Referat Forensik
Referat Forensik
IDENTIFIKASI KERANGKA
Tugas
Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Disusun oleh :
Pembimbing :
dr. Binsar Silalahi, SpF
IDENTIFIKASI KERANGKA
oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
Dosen Pembimbing
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan karunia dan rahmat-Nya serta kesehatan dan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik
Palembang, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Seiring dengan selesainya penulisan makalah yang berjudul “Identifikasi
Kerangka”, penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada dr.
Binsar Silalahi, SpF selaku pembimbing referat ini.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi tercapainya
hasil yang lebih baik dan membawa manfaat bagi semua.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat serta dapat dijadikan
pertimbangan dan sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1. IDENTIFIKASI
Identifikasi adalah metode membedakan individu dengan individu lainnya
berdasarkan ciri-ciri karakteristiknya untuk dibedakan dengan individu lain.
Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal
sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata.
Menentukan identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan
karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan.
Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jenazah
tidak dikenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan
masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal,
serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga
berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi tertukar, atau
diragukan orangtuanya. Identitas seseorang yang dipastikan bila paling sedikit dua
metode yang digunakan memberikan hasil positif (tidak meragukan).
Tes presipitin
Tes presipitin yang dikonduksi dengan serum anti human dan ekstrak dari
fragmen juga dapat dapat digunakan untuk mnegetahui apakah tulang tersebut
tulang manusia. Tulang manusia dan binatang juga dapat dibedakan melalui
analisa kimia debu tulang.
Tes presipitin merupakan uji spesifik untuk menentukan spesies dengan cara
terlebih dahulu harus dibuat serum anti manusia. Prinsip pemeriksaan adalah
suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan antibodi (antiserum) yang dapat
merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi.
Cara pemeriksaan:
Antiserum ditempatkan pada tabung kecil dan sebagian kecil ekstrak bercak
darah ditempatkan secara hati-hati pada bagian tepi antiserum. Biarkan pada
temperatur ruangan kurang lebih 1,5 jam. Pemisahan antara antigen dan antibodi
akan mulai berdifusi ke lapisan lain pada perbatasan kedua cairan.
Hasil pemeriksaan:
Akan terdapat lapisan tipis endapan atau presipitat pada bagian antara dua
larutan. Pada kasus bercak darah yang bukan dari manusia maka tidak akan
muncul reaksi apapun.
Pada panggul, indeks isio-pubis (panjang pubis dikali seratus dibagi panjang
isium) merupakan ukuran yang paling sering digunakan.
- Nilai laki-laki sekitar 83,6
- Nilai wanita sekitar 99,5
Ukuran anatomik lain seperti indeks asetabulo-isiadikum, indeks cotulo-
isiadikum, ukuran pintu atas, tengah dan bawah panggul serta morfologi deskriptif
seperti:
- Insisura isiadikum mayor yang sempit dan dalam pada laki-laki.
- Sulkus preaurikularis yang menonjol pada wanita
- Arkus sub-pubis dan krista iliaka
Gambar 2. Perbedaan bentuk pintu atas panggul pada wanita dan laki-laki
Perbedaan pelvis pada laki-laki dan wanita dapat dilihat pada tabel 1.
Penggunaan kerangka pelvis untuk menentukan jenis kelamin memiliki akurasi
95%. Namun, analisis pada tulang panggul ini tidak dapat menjadi indikator yang
berguna pada anak pra pubertas. Dimorfism antara kedua jenis kelamin susah
dibedakan pada anak pra pubertas.
Arc Compose 2 Dua lengkung Dua lengkung Dua lengkung Satu lengkung Satu lengkung
Foramen 2 Segi tiga sudut Segi tiga Bentuk tidak Oval Oval dengan
obturatorium runcing jelas sudut
Corpus ossis 2 Sangat Sempit Sedang Lebar Bulat
Ischii sempit,tuber
ischiadicus
kurang jelas
Crista illiaca 1 Bentuk S-nya Bentuk S-nya Sedang Jelas berbentuk S Sangat lebar
sangat dangkal dangkal dengan tuber
ischidikus sangat
Tinggi dan kuat
Fossa illiaca 1 Sangat rendah Rendah dan lebar Tinggi dan sempit Sangat jelas
dan lebar lebarnya berbentuk S
Lebar sedang Sempit
Pelvis major 1 Sangat lebar Sedang Sangat tinggi dan
sempit
Lebar, oval Sempit berbentuk
Pelvis minor 1 Sangat lebar Lebarnya harten Sangat sempit
oval sedang, bulat berbentuk harten
Sudut yang terbentuk oleh rasmus dan corpus mandibulae lebih kecil pada
pria (mendekati 90º). Benjol dagu (protuberia mentalis) lebih jelas/besar pada
pria. Processus coronoideus lebih besar/panjang pada pria.
Tulang panjang laki-laki lebih panjang dan lebih masif dibandingkan dengan
tulang wanita dengan perbandingan 100:90.
Pada tulang-tulang femur, humerus dan ulna terdapat beberapa ciri khas
yang menunjukkan jenis kelamin seperti ukuran kaput dan kondilus, sudut antara
kaput femoris terdapat batangnya yang lebih kecil pada laki-laki, perforasi fosa
olekrani menunjukkan jenis wanita, serta adanya belahan pada sigmoid notch pada
laki-laki.
2.2.4. UMUR
Walaupun umur sebenarnya tidak dapat ditentukan dari tulang, namun
perkiraan umur seseorang dapat ditentukan. Biasanya pemeriksaan dari os pubis,
sakroiliac joint, cranium, artritis pada spinal dan pemeriksaan mikroskopis dari
tulang dan gigi memberikan informasi yang mendekati perkiraan umur. Untuk
memperkirakan usia, bagian yang berbeda dari rangka lebih berguna untuk
menentukan perkiraan usia pada range usia yang berbeda. Range usia meliputi
usia perinatal, neonatus, bayi dan anak kecil, usia kanak-kanak lanjut, usia remaja,
dewasa muda dan dewasa tua.
Pemeriksaan terhadap pusat penulangan (osifikasi) dan penyatuan epifisis
tulang sering digunakan untuk perkiraan umur pada tahun-tahun pertama
kehidupan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan menggunakan foto radiologis atau
dengan melakukan pemeriksaan langsung terhadap pusat penulangan pada tulang.
Pemeriksaan terhadap penutupan sutura pada tulang-tulang atap tengkorak
guna perkiraan umur sudah lama diteliti dan telah berkembang berbagai metode,
namun pada akhirnya hampir semua ahli menyatakan bahwa cara ini tidak akurat
dan hanya dipakai dalam lingkup dekade (umur 20-30-40 tahun) atau mid-dekade
(umur 25-35-45 tahun) saja.
Pemeriksaan tengkorak :
Pemeriksaan sutura, penutupan tabula interna mendahului eksterna
Sutura sagitalis, koronarius dan sutura lambdoideus mulai menutup umur
20 – 30 tahun
Sutura parieto-mastoid dan squamaeus 25 – 35 tahun tetapi dapat tetap
terbuka sebagian pada umur 60 tahun.
Sutura spheno-parietal umumnya tidak akan menutup sampai umur 70
tahun.
Pemeriksaan permukaan simfisis pubis dapat memberikan skala umur dari
18 tahun hingga 50 tahun, baik yang dikemukakan oleh Todd maupun oleh
Mokern dan Stewart. Mokern dan Stewart membagi simfisis pubis menjadi 3
komponen yang masing-masing diberi nilai. Jumlah nilai tersebut menunjukkan
umur berdasarkan sebuah tabel.Schranz mengajukan cara pemeriksaan tulang
humerus dan femur guna penentuan umur.
Demikian pula tulang klavikula, sternum, tulang iga dan tulang belakang
mempunyai ciri yang dapat digunakan untuk memperkirakan umur.Nemeskeri,
Harsanyi dan Ascadi menggabungkan pemeriksaan penutupan sutura endokranial,
relief permukan simfisis pubis dan struktur spongiosa humerus proksimal/epifise
femur, dan mereka dapat menentukan umur dengan kesalahan sekitar 2,55
tahun.Perkiraan umur dari gigi dilakukan dengan melihat pertumbuhan dan
perkembangan gigi (intrauterin, gigi susu 6 bulan-3 tahun, masa statis gigi susu 3-
6 tahun, geligi campuran 6-12 tahun).Selain itu dapat juga digunakan metode
Gustafson yang memperhatikan atrisi (keausan), penurunan tepi gusi,
pembentukan dentin sekunder, semen sekunder, transparasi dentin dan
penyempitan/penutupan foramen apikalis.
Ketika tidak ada yang dapat diidentifikasi, gigi dapat membantu untuk
membedakan usia seseorang, jenis kelamin,dan ras. Hal ini dapat membantu untuk
membatasi korban yang sedang dicari atau untuk membenarkan/memperkuat
identitas korban. Perkembangan gigi secara regular terjadi sampai usia 15 tahun.
Identifikasi melalui pertumbuhan gigi ini memberikan hasil yang yang lebih baik
daripada pemeriksaan antropologi lainnya pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan
gigi desidua diawali pada minggu ke 6 intra uteri. Mineralisasi gigi dimulai saat
12 – 16 minggu dan berlanjut setelah bayi lahir. Trauma pada bayi dapat
merangsang stress metabolik yang mempengaruhi pembentukan sel gigi. Kelainan
sel ini akan mengakibatkan garis tipis yang memisahkan enamel dan dentin di
sebut sebagai neonatal line. Neonatal line ini akan tetap ada walaupun seluruh
enamel dan dentin telah dibentuk. Ketika ditemukan mayat bayi, dan ditemukan
garis ini menunjukkan bahwa mayat sudah pernah dilahirkan sebelumnya.
Pembentukan enamel dan dentin ini umumnya secara kasar berdasarkan teori
dapat digunakan dengan melihat ketebalan dari struktur di atas neonatal line.
Pertumbuhan gigi permanen diikuti dengan penyerapan kalsium, dimulai dari gigi
molar pertama dan dilanjutkan sampai akar dan gigi molar kedua yang menjadi
lengkap pada usia 14 – 16 tahun. Ini bukan referensi standar yang dapat
digunakan untuk menentukan umur, penentuan secara klinis dan radiografi juga
dapat digunakan untuk penentuan perkembangan gigi.
2.2.5. RAS
Variasi geografi dari rangka manusia digunakan untuk mengidentifikasi ras
manusia atau silsilah seorang individu. Para ahli antropologi forensik membagi
ras ke dalam 3 ras yaitu: Mongoloid, Negroid dan Kaukasoid.
Dibandingkan dengan perhitungan jenis kelamin, usia dan tinggi badan,
penentuan ras lebih sulit, kurang tepat dan kurang dapat dipercaya, karena tidak
ada tanda di rangka. Rangka digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan ras
yang bersifat nonmetrik, yang didokumentasikan melalui metode antrostopik yang
sedikit bersifat subjektif dan bervariasi antara satu peneliti dengan peneliti lain.
Bagaimanapun perkiraan ras merupakan sebuah cara dalam bidang identifikasi
forensik sebagaimana dengan penentuan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan
yang sangat mempengaruhi ras dari masing-masing individu.
Rangka yang digunakan sebagai penentu dari ras sangat difokuskan pada
ciri tengkorak dan gigi geligi. Penentu ras dari tengkorak merupakan ciri-ciri
metric dan non-metrik, termasuk panjang dan lebar bentuk tengkorak, kekuatan
tengkorak, bentuk tengkorak dan secara unik spesifik pada bentuk gigi. Beberapa
perbedaan yang ditemukan pada masing-masing ras seperti pada gigi seri, pada ras
mongoloid dan negroid berbentuk sekop sementara pada ras kaukasoid tidak.
Selain gigi seri juga terdapat perbedaan pada bentuk tulang pipi, pada kaukasoid
tulang pipi kurang lebar, negroid lebar datar dan mongoloid terletak di antaranya.
Perbedaan morfologi ras mongoloid, negroid dan kaukasoid dapat dilihat pada
tabel 6.
Tulang yang diukur dalam keadaan kering biasanya lebih pendek 2 mm dari
tulang yang segar, sehingga dalam menghitung tinggi badan perlu diperhatikan.
Rata-rata tinggi laki-laki lebih besar dari wanita, maka perlu ada rumus
yang terpisah antara laki-laki dan wanita. Apabila tidak dibedakan, maka
diperhitungkan ratio laki-laki : wanita adalah 100:90. Selain itu penggunaan lebih
dari satu tulang dianjurkan. (khusus untuk rumus Djaja SA, panjang tulang yang
digunakan adalah panjang tulang yang diukur dari luar tubuh, berikut kulit di
luarnya).
Ukuran pada tengkorak, tulang dada dan telapak tangan juga dapat
digunakan untuk menilai tinggi badan.
c. Tes Kimia
Tes Kimia dilakukan dengan metode mikro-Kjeld-hal dengan cara
mengukur pengurangan jumlah protein dan Nitrogen tulang. Tulang-tulang yang
baru mengandung kira-kira 4,5 % Nitrogen, yang akan berkurang dengan cepat.
Jika pada pemeriksaan tulang mengandung lebih dari 4 % Nitrogen, diperkirakan
bahwa lama kematian tidak lebih dari 100 tahun, tetapi jika tulang mengandung
kurang dari 2,4 %, diperkirakan tidak lebih dari 350 tahun. Penulis lain
menyatakan jika nitrogen lebih besar dari 3,5 gram percentimeter berarti umur
tulang saat kematian kurang dari 50 tahun, jika Nitrogen lebih besar dari 2,5 per
centimeter berarti umur tulang atau saat kematian kurang dari 350 tahun.
` Inti protein dapat dianalisa, dengan metode Autoanalisa ataupun dengan
Cromatografi dua dimensi. Tulang segar mengandung kira-kira 15 asam amino,
terutama jika yang diperiksa dari bagian kolagen tulang. Glisin dan Alanin adalah
yang terutama. Tetapi Fralin dan Hidroksiprolin merupakan tanda yang spesifik
jika yang diperiksa kolagen tulang. Jika pada pemeriksaan Fralin dan
Hidroksiprolin tidak dijumpai, diperkirakan lamanya kematian sekitar 50 tahun.
Bila hanya didapatkan Fralin dan Hidroksiprolin maka perkiraan umur saat
kematian kurang dari 500 tahun. Asam amino yang lain akan lenyap setelah
beratus tahun, sehingga jika diamati tulang-tulang dari jaman purbakala akan
hanya mengandung 4 atau 5 asam amino saja. Sementara itu ditemukan bahwa
Glisin akan tetap bertahan sampai masa 1000 tahun. Bila umur saat kematian
kurang dari 70 -100 tahun, akan didapatkan 7 jenis asam amino atau lebih.
Pemeriksaan ini didasarkan atas adanya bagian DNA manusia yang termasuk
daerah non-coding atau intron (tak mengkode protein) yang ternyata merupakan
urutan basa tertentu yang berulang sebanyak n kali.
A-A-C-T-G-A-T-A-G-G-T-C-T-A-G
Untaian DNA yang dapat terikat pada untaian DNA di atas adalah:
T-T-G-A-C-T-A-T-C-C-A-G-A-T-C
A-A-C-T-G-A-T-A-G-G-T-C-T-A-G
T-T-G-A-C-T-A-T-C-C-A-G-A-T-C
PENUTUP
Amir, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Forensik. 1st ed. Medan: USU Press
Boer, Ardiyan. Osteologi Umum. 10th ed. Padang: Percetakan Angkasa Raya
Krogman, W.M., Iscan M.Y., 1986. The Human Skeleton in Forensic Medicine.
Illinois: Thomas Publisers
Nandy, A. 1996. Principles of Forensic Medicine. 1st ed. Calcutta: New Central
Book Agency (P) Ltd
Nielsen, S.K. 1980. Person Identification by Means of the Teeth. Bristol: John
Wright & Sons Ltd