Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat merupakan bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan fisik dan psikis
pada manusia atau hewan. Sedangkan menurut menkes RI Obat adalah bahan atau
paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia. Adapun bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat
maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar
dan mutu sebagai bahan baku farmasi.
Meskipun obat dapat menyembuhkan tapi banyak kejadian yang
mengakibatkan seseorang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai
racun. Dalam menggunakan obat perlu diketahui efek obat tersebut, pernyakit apa
yang diderita, berapa dosisnya, serta kapan dan dimana obat itu digunakan. Batas
jarak sebagai obat dan racun adalah pendek, hal ini tergantung dari cara dan dosis.
Penyalahgunaan obat terjadi secara luas di berbagai belahan dunia. Obat
yang disalahgunakan bukan saja semacam cocain, atau heroin, namun juga obat-
obat yang biasa diresepkan. Penyalahgunaan obat ini terkait erat dengan masalah
toleransi, adiksi atau ketagihan, yang selanjutnya bisa berkembang menjadi
ketergantungan obat (drug dependence). Pengguna umumnya sadar bahwa mereka
melakukan kesalahan, namun mereka sudah tidak dapat menghindarkan diri lagi.
Saat ini marak terjadi penyalahgunaan obat di kalangan remaja seperti pemakaian
komik yang tidak sesuai dengan dosisnya, dimana didalam komik terdapat zat
aktif yang apabila digunakan dalam dosis berlebih dapat menimbulkan efek yang
tidak diinginkan didalam tubuh seperti dekstrometophan dengan dosis yang
berlebihan dapat memberikan efek euforia, rasa tenang, halusinasi penglihatan dan
pendengaran.

1
Maka dari itu makalah ini dibuat sebagai upaya untuk mengatasi
penyalahgunaan obat komik yang dibeli secara bebas.

I.2 Tujuan
1. Sebagai media untuk memberikan informasi tentang akibat dari
penyalahgunaan komik yang marak terjadi di kalangan masyarakat
2. Memenuhi tugas mata kuliah Farmasi Kesehatan Masyarakat
3. Sebagai media pembelajaran bagi pemakalah

2
BAB II
ISI
2.1 Komix
Komix merupakan golongan obat bebas terbatas yang bisa didapatkan ditoko
obat maupun apotek namun saat ini komik dengan mudah diperoleh dimana saja
seperti halnya di warung.
Komix adalah salah satu merek obat batuk sirop dalam bentuk sachet yang
dijual secara bebas di pasaran. Obat ini mengandung campuran guaifenesin yang
berfungsi untuk mengencerkan dahak (ekspektoran) dan chlorpheniramine yang
berperan sebagai antihistamin. Campuran kedua obat ini dapat meredakan gejala
batuk dan pilek.
Berdasarkan kandungannya, terdapat dua jenis Komix, yaitu Komix dan
Komix OBH. Pada Komix ditambahkan dextromethorpan yang berfungsi untuk
menghentikan batuk dengan menekan refleks batuk pada otak. Komix tersedia
dalam 3 varian rasa, yaitu peppermint, jahe, dan jeruk nipis. Sedangkan Komix
OBH memiliki tambahan ephedrine yang berperan sebagai dekongestan dan
succus liquiritiae yang dipercaya untuk mengatasi batuk. Namun efektivitas
succus liquiritiae untuk mengatasi batuk masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

2.2 Produk Komix


Berikut ini adalah sejumlah produk Komix yang tersedia di pasaran, di
antaranya adalah:
 Komix Peppermint, Komix Jahe, dan Komix Jeruk Nipis. Berfungsi
untuk meredakan gejala batuk dan pilek, menghentikan batuk,
mengencerkan dahak. Tiap sachet 7 mL mengandung dextromethorphan
15 mg, guaifenesin 100mg, dan chlorpheniramine 2 mg.
 Komix Sirup OBH dan Komix Kid OBH. Berfungsi untuk meredakan
gejala batuk dan pilek, mengencerkan dahak, dan meredakan hidung
tersumbat. Untuk Komix Sirup OBH, tiap sachet 7 mL mengandung
guaifenesin 100 mg, succus liquiritiae 167 mg, ephedrine 4 mg, dan
chlorpheniramine 2 mg. Sedangkan untuk Komix Kid OBH, tiap sachet 5

3
mL mengandung guaifenesin 50 mg, succus liquiritiae 167 mg, ephedrine
4 mg, dan chlorpheniramine 2 mg.

 Komix Kid Strawberry. Berfungsi untuk meredakan gejala batuk dan


pilek, menghentikan batuk, dan mengencerkan dahak. Tiap sachet 5 mL
mengandung dextromethorphan 7,5 mg, guaifenesin 50 mg, dan
chlorpheniramine 2 mg.

2.3 Penggunaan oleh Wanita Hamil atau Menyusui


Khusus bagi wanita hamil yang sedang menyusui, harus diperhatikan terlebih
dahulu kategori kehamilan dan menyusui dari masing-masing jenis Komix, yaitu:
Jenis Komix Kategori Kehamilan

Komix dan Komix Kategori C: Studi pada binatang percobaan


OBH memperlihatkan adanya efek samping terhadap
janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita
hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya
manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko
terhadap janin.

Seluruh bahan aktif dalam Komix dan Komix OBH yang dikonsumsi oleh ibu
menyusui dapat diserap ke dalam ASI. Diskusikan mengenai manfaat dan
risikonya dengan dokter bila Anda sedang menyusui.

Peringatan:

 Jangan mengonsumsi Komix bila Anda alergi terhadap guaifenesin atau


komposisi lainnya yang terkandung di dalam obat.
 Hindari mengonsumsi Komix bersama dengan obat-obatan MAO
inhibitor, beta blocker (misalnya propranolol, linezolid, metildopa,
oksitosin, atau reserpine), dan antidepresan trisiklik (misalnya
amitriptyline atau ergotamine).

 Selama mengonsumsi Komix, jangan mengonsumsi obat batuk, pilek, dan


alergi merek lain, serta hindari minuman beralkohol.

4
 Hati-hati bagi penderita fenilketonuria, asma, hipertensi, aritmia, penyakit
tiroid, diabetes, pembesaran prostat, glaukoma, stroke, dan penyakit
liver.Tidak dianjurkan bagi anak di bawah 6 tahun, kecuali atas saran
dokter.

 Obat ini dapat mengakibatkan rasa mengantuk, hati-hati penggunaan pada


lansia berusia 60 tahun ke atas karena dapat meningkatkan risiko untuk
jatuh, serta hindari aktivitas yang membutuhkan konsentrasi seperti
menyetir.

2.4 Dosis Komix


Berikut ini adalah rincian dosis tiap produk Komix yang dianjurkan:
Produk Dosis
Komix Peppermint, Komix Jahe, dan Komix Dewasa: 3 kali sehari (1-2
Jeruk Nipis (Tiap sachet 7 mL mengandung sachet/kali minum)
dextromethorphan 15 mg, guaifenesin 100mg, dan
chlorpheniramine 2 mg).

Komix Kid Strawberry (Tiap sachet 5 mL Anak-anak 6-12 tahun: 3


mengandung dextromethorphan 7,5 mg, kali sehari (1 sachet/kali
guaifenesin 50 mg, dan chlorpheniramine 2 mg). minum)

Komix OBH (Tiap sachet 7 mL mengandung Dewasa: 3 kali sehari (2


guaifenesin 100 mg, succus liquiritiae 167 mg, sachet/kali minum)
ephedrine 4 mg, dan chlorpheniramine 2 mg).

Komix Kid OBH (Tiap sachet 5 mL mengandung Anak-anak 6-12 tahun: 3


guaifenesin 50 mg, succus liquiritiae 167 mg, kali sehari (1 sachet/kali
ephedrine 4 mg, dan chlorpheniramine 2 mg). minum)

2.5 Efek Samping dan Interaksi Komix dengan Obat Lain

5
Guaifenesin dan chlorpheniramine merupakan dua bahan aktif dalam tiap
produk Komix. Efek samping yang mungkin dapat terjadi setelah seseorang
mengonsumsi guaifenesin dan chlorpheniramine adalah:
 Mengantuk.
 Dahak menjadi kental.

 Diare.

 Ruam kulit.

 Mulut, hidung, dan tenggorokan terasa kering.

 Penglihatan kabur.

 Kehilangan keseimbangan.

 Tinitus.

 Sulit buang air kecil.

Dianjurkan untuk segera menemui dokter jika Anda mengalami efek samping
berupa:

 Jantung berdebar.
 Kejang.

 Halusinasi.

Sedangkan interaksi yang mungkin dapat terjadi jika seseorang mengonsumsi


guaifenesin-chlorpheniramine bersama dengan obat lain adalah:

 Meningkatkan efek guaifenesin dan chlorpheniramine dan menurunkan


tekanan darah ke tingkat yang berbahaya jika dikonsumsi bersama dengan
obat-obatan MAO inhibitors.
 Memengaruhi efektivitas iodida bila dikonsumsi bersama dengan obat
yang mengandung iodida. Iodida biasanya diberikan kepada orang-orang
dengan masalah tiroid.

6
Untuk mengetahui kemungkinan efek samping dan interaksi lainnya dari tiap
produk Komix, berdasarkan kandungan bahan selain guaifenesin dan
chlorpheniramine, silakan lihat tabel berikut ini:

Efek
Produk Interaksi
Samping

Komix Pusing, Sakit Meningkatkan efek kantuk jika dikonsumsi


Peppermint maag, dengan antihistamin.

Komix Mual,
Meningkatkan risiko keracunan jika
Jahe Muntah,
dikonsumsi dengan fluoxetine dan
Gelisah,
Komix
terbinafine.
Gugup,
Jeruk
Nipis Meningkatkan risiko halusinasi, demam

Komix Kid tinggi, dan koma jika dikonsumsi dengan

Strawberry obat-obatan antidepresan golongan SSRI


atau MAOI.
Komix Pusing Meningkatkan risiko gugup, mual, dan
OBH insomnia jika
Sakit kepala
dikonsumsi dengan teofilin.

Tremor
Meningkatkan efek kafein.

Mual
Melebarkan pembuluh darah jika
dikonsumsi dengan metildopa dan reserpine.
Muntah

Menyempitkan pembuluh darah jika


Tekanan darah
dikonsumsi dengan oksitosin dan
meningkat
ergotamine.
Kadar kalium
Meningkatkan risiko aritmia jika
menurun
dikonsumsi dengan quinidine, digoxin, obat
Lemas antidepresan trisiklik, penghambat beta
seperti propranolol, dan halothane.
Retensi sodium

7
dan air dalam Meningkatkan risiko meningkatnya tekanan
tubuh darah jika dikonsumsi dengan obat-obatan
MAOI.
Gangguan
menstruasi Menurunkan efektivitas pil estrogen.

Menurunkan kadar kalium jika digunakan


bersama dengan furosemide dan
kortikosteroid.

Menurunkan efektivitas obat-obatan


antihipertensi.

Meningkatkan risiko perdarahan jika


dikonsumsi dengan warfarin.

3.1 Penyalahgunaan Obat


Penyalahgunaan obat terjadi ketika seseorang tidak dapat mengontrol
penggunaan obat yang diresepkan atau menggunakan zat ilegal sehingga
mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi dan bersikap normal.
Penyalahgunaan obat-obatan juga dapat menimbulkan
masalah kesehatan masyarakat lainnya, seperti:
 mengemudi dalam keadaan mabuk
 kekerasan
 stres keluarga
 pelecehan anak
 penggunaan narkoba suntik, yang dapat
menyebarkan penyakit menular, seperti HIV, AIDS, dan hepatitis.

8
Kecanduan umumnya melibatkan banyak faktor sosial dan biologis. Cara yang
paling efektif untuk menghentikan penyalahgunaan obat-obatan adalah melalui
pencegahan awal dan pendidikan.

3.2 Penyebab penyalahgunaan zat/obat-obatan

Penyalahgunaan zat/obat-obatan umumnya terjadi karena adanya rasa


ingin tahu yang tinggi. Di sisi lain, kondisi ini juga dapat dialami oleh penderita
gangguan mental, misalnya gangguan bipolar atau skizofrenia. Seseorang yang
menderita gangguan mental dapat lebih mudah menyalahgunakan zat/obat-obatan
yang awalnya bertujuan untuk meredakan gejala yang dirasa.

Selain rasa ingin tahu yang tinggi dan menderita gangguan mental,
terdapat pula beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang
melakukan penyalahgunaan zat/obat-obatan, antara lain:

 Memiliki teman yang seorang pecandu zat/obat-obatan.


 Mengalami masalah ekonomi.

 Pernah mengalami kekerasan fisik, emosi, atau seksual.

 Memiliki masalah hubungan dengan pasangan, kerabat, atau keluarga.

3.3 Obat-obatan yang biasa disalahgunakan


3.3.1 Alkohol
Alkohol ditemukan dalam bir, wine, dan minuman keras lainnya. Tubuh dapat
dengan cepat menyerap alkohol dari perut dan usus kecil ke dalam aliran darah.
Ketika seseorang minum alkohol, fungsi otak dan keterampilan motorik mereka
menjadi terganggu dan merusak setiap organ dalam tubuh. Alkohol juga dapat
merusak perkembangan janin apabila sedang hamil.

Penggunaan alkohol dapat meningkatkan risiko seseorang terkena:

 penyakit hati (fatty liver alcoholic)


 kanker terutama kanker hati atau pankreas

9
Alkoholisme, atau gangguan penggunaan alkohol, terjadi ketika penggunaan
alkohol mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bekerja atau
mempertahankan hubungan. Penyalahgunaan alkohol dapat mengancam
kesehatan jangka panjang.

3.3.2 Steroid anabolik

Steroid anabolik meniru cara kerja hormon seks pria yaitu testosteron.
Penggunaan steroid anabolik dapat diminum atau disuntikkan. Banyak atlet-atlet
yang menyalahgunakan manfaat steroid anabolik ini untuk meningkatkan kinerja
dan membangun otot.

Steroid dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius dan permanen,


termasuk:

 perilaku agresif
 kerusakan hati

 tekanan darah tinggi

 kolesterol tinggi dan

Wanita yang menggunakan steroid juga dapat menghadapi gejala tambahan,


seperti:

 pertumbuhan rambut wajah


 perubahan siklus menstruasi

 kebotakan

 suara yang dalam

 infertilitas

Apabila digunakan oleh para remaja dapat menimbulkan:

 menghambatan pertumbuhan

10
 mempercepat pubertas

 jerawat parah

3.3.3 Obat-obatan

Kategori obat-obatan ini termasuk:

 Gamma-hydroxybutyrate (GHB) juga dikenal ekstasi cair


 Ketamin

 Methylenedioxymethamphetamine (MDMA) juga dikenal sebagai ekstasi

 Lysergic acid diethylamide (LSD)

 Flunitrazepam (Rohypnol)

Obat-obatan ini dapat menimbulkan efek samping berbahaya seperti berikut:

 masalah kesehatan mental ,seperti delirium


 euforia dan sedasi

 masalah kesehatan fisik, seperti detak jantung yang cepat, kejang, dan
dehidrasi

 kematian

3.3.4 Kokain

Kokain adalah obat berpotensi kuat yang dapat menyebabkan kecanduan


parah. Obat ini dijual dalam bentuk bubuk putih halus dan dapat digunakan
melalui suntikan ke dalam pembuluh darah, melalui hidung, atau merokok.
Penggunaan kokain dapat membuat pengguna merasa energik dan gembira.

Penggunaan kokain dapat meningkatkan:

 suhu tubuh
 tekanan darah

11
 detak jantung

Risiko yang dapat terjadi saat menggunakan kokain:

 serangan jantung
 kegagalan pernapasan
 stroke
 kejang
 syok
 kematian

3.3.5 Heroin

Heroin adalah opiat ilegal yang berbentuk bubuk putih atau coklat. Cara
penggunaannya adalah dengan disuntikkan ke dalam pembuluh darah vena,
dihisap, atau didengus melalui hidung. Pengguna merasakan euforia dan
mengalami pemikiran kabur diikuti oleh kondisi mengantuk setelah
menggunakan.

Penggunaan heroin dapat mengakibatkan efek samping serius, termasuk:

 masalah jantung
 keguguran

 overdosis dan kematian

3.3.6 Marijuana

Penggunaan marijuana biasanya dihisap, tetapi juga bisa dicerna dalam


berbagai produk yang dapat dimakan. Jenis obat ini dapat menghasilkan perasaan
euforia, persepsi yang menyimpang, dan kesulitan untuk berkonsentrasi.

3.3.7 Metamfetamin

12
Metamfetamin adalah obat yang sangat adiktif. Bentuk dari obat ini adalah
bubuk putih atau kekuningan yang digunakan secara mendengus, disuntikkan,
atau dipanaskan.

Pengguna dapat mengalami kesadaran jangka panjang. Mereka juga dapat


meningkatkan aktivitas fisik mereka, yang dapat menyebabkan gejala fisik seperti
peningkatan:

 detak jantung
 suhu tubuh

 tekanan darah

Jika digunakan untuk waktu yang lama, dapat menyebabkan:

 masalah mood
 perilaku kekerasan

 kegelisahan

 kebingungan

 insomnia

 masalah gigi yang parah

 gangguan kepribadian

3.3.8 Resep obat

Penyalahgunaan obat resep terjadi ketika Anda minum obat yang tidak
diresepkan atau meminumnya untuk alasan selain yang ditentukan oleh dokter.
Beberapa orang dapat menjadi kecanduan, bahkan ketika mereka menggunakan
obat sesuai resep.

Obat-obatan ini termasuk:

13
 opioid untuk manajemen nyeri, seperti fentanyl, oxycodone, atau
hydrocodone (Vicodin), morfin
 obat kecemasan atau tidur, seperti alprazolam (Xanax)
atau diazepam (Valium)

 stimulan, seperti methylphenidate (Ritalin) atau amfetamin dan


dextroamfetamin (Adderall)

Efeknya berbeda tergantung pada obatnya, tetapi penyalahgunaan obat resep dapat
menyebabkan:

 kantuk
 depresi pusat nafas

 fungsi otak melambat

 kegelisahan

 paranoia

 kejang

 kecanduan

3.4 Tahapan penyalahgunaan obat

1. Pada tahap penggunaan eksperimental, Anda menggunakan obat dengan


teman sebaya atau untuk coba-coba/hiburan.
2. Pada tahap penggunaan reguler, Anda mengubah perilaku dan
menggunakan obat untuk memperbaiki perasaan negatif.

3. Dalam kesibukan sehari-hari, Anda sibuk dengan obat dan tidak peduli
tentang kehidupan nyata Anda.

4. Pada tahap dependen, Anda tidak dapat menghadapi hidup tanpa


menggunakan obat.

14
5. Semakin lama dosis obat yang Anda butuhkan semakin tinggi dan jika
Anda tidak menggunakan obat tersebut dengan dosis tertentu maka akan
muncul gangguan-gangguan kesehetan seperti syok, depresi pusat nafas,
agitasi, dan lain-lain.

3.5 Dampak penyalahgunaan zat/obat-obatn


Obat-obatan terlarang serta zat adiktif / psikotropika dapat menyebabkan efek
dan dampak negatif bagi pemakainya. Danmpak yang negatif itu sudah pasti
merugikan dan sangat buruk efeknya bagi kesehatan mental dan fisik. Meskipun
demikian terkadang beberapa jenis obat masih dipakai dalam dunia kedokteran,
namun hanya diberikan bagi pasien-pasien tertentu, bukan untuk dikonsumsi
secara umum dan bebas oleh masyarakat. Oleh karena itu obat yang
disalahgunakan dapat menimbulkan berbagai akibat yang beraneka ragam.
A. Dampak tidak langsung
Obat/zat Yang Disalahgunakan :
1) Akan banyak uang yang dibutuhkan untuk penyembuhan dan perawatan
kesehatan pecandu jika tubuhnya rusak digerogoti zat beracun.
2) Dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang baik-baik. Selain itu
biasanya tukang candu akan bersikap anti sosial.
3) Keluarga akan malu besar karena punya anggota keluarga yang memakai zat
terlarang
4) Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat dikeluarkan dari sekolah atau
perguruan tinggi alias DO / drop out.
5) Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu narkoba akan
gemar berbohong dan melakukan tindak kriminal.
6) Dosa akan terus bertambah karena lupa akan kewajiban Tuhan serta menjalani
kehidupan yang dilarang oleh ajaran agamanya.
7) Bisa dijebloskan ke dalam tembok derita / penjara yang sangat menyiksa lahir
batin.
Biasanya setelah seorang pecandu sembuh dan sudah sadar dari mimpi-mimpinya
maka ia baru akan menyesali semua perbuatannya yang bodoh dan banyak waktu
serta kesempatan yang hilang tanpa disadarinya. Terlebih jika sadarnya ketika
berada di penjara. Segala caci-maki dan kutukan akan dilontarkan kepada benda

15
haram tersebut, namun semua telah terlambat dan berakhir tanpa bisa berbuat apa-
apa.
B. Dampak langsung zat/obat-obatan bagi jasmani / tubuh manusia
1) Gangguan pada jantung
2) Gangguan pada hemoprosik
3) Gangguan pada traktur urinarius
4) Gangguan pada otak
5) Gangguan pada tulang
6) Gangguan pada pembuluh darah
7) Gangguan pada endorin
8) Gangguan pada kulit
9) Gangguan pada sistem syaraf
10) Gangguan pada paru-paru
11) Gangguan pada sistem pencernaan
12) Dapat terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti HIV AIDS, Hepatitis,
Herpes, TBC, dll.
13) Dan banyak dampak lainnya yang merugikan badan manusia.

C. Dampak langsung zat/obat-obatan bagi kejiwaan / mental manusia


1) Menyebabkan depresi mental.
2) Menyebabkan gangguan jiwa berat / psikotik.
3) Menyebabkan bunuh diri
4) Menyebabkan melakukan tindak kejehatan, kekerasan dan pengrusakan.
D. Dampak fisik
Adaptasi biologis tubuh kita terhadap penggunaan penyalahgunaan zat/obat-
obatan a untuk jangka waktu yang lama bisa dibilang cukup ekstensif, terutama
dengan obat-obatan yang tergolong dalam kelompok downers. Tubuh kita bahkan
dapat berubah begitu banyak hingga sel-sel dan organ-organ tubuh kita menjadi
tergantung pada obat itu hanya untuk bisa berfungsi normal. Salah satu contoh
adaptasi biologis dapat dilihat dengan alkohol. Alkohol mengganggu pelepasan
dari beberapa transmisi syaraf di otak. Alkohol juga meningkatkan cytocell dan
mitokondria yang ada di dalam liver untuk menetralisir zat-zat yang masuk. Sel-

16
sel tubuh ini menjadi tergantung pada alcohol untuk menjaga keseimbangan baru
ini. Tetapi, bila penggunaan penyalahgunaan zat/obat-obatan dihentikan, ini akan
mengubah semua susunan dan keseimbangan kimia tubuh. Mungkin akan ada
kelebihan suatu jenis enzym dan kurangnya transmisi syaraf tertentu. Tiba-tiba
saja, tubuh mencoba untuk mengembalikan keseimbangan didalamnya. Biasanya,
hal-hal yang ditekan/tidak dapat dilakukan tubuh saat menggunakan
penyalahgunaan zat/obat-obatan, akan dilakukan secara berlebihan pada masa
Gejala Putus Obat (GPO) ini. Misalnya, bayangkan efek-efek yang
menyenangkan dari suatu zat/obat-obatan dengan cepat berubah menjadi GPO
yang sangat tidak mengenakkan saat seorang pengguna berhenti menggunakan
zat/obat-obatan seperti heroin/putaw. Contoh: Saat menggunakan seseorang akan
mengalami konstipasi, tetapi GPO yang dialaminya adalah diare, dll. GPO ini juga
merupakan momok tersendiri bagi para pengguna zat/obat-obatan. Bagi para
pecandu, terutama, ketakutan terhadap sakit yang akan dirasakan saat mengalami
GPO merupakan salah satu alasan mengapa mereka sulit untuk berhenti
menggunakan penyalahgunaan zat/obat-obatan, terutama jenis putaw/heroin.
Mereka tidak mau merasakan pegal, linu, sakit-sakit pada sekujur tubuh dan
persendian, kram otot, insomnia, mual, muntah, dll yang merupakan selalu
muncul bila pasokan narkoba kedalam tubuh dihentikan.Selain ketergantungan
sel-sel tubuh, organ-organ vital dalam tubuh seperti liver, jantung, paru-paru,
ginjal,dan otak juga mengalami kerusakan akibat penggunaan jangka panjang
zat/obat-obatan.
E. Dampak mental
Selain ketergantungan fisik, terjadi juga ketergantungan mental.
Ketergantungan mental ini lebih susah untuk dipulihkan daripada ketergantungan
fisik. Ketergantungan yang dialami secara fisik akan lewat setelah GPO diatasi,
tetapi setelah itu akan muncul ketergantungan mental, dalam bentuk yang dikenal
dengan istilah sugesti. Orang seringkali menganggap bahwa sakaw dan sugesti
adalah hal yang sama, ini adalah anggapan yang salah. Sakaw bersifat fisik, dan
merupakan istilah lain untuk Gejala Putus Obat, sedangkan sugesti adalah
ketergantungan mental, berupa munculnya keinginan untuk kembali
menggunakan narkoba. Sugesti ini tidak akan hilang saat tubuh sudah kembali

17
berfungsi secara normal. Sugesti ini bisa digambarkan sebagai suara-suara yang
menggema di dalam kepala seorang pecandu yang menyuruhnya untuk
menggunakan narkoba. Sugesti seringkali menyebabkan terjadinya ‘perang’ dalam
diri seorang pecandu, karena di satu sisi ada bagian dirinya yang sangat ingin
menggunakan zat/obat-obatan, sementara ada bagian lain dalam dirinya yang
mencegahnya. Peperangan ini sangat melelahkan.
F. Dampak emosional
Zat/obat-obatan dapat mengubah mood seseorang (mood altering substance).
Saat menggunakan zat/obat-obatan, mood, perasaan, serta emosi seseorang ikut
terpengaruh. Salah satu efek yang diciptakan adalah perubahan mood, dapat
mengakibatkan ekstrimnya perasaan, mood atau emosi penggunanya. Jenis-jenis
zat/obat-obatan tertentu, terutama alkohol dan jenis-jenis narkoba yang termasuk
dalam kelompok uppers seperti Shabu-shabu, dapat memunculkan perilaku agresif
yang berlebihan dari si pengguna, dan seringkali mengakibatkannya melakukan
perilaku atau tindakan kekerasan.
F. Dampak spiritual
Adiksi terhadap zat/obat-obatan membuat seorang pecandu menjadikan
zat/obat-obatan sebagai prioritas utama didalam kehidupannya. Zat/obat-obatan
adalah pusat kehidupannya, dan semua hal/aspek lain dalam hidupnya berputar di
sekitarnya. Tidak ada hal lain yang lebih penting daripada penyalahgunaan
zat/obat-obatan, dan ia menaruh kepentingannya untuk menggunakan
penyalahgunaan zat/obat-obatan di atas segala-galanya. Penyalahgunaan zat/obat-
obatan menjadi jauh lebih penting daripada istri, suami, pacar, anak, orangtua,
sekolah, pekerjaan, dll. Ia berhenti melakukan aktivitas-aktivitas yang biasa ia
lakukan sebelum ia tenggelam dalam penggunaan zat/obat-obatan. Ia tidak lagi
melakukan hobi-hobinya, menjalani aktivitas normal seperti sekolah, kuliah, atau
bekerja seperti biasa, bila sebelumnya ia termasuk rajin beribadah bisa dipastikan
ia akan menjauhi kegiatan yang satu ini, apalagi dengan khotbah agama yang
selalu didengar bahwa orang-orang yang menggunakan zat/obat-obatan adalah
orang-orang yang berdosa. Ini menyebabkan pecandu seringkali hidup tersolir, ia
hidup dalam dunianya sendiri dan mengisolasi dirinya dari dunia luar.
3.6 Pengobatan

18
3.6.1 Terapi perawatan

Terapi perawatan berguna untuk mengatasi kesehatan mental dan

mengevaluasi secara berkala. Program terapi ini harus terus memantau

perkembangan dan memberikan konseling pendidikan mengenai risiko-risiko

yang mungkin didapat.

3.6.2 Detoksifikasi

Bergantung pada obat yang Anda kecanduan, tahap pertama perawatan


seringkali adalah detoksifikasi yang dibantu secara medis. Proses ini adalah di
mana perawatan suportif diberikan saat obat dikeluarkan dari aliran darah Anda.
Detoksifikasi diikuti oleh perawatan lain untuk mendorong pantangan dalam
jangka panjang. Banyak perawatan yang melibatkan konseling individu dan
kelompok.

3.7 Prevalensi penyalahgunaan zat/obat-obatan di Indonesia

Merujuk data BNN pada 2018, prevalensi angka penyalahgunaan narkoba


di kalangan pelajar di 13 ibu kota provinsi di Indonesia mencapai angkta 3,2
persen atau setara dengan 2,29 juta orang. Sementara, pada 2017, BNN mencatat
angka prevalensi penyalahgunaan narkotika sebesar 1,77 persen atau setara
3.376.115 orang pada rentang usia 10-59 tahun. "Penyalahgunaan narkotika
meningkat dengan menggunakan teknologi internet untuk perdagangan gelap
narkotika. Nilai transaksi maupun jenis yang diperdagangkan juga meningkat.

3.8 Peran Apoteker dalam menanggulangi penggunaan zat/obat-obatan

Metode pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan yang paling


efektif dan mendasar adalah metode promotif dan preventif. Upaya yang paling

19
praktis dan nyata adalah represif dan upaya yang manusiawi adalah kuratif serta
rehabilitatif.
1. Promotif
Program promotif ini kerap disebut juga sebagai program preemtif atau
program pembinaan. Pada program ini yang menjadi sasaran pembinaanya adalah
para anggota masyarakat yang belum memakai atau bahkan belum mengenal
penyalahgunaan zat/obat-obatan sama sekali. Prinsip yang dijalani oleh program
ini adalah dengan meningkatkan peranan dan kegitanan masyarakat agar
kelompok ini menjadi lebih sejahtera secara nyata sehingga mereka sama sekali
tidak akan pernah berpikir untuk memperoleh kebahagiaan dengan cara
menggunakan narkoba. Bentuk program yang ditawarkan antara lain pelatihan,
dialog interaktif dan lainnya pada kelompok belajar, kelompok olah raga, seni
budaya, atau kelompok usaha. Pelaku program yang sebenarnya paling tepat
adalah lembaga-lembaga masyarakat yang difasilitasi dan diawasi oleh
pemerintah.
2. Preventif
Program promotif ini disebut juga sebagai program pencegahan dimana
program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang sama sekali belum pernah
mengenal penyalahgunaan zat/obat-obatan agar mereka mengetahui tentang seluk
beluk penyalahgunaan zat/obat-obatan sehingga mereka menjadi tidak tertarik
untuk menyalahgunakannya. Program ini selain dilakukan oleh pemerintah, juga
sangat efektif apabila dibantu oleh sebuah instansi dan institusi lain termasuk
lembaga-lembaga profesional terkait, lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan,
organisasi masyarakat dan lainnya. Bentuk dan agenda kegiatan dalam program
preventif ini:
a. Kampanye anti penyalahgunaan zat/obat-obatan
Program pemberian informasi satu arah dari pembicara kepada pendengar
tentang bahaya penyalahgunaan zat/obat-obatan. Kampanye ini hanya
memberikan informasi saja kepada para pendengarnya, tanpa disertai sesi tanya
jawab. Biasanya yang dipaparkan oleh pembicara hanyalah garis besarnya saja
dan bersifat informasi umum. Informasi ini biasa disampaikan oleh para tokoh
masyarakat. Kampanye ini juga dapat dilakukan melalui spanduk poster atau

20
baliho. Pesan yang ingin disampaikan hanyalah sebatas arahan agar menjauhi
penyalahgunaan zat/obat-obatan tanpa merinci lebih dalam.

b. Penyuluhan seluk beluk penyalahgunaan zat/obat-obatan


Berbeda dengan kampanye yang hanya bersifat memberikan informasi,
pada penyuluhan ini lebih bersifat dialog yang disertai dengan sesi tanya jawab.
Bentuknya bisa berupa seminar atau ceramah. Tujuan penyuluhan ini adalah untuk
mendalami berbagai masalah tentang penyalahgunaan zat/obat-obatan sehingga
masyarakat menjadi lebih tahu karenanya dan menjadi tidak tertarik
menggunakannya selepas mengikuti program ini. Materi dalam program ini biasa
disampaikan oleh tenaga profesional seperti dokter, psikolog, polisi, ahli hukum
ataupun sosiolog sesuai dengan tema penyuluhannya.

c. Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya


Perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan didalam kelompok masyarakat agar
upaya menanggulangi penyalahgunaan zat/obat-obatan didalam masyarakat ini
menjadi lebih efektif. Pada program ini pengenalan narkoba akan dibahas lebih
mendalam yang nantinya akan disertai dengan simulasi penanggulangan, termasuk
latihan pidato, latihan diskusi dan latihan menolong penderita. Program ini biasa
dilakukan dilebaga pendidikan seperti sekolah atau kampus dan melibatkan
narasumber dan pelatih yang bersifat tenaga profesional.

d. Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan upaya distribusi


penyalahgunaan zat/obat-obatan di masyarakat.
Pada program ini sudah menjadi tugas bagi para aparat terkait seperti polisi,
Departemen Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Imigrasi,
Bea Cukai, Kejaksaan, Pengadilan dan sebagainya. Tujuannya adalah agar
narkoba dan bahan pembuatnya tidak beredar sembarangan didalam masyarakat
namun melihat keterbatasan jumlah dan kemampuan petugas, program ini masih
belum dapat berjalan optimal.

3. Kuratif

21
Program ini juga dikenal dengan program pengobatan dimana program ini
ditujukan kepada para pemakai penyalahgunaan zat/obat-obatan. Tujuan dari
program ini adalah mebantu mengobati ketergantungan dan menyembuhkan
penyakit sebagai akibat dari pemakaian, sekaligus menghentikan pemakaian.
Tidak sembarang pihak dapat mengobati pemakai ini, hanya dokter yang telah
mempelajari secara khususlah yang diperbolehkan mengobati dan menyembuhkan
pemakai ini. Pengobatan ini sangat rumit dan dibutuhkan kesabaran dala
menjalaninya. Kunci keberhasilan pengobatan ini adalah kerjasama yang baik
antara dokter, pasien dan keluarganya.
Bentuk kegiatan yang yang dilakukan dalam program pengobat ini adalah:
a) Penghentian secara langsung;
b)Pengobatan gangguan kesehatan akibat dari penghentian dan pemakaian
(detoksifikasi);
c) Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh akibat pemakaian narkoba;
d) Pengobatan terhadap penyakit lain yang dapat masuk bersama narkoba seperti
HIV/AIDS, Hepatitis B/C, sifilis dan lainnya.

4. Rehabilitatif

Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga
yang ditujukan kepada penderita penyalahgunaan zat/obat-obatan yang telah lama
menjalani program kuratif. Tujuannya agar ia tidak memakai dan bisa bebas dari
penyakit yang ikut menggerogotinya karena bekas pemakaian. Kerusakan fisik,
kerusakan mental dan penyakit bawaan macam HIV/AIDS biasanya ikut
menghampiri para pemakai. Itulah sebabnya mengapa pengobatan tanpa program
rehabilitasi tidaklah bermanfaat. Setelah sembuh masih banyak masalah yang
harus dihadapi oleh bekas pemakai tersebut, yang terburuk adalah para penderita
akan merasa putus asa setelah dirinya tahu telah terjangit penyakit macam
HIV/AIDS dan lebih memilih untuk mengakhiri dirinya sendiri. Cara yang paling
banyak dilakukan dalam upaya bunuh diri ini adalah dengan cara menyuntikkan
dosis obat dalam jumlah berlebihan yang mengakibatkan pemakai mengalami

22
Over Dosis (OD). Cara lain yang biasa digunakan untuk bunuh diri dalah dengan
melompat dari ketinggian, membenturkan kepala ke tembok atau sengaja
melempar dirinya untuk ditbrakkan pada kendaraaan yang sedang lewat. Banyak
upaya pemulihan namun keberhasilannya sendiri sangat bergantung pada sikap
profesionalisme lembaga yang menangani program rehabilitasi ini, kesadaran dan
kesungguhan penderita untuk sembuh serta dukungan kerja sama antara penderita,
keluarga dan lembaga.

5. Represif
Ini merupakan program yang ditujukan untuk menindak para produsen,
bandar, pengedar dan pemakai secara hukum. Program ini merupakan instansi
peerintah yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi maupun
distribusi. Selain itu juga berupa penindakan terhadap pemakai yang melanggar
undang-undang. Instansi yang terkait dengan program ini antara lain polisi,
Departemen Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Imigrasi,
Bea Cukai, Kejaksaan, Pengadilan. Begitu luasnya jangkauan peredaran gelap
narkoba ini tentu diharapkan peran serta masyarakat, termasuk LSM dan lembaga
kemasyarakatan lain untuk berpartisipasi membantu para aparat terkait tersebut
Masyarakat juga harus berpartisipasi, paling tidak melaporkan segala hal yang
berhubungan dengan kegiatan yang terkait dengan penyalahgunaan narkoba
dilingkungannya. Untuk memudahkan partisipasi masyarakat tersebut, polisi
harus ikut aktif menggalakkan pesan dan ajakan untuk melapor ke polisi bila
melihat kegiatan penyalahgunaan narkoba. Cantumkan pula nomor dan alamat
yang bisa dihubungi sehingga masyarakat tidak kebingungan bila hendak melapor.

Oleh karena itu peranan semua sektor terkait termasuk para orangtua,
guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok remaja dan LSM di masyarakat,
dalam pencegahan narkoba sangat penting.
1. Peran remaja
Pelatihan keterampilan, Kegiatan alternatif untuk mengisi waktu luang
seperti : kegiatan olahraga, kesenian dan lainlain.
2. Peran orangtua

23
Menciptakan rumah yang sehat, serasi, harmonis, cinta, kasih saying dan
komunikasi terbuka, mengasuh, mendidik anak yang baik, menjadi contoh yang
baik, mengikuti jaringan orang tua, menyusun peraturan keluarga tentang keluarga
bebas narkoba, menjadi pengawas yang baik.
3. Peran Tokoh Masyarakat
 Mengikutsertakan dalam pengawasan narkoba dan pelaksanaan Undang-
undang.
 Mengadakan penyuluhan, kampanye pencegahan penyalahgunaan
narkoba.
 Merujuk korban narkoba ke tempat pengobatan.
 Merencanakan, melaksanakan dan mengkoordinir program-program
pencegahan

Adapun strategi pencegahan penyalahgunaan narkoba di masyarakat dapat


dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
a. Pelatihan dan Pendidikan
Merencanakan dan melaksanakan kursus pelatihan untuk berbagai
kelompok masyarakat seperti orang tua, tokoh-tokoh masyarakat, kelompok
remaja tentang strategi-strategi pencegahan, keterampilan mengasuh anak,
pelatihan kerja untuk anak-anak remaja dan lainlain.

b. Kebijakan dan Peraturan


Masyarakat perlu menyusun kebijakan dan peraturan tentang
penanggulangan dan pencegahan narkoba dan zat adiktif lainnya.

c. Kegiatan Kemasyarakatan

24
Tokoh-tokoh masyarakat dapat mendorong dan menggerakkan masyarakat
terutama para remaja untuk bergiat dalam kegiatan-kegiatan yang positif fan
kegiatan kemasyarakatan seperti kerja bakti, pemeliharaan kebersihan, kesehatan,
dan penghijauan lingkungan.

d. Promosi Hidup Sehat


Tokoh-tokoh masyarakat dapat menyusun program-program yang
mengutamakan pada pengembangan hidup sehat seperti : gerak jalan, lomba
olahraga, senam bersama, rekreasi bersama, dll.

e. Sistem Rujukan
Tokoh-tokoh masyarakat bisa membantu mereka yang rawan atau yang
korban narkoba untuk mendapatkan pelayanan pengobatan, perawatan atau
rehabilitasi sosial melalui sistem rujukan atau tata cara yang disepakati.

f. Pembentukan Kelompok Konseling


Pembentukan kelompok konseling dari warga masyarakat, tokoh-tokoh
masyarakat atau organisasi sosial masyarakat, sebagai relawan untuk memberikan
konsultasi/konseling kepada warga atau remaja-remaja yang memiliki masalah
pribadi atau memiliki kerawanan atau telah menjadi korban narkoba.

g. Organisasi
Penetapan prosedur hubungan kerjasama antara organisasi sosial
masyarakat yang satu dengan yang lainnya dan dengan tokoh-tokoh masyarakat
formal/informal sangat penting untuk memperlancar dan meningkatkan koordinasi
dalam penanggulangan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba di
lingkungannya. Di daerah yang kena wabah narkoba, akibatnya sudah amat
jelas.Selain orang yang terkena narkoba menjadi tidak produktif, kehadirannya
amat membebani bahkan menghancurkan kehidupan keluarga, mengancam
keamanan lingkungan, dan memicu aksi-aksi kejahatan di masyarakat. Keadaan
buruk ini sudah menimbulkan masyarakat benar-benar cemas dan merasa muak
dan masyarakat sudah mulai perang melawan narkoba.

25
Pengalaman pencegahan penyalahgunaan narkoba diluar dan didalam
negeri menunjukkan bahwa pencegahan penyalahgunaan narkoba yang fektif
memerlukan peranan aktif dari segenap lapisan masyarakat termasuk para orang
tua, tokoh masyarakat dan agama, kelompok remaja dan kelompok masyarakat
lainnya. Partisipasi dan kolaborasi oleh segenap lapisan masyarakat adalah
strategi yang sangat diperlukan untuk merespon secara multi disiplin pada
permasalahan penyalahgunaan narkoba yang sangat kompleks.Kita menyadari
bahwa permasalahan penyalahgunaan narkoba merupakan hasil interaksi berbagai
faktor seperti tersedianyanarkoba sendiri aspek kepribadian dan perilaku individu.
Dengan kenyataan ini, sepertinya tidak ada satu sistem atau kelompok pun
yang bisa memberantas dan mencegah sendiri penyalahgunaan narkoba
dilingkungannya. Pemerintah saja tidak dapat mengatasi masalah narkoba
tersendiri.Masalah penyalahgunaan narkoba yang sangat kompleksi ini tetap
menuntut penanganan secara komprehensif dan terpadu, dengan partisipasi aktif
dari masyarakat baik secara individu maupun kelompok yang mempunyai potensi
membantu generasi muda mencegah penyalahgunaan narkoba.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penyebab penyalahgunaan obat batuk komix adalah dikarenakan
adanya proses yang dipelajari teman sepermainan dan adanya aturan
yang longgar seperti mudah nya didapatkan obat komik tersebut dari
warung-warung terdekat tanpa adanya informasi berkaitan tentang
obat komix tersebut.
2. Lemahnya kontrol dari orang tua berkaitan dengan penyimpangan
yang dilakukan oleh para remaja disebabkan oleh kesibukan dalam
pekerjaan dan ketidakmampuan menjalankan fungsi kontrol.
Terkadang pemerintah setempat hanya menyerahkan seluruhnya
kepada orangtua. Sehingga ketika para remaja melakukan tindakan

26
yang tidak sesuai norma, pemerintahan setempat tidak sepenuhnya
bisa menindak lanjuti anak-anak tersebut.

3.2 Saran
1. Orang tua sebaiknya menjalankan fungsi kontrol sehingga dapat
mengawasi tingkah laku anak dalam berprilaku dan bergaul agar
anak tidak terjerumus kedalam perilaku menyimpang.

2. Apoteker perlu melakukan penyuluhan tentang bahayanya


penggunaan obat-obatan yang berlebihan termasuk penyalahgunaan
komix.

3. Masyarakat juga diharapkan memiliki peran dalam pengawasan


tingkah laku anak-anak serta menerapkan nilai-nilai dan norma-
norma yang berlaku agar anak-anak remaja munjan tidak
terjerumus kedalam perilaku menyimpang

4. Pemerintah melalui BPOM hendaknya mengawasi peredaran obat-


obatan yang sering disalahgunaan oleh masyarakat sehingga dapat
menimbulkan efek tidak baik bagi kesehatan tubuh.

27
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu.1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka cipta.
Anhari, Ahmad. 2012. Strategi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di
Kalangan Remaja (skripsi) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Daradjat, Zakiyah.1982. Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang
Semium, Nus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.
Yatim dan Irwanto. 1986. Kepribadian, Keluarga, dan Narkotika. Tinjauan Sosial
Psikologis. Jakarta : Arcan.

28

Anda mungkin juga menyukai