LP STSG Ayu
LP STSG Ayu
A. Definisi
Skin graft adalah penempatan lapisan kulit yang baru yang sehat pada daerah luka. Kulit
merupakan organ yang penting bagi manusia karena memiliki fungsi antara lain sebagai
pelindung terhadap lingkungan disekitarnya dan mempertahankan suhu tubuh. Komplikasi
yang diakibatkan oleh kerusakan dan kehilangan jaringan kulit dapat menimbulkan infeksi
bakteri, kehilangan cairan tubuh, protein, energi, serta kerusakan jaringan dibawahnya.
Dalam menangani suatu luka akibat trauma atau dapat penyakit, hasil yang diharapkan
adalah dapat mengembalikan integritas anatomi maupun fungsinya. Pada kenyataannya tidak
semua luka menutup secara primer, karena kehilangan kulitnya terlalu luas membutuhkan
jaringan penutup untuk mengatasinya. Salah satu pilihan untuk menutup luka tersebut adalah
dengan melakukan tindakan skin graft.
Skin graft adalah tindakan memindahkan sebagian atau seluruh tebalnya kulit dari satu
tempat ke tempat lain supaya hidup ditempat yang baru tersebut dan dibutuhkan suplai darah
baru (revaskularisasi) untuk menjamin kelangsungan hidup kulit yang dipindahkan tersebut.
B. Indikasi
Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami kerusakan kulit sehingga terjadi
gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi,
luka karena trauma atau area yang terinfeksi dengan kehilangan kulit yang luas. Penempatan
graft pada luka bertujuan untuk mencegah infeksi, melindungi jaringan yang ada di
bawahnya serta mempercepat proses penyembuhan.
Dokter akan mempertimbangkan pelaksanaan prosedur skin graft berdasarkan pada
beberapa faktor yaitu : ukuran luka, tempat luka dan kemampuan kulit sehat yang ada pada
tubuh. Daerah resipien diantaranya adalah luka-luka bekas operasi yang luas sehingga tidak
dapat ditutup secara langsung dengan kulit yang ada disekitarnya dan memerlukan tambahan
kulit agar daerah bekas operasi dapat tertutup sehingga proses penyembuhan dapat
berlangsung secara optimal.
1. Menutup defek kulit yang luas
2. Dapat digunakan untuk penutupan sementara dari defek
C. Kontra indikasi
Kontra indikaasi dari STSG meliputi daerah yang memerlukan penampilan kosmetik yang
baik dan ketahanan yang cukup atau daerah-daerah yang dengan adanya kontraksi luka yang
cukup signifikan akan menurun fungsinya.
STSG dikontraindikasikan bila daerah resipen graft memiliki vaskularisasi yang kurang
baik sehinggah graft tidak dapat bertahan
D. Penatalaksanaan / Tindakan.
1. Split tickness skin graft
Donor dapat diambil dari daerah mana saja ditubuh seperti perut, dada, pungung, bokong,
ekstrimitas umumnya yang sering dilakukan diambil dari paha. Untuk mengambil
splitickness skin graft yang dilakukan dengan menggunakan.:
a. Pisau/ blade
Yang bisa dipakai mata pisau no 22 yang mempunyai keuntungan yaitu tajam,tipis dan
rata.
b. Pisau khusus
Ketebalan graft dapat diatur dan merata.
c. Dermatome
Mempunyai kemampuan mempertahankan jarak antara mata pisau dengan tebal kulit
yang disayat. Dermatome tangan (drum dermaatoma) dermatome listrik dan tekanan
udara.
1) Full Thickness skin graft
Efek yang dibuat patron dari kasa atau karet sarung tangan bedah, kemudian dibuat
desain pada daerah donor sesuai dengan patron. Donor dapat diambil dari retro
aurikuler, supra klavikula, kelopak mata, perut,lipat paha/inguinal, lipat siku, lipat
pergelangan volar.
a) Dilakukan penyuntikan NaCl 0,9% atau lidokain dicampur adrenalin.
- Meratakan permukaan kulit pada daerah donor yang tidak rata
- Membantu pemisahan lapisan dermis dengan jaringan lemak dibawahnya
- Lapangan operasi relatif lebih bersih dari perdarahan, membuat batas dermis
dan subkutis lebih jelas sehingga mempermudah pengambilan graft.
b) Dilakukan insisi sesuai desain sampai sedalam dermis dengan menggunakan
pisau no 15 atau no10 . dilakukan pemisahan dermis dengan subkutis dimana
keadaan kulit dalam keadaan tegang dengan bantuan countertraction dari asisten.
Setelah kulit didapat, selanjutnya dilakukan pembuangan jaringan lemak yang
ikut terangkat saat pengambilan graft.
G. Pemeriksaan penunjang
1. LED: Peningkatan mengindikasikan respon inflamasi.
2. Hitung darah lengkap / diferensial: peninggian dan perpindahan kekiri diduga proses
infeksi.
3. Pletismografi: mengukur TD segmental bawah terhadap ekstrimitas bawah
mengevaluasi aliran darah aterial.
4. Ultrasound Dropler: umtuk menngkaji dan mengukur aliran darah.
5. Tekana O2 transkutaneus: memberi peta area perfusi paling besar dan paling kecil dalam
keterlibtan ekstrimitas.
6. SDP: leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi lukadan
respon inflamasi terhadap cedera.
7. Elektrolit serum: kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan, kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal.
8. Glukosa serum: peningkatan menunjukan respon terhadap sterss
9. Albumin serum: rasio albumin / globulin mungkin terbalik sehbungan dengan
kehilangan protein pada edema cairan
10. BUN / Kreatin: dapat meningkat akibat cedera jaringan
11. Kultur luka: mengidentifikasikan adanya infeksi, dan organisme penyebab.
12. Fotografi area luka: catatan untuk penyembuhan luka / skin loss
H. Pathway
Intra op Post OP
Pre Op
Adanya tranplantasi
Khawatir, banyak Gelisah dan Pembiusan Regional Pembedahan
kulit
bertanya khwatir
Resiko perdarahan
Perdarah tak
terkontrol
Syok hipovelemik
Penurunan HB
Penurunan suplai O2
Gangguang perpusi
a. Intra Op
1. Resiko Perdarahan
Intervensi Rasional
a. Awasi frekuensi a. Untuk memgetahui apakah
pernafasan. nafas normal atau tidak
b. Post Op
1. Nyeri
Intervensi Rasional
a. Kaji kulit untuk luka, benda a. Berikan informasi tentang
asing,kemerahan, sirkulasi kulit dan masalah
perdarahan,perubahan warna. yang mungkin disebabkan
oleh alat dan atau
b. Ubah posisi dengan pemasangan gips.
sering,dorong penggunaan
trapeze bila mungkin. b. Untuk mengurangi tekanan
pada area yang sama dan
c. Tinggikan area grab bila meminimalkan resiko
mungkin/tepat pertahankan kerusakan kulit.
posisi yang diinginkan.
c. Membatasi risiko
d. Letakan bantalan pelindung pemisahan graf.
dibawah kaki dan diatas
tonjolan tulang d. Menminimalkan tekanan
pada area ini.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC. Diakses pada
tanggal 8 N0vember 2017
Eliastham, Michael. 2008. Buku Saku Penuntun Kedaruratan Medis. Jakarta: EGC diakses
pd tgl 8 November 2017