Anda di halaman 1dari 32

Brigitta Putri Atika Tyagita

Aih Ervanti Ayuningtyas

PERBANDINGAN
SISTEM
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
PENDIDIKAN
2015

SEKOLAH
INDONESIA – KOREA
SELATAN

0|Page
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting saat ini. Banyak Negara yang
berlomba-lomba untuk meningkatkan pendidikan di Negara mereka, baik di Negara
berkembang maupun di Negara maju. Mereka berlomba-lomba untuk meningkatkan mutu
pendidikan di negaranya karena dengan pendidikan yang baik dan bermutu maka, Negara
tersebut nantinya dapat memiliki sumber daya manusia yang cerdas dan unggul sehingga
dapat memajukan Negara mereka.
Dengan pentingnya pendidikan, banyak Negara yang telah memiliki sistem pendidikan
yang sangat baik di dunia, diantaranya, Finlandia, Korea Selatan, Singapore, Amerika dan
lain sebagainya. Namun, walaupun sistem pendidikan di Negara-negara tersebut terkenal
sangat baik didunia, sistem pendidikan mereka berbeda-beda penerapannya. Seperti halnya
Finlandia dimana proses pembelajaran mereka hanya berlangsung dalam kurun waktu
sebentar, berbeda dengan Indonesia dimana siswa dari padi sampai dengan siang bahkan
sore di sekolah untuk belajar, dan berbeda lagi dengan Korea Selatan dimana anak-anak
harus menghabiskan waktu mereka untuk belajar di sekolah maupun di tempat bimbingan
belajar.
Pendidikan di Indonesia mewajibkan anak-anak Indonesia mendapatkan pendidikan
selama 9 tahun, yaitu minimum sampai dengan jenjang sekolah menengah pertama atau
SMP. Hal ini dilakukan untuk memberdayakan sumber daya manusia di Indonesia dan juga
membantu mengentaskan masyarakat Indonesia dari kebodohan dan kemisikinan. Karena
hal ini, pendidikan di Indonesia juga menjadi pilar utama dalam membangun Negara,
sehingga nantinya Indonesia juga tidak kalah saing dengan Negara-negara lainnya.
Sedangkan bagi Negara Korea Selatan, belajar merupakan nomor satu bagi mereka dan
menghafal rumus adalah salah satu trait penting di sini menuju sukses ujian nasional (Seu-
nung). Para siswa di Korea Selatan tidak hanya menghafal rumus-rumus sederhana saja,
namun juga menghafal rumus-rumus penurunan, dan kebiasaan ini berlangsung sampai
universitas juga.
Selain itu, di Korea Selatan anak-anaknya tidak cukup belajar di sekolah saja melainkan
di bimbingan belajar atau bimbel juga. Jika ada murid Korea dan tidak mengikuti bimbel
maka itu merupakan hal yang aneh. Bagi siswa-siwi Korea, mengikuti bimbel (Hagwon)
sepulang sekolah, itu adalah harus.
1|Page
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam analisis perbandingan sistem pendidikan Indonesia dan Korea Selatan ini memiliki
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah letak geografis, jumlah penduduk di Indonesia dan Korea Selatan?
2. Bagaimanakah tujuan pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
3. Bahgaimanakah jenjang pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
4. Bagaimanakah sistem pengelolaan pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
5. Bagaimanakah kurikulum yang berjalan di Indonesia dan Korea Selatan?
6. Bagaimanakah sistem organisasi pengelolaan pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
7. Bagaimanakah sistem penilaian pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
8. Bagaimanakah pembiayaan pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam analisis ini adalah:
1. Mengetahui letak geografis, jumlah penduduk di Indonesia dan Korea Selatan?
2. Mengetahui tujuan pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
3. Mengetahui jenjang pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
4. Mengetahui sistem pengelolaan pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
5. Mengetahui kurikulum yang berjalan di Indonesia dan Korea Selatan?
6. Mengetahui sistem organisasi pengelolaan pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
7. Mengetahui sistem penilaian pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?
8. Mengetahui pembiayaan pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan?

D. MANFAAT
Dalam analisis ini ada manfaat yang didapat, yaitu mengetahui perbandingan pendidikan
yang ada di Indonesia dan juga di Korea Selatan. Selain itu, kebaikan sistem pendidikan yang
ada di Korea Selatan dapat dianut atau dipakai oleh Indonesia untuk memajukan pendidikan
di Indonesia.

E. PEMBAHASAN
2|Page
A. Letak Negara Indonesia dan Korea Selatan
Korea Selatan, memiliki luas wilayah daratan keseluruhan adalah 100.032 km² dan
luas perairan hanya 290 km² (Geografi Korea Selatan, 2013). Sedangkan secara letak
astronomis Korea Selatan 33˚06’40” LU sampai 43˚00’39” LU-124˚11’00” BT sampai
131˚52’42” BT. Secara geografis, Korea Selatan berada di bagian timur laut benua Asia
dengan batas Negara di sebelah utara adalah RRC, Selatan adalah Laut Cina Timur, Barat
adalah Laut Kuning dan Timur adalah Laut Jepang (Yahoo). Sedangkan Indonesia secara
astronomis berada pada 6˚ LU- 11˚ LS dan 95˚ BT-141˚ BT. Secara geografis Indonesia
terletak antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Indonesia juga terletak antara
Benua Asia dan Benua Australia.
Secara luas wilayah, Indonesia lebih luas dari pada Korea Selatan, dan hal tersebut
berpengaruh terhadap jumlah penduduknya. Terlihat pada tabel 1 bahwa jumah penduduk
di Indonesia lebih banyak dari pada jumlah penduduk di Korea Selatan. Di Indonesia
jumlah penduduknya berada pada peringkat 4 dari 40 negara mencapai 255.469.700 jiwa,
sedangkan di Korea Selatan berada pada peringkat 27 dengan jumlah 51.462.616 jiwa
Daftar Negara Menurut Jumlah Penduduk, 2015).

B. Tingkat Pendidikan Indonesia dan Korea Selatan


Indonesia jauh lebih luas dan jumlah penduduknya pun 4 kali lipat lebih banyak
dari pada Korea Selatan, namun tingkat pendidikan Indonesia berada jauh dari Korea
Selatan. Menurut data dari PISA (Program for International Student Assessment) 2012,
Indonesia menempati peringkat 64, sedangkan Korea Selatan menempati peringkat ke 5
(Ami Sedghi, George Arnett, Mona Chalabi, 2013).Lihat tabel 2.

C. Pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan


Jika dilihat berdasarkan struktur geografi negara Indonesia yang berbentuk
kepulauan berbeda dengan Korea Selatan. Selain itu secara jumlah penduduk, Indonesia
memiliki jumlah penduduk yang lebih besar dari Korea Selatan. Hasil tes PISA
(matematika, membaca, dan sains) pun peringkat Indonesia berbanding terbalik dengan

3|Page
Korea Selatan. Akan tetapi Indonesia mendapat peringkat yang tinggi sebagai siswa
paling bahagia yang tentu saja berbanding terbalik dengan Korea. Agaknya pendidikan
Indonesia memiliki perbedaan dari Korea, karena siswa Korea dituntut untuk belajar
sepanjang waktu. Berikut perbandingan sistem pendidikan yang ada di Indonesia dengan
Korea Selatan

1. Indonesia
a. Tujuan Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu amanat yang tertuang dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
undang-undang. Selain itu sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan
efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu
dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana terarah dan
berkesinambungan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 pendidikan
Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

b. Jenjang Pendidikan
Pendidikan di Indonesia memiliki 3 jalur pendidikan yang dapat
diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak
jauh. Ketiga jalur pendidikan tersebut, yaitu jalur formal, nonformal dan informal.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
4|Page
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal
meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Pendidikan informal ini berbentuk kegiatan belajar mandiri. Pendidikan informal
diakui setara dengan pendidikan formal dan informal jika peserta didik dinyatakan
lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003, jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang
pendidikan di Indonesia dapat dilakukan baik secara formal, nonformal maupun
informal. Adapun jenjang pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut:

- Pendidikan anak usia dini


Pendidikan anak usia dini dilakukan sebelum peserta didik memasuki pendidikan
dasar. Pendidikan ini dapat dilakukan baik pada jalur formal, nonformal maupun
informal. Pada jalur formal berbentuk TK (Taman Kanak-kanak) ataupun RA
(Raudhatul Athfal). Untuk dapat menempuh pendidikan di PAUD jalur formal,
siswa harus berusia minimal 4 tahun. Pada jalur nonformal berbentuk KB
(Kelompok Bermain), TPA (Taman Penitipan Anak), dll. Pendidikan jalur KB
diperuntukkan untuk anak usia minimal 2 tahun, sedangkan TPA diperuntukkan
untuk anak usia minimal 0 tahun. Sedangkan pada jalur informal berbentuk
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

- Pendidikan dasar
5|Page
Pendidikan dasar jalur formal adalah SD atau MI, dan SMP atau MTs.
Berdasarkan peraturan bersama antara Mendikbud dan Menag RI Nomor 7 Tahun
2014, syarat calon peserta didik baru untuk masuk SD atau sederajad adalah
sebagai berikut:
o telah berusia 7 (tujuh) tahun sampai dengan 12 (dua belas) tahun wajib
diterima;
o telah berusia berusia 6 (enam) tahun dapat diterima;
o telah berusia berusia 5 (lima) tahun sampai dengan kurang dari 6 (enam)
tahun, dapat dipertimbangkan atas rekomendasi tertulis dari psikolog
profesional; dan
o berusia kurang dari 5 (lima) tahun tidak dapat diterima.
Sedangkan untuk siswa SDLB dapat diterima walau usianya lebih dari 12
tahun. Pendidikan dasar sendiri dapat ditempuh dalam waktu 6 tahun.
Lain halnya dengan calon peserta didik SD atau sederajad, untuk calon peserta
didik SMP atau sederajad tidak dibatasi oleh usia minimal. Akan tetapi dengan
memenuhi syarat seperti berikut:
o telah lulus dan memiliki ijazah/STTB SD/MI/SDLB/Paket A/Pendidikan
Pesantren Salafiyah Ula/sederajat;
o memiliki SKHU SD/SDLB/MI/Program Paket A/Pendidikan Pesantren
Salafiyah Ula/sederajat; dan
o berusia paling tinggi 18 (delapan belas) tahun pada awal tahun pelajaran baru.

- Pendidikan menengah
Pendidikan menengah pada jalur formal adalah SMA, MA, SMK, MAK, dan
SMALB. Syarat calon peserta didik untuk dapat mengikuti seleksi masuk SMA
atau sederajad adalah sebagai berikut:
o telah lulus dan memiliki ijazah/STTB SMP/SMPLB/MTs/Paket B/Pendidikan
Pesantren Salafiyah Wustha/sederajat;

6|Page
o memiliki SKHUN SMP/SMPLB/MTs/Paket B/Pendidikan Pesantren
Salafiyah Wustha/sederajat; dan
o berusia paling tinggi 21 (dua puluh satu) tahun pada awal tahun pelajaran
baru.
Sedangkan untuk dapat masuk ke sekolah kejuruan, calon peserta didik harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
o telah lulus SMP/MTs/SMPLB/sederajat dan memiliki ijazah;
o memiliki SKHUN SMP/SMPLB/MTs/Paket B/Pendidikan Pesantren
Salafiyah Wustha/sederajat; dan
o berusia paling tinggi 21 (dua puluh satu) tahun pada awal tahun pelajaran
baru; dan
o memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan spesifik bidang studi
keahlian/program studi keahlian/kompetensi keahlian di SMK/ MAK yang
dituju.

- Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi merupakan pendidikan formal setelah pendidikan menengah
yang dapat berupa program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma (2-4 tahun); sarjana (4
tahun atau lebih); magister, spesialis, dan doktor (2 tahun atau lebih); yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk:
Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, atau Universitas. Perguruan tinggi
berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik,
profesi, dan atau vokasi.

c. Manajemen Pendidikan
i. Kurikulum
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, di Indonesia telah
menerapkan enam kali perubahan kurikulum, yaitu kurikulum 1968,
7|Page
kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 2004, dan yang sekarang berlaku
yaitu KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang dikeluarkan
pemerintah melalui Permen Dinas Nomor 22 tentang standar isi, Permen
Nomor 23 tentang standar lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang pelaksanaan
permen tersebut, tahun 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan revisi dan pengembangan dari kurikulum Berbasis Kompetensi,
atau kurikulum 2004. KTSP lahir karena dianggap KBK masih sarat dengan
beban belajar dari pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas masih
dipandang terlalu intervensi dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu,
dalam KTSP bahan belajar siswa sedikit berkurang dan tingkat satuan
pendidikan (sekolah, guru dan komite sekolah) diberikan kewenangan untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi yang ada di
lingkungannya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan
bentuk implimentasi dari UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional yang dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini
memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan
standar nasional pendidikan, yaitu: (1) Standar Isi, (2) Standar Proses, (3)
Standar Kompetensi Lulusan, (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
(5) Standar Sarana dan Prasarna, (6) Standar Pengelolaan, (7) Standar
Pembiayaan, dan (8) Standar Penilaian Pendidikan.

ii. Anggaran Pendidikan


Dalam UU Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional
disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk memenuhi hak warga negara,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi
setiap warga negara tanpa diskriminasi. Pemerintah pusat dan pemerintah
daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan
8|Page
bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan baik dari segi mutu dan
alokasi anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara lain, UUD 1945
mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sesuai dengan putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 13/PUU-VI I 2008, pemerintah harus menyediakan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Anggaran
pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan
melalui kementerian negara/lembaga dan alokasi anggaran pendidikan melalui
transfer ke daerah, termasuk gaji pendidik, namun tidak termasuk anggaran
pendidikan kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang
menjadi tanggung jawab pemerintah.
Sedangkan pengalokasian anggaran pendidikan meliputi alokasi yang
melalui belanja pemerintah pusat dan melalui transfer ke daerah. Sementara
untuk yang melalui anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah adalah
DBH Pendidikan, DAK Pendidikan, DAU Pendidikan, Dana Tambahan DAU,
dan Dana Otonomi Khusus Pendidikan

iii. Guru/Personalia
Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, pada pasal 28, bahwa Pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yang dibuktikan dengan ijazah/sertifikat keahlian yang
relevan, yang dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.

9|Page
Jenis pendidikan guru yang diselenggarakan oleh LPTK yang terakreditasi
dan ditetapkan pemerintah yaitu Pendidikan Profesi Guru (PPG), dengan
kualifikasi akademik:
1) Pendidik pada jenjang Pendidikan Dasar minimum D-IV atau S1
pendidikan dasar
2) Pendidik pada jenjang pendidikan menengaj minimum D-IV atau S1
pendidikan menengah
3) Pendidik pada jenjang pendidikan tinggi minimum S1 untuk program
diploma, S2 untuk program sarjana dan S3 untuk program magister dan
doctor.

2. Korea Selatan
a. Tujuan Pendidikan di Korea Selatan
Pada tahun 1948, di Korea Selatan muncul undang-undang pendidikan yang
merupakan salah satu keputusan Dewan Nasional Republik Korea yang berisi salah
satunya tujuan pendidikan Korea Selatan. Tujuan pendidikan Korea Selatan adalah
untuk menanamkan pada setiap orang rasa Identitas Nasional dan penghargaan
terhadap kedaulatan Nasional, menyempurnakan kepribadian setiap warga Negara,
mengemban cita-cita persaudaraan yang universal, mengembangkan kemampuan
untuk hidup mandiri dan berbuat untuk Negara yang demokratis dan kemakmuran
seluruh umat manusia, dan menanamkan sifat patriotisme.

b. Jenjang Pendidikan di Korea Selatan


Jenjang pendidikan di Korea Selatan tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Struktur
jenjang pendidikan di Korea Selatan sebagai berikut:
- Taman Kanak-kanak (TK)
Di Korea, taman kanak-kanak bukan program formal, namun merupakan
lembaga swasta yang mengajarkan para murid bahasa Korea dan bahasa Inggris.

- Sekolah Dasar (Chodeunghakgyo)

10 | P a g e
Pendidikan sekolah dasar selama 6 tahun, dengan grade 1-6 dengan rentan
usia 7-13 tahun. Selama di SD, para murid kelas 1 dan 2 akan belajar mengenai
bahasa Korea, Matematika, Sains, Ilmu Sosial, Seni dan Bahasa Inggris.
Sedangkan untuk kelas 3 hingga 6, ditambahkan PE, pendidikan moral, seni
praktis dan musik (Libchen, 2013).

- Sekolah Menengah Pertama (Junghakgyo)


Pendidikan sekolah menengah tingkat pertama ini ditempuh selama 3
tahun, dengan kelas 7-9 dan rentan usia masuk sekitar 12 atau 13, dan lulus
sekitar usia 15 atau 16. Pada tingkat ini, tidak jauh berbeda dengan Indonesia,
dimana masa-masa SMP merupakan peralihan anak-anak menuju dewasa,
sehiningg pada level ini siswa harus lebih disiplin dan menaati peraturan sekolah.
Kebanyakan dari siswa SMP di Korea Selatan mendapatkan 6 mata pelajaran
dalam sehari dan biasanya seusai sekolah mereka melanjutkan dengan les
tambahan.
Mata pelajaran yang dipelajari di sekolah menengah tingkat pertama ini
adalah matematika, bahasa Inggris, Korea, studi sosial, dan ilmu pengetahuan
alam merupakan pelajaran inti, sedangkan musik, seni, PE, sejarah, etika,
ekonomi rumah tangga, teknologi, dan Hanja merupakan pelajaran tambahan.
Semua mata pelajaran tersebut berlangsung selama 45 menit. Selain itu, sebelum
kelas dimulai siswa akan mendapatkan kelas tambahan selama 30 menit untuk
belajar mandiri, menonton Sistem Siaran Pendidikan (EBS) atau untuk kegiatan
pribadi dan administrasi sekolah.
Dalam tahap ini, nilai ujian sekolah menengah menjadi sangat penting
bagi siswa untuk masuk ke tingkat selanjutnya, yaitu sekolah menengah atas atau
kejuruan. Bagi siswa yang nilainya mencukupi mereka dapat melanjutkan ke
sekolah menengah atas, namun bagi siswa yang nilainya kurang, mereka akan
masuk ke sekolah menengah kejuruan (Libchen, 2013).

- Sekolah Tinggi / Sekolah Menengah Atas (Godeunghakyo)

11 | P a g e
Sekolah tinggi ini ditempuh selama 3 tahun, dengan grade 10-12 dengan
rentan usia 15 atau 16 saat masuk dan lulus sekitar usia 17-19 tahun. Di tahap ini
ada dua jalur, yaitu khusus sesuai dengan minat dan jalur minat. Jalur khusus
misalkan, khusus sains, bahasa asing atau seni dimana para siswa dapat mengikuti
ujian masuk yang sangat kompetitif, contohnya seperti pada drama korea Dream
High (Libchen, 2013).
Selain itu ada dua pilihan, yang pertama adalah sekolah umum dan yang
kedua ada kejuruan dimana mereka daat masuk baik melalui tes ataupun tanpa tes.
Sekolah umum hampir sama seperti SMA di Indonesia, dimana para murid belajar
mata pelajaran inti dan beberapa tambahan dimana nantinya mereka bisa
melanjutkan ke universitas. Sedangkan kejuruan meliputi pertanian, perdagangan,
perikanan dan teknik. Sekolah kejuruan ini memfokuskan para siswanya untuk
bekerja setelah mereka lulus nantinya. Selain itum ada juga sekolah komprehensif
yang merupakan gabungan dari sekolah umum dan kejuruan yang merupakan ekal
bagi para siswa untuk meneruskan ke akademik (junior college) atau universitas
(senior college) (Rochmah, A, 2015).
Pada umumnya, siswa kelas 10 akan mengikuti kurikulum umum nasional,
kemudian di kelas 11 dan 12 mereka akan mempelajari pelajaran yang sesuai
dengan jurusan yang mereka ambil (Libchen, 2013).

- Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi di Korea Selatan berada pada kelas 13-16 untuk
tingkatan universitas (S1) atau akademik (junior college) dan kemudian
dilanjutkan dengan program pasca sarjana (S2/S3) (Rochmah, A, 2015). Di Korea
Selatan banyak perguruan tinggi swasta maupun negri, sekitar 330 perguruan
tinggi. Adapun beberapa perguruan tinggi yang terkemuka di Korea Selatan antara
lain Universitas Korea (Korea University), Universitas Nasional Seoul (Seoul
National University), Universitas Ewha (Ewha Women's University), dan
Universitas Yonsei (Yonsei University).

12 | P a g e
Sedangkan untuk tahun pelajaran di bagi menjadi dua semester :
- Semester I : Awal Maret – pertengahan Juli
- Liburan musim panas : pertengahan Juli – akhir Agustus
- Semester II : akhir Agustus – pertengahan Februari
- Liburan musim dingin : akhir Desember – awal Februari
- Ujian semester II dan kelulusan : awal Februari – pertengahan Februari (satu
minggu)
- Liburan pendek : pertengahan Februari – awal Maret (Libchen
2013)

Di Korea Selatan, memiliki perhitungan tahun untuk kelahiran, jadi sejak bayi
lahir akan dihitung satu tahun. Sehingga untuk usia 6 tahun menurut orang Indonesia
maka di Korea Selatan berumur 7 tahun. Kemudian, saat anak ingin menempuh
pendidikan pra sekolah, para pengajar akan memberikan konsultasi langsung kepada
orang tua yang kemudian nantinya anak tersebut baru diterima sekolah. Anak yang
berusia 6 tahun terhitung 1 Januari diperbolehkan masuk ke sekolah dasar (Tono,
2015).
Sistem pendidikan di Korea Selatan menggunakan usia, bukan pengetahuan, nilai
atau tes. Selain faktor usia, bulan lahir juga menentukan kelas anak tersebut.
Misalkan, Junpyo lahir pada 14 Januari 1994, dan Jihoo lahir pada 12 April 1994.
Mereka berdua memang seumuran, namun mereka tidak pada satu kelas yang sama.
Junpyo harus masuk sekolah terlebih dahulu dari pada Jihoo karena bulan lahirnya
lebih awal. Karena di Korea Selatan, semester pertama dimulai awal Maret sampai
dengan pertengahan Juli, maka Jihoo yang lahir dibulan April tidak dapat sekelas
dengan Junpyo yang lahir di bulan Januari, melainkan Jihoo menjadi adik kelas
Junpyo (Libchen, 2015).

Detail Waktu Belajar Siwa-siswi di Korea Selatan


Detail dari waktunya adalah :
 Anak berumur 13 dan 14 tahun, sekolah dr jam 7 pagi-5 sore, dan mulai bimbel
setelah pulang sekolah yaitu pada pukul 5.30 sore, mengambil dua kelas 60 menit
13 | P a g e
dan satu 70 menit dan pulang ke rumah jam 9:30 malam. Sesampai di rumah,
mereka masih harus mengerjakan PR dari sekolah dan dari bimbel.
 Anak usia 15 tahun sekolah dr jam 7 pagi-7 malam, dan mulai bimbel setelah
pulang sekolah yaitu pukul 7.60 sore mengambil satu kelas 60 menit dan dua 70
menit, selesai pada pukul 10:55 malam dan mengerjakan semua PR yang diberikan
guru.
 16 tahun usia, 17 tahun usia, 18 tahun usia, sekarang di SMA sekolah dari pukul 7
pagi-10 malam, mulai bimbel pukul 10:45 malam, memiliki dua kelas 70 menit dan
berakhir pada 12:20 am (tengah malam), kemudian memiliki pekerjaan rumah lebih
yang dapat dilakukan.
 Dan ada kelas Sabtu, dan ini dilakukan walaupun beberapa sekolah memberlakukan
setengah hari masuk untuk siswa dan sekarang banyak sekolah yang libur di hari
Sabtu. Namun, jika ada yang dapat dibilang “gila belajar” makan Ia akan masuk di
hari Minggu ke sekolah atau bimbel untuk belajar.

3. Manajemen Pendidikan di Korea Selatan


Dalam artikel Perbandingan Kurikulum Indonesia, Malaysia dan Korea Selatan
dalam web lpmpbanten.net disebutkan sistem pendidikan di Korea Selatan merupakan
gabungan antara sentralistik dan desentralisasi.sifat kesentralistiknya terbatas pada
penyusunan panduan dan pedoman pendidikan, sedangkan secara oprasional secara
penuh diserahkan kepada komite/dewan sekolah secara mandiri untuk mengkaji
proses pendidikan secara keseluruhan.
Menteri pendidikan Korea Selatan mendapatan kekuasaan dan kewenangan penuh
dalam pendidikan. Dewan pendidikan (board of education) terdapat di setiap daerah,
dan di setiap provini dan dearh khusus (Seoul dan Busan), dewan pendidikan terdiri
dari 7 orang yang dipilih oleh dearh otonom, lima orang dipilih dan dua orang lainnya
merupakan jabatan yang dipegang oleh walikota daerah khusus atau gubernur
provinsi. Dewan pendidikan ini pun kuga diketahui oleh walikota tau gubernur.

i. Kurikulum

14 | P a g e
Pada tahun 1970an di Korea Selatan dilakukan reformasi pendidikan
dengan mengkoordinasikan pembelajaran teknik dalam kelas dan pemanfaatan
teknologi. Adapun yang dikerjakan oleh guru di Korea Selatan, meliputi empat
langkah, yaitu :
1. Perencanaan pengajaran
2. Diagnosis murid
3. Membimbing siswa belajar dengan berbagai program
4. Tes dan menilai hasil belajar
Di sekolah menengah tidak diadakan saringan masuk sekolah karena
adanya kebijakan walikota daerah khusus atau gubernur provinsi ke sekolah
menengah di daerahnya.
Kurikulum di Korea Selatan dikeluarkan oleh KICE (korea Institute of
Curriculum dan Evaluation) dengan kurikulum standar meliputi: bahasa Korea,
kesenian, kode etik, ilmu pengetahuan sosial, matematika, ilmu pengetahuan
alam, pendidikan kesehatan dan jasmani, music, bahasa asing (Inggris).

ii. Anggaran pendidikan


Anggaran pendidikan Korea Selatan, berasal dari anggaran Negara
dengan prosentase 18,9%. Pada tahun 1995, ada kebijakan untuk wajib belajar 9
tahun sehingga porsi anggarannya pun lebih tinggi untuk pendidikan. Adapun
sumber biaya pendidikan, bersumber dari: GNP untuk pendidikan, pajak
pendidikan, keuangan pendidikan daerah, dunia industri khusus bagi pendidikan
kejuruan.
Untuk keluarga yang berpenghasilan rendah seperti petani dan nelayan,
biasanya anak yang usianya 5 tahun akan mendapatkan bantuan pendidikan dari
pemerintah (Tono, 2015).

iii. Guru/Personalia.
Di Korea terdapat 2 jenis pendidikan guru, yaitu tingkat akademik (kelas
13-14) untuk guru SD dan pendidikan guru empat tahun untuk guru sekolah
menengah. Untuk pendidikan guru negri biaya ditanggung oleh pemerintah.
15 | P a g e
Kemudian, guru nantinya akan mendapatkan sertifikat dari pemerintah,
yaitu sertifikat guru pra sekolah, guru SD dan sekolah menengah. Sertifikat ini
diberikan kepada guru dengan kategori guru magang, guru biasa yang telah
menyelesaikan on job training dan ijin untuk guru magang diberikan kepada
mereka yang telah lulus ujian kualifikasi selama empat tahun dalam bidang
engineering, perikanan, perdagangan dan pertanian.
Ada rotasi mutasi guru setelah lima tahun mengajar. Hal ini dilakukan agar
setiap guru mendapat kesempatan yang adil untuk mengajar di berbagai sekolah
yang baik atau buruk (Libchen, 2013).
Untuk menjadi seorang dosen di junior college harus bergelar master (S2)
dengan pengalaman 2 tahun dan untuk menjadi dosen senior college harus
bergelar doctor (S3).

Pembaruan Pendidikan Korea Selatan Terbaru


Sampai pertengahan 1990-an, industri-industri di korea masih berorientasi terhadap
proses manufaktur produk. Namun pada akhir 1990-an, pemerintah mulai mengganti
kebijakan ekonomi industri dari yang semula berorientasi pada manufaktur produk-
produk menjadi berorientasi kepada pengembangan produk yang berbasis pengetahuan.
Langkah nyata pemerintah Korea Selatan adalah dengan mengeluarkan proyek BK 21.
Perguruan tinggi pun diberi peran dalam pengembangan pendidikan, melalui program
"Brain Korea 21" atau BK21. Program ini bertujuan meningkatkan derajat sumber daya
manusia Korea Selatan memasuki persaingan dalam komunitas internasional abad ke-21.
Dimulai sejak tahun 1999 dan direncanakan berlangsung selama tujuh tahun, hingga
tahun 2005. Melalui program ini pemerintah mengucurkan dana sebesar 1,4 triliun won
(sekitar Rp 11,2 triliun), untuk mendanai perguruan tinggi dengan titik berat pada
kegiatan penelitian. BK21 menjadi semacam unit riset unggulan dalam pendidikan tinggi
Korea Selatan.
Upaya pemerintah dalam mengatasi masalah keterbatasan materi adalah dengan
membuka saluran pendidikan di jaringan televisi pendidikan milik pemerintah,
Educational Broadcasting System (EBS) yang menayangkan siaran pendidikan dengan
berbagai materi pelajaran. Namun upaya tersebut belum dapat sepenuhnya membendung
16 | P a g e
hasrat anak untuk mengikuti les privat. Orang Korea memiliki prinsip yang ditanamkan
sejak kecil agar selalu berada selangkah di depan. "Ketika orang lain sedang tidur, kamu
harus bangun. Ketika orang lain bangun, kamu harus berjalan. Ketika orang lain berjalan,
kamu harus berlari. Dan ketika orang lain berlari, kamu harus terbang."
Bagi pemimpin Korea Selatan, penggunaan teknologi untuk pendidikan di sekolah
merupakan pertanda kemajuan peradaban tersendiri. Hal itulah yang menjadi alasan
Departemen Pendidikan Korea Selatan mengumumkan rencana dalam menggantikan
buku teks menjadi buku digital (e-reader) pada tahun 2015 dengan anggaran sebesar US$
2,4 Miliar. Tetapi, data terbaru menunjukan bahwa 10% anak-anak di Korea Selatan
menunjukkan gejala kecanduan video game, belum lagi study mengenai dampak negatif
melihat layar dalam waktu terlalu lama; kini justru pemerintah Korsel untuk sementara
melarang penggunaan buku digital dalam rentang waktu tertentu. Hal ini berdampak
terhadap pengunduran rencana pemerintah Korsel, yang beralih ke buku digital tahun
2015 kelak untuk siswa SD kelas satu dan dua. Tetapi, untuk siswa tingkat lanjutan yang
telah terlanjur menggunakan buku digital, kembali diimbangi dengan penggunan buku
cetak seperti biasa.

D. Sistem Organisasi Pengelolaan Pendidikan


Sistem organisasi pengelolaan pendidikan yang berada di Indonesia menurut undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemeritah
Nomor 25 tentang Kewenangan Pusat dan Daerah, pendidikan diserahkan
pengelolaannya kepada pemerintah daerah, sementara pemerintah pusat sebatas
menyusun acuan dan standar yang bersifat nasional. Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 35 ayat (1) menyebutkan bahwa Standar
Nasional Pendidikan digunakan sebagai acuan dalam pengembangan pendidikan yang
meliputi kurikulum, proses, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan dan
pembiayaan pendidikan. Dilanjutkan pada ayat (2) menyebutkan standar nasional
pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana-prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dengan
diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP), dan adanya pemetaan sekolah menjadi sekolah kategori standar dan
17 | P a g e
sekolah kategori mandiri, maka setiap sekolah masih tergolong kategori standar
diharuskan untuk memenuhi ke delapan aspek standar yang telah ditentukan dalam SNP
tersebut untuk menjadi sekolah standar nasional (SSN). Untuk memudahkan bagi sekolah
maupun masyarakat pada umumnya dalam memahami bagaimana wujud sekolah yang
telah memenuhi SNP diperlukan contoh nyata, berupa keberadaan Sekolah Standar
Nasional.
Dalam rangka meningkatkan mutu layanan penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah termasuk pendidikan anak usia dini pada pendidikan formal dalam rangka
pencapaian standar nasional pendidikan maka diperlukan pengembangan kapasitas
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2008 yang mengatur tentang LPMP menyebutkan
bahwa LPMP adalah unit pelaksana teknis Departemen Pendidikan Nasional di bidang
penjaminan mutu pendidikan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional.
LPMP mempunyai tugas melaksanakan penjaminan mutu pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal di provinsi
berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional. Dalam melaksanakan tugasnya,
LPMP menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. pemetaan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah pada jalur pendidikan formal;
b. supervisi satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah pada jalur pendidikan formal dalam penjaminan mutu pendidikan;
c. fasilitasi peningkatan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal dalam penjaminan mutu
pendidikan nasional;
d. pengembangan model penjaminan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal;
e. pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal; dan
f. pelaksanaan urusan administrasi LPMP.
18 | P a g e
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang telah diatur pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2008, LPMP berkoordinasi
dengan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kota, perguruan tinggi,
dan instansi terkait.

Sistem pengelolaan pendidikan di Korea Selatan dilaksanakan oleh


pemerintah. Kekuasaan dan kewenangan dilimpahkan kepada menteri
pendidikan.Kebijakan menteri dilaksanakan hingga di daerah otonom. Di daerah terdapat
dewan pendidikan (board ofeducation). Pada setiap propinsi dan daerah khusus (Seoul dn
Busam), masing-masing dewan pendidikan terdiri dari tujuh orang anggota yang dipilih
oleh daerah otonom, dari lima orang dipilih dan dua orang lainnya merupakan jabatan ex
officio; yang dipegang oleh walikota daerah khusus atau gubernur propinsi dan super
intendent, Dewan pendidikan diketuai oleh walikota atau gubernur.
Untuk Korea Selatan, organisasi pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Korea Selatan sebelum berperang dengan Korea Utara telah mengeluarkan hokum
pendidikan yang berujuan untuk menjadikan seluruh warganya sadar akan identitas
nasionalnya dan menghormati wibawa Negara. Sebagai realisasi dari hokum tersebut, ada
beberapa hal yang hendak dicapai sebagai kendali, yaitu:
- terbentuknya badan yang kuat dan jiwa yang tidak mudah takluk
- terbentuknya patriotism yang disadri oleh perdamaian
- dengan mengevaluasi tradisi dan budaya sendiri sebagai prasyarat pembagunan
budaya ke seluruh dunia
- terlaksananya dorongan ke prilaku kreatif
- terbentuknya cinta kebebasan dan kerjasama sebagai dasar kehidupan sosial yang
harmonis dan abadi
- terbentuknya kemampuan mengapresiasi dan mencitakan kerja artistic tingkat tinggi
- terbentuknya perbaikan ekonomi yang menjadikan Korea produsen yang baik dan
konsumen yang bijaksana. (Suryati, Sidhart0, 1989)
Untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan di Korea Selatan, pemerintah aktif
menjadi anggota PBB, membuka hubungan diplomatic dengan Tiongkok, Amerika,
Jepang, Rusia dan ASEAN. Hubungan dengan beberapa Negara tersebut sangat
19 | P a g e
berperngaruh terhadap kemajuan pendidikan Korea Selatan. Selain itu, pemerintah Korea
Selatan dalam memajukan pendidikan di Korea juga ikut aktif dalam kegiatan dari
program-program pengembangan pendidikan dengan lembaga internasional seperti
UNESCO, OECD, APEC, ASEM dan the World Bank.
Di Korea Selatan juga ada lebaga riset yang dalam struktur organisasi berada di
bawah perdana mentri yaitu KEDI (Korean Educational Development Institute).
Lembaga tersebut merumuskan kebijakan pendidikan nasional ke arah pengembangan
pendidikan.

E. Sistem Penilaian Pendidikan


Indonesia
Sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka diperlukan
adanya perumusan Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan “berfungsi
sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam
rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu”. Standar Nasional Pendidikan
terdiri atas 8 (delapan) standar, salah satunya adalah Standar Penilaian yang bertujuan
untuk menjamin:
a. perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan
b. dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian;
c. pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif,
d. efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan
e. pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan
f. informatif.
Standar Penilaian Pendidikan ini disusun sebagai acuan penilaian bagi pendidik,
satuan pendidikan, dan Pemerintah pada satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan
dasar dan menengah.
Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan,
20 | P a g e
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat
kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 disebutkan
bahwa salah satu prinsip penilaian dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah
beracuan kriteria. Hal ini berarti bahwa penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, satuan pendidikan harus menetapkan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran sebagai dasar dalam menilai
pencapaian kompetensi peserta didik. Penetapan kriteria ketuntasan minimal belajar
merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil
belajar.
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) berfungsi secagai acuan bagi:
a. guru dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran
yang diikuti;
b. peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran.

Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan


melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif dapat dilakukan melalui
professional judgement oleh guru dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan
pengalaman pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Metode ini dilakukan dengan
cara memberikan justifikasi terhadap indikator pencapaian yang terdapat pada kompetensi
dasar dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa dengan hasil
tinggi, sedang, dan rendah; Metode kuantitatif dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar
minimal pada setiap indikator dengan memperhatikan tingkat kompleksitas, daya dukung,
dan intake siswa untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi.
Metode ini dilakukan dengan cara menganalisis setiap indikator, KD, dan SK dengan
menggunakan poin/skor atau skala/rentang yang telah ditetapkan.
Pada skala nasional terdapat Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) yang merupakan
salah satu unit kerja pada Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 1 tahun 2012, Puspendik mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

21 | P a g e
kebijakan teknis, penelitian, dan pengembangan sistem dan metodologi penilaian
pendidikan.
Sesuai dengan fungsinya, Puspendik tidak hanya menyusun kebijakan teknis
pengembangan sistem dan metodologi penilaian pendidikan, tetapi juga melaksanakan
pengukuran akademik, non-akademik, dan seleksi; mengembangkan sistem dan pengelolaan
informasi hasil penilaian pendidikan; dan melaksanakan hasil analisis hasil penilaian
pendidikan, megkoordinasi, memfasilitasi dan mengevaluasi pelaksanaan penilaian
peniddikan.
Untuk melaksanakan fungsinya, Puspendik yang dipimpin oleh seorang kepala pusat,
mempunyai tiga bidang dan satu bagian (Permendikbud No.1 tahun 2012), yaitu:
1. Bidang Penilaian Akademik memiliki tugas melaksanakan penyusunan bahan kebijakan
teknis, pengembangan sistem, dan pengukuran akademik serta koordinasi, fasilitasi,
evaluasi dan laporan pengukuran akademik pada semua jenis, jenjang, dan jalur
pendidikan.
2. Bidang Penilaian Non-Akademik mempunyai tugas melaksanakan penyusunan bahan
kebijakan teknis, pengembangan sistem, dan pengukuruan non-akademik untuk
kepentingan diagnostik, seleksi, dan penempatan serta koordinasi, fasilitasi, evaluasi, dan
laporan pelaksanaan pengukuran non-akademik pada semua jenis, jenjang, dan jalur
pendidikan.
3. Bidang Analisis dan Sistem Informasi Penilaian mempunyai tugas melaksanakan analisis,
pengembangan sistem, pengelolaan, dan penyebarluasan informasi hasil penilaian
pendidikan pada semua jenis, jenjang, dan jalur pendidikan.
4. Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan,
kepegawaian, ketatalaksanaan, kerumahtanggan, persuratan dan kearsipan, serta
pengelolaan barang milik negara di lingkungan Pusat.

Korea Selatan
Korea Selatan semenjak tahun 1969 telah menghapus ujian masuk sekolah menengah
pertama, dengan langkah ini 99,2% siswa lulusan SD dapat melanjutkan pendidikan mereka
ke SMP. Pada tahun 1973, ujian masuk SMA juga dihapuskan, tetapi ujian masuk universitas
tetap dilakukan (Pendidikan di Korea Selatan, 2008).
22 | P a g e
Di tingkat sekolah menegah pertama, setiap semester akan diadakan 2 kali ujian evaluasi
dan hasilnya akan dikirim kerumah masing-masing, dan ketika menginjak kelas 3, nilai dan
kemampuan siswa akan dipertimbangan untuk melanjutkan ke SMA. Pada tahap ini wali
kelas akan memberi saran dan petunjuj untuk para siswa melanjutkan ke SMA (Intan, 2014).
Penilaian yang dilakukan oleh Korea Selatan dikenal dengan College Scholastic Aptitude
(CSAT) pada tingkat SMA yang berada di bawah naungan KICE. Tes yang diberikan
meliputi 5 mata pelajaran yaitu bahasa Korea, matematika, bahasa Inggris, ilmu
sosial/alam/kejuruan (sesuai jurusan) dan siswa dapat memilih salah satu bahasa asing seperti
karakter bahasa Cina klasik. Siswa dinyatakan lulus jika nilai mereka diantata 0-200 dengan
100 sebagai nilai minimal mereka, sedangkan untuk mata pelajaran jurusan, mereka harus
mendapatkan nilai minimal 50. Sehingga total nilai yang mereka dapatkan untuk lulus
minimal 250.
Penilaian dalam memasuki universitas ialah kombinasi dari pencapaian selama masa
SMA digabungkan dengan nilai ketika tes skolastik secara nasional (Su-Neung). Rapor ketika
SMA menyumbang 40% dalam penentuan kelulusan (International Recognition Department,
2013)

F. Gaji Guru
Gaji guru dari berbagai negara, dan Korea Selatan menempati urutan kelima sedangkan
Indonesia menempati peringkat ke 30 atau terakhir.
1. Swiss US$ 68.820/tahun 12. Amerika Serikat US$ 41.460/tahun
2. Belanda US$ 57.870/tahun 13. Inggris Raya US$ 41.910/tahun
3. Jerman US$ 53.730/tahun 14. Austria US$ 37.410/tahun
4. Belgia US$ 51.470/tahun 15. Selandia Baru US$ 34.760/tahun
5. Korea US$ 47.340/tahun 16. Portugal US$ 34.590/tahun
6. Irlandia US$ 47.300/tahun 17. Perancis US$ 33.570/tahun
7. Jepang US$ 45.930/tahun 18. Norwegia US$ 33.130/tahun
8. Australia US$ 44.000/tahun 19. Slovenia US$ 32.480/tahun
9. Finlandia US$ 42.810/tahun 20. Swedia US$ 31.610/tahun
10. Denmark US$ 41.710/tahun 21. Italia US$ 31.460/tahun
11. Spanyol US$ 41.520/tahun 22. Islandia US$ 29.480/tahun
23 | P a g e
23. Yunani US$ 25.750/tahun 27. Chili US$ 16.410/tahun
24. ISrael US$ 19.550/tahun 28. Brazil US$ 14.840/tahun
25. Republik Ceko US$ 18.610/tahun 29. Hungaria US$ 14.760/tahun
26. Turki US$ 17.180/tahun 30. Indonesia US$ 2.830/tahun
(Apinino, 2014)

G. KESIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil pengkajian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa luas wilayah Indonesia
lebih luas dari pada Korea Selatan. Jumlah penduduk di Indonesia jauh lebih banyak dari
pada Korea Selatan.
Tujuan pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan hampir sama yaitu menciptakan
warga Negara yang mandiri, kreatif dan dapat mengembangkan potensi diri mereka, serta
menjunjung tinggi kehidupan berbangsa dan bernegara, hanya saja ada perbedaan pada
jenjang pendidikan di kedua Negara. Di Korea Selatan pada jenjang pendidikan menengah
ada sekolah yang khusus dipersiapkan untuk para siswa yang ingin melanjutkan ke jenjang
perguruan tinggi, sedangkan di Indonesia masih belum begitu jelas.
Sistem manajemen pendidikan di Korea Selatan bersifat gabungan antara sentralistik
dan desentralisasi. Sifat kesentralistikan terbatas pada penyusunan panduan dan pedoman
pendidikan, sedangkan oprasionalnya secara penuh diserahkan kepada komite/dewan
sekolah. Sedangkan di Indonesia sebagian besar bersifat sentralistik tanpa sepenuhnya
memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengembangkan proses pendidikan.
Kurikulum yang berada di Korea Selatan telah mengalami reformasi dengan
menekankan pada bidang teknik dan pemanfaatan teknologi, sedangkan di Indonesia saat ini
kembali menggunakan KTSP yang lebih memberikan kewenangan kepada sekolah untuk
menyusun kurikulumnya sendiri dengan tetap memperhatikan rambu-rambu dari
pemerintah.
Di Indonesia terdapat LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) yang mempunyai
tugas melaksanakan penjaminan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal di provinsi berdasarkan kebijakan
24 | P a g e
Menteri Pendidikan Nasional. Di Korea pengelolaan pendidikan dipegang oleh pemerintah,
dengan kekuasaan dan kewenangan dilimpahkan kepada menteri pendidikan, sedangkan
kebijakan menteri dilaksanakan hingga di daerah otonom.
Di Indonesia, sistem penilaian masih menggunakan KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) dan masih ada ujian untuk masuk ke tingkat pendidikan yang lebih lanjut.
Sedangkan di Korea Selatan untuk tingkat SD ke SMA tidak ada ujian masuk, namun masih
ada ujian masuk ke universitas atau perguruan tinggi yang dikelan dengan CSAT. Evaluasi
di tingkat sekolah menengah pertama diadakan 2 kali setiap semester, dan untuk
melanjutkan ke SMA, nilai dan kemampuan siswa di kelas 3 yang menjadi bahan
pertimbangan.
Dalam aspek anggaran, Korea Selatan melakukan investasi yang tinggi dalam sector
pendidikan, sedangkan di Indonesia terlihat masih belum maksimal untuk pendidikan.
Dari analisis diatas, didapat beberapa saran bagi pendidikan di Indonesia, yaitu
Indonesia lebih baik melakukan investasi yang besar dibidang pendidikan dan juga
membuat kebijakan pemerintah untuk mendukung pertumbuhan industri, karena industri
menjadi salah satu mesin ekonomi yang efektif jika perkembangannya disesuaikan dengan
ketersediaan tenaga kerja yang dihasilkan oleh sistem pendidikan. Selain itu, lebih baik juga
jika Indonesia mengajarkan kemandirian, kreatifitas dan kehidupan sosial kepada para
muridnya, tidak hanya terpaku pada teks atau materi-materi dari teks karena para murid
dapat belajar untuk bertahan di kehidupan nyata mereka.
Indonesia juga harus memperhatikan ketersediaan sarana dan prasarana sekolah –
sekolah di Indonesia, sehingga sekolah yang berada di dearah pelosok pun mendapatkan
sarana dan prasarana pembelajaran yang dapat membantu kelancaran proses belajar
mengajar. Indonesia juga harus mengembangkan aspek teknologi dalam pendidikan, karena
tidak dipungkiri, saat ini teknologi berkembang dengan pesat dan saat ini penggunaan
teknologi di Indonesia masih belum maksimal karena penyebaran teknologi yang masih
belum merata di dearah – dearah terpencil, koneksi internet yang tidak stabil, dan masih
banyak guru (SDM) yang masih belum terlatih dalam menggunakan teknologi dalam proses
belajar mengajar.

25 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
21 Negara dengan Gaji paling WOW! (2013, October 13). Retrieved November 13, 2015, from
Kampus: http://news.okezone.com/read/2013/10/11/373/880317/21-negara-dengan-gaji-
guru-paling-wow-1
Perbandingan Kurikulum Indonesia, Malaysia, dan Korea Selatan. (2014, December 8).
Retrieved October 30, 2015, from LPMP Banten: http://www.lpmpbanten.net/berita-
item/perbandingan-kurikulum-indonesia-malaysia-dan-korea-selatan.html
Ami Sedghi, George Arnett, MOna Chalabi. (2013, December 3). PISA 2012 Results: Which
country does best at reading, math and science? Retrieved November 2, 2015, from
theguardian: http://www.theguardian.com/news/datablog/2013/dec/03/pisa-results-
country-best-reading-maths-science
Apinino, R. (2014, November 27). Daftar Gaji guru di 30 Negara, RI Peringkat Berapa?
Retrieved November 13, 2015, from Liputan6.com:
http://bisnis.liputan6.com/read/2139613/daftar-gaji-guru-di-30-negara-ri-peringkat-
berapa?p=2
Daftar Negara Menurut Jumlah Penduduk. (2015, November 5). Retrieved November 13, 2015,
from Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_penduduk
Geografi Korea Selatan. (2013, April 16). Retrieved November 13, 2015, from Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Korea_Selatan
Libchen. (2013, July 22). Mengenal Lebih Dalam Tentang Negeri Gingseng-Sistem Pendidikan
Korea Selatan Part.1. Retrieved November 10, 2015, from Sekolah Luar Negeri:
http://konsultanpendidikan.com/2013/07/22/mengenal-lebih-dalam-tentang-negeri-
ginseng-sistem-pendidikan-korea-selatan-part-1/
Liebchen. (2013, July 23). Mengenal Lebih Dalam Tentang Negeri Gingseng-Sistem Pendidikn
Korea Selatan part 2. Retrieved November 10, 2015, from Sekolah Luar Negeri:
http://konsultanpendidikan.com/2013/07/23/mengenal-lebih-dalam-tentang-negeri-
ginseng-sistem-pendidikan-korea-selatan-part-2/
Rochmah, A. (2015, March 10). Sistem Pendidikan di Korea Selatan. Retrieved November 2,
2015, from Konsep/Kurikulum Pendidikan Korea:
http://pendidikannegarakorea.blogspot.co.id/2015/03/sistem-pendidikan-di-korea-selatan-
add_10.html
26 | P a g e
Sistem Pendidikan yang ada di Negara Korea Selatan. (2014, January 25). Retrieved November
12, 2015, from http://dewiratnaningsih94.blogspot.cm/2014/01/sistem-pendidikan-yang-
ada-di-negara
Tono, K. (2015, July 20). Makalah Sistem Pendidikan di Korea Selatan. Retrieved November 10,
2015, from Makalah Pendidikan Sekolah Dasar: http://aaktono.blogspot.co.id/2015/07/v-
behaviorurldefaultvmlo.html
Hayati, Sri, dkk. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial Geografi untuk SMP dan MTs Kelas VIII
Standar Isi 2006. Jakarta: Erlangga.
---. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.
http://www.kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf, diakses 11 Nopember 2015
---. Peraturan Bersama Antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014. http://disdikhss.net/wp-
content/uploads/2015/01/permen_ppdb.pdf, diakses 11 Nopember 2015
Susilowati, Rieny. 2013. Standar Pengelolaan Pendidikan.
http://rienysusilowati.blogspot.co.id/2012/12/standar-pengelolaan-pendidikan.html,
diakses 16 Nopember 2015
---. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2008.
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/Permendiknas66-2008OTK-LPMP.pdf, diakses 17
Nopember 2015
---. Pusat Penilaian Pendidikan Penilaian yang Berkualitas untuk Pendidikan yang Berkualitas.
http://litbang.kemdikbud.go.id/pengumuman/Mengenal%20Puspendik%205%20Jan
%202015-2.pdf, diakses 17 Nopember 2015
---. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
http://sindiker.dikti.go.id/dok/PP/PP%2015%202015%20standard%20nasional
%20pendidikan%20tinggi.pdf, diakses 17 Nopember 2015
---. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan Standar Penilaian Pendidikan.
http://pgsd.uad.ac.id/wp-content/uploads/04.-B.-Salinan-Lampiran-Permendikbud-No.-
66-th-2013-tentang-Standar-Penilaian.pdf, diakses 17 Nopember 2015

27 | P a g e
---. Juknis Penetapan KKM di SMA. https://suaidinmath.files.wordpress.com/2011/01/28-juknis-
penetapan-nilai-kkm-_isi-revisi__0104.pdf, diakses 17 Nopember 2015
Pendidikan di Korea Selatan. (2008, Desember 12). Retrieved November 12, 2015, from
pojoktani.blogspot.co.id/2008/12/artikel-pendidikan_382.html?m=1
Intan, K. (2014, October 21). Sistem Pendidikan di Korea Selatan. Retrieved November 12,
2015, from http://kanataintan-san.blogspot.co.id/2014/10/sistem-pendidikan-di-korea-
selatan.html?m=1

28 | P a g e
Lampiran
Tabel 1

29 | P a g e
Tabel 2
Maths, mean score Pisa Reading, mean score Pisa Science, mean score in PISA
Ranking Country name
2012 2012 2012
0 OECD average 494 496 501
1 Shanghai-China 613 570 580
2 Singapore 573 542 551
Hong Kong-
3 561 545 555
China
4 Taiwan 560 523 523
5 S.Korea 554 536 538
6 Macau-China 538 509 521
7 Japan 536 538 547
8 Liechtenstein 535 516 525
9 Switzerland 531 509 515
10 Netherlands 523 511 522
11 Estonia 521 516 541
12 Finland 519 524 545
13 Canada 518 523 525
14 Poland 518 518 526
15 Belgium 515 509 505
51 Chile 423 441 445
52 Malaysia 421 398 420
53 Mexico 413 424 415
54 Montenegro 410 422 410
55 Uruguay 409 411 416
56 Costa Rica 407 441 429
57 Albania 394 394 397
58 Brazil 391 410 405
59 Argentina 388 396 406
60 Tunisia 388 404 398
61 Jordan 386 399 409
62 Colombia 376 403 399
63 Qatar 376 388 384
64 Indonesia 375 396 382
65 Peru 368 384 373

30 | P a g e
Figure 1

31 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai