PENTINGNYA PENDIDIKAN DEMOKRASI Artikel 080207 AB
PENTINGNYA PENDIDIKAN DEMOKRASI Artikel 080207 AB
Abstrak
Kehidupan demokrasi di Indonesia belum seperti yang diharapkan, banyak
timbul persoalan-persoalan yang menyangkut pelanggaran HAM, nilai egalitarian belum
tersosialisasikan, kebenaran diputar balikkan dan terjadi mafia peradilan. Kondisi bangsa
semakin terpuruk, pejabat mementingkan dirinya sendiri, timbul kelompok-kelompok
partisan yang sulit dikontrol pemerintah dan reformasi tidak memberi perubahan yang
signifikan untuk kemakmuran rakyat, segala hal carut-marut yang bersumber dalam
kehidupan yang tidak demokratis. Dalam kondisi di atas sangat diperlukan pendidikan
demokrasi yang diharapkan dapat memberikan solusi pemecahan segala persoalan
berbangsa dan bernegara sekaligus memberi pencerahan dengan adanya partisipasi
masyarakat secacara nyata.
Pendahuluan
demokrasi baru " dalam kerangka untuk mewujudkan tatanan demokrasi yang ideal.
Demokrasi tidak sekedar dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat atau keterlibatan langsung
rakyat dalam mengambil keputusan politik, namun lebih dari itu. Demokrasi di
nilai yang menjadi harapan dan dambaan. Oleh karena itu demokrasi tidak hanya
merujuk pada kondisi realitas tatanan atau sistem yang sudah ada, pendidikan demokrasi
Pendidikan demokrasi dalam arti lebih spesifik dapat diartikan sebagai usaha secara
sadar untuk mengubah proses sosialisasi demokrasi dalam masyarakat sehingga mereka
betul-betul memahami sistem demokrasi yang ideal dan hendak diwujudkan (Nasiwan,
24: 6).
bagi bangsa Indonesia belum terbangun sehingga pemerintah harus berani mengambil
2
trobosan melalui pendidikan demokrasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan maraknya aksi
buruh atau protes mahasiswa yang berakhir dengan bentrokan fisik. Sikap dialogis yang
diharapkan antara pemerintah dan rakyat belum terjadi. Kekeliruaan dalam proses
masa.
konsensus dialog antara pemerintah dan rakyat. Namun wacana itu tidak muncul
berbagai kebijakan yang tidak memihak pada kepentingan rakyat seperti kenaikan harga
bahan bakar minyak, kasus bantuan korban gempa yang tak kunjung terealisir. Lemahnya
Pemerintah harus membuka ruang dialog antara pengusaha dan rakyat seperti kasus
segera dan radikal. Pemerintah harus berani bersikap tegas dan cepat untuk
Dengan lain perkataan bahwa sistem demokrasi yang sudah ada belum sempurna
rekayasa sosial dengan tujuan agar masyarakat mempunyai pemahaman yang baru,
penguasa sudah tentu berdampak pada gejala terjadinya konflik, ketidak jujuran,
rendahnya budaya malu, KKN, bahkan pada nasionalisme yang rendah. Kebijakan
demokrasi harus memiliki nilai manfaat, keadilan dan kebebasan, kemakmuran bagi
masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu rekayasa sosial dalam bentuk kebijakan
dalam membentuk watak bangsa melalui pendidikan demokrasi. Dalam usaha untuk
mewujudkannya diperlukan pemikiran yang matang dan melibatkan stake holders dan
yang sudah ada sebagaimana dalam musyawarah untuk menemukan mufakat dan telah
harus dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat sehingga dapat melahirkan budaya
demokrasi yang semakin dinamis dan mendapatkan porsi perhatian lebih besar. Oleh
karena pada masa rajim Sukarno, Suharto tidak memberi tempat dan kesempatan untuk
melahirkan sikap apatis. Kehidupan demokrasi ke depan harus dapat dirancang atau
dengan pengelolaan kehidupan bersama. Menurut asal usul katanya “demokrasi” berarti
rakyatlah yang berkuasa, dalam bahasa Yunani demos artinya rakyat dan kratein
Yunani kono, namun sejak saat itu demokrasi dipersoalkan. Plato seorang filosof pada
demokrasi Athena semua warga negara bergantian memegang kekuasaan, sehingga tidak
mengherankan jabatan pemerintahan dipegang oleh orang bodoh (Bertens, 2006: 7).
rakyat, kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh rakyat
atau wakil-wakil mereka yang dipilih melalu pemilihan yang bebas. Demokrasi adalah
suatu pemerintah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Hampir seluruh negara di
lebel negara demokrasi untuk melegitimasi rezim mereka. Demokrasi pada dasarnya
merupakan seperangkat praktek dan presedur yang terbentuk melalui sejarah yang
wakil-wakil rakyat yang akan memegang pucuk kepemimpinan negara dipilih melalui
dilaksanakan, dipilih terlebih dahulu calon wakil rakyat, supaya pemimpin yang
5
berkuasa nanti sungguh-sungguh melayani rakyat dan mempunyai visi yang benar,
namun hal ini belum memberi jaminan menjadikan kehidupan demokratis. Bahkan di
Indonesia mengalami hal yang sama, delima antara konstituensi (pemilih atau
pendukung) partai politik dan kompetensi wakil rakyat dalam berdemokrasi tidak
memberikan jamaninan kehidupan yang demokratis (Ignas Kleden, 2003: 1). Personal
yang mengatur kehidupan negara dan masyarakat adalah orang-orang yang didukung
konstituensinya, atau orang yang memiliki kemampuan bekerja baik, dengan dukungan
menduduki jabatan politik karena keahliannya tanpa dukungan orang yang memilihnya.
Hal ini terjadi pada masa Orde Baru yang menjadikan ekonomi sebagai prioritas utama,
Mafia Berkeley. Atau pada masa Sukarno teknokrasi dikenal dengan Zakenkabinet,
teknokrasi ini masih bisa diterima masyarakat jika para ahli yang menduduki jabatan
mendapat jabatan politik melalui kemampuannya secara teknik. Oleh karena itu tidak
Hankam merupkan hal yang kompleks sehinga orang-orang yang ekspert dan kompeten
saja yang mampu menanganinya. Partisipasi rakyat dalam hal ini justru dianggap akan
kurang baik sering terjadi konflik para mentri dengan anggota DPR tentang kebijakan
rakyat yang dapat dianggap menjadi personifikasi dari kelompok tertentu atau mendapat
dukungan dari konstituennya yang memerintah menjadi mentri namun tidak ekspert di
bidangnya. Hal ini terjdi pada masa pemerintahan Presiden Gus Dur (Abdulrahman
Wahid), seorang mentri yang tidak memiliki begraund teknik justru dijadikan
Menristek kerana kedekatannya dengan elit politik dan mewakili partai untuk
pengiriman Sarjana S-2, S-3 ke luar negeri pada masa Presiden Habibi untuk
berdemokrasi.
Pendidikan Demokrasi
Istilah pendidikan berasal dari kata paedagogi, dalam bahasa Yunani pae
artinya anak dan ego artinya aku membimbing. Secara harafiah pendidikan berarti aku
7
membimbing anak, sedang tugas pembimbing adalah membimbing anak agar menjadi
dewasa. Secara singkat Driyarkara yang dikutip oleh Istiqomah mengatakan bahwa
pendidikan adalah suatu usaha secara sadar yang dilakukan oleh pendidik melalui
bimbingan atau pengajaran dan latihan untuk membantu peserta didik mengalami proses
pemanusiaan diri ke arah tercapainya pribadi dewasa, susila dan dinamis (Istiqomah, 203:
7). Sedang hakekat demokrasi adalah keterlibatan rakyat dalam pengambilan keputusan
pendidikan demokrasi ada dua hal yang harus ditekankan, demokrasi sebagai konsep dan
demokrasi sebagai praksis. Sebagai konsep berbicara mengenai arti, makna dan sikap
sudah menjadi sistem. Sebagai suatu sistem kinerja demokrasi terikat suatu peraturan
main tertentu, apabila dalam sistem itu ada orang yang tidak mentaati aturan main yang
telah disepakati bersama, maka aktiviatas itu akan merusak demokrasi dan menjadi anti
demokrasi (Sunarso, 2004: 3). Tugas seorang pendidik adalah mensosialisasikan dua
tataran tersebut dalam konsep dan fraksisnya, sehingga peserta didik memahami dan ikut
politik, tokoh masyarakat, guru, stake holders pendidikan demokrasi, dan seluruh
8
antara lain:
Pendidikan demokrasi harus direncanakan secara matang oleh stake holders baik
para pakar demokrasi sebagai think-thank, kepala sekolah, guru-guru, orang tua murid,
tokoh agama dan tokoh masyarakat. Pendidikan demokrasi ini harus memperhatiak nilai-
nilai secara holistik dan uiniversal. Keberhasilan pendidikan demokrasi dengan keluaran
menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi personal dan kompetensi sosial
yang demokratis dan dinamis sehingga menghasilkan warga negara yang baik (good
IPTEKS dan soft skils yaitu kemampuan bekerja kelompok secara egalitarian, bekerja
berbahasa Inggris, tabah dan gigih, percaya diri, memiliki kemampuan untuk
negara (state), organisasi masyarakat (civil state), ranah istitusi dunia usaha (market
perlu strategi perjuangan secara struktural dan kultural secara bersama-sama. Strategi
struktural dalam arti politik, perbaikan struktural ini merupakan sarana yang paling
efektif adalah melalui partai politik. Melalaui lembaga partai politik aspirasi masyarakat
dari infrastruktur politik kepada suprastuktur politik. Input dari infrastruktur politik
kepada suprastruktur politik akan dijabarkan dalam bentuk kebijaksanaan atau undang-
yang didukung dana dari pemerintah. Sementara secara kultural memerlukan perjuangan
demokrasi, harus diawali dari individu yang demokratis, disemaikan dari lingkungan
demokrasi seperti Gandhi, Mandela, Martin Luther King, Jr. yang tidak pernah gentar,
putus asa atau frustasi meskipun rintangan, halangan, lingkungan tidak kondusif, dan
“We shall over come 2X We shall over come, someday O, deep in my heart I do
believe, We shall over come somedaya, We walk hand in hand 2X We walk hand in
hand someday O, deep in my heart I do believe We walk hand in hand someday.
We shall live in peace 2X We shall live in peace someday O, deep in my heart I do
believe We shall live in peace someday (Google, Refrensi Demokrasi, 2006).
Jadi nilai demokrasi harus dibawa seorang pakar yang meyakini kebenaran
demokrasi sebagai ideologi ideal harus ditanamkan pada setiap hati (personal, individu)
agar suatu hari nanti kehidupan demokrasi dan perdamaian akan terwujud.
Dengan adanya benih demokrasi yang sudah disemaikan dalam keluarga, sekolah
totalitas kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Modal demokrasi yang sudah ada
dalam personal merupakan lahan yang subur bagi generasi penerus untuk mewujudkan
kehidupan bersama dalam mewujudkan masyarakat sipil (civil society). Terlebih lagi
sekolah, rumah dan masyarakat saling mendukung untuk membentuk kehidupan yang
lebih demokratis. Apalagi apabila guru, orang tua murid, pemuka agama, pemuka
masyarakat, elit politik, dan pejabat memiliki komitment yang tinggi untuk mewujudkan
masyarakt yang demokratis dengan konsep “Ingarso sung tuladho, Ing madyo mangun
karso ,Ttut wuri handayani” artinya seorang pemimpin yang baik bisa memberi
memberi dorongan, petunjuk atau memberi motivasi bagi yang dipimpinnya sehingga
sasarannya dapat dicapai. Konsep pendidikan demokrasi di atas tidak hanya sebagai
Civil Society atau masyarakat sipil dalam bahasan ilmu sosial dimaknai sebagai
konsep yang berkaitan dan dipertentangkan dengan “masyarakt politik” yang secara
umum dipahami sebagai negara. Konsep ini pertama kali timbul di Erapa Barat pada
jaman Enlightment. Konsep masyarakat sipil dapat dilacak pemikiran tokoh humaniora
seperti Hobbes, Locke, Montesquie, Roousseau. Civil Society dipahami sebagai kawasan
privat yang dipertentangkan dengan kawasan negara atau publik. Pemikiran ini
mengubah wacana civil society sebagai diskurs pemikiran kristis terhadap kapitalisme
(Andi Mallarangeng, 200: 14). Sedang di Eropa Timur muncul dasawarsa 1980 an
sebagai jawaban terhadap negara dengan sistem partai tungggal, dan kemudian
menjalar ke Eropa Barat dengan konsep “negara kesejahteraan” (Welfare State). Negra-
negara Amerika Latin, Afrika, Asia, Timur tengah telah menggunakan konsep civil
Masyarakat sipil adalah masyarakat dimana hak dan kewajiba dihargai dan
dijunjung tinggi, sehingga tercipta masyarakat yang damai, adil dan berbudaya dengan
civil society telah menjadi suatu cara untuk melepaskan ketidak puasan terhadap
memperoleh mementum sebagai obyek wacana bertepatan dengan masa reformasi untuk
cita-cita yang ideal untuk mewujudkan Indonesia Baru. Pada masa itu diadakan banyak
seminar, talkshow, dan banyak artikel yang mengkonsep Indonesia baru yang terkait
dengan masyarakat sipil. Pada masa pemerintahan Habibie konsep masyarakat sipil telah
dijadikan acuan reformasi dan pembentukan Indonesia Baru melalui pendirian Tim
Nasional Revormasi menuju Masyarakat Sipil. Namun yang terjadi justru kontra
untuk kepentingan kelompok, terlihat ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan
sosial yang menampilkan amuk massa yang distruktif. Hal yang lebih memprehatinkan
lagi adalah sebagian besar fenomena komunalisme dan radikalisme masa menggunakan
intrumen agama dalam menggunakan ideologi dan gerakannya justru anti demokrasi
Demorasi bukan hal yang diturunkan tetapi harus diajarkan. Oleh karena itu pendidikan
13
“1. Pertumbuhan ekonomi, jika ekonomi suatu negara tidak tumbuhan maka
negara itu tidak akan mencapai demokrasi, 2. Variabel kedua yang
mempengaruhi konsolidasi demokrasi adalah kultur liberal; yaitu nilai-nilai
egalitarian terlepas dari isu SARA dan jender, 3. Kesepakatan elit, yaitu tentang
kesepakatan aturan main dalam kehidupan politik (Denny, 2006: 16).
Apa yang terjadi di Indonesia ketiga variabel tersebut di atas sangat buruk,
ekonomi mengalami krisis, kultur leberal tidak terjadi tetapi justru sebaliknya kultur
intoleran dan kekerasan. Sementara itu dalam kehidupan politik tidak ada aturan main
fondasi politik yang kokoh dengan menghasilkan ekonomi yang tumbuh, kultur liberal
disesuaikan dengan tuntutan jaman. Oleh karena itu konsep rule of low (negara hukum)
sekolah dasar khususnya bagi generasi penerus, dan diimplementasikan dalam kehidupan
warga negara yang baik, bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kratif, mandiri, bertanggung jawab dan demokratis (Udin SW.,
2006: 2).
dan revitalisasi kehidupan yang demokratis. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan
dan bersifat perosnal. Dalam imajinasi kehidupan demokrasi, ada kepercayaan bahwa
ada seorang pemimpin yang akan muncul dalam kondisi sesulit apapun
tumbang terjadi reformasi, Amin Rais dengan Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai
lokomotif pembaharuan, Partai Kesejahteraan Sosial (PKS) yang roformis, Golkar baru,
Partai Demokrat dengan Susilo Bambang Yudoyono (SBY) tak mampu membawa
bangsa ini ke dalam kehidupan demokratis yang ideal. Bahkan terjadi hal sebaliknya
kendali atas demokrasi hilang. Jafar Umar sebgai pemimpin Fron Pembela Islam (FPI)
mengatakan orang murtad, dan orang kafir yang tidak mentaati Syariat Islam halal
kepemimpinan atas paradigma kepemimpinan yang telah ada. Bangsa ini harus
yang diusung berdasarkan visi kebersamaan untuk kehidupan bangsa yang lebih
kepentingan bersama.
kelembagaan masih merupakan titik lemah dalam membangun masyarakat adil dan
demokrasi yang sesungguhnya namun yang terjadi justru sebaliknya untuk melayani diri
sendiri dalam bentuk KKN, bukan melayani kepentingan umum (Zuhairi Misrawi,
berkembang masih berlaku sistem feodalis. Elit politik sering bertindak sebagai raja
yang ingin dilayani, dihormat, disanjung, ingat imperium Suharto yang menghendaki
penguasa tunggal seperti raja-raja Jawa. Kultur semacam ini tidak kondusif untuk
16
kehidupan demokrasi karena kumunikasi hanya satu arah antara atasan dan bawahan.
Oleh karena itu ke depan harus dekembangkan kultur demokrasi yang memberi ruang
lebih leluasa terutama dalam kultur nilai-nilai egalitarian, demokratis, dan terbuka atau
masyarakat sipil sangat penting sekali, karenea meskipun pemerintah bangkrut masih
ada masyarakat sipil yang memiliki solidaritas sosial yang kuat. Kedepan masyarakat
maupun ormas-ormas yang cenderung ke arah politik praktis. Ormas agama sudah
seharusnya meletakkan nilai-nilai agama sebagai sumber etika untuk mewujudkan civil
dikembangan pada setiap individu melalui diri sendiri dan disebarkan pada setiap pribadi
internet), karena bangsa ini telah kehilangan kepercayaan diri terutama tidak adanya
keteladanan dari para pemimpin bangsa. Jalan keluar untuk membangun demokrasi harus
ada langkah sinergi seluruh elemen bangsa baik pemerintah, cendekiawan, budayawan,
rohaniawan, tokoh masyarakat, media masa bersama-sama mempunyai tekad bulat untuk
Penutup
merasa bangga dalam memiliki bangsa serta ikut berpartisipasi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara , tetapi harus berorentasi baru antara lain membebaskan rakyat
dari kemiskinan. Penguasaan ekonomi dan aset sumber kekayaan alam yang hanya
dimiliki oleh segelintir orang harus segera diakhiri. Demokrasi ekonomi bukan hanya
wacana omong kosong, jika bangsa ini masih terjajah di bidang ekonomi, banyak terjadi
penjajahan oleh bangsa sendiri merupakan ketidak adilan yang harus diberantas melalui
menggorogoti urat nadi bangsa ini. Dalam teorinya norma-norma berbangsa harus
dijadikan pedoman dan pandangan hidup, namun kenyataannya terjadi pengkianatan yang
tidak demokratis.
memiliki kompetensi personal dan sosial sehingga menjadi warga negara yang baik
(good care atau good citezen) dengan ciri-cirinya antara lain: berani mengambil sikap
positif untuk menegakkan pilar-pilar demokrasi demi masa depan bangsa yang
lebih luas, serta adanya landasan kepastian hukum, mengedepankan nilai-nilai egalitarian,
nilai keadilan, menghargai HAM, menghargai perbedaan SARA dalam kesatuan bangsa.
baik secara obyektif dan sobyektif sebagai paradigmanya dan harus diaktualisasikan
dalam kehidupan sehari-hari akan sangat mendukung suasana yang kondusif untuk
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Mallarangeng, 2000. Otonomi Daerah Demokrasi dan Civil Society. Yogyakarta:
Forum Komunikasi Keluarga Rokan Hulu.
Franz Magnis Suseno SJ. 2006. Demokrasi. “Maksud dan Makna Demokrasi”. Google.
Nasiwan, 2004. “Pendidikan Politik Bagi Para Pemilih Menyongsong Pemilu 2004,”
Informasi, Kajian Masalah Pendidikan dan Ilmu Sosial, No. I Tahun XXX,
2004.
Refrensi Demokrasi, “Catatan Tentang King & Surat dari Penjara Kota Birmingham”
2006. Google.
Surat Kabar
Biodata Penulis:
Sigit Dwi Kusrahmadi, lahir di Yogyakarta, 27 Juni 1957. menyelesaikan S-1 di Fakultas
Sastra Jurusan Sejarah UGM, dan menyelesaikan S-2 Sospol Ketahanan Nasional UGM.
Sejak tahun l987 mengajar di MKU dan tahun 2003 pindah di D-2 PGSD FIP UNY.