Penilaian Pendidikan
Penilaian Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan setiap orang dalam rangka pengembangan
dirinya. Saat ini sekolah tetap menjadi pilihan utama masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan pendidikannya. Karena hal itulah masyarakat tetap merasa dan harus
mengikuti pendidikan melalui sekolah. Sebagai sebuah media pendidikan utama
maka sekolah harus mampu menjadi fasilitator untuk mencerdaskan generasi demi
generasi. Dalam konteks Indonesia, sekolah harus mampu mencerdaskan
kehidupan bangsa sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sekolah dituntut untuk
selalu memberikan dan menciptakan suasana dan proses belajar yang berkualitas.
Sekolah harus bisa melahirkan alumni-alumni yang berkompeten sehingga pada
akhirnya alumni-alumni yang dihasilkan mampu untuk bersaing dalam berbagai
aspek kehidupan utamanya kemampuannya untuk bersaing dalam dunia kerja.
Demi pengembangan sekolah yang berkelajutan, sekolah harus senantiasa
melakukan perbaikan-perbaikan sehingga mampu menciptakan pelayanan
pendidikan yang berkualitas. Salah satu aspek terpenting yang harus dilakukan
pihak sekolah dalam rangka pengembangan kualitas sekolah adalah dengan
melakukan penilaian (assessment) terhadap keseluruhan aspek pendidikan. Hasil
penilaian menjadi sumber informasi yang dapat digunakan oleh pihak sekolah
sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan sekolah.
Penilaian sangat penting untuk dilakukan karena hasil penialaian dapat
menjadi acuan bagi pihak sekolah untuk mengetahui sampai sejauh mana
pencapaian yang telah diraih oleh sekolah. Selain itu hasil penilaian juga dapat
menjadi tolak ukur atas berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pihak sekolah
dalam rangka perbaikan-perbaikan atas kekuranggan-kekurangan yang luput dari
pantauan pihak sekolah selam proses pendidikan berlangsung. Secara garis besar
penilaian dapat menjadi parameter untuk mengukur kemajuan sekolah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penilaian
Penilaian dalam bahasa Inggris disebut assessment. Assessment dalam
kamus oxford diartikan sebagai proses mengkalkulasi nilai sesuatu.1Penilaian
adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil.2Penilaian merupakan tindakan atau proses untuk menentukan
nilai terhadap seseuatu.3 Suharsimi Arikunto dalam bukunya membedakan antara
mengukur yang disebutnya dengan istilah measurement dengan penilaian yang
menyamakannya dengan evaluation. Namun evaluasi yang dimaksudnya adalah
proses penilaian yang diikuti dengan pengukuran4 sehingga dalam buku tersebut
penggunaan istilah penilaian disamakan artinya dengan evaluasi.
Dari berbagai defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian
merupakan proses mengukur, mengumpulkan, mengkalkulasi, serta menentukan
nilai terhadap sesuatu yang dinilai. Penilaian dilakukan untuk menghitung
keseluruhan proses mulai dari awal sampai penentuan (judgement) terhadap hasil
informasi yang didapatkan dari proses pengukuran.
Jika merujuk kepada penyamaan istilah yang digunakan oleh Suharsimi
Arikunto yang menganggap bahwa penilaian dan evaluasi adalah sama maka
defenisi evaluasi juga dapat digunakan untuk memahami arti penilaian. Ralph
Tyler dalam Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuh
proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalah hal apa, dan
bagian mana tujuan telah tercapai, dalam konteks pendidikan berarti merujuk
1
Victoria Bull, Oxford Learner’s Pocket Dictionary, (UK: Oxford University Press,
2015), h.22.
2
Direktoran Pembinaan Sekolah Dasar, Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar,
(Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), h. 5.
3
A. Nurhayati, Prinsip dan Tujuan Penilaian Tindakan Kelas, (Jurnal Pendidikan, Vol. 5,
No. 1, 2016), h.2.
4
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Program, (Jakarta: Bumu Aksara, 2016), h.
3.
4
kepada pencapaian pendidikan.5 Jika dilihat secara lebih luas maka terlihat bahwa
penilaian tidak hanya sekedar mengukur sejauh mana tujuan telah tercapai akan
tetapi juga digunakan untuk membuat keputusan. Inilah kemudian yang menjadi
titip poin bahwa informasi yang dihasilkan dari pengukuran yang telah samapai
pada tahap pemberian nilai menjadi rujukan dalam pengambilan keputusan.
B. Prinsip-prinsip penilaian
Dalam proses penilaian untuk mencapai onformasi yang betul-betul akurat
maka penilaian harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian sebagai
berikut:
1. Dilakuan secara sistematis melalui pengamatan, perekaman, dan analisis;
2. Dilakukan dengan memperhatikan tujuan;
3. Analisis dilakukan dengan non-referenced dan criterion-reference.
4. Analisis dilakukan secara holistik.
Untuk mencapaia hasil penilaian yang benar-benar akurat maka penilaian
hendaknya dilakukan dengan prinsip integral atau komprehensif, prinsip
berkesinambungan, dan prinsip objektif.
1. Prinsip integral atau komprehensif yakni penilaian yang dilakukan
secara menyeluruh dan utuh;
2. Prinsip berkesinambungan yakni penilaian yang dilakukan secara
terencana, terus-menerus, dan bertahap.
3. Prinsip objektif penilaian dilakukan dengan alat ukur yang handal dan
dilakukan secara objektif, sehingga menggambarkan dengan tepat objek yang
dinilai.6
Dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2016 pasal 5 menyatakan bahwa
prinsip-prinsip penilaian yakni:
1. Sahih,
5
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Program, h. 3.
6
Novi Resmini, Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar,
(Jurnal Bahasa, Vol. 2. No. 1, 2012), h.4.
5
2. Objektif,
3. Adil,
4. Terpadu,
5. Terbuka,
6. Menyeluruh dan Berkesinambungan,
7. Sistematis,
8. Beracuan kriteria, dan
9. Akuntabel.7
Sedangkan menurut A. Nurhayati, prinsip umum dalam penilaian yakni:
1. Validitas
Validitas sering diartikan dengan kesahihan. Suatu tes dikatakan valid
apabila mengukur apa yang seharunya diukur. Meter valid apabilah dipergunakan
untuk mengukur jarak, sedangkan timbangan valid apabila dipergunakan untuk
mengukur berat.8
2. Reliabilitas
Reliabilitas sering disebut juga tarap kepercayaan dan sering disebut juga
dengan keterandalan. Suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas apabila tes tersebut
dipergunakan untuk mengukur secara berulang-ulang memberikan hasil yang
tetap atau sama.9
3. Adil dan Obyektif
Sebuah tes dikatakan memiliki obyektivitas apabila dalam melaksanakan tes
itu tidak ada faktor-faktor subyektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi
pada sistem skoringnya. Untuk menghindari subyektivitas penilaian harus ada
pedoman tetutama yang menyangkut masalah kontinuitas pengadministrasian
yaitu kontinuitas dan konfrehensifitas.10
7
Permendikbud No. 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pasal 5.
8
K. Condie R. Livingston, Evaluation of the assessment is for learning programe (Cet. I;
Final Report. Glosgow University of Starthcyde, 2006), h. 67.
9
Darwin Syah dkk, Perencanaan sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam (Cet. I;
Jakarta Gaun Persada pres, 2009). h. 205.
10
Darwin Syah dkk, Perencanaan sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, h. 206.
6
11
Barlow, Selected Reading in The Philosophy of Education. (New York: The
Macmillang Companiy, 1997). h. 141.
12
Darwin Syah dkk, Perencanaan sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, h. 207.
13
Oemar Hamalik,Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Cet. I;
Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h, 13.
7
14
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Program, h. 16.
8
15
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Program, h. 18-19.
9
dalam standar nasional pendidikan nasional (BNSP) ada delapan standar yang
harus dipenuhi oleh sekolah yakni:
1. Standar Kompetensi Lulusan;
2. Standar Isi;
3. Standar Proses;
4. Standar Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan;
5. Standar Sarana Dan Prasarana;
6. Standar Pengelolaan;
7. Standar Pembiayaan Pendidikan; Dan
8. Standar Penilaian.
Adapun funsgsi dan tujuan dari standar tersebut yaitu:
1. Standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan
nasional yang bermutu.
2. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat.
16
http://.www.Bsnp-indonesia.org/standar-nasional-pendidikan/
10
BAB III
KESIMPULAN
penilaian merupakan proses mengukur, mengumpulkan, mengkalkulasi,
serta menentukan nilai terhadap sesuatu yang dinilai. Penilaian dilakukan untuk
menghitung keseluruhan proses mulai dari awal sampai penentuan nilai
(judgement) terhadap hasil informasi yang didapatkan dari proses pengukuran.
Dalam proses penilaian untuk mencapai onformasi yang betul-betul akurat maka
penilaian harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian.
Dengan mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam
pendidikan maka terdapat beberapa tujuan atau fungsi penilaian yakni penilaian
sebagai selektif, penilaian bersifat diagnostik, penilaian berfungsi sebagai
penempatan, peninilaian sebagai pengukur keberhasilan. Hasil penilaian
(assessment) sekolah akan memperlihatkan informasi-informasi berkenaan dengan
proses pengelolaan sekolah dimana informasi-informasi tersebut dapat menjadi
tolak ukur/parameter untuk mengetahui sejauhmana tingkat kemajuan sekolah
yang telah dicapai.
12
DAFTAR PUSTAKA
Bull. Victoria, Oxford Learner’s Pocket Dictionary, UK: Oxford University Press,
2015.
http://.www.Bsnp-indonesia.org/standar-nasional-pendidikan/