Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.

1, Novemberi 2010 29

Pengaruh Memar terhadap Perubahan Pola Respirasi,


Produksi Etilen dan Jaringan Buah Mangga (Mangifera Indica L)
Var Gedong Gincu pada Berbagai Suhu Penyimpanan

Octavianti Paramita
Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Universitas Negeri Semarang
mita_violet@yahoo.com

Abstrak : Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari faktor-faktor internal yang dipengaruhi oleh
kerusakan buah mangga Gedong selama transportasi yang disimulasikan dengan cara
pememaran. Faktor internal yang diteliti adalah laju respirasi dan produksi etilen serta uji jaringan
buah mangga gedong. Mangga gedong Gincu umur 93-107 hari (terhitung mulai berbunga) diberi
dua perlakuan yaitu diberi tekanan. Buah ditekan hingga dicapai tingkat tekanan 0% dan 50% dari
tekanan maksimal yang dapat diterima oleh buah, selanjutnya masing-masing mangga disimpan
0 0 0
dalam 3 kondisi suhu yaitu pada 10 C, 20 C, dan 25 C dalam lama penyimpanan 0, 2, 4, 6, dan 8
hari. Buah selanjutnya dilakukan pengujian laju respirasi, produksi etilen, dan kerusakan jaringan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Memar berpengaruh terhadap perubahan pola respirasi dan
produksi etilen buah mangga (mangifera indica. l) var gedong gincu selama penyimpanan. Dimana
buah mangga yang mengalami memar/luka akan mengakibatkan pola respirasi dan produksi etilen
0
meningkat. Penyimpanan pada suhu 10 C, menunjukkan laju respirasi dan produksi etilen paling
0 0
rendah dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu 20 C dan 25 C. Pememaran menyebabkan
ukuran sel akan semakin besar dan sebagian sel menjadi pecah. Perubahan sel, mengakibatkan
kenampakan sel menjadi seperti sepon dan kasar.

Kata Kunci : Mangga Gedong Gincu, Memar, Respirasi, Etilen, Suhu Penyimpanan.

1. Pendahuluan negara-negara penerima telah mencapai


1.1. Latar Belakang 28 ton. Hasil produksinya setiap panen
mencapai 60-80 ton. Akan tetapi banyak
Publisitas mangga atau mango dikenal eksportir buah mangga mengeluhkan
dengan sebutan The Best Loved Tropical bahwa buah-buahan dari hasil panen di
Fruit. Di Indonesia Tanaman ini banyak kita lapangan yang layak ekspor berdasarkan
jumpai dari pekarangan rumah sampai kenampakan fisik hanyalah sekitar 40 %
perkebunan yang berhektar-hektar. Dua dan dari 40 % tersebut ketika sampai di
jenis buah mangga yang banyak digemari tempat tujuan, hanyalah sekitar 70 % saja
adalah jenis Arumanis dan Gedong Gincu, yang dapat diterima oleh pengimpor
dari dua varietas ini mangga gedong gincu (Loekas Soesanto, 2006).
yang mendapat respon positif baik di
kalangan domestik maupun internasional, Permasalahan semakin bertambah, jika
bahkan saat ini mangga gedong gincu telah dalam waktu tiga hari tidak habis terjual ke
menjadi andalan komoditas ekspor buah konsumen, sisanya hanya akan menjadi
Indonesia khususnya di daerah Cirebon sampah. Buah yang tidak dapat diterima
dan Majalengka. Tercatat di tahun 2005, oleh pengimpor tersebut pada umumnya
luas tanaman mangga gedong gincu mengalami kerusakan pasca panen yang
mencapai 2.150 hektar dengan produksi timbul ketika produk tersebut dalam proses
35.960 ton mangga segar (Departemen transportasi. Kerusakan pasca panen dan
Pertanian,2006). Menurut Ali Effendi (2006) rendahnya kualitas buah Mangga Gedong
menyebutkan bahwa ekspor mangga Gincu yang beredar di pasaran
gedong gincu dari Kabupaten Cirebon ke menyebabkan buah Mangga Gedong Gincu
30 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010

tidak dapat bersaing dengan mangga impor. respirasi dan produksi etilen serta uji
Rendahnya kualitas buah mangga tersebut jaringan buah.
antara lain disebabkan karena faktor
internal dan faktor eksternal buah mangga 1.3. Tinjauan Pustaka
yang mendapat perlakuan kurang cermat 1.3.1. Morfologi Mangga Gedong Gincu
selama proses pasca panen. Faktor
eksternal antara lain goncangan selama Menurut Aak (1991), mangga gedong gincu
proses transportasi sehingga akan merupakan buah mangga yang sering
menyababkan buah tersebut memar. dijadikan sebagai buah ekspor. Buah
Faktor internal antara lain laju respirasi dan mangga jenis ini banyak terdapat di sekitar
produksi etilen, dimana buah mangga kota Majalengka. Jenis mangga ini
gedong gincu termasuk dalam buah mempunyai karakteristik berkulit tebal,
klimakterik. sehingga buah yang masak dapat disimpan
Dari latar belakang di atas muncul sampai beberapa hari. Tanda-tandanya
permasalahan yaitu perubahan faktor-faktor sebagai berikut :
internal yang terjadi pada buah mangga var - Berat rata-rata 200 gram/buah, panjang 8
gedong gincu sehubungan dengan cm, lebar 7 cm dan tebal 6 cm.
terjadinya memar ketika proses transportasi. - Pada pangkal buah agak datar, tangkai
Faktor internal yang akan diteliti adalah laju buah kuat sekali bila dibandingkan
respirasi dan produksi etilen serta uji tangkai buah mangga yang lain.
jaringan buah serta apakah ada pengaruh - Buah yang sudah masak, kulitnya
suhu terhadap laju respirasi dan produksi berwarna hijau agak jingga, diselimuti
etilen buah mangga gedong gincu selama lapisan lilin putih transparan .
penyimpanan. - Daging buah berwarna jingga jernih,
mengandung air, sedikit serat, rasa manis
1.2. Tujuan dan beraroma tajam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Komposisi kimiawi dari buah mangga
faktor-faktor internal yang terjadi pada buah tercantum dalam Tabel 1 dan kandungan
mangga sehubungan dengan terjadinya gizi dari buah mangga gedong gincu
memar ketika proses transportasi. Faktor tercantum dalam Tabel 2.
internal yang akan diteliti adalah laju
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010 31

1.3.2. Tingkat Kememaran pada proses pembakaran (oksidatif) yang


menghasilkan energi diikuti oleh
Salah – satu jenis kerusakan fisik yang pengeluaran sisa pembakaran berupa gas
penting adalah memar. Memar merupakan karbondioksida dan air (Deddy Muctadi,
gejala kerusakan buah akibat getaran dan 1992). Substrat yang paling banyak
guncangan yang dialami buah selama diperlukan tanaman untuk proses respirasi
transportasi. Memar juga disebabkan dalam jaringan tanaman adalah karbohidrat
gesekan antar buah maupun gesekan buah dan asam-asam organik bila dibandingkan
dengan dinding kemasan yang berlangsung dengan lemak dan protein.
selama proses transportasi. Memar akan
segera diikuti dengan pembusukan Pantastico (1975) menjelaskan bahwa
sehingga buah menjadi tidak layak jual. respirasi dapat dibedakan dalam tiga
Memar mengindikasikan bahwa jaringan tingkat : (a) pemecahan polisakarida
daging buah telah rusak sehingga mutu menjadi gula sederhana, (b) oksidasi gula
buah menurun. (Wiyana, 2007). menjadi asam piruvat dan (c) transformasi
piruvat dan asam-asam organik secara
Sedangkan Opara (2007) juga menjelaskan aerobic menjadi karbondioksida, air dan
bahwa memar pada buahan merupakan energi. Protein dan lemak dapat pula
problema kualitas utama, yang disebabkan berperan sebagai substrat dalam proses
antara lain karena adanya benturan, pemecahan ini. Menurut Nair (2003) proses
tekanan selama pemanenan, dan selama pematangan buah mangga meliputi
penanganan setelah panen. Besarnya perubahan biokimia, diantaranya adalah
kerusakan akibat benturan maupun meningkatnya produksi etilen, pelunakan
tekanan dapat dinyatakan sebagai memar buah, berkembangnya pigment, aktivitas
eksternal (diameter, luasan) atau memar metabolisme yang semakin lambat pada
internal (kedalaman dan volume) (Schoorl, karbohidrat, asam organik, lemak, phenolic,
dan Holt, 1986; Bollen, 2002). kandungan volatile, struktur polisakarida.
Sedangkan Tranggono et, al (1992),
1.3.3. Laju Respirasi menyatakan bahwa umur simpan buah
sangat dipengaruhi oleh laju respirasi. Laju
Respirasi adalah suatu proses biologis, respirasi dapat dikendalikan antara lain
yaitu oksigen diserap untuk digunakan dengan memanipulasi kandungan gas O2
32 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010

atau CO2 dalam kemasan atau ruang 10-18 0C baik untuk penyimpanan buah
penyimpanan. Dengan menurunkan tomat dalam transportasi karena dapat
konsentrasi O2 atau meningkatkan menunda pematangannya, dan suhu ideal
konsentrasi CO2, maka laju respirasi dapat untuk pematangan buah tomat antara 18 0C
diperlambat sehingga umur simpan dapat – 220 C. Bagi produk hortikultura peka suhu
diperpanjang. rendah (PSR), perlakuan suhu rendah
untuk periode waktu yang cukup lama akan
1.3.4. Produksi Etilen (C2H4) berakibat letal. Namun bila perlakuan
tersebut hanya berlangsung sementara
Etilen merupakan senyawa hidrokarbon saja dan kemudian produk tersebut
tidak jenuh (C2H4) pada suhu kamar dipidahkan ke ruang dengan suhu yang
berbentuk gas. Etilen dapat memenuhi lebih tingi dari suhu kritisnya maka produk
persyaratan sebagai hormon karena dapat tersebut akan mampu kembali melakukan
mempengaruhi suatu proses fisiologi proses fisiologisnya secara normal.
tanaman, dihasilkan oleh tanaman, bersifat
mobil dalam tanaman dan merupakan 2. Bagian Inti
senyawa organik. (Wills dkk, 1989). Etilen 2.1. Metode
mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan 2.1.1. Bahan dan Alat
pada kualitas dari buah-buahan segar.
Karena produksi etilen distimulasi oleh Bahan utama dari penelitian ini adalah
perlakuan-perlakuan secara fisik yang buah mangga jenis Mangga gedong gincu,
digunakan dalam pemprosesan sehingga dengan umur 93-107 hari (terhitung mulai
perlu untuk menghilangkan etilen dalam berbunga). Sampel buah mangga Mangga
lingkungan penyimpanan untuk gedong gincu diambil di daerah Majalengka.
meningkatkan umur simpan dari buah Tahap uji tekanan ini mangga gedong gincu
mangga segar (Eduardo V, et al, 2007). akan dimemarkan dengan tekanan yang
Etilen sudah diketahui sejak tahun 1934 diberikan bervariasi yaitu 0% dan 50% dari
sebagai hormon yang aktif dalam tekanan maksimal yang dapat diterima oleh
pematangan buah (Gane, 1934; Chocker buah. Tekanan maksimal yang dapat
dkk, 1935 dalam Kartasaputra, 1989). diterima buah mangga gedong gincu
sebesar 10 kg/cm2 dan proses pemberian
1.3.5. Suhu Penyimpanan tekanan dilakukan dengan alat tekan
hidrolik. Setelah dilakukan proses
Peranan suhu penyimpanan bagi pememaran kemudian mangga disimpan
komoditas hortikultura khususnya di daerah dalam 3 suhu yang berbeda yaitu 10 0C, 20
0
tropis sangat besar karena hal itu akan C dan 25 0C. Perlakuan selanjutnya pada
mempengaruhi kerusakan pasca panen. pengujian tekanan setelah dimasukan
Pengendalian suhu dapat mengendalikan dalam tiga suhu yang berbeda adalah
kematangan buah, kelayuan, mencegah pengambilan sampel uji tekanan pada
kerusakan oleh mikrobia serta perubahan masing-masing golongan suhu dengan
tekstur komoditi yang disimpan. Penurunan selang interval 0 hari, 2 hari, 4 hari, 6 hari
suhu dapat menurunkan laju respirasi, laju dan terakhir 8 hari. Dari tiap-tiap sampel
transpirasi maupun proses oksidasi kimia kemudian dilakukan pengujian kerusakan
sehingga pendinginan dianggap jaringan, laju respirasi, dan produksi etilen.
merupakan cara ekonomis untuk
penyimpanan jangka panjang bagi buah- Peralatan yang digunakan : Spektrofoto
buahan dan sayuran (Buckle dkk. 1987 Akustik digunakan untuk pengujian
dalam Priyanto,1988). produksi etilen , Spektrometer Shimadzu
digunakan untuk pengujian laju respirasi,
Pengaturan suhu penyimpanan dapat lemari pendingin, Cool room.
mempengaruhi metabolisme dan
mengendalikan pematangan serta
mengurangi kerusakan sehingga
memperpanjang umur simpan. Mc Glasson
dkk (1982) melaporkan bahwa suhu antara
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010 33

2.1.2. Penentuan Produksi Etilen trasmitansinya dengan spektrofotometer


Menggunakan Spektrofoto Acustic pada panjang gelombang 615 nm. Laju
respirasi dinyatakan dalam mg/kg
Penentuan laju produksi etilen dilakukan bahan/jam. Diperlukan kurva standard
dengan alat spektrometer fotoakustik. (hubungan konsentrasi CO2 dan
Pengukuran dilakukan dengan udara absorbansi).
mengalir sebagai cuplikan gas yang keluar
dari wadah buah (kuvet) sebesar 1 liter/jam. 2.1.4. Pengujian Jaringan Buah dan Kulit
Aliran udara tersebut diperhitungkan Buah Dengan Metode Parafin
sebanding dengan laju respirasi buah,
sehingga konsentrasi etilen yang terukur Tahap I adalah fiksasi, dilanjutkan dengan
merupakan laju produksi etilen yang tahap II yaitu pencucian dan dehidrasi.
sesungguhnya. Gel akuistik akan timbul Pada tahap III dilakukan Inflitrasi dan
apabila cuplikan gas dikenakan radiasi dilanjutkan dengan tahap IV yaitu
yang dimodulasikan pada frekuensi penyelubungan. Tahap keV adalah
gelombang bunyi. Buah mangga yang akan pengirisan kemudian tahap VI adalah
diukur sebanyak 1 buah dimasukkan dalam pewarnaan dan yang terakhir atau tahap
kuvet berukuran sedang, kemudian VII adalah penutupan dan pemberian
dialirkan udara tekan dengan kecepatan 1 warna. Preparat yang siap diamati, dapat
liter/jam. Sinyal akuistik yang terbentuk diamati dengan menggunakan mikroskop
ditangkap oleh mikrof dan diperkuat camera.
dengan penguat lock in yang dipicu dengan
frekuensi modulator. Daya laser dan sinyal
fotoakuistik dicatat dengan melihat tampilan 2.2. Hasil dan Pembahasan
pada monitor. 2.2.1. Efek Memar Terhadap Laju
Penentuan konsentrasi etilen Respirasi
menggunakan alat spektrometer fotoakustik.
Konsentrasi etilen (ppb) = {(S/P) – B}xF Pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa buah
14
Dimana mangga gedong gincu yang dimemarkan
(S/P) = Sinyal / daya ternormalisasi dengan tingkat tekanan sebesar 50 %
14 mempunyai kecenderungan laju
terhadap daya laser pada garis lop 14 respirasinya lebih rendah dibandingkan
(mV/watt). dengan mangga gedong gincu yang tidak
B = Sinar latar ternormalisasi (mV/watt). dimemarkan (kontrol). Sedangkan mangga
F = Faktor kesetaraan yang besar 246 ppb gedong gincu yang disimpan dalam suhu
watt / mV. 10 0C, mempunyai laju respirasi paling
1 ppb = 1 nl/L. rendah dibandingkan dengan mangga
gedong gincu yang disimpan pada suhu 20
0
C dan 25 0C. Hal ini sesuai dengan
2.1.3. Pengukuran Laju Respirasi Secara penelitian yang telah dikemukakan oleh
Spektrofotometri Kays, 1991 yaitu laju respirasi ditentukan
oleh banyak faktor baik internal maupun
Satu buah sampel yang telah diketahui eksternal. Faktor eksternal seperti suhu,
beratnya dimasukkan kedalam tabung komposisi gas, kerusakan produk
respirator yang dimodifikasi, kemudian berpengaruh nyata terhadap laju reaksi
dialiri udara dengan kecepatan konstan 30 biologis termasuk laju respirasi. La Choviya
gelembung/menit menggunakan pompa (2005) menyebutkan bahwa pada buah
aquarium. Udara yang keluar dari tabung sawo menunjukkan laju respirasi awal buah
respirator ditangkap dengan larutan BTB sawo tinggi kemudian menurun hingga
0,001 % sebanyak 10 ml. Sebagai blangko akhir penyimpanan.
digunakan udara dialirkan pada tabung
respirator tanpa sampel, kemudian Kader (1987) menyatakan bahwa pada
ditangkap dengan BTB 0,001 % 10 ml, suhu dingin (chilling) dapat terjadi
dengan pengukuran selama 10 menit. perubahan yang sangat menyolok pada
Setelah itu larutan BTB diamatai kecepatan glikolisis dan respirasi
34 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010

mitokondria, yang mengakibatkan laju laju pertumbuhan mikroorganisme dan


respirasi menjadi lambat dibandingkan memperlambat laju produksi etilen, serta
dengan suhu tinggi. Suhu rendah akan laju kemunduran mutu produk (Beckett,
mereduksi laju respirasi dan transpirasi, 1995).
menghambat reaksi enzimatis, menekan

Gambar 1. Laju Respirasi Mangga Gedong Gincu Penyimpanan


Berbagai Suhu Pada Tingkat tekanan 0 % dan 50 %.

2.2.2. Efek Memar Terhadap Produksi produksi etilen sangat erat hubungannya
Etilen dengan laju respirasi pada buah.Menurut
Strrett dan Laties (1993), menyebutkan
Pada Gambar 2, dapat dilihat bahwa buah bahwa buah yang mengalami luka akan
mangga gedong gincu yang dimemarkan mengakibatkan tekanan pada biosintesis
dengan tingkat tekanan 50 % mempunyai etilen (wounded ethylene) dan kematangan
kecenderungan produksi etilennya lebih buah semakin cepat. Hal ini sejalan dengan
rendah dibandingkan dengan mangga penelitian dari naoki et al (2004) yang
gedong gincu yang tidak dimemarkan (0 %). menyebutkan bahwa buah tomat yang
Sedangkan mangga gedong gincu yang mengalami luka akan mengakibatkan
disimpan dalam suhu 100 C, mempunyai biosintesis etilen meningkat.
produksi etilen paling rendah dibandingkan
dengan mangga gedong gincu yang Terai dan Ogata (1972) menyatakan bahwa
disimpan pada suhu 200 C dan 250 C, pada aktivitas etilen dalam pematangan buah
buah mangga gedong gincu yang tidak akan menurun dengan diturunkannya suhu
dimemarkan (0 %) yang disimpan dalam ruang penyimpanan. Sedangkan Ables dkk
suhu 100 C, 20 0C dan 25 0C masing- (1992) menyatakan bahwa suhu rendah
masing mempunyai nilai produksi etilen dapat menurunkan aktivitas ACC (asam
3.46E+00 ppm, 3.09E+00 ppm dan amino siklopropana karboksilat) oksidase,
2.00E+00 ppm. Ini sejalan dengan laju akumulasi ACC dan menurunkan produksi
respirasi pada buah mangga gedong gincu etilen.
(Gambar 1), sehingga dapat dilihat bahwa
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010 35

Gambar 2. Produksi Etilen Mangga Gedong Gincu Penyimpanan


Berbagai Suhu Pada Tingkat tekanan 0 % dan 50 %.

2.2.3. Efek Tingkat tekanan Terhadap Jaringan kulit buah mangga yang diberi
Sistem Jaringan Buah Mangga perlakuan memar pada 2 tingkatan memar
Gedong gincu dan disimpan pada suhu ruang selama 8
hari, menunjukkan gambar jaringan pada
Jaringan buah mangga yang diberi Gambar 4. Untuk jaringan kulit buah yang
perlakuan memar pada 2 tingkatan memar tidak diberi memar atau memar 0 %
dan disimpan pada suhu ruang selama 8 (Gambar 4A), menunjukkan bagian kutikula
hari, ditunjukkan pada Gambar 3. Untuk buah masih baik. Pada jaringan kulit buah
jaringan buah yang tidak diberi memar atau dengan tingkat tekanan 50 % (Gambar 4C)
memar 0 % (Gambar 3A), menunjukkan dapat terlihat bagian kutikulanya semakin
bagian parenkim buah masih baik. Pada tidak rata, hal ni dikarenakan tekanan yang
jaringan buah dengan tingkat tekanan 50 % diberikan semakin besar. Hal ini
(Gambar 3C) dapat terlihat bagian dikarenakan buah tersebut diberi tekanan
parenkimnya semakin membesar, hal ni sehingga agak merusak dari jaringan
dikarenakan tekanan yang diberikan kutikula buah tersebut.
semakin besar. Hal tersebut dikarenakan
jaringan buah mangga sudah tidak mampu
lagi bertahan dengan tekanan yang besar.

Gambar 3. Parenkim jaringan Buah Gambar 4. Kutikula jaringan Buah


Mangga Gedong Gincu Mangga Gedong Gincu
(perbesaran 100 x) A. 0 % (perbesaran 100 x) A. 0 %
dan C.50 %. dan C.50 %.
36 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010

0
2.2.4. Perkembangan Kualitas Buah C dan 25 0C, sedangkan pada
Mangga Gedong gincu Pada penyimpanan suhu 10 0C buah belum
Tingkat Kememaran Selama matang hingga penyimpanan lebih dari 30
Penyimpanan hari. Akan tetapi untuk mangga gedong
gincu yang disimpan pada suhu 10 0C
Penyimpanan pada suhu yang tinggi meskipun dapat bertahan selama lebih dari
dengan proses pememaran, 30 hari buah mangga gedong gincu tampak
mengakibatkan pada buah mangga gedong kisut, susut berat relatif semakin meningkat
gincu terjadi perubahan yaitu respirasi- dan kematangan buah mangga gedong
tinggidan produksi etilen-tinggi, hal tersebut gincu tersebut tidak tercapai. Hal ini
ditunjukkan pada Gambar 5. Pada Gambar disebabkan karena buah memiliki
5, menunjukkan bahwa pada suhu 25 0C kelembaban relatif lebih tinggi dibanding
untuk pola respirasi dan produksi etilen kelembaban dilingkungan sekitarnya,
tinggi pada hari ke-2 dan selanjutnya sehingga mangga gedong gincu yang
menurun sejalan dengan buah mangga disimpan pada kondisi yang memiliki
gedong gincu tersebut mulai matang penuh. kelembaban relatif lebih kecil maka uap air
akan bergerak keluar dari jaringan buah
Pada penyimpanan suhu rendah dapat dan lama kelamaan dapat menyebabkan
memperpanjang umur simpan. Buah buah mengalami kelayuan dan akhirnya
menjadi matang penuh pada hari ke 8, dan berkeriput.
6 masing-masing pada penyimpanan 20

Gambar 5. Perbandingan Laju Respirasi dengan Produksi Etilen


Mangga Gedong Gincu Pada Penyimpanan Suhu 25 0C Dengan
Tingkat tekanan 0 % dan 50 %.

3. Penutup 10 0C, menunjukkan laju respirasi dan


3.1. Kesimpulan produksi etilen paling rendah dibandingkan
dengan penyimpanan pada suhu 20 0C dan
Memar berpengaruh terhadap perubahan 25 0C.
pola respirasi dan produksi etilen buah
mangga (mangifera indica. l) var gedong Pememaran menyebabkan ukuran sel akan
gincu selama penyimpanan. Dimana buah semakin besar dan sebagian sel menjadi
mangga yang mengalami memar/luka akan pecah. Perubahan sel, mengakibatkan
mengakibatkan pola respirasi dan produksi kenampakan sel menjadi seperti sepon dan
etilen meningkat. Penyimpanan pada suhu kasar. Buah menjadi matang penuh pada
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010 37

hari ke 8, dan 6 masing-masing pada Management Practices and Harvest


penyimpanan 20 0C dan 25 0C, sedangkan Date. Postharvest Biology and
pada penyimpanan suhu 10 0C buah belum Technology, 43: 47-54.
matang hingga penyimpanan lebih dari 30 Pantastico ER. B (Editor) 1989.
hari. Postharvest physiology handling and
utilization of tropical and sub tropical
3.2. Saran fruit and vegetable. Gadjah Mada
University Press (Terjema-han
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan Kamaryani dan G. Tjiyro Soepomo
sampel buah mangga diamankan dari 906 hal).
mikrobia dan diantisipasi proses pengupan Tranggono, Suhardi, Gardjito, Naruki, S.,
yang terjadi ketika buah tersebut disimpan. Murdiati,A. Dan Sudarmanto. 1990.
Dalam penelitian lanjutan perlu dikaji Petunjuk Laboratorium Praktikum
tentang kemasan mangga gedong gincu Fisiologi dan Teknologi PascaPanen.
yang sesuai untuk mengantisipasi dari PAU Pangan dan Gizi UGM.
faktor internal yang telah diketahui dalam Yogyakarta.
penelitian ini. Baik itu dalam segi bentuk
penyimpanan dan bentuk kemasan, agar
ketika proses distribusi dilakukan dapat
meminimalisasikan faktor-faktor yang dapat
merusak buah mangga gedong gincu.

4. Daftar Pustaka

Ali Effendi, 2006. Sejumlah Negara


Penerima ”Gedong Gincu” Tutup
Keran Ekspor. Harian Pikiran Rakyat.
Beckett ST., 1995. Physico-Chemical
Aspect of Food Processing. Blackie
Academic&Professional. London. 1-st
edition.
Eduardo V de B, B. Vilas and A.A. Kader,
1995. Effect of 1 -methylcylopropene
(1-MCP) on Softening of Fresh-cut
Kiwifruit, mango and persimmon
sliced . Postharvest Biology and
Technology, 43: 238-244.
Kader, AA, 1987, Respiration and Gas
Exchange of Vegetables, Postharvest
Physiology of Vegetables, pp 25-43,
Marcel Dekker, Inc, New York and
Basel
Kays, S. J.,1991. Postharvest technology
for southeast asian perishable crops.
Technology and Liverhood Resources
Center. Manila.
Lau, O . L, Y. Liu and S.F Yang, 1984.
Influence of storage Atmosphere and
Prosedures on 1-amino cylopropane-
l-caboxynic Acid Concentration in
Relation to Flesh Firmness in Golden
Delicious Appels, J. Hort. Sci. 19 (3):
425-426.
Opara, L.U., 2007. Bruise Suceptibilities of
Gala Apples as Afffected by Orchard
38 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010

Anda mungkin juga menyukai