Makalah Hakikat Pengetahuan
Makalah Hakikat Pengetahuan
Oleh
* Sahrahman & Nazeli Rahmatina
Apa itu hakikat? Hakikat ialah realitas; realitas adalah “real” artinya
kenyataan yang sebenarnya. jadi, hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan
sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu, bukan
keadaan yang berubah. Jika kita berbicara tentang teori hakikat, maka sangat luas
sekali. Segala yang ada dan yang mungkin ada, yang boleh juga mencakup
pengetahuan dan nilai (hakikat pengetahuan dan hakikat nilai). Oleh karena itu, kajian
hakikat ini dalam kajian filosofis dinamakan ontologi. Dalam makalah ini akan kita
bahas tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, serta nilai kebaikan dan
keindahan.
Pengetahuan dan kebenaran adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
hasil dari rasa ingin tahu. Jadi antara pengetahuan dan kebenaran selalu bersama-
keduanya saling terkait. Akan tetapi banyak orang masih bingung tentang apa itu
benar. Banyak orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah mencari kebenaran,
namun masalahnya tidak sampai disitu saja. Problem kebenaran inilah yang memicu
1. Definisi Pengetahuan
yang disebut ontologi. Ketiga, teori nilai yang membicarakan guna pengetahuan
tidaklah berbeda. Pengetahuan bagi mereka tidak ubahnya sebagai ilmu, sehingga
pengetahuan berbeda dengan ilmu atau ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah.
adalah ‘a higner level’ dalam perangkat pengetahuan manusia dalam arti umum
Amsal Bakhtiar (2005), pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia
untuk tahu.1
hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang objek tertentu,
1
Drs. A. Susanto, M. P.d, Filsafat Ilmu, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h. 46--47
termasuk di dalamnya adalah ilmu. Dengan demikian, ilmu merupakan bagian
tentu saja merupakan pengetahuan, tetapi pengetahuan belum tentu ilmu. Karena
Menurut Drs. Sidi Gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui atau
hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf,
mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.
Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses usaha dari manusia untuk
tahu.4
2
Ibid h. 47
3
Paul Edward , The Encyclopedia of Philosopy, (New York: Macmillan Publishing, 1972),
vol. 3
4
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, cet. I, h. 4
Menurut kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge)
yang diketahui (objek) didalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang
mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan
dengan kebenaran (antara knowledge dengan truth). Jadi pengetahuan itu harus
istilah common sense, dan yang diartikan dengan good sense, karena sesorang
memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik. Bola itu dikatakan bulat
karena memang berbentuk bulat, air jika dipanaskan akan mendidih dan
5
Lauren Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia, 1996, Cet. I, h.803
6
Burhabnuddin Salam, Logika Materiil, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, cet. I, h. 28
2. Pengetahuan ilmu (secience), yaitu ilmu dalam pengertian yang sempit
dan obyektif.
kritis sehingga dapat diketahui secara mendalam tetntang apa yang sedang
dikaji.
Pengetahuan theologis
Pengetahuan filosofis
Pegetahuan tentang yang lain, baik kolektif maupun individual
Pengetahuan tentang dunia lahir
Pengertahuan teknis, dan
Pengetahuan ilmiah. 8
Abd. Aziz, M.Pd.I membedakan pengetahuan manusia menjadi tiga jenis
pengetahuan yaitu:
7
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. Filsafat Ilmu, Jakarta: Rajawali pres, 2012. Cet. 11, h. 87-88
8
H. Endang Saifuddin Anshari, MA, Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982,
cet III, h. 45
1. Pengetahuan Ilmiah: yaitu pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggung
Penilaian dan putusan moral adalah soal perasaan pribadi atau produk budaya
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas
baru, karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari
itu manusia mmpunyai tujuan tertentu dalam hidupnya yang lebih tinggi dari
9
Abd. Aziz,M.Pd.I, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: 2009, cet I, h. 95-96
mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap adalah
Ada dua teori untuk dapat mengetahui hakikat dari sebuah pengetahuan.
dengan fakta. Apa yang ada dalam fakta itu dapat dikatakan benar. Dengan teori
ini dapat diketahui bahwa kebenaran obyektif juga di butuhkan bukan hanya
terlihat sangat nyata. Jadi teori ini mengakui adanya apa yang mengetahui dan
10
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan,1998, Cet. Ke_ II, h. 40
11
Prof. Dr. Amsal Bahtiar, M.A, Filsafat Ilmu, Opcit. H. 94-96
memiliki kelemahan-kelamahan tertentu. Realisme ekstrim bisa sampai pada
Dengan adanya kedua teori tersebut dapat dikatakan semua orang memiliki
pengetahuan diperoleh pula dari sumber yang lebih dari satu. Yaitu sumber
pengalaman yang dialaminya. Teori ini bersifat inderawi jadi antara satu dengan
yang lain memiliki perbedaan. Akal dalam teori ini hanyalahmengelola konsep
sangat komplek jadi sekomplek apapun pengetahuan akan dapat kembali pada
sumbernya yaitu indera. Jadi pengetahuan yang tidak dapat di indera bukan
pengetahuan yang benar karena indera adalah sumber pengetahuan. Teori ini
Pengetahuan yang benar diukur dan diperoleh dari akal. Teori ini membenarkan
dengan akal. Jadi sumber kebenarannya adalah akal. Di sini juga dapat
mengetahui tentang konsep-konsep pengetahuan yang abstrak. Namun toeri ini
memiliki kelemahan karena data-data tidak selalu sempurna sehingga akal tidak
tinggi. Kegiatan intuisi dan analisis bisa saling membantu untuk menemukan
pengetahuan dengan perantara hati bukan indera maupun akal. Sehingga teori
kebenaran.
4. Sumber yang terakhir adalah wahyu yang menjelaskan bahwa pengetahuan di
peroleh langsung dari Tuhan melalui perantara Nabi. Pengetahuan yang seperti
nanti.12
3. Defenisi Kebenaran
Adapun kebenaran dapat didefinisikan sebagai kesetiaan pada realitas
objektif, yaitu suatu pernyataan yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras
12
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, opcit, hal. 94-110
dengan situasi. Kebenaran adalah persesuaian (Agreement) antara pernyataan
(statement) mengenai fakta dengan fakta aktual; atau antara putusan (judgement)
Kaum sofis berpendapat bahwa kebanaran relatif dan subjektif. Setiap orang
salah satu defenisi filsafat adalah mencari kebenaran. Al-Gajali adalah ilmuan
Islam yang sangat serius mencari kebenaran, sampai dia mengalami keraguan yang
kalam, tetapi dalil ilmu kalam tidak memuaskan dan mendatangkan kebenaran
serta belum bisa mengobati keraguannya. Menurut Al-Gajali, dalam ilmu kalam
golongan merasa dirinya yang paling benar, sehingga timbul tanda Tanya dalam
dirinya, aliran manakah yang paling benar dari semua aliran. Keinginan Al-Gajali
adalah mencari kebanaran yang hakiki, yaitu kebenara adalah mencari kebenaran
yang hakiki, yaitu kebenaran yang tidak diragukan lagi, seperti sepuluh lebih
banyak dari tiga. Al-Gajali sampai pada kebenaran yang demikian dalam tasawuf
13
Ibid, hal. 113
14
K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta: Kanisius, 1978, hal.71
diturunkan oleh Allah SWT ke dalam dirinya. Cahaya itu adalah cahaya yang
menyinari dirinya seseorang sehingga itu adalah cahaya yang menyinari dirinya
pengetahuan.15
4. Tingkatan dan kriteria kebenaran
dikatakan benar jika dapat dilihat dengan indera tanpa berfikir lebih lanjut.
Kedua, adalah kebenaran ilmiah (sains). Kebenaran pada tingkatan ini didasarkan
pada indera dan diolah menggunakan rasio. Sehingga kebenaran dapat diakui jika
dapat dirasio dan di lihat atau dirasakan dengan indera. Ketiga, adalah kebenaran
filsafat. Kebenaran pada tingkatan ini diperoleh dari rasio dan pemikiran lebih
yang lebih mendalam. Yang terakhir kebenaran religius. Kebenaran ini bisa juga
dikatakan kebenaran yang mistis karena tidak dapat dilihat dengan indera dan di
rasio. Kebenaran ini bersifat mutlak karena kebenaran ini bersumber dari tuhan.
5. Teori kebenaran
1. Teori koherensi
15
Al-Gajali, Al-Munqi Min al-Dhalal, Kairo: Dar al-Kutub al- Hadisah,1974, hal 130
Koherensi merupakan teori kebenaran yang menegaskan bahwa suatu
dari proposisi sebelumnya yang juga shahih dan dapat dibuktikan secara logis
akan mati, pohon termasuk makhluk hidup jadi suatu saat pohon akan mati.
2. Teori korespondensi
Sesuatu dikatakan benar apabila sesuai dengan objek yang dituju. Contoh
ibu kota Indonesia adalah Jakarta, maka pernyataan ini adalah benar sebab
pernyataan itu dengan obyek yang bersifat faktual yakni Jakarta memang
3. Teori pragmatik
fungsi atau tidaknya suatu pernyataan atau tidaknya suatu pernyataan dalam
ruang lingkup dan waktu tertentu. Sesuatu dikatakan benar jika memiliki
manfaat dan sudah diuji. Selama belum diuji belum dikatakan benar atau tidak.
4. Teori positivisme
5. Teori esensialisme
pendidikan harus berpijak ada nilai-nilai yang memeliki kejelasan dan tahan
lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata
yang jelas.
6. konstruktivisme
7. Teori relegiusme
jasmaniah, tetapi juga makhluk rohaniah.Teori religius ini kebenaran nya secara
ontologis dan aksiologis bersumber dari sabda Tuhan yang disampaikan melalui
seperti pohon yang memiliki cabang-cabang yang disebut aksiologi yang mempelajari
16
Drs. H. Muhammad Adib, MA, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, cet II, h.
121-124
tentang hakikat nilai. Dimana ada 3 nilai yang dipersoalkan, yaitu nilai keindahan,
nilai kebaikan, dan nilai kebenaran. Nilai keindahan dipersoalkan secara khusus
dalam cabang filsafat Estetika. Nilai Kebenaran dipersoalkan dalam cabang filsafat
kemanusiaan.17 Menurut Riserri Frondizi, nilai itu merupakan kualitas yang tidak
mencakup setiap bentuk emperis, nilai adalah kualitas priori. 18 Menurut Louis
dapat mengalami dan memahami secara langsung kualitas yang terdapat dalam
objek itu. Dengan demikian nilai tidak semata-semata subjektif, melainkan ada
kenyataan maupun pikiran dapat memperoleh nilai jika suatu ketika berhubungan
semula, terdapat dalam setiap kenyataan namun tidak bereksistensi, nilai itu
tentang ‘hakikat moral’. Moral adalah masalah tingkah laku dalam hubungannya
dengan diri sendiri dan sesamanya, sejauh mana mengandung nilai kebaikan
Hakikat kebaikan yang menjadi persoalan sentral etika adalah ‘nilai baik’ menurut
semua segi. Dipandang dari sisi manapun, nilai kebaikan tidak pernah
kebaikan. Hanya saja jenis perilaku mana yang bersesuaian dengan nilai kebaikan
itu? Sebab, tidak semua jenis perilaku berbanding lurus dengan nilai kebaikan.
Berdasar pada sistematika filsafat, nilai keindahan, kebenaran, kebaikan
yang bernilai baik seharusnya benar dan indah, yang bernilai benar seharusnya
baik dan indah, dan yang bernilai indah seharusnya benar dan baik. Tetapi apakah
untuk saling menolong dan memberi dalam ikatan kebersamaan yang harmonis
Jadi, hakikat nilai kebaikan itu berada di dalam perilaku. Dengan demikian,
hakikatnya dapat diketahui dari fakta perilaku. Apakah perilaku itu bersesuaian
kemanusiaan itu terletak pada apakah suatu perilaku mampu menumbuhkan moral
menolong, memberi, sehingga menjadikan semua pihak mampu hidup mandiri,
Birr, al- Ma’ruf (dalam bahasa Arab). Good (dalam bahasa Inggris). Dikatakan
bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan,
Sebaliknya yang tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan dan merugikan maka
disebut buruk. Jadi disebut baik atau kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan,
yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Walaupun tujuan orang atau
SWT akan diberi balasan di akhirat dengan pahala. Selain pahala berbuat kebaikan
bagi seorang Muslim merupakan dakwah kepada orang disekitarnya agar timbul
kasih sayang terhadap sesama dan wujud penghargaan atas nikmat yang di berikan
sebagai “the study of nature of beauty in the fine art”, mempelajari tentang hakikat
membentuk suatu persepsi yang baik dari suatu pengetahuan ilmiah agar ia dapat
diri seseorang satu dengan yang lainnya untuk menghasilkan efek yang maksimal.
dengan kebendaan. Oleh sebab itu sesuatu bagian dari pengalaman dapat menjadi
adalah manifestasi cinta, kepada Tuhan sebagai keindahan sejati maupun keadaan
adalah realitas indah yang ada pada objek yang kemudian memberikan perasaan
enak dan senang pada objek. Keindahan bersifat objektif, sebaliknya menurut
George Santyana (1863-1952 M), indah adalah perasaan nikmat atau suka dari
22
Drs.A. Susanto, M.pd. Opcit. Hal. 119
23
William C. Chittick, Jalan Cinta sang Sufi Ajaran Spritual Rumi, terj. Sadat Ismael,
(Yogya, Qalam, 200), 246
subjek pada suatu objek yang kemudian menganggapnya sebagai milik objek,
Jadi dapat kita katakan bahwa kalau alam ini adalah hasil buatan zat yang
tidak terbatas, maka keindahan ini ada artinya, sedangkan perkataan lain kalau
Tuhan ada maka pengalaman keindahan adalah suatu hal yang harus kita rasakan.
dengan sifatnya
4. Nilai keindahan dari suatu yang indah, sebanding dengan nilai keindahan yang
sifat perfeksi yang khas, keharmonisan huruf-huruf, hubungan arti yang tepat
satu sama lain, pelanjutan dari spasi yang tepat serta susunan kata dan kalimat
yang menyenangkan.
24
Laouis Kattsoff, Pengantar Filsafat, hal. 386-388
5. Syarat lain untuk keindahan adalah tercakupnya nilai-nilai spiritual, moral,
dan agama.25
Oleh karena itu, hakikat keindahan yang paling esensial sangat ditentukan
antara lain
dari hakikat yang indah itu harus baik, mengandung keharmonisan, nyata dan
itu terletak didalam keabadian dari keindahan itu sendiri. Walaupun cara
25
Http://www. Katailmu.com/2013/03/hakikat-keindahan.html#sthash.vxS2oo10.dpuf
C. KESIMPULAN
tentang objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu. Dengan demikian, ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai
pengetahuan lainnya, seperti seni dan agama. Hakikat pengetahuan dapat diketahui
melalui dua teori yaitu realisme dan idealisme. Sedangkan sumber pengetahuan dapat
yang dimiliki manusia ada empat, yakni pengetahuan biasa, penegetahuan ilmu
suatu pernyataan yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi.
Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan mengenai fakta dengan fakta aktual,
atau antara putusan dengan situasi seputar yang diberi interpretasi. Teori yang
Kebaikan atau disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan,
bermacam-macam pengalaman dalam diri seseorang satu dengan yang lainnya untuk
menghasilkan efek yang maksimal. Keindahan berdiri sendiri dan bersifat obyektif.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Khudori Saleh, M.Ag. Wacana Baru Filsafat Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2012
H. Endang Saifuddin Anshari, M.A, Ilmu, Filsafat, dan Agama. Surabaya: PT Bina
Ilmu, 1985
W.JS. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999
Louis Katsoff, Pengantar Filsafat, ter. Soejono Sumargono, Yogya: Tiara Wacana,
1992
William C. Chittick, Jalan Cinta Sang sufi Ajaran Spritual Rumi. Terj. Sadat Ismael,
Yogya: Qalam, 200
Http://www. Katailmu.com/2013/03/hakikat-keindahan.html#sthash.vxS2oo10.dpuf