Anda di halaman 1dari 10

Volume 10 Nomor 2, Oktober 2017 Hlm 97-106

http://journal.trunojoyo.ac.id/pamator
ISSN: 1829-7935
Received: Juni 2017; Accepted: Oktober 2017

Paradigma Interpretif pada Riset Akuntansi (Sebuah Opini: Peneliti Pemula tidak
Terjebak dalam Penelitian Minimalis Akuntansi)

Mohamad Djasuli
Universitas Trunojoyo Madura
ABSTRAK
Paradigma interpretif dalam riset akuntansi hadir sebagai salah satu wujud dari kritik atas paradigma
positif yang telah lama menjadi dominasi dalam penelitian atau riset akuntansi. Paradigma positif
dianggap tidak dapat memberikan gambaran atau hasil secara nyata atas kejadian yang sebenarnya karena
menganggap data sebagai value free padahal sarat akan nilai (Kamayanti: 2016) sosial dan menganggap
hasil riset sebagai hasil yang umum atau general. Tantangan bagi peneliti akuntansi yang menggunakan
paradigma interpretif adalah jangan sampai membahas ilmu sosial, budaya, ataupun psikologi lebih
banyak daripada akuntansinya, terutama bagi peneliti pemula. Penulis memberikan opini bahwa sepuluh
jenis klasifikasi pada akuntansi keperilakuan dapat dijadikan panduan bagi peneliti yang melakukan riset
dengan paradigma interpretif agar tidak keluar jalur dari akuntansi.
Kata Kunci: Paradigma Interpretif, Akuntansi, Paradigma Positif, Akuntansi Keprilakuan

ABSTRACT
Interpretive paradigm has arrived as one of the critics for the positivism paradigm which has dominated
in the field of accounting research for long times. For those who opposed the positivism paradigm have
argued that the result of its research has failed to deliver and provide a significant result which show an
exact fact from the event because the paradigm merely relies on numeric value which is also deemed as
value free when it is actually full of values (Kamayanti: 2016) and also, the result is consedered as general.
However, challenge has occured for the accounting researcher who decides to use interpretive paradigm,
like a doubtful from others that the reserch will be dominated by the science of social, culture, or psycology
rather than accounting. Thus, this article suggests to use 10 classification of research fields in behavioral
accounting in order to give guidance for the researchers to stay aside in our accounting when conducting
accounting research with interpretive paradigm.
Key words: interpretive paradigm, accounting, positivism paradigm, and behavioral accounting

PENDAHULUAN in science, as in other fields, is to shake off accepted


Paradigma penelitian bidang akuntansi selalu men- views” (Gioia dan Pitre, 1990) yang artinya adalah
jadi pembahasan yang tidak pernah habis. Mengapa bahwa hal tersulit bagi seorang imuwan adalah ke-
demikian? Salah satu perumpamaan paradigma tika berhadapan atau bertemu dengan sebuah pan-
adalah mengibaratkannya sebagai jendela tempat dangan baru atau yang lain daripada yang biasanya,
orang mengamati dunia luar atau menjelajahi dunia sehingga akan muncul sebuah kegundahan hati bagi
melalui wawasannya (world-view) atau dapat dika- sang Ilmuwan apakah menerima tanpa terpengaruh
takan sebagai a mental window, tempat terdapatnya ataukah pada akhirnya berpindah sudut pandang
bingkai yang tidak perlu dibuktikan kebenarannya dari yang sebelumnya telah dianut.
karena masyarakat pendukung paradigma telah me- Sebagai seorang yang hidup pada masa
miliki kepercayaan (Salim: 2001). Bhaskar, Roy sekarang, kita telah melewati masa-masa dimana
(1989: 88-90) dalam Salim (2001) mengartikan pertumbuhan paradigma penelitian bidang akuntan-
paradigma sebagai sebuah asumsi yang dianggap si dan sangatlah bersyukur ketika kita dapat mem-
benar. Perlu digarisbawahi adalah “asumsi yang pelajari masing-masing paradigma tersebut secara
dianggap benar” tersebut, karena hal tersebut dapat menyeluruh sambil tetap turut serta dalam pengem-
menciptakan jurang yang lebar dan dalam manakala bangan berkelanjutan dari penelitian akuntansi.
terdapat kelompok lain yang memiliki paradigma Akuntansi sebagai sebuah seni maupun sebagai se-
berbeda untuk ilmu yang sama. Karena itu tidaklah buah ilmu merupakan sebuah perbedaan pandangan
mengherankan ketika Sarton (1929) dalam Djam- yang tetap menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan
huri (2011) mengatakan: “The most difficult thing akuntansi. Belum lagi, perbedaan paradigma atas

Corresponding author : 97
Address : Jl. Raya Telang 2, Kamal Bangkalan © 2017 LPPM-UTM
Email : mdjasuli@gmail.com
98 | Mohamad Djasuli: Paradigma Interpretif pada Riset Akuntansi

anggapan bahwa akuntansi lebih tepat direpresenta- jelasan spesifik terhadap pola tersebut dan mem-
sikan dengan angka dan model matematika ataukah berikan kerangka yang jelas dalam memahami
dapat disimbiosiskan dengan ilmu sosial dan tidak akuntansi serta mendorong riset relevan dimana
menjeneralisasikan hasil dari penelitian tersebut. akuntansi menekankan pada prediksi dan penjelas-
Artikel ini mendiskusikan bagaimana anterhadap fenomena akuntansi. Dengan kata lain,
paradigma interpretif sebagai sebuah paradigma teori akuntansi positif dalam akuntansi adalah un-
alternatif dalam riset akuntansi, hubungannya den- tuk menjelaskan (to explain) dan meramalkan (to
gan akuntansi keperilakuan dan bagaimana batasan predict) pilihan standar manajemen melalui analisis
yang harus diperhatikan oleh peneliti agar tidak atas biaya dan manfaat dari pengungkapan keuan-
keluar dari ke-akuntansi-annya. Walaupun begitu gan terterntu dalam hubungannya dengan berbagai
artikel ini tetap akan mendiskusikan perkembangan individu dan pengalokasian sumber daya ekonomi
paradigma akuntansi sebelum masuk dalam pemba- (Setijaningsih: 2012) .
hasan inti. Kemudian riset akuntansi yang berkem-
bang merupakan riset akuntansi positif dengan be-
Perkembangan Akuntansi Dari Masa ke Masa berapa pilar yang dianggap sebagai patokan riset
Paradigma terhadap sebuah ilmu selalu mengalami akuntansi positif (Belkaoui, 2004:182) yaitu:
evolusi dan revolusi selama manusia masih bertahta 1. Serangkaian kemungkinan tindakan pada setiap
di dunia ini. Ilmuwan, akademisi dan praktisi mem-
periode di dalam horizon waktu
berikan kontribusi yang sangat signifikan dalam per-
jalanan tersebut, termasuk didalamnya adalah ilmu 2. Suatu fungsi pegembalian hasil atas peristiwa-
Akuntansi. Perdebatan pendapat dalam jurnal ilmi- peristiwa yang terjadi selama periode yang
ah merupakan salah satu bentuk proses pengemban-
bersangkutan
gan ilmu itu sendiri. Dalam ilmu akuntansi bahkan
perdebatan tersebut termasuk mendefinisikan akun- 3. Hubungan probabilistik antara peristiwa-
tansi sebagai “seni” (art), “ilmu” (science) (Ghoza- peristiwa di masa lalu dan masa depan
li: 2004), ataukah teknologi (Nofianti: 2012). Pen-
definisian akuntansi pada awalnya memang sebagai 4. Peristiwa dan pertanda dari sistem informasi,
“seni” yang terbaca dalam buku-buku teks akuntan- termasuk pertanda di masa lalu dan masa depan
si pada tahun 1960-an dimana salah satunya adalah
5. Serangkaian aturan keputusan sebagai fungsi
definisi dari Pyle dan White (1969) bahwa akuntansi
adalah “seni mencatat dan meringkas transaksi-tran- dari pertanda tersebut
saksi bisnis dan mengintepretasikan pengaruhnya Dapat terlihat bahwasannya akuntansi
terhadap kegiatan unit ekonomi” (Ghozali: 2004). positif memberikan titik berat kepada penjelasan
Selanjutnya, Ghozali (2004) mengemukakan bahwa dan ramalan (prediksi), sehingga pendekatan positif
perdebatan definisi akuntansi sebagai seni dimulai selalu menetapkan berbagai faktor yang mungkin
pada tahun 1970-an, dimana para akademisi akun- mempengaruhi faktor rasional dalam bidang akun-
tansi mulai melakukan penolakan terhadap definisi tansi (Setijaningsih: 2012). Hingga saat inipun, riset
akuntansi sebagai seni dan memberikan penda- akuntansi dengan menggunakan paradigma positif
pat bahwa akuntansi adalah sebuah ilmu sehingga inipun masih mendominasi dan kebanyakan meng-
pengembangan akuntansi haruslah sebagai ilmu. gunakan model matematis dan pengujian hipote-
Pendefinisian akuntansi sebagai ilmu sis statistik. Terutama pada jurnal-jurnal ternama
tersebut akhirnya dikenal dengan sebutan akuntansi bidang akuntansi seperti The Accounting Review,
positif dengan pelopornya adalah Watts dan Zim- Journal of Accounting Research, dan Journal of
merman (1979) dimana mereka memiliki artikel Management Accounting Research (Ghozali: 2004).
yang memperoleh penghargaan dari AICPA award Riset Akuntansi dengan pendekatan positif
for notable Contribution to The Accounting Lit- melihat manusia sebagai kesatuan yang secara pasif
erature dengan judul “Towards a Positive Theory digambarkan dengan cara obyektif seperti yang ter-
of The Determination of Accounting Standard”. dapat dalam hasil penelitian akuntansi seperti con-
Artikel tersebut telah menjadikan teori akuntansi tingency theory of management accounting (Govin-
postif sebagai paradigma riset akuntansi yang domi- darajan, 1984; Hayes, 1977; Kwandwalla, 1972),
nan yang berbasis empiris kualitatif dan dapat di- Information processing mechanism (Libby, 1975),
gunakan untuk menjustifikasi berbagai teknik atau efficient capital market research (Ball and Brown,
metode akuntansi yang sekarang digunakan atau 1968), dan Agency Theory (Baiman, 1982) yang
mencari model baru untuk pengembangan teori merupakan teori-teori yang muncul untuk menemu-
akuntansi dikemudian hari (Setijaningsih: 2012). kan realitas obyektif atau general (Ghozali: 2004).
Akuntansi positif memberikan kontribusi dan pen- Pada setiap analisis yang dilakukan, aliran
Jurnal Pamator, 10(2) Oktober 2017: 97-106 99

positifis menganggap dirinya sebagai pengamat Selanjutnya, pemikiran-pemikiran kom-


yang netral, obyektif dan bebas nilai (value free) prehensif peneliti akuntansi semakin banyak yang
dari fenomena akuntansi yang diamati (Indriantoro, muncul dan memberikan alternatif baru pada para-
1999). Bahkan, akuntansi positif berusaha mencoba digma penelitian bidang akuntansi. Salahsatu pe-
untuk menemukan “kebenaran“ yang obyektif den- mikiran yang memberikan kontribusi dalam mem-
gan cara memanifestasikan realitas dalam bentuk berikan alternatif paradigma penelitian akuntansi
angka-angka. Morgan (1988, 480) mengatakan hal adalah Chua. Chua (1986), mengemukakan bahwa
tersebut sebagai numerical view of reality, di mana perspektif penelitian bidang akuntansi selama ini
pandangan tersebut menyoroti aspek realitas yang dipandu oleh asumsi yang dominan dengan menga-
dapat diukur secara kuatitatif dan membangun rah pada “masalah yang bersifat mendunia” dengan
kerangka akuntansi seperti aliran biaya, pendapatan, “bukti-bukti yang dapat diterima secara ilmiah”, pa-
dan nilai-nilainya dengan mengabaikan aspek-apek dahal sejak tahun 1980-an telah ada tokoh peneliti
realitas yang tidak dapat diukur secara kuantitatif. bidang akuntansi yang sudah berpendapat bahwa
Dengan asumsi-asumsi dan konvensi-konvensi akuntansi adalah ilmu multiparadigma (Belkaoui:
tersebut, dunia realitas tereduksi menjadi dunia an- 1981) dalam Kamayanti (2016) ditengah masih ter-
gka-angka akuntansi (accounting numbers). us adanya perdebatan terkait hubungan antara ilmu
Seiring berjalannya waktu, keberadaan akuntansi, teorinya, dan prakteknya pada organisasi.
akuntansi postif yang begitu pesat inipun mulai Penelitian Chua memiliki makna yang dalam bagi
menuai kritik dari berbagai pihak terutama aka- para peneliti bidang akuntansi dengan pemahaman
demisi akuntansi. Salah satu kritik disampaikan yang sama karena tulisannya yang berjudul “Radi-
oleh Sterling (1990). Sterling mengkritisi akun- cal Developments in Accounting Thought” dimuat
tansi positif dalam tiga bagian, yaitu (Setijaning- dalam jurnal “The Accounting Review” pada tahun
sih:2012): 1986, dimana Jurnal ini selalu dipenuhi dengan pe-
1. Dua pilar utama terkait studi fenomena dan nelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan
positif (Kamayanti, 2016:23). Alternatif paradigma
value free
atau asumsi yang diberikan oleh Chua adalah para-
2. Asumsi dasar ekonomi yang berakar pada teori digma “mainstream”, interpretif, dan kritis.
ekonomi positif Teori tentang paradigma Interpretif juga
dicetuskan oleh Burrel dan Morgan (1979: 29), se-
3. Science yang berakar dari positivis logis dan bagai salah satu dari 4 jenis paradigma penelitian
pencapaian yang aktual dan potensial ilmu sosial selain paradigma radical humanist, par-
Seperti dalam paragraf sebelumnya, bahwa adigma radical structuralism, dan paradigma func-
riset akuntansi dengan pendekatan positif banyak di- tionalist. Paradigma Interpretif dalam Burrel dan
lakukan dengan menggunakan angka atau konstruk- Morgan (1979) menyatakan bahwa pendekatan ini
si matematis. Sterling memberikan pendapat bahwa mengungkapkan kenyataan sesungguhnya dan ber-
konstruksi matematis hanya mampu menangkap re- pendapat bahwa dunia sosial adalah kemuculan dari
alitas data dalam bentuk informasi yang terkandung proses sosial yang diciptakan oleh individu-individu.
dalam laporan keuangan yang selanjutkan akan di- yang peduli. Dalam rangka memperoleh penger-
representasikan dengan konstruksi matematis tanpa tian yang mendalam maka diperlukan penjelasan
melihat kondisi riil ataupun kejadian dibalik data didalam subyektifitas dan kesadaran peneliti dalam
atau proses akuntansi tersebut. Dengan kata lain, melaksanakan penelitiannya. Teori Burrel dan Mor-
riset akuntansi dengan paradigma positif ini menge- gan tersebut dibahas pada jurnal Chua (1986: 603)
sampingkan faktor sosial atau realiatas sosial se- dengan beberapa kritikan yaitu (1), penggunaan is-
hingga hasil yang diperoleh dari riset tersebut tidak tilah “mutually exclusive dichotomies (determinism
mencerminkan keadaan sebenarnya di masyarakat, v.voluntaris,), yaitu bahwa pada kondisi “mutually
apalagi dengan sifat generalisasi dalam paradigma exclusive”, manusia adalah voluntaristik atau deter-
positif. Dengan kata lain, Penggambaran tersebut ministik, dan tidak bisa keduanya sekaligus (Kama-
telah menciptakan proses dehumanisasi dalam hi- yanti, 2016: 24), (2) kesalahpahaman Burrel dan
tungan analisis angka-angka dan dokumentasi mon- Morgan atas teori Kuhn (1962) tentang dukungan
eter akuntansi dan manusia hanya ditempatkan tak atas pemilihan paradigma yang irrational, (3) poten-
lebih dari variabel organ teknis untuk memaksimal- si terbentukanya relativitas atas kbenaran dan alasan
kan utilitas lingkungan dan menafikan fakta peran dari 4 paradigma yang dikonstruksi, dan (4) kera-
aktif manusia yang secara sosial mampu merekon- guan atau ketidakjelasan perbedaan antara “radical
struksi realitas kehidupan. Disinilah akhirnya pe- structuralist” dengan paradigma humanis. Menurut
mikiran untuk memunculkan paradigma baru dalam Kamayanti (2016: 25), baik paradigma yang diang-
penelitian akuntansi semakin banyak. kat Chua (1986) maupun Burrel dan Morgan (1979)
100 |Mohamad Djasuli: Paradigma Interpretif pada Riset Akuntansi

Tabel 1
Perspektif Paradigma Interpretif Oleh Chua (1986)
No Perspektif Penjelasan Poin Penting Lain
1 keyakinan atas 1. Penyelidikan yang 1. Disarankan kuat untuk
pengetahuan (Beliefs memberikan penjelasan ilmiah melakukan observasi
about Knowledge) atas niat dibalik tindakan atas partisipan penelitian,
manusia studi kasus, dan pekerjaan
etnografi
2. Kecukupannya dinilai lewat
kriteria atas konsistensi logis, 2. Aktor/informan dipelajari
interpretasi subyektif, dan dalam kehidupan sehari-
persetujuan aktor tentang harinya
penjelasan/intrepretasi yang
ditulis atau dipahami oleh
peneliti (p.164)
2 keyakinan atas kenyataan 1. Kenyataan sosial muncul, 1. Kerangka Sosial sudah
sosial dan fisik (Beliefs tercipta dari individu-individu terbentuk
about Physical and Social , dan melalui interaksi antar
Reality) sesama manusia 2. Konflik sosial dimediasi
dengan skim umum yang
2. Segala tindakan memiliki telah terbiasa dilakukan
arti dan niat yang merupakan dan memiliki makna secara
cerminan atas praktik sosial sosial
dan sejarah
3 hubungan antara teori dan Teori hanya dibutuhkan untuk 1. Teori dapat digunakan
praktek menjelaskan tindakan dan sebagai suatu payumg yang
memperkuat pengertian dan kemudian diturunkan dalam
pemahaman tentang bagaimana metodologi hingga metode
sebuah kerangka sosial terbentuk penelitian
dan bereproduksi

2. Teori yang sudah ada


digunakan di bagian
pembahasan hasil penelitian
untuk menunjukkan
kebaruan dari penelitian atau
pembanding atas temuan
penelitian

(Kamayanti, 2016:56-57)

kehilangan satu elemen penting, yaitu asumsi Tu- gendalian anggaran oleh Boland dan Pondy (1983
han dalam ilmu pengetahuan. Selanjutnya, resume dalam Chua (1986) yang menggambarkan anggaran
ini hanya akan berfokus pada paradigma Interpretif bukan sebagai obyek yang tetap dan permanen, mel-
saja. ainkan dapat berubah peran ketika ia diperlakukan
Chua (1986: 615), membagi asumsi atau sebagai anggaran pada umumnya ataupun ketika
paradigma Interpretif menjadi 3 (tiga) perspek- berperan sebagai alat untuk kepentingan kelompok
tif, yaitu: (1) keyakinan atas pengetahuan (Beliefs tertentu. Nurhayati (2015) juga berpendapat bahwa
about Knowledge), (2) keyakinan atas kenyataan perkembangan akuntansi tidak dapat dilepaskan
sosial dan fisik (Beliefs about Physical and Social dengan perkembangan dunia sosial sehingga untuk
Reality), dan (3) hubungan antara teori dan praktek menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam
yang tergambar dalam tabel 1. dunia akuntansi maka harus dicari pendalaman
Melihat penjelasan diatas, maka lebih ban- makna melalui paradigma Interpretif. Selanjutnya
yak mengarah pada penelitian sosial, lalu bagaimana Somantri (2005) dalam Darmayasa dan Aneswari
implementasi paradigma interpretif pada penelitian (2016) dan menyatakan bahwa akuntansi merupa-
akuntansi? Chua (1986: 615-619) menjelaskan dan kan sebuah praktek atau implementasi ilmu yang
memberikan contoh penelitian tentang sistem pen- berhubungan erat dengan organisasi, manusia, ling-
Jurnal Pamator, 10(2) Oktober 2017: 97-106 101

kungan, dan ideologi serta berpengaruh terhadap tansi yang tidak hanya melihat accounting number
perkembangan masyarakat maupun sebaliknya. Se- atau angka saja, akan tetapi menekankan pada sisi
lain itu Scapens (2008) dalam Darmayasa dan An- non akuntansi yang dinilai akan mempengaruhi
eswari (2016) mengungkapkan bahwa paradigma pengambilan keputusan organisasi atau perusahaan.
Interpretif sanggup memperkaya bangunan ilmu Munculnya akuntansi keperilakuan ini merupakan
pengetahuan pada penggambaran teori organisa- sebuah terobosan akan ketidakpuasan atas hasil
sional, sosiologi, teori sosial, dan politik. Dengan akuntansi normatif dan akuntansi positif yang han-
demikian, paradigma interpretif dalam ilmu akun- ya mengedepankan numbers, kenyataan di lapangan
tansi menjadi sebuah oase yang dapat berguna bagi hasil peneltian tidak mampu mengatasi permasala-
perkembangan ilmu akuntansi dan bagi masyarakat han yang sebenarnya terjadi dalam tataran praktis,
sebagai lahan implementasi akuntansi itu sendiri. karena selama ini mengesampingkan faktor sosial
Jika paradigma positif lebih banyak menggunakan dan budaya dalam penelitian tersebut, selain itu il-
angka sebagai parameter dan memandang akuntansi muwan akuntansi positif telah memiliki kesadaran
sebagai obyek yang tetap dan statis, maka, para- open-ended terhadap ilmu sosial lain sehingga mun-
digma Interpretif dapat memanusiakan akuntansi cullah akuntansi keperilakuan (Norhadi: 2006).
(Nurhayati: 2015) karena interaksi akuntansi den- Riset bidang akuntansi keperilakuan ini,
gan lingkungan sosial ternyata sangat berpengaruh jika dilihat dari nama dan definisi seharusnya tu-
dalam pengambilan keputusan akuntansi itu sendiri. rut mengamini kritik yang ditujukan kepada riset
Walaupun demikian, peneliti harus ter- akuntansi positif yang menempatkan manusia atau
lebih dahulu mempelajari dan memahami dengan pelaku yang membentuk situasi sosial sebagai
baik tentang teknik pelaksanaan penelitian dengan obyek yang pasif karena riset lebih menitikberat-
menggunakan paradigma interpretif agar tidak ter- kan pada angka. Akan tetapi riset bidang akuntansi
jebak dengan paradigma positif yang mungkin telah keprilakukan ternyata juga masih didominasi oleh
terlebih dahulu merasuki pola pikir dan pola hidup paradigma positif (Kusuma: 2003 dan Meyer &
sehari-hari dalam memahami akuntansi dan prak- Rigsby (2001) dalam Kuang (2010). Pertanyaannya
teknya. Sayapun masih harus mempelajari paradig- adalah, mengapa saya memasukkan pembahasan
ma ini dari awal permulaan untuk dapat memahami penelitian bidang akuntansi keperilakuan ini dalam
dan mempraktekkannya. artikel bertemakan paradigma interpretif untuk ri-
set akuntansi? Karena paradigma interpretif sangat
Ilmu Sosial dalam Riset Akuntansi dan Akun- mengedepankan teori-teori sosial juga, sementara
tansi Keperilakuan seorang peneliti akuntansi, apapun paradigma yang
Akuntansi telah mengalami revolusi dan evolusi digunakan, tidaklah boleh untuk kehilangan sense
selama bertahun-tahun dan terus menerus ber- of accountancy dalam karya-karya yang dihasilkan-
proses hingga saat ini. Tidak hanya pemahaman nya. Harus diingat bahwa jangan sampai kajian
atas pedefinisian akuntansi itu sendiri apakah se- budaya dan sosial lebih mendominasi daripada
bagai sebuah seni atau sebuah ilmu ataukah sebuah akuntansinya (Kamayanti; 2016:105). Menurut
teknologi, namun proses tersebut juga termasuk penulis, dengan pemahaman yang mumpuni atas
pada penelitian bidang akuntansi. Pernyataan bah- konsep akuntansi keperilakuan, seorang peneliti
wa akuntansi tidaklah hanya sebuah seni akan tetapi akuntansi mampu mengontrol diri dalam penulisan
juga sebuah ilmu turut melahirkan paradigma akun- karyanya untuk tidak terlalu didominasi dengan
tansi positif yang menggiring riset akuntansi men- kajian sosial budaya yang menjauhi ilmu akun-
jadi direpresentasikan dengan numerical view atau tansinya. Subbab ini akan menyajikan pemahaman
angka-angka, model matematika, dan obyektivitas singkat terkait dengan akuntansi keperilakuan dari
atau generalisasi hasil penelitian pada sekitar tahun beberapa riset yang telah dilakukan.
1970an yang dipelopori oleh Watts dan Zimmer- Pertama-tama, kita mengingat bahwa
man (1979). Hingga akhirnya lahir pula kritik atas akuntansi merupakan suatu fungsi penyediaan
pendekatan tersebut seperti dari Chua (1986) dan jasa informasi yang digunakan untuk pengambilan
Sterling (1990). Pemikiran yang diajukan didasari keputusan-keputusan ekonomik. Berdasarkan sudut
oleh pemikiran dari peneliti sosial seperti Burrel pandang ini, informasi akuntansi dapat dibagi men-
dan Morgan (1979) dan peneliti-peneliti sosial lain- jadi dua yaitu informasi akuntansi keuangan dan in-
nya. Hal tersebut melahirkan salah satu paradigma formasi akuntansi manajemen. Informasi akuntansi
alternatif dalam riset akuntansi yaitu paradigma in- keuangan ditujukan secara khusus bagi pemakai ek-
terpretif. Dilain pihak, terdapat cabang ilmu akun- sternal, umumnya adalah pihak investor dan kredi-
tansi yang telah menggandeng ilmu sosial yaitu tor. Informasi akuntansi manajemen ditujukan bagi
yang dikenal dengan ilmu akuntansi keperilakuan pihak internal, yaitu manajemen perusahaan. Akun-
atau behaviour accounting, merupakan riset akun- tansi keperilakukan merupakan bagian dari ilmu
102 |Mohamad Djasuli: Paradigma Interpretif pada Riset Akuntansi

Gambar 1
Evolusi Penelitian Akuntansi Keperilakuan
Sumber: Burgstahler, Sundem,1989. The Evolution of Behavioral Accounting Research in The United
States, 1968-1987, Behavioral Research in Accounting Accounting.Vol 1:75 dalam Kuang (2010)

akuntansi yang perkembangannya semakin mening- dalam bentuk satuan unit moneter. Hal ini sejalan
kat dalam 25 tahun belakangan ini. Hal itu, ditandai dengan definisi akuntansi yang dikemukakan oleh
dengan lahirnya sejumlah jurnal dan artikel yang Accounting Principles Board (1970). Accounting is
berkenaan dengan keperlakukan seperti Behaviour a service activity. Its function is to provide quan-
Research in Accounting . Riset keperilakukan dapat titative information, primarily financial in nature,
ditelusuri sejak tahun 1960-an atau lebih awal yaitu about economic entities that is intended to be use-
sejak double entry ditemukan oleh Lucas Pacioli ful in making economic decisions. Berbeda dengan
(1949). Karya monumental yang lebih riil riset ten- akuntansi keuangan dan manajemen, akuntansi ke-
tang akuntansi keperilakukan adalah Controllership perilakuan menyajikan informasi yang bersifat non
Foundation of American (1951) yang menyelidiki keuangan. Informasi yang diberikan dapat berupa
dampak anggaran terhadap manusia dan studi Hof- motivasi, tingkat turnover, absensi, gaya kepem-
sted & Kinerd (1970), yang mengangkat topik per- impinan, budaya organisasi, dan lain-lain, yang
ilaku akuntan dan non-akuntan oleh fungsi akuntan- seringkali bersifat kualitatif. Informasi ini dapat
si dan non akuntansi (Ishak & Ishak, 2004) dalam digunakan sebagai pendamping informasi keuan-
Kuang (2010). gan, sehingga meningkatkan kemampuan pemakai
Hadayati (2002) dalam Norhadi (2006) dalam pengambilan keputusan. Selain memperkaya
menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu ke- informasi keuangan, mempelajari akuntansi keper-
perilakukan (behavioral science), teori-teori kep- ilakuan dapat menambah wawasan akuntan pada
erilakukan dikembangkan dari riset empiris atas saat pembuatan dan pendesainan sistem akuntansi.
perilaku manusia dalam organisasi. Dengan de- Misalnya, bagaimana partisipasi dalam penyusunan
mikian perkembangan dan pergeseran akuntansi anggaran dapat meningkatkan kinerja manajerial
keperilakukan tak perlu diragukan lagi, mengingat merupakan salah satu topik akuntansi keperilakuan
produk akuntansi dan proses akuntansi sendiri meli- yang saat ini paling banyak diteliti (Argyris, 1952;
batkan individu, kelompok, masyarakat dan negara Cherrington Cherrington, 1973; Milani, 1975;
(stakeholders), sehingga perkembangannya harus Brownell dan Mcinnes, 1986; dan lain-lain dalam
melibatkan produk keperilakuan pada lingkungan Kuang (2010).). Meskipun hasil-hasil penelitian
yang mengitarinya. Informasi akuntansi yang di- akuntansi keperilakuan seringkali masih berten-
berikan umumnya dalam bentuk kuantitatif yaitu tangan, pengetahuan aspek-aspek perilaku dalam
Jurnal Pamator, 10(2) Oktober 2017: 97-106 103

Tabel 2
Penggunaan Metode Penelitian dalam Artikel BRIA 1998-2003

Sumber: Kuang (2010)


proses akuntansi membantu akuntan meningkatkan Penelitian bidang ini menfokuskan pada aspek
efektivitas penggunaan data akuntansi. yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas dalam
Meskipun relatif baru, penelitian dalam
sistem informasi perusahaan.
bidang akuntansi keperilakuan sudah dimulai oleh
Ferguson, pada tahun 1920; kemudian Dent, pada 4. Auditing, termasuk auditor internal dan
tahun 1931; dan Argyris, pada tahun 1952 (Lord, eksternal, merupakan bidang penelitian yang
1989). Dalam perkembangannya, penelitian dalam menfokuskan pada berbagai jenis keahlian
bidang ini melalui beberapa fase (Kuang:2010).
yang dimiliki auditor. Menurut Birnberg &
Gambar 1 menunjukkan bagaimana tahap-tahap
perkembangan riset akuntansi keperilakuan. Shield (1989) (mendukung Joyce & Libb’s,
Topik diklasifikasikan dengan menggu- 1982) terdapat tiga paradigma dalam literatur
nakan taksonomi Birnberg & Shield (1989) yang auditing, yaitu: policy-capturing studies,
telah dimodifikasi oleh Meyer & Rigsby (2001). probabilistic-judgement studies, dan pre-
Berdasarkan Meyer & Rigsby (2001) dalam Norha-
decisional behavior studies.
di (2006), topik penelitian akuntansi keperilakuan
diklasifikasikan menjadi: 5. Sosiologi organisasional, merupakan bidang
1. Pengendalian manajerial, merupakan penelitian yang ditujukan untuk menjawab
penelitian yang mencakup aspek-aspek pertanyaan dalam lingkup yang luas. Penelitian
dalam sistem pengendalian manajerial yang yang termasuk bidang ini diantaranya adalah
diprakarsai pertama kali oleh Argyris (1952) menguji pengaruh lingkungan terhadap sistem
dan dikembangkan oleh Hofstede (1967). akuntansi organisasi, faktor-faktor yang
Penelitian bidang ini umumnya berkaitan menyebabkan sistem informasi akuntansi
dengan partisipasi, gaya kepemimpinan dan berubah sepanjang waktu, peran akuntansi
peran umpan balik (feedback). dalam politik organisasi, dan lain-lain.
2. Pemrosesan informasi akuntansi, merupakan 6. Historis/kategoris/penelitian di masa
bidang penelitian yang menguji keseluruhan datang, sesuai dengan namanya maka artikel-
model keputusan atau proses keputusan dari artikel yang ditujukan untuk merekam evolusi
berbagai tipe pemakai informasi. riset akuntansi keperilakuan, mengklasifikasi
3. Desain sistem informasi akuntansi, berbagai aliran dalam BAR, atau memberikan
merupakan penelitian dengan fokus yang lebih wawasan dan motivasi bagi penelitian di masa
luas daripada pemrosesan informasi akuntansi. datang termasuk dalam kategori ini.
104 |Mohamad Djasuli: Paradigma Interpretif pada Riset Akuntansi

Tabel 3
Karakteristik Riset Dalam Paradigma Interpretif
Kriteria Interpretif
Tujuan penelitian Mengadakan pemahaman, pemaknaan dan rekonstruksi tindakan sosial
Peran teori Sebagai langkah menyusun deskripsi dan pemahaman terhadap kelompok
masyarakat yang hendak ditelitinya
Sifat pengetahuan Merupakan rekonstruksi pemikiran individual yang kemudian berkembang
menjadi konsensus masyarakat
Peranan Common-sense Kekuatan teori berasal dari kehidupan keseharian yang harus dapat
digunakan oleh warga masyarakat secara maksimal
Akumulasi pengetahuan Lebih banyak laporan dari rekonstruksi pemikiran ; seolah berasal dari
pengalaman yang dimiliki sendiri
Lingkup eksplanasi Ideografis
Eksplanasi sejati Kesesuaian dari kehendak baik bagi mereka yang menyadari sedang belajar
Bukti yang baik Ditanamkan dalam konteks interaksi sosial
Kriteria kualitas Bersifat terpercaya dan asli serta dapat mengandung salah pengertian
Nilai dan etika Nilai merupakan bagian integral dalam interaksi social
Voice “Passionate participant” sebagai fasilitator yang banyak pilihan
dan kemampuan merekonstruksi

7. Desain penelitian BAR, mencakup artikel- berprofesi sebagai akuntan/auditor, manajer, dan
artikel yang membahas bagaimana meningkat- lain-lain. Bila dalam satu artikel penelitian terdapat
dua atau lebih tipe subjek yang digunakan, maka
kan kualitas penelitian BAR baik melalui
peneliti memasukkan seluruhnya ke dalam analisis.
pemilihan subyek, desain eksperimen, masalah Analisis penggunaan tipe subjek hanya berlaku un-
pengukuran, metoda analisis data, dan lain-lain. tuk penelitian dengan desain penelitian empiris.
8. Jalur karir akuntan, mencakup topik Tabel 2 di bawah ini menunjukkan tren
metode penelitian yang digunakan oleh artikel yang
penelitian seperti turnover, job satisfaction,
dimuat dalam jurnal BRIA pada kurun waktu ta-
mentoring, peer relationship, supervision, dan hun 1998 hingga 2003. Konsisten dengan hasil pe-
lain-lain. neltian Mark dan Rigsby (2001), hasil yang diper-
9. Etika, mencakup isu-isu yang berkaitan dengan oleh Kuang (2010) juga menunjukkan bahwa “Studi
Kasus” sebagai satu-satunya metode penelitian
tindakan etis dalam akuntansi.
yang tidak begitu positif bahkan “tidak pernah sama
10. Lain-lain, merupakan bidang penelitian yang sekali” digunakan oleh peneliti bidang akuntansi ke-
tidak termasuk dalam kesembilan kategori perilakuan. Atau dengan kata lain metode peneltian
tersebut. Biasanya mencakup kesejahteraan yang digunakan tetaplah metode peneltian dengan
paradigma positif atau metode penelitian empiris
subyek, stress dalam dunia akademik, dan lain-
walaupun topik yang dipilih adalah non keuangan
lain. seperti yang dijelaskan dalam paragraf sebelumnya.
Penelitian Kuang (2010) mengiventa-
risir penelitian akuntansi keperilakuan yang dimuat Riset Akuntansi dan Paradigma Interpretif
dalam jurnal bergengsi Behavioral Research in Ac- Mengapa penulis mengaitkan akuntasi keperilakuan
counting (BRIA) serta beberapa jurnal lain, dan dalam pembahasan paradigma interpretif ini? Tidak
merupakan pengembangan dari penelitian Kusuma lain dan tidak bukan adalah karena dalam paradigma
(1999) dan Meyer dan Rigsby (2001), menemukan interpretif, sebuah penelitian menempatkan peneliti
bahwa metoda penelitian yang digunakan dalam dan yang diteliti sebagai bagian yang seharusnya
artikel-artikel akuntansi keperilakukan dapat dibagi dapat diselami dengan baik untuk dapat mema-
atas: (1) Empiris dengan penggunaan eksperimen, hami secara mendalam atas sebuah fenomena atau
survei/kuesioner, dan interviu. (2) Nonempiris, bila kejadian baik pada seseorang maupun pada sebuah
artikel bersifat teoritis. Subjek dapat dibagi atas re- keseharian ataupun sebuah pemikiran dan keyaki-
sponden mahasiswa dan non mahasiswa yang dapat nan. Misalnya adalah dalam menyingkap tindakan
Jurnal Pamator, 10(2) Oktober 2017: 97-106 105

seorang bendahara pemerintah dalam keseharian- Menurut penulis, walaupun selama ini,
nya menjalanjakan fungsi bendahara atau mengek- bahkan di jurnal bergengsi sekelas BRIA, akuntansi
splorasi keyakinan seorang kepala desa dalam men- keperilakuan masih diteliti secara empiris, akan
gelola APBDes. Seperti yang secara spesifik tersaji tetapi, 10 klasifikasi jenis penelitian akuntansi ke-
dalam tabel 3 di bawah ini yang mengidentifikasi perilakuan yang disajikan oleh Meyer dan Rigsby
karakteristif riset dalam paradima interpretif, be- (2001) dalam Kuang (2010) akan sangat membantu
berapa penulis menyebutkan hal- sebagai berikut memberikan guidance atau panduan bagi peneliti
(Salim (2001; 75-76) dalam Ludigdo (2011)): agar tidak keluar dari jalur ke-akuntansi-an ketika
Dapat terlihat dalam tabel 3 di atas bahwa melakukan riset akuntansi dengan paradigma in-
riset dengan paradigma interpretif sangat memaknai terpretif. Sehingga, ketakutan atas sangkaan bahwa
keadaan sosial pada situs penelitian, baik dari ak- riset akuntansi yang menggunakan paradigma inter-
tornya, tindakannya, pemikirannya, dan semacam pretif akan lebih banyak membahas ilmu budaya,
ini tidak hanya menggunakan ilmu akuntansi saja, sosial, psikologi, ataupun sumberdaya manusia da-
akan tetapi akan menggunakan ilmu sosiologi, pat lambat laun dieliminasi dan timbul kepercayaan
psikologi, dan bahkan budaya dalam mengkaji dan diri pada diri peneliti.
menyusun penelitian tersebut. Sementara itu, ling-
kup penelitian akuntansi keperilakukan, seperti SIMPULAN
yang telah dijelaskan di atas adalah: (1) Pengenda- Paradigma interpretif hadir disaat peneliti bidang
lian Manajerial, (2) Pemrosesan Informasi Akun- akuntansi menganggap paradigma positif tidak
tansi, (3) Desain Sistem Informasi Akuntansi, (4) mampu memunculkan sebuah kejujuran akan se-
Auditing, (5) Sosiologi Organisasional, (6) Historis/ buah kenyataan, dan hanya mampu menganalisis
Kategoris/Penelitian di Masa Datang, (7) Desain secara numerik, model matematika, dan menjen-
Penelitian Behavioral Accounting Research (BAR), eralisasi segala sesuatu yang berakibat gagalnya
(8) Jalur Karir Akuntan, (9) Etika, (10 Lain-Lain, hasil riset untuk mengatasi masalah pada tataran
seperti kesejahteraan subyek, stress dalam profesi, praktis. Penelitian dengan paradigma positif tidak
dan sebagainya (Kuang:2010). Klasifikasi lingkup mengidahkan manusia dan proses sosial sebagai
penelitian dalam akuntansi keperilakuan tersebut pembentuk atas kondisi sosial itu sendiri. Semen-
sangat membantu peneliti agar tetap dalam kittah tara itu, akuntansi keperilakuan sebagai salah satu
nya sebagai ilmuwan bidang akuntansi dan tidak bidang akuntansi, lahir ketika peneliti akuntansi
terjebak dalam pembahasan sosial, budaya, maupun aliran positif mulai menyadari bahwa akuntansi
psikologi ataupun sumberdaya manusia. Walaupun bukan hanya sebuah kumpulan angka-angka yang
begitu poin (10) yaitu “lain-lain”, menyisakan se- dianalisis dengan berbagai model matematika, yang
buah ruang terbuka yang masih bisa dieksplorasi nantinya malah akan mendistorsi akuntansi itu
bagi peneliti akuntansi. sendiri, akan tetapi dapat dianalisis pula faktor non
Akan tetapi, tantangan besar terbuka bagi keuangannya dengan melibatkan ilmu lain seperti
peneliti akuntansi yang memilih untuk melakukan ilmu sosial, budaya, maupun psikologi yang nantin-
riset dengan paradigma interpretif ataupun non ya dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
positif. Sangsi dan suudzon beberapa kali terucap penting pada bidang akuntansi. Akuntansi keper-
dari rekan peneliti akuntansi yang masih setia pada ilakuan memiliki 10 spesifikasi bidang kajian yang
jalur akuntansi paradigma positif, yaitu dengan menurut penulis dapat digunakan sebagai panduan
mempertanyakan “Dimana Akuntansinya?” ataupun atau pagar bagi peneliti akuntansi yang melakukan
“Ini kan hanya untuk situasi tertentu saja, bagaima- riset dengan paradigma interpretif agar tetap me-
na bisa disebut sebagai hasil riset kalau tidak da- megang teguh ke-akuntansi-annya walaupun hingga
pat berlaku umum?”. Tujuan luhur dari paradigma saat ini riset akuntansi keperilakuan masih banyak
interpretif adalah dengan menyajikan tacit knowl- yang menggunakan metodologi empiris atau para-
edge (Kamayanti:2016), atau pengetahuan yang digma positif.
tersembunyi dari sebuah kejadian, fenomena, atau-
pun tindakan dengan memberikan fakta terdalam, DAFTAR PUSTAKA
menyibak yang tersembunyi, sehingga masyarakat Belkaoui , Ahmed Riohi, (2004), Accounting Theo-
dapat memahami ada apa dibalik sebuah angka, ry, Salemba Empat, Jakarta
tindakan,ataupun sikap menjadi seketika tertohok,
terutama bagi peneliti pemula yang belum sepe- Burrel, G, dan Morgan, G., (1979). Sociological
nuhnya memahami filosofi dan hakikat dari para- Paradigms and Organisational Analysis:
digma interpretif. Penulis, sebagai seorang pemula- Elements of the Sociology of Corporate
pun seringkali mengalami hal tersebut baik sebagai Life, Great Britain: Arena.
pembimbing maupun sebagai peneliti.
106 |Mohamad Djasuli: Paradigma Interpretif pada Riset Akuntansi

Chua, W.F.(1986), Radical Developments in Ac- Salim, Agus, (2001), Teori dan Paradigma Peneli-
counting Thought. The Accounting Re- tian Sosial. Pt. Tiara Wacana, Yogyakarta.
view, 61(4), 601-632.
Setijaningsih, (2012), Teori Akuntansi Positif Dan
Djamhuri, Ali (2011), Ilmu Pengetahuan Sosial Konsekuensi Ekonomi, Jurnal Akuntansi/
Dan Berbagai Paradigma Dalam Kajian Volume XVI, No. 03, September 2012:
Akuntansi. Malang. 427-438.

Darmayasa, I Nyoman dan Aneswari, YR. (2015),


Paradigma Interpretif Pada Penelitian
Akuntansi di Indonesia, Jurnal Akuntansi
Multi Paradigma, 6(3), 350-361.

Ghozali, Imam, (2004), Pergeseran Paradima Akun-


tansi dari Positivisme Keperspektif Sosi-
ologis dan Implikasinya Terhadap Pendi-
dikan Akuntansi diindonesia, Semarang.

Kamayanti, Ari, (2016).Metodologi Penelitian


Kualitatif Akuntansi Pengantar Religiosi-
tas Keilmuan, Yayasan Rumah Peneleh.
Surabaya.

Kuang, Ming Tan; Tin, Se, (2010). Analisis Perkem-


bangan Riset Akuntansi Keperilakuan
Studi Pada Jurnal Behavioral Research In
Accounting (1998-2003), Jurnal Akun-
tansi Vol.2 No.2 November 2010: 122-
133. Bandung.

Kusuma, Indra Wijaya, (2003), Topik Penelitian


Akuntansi Keperilakuan Dalam Jur-
nal Behavioral Research In Accounting
(Bria)’, Jurnal Bisnis Dan Akuntansi Vol.
5. No. 2. Agustus 2003. 147-166.

Nurhayati, (2015), Melukiskan Akuntansi Dengan


Kuas Interpretif, Jurnal BISNIS,3(1),
174-191.

Ludigdo, Unti, (2013), Asumsi Dasar Paradigma


Interpretif. Accounting Research Training
Series ke-4 tanggal 26-27 Juni 2013 di
Pascasarjana Akuntansi FEB Universitas
Brawijaya.

Nofianti, Leny, (2012), Kajian Filosofis Akuntansi:


Seni, Ilmu Atau Teknologi, Pekbis Jurnal,
Vol.4, No.3, November 2012: 203-210.

Norhadi, & Ernawati, (2006) Perkembangan Be-


havioral Accounting Wujud Open Ended
Ilmu Akuntansi Sebagai Sosok Social
Science Dan Perannya Dalam Perkem-
bangan Riset Akuntansi. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Vol. 1 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai