Sejarah Perkembangan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Sejarah Perkembangan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Disusun oleh:
1. Anisah Shinta Rini 2520142427
2. Endri Noermawati 2520142434
3. Eni Ernawati 2520142435
4. Ni Jero Kadek Widiasih 2520142448
5. Ni Kadek Fitria Sundari 2520142449
6. Syva Alfaini Pristiana 2520142461
7. Tatang Hendra Kurniawan 2520142462
8. Wahyu Aji 2520142466
9. Wahyu Bagas 2520142467
10. Weni Wira 2520142468
Kelompok: V
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Sejarah Kesehatan Jiwa” ini dengan baik. Dan juga kami berterima
kasih pada Bapak Suyamto selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan sejarah kesehatan jiwa di dunia dan di negara kita Indonesia. Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai semua usaha kita. Amin.
Terimakasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu keperawatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh daur kehidupan manusia. Keperawatan merupakan ilmu terapan yang
menggunakan keterampilan intelektual, keterampilan teknikal dan keterampilan
interpersonal serta menggunakan proses keperawatan dalam membantu klien
untuk mencapai tingkat kesehatan optimal.
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan
jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu
hal yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat
dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain
sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain.
Pada zaman dahulu masyarakat didunia menggangap penderita gangguan
jiwa dikaitkan dengan roh jahat yang masuk dalam tubuh manusia. Banyak orang
yang memperlakukan penderita gangguan jiwa dengan tidak manusiawi karena
ketidak tahuan orang dimasa itu bawah gangguan jiwa merupakan sebuah
penyakit. Hal ini membuat para ahli terus mempelajari dan mengembangkan
ilmunya hingga sehingga penderita gangguan jiwa sudah dapat terima sebagai
penyakit dan dapat memperlakukan penderita gangguan jiwa seperti halnya
manusia yang sedang sakit pada umumnya.
Sedangkan perkembangan keperawatan jiwa diindonesia berawal dari saat
penjajahan Hindia Belanda, karena semakian lama penderita gangguan jiwa
semakin banyak akhirnya pemerintah mengambil tindakan untuk membangun
rumah sakit jiwa pertama kali agar para penderita gangguan jiwa diseluruh
indonesia mendapat pelayanan kesehatan gangguan jiwa hingga abad ke 20
pelayanan kesehatan jiwa terus dikembangkan diindonesia. Puncaknya pada
perang dunia II pemerintah indonesia membuat undang- undang tetang
gangguan jiwa dan memfasilitasi semua pelayanan kesehatan gangguan jiwa
serta memberikan pendidikan kepada tenaga kesehatan dibidang kejiwaan.
Dalam makalah ini dapat kita lihat bagimana perkembangan sejarah dalam
keperawatan jiwa di Dunia maupun di Indonesia sehingga kita dapat
membandingkan ilmu yang diterapkan sekarang dan dahulu terhadap penderita
gangguan jiwa
B. Tujuan
I. Zaman Kolonial
Sebelum ada Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, para gangguan jiwa
ditampung di RS sipil atau RS militer di Jakarta, Semarang, Surabaya. Yang
ditampung pada umumnya penderita gangguan jiwa berat. Ternyata tempat
RS yang disediakan tidak cukup. Tahun 1862 pemerintah Hindia Belanda
mengadakan sensus terhadap penderita gangguan jiwa di Pulau Jawa dan
Madura, hasilnya ada kira- kira 600 orang penderita gangguan jiwa di Pulau
Jawa dan Madura, 200 orang lagi didaerah- daerah lain. Keadaan demikian
untuk penguasa pada waktu itu sudah ada cukup alasan untuk membangun
RS jiwa. Maka pada tanggal 1 Juli 1882, dibangun Rumah Sakit Jiwa
pertama dibogor, kemudian berturut- turut RSJ Lawang (23 Juni 1902), RSJ
Magelang (1923) dan RSJ Sabang (1927). RSJ ini tergolong RS besar dan
menampung pederita gangguan jiwa menahun yang memerlukan perawatan
lama.
Pemerintah Hindia Belanda mengenal 4 macam tempat perawatan penderita
psikiatrik yaitu:
a. RS Jiwa (kranzinnigengestichten)
Di Bogor, Magelang, Lawang, dan Sabang, RSJ terus penuh, sehingga
terjadi penumpukan pasien di RS sementara, tempat tahanan sementara
kepolisian dan penjara-penjara. Maka dibangunlah “aanexinrichtingen”
pada RS Jiwa yang sudah ada seperti di Semplak (Bogor) tahun 1931
dan Pasuruan (dekat Lawang) tahun 1932.
b. RS Sementara (Doorgangshuizen)
Tempat penampungan sementara bagi pasien psikotik yang akut,
dipulangkan setelah sembuh, yang perlu perawatan lebih lama dikirim
ke RS Jiwa yang didirikan di Jakarta, Semarang, Surabaya, Ujung
Pandang, Palembag, Bali, Padang, Banjarmasin, Manado, dan Medan.
c. Rumah Perawatan (Veerplegtehuiizen)
Berfungsi sebagai RS jiwa tetapi dikepalai seorang perawat berijazah
dibawah pengawasan dokter umum.
d. Koloni
Tempat penampungan pasien psikiatrik yang sudah tenang pasien dapat
berkerja dalam bidang pertanian serta tinggal di rumah penduduk, tuan
rumah diberi uang kos, dan masih berada dibawah pengawasan. Rumah-
rumah semacam ini dibangun jauh dari kota dan masyarakat umum.
Perawatan bersifat isolasi dan penjagaan (custodial care). Teori dasar
(yang sekarang tidak dianut lagi):
1) Pasien harus keluar dari rumah dan lingkungan yang menyebabkan
ia sakit, oleh sebab itu harus dirawat disuatu tempat yang tenang,
sehingga terbiasa dengan suasana rumah sakit.
2) Menghindari stigma (cap yang tidak baik).
- Dewasa ini pemerintah hanya memiliki satu jenis rumah sakit jiwa
yaitu RSJ pemerintah, untuk menyederhanakan dan memperkuat
struktur organisasi serta sekaligus menghapus kecenderungan pada
diskriminasi pelayanan.
- Terdapat pula kecenderungan membangun rumah sakit yang tidak
besar lagi tetapi berkapasitas 250-300 tempat tidur, karena lebih
efektif dan efisien. RS juga sebaiknya tidak terpencil tetapi berada
ditengah-tengah masyarakat agar kegiatan dan hubungan lebih
dijamin.
- Cara pengobatan yang dahulu sering dipakai RSJ adalah isolasi dan
penjagaan (custodial care) sejak 1910 telah dicoba untuk
meninggalkan penjagaan yang terlalu ketat terhadap pasien dengan
memberikan kebebasan yang lebih besar (no restrin). Kemudian
pada tahun 1930 di coba terapi kerja.
- Semua RSJ dan fasilitasnya dibiayai oleh pemerintah Hindia
Belanda, yang akhirnya membentuk Dienstvan het
krankzinnigenwezen untuk mengurus hal ini. Dari pihak swasta
atas prakarsa Van Wullffen Palthe didirikan koloni di Lenteng
Agung yang mendapat subsidi dari pemerintah. Witte Kruis
Kolonie suatu usaha swasta untuk menampung pengemis didaerah
Jawa Tengah tetapi juga bersedia menerima orang bekas pasien
gangguan jiwa yang sudah tenang, dirawat cuma- cuma.
A. Kesimpulan
Keperawatan jiwa di dunia dimulai pada zaman mesir kuno, dimana
gangguan jiwa dianggap disebabkan karena adanya roh jahat yang bersarang
diotak. Perkembangan keperawatan jiwa didunia terus berkembang dengan
menggali dari beberbagai teori dasar yang telah dibuat oleh ilmuan dibidang
psikologi dan lebih menerapkan pelayanan prefentif. Dimasa ini juga ditemukan
kencenderungan seorang anak yang terlahir dari orang tua mengalami gangguan
jiwa cenderung akan untuk mengalami gangguan jiwa pula dimasa mendatang.
Perkembangan keperwatan jiwa di Indonesia tidak diketahui secara pasti
diperlakukan seperti apa. Namun, pada masa jaman kolonial Belanda, para
penderita ganguan jiwa ditampung di rumah sakit-rumah sakit sipil atau militer.
Semakin tahun penderita gangguan jiwa terus bertambah sehingga
mengharuskan untuk pemerintah membangun rumah sakit jiwa yang pertama di
Bogor pada tanggal 1 Juli 1882 (sekarang RSJ Marzoeki Mahdi). Selanjutnya di
Lawang (23 Juni 1902), RSJ Magelang (1923), RSJ Sabang (1927).Namun
sangat disayangkan, setelah Jepang menduduki Indonesia perkembangan
kesehatan jiwa sempat mengalami kemunduran. Pemerintah Indonesia terus
memperbaiki pelayanan penderita gangguan jiwa terbukti dengan adanya UU
Kesehatan Mental dan memberi dukungan dengan memberikan pendidikan bagi
tenaga kesehatan jiwa.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini penyusun berharap agar pembaca khususnya tenaga
kesehatan lebih memahami Sejarah Keperawatan Jiwa baik di dunia maupun di
Indonesia sendiri. Selain itu diharapkan dengan adanya makalah ini dapat
membantu teman-teman sejawat dalam mengenal dan memahami keperawatan
jiwa secara menyeluruh.