PENDAHULUAN
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak
di rongga dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.
Ukuran jantung lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira
250-300 gram. Jantung mempunyai empat ruang yaitu atrium kanan, atrium
sebelah bawah jantung. dan mempunyai dinding lebih tebal karena harus
berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari paru -paru dan
Ventrikel kanan berfungsi menerima darah dari atrium kanan dan mompakannya
ke paru. Ventrikel kiri berfungsi untuk memompakan darah yang kaya oksigen ke
seluruh tubuh. Jantung juga terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan terluar
merupakan lapisan inti jantung terdiri dari otot-otot jantung disebut miokardium dan
dari siklus jantung. Kontraksi dari ke-2 atrium terjadi secara serentak yang
detik. Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan
lebih kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus lebih kuat karena harus
sistemik. Meskipun ventrikel kanan juga memompakan darah yang sama tapi
tugasnya hanya mengalirkan darah ke sekitar paru- paru ketika tekanannya lebih
rendah.1
Gambar 1.1 Anatomi jantung a. Sisi anterior, b. Potongan Frontal 1
Curah jantung merupakan volume darah yang di pompa tiap ventrikel
dipompakan oleh ventrikel kanandan ventrikel kiri sama besarnya. Bila tidak
demikian akan terjadi penimbunan darah ditempat tertentu. Jumlah darah yang
d e m i k i a n c u r a h j a n t u n g = v o l u m e s e k u n c u p x f r e k u e n s i d e n yu t
jantung permenit. Umumnya pada tiap sistolik ventrikel tidak terjadi pengosongan
total v e n t r i k e l , h a n y a s e b a g i a n d a r i i s i v e n t r i k e l ya n g d i k e l u a r k a n .
d a p a t m e n i n g k a t a t a u m e n u r u n d a l a m b e r b a g a i keadaan.1
Pada saat jantung normal dalam keadaan istirahat, maka pengaruh sistem
hingga 80 denyut per menit. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat
dipengaruhi oleh pekerjaan, tekanan darah, emosi, cara hidup, dan umur. Pada
keadaan normal jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan
1.2.Definisi
Istilah kor pulmonal masih sangat populer dalam literatur medis, namun
definisinya masih bervariasi. Kira-kira empat puluh tahun yang lalu WHO
mendefinisikan kor pulmonal sebagai “hipertrofi ventrikel kanan yang disebabkan
oleh penyakit yang mempengaruhi fungsi dan/ atau struktur paru-paru”. Definisi ini
nyatanya memiliki nilai terbatas dalam klinis praktis. Sehingga diajukan untuk
mengganti istilah “hipertrofi” dengan “perubahan pada struktur dan fungsi ventrikel
kanan”. Terdapatnya edema dan gagal napas juga diajukan untuk menetapkan adanya
berlanjut dengan berjalannya waktu menjadi gagal jantung kanan. Penyakit Paru
kira-kira 80-90% kasus. Penyakit jantung kanan yang disebabkan oleh penyakit
primer pada jantung kiri atau penyakit jantung kongenital tidak diperhitungkan. 3
1.3. Etiologi
Kor pulmonal kronik adalah keadaan disfungsi yang diakibatkan oleh berbagai
B. Reduksi anatomi dari dasar pembuluh darah paru (emfisema, emboli paru, dll).
paling banyak pada kor pulmonale kronik adalah Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) meliputi bronkitis kronik atau emfisema. Pada pasien PPOK tejadi
yang terjadi sebanyak 40% pada pasien dengan FEV < 1.0 L dan pada 70% dengan
FEV1<0.6 L.
Tabel 1.1 Klasifikasi Hipertensi Pulmonal2
Tabel 1.2 Daftar Penyakit Saluran Nafas yang Berhubungan dengan
Hipertensi Pulmonal2
1.4. Epidemiologi
prevalensi pasti dari kor pulmonal sulit untuk ditentukan, karena ia tidak muncul pada
semua kasus PPOK, serta karena kurang sensitifnya pemeriksaan fisik dan uji rutin
untuk deteksi hipertensi pulmonal. Kor pulmonal diperkirakan terdapat sebanyak 6-7
% dari semua jenis penyakit jantung dewasa di AS, dengan PPOK akibat bronkhitis
kronik atau emfisema sebagai faktor kausatif pada lebih dari 50% kasus. Secara
global, insiden kor pulmonal bervariasi antar negara, tergantung pada prevalensi
merokok, polusi udara, dan faktor risiko lain terkait penyakit paru-paru.4
respirasi dan dapat juga berhubungan dengan hemodinamik pada sirkulasi pulmonal
d. Kelainan reduksi dari kapasitas ventilator tanpa obstruksi dari aliran udara
f. Kelainan pertukaran udara antara alveoli dan kapiler darah pulmonal yang
Hasil akhir dari kelainan fungsional jantung dan paru terlihat dari tekanan
oksigen dan karbondioksida darah arteri. Interaksi beberapa gangguan pada fungsi
terlihat pada beberapa penyakit, contohnya pada bronkitis kronik dengan emfisema
pada gangguan obstruksi ventilasi udara tapi ini berhubungan dengan tingkat
kerusakan pada difusi udara pada pulmonal dan reduksi pada rasio ventilasi dan
perfusi. Pada fibrosis pulmonal yang berat kelainan yang terjadi berupa restriksi pada
ventilasi udara tapi bisa juga berhubungan dengan reduksi pada difusi udara dan rasio
perfusi ventilasi.
Resistensi pembuluh darah pulmonal pada tekanan darah dan aliran darah dapat
berhubungan dengan kerja pada ventikel kanan. Hipertopi ventrikel kanan pada kor
berubahnya hemodinamik pada sirkulasi paru. Seperti mekanisme yang trjadi pada
orang normal saat berolahraga. Dimana terjadi perubahan aliran dan tekanan untuk
dinding pembuluh darah yang akhirnya terjadi tekanan dari luar ke dinding pembuluh
darah.
b. Reduksi ukuran dari dasar pembuluh kapiler pulmonal yang terjadi pada
darah pulmonal dan efeknya yang berhubungan antara kapasitas pada dasar
kelainan pada fungsi respirasi. Faktor-faktor penting lainnya bisa terjadi pda tekanan
karbondioksida adanya shunts dan faktor darah itu sendiri yang membuat terjadinya
Pada banyak kasus, mekanisme terjadinya kor pulmonal kronik berhubungan juga
penyebab penyakit ini yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit kor pulmonale
jantung.
efek dari hipoksemia dan hiperkapnia. Kelainan ini dapat terlihat pada fungsi
respirasi dan resistensi pembuluh darah pulmonal yang sering terjadi pada penyakit
yang sama. Penyakit yang mendasari ini yang dapat saling berkorelasi sehingga
Curah jantung dari ventrikel kanan dann kiri disesuaikan dengan preload,
kontraktilitas dan afterload. Meski dinding ventrikel kanan tipis, namun masih dapat
memenuhi kebutuhan saat terjadi aliran balik vena yang meningkat mendadak (
berlebihan. Hal ini terjadi karena tahanan di pembuluh darah paru sebagai akibat
gangguan pembuluh darah itu sendiri maupun akibat kerusakan parenkim paru.
Peningkatan afterload ventrikel kanan dapat terjadi karena hiperinflasi paru akibat
PPOK dimana terjadi kompresi kapiler alveolar dan perubahan ukuran pembuluh
darah paru. Peningkatan ini juga dapat terjadi ketika volume paru turun mendadak
akibat reseksi paru. Pada retriksi paru ketika pembuluh darah mengalami kompresi
dan berubah bentuk maka dapat juga terjadi peningkatan afterload ventrikel kanan.
Dapat juga terjadi peningkatan afterload ventrikel kanan pada vasokonstriksi paru
Perubahan hemodinamik kor pulmonal paru pada PPOK dari normal menjadi
hipertensi pulmonal, kor pulmonal dan akhirnya menjadi kor pulmonal yang diikuti
Teori yang lain dapat diterima yaitu terjadinya kor pulmonale kronik adalah
karena terjadinya hipoksia alveolar yang mendasari terjadinya remodeling pada dasar
pembuluh darah paru ( hipertropi pada otot pada pembuluh darah kapiler paru,
pembentukan otot pada pembuluh darah arteriol pada paru dan fibrosis pada tunika
pulmonal. Seringnya remodelling pada pembuluh darah paru dapat dilihat pada pasien
PPOK non hipoksemia dengan derajat penyakit sedang hingga berat. Faktor
dikarenakan faktor anatomis seperti terjadinya kerusakan dasar pembuluh darah paru
atau kompresi arteriol dan kapiler oleh karena proses fibrosis. Hipertensi pulmonal
pembesaran ventrikel kanan (hipertropi dan dilatasi) yang akhirnya akan terjadi
terjadinya gagal jantung kanan. Dapat terlihat pada terjadinya udem perifer. Interval
onset antara hipertensi pulmonal dan terjadinya gagal jantung kanan dapat bervariasi
1.6. Diagnosis7
respirasi dan dapat juga berhubungan dengan hemodinamik pada sirkulasi pulmonal
k. Kelainan reduksi dari kapasitas ventilator tanpa obstruksi dari aliran udara
m. Kelainan pertukaran udara antara alveoli dan kapiler darah pulmonal yang
oksigen dan karbondioksida darah arteri. Interaksi beberapa gangguan pada fungsi
terlihat pada beberapa penyakit, contohnya pada bronkitis kronik dengan emfisema
pada gangguan obstruksi ventilasi udara tapi ini berhubungan dengan tingkat
kerusakan pada difusi udara pada pulmonal dan reduksi pada rasio ventilasi dan
perfusi. Pada fibrosis pulmonal yang berat kelainan yang terjadi berupa restriksi pada
ventilasi udara tapi bisa juga berhubungan dengan reduksi pada difusi udara dan rasio
perfusi ventilasi.
Resistensi pembuluh darah pulmonal pada tekanan darah dan aliran darah dapat
berhubungan dengan kerja pada ventikel kanan. Hipertopi ventrikel kanan pada kor
berubahnya hemodinamik pada sirkulasi paru. Seperti mekanisme yang trjadi pada
orang normal saat berolahraga. Dimana terjadi perubahan aliran dan tekanan untuk
dinding pembuluh darah yang akhirnya terjadi tekanan dari luar ke dinding pembuluh
darah.
e. Reduksi ukuran dari dasar pembuluh kapiler pulmonal yang terjadi pada
darah pulmonal dan efeknya yang berhubungan antara kapasitas pada dasar
kelainan pada fungsi respirasi. Faktor-faktor penting lainnya bisa terjadi pda tekanan
karbondioksida adanya shunts dan faktor darah itu sendiri yang membuat terjadinya
Pada banyak kasus, mekanisme terjadinya kor pulmonal kronik berhubungan juga
penyebab penyakit ini yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit kor pulmonale
jantung.
efek dari hipoksemia dan hiperkapnia. Kelainan ini dapat terlihat pada fungsi
respirasi dan resistensi pembuluh darah pulmonal yang sering terjadi pada penyakit
yang sama. Penyakit yang mendasari ini yang dapat saling berkorelasi sehingga
kontraktilitas dan afterload. Meski dinding ventrikel kanan tipis, namun masih dapat
memenuhi kebutuhan saat terjadi aliran balik vena yang meningkat mendadak (
berlebihan. Hal ini terjadi karena tahanan di pembuluh darah paru sebagai akibat
gangguan pembuluh darah itu sendiri maupun akibat kerusakan parenkim paru.
Peningkatan afterload ventrikel kanan dapat terjadi karena hiperinflasi paru akibat
PPOK dimana terjadi kompresi kapiler alveolar dan perubahan ukuran pembuluh
darah paru. Peningkatan ini juga dapat terjadi ketika volume paru turun mendadak
akibat reseksi paru. Pada retriksi paru ketika pembuluh darah mengalami kompresi
dan berubah bentuk maka dapat juga terjadi peningkatan afterload ventrikel kanan.
Dapat juga terjadi peningkatan afterload ventrikel kanan pada vasokonstriksi paru
Perubahan hemodinamik kor pulmonal paru pada PPOK dari normal menjadi
hipertensi pulmonal, kor pulmonal dan akhirnya menjadi kor pulmonal yang diikuti
Teori yang lain dapat diterima yaitu terjadinya kor pulmonale kronik adalah
karena terjadinya hipoksia alveolar yang mendasari terjadinya remodeling pada dasar
pembuluh darah paru ( hipertropi pada otot pada pembuluh darah kapiler paru,
pembentukan otot pada pembuluh darah arteriol pada paru dan fibrosis pada tunika
PPOK non hipoksemia dengan derajat penyakit sedang hingga berat. Faktor
dikarenakan faktor anatomis seperti terjadinya kerusakan dasar pembuluh darah paru
atau kompresi arteriol dan kapiler oleh karena proses fibrosis. Hipertensi pulmonal
pembesaran ventrikel kanan (hipertropi dan dilatasi) yang akhirnya akan terjadi
terjadinya gagal jantung kanan. Dapat terlihat pada terjadinya udem perifer. Interval
onset antara hipertensi pulmonal dan terjadinya gagal jantung kanan dapat bervariasi
2.5 Diagnosis7
1. Anamnesis
Tidak ada gejala klinis yang khas yang terjadi berhubungan dengan hipertropi
ventrikel kanan. Gejala klinis yang terlihat adalah berupa hipertensi pulmonal,
termasuk adanya dispnu saat beraktivitas, fatig, letargi, nyeri dada dan sinkope.
Fatig, letargi dan sinkope saat beraktivitas merupakan pengaruh dari peningkatan
output jantung selama tekanan saat beraktivitas tersebut karena obstruksi pembuluh
darah pada arteriol paru. Angina tipikal akan dapat terlihat. Mekanisme terjadinya
angina belum terlalu jelas, sesuai dengan tekanan pada arteri dan iskemik ventrikel
kanan yang dapat terlihat. Iskemik ventrikel kanan dapat diakibatkan oleh hipoksemia
kanan. Pada foto Thoraks terdapat pelebaran cabang paru di hilus), hipertrofi/dilatasi
ventrikel kanan dan gagal jantung kanan (ditegakkan dengan adanya peningkatan
Anamnesis mungkin ditemukan adanya sesak nafas, riwayat batuk yang sudah
2. Pemeriksaan Fisik
Pada Kor Pulmonale Kronik dapat dideteksi dari hipertensi pulmonal dan
ventrikel kanan. Peningkatan intensitas dari komponen pulmonal pada suara jantung,
akan dapat dipalpasi. Pada auskultasi jantung dapat terdengar adanya murmur sistolik
ejeksi, pada derajat penyakit yang lebih parah dapat terdengar adanya murmur
tekanan vena jugular dengan prominen gelombang V, suara ketiga ventrikel kanan
dan high-pitched tricuspid regurgitant murmur. Murmur pada ventrikel kanan dan
galop terdengar pada saat inspirasi. Pada emfisema yang berat, peningkatan diameter
AP (anteroposterior) dada sehingga membuat auskultasi akan susah didengar dan
kanan. Tekanan vena jugularis paling baik dinilai jika pasien berbaring dengan kepala
H2O (normalnya 5-2 cm) dengan memperkirakan jarak vena jugularis dari bidang
diatas sudut sternal. Pada HF stadium dini, tekanan vena jugularis dapat normal pada
waktu istirahat namun dapat meningkat secara abnormal seiring dengan peningkatan
Jika ditemukan, pembesaran hati biasanya nyeri pada perabaan dan dapat
berdenyut selama systole jika regurgitasi trikuspida terjadi. Ascites sebagai tanda
lajut, terjadi sebagai konsekuensi peningkatan tekanan pada vena hepatica dan
drainase vena pada peritoneum. Jaundice, juga merupakan tanda lanjut pada CPC,
diakibatkan dari gangguan fungsi hepatic akibat kongesti hepatic dan hypoxia
C. Edema tungkai
namun tidak spesifik dan biasanya tidak ditemukan pada pasien yang diterapi dengan
diuretic. Edema perifer biasanya sistemik dan dependen pada CPC dan terjadi
terutama pada daerah Achilles dan pretibial pada pasien yang mampu berjalan. Pada
pasien yang melakukan tirah baring, edema dapat ditemukan pada daerah sacral
Udem pada pasien Kor Pumonale Kronik pada PPOK yang berat berhubungan
dengan gagal jantung kanan, pada pasien yang lain udem dapat terjadi tanpa diikuti
gejala gagal jantung kanan. Hiperkapnia dapat terjadi. Berhubungan dengan adanya
3. Pemeriksaan Laboratorium
jantung kanan telah mengganggu fungsi-fungsi organ lain seperti : hati, ginjal dan
lain-lain.
Kegagalan jantung kanan yang berat dapat menyebabkan terjadinya kongesti hepatik
yang akhirnya dapatt terjadinya anoreksi dan rasa tidak nyaman pada kuadran kanan
atas perut.
4. Pemeriksaan Penunjang
A. Rontgen dada
pemebsesaran pada sentral arteri pulmonal. Pada 95% pasien dengan PPOK dan
hipertensi pulmonal, diameter dari cabang kebawah arteri pulmonal kanan adalah
lebih besar 20mm. Gagal jantung kanan akan terlihat ventrikular kanan dan dilatasi
juga ditemukan pada kifosis, hiperinflasi paru, pembesaran ventrikular kiri, atau
B. Elektrokardiogram
Akan terlihat tanda hipertropi ventrikel kanan. Yaitu deviasi aksis kanan dan
rasio R/S lebih dari 1 pada lead V1, peningkatan amplitudo gelombang P pada lead II
Right Bundle Branch Block, pada akut kor pulmonale, dengan emboli pulmonale
akut, akan terlihat gambaran klasik pada gelombang S di lead I denan Q dan T
C. Dopler ekokardiografi
ada pasien dengan hipertropi atrium. Maksimum regurgitasi trikuspid jet velocity
Bernoulli.
Pada pasien dengan riwayat penyakit paru dengan fungsi jantung normal. Pada
penyakit paru intersisial yang berat (dengan volume paru dibawah 50%normal)
E. Biopsi Paru
Pemeriksaan patologik sering dilakukan pada intra-operative untuk melihat
ireversibel arteri pulmonal. Kateterisasi jantung pada pembuluh darah pulmonal yang
resisten dan respon vasodilator yang adekuat dapat membantu terapi yang akan
dilakukan.
Terapi pengobatan untuk kor pulmonal kronik adalah lebih terfokus kepada
pengobatan pada penyakit paru yang mendasari terjadinya kor pulmonal dan
Terapi suportif kardiopulmonal pada pasien yang mengalami kor pulmonal akut
dengan akibat kegagalan ventrikel kanan ialah pemberian cairan dan vasokonstriktor
A. Terapi oksigen adalah penting untuk pasien yang mempunyai penyakit paru
obstruktif yang mendasari CPC contohnya PPOK Biasanya pada CPC PaO2
kanan (RV) pada pasien CPC dan juga pada penyakit berhubungan dengan
edem perifer .Agen ini akan meningkatkan fungsi pada kedua belah ventrikel
C. Terapi vasodilator
ada juga digunakan kelas vasodilator yang lain yaitu agonis beta ,nitrat dan
menunjukkan perbaikan pada pasien yang dating dengan PPOK jadi tidak
rutin digunakan
pulmonal .Agen ini digunakan dengan hati- hati dan tidak digunakan pada
E. Teofilin
vaskular pulmonal dan tekanan arteri pulmonar pada pasien CPC yang
didasari oleh PPOK.Theofilin merupakan efek inotropik lemah dan dengan ini
meningkatkan ejeksi ventrikel kanan dan kiri.Dosis rendah teofilin juga di
cadangkan untuk efek anti inflamasi yang membantu untuk control penyakit
F. Warfarin
G. Flebotomi
Diindikasikan pada pasien dengan CPC dan hipoksia kronik yang disebabkan
oleh polisitemia ,yang dpapat didefinisikan ketika hematokrit 65% astau lebih
survival hidup.
1.8. Komplikasi
Komplikasi pada kor pulmonal ialah sinkop, hipoksia, kongesti hepatik pasif dan
kematian. 4
1.9. Prognosis
Perkembangan pada CPC adalah akibat dari penyakit pulmonar primer biasanya
memiliki prognosis yang lebih buruk .Sebagai contoh ,pasien dengan PPOK yang
Prognosis pada kejadian akut yang disebabkan oleh embolisme pulmonar masif
pergantungan ada atau tidak disertai dengan CPCD.Terdapat beberapa faktor yang
C. Sinus Takikardia
D. Takipnu
BAB 2
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. J
Umur : 67 Tahun
Rumah Sakit Umum Daerah Lubuk Basung sejak tanggal 2 September 2015 dengan:
Keluhan Utama : Sesak nafas yang semakin meningkat sejak 1 hari yang lalu
Sesak nafas semakin meningkat sejak 1 hari yang lalu. Sesak nafas sudah
dirasakan sejak 15 tahun yang lalu, sesak nafas dirasakan setiap hari dan
karena sesak nafas. Sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca, dan makanan.
tidak pernah tebangun tengah malam karena sesak. Bunyi nafas terdengar
menciut.
Demam sejak 4 hari yang lalu, demam dirasakan tinggi, terus menerus
Batuk berdahak sejak 2 tahun yang lalu, dahak kental sulit dikeluarkan,
Sembab di kaki sejak 4 bulan yang lalu, bertambah berat 1 minggu yang lalu.
Sembab muncul hilang timbul. Awalnya sembab muncul di kaki dan tungkai,
Nafsu makan berkurang sejak 4 bulan yang lalu, pasien hanya bisa
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita batuk lama lebih dari 2
minggu
Tidak ada anggota keluarga pasien yang minum obat batuk 6 bulan
Tidak ada anggota keluarga dengan riwayat DM
sehari.
Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital :
Kesadaran : CMC
Suhu : 38° C
BB : 48 KG
TB : 160 cm
IMT : 18,75
Gizi : Kurang
Status Generalisata :
Paru
Jantung
epigastrium
atas : RIC II
Aus : bunyi jantung murni, irama teratur, M1>M2, P2>A2, bising (-)
Abdomen :
Punggung
Anggota gerak :
- Oedem +/+
Diagnosis Kerja :
1. CAP
2. CPC
3. PPOK
1. EKG
Interpretasi EKG:
Axis : normoaxis
PR Interval : 0,12 s
QT Interval : 0,28 s
terangkat
Kesan : emfisema
RVH
3. Pemeriksaan darah
Darah rutin :
Hb : 14,7 gram/dl
Ht : 43%
LED : 10 mm
Darah lengkap :
Trigliserida : 47 mg/dl
LDL : 63 mg/dl
SGOT : 49 µ/l
Terapi :
1. O2 3 liter/menit
5. Spironolakton 1x12,5 mg
6. Azitromicin 1x500mg
7. Paracetamol 3x500 mg
8. Ambroxol 3x30 mg
Plan :
Cek BTA
Follow Up
8 Agustus 2016
O/ KU: sakit sedang Tekanan darah : 80/60 Nadi : 120x/menit Nafas : 28x/menit T :
37,60C
Extrimitas : akral hangat, udem +/+, R fisiologis ++/++ normal, R patologis -/-
A/ CAP
PPOK
CPC
P/ O2 3 liter/menit
Azitromicin 1x500mg
Ambroxol 3x30 mg
Digoksin 1x 1/2
9 Agustus 2016
O/ KU: sakit sedang Tekanan darah : 8/60 Nadi : 110x/menit Nafas : 27x/menit T :
36,50C
Abdomen : Supel, NT (-), NL (-), Hepar teraba 1 jari bawah procesus xyphoideus.
Extrimitas : akral hangat, udem +/+, R fisiologis ++/++ normal, R patologis -/-
A/ CAP
PPOK
CPC
P/ O2 3 liter/menit
Azitromicin 1x500mg
Ambroxol 3x30 mg
Digoksin 1x 1/2
BAB 3
DAFTAR PUSTAKA
1. Scanlon VC, Sanders T. Essentials of anatomy and physiology fifth edition. 2007.
F.A Davis company. Philadelphia. Hal. 274-278, 296
2. Weitzenblum E. Chronic Cor Pulmonale. Heart. 2003; 89: 225-30.
3. Bhattacharya A. Cor Pulmonale. JIACM. 2004;5(2): 128-36.
4. Sovari AA, Cor pulmonale overview of cor pulmonale management. diakses dari
http:// emedicine.medscape.com/article/165139-overviev pada 12 Agustus 2016.
5. American Heart Association. Chronic cor pulmonale : Report of an expert
comittee. 1963. hal 594-615
6. Harun S., Ika PW. Kor pulmonal kronik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
jilid III edisi IV. 2008. Hal. 1695-96.
7. Shujaat A. et al. Pulmonary hypertension and chronic cor pulmonale in COPD.
International journal of COPD. 2007:2(3) 273-282.