Anda di halaman 1dari 3

Studi Kasus

Pengukuran Kandungan Logam Tembaga (Cu) pada Badan Karang

1. Sampel karang yang didapat langsung dimasukkan ke dalam formalin 40% kemudian
dikeringkan di dalam oven dengan suhu 1100C selama 2 -3 hari hingga kering yang
ditandai dengan perubahan berat sampel.
2. Setelah kering dilakukan proses pengabuan di dalam tanur dengan suhu 4500C sehingga
seluruh sampel menjadi abu.
3. Selanjutnya ditambahkan HNO3 pekat 65% sebanyak 3 ml dan aquades sebanyak 2 ml,
setelalah itu dididihkan hingga seluruhnya bercampur satu dengan yang lain.
4. Selanjutnya yaitu mengencerkan larutan Cu(NO3)2. Wujud larutan Cu(NO3)2 adalah
larutan berwarna biru. Larutan Cu(NO3)2 dipipet menggunakan pipet gondok agar volume
larutan yang diambil dapat tepat kuantitasnya karena percobaan kali ini merupakan
percobaan yang bersifat kuantitatif. Wujud larutan Cu(NO3)2 setelah diencerkan menjadi
larutan biru muda seulas. Kedalam larutan perlu ditambahkan HNO3 apabila larutan
kurang jernih. Reaksi yang terjadi saat Cu(NO3)2 ditambah dengan HNO3 dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Cu2+(aq) + 4HNO3(aq) → Cu(NO3)2 (aq) + 2H2O (aq) + 2NO2(aq)
5. Selanjutnya yaitu penambahan NaOH kedalam larutan Cu(NO3)2 untuk membentuk
endapan Cu(OH)2 yang berwarna biru. Reaksi yang terjadi saat larutan Cu(NO3)2
ditambahkan dengan NaOH dapat dinyatakan sebagai berikut:
Cu(NO3)2 (aq) + 2 NaOH(aq) → Cu(OH)2(s)↓ + 2Na2O3(aq)
Penambahan NaOH dilakukan sampai tidak terbentuk lagi endapan atau dengan kata lain
larutan lewat jenuh karena apabila larutan belum terendapkan semua jumlah endapan
yang diperoleh akan tidak akurat. Larutan tersebut dipanaskan diatas pembakar bunsen
sambil terus ditambahkan NaOH. Proses penjenuhan dilakukan dengan memanaskan
larutan karena proses pemanasan akan mempengaruhi kelarutan zat dan mudah mencapai
titik jenuh serta untuk menguapkan air yang masih terkandung. NaOH yang ditambahkan
pada saat pemanasan yaitu 500 tetes (± 25 ml). Sebelum larutan menjadi berwarna hitam,
awalnya saat dipanaskan larutan berubah menjadi warna biru kehijauan, lalu menjadi
coklat, dan akhirnya menjadi hitam. Warna larutan yang berubah menjadi hitam
menandakan bahwa endapan CuO sudah terbentuk dalam larutan. Reaksi pembentukan
CuO dapat dinyatakan sebagai berikut:

Cu(OH)2(s) → CuO(s) + H2O(l)


Biru hitam
6. Selanjutnya yaitu penyaringan endapan dengan menggunakan kertas saring. Kertas saring
dibentuk sedemikian sehingga ukurannya pas dengan corong. Penyaringan dilakukan
dalam keadan dingin agar selulosa yang terkandung pada kertas saring tak ikut terurai.
Jika selulosa terurai maka akan mengotori kembali endapan CuO. Setelah endapan
disaring, endapan dicuci dengan aquades untuk menghilangkan ion NO3- karena apabila
dalam endapan masih terdapan ion NO3- akan menyebabkan massa endapan yang
ditimbang bukan massa CuO murni sehingga data yang diperoleh pun tidak akurat.
Digunakan aquades untuk mencuci endapan adalah karena aquades adalah pelarut polar
dan pelarut universal. Selain itu aquades juga tidak akan bereaksi dengan endapan
sehingga tidak akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas endapan. Untuk menguji
endapan apakah masih terdapat ion NO3- atau tidak yaitu dengan mereaksikan air cucian
endapan dengan BaCl2. Apabila terbentuk endapan putih, itu menandakan masih terdapat
ion SO4- dalam endapan. Reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut:
BaCl2(aq) + NO3-(aq) → Ba(NO3)2 (s) + 2Cl-(aq)
Putih
7. Selanjutnya, kertas saring beserta endapan dimasukkan kedalam cawan krus yang telah
diketahui massanya untuk dipanaskan diatas pembakar bunsen. Tujuan endapan beserta
kertas saring dipanaskan diatas bunsen yaitu untuk menguapkan air yang masih
terkandung didalam endapan, sehingga nantinya akan menyisakan CuO(s). Selain itu,
cawan krus juga harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam
furnische agar suhu cawan krus tidak teralu jauh dengan suhu furnische karena perbedaan
suhu yang terlalu jauh akan menyebabkan cawan krus pecah. Kertas saring yang
digunakan adalah kertas saring bebas abu, agar saat dipanaskan kertas saring tidak
meninggalkan abu yang akan menyebabkan massa yang ditimbang bukan massa endapan
CuO murni karena terdapat abu kertas didalamnya. Saat dipanaskan diatas pembakar
bunsen, terbentuk asap yang cukup banyak. Selanjutnya yaitu memanaskan cawan yang
berisi endapan CuO didalam furnische yang suhunya diatur yaitu 400oC selama 1 jam,
lalu dilanjutkan dengan suhu 200oC selama 2 jam. Suhu pemanasan endapan CuO tidak
boleh lebih dari 400oC karena apabila suhu lebih dari itu CuO akan berubah menjadi
Cu2O yang berwarna merah bata. Tujuan penggunaan furnische adalah untuk
mengeringkan endapan dan menghilangkan abu kertas saring, juga dapat menghilangkan
kotoran-kotoran lain yang mungkin saja masih tertinggal. Setelah di furnische, cawan
didinginkan dalam desikator dan selanjutnya ditimbang.

Anda mungkin juga menyukai