Anda di halaman 1dari 11

Jl.

Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510


Telp. 4206674, 4206675, 4206676 Fax.021-4243171

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT YARSI

Nomor : 0001/APK.1/IX/2017
Tentang
PANDUAN SKRINING PASIEN

DIREKTUR RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT YARSI


Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kualitas dan
keamanan pelayanan pasien, maka diperlukan adanya
Panduan Skrining Pasien di Rumah Sakit Gigi dan
Mulut YARSI.
b. Bahwa sesuai butir a diatas perlu menetapkan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut
YARSI tentang Panduan Skrining Pasien.
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
2. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
3. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1165.A/MenKes/SK/X/2004 tentang Komisi Akreditasi
Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
PERTAMA : Keputusan Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut
YARSI tentang panduan skrining pasien Rumah Sakit
Gigi dan Mulut YARSI.
KEDUA : Panduan skrining pasien dimaksudkan sebagaimana
tercantum dalam panduan di keputusan ini.
KETIGA : Pelaksanaan panduan skrining pasien dimaksudkan
untuk meningkatkan kualitas dan keamanan
pelayanan pasien sebagaimana dimaksud dalam
Diktum kesatu.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada Tanggal 20 September 2017
Direktur,

Liana Zulfa, drg., Sp.Perio, MARS


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas izinNya Buku Panduan Skrining Pasien Rumah


Sakit Gigi dan Mulut YARSI dapat diselesaikan. Buku Panduan ini
dibuat untuk menjadi panduan kerja bagi staf dalam melakukan skrining
di Rumah Sakit Gigi dan Mulut YARSI.
Untuk peningkatan mutu pelayanan rumah sakit, diperlukan
pengembangan kebijakan, pedoman, panduan dan prosedur yang ada.
Untuk tujuan tersebut panduan ini akan kami evaluasi setidaknya setiap 3
tahun sekali. Masukan, kritik dan saran yang konstruktif untuk
pengembangan panduan ini sangat kami harapkan.
Semoga buku panduan ini bermanfaat bagi ruang lingkup Rumah
Sakit Gigi dan Mulut YARSI. Sebagai penutup, kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan dan
penyempurnaan buku panduan ini.

Jakarta, 20 September 2017

Direktur
DAFTAR ISI

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. Definisi
B. Ruang Lingkup
C. Prinsip
D. Tata Laksana
1. Triase
2. Skrining pasien di pendaftaran
3. Pemeriksaan penunjang diagnostik
4. Penerimaan pasien rawat inap
E. Dokumentasi
LAMPIRAN
Keputusan Direktur Nomor : 0001/APK.1/IX/2017
Tentang Panduan Skrining Pasien

PANDUAN SKRINING PASIEN

A. Definisi.
1. Instalasi gawat darurat adalah unit pelayanan dirumah sakit yang
memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman
kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai
multidisiplin.
2. Triase adalah pengelompkan korban yang berdasarkan atas berat
ringannya trauma/pemnyakit serta kecepatan penanganan/
pemindahannya.
3. Prioritas adalah penetuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa
yang timbul.
4. Survey primer adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap
kondisi ang mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder adalah melengkapi survey primer dengan mencari
perubahan-perubahan anatomi yang akan berkembang menjadi
semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada
berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien gawat darurat adalah pasien yang tiba-tiba dalam keadaan
gawt atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau
anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya.
7. Pasien gawat tidak darurat adalah pasien berada dalam keadaan
gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat misalnya kanker
stadium lanjut.
8. Pasien darurat tidak gawat adalah pasien akibat musibah yang
datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya, misalnya luka sayat dangkal.
B. Ruang Lingkup.
Skrining dilakukan pada area :
1. Diluar rumah sakit
2. Pendaftaran
3. Poliklinik
4. IGD
Skrining dilakukan melalui:
1. Kriteria triase
2. Evaluasi visual atau pengamatan
3. Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik,
psikologik
4. Pemeriksaan Laboratorium atau diagnostic imajing
sebelumnya

C. Prinsip
1. Skrining dilaksanakan pada kontak pertama di dalam atau di luar
rumah sakit
2. Keputusan pasien dilalukan rawat inap di RSGM YARSI bila
rumah sakit mampu menyediakan pelayanan yang dibutuhkan
pasien.

D. Tata Laksana
1. Triase
Triase adalah seleksi pasien sesuai tingkat kegawat daruratan
sehingga pasien terseleksi dalam mendapatkan pertolongan sesuai
dengan tingkat kegawat daruratannya. Triase dilakukan baik di luar
rumah rumah sakit (pra hostpital) maupun di dalam rumah sakit.
Triase di RSGM YARSI menggunakan sistem labeling warna,
pasien ditentukan apakah gawat darurat, gawat tidak darurat, atau
darurat tidak gawat atau tidak gawat tidak darurat.
Pasien yang telah di seleksi diberi label warna pada listnya, sesuai
dengan tingkat kegawatannya.
Adapun pemberian labeling warna sesuai dengan tingkat
kegawatannya, sebagai berikut :
a. Pasien gawat darurat diberi label warna merah
b. Pasien gawat tidak darurat atau darurat tidak gawat diberi label
warna kuning
c. Pasien tidak gawat dan tidak darurat diberi warna hijau
d. Pasien yang telah dinyatakan meninggal diberi label warna
hitam

Keputusan Triase.
a. Triase diluar rumah sakit. Dari hasil triase yang dilakukan di luar
rumah sakit (pra hospital), didapatkan keputusan sebagai berikut :
1) Pasien dengan kategori triase merah merupakan prioritas
pertama segera ditransfer ke RSGM YARSI (jika ICU ada yang
kosong, jika tidak ada yang kosong dapat langsung ditransfer ke
rumah sakit lain yang tesedia kamar ICU dengan terlebih dulu
menghubungi rumah sakit rujukan)
2) Pasien dengan kategori triase kuning merupakan prioritas kedua
untuk ditransfer ke RSGM YARSI
3) Pasien dengan kategori triase hijau merupakan prioritas ketiga
dan ditransfer ke puskesmas atau klinik terdekat menggunakan
alat transportasi umum atau ambulan puskesmas.
4) Pasien dengan kategori triase hitam merupakan prioritas
keempat dan ditransfer ke rumah sakit yang memiliki fasilitas
kamar jenazah.

b. Triase didalam rumah sakit.


Dari hasil triase yang dilakukan di dalam rumah sakit, didapatkan
keputusan sebagai berikut :
1) Pasien dengan kategori triase merah segera ditransfer ke kamar
periksa IGD, yaitu ruang P1 (triase merah).
2) Pasien dengan kategori triase kuning ditransfer ke kamar periksa
IGD, yaitu ruang P2 (triase kuning).
3) Pasien dengan kategori triase hijau ditransfer ke ruang P3 (triase
hijau).
4) Pasien dengan kategori triase hitam ditransfer ke kamar jenazah.
5) Jika fasilitas dan sarana di RSGM YARSI tidak dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan pasien tersebut, maka dirujuk ke rumah
sakit rujukan dengan fasilitas dan sarana yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan pasien tersebut.
2. Skrining pasien dipendaftaran.
a. Skrining kebutuhan pelayanan.
Skrining kebutuhan pelayanan bertujuan untuk mengarahkan
pasien mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan.
b. Skrining prioritas pelayanan. Proses skrining untuk pasien yang
datang ke Instalasi Rawat Jalan (poliklinik) dilaksanakan melalui
evaluasi visual atau pengamatan oleh petugas rekam medis.
Evaluasi visual atau pengamatan merupakan salah satu kegiatan
pemilahan pasien melalui visual atau pengamatan untuk
menentukan apakah pasien ini membutuhkan penanganan segera
atau tidak (prioritas penanganan pasien). Setelah dilakukan evaluasi
visual atau pengamatan, dapat ditentukan sebagai berikut
1) Kesadaran :
a) Sadar penuh
b) Tampak mengantuk gelisah bicara tidak jelas
c) Tidak sadar
2) Pernafasan :
a) Nafas normal
b) Tampak sesak
c) Tidak bernafas
3) Risiko jatuh :
a) Risiko rendah
b) Risiko sedang
c) Risiko tinggi
4) Nyeri dada :
a) Tidak ada
b) Ada (tingkat sedang)
c) Nyeri dada kiri tembus punggung
5) Skala nyeri :
Skala nyeri yang digunakan adalah Wong Baker Faces Pain
Scale

0 2 4 6 8 10
0 - 1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali
2 - 3 = sedikit nyeri
4 - 5 = cukup nyeri
6 - 7 = lumayan nyeri
8 - 9 = sangat nyeri
10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)

6) Batuk :
a) Tidakada
b) Batuk > 2 minggu

Berdasarkan hasil skrining tersebut maka dapat diambil keputusan


sebagai berikut:
a. Poliklinik sesuai antrian
b. Poliklinik disegerakan
c. IGD

3. Pemeriksaan Penunjang diagnostik.


Pemeriksaan diagnostik dilakukan bila pasien dipertimbangkan untuk
melakukan rawat inap. Jenis pemeriksaan dapat di lihat pada tabel
berikut.

Tabel Pemeriksaan penunjang Diagnostik Sebelum Rawat Inap

No Jenis Pasien Jenis Pemeriksaan Penunjang

a. Darah rutin
b. Gula darah sewaktu
c. Foto thorax (jika usia > 45 th
1 Pasien dewasa
atau jika ada indikasi)
d. EKG (jika usia > 45 th atau jika
ada indikasi)
a. Darah rutin
2 Pasien anak
b. Foto thorax bila ada indikasi
a. ECG
b. X foto thorak
c. Pemeriksaan lab
3 Pasien Kritis
d. Darah lengkap
e. Kimia Darah
f. AGD

Pada kasus kasus yang sudah pasti rumah sakit tidak bisa memberikan
pelayanan maka pemeriksaan penunjang diagnostik dapat tidak
dilakukan.

2. Penerimaaan Pasien Rawat Inap :


Pasien dapat didaftarkan masuk ke rumah sakit oleh dokter
spesialis yang memiliki Surat Ijin Praktek di RSGM YARSI.
Semua admission memerlukan kelengkapan lembar kerja
admission dari dokter spesialis atau dokter umum dengan instruksi
dari dokter spesialis, yaitu:
a. Lembar admission (Surat Pengantar Rawat inap)
b. Diagnosis saat datang

E. Dokumentasi
Semua hasil skrining dicatat dalam Rekam Medis IGD dan poliklinik.

Anda mungkin juga menyukai