi, namun proses tersebut juga termasuk penulis, dengan pemahaman yang mumpuni atas
pada penelitian bidang akuntansi. Pernyataan bah- konsep akuntansi keperilakuan, seorang peneliti
wa akuntansi tidaklah hanya sebuah seni akan tetapi akuntansi mampu mengontrol diri dalam penulisan
juga sebuah ilmu turut melahirkan paradigma akun- karyanya untuk tidak terlalu didominasi dengan
tansi positif yang menggiring riset akuntansi men- kajian sosial budaya yang menjauhi ilmu akun-
jadi direpresentasikan dengan numerical view atau tansinya. Subbab ini akan menyajikan pemahaman
angka-angka, model matematika, dan obyektivitas singkat terkait dengan akuntansi keperilakuan dari
atau generalisasi hasil penelitian pada sekitar tahun beberapa riset yang telah dilakukan.
1970an yang dipelopori oleh Watts dan Zimmer- Pertama-tama, kita mengingat bahwa
man (1979). Hingga akhirnya lahir pula kritik atas akuntansi merupakan suatu fungsi penyediaan
pendekatan tersebut seperti dari Chua (1986) dan jasa informasi yang digunakan untuk pengambilan
Sterling (1990). Pemikiran yang diajukan didasari keputusan-keputusan ekonomik. Berdasarkan sudut
oleh pemikiran dari peneliti sosial seperti Burrel pandang ini, informasi akuntansi dapat dibagi men-
dan Morgan (1979) dan peneliti-peneliti sosial lain- jadi dua yaitu informasi akuntansi keuangan dan in-
nya. Hal tersebut melahirkan salah satu paradigma formasi akuntansi manajemen. Informasi akuntansi
alternatif dalam riset akuntansi yaitu paradigma in- keuangan ditujukan secara khusus bagi pemakai ek-
terpretif. Dilain pihak, terdapat cabang ilmu akun- sternal, umumnya adalah pihak investor dan kredi-
tansi yang telah menggandeng ilmu sosial yaitu tor. Informasi akuntansi manajemen ditujukan bagi
yang dikenal dengan ilmu akuntansi keperilakuan pihak internal, yaitu manajemen perusahaan. Akun-
atau behaviour accounting, merupakan riset akun- tansi keperilakukan merupakan bagian dari ilmu
102 |Mohamad Djasuli: Paradigma Interpretif pada Riset Akuntansi
Gambar 1
Evolusi Penelitian Akuntansi Keperilakuan
Sumber: Burgstahler, Sundem,1989. The Evolution of Behavioral Accounting Research in The United
States, 1968-1987, Behavioral Research in Accounting Accounting.Vol 1:75 dalam Kuang (2010)
akuntansi yang perkembangannya semakin mening- dalam bentuk satuan unit moneter. Hal ini sejalan
kat dalam 25 tahun belakangan ini. Hal itu, ditandai dengan definisi akuntansi yang dikemukakan oleh
dengan lahirnya sejumlah jurnal dan artikel yang Accounting Principles Board (1970). Accounting is
berkenaan dengan keperlakukan seperti Behaviour a service activity. Its function is to provide quan-
Research in Accounting . Riset keperilakukan dapat titative information, primarily financial in nature,
ditelusuri sejak tahun 1960-an atau lebih awal yaitu about economic entities that is intended to be use-
sejak double entry ditemukan oleh Lucas Pacioli ful in making economic decisions. Berbeda dengan
(1949). Karya monumental yang lebih riil riset ten- akuntansi keuangan dan manajemen, akuntansi ke-
tang akuntansi keperilakukan adalah Controllership perilakuan menyajikan informasi yang bersifat non
Foundation of American (1951) yang menyelidiki keuangan. Informasi yang diberikan dapat berupa
dampak anggaran terhadap manusia dan studi Hof- motivasi, tingkat turnover, absensi, gaya kepem-
sted & Kinerd (1970), yang mengangkat topik per- impinan, budaya organisasi, dan lain-lain, yang
ilaku akuntan dan non-akuntan oleh fungsi akuntan- seringkali bersifat kualitatif. Informasi ini dapat
si dan non akuntansi (Ishak & Ishak, 2004) dalam digunakan sebagai pendamping informasi keuan-
Kuang (2010). gan, sehingga meningkatkan kemampuan pemakai
Hadayati (2002) dalam Norhadi (2006) dalam pengambilan keputusan. Selain memperkaya
menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu ke- informasi keuangan, mempelajari akuntansi keper-
perilakukan (behavioral science), teori-teori kep- ilakuan dapat menambah wawasan akuntan pada
erilakukan dikembangkan dari riset empiris atas saat pembuatan dan pendesainan sistem akuntansi.
perilaku manusia dalam organisasi. Dengan de- Misalnya, bagaimana partisipasi dalam penyusunan
mikian perkembangan dan pergeseran akuntansi anggaran dapat meningkatkan kinerja manajerial
keperilakukan tak perlu diragukan lagi, mengingat merupakan salah satu topik akuntansi keperilakuan
produk akuntansi dan proses akuntansi sendiri meli- yang saat ini paling banyak diteliti (Argyris, 1952;
batkan individu, kelompok, masyarakat dan negara Cherrington Cherrington, 1973; Milani, 1975;
(stakeholders), sehingga perkembangannya harus Brownell dan Mcinnes, 1986; dan lain-lain dalam
melibatkan produk keperilakuan pada lingkungan Kuang (2010).). Meskipun hasil-hasil penelitian
yang mengitarinya. Informasi akuntansi yang di- akuntansi keperilakuan seringkali masih berten-
berikan umumnya dalam bentuk kuantitatif yaitu tangan, pengetahuan aspek-aspek perilaku dalam
Jurnal Pamator, 10(2) Oktober 2017: 97-106 103
Tabel 2
Penggunaan Metode Penelitian dalam Artikel BRIA 1998-2003
Tabel 3
Karakteristik Riset Dalam Paradigma Interpretif
Kriteria Interpretif
Tujuan penelitian Mengadakan pemahaman, pemaknaan dan rekonstruksi tindakan sosial
Peran teori Sebagai langkah menyusun deskripsi dan pemahaman terhadap kelompok
masyarakat yang hendak ditelitinya
Sifat pengetahuan Merupakan rekonstruksi pemikiran individual yang kemudian berkembang
menjadi konsensus masyarakat
Peranan Common-sense Kekuatan teori berasal dari kehidupan keseharian yang harus dapat
digunakan oleh warga masyarakat secara maksimal
Akumulasi pengetahuan Lebih banyak laporan dari rekonstruksi pemikiran ; seolah berasal dari
pengalaman yang dimiliki sendiri
Lingkup eksplanasi Ideografis
Eksplanasi sejati Kesesuaian dari kehendak baik bagi mereka yang menyadari sedang belajar
Bukti yang baik Ditanamkan dalam konteks interaksi sosial
Kriteria kualitas Bersifat terpercaya dan asli serta dapat mengandung salah pengertian
Nilai dan etika Nilai merupakan bagian integral dalam interaksi social
Voice “Passionate participant” sebagai fasilitator yang banyak pilihan
dan kemampuan merekonstruksi
7. Desain penelitian BAR, mencakup artikel- berprofesi sebagai akuntan/auditor, manajer, dan
artikel yang membahas bagaimana meningkat- lain-lain. Bila dalam satu artikel penelitian terdapat
dua atau lebih tipe subjek yang digunakan, maka
kan kualitas penelitian BAR baik melalui
peneliti memasukkan seluruhnya ke dalam analisis.
pemilihan subyek, desain eksperimen, masalah Analisis penggunaan tipe subjek hanya berlaku un-
pengukuran, metoda analisis data, dan lain-lain. tuk penelitian dengan desain penelitian empiris.
8. Jalur karir akuntan, mencakup topik Tabel 2 di bawah ini menunjukkan tren
metode penelitian yang digunakan oleh artikel yang
penelitian seperti turnover, job satisfaction,
dimuat dalam jurnal BRIA pada kurun waktu ta-
mentoring, peer relationship, supervision, dan hun 1998 hingga 2003. Konsisten dengan hasil pe-
lain-lain. neltian Mark dan Rigsby (2001), hasil yang diper-
9. Etika, mencakup isu-isu yang berkaitan dengan oleh Kuang (2010) juga menunjukkan bahwa “Studi
Kasus” sebagai satu-satunya metode penelitian
tindakan etis dalam akuntansi.
yang tidak begitu positif bahkan “tidak pernah sama
10. Lain-lain, merupakan bidang penelitian yang sekali” digunakan oleh peneliti bidang akuntansi ke-
tidak termasuk dalam kesembilan kategori perilakuan. Atau dengan kata lain metode peneltian
tersebut. Biasanya mencakup kesejahteraan yang digunakan tetaplah metode peneltian dengan
paradigma positif atau metode penelitian empiris
subyek, stress dalam dunia akademik, dan lain-
walaupun topik yang dipilih adalah non keuangan
lain. seperti yang dijelaskan dalam paragraf sebelumnya.
Penelitian Kuang (2010) mengiventa-
risir penelitian akuntansi keperilakuan yang dimuat Riset Akuntansi dan Paradigma Interpretif
dalam jurnal bergengsi Behavioral Research in Ac- Mengapa penulis mengaitkan akuntasi keperilakuan
counting (BRIA) serta beberapa jurnal lain, dan dalam pembahasan paradigma interpretif ini? Tidak
merupakan pengembangan dari penelitian Kusuma lain dan tidak bukan adalah karena dalam paradigma
(1999) dan Meyer dan Rigsby (2001), menemukan interpretif, sebuah penelitian menempatkan peneliti
bahwa metoda penelitian yang digunakan dalam dan yang diteliti sebagai bagian yang seharusnya
artikel-artikel akuntansi keperilakukan dapat dibagi dapat diselami dengan baik untuk dapat mema-
atas: (1) Empiris dengan penggunaan eksperimen, hami secara mendalam atas sebuah fenomena atau
survei/kuesioner, dan interviu. (2) Nonempiris, bila kejadian baik pada seseorang maupun pada sebuah
artikel bersifat teoritis. Subjek dapat dibagi atas re- keseharian ataupun sebuah pemikiran dan keyaki-
sponden mahasiswa dan non mahasiswa yang dapat nan. Misalnya adalah dalam menyingkap tindakan
Jurnal Pamator, 10(2) Oktober 2017: 97-106 105
seorang bendahara pemerintah dalam keseharian- Menurut penulis, walaupun selama ini,
nya menjalanjakan fungsi bendahara atau mengek- bahkan di jurnal bergengsi sekelas BRIA, akuntansi
splorasi keyakinan seorang kepala desa dalam men- keperilakuan masih diteliti secara empiris, akan
gelola APBDes. Seperti yang secara spesifik tersaji tetapi, 10 klasifikasi jenis penelitian akuntansi ke-
dalam tabel 3 di bawah ini yang mengidentifikasi perilakuan yang disajikan oleh Meyer dan Rigsby
karakteristif riset dalam paradima interpretif, be- (2001) dalam Kuang (2010) akan sangat membantu
berapa penulis menyebutkan hal- sebagai berikut memberikan guidance atau panduan bagi peneliti
(Salim (2001; 75-76) dalam Ludigdo (2011)): agar tidak keluar dari jalur ke-akuntansi-an ketika
Dapat terlihat dalam tabel 3 di atas bahwa melakukan riset akuntansi dengan paradigma in-
riset dengan paradigma interpretif sangat memaknai terpretif. Sehingga, ketakutan atas sangkaan bahwa
keadaan sosial pada situs penelitian, baik dari ak- riset akuntansi yang menggunakan paradigma inter-
tornya, tindakannya, pemikirannya, dan semacam pretif akan lebih banyak membahas ilmu budaya,
ini tidak hanya menggunakan ilmu akuntansi saja, sosial, psikologi, ataupun sumberdaya manusia da-
akan tetapi akan menggunakan ilmu sosiologi, pat lambat laun dieliminasi dan timbul kepercayaan
psikologi, dan bahkan budaya dalam mengkaji dan diri pada diri peneliti.
menyusun penelitian tersebut. Sementara itu, ling-
kup penelitian akuntansi keperilakukan, seperti SIMPULAN
yang telah dijelaskan di atas adalah: (1) Pengenda- Paradigma interpretif hadir disaat peneliti bidang
lian Manajerial, (2) Pemrosesan Informasi Akun- akuntansi menganggap paradigma positif tidak
tansi, (3) Desain Sistem Informasi Akuntansi, (4) mampu memunculkan sebuah kejujuran akan se-
Auditing, (5) Sosiologi Organisasional, (6) Historis/ buah kenyataan, dan hanya mampu menganalisis
Kategoris/Penelitian di Masa Datang, (7) Desain secara numerik, model matematika, dan menjen-
Penelitian Behavioral Accounting Research (BAR), eralisasi segala sesuatu yang berakibat gagalnya
(8) Jalur Karir Akuntan, (9) Etika, (10 Lain-Lain, hasil riset untuk mengatasi masalah pada tataran
seperti kesejahteraan subyek, stress dalam profesi, praktis. Penelitian dengan paradigma positif tidak
dan sebagainya (Kuang:2010). Klasifikasi lingkup mengidahkan manusia dan proses sosial sebagai
penelitian dalam akuntansi keperilakuan tersebut pembentuk atas kondisi sosial itu sendiri. Semen-
sangat membantu peneliti agar tetap dalam kittah tara itu, akuntansi keperilakuan sebagai salah satu
nya sebagai ilmuwan bidang akuntansi dan tidak bidang akuntansi, lahir ketika peneliti akuntansi
terjebak dalam pembahasan sosial, budaya, maupun aliran positif mulai menyadari bahwa akuntansi
psikologi ataupun sumberdaya manusia. Walaupun bukan hanya sebuah kumpulan angka-angka yang
begitu poin (10) yaitu “lain-lain”, menyisakan se- dianalisis dengan berbagai model matematika, yang
buah ruang terbuka yang masih bisa dieksplorasi nantinya malah akan mendistorsi akuntansi itu
bagi peneliti akuntansi. sendiri, akan tetapi dapat dianalisis pula faktor non
Akan tetapi, tantangan besar terbuka bagi keuangannya dengan melibatkan ilmu lain seperti
peneliti akuntansi yang memilih untuk melakukan ilmu sosial, budaya, maupun psikologi yang nantin-
riset dengan paradigma interpretif ataupun non ya dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
positif. Sangsi dan suudzon beberapa kali terucap penting pada bidang akuntansi. Akuntansi keper-
dari rekan peneliti akuntansi yang masih setia pada ilakuan memiliki 10 spesifikasi bidang kajian yang
jalur akuntansi paradigma positif, yaitu dengan menurut penulis dapat digunakan sebagai panduan
mempertanyakan “Dimana Akuntansinya?” ataupun atau pagar bagi peneliti akuntansi yang melakukan
“Ini kan hanya untuk situasi tertentu saja, bagaima- riset dengan paradigma interpretif agar tetap me-
na bisa disebut sebagai hasil riset kalau tidak da- megang teguh ke-akuntansi-annya walaupun hingga
pat berlaku umum?”. Tujuan luhur dari paradigma saat ini riset akuntansi keperilakuan masih banyak
interpretif adalah dengan menyajikan tacit knowl- yang menggunakan metodologi empiris atau para-
edge (Kamayanti:2016), atau pengetahuan yang digma positif.
tersembunyi dari sebuah kejadian, fenomena, atau-
pun tindakan dengan memberikan fakta terdalam, DAFTAR PUSTAKA
menyibak yang tersembunyi, sehingga masyarakat Belkaoui , Ahmed Riohi, (2004), Accounting Theo-
dapat memahami ada apa dibalik sebuah angka, ry, Salemba Empat, Jakarta
tindakan,ataupun sikap menjadi seketika tertohok,
terutama bagi peneliti pemula yang belum sepe- Burrel, G, dan Morgan, G., (1979). Sociological
nuhnya memahami filosofi dan hakikat dari para- Paradigms and Organisational Analysis:
digma interpretif. Penulis, sebagai seorang pemula- Elements of the Sociology of Corporate
pun seringkali mengalami hal tersebut baik sebagai Life, Great Britain: Arena.
pembimbing maupun sebagai peneliti.
106 |Mohamad Djasuli: Paradigma Interpretif pada Riset Akuntansi
Chua, W.F.(1986), Radical Developments in Ac- Salim, Agus, (2001), Teori dan Paradigma Peneli-
counting Thought. The Accounting Re- tian Sosial. Pt. Tiara Wacana, Yogyakarta.
view, 61(4), 601-632.
Setijaningsih, (2012), Teori Akuntansi Positif Dan
Djamhuri, Ali (2011), Ilmu Pengetahuan Sosial Konsekuensi Ekonomi, Jurnal Akuntansi/
Dan Berbagai Paradigma Dalam Kajian Volume XVI, No. 03, September 2012:
Akuntansi. Malang. 427-438.