PENDAHULUAN
1
Maka dari itu makalah ini dibuat sebagai upaya untuk mengatasi
penyalahgunaan obat komik yang dibeli secara bebas.
I.2 Tujuan
1. Sebagai media untuk memberikan informasi tentang akibat dari
penyalahgunaan komik yang marak terjadi di kalangan masyarakat
2. Memenuhi tugas mata kuliah Farmasi Kesehatan Masyarakat
3. Sebagai media pembelajaran bagi pemakalah
2
BAB II
ISI
2.1 Komix
Komix merupakan golongan obat bebas terbatas yang bisa didapatkan ditoko
obat maupun apotek namun saat ini komik dengan mudah diperoleh dimana saja
seperti halnya di warung.
Komix adalah salah satu merek obat batuk sirop dalam bentuk sachet yang
dijual secara bebas di pasaran. Obat ini mengandung campuran guaifenesin yang
berfungsi untuk mengencerkan dahak (ekspektoran) dan chlorpheniramine yang
berperan sebagai antihistamin. Campuran kedua obat ini dapat meredakan gejala
batuk dan pilek.
Berdasarkan kandungannya, terdapat dua jenis Komix, yaitu Komix dan
Komix OBH. Pada Komix ditambahkan dextromethorpan yang berfungsi untuk
menghentikan batuk dengan menekan refleks batuk pada otak. Komix tersedia
dalam 3 varian rasa, yaitu peppermint, jahe, dan jeruk nipis. Sedangkan Komix
OBH memiliki tambahan ephedrine yang berperan sebagai dekongestan dan
succus liquiritiae yang dipercaya untuk mengatasi batuk. Namun efektivitas
succus liquiritiae untuk mengatasi batuk masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
3
mL mengandung guaifenesin 50 mg, succus liquiritiae 167 mg, ephedrine
4 mg, dan chlorpheniramine 2 mg.
Seluruh bahan aktif dalam Komix dan Komix OBH yang dikonsumsi oleh ibu
menyusui dapat diserap ke dalam ASI. Diskusikan mengenai manfaat dan
risikonya dengan dokter bila Anda sedang menyusui.
Peringatan:
4
Hati-hati bagi penderita fenilketonuria, asma, hipertensi, aritmia, penyakit
tiroid, diabetes, pembesaran prostat, glaukoma, stroke, dan penyakit
liver.Tidak dianjurkan bagi anak di bawah 6 tahun, kecuali atas saran
dokter.
5
Guaifenesin dan chlorpheniramine merupakan dua bahan aktif dalam tiap
produk Komix. Efek samping yang mungkin dapat terjadi setelah seseorang
mengonsumsi guaifenesin dan chlorpheniramine adalah:
Mengantuk.
Dahak menjadi kental.
Diare.
Ruam kulit.
Penglihatan kabur.
Kehilangan keseimbangan.
Tinitus.
Dianjurkan untuk segera menemui dokter jika Anda mengalami efek samping
berupa:
Jantung berdebar.
Kejang.
Halusinasi.
6
Untuk mengetahui kemungkinan efek samping dan interaksi lainnya dari tiap
produk Komix, berdasarkan kandungan bahan selain guaifenesin dan
chlorpheniramine, silakan lihat tabel berikut ini:
Efek
Produk Interaksi
Samping
Komix Mual,
Meningkatkan risiko keracunan jika
Jahe Muntah,
dikonsumsi dengan fluoxetine dan
Gelisah,
Komix
terbinafine.
Gugup,
Jeruk
Nipis Meningkatkan risiko halusinasi, demam
Tremor
Meningkatkan efek kafein.
Mual
Melebarkan pembuluh darah jika
dikonsumsi dengan metildopa dan reserpine.
Muntah
7
dan air dalam Meningkatkan risiko meningkatnya tekanan
tubuh darah jika dikonsumsi dengan obat-obatan
MAOI.
Gangguan
menstruasi Menurunkan efektivitas pil estrogen.
8
Kecanduan umumnya melibatkan banyak faktor sosial dan biologis. Cara yang
paling efektif untuk menghentikan penyalahgunaan obat-obatan adalah melalui
pencegahan awal dan pendidikan.
Selain rasa ingin tahu yang tinggi dan menderita gangguan mental,
terdapat pula beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang
melakukan penyalahgunaan zat/obat-obatan, antara lain:
9
Alkoholisme, atau gangguan penggunaan alkohol, terjadi ketika penggunaan
alkohol mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bekerja atau
mempertahankan hubungan. Penyalahgunaan alkohol dapat mengancam
kesehatan jangka panjang.
Steroid anabolik meniru cara kerja hormon seks pria yaitu testosteron.
Penggunaan steroid anabolik dapat diminum atau disuntikkan. Banyak atlet-atlet
yang menyalahgunakan manfaat steroid anabolik ini untuk meningkatkan kinerja
dan membangun otot.
perilaku agresif
kerusakan hati
kebotakan
infertilitas
menghambatan pertumbuhan
10
mempercepat pubertas
jerawat parah
3.3.3 Obat-obatan
Flunitrazepam (Rohypnol)
masalah kesehatan fisik, seperti detak jantung yang cepat, kejang, dan
dehidrasi
kematian
3.3.4 Kokain
suhu tubuh
tekanan darah
11
detak jantung
serangan jantung
kegagalan pernapasan
stroke
kejang
syok
kematian
3.3.5 Heroin
Heroin adalah opiat ilegal yang berbentuk bubuk putih atau coklat. Cara
penggunaannya adalah dengan disuntikkan ke dalam pembuluh darah vena,
dihisap, atau didengus melalui hidung. Pengguna merasakan euforia dan
mengalami pemikiran kabur diikuti oleh kondisi mengantuk setelah
menggunakan.
masalah jantung
keguguran
3.3.6 Marijuana
3.3.7 Metamfetamin
12
Metamfetamin adalah obat yang sangat adiktif. Bentuk dari obat ini adalah
bubuk putih atau kekuningan yang digunakan secara mendengus, disuntikkan,
atau dipanaskan.
detak jantung
suhu tubuh
tekanan darah
masalah mood
perilaku kekerasan
kegelisahan
kebingungan
insomnia
gangguan kepribadian
Penyalahgunaan obat resep terjadi ketika Anda minum obat yang tidak
diresepkan atau meminumnya untuk alasan selain yang ditentukan oleh dokter.
Beberapa orang dapat menjadi kecanduan, bahkan ketika mereka menggunakan
obat sesuai resep.
13
opioid untuk manajemen nyeri, seperti fentanyl, oxycodone, atau
hydrocodone (Vicodin), morfin
obat kecemasan atau tidur, seperti alprazolam (Xanax)
atau diazepam (Valium)
Efeknya berbeda tergantung pada obatnya, tetapi penyalahgunaan obat resep dapat
menyebabkan:
kantuk
depresi pusat nafas
kegelisahan
paranoia
kejang
kecanduan
3. Dalam kesibukan sehari-hari, Anda sibuk dengan obat dan tidak peduli
tentang kehidupan nyata Anda.
14
5. Semakin lama dosis obat yang Anda butuhkan semakin tinggi dan jika
Anda tidak menggunakan obat tersebut dengan dosis tertentu maka akan
muncul gangguan-gangguan kesehetan seperti syok, depresi pusat nafas,
agitasi, dan lain-lain.
15
haram tersebut, namun semua telah terlambat dan berakhir tanpa bisa berbuat apa-
apa.
B. Dampak langsung zat/obat-obatan bagi jasmani / tubuh manusia
1) Gangguan pada jantung
2) Gangguan pada hemoprosik
3) Gangguan pada traktur urinarius
4) Gangguan pada otak
5) Gangguan pada tulang
6) Gangguan pada pembuluh darah
7) Gangguan pada endorin
8) Gangguan pada kulit
9) Gangguan pada sistem syaraf
10) Gangguan pada paru-paru
11) Gangguan pada sistem pencernaan
12) Dapat terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti HIV AIDS, Hepatitis,
Herpes, TBC, dll.
13) Dan banyak dampak lainnya yang merugikan badan manusia.
16
sel tubuh ini menjadi tergantung pada alcohol untuk menjaga keseimbangan baru
ini. Tetapi, bila penggunaan penyalahgunaan zat/obat-obatan dihentikan, ini akan
mengubah semua susunan dan keseimbangan kimia tubuh. Mungkin akan ada
kelebihan suatu jenis enzym dan kurangnya transmisi syaraf tertentu. Tiba-tiba
saja, tubuh mencoba untuk mengembalikan keseimbangan didalamnya. Biasanya,
hal-hal yang ditekan/tidak dapat dilakukan tubuh saat menggunakan
penyalahgunaan zat/obat-obatan, akan dilakukan secara berlebihan pada masa
Gejala Putus Obat (GPO) ini. Misalnya, bayangkan efek-efek yang
menyenangkan dari suatu zat/obat-obatan dengan cepat berubah menjadi GPO
yang sangat tidak mengenakkan saat seorang pengguna berhenti menggunakan
zat/obat-obatan seperti heroin/putaw. Contoh: Saat menggunakan seseorang akan
mengalami konstipasi, tetapi GPO yang dialaminya adalah diare, dll. GPO ini juga
merupakan momok tersendiri bagi para pengguna zat/obat-obatan. Bagi para
pecandu, terutama, ketakutan terhadap sakit yang akan dirasakan saat mengalami
GPO merupakan salah satu alasan mengapa mereka sulit untuk berhenti
menggunakan penyalahgunaan zat/obat-obatan, terutama jenis putaw/heroin.
Mereka tidak mau merasakan pegal, linu, sakit-sakit pada sekujur tubuh dan
persendian, kram otot, insomnia, mual, muntah, dll yang merupakan selalu
muncul bila pasokan narkoba kedalam tubuh dihentikan.Selain ketergantungan
sel-sel tubuh, organ-organ vital dalam tubuh seperti liver, jantung, paru-paru,
ginjal,dan otak juga mengalami kerusakan akibat penggunaan jangka panjang
zat/obat-obatan.
E. Dampak mental
Selain ketergantungan fisik, terjadi juga ketergantungan mental.
Ketergantungan mental ini lebih susah untuk dipulihkan daripada ketergantungan
fisik. Ketergantungan yang dialami secara fisik akan lewat setelah GPO diatasi,
tetapi setelah itu akan muncul ketergantungan mental, dalam bentuk yang dikenal
dengan istilah sugesti. Orang seringkali menganggap bahwa sakaw dan sugesti
adalah hal yang sama, ini adalah anggapan yang salah. Sakaw bersifat fisik, dan
merupakan istilah lain untuk Gejala Putus Obat, sedangkan sugesti adalah
ketergantungan mental, berupa munculnya keinginan untuk kembali
menggunakan narkoba. Sugesti ini tidak akan hilang saat tubuh sudah kembali
17
berfungsi secara normal. Sugesti ini bisa digambarkan sebagai suara-suara yang
menggema di dalam kepala seorang pecandu yang menyuruhnya untuk
menggunakan narkoba. Sugesti seringkali menyebabkan terjadinya ‘perang’ dalam
diri seorang pecandu, karena di satu sisi ada bagian dirinya yang sangat ingin
menggunakan zat/obat-obatan, sementara ada bagian lain dalam dirinya yang
mencegahnya. Peperangan ini sangat melelahkan.
F. Dampak emosional
Zat/obat-obatan dapat mengubah mood seseorang (mood altering substance).
Saat menggunakan zat/obat-obatan, mood, perasaan, serta emosi seseorang ikut
terpengaruh. Salah satu efek yang diciptakan adalah perubahan mood, dapat
mengakibatkan ekstrimnya perasaan, mood atau emosi penggunanya. Jenis-jenis
zat/obat-obatan tertentu, terutama alkohol dan jenis-jenis narkoba yang termasuk
dalam kelompok uppers seperti Shabu-shabu, dapat memunculkan perilaku agresif
yang berlebihan dari si pengguna, dan seringkali mengakibatkannya melakukan
perilaku atau tindakan kekerasan.
F. Dampak spiritual
Adiksi terhadap zat/obat-obatan membuat seorang pecandu menjadikan
zat/obat-obatan sebagai prioritas utama didalam kehidupannya. Zat/obat-obatan
adalah pusat kehidupannya, dan semua hal/aspek lain dalam hidupnya berputar di
sekitarnya. Tidak ada hal lain yang lebih penting daripada penyalahgunaan
zat/obat-obatan, dan ia menaruh kepentingannya untuk menggunakan
penyalahgunaan zat/obat-obatan di atas segala-galanya. Penyalahgunaan zat/obat-
obatan menjadi jauh lebih penting daripada istri, suami, pacar, anak, orangtua,
sekolah, pekerjaan, dll. Ia berhenti melakukan aktivitas-aktivitas yang biasa ia
lakukan sebelum ia tenggelam dalam penggunaan zat/obat-obatan. Ia tidak lagi
melakukan hobi-hobinya, menjalani aktivitas normal seperti sekolah, kuliah, atau
bekerja seperti biasa, bila sebelumnya ia termasuk rajin beribadah bisa dipastikan
ia akan menjauhi kegiatan yang satu ini, apalagi dengan khotbah agama yang
selalu didengar bahwa orang-orang yang menggunakan zat/obat-obatan adalah
orang-orang yang berdosa. Ini menyebabkan pecandu seringkali hidup tersolir, ia
hidup dalam dunianya sendiri dan mengisolasi dirinya dari dunia luar.
3.6 Pengobatan
18
3.6.1 Terapi perawatan
3.6.2 Detoksifikasi
19
praktis dan nyata adalah represif dan upaya yang manusiawi adalah kuratif serta
rehabilitatif.
1. Promotif
Program promotif ini kerap disebut juga sebagai program preemtif atau
program pembinaan. Pada program ini yang menjadi sasaran pembinaanya adalah
para anggota masyarakat yang belum memakai atau bahkan belum mengenal
penyalahgunaan zat/obat-obatan sama sekali. Prinsip yang dijalani oleh program
ini adalah dengan meningkatkan peranan dan kegitanan masyarakat agar
kelompok ini menjadi lebih sejahtera secara nyata sehingga mereka sama sekali
tidak akan pernah berpikir untuk memperoleh kebahagiaan dengan cara
menggunakan narkoba. Bentuk program yang ditawarkan antara lain pelatihan,
dialog interaktif dan lainnya pada kelompok belajar, kelompok olah raga, seni
budaya, atau kelompok usaha. Pelaku program yang sebenarnya paling tepat
adalah lembaga-lembaga masyarakat yang difasilitasi dan diawasi oleh
pemerintah.
2. Preventif
Program promotif ini disebut juga sebagai program pencegahan dimana
program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang sama sekali belum pernah
mengenal penyalahgunaan zat/obat-obatan agar mereka mengetahui tentang seluk
beluk penyalahgunaan zat/obat-obatan sehingga mereka menjadi tidak tertarik
untuk menyalahgunakannya. Program ini selain dilakukan oleh pemerintah, juga
sangat efektif apabila dibantu oleh sebuah instansi dan institusi lain termasuk
lembaga-lembaga profesional terkait, lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan,
organisasi masyarakat dan lainnya. Bentuk dan agenda kegiatan dalam program
preventif ini:
a. Kampanye anti penyalahgunaan zat/obat-obatan
Program pemberian informasi satu arah dari pembicara kepada pendengar
tentang bahaya penyalahgunaan zat/obat-obatan. Kampanye ini hanya
memberikan informasi saja kepada para pendengarnya, tanpa disertai sesi tanya
jawab. Biasanya yang dipaparkan oleh pembicara hanyalah garis besarnya saja
dan bersifat informasi umum. Informasi ini biasa disampaikan oleh para tokoh
masyarakat. Kampanye ini juga dapat dilakukan melalui spanduk poster atau
20
baliho. Pesan yang ingin disampaikan hanyalah sebatas arahan agar menjauhi
penyalahgunaan zat/obat-obatan tanpa merinci lebih dalam.
3. Kuratif
21
Program ini juga dikenal dengan program pengobatan dimana program ini
ditujukan kepada para pemakai penyalahgunaan zat/obat-obatan. Tujuan dari
program ini adalah mebantu mengobati ketergantungan dan menyembuhkan
penyakit sebagai akibat dari pemakaian, sekaligus menghentikan pemakaian.
Tidak sembarang pihak dapat mengobati pemakai ini, hanya dokter yang telah
mempelajari secara khususlah yang diperbolehkan mengobati dan menyembuhkan
pemakai ini. Pengobatan ini sangat rumit dan dibutuhkan kesabaran dala
menjalaninya. Kunci keberhasilan pengobatan ini adalah kerjasama yang baik
antara dokter, pasien dan keluarganya.
Bentuk kegiatan yang yang dilakukan dalam program pengobat ini adalah:
a) Penghentian secara langsung;
b)Pengobatan gangguan kesehatan akibat dari penghentian dan pemakaian
(detoksifikasi);
c) Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh akibat pemakaian narkoba;
d) Pengobatan terhadap penyakit lain yang dapat masuk bersama narkoba seperti
HIV/AIDS, Hepatitis B/C, sifilis dan lainnya.
4. Rehabilitatif
Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga
yang ditujukan kepada penderita penyalahgunaan zat/obat-obatan yang telah lama
menjalani program kuratif. Tujuannya agar ia tidak memakai dan bisa bebas dari
penyakit yang ikut menggerogotinya karena bekas pemakaian. Kerusakan fisik,
kerusakan mental dan penyakit bawaan macam HIV/AIDS biasanya ikut
menghampiri para pemakai. Itulah sebabnya mengapa pengobatan tanpa program
rehabilitasi tidaklah bermanfaat. Setelah sembuh masih banyak masalah yang
harus dihadapi oleh bekas pemakai tersebut, yang terburuk adalah para penderita
akan merasa putus asa setelah dirinya tahu telah terjangit penyakit macam
HIV/AIDS dan lebih memilih untuk mengakhiri dirinya sendiri. Cara yang paling
banyak dilakukan dalam upaya bunuh diri ini adalah dengan cara menyuntikkan
dosis obat dalam jumlah berlebihan yang mengakibatkan pemakai mengalami
22
Over Dosis (OD). Cara lain yang biasa digunakan untuk bunuh diri dalah dengan
melompat dari ketinggian, membenturkan kepala ke tembok atau sengaja
melempar dirinya untuk ditbrakkan pada kendaraaan yang sedang lewat. Banyak
upaya pemulihan namun keberhasilannya sendiri sangat bergantung pada sikap
profesionalisme lembaga yang menangani program rehabilitasi ini, kesadaran dan
kesungguhan penderita untuk sembuh serta dukungan kerja sama antara penderita,
keluarga dan lembaga.
5. Represif
Ini merupakan program yang ditujukan untuk menindak para produsen,
bandar, pengedar dan pemakai secara hukum. Program ini merupakan instansi
peerintah yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi maupun
distribusi. Selain itu juga berupa penindakan terhadap pemakai yang melanggar
undang-undang. Instansi yang terkait dengan program ini antara lain polisi,
Departemen Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Imigrasi,
Bea Cukai, Kejaksaan, Pengadilan. Begitu luasnya jangkauan peredaran gelap
narkoba ini tentu diharapkan peran serta masyarakat, termasuk LSM dan lembaga
kemasyarakatan lain untuk berpartisipasi membantu para aparat terkait tersebut
Masyarakat juga harus berpartisipasi, paling tidak melaporkan segala hal yang
berhubungan dengan kegiatan yang terkait dengan penyalahgunaan narkoba
dilingkungannya. Untuk memudahkan partisipasi masyarakat tersebut, polisi
harus ikut aktif menggalakkan pesan dan ajakan untuk melapor ke polisi bila
melihat kegiatan penyalahgunaan narkoba. Cantumkan pula nomor dan alamat
yang bisa dihubungi sehingga masyarakat tidak kebingungan bila hendak melapor.
Oleh karena itu peranan semua sektor terkait termasuk para orangtua,
guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok remaja dan LSM di masyarakat,
dalam pencegahan narkoba sangat penting.
1. Peran remaja
Pelatihan keterampilan, Kegiatan alternatif untuk mengisi waktu luang
seperti : kegiatan olahraga, kesenian dan lainlain.
2. Peran orangtua
23
Menciptakan rumah yang sehat, serasi, harmonis, cinta, kasih saying dan
komunikasi terbuka, mengasuh, mendidik anak yang baik, menjadi contoh yang
baik, mengikuti jaringan orang tua, menyusun peraturan keluarga tentang keluarga
bebas narkoba, menjadi pengawas yang baik.
3. Peran Tokoh Masyarakat
Mengikutsertakan dalam pengawasan narkoba dan pelaksanaan Undang-
undang.
Mengadakan penyuluhan, kampanye pencegahan penyalahgunaan
narkoba.
Merujuk korban narkoba ke tempat pengobatan.
Merencanakan, melaksanakan dan mengkoordinir program-program
pencegahan
c. Kegiatan Kemasyarakatan
24
Tokoh-tokoh masyarakat dapat mendorong dan menggerakkan masyarakat
terutama para remaja untuk bergiat dalam kegiatan-kegiatan yang positif fan
kegiatan kemasyarakatan seperti kerja bakti, pemeliharaan kebersihan, kesehatan,
dan penghijauan lingkungan.
e. Sistem Rujukan
Tokoh-tokoh masyarakat bisa membantu mereka yang rawan atau yang
korban narkoba untuk mendapatkan pelayanan pengobatan, perawatan atau
rehabilitasi sosial melalui sistem rujukan atau tata cara yang disepakati.
g. Organisasi
Penetapan prosedur hubungan kerjasama antara organisasi sosial
masyarakat yang satu dengan yang lainnya dan dengan tokoh-tokoh masyarakat
formal/informal sangat penting untuk memperlancar dan meningkatkan koordinasi
dalam penanggulangan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba di
lingkungannya. Di daerah yang kena wabah narkoba, akibatnya sudah amat
jelas.Selain orang yang terkena narkoba menjadi tidak produktif, kehadirannya
amat membebani bahkan menghancurkan kehidupan keluarga, mengancam
keamanan lingkungan, dan memicu aksi-aksi kejahatan di masyarakat. Keadaan
buruk ini sudah menimbulkan masyarakat benar-benar cemas dan merasa muak
dan masyarakat sudah mulai perang melawan narkoba.
25
Pengalaman pencegahan penyalahgunaan narkoba diluar dan didalam
negeri menunjukkan bahwa pencegahan penyalahgunaan narkoba yang fektif
memerlukan peranan aktif dari segenap lapisan masyarakat termasuk para orang
tua, tokoh masyarakat dan agama, kelompok remaja dan kelompok masyarakat
lainnya. Partisipasi dan kolaborasi oleh segenap lapisan masyarakat adalah
strategi yang sangat diperlukan untuk merespon secara multi disiplin pada
permasalahan penyalahgunaan narkoba yang sangat kompleks.Kita menyadari
bahwa permasalahan penyalahgunaan narkoba merupakan hasil interaksi berbagai
faktor seperti tersedianyanarkoba sendiri aspek kepribadian dan perilaku individu.
Dengan kenyataan ini, sepertinya tidak ada satu sistem atau kelompok pun
yang bisa memberantas dan mencegah sendiri penyalahgunaan narkoba
dilingkungannya. Pemerintah saja tidak dapat mengatasi masalah narkoba
tersendiri.Masalah penyalahgunaan narkoba yang sangat kompleksi ini tetap
menuntut penanganan secara komprehensif dan terpadu, dengan partisipasi aktif
dari masyarakat baik secara individu maupun kelompok yang mempunyai potensi
membantu generasi muda mencegah penyalahgunaan narkoba.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penyebab penyalahgunaan obat batuk komix adalah dikarenakan
adanya proses yang dipelajari teman sepermainan dan adanya aturan
yang longgar seperti mudah nya didapatkan obat komik tersebut dari
warung-warung terdekat tanpa adanya informasi berkaitan tentang
obat komix tersebut.
2. Lemahnya kontrol dari orang tua berkaitan dengan penyimpangan
yang dilakukan oleh para remaja disebabkan oleh kesibukan dalam
pekerjaan dan ketidakmampuan menjalankan fungsi kontrol.
Terkadang pemerintah setempat hanya menyerahkan seluruhnya
kepada orangtua. Sehingga ketika para remaja melakukan tindakan
26
yang tidak sesuai norma, pemerintahan setempat tidak sepenuhnya
bisa menindak lanjuti anak-anak tersebut.
3.2 Saran
1. Orang tua sebaiknya menjalankan fungsi kontrol sehingga dapat
mengawasi tingkah laku anak dalam berprilaku dan bergaul agar
anak tidak terjerumus kedalam perilaku menyimpang.
27
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu.1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka cipta.
Anhari, Ahmad. 2012. Strategi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di
Kalangan Remaja (skripsi) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Daradjat, Zakiyah.1982. Pembinaan Remaja. Jakarta: Bulan Bintang
Semium, Nus. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.
Yatim dan Irwanto. 1986. Kepribadian, Keluarga, dan Narkotika. Tinjauan Sosial
Psikologis. Jakarta : Arcan.
28