Farmakope Indonesia V PDF
Farmakope Indonesia V PDF
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Januari 2012
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
SK Panitia Penyusun Farmakope Indonesia Edisi V No. 006/MENKES/SK/I/2014 Tanggal 13 Januari 2014 iii
SK Pemberlakuan Farmakope Indonesia Edisi V No……………….. Tanggal………… 1
Sejarah Farmakope Indonesia 3
Daftar Sediaan Umum 9
Daftar Monografi 9
Daftar Penjelasan 23
Daftar Monografi Baru 25
Daftar Penjelasan Baru 29
Daftar Sediaan Umum FI IV yang Dihapus 29
Daftar Monografi yang Dihapus 29
Daftar Lampiran FI IV yang Dihapus 29
Ketentuan Umum 30
Sediaan Umum 40
Monografi 56
Penjelasan 1347
Pereaksi, Indikator dan Larutan 1682
Daftar Tabel 1782
Tabel Alkoholmetrik 1782
Tabel Bobot Molekul 1786
Tabel Larutan Isotonik 1801
Tabel Kesetaraan Termometrik 1833
Indeks 1836
ii
RANCANGAN
KEPUTUSAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR … /MENKES/.../.../...
TENTANG
PEMBERLAKUAN FARMAKOPE INDONESIA EDISI V
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal ...
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
NAFSIAH MBOI
-3-
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR HK.01.07/V/702/2013
TENTANG PEMBERLAKUAN FARMAKOPE
INDONESIA EDISI V
Farmakope Indonesia jilid I Edisi I merupakan Dalam penyusunan jilid I Edisi I tahun 1962 ini,
farmakope nasional yang diterbitkan untuk pertama Panitia Farmakope Indonesia menggunakan naskah
kalinya pada tahun 1962 dan diberlakukan oleh Menteri persiapan yang diusulkan oleh Ikatan Apotheker
Kesehatan RI pada tanggal 20 Mei 1962 tepat pada hari Indonesia dengan mengacu pada Pharmacopoea
Kebangkitan Nasional, berdasarkan Surat Keputusan International Editio Prima yang diterbitkan oleh WHO
Menteri Kesehatan RI No.652/Kab/4 dan merupakan pada tahun 1955. Dalam melaksanakan tugas menyusun
pelaksanaan Undang-Undang No.9 tahun 1960 tentang dan memelihara Farmakope ini, Panitia Farmakope
Pokok-Pokok Kesehatan, yaitu undang-undang yang Indonesia telah mendapat bantuan yang sangat besar dari
menjadi pedoman dan landasan bagi semua kegiatan Institut Teknologi Bandung, khususnya departemen ilmu
dalam usaha pembinaan dan pemeliharaan serta kimia dan ilmu hayat.
peningkatan kualitas di bidang kesehatan. Sejarah Pada tahun 1965 diterbitkan Farmakope Indonesia
penyusunan Farmakope Indonesia tersebut telah dimulai jilid II Edisi I yang merupakan pelengkap bagi jilid I dan
sebelum berlakunya Undang-Undang Pokok Kesehatan, memuat sediaan-sediaan galenika dan sediaan farmasi
diawali dengan Keputusan Kongres Ikatan Apotheker lainnya yang belum dimasukkan dalam jilid pertama.
Indonesia pada tahun 1958, yang mengusulkan kepada Farmakope Indonesia jilid II, Edisi pertama ini oleh
Pemerintah untuk membentuk suatu panitia penyusun. Menteri Kesehatan diberlakukan pada tanggal 20 Mei
Pada tahun 1959 dibentuklah Panitia Farmakope 1965, tepat pada Hari Kebangkitan Nasional berdasarkan
Indonesia dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
RI No.115772/U.P. tanggal 4 Juni 1959, kemudian No.16001/Kab/54 tanggal 10 April 1965.
diubah dan ditambah anggotanya, terakhir dengan Surat Dalam Farmakope Indonesia jilid kedua ini, telah
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.3/Pd/61 tanggal 3 diadakan perubahan Panitia dengan Surat Keputusan
Nopember 1961, dengan susunan sebagai berikut: Ketua: Menteri Kesehatan RI No.25943/Kab/139 tanggal 3 Mei
Prof. Soetarman; Wakil Ketua: Drs. E. Looho, Wakil 1962, dengan susunan sebagai berikut : Ketua : Drs.
Ketua I: Drs. Sunarto Prawirosujanto; Sekretaris I: Drs. Sunarto Prawirosujanto;Wakil Ketua I : Drs. E. Looho;
Poernomosinggih; Sekretaris II: Drs. Marisi P Wakil Ketua II: Drs. R.Hartono Wignjodisastro;
Sihombing. Sekretaris I : Drs. Poernomosinggih; Sekretaris II:
Seksi-seksi: Drs.Marisi P. Sihombing.
1. Seksi Tatanama dan Istilah Ketua: Dr.Med. A. Seksi-seksi:
Ramali; Anggota: Drs. Poernomosinggih dan Drs. Marisi 1. Seksi Tatanama dan Istilah Ketua: Dr.Med. A.
P. Sihombing. Ramali; Anggota: Drs. Poernomosinggih dan Drs. Marisi
2. Seksi Farmakologi dan Klinis Ketua: Prof. Dr. A.J. P. Sihombing.
Darman; Anggota: Prof. Dr. M.A. Hanafiah S.M., Dr. 2. Seksi Farmakologi dan Klinis Ketua: Prof. Dr. A.J.
Med. A. Ramali, Drs. Tan Tjoen Gwan dan Drs. Kwee Darman; Anggota: Dr. Med. A. Ramali, Drs.Kwee Tin
Tin Boh. Boh dan Drs.Oei Hong Kian.
3. Seksi Farmakognosi Ketua: Drs. Soetarto 3. Seksi Farmakognosi Ketua: Drs. Soetarto
Mangunkawotjo; Anggota: Dr. Tan Tik Poen dan Drs. Mangunkawotio; Anggota: Dra. Sri Sugati
Raslim Rasjid. Sjamsuhidajat.
4. Seksi Biologi Ketua: Prof. Soetarman; Anggota: Dra. 4. Seksi Kimia Umum, Analisa dan Tetapan Ketua: Prof.
Sri Sugati Syamsuhidajat dan Drs. Soendoro Dr. Poey Seng Bouw; Anggota: Drs. Kosasih
Kartosoehardjo. Satyadarma, Drs.Raslim Rasjid.
5. Seksi Kimia Umum, Analisa dan Tetapan Ketua: 5. Seksi Farmasi Ketua: Prof. Dr. H.T. Liem; Anggota:
Prof. Dr. Poey Seng Bouw; Anggota: Drs. Kosasih Drs. R. Hartono Wignjodisastro, Drs. E. Looho dan Drs.
Satyadarma dan Drs. Kho Han Yao. Sirad Atmodjo.
6. Seksi Farmasi Ketua: Prof. Dr. H.T. Liem; Anggota: 6. Seksi Biologi Ketua: Prof. Dr. I. Titus; Anggota: Prof.
Drs. Sunarto Prawirosujanto, Drs. R. Hartono, Drs. E. Dr. D. A.Tisnaamidjaja.
Looho, Dr. Nanizar Zaman Joenoes, Pharm.D. Selain Panitia telah dibentuk pula Dewan Redaksi
7. Seksi Kedokteran Gigi Ketua: Drs. Nazir Alwi; dengan Surat Keputusan Direktur Lembaga Farmasi
Anggota: Drs. Soedarmadi dan Drs. Oei Hong Kian. Nasional Departemen Kesehatan RI No.413/LFN/64
8. Seksi Veteriner Ketua: Dr. I. Titus; Anggota: Prof. dengan susunan sebagai berikut: Ketua: Drs. Martono
Dr. D.A Tisnaamidjaja dan Dr. Asoengpranoto. Winotopradjoko; Anggota: Drs. Soebandono, Dr. Marisi
P. Sihombing, Drs. M. Soemitro, Drs. R. Bambang
-4-
Soetrisno, Drs. Zainal Arifin, Drs. Hamdi Mahmud, Drs. No.5/I/Kab/B.VII/74, tertanggal 1 Juni 1974 untuk
Lie Kian Kie, Drs. Tan Liang Gie, Drs.Tjoe Kian Kie, memenuhi kebutuhan akan standar yang berisi
Dra. Aminah Abdulsalam, Dra. Jo Tjoan Swan Nio dan persyaratan mutu obat yang mencakup zat, bahan obat
Soedarsono B.Sc. dan sediaan farmasi yang tidak tercantum dalam
Untuk menyesuaikan dengan perkembangan dengan Farmakope Indonesia Edisi II. Berdasarkan Surat
ilmu pengetahuan dan agar penerapan Farmakope Keputusan Menteri Kesehatan RI No.8/Kab/B.VII/72,
Indonesia dapat diperluas, maka dilakukan revisi tertanggal 8 Januari 1972 dibentuk susunan Panitia
Farmakope Indonesia Edisi I oleh Panitia dengan Surat Ekstra Farmakope Indonesia dengan susunan sebagai
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.72/Kab/B/VII/70 berikut: Ketua: Drs. Sunarto Prawirosujanto; Wakil
tanggal 21 Februari 1970. Adapun susunan Panitia Ketua I : Drs. E. Looho; Wakil Ketua II: Drs. Heman;
Farmakope Indonesia Edisi II adalah sebagai berikut: Sekretaris I: Drs. R. Bambang Soetrisno; Sekretaris II:
Ketua: Drs. Sunarto Prawirosujanto; Wakil Ketua I: Drs. Drs.M. Bambang Lesmono.
E. Looho; Wakil Ketua II: Drs. Heman; Sekretaris I: Drs. Seksi-seksi:
R. Bambang Soetrisno; Sekretaris II: Drs. M. Bambang 1.Tatanama dan Istilah Ketua: Drs. Marisi P. Sihombing;
Lesmono. Anggota: Drs. Martono Winotopradjoko; Drs. Heman.
Seksi-seksi: 2.Farmakologi dan Klinis Ketua: Prof.Dr.Djoewari;
1. Tatanama dan Istilah Ketua: Drs. Marisi P. Anggota: DR. dr. Jap Tjiang Beng, Drs. Zainal Arifin,
Sihombing; Anggota: Drs. Martono Winotopradjoko; Dr. B. Setiawan.
Drs. Heman. 3. Farmakognosi Ketua: DR. Midian Sirait; Anggota:
2.Farmakologi dan Klinis Ketua: Prof. Dr. Djoewari; Drs. R. Bambang Soetrisno, Drs. Sutarjadi, Drs. R. M.
Anggota: DR. dr. Jap Tjiang Beng, Drs. Zainal Arifin, Taroeno, Drs. R. Sidik, Suryati BSc.
Dr. B. Setiawan. 4. Kimia Umum, Analisa, dan Tetapan Ketua: Prof. DR.
3.Farmakognosi Ketua: DR. Midian Sirait; Anggota: Sasongko Adisewejo; Anggota: Drs. M. Soemitro, Drs.
Drs. R. Bambang Soetrisno, Drs. Sutarjadi, Drs. R. M. Kosasih Satyadarma MSc., Drs. Sardjoko, Drs.
Taroeno, Drs. R. Sidik. Abdulkadir, Drs.M.Bambang Lesmono, Dra.Nazly
4.Kimia Umum, Analisa dan Tetapan Ketua: Prof. DR. Helmi, Dra. Sugati Syamsuhidayat, Dra. Sjamsimar, Dra.
Sasongko Adisewojo; Anggota: Drs. M. Soemitro, Drs. Tjuk Sudiarti, Drs. Farouq.
Kosasih Satyadarma MSc., Drs. Sardjoko, Drs. 5. Farmasi Ketua: Drs. Munazir; Anggota: Drs.Sirad
Abdulkadir, Drs. M. Bambang Lesmono, Dra. Nazly Atmodjo, Drs. Charles Siregar MSc., Dra.Aminah
Helmi. Abdulsalam, Drs. Moh.Anief, Drs.Sukartono, Dr.
5.Farmasi Ketua: Drs. Munazir; Anggota: Drs. Sirad Nanizar Zaman Joenoes, Pharm.D, Dra. J. F. Wattimena
Atmodjo, Drs. Charles Siregar MSc., Dra. Aminah MSc, Drs. Sjahrir.
Abdulsalam, Drs. Moh. Anief, Drs.Sukartono, Dr. 6. Biologi Ketua: Prof. Dr. Soetarman; Anggota: DR.
Nanizar Zaman Joenoes, Pharm.D, Dra. J. R. Wattimena Slamet Djais, Drs. M.S. Nasution, Drs. Koesdarminto,
MSc. Drs. P.S.M. Simatupang, Drs. Santosoadmojo, Drs.
6. Biologi Ketua: Prof. Dr. Soetarman; Anggota: Dr. Dzulkarnaen Benny.
Slamet Djais, Drs. M.S. Nasution, Drs. Koesdarminto, 7. Posologi Ketua: Drs. Kirana Rahardja; Anggota:
Drs. P.S.M. Simatupang, Drs. Santosoatmodjo. Agusnama Garmana.
7.Posologi Ketua: Prof. Dr. Sudjono D. Poesponegoro; Disamping itu, untuk melaksanakan pekerjaan harian,
Anggota: Agusnama Garnama, Drs. Kirana Rahardja. Panitia Ekstra Farmakope Indonesia, telah dibentuk
Susunan Dewan Redaksi Farmakope Indonesia Edisi Pelaksana Harian dengan Surat Keputusan Ketua Panitia
II tahun 1972 berdasarkan keputusan Panitia Farmakope Ekstra Farmakope Indonesia tanggal 24 Januari 1972,
Indonesia tanggal 23 September 1970 No.01/SK/E/I/7. Adapun susunan Pelaksana Harian
No.035/PFI/SK/10/70, dan tanggal 5 November 1971 adalah sebagai berikut: Ketua: Drs. Heman; Sekretaris I:
No.094/PFI/10/71 adalah sebagai berikut: Ketua: Drs. Drs. Respati Bambang Soetrisno; Sekretaris II: Drs. M.
Marisi P. Sihombing; Wakil Ketua I: Drs. Heman; Wakil Bambang Lesmono; Anggota: Drs. Zainal Arifin, Drs.
Ketua II: Drs. Martono Winotopradjoko; Sekretaris I: M. Soemitro, Dra. Sugati Syamsuhidayat, Dra.
Drs. R. Bambang Soetrisno; Sekretaris II: Drs.M. Sjamsimar, Dra. Tjuk Sudiarti, Drs. Farouq, Dra.
Bambang Lesmono; Anggota: Dra. Aminah Abdulsalam, Aminah Abdulsalam, Drs. Sjahrir, Drs. P.S.M.
Drs. Kirana Rahardja, Drs. Santosoatmodjo, Drs. M. Simatupang, Drs. Santosoatmodjo, Surjati BSc., Drs.
Soemitro, Drs. Zainal Arifin, Drs. P.S.M Simatupang, Dzulkarnaen Benny.
Drs. Farouq, Drs. Dzulkarnain Benny. Farmakope Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
Indonesia Edisi II ini, oleh Menteri Kesehatan No.1858/II/SK/78, tanggal 21 September 1978 dibentuk
diberlakukan pada tanggal 12 Nopember 1972, Panitia Farmakope Indonesia untuk menyusun
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Farmakope Indonesia Edisi III sebagai revisi Farmakope
No.7/Kab/B.VII/72, tertanggal 8 Januari 1972. Indonesia Edisi II dan diberlakukan oleh Menteri
Ekstra Farmakope Indonesia sebagai pelengkap Kesehatan RI, berdasarkan Surat Keputusan No.
Farmakope Indonesia Edisi II diterbitkan pada tahun 395/Menkes/SK/X/79, tertanggal 9 Oktober 1979.
1974 dan diberlakukan pada tanggal 1 Agustus 1974, Adapun susunan Panitia Farmakope Indonesia Edisi III
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI adalah sebagai berikut: Ketua: DR. Midian Sirait; Wakil
-5-
Ketua I: Drs. E. Looho; Wakil Ketua II: Drs. Djasman; Umum: Drs. Slamet Soesilo; Ketua Pelaksanan: Prof.
Sekretaris I: Drs. M. Bambang Lesmono; Sekretaris II: DR. Charles J. P. Siregar, MSc.; Wakil Ketua Pelaksana:
Drs. A. Fadilla Rivai. Dra. Andajaningsih, MSc; Sekretaris: Drs. Richard
Seksi-seksi: Panjaitan, SKM.
1.Tatanama dan Istilah Ketua: Drs. Marisi P. Sihombing; Seksi-seksi:
Anggota: Drs. Heman; Drs. Martono Winotopradjoko. 1. Tatanama, Farmasi Umum dan Perundang-undangan
2.Farmakologi dan Klinis Ketua: Dr. B. Setiawan; Ketua: Drs. Soemitro; Anggota: Drs. Wisnu Katim, Drs.
Anggota: DR. dr. Yap Tjiang Beng, Drs. Sjarifuddin Richard Panjaitan, SKM, Drs. Ading Suryana, Drs. H.
Djalil, Dr.Nanizar Zaman Joenoes, Pharm.D. Nawawi, SKM, Drs. A. Hadyana Pudjaatmaka, Ph.D.,
3.Farmakognosi Ketua: Drs. Sunarto Prawirosujanto; DR.Virginia.
Anggota: Drs. R. Bambang Soetrisno, Dra. Titi 2. Biologi/Mikrobiologi Ketua: Prof. DR. Slamet Djais;
Wirahardja, Drs. R.M. Taroeno, Drs.Indiarto. Anggota: DR. Sudana, Drs. P.S.M. Simatupang, DR.
4. Kimia Umum Analisa dan Tetapan Ketua: Prof. DR. Elin Yulinah, Dra. Lamria Siregar, Drs. Wusmin
Sasongko Adisewojo; Anggota: Dra. Sugati Tambunan, DR. Iwan Soemara.
Syamsuhidajat, Drs. M. Soemitro, Drs. Iswandi, Drs. 3. Farmasetika/Teknologi Farmasi Ketua: Prof. DR.
Kosasih Padmawinata, Drs. Sardjoko, Drs. Nazly Charles J.P. Siregar, MSc; Anggota: Prof. DR. Goeswin
Helmy, Drs. Farouq. Agoes, Prof. Drs. Moh. Anif, DR. Uluan Sitorus, DR.
5. Farmasi Ketua: Drs. Munazir Sadjad; Anggota: Drs. Uu Mar’u.
Sirad Atmodjo, Drs. Arifin I. Hidayat, DR. Fauzi Syuib, 4. Farmakokinetika/Biofarmasi Ketua: Prof. DR. Fauzi
Drs. Charles Siregar, MSc; DR. Emilia Devi Logawa, Syuib; Anggota: Prof. DR. A.Aziz Hubeis, DR. Yeyet
Dra. Sofina I. Nasution. Cahyati S, Drs. Lukman Hakim, M.Sc, Ph.D., Dra. Arini
6. Biologi Ketua: Prof. Dr.Soetarman; Anggota: DR. Setiawati, Ph.D., Dra. Sri Suryawati, MS, Dra.
Slamet Djais, Drs. M.S. Nasution, Drs. P.S.M. Syamsiah, Drs. Ibrahim Koatma.
Simatupang, Drs. B. Dzulkarnain, Drs. Rivai Muhibat. 5. Farmakologi/Posologi/Toksikologi Ketua: Prof. DR.
7. Posologi Ketua: Drs. Kirana Rahardja; Anggota: Drs. J.R. Wattimena, M.Sc; Anggota: Prof. Ma’arifin Husin,
Soepardi, Drs. Hamdi Mahmud. Dra. Andajaningsih, MSc, DR. Sarjono O Santoso, Dr.
Selain Panitia telah dibentuk pula Dewan Redaksi Budiono Santoso, Ph.D, Dra. Maria Setioseputro, Dra.
yang susunannya sebagai berikut: Drs. M. P. Sihombing; Sri Endreswari, Drh. Thamrin P.
Wakil Ketua: Drs. M. Bambang Lesmono; Sekretaris: 6. Farmakognosi/Fitokimia Ketua: Prof. DR. Sutaryadi;
Drs.Soepardi; Anggota: Drs. Martono Winotopradjoko, Anggota: Prof. DR. Kosasih Padmawinata, Prof. DR.
Drs. Iswandi, Prof. DR. Slamet Djais. Iwang Soediro, Drs. Sudjaswadi Wiryowidagdo, Drs.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan Djoko Hargono, DR. Suwijiyo Pramono.
teknologi secara pesat dalam selang waktu yang relatif 7. Imunologi/Serologi Ketua: DR. Kusdarminto;
panjang, yaitu tahun 1979 sampai tahun 1995, kebutuhan Anggota: Drs. Darodjatun, Dr. Sutaryo, Prof. DR.
untuk merevisi Farmakope Indonesia Edisi III tahun Karnen Baratawidjaja, Ir. Pudjoprajitno, Dra. Mulyati
1979 merupakan hal yang sangat mendesak. Untuk Prijanto, Dr. Lina Herlina Soemara, Dra. Peggy
mengantisipasi era globalisasi yang akan terjadi dalam Sunotoredjo, Dra. Sri. Kusmartini.
dunia farmasi, Indonesia harus dapat menangkap 8. Klinis Ketua: Prof. DR. Karyadi; Anggota: Prof. DR.
peluang bersaing di pasaran bebas dunia dengan Suyono Hadi, Prof. Dr. Widjoseno Gardjito, Dr. Armen
menghasilkan produk-produk farmasi yang bermutu Muchtar, Dr. Hanafi B. Trisnohadi.
tinggi. Untuk itu Indonesia perlu mengadakan 9. Kimia Analisis/Kimia Farmasi/Bahan Pembanding
harmonisasi standarisasi dalam bidang farmasi sesuai Ketua: Prof. DR. Sasongko Adisewojo; Anggota: Prof.
dengan perkembangan di negara maju. DR. Kosasih Satyadarma, Prof. DR. Soekeni Soedigdo,
Oleh karena itu pada tahun 1990 dibentuk suatu Tim Prof. Drs. Sarjoko, Prof. DR. Raslim Rasjid, Dra. Sri
Revisi Farmakope Indonesia Edisi III untuk mengkaji Sugati Sjamsuhidajat, DR. Sriwoelan Soebito, DR.
dasar-dasar revisi Farmakope Indonesia Edisi III yang Makin Ibnu Hajar, DR. Daniel Santoso, Drs. Kawira,
terdiri atas Ketua: Drs. Slamet Soesilo; Wakil Ketua: Drs. Swasono R. Tamat, MSc., PhD, DR. Emelia Devi
Prof. DR. Charles J. P. Siregar, MSc., Dra. Logawa, Drs. Syahrial Tahir, Dra. Wayan Rediatning
Andajaningsih, MSc., Sekretaris: Drs. Richard Panjaitan, Suparna, MSc.
SKM, DR. Emilia Devi; Anggota: Prof. DR. H. Selanjutnya dibentuk kembali Panitia Farmakope
Raslim Rasyid, Prof. DR. Kosasih Satyadarma, Prof. Indonesia berdasarkan SK Men.Kes RI No.
Drs. Soemadi, Prof. DR. J. Wattimena, MSc., DR. 695/Men.Kes/SK/VIII/1992 untuk melanjutkan
Marchaban, DR. Sriwoelan Soebito, DR. Daniel penyusunan Farmakope Indonesia Edisi IV yang
Santoso, Drs. J. A. Kawira, Dra. Sri Sugati susunannya sebagai berikut: Ketua: Drs. Slamet Soesilo;
Sjamsuhidajat, Drs. Soemitro, Drs. H. Tjetje, Drs. Ketua Pelaksana: Dra. Andajaningsih, MSc; Wakil
Darodjatun, Dra. Maria Setioseputro. Sebagai tindak Ketua Pelaksana: Drs. Richard Panjaitan, SKM;
lanjut, dibentuk Panitia Farmakope Indonesia untuk Sekretaris: 1. Drs. Tjartim Hasan, 2. Dra. Lucky S.
pelaksanaan revisi dengan Surat Keputusan Menteri Slamet, M.Sc.
Kesehatan RI No.468/Men.Kes/SK/VIII/1991 tanggal 19 Seksi-seksi:
Agustus 1991, dengan susunan sebagai berikut: Ketua
-6-
1. Tatanama, Farmasi Umum dan Perundang-undangan menjadi sediaan obat jadi serta menjadi acuan utama
Ketua: Drs. Soemitro; Anggota: Drs. Ading Suryana, untuk pengawasan mutu obat beredar, dalam upaya
Drs. Richard Panjaitan, SKM, Dra. Sri Sugati perlindungan kesehatan masyarakat dari risiko obat yang
Sjamsuhidajat, Drs. A. Hadyana Pudjaatmaka, Ph.D., tidak memenuhi syarat, palsu, substandar dan ilegal.
Dra. Siti Nurhayati, Drs. Janahar Murad. Oleh sebab itu, dalam rangka up date Farmakope
2. Biologi/Mikrobiologi Ketua: DR. Sudana Indonesia Edisi IV sesuai perkembangan ilmu
Atmawijaya; Anggota: Drs. P.S.M. Simatupang, DR. pengetahuan, maka disusun Suplemen I Farmakope
Elin Yulinah, Dra. Lamria Siregar, Drs. Wusmin Indonesia Edisi IV yang diberlakukan pada tanggal 27
Tambunan, DR. Iwan Soemara, DR.Virginia. Januari 2010 oleh Menteri Kesehatan melalui Surat
3. Farmasetika/Teknologi Farmasi Ketua: Prof. DR. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
Charles J.P. Siregar, MSc; Anggota: Prof. DR. Goeswin HK.03.01/MENKES/150/I/2010. Suplemen I Farmakope
Agoes, Prof. Drs. Moh. Anif, Drs. Munazir, Drs. Tjetje, Indonesia Edisi IV memuat 105 monografi baru, 85
DR. Uluan Sitorus, DR. Uu Mar’u, Dra. Maria monografi dengan perubahan, 2 lampiran baru dan 12
Setioseputro, Drs. Syarif Bastaman, Drs. Soekismono. lampiran dengan perubahan. Adapun susunan Panitia
4. Farmakokinetik/Biofarmasi Ketua: Prof. DR. Fauzi Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi IV sesuai
Syuib; Anggota: Prof. DR. A. Aziz Hubeis, DR. Yeyet Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
Cahyati S, Drs. Lukman Hakim, M.Sc, Ph.D., Dra. Sri 712/MENKES/SK/IX/2009 tanggal 1 September 2009
Suryawati, MS, Drs. Ibrahim Koatma. adalah sebagai berikut : Pelindung: Menteri Kesehatan
5. Farmakologi/Posologi/Toksikologi Ketua: Prof. DR. Republik Indonesia, Ketua 1: Dirjen Bina Kefarmasian
J.R. Wattimena, M.Sc; Anggota: Dra. Andajaningsih, dan Alat Kesehatan, Ketua 2: Deputi Bidang
MSc, Prof. Dr. Karyadi, Prof. DR. Suyono Hadi, Prof. Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA, Wakil
Dr. Widjoseno Gardjito, Dr. Budiono Santoso, Ph.D, Ketua: Sekretaris Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
DR. Sarjono O Santoso, Dra. Maria Setioseputro, Dra. Kesehatan, Sekretaris 1: Direktur Bina Penggunaan Obat
Sri Endreswari, Drh. Thamrin P, Dr. Armen Muchtar, Rasional, Sekretaris 2: Direktur Standardisasi Produk
Dr. Hanafi B. Trisnohadi, Dra. Azizi Nuraini. Terapetik dan PKRT, Badan POM.
6. Farmakognosi/Fitokimia Ketua: Prof. DR. Kosasih Seksi-seksi:
Padmawinata Prof. DR. S; Anggota:, Prof. DR. Iwang 1. Tata nama, farmasi, umum dan perundang-undangan
Soediro, Drs. Djoko Hargono, DR. Suwijiyo Pramono, Ketua: Dra. Lucky S.Slamet, MSc; Anggota: Dra. Reri
Drs. Sudjaswadi Wiryowidagdo. Indriani, Apt; Drs. T. Bahdar Johan Hamid, Apt,
7. Imunologi/Serologi Ketua: DR. Kusdarminto; M.Pharm; Dra. Siti Aisyah, M.Si; Prof. DR. Ernawati
Anggota: Prof. DR. Karnen Baratawidjaja, Drs. Sinaga; Drs. Udjianto, Apt; Drs. Janahar Murad, Apt;
Darodjatun, DR. Sutaryo, Dra. Sri Endeswari, Dra. Dra. Nani Sukasediati, Apt, MSi; Dra. Ema Viaza, Apt.
Mulyati Prijanto, Dra. Peggy Sunotoredjo. 2. Biologi/Mikrobiologi Ketua: Prof. DR. Sudana
8. Kimia Analisis/Kimia Farmasi/Bahan Pembanding Atmawidjaja; Anggota: DR. Isnaeni, MS; DR. Marlia
Ketua: Prof. DR. Kosasih Satyadarma; Anggota: Prof. Singgih; Drs. Wusmin Tambunan, MSi; Dra. Sumaria
DR. Soekeni Soedigdo, Prof. Drs. Sarjoko, Prof. DR. Sudan, Apt; dr. Zorni Fadia; Erie Gusnellyanti, S.Si,
Raslim Rasjid, DR. Sriwoelan Soebito, DR. Makin Ibnu Apt;
Hajar, DR. Kurnia Firman, M.Sc, DR. Daniel Santoso, 3. Farmasetika/Teknologi Farmasi Ketua: DR. Yudi
Drs. Swasono R. Tamat, MSc., PhD, Drs. Kawira, DR. Padmadisastra, MSc; Anggota: DR. Hasan Rachmat, M;
Emelia Devi Logawa, Drs. Syahrial Tahir, Dra. Wayan Drs. Richard Panjaitan, Apt, SKM; Dra. Augustine
Rediatning Suparna, MSc. Zaini, MSi; Dra. Rahmaniar Ulfah. MSi; Dra. Ani
Untuk memeriksa naskah Farmakope Indonesia Edisi Sulistyowati, Apt; Drs. Purwadi, Apt, MKes; Dra. Dettie
IV dibentuk Dewan Redaksi Panitia Farmakope Yulia, Apt, MSi.
Indonesia Edisi IV berdasarkan SK Dirjen Pengawasan 4. Farmakokinetik/Biofarmasi Ketua: Prof. DR. Yeyet
Obat dan Makanan No. HK.00.06.2.01494, dengan Cahyati Sumirtapura; Anggota: Prof. DR. Lukman
susunan sebagai berikut: Pengarah: Drs. Wisnu Katim; Hakim, MSc; Drs. Didik Hasmono, MS; dr. Abdullah
Ketua: Dra. Andajaningsih, MSc; Wakil Ketua Akhmad, MARS; Dra. Hermini Tetrasari, MSi; Dita
Pelaksana: Drs. Richard Panjaitan, SKM; Sekretaris: Novianti, S.Si, Apt, MM; Rohayati Rahafat, S.Si, Apt.
Dra. Lucky S. Slamet, M.Sc, DR. Emelia Devi Logawa; 5. Kimia analisis/Kimia Farmasi/Bahan Pembanding
Anggota: Prof. DR. Charles J.P. Siregar, MSc, DR. Ketua: Prof. DR. Slamet Ibrahim DEA; Anggota: DR.
Kurnia Firman, M.Sc, DR. Makin Ibnu Hajar, Drs. M. Yuwono; DR. Made Harmita, Apt; Drs. Siam
Sudjaswadi Wiryowidagdo, Drs. Soemitro, DR. Subagyo, MSi; Drs. Ketut Kartawijaya, Apt; Drs.
Sriwoelan Soebito, Dra. Sri Sugati Sjamsuhidajat, Drs. Syahrial Tahir, Apt; Drs. Sudjaswadi Wirjowidagdo,
A. Hadyana Pudjaatmaka, Ph.D., DR. Daniel Santoso. Apt; Drs. JA. Kawira, Apt.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang No 36 Tahun Susunan Dewan Redaksi Suplemen Pertama (I)
2009 tentang Kesehatan Pasal 105 “Sediaan Farmasi Farmakope Indonesia Edisi IV terdiri dari: Ketua: Drs.
yang berupa obat dan bahan baku obat harus memenuhi T. Bahdar J. Hamid, Apt, M.Pharm; Wakil Ketua: Dra.
syarat Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya”, Nasirah Bahaudin, Apt, MM dan Dra. Reri Indriani,
Farmakope memegang peranan penting dalam jaminan MSi; Sekretaris: Dra. Siti Aisyah, MSi; Dra. Augustine
mutu obat pada saat proses produksi dan saat sudah Zaini, MSi; dr. Abdullah Akhmad, MARS; Anggota:
-7-
Prof. Dr. Budi Sampurna, SH; Drs. Purwadi, Apt, MKes; Sudjaswadi Wirjowidagdo, Apt; Dra. Nani Sukasediati,
Dra. Nani Sukasediati, Apt, MSi; Sekretariat: Drs. M.Si, Apt.
Rahbudi Helmi, Apt, MKes; Tyaswening, SH, MM; Selain panitia, telah dibentuk pula Dewan Redaksi
Arsil Rusli, SH, MH; Drs. Riza Sultoni, Apt, MM; dr. Suplemen II Farmakope Indonesia Edisi IV sesuai Surat
Zorni Fadia; Dra. Nurma Hidayati, M.Epid; Dra. Tuning Keputusan Dirjen Binfar dan Alkes Nomor
Nina, Apt; Dra. Frida Tri Hadiati, Apt; Dra. Sumaria HK.03.05/III/873.1/2010 tanggal 29 Oktober 2010
Sudian; Dra. Kusmiaty MPharm; Dra. Herlina Budi, dengan Ketua: Drs. Bahdar J. Hamid, Apt, M.Pharm;
MSi; Dra. Hotma Limbong; Dra. Ati Setiawati, MSi; Wakil Ketua: Dra. Nasirah Bahaudin, Apt, MM dan Dra.
Dra. Neviyenti, Apt; Dra. Dini Prapti, MSi; Dra. Augustine Zaini, Apt, M.Si; Sekretaris:Dita Novianti,
Mirawati Siregar, MSi; Dra. Hariati Wiratningrum, MSi; SSi, Apt, MM; Anggota: Drs. Richard Pandjaitan, Apt,
Dra. Rita Aritonang; Dra. Rosalyn, MSi; Dra. Lucky SKM; Drs. Janahar Murad, Apt; Drs. Syahrial Tahir,
Hayati, MSi; Dra. Moriana Hutabarat, MSi; Dra. Muhti Apt, MM; Drs. Sudjaswadi Wirjowidagdo, Apt; Drs.
Okayani, MEpid; Setyo Utami, SSi; Lusitawati, SSi, Ketut Kartawijaya, Apt; Dra. Nani Sukasediati, Apt,
MSi; Daryani, SSi, Apt. MSi.
Dalam penyusunan Suplemen II Farmakope Indonesia Suplemen II Farmakope Indonesia Edisi IV terdiri dari
Edisi IV, panitia penyusunan Suplemen Kedua (II) 103 monografi baru, 103 monografi dengan perbahan, 2
Farmakope Indonesia Edisi IV disahkan melalui lampiran baru dan 4 lampiran dengan perubahan.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor Dalam rangkaian pemutakhiran Farmakope Indonesia
1390/MENKES/SK/IX/2010 tanggal 21 September 2010 Edisi IV secara berkesinambungan, maka selanjutnya
dengan Susunan panitia sebagai berikut: Pelindung: disusun Suplemen III Farmakope Indonesia Edisi IV
Menteri Kesehatan, Pengarah: Direktur Jenderal Bina dengan susunan panitia yang disahkan melalui SK
Kefarmasian dan Alat Kesehatan; Kepala Badan Menteri Kesehatan RI No. 1396/MENKES/SK/VII/2011
Pengawas Obat dan Makanan; Deputi Bidang tanggal 4 Juli 2011 dengan susunan sebagai berikut:
Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA, Ketua: Pelindung: Menteri Kesehatan RI, Pengarah: Kepala
Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, Sekretaris: Badan Pengawas Obat dan Makanan, Ketua 1: Direktur
Direktur Standardisasi Produk Terapetik dan PKRT. Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Ketua
Seksi-seksi: II: Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapeutik dan
1. Tatanama, farmasi, umum dan perundang-undangan NAPZA, Sekretaris I: Direktur Bina Produksi dan
Ketua: Dra.Nasirah Bahaudin, Apt, MM; Anggota: Drs. Distribusi Kefarmasian, Sekretaris II: Direktur
Richard Pandjaitan, Apt, SKM; DR. Faiq Bahfen, SH, Standardisasi Produk Terapeutik dan PKRT
LLM; Dra. Lucky S. Slamet, MSc, Apt; Drs. Purwadi, Seksi-seksi:
Apt, MM, ME; Dra. Reri Indriani, Apt, MSi; Drs. 1. Tatanama, farmasi, umum dan perundang-undangan
Janahar Murad, Apt; Dra. Anggraini Armyn, Apt, MM; Ketua: Dra. Lucky S.Slamet, MSc; Anggota: Drs.
Budi Djanu Purwanto, SH, MH; Dra. Ema Viaza, Apt. Richard Pandjaitan, Apt, SKM; Dra. Augustine Zaini,
2. Biologi/Mikrobiologi Ketua: Prof. DR. Wahyono, SU, MSi; Dra. Endang Woro T, Apt, MSc; Dra. Reri
Apt; Anggota: Prof. DR. Ernawati Sinaga, Apt; DR. Indriani, Apt; Dra. Nasirah Bahaudin, Apt, MM; Drs.
Isnaeni, Apt, MS; DR. Debbie S. Retroningrum, Apt; Purwadi, Apt, MM, ME; Budi Djanu Purwanto, SH,
Dra. Sumaria Sudian, Apt; Dra. Kusmiaty, Apt, MH; Dra. Anggraini Armyn, Apt, MM; Elza Gustanti,
M.Pharm; Dra. Dwi Retno, MSi; Drs. Wusmin S.Si, Apt.
Tambunan, M.Si; Drs. Adriansyah; dr. Zorni Fadia; Dra. 2. Biologi/Mikrobiologi Ketua: Prof. DR. Wahyono, SU,
Dara Amelia, Apt, MM. Apt; Anggota: Prof. DR. Ernawati Sinaga, Apt; DR.
3. Farmasetika/Teknologi Farmasi Ketua: Prof. DR. Isnaeni, Apt, MS; DR. Debbie S. Retroningrum, Apt;
Achmad Fudholi, DEA, Apt; Anggota: Prof. DR. Yudi Drs. Roland Hutapea, M.Sc; Drs. Wusmin Tambunan,
Padmadisastra, MSc, Apt; DR. Hasan Rachmat, Apt; Apt, MSi; Dra. Kusmiaty, Apt, M.Pharm; Dra. Dwi
DR. Marlin Abdassah, Apt; Dra. Esti Hendradi, Apt, Retno, MSi; Drs. Riza Sultoni, Apt, MM; Drs. Elon
PhD; Dra. Augustine Zaini, Apt, MSi; Dra. Rahmaniar Sirait, Apt, MScPH.
Ulfah, Apt, MSi; Dra. Ani Sulistyowati, Apt; Liza 3. Farmasetika/Teknologi Farmasi Ketua: Prof. DR.
Fetrisiani, S.Si, Apt. Achmad Fudholi, DEA, Apt; Anggota: Prof. DR. Yudi
4. Farmakokinetik/Biofarmasi Ketua: Prof. DR. Yeyet Padmadisastra, MSc, Apt; DR. Hasan Rachmat, M; DR.
Cahyati Sumirtapura; Anggota: Prof. DR. Lukman Marlin Abdassah, Apt; Dra. Esti Hendradi, Apt, PhD;
Hakim, MSc, Apt; Drs. Didik Hasmono, MS; Dra. Dra. A. Retno Tyas Utami, Apt, M.Epid; Dra. Muhti
Hermini Tetrasari, MSi, Apt; Dra. Ati Setiawati, M.Si, Okayani, Apt, M.Epid; Dra. Anny Sulistyowati, Apt;
Apt; Dra. Ketut Kartawijaya, Apt; Dra. Engko Sosialine, Dra. Rahmaniar Ulfah, Apt, MSi; Dita Novianti S.A,
Apt, M.Biomed; Dra. R. Dettie Yuliati, Apt, MSi. S.Si, Apt; Ikka Tjahyaningrum, S.Si, Apt.
5. Kimia analisis/Kimia Farmasi/Bahan Pembanding 4. Farmakokinetik/Biofarmasi Ketua: Prof. DR. Yeyet
Ketua: Prof. DR. Slamet Ibrahim DEA; Anggota: DR. Cahyati Sumirtapura; Anggota: Prof. DR. Lukman
M. Yuwono; Prof. DR. Sudibyo Martono, MS, Apt; Drs. Hakim. MSc, Apt; Drs. Didik Hasmono, MS; Dra. Siti
Siam Subagyo, MSi; Drs. T. Bahdar J. Hamid, Apt, Aisyah, Apt, MSi; Dra. Engko Sosialine, Apt,
M.Pharm; Drs. JA. Kawira, Apt; DR. Harmita, Apt; Drs. M.Biomed; Drs. Ketut Kartawijaya, Apt; Dra. Hermini
Janahar Murad; Drs. Syahrial Tahir, Apt; Drs.
-8-
Tetrasari, Apt, MSi; Dra. Elis Sukmawati, Apt; Dra. Ati Okayani, Apt, MEpid; Dina Sintia Pamela, Apt, MFarm.;
Setiawati, Apt, M.Si; Dra. R. Dettie Yuliati, Apt, MSi. Dra. Sutanti Namtini,PhD.; Dra. Ika Prawahyu,
5. Kimia analisis/Kimia Farmasi/Bahan Pembanding MBiomed.; Dra. Herlina Budi,Apt.,MSi.; Henny
Ketua: Prof. DR. Slamet Ibrahim DEA; Anggota: DR. Setiawati,S.Si.,Apt.; Yulia Karyani Dewi, S.Si.
M. Yuwono; Prof. DR. Sugeng Riyanto, Apt, MS; Drs. 3. Farmasetika/Teknologi Farmasi Ketua: Prof. DR.
JA. Kawira, Apt; DR. Harmita, Apt; Drs. Siam Subagyo, Achmad Fudholi, DEA, Apt.; Anggota: Prof. DR. Yudi
MSi; Drs. T. Bahdar J. Hamid, Apt, M.Pharm; Drs. Padmadisastra, Apt, MSc; DR. Hasan Rachmat, Apt;
Janahar Murad; Drs. Syahrial Tahir, Apt; Drs. DR. Marline Abdassah, Apt; Dra. Esti Hendradi, Apt,
Sudjaswadi Wirjowidagdo, Apt; Dra. Nani Sukasediati, PhD; Drs. Basuki Hadi, Apt, MM; Dra. Anny
M.Si, Apt. Sulistyowati, Apt; Dra. Rahmaniar Ulfah, Apt, MSi; Ikka
Selain panitia, telah dibentuk pula Dewan Redaksi Tjahyaningrum, S.Si., Apt; Nurul Hidayah.,Apt.,MSi.; Yudit
Suplemen Ketiga (III) Farmakope Indonesia Edisi IV Liske Kadang, S.Farm.,Apt; Attin Rachmawati,S.Si.;
sesuai Surat Keputusan Dirjen Binfar dan Alkes Nomor Lusitawati,S.Si.,Apt; Dra. Berlian Hatulusan Hutagalung.
HK.03.05/V/424.1/2011 tanggal 5 Agustus 2011 dengan 4. Farmakokinetik/Biofarmasi Ketua: Prof. DR. Yeyet
Ketua: Drs. Bahdar J. Hamid, Apt, M.Pharm; Wakil Cahyati Sumirtapura; Anggota: Prof. DR. Yahdiana
Ketua: Dra. Augustine Zaini, Apt, M.Si; dan dr.Setiawan Harahap, Apt, MS; Prof. DR. Lukman Hakim,MSc; Drs.
Soeparan, MPH; Sekretaris: Dra. Detti Yuliati, Apt, Didik Hasmono, Apt, MS; Drs. Ketut Kartawijaya, Apt;
M.Si; Anggota: Drs. Richard Pandjaitan, Apt, SKM; Drs. DR. Iskandarsyah, MS, Apt; Dra. Hermini Tetrasari,
Janahar Murad, Apt; Drs. Syahrial Tahir, Apt, MM; Drs. Apt, MSi; Dra. Ati Setiawati, Apt, MSi; Drs. Siam
Sudjaswadi Wirjowidagdo, Apt; Drs. Ketut Kartawijaya, Subagyo, MSi; Dra. Mirawati Siregar,Apt; Dra.
Apt; Dra. Nani Sukasediati, Apt, MSi. Neviyenti,Apt; Dra. T. Rosalin,Apt; Dra. Rita
Suplemen III Farmakope Indonesia Edisi IV yang Aritonang,Apt; Diah Lestari,S.Si.; Anggrida
terdiri dari 107 monografi baru, 97 monografi dengan Saragih,S.Si.,Apt; Sofiana Sari,S.Farm.,Apt.
perubahan, 3 lampiran baru dan 7 lampiran dengan 5. Kimia Analisis/Kimia Farmasi/Bahan Pembanding
perubahan, diberlakukan melalui Keputusan Menteri Ketua: Prof. DR. Slamet Ibrahim, DEA; Anggota: Prof.
Kesehatan RI Nomor 006/MENKES/SK/I/2012 tanggal DR. M. Yuwono; Prof. DR. Sudibyo Martono,MS; Prof.
12 Januari 2012. DR. Sugeng Riyanto,Apt.,MS; Drs. JA. Kawira,Apt; DR.
Farmakope Indonesia Edisi IV yang telah dilengkapi Harmita, Apt; Drs. Syamsudin, Apt, Msi; Drs. Janahar
dengan Suplemen I, Suplemen II, dan Suplemen III perlu Murad, Apt; Drs. Syahrial Tahir, Apt; Drs. Sudjaswadi
direvisi untuk disesuaikan dengan perkembangan ilmu Wirjowidagdo, Apt; Dra. Nani Sukasediati, Apt, MSc;
pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian. Dra. Anggraini Armyn, Apt, MM; Dita Novianti, Apt,
Penyusunan Farmakope Indonesia Edisi V didahului MM; Dra. Dini Prapti Karyani,Apt.,MSi.; Dra. Hariati
dengan Panitia Penyusun Farmakope Indonesia Edisi V Wiratningrum,Apt.,MSi; Nenden Solihatul Zannah,
melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: S.Si.,Apt; Lilik Budiarti,S.Si.,Apt.
006/MENKES/SK/I/2014 Tahun 2014 tanggal 13 Januari II. Dewan Redaksi Ketua: Dra. Engko Sosialine, Apt.,
2014 dengan Susunan panitia sebagai berikut: MBiomed; Wakil Ketua I: Dra. Augustine Zaini, Apt.,
Pelindung: Menteri Kesehatan, Pengarah: Kepala Badan MSi; Wakil Ketua II: Drs. Purwadi, Apt., MM., ME;
Pengawas Obat dan Makanan, Ketua I: Direktur Jenderal Sekretaris I: Dra. R. Dettie Yuliati, Apt., MSi; Sekretaris
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Ketua II: Deputi II: Dra. Nadirah Rahim, Apt., MKes; Anggota: Drs.
Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA, Richard Pandjaitan, Apt., SKM; Drs. Janahar Murad,
Sekretaris I: Direktur Bina Produksi dan Distribusi Apt; Drs. Syahrial Tahir, Apt., MM; Dra. Nani
Kefarmasian, Sekretaris II: Direktur Standardisasi Sukasediati, Apt., MSi; Drs. Wusmin Tambunan, MSi.
Produk Terapetik dan PKRT. Drs. Siam Subagyo, MSi; Dra. Tuning Nina Diyanti,
I. Seksi-seksi: Apt.
1. Tata nama, Farmasi Umum dan Perundang-undangan III.Sekretariat Ketua: Dra. Nadirah Rahim, Apt., MKes;
Ketua: Dra. A. Retno Tyas Utami, Apt, M.Epid; Wakil Ketua: Dra. Muhti Okayani, Apt, MEpid;
Anggota: Dra. Kustantinah, Apt, M.App.Sc; Drs. Anggota: Dina Sintia Pamela, Apt., MFarm; Ikka
Richard Pandjaitan, Apt, SKM; Drs. T. Bahdar J. Hamid, Tjahyaningrum, S.Si., Apt; Isnaeni Diniarti, S.Farm.,
Apt, MPharm; Drs. Purwadi, Apt., MM., ME.; Dra. Apt; Helfi Yanti Alit Rahayu, S.Si.,Apt; Ari Ariefah H.,
Endang Woro T, Apt. MSc; Dra. Augustine Zaini, Apt, S.Farm., Apt; Nofiyanti; Damaris Parrangan; Ika
M.Si; Budi Djanu Purwanto, SH, MH; Dra. Moriana Mahmudah, S.Si., Apt; Mutiara Djayanis Tia, S.Farm.,
Hutabarat, Apt, MSi.; Dra. Hotma Limbong,Apt.; Dra. Apt.
Hesti Kusuma,Apt.; Dra. Loise Riani Sirait,Apt, MSi.; Farmakope Indonesia Edisi V ditetapkan sebagai standar
Aan Risma Uli Nainggolan,S.Si.,Apt.,MSi.; Sri Haryanti, mutu obat di Indonesia oleh Menteri Kesehatan RI
S.Si.,Apt.; Daryani,S.Si.,M.Sc. melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
2. Biologi/Mikrobiologi Ketua: Prof. DR. Wahyono, SU, Apt.; ............... tanggal ............. tentang Pemberlakuan
Anggota: Prof. DR. Ernawati Sinaga, Apt.; DR. Isnaeni, Apt, Farmakope Indonesia Edisi V.
MS; DR. Debbie S. Retnoningrum, Apt; Drs. Wusmin
Tambunan, Apt, MSi; Dra. Kusmiaty, Apt, MPharm; Dra.
Sumaria Sudian, Apt.; Dra. Dwi Retno, MSi; Dra. Muhti
-9-
1 Aerosol 11 Larutan
2 Emulsi 12 Pasta
3 Ekstrak dan Ekstrak Cair 13 Plester
4 Gel 14 Sediaan Obat Mata
5 Imunoserum 15 Serbuk
6 Implan 16 Supositoria
7 Inhalasi 17 Suspensi
8 Irigasi 18 Salep
9 Kapsul 19 Tablet
10 Krim 20 Vaksin
DAFTAR MONOGRAFI
DAFTAR PENJELASAN
Persyaratan Umum untuk Uji dan penetapan Uji dan Penetapan secara Biologi
Kadar Desain dan Analisa Penetapan
<11> Baku Pembanding Farmakope <81>
Hayati
Indonesia <91> Penetapan Aktivitas Vitamin B12
Penetapan Golongan Darah ABO
Peralatan untuk Uji dan Penetapan Kadar <101>
Donor
<21> Peralatan Volumetrik <111> Penetapan Golongan Rh Donor
<31> Termometer Penetapan Kadar Kalsium
<121>
<41> Timbangan & Anak Timbangan Pantotenat
Penetapan Potensi Antibiotik secara
<131>
Mikrobiologi
Uji secara Mikrobiologi Penetapan Potensi Fraksi Faktor
<51> Uji Batas Mikroba <141>
VIII
<61> Uji Efektivitas Pengawet <151> Penetapan Potensi Fraksi Faktor IX
Uji Kinerja Resistensi Indikator <161> Penetapan Potensi Insulin
<65>
Biologi <171> Penetapan Potensi Streptokinase
<71> Uji Sterilitas <181> Perangkat Infus dan Transfusi
<191> Uji Daya Hipotensif
- 24 -
MONOGRAFI BARU
PENJELASAN BARU
1 Infus
1 Lindan
2 Temulawak
KETENTUAN DAN PERSYARATAN UMUM Pengakuan Hukum Farmakope Indonesia diakui secara
hukum di Indonesia. Peraturan perundang-undangan
Ketentuan Umum dan Persyaratan Umum, untuk mendukung penerapan Farmakope Indonesia sebagai
selanjutnya disebut “Ketentuan Umum” menetapkan standar mutu sesuai dengan Undang-Undang Republik
pedoman dasar, definisi dan kondisi umum untuk Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
penafsiran dan penggunaan Farmakope Indonesia. Pasal 105 ayat (1) bahwa sediaan farmasi yang berupa
obat dan bahan baku obat harus memenuhi syarat
Persyaratan Umum yang dinyatakan dalam ketentuan Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya.
umum diterapkan untuk semua monografi Farmakope
Indonesia dan untuk semua lampiran kecuali secara
khusus ditekankan dengan pernyataan “kecuali KESESUAIAN DENGAN STANDAR
dinyatakan lain”. Jika terdapat pengecualian pada
monografi terhadap persyaratan umum atau lampiran, Penggunaan Standar Standar untuk monografi
maka persyaratan dalam monografi digunakan sebagai Farmakope Indonesia dinyatakan dalam monografi,
pengganti persyaratan pada ketentuan umum atau lampiran, dan ketentuan umum. Identitas, kekuatan,
lampiran. kualitas dan kemurnian bahan ditetapkan sesuai jenis
pengujian, prosedur pengujian, dan kriteria penerimaan
yang dinyatakan baik dalam monografinya, dalam
JUDUL ketentuan umum ataupun dalam lampiran, kecuali secara
khusus dinyatakan lain.
Judul lengkap buku ini termasuk suplemennya, adalah
Farmakope Indonesia edisi Lima. Judul tersebut dapat Standar monografi, lampiran dan ketentuan umum
disingkat menjadi Farmakope Indonesia edisi V atau FI diberlakukan terhadap bahan tersebut mulai dari proses
V. Farmakope Indonesia edisi V menggantikan edisi produksi hingga kadaluwarsa. Spesifikasi produk dan
sebelumnya. Jika digunakan istilah FI tanpa keterangan Cara Pembuatan Obat yang Baik (misalnya: inisiasi
lain, selama periode berlakunya Farmakope Indonesia rancang kualitas), dikembangkan dan diterapkan untuk
ini, maka yang dimaksudkan adalah FI V dan semua menjamin kesesuaian bahan dengan standar Farmakope
suplemennya. Selanjutnya jika disebut Farmakope dalam hingga batas waktu kadaluwarsanya dalam kondisi
dokumen ini, yang dimaksud adalah Farmakope penyimpanan yang sesuai, sehingga setiap bahan resmi
Indonesia edisi V. yang diuji akan memenuhi kesesuaian dengan standar
Farmakope
STATUS RESMI DAN PENGAKUAN HUKUM Pada saat tertentu, standar Farmakope menggunakan
prosedur statistik, dengan banyak satuan uji dan juga
Teks Resmi Farmakope terdiri dari monografi, lampiran rancangan prosedur berkelanjutan untuk membantu
dan ketentuan umum. pengguna membuktikan bahan yang diuji memenuhi
standar. Pendekatan terhadap prosedur statistik
Monografi Resmi adalah monografi yang tercantum dimaksudkan untuk membuat simpulan terhadap
sebagai monografi dalam Farmakope. kelompok unit yang lebih besar, tetapi dalam banyak
kasus, pernyataan memenuhi kesesuaian dengan standar
Judul yang tercantum dalam monografi adalah nama Farmakope ditetapkan hanya pada unit yang diuji.
resmi dari monografi tersebut. Nama-nama yang Pengulangan, replikasi, pengabaian hasil pencilan data
dianggap sinonim dengan judul resmi tidak dapat secara statistik ataupun ekstrapolasi hasil terhadap
digunakan sebagai pengganti judul resmi. kelompok uji yang lebih luas, seperti halnya frekuensi
yang sesuai untuk pengujian bets tidak dinyatakan secara
Monografi resmi meliputi bahan resmi dan sediaan spesifik dalam Farmakope. Frekuensi pengujian dan
resmi. sampling ditetapkan sesuai kegunaan oleh pengguna lain
Farmakope.
Bahan resmi adalah bahan aktif obat, bahan tambahan
farmasi, komponen lain, atau komponen sediaan jadi Pembuatan sediaan resmi dilakukan sesuai dengan
yang judul monografinya tidak mencakup indikasi sifat- prinsip dasar Cara Pembuatan Obat yang Baik dengan
sifat bentuk jadi tersebut. menggunakan komponen yang sesuai dengan rancangan
spesifikasi untuk menjamin sediaan akhir memenuhi
Sediaan resmi adalah sediaan obat jadi, sediaan setengah persyaratan monografi.
jadi (misalnya suatu padatan steril yang harus dibuat
menjadi larutan jika hendak digunakan) atau produk dari
satu atau lebih bahan resmi atau produk yang MONOGRAFI DAN LAMPIRAN
diformulasikan dan digunakan untuk pasien.
Monografi Mencantumkan nama bahan, definisi,
spesifikasi, dan persyaratan lain yang berkaitan dengan
- 31 -
pengemasan, penyimpanan dan penandaan. Spesifikasi terapi atau keamanan dari yang disebutkan dalam
dalam monografi meliputi jenis pengujian, prosedur sediaan resmi; 3) mengganggu penetapan kadar dan uji-
pengujian, dan kriteria penerimaan untuk memastikan uji lain yang dimaksudkan untuk penentuan kesesuaian
identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian bahan. dengan standar Farmakope.
Untuk ketentuan umum yang spesifik berkaitan dengan
bagian monografi, lihat Komponen monografi. Udara dalam wadah sediaan resmi, bila perlu,
dikeluarkan atau diganti dengan karbondioksida, helium,
Penggunaan prosedur uji Tiap monografi dapat argon, atau nitrogen, atau campuran gas-gas tersebut.
mencantumkan beberapa parameter, pengujian, prosedur Fungsi gas tersebut tidak perlu dicantumkan dalam
dan atau kriteria penerimaan, yang mencerminkan etiket.
variasi bahan dari tiap industri. Misalnya tersedia
beberapa alternatif untuk bentuk polimorf yang berbeda, Bahan Tambahan dan Eksipien dalam Bahan Resmi
cemaran, bentuk hidrat dan disolusi. Monografi Bahan resmi hanya boleh mengandung bahan-bahan
menyatakan pengujian, prosedur dan atau kriteria tambahan tertentu yang diperbolehkan seperti tertera
penerimaan yang digunakan, dan penandaan yang pada masing-masing monografi. Nama dan jumlah bahan
dipersyaratkan. tambahan tersebut harus dicantumkan dalam etiket.
Kriteria penerimaan Meliputi kesalahan analisis dari Bahan Tambahan dan Eksipien dalam Sediaan Resmi
variasi yang tidak bisa dihindari pada saat produksi dan Bahan tambahan dan eksipien yang sesuai seperti bahan
formulasi, dan kesalahan yang masih dapat diterima antimikroba, bahan dasar farmasetik, penyalut, perisa,
pada kondisi teknis. Nilai kriteria penerimaan pengawet, penstabil dan pembawa dapat ditambahkan ke
Farmakope bukan merupakan dasar pengakuan bahwa dalam sediaan resmi untuk meningkatkan stabilitas,
bahan resmi dengan kemurnian melebihi 100% adalah manfaat atau penampilan maupun untuk memudahkan
melebihi kualitas Farmakope. Sama halnya, ketika bahan pembuatan, kecuali dinyatakan lain dalam masing-
disiapkan dengan persyaratan kondisi yang lebih ketat masing monografi.
dari spesifikasi monografi tidak menjadi dasar Bahan pewarna dapat ditambahkan dalam sediaan resmi
pengakuan bahwa bahan tersebut melebihi persyaratan kecuali sediaan parenteral dan sediaan untuk mata.
Farmakope. Bahan tambahan atau eksipien lain yang sesuai untuk
sediaan parenteral, seperti tertera pada Bahan Tambahan
Lampiran Masing-masing lampiran menetapkan dalam Injeksi.
penomoran yang dicantumkan dalam tanda kurung Komposisi bahan dasar dan penyiapan sediaan salep dan
setelah judul lampiran (contoh Kromatografi <931>). supositoria dapat bervariasi untuk mempertahankan
Lampiran terdiri dari : kesesuaian konsistensi dalam kondisi iklim yang
- Uraian tentang jenis pengujian dan prosedur berbeda, mempertahankan konsentrasi bahan aktif, dan
penetapannya pada masing-masing monografi. agar ketersediaan hayati, efek terapi dan keamanan
- Informasi umum untuk interpretasi persyaratan sediaan tidak terganggu.
Farmakope.
- Uraian umum tentang jenis wadah dan penyimpanan. Sediaan setengah jadi yang menyebutkan komposisi
secara lengkap, hanya mengandung bahan yang
Jika monografi merujuk pada lampiran, kriteria disebutkan dalam formula, kecuali dinyatakan lain pada
penerimaan dicantumkan setelah judul lampiran. masing-masing monografi. Penyimpangan dalam proses
atau metode pencampuran yang telah ditetapkan, jika
Beberapa lampiran menyajikan penjelasan suatu jenis uji bukan jumlah atau komposisi bahan tambahan, dapat
atau teknik analisis. Lampiran ini dapat menjadi rujukan dilakukan, asalkan menghasilkan sediaan akhir yang
lampiran pengujian lain yang mencantumkan teknik memenuhi standar dan mengikuti proses yang telah
terkait, prosedur rinci, urutan dan kriteria penerimaan. ditetapkan.
Jumlah bagian pelarut Cemaran lain Jika monografi memuat penetapan kadar
Istilah kelarutan yang diperlukan untuk atau uji cemaran organik berdasarkan kromatografi
melarutkan 1 bagian zat selain uji sisa pelarut, dan prosedur monografi tidak
Sangat mudah larut Kurang dari 1 dapat mendeteksi identitas dan jumlah cemaran dalam
Mudah larut 1 sampai 10 bahan yang diketahui, maka harus dinyatakan sebagai
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
cemaran lain.
Sukar larut 100 sampai 1000 Cemaran lain yang tidak tercantum pada etiket bahan
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000 resmi adalah varian standar jika jumlahnya 0,1% atau
Praktis tidak larut lebih dari 10.000 lebih besar. Total cemaran lain ditambah cemaran yang
dapat diidentifikasi dengan metode pada monografi tidak
Identifikasi Uji di bawah judul Identifikasi pada lebih dari 2,0% (seperti yang tertera pada Cemaran
monografi dimaksudkan sebagai suatu cara untuk Umum <481>), kecuali dinyatakan lain dalam
membuktikan bahwa bahan yang diperiksa mempunyai monografi.
identitas yang sesuai dengan yang tertera pada etiket.
Beberapa kategori bahan aktif berikut ini tidak perlu
Uji identifikasi dalam suatu monografi dapat terdiri dari memenuhi uji persyaratan cemaran lain :
satu atau lebih prosedur. Ketika uji identifikasi Produk fermentasi dan turunan semi-sintesis
dilakukan, semua persyaratan dari prosedur spesifik Radiofarmaka
harus terpenuhi. Kegagalan suatu bahan untuk Produk biologi
memenuhi persyaratan uji Identifikasi (misalnya tidak Produk turunan-bioteknologi
sesuai dengan semua persyaratan prosedur spesifik yang Peptida
merupakan bagian dari uji) menunjukkan adanya Produk herbal
ketidaksesuaian dengan etiket dan/atau palsu. Bahan mentah yang berasal dari tanaman atau hewan
Bahan yang diketahui bersifat toksik tidak boleh
Penetapan kadar Penetapan kadar untuk sediaan dinyatakan sebagai cemaran lain.
setengah jadi tidak dimaksudkan untuk mengevaluasi
sediaan setengah jadi sebelum diserahkan, tetapi Uji Kinerja Jika uji keseragaman kandungan dilakukan
berfungsi sebagai uji resmi jika ada pertanyaan atau menggunakan metode analisis yang sama dengan
perdebatan mengenai pemenuhan persyaratan terhadap Penetapan kadar, dengan memperhatikan perbedaan
standar resmi. yang dapat diterima pada prosedur penyiapan contoh,
Penetapan kadar bahan dan sediaan resmi dicantumkan rata-rata dari semua hasil uji keseragaman kandungan
dalam masing-masing monografi. dapat dinyatakan sebagai kadar dari sediaan.
Unit potensi biologi Bahan yang tidak sepenuhnya dapat Baku Pembanding FI Baku Pembanding FI adalah
dikarakterisasi secara kimia atau fisika, perlu senyawa yang telah disetujui keabsahan penggunaannya
menunjukkan aktivitas biologi dalam unit potensi, yang sebagai pembanding dalam pengujian dan penetapan
mengacu pada baku pembanding yang telah ditetapkan kadar berdasarkan FI (seperti tertera pada Baku
secara resmi. Pembanding Farmakope Indonesia <11>). Jika suatu
Unit potensi biologis didefinisikan oleh World Health pengujian atau penetapan kadar monografi perlu
Organization (WHO) untuk International Biological menggunakan baku pembanding dan bukan Baku
Standards and International Biological Reference Pembanding FI, maka dapat digunakan suatu bahan yang
Preparations dinyatakan sebagai Unit Internasional (UI). memenuhi semua persyaratan dalam monografi. Jika
Monografi mengacu pada satuan yang dinyatakan etiket baku pembanding tidak mencantumkan potensi
dengan Baku Pembanding Farmakope Indonesia sebagai atau kadar tertentu, maka kemurniannya dianggap
“Unit ... FI”. Untuk produk biologi, unit potensi 100,0% pada penggunaan resmi. Kecuali dinyatakan lain
mengacu pada Unit Internasional. pada masing-masing monografi atau ketentuan umum,
penggunaan baku pembanding mengacu pada petunjuk
Senyawa Asing dan Cemaran Pengujian terhadap yang tertera pada sertifikat pengujian.
adanya senyawa asing dan cemaran dimaksudkan untuk
membatasi senyawa tersebut sampai pada jumlah yang
tidak mempengaruhi bahan pada kondisi penggunaan PENGUJIAN DAN PROSEDUR
biasa. Pengujian yang tidak tertera pada monografi dan
kriteria penerimaan yang sesuai untuk mendeteksi dan
Cara berlaboratorium yang baik Dalam melaksanakan
mengendalikan cemaran yang merupakan hasil
pengujian, keamanan cara berlaboratorium yang baik
perubahan dari metode pembuatan atau berasal dari
harus dipatuhi, termasuk langkah pencegahan,
sumber eksternal harus dilaksanakan sebagai uji
perlengkapan pelindung dan konsistensi tahapan
tambahan dari yang dinyatakan dalam masing-masing
pengujian bahan kimia dan prosedur yang digunakan.
monografi.
Sebelum memulai pengujian, penguji harus memahami
risiko terkait bahan kimia, serta teknik dan cara
- 33 -
Kapsul Jika dalam penetapan kadar kapsul disebutkan Tangas Air Kecuali dinyatakan lain, tangas air adalah
“Timbang saksama tidak kurang dari sejumlah kapsul. tangas air yang mendidih kuat secara stabil.
Keluarkan isi semua kapsul, bersihkan cangkang kapsul
dan timbang saksama, hitung bobot rata-rata isi tiap
kapsul. Timbang saksama sejumlah serbuk kapsul” HASIL UJI
berarti sejumlah kapsul ditimbang saksama, kemudian
dibuka secara hati-hati dan isinya dikeluarkan, cangkang Interpretasi Persyaratan Hasil analisis yang diamati di
kapsul dibersihkan, digabung, dan ditimbang saksama. laboratorium (atau dihitung dari pengukuran pengujian)
Hitung bobot rata-rata isi kapsul. Sejumlah isi kapsul dibandingkan dengan kriteria penerimaan untuk
yang digunakan harus ditimbang saksama karena menentukan kesesuaian bahan tersebut dengan
mewakili seluruh isi kapsul. persyaratan Farmakope.
Pereaksi Prosedur Farmakope yang valid tergantung Nilai yang dilaporkan, umumnya adalah nilai rata-rata
antara lain dari kualitas pereaksi yang digunakan. untuk beberapa penetapan secara individual,
Spesifikasi pereaksi tertera pada Pereaksi, Indikator dan dibandingkan dengan kriteria penerimaan. Nilai yang
Larutan. Jika spesifikasi pereaksi tidak tercantum, dilaporkan adalah hasil akhir dari prosedur pengukuran
pereaksi yang digunakan harus mempunyai mutu yang yang lengkap, seperti yang telah ditetapkan.
sesuai untuk tujuan pengujian. Bahan-bahan yang ada
dalam Pereaksi, Indikator dan Larutan, termasuk Jika kriteria penerimaan dinyatakan secara numerik
indikator dan larutan pereaksi, tidak boleh digunakan melalui spesifikasi batas atas atau batas bawah, nilai
untuk tujuan terapi, sehingga dalam etiketnya harus yang diterima termasuk nilai batas yang telah ditetapkan,
tercantum istilah “pereaksi” atau “kelas pereaksi”. tetapi bukan nilai diluar batas-batas. Kriteria penerimaan
dianggap bermakna sampai angka terakhir yang
Peralatan Kecuali dinyatakan lain, spesifikasi ukuran ditampilkan.
atau tipe wadah atau perangkat tertentu dalam prosedur
hanya digunakan sebagai rekomendasi. Ukuran atau tipe Kadar Nominal dalam Rumus Jika ”kadar nominal” telah
lain dapat digunakan jika sesuai dengan penggunaannya. ditentukan, kadar dihitung berdasarkan yang tertera pada
etiket. Pada prosedur penetapan kadar, koreksi air
Alat ukur Apabila dinyatakan penggunaan labu tentukur biasanya dinyatakan dalam definisi dan pada etiket di
atau alat timbang atau alat ukur jenis lain, maka dapat Baku Pembanding Farmakope Indonesia (BPFI). Untuk
digunakan alat ini atau alat ukur lain dengan ketelitian prosedur lainnya, koreksi untuk pengujian kandungan,
yang setara. potensi, atau keduanya dibuat terutama untuk
penggunaan kadar pada persamaan yang tertera dalam
Pipet Apabila dinyatakan penggunaan pipet, dapat monografi.
digantikan dengan buret yang sesuai. Jika disebutkan
pipet volume, dapat digunakan labu tentukur yang Kesetaraan dalam Prosedur Titrimetri Petunjuk untuk
sesuai. prosedur titrimetri disimpulkan dengan pernyataan bobot
zat yang setara dengan tiap ml titran yang telah
Pelindung Cahaya Apabila dinyatakan wadah aktinik- dibakukan. Dalam pernyataan kesetaraan tersebut,
rendah atau tidak tembus cahaya, dapat digunakan diartikan bahwa jumlah angka bermakna dalam kadar
wadah khusus yang dapat melindungi zat dari cahaya titran sesuai dengan jumlah angka bermakna pada bobot
atau wadah bening yang dilapisi atau dibungkus agar zat yang ditetapkan. Jika diperlukan, koreksi terhadap
tidak tembus cahaya. perhitungan yang didasarkan pada penetapan blangko
dibuat untuk semua penetapan kadar titrimetri.
Instrumen Penggunaan instrumen tertentu dalam
monografi dapat digantikan instrumen lain dengan Aturan Pembulatan Nilai yang diamati atau yang
prinsip dasar pengoperasian yang sama dan mempunyai dihitung harus dibulatkan ke angka desimal yang telah
sensitivitas dan ketelitian yang setara atau lebih. disepakati batasnya. Angka-angka tersebut tidak boleh
Karakteristik ini harus disesuaikan. dibulatkan sampai perhitungan akhir untuk nilai yang
dilaporkan. Perhitungan antara (misalnya kemiringan
Tabung dan Kolom kromatografi Yang dimaksud untuk linieritas) dapat dibulatkan untuk tujuan
“diameter” adalah diameter dalam. pelaporan, tapi nilai asli (yang tidak dibulatkan) harus
digunakan untuk perhitungan tambahan lainnya. Kriteria
Pipa Yang dimaksud “diameter” adalah diameter luar. penerimaan adalah nilai yang sudah ditetapkan dan tidak
dibulatkan.
Tangas Uap Apabila dinyatakan penggunaan tangas uap, Jika diperlukan pembulatan, pastikan hanya satu angka
yang dimaksud adalah tangas dengan uap panas pada desimal terakhir. Jika angka lebih kecil dari lima,
mengalir. Dapat juga digunakan pemanas lain yang maka dihilangkan dan angka sebelumnya tidak
disertai pengatur suhu, hingga suhu setara dengan uap dihilangkan. Jika angka sama atau lebih besar dari lima,
panas mengalir.
- 35 -
maka dihilangkan dan angka sebelumnya bertambah Desikator Jika dinyatakan “dalam desikator”
sebesar satu. menunjukkan penggunaan wadah tertutup rapat dengan
ukuran yang sesuai dan desain yang dapat
Ilustrasi Nilai Pembulatan Numerik mempertahankan kelembaban rendah dengan
sebagai Perbandingan dengan Persyaratan menggunakan pengering yang sesuai seperti kalsium
Persyaratan Nilai yang Hasil Kesesuaian
Farmakope belum pembulatan
klorida anhidrat, magnesium perklorat, fosfor
dibulatkan pentoksida, atau silika gel (seperti tertera pada Desikator
Batas penetapan 97,96% 98,0% Ya Hampa).
kadar 97,92% 97,9% Tidak
≥ 98,0% 97,95% 98,0% Ya Logaritma Yang dimaksud adalah bilangan dasar 10.
Batas penetapan 101,55% 101,6% Tidak
kadar 101,46% 101,5% Ya
≤ 101,5% 101,45% 101,5% Ya Galur Mikroba Harus mengacu dan disebutkan dengan
Uji batas ≤ 0,02% 0,025% 0,03% Tidak nomor katalognya, misal: ATCC dan harus digunakan
0,015% 0,02% Ya secara langsung atau jika disubkultur harus digunakan
0,027% 0,03% Tidak tidak lebih dari lima pasase dari galur asli.
Uji batas ≤ 3 bpj 3,5 bpj 4 bpj Tidak
3,4 bpj 3 bpj Ya
2,5 bpj 3 bpj Ya Bobot yang dapat diabaikan Dimaksudkan bobot yang
tidak melebihi 0,50 mg.
ISTILAH DAN DEFINISI Bau Pernyataan “tidak berbau”, “praktis tidak berbau”,
“berbau khas lemah” atau lainnya, ditetapkan dengan
Singkatan pengamatan setelah bahan terkena udara selama 15
BPFI : Baku Pembanding Farmakope Indonesia menit. Waktu 15 menit dihitung setelah wadah yang
LK : Larutan Kolorimetri berisi tidak lebih dari 25 g bahan dibuka. Untuk wadah
LP : Larutan Pereaksi yang berisi lebih dari 25 g bahan penetapan dilakukan
LV : Larutan Volumetrik yang telah dibakukan sesuai setelah lebih kurang 25 g bahan dipindahkan ke dalam
dengan petunjuk yang tertera dalam monografi atau cawan penguap 100 ml. Bau yang disebutkan hanya
Pereaksi, Indikator, dan Larutan. bersifat deskriptif dari bahan yang bersangkutan.
P : Pereaksi
Persen Digunakan tanpa kualifikasi berarti:
Lebih kurang Pernyataan “Lebih kurang” Untuk campuran padat dan semi padat, persen b/b
menunjukkan kuantitas dalam rentang 10%. Jika Untuk larutan atau suspensi padatan dalam cairan,
pengukuran dinyatakan dengan “diukur saksama” atau persen b/v
“ditimbang saksama” ikuti pernyataan dalam Peralatan Untuk larutan cairan dalam cairan, persen v/v
Volumetri <31> dan Timbangan dan Anak Timbangan Untuk larutan gas dalam cairan, persen b/v
<41>.
Sebagai contoh, 1 persen larutan dibuat dengan
Kadar Alkohol Persentase etanol, seperti pada judul melarutkan 1 g zat padat atau semi padat, atau 1 ml
Kadar Alkohol mengacu pada persentase volume cairan, dalam pelarut sampai volume 100 ml larutan.
C2H5OH pada suhu 15,56º. Jika suatu formula,
pengujian, atau penetapan untuk alkohol, etil alkohol, Persentase Kadar Persentase kadar dinyatakan sebagai
atau etanol, maka digunakan monografi “Etanol”. Jika berikut:
pembanding menyebutkan “C2H5OH”, maka yang Persen bobot dalam bobot (b/b) adalah jumlah g zat
dimaksud adalah etanol mutlak (100%). Jika prosedur terlarut dalam 100 g larutan
menyebutkan etanol dehidrat, etanol mutlak, etanol Persen bobot dalam volume (b/v) adalah jumlah g zat
anhidrat, maka yang harus digunakan adalah monografi terlarut dalam 100 ml larutan
“Etanol Mutlak”. Persen volume dalam volume (v/v) adalah jumlah ml
zat terlarut dalam 100 ml larutan.
Bobot Atom Bobot atom yang digunakan sebagai dasar
perhitungan bobot molekul dan faktor pada penetapan Tekanan Ditentukan menggunakan manometer atau
kadar atau pada bagian lain Farmakope adalah sesuai barometer terkalibrasi sesuai dengan tekanan yang
dengan yang ditetapkan oleh IUPAC Commision on diberikan oleh kolom air raksa dari ketinggian yang
Atomic Weights and Isotopic Abundances. ditetapkan.
Penetapan Blangko Jika diperlukan koreksi terhadap Waktu Reaksi Kecuali dinyatakan lain, waktu reaksi
suatu penetapan dengan cara penetapan blangko, adalah 5 menit.
penetapan dilakukan menggunakan pereaksi yang sama,
cara yang sama seperti pada larutan atau campuran yang
mengandung zat yang ditetapkan, tetapi tanpa zat yang
ditetapkan.
- 36 -
Bobot Jenis Adalah bobot suatu zat di udara pada suhu cm = sentimeter mOsmol = miliosmol
25º dibagi dengan bobot volume air yang setara pada mm = milimeter Hz = hertz
suhu sama. µm = mikrometer kHz = kilohertz
Suhu Kecuali dinyatakan lain, semua suhu di dalam nm = nanometera MHz = megahertz
Farmakope dinyatakan dalam derajat Celsius dan semua kg = kilogram V = volt
pengukuran dilakukan pada suhu 25. Jika dinyatakan g = gram MeV = Mega elektron
“suhu ruang terkendali” yang dimaksud adalah suhu volt
antara 15 dan 30. Jika digunakan “panas sedang” mg = miligram keV = Kilo elektron
menunjukkan suhu tidak lebih dari 45º volt
mcg; µg = mikrogramb mV = mili volt
Hampa udara Kecuali dinyatakan lain istilah “dalam ng = nanogram Pa = pascal
hampa udara” dimaksudkan kondisi dengan tekanan pg = pikogram kPa = kilopascal
udara kurang dari 20 mmHg. fg = femtogram g = gravitasi (dalam
sentrifus)
Desikator hampa udara adalah desikator yang dapat a
Sebelumnya digunakan simbol mµ (milimikro)
mempertahankan kelembaban rendah pada tekanan tidak b
Lambang µg digunakan dalam Farmakope untuk menyatakan
lebih dari 20 mmHg atau pada tekanan lain yang mikrogram, tetapi mikrogram juga menggunakan penandaan
“mcg” pada pembuatan resep. Sedangkan “gamma”,
ditetapkan dalam monografi. dilambangkan dengan “γ”, sering dipakai sebagai penandaan
mikrogram dalam pustaka biokimia.
Air c
Satu mililiter (ml) yang digunakan setara dengan satu sentimeter
Air sebagai bahan dalam produk resmi Sebagai bahan kubik (cc).
dalam produk resmi, harus memenuhi persyaratan air
yang sesuai dengan monografi.
WADAH DAN PENYIMPANAN
Air dalam prosedur Farmakope Kecuali dinyatakan lain,
harus digunakan “Air Murni”. Definisi untuk Air Penyimpanan pada kondisi yang tidak ditentukan
kemurnian tinggi dan Air Bebas Karbondioksida Jika tidak ada petunjuk dan pembatasan yang khusus
tercantum dalam Wadah <1271>. pada Wadah dan penyimpanan monografi atau pada
etiketnya, kondisi penyimpanan harus pada ruang
Bobot dan ukuran Bobot dan ukuran yang digunakan di dengan suhu terkendali, terlindung dari lembab, dan jika
dalam Farmakope adalah sistem metrik. perlu terlindung dari cahaya. Tanpa memperhatikan
jumlah, zat tersebut harus terlindung dari lembab,
Molalitas diberi simbol m, adalah jumlah gram pembekuan, dan suhu berlebih, dan jika perlu terlindung
molekul zat yang dilarutkan dalam 1 kg pelarut. dari cahaya selama pengangkutan atau distribusi.
Molaritas Diberi simbol M, adalah jumlah gram Wadah Suatu tempat penyimpanan bahan yang
molekul zat yang dilarutkan dalam pelarut hingga berhubungan langsung atau tidak langsung dengan
volume 1 l. bahan. Wadah langsung adalah wadah yang langsung
berhubungan dengan bahan sepanjang waktu. Tutup
Normalitas Diberi simbol N, adalah jumlah gram adalah bagian dari wadah.
ekuivalen zat yang dilarutkan dalam pelarut hingga Sebelum diisi wadah harus bersih. Prosedur pencegahan
volume 1 l. khusus dan pembersihan diperlukan untuk menjamin
agar tiap wadah bersih dan benda asing tidak masuk ke
Satuan bobot dan ukuran serta singkatannya yang sering dalamnya atau mencemari bahan.
digunakan dalam Farmakope adalah sebagai berikut:
Wadah dan tutup tidak boleh mempengaruhi bahan yang
Bq = Becquerel dl = desiliter disimpan di dalamnya baik secara kimia maupun secara
kBq = kilobecquerel l = liter fisika, yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan,
MBq = megabecquerel ml = mililiterc mutu atau kemurniannya hingga tidak memenuhi
GBq = gigabecquerel µl = mikroliter persyaratan resmi.
Ci = Curie Eq = gram
ekuivalen Kecuali dinyatakan lain, persyaratan wadah yang tertera
mCi = milicurie mEq = miliekuivalen di Farmakope juga berlaku untuk wadah yang digunakan
µCi = mikrocurie mol = gram molekul dalam penyerahan obat oleh Apoteker.
(mol)
nCi = nanocurie Da = dalton (massa Kemasan tersegel Wadah suatu bahan steril yang
molekul relatif) dimaksudkan untuk pengobatan mata atau telinga,
m = meter mmol = milimol kecuali yang disiapkan segera sebelum diserahkan atas
dasar resep, harus disegel sedemikian rupa hingga isinya
dm = desimeter Osmol = osmol
tidak dapat digunakan tanpa merusak segel.
- 37 -
Bahan yang dijual tanpa resep juga harus memenuhi Wadah dosis ganda Adalah Wadah satuan ganda untuk
persyaratan Kemasan tersegel dan penandaan sesuai bahan yang digunakan hanya secara parenteral.
dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Suhu dan Kelembaban Penyimpanan Beberapa
Wadah tidak tembus cahaya Harus dapat melindungi isi monografi mencantumkan ketentuan khusus mengenai
dari pengaruh cahaya, dibuat dari bahan khusus yang suhu dan kelembaban serta distribusi bahan termasuk
mempunyai sifat menahan cahaya atau dengan melapisi pengangkutan bahan kepada konsumen (jika data
wadah tersebut. Wadah yang bening dan tidak berwarna stabilitas bahan menunjukkan penyimpanan dan
atau wadah yang tembus cahaya dapat dibuat tidak distribusi pada suhu yang lebih rendah atau lebih tinggi
tembus cahaya dengan cara memberi pembungkus yang dan kelembaban yang lebih tinggi menyebabkan hasil
buram. Dalam hal ini pada etiket harus disebutkan yang tidak diinginkan). Ketentuan tersebut digunakan
bahwa pembungkus buram diperlukan sampai isi dari kecuali jika etiket zat menyatakan suhu penyimpanan
wadah habis diminum atau digunakan untuk keperluan yang berbeda berdasarkan data stabilitas pada formula
lain. tersebut. Jika tidak ada petunjuk penyimpanan khusus
atau pembatasan pada monografi, tetapi etiket zat
Jika dalam monografi dinyatakan “terlindung cahaya”, menyatakan suhu penyimpanan berdasarkan data
dimaksudkan agar penyimpanan dilakukan dalam wadah stabilitas formula tersebut, maka petunjuk penyimpanan
tidak tembus cahaya. pada etiket tersebut yang berlaku. Kondisi tersebut
dijelaskan pada istilah-istilah berikut, walaupun untuk
Wadah tertutup baik Harus melindungi isi terhadap penandaan pada etiket direkomendasikan untuk
masuknya bahan padat dan mencegah kehilangan bahan mencantumkan suhu dimaksud.
selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan
distribusi. Lemari pembeku Menunjukkan ruangan dengan suhu
dipertahankan secara termostatik antara -20º dan -10º.
Wadah tertutup rapat Harus melindungi isi terhadap
masuknya bahan cair, bahan padat atau uap dan Dingin Adalah kondisi suhu tidak lebih dari 8, lemari
mencegah kehilangan, merekat, mencair atau pendingin mempunyai suhu antara 2dan 8.
menguapnya bahan selama penanganan, pengangkutan,
penyimpanan dan distribusi, harus dapat ditutup rapat Sejuk Adalah kondisi suhu antara 8dan 15. Kecuali
kembali. Wadah tertutup rapat dapat diganti dengan dinyatakan lain, bahan yang harus disimpan pada suhu
wadah tertutup kedap untuk bahan dosis tunggal. sejuk dapat disimpan di dalam lemari pendingin.
Wadah tertutup kedap Harus dapat mencegah Suhu ruang dingin terkendali Adalah suhu yang
menembusnya udara atau gas lain selama penanganan, dipertahankan secara termostatik antara 2º dan 8º
pengangkutan, penyimpanan dan distribusi. berdasarkan pengalaman penyimpangan antara 0º dan
15º selama penyimpanan, pengangkutan dan distribusi
Wadah satuan tunggal Digunakan untuk produk obat hingga rata-rata suhu kinetik tidak lebih dari 8º.
yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai dosis Lonjakan suhu hingga 25º diperbolehkan jika produsen
tunggal yang harus digunakan segera setelah dibuka. memberikan keterangan demikian dan lonjakan suhu
Wadah atau pembungkusnya sebaiknya dirancang tersebut tidak lebih dari 24 jam kecuali didukung oleh
sedemikian rupa hingga dapat diketahui apabila wadah data stabilitas atau produsen menyarankan demikian.
tersebut pernah dibuka. Tiap wadah satuan tunggal harus
diberi etiket yang menyebutkan identitas, kadar atau Suhu Ruang Adalah suhu pada ruang kerja tidak lebih
kekuatan, nama produsen, nomor bets dan tanggal dari 30º.
kadaluwarsa.
Suhu Ruang Terkendali Adalah suhu yang dipertahankan
Wadah dosis tunggal Adalah wadah satuan tunggal secara termostatik antara 20º dan 25º, dengan toleransi
untuk bahan yang hanya digunakan secara parenteral. penyimpangan antara 15º dan 30º hingga rata-rata suhu
Tiap wadah dosis tunggal harus diberi etiket seperti pada kinetik tidak lebih dari 25º, berdasarkan pengalaman di
Wadah satuan tunggal. apotek, rumah sakit, dan gudang. Jika suhu kinetik rata-
rata tetap pada rentang yang diperbolehkan, lonjakan
Wadah dosis satuan Adalah wadah satuan tunggal untuk suhu hingga 40º diperbolehkan selama tidak lebih dari
bahan yang digunakan bukan secara parenteral dalam 24 jam dengan didukung data stabilitas.
dosis tunggal, langsung dari wadah.
Suhu kinetik rata-rata adalah nilai yang digunakan
Wadah satuan ganda Adalah wadah yang sebagai suhu penyimpanan isotermal yang
memungkinkan dapat diambil isinya beberapa kali tanpa mensimulasikan pengaruh non-isotermal dari perubahan
mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau suhu penyimpanan.
kemurnian sisa zat dalam wadah tersebut.
- 38 -
Pada etiket bahan yang harus disimpan di ruang masing-masing zat aktif kecuali satuan dosis larutan oral
terkendali dapat dicantumkan “disimpan pada suhu atau suspensi yang disiapkan dalam bentuk cairan atau
ruang terkendali” atau “disimpan pada suhu hingga 25º”. perlu direkonstitusi terlebih dahulu dengan sejumlah
pelarut. Etiket harus menyatakan jumlah zat aktif yang
Bahan yang disimpan pada suhu ruang terkendali dapat ditentukan pada Volume terpindahkan <1261>. Sediaan
juga disimpan dan didistribusikan pada tempat dengan resmi yang tidak dalam bentuk satuan dosis harus diberi
suhu antara 8º dan 15º, kecuali dinyatakan lain pada etiket yang menyatakan jumlah masing-masing zat aktif
masing-masing monografi atau pada etiket. dalam tiap mililiter, tiap gram atau dalam persen masing-
masing zat aktif (seperti tertera pada Kadar dalam
Hangat Adalah kondisi suhu antara 30º dan 40º. Persen), kecuali cairan oral atau padatan untuk
rekonstitusi, dapat diberi etiket tiap 5 mililiter cairan
Panas Berlebih Adalah kondisi suhu di atas 40. rekonstitusi. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi,
kekuatan atau jumlah zat aktif harus dinyatakan dalam
Perlindungan dari pembekuan Disamping resiko satuan metrik (seperti tertera pada Unit potensi biologi).
kerusakan isi, pembekuan zat dapat menghilangkan
kekuatan atau potensi, atau merusak karakteristik zat, Penggunaan desimal nol pada penandaan Untuk
maka pada etiket harus dinyatakan bahwa zat harus meminimalkan kesalahan dalam peracikan dan
terhindar dari pembekuan. penggunaan obat, jumlah zat aktif dinyatakan dalam
angka tanpa nilai desimal yang diikuti dengan angka nol
Tempat Kering Merupakan tempat dengan kelembaban [contoh: 4 mg (bukan 4,0 mg)].
relatif rata-rata tidak lebih dari 40% pada suhu ruang
terkendali atau sebanding dengan tekanan penguapan air Penandaan Obat dalam Bentuk Garamnya Pada
pada suhu lain. Penentuan dapat dilakukan dengan prinsipnya semua bahan resmi hanya memiliki satu nama
pengukuran langsung pada ruangan berdasarkan tidak resmi. Untuk menyingkat penulisan dalam etiket, dan
kurang dari 12 pengukuran yang mencakup satu musim, karena kebanyakan simbol kimia garam-garam organik
satu tahun, atau sesuai data periode penyimpanan bahan. obat sudah diketahui sebagai sinonim dengan bentuk
Kelembaban relatif dapat mencapai 45% dengan tulisan, penulisan berikut diperbolehkan dalam
kelembaban relatif rata-rata 40%. penandaan bahan resmi, yaitu: HCl untuk hidroklorida,
HBr untuk hidrobromida, Na untuk Natrium, dan K
Penyimpanan dalam wadah yang diinginkan untuk untuk kalium. Simbol Na dan K ditujukan untuk
melindungi zat dari uap lembab, termasuk penyimpanan menyingkat nama garam asam organik, ditulis pada
dalam bentuk ruahan, dianjurkan untuk disimpan di bagian belakang nama zat (contoh: Fenobarbital Na)
tempat kering.
Penandaan Obat yang Mengandung Vitamin Kandungan
Penandaan Ditujukan kepada seluruh etiket dan tulisan, vitamin pada sediaan resmi harus dinyatakan pada etiket
cetakan, atau grafik yang terdapat pada wadah langsung dalam satuan metrik per satuan dosis. Jumlah vitamin A,
bahan atau pada kemasan atau bungkus lainnya kecuali D, dan E dapat dinyatakan juga dalam unit FI. Jumlah
wadah pemindahan lainnya. Etiket diartikan sebagai vitamin A dinyatakan dalam satuan metrik ekuivalen
bagian dari penandaan pada wadah langsung. terhadap jumlah retinol (vitamin A dalam bentuk
alkoholnya).
Wadah pengangkutan yang mengandung zat tunggal,
kecuali wadah tersebut juga merupakan wadah langsung Penandaan Sediaan Parenteral dan Topikal Harus
atau bagian luar dari kemasan diberi etiket dengan menyatakan semua nama zat yang ditambahkan (Zat
identitas minimum dari produk (kecuali untuk bahan aktif, zat tambahan, eksipien) seperti tertera pada Bahan
yang dikendalikan) terdiri dari: nomor lot, waktu tambahan juga harus dicantumkan jumlah atau
kadaluwarsa, kondisi penyimpanan dan distribusi. perbandingan, kecuali untuk zat yang ditambahkan untuk
mengatur pH atau isotonis. Pada etiket hanya disebutkan
Bahan pada Farmakope ini harus memenuhi persyaratan nama dan tujuan penambahan zat tersebut.
penandaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
sebagai persyaratan tambahan. Penandaan Sediaan Elektrolit Kadar dan dosis elektrolit
untuk terapi pengganti (contohnya Natrium Klorida atau
Jumlah Zat Aktif Per Satuan Dosis Kekuatan obat Kalium Klorida) harus dinyatakan pada etiket dalam
dicantumkan pada etiket wadah dalam mikrogram, miliekuivalen (mEq). Etiket juga harus menyatakan
miligram, gram atau persen senyawa atau bentuk aktif, kadar dalam bobot atau persen.
kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Nama
senyawa atau bentuk aktifnya dan jumlah ekuivalensinya Penandaan Etanol Kandungan etanol dalam cairan harus
dinyatakan pada etiket. dinyatakan pada etiket dalam persen (v/v) C2H5OH.
Tablet dan Kapsul Khusus Etiket sediaan kapsul atau kecuali data stabilitas atau penandaan produsen
tablet tidak ditujukan untuk ditelan utuh harus menyatakan lain.
menyatakan cara penggunaan secara jelas.
Penyedia obat harus memelihara fasilitas tempat sediaan
Waktu Kadaluwarsa Etiket sediaan resmi harus dikemas dan disimpan, pada suhu kinetik rata-rata tidak
mencantumkan waktu kadaluwarsa. Waktu kadaluwarsa lebih dari 25. Kemasan plastik yang digunakan untuk
harus dapat dibaca oleh setiap orang pada kondisi sediaan harus memberikan perlindungan lebih baik
pemakaian biasa. Waktu kadaluwarsa harus mudah dibanding polivinil klorida yang tidak memberikan
dimengerti dan ditunjukkan secara jelas dengan latar perlindungan cukup terhadap permeasi lembab. Suhu
belakang yang kontras atau dicetak timbul (contoh: ruang tempat penyimpanan sediaan dan kemasan plastik
“EXP 6/08”, “Exp.Juni 08”, atau Expires 6/08”). yang digunakan harus selalu dicatat.
Monografi beberapa sediaan menyatakan waktu
kadaluwarsa harus dicantumkan pada etiket. Jika tidak Sediaan racikan Etiket wadah atau kemasan sediaan
ada persyaratan khusus pada masing-masing monografi racikan resmi harus menyatakan “waktu boleh
sediaan, etiket harus menunjukkan waktu kadaluwarsa digunakan”. Waktu boleh digunakan adalah batas waktu
pada sediaan dan kemasan tersebut. dimana setelah tanggal tersebut sediaan racikan tidak
boleh digunakan lagi. Karena sediaan racikan ditujukan
Waktu kadaluwarsa menunjukkan jangka waktu bahan untuk penyimpanan jangka pendek, waktu boleh
tersebut diharapkan memenuhi persyaratan monografi digunakan dapat ditetapkan berdasarkan kriteria yang
pada kondisi penyimpanan yang ditetapkan. Waktu berbeda dengan yang digunakan pada penentuan waktu
kadaluwarsa membatasi waktu zat dapat diracik atau kadaluwarsa sediaan jadi oleh produsen.
digunakan. Jika waktu kadaluwarsa hanya dinyatakan
dalam bulan dan tahun, maka waktu kadaluwarsa adalah Monografi sediaan resmi mencantumkan persyaratan
hari terakhir bulan yang dinyatakan. “waktu boleh digunakan” yang menyatakan rentang
waktu setelah disiapkan, disimpan dan dapat digunakan.
Jika pada bahan resmi dipersyaratkan waktu
kadaluwarsa, bahan tersebut harus diracik sebelum Jika tidak ada data stabilitas yang dapat digunakan,
waktu kadaluwarsa yang tertera pada etiket tersebut. kecuali dinyatakan lain, gunakan rekomendasi “waktu
Waktu boleh digunakan adalah batas waktu setelah boleh digunakan” maksimum untuk sediaan non-steril
tanggal tersebut sediaan tidak boleh digunakan lagi. yang dikemas pada wadah tertutup rapat, terlindung
cahaya dan disimpan pada suhu ruang terkendali.
Penyedia obat (dispenser) harus mencantumkan “waktu
boleh digunakan” pada etiket obat yang diserahkan
kepada pasien berdasarkan informasi waktu
kadaluwarsa. Waktu boleh digunakan tidak boleh
melebihi waktu kadaluwarsa.
Pembuatan Aerosol biasanya dibuat dengan salah pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air.
satu dari dua proses berikut ini. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan
Pada proses pengisian dengan pendinginan, fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak
konsentrat (umumnya didinginkan sampai suhu merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi
dibawah 0) dan propelan dingin diukur dengan wadah air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan
terbuka (biasanya didinginkan). Katup penyemprot penambahan bahan pengemulsi yang mencegah
kemudian dipasang pada wadah hingga membentuk koalesensi, yaitu penyatuan tetes kecil menjadi tetesan
tutup kedap tekanan. Selama interval antara besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang
penambahan propelan dan pemasangan katup terjadi memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan)
penguapan propelan yang cukup untuk mengeluarkan menstabilkan dengan cara menempati antar
udara dari wadah. permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan
Pada metode pengisian dengan tekanan, konsentrat dengan membuat batas fisik di sekeliling partikel yang
ditempatkan dalam wadah, dan propelan ditekan akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi
melalui lubang katup sesudah katup ditutup; atau tegangan antar permukaan antara fase, sehingga
propelan dibiarkan mengalir di bawah tutup katup, meningkatkan proses emulsifikasi selama
kemudian katup ditutup (pengisian di bawah tutup), pencampuran.
Pada kedua metode pengisian dengan tekanan, harus Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik
diusahakan agar terjadi pengosongan udara dengan alat dapat digunakan bersama surfaktan pada emulsi
hampa udara atau dengan pemindahan menggunakan minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar
sejumlah kecil propelan. permukaan dan juga meningkatkan kekentalan fase
Pengendalian proses pembuatan biasanya meliputi air, sehingga mengurangi kecepatan pembentukan
pemantauan formulasi yang sesuai dan bobot pengisian agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan
propelan serta uji tekanan dan uji kebocoran pada pemisahan emulsi yang relatif cepat menjadi fase yang
produk akhir aerosol. kaya akan butiran dan yang miskin akan tetesan.
Secara normal kerapatan minyak lebih rendah dari
Penandaan Pada penandaan sediaan aerosol obat pada kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan
dicantumkan sekurang-kurangnya peringatan- agregat tetesan meningkat, terbentuk krim. Makin
peringatan berikut sesuai peraturan yang berlaku. besar kecepatan agregasi, makin besar ukuran tetesan
Peringatan Hindari penghirupan. Jauhkan dari mata dan makin besar pula kecepatan pembentukan krim.
atau selaput lendir lain. Tetesan air dalam emulsi air dalam minyak biasanya
Pernyataan ”Hindari penghirupan” tidak diperlukan membentuk sedimen disebabkan oleh kerapatan yang
pada sediaan yang digunakan untuk inhalasi. lebih besar.
Pernyataan “atau selaput lendir lain” tidak Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari
diperlukan untuk sediaan yang digunakan untuk cairan yang mudah dituang hingga krim setengah
selaput lendir. padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada
Peringatan Isi bertekanan. Wadah jangan ditusuk suhu tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian
atau dibakar. Hindari dari panas atau simpan pada suhu didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat
di bawah 49. Jauhkan dari jangkauan anak-anak. akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal
Selain peringatan tersebut di atas, penandaan obat ini, tidak diperlukan perbandingan volume fase
yang dikemas dalam wadah aerosol yang mengandung internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi
propelan, yang seluruhnya atau sebagian terdiri dari untuk menghasilkan sifat setengah padat, misalnya
halokarbon atau hidrokarbon, dicantumkan peringatan krim asam stearat atau krim pembersih adalah
berikut sesuai peraturan yang berlaku. setengah padat dengan fase internal hanya 15%. Sifat
Peringatan Tidak boleh langsung dihirup, setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya
penghirupan secara sengaja dapat menyebabkan diakibatkan oleh fase eksternal setengah padat.
kematian. Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba
Peringatan Gunakan hanya sesuai petunjuk; karena fase air mempermudah pertumbuhan
penggunaan salah dengan sengaja menghirup isi dapat mikroorganisme. Adanya pengawet sangat penting
berbahaya atau berakibat fatal. dalam emulsi minyak dalam air karena kontaminasi
fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur dan ragi
lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebih
EMULSI diperlukan yang bersifat fungistatik dan
bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan
Emulsions bahan pengemulsi nonionik dan anionik, gliserin, dan
sejumlah bahan penstabil alam seperti tragakan dan
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu
gom guar.
cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam
Kesulitan muncul pada pengawetan sistem emulsi,
bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan
sebagai akibat memisahnya bahan antimikroba dari
fase terdispersi dan larutan air merupakan fase
fase air yang sangat memerlukannya, atau terjadinya
- 42 -
kompleksasi dengan bahan pengemulsi yang akan (misalnya Karbomer) atau dari gom alam (misalnya
mengurangi efektivitas. Karena itu, efektivitas sistem Tragakan). Sediaan tragakan disebut juga musilago.
pengawetan harus selalu diuji pada sediaan akhir. Walaupun gel-gel ini umumnya mengandung air,
Pengawet yang biasa digunakan dalam emulsi adalah etanol dan minyak dapat digunakan sebagai fase
metil-, etil-, propil-, dan butil-paraben, asam benzoat, pembawa. Sebagai contoh, minyak mineral dapat
dan senyawa amonium kuaterner. dikombinasi dengan resin polietilena untuk
membentuk dasar salep berminyak.
Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan
EKSTRAK DAN EKSTRAK CAIR secara topikal atau dimasukkan ke dalam lubang
Extracts and Fluidextracts tubuh.
Imunoserum, bila perlu direkonstitusi seperti tertera memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan
pada label harus memenuhi persyaratan sebagai dalam jangka waktu lama. Implan ditambahkan
berikut: dengan bantuan injektor khusus yang sesuai atau
dengan sayatan bedah. Bentuk sediaan ini digunakan
pH <1071> Antara 6,0 sampai 7,0. untuk pemberian hormon seperti testosteron atau
estradiol. Sediaan ini dikemas masing-masing dalam
Protein total Tidak lebih dari 17%; lakukan vial atau lembaran kertas timah steril.
penetapan seperti yang tertera pada Penetapan Kadar
Nitrogen dalam Produk Darah <591> Metode I. Hasil
yang diperoleh kalikan 6,25. INHALASI
Inhalations
Albumin Kecuali dinyatakan lain dalam monografi,
jika ditetapkan secara elektroforesis, imunoserum Inhalasi adalah sediaan obat atau larutan atau
menunjukkan tidak lebih dari sesepora protein yang suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang
mempunyai mobilitas albumin. diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut
untuk memperoleh efek lokal atau sistemik.
Protein asing Jika ditetapkan dengan uji Larutan bahan obat dalam air steril atau dalam
pengendapan menggunakan imunoserum khas, hanya larutan natrium klorida untuk inhalasi dapat
mengandung protein galur hewan yang digunakan. disemprotkan menggunakan gas inert. Penyemprot
hanya sesuai untuk pemberian larutan inhalasi jika
Fenol imunoserum yang mengandung fenol sebagai memberikan tetesan dengan ukuran cukup halus dan
pengawet tidak lebih dari 0,25%, lakukan penetapan seragam sehingga kabut dapat mencapai bronkioli.
seperti yang tertera pada Uji Bahan Tambahan dalam Semprotan larutan dapat diisap langsung dari alat
Vaksin dan Imunoserum <731>. penyemprot dapat disambungkan pada masker plastik,
selubung atau alat pernapasan dengan tekanan positif
Toksisitas abnormal Memenuhi syarat. Lakukan yang terputus-putus.
uji seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara Biologi Kelompok sediaan lain yang dikenal sebagai
invovo <251>. inhaler dosis terukur adalah suspensi atau larutan obat
dalam gas propelan cair dengan atau tanpa kosolven
Sterilitas Memenuhi syarat seperti yang tertera dan dimaksudkan untuk memberikan dosis obat
pada Uji Sterilitas <71>. terukur ke dalam saluran pernapasan. Inhaler dosis
terukur mengandung dosis ganda, biasanya lebih dari
Potensi Lakukan penetapan potensi dengan beberapa ratus. Volume dosis tunggal yang umum
membandingkan terhadap baku menggunakan metode diberikan mengandung 25 l hingga 100 l (dapat
seperti yang tertera pada masing-masing monografi. juga dinyatakan dalam mg) tiap kali semprot.
Hasil dinyatakan dalam unit per ml. Serbuk dapat juga diberikan secara inhalasi,
menggunakan alat mekanik secara manual untuk
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terhitung menghasilkan tekanan atau inhalasi yang dalam bagi
dari cahaya. Kecuali dinyatakan lain, sediaan cair penderita yang bersangkutan.
harus disimpan pada suhu 2 sampai 8, hindari Jenis inhalasi khusus yang disebut inhalan terdiri
pembekuan. dari satu atau kombinasi beberapa obat, yang karena
bertekanan uap tinggi, dapat terbawa oleh aliran udara
Penandaan Pada penandaan tertera: 1) Jumlah ke dalam saluran hidung dan memberikan efek.
minimum unit per ml. 2) Dosis. 3) Tanggal kadaluarsa. Wadah obat yang diberikan secara inhalasi disebut
4) Kondisi penyimpanan. 5) Volume rekonstitusi inhaler.
untuk serbuk kering. 6) Bahan tambahan. 7) Nama
spesies sumber imunoserum.
IRIGASI
Irrigations
IMPLAN
Implants Irigasi adalah larutan steril yang digunakan untuk
mencuci atau membersihkan luka terbuka atau
Implan atau pelet adalah sediaan dengan massa rongga-rongga tubuh. Pemakaiannya secara topikal,
padat steril berukuran kecil, berisi obat dengan tidak boleh digunakan secara parenteral. Pada etiket
kemurnian tinggi (dengan atau tanpa eksipien), dibuat diberi tanda bahwa sediaan ini tidak dapat digunakan
dengan cara pengempaan atau pencetakan. Implan atau untuk injeksi.
pelet dimasuksudkan untuk ditanam di dalam tubuh
(biasanya secara subkutan) dengan tujuan untuk
- 44 -
melalui pencampuran kering, sedangkan formulasi gelembung yang membentuk kapsul sferik tanpa
ruah membutuhkan densifikasi dengan teknik rol atau lekukan. Dengan peralatan yang sesuai, serbuk dan zat
teknik granulasi lain yang sesuai. padat kering lain dapat diisikan ke dalam kapsul
Campuran serbuk yang cenderung meleleh dapat cangkang lunak.
dimasukkan ke dalam kapsul cangkang keras, jika Kapsul berisi cairan dari setiap jenis kapsul,
digunakan absorben, seperti magnesium karbonat, melibatkan teknologi formulasi yang sama dan
silikon dioksida koloidal, atau zat lain yang sesuai. memberikan keuntungan serta keterbatasan yang
Obat-obat yang berkhasiat keras sering dicampur sama. Sebagai contoh, kedua jenis kapsul dapat
dengan zat pengencer inert sebelum diisikan ke dalam memberikan keuntungan dibandingkan kapsul berisi
kapsul. Jika dua macam obat yang tak tercampurkan zat kering dan tablet dalam hal keseragaman
diresepkan bersama, kadang-kadang dimungkinkan kandungan dan disolusi obat. Homogenitas yang lebih
untuk menempatkan salah satunya di dalam kapsul besar mungkin terjadi dalam sistem cair, dan cairan
kecil dan menggabungnya dengan kapsul lebih besar dapat diukur labih tepat. Disolusi obat mungkin lebih
yang berisi obat kedua. Obat-obat yang tak baik karena obat sudah dalam larutan atau paling tidak
tercampurkan dapat juga dipisahkan dengan tersuspensi dalam bahan pembawa hidrofilik. Namun,
menempatkan pelet atau tablet bersalut, atau kapsul kontak antara cangkang lunak atau keras dengan isi
cangkang lunak yang berisi obat pertama ke dalam zat cair lebih besar dibandingkan dengan kapsul berisi
cangkang kapsul sebelum penambahan obat kedua. serbuk kering, dan dapat meningkatkan kemungkinan
Bahan semipadat tiksotropik dapat dibentuk terjadinya interaksi yang tidak diinginkan. Sifat cairan
dengan cara mengubah obat cair atau zat pembawa isi kapsul menyebabkan masalah teknologi yang
menjadi bentuk gel dengan menggunakan silika berbeda dibandingkan kapsul isi zat kering dalam hal
koloidal atau serbuk polietilen glikol berbobot molekul uji waktu hancur dan disolusi. Ditinjau dari segi
tinggi. Berbagai senyawa malam atau lemak dapat formulasi, teknologi dan biofarmasi, kapsul berisi
digunakan untuk menyiapkan matriks semipadat cairan dari jenis kapsul apa saja lebih seragam
dengan peleburan. dibanding kapsul berisi serbuk kering dari jenis
Kapsul cangkung lunak yang dibuat dari gelatin cangkang yang sama. Oleh karena itu untuk
(kadang-kadang disebut gel lunak) atau bahan lain penetapan standar resmi dan metode lebih itu
yang sesuai membutuhkan metode produksi skala didasarkan pada pertimbangan sifat isi kapsul
besar. Cangkang gelatin lunak sedikit lebih tebal dibanding jenis cangkangnya.
dibanding kapsul cangkang keras dan dapat diplastisasi
dengan penambahan senyawa poliol, seperti sorbitol Kapsul lepas tunda
atau gliserin. Perbandingan bahan plastisasi kering Kapsul dapat disalut atau pada umumnya
terhadap gelatin kering menetukan kekerasan enkapsulasi granul disalut untuk menghambat
cangkang dan dapat diubah untuk penyesuaian dengan pelepasan obat dalam cairan lambung dimana
kondisi lingkungan dan juga sifat isi kapsul. Seperti penundaan menjadi penting untuk mengurangi
cangkang keras, komposisi cangkang dapat masalah yang potensial yang menyebabkan obat
mengandung pigmen atau pewarna yang diizinkan, diinaktivasi atau iritasi mukosa lambung. Istilah ”lepas
bahan opak seperti titanium dioksida, dan pengawet. tunda” digunakan pada masing-masing monografi
Bahan pengharum dapat ditambahkan, selain itu kapsul salut enterik yang ditujukan untuk menunda
sukrosa hingga 5% dapat dimasukkan sebagai pemanis pelepasan obat, temasuk uji dan spesifikasi untuk
dan untuk menghasilkan cangkang yang dapat Pelepasan Obat <961> seperti yang tertera pada
dikunyah. Cangkang gelatin lunak umumnya masing-masing monografi.
mengandung 6% hingga 13% air. Kapsul cangkang
lunak juga dapat diberi kode produk, jumlah zat aktif Kapsul lepas lambat
dan lain-lain dengan cara dicetak. Umumnya kapsul Kapsul lepas lambat diformulasi dengan cara
cangkang lunak diisi dengan cairan. Khususnya bahan tersebut untuk membuat obat tersedia selama periode
aktif dilarutkan atau disuspensikan dalam bahan waktu perpanjangan setelah dikonsumsi. Istilah seperti
pembawa cair. Dahulu digunakan bahan pembawa ”prolonged-action,” ”repeat-action,” dan ”sustained-
minyak seperti minyak nabati; sekarang ini lebih release” juga digunakan untuk menggambarkan
umum digunakan bahan pembawa cair bukan air yang sediaan tersebut. Namun, istilah ”lepas tunda”
dapat bercampur dengan air, seperti polietilen glikol digunakan dalam persyaratan Farmakope untuk
berbobot molekul lebih rendah, karena mempunyai Pelepasan Obat <961> seperti yang tertera pada
lebih sedikit masalah ketersediaan hayati. masing-masing monografi.
Kapsul cangkang lunak tersedia dalam berbagai
bentuk dan ukuran, dan dibentuk, diisi serta dilekatkan
dengan menggunakan mesin yang sama; khususnya
dengan proses berputar, mekipun dapat juga digunakan
suatu proses lempeng atau proses turun naik. Kapsul
cangkang lunak dapat juga diproduksi melalui proses
- 46 -
Spirit harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, aromatik dapat dibuat secara destilasi atau dari larutan
tidak tembus cahaya untuk mencegah penguapan dan senyawa aromatik, dengan atau tanpa menggunakan
memperkecil perubahan akibat oksidasi. bahan pendispersi.
Air aromatik perlu disimpan terlindung cahaya dan
Tingtur Tingtur adalah larutan mengandung etanol panas berlebih.
atau hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan atau
senyawa kimia.
Jumlah obat dalam tingtur yang berbeda tidak PASTA
selalu seragam tetapi bervariasi, sesuai dengan masing- Pastes
masing standar yang telah ditetapkan. Secara
tradisional tingtur tumbuhan berkhasiat obat Pasta adalah sediaan semipadat yang mengandung
menunjukkan aktivitas dari 10 g obat dalam tiap 100 satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk
ml tingtur, potensi ditetapkan setelah dilakukan pemakaian topikal. Kelompok pertama dibuat dari gel
penetapam kadar. Sebagian besar tingtur tumbuhan fase tunggal mengandung air, misalnya Pasta Natrium
lain mengandung 20 g bahan tumbuhan dalam 100 ml Karboksimetilselulose, kelompok lain adalah pasta
tingtur. berlemak misalnya Pasta Zink Oksida, merupakan
Cara perkolasi Campur dengan hati-hati serbuk salep yang padat, kaku, yang tidak meleleh pada suhu
bahan obat atau campuran bahan obat dengan pelarut tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada
atau campuan pelarut tertentu secukupnya, hingga rata bagian yang diolesi.
dan cukup basah, biarkan selama 15 menit, pindahkan Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan
ke dalam perkolator yang sesuai, dan mampatkan. lebih menyerap dibandingkan dengan salep karena
Tuangkan secukupnya pelarut atau campuran pelarut tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas
tertentu sampai terendam seluruhnya, tutup bagian atas terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap
perkolator dan jika cairan sudah hampir menetes dari sekresi seperti serum; dan mempunyai daya penetrasi
perkolator, tutup lubang bawah. Perkolasi selama 24 dan daya maserasi lebih rendah dari salep. Oleh
jam atau sesuai dengan waktu yang tertera pada karena itu pasta digunakan untuk lesi akut yang
monografi. Jika penetapan kadar tidak dinyatakan lain, cenderung membentuk kerak, menggelembung atau
lakukan perkolasi secara perlahan, atau pada kecepatan mengeluarkan cairan.
yang telah ditentukan dan secara bertahap tambahkan Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput
pelarut atau campurkan pelarut secukupnya hingga lendir untuk memperoleh efek lokal (misal pasta gigi
diperoleh 1000 ml tingtur, (untuk menetapkan Triamsinolon Asetonida).
kecepatan aliran, lakukan seperti yang tertera pada
Ekstrak dan Ekstrak cair). Jika penetapan kadarnya
dinyatakan, kumpulkan 950 ml perkolat, dan campur, PLESTER
tetapkan kadar terhadap sebagian perkolat seperti yang Plester
dinyatakan. Untuk memperoleh tingtur yang
memenuhi syarat baku, perlu pengenceran sisa tingtur Plester adalah bahan yang digunakan untuk
dengan sejumlah pelarut atau campuran pelarut pemakaian luar terbuat dari bahan yang dapat melekat
tertentu yang telah dihitung dari penetapan kadar. pada kulit dan menempel pada pembalut. Plester
Cara maserasi Maserasi bahan obat dengan 750 ml dimaksudkan untuk melindungi dan menyangga, dan
pelarut atau campuran pelarut tertentu dalam wadah atau untuk memberikan daya perekat dan daya
yang dapat ditutup, dan letakkan ditempat hangat. maserasi, dan memberikan pengobatan jika melekat
Diamkan selama 3 hari, sambil sering dikocok atau pada kulit. Plester yang mengandung obat, telah lama
hingga terlarut. Pindahkan campuran ke dalam digunakan untuk pemberian obat secara lokal atau
penyaring, dan jika sebagian besar dari cairan telah regional sebagai bentuk dasar pemberian obat
mengalir keluar, cuci residu pada penyaringan dengan transdermal.
sejumlah pelarut atau campuran pelarut tertentu Plester biasanya menempel pada kulit dengan
secukupnya, kumpulkan filtrat, hingga diperoleh 1000 bantuan bahan perekat. Massa perekat harus melekat
ml tingtur. pada bahan plastik penyangga dan pada kulit (atau
Tingtur harus disimpan dalam wadah tertututp pembalut) dengan keseimbangan daya lekat yang
rapat, tidak tembus cahaya, jauhkan dari cahaya tepat. Keseimbangan daya lekat seperti ini
matahari langsung dan panas yang berlebihan. dimaksudkan untuk melepaskan kembali plester,
sehingga bila plester diangkat, permukaan kulit tempat
Air aromatik Kecuali dinyatakan lain Air aromatik plester menempel tetap bersih.
adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak
mudah menguap atau senyawa aromatik atau bahan
mudah menguap lain. Bau dan rasanya mirip dengan
obat atau senyawa mudah menguap yang ditambahkan,
dan bebas dari bau empirematik dan bau asing lain. Air
- 48 -
Berbagai obat, bila didapar pada pH yang dapat kornea. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan
digunakan secara terapetik, tidak akan stabil dalam bila terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan.
larutan untuk jangka waktu yang lama. Sediaan ini Strip Larutan natrium fluoresin harus diracik
dibeku-keringkan dan direkonstitusikan segera dalam wadah dosis tunggal steril atau strip kertas steril
sebelum digunakan (misalnya Asetikolin Klorida untuk yang diimpregnasi dengan natrium fluoresin. Kertas
Larutan Obat Mata). akan melepaskan obat dalam jumlah yang cukup untuk
Sterilisasi Pada larutan yang digunakan untuk keperluan diagnostik bila disentuhkan pada mata yang
mata yang luka, sterilitas adalah yang paling penting. diperiksa terhadap benda asing atau abrasi kornea.
Sediaan steril dalam wadah khusus untuk penggunaan Kontak antara kertas dengan mata dapat dihindarkan
perorangan pada pasien harus tersedia pada setiap dengan membilas obat dari kertas ke mata
rumah sakit atau instalasi lain yang melakukan menggunakan air steril atau larutan natrium klorida
perawatan mata karena kecelakaan atau pembedahan steril.
mata. Metode untuk mencapai sterilitas terutama
ditentukan oleh sifat sediaan tersebut (seperti yang
tertera pada Sterilisasi dan Jaminan Sterilitas Bahan SERBUK
Kompendia <1371>). Powders
Jika memungkinkan, penyaringan dengan
penyaring membran steril secara aseptik merupakan Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat
metode yang lebih baik. Jika dapat ditunjukkan bahwa kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian
pemanasan tidak mempengaruhi stabilitas sediaan, oral atau untuk pemakaian luar. Karena mempunyai
sterilisasi obat dalam wadah akhir dengan otoklaf juga luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah
merupakan metode yang baik. terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk sediaan
Pendaparan obat tertentu disekitar pH fisiologis, yang dipadatkan. Anak-anak atau orang dewasa yang
dapat menyebabkan obat tidak stabil pada suhu tinggi. sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah
Penyaringan menggunakan penyaringan bakteri menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Obat yang
adalah suatu cara yang baik untuk menghindari terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau
pemanasan, namun perlu perhatian khusus dalam kapsul dalam ukuran yang lazim, dapat dibuat dalam
pemilihan, perakitan dan penggunaan alat-alat. Sedapat bentuk serbuk. Sebelum digunakan, biasanya serbuk
mungkin gunakan penyaring steril sekali pakai. oral dapat dicampur dengan air minum.
Pengawet Larutan obat mata dapat dikemas dalam Masalah stabilitas yang seringkali dihadapi dalam
wadah takaran ganda bila digunakan secara perorangan sediaan bentuk cair, tidak ditemukan dalam sediaan
pada pasien dan bila tidak terdapat kerusakan pada bentuk serbuk. Obat yang tidak stabil dalam suspensi
permukaan mata. Wadah larutan obat mata harus atau larutan air dapat dibuat dalam bentuk serbuk atau
tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas granul. Konstitusi sediaan dapat dilakukan oleh
pada pemakaian pertama. Larutan harus mengandung apoteker dengan cara menambahkan sejumlah air
zat atau campuan zat sesuai untuk mencegah sebelum diserahkan. Karena sediaan yang sudah
pertumbuhan atau memusnahkan bakteri yang dikonstitusi ini mempunyai stabilitas yang terbatas,
mungkin masuk pada waktu wadah dibuka saat harus dicantumkan waktu kadaluarsa setelah
digunakan. dikonstitusi dan dapat juga dipersyaratkan untuk
Sedangkan untuk penggunaan pada pembedahan, disimpan dalam lemari pendingin.
disamping steril, larutan obat mata tidak boleh Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi
mengandung bahan antibakteri karena dapat (Pulveres) atau tidak terbagi (Pulvis). Pada umumnya
menimbulkan iritasi pada jaringan mata. serbuk terbagi dibungkus dengan kertas perkamen.
Bahan pengental Metilselulosa khusus untuk Walaupun begitu apoteker dapat lebih melindungi
sediaan farmasi (misal 1% bila kekentalan 25 sentipois serbuk dari pengaruh lingkungan dengan melapisi tiap
atau 0,25% bila kekentalan 4000 sentipois) atau bahan bungkus dengan kertas selofan atau sampul
pengental lain yang sesuai seperti hidroksipropil polietilena.
metilselulose atau kadang-kadang polivinil alkohol Serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat
dapat ditambahkan untuk meningkatkan kekentalan yang relatif tidak poten, seperti laksan, antasida,
sehingga obat lebih lama kontak dengan jaringan. makanan diet dan beberapa analgesik tertentu dan
Larutan obat mata yang dikentalkan harus bebas dari pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh
partikel yang dapat terlihat. atau penakar lain. Serbuk tidak terbagi lainnya antara
Suspensi Suspensi obat mata adalah sediaan cair lain, serbuk gigi, serbuk tabur. Serbuk tidak terbagi
steril yang mengandung partikel-partikel yang sebaiknya disimpan dalam wadah gelas, bermulut
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian lebar, tertutup rapat, untuk melindungi pengaruh
pada mata seperti yang tertera pada Suspensi. Obat atmosfer dan mencegah penguapan senyawa yang
dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar mudah menguap.
tidak menimbulkan iritasi dan atau goresan pada Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk
penggunaan topikal, dapat dikemas dalam wadah yang
- 50 -
bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan dan umumnya lebih berat dari pada bobot yang
penggunaan pada kulit. Pada umumnya serbuk tabur disebutkan dibawah ini.
harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh Supositoria rektal Supsitoria rektal untuk dewasa
seperti tertera pada Derajat Halus Serbuk <1141> agar berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan
tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. biasanya berbobot lebih kurang 2 g.
Supositoria vaginal Umumnya berbentuk bulat
atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5 g, dibuat
SUPOSITORIA dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat
Suppositories bercampur dalam air, seperti polietilen glikol atau
gelatin tergliserinasi.
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat
bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, harus disimpan dalam wadah tertutup baik, sebaiknya
vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau pada suhu dibawah 30º (suhu kamar terkendali).
melarut pada suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak
sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai Pengganti Lemak Coklat Supositoria dengan
pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau bahan dasar jenis lemak, dapat dibuat dari berbagai
sistemik. Bahan dasar supositoria yang umum minyak nabati, seperti minyak kelapa atau minyak
digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, kelapa sawit yang dimodifikasi dengan esterifikasi,
minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen hidrogenasi dan fraksionasi dengan esterifikasi,
glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak hidrogenasi dan fraksionasi hingga diperoleh berbagai
polietilen glikol. komposisi dan suhu lebur (misalnya: Minyak nabati
Bahan dasar supositoria yang digunakan sangat terhidrogenasi dan Lemak padat). Produk ini dapat
berpengaruh pada pelepasan zat terapetik. Lemak dirancang sedemikian hingga dapat mengurangi
coklat cepat meleleh pada suhu tubuh dan tidak terjadinya ketengikan. Selain itu sifat yang diinginkan
tercampurkan dengan cairan tubuh, oleh karena itu seperti interval yang sempit antara suhu melebur dan
menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada suhu memadat dan jarak lebur juga dapat dirancang
tempat yang diobati. Polietilen glikol adalah bahan untuk penyesuaian berbagai formulasi dan keadaan
dasar yang sesuai untuk beberapa antiseptik. Jika iklim.
diharapkan bekerja secara sistemik, lebih baik
menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik, agar Supositoria Gelatin Tergliserinasi Bahan obat
diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum. dapat dicampur ke dalam bahan dasar gelatin
Meskipun obat bentuk nonionik dapat dilepas dari tergliserinasi, dengan menambahkan sejumlah tertentu
bahan dasar yang dapat bercampur dengan air, seperti kepada bahan pembawa yang terdiri dari lebih kurang
gelatin tergliserinasi dan polietilen glikol, bahan dasar 70 bagian gliserin, 20 bagian gelatin dan 10 bagian air.
ini cenderung sangat lambat larut sehingga Supositoria ini harus disimpan dalam wadah
menghambat pengelepasan. Bahan pembawa tertutup rapat, sebaiknya pada suhu dibawah 35º.
berminyak seperti lemak coklat jarang digunakan
dalam sediaan vagina, karena membentuk residu yang Supositoria dengan Bahan Dasar Polietilen
tidak dapat diserap, sedangkan gelatin tergliserinasi glikol Beberapa kombinasi polietilen glikol
jarang digunakan melalui rektal karena disolusinya mempunyai suhu lebur lebih tinggi dari suhu badan
lambat. Lemak coklat dan penggantinya (lemak keras) telah digunakan sebagai bahan dasar supositoria.
lebih baik untuk menghilangkan iritasi, seperi pada Karena pelepasan dari bahan dasar lebih ditentukan
sediaan untuk hemoroid internal. oleh disolusi dari pada pelelehan, maka masalah
dalam pembuatan dan penyimpanan jauh lebih sedikit
Supositoria Lemak Coklat Supositoria dengan dibanding masalah yang disebabkan oleh jenis
bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan pembawa yang melebur. Tetapi polietilen glikol
mencampur bahan obat yang dihaluskan ke dalam dengan kadar tinggi dan bobot molekul lebih tinggi
minyak padat pada suhu kamar dan massa yang dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga
dihasilkan dibuat dalam bentuk sesuai, atau dibuat menghambat pelepasan. Pada etiket supositoria
dengan minyak dalam keadaan lebur dan membiarkan polietilen glikol harus tertera petujuk “Basahi dengan
suspensi yang dihasilkan menjadi dingin di dalam air sebelum digunakan”. Meskipun dapat disimpan
cetakan. Sejumlah zat pengeras yang sesuai dapat tanpa pendinginan, supositoria ini harus dikemas
ditambahkan untuk mencegah kecenderungan dalam wadah tertutup rapat.
beberapa obat, (seperti kloralhidrat dan fenol)
melunakkan bahan dasar. Yang penting, supositoria Supositoria dengan Bahan Dasar Surfaktan
meleleh pada suhu tubuh. Beberapa surfaktan nonionik dengan sifat kimia
Perkiraan bobot supositoria yang dibuat dengan mendekati polietilen glikol dapat digunakan sebagai
lemak coklat, dijelaskan dibawah ini. Supositoria yang bahan pembawa supositoria. Contoh surfaktan ini
dibuat dari bahan dasar lain, bobotnya bervariasi dan adalah ester asam lemak polioksietilen sorbitan dan
polioksietilen stearat. Surfaktan ini dapat digunakan
- 51 -
dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan mengatasi masalah tersebut, dapat ditambahkan zat
supositoria lain untuk memperoleh rentang suhu lebur yang sesuai untuk meningkatkan kekentalan dan
yang lebar dan konsistensi. Salah satu keuntungan bentuk gel suspensi seperti tanah liat, surfaktan,
utama pembawa ini adalah dapat terdispersi dalam air. poliol, polimer atau gula. Yang sangat penting adalah
Tetapi harus hati-hati dalam penggunaan surfaktan, bahwa suspensi harus dikocok baik sebelum
karena dapat meningkatkan kecepatan absorpsi obat digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat
atau dapat berinteraksi dengan molekul obat, yang yang merata dalam pembawa, hingga menjamin
menyebabkan penurunan aktivitas terapetik. keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Supositoria kempa atau Supositoria sisipan
Supositoria vaginal dapat dibuat dengan cara Suspensi oral Suspensi oral adalah sediaan cair
mengempa massa serbuk menjadi bentuk yang sesuai. mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
Dapat juga dengan cara pengkapsulan dalam gelatin pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai,
lunak. dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa
suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma
termasuk dalam kategori ini.
SUSPENSI
Suspensions Suspensi topikal Suspensi topikal adalah sediaan
cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai
cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi “Lotio” termasuk dalam kategori ini.
adalah sediaan seperti tersebut di atas, dan tidak
termasuk kelompok suspensi yang lebih spesifik, Suspensi tetes telinga Suspensi tetes telinga adalah
seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-lain. sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang
Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
sedangkan yang lain beruapa campuran padat yang
harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa Suspensi optalmik Seperti tertera pada
yang sesuai segera sebelum digunakan. Sediaan seperti Ophthalmicae Praeparationes.
ini disebut “…….untuk Suspensi Oral”. Istilah susu
kadang-kadang digunakan untuk suspensi dalam
pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk SALEP
pemakaian oral, seperti Susu Magnesia. Istilah Magma Ointments
sering digunakan untuk menyatakan suspensi zat padat
anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan
mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir.
kuat yang menghasilkan konsistensi seperti gel dan Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa
sifat reologi tiksotropik seperti Magma Bentonit. dibagi dalam 4 kelompok: dasar salep senyawa
Istilah Lotio banyak digunakan untuk golongan hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat
suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap
kulit seperti Lotio Kalamin. Beberapa suspensi dibuat salep obat menggunakan salah satu dasar salep
steril dan dapat digunakan untuk injeksi, juga untuk tersebut.
sediaan mata dan telinga. Suspensi dapat dibagi dalam
2 jenis, yaitu suspensi yang siap digunakan atau yang Dasar salep hidrokarbon Dasar salep ini dikenal
dikonstitusikan dengan jumlah air untuk injeksi atau sebagai dasar salep berlemak antara lain vaselin putih
pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Suspensi dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen
tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan berair dapat dicampurkan ke dalamnya. Salep ini
intratekal. dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan
Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut
cara tertentu harus mengandung zat antimikroba yang penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama
sesuai untuk melindungi kontaminasi bakteri, ragi dan sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak mengering
jamur seperti yang tertera pada Emulsi dengan dan tidak tampak berubah dalam waktu lama.
beberapa pertimbangan penggunaan pengawet
antimikroba juga berlaku untuk suspensi. Sesuai Dasar salep serap Dasar salep serap ini dapat
sifatnya, partikel yang terdapat dalam suspensi dapat dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri
mengendap pada dasar wadah bila didiamkan. atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air
Pengendapan seperti ini dapat mempermudah membentuk emulsi air dalam minyak (Parafin
pengerasan dan pemadatan sehingga sulit terdispersi hidrofilik dan Lanolin anhidrat), dan kelompok kedua
kembali, walaupun dengan pengocokan. Untuk
- 52 -
terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat ikatan kristal yang terbentuk selama proses
bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada
(Lanoli). Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai kekuatan tekanan yang diberikan.
emolien. Tablet triturat merupakan tablet cetak atau kempa
berbentuk kecil, umumnya silindris, digunakan untuk
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air Dasar memberikan jumlah terukur yang tepat untuk
salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lain peracikan obat. Jenis tablet ini sekarang sudah jarang
Salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “Krim” (lihat digunakan. Tablet hipodermik adalah tablet cetak yang
Cremores). Dasar ini dinyatakan juga sebagai “dapat dibuat dari bahan yang mudah melarut atau melarut
dicuci dengan air” karena mudah dicuci dari kulit atau sempurna dalam air, dulu umumnya digunakan untuk
dilap basah, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar membuat sediaan injeksi hipodermik. Diberikan
kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang
efektif menggunakan dasar salep ini daripada Dasar cepat seperti halnya pada Tablet Nitrogliserin,
salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep diberikan secara sublingual.
ini adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan
menyerap cairan yang terjadi pada kelainan tablet di antara pipi dan gusi dan tablet sublingual
dermatologik. digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah
lidah, sehingga zat aktif diserap secara langsung
Dasar salep larut dalam air Kelompok ini disebut melalui mukosa mulut. Beberapa obat mudah diserap
juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari dengan cara ini (seperti nitrogliserin dan hormon
konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan steroid tertentu) dan mempunyai banyak keuntungan.
banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat Tablet efervesen yang larut, dibuat dengan cara
dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak dikempa; selain zat aktif, juga mengandung campuran
larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau asam (asam sitrat, asam tartrat) dan natrium
malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut “gel” (lihat bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan
Gel). menghasilkan karbon dioksida. Tablet dilarutkan atau
Pemilihan dasar salep Pemilihan dasar salep didispersikan dalam air sebelum pemberian. Tablet
tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang efervesen harus disimpan dalam wadah tertutup rapat
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, atau kemasan tahan lembab, pada etiket tertera tidak
ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan untuk langsung ditelan.
jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar
salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas Tablet kunyah Tablet kunyah dimasudkan untuk
yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang cepat dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak dalam
terhidrolisis, lebih stabil dalam Dasar salep rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan
hidrokarbon daripada dasar salep yang mengandung rasa pahit atau tidak enak. Jenis tablet ini digunakan
air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dalam formulasi tablet untuk anak, terutama formulasi
dasar salep yang mengandung air. multivitamin, antasida dan antibiotika tertentu. Tablet
kunyah dibuat dengan cara dikempa, umumnya
menggunakan manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai
TABLET bahan pengikat dan bahan pengisi, mengandung bahan
Tablets pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan
penampilan dan rasa.
Tablet adalah sediaan adat mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode Tablet lepas-lambat Tablet lepas-lambat dibuat
pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan sedemikian sehingga zat aktif akan tersedia selama
tablet kempa. jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. Istilah
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara efek-diperpanjang, efek-pengulangan dan lepas-lambat
pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang telah digunakan untuk menyatakan kesediaan tersebut.
paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan Tetapi, istilah lepas-lambat digunakan untuk tujuan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul farmakope dan persyaratan pelepasan obat dijelaskan
menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam dalam masing-masing monografi.
berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan
tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk Tablet hisap (Lozenges) Tablet Hisap adalah
kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet sediaan padat mengandung satu atau lebih bahan obat,
besar yang digunakan untuk obat hewan, umumnya umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis,
untuk hewan besar. yang dapat membuat tablet melarut atau hancur
Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa perlahan dalam mulut. Tablet dibuat dengan cara
serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam tuang (dengan bahan dasar gelatin dan atau sukrosa
lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada yang dilelehkan atau sorbitol) atau dengan cara kempa
tablet menggunakan bahan dasar gula. Tablet hisap
- 53 -
tuang kadang-kadang disebut sebagai pastiles, stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati
sedangkan tablet hisap kempa disebut sebagai troches. terhidrogenasi dan talk digunakan sebagai lubrikan.
Tablet umumnya ditujukan untuk mengobati iriasi Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga
lokal atau infeksi mulut atau tenggorokan, tetapi dapat cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan
juga mengandung bahan aktif yang ditujukan untuk disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang
absorbsi sistemik setelah ditelan. berlebihan harus dihindarkan. Polietilen glikol dan
beberapa garam lauril sulfat digunakan sebagai
Pembuatan tablet cetak Tablet cetak dibuat dari lubrikan yang larut, tetapi lubrikan seperti ini
campuran bahan obat dan bahan pengisi, umumnya umumnya tidak memberikan sifar lubrikasi yang
mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam optimal, dan diperlukan dengan kadar yang lebih
berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan tinggi.
larutan yang mengandung etanol persentase tinggi. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan
Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan kemampuan mengalir serbuk, umumnya digunakan
bahan pengisi dalam sistem pelarut dan derajat dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Glidan
kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk yang yang paling efektif adalah silika pirogenik koloidal.
lembab ditekan ke dalam cetakan, dikeluarkan dan Bahan pewarna dan lak yang diizinkan sering
dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh, sehingga ditambahkan pada formulasi tablet untuk menambah
harus hati-hati dalam pengemasan dan pendistribusian. nilai estetik atau untuk identitas produk. Kebanyakan
bahan pewarna peka terhadap cahaya dan warnanya
Formulasi tablet kempa Pada umumnya tablet akan memudar jika terpapar cahaya.
kempa mengandung zat aktif dan bahan pengisi, bahan
pengikat, disintegran dan lubrikan, dapat juga Cara pembuatan Tablet dibuat dengan 3 cara
mengandung bahan warna dan lak (bahan warna yang umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering (mesin
diadsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan
larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan granulasi basah dan kering adalah untuk
pemanis. Bahan pengisi ditambahkan jika jumlah zat meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan
aktif sedikit atau sulit dikempa. Bahan pengisi tablet kempa.
yang umum adalah laktosa, pati, kalsium fosfat dibasa Granulasi kering dilakukan dengan cara menekan
dan selulosa mikrokristal. Tablet kunyah sering massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi
mengandung sukrosa, manitol atau sorbitol sebagai tablet besar yang tidak berbentuk baik, kemudian
bahan pengisi. Jika kandungan zat aktif kecil, sifat digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan
tablet secara keseluruhan ditentukan oleh bahan ukuran partikel yang diinginkan. Keuntungan
pengisi yang besar jumlahnya. Karena masalah granulasi kering adalah tidak diperlukan panas dan
ketersediaan hayati obat hidrofobik yang kelarutannya kelembaban dalam proses granulasi. Granulasi kering
dalam air kecil, maka digunakan bahan pengisi yang dapat juga dilakukan dengan meletakkan massa serbuk
larut dalam air. diantara mesin rol yang dijalankan secara hidrolik
Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada untuk menghasilkan massa padat yang tipis,
massa serbuk sewaktu granulasi dan pada tablet selanjutnya diayak atau digiling hingga diperoleh
kempa serta menambah daya kohesi yang telah ada granul dengan ukuran yang diinginkan.
pada bahan pengisi. Zat pengikat dapat ditambahkan Pembuatan tablet dengan kecepatan tinggi
dalam bentuk kering, tetapi lebih efektif jika memerlukan eksipien yang memungkinkan
ditambahkan dalam larutan. Bahan pengikat yang pengempaan langsung tanpa tahap granulasi terlebih
umum meliputi gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, dahulu. Eksipien ini terdiri dari zat berbentuk fisik
metilselulosa, karboksimetilselulosa dan pasta pati khusus seperti laktosa, sukrosa, dekstrosa, atau
terhidrolisis. Bahan pengikat kering yang paling selulosa yang mempunyai sifat aliran dan kemampuan
efektif adalah selulose mikrokristal, yang umumnya kempa yang diinginkan . Bahan pengisi untuk kempa
digunakan dalam membuat tablet kempa langsung. langsung yang paling banyak digunakan adalah
Disintegran membantu hancurnya tablet setelah selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa
ditelan. Disintegran tablet yang paling banyak semprot-kering, sukrosa yang dapat dikempa dan
digunakan adalah pati. Pati dan selulosa yang beberapa bentuk pati termodifikasi. Kempa langsung
termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulose menghindari banyak masalah yang timbul pada
mikrokristal dan povidon sambung-silang juga dapat granulasi basah dan granulasi kering. Walaupun
digunakan. Campuran efervesen digunakan sebagai demikian sifat fisik masing-masing bahan pengisi
disintegran dalam sistem tablet larut. Kandungan merupakan hal kritis, perubahan sedikit dapat
disintegran, cara penambahan dan derajat kepadatan mengubah sifat alir dan kempa sehingga menjadi tidak
berperan dalam efektivitas daya hancur tablet. sesuai untuk dikempa langsung.
Lubrikan mengurangi gesekan selama proses Keadaan fisik mutu tablet yang kurang baik
pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah diuraikan dalam Pertimbangan tentang Stabilitas
massa tablet melekat pada cetakan. Senyawa asam dalam Pemberian Obat <1351>.
- 54 -
Produk akhir dibagikan secara aseptik ke dalam Opasitas vaksin virus dapat berbeda tergantung
wadah yang memenuhi syarat dan ditutup kedap untuk cara pembuatan, dapat berwarna bila mengandung
mencegah kontaminasi mikroba; atau dibagikan dalam indikator pH seperti merah fenol.
wadah steril, kemudian dibekukeringkan dengan cara
yang sesuai untuk mengurangi kadar air hingga tidak Vaksin campuran Vaksin campuran adalah
lebih dari 2,0% dalam produk akhir, kecuali campuran dua atau lebih vaksin.
dinyatakan lain dalam monografi. Wadah kemudian Vaksin, bila perlu direkonstitusi, memenuhi syarat
ditutup kedap dalam hampa udara atau dapat diisi gas seperti di bawah ini, kecuali dinyatakan lain dalam
nitrogen bebas oksigen atau gas inert lain yang sesuai monografi.
sebelum wadah ditutup kedap untuk menghindari
kontaminasi mikroba. Vaksin kering direkonstitusi Fenol Vaksin mengandung fenol sebagai pengawet
segera sebelum digunakan. tidak lebih dari 0,25%, kecuali dinyatakan lain dalam
monografi. Lakukan penetapan seperti yang tertera
Vaksin bakteri Vaksin bakteri dibuat dari biakan pda Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin dan
galur bakteri yang sesuai dalam media cair atau padat Immunosera <731>.
yang sesuai dan mengandung bakteri hidup atau inaktif
atau komponen imunogeniknya. Sediaan berupa Formaldehida bebas Vaksin mengandung
suspensi dengan berbagai tingkat opasitas dalam cairan formaldehida bebas tidak lebih dari 0,02%. Lakukan
tidak berwarna atau hampir tidak berwarna atau berupa penetapan seperti yang tertera pada Uji Bahan
sediaan beku kering. Tambahan dalam Vaksin dan Immunosera <731>.
Vaksin bakteri inaktif mengandung bakteri atau
komponen imunogenik yang diinaktivasi dengan cara Aluminium Vaksin jerap mengandung aluminium,
tertentu sehingga sifat antigenisitas dipertahankan. tidak lebih dari 1,25 mg per dosis, kecuali dinyatakan
Vaksin bakteri hidup dibuat dari galur bakteri lain dalam monografi. Lakukan penetapan seperti
dengan virulensi yang telah dilemahkan dan mampu yang tertera pada Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin
merangsang pembentukan kekebalan terhadap galur dan Immunosera <731>.
patogen yang sama atau jenis bakteri yang sifat
antigeniknya berhubungan. Kalsium Vaksin jerap mengandung kalsium tidak
Konsentrasi bakteri hidup atau inaktif dari tiap lebih dari 1,3 mg per dosis, kecuali dinyatakan lain
varietas atau jenis bakteri dinyatakan opasitasnya dalam monografi. Lakukan penetapan seperti yang
dalam Unit Internasional Opasitas, atau bila sesuai tertera pada Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin dan
dengan menghitung jumlah sel langsung, atau jika Immunosera <731>.
bakteri hidup dengan angka viabel.
Toksisitas Abnormal Memenuhi syarat Uji
Toksoid bakteri Toksoid bakteri diperoleh dari toksisitas abnormal seperti yang tertera pada Uji
toksin yang telah dikurangi atau dihilangkan sifat Reaktivitas secara Biologis in-vivo <251>, kecuali
toksisitasnya hingga mencapai tingkat tidak terdeteki, dinyatakan lain dalam monografi.
tanpa mengurangi sifat imunogenisitas, dengan cara
tertentu yang dapat mencegah berubahnya kembali Sterilitas Jika tidak dinyatakan lain semua vaksin
toksoid menjadi toksin. Toksin diperoleh dari galur memenuhi syarat sterilitas seperti yang tertera pada
pilihan mikroorganisme khas yang ditumbuhkan dalam Uji Sterilitas <71>, kecuali vaksin bakteri hidup
media yang sedapat mungkin bebas dari senyawa yang diperbolehkan pertumbuhan bakteri pembuat vaksin.
diketahui menyebabkan reaksi toksik, alergi atau yang
tidak diinginkan pada manusia. Toksoid bakteri dapat Wadah dan penyimpanan Jika tidak dinyatakan
berupa cairan atau beku kering. Bila dijerap, lain, vaksin disimpan pada suhu 2º sampai 8º,
mengandung partikel putih atau kelabu yang terlindung dari cahaya, tidak boleh dibekukan.
terdispersi dalam cairan tidak berwarna atau berwarna
kuning pucat; partikel seperti ini dapat membentuk
endapan pada dasar wadah.
AGAR masir, cuci sisa dengan air panas dan keringkan pada
Agar-Agar suhu 100º - 105º.
Agar terdiri dari polisakarida yang diperoleh dengan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 20,0%;
ekstraksi berbagai spesies Rhodophyceae, terutama yang lakukan pengeringan pada suhu 100º - 105º,
termasuk genus Gelidium, dengan air mendidih, disaring menggunakan 1 g zat dalam bentuk serbuk yang lewat
selagi panas dan diuapkan sampai kering. pengayak nomor 270.
Pemerian Tidak berbau, atau bau lemah; berasa Sisa pemijaran <301>Metode II Tidak lebih dari 4,5%;
musilago pada lidah. lakukan penetapan menggunakan 1 g serbuk yang lewat
pengayak nomor 270.
Kelarutan Tidak larut dalam air dingin; larut dalam air
mendidih. Indeks pengembangan <851> Tidak kurang dari 15;
lakukan penetapan menggunakan zat dalam bentuk
Mikroskopik Gumpalan potongan memanjang dengan serbuk yang lewat pengayak nomor 270.
lebar 2 - 5 mm, kadang-kadang dalam bentuk kepingan,
tidak berwarna sampai kuning pucat, bening, agak liat Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung
dan sukar dipatahkan, menjadi lebih rapuh pada Escherichia coli; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g.
pengeringan.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Mikroskopik Dalam iodum 0,005 M, sebagian berwarna
ungu kecokelatan. Menunjukkan banyak butiran kecil
tidak berwarna, bulat telur atau bulat dengan latar SERBUK AGAR
belakang amorf; kadang-kadang ada yang berbentuk Pulvis Agar
spora bulat atau bulat telur berwarna cokelat dengan
ukuran sampai 60 µm dengan permukaaan seperti jala. Serbuk Agar adalah agar dalam bentuk serbuk.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal, Pembuluh berpenebalan spiral diketemukan dalam
dari kaca atau plastik, tidak lebih besar dari 1 liter. protoxilem. Teras tersusun oleh parenkim bernoktah dan
Wadah kaca sebaiknya dari kaca Tipe I atau Tipe II. sedikit berlignin.
3-20 mm. Potongan berbentuk silindris, agak pipih atau lapisan tangensial maupun radial. Lebar deretan sel
melengkung umumnya tanpa cabang akar, tetapi kadang- xilem 1-12 sel, kadang-kadang sampai 16 lapis sel.
kadang dengan akar-akar kecil atau benang akar yang
membelit, lebih tersebar, lebih banyak, lebih keras dan Mikroskopik rimpang Sama dengan akar, selain itu
berkayu pada akar yang lebih besar. Permukaan luar ditemukan kulit akar, serabut perisikel, berkas
cokelat muda sampai kuning keabuan, buram, kasar atau pengangkut tipe bikolateral dan empulur yang kecil.
berkerut memanjang tetapi lunak jika dipegang, kadang- Serabut perisikel tunggal atau dalam kelompok 2-5,
kadang terlihat bulatan kecil bekas akar pada potongan mempunyai dinding tebal dan tidak berlignin,
yang besar. Jika dipatahkan kulit akar mudah terkelupas meruncing, seringkali terbelah ujungnya, dengan bagian
dari bagian kayu. Patahan pendek, tidak teratur, patahan subterminal melebar dan mempunyai dinding sel tipis
yang lebih panjang, sedikit berserat pada bagian pinggir. dan lumen lebar. Kadang-kadang dijumpai berkas
Permukaan patahan dari akar yang baru saja dipatahkan pengangkut yang berukuran sampai 485 µm. Deretan sel
memperlihatkan lapisan kulit akar yang agak tebal xilem, lebar 1-4 sel, dengan dinding berlignin dan
berwarna kuning keabuan dan bagian kayu yang putih bernoktah. Jaringan floem bagian dalam terdapat di
kekuningan agak pucat meliputi radius lebih kurang sekeliling bagian luar empulur, serabut xilem terlihat
80%. Pada penampang melintang potongan yang besar agak kurang terang dibanding dengan yang terdapat pada
tampak jari-jari empulur dengan 3 atau lebih lingkaran akar. Bagian empulur tersusun oleh sel parenkim berisi
tahun, sering terlihat empulur yang kecil di pusat. pati dan tersebar, berisi zat yang berwarna kuning dan
Kayunya keras dan kerapatannya relatif rendah. Bau menjadi cokelat jika direaksikan dengan larutan iodum
tidak khas seperti bau tanah atau bau kentang dalam LP.
penyimpanan; rasa pahit.
Mikroskopik serbuk Berwarna abu-abu kecokelatan
Mikroskopik Akar Pada penampang melintang terlihat sampai abu-abu kemerahan, terlihat banyak sekali butir
2 - 8 lapis sel gabus pada lapisan luar, terdiri dari lapisan pati, sebagian besar tunggal, berkelompok 2 - 3, kadang-
dengan sel-sel lebih besar berseling dengan lapisan kadang 4, butir pati tunggal berbentuk bulat, bulat telur,
dengan sel-sel lebih kecil, setiap lapisan terdiri dari sel- cembung datar atau cembung bersegi atau tidak
sel kecil yang meliputi 3 - 5 lapis sel yang tersusun beraturan, hilum sederhana, berbentuk Y, bintang atau
tangensial, sedangkan setiap lapisan sel yang lebih besar seperti garis tidak beraturan, diameter utuh 6-34µm, rata-
terdiri dari 1 - 6 lapisan tengensial. Pada penampang rata 20 µm, sebagian besar berdiameter kecil, butir pati
melintang, sel-sel pusat yang terbesar dari kelompok sel yang dapat berubah berdiameter 50 µm; sebagian besar
yang lebih besar berukuran 40 - 90 µm secara radial dan butir pati memperlihatkan polarisasi yang jelas; hablur
sampai 75 µm secara tangensial. Sel-sel dari kelompok kalsium oksalat bentuk prisma, berkelompok dan
sel yang berukuran 5 - 20 µm secara radial dan 75 µm terletak tersebar, berukuran 10 - 15 µm; resin berwarna
secara tangensial. Dinding sel tipis dan bergabus. Bagian cokelat dan kadang-kadang terdapat hasil sekresi
kulit sekunder terdiri dari beberapa lapis sel parenkim berbentuk granul berwarna kekuningan; sel gabus
yang memanjang sampai isodiametrik, umumnya penuh terpisah bentuk memanjang sampai 90 µm; sel feloderm
berisi butir pati, sel-sel lainnya yaitu sel lateks yang dan parenkim floem terlihat sama, pembuluh subsilindris
pendek, terpisah sendiri atau dalam deretan pendek dan panjang sampai 360 µm dan berdiameter 20 - 57 µm,
mengandung resin yang cokelat. Floem sekunder relatif dinding pada umumnya berpenebalan noktah dengan tepi
sempit dan tersusun oleh parenkim floem yang berisi berbatasan dengan deretan sel xilem; dinding pada ujung
butir pati dan kadang-kadang hablur kalsium oksalat pembuluh terlihat miring hingga melintang umumnya
bentuk tabung sampai bersegi, panjang sampai 20 µm terbuka pada ujungnya; beberapa pembuluh
dan kadang-kadang resin cokelat di dalam sel yang lebih mengandung tilosa; trakheida bernoktah, dengan dinding
luar dan sel floem, berdekatan dengan buluh pengangkut agak tebal, meruncing, berbintik dan terlihat terang, pada
yang tersebar dan terbelah oleh jaringan floem selebar 2 penampang melintang terbentuk poligonal; sel parenkim
- 4 sel. Sklerenkim, yaitu sel batu dan serabut tidak xilem mempunyai dinding agak tebal dengan noktah
diketemukan pada akar dan dapat digunakan untuk bundar, sel-sel poligonal pada penampang melintang,
membedakan dengan jenis Rauwolfia yang lain. berisi banyak butir pati; deretan sel-sel floem dan xilem
Kambium tidak khas, sempit, gelap dan mengkilat. mempunyai dinding bernoktah, banyak mengandung
Xilem sekunder merupakan bagian yang luas dari akar pati, kadang-kadang dengan resin berwarna cokelat,
dan mempunyai satu atau lebih lingkaran tahun dengan serabut xilem dengan dinding tebal berlignin, bernoktah
empulur kayu yang rapat, memotong kurang lebih 500 garis yang miring dan melintang, ujungnya meruncing
µm di pusat. Xilem tersusun oleh banyak serabut kayu atau bercabang, berukuran panjang 200 - 750 µm. Pada
yang dipisahkan oleh deretan sel xilem dan pada akar tidak dijumpai serabut floem maupun sklereida.
pengamatan dengan pembesaran yang lebih kuat terlihat
berkas pengangkut dalam lapisan radial yang terputus, Identifikasi Lakukan penetapan dengan cara
banyak parenkim xilem, lapisan sel xilem yang besar, Kromatografi Kertas seperti tertera pada Kromatografi
sedikit serabut kayu dan trakeida, semuanya mempunyai <931>.
dinding berlignin. Serabut xilem terdapat baik pada
- 61 -
Fase diam Encerkan 30 ml formamida P bebas Prosedur Timbang saksama sejumlah lebih kurang 2,5
amonia dengan aseton P hingga 100 ml. g serbuk halus, masukkan ke dalam alat Soxhlet
Fase gerak A Campuran isooktana P-karbon berukuran sedang dengan labu 250 ml dan tempat contoh
tetraklorida P-piperidina P-butanol tersier P berukuran 35 mm x 80 mm atau dengan ukuran yang
(90:60:4:2). lebih kecil. Ekstraksi dengan 100 ml etanol P dengan
Fase gerak B Campuran kloroform P-isooktana P- bantuan batu didih selama 4 jam. Lindungi alat dan
butanol tersier P (75:75:2). seluruh larutan alkaloid dari cahaya kuat atau cahaya
Penampak bercak Larutkan 25 g asam trikloroasetat P langsung. Pindahkan ekstrak dengan etanol P ke dalam
dalam 100 ml metanol P. labu tentukur 100-ml, dinginkan, encerkan dengan
Larutan baku Panaskan 1 g Akar Pule Pandak BPFI etanol P sampai tanda. Pipet 20 ml larutan ke dalam
dengan 5 ml etanol P pada suhu 55º - 65º selama 30 corong pisah yang berisi 200 ml asam sulfat 0,5 N,
menit sambil sesekali diaduk; dinginkan dan saring. campur dan ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 25 metil
Larutan uji Serbukkan 10 g akar menjadi serbuk halus kloroform P. Lumasi kran pengaturan dengan pelumas
(60). Timbang 1 g serbuk, lakukan seperti pada Larutan yang tidak larut dalam metil kloroform atau kloroform
baku. atau gunakan kran pengatur dari politetrafluoroetilen.
Prosedur A Lakukan kromatografi kertas menaik Pisahkan lapisan bawah sesempurna mungkin. Cuci
dengan penjenuhan kertas saring. Tuangkan Fase gerak lapisan metilkloroform dalam corong pisah kedua, tiap
A pada dasar bejana dan tutup. Celupkan kertas kali dengan 50 ml asam sulfat 0,5 N dan buang lapisan
Whatman Nomor 1 atau yang sejenis, ukuran 20 cm x 20 metilkloroform. Ekstraksi alkaloid yang bersifat basa
cm ke dalam Fase diam, biarkan aseton menguap lemah dalam larutan asam berturut-turut dengan 25 ml,
sempurna. Totolkan masing-masing 1µl Larutan uji dan 15 ml, 15 ml, 10 ml, 10 ml dan 10 ml kloroform P. Cuci
Larutan baku pada jarak 2,5 cm dari dasar kertas, masing-masing ekstrak kloroform dengan asam sulfat
biarkan kering. Totolkan 2 µl Fase diam pada masing- 0,5 N yang terdapat dalam corong pisah kedua,
masing totolan, biarkan kering; gantung kertas sehingga kemudian cuci dua kali, tiap kali dengan 10 ml larutan
bagian dasarnya tercelup pada Fase gerak; tutup bejana. natrium bikarbonat P (1 dalam 50) dalam dua corong
Setelah 1 jam atau bila Fase gerak telah mencapai tujuh pisah lain. Saring ekstrak kloroform P ke dalam labu
perdelapan tinggi kertas, angkat kertas, keringkan pada tentukur 100-ml yang berisi 10 ml etanol P, encerkan
suhu 90º dengan aliran udara. Semprot kertas dengan dengan etanol P sampai tanda. Pipet larutan 10 ml dua
Penampak bercak secara tipis merata dan panaskan pada kali, masing-masing masukkan ke dalam labu
suhu 90º selama 10 menit. Erlenmeyer 25 ml bersumbat kaca campur dengan 4 ml
Prosedur B Gunakan alat seperti pada Prosedur A etanol P. Uapkan dengan pemanasan rendah sampai
dengan diberi wadah kaca berisi 2 ml amonium hampir kering, kemudian masukkan dalam desikator
hidroklorida P hingga bejana jenuh dengan uap hampa udara dan uapkan hingga kering. Larutkan residu
amoniak. Tuangkan Fase gerak B pada dasar bejana di dengan 5,0 ml etanol P hingga larut. Pipet Larutan baku
luar wadah kaca. Lakukan kromatografi seperti pada 5 ml dua kali, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 25
Prosedur A tetapi tanpa Penampak bercak. Amati kedua ml bersumbat kaca yang lain. Tambahkan 2,0 ml asam
kromatogram di bawah cahaya ultraviolet dan catat sulfat 0,5 N pada salah satu Larutan uji dan salah satu
bercak yang berfluoresensi; kromatogram Larutan uji Larutan baku sebagai blangko. Tambahkan pada dua
harus menghasilkan bercak dengan harga Rf dan warna labu Erlenmeyer yang lain, 1,0 ml asam sulfat 0,5 N dan
yang sesuai dengan bercak Larutan baku. 1,0 ml larutan natrium nitrit P (3 dalam 1000) campur
dan panaskan di atas tangas air pada suhu 50º -60º selama
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 12,0%; 20 menit. Dinginkan, tambahkan pada masing-masing
lakukan pengeringan pada suhu 100º hingga bobot tetap. labu 500 µl larutan asam sulfamat P (1 dalam 20),
campur. Setelah warna larutan stabil, ukur serapan pada
Batas mikroba <51> Dalam bentuk serbuk tidak boleh panjang gelombang serapan maksium 390 nm
mengandung Salmonella sp. menggunakan blangko yang berisi campuran etanol P-
air (2:1). Hitung dalam mg kadar alkaloid golongan
Kadar abu tidak larut asam Tidak lebih dari 2,0%; reserpin-resinamin, dihitung dengan rumus:
lakukan penetapan seperti tertera pada Pengambilan
Contoh dan Metode Analisis Simplisia <671>. 5 A A0
S S 0
Penetapan kadar
Larutan baku Larutkan 20,0 mg Reserpin BPFI dalam
25 ml etanol P panas, dinginkan, encerkan dengan A dan Ao berturut-turut adalah serapan Larutan uji yang
etanol P hingga 50,0 ml, campur. Jika disimpan pada diperlakukan dengan nitrit dan blangko larutan uji; S dan
wadah yang tertutup rapat, terlindung cahaya, ditempat S0 berturut-turut adalah serapan Larutan baku yang
gelap, warna larutan stabil selama beberapa minggu. diperlakukan dengan nitrit dan blangko larutan baku.
Encerkan 5,0 ml dengan etanol P hingga 100,0 ml dan
campur sebelum digunakan.
- 62 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, Larutan 1 Kocok 1,0 g serbuk dalam bentuk serbuk
dalam ruang dengan suhu terkendali, kering dan aman (120) dengan 20 ml kloroform P selama 15 menit, saring
dari serangga. dan serbuk terekstraksi disisihkan untuk pembuatan
Larutan 2. Uapkan filtrat sampai kering, larutkan residu
dalam 2 ml campuran kloroform P-metanol P (1:1).
AKAR MANIS Larutan 2 Pada serbuk terekstraksi yang diperoleh
Glycyrrhizae Radix dari Larutan 1, tambahkan 30 ml asam sulfat 0,5 M dan
refluks selama 1 jam, biarkan dingin, ekstraksi dua kali,
Akar Manis terdiri atas akar dan batang bawah tanah tiap kali dengan 20 ml kloroform P. Keringkan
yang tidak dikupas dan telah dikeringkan dari tanaman kumpulan ekstrak kloroform dengan natrium sulfat
Glycyrrhiza glabra Linné (familia Leguminosae). anhidrat P, saring, uapkan sampai kering dan larutkan
Mengand vdddung tidak kurang dari 4,0% asam residu dalam 2 ml campuran kloroform P-metanol P
glisirizinat. (1:1).
Larutan 3 Larutkan 10 mg asam -glisiretat dalam 2
Pemerian Berbau khas dan sedikit aromatis; rasa sangat ml campuran kloroform P-metanol P (1:1).
manis, sedikit kelat; kulit akar tidak pahit. Prosedur Totolkan masing-masing 10 µl Larutan 1
dan Larutan 2 dan 20 µl Larutan 3 pada lempeng
Baku pembanding Asam Glisirizinat BPFI. kromatografi silika gel GF254. Masukkan lempeng ke
dalam bejana kromatografi, biarkan merambat hingga
Makroskopik Akar dengan beberapa cabang, panjang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan
sampai 1 m dan berdiameter 0,5- 3cm. Kulit berwarna kering selama 5 menit dan amati di bawah cahaya
abu-abu kecokelatan sampai cokelat dengan goresan ultraviolet 254 nm. Kromatogram dari Larutan 3
memanjang terdapat bekas akar kecil. Batang bawah menunjukkan bercak dari asam -glisiretat dengan harga
tanah berbentuk silinder, berdiameter 1-2 cm, panjang Rf lebih kurang 0,1. Kromatogram Larutan 2
sampai beberapa meter, dapat di potong sepanjang 10-15 menunjukkan bercak yang serupa namun tidak tampak
cm, tampak luar mirip dengan akar, kadang dengan pada kromatogram Larutan 1. Semprot lempeng dengan
kuncup kecil. Bekas patahan akar dan batang bawah lebih kurang 10 ml anisaldehida LP, untuk lempeng
tanah berserat dan kasar seperti bergranul. Lapisan gabus ukuran 200 mm x 200 mm, panaskan pada suhu 100 -
tipis; daerah floem sekunder luas, berwarna kuning 150 selama 10 menit dan amati pada cahaya biasa.
muda dengan goresan melingkar; xilem padat berwarna Bercak asam -glisiretat menjadi ungu kebiruan. Satu
kuning dengan struktur radier. Batang bawah tanah atau dua bercak dengan harga Rf lebih kurang 0,6
mempunyai saluran empulur yang berakhir di bagian tampak pada cahaya biasa sebelum penyemprotan,
akar. menjadi kuning jinggadan beberapa bercak ungu
kebiruan tampak pada kromatogram yang diperoleh dari
Mikroskopik Gabus dan feloderm sempit. Floem Larutan 1 dan Larutan 2. Bercak asam -glisiretat yang
terutama terdiri dari berkas serabut berwarna kuning diperoleh dari Larutan 2 hampir sama besar dengan
berdinding tebal, panjang 700 - 1200 µm, lebar 10 - 20 µm bercak kromatogram yang diperoleh dari Larutan 3.
dikelilingi sel yang mengandung hablur kalsium oksalat B. Campur sejumlah kecil serbuk, dengan 0,005 ml
bentuk prisma panjang 10 - 35 µm, lebar 2 - 5 µm; lapisan asam sulfat P: partikel serbuk menjadi kuning jingga dan
luar berselang-seling dengan bagian-bagian keratenkim beberapa bagian berubah perlahan-lahan menjadi merah
hialin yang kuat; pembuluh tapis dekat kambium. Xilem muda.
terdiri dari trakheida dan pembuluh kayu yang tersusun
radial berselang-seling dengan berkas serabut berlignin Ekstrak larut dalam air Tidak kurang dari 20%;
sebagian, dengan seludang hablur seperti pada floem lakukan penetapan sebagai berikut: campur 2,5 g serbuk
sekunder; diameter pembuluh kayu 30 - 150 µm, tebal (120) dengan 50 ml air biarkan selama 2 jam, sambil
dinding 5 - 10 µm dengan beberapa noktah bercelah sering dikocok. Saring, uapkan, sejumlah filtrat setara
memanjang, berhubungan dengan parenkim xilem dengan 500 mg serbuk sampai kering di atas tangas air
berlignin. Jari-jari empulur lebar 2-5 sel; sel dan keringkan residu pada suhu 100 - 105.
parenkimatis mengandung granul pati berbentuk bulat
atau lonjong, berdiameter 2 - 20 µm, umumnya 5 - 12 µm. Sisa pemijaran <301> Metode II Tidak lebih dari
Empulur parenkimatis hanya terdapat pada batang 10,0%; lakukan penetapan menggunakan 1 g serbuk.
bawah tanah.
Abu tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 2,0%
Identifikasi lakukan penetapan sebagai berikut: pada sisa yang
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi diperoleh dari penetapan Sisa pemijaran, tambahkan 15
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. ml air dan 10 ml asam klorida P, tutup dengan kaca
Fase gerak Campuran etil asetat P-amonium arloji, didihkan selama 10 menit dan biarkan dingin.
hidroksida1 M-etanol mutlak P (60:27:13). Kocok dan Saring sisa yang tidak larut dengan kertas saring bebas
dibiarkan selama 5 menit. abu, cuci dengan air panas hingga filtrat tidak bereaksi
- 63 -
asam. Keringkan dan pijarkan hingga membara, biarkan EKSTRAK AKAR MANIS
dingin dalam desikator dan timbang. Ulangi pemijaran Glycyrrhizae Succus
hingga perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut
tidak lebih dari 1 mg. Hitung persentase abu yang tidak Ekstrak Akar Manis adalah ekstrak kering akar segar
larut dalam asam. Glycyrrhiza glabra Linné, (familia Leguminosae)
penyaringan dilakukan dengan air mendidih, kemudian
Penetapan kadar Lakukan Kromatografi lapis tipis diuapkan hingga kering. Kadar glisirizin tidak kurang
seperti tertera pada Kromatografi <931>. dari 10%, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Larutan uji Campur 1 g serbuk <120> dengan 25 ml
asam klorida 1 N dan 2,5 ml 1,4-dioksan P. Refluks di Pemerian Batang berbentuk silinder atau bongkah
dalam tangas air selama 2 jam. Biarkan dingin, saring besar, licin, agak mengkilap, hitam cokelat tua, atau
melalui kertas saring berdiameter 9 cm, buang filtrat. serbuk berwarna cokelat; bau khas lemah; rasa khas
Bilas labu dan kertas saring lima kali, tiap kali dengan manis.
20 ml air, buang bilasan melalui kertas saring.
Keringkan labu dan penyaring pada suhu 105selama 20 Identifikasi
menit, pindahkan kertas saring ke dalam labu dan A. Larutkan 1 bagian dalam 10 bagian air tambahkan
tambahkan 50 ml kloroform P. Refluks di dalam tangas asam sulfat encer P; terbentuk endapan yang larut
air selama 5 menit dan saring kloroform hangat melalui dengan penambahan amonia LP berlebih.
kertas saring berdiameter 9 cm. Ulangi ekstraksi dua B. Larutkan 1 bagian dalam 10 bagian air, tambahkan
kali, tiap kali dengan 25 ml kloroform P menggunakan kalsium klorida LP: terbentuk endapan.
penyaring yang sama. Pindahkan kertas saring ke dalam
labu, ekstraksi dengan 25 ml kloroform P dan saring Pati Larutkan sejumlah 5,0 g zat yang telah di keringkan
dengan kertas saring yang lain. Uapkan kumpulan filtrat dalam 50 ml air, tambahkan etanol P 90% hingga 100,0
sampai kering, larutkan residu dalam campuran ml, biarkan selama 12 jam, saring: sisa tidak boleh
kloroform P-metanol P (1:1) dan pindahkan dalam gelas mengandung butir pati.
ukur 10 ml. Bilas dua kali, setiap kali dengan 10 ml Kelarutan dalam etanol <461> Tidak kurang dari 75%;
kloroform P dan uapkan bilasan hingga tersisa 2 ml. lakukan penetapan sebagai berikut: uapkan 20,0 ml filtrat
Pindahkan larutan ini ke dalam gelas ukur dan encerkan yang diperoleh pada pengujian Pati di atas tangas air,
dengan campuran kloroform P-metanol P (1:1) sampai keringkan hingga bobot tetap, timbang.
10 ml.
Larutan baku Campur 50 mg asam glisirizinat BPFI Susut pengeringan <1121>
dengan 25 ml asam klorida 1 N dan 2,5 ml 1,4-dioksan Bentuk batang Tidak lebih dari 20%.
P, lanjutkan seperti pada Larutan uji dimulai dari Bentuk serbuk Tidak lebih dari 7%; lakukan pengeringan
“Refluks di dalam tangas air”. pada suhu antara 103 dan 105 hingga bobot tetap.
Prosedur Totolkan dalam bentuk pita dengan panjang
20 mm dan lebar tidak lebih dari 3mm masing-masing Sisa pemijaran <301> Tidak kurang dari 5% dan tidak
dua kali, tiap kali dengan 60 µl Larutan uji dan Larutan lebih dari 10%; lakukan penetapan menggunakan 2 g
baku pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke zat.
dalam bejana kromatografi, biarkan merambat hingga
tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan Penetapan kadar Keringkan 2,5 g zat yang ditimbang
mengering selama 5 menit dan amati di bawah cahaya saksama hingga bobot tetap, hitung susut pengeringan.
ultraviolet 254 nm, beri tanda daerah asam -glisiretat Larutkan dalam campuran 25 ml air dan 10 ml amonia
pada keempat kromatogram. Kerok hati-hati lapisan LP dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan etanol P
silika yang telah diberi tanda dan perlakukan masing- 90% sampai tanda, kocok, biarkan selama tidak kurang
masing secara terpisah sebagai berikut: kocok dengan 5 dari 12 jam. Saring melaluikertas saring kering, uapkan
ml etanol mutlak P selama 15 menit, saring dengan 30 ml filtrat hingga residu lebih kurang 10 ml, campur
penyaring kaca masir. Bilas penyaring dengan etanol dengan 5 ml asam klorida 4 N. Saring melalui kertas
mutlak P dan encerkan hingga 10 ml dengan pelarut saring basah, cuci endapan dan kertas saring dengan air
yang sama. Ukur serapan ke empat larutan pada 250 nm, tetes demi tetes hingga cairan cucian mulai berwarna
menggunakan pembanding larutan yang diperlakukan lebih tua dari warna tetesan sebelumnya. Larutkan
sama termasuk pengerokan pada posisi dan ukuran yang endapan dengan menuangkan amonia LP tetes demi
sama dengan daerah asam -glisiretat. Hitung tetes pada kertas saring, tampung dalam botol timbang
kandungan asam glisirizinat dari serapan Larutan uji dan yang telah ditara. Cuci kertas saring dengan air, hingga
Larutan baku terhadap jumlah asam glisirizinat dalam cairan cucian tidak berwarna. Uapkan larutan dalam
Asam Glisirizinat BPFI. botol timbang diatas tangas air, keringkan pada suhu
100° hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup glisirizin.
kedap, terlindung cahaya.
- 64 -
Kelarutan Dalam bentuk cair tidak larut dalam air dan Metil5-(propiltio)-2-benzimidazolkarbamat [54965-21-8]
dalam gliserin; sangat larut dalam kloroform dan dalam C12H15N3O2S BM 265,33
eter; larut dalam etanol mutlak dan dalam minyak nabati.
Dalam bentuk padat dapat terdispersi dalam air. Albendazol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 102,0%,C12H15N3O2S, dihitung terhadap
Baku pembanding Vitamin A BPFI; buang residu yang zat yang telah dikeringkan.
tidak digunakan setelah kapsul dibuka. Simpan wadah
dalam keadaan tertutup rapat, pada tempat sejuk dan Pemerian Serbuk putih sampai kuning pucat.
kering atau dalam lemari pendingin terlindung cahaya.
Kelarutan Larut dalam asam format anhidrat; sangat
Identifikasi sukar larut dalam eter dan dalam metilen klorida; praktis
A. Pada 1 ml larutan zat dalam kloroform P yang tidak larut dalam etanol dan dalam air.
mengandung lebih kurang 6 µg vitamin A, tambahkan 10
ml antimon triklorida LP: segera terjadi warna biru tidak Baku pembanding Albendazol BPFI; lakukan
mantap.
pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam sebelum
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat.
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Fase gerak Campuran sikloheksan P-eter P (4:1)
Identifikasi
Larutan baku Larutkan isi 1 kapsul Vitamin ABPFI
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dalam kloroform P hingga 25,0 ml.
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P
Larutan uji Jika vitamin A dalam bentuk cairan,
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang
larutkan sejumlah volume yang setara dengan lebih
yang sama seperti pada Albendazol BPFI.
kurang 15.000 unit FI dalam kloroform P hingga 10 ml.
B. Harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan
Jika dalam bentuk padat, timbang sejumlah zat setara
Larutan baku seperti yang diperoleh pada Kemurnian
dengan lebih kurang 15.000 unit FI, masukkan ke dalam
kromatografi.
corong pisah tambahkan 75 ml air, kocok kuat selama 1
menit. Ekstraksi dengan 10 ml kloroform P dengan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
mengocok selama 1 menit dan sentrifus untuk
lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 4 jam.
menjernihkan ekstrak kloroform.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
- 65 -
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan HIV dengan metode yang sensitif dan memberikan hasil
cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada negatif terhadap kedua hal tersebut.
Kromatografi <931>. Pemisahan albumin dilakukan dengan kondisi terkendali
Fase gerak Campuran kloroform P-asam asetat terutama pH, kekuatan ion dan suhu sehingga produk
glasial P-eter P (60:10:10). akhir tidak kurang dari 95% protein total adalah
Larutan baku Timbang sejumlah Albendazol BPFI albumin.
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan Larutan Albumin tersedia sebagai larutan pekat
dan encerkan dengan asam asetat glasial P hingga kadar mengandung 15,0%-25,0% protein total atau sebagai
lebih kurang 5 mg per ml. larutan isotonik mengandung 4,0%-5,0% protein total.
Enceran larutan baku Pipet 1 ml Larutan baku ke Untuk menghindari pengaruh pemanasan dapat
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan asam ditambahkan stabilisator yang sesuai seperti natrium
asetat glasial P sampai tanda. kaprilat dengan kadar tertentu, tapi tidak boleh
Larutan uji Timbang lebih kurang 50 mg zat, ditambahkan pengawet yang bersifat antimikroba pada
masukkan ke dalam labu tentukur 5-ml. Larutkan dalam setiap tahap pembuatan. Larutan disterilkan dengan
3,0 ml asam asetat glasial P, encerkan dengan asam penyaringan dan dibagikan secara aseptik ke dalam
asetat glasial P sampai tanda. wadah steril dan ditutup kedap untuk mencegah
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 kontaminasi mikroba. Larutan dalam wadah akhir
µl Larutan uji, Larutan baku dan Enceran larutan baku dipanaskan pada suhu 59,5º-60,5º selama 10 jam.
pada lempeng kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Kemudian diinkubasi pada suhu 30º-32º selama tidak
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang kurang dari 14 hari atau pada suhu 20º-25º selama tidak
telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan merambat kurang dari 4 minggu dan amati secara visual adanya
hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, kontaminasi mikroba.
tandai batas rambat dan biarkan mengering. Amati
bercak di bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Tidak Pemerian Cairan jernih agak kental; tidak berwarna
satupun bercak lain selain bercak utama dari hingga berwarna kekuningan tergantung kadar protein.
kromatogram Larutan uji lebih besar atau lebih intensif
dari bercak utama kromatogram Enceran larutan baku Baku pembanding Larutan Albumin Manusia untuk
(0,5%). Elektroforesis BPFI.
spektrofotometer pada suhu 36,8º - 37,2º; tambahkan 0,1 Elektroforesis <831> menggunakan larutan sebagai
ml nitrofenil fosfat LP. Catat serapan terus-menerus pada berikut: Larutan 1) encerkan sediaan uji dengan larutan
405 nm selama tidak kurang 30 detik sejak penambahan natrium klorida P 0,9% hingga mengandung 2% protein.
nitrofenil fosfat LP. Catat kenaikan rata-rata serapan per Larutan 2) encerkan larutan Albumin Manusia untuk
menit (X), hitung aktivitas alkalin fosfatase pada suhu Elektroforesis BPFI dengan larutan natrium klorida P
37º dalam unit per gram protein dengan rumus: 0,9% hingga mengandung 2% protein. Pita bercak lain
selain bercak utama yang diperoleh dari larutan 1)
118 ,3 X mengandung tidak lebih dari 5% protein. Uji tidak absah
P kecuali perbandingan protein dalam pita bercak utama
yang diperoleh dari larutan 2) dalam batas yang tertera
P adalah kandungan protein dalam gram per liter yang pada etiket Albumin Manusia untuk Elektroforesis BPFI.
diperoleh pada Penetapan kadar.
Toksisitas Abnormal Memenuhi syarat Uji toksisitas
Haem Lakukan penetapan dengan cara Spektrofotometri abnormal seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara
Ultraviolet dan Cahaya Tampak seperti tertera pada Biologi in-vivo <251>.
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
Encerkan zat uji dengan larutan natrium klorida P 0,9% Pirogen <231> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
hingga mengandung 1% protein. Serapan larutan pada menggunakan dosis uji 3 ml per kg bobot kelinci.
403 nm tidak lebih dari 0,15. Gunakan air sebagai
blangko. Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Polimer dan agregat Nitrogen total dalam kumpulan Penetapan kadar Mengandung 95% - 105% protein dari
fraksi tidak lebih dari 5%. Lakukan penetapan dengan jumlah protein yang tertera pada etiket. Lakukan
cara Kromatografi eksklusi seperti tertera pada penetapan dengan Metode I seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Lakukan penetapan pada suhu Penetapan Kadar Nitrogen dalam Produk Darah <591>.
ruang. Jika perlu encerkan zat uji dengan dapar fosfat Encerkan sediaan uji dengan larutan natrium klorida P
campuran pH 7,0 mengandung azida hingga mengandung 0,9% hingga diperoleh larutan yang mengandung lebih
protein 4,0%-5,0%, masukkan 2 mg sediaan uji pada kurang 15 mg protein per 2 ml. Masukkan 2 ml larutan
kolom 25 mm x 1 m berisi dekstran sambung silang ini ke dalam tabung sentrifuga alas bulat, tambahkan 2
dengan bobot molekul dari 5000 - 350.000 (misalnya ml larutan natrium molibdat P 7,5% dan 2 ml
Sephadex G150). Eluasi dengan fase gerak Dapar fosfat campuran air dan asam sulfat bebas nitrogen P (30:1).
campuran pH 7,0 mengandung azida dengan laju aliran Kocok dan sentrifus selama 5 menit, tuang beningan dan
20 ml (4 ml per sentimeter kuadrat luas kolom) per jam. letakkan tabung sentrifuga diatas kertas saring dalam
Ukur serapan eluat pada panjang gelombang 280 nm. posisi terbalik, hingga kering. Tetapkan kadar nitrogen
Kumpulkan eluat dalam tiap fraksi lebih kurang 4 ml dalam residu. Hasil yang diperoleh kalikan 6,25 untuk
dan kumpulkan fraksi untuk setiap puncak dan gunakan memperoleh kadar protein.
untuk penetapan kadar nitrogen dengan Metode I seperti
tertera pada Penetapan Kadar Nitrogen dalam Produk Wadah dan penyimpanan Simpan pada suhu 2º - 25º
Darah <591>. terlindung cahaya. Bila disimpan pada suhu 2º - 8º
diharapkan memenuhi syarat selama 5 tahun sejak
Kalium <351> Tidak lebih dari 50 µmol per g protein. sediaan dipanaskan pada suhu 60,0º selama 10 jam. Bila
Lakukan penetapan dengan cara Spektrofotometri atom: disimpan pada suhu tidak lebih dari 25º diharapkan
emisi dan serapan seperti tertera pada Spektrofotometri memenuhi syarat selama 3 tahun sejak sediaan
dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur serapan pada 766 dipanaskan pada suhu 60,0º selama 10 jam.
nm dan gunakan larutan 114,4 mg kalium klorida P
(yang telah dikeringkan pada suhu 130º hingga bobot
tetap) dalam air hingga 1000 ml sebagai baku.
INJEKSI ALBUMIN TERIODINASI 125I
Iodinated 125I Albumin Injection
Natrium Mengandung 95% - 105% dari jumlah yang
Injeksi Albumin Teriodinasi 125I adalah larutan isotonis
tertera pada etiket, untuk hal tertentu tidak lebih dari 160
steril, didapar mengandung Albumin manusia normal,
mmol per liter. Lakukan penetapan dengan cara
diatur hingga radioaktivitas larutan tidak lebih dari 37
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur
MBq (1 mCi) per ml. Dibuat dengan cara iodinasi lemah
serapan pada 589 nm dan gunakan larutan 508,4 mg
albumin manusia normal dengan iodium radioaktif 125I,
natrium klorida P (yang telah dikeringkan pada suhu
untuk memasukan tidak lebih dari satu gram-atom
130º hingga bobot tetap) dalam air hingga 1000 ml
Iodium tiap gram-molekul (60.000 g) albumin.
sebagai baku.
Injeksi Albumin Teriodinasi 125I mengandung tidak
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari
Komposisi protein Lakukan penetapan dengan Metode
jumlah 125I sebagai albumin teriodinasi yang tertera pada
II Elektroforesis Selulose Asetat seperti tertera pada
etiket, dinyatakan dalam MBq (µCi atau mCi) per ml
- 67 -
pada waktu kalibrasi dilakukan. Radioaktivitas bentuk INJEKSI ALBUMIN TERIODINASI 131I
lain tidak lebih dari 3% dari radioaktivitas total. Iodinated 131I Albumin Injections
Produksi dan distribusi harus mengikuti ketentuan yang
berlaku. Injeksi Albumin Teriodinasi 131I merupakan larutan
isotonis, steril, didapar mengandung serum Albumin
Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat manusia normal dan diatur hingga radioaktivitas tidak
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk lebih dari 37 MBq (1 mCi) per ml. Dibuat dengan
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi, iodinasi lemah albumin manusia normal menggunakan
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang radio aktif 131I, untuk memasukkan tidak lebih dari satu
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. gram-atom iodium tiap gram molekul (60.000g)
Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada albumin.
radioaktivitas <1171>. Spektrum sinar gamma Injeksi Albumin Teriodinasi 131I mengandung tidak
menunjukkan puncak energi utama 0,0355 MeV sama kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari
dengan 125I yang digunakan sebagai baku dengan jumlah albumin 131I yang tertera pada etiket, dinyatakan
kemurnian diketahui. dalam MBq (µCi atau mCi) per ml pada waktu kalibrasi
dilakukan. Radioaktivitas dalam bentuk yang lain tidak
Endotoksin bakteri <201> Memenuhi syarat. Batas lebih dari 3% dari radioaktivitas total. Produksi dan
kandungan endotoksin tidak lebih dari 175/V unit distribusi harus mengikuti aturan yang berlaku.
endotoksin FI per ml injeksi; V adalah jumlah dosis
maksimum yang dianjurkan dalam ml, pada waktu Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
kadaluarsa. pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi,
pH <1071> Antara 7,0 dan 8,5. gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Kemurnian radiokimia Tidak kurang dari 97,0%.
Totolkan sejumlah volume tertentu, yang diencerkan Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada
dengan pelarut yang sesuai hingga memberikan laju Radioaktivitas <1171>. Spektrum sinar gamma
cacahan sekitar 20.000 cacahan permenit, lebih kurang menunjukkan puncak energi utama 0,364 MeV sama
25 mm dari ujung kertas kromatografi berukuran 25 mm dengan 131I yang digunakan sebagai baku dengan
x 300 mm dan biarkan mengering. Eluasi secara kemurnian diketahui.
kromatografi kertas menaik selama lebih kurang 4 jam,
menggunakan fase gerak larutan metanol P (7 dalam Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Wadah
10). Keringkan di udara tetapkan distribusi radioaktivitas dan penyimpanan, Endotoksin bakteri, pH, Kemurniaan
dengan menatah kromatogram menggunakan detektor radiokimia dan Penetapan radioaktivitas dalam Injeksi
radio kolimasi yang sesuai. Tidak kurang dari 97,0% dari Albumin Teriodinasi 125I juga memenuhi syarat seperti
radioaktivitas total dalam bentuk albumin (pada titik tertera pada Injeksi, kecuali jika tidak harus memenuhi
penotolan). anjuran seperti tertera pada Penetapan volume injeksi
dalam wadah <1131> memenuhi persyaratan berlaku.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi, kecuali injeksi tidak harus memenuhi anjuran Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
seperti tertera pada Volume dalam wadah. atau dosis ganda, pada suhu 2 - 8.
Penetapan radioaktivitas Lakukan penetapan Penandaan Kecuali peryataan seperti tertera pada
radioaktivitas dalam MBq (mCi) per ml injeksi albumin Penandaan dalam Injeksi, pada penandaan juga tertera
125
I menggunakan alat pencacah yang sesuai seperti 1) tanggal dan waktu kalibrasi, 2) jumlah 131I sebagai
tertera pada pemilihan alat pencacah dan sistem albumin teriodinasi, dinyatakan dalam MBq (µCi atau
terkalibrasi pada radioaktivitas <1171>. mCi), kadar dinyatakan dalam MBq (µCi atau mCi) per
ml pada saat kalibrasi, 3) tanggal kadaluarsa, 4)
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal pernyataan “Awas bahan radio aktif“ 5) dalam
atau dosis ganda, pada suhu 2° - 8°. perhitungan dosis, lakukan koreksi terhadap peluruhan
radioaktif, 6) waktu paruh131I adalah 8,08 hari.
Penandaan Kecuali peryataan seperti tertera pada
Penandaan dalam Injeksi, pada etiket harus juga tertera:
(1) tanggal dan waktu kalibrasi, (2) jumlah 125I sebagai INJEKSI ALBUMIN TERIODINASI 131
I
albumin teriodinasi, dinyatakan dalam MBq (µCi atau
TERAGREGASI
mCi), kadar dinyatakan dalam MBq (µCi atau mCi) per
ml pada saat kalibrasi, (3) tanggal kadaluarsa, (4)
Iodinated 131 I Albumin Aggregated
pernyataan awas bahan radioaktif, (5) informasi bahwa Injections
dalam perhitungan dosis, lakukan koreksi terhadap
peluruhan radioaktif, (6) waktu paruh125I adalah 60 hari. Injeksi Albumin Teriodinasi 131I Teragregasi adalah
supsensi steril Albumin manusia dalam air, yang telah
- 68 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal Logam berat <371> Metode V Tidak lebih dari 10 bpj.
atau dosis ganda, pada suhu 2 - 8.
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
tidak lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari
Penandaan Kecuali pernyataan seperti tertera pada
0,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Penandaan dalam Injeksi, pada penandaan juga tertera:
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
(1) waktu dan tanggal kalibrasi, (2) jumlah 131I sebagai
<931>.
albumin teragregrasi dinyatakan dalam MBq (µCi atau
Larutan borat dan Pengencer Lakukan seperti tertera
mCi), kadar dinyatakan dalam mg per ml pada saat
pada Penetapan kadar.
kalibrasi, (3) tanggal kadaluarsa (4) pernyatan “Awas
Dapar Timbang 5,88 g natrium sitrat dihidrat P dan
bahan radioaktif”, (5) informasi bahwa dalam
2,84 g natrium fosfat dibasa anhidrat P masukkan ke
menghitung dosis lakukan koreksi terhadap peluruhan
dalam labu tentukur 2000-ml, larutkan dan encerkan
radioaktif, (6) waktu paruh131I adalah 8,08 hari, (7)
dengan air sampai tanda. Atur pH hingga 8 dengan
kocok dahulu sebelum ditarik kedalam semprit, (8)
penambahan asam fosfat P. Saring melalui penyaring
jangan digunakan bila terdapat penggumpalan albumin.
dengan porositas 0,5 μm atau lebih kecil.
- 69 -
Larutan 9-fluoroenilmetil kloroformat Timbang mempunyai perbandingan “signal to noise” tidak kurang
sejumlah 9-fluoroenilmetil kloroformat, larutkan dalam dari 3.
asetonitril P hingga kadar lebih kurang 4 mg per ml. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Larutan dibuat segar. sama (lebih kurang 20 μl) Larutan uji dan Blangko,
Larutan A Buat campuran Dapar-asetonitril P (17:3). rekam kromatogram dan ukur respons semua puncak.
Saring dan awaudarakan. Abaikan setiap puncak yang sesuai dengan puncak
Larutan B Buat campuran asetonitril P-Dapar (7:3). Blangko. Hitung persentase masing-masing cemaran
Saring dan awaudarakan. dalam zat dengan rumus:
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Jika r
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem 100 i
seperti tertera pada Kromatografi <931>. rS
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
Alendronat Natrium BPFI, larutkan dalam Pengencer ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rS
hingga kadar lebih kurang 0,6 mg per ml. adalah jumlah semua respons puncak cemaran dan
Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan ke puncak utama.
dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup ulir
yang berisi 5 ml Larutan borat. Tambahkan 5 ml Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
asetonitril P dan 5 ml Larutan 9-fluoroenilmetil Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kloroformat, kocok selama 45 detik. Biarkan pada suhu Kromatografi <931>.
ruang selama 30 menit. Tambahkan 20 ml metilen Dapar Larutkan 14,7 g natrium sitrat dihidrat P dan
klorida P, kocok kuat selama 1 menit. Sentrifus selama 7,05 g natrium fosfat dibasa anhidrat P dalam air hingga
5-10 menit, gunakan bagian yang jernih di atas lapisan 1000 ml, atur pH hingga 8 dengan penambahan asam
air. fosfat P.
Enceran larutan baku Ukur saksama sejumlah volume Pengencer Larutkan 29,4 g natrium sitrat dihidrat P
Larutan baku persediaan, encerkan dengan Pengencer dalam air hingga 1000 ml.
hingga kadar lebih kurang 0,6 µg per ml. Pipet 5 ml Larutan borat Larutkan 19,1 g natrium borat P dalam
larutan, lakukan seperti tertera pada Larutan baku, mulai air hingga 1000 ml.
dari ”ke dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml Larutan 9-Fluoroenilmetil kloroformat Timbang
bertutup ulir”. sejumlah 9-fluoroenilmetil kloroformat, larutkan dalam
Blangko Gunakan 5 ml Pengencer, lakukan seperti asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
tertera pada Larutan baku, mulai dari ”ke dalam tabung Larutan dibuat segar.
sentrifuga 50 ml polipropilen bertutup ulir”. Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P-
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg zat, metanol P (70:25:5), saring dan awaudarakan. Jika perlu
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
encerkan dengan Pengencer sampai tanda, kocok. Pipet tertera pada Kromatografi <931>.
5 ml larutan dan lakukan seperti tertera pada Larutan Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
baku, mulai dari ”ke dalam tabung sentrifuga Alendronat Natrium BPFI, larutkan dalam Pengencer
polipropilen bertutup ulir 50 ml”. hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per ml.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan ke
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup ulir
dilengkapi dengan detektor 266 nm dan kolom 4,1 mm x yang berisi 5 ml Larutan borat. Tambahkan 5 ml Larutan
25 cm yang berisi bahan pengisi L21. Laju alir lebih 9-fluoroenilmetil kloroformat dan kocok selama 30 detik.
kurang 1,8 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada Diamkan pada suhu ruang selama 25 menit. Tambahkan
45°. Kromatograf diprogram sebagai berikut: 25 ml metilen klorida P, kocok kuat selama 1 menit.
Sentrifus selama 5-10 menit. Gunakan bagian yang
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi jernih di atas lapisan air.
(menit) (%) (%) Blangko Gunakan 5 ml Pengencer, lakukan seperti
0 100 0 Kesetimbangan tertera pada Larutan baku, dimulai dengan ”ke dalam
0-15 100 → 50 0 → 50 Gradien Linier
15-25 50 → 0 50 → 100 Gradien Linier
tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup ulir”.
Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih
25-27 0 → 100 100 → 0 Gradien Linier kurang 25 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
27-32 100 0 Isokratik 250-ml, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
sampai tanda.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan Larutan uji Pipet 5 ml Larutan uji persediaan,
Enceran larutan baku, rekam kromatogram dan ukur lakukan seperti tertera pada Larutan baku dimulai
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor dengan ”ke dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml
ikutan puncak utama pada kromatogram Larutan baku bertutup ulir”.
tidak lebih dari 2,0; puncak Enceran larutan baku pada Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
waktu retensi yang sama dengan Larutan baku harus Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
- 70 -
dilengkapi dengan detektor 266 nm dan kolom 4,1 mm x dapat bercampur dengan eter dengan aseton dengan
25 cm berisi bahan pengisi L21. Laju alir lebih kurang minyak nabati dan dengan kloroform.
1,2 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada 35º.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Baku pembanding Alfa Tokoferol BPFI; simpan dalam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera wadah tertutup rapat terlindung cahaya; setelah ampul
pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari 1500 dibuka segera ambil zat dan simpan ampul yang berisi
lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 1,5; sisa zat dibawah gas inert, dalam wadah tertutup rapat
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak dan terlindung cahaya, tidak boleh dikeringkan sebelum
lebih dari 2,0%. digunakan. Alfa Tokoferol Asetat BPFI; simpan dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume wadah tertutup rapat terlindung cahaya, tidak boleh
sama (lebih kurang 10µl) Larutan baku, Larutan uji dan dikeringkan sebelum digunakan, setelah ampul dibuka
Blangko, rekam kromatogram dan ukur respons puncak segera ambil zat dan simpan ampul yang berisi sisa zat
utama. Hitung jumlah dalam mg alendronat natrium, di bawah gas inert, dalam wadah tertutup rapat,
C4H12NNaO7P2, dalam zat yang digunakan dengan terlindung cahaya. Alfa Tokoferol Asam Suksinat BPFI;
rumus: simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
cahaya, tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
r
DC S U Identifikasi
rS Larutan uji untuk alfa tokoferol asetat [Catatan
gunakan alat kaca aktinik rendah]. Timbang saksama
D adalah faktor pengenceran Larutan uji persediaan; CS lebih kurang 220 mg d- atau dl-alfa tokoferol asetat,
adalah kadar Alendronat Natrium BPFI dihitung sebagai masukkan kedalam labu alas bulat bersumbat kaca 150
bentuk anhidrat dalam mg per ml Larutan baku ml, larutkan dalam 25 ml etanol mutlak P. Tambahkan
persediaan; rU dan rS berturut-turut adalah respons 20 ml larutan asam sulfat P dalam etanol P (1 dalam 7),
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. refluks dalam alat yang semua terdiri dari kaca selama 3
jam, terlindung cahaya matahari. Dinginkan pindahkan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, ke dalam labu tentuktur 200-ml, encerkan dengan larutan
pada suhu ruang. asam sulfat P dalam etanol P (1 dalam 72 ) sampai tanda
dan campur.
Larutan uji untuk alfa tokoferol asam suksinat
ALFA TOKOFEROL [Catatan gunakan alat kaca aktinik rendah]. Timbang
Vitamin E saksama sejumlah zat uji setara dengan lebih kurang 200
Tocopherol mg alfa tokoferol, masukkan kedalam labu alas bulat
bersumbat kaca 250 ml, larutkan dalam 50 ml etanol
Vitamin E adalah bentuk dari alfa tokoferol (C29H50O2) mutlak P dan refluks selama 1 menit. Bila larutan sudah
termasuk d- atau dl-alfa tokoferol (C29H50O2); d-atau dl- mendidih tambahkan 1 g kepingan kalium hidroksida P
alfa tokoferol asetat (C31H52O3); d-atau dl-alfa tokoferol melalui kondensor satu persatu untuk menghindari
asam suksinat (C33H54O5). Mengandung tidak kurang terbentuknya panas berlebihan [Perhatian gunakan
dari 96,0% dan tidak lebih dari 102,0% masing-masing kacamata pelindung]. Lanjutkan refluks selama 20
C29H50O2, C31H52O3, atau C33H54O5. menit, tanpa didinginkan, tambahkan hati-hati 2 ml asam
klorida P tetes demi tetes melalui kondensor [Catatan
Pemerian Praktis tidak berbau dan tidak berasa bentuk untuk menghindari oksidasi udara karena zat dalam
alfa tokoferol dan alfa tokoferol asetat berupa minyak pelarut alkali], dinginkan, pindahkan isi labu kedalam
kental jernih, warna kuning atau kuning kehijauan. d- corong pisah 500 ml cuci labu dengan 100 ml air,
Alfa tokoferol asetat dapat berbentuk padat pada suhu kemudian dengan 100 ml eter P. Masukkan cucian
dingin. Alfa tokoferol asam suksinat berupa serbuk dalam corong pisah. Kocok kuat biarkan memisah,
warna putih; bentuk d-isomer melebur pada suhu lebih masukkan tiap lapisan kedalam dua corong pisah yang
kurang 75° dan bentuk dl-melebur pada suhu lebih berbeda. Ekstraksi lapisan air dua kali, tiap kali dengan
kurang 70°. Golongan alfa tokoferol tidak stabil terhadap 50 ml eter P. Tambahkan ekstrak eter ini pada ekstrak
udara dan cahaya. Bentuk ester stabil terhadap udara dan eter pertama. Kumpulan ekstrak eter dicuci empat kali,
cahaya. Golongan alfa tokoferol dan esternya tidak stabil tiap kali dengan 100 ml air, kemudian uapkan ekstrak
dalam suasana alkalis. Senyawa dengan asam suksinat eter diatas tangas air dibawah tekanan atau aliran gas
juga tidak stabil bila dalam bentuk leburan. nitrogen P hingga tersisa lebih kurang 7 atau 8 ml.
Uapkan sisa eter tanpa pemanasan. Larutkan segera
Kelarutan Alfa tokoferol asam suksinat tidak larut residu dalam larutan asam sulfat P dalam etanol P (1
dalam air; sukar larut dalam larutan alkali; larut dalam dalam 72), pindahkan kedalam labu tentukur 200-ml,
etanol, dalam eter, dalam aseton dan dalam minyak encerkan dengan larutan asam sulfat P dalam etanol P
nabati. Sangat mudah larut dalam kloroform. Bentuk sampai tanda, campur.
vitamin E lain tidak larut dalam air; larut dalam etanol;
- 71 -
A.Buat larutan mengandung 10 mg alfa tokoferol tak 50-ml, larutkan dalam larutan baku internal, encerkan
teresterifikasi dalam 10 ml etanol mutlak P atau gunakan dengan larutan baku internal sampai tanda.
10 ml larutan uji untuk alfa tokoferol asetat atau larutan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
uji untuk alfa tokoferol asam suksinat. Tambahkan Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
dengan digoyang 2 ml asam nitrat P, dan panaskan pada dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca
suhu lebih kurang 75° selama 15 menit: terjadi warna borosilikat 4 mm x 2m berisi bahan pengisi 2% - 5%
merah terang atau jingga. fase cair G2 pada partikel penyangga S1AB80 80 - 100
B. Timbang saksama lebih kurang 100 mg alfa mesh. Pertahankan suhu kolom pada suhu antara 2450
tokoferol tak teresterifikasi larutkan dalam 50 ml eter P. dan 2650, suhu injektor dan detektor lebih kurang 100
Untuk ester d-tokoferol, pipet Larutan uji untuk alfa lebih tinggi dari suhu kolom; laju alir gas pembawa
tokoferol asetat atau Larutan uji untuk alfa tokoferol kering disesuaikan hingga diperoleh puncak heksadesil
asam suksinat setara dengan lebih kurang 100 mg zat uji, heksadekanoat, lebih kurang 18 hingga 20 menit setelah
masukkan ke dalam corong pisah dan tambahkan 200 ml penyuntikan larutan contoh bila digunakan kolom 2%
air. Ekstraksi dua kali, pertama dengan 75 ml eter P, atau 30 hingga 32 menit bila digunakan kolom 5%
kemudian dengan 25 ml eter P. Masukkan kumpulan [Catatan kondisikan kolom dengan cara seperti tertera
ekstrak eter ke dalam corong pisah yang lain. Pada pada Kromatografi <931>].
ekstrak eter dari bentuk tak teresterifikasi atau alfa Uji zat pengganggu Timbang saksama zat uji, larutkan
tokoferol terhidrolisis tambahkan 20 ml larutan kalium dalam n-heksan P hingga diperoleh larutan dengan kadar
heksasianoferat(III) P (1 dalam 10) dan larutan natrium lebih kurang 1 mg per ml. Suntikkan sejumlah volume
hidroksida P (1 dalam 25), kocok selama 3 menit. Cuci larutan ini yang diukur saksama hingga diperoleh
ekstrak eter empat kali, tiap kali dengan 50 ml air, buang kromatogram dengan puncak utama tidak kurang dari
cairan cucian dan keringkan dengan natrium sulfat 50% respon maksimum perekam. Dengan cara yang
anhidrat P. Uapkan ekstrak eter diatas tangas air di sama suntikkan sejumlah volume larutan baku internal
bawah tekanan atau aliran gas nitrogen P hingga tersisa yang diukur saksama. Bila sebuah puncak kromatogram
lebih kurang 7-8 ml, kemudian lanjutkan penguapan zat uji mempunyai waktu retensi sama dengan
tanpa pemanasan. Larutkan segera residu dalam 5,0 ml heksadesil heksadekanoat, buat suatu faktor koreksi
isooktana P dan tetapkan rotasi jenis. Hitung rotasi jenis pengenceran atau atenuasi dan tentukan luas yang
sesuai tertera pada Penetapan Rotasi Optik <1081>; c disebabkan oleh komponen penggangu yang harus
adalah jumlah gram tokoferol total yang diperoleh pada dikurangkan dari luas puncak larutan baku internal yang
Penetapan kadar dalam tiap 100 ml larutan uji: bentuk diperoleh pada larutan uji seperti tertera pada Prosedur.
d-isomer mempunyai rotasi jenis tidak kurang dari +240 Kesesuaian sistem Suntikkan sejumlah larutan
sedangkan bentuk dl tidak menunjukkan rotasi optik. campuran dalam n-heksan P dengan kadar 1 mg per ml
C. Waktu retensi relatif puncak utama kromatogram masing-masing Alfa Tokoferol BPFI dan Alfa Tokoferol
terhadap baku internal dari larutan uji yang diperoleh Asetat BPFI seperti tertera pada prosedur hingga
dari penetapan kadar sama seperti pada Larutan baku. diperoleh resolusi, R, tidak kurang dari 1,0.
Kalibrasi Suntikkan sejumlah larutan baku, rekam
Keasaman Alfa tokoferol asam suksinat memerlukan luas puncak seperti tertera pada prosedur. Hitung faktor
antara 18,0 dan 19,3 ml natrium hidroksida 0,1 N: respons relatif, F, dari Larutan baku dengan rumus:
bentuk vitamin E lain memerlukan tidak lebih dari 1,0
ml natrium hidroksida 0,1 N. Lakukan penetapan dengan AS C D
melarutkan 1,0 g zat uji dalam 25 ml campuran sama
banyak etanol P dan eter P (yang telah dinetralkan AD C S
terhadap Fenolftalein dengan natrium hidroksida 0,1 N
LV), tambahkan 0,5 ml Fenolftalein LP titrasi dengan CD dan CS berturut-turut adalah kadar heksadesil
natrium hidroksida 0,1 N LV hingga terjadi warna merah heksadekanoat P dan Alfa Tokoferol BPFI dalam mg per
muda lemah yang tidak hilang setelah dikocok 30 detik. ml Larutan baku. Kemudian suntikkan berturut-turut
sejumlah sediaan baku untuk memastikan bahwa faktor
Penetapan kadar alfa tokoferol Lakukan penetapan respon relatif, F, tetap sekitar 2,0%.
dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada Prosedur Suntikkan sejumlah volume (2 hingga 5µl)
Kromatografi <931>. Larutan uji ke dalam kromatograf gas yang sesuai,
Larutan baku internal Timbang sejumlah heksadesil rekam kromatogram hingga diperoleh sekurang-
heksadekanoat P, larutkan dalam n-heksan P hingga kurangnya 50% respon maksimum perekam. Ukur luas
kadar lebih kurang 1 mg per ml. dari puncak utama pertama alfa tokoferol dan luas
Larutan baku [Catatan gunakan alat kaca aktinik puncak utama kedua heksadesil heksadekanoat, rekam
rendah]. Timbang saksama sejumlah alfa tokoferol BPFI, harga berturut-turut sebagai aU dan aD. Hitung kadar
larutkan dalam sejumlah larutan baku internal hingga dalam mg alfa tokoferol dalam vitamin E dengan rumus:
kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Larutan uji [Catatan gunakan alat kaca aktinik 50 C D aU
rendah]. Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat (d- F a D
atau dl alfa tokoferol), masukan ke dalam labu tentukur
- 72 -
CD adalah kadar heksadisil heksadekanoat dalam mg per A. Spektrum serapan inframerah sesuai dengan
ml Larutan baku; F adalah faktor respons relatif. spektrum Alfa Tokoferol Asetat BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 0,01% b/v
Penetapan kadar alfa tokoferol asetat Lakukan dalam etanol mutlak P menunjukkan maksimum pada
penetapan seperti tertera pada Penetapan kadar alfa 284 nm, bahu pada 278 nm dan minimum pada 254 nm.
tokoferol dengan mengganti alfa tokoferol dengan alfa C. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
tokoferol asetat dan Alfa Tokoferol BPFI dengan Alfa secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Tokoferol Asetat BPFI. Fase gerak Campuran sikloheksan P-eter P (80:20).
Larutan 1 0,5% b/v zat dalam sikloheksan P.
Penetapan kadar alfa tokoferol asam suksinat Larutan 2 Larutkan 10 mg zat dalam 2 ml asam sulfat
Lakukan penetapan seperti tertera pada Penetapan kadar etanol 5 M, panaskan di dalam tangas air selama 5
alfa tokoferol dengan mengganti alfa tokoferol asam menit, dinginkan, tambahkan 2 ml air dan 2 ml
suksinat dan Alfa Tokoferol BPFI dengan Alfa Tokoferol sikloheksan P, kocok selama 1 menit, gunakan lapisan
Asam Suksinat BPFI. Kromatogram yang diperoleh pada atas.
penetapan kadar menunjukkan waktu retensi relatif lebih Larutan 3 0,5% b/v Alfa Tokoferol Asetat BPFI dalam
kurang 0,53 untuk alfa tokoferol, 0,62 untuk alfa sikloheksan P.
tokoferol asetat, 0,54 untuk alfa tokoferol asam suksinat Larutan 4 Larutkan 10 mg Alfa Tokoferol Asetat BPFI
dan 1,0 untuk heksadesil heksadekanoat. dalam 2 ml asam sulfat etanol 5 M, panaskan di dalam
tangas air selama 5 menit, dinginkan, tambahkan 2 ml
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, air dan 2 ml sikloheksan P, kocok selama 1 menit,
terlindung cahaya. Bentuk d-atau dl-alfa tokoferol gunakan lapisan atas.
dilindungi dengan gas inert. Prosedur Totolkan masing-masing 10 µl Larutan 1,
Larutan 2, Larutan 3 dan Larutan 4 pada lempeng
Penandaan Pada etiket tertera bentuk kimia d- atau dl-. kromatografi silika gel HF254 (dengan diameter 10 - 40
Aktivitas vitamin E dapat dinyatakan sebagai jumlah µm berisi indikator fluoresensi 1,5% dengan intensitas
eqivalen d-alfa tokoferol dalam mg per g berdasarkan maksimum pada 254 nm). Masukkan lempeng ke dalam
hubungan unit dan bobot. bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan
campuran Fase gerak, biarkan merambat 15 cm di atas
garis penotolan. Angkat lempeng, biarkan kering di
ALFA TOKOFEROL ASETAT udara dan amati di bawah cahaya ultraviolet 254 nm.
Vitamin E Asetat Harga Rf dan ukuran bercak utama Larutan 1 sama
Tocopherol Acetate dengan Larutan 3. Terbentuk dua bercak dari masing-
masing Larutan 2 dan Larutan 4, bercak dengan harga Rf
CH3 lebih tinggi adalah alfa tokoferol asetat, sesuai dengan
CH3 CH3 CH3 CH3
H3C
O yang diperoleh dari Larutan 3. Bercak dengan harga Rf
CH3 lebih rendah adalah alfa tokoferol. Semprot lempeng
dengan campuran 1 bagian volume asam klorida P, 4
OOCH3C
CH3
bagian volume larutan besi(III) klorida P 0,25% dalam
3,4-Dihidro-2,5,7,8-tetrametil-2-(4,8,12-trimetil etanol P dan 4 bagian volume larutan 1,10-fenantrolin
tridesil)-2H-1-benzopiran-6-ol asetat [7695-91-2] hidroklorida P 1% dalam etanol P. Bercak dengan harga
C31H52O3 BM 472,7 Rf rendah (alfa tokoferol) pada kromatogram yang
diperoleh dari Larutan 2 dan Larutan 4 berwarna jingga.
Alfa Tokoferol Asetat adalah semua bentuk rasemat α-
tokoferol asetat. Mengandung tidak kurang dari 96,0% Bilangan asam Tidak lebih dari 2,0; lakukan penetapan
dan tidak lebih dari 102,0%, C31H52O3. seperti tertera pada Lemak dan Minyak Lemak <491>
menggunakan 2 g zat.
Pemerian Cairan berminyak, jernih, kental; warna agak
kuning kehijaun. Serapan cahaya
Larutan A Larutkan 150 mg zat dalam sejumlah
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut etanol mutlak P hingga 100 ml. Encerkan dengan pelarut
dalam etanol mutlak, dalam aseton, dalam kloroform, yang sama 10 ml larutan hingga 100 ml
dalam eter dan dalam minyak lemak; larut dalam etanol. Larutan B 20 ml Larutan A encerkan dengan pelarut
yang sama hingga 50 ml.
Baku pembanding Alfa Tokoferol Asetat BPFI. Ukur serapan Larutan A pada panjang gelombang
serapan maksimum 284 nm dan serapan Larutan B pada
Identifikasi Uji A dapat diabaikan jika B dan C panjang gelombang serapan minimum 254 nm. Serapan
dilakukan. Uji B dan C dapat diabaikan, jika uji A jenis pada 284 nm adalah 42,0 - 45,0 dan serapan jenis
dilakukan. pada 254 nm adalah 7,0 - 9,0.
- 73 -
Tokoferol bebas Tidak lebih dari 1,0%; lakukan paling sedikit delapan kali lebih besar dari yang
penetapan sebagai berikut: Larutkan 500 mg zat dalam digunakan untuk merekam puncak alfa tokoferol asetat.
100 ml asam sulfat etanol 0,25 M, tambahkan 20 ml air Bila tinggi puncak paling kecil 2% dari skala penuh pada
dan 0,1 ml larutan difenilamina P 0,25% dalam kertas perekam, gunakan perhitungan terakhir untuk
asamsulfat P. Titrasi dengan serium(IV) amonium nitrat mengkoreksi luas puncak (a), dengan rumus:
0,01 M LV hingga terjadi warna biru yang stabil selama
tidak kurang dari 5 detik. Lakukan penetapan blangko. ia
a D 1
fa 2
Tiap ml serium(IV) amonium nitrat 0,01 M
setara dengan 2,154 mg tokoferol
D adalah luas puncak baku internal dalam Larutan uji 1;
i adalah luas puncak yang dapat mempengaruhi
Logam berat <371> Metode VI Tidak lebih dari 20 bpj;
pemisahan; a1 adalah luas puncak alfa tokoferol asetat
lakukan penetapan menggunakan 1 ml Larutan baku dalam kromatogram yang diperoleh dari Larutan uji 1;
timbal (10 bpj) untuk menyiapkan larutan baku. a2 adalah luas puncak alfa tokoferol asetat dalam
kromatogram yang diperoleh dari Larutan uji 2; f adalah
Sisa pemijaran <301> Metode II Tidak lebih dari 0,1%;
faktor yang disebabkan oleh perubahan atenuasi. Setelah
lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.
mendapatkan faktor resolusi dan kolom, hitung faktor
respons dengan cara sebagai berikut: Suntikkan 1 μl
Penetapan kadar Lakukan Kromatografi gas seperti Larutan baku menggunakan atenuasi dengan tinggi
tertera pada Kromatografi <931>. puncak alfa tokoferol asetat lebih besar dari 50% skala
Larutan baku internal Timbang 1 g dotriakontana P, penuh pada kertas perekam. Ukur luas puncak alfa
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan
tokoferol asetat dan Larutan baku internal, hitung
dalam heksan P dan encerkan sampai tanda.
respons, R, sebagai perbandingan luas puncak baku
Larutan uji 1 Timbang saksama lebih kurang 100 mg
internal dan luas puncak alfa tokoferol asetat dengan
zat, larutkan dalam 10 ml Larutan baku internal dalam cara sebagai berikut: Suntikkan 1 μl Larutan uji 1
labu tentukur 50-ml dan encerkan dengan heksan P menggunakan atenuasi sama dan ukur luas puncak baku
sampai tanda.
internal dan alfa tokoferol asetat. Hitung persentasi,
Larutan uji 2 Timbang saksama lebih kurang 100 mg
C31H52O3, dengan rumus:
zat, larutkan dalam labu tentukur 50-ml dengan heksan P
sampai tanda.
a1 R 10 4
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 100 mg
Alfa Tokoferol Asetat BPFI, larutkan dalam 10,0 ml aw
Larutan baku internal dalam labu tentukur 50-ml dan
encerkan dengan heksan P sampai tanda. w adalah bobot zat uji dalam mg.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 1 µl) Larutan baku dan Larutan uji 1 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
ke dalam kromatograf yang dilengkapi dengan detektor terlindung cahaya.
ionisasi nyala dan kolom kaca tersilanisasi (2,2 - 4,0 mm x
2 - 3 m) berisi partikel penyangga diatome (125 - 150
mesh atau 150 - 180 mesh) tersilanisasi dengan dimetil ALOE
diklorosilan (yang sesuai adalah Choromosob Aloe
W/AW/DMCS 80 -100 mesh dan disalut dengan 1% -
5% gom metil silikon). Tutup masing-masing ujung Aloe adalah getah yang dikeringkan dari daun Aloe
kolom dengan wol kaca tersilanisasi. Pertahankan suhu barbadensis Miller (Aloe vera Linné) (familia
kolom antara 245º - 280º, suhu injektor dan detektor Liliaceae), yang dikenal sebagai Aloe Curacao atau dari
berturut-turut antara 270º dan 320º. Gunakan gas daun Aloe ferox Miller dan hibridanya dengan Aloe
nitrogen P sebagai gas pembawa dengan laju alir lebih africana Miller dan Aloe spicata Baker yang dalam
kurang 25 - 90 ml per menit hingga persyaratan resolusi perdagangan dikenal dengan nama Aloe Cape. Kadar
terpenuhi. Gunakan integrator elektronik atau alat yang ekstrak yang larut dalam air tidak kurang dari 50,0%.
sesuai untuk mengukur luas puncak. Faktor resolusi
antara puncak baku internal dan alfa tokoferol asetat Pemerian Bau khas; sedikit asam dan tidak enak.
yang diperoleh dari Larutan baku harus lebih besar dari Aloe Curacao berupa massa buram berwarna hitam
1,4. Suntikkan berulang 1 µl Larutan baku sampai faktor kecokelatan, permukaan patahan tidak rata, seperti lilin
respons yang diamati stabil dan tidak lebih dari 2%. dan agak menyerupai resin.
Suntikkan 1 µl Larutan Uji 2 dan amati kromatogram Aloe Cape berupa massa tidak beraturan berwarna
menggunakan atenuasi hingga tinggi puncak alfa gelap sampai cokelat tua dengan permukaan sering
tokoferol asetat lebih besar dari 50% skala penuh pada tertutup serbuk berwarna kekuningan. Permukaan
kertas kromatogram. Selama perekaman, ubah atenuasi patahan halus dan mengkilat.
hingga setiap puncak yang mempunyai waktu retensi Serbuk Aloe berwarna kuning cokelat kekuningan
sama dengan baku internal terekam dengan sensitivitas sampai cokelat-hijau kekuningan. Bila dilihat di bawah
- 74 -
mikroskop dalam minyak lemak yang tidak berwarna, Aloksiprin adalah senyawa polimer hasil kondensasi
tampak seperti fragmen bersudut-sudut atau tidak aluminium oksida dan asam o-asetilsalisilat,
beraturan, kuning kehijauan hingga cokelat kemerahan. mengandung tidak kurang dari 7,5% dan tidak lebih dari
Warna sediaan tergantung dari ketebalan fragmen. 8,5% aluminium (Al) dan tidak kurang dari 79,0% dan
tidak lebih dari 87,4% salisilat total, dihitung sebagai
Identifikasi asam o-asetilsalisilat, C9H8O4, keduanya dihitung .
A. Larutkan serbuk dalam asam nitrat P: larutan
berwarna cokelat kemerahan sampai cokelat atau hijau. Pemerian Serbuk halus; putih atau agak merah muda;
B. Campur 1 g serbuk halus dengan 25 ml air dingin. tidak berbau atau hampir tidak berbau.
Kocok sesekali selama 2 jam, saring. Cuci saringan dan
residu dengan air dingin secukupnya sampai diperoleh Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol,
filtrat 100-ml. Dilihatdalam labu tentukur 100-ml Aloe dan dalam eter; sukar larut dalam kloroform.
Curacao berwarna jingga tua dan Aloe Cape berwarna
kuning kehijauan. Filtrat berwarna lebih tua apabila Identifikasi
didiamkam. A. Didihkan 1 g zat dengan 20 ml asam klorida 2 M,
C. Tambahkan 2 ml asam nitrat P pada 5 ml filtrat dinginkan, saring dan simpan residu. Filtrat
dari Identifikasi B kocok Aloe Curacao berwarna jingga menunjukkan reaksi Aluminium cara C dan D seperti
kemerahan dan Aloe Cape berwarna cokelat kemerahan tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
dan segera berubah menjadi hijau. B. Larutkan residu yang diperoleh pada Identifikasi A
D. Campur 10 ml filtrat pada Identifikasi B dengan 2 dalam 10 ml natrium hidroksida 0,1 M dan netralkan
ml amonium hidroksida P: Aloe Curacao berwarna dengan asam asetat 1 M. Larutan 1 ml menunjukkan
cokelat kekuningan dan Aloe Cape berwarna cokelat tua. reaksi Salisilat cara A seperti tertera pada Uji Identifikasi
Umum <291>.
Air <1031> Metode III Tidak lebih dari 12,0%; lakukan
pengeringan pada suhu 105º selama 5 jam menggunakan Salisilat terikat Tidak lebih dari 9,5% dihitung sebagai
serbuk yang dapat melalui pengayak nomor 40 dan asam salisilat, C7H6O3, dibandingkan terhadap asam o-
campur sebelum ditimbang. asetilsalisilat yang ditetapkan dengan cara sebagai
berikut: pada 100 mg zat, tambahkan 40 ml larutan
Kadar abu Tidak lebih dari 4,0%. natrium florida P 0,5% dalam asam klorida 0,1 M,
kocok selama 5 menit. Diamkan 10 menit sambil sering
Senyawa tidak larut dalam etanol Tidak lebih dari dikocok. Ekstrak enam kali tiap kali dengan 20 ml
10,0%; lakukan penetapan sebagai berikut: timbang kloroform P, saring kumpulan ekstrak kloroform melalui
saksama lebih kurang 1 g serbuk, tambahkan 50 ml natrium sulfat anhidrat P, cuci dengan 30 ml kloroform
etanol P. Panaskan campuran sampai mendidih selama P dan encerkan kumpulan ekstrak dan cucian dengan
15 menit, ganti cairan yang hilang. Kocok sesekali kloroform P hingga 200,0 ml. Encerkan 20,0 ml larutan
selama 1 jam, saring melalui kertas saring kering kecil ini dengan kloroform P hingga 50,0 ml, ukur serapan
atau penyaring kaca masir, masing-masing yang telah pada panjang gelombang maksimum 308 nm. Hitung
ditimbang. Cuci sisa pada penyaring dengan etanol P jumlah, C7H6O3, bila serapan jenis pada panjang
hingga hasil cucian tidak berwarna. Keringkan residu gelombang 308 nm adalah 293.
pada suhu 105º hingga bobot tetap.
Asam asetilsalisilat bebas Tidak lebih dari 0,5% di
Penetapan kadar Maserasi lebih kurang 2 g zat yang hitung terhadap salisilat total; lakukan penetapan sebagai
ditimbang saksama dengan 70 ml air dalam labu yang berikut: Pada sejumlah zat yang setara dengan 1,0 g
sesuai. Kocok setiap 30 menit selama 8 jam dan biarkan salisilat total, tambahkan 50 ml eter P kering, kocok
selama 16 jam tanpa pengocokan. Saring, cuci labu dan selama 30 menit. Saring dengan cepat melalui kertas
residu dengan sedikit air. Masukkan air cucian ke dalam saring lipat, cuci kertas saring beberapa kali dengan eter
labu tentukur 100-ml melalui penyaring hingga tanda. P kering, encerkan kumpulan filtrat dan cucian dengan
Uapkan 50,0 ml filtrat pada cawan yang telah ditara di eter P kering sampai 100,0 ml. Serapan pada panjang
atas tangas uap sampai kering. Keringkan pada suhu gelombang maksimum lebih kurang 278 nm tidak lebih
110º hingga bobot tetap. Kadar ekstrak yang larut dalam dari 0,36.
air tidak boleh kurang dari 50,0% dihitung terhadap
bahan yang digunakan. Asam Salisilat Tidak lebih dari 0,15% dihitung terhadap
salisilat total; serapan pada penetapan asam asetilsalisilat
pada panjang gelombang maksimum lebih kurang 308
ALOKSIPIRIN nm tidak lebih dari 0,50.
Aloxipirine Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%;
lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P pada
Aloksiprin [9014-67-9] tekanan tidak lebih dari 5 mmHg, menggunakan 1 g zat.
- 75 -
Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari 10 bpj; mg Salisilat total, tambahkan 50 ml eter P kering, kocok
lakukan penetapan sebagai berikut: Pijarkan 2,0 g zat selama 30 menit. Saring dengan cepat melalui kertas
pada suhu rendah sampai pengarangan sempurna, saring lipat, cuci kertas saring beberapa kali dengan eter
dinginkan, tambahkan 2 ml asam nitrat P dan 0,25 ml P kering. Tambahkan pada kumpulan filtrat dan cucian,
asam sulfat P, panaskan hati-hati hingga terbentuk asap 10 ml natrium hidroksida 1 N, goyangkan dan campur,
putih dan pijarkan pada suhu 500º-600º. Dinginkan, uapkan eter di atas tangas air. Dinginkan, atur pH antara
tambahkan 2 ml asam klorida P. Uapkan hingga kering 2,40 dan 2,50 dengan asam klorida 1 N, encerkan
di atas tangas air dan lanjutkan seperti tertera pada dengan air sampai 100 ml. Pada 20,0 ml larutan
Metode IV, mulai dari ”Larutkan sisa”. Gunakan 2 ml tambahkan 4,0 ml besi(III) klorida LP, encerkan dengan
Larutan baku timbal (10 bpj) sebagai baku. dapar asetat pH 2,45 hingga 50,0 ml. Biarkan selama 30
menit, saring bila perlu melalui kertas saring lipat
Penetapan kadar rangkap dan ukur serapan pada maksimum lebih kurang
Aluminium Pijarkan 2 g zat dalam krus silika yang 530 nm. Serapan yang diperoleh tidak boleh lebih besar
telah ditara, panaskan perlahan-lahan sampai senyawa dari serapan larutan yang dibuat sebagai berikut:
organik terurai dan pijarkan sampai bobot tetap pada Encerkan 5,0 ml asam salisilat P 0,036% dengan air
suhu 1000º. Tiap g sisa pemijaran setara dengan 529,2 hingga 20,0 ml dan tetapkan dengan cara seperti di atas
mg Al. mulai dari ”Tambahkan 4,0 ml besi(III) klorida LP”,
Salisilat total Pada 250 mg zat, tambahkan 50 ml sebagai blangko gunakan 4 ml besi(III) klorida LP yang
larutan natrium hidroksida 1 N, didihkan perlahan-lahan diencerkan dengan dapar asetat pH 2,45 hingga 50,0 ml.
sampai larut. Dinginkan, tambahkan 50 ml air, atur pH
antara 2,40 dan 2,50 dengan asam klorida 1 M, encerkan Salisilat terikat Tidak lebih dari 15,0%, dihitung
dengan air samapi 500,0 ml. Pada 5,0 ml tambahkan 4,0 sebagai asam salisilat, C7H6O3, terhadap Salisilat total.
ml besi(III) klorida LP, diamkan 30 menit, encerkan Lakukan penetapan dengan cara sebagai berikut: Pada
dengan air sampai 50,0 ml. Ukur serapan pada panjang sejumlah serbuk tablet yang setara dengan 150 mg
gelombang maksimum lebih kurang 530 nm, terhadap Salisilat total, tambahkan 40 ml natrium fluorida P 0,5%
blangko 4,0 ml besi(III) klorida LP yang diencerkan dalam asam klorida 0,1 N, kocok selama 5 menit.
dengan air sampai 50,0 ml. Hitung salisilat total sebagai Diamkan selama 10 menit, sambil sering dikocok.
C9H8O4, dari serapan yang diperoleh dengan penetapan Ekstraksi enam kali, tiap kali dengan 20 ml kloroform P,
ulang menggunakan 4,0 ml larutan asam salisilat 0,05% saring kumpulan kloroform melalui natrium sulfat
pengganti larutan uji, mulai dari ”tambahkan 4,0 ml anhidrat P, cuci dengan 30 ml kloroform P, encerkan
besi(III) klorida LP.” dengan kloroform P hingga 200,0 ml. Encerkan 20,0 ml
larutan dengan kloroform P hingga 100,0 ml, ukur
Tiap 1 g asam salisilat serapan pada maksimum lebih kurang 308 nm. Hitung
setara dengan 1,305 g C9H8O4 jumlah C7H6O3; serapan jenis pada panjang gelombang
maksimum lebih kurang 308 nm adalah 293.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 5 menit.
Pemerian Serbuk halus; putih hingga hampir putih; Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
berbau lemah.
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dan dalam TABLET ALOPURINOL
etanol; larut dalam larutan kalium dan dalam natrium Allopurinole Tablet
hidroksida; praktis tidak larut dalam kloroform dan
dalam eter. Tablet Alopurinol mengandung Alopurinol, C5H4N4O,
tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari
Baku pembanding Alopurinol BPFI; lakukan jumlah yang tertera pada etiket.
pengeringan dalam hampa udara suhu 105° selama 5 jam
sebelum digunakan; 3-amino-4-karboksamidopirazol Baku pembanding Alopurinol BPFI; lakukan
Hemisulfat BPFI; lakukan pengeringan dalam hampa
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105 selama
udara pada suhu 105° selama 3 jam sebelum digunakan.
5 jam sebelum digunakan.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan Identifikasi Timbang sejumlah serbuk tablet setara
maksimum pada panjang gelombang yang sama seperti dengan 50 mg alopurinol, gerus dengan 10 ml natrium
pada Alopurinol BPFI. hidroksida 0,1 N, saring. Asamkan filtrat dengan asam
asetat 1 N, diamkan 10 - 15 menit agar terjadi
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; pengendapan yang cukup, kumpulkan endapan yang
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º terbentuk. Cuci endapan dengan 3 ml etanol mutlak P
selama 5 jam. sedikit demi sedikit dan akhirnya cuci dengan 4 ml eter
P. Biarkan kering di udara selama 15 menit, keringkan
Kemurnian kromatografi Tidak lebih dari 0,2%; pada suhu 105 selama 3 jam: endapan yang diperoleh
lakukan penetapan secara Kromatografi lapis tipis seperti memenuhi Identifikasi seperti tertera pada Alopurinol.
tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Kocok 200 ml n-butanol P dan 200 ml Disolusi <1231>
amonium hidroksida 6 N, buang lapisan bawah dan Media disolusi : 900 ml asam klorida 0,1 N.
tambahkan 20 ml n butanol P pada lapisan atas. Alat tipe 2 : 75 rpm.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 3-amino-4 Waktu : 45 menit.
karboksamidopirazol Hemisulfat BPFI, larutkan dalam Prosedur : Lakukan penetapan jumlah, C5H4N4O,
amonium hidroksida 6 N hingga kadar 50 µg per ml. yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 250 mg perlu diencerkan dengan asam klorida 0,1 N dan serapan
zat, larutkan dalam campuran amonium hidroksida 6 N- larutan baku Alopurinol BPFI dalam media yang sama
natrium hidroksida 1 N (9:1) hingga 10,0 ml, campur. pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
Prosedur Totolkan masing-masing secara terpisah 10 kurang 250 nm.
l Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kromatografi selulosa setebal 0,16 mm yang kurang dari 75% (Q) C5H4N4O, dari jumlah yang tertera
mengandung indikator fluoresensi. Masukkan lempeng pada etiket.
ke dalam bejana yang berisi Fase gerak, biarkan
merambat hingga 1 cm di bawah ujung lempeng, angkat Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
dan keringkan di udara, amati di bawah cahaya
ultraviolet; intensitas bercak lain selain bercak utama Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dari Larutan uji tidak lebih besar dari bercak utama Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku. Kromatografi <931>.
- 77 -
Fase gerak Buat larutan amonium fosfatmonobasa ALPRAZOLAM
0,05 M, saring dan awaudarakan. [Catatan Tidak boleh Alprazolam
ada sisa fase gerak dalam kolom. Sesudah digunakan
cuci kolom dengan aliran air selama 20 menit, kemudian
dilanjutkan dengan metanol P selama 20 menit].
Larutan baku internal Larutkan lebih kurang 50 mg
hipoksantin P dalam 10 ml natrium hidroksida 0,1 N,
kocok selama 10 menit, hingga larut. Encerkan dengan
air hingga 50 ml. Buat larutan pada saat akan digunakan.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50 mg
8-Kloro-1-metil-6-fenil-4H-s-triazolo[4,3-α]
Alopurinol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
[1,4]benzodiazepina [2898-97-7]
ml, tambahan 10 ml natrium hidroksida 0,1 N, kocok
C17H13ClN4 BM 308,77
selama 10 menit, encerkan dengan air sampai tanda.
Masukkan 4,0 ml larutan ini dan 2,0 ml Larutan baku
Alprazolam mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
internal ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan
tidak lebih dari 102,0%, C12H13ClN4.
dengan Fase gerak sampai tanda. Buat larutan pada saat
[Perhatian hindari terhirupnya partikel Alprazolam dan
akan digunakan.
pernapasan pada kulit].
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk setara
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir putih,
dengan lebih kurang 50 mg alopurinol, masukkan ke
melebur pada suhu lebih kurang 225º.
dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 10 ml natrium
hidroksida 0,1 N, kocok selama 10 menit, tambahkan air
Kelarutan Tidak larut dalam air; sukar larut dalam etil
sampai tanda. [Catatan Penetapan selanjutnya tidak
asetat; agak sukar larut dalam aseton; larut dalam etanol;
boleh ditunda]. Saring, buang 10 ml filtrat pertama.
mudah larut dalam kloroform.
Masukkan 4,0 ml larutan ini dan 2,0 ml Larutan baku
internal ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan
Baku pembanding Alprazolam BPFI; tidak boleh
dengan Fase gerak sampai tanda.
dikeringkan sebelum digunakan.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom ukuran 4 Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
seperti pada Alprazolam BPFI, kecuali pada daerah 880 -
puncak seperti tertera pada Prosedur. Resolusi, R, antara
890 cm-1 maksimum akan berbeda dengan perbandingan
puncak zat uji dan baku internal tidak kurang dari 5 dan
dari polimorf alprazolam.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
B. Larutkan sejumlah zat dalam etanol P hingga kadar
lebih dari 3,0%.
4 μg per ml: spektrum serapan ultraviolet larutan ini
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
sama (lebih kurang 15 l ) Larutan baku dan Larutan uji
gelombang yang sama seperti pada larutan Alprazolam
ke dalam kromatograf, ukur tinggi puncak utama. Waktu
BPFI; daya serap masing-masing dihitung terhadap zat
retensi relatif dari hipoksantin 0,6 dan alopurinol 1,0.
yang telah dikeringkan, pada panjang gelombang
Hitung jumlah dalam mg alopurinol, C5H4N4O, dalam
serapan maksimum dan minimum lebih kurang 220 nm
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
tidak boleh berbeda lebih dari 3,0%.
R Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
2,5 C U
RS lakukan pengeringan pada suhu 60º selama 16 jam dan
tekanan tidak lebih dari 5 mmHg.
C adalah kadar Alopurinol BPFI dalam g per ml
Larutan Baku; RU dan RS berturut-turut adalah Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%.
perbandingan respons puncak antara alopurinol dan baku
internal dari Larutan uji dan Larutan baku. Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Kemurnian kromatografi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Metoda A Jumlah cemaran tidak lebih dari 1,0%.
Larutan uji Buat larutan zat dalam kloroform P
mengandung lebih kurang 2 mg per ml.
Sistem kromatografi Lakukan penetapan dengan cara
kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
<931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan detektor
ionisasi nyala dan kolom kaca 3 mm x 120 cm berisi
- 78 -
bahan pengisi 3% fase diam G6 pada partikel penyangga lakukan penyesuaian menurut kesesuaian sistem seperti
SIAB. Pertahankan suhu injektor dan suhu kolom pada tertera pada Kromatografi <931>.
lebih kurang 240º, detektor pada lebih kurang 20º - 50º Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
di atas suhu kolom. Gunakan helium P sebagai gas Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
pembawa. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
Prosedur [Catatan Biarkan eluasi berlangsung lebih 30 cm berisi bahan pengisi L3. Laju alir lebih kurang 2
kurang tiga kali waktu retensi dari komponen utama ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
sebelum penyuntikan berikutnya]. Suntikkan lebih baku, ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
kurang 4 μl Larutan uji, rekam kromatogram. Hitung resolusi, R, antara puncak baku internal dan zat uji tidak
jumlah cemaran dalam persen dengan rumus: kurang dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
100
rA rB ...r1 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama Larutan baku dan Larutan uji ke dalam
rA rB ...r1 r kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak utama. Waktu retensi relatif baku internal lebih
rA, rB, ...r1 masing-masing adalah respons puncak selain kurang 0,6 dan alprazolam 1,0. Hitung jumlah dalam mg
alprazolam pada Larutan uji; r adalah respons puncak alprazolam, C17H13ClN4, dalam serbuk yang digunakan
alprazolam pada Larutan uji. dengan rumus:
Metode B R
100 C U
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
RS
Kromatografi <931>.
Fase gerak campuran kloroform P-aseton P-etil asetat C adalah kadar Alprazolam BPFI dalam mg per ml
P-metanol P (50:50:50:5) Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
Larutan baku Buat larutan baku Alprazolam BPFI perbandingan respons puncak antara alprazolam dan
dalam Kloroform P hingga larutan mengandung 4,0 mg baku intenal dari Larutan uji dan Larutan baku.
per ml. Pipet masing-masing 1,3 dan 5 ml larutan ke
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan masing-masing Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
dengan kloroform P sampai tanda. Kadar Larutan baku
berturut-turut adalah 0,1%; 0,3% dan 0,5%.
Larutan uji Buat larutan dalam kloroform P TABLET ALPRAZOLAM
mengandung 40 mg zat per ml.
AlprazolamTablet
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
μl Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng silika gel Tablet Alprazolam mengandung Alprazolam,
dengan ketebalan 0,50 mm. Masukkan lempeng ke C17H13ClN4, tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan 110% dari jumlah yang tertera pada etiket.
dengan Fase gerak, biarkan merambat hingga tiga
perempat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan Baku pembanding Alprzolam BPFI; tidak boleh
kering di udara. Ulangi eluasi untuk kedua kali. Amati dikeringkan sebelum digunakan.
bercak di bawah cahaya ultraviolet 254 nm: masing-
masing bercak lain selain bercak utama Larutan uji tidak Identifikasi Larutkan sejumlah serbuk halus tablet,
boleh mempunyai ukuran dan intensitas lebih besar dari setara dengan lebih kurang 15 mg alprazolam dalam 10
bercak yang dihasilkan oleh Larutan baku 0,3% dan
ml larutan natrium karbonat P (1 dalam 100).
jumlah bercak yang terdeteksi ini tidak lebih besar dari Tambahkan 15 ml kloroform P kocok kuat selama 30
1%. menit, sentrifus, buang lapisan air, pindahkan lapisan
kloroform dalam wadah yang bersih. Tambahkan lebih
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kurang 200 mg kalium bromida P. Uapkan kloroform
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dari campuran ini hingga kering, keringkan dalam
Kromatografi <931>.
hampa udara pada suhu 60º selama 24 jam. Gerus hingga
Larutan baku internal Buat larutan triazolam dalam
menjadi serbuk halus: taburkan 20 mg serbuk ini
asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,3 mg per ml.
diantara lapisan 100 mg kalium bromida kering dan
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 2,5 mg
cetak: spektrum serapan inframerah yang diperoleh
Alprazolam BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
dengan cara tersebut menunjukkan maksimum hanya
100-ml, larutkan dalam 10,0 ml Larutan baku internal,
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
encerkan dengan asetonitril P sampai tanda, campur.
Alprazolam BPFI yang diperlakukan sama dengan
Larutan uji Buat seperti pada Larutan baku.
bilangan gelombang pada 1609, 1578, 1566, 1539, 1530,
Fase gerak Buat campuran pelarut astonitril P-
1487, 1445, 1428, 1379, 1337 dan 1320 pada daerah
kloroform P-n-butanol P-air-asam asetat glasial P
bilangan gelombang 1650 - 1300 cm-1; pada 970, 932,
(850:80:50:20:0,5), saring dan awaudarakan. Jika perlu
- 79 -
891, 826, 797, 779, 746, 696, 669, 658 dan 640 pada dalam tablet, tambahkan 10,0 ml Larutan baku internal.
daerah bilangan gelombang 975 - 600 cm-1. Kocok dan sentrifus bila perlu.
Larutan baku Buat larutan Alprazolam BPFI dalam
Disolusi <1231> Larutan baku internal hingga kadar 0,025 mg per ml.
Larutan dapar persediaan Larutkan 160 g kalium Sistem kromatografi dan Prosedur Lakukan seperti
fosfat monobasa P dan 40 g kalium fosfat dibasa P tertera pada Penetapan kadar dalam Alprazolam. Hitung
dalam air, encerkan dengan air hingga 2,0 liter. jumlah dalam mg alprazolam, C17H13ClN4, dalam serbuk
Tambahkan bila diperlukan asam fosfat P atau larutan tablet yang digunakan dengan rumus:
kalium hidroksida P (45 dalam 100) untuk mengatur
larutan hingga apabila 1 bagian Larutan dapar R
persediaan diencerkan dalam 10 bagian air akan CV U
diperoleh larutan dapar dengan pH 6,0 ± 0,1. RS
Larutan dapar Encerkan 1 bagian Larutan dapar
persediaan dalam 10 bagian air; larutan dapar C adalah kadar Alprazolam BPFI dalam mg per ml
mempunyai pH 6,0 ± 0,1. Larutan baku: V adalah volume dalam ml Larutan baku
Media disolusi : 500 ml Larutan dapar. internalyang ditambahkan; RU dan RS berturut-turut
Alat tipe 1 : 100 rpm. adalah perbandingan respons puncak antara alprazolam
Waktu : 30 menit dan baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku.
Prosedur :
Larutan baku persediaan Larutkan Alprazolam BPFI Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dalam metanol P hingga kadar 0,05 mg per ml. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku Masukkan 50 ml Larutan dapar Kromatografi <931>.
persediaan dan 250 ml air ke dalam labu tentukur 500- Fase gerak, Larutan baku internal dan Larutan baku
ml. Tambahkan 5,0 ml Larutan baku persediaan untuk Buat seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
setiap 0,25 mg alprazolam yang terkandung dalam tablet Alprazolam.
yang diuji. Encerkan dengan air sampai tanda. Larutan uji Masukkan 6 tablet ke dalam labu, untuk
Fase gerak Campur Larutan dapar-asetonitril P- tablet yang mengandung Alprazolam 1 mg atau kurang,
tetrahidrofuran P (60:35:5), saring dan awaudarakan. tambahkan 2 ml air. Untuk tablet yang mengandung
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian lebih dari 1 mg alprazolam tambahkan 8 ml air.
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. Goyangkan labu hingga tablet terdispersi. Tambahkan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada sejumlah volume Larutan baku internal yang diukur
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi saksama, hingga perbandingan volume Larutan baku
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x internal dalam ml terhadap bobot alprazolam dalam mg
10 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang 1 adalah antara 3 - 4,5. Kocok selama 10 menit, sentrifus
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan bila perlu. Encerkan secara kuantitatif sejumlah volume
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak larutan ini dengan asetonitril P hingga 10 kali
sepeti tertera pada Prosedur: jumlah lempeng teoritis volumenya, campur.
tidak kurang dari 500. Simpangan baku relatif pada Sistem kromatografi dan Prosedur Lakukan penetapan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Alprazolam,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume hitung jumlah mg alprazolam, C17H13ClN4, dalam tablet
sama Larutan uji dan Larutan baku yang telah disaring yang digunakan dengan rumus:
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah alprazolam, R
C17H13ClN4, yang terlarut berdasarkan respons puncak 100 CV U
Larutan uji dan Larutan baku. RS
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q), C17H13ClN4, dari jumlah yang C adalah kadar Alprazolam BPFI dalam mg per ml
tertera pada etiket. Larutan baku; V adalah volume dalam ml Larutan baku
internal yang ditambahkan; RU dan RS berturut-turut
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. adalah perbandingan respons puncak antara alprazolam
Prosedur penetapan keseragaman kandungan dan baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku.
Fase gerak Buat larutan seperti tertera pada
Penetapan kadar dalam Alprazolam. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Larutan baku internal Buat larutan triazolam dalam tidak tembus cahaya.
asetonitril P hingga kadar 0,032 mg per ml.
Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu,
tambahkan lebih kurang 0,4 ml air langsung pada tablet,
biarkan selama 2 menit, goyangkan labu hingga tablet
terdispersi. Untuk setiap kandungan 0,25 mg alprazolam
- 80 -
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%,
dalam etanol dan dalam kloroform; praktis tidak larut lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P pada
dalam eter. tekanan tidak lebih dari 5 mmHg selama 24 jam.
Baku pembanding Alprenolol Hidroklorida BPFI; 1-(2- Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Alilfenoksi)-propana-2,3-diol BPFI.
Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti tertera
Identifikasi pada Titrasi Bebas Air <681> Metode I menggunakan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang 500 mg yang ditimbang saksama dan indikator 1-
didispersikan dalam kalium bomida P menunjukkan naftolbenzeina LP.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
seperti pada Alprenolol Hidroklorida BPFI.
setara dengan 28,58 mg C15H23 NO2.HCl
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam etanol
P (1 dalam 10.000) setebal 2 cm pada panjang gelombang Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
antara 230 dan 350 nm menunjukkan maksimum pada tidak tembus cahaya.
panjang gelombang lebih kurang 271 dan 277 nm;
serapan pada 271 nm lebih kurang 1,3 dan pada 277 nm
lebih kurang 1,2.
TABLETALPRENOLOLHIDROKLORIDA
C. Larutan lebih kurang 300 mg dalam 10 ml air,
basakan dengan larutan natrium hidroksida P 5%.
Alprenolol Hydrochloride Tablet
Ekstraksi dua kali, tiap kali dengan 5 ml eter P. Cuci
Tablet Alprenolol Hidroklorida mengandung alprenolol
kumpulan ekstrak dengan air secukupnya hingga cairan
hidroklorida, C15H23NO2.HCl, tidak kurang dari 92,5%
cucian bebas alkali. Keringkan dengan natrium sulfat
dan tidak lebih dari 107,5% dari jumlah yang tertera
anhidrat P, saring, uapkan hingga kering. Suhu lebur
pada etiket.
residu lebih kurang 58º.
D. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada
Baku pembanding Alprenolol Hidroklorida BPFI.
Uji Identifikasi Umum <291>.
Identifikasi
pH <1071> Antara 5,5 dan 6,5; lakukan penetapan
A. Pada sejumlah serbuk tablet setara dengan 50 mg
menggunakan larutan 5%.
alprenolol hidroklorida, tambahkan 25 ml air dan 2 ml
amonia LP. Ekstraksi dengan 20 ml kloroform P saring
Jarak lebur <1021> Antara 108º dan 111º
ekstrak kloroform, uapkan 1 ml hingga kering. Spektrum
Serapan ultraviolet Tidak lebih dari 0,2 lakukan serapan inframerah residu menunjukkan maksimum
penetapan menggunakan larutan 0,5% dalam etanol P hanya pada bilangan gelombang yang sama dan
pada 297 nm. mempunyai intensitas relatif yang sama seperti pada
Alprenolol Hidroklorida BPFI.
B. Lapisan air yang diperoleh pada Identifikasi A
menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada Uji
Identifikasi Umum<291>.
- 81 -
C. Spektrum serapan ultraviolet larutan yang dibuat Mg(OH)2 dalam mg, yang dihitung berdasarkan jumlah
untuk Penetapan kadar pada panjang gelombang antara yang tertera pada etiket.
230 dan 350 nm menunjukkan maksimum pada lebih
kurang 271 dan 277 nm. pH <1071> Antara 7,3 dan 8,5.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Tablet. Klorida <361> Tidak lebih dari 0,14%; lakukan
penetapan dengan melarutkan 5,0 g zat dalam sedikit
Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak kurang mungkin volume asam nitrat P yang dibutuhkan,
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet tambahkan 1 ml asam berlebih, kemudian tambahkan air
setara dengan 50 mg alprenolol hidroklorida, kocok hingga 100 ml dan saring: 10 ml filtrat menunjukkan
dengan 50 ml etanol P selama 10 menit, tambahkan klorida tidak lebih dari 1,0 ml asam klorida 0,02 N.
etanol P secukupnya hingga 100,0 ml, saring. Encerkan
10,0 ml filtrat dengan etanol P secukupnya hingga 50,0 Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan penetapan
ml. Ukur serapan larutan pada maksimum lebih kurang dengan melarutkan 5,0 g suspensi dalam 5 ml asam
271 nm. Hitung kadar C15H23NO2.HCl: serapan jenis klorida 3 N dengan pemanasan perlahan. Dinginkan,
pada maksimum 271 nm adalah 65. tambahkan air hingga 250 ml, saring: 20 ml filtrat
menunjukkan sulfat tidak lebih dari 0,4 ml asam sulfat
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, 0,02 N.
terlindung cahaya.
Syarat lain Memenuhi syarat uji Arsen dan Logam berat
seperti tertera pada Gel Aluminium Hidroksida.
SUSPENSI ORAL ALUMINA DAN
MAGNESIA Penetapan kadar aluminium hidroksida
Alumina and Magnesia Oral Suspension Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium
Suspensi Oral Alumina dan Magnesia mengandung Sulfat.
aluminium hidroksida, Al(OH)3 dan magnesium Larutan uji Kocok baik-baik suspensi oral dalam
hidroksida, Mg(OH)2 masing-masing tidak kurang dari kemasan aslinya, ukur saksama sejumlah volume
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang suspensi oral setara dengan lebih kurang 1200 mg
tertera pada etiket. aluminium hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala
yang sesuai. Tambahkan 20 ml air, aduk dan tambahkan
Identifikasi secara perlahan 10 ml asam klorida P. Jika perlu
A. Pada larutan yang mengandung 5 g zat uji dalam panaskan secara perlahan hingga larut, dinginkan dan
10 ml asam klorida 3 N, tambahkan 5 tetes merah metil saring, masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml. Cuci
LP. Panaskan hingga mendidih dan tambahkan amonium penyaring dengan air, masukkan ke dalam labu tentukur,
hidroksida 6 N hingga warna larutan berubah menjadi encerkan dengan air sampai tanda.
kuning tua. Lanjutkan pemanasan selama 2 menit, Prosedur Pipet 10 ml Larutan uji, masukkan ke dalam
saring: filtrat menunjukkan reaksi Magnesium seperti gelas piala 250 ml, tambahkan 20,0 ml air, sambil terus
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. diaduk, tambahkan 25,0 ml Titran dinatrium edetat dan
B. Cuci endapan yang diperoleh dari uji Identifikasi A 20 ml dapar asam asetat-amonium asetat LP. Panaskan
dengan larutan amonium klorida P (1 dalam 50) panas. hingga mendekati titik didih selama 5 menit. Dinginkan,
Larutkan endapan dalam asam klorida P: larutan tambahkan 50 ml etanol P dan 2 ml ditizon LP, campur.
menunjukkan reaksi Aluminium seperti tertera pada Uji Titrasi dengan zink sulfat 0,05 M LV hingga warna
Identifikasi Umum <291>. berubah dari hijau violet menjadi merah muda. Lakukan
penetapan blangko.
Batas mikroba <51> Total mikroba aerobik tidak lebih
dari 100 unit koloni per ml. Memenuhi syarat uji bebas Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
Escherichia coli. setara dengan 3,900 mg Al(OH)3
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang digunakan Penetapan kadar magnesium hidroksida
pada dosis tunggal minimum tidak kurang dari 5 mEq Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan
dan tidak kurang dari jumlah mEq yang dihitung dengan kadar aluminium hidroksida.
rumus: Larutan hitam eriokrom Larutkan 200 mg hitam
eriokrom T P pada campuran 15 ml trietanolamina P dan
0,550,0385 A 0,8(0,0343 M ) 5 ml etanol mutlak P, campur.
Prosedur Pipet sejumlah volume Larutan uji setara
dengan lebih kurang 40 mg magnesium hidroksida,
0,0385 dan 0,0343 berturut-turut adalah kapasitas masukkan ke dalam gelas piala 400 ml, tambahkan 200 ml
penetralan asam teoritis Al(OH)3 dan Mg(OH)2 dalam air dan 20 ml trietanolamina P, aduk. Tambahkan 10 ml
mEq; A dan M berturut-turut adalah jumlah Al(OH)3 dan dapar amonia-amonium klorida LP dan 3 tetes Larutan
- 82 -
hitam eriokrom T, dinginkan larutan dalam tangas es Penetapan kadar aluminium hidroksida
hingga suhu 3-4, angkat. Titrasi dengan dinatrium Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti
edetat 0,05 M LV hingga warna biru. Lakukan penetapan tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium
blangko. Sulfat.
Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M kurang dari 20 tablet setara dengan lebih kurang 1200
setara dengan 2,916 mg Mg(OH)2 mg. Timbang saksama sejumlah serbuk aluminium
hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala 150 ml,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tambahkan 20 ml air, aduk dan tambahkan secara
hindari dari pembekuan. perlahan 30 ml asam klorida 3 N. Lakukan seperti tertera
pada Larutan uji pada Penetapan kadar aluminium
Penandaan Diberi etiket untuk menyatakan kandungan hidroksida dalam Suspensi Oral Alumina dan Magnesia.
aluminium hidroksida setara dengan jumlah gel Dimulai dari “Jika perlu panaskan secara perlahan”.
aluminium hidroksida kering, tiap mg gel kering setara Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada
dengan 0,765 mg aluminium hidroksida, Al(OH)3. Penetapan kadar aluminium hidroksida dalam Suspensi
Oral Alumina dan Magnesia.
Tablet Alumina dan Magnesia mengandung aluminium Penetapan kadar magnesium hidroksida
hidroksida, Al(OH)3 dan magnesium hidroksida, Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Mg(OH)2 masing-masing tidak kurang dari 90,0% dan kadar aluminium hidroksida.
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada
etiket. Penetapan kadar magnesium hidroksida dalam Suspensi
Oral Alumina dan Magnesia.
Identifikasi
A. Pada 700 mg tablet yang diserbuk haluskan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
tambahkan 10 ml asam klorida 3 N dan 5 tetes merah
metil LP, panaskan hingga mendidih dan tambahkan Penandaan Tablet dibuat dengan menggunakan
amonium hidroksida 6 N hingga warna larutan berubah Aluminium Hidroksida Gel Kering, yang dapat
menjadi kuning tua, lanjutkan pemanasan selama 2 dicantumkan untuk menyatakan kandungan aluminium
menit, saring: filtrat menunjukkan reaksi Magnesium hidroksida setara dengan jumlah aluminium hidroksida
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. gel kering, tiap mg gel kering setara dengan 0,765 mg
B.Cuci endapan yang diperoleh dari uji Identifikasi A Al(OH)3.
dengan larutan amonium klorida P (1 dalam 50) panas,
larutkan endapan dalam asam klorida P: larutan
menunjukkan reaksi Aluminium seperti tertera pada Uji SUSPENSI ORAL ALUMINA DAN
Identifikasi Umum <291>. MAGNESIA KARBONAT
Alumina and Magnesia Carbonate Oral
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 10 menit. Suspension
Gunakan cairan lambung buatan LP.
Suspensi Oral Alumina dan Magnesia Karbonat
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi persyaratan mengandung aluminium hidroksida Al(OH)3 dan
Keragaman bobot untuk Alumina dan Magnesia. magnesium karbonat MgCO3 masing-masing tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang jumlah yang tertera pada etiket.
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang
dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang Identifikasi
dihitung berdasarkan rumus: A. Masukkan lebih kurang 1 g ke dalam labu yang
dilengkapi dengan sumbat dan pipa kaca, ujungnya
0 , 55 ( 0 , 0385 A ) 0 , 8 ( 0 , 0343 M ) dicelupkan ke dalam tabung reaksi yang berisi kalsium
hidroksida LP. Tambahkan 5 ml asam klorida 3 N ke
0,0385 dan 0,0343 berturut-turut adalah kapasitas dalam labu dan tutup segera: akan terbentuk gas dalam
penetralan asam teoritis Al(OH)3 dan Mg(OH)2 dalam labu dan akan terbentuk endapan dalam tabung reaksi.
mEq; A dan M berturut-turut adalah jumlah Al(OH)3 dan B. Pada larutan 5 g dalam 10 ml asam klorida 3 N,
Mg(OH)2 dalam zat uji dalam mg yang dihitung tambahkan 5 tetes merah metil LP, panaskan hingga
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. mendidih dan tambahkan amonium hidroksida 6 N
hingga warna larutan berubah menjadi kuning tua,
- 83 -
lanjutkan pemanasan selama 2 menit, saring. Filtrat lampu “hollow cathode” aluminium dan nyala asetilen-
menunjukkan reaksi Magnesium seperti tertera pada Uji nitrogen oksida, gunakan air sebagai blangko. Hitung
Identifikasi Umum <291>. jumlah dalam mg aluminium hidroksida, Al(OH)3, dalam
C. Cuci endapan yang diperoleh dari uji Identifikasi B zat uji dengan rumus:
dengan larutan amonium klorida P (1 dalam 50) panas,
larutkan endapan dalam asam klorida P: larutan 78 , 00 A
menunjukkan reaksi Aluminium seperti tertera pada Uji 0 , 25 U
Identifikasi Umum <291>. 26 , 98 RS
Batas mikroba <51> Total mikroba aerobik tidak lebih 78,00 adalah bobot molekul aluminium hidroksida dan
dari 100 unit koloni per ml. Memenuhi syarat uji bebas 26,98 adalah bobot atom aluminium; AU adalah serapan
Escherichia coli, Salmonella species, Staphylococcus Larutan uji; RS adalah rata-rata tiga perbandingan
aureus dan Pseudomonas aeruginosa. serapan Larutan baku terhadap masing-masing
kadarnya, dalam g aluminium per ml.
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang Penetapan kadar magnesium karbonat
dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang Larutan lantanum klorida Buat larutan lantanum
dihitung dengan rumus: klorida dalam air yang mengandung 5 mg per ml.
Larutan persediaan magnesium Timbang saksama 1 g
0 , 55 ( 0 , 0385 A ) 0 , 8 ( 0 , 024 M ) logam magnesium, masukkan ke dalam labu tentukur
1000-ml yang berisi 50 ml air, tambahkan secara
0,0385 dan 0,024 berturut-turut adalah kapasitas penetralan perlahan 10 ml asam klorida P, encerkan dengan air
asam teoritis Al(OH)3dan MgCO3 dalam mEq; A dan M sampai tanda. Masukkan 10,0 ml larutan ini ke dalam
berturut-turut adalah jumlah Al(OH)3 dan MgCO3 dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
mg, yang dihitung berdasarkan jumlah yang tertera pada Larutan baku Pada labu tentukur 100-ml terpisah
etiket. yang masing-masing berisi 10 ml Larutan lantanum
klorida, tambahkan berturut-turut 1,70 dan 1,80 ml
pH <1071> Antara 7,5 dan 9,5. Larutan persediaan magnesium, encerkan dengan air
sampai tanda. Larutan baku ini berturut-turut
Penetapan kadar aluminium hidroksida mengandung magnesium lebih kurang 1,70 dan 1,80 g
Larutan kalium klorida Buat larutan yang per ml.
mengandung 4,5 g kalium klorida per 100 ml. Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume Larutan
Larutan persediaan aluminium Timbang saksama 1 g uji dalam Penetapan kadar aluminium hidroksida,
logam aluminium, masukkan ke dalam labu tentukur encerkan secara bertahap dan kuantitatif dengan air
1000-ml, tambahkan 50 ml asam klorida 6 N, kocok hingga diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 6 g
hingga aluminium dan asam bereaksi, biarkan reaksi magnesium karbonat per ml.
hingga aluminium larut sempurna, encerkan dengan air Prosedur Lakukan penetapan menggunakan
sampai tanda. Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
Larutan baku Pada labu tentukur 100-ml yang Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur
terpisah dan masing-masing berisi 10 ml Larutan kalium secara bersamaan serapan Larutan baku dan Larutan uji
klorida, tambahkan berturut-turut 9,0, 10,0 dan 11,0 ml pada garis emisi magnesium 285,2 nm, menggunakan
Larutan persediaan aluminium, encerkan dengan air spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi dengan
sampai tanda. Larutan baku ini berturut-turut lampu “hollow cathode” aluminium dan nyala asetilen-
mengandung aluminium 90, 100 dan 110 g per ml. udara, gunakan air sebagai blangko. Hitung jumlah
Larutan uji Kocok baik-baik suspensi oral dalam dalam mg magnesium karbonat, MgCO3, dalam zat uji
kemasan aslinya, ukur saksama sejumlah suspensi oral dengan rumus:
setara dengan lebih kurang 75 mg aluminium hidroksida,
masukkan ke dalam gelas piala yang sesuai. Tambahkan 84 ,31 V AU
25 ml asam klorida 6 N, panaskan di atas tangas uap 24 ,31 1000 R S
selama 30 menit dengan sesekali diaduk. Biarkan dingin,
masukkan dengan bantuan air ke dalam labu tentukur 84,31 adalah bobot molekul magnesium karbonat; 24,31
250-ml yang berisi 25 ml Larutan kalium klorida,
adalah bobot atom magnesium dan V adalah volume
encerkan dengan air sampai tanda, saring.
pengenceran Larutan uji; AU adalah serapan Larutan uji;
Prosedur Lakukan penetapan menggunakan RS adalah rata-rata perbandingan serapan Larutan baku
Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
terhadap masing-masing kadarnya dalam g magnesium
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur
per ml.
secara berurutan serapan Larutan baku dan Larutan uji
pada garis emisi aluminium 309,3 nm menggunakan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi dengan
hindari dari pembekuan.
- 84 -
TABLET ALUMINA DAN MAGNESIUM Larutan uji Kocok baik-baik suspensi oral dalam
KARBONAT kemasan aslinya, ukur saksama sejumlah suspensi oral
Alumina and Magnesium Carbonate Tablet setara dengan lebih kurang 75 mg aluminium hidroksida,
masukkan ke dalam gelas piala yang sesuai. Tambahkan
Tablet Alumina dan Magnesium Karbonat mengandung 25 ml asam klorida 6 N, panaskan di atas tangas uap
aluminium hidroksida Al(OH)3 dan magnesium karbonat selama 30 menit dengan sesekali diaduk. Biarkan dingin,
MgCO3 masing-masing tidak kurang dari 90,0% dan masukkan dengan bantuan air ke dalam labu tentukur
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada 250-ml yang berisi 25 ml Larutan kalium klorida,
etiket. encerkan dengan air sampai tanda, saring.
Prosedur Lakukan penetapan menggunakan
Identifikasi Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
A. Masukkan lebih kurang 1 g serbuk tablet ke dalam Spektrofotometer dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur
labu yang dilengkapi dengan sumbat dan pipa kaca, secara berurutan serapan Larutan baku dan Larutan uji
ujung pipa dicelupkan ke dalam tabung reaksi yang pada garis emisi aluminium 309,3 nm menggunakan
berisi kalsium hidroksida LP. Tambahkan 3 ml asam spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi dengan
klorida 3 N ke dalam labu dan tutup segera: akan lampu “hollow cathode” aluminium dan nyala asetilen-
terbentuk gas dalam labu dan akan terbentuk endapan nitrogen oksida, gunakan air sebagai blangko. Hitung
dalam tabung reaksi. jumlah dalam mg aluminium hidroksida, Al(OH)3, dalam
B. Pada 7 g serbuk tablet, tambahkan 10 ml asam suspensi yang digunakan dengan rumus:
klorida 3 N dan 25 ml air dan 5 tetes merah metil LP,
78 , 00 A
panaskan hingga mendidih dan tambahkan amonium ( 0 , 25 ) U
hidroksida 6 N hingga warna larutan berubah menjadi 26 , 98 RS
kuning tua, lanjutkan pemanasan selama 2 menit, saring:
filtrat menunjukkan reaksi Magnesium seperti tertera 78,00 adalah bobot molekul aluminium hidroksida dan
pada Uji Identifikasi Umum <291>. 26,98 adalah bobot atom aluminium; AU adalah serapan
C. Cuci endapan yang diperoleh dari uji Identifikasi B Larutan uji; RS adalah rata-rata tiga perbandingan
dengan larutan amonium klorida P (1 dalam 50) panas, serapan Larutan baku terhadap masing-masing
larutkan endapan dalam asam klorida P: larutan kadarnya, dalam g aluminium per ml.
menunjukkan reaksi Aluminium seperti tertera pada Uji
Identifikasi Umum <291>. Penetapan kadar magnesium karbonat
Larutan lantanum klorida Buat larutan lantanum
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 10 menit. klorida dalam air yang mengandung 5 mg per ml.
Gunakan cairan lambung buatan LP. Larutan persediaan magnesium Timbang saksama
lebih kurang 1000 mg logam magnesium, masukkan ke
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi persyaratan dalam labu tentukur 1000-ml yang berisi 50 ml air,
Keragaman bobot untuk aluminium hidroksida dan tambahkan secara perlahan 10 ml asam klorida P,
magnesium karbonat. encerkan dengan air sampai tanda. Masukkan 10,0 ml
larutan ini ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang dengan air sampai tanda.
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang Larutan baku Pada labu tentukur 100-ml terpisah
dari 5 mEq. yang masing-masing berisi 10 ml Larutan lantanum
klorida, tambahkan berturut-turut 1,70 dan 1,80 ml
Penetapan kadar aluminium hidroksida Larutan persediaan magnesium, encerkan dengan air
Larutan kalium klorida Buat larutan yang sampai tanda. Larutan baku ini berturut-turut
mengandung 4,5 g kalium klorida per 100 ml. mengandung magnesium lebih kurang 1,70 dan 1,80 µg
Larutan persediaan aluminium Timbang saksama per ml.
lebih kurang 1000 mg logam aluminium, masukkan ke Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume Larutan
dalam labu tentukur 1000-ml, tambahkan 50 ml asam uji dalam Penetapan kadar aluminium hidroksida,
klorida 6 N, kocok hingga aluminium dan asam bereaksi, encerkan secara bertahap dan kuantitatif dengan air
biarkan reaksi hingga aluminium larut sempurna, hingga diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 6 µg
encerkan dengan air sampai tanda. magnesium karbonat per ml.
Larutan baku Pada labu tentukur 100-ml yang Prosedur Lakukan penetapan menggunakan
terpisah dan masing-masing berisi 10 ml Larutan kalium Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
klorida tambahkan berturut-turut 9,0; 10,0 dan 11,0 ml Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur
Larutan persediaan aluminium, encerkan dengan air secara bersamaan serapan Larutan baku dan Larutan uji
sampai tanda. Larutan baku ini berturut-turut pada garis emisi magnesium 285,2 nm, menggunakan
mengandung aluminium lebih kurang 90,0; 100,0 dan spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi dengan
110,0 g per ml. lampu “hollow cathode” magnesium dan nyala asetilen-
udara, gunakan air sebagai blangko.Hitung jumlah dalam
- 85 -
mg, magnesium karbonat, (MgCO3), dalam suspensi Larutan uji Kocok baik-baik suspensi oral, timbang
yang digunakan dengan rumus: saksama lebih kurang 10 g suspensi oral, masukkan ke
dalam gelas piala yang telah ditara. Tambahkan 50 ml air
84 ,31 L AU dan 10 ml asam klorida P, digesti pada tangas uap
selama 1 jam. Dinginkan dan saring ke dalam labu
24 ,31 D R S tentukur 200-ml. Cuci kertas saring dengan air, masukkan ke
dalam labu, encerkan dengan air sampai tanda.
84,31 adalah bobot molekul magnesium karbonat; Prosedur Pipet 20 ml Larutan uji, masukkan ke dalam
24,31adalah bobot atom magnesium; D adalah kadar gelas piala 250 ml, tambahkan 20 ml air, sambil terus
magnesium karbonat dalam µg per ml dalam Larutan diaduk tambahkan 25,0 ml Titran dinatrium edetat dan
uji; L adalah kadar mg magnesium karbonat yang 20 ml dapar asam asetat-amonium asetat LP, panaskan
tercantum dalam etiket. larutan hingga mendekati titik didih selama 5 menit.
Dinginkan, tambahkan 50 ml etanol P dan 2 ml ditizon
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, LP, campur. Titrasi dengan zink sulfat 0,05 M LV hingga
hindari dari pembekuan. warna larutan berubah dari hijau violet menjadi merah
muda. Lakukan penetapan blangko.
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang digunakan Identifikasi Lakukan uji Identifikasi seperti tertera pada
pada dosis tunggal minimum tidak kurang dari 5 mEq. Suspensi Oral Alumina dan Magnesium Trisilikat.
pH <1071> Antara 7,5 dan 8,5. Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 10 menit.
Gunakan cairan lambung buatan LP. [Catatan Tablet
Penetapan kadar aluminium hidroksida yang harus dikunyah terlebih dahulu sebelum ditelan,
Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti dibebaskan dari persyaratan ini].
tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium
Sulfat.
- 86 -
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi persyaratan 2,0 ml Larutan kalium klorida, encerkan dengan air
Keragaman bobot untuk Aluminium Hidroksida dan sampai tanda.
Magnesium Trisilikat. Prosedur Lakukan penetapan menggunakan
Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang digunakan Spektrofotometer dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur
pada dosis tunggal minimum tidak kurang dari 5 mEq. secara berurutan serapan Larutan baku dan Larutan uji
pada garis emisi magnesium 285,2 nm, menggunakan
Penetapan kadar aluminium hidroksida spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi dengan
Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti lampu “hollow cathode” magnesium dan nyala asetilen-
tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium nitrogen oksida, gunakan air sebagai blangko. Buat
Sulfat. kurva serapan Larutan baku terhadap kadar magnesium
Larutan uji Timbang dan serbukhaluskan tidak kurang dalam g per ml, buat garis lurus dari 3 titik. Dari grafik
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet yang diperoleh, tetapkan kadar magnesium, C dalam g
setara dengan lebih kurang 600 mg aluminium per ml Larutan uji. Hitung jumlah dalam mg,
hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala, tambahkan magnesium trisilikat, Mg2Si3O8, yang digunakan dengan
20 ml air, aduk dan tambahkan secara perlahan 40 ml rumus:
asam klorida 3 N. Jika perlu panaskan perlahan hingga
larut, dinginkan dan masukkan ke dalam labu tentukur
260 ,86
200-ml. Cuci gelas piala dengan air, masukkan ke dalam 0 ,5 C
labu tentukur, encerkan dengan air sampai tanda. 48 , 62
Prosedur Pipet 10 ml Larutan uji, masukkan ke dalam
gelas piala 250 ml, tambahkan 20 ml air, sambil terus 260,86 adalah bobot molekul magnesium trisilikat
diaduk tambahkan 25,0 ml titran dinatrium edetat 0,05 M anhidrat; 48,62 adalah dua kalinya bobot atom
dan 20 ml dapar asam asetat-amonium asetat LP, magnesium.
panaskan larutan hingga mendekati titik didih selama 5
menit. Dinginkan, tambahkan 50 ml etanol P dan 2 ml Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
ditizon LP, campur. Titrasi dengan zink sulfat 0,05 M LV
hingga warna larutan berubah dari hijau violet menjadi Penandaan Pada etiket dicantumkan kandungan
merah muda. Lakukan penetapan blangko. aluminium hidroksida setara dengan jumlah aluminium
hidroksida gel kering, tiap mg gel kering setara dengan
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M 0,765 mg aluminium hidroksida, Al(OH)3.
setara dengan 3,900 mg Al(OH)3
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,14%; Lakukan Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
penetapan dengan melarutkan 5,0 g dalam 3 ml asam setara dengan 2,916 mg Mg(OH)2
nitrat P, tambahkan air hingga 100 ml dan saring: 10 ml
filtrat menunjukkan klorida tidak lebih dari 1,0 ml asam Penetapan kadar kalsium karbonat
klorida 0,02 N. Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar aluminium hidroksida.
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,1%; Lakukan penetapan Prosedur Pipet sejumlah volume Larutan uji setara
dengan melarutkan 5,0 g suspensi dalam 7 ml asam dengan lebih kurang 50 mg kalsium karbonat, masukkan
klorida 3 N dengan pemanasan perlahan. Dinginkan, ke dalam gelas piala 500 ml, tambahkan 200 ml air dan 5
tambahkan air hingga 250 ml, saring: 20 ml filtrat ml larutan natrium hidroksida P (1 dalam 2) dan 250 mg
menunjukkan sulfat tidak lebih dari 0,4 ml asam sulfat biru hidroksi naftol P. Aduk dengan pengaduk magnetik,
0,02 N. titrasi segera dengan dinatrium edetat 0,05 M LV hingga
larutan berwarna biru. Lakukan penetapan blangko.
Syarat lain Memenuhi syarat uji Arsen dan Logam berat
seperti tertera pada Gel Aluminium Hidroksida. Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
setara dengan 5,004 mg CaCO3
Penetapan kadar aluminium hidroksida
Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium hindari dari pembekuan.
Sulfat.
Larutan uji Kocok baik-baik suspensi oral dalam Penandaan Diberi etiket untuk menyatakan kandungan
kemasan aslinya, timbang saksama sejumlah suspensi aluminium hidroksida setara dengan jumlah aluminium
oral setara dengan lebih kurang 600 mg aluminium hidroksida gel kering, tiap mg gel kering setara dengan
hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala yang telah 0,765 mg Al(OH)3.
ditara. Tambahkan 20 ml air, aduk dan tambahkan secara
perlahan 40 ml asam klorida 3 N. Jika perlu panaskan
secara perlahan hingga larut, dinginkan dan masukkan
ke dalam labu tentukur 200-ml. Cuci gelas piala dengan
- 88 -
TABLET KUNYAH ALUMINA, MAGNESIA Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
DAN KALSIUM KARBONAT Penetapan kadar aluminium hidroksida dalam Suspensi
Alumina, Magnesia and Calcium Carbonate Oral Alumina, Magnesia dan Kalsium Karbonat.
Chewable Tablet
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
Tablet Kunyah Alumina, Magnesia dan Kalsium setara dengan 3,900 mg Al(OH)3.
Karbonat mengandung aluminium hidroksida, Al(OH)3;
magnesium hidroksida, Mg(OH)2 dan kalsium karbonat, Penetapan kadar magnesium hidroksida
CaCO3 masing-masing tidak kurang dari 90,0% dan Titran dinatrium edetat dan Larutan uji Lakukan
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada seperti tertera pada Penetapan Kadar aluminium
etiket. hidroksida.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
Identifikasi Pada 3 g tablet yang diserbukhaluskan Penetapan kadar magnesium hidroksida dalam Suspensi
tambahkan 25 ml air dan 25 ml asam sulfat 2 N, aduk Oral Alumina, Magnesia dan Kalsium Karbonat.
dan panaskan pada tangas uap selama 10 menit.
Dinginkan dan tambahkan 50 ml etanol P, aduk: Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
campuran yang diperoleh menunjukkan reaksi seperti setara dengan 2,916 mg Mg(OH)2
tertera pada uji Identifikasi A, B dan C dalam Suspensi
Oral Alumina, Magnesia dan Kalsium Karbonat dimulai Penetapan kadar kalsium karbonat
dari uji Identifikasi A “Masukkan dalam tangas es Titran dinatrium edetat dan Larutan uji Lakukan
selama 30 menit”. seperti tertera pada Penetapan Kadar aluminium
hidroksida.
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 45 menit. Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
Penetapan kadar kalsium karbonat dalam Suspensi Oral
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi persyaratan Alumina, Magnesia dan Kalsium Karbonat.
Keragaman bobot untuk alumina, magnesia dan kalsium
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
karbonat.
setara dengan 5,004 mg CaCO3
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang Penandaan Pada etiket harus tertera “Tablet dikunyah
dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang terlebih dahulu sebelum ditelan”. Tablet dibuat dengan
dihitung dengan rumus: menggunakan Aluminium Hidroksida Gel Kering, yang
dapat dicantumkan untuk menyatakan kandungan
0 ,55 0 ,0385 A 0 ,8( 0 ,0343 M ) 0 ,9( 0 ,02 C ) aluminium hidroksida setara dengan jumlah aluminium
hidroksida gel kering, tiap mg gel kering setara dengan
0,0385; 0,0343 dan 0,02 berturut-turut adalah kapasitas 0,765 mg aluminium hidroksida, Al(OH)3.
penetralan asam teoritis aluminium hidroksida, Al(OH)3;
magnesium hidroksida, Mg(OH)2 dan kalsium karbonat,
CaCO3 dalam mEq; A, M dan C berturut-turut adalah SUSPENSI ORAL ALUMINA, MAGNESIA
jumlah aluminium hidroksida, Al(OH)3; magnesium DAN SIMETIKON
hidroksida, Mg(OH)2 dan kalsium karbonat, CaCO3 Alumina, Magnesia and Simethicone Oral
dalam serbuk tablet yang digunakan, dihitung
Suspension
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan Simetikon
Penetapan kadar aluminium hidroksida
mengandung aluminium hidroksida, Al(OH)3 dan
Titran dinatrium edetat Lakukan seperti tertera pada
magnesium hidroksida, Mg(OH)2 masing-masing tidak
Penetapan Kadar dalam Suspensi Oral Alumina,
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dan
Magnesia dan Kalsium Karbonat.
mengandung polidimetilsiloksan [-(CH3)2SiO-]6 tidak
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
kurang dari 85,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
jumlah yang tertera pada etiket.
setara dengan lebih kurang 600 mg aluminium
hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala, tambahkan Baku pembanding Polidimetilsiloksan BPFI; Campur
20 ml air, aduk dan tambahkan secara perlahan 40 ml sebelum digunakan, Simpan dalam wadah tertutup rapat.
asam klorida 3 N. Panaskan hingga mendidih, dinginkan Setelah dibuka, simpan dalam gas inert.
dan saring, masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml.
Cuci gelas piala dengan air, masukkan air cucian ke Identifikasi
dalam labu tentukur, encerkan dengan air sampai tanda. A. Spektrum inframerah zat menunjukkan maksimum
hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
- 89 -
Polidimetilsiloksan. Lakukan penetapan menggunakan Larutan uji Kocok baik-baik suspensi oral dalam
sel 0,5 mm dan Larutan seperti tertera pada Penetapan kemasan aslinya, masukkan 5,0 ml ke dalam labu
kadar polidimetilsiloksan. tentukur 100-ml. Tambahkan 50 ml asam klorida 1 N,
B. Pada larutan yang mengandung 5 g zat uji dalam didihkan selama 15 menit, dinginkan hingga suhu ruang,
10 ml asam klorida 3 N, tambahkan 5 tetes merah metil encerkan dengan air sampai tanda. Saring, buang
LP, panaskan hingga mendidih dan tambahkan amonium beberapa ml filtrat pertama, masukkan 5,0 ml filtrat ke
hidroksida 6 N hingga warna larutan berubah menjadi dalam labu tentukur 100-ml yang berisi 10 ml Larutan
kuning tua, lanjutkan pemanasan selama 2 menit, saring: kalium klorida, encerkan dengan air sampai tanda.
filtrat menunjukkan reaksi Magnesium seperti tertera Prosedur Lakukan penetapan menggunakan
pada Uji Identifikasi Umum <291>. Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
C. Cuci endapan yang diperoleh dari uji Identifikasi B Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur
dengan larutan panas amonium klorida P (1 dalam 50), secara berurutan serapan Larutan baku dan Larutan uji
larutkan endapan dalam asam klorida P, bagi menjadi 2 pada garis emisi natrium 589,0 nm menggunakan
bagian: pada bagian pertama, tambahkan tetes demi tetes spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi dengan
amonium hidroksida 6 N hingga terbentuk endapan lampu “hollow cathode” natrium dan nyala asetilen-
gelatin berwarna putih, jangan dilarutkan dengan udara, lakukan penetapan blangko, menggunakan larutan
amonium hidroksida 6 N berlebih. Pada bagian yang lain berikut: pipet 4 ml asam klorida 1 N dan 10,0 ml
tambahkan tetes demi tetes natrium hidroksida 1 N Larutan kalium klorida, masukkan ke dalam labu
hingga terbentuk endapan gelatin berwarna putih, tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
larutkan dengan natrium hidroksida 1 N berlebih, hingga Buat kurva serapan Larutan baku terhadap kadar
larutan keruh. natrium dalam g per ml dan buat garis lurus. Dari
grafik yang diperoleh, tetapkan kadar natrium, C, dalam
Batas mikroba <51> Total mikroba aerobik tidak lebih g per ml Larutan uji. Hitung jumlah dalam mg natrium
dari 100 unit koloni per ml. Memenuhi syarat uji bebas yang digunakan dengan rumus:
Escherichia coli.
0,4 C
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang Penetapan kadar aluminium hidroksida
dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti
dihitung dengan rumus: tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium
Sulfat.
0,55(0,0385 A) 0,8(0,0343 M ) Larutan uji Kocok baik-baik suspensi oral dalam
kemasan aslinya, ukur saksama sejumlah volume
0,0385 dan 0,0343 berturut-turut adalah kapasitas suspensi oral setara dengan lebih kurang 800 mg
penetralan asam teoritis aluminium hidroksida, Al(OH)3 aluminium hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala.
dan magnesium hidroksida, Mg(OH)2 dalam mEq; A Tambahkan 20 ml air, aduk dan tambahkan secara
dan M berturut-turut adalah jumlah aluminium perlahan 10 ml asam klorida P. Jika perlu panaskan
hidroksida, Al(OH)3 dan magnesium hidroksida, secara perlahan hingga larut, dinginkan, saring dan
Mg(OH)2 dalam mg, yang dihitung berdasarkan jumlah masukkan air cucian ke dalam labu tentukur 200-ml.
yang tertera pada etiket. Cuci penyaring dengan air, masukkan air cucian ke
dalam labu, encerkan dengan air sampai tanda.
pH <1071> Antara 7,0 dan 8,6. Prosedur Pipet 10 ml Larutan uji, masukkan ke dalam
gelas piala 250 ml, tambahkan 20 ml air, sambil terus
Natrium diaduk tambahkan 25,0 ml Titran dinatrium edetat dan
Larutan kalium klorida Buat larutan kalium klorida 20 ml dapar asam asetat-amonium asetat LP, panaskan
Pdalam air yang mengandung 38 mg per ml. hingga mendekati titik didih selama 5 menit. Dinginkan,
Larutan persediaan natrium klorida Timbang saksama tambahkan 50 ml etanol P dan 2 ml ditizon LP, campur.
sejumlah natrium klorida P yang telah dikeringkan pada Titrasi dengan zink sulfat 0,05 M LV hingga warna
suhu 115 selama 2 jam, larutkan dalam air, encerkan berubah dari hijau violet menjadi merah muda. Lakukan
secara bertahap dengan air hingga diperoleh larutan penetapan blangko.
dengan kadar 25,42 g per ml (10 g per ml natrium).
Larutan baku Buat pada saat akan digunakan. Ke Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
dalam dua labu tentukur 100-ml, masukkan masing- setara dengan 3,900 mg Al(OH)3.
masing 4 ml asam klorida 1 N dan 10 ml.
Larutan kalium klorida. Ke dalam masing-masing Penetapan kadar magnesium hidroksida
labu tambahkan 5,0 ml dan 10,0 ml Larutan persediaan Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan
natrium klorida. Encerkan dengan air sampai tanda. kadar aluminium hidroksida.
Larutan ini berturut-turut mengandung lebih kurang 0,5 Larutan hitam eriokrom T Lakukan seperti tertera
dan 1,0 g natrium per ml. pada Penetapan kadar magnesium hidroksida dalam
Suspensi Oral Alumina dan Magnesia.
- 90 -
Prosedur Pipet sejumlah volume Larutan uji setara hidroksida gel kering, tiap mg gel kering setara dengan
dengan lebih kurang 40 mg magnesium hidroksida, 0,765 mg aluminium hidroksida, Al(OH)3. Pada etiket
masukkan ke dalam gelas piala 400 ml, tambahkan 200 dicantumkan kandungan natrium, jika kadarnya lebih
ml air dan 20 ml trietanolamina P, aduk. Tambahkan 10 besar dari 1 mg per ml.
ml Dapar amonia-amonium klorida LP dan 3 tetes
Larutan hitam eriokrom T, dinginkan larutan dalam
tangas es hingga suhu 3-4, angkat. Titrasi dengan TABLET KUNYAH ALUMINA,
dinatrium edetat 0,05 M LV hingga warna biru. Lakukan MAGNESIA DAN SIMETIKON
penetapan blangko.
Alumina, Magnesia and Simethicone Chewable
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
Tablet
setara dengan 2,916 mg Mg(OH)2
Tablet Alumina, Magnesia dan Simetikon mengandung
aluminium hidroksida, Al(OH)3 dan magnesium
Penetapan kadar polidimetilsiloksan
hidroksida, Mg(OH)2 masing-masing tidak kurang dari
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume suspensi
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dan mengandung
oral setara dengan lebih kurang 50 mg simetikon,
polidimetilsiloksan, [-(CH3)2SiO-]n tidak kurang 85,0%
masukkan ke dalam botol bulat bermulut sempit dan
dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera
bertutup ulir 120 ml, masukkan 40 ml natrium
pada etiket.
hidroksida 0,1 N, aduk hingga terdispersi. Tambahkan
25 ml toluen P, tutup botol dengan sumbat inert, kocok
Identifikasi
selama 15 menit pada pengocok resiprokal (lebih A. Spektrum serapan inframerah zat menunjukkan
kurang 200 osilasi per menit dan goyangan 38 2 maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
mm). Masukkan campuran ke dalam corong pisah 125 seperti pada Polidimetilsiloksan. Lakukan penetapan
ml, biarkan mengendap. Ambil 5 ml lapisan organik di menggunakan sel 0,5 mm dan Larutan seperti tertera
bagian atas, masukkan ke dalam tabung reaksi 15 ml pada Penetapan kadar polidimetilsiloksan.
bertutup ulir yang berisi lebih kurang 0,5 g natrium B. Pada sejumlah tablet yang telah diserbuk haluskan,
sulfat anhidrat P. Tutup tabung, kocok kuat-kuat, setara dengan lebih kurang 600 mg magnesium
sentrifus hingga diperoleh beningan jernih. hidroksida, tambahkan 25 ml asam klorida 3 N dan 25
Larutan baku Lakukan seperti tertera pada Larutan ml air, campur. Didihkan secara perlahan selama 2
uji, dengan melarutkan lebih kurang 50 mg menit. Biarkan dingin dan saring. Tambahkan 5 tetes
Polidimetilsiloksan BPFI yang ditimbang saksama merah metil LP, panaskan hingga mendidih dan
dalam wadah berisi 25,0 ml toluen P, tambahkan 40 ml tambahkan amonium hidroksida 6 N hingga warna
natrium hidroksida 0,1 N, tambahkan air sejumlah larutan berubah menjadi kuning tua, lanjutkan
volume sama dengan suspensi oral yang digunakan. pendidihan selama 2 menit, saring: filtrat menunjukkan
Lakukan penetapan blangko menggunakan campuran reaksi Magnesium seperti tertera pada Uji Identifikasi
10 ml toluen P dan 0,5 g natrium sulfat anhidrat P, Umum <291>.
sentrifus hingga diperoleh beningan jernih. C. Cuci endapan yang diperoleh dari uji Identifikasi B
Prosedur Ukur secara bersamaan serapan Larutan dengan larutan panas amonium klorida P (1 dalam 50),
baku dan Larutan uji dalam sel 0,5 mm pada panjang larutkan endapan dalam asam klorida P: larutan
gelombang serapan maksimum 7,9 µm menggunakan menunjukkan reaksi seperti tertera pada uji Identifikasi
spektrofotometer inframerah. Lakukan penetapan C dalam Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan
blangko. Hitung jumlah dalam mg polidimetilsiloksan, [- Simetikon.
(CH3)2SiO-]n, dalam suspensi yang digunakan dengan
rumus : Keseragaman sediaan <911> Memenuhi persyaratan
Keragaman bobot untuk aluminium hidroksida dan
W Au magnesium hidroksida.
V As
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang
W adalah bobot dalam mg, Polidimetilsiloksan BPFI digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang
yang digunakan untuk membuat Larutan baku; V adalah dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang
volume zat uji yang digunakan dalam ml; AU dan AS dihitung berdasarkan rumus:
berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Larutan
baku. 0,55 ( 0,0385 A) 0,8( 0,0343 M )
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, 0,0385 dan 0,0343 berturut-turut adalah kapasitas
hindari dari pembekuan. penetralan asam teoritis aluminium hidroksida, Al(OH)3
dan magnesium hidroksida, Mg(OH)2 dalam mEq; A dan
Penandaan Diberi etiket untuk menyatakan kandungan M berturut-turut adalah jumlah dalam mg, aluminium
aluminium hidroksida setara dengan jumlah aluminium hidroksida, Al(OH)3 dan magnesium hidroksida,
- 91 -
Mg(OH)2 dalam serbuk tablet yang digunakan, dihitung Angkat lapisan organik di bagian atas, masukkan ke
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. dalam tabung sentrifuga bertutup ulir yang berisi lebih
kurang 2 g natrium sulfat anhidrat P. Tutup tabung,
Natrium kocok kuat-kuat, sentrifus hingga diperoleh beningan
Larutan kalium klorida, Larutan baku natrium klorida jernih.
dan Larutan baku Lakukan seperti tertera pada Natrium Larutan baku Lakukan seperti pada Larutan uji,
dalam Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan Simetikon. menggunakan lebih kurang 33 mg Polidimetilsiloksan
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari BPFI yang ditimbang saksama. Lakukan penetapan
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet blangko menggunakan campuran 10 ml toluen P dan 1 g
setara dengan bobot rata-rata 1 tablet, masukkan ke natrium sulfat anhidrat P, sentrifus hingga diperoleh
dalam labu tentukur 100-ml. Tambahkan 50 ml asam beningan jernih.
klorida 1 N, didihkan selama 15 menit, dinginkan hingga Prosedur Ukur secara berurutan serapan Larutan baku
suhu ruang, encerkan dengan air sampai tanda. Saring, dan Larutan uji menggunakan sel 0,5 mm pada bilangan
buang beberapa ml filtrat pertama, pipet 5 ml filtrat gelombang serapan maksimum 7,9 µm (1265,8 cm-1),
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml yang berisi 10 menggunakan spektrofotometer inframerah. Lakukan
ml Larutan kalium klorida, encerkan dengan air sampai penetapan blangko. Hitung jumlah dalam mg,
tanda. polidimetilsiloksan, [-(CH3)2SiO-]n, dalam serbuk tablet
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Natrium dalam yang digunakan, dengan rumus:
Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan Simetikon.
Hitung jumlah dalam mg, natrium per tablet dengan A
rumus: W U
AS
2C
W adalah bobot dalam mg, Polidimetilsiloksan BPFI
Penetapan kadar aluminium hidroksida yang digunakan untuk membuat Larutan baku; AU dan
Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Larutan
tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium baku.
Sulfat.
Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
tablet setara dengan lebih kurang 800 mg aluminium Penandaan Pada etiket tertera “Tablet dikunyah terlebih
hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala 150 ml, dahulu sebelum ditelan”. Pada etiket harus dicantumkan
tambahkan 20 ml air, aduk. Tambahkan perlahan 30 ml kadar natrium, jika kadarnya lebih besar dari 5 mg per
asam klorida 3 N, aduk. Jika perlu panaskan perlahan tablet. Pada etiket dapat dicantumkan kandungan
hingga larut, dinginkan hingga suhu ruang, saring dan aluminium hidroksida setara dengan jumlah aluminium
masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml. Cuci hidroksida gel kering, tiap mg gel keringsetara dengan
penyaring dengan air, masukkan air cucian ke dalam 0,765 mg Al(OH)3.
labu, encerkan dengan air sampai tanda.
Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada
Penetapan kadar aluminium hidroksida dalam Suspensi GEL ALUMINIUM HIDROKSIDA
Oral Alumina, Magnesia dan Simetikon. Aluminium Hydroxide Gel
Penetapan kadar magnesium hidroksida Aluminium hidroksida [21645-51-2]
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan Al(OH)3 BM 78,00
kadar aluminium hidroksida. Gel Aluminium Hidroksida adalah suspensi dari
Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada aluminium hidroksida bentuk amorf, sebagian hidroksida
Penetapan kadar magnesium hidroksida dalam Suspensi disubstitusi dengan karbonat. Mengandung aluminium
Oral Alumina, Magnesia dan Simetikon. hidroksida setara dengan tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 110,0% Al(OH)3, dari jumlah yang
Penetapan kadar polidimetilsiloksan tertera pada etiket. Dapat mengandung minyak permen,
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari gliserol, sorbitol, sukrosa, sakarin atau penambah rasa
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet lain dan dapat mengandung bahan antimikroba yang
setara dengan lebih kurang 33 mg simetikon, masukkan sesuai.
ke dalam wadah bulat bermulut sempit dan bertutup ulir
120 ml, tambahkan 40 ml natrium hidroksida 0,1 N, Pemerian Suspensi kental, putih, jika dibiarkan akan
aduk hingga terdispersi. Tambahkan 20 ml toluen P, terjadi sedikit cairan jernih yang memisah.
tutup wadah dengan sumbat inert kocok selama 30 menit
pada pengocok resiprokal (lebih kurang 200 osilasi per Identifikasi
menit dan goyangan 38 2 mm). Masukkan campuran A. Masukkan 1g zat dalam labu bersumbat dilengkapi
ke dalam corong pisah 125 ml, biarkan memisah. pipa kaca yang ujungnya dicelupkan ke dalam kalsium
- 92 -
hidroksida LP dalam tabung reaksi. Tambahkan ke Prosedur Timbang saksama sejumlah gel setara
dalam labu 5 ml asam klorida 3 N dan tutup segera: dengan 1,5 g aluminium hidroksida, Al(OH)3, masukkan
terbentuk gas dalam labu dan terbentuk endapan dalam ke dalam gelas piala, tambahkan 15 ml asam klorida P
tabung reaksi. dan panaskan perlahan-lahan sampai larut sempurna.
B. Larutan dalam labu yang diperoleh dari Identifikasi Dinginkan, masukkan ke dalam labu tentukur 500-ml,
A memberikan reaksi Aluminium cara A dan B seperti encerkan dengan air sampai tanda, campur. Pipet 20 ml
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. larutan ke dalam gelas piala 250 ml, tambahkan secara
berurutan sambil diaduk terus-menerus 25,0 ml Titran
Batas mikroba <51> Jumlah mikroba aerob tidak lebih dinatrium edetat, dan 20 ml larutan dapar asam asetat-
dari 100 per ml, dan tidak mengandung Escherichia coli. amonium asetat LP. Kemudian panaskan larutan
mendekati titik didih selama 5 menit. Dinginkan dan
Kapasitas penetralan asam <451> Tidak kurang dari tambahkan 50 ml etanol P dan 2 ml ditizon LP. Titrasi
65,0% dari angka miliekuivalen yang dihitung dari hasil larutan dengan zink sulfat 0,05 M LV sampai warna
Penetapan kadar yang diperoleh. Tiap mg aluminium berubah dari hijau lembayung menjadi merah muda.
hidroksida, Al(OH)3 mempunyai kapasitas penetralan Lakukan penetapan blangko menggunakan 20 ml air.
asam 0,0385 miliekuivalen.
Tiap ml titran dinatrium edetat 0,05 M
pH <1071> Antara 5,5 dan 8,0; lakukan penetapan setara dengan 3,900 mg Al(OH)3
secara potensiometrik.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Klorida Tidak lebih dari 4,7% dihitung terhadap dan hindarkan dari pembekuan.
kandungan aluminium hidroksida, Al(OH)3. Timbang
saksama gel setara dengan 600 mg aluminium
hidroksida, Al(OH)3, masukkan ke dalam cawan GELALUMINIUM HIDROKSIDAKERING
porselen. Tambahkan 0,1 ml kalium kromat LP dan 25 Aluminium Hydroxide Dried Gel
ml air. Aduk dan tambahkan perak nitrat 0,1 N hingga
terjadi warna merah muda lemah yang stabil: diperlukan Aluminium hidroksida [21645-51-2]
tidak lebih dari 8,0 ml perak nitrat 0,1 N. Al(OH)3 BM 78,00
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,8 % dihitung terhadap Gel Aluminium Hidroksida Kering adalah bentuk amorf
kandungan aluminium hidroksida, Al(OH)3; lakukan aluminium hidroksida, sebagian hidroksida disubstitusi
penetapan dengan menambahkan 5,0 ml asam klorida 3 dengan karbonat. Mengandung setara tidak kurang dari
N pada sejumlah gel yang ditimbang saksama setara 76,5% aluminium hidroksida, Al(OH)3, dan dapat
dengan 300 mg aluminium hidroksida, Al(OH)3. mengandung aluminium karbonat dan aluminium
Panaskan sampai larut, dinginkan, encerkan dengan air bikarbonat basa dalam jumlah bervariasi.
sampai 250 ml dan saring bila perlu: 20 ml filtrat yang
diperoleh menunjukkan sulfat tidak lebih keruh dari 0,20 Pemerian Serbuk amorf; putih; tidak berbau; tidak
ml asam sulfat 0,02 N. berasa.
Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 10 bpj, dihitung Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam
terhadap kandungan aluminium hidroksida, Al(OH)3. etanol, larut dalam asam mineral encer dan dalam
Buat Larutan baku seperti pada Uji Batas Arsen, kecuali larutan alkali hidroksida.
3 μg arsen diganti 5 μg. Buat Larutan uji sebagai
berikut: Timbang saksama gel setara dengan 500 mg Baku pembanding Gel Aluminium Hidroksida Kering
aluminium hidroksida, Al(OH)3, larutkan dalam 20 ml BPFI tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
asam sulfat 7 N.
Identifikasi
Logam berat <371> Tidak lebih dari 83 bpj, dihitung A. Spektrum serapan inframerah zat yang
terhadap kandungan aluminium hidroksida, Al(OH)3; didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
lakukan penetapan dengan melarutkan sejumlah gel yang maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
ditimbang saksama setara dengan 240 mg aluminium seperti pada Gel Aluminium Hidroksida Kering BPFI.
hidroksida, Al(OH)3 dalam 10 ml asam klorida 3 N B. Larutkan 500 mg dalam 10 ml asam klorida 3 N
dengan pemanasan, saring bila perlu dan encerkan dengan penghangatan: larutan menunjukkan reaksi
dengan air hingga 25 ml. Aluminium cara A, B seperti tertera pada Uji Identifikasi
Umum <291>.
Penetapan kadar
Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti Kapasitas penetralan asam <451> Tidak kurang dari
tertera pada Penetapan kadar dalam Aluminium Kalium 25,0 miliekuivalen per gram; lakukan penetapan
Sulfat.
- 93 -
menggunakan 400 mg zat seperti tertera pada Serbuk ALUMINIUM KALIUM SULFAT
dalam Larutan Uji. Tawas
Aluminum Potassium Sulfate
pH <1071> Tidak lebih dari 10,0; lakukan menggunakan
larutan terdispersi dalam air (1 dalam 25). Aluminium kalium sulfat (1:1:2) dodekahidrat (7784-24-
9)
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,85%; lakukan AlK(SO4)2.12H2O BM 474,38
penetapan sebagai berikut: Larutkan 1,0 g dalam 30 ml
asam nitrat 2 N, didihkan, tambahkan air hingga 100 ml Aluminium Kalium Sulfat mengandung tidak kurang
dan saring. Encerkan 5,0 ml filtrat dengan air volume dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% AlK(SO4)2,
sama: menunjukkan klorida tidak lebih keruh dari 0,60 ml dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
asam klorida 0,02 N.
Pemerian Hablur kasar tidak berwarna, pecahan hablur
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,6%, lakukan penetapan atau serbuk putih; tidak berbau; rasa agak manis dan
sebagai berikut: Larutkan 330 mg zat dalam 15 ml asam kelat. Larutan bereaksi asam terhadap lakmus.
klorida 3 N, didihkan, tambahkan air hingga 250 ml dan
saring: 25,0 ml filtrat menunjukkan sulfat tidak lebih Kelarutan Mudah larut dalam air; sangat mudah larut
keruh dari 0,20 ml asam sulfat 0,02 N. dalam air mendidih; mudah larut meskipun lambat
dalam gliserin; tidak larut dalam etanol.
Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 8 bpj; lakukan
penetapan sebagai berikut : Larutkan 1,5 g zat dalam 80 Identifikasi
ml asam sulfat 7 N, encerkan dengan air hingga 220 ml; A. Pada larutan (1 dalam 20) tambahkan tetes demi
55 ml larutan memenuhi syarat Uji Batas Arsen tanpa tetes natrium hidroksida 1 N: terbentuk endapan yang
penambahan 20 ml asam sulfat 7 N seperti tertera pada larut dalam pereaksi berlebih. Tidak terbentuk amoniak.
Prosedur. B. Bakar di dalam nyala api (tidak berwarna) terjadi
nyala warna ungu.
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 60 bpj; C. Pada 5 ml larutan jenuh tambahkan 10 ml natrium
lakukan penetapan sebagai berikut: Larutkan 330 mg zat bitartrat LP terbentuk endapan hablur; putih dalam
dalam 10 ml asam klorida 3 N dengan pemanasan, jika waktu 30 menit
perlu saring, encerkan dengan air hingga 25 ml. D. Larutan (1 dalam 20) menunjukkan reaksi
Aluminium cara A dan B, dan reaksi Sulfat cara A, B dan
Penetapan kadar C seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar dalam Aluminium Kalium Susut pengeringan <1121> Antara 43,0% - 46,0%;
Sulfat. lakukan pengeringan dengan cara sebagai berikut:
Prosedur Timbang saksama lebih kurang 2 g zat, Panaskan 2,0 g zat dalam krus porselen di dalam tanur
larutkan dalam 15 ml asam klorida P dengan pada suhu 200º. Naikkan suhu 400º dan keringkan pada
pemanasan, dinginkan dan masukkan ke dalam labu suhu 400º hingga bobot tetap. Dinginkan dalam
tentukur 500-ml, tambahkan air sampai tanda dan desikator dan timbang.
campur. Pipet 20 ml larutan ke dalam gelas piala 250 ml,
tambahkan secara berurutan 25,0 ml Titran dinatrium Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 3 bpj.
edetat dan 20 ml dapar asam asetat-amonium asetat LP,
panaskan larutan hingga hampir mendidih selama 5 Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 20 bpj;
menit. Dinginkan, tambahkan 50 ml etanol P dan 2 ml lakukan penetapan dengan melarutkan 1 g zat dalam air
ditizon LP. Titrasi dengan zink sulfat 0,05M LV sampai sampai 20 ml, tambahkan 5 ml asam klorida 0,1 N.
berwarna merah muda cerah. Lakukan penetapan Uapkan larutan dalam cawan porselen sampai kering.
blangko menggunakan 20 ml air. Tambahkan 20 ml air pada residu, dan tambahkan 50 mg
hidroksilamina hidroklorida P. Panaskan larutan di atas
Tiap ml titran dinatrium edetat 0,05 M tangas uap selama 10 menit, dinginkan, encerkan dengan
setara dengan 3,900 mg Al(OH)3 air hingga 25 ml, lanjutkan penetapan, kecuali pada
Larutan baku tambahkan 50 mg hidroksilamin
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. hidroklorida P.
Penetapan kadar Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam etanol
Titran dinatrium edetat Larutkan 18,6 g dinatrium dan dalam kloroform.
edetat P dalam air hingga 1000 ml dan bakukan larutan
dengan cara sebagai berikut: Timbang saksama lebih Baku pembanding Amantadin Hidroklorida BPFI;
kurang 2 g kawat aluminium, masukkan ke dalam labu tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
tentukur 1000-ml, tambahkan 50 ml campuran asam
klorida P-air (1:1). Goyang labu dan diamkan hingga Identifikasi Larutkan lebih kurang 50 mg dalam 10 ml
seluruh aluminium terlarut. Encerkan dengan air sampai asam klorida 0,1 N, saring ke dalam corong pisah,
tanda. Pipet 10 ml larutan ke dalam gelas piala 250 ml, tambahkan 1 ml natrium hidroksida 5 N dan ekstraksi
tambahkan dengan pengadukan terus-menerus berturut- dengan 5 ml diklorometan P. Saring ekstrak melalui
turut 25,0 ml Titran dinatrium edetat dan 20 ml dapar natrium sulfat anhidrat P, bilas natrium sulfat anhidrat
asam asetat-amonium asetat LP, didihkan hati-hati P dengan 2 ml diklorometan P; spektrum serapan
selama 5 menit. Dinginkan , tambahkan 50 ml etanol P inframerah filtrat dalam sel 1 mm menunjukkan
dan 2 ml ditizon LP dan titrasi dengan zink sulfat 0,05 M maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
LV hingga terjadi warna merah muda cerah. Lakukan seperti pada Amantadin Hidroklorida BPFI.
penetapan blangko. Hitung molaritas larutan dengan
rumus: Kejernihan dan warna larutan Larutkan 2 g zat dalam
10 ml air; larutan jernih dan hampir tidak berwarna.
W
26 ,98 V pH <1071> Antara 3,0 dan 5,5; lakukan penetapan
menggunakan larutan (1 dalam 5).
W adalah bobot dalam mg aluminium dalam larutan
yang digunakan; V adalah volume dalam ml Titran Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 10 bpj;
dinatrium edetat yang digunakan. lakukan penetapan menggunakan 1 ml asam asetat 1 N
Prosedur Timbang saksama lebih kurang 800 mg zat, pada Larutan uji.
masukkan ke dalam gelas piala 400 ml, basahkan dengan
1 ml asam asetat glasial P dan tambahkan 50 ml air; Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
50,0 ml titran dinatrium edetat dan 20 ml dapar asam tidak lebih dari 0,3%; jumlah semua cemaran tidak lebih
asetat-amonium asetat LP. Hangatkan di atas tangas uap dari 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara
sampai melarut sempurna, didihkan perlahan selama 5 Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
menit. Dinginkan, tambahkan 50 ml etanol P dan 2 ml <931>.
ditizon LP. Titrasi dengan zink sulfat 0,05 M sampai Larutan baku internal Timbang saksama lebih kurang
berwarna merah muda cerah. Lakukan penetapan 500 mg adamantan, masukkan ke dalam labu tentukur
blangko. 10-ml, larutkan dan encerkan dengan diklorometan P
sampai tanda.
Tiap ml titran dinatrium edetat 0,05 M Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10 mg
setara dengan 12,91 mg AlK(SO4)2 Amantadin Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam
corong pisah. Tambahkan 20 ml natrium hidroksida 5 N,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. dan 18 ml diklorometan P, kocok selama 10 menit.
Buang lapisan air, keringkan lapisan organik dengan
penambahan natrium sulfat anhidrat P, dan biarkan
AMANTADIN HIDROKLORIDA beberapa saat hingga air benar-benar sudah tidak ada.
Amantadine Hydrochloride Saring dan kumpulkan filtrat dalam labu tentukur 20-ml,
tambahkan 0,2 ml Larutan baku internal, encerkan
dengan diklorometan P sampai tanda.
NH2
CH2 H2C Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1 g zat,
HCl
masukkan ke dalam corong pisah. Tambahkan 20 ml
CH2
natrium hidroksida 5,0 N, dan 18 ml diklorometan P,
kocok selama 10 menit. Buang lapisan air, keringkan
1-Adamantanamina Hidroklorida [665-66-7] bagian organik dengan penambahan natrium anhidrat
C10H17N.HCl BM 187,71 sulfat P, dan biarkan beberapa saat hingga air benar-
benar sudah tidak ada. Saring dan kumpulkan filtrat
Amantadin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari dalam labu tentukur 20-ml, tambahkan 0,2 ml Larutan
98,5% dan tidak lebih dari 101,5% C10H17N.HCl. baku internal, encerkan dengan diklorometan P sampai
tanda.
Pemerian Serbuk hablur; putih atau praktis putih; rasa Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
pahit. Kromatografi <931>. Kromatografi gas dilengkapi
dengan detektor ionisasi nyala, dan kolom leburan silika
0,53-mm x 30-m berisi bahan pengisi G27 dengan tebal
- 95 -
lapisan 1,0-µm. Gunakan helium P sebagai gas Amfetamin Sulfat mengandung tidak kurang dari 98,0%
pembawa, laju alir lebih kurang 4 ml per menit, dan dan tidak lebih dari 102,0% (C9H13N)2.H2SO4, dihitung
”split rate” lebih kurang 200 ml per menit dengan terhadap zat yang telah dikeringkan pada suhu 105º
perbandingan ”split” 50:1. Suhu awal kolom 70º selama selama 2 jam.
5 menit, kemudian naikkan secara linier 10º per menit
hingga 250º dan pertahankan selama 17 menit. Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau; agak
Pertahankan suhu injektor pada 220º dan detektor pada pahit. Larutan bersifat asam terhadap lakmus dengan pH
300º. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku. 5 - 6.
Rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk Kelarutan Mudah larut dalam air, sukar larut dalam
adamantan dan amantadin berturut-turut adalah lebih etanol; tidak larut dalam eter.
kurang 0,7 dan 1,0; resolusi, R, antara adamantan dan
amantadin tidak kurang dari 20; dan simpangan baku Baku pembanding Dekstroamfetamin Sulfat BPFI;
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam
Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
sama (lebih kurang 2 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Identifikasi
respons semua puncak. A. Larutkan 100 mg zat dalam 5 ml air, tambahkan 5
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat ml natrium hidroksida 1 N dinginkan hingga lebih
dengan rumus: kurang 10º, tambahkan 1ml campuran benzoil klorida-
eter P (1:2) tutup dan kocok selama 3 menit. Saring
R W S endapan, cuci dengan lebih kurang 10 ml air dingin dan
100 i
RS WU rekristalisasi dari etanol encer P, terbentuk hablur
turunan benzoil dari amfetamin, setelah pengeringan
Ri adalah perbandingan respons puncak masing-masing pada suhu 80º selama 3 jam, melebur antara 131 -135º,
cemaran terhadap adamantan dari Larutan uji; Rs adalah menggunakan Metode I seperti tertera pada Penetapan
perbandingan respons puncak amantadin terhadap Jarak Lebur atau Suhu Lebur <1021>.
respons puncak adamantan dari Larutan baku; Ws adalah B. Larutan (1 dalam 10) menunjukkan reaksi Sulfat
bobot Amantandin Hidroklorida BPFI dalam mg yang cara A, B dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi
digunakan dalam Larutan baku; dan WU adalah bobot zat Umum <291>.
dalam mg, yang digunakan dalam Larutan uji.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
Cemaran senyawa organik mudah menguap lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam.
<471>Metode I Memenuhi syarat.
Dekstroamfetamin Larutan (1 dalam 50) tidak optik
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 120 aktif.
mg zat, larutkan dalam campuran 30 ml asam asetat
glasial P dan 10 ml raksa(II) asetat LP, Titrasi dengan Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
asam perklorat 0,1 N LV. Tetapkan titik akhir secara tidak lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari
potensiometrik menggunakan elektrode yang sesuai. 0,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Lakukan penetapan blangko. cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N Pengencer Encerkan 3,12 ml asam fosfat P dengan air
setara dengan18,77 mg C10H17N.HCl hingga 1000 ml.
Larutan dapar Larutkan 2,16 g natrium 1-
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. oktanasulfonat P dalam 1000 ml air, dan tambahkan 1,0
ml trietilamin P. Atur pH hingga 2,5 dengan
penambahan asam fosfat P.
Fase gerak Buat campuran Larutan dapar-asetonitril
AMFETAMIN SULFAT
P-metanol P (144:37:19), saring dan awaudarakan. Jika
Amphetamine Sulphate perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
H2 H(NH2)
H2SO4
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
C C CH3
Dekstroamfetamin Sulfat BPFI, encerkan dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,3 mg per ml.
2
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
(±)-Metilfenitilamina sulfat (2:1) [60-13-9] persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
(C9H13N)2.H2SO4 BM 368,49 diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 0,003 mg
per ml.
- 96 -
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg zat, Identifikasi Memenuhi Identifikasi seperti tertera pada
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. Larutkan Amfetamin Sulfat.
dalam 50 ml Pengencer, sonikasi selama 5 menit,
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. pH <1071> 5,8 - 6,3.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 mm x Injeksi.
15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5
µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti tertera
kromatografi terhadap Larutan baku persediaan, rekam pada Titrasi Bebas Air <681> Metode I, menggunakan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera sisa yang diperoleh sebagai berikut: Sejumlah volume
pada Prosedur; faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan injeksi setara dengan 300 mg zat, masukkan ke dalam
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak corong pisah. Tambahkan 4 ml natrium karbonat LP,
lebih dari 2,0%. Lakukan kromatografi terhadap Larutan ekstraksi 4 kali tiap kali dengan10 ml kloroform P.
uji, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Saring kumpulan ekstrak melalui kapas yang dilapisi
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak dengan natrium sulfat anhidrat P, uapkan ekstrak di atas
amfetamin dan puncak lain jika ada, tidak kurang dari tangas air.
1,5.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Tiap ml asam perklorat 0,1 N
sama (lebih kurang 50µl) Larutan baku dan Larutan uji setara dengan 36,85 mg (C9H13N)2.H2SO4
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung persentase tiap cemaran Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal.
dalam zat uji dengan rumus:
Penetapan kadar
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Dekstoamfetamin Sulfat BPFI, larutkan dalam asam
sulfat 2 N (yang dijenuhkan dengan kloroform P), dan
encerkan secara kuantitatif dengan pelarut yang sama
hingga diperoleh kadar lebih kurang 0,5 mg per ml Asam [1R-(1R*,3S*,5R*,6R*,9R*,11R*,15S*,
dekstroamfetamin sulfat. 16R*,17R*,18S*,19E,21E,23E,25E,27E,29E,31E,33R*,3
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 5S*,36R*,37S*)]-33-[(3-amino-3,6-dideoksi-β-D-
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet manopiranosil)-oksi]-1,3,5,6,9,11, 17,37-oktahidroksi-
setara dengan lebih kurang 5 mg amfetamin sulfat, 15,16,18-trimetil-13-okso-14,39dioksabisiklo[33.3.1]-
masukkan ke dalam gelas piala 100 ml, tambahkan 2 ml nonatriakonta-19,21,23,25,27,29,31-heptaena-36-
larutan asam klorida P (1 dalam 100) goyang perlahan- karboksilat [1397-89-3]
lahan hingga serbuk basah, hangatkan di atas tangas uap C47H73NO17 BM 924,09
selama lebih kurang 1 menit dengan sesekali digoyang
perlahan dan dinginkan. Tambahkan 3 g tanah silika Amfoterisin B mempunyai potensi tidak kurang dari 750
yang telah dimurnikan dan campur hingga diperoleh µg C47H73NO17 per mg, dihitung terhadap zat yang telah
campuran halus. dikeringkan.
Kolom kromatografi Siapkan kolom kromatografi 2,5
x 30 cm, masukkan segumpal wol kaca halus. Pemerian Serbuk; kuning sampai jingga; tidak berbau
Tempatkan 2 g tanah silika yang telah dimurnikan, atau praktis tidak berbau.
masukkan ke dalam labu piala 100 ml, tambahkan 1 ml
asam klorida 0,1 N dan campur sampai diperoleh masa Kelarutan Tidak larut dalam air, dalam etanol mutlak,
seperti bubur. Pindahkan campuran ke dalam kolom, dalam eter, dalam benzen, dan dalam toluen; larut dalam
mampatkan. Masukkan Larutan uji, bilas labu dengan 1 dimetilformamida, dalam dimetil sulfoksida dan dalam
g tanah silika yang telah dimurnikan, masukkan ke propilen glikol; sukar larut dalam metanol.
dalam kolom, kemudian tutup dengan wol kaca.
Prosedur Cuci kolom dengan 100 ml kloroform jenuh Baku pembanding Amfoterisin B BPFI; lakukan
air, buang hasil cucian. Tempatkan corong pisah 125 ml pengeringan dengan tekanan tidak lebih dari 5 mmHg
yang berisi 10 ml asam sulfat 2 N di bawah kolom. pada suhu 60º selama 3 jam sebelum digunakan. Nistatin
Tambahkan melalui kolom 35 ml kloroform amoniakal BPFI; lakukan pengeringan dengan tekanan tidak lebih
yang dibuat dengan menyeimbangkan (2 ml amonium dari 5 mmHg pada suhu 40º selama 2 jam sebelum
hidroksida P dan 100 ml kloroform P), kemudian digunakan.
tambahkan 70 ml kloroform jenuh air. Pindahkan corong
pisah, kocok kuat-kuat selama 1 menit dan biarkan Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji
lapisan memisah, buang lapisan kloroform. Gunakan 10 yang dibuat seperti tertera pada Uji Amfoterisin A
ml larutan asam garam sulfat dari amfetamin sebagai menunjukkan maksimum pada panjang gelombang yang
larutan uji. Kemudian secara berturut-turut tetapkan sama antara 240 - 320 nm seperti pada Larutan baku
serapan larutan dari Larutan baku dan Larutan uji dalam Amfoterisin B dalam Uji Amfoterisin A, kecuali adanya
sel 1-cm pada 280 nm dan pada panjang gelombang puncak tambahan pada lebih kurang 304 nm. Spektrum
maksimum serapan sekitar 257 nm dengan serapan ultraviolet dan cahaya tampak larutan yang
menggunakan asam sulfat 2 N jenuh kloroform sebagai diperoleh dengan pengenceran Larutan uji dengan 9
blangko. Hitung jumlah dalam mg, amfetamin sulfat,
- 98 -
volume metanol P menunjukkan maksimum pada Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti tertera
panjang gelombang 320 - 400 nm seperti pada Larutan pada Penetapan potensi Antibiotik secara Mikrobiologi
baku Amfoterisin B. <131>.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%; Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler tidak tembus cahaya, simpan di tempat dingin.
pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60º
selama 3 jam, menggunakan lebih kurang 100 mg zat.
SALEP AMFOTERISIN B
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%, sisa Amphotericin B Ointment
pengarangan dibasahi dengan 2 ml asam nitrat P dan5
tetes asam sulfat P. [Catatan Amfoterisin B yang Salep Amfoterisin B adalah Amfoterisin B dalam dasar
digunakan untuk menyiapkan sediaan dermatologi krim, salep yang sesuai,mengandung Amfoterisin B,
losio, salep, suspensi oral dan kapsul: tidak lebih dari C47H73NO17,tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
3,0%]. 125,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Amfoterisin A Tidak lebih dari 5,0%, dihitung terhadap Baku pembanding Amfoterisin B BPFI; lakukan
zat yang telah dikeringkan. pengeringan dengan tekanan tidak lebih dari 5 mmHg
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg pada suhu 60º selama 3 jam sebelum digunakan.
Amfoterisin B, larutkan dengan 10,0 ml dimetil
sulfoksida P dalam labu tentukur 50-ml, encerkan Isi minimum <861>Memenuhi syarat.
dengan metanol P sampai tanda. Pipet 4 ml larutan ke
dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan metanol P Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%; lakukan
sampai tanda. penetapan menggunakan campuran 20 ml karbon
Larutan baku Nistatin Timbang saksama lebih kurang tetraklorida P-kloroform P-metanol P (2:2:1) sebagai
20 mg Nistatin BPFI, larutkan dengan 40,0 ml dimetil ganti metanol P.
sulfoksida P dalam labu tentukur 200-ml, encerkan
dengan metanol P sampai tanda. Pipet 4 ml larutan ke Penetapan kadar Lakukan penetapan amfoterisin B
dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan metanol P seperti tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
sampai tanda. Mikrobiologi <131>. Timbang saksama sejumlah salep
Larutan baku Amfoterisin B Timbang saksama lebih setara dengan 30 mg amfoterisin B, tambahkan 10,0 ml
kurang 50 mg Amfoterisin B BPFI, larutkan dengan 10,0 eter P dalam labu Erlenmeyer bersumbat kaca yang
ml dimetilsulfoksida P dalam labutentukur 50-ml, sesuai, biarkan selama 1 jam dengan sesekali dikocok.
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 4 ml Tambahkan 20,0 ml dimetil sulfoksida P, kocok secara
larutan ke dalam labu tentukur 50-ml dan encerkan mekanik selama 10 menit. Encerkan secara kuantitatif
dengan metanol P sampai tanda. Larutan dibuat segar. dan bertahap dengan dimetil sulfoksida P hingga kadar
Prosedur Tetapkan serapan Larutan baku dan Larutan lebih kurang 20 µg per ml. Encerkan dengan dapar
uji pada panjang gelombang 304 nm dan 282 nm, nomor 10 untuk mendapatkan Enceran larutan uji yang
gunakan dimetil sulfoksida P dalam metanol P(1 dalam mempunyai kadar setara dengan aras dosis tengah baku.
62,5) sebagai blangko. Hitung persentase Amfoterisin A
dengan rumus: Wadah dan penyimpanan Dalam tube atau dalam
wadah tertutup baik.
25WN AB 282 AU 304 AB 304 AU 282
A B 282
AN 304 AB 304 AN 282 WU
AMFOTERISIN B UNTUK INJEKSI
Amphotericin B for Injection
WN adalah bobot Nistatin BPFI dalam mg; AB282 dan
AB304 berturut turut adalah serapan Larutan baku
Amfoterisin B untuk Injeksi adalah sediaan steril
Amfoterisin B pada panjang gelombang 282 nm dan 304
kompleks Amfoterisin B dan Natrium Deoksikolat dan
nm; AN282 dan AN304 berturut-turut adalah serapan
satu atau lebih dapar yang sesuai, mengandung
Larutan baku Nistatin pada panjang gelombang 282 nm
Amfoterisin B, C47H73NO17, tidak kurang dari 90,0% dan
dan 304 nm; AU282 dan AU304 berturut-turut adalah
tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada
serapan Larutan uji pada panjang gelombang 282 nm
etiket.
dan 304 nm; Wu adalah bobot Amfoterisin B dalam mg.
[Catatan Amfoterisin B yang digunakan untuk sediaan
Baku pembanding Amfoterisin B BPFI; lakukan
dermatologi krim, losio, salep, suspensi oral dan kapsul
pengeringan dengan tekanan tidak lebih dari 5 mmHg
mengandung tidak lebih dari 15% Amfoterisin A yang
pada suhu 60º selama 3 jam sebelum digunakan.
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan].
Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat pirogenik,
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
- 99 -
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi, O-3-Amino-3-deoksi-α-D-glukopiranosil(1 4)-O-[6-
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang deoksi-α-D-glukopiranosil(1 6)]-N3-(4-amino-L-2-
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. hidroksi-butiril)-2-deoksi-L-streptamina [37517-28-5]
C22H43N5O13 BM 585,61
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 5,0 unit
Endoktoksin FI per mg amfoterisin B. Bila digunakan Amikasin mempunyai potensi tidak kurang dari 900 µg
atau dicantumkan pada etiket untuk injeksi intratekal, C22H43N5O13 per mg, dihitung terhadap zat anhidrat.
tidak lebih dari 0,9 unit Endoktoksin FI per mg
amfoterisin B. Pemerian Serbuk hablur; putih.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan Kelarutan Agak sukar larut dalam air.
dengan Prosedur uji menggunakan penyaringan
membran, menggunakan 50 mg zat tiap wadah. Baku pembanding Amikasin BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
pH <1071> Antara 7,2 dan 8,0; lakukan penetapan tertutup rapat, terlindung cahaya pada tempat sejuk.
menggunakan larutan 10 mg amfoterisin B per ml. Kanamisin Sulfat BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 8,0%; terlindung cahaya pada tempat sejuk.
lakukan pengeringan dalam botol bertutup kapiler
dengan tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60° Identifikasi
selama 3 jam, menggunakan lebih kurang 100 mg zat. A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Syarat lain Memenuhi syarat Keseragaman sediaan Fase gerak Campuran metanol P-amonium hidroksida
<911> dan Penandaan seperti tertera pada Injeksi. P-kloroform P (60:30:25).
Larutan baku Timbang sejumlah zat, larutkan dalam
Penetapan kadar air hingga kadar 6 mg per ml.
Larutan uji 1 (Dalam wadah dosis tunggal) Larutkan Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dalam air
sesuai dengan yang tertera pada etiket. Keluarkan hingga kadar 6 mg per ml.
seluruh isi menggunakan jarum suntik sesuai. Encerkan Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 3
secara kuantitatif dan bertahap dengan dimetil sulfoksida µl Larutan baku, Larutan uji dan campuran dari
P hingga kadar lebih kurang 20 µg amfoterisin B per ml. sejumlah volume sama Larutan baku dan Larutan uji
Larutan uji 2 (Jika etiket mencantumkan jumlah pada lempeng silika gel setebal 0,25 mm. Masukkan
amfoterisin B dalam volume larutan terkonstitusi) lempeng ke dalam bejana kromatografi yang sesuai dan
Larutkan sesuai dengan yang tertera pada etiket. Ukur eluasi bersinambung selama 5 jam 30 menit dengan Fase
saksama sejumlah volume yang dikeluarkan gerak. Angkat lempeng, keringkan di udara, panaskan
menggunakan jarum suntik yang sesuai, encerkan secara pada suhu 110º selama 15 menit. Segera tandai bercak
kuantitatif dan bertahap dengan dimetil sulfoksida P dengan menyemprot lempeng dengan larutan ninhidrin P
hingga kadar lebih kurang 20 µg amfoterisin B per ml. (1 dalam 100) dalam campuran butanol P-piridin P
Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada (100:1). Amikasin tampak sebagai bercak berwarna
Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi merah muda. Harga Rf dan warna bercak utama Larutan
<131> menggunakan volume Larutan uji yang diukur uji dan bercak utama campuran Larutan baku dan
saksama, encerkan secara kuantitatif dan bertahap Larutan uji sesuai dengan yang diperoleh dari Larutan
dengan Dapar nomor 10 untuk mendapatkan Enceran baku.
larutan uji yang mempunyai kadar setara dengan aras B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
dosis tengah baku. uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
pada Penetapan kadar.
Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk
Padatan Steril seperti tertera pada Injeksi, simpan dalam Rotasi jenis <1081> Antara +97º dan +105º, dihitung
lemari pendingin dan terlindung cahaya. terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan menggunakan
larutan 20 mg per ml.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%; sisa digunakan dalam Larutan uji; rU dan rS berturut-turut
pengarangan dibasahkan dengan 2 ml asam nitrat P dan adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
5 tetes asam sulfat P.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. AMIKASIN SULFAT
Fase gerak Buat larutan natrium hidroksida 0,115 N. Amikacin Sulphate
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah
Amikasin BPFI dan Kanamisin Sulfat BPFI, larutkan
dalam air hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,02
dan 0,008 mg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amikasin
BPFI larutkan dalam air hingga kadar lebih kurang 0,02
mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
O-3-Amino-3-deoksi α-D-glukopiranosil(1 4)-O-[6-
masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, larutkan dan
amino-6-deoksi-α-D-glukopiranosil
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ke
(1 6)]-N3-(4-amino-L-2-hidroksibutiril)-2-deoksi-L-
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai
streptamina sulfat (1:2 atau 1:1,8) [39831-55-5]
tanda.
C22H43N5O13.1,8H2SO4 BM 762,14
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
C22H43N5O13.2H2SO4 BM 781,75
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor elektrokimia, dengan Amikasin Sulfat dengan perbandingan molar amikasin
elektroda emas, dan elektroda pembanding pH perak- dan sulfat 1:2 mengandung setara tidak kurang dari 674
perak klorida, kolom pelindung berisi bahan pengisi µg dan tidak lebih dari 786 µg C22H43N5O13 per mg,
L47, dan kolom analisis 4 mm x 25 cm berisi bahan dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Amikasin
pengisi L47. Detektor elektrokimia yang digunakan Sulfat dengan perbandingan molar amikasin dan sulfat
dengan model amperometrik dengan skala 300 nC, 1:1,8 mengandung setara tidak kurang dari 691 µg dan
dengan hasil 1 V pada skala penuh, waktu kenaikan 0,5 tidak lebih dari 806 µg C22H43N5O13 per mg, dihitung
detik, polaritas positif, potensial E = 0,04 V; t1 = 200 ms; terhadap zat yang telah dikeringkan.
E2 = 0,8 V; t2 = 190 ms; E3 = -0,8 V; t3 = 190 ms. Laju
alir lebih kurang 0,5 ml per menit. Lakukan Pemerian Serbuk hablur; putih.
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Kelarutan Mudah larut dalam air.
pada Prosedur: waktu retensi relatif kanamisin dan
amikasin berturut-turut lebih kurang 0,8 dan 1,0; Baku pembanding Amikasin BPFI; tidak boleh
resolusi, R, antara puncak kanamisin dan puncak dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
amikasin tidak kurang dari 3. Lakukan kromatografi terlindung cahaya, pada tempat sejuk. Kanamisin Sulfat
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur BPFI; tidak boleh dikeringkan simpan dalam wadah
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor tertutup rapat, terlindung cahaya, pada tempat sejuk.
ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3%. Identifikasi Lakukan penetapan seperti terterapada
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Identifikasi dalam Amikasin.
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji Rotasi jenis <1081> Antara +76º dan +84º, dihitung
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
respons puncak utama. menggunakan larutan 20 mg per ml.
Hitung jumlah dalam µg amikasin, C22H43N5O13, dalam
tiap mg zat dengan rumus: Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
pH <1071> Antara 2,0 dan 4,0 (garam 1:2) atau antara 6,0
CE rU
dan 7,3 (garam 1:1,8); lakukan penetapan menggunakan
2500
W rS larutan 10 mg zat per ml.
C adalah kadar Amikasin BPFI dalam mg per ml Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 13,0%;
Larutan baku;E adalah kadar amikasin dalam µg per mg lakukan pengeringan dengan tekanan tidak lebih dari 5
Amikasin BPFI; W adalah bobot zat dalam mg yang mmHg pada suhu 110° selama 3 jam.
- 101 -
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%; sisa Identifikasi
pengarangan dibasahkan dengan 2 ml asam nitrat P dan A. Encerkan dengan air hingga kadar 6 mg per ml.
5 tetes asam sulfat P. Larutan yang diperoleh memenuhi syarat Identifikasi A
seperti tertera pada Amikasin.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
Kromatografi <931>. pada Penetapan kadar.
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan baku,
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,33 unit
Penetapan kadar dalam Amikasin. Endotoksin FI per mg.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, setara
dengan 50 mg amikasin, masukkan ke dalam labu pH <1071> Antara 3,5 dan 5,5.
tentukur 250-ml, tambahkan lebih kurang 50 ml air dan
kocok untuk melarutkan. Encerkan dengan air sampai Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
tanda. Pipet 10 ml larutan ini ke dalam labu tentukur tertera pada Injeksi volume kecil.
100-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
kadar dalam Amikasin. Injeksi.
Hitung jumlah dalam μg amikasin, C22H43N5O13, dalam
tiap mg zat dengan rumus: Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
CE rU
2500 Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan baku,
W rS dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar dalam Amikasin.
C adalah kadar Amikasin BPFI dalam mg per ml Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, encerkan
Larutan baku; E adalah kadar amikasin dalam µg per mg secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan air
Amikasin BPFI; W adalah bobot zat dalam mg yang hingga kadar lebih kurang 0,02 mg per ml.
digunakan dalam Larutan uji; rU dan rS berturut-turut Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. kadar dalam Amikasin.
Hitung jumlah dalam mg amikasin, C22H43N5O13, dalam
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. tiap ml injeksi dengan rumus:
Penandaan Pada etiket mencantumkan perbandingan
molar amikasin terhadap asam sulfat adalah 1:2 atau L CE rU
1:1,8. D 1000 rS
Amilorida Hidroklorida mengandung tidak kurang dari Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C6H8CIN7O.HCl, Metode V Memenuhi syarat.
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pelarut Gunakan pelarut dimetil sulfoksida P.
Pemerian Serbuk kuning hingga kuning kehijauan; tidak Kemurnian kromatografi Lakukan Kromatografi lapis
berbau atau praktis tidak berbau. tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran tetrahidrofuran P-amonium
Kelarutan Sukar larut dalam air; tidak larut dalam eter, hidroksida 3 N (15:2)
dalam etil asetat, dalam aseton dan dalam kloroform; Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amilorida
mudah larut dalam dimetilsulfoksida; agak sukar larut Hidroklorida BPFI dan buat satu seri larutan A, B, C, D,
dalam metanol. E dan F dengan melarutkan dan mengencerkan dalam
campuran metanol P-kloroform P (4:1) hingga kadar
Baku pembanding Amilorida Hidroklorida BPFI; berturut-turut 4000, 40, 20, 8, 4 dan 2 µg per ml.
lakukan Analisis termogravimetri seperti tertera pada Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
Analisis Termal <741>; lakukan penetapan sebagai dalam campuran metanol P-kloroform P (4:1) hingga
berikut: Timbang saksama lebih kurang 10 mg zat, kadar 4 µg per ml.
panaskan dengan kenaikan suhu 10° permenit antara Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5 µl
suhu kamar sampai 225° di bawah aliran nitrogen P Larutan baku A, B, C, D, E dan F dan Larutan uji pada
dengan laju alir 40 ml per menit. Dari termogram lempeng kromatografi silika gel setebal 0,25 mm yang
tetapkan akumulasi penyusutan bobot selama pemanasan sebelumnya telah dicuci dengan metanol P. Masukkan
antara suhu kamar dan suhu lebih kurang 200°saat kurva lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak
mulai mendatar. hingga merambat lebih kurang tiga per empat tinggi
lempeng. Angkat lempeng, biarkan fase gerak menguap.
Identifikasi Amati di bawah cahaya ultraviolet panjang gelombang
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah 366 nm: hingga Rf bercak utama dari Larutan uji sesuai
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan dengan Larutan baku A. Perkirakan kadar setiap bercak
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama lain selain bercak utama dari Larutan uji dengan
seperti pada Amilorida Hidroklorida BPFI yang telah membandingkan terhadap bercak utama dari Larutan
dikeringkan. baku B, C, D, E dan F: jumlah intensitas bercak lain
B. Buat larutan dalam air hingga kadar lebih kurang tidak lebih dari bercak utama Larutan baku B atau tidak
600 µg per ml, dan encerkan secara kuantitatif dan lebih dari 1,0%.
bertahap dengan asam klorida 0,1 N hingga kadar lebih
kurang 9,6 µg per ml. Spektrum serapan ultraviolet Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 450
larutan ini menunjukkan maksimum dan minimum pada mg zat, larutkan dalam 100 ml asam asetat glasial P,
panjang gelombang yang sama seperti pada Amilorida tambahkan 10 ml raksa(II) asetat LP, dan 15 ml dioksan
Hidroklorida BPFI. P, campur. Tambahkan kristal violet LP dan titrasi
C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C seperti dengan asam perklorat 0,1 N LV. Lakukan penetapan
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. blangko.
Keasaman Larutkan 1,0 g zat dalam 100 ml campuran Tiap ml asam perklorat 0,1 N
metanol P-air (1:1), titrasi dengan natrium hidroksida setara dengan26,61 mg C6H8CIN7O.HCl
0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara potensiometrik:
diperlukan tidak lebih dari 0,30 ml (0,1% sebagai HCl). Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. air, keringkan pada suhu 105º selama 1 jam: endapan
melebur antara 164º dan 171º.
CH3 2
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
Metode I Memenuhi syarat.
Senyawa teofilin dengan etilendiamina (2:1) [31777-34- Larutan uji Buat larutan dengan kadar 20 mg per ml.
0] Larutan baku Buat larutan dengan kadar dua kali yang
C16H24N10O4 BM 420,43 tertera pada Larutan baku dalam uji Cemaran Senyawa
C16H24N10O4.2H2O[49746-06-7] BM 456,46 Organik Mudah Menguap <471>.
Aminofilin adalah senyawa anhidrat atau mengandung Kandungan etilendiamin Antara 157 dan 175 mg per g
tidak lebih dari 2 molekul hidrat. Mengandung tidak C7H8N4O2 yang diperoleh pada Penetapan kadar.
kurang dari 84,0% dan tidak lebih dari 87,4% teofilin Lakukan penetapan sebagai berikut: timbang saksama
anhidrat, C7H8N4O2, dihitung terhadap zat anhidrat. lebih kurang 500 mg aminofilin, larutkan dalam 30 ml
air, tambahkan jingga metil LP, tirasi dengan asam
Pemerian Butir atau serbuk; putih atau agak klorida 0,1 N LV.
kekuningan; bau amonia lemah, rasa pahit. Jika
dibiarkan di udara terbuka, perlahan-lahan kehilangan Tiap ml asam klorida 0,1 N
etilendiamin dan menyerap karbon dioksida dengan setara dengan3,005 mg C2H8N2
melepaskan teofilin. Larutan bersifat basa terhadap Penetapan kadar Lakukan Kromatografi cair kinerja
kertas lakmus. tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Kelarutan Tidak larut dalam etanoldan dalam eter Fase gerak Buat campuran 200 ml metanol P dan 960
Larutan 1 g dalam 25 ml air menghasilkan larutan jernih; mg natrium-1-pentanasulfonat P dan air secukupnya
larutan 1 g dalam 5 ml air menghablur jika didiamkan hingga 1 liter. Atur dengan penambahan asam asetat
dan larut kembali jika ditambah sedikit etilendiamin. glasial P hingga pH 2,9 ± 0,1, saring dan awaudarakan.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
Baku pembanding Teofilin BPFI; lakukan pengeringan sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
pada suhu 105º selama 4 jam sebelum digunakan. Pengencer Buat campuran air-metanol P (4:1).
Simpan dalam wadah tertutup rapat. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Teofilin
BPFI, larutkan dan encerkan secara bertahap dengan
Identifikasi larutan pengencer hingga kadar lebih kurang 0,80 mg
A. Larutkan lebih kurang 500 mg zat dalam 20 ml air per ml.
tambahkan sambil diaduk 1 ml asam klorida 3 N. Saring Larutan resolusi Larutkan sejumlah teobromin dalam
dan simpan filtrat. Cuci endapan dengan air dingin dan Larutan baku hingga kadar lebih kurang 0,08 mg per ml.
keringkan pada suhu 105º selama 1 jam: endapan teofilin Pipet 20 ml larutan ini ke dalam labu tentukur-25 ml,
yang diperoleh melebur antara 270º dan 274º. encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
B. Pada lebih kurang 10 mg endapan kering diperoleh Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 24 mg zat,
pada Identifikasi A, masukkan ke dalam cawan porselen, masukkan ke dalam labu tentukur-250 ml, larutkan dan
tambahkan 1 ml asam klorida P dan 100 mg kalium encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
klorat P, uapkan di atas tangas uap hingga kering, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
balikkan cawan di atas wadah yang berisi beberapa tetes Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
amonium hidroksida 6 N: residu berwarna ungu yang dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x
hilang dengan penambahan larutan alkali. 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir 1 ml per menit.
C. Pada filtrat yang diperoleh dari Identifikasi A Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam
tambahkan 0,5 ml benzensulfonil klorida P dan basakan kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dengan 5 ml natrium hidroksida 1 N, kocok selama 10 pada Prosedur. Waktu retensi relatif teobromin dan
menit, asamkan dengan 5 ml asam klorida 3 N, teofilin berturut-turut 0,65 dan 1,0 faktor ikutan puncak
dinginkan, kumpulkan endapan etilendiamina teofilin tidak lebih dari 2,0 dan resolusi, R, antara
disulfonamida, cuci dengan air, hablurkan kembali dari puncak teobromin dan teofilin tidak kurang dari 3,0.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
- 105 -
pada Prosedur: simpangan baku relatif tidak lebih dari Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
2,0%. tertera pada Injeksi volume kecil.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Injeksi.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg teofilin, Kandungan etilendiamina Antara 166 dan 192 mg per
C7H8N4O2, dalam aminofilin dengan rumus: g teofilin anhidrat, C7H8N4O2, yang diperoleh pada
Penetapan kadar. Lakukan penetapan sebagai berikut:
r Ukur saksama sejumlah volume setara dengan lebih
250 C U
rS kurang 500 mg aminofilin, jika perlu encerkan dengan
air hingga lebih kurang 30 ml. Tambahkan jingga metil
C adalah kadar Teofilin BPFI dalam mg per ml Larutan LP, titrasi dengan asam klorida 0,1 N LV.
baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
yang dihasilkan oleh Larutan uji dan Larutan baku. Tiap ml asam klorida 0,1 N
setara dengan 3,005 mg C2H8N2
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
INJEKSI AMINOFILIN
Fase gerak, Pengencer, Larutan baku, Larutan
Aminophyline Injection resolusi dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera
pada Penetapan kadar dalam Aminofilin.
Injeksi Aminofilin adalah larutan steril aminofilin dalam Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
Air untuk Injeksi atau larutan steril teofilin dalam Air setara dengan lebih kurang 100 mg teofilin, masukkan
untuk injeksi yang dibuat dengan penambahan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan
etilendiamin. Tiap ml mengandung aminofilin setara dengan Pengencer sampai tanda. Pipet 4 ml larutan ini
dengan tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan
107,0% teofilin anhidrat, C7H8N4O2, dari jumlah yang dengan Pengencer sampai tanda.
tertera pada etiket. Injeksi aminofilin boleh mengandung Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera
etilendiamin berlebih tetapi tidak boleh ditambah zat lain pada Penetapan kadar dalam Aminofilin. Hitung jumlah
untuk pengaturan pH. dalam mg teofilin, C7H8N4O2, dalam larutan injeksi yang
[Catatan Injeksi tidak boleh digunakan jika telah digunakan dengan rumus:
terlihat hablur yang memisah].
Baku pembanding Teofilin BPFI; lakukan pengeringan Kandungan etilendiamin Antara 152 dan 178 mg per g
pada suhu 105º selama 4 jam sebelum digunakan. teofilin anhidrat, C7H8N4O2, yang diperoleh pada
Penetapan kadar, Lakukan penetapan sebagai berikut:
Identifikasi Timbang saksama sejumlah serbuk tablet seperti tertera
A. Maserasi sejumlah tablet setara dengan lebih pada Penetapan kadar setara dengan lebih kurang 350
kurang 500 mg aminofilin dengan 25 ml air dan saring; mg aminofilin, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 100
filtrat menunjukkan reaksi basa terhadap lakmus P. Pada ml, tambahkan 20 ml air dan digesti pada suhu 50º,
filtrat tambahkan 1 ml asam klorida 3 N, aduk dan sambil sering dikocok selama 30 menit. Dinginkan,
dinginkan jika perlu, hingga terbentuk endapan. Saring saring ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml dan cuci
dan simpan filtrat. Cuci endapan dengan sedikit air yang dengan air hingga air cucian bereaksi netral terhadap
didinginkan dan keringkan pada suhu 105º selama 1 jam: lakmus P. Kumpulkan filtrat dan cairan cucian,
endapan yang diperoleh menunjukkan Identifikasi B tambahkan jingga metil LP dan titrasi dengan asam
seperti tertera pada Aminofilin dan jika dihablurkan klorida 0,1 N LV.
kembali dari air dan dikeringkan pada suhu 105º selama
1 jam, melebur antara 270º dari 274º. Tiap ml asam klorida 0,1 N
B. Filtrat yang diperoleh dari Identifikasi A setara dengan 3,005 mg C2H8N2
menunjukkan Identifikasi C seperti tertera pada
Aminofilin. Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk setara
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 30 menit untuk dengan lebih kurang 2 g aminofilin, masukkan ke dalam
tablet salut enterik, lakukan penetapan seperti tertera labu tentukur 200-ml tambahkan campuran 50 ml air dan
pada Tablet Salut Enterik. 15 ml amonium hidroksida 6 N, biarkan selama 30 menit
dengan seringkali dikocok, bila perlu hangatkan sampai
Disolusi <1231> suhu lebih kurang 50º untuk membantu kelarutan. Jika
Media disolusi : 900 ml air. dihangatkan, dinginkan campuran hingga suhu ruang,
Alat tipe 2 : 50 rpm tambahkan air sampai tanda. Sentrifus lebih kurang 50
Waktu : 45 menit. ml campuran dan pipet beningan setara dengan lebih
Prosedur Lakukan penetapan sejumlah teofilin kurang 250 mg aminofilin, kedalam labu Erlenmeyer
anhidrat, C7H8N4O2, yang larut dengan mengukur 250 ml, dan encerkan dengan air hingga lebih kurang 40
serapan alikuot, jika perlu diencerkan dengan Media ml. Tambahkan 8 ml amonium hidroksida 6 N dan
disolusi dan serapan larutan baku Teofilin BPFI dalam lakukan Penetapan kadar seperti tertera pada Injeksi
media yang sama pada panjang gelombang serapan Aminofilin mulai dari ”Tambahkan 20,0 ml perak nitrat
maksimum lebih kurang 269 nm. 0,1 N LV”.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75 % (Q) C7H8NO2, dari jumlah yang tertera Tiap ml perak nitrat 0,1 N
pada etiket. setara dengan18,02 mg C7H8N4O2
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Prosedur penetapan keseragaman kandungan
Masukkan satu tablet ke dalam labu tentukur 250-ml,
tambahkan 200 ml air, kocok hingga hancur sempurna. AMITRIPTILIN HIDROKLORIDA
Tambahkan air sampai tanda. Saring dan buang 20 ml Amitriptyline Hydrochloride
filtrat pertama. Ukur serapan larutan ini (jika perlu
diencerkan) dan larutan baku Teofilin BPFI lebih kurang
10 μg per ml, pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 269 nm terhadap air sebagai
blangko. Hitung jumlah dalam mg teofilin anhidrat,
C7H8N4O2, dalam tablet yang digunakan dengan rumus:
10,11-Dihidro-N,N-dimetil-5H-dibenzo[a,d] sikloheptan-
TC AU 5γ
Δ , propilamina hidroklorida [549-18-8]
D A S C20H23N.HCl BM 313,86
T adalah jumlah teofilin anhidrat dalam mg yang tertera Amitriptilin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
pada etiket; D adalah kadar teofilin dalam μg per ml 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C20H23N.HCl,
larutan tablet, berdasarkan jumlah per tablet yang tertera dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
pada etiket dan pengenceran yang dilakukan; C adalah
kadar Teofilin BPFI dalam μg per ml larutan baku AU Pemerian Serbuk hablur atau hablur kecil; putih atau
dan AS berturut-turut adalah serapan yang diperoleh dari hampir putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau.
Larutan uji dan Larutan baku.
- 107 -
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam etanol, dalam Cemaran Lain -
masing-
kloroform dan dalam metanol; tidak larut dalam eter. masing 0,1
Baku pembanding Amitriptilin Hidroklorida BPFI; Jumlah Semua
- 1,0
lakukan pengeringan dengan tekanan tidak lebih dari 5 Cemaran
mmHg pada suhu 60º hingga bobot tetap sebelum
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Senyawa [Catatan: Abaikan puncak dengan waktu retensi relatif
sejenis A Amitriptilin BPFI, (Dinbenzosuberon; [10,11- kurang dari 0,22. Gunakan respons puncak amitriptilin
dihidro-5H-dibenzo[a,d] siklohepten-5-on] (C15H12O BM hidroklorida dari Larutan baku dan kadar amitriptilin
208,26). Senyawa sejenis B Amitriptilin BPFI, hidroklorida dalam Larutan baku untuk menghitung
(Amitriptinol; [-[3-(dimetilamino)propil]-10,11-dihidro- persentase senyawa sejenis lain yang tidak diketahui].
5H-dibenzo[a,d] siklohepten-5-ol] (C20H25O BM
295,42). Siklobenzaprin Hidroklorida BPFI, lakukan Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
pengeringan pada suhu 105º hingga bobot tetap sebelum kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan Asam fosfat encer, Dapar, Fase gerak, Larutan
Nortriptilin Hidroklorida BPFI, lakukan pengeringan kesesuaian sistem, Larutan baku dan Sistem
pada suhu 105º selama 3 jam sebelum digunakan. kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Simpan dalam wadah tertutup rapat terlindung cahaya. Kadar.
Larutan uji Gunakan Larutan uji persediaan seperti
Identifikasi tertera pada Penetapan kadar.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P, sama lebih kurang 20 l Larutan baku dan Larutan uji
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan ke dalam kromatograf, rekam kromatogramdan ukur
gelombang yang sama seperti pada Amitriptilin respons puncak utama.
Hidroklorida BPFI. Hitung persentase masing-masing senyawa sejenis
B. Waktu retensi relatif puncak utama kromatogram amitriptilin dalam zat yang digunakan dengan rumus:
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
diperoleh pada Penetapan kadar. r C S
C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C seperti 100 i
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. rS C U
Jarak lebur <1021> Antara 195º dan 199º. ri adalah respons puncak masing-masing senyawa sejenis
amitriptilin dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
pH <1071> Antara 5,0 dan 6,0; lakukan penetapan senyawa sejenis amitriptilin dari Larutan baku; CS
menggunakan larutan (1 dalam 100) . adalah kadar masing-masing senyawa sejenis amitriptilin
dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; amitriptilin hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji.
lakukan pengeringan dengan tekanan tidak lebih dari 5
mmHg suhu 60º hingga bobot tetap. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Kromatografi <931>.
Asam fosfat encer Campuran asam fosfat P-air (1:10).
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj. Dapar Larutkan 1,42 g natrium fosfat dibasa P dalam
1000 ml air. Atur pH hingga 7,7 dengan penambahan
Senyawa sejenis Masing-masing cemaran dan jumlah Asam fosfat encer.
semua cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Fase gerak Buat campuran metanol P-Dapar (7:3).
Tabel sebagai berikut: Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti yang tertera pada
Tabel Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amitriptilin
Waktu Retensi Batas
Cemaran Hidroklorida BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar
Relatif (%) lebih kurang 0,2 mg per ml.
Senyawa Sejenis Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah
0,35 0,05
A Amitriptilin
zat, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih
Senyawa Sejenis
0,52 0,15 kurang 1 mg per ml.
B Amitriptilin
Nortriptilin Larutan uji Encerkan Larutan uji persediaan dalam
0,60 0,15 Fase gerak (1:5).
Hidroklorida
Siklobenzaprin Larutan A persediaan Timbang saksama sejumlah
0,76 0,15 Senyawa Sejenis A Amitriptilin BPFI, larutkan dengan
Hidroklorida
Amitriptilin metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
1,0 -
Hidroklorida
- 108 -
Larutan B persediaan Timbang saksama masing- Baku pembanding Amitriptilin Hidroklorida BPFI;
masing sejumlah Amitriptilin Hidroklorida BPFI, lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5
Senyawa Sejenis B Amitriptilin BPFI, Siklobenzaprin mmHg pada suhu 60º hingga bobot tetap sebelum
Hidroklorida BPFI, dan Nortriptilin Hidroklorida BPFI digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat.
dan larutkan dalam Fase gerak hingga kadar berturut-
turut lebih kurang 0,4 mg per ml; 0,6 mg per ml; 0,6 mg Identifikasi
per ml dan 0,6 mg per ml. A. Masukkan sejumlah serbuk tablet setara dengan
Larutan kesesuaian sistem Encerkan sejumlah volume lebih kurang 10 mg amitriptilin hidroklorida ke dalam
Larutan A persediaan dan Larutan B persediaan dengan labu tentukur 100-ml, tambahkan 50 ml metanol P,
Fase gerak hingga kadar amitriptilin hidroklorida, kocok dan encerkan dengan metanol P sampai tanda.
senyawa sejenis A amitriptilin, senyawa sejenis B Saring larutan, pipet 10 ml filtrat dan encerkan dengan
amitriptilin, siklobenzaprin hidroklorida dan nortriptilin metanol P hingga 100 ml. Spektrum serapan larutan
hidroklorida berturut-turut lebih kurang 1µg per ml; 0,5 menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
µg per ml; 1,5 µg per ml; 1,5 µg per ml dan 1,5 µg per gelombang yang sama seperti Amitriptilin Hidroklorida
ml. BPFI.
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom pada Penetapan kadar.
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Disolusi <1231>
Pertahankan suhu kolom pada 45o. Lakukan Media disolusi : 900 ml asam klorida 0,1 N.
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, Alat tipe1 : 100 rpm.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Waktu : 45 menit.
yang tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif Prosedur Lakukan penetapan jumlah amitriptilin
senyawa sejenis tertera pada Tabel dalam Senyawa hidroklorida, C20H23N.HCl, yang terlarut dengan
sejenis; resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis B mengukur alikuot, jika perlu encerkan dengan Media
amitriptilin dengan puncak nortriptilin tidak kurang dari disolusi dan serapan larutan baku Amitriptilin
1,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Hidroklorida BPFI dalam media yang sama pada panjang
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti gelombang serapan maksimum lebih kurang 239 nm.
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. kurang dari 75% (Q) C20H23N.HCl, dari jumlah yang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume tertera pada etiket.
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, lakukan kromatografi selama 40 Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
menit, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
utama. Hitung persentase amitriptilin hidroklorida, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
C20H23N.HCl, dalam zat dengan rumus: Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
C rU Dapar Larutkan 11,04 g natrium fosfat monobasa P
100 S dalam 900 ml air, atur pH hingga 2,5 ± 0,5 dengan
CU rS penambahan asam fosfat P dan encerkan dengan air
hingga 1000 ml.
CS adalah kadar Amitriptilin Hidroklorida BPFI dalam Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P
mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar amitriptilin (58:42), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji; rU dan rS penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan pada Kromatografi <931>.
Larutan baku. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amitriptilin
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. gerak hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per ml.
Larutan uji Masukkan 20 tablet ke dalam labu
tentukur 500-ml, tambahkan 250 ml Fase gerak, kocok
TABLETAMITRIPTILIN HIDROKLORIDA selama 1 jam atau sampai tablet hancur. Tambahkan
Amitriptyline Hydrochloride Tablet Fase gerak sampai tanda dan saring. Encerkan sejumlah
volume filtrat (VF ml) dengan Fase gerak (VA ml)
Tablet Amitriptilin Hidroklorida mengandung hingga kadar amitriptilin hidroklorida lebih kurang 0,2
Amitriptilin hidroklorida, C20H23N.HCl, tidak kurang mg per ml.
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
tertera pada etiket. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm x
- 109 -
30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2 B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
baku dan ukur respons puncak seperti tertera pada pada Penetapan kadar.
Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; efisiensi
kolom tidak kurang dari 800 lempeng teoritis dan Rotasi optik <1081> Antara −0,10 dan +0,10; lakukan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak penetapan pada 20 menggunakan larutan 10 mg per ml
lebih dari 2,0%. dalam metanol P.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
amitriptilin hidroklorida, C20H23N.HCl, dalam tiap tablet
yang digunakan dengan rumus: Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Larutan kesesuaian sistem Larutkan lebih kurang 5 mg Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
zat dalam 5 ml hidrogen peroksida P, panaskan pada masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml. Larutkan dan
suhu 70 selama 45 menit. encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 5 ml
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amlodipin larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan
Besilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak Fase gerak sampai tanda.
hingga kadar lebih kurang 3 µg per ml. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml. Larutkan dan dilengkapi dengan detektor 237 nm dan kolom 3,9 mm x
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
dilengkapi dengan detektor 237 nm dan kolom 3,9 mm x seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif
15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
kesesuaian sistem. Rekam kromatogram dan ukur sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur
R, antara puncak cemaran A amlodipin (3-etil5-metil 2- respons puncak utama. Hitung jumlah dalam persentase,
[(2-aminoetoksi) metil]-4-(2-klorofenil)-6- amlodipin besilat, C20H25ClN2O5.C6H6O3S, dalam zat
metilpiridin-3,5-dikarboksilat] dan puncak amlodipin dengan rumus:
tidak kurang dari 4,5; waktu retensi relatif benzen
sulfonat, cemaran A amlodipin dan amlodipin berturut- C rU
turut adalah lebih kurang 0,2; 0,5 dan 1,0. Lakukan 100 S
kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons CU rS
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%. CS adalah kadar Amlodipin Besilat BPFI dalam mg per
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume ml Larutan baku; CU adalah kadar amlodipin besilat
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji dalam mg per ml Larutan uji; rU dan rS berturut-turut
ke dalam kromatograf. Lakukan kromatografi selama adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
tiga kali waktu retensi amlodipin besilat, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan dan terlindung cahaya. Simpan dalam suhu ruang.
rumus:
AMOBARBITAL
1 C ri
100 S Amobarbital
F C U rS H
O N O
F adalah faktor respons relatif cemaran A amlodipin dan
H3CH2C
cemaran lain berturut-turut adalah 0,5 dan 1,0; CS dan CU NH
berturut-turut adalah kadar amlodipin besilat dalam mg (H3C)2HCH2CH2C
per ml Larutan baku dan Larutan uji; ri adalah respons O
puncak masing-masing cemaran dari Larutan uji dan rS
adalah respons puncak amlodipin besilat dari Larutan Asam 5-etil-5-isopentilbarbiturat [57-43-2]
baku. Abaikan puncak yang lebih kecil dari 0,03% dan C11H18N2O3 BM 226,27
puncak benzen sulfonat.
Amobarbital mengandung tidak kurang dari 98,5% dan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara tidak lebih dari 101,0% C11H18N2O3, dihitung terhadap
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada zat yang telah dikeringkan.
Kromatografi <931>.
Dapar pH 3,0 Larutkan 7,0 ml trietilamin P dalam Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit;
800 ml air. Atur pH hingga 3,0 ± 0,1 dengan pH larutan jenuh lebih kurang 5,6 tetapkan secara
penambahan asam fosfat P, encerkan dengan air hingga potensiometrik.
1000 ml.
Fase gerak Buat campuran Dapar pH 3,0-metanol P- Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut
asetonitril P (50:35:15), saring dan awaudarakan. Jika dalam etanol dan dalam eter; larut dalam kloroform,
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem dalam larutan alkali hidroksida dan dalam alkali
seperti tertera pada Kromatografi <931>. karbonat.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amlodipin
Besilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak
hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per ml.
- 111 -
Baku pembanding Amobarbital BPFI; lakukan Amodiakuin Hidroklorida mengandung tidak kurang
pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam sebelum dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%,
digunakan. C20H22ClN3O.2HCl, dihitung terhadap zat anhidrat.
Tiap ml natrium metoksida 0,1 N Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
setara dengan 22,63 mg C11H18N2O3
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran kloroform P yang telah
AMODIAKUIN HIDROKLORIDA dijenuhkan dengan amonium hidroksida P dan etanol
Amodiaquine Hydrochloride mutlak P (9:1).
Larutan baku 1 Timbang lebih kurang 20 mg
N
OH CH3 Amodiakuin Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam
N CH3 tabung reaksi bersumbat kaca.Tambahkan 1 ml
N
H kloroform P yang telah dijenuhkan dengan amonium
Cl .2HCl.2H2O hidroksida P, kocok kuat selama 2 menit. Biarkan
padatan mengendap, tuang cairan ke dalam tabung
4-[(7-kloro-4-kuinolil)amino]--(dietilamino)-o- kresol kedua.
dihidroklorida dihidrat [6398-98-7]. Larutan baku 2 Encerkan 1 bagian volume Larutan
C20H22ClN3O.2HCl.2H2O BM 464,81 baku 1 dengan kloroform P yang telah dijenuhkan
Anhidrat BM 428,79 dengan amonium hidroksida P hingga 200 bagian
volume larutan.
- 112 -
Larutan uji Timbang lebih kurang 200 mg zat, secara titrimetri pada saat digunakan, simpan dalam
masukkan ke dalam tabung reaksi bersumbat kaca. wadah tertutup rapat.
Tambahkan 10 ml kloroform P yang telah dijenuhkan
dengan amonium hidroksida P, kocok dengan kuat Identifikasi
selama 2 menit. Biarkan padatan mengendap, tuang A. Gerus 1 tablet atau lebih, masukkan serbuk tablet
cairan ke dalam tabung reaksi bersumbat kaca kedua. setara dengan lebih kurang 50 mg amodiakuin ke dalam
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 corong pisah 125 ml. Tambahkan 20 ml air, kocok
l Larutan baku 1, Larutan baku 2 dan Larutan uji pada selama 1 menit. Tambahkan 25 ml kloroform P dan 1 ml
lempeng kromatografi campuran silika gel setebal 0,25 amonium hidroksida P, kocok selama 2 menit dan
mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi setelah mengendap saring ekstrak kloroform melalui
yang berisi Fase gerak dan biarkan merambat hingga kapas yang telah dibasahi kloroform P, tampung ekstrak
tiga perempat tinggi lempeng. Angkat lempeng dan ke dalam wadah yang sesuai untuk penguapan. Uapkan
tandai batas rambat. Biarkan kering dan amati bercak di kloroform dan keringkan residu pada 105 selama 1 jam.
bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Harga Rf bercak utama Spektrum serapan inframerah residu yang didispersikan
Larutan uji sesuai dengan yang diperoleh dari Larutan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum
baku. Tidak terdapat bercak sekunder dari Larutan uji hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti
yang lebih intensif dari bercak utama Larutan baku 2. Amodiakuin Hidroklorida BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan uji yang
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> dibuat seperti pada Penetapan kadar menunjukkan
Metode V Memenuhi syarat; gunakan dimetil sulfoksida maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama
LP sebagai pelarut. seperti pada Amodiakuin Hidroklorida BPFI.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
AMOKSISILIN Pengencer Larutkan 13,6 g kalium fosfat monobasa P
Amoxicillin dalam 2 liter air, atur pH hingga 5,0 ± 0,1 dengan larutan
COOH
H kalium hidroksida P 45% b/b.
O
H O N
CH3 Fase gerak Buat campuran Pengencer dan asetonitril
CH3 3H2O P (96:4), saring. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
HO C C N S
H Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
NH2 H H
<931>. Turunkan kadar asetonitril P untuk menaikkan
waktu retensi amoksisilin.
Asam (2S,5R,6R)-6[(R)-(-)-2-amino-2-(p-hidroksifenil) Larutan baku Timbang saksama sejumlah
asetamido]-3,3-dimetil-7 -okso-4-tia-1- Amoksisislin BPFI larutkan dalam Pengencer hingga
azabisiklo[3.2.0]-heptan-2-karboksilat trihidrat [61336- kadar lebih kurang 1,2 mg per ml. Gunakan larutan
70-7 dalam waktu 6 jam.
C16H19N3O5S.3H2O BM 419,45 Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 240 mg
Anhidrat [26787-78-0] BM 365,41 zat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, larutkan
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Gunakan
Amoksisilin mengandung tidak kurang dari 900 µg dan larutan dalam waktu 6 jam.
tidak lebih dari 1050 µg per mg, C16H19N3O5S, dihitung Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada
terhadap zat anhidrat. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4 mm x
Pemerian Serbuk hablur; putih; praktis tidak berbau. 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,5
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam metanol;
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
tidak larut dalam benzen, dalam karbon tetraklorida dan
seperti tertera pada Prosedur: faktor kapasitas, k’, antara
dalam kloroform.
1,1 dan 2,8; efisiensi kolom tidak kurang dari 1700
lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 2,5; dan
Baku pembanding Amoksisilin BPFI; tidak boleh
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
dikeringkan. Merupakan bentuk trihidrat dari
lebih dari 2,0%.
amoksisilin. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. Endotoksin
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji
BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam μg
Rekonstitusi semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14
Amoksisilin, C16H19N3O5S, per mg yang digunakan
hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan dalam
dengan rumus:
lemari pendingin.
C adalah kadar Amoksisilin BPFI dalam mg per ml Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
Larutan baku; P adalah kandungan amoksisilin yang kurang dari 80% (Q), C16H19N3O5S, dari jumlah yang
tercantum dalam Amoksisilin BPFI dalam μg per mg; W tertera pada etiket.
adalah jumlah zat yang ditimbang untuk pembuatan Uji II
Larutan uji dalam mg; rU dan rS berturut-turut adalah Media disolusi : 900 ml air.
respons puncak yang diperoleh dari Larutan uji dan Alat tipe 1 : 100 rpm.
Larutan baku. Waktu : 90 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C16H19N3O5S,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot dan jika
pada suhu ruang terkendali. perlu diencerkan dengan air dan serapan larutan baku
Amoksisilin BPFI dalam media yang sama dan diketahui
kadarnya pada panjang gelombang serapan maksimum
KAPSUL AMOKSISILIN lebih kurang 272 nm.
Amoxicillin Capsule Toleransi Dalam waktu 90 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q) C16H19N3O5S, dari jumlah yang
Kapsul Amoksisilin mengandung Amoksisilin, tertera pada etiket.
C16H19N3O5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Baku pembanding Amoksisilin BPFI; tidak boleh Air <1031> Metode I tidak lebih dari 14,5%.
dikeringkan sebelum digunakan. Merupakan bentuk
trihidrat dari Amoksilin. Simpan dalam wadah tertutup Penetapan kadar Lakukan penetapan secara
rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada Pengencer, Fase gerak, Larutan baku dan Sistem
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Buat Larutan uji setara dengan 4 mg amoksisilin per ml kadar dalam Amoksisilin.
dengan menambahkan asam klorida 0,1 N pada serbuk Larutan uji Timbang isi tidak kurang dari 20 kapsul,
isi kapsul. Buat Larutan baku Amoksisilin BPFI dalam keluarkan isi semua kapsul dan campur, bersihkan
asam klorida 0,1 N hingga kadar 4 mg per ml. Gunakan cangkang kapsul dan timbang saksama sejumlah isi
dalam waktu 10 menit setelah penyiapan. Totolkan kapsul setara dengan lebih kurang 200 mg amoksisilin
secara terpisah masing-masing 5 μl Larutan uji dan anhidrat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml,
Larutan baku pada lempeng kromatografi campuran tambahkan Pengencer sampai tanda. Jika perlu sonikasi
silika gel setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam agar larut sempurna. Saring larutan melalui penyaring 1
bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan µm atau dengan porositas lebih halus, dan gunakan
campuran fase gerak metanol P-kloroform P-air-piridin filtrat sebagai Larutan uji. Gunakan larutan dalam waktu
P (90:80:30:10) dan biarkan merambat lebih kurang tiga 6 jam.
per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan Prosedur Lakukan sesuai Prosedur seperti tertera
menguap dan keringkan dengan aliran udara hangat pada Penetapan kadar dalam Amoksisilin. Hitung
selama 10 menit dan semprot lempeng dengan larutan jumlah dalam mg, C16H19N3O5S, dalam serbuk kapsul
ninhidrin P dalam etanol P dengan kadar 3 mg per ml yang digunakan dengan rumus:
dan keringkan pada suhu 110º selama 15 menit. Harga Rf
dari bercak utama yang diperoleh dari larutan uji sesuai R
0,2 CP U
dengan yang diperoleh dari larutan baku. RS
kecil. Gunakan larutan ini dalam waktu 6 jam setelah Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
pembuatan. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Prosedur Lakukan sesuai Prosedur seperti tertera Kromatografi <931>.
pada Penetapan kadar dalam Amoksisilin. Hitung Pengencer, Fase gerak, Larutan baku dan Sistem
jumlah dalam mg amoksisilin, C16H19N3O5S, dalam tiap kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
tablet dengan rumus: kadar dalam Amoksisilin.
Larutan uji Encerkan secara kuantitatif dan bertahap
V r sejumlah volume seperti yang tertera pada etiket,
CP U dicampur segar dan bebas gelembung udara, dalam
5000 rS Pengencer hingga diperoleh larutan yang mengandung 1
mg amoksisilin anhidrat per ml. Saring melalui
C adalah kadar Amoksisilin BPFI dalam mg per ml penyaring 1 μm atau porositas lebih halus dan gunakan
Larutan baku; P adalah kandungan amoksisilin dalam filtrat sebagai Larutan uji. Gunakan larutan dalam waktu
µg per mg Amoksisilin BPFI; V adalah volume 6 jam.
Pengencer dalam ml yang digunakan dalam Larutan uji; Prosedur Lakukan menurut Prosedur tertera pada
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan Penetapan kadar dalam Amoksisilin. Hitung jumlah
uji dan Larutan baku. dalam mg amoksisilin, C16H19N3O5S dalam tiap ml
suspensi oral yang dikonstitusi dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
dan pada suhu ruang terkendali.
L CP rU
Penandaan Etiket tablet kunyah menyatakan bahwa D 1000 rS
harus dikunyah sebelum ditelan. Tablet yang ditujukan
hanya untuk obat hewan juga harus diberi etiket, hanya L adalah jumlah dalam mg per ml amoksisilin anhidrat
untuk penggunaan hewan. yang tertera pada etiket amoksisilin untuk suspensi oral
yang disiapkan; D adalah kadar dalam mg per ml
amoksisilin anhidrat dalam Larutan uji berdasarkan
AMOKSISILIN UNTUK SUSPENSI ORAL jumlah yang tercantum pada etiket dalam amoksisilin
Amoxicillin for Oral Suspension untuk suspensi oral yang disiapkan dan faktor
pengenceran; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Amoksisilin untuk Suspensi Oral mengandung tidak puncak Larutan uji dan Larutan baku.
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0%
C16H19N3O5S dari jumlah yang tertera pada etiket. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Mengandung satu atau lebih dapar, pewarna, pengaroma, pada suhu ruang terkendali.
pengawet, penstabil, pemanis dan pensuspensi yang
sesuai.
AMOKSISILIN NATRIUM
Baku pembanding Amoksisilin BPFI; tidak boleh Amoxicillin Sodium
dikeringkan sebelum digunakan.
COONa
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%. Amoksisilin Natrium mengandung tidak kurang dari
85,0% dan tidak lebih dari 100,5%, C16H18N3NaO5S,
Keseragaman sediaan <911> Untuk padatan yang dihitung sebagai anhidrat. Jumlah persentase kandungan
dikemas dalam wadah satuan tunggal: memenuhi syarat. hasil uraian, dinyatakan sebagai C16H18N3NaO5S,
amoksisilin natrium, asam 2-etil-heksanoat dan natrium
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat. klorida, tidak kurang dari 95,0% dihitung terhadap zat
anhidrat.
baku internal dan 5,0 ml heksan P. Tutup labu, kocok Amoksisilin Natrium yang dimaksud untuk pembuatan
kuat-kuat selama 1 menit dan biarkan lapisan memisah. sediaan parenteral tanpa prosedur sterilisasi lebih lanjut
Gunakan lapisan atas. harus memenuhi tambahan persyaratan berikut:
Larutan uji larutkan 1,00 g zat dalam 5 ml air dalam
labu bersumbat kaca asah. Tambahkan 3 ml asam Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
klorida encer P; 1,0 ml Larutan baku internal dan 5,0 ml
heksan P tutup labu, kocok kuat-kuat selama 1 menit dan Pirogen <231> Memenuhi syarat, lakukan penetapan
biarkan lapisan memisah. Gunakan lapisan atas. menggunakan dosis uji 1 ml per kg yang mengandung
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume 20 mg zat uji per ml dalam air untuk injeksi P.
sama (lebih kurang 1 μl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf yang dilengkapi dengan detektor Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap udara
ionisasi nyala dan kolom kaca 1,8 m x 4 mm berisi pada suhu antara 8º dan 15º. Jika bahan steril, simpan
bahan pengisi fase diam yang dapat memisahkan asam dalam wadah steril kedap udara.
lemak bebas pada partikel penyangga. Pertahankan suhu
injektor, detektor dan kolom berturut-turut pada 150º,
150º dan 145º. Gunakan nitrogen P sebagai gas TABLET AMOKSISILIN DAN KALIUM
pembawa dengan laju alir 45 ml per menit. KLAVULANAT
Amoxicillin and Potassium Clavulanate Tablet
Natrium klorida Tidak lebih dari 2,0 % dihitung
terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan sebagai Tablet Amoksisilin dan Kalium Klavulanat mengandung
berikut: Larutkan 1,000 g dalam 50 ml air dan amoksisilin, C16H19N3O5S dan asam klavulanat,
tambahkan 10 ml asam nitrat encer P. Titrasi dengan C8H9NO5, setara dengan tidak kurang dari 90,0% dan
perak nitrat 0,1 N LV. Tetapkan titik akhir secara tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada
potensiometrik, menggunakan elektrode indikator perak etiket.
dan elektrode baku raksa(I) sulfat atau elektrode lain
yang sesuai. Baku pembanding Amoksisilin BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum digunakan, merupakan amoksisilin
Tiap ml perak nitrat 0,1 N trihidrat. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
setara dengan5,845 mg NaCl cahaya dan simpan dalam lemari pembeku. Litium
Klavulanat BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum
Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari 20 bpj; digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan
lakukan penetapan menggunakan 1,0 g dan 2 ml Larutan terlindung cahaya dan simpan di tempat yang dingin.
baku timbal (10 bpj).
Identifikasi Waktu retensi puncak utama pada
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 4,0%; lakukan kromatogram dari Larutan uji sesuai dengan Larutan
penetapan menggunakan 400 mg. baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 50 mg Disolusi <1231>
zat, tambahkan 10 ml dapar pH 9,0 dan 0,2 ml Media disolusi : 900 ml air.
anhidrida asetat P, aduk selama 3 menit. Tambahkan Alat tipe 2 : 75 rpm.
10,0 ml natrium hidroksida 1 N. Biarkan selama 15 Waktu : 30 menit; atau 45 menit bagi tablet yang pada
menit. Tambahkan 10,0 ml asam nitrat 1 N dan 20 ml etiket tertera sebagai tablet kunyah.
dapar asetat pH 4,6. Titrasi segera dengan raksa(II) Prosedur Lakukan penetapan jumlah Amoksisilin
nitrat 0,02 M LV. Tetapkan titik akhir secara (C16H19N3O5S) dan Asam klavulanat terlarut (C8H9NO5)
potensiometrik menggunakan elektrode baku raksa(I) seperti tertera pada Prosedur dalam Penetapan kadar,
sulfat dan elektrode indikator platina atau raksa. Titrasi jika perlu lakukan penyesuaian volume.
perlahan hingga waktu titrasi lebih kurang 15 menit. Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Abaikan infleksi awal pada kurva. Hitung jumlah dalam kurang dari 85% (Q) C16H19N3O5S dan tidak kurang dari
pesentase amoksisilin natrium, C16H18N3NaO5S, dengan 80% (Q) C8H9NO5 dari jumlah yang tertera pada etiket.
rumus: Untuk tablet kunyah dalam waktu 45 menit harus larut
tidak kurang dari 80% (Q) C16H19N3O5S dan (Q)
0,7748 n1 C8H9NO5 dari jumlah yang tertera pada etiket.
D
m1
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
m1 adalah bobot zat dalam g; n1 adalah volume raksa(II) Keragaman bobot untuk Amoksisilin dan Keseragaman
nitrat 0,02 M yang digunakan dalam ml; D adalah kandungan untuk asam klavulanat.
persentase hasil degradasi.
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 7,5% jika pada
etiket tercantum tiap tablet mengandung amoksisilin
- 119 -
kurang dari atau sama dengan 250 mg; tidak lebih dari respons puncak asam klavulanat Larutan uji dan Larutan
10,0% jika pada etiket tercantum tiap tablet mengandung baku.
amoksisilin lebih dari 250 mg tetapi kurang dari atau
sama dengan 500 mg; tidak lebih dari 11,0% jika pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
etiket tercantum tiap tablet mengandung amoksisilin
lebih dari 500 mg. Apabila pada etiket tercantum sebagai Penandaan Pada tablet kunyah mencantumkan kata
tablet kunyah, tidak lebih dari 6,0% jika tablet ‘dapat dikunyah’ sejajar dengan nama obat. Penandaan
mengandung amoksisilin tidak kurang dari atau sama menyatakan tablet kunyah dapat dikunyah dulu sebelum
dengan 125 mg; tidak lebih dari 8,0% jika pada etiket ditelan atau ditelan utuh.
tercantum tiap tablet mengandung amoksisilin lebih dari
125 mg.
AMOKSISILIN DAN KALIUM
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara KLAVULANAT UNTUK SUSPENSI ORAL
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Amoxicillin and Potassium Clavulanate for Oral
Kromatografi <931>.
Dapar natrium fosfat pH 4,4, Fase gerak, Larutan Suspension
baku dan Sistem kromatografi Buat seperti tertera pada
Penetapan kadar dalam Amoksisilin dan Kalium Amoksisilin dan Kalium Klavulanat untuk Suspensi Oral
Klavulanat untuk Suspensi Oral. mengandung amoksisilin, C16H19N3O5S, setara dengan
Larutan uji Larutkan tidak kurang dari 10 tablet, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari
dalam air dengan bantuan pengaduk mekanik, pindahkan yang tertera pada etiket, dan mengandung asam
ke dalam labu tentukur yang sesuai, encerkan dengan air klavulanat, C8H9NO5, setara dengan tidak kurang dari
sampai tanda. Saring sejumlah tertentu larutan ini, buang 90,0% dan tidak lebih dari 125,0% dari jumlah yang
10 ml filtrat pertama. Encerkan sejumlah volume filtrat tertera pada etiket. Mengandung satu atau lebih dapar,
yang diukur saksama secara kuantitatif dan bertahap pewarna, penambah rasa, pengawet, penstabil, pemanis
hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml amoksisilin. dan bahan pensuspensi.
Gunakan Larutan uji dalam waktu satu jam. Baku pembanding Amoksisilin BPFI; tidak boleh
Prosedur Lakukan Prosedur seperti pada Penetapan dikeringkan sebelum digunakan, merupakan amoksisilin
kadar dalam Amoksilin dan Kalium Klavulanat untuk trihidrat. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
Suspensi Oral. Hitung jumlah dalam mg amoksisilin, cahaya dan simpan dalam lemari pembeku. Litium
C16H19N3O3S, dalam setiap tablet, dengan rumus: Klavulanat BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan
terlindung cahaya dan simpan di tempat yang dingin.
L CP rU
D 1000 rS Identifikasi Waktu retensi puncak utama pada
kromatogram dari Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
L adalah jumlah amoksisilin dalam mg per tablet seperti
yang tertera pada etiket; D adalah kadar amoksisilin Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat untuk
dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah tablet serbuk kemasan tunggal.
yang digunakan, jumlah asam klavulanat yang tertera
pada etiket dan faktor pengenceran; C adalah kadar Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat untuk
Amoksilin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; P serbuk kemasan ganda.
adalah potensi amoksisilin dalam g per mg Amoksisilin
BPFI;rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak pH <1071> Antara 3,8 dan 6,6; lakukan penetapan
amoksisilin Larutan uji dan Larutan baku. menggunakan suspensi segera setelah dikonstitusi sesuai
Hitung jumlah mg, asam klavulanat (C8H9NO5) dalam etiket.
tiap tablet dengan rumus:
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
L CP rU
Kromatografi <931>.
D 1000 rS Dapar natrium fosfat pH 4,4 Larutkan 7,8 g natrium
fosfat monobasa P dalam 900 ml air, atur pH hingga 4,4
L adalah jumlah asam klavulanat dalam mg per tablet 0,1 dengan asam fosfat P atau natrium hidroksida 10 N
seperti yang tertera pada etiket, D adalah kadar asam encerkan dengan air hingga 1000 ml.
klavulanat dalam mg per ml, Larutan uji; C adalah kadar Fase gerak Buat campuran dapar natrium fosfat pH
Litium Klavulanat BPFI dalam mg per ml Larutan baku; 4,4 dan metanol P (95:5) dan saring melalui penyaring
P adalah potensi asam klavulanat dalam g per mg dengan porositas 0,5 m atau lebih kecil. Jika perlu
Litium Klavulanat BPFI; rU dan rS berturut-turut adalah lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
- 120 -
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amoksisilin uji; C adalah kadar Litium Klavulanat BPFI dalam mg
BPFI dan Litium Klavulanat BPFI larutkan dalam air per ml Larutan baku; P adalah potensi dalam g asam
hingga diperoleh kadar berturut-turut lebih kurang 0,5 klavulanat per mg Litium Klavulanat BPFI; rU dan rS
dan 0,2 mg per ml. berturut-turut adalah respons puncak asam klavulanat
Larutan uji Encerkan secara kuantitatif sejumlah Larutan uji dan Larutan baku.
volume Amoksisilin dan Kalium Klavulanat untuk
Suspensi Oral yang diukur saksama, yang dikonstitusi Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
seperti tertera pada etiket, dengan air hingga kadar pada ruang dengan suhu terkendali.
amoksisilin lebih kurang 0,5 mg per ml. Aduk dengan
pengaduk mekanik selama 10 menit dan saring. Gunakan
filtrat sebagai Larutan uji dalam waktu 1 jam setelah AMONIA
suspensi diencerkan. Ammonia
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Amonia [7664-41-7]
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom ukuran 4 NH3 BM 17,03
mm x 30 cm yang berisi bahan pengisi L1 dengan
ukuran partikel 3-10 m. Laju alir lebih kurang 2 ml per Amonia adalah larutan NH3 yang mengandung tidak
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan kurang dari 27,0% dan tidak lebih dari 31,0% b/b NH3.
ukur respons puncak seperti pada Prosedur: resolusi, R, Di udara terbuka amonia cepat hilang. [Perhatian
antara puncak amoksisilin dan asam klavulanat tidak Penanganan amonia harus hati-hati sebab larutan
kurang dari 3,5; efisiensi kolom masing-masing puncak bersifat kaustik dan uapnya bersifat iritasi. Dinginkan
analit tidak kurang dari 550 lempeng teoritis; faktor wadah sebelum dibuka dan tutup dengan kain atau
ikutan masing-masing puncak analit tidak lebih dari 1,5; sejenisnya pada waktu membuka. Jangan dicicipi dan
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang cegah penghirupan uap].
tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Pemerian Cairan; jernih, tidak berwarna; berbau khas,
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji menusuk kuat. Bobot jenis kurang dari 0,90.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Waktu retensi relatif lebih kurang Identifikasi Letakkan batang pengaduk kaca yang telah
0,5 untuk asam klavulanat dan 1,0 untuk amoksisilin. dibasahi dengan asam klorida P dekat permukaan
Hitung jumlah dalam mg amoksisilin, C16H19N3O5S, tiap larutan: terbentuk kabut tebal putih.
ml zat uji dengan rumus:
Sisa tidak menguap Tidak lebih dari 0,05%; lakukan
L rU
penetapan dengan menguapkan 10 ml dalam cawan
CP
1000 D rS
platina atau cawan porselen yang telah ditara hingga
kering dan keringkan pada suhu 105º selama 1 jam.
C adalah kadar Amoksisilin BPFI dalam mg per ml Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 13 bpj;
Larutan baku; P adalah potensi amoksisilin dalam g lakukan penetapan menggunakan larutan yang dibuat
per mg Amoksisilin BPFI; L adalah jumlah amoksisilin sebagai berikut: uapkan 1,7 ml di atas tangas uap hingga
yang tertera pada etiket dalam mg per ml dalam kering. Larutkan sisa dalam 2 ml asam asetat 1 N dan
Amoksisilin dan Kalium Klavulanat untuk Suspensi Oral encerkan dengan air hingga 25 ml.
terkonstitusi; D adalah kadar amoksisilin dalam mg per
ml Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada Zat mudah teroksidasi Pada campuran 4,0 dan 6,0 ml
etiket, volume Suspensi Oral terkonstitusi yang air tambahkan asam sulfat 2 N sampai sedikit asam dan
digunakan dan faktor pengenceran; ru dan rs berturut- 0,10 ml kalium permanganat 0,1 N: warna merah muda
turut adalah respons puncak amoksisilin Larutan uji dan tidak hilang sempurna dalam 10 menit.
Larutan baku. Hitung jumlah dalam mg asam
klavulanat, (C8H9NO5), dalam tiap ml zat uji yang Penetapan kadar Masukkan dengan cepat sejumlah zat
digunakan dengan rumus: ke dalam wadah bertutup, berdinding tebal (dapat
digunakan botol tahan tekanan) hingga tinggi cairan
L CP rU lebih kurang 20 cm, tutup. Kemudian dinginkan wadah
dan isi hingga suhu 10º atau lebih rendah. Timbang
D 1000 rS saksama labu Erlenmeyer 125 ml bersumbat kaca yang
berisi 35,0 ml asam sulfat 1 N LV. Masukkan pipet ukur
L adalah jumlah yang tertera pada etiket, dalam mg per ke dalam amonia yang telah didinginkan, biarkan cairan
ml asam klavulanat dalam Amoksisilin dan Kalium naik ke dalam pipet tanpa dihisap, angkat pipet dan
Klavulanat untuk Suspensi Oral terkonstitusi; D adalah bersihkan cairan yang menempel dan buang 1 ml larutan
kadar dalam mg per ml, asam klavulanat dalam Larutan pertama. Letakkan ujung pipet tepat diatas permukaan
- 121 -
asam sulfat 1 N dalam labu Erlenmeyer dan alirkan lebih terbentuk flokulasi dan campuran berubah menjadi
kurang 2 ml ke dalam labu. Tutup labu, campur dan merah muda lemah.
timbang kembali untuk memperoleh bobot contoh. Tiap ml perak nitrat 0,1 N
Titrasi kelebihan asam dengan natrium hidroksida 1 N setara dengan5,349 mg NH4Cl
LV menggunakan indikator merah metil LP. Lakukan
penetapan blangko seperti tertera pada Titrasi residual Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
dalam Titrimetri <711>.
C C N S
H
NH2 H H
AMONIUM KLORIDA
Ammonium Chloride Asam(2S,5R,6R)-6-[(R)-2-Amino-2-fenilasetamido]-3,3-
dimetil-7-okso-4-tia-1-azabisiklo[3.2.0]heptan-2-
Amonium klorida [12125-02-9] karboksilat [69-53-4]
NH4Cl BM 53,49 C16H19N3O4S (anhidrat) BM 349,41
Trihidrat [7177-48-2] BM 403,46
Amonium Klorida mengandung tidak kurang dari 99,5%
dan tidak lebih dari 100,5% NH4Cl, dihitung terhadap Ampisilin berbentuk anhidrat atau trihidrat.
zat yang telah dikeringkan. Mengandung tidak kurang dari 900 µg dan tidak lebih
dari 1050 µg per mg, C16H19N3O4S, dihitung terhadap
Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur zat yang telah dikeringkan.
halus atau kasar, berwarna putih; rasa asin dan dingin
higroskopik. Pemerian serbuk hablur; putih; praktis tidak berbau.
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam gliserin dan Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam metanol;
lebih mudah larut dalam air mendidih; sedikit larut tidak larut dalam benzen, dalam karbon tetraklorida dan
dalam etanol. dalam kloroform.
Identifikasi Larutan (1 dalam 10) menunjukkan reaksi Baku pembanding Ampisilin BPFI; merupakan bentuk
Amonium dan Klorida cara A, B dan C seperti tertera anhidrat dari ampisilin, lakukan pengeringan dalam
pada Uji Identifikasi Umum <291>. hampa udara diatas fosfor pentoksida P pada suhu ruang
hingga bobot tetap sebelum digunakan. Simpan dalam
pH <1071> Antara 4,6 dan 6,0 lakukan penetapan wadah tertutup rapat ditempat yang sejuk dan kering.
menggunakan larutan zat (1 dalam 20). Ampisilin Trihidrat BPFI; tidak boleh dikeringkan,
simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; cahaya, di tempat yang dingin dan kering. Endotoksin
lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 4 jam. BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan
isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan Rekonstitusi semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14
penetapan sebagai berikut: Timbang saksama lebih hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam
kurang 2 g zat, tambahkan 1 ml asam sulfat P, panaskan lemari pendingin.
hati-hati hingga menguap sempurna; sisa berwarna
putih, kemudian pijarkan hingga bobot tetap.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
Tiosianat Asamkan 10 ml larutan (1 dalam 10) zat
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
dengan asam klorida P dan tambahkan beberapa tetes
gelombang yang sama seperti pada Ampisillin BPFI .
besi(III) klorida LP: tidak terjadi warna merah jingga.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,15 unit
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 10 bpj.
Endotoksin FI per mg ampisilin, jika pada etiket
menyatakan ampisilin steril atau harus dilakukan proses
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 100
lebih lanjut untuk sediaan injeksi.
mg zat, larutkan dalam 100 ml air dalam cawan
porselen. Tambahkan 1 ml diklorofluoresein LP, campur
Sterilitas <71> Jika pada etiket menyatakan Ampisilin
dan titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV hingga
steril, maka harus memenuhi syarat jika dilakukan Uji
- 122 -
Penyaringan membran seperti tertera pada Uji sterilitas ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
produk, kecuali larutkan 6 g zat dalam 800 ml Cairan D respons puncak utama. Hitung jumlah dalam µg,
yang mengandung penisilinase steril yang cukup untuk C16H19N3O4S, dalam tiap mg ampisilin dengan rumus:
menginaktivasi ampisilin dan goyang labu sampai larut
sempurna sebelum disaring. CP rU
100
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat. W rS
pH <1071> Antara 3,5 dan 6,0; lakukan penetapan C adalah kadar Ampisilin BPFI dalam mg per ml
menggunakan larutan 10 mg per ml. Larutan baku; P adalah potensi Ampisilin BPFI dalam
µg per mg; W adalah bobot dalam mg ampisilin yang
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0% jika pada digunakan; rU dan rS berturut-turut adalah respons
etiket tertera ampisilin anhidrat. Antara 12,0% dan puncak yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan
15,0% jika pada etiket tertera ampisilin trihidrat. baku.
Dimetilanilin <362> Memenuhi syarat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar dengan cara Penandaan Etiket menunjukkan bentuk anhidrat atau
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada trihidrat. Jika pada sediaan disebutkan jumlah ampisilin
Kromatografi <931>. maka yang dimaksud adalah ampisilin anhidrat. Jika
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P-kalium digunakan untuk sediaan injeksi pada etiket disebutkan
fosfat monobasa 1 M-asam asetat 1 N (909:80:10:1), ampisilin trihidrat dan steril atau memerlukan proses
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Pengencer Campur 10 ml kalium fosfat monobasa 1 KAPSUL AMPISILIN
M dan 1 ml asam asetat 1 N, encerkan dengan air hingga Ampicillin Capsule
1000 ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ampisilin Kapsul Ampisilin mengandung sejumlah ampisilin
BPFI, larutkan dalam Pengencer hingga kadar lebih (anhidrat atau trihidrat) setara dengan tidak kurang dari
kurang 1 mg per ml, gunakan pengocokan dan sonikasi 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% C16H19N3O4S dari
hingga larut sempurna. Gunakan larutan segera setelah jumlah yang tertera pada etiket.
dibuat.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat setara Baku pembanding Ampisillin BPFI; merupakan bentuk
dengan lebih kurang 100 mg ampisilin anhidrat, anhidrat dari ampisilin; lakukan pengeringan dalam
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan hampa udara diatas fosfor pentoksida P pada suhu ruang
lebih kurang 75 ml Pengencer, jika perlu kocok dan hingga bobot tetap sebelum digunakan. Simpan dalam
sonikasi hingga larut sempurna, encerkan dengan wadah tertutup rapat ditempat yang sejuk dan kering.
Pengencer sampai tanda. Gunakan larutan segera setelah
dibuat. Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada
Larutan resolusi Larutkan sejumlah kafein dalam Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Larutan baku hingga kadar lebih kurang 0,12 mg per ml. Fase gerak Campuran aseton P-air-toluen P-asam
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada asetat glasial P (650:100:100:25).
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Pelarut Campuran aseton P-asam klorida 0,1 N (4:1)
dilengkapi dengan detektor 254 nm, pra-kolom 4 mm x 5 Larutan baku Timbang sejumlah Ampisilin BPFI,
cm dan kolom analisis 4 mm x 30 cm berisi bahan larutkan dalam Pelarut hingga kadar 0,5%.
pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 hingga 10 µm. Laju Larutan uji Timbang sejumlah zat larutkan dalam
alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi Pelarut hingga kadar 0,5%.
terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur Penampak bercak Larutan ninhidrin P 0,3% dalam
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, etanol P.
R, antara puncak kafein dan ampisilin tidak kurang dari Prosedur Totolkan masing-masing 2 µl Larutan baku
2,0. Waktu retensi relatif ampisilin dan kafein berturut- dan Larutan uji pada lempeng kromatografi silika gel P
turut lebih kurang 0,5 dan 1,0. Lakukan kromatografi setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur kromatografi berisi Fase gerak, biarkan merambat
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:faktor hingga tiga perempat tinggi lempeng. Angkat lempeng,
kapasitas, k’, tidak lebih dari 2,5; faktor ikutan tidak tandai batas rambat, biarkan kering. Semprot lempeng
lebih dari 1,4 dan simpangan baku relatif pada dengan Penampak bercak dan panaskan lempeng pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. suhu 90º selama 15 menit; harga, Rf, dari bercak utama
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
- 123 -
Disolusi <1231> Identifikasi Serbukkan satu atau lebih tablet ampisilin,
Media disolusi : 900 ml air. buat larutan yang mengandung 5 mg per ml dalam
Alat Tipe 1 : 100 rpm. campuran pelarut aseton P-asam klorida 0,1 N (4:1);
Waktu : 45 menit. larutan ini memenuhi uji Identifikasi seperti tertera pada
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C16H19N3O4S, Kapsul Ampisilin.
yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot secara
spektrofotometri, jika perlu encerkan dengan Media Disolusi <1231>
disolusi dan bandingkan dengan serapan Larutan Baku Media disolusi : 900 ml air
Ampisilin BPFI dalam media yang sama. Alat Tipe 1 : 100 rpm
Toleransi Dalam 45 menit harus larut tidak kurang Waktu : 45 menit
dari 75% (Q) C16H19N3O4S, dari jumlah yang tertera Prosedur Lakukan penetapan jumlah C16H19N3O4S,
pada etiket. yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot secara
spektrofotometri, jika perlu encerkan dengan Media
Keseragaman kesediaan <911> Memenuhi syarat. disolusi dan bandingkan dengan serapan larutan baku
Ampisilin BPFI yang diketahui kadarnya dalam media
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 4,0% jika kapsul yang sama.
mengandung ampisilin anhidrat, atau antara 10,0% dan Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
15,0% jika kapsul mengandung ampisilin trihidrat. kurang dari 75% (Q) C16H19N3O4S, dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Penetapan kadar
Larutan baku Buat seperti tertera pada Larutan baku Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
pada Penetapan kadar Antibiotik secara Iodometri
<521>, menggunakan Ampisilin BPFI. Susut pengeringan <1121>. Jika tablet mengandung
Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 5 kapsul ampisilin anhidrat, serbuk bukan tablet kunyah tidak
ampisilin ke dalam tabung blender kaca berkecepatan lebih dari 4,0%, serbuk tablet kunyah tidak lebih dari
tinggi yang berisi sejumlah air yang diukur saksama, 3,0%. Jika tablet mengandung ampisilin trihidrat serbuk
blender selama 4 ± 1 menit. Encerkan sejumlah volume untuk obat hewan tidak lebih dari 13,0%. Lakukan
larutan ini yang diukur saksama secara kuantitatif dan pengeringan menggunakan 100 mg serbuk tablet pada
bertahap hingga kadar lebih kurang 1,25 mg ampisilin tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60º selama 3
per ml. jam.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur pada
Penetapan Kadar Antibiotik Secara Iodometri <521>. Air <1031> Metode I Untuk tablet kunyah mengandung
Hitung jumlah dalam mg, C16H19N3O4S, pada tiap kapsul ampisilin trihidrat: tidak lebih dari 5,0%; untuk yang
dengan rumus: bukan tablet kunyah, mengandung ampisilin trihidrat:
antara 9,5% dan 12,0%.
T F
B I Penetapan kadar
D 2000 Larutan baku Buat seperti yang tertera pada
Penetapan kadar Antibiotik secara Iodometri <521>,
T adalah kadar ampisilin dalam mg per kapsul seperti menggunakan Ampisilin BPFI.
yang tertera pada etiket; D adalah kadar ampisilin dalam Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 5 tablet
mg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah per kapsul ampisilin ke dalam bejana blender kaca berkecepatan
yang tertera pada etiket dan faktor pengenceran. tinggi yang berisi sejumlah air yang diukur saksama,
blender selama 4 ± 1 menit. Encerkan sejumlah volume
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. larutan ini yang diukur saksama secara kuantitatif dan
bertahap hingga kadar lebih kurang 1,25 mg ampisilin
Penandaan Etiket pada kapsul menunjukkan ampisilin per ml.
anhidrat atau trihidrat. Prosedur Lakukan seperti pada Prosedur yang tertera
pada Penetapan Kadar Antibiotik secara Iodometri
<521>. Hitung kadar dalam mg C16H19N3O4S, pada tiap
TABLET AMPISILIN tablet dengan rumus:
Ampicillin Tablet
T F
Tablet Ampisilin mengandung sejumlah Ampisillin B I
D 2000
(anhidrat atau trihidrat) setara dengan tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih dari 120,0%, C16H19N3O4S, dari
T adalah kadar ampisilin dalam mg seperti tertera pada
jumlah yang tertera pada etiket.
setiap tablet; D adalah kadar ampisilin dalam mg per ml
Larutan uji berdasarkan jumlah per tablet yang tertera
Baku pembanding Ampisilin BPFI tidak boleh
pada etiket dan besarnya faktor pengenceran.
dikeringkan sebelum digunakan.
- 124 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Larutan uji 2 (Jika pada etiket tertera jumlah ampisilin
dalam volume larutan terkonstitusi yang ditetapkan).
Konstitusikan isi 1 wadah dalam volume Pengencer
AMPISILIN UNTUK INJEKSI yang diukur saksama, sesuai dengan volume pelarut
Ampicillin for Injection yang tertera pada etiket. Encerkan sejumlah larutan
terkonstitusi yang telah diukur saksama dengan
Ampisilin untuk Injeksi mengandung ampisilin natrium Pengencer secara bertahap hingga diperoleh kadar
setara denganampisilin, C16H19N3O4S, tidak kurang dari ampisilin lebih kurang 1 mg per ml. Gunakan larutan
90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang segera setelah dibuat.
tertera pada etiket. Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera
pada Penetapan kadar dalam Ampisilin. Hitung jumlah
Baku pembanding Ampisilin Natrium BPFI; tidak dalam mg ampisilin, C16H19N3O4S, dalam larutan
boleh dikeringkan sebelum digunakan. higroskopis, terkonstitusi yang digunakan dengan rumus:
simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan
kering. Ampisilin BPFI; merupakan bentuk anhidrat dari L CP rU
D 1000 rS
ampisilin. Sebelum digunakan, lakukan pengeringan
sampai bobot tetap dalam hampa udara dengan fosfor
pentoksida P pada suhu ruang. Simpan dalam wadah
tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering. Endotoksin L adalah jumlah ampisilin, C16H19N3O4S dalam mg yang
BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan tertera pada etiket di wadah atau volume larutan
isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi]. terkonstitusi yang digunakan; D berturut-turut adalah
Rekonstitusi seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu kadar ampisilin, C16H19N3O4S dalam mg per ml Larutan
14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, uji 1 atau Larutan uji 2 berdasarkan jumlah yang tertera
dalam lemari pendingin. pada etiket di wadah atau dalam larutan terkonstitusi
yang digunakan dan faktor pengenceran; C adalah kadar
Larutan terkonstitusi Pada saat digunakan larutan Ampisilin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; P
memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera adalah potensi Ampisilin BPFI dalam µg per mg; rUdan
pada Injeksi. rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan
Larutan baku.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,15 unit
Endotoksin FI per mg ampisilin. Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah untuk
padatan steril seperti tertera pada Injeksi. Hindari larutan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. konstitusi dari pembekuan.
Prosedur untuk keseragaman kandungan Lakukan
pengujian dalam wadah terpisah menggunakan Larutan
uji 1 atau Larutan uji 2 atau keduanya, jika diperlukan. AMPISILIN UNTUK SUSPENSI ORAL
Ampicillin for Oral Suspension
Bahan partikulat <751> memenuhi syarat seperti
tertera pada Injeksi Volume Kecil. Ampisilin untuk Suspensi Oral mengandung sejumlah
ampisilin (anhidrat atau trihidrat) setara dengan tidak
Syarat lain Memenuhi syarat uji Identifikasi, Sifat kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0%
hablur, pH, Air seperti tertera pada Ampisilin Natrium. C16H19N3O4S, dari jumlah yang tertera pada etiket, bila
Juga memenuhi syarat Uji Sterilitas <71> dan penandaan dikonstitusi sesuai petunjuk. Mengandung satu atau
seperti tertera pada Injeksi. lebih dapar yang sesuai, bahan pewarna, penyedap,
pengawet dan pemanis.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Baku pembanding Ampisilin BPFI; merupakan bentuk
Kromatografi <931>. anhidrat dari ampisilin, lakukan pengeringan dalam
Fase gerak, Pengencer, Larutan baku, Larutan hampa udara diatas fosfor pentoksida P pada suhu ruang
resolusi dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera hingga bobot tetap sebelum digunakan. Simpan dalam
pada Penetapan kadar dalam Ampisilin. wadah tertutup rapat ditempat yang sejuk dan kering.
Larutan uji 1 (Bila dianggap sebagai wadah dosis
tunggal). Konstitusikan ampisilin untuk injeksi dalam Identifikasi Larutkan sejumlah zat dalam campuran
volume Pengencer yang telah diukur saksama, sesuai aseton P-asam korida 0,1 N (4:1) hingga kadar 5 mg
volume pelarut yang tertera pada etiket. Keluarkan ampisilin per ml: larutan yang diperoleh menunjukkan
semua isi menggunakan jarum dan alat suntik uji Identifikasi seperti tertera pada l Kapsul Ampisilin.
hipodermik yang sesuai dan encerkan secara kuantitatif Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat untuk
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per zat padat terkemas dalam satuan tunggal.
ml ampisilin. Gunakan larutan segera setelah dibuat.
- 125 -
pH <1071> Antara 5,0 dan 7,5 lakukan penetapan BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan
menggunakan suspensi yang dibuat sesuai petunjuk pada isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
etiket. Rekonstitusi seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu
14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan,
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,5%, atau tidak dalam lemari pendingin.
lebih dari 5,0% bila mengandung ampisilin trihidrat dan
mengandung setara dengan 100 mg ampisilin per ml bila Identifikasi
dikonstitusi sesuai petunjuk pada etiket. A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Ampisillin Natrium BPFI.
Penetapan kadar B. Menunjukkan reakasi Natrium cara A dan B seperti
Larutan baku Buat Larutan baku seperti tertera pada tertera pada Uji Identifikasi Umum <291> .
Penetapan kadar Antibiotik secara Iodometri <521>,
menggunakan Ampisilin BPFI. Sifat hablar <1091> Memenuhi syarat. [Catatan
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume suspensi Kecuali untuk Ampisilin Natrium Steril dalam bentuk
oral yang dibuat segar sesuai petunjuk pada etiket dan beku-kering, tidak perlu memenuhi pesyaratan ini].
bebas dari gelembung udara, encerkan bertahap secara
kuantitatif dengan air hingga kadar lebih kurang 1,25 mg Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,15 unit
ampisilin per ml. Endotoksin FI per mg ampisilin.
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera
pada Penetapan kadar Antibiotik secara Iodometri pH <1071> Antara 8,0 dan 10,0; lakukan penetapan
<521>. Hitung jumlah dalam mg, C16H19N3O4S, tiap ml dengan larutan yang mengandung 10,0 mg per ml.
suspensi yang digunakan, dengan rumus :
Air <1031> Metode 1 Tidak lebih dari 2,0%.
T F
B I Dimetillanilin Tidak lebih dari 20 bpj. Lakukan
D 2000 penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
T adalah jumah ampisilin dalam mg per ml suspensi Larutan baku internal Larutkan 75 mg N,N-dietilanilina
yang dibuat sesuai petunjuk pada etiket; D adalah kadar P dalam 25 ml asam klorida 1 N, encerkan secara bertahap
ampisilin dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan dan kuantitatif dengan air hingga diperoleh larutan dengan
jumlah yang tertera pada etiket dan faktor pengenceran. kadar lebih kurang 30 g per ml.
Larutan baku Masukkan 50,0 mg N,N-dimetilanilina
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. P ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 25 ml asam
klorida 1 N, goyang hingga larut, encerkan dengan air
Penandaan Pada etiket harus dicantumkan ampisilin sampai tanda. Pipet 2 ml larutan ini ke dalam labu
yang digunakan dalam bentuk anhidrat atau trihidrat. tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Pipet 1 ml larutan ini ke dalam tabung sentrifuga yang
sesuai, tambahkan 2,0 ml natrium hidroksida 1,25 N,
AMPISILIN NATRIUM goyang hingga larut, tambahkan 1,0 ml Larutan baku
Ampicilin Natrium internal dan 1,0 ml sikloheksan P, kocok kuat selama 1
Mononatrium D-(-)-6-(2-amino-2-fenilasetamido)-3,3- menit dan sentrifus. Gunakan beningan yang jernih
dimetil-7-okso-4-tia-1-azabisiklo[3.2.0] heptan-2- sebagai Larutan baku.
karboksilat [69-52-3] Larutan uji Masukkan 1,0 g zat ke dalam tabung
C16H19N3NaO4S BM 371,39 sentrifuga yang sesuai, tambahkan 2,0 ml natrium
hidroksida 1,25 N, goyang hingga larut, tambahkan 1,0
Ampisilin Natrium Steril mempunyai potensi setara ml Larutan baku internal dan 1,0 ml sikloheksan P,
dengan tidak kurang dari 845 µg dan tidak lebih dari 988 kocok kuat selama 1 menit dan sentrifus. Gunakan
µg ampisilin, C16H19N3O4S, per mg, dihitung sebagai zat beningan yang jernih sebagai Larutan uji.
anhidrat. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan
Baku pembanding Ampisilin BPFI; merupakan bentuk detektor ionisasi nyala dan kolom 2 mm x 2 m berisi
anhidrat dari ampisilin. Sebelum digunakan, lakukan bahan pengisi 3% fase cair G3 dengan partikel penyangga
pengeringan sampai bobot konstan pada vakum dengan SIA tersilanisasi dan pertahankan suhu pada 120°.
fosfor pentoksida P pada suhu ruang. Simpan dalam Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa, dengan laju
wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering. alir lebih kurang 30 ml per menit.
Ampisilin Natrium BPFI; tidak boleh dikeringkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sebelum digunakan. Higroskopis, simpan dalam wadah sama (lebih kurang 2-20 l). Larutan baku dan Larutan
tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering. Endotoksin uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
- 126 -
respons puncak utama. Perbandingan respons tiap Fase gerak, Pengencer, Larutan baku, Larutan
puncak dimetilanilin terhadap respons puncak resolusi dan Sistem kromatografi lakukan seperti tertera
dimetilanilin yang diperoleh dari Larutan uji tidak lebih pada Penetapan kadar dalam Ampisilin.
besar dari Larutan baku. Larutan uji [Catatan Ampisilin natrium bersifat
higroskopis, hindari paparan terhadap udara dan
Metilen klorida Tidak lebih dari 0,2%. Lakukan timbang segera]. Timbang saksama setara dengan lebih
penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti tertera kurang 100 mg ampisilin anhidrat, masukkan dalam labu
pada Kromatografi <931>. tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan dengan
Larutan baku internal Buat larutan dioksan P dalam Pengencer sampai tanda. Gunakan larutan segera setelah
dimetil sulfoksida P hingga kadar lebih kurang 2,1 mg dibuat.
per ml. Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera
Larutan baku Timbang saksama sejumah metilen pada Penetapan kadar dalam Ampisilin. Hitung jumlah
klorida P, larutkan dalam Larutan baku internal hingga dalam g ampisilin, C16H19N3O4S, dalam tiap mg zat uji
kadar lebih kurang 0,33 mg per ml. dengan rumus:
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg
zat, larutkan dalam 3,0 ml Larutan baku internal.
CP rU
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 100
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi W rS
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 4 mm x
1,8 m berisi bahan pengisi 10% G39 dengan partikel W adalah bobot dalam mg ampisilin natrium dalam
penyangga S1A yang tidak tersilanisasi. Pertahankan Larutan uji; keterangan lainnya seperti tertera pada
suhu kolom, suhu injektor dan suhu detektor berturut- Penetapan kadar dalam Ampisilin.
turut pada suhu lebih kurang 65º, 100º dan 260º.
Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa, dengan laju Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
alir lebih kurang 60 ml per menit. Suntikkan Larutan
baku ke dalam kromatograf dan rekam retensi yang
tertera pada Prosedur: Waktu relatif metilen klorida dan AMPISILlN DAN SULBAKTAM UNTUK
dioksan berturut-turut lebih kurang 0,5 dan 1,0; resolusi, INJEKSI
R, antara puncak metilen klorida dan puncak dioksan Ampicillin and Sulbactam for Injection
tidak kurang dari 4 dan penyimpagan baku relatif untuk
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5%. Ampisilin dan Sulbaktam untuk Injeksi adalah suatu
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume campuran ampisilin natrium dan sulbaktam natrium
sama (lebih kurang 1 μl ) Larutan baku dan Larutan uji kering dan steril. Mengandung ampisilin, C16H19N3O4S,
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur dan sulbaktam, C8H11NO5S, setara dengan tidak kurang
respons puncak metilen klorida dan dioksan. Hitung dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang
persentase metilen klorida dalam ampisilin natrium steril tertera pada etiket. Perbandingan ampisilin dan
yang digunakan dengan rumus: sulbaktam pada etiket adalah 2:1. Mengandung ampisilin
dan sulbaktam, berturut-turut tidak kurang dari 563dan
300 C RU 280 µg per mg, dihitung terhadap zat yang telah
m RS dikeringkan.
C adalah kadar metilen klorida dalam mg per ml Larutan Baku pembanding Ampisilin BPFI bentuk anhidrat;
baku; m adalah jumlah dalam mg zat dalam Larutan uji; keringkan dalam hampa di atas fosforpentaoksida P pada
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons suhu ruang hingga bobot tetap sebelum digunakan.
puncak metilen klorida terhadap respons puncak dioksan Simpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan kering.
yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan Baku. Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat pirogenik,
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
Syarat lain Untuk Ampisilin Natrium Steril, harus menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi,
memenuhi syarat Uji Sterilitas <71> dan Endotoksin gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
Bakteri <201> seperti tertera pada Ampisilin untuk belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Injeksi. Ampisilin natrium untuk pembuatan injeksi Sulbaktam BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum
ampisilin natrium harus memenuhi syarat uji Endotoksin digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat dan
Bakteri <201> seperti yang tertera pada Ampisilin untuk dalam lemari pembeku.
Injeksi.
Larutan terkonstitusi Pada waktu digunakan,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada pada Injeksi.
Kromatografi <931>.
- 127 -
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji 2 (Untuk kemasan dosis tunggal).
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Konstitusikan satu wadah ampisilin dan sulbaktam untuk
diperoleh pada Penetapan kadar. injeksi dengan sejumlah volume air yang diukur
saksama sesuai dengan volume pelarut yang tertera pada
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,17 unit etiket. Pipet semua kandungan isi wadah menggunakan
Endotoksin FI dalam zat yang setara dengan 1 mg alat suntik dan jarum hipodermis, jika perlu encerkan
campuran ampisilin dan sulbaktam (berturut-turut 0.67 secara kuantitatif dan bertahap dengan Fase gerak
dan 0.33 mg). hingga kadar ampisilin dan sulbaktam berturut-turut
lebih kurang 0,6 dan 0,3 mg per ml. [Catatan Segera
Sterilitas <71> Memenuhi syarat, seperti tertera pada suntikkan larutan ini].
Penyaring Membran dalam Uji Sterilitas dari produk Larutan uji 3 (Jika pada etiket tertera jumlah ampisilin
yang diuji. dan sulbaktam dalam volume tertentu larutan konstitusi).
Konstitusikan satu wadah ampisilin dan sulbaktam untuk
pH <1071> Antara 8,0 dan 10,0; lakukan penetapan injeksi dengan sejumlah volume air yang diukur
menggunakan larutan yang mengandung ampisilin 10 saksama sesuai dengan volume pelarut yang tertera pada
mg per ml dan sulbaktam 5 mg per ml. etiket. Jika perlu encerkan secara kuantitatif dan
bertahap larutan yang terkonstitusi dengan Fase gerak
Kadar air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0%. hingga kadar larutan ampisilin dan sulbaktam berturut-
turut lebih kurang 0,6dan 0,3 mg per ml. [Catatan
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti Segera suntikkan larutan ini].
tertera pada Injeksi volume kecil. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Syarat lain Memenuhi syarat Keseragaman sediaan dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4 mm x
<911> dan Penandaan pada Injeksi. 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk
Kromatografi <931>. Ampisilin lebih kurang 0,7 dan untuk hasil degradasi
Tetrabutilamonium hidroksida 0,005 M Encerkan 6,6 alkali sulbaktam adalah 1,0; resolusi, R, antara ampisilin
ml Larutan tetrabutilamonium hidroksida 40% dengan dan hasil degradasi alkali sulbaktam tidak kurang dari
air hingga 1800 ml. Atur pH hingga 5,0 ± 0,1 dengan 4,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, ukur
penambahan asam fosfat 1 M. Encerkan dengan air respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu
hingga 2000 ml. retensi relatif Ampisilin dan sulbaktam berturut-turut
Fase gerak Buat campuran tetrabutilamonium lebih kurang 0,35 dan 1,0; efisiensi kolom puncak
hidroksida 0,005M-asetonitril P (1650:350), saring dan sulbaktam tidak kurang dari 3500 lempeng teoritis;
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut faktor ikutan tidak lebih dari 1,5; dan simpangan baku
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
<931>. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ampisilin sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
BPFI dan Sulbaktam BPFI, larutkan dalam Fase gerak ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
hingga kadar ampisilin dan sulbaktam berturut-turut respons puncak utama. Hitung jumlah dalam µg
lebih kurang 0,6dan 0,3 mg per ml. [Catatan Segera ampisilin, C16H19N3O4S, dan sulbaktam, C8H11NO5S,
suntikkan larutan ini]. dalam serbuk injeksi yang digunakan dengan rumus:
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah
Sulbaktam BPFI, larutkan dalam natrium hidroksida CS P rU
0,01 N hingga kadar lebih kurang 0,3 mg per ml,
diamkan selama 30 menit. Atur pH hingga 5,0 ± 0,1 CU rS
dengan penambahan asam fosfat P. Pipet 5 ml larutan ke
dalam labu tentukur 25-ml, tambahkan 4,25 ml CS adalah kadar Ampisilin BPFI atau Sulbaktam BPFI
asetonitril P, encerkan dengan tetrabutilamonium dalam mg per ml Larutan baku; P adalah kandungan
hidroksida 0,005 M sampai tanda. Pipet 1 ml larutan ke Ampisilin BPFI atau Sulbaktam BPFI dalam µg per mg;
dalam labu tentukur 25-ml kedua, tambahkan 15 mg CU adalah kadar ampisilin atau sulbaktam untuk injeksi
Ampisilin BPFI, encerkan dengan Fase gerak sampai dalam mg per ml Larutan uji 1; rU dan rS adalah respons
tanda. [Catatan Segera suntikkan larutan ini]. puncak analit dari Larutan uji 1 dan Larutan baku.
Larutan uji 1 Homogenkan isi satu wadah ampisilin Hitung jumlah ampisilin, C16H19N3O4S, dan sulbaktam,
dan sulbaktam untuk injeksi. Timbang saksama sejumlah C8H11NO5S, dalam wadah atau dalam volume larutan
serbuk, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih konstitusi dengan rumus:
kurang 1 mg per ml.[Catatan Segera suntikkan larutan
ini].
- 128 -
ANTIPIRIN
N
H2
C N
H2
C Antipyrine
. HCl
NH
N CH3
O
N
2-(N-Benzilanilina)-metil-2-imidazolina
hidroklorida [2508-72-7] CH3
C17H19N3.HCl BM 301,82
2,3-Dimetil-1-fenil-3-pirazolin-5-on [60-80-0]
Antazolin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari C11H12N2O BM 188,23
99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C17H19N3.HCl,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Antipirin mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 100,5% C11H12N2O, dihitung terhadap
Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih; tidak zat yang telah dikeringkan.
berbau atau hampir tidak berbau; rasa pahit.
Pemerian Serbuk hablur, hablur tidak berwarna atau
putih; tidak berbau dan agak pahit. Larutan netral
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; larut dalam
terhadap lakmus.
etanol; sangat sukar larut dalam kloroform; praktis tidak
larut dalam eter.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut
dalam etanol dan dalam kloroform; agak sukar larut
Identifikasi
dalam eter.
A. Spektum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
100.000) dalam asam korida 0,1 N setebal 2 cm pada
Baku pembanding Antipirin BPFI; lakukan
daerah panjang gelombang antara 230 nm dan 350 nm
pengeringan pada suhu 60º selama 2 jam sebelum
menunjukkan maksimum pada lebih kurang 241dan 291
digunakan.
nm; serapan pada 241 nm lebih kurang 1,0 dan pada 291
nm lebih kurang 0,13.
Kesempurnaan melarut dan warna larutan Larut
B. Pada 5 ml larutan 1,0% tambahkan 0,5 ml asam
sempurna dalam 1 bagian air dingin, jika diamati secara
nitrat P: terjadi warna merah yang segera menjadi hijau
melintang dalam tabung yang berdiameter lebih kurang
tua.
20 mm, larutan tampak tidak berwarna atau tidak lebih
C. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada
berwarna dari kuning pucat.
Uji Identifikasi Umum <291>.
Identifikasi
Suhu lebur <1021> Metode II Lebih kurang 240º,
A. Spektum serapan inframerah zat yang didispersikan
disertai peruraian.
dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum
- 129 -
hanya pada bilangan gelombang sama seperti pada Anhidrat [314-19-2] BM 303,79
Antipirin BPFI .
B. Spektum serapan ultraviolet larutan zat (1 dalam Apomorfin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
50.000) dalam metanol P menunjukkan maksimum dan 98,5% dan tidak lebih dari 100,5%, C17H17NO2.HCl,
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
pada Antipirin BPFI, daya serap masing-masing dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan pada panjang Pemerian Serbuk putih atau hablur berkilauan kecil
gelombang serapan maksimum lebih kurang 266 nm: putih atau putih keabu-abuan; tidak berbau. Di udara
berbeda tidak lebih dari 3,0%. terbuka dan terpapar cahaya perlahan-lahan berubah
C. Pada larutan tambahkan asam tanat LP: terbentuk menjadi hijau. Larutan dalam air bereaksi netral terhadap
endapan putih. lakmus.
Jarak lebur <1021> Antara 110º dan 125º. Kelarutan Sangat sukat larut dalam kloroform dan
dalam eter; agak sukar larut dalam air dan dalam etanol;
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; larut dalam air pada suhu 80º.
lakukan pengeringan pada suhu 60º selama 2 jam.
Baku pembanding Apomorfin Hidroklorida BPFI;
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0.15%. lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan terlindung cahaya.
penetapan menggunakan 1 g zat yang dilarutkan dalam 2
ml asamasetat 1 N, dan tambahkan air hingga 25 ml. Identifikasi
A. Spektum serapan inframerah zat yang telah
Cemaran umum <481> dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromidaP
Larutan uji Gunakan pelarut kloroform P. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Larutan baku Gunakan pelarut kloroform P. gelombang yang sama seperti Apomorfin Hidroklorida
Fase gerak Campuran kloroform P-aseton butil BPFI .
alkohol P-asam format P (60:15:15:15). B. Pada 5 ml larutan zat (1 dalam 100) tambahkan
Penampak bercak Gunakan teknik penampak bercak larutan natrium bikarbonat P (1 dalam 20) sedikit
nomor 1. berlebih: terbentuk endapan putih atau putih kehijauan.
Tambahkan 3 tetes iodum LP, kocok kuat: terjadi warna
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 100 hijau zamrud. Tambahkan 5 ml eter P, kocok kuat dan
mg zat, masukkan ke dalam labu iodum 250 ml, larutkan biarkan memisah: lapisan eter berwarna merah delima
dalam 25 ml air. Tambahkan 2 g natrium asetat P dan yang intensif sedangkan lapisan air tetap berwarna hijau.
20,0 ml iodum 0,1 N LV. Biarkan di tempat gelap dan C. Larutkan zat dalam asam nitrat P: terjadi warna
sejuk selama 20 menit, tambahkan 25 ml etanol P ungu gelap.
hingga endapan larut. Titrasi kelebihan iodum dengan D. Pada larutan C tambahkan perak nitrat LP:
natrium tiosulfat 0,1 N LV menggunakan kanji LP terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam
sebagai indikator. nitrat P. Endapan ini segera menjadi gelap karena
direduksi menjadi logam perak yang dipercepat dengan
Tiap ml iodum 0,1 N penambahan amonium hidroksida 6 N.
setara dengan 9,412 mg C11H12N2O
Rotasi jenis <1081> Antara -60,5º dan -63,0º; dihitung
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
menggunakan larutan dalam dimetil sulfoksida P yang
mengandung 15 mg per ml.
APOMORFIN HIDROKLORIDA
Apomorphine Hydrochloride Warna larutan Masukkan 100 mg zat ke dalam tabung
reaksi yang sesuai, tambahkan 10 ml air bebas oksigen
yang dingin, kocok secara perlahan hinggá larut: amati
segera warna larutan yang diperoleh tidak boleh lebih
N
CH2 intensif dari warna larutan baku yang dibuat sebagai
HCl 1/2H2O
OH
H
berikut: Larutkan 5 mg Apomorfin Hidroklorida BPFI
dalam 100,0 ml air. Pipet 1 ml larutan ini ke dalam
tabung yang ukurannya sama dengan tabung untuk
OH
larutan uji, encerkan dengan 6 ml air, tambahkan 1 ml
larutan natrium bikarbonat P (1 dalam 20), tambahkan
6aß-Aporfin-10,11-diol hidrokloridahemihidrat [41372- 0,50 ml iodum LP. Diamkan selama 30 detik, tambahkan
20-7] 0,60 ml larutan natrium tiosulfat P (1 dalam 40) dan
C17H17NO2.HCl.½H20 BM 312,79 encerkan dengan air hingga 10 ml.
- 130 -
Susut pengeringan <1121> Antara 2,0% dan 3,5%; Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 4,0% lakukan
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam. penetapan menggunakan 500 mg zat.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Senyawa larut dalam asam Tidak lebih dari 3,5%
lakukan penetapan dengan cara sebagai berikut: didihkan
Hasil urai Kocok 100 mg zat dengan 5 ml eter P: warna 1,0 g zat dengan campuran 20 ml air dan 5 ml asam
larutan tidak lebih intensif dari merah pucat. klorida P selama 5 menit, saring kedalam krus porselen
yang telah ditara, cuci sisa dengan 10 ml air panas,
Cemaran umum <481> tambahkan air cucian kedalam filtrat. Pada campuran
Larutan baku Gunakan pelarut metanol P. filtrat dan air cucian tambahkan 1 ml asam sulfat P,
Larutan uji Gunakan pelarut metanol P. uapkan sampai kering dan pijarkan hingga bobot tetap.
Fase gerak Buat campuran 1-butanol P-air- asam
format P (7:2:1). Klorida <361> Tidak lebih dari 0,2%; lakukan
Penampak bercak Buat campuran segar besi(III) penetapan menggunakan 10 ml filtrat yang diperoleh
klorida P 10%-kalium heksasianoferat(III) P 5% (2:1). pada uji Keasaman-kebasaan: tidak lebih keruh
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi dibandingkan larutan pembanding yang mengandung 1,5
hingga Fase gerak merambat lebih kurang 8 cm di atas ml asam klorida 0,020 N.
garis penotolan [Catatan Waktu merambat antara 1,5
sampai 2 jam]. Angkat lempeng, biarkan kering pada Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,2%;lakukan penetapan
suhu ruang selama 1 jam sebelum disemprot. menggunakan 10 ml filtrat yang diperoleh pada uji
Keasaman-kebasaan: tidak lebih keruh dibandingkan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300 larutan pembanding yang mengandung 1,0 ml asam
mg zat, larutkan dalam 100 ml asam asetat glasial P dan sulfat 0,020 N.
panaskan di atas tangas uap. Tambahkan 0,1 ml
anhidrida asetat P ke dalam larutan panas, aduk selama Sulfida Didihkan perlahan-lahan 0,50 g zat dengan 20
5 menit. Dinginkan hingga suhu ruang, tambahkan 5 ml ml air dan 5 ml asam klorida P dalam labu Erlenmeyer
raksa(II) asetat LP dan 0,25 ml kristal violet LP, titrasi kecil: terbentuk uap yang tidak menghitamkan kertas
dengan asam perklorat 0,1 N LV hingga titik akhir saring yang dibasahi dengan timbal(II) asetat LP.
berwarna biru. Lakukan penetapan blangko.
Senyawa sianogen Masukkan campuran 5 g zat, 50 ml
Tiap ml asam perklorat 0,1 N air dan 2 g asam tartrat P ke dalam labu destilasi yang
setara dengan30,38 mg C17H17NO2.HCl dihubungkan dengan pendingin dilengkapi dengan
adaptor yang dipasang rapat, dengan salah satu ujung
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tercelup di dalam campuran 2 ml natrium hidroksida 1 N
tidak tembus cahaya. dan 10 ml air didalam labu kecil yang direndam es.
Panaskan campuran didalam labu destilasi sampai
mendidih dan destilasi hingga lebih kurang 25 ml.
ARANG JERAP Encerkan destilat dengan air hingga 50 ml. Pada 25 ml
Activated Charcoal destilat yang telah diencerkan tambahkan 12 tetes
besi(II) sulfat LP, panaskan hingga hampir mendidih,
Arang Jerap adalah sisa destilasi destruktif dari beberapa dinginkan dan tambahkan 1 ml asam klorida P: tidak
bahan organik yang telah diberi perlakuan untuk terjadi warna biru.
mempertinggi daya serap.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 50 bpj; lakukan
Pemerian serbuk halus, bebas dari butiran; hitam; tidak penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai
berbau; tidak berasa. berikut: Didihkan 1,0 g zat dengan campuran 20 ml
asam klorida 3 N dan 5 ml brom LP selama 5 menit,
Kelarutan praktis tidak larut dalam air dan dalam saring cuci dengan 50 ml air mendidih. Uapkan filtrat
etanol. dan air cucian sampai kering, pada residu tambahkan 1
ml asam klorida 1 N, 20 ml air dan 5 ml asam sulfit P.
Keasaman-kebasaan Didihkan 3,0 g zat dengan 60 ml Didihkan larutan sampai seluruh belerang dioksida
air selama 5 menit, biarkan dingin, tambahkan air hilang, saring jika perlu, encerkan dengan air hingga 50
sampai volume semula, saring: filtrat tidak berwarna dan ml. Pada 20 ml larutan tambahkan air hingga 25 ml.
bereaksi netral terhadap lakmus P.
Zat tak terarangkan Didihkan 250 mg zat dengan 10
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 15,0% ml natrium hidroksida 1 N selama 5 detik, saring: filtrat
tidak berwarna.
lakukan pengeringan pada suhu 120selama 4 jam.
- 131 -
Daya jerap Dapar dan Fase gerak Buat seperti tertera pada
Alkaloid Kocok 1 g zat yang telah dikeringkan pada Penetapan kadar.
120º selama 4 jam dengan larutan 100 mg striknin sulfat Larutan 9-Fluorenilmetil kloroformat 0,05% Timbang
P dalam 50 ml air selama 5 menit, saring dan buang 10 lebih kurang 100 mg 9-fluorenilmetil kloroformat,
ml filtrat pertama. Pada 10 ml filtrat tambahkan 1 tetes masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, larutkan dan
asam klorida P dan 5 tetes kalium raksa(II) iodida LP: encerkan dengan asetonitril P sampai tanda. Larutan
tidak terjadi kekeruhan. dibuat segar.
Zat warna Pipet 50 ml larutan metilen biru P (1 dalam Dapar borat Timbang 6,2 g asam borat P, larutkan
1000) masing-masing ke dalam dua labu 100 ml dalam lebih kurang 950 ml air, atur pH hingga 9,0
bersumbat kaca. Tambahkan ke dalam salah satu labu dengan penambahan natrium hidroksida 1 N, dan
250 mg zat yang ditimbang saksama, tutup dan kocok encerkan dengan air hingga 1000 ml.
selama 5 menit. Saring isi masing-masing labu melalui Pengencer Timbang 176,4 g natrium sitrat dihidrat P,
penyaring kering, buang 20 ml dari masing-masing masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml, larutkan dan
filtrat pertama. Pipet 25,0 ml masing-masing filtrat ke encerkan dengan Media disolusi sampai tanda.
dalam dua labu tentuktur 250-ml. Tambahkan ke dalam Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
masing-masing labu 50 ml larutan natrium asetat P (1 Alendronat Natrium BPFI, larutkan dalam Media
dalam 10), campur; tambahkan melalui buret 35,0 ml disolusi, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu
iodum 0,1 N LV, sambil digoyang. Tutup labu, biarkan bertahap dengan media disolusi hingga kadar seperti
selama 50 menit, kocok kuat dengan selang waktu 10 alikuot.
menit. Encerkan masing-masing campuran dengan air Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan ke
sampai tanda, campur, diamkan selama 10 menit, saring dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup ulir
melalui penyaring kering, buang masing-masing 30 ml yang berisi 1,0 ml Pengencer dan 5,0 ml Dapar borat,
filtrat pertama. Titrasi kelebihan iodum dalam masing- campur selama lebih kurang 3 menit. Tambahkan 4,0 ml
masing 100 ml filtrat dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV Larutan 9-Fluorenilmetil kloroformat 0,05% dan kocok
menggunakan 3 ml kanji LP sebagai indikator. Hitung selama lebih kurang 30 detik. Diamkan larutan pada
jumlah ml iodum 0,1 N yang diperlukan pada masing- suhu ruang selama 25 menit. Tambahkan 25 ml
masing titrasi: perbedaan antara kedua volume tidak metilen klorida P, dan kocok selama 40 detik. Sentrifus
kurang dari 0,7 ml. campuran selama 5 menit. Gunakan bagian yang jernih
di atas lapisan air.
Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung Blangko Gunakan 5 ml air, lakukan seperti tertera
Salmonella sp dan Escherichia coli. pada Larutan baku, dimulai dari ”ke dalam tabung
sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup ulir”.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup. Larutan uji Setelah 15 menit, ambil sejumlah alikuot
dan sentrifus segera. Pipet 5 ml beningan, lakukan
seperti tertera pada Larutan baku, dimulai dari ”ke
TABLET ASAM ALENDRONAT dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup
Alendronic Acid Tablet ulir”.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Tablet Asam Alendronat mengandung Alendronat Kromatografi <931>. Lakukan seperti tertera pada
Natrium, yang setara dengan asam alendronat, Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
C4H13NO7P2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor kapasitas, k,
tidak kurang dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada
Baku pembanding Alendronat Natrium BPFI; tidak penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
boleh dikeringkan. Merupakan bentuk trihidrat dari Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
alendronat natrium. Simpan dalam wadah tertutup rapat, sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku, Larutan uji dan
setelah dibuka, simpan dalam desikator pada suhu ruang. Blangko ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram asam alendronat, C4H13NO7P2, yang terlarut dengan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang rumus:
diperoleh pada Penetapan kadar.
r
Disolusi <1231> 827 ,1C U
rS
Uji 1
Media disolusi : 900 ml air
C adalah kadar Alendronat Natrium BPFI dalam mg per
Alat tipe 2 : 50 rpm.
ml Larutan baku persediaan; rU dan rS berturut-turut
Waktu : 15 menit.
adalah respons puncak yang diperoleh dari Larutan uji
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C4H13NO7P2
dan Larutan baku. [Catatan: 827,1 adalah faktor
yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
- 132 -
konversi bobot molekul C4H13NO7P2/ C4H12NNaO7P2) larutan selama 10 menit. Gunakan bagian yang jernih di
dikalikan dengan volume media (900 ml)] atas lapisan air.
Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak Larutan uji persediaan Masukkan tidak kurang dari
kurang dari 80% (Q) C4H13NO7P2, dari jumlah yang 10 tablet ke dalam labu tentukur 1000-ml. Tambahkan
tertera pada etiket. Untuk tablet dengan etiket dosis 500 ml Pengencer, kocok secara mekanik selama 30
mingguan, dalam waktu 15 menit harus larut tidak menit dan sonikasi selama 5 menit. Encerkan dengan
kurang dari 75% (Q) C4H13NO7P2 dari jumlah yang Pengencer sampai tanda dan sentrifus sebagian dari
tertera pada etiket. larutan ini. Encerkan secara kuantitatif sejumlah volume
beningan hingga kadar 0,02 - 0,03 mg per ml.
Uji 2 Larutan uji Pipet 5 ml Larutan uji persediaan,
Jika sediaan harus memenuhi uji ini, pada penandaan lakukan seperti tertera pada Larutan baku, dimulai dari
dicantumkan uji disolusi 2, jika tidak menggunakan uji ”ke dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup
disolusi 1. ulir”.
Media disolusi : 900 ml air Blangko Gunakan 5 ml Pengencer, lakukan seperti
Alat tipe 2 : 50 rpm. tertera pada Larutan baku, dimulai dari ”ke dalam
Waktu : 30 menit. tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup ulir”.
Prosedur : Lakukan penetapan jumlah Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
C4H12NNaO7P2.3H2O yang terlarut seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Penetapan Kadar. dilengkapi dengan detektor 266 nm dan kolom 4,1 mm x
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak 25 cm yang berisi bahan pengisi L21, pertahankan suhu
kurang dari 80% (Q) C4H12NNaO7P2.3H2O dari jumlah kolom pada 35º. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit.
yang tertera pada etiket. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. kapasitas, k, tidak kurang dari 2,0 dan simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada sama (lebihkurang 50 µl) Larutan baku, Larutan uji dan
Kromatografi <931>. Blangko ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
Pengencer Timbang 29,4 g natrium sitrat dihidrat P, ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml, larutkan dan asam alendronat, C4H13NO7P2 dalam tablet yang
encerkan dengan air sampai tanda. digunakan dengan rumus:
Dapar Timbang 14,7 g natrium sitrat dihidrat P dan
7,05 g natrium fosfat dibasa anhidrat P, masukkan ke r
dalam labu tentukur 1000-ml, larutkan dalam 900 ml air, 0 ,919 DC U
atur pH hingga 8,0 dengan penambahan asam fosfat P, rS
encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan 9-Fluorenilmetil kloroformat 0,1% Timbang D adalah faktor pengenceran Larutan baku persediaan;
lebih kurang 250 mg 9-fluorenilmetil kloroformat, C adalah kadar Alendronat Natrium BPFI dalam mg per
masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, encerkan ml Larutan baku persediaan; rU dan rS berturut-turut
dengan asetonitril P sampai tanda. Larutan dibuat segar. adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Larutan borat Timbang lebih kurang 38,1 g natrium [Catatan 0,919 adalah faktor konversi bobot molekul
borat P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml, (C4H13NO7P2/ C4H12NNaO7P2)].
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P- Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
metanol P (75:20:5), saring dan awaudarakan. Jika perlu pada suhu antara 15º dan 30º.
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah ASAM ALGINAT
Alendronat Natrium BPFI, larutkan dan encerkan Alginic Acid
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,03 mg
per ml. Asam alginat [9005-32-7]
Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan ke
dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup ulir Asam Alginat adalah karbohidrat koloid hidrofilik yang
yang berisi 5 ml Larutan borat, campur selama 3 menit. diekstraksi dengan alkali encer dari berbagai spesies
Tambahkan 4 ml Larutan 9-Fluorenilmetil kloroformat rumput laut cokelat (Familia Phaeophyceae).
0,1%, kocok selama 30 detik. Diamkan larutan pada
suhu ruang selama 25 menit. Tambahkan 25 ml Pemerian Serbuk berserat putih hingga putih
metilen klorida P, dan kocok selama 40 detik. Sentrifus kekuningan; tidak berbau atau praktis tidak berbau; tidak
berasa.
- 133 -
Kelarutan Tidak larut dalam air dan dalam pelarut Bilangan asam Tidak kurang dari 230 dihitung terhadap
organik; larut dalam larutan alkali. zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan sebagai
berikut: Timbang saksama lebih kurang 1 g zat,
Identifikasi suspensikan dalam campuran 50 ml air dan 30,0 ml
A. Pada 5 ml larutan dalam natrium hidroksida 0,1 N larutan kalsium asetat P (11 dalam 250). Kocok kuat-
(1 dalam 150), tambahkan 1 ml kalsium klorida LP: kuat, biarkan selama 1 jam, tambahkan fenoftalein LP,
terbentuk endapan ruah menyerupai jeli. titrasi asam asetat yang dibebaskan dengan natrium
B. Pada 5 ml larutan dalam natrium hidroksida 0,1 N hidroksida 0,1 N LV. Lakukan penetapan blangko, hitung
(1 dalam 150), tambahkan 1 ml asam sulfat 4 N: bilangan asam dengan rumus:
terbentuk endapan berat menyerupai jeli. 5,611 ( A B )
C. Masukkan lebih kurang 5 mg ke dalam tabung
W
reaksi, tambahkan 5 ml air, 1 ml larutan segar 1,3-
naftalendiol P 1% dalam etanol P dan 5 ml asam klorida 5,611 adalah sepersepuluh bobot molekul kalium
P. Panaskan hingga mendidih, didihkan perlahan-lahan hidroksida; A dan B berturut-turut adalah volume dalam
selama 3 menit, dinginkan hingga suhu lebih kurang 15. ml natrium hidroksida 0,1 N yang digunakan dalam
Pindahkan ke dalam corong pisah 30 ml dengan 5 ml air. titrasi Larutan uji dan Larutan blangko; W adalah bobot
Ekstraksi dengan 15 ml isopropil eter P: lapisan dalam g asam alginat yang digunakan.
isopropil eter menunjukkan warna lebih ungu
dibandingkan warna blangko yang dibuat dengan cara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
yang sama.
Batas mikroba <51> Jumlah angka kuman tidak lebih ASAM AMINOKAPROAT
dari 200 per g: uji Salmonella sp dan Escherrichia coli
Aminocaproic acid
negatif.
Timbal <401> Tidak lebih dari 10 bpj; tambahkan 1,0 g Baku pembanding Asam Aminokaproat BPFI; lakukan
zat pada 20 ml asam nitrat P dalam labu Erlenmeyer 250 pengeringan pada suhu 105º selama 30 menit sebelum
ml, campur dan panaskan perlahan-lahan hingga larut. digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Lanjutkan pemanasan hingga volume menjadi lebih
kurang 7 ml. Dinginkan cepat hingga suhu ruang, Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang telah
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dikeringkan pada suhu 105º selama 30 menit dan
dengan air sampai tanda. Pada sejumlah 50,0 ml larutan didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
ini tambahkan 15 ml Larutan Amonium sitrat, 3 ml maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Larutan kalium sianida dan 500 l Larutan seperti pada Asam Aminokaproat BPFI.
hidrosilamina hidroklorida. Setelah ekstraksi pertama
dengan ditizon, cuci kumpulan ekstrak kloroform Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
dengan 5 ml air, buang lapisan air dan lanjutkan
penyarian dengan 20 ml asam nitrat 0,2 N. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0.1%.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 40 bpj; Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
lakukan penetapan menggunakan krus platina dan
gunakan asam nitrat P sebagai pengganti asam sulfat P.
- 134 -
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada pada suhu ruang.
Kromatografi <931>.
Larutan A Timbang lebih kurang 550 mg natrium 1-
heptansulfonat P, masukkan ke dalam labu tentukur TABLET ASAM AMINOKAPROAT
1000-ml, tambahkan air sampai tanda. Aminocaproic acid Tablet
Fase gerak Timbang lebih kurang 10 g kalium fosfat
monobasa P, masukkan ke dalam gelas piala 1000 ml, Tablet Asam Aminokaproat mengandung Asam
larutkan dalam 300 ml Larutan A, tambahkan 250 ml Aminokaproat, C6H13NO2, tidak kurang dari 95,0% dan
metanol P, kemudian tambahkan lagi 300 ml Larutan A tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada
dan campur. Atur pH campuran menjadi 2,2 dengan etiket.
asam fosfat P. Pindahkan campuran ke dalam labu
tentukur 1000-ml, tambahkan Larutan A sampai tanda Baku pembanding Asam Aminokaproat BPFI; lakukan
dan campur. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 30 menit sebelum
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera digunakan.
pada Kromatografi <931> .
Larutan baku internal Buat larutan metionin dalam air Identifikasi Gerus 2 tablet dengan 10 ml air, dan saring
hingga kadar 1,25 mg per ml. ke dalam 100 ml aseton P. Goyang campuran, biarkan
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah selama 15 menit hingga menghablur sempurna. Saring
Asam Aminokaproat BPFI,larutkan dalam air hingga melalui penyaring kaca masir dengan porositas sedang
kadar 12,5 mg per ml. dan cuci hablur dengan 25 ml aseton P. Hilangkan sisa
Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan ke pelarut dengan hampa udara dan keringkan pada suhu
dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 2,0 ml Larutan 105 selama 30 menit, dinginkan, sisa yang diperoleh
baku internal, tambahkan air sampai tanda dan campur. memenuhi Identifikasi seperti tertera dalam Asam
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1,25 g zat, Aminokaproat.
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan
encerkan dalam air sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ini Disolusi <1231>
ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 2,0 ml Media disolusi : 900 ml air
Larutan baku internal, dan tambahkan air sampai tanda, Alat tipe 1: 100 rpm
campur. Waktu : 45 menit
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Dapar borat pH 9,5 Larutkan 6,185 g asam borat P
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dan 7,930 g kalium klorida P dalam lebih kurang 1000
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x ml air, tambahkan 60 ml natrium hidroksida 1,0 N,
15 cm berisi bahan pengisi L1. Pertahankan pada suhu campur. Encerkan dengan air hingga 2000 ml, campur
30º. Laju alir lebih kurang 0,7 ml per menit. Lakukan dan jika perlu atur pH hingga 9,5 ± 0,1 dengan
kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons penambahan natrium hidroksida 1 N.
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
asam aminokaproat dan metionin tidak kurang dari 2,0 Aminokaproat BPFI, larutkan dalam air, encerkan secara
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang kuantitatif dengan air hingga kadar lebih kurang 0,5 mg
tidak lebih dari 2,0%. per ml.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Prosedur Pipet ke dalam masing-masing 3 labu
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji tentukur 50-ml, Larutan uji yang telah disaring, 1 ml
ke dalam kromatograf dan biarkan Larutan uji tereluasi Larutan baku dan 1 ml air sebagai blangko. Tambahkan
tidak kurang dari dua kali waktu retensi asam ke dalam masing-masing labu 20,0 ml Dapar borat pH
aminokaproat. Rekam kromatogram dan ukur semua 9,5 dan 3,0 ml larutan segar -naftokuinon 4-natrium
respons puncak. Waktu retensi asam aminokaproat dan sulfonat P (1 dalam 500), goyang hingga tercampur, dan
metionin berturut-turut 0,76 dan 1,0. Hitung jumlah letakkan ketiga labu tentukur di dalam tangas air yang
dalam mg, C6H13NO2, dengan rumus: dipertahankan pada suhu 65 ± 5º selama 45 menit.
Dinginkan, encerkan dengan air sampai tanda. Hitung
R jumlah, C6H13NO2, yang terlarut dengan mengukur
2 C U
RS serapan Larutan uji dan Larutan baku pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 460 nm
C adalah kadar Asam Aminokaproat BPFI dalam mg per terhadap larutan blangko.
ml Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
perbandingan respons puncak asam aminokaproat kurang dari 75% (Q) C6H13NO2, dari jumlah yang tertera
terhadap baku internal dari Larutan uji dan Larutan pada etiket.
baku.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
- 135 -
Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak kurang baik dengan air dan keringkan pada suhu 105° selama 1
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet jam: derivat diasetil ini meleleh antara 191 dan 197.
setara dengan lebih kurang 500 mg asam aminokaproat, C. Kocok 100 mg zat dengan 10 ml air, saring. Pada 5
masukkan ke dalam gelas piala, tambahkan lebih kurang ml filtrat tambahkan 1 tetes besi(III) klorida LP: terjadi
100 ml asam asetat glasial P, panaskan perlahan-lahan warna ungu.
hingga larut dan dinginkan. Tambahkan 10 tetes larutan
kristal violet P dalam klorobenzen P (1 dalam 500), Kejernihan dan warna larutan Timbang 1 g zat,
titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV dalam dioksan P larutkan dalam 10 ml larutan natrium bikarbonat P (1
hingga terjadi warna biru. Lakukan penetapan blangko. dalam 15): diperoleh larutan jernih dan warna larutan
tidak lebih dari warna kuning lemah. Timbang 1 g zat,
Tiap ml asam perklorat 0,1 N larutkan dalam campuran segar 5 ml asam nitrat P dan
setara dengan 13,12 mg C6H13NO2 45 ml air: diperoleh larutan jernih dan hampir tidak
berwarna.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
pH <1071> Antara 3,0 dan 3,7; lakukan penetapan
menggunakan larutan jenuh.
ASAM AMINOSALISILAT
Aminosalicylic acid Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
dan diawaudarakan]. Suntikkan secara terpisah Prosedur [Catatan setelah digunakan, cuci kolom
sejumlah volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan selama 30 menit dengan campuran metanol P-air-asam
baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam fosfat P (77:23:0,6) yang telah disaring dan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Waktu diawaudarakan, kemudian cuci selama 30 menit dengan
retensi relatif sulfanilamida dan m-aminofenol masing- campuran metanol P-air (50:50) yang telah disaring
masing adalah lebih kurang 0,66 dan 1,0. Hitung dan diawaudarakan]. Suntikkan secara terpisah
persentase m-aminofenol, terhadap asam aminosalisilat sejumlah volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan
yang digunakan dengan rumus : baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur
respons puncak utama: waktu retensi relatif
R asetaminofen dan asam aminosalisilat masing-masing
10 U adalah lebih kurang 0,83 dan 1,0. Hitung jumlah mg
RS asam aminosalisilat, C7H7NO3, dengan rumus:
H3C C
ASAM ASETILSALISILAT
O
H3C C
Asetosal
O
Acetylsalicylic Acid
COOH
Asam Asetat [64-19-7]
C2H4O2 BM 60,05
NH2 OH
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan etanol Pemerian Hablur, umumnya seperti jarum atau
dan dengan gliserol. lempengan tersusun, atau serbuk hablur; putih; tidak
berbau atau berbau lemah. Stabil di udara kering; di
Identifikasi Campuran 1 bagian volume dengan 2 dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi
bagian volume air menunjukkan reaksi Asetat seperti asam salisilat dan asam asetat.
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam
Suhu beku Tidak lebih rendah dari 15,6. etanol; larut dalam kloroform dan dalam eter; agak sukar
larut dalam eter mutlak.
- 138 -
Baku pembanding Asam asetilsalisilat BPFI; lakukan aseton P, tambahkan 1ml air dan 10 ml hidrogen sulfida
pengeringan diatas silika gel P selama 5 jam, sebelum LP: warna yang terjadi tidak lebih gelap dari
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. pembanding yang dibuat dari 25 ml aseton P, 2 ml
Larutan baku timbal dan 10 ml hidrogen sulfida LP.
Identifikasi
A. Panaskan dengan air selama beberapa menit, Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 500 mg zat
dinginkan dan tambahkan 1 atau 2 tetes besi(III) klorida dalam 5 ml asam sulfat LP: warna larutan tidak lebih tua
LP: terjadi warna merah ungu. dari larutan padanan Q
B. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Zat tidak larut dalam natrium karbonat LP Larutkan
maksimum sama seperti pada bilangan gelombang yang 500 mg zat dalam 10 ml larutan natrium karbonat LP
sama seperti pada Asam Asetilsalisilat BPFI. hangat: larutan jernih.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 5 jam. Metode IV Memenuhi syarat.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,05%. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1,5 g
zat, masukkan ke dalam labu, tambahkan 50,0 ml
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,014%. Didihkan 1,5 g natrium hidroksida 0,5 N LV, didihkan campuran secara
zat dalam 75 ml air selama 5 menit, dinginkan, perlahan-lahan selama 10 menit. Tambahkan indikator
tambahkan air secukupnya untuk memperoleh volume Fenolftalein LP. Titrasi kelebihan natrium hidroksida
semula dan saring. Sejumlah 25 ml filtrat menunjukkan dengan asam sulfat 0,5 N LV. Lakukan penetapan
klorida tidak lebih keruh dari larutan pembanding yang blangko.
mengandung 0,10 ml asam klorida 0,02 N.
Tiap ml natrium hidroksida 0,5 N
Sulfat Tidak lebih dari 0,04%; lakukan penetapan setara dengan45,04 mg C9H8O4
dengan cara sebagai berikut: larutkan 6,0 g zat dalam 37
ml aseton P, tambahkan 3 ml air. Titrasi secara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
potensiometrik dengan timbal(II) perklorat 0,02 M, yang
dibuat dengan cara melarutkan 9,20 g timbal(II)
perklorat P dalam air hingga 1000 ml, gunakan pH TABLET ASAM ASETILSALISILAT
meter yang mempunyai kemampuan reprodusibilitas Tablet Asetosal
minimum 0,1 mV dilengkapi dengan sistem elektrode Acetylsalicylic Acid Tablet
yang terdiri dari elektrode timbal dan elektrode
pembanding kaca perak-perak klorida yang berisi larutan Tablet Asam Asetilsalisilat mengandung Asam
tetraetilamonium perklorat P dalam asam asetat glasial Asetilsalisilat, C9H8O4, tidak kurang dari 90,0% dan
P (1 dalam 44): digunakan tidak lebih dari 1,25 ml tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
timbal(II) perklorat 0,02 M Catatan Setelah pemakaian, etiket (tablet berukuran lebih besar dari 81 mg tidak
bilas elektrode timbal dengan air, keringkan elektrode mengandung pemanis atau pengaroma lain). [Catatan
pembanding, alirkan air, bilas dengan metanol dan Tablet salut enterik memenuhi syarat Tablet Lepas Tunda
biarkan kering. Asam Asetilsalisilat].
Asam salisilat bebas Tidak lebih dari 0,1%; lakukan Baku Pembanding Asam Asetilsalisilat BPFI; lakukan
penetapan sebagai berikut: Larutkan 2,5 g zat dalam pengeringan di atas silika gel selama 5 jam sebelum
etanol P secukupnya hingga 25,0 ml. Ke dalam sepasang digunakan. Asam Salisilat BPFI; lakukan pengeringan
tabung pembanding warna, masukkan masing-masing 48 diatas silika gel selama 3 jam sebelum digunakan.
ml air dan 1 ml larutan segar besi(III) amonium sulfat LP
yang dibuat dengan cara menambahkan 1 ml asam Identifikasi
klorida 1 N ke dalam 2 ml besi(III) amonium sulfat LP, A.Gerus 1 tablet, didihkan dengan 50 ml air selama 5
encerkan dengan air hingga 100 ml. Ke dalam salah satu menit, dinginkan dan tambahkan 1 atau 2 tetes besi(III)
tabung , pipet 1 ml larutan baku asam salisilat dalam air klorida LP: terjadi warna lembayung merah.
yang mengandung 0,10 mg per ml. Ke dalam tabung B. Kocok sejumlah serbuk halus tablet setara dengan
yang kedua, pipet 1 ml larutan asam asetilsalisilat (1 lebih kurang 500 mg asam asetilsalisilat dengan 10 ml
dalam 10). Campur isi masing-masing tabung: setelah 30 etanol P selama beberapa menit, sentrifus, tuang
detik warna pada tabung kedua tidak lebih intensif dari beningan yang jernih dan uapkan hingga kering.
tabung yang mengandung asam silisilat. Keringkan residu dalam hampa udara pada suhu 60
selama 1 jam: residu yang diperoleh menunjukkan reaksi
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan Identifikasi B seperti tertera pada Asam Asetilsalisilat.
penetapan dengan melarutkan 2 g zat dalam 25 ml
- 139 -
Disolusi <1231> Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Media disolusi : 500 ml Dapar asetat 0,05 M yang kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dibuat dengan mencampur 2,99 g natrium asetat trihidrat Kromatografi <931>.
dan 1,66 ml asam asetat glasial P dengan air hingga Fase gerak Larutkan 2g natrium 1-heptansulfonat P
1000 ml dengan pH 4,500,05. dalam campuran 850 ml air dan 150 ml asetonitril P dan
Alat tipe 1 : 50 rpm tambahkan Asam asetat glasial P hingga pH 3,4.
Waktu : 30 menit Larutan pengencer Campuran asetonitril P-asam
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C9H8O4 yang format P (99:1).
terlarut dengan mengukur serapan alikuot yang jika Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan Asetilsalisilat BPFI, larutkan dalam Larutan pengencer
larutan baku Asam Asetilsalisilat BPFI dalam media hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
yang sama pada panjang gelombang dari titik isobestik Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
asam asetilsalisilat dan asam salisilat dan pada 265 nm 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk setara
2 nm [Catatan Buat larutan baku segar. Dapat dengan lebih kurang 100 mg asam asetilsalisilat,
digunakan etanol P tidak lebih dari 1% volume total masukkan ke dalam wadah yang sesuai. Tambahkan 20,0
untuk melarutkan baku pembanding sebelum diencerkan ml Larutan Pengencer dan lebih kurang 10 manik kaca;
dengan Media disolusi]. kocok kuat-kuat selama lebih kurang 10 menit dan
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak sentrifus (larutan persediaan). Ukur saksama sejumlah
kurang dari 80% (Q) C9H8O4, dari jumlah yang tertera volume Larutan persediaan encerkan secara kuantitatif
pada etiket. dalam 9 volume Larutan pengencer (larutan Uji).
Simpan sisa larutan persediaan untuk uji asam salisilat.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Asam asetilsalisilat bebas Tidak lebih dari 0,3%. Untuk dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom
tablet salut tidak lebih dari 3,0%. berukuran 4,0 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju
Fase gerak dan Pengencer Lakukan seperti tertera alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi
pada Penetapan Kadar. terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam respons puncak seperti tertera pada Prosedur:simpangan
Salisilat BPFI larutkan dalam Larutan baku seperti baku relatif tidak lebih dari 2,0%. Dalam kromatogram
tertera pada Penetapan Kadar, hingga kadar lebih yang sesuai, faktor ikutan tidak lebih besar dari 2,0.
kurang 0,015 mg per ml. Prosedur Suntikan secara terpisah masing-masing
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan lebih kurang 1,0 l Larutan baku dan Larutan uji ke
Kadar. dalam kromatograf dan ukur respons puncak utama.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Hitung jumlah dalam mg asam asetil salisilat, C9H8O4,
Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi Larutan baku, dalam bagian tablet yang digunakan dengan rumus:
rekam kromatogram dan ukur respons puncak menurut
Prosedur seperti tertera pada Penetapan Kadar. r
Simpangan baku relatif respons puncak tidak lebih dari 200 C U
rS
4,0%. Pada kromatogram yang sesuai, resolusi, R, antara
asam salisilat dan asam asetilsalisilat tidak lebih dari 2,0.
C adalah kadar Asam Asetilsalisilat BPFI dalam mg per
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
dalam Penetapan kadar. Waktu retensi relatif untuk
puncak dari Larutan Uji dan Larutan baku.
asam salisilat dan asam asetil salisilat berturut-turut
lebih kurang 0,7 dan 1,0. Hitung persentase asam
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
salisilat, C7H6O3, dari bagian tablet yang digunakan
tablet berukuran 81 mg atau lebih kecil disimpan dalam
dengan rumus:
wadah berkapasitas tidak lebih dari 36 tablet.
C rU
2000
QA rS TABLET ASAM ASETILSALISILAT
DIDAPAR
C adalah kadar Asam Salisilat BPFI dalam mg per ml Tablet Asetosal Didapar
Larutan baku; QA adalah jumlah asam asetilsalisilat, Acetylsalicylic Acid Tablet Buffered
C9H8O4, dalam tablet yang digunakan seperti tertera
pada Penetapan Kadar; rU dan rS berturut-turut adalah Tablet Asam Asetilsalisilat Didapar mengandung asam
respons puncak asam salisilat dari Larutan uji dan Asetilsalisilat dan bahan pendapar yang sesuai. Tablet
Larutan baku. mengandung Asam Asetilsalisilat, C9H8O4, tidak kurang
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket.
- 140 -
Baku pembanding Asam Asetilsalisilat BPFI; lakukan Prosedur dalam Penetapan kadar. Resolusi, R antara
pengeringan di atas silika gel P selama 5 jam sebelum puncak Larutan uji dan Larutan baku tidak kurang dari
digunakan. Asam Salisilat BPFI; lakukan pengeringan di 2,0 dan simpangan baku relatif dari asam salisilat tidak
atas silika gel P selama 3 jam sebelum digunakan. lebih dari 4,0%.
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera
Identifikasi pada Penetapan Kadar. Waktu retensi relatif relatif lebih
A. Gerus 1 tablet, didihkan dengan 50 ml air selama 5 kurang 0,7 untuk asam salisilat dan 1,0 untuk asam
menit, dinginkan, tambahkan 1 atau 2 tetes besi(III) asetilsalisilat. Hitung persentase asam salisilat, C7H6O3,
klorida LP: terjadi warna ungu merah. dalam bagian tablet yang digunakan dengan rumus:
B. Kocok sejumlah serbuk halus tablet setara dengan
lebih kurang 500 mg asam asetilsalisilat dengan 10 ml C rU
2000
kloroform P selama beberapa menit, sentrifus. Tuang QA rS
beningan yang jernih dan uapkan hingga kering: sisa
menunjukkan reaksi Identifikasi B seperti tertera pada C adalah kadar Asam Salisilat BPFI dalam mg per ml
Asam Asetilsalisilat. Larutan baku; QA adalah jumlah asam asetilsalisilat,
(C9H8O4) dalam serbuk tablet yang digunakan seperti
Disolusi <1231> yang ditetapkan dalam Penetapan kadar; rU dan rS
Media disolusi : 500 ml Dapar Asetat 0,05 M yang berturut-turut adalah respons puncak asam salisilat yang
dibuat dengan mencampur 2,99 g natrium asetat trihidrat diperoleh dari Larutan uji dan Larutan baku.
dan 1,66 ml asam asetat glasial P dengan air hingga
1000 ml dengan pH 4,500,05. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Alat tipe 2 : 75 rpm. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Waktu : 30 menit. Kromatografi <931>.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah asam Fase gerak Larutkan 2 g natrium 1- heptansulfonat P
asetilsalisilat yang terlarut dengan mengukur serapan dalam campuran 850 ml air dan 150 ml asetonitril P,
alikuot yang jika perlu diencerkan dengan Media tambahkan asam asetat glasial P hingga pH 3,4.
disolusi pada panjang gelombang isobestik asam Larutan pengencer Campuran asetonitril P dan asam
asetilsalisilat dan asam salisilat pada 265±2 nm. format P (99:1).
Bandingkan dengan larutan baku Asam Asetilsalisilat Larutan baku Larutkan sejumlah Asam Asetilsalisilat
BPFI yang telah diketahui kadarnya dalam media yang BPFI yang ditimbang saksama, dengan Larutan
sama. [Catatan Larutan baku dibuat pada saat akan pengencer hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
digunakan. Dapat digunakan metanol tidak melebihi Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang 20
1% dari volume total untuk melarutkan baku tablet, masukkan sejumlah serbuk tablet yang ditimbang
pembanding sebelum diencerkan dengan media saksama setara dengan lebih kurang 100 mg asam
disolusi]. asetilsalisilat ke dalam wadah yang sesuai, tambahkan
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak 20,0 ml Larutan pengencer dan lebih kurang 10 manik
kurang dari 80 % (Q), C9H8O4, dari jumlah yang tertera kaca. Kocok kuat-kuat selama lebih kurang 10 menit dan
pada etiket. sentrifus (Larutan persediaan). Encerkan secara
kuantitatif 1 bagian volume Larutan persediaan yang
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. diukur saksama dengan 9 bagian volume larutan
pengencer (Larutan uji). Simpan sisa larutan persediaan
Kapasitas penetralan asam <451> Tidak kurang dari untuk uji asam salisilat.
1,9 mEq asam diperlukan untuk tiap 325 mg asam Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
asetilsalisilat dalam tablet. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom
Asam salisilat bebas Tidak lebih dari 3,0%; lakukan berukuran 4,0 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi
seperti tertera pada Kromatografi <931>. terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
Fase gerak dan Larutan pengencer Lakukan seperti respons puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
tertera pada Penetapan kadar. baku relatif tidak lebih dari 2,0%. Pada kromatografi
Larutan baku Larutkan sejumlah Asam Salisilat BPFI yang sesuai faktor ikutan tidak lebih besar dari 2,0.
yang ditimbang saksama seperti pada pembuatan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Larutan baku yang tertera pada Penetapan kadar hingga sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
lebih kurang 0,015 mg per ml. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg asam
Kadar. asetilsalisilat, C9H8O4,dalam bagian tablet yang
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada digunakan dengan rumus:
Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, ukur respons puncak seperti tertera pada
- 141 -
Kapasitas penetralan asam <451> Tidak kurang dari Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
5,0 mEq asam yang diperlukan untuk 1 tablet.
Asam salisilat bebas Tidak lebih dari 3,0%; lakukan
Salisilat bebas Tidak lebih dari 8,0%; lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
penetapan menurut cara uji Asam salisilat bebas seperti seperti tertera pada Kromatografi <931>.
tertera pada Tablet Asam Asetilsalisilat Didapar. Fase gerak dan Larutan pengencer Lakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar.
Penetapan kadar Lakukan seperti tertera pada Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Penetapan kadar dalam Tablet Asam Asetilsalisilat Salisilat BPFI, larutkan dalam Larutan baku yang dibuat
Didapar. dengan cara seperti tertera pada Penetapan Kadar
hingga kadar lebih kurang 0,015 mg per ml.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Larutan uji Gunakan Larutan persediaan yang dibuat
dengan cara seperti tertera pada Larutan uji dalam
Penetapan kadar.
- 142 -
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada asetilsalisilat, C9H8O4, dalam serbuk tablet yang
Penetapan Kadar, lakukan kromatografi terhadap digunakan dengan rumus:
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur pada Penetapan r
kadar: Simpangan baku relatif respons puncak asam 200 C U
salisilat tidak lebih dari 4,0%; resolusi, R, antara puncak rS
asam salisilat dan asam asetilsalisilat tidak kurang dari
2,0. C adalah Asam Asetilsalisilat BPFI dalam mg per ml
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
pada Penetapan Kadar. Waktu retensi relatif asam puncak asam asetilsalisilat dari Larutan uji dan Larutan
salisilat dan asam asetilsalisilat berturut-turut adalah 0,7 baku.
dan 1,0. Hitung persentase asam salisilat, C7H6O3,dalam
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus: Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
C rU
2000
QA rS ASAM ASKORBAT
Vitamin C
C adalah kadar Asam Salisilat BPFI dalam mg per ml Ascorbic Acid
Larutan baku; QA adalah jumlah dalam mg asam
HO
asetilsalisilat, C9H8O4, dalam serbuk tablet yang
digunakan, seperti tertera dalam Penetapan kadar; rU HO
O O
dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam H
Baku pembanding Asam Askorbat BPFI; tidak boleh VU dan VB masing-masing adalah volume dalam ml
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, diklorofenol indofenol LV pada titrasi Larutan uji dan
terlindung cahaya. penetapan blangko; E adalah kesetaraan tiap ml
diklorofenol indofenol LV dengan asam askorbat yang
Identifikasi Kocok sejumlah serbuk tablet dengan diperoleh pada pembakuan diklorofenol indofenol LV; V
etanol encer P secukupnya hingga kadar asam askorbat adalah volume Larutan uji yang digunakan pada titrasi;
lebih kurang 2% dari kadar yang tertera pada etiket, n adalah jumlah tablet asam askorbat yang digunakan
saring dan lakukan pengujian sebagai berikut: pada pembuatan Larutan uji.
A. Filtrat memenuhi Identifikasi B seperti tertera pada
Asam Askorbat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
B. Pada 2 ml filtrat, tambahkan 4 tetes biru metilen tidak tembus cahaya.
LP, hangatkan hingga suhu 40º: warna biru tua menjadi
lebih muda atau hilang dalam waktu 3 menit.
C. Pada 1 ml filtrat tambahkan 15 ml larutan asam ASAM BENZOAT
triklorasetat P (1 dalam 20), tambahkan lebih kurang Benzoate Acid
200 mg arang aktif P, kocok kuat-kuat selama 1 menit.
Saring melalui kertas saring lipat, jika perlu kembalikan COOH
Kadar Asam benzoat Baku pembanding Asam Folat BPFI; tidak boleh
Larutan uji 2 Eluasi Kolom B dengan 95 ml Pelarut, dikeringkan. Lakukan penetapan kadar air pada saat
kumpulkan eluat dalam labu tentukur 100-ml dan akan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
encerkan dengan Pelarut sampai tanda. terlindung cahaya.
Larutan baku asam benzoat Timbang saksama
sejumlah Asam Benzoat BPFI, larutkan dalam Pelarut, Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet larutan zat (1
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dalam 100.000) dalam larutan natrium hidroksida P (1
dengan Pelarut hingga kadar lebih kurang 40 µg per ml. dalam 250) menunjukkan maksimum dan minimum
Prosedur Ukur serapan Larutan uji 2 dan Larutan hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada
baku asam benzoat pada panjang gelombang serapan Asam Folat BPFI. Perbandingan serapan pada
maksimum lebih kurang 275 nm terhadap blangko maksimum 256 dan 365 nm adalah antara 2,80 dan 3,00.
Pelarut. Hitung jumlah dalam mg asam benzoat,
C7H6O2, dalam salep yang digunakan dengan rumus: Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 8,5%; aduk
pelarut metanol P sebelum dan selama penambahan zat
A uji dan selama titrasi.
2 ,5 C U
AS Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,3%.
C adalah kadar Asam Benzoat BPFI dalam µg per ml Kemurnian kromatografi Jumlah semua cemaran tidak
Larutan baku asam benzoat; AU dan AS berturut-turut lebih besar dari 2,0%. Lakukan penetapan dengan cara
adalah serapan dari Larutan uji 2 dan Larutan baku Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
asam benzoat. Kromatografi <931>.
Asam fosfat 3 N, amonium hidroksida 6 N, Fase
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik gerak, Larutan baku internal, Larutan baku persediaan,
dan hindarkan dari suhu lebih dari 30°. Larutan baku dan Sistem kromatografi. Lakukan seperti
tertera pada Penetapan Kadar.
Penandaan Etiket mencantumkan kadar asam benzoat
Larutan uji gunakan Larutan uji persediaan seperti
dan asam salisilat dan dasar salep berupa larut air atau
tertera pada Penetapan Kadar.
tidak larut air.
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 µl Larutan uji ke
dalam kromatograf, lakukan kromatografi selama tidak
kurang dari dua kali waktu retensi asam folat. Rekam
ASAM FOLAT kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Folic Acid
H
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
H2 N N N Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931> [Catatan Gunakan peralatan kaca
N
N
CH2NH CONH aktinik rendah].
Asam fosfat 3 N Larutkan 9,8 g asam fosfat P ke
HOOCH2CH2C C COOH
H
dalam 100 ml air.
Amonium hidroksida 6 N Encerkan 40 ml amonium
AsamN-[p-[[(2-Amino-4-hidroksi-6-pteridinil) hidroksida P dengan air hingga 100 ml.
metil]amino]-benzoil]-L-glutamat [59-30-3] Fase gerak Timbang 2 g kalium fosfat monobasa P,
C19H19N7O6 BM 441,40 masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml, larutkan
dengan lebih kurang 650 ml air. Tambahkan berturut-
Asam Folat mengandung tidak kurang dari 97,0% dan turut 15 ml tetrabutil amonium hidroksida 0,5 M dalam
tidak lebih dari 102,0%, C19H19N7O6, dihitung terhadap metanol P; 7 ml Asam fosfat 3 N dan 270 ml metanol P.
zat anhidrat. Dinginkan hingga suhu ruang dan atur pH hingga 5,0
dengan penambahan Asam fosfat 3 N atau Amonium
Pemerian Serbuk hablur kuning, kuning kecokelatan atau hidroksida 6 N, encerkan dengan air sampai tanda dan
jingga kekuningan; tidak berbau. saring. [Catatan Ukur pH sebelum digunakan].
Larutan baku internal Timbang saksama lebih kurang
Kelarutan Segera larut dalam alkali hidroksida dan 50 mg metilparaben, masukkan ke dalam labu tentukur
dalam alkali karbonat encer; larut dalam asam klorida 3 25-ml. Larutkan dengan 1 ml metanol P, encerkan
N panas dan dalam asam sulfat 2 Npanas; larut dalam dengan Fase gerak sampai tanda.
asam klorida 3 N panas dan asam sulfat 2 N panas Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
menghasilkan larutan berwarna kuning pucat; sangat Asam Folat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
sukar larut dalam air; tidak larut dalam etanol, dalam gerak hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml. [Catatan
aseton, dalam kloroform dan dalam eter. Gunakan 1 ml amonium hidroksida P 10% untuk
- 147 -
melarutkan asam folat setiap 100 ml larutan baku larutan natrium hidroksida P (1 dalam 250) dan saring.
persediaan]. Atur pH hingga 3,0 dengan asam klorida P, dinginkan
Larutan baku Pipet 4 ml Larutan baku persediaan ke sampai 5º, saring dan cuci endapan dengan air dingin
dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan 4 ml Larutan sampai air cucian terakhir tidak mengandung klorida.
baku internal, encerkan dengan Fase gerak sampai Kemudian cuci dengan aseton P dan keringkan pada
tanda. suhu 80 selama 1 jam; spektrum serapan ultraviolet
Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih larutan zat yang telah dikeringkan (1 dalam 100.000)
kurang 100 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur dalam larutan natrium hidroksida P (1 dalam 250)
100-ml. Tambahkan lebih kurang 40 ml Fase gerak dan menunjukkan maksimum dan minimum hanya pada
1 ml amonium hidroksida P 10%. Encerkan dengan Fase panjang gelombang yang sama seperti pada Asam Folat
gerak sampai tanda. BPFI. Perbandingan serapan pada maksimum 256 dan
Larutan uji Pipet 4 ml Larutan uji persediaan ke 365 nm adalah antara 2,80 dan 3,00.
dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan 4 ml Larutan
baku internal, encerkan dengan Fase gerak sampai Disolusi <1231>
tanda. Media disolusi : 500 ml air.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Alat Tipe 2 : 50 rpm.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Waktu : 45 menit.
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,0 mm x Prosedur Lakukan penetapan jumlah C19H19N7O6 yang
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,2 terlarut, menggunakan Prosedur yang tertera pada
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Penetapan kadar. Jika perlu lakukan modifikasi.
baku, ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
resolusi, R, antara puncak metilparaben dan puncak kurang dari 75% (Q) C19H19N7O6 dari jumlah yang
asam folat tidak kurang dari 3,6; dan simpangan baku tertera pada etiket.
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Keseragaman sediaan <911> memenuhi syarat.
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, asam Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
folat, C19H19N7O6, dalam zat dengan rumus: Kromatografi <931>.
Fase gerak Timbang saksama sejumlah 35,1 g natrium
R perklorat P dan1,40 g kalium fosfat monobasa P, masukkan
1250 C U ke dalam labu tentukur 1000-ml. Tambahkan 7,0 ml
RS kalium hidroksida 1 N dan 40 ml metanol P, encerkan
dengan air sampai tanda. Atur pH hingga 7,2 dengan
C adalah kadar Asam Folat BPFI dalam mg per ml penambahan kalium hidroksida 1 N atau asam fosfat P.
Larutan baku dihitung terhadap zat anhidrat; RU dan RS Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
berturut-turut adalah perbandingan respons puncak asam sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
folat terhadap respons puncak metilparaben dari Larutan Pelarut Buat larutan dalam air yang mengandung 2 ml
uji dan Larutan baku. amonium hidroksida P dan 1 g natrium perklorat P tiap 100
ml.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, Larutan kesesuaian sistem Buat larutan yang
tidak tembus cahaya. mengandung Asam Folat BPFI dan Senyawa Sejenis A
Asam Folat BPFI (kalsium formiltetrahidrofolat) masing-
masing lebih kurang 0,2 mg per ml dalam Pelarut. Saring
TABLET ASAM FOLAT dengan penyaring membran dengan porositas 1 m atau
Folic Acid Tablet lebih kecil, sebelum digunakan.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 30 mg
Tablet Asam Folat mengandung asam folat, C19H19N7O6, Asam Folat BPFI yang telah dikoreksi terhadap kadar
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari air, larutkan dan encerkan dengan Pelarut hingga kadar
jumlah yang tertera pada etiket. lebih kurang 0,20 mg per ml.
Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak
Baku pembanding Asam Folat BPFI; tidak boleh kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
dikeringkan; lakukan penetapan kadar air pada saat tablet setara dengan lebih kurang 10 mg asam folat,
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml larutkan dengan
terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A Asam Folat BPFI Pelarut, kocok kuat-kuat hingga asam folat larut,
(kalsium formiltetrahidrofolat); tidak boleh dikeringkan; encerkan dengan Pelarut sampai tanda. Saring melalui
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. penyaring kering, buang sejumlah filtrat pertama.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Identifikasi Larutkan sejumlah serbuk tablet setara Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dengan lebih kurang 100 mg asam folat dalam 100 ml dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
- 148 -
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 Sulfat <361> Encerkan zat dengan 90 bagian volume air
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan dan tambahkan 1 ml barium klorida LP: tidak segera
kesesuaian sistem dan Larutan baku,ukur respons terbentuk endapan.
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
puncak senyawa sejenis A asam folat dan asam folat Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 3 bpj.
(kalsium formiltetrahidrofolat) tidak kurang dari 3,6;
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Alkali Fosfat Masukkan 1 ml ke dalam gelas ukur,
lebih dari 2%. tambahkan 6 ml eter P dan 2 ml etanol P: tidak terjadi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume kekeruhan.
sama (lebih kurang 25 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 10 bpj.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg asam
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g
folat, C19H19N7O6, dalam serbuk tablet yang digunakan
zat dalam labu bersumbat kaca yang telah ditara,
dengan rumus:
encerkan dengan air hingga lebih kurang 120 ml,
tambahkan 0,5 ml timolftalein LP dan titrasi dengan
r natrium hidroksida 1 N LV hingga terjadi warna biru.
CV U
rS Lakukan penetapan blangko.
C adalah kadar Asam Folat BPFI, dalam mg per ml Tiap ml natrium hidroksida 1 N
Larutan baku; V adalah volume Larutan uji dalam ml, rU setara dengan 49,00 mg H3PO4
dan rs berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji
dan Larutan baku. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Phosphate Acid
CO 2H
COOCH3
H CH3
Senyawa sejenis Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 80 bpj; lakukan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan penetapan menggunakan 20 ml, tambahkan 2 tetes asam
dalam etanol P hingga kadar 2,0%. sulfat P, uapkan hingga kering dan pijarkan sisa tidak
Larutan baku I Timbang saksama sejumlah lebih dari 2 mg.
Dietanolamin Fusidat BPFI, larutkan dalam etanol P
hingga kadar 0,04%. Bromida atau iodida, Brom atau klor bebas, Sulfat
Larutan baku II Timbang saksama sejumlah Asam 3- dan Sulfit Encerkan dengan 2 bagian volume air untuk
Ketofusidat BPFI, larutkan dalam etanol P hingga kadar melakukan uji berikut :
0,04%. Bromida atau iodida Pada 10 ml enceran, tambahkan
Prosedur Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti 1 ml kloroform P, tambahkan dengan hati-hati, tetes
tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan secara demi tetes, klor LP yang telah diencerkan dengan air
terpisah masing-masing 5 µl Larutan uji, Larutan baku I volume sama sambil digoyang kuat-kuat: lapisan
dan Larutan baku II pada lempeng kromatografi silika kloroform tidak berwarna kuning, jingga atau ungu.
gel G. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi Brom atau klor bebas Pada 10 ml enceran tambahkan
yang telah dijenuhkan dengan fase gerak kloroform P- 1 ml kalium iodida LP, goyang dengan kuat: lapisan
asamasetat glasial P-sikloheksan P-metanol P kloroform P tidak berwarna ungu paling tidak selama 1
(160:20:20:5). Angkat lempeng, biarkan fase gerak menit.
menguap, keringkan pada suhu 110 selama 10 menit. Sulfat Pada campuran 3 ml enceran dan 5 ml air,
Semprot lempeng dengan larutan asam sulfat P 10% tambahkan 5 tetes barium klorida LP: tidak terjadi
dalam etanol P; keringkan pada suhu 110º selama 10 kekeruhan atau endapan dalam waktu 1 jam.
menit dan amati di bawah cahaya ultraviolet 366 nm. Sulfit Pada larutan yang telah digunakan untuk uji
Bercak merah lain selain bercak utama dari Larutan uji Sulfat, tambahkan 2 tetes iodum 0,1 N: tidak terbentuk
tidak lebih intensif dari bercak utama Larutan baku I. kekeruhan atau hilangnya warna iodum.
Bercak kuning dari Larutan uji tidak lebih intensifdari
bercak utama yang diperoleh dari Larutan baku II. Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 1 bpj; lakukan
penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat sebagai
Air <1031>Metode I 1,4% hingga 2,0% b/b; lakukan berikut: pada 2,5 ml (3g) zat, tambahkan 2,5 ml asam
penetapan menggunakan 1,5 g zat. klorida P, encerkan dengan air hingga 55ml; larutan
memenuhi Uji batas arsen tanpa penambahan 20 ml
Sisa pemijaran<301> Tidak lebih dari 0,2%. asam sulfat 7 N seperti tertera pada Prosedur.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500 Logam berat <371> Tidak lebih dari 5 bpj; lakukan
mg zat, larutkan dalam 10 ml etanol P dan titrasi dengan penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat sebagai
natrium hidroksida 0,1 N LV menggunakan indikator berikut: Uapkan 3,4 ml (4g) zat di atas tangas`uap
Fenolftalein LP. hingga kering, tambahkan 2 ml asam asetat 1 N,
kemudian encerkan dengan air hingga 25 ml.
1ml natrium hidroksida 0,1 N
setara dengan 51,67 mg C31H48O6 Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 3 ml
zat, di dalam labu bersumbat kaca berisi lebih kurang 20
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, ml air, yang telah ditara. Encerkan dengan lebih kurang
terlindung cahaya. 25 ml air, titrasi dengan natrium hidroksida 1 N LV
menggunakan indikator merah metil LP.
Asam N-2,3xililantrannilat [61-68-7] CS adalah kadar Asam Mefenamat BPFI dalam µg per
C15H15NO2 BM 241,29 ml Larutan baku; CU adalah kadar asam mefenamat
dalam µg per ml Larutan uji; ri adalah respons puncak
Asam Mefenamat mengandung tidak kurang dari 98,0% masing-masing cemaran dari Larutan uji; rS adalah
dan tidak lebih dari 102,0%, C15H15NO2, dihitung respons puncak asam mefenamat dari Larutan baku.
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih; Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
melebur pada suhu lebih kurang 230 disertai peruraian. Kromatografi <931>.
Dapar Buat larutan amonium fosfat monobasa 50
Kelarutan Larut dalam larutan alkali hidroksida; agak mM, atur pH hingga 5,0 dengan penambahan amonium
sukar larut dalam kloroform; sukar larut dalam etanol hidroksida 3 M.
dan dalam metanol; praktis tidak larut dalam air. Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar-
tetrahidrofuran P (23:20:7), saring dan awaudarakan.
Baku pembanding Asam Mefenamat BPFI; tidak boleh Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, system seperti tertera pada Kromatografi <931>.
terlindung cahaya. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Mefenamat BPFI, larutkan dalam Fase gerak jika perlu
Identifikasi encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan Fase
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah gerak hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per ml.
dikeringkan dan didispersikan kalium bromida P Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan zat, masukkan ke dalam labu tentukur 500-ml, larutkan
gelombang yang sama seperti pada Asam Mefenamat dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
BPFI. Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
pada Penetapan kadar. 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,0
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; baku, rekam kromatogram dan ukur respons
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam. puncakseperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom
tidak kurang dari 8200 lempeng teoritis; faktor ikutan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. tidak lebih dari 1,6 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
Logam berat<371> Tidak lebih dari 20 bpj. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
tidak lebih dari 0,1%; dan jumlah semua cemaran tidak respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg asam
lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan cara mefenamat, C15H15NO2, dalam zat dengan rumus:
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. r
Dapar, Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan 500 C U
seperti tertera pada Penetapan Kadar. rS
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Mefenamat BPFI, larutkan dengan Fase gerak hingga C adalah kadar Asam Mefenamat BPFI dalam mg per ml
kadar lebih kurang 10 µg per ml. Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg puncak Larutan uji dan Larutan baku.
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. Larutkan
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume tidak tembus cahaya.
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
- 151 -
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Baku pembanding Asam Mefenamat BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Disolusi <1231> terlindung cahaya.
Dapar tris 0,05 M Larutkan 60,5 g tris-
(hidroksimetil)aminometana P dalam 6000 ml air dan Identifikasi Ekstraksi sejumlah serbuk tablet yang
encerkan dengan air hingga 10.000 ml. Atur pH hingga mengandung 0,25 g asam mefenamat, dua kali, tiap kali
9,0±0,05 dengan penambahan asam fosfat P. Masukkan dengan 30 ml eter P. Cuci kumpulan ekstrak dengan
6000 ml larutan ini ke dalam labu yang lain, tambahkan air,uapkan hingga kering di atas tangas air dan keringkan
100 g natrium lauril sulfat P dan campur untuk residu pada 105º. Larutkan dalam sejumlah minimum
melarutkan. Pindahkan kembali campuran ke dalam etanol mutlak P dan uapkan hingga kering di atas tangas
larutan pertama dan campur. air. Spektrum serapan inframerah, sesuai dengan
Media disolusi : 900 ml Dapar tris 0,05 M spektrum serapan Asam Mefenamat BPFI.
Alat tipe 1 : 100 rpm
Waktu : 45 menit Waktu hancur <1251> 30 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C15H15NO2 yang
terlarut, menggunakan Prosedur seperti tertera pada 2,3-Dimetilanilin Lakukan penetapan dengan cara
Penetapan Kadar. Jika perlu lakukan modifikasi. Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak Kromatografi <931>.
kurang dari 75% (Q) C15H15NO2 dari jumlah yang tertera Larutan 1 Kocok sejumlah serbuk tablet yang setara
pada etiket. dengan 0,25 g asam mefenamat dengan 10 mlcampuran
diklorometan P-metanol P (3:1) selama 10 menit.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Sentrifus dan gunakan beningan.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Larutan 2 Buat larutan 2,3-dimetilanilin dalam
Kromatografi <931>. campuran diklorometan P-metanol P (3:1) dengan kadar
Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi 2,5 bpj.
Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 40
Asam Mefenamat. µl Larutan 1 dan Larutan 2 pada lempeng kromatografi
Larutan uji Keluarkan isi tidak kurang dari 20 kapsul, silika gel G. Masukkan lempeng ke dalam bejana
timbang dan tentukan bobot rata-rata isi kapsul. Timbang kromatografi yang berisi fase gerak campuran amonia
saksama sejumlah isi kapsul yang telah dicampur, setara 18 M - 1,4-dioksan P - toluen P (1:25:90) dan biarkan
dengan lebih kurang 100 mg asam mefenamat, merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat
masukkan ke dalam labu tentukur 500-ml. Tambahkan lempeng, keringkan dalam aliran udara hangat, lakukan
10,0 ml tetrahidrofuran P dan sonikasi lebih kurang 5 penampak bercak dengan Metode I. Bercak sesuai
dengan 2,3-dimetilanilin dalam kromatogram yang
- 152 -
diperoleh dari Larutan 1 tidak lebih intensif dari pada Kelarutan Larut dalam kloroform, dalam diklorometan,
bercak yang diperoleh dari Larutan 2 (100 bpj). dalam larutan alkali hidroksida dan dalam karbonat;
sukar larut dalam aseton, dalam etanol, dalam metanol
Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis dan dalam toluen; sangat sukar larut dalam eter dan
seperti tertera pada Kromatografi <931>. dalam air.
Larutan 1 Gunakan beningan yang diperoleh dari uji
2,3-dimetilanilin. Baku pembanding Asam Nalidiksat BPFI; lakukan
Larutan 2 Encerkan 1 bagian Larutan 1 menjadi 500 pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum
bagian dengan campuran diklorometan P-metanol P digunakan.
(3:1).
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 20 Identifikasi
µl Larutan 1 dan Larutan 2 pada lempeng kromatografi A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
silika gel GF 254. Masukkan lempeng ke dalam bejana dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
kromatografi yang berisi fase gerak campuran asam menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
asetat glasial P-1,4-dioksan P- toluen P (1:25:90) dan gelombang yang sama seperti pada Asam Nalidiksat
biarkan merambat hingga tiga per empat tinggi BPFI.
lempeng. Angkat lempeng dan keringkan di udara. B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam natrium
Paparkan dengan uap iodum selama 5 menit dan amati di hidroksida 0,01 N (1 dalam 200.000) menunjukkan
bawah sinar ultraviolet (254 nm). Bercak sekunder maksimum dan minimum hanya pada panjang
dalam kromatogram yang diperoleh dari Larutan (1) gelombang yang sama seperti pada Asam Nalidiksat
tidak lebih intensif daripada bercak yang diperoleh dari BPFI; daya serap masing-masing dihitung terhadap zat
Larutan (2) (0,2%). Abaikan bercak dengan nilai Rf 0,04 yang telah dikeringkan pada panjang gelombang serapan
atau kurang. maksimum 258 nm tidak boleh berbeda lebih dari 3,0%.
Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak kurang Jarak lebur <1021> Antara 225 dan 231.
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
yang setara dengan lebih kurang 0,5 g asam mefenamat, Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
larutkan dalam lebih kurang 80 ml etanol mutlak P lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam.
hangat yang telah dinetralkan terhadap larutan merah
fenol P, lakukan pemanasan atau sonikasi untuk Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
membantu pelarutan. Dinginkan, tambahkan etanol
mutlak P yang telah dinetralkan secukupnya hingga 100 Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
ml, campur dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 M
menggunakan larutan merah fenol P sebagai indikator. Kemurnian kromatografi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Tiap ml natrium hidroksida 0,1 M Nalidiksat BPFI, larutkan dalam kloroform P hingga
setara dengan 24,13 mg C15H15NO2. kadar 1,0 mg per ml.
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Larutan baku dalam kloroform P hingga kadar 0,1; 0,04
dan 0,02 mg per ml setara dengan 0,5; 0,2 dan 0,1%
cemaran uji.
ASAM NALIDIKSAT Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
Nalidixic Acid dalam kloroform P hingga kadar 20 mg per ml.
Prosedur Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
C2H3
tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan secara
H3C N N
terpisah masing-masing 10 l Enceran larutan baku dan
Larutan uji pada lempeng kromatografi silika gel.
COOH Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
O
telah dijenuhkan dengan fase gerak etanol P-kloroform
P-amonia LP (70:20:10) hingga fase gerak merambat
Asam 1-etil-1,4-dihidro-7-metil-4-okso-1,8-naftiridina-3- lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat
karboksilat [389-08-2] lempeng, biarkan fase gerak menguap dengan aliran
C12H12N2O3 BM 232,24 udara hangat. Amati lempeng di bawah cahaya
ultraviolet 254 nm. Bandingkan setiap bercak lain selain
Asam Nalidiksat mengandung tidak kurang dari 99,0% bercak utama Larutan uji dengan bercak utama Enceran
dan tidak lebih dari 101,0%, C12H12N2O3, dihitung larutan baku:tidak satupun bercak lain lebih intensif dari
terhadap zat yang telah dikeringkan. bercak utama yang diperoleh dari Enceran larutan baku
0,1 g per ml setara dengan cemaran 0,5% dan jumlah
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai kuning sangat
pucat; tidak berbau.
- 153 -
intensitas semua bercak lain selain bercak utama dari heksadesiltrimetilamonium bromida dalam 350 ml
Larutan uji tidak lebih dari 1%. metanol P. Tambahkan 325 ml metanol P, saring dan
awaudarakan. Larutan mempunyai pH lebih kurang 10.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 250 Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
mg zat, larutkan dalam 30 ml dimetilformamida P yang sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
sebelumnya telah dinetralkan terhadap timolftalein LP. Larutan baku internal Buat larutan Asam sulfanilat P
Titrasi dengan litium metoksida 0,1 N LV menggunakan dalam Fase gerak mengandung lebih kurang 0,8 mg per
pengaduk magnetik dan hindari penyerapan karbon ml.
dioksida dari udara. Larutan baku Buat larutan Asam Nalidiksat BPFI
dalam metanol P dengan kadar lebih kurang 0,18 mg per
Tiap ml litium metoksida 0,1 N ml. Pipet 5 ml larutan ini dan 1,0 ml Larutan baku
setara dengan 23,22 mg C12H12N2O3 internal ke dalam labu tentukur 25-ml, encerkan dengan
metanol P sampai tanda.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk setara
dengan lebih kurang 150 mg asam nalidiksat, masukkan
TABLET ASAM NALIDIKSAT ke dalam labu tentukur 500-ml, tambahkan lebih kurang
Nalidixic Acid Tablet 400 ml metanol P, sonikasi selama 30 menit. Kocok
secara mekanik selama 30 menit, sonikasi kembali
Tablet Asam Nalidiksat mengandung asam nalidiksat, selama 30 menit, encerkan dengan metanol P sampai
C12H12N2O3, tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih tanda dan saring. Pipet 3 ml filtrat jernih dan 1,0 ml
dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Larutan baku internal ke dalam labu tentukur 25-ml,
encerkan dengan metanol P sampai tanda.
Baku pembanding Asam Nalidiksat BPFI; lakukan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x
30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,5
Identifikasi Waktu retensi puncak asam nalidiksat dari ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
pada Penetapan kadar. seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif asam
sulfanilat lebih kurang 0,7 dan asam nalidiksat 1,0;
Disolusi <1231> resolusi, R, antara puncak asam sulfanilat dan asam
Media disolusi : 900 ml dapar pH 8,60; yang dibuat nalidiksat tidak kurang dari 1, simpangan baku relatif
sebagai berikut: campur 2,3 bagian volume natrium pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2%.
hidroksida 0,2 N; 2,5 bagian volume kalium fosfat Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
monobasa 0,2 N dan 2,0 bagian volume metanol P. Jika sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
perlu atur pH dengan penambahan natrium hidroksida 1 ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
N hingga 8,600,05. respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg asam
Alat tipe 2 : 60 rpm. nalidiksat, C12H12N2O3, dalam serbuk tablet yang
Waktu : 30 menit digunakan dengan rumus:
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C12H12N2O3,
yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika 12 .500 RU
perlu encerkan dengan natrium hidroksida 0,01 N dan C
3 R S
serapan larutan baku Asam Nalidiksat BPFI dalam
natrium hidroksida 0,01 N pada panjang gelombang
C adalah kadar Asam Nalidiksat BPFI dalam mg per ml
serapan maksimum 258 nm menggunakan blangko
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
campuran Media disolusi dan natrium hidroksida 0,01 N
dalam perbandingan yang sama seperti larutan uji. perbandingan respons puncak asam nalidiksat dan asam
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak sulfanilat Larutan uji dan Larutan baku.
kurang dari 80% (Q) C12H12N2O3 dari jumlah yang
tertera pada etiket. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Asam Nitrat mengandung tidak kurang dari 69,0% dan tersuspensi dan jika dilihat melalui cahaya transmisi,
tidak lebih dari 71,0% b/b HNO3 tidak menunjukkan perbedaan warna.
[Perhatian Hindari kontak langsung, dapat merusak
jaringan dengan cepat]. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 2 ml
zat dalam labu Erlenmeyer bersumbat kaca yang telah
Pemerian Cairan berasap; sangat korosif; bau khas, ditara, tambahkan 25 ml air. Titrasi dengan natrium
sangat merangsang. Mendidih pada suhu lebih kurang hidroksida 1 N LV menggunakan indikator merah metil
120; bobot jenis lebih kurang 1,41. Merusak jaringan LP.
hewan menjadi kuning.
Tiap ml natrium hidroksida 1 N
Identifikasi Menunjukkan reaksi nitrat cara A,B dan C setara dengan63,01 mg HNO3
seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5 mg (5 bpj);
lakukan penetapan menggunakan 70 ml (100 g) zat
dalam krus yang telah ditara, tambahkan 2 tetes asam ASAM RETINOAT
sulfat P, uapkan hingga kering. Pijarkan selama 15 Tretinoin
menit. Retinoic Acid
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,5 bpj; lakukan H3C CH3
CH3 CH3
Sulfat <361> Tidak lebih dari 1 bpj; lakukan penetapan Semua trans-asam retinoat [302-79-4]
sebagai berikut: Pada lebih kurang 28 ml, tambahkan 10 C20H28O2 BM 300,44
mg natrium karbonat P. Uapkan hingga kering, larutkan
dalam campuran 4 ml air dan 1 ml larutan asam klorida Asam Retinoat mengandung tidak kurang dari 97,0%
P (1 dalam 20) dan saring jika perlu. Cuci dua kali, tiap dan tidak lebih dari 103,0%, C20H28O2, dihitung terhadap
kali dengan 2 ml air, encerkan dengan air hingga 10 ml, zat yang telah dikeringkan.
tambahkan 1 ml barium klorida LP. Amati 10 menit Pemerian Serbuk hablur; kuning sampai jingga muda.
setelah penambahan larutan barium klorida dan
bandingkan kekeruhan dengan 40 µl asam sulfat 0,020 Kelarutan Tidak larut dalam air; sukar larut dalam
N. etanol dan dalam kloroform.
Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 0,1 bpj; lakukan
Baku pembanding Isotretinoin BPFI; simpan ampul
penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat sebagai
pada suhu di bawah 0°, biarkan mencapai suhu ruang
berikut: masukkan 210 ml (300 g) zat ke dalam gelas
sebelum dibuka dan gunakan isi segera setelah ampul
piala 1000 ml, tambahkan 5 ml asam sulfat P, uapkan
dibuka. Asam Retinoat BPFI; simpan ampul pada suhu
hingga terbentuk asap tebal belerang trioksida.
di bawah 0°, biarkan mencapai suhu ruang sebelum
Dinginkan hati-hati, tambahkan 500 ml air, uapkan
dibuka dan gunakan isi segera setelah ampul dibuka.
kembali hingga terbentuk asap tebal sulfur trioksida. Jika
[Catatan Hindari kontak dengan cahaya kuat dan
perlu ulangi pengenceran dan penguapan untuk
gunakan alat kaca aktinik rendah pada pelaksanaan
menghilangkan semua asam nitrat. Encerkan hati-hati
prosedur berikut ini].
dengan air hingga 35 ml.
Besi <331> Tidak lebih dari 0,2 bpj; lakukan penetapan Identifikasi
menggunakan 35 ml (50 g) zat dan encerkan dengan air A. Spektrum serapan inframerah zat yang didis-
hingga 47 ml. persikan dalam minyak mineral P menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 0,2 bpj; seperti pada Asam Retinoat BPFI.
lakukan penetapan sebagai berikut: Masukkan 70 ml B. Spektrum serapan ultraviolet dari larutan (1 dalam
(100 g) zat dalam gelas piala 250 ml, tambahkan lebih 250.000) dalam isopropil alkohol P yang diasamkan,
kurang 10 mg natrium karbonat P, uapkan di atas tangas yang dibuat dengan mengencerkan 1 ml asam klorida
uap hingga kering, tambahkan 25 ml air. 0,01 N dengan isopropil alkohol P hingga 1000 ml
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
Kejernihan larutan Kocok di dalam wadah asli, pipet gelombang yang sama seperti pada larutan Asam
10 ml ke dalam tabung reaksi berukuran 20 mm x 150 Retinoat BPFI; daya serap masing-masing dihitung
mm. Bandingkan dengan air dalam tabung reaksi lain terhadap zat yang telah dikeringkan, pada panjang
berukuran sama; cairan sama jernih dan bebas dari bahan
- 155 -
gelombang maksimum lebih kurang 352 nm berbeda Logam berat <371 >Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
tidak lebih dan 3,0%.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 240
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; mg zat, larutkan dalam 50 ml dimetilformamida P,
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu tambahkan 3 tetes larutan biru timol P dalam
ruang selama 16 jam. dimetilformamida P (1 dalam 100), titrasi dengan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. natrium metoksida 0,1 N LV hingga warna kehijauan.
Lakukan penetapan blangko.
Batas isotretinoin Tidak lebih dari 5,0%; lakukan
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi Tiap ml natrium metoksida 0,1 N
seperti tertera pada Kromatografi <931>. setara dengan30,04 mg C20H28O2
Fase gerak Buat campuran isooktana P - isopropil
alkohol P-asam asetat glasial P (99,65:0,25:0,1) saring Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian lebih baik di dałam gas inert, terlindung cahaya.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931> .
Larutan kesesuaian sistem I Timbang saksama GEL ASAM RETINOAT
sejumlah Asam Retinoat BPFI, larutkan dalam sedikit Tretinoin Gel
metilen klorida P, tambahkan sejumlah isooktana P Retinoic Acid Gel
hingga kadar lebih kurang 250 µg per ml.
Larutan baku I Timbang saksama sejumlah Gel Asam Retinoat mengandung Asam Retinoat,
Isotritinoin BPFI, larutkan dengan sedikit metilen C20H28O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
klorida P, tambahkan isooktana P hingga kadar lebih 130,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
kurang 250 µg per ml.
Larutan kesesuaian sistem II Pipet 5 ml Larutan baku Baku pembanding Asam Retinoat BPFI; simpan ampul
I ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan Larutan pada suhu di bawah 0°, biarkan mencapai suhu ruang
kesesuaian sistem I sampai tanda. sebelum dibuka dan gunakan isi segera setelah ampul
Larutan baku II Pipet 5 ml Larutan baku I ke dalam dibuka. [Catatan Hindari kontak dengan cahaya kuat
labu tentukur 100-ml, tambahkan isooktana P sampai dan gunakan alat kaca aktinik rendah pada pelaksanaan
tanda. prosedur berikut ini].
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan Identifikasi Spektrum serapan yang diperoleh antara
dalam sedikit metilen klorida P, tambahkan isooktana P panjang gelombang 300 dan 450 nm dari Larutan uji
sampai tanda. pada Penetapan kadar menunjukkan maksimum dan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi pada Asam Retinoat BPFI.
dilengkapi dengan detektor 352 nm dan kolom 4,0 mm x
25 cm berisi bahan pengisi L3. Laju aliran lebih kurang Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
1 ml per menit. Suntikkan pada kromatograf lebih
Penetapan kadar [Catatan Hindari kontak dengan
kurang 20 µl Larutan kesesuaian sistem II, ukur respons
cahaya kuat dan gunakan alat kaca aktinik rendah pada
puncak. Waktu retensi relatif isotretinoin dan asam
pelaksanaan prosedur berikut ini].
retinoat masing-masing lebih kurang 0,84 dan 1,00.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Simpangan baku relatif dari respons puncak isotretinoin
Retinoat BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif,
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0% dan
jika perlu secara bertahap dengan kloroform P hingga
resolusi, R, isotretinoin dan asam retinoat tidak kurang
kadar lebih kurang 3,75 µg per ml.
dari 2,0.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah gel setara
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dengan lebih kurang 375 µg tretinoin, masukkan ke
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku II dan Larutan
dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dalam lebih kurang
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
70 ml kloroform P, encerkan dengan kloroform P sampai
respons puncak utama. Hitung persentase isotretinoin
tanda.
dengan rumus:
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
C rU
10 kurang 365 nm dalam sel 1-cm, menggunakan kloroform
W rS P sebagai blangko. Hitung jumlah dalam µg, asam
retinoat, C20H28O2, dalam gel yang digunakan dengan
C adalah kadar Isotretinoin BPFI dalam µg per ml rumus:
Larutan baku II; W adalah bobot zat uji yang digunakan
dalam mg; ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak A
100 C U
isotretinoin dalam Larutan uji dan Larutan baku. AS
- 156 -
C adalah kadar Asam Retinoat BPFI dalam µg per ml encerkan dengan campuran tetrahidrofuran P-Pengencer
Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah serapan (3:2) sampai tanda, campur dan saring.
Larutan uji dan Larutan baku. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, dilengkapi dengan detektor 365 nm dan kolom 3,9 mm x
terlindung cahaya. 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 4
µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
KRIM ASAM RETINOAT kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Tretinoin Cream pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan
Retinoic Acid Cream ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Krim Asam Retinoat mengandung Asam Retinoat, sama (lebih kurang 25 µl) Larutan baku dan Larutan uji
C20H28O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg asam
Baku pembanding Asam Retinoat BPFI; simpan ampul retinoat, C20H28O2, dalam krim yang digunakan dengan
pada suhu di bawah 0°, biarkan mencapai suhu ruang rumus:
sebelum dibuka dan gunakan isi segera setelah ampul
dibuka. [Catatan Hindari kontak dengan cahaya kuat r
dan gunakan alat kaca aktinik rendah pada pelaksanaan
250 C U
prosedur berikut ini].
rS
C adalah kadar Asam Retinoat BPFI dalam µg per ml
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
diperoleh pada Penetapan kadar.
Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. dilipat atau wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
Kromatografi <931>.
Asam fosfat encer Encerkan 10 ml asam fosfat P
dengan air hingga100 ml.
Dapar fosfat Larutkan 1,38 mg natrium fosfat Asam salisilat [69-72-7]
monobasa P dalam 1000 ml air, atur pH hingga 3,0 C7H6O3 BM 138,12
dengan penambahan Asam fosfat encer. Saring dan
Asam Salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan
awadaurakan.
tidak lebih dari 101,0%, C7H6O3, dihitung terhadap zat
Pengencer Campuran air-Asam fosfat encer (9:1).
yang telah dikeringkan.
Fase gerak [Catatan Dapar fosfat dan tetrahidrofuran
disaring dan diawaudarakan secara terpisah sebelum Pemerian Hablur, biasanya berbentuk jarum halus atau
dicampur]. Buat campuran Dapar fosfat–tetrahidrofuran serbuk halus; putih; rasa agak manis, tajam dan stabil di
P (58:42). Jika perlu lakukan penyesuaian menurut udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak berbau. Jika
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna
<931>. kekuningan atau merah muda dan berbau lemah mirip
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam mentol.
Retinoat BPFI, larutkan dalam tetrahidrofuran P hingga
kadar lebih kurang 0,4 mg per ml. Pipet sejumlah Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam benzen,
volume larutan, encerkan secara kuantitatif dan jika mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air
perlu bertahap dengan campuran tetrahidrofuran P- mendidih; agak sukar larut dalam kloroform.
Pengencer (3:2) hingga kadar lebih kurang 4 µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim setara Identifikasi Menunjukkan reaksi salisilat seperti tertera
dengan lebih kurang 1,0 mg asam retinoat, masukkan ke pada Uji Idetifikasi Umum <291>.
dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 20,0 ml
tetrahidrofuran P. Kocok labu, jika perlu encerkan Jarak lebur <1021> Antara 158º dan 161º.
dengan tetrahidrofuran P sampai tanda, saring.
Masukkan 5ml filtrat ke dalam labu tentukur 25-ml,
- 157 -
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; semprotkan dengan larutan besi(III) klorida P (1 dalam
lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 3 jam. 60) dan panaskan pada suhu 60º selama 3 menit. Pada
setiap langkah visualisasi, bandingkan intensitas setiap
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,05%. bercak lain Larutan uji dengan bercak utama Enceran
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,014%; lakukan larutan baku: tidak ada satupun bercak lain yang lebih
penetapan menggunakan larutan uji yang dibuat sebagai intensif dari bercak utama Enceran larutan baku dengan
berikut: panaskan 1,5 g zat dalam 75 ml air hingga larut, kadar 0,375 mg per ml dan jumlah intensitas semua
dinginkan, tambahkan air sampai volume semula dan bercak lain Larutan uji tidak lebih dari 2,0%.
saring: 25 ml nitrat tidak lebih keruh dari larutan
blangko yang ditambahkan 0,10 ml asam klorida 0,020 Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500
N. mg zat, larutkan dalam 25 ml etanol encer P yang sudah
dinetralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N, tambahkan
Sulfat Tidak lebih dari 0,02%; lakukan penetapan fenoftalein LP dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,1
sebagai berikut: larutkan 12,0 g zat dalam 37 ml aseton N LV.
P, tambahkan 3 ml air. Lakukan titrasi secara
potensiometrik dengan timbal perklorat 0,02 M yang Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
dibuat dengan melarutkan 9,20 g timbal perklorat P setara dengan13,81 mg C7H6O3
dalam air hingga 1000 ml. Gunakan pH meter dengan
reproduksibilitas minimum ±0,1 mV seperti yang tertera Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
pada Penetapan pH <1071> yang dilengkapi dengan
elektrode timbal dan elektrode kaca pembanding perak-
perak klorida yang berisi larutan tetraetilamonium ASAM SITRAT
perklorat P dalam asam asetat glasial P (1 dalam 44): Citric Acid
digunakan tidak lebih dari 1,25 ml timbal perklorat
0,020 M.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan Asam sitrat [77-92-9]
penetapan dengan melarutkan 1 g zat dalam 25 ml C6H8O7 BM 192,13
aseton P, tambahkan 2 ml air dan 10 ml hidrogen sulfida C6H8O7.H2O [5949-29-1] BM 210,13
LP: warna yang terjadi tidak lebih gelap dari larutan
pembanding yang dibuat dari 25 ml aseton P ditambah 2 Asam Sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung satu
ml Larutan baku timbal dan 10 ml hidrogen sulfida LP. molekul air hidrat. Mengandung tidak kurang dari 99,5%
dan tidak lebih dari 100,5%, C6H8O7, dihitung terhadap
Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 500 mg zat zat anhidrat.
dalam 5 ml asam sulfat LP: larutan tidak lebih berwarna
dari Larutan padanan C. Pemerian Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk
hablur granul sampai halus; putih; tidak berbau atau
Kemurnian kromatografi praktis tidak berbau; rasa sangat asam. Bentuk hidrat
Pelarut Campuran kloroform P-metanol P (9:1). mekar dalam udara kering.
Fase gerak Campuran sama banyak n-butanol P yang
telah dijenuhkan dengan amonium hidroksida P dan Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut
aseton P. dalam etanol; agak sukar larut dalam eter.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Salisilat BPFI, larutkan dalam Pelarut hingga kadar 2,5 Identifikasi Menunjukkan reaksi Sitrat seperti tertera
mg per ml. pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran
Larutan baku dalam Pelarut hingga diperoleh kadar Air <1031> Metode I Bentuk anhidrat tidak lebih dari
masing-masing 0,375; 0,25 dan 0,05 mg per ml. 0,5% dan bentuk hidrat tidak lebih dari 8,8%.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
dalam Pelarut hingga kadar 50 mg per ml. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,05%.
Prosedur Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan secara Oksalat Netralkan 10 ml larutan zat (1 dalam 10)
terpisah masing-masing 20 µl Larutan uji dan Enceran dengan amonium hiroksida 6 N, tambahkan 5 tetes asam
larutan baku pada lempeng kromatografi silika gel klorida 3 N, dinginkan dan tambahkan 2 ml kalsium
setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana klorida LP: tidak terbentuk kekeruhan .
kromatografi yang berisi Fase gerak hingga merambat
lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat Sulfat Pada 10 ml larutan zat (1 dalam 10) tambahkan 1
lempeng, tandai batas rambat dan biarkan menguap ml barium klorida LP yang telah ditambahkan 1 tetes
dengan bantuan aliran udara hangat. Amati lempeng di asam klorida P: tidak terbentuk kekeruhan.
bawah cahaya ultraviolet 254 nm dan 366 nm;
- 158 -
Arsen <321> Metode I tidak lebih dari 3 bpj. Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
Zat mudah terarangkan Masukkan 1,0 g zat ke dalam Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 250
tabung reaksi dengan ukuran 22 x 175 mm yang telah mg zat, larutkan dalam campuran 50 ml metanol P dan
dibilas dengan 10 ml asam sulfat LP dan tiriskan selama 25 ml air, yang sebelumnya telah dinetralkan dengan
10 menit. Tambahkan 10 ml asam sulfat LP, goyang natrium hidroksida 0,02 N. Tambahkan Fenolftalein LP
sampai larut sempurna dan celupkan dalam tangas air sampai terjadi warna merah muda yang stabil selama
pada suhu 90±1 selama 60±0,5 menit, jaga permukaan tidak kurang dari 30 detik.
asam di bawah permukaan air selama pemanasan.
Dinginkan tabung reaksi dengan air mengalir dan Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
pindahkan larutan asam ke dalam tabung pembanding setara dengan11,21 mg C6H8O2
warna: warna asam tidak lebih tua dari volume sama
Larutan padanan K seperti tertera pada Warna dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Akromitas <1291> dalam tabung padanan, tabung terlindung cahaya dan hindarkan dari panas berlebih.
diamati vertikal dengan latar belakang putih.
COOH
H C OH
ASAM UNDESILENAT
Undecylenic Acid
HO C H
COOH CH2=CHCH2(CH2)6CH2COOH
atas tangas uap hingga bau eter tak tercium lagi, Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam
kemudian tambahkan beberapa mg arang aktif P, campur natrium hidroksida 1 N, dalam metanol, dalam etanol,
dan saring. Uapkan filtrat hingga hampir kering dan dalam aseton, dalam kloroform, dalam benzen, dalam
hablurkan kembali residu dengan etanol P 70%, hablur eter dan dalam n-heptan; sukar larut dalam asam klorida
anilida yang diperoleh melebur pada suhu antara 66º dan 0,1 N.
67,5º.
Baku pembanding Asam Valproat BPFI; tidak boleh
Suhu beku <1101> Tidak lebih dari 21º. dikeringkan. Sesudah ampul dibuka, simpan dalam
wadah tertutup rapat; Asam benzoat BPFI, keringkan di
Bobot jenis <981> Antara 0,910 dan 0,913. atas silika gel selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan
dalam wadah tertutup rapat.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,15%.
Identifikasi
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj. A. Spektrum serapan inframerah zat yang disebarkan
sebagai film tipis di antara lempeng natrium klorida,
Indeks bias <100> Antara 1,447 dan 1,448. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Asam Valproat
Bilangan iodum Antara 131 dan 138; lakukan BPFI.
penetapan seperti tertera pada Lemak dan minyak lemak B Masukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml larutan
<491>. kalium iodida P (1 dalam 50) dan 0,5 ml larutan kalium
iodat P (1 dalam 25); dan campur. Tambahkan 2 tetes zat
Asam larut dalam air Kocok 5 ml zat dengan 5 ml air dan campur: terjadi warna kuning.
dan saring lapisan air melalui kertas saring basah.
Tambahkan 1 tetes jingga metil LP, titrasi dengan Indeks bias <100> Lebih kurang 1,423 pada suhu 20º.
natrium hidroksida 0,01 N LV: diperlukan tidak lebih dari
1,0 ml natrium hidroksida 0,01 N LV untuk Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%.
menyesuaikan warna dengan larutan 1 tetes jingga metil
LP dalam 5 ml air. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 750 Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
mg zat, larutkan dalam 50 ml etanol P, tambahkan 3
tetes Fenolftalein LP, titrasi dengan natrium hidroksida Kemurnian kromatografi
0,1 N LV hingga terbentuk warna merah muda pertama Sistem kromatografi Lakukan Kromatografi gas
yang bertahan selama tidak kurang dari 30 detik. seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kromatograf
Lakukan penetapan blangko. dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 2
mm x 1,8 m berisi 10% fase diam G34 pada partikel
Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N penyangga SIA 80 - 100 mesh. Pertahankan suhu kolom,
setara dengan 18,43 mg C11H20O2 injektor dan detektor berturut turut pada lebih kurang
140º, 225º, 235º. Gunakan helium P kering sebagai gas
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tidak pembawa dengan laju alir lebih kurang 50 ml per menit.
tembus cahaya. Lakukan penyuntikan ulang dua kali (lebih kurang 1
µl) Asam Valproat BPFI, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: respons
ASAM VALPROAT puncak dan waktu retensi asam valproat pada
Valproic Acid kromatogram berturut-turut tidak boleh berbeda lebih
dari 1% dan 3%.
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 1
µl) zat ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak: perbandingan respon puncak asam
valproat terhadap jumlah semua respons puncak tidak
Asam propilvalerat [99-66-1] kurang dari 0,98.
C8H16O2 BM 144,21
Cemaran senyawa organik mudah menguap
Asam Valproat mengandung tidak kurang dari 98,0% <471>Metode V Memenuhi syarat.
dan tidak lebih dari 102,0%, C8H16O2, dihitung terhadap
zat anhidrat. Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P.
336,44 dan 372,89 berturut-turut adalah bobot molekul Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
asebutolol dan asebutolol hidroklorida; C adalah kadar pada suhu ruang terkendali.
Asebutolol Hidroklorida BPFI dalam μg per ml Larutan
baku; ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dari Larutan uji dan rS adalah respons puncak asebutolol TABLET ASEBUTOLOL HIDROKLORIDA
dari Larutan baku. Acebutolol Hydrochloride Tablet
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Tablet Asebutolol Hidroklorida mengandung Asebutolol
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Hidroklorida, C18H28N2O4.HCl, setara dengan
Kromatografi <931>. Asebutolol, C18H28N2O4, tidak kurang dari 95,0% dan
Dapar Larutkan lebih kurang 2,4 g natrium 1- tidak lebih dari 105,0%, dari jumlah yang tertera pada
dekanasulfonat P dalam 1000 ml air, atur pH hingga 3,5 etiket.
dengan penambahan asam asetat glasial P.
Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P (40:60), Baku pembanding Asebutolol Hidroklorida BPFI;
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asebutolol Identifikasi Larutkan secara terpisah sejumlah serbuk
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan tablet dan baku pembanding dalam sesedikit mungkin
metanol P hingga kadar lebih kurang 0,22 mg per ml etanol P, saring dan uapkan filtrat di atas tangas air
yang setara dengan asebutolol lebih kurang 0,2 mg per hingga kering. Spektrum serapan inframerah residu yang
ml. didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20 maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
kapsul, keluarkan semua isi kapsul. Bersihkan dan seperti pada Asebutolol Hidroklorida BPFI.
timbang saksama cangkang kapsul. Hitung bobot rata-
rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi kapsul Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara
setara dengan lebih kurang 200 mg asebutolol, Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, tambahkan Kromatografi <931>.
- 166 -
baku. Rekam kromatogram dan ukur respons puncak Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,5 unit
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Endotoksin FI per mg asetazolamida.
analit dan puncak baku internal tidak kurang dari 2,0 dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak pH <1071> Antara 9,0 dan 10,0; lakukan penetapan
lebih dari 1,0%. menggunakan larutan segar (1 dalam 10).
Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing
lebih kurang 20 µl Larutan baku dan Larutan uji ke Kesempurnaan melarut <901> Larutkan 1,0 g zat
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur dalam 10 ml air bebas karbon dioksida P: larutan jernih.
respons puncak utama. Waktu retensi relatif
asetazolamida dan sulfadiazin berturut-turut lebih Larutan terkonstitusi Pada waktu digunakan
kurang 0,7 dan 1,0. Hitung jumlah dalam mg memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera
asetazolamida, C4H6N4O3S2, dalam serbuk tablet yang pada Injeksi.
digunakan dengan rumus:
Sterilitas <71>, Keseragaman sediaan <911> dan
R Penandaan Memenuhi syarat seperti tertera pada
1000 C U Injeksi.
RS
Penetapan kadar
C adalah kadar Asetazolamida BPFI dalam mg per ml Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah Asetazolamida BPFI dan larutkan dalam larutan natrium
perbandingan respons puncak analit terhadap puncak hidroksida P (1 dalam 100) hingga kadar lebih kurang
baku internal yang diperoleh dari Larutan uji dan 100 µg per ml. Pipet 10 ml larutan ini, masukkan ke
Larutan baku. dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan asam klorida
0,1 N sampai tanda.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Larutan uji Larutkan isi satu wadah dosis tunggal
pada suhu ruang terkendali. dengan sejumlah volume air yang diukur saksama sesuai
dengan jumlah yang tertera pada etiket. Encerkan
sebagian larutan secara kuantitatif dan jika perlu
ASETAZOLAMIDA UNTUK INJEKSI bertahap hingga kadar lebih kurang 500 µg per ml. Pipet
Acetazolamide for Injection 5 ml larutan ke dalam labu tentukur 250-ml, tambahkan
25 ml asam klorida 1 N dan air secukupnya sampai
Asetazolamida untuk Injeksi dibuat dari Asetazolamida tanda.
dengan penambahan natrium hidroksida dan digunakan Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji
untuk sediaan parenteral. Kandungan setiap wadah bila pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
dikonstitusikan seperti dinyatakan pada etiket, kurang 265 nm menggunakan asam klorida 0,1 N
memberikan larutan yang mengandung asetazolamida, sebagai blangko. Hitung jumlah dalam µg,
C4H6N4O3S2, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih asetazolamida, C4H6N4O3S2, dalam 5,0 ml larutan injeksi
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. dengan rumus:
Pemerian Hablur atau serbuk hablur; putih atau hampir Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
putih. simpan dalam suhu ruang terkendali.
O
tertutup rapat dalam desikator. Bahan ini sangat H 3C N
H
higroskopis.
OH
Jarak lebur <1021> Metode I Antara 149º dan 152. Baku pembanding Asetilsistein BPFI; lakukan
pengeringan pada tekanan lebih kurang 50 mmHg
Keasaman Larutkan 100 mg zat dalam 10 ml air yang sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
baru dididihkan, tambahkan segera 1 tetes biru L-Fenilalanin BPFI; lakukan pengeringan pada suhu
bromotimol LP: diperlukan tidak lebih dari 0,50 ml 105º selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
natrium hidroksida 0,010 N untuk mengubah warna wadah tertutup rapat.
larutan.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang telah
Susut pengeringan <1121>Tidak lebih dari 1,0%; dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Asetilsistein BPFI.
Sisa pemijaran <301>Tidak lebih dari 0,2%.
Rotasi jenis <1081> Antara +21º dan +27; lakukan
Klorida Tidak kurang dari 19,3% dan tidak lebih dari penetapan sebagai berikut: Dalam labu tentukur 25-ml,
19,8% Cl dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan; campur 1,25 g zat dengan 1 ml larutan dinatrium edetat
lakukan penetapan sebagai berikut: Masukkan lebih P (1 dalam 100), tambahkan 7,5 ml larutan natrium
kurang 280 mg zat yang ditimbang saksama ke dalam hidroksida P (1 dalam 25), campur sampai larut.
cawan porselen, tambahkan 140 ml air dan 1 ml Encerkan sampai tanda dengan dapar pH 7,0 yang dibuat
diklorofluoresein LP. Campur dan titrasi dengan perak dengan mencampur 29,5 ml natrium hidroksida 1 N, 50
nitrat 0,1 N LV sampai perak klorida terflokulasi dan ml kalium fosfat monobasa 1 M dan air secukupnya
campuran berwarna merah muda lemah. hingga 100 ml. Atur pH 7,0 0,1; menggunakan pH
meter, jika perlu dengan penambahan salah satu dari
Tiap ml perak nitrat 0,1 N kedua larutan: rotasi jenis dihitung terhadap zat yang
setara dengan3,545 mg Cl telah dikeringkan, bandingkan dengan blangko yang
dibuat dengan jumlah dan pereaksi yang sama.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400
mg zat, larutkan dalam 15 ml air dalam labu Erlenmeyer pH <1071> Antara 2,0 dan 2,8; lakukan penetapan
bersumbat kaca. Tambahkan 40,0 ml natrium hidroksida menggunakan larutan zat (1 dalam 100).
0,1 N LV dan panaskan di atas tangas uap selama 30
menit. Tutup, biarkan dingin, tambahkan Fenolftalein LP
- 170 -
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
lakukan pengeringan pada tekanan lebih kurang 50 seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
mmHg pada suhu 70º selama 4 jam. asetilsistein dan L-fenilalanin berturut-turut adalah lebih
kurang 0,5 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%; lakukan asetilsistein dan puncak L-fenilalanin tidak kurang dari 6
pemijaran dengan cara sebagai berikut: Timbang dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
saksama lebih kurang 2 g zat, masukkan ke dalam cawan tidak lebih dari 2,0%.
silika yang telah ditara, panaskan pada lempeng pemanas Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
hingga memijar, dinginkan, tambahkan 1 ml asam sulfat sama (lebih kurang 5 µl) Larutan baku dan Larutan uji
P dan panaskan perlahan-lahan hingga tidak keluar asap ke dalam kromatograf; rekam kromatogram dan ukur
lagi. Pijarkan pada suhu 600 hingga karbon terbakar respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
habis. asetilsistein, C5H9NO3S, dalam zat dengan rumus:
pH <1071> Antara 6,0 dan 7,5. Kelarutan Larut dalam air; sukar larut dalam aseton dan
dalam etanol.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Baku pembanding Asetofenazin Maleat BPFI; lakukan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara pengeringan pada suhu 65 selama 4 jam sebelum
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada digunakan.
Kromatografi <931>. [Catatan selama penetapan, lindungi zat uji bahan baku
Fase gerak, Larutan baku internal, Larutan baku dan dan larutannya dengan cara melakukan penetapan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dengan segera, terhindar dari cahaya langsung, atau
Penetapan Kadar dalam Asetilsistein. gunakan alat kaca aktinik rendah].
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume larutan
setara dengan lebih kurang 1000 mg asetilsistein, Identifikasi
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dengan larutan natrium bisulfit P (1 dalam 2000) sampai dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P,
tanda. Pipet 10 ml larutan ini dan 10 ml Larutan baku maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
internal ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan seperti pada Asetofenazin Maleat BPFI.
dengan larutan natrium bisulfit P (1 dalam 2000) sampai B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam
tanda. metanol P (1 dalam 100.000) menunjukkan maksimum
Prosedur Suntikkan sejumlah volume sama (lebih dan minimum pada panjang gelombang yang sama
kurang 5 µl) Larutan baku dan Larutan ujike dalam seperti pada Asetofenazin Maleat BPFI; daya serap
kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons masing-masing dihitung terhadap zat yang telah
puncak utama. Hitung jumlah dalam mg asetilsistein, dikeringkan pada panjang gelombang serapan
C5H9NO3S, dalam tiap ml larutan dengan rumus: maksimum lebih kurang 243 nm berbeda tidak lebih dari
3,0%.
C RU C. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
2000
V R S secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Totolkan
masing-masing 10 l larutan dalam metanol P yang
mengandung (1) zat uji 0,1% dan (2) Asetofenazin
C adalah kadar Asetilsistein BPFI dalam mg per ml
Maleat BPFI 0,1 % pada jarak yang sama, 2,5 cm dari
Larutan baku; V adalah volume dalam ml larutan yang
tepi bawah lempeng kromatografi silika gel setebal 0,25
digunakan; RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
respon puncak asetilsistein terhadap L-fenilalanin dari
yang telah dijenuhkan dengan fase gerak campuran
Larutan uji dan Larutan baku.
aseton P - amonium hidroksida P (95:5) dan biarkan
merambat lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
Angkat lempeng, biarkan fase gerak menguap. Amati di
atau dosis ganda, tertutup rapat, yang secara efektif
bawah cahaya ultraviolet 366 nm: Harga Rf bercak utama
mencegah masuknya oksigen dan simpan dalam suhu
yang diperoleh dari larutan (1) sesuai dengan yang
ruang terkendali.
diperoleh dari larutan (2).
anhidrida asetat P, biarkan selama 5 menit. Tambahkan secara bertahap 25º per menit hingga 190º. Pertahankan
1 tetes indikator kristal violet LP, titrasi dengan asam suhu injektor dan detektor pada 250º.
perkolat 0,1 N LV hingga berwarna kuning hijau. Prosedur Suntikkan secara terpisah, sejumlah volume
Lakukan penetapan blangko. sama (lebih kurang 1,0 µl) Larutan baku, zat uji dan
isopropanoldehidrat P sebagai blangko ke dalam
Tiap ml asam perklorat 0,1 N kromatograf gas. Rekam kromatogram dan ukur respons
setara dengan 32,19 mg C23H29N3O2S.2C4H4O4 puncak air. Hitung persentase air dalam zat uji
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat berdasarkan waktu retensi relatif air dan isopropanol
tidak tembus cahaya. dehidrat P berturut-turut 1,0 dan 1,9. Respons puncak
air dari zat uji tidak lebih besar dari respons puncak air
Larutan baku setelah dikoreksi terhadap respons puncak
ASETON air dari blangko.
Acetone
Residu yang tidak menguap Tidak lebih 40 bpj;
lakukan penetapan sebagai berikut: Uapkan di atas
tangas uap 50 ml dalam cawan porselen yang telah ditara
dan keringkan pada suhu 105º selama 1 jam: residu tidak
Aseton [67-64-1] lebih dari 2 mg.
C3H6O BM 58,08
Zat mudah teroksidasi Campur 20 ml zat dan 0,10 ml
Aseton mengandung tidak kurang dari 99,0%, C3H6O, kalium permanganat 0,10 N dalam labu bersumbat kaca:
dihitung terhadap zat anhidrat.[Catatan Aseton sangat warna merah muda dari campuran tidak hilang sama
mudah terbakar, tidak boleh ada pada tempat yang ada sekali dalam waktu 15 menit.
percikan api].
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Pemerian Cairan transparan; tidak berwarna; mudah Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
menguap; bau khas. Larutan (1 dalam 2) netral terhadap <931>.
kertas lakmus. Larutan kesesuaian sistem Pipet 1 ml Metanol BPFI
dan 1 ml Aseton BPFI ke dalam labu tentukur 50-ml,
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, etanol, eter, larutkan dan encerkan dengan tetrahidrofuran P sampai
kloroform, hampir semua minyak dan minyak mudah tanda.
menguap. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
Baku pembanding Metanol BPFI, Aseton BPFI. dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kapiler
leburan silika 0,32 mm x 30 m berisi bahan pengisi G43
Identifikasi dengan lapisan 1,8 µm. Gas pembawa helium P dengan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang di ukur kecepatan linear 35 cm per detik dan perbandingan
dalam sel natrium klorida menunjukkan maksimum “split” 1:400. Pertahankan suhu kolom pada 40° pada 5
hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada menit pertama, naikkan suhu secara bertahap 20º per
Aseton BPFI. menit hingga 240º. Pertahankan suhu injektor pada 200°
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan dan detektor pada 280°. Lakukan kromatografi terhadap
uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh Larutan kesesuaian system, rekam kromatogram dan
pada Penetapan kadar. ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
waktu retensi relatif aseton, metanol dan tetrahidrofuran
Bobot jenis <981>Tidak lebih dari 0,789. berturut-turut adalah 1,0; 0,6 dan 1,9; resolusi, R, antara
puncak metanol dan puncak aseton tidak kurang dari 15.
Air Tidak lebih dari 0,5 %; lakukan penetapan dengan Prosedur Suntikkan lebih kurang 1 µl zat ke dalam
cara Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
<931>. puncak. Hitung persentase aseton, C3H6O, sebagai
Larutan baku Pipet 0,5 ml air ke dalam labu tentukur anhidrat dalam zat yang digunakan dengan rumus:
100-ml yang kering, encerkan dengan isopropanol
dehidrat P sampai tanda. r
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 100 U
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
rT
dengan detektor penghantar panas dan kolom kapiler rU adalah respons puncak aseton dari zat; rT jumlah
0,32 mm x 50 m berisi bahan pengisi S2 dengan tebal respons semua puncak. [Catatan Tidak dilakukan koreksi
lapisan 5,0 µm. Gas pembawa helium P, dengan laju alir terhadap kandungan air, karena air tidak memberikan
lebih kurang 11,0 ml per menit, “split rate” 50 ml per respons terhadap detektor ionisasi nyala].
menit. Atur suhu kolom pada 100º dan naikkan suhu
- 173 -
Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, Penetapan kadar dan batas guanin Lakukan
jauhkan dari api. penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat larutan asam asetat glasial P dalam
ASIKLOVIR air (1 dalam 1000) saring dan awaudarakan. Jika perlu
Acyclovir lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
O
Larutan baku guanin Timbang saksama lebih kurang
N 8,75 mg guanin, masukkan ke dalam labu tentukur 500-
NH ml, larutkan dalam 50 ml natrium hidroksida 0,1 N,
encerkan dengan air sampai tanda.
N
NH2 N
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg
CH2OCH2CH2OH Asiklovir BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
ml, larutkan dalam 5 ml natrium hidroksida 0,1 N,
9-[(2-Hidroksietoksi)metil]guanina [59277-89-3] encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 10 ml larutan
C8H11N5O3 BM 225,21 ini dan 2 ml Larutan baku guanin ke dalam labu
tentukur 50-ml, encerkan dengan natrium hidroksida
Asiklovir mengandung tidak kurang dari 98,0% dan 0,01 N sampai tanda, campur hingga diperoleh larutan
tidak lebih dari 101,0%, C8H11N5O3, dihitung terhadap yang mengandung asiklovir 0,1 mg per ml dan guanin
zat anhidrat. 0,7 µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
Pemerian Serbuk hablur; putih hingga hampir putih; zat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, larutkan
melebur pada suhu lebih dari 250 disertai peruraian. dalam 20 ml natrium hidroksida 0,1 N, encerkan dengan
air sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ini ke dalam labu
Kelarutan Larut dalam asam klorida encer; sukar larut tentukur 50-ml, encerkan dengan natrium hidroksida
dalam air; tidak larut dalam etanol. 0,01 N sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Baku pembanding Asiklovir BPFI; tidak boleh Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dikeringkan. Tetapkan kadar air secara titrimetri pada dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,2 mm x
waktu akan digunakan untuk analisis kuantitatif. Simpan 30 cm berisi pengisi L1. Laju alir lebih kurang 3 ml per
dalam wadah tertutup rapat. menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Identifikasi tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
A. Spektrum inframerah zat yang didispersikan dalam asiklovir dan guanin tidak kurang dari 2,0; faktor ikutan
kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada untuk puncak analit tidak lebih dari 2 dan simpangan
bilangan gelombang yang sama seperti baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
pada Asiklovir BPFI. 2,0%.
B. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti tertera sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku, Larutan baku
pada Penetapan Kadar dan batas guanin. guanin dan Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur
respons puncak. Hitung jumlah dalam µg guanin, dengan
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 6,0%. rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Bercak sekunder yang diperoleh dari Larutan (1) tidak
pada suhu ruang, terlindung cahaya dan lembab. lebih intensif dari bercak Larutan (4) (1,0%). Abaikan
bercak lain yang muncul tepat di bawah batas rambat
fase gerak.
KRIM ASIKLOVIR Penetapan kadar Timbang saksama sejumlah krim
Acyclovir Cream setara dengan 7,5 mg asiklovir, masukkan ke dalam
corong pisah yang sesuai, tambahkan 50 ml asam sulfat
Krim Asiklovir adalah asiklovir dalam dasar krim yang 0,5 M dan 50 ml etil asetat P, kocok, biarkan memisah
sesuai. Mengandung asiklovir, C8H11N5O3, tidak kurang dan kumpulkan lapisan air bagian bawah yang jernih.
dari 95,0% dan tidak lebih dari105,0% dari jumlah yang Cuci lapisan organik dengan 20 ml asam sulfat 0,5 M,
tertera pada etiket. encerkan campuran cucian dan lapisan air dengan asam
sulfat 0,5 M hingga 100,0 ml. Campur dan saring dengan
Baku pembanding Asiklovir BPFI; tidak boleh kertas Whatman GF/F, buang filtrat pertama dan pipet
dikeringkan. Tetapkan kadar air pada waktu akan 10 ml filtrat ke dalam labu tentukur 50-ml tambahkan air
digunakan untuk analisis kuantitatif. Simpan dalam sampai tanda. Ukur serapan pada panjang gelombang
wadah tertutup rapat. serapan maksimum lebih kurang 255 nm. Hitung jumlah
dalam mg asiklovir, C8H11N5O3, dalam krim yang
Identifikasi digunakan dengan rumus:
A. Spektrum serapan ultravioletLarutan uji pada
panjang gelombang 230 - 350 nm menunjukkan AU
5000
maksimum pada 255 nm sesuai dengan Larutan baku A
yang diperoleh pada Penetapan kadar.
1 %, 1 cm
B. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram
Larutan (2) sesuai dengan Larutan (3) seperti tertera AU adalah serapan larutan uji; A(1%,1 cm) adalah serapan
pada Batas guanin. jenis asiklovir dalam air pada panjang gelombang 255
nm yang nilainya 562.
Guanin Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>. Wadah dan penyimpanan Simpan pada suhu tidak
Larutan (1) Masukkan sejumlah krim yang telah lebih dari 25.
dicampur homogen setara dengan lebih kurang 30 mg
asiklovir ke dalam 10 ml tabung sentrifuga berskala dan
bertutup, tambah 3 ml natrium hiroksida 0,1 M dan SALEP ASIKLOVIR
kocok hingga krim terdispersi. Tambah 5 ml campuran Acyclovir Ointment
kloroform P- 1-propanol P (1:2), kocok, sentrifus dan
pindahkan lapisan atas ke dalam tabung sentrifuga yang Salep Asiklovir mengandung Asiklovir, C8H11N5O3, tidak
berbeda, encerkan dengan natrium hiroksida 0,1 M kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
hingga 5 ml. Campur, sentrifus dan gunakan lapisan air jumlah yang tertera pada etiket, dalam dasar salep yang
bagian atas. sesuai.
Larutan (2) Encerkan Larutan (1) dengan natrium
hidroksida 0,1 M (1:10). Baku pembanding Asiklovir BPFI, tidak boleh
Larutan (3) Timbang saksama lebih kurang 6 mg dikeringkan. Lakukan penetapan kadar air secara
Asiklovir BPFI, larutkan dalam 10 ml natrium titrimetri pada waktu akan digunakan untuk analisis
hidroksida 0,1 M. kuantitatif. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Larutan (4) Timbang saksama lebih kurang 6 mg
guanin, larutkan dalam 100 ml natrium hidroksida 0,1 Identifikasi Waktu retensi puncak utama dari Larutan
M. uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
Prosedur Lakukan Kromatografi lapis tipisseperti pada Penetapan kadar.
tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan secara
terpisah masing-masing 10 ml Larutan (1), Larutan Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung
(2),Larutan (3) dan Larutan (4) pada lempeng Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
kromatografi yang dilapisi selulosa F254. Masukkan
lempeng ke dalam bejana yang berisi etil asetat P dan Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
biarkan pelarut merambat hingga bagian atas lempeng.
Angkat lempeng, keringkan dalam aliran udara dan ulangi Guanin Tidak lebih dari 2,0%; lakukan penetapan
pengembangan dengan arah yang sama menggunakan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
campuran1-propanol P-amonia 13,5 M-amonium sulfat tertera pada Kromatografi <931>.
5% b/v (10:30:60), biarkan pelarut merambat 8 cm di Fase gerak, Larutan uji dan Sistem kromatografi
atas garis penotolan. Angkat lempeng, biarkan kering di lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar.
udara dan amati di bawah sinar ultraviolet 254 nm.
- 175 -
Larutan baku Timbang saksama sejumlah guanin, baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
larutkan dalam natrium hidroksida 0,1 N, jika perlu 2,0%.
encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan natrium Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
hidroksida 0,1 N hingga kadar lebih kurang 2 μg per ml. sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg,
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur asiklovir, C8H11N5O3, dalam salep yang digunakan
respons puncak. dengan rumus:
Hitung persentase guanin dengan rumus:
r
100 C U
C rU
rS
100
D rS
C adalah kadar Asiklovir BPFI dalam mg per ml Larutan
C adalah kadar guanin dalam mg per ml Larutan baku; baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
D adalah kadar asiklovir dalam mg per ml Larutan uji; Larutan uji dan Larutan baku.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak guanin
dari Larutan uji dan Larutan baku. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
pada suhu antara 15 dan 25 di tempat kering.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. TABLET ASIKLOVIR
Fase gerak Buat larutan asam asetat 0,02 M, saring Acyclovir Tablet
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian system seperti tertera pada Tablet Asiklovir mengandung asiklovir, C8H11N5O3,
Kromatografi <931>. tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
Larutan kesesuaian sistem 1 Timbang sejumlah jumlah yang tertera pada etiket.
Asiklovir BPFI dan guanin, larutkan dalam natrium
hidroksida 0,1 N; jika perlu encerkan secara kuantitatif Baku pembanding Asiklovir BPFI; tidak boleh
dan bertahap dengan natrium hidroksida 0,1 N hingga dikeringkan. Tetapkan kadar air secara titrimetri pada
kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per ml. waktu akan digunakan untuk analisis kuantitatif. Simpan
Larutan kesesuaian sistem 2 Timbang sejumlah dalam wadah tertutup rapat.
guanin, larutkan dalam natrium hidroksida 0,1 N; jika
perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram
natrium hidroksida 0,1 N hingga kadar lebih kurang 2 µg Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh
per ml. pada Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asiklovir
BPFI, larutkan dalam natrium hidroksida 0,1 N; jika Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan Keragaman bobot.
natrium hidroksida 0,1 N hingga kadar lebih kurang 0,1
mg per ml. Disolusi <1231>
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep setara Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,1 N
dengan lebih kurang 10 mg asiklovir, masukkan ke Alat tipe 2: 50 rpm
dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan Waktu: 45 menit
dengan natrium hidroksida 0,1 N sampai tanda. Prosedur Lakukan penetapan jumlah C8H11N5O3 yang
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada terlarut dengan mengukur alikuot yang telah diencerkan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dengan asam klorida 0,1 N dan serapan Larutan baku
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x Asiklovir BPFI dalam media yang sama pada panjang
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 3,0 gelombang serapan maksimum lebih kurang 254 nm.
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kesesuaian sistem 1, rekam kromatogram dan ukur kurang dari 80% (Q) C8H11N5O3 dari jumlah yang tertera
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu pada etiket.
retensi relatif guanin dan asiklovir berturut-turut adalah
lebih kurang 0,6 dan 1,0; resolusi, R antara puncak Senyawa sejenis tidak lebih dari 2,0%, kandungan
guanin dan puncak asiklovir tidak kurang dari 2,0 dan cemaran guanin dan kandungan cemaran lain tidak lebih
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatogafi
lebih dari 2,0%. Lakukan kromatografi terhadap Larutan cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
kesesuaian sistem 2, rekam kromatogram dan ukur <931>.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi.
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
- 176 -
Larutan uji Gunakan Larutan uji seperti tertera pada ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Penetapan Kadar. respons puncak. Hitung jumlah dalam mg asiklovir,
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang C8H11N5O3, dalam serbuk tablet yang digunakan dengan
20 l) Larutan uji ke dalam kromatograf. Hitung rumus:
persentase masing-masing cemaran pada serbuk tablet
yang digunakan dengan rumus: r
100 C U
rS
r
100 i
rS C adalah kadar Asiklovir BPFI dalam mg per ml Larutan
baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dan rS Larutan uji dan Larutan baku.
adalah jumlah respons semua puncak.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara antara suhu 15 dan 25. Terlindung cahaya dan lembab.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Asam asetat 0,02 M, saring dan ASTEMIZOL
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Astemizole
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Larutan kesesuaian sistem 1 Timbang saksama
sejumlah Asiklovir BPFI dan guanin, larutkan dalam
natrium hidroksida 0,1 N, encerkan secara kuantitatif
dan jika perlu bertahap dengan air hingga diperoleh
kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per ml.
Larutan kesesuaian sistem 2 Timbang saksama 1-(p-Fluorobenzil)-2-[[1-(p-metoksifenetil)-4-
sejumlah guanin larutkan dalam natrium hidroksida 0,1 piperidil]amino]-benzimidazol [68844-77-9]
N, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap C28H31FN4O BM 458,58
dengan air hingga diperoleh kadar 2,0 µg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asiklovir Astemizol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
BPFI, larutkan dalam natrium hidroksida 0,1 N, larutkan tidak lebih dari 102,0%, C28H31FN4O, dihitung terhadap
dan encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap zat yang telah dikeringkan.
dengan air hingga diperoleh larutan dengan kadar lebih
kurang 0,1 mg per ml. Pemerian Serbuk putih atau hampir putih.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
10 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, mudah larut
setara dengan lebih kurang 10 mg asiklovir, masukkan dalam metilen klorida dan dalam metanol, larut dalam
ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dalam 10 ml etanol.
natrium hidroksida 0,1 N, encerkan dengan air sampai
tanda dan saring. Baku pembanding Astemizol BPFI; lakukan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105 selama
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
rapat.
25 cm berisi bahan pengisi L1, pertahankan suhu kolom
pada 400. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
sistem 1, rekam kromatogram dan ukur respons puncak maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
asiklovir seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
seperti pada Astemizol BPFI.
relatif guanin dan asiklovir berturut-turut adalah lebih
kurang 0,6 dan 1,0; resolusi, R, antara guanin dan
Jarak lebur <1021> Antara 175 dan 178.
asiklovir tidak kurang dari 2,0; dan simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2%.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
Lakukan kromatografi pada Larutan kesesuaian sistem 2,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105
selama 4 jam.
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
- 177 -
Kemurnian kromatografi Tidak lebih dari 0,25% untuk Pnetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
masing-masing cemaran dan tidak lebih dari 0,5% untuk Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
cemaran total. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi <931>.
Kromatografi cair kinerja tinggiseperti tertera pada Fase gerak Buat campuran metanol P-amonium asetat
Kromatografi <931>. 0,13 M-asetonitril P-dietilamin P (470:300:230:1), atur
Larutan A Buat larutan dalam air yang mengandung pH hingga 7,5 dengan asam asetat glasial P. Jika perlu
17 g tetrabutilamonium hidrogen sulfat P per liter, saring lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian tertera pada Kromatografi <931>.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Larutan baku Timbang saksama sejumlah Astemizol
Kromatografi <931>. BPFI, larutkan dalam Fase gerak, encerkan secara
Larutan B Gunakan asetonitril P, saring dan kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Fase gerak
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per ml.
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
<931>. masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Astemizol Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
BPFI, larutkan dalam metanol P, encerkan secara dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan metanol P 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2
hingga kadar lebih kurang 25 g per ml. ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Astemizol BPFI dan ketokonazol, larutkan dalam seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak
metanol P, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu kurang dari 4000 lempeng teoritis, faktor ikutan tidak
bertahap dengan metanol P hingga kadar berturut-turut lebih dari 1,8 dan simpangan baku relatif pada
lebih kurang 25 dan 250 g per ml. penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah lebih kurang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
100 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai tanda. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi astemizol, C28H31FN4O, dalam zat uji dengan rumus:
dilengkapi dengan detektor 278 nm dan kolom 4,6 mm x
10 cm berisi bahan pengisi L1 yang dideaktivasi dengan r
50 C U
basa dengan ukuran partikel 3 m. Laju alir lebih kurang rS
1 ml per menit. Buat keseimbangan sistem dengan
asetonitril P dan kemudian dengan 95% Larutan A dan C adalah kadar Astemizol BPFI dalam mg per ml
5% Larutan B, pertahankan komposisi ini selama 5 Larutan baku; rU dan rs berturut-turut adalah respons
menit sebelum penyuntikan. Setelah penyuntikan puncak Larutan uji dan Larutan baku.
lakukan perubahan komposisi secara berangsur menjadi
80% Larutan A dan 20% Larutan B dalam waktu 15 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
menit dan pertahankan komposisi ini selama 3 menit.
Bilas kolom dengan 100% Larutan B selama 5 menit,
kemudian buat keseimbangan sistem ke komposisi awal
TABLET ASTEMIZOL
selama 5 menit sebelum penyuntikan berikutnya.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam Astemizole Tablet
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak astemizol dan Tablet Astemizol mengandung astemizol, C28H31FN4O,
ketokonazol tidak kurang dari 1,5. tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume jumlah yang tertera pada etiket.
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Baku pembanding Astemizol BPFI; lakukan
seluruh respons puncak. Hitung persentase masing- pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105 selama
masing cemaran dengan rumus: 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
rapat.
r Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada
0 , 25 i
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
rS
Larutan uji Pindahkan sejumlah serbuk tablet setara
dengan lebih kurang 100 mg astemizol ke dalam labu
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rs
tentukur 100-ml, tambahkan metanol P sampai tanda dan
adalah respons puncak Larutan baku. saring.
- 178 -
Larutan baku Buat larutan Astemizol BPFI dalam setara dengan lebih kurang 50 mg astemizol, masukkan
metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml. ke dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan 25 ml Fase
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 gerak, kocok selama 30 menit, encerkan dengan Fase
l Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng gerak sampai tanda, sentrifus. Gunakan cairan beningan
kromatografi silika gel dengan tebal silika gel 0,25 mm. sebagai Larutan uji.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
berisi campuran fase gerak toluen P–dioksan P-metanol sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
P-amonium hidroksida P (60:30:10:1) dan biarkan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg,
lempeng, tandai batas pelarut, keringkan di udara dan astemizol, C28H31FN4O dalam serbuk tablet yang
amati di bawah sinar ultraviolet 254 nm: harga Rf bercak digunakan dengan rumus:
utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
r
Disolusi <1231> 50 C U
Media disolusi: 800 ml cairan lambung buatan LP rS
(tanpa enzim).
Alat tipe 2:100 rpm. C adalah kadar Astemizol BPFI dalam mg per ml
Waktu: 45 menit. Larutan baku; rU dan rs berturut-turut adalah respons
Prosedur Lakukan penetapan jumlah astemizol, puncak Larutan uji dan Larutan baku.
C28H31FN4O terlarut dengan mengukur serapan alikuot,
jika perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
larutan baku Astemizol BPFI dalam media yang sama
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 285 nm. ATENOLOL
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak Atenolol
kurang dari 80% (Q) C28H31FN4O dari jumlah yang
OH
tertera pada etiket. H
O N CH3
O
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
CH3
H2N
ml. H3CO
OCH3 H3CO
OCH3
r Ester 2-(2-karboksietil)-1,2,3,4-tetrahidro-6,7-dimetoksi-2-
900 CD U
rS metil-1-veratrilisokuinolinium benzensulfonat, penta
metilen [64228-81-5]
C adalah kadar Atenolol BPFI dalam mg per ml Larutan C65H82N2O18S2 BM 1243,48
baku; D adalah faktor pengenceran Larutan uji; rU dan
rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan Atrakurium Besilat mengandung tidak kurang dari
Larutan baku. 96,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C65H82N2O18S2,
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
kurang dari 80% (Q) C14H22N2O3 dari jumlah zat yang Mengandung isomer trans-trans tidak kurang dari 5,0%
tertera pada etiket. dan tidak lebih dari 6,5%, isomer cis-trans tidak kurang
dari 34,5% dan tidak lebih dari 38,5%, isomer cis-cis
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. tidak kurang dari 55,0% dan tidak lebih dari 60,0%.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan Baku pembanding Atrakurium Besilat BPFI; tidak
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada boleh dikeringkan, lakukan penetapan kadar air secara
Kromatografi <931>. titrimetri pada saat digunakan. Simpan dalam wadah
Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi tertutup rapat dan tempat dingin.
Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam
Atenolol. Pemerian Padatan putih sampai hampir putih.
Larutan uji Masukkan 10 tablet ke dalam labu
tentukur 1000-ml. Tambahkan 500 ml Fase gerak dan Identifikasi
sonikasi selama 15 menit untuk menghancurkan tablet. A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Sentrifus, dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
encerkan sejumlah volume cairan beningan yang telah menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
diukur saksama dengan Fase gerak hingga kadar gelombang yang sama dengan Atrakurium Besilat BPFI.
atenolol lebih kurang 0,01 mg per ml. B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji pada Penetapan kadar.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak. Hitung jumlah dalam mg atenolol, Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 5,0%.
C14H22N2O3, dalam zat uji dengan rumus:
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
- 181 -
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. dengan detektor ionisasi nyala, kolom 0,53 mm x 30 m
terbuat dari leburan silika berisi bahan pengisi G27 yang
Metil benzensulfonat Tidak lebih dari 0,01%. Lakukan terikat secara kimia setebal 5 µm dan kolom pelindung
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 0,53 mm x 5 m dideaktivasi dengan fenil metil siloksan.
Kromatografi <931>. Gas pembawa helium P dipertahankan pada laju alir
Dapar, Larutan A, Larutan B dan Fase gerak Lakukan lebih kurang 35 cm per detik. [Catatan Jika digunakan
seperti tertera pada Penetapan Kadar. gas lain, gunakan gas nitrogen]. Suhu injektor dan
Larutan baku Buat larutan metil benzensulfonat dalam detektor dipertahankan berturut-turut pada 70º dan 260º.
asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per ml. Suhu kolom diprogram sebagai berikut: suhu
Pipet sejumlah volume larutan, encerkan dengan dipertahankan pada 35º selama 5 menit, kemudian diatur
Larutan A hingga kadar lebih kurang 1 µg per ml. kecepatan kenaikan suhu lebih kurang 8º per menit
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg sampai 175º, diikuti kecepatan kenaikan suhu 35º per
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan menit - 260º dan pertahankan suhu tersebut tidak kurang
dan encerkan dengan Larutan A sampai tanda. Pipet 1 ml selama 16 menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan uji dan 5 ml larutan yang mengandung metil Larutan baku dan ukur respons puncak utama seperti
benzensulfonat dalam asetonitril 0,2 mg per ml ke dalam tertera pada Prosedur: Simpangan baku relatif pada
labu tentukur 100-ml, encerkan dengan larutan A sampai penyuntikan ulang tidak lebih dari 15%.
tanda. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada sama (lebih kurang 1 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
dilengkapi dengan detektor 217 nm dan kolom 4,6 respons puncak utama: respons puncak toluen dari
mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1 yang Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan baku.
dideaktivasi. Laju alir lebih kurang 1ml per menit.
Kromatograf diprogram sebagai berikut: Kemurnian Kromatografi Laudanosin Tidak lebih dari
0,5%; masing-masing cemaran lain tidak lebih dari 1,0%
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi dan jumlah semua cemaran tidak lebih dari 3,5%.
(menit) (%) (%) Lakukan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
0 80 20 Kesetimbangan pada Kromatografi <931>.
0-5 80 20 Isokratik Dapar, Larutan A, Larutan B, Fase gerak dan Larutan
5-15 80→75 20→25 Gradien Linier uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar.
15-25 75 25 Isokratik
25-30 75→55 25→45 Gradien Linier
Larutan baku Pipet 1 ml Larutan baku yang diperoleh
30-38 55→0 45→100 Gradien Linier dari Penetapan kadar, masukkan ke dalam labu tentukur
38-45 0 100 Isokratik 100-ml, encerkan dengan Larutan A sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi terhadap
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak isomer trans- puncak utama seperti tertera pada Prosedur: Respons
trans dan metil benzensulfonat tidak kurang dari 12,0. puncak isomer cis-cis dari sekurang-kurangnya dua kali
Lakukan dua kali kromatografi Larutan baku dan ukur penyuntikan berbeda tidak lebih dari 10%.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: perbedaan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
respons dari dua kali kromatografi tidak boleh lebih dari sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
12%. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume semua respons puncak kecuali tiga puncak utama
sama (lebih kurang 100μl) Larutan baku dan Larutan uji isomerik. Hitung persentase setiap cemaran terhadap
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur atrakurium besilat dengan rumus:
respons puncak metil benzensulfonat; respon puncak
yang diperoleh dalam Larutan uji tidak lebih besar dari 1 C r
yang diperoleh dalam Larutan baku. 10 . 000 i
F W rS
Toluen Tidak lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada F adalah faktor respons puncak relatif cemaran yaitu 1,9
Kromatografi <931>. untuk laudanosin dan 1,0 untuk cemaran lain yang tidak
Larutan baku Buat larutan toluen dalam air bebas teridentifikasi; C adalah kadar dalam mg per ml isomer
senyawa organik hingga kadar lebih kurang 100 µg per cis-cis dari Larutan baku; W adalah bobot dalam mg
ml. atrakurium besilat dari Larutan uji; ri adalah respons
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan puncak setiap cemaran dari Larutan uji dan rs adalah
dalam air bebas senyawa organik hingga kadar lebih respons puncak isomer cis-cis dalam Larutan baku.
kurang 20 mg per ml. [Catatan Untuk identifikasi waktu retensi relatif
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada laudanosin lebih kurang 0,3].
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
- 182 -
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dan terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
Kromatografi <931>. [Catatan Atrakurium besilat tidak stabil dalam suhu
Dapar Larutkan 10,2 g kalium fosfat monobasa P ruang]
dalam lebih kurang 950 ml air dalam labu tentukur
1000-ml. Sambil diaduk, atur pH hingga 3,1 dengan
penambahan asam fosfat P, encerkan dengan air hingga INJEKSI ATRAKURIUM BESILAT
1000 ml. Atrakurium Besylate Injection
Larutan A Buat campuran Dapar-asetonitril P-
metanol P (75:20:5). Saring dan awaudarakan. Injeksi Atrakurium Besilat adalah larutan steril yang
Larutan B Buat campuran Dapar-asetonitril P- mengandung Atrakurium besilat, C65H82N2O18S2, tidak
metanol P (50:30:20). Saring dan awaudarakan. kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari
Fase gerak Buat variasi campuran Larutan A dan jumlah yang tertera pada etiket. Mengandung isomer
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Jika trans-trans tidak kurang dari 5,0% dan tidak lebih dari
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem 6,5% dari jumlah atrakurium besilat yang tertera pada
seperti tertera pada Kromatografi <931>. etiket, mengandung isomer cis-trans tidak kurang dari
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Atrakurium 34,5% dan tidak lebih dari 38,5% dari jumlah atrakurium
besilat BPFI, larutkan dalam Larutan A hingga kadar besilat yang tertera pada etiket, mengandung isomer cis-
lebih kurang 1,0 mg per ml. cis tidak kurang dari 55,0% dan tidak lebih dari 60,0%
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg dari jumlah atrakurium besilat yang tertera pada etiket.
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan [Catatan Injeksi tidak stabil pada suhu ruang. Simpan
dan encerkan dengan Larutan A sampai tanda. semua sampel dalam lemari pendingin. Penyiapan untuk
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada semua analisis sesegera mungkin atau gunakan injektor
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dengan pendingin].
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm x
25 cm berisi bahan pengisi L1 yang dideaktivasi. Laju Baku pembanding Atrakurium Besilat BPFI; tidak
alir lebih kurang 1,6 ml per menit. Kromatograf boleh dikeringkan, lakukan penetapan kadar air secara
diprogram sebagai berikut: titrimetri pada saat digunakan. Simpan dalam wadah
tertutup rapat dan tempat dingin. Endotoksin BPFI;
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi
(menit) (%) (%)
[Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isinya
0 80 20 Kesetimbangan harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
0-5 80 20 Isokratik Rekonstitusi seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu
5-15 80 → 40 20 → 60 Gradien Linier 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan,
15-25 40 60 Isokratik
dalam lemari pendingin.
25-30 40 → 0 60 →100 Gradien Linier
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
pada Prosedur: resolusi, R, antara isomer trans-trans diperoleh pada Penetapan kadar.
dengan isomercis-trans dan antara isomer cis-trans
Endotoksin bakteri <201>Tidak lebih dari 5,56 Unit
dengan isomer cis-cis tidak kurang dari 1,1 dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Endotoksin FI per mg atrakurium besilat.
lebih dari 2,0%. [Catatan Untuk identifikasi, waktu
retensi relatif isomer trans-trans, cis-trans dan cis-cis Sterilitas <71> Memenuhi syarat jika diuji seperti yang
berturut-turut adalah 0,8; 0,9 dan 1,0]. tertera pada Penyaringan membran dalam Uji Sterilitas
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume dari produk yang di uji.
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
pH <1071> Antara 3,0 dan 3,65.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak tiga isomer. Hitung jumlah dalam mg
Senyawa sejenis Senyawa asam tidak lebih dari 6,0%,
atrakurium besilat, C65H82N2O18S2, dalam zat yang
senyawa basa isomer cis dan trans tidak lebih dari 6,0%,
digunakan dengan rumus:
laudanosin tidak lebih dari 3,0%, kombinasi monoakrilat
r isomer cis dan trans tidak lebih dari 3,0%; cemaran
100 C U sintesis lain yang diketahui tidak lebih dari 2,0%;
rS cemaran lain yang tidak diketahui tidak lebih dari 0,1%
dan total cemaran tidak lebih dari 15,0%. Lakukan
C adalah kadar Atrakurium besilat BPFI dalam mg per Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
ml dalam Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah Kromatografi <931>.
respons puncak isomer trans-trans, trans-cis dan cis-cis
dari Larutan uji dan Larutan baku.
- 183 -
Dapar, Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Larutan kurang 1 ml per menit. Kromatograf di program sebagai
baku dan Larutan uji Lakukan seperti tertera pada berikut:
Penetapan kadar. d
Larutan kesesuaian sistem Panaskan sebagian Larutan Waktu Larutan A Larutan B Eluasi
baku pada suhu 90º selama 30 menit, kemudian (menit) (%) (%)
dinginkan segera hingga suhu 5º. 0 80 20 Kesetimbangan
Enceran larutan baku Ukur saksama sejumlah volume 0-5 80 20 Isokratik
Larutan baku; encerkan secara kuantitatif dan jika perlu 5-15 80→40 20→60 Gradien Gradien
Linier
bertahap dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang 15-25 40 60 Isokratik
0,02 mg per ml. 25-30 40→0 60→100 Gradien Gradien
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Linier
Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan kesesuaian sistem dan Enceran Larutan baku Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
rekam kromatogram dan ukur respons puncak hasil kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
degradasi dengan membandingkan respons puncak pada Prosedur:waktu retensi relatif isomer trans-trans,
Larutan kesesuaian sistem terhadap Enceran Larutan isomer cis-trans dan isomer cis-cis berturut-turut adalah
baku seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif lebih kurang 0,8; 0,9 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak
atrakurium besilat isomer cis-cis lebih kurang 0,22 untuk isomer trans-trans, isomer cis-trans, antara puncak
senyawa asam; 0,29 untuk laudanosin; 0,44 dan 0,50 isomer cis-trans dan isomer cis-cis tidak kurang dari 2,0.
berturut-turut untuk isomer trans dan cis senyawa Simpangan baku relatif penyuntikan ulang tidak lebih
hidroksi; dan lebih kurang 1,28 dan 1,33 berturut-turut dari 2,0%.
untuk isomer trans dan cis monoakrilat. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20μl) Larutan baku dan Larutan uji
sama (lebih kurang 20 l) Enceran Larutan baku dan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram respons puncak tiga isomer. Hitung jumlah dalam mg
dan ukur respons puncak kecuali respons puncak asam atrakurium besilat, C65H82N2O18S2, dalam tiap ml injeksi
benzensulfonat dengan waktu retensi relatif lebih kurang dengan rumus:
0,08 terhadap isomer cis-cis atrakurium besilat. Hitung
persentase setiap cemaran pada Larutan uji dengan C rU
rumus: 50
V rS
C ri C adalah kadar Atrakurium besilat BPFI dalam mg per
100
M rS ml Larutan baku; V adalah volume injeksi dalam ml
yang digunakan dalam Larutan uji; rU dan rS berturut-
C adalah kadar Atrakurium besilat BPFI dalam mg per turut adalah jumlah respons puncak isomer trans-trans,
ml Enceran Larutan baku; M adalah kadar atrakurium isomer trans-cis dan isomer cic-cis dari Larutan uji dan
besilat dalam mg per ml Larutan uji; ri adalah respons Larutan baku.
puncak setiap cemaran dalam Larutan uji; rS adalah
jumlah semua respons puncak Enceran Larutan baku. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca tipe 1, dalam
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada lemari pendingin, hindarkan pembekuan dan terlindung
Injeksi. cahaya.
Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur; dengan asam perklorat 0,1 NLV, tetapkan titik akhir
putih; tidak berbau; mengembang di udara kering: secara potensiometrik. Lakukan penetapan blangko.
perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut setara dengan 67,68 mg (C17 H23NO3)2.H2SO4
dalam etanol, terlebih dalam etanol mendidih; mudah
larut dalam gliserin. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Keasaman Larutkan 1,0 g zat dalam 20 ml air, tambahkan pH<1071> Antara 3,0 dan 6,5.
1 tetes merah metil LP dan titrasi dengan natrium
hidroksida 0,020 N LV hingga warna kuning: diperlukan Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
tidak lebih dari 0,30 ml. Injeksi.
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 4,0%. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. Kromatografi <931>.
Dapar asetat Buat larutan dalam air yang
Alkaloida lain Larutkan 150 mg zat dalam 10 ml air. mengandung 6,8 g natrium asetat P dan 2,9 ml asam
Pada 5 ml larutan tambahkan beberapa tetes platina(IV) asetat glasial P per liter.
klorida LP: tidak terbentuk endapan. Pada 5 ml sisa Fase gerak Masukkan 5,1 g tetrabutilamonium
larutan, tambahkan 2 ml amonium hidroksida 6 N, kocok hidrogen sulfat P ke dalam labu tentukur 1000-ml,
kuat-kuat: dapat terjadi opalesensi lemah tetapi tidak tambahkan 50 ml asetonitril P, encerkan dengan Dapar
terjadi kekeruhan. asetat sampai tanda. Atur pH hingga 5,5 ± 0,1 dengan
penambahan natrium hidroksida 5 N.
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> Larutan baku Timbang saksama sejumlah Atropin
Metode I Memenuhi syarat. Sulfat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air hingga
kadar lebih kurang 80 µg per ml.
Penetapan kadar Timbang sakasama lebih kurang 1 g Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
zat, larutkan dalam 50 ml asam asetatglasial P, titrasi setara dengan lebih kurang 2 mg atropin sulfat,
- 185 -
masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, encerkan kloroform, uapkan hingga kering: sisa memenuhi syarat
dengan air sampai tanda. seperti yang tertera pada Identifikasi Basa Nitrogen
Larutan resolusi Buat larutan asam p-hidroksibenzoat Organik <261>.
dalam air hingga kadar lebih kurang 2,5 µg per ml. B. Filtrat dari larutan tablet menunjukkan reaksi
Encerkan 1 bagian volume larutan dengan 4 bagian terhadap Sulfat cara A, B, dan C seperti tertera pada Uji
volume Larutan baku. identifikasi umum <291>.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 15 menit.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9
mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, ukur respons puncak seperti tertera pada Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
ulang tidak lebih dari 1,5%. Lakukan kromatografi <931>.
terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur Dapar pH 9,0; Larutan baku internal dan Sistem
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu kromatografi lakukan seperti tertera pada Penetapan
retensi relatif asam p-hidroksibenzoat terhadap atropin Kadar dalam Larutan Tetes Mata Atropin Sulfat.
lebih kurang 1,6, dan resolusi, R, antara puncak asam p- Larutan baku Timbang saksama sejumlah Atropin
hidroksibenzoat dan atropin tidak kurang dari 2,2. Sulfat BPFI, larutkan dan jika perlu encerkan secara
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume kuantitatif dan bertahap hingga kadar lebih kurang 0,1
sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan Larutan mg per ml. Pipet 10 ml larutan ke dalam corong pisah,
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur lakukan sesuai Larutan uji seperti tertera pada
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, atropin Penetapan Kadar dalam Larutan Tetes mata Atropin
sulfat, (C17H23NO3)2.H2SO4.H2O dalam tiap ml injeksi Sulfat mulai dari “tambahkan 2,0 ml Larutan baku
dengan rumus: internal ”.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
694 ,83 25 C rU
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
676 ,83 V rS setara dengan lebih kurang 1 mg atropin sulfat,
masukkan ke dalam corong pisah, selanjutnya lakukan
694,83 dan 676,83 berturut-turut adalah bobot molekul sesuai Larutan uji seperti tertera pada Penetapan Kadar
atropin sulfat monohidrat dan atropin sulfat anhidrat; C dalam Larutan Tetes Mata Atropin Sulfat mulai dari
adalah kadar Atropin Sulfat BPFI dalam mg per ml “tambahkan 2,0 ml Larutan baku internal”.
Larutan baku;V adalah volume injeksi yang digunakan Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
dalam ml; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Kadar dalam Tetes Mata Atropin Sulfat. Hitung jumlah
dari Larutan uji dan Larutan baku. dalam mg atropin sulfat, (C17H23NO3)2.H2SO4.H2O,
dalam serbuk tablet yang digunakan, dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I. 694 ,83 W RU
676 ,83 10 RS
TABLET ATROPIN SULFAT
Atropine Sulfate Tablet 694,83 dan 676,83 berturut-turut adalah bobot molekul
atropin sulfat monohidrat dan atropin sulfat anhidrat; W
Tablet Atropin Sulfat mengandung atropin sulfat adalah bobot Atropin Sulfat BPFI dalam mg yang
(C17H23NO3)2.H2SO4.H2O, tidak kurang dari 90,0% dan digunakan dalam Larutan baku; RU dan RS berturut-turut
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada adalah perbandingan respons puncak atropin sulfat
etiket. terhadap respons puncak homatropin hidrobromida dari
Larutan uji dan Larutan baku.
Baku pembanding Atropin Sulfat BPFI; tidak boleh
dikeringkan, lakukan penetapan kadar air secara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
titrimetri pada waktu akan digunakan. Simpan dalam
wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
TETES MATA ATROPIN SULFAT
Identifikasi Atropine Sulfate Ophthalmic Solution
A. Gerus sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
kurang 5 mg atropin sulfat dengan 10 ml air selama Tetes Mata Atropin Sulfat adalah larutan steril dari
beberapa menit, saring ke dalam corong pisah kecil. Atropin Sulfat dalam air. Mengandung Atropin Sulfat
Basakan larutan dengan amonium hidroksida 6 N dan (C17H23NO3)2.H2SO4.H2O, tidak kurang dari 93,0% dan
ekstraksi dengan 50 ml kloroform P. Saring lapisan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada
- 186 -
etiket. Dapat mengandung bahan stabilisator dan anti penambahan natrium hidroksida 1 N. Ekstraksi dua kali,
mikroba yang sesuai. tiap kali dengan 10 ml metilen klorida P, saring ekstrak
Baku pembanding Atropin Sulfat BPFI; Tidak boleh metilen klorida melalui 1 g natrium sulfat anhidrat P ke
dikeringkan, tetapkan kadar air dengan titrimetri pada dalam gelas piala 50 ml. Uapkan filtrat dengan aliran
saat akan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup nitrogen P hingga hampir kering, larutkan residu dalam
rapat, terlindung cahaya. 2,0 ml metilen klorida P.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Identifikasi Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
A. Larutan uji Uapkan sejumlah volume larutan tetes dengan detektor ionisasi nyala, kolom kaca 2 mm x 1,8
mata setara dengan lebih kurang 36 mg atropin sulfat m berisi bahan pengisi 3% fase diam G3 pada partikel
hingga kering. Masukkan residu dalam corong pisah, penyangga S1AB. Pertahankan suhu kolom pada 225º,
larutkan dengan 5 ml air. suhu injektor dan detektor pada 250, gunakan nitrogen
Larutan baku Timbang saksama 36 mg Atropin Sulfat P sebagai gas pembawa dengan laju alir lebih kurang 25
BPFI, masukkan dalam corong pisah, larutkan dengan 5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
ml air. baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Perlakukan Larutan uji dan Larutan baku dengan cara seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, tidak kurang
yang sama sebagai berikut: Tambahkan 1,5 ml natrium dari 4,0; faktor ikutan puncak tidak lebih dari 2,0 dan
hidroksida 1 N dan 10 ml kloroform P. Kocok selama 1 simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
menit, diamkan sampai terpisah, saring ekstrak lebih dari 2,0%.
kloroform melalui natrium sulfat anhidrat P yang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
diletakkan pada wol kaca. Ekstraksi lapisan air dua kali, sama (lebih kurang 1 µl) Larutan uji dan Larutan baku
tiap kali dengan 10 ml kloroform P, saring dan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
kumpulkan ekstrak kloroform. Uapkan ekstrak respons puncak utama. Hitung jumlah, dalam mg atropin
kloroform dengan pengurangan tekanan hingga kering. sulfat, (C17H23NO3)2.H2SO4.H2O, dalam tiap ml tetes
Larutkan masing-masing residu dengan 10 ml karbon mata yang digunakan dengan rumus:
disulfida P. Spektrum serapan inframerah larutan dalam
sel 1 mm menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
694 ,83 W RU
gelombang yang sama seperti pada Atropin Sulfat BPFI.
B. Larutan tetes mata menunjukkan reaksi Sulfat cara 676 ,83 V R S
A seperti tertera pada Uji identifikasi umum <291>.
694,83 dan 676,83 berturut-turut adalah bobot molekul
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. atropin sulfat monohidrat dan atropin sulfat anhidrat; W
adalah bobot dalam mg Atropin Sulfat BPFI untuk
pH <1071> Antara 3,5 dan 6,0. membuat Larutan baku; V adalah volume larutan tetes
mata yang digunakan dalam ml; RU dan RS berturut-turut
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara adalah perbandingan respons puncak atropin sulfat
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi terhadap homatropin hidrobromida dari Larutan uji dan
<931>. Larutan baku.
Dapar pH 9,0 Larutkan 34,8 g kalium fosfat dibasa P
dalam 900 ml air, atur pH hingga 9,0 dengan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
penambahan asamklorida 3 N atau natrium hidroksida 1
N.
Larutan baku internal Timbang saksama lebih kurang AZATADIN MALEAT
25 mg homatropin hidrobromida, masukkan ke dalam Azatadine Maleate
labu tentukur 50-ml, larutkan dan encerkan dengan air
sampai tanda. Buat larutan segar setiap hari.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Atropin H
jika perlu bertahap dengan air hingga kadar lebih kurang OOC
dietilamin P (10:10:1).
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm. 6-[(1-Metil-4-nitroimidazol-5-il)tio]purina [446-86-6]
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Azatadin C9H7N7O2S BM 277,26
Maleat BPFI larutkan dalam campuran toluen P-metanol
Azatioprin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
P (1:1) hingga kadar lebih kurang 7 mg per ml.
tidak lebih dari 101,5% C9H7N7O2S, dihitung terhadap
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
zat yang telah dikeringkan.
dalam campuran toluen P-metanol P (1:1) hingga kadar
lebih kurang 7 mg per ml.
Pemerian Serbuk; kuning pucat; tidak berbau.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 100
µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
Kelarutan Larut dalam larutan alkali hidroksida encer;
kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
agak sukar larut dalam asam mineral encer; sangat sukar
kromatografi yang berisi Fase gerak hingga Fase gerak
larut dalam etanol dan dalam kloroform;tidak larut
merambat lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng.
dalam air.
Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan Fase
gerak menguap. Amati di bawah cahaya UV 254 nm dan
Baku pembanding Azatioprin BPFI; lakukan
tandai bercak utama. Kerok bercak utama dari setiap
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º selama
lintasan titik penotolan. Masukkan secara terpisah ke
5 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
dalam tabung sentrifuga bersumbat kaca. [Catatan
rapat, terlindung cahaya. Merkaptopurin BPFI; tidak
Lakukan hati-hati untuk memisahkan bercak utama dari
boleh dikeringkan; tetapkan kadar air secara titrimetri
bercak lain yang berdekatan.] Dengan cara yang sama
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
kerok sejumlah yang sama silika gel pada bagian yang
bersih dan sejajar dengan bercak, masukkan ke dalam Identifikasi
tabung sentrifuga yang lain. Ke dalam masing-masing . A Spektrum serapan inframerah zat yang telah
tabung tambahkan 15,0 ml campuran metanol P-asam dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
klorida 0,5 N (4:1), kocok kuat-kuat selama lebih kurang menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
15 menit dan sentrifus. Ukur serapan beningan yang gelombang yang sama seperti pada Azatioprin BPFI.
didapat dari Larutan uji dan Larutan baku pada panjang B. Harga Rf bercak utama yang diperoleh pada Uji
gelombang serapan maksimum lebih kurang 284 nm, batas merkaptopurin sesuai dengan yang diperoleh dari
menggunakan larutan yang diperoleh dari bagian yang larutan Azatioprin BPFI.
- 188 -
N
<741> [Catatan Jumlah zat yang digunakan untuk
H3C
CH3
penetapan dapat disesuaikan dengan kepekaan alat].
HO OH
. x H2O
Tetapkan persentase zat mudah menguap dengan alat
H3C OH CH3
H3C O
analisis termogravimetri yang sesuai dan yang telah
O
N(CH3)2
dikalibrasi menggunakan lebih kurang 10 mg zat yang
CH3
O
O
O CH3 HO ditimbang saksama. Panaskan hingga 150 dengan
OCH3
CH3
O HO
kenaikan suhu 10 per menit dengan aliran gas nitrogen
CH3
P 35 ml per menit. Dari termogram yang diperoleh
CH3 tetapkan titik infleksi dari dua tahap kehilangan bobot
pada 70 dan 130: antara suhu ruang dan titik infleksi
9-Deokso-9a-aza-9a-metil-9a-homoeritromisin A pada 70 kehilangan bobot tidak lebih dari 4,5% dan
Anhidrat [83905-01-5] BM 749,02 antara titik infleksi antara 70 dan 130 kehilangan
Monohidrat [121479-24-4] BM 767,02 bobot antara 1,8 dan 2,6%.
Dihidrat [117772-70-0] BM 785,02
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,3%; lakukan
C38H72N2O12.xH2O penetapan dengan melembabkan residu dengan 2 ml
asam nitrat P dan 5 tetes asam sulfat P.
Azitromisin mengandung satu atau dua molekul air
hidrat. Azitromisin mengandung tidak kurang dari 945 Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 25 bpj.
µg per mg dan tidak lebih dari 1030 µg per mg,
C38H72N2O12, dihitung terhadap zat anhidrat.
- 190 -
Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara [Catatan Waktu retensi relatif desosaminil azitromisin,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada demetilazitromisin dan azitromisin berturut-turut lebih
Kromatografi <931>. [Catatan Lakukan Uji 1 atau Uji 2 kurang 0,38; 0,54 dan 1,0].
tergantung proses produksi yang digunakan]. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan Larutan uji
Uji 1 ke dalam kromatograf. Lakukan kromatografi selama
Masing-masing untuk desosaminil azitromisin, n- 3,tiga kali waktu eluasi puncak azitromisin dari Larutan
demetilazitromisin dan senyawa sejenis lain berturut- baku, rekam kromatogram dan ukur respons semua
turut tidak lebih dari 0,3%; 0,7% dan 1,0%; jumlah puncak. Hitung persentase desosaminilazitromisin dan n-
semua senyawa sejenis tidak lebih dari 3,0%. [Catatan demetilazitromisin dengan rumus:
Gunakan air dengan tahanan tidak kurang dari 18
CP ri
Mohm-cm]. 0 ,1
Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Penetapan W rS
Kadar.
Dapar kalium fosfat pH 7,5 Timbang 2,7 g kalium C adalah kadar Azitromisin BPFI dalam g per ml
fosfat monobasa P, masukkan ke dalam labu tentukur Larutan baku; P adalah kandungan azitromisin dalam
1000-ml, encerkan dengan air sampai tanda. Atur pH persen tertera pada Azitromisin BPFI; W adalah bobot
hingga 7,5 ± 0,1 dengan penambahan kalium hidroksida zat dalam mg yang digunakan dalam Larutan uji; ri dan
10 N. rS berturut-turut adalah respons puncak masing-masing
Pengencer Buat campuran Dapar kalium fospat- senyawa sejenis yang sesuai dari Larutan uji dan
asetonitril P (750:250). Larutan baku. Hitung persentase senyawa sejenis lain
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah dengan rumus:
Desosaminilazitromisin BPFI, Demetilazitromisin BPFI CP ri
dan Azitromisin BPFI, larutkan dalam asetonitril P 0 ,01
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 45 µg per ml, W rS
105 µg per ml dan 160 µg per ml.
Larutan baku Pipet 4 ml Larutan baku persediaan ke C adalah kadar Azitromisin BPFI dalam g per ml
dalam labu tentukur 200-ml, encerkan dengan Larutan baku; P adalah kandungan azitromisin dalam
Pengencer sampai tanda. Larutan ini mengandung persen Azitromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam mg
Desosaminilazitromisin BPFI, Demetilazitromisin BPFI yang digunakan dalam Larutan uji; ri adalah respons
dan Azitromisin BPFI berturut-turut lebih kurang 0,9 µg puncak untuk masing-masing senyawa sejenis dari
per ml; 2,1 µg per ml dan 3,2 µg per ml. Larutan uji; rS adalah respons puncak azitromisin dari
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 33 mg zat Larutan baku.
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 5
ml asetonitril P, sonikasi lebih kurang 20 detik. Uji 2
Encerkan dengan Pengencer sampai tanda. [Catatan Larutan dapar fosfat Larutkan lebih kurang 8,7 g
Gunakan larutan dalam waktu 6 jam]. kalium fosfat dibasa P dalam 1000 ml air, atur pH
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada hingga 8,2 dengan penambahan asam fosfat 20 %.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Larutan
dilengkapi dengan detektor elektrokimia amperometrik dapar fosfat (6:4), saring dan awaudarakan. Jika perlu
dengan elektroda ganda karbon seperti kaca dengan cara lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
elektroda satu yang diatur pada +0,70 ± 0,05 V dan tertera pada Kromatografi <931>.
elektroda dua yang diatur pada +0,85 ± 0,05 V dengan Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah
latar belakang arus optimal 95 ± 25 nanoamper dan Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
kolom pelindung 4,6 mm x 5 cm berisi bahan pengisi gerak hingga kadar lebih kurang 35 g per ml.
L29 dengan ukuran partikel 5 m dan kolom 4,6 mm x Larutan baku 2 Timbang saksama sejumlah Identitas
15 cm berisi bahan pengisi L29 dengan ukuran partikel 5 Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
m atau L49 dengan ukuran partikel 3 m tanpa kolom gerak hingga kadar lebih kurang 7 mg per ml.
pelindung. [Catatan Pada umumnya, pertahankan Larutan baku 3 Timbang saksama sejumlah
elektroda satu pada 0,12 V lebih rendah dari elektroda Azitromisin–N-Oksida BPFI, larutkan dan encerkan
dua dan pertahankan elektroda pada suhu tetap lebih dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 14 g per
kurang 26]. Laju alir lebih kurang 0,4 ml per menit. ml.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku rekam Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 70 mg zat,
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan
pada Prosedur: efisiensi kolom untuk puncak encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
azitromisin tidak kurang dari 1500 lempeng teoritis; Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah
faktor ikutan masing-masing komponen tidak lebih dari Azaeritromisin A BPFI dan Azitromisin BPFI, larutkan
1,5; simpangan baku relatif untuk masing-masing dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar berturut-
komponen pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5% turut lebih kurang 0,07 dan 7 mg per ml.
- 191 -
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan baku 3 dan ukur respons puncak. Hitung
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi persentase masing-masing cemaran dengan rumus:
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x
15 cm yang berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran CP 1 ri
partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 0,9 ml per menit. W F rS
Pertahankan suhu kolom 30. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan kesesuaian system, rekam C adalah kadar Azitromisin BPFI dalam mg per ml
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Larutan baku 1; P adalah kemurnian Azitromisin dalam
pada Prosedur: resolusi, R, antara azaeritromisin A dan g per mg Azitromisin BPFI; F adalah faktor respons
puncak azitromisin tidak kurang dari 8,0; dan faktor relatif seperti yang tertera pada Tabel; ri dan rS berturut-
ikutan puncak azitromisin tidak lebih dari 2,5. [Catatan turut adalah respons puncak masing-masing; W adalah
Waktu retensi relatif azaeritromisin A lebih kurang 0,47 bobot zat dalam mg yang digunakandalam Larutan uji,
dan azitromisin 1,00]. cemaran dari Larutan uji dan respons puncak azitromisin
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume dari Larutan baku 1. Masing-masing cemaran dan
sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku 1, Larutan baku jumlah semua cemaran tidak lebih dari batas yang tertera
2, Larutan baku 3, Larutan uji dan Fase gerak ke dalam pada Tabel sebagai berikut:
kromatograf, rekam kromatogram, tetapkan puncak
kromatogram Larutan uji dengan membandingkan
kromatogram yang diperoleh dari Larutan baku 2 dan
Tabel
Waktu Retensi Faktor Respons Batas
Komponen
Relatif Relatif (w/w,%)
Azitromisin-N-oksida 0,20 0,45 0,40
3’-(N,N-didemetil)-3’-N-formilazitromisin 0,26 1,8 0,30
3’-N-demetil-3’-N-formilazitromisin (rotamer 1) 0,34 4,1 0,15
3’-N-demetil-3’-N-formilazitromisin (rotamer 2) 0,37 4,1 0,15
6-Demetilazitromisin (azaeritromisin A) 0,47 0,67 0,50
3’-De(dimetilamino)-3’-oksoazitromisin 0,80 1,9 0,25
2-Desetil-2-propilazitromisin 1,52 1,0 0,50
3-Deoksiazitromisin (azitromisin B) 1,60 1,0 0,50
3’-N-demetil-3’-N-[(4-metilfenil)sulfonil]azitromisin 2,14 7,0 0,50
Cemaran yang tidak diketahui - 1,0 0,20
Jumlah cemaran - - 2,0
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara tambahkan 10 ml asetonitril P dan larutkan dengan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada menggoyang dan menggunakan sonikasi secara singkat.
Kromatografi <931>.[Gunakan air dengan tahanan Encerkan dengan asetonitril P sampai tanda. Pipet 2 ml
tidak kurang dari 18 Mohm-cm]. larutan ini ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
Fase gerak Larutkan 5,8 g kalium fosfat monobasa P dengan Fase gerak sampai tanda.
dalam 2130 ml air, tambahkan 870 ml asetonitril P. Atur Larutan resolusi Timbang lebih kurang 8 mg
pH hingga 11,0 ± 0,1, dengan penambahan lebih kurang Azaeritromisin A BPFI, masukkan ke dalam labu
6 ml kalium hidroksida 10 N, saring melalui penyaring tentukur 50-ml, tambahkan 5 ml asetonitril P larutkan
dengan porositas 0,5 m atau lebih kecil dan dengan menggoyang dan menggunakan bantuan sonikasi
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut secara singkat. Encerkan dengan Fase gerak sampai
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi tanda. Pipet 2 ml larutan ini dan 2 ml Larutan baku
<931>. persediaan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih dengan Fase gerak sampai tanda.
kurang 16,5 mg Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
labu tentukur 100-ml. Tambahkan 10 ml asetonitril P, Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
larutkan dengan bantuan pengadukan dan sonikasi secara dilengkapi dengan detektor elektrokimia amferometer
singkat. Encerkan dengan asetonitril P sampai tanda. dengan elektroda ganda karbon seperti kaca dengan cara
Larutan baku Pipet 2 ml Larutan baku persediaan ke elektroda satu yang diatur pada +0,70 ± 0,05 V dan
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan Fase elektroda dua yang diatur pada +0,82 ± 0,05 V dengan
gerak sampai tanda hingga kadar Azitromisin BPFI lebih latar belakang arus optimal 85 ± 15 nanoamper dan
kurang 0,0033 mg per ml. kolom pelindung 4,6 mm x 5 cm yang berisi bahan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 16,5 mg pengisi L29 dengan ukuran partikel 5-m dan kolom
zat masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, analitik 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi L29
- 191 -
dengan ukuran partikel 5-m atau L49 dengan ukuran Disolusi <1231>[Catatan Gunakan air dengan tahanan
partikel 3-m tanpa kolom pelindung. Laju alir lebih tidak kurang dari 18 Mohm–cm].
kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Dapar natrium fosfat pH 6,0 Buat sejumlah 6000 ml
Larutan resolusi dan ukur respons puncak seperti tertera natrium fosfat dibasa 0,1 M, atur pH hingga 6,0 + 0,05
pada Prosedur: waktu retensi relatif pada kolom L29 dengan penambahan lebih kurang 40 ml asam klorida P,
berturut-turut lebih kurang 0,7 dan 1,0 untuk tambahkan 600 mg tripsin P.
azaeritromisin A dan azitromisin. Pada kolom L49 lebih Media disolusi: 900 ml Dapar natrium fosfat pH 6,0.
kurang 0,8 dan 1,0; dan resolusi, R, antara puncak Alat tipe 2: 100 rpm.
azaeritromisin A dan puncak azitromisin tidak kurang Waktu: 45 menit.
dari 2,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
faktor ikutan puncak azitromisin tidak kurang 0,9 dan Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
tidak lebih 1,5; efisiensi kolom tidak kurang dari 1000 tertera pada Penetapan Kadar.
lempeng teoritis; simpangan baku relatif pada Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 15 mg
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume ml. Tambahkan 25 ml Media disolusi dan sonikasi
sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan Larutan uji hingga larut. Encerkan dengan Media disolusi sampai
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur tanda.Pipet 2 ml larutan ke dalam labu tentukur 25-ml,
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam g encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 4 ml
azitromisin, C38H72N2O12 dalam tiap mg zat dengan larutan ke dalam labu tentukur 25-ml kedua, encerkan
rumus: dengan Fase gerak sampai tanda.
Larutan uji Saring sejumlah alikuot melalui penyaring
dengan porositas 0,5 µm atau lebih kecil. Pipet 2 ml
WP rU
filtrat ke dalam labu tentukur 25-ml, encerkan dengan
w rS
Fase gerak sampai tanda. Pipet 4 ml larutan ke dalam
labu tentukur 25-ml kedua, encerkan dengan Fase gerak
sampai tanda.
W adalah jumlah Azitromisin BPFI dalam mg Larutan Prosedur Lakukan penetapan jumlah azitromisin,
baku; P adalah potensi azitromisin dalam g per mg C38H72N2O12, yang terlarut seperti tertera pada Prosedur
Azitromisin BPFI; w adalah bobot azitromisin dalam mg dalam Penetapan kadar. Hitung jumlah dalam mg
yang digunakan dalam Larutan uji; rU dan rS berturut- azitromisin, C38H72N2O12 yang terlarut dengan rumus:
turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan
baku. r
70 ,31(CP ) U
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. rS
Penandaan Pada etiket nyatakan monohidrat atau C adalah kadar Azitromisin BPFI dalam mg per ml
dihidrat. Jika pada etiket sediaan dinyatakan Larutan baku; P adalah potensi dalam µg per mg
mengandung azitromisin, yang dimaksud adalah Azitromisin BPFI; rU dan rS berturut-turut adalah respons
azitromisin anhidrat, C38H72N2O12. Batas senyawa puncak azitromisin dari Larutan uji dan Larutan baku.
sejenis dicantumkan pada etiket jika digunakan selain Uji 1. Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) C38H72N2O12, dari jumlah yang
tertera pada etiket.
KAPSUL AZITROMISIN
Azithromycin Capsule Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 5,0%.
Kapsul Azitromisin mengandung Azitromisin,
C38H72N2O12, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Baku pembanding Azitromisin BPFI,tidak boleh Fase gerak, Larutan baku persediaan, Larutan baku,
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat dan Larutan resolusi dan Sistem kromatografi lakukan
simpan dalam lemari pembeku. Azaeritromisin A BPFI, seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam Azitromisin.
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20
rapat. kapsul, keluarkan isi semua kapsul. Bersihkan dan
timbang saksama cangkang kapsul. Hitung bobot rata-
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi kapsul
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang setara dengan lebih kurang 250 mg azitromisin anhidrat,
diperoleh pada Penetapan kadar. masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, tambahkan
lebih kurang 175 ml asetonitril P, kocok secara mekanik
- 192 -
selama 30 menit, encerkan dengan asetonitril P sampai mg per ml, dimana L adalah jumlah mg dalam tablet
tanda. Masukkan lebih kurang 40 ml suspensi tersebut yang tertera pada etiket.
ke dalam tabung sentrifuga dan sentrifus. Pipet 2 ml Larutan uji Lewatkan sejumlah tertentu larutan pada
beningan ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan filter 0,45μm. Encerkan filtrat dengan Pengencer hingga
dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 2 ml larutan ke diperoleh larutan dengan konsentrasi L/2000 mg per ml,
dalam labu tentukur 25-ml, encerkan dengan Fase gerak L adalah jumlah mg dalam tablet yang tertera pada etiket
sampai tanda. diasumsikan terlarut sempurna.
Prosedur Lakukan sesuai Prosedur seperti tertera Sistem kromatografi Lakukan Kromatografi cair
pada Penetapan Kadar dalam Azitromisin. Hitung kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
jumlah dalam mg azitromisin anhidrat, C38H72N2O12, Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi detektor 210
dalam isi kapsul yang digunakan dengan rumus: nm dan kolom berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan
pengisi L1 dengan ukuran partikel 5μm. Laju alir lebih
CP rU kurang 1,5 ml per menit. Suhu kolom dipertahankan
312 ,5 pada 50°. Lakukan kromatografi Larutan baku dan ukur
4 rS respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
ikutan dari Azitromisin tidak lebih dari 2,0; efisiensi
C adalah kadarAzitromisin BPFI dalam mg per ml kolom dari puncak Azitromisin tidak kurang dari 1000
Larutan baku; P adalah potensi dalam µg per mg lempeng teoritis; dan simpangan baku relatif dari puncak
Azitromisin BPFI; rU dan rS berturut-turut adalah respons Azitromisin pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
puncak Larutan uji dan Larutan baku. 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. sama (lebih kurang 50 μl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak. Hitung persentase dari azitromisin,
TABLET AZITROMISIN C38H72N2O12, yang terlarut dengan rumus:
Azithromycin Tablet
C rU
100
Tablet Azitromisin mengandung Azitromisin, 900 S
C38H72N2O12, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih L rS
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan
Baku pembanding Azaeritromisin A BPFI; tidak boleh uji dan Larutan baku; CS adalah kadar dalam mg per mL
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat. Larutan baku; 900 adalah volume Media disolusi dalam
Azitromisin BPFI, tidak boleh dikeringkan, simpan ml; 100 adalah faktor konversi ke persen; dan L adalah
dalam wadah tertutup rapat dalam lemari pembeku. jumlah azitromisin dalam mg tablet yang tertera pada
etiket.
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh kurang dari 80% (Q)C38H72N2O12 dari jumlah yang
pada Penetapan kadar. tertera pada etiket.
kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur respons
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
<931>. relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%.
Pengencer A Buat campuran Dapar amonium- fosfat Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
pH 10- metanol P -asetonitril P (35:35:30). sama (lebih kurang 100 μl) Blangko dan Larutan uji ke
Pengencer B Buat campuran dapar amonium fosfat dalam kromatograf dan ukur respons semua puncak.
pH 10 dan metanol P (1:1). Hitung persentase masing-masing senyawa sejenis
Blangko Gunakan Pengencer A. dalam serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur C ri P 1
yang sesuai, tambahkan Pengencer A hingga 75% dari 100 S
volume labu tentukur, lakukan sonikasi hingga larut dan CU rS 1000 F
encerkan dengan Pengencer A hingga kadar azitromisin
lebih kurang 4 mg per ml. CS adalah kadar Azitromisin dalam mg per ml Larutan
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku baku; CU adalah kadar Azitromisin dalam mg per ml
persediaan, encerkan dengan Pengencer A hingga kadar Larutan uji;ri adalah respons puncak dari masing-masing
lebih kurang 0,02 mg per ml. cemaran yang diperoleh dalam Larutan uji; rS adalah
Larutan sensitivitas sistem Encerkan Larutan baku respons puncak untuk Azitromisin yang diperoleh dari
secara kuantitatif dengan Pengencer A, hingga kadar Larutan baku; (P/1000) adalah potensi dari Azitromisin,
lebih kurang 0,004 mg per ml. dikonversi dari μg per mg menjadi mg per mg
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari Azitromisin BPFI; dan F adalah faktor respons relatif
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet yang seperti yang tertera pada Tabel. Cemaran spesifik dan
setara dengan 1335 mg Azitromisin, masukkan ke dalam yang tidak diketahui memenuhi batas yang tertera pada
labu tentukur 100-ml. Tambahkan 75 mL asetonitril P Tabel. Abaikan respons puncak yang sesuai dengan
dan sonikasi selama lebih kurang 15 menit. Kocok kuat puncak Blangko.
selama tidak kurang dari 15 menit. Biarkan dingin
hingga suhu ruang, encerkan dengan asetonitril P Tabel
sampai tanda, campur. Sentrifus selama 15 menit. Pipet Waktu Faktor
Batas
Komponen Retensi Respons
3 ml beningan ke dalam labu tentukur 10-ml, encerkan Relatif Relatif
(%)
dengan Pengencer B sampai tanda. Larutan mengandung Azitromisin 3’-N-oksida 0,28 0,45 0,5
lebih kurang 4 mg azitromisin per ml. Saring melalui
3’-(N,N-didemetil)-3’-N-
penyaring dengan porositas 0,45 μm. formilazitromisin
0,38 1,9 1,0
Sistem kromatografi Lakukan Kromatografi cair 3’-(N,N-didemetil)azitromisin
0,40 0,52 0,5
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. (aminoazitromisin)
Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi detektor 210 Desosaminilazitromisin 0,47 1,1 0,5
Senyawa sejenis Azitromisin F1 0,53 4,8 0,5
nm dan kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
3’-N-Demetilazitromisin 0,57 0,53 0,7
dengan ukuran partikel 5μm. Laju alir lebih kurang 0,8 3’-De(dimetilamino)-3’-
ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada 60° dan 0,78 1,6 0,5
oksoazitromisin
suhu “autosampler” pada 4°. Kromatograf diprogram 6-Demetilazitromisin
0,82 - -
(azaeritromisin A)2
sebagai berikut: Azitromisin 1,0 - -
3-Deoksiazitromisin
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi 1,3 - -
(azitromisin B)2
(menit) (%) (%)
3’-N-demetil-3’-N-[(4-
1,4 - -
0-25 50 50 Isokratik metilfenil)sulfonil]azitromisi2
25-30 50→45 50→55 Gradien Linier Cemaran yang tidak spesifik - 1,0 0,2
30-40 45→40 55→60 Gradien Linier Total cemaran - - 3,0
1
40-55 40→35 60→65 Gradien Linier 3’-(N-demetil)-3’-N-formilazitromisin
2
55-60 35 65 Isokratik Senyawa ini merupakan cemaran proses sintesis Azitromisin. Dapat
dikontrol dalam zat obat dan hanya dimasukkan sebagai informasi.
60-61 35→50 65→50 Gradien Linier Jumlah total cemaran tidak memasukkan cemaran ini.
61-70 50 50 Kesetimbangan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Lakukan kromatografi terhadap Larutan sensitivitas system, Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Kromatografi <931>.
tertera pada Prosedur: perbandingan “signaltonoise” Dapar oktanasulfonat Masukkan 4,4 g kalium fosfat
untuk puncak azitromisin tidak kurang dari 10. Lakukan dibasa P dan 500 mg natrium 1-oktanasulfonat P ke
kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam dalam labu tentukur 1000-ml, larutkan dan encerkan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera dengan air sampai tanda. Atur pH hingga 8,20 dengan
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak azaeritromisin penambahan asam fosfat P.
A dan azitromisin tidak kurang dari 2,5. Lakukan
- 194 -
Fase gerak Buat campuran asetonitril P - Dapar respons puncak utama. Hitung persentase azitromisin,
oktanasulfonat - metanol P (45:40:15), saring dan C38H72N2O12, dengan rumus:
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi C rU P
<931>. 100 S
Dapar amonium fosfat pH 10 Masukkan 1,7 g CU rS 1000
amonium fosfat monobasa P ke dalam labu tentukur
1000-ml, larutkan dengan air sampai tanda. Atur pH P/1000 adalah potensi azitromisin dikonversikan dari μg
hingga 10,0 dengan penambahan amonium hidroksida P, per mg menjadi mg per mg dalam Azitromisin BPFI; CS
campur. adalah kadar Azitromisin BPFI dalam mg per ml Larutan
Pengencer A Buat campuran Dapar amonium- fosfat baku; CU adalah kadar azitromisin dalam mg per ml
pH 10- metanol P -asetonitril P (35:35:30). Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Azitromisin azitromisin yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan
BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, baku.
tambahkan Pengencer A hingga 75% dari volume labu
tentukur, lakukan sonikasi hingga larut dan encerkan Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
dengan Pengencer A hingga kadar azitromisin lebih tertutup rapat pada suhu ruang terkendali.
kurang 4 mg per ml.
Larutan Azaeritromisin A persediaan Timbang
saksama sejumlah Azaeritromisin A BPFI, larutkan AZITROMISIN UNTUK INJEKSI
dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,2 mg Azithromycin for Injection
per ml, dengan sonikasi.
Larutan resolusi Masukkan sejumlah volume Larutan Azitromisin Untuk Injeksi adalah campuran steril serbuk
Azaeritromisin A persediaan dan Larutan baku ke dalam kering Azitromisin dan zat penstabil yang sesuai.
labu tentukur yang sesuai, encerkan secara kuantitatif Azitromisin untuk injeksi mengandung Azitromisin,
dengan Pengencer A hingga kadar masing-masing lebih C38H72N2O12, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
kurang 0,02 mg per ml. dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
Baku pembanding Azaeritromisin A BPFI tidak boleh
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet yang
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat;
setara dengan 667 mg Azitromisin, masukkan ke dalam
Azitromisin BPFI, tidak boleh dikeringkan, simpan
labu tentukur 200-ml. Tambahkan 75 ml Pengencer A,
dalam wadah tertutup rapat dalam lemari pembeku;
lakukan sonikasi selama tidak kurang 15 menit. Kocok
Azitromisin N-Oksid BPFI; N-Demetil-azitromisin BPFI;
kuat selama tidak kurang 15 menit. Diamkan larutan
Desosaminilazitromisin BPFI, tidak boleh dikeringkan.
hingga pada suhu ruang, tambahkan Pengencer A sampai
Simpan dalam wadah tertutup rapat dalam lemari
tanda, campur. Pipet 6 ml larutan, masukkan ke dalam
pendingin; Endotoksin BPFI, [Catatan: Bersifat
labu tentukur 50-ml, tambahkan Pengencer A sampai
pirogenik, penanganan vial dan isinya harus hati-hati
tanda. Larutan ini mengandung lebih kurang 0,4 mg per
untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh
ml. Saring melalui penyaring dengan porositas 0,45 m. isi, gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial
Sistem kromatografi Lakukan Kromatografi cair
yang belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram
detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x 25 cm berisi
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
bahan pengisi L1dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir
diperoleh pada Penetapan kadar.
lebih kurang 1,5 ml per menit. Pertahankan suhu kolom
pada 50°. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,7 unit
resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons puncak endotoksin FI per mg azitromisin.
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
puncak azaeritromisin A dan azitromisin berturut-turut Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
adalah 0,64 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak dengan prosedur uji menggunakan Penyaringan
azaeritromisin A dan azitromisin tidak kurang dari 2,5. membran seperti tertera pada Uji sterilitas.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0;
efisiensi kolom tidak kurang dari 1000 lempeng teoritis; Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 2,0%.
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
tidak lebih dari 2,0%. Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 50 μl) Larutan baku dan Larutan uji Azitromisin N-oksid Tidak lebih dari 1,0%. Lakukan
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
- 195 -
Dapar kalium fosfat 0,02 M dan Larutan uji Lakukan Larutan uji; dan rS adalah respons puncak azitromisin dari
seperti tertera pada Senyawa sejenis. Larutan baku.
Fase gerak Buat campuran antara Dapar kalium fosfat Senyawa sejenis Masing-masing cemaran spesifik,
0,02 M-asetonitril P (76,5: 23,5). Atur pH hingga 11,0 cemaran tidak spesifik dan jumlah seluruh cemaran tidak
dengan penambahan kalium hidroksida P 5 N, saring dan melebihi batas yang tertera pada Tabel. Lakukan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
<931>. Dapar kalium fosfat 0,02 Larutkan 3,48 g Kalium
Pengencer Buat campuran Dapar kalium fosfat 0,02 fosfat dibasa P dalam air hingga 1000 ml, saring melalui
M-asetonitril P (76,5:23,5). Atur pH hingga 8,0 dengan penyaring dengan porositas 0,45 μm.
penambahan asam fosfat encer P. Fase gerak Buat campuran Dapar kalium fosfat 0,02
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah M -asetonitril P (54:46). Atur pH hingga 11,0 dengan
Azitromisin BPFI, larutkan dalam asetonitril P hingga penambahan kalium hidroksida 10 N. Saring dan
kadar lebih kurang 0,6 mg per ml. awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Larutan baku Encerkan Larutan baku persediaan, secara Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Pengencer <931>.
hingga kadar lebih kurang 0,006 mg per ml. Pengencer Buat campuran air-asetonitril P (54:46).
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah Blangko Gunakan Pengencer.
Azitromisin N-oksid BPFI, larutkan dalam Larutan baku Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
hingga kadar azitromisin N-oksid dan azitromisin Desosaminilazitromisin BPFI, N-Demetil-azitromisin
berturut-turut lebih kurang 0,0015 dan 0,45 mg per ml. BPFI, Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada asetonitril P hingga kadar berturut-turut lebih kurang
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 0,09; 0,21 dan 0,30 mg per ml.
dilengkapi detektor elektrokimia amperometrik Larutan baku Encerkan Larutan baku persediaan
menggunakan sepasang elektroda karbon kaca yang secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan
dioperasikan dalam sistem oksidatif, dengan elektroda Pengencer hingga kadar Desosaminilazitromisin BPFI, N-
pertama yang diatur pada +0,70 0,05 V dan elektroda Demetilazitromisin BPFI, Azitromisin BPFI berturut-turut
kedua yang diatur pada +0,82 0,05 V dan arus latar lebih kurang 1,8; 4,2 dan 0,6 µg per ml.
belakang dioptimasi hingga 95 25 nA; dan kolom 4,6 Larutan uji Secara terpisah rekonstitusi 3 vial, seperti
mm x 15 cm berisi bahan pengisi L29 dengan ukuran yang tertera pada etiket. Campurkan isi dari semua vial
partikel 5 μm, serta kolom pelindung 4,6 mm x 5 cm yang telah direkonstitusi. Encerkan larutan terkonstitusi
berisi bahan pengisi L29 dengan ukuran partikel 5 μm. dan jika perlu secara bertahap dengan Pengencer hingga
Laju alir lebih kurang 0,4 ml per menit. Pertahankan kadar azitromisin 0,6 mg per ml, berdasarkan yang
suhu “autosampler” pada 15°. Lakukan kromatografi tertera pada etiket. Larutan ini harus segera disuntikkan.
terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
retensi relatif azitromisin N-oksid dan azitromisin dilengkapi detektor elektrokimia amperometrik
berturut-turut lebih kurang 0,38 dan 1,0. Lakukan menggunakan sepasang elektroda karbon kaca yang
kromatografi Larutan baku, rekam kromatogram dan dioperasikan dalam sistem oksidatif, dengan elektroda
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur, pertama yang diatur pada +0,70 0,05 V dan elektroda
efisiensi kolom tidak kurang dari 1000 lempeng teoritis; kedua yang diatur pada +0,82 0,05 V dan arus latar
faktor ikutan tidak kurang dari 0,9 dan tidak lebih dari belakang dioptimasi hingga 95 25 nA; dan kolom 4,6
1,5; simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang mm x 15 cm berisi bahan pengisi L67 dengan ukuran
tidak lebih dari 5%. partikel 5 μm, serta kolom pelindung 4,6 mm x 1 cm
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume berisi bahan pengisi L67 dengan ukuran partikel 5 μm.
sama (lebih kurang 25 μl) Larutan baku dan Larutan uji Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Pertahankan suhu
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur kolom pada 40°, suhu “autosampler” pada 15°. Lakukan
respons semua puncak. Hitung persentase azitromisin N- kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur respons
oksid dalam Injeksi Azitromisin dengan rumus: puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
relatif seperti ditunjukkan pada Tabel; resolusi, R, antara
puncak desosaminilazitromisin dan N-demetilazitromisin
P C S ri
100 tidak lebih dari 1,5; faktor ikutan untuk puncak
1000 CU rs desosaminilazitromisin, N-demetilazitromisin dan
azitromisin tidak lebih dari 1,5; efisiensi kolom tidak
P/1000 adalah potensi azitromisin, dikonversikan dari μg kurang dari 1500 lempeng teoritis untuk puncak
per mg menjadi mg per mg Azitromisin BPFI; CS adalah azitromisin; dan simpangan baku relatif untuk puncak
kadar Azitromisin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; desosaminilazitromisin, N-demetilazitromisin dan
CU adalah kadar azitromisin dalam mg per ml Larutan azitromisin pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5%.
uji; ri adalah respons puncak azitromisin N-oksid dari
- 196 -
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume 3’-De(dimetilamino)-3’- 0,72 1,0
sama (lebih kurang 25 μL) Larutan baku, Blangko dan oksoazitromisin
Azitromisin 1,00 -
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
Cemaran yang tidak diketahui - 0,20
dan ukur semua respons puncak. Hitung persentase dari
Total cemaran - 3,0
Desosaminilazitromisin dalam Injeksi Azitromisin
dengan rumus:
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi.
C ri
100 P S
CU rS Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
P adalah potensi, dalam mg per mg, Dapar kalium fosfat Larutkan lebih kurang 6,7 g
Desosaminilazitromisin BPFI; CS adalah kadar Kalium fosfat dibasa P dalam 1000 ml air. Saring
Desosaminilazitromisin BPFI dalam mg per ml Larutan melalui penyaring dengan porositas 0,45μm.
baku; CU adalah kadar azitromisin dalam mg per ml Fase gerak Buat campuran Dapar kalium fosfat -
Larutan uji; ri dan rS berturut-turut adalah respons asetonitril P (52:48), atur pH hingga 11,0 dengan
puncak desosaminilazitromisin Larutan uji dan Larutan penambahan kalium hidroksida 10 N. Saring dan
baku. Hitung persentase dari N-demetilazitromisin awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
dalam injeksi azitromisin dengan rumus: Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Pengencer Buat campuran asetonitril P-air (52:48).
C ri Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah
100 P S
CU rS Azaeritromisin A BPFI dan Azitromisin BPFI, masukkan
ke dalam labu tentukur yang sesuai. Larutkan dalam
asetonitril P hingga 52% volume labu dan encerkan
P adalah potensi N-Demetilazitromisin BPFI dalam mg dengan air hingga kadar masing-masing lebih kurang 1
per mg; CS adalah kadar N-Demetilazitromisin BPFI mg per ml.
dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar Larutan baku Timbang saksama sejumlah Azitromisin
azitromisin dalam mg per ml Larutan uji; ri dan rS BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai.
berturut-turut adalah respons puncak N- Larutkan dalam asetonitril P hingga 52% volume labu
demetilazitromisin dari Larutan uji dan Larutan baku. danencerkan hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Hitung persentase masing-masing senyawa sejenis lain, Larutan uji Rekonstitusi 3 vial secara terpisah, seperti
termasuk cemaran yang tidak diketahui dalam injeksi yang tertera pada etiket. Campurkan isi dari semua vial
azitromisin dengan rumus: yang telah direkonstitusi. Encerkan larutan terkonstitusi
secara kuantitatif jika perlu bertahap dengan Pengencer
P C S ri
hingga diperoleh larutan dengan kadar azitromisin lebih
100 kurang 1 mg per ml, sesuai yang tertera pada etiket.
1000 CU rS Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
P/1000 adalah potensi Azitromisin BPFI dikonversikan dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 mm x
dari μg per mg menjadi mg per mg Azitromisin BPFI; CS 15 cm berisi bahan pengisi L67 dengan ukuran partikel 5
adalah kadar Azitromisin BPFI dalam mg per ml Larutan μm serta kolom pelindung 4,6 mm x 1 cm berisi bahan
baku; CU adalah kadar azitromisin dalam mg per ml pengisi L67 dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih
Larutan uji; ri adalah respons puncak masing-masing kurang 1 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada
cemaran dari Larutan uji; dan rS adalah respons puncak
40° dan suhu “autosampler” pada 15°. Lakukan
azitromisin dari Larutan baku. Cemaran spesifik dan
kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam
yang tidak diketahui memenuhi batas yang tertera pada
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Tabel. Abaikan setiap puncak yang setara dengan puncak
pada Prosedur: waktu retensi puncak azaeritromisin A
Blangko.
dan azitromisin berturut-turut lebih kurang 0,68 dan 1,0;
resolusi, R, antara puncak azaeritromisin A dan
Tabel
Waktu
azitromisin tidak kurang dari 2,5. Lakukan kromatografi
Batas terhadap Larutan baku dan ukur respons puncak seperti
Komponen Retensi
(%)
Relatif tertera pada Prosedur; efisiensi kolom tidak kurang dari
3’-(N,N-didemetil)azitromisin 0,25 1,0 1500 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak kurang dari
(aminoazitromisin)+3’-(N,N-
didemetil)-3’-N-formilazitromisin
0,9 dan tidak lebih dari 1,5; simpangan baku relatif pada
Desosaminilazitromisin 0,31 0,3 penyuntikan ulang tidak lebih dari 2%.
3’-N-demetil-3’-N- 0,32 1,0 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
formilazitromisin sama (lebih kurang 15 μl) Larutan baku dan Larutan uji
N-Demetilazitromisin 0,35 1,0 ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung persentase azitromisin,
- 197 -
C38H72N2O12, dari jumlah yang tertera pada etiket dalam Fase gerak, Larutan baku persediaan, Larutan baku,
injeksi azitromisin dengan rumus: Larutan resolusi dan Sistem kromatografi lakukan
seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam Azitromisin.
P C S rU Pelarut Larutkan 2,2 g kalium fosfat monobasa P
100 dalam 1590 ml air, tambahkan berturut-turut 600 ml
1000 CU rS isopropil alkohol P, 480 ml etanol P dan 330 ml
asetonitril P. Atur pH hingga 8,4 0,1 dengan
P/1000 adalah potensi azitromisin, dikonversikan dari μg penambahan kalium hidroksida 10 N dan kocok secara
per mg menjadi mg per mg Azitromisin BPFI; CS adalah mekanik selama 30 menit.
kadar Azitromisin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; Larutan uji 1 (bila dikemas dalam wadah dosis
CU adalah kadar azitromisin dalam mg per ml Larutan tunggal) Masukkan isi wadah azitromisin untuk suspensi
uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak oral ke dalam labu tentukur yang sesuai (V). Tambahkan
azitromisin dari Larutan uji dan Larutan baku. sejumlah volume Pelarut hingga lebih kurang 70%
volume labu tentukur dan kocok secara mekanik selama
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah untuk 30 menit. Encerkan dengan Pelarut sampai tanda.
padatan steril seperti tertera pada Injeksi dan simpan Larutan ini mengandung azitromisin lebih kurang 2 mg
pada suhu ruang terkendali. per ml. Masukkan 40 ml suspensi tersebut ke dalam
tabung sentrifuga bersumbat dan sentrifus selama lebih
Penandaan Memenuhi syarat seperti tertera pada kurang 20 menit. Pipet 2 ml beningan ke dalam labu
Injeksi. tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai
tanda. Pipet 2 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 50-
ml kedua, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
AZITROMISIN UNTUK SUSPENSI ORAL Larutan uji 2 (bila dikemas dalam wadah dosis ganda)
Azithromycin for Oral Suspension Konstitusikan azitromisin untuk suspensi oral seperti
yang tertera pada etiket. Pipet 5 ml suspensi segar dan
Azitromisin untuk Suspensi Oral adalah campuran bebas gelembung udara ke dalam labu tentukur yang
kering dari Azitromisin dan satu atau lebih dapar, sesuai (Vm). Tambahkan sejumlah volume Pelarut
pemanis, pengencer, zat anti kempal dan perisa. hingga lebih kurang 70% volume labu tentukur dan
Azitromisin untuk Suspensi Oral mengandung kocok secara mekanik selama 30 menit, encerkan
azitromisin, C38H72N2O12, tidak kurang 90,0% dan tidak dengan Pelarut sampai tanda. Larutan mengandung
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. azitromisin lebih kurang 0,4 mg per ml. Masukkan lebih
kurang 40 ml suspensi ke dalam tabung sentrifuga
Baku pembanding Azitromisin BPFI; tidak boleh bersumbat dan sentrifus selama lebih kurang 20 menit.
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah Pipet 5 ml beningan ke dalam labu tentukur 50-ml,
tertutup rapat di lemari pembeku. encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 5 ml
larutan ini ke dalam labu tentukur 50-ml kedua,
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Prosedur Lakukan sesuai Prosedur seperti tertera
diperoleh pada Penetapan kadar. pada Penetapan Kadar dalam Azitromisin.Hitung jumlah
dalam mg azitromisin, C38H72N2O12, dalam kemasan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. dosis tunggal azitromisin untuk suspensi oral dengan
Untuk sediaan padat dalam wadah dosis tunggal. rumus:
125 V r
Volume terpindahkan <1261>Memenuhi syarat. CP U
200 rS
pH <1071>Antara 9,0 dan 11,0 untuk sediaan padat
yang dikemas dalam wadah dosis tunggal: lakukan rU adalah respons puncak Larutan uji 1; C, P dan rS
penetapan menggunakan suspensi terkonstitusi seperti berturut-turut adalah seperti tertera pada Azitromisin.
yang tertera pada etiket; antara 8,5 dan 11,0 untuk Hitung jumlah dalam mg azitromisin, C38H72N2O12,
sediaan padat yang dikemas dalam wadah dosis ganda: dalam tiap 5 ml suspensi yang diambil dari kemasan
lakukan penetapan menggunakan suspensi terkonstitusi dosis ganda azitromisin untuk suspensi oral dengan
seperti yang tertera pada etiket. rumus:
Vm r
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,5%. CP U
10 rS
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada rU adalah respons puncak Larutan uji 2; C, P dan rS
Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan air dengan berturut-turut adalah seperti tertera pada Azitromisin.
tahanan tidak kurang dari 18 Mohm-cm].
- 198 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. di atas tangas uap hingga kering. Keringkan residu pada
suhu 105º selama 1 jam, timbang: bobot tidak lebih dari
15 mg.
BARIUM SULFAT
Barium Sulfate Garam barium larut Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
penetapan sebagai berikut: Pada residu yang diperoleh
Barium sulfat (1:1) [7727-43-7] dari Zat larut dalam asam, tambahkan 10 ml air, saring
BaSO4 BM 233,39 melalui kertas saring yang telah dicuci dengan 100 ml
asam klorida 0,3 N, tambahkkan 0,5 ml asam sulfat 2 N:
Barium Sulfat mengandung tidak kurang dari 97,5% dan kekeruhan yang terjadi dalam waktu 30 menit tidak lebih
tidak lebih dari 100,5% BaSO4. keruh dari pembanding yang terdiri dari 10 ml air yang
mengandung 50 µg barium dan 0,5 ml asam sulfat 2 N
Pemerian Serbuk ruah halus, tidak mengandung butiran; yang diperlakukan dengan cara sama.
putih; tidak berbau; tidak berasa.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam pelarut penetapan menggunakan larutan uji yang dibuat sebagai
organik, dalam larutan asam dan dalam larutan alkali. berikut: Didihkan 4,0 g zat dalam campuran 2 ml asam
Identifikasi asetat glasial P dan 48 ml air selama 10 menit. Encerkan
A. Campur 500 mg zat dengan 2 g natrium karbonat dengan air hingga 50 ml, saring. Gunakan 25 ml filtrat.
anhidrat P dan 2 g kalium karbonat anhidrat P,
panaskan dalam krus hingga zat melebur sempurna, Penetapan kadar Timbang saksama tidak kurang dari
tambahkan air panas dan saring: filtrat yang telah 580 mg zat dan tidak lebih dari 620 mg zat di dalam krus
diasamkan dengan asam klorida P menunjukkan reaksi platina yang telah ditara, tambahkan 10 g natrium
Sulfat cara A, B dan C seperti tertera pada Uji karbonat anhidrat P, campur dengan memutar krus.
Identifikasi Umum<291>. Lebur di atas api besar hingga leburan jernih, lanjutkan
B.Larutkan sebagian residu yang telah dicuci yang pemanasan selama 30 menit. Dinginkan, letakkan krus
diperoleh dari Identifikasi A dalam asam asetat 6 N: dalam gelas piala 400 ml, tambahkan 250 ml air, aduk
larutan menunjukkan reaksi Barium seperti tertera pada dengan batang pengaduk kaca, panaskan hingga leburan
Uji Identifikasi Umum<291>. melepas. Angkat krus dari gelas piala, cuci dengan air,
kumpulkan cairan cucian di dalam gelas piala. Bilas
pH <1071> Antara 3,5 dan 10,0. Lakukan penetapan bagian dalam krus dengan 2 ml asam asetat 6 N
menggunakan suspensi 10% dalam air. kemudian dengan air, kumpulkan cairan cucian di dalam
gelas piala, lanjutkan pemanasan dan pengadukan
Sulfida Tidak lebih dari 0,5 bpj; lakukan penetapan hingga leburan hancur. Dinginkan gelas piala dalam
sebagai berikut: Masukkan 10 g zat ke dalam labu tangas es hingga endapan mengendap, tuangkan
Erlenmeyer 500 ml tambahkan 100 ml asam klorida 0,3 beningan hati-hati melalui kertas saring Whatman nomor
N. Tutup mulut labu dengan kertas saring yang telah 40 atau yang setara, jaga sesedikit mungkin adanya
dibasahi dengan 0,15 ml timbal(II) asetat LP, ikat rapat endapan masuk ke dalam kertas saring. Cuci endapan
kertas saring sepanjang leher labu. Didihkan campuran dua kali dengan cara enaptuang sebagai berikut: Cuci
perlahan-lahan selama 10 menit, jaga agar larutan tidak bagian dalam gelas piala dengan lebih kurang 10 ml
memercik pada kertas: warna gelap yang terjadi pada larutan natrium karbonat P (1 dalam 50) dingin sambil
kertas tidak lebih gelap dari warna yang ditimbulkan digoyang, biarkan endapan mengendap, tuang beningan
oleh pembanding yang diperlakukan dengan cara yang melalui kertas saring yang sama, dengan sesedikit
sama terdiri dari 100 ml asam klorida 0,3 N mungkin adanya endapan masuk ke dalam kertas saring.
Letakkan gelas piala berisi endapan barium karbonat di
mengandung 0,5 g sulfida (S).
bawah corong, cuci kertas saring lima kali, tiap kali
dengan 1 ml asam klorida 3 N, kemudian cuci dengan
Zat larut dalam asam Tidak lebih dari 0,3%; lakukan
air. [Catatan Larutan mungkin agak berkabut].
penetapan sebagai berikut: Dinginkan campuran yang
Tambahkan 100 ml air; 5,0 ml asam klorida P; 10,0 ml
diperoleh dari pengujian Sulfida, tambahkan air sampai
larutan amonium asetat P (2 dalam 5); 25 ml larutan
lebih kurang volume semula. Saring melalui kertas
kalium bikromat P (1 dalam 10) dan 10,0 g urea P.
saring yang telah dicuci dengan campuran 10 ml asam
Tutup gelas piala dengan kaca arloji, digesti pada suhu
klorida 3 N dan 90 ml air, jika perlu masukkan kembali
filtrat pertama untuk memperoleh filtrat jernih. Uapkan 80- 85 selama tidak kurang dari 16 jam. Saring selagi
50 ml filtrat di atas tangas uap hingga kering, tambahkan panas melalui krus penyaring kaca masir berpori halus
2 tetes asam klorida P dan 10 ml air panas. Saring yang telah ditara dan pindahkan semua endapan dengan
melalui kertas saring yang telah dicuci dengan asam, pertolongan pengaduk berujung karet. Cuci endapan
yang disiapkan dengan cara seperti di atas, cuci dengan larutan kalium bikromat P (1 dalam 200) dan
penyaring dengan 10 ml air panas. Uapkan kumpulan akhirnya dengan lebih kurang 20 ml air. Keringkan pada
filtrat dan cairan cucian dalam cawan yang telah ditara suhu 105 selama 2 jam, dinginkan, timbang: bobot
- 199 -
barium kromat yang diperoleh dikalikan dengan 0,9213 Catatan 2 Jika sampel mengandung silikat, lakukan
menunjukkan bobot BaSO4. penetapan tanpa penambahan asam fluorida P dan asam
sulfat P.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Pada residu dalam krus platina, baik yang diperlakukan
dengan asam sulfat P dan asam fluorida P atau tidak,
tambahkan 10 g natrium karbonat anhidrat P, lebur di
BARIUM SULFAT UNTUK SUSPENSI atas suhu tinggi hingga diperoleh leburan jernih,
Barium Sulfate for Suspension lanjutkan pemanasan selama 30 menit. Lanjutkan
penetapan seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam
Barium Sulfat untuk Suspensi adalah campuran kering Barium Sulfat, mulai dari ”Dinginkan, letakkan krus
dari Barium Sulfat dengan satu atau lebih bahan dalam gelas piala 400 ml”.
pendispersi yang sesuai dan atau lebih bahan pendispersi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
yang sesuai dan atau bahan pensuspensi, mengandung
tidak kurang dari 90,0% BaSO4. Dapat mengandung satu
atau lebih bahan pewarna, penyedap, pengencer dan
pengawet yang sesuai. BASITRASIN
Bacitracin
Identifikasi Pijarkan 1 g zat hingga bobot tetap, sisa
pemijaran memenuhi Identifikasi A dan B seperti tertera
pada Barium Sulfat.
Hitung persentase basitrasin A dengan rumus: mengandung tidak kurang dari 4,0% dan tidak lebih dari
6,0% Zn, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
rA
100 Pemerian Serbuk putih hingga cokelat muda; tidak
rT berbau atau berbau lemah; higroskopis.
rT adalah jumlah semua respons puncak dari Larutan uji; Kelarutan Agak sukar larut dalam air.
rA adalah respons puncak basitrasin A. Baku pembanding Basitrasin Zink BPFI; lakukan
Hitung persentase basitrasin aktif (basitrasin A, pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg,
basitrasin B1, basitrasin B2 dan basitrasin B3) dengan pada suhu 60 selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan
rumus: dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, pada
tempat yang sejuk.
rA rB 1 rB 2 rB 3
100 Identifikasi
rT A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
rA, rB1, rB2 dan rB3 berturut-turut adalah respons puncak Fase gerak Buat campuran metanol P-isopropil
basitrasin A, B1, B2 dan B3 dari Larutan uji. alkohol P-metilen klorida P-amonium hidroksida P-air
Hitung persentase semua puncak yang tereluasi sebelum (4:2:2:2:1,5).
puncak basitrasin B1 dengan rumus: Larutan baku Timbang sejumlah Basitrasin zink
BPFI, larutkan dan encerkan dengan asam klorida 0,1 N
r preB 1 hingga kadar lebih kurang 500 unit basitrasin FI per ml.
100 Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dan
rT encerkan dengan asam klorida 0,1 N hingga kadar lebih
kurang 500 unit basitrasin FI per ml.
rpreB1 adalah jumlah semua respons puncak yang tereluasi Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
sebelum puncak basitrasin B1 dari Larutan uji. Hitung
l Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
persentase basitrasin F dengan rumus: kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan
lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak
rF dan biarkan merambat hingga tiga per empat tinggi
100
lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan
rA
keringkan pada suhu 105º selama lebih kurang 10
menit,semprot lempeng dengan larutan ninhidrin P 0,2%
rF dan rA berturut-turut adalah respons puncak basitrasin dalam butil alkohol P. Panaskan lempeng pada suhu
F dan basitrasin A dari Larutan uji.
lebih kurang 105 selama lebih kurang 5 menit: harga Rf
bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji sesuai
Penetapan potensi lakukan penetapan seperti tertera
dengan Larutan baku.
pada penetapan seperti tertera pada Penetapan Potensi
B. Memenuhi syarat uji Komposisi.
Antibiotik secara Mikrobiologi <131>.
pH <1071> Antara 6,0 dan 7,5; lakukan penetapan
Syarat lain Jika pada etiket tertera basitrasin steril,
menggunakan larutan jenuh yang mengandung lebih
memenuhi syarat Uji Sterilitas <71> dan Endotoksin
kurang 100 mg per ml.
bakteri <201> seperti tertera pada Basitrasin untuk
Injeksi. Jika pada etiket tertera basitrasin harus diproses
Susut pengeringan <1112> Tidak lebih dari 5,0%;
lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi, memenuhi
lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler
syarat Endotoksin bakteri <201> seperti tertera pada
Basitrasin untuk Injeksi. dalam hampa udara pada suhu 60 selama 3 jam,
menggunakan lebih kurang 100 mg zat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan penetapan
dan di tempat sejuk.
dengan Penyaringan membran seperti tertera pada Uji
Sterilitas dari produk yang diuji, kecuali menggunakan
Cairan A untuk tiap liter ditambahkan 20 g dinatrium
BASITRASIN ZINK edetat P; jika pada etiket dinyatakan steril.
Bacitracin Zinc
Komposisi Basitrasin A, basitrasin aktif (basitrasin A,
Kompleks basitrasinzink [1405-89-6] B1, B2, B3), senyawa peptida yang tereluasi sebelum
basitrasin B1 dan untuk basitrasin F berturut-turut tidak
Basitrasin Zink adalah kompleks basitrasin zink, dengan lebih dari 40,0%; 70,0%; 20,0% dan 6,0%; lakukan
komponen utama terdiri dari basitrasin A, B1, B2 dan
B3. Potensi tidak kurang dari 65 unit basitrasin per mg,
- 202 -
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi basitrasin A. Rekam kromatogram dan ukur respons
seperti tertera pada Kromatografi <931>. semua puncak Larutan uji. Lakukan identifikasi puncak
Larutan kalium fosfat monobasa Timbang lebih berdasarkan waktu retensi relatif seperti pada Tabel.
kurang 27,2 g kalium fosfat monobasa P, larutkan dan [Catatan Abaikan respons puncak pada Larutan uji
encerkan dengan air hingga 1000 ml. yang lebih kecil dari respons puncak basitrasin A dari
Dapar Larutkan lebih kurang 34,8 g kalium fosfat Larutan ambang; dan abaikan puncak yang terdapat
dibasa P dalam 1000 ml air. Atur pH hingga 6,0 dengan pada Fase gerak].
penambahan larutan kalium fosfat monobasa P 27,2 g Hitung persentase basitrasin A dengan rumus:
per liter.
Fase gerak Buat campuran metanol P-air-Dapar- rA
asetonitril P (26:15:5:2), campur dan awaudarakan. 100
Pengencer Larutkan 40 g natrium edetat P dalam rT
1000 ml air. Atur pH hingga 7,0 dengan penambahan
larutan natrium hidroksida P encer. rA adalah respons puncak basitrasin A; rT adalah jumlah
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah semua respons puncak dari Larutan uji.
Basitrasin zink BPFI, larutkan dan encerkan dengan Hitung persentase basitrasin aktif (basitrasin A, B1, B2
Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 mg per ml. dan B3) dengan rumus:
Larutan ambang pelaporan Encerkan secara
kuantitatif sejumlah Larutan kesesuaian sistem dengan rA rB1 rB 2 rB 3
air hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per ml.
100
rT
Larutan identifikasi puncak Timbang saksama
sejumlah Basitrasin zink BPFI, larutkan dalam
rA,rB1,rB2 dan rB3 berturut-turut adalah respons puncak
Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 mg per ml.
basitrasin A, B1, B2 dan B3 dari Larutan uji.
Panaskan diatas tangas uap yang mendidih selama 30
Hitung persentase semua puncak yang tereluasi sebelum
menit. Diamkan hingga suhu ruang.
puncak basitrasin B1 dengan rumus:
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
dalam Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 mg per
ml. r preB 1
100
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada rT
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor panjang gelombang rpreB1 adalah jumlah semua respons puncak yang tereluasi
bervariasi dan kolom “end-capped”4,6 mm x 25 cm sebelum puncak basitrasin B1 dari Larutan uji.
berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,0 ml per Hitung persentase basitrasin F dengan rumus:
menit. Atur panjang gelombang detektor pada 300 nm.
Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 100 µl)
rF
Larutan identifikasi puncak, untuk identifikasi letak 100
puncak basitrasin F yang merupakan cemaran. Gunakan rA
waktu retensi relatif yang tertera pada Tabel. Atur
panjang gelombang pada 254 nm. Lakukan kromatografi rF dan rA berturut-turut adalah respons puncak basitrasin
terhadap Larutan kesesuaian sistem, ukur respons F dan A dari Larutan uji.
puncak seperti tertera pada Prosedur: lakukan
identifikasi puncak komponen aktif basitrasin (basitrasin Tabel
A, B1, B2 dan B3); puncak senyawa peptida yang Nama Komponen Waktu Retensi Relatif
tereluasi awal dan cemaran basitrasin F menggunakan Basitrasin C1 0,5
waktu retensi relatif yang tertera pada Tabel. Hitung Basitrasin C2 0,6
perbandingan puncak terhadap lembah dengan rumus: Basitrasin C3 0,6
Basitrasin B1 0,7
Basitrasin B2 0,7
HP
Basitrasin B3 0,8
HL Basitrasin A 1,0
Basitrasin F 2,4
HP adalah tinggi dari garis dasar ke puncak basitrasin B1
dan HL adalah tinggi dari garis dasar ke titik terendah Kandungan zink [Catatan Larutan baku dan Larutan
dari kromatogram yang merupakan titik awal puncak uji diencerkan secara kuantitatif dengan asam klorida
basitrasin B2. Perbandingan puncak terhadap lembah 0,001 N, jika perlu buat kadar larutan hingga diperoleh
tidak kurang dari 1,2. kurva linier. Lakukan penetapan secara Spektrofotometri
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume dan Hamburan Cahaya <1191> sesuai dengan batas
sama (lebih kurang 100 µl) Pengencer, Larutan uji dan kerja alat.]
Larutan ambang pelaporan ke dalam kromatograf, Larutan baku Timbang saksama 3,11 g zink oksida
lakukan kromatografi selama tiga kali waktu retensi masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, tambahkan 80
ml asam klorida 1 N, hangatkan hingga larut, dinginkan,
- 203 -
encerkan dengan air sampai tanda. Larutan ini Beklometason Dipropionat berbentuk anhidrat atau
mengandung 10 mg zink per ml. Buat satu seri mengandung satu molekul air. Mengandung tidak kurang
pengeceran Larutan baku dalam asam klorida 0,001 N dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%,C28H37ClO7,
hingga kadar 0,5; 1,5 dan 2,5 g zink per ml. dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg
zat uji, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, Pemerian Serbuk; putih sampai putih krem; tidak
larutkan dalam asam klorida 0,01 N dan encerkan berbau.
dengan pelarut yang sama sampai tanda. Pipet 2 ml
larutan ke dalam labu tentukur 200-ml dan encerkan Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; sangat mudah
dengan asam klorida 0,001 N sampai tanda. larut dalam kloroform; mudah larut dalam aseton dan
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji mudah larut dalam etanol.
pada panjang gelombang 213,8 nm, menggunakan
spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi lampu Baku pembanding Beklometason Dipropionat BPFI;
tabung katode dan nyala udara asetilen P, gunakan asam lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam
klorida 0,001 N sebagai blangko. Buat kurva serapan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
larutan baku terhadap kadar zink dalam g per ml, tarik Testosteron Propionat BPFI; lakukan pengeringan dalam
garis lurus yang paling baik melalui ketiga titik larutan hampa udara di atas silika gel P selama 4 jam sebelum
baku tersebut. Dari kurva yang diperoleh tentukan kadar digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
zink dalam Larutan uji. Hitung jumlah zink dalam terlindung cahaya.
persen, dengan rumus:
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P,
C
1000 menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
W gelombang yang sama seperti pada Beklometason
Dipropionat BPFI.
C adalah kadar zink dalam g per ml Larutan uji; W Rotasi jenis <1081> Antara +88 dan +94, dihitung
adalah bobot zat uji dalam mg. terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
menggunakan larutan dalam dioksan P yang
Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera mengandung 10 mg per ml.
pada Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi
<131>. Susut pengeringan <1121> Bentuk anhidrat, tidak lebih
dari 0,5%. Bentuk monohidrat, antara 2,8% dan 3,8%;
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam.
dan di tempat sejuk.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Penandaan Cantumkan keterangan yang menunjukkan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
hanya digunakan untuk obat nonparenteral. Jika dikemas
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
untuk pemakaian resep, tidak steril dan potensi tidak
Kromatografi <931>.
dijamin lebih dari 60 hari setelah dibuka, cantumkan
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (3:2),
jumlah basitrasin dalam unit per mg. Jika digunakan
saring dan awaudarakan.
untuk sediaan steril, pada etiket dinyatakan steril atau
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
memerlukan proses lebih lanjut untuk penggunaan
Testosteron Propionat BPFI, larutkan dan encerkan
sediaan steril.
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 1,2 mg per
ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
BEKLOMETASON DIPROPIONAT Beklometason Dipropionat BPFI, larutkan dan encerkan
Beclomethasone Dipropionate denganmetanol P hingga kadar lebih kurang 1,4 mg per
O
ml. Masukkan 4,0 ml larutan ini ke dalam vial yang
H3C O
sesuai dan tambahkan 4,0 ml Larutan baku internal
HO
H CH3
O
O
hingga kadar beklometason dipropionat 0,7 mg per ml
H
CH3
dan kadar testosteron propionat 0,6 mg per ml.
CH3 H
CH3 O Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 70 mg zat,
Cl H
H2O masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan
O
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Masukkan 4,0
ml larutan ini ke dalam vial yang sesuai dan tambahkan
9-Kloro-11,17,21-trihidroksi-16-metilpregna-1,4- 4,0 ml Larutan baku internal.
diena-3,20-dion 17,21-dipropionat [5534-09-8] Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
C28H37ClO7 BM 521,04 Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
C28H37ClO7.H2O BM 539,07 dilengkapi dengan detektor 254 nm, kolom 4 mm x 30
- 204 -
cm berisi bahan pengisi L1 dan pompa yang dapat labu tentukur 10-ml, larutkan dengan larutan asam sulfat
dijalankan pada tekanan kolom hingga 3500 psi. P (1 dalam 350) dan encerkan dengan asam yang sama
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam sampai tanda (Larutan A). Timbang saksama lebih
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera kurang 20 mg Atropin Sulfat BPFI, masukkan ke dalam
pada Prosedur: atur jumlah contoh yang disuntikkan dan labu tentukur 50-ml, larutkan dengan lebih kurang 25 ml
parameter lainnya hingga puncak baku internal yang larutan asam sulfat P (1 dalam 350), tambahkan 2,0 ml
diperoleh lebih kurang 0,6 - 0,9 dari skala penuh. Waktu Larutan A, campur. Tambahkan larutan asam sulfat P (1
retensi beklometason dipropionat lebih kurang 6 menit dalam 350) sampai tanda. Larutan ini dibuat segar.
dan testosteron propionat lebih kurang 10 menit; Blangko ekstraksi Masukkan lebih kurang 10 ml
simpangan baku relatif pada lima kali penyuntikan ulang larutan asam sulfat P (1 dalam 350) ke dalam corong
tidak lebih dari 3,0%. pisah 60 ml. Lanjutkan menurut cara tertera pada
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Larutan uji dimulai dengan ”Kemudian tambahkan 15
sama (antara 5 dan 25l) Larutan uji dan Larutan baku ml kloroform P”. Pada kromatogram blangko tidak ada
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur gangguan atropin, skopolamin atau homatropin.
respons puncak. Hitung jumlah dalam mg beklometason Larutan uji Timbang saksama sejumlah lebih kurang
dipropionat, C28H37ClO7, dalam zat yang digunakan 500 mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 125 ml
dengan rumus: dan tambahkan 40 ml larutan asam sulfat P (1 dalam
350). Panaskan pada suhu tidak lebih dari 45o dan aduk
R untuk mempercepat kelarutan. Saring melalui kertas
100 C U
R saring ke dalam labu tentukur 100-ml. Cuci labu dan
S kertas saring dua kali, tiap kali dengan 20 ml larutan
C adalah kadar Beklometason Dipropionat BPFI dalam asam sulfat P (1 dalam 350) hangat dan kumpulkan cairan
mg per ml Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah cucian dalam labu tentukur 100-ml. Tambahkan larutan
perbandingan respons puncak beklometason dipropionat asam sulfat P (1 dalam 350) sampai tanda. Pipet 10 ml
terhadap testosteron propionat dari Larutan uji dan larutan ini ke dalam corong pisah 60 ml, tambahkan 1,0
Larutan baku. ml Larutan baku internal, kemudian tambahkan 15 ml
kloroform P, kocok kuat-kuat, biarkan memisah, buang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. lapisan kloroform. (Jika terbentuk emulsi, kloroform P
diganti dengan campuran kloroform P-isopropanol P
(10:3) pada seluruh prosedur ekstraksi). Tambahkan 15 ml
EKSTRAK BELADONA kloroform P, ekstraksi lagi dan buang lapisan kloroform.
Belladonna Extract Tambahkan 15 ml Dapar fosfat pH 9,5 dan natrium
hidroksida 1 N secukupnya hingga pH antara 9,0 dan 9,5.
Ekstrak Beladona mengandung tidak kurang dari 1,15 g Tambahkan 15 ml kloroform P, kocok kuat-kuat dan
dan tidak lebih dari 1,35 g alkaloid Herba Beladona biarkan lapisan memisah. Saring fase organik melalui 10 g
dalam setiap 100 g ekstrak. natrium sulfat anhidrat P (lihat Kesesuaian untuk
Penetapan kadar alkaloid seperti tertera pada natrium
Baku pembanding Atropin Sulfat BPFI. [Perhatian sulfat anhidrat P), yang sebelumnya telah dicuci dengan
Hindari kontak.] Lakukan pengeringan pada suhu 120o kloroform P dan ditempatkan pada corong berisi wol kaca
selama 4 jam sebelum digunakan. Homatropin ke dalam wadah yang sesuai. Ekstraksi dua kali, tiap kali
Hidrobromida BPFI; lakukan pengeringan pada suhu dengan 15 ml kloroform P, kumpulkan fase organik, cuci
105 selama 2 jam sebelum digunakan. Skopolamin natrium sulfat dan ujung corong dengan 5 ml kloroform P.
Hidrobromida BPFI; lakukan pengeringan pada suhu Uapkan kumpulan fase organik pada tekanan rendah, pada
105° selama 3 jam sebelum digunakan. suhu dibawah 45, tambahkan 1 ml kloroform P dan
campur hingga melarutkan alkaloid dan hati-hati saat
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara membasahi bagian dalam dinding wadah.
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi Kurva baku Buat tiga Larutan baku kurva dengan cara
<931>. sebagai berikut: Pipet ke dalam tiga corong pisah 60 ml
Dapar fosfat pH 9,5 Larutkan 34,8 g kalium fosfat yang berbeda masing-masing 1,0; 2,0 dan 3,0 ml
dibasa P dalam 900 ml air dan atur pH hingga 9,5 secara Larutan baku dan tambahkan masing-masing 9,0; 8,0
elektrometrik dengan penambahan asam klorida 3 N atau dan 7,0 ml larutan asam sulfat P (1 dalam 350).
natrium hidroksida 3 N. Lanjutkan menurut cara tertera pada Larutan uji, dimulai
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah dengan “tambahkan 1,0 ml Larutan baku internal”.
lebih kurang 40 mg Homatropin Hidrobromida BPFI, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
dengan lebih kurang 25 ml larutan asam sulfat P (1 detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 4 mm x 1,2 m
dalam 350) dan encerkan dengan asam yang sama berisi bahan pengisi 3% fase diam G3 pada partikel
sampai tanda. Larutan ini dibuat segar. penyangga S1AB. Kondisikan kolom dengan cara seperti
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10 mg tertera pada Kromatografi gas dalam Kromatografi
Skopolamin Hidrobromida BPFI, masukkan ke dalam <931>. Pertahankan suhu injektor, detektor dan kolom
- 205 -
masing-masing pada lebih kurang 240, 240 dan 215. Identifikasi Maserasi sejumlah serbuk tablet setara
Gunakan helium P kering sebagai gas pembawa dengan dengan lebih kurang 5 mg alkaloid ekstrak Beladona,
laju alir lebih kurang 65 ml per menit. dengan 20 ml air dan masukkan kedalam corong pisah.
Kesesuaian sistem Suntikkan 6 - 10 kali larutan ke Basakan larutan dengan amonium hidroksida 6 N dan
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur luas ekstrasi dengan 50 ml kloroform P. Saring lapisan
puncak seperti tertera pada Prosedur. Sistem analitik kloroform dan bagi dua sama banyak filtrat yang
dinyatakan sesuai untuk Penetapan kadar jika diperoleh, uapkan filtrat hingga kering.Lakukan
simpangan baku relatif untuk perbandingan, RA, dihitung pengujian sebagai berikut:
dengan rumus: A. Pada sebagian residu kering, tambahkan 2 tetes
asam nitrat P, uapkan di atas tangas air hingga kering
Simpangan baku dan tambahkan beberapa tetes kalium hidroksida-etanol
100
perbandingan rata rata LP: terjadi warna lembayung.
B. Pada sebagain residu yang lain, larutan dalam 1 ml
tidak lebih dari 2,0%; resolusi, R antara aH dan aA tidak
larutan asam klorida P (1 dalam 120) dan tambahkan
kurang dari 3 dan faktor ikutan diukur pada 5% tinggi
emas(III) klorida LP tetes demi tetes sambil dikocok,
puncak aA : tidak lebih dari 2,0.
hingga terbentuk endapan. Panaskan perlahan-lahan
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 5
hingga endapan larut, biarkan dingin: terbentuk endapan
µl) Larutan baku kurva. Ukur luas puncak aA, aH dan aS
tidak mengkilat.
dari atropin (A), homatropin (H) dan skopolamin (S)
secara berurutan, pada masing-masing kromatogram;
dan hitung AA dan AS dengan rumus : Waktu hancur <1251>Tidak lebih dari 30 menit.
TABLET EKSTRAK BELADONA Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Belladonna Extract Tablet tidak tembus cahaya.
Tablet Ekstrak Beladona mengandung tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% alkaloid Herba
Beladona dari jumlah yang tertera pada etiket.
HERBA BELADONA
Belladonna Herbs
Baku pembanding Atropin Sulfat BPFI; simpan dalam
wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. [Perhatian Herba Beladona adalah daun dan pucuk berbunga atau
Hindari kontak]. Lakukan pengeringan pada suhu 100 pucuk berbuah yang dikeringkan dari tanaman Atropa
hingga bobot tetap; sebelum digunakan. Homatropin belladonna Linne’, atau varietas Acuminata Royle ex
Hidrobromida BPFI; lakukan pengeringan pada suhu Linddley (Famila Solanaceae). Mengandung tidak kurang
105 selama 2 jam sebelum digunakan. Skopolamin dari 0,35% alkaloid.
Hidrobromida BPFI; simpan dalam wadah tertutup rapat
Pemerian Jika dibasahi, sedikit berbau seperti
terlindung cahaya; lakukan pengeringan pada suhu 105
tembakau; rasa pahit dan pedas.
selama 3 jam sebelum digunakan .
- 206 -
Baku pembanding Atropin Sulfat BPFI; simpan dalam terdapat 3 alur dan deretan noktah berseling dengan
wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. [Perhatian rusuk. Buah: epikarpium, sel epidermis poligonal.
Hindari kontak.] Lakukan pengeringan pada suhu 100 Dengan kutikula bergaris dan stomata; mesokarpium
hingga bobot tetap, sebelum digunakan. Homatropin mengandung sel besar berisi kumpulan hablur kalsium
Hidrobromida BPFI; lakukan pengeringan pada suhu oksalat berbentuk roset. Biji: khas dengan epidermis
105 selama 2 jam sebelum digunakan. Skopolamin besar, dinding sel berombak, menonjol pada dinding
Hidrobromida BPFI; simpan dalam wadah tertutup antiklinal.
rapat, terlindung cahaya. Lakukan pengeringan pada
suhu 105 selama 3 jam sebelum digunakan. Abu tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 3,0%;
lakukan penetapan seperti tertera pada Pengambilan
Makroskopis Daun: Campuran potongan atau gumpalan Contoh dan Metode Analisis Simplisia <671>.
daun, ranting kecil, bunga dan buah. Daun tipis dan
rapuh, warna hijau muda hingga hijaupudar. Helai daun Batang Batang dengan diameter lebih besar dari 10 mm:
umumnya mempunyai panjang 5 - 25 cm dan lebar 4 - tidak lebih dari 3,0%.
12 cm, berbentuk bulat telur sampai bulat telur melebar,
ujung meruncing, bagian tepi rata dan permukaannya Penetapan kadar
sedikit berambut yang semakin lebat sepanjang urat Larutan baku internal, Larutan baku, Blangko
daun; pada bekas patahan melintang terdapat bintik- ekstraksi, Kurva baku, Sistem kromatografi dan
bintik berwarna terang (sel hablur), yang terlihat dengan Kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera pada
lensa. Tangkai daun pipih dan umumnya panjang hingga Penetapan Kadar dalam Ekstrak Beladona.
4 cm. Bunga: Berbentuk lonceng memiliki 5 daun Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 10 g
mahkota kecil, berbentuk cuping, warna keunguan, serbuk yang sebelumnya diserbukkan sampai agak halus,
hingga ungu kekuningan, memudar hingga cokelat atau basahi dengan campuran 8 ml amonium hidroksida P, 10
kuning kehitaman atau kuning; daun kelopak hijau ml etanol P dan 20 ml eter P dan ekstraksi dengan salah
berbentuk cuping. Benang sari: 5 epipetal dan indung satu dari dua metode berikut ini. Bila perlu pekatkan
telur menonjol, beruang ganda dengan sejumlah bakal ekstrak hingga 100 ml dengan cara diuapkan di atas
biji. Buah: Hampir bulat, warna kuning gelap hingga tangas uap.
cokelat kekuningan hingga merah kehitaman atau hitam; Metode I Masukkan serbuk yang telah dibasahi ke
lebar hingga lebih kurang 12 mm, kadang-kadang dalam selongsong ekstraksi dan maserasi selama satu
berlekatan dengan kelopak berisi sejumlah biji malam dalam alat Soxhlet, kemudian ekstraksi dengan
berbentuk ginjal, pipih dengan lebar hingga lebih kurang eter P selama 3 jam atau lebih, jika perlu hingga semua
2 mm. Tangkai tumbuh menjadi lebih, atau kurang rata, alkaloid terekstraksi sempurna.
berlubang sewaktu muda berambut halus. Metode II Masukkan bahan yang telah dibasahi ke
dalam perkolator kecil dan maserasi selama semalam.
Mikroskopis Daun: Sel epidermis dinding antiklinal, agak Perkolasi pelan-pelan dengan campuran eter P-
berombak dan kutikula bergaris jelas. Stomata lebih kloroform P (3:1). Lanjutkan perkolasi hingga residu 3-4
banyak terdapat pada sel epidermis bawah dan ml perkolat terakhir, bila dilarutkan dalam larutan asam
dikelilingi 3 atau 4 sel tetangga, satu lebih kecil dari sulfat P (1 dalam 70) dan ditambah dengan raksa(II)
yang lain. Rambut penutup berupa sederet sel terdiri dari iodida LP tidak menunjukkan kekeruhan yang lemah.
1 - 6 sel. Rambut kelenjar pendek dengan 1 sel tangkai Masukkan perkolat ke dalam corong pisah dengan
dan banyak sel kepala. Rambut kelenjar panjang terdiri bantuan eter P. Ekstraksi 5 kali, tiap kali dengan 15 ml
satu deret sel tangkai dan satu sel kepala, terdapat pada larutan asam sulfat P (1 dalam 70), saring masing-
kedua epidermis. Mesofil terdiri dari lapisan palisade masing ekstrak dan masukkan ke dalam labu tentukur
parenkhim tunggal terdapat di bawah parenkhim bunga 100-ml. Cuci penyaring dengan larutan asam sulfat P (1
karang, dengan sel menyebar berisi hablur bentuk pasir. dalam 70) dan masukkan cairan cucian ke dalam labu
Tulang tengah daun: Terdapat berkas pengikat tentukur. Tambahkan larutan asam sulfat P (1 dalam 70)
bikolateral, kolenkhim di bawah sel epidermis atas dan sampai tanda. Encerkan 20,0 ml larutan ini dengan
sel-sel parenkhim tersebar dengan hablur bentuk pasir. larutan asam sulfat P (1 dalam 70), hingga 100,0 ml.
Tangkai daun: Epidermis dengan kutikula bergaris dan Pipet 10 ml larutan ini ke dalam corong pisah 60 ml,
beberapa rambut, endodermis jelas, serabut perisikel tambahkan 1,0 ml Larutan baku internal, dan 15 ml
berupa berkas memanjang, dinding tipis, sedikit berkayu kloroform P, kocok kuat-kuat, biarkan lapisan memisah
dan berkas pengangkut bikolateral berbentuk bulat, dan buang lapisan kloroform.(Jika terbentuk emulsi,
parenkhim korteks dan empulur diselingi dengan sel kloroform diganti campuran kloroform P-isopropanol P
hablur. Bunga: daun kelopak memiliki banyakrambut (10:3) pada seluruh proses ekstraksi). Tambahkan 15 ml
kelenjar, tangkai terdiri dari 1 deret sel dengan 1-3 sel dapar fosfat pH 9,5 dan natrium hidroksida 1 N
kepala. Mahkota: epidermis dalam berpapil, epidermis secukupnya hingga diperoleh pH antara 9,0 dan 9,5.
luar dengan rambut kelenjar seperti pada kelopak. Tambahkan 15 ml kloroform P, kocok kuat-kuat dan
Serbuk sari: dalam larutan kloral hidrat P, bentuk hampir biarkan lapisan memisah. Saring fase organik ke dalam
bulat, diameter lebih kurang 40 m, trikolpat; pada eksin wadah yang sesuai, melalui corong bersumbat wol kaca,
berisi 10 g natrium sulfat anhidrat P (seperti tertera pada
- 207 -
Kesesuaian untuk penetapan kadar alkaloid dalam ml dan campuran 10 ml air dan 5,0 ml hidrogen
natrium sulfat anhidrat P) yang sebelumnya telah dicuci peroksida LP sebagai cairan penyerap. Jika pembakaran
dengan kloroform P. Ekstraksi lagi dua kali, tiap kali telah sempurna isi labu dengan air, longgarkan sumbat
dengan 15 ml kloroform P dan kumpulkan fase organik dan bilas sumbat, pemegang contoh dan dinding labu
yang jernih. Cuci natrium sulfat dan ujung corong dengan air dan buka sumbat. Panaskan labu sampai
dengan 5 ml kloroform P. Uapkan kumpulan fase mendidih dan didihkan selama lebih kurang 2 menit.
organik pada tekanan rendah pada suhu di bawah 45, Dinginkan sampai suhu ruang dan titrasi dengan natrium
tambahkan 1 ml kloroform P dan campur untuk hidroksida 0,1 N LV menggunakan indikator Fenolftalein
melarutkan alkaloid dan membasahi dinding bagian LP. Lakukan penetapan blangko.
dalam.
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
pada Penetapan Kadar dalam Ekstrak Beladona sampai setara dengan 1,603 mg S
kalimat “Hitung dari Kurva baku jumlah dalam mg Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
atropin dan skopolamin dalam volume yang digunakan”.
Jumlahkan atropin dan skopolamin, dalam mg, kalikan
dengan 50 hingga diperoleh bobot alkaloid dalam mg, BENANG BEDAH TERABSORPSI
dalam Herba Beladona yang digunakan. Absorbable Surgical Suture
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, Benang Bedah Terabsorpsi adalah benang lentur, steril,
hindarkan dari cahaya matahari langsung dalam waktu terbuat dari kolagen mamalia sehat atau dari polimer
lama. Simpan serbuk Herba Beladona dalamwadah tidak sintetik. Benang yang dibuat dari polimer sintetik dapat
tembus cahaya. berbentuk monofilamen atau multifilamen. Dapat
diserap oleh jaringan mamalia hidup, tetapi dapat dibuat
untuk memodifikasi resistensinya terhadap absorpsi.
BELERANG ENDAP Diameter dan daya regang sesuai yang tertera pada
Sulfur Precipitated etiket. Dapat dimodifikasi sesuai tubuh dan teksturnya.
Dapat diimpregnasi atau diperlakukan dengan pelapisan,
Sulfur [7704-34-9] zat pelembut atau zat antimikroba yang sesuai dan dapat
S BA 32,06 diberi warna dengan warna yang diizinkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Benang kolagen dapat berupa
Belerang Endap mengandung tidak kurang dari 99,5% benang biasa atau benang krom. Kedua tipe ini terdiri
dan tidak lebih dari 100,5%, dihitung terhadap zat dari helaian kolagen yang diproses, tetapi benang krom
anhidrat. diproses secara kimia atau fisika sedemikian rupa
sehingga memberikan resistensi yang besar terhadap
Pemerian Serbuk amorf atau serbuk hablur renik; sangat absorpsi dalam jaringan mamalia hidup.
halus; warna kuning pucat; tidak berbau dan tidak
berasa. Panjang Tidak kurang dari 95,0% dari panjang yang
tertera pada etiket. Ukur panjang benang tanpa ditarik.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah
larut dalam karbon disulfida; sukar larut dalam minyak Diameter Lakukan penetapan menggunakan 10 benang
zaitun; praktis tidak larut dalam etanol. seperti tertera dalam Diameter Benang Bedah <801>.
Benang kolagen Diameter rata-rata pengukuran 10
Identifikasi Terbakar diudara membentuk belerang benang, tidak kurang 20 dari 30 pengukuran, berada
dioksida, yang dapat dikenal dari bau yang khas. dalam batas diameter rata-rata yang tertera pada Tabel 1
untuk masing-masing ukuran. Tidak ada yang lebih kecil
Keasamaan-kebasaan Kocok kuat-kuat 2,0 g zat dari titik tengah rentang ukuran yang lebih kecil dari
dengan 10 ml air, saring; filtrat bereaksi netral terhadap nomor sebelumnya atau lebih besar dari titik tengah
lakmus P. rentang ukuran yang lebih besar dari nomor berikutnya.
Benang sintetik Diameter rata-rata benang yang
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5 %. diukur dengan toleransi seperti tertera pada Tabel 2
untuk masing-masing ukuran. Tidak ada yang lebih kecil
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,3%.
dari titik tengah rentang ukuran yang lebih kecil dari
nomor sebelumnya atau lebih besar dari titik tengah
Bentuk belerang lain Kocok 1,0 g zat dengan 5 ml rentang ukuran yang lebih besar dari nomor berikutnya.
karbon disulfida P: larut dengan cepat, kecuali sejumlah
kecil zat yang tidak larut yang biasanya ada.
Daya regang Lakukan penetapan menggunakan tidak
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 60 mg kurang dari 10 benang, seperti tertera pada uji Daya
zat, lakukan penetapan seperti tertera pada Pembakaran Regang Benang Bedah <781>.
dengan Labu Oksigen <501> menggunakan labu 1000
- 208 -
Benang Kolagen Daya regang, ditetapkan sebagai etanol P (1 dalam 100) dan 2 ml asam sulfat 2 N: warna
daya minimum untuk tiap benang dan hitung daya yang terjadi tidak lebih intensif dari larutan baku.
regang rata-rata dari tiap satu lot, seperti tertera pada
Tabel 1. Jika tidak lebih dari satu benang tidak Tabel 2 Benang sintetik
memenuhi batas syarat masing-masing benang, ulangi Batas Diameter Daya regang
pengujian menggunakan tidak kurang dari 20 benang Rata-rata (mm) Tarikan Simpul
Ukura Nomor (Kgf) (kecuali
lainnya; persyaratan uji dipenuhi jika tidak satupun dari n FI Ukuran dinyatakan
benang lainnya berada di bawah batas masing-masing Min Maks
lain)* Batas rata-
benang dan jika daya rata-rata semua benang yang diuji rata Min.
tidak lebih kecil dari batas yang tertera pada Tabel 1. 12-0 0,01 0,001 0,009 -
11-0 0,1 0,010 0,019 -
Benang sintetik Daya regang minimum untuk tiap 10-0 0,2 0,020 0,029 0,025*
ukuran benang sintetik, dihitung sebagai daya regang 9-0 0,3 0,030 0,039 0,050*
rata-rata dari setiap lot, seperti tertera pada Tabel 2. 8-0 0,4 0,040 0,049 0,07
7-0 0,5 0,050 0,069 0,14
6-0 0,7 0,070 0,099 0,25
Tabel 1 Benang Kolagen 5-0 1 0,10 0,149 0,68
Batas diameter Daya regang 4-0 1,5 0,15 0,199 0,95
Rata-rata (mm) tarikan simpul 3-0 2 0,20 0,249 1,77
(Kgf) 2-0 3 0,30 0,339 2,68
Ukuran Nomor Batas Batas 0 3,5 0,35 0,399 3,90
FI Ukuran Rata- masing- 1 4 0,40 0,499 5,08
Min maks rata masing 2 5 0,50 0,599 6,35
Min benang 3 dan 6 0,60 0,699 7,29
Min 4
9-0 0,4 0,040 0,049 - - 5 7 0,70 0,799 -
8-0 0,5 0,050 0,069 0,045 0,025 * Daya regang yang dinyatakan pada ukuran FI diukur pada
7-0 0,7 0,070 0,099 0,07 0,055
regangan maksimum
6-0 1 0,10 0,149 0,18 0,10
5-0 1,5 0,15 0,199 0,38 0,20
4-0 2 0,20 0,249 0,77 0,40 Tabel 3 Larutan Padanan
3-0 3 0,30 0,339 1,25 0,68
2-0 3,5 0,35 0,399 2,00 1,04 Tiap bagian per 10 bagian volume
0 4 0,40 0,499 2,77 1,45 Warna benang (warna jumlah
1 5 0,50 0,599 3,80 1,95 yang dapat Kobalt(II) Besi(III) Tembaga
2 6 0,60 0,699 4,51 2,40 terekstraksi) klorida klorida (II) sulfat
3 7 0,70 0,799 5,90 2,99 LK LK LK
4 8 0,80 0,899 7,00 3,49 Kuning cokelat 0,2 1,2 -
Merah muda-merah 1,0 - -
Daya kait jarum benang bedah <780> Memenuhi Hijau biru - - 2,0
syarat. Ungu 1,6 - 8,4
dengan diberi pemutih yang sesuai, diimpregnasi atau dilapis, diberi pelembut atau antimikroba. Bila diberi warna harus
menggunakan zat warna yang diperbolehkan.
Benang bedah tidak terabsorpsi dikelompokkan sebagai berikut: Kelompok I, benang sutra atau sintetik monofilamen
dipilin atau dianyam, lapisan tidak mempengaruhi ketebalan (misal: sutera dianyam, polyester atau nilon; monofilamen
nilon atau polipropilen). Kelompok II, benang dari katun atau linen atau benang sintetik, lapisan mempengaruhi ketebalan,
tetapi tidak menambah kekuatan (misal: benang sutera asli). Kelompok III, benang terdiri dari kawat logam monofilamen
atau multifilamen.
Ukuran FI Batas diamater rata-rata Batas daya regang rata-rata tarikan simpul dalam Kgf (kecuali
Nomor (mm) dinyatakan lain)*
ukuran Min. Maks. Kelompok I Min. Kelompok II Min Kelompok III Min
12-0 0,01 0,001 0,009 0,001+ - 0,002+
11-0 0,1 0,010 0,019 0,006+ 0,005+ 0,02+
10-0 0,2 0,020 0,029 0,019+ 0,014+ 0,06+
9-0 0,3 0,030 0,039 0,043+ 0,029+ 0,07+
8-0 0,4 0,040 0,049 0,06 0,04 0,11
7-0 0,5 0,050 0,069 0,11 0,06 0,16
6-0 0,7 0,070 0,099 0,20 0,11 0,27
5-0 1 0,10 0,149 0,40 0,23 0,54
4-0 1,5 0,15 0,199 0,60 0,46 0,82
3-0 2 0,20 0,249 0,96 0,66 1,36
2-0 3 0,30 0,339 1,44 1,02 1,80
0 3,5 0,35 0,399 2,16 1,45 3,40+
1 4 0,40 0,499 2,72 1,81 4,76+
2 5 0,50 0,599 2,52 2,54 5,90+
3 dan 4 6 0,60 0,699 4,88 3,68 9,11+
5 7 0,70 0,799 6,16 - 11,4+
6 8 0,80 0,899 7,28 - 13,6+
7 9 0,90 0,999 9,04 - 15,9+
8 10 1,00 1,099 - - 18,2+
9 11 1,10 1,199 - - 20,5+
10 12 1,20 1,299 - - 22,8 +
* Batas daya regang pada tarikan simpul digunakan untuk Daya regang Lakukan penetapan menggunakan tidak
Benang bedah tidak terabsorpsi yang telah disterilkan. Untuk kurang dari 10 benang seperti tertera pada Daya Regang
benang bedah Kelompok I dan II yang tidak steril batasannya Benang bedah <781>. Daya regang rata-rata tidak
25% lebih tinggi.
+ Daya regang untuk ukuran lebih kecil dari ukuran FI 8-0
kurang dari batas pada tabel berikut untuk kelompok dan
(nomor ukuran 0,4) diukur dengan menarik lurus. Daya regang ukuran yang tertera pada etiket
untuk ukuran lebih besar dari ukuran FI 2-0 (nomor ukuran
0,3) dari monofilamen Benang bedah Tidak Terabsorpsi Daya kait jarum Benang bedah <780> Memenuhi
Kelompok III diukur dengan menarik lurus. syarat.
Daya regang kawat perak memenuhi syarat Benang bedah
Kelompok I, diuji dengan cara yang sama dengan Benang Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
bedah Kelompok II.
Zat warna yang dapat terekstraksi (bila benang
Panjang Tidak kurang dari 95,0% dari panjang yang berwarna) Lakukan seperti tertera pada Zat warna yang
tertera pada etiket. Ukur panjang benang pada dapat terekstraksi pada Benang bedah terabsorpsi, tetapi
permukaan rata tanpa ditarik. biarkan pada suhu 37° ± 0,5º selama 24 jam, tutup labu
dengan corong pendek, panaskan isi labu pada titik didih
Diameter Lakukan penetapan menggunakan 10 benang selama 15 menit, dinginkan dan jika perlu volume yang
seperti tertera pada Diameter Benang bedah<801>. hilang karena penguapan diganti dengan penambahan
Diameter rata-rata benang yang diukur berada dalam air.
toleransi tertentu, tercantum dalam tabel untuk ukuran
yang tertera pada etiket. Dalam hal benang dianyam atau Wadah dan penyimpanan Benang tidak steril disimpan
dipilin, diameter yang diamati, tidak ada yang lebih kecil dalam wadah tertutup rapat. Benang steril disimpan
dari titik tengah rentang ukuran yang lebih kecil dari dalam keadaan kering atau dalam cairan menggunakan
nomor sebelumnya atau lebih besar dari titik rentang wadah yang dapat mempertahankan sterilitas sampai
ukuran yang lebih besar dari nomor berikutnya. kemasan dibuka. Sejumlah wadah dapat ditempatkan
dalam satu kotak.
- 210 -
[Catatan Jika benang dikemas menggunakan cairan, panas, kumpulkan cucian ke dalam labu tentukur.
lakukan pengukuran dari keempat cara pengujian Dinginkan kumpulan filtrat hingga suhu ruang,
pertama seperti di atas dalam 2 menit setelah tambahkan larutan asam klorida P (1 dalam 25) sampai
dikeluarkan dari cairan]. tanda.
Prosedur Gunakan 25 ml alikuot. Serapan yang
disebabkan oleh setiap warna merah dari Larutan uji
BENTONIT tidak lebih dari serapan yang dihasilkan oleh 5,0 ml
Bentonite Larutan baku (5 g As) yang diperlakukan dengan
pereaksi dan cara yang sama.
Bentonit [1302-78-9]
Timbal <401> Tidak lebih dari 40 bpj.
Bentonit adalah koloidal alam dari aluminium silikat [Catatan Jika perlu Larutan baku dan Larutan uji dapat
terhidrasi. dimodifikasi untuk memperoleh larutan dengan kadar
yang sesuai dengan linearitas dan rentang kerja alat.]
Pemerian Serbuk sangat halus bebas dari butiran kasar, Larutan baku Pada saat digunakan, encerkan 3,0 ml
warna kekuningan pucat sampai krem atau keabu-abuan; Larutan persediaan timbal(II) nitrat seperti tertera pada
tidak berbau; rasa agak seperti tanah; higroskopis. Uji Batas Logam Berat <371> dengan air hingga 100
ml. Tiap ml Larutan baku mengandung setara dengan 3
Kelarutan Tidak larut dalam air, tetapi mengembang g timbal.
sampai hampir dua belas kali volume jika ditambah air; Larutan uji Masukkan 3,75 g zat ke dalam gelas piala
tidak larut dan tidak mengembang dalam pelarut 250 ml yang mengandung 100 ml larutan asam klorida P
organik. (1 dalam 25), aduk, tutup dengan kaca arloji dan
didihkan selama 15 menit. Dinginkan hingga suhu
Identifikasi Tambahkan sedikit demi sedikit 2 g serbuk ruang, saring melalui kertas saring aliran cepat ke dalam
ke dalam 100 ml air sambil dikocok kuat. Biarkan gelas piala 400 ml. Cuci penyaring empat kali, tiap kali
selama 12 jam agar terhidrasi sempurna. Masukkan 2 ml dengan 25 ml air panas, kumpulkan ekstrak dengan
campuran yang diperoleh di atas kaca objek yang sesuai, pendidihan perlahan-lahan hingga mendekati 20 ml.
biarkan mengering pada suhu ruang sampai terbentuk Jika timbul endapan, tambahkan 2 - 3 tetes asam nitrat
selaput. Letakkan kaca objek di atas etilen glikol P, panaskan hingga mendidih dan dinginkan hingga suhu
dengan permukaan bebas di dalam desikator vakum. ruang. Saring ekstrak pekat melalui kertas saring aliran
Vakumkan desikator dan tutup kran sehingga desikator cepat ke dalam labu tentukur 50-ml. Masukkan sisa isi
jenuh etilen glikol. Biarkan selama 12 jam, catat pola dari gelas piala ke dalam labu tentukur melalui kertas
difraksi sinar-X seperti tertera pada Difraksi Sinar- saring dengan bantuan air sampai tanda.
X<811> dan hitung harga d: puncak terbesar sesuai Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
dengan harga d antara 15,0 - 17,2 satuan Angstrom. pada panjang gelombang 284 nm dengan
Siapkan secara acakserbuk bentonit, catat pola difraksi spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi dengan
sinar-X dan tetapkan harga d pada rentang antara 1,48 lampu timbal tabung katode deuterium dengan koreksi
dan 1,54 satuan Angstrom: puncak terletak antara 1,492 latar belakang dan pembakar bercelah tunggal
dan 1,504 satuan Angstrom. menggunakan nyala pengoksidasi udara dan asetilen.
Serapan Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan baku.
Batas mikroba <51> Tidak mengandung
Escherichiacoli. Pembentukan gel Campur 6 g zat dengan 300 mg
magnesium oksida P. Masukkan campuran ini sedikit
pH <1071> Antara 9,5 dan 10,5; lakukan penetapan demi sedikit ke dalam 200 ml air di dalam blender
dengan mendispersikan 4,0 g zat dalam 200 ml air dengan kapasitas 500 ml. Campur selama 5 menit pada
sambil dikocok kuat untuk memudahkan pembasahan. kecepatan tinggi, pindahkan 100 ml campuran ke dalam
gelas ukur 100 ml dan biarkan tanpa diganggu selama 24
Susut pengeringan <1121> Antara 5,0% dan 8,0%; jam: tidak lebih dari 2 ml beningan timbul pada
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam. permukaan.
Arsen <321> Tidak lebih dari 5 bpj. Daya mengembang Ke dalam 100 ml air di dalam gelas
Larutan uji Masukkan 8,0 g zat ke dalam gelas piala ukur bersumbat dengan kapasitas 100 ml, tambahkan 2 g
250 ml yang mengandung 100 ml larutan asam klorida P zat sedikit demi sedikit ke permukaan air dan biarkan
(1 dalam 25), campur dengan kaca arloji dan didihkan tiap bagian mengendap sebelum penambahan
dengan hati-hati selama 15 menit, dengan sekali diaduk, berikutnya. Massa pada dasar perlahan-lahan
untuk mencegah terbentuknya busa yang berlebihan. mengembang hingga pada akhir periode 2 jam, volume
Saring beningan panas melalui kertas saring aliran cepat tidak kurang dari 24 ml.
ke dalam labu tentukur 200-ml, cuci empat kali, tiap kali Derajat halus serbuk Taburkan 2 g zat di atas 20 ml air
dengan 25 ml larutan asam klorida P (1 dalam 25) di dalam lumpang. Biarkan mengembang, dispersikan
dengan alu dan encerkan dengan air hingga 100 ml.
- 211 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Zat tidak larut dalam air Larutan zat (1 dalam 10)
tidak menunjukkan kekeruhan dan zat tak larut.
O
H
CH3
dengan 50 ml eter P. Cuci kumpulan ekstrak eter tiga
N
CH3 4H2O
kali, tiap kali dengan 10 ml air. Ekstraksi kumpulan air
CH2CONH S CH2 CH2 cucian dengan 25 ml eter P dan tambahkan ke dalam
H H
NHCH3 NHCH3 ekstrak eter yang telah dicuci dengan air. Uapkan hingga
2
volume lebih kurang 5 ml, tambahkan 2 ml etanol
Asam (2S,5R,6R)-3,3-dimetil-7-okso-6-(2- mutlak P dan uapkan hingga kering. Larutan residu
fenilasetamido)-4-tia-1-azabisiklo[3.2.0]heptan-2- dalam 50 ml asam asetat glasial P, tambahkan 1 ml p-
karboksilat senyawa dengan N,N’-dibenziletilendiamina naftolbenzein LP dan titrasi dengan asam perklorat 0,1
(2:1), tetrahidrat [41372-02-5] N LV hingga titik akhir warna hijau. Lakukan penetapan
blangko.
C48H56N6O8S2.4H2O BM 981,19
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
Anhidrat [1538-09-6] BM 909,13
setara dengan 12,02 mg benzatin (C16H20N2)
Benzatin Benzilpenisilin mempunyai potensi tidak Penetapan kadar
kurang dari 1090 unit Benzilpenisilin dan tidak lebih Larutan baku Buat Larutan bakuseperti tertera pada
dari 1272 unit Benzilpenisilin per mg. Penetapan Kadar Antibiotik secara Iodometri <521>
menggunakan Kalium Benzilpenisilin BPFI.
Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak barbau. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji,
larutkan dalam natrium hidroksida 1 N hingga kadar
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; agak sukar larut lebih kurang 2000 unit Benzilpenisilin per ml. Pipet 2 ml
dalam etanol. larutan ini, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 125 ml
bersumbat kaca.
Baku pembanding Kalium Benzilpenisilin BPFI; tidak Larutan blangko Timbang saksama sejumlah Benzatin
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Benzatin Benzilpenisilin BPFI. Suspensikan dalam Dapar nomor
Benzilpenisilin BPFI; tidak boleh dikeringkan, sebelum 1 hingga kadar lebih kurang 2000 unit Benzilpenisilin
digunakan. per ml. Pipet 2 ml larutan ini, masukkan ke dalam labu
Erlenmeyer 125 ml bersumbat kaca.
Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet larutan 0,05% Prosedur Lakukan penetapan menurut Prosedur
dalam metanol P menunjukkan maksimum dan seperti tertera pada Penetapan KadarAntibiotik secara
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti Iodometri <521>, hilangkan penambahan natrium
pada Benzatin Benzilpenisilin BPFI; daya serap pada hidroksida 1,0 N pada Larutan Uji pada waktu
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 263 melakukan inaktivasi dan titrasi dan gunakan larutan
- 213 -
blangko sebagai ganti Larutan Uji pada penetapan Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
blangko. Hitung potensi dalam unit Benzilpenisilin per
mg dengan rumus: Senyawa amonium Pada 5 ml larutan zat (1 dalam 50)
tambahkan 3 ml natrium hidroksida 1 N, panaskan
F sampai mendidih: tidak tercium bau amoniak.
B I
2D Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300
mg zat, larutkan dalam 75 ml air dalam labu bersumbat
D adalah kadar Larutan uji dalam mg per ml, dihitung kaca 250 ml, tambahkan 0,4 ml larutan biru bromofenol
terhadap bobot Benzatin Benzilpenisilin yang digunakan P (1 dalam 2000), 10 ml kloroform P dan 1,0 ml natrium
dan memperhitungkan pengencerannya. hidroksida1 N. Titrasi dengan natrium tetrafenilboron
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 0,02 M LV hingga warna biru hilang dari lapisan
kloroform. Mendekati titik akhir lanjutkan titrasi tetes
demi tetes, kocok kuat tiap kali penambahan titran.
BENZETONIUM KLORIDA
Benzethonium Chloride Tiap ml natrium tetrafenilboron 0,02 M
setara dengan8,962 mg C27H42ClNO2
CH3
BENZIL ALKOHOL
Benzildimetil[2-[2-[p-(1,1,3,3- Benzyl Alcohol
tetrametilbutil)fenoksi]etoksi]etil]amonium klorida
[121-54-0] Benzil alkohol [100-51-6]
C27H42ClNO2 BM 448,09 C7H8O BM 108,14
Benzil Alkohol mengandung tidak kurang dari 97,0%
Benzetonium Klorida mengandung tidak kurang dari dan tidak lebih dari 100,5% C7H8O.
97,0% dan tidak lebih dari 103,0%,C27H42ClNO2,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian Cairan tidak berwarna; bau aromatik lemah;
rasa membakar tajam. Mendidih pada suhu 206º tanpa
Pemerian Hablur; putih; bau lemah; larutan (1 dalam peruraian. Netral terhadap lakmus.
100) bereaksi agak basa terhadap lakmus P.
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; mudah larut
Kelarutan Larut dalam air, dalam etanol dan dalam dalam etanol 50%; bercampur dengan etanol, dengan
kloroform; sukar larut dalam eter. eter dan dengan kloroform.
Baku pembanding Benzetonium Klorida BPFI. Identifikasi Tambahkan 2 atau 3 tetes zat ke dalam 5 ml
larutan kalium permanganat P (1 dalam 20) dan
Identifikasi asamkan dengan asam sulfat 2 N; tercium bau
A. Pada 1 ml larutan zat (1 dalam 100) tambahkan 2 benzaldehida.
ml etanol P; 0,5 ml asam nitrat 2 N dan 1 ml perak
nitrat LP: terbentuk endapan putih, yang tidak larut Bobot jenis <981> Antara 1,042 dan 1,047.
dalam asam nitrat 2 N, tetapi larut dalam amonium
hidroksida 6 N. Indeks bias <1001> Antara 1,539 dan 1,541; lakukan
penetapan pada suhu 20º.
B. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P, Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 50 bpj; lakukan
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan penetapan sebagai berikut: uapkan 25 ml dalam krus
gelombang yang sama seperti pada Benzetonium Klorida yang sesuai dan pijarkan hingga bobot tetap.
BPFI.
Keasaman Netralkan 50 ml etanol P yang mengandung
Jarak lebur <1021> Antara 158° dan 163°; lakukan 1 ml Fenolftalein LP dengan natrium hidroksida 0,1 N.
penetapan menggunakan zat yang telah dikeringkan. Larutkan 10 ml zat dalam 10 ml etanol P yang telah
dinetralkan dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N;
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%; tidak lebih dari 1,0 ml.
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam.
- 214 -
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1 mg zat; Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku induk dan 5 ml
lakukan penetapan sebagai berikut: uapkan 2,0 g zat Larutan baku internal ke dalam labu tentukur 50-ml.
sampai kering di atas tangas air dan keringkan residu Tambahkan asetonitril P sampai tanda.
pada suhu 105° selama 1 jam. Dinginkan dalam Larutan uji Pipet 2 ml zat uji dan 10 ml Larutan baku
desikator dan timbang. internal ke dalam labu tentukur 100 ml, encerkan
dengan asetonitril P sampai tanda.
Senyawa terhalogenisasidan halida Tidak lebih dari Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
0,03% sebagai Cl. [Catatan Semua alat kaca yang Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
digunakan pada prosedur ini harus bebas klorida dilengkapi dengan detektor 282 nm dan kolom 4,6 mm x
dengan merendam semalam dalam campuran air dan 25 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang 1,0
asam nitrat (1:1), bilas dengan air dan simpan dalam ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
keadaan penuh air]. uji, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Larutan baku Timbang saksama natrium klorida P, tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak benzil
larutkan dalam dan encerkan secara kuantitatif, jika alkohol dan metilparaben tidak kurang dari 2,0. Lakukan
perlu secara bertahap hingga kadar 0,0132 mg per ml. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Larutan uji Larutkan 6,7 g zat dalam 50 ml etanol P, kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
encerkan dengan air hingga 100,0 ml. Pada 10,0 ml pada Prosedur: simpangan baku relatif dari
larutan ini tambahkan 7,5 ml natrium hidroksida 2 N dan perbandingan respons puncak pada penyuntikan ulang
0,125 g nikel aluminium katalis P dan panaskan tidak lebih dari 2,0%.
campuran dalam labu Erlenmeyer di atas tangas air Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume
selama 10 menit. Biarkan dingin hingga suhu ruang, sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
saring, kumpulkan filtrat dalam labu tentukur 25- ml. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Cuci tiga kali, tiap kali dengan 2 ml etanol P, encerkan respons puncak utama. Waktu retensi relatif benzil
kumpulan filtrat dan cucian dengan air sampai tanda. alkohol, metilparaben dan benzaldehida berturut-turut
Larutan blangko Buat seperti tertera pada Larutan uji, lebih kurang 0,6; 0,7 dan 1,0. Hitung persentase
tanpa penambahan benzil alkohol. benzaldehida dengan rumus:
Larutan besi(III) amonium sulfat Kocok 30,0 g
besi(III) amonium sulfat P dengan 40 ml asam nitrat P, R
encerkan dengan air hingga 100 ml. Sentrifus atau saring 0,1 U
jika perlu hingga diperoleh larutan jernih. RS
Prosedur Pipet secara terpisah ke dalam 4 labu
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
tentukur 25-ml masing-masing 10,0 ml Larutan uji; 10,0
benzaldehida terhadap metilparaben yang diperoleh dari
ml Larutan baku; 10,0 ml Larutan blangko dan 10,0 ml
Larutan uji dan Larutan baku.
air. Pada tiap labu tambahkan 5,0 ml Larutan besi(III)
amonium sulfat, campur dan tambahkan tetes demi tetes
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
sambil digoyang 2 ml asam nitrat P dan 5,0 ml larutan
Metode I Memenuhi syarat.
raksa(II) tiosianat P dalam etanol mutlak P (0,3 dalam
100). Kocok, encerkan isi tiap wadah dengan air sampai
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 900
tanda dan biarkan larutan dalam tangas es pada suhu 20
mg zat, tambahkan 15,0 ml campuran piridin P-
selama 15 menit. Ukur serapan larutan yang dibuat dari
anhidrida asetat P (7:1) dan refluks di atas tangas air
Larutan uji terhadap larutan yang dibuat dari Larutan
selama 30 menit. Dinginkan, tambahkan 25 ml air, 5
blangko dan ukur serapan larutan yang dibuat dari
tetes larutan Fenolftalein P dalam piridin P (1 dalam
larutan baku terhadap larutan yang dibuat dari air
100) dan titrasi dengan natrium hidroksida 1 N LV.
masing-masing pada panjang gelombang 460 nm.
Lakukan penetapan blangko. Hitung persentase C7H8O
Serapan Larutan uji tidak boleh lebih besar dari Larutan
dengan rumus:
baku.
V VU
Benzaldehida Tidak lebih dari 0,20%. Lakukan 10 ,81 N B
penetapan sebagai berikut: W
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P (62:38)
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian VU dan VB berturut-turut adalah jumlah ml natrium
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada hidroksida 1 N LV yang digunakan untuk titrasi zat dan
Kromatografi <931>. blangko; W adalah bobot dalam g zat yang digunakan.
Larutan baku internal Buat larutan dalam asetonitril
P yang mengandung lebih kurang 0,2 mg metilparaben Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
per ml. terlindung cahaya.
Larutan baku induk Buat larutan dalam asetonitril P
mengandung 0,200 mg benzaldehida per ml.
- 215 -
14 menit. O
Kelarutan Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol; titrasi hingga warna biru hilang. Lakukan penetapan
larut dalam aseton, dalam kloroform dan dalam eter. blangko.
Kemurnian kromatografi Hitung persentase respons Baku pembanding Benzokain BPFI; Keringkan di atas
tiap puncak dalam kromatogram Larutan uji, seperti fosfor pentoksida P selama 3 jam sebelum digunakan.
yang diperoleh padacara B dalam Identifikasi: jumlah Simpan dalam wadah tertutup rapat.
respons semua puncak selain puncak utama tidak lebih
dari 2,0% dan respons masing-masing puncak selain Identifikasi
puncak utama tidak lebih dari 1,5%. A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan di atas fosfor pentoksida P selama 3 jam dan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300 didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
mg zat yang telah dicampur homogen, masukkan ke maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
dalam labu Erlenmeyer bersumbat kaca, yang telah seperti pada Benzokain BPFI.
ditimbang saksama dan timbang kembali untuk B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam
mendapatkan bobot zat uji. Tambahkan 30 ml asam kloroform P (1 dalam 200.000) menunjukkan maksimum
asetat glasial P, yang dialiri dengan karbon dioksida dan minimum pada panjang gelombang yang sama
selama tidak kurang dari 2 menit sebelum digunakan, seperti pada Benzokain BPFI; serapan jenis masing-
goyang labu perlahan-lahan hingga larut. Tambahkan 5 masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
ml larutan kalium iodida P (1 dalam 2) dan campur. pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
Diamkan selama 1 menit. Titrasi iodum bebas dengan kurang 278 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%.
natrium tiosulfat 0,1 N LV. Mendekati titik akhir C. Larutkan lebih kurang 20 mg zat dalam 10 ml air
tambahkan 1 tetes pasta kanji-iodida LP dan lanjutkan dengan bantuan beberapa tetes asam klorida 3 N dan
tambahkan 5 tetes larutan natrium nitrit P (1 dalam 10),
- 218 -
kemudian tambahkan 2 ml larutan 100 mg 2-naftol P Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dalam 5 ml natrium hidroksida 1 N: terbentuk endapan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
merah jingga. dilengkapi dengan detektor 285 nm dan kolom 2,0 mm x
15 cm berisi bahan pengisi L11 dengan ukuran partikel 5
Jarak lebur <1021>Metode I: Antara 88º dan 92º, m. Laju alir lebih kurang 0,2 ml per menit. Lakukan
rentang antara awal dan akhir melebur tidak lebih dari 2º. kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
Reaksi Larutkan 1,0 g zat dalam 10 ml etanol netral P: puncak benzokain tidak lebih dari 2,0; simpangan baku
terbentuk larutan jernih. Encerkan larutan ini dengan 10 relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
ml air, tambahkan 2 tetes Fenolftalein LP dan 1 tetes Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
natrium hidroksida 0,1 N: terjadi warna merah. sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1%. respons puncak benzokain. Hitung jumlah dalam mg,
Lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P selama benzokain, C9H11NO2, dalam zat yang digunakan dengan
3 jam. rumus:
Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada Kelarutan Sukar larut dalam air; sangat sukar larut
Radioaktivitas <1171>. Spektrum sinar gamma dalam etanol. Kelarutan dalam asam klorida encer
menunjukkan puncak energi utama 1,095 MeV dan terbatas karena memisahnya asam fumarat.
1,292 MeV sama dengan Fe59 yang digunakan sebagai [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi
baku dengan kemurnian diketahui. harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi]
Rekonstitusi semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14
Endotoksin bakteri <201> Memenuhi syarat. Batas hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam
kandungan endotoksin tidak lebih dari 175/V unit lemari pendingin.
endotoksin FI per ml injeksi, dibandingkan dengan
Endotoksin BPFI; V adalah jumlah dosis maksimum Baku Pembanding Asam Fumarat BPFI.
yang dianjurkan, dalam ml, pada waktu atau tanggal
kadaluarsa. Identifikasi
A. Pada 1,5 g zat tambahkan 25 ml asam klorida P (1
pH <1071> Antara 5,0 dan 7,0. dalam 2). Encerkan dengan air hingga 50 ml, panaskan
hingga larut sempurna, dinginkan. Saring dengan
Syarat lain Memenuhi syarat Injeksi; kecuali jika tidak penyaring kaca masir halus, cuci endapan dengan larutan
harus memenuhi anjuran seperti tertera pada Penetapan asam klorida P (3 dalam 100), simpan filtrat untuk
Volume Injeksi dalam Wadah <1131>. Identifikasi B. Keringkan endapan pada suhu 105º;
spektrum serapan inframerah endapan yang telah
Penetapan radioaktivitas Lakukan penetapan dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
radioaktivitas dalam MBq (Ci atau mCi) per ml Injeksi menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Besi(II)59 sitrat menggunakan alat pencacah yang sesuai gelombang yang sama seperti pada Asam Fumarat BPFI.
seperti tertera pada Pemilihan alat pencacah dan sistem B. Filtrat yang diperoleh dari Identifikasi A
terkalibrasi dalam Radioaktivitas <1171>. menunjukkan reaksi Besi seperti tertera pada Uji
Identifikasi Umum <291>.
Penandaan Kecuali pernyataan seperti tertera pada
Penandaan dalam Injeksi pada etiket harus juga tertera: Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,5%;
(1) Waktu dan tanggal kalibrasi, (2) Jumlah Besi(II) lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 16 jam.
sitrat dinyatakan dalam g Fe per ml; jumlah Fe59
sebagai Besi(II)59 sitrat dinyatakan dalam MBq (Ci Sulfat Tidak lebih dari 0,2%; lakukan penetapan dengan
atau mCi) per ml pada saat kalibrasi, (3) Tanggal cara sebagai berikut: Masukkan 1,0 g zat ke dalam gelas
kadaluarsa, (4) Pernyataan” Awas bahan radioaktif”, (5) piala 250 ml, tambahkan 100 ml air, panaskan di atas
Dalam perhitungan dosis, lakukan koreksi terhadap tangas uap, tambahkan asam klorida P tetes demi tetes
peluruhan radioaktif, (6) Waktu paro Fe59 adalah 44,6 hingga larut sempurna (diperlukan lebih kurang 2 ml
hari. asam). Saring dan jika perlu encerkan filtrat dengan air
hingga 100 ml. Panaskan hingga mendidih, tambahkan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal 10 ml barium klorida LP, hangatkan di atas tangas uap
atau dosis ganda. selama 2 jam, tutup dan biarkan selama 16 jam. (Jika
hablur besi(II) fumarat terbentuk, hangatkan di atas
tangas uap hingga larut). Saring melalui kertas saring,
BESI(II) FUMARAT cuci sisa dengan air panas, pindahkan kertas saring yang
Ferrous Fumarate berisi sisa ke dalam krus yang telah ditara. Arangkan
kertas saring tanpa terbakar, pijarkan pada suhu 600º
HC C O hingga bobot tetap: tiap mg residu setara dengan 0,412
CH O
mg SO4.
O
Penetapan kadar Timbang saksama 500 mg zat, ml air, 25 ml asam nitrat P dan 7,5 ml asam perklorat P.
masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml, tambahkan Tutup dengan kaca arloji bercelah, panaskan hingga
25 ml larutan asam klorida P (2 dalam 5). Panaskan terjadi asap tebal. Dinginkan, bilas kaca arloji dan gelas
hingga mendidih, tambahkan larutan timah(II) klorida P piala dengan air, uapkan dalam lemari asam hingga
5,6 g dalam 50 ml larutan asam klorida P (3 dalam 10) hampir kering. Cuci kaca arloji dan gelas piala dengan 2
tetes demi tetes hingga warna kuning hilang, kemudian ml asam klorida P, kemudian dengan sejumlah kecil air.
tambahkan 2 tetes berlebih. Dinginkan larutan di dalam Larutkan residu, jika perlu hangatkan. Masukkan ke
tangas es hingga suhu ruang. Tambahkan 200 ml air, 25 dalam labu Erlenmeyer 250 ml bersumbat kaca, ulangi
ml larutan asam sulfat P (1 dalam 2), dan 4 ml asam pencucian dengan 2 ml asam klorida P, masukkan ke
fosfat P, kemudian tambahkan 2 tetes ortofenantrolin labu menggunakan tidak lebih dari 20 sampai 25 ml air.
LP. Titrasi dengan serium(IV) sulfat 0,1 N LV. Lakukan Tambahkan 4 g kalium iodida P, tutup, biarkan di dalam
penetapan blangko. gelap selama 5 menit. Tambahkan 75 ml air, titrasi
dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV, mendekati titik akhir
Tiap ml serium(IV) sulfat 0,1 N tambahkan 3 ml kanji LP.
setara dengan16,99 mg C4H2FeO4
Tiap ml natrium tiosulfat 0,1 N
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. setara dengan16,99 mg C4H2FeO4
Identifikasi Pada serbuk tablet setara dengan 1 g besi(II) Besi(2+) glukonat (1:2) dihidrat [12389-15-0]
fumarat, tambahkan 25 ml larutan asam klorida P (1
dalam 2), campur, tambahkan 25 ml air. Didihkan C12H22FeO14.2H2O BM 482,17
selama beberapa menit, dinginkan dan saring: filtrat Anhidrat [299-29-6] BM 446,14
menunjukkan reaksi Besi seperti tertera pada Uji
Identifikasi Umum <291>. Besi(II) Glukonat mengandung tidak kurang dari 97,0%
dan tidak lebih dari 102,0% C12H22FeO14, dihitung
Disolusi <1231> terhadap zat yang telah dikeringkan.
Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,1 N dalam
natrium lauril sulfat P 0,5 %. Pemerian Serbuk halus atau granul; abu-abu
Alat tipe 2: 75 rpm. kekuningan atau kuning kehijauan pucat; bau lemah
Waktu: 45 menit. seperti caramel. Larutan zat (1 dalam 20) bereaksi asam
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C4H2FeO4 yang terhadap lakmus.
terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika perlu
encerkan dengan Media disolusi dan bandingkan dengan Kelarutan Larut dalam air dengan sedikit pemanasan;
serapan Larutan baku mengandung besi yang sudah praktis tidak larut dalam etanol.
diketahui kadarnya, dalam media yang sama
menggunakan spektrofotometer serapan atom pada Baku pembanding Kalium Glukonat BPFI; lakukan
panjang gelombang lebih kurang 248,3 nm. pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105 selama
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak 4 jam sebelum digunakan.
kurang dari 75 % (Q) C4H2FeO4 dari jumlah yang tertera
pada etiket. Identifikasi
A. Memenuhi Identifikasi B seperti tertera pada
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Kalsium Glukonat.
B. Larutan zat (1 dalam 200) menghasilkan endapan
Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak kurang biru tua dengan kalium heksasianoferat(III) LP.
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
setara dengan lebih kurang 500 mg besi(II) fumarat, Susut pengeringan <1121> Antara 6,5% dan 10,0%;
masukkan ke dalam gelas piala 250 ml. Tambahkan 25 lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 16 jam.
- 222 -
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,07%; lakukan pereaksi ini agar dilakukan dengan hati-hati.] Larutkan
penetapan menggunakan 1,0 g zat dan bandingkan 5,0 g trioktilfosfin oksida P dalam 4-metil-2-pentanon P
kekeruhan dengan 1,0 ml asam klorida 0,020 N. dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan pelarut
yang sama sampai tanda.
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan penetapan Larutan baku dan Blangko Masukkan 5,0 ml Larutan
menggunakan 1,0 g zat dan bandingkan kekeruhan persediaan timbal(II) nitrat yang dibuat seperti tertera
dengan 1,0 ml asam sulfat 0,020 N. pada Uji Batas Logam Berat <371> ke dalam labu
tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Asam oksalat Larutkan 1,0 g zat dalam 10 ml air, Masukkan 2,0 ml larutan ke dalam labu tentukur 50-ml.
tambahkan 2 ml asam klorida P, masukkan ke dalam Pada labu tentukur tersebut dan labu tentukur 50-ml
corong pisah. Ekstraksi berturut-turut dengan 50 dan 20 yang lain sebagai Blangko, tambahkan 10 ml asam
ml eter P. Kumpulkan ekstrak eter, tambahkan 10 ml air, klorida 9 N dan lebih kurang 10 ml air. Ke dalam
uapkan eter di atas tangas uap. Tambahkan 1 tetes asam masing-masing labu tambahkan 20 ml Larutan asam
asetat 6 N dan 1 ml larutan kalsium asetat P (1 dalam askorbat-natrium iodida dan 5,0 ml Larutan
20): tidak terjadi kekeruhan dalam waktu 5 menit. trioktilfosfin oksida, kocok selama 30 detik, biarkan
memisah. Tambahkan air hingga lapisan pelarut organik
Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan mencapai leher labu, kocok dan biarkan memisah.
penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai Lapisan pelarut organik yang merupakan Blangko dan
berikut: Masukkan 1,0 g zat ke dalam labu alas bulat Larutan baku, berturut-turut mengandung 0,0 dan 2,0 µg
100-ml dengan sambungan asah berukuran 24/40. timbal per ml.
Tambahkan 40 ml asam sulfat 9 N dan 2 ml larutan Larutan uji Ke dalam labu tentukur 50-ml tambahkan
kalium bromida P (3 dalam 10). Hubungkan segera labu 1,0 g zat, 10 ml asam klorida 9 N, lebih kurang 10 ml
dengan alat destilasi yang sesuai dilengkapi pencadang air, 20 ml Larutan asam askorbat-natrium iodida dan
dengan mantel air yang didinginkan dengan sirkulasi air 5,0 ml Larutan trioktilfosfin oksida, kocok selama 30
es dan panaskan labu hingga zat melarut. Lakukan detik, biarkan memisah. Tambahkan air hingga pelarut
destilasi, kumpulkan 25 ml destilat dan masukkan organik mencapai leher labu, kocok dan biarkan
destilat ke dalam labu generator arsen. Cuci pendingin memisah. Lapisan organik merupakan Larutan uji.
dan penampung dengan sedikit air beberapa kali, Prosedur Tetapkan serapan Blangko, Larutan baku
tambahkan brom LP hingga larutan agak kuning, dan Larutan uji pada pita emisi timbal pada 283,3 nm
encerkan dengan air hingga 35 ml. Lanjutkan seperti menggunakan spektrofotometer serapan atom yang
tertera pada Prosedur. dilengkapi dengan lampu tabung katode timbal dan
nyala api udara-asetilen; untuk mengatur posisi nol
Ion besi(III) Tidak lebih dari 2,0%; lakukan penetapan gunakan 4-metil-2-pentanon P. Pada analisis yang
sebagai berikut: Timbang saksama lebih kurang 5 g zat, sesuai, serapan Blangko tidak lebih dari 20% dari
larutkan dalam campuran 100 ml air dan 10 ml asam perbedaan serapan Larutan baku dan Blangko: serapan
klorida P, tambahkan 3 g kalium iodida P. Kocok, Larutan uji tidak lebih dari serapan Larutan baku.
biarkan di tempat gelap selama 5 menit. Titrasi iodum
bebas dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV menggunakan Raksa <381> Tidak lebih dari 3 bpj.
indikator 3 ml kanji LP. Lakukan penetapan blangko.
Gula mereduksi Larutkan 500 mg zat dalam 10 ml air,
Tiap ml natrium tiosulfat 0,1 N hangatkan, basakan dengan 1 ml ammonium hidroksida
setara dengan5,585 mg ion besi(III) 6 N. Alirkan gas hidrogen sulfida P ke dalam larutan
untuk mengendapkan besi, biarkan larutan selama 30
Timbal Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan penetapan menit untuk mengkoagulasikan endapan. Saring, cuci
sebagai berikut: [Catatan Untuk pembuatan larutan endapan dua kali berturut-turut dengan 5 ml air.
dalam air dan pembilas alat kaca sebelum digunakan, Asamkan kumpulan filtrat dan cairan pencuci dengan
gunakan air yang telah dilewatkan melalui resin asam klorida P, tambahkan 2 ml asam klorida 3 N
penukar ion, asam kuat, basa kuat. Pilih pereaksi berlebih. Didihkan larutan hingga uap tidak lagi
dengan sesedikit mungkin kandungan timbal dan simpan menghitamkan kertastimbal(II) asetat P, jika perlu
semua larutan pereaksi dalam wadah kaca borosilikat. lanjutkan pendidihan hingga lebih kurang 10 ml.
Sebelum digunakan rendam alat kaca bersih dalam Dinginkan, tambahkan 5 ml natrium karbonat LP dan 20
asam nitrat 8 N hangat selama 30 menit kemudian cuci ml air, saring dan atur volume filtrat hingga 100 ml.
dengan air demineralisata]. Pada 5 ml filtrat tambahkan 2 ml tembaga(II) tartrat
Larutan asam askorbat-natrium iodida Larutkan 20 g alkali LP, didihkan selama 1 menit: tidak terbentuk
asam askorbat P dan 38,5 g natrium iodida P dalam air, endapan merah dalam waktu 1 menit.
dalam labu tentukur 200-ml, encerkan dengan air sampai
tanda. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1,5 g
Larutan trioktilfosfin oksida [Perhatian Larutan ini zat, larutkan dalam campuran 75 ml air dan 15 ml asam
menyebabkan iritasi, hindari kontak dengan mata, kulit sulfat 2 N dalam labu Erlenmeyer 300 ml. Tambahkan
dan pakaian. Pembuangan larutan yang mengandung 250 mg serbuk zink, tutup labu dengan sumbat yang
- 223 -
dilengkapi dengan katup Bunsen, biarkan pada suhu Raksa <381>Metode I Memenuhi syarat uji Raksa
ruang selama 20 menit atau sampai larutan menjadi tidak seperti tertera pada Besi(II)Fumarat.
berwarna. Saring larutan melalui krus penyaring berisi
asbes dengan lapisan tipis serbuk zink, cuci krus dengan Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g
10 ml asam sulfat 2 N dan 10 ml air [Catatan Lakukan zat, larutkan dalam campuran 25 ml asam sulfat 2 N dan
penyiapan dan penyaringan dengan krus dalam lemari 25 ml air bebas karbon dioksida P. Tambahkan
asam berventilasi baik]. Tambahkan ortofenantrolin LP, ortofenantrolin LP, segera titrasi dengan serium(IV)
titrasi segera filtrat dalam labu penghisap dengan sulfat 0,1 N LV. Lakukan penetapan blangko.
serium(IV) sulfat 0,1 N LV. Lakukan penetapan blangko.
Tiap ml serium(IV) sulfat
Tiap ml serium(IV) sulfat 0,1 N setara dengan15,19 mg FeSO4
setara dengan44,61 mg C12H22FeO14 Atau dengan 27,80 mg FeSO4.7H2O
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
BETAHISTIN HIDROKLORIDA
BESI(II) SULFAT Betahistine Hydrochloride
Ferrous Sulfate
H
N N
Besi(2+) sulfat (1:1) heptahidrat [7782-63-0] CH3
Anhidrat BM 151,90
2-[2-(Metilamino)etil]piridin dihidroklorida [5579-84-0]
C8H12N2.2HCl BM 209,12
Besi(II) Sulfat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan
tidak lebih dari 104,5%, FeSO4.7H2O. Betahistin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
99,0% dan tidak lebih dari 101,0%, C8H12N2.2HCl,
Pemerian Hablur atau granul warna hijau kebiruan, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
pucat; tidak berbau dan rasa seperti garam.Merekah di
udara kering. Segera teroksidasi dalam udara lembab, Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir kuning;
berbentuk besi(III) sulfat berwarna kuning kecokelatan. sangat higroskopis. Melebur antara 151º dan 154º.
Larutan zat (1 dalam 10) bereaksi asam terhadap lakmus
P. pH lebih kurang 3,7. Kelarutan Sangat larut dalam air; mudah larut dalam
alkohol; praktis tidak larut dalam isopropil alkohol.
Kelarutan Mudah larut dalam air; tidak larut dalam
etanol; sangat mudah larut dalam air mendidih. Baku pembanding Betahistin Hidroklorida BPFI;
keringkan pada suhu 100° sampai 105° selama 4 jam
Identifikasi Menunjukkan reaksi Besi(II) dan Sulfat sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Sangat higroskopis. Terlindung cahaya.
Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan
Identifikasi
penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
berikut: Masukkan 1,0 g zat ke dalam labu alas bulat 100
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
ml dengan sambungan asah, tambahkan 40 ml asam
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
sulfat 9 N dan 2 ml larutan kalium bromida P (3 dalam
gelombang yang sama seperti Betahistin Hidroklorida
10), segera hubungkan labu dengan pendingin yang
BPFI.
sesuai dan penampung labu yang dilengkapi dengan
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
mantel air yang didinginkan dengan air es. Panaskan
uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
labu perlahan-lahan di atas api kecil hingga zat padat
pada Penetapan kadar.
larut, kemudian lakukan destilasi sehingga diperoleh 25
ml kumpulan destilat. Pindahkan destilat ke dalam labu
pH <1071> Antara 2,0 dan 3,0; lakukan penetapan
generator arsin, cuci pendingin dan penampung beberapa
menggunakan larutan 1 dalam 10.
kali, setiap kali dengan sedikit air, tambahkan kumpulan
air pencuci ke dalam labu generator. Goyangkan labu,
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
tambahkan brom LP hingga warna larutan sedikit
lakukan pengeringan pada suhu 100° sampai 105°
kuning, encerkan dengan air hingga 35,0 ml.
hingga bobot tetap.
Timbal <401> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
penetapan seperti tertera pada Besi(II) Glukonat.
- 224 -
Senyawa Sejenis Lakukan penetapan dengan cara 15 cm, berisi bahan pengisi L1. Pertahankan suhu kolom
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada pada 40°. Laju alir lebih kurang 0,5 ml per menit.
Kromatografi <931>. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Fase Gerak dan Sistem kromatografi lakukan seperti kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
tertera pada Penetapan Kadar. pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari 5000
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 38 mg zat, lempeng teoritis; faktor ikutan puncak betahistin tidak
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 l Larutan uji ke Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
respons puncak. Hitung persentase masing-masing ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
cemaran, dengan rumus: respons puncak utama.
Hitung jumlah dalam mg betahistin hidroklorida,
r C8H12N2.2HCl, dalam zat yang digunakan dengan
100 F i
rumus:
rS
r
F adalah faktor respons relatif dari cemaran yang tertera 100 C U
rS
pada Tabel; ri adalah respons puncak masing-masing
cemaran; dan rS adalah jumlah semua respons puncak,
C adalah kadar Betahistin Hidroklorida BPFI dalam mg
dengan memperhitungkan faktor respons relatif: Masing-
per ml Larutan baku, dihitung terhadap zat yang telah
masing cemaran dan jumlah semua cemaran tidak lebih
dikeringkan; rU dan rS berturut-turut adalah respons
dari batas yang tertera pada Tabel sebagai berikut :
puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Tabel
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Faktor
Waktu
Respons Batas
Cemaran Retensi BETAMETASON
Relatif (%)
Relatif
(F) Betamethasone
2-(2-Hidroksi-etil)
0,3 0,5 0,2
piridin CH2OH
N-Metil-N,N-bis(2- HO OH
piridin-2-il-etil)amin
masing- F
Cemaran lain - 1,0 masing
O
0,1
Jumlah semua 9-Fluoro-11ß,17,21-trihidroksi-16ß-metilpregna-1,4-
- - 0,5
cemaran
diena-3,20-dion [378-44-9]
C22H29FO5 BM 392,46
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Betametason mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
Kromatografi <931>.
tidak lebih dari 103,0%, C22H29FO5, dihitung terhadap
Dapar amonium asetat Larutkan lebih kurang 0,69 g
zat yang telah dikeringkan.
amonium asetat P dalam 1000 ml air. Atur pH hingga
4,7 dengan penambahan asam asetat glasial P.
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir putih;
Fase gerak Buat campuran 350 ml asetonitril P dan
tidak berbau. Melebur pada suhu lebih kurang 240º
650 ml Dapar amonium asetat yang mengandung 2,88 g
disertai sedikit peruraian.
natrium lauril sulfat P. Saring dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Kelarutan Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
aseton, dalam etanol, dalam dioksan dan dalam metanol;
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Betahistin
sangat sukar larut dalam kloroform dan dalam eter.
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
Baku pembanding Betametason BPFI; tidak boleh
gerak hingga kadar lebih kurang 0,38 mg per ml.
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 38 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan
Identifikasi
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P,
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,0 mm x
gelombang yang sama seperti pada Betametason BPFI.
- 225 -
B. Lakukan seperti tertera pada Identifikasi secara Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 80 mg zat,
Kromatografi lapis tipis <281>. lakukan seperti tertera pada Larutan baku.
Fase gerak Buat campuran kloroform P- dietilamin P Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
(2:1). Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Larutan baku Timbang sejumlah Betametason BPFI, dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm x
larutkan dan encerkan dengan etanol mutlak P hingga 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1
kadar lebih kurang 0,5 mg per ml. ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
encerkan dalam etanol mutlak P hingga kadar lebih seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk
kurang 0,5 mg per ml. betametason dan propilparaben berturut-turut lebih
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 kurang 1,0 dan 1,4; resolusi, R antara puncak
µl Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng betametason dan propilparaben tidak kurang dari 3,0;
kromatografi silika gel P 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
dalam bejana kromatografi yang berisi Fase gerak. tidak lebih dari 2,0%.
Biarkan merambat hingga lebih kurang tiga perempat Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
dan biarkan sampai kering.Semprot lempeng dengan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
larutan asam sulfat P (1 dalam 2) dan panaskan di atas respons puncak utama. Hitung jumlah, dalam mg
lempeng pemanas ataudi bawah lampu hingga bercak betametason, C22H29FO5, dalam zat yang digunakan
tampak: harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan dengan rumus:
Larutan baku.
RU
Rotasi jenis <1081> Antara +118º dan +126º, dihitung 800 C
RS
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
menggunakan larutan dalam metanol P yang
mengandung 5 mg per ml. C adalah kadar Betametason BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; perbandingan respons puncak betametason terhadap
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam. propilparaben dari Larutan uji dan Larutan baku.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%; lakukan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
penetapan menggunakan krus platina. simpan pada suhu antara 2 dan 30.
C adalah kadar Betametason BPFI dalam mg per ml Rotasi jenis <1081> Antara +63º dan +70º; lakukan
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah penetapan menggunakan larutan yang mengandung 10
perbandingan respons puncak betametason terhadap mg per ml dalam dioksan P.
beklometason dari Larutan uji dan Larutan baku.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam.
simpan pada suhu antara 2 dan 25, penyimpanan
diperbolehkan antara 15 dan 30 [Catatan Kemasan Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%; lakukan
tablet terlindung cahaya dan dari kelembaban berlebih]. penetapan menggunakan krus platina.
Panaskan di dalam tangas air pada suhu 60 sambil Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep setara
sesekali dikocok hingga melebur. Pindahkan dari tangas dengan 2 mg betametason dipropionat, masukkan secara
air dan kocok kuat hingga zat memadat kembali. Ulangi kuantitatif ke dalam tabung sentrifuga 50 ml bertutup.
pemanasan dan pengocokan. Bekukan dalam tangas Tambahkan 5,0 ml Larutan baku internal dan 10,0 ml
metanol-es selama lebih kurang 15 menit dan sentrifus campuran asam asetat P-etanol P (1 dalam 1000).
pada 2500 rpm selama lebih kurang 5 menit. Pindahkan Panaskan dalam tangas air pada suhu 70 sambil sesekali
beningan ke dalam vial yang sesuai. dikocok hingga melebur. Pindahkan dari tangas dan
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan kocok kuat hingga zat memadat kembali. Ulangi
Kadar dalam Betametason Dipropionat. Hitung jumlah pemanasan dan pengocokan. Lakukan seperti tertera
dalam mg betametason, C22H29FO5, dalam krim yang pada Penetapan Kadar dalam Krim Betametason
digunakan dengan rumus: Dipropionat mulai dari ”Bekukan dalam tangas metanol-
es”.
RU Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
392 , 46
15 C R
Kadar dalam Krim Betametason Dipropionat.
504 , 60 S
Wadah dan penyimpanan Dalam tube atau wadah
392,46 dan 504,60 berturut-turut adalah bobot molekul tertutup rapat. Simpan pada suhu 25, penyimpanan
betametason dan betametason dipropionat; C adalah diperbolehkan antara 15 dan 30. Lindungi dari
kadar Betametason Dipropionat BPFI dalam mg per ml pembekuan.
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
perbandingan respons puncak betametason dipropionat
terhadap baku internal dari Larutan uji dan Larutan BETAMETASON NATRIUM FOSFAT
baku. BetamethasoneSodium Phosphate
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
tertera pada Injeksi volume kecil. atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I.
Kromatografi <931>. C O
H CH3
Fase gerak Buat campuran metanol P-kalium fosfat HO OCOCH2CH2CH2CH3
CH3
monobasa 0,05 M (1:1), saring dan awaudarakan. Jika CH3 H H
puncakseperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
puncak betametason valerat dan beklometason Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dipropionat tidak kurang dari 4,5 dan simpangan baku Kromatografi <931>.
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Fase gerak, Larutan baku internal, Larutan baku dan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji Penetapan Kadar dalam Betametason Valerat.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim setara
respons puncak utama. Waktu retensi relatif dengan lebih kurang 2,5 mg betametason, masukkan ke
beklometason dipropionat dan betametason valerat dalam tabung sentrifuga 50 ml bersumbat. Tambahkan
berturut-turut lebih kurang 1,7 dan 1,0. Hitung jumlah 10,0 ml Larutan baku internal dan 5,0 ml campuran
dalam mg betametason valerat, C27H37FO6, dengan asam asetat glasial P-metanol P (1 dalam 1000).
rumus: Sumbat tabung sentrifuga dan masukkan ke dalam
tangas air pada suhu 60 hingga krim melebur. Angkat
R dan kocok kuat hingga memadat kembali.Ulangi
300C U pemanasan dan pengocokan dua kali. Masukkan tabung
RS sentrifuga dalam tangas metanol-es selama 20 menit,
sentrifus hingga terjadi pemisahan. Enaptuangkan
C adalah kadar Betametason Valerat BPFI dalam mg beningan ke dalam labu bersumbat yang sesuai, diamkan
per ml Larutan baku; Ru dan Rs berturut-turut adalah hingga suhu ruang.
perbandingan respons puncak betametason valerat dan Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
beklometason dipropionat dalam Larutan uji dan Kadardalam Betametason Valerat. Hitung jumlah dalam
Larutan baku. mg betametason, C22H29FO5, dalam krim yang
digunakan, dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
392 , 46 RU
15 C
KRIM BETAMETASON VALERAT 476 ,59 RS
Bethamethasone Valerate Cream
Krim Betametason Valerat mengandung betametason 392,46 dan 476,59 berturut-turut adalah bobot molekul
valerat, C27H37FO6, setara dengan betametason, betametason dan betametason valerat; C adalah kadar
C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari Betametason Valerat BPFI dalam mg per ml Larutan
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket dalam dasar baku; RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
krim yang sesuai. respons puncak betametason valerat terhadap
beklometason dipropionat dari Larutan uji dan Larutan
Baku pembanding Beklometason Dipropinat BPFI; baku.
lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 3 jam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Wadah dan penyimpanan Dalam tube atau dalam
Betametason Valerat BPFI; tidak boleh dikeringkan. wadah tertutup rapat.
Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Kromatografi <931>. N
O O
SUPOSITORIA BISAKODIL
N Bisacodyl Suppositories
Bisakodil mengandung tidak kurang dari 98,0% dan Baku pembanding Bisakodil BPFI; lakukan
tidak lebih dari 101,0% C22H19NO4, dihitung terhadap zat pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum
yang telah dikeringkan.[Catatan Hindari inhalasi dan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
kontak dengan mata, kulit serta selaput lendir].
Identifikasi
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir putih; A. Masukkan sejumlah supositoria setara dengan lebih
terutama terdiri dari partikel dengan diameter terpanjang kurang 150 mg bisakodil ke dalam labu Erlenmeyer 500
lebih kecil dari 50 m. ml, tambahkan 75 ml heksan P, panaskan di atas tangas
uap sampai melebur. Saring larutan melalui penyaring
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam kaca masir dengan porositas sedang, menggunakan
kloroform dan dalam benzen; agak sukar larut dalam pompa hisap udara. Cuci residu dengan lebih kurang 100
etanol dan dalam metanol; sukar larut dalam eter. ml heksan P hangat hingga bebas lemak, lanjutkan
penghisapan hingga residu kering. Larutkan residu
Baku pembanding Bisakodil BPFI; Lakukan dengan membilas saringan dengan lebih kurang 50 ml
pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum aseton P hangat, kumpulkan filtrat dalam gelas piala 150
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. ml, uapkan di atas tangas uap sampai lebih kurang 5 ml.
Pada cairan residu tambahkan lebih kurang 75 ml air,
panaskan di atas tangas uap selama 15 menit, dinginkan.
Identifikasi
A.Spektrum serapan inframerah larutan zat yang telah Gores dinding bagian dalam gelas piala untuk
dikeringkan dalam kloroform P (1 dalam 200) dalam sel mempercepat penghabluran, saring hablur dan keringkan
setebal 1,0 mm menunjukkan maksimum hanya pada pada suhu 100 selama lebih kurang 15 menit: hablur
bilangan gelombang yang sama seperti pada Bisakodil melebur pada suhu antara 129 dan 135 dan memenuhi
BPFI. uji Identifikasi A pada Bisakodil.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam asam B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
klorida 0,05 N (1 dalam 50.000) menunjukkan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang pada Penetapan kadar.
sama seperti pada Bisakodil BPFI; serapan masing-
masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kurang 263 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%. Kromatografi <931>.
tentukur 200-ml, ekstraksi lapisan n-heksan yang tersisa B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
dalam corong pisah dua kali, tiap kali dengan 50 ml uji sesuai dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh
asetonitril P, kumpulkan lapisan bawah ke dalam labu pada Penetapan kadar.
tentukur di atas. Encerkan kumpulan ekstrak dalam labu
tentukur dengan asetonitril P sampai tanda, kocok dan Waktu hancur <1251> Lakukan penetapan seperti
saring. tertera pada Tablet Lepas Lambat: tablet tidak hancur
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada setelah 1 jam dalam Cairan lambung buatan LP, tetapi
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi larut dalam waktu 45 menit dalam Cairan usus buatan
dilengkapi dengan detektor 265 nm, kolom 3,9 mm x 30 LP.
cm berisi bahan pengisi L1 dan kolom pelindung berisi
bahan pengisi L2. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Kromatografi <931>.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Supositoria Bisakodil.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
bisakodil, C22H19NO4, dalam supositoria yang digunakan 20 tablet.Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
dengan rumus: dengan lebih kurang 100 mg bisakodil, masukkan ke
dalam labu tentukur200-ml, tambahkan 25 ml air, kocok
r secara mekanik selama 15 menit dan sonikasi selama 15
200 C U menit. Tambahkan 100 ml asetonitril P, kocok secara
rS mekanik selama 15 menit dan sonikasi selama 15 menit.
Encerkan dengan asetonitril P sampai tanda, saring.
C adalah kadar Bisakodil BPFI dalam mg per ml Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
puncak Larutan uji dan Larutan baku. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, bisakodil, C22H19NO4, dalam serbuk tablet yang
pada suhu tidak lebih dari 30. digunakan dengan rumus:
r
TABLET LEPAS TUNDA BISAKODIL 200 C U
Bisacodyl Delayed-Release Tablet rS
Tablet Lepas Tunda Bisakodil mengandung bisakodil, C adalah kadar Bisakodil BPFI dalam mg per ml
C22H19NO4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Baku pembanding Bisakodil BPFI; lakukan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum pada suhu tidak lebih dari 30.
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Identifikasi Penandaan Pada etiket tertera tablet salut enterik.
A. Maserasi sejumlah serbuk tablet setara dengan
lebih kurang 300 mg bisakodil dengan 100 ml aseton P.
Panaskan di atas tangas uap hingga mendidih, saring dan BISMUT SUBGALAT
uapkan hingga lebih kurang 20 ml. Tambahkan 200 ml Bismuth Subgallate
air, hangatkan di atas tangas uap, alirkan gas nitrogen P OH
di atas permukaan untuk menguapkan aseton. Setelah 30
menit, dinginkan, saring melalui penyaring kaca masir. O
Buang filtrat, larutkan hablur dalam 50 ml aseton P, BiOH
uapkan hingga lebih kurang 15 ml. Tambahkan lebih HO
O
kurang 75 ml air, panaskan di atas tangas uap selama 15
menit, dinginkan. Gores dinding bagian dalam gelas O
piala untuk mempercepat penghabluran. Saring hablur
dan keringkan pada suhu 100 selama 15 menit. Hablur Garam basa bismut asam galat [99-26-3]
memenuhi uji Identifikasi A pada Bisakodil. C7H5BiO6 BM 394,09
- 238 -
Bismut Subgalat adalah garam basa yang jika ml air, saring, uapkan filtrat di atas tangas uap hingga 20
dikeringkan pada suhu 105 selama 3 jam mengandung ml, saring dan bagi filtrat menjadi beberapa bagian
tidak kurang dari 52,0% dan tidak lebih dari 57,0% masing-masing 5 ml. Gunakan sebagai larutan uji untuk
Bi2O3. Tembaga, Timbal dan Perak lakukan seperti tertera pada
Bismut Subnitrat.
Pemerian Serbuk amorf, kuning terang; tidak berbau;
tidak berasa; stabil di udara tetapi dipengaruhi oleh Asam galat bebas Tidak lebih dari 0,5%; lakukan
cahaya. penetapan sebagai berikut: Kocok 1,0 g zat dengan 20
ml etanol P selama 1 menit, saring dan uapkan filtrat
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol, hingga kering di atas tangas uap, keringkan residu pada
dalam kloroform dan dalam eter;mudah larut dalam suhu 105 selama 1 jam: bobot residu tidak lebih dari 5
asam klorida encer hangat, dalam asam nitrat hangat mg.
atau dalam asam sulfat hangat disertai dengan peruraian;
mudah larut dalam larutan alkali hidroksida, membentuk Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g
larutan jernih warna kuning yang cepat berubah menjadi zat yang telah dikeringkan pada suhu 105 selama 3 jam,
merah gelap; tidak larut dalam asam mineral sangat pijarkan dalam krus porselen. Biarkan dingin,
encer. tambahkan asam nitrat P tetes demi tetes, sambil
dihangatkan hingga larut. Uapkan hingga kering dan
Identifikasi pijarkan hati-hati hingga bobot tetap. Dari bobot residu
A. Jika dipanaskan sampai merah: mula-mula yang diperoleh, hitung persentase, Bi2O3, dalam contoh
mengarang, kemudian meninggalkan residu berwarna yang digunakan.
kuning. Residu menunjukkan reaksi Bismut cara A
seperti tertera pada Uji IndentifikasiUmum <291>. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
B. Kocok lebih kurang 100 mg zat dengan hidrogen tidak tembus cahaya.
sulfida LP berlebih, saring dan didihkan untuk
membebaskan gas terlarut. Dinginkan dan tambahkan 1
tetes besi(III) klorida LP: terjadi warna biru lembayung. BISMUT SUBKARBONAT
Bismuth Subcarbonate
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 7,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam. Bismut Subkarbonat mengandung tidak kurang dari
97,6% dan tidak lebih dari 100,7% (BiO)2CO3 dihitung
Nitrat Campur lebih kurang 100 mg zat dengan 5 ml terhadap zat yang telah dikeringkan.
asam sulfat 2 N dan 5 ml besi(II)sulfat LP, saring dan
tuangkan filtrat hati-hati melalui dinding tabung reaksi Pemerian Serbuk putih atau hampir putih.
pada 5 ml asam sulfat P: tidak terjadi warna cokelat
kemerahan pada bidang batas kedua cairan. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol
dan dalam eter; larut dalam asam encer, membentuk
Alkali dan alkali tanah Tidak lebih dari 0,5%; lakukan gelembung gas.
penetapan sebagai berikut: Didihkan 1,0 g zat dengan 20 Identifikasi Menunjukkan reaksi Bismut cara A dan B
ml campuran asam asetat 6 N dan air volume sama, dan Karbonat cara A dan B seperti tertera pada Uji
dinginkan dan saring. Endapkan bismut dari filtrat Identifikasi Umum <291>.
dengan mengalirkan hidrogen sulfida P, didihkan dan
saring. Tambahkan 5 tetes asam sulfat P pada filtrat, Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
uapkan hingga kering, pijarkan hingga bobot tetap. lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot tetap.
Bobot residu tidak lebih dari 5 mg.
Klorida <361>Tidak lebih dari 0,05% lakukan
Arsen <321> Tidak lebih dari 7,5 bpj; lakukan penetapan sebagai berikut:
penetapan menggunakan larutan uji yang dibuat sebagai Larutan persediaan Campur 5,0 g zat dengan 10 ml
berikut: Gerus 400 mg zat dengan kalsium hidroksida P air, tambahkan 20 ml asam nitrat P, hangatkan hingga
bobot sama, pijarkan. Larutkan residu dalam 5 ml asam larut, dinginkan dan encerkan dengan air hingga 100 ml.
klorida 3 N: tanpa perlakuan lebih lanjut, larutan Larutan uji Tambahkan 4 ml asam nitrat P pada 6,6
memenuhi Uji Batas Arsen. ml Larutan persediaan dan encerkan dengan air hingga 50
ml. Sejumlah 15,0 ml Larutan uji tidak lebih keruh dari
Tembaga, Timbal, Perak Pijarkan 3 g zat dalam krus 70 µl asam klorida 0,020 N,yang diperlakukan sama.
porselen, dinginkan dan tambahkan hati-hati tetes demi
tetes asam nitrat P secukupnya sambil dihangatkan Alkali dan alkali tanah Tidak lebih dari 10 mg (1,0%);
hingga larut. Uapkan larutan hingga kering, pijarkan dan lakukan penetapan sebagai berikut: didihkan 1,0 g zat
dinginkan. Larutkan residu hati-hati dalam asam nitrat P dengan 20 ml campuran asam asetat P-air (1:1). Setelah
secukupnya dengan pemanasan hati-hati, pekatkan 2 menit, dinginkan dan saring. Kumpulkan filtrat, cuci
larutan hingga lebih kurang 4 ml. Tuang ke dalam 100
- 239 -
residu dengan 20 ml air dan tambahkan air cucian ke Larutan baku dan Larutan uji: warna Larutan uji tidak
dalam filtrat. Tambahkan 2 ml asam klorida 2 N dan 20 lebih intensif dari Larutan baku.
ml air pada larutan ini. Panaskan hingga mendidih dan
tambahkan hidrogen sulfida P ke dalam larutan hingga Timbal Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan penetapan
terbentuk endapan. Dinginkan campuran dan saring. sebagai berikut:
Kumpulkan filtrat, cuci residu dengan air dan tambahkan Pengencer Gunakan Asam nitrat 6 N bebas timbal.
air cucian ke dalam filtrat. Uapkan larutan hingga kering Larutan baku Buat larutan tembaga nitrat dalam
di atas tangas air. Tambahkan 0,5 ml asam sulfat P pada Pengencer dengan kadar 0,1598 mg per ml. Larutan ini
residu, keringkan perlahan, dinginkan dan timbang. mengandung timbal 100 μg per ml. Encerkan bertahap
sejumlah volume larutan yang telah diukur saksama,
Nitrat Tidak lebih dari 0,4%; lakukan penetapan sebagai dengan Pengencer hingga diperoleh larutan yang
berikut: mengandung timbal 1,0; 2,0 dan 3,0 μg per ml.
Titran indigo karmin Larutkan 4 g indigo karmin P Larutan uji Larutkan 12,5 g bismut subkarbonat
dalam 900 ml air, tambahkan 2 ml asam sulfat P dan dalam 75 ml Pengencer. Panaskan hingga mendidih
encerkan dengan air hingga 1000 ml. selama 1 menit, dinginkan dan encerkan dengan air
Larutan baku Buat larutan kalium nitrat P dalam air hingga 100 ml.
yang mengandung 0,0815 mg per ml (setara dengan 0,05 Prosedur Lakukan penetapan dengan cara
mg nitrat per ml). Pipet 20 ml larutan ini ke dalam labu Spektrofotometer serapan atomseperti tertera pada
Erlenmeyer 125 ml. Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.Ukur
Larutan uji Tambahkan 20,0 ml air ke dalam labu serapan Larutan baku dan Larutan uji pada garis emisi
Erlenmeyer 125 ml yang berisi 250 mg bismut timbal 283,3 nm, menggunakan spektrofotometer
subkarbonat, goyang hingga tersuspensi. serapan atom; yang dilengkapi dengan lampu “hollow
Prosedur Tambahkan 0,05 ml Titran indigo karmin ke cathode” timbal dan nyala udara asetilen menggunakan
dalam Larutan baku dan Larutan uji. Tambahkan 30 ml Pengencer 1 : 5 sebagai blangko. Buat kurva serapan
asam sulfat P secara hati-hati dan segera titrasi dengan Larutan baku terhadap kadar timbal dalam μg per ml.
Titran indigo karmin, sampai terbentuk warna biru stabil. Hitung kadar timbal, C,μg per ml dalam Larutan uji.
Volume Titran indigo karmin yang digunakan untuk Hitung persentase timbal (Pb) dalam zat uji, dengan
Larutan uji tidak lebih banyak dari Larutan baku. rumus:
Rotasi jenis <1081> Antara -2 dan +2; lakukan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Bisoprolol
penetapan menggunakan larutan yang mengandung 10 mg Fumarat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
per ml dalam metanol P. hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 0,5%. dan masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml. Larutkan
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Logam berat <371>Metode I Tidak lebih dari 20 bpj. dilengkapi dengan detektor 273 nm dan kolom 4,6 mm x
12,5 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang
Kemurnian kromatografi Jumlah semua cemaran tidak 1,0 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan cara kesesuaian sistem dan ukur respons puncak seperti tertera
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak bisoprolol dan
Kromatografi <931>. puncak propanolol tidak kurang dari 7,0. Lakukan
Pengencer, Fase gerak, Larutan baku, Larutan uji, kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur respons
Larutan kesesuaian sistem dan Sistem kromatografi puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak
lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 µl Larutan uji ke penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
puncak. Hitung persentase jumlah semua cemaran dalam sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
zat dengan rumus: ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama.
Hitung jumlah dalam mg bisoprolol fumarat,
r
100 i (C18H31NO4)2.C4H4O4, dalam zat yang digunakan dengan
rS rumus:
Tiap ml tetrabutil amonium hidroksida 0,1 N Tablet Bisoprolol Fumarat mengandung bisoprolol
setara dengan 5,804 mg asam fumarat fumarat (C18H31NO4)2.C4H4O4 tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara pada etiket.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Baku pembanding Bisoprolol Fumarat BPFI, lakukan
Pengencer Buat campuran asetonitril P-air (35:65). pengeringan pada 60selama 3 jam sebelum digunakan.
Fase gerak Tambahkan 5 ml asam heptafluorobutirat Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
P, 5 ml dietilamin P dan 2,5 ml asam format P ke dalam cahaya.
labu yang berisi 1000 ml Pengencer. Campur, saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
<931>. Fase gerak Buat campuran diklormetan P - metanol P
Larutan kesesuaian sistem Buat larutan propanolol - amonia P (70:10:0,8).
hidroklorida dan bisoprolol fumarat dalam Pengencer Larutan baku Timbang sejumlah Bisoprolol Fumarat
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,5 dan 1 mg per BPFI, larutkan dalam campuran diklormetan P-metanol
ml. P (70:30) hingga kadar lebih kurang 2 mg per ml.
- 242 -
Larutan uji Serbukkan tidak kurang dari 5 tablet dan Uji 2
timbang sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih Jika produk memenuhi uji ini, penandaan
kurang 40 mg bisoprolol fumarat, masukkan ke dalam mencantumkan memenuhi Uji 2 Disolusi.
labu 50 ml. Tambahkan lebih kurang 20 ml campuran
diklormetana P-metanol P (70:30), kocok selama 30 Media disolusi: 900 ml natrium klorida 0,5 M.
menit, sentrifus dan gunakan beningan. Alat tipe 2: 75 rpm.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 20 Waktu: 20 menit.
µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng Prosedur Lakukan penetapan jumlah
kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan (C18H31NO4)2.C4H4O4 yang terlarut seperti yang tertera
lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah pada Uji 1.
dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan merambat Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak
lebih kurang dua per tiga tinggi lempeng. Angkat kurang dari 80% (Q) (C18H31 NO4)2.C4H4O4, dari jumlah
lempeng, tandai batas rambat dan biarkan Fase gerak yang tertera pada etiket.
menguap, keringkan dengan dialiri udara dingin. Amati
bercak di bawah cahaya ultraviolet pada panjang Keseragaman sediaan <911>Memenuhi syarat.
gelombang 254 nm. Harga Rf bercak utama Larutan uji
sesuai dengan yang diperoleh dari Larutan baku. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Disolusi <1231> Kromatografi <931>.
Uji 1 Pengencer Buat campuran asetonitril P-air (35:65).
Media disolusi: 900 mlair. Fase gerak Tambahkan berturut-turut 5 ml asam
Alat tipe 2: 75 rpm. heptafluorobutirat P, 5 ml dietilamin P dan 2,5 ml asam
Waktu: 20 menit. format P ke dalam labu yang berisi 1000 ml Pengencer.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah Campur, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
(C18H31NO4)2.C4H4O4 yang terlarut dengan cara penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada pada Kromatografi <931>.
Kromatografi <931>. Larutan kesesuaian sistem Buat larutan propranolol
Pengencer Buat campuran metanol P-air- trietilamin hidroklorida dan bisoprolol fumarat dalam Pengencer
P-asam fosfat P (160:35:5:2,5). hingga kadar masing-masing 0,5 dan 1 mg per ml.
Fase gerak Buat campuran trietilamin P-air-metanol P Larutan baku Timbang saksama sejumlah Bisoprolol
(2:100:68), atur pH hingga 4,0 0,1 dengan Fumarat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
penambahan asam fosfat P. Saring dan awaudarakan. Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah setara dengan lebih kurang 25 mg bisoprolol fumarat,
Bisoprolol Fumarat BPFI, larutkan dalam air hingga masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml. Tambahkan 10
kadar dua kali kadar bisoprolol fumarat dalam Larutan ml Pengencer dan sonikasi selama 10 menit. Dinginkan
uji. dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Sentrifus
Larutan baku Campur sejumlah volume sama Larutan selama 20 menit dan gunakan beningan.
baku persediaan dengan Pengencer. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan uji Gunakan sejumlah alikuot dan encerkan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dengan volume sama, menggunakan Pengencer. dilengkapi dengan detektor 273 nm dan kolom 4,6 mm x
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 12,5 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 1,0 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
dilengkapi dengan detektor 227 nm dan kolom 4,6 mm x Larutan kesesuaian sistem dan ukur respons puncak
33 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang 1 seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan bisoprolol dan puncak propranolol tidak kurang dari 7,0.
baku dan ukur respons puncak seperti tertera pada Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur
Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
ulang tidak lebih dari 2,0%. ikutan puncak analit tidak lebih dari 2,0; dan simpangan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0
sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan Larutan uji %.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
respons puncak bisoprolol. Hitung jumlah dalam mg sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
bisoprolol fumarat, (C18H31NO4)2.C4H4O4 yang terlarut. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak respons puncak utama.
kurang dari 80% (Q) (C18H31NO4)2.C4H4O4, dari jumlah Hitung jumlah, dalam mg bisoprolol fumarat,
yang tertera pada etiket. (C18H31NO4)2.C4H4O4, dalam serbuk tablet yang
digunakan dengan rumus :
- 243 -
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 µl Larutan uji ke isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi.]
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Rekonstitusi seluruh isinya, gunakan larutan dalam
respons dari semua puncak. Urutan eluasi adalah asam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dan
bleomisinat, bleomisin A2 (puncak utama), bleomisin A5, larutan, dalam lemari pendingin.
bleomisin B2 (puncak utama), bleomisin B4 dan dimetil
bleomisin A2. Hitung persentase dari bleomisin A2, Larutan terkonstitusi Pada saat digunakan memenuhi
bleomisin B2 dan bleomisin B4 dengan rumus: syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera pada Injeksi.
Syarat lain Jika pada etiket dinyatakan bleomisin sulfat Air <1031> Metode I C Tidak lebih dari 6,0% siapkan
adalah steril, harus memenuhi persyaratan Sterilitas dan zat untuk tes berikut: Gunakan jarum suntik kering untuk
Endotoksin bakteri seperti yang tertera pada Bleomisin menyuntikkan 4 ml metanol anhidrat melalui septum
untuk Injeksi. Jika pada etiket dinyatakan bleomisin dari 2 wadah yang telah ditara berurutan dan kocok
sulfat harus diproses lebih lanjut untuk penyiapan sampai larut. Gunakan jarum suntik yang sama, aspirasi
sediaan injeksi harus memenuhi syarat Endotoksin isi dari dua wadah, pindahkan ke dalam labu titrasi dan
bakteri seperti yang tertera pada Bleomisin untuk Injeksi. titrasi. Lakukan penetapan blangko pada 8 ml metanol
anhidrat. Tetapkan berat wadah kosong dan hitung
Penetapan kadar presentasi air.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji,
larutkan dalam dapar nomor 16 dan encerkan secara Syarat lain Memenuhi syarat uji Identifikasi, pH,
kuantitatif dengan dapar nomor 16 hingga diperoleh Tembaga dan Kandungan bleomisin seperti tertera pada
larutan dengan kadar yang sesuai. Bleomisin Sulfat. Juga memenuhi syarat Keseragaman
Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada Sediaan <911> dan Penandaan seperti tertera pada
Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi Injeksi.
<131> menggunakan sejumlah volume Larutan uji yang
diukur saksama, encerkan secara kuantitatif dan bertahap Penetapan kadar
dengan dapar nomor 16 hingga diperoleh Enceran Larutan uji Konstitusikan isi wadah seperti yang
larutan uji dengan kadar yang diperkirakan sama dengan tertera pada etiket. Keluarkan seluruh isi menggunakan
aras dosis tengah baku. alat suntik jarum hipodermik yang sesuai dan encerkan
secara kuantitatif dengan dapar nomor 16 hingga
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah diperoleh larutan dengan kadar yang sesuai.
tertutup rapat. Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada
Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi
Penandaan Jika Bleomisin sulfat digunakan untuk <131> menggunakan sejumlah volume Larutan uji yang
penyiapan sediaan injeksi, pada etiket harus dinyatakan diukur saksama, encerkan secara kuantitatif dan bertahap
steril atau harus melalui proses pembuatan sediaan dengan dapar nomor 16 hingga diperoleh Enceran
injeksi. larutan uji dengan kadar yang diperkirakan sama dengan
aras dosis tengah baku.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih.
Senyawa sejenis Tidak lebih dari 2,0%. Lakukan Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; sukar larut
penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti tertera dalam etanol dan dalam metilen klorida.
pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg Baku pembanding Bromheksin Hidroklorida BPFI;
zat, larutkan dalam 5 ml metilen klorida P. Senyawa Sejenis C Bromheksin BPFI.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi Identifikasi
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 4 mm x A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
1,2 m berisi bahan pengisi 3% fase diam G3 pada dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
partikel penyangga S1AB. Pertahankan suhu kolom, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
injektor dan detektor masing-masing berturut-turut pada gelombang yang sama seperti pada Bromheksin
suhu 190, 250dan 250. Gunakan helium P kering Hidroklorida BPFI. Jika spektrum yang berasal dari
sebagai gas pembawa, atur laju alir hingga waktu retensi padatan menunjukkan perbedaan, larutkan zat dan baku
puncak utama 6 sampai 7 menit. Lakukan kromatografi pembanding secara terpisah dalam metanol P, uapkan
terhadap Larutan uji, rekam kromatogram dan ukur hingga kering dan gunakan residu untuk penetapan.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor B. Larutkan lebih kurang 20 mg zat dalam 1 ml
ikutan puncak bromfeniramin maleat tidak lebih dari 1,8. metanol P dan tambahkan 1 ml air. Larutan
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 1 menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada Uji
l) Larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam Identifikasi Umum <291>.
- 246 -
Warna dan akromisitas <1291> Larutkan 600 mg zat cemaran berdasarkan perbandingan puncak
dalam 20 ml metanol P: Larutan jernih dan warna tidak kromatogram. Abaikan puncak dengan respons setengah
lebih intensif daripada larutan pembanding W6. kali respons puncak utama Larutan baku 2.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300
Lakukan pengeringan pada suhu 100° - 105° mg zat, larutkan dalam 70 ml etanol P dan tambahkan 1
menggunakan 1 g zat. ml asam klorida 0,1 N. Titrasi dengan natrium
hidroksida 0,1 N LV tentukan titik akhir secara
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; Lakukan potensiometrik. Baca volume diantara 2 titik infleksi.
penetapan menggunakan 1 g zat.
Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
Senyawa sejenis Senyawa sejenis A bromheksin, setara dengan 41,26 mg C14H21Br2ClN2
senyawa sejenis B bromheksin, senyawa sejenis C
bromheksin, senyawa sejenis D bromheksin, dan Wadah dan penyimpanan Terlindung cahaya.
senyawa sejenis E bromheksin tidak lebih dari 0,2%;
tidak lebih dari satu puncak senyawa sejenis bromheksin
yang lebih besar dari 0,1%; jumlah semua cemaran tidak BROMOKRIPTIN MESILAT
lebih dari 0,3%. Lakukan penetapan dengan cara Bromocriptine Mesilate
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan asam fosfat pH 7,0 Pipet 0,5 ml asam fosfat P
CH(CH3)2 OH
ke dalam labu berisi 950 ml air, atur pH hingga 7,0 O
dengan penambahan lebih kurang 1,5 ml trietilamin P H CONH N
dan encerkan dengan air hingga 1000 ml. H
N
Fase gerak Buat campuran Larutan asam fosfat pH O O
7,0-asetonitril P (20:80). Saring dan awaudarakan. Jika N H CH2CH(CH3)2 CH3SO3H
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem CH3
H
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml. Larutkan dan
HN
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Br
Larutan baku 1 Timbang saksama lebih kurang 5 mg
Senyawa Sejenis C Bromheksin BPFI masukkan ke 2-Bromoergokriptina monometanasulfonat (garam)
dalam labu tentukur 10-ml. Tambahkan 1 ml Larutan [22260-51-1]
uji. Larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai C32H40BrN5O5.CH4SO3 BM 750,70
tanda.
Larutan baku 2 Pipet 1 ml Larutan uji ke dalam labu Bromokriptin Mesilat mengandung tidak kurang dari
tentukur 100-ml. Encerkan dengan metanol P sampai 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C32H40BrN5O5.CH4SO3,
tanda. Pipet 1 ml larutan ke dalam labu tentukur 10-ml, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
encerkan dengan metanol P sampai tanda.
Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada Pemerian Serbuk hablur halus; putih atau sedikit
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi berwarna; tidak berbau atau berbau khas lemah.
dilengkapi dengan detektor 248 nm dan kolom 4,6 mm x
12 cm berisi bahan pengisi L1 “end capped” dengan Baku pembanding Bromokriptin Mesilat BPFI;
ukuran pertikel 3 m. Laju alir lebih kurang 1,0 ml per higroskopis, lakukan penetapan senyawa mudah
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku 1, menguap menggunakan analisis termogravimetrik.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Panaskan 5-10 mg zat, mulai dari 25°-160° dengan
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak kenaikan 10° per menit dan dialiri nitrogen P dengan
senyawa sejenis C bromheksin dan puncak bromheksin laju alir lebih kurang 45 ml per menit. Simpan dalam
hidroklorida tidak kurang dari 12,0; waktu retensi relatif wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, pada tempat
bromheksin, senyawa sejenis A bromheksin, senyawa yang sejuk.
sejenis B bromheksin, senyawa sejenis C bromheksin
dan senyawa sejenis D bromheksin berturut turut adalah Identifikasi
1,0; 0,1; 0,2; 0,4 dan 0,5. A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku 2 dan Larutan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
uji ke dalam kromatograf. Lakukan kromatografi selama seperti pada Bromokriptin Mesilat BPFI.
2,5 kali waktu retensi bromheksin, rekam kromatogram B. Larutkan lebih kurang 10 mg zat dalam 200 ml
dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase asam metanasulfonat 0,1 M dalam metanol P: spektrum
- 247 -
serapan ultraviolet menunjukkan maksimum dan Dapar sitrat Buat larutan asam sitrat 0,1 N, atur pH
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti hingga 2,0 dengan penambahan asam klorida P.
pada Bromokriptin Mesilat BPFI. Pengencer Campuran metanol P - Dapar sitrat (1:1).
Larutan A Campuran Dapar fosfat pH 7,0-asetonitril
Warna dan Akromisitas <1291> P (57:43).
Larutan padanan Buat larutan A, B dan C yang Larutan B Campuran Dapar fosfat pH 7,0-asetonitril
masing-masing mengandung kobalt(II) klorida LP, P (40:60).
besi(III) klorida LP, tembaga(II) sulfat LP dan larutan Fase gerak Buat variasi campuran Larutan A dan
asam klorida P (1 dalam 40) dengan perbandingan Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Jika
sebagai berikut: A. (3,0:3,0:2,4:31,6), B. perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
(1,0:2,4:0,4:36,2) dan C. (0,6:2,4:0:37,0). seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Prosedur Larutkan 100 mg zat dalam 10,0 ml metanol Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
P, bandingkan larutan ini dengan 10 ml Larutan sejumlah α-ergokriptin dan zat, larutkan dalam
padanan dalam tabung yang jenisnya sama: larutan Pengencer hingga kadar masing-masing lebih kurang 2,0
harus jernih dan warnanya tidak lebih gelap dari Larutan mg per ml.
padanan A, B dan C. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Bromokriptin Mesilat BPFI, larutkan dalam metanol P,
Rotasi jenis <1081> Antara +95 dan +105, dihitung encerkan dengan Dapar sitrat sejumlah volume sama,
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan encerkan kembali dengan Pengencer secara kuantitatif
menggunakan 100 mg zat dalam 10 ml metilen klorida dan jika perlu bertahap hingga kadar lebih kurang 4,6 µg
P-metanol P (1:1). per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 46 mg zat,
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 4,0%; masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml. Larutkan
lakukan penetapan dengan cara Analisis Termal <741>, dengan 5,0 ml metanol P dan encerkan dengan Dapar
tetapkan persentase zat yang menguap dengan analisis sitrat sampai tanda.
termogravimetrik menggunakan lebih kurang 10 mg zat Sistem kromatografi Lakukan penetapan seperti
yang ditimbang saksama. Panaskan zat uji dengan tertera pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair
kenaikan 10 per menit dan dialiri nitrogen P dengan kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 300 nm dan
laju alir lebih kurang 45 ml per menit. Rekam kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan
termogram dari suhu 25 hingga 160. ukuran partikel 3 µm. Laju alir lebih kurang 2 ml per
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Waktu Larutan Larutan
Eluasi
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. (Menit) A (%) B (%)
0 100 0 Kesetimbangan
Kandungan asam metanasulfonat Tidak kurang dari 0-18 100 0 Isokratik
12,5% dan tidak lebih dari 13,4% CH3SO3H, dihitung 18-30 1000 0100 Gradien linier
30-40 0 100 Isokratik
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
40-41 0100 1000 Gradien linier
dengan cara sebagai berikut: Timbang saksama lebih
kurang 400 mg zat, masukkan ke dalam labu titrasi,
larutkan dalam 70 ml metanol P, titrasi dengan kalium Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
hidroksida metanol 0,1 N LV dengan dialiri gas nitrogen sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
P, tentukan titik akhir secara potensiometrik dan lakukan seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif α-
penetapan blangko. ergokriptin dan bromokriptin mesilat berturut-turut lebih
kurang 0,46 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak α-
Tiap ml kalium hidroksida metanol 0,1 N ergokriptin dan puncak bromokriptin mesilat tidak
setara dengan 9,61 mg CH3SO3H kurang dari 15; dan faktor ikutan tidak lebih dari 1,5.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Kemurnian kromatografi Bromokriptin tidak lebih kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dari 0,4%; masing-masing cemaran tidak lebih dari pada Prosedur: waktu retensi puncak bromokriptin
0,1%; jumlah semua cemaran tidak lebih dari 1,0%. mesilat antara 17 dan 20 menit; dan simpangan baku
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Dapar fosfat pH 7,0 Timbang saksama lebih kurang sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
27,22 g kalium fosfat monobasa P, larutkan dan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
encerkan dengan air hingga 1000-ml. Pipet 50 ml larutan semua respons puncak. Hitung persentase masing-
ini ke dalam labu tentukur 200-ml, tambahkan 29,1 ml masing cemaran dengan rumus:
natrium hidroksida 0,2 M. Encerkan dengan air sampai
tanda.
- 248 -
C ri
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
1000 F Bromokriptin Mesilat BPFI, larutkan dalam metanol P
W rS hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran
F adalah faktor respons relatif yang setara dengan 0,7 Larutan baku dalam metanol P hingga kadar setara
untuk tiap puncak eluasi pada waktu retensi relatif 0,9 dengan lebih kurang 0,10 mg; 0,30 mg dan 0,50 mg
atau kurang dan setara dengan 1,0 untuk semua puncak bromokriptin per ml atau setara dengan lebih kurang
lainnya; C adalah kadar Bromokriptin Mesilat BPFI 1,0%; 3,0% dan 5,0%.
dalam mg per ml Larutan baku; W adalah bobot zat Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
dalam mg yang digunakan dalam pembuatan Larutan 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
uji; ri adalah respons puncak masing-masing cemaran setara dengan lebih kurang 20 mg bromokriptin,
dari Larutan uji; dan rS adalah respons puncak masukkan ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 10,0
bromokriptin dari Larutan baku. ml metanol P, dan campur selama 20 menit. Sentrifus
pada 4000 rpm selama 10 menit biarkan memisah dan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 600 gunakan beningan.
mg zat, masukkan ke dalam labu titrasi, larutkan dalam Prosedur Totolkan secara terpisah 10 l Larutan baku
80 ml campuran anhidrida asetat P-asam asetat glasial dan 10 l Enceran larutan baku dan 50 l Larutan uji
P (7:1). Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, dalam bentuk pita 1 cm pada lempeng kromatografi
tentukan titik akhir secara potensiometrik dan lakukan silika gel P setebal 0,25 mm. Keringkan lempeng dalam
titrasi blangko. aliran udara dingin selama 5 menit. Masukkan lempeng
ke dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak dan
Tiap ml asam perklorat 0,1 N biarkan merambat hingga 10 cm di atas garis penotolan.
setara dengan 75,07 mg C32H40BrN5O5.CH4SO3 Angkat lempeng, tandai batas rambat dan keringkan
dalam hampa udara pada suhu ruang selama 15 menit.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Semprot lempeng dengan larutan o-ftalaldehida P 0,2%
tidak tembus cahaya dan di tempat sejuk. dalam asam sulfat P. Amati lempeng di bawah cahaya
ultraviolet panjang. Bercak lain selain bercak utama dari
Larutan uji tidak lebih besar dan tidak lebih intensif dari
TABLET BROMOKRIPTIN MESILAT bercak Enceran larutan baku 3,0% dan bercak sisa lain
Bromocriptine Mesylate Tablet tidak lebih besar dan tidak lebih intensif dari bercak
Enceran larutan baku 1,0%.
Tablet Bromokriptin Mesilat mengandung bromokriptin
mesilat, C32H40BrN5O5.CH4SO3, tidak kurang dari Disolusi <1231>
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang Uji 1 Jika produk memenuhi uji ini, pada etiket
tertera pada etiket. cantumkan memenuhi Uji 1 Disolusi.
Media disolusi: 500 ml asam klorida 0,1 N.
Baku pembanding Bromokriptin Mesilat BPFI; Alat tipe 1: 120 rpm.
higroskopis, lakukan penetapan senyawa mudah Waktu: 60 menit.
menguap menggunakan analisis termogravimetrik. Prosedur Lakukan penetapan jumlah
Panaskan 5-10 mg zat mulai dari 25°-160° dengan C32H40BrN5O5.CH4SO3, yang terlarut secara
kenaikan 10° per menit dan dialiri nitrogen P dengan spektrofluorometri dari alikuot yang baru disaring
laju alir lebih kurang 45 ml per menit. Simpan dalam melalui penyaring serat kaca dan larutan baku
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, pada tempat Bromokriptin Mesilat BPFI, dalam media yang sama
sejuk. pada panjang gelombang eksitasi 315 nm dan panjang
gelombang emisi 445 nm. Sejumlah etanol P tidak lebih
Identifikasi Harga Rf dan warna bercak utama Larutan dari 5% volume total larutan baku dapat digunakan
uji sesuai dengan Enceran larutan baku yang diperoleh untuk melarutkan Bromokriptin Mesilat BPFI, sebelum
pada penetapan Senyawa sejenis. diencerkan dengan Media disolusi.
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
Senyawa sejenis Jumlah senyawa sejenis tidak lebih kurang dari 80% (Q) bromokriptin, C32H40BrN5O5 dari
dari 5,0%; [Catatan Lakukan pengujian dengan segera jumlah yang tertera pada etiket.
dan terlindung dari cahaya matahari maupun cahaya
lampu, pembuatan Larutan uji dan penotolan dilakukan Uji 2 Jika produk memenuhi uji ini, pada etiket
terakhir.] Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cantumkan memenuhi Uji 2 Disolusi.
lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>. Media disolusi: 500 ml asam klorida 0,1 N.
Fase gerak Campuran metilen klorida P-dioksan P- Alat tipe 1: 50 rpm.
etanol P-amonium hidroksida P (180:15: 5:0,1). Waktu: 30 menit.
- 249 -
Pemerian Bau menyerupai anetol. Bahan asing Tidak lebih dari 2%, lakukan penetapan
seperti tertera pada Pengambilan Contoh dan Metode
Makroskopik Buah utuh dengan tangkai kecil tipis Analisis Simplisia <671>.
kaku, agak melengkung; kremokarp bulat telur, agak
tertekan secara lateral, hijau kekuningan atau abu-abu Abu tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 2,5%
kehijauan, panjang 3-5 mm, lebar hingga 3 mm, lakukan penetapan sebagai berikut: Abu yang diperoleh
stilopodium dengan dua ujung tangkai pendek dari penetapan seperti tertera pada Pengambilan Contoh
melengkung terbalik. Merikarp melekat dengan dan Metode Analisis Simplisia <671> ditambah 15 ml
puncaknya pada karfopora dengan bidang permukaan air dan 10 ml asam klorida P, tutup krus dengan kaca
sambungan dan permukaan punggung cembung yang arloji, didihkan selama 10 menit dan biarkan dingin.
akhirnya ditutup dengan trikoma berbintik–bintik Saring melelui kertas saring bebas abu, cuci dengan air
pendek dapat dilihat menggunakan lensa dengan lima panas sampai filtrat tidak bereaksi asam; keringkan dan
punggung bukit primer, terbentang membujur terdiri atas pijarkan; biarkan dingin dalam desikator, timbang.
3 punggung dorsal dan 2 punggung lateral, warna tidak Ulangi pemijaran hingga perbedaan dua kali
mencolok dan pucat. penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 1 mg. Hitung
persentase terhadap simplisia yang digunakan.
Mikroskopik Irisan melintang merikarp menunjukkan
epikarp ditutup sejumlah rambut penutup pendek Sisa pemijaran <301> Metode II Tidak lebih dari
biasanya berupa sel tunggal berbentuk kerucut dengan 12,0%; lakukan penetapan mengunakan 2 g serbuk.
dinding tebal dan kulit luar berbintik-bintik. Pada sisi
dorsal mesokarp menunjukkan sebagian besar lapisan sel Air <1031> Metode I1 Tidak lebih dari 7,0% lakukan
vitae yang bersambungan. Punggung bukit mengandung penetapan menggunakan 10 g serbuk.
jaringan fibrovaskuler yang sempit. Pada daerah
sambungan terdapat sklerida sempit memanjang- Penetapan kadar Lakukan Penetapan kadar minyak
membujur dengan banyak noktah. Endosperm di dalam atsiri dengan Alat 1 seperti tertera Pengambilan Contoh
selubung sel poligonal berdinding tebal, tidak berwarna, dan Metode Analisis Simplisia <671>, mengunakan 10 g
mengandung banyak tetesan minyak lemak butiran bahan, 100 ml air sebagai cairan destilasi, labu alas bulat
aleuron dan kalsium oksalat bentuk roset. 250 ml dan destilasi selama 2 jam.
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. terlindung cahaya dan lembab.
Larutan uji Aduk 100 mg serbuk simplisia dengan 2
ml diklorometan P selama 15 menit saring, uapkan
filtrat di atas tangas air pada suhu 60º dan larutkan BUDESONID
residu dalam 0,5 ml toluen P. Budesonide
Larutan pembanding Larutkan 3 µl anetol dan 40 µl OH
minyak zaitun P dalam 1 ml toluen P. O
Prosedur Totolkan secara terpisah 2 µl dan 3 µl O CH3
CH3
Larutan uji dan 1 µl, 2 µl dan 3 µl Larutan pembanding HO
pada lempeng silika gel GF254 (diameter 10-40 µm, O
CH3 H
mengandung lebih kurang 13% kalsium hemihidrat dan
1,5% indikator fluoresein, intensitas maksimum pada H H
254 nm). Masukkan lempeng ke dalam bejana O
kromatografi berisi fase gerak toluen P hingga merambat (RS)-11β,16α,17,21-tetrahidroksipregna-1,4-diena-
10 cm di atas garis penotolan. Angkat lempeng dan 3,20-dionsiklik 16,17-asetal dengan butiraldehida.
biarkan kering di udara. Amati lempeng dibawah cahaya [51372-29-3; 51372-28-2; 51333-22-3]
ultraviolet 254 nm, bercak gelap sesuai dengan anetol C25H34O6 BM 430,53
terlihat pada bagian tengah kromatogram. Semprot
lempeng dengan larutan segar asam fosfomolibdat P Budesonid adalah suatu campuran epimer A (C-22A)
20% dalam etanol P dan panaskan pada suhu 120º dan epimer B (C-22R). Mengandung epimer A, tidak
selama 5 menit. Kromatogram yang diperoleh dari 2 µl kurang dari 44,0% dan tidak lebih dari 51,0%; jumlah
Larutan uji menunjukkan bercak warna biru dengan latar kedua epimer, C25H34O6, tidak kurang dari 98,0% dan
belakang kuning sesuai dengan bercak anetol. Ukuran tidak lebih dari 102,0% dihitung terhadap zat yang telah
bercak ini lebih besar dari kromatogram 1 µl dan lebih dikeringkan. [Catatan Semua larutan yang mengandung
kecil dari kromatogram 3 µl Larutan pembanding. budesonid disimpan terlindung cahaya].
Bercak biru trigliserida terlihat pada sepertiga bagian
bawah kromatogram Larutan uji, sesuai dengan letak Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih; tidak
bercak biru trigliserida minyak zaitun kromatogram berbau.
Larutan pembanding.
- 251 -
Kelarutan Mudah larut dalam kloroform; agak sukar 11-ketobudesonid Tidak lebih dari 0,2%; Lakukan
larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam air dan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
dalam heptan. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Dapar, Larutan baku, Larutan uji Lakukan seperti
Baku pembanding Budesonid BPFI. tertera pada Penetapan kadar.
Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P-
Identifikasi isopropanol P (65:26:9). Saring dan awaudarakan. Jika
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Sistem
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P seperti tertera pada Kromatografi <931>.
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada
gelombang yang sama seperti pada Budesonid BPFI. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 25 µg per ml dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
dalam metanol P menunjukkan maksimum dan 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti 3,5 m. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit.
pada Budesonid BPFI. Pertahankan suhu kolom pada 500. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Batas mikroba <51> Total angka mikroba aerobik tidak kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
lebih dari 1000 cfu per g; total angka kapang dan kamir pada Prosedur: waktu retensi relatif dua epimer 11-
tidak lebih dari 100 cfu per g. ketobudesonid; 21-dehidrobudesonid; 14,15-
dehidrobudesonid; dan epimer budesonid tereluasi
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,3%; pertama (epimer B) berturut-turut lebih kurang 0,73 dan
lakukan pengeringan pada suhu 105º sampai bobot tetap. 0,78; 0,68; 0,84 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak
epimer pertama 11-ketobudesonid dan puncak 21-
Budesonid 21-asetat Tidak lebih dari 0,1%; Lakukan dehidrobudesonid tidak kurang dari 1,0 dan antara
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi epimer kedua 11-ketobudesonid dan 14,15-dehidro
seperti tertera pada Kromatografi <931>. budesonid tidak kurang dari 1,2; efisiensi kolom puncak
Dapar, Larutan baku, Larutan uji Lakukan seperti budesonid epimer B tidak kurang dari 5500 lempeng
tertera pada Penetapan kadar. teoritis.
Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P Prosedur Suntikkan lebih kurang 20 l Larutan uji ke
(55:45). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera respons puncak. Hitung persentase 11-ketobudesonid
pada Kromatografi <931>. dalam zat dengan rumus:
Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
r
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x 100 i
15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5
rU
m. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
ri adalah jumlah respons puncak dua ketobudesonid; dan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
rU adalah jumlah respons puncak dua budesonid.
pada Prosedur: waktu retensi relatif epimer budesonida
21-asetat tereluasi pertama, epimer budesonida 21-asetat Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara
tereluasi kedua, epimer budesonid tereluasi pertama Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
(epimer B), epimer budesonid tereluasi kedua (epimer Kromatografi <931>.
A), berturut-turut lebih kurang 3,1; 3,2; 1,0; dan 1,1; Dapar, Fase gerak, Larutan baku, Larutan uji
efisiensi kolom puncak budesonid epimer B tidak kurang Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
dari 5500 lempeng teoritis. Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Prosedur Suntikkan lebih kurang 20 l Larutan uji ke Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
respons puncak. Hitung persentase budesonid 21-asetat 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5
dalam zat yang digunakan dengan rumus: m. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
r kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
100 i pada Prosedur: efisiensi kolom puncak budesonid
rS epimer B tidak kurang dari 5500 lempeng teoritis.
Prosedur Suntikkan lebih kurang 20 l Larutan uji ke
ri adalah jumlah respons puncak dua epimer budesonid dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur semua
21-asetat; dan rS adalah jumlah respons puncak dua respons puncak. Hitung persentase masing-masing
budesonid. cemaran dengan rumus:
- 252 -
titrimetri pada waktu akan digunakan. Simpan dalam Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
wadah tertutup rapat. sama (lebih kurang 5 l) Larutan uji, Larutan baku
etanol dan Larutan baku isopropanol ke dalam
Identifikasi kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
A. Larutkan lebih kurang 230 mg zat dalam 15 ml air puncak etanol dan isopropanol. Hitung persentase etanol
masukkan ke dalam corong pisah, tambahkan 1 ml dengan rumus:
amonium hidroksida 6 N, ekstraksi tiga kali, tiap kali
dengan 30 ml kloroform P, uapkan kloroform pada suhu
r
ruang dengan mengalirkan nitrogen P dan keringkan sisa 2 U
dalam hampa udara. Tambahkan 2 ml kloroform P, dan rS
larutkan: spektrum serapan inframerah larutan dalam sel
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
dan hitung persentase isopropanol dengan rumus:
gelombang yang sama seperti pada Bupivakain
Hidroklorida BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat 500 µg per r
ml dalam asam klorida 0,1 N menunjukkan maksimum 0,1 U
dan minimum hanya pada panjang gelombang yang rS
sama seperti pada Bupivakain Hidroklorida BPFI;
serapan masing-masing dihitung terhadap zat anhidrat rU dan rS berturut-turut adalah respons analit Larutan uji
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih yang bersesuaian dengan analit dalam Larutan baku
kurang 271 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%. etanol dan Larutan baku isopropanol.
C. Larutkan lebih kurang 50 mg zat dalam 10 ml air,
masukkan ke dalam corong pisah kecil, basakan dengan Kemurnian kromatografi Lakukan Kromatografi lapis
amonium hidroksida 6 N, ekstraksi dengan 10 ml eter P: tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
lapisan air menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C Pelarut Campuran kloroform P-isopropilamina P
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. (99:1).
Fase gerak Campuran heksan P-isopropilamina P
pH <1071> Antara 4,5 dan 6,0; lakukan penetapan (97:3).
menggunakan larutan (1 dalam 100). Larutan baku Timbang saksama sejumlah Bupivakain
Hidroklorida BPFI, larutkan dalam Pelarut hingga kadar
Air <1031> Metode I Antara 4,0% dan 6,0%. 20,0 mg per ml.
Enceran larutan baku Encerkan sejumlah Larutan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. baku dengan Pelarut hingga kadar lebih kurang100 g
per ml.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
dalam Pelarut hingga kadar lebih kurang 20,0 mg per
Sisa pelarut Jumlah kandungan etanol dan isopropanol ml.
tidak lebih dari 2%. Lakukan Kromatografi gas seperti Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
tertera pada Kromatografi <931>. l Larutan uji, Larutan baku dan Enceran larutan baku
Larutan baku etanol Pipet 2 ml etanol mutlak P ke pada jarak yang sama, 2,5 cm dari tepi bawah lempeng
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai kromatografi Silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan
tanda. Pipet 2 ml larutan ke dalam labu tentukur 50-ml, lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah
encerkan dengan air sampai tanda. Larutan mengandung dijenuhkan dengan Fase gerak hingga merambat tiga per
0,08% etanol. empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas
Larutan baku isopropanol Pipet 2 ml isopropanol P rambat, biarkan kering di udara hangat. Masukkan
dalam labu tentukur 1000-ml, encerkan dengan air lempeng ke dalam bejana tertutup dengan cawan berisi 1
sampai tanda. Pipet 2 ml larutan ke dalam labu tentukur g iodum P dan biarkan selama lebih kurang 5 menit.
100-ml, encerkan dengan air sampai tanda. Larutan Angkat lempeng, semprot lempeng dengan asam sulfat 7 N,
mengandung 0,004% isopropanol. amati kromatogram. Harga Rf bercak utama Larutan uji
Larutan uji Timbang saksama 1,0 g zat masukkan ke sesuai dengan Larutan baku; ukuran dan intensitas
dalam labu tentukur 25-ml, encerkan dengan air sampai bercak lain dari Larutan uji tidak lebih dari bercak
tanda. utama yang diperoleh dari Enceran larutan baku (0,5%)
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dan jumlah ukuran dan intensitas dari semua bercak
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi yang diperoleh dari Larutan uji tidak lebih dari empat
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 4 mm x 2 m kali bercak utama dari Enceran larutan baku (2,0%).
berisi bahan pengisi S3. Pertahankan suhu injektor,
kolom dan detektor masing-masing berturut-turut pada Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 600
suhu 200, 175 dan 280. Gunakan nitrogen P sebagai mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml,
gas pembawa dengan laju alir lebih kurang 40 ml per larutkan dalam 20 ml asam asetat glasial P, tambahkan
menit. 10 ml raksa(II) asetat LP, 3 tetes kristal violet LP dan
- 254 -
titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV sampai titik akhir Larutan baku internal Buat larutan dibutil ftalat P
warna hijau. Lakukan penetapan blangko. dalam metanol P dengan kadar lebih kurang 1,3 mg per
ml.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50 mg
setara dengan 32,49 mg C18H28N2O.HCl Bupivakain Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam
labu tentukur 100-ml, larutkan dalam 10,0 ml air, jika
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. perlu sonikasi. Tambahkan 10,0 ml Larutan baku
internal dan encerkan dengan metanol P sampai tanda.
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume setara
INJEKSI BUPIVAKAIN HIDROKLORIDA dengan lebih kurang 50 mg bupivakain hidroklorida,
Bupivacaine Hydrochloride Injection masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan
10,0 ml Larutan baku internal, encerkan dengan metanol
Injeksi Bupivakain Hidroklorida adalah larutan steril P sampai tanda.
bupivakain hidroklorida dalam Air untuk Injeksi. Injeksi Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
bupivakain hidroklorida mengandung bupivakain Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
hidroklorida, C18H28N2O.HCl, tidak kurang dari 93,0% dan dilengkapi dengan detektor 263 nm, kolom 4 mm x 30
tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir 2 ml per menit.
etiket. Suntikkan tiga kali Larutan baku, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Baku pembanding Bupivakain Hidroklorida BPFI; faktor resolusi antara bupivakain hidroklorida dan dibutil
tidak boleh dikeringkan, tetapkan kadar air secara ftalat tidak kurang dari 2,0 dan simpangan baku relatif
titrimetri pada waktu akan digunakan. Simpan pada perbandingan puncak bupivakain hidroklorida terhadap
wadah tertutup rapat. Endotoksin BPFI [Catatan puncak dibutil ftalat tidak lebih dari 1,0%.
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati- Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
hati untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu 14 hari. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam respons puncak utama. Waktu retensi relatif dibutil ftalat
lemari pendingin. dan bupivakain hidroklorida berturut-turut adalah lebih
Identifikasi kurang 1,2 dan 1,0. Hitung jumlah dalam mg bupivakain
A. Encerkan sejumlah injeksi setara dengan lebih hidroklorida, C18H28N2O.HCl, dalam volume injeksi
kurang 50 mg bupivakain hidroklorida dengan asam yang digunakan dengan rumus:
klorida 0,01 N hingga 25 ml dan lanjutkan menurut cara
yang tertera pada Identifikasi Basa Nitrogen Organik R
<261>, mulai dari ”Pindahkan larutan ke dalam corong W U
pisah”. RS
B. Waktu retensi puncak bupivakain dari
kromatogram Larutan uji sesuai dengan Larutan baku W adalah bobot dalam mg Bupivakain Hidroklorida
seperti diperoleh pada Penetapan kadar. BPFI dihitung sebagai anhidrat dalam Larutan baku; RU
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,5 unit dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
Endotoksin FI per mg bupivakain hiroklorida. puncak bupivakain hidroklorida terhadap baku internal
Larutan uji dan Larutan baku.
pH <1071> Antara 4,0 dan 6,5.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I. Injeksi
Injeksi. yang mengandung bupivakain hidroklorida 0,5% atau
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara kurang dapat dikemas dalam wadah dosis ganda 50 ml.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Dapar fosfat pH 6,8 Larutkan 1,94 g kalium fosfat BUPRENORFIN HIDROKLORIDA
monobasa P dan 2,48 g kalium fosfat dibasa P dalam Buprenorphine Hydrochloride
1000 ml air. Jika perlu atur pH dengan kalium
hidroksida 1 N atau asam fosfat 1 M hingga pH 6,8.
Fase gerak Buat larutan segar campuran asetonitril P- N
Dapar fosfat pH 6,8 (65:35). Jika perlu atur hingga pH H
7,7 0,2 dengan asam fosfat 1 M. Saring melalui H3C OH HCl
penyaring membran 1 m atau lebih halus dan CH3
awaudarakan. H CH3
CH3
O
HO OCH3
- 255 -
Rotasi jenis <1081> Antara -92 dan -98; lakukan Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 800
penetapan menggunakan larutan 20 mg zat per ml mg zat, larutkan dalam 50 ml asam asetat glasial P,
metanol P. tambahkan 10 ml raksa(II) asetat LP dan 2 tetes kristal
violet LP, dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV
pH <1071> Antara 4,0 dan 6,0; lakukan penetapan hingga titik akhir berwarna hijau. Jika perlu lakukan
menggunakan larutan 10 mg zat per ml. penetapan blangko.
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 1,0%. Tiap ml asam perklorat 0,1 N
setara dengan 50,41 mg C29H41NO4.HCl
Sisa pemijaran <301>Tidak lebih dari 0,1%.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran tidak tembus cahaya.
tidak lebih dari 0,25%; jumlah semua cemaran tidak
lebih dari 0,65%. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada BUSPIRON HIDROKLORIDA
Kromatografi <931>. Buspirone Hidrochloride
Fase gerak Buat campuran metanol P-larutan
amonium asetat P 1%-asam asetat glasial P
(60:10:0,01), saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Buprenorfin Hidroklorida BPFI dan Senyawa sejenis A
Buprenorfin Hidroklorida BPFI, larutkan dalam Fase
gerak hingga kadar masing-masing lebih kurang 12,5 µg
per ml.
- 256 -
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%; seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Busulfan,
lakukan pengeringan pada suhu 60 dalam hampa udara mulai dari ”Hubungkan labu”.
hingga bobot tetap.
Tiap ml natrium hidroksida 0,05 N
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. setara dengan 6,158 mg C6H14O6S2
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 80 mg Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml.
Tambahkan lebih kurang 30 ml air, goyangkan,
tambahkan fenolftalein LP dan netralkan dengan natrium BUTIL HIDROKSIANISOL
hidroksida 0,05 N. Hubungkan labu dengan pendingin Buthyl hydroxyanisole
udara, refluks dan didihkan perlahan-lahan selama tidak
OH
kurang dari 30 menit, tambahkan air agar volume tetap.
Dinginkan hingga suhu ruang. Titrasi dengan natrium
hidroksida 0,05 N LV, menggunakan indikator C(CH3)3
fenolftalein LP.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak kurang Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
dari 40 tablet [Perhatian Hindari terhirupnya serbuk Metode V Memenuhi syarat.
halus]. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P.
dengan lebih kurang 80 mg busulfan, masukkan ke
dalam gelas piala 100 ml. Ekstraksi empat kali, tiap kali Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dengan 20 ml aseton P sambil diaduk, diamkan agar zat Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
yang tidak larut mengendap, kemudian tuang beningan <931>.
melalui penyaring kaca masir ke dalam labu Erlenmeyer Larutan baku internal Timbang saksama 500 mg 4-
250 ml. Uapkan kumpulan ekstrak aseton sampai lebih tert-butilfenol, larutkan dalam labu tentukur 100-ml,
kurang 10 ml, tambahkan fenolftalein LP dan netralkan tambahkan aseton P sampai tanda.
dengan natrium hidroksida 0,05 N. Uapkan sampai Larutan baku Timbang saksama 3-tert-Butil-4-
kering, tambahkan 30 ml air dan lanjutkan penetapan hidroksianisol BPFI, larutkan masing-masing dalam
Larutan baku internal hingga kadar lebih kurang 9
- 259 -
mg 3-tert-Butil-4-hidroksianisol BPFI dan lebih kurang 1 Kelarutan Tidak larut dalam air dan dalam
mg 2-tert-Butil-4-hidroksianisol BPFI per ml. propilenglikol; mudah larut dalam etanol, dalam
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg, kloroform dan dalam eter.
larutkan dalam labu tentukur 10-ml dengan Larutan
baku internal, encerkan dengan Larutan baku internal Identifikasi Pada 10 ml larutan zat dalam metanol P (1
sampai tanda. dalam 100.000) tambahkan 10 ml air, 2 ml larutan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada natrium nitrit P (3 dalam 1000) dan 5 ml larutan
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi dianisidina dihidroklorida P (1 dalam 500), yang dibuat
dengan detektor ionisasi nyala, kolom tahan karat 2 mm dengan melarutkan 200 mg dianisidina dihidroklorida P
x 1,8 m berisi bahan pengisi 10% fase cair G26 pada dalam campuran 40 ml metanol P dan 60 ml asam
partikel penyangga S1A. Pertahankan suhu kolom antara klorida 1 N: terjadi warna jingga merah dalam waktu 3
175 - 185. Gunakan helium P kering sebagai gas menit. Tambahkan 5 ml kloroform P, kocok: lapisan
pembawa. Suntikkan beberapa kali Larutan baku dan kloroform menunjukkan warna ungu atau warna
rekam luas puncak seperti yang tertera pada Prosedur; magenta yang memudar bila terkena cahaya.
Simpangan baku relatif tidak lebih dari 2% untuk 3-tert-
Butil-4-hidroksianisol dan 6% untuk isomer 2-tert-Butil- Suhu beku <1101> Tidak kurang dari 69,2; sesuai
4-hidroksianisol; resolusi, R, kedua isomer tidak kurang tidak kurang dari 99,0% C15H24O.
dari 1,3 dan faktor ikutan tidak lebih dari 2,0.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,002%;
sama (lebih kurang 5 l) Larutan baku dan Larutan uji lakukan penetapan dengan cara berikut: Timbang
ke dalam kromatograf. Ukur luas puncak tiap isomer dan saksama lebih kurang 50 g zat, masukkan dalam krus
baku internal dalam tiap kromatogram dan hitung jumlah yang telah ditara, pijarkan hingga mengarang dan
dalam mg, tiap isomer butil hidroksianisol, C11H16O2 dinginkan, basahi abu dengan 1 ml asam sulfat P dan
yang digunakan dengan rumus: lanjutkan pemijaran hingga sempurna dengan
pemanasan pada suhu 800 25 selama 15 menit
sampai bobot tetap.
R
10 C S U
RS Arsen <321> Metode II Tidak lebih dari 3 bpj.
Cs adalah kadar isomer dalam mg tiap ml isomer dalam Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
perbandingan luas puncak tiap isomer dan baku internal Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
dalam kromatogram Larutan baku dan Larutan uji.
Hitung jumlah dalam mg dengan menambahkan jumlah
kedua isomer. BUTILPARABEN
Buthylparaben
BUTIL HIDROKSITOLUEN
Buthyl Hydroxytoluene Butil-p-hidroksibenzoat [94-26-8]
C11H14O3 BM 194,23
OH
2,6-Di-tert-butil-p-kresol [128-37-0] Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dan dalam
C15H24O BM 220,35 gliserin; mudah larut dalam aseton, dalam etanol, dalam
eter dan dalam propilen glikol.
Butil Hidroksitoluen mengandung tidak kurang dari
99,0% C15H24O. Baku pembanding Butilparaben BPFI; lakukan
pengeringan di atas silika gel P selama 5 jam sebelum
Pemerian Hablur padat, putih; bau khas lemah. digunakan.
- 260 -
Keasaman Panaskan 750 mg zat dalam 15 ml air pada Baku pembanding Daktinomisin BPFI; lakukan
suhu 80 selama 1 menit, dinginkan dan saring: filtrat pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan tidak
bereaksi netral atau asam terhadap lakmus P. Pada 10 ml lebih dari 5 mmHg pada suhu 60º selama 3 jam sebelum
filtrat, tambahkan 0,20 ml natrium hidroksida 0,1 N dan digunakan. Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat
2 tetes merah metil LP: larutan berwarna kuning. pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi,
Jarak lebur <1021> Antara 68 dan 72. gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 5 jam. Identifikasi
A. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,05%. 40.000) dalam metanol P menunjukkan maksimum dan
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 2 g pada Daktinomisin BPFI; serapan maksimum pada
zat masukkan ke dalam labu, tambahkan 40,0 ml panjang gelombang lebih kurang 445 nm tidak kurang
natrium hidroksida 1 N LV dan bilas dinding labu, dari 95,0% dan tidak lebih dari 103,0% dari
tambahkan 5 tetes biru bromotimol LP. Titrasi kelebihan Daktinomisin BPFI dihitung terhadap zat yang telah
natrium hidroksida dengan asam sulfat 1 N LV sampai dikeringkan dan potensi Baku pembanding.
pH 6,6 dengan membandingkan warna dapar fosfat pH Perbandingan serapan pada 240 nm dan pada 445 nm
6,6 yang mengandung indikator dengan perbandingan antara 1,30 dan 1,50.
sama. Lakukan penetapan blangko. B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
uji sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh pada
Tiap ml natrium hidroksida 1 N Penetapan kadar.
setara dengan 194,2 mg C11H14O3 Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 100 unit
Endotoksin BPFI per mg.
DAKTINOMISIN
Dactinomycin Rotasi jenis <1081> Antara -292º dan -317º, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
pada suhu 20º, menggunakan larutan dalam metanol P
O
yang mengandung 1 mg zat per ml.
CH3 C Thr DVal Pro MeGli MeVal
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;
lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5
O N mmHg pada suhu 60º selama 3 jam.
O
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
CH3 C Thr DVal Pro MeGli MeVal Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan Larutan uji
O NH2 dan Larutan baku yang dibuat segar, terlindung dari
cahaya].
Aktinomisin D [50-76-0] Fase gerak Buat campuran asetonitril P-natrium
C62H86N12O16 BM 1255,42 asetat 0,04 M-asam asetat 0,07 M (46:25:25), saring
melalui penyaring membran dengan porositas 1 µm, atau
Daktinomisin mengandung tidak kurang dari 950 µg dan yang lebih kecil dan awaudarakan. [Catatan Kadar
asetonitril dapat beragam untuk memperoleh kinerja
tidak lebih dari 1030 µg C62H86N12O16, per mg, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan. [Perhatian sistem kromatografi dan waktu eluasi yang sesuai].
Penanganan harus hati-hati untuk mencegah Larutan baku Timbang saksama sejumlah
terhirupnya partikel Daktinomisin dan kontak dengan Daktinomisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
kulit]. gerak secara kuantitatif hingga kadar lebih kurang 1200
µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg zat
Pemerian Serbuk hablur, merah terang; agak
higroskopis; dapat dipengaruhi oleh cahaya dan panas. larutkan dalam Fase gerak hingga 25,0 ml.
- 261 -
Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada pada 240 nm dan serapan 445 nm adalah antara 1,30 dan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 1,50.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,0 dengan Larutan baku seperti yang diperoleh pada
ml per menit. Lakukan tiga kali penyuntikan ulang Penetapan kadar.
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 100 unit
relatif tidak lebih dari 1,0%. Endotoksin FI per mg daktinomisin.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 µl ) Larutan baku dan Larutan uji Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan pengujian
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur dengan Prosedur uji menggunakan penyaringan
respons puncak utama. Waktu retensi daktinomisin lebih membran, menggunakan sediaan uji yang dibuat sebagai
kurang 25 menit. Hitung potensi dalam µg daktinomisin, berikut: konstitusi secara aseptis masing-masing wadah
C62H86N12O16, per mg dengan rumus: dengan menyuntikkan Air untuk Injeksi melalui penutup.
Sebelum disaring, kumpulkan isi semua wadah secara
rU aseptis dengan penambahan 200 ml Cairan A.
C
25
W rS pH <1071> Antara 5,5 dan 7,5; lakukan penetapan
menggunakan larutan terkonstitusi seperti tertera pada
C adalah kadar Daktinomisin BPFI dalam µg per ml etiket.
Larutan baku; W adalah bobot dalam mg daktinomisin
yang digunakan; rU dan rS berturut-turut adalah respons Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 4,0%;
puncak Larutan uji dan Larutan baku. lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5
mmHg pada suhu 60º selama 3 jam.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya dan panas yang berlebihan. Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
potensi dalam mg daktinomisin, C62H86N12O16, per mg Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan
dengan rumus: penetapan menggunakan campuran 100 mg zat dan 100
mg magnesium oksida P.
CV rU
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan
1000 rS cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
C adalah kadar daktinomisin dalam µg per ml Larutan Fase gerak Campuran kloroform P-aseton P- n-
baku; V adalah volume Larutan uji dalam ml; ru dan rs butilalkohol P-asam format P (60:15:15:10). [Catatan
berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan Fase gerak di buat segar, jenuhkan bejana kromatografi
Larutan baku. dengan fase gerak selama 30 menit sebelum digunakan.]
Penjerap Campuran silika gel P untuk lapis tipis
Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk
kinerja tinggi setebal 150 - 200 µm.
padatan steril tidak tembus cahaya seperti tertera pada
Penampak bercak Larutan 4-dimetil-amino
Injeksi.
sinamaldehida P 0,1% dalam campuran volume sama
asam asetat glasial P dan air.
Larutan baku A Timbang saksama sejumlah Dapson
DAPSON BPFI larutkan dalam metanol P hingga kadar 12,5 mg
Dapsone per ml.
O Larutan baku B Encerkan sejumlah volume Larutan
baku A dengan metanol P hingga kadar 125 µg per ml.
H2N S NH2 Larutan baku C Encerkan sejumlah volume Larutan
baku B dengan metanol P hingga kadar 62,5 µg per ml.
O Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
dalam metanol P hingga kadar 12,5 mg per ml.
4,4´-Sulfonildianilina [80-08-0] Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 4
C12H12N2O2S BM 248,30 µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
Dapson mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak kromatografi. Keringkan dengan dialiri nitrogen P.
lebih dari 102,0% C12H12N2O2S dihitung terhadap zat Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi
yang telah dikeringkan. Fase gerak, biarkan merambat hingga tiga per empat
tinggi lempeng. Angkat lempeng biarkan kering di
Pemerian Serbuk hablur, putih atau putih krem; tidak udara. Semprot lempeng dengan Penampak bercak.
berbau; rasa agak pahit. Amati bercak dengan segera dan bandingkan intensitas
bercak lain selain bercak utama dari Larutan uji terhadap
Kelarutan Mudah larut dalam etanol; larut dalam aseton bercak utama dari Larutan baku: tidak ada bercak lain
dan dalam asam mineral encer; sangat sukar larut dalam selain bercak utama pada Larutan uji yang lebih besar
air. atau lebih intensif dari bercak utama Larutan baku C
(0,5%) dan jumlah intensitas semua bercak lain selain
Baku pembanding Dapson BPFI; lakukan pengeringan bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji tidak lebih
pada suhu 105 selama 3 jam sebelum digunakan. dari 1,0%.
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya. Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
Metode V Memenuhi syarat.
Identifikasi Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
seperti pada Dapson BPFI. Kromatografi <931>.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam Fase gerak Masukkan masing-masing 100 ml
200.000) dalam metanol P menunjukkan maksimum dan isopropil alkohol P, asetonitril P dan etil asetat P ke
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti dalam labu tentukur 1000-ml. Tambahkan tanpa
pada Dapson BPFI. dicampur sejumlah heksan P sampai tanda, campur dan
biarkan dingin hingga suhu ruang.
Jarak lebur <1021> Antara 175 dan 181. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Dapson
BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,1%. kurang 250 µg per ml. Pipet 5 ml larutan ke dalam labu
tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai
tanda. Kadar Larutan baku lebih kurang 25 µg per ml.
- 263 -
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, sebagi berikut: masukkan alikuot yang mengandung
masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml. Larutkan dan lebih kurang 0,2 mg dapson ke dalam labu tentukur 25-
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 5 ml ml tambahkan 5 ml natrium hidroksida 1 N dan
larutan ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan encerkan dengan air sampai tanda, pada panjang
Fase gerak sampai tanda. gelombang serapan maksimum lebih kurang 290 nm
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dengan larutan baku pembanding yang diperlakukan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi sama.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm x Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
30 cm berisi bahan pengisi L3 dengan ukuran partikel 10 kurang dari 75% (Q) C12H12N2O2S, dari jumlah yang
µm. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku tertera pada etiket.
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif
tidak lebih dari 2%. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Prosedur untuk keseragaman kandungan Masukkan 1
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji tablet ke dalam labu tentukur 100 ml, tambahkan 2,0 ml
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur air dan biarkan selama 30 menit, goyangkan sesekali.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg dapson, Tambahkan lebih kurang 70 ml metanol P dan sonikasi
C12H12N2O2S, dalam zat yang digunakan dengan rumus: hingga terdispersi sempurna, tambahkan metanol P
sampai tanda. Sentrifus sebagian larutan. Pipet sejumlah
r volume beningan, encerkan dengan metanol P hingga
2 C U diperoleh kadar lebih kurang 8 µg dapson per ml.
rS Timbang saksama sejumlah Dapson BPFI, larutkan
dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 8 µg per ml.
C adalah kadar Dapson BPFI dalam µg per ml Larutan
Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku pada
baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 296
Larutan uji dan Larutan baku.
nm terhadap blangko metanol. Hitung jumlah dalam mg,
dapson, C12H12N2O2S, dalam serbuk tablet yang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
digunakan dengan rumus:
tidak tembus cahaya.
TC AU
TABLET DAPSON D AS
Dapson Tablet
T adalah jumlah dapson dalam tablet yang tertera pada
Tablet Dapson mengandung dapson, C12H12N2O2S tidak etiket, dalam mg; C adalah kadar Dapson BPFI, dalam
kurang dari 92,5% dan tidak lebih dari 107,5% dari µg per ml Larutan baku; D adalah kadar dapson dalam
jumlah yang tertera pada etiket. µg per ml Larutan uji, dihitung berdasarkan jumlah
dapson per tablet yang tertera pada etiket dan besarnya
Baku pembanding Dapson BPFI; lakukan pengeringan pengenceran; AU dan AS berturut-turut adalah serapan
pada suhu 105 selama 3 jam sebelum digunakan. Larutan uji dan Larutan baku.
antikoagulan yang digunakan, (5) kondisi penyimpanan, Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%.
(6) jika terlihat tanda-tanda kerusakan sediaan tidak
dapat digunakan. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
DAUNORUBISIN HIDROKLORIDA Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P (62:38), atur
Daunorubicin Hydrochloride pH hingga 2,2 ± 0,2 dengan penambahan asam fosfat P.
Jumlah asetonitril dapat bervariasi untuk memenuhi
O OH
persyaratan kesesuaian sistem dan untuk mendapatkan
O
waktu eluasi daunorubisin yang sesuai. Saring melalui
CCH3
penyaring membran dengan porositas 1 µm atau lebih
OH
. HCl
kecil dan awaudarakan.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
OCH3 O OH
H Daunourubisin Hidroklorida BPFI, larutkan dengan
O O Fase gerak hingga kadar lebih kurang 250 µg per ml.
CH3 Larutan resolusi Timbang sejumlah doksorubisin
HO
hidroklorida larutkan dalam Larutan baku hingga kadar
lebih kurang 250 µg per ml.
NH2
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg zat
(1S,3S)-3-Asetil-1,2,3,4,6,11-heksahidro-3,5,12- masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan
trihidroksi-10-metoksi-6,11-diokso -1-naftasenil encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
3-amino-2,3,6-trideoksi--L-likso-heksopiranosida
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
hidroklorida [23541-50-6]
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
C27H29NO10.HCl BM 563,98
30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,5
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Daunoburisin Hidroklorida mempunyai potensi setara
resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
dengan tidak kurang dari 842 µg dan tidak lebih dari
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
1030 µg, C27H29NO10.HCl per mg. [Perhatian Hati-hati
doksorubisin dan daunorubisin berturut-turut lebih
jangan hirup partikel daunorubisin hidroklorida dan
kurang 0,7 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak
hindari kontak dengan kulit].
doksorubisin dan puncak daunorubisin tidak kurang dari
3,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Pemerian Serbuk hablur; merah jingga; higroskopis.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam metanol;
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
sukar larut dalam etanol; sangat sukar larut dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
kloroform; praktis tidak larut dalam aseton.
sama (lebih kurang 5 µl) Larutan uji dan Larutan baku
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Baku pembanding Daunorubisin Hidroklorida BPFI;
respons puncak utama. Hitung kadar dalam µg
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Untuk
daunorubisin, C27H29NO10, tiap mg zat dengan rumus:
penggunaan kuantitatif, lakukan penetapan kadar air
rU
secara titrimetri pada waktu akan digunakan. Simpan
C
dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, 100
dalam lemari pembeku. Diamkan hingga suhu ruang W rS
sebelum dibuka.
C adalah kadar daunorubisin dalam µg per ml Larutan
Identifikasi baku; W adalah bobot zat dalam mg yang digunakan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang dalam Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Daunorubisin Hidroklorida BPFI. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai terlindung cahaya dan panas berlebih.
dengan Larutan baku seperti yang diperoleh pada
Penetapan kadar.
DAUNORUBISIN HIDROKLORIDA UNTUK
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
INJEKSI
pH <1071> Antara 4,5 dan 6,5 lakukan penetapan
Daunorubicin Hydrochloride for Injection
menggunakan larutan yang mengandung 5 mg per ml.
Daunorubisin Hidroklorida untuk Injeksi adalah
campuran steril dari daunorubisin hidroklorida dan
- 266 -
manitol. Mengandung daunorubisin, C27H29NO10 tidak C adalah kadar Daunorubisin Hidroklorida BPFI dalam
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari µg per ml Larutan baku; V adalah volume dalam ml
jumlah yang tertera pada etiket. Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons
puncak daunorubisin dalam Larutan uji dan Larutan
Baku pembanding Daunorubisin Hidroklorida BPFI; baku.
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Untuk
penggunaan kuantitatif, lakukan penetapan kadar air Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk
secara titrimetri pada waktu akan digunakan. Simpan padatan steril seperti tertera pada Injeksi dan tidak
dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, tembus cahaya.
dalam lemari pembeku. Diamkan hingga suhu ruang
sebelum dibuka. Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
DEFEROKSAMIN MESILAT
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi,
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang Deferoxamine Mesylate
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
O O O O O
Larutan terkonstitusi Pada saat digunakan, larutan
terkonstitusi yang dibuat dari Daunorubisin Hidroklorida H2N(CH2)5NC(CH2)2CNH(CH2)5NC(CH2)2CNH(CH2)5NCCH3 . CH3SO3H
untuk Injeksi memenuhi syarat Larutan terkonstutusi
seperti tertera pada Injeksi. OH OH OH
Garam monometanasulfonat dari Asam N-[15-[3-[(5-
Identifikasi Waktu retensi puncak utama Larutan uji
Aminopentil)hidroksikarbamoil]propionamido]-pentil]-
sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh pada
3-[[5-(N-hidroksiasetamido)pentil]karbamoil]
Penetapan kadar.
propionohidroksamat [138-14-7]
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 4,3 unit
Endotoksin FI per mg daunorubisin.
C25H48N6O8.CH4O3S BM 656,79
pH <1071> Antara 4,5 dan 6,5; lakukan penetapan
Deferoksamin Mesilat mengandung tidak kurang dari
menggunakan larutan yang dikonstitusikan seperti
98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C25H48N6O8.CH4O3S,
tertera pada etiket.
dihitung terhadap zat anhidrat.
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%. Larutan uji
Pemerian Serbuk; putih atau hampir putih.
dibuat seperti untuk bahan higroskopis.
Kelarutan Mudah larut dalam air; sukar larut dalam
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi
metanol.
dan Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah <1131>.
Baku pembanding Deferoksamin Mesilat BPFI; tidak
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
boleh dikeringkan, lakukan penetapan kadar air secara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
titrimetri pada waktu akan digunakan. Simpan dalam
Kromatografi <931>.
wadah tertutup rapat. Endotoksin BPFI [Catatan
Fase gerak, Larutan baku, Larutan resolusi, dan
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
hati untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi
Penetapan kadar dalam Daunorubisin Hidroklorida.
semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan
Larutan uji Pindahkan isi dari 1 vial injeksi
vial yang belum dibuka dan larutan, dalam lemari
daunorubisin dengan bantuan Fase gerak ke dalam labu
pendingin.
tentukur yang sesuai dan encerkan dengan Fase gerak
hingga kadar daunorubisin hidroklorida lebih kurang
Identifikasi Larutkan 5 mg zat dalam 5 ml air,
0,25 mg per ml.
tambahkan 2 ml larutan natrium fosfat tribasa P (1
Prosedur Lakukan seperti Prosedur yang tertera pada
dalam 200) campur, tambahkan 10 tetes larutan β-
Penetapan kadar dalam Daunorubisin Hidroklorida.
naftokuinon-4-natrium sulfonat P (1 dalam 40): terjadi
Hitung jumlah dalam mg daunorubisin, C27H29NO10,
warna coklat kehitaman.
dalam vial yang digunakan dengan rumus:
pH<1071> Antara 4,0 dan 6,0; lakukan penetapan
CV rU
menggunakan larutan (1 dalam 100).
1000 rS Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0%.
- 267 -
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%, lakukan DEFEROKSAMIN MESILAT UNTUK INJEKSI
pemijaran menggunakan 2,0 g zat. Deferoxamine Mesylate for Injection
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,012%; lakukan Deferoksamin Mesilat untuk Injeksi mengandung
penetapan menggunakan 1,2 g zat dan bandingkan deferoksamin mesilat, C25H48N6O8.CH4O3S, tidak
kekeruhan dengan 0,20 ml asam klorida 0,020 N. kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket.
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,04%; lakukan
penetapan menggunakan 500 mg zat, bandingkan Baku pembanding Deferoksamin Mesilat BPFI; tidak
kekeruhan dengan 0,20 ml asam sulfat 0,020 N. boleh dikeringkan, lakukan penetapan kadar air secara
titrimetri pada waktu akan digunakan. Simpan dalam
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj. wadah tertutup rapat. Endotoksin BPFI [Catatan
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-
Syarat lain Jika pada etiket tertera deferoksamin mesilat hati untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi
steril, memenuhi syarat Uji sterilitas <71>, Penandaan semua isi. Gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan
dalam Injeksi dan Endotoksin bakteri <201> seperti vial yang belum dibuka dan larutan, dalam lemari
tertera pada Deferoksamin Mesilat untuk Injeksi. Jika pendingin.
pada etiket tertera deferoksamin mesilat harus diproses
lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi, memenuhi Larutan terkonstitusi Pada saat digunakan larutan
syarat Uji Endotoksin Bakteri <201> seperti tertera pada terkonstitusi yang disiapkan dari deferoksamin mesilat
Deferoksamin Mesilat untuk Injeksi. untuk injeksi memenuhi syarat Larutan terkonstitusi
seperti tertera pada Injeksi.
Penetapan kadar
Larutan besi(III) klorida Larutkan 6,7 g besi(III) Identifikasi Memenuhi uji Identifikasi seperti tertera
klorida P dengan larutan asam klorida P (1 dalam 100) pada Deferoksamin Mesilat.
dalam labu tentukur 100-ml. Tambahkan larutan asam
klorida P (1 dalam 100) sampai tanda, saring. pH <1071> Antara 4,0 sampai 6,0 lakukan penetapan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah menggunakan larutan (1 dalam 100).
Deferoksamin Mesilat BPFI, larutkan dalam air hingga
kadar lebih kurang 1000 µg per ml. Endotoksin bakteri <201> Tidak boleh lebih dari 0,33
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, unit Endotoksin FI per mg deferoksamin mesilat.
larutkan dalam air hingga 50,0 ml.
Prosedur Pipet 2 ml masing-masing Larutan baku, Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,5%.
Larutan uji dan air sebagai blangko ke dalam labu
tentukur 25-ml, tambahkan masing-masing 3 ml Larutan Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi
besi(III) klorida, encerkan dengan air sampai tanda. dan Keseragaman sediaan <911>.
Secara bersamaan ukur serapan Larutan baku dan
Larutan uji pada panjang gelombang serapan maksimum Penetapan kadar
lebih kurang 485 nm terhadap blangko. Hitung jumlah Larutan besi(III) klorida dan Larutan baku Lakukan
dalam mg deferoksamin mesilat, C25H48N6O8.CH4O3S, seperti yang tertera pada Penetapan kadar dalam
dengan rumus: Deferoksamin Mesilat.
Larutan uji Konstitusikan isi 1 vial dengan air, dan
encerkan dengan air secara kuantitatif dan bertahap,
A
0,05 C U hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
AS Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar dalam Deferoksamin Mesilat. Hitung jumlah
dalam mg deferoksamin mesilat, C25H48N6O8.CH4O3S, dalam
C adalah kadar Deferoksamin Mesilat BPFI dalam µg
vial dengan rumus:
per ml Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah
serapan Larutan uji dan Larutan baku.
A
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
CV U
AS
Penandaan Jika deferoksamin mesilat digunakan untuk
pembuatan sediaan injeksi, pada etiket harus dinyatakan C adalah kadar Deferoksamin Mesilat BPFI, dalam mg
steril atau harus melalui proses pembuatan sediaan per ml Larutan baku; V adalah volume air dalam ml
injeksi. yang digunakan dalam pembuatan Larutan uji; AU dan AS
berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Larutan
baku.
- 268 -
dilengkapi detektor ultraviolet 254 nm dan kolom 4 mm Etanol Antara 3,8% dan 5,7%, lakukan penetapan
x 25 cm yang berisi bahan pengisi L7, dengan tekanan seperti tertera pada Penetapan Kadar Etanol <1041>
lebih kurang 1000 Psi. Atur parameter hingga respon Metode II, menggunakan n-propanol P sebagai larutan
puncak Larutan baku 60% skala penuh, simpangan baku baku internal.
relatif pada lima kali penyuntikan ulang tidak lebih dari
3,0%. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
sejumlah volume sama (antara 15 µl dan 30 µl) Larutan Kromatografi <931>.
baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (1:2)
kromatogram dan ukur respons puncak Larutan baku sering dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
dan Larutan uji. Hitung jumlah dalam mg deksametason, menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
C22H29FO5, dalam zat yang digunakan dengan rumus: Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
r Deksametason BPFI, larutkan dalam campuran metanol
100 C U P-air (1:2), jika perlu encerkan secara kuantitatif dan
rS bertahap, hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per ml.
C adalah kadar Deksametason BPFI dalam mg per ml Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume eliksir,
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons campuran segar dan bebas dari gelembung udara setara
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. dengan lebih kurang 1 mg deksametason, masukkan ke
dalam labu tentukur 10-ml. Encerkan dengan air sampai
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. tanda, dan saring menggunakan penyaring membran
yang sesuai.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
ELIKSIR DEKSAMETASON
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
Dexamethasone Elixir 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,5
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Eliksir Deksametason mengandung C22H29FO5 tidak baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif
jumlah yang tertera pada etiket. pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah volume sama
Baku Pembanding Deksametason BPFI; lakukan
(antara 5 l dan 25 l) Larutan baku dan Larutan uji ke
pengeringan pada suhu 105˚ selama 3 jam, sebelum
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg,
deksametason, C22H29FO5, per ml eliksir yang digunakan
Identifikasi
dengan rumus:
Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Larutan uji, diperoleh dari Penetapan kadar. C rU
Larutan baku Buat campuran Deksametason BPFI 10
dalam metilen klorida P-metanol P (1:1) yang V rS
mengandung 0,5 mg per ml.
Fase gerak Buat campuran kloroform P-aseton P- C adalah kadar Deksametason BPFI dalam mg per ml
asam asetat glasial P (80:40:1). Larutan baku; V adalah volume eliksir yang digunakan
Prosedur Uapkan 9 ml Larutan uji di atas tangas uap dalam ml; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
hingga kering, dan larutkan residu dalam 2 ml campuran Larutan uji dan Larutan baku.
metilen klorida P-metanol P (1:1). Totolkan secara
terpisah 5 l larutan ini dan 5 l Larutan baku pada Wadah dan penyimpan Dalam wadah tertutup rapat.
lempeng kromatografi silika gel setebal 0,25 mm.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
telah dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan INJEKSI DEKSAMETASON
merambat lebih kurang tiga per empat panjang lempeng. Dexamethasone Injection
Angkat lempeng, tandai batas pelarut, dan biarkan Fase
gerak menguap. Amati bercak di bawah cahaya Injeksi Deksametason adalah larutan steril deksametason
ultraviolet: harga Rf bercak utama yang diperoleh dari dalam Air untuk Injeksi. Mengandung deksametason,
Larutan uji sesuai dengan yang diperoleh dari Larutan C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
baku. 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
- 270 -
Baku pembanding Deksametason BPFI; lakukan dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan Fase
pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam, sebelum gerak sampai tanda hingga kadar 0,3 mg per ml.
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume larutan
Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat pirogenik, injeksi setara dengan lebih kurang 30 mg deksametason.
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk Masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, dengan Fase gerak sampai tanda.
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
Identifikasi 25 cm, berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 5
A. Lakukan penetapan seperti Uji Identifikasi secara m, laju alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan
Kromatografi Lapis Tipis <281>. kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dengan lebih kurang 5 mg deksametason ke dalam pada Prosedur: waktu retensi relatif benzil alkohol,
corong pisah 50 ml, tambahkan 10 ml air, dan ekstraksi metilparaben, deksametason dan propilparaben berturut-
dua kali, tiap kali dengan 20 ml kloroform P. Saring turut adalah lebih kurang 0,4; 0,5; 1,0; dan 1,4. Resolusi,
lapisan bawah melalui kapas yang telah dijenuhkan R, antara puncak benzil alkohol dan metilparaben;
dengan kloroform P, ke dalam labu alas bulat 50 ml dan metilparaben dan deksametason; deksametason dan
uapkan hingga kering. Larutkan sisa dalam 10 ml propilparaben tidak kurang dari 3. Lakukan kromatografi
kloroform P. terhadap Larutan baku dan ukur respons puncak seperti
Larutan pengembang Campuran metilen klorida P- tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
metanol P (180 : 16). penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Amati bercak menggunakan larutan 1 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
bagian asam p-toluensulfonat P dalam 5 bagian sama (lebih kurang 20 l). Larutan baku dan Larutan uji
campuran etanol P-propilenglikol P (9:1) setelah ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
pemanasan. respons puncak deksametason. Hitung jumlah dalam mg,
B. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram deksametason, C22H29FO5, dalam tiap ml injeksi yang
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh digunakan dengan rumus :
pada Penetapan kadar.
C r
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 21,0 unit 100 U
Endotoksin FI per mg. V rS
Sterilitas <71> Memenuhi syarat, lakukan penetapan C adalah kadar Deksametason BPFI dalam mg per ml
dengan Penyaringan membran seperti tertera pada Uji Larutan baku; V adalah volume injeksi yang digunakan
Sterilitas dari produk yang diuji. dalam ml; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan uji dan Larutan baku.
pH <1071> Antara 4,0 dan 5,5.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat untuk atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I dan tidak
Injeksi volume kecil. tembus cahaya.
mengandung 500 µg per ml, pada lempeng kromatografi dalam mg steroid sebagai Deksametason, C22H29FO5,
lapis tipis yang dilapisi dengan 0,25 mm campuran silika dalam tablet yang digunakan dengan rumus:
gel P. Lakukan kromatografi dalam Fase gerak A seperti
tertera pada Penetapan Kadar Steroid Tunggal <641>. C AU
A S
Beri tanda pada permukaan fase gerak, amati bercak
dengan cahaya ultraviolet 254 nm harga Rf bercak utama V
yang diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku. V adalah volume dalam ml alikuot yang digunakan untuk
penyiapan Larutan uji; AU dan AS berturut-turut adalah
Disolusi <1231> serapan Larutan uji dan Larutan baku.
Media disolusi: 500 ml larutan asam klorida P (1
dalam 100) Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Alat tipe 1: 100 rpm Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Waktu : 45 menit Kromatografi <931>.
Larutan baku Siapkan seperti Larutan baku tertera Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (kira-kira
pada Penetapan Kadar Steroid <631> menggunakan 1:3), hingga waktu retensi deksametason antara 3 menit
Deksametason BPFI. Ekstraksi sejumlah alikuot setara dan 6 menit.
dengan 200 µg deksametason, tiga kali, tiap kali Larutan baku Timbang saksama sejumlah
menggunakan 15 ml kloroform P kumpulan ekstrak Deksametason BPFI, larutkan dalam larutan metanol P
kloroform di atas tangas hingga kering, dinginkan, (1 dalam 2) hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per ml.
larutkan sisa dalam 20 ml etanol P. Lakukan Prosedur Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
seperti tertera pada Penetapan kadar steroid <631>, 10 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk setara
kecuali diamkan dalam gelap selama 45 menit. Hitung dengan lebih kurang 5 mg deksametason, pindahkan ke
bagian terlarut dalam mg, deksametason, C22H29FO5 dalam labu tentukur 50-ml dan tambahkan 30 ml larutan
dengan rumus: metanol P (1 dalam 2). Sonikasi labu selama 2 menit.
Kocok secara mekanik selama 30 menit, dan encerkan
C A dengan pelarut yang sama sampai tanda. Saring sebagian
10 U campuran melalui penyaring yang sesuai hingga
V AS diperoleh filtrat jernih.
Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing
C adalah kadar Deksametason Fosfat BPFI dalam µg per sejumlah volume sama (5 - 25 µl) Larutan uji dan
ml Larutan baku; V adalah volume alikot yang Larutan baku ke dalam kromatograf cair kinerja tinggi
diektraksi dengan kloroform dalam ml; AU dan AS yang dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6
berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Larutan mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Atur parameter
baku. sehingga respons puncak Larutan baku lebih kurang 0,6
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak kali skala penuh, koefisien variasi tidak lebih dari 3,0%
kurang dari 70% (Q) C22H29FO5, dari jumlah yang pada lima kali penyuntikan. Rekam kromatogram dan
tertera pada etiket. ukur respons puncak utama Larutan uji dan Larutan
baku. Hitung jumlah dalam mg deksametason,
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. C22H29FO5, dalam tablet yang digunakan rumus:
Prosedur untuk keseragaman kandungan .
Larutan baku Buat Larutan baku seperti tertera pada r
Penetapan kadar steroid <631>, gunakan Deksametason 50 C U
BPFI. rS
Larutan uji Masukkan 1 tablet dalam corong pisah
dengan 15 ml air, goyangkan hingga tablet hancur C adalah kadar Deksametason BPFI dalam mg per ml
sempurna, ekstraksi empat kali, tiap kali menggunakan Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
10 ml kloroform P. Saring masing-masing melalui kapas puncak Larutan uji dan Larutan baku.
yang telah dicuci dengan kloroform P ke dalam labu
tentukur 50-ml, tambahkan kloroform P sampai tanda. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Pipet sejumlah volume larutan, setara dengan lebih
kurang 200 µg deksametason, ke dalam labu Erlemeyer 50
ml bertutup kaca, uapkan kloroform di atas tangas uap
DEKSAMETASON ASETAT
hingga kering, dinginkan, larutkan sisa dalam 20,0 ml
etanol P. Gunakan larutan ini sebagai Larutan uji.
Dexamethasone Acetate
Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada
Prosedur dalam Penetapan kadar steroid <631>, kecuali 9-Fluoro-11,17,21-trihidroksi-16-metilpregna-1,4-
biarkan dalam gelap selama 45 menit. Hitung jumlah diena-3,20-dion 21-asetat monohidrat [55812-90-3]
C24H31FO6.H2O BM 452,51
Anhidrat [1177-87-3] BM 434,51
- 272 -
Deksametason Asetat mengandung satu molekul air 40 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
dalam bentuk hidrat atau anhidrat. Mengandung tidak dengan Dapar format sampai tanda.
kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0%, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
C24H31FO6.H2O dihitung terhadap zat yang telah Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dikeringkan. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
25 cm berisi bahan pengisi L11. Laju alir lebih kurang 1
Pemerian Serbuk; bening, putih sampai hampir putih; ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
tidak berbau. uji, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari
Kelarutan Mudah larut dalam metanol, dalam aseton 5400 lempeng teoritis.
dan dalam dioksan; praktis tidak larut dalam air. Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 l Larutan uji ke
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur semua
Baku pembanding Deksametason Asetat BPFI; lakukan respons puncak. Hitung persentase masing-masing
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º selama cemaran dalam zat dengan rumus:
3 jam. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
r
Identifikasi 100 i
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah rS
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rS
seperti pada Deksametason Asetat BPFI yang tidak
adalah jumlah semua respons puncak.
dikeringkan.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
70.000) dalam metanol P menunjukkan maksimum dan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
Kromatografi <931>.
pada Deksametason Asetat BPFI, daya serap masing-
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P (550:450),
masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
kurang 239 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%.
Kromatografi <931>.
Dapar pH 6,0 Buat campuran 3 ml natrium
Rotasi jenis <1081> Antara +82º dan +88º, dihitung
hidroksida 1 N, 138 ml kalium klorida 0,5 N dan 50 ml
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
kalium fosfat monobasa P 0,5 M, dalam labu tentukur
menggunakan larutan yang mengandung 100 mg zat
dalam 10 ml dioksan P. 1000-ml encerkan dengan air sampai tanda.
Pengencer Campuran asetonitril P-Dapar pH 6,0
Susut pengeringan <1121> Bentuk hidrat antara 3,5% (1:1).
dan 4,5%, dan bentuk anhidrat tidak lebih dari 0,4%; Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º Deksametason Asetat BPFI, masukkan ke dalam labu
selama 3 jam. tentukur 250-ml, tambahkan 100 ml Pengencer dan
sonikasi hingga larutan jernih. Encerkan dengan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Pengencer sampai tanda.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg zat,
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, tambahkan
100 ml Pengencer dan sonikasi hingga larutan jernih.
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran Encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
tidak lebih dari 1,0% dan jumlah cemaran tidak lebih Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dari 2,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dilengkapi detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x 30 cm
Kromatografi <931>. berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 10 µm.
Dapar format Larutkan 1,32 g amonium format P Laju alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan
dalam 1000 ml air, atur pH hingga 3,6 dengan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
penambahan asam format P. kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Fase gerak Buat campuran Dapar format-asetonitril P pada Prosedur: faktor kapasitas, k’, tidak kurang dari
(3:2), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan 2,0; efisiensi kolom tidak kurang dari 1500 lempeng
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan
pada Kromatografi <931>. baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg 2,0%.
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. Larutkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dan encerkan dengan asetonitril P sampai tanda. Pipet sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
- 273 -
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P-air
deksametason asetat, C24H31FO6, dalam zat yang (180:15:1).
digunakan dengan rumus: Dapar magnesium pH 9 Timbang sejumlah 3,1 g
asam borat P masukkan ke dalam labu tentukur 1000-
r ml, larutkan dalam 500 ml air, tambahkan 21 ml natrium
250 C U hidroksida 1 N dan 10 ml magnesium klorida 0,1 M;
rS encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan fosfatase basa Pindahkan 95 ± 5 mg enzim
basa fosfatase P ke dalam labu tentukur 50-ml larutkan
C adalah kadar Deksametason Asetat BPFI dalam mg
dan encerkan dengan Dapar magnesium pH 9 sampai
per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
tanda. Larutan harus dibuat segar.
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 15 mg
Deksametason BPFI masukkan ke dalam labu tentukur
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
5-ml, tambahkan etil asetat P sampai tanda.
dan pada suhu 25°, masih diperbolehkan pada suhu
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg zat
antara 15° dan 30°.
masukkan ke dalam tabung sentrifuga 15 ml.
Tambahkan 5,0 ml Larutan fosfatase basa, kocok kuat
Penandaan Pada etiket dicantumkan hidrat atau
dan diamkan selama 30 menit. Tambahkan 5,0 ml etil
anhidrat.
asetat P, kocok kuat, sentrifus, gunakan bagian atas
lapisan etil asetat.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
DEKSAMETASON NATRIUM FOSFAT µl Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
Dexamethasone Sodium Phosphate kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan
lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi Fase
CH2OPO(ONa)2
gerak, biarkan merambat 15 cm diatas garis penotolan.
CO
CH3
Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan di
OH
HO udara dan amati di bawah cahaya ultraviolet 254 nm:
CH3
H H harga Rf dari Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
CH3 H B. Sisa pemijaran menunjukkan reaksi Fosfat dan
F H
Natrium seperti tertera pada Uji identifikasi umum
<291>.
O
Rotasi jenis <1081> Antara +74º sampai +82°, dihitung
terhadap zat bebas air dan bebas etanol; lakukan
Garam dinatrium 9-Fluoro-11β,17,21-trihidroksi-16- penetapan menggunakan larutan 10 mg zat per ml.
metilpregna-1,4-diena-3,20-dion 21-(dihidrogen fosfat)
[2392-39-4] pH <1071> Antara 7,5 dan 10,5 dalam larutan (1 dalam
C22H28FNa2O8P BM 516,41 100).
Deksametason Natrium Fosfat mengandung tidak kurang Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 16,0%. Jumlah
dari 97,0% dan tidak lebih dari 102,0% C22H28FNa2O8P, kandungan air dan kandungan etanol ditetapkan seperti
dihitung terhadap zat bebas air dan bebas etanol. tertera pada penetapan Etanol.
Pemerian Serbuk hablur; putih agak kuning; tidak Etanol Kandungan C2H5OH tidak lebih dari 8%;
berbau etanol; sangat higroskopis. lakukan penetapan seperti tertera pada Penetapan Kadar
Etanol <1041> Metode II, kecuali menggunakan kolom S8
Kelarutan Mudah larut dalam air; sukar larut dalam dengan modifikasi sebagai berikut:
etanol; sangat sukar larut dalam dioksan; tidak larut Larutan baku internal Pipet 1 ml isopropropanol P
dalam kloroform dan dalam eter. masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml tambahkan air
sampai tanda.
Baku pembanding Deksametason BPFI; lakukan Larutan baku 1 Buat larutan etanol dalam air (1:50).
pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam sebelum Tetapkan bobot jenis pada suhu 25º seperti tertera pada
digunakan. Deksametason Fosfat BPFI; bahan ini adalah Penetapan bobot jenis <981> dan persentase C2H5OH
asam deksametason fosfat; lakukan pengeringan pada diperoleh dengan membaca pada Tabel Penetapan
tekanan 5 mmHg dan suhu 40º hingga bobot tetap Etanol.
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Larutan baku 2 Pipet 4 ml Larutan baku 1 dan 5 ml
Larutan baku internal ke dalam labu tentukur 10-ml,
Identifikasi tambahkan air sampai tanda.
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. zat masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml. Tambahkan
- 274 -
5,0 ml Larutan baku internal, campur hingga larut. larutan ini masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml,
Tambahkan air sampai tanda. tambahkan Fase gerak sampai tanda.
Prosedur Suntikkan sejumlah volume sama (lebih Larutan kesesuaian sistem Buat larutan Deksametason
kurang 2 µl) Larutan baku 2 dan Larutan uji ke dalam fosfat BPFI dan Deksametason BPFI dalam Fase gerak
kromatografi gas. Hitung persentase etanol dengan berturut-turut mengandung 0,05 mg per ml dan 0,02 mg
rumus: per ml.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
S Z Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
4 dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,5 mm x
W Y 25 cm berisi bahan pengisi L11 dengan ukuran partikel 5
µm, laju alir lebih kurang 1,2 ml per menit. Lakukan
S adalah persentase etanol dalam Larutan baku I;W adalah kromatografi terhadap Larutan baku dan Larutan
zat dalam g Larutan uji; Y dan Z berturut-turut adalah kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
perbandingan tinggi puncak etanol dengan tinggi puncak puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom
baku internal untuk Larutan baku 2 dan Larutan uji . puncak analit tidak kurang dari 900 lempeng teoritis,
faktor ikutan tidak lebih dari 1,6 dan resolusi, R, antara
Batas ion fosfat Tidak lebih dari 1,0% fosfat (PO4). puncak deksametason fosfat dan deksametason tidak
Larutan fosfat baku Timbang sejumlah 143,3 mg kurang dari 1,8 dan simpangan baku relatif pada
kalium fosfat monobasa P kering, larutkan dalam air penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
hingga 1000,0 ml. Larutan ini mengandung setara Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dengan 0,1 mg fosfat (PO4) per ml. sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Pereaksi fosfat A Larutkan 5 g amonium molibdat P ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
dalam 100 ml asam sulfat 1 N. respons puncak deksametason. Hitung jumlah µg
Pereaksi fosfat B Larutkan 350 mg p-metilaminofenol deksametason, C22H29FO5, dalam zat yang digunakan
sulfat P dalam 50 ml air, tambahkan 20 g natrium bisulfit P, dengan rumus:
kocok sampai larut, encerkan dengan air hingga 100 ml.
Prosedur Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat
r
larutkan dalam campuran 10 ml air dan 5 ml asam sulfat 1000C U
2 N dalam labu tentukur 25-ml, jika perlu hangatkan.
Tambahkan masing-masing 1 ml Pereaksi fosfat A dan
rS
Pereaksi fosfat B, encerkan dengan air sampai tanda dan
C adalah kadar Deksametason BPFI dalam µg per ml
diamkan pada suhu ruang selama 30 menit. Larutan
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
baku dibuat dengan cara yang sama, gunakan 5,0 ml
puncak deksametason dari Larutan uji dan Larutan
Larutan fosfat baku sebagai pengganti 50 mg zat. Ukur
baku.
serapan kedua larutan dengan sel 1-cm pada panjang
gelombang 730 nm, menggunakan air sebagai blangko: Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
serapan Larutan uji tidak lebih dari Larutan baku . tidak lebih dari 1,0% dan jumlah semua cemaran tidak
lebih dari 2,0%. Lakukan penetapan dengan cara
Batas Deksametason bebas Tidak lebih dari 1,0%. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair Kromatografi <931>.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Dapar asetat Larutkan 7 g amonium asetat P dalam
Fase gerak Buat larutan 7,5 ml trietilamin P dalam 1000 ml air, atur pH hingga 4,0 dengan penambahan
1000 ml air. Atur pH hingga 5,4 dengan penambahan asam asetat glasial P.
asam fosfat P. Campur larutan ini dengan metanol P Larutan 1 Buat campuran metanol P-air-Dapar asetat
(74:26), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan (7:7:6), saring dan awaudarakan.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera Larutan 2 Buat campuran metanol P-Dapar asetat
pada Kromatografi <931>. (7:3), saring dan awaudarakan.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fase gerak Gunakan campuran Larutan 1 dan Larutan 2
Deksametason Fosfat BPFI, larutkan dalam Fase gerak seperti tertera pada Sistem kromatografi. Jika perlu
hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml. Buat larutan lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
kedua, timbang saksama sejumlah Deksametason BPFI, tertera pada Kromatografi <931>.
larutkan dalam campuran metanol P-air (1:1) hingga Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg zat,
kadar lebih kurang 50 µg per ml. Pipet 10 ml larutan masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, larutkan dan
pertama dan 1 ml larutan kedua ke dalam labu tentukur encerkan dengan Larutan 1 sampai tanda.
100-ml. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
hingga diperoleh kadar Deksametason Fosfat BPFI 50 Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
µg per ml dan kadar Deksametason BPFI 0,5 µg per ml. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, 25 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang 1
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 5 ml
- 275 -
14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
dalam lemari pendingin. setara dengan lebih kurang 8 mg deksametason fosfat,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. Encerkan
Identifikasi dengan Fase gerak sampai tanda.
Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Fase gerak Campuran kloroform P-aseton P-air dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm x
(50:50:1). 30 cm berisi bahan pengisi L1. Suntikkan Larutan baku
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, setara lima kali berturut–turut, rekam kromatograf dan ukur
dengan 10 mg deksametason fosfat ke dalam labu respons puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
tentukur 100-ml, tambahkan air sampai tanda. Pipet 5 baku relatif tidak lebih dari 1,5%.
ml larutan ini ke dalam corong pisah125 ml, dan cuci Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dua kali masing-masing dengan 10 ml metilen klorida P sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
yang telah dicuci dengan air, buang air cucian. ke dalam kromatograf, rekam kromatograf dan ukur
Pindahkan larutan ke dalam tabung reaksi bertutup kaca respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg,
50 ml, dan tambahkan 5 ml larutan alkali fosfatase P, deksametason fosfat, C22H30FO8P, dalam tiap ml injeksi
dalam 50 ml dapar magnesium pH 9 (disiapkan seperti yang digunakan dengan rumus:
tertera pada Identifikasi A pada Deksametason Natrium
Fosfat). Diamkan pada suhu 37º selama 45 menit dan
C r
ekstraksi dengan 25 ml metilen klorida P. Uapkan 15 ml 0,1 U
ekstrak metilen klorida di atas tangas uap hingga kering, V rS
dan larutkan residu dalam 1 ml metilen klorida.P
Larutan baku Timbang saksama sejumlah C adalah kadar Deksametason Fosfat BPFI dalam µg per
Deksametason BPFI, larutkan dalam metilen klorida P ml Larutan baku; V adalah volume injeksi dalam ml; rU
hingga kadar 300µg per ml. dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5 µl dan Larutan baku.
Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
kromatografi silika gel P 20 cm x 20 cm setebal 0,25 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
mm, biarkan kering. Masukkan lempeng ke dalam atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca tipe I, terlindung
bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase cahaya.
gerak, biarkan merambat hingga tiga per empat tinggi
lempeng. Angkat lempeng, biarkan kering di udara.
Semprot lempeng dengan larutan asam sulfat P (1 dalam DEKSBROMFENIRAMIN MALEAT
2), panaskan pada suhu 105º hingga bercak berwarna
cokelat atau hitam. Harga Rf bercak utama dari Larutan
Dexbrompheniramine Maleate
uji sesuai dengan harga Rf dari Larutan baku . H
N
C CH2CH2N(CH3)2
pH <1071> Antara 7,0 dan 8,5. HC COOH
HC COOH
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi.
Br
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 31,3 unit
Endotoksin FI per mg deksametason fosfat. (+)-2-[p-Bromo--[2-(dimetilamino)etil]benzil] piridin
maleat (1:1) [2391-03-9]
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara C16H19BrN2.C4H4O4 BM 435,32
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Deksbromfeniramin Maleat mengandung tidak kurang
Fase gerak Buat larutan kalium fosfat monobasa 0,01 dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5%
M dalam campuran metanol P-air (1:1) yang C16H19BrN2.C4H4O4 dihitung terhadap zat telah
diawaudarakan, yang dengan kromatografi pada suhu dikeringkan.
kamar dengan laju alir lebih kurang 1,6 ml per menit
memberikan waktu retensi lebih kurang 5 menit untuk Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau.
deksametason fosfat. Mempunyai dua bentuk polimorf yang pertama melebur
Larutan baku [Catatan Buat larutan pada saat akan antara 106º serta yang lain melebur antara 112º dan 113º.
digunakan.] Timbang saksama sejumlah Deksametason Campuran kedua bentuk tersebut dapat melebur antara
fosfat BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar 105º dan 113º.
lebih kurang 80 µg per ml.
- 277 -
Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam etanol menggunakan Larutan uji dengan kadar 20 mg per ml
dan dalam kloroform. dan Larutan baku dengan kadar dua kali yang
dinyatakan.
Baku pembanding Deksbromfeniramin Maleat BPFI; Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400
lakukan pengeringan pada suhu 65º selama 4 jam mg zat, larutkan dalam 50 ml asam asetat glasial P,
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, tambahkan 1 tetes kristal violet LP dan titrasi dengan
terlindung cahaya. asam perklorat 0,1 N LV hingga warna hijau. Lakukan
Identifikasi penetapan blangko.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan Tiap ml asam perklorat 0,1 N
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama setara dengan 21,77 mg C16H19BrN2.C4H4O4
seperti pada Deksbromfeniramin Maleat BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
30.000) dalam metanol P menunjukkan maksimum dan tidak tembus cahaya.
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
pada Deksbromfeniramin Maleat BPFI, daya serap
masing-masing dihitung terhadap zat yang telah DEKSKLORFENIRAMIN MALEAT
dikeringkan pada panjang gelombang serapan Dexchlorpheniramine Maleate
maksimum lebih kurang 261 nm, berbeda tidak lebih
dari 3,0%.
N H
C CH2CH2N(CH3)2
pH <1071> Lebih kurang 5,0; lakukan penetapan HC COOH
menggunakan larutan (1 dalam 100). .
HC COOH
Rotasi jenis <1081> Antara +35,0º dan +38,5º; dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
menggunakan larutan yang mengandung 500 mg per 10
ml dimetilformamida P. Cl
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> Jarak lebur <1021> Metode I Antara 110º dan 115º.
Metode I Memenuhi syarat; lakukan penetapan
- 278 -
Rotasi jenis <1081> Antara +39,5º dan 43,0º; dihitung kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan jumlah yang tertera pada etiket.
menggunakan larutan yang mengandung 500 mg per 10
ml dimetilformamida P. Baku pembanding Deksklorfeniramin Maleat BPFI,
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; rapat, terlindung cahaya dalam lemari pendingin.
lakukan pengeringan pada suhu 65º selama 4 jam.
Identifikasi
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. A. Uapkan sejumlah ekstrak heksan yang diperoleh
dari Larutan uji pada Penetapan kadar di atas tangas
uap hingga volumenya sedikit, pindahkan ke dalam
Senyawa sejenis Tidak lebih dari 2,0%. Lakukan wadah yang sesuai, dan uapkan hingga uap heksan tidak
dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada dapat diuapkan lagi. Pindahkan residu ke dalam labu
Kromatografi <931>. bersumbat dengan empat kali penambahan 3 ml
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg dimetilformamida P, encerkan dengan dimetilformamida
zat larutkan dalam 5 ml metilen klorida P. P hingga 15 ml. Rotasi jenis <1081> Antara +0,06º dan
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera +0,11º (berbeda dengan klorfeniramin maleat). Lakukan
pada Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi penetapan menggunakan tabung 100-mm, setelah
dengan detektor ionisasi nyala dengan kolom kaca 4 mm dikoreksi terhadap blangko.
x 1,2 m berisi bahan pengisi 3% fase diam G3 pada B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji
partikel penyangga S1AB. Pertahankan suhu injektor, menunjukkan maksimum dan minimum panjang
detektor dan kolom masing-masing pada 250º, 250º dan gelombang yang sesuai dengan Larutan baku seperti
190º. Gunakan helium P sebagai gas pembawa dengan yang diperoleh pada Penetapan kadar.
laju alir yang diatur hingga waktu retensi puncak utama
4 - 5 menit. Rekam kromatogram Larutan uji dan Etanol <1041> Antara 5,0% dan 7,0%.
tetapkan luas puncak seperti tertera pada Prosedur:
faktor ikutan tidak lebih dari 1,8. Penetapan kadar
Prosedur Suntikkan sejumlah volume sama lebih Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 40 mg
kurang 1 µl Larutan uji ke dalam kromatograf. Buat Deksklorfeniramin Maleat BPFI, masukkan ke dalam
kromatogram selama tidak kurang dari dua kali waktu labu tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan dengan air
retensi puncak deksklorfeniramin maleat dan hitung luas sampai tanda. Pipet 10 ml larutan dan masukkan ke
puncak. Jumlah relatif luas dari seluruh puncak asing dalam corong pisah, atur pH hingga 11 dengan
(kecuali puncak pelarut dan asam maleat jika teramati). penambahan larutan natrium hidroksida 1 N, dinginkan.
Ekstraksi dua kali masing-masing dengan 50 ml heksan
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> P, tiap kali selama 2 menit, campurkan ekstrak dalam
Metode I Memenuhi syarat. Lakukan penetapan corong pisah lainnya. Ekstraksi larutan heksan dua kali
menggunakan Larutan uji dengan kadar 20 mg per ml masing-masing dengan 40 ml larutan asam klorida P
dan Larutan baku dengan kadar dua kali yang encer (1 dalam 20), campurkan ekstrak asam ke dalam
dinyatakan. labu tentukur 100-ml dan encerkan dengan larutan asam
klorida P encer (1 dalam 20) sampai tanda. Saring,
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400 buang beberapa ml filtrat pertama, selanjutnya
mg zat yang telah dikeringkan, larutkan dalam 50 ml masukkan filtrat ke dalam Erlenmeyer bertutup. Kadar
asam asetat glasial P, tambahkan 1 tetes kristal violet deksklorfeniramin maleat dalam Larutan baku lebih
LP dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV hingga kurang 40 µg per ml.
warna hijau. Lakukan penetapan blangko. Larutan uji Masukkan sejumlah volume larutan oral,
setara dengan lebih kurang 40 mg deksklorfeniramin
Tiap ml asam perklorat 0,1 N maleat, masukkan ke dalam corong pisah 250-ml,
setara dengan 19,54 mg C16H19ClN2.C4H4O4 menggunakan pipet yang sudah dikalibrasi. Bilas pipet
menggunakan sedikit air, masukkan bilasan ke dalam
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, corong pisah, atur pH hingga pH 11 dengan penambahan
tidak tembus cahaya. larutan natrium hidroksida 1 N, dinginkan. Ekstraksi lima
kali, tiap kali dengan 70 ml heksan P, campur ekstrak
heksan dalam corong pisah 500-ml dan cuci larutan
LARUTAN ORAL heksan dengan dua kali 10-ml larutan natrium
hidroksida (1 dalam 250). Ekstraksi campuran bilasan
DEKSKLORFENIRAMIN MALEAT
basa dengan dua kali 20 ml heksan P, dan tambahkan
Dexchlorpheniramine Maleat Oral Solution ekstrak ini ke dalam larutan basa hasil bilasan heksan.
Saring larutan heksan melalui kapas yang telah
Larutan Oral Deksklorfeniramin Maleat mengandung dijenuhkan dengan heksan P, masukkan ke dalam labu
deksklorfeniramin maleat, C16H19ClN2.C4H4O4, tidak
- 279 -
tentukur 500-ml, bilas corong pisah dengan sejumlah melalui penetapan blangko larutan adalah antara +0,24º
heksan P, lewatkan bilasan melalui saringan untuk dan +0,35º (berbeda dari Klorfeniramin maleat).
mencukupkan volume, kocok. Pipet 50 ml larutan
masukkan ke dalam corong pisah (Simpan sisa ekstraksi Disolusi <1231>
untuk uji Identifikasi A), dan lakukan sesuai yang tertera Media disolusi: 500 ml air
pada Larutan baku mulai dari “Ekstraksi larutan Alat tipe 2: 50 rpm
heksan”. Waktu: 45 menit
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji Lakukan penetapan jumlah C16H19ClN2.C4H4O4 yang
pada panjang gelombang 264 nm, mengunakan larutan terlarut dengan cara Kromatografi gas seperti tertera
asam klorida P encer (1 dalam 20) sebagai blangko. pada Kromatografi <931>.
Hitung jumlah dalam mg, deksklorfeniramin maleat, Larutan baku internal Timbang sejumlah
C16H19ClN2.C4H4O4, dalam tiap ml larutan oral yang deksbromfeniramin maleat, larutkan dan encerkan
digunakan dengan rumus: dengan air hingga kadar lebih kurang 90 µg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
AU
Deksklorfeniramin Maleat BPFI, larutkan dan encerkan
C
secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan air
V AS hingga kadar lebih kurang 12,5 µg per ml. Pipet 5 ml
larutan ini ke dalam tabung sentrifuga 50 ml, tambahkan
C adalah kadar Deksklorfeniramin Maleat BPFI dalam 10,0 ml air dan 1,0 ml Larutan baku internal, campur.
µg per ml Larutan baku; V adalah volume larutan oral Atur pH hingga 11 ± 0,1 dengan penambahan larutan
yang digunakan dalam ml; AU dan AS adalah serapan natrium hidroksida P (1 dalam 2), tambahkan 3,0 ml
Larutan uji dan Larutan baku. heksan P dan kocok menggunakan alat mekanik selama
3 menit, sentrifus dan gunakan beningan lapisan heksan.
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah kedap Larutan uji Pipet 15 ml filtrat uji ke dalam tabung
udara, terlindung cahaya. sentrifuga 50 ml, tambahkan 1,0 ml Larutan baku
internal, campur. Lakukan seperti pada Larutan baku,
dimulai dengan “Atur pH hingga 11 ± 0,1 dengan
TABLET DEKSKLORFENIRAMIN MALEAT penambahan larutan natrium hidroksida P (1 dalam 2)”.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Dexchlorpheniramine Maleate Tablet
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 2 mm x 1,8 m
Tablet Deksklorfeniramin Maleat mengandung
berisi bahan pengisi 1,2% fase G16 dan 0,5 % kalium
deksklorfeniramin maleat, C16H19ClN2.C4H4O4, tidak
hidroksida pada penyangga S1AB. Gas pembawa helium
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
dipertahankan pada laju alir lebih kurang 60 ml per
jumlah yang tertera pada etiket.
menit. Suhu kolom, injektor dan detektor dipertahankan
berturut-turut pada 205º, 250º dan 250º. Lakukan
Baku pembanding Deksklorfeniramin maleat BPFI;
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
tidak boleh dikeringkan, dalam wadah tertutup rapat,
kromatogram dan ukur respons puncak seperti pada
terlindung cahaya. Simpan dalam lemari pendingin.
Prosedur: waktu retensi relatif deksklorfeniramin dan
deksbromfeniramin berturut-turut adalah lebih kurang
Identifikasi
0,7 dan 1,0; resolusi, R, antara deksklorfeniramin dan
A. Memenuhi syarat uji Identifikasi Basa Nitrogen
deksbromfeniramin tidak kurang dari 1,9 dan simpangan
Organik <261>.
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
B. Kocok sejumlah serbuk tablet setara dengan 150
2,0%.
mg deksklorfeniramin maleat dengan 100 ml asam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
asetat 1 N selama 10 menit, saring melalui penyaring
sama (lebih kurang 2 μl) Larutan baku dan Larutan uji ke
kaca masir ke dalam labu yang sesuai. Atur pH filtrat
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
hingga 11 dengan penambahan natrium hidroksida P (1
puncak utama. Hitung jumlah deksklorfeniramin maleat,
dalam 10) dan ekstraksi larutan enam kali, tiap kali
C16H19ClN2.C4H4O4, yang terlarut dengan menggunakan
dengan 100 ml heksan P, saring setiap ekstrak heksan
perbandingan respons puncak.
menggunakan penyaring yang sesuai untuk memberikan
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
hasil pemisahan heksan dari fase air dengan baik.
kurang dari 75% (Q) C16H19ClN2.C4H4O4, dari jumlah
Pekatkan kumpulan ekstrak di atas tangas uap,
yang tertera pada etiket.
masukkan ke dalam wadah yang sesuai, dan uapkan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
hingga hampir kering. Masukkan residu berminyak
dengan penambahan empat kali, tiap kali dengan 3 ml
Penetapan kadar
dimetilformamida P, ke dalam tabung sentrifuga
Larutan baku Lakukan seperti tertera pada Penetapan
berskala dan encerkan dengan dimetilformamida P
kadar dalam Larutan Oral Deksklorfeniramin Maleat.
hingga 15,0 ml. Campur dan jika perlu sentrifus: rotasi
Kadar Deksklorfeniramin Maleat BPFI dalam Larutan
optik menggunakan tabung 100-mm dan dikoreksi
baku lebih kurang 40 µg per ml.
- 280 -
C adalah kadar Deksklorfeniramin maleat BPFI dalam Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
µg per ml Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah
serapan Larutan uji dan Larutan baku. Aminopropanol Tidak lebih dari 1,0%. Timbang
saksama lebih kurang 5 g zat masukkan ke dalam labu
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 50 ml, larutkan dalam 10 ml air. Tambahkan biru
bromotimol LP, titrasi dengan asam sulfat 0,1 N LV
hingga warna kuning.
DEKSPANTENOL
Tiap ml asam sulfat 0,1 N
Dexpanthenol setara dengan 7,5 mg aminopropanol
CH3 OH Penetapan kadar
HOCH2 C C CONHCH2CH2CH2OH Larutan kalium biftalat Larutkan 20,42 g kalium
biftalat P dalam asam asetat glasial P dalam labu
CH3 H tentukur 1000-ml. Jika perlu hangatkan campuran di atas
tangas uap hingga larut. Hindarkan penyerapan udara
D-(+)-2,4-Dihidroksi-N-(3-hidroksipropil)-3,3- lembab. Dinginkan hingga suhu kamar, encerkan dengan
dimetilbutiramida [81-13-0] asam asetat glasial P sampai tanda.
C9H19NO4 BM 205,25 Prosedur Timbang saksama lebih kurang 400 mg zat
masukkan ke dalam labu 300 ml, tambahkan 50,0 ml
Dekspantenol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan asam perklorat 0,1 N LV dan refluks selama 5 jam.
tidak lebih dari 102,0% C9H19NO4 dihitung terhadap zat Dinginkan, hindarkan penyerapan udara lembab bilas
anhidrat. pendingin dengan asam asetat glasial P, kumpulkan
bilasan ke dalam labu. Tambahkan 5 tetes kristal violet
Pemerian Cairan kental; jernih; agak higroskopis; LP dan titrasi dengan Larutan kalium biftalat hingga
sedikit berbau khas. Jika dibiarkan terjadi kristalisasi. warna hijau biru. Lakukan penetapan blangko.
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam etanol dan Tiap ml asam perklorat 0,1 N
dalam propilen glikol; larut dalam kloroform dan dalam setara dengan 20,53 mg C9H19NO4
eter; sukar larut dalam gliserol.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Baku pembanding Dekspantenol BPFI.
- 281 -
Kelarutan Mudah larut dalam air panas; larut secara Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 1,0 unit
bertahap dalam air; praktis tidak larut dalam etanol dan Endotoksin FI per ml injeksi dalam natrium klorida
dalam eter. 10%. (Bila pada etiket tertera digunakan untuk sediaan
injeksi).
Baku pembanding Dekstran 40 BPFI, Dekstran 4
kalibrasi BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam Keamanan Siapkan larutan steril 10% dari Larutan
wadah tertutup rapat, pada suhu ruang. Dekstran 10 Dekstran 40 10% dalam salin LP. Suntikkan secara
kalibrasi BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam intravena 1,0 ml larutan steril pada 5 ekor mencit dengan
wadah tertutup rapat, pada suhu ruang. Dekstran 40 kisaran bobot badan 18 sampai 20 g. Lamanya
kalibrasi BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam penyuntikan tidak kurang dari 10 detik dan tidak lebih
wadah tertutup rapat, pada suhu ruang. Dekstran 70 dari 15 detik. Memenuhi syarat apabila tidak ada
kalibrasi BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam kematian dalam 72 jam. Jika satu atau lebih mencit mati,
wadah tertutup rapat, pada suhu ruang. Dekstran 250 lanjutkan pengujian dengan menggunakan 10 ekor mencit
kalibrasi BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam dengan bobot badan 20 0,5 g. Memenuhi syarat
wadah tertutup rapat, pada suhu ruang. Penanda apabila tidak ada kematian dalam 72 jam.
Dekstran V0 BPFI; Dekstran 40 kesesuaian sistem BPFI;
Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat pirogenik, pH <1071> Antara 4,5 dan 7,0; menggunakan larutan
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk 1,0 g dalam 10 ml air.
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi,
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 7,0%;
belum dibuka dan larutan dalam lemari pendingin. lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 5 jam.
dalam unit destilasi uap; cuci labu Kjeldahl tiga kali, tiap menunjukkan reaksi anafilaksis seperti batuk, bulunya
kali dengan 5 ml air; tambahkan air cucian tersebut ke berdiri atau kesulitan pernafasan.
dalam larutan. Tambahkan 15 ml larutan natrium
hidroksida P 45%; tutup dan mulai proses destilasi uap Antigenesitas Larutkan 10,0 g zat dalam larutan natrium
sesegera mungkin. Tampung destilat dalam labu 100 ml klorida P 0,9% hingga 100 ml, sterilkan. Lanjutkan
yang telah berisi 1 ml Indikator; jaga agar ujung pipa penetapan seperti tertera pada Antigenisitas dalam
kondensasi berada di bawah permukaan larutan selama 5 Injeksi Dekstran 40.
menit dan berada di atas permukaan larutan selama 1
menit. Setelah proses destilasi selesai, pindahkan labu Distribusi bobot molekul, bobot dan jumlah rata-rata
penampung dan cuci ujung pipa kondensasi dengan bobot molekul Lakukan penetapan dengan cara
sejumlah air; tambahkan air cucian tersebut ke dalam Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
larutan destilat; titrasi dengan asam klorida 0,010 N LV Kromatografi <931>.
sampai warna berubah dari biru menjadi ungu Fase gerak Larutkan 7,1 g natrium sulfat anhidrat P
kemerahan. Lakukan penetapan blangko dan jika perlu dalam 1000 ml air, saring dan awudarakan. Jika perlu
lakukan koreksi: volume asam klorida 0,010 N LV lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
terkoreksi yang digunakan untuk titrasi tidak lebih dari tertera pada Kromatografi <931>.
0,14 ml. Larutan kalibrasi Larutkan secara terpisah Dekstran 4
Kalibrasi BPFI, Dekstran 10 Kalibrasi BPFI, Dekstran
Alkohol dan senyawa sejenis Lakukan penetapan 40 Kalibrasi BPFI, Dekstran 70 Kalibrasi BPFI, dan
dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada Dekstran 250 Kalibrasi BPFI, dalam Fase gerak hingga
Kromatografi <931>. kadar masing-masing lebih kurang 20 mg per ml.
Larutan uji Larutkan tanpa pemanasan 5,0 g zat dalam Larutan penanda Buat larutan yang mengandung 3
100 ml air; destilasi; tampung 45 ml destilat pertama. mg dekstrosa dan 3 mg Penanda Dekstran V0 BPFI per
Encerkan destilat dengan air hingga 50 ml. ml Fase gerak.
Larutan baku Tambahkan 0,5 ml larutan n- Larutan kesesuaian sistem Buat larutan Dekstran 40
propilalkohol P 2,5% (b/v) ke dalam 25,0 ml Larutan Kesesuaian Sistem BPFI dalam Fase gerak dengan
uji. kadar 20 mg per ml.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan uji Buat larutan zat dalam Fase gerak dengan
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi kadar 20 mg per ml.
dengan detektor ionisasi nyala, dan kolom 2 mm x 1,8 m Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
berisi bahan penyangga S3. Pertahankan suhu kolom, Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
injektor dan detektor berturut-turut pada lebih kurang dilengkapi dengan detektor indeks bias dan tiga kolom
160°, 240° dan 210°. Gunakan nitrogen P sebagai gas 7,5 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L38 dan suhu
pembawa dengan laju alir lebih kurang 25 ml per menit. dijaga agar tidak berubah. Lakukan kromatografi
[Catatan Septum pada injektor akan rusak setelah terhadap Larutan penanda, rekam kromatogram dan
beberapa kali penyuntikan Larutan baku dan Larutan uji ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: profil
Perhatikan septum sebelum melakukan satu seri eluasi menunjukkan dua puncak, yang pertama adalah
penyuntikan]. penanda V0 sedangkan yang kedua adalah dekstrosa.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Tetapkan volume celah sistem, V0, yaitu titik infleksi
sama (lebih kurang 1 l) Larutan uji, Larutan baku, bagian menaik dari puncak pertama. Tentukan volume
larutan n-propilalkohol P 0,05 % (b/v) dan air; rekam total VT, yaitu titik maksimal puncak kedua; faktor
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Setelah ikutan, t, puncak dekstrosa tidak lebih dari 1,3; dan
koreksi cemaran dalam larutan n-propilalkohol dan air, simpangan baku relatif dari perbandingan Vo/VT tidak
respons puncak semua cemaran dalam Larutan uji tidak lebih dari 1%. Lakukan kromatografi terhadap masing-
lebih besar dari respons puncak Larutan n-propilalkohol. masing Larutan kalibrasi, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Bagi
Cemaran antigenik (Jika pada etiket dicantumkan setiap profil menjadi paling sedikit 60 bagian vertikal
penggunaan untuk sediaan injeksi) dengan kenaikan volume yang sebanding. (Jumlah
Siapkan larutan steril yang mengandung 100 mg per ml bagian tersebut dilambangkan dengan a pada persamaan
zat dalam Injeksi natrium klorida. Dalam interval lebih di bawah). Rekam yi, ketinggian di atas garis dasar,
kurang 48 jam, suntikkan secara intraperitoneal tiga sesuai dengan setiap nilai vi, yaitu volume eluasi pada
dosis sebesar 0,5 ml pada masing-masing dari 6 ekor sesi tersebut. Untuk tiap nilai vi, hitung koefisien
marmut. Pada hari ke-14 setelah penyuntikan pertama, distribusi Ki, dengan rumus:
suntikkan secara intravena 0,20 ml pada 3 ekor marmut
dan pada hari ke-21 lakukan pada 3 ekor sisanya. Amati vi V0
hewan-hewan tersebut selama 30 menit setelah setiap
suntikan intravena dan amati lagi 24 jam kemudian. Uji VT V0
dinyatakan memenuhi syarat jika hewan uji tidak
- 283 -
Cari nilai b1, b2, b3, b4 dan b5 dengan metode yang sesuai a
(metode Gauss-Newton, dimodifikasi oleh Hartley,
program kurva untuk regresi “nonlinear” juga bisa
y M
i m
i i
M i b5 e ( b4 b1K i b2 K i b3 K i 3 )
2
a
a
yi
Masukkan nilai Mi yang diperoleh dari persamaan di atas
dan nilai yi ke dalam persamaan berikut: y i 0,1 dan
i m i 1
a
( y M ) a
a
i
i i
MW i 1 y 0,1 yi
a
y i 1
i
i m 1 i 1
Dengan cara yang sama, hitung M W dari dekstran fraksi molekul rata-rata, M n , distribusi bobot molekul total
tinggi yang tereluasi melalui bagian n dengan rumus: dari Larutan uji dengan memasukkan nilai Mi dan yi
dalam persamaan:
n
yM i i a
i 1
n y i
y i
Mn i 1
a
yi
i 1
M
i 1 i
nilai n ditentukan dengan hubungan berikut:
dan tidak lebih dari 10,5%. Tidak boleh di tambahkan mencit dengan bobot tubuh antara 19,5-20,5 g: semua
pengawet. hewan hidup selama 72 jam.
Pemerian Cairan agak kental; jernih, tidak berwarna. Penetapan kadar Tetapkan Rotasi optik (D)
menggunakan tabung 100 mm pada suhu 20º. Hitung
Identifikasi jumlah dalam mg dekstran 40 dalam 100 ml injeksi
A. Encerkan 1 ml injeksi dengan air hingga 200 ml; dengan rumus:
pada 1 ml larutan ini tambahkan 2 ml antron LP: terjadi
warna hijau-biru dan berubah secara bertahap menjadi 507 ,6
hijau-biru tua. Tambahkan 1 ml larutan asam sulfat P (1
dalam 2) atau asam asetat glasial P pada larutan ini: adalah rotasi optik.
warna larutan tidak berubah.
B. Menunjukkan reaksi Klorida cara A dan D dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat:
Natrium cara A, C dan D seperti tertera pada Uji wadah plastik untuk larutan infus dalam air, dapat
Identifikasi Umum <291>. digunakan jika jumlah isi lebih dari 500 ml.
latar belakang hitam. Opalesensi Larutan uji tidak lebih dikocok, biarkan selama lebih dari 15 jam pada suhu 25º
intensif dari Larutan pembanding. ± 1º. Enap tuangkan beningan, dan panaskan endapan
hingga kering di atas tangas air. Keringkan residu pada
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 20 bpj; suhu 105º selama 6 jam, dan lanjutkan penetapan seperti
lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat dan 2,0 ml tertera pada Kekentalan intrinstik Dekstran 70 mulai dari
Larutan baku timbal. ”larutkan dalam air hingga 100,0 ml”.
Nitrogen <581> Metode II Tidak lebih dari 0,010%; Kekentalan intrinsik fraksi molekul rendah Tidak
lakukan penetapan menggunakan lebih kurang 2,0 g zat kurang dari 0,10. Lakukan penetapan seperti tertera pada
yang ditimbang saksama dan telah dikeringkan pada Penetapan kekentalan <1051> dengan cara sebagai
suhu 105º selama 6 jam; tambahkan 10 ml asam sulfat P berikut: Timbang saksama lebih kurang 6 g zat yang
dan 45 ml larutan natrium hidroksida P (2 dalam 5). sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 105º selama 6
jam, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan
Senyawa mereduksi dalam air sampai tanda. Pindahkan ke dalam labu lain,
Larutan uji Timbang saksama 3,0 g zat yang tambahkan secara perlahan-lahan metanol P dengan
sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 105º selama 6 diaduk hingga terbentuk endapan 90%-93% (biasanya
jam, masukkan dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan diperlukan 110-130 ml) pada suhu 25º ± 1º. Sentrifus
encerkan dengan air sampai tanda. pada suhu 25º dan uapkan beningan hingga kering diatas
Larutan pembanding Timbang saksama 450 mg tangas air. Keringkan residu pada suhu 105º selama 6
glukosa P yang sebelumnya telah dikeringkan pada suhu jam dan lanjutkan penetapan seperti tertera pada
105º selama 6 jam, masukkan ke dalam labu tentukur Kekentalan intrinsik Dekstran 70 mulai dari “larutkan
500-ml larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda. dalam air hingga 100,0 ml”.
Prosedur Pipet masing-masing 5,0 ml Larutan uji dan
Larutan pembanding ke dalam labu tentukur 50-ml Antigenesitas Larutkan 6,0 g dalam larutan natrium
dan tambahkan air sampai tanda. Pipet masing-masing 5 klorida P 0,9% hingga 100 ml, sterilkan. Lanjutkan
ml larutan ini, tambahkan masing-masing 5,0 ml penetapan seperti tertera pada Antigenisitas dalam
tembaga alkalis LP dan panaskan selama 15 menit di Injeksi Dekstran 40.
dalam tangas air. Setelah dingin tambahkan 1 ml larutan
kalium iodida P (1 dalam 40) dan 1,5 ml asam sulfat Pirogen <231> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
encer P dan titrasi dengan natrium tiosulfat 0,005 N LV, menggunakan larutan 6,0 g dalam larutan natrium
menggunakan 2 ml kanji LP sebagai indikator: volume klorida P 0,9% hingga 100 ml.
titran yang digunakan pada titrasi Larutan uji lebih
banyak dari yang digunakan Larutan pembanding. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Antigenisitas Lakukan penetapan seperti tertera pada Rotasi jenis <1081> Lakukan penetapan menggunakan
Toksisitas dalam Injeksi Dekstran 40. larutan 1 g zat dalam 10 ml kloroform P dan larutan
baku Dekstrometorfan BPFI yang diperlakukan sama,
Penetapan kadar Tetapkan Rotasi optik (D) sebagai anhidrat berbeda tidak lebih dari 1,0%.
menggunakan tabung 100 mm pada suhu 20º. Hitung
jumlah dalam mg dekstran 70 dalam 100 ml injeksi Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
dengan rumus:
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
507 ,6
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
adalah rotasi optik.
N,N-Dimetilanilin Tidak lebih dari 0,001%.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat: Larutan baku Timbang lebih kurang 50 mg N,N-
wadah plastik untuk larutan infus dalam air dapat dimetilanilin masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,
digunakan, jika jumlah isi lebih dari 500 ml. tambahkan 70 ml air, tutup rapat, kocok secara mekanik
selama 20 menit, encerkan dengan air sampai tanda.
Pipet 1 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 100-ml,
DEKSTROMETORFAN encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 1 ml larutan ini
Dextromethorphan ke dalam labu tentukur 25-ml tambahkan 19 ml air.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg
zat masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, tambahkan
19 ml air dan 1 ml asam klorida 3 N, hangatkan di atas
tangas uap hingga larut dan dinginkan.
Prosedur Tambahkan 2 ml asam asetat 1 N dan 1 ml
larutan natrium nitrit P (1 dalam 100) ke dalam Larutan
uji, encerkan dengan air sampai tanda: warna larutan
kuning sampai kuning kehijauan yang terjadi pada
3-Metoksi-17-metil-9,13,14-morfinan [125-71-3] Larutan uji tidak lebih kuat dari warna Larutan baku
C18H25NO BM 271,4 yang diperlakukan sama.
Dektrometorfan mengandung tidak kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari 101,0% C18H25NO, dihitung Senyawa fenol Larutkan lebih kurang 10 mg zat dalam
terhadap zat anhidrat. 2 ml asam klorida 3 N, tambahkan 2 tetes besi(III)
Pemerian Serbuk hablur; hampir putih sampai agak klorida LP. Campur, tambahkan 2 tetes kalium
kuning; tidak berbau. 11 mg dekstrometorfan setara heksasianoferat(III) LP, tidak terjadi warna hijau biru
dengan 15 mg dekstrometorfan hidrobromida setelah 2 menit.
monohidrat.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 700
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut mg zat, larutkan dalam 60 ml asam asetat glasial P, jika
dalam kloroform. perlu hangatkan sebentar agar larut. Tambahkan 2 tetes
kristal violet LP dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N
Baku pembanding Dekstrometorfan BPFI; tidak boleh LV hingga terjadi warna hijau biru. Lakukan penetapan
dikeringkan. Lakukan Penetapan Kadar Air <1031> blangko.
Metode I sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
tertutup rapat. Tiap ml asam perklorat 0,1 N
- 287 -
setara dengan 27,14 mg C18H25NO Lakukan penetapan secara foto elektrik pada panjang
gelombang 325 nm terhadap larutan uji dan larutan baku
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Dektrometorfan Hidrobromida BPFI yang diperlakukan
dengan cara yang sama: berbeda tidak lebih dari 1,0%.
370 ,32 r
SIRUPDEKSTROMETORFANHIDROBROMIDA 100C U
Dextromethorphan Hydrobromide Oral Solution
352 ,32 rS
Sirup Dekstrometorfan Hidrobromida mengandung 370,32 dan 352,32 berturut-turut adalah bobot molekul
dekstrometorfan hidrobromida C18H25NO.HBr.H2O tidak dektrometorfan hidrobromida dan dektrometorfan
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari hidrobromida anhidrat; C adalah kadar Dektrometorfan
jumlah yang tertera pada etiket. Hidrobromida BPFI, dihitung sebagai anhidrat dalam
mg per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
Baku pembanding Dekstrometorfan Hidrobromida respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
BPFI; tidak boleh dikeringkan. Lakukan Penetapan
Kadar Air <1031> Metode I sebelum digunakan. Simpan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
dalam wadah tertutup rapat. tidak tembus cahaya.
Identifikasi
A. Lakukan seperti tertera pada Penetapan Rotasi
Optik <1081> dengan cara sebagi berikut: Masukkan
lebih kurang 50 ml sirup ke dalam corong pisah 250-
ml, tambahkan 20 ml air, 5 ml natrium hidroksida 2,5 N D-Glukosa monohidrat [5996-10-1]
dan 40 ml heksan P, kocok kuat. Pisahkan lapisan C6H12O6.H2O BM 198,17
heksan dan saring melalui natrium sulfat anhidrat P ke Anhidrat [50-99-7] BM 180,16
dalam gelas piala 150 ml. Ekstraksi dua kali, tiap kali
dengan 40 ml heksan P, saring, kumpulkan filtrat. Dektrosa adalah suatu gula yang diperoleh dari hidrolisis
Uapkan kumpulan ekstrak pada suhu 50º dengan aliran pati. Mengandung satu molekul air hidrat atau anhidrat.
nitrogen P hingga kering. Larutkan dan encerkan residu
dengan 10 ml kloroform P; larutan memutar bidang Pemerian Habur tidak berwarna, serbuk hablur atau
polarisasi ke kanan. serbuk granul putih; tidak berbau; rasa manis.
B. Uapkan larutan kloroform yang diperoleh dari uji
Identifikasi A di atas tangas uap hingga kering, larutkan Kelarutan Sangat mudah larut dalam air mendidih;
residu dalam 2 ml asam sulfat 2 N, tambahkan 1 ml mudah larut dalam air; larut dalam etanol mendidih;
larutan raksa(II) nitrat P segar (larutkan 700 mg sukar larut dalam etanol.
raksa(II) nitrat P dalam 4 ml air, kemudian tambahkan
100 mg natrium nitrat P, campur dan saring): tidak Identifikasi Tambahkan beberapa tetes larutan zat (1
segera terjadi warna merah, setelah dipanaskan lebih dalam 20) pada 5 ml tembaga(II) tartrat alkali LP panas
kurang 15 menit terjadi warna kuning sampai merah. terbentuk endapan merah tembaga oksida.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Warna larutan Larutkan 25 g zat dalam air hingga 50,0
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada ml, warna larutan tidak lebih intensif dari larutan yang
Kromatografi <931>. dibuat sebagai berikut: Campur 1,0 ml kobalt(II) klorida
Fase gerak, Larutan baku Lakukan seperti tertera LK; 3,0 ml besi(III) klorida LK dan 2,0 ml tembaga(II)
pada Penetapan kadar dalam Dekstrometorfan sulfat LK dengan air hingga 10 ml. Encerkan 3,0 ml
Hidrobromida. larutan dengan air hingga 50 ml. Bandingkan warna
dengan mengamati larutan tegak lurus dari atas pada alas
- 289 -
dasar warna putih dalam tabung pembanding warna yang Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
selaras. pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi; larutan
Rotasi jenis <1081> Antara +52,6º dan +53,2º; lakukan bisa digunakan selama 14 hari. Simpan larutan dan vial
penetapan menggunakan larutan 100 mg zat per ml yang belum dibuka di dalam lemari pendingin.
dalam amonium hidroksida 0,012 N.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,5 unit
Keasaman Larutkan 5,0 g zat dalam 50 ml air bebas Endotoksin FI per ml untuk injeksi yang mengandung
karbon dioksida P, tambahkan fenolftalein LP, dan dektrosa kurang dari 5% dan tidak lebih dari 10,0 unit
titrasi dengan natrium hidroksida 0,020 N LV hingga Endotoksin FI per ml untuk injeksi yang mengandung
terjadi warna merah muda: diperlukan tidak lebih dari dektrosa antara 5% dan 70%. [Catatan Sebelum
0,30 ml untuk netralisasi. pengujian, encerkan injeksi yang mengandung dekstrosa
lebih dari 10% hingga kadar dekstrosa 10%.]
Air <1021> Metode III Antara 7,5% dan 9,5% untuk
bentuk hidrat dan tidak lebih dari 0,5% untuk bentuk pH <1071> Antara 3,2 dan 6,5; lakukan penetapan
anhidrat; lakukan pengeringan pada suhu 105selama 16 menggunakan 100 ml zat yang telah ditambahkan 0,30
jam. ml larutan jenuh kalium klorida P dan jika perlu
encerkan dengan air hingga kadar dektrosa tidak lebih
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1% . dari 5%.
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,018%; lakukan Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
penetapan menggunakan 2,0 g zat dan bandingkan tertera pada Injeksi volume kecil.
kekeruhan dengan 0,50 ml asam klorida 0,020 N.
Logam berat <371> Masukkan sejumlah volume injeksi
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,025%; lakukan setara dengan 4,0 g dektrosa ke dalam wadah yang
penetapan menggunakan 2,0 g zat dan bandingkan sesuai, jika perlu uapkan atau tambahkan air hingga 25
kekeruhan dengan 0,50 ml asam sulfat 0,020 N. ml. Batas logam berat adalah 5 bpj dalam tiap g
C6H12O6.H2O per ml injeksi seperti tertera pada etiket.
Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 1 bpj.
5-Hidroksimetilfurlfural dan senyawa sejenis Pipet
Logam berat <371> Tidak lebih dari 5 bpj; lakukan sejumlah volume injeksi setara dengan 1,0 g dekstrosa,
penetapan dengan melarutkan 4,0 g zat dalam air hingga encerkan dengan air hingga 250,0 ml. Ukur serapan pada
25 ml. panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 284
nm menggunakan air sebagai blangko: serapan tidak
Dekstrin Refluks 1 g zat serbuk halus dengan 20 ml lebih dari 0,25.
etanol P: larut sempurna.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
Pati larut, sulfit Larutkan 1 g zat dalam 10 ml air,
tambahkan 1 tetes iodium LP: larutan berwarna kuning. Penetapan kadar Pipet sejumlah volume injeksi setara
dengan 2-5 g dekstrosa, masukkan ke dalam labu
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. tentukur 100-ml. Tambahkan 0,2 ml amonium
hidroksida 6 N, encerkan dengan air sampai tanda. Ukur
Penandaan Pada etiket dicantumkan hidrat atau rotasi optik dalam tabung polarimeter yang sesuai pada
anhidrat. suhu 25º seperti tertera pada Penetapan Rotasi Optik dan
Rotasi jenis <1081>. Hitung persentase (g per 100 ml)
dekstrosa, C6H12O6.H2O, dalam injeksi dengan rumus:
INJEKSI DEKSTROSA
Injeksi Glukosa 100 198,17
AR
Dextrose Injection 52,9 180,16
Injeksi Dektrosa adalah larutan steril dektrosa dalam Air A adalah perbandingan bilangan 100 mm dibagi dengan
untuk Injeksi. Mengandung dektrosa C6H12O6.H2O, tidak panjang tabung polarimeter yang digunakan, dalam mm;
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari R adalah rotasi yang diamati dalam derajat; 100 adalah
jumlah yang tertera pada etiket. Injeksi dektrosa tidak persentase; 52,9 adalah titik tengah rentang rotasi jenis
mengandung bahan anti mikroba. dekstrosa anhidrat; 198,17 dan 180,16 berturut-turut
adalah bobot molekul dekstrosa monohidrat dan
Identifikasi Menunjukkan uji Identifikasi seperti tertera dekstrosa anhidrat.
pada Dektrosa.
- 290 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal, air selama 5 menit, tambahkan 5 ml asam nitrat 2 N,
sebaiknya dari kaca Tipe I atau Tipe II. kocok selama 10 menit, saring melalui kapas penyerap.
Pindahkan 20 ml filtrat ke dalam corong pisah,
Penandaan Pada etiket dicantumkan kadar total osmolar tambahkan 20 ml natrium hidroksida 1 N, ektraksi dua
dalam mOsmol per liter. Jika volume sediaan kurang kali tiap kali menggunakan 50 ml eter P, cuci masing-
dari 100 ml, atau jika sediaan injeksi tidak untuk injeksi masing ekstrak dengan 5 ml air dan ekstraksi masing
langsung tetapi harus diencerkan sebelum digunakan, larutan eter secara kuantitatif berturut-turut dengan 20
etiket dapat mencantumkan kadar osmolar total dalam ml, 20 ml dan 5 ml asam klorida 1 N. Kumpulkan
mOsmol per ml. ekstrak asam, encerkan dengan asam klorida 1 N hingga
50,0 ml, ukur serapan larutan pada panjang gelombang
319 nm dan 326,5 nm. Serapan pada 319 nm tidak lebih
DEKUALINIUM KLORIDA kecil dari serapan pada panjang gelombang 326,5 nm.
Dequalinium Chloride Hitung persentase dekualinium, C10H10N2; dengan
rumus:
0 ,387 a 0 ,306 b
2Cl- a adalah serapan jenis pada 319 nm; b adalah serapan
H2N N+ (CH2)10 N+ NH2
jenis pada 326,5 nm.
CH3 CH3
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 105º pada tekanan tidak
4,4´-Diamino-2,2´-dimetil-N,N´- lebih dari 5 mmHg selama 3 jam, menggunakan 1 g zat.
dekametilendi(kuonolinium klorida) [522-51-0]
C30H40Cl2N4 BM 527,6 Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Dekualinium Klorida mengandung tidak kurang dari Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 700
95,0% dan tidak lebih dari 101,0% C3H4Cl2N4, di hitung mg zat, larutkan dalam campuran 80 ml asam asetat
terhadap zat yang telah dikeringkan. glasial anhidrat P dan 20 ml raksa(II) asetat LP refluks
dengan penghangatan hati-hati, dinginkan, titrasi dengan
Pemerian Serbuk; putih krem; tidak berbau atau hampir asam perklorat 0,1 N LV, menggunakan 0,2 ml kristal
tak berbau. violet LP sebagai indikator, hingga terjadi perubahan
warna dari biru ungu ke biru. Lakukan penetapan
Kelarutan Sukar larut dalam air, larut dalam 30 bagian air blangko.
mendidih; sukar larut dalam propana-1,2-diol.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
setara dengan 26,38 mg C30H40Cl2N4
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah menunjukkan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Dekualinium Klorida BPFI.
B. Spektrum serapan larutan zat 0,0016% pada
panjang gelombang 230 - 400 nm menunjukkan dua DEMEKLOSIKLIN HIDROKLORIDA
maksimum pada 240 nm dan 236 nm serta maksimum Demeclocycline Hydrochloride
yang kurang baik pada 335 nm: serapan pada 240 nm
lebih kurang 1,3, serapan pada 326 nm lebih kurang 0,8 7-Kloro-4-(dimetilamino)-1,4,4a,5,5a,6,11,12a-
dan serapan pada 335 nm lebih kurang 0,7. oktahidro-3,6,10,12,12a-pentahidroksi-1,11-diokso-2-
C. Menunjukkan reaksi Klorida Cara A seperti tertera naftasena-karboksamida monohidroklorida [64-73-3]
pada Uji Identifikasi Umum <291>. C21H21ClN2O8.HCl BM 501,31
Keasaman-kebasaan Kocok 100 mg zat dengan 100 ml Demeklosiklin Hidroklorida mempunyai potensi tidak
air bebas karbon dioksida P selama 10 menit, kurang dari 900 µg C21H21ClN2O8.HCl per mg dihitung
tambahkan ungu bromokresol LP sebagai indikator: terhadap zat yang telah dikeringkan.
tidak lebih dari 0,2 ml asam klorida 0,1 N LV atau
natrium hidroksida 0,1 N LV diperlukan untuk Pemerian Serbuk hablur; kuning; tidak berbau; rasa
mengubah warna larutan. pahit.
Amina non kuaterner Tidak lebih dari 1,0%, dihitung Kelarutan Agak sukar larut dalam air, dalam larutan
sebagai 4-aminokuinaldina, C10H10N2; lakukan alkali hidroksida dan dalam larutan karbonat; sukar larut
penetapan sebagai berikut: Kocok 1 g zat dengan 45 ml
- 291 -
dalam etanol; praktis tidak larut dalam aseton dan dalam pH <1071> Antara 2,0 dan 3,0; lakukan penetapan
kloroform. menggunakan larutan 10 mg zat per ml.
Baku pembanding Demeklosiklin hidroklorida BPFI; Susut pengeringan <1121> tidak lebih dari 2,0%;
lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5 lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler
mmHg pada suhu 60º selama 3 jam sebelum digunakan. pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60º
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari selama 3 jam, menggunakan lebih kurang 100 mg zat.
cahaya, di tempat dingin.
Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera
Identifikasi pada Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi
A. Timbang saksama 40 mg zat, masukkan ke dalam <131>.
labu tentukur 250-ml, larutkan dengan 2 ml asam
klorida 0,1 N, encerkan dengan air sampai tanda. Pipet Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
10 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 100-ml, Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
tambahkan 75 ml air dan 5 ml larutan natrium Kromatografi <931>.
hidroksida 5 N, encerkan dengan air sampai tanda. Dapar fosfat pH 9,0 Larutkan 1,74 g kalium fosfat
Spektrum serapan ultraviolet larutan ini, diukur secara monobasa P dalam 80 ml air, atur pH hingga 9 dengan
saksama pada menit ke-6 setelah penambahan larutan penambahan kalium hidroksida 1 M, encerkan sampai
natrium hidroksida 5 N: menunjukkan maksimum dan 100 ml.
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti Fase gerak Timbang lebih kurang 80 g butil alkohol
pada Demeklosiklin hidroklorida BPFI, dan serapan tersier P masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml dan
jenis dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan, pada tambahkan 200 ml air, tambahkan 100 ml dapar fosfat
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang pH 9,0; 150 ml tetrabutil amonium hidrogen sulfat 0,02
380 nm antara 95,8% dan 104,2% Demeklosiklin M dan 100 ml natrium edetat 0,01 M (atur pH hingga 9,0
Hidroklorida BPFI, perhitungkan potensi baku dengan penambahan natrium hidroksida LP). Encerkan
pembanding. dengan air sampai tanda, saring dan awaudarakan. Jika
B. Timbang saksama lebih kurang 40 mg zat, perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, tambahkan seperti tertera pada Kromatografi <931>. Pengurangan
100 ml asam klorida 0,1 N kocok hingga larut, encerkan jumlah butil alkoholtersier P meningkatkan resolusi.
dengan asam klorida 0,1 N sampai tanda. Pipet 5 ml Larutan baku Timbang saksama sejumlah
larutan ini ke dalam dua labu tentukur 50-ml (Larutan Demeklosiklin Hidroklorida BPFI, larutkan dalam asam
1 dan 2). Buat larutan Demeklosiklin Hidroklorida BPFI klorida 0,01 N hingga kadar 1 mg per ml.
yang sama (Larutan 3 dan 4). Ke dalam Larutan 1 dan 3, Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
tambahkan 10 ml asam klorida 6 N, dan ke dalam masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan
Larutan 2 dan 4, tambahkan 10 ml asam klorida 3 N. encerkan dengan asam klorida 0,01 N sampai tanda.
Panaskan empat labu tentukur dalam tangas air selama Larutan resolusi Buat larutan Demeklosiklin
20 menit, dinginkan, encerkan dengan air sampai tanda. Hidroklorida BPFI dalam asam klorida 0,01 N hingga
Ukur serapan Larutan 1 dan 3 pada panjang gelombang kadar lebih kurang 1 mg per ml dan diamkan selama 3
serapan maksimum lebih kurang 430 nm, menggunakan jam.
Larutan 2 dan 4 berturut-turut sebagai blangko. Ukur Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
serapan Larutan 2 dan 4 pada panjang gelombang Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
serapan maksimum lebih kurang 368 nm, menggunakan dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom 4,6 mm x
Larutan 1 dan 3 sebagai blangko. Hitung perbandingan: 25 cm berisi bahan pengisi L21. Pertahankan suhu
kolom pada 60 0,5°. Laju alir lebih kurang 1 ml per
WS P A 368 + A 430 U menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi,
1000 WU A 368 + A 430 S
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif epidemetil
klortetrasiklin dan demeklosiklin berturut-turut lebih
WS adalah bobot dalam mg Demeklosiklin hidroklorida kurang 0,7 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak epidemetil
BPFI yang digunakan, dihitung terhadap zat yang telah klortetrasiklin dan demeklosiklin tidak kurang dari 3,0.
dikeringkan; P adalah potensi dalam µg per mg Lakukan kromatogafi terhadap Larutan baku, rekam
Demeklosiklin hidroklorida BPFI yang digunakan untuk kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
membuat Larutan baku; WU adalah bobot dalam mg zat pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan
dalam Larutan uji dihitung terhadap bentuk anhidrat; ulang tidak lebih dari 2,0%.
A368U dan A430U adalah serapan Larutan uji pada panjang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
gelombang 368 nm dan 430 nm; A368S dan A430S adalah sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
serapan Larutan baku pada panjang gelombang 368 nm ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
dan 430 nm. Perbandingan adalah 0,9 dan 1,1. respons puncak utama. Hitung jumlah dalam µg
demeklosiklin hidroklorida, C21H21ClN2O8.HCl, dalam 8,0%; lakukan pengeringan dalam botol bersumbat
setiap mg zat dengan rumus: kapiler pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu
60º selama 3 jam, menggunakan 100 mg zat.
CE rU
50
W rS
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
W adalah bobot dalam mg demeklosiklin hidroklorida Fase gerak, Larutan baku, Larutan resolusi, Sistem
yang digunakan; C adalah kadar Demeklosiklin kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Hidroklorida BPFI dalam mg per ml Larutan baku; E kadar dalam Demeklosiklin Hidroklorida.
adalah kesetaraan demeklosiklin hidroklorida dalam µg Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 10
per mg Demeklosiklin Hidroklorida BPFI; rU dan rS kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur.
berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan Bersihkan dan timbang saksama cangkang kapsul.
Larutan baku. Hitung bobot rata-rata isi kapsul. Timbang saksama
sejumlah isi kapsul setara dengan lebih kurang 50 mg
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, demeklosiklin hidroklorida, masukkan ke dalam labu
tidak tembus cahaya. tentukur 50-ml, tambahkan asam klorida 0,01 N sampai
tanda. Sonikasi selama 5 menit dan sentrifus selama 5
menit. Saring beningan melalui penyaring dengan
KAPSUL DEMEKLOSIKLIN porositas 1,5 µm atau lebih kecil.
HIDROKLORIDA Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Demeclocycline Hydrochloride Capsule kadar dalam Demeklosiklin hidroklorida. Hitung jumlah
dalam mg demeklosiklin hidroklorida,
Kapsul Demeklosiklina Hidroklorida mengandung C21H21ClN2O8.HCl, dalam serbuk kapsul yang
demeklosiklina hidroklorida C21H21ClN2O8.HCl, tidak digunakan dengan rumus:
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 125,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket. r
0 ,05CE U
Baku pembanding Demeklosiklin hidroklorida BPFI; rS
lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5
mmHg pada suhu 60º selama 3 jam sebelum digunakan. C adalah kadar Demeklosiklin Hidroklorida BPFI dalam
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari mg per ml Larutan baku; E adalah ekivalen
cahaya. Simpan pada tempat dingin. demeklosiklin hidroklorida dalam µg per mg
Demeklosiklin Hidroklorida BPFI; rU dan rS berturut-
Identifikasi Timbang sejumlah isi kapsul larutkan dalam turut adalah respons puncak dari Larutan uji dan
metanol P hingga kadar demeklosiklin hidroklorida lebih Larutan baku.
kurang 1,0 mg per ml, kocok dan saring. Gunakan filtrat
sebagai Larutan uji, lakukan penetapan dengan cara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Metode II seperti tertera pada Identifikasi dalam tidak tembus cahaya.
Tetrasiklin.
Waktu : 45 menit HO
CH3 H
H OH
OH
H
CH2OH O H
H
H
OH
H
Deslanosida mengandung tidak kurang dari 95,0% dan penyaring wol kaca halus. Ukur secara berurutan serapan
tidak lebih dari 103,0% C47H74O19 dihitung terhadap zat Larutan blangko, Larutan baku dan Larutan uji pada
yang telah dikeringkan. panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 590
nm. Ulangi pengukuran setiap interval selama 2 menit
Pemerian Hablur atau serbuk hablur; putih, higroskopis. hingga diperoleh serapan maksimum. Hitung jumlah
dalam mg deslanosida, C47H74O19, dalam zat uji yang
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat sukar digunakan dengan rumus:
larut dalam etanol, pada kelembaban rendah akan
kehilangan air. A
0,1C U
Baku pembanding Deslanosida BPFI lakukan As
pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
pentoksida P hingga bobot tetap sebelum digunakan. C adalah kadar Deslanosida BPFI dalam µg per ml
Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah serapan
cahaya. Senyawa bersifat higroskopis. maksimum Larutan uji dan Larutan baku.
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. tidak tembus cahaya. Simpan pada suhu 25°, masih
Fase gerak Campuran metilen klorida P-metanol P- diperbolehkan antara 15º dan 30º.
air (130:36:3).
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5 INJEKSI DESLANOSIDA
µl larutan dalam metanol P yang mengandung (1) zat uji
Deslanoside Injection
4 mg per ml dan (2) Deslanosida BPFI 4 mg per ml pada
lempeng kromatografi silika gel setebal 0,25 mm.
Injeksi Deslanosida adalah larutan steril deslanosida
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
dalam pelarut yang sesuai. Mengandung deslanosida
telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan merambat
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng,
C47H74O19 dari jumlah yang tertera pada etiket. Dapat
biarkan kering di udara. Semprot lempeng dengan asam
mengandung gliserin.
perklorat encer P (1 dalam 20), panaskan pada suhu
100 selama 3 menit. Dinginkan, amati di bawah cahaya Baku pembanding Deslanosida BPFI; lakukan
ultraviolet: harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
dengan Larutan baku. pentoksida P hingga bobot tetap sebelum digunakan.
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
Rotasi optik <1081> Antara +7,0 dan +8,5; lakukan cahaya. Senyawa bersifat higroskopis.
penetapan menggunakan 20 mg zat per ml dalam piridin
anhidrat P.
Identifikasi Masukkan sejumlah volume injeksi setara
dengan lebih kurang 2 mg deslanosida ke dalam corong
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;
pisah kecil, ekstraksi dengan 25 ml campuran kloroform
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 100
P-etanol P (7:3). Masukkan ekstrak ke dalam labu
hingga bobot tetap, menggunakan 500 mg zat.
Erlenmeyer 10 ml, uapkan di atas tangas uap hingga
kering, larutkan residu dalam 500 µl metanol P.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
Gunakan 5 µl larutan yang diperoleh. Lanjutkan
penetapan seperti tertera pada uji Identifikasi dalam
Penetapan kadar
Deslanosida dimulai dengan “totolkan 5 µl larutan”.
Larutan baku Timbang saksama Deslanosida BPFI,
larutkan dan encerkan secara bertahap dengan etanol P
pH <1071> Antara 5,5 dan 7,0.
hingga kadar lebih kurang 200 µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg zat,
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
Injeksi.
dengan etanol P sampai tanda.
Prosedur Pipet masing-masing 3,0 ml Larutan baku,
Penetapan kadar
Larutan uji dan etanol P sebagai blangko ke dalam labu
Larutan baku Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Erlenmeyer 25 ml yang berbeda. Uapkan masing-masing
kadar dalam Deslanosida.
labu dengan pemanasan hati-hati dan dengan bantuan
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara
aliran udara hingga kering. Dinginkan dalam desikator
dengan lebih kurang 600 µg deslanosida, masukkan
pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg selama 30 menit.
dalam corong pisah, tambahkan 50 ml air dan 1 ml asam
Pada masing-masing labu tambahkan 15,0 ml asam-
sulfat 2 N. Lakukan ekstraksi 4 kali, masing-masing
besi(III) klorida LP, biarkan larutan dalam tempat
dengan 30 ml campuran kloroform P-n-propanol P (5:1).
terlindung dari cahaya pada suhu tidak lebih dari 30 Cuci tiap bagian ekstraksi dalam corong pisah lainnya
selama 15 menit sambil terus dikocok, saring melalui
- 294 -
tertera pada Larutan baku, mulai dengan ”Encerkan 10,0 sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
ml larutan ini”. terlindung dari cahaya.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 10l) Larutan uji dan Larutan baku Identifikasi
ke dalam kromatograf cair kinerja tinggi yang dilengkapi A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dengan detektor 254 nm dan kolom baja tahan karat 4,6 dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi L7. Laju alir menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
lebih kurang 1 ml per menit. Faktor ikutan tidak lebih gelombang yang sama seperti pada Diazepam BPFI.
dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
ulang tidak lebih dari 2,0%. Hitung jumlah dalam mg, secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Larutan 5 mg
desoksimetason, C22H29FO4, dengan rumus: zat per ml aseton P dalam bejana kromatografi yang
tidak dijenuhkan dengan fase gerak etil asetat P- n-
heptan P (1:1)
H
1000C U
HS Jarak lebur <1021> Metode I Antara 131º dan 135º.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
C adalah kadar Desoksimetason BPFI dalam mg per ml
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
Larutan baku; HU dan HS berturut-turut adalah tinggi
pentoksida P pada suhu 60º selama 4 jam.
puncak desoksimetason dari Larutan uji dan Larutan
baku . Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1 %.
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
tertutup baik.
Senyawa sejenis Masing-masing cemaran dan jumlah
semua cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
DIAZEPAM Tabel. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Diazepam cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
CH3 <931>.
N O Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem dan Sistem
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Cl N
kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
Sejenis B Diazepam BPFI, Senyawa Sejenis A Diazepam
BPFI dan Nordazepam BPFI larutkan dan encerkan
7-Kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1, dengan metanol P secara kuantitatif dan jika perlu
4-benzodiazepin-2-on [439-14-5] bertahap hingga kadar berturut-turut lebih kurang 1 µg
C16H13ClN2O BM 284,75 per ml; 0,1 µg per ml; dan 3 µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama 10 mg zat, masukkan
Diazepam mengandung tidak kurang dari 95,0% dan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan encerkan
tidak lebih dari 105,0% C16H13ClN2O dihitung terhadap dengan metanol P sampai tanda.
zat yang telah dikeringkan. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
Pemerian Serbuk hablur; hampir putih sampai kuning; ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
praktis tidak berbau. respons puncak. Hitung persentase senyawa sejenis B
diazepam, senyawa sejenis A diazepam dan nordazepam
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam dalam zat dengan rumus:
etanol; mudah larut dalam kloroform;
Cr rU
Baku pembanding Diazepam BPFI, tidak boleh
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat dan W rS
terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A Diazepam BPFI
(2-metilamino-5-klorobenzofenon), tidak boleh Cr adalah kadar Senyawa Sejenis B Diazepam BPFI atau
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat dan Senyawa Sejenis A Diazepam BPFI atau Nordazepam
terlindung cahaya. Senyawa Sejenis B Diazepam BPFI dalam µg per ml Larutan baku; W adalah bobot dalam
(3-amino-6-kloro-1-metil-4-fenilkarbostiril), tidak boleh mg diazepam yang digunakan untuk pembuatan Larutan
dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam wadah uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
tertutup rapat dan terlindung cahaya. Nordazepam BPFI Larutan uji dan Larutan baku.
(7-kloro-1,3-dihidro-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on) Hitung persentase cemaran lain dalam zat dengan rumus:
(C15H11ClN2O BM 270,72), tidak boleh dikeringkan
- 296 -
diazepam, C16H13ClN2O, dalam serbuk tablet yang C. Tambahkan 1 tetes barium klorida LP ke dalam 5
digunakan dengan rumus: ml larutan dibekasin sulfat (1 dalam 50): terbentuk
kekeruhan putih.
r D. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
100 C U secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
rS
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Dibekasin
C adalah kadar Diazepam BPFI dalam mg per ml Sulfat BPFI, larutkan dalam air hingga kadar 20 mg per
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons ml.
puncak Larutan uji dan Larutan baku. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji,
larutkan dalam air hingga kadar 20 mg per ml.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Fase gerak Buat campuran amonium hidroksida P-
tidak tembus cahaya. metanol P (1:1).
Penampak bercak Buat larutan ninhidrin P 0,2%
dalam butanol P jenuh air.
Prosedur Totolkan masing-masing 5 µl Larutan uji
DIBEKASIN SULFAT
dan Larutan baku, pada jarak yang sama, pada lempeng
Dibecasin Sulphate kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan
H
CH2OH
O H
lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah
H
NH2 H dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan merambat 15
HO
H HO cm dari garis penotolan. Angkat lempeng biarkan kering
CH2NH2
di udara. Semprot lempeng dengan Penampak bercak,
H
O H
O . xH2SO4
panaskan pada suhu lebih kurang 100º selama 10 menit:
H
harga Rf bercak ungu coklat dari Larutan uji sesuai
H2N
O dengan yang diperoleh dari Larutan baku.
H
H
OH
H
H
Pirogen <231> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
H NH2
menggunakan dosis uji 1 ml per kg yang mengandung 10
deoksi--D-glukopiranosil-
NH2
O-3-Amino-3- mg zat per ml dalam Air untuk Injeksi.
(1→6)-O-[2,6-diamino-2,3,4,6-tetradeoksi--eritro-
heksapiranosil-(1→4)-2-deoksi-O-streptamina sulfat Daya hipotensif <191> Memenuhi syarat; lakukan
[58580-55-5] penetapan menggunakan larutan 3,0 mg zat per ml.
C18H57N5O8.xH2SO4
Toksisitas abnormal Memenuhi seperti tertera pada Uji
Dibekasin Sulfat adalah garam sulfat dari dibekasin, Reaktifitas Biologi secara in-vivo <251>; lakukan
yang dibuat dengan penambahan tidak lebih dari 2 mol penetapan menggunakan larutan 1,0 mg zat per ml.
asam sulfat pada dibekasin. Mengandung tidak kurang
dari 630 µg dibekasin per mg. Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Pemerian Serbuk; putih hingga putih kekuningan; tidak pH <1071> 6,0 sampai 8,0; lakukan penetapan
berbau; sedikit pahit. menggunakan larutan 50 mg zat per ml.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; praktis tidak Potensi Lakukan penetapan dengan Metode lempeng
larut dalam metanol, dalam etanol, dalam aseton, dalam silinder seperti tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik
eter dan dalam kloroform. secara Mikrobiologi <131>.
Media Gunakan media seperti tertera pada Penetapan
Baku pembanding Dibekasin Sulfat BPFI; lakukan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi <131>.
pengeringan, pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg Mikroba uji Gunakan Bacillus subtilis ATCC 6633.
pada suhu 60º tidak lebih dari 3 jam. Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20 mg
Dibekasin Sulfat BPFI, larutkan dalam dapar fosfat
Identifikasi 0,5% pH 6,0, hingga kadar 400 µg per ml. Larutan ini
A. Larutkan 50 mg zat dalam 1 ml air, tambahkan 2 dapat disimpan pada suhu antara 5º dan 15º selama 30
tetes larutan -naftol P dalam larutan etanol P (1 dalam hari. Pipet sejumlah volume larutan ini, encerkan dengan
5) dan 2 ml asam sulfat P, kocok: terjadi warna coklat dapar fosfat 0,1 M pH 8,0 hingga aras dosis tengah lebih
kemerahan. Warna berubah menjadi merah ungu bila kurang 5 µg per ml.
larutan didihkan. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg zat,
B. Larutkan 20 mg zat dalam 2 ml dapar fosfat 1/15 larutkan dalam air hingga kadar 400 µg per ml.
M pH 5,6 kemudian tambahkan 1 ml ninhidrin LP dan Encerkan larutan ini dengan dapar fosfat 0,1 M pH 8,0
didihkan: terjadi warna ungu biru. hingga kadar lebih kurang 5 µg per ml.
- 299 -
penyuntikan ulang senyawa sejenis A didanosin tidak Larutan dapar amonium asetat 0,01 M Larutkan 1,54
lebih dari 2,0%. Lakukan kromatografi terhadap Larutan g amonium asetat P dalam labu tentukur 2000-ml,
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons larutkan dengan air sampai tanda.
puncak seperti tertera pada Prosedur; resolusi, R, antara Fase gerak Buat campuran Dapar amonium asetat
puncak didanosin dan dideoksididehidro-inosin tidak 0,01 M-asetonitril P (21:1), saring dan awaudarakan.
kurang dari 3,0 dan efisiensi kolom yang ditetapkan dari Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
puncak dideoksididehidro-inosin tidak kurang dari 6000 sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
lempeng teoritis. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Didanosin
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif dan jika
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji perlu bertahap dengan air hingga kadar lebih kurang 0,1
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram sampai 30 mg per ml.
menit, rekam kromatogram dan ukur respons semua Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
puncak. masukkan ke dalam labu tentukur 500-ml, encerkan
Hitung persentase senyawa sejenis A didanosin dengan dengan air sampai tanda. Kocok selama 1 jam sampai
rumus: larut sempurna sebelum digunakan.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
C rU Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
100 S dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
CU rS 25 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
CS adalah kadar Senyawa Sejenis A Didanosin BPFI Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar dalam puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
mg per ml Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah didanosin antara 7 dan 11 menit, efisiensi kolom tidak
respons puncak senyawa sejenis A didanosin dalam kurang dari 6000 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak
Larutan uji dan Larutan baku. Hitung persentase beberapa lebih dari 2,5; dan simpangan baku relatif pada
senyawa cemaran spesifik dan senyawa cemaran lain penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
dalam zat dengan rumus: Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
C ri ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
100 S respons puncak utama.
CU rS Hitung persentase didanosin, C10H12N4O3, dengan
CS adalah kadar Didanosin BPFI dalam mg per ml rumus:
Larutan baku; CU adalah kadar dalam mg per ml
C r
500 100 U
Larutan uji; ri adalah respons puncak masing-masing
cemaran dalam Larutan uji dan rS adalah respons puncak
Didanosin BPFI dalam Larutan baku. W rS
Penetapan kadar Lakukan penetapan menggunakan Baku pembanding Didanosin BPFI; Senyawa Sejenis A
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Didanosin BPFI.
Kromatografi <931>.
- 302 -
H H
O
- 303 -
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dietilkarbamazin sitrat, C10H21N3O.C6H8O7 dalam zat
Kromatografi <931>. yang digunakan dengan rumus:
Dapar fosfat, Fase gerak, dan Sistem kromatografi
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. r
Larutan baku Timbang sejumlah Dietilkarbamazin 50C U
Sitrat BPFI larutkan dan encerkan dalam Dapar fosfat rS
hingga kadar lebih kurang 3 µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 300 mg C adalah kadar Dietilkarbamazin Sitrat BPFI dalam mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
dan encerkan dengan Dapar fosfat sampai tanda. Saring respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
atau sentrifus, gunakan filtrat atau beningan.
Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
semua respons puncak. Hitung persentase masing- TABLET DIETILKARBAMAZIN SITRAT
masing cemaran dalam zat dengan rumus: Diethylcarbamazine Citrate Tablet
C ri
Tablet Dietilkarbamazin Sitrat mengandung
10 . 000 dietilkarbamazin sitrat, C10H21N3O.C6H8O7, tidak kurang
W rs dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket.
C adalah kadar Dietilkarbamazin Sitrat BPFI dalam mg [Catatan Tablet dietilkarbamazin sitrat dengan
per ml Larutan baku; W adalah bobot zat, dalam mg penandaan hanya untuk hewan tidak perlu dilakukan Uji
Larutan uji; ri adalah respons puncak masing-masing Disolusi.]
cemaran dalam Larutan uji; rs adalah respons puncak
dietilkarbamazin sitrat dalam Larutan baku. Baku pembanding Dietilkarbamazin Sitrat BPFI; tidak
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Identifikasi Memenuhi syarat seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Identifikasi Basa Nitrogen Organik <261>.
Dapar fosfat Larutkan 31,24 g kalium fosfat Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 30 menit, untuk
monobasa P dalam 1000 ml air. tablet dengan penandaan hanya untuk hewan.
Fase gerak Larutkan 10 g kalium fosfat monobasa P
dalam 1000 ml air. Campur 900 ml larutan ini dengan Disolusi <1231> Prosedur untuk gabungan sampel.
100 ml metanol P, saring dan awaudarakan. Jika perlu Media disolusi: 900 ml air.
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Alat tipe 2: 50 rpm.
tertera pada Kromatografi <931>. Waktu: 45 menit.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 5 mg Prosedur Lakukan penetapan jumlah
Dietilkarbamazin Sitrat BPFI, masukkan ke dalam labu C10H21N3O.C6H8O7, yang terlarut seperti tertera pada
tentukur 50-ml, larutkan dan encerkan dengan Dapar Penetapan kadar, menggunakan larutan uji yang dibuat
fosfat sampai tanda. dengan mengencerkan alikuot secara kuantitatif dengan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 5 mg zat, volume sama Dapar fosfat (dibuat dengan melarutkan
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan 62,48 g kalium fosfat monobasa P dalam 1000 ml air).
encerkan dengan Dapar fosfat sampai tanda. Toleransi dalam waktu 45 menit harus larut tidak
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada kurang dari 75% (Q) C10H21N3O.C6H8O7, dari jumlah
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi yang tertera pada etiket.
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 3,9 mm x
15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
µm. Laju alir lebih kurang 0,8 ml per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera tidak lebih dari 0,1%. Lakukan penetapan dengan cara
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Kromatografi <931>.
Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume Dapar fosfat, Fase gerak, dan Sistem kromatografi
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Dietilkarbamazin Sitrat.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, Larutan asam sitrat Larutkan asam sitrat P dalam
Dapar fosfat hingga kadar lebih kurang 2 mg per ml.
- 306 -
r 1,26 rc , S
C
t,S
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
C adalah kadar Dietilstilbestrol BPFI dalam µg per ml Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan baku; rt,U dan rt,S berturut-turut adalah respons Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
puncak isomer trans- dari Larutan uji dan Larutan baku; Kromatografi <931>.
rc,U dan rc,S berturut-turut adalah respons puncak isomer Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air-
cis-dari Larutan uji dan Larutan baku. trietilamin P (50:50:0,5), atur pH hingga 6,5 dengan
penambahan asam asetat glasial P, saring dan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
tidak tembus cahaya, pada suhu ruang. Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Difenhidramin hidroklorida BPFI, larutkan dalam air
hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
- 308 -
C adalah kadar Difenhidramin Hidroklorida BPFI dalam Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
mg per ml Larutan baku; V adalah volume dalam ml lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam.
sirup yang digunakan; rU dan rS berturut-turut adalah
repons puncak difenhidramin hidroklorida dari Larutan Cemaran umum <481> Tidak lebih dari 1,0%
uji dan Larutan baku. Larutan uji Gunakan pelarut kloroform P.
Larutan baku Gunakan pelarut kloroform P.
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah Fase gerak Campuran kloroform P-sikloheksan P-
tertutup rapat, dan tidak tembus cahaya. etanol mutlak P-asam format P (50:40:10:1).
Penampak bercak Gunakan teknik penampakan
bercak nomor 17, kemudian segera amati di bawah
cahaya ultraviolet 254 nm.
Tambahkan 4 ml raksa(II) asetat LP, titrasi dengan Bahan organik asing Tidak dari 2,0%; lakukan
asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara penetapan seperti tertera pada Pengambilan Contoh dan
potensiometrik. Metode Analisis Simplisia <671>.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N Air Tidak lebih dari 6,0%; lakukan penetapan seperti
setara dengan 48,91 mg C30H32N2O2.HCl tertera pada Pengambilan Contoh dan Metode Analisis
Simplisia <671>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
baik. Penetapan kadar
Larutan baku Timbang saksama isi satu wadah Daun
Digitalis BPFI, di dalam wadah asli, atau botol timbang,
DAUN DIGITALIS dan pindahkan ke dalam wadah atau tabung sentrifus
Digitalis Folium bersumbat kaca dengan kapasitas 50 ml. Lama
penimbangan tidak lebih dari 5 menit setelah ampul
Daun Digitalis adalah daun kering dari Digitalis dibuka. Tambahkan 10 ml campuran etanol P- air (4:1)
purpurea Linné (Familia Scrophulariaceae). Potensi 100 untuk tiap g serbuk. Tutup wadah, setelah sepertiga
mg Daun Digitalis setara dengan tidak kurang dari 1 bagian atas sumbat diolesi dengan sedikit vaselin. Kocok
unit Digitalis FI bila dilakukan penetapan kadar sesuai campuran secara mekanis selama 24 2 jam pada suhu
prosedur. 25º 5º dengan maksud agar bahan padat selalu kontak
fase cair secara terus-menerus. Jika perlu, masukkan ke
Baku pembanding Daun Digitalis BPFI; tidak boleh dalam tabung sentrifuga, sentrifus dan enaptuangkan
dikeringkan sebelum digunakan. beningan ke dalam botol kaca kering yang ditutup rapat.
Simpan di dalam lemari pendingin dan gunakan dalam
Makroskopik waktu 30 hari.
Daun menggulung atau pecahan daun. Helai daun Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 5 g serbuk
bentuk bulat telur, melebar sampai bulat telur halus, masukkan ke dalam botol atau tabung sentrifuga
memanjang, umumnya panjang 10 - 35 cm dan lebar 4 - bersumbat kaca dengan kapasitas 50 ml. Lakukan seperti
11 cm dan bersatu dalam tangkai daun dengan helaian tertera pada Larutan baku mulai dengan ”Tambahkan 10
daun sama lebar. Ujung daun tumpul; tepi daun tidak ml campuran” Simpan di dalam lemari pendingin dan
beraturan atau bergerigi; permukaan bawah berbulu gunakan dalam waktu 30 hari.
rapat, permukaan atas daun berkerut dan berbulu halus, Hewan uji Merpati dewasa, sehat, bobot tubuh yang
tulang daun tampak nyata, membentuk jala. Urat daun terberat kurang dari dua kali bobot tubuh yang teringan.
dan tulang daun utama melebar dan datar dan tulang Bagi merpati dalam dua kelompok secara acak sehingga
daun bawah berpangkal ketangkai daun. Warna bobot tubuh rata-rata kelompok yang diberi Larutan
permukaan atas daun hijau tua, permukaan bawah baku berbeda tidak lebih dari 30% dari bobot tubuh rata-
keabu-abuan karena bulu halus yang rapat, tulang daun rata kelompok yang diberi Larutan uji. Merpati
yang lebih besar berwarna keunguan. Bila dikeringkan dipuasakan makan (tetapi tetap boleh minum) selama 16
sedikit berbau; bila dibasahi memberikan bau yang - 28 jam sebelum digunakan. Anestesi merpati dengan
khas. Rasa sangat pahit. eter P, lakukan kanulasi pada vena alar dengan kanula
yang sesuai. Pertahankan anestesi selama kanulasi dan
Mikroskopik selama periode penyuntikan pada aras anestesi tidak
Epidermis atas rapat, dengan dinding sel antiklinikal sakit, tapi masih ada refleks pupil dan kornea dan
berombak, banyak rambut dan tidak ada stomata; pergerakan otot, sehingga merpati sesekali melakukan
epidermis bawah dengan dinding sel antiklinikal gerakan.
berombak, banyak stomata berbentuk lonjong dan Enceran larutan baku dan Enceran larutan uji Pada
banyak rambut dan biasanya tidak saling bertumpuk hari penetapan encerkan sejumlah volume Larutan baku
sampai dinding sel dalam, terutama dekat dengan tulang dan Larutan uji dengan larutan natrium klorida P 0,9%
daun, klorenkim sel besar dari selaput sel palisade steril hingga diperoleh Enceran larutan baku dan
pendek dan beberapa selaput parenkim; dan banyak Enceran larutan uji dengan prakiraan akan memberikan
pembuluh-pembuluh pada tulang daun dan tangkai daun dosis letal 15 ml per kg bobot tubuh.
yang lebih besar dengan pembuluh yang tebalnya satu Prosedur Lakukan penyuntikan Enceran larutan baku
sel. Pada ujung daun bergerigi terdapat 1 atau 2 stomata atau Enceran larutan uji melalui vena alar dengan alat
air. yang sesuai misalnya buret kecil dengan skala terkecil
0,05 ml. Penyuntikan dimulai setelah memastikan tidak
Abu tidak larut asam Tidak lebih dari 5,0%; lakukan adanya gelembung udara di dalam alat suntik, dengan
penetapan seperti tertera pada Pengambilan Contoh dan cara menginfus dalam waktu beberapa detik sejumlah
Metode Analisis Simplisia <671>. volume Enceran larutan baku dan Enceran larutan uji
yang setara dengan 1 ml per kg bobot tubuh. Ulangi
- 311 -
dosis ini dengan selang waktu 5 menit sampai merpati Mikroskopik Serbuk berwarna hijau tua dengan
mati karena henti-jantung. fragmen pengenal epidermis dengan sel tidak beraturan
Gunakan tidak kurang dari 6 ekor merpati untuk dan klorenkim; rambut penutup melengkung atau patah,
masing-masing Enceran larutan baku dan Enceran panjang sampai 500 µm terdiri dari 2 - 8 sel, beberapa
larutan uji. Jika rata-rata jumlah dosis yang diperlukan sel menyempit; rambut kelenjar terdiri dari satu atau dua
untuk mematikan merpati kurang dari 13 atau lebih besar sel tangkai; pembuluh dan trakhea dengan penebalan
dari 19, atau jika perbedaan dosis yang terkecil pada tidak teratur bentuk jala, spiral dan noktah. Tidak
penetapan yang sama lebih dari 4 dosis, anggap data ini diketemukan hablur kalsium oksalat.
sebagai pendahuluan. Gunakan data ini sebagai Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada
pedoman, dan ulangi dengan larutan segar yang lebih Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
pekat atau lebih encer. Penetapan harus selesai dalam Larutan uji Masukkan 100 mg zat dalam tabung
jangka waktu 30 hari menggunakan Larutan baku dan sentrifuga 15 ml yang berisi 2,0 ml etanol encer P dan
Larutan uji yang sama. 1,0 ml timbal asetat LP, campur dan kocok, didihkan
Perhitungan Tabulasikan dan hitung rata-rata jumlah selama 2 menit. Sentrifus, enaptuangkan beningan ke
dosis Larutan baku, dinyatakan sebagai ZS, dan untuk dalam tabung sentrifuga 15 ml yang kedua, tambahkan
Larutan uji dinyatakan sebagai ZU. Hitung potensi dalam 2,0 ml kloroform P, campur dan sentrifus. Pindahkan
unit Digitalis FI per ml (atau per 100 mg) dalam Larutan lapisan bawah dan saring melalui kolom kecil berisi 100
uji dengan rumus: mg sampai 300 mg natrium sulfat anhidrat P yang telah
dicuci dengan kloroform P ke dalam tabung sentrifuga 5
ZS R ml. Uapkan kloroform sambil dialiri gas nitrogen P
Potensi =
ZU hingga kering dan larutkan residu dalam 100 µl
campuran metanol P-kloroform P (1:1).
R setara dengan VS per VU; VS adalah jumlah unit Larutan baku A Lakukan seperti tertera pada Larutan
Digitalis FI per ml Enceran larutan baku; VU adalah uji menggunakan 100 mg Digitalis BPFI.
volume dalam ml Larutan uji yang digunakan untuk Larutan baku B Larutkan Digitoksin BPFI dan
membuat 1 ml Enceran larutan uji. Hitung logaritma Gitoksin BPFI dalam campuran metanol P-kloroform P
batas keyakinan; L adalah seperti tertera pada Interval (1:1) sedemikian hingga konsentrasi masing-masing
dan Batas Keyakinan dari Potensi dalam Desain dan lebih kurang 0,2 mg per ml.
Analisis Penetapan Hayati <81>. Jika L lebih dari 0,30, Fase gerak campuran etil asetat P-metanol P-air
ulangi penetapan atau gunakan merpati lebih banyak (30:4:3)
dengan satu atau kedua larutan sampai batas keyakinan
lebih kecil atau sama dengan 0,30. Potensi digitalis yang Penampak bercak Campur 10 ml larutan kloramin T P
dihitung dari Larutan uji, harus tidak kurang dari 0,85 (3 dalam 100) dengan 40 ml campuran asam
unit Digitalis FI per 100 mg. trikloroasetat P (1 dalam 4) [Catatan Simpan campuran
ini ditempat sejuk dan jangan digunakan lebih dari satu
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terlindung minggu.]
dari lembab. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
µl Larutan uji, Larutan baku A dan Larutan baku B pada
lempeng kromatografi silika gel dan biarkan kering.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
SERBUK DAUN DIGITALIS telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan merambat
Digitalis Powder lebih kurang 15 cm di atas garis penotolan. Angkat
lempeng, biarkan kering di udara, semprot lempeng
Serbuk Daun Digitalis adalah daun digitalis yang dengan Penampak bercak. Panaskan lempeng pada suhu
dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 60º, dihaluskan 110º selama 15-20 menit dan amati di bawah cahaya
menjadi serbuk halus (60) dan sangat halus (80), diatur ultraviolet pada panjang gelombang 366 nm. Rf 2 bercak
potensinya, jika perlu ditambah sejumlah laktosa, pati pita dari Larutan baku A sesuai dengan Rf 2 bercak pita
beras atau serbuk digitalis yang mempunyai potensi Larutan baku B. Kromatogram Larutan uji menunjukkan
lebih rendah atau lebih tinggi hingga potensi 100 mg bercak pita yang sesuai dengan bercak Larutan baku A
serbuk setara dengan 1 unit Digitalis FI. dan Larutan baku B dan juga menunjukkan bercak yang
sesuai dengan 3 bercak pita lain yang paling jelas terlihat
Baku pembanding Daun Digitalis BPFI; tidak boleh
pada kromatogram Larutan baku A dengan harga Rf yang
dikeringkan sebelum digunakan. Digitoksin BPFI;
lebih rendah dari bercak utama. Harga Rf relatif untuk 5
lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5
bercak pita adalah 1,0 (digitoksin); 0,8 sampai 0,9
mmHg pada suhu 105º selama 1 jam sebelum digunakan.
(gitoksin); 0,6 sampai 0,7; 0,4 sampai 0,5 dan 0,3 sampai
Gitoksin BPFI [Catatan Hati-hati hindari kontak]; tidak
0,4.
boleh dikeringkan sebelum digunakan, wadah harus
tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. Batas mikroba Tidak boleh mengandung Salmonella sp
seperti tertera pada Uji Batas Mikroba <51>.
- 312 -
Abu tidak larut asam Tidak lebih dari 5,0%; lakukan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
penetapan seperti tertera pada Pengambilan Contoh dan
Metode Analisis Simplisia <671>.
DIGITOKSIN
Air Tidak lebih dari 5,0%; lakukan penetapan seperti Digitoxin
tertera pada Pengambilan Contoh dan Metode Analisis
Simplisia <671>. O
kurang dari 0,85 unit dan tidak lebih dari 1,20 unit CH3 H
O O
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, H
Digitoksin [71-63-6]
TABLET DIGITALIS C41H64O13 BM 764,95
Digitalis Tablet
Digitoksin adalah glikosida kardiotonik yang diperoleh
Tablet Digitalis mengandung sejumlah serbuk Digitalis dari Digitalis purpurea Linné, Digitalis lanata Ehrhart,
yang mempunyai potensi setara dengan tidak kurang dari Familia Scrophulariaceae, dan species Digitalis lainnya
85,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari potensi yang yang sesuai. Digitoksin mengandung tidak kurang dari
tertera pada etiket. 92,0% dan tidak lebih dari 103,0% C41H64O13, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan. [Catatan Hati-hati,
Baku pembanding Daun Digitalis BPFI; tidak boleh sangat berbahaya.]
dikeringkan sebelum digunakan.
Pemerian Serbuk hablur sangat halus; putih atau kuning
pucat; tidak berbau.
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 30 menit. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut
dalam kloroform; sukar larut dalam etanol, sangat sukar
Batas mikroba Tidak boleh mengandung Salmonella sp larut dalam eter.
seperti tertera pada Uji Batas Mikroba <51>.
Baku pembanding Digitoksin BPFI; lakukan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º selama
1 jam sebelum digunakan.
Penetapan kadar
Larutan baku Buat seperti tertera pada Penetapan Identifikasi
kadar dalam Daun Digitalis. A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
25 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
dengan tidak kurang dari 20 tablet. Masukkan ke dalam seperti pada Digitoksin BPFI.
wadah bersumbat kaca yang kering dengan kapasitas B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
tidak kurang dari 50 ml. Tambahkan sejumlah campuran secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
etanol P-air (4:1) hingga larutan yang diperoleh setara Larutan baku Timbang saksama sejumlah Digitoksin
dengan 1 unit Digitalis FI per ml yang telah BPFI, larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih
diperkirakan. Tutupkan sumbat yang telah diolesi pada kurang 1 mg per ml.
sepertiga bagian atasnya dengan vaselin. Kocok Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji,
campuran secara mekanik selama 24 ± 2 jam pada suhu larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 1
25º ± 5º sedemikian sehingga bagian padatnya selalu mg per ml.
kontak dengan fase cairnya. Segera pindahkan ke dalam Fase gerak Campuran metilen klorida P-metanol P
tabung sentrifuga dan sentrifus. Tuang fase cair ke (93:7).
dalam wadah gelas kering tertutup rapat. Simpan dalam Penampak bercak Larutan asam sulfat P dalam
lemari pendingin paling lama 30 hari. metanol P (6 dalam 10)
Hewan uji, Enceran larutan baku dan Enceran Prosedur Totolkan masing-masing 1 µl Larutan uji
larutan uji, Prosedur dan Perhitungan Lakukan seperti dan Larutan baku pada lempeng silika gel P setebal 0,25
tertera pada Penetapan kadar dalam Daun Digitalis. mm, biarkan kering. Masukkan lempeng ke dalam
bejana kromatografi berisi Fase gerak, biarkan
- 313 -
Identifikasi
A. Masukkan sejumlah serbuk halus tablet setara
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Digitoksin dengan tidak kurang dari 1 mg digitoksin ke dalam labu
BPFI, larutkan dan jika perlu encerkan secara bertahap yang sesuai, tambahkan 20 ml kloroform P, sonikasi.
dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 40 µg per Saring dan uapkan filtrat di atas tangas uap dengan
ml. aliran udara sampai kering. Larutkan residu dalam 2 ml
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, larutan yang dibuat dengan mencampurkan 0,3 ml besi(III)
masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, larutkan dan klorida LP dan 50 ml asam asetat glasial P. Tambahkan
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 4 ml melalui dinding 2 ml asam sulfat P: terjadi warna
larutan ke dalam labu tentukur 25-ml. cokelat pada bidang batas kedua larutan, yang perlahan-
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah lahan berubah menjadi warna hijau muda, kemudian
digitoksin dan digoksin, larutkan dan jika perlu encerkan biru, dan akhirnya seluruh lapisan asam asetat menjadi
secara bertahap dengan Fase gerak hingga kadar warna biru.
masing-masing lebih kurang 40 µg per ml. B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada uji sesuai dengan puncak utama kromatogram Larutan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi baku seperti tertera pada Penetapan kadar.
dilengkapi dengan detektor 218 nm dan kolom 3,9 mm x
30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 Disolusi <1231> [Catatan Selama melakukan penetapan
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan ini gunakan peralatan kaca yang bersih; terlebih dahulu
baku dan Larutan kesesuaian sistem, rekam dibilas berturut-turut dengan asam klorida P, air, etanol
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera P,dan keringkan hat-hati. Cegah kontaminasi dari
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; partikel yang dapat berfluoresensi, permukaan logam
resolusi, R, antara puncak digoksin dan digitoksin tidak dan karet.]
kurang dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada Media disolusi: 500 ml larutan asam klorida P (3
penyuntikan ulang Larutan baku tidak lebih dari 2,0%. dalam 500). [Catatan Gunakan media disolusi yang
Waktu retensi relatif digoksin dan digitoksin masing- yang sama untuk seluruh pengujian.]
masing lebih kurang 0,35 dan 1,0. Alat tipe 1: 120 ± 5 rpm.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Waktu: 30 menit; 60 menit.
sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan Larutan uji Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 30 mg
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Digitoksin BPFI, larutkan dengan sedikit mungkin
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, etanol P dalam labu tentukur 500-ml, tambahkan etanol
digitoksin, C41H64O13, dengan rumus: encer P (4 dalam 5) sampai tanda.
Enceran larutan baku Pada saat akan digunakan
encerkan 5,0 ml Larutan baku dengan Media disolusi
- 314 -
hingga 500,0 ml. Masukkan 2,0-10,0 ml larutan ini Prosedur penetapan keseragaman kandungan
secara terpisah ke dalam corong pisah untuk Masukkan satu tablet ke dalam labu Erlemeyer
memperoleh Enceran larutan baku yang setara dengan bersumbat kaca yang sesuai. Tambahkan sejumlah
20%; 40%; 60%; 80% dan 100% digitoksin dari jumlah volume Fase gerak yang diukur saksama, seperti tertera
yang tertera pada etiket per 500 ml. Tambahkan Media pada Penetapan kadar dalam Digitoksin, hingga
disolusi hingga 10 ml, dan lakukan seperti tertera pada diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 10 µg per
Prosedur, mulai dari “Ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 15 ml; kocok menggunakan alat mekanik hingga tablet
ml kloroform P”. hancur sempurna (tidak kurang dari 30 menit). Sentrifus
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Uji Disolusi dan gunakan beningan sebagai larutan uji. Timbang
<1231>. Tepat setelah 30 menit, ambil alikuot pada saksama sejumlah Digitoksin BPFI, larutkan dalam Fase
bagian tengah antara batang pengaduk dan dinding gerak, encerkan secara bertahap dan kuantitatif dengan
bejana, dan lebih kurang pada pertengahan kedalaman Fase gerak hingga diperoleh larutan baku dengan kadar
labu disolusi. Saring larutan dengan cepat menggunakan lebih kurang 10 µg per ml. Lakukan seperti tertera
penyaring membran dengan porositas tidak lebih dari 0,8 pada Penetapan kadar. Hitung jumlah dalam mg,
µm, buang 10 ml filtrat pertama. Tanpa mengganti digitoksin, C41H64O14 dalam tablet yang digunakan dengan
Media disolusi, teruskan rotasi keranjang, tepat setelah rumus:
30 menit lakukan pengamblan alikuot yang lain dengan
LC rU
cara yang sama. Lakukan pada masing-masing larutan
tersebut sebagai berikut: Asumsikan terlarut 100%
digitoksin dari jumlah yang tertera pada etiket, D rS
pindahkan alikuot setara dengan 6 µg digitoksin ke
dalam corong pisah yang sesuai. Ekstraksi tiga kali, tiap
L adalah jumlah digitoksin dalam mg yang tertera pada
kali dengan 15 ml kloroform P. Kumpulkan ekstrak
etiket; C adalah kadar Digitoksin BPFI dalam µg per ml
kloroform dalam labu bersumbat kaca. Uapkan
larutan baku; D adalah kadar digitoksin dalam µg per ml
kumpulan ekstrak di atas tangas uap, dengan bantuan
larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket
aliran udara, hingga kering. Dengan cara yang sama,
dan faktor pengenceran; rU dan rS berturut-turut adalah
lakukan percobaan blangko menggunakan sejumlah
respons puncak digitoksin dari Larutan uji dan Larutan
volume Media disolusi yang sesuai.
baku.
Pengukuran fluoresensi Buat Larutan baku, atur
semua labu dalam satu rangkaian secara urut, hingga
Penetapan kadar
waktu yang digunakan dari penambahan pereaksi sampai
Fase gerak, Larutan baku, Larutan kesesuaian sistem,
pembacaan fluoresensi sama untuk setiap percobaan.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Perlakukan setiap labu pada waktu yang sama sebagai
Penetapan kadar dalam Digitoksin.
berikut: tambahkan 10 ml larutan segar dengan
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
melarutkan 35 mg asam askorbat P dalam 25 ml
20 tablet. Timbang saksama serbuk tablet yang setara
metanol P dan secara hati-hati tambahkan 100 ml asam
dengan lebih kurang 1 mg digitoksin, masukkan ke
klorida P. Campur, tambahkan 1 ml larutan segar
dalam labu tentukur 25-ml. Tambahkan 15 ml Fase
dengan mengencerkan 1 ml hidrogen peroksida P 30%
gerak, dan sonikasi. Encerkan dengan Fase gerak
dengan air hingga 500 ml, dan encerkan 1 bagian
sampai tanda. Saring, buang beberapa ml filtrat pertama.
volume larutan yang diperoleh dengan 20 bagian volume
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
air; campur dan tutup labu. Setelah 45 menit, ukur
kadar dalam Digitoksin. Hitung jumlah dalam µg,
fluoresensi pada lebih kurang 575 nm, dan pada panjang
digitoksin, C41H64O13, dalam serbuk tablet yang
gelombang eksitasi lebih kurang 395 nm. Koreksi tiap
digunakan dengan rumus:
pembacaan dengan blangko dan gambarkan kurva baku
fluoresensi terhadap persentase disolusi. Dengan
r
perhitungan dari kurva baku, tentukan persentase 25C U
disolusi digitoksin tiap tablet dalam 30 menit dan rS
persentase disolusi jumlah digitoksin dalam 60 menit,
dengan memperhatikan jumlah volume alikuot yang C adalah kadar Digitoksin BPFI dalam µg per ml
dipindahkan setelah 30 menit pertama. Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Toleransi Dalam waktu 30 menit, harus larut tidak puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
kurang dari 60% C41H64O13 , dari jumlah yang tertera
pada etiket, untuk tiap tablet yang diuji, dan dalam Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
waktu 60 menit, harus larut tidak kurang dari 85% dari
jumlah yang tertera pada etiket, untuk rata-rata tablet
yang diuji.
DIGOKSIN
Digoxin Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%; lakukan
penetapan menggunakan 100 mg zat.
O
O
Glikosida sejenis Tidak lebih dari 3%, dihitung sebagai
gitoksin.
OH CH3
H
Penampak bercak Campur 10 ml larutan kloramina T
CH3 H P (3 dalam 100) yang dibuat segar dan 40 ml larutan
asam trikloroasetat P dalam etanol mutlak P (1 dalam
H H OH
CH3
4).
O O
H Pelarut Campuran kloroform P-metanol P (2:1).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Digoksin
O
BPFI, larutkan dalam Pelarut hingga kadar 10 mg per
OHOH 3
ml.
Larutan baku gitoksin Timbang saksama sejumlah
3β-[(O-2,6-Dideoksi-β-D-ribo-heksopirannosil-(14)-
Gitoksin BPFI, larutkan dalam Pelarut hingga kadar
O-2,6-dideoksi-β-D-ribo-heksopiranosil)-(14)-2,6- 0,30 mg per ml.
Dideoksi-β-D-ribo-heksopiranosil)oksi]-12β,14- Larutan uji Timbang 250,0 mg zat, masukkan ke
dihidroksi-5β-kard-20(22)-enolida [20830-75-5] dalam labu tentukur 25-ml, larutkan dalam Pelarut,
C41H64O14 BM 780,95 encerkan dengan pelarut yang sama sampai tanda.
Prosedur Lakukan Kromatografi lapis tipis fase balik
Digoksin adalah glikosida kardiotonik yang diperoleh seperti tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan
dari daun Digitalis lanata Ehrhart (Familia secara terpisah masing-masing 10 µl Larutan uji,
Scrophulariaceae). Mengandung tidak kurang dari Larutan baku dan Larutan baku gitoksin pada lempeng
95,0% dan tidak lebih dari 101,0% C41H64O14 dihitung kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm yang terikat
terhadap zat yang telah dikeringkan. secara permanen dengan oktadesilsilana P (C18).
[Perhatian hati-hati, sangat beracun]. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi
fase gerak metanol P-air (7:3), biarkan merambat hingga
Pemerian Hablur, jernih hingga putih atau serbuk 15 cm di atas garis penotolan. Angkat lempeng, biarkan
hablur; putih; tidak berbau. kering di udara, semprot lempeng dengan Penampak
bercak yang dibuat segar; panaskan pada suhu 110º
selama 10 menit. Amati di bawah cahaya ultraviolet 366
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter; nm: tidak ada bercak pada kromatogram Larutan uji,
mudah larut dalam piridin; sukar larut dalam etanol kecuali bercak digoksin yang lebih intensif dari bercak
encer dan dalam kloroform. Larutan baku gitoksin.
Baku pembanding Digoksin BPFI; [Perhatian Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kardiotonik beracun.]; lakukan pengeringan pada Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 105º selama Kromatografi <931>.
1 jam sebelum digunakan. Gitoksin BPFI [Perhatian Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P (37:13),
Hindari kontak.]; tidak boleh dikeringkan sebelum saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
terlindung dari cahaya. Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Digoksin
Identifikasi BPFI, larutkan dalam etanol encer P, encerkan secara
A. Spektrum serapan inframerah zat yang bertahap hingga kadar lebih kurang 250 µg per ml.
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan Sonikasikan agar larut.
maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
seperti pada Digoksin BP FI. masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml. Larutkan
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan dalam lebih kurang 150 ml etanol encer P, sonikasikan
uji sesuai dengan Larutan baku seperti tertera pada dan encerkan dengan pelarut yang sama sampai tanda.
Penetapan kadar. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
C. Harga Rf bercak utama warna biru yang diperoleh sejumlah Digoksin BPFI dan digoksigenin
dari Larutan uji sesuai dengan yang diperoleh dari bisdigitoksida, larutkan dalam etanol encer P hingga
Larutan baku pada uji Glikosida sejenis, yang ditetapkan kadar masing-masing lebih kurang 40 µg per ml.
secara kromatografi lapis tipis. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; dilengkapi dengan detektor 218 nm dan kolom 4,2 mm x
lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 3,0
mmHg pada suhu 105º selama 1 jam. ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
- 316 -
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons Disolusi <1231> [Catatan Lakukan prosedur dengan
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku menggunakan peralatan kaca bersih yang terlebih
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%, dahulu dibilas berturut-turut dengan asam klorida P,
faktor ikutan puncak digoksin tidak lebih dari 2,0 dan air, etanol P dan keringkan hati-hati. Hindari
resolusi, R, antara puncak digoksin dan digoksigenin kontaminasi dari partikel yang dapat berfluoresensi, dan
bisdigitoksosida tidak kurang dari 2,0. dari permukaan logam dan karet.]
Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume Media disolusi:500 ml asam klorida 0,1 N [Catatan
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji Gunakan media disolusi yang sama untuk semua
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur pengujian.]
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, Alat tipe 1: 120 rpm.
digoksin, C41H64O14, dalam zat yang digunakan dengan Waktu: 60 menit.
rumus: Larutan asam askorbat-metanol Buat larutan asam
askorbat P dalam metanol P hingga kadar 2 mg per ml.
r Larutan hidrogen peroksida-metanol Encerkan 2,0
0 ,2C U ml hidrogen peroksida P 30% yang baru ditetapkan
rS kadarnya dengan metanol P hingga 100 ml. Simpan
dalam lemari pendingin. Pada waktu akan digunakan,
C adalah kadar Digoksin BPFI dalam µg per ml Larutan encerkan 2,0 ml larutan ini dengan metanol P hingga
baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak 100 ml.
Larutan baku dan Larutan uji. Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25
mg Digoksin BPFI, larutkan dengan sedikit mungkin
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. etanol P dalam labu tentukur 500-ml, tambahkan larutan
etanol encer P (4 dalam 5) sampai tanda. Encerkan 10,0
ml larutan ini dengan larutan etanol encer P (4 dalam 5)
TABLET DIGOKSIN hingga 100,0 ml, campur. Pada waktu akan digunakan,
Digoxin Tablet encerkan berturut-turut sejumlah alikuot dengan Media
disolusi hingga 50,0 ml untuk memperolah Larutan baku
Tablet Digoksin mengandung digoksin, C41H64O14, tidak setara dengan masing-masing 20%, 40%, 60%, 80% dan
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari 100% digoksin dari jumlah yang tertera pada etiket per
jumlah yang tertera pada etiket. 500 ml.
Baku pembanding Digoksin BPFI; [Perhatian Larutan uji Saring segera sejumlah alikuot
Kardiotonik beracun.]; lakukan pengeringan dalam menggunakan penyaring membran dengan porositas
hampa udara pada suhu 105º selama 1 jam sebelum tidak lebih dari 0,8 µm, buang 10 ml filtrat pertama.
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Gunakan filtrat selanjutnya sebagai Larutan uji.
Prosedur Masukkan masing-masing secara terpisah ke
Identifikasi dalam dua labu bersumbat kaca sejumlah volume sama
A. Penampak bercak Campur 10 ml larutan kloramina T (1,0 ml) Larutan uji, Larutan baku dan Media disolusi
P (3 dalam 100) yang dibuat segar dan 40 ml larutan sebagai blangko. Dimulai dari Larutan baku, tempatkan
asam trikloroasetat P dalam etanol mutlak P (1 dalam semua labu dalam urutan yang sama selama percobaan
4). sedemikian rupa, sehingga waktu yang digunakan dari
Pelarut Etanol mutlak P. penambahan pereaksi sampai pembacaan fluoresensi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Digoksin sama untuk tiap labu dalam satu rangkaian. Lakukan
BPFI, larutkan dalam Pelarut hingga kadar lebih kurang penambahan pada saat yang sama ketiga pereaksi
0,25 mg per ml. berikut, secepatnya, goyang setelah setiap penambahan:
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk tablet, 1,0 ml Larutan asam askorbat-metanol; 5,0 ml asam
setara dengan lebih kurang 0,5 mg digoksin, masukkan klorida P dan 1,0 ml Larutan hidrogen peroksida-
ke dalam tabung sentrifuga 10 ml. Tambahkan 2 ml metanol. Tutup labu, ukur fluoresensi setelah 2 jam pada
Pelarut, sonikasi selama 10 - 15 menit, dan sentrifus, lebih kurang 485 nm dan panjang gelombang eksitasi
gunakan beningan. lebih kurang 372 nm. Untuk uji kestabilan fluorometer,
Prosedur Lakukan seperti tertera pada uji Glikosida ulangi pengukuran fluoresensi pada satu atau lebih
sejenis dalam Digoksin, kecuali abaikan penggunaan Larutan baku yang digunakan. Koreksi pembacaan
Larutan baku Gitoksin. Amati lempeng di bawah cahaya terhadap blangko dan gambar kurva fluoresensi baku
ultraviolet 366 nm: harga Rf bercak utama Larutan uji terhadap persentase disolusi. Tetapkan persentase
sesuai dengan Larutan baku. disolusi digoksin dalam Larutan uji dari pembacaan
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan kurva baku.
uji sesuai dengan Larutan baku seperti diperoleh pada Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
Penetapan kadar. kurang dari 80% (Q) C41H64O14, dari jumlah yang tertera
- 317 -
pada etiket. Persyaratan dipenuhi jika jumlah yang Dihidroergotamin monometanasulfonat [6190-39-2]
terlarut memenuhi Tabel Penerimaan di bawah ini: C33H37N5O5.CH4O3S BM 679,79
HN
- 318 -
NH
(80:20), saring dan awaudarakan. H2NCNH
O
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian R R' . 3H2SO4
O
O
RNH
asetonitril P dan encerkan dengan Pengencer 1 secara
OH 2
kuantitatif dan jika perlu bertahap hingga kadar lebih
kurang 0,6 mg per ml. [Catatan Perbandingan akhir
asetonitril P dan Pengencer 1 harus sama dengan
perbandingan akhir dalam Larutan uji]. Dihidrostreptomisin sulfat (2:3) (garam) [5490-27-7]
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg zat, (C21H41N7O12)2.3H2SO4 BM 1461,44
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan
dengan 20 ml asetonitril P, encerkan dengan Pengencer Dihidrostreptomisin Sulfat mempunyai potensi setara
1 sampai tanda. dengan tidak kurang dari 650 µg dihidrostreptomisin,
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada C21H41N7O12 per mg. Jika pada etiket dinyatakan sebagai
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi hablur, potensinya setara dengan tidak kurang dari 725
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,0 mm x µg dihidrostreptomisin per mg, atau jika pada etiket
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,5 dinyatakan hanya untuk penggunaan oral, potensinya
ml per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: setara dengan tidak kurang dari 450 µg
dihidrostreptomisin per mg.
Waktu Larutan Larutan
Eluasi
(menit) A (%) B (%) Pemerian Serbuk hablur atau amorf; putih atau hampir
0 60 40 Kesetimbangan putih. Bentuk amorf bersifat higroskopis.
0-12 6050 4050 Gradien linier
12-20 5015 5085 Gradien linier
- 319 -
Kelarutan Mudah larut dalam air; praktis tidak larut ml; 2 ml; 3 ml; 4 ml; dan 5 ml larutan ini ke dalam lima
dalam aseton, dalam kloroform dan dalam metanol. labu tentukur 25-ml, tambahkan berturut-turut 9,0 ml;
8,0 ml; 7,0 ml; 6,0 ml; dan 5,0 ml air ke dalam labu
Baku pembanding Dihidrostreptomisin Sulfat BPFI; secara berurutan.
lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5 Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 800 mg
mmHg pada suhu 100º selama 4 jam sebelum digunakan. zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, larutkan
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari dan encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 10 ml
cahaya, di tempat sejuk. Streptomisin Sulfat BPFI; larutan ini ke dalam labu tentukur 25-ml.
lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5 Prosedur Pada masing-masing labu yang berisi
mmHg pada suhu 60º selama 3 jam sebelum digunakan. Larutan baku, Larutan uji, dan pada labu tentukur 25-ml
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari ke 7 yang berisi 10,0 ml air sebagai blangko, tambahkan
cahaya, di tempat sejuk. Endotoksin BPFI; [Catatan 2,0 ml natrium hidroksida 1 N, panaskan dalam tangas
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati- air selama 10 menit. Dinginkan labu tentukur dalam air
hati untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi es selama 3 menit, dan tambahkan pada masing-masing
semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan labu 2,0 ml asam klorida 1,2 N dan 5,0 ml larutan
vial yang belum dibuka dan larutan, dalam lemari besi(III) klorida P. Encerkan dengan air sampai tanda.
pendingin. Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku pada
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 550
Identifikasi nm terhadap larutan blangko. Buat kurva antara serapan
A. Pada larutan 4 mg zat dalam 2 ml air, tambahkan dan kadar streptomisin dalam µg per ml dari kelima
0,5 ml asam klorida 1 N, panaskan dalam tangas air larutan yang diperoleh dari Larutan baku. Dari kurva
selama 20 menit. Angkat tabung dari tangas, tambahkan yang diperoleh, tetapkan kadar streptomisin, C, dalam
1,0 ml larutan 1-naftol P dalam natrium hidroksida 1 N µg per ml Larutan uji, Hitung persentase streptomisin
(1 dalam 200). Panaskan lagi selama 10 menit, dengan rumus:
dinginkan sebentar dalam tangas es dan tambahkan air
hingga 25 ml: terjadi warna merah yang terlihat jelas
selama lebih kurang 10 menit. 6250 C
B. Larutan (1 dalam 50) menunjukkan reaksi Sulfat WP
cara A, B, dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi
Umum <291>. W adalah bobot zat dalam mg dan P adalah potensi,
dalam µg dihidrostreptomisin per mg zat seperti tertera
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat; lakukan pada Penetapan kadar.
pengujian bila pada etiket dinyatakan sebagai hablur.
Syarat lain Jika pada etiket tertera dihidrostreptomisin
pH <1071> Antara 4,5 dan 7,0; lakukan penetapan sulfat steril, memenuhi syarat uji Sterilitas <71> dan
menggunakan larutan yang mengandung 200 mg per ml; Endotoksin bakteri <201> seperti tertera pada
kecuali jika pada etiket dinyatakan untuk penggunaan Dihidrostreptomisin Injeksi. Jika pada etiket tertera
oral, maka pH adalah antara 3,0 dan 7,0. dihidrostreptomisin sulfat harus diproses lebih lanjut
untuk pembuatan sediaan injeksi, memenuhi syarat uji
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%; Endotoksin bakteri <201> seperti tertera pada
lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler Dihidrostreptomisin Injeksi.
dalam hampa udara pada suhu 60 selama 3 jam
menggunakan lebih kurang 100 mg zat; susut Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
pengeringan tidak lebih dari 14,0%, jika pada etiket turbidimetri seperti tertera pada Penetapan Potensi
dinyatakan untuk penggunaan oral. Antibiotik secara Mikrobiologi <131>.
Streptomisin Tidak lebih dari 3,0%; tidak lebih dari Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
1,0% jika pada etiket dinyatakan sebagai hablur; tidak
lebih dari 5,0% jika pada etiket dinyatakan hanya untuk
penggunaan oral.
DIKLOFENAK KALIUM
Larutan persediaan besi(III) klorida Larutkan 5 g
besi(III) klorida P dalam 50 ml asam klorida 0,1 N. Diclofenac Potassium
Larutan besi(III) klorida Encerkan 2,5 ml Larutan O
persediaan besi(III) klorida dengan asam klorida 0,01 N
hingga 100 ml. Gunakan larutan ini pada hari Cl OK
H
pembuatan. N
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Streptomisin Sulfat BPFI, larutkan dalam air hingga
Cl
diperoleh larutan persediaan yang mengandung 1,0 mg
streptomisin C21H39N7O12 per ml. Pipet masing-masing 1
- 320 -
C r VC rU
10 i
A rS 20 rS
ri adalah respons puncak cemaran lain yang diperoleh C adalah kadar Diklofenak Kalium BPFI dalam g per
dari Larutan uji. ml Larutan baku; V adalah volume labu tentukur yang
digunakan untuk pembuatan Larutan uji; rU dan rS
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Larutan baku.
Kromatografi <931>.
Pengencer Campuran air-metanol P (30:70). Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tidak tembus
Dapar fosfat pH 2,5 Buat campuran sejumlah volume cahaya, pada suhu ruang terkendali.
sama asam fosfat 0,01 M dan natrium fosfat monobasa
0,01 M. Atur pH hingga 2,5 ± 0,2 dengan penambahan
salah satu komponen yang sesuai. DIKLOFENAK NATRIUM
Fase gerak Buat campuran metanol P-Dapar fosfat Diclofenac Sodium
pH 2,5 (70:30), saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti O
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Diklofenak Cl ONa
Kalium BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer H
N
secara kuantitatif dan jika perlu bertahap hingga kadar
lebih kurang 50 g per ml.
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah dietil Cl
ftalat, Diklofenak Kalium BPFI dan Senyawa Sejenis A
Diklofenak BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur Natrium[o-(2,6-dikloroanilino)fenil]asetat [15307-79-6]
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan Pengencer C14H10Cl2NNaO2 BM 318,13
hingga kadar dietil ftalat P, Diklofenak Kalium BPFI
dan Senyawa Sejenis A Diklofenak BPFI berturut-turut Diklofenak Natrium mengandung tidak kurang dari
lebih kurang 40 g per ml; 0,5 mg per ml dan 37,5 g 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C14H10Cl2NNaO2,
per ml. dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet Pemerian Serbuk hablur; putih hingga hampir putih;
setara dengan lebih kurang 50 mg Diklofenak Kalium higroskopik. Melebur pada suhu 284.
dan masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml.
Tambahkan 70 ml Pengencer, aduk selama 60 menit dan Kelarutan Mudah larut dalam metanol; larut dalam
encerkan dengan Pengencer sampai tanda, dan sentrifus. etanol; agak sukar larut dalam air; praktis tidak larut
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dalam kloroform dan dalam eter.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x Baku pembanding Diklofenak Natrium BPFI;
25 cm berisi bahan pengisi L7 “end-capped”. Laju alir lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam
lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur rapat dan terlindung dari cahaya. Senyawa sejenis A
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, Diklofenak BPFI [N-(2,6-diklorofenil) indolin-2-on]
R, antara puncak dietil ftalat dan senyawa sejenis A (C14H9Cl2NO4 BM 278,14), tidak boleh dikeringkan.
diklofenak tidak kurang dari 2,5 dan resolusi, R, antara Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
puncak senyawa sejenis A diklofenak dan Diklofenak cahaya.
Kalium tidak kurang dari 3,5. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur Identifikasi
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
2,0%. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume gelombang yang sama seperti pada Diklofenak Natrium
sama (lebih kurang 10 l) Larutan uji dan Larutan baku BPFI.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur B. Waktu retensi puncak diklofenak pada Larutan uji
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, sesuai dengan Larutan resolusi yang diperoleh pada
diklofenak kalium, C14H10Cl2KNO2 dalam serbuk tablet Kemurnian kromatografi.
yang digunakan dengan rumus:
- 323 -
C. Residu yang diperoleh dari pemijaran Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
menunjukkan reaksi nyala Natrium seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Uji Identifikasi Umum <291>. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
25 cm, berisi bahan pengisi L7 ”end-capped”. Laju alir
Warna larutan Larutan 1 bagian dalam 20 ml metanol lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi
tidak berwarna hingga kuning pucat. Serapan larutan terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur
pada panjang gelombang 440 nm tidak lebih dari 0,050. respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu
Gunakan metanol sebagai blangko. retensi relatif dietil ftalat, senyawa sejenis A diklofenak
dan diklofenak natrium masing-masing adalah lebih
Kejernihan larutan Larutan yang dibuat seperti tertera kurang 0,5, 0,6 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak dietil
pada Warna larutan tidak berbeda nyata kejernihannya ftalat dan senyawa sejenis A diklofenak tidak kurang
bila dibandingkan dengan sejumlah metanol yang dari 2,2 dan antara puncak senyawa sejenis A diklofenak
diperlakukan sama. dan diklofenak natrium tidak kurang dari 6,5; Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
pH <1071> Antara 7,0 dan 8,5; lakukan penetapan kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
menggunakan larutan (1 dalam 100). pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 5%.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
lakukan pengeringan pada suhu 105 - 110 selama 3 jam. sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj; respons puncak utama setelah periode 2,5 kali waktu
buat Larutan uji menggunakan gelas piala borosilikat retensi diklofenak natrium. Hitung persentase senyawa
100 ml atau krus kuarsa. Jika setelah pemijaran pada sejenis A diklofenak dalam zat uji dengan rumus:
suhu 500-600 residu tidak putih sempurna, tambahkan
rU
hidrogen peroksida P secukupnya untuk melarutkan,
C
panaskan perlahan hingga kering dan pijarkan selama 1 10
jam. Ulangi perlakuan dengan hidrogen peroksida P dan W rS
pijarkan hingga residu putih sempurna. Lakukan seperti
tertera pada Larutan uji dimulai dari “Dinginkan, C adalah kadar Senyawa Sejenis A Diklofenak BPFI
tambahkan 4 ml asam klorida 6 N”.
dalam g per ml Larutan baku; W adalah bobot dalam
mg, diklofenak natrium dalam Larutan uji yang
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
digunakan; rU dan rS berturut-turut adalah respons
tidak lebih dari 0,2% dan jumlah semua cemaran tidak
puncak senyawa sejenis A diklofenak dalam Larutan uji
lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan cara
dan Larutan baku.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Hitung persentase masing-masing cemaran lain dalam
Kromatografi <931>.
zat dengan rumus:
Dapar fosfat pH 2,5 Campur sejumlah volume sama
asam fosfat 0,01 M dan natrium fosfat monobasa 0,01 M.
Jika perlu atur hingga pH 2,5 0,2 dengan penambahan C ri
10
komponen yang sesuai. W rS
Fase gerak Buat campuran metanol P-Dapar fosfat
pH 2,5 (70:30), saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lain
tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan Menaikkan dalam Larutan uji.
jumlah dapar akan meningkatkan resolusi].
Pengencer Campuran metanol P-air (70:30). Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 450 mg
Larutan resolusi Buat larutan dalam Pengencer yang zat, larutkan dalam 25 ml asam asetat glasial P, titrasi
mengandung 20 g dietil ftalat P, 7,5 g Senyawa dengan asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik akhir
Sejenis A Diklofenak BPFI dan 0,75 mg Diklofenak secara potensiometri. Lakukan penetapan blangko.
Natrium BPFI per ml.
Larutan baku Buat larutan Senyawa Sejenis A Tiap ml asam perklorat 0,1 N
Diklofenak BPFI dalam metanol P dengan kadar lebih setara dengan 31,81 mg C14H10Cl2NNaO2
kurang 0,75 mg per ml. Ukur saksama sejumlah volume
larutan, encerkan secara kuantitatif dengan Pengencer Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
dan tidak tembus cahaya.
hingga diperoleh larutan dengan kadar 1,5 g per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 75 mg
diklofenak natrium, masukkan ke dalam labu tentukur
100-ml, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
sampai tanda.
- 324 -
Larutan baku internal Timbang sejumlah naftalena, Sistem kromatografi <931> Lakukan seperti tertera
larutkan dalam sikloheksan P hingga kadar lebih kurang pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
50 µg per ml. tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom 4,6
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50,0 mg mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir
N,N-dimetilanilina, masukkan ke dalam labu tentukur lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi
50-ml, tambahkan 25 ml asam klorida 1 N, goyangkan terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
hingga larut, encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 5 respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
ml larutan, masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, kapasitas, k´, untuk dikloksasilin antara 4 dan 11,
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 1 ml larutan ini efisiensi kolom tidak kurang dari 700 lempeng teoritis,
ke dalam tabung sentrifuga yang sesuai, tambahkan 5,0 faktor ikutan puncak analit tidak lebih dari 2,0 dan
ml natrium hidroksida 1 N dan 1,0 ml Larutan baku simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
internal, kocok kuat selama 1 menit dan sentrifus. lebih dari 2,0%.
Gunakan beningan. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1,0 g zat. sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Masukkan ke dalam tabung sentrifuga yang sesuai, ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
tambahkan 5,0 ml natrium hidroksida 1 N, goyangkan respons puncak utama. Hitung jumlah dalam µg,
hingga larut dan tambahkan 1,0 ml Larutan baku dikloksasilin, C19H17Cl2N3O5S per mg zat yang
internal, kocok kuat selama 1 menit dan sentrifus. digunakan, dengan rumus:
Gunakan beningan.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
CE rU
200
W rS
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 2 mm x 2 m
berisi bahan pengisi 3% fase cair G3 pada partikel
penyangga S1A tersilanisasi, pertahankan suhu kolom C adalah kadar Dikloksasilin Natrium BPFI dalam mg
pada 120º. Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa per ml Larutan baku; E adalah kesetaraan dikloksasilin
dengan laju alir lebih kurang 30 ml per menit. dalam µg per mg Dikloksasilin Natrium BPFI; W adalah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume bobot zat yang digunakan dalam mg; rU dan rS berturut-
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur baku.
respons puncak utama. Perbandingan respon puncak
dimetilanilina terhadap naftalena yang diperoleh dari Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan baku.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
kurang dari 75% (Q) C19H17Cl2N3O5S, dari jumlah yang Rekonstitusi seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu 14
tertera pada etiket. hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam
lemari pendingin.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Larutan terkonstitusi Pada saat penggunaan, Larutan
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 5,0%. terkonstitusi dibuat dari Dikloksasilin natrium steril yang
memenuhi syarat untuk Larutan terkonstitusi pada
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Injeksi.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 16,70 unit
Larutan pengencer, Fase gerak, Larutan baku dan Endotoksin FI per mg dikloksasilin.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar dalam Dikloksasilin Natrium. Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 10 dengan Prosedur uji menggunakan penyaringan
kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur, bersihkan membran, menggunakan 6 g zat yang secara aseptik
dan timbang saksama cangkang kapsul, hitung bobot rata- dilarutkan dalam 200 ml Cairan A.
rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi kapsul
setara dengan lebih kurang 200 mg dikloksasilin, pH <1071> Antara 4,5 dan 7,5 lakukan penetapan
masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan menggunakan larutan 10 mg per ml, atau bila dikemas
dengan Larutan pengencer sampai tanda, aduk selama 10 untuk sediaan, gunakan larutan terkonstitusi seperti
menit dengan pengaduk magnetik. Saring dan buang 5 ml tertera pada etiket.
filtrat pertama, tampung lebih kurang 25 ml. Gunakan
beningan ini sebagai Larutan uji [Catatan Gunakan Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti tertera
Larutan uji segera atau simpan dilemari pendingin dan pada Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah <1131>.
gunakan pada hari yang sama]
Prosedur Lakukan penetapan menurut Prosedur seperti Syarat lain Memenuhi syarat Identifikasi, Air dan Sifat
tertera pada Penetapan kadar dalam Dikloksasilin Hablur seperti tertera pada Dikloksasilin Natrium. Juga
Natrium. Hitung jumlah dikloksasilin, C19H17Cl2N3O5S memenuhi syarat Keseragaman Sediaan <911> dan
dalam mg dari isi kapsul yang digunakan, dengan rumus: Penandaan pada Injeksi.
Larutan uji 3 segera atau simpan di lemari pendingin dan pH <1071> Antara 4,5 dan 7,5; lakukan penetapan
gunakan pada hari yang sama]. menggunakan suspensi yang dibuat dengan cara seperti
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti yang tertera pada etiket.
tertera pada Penetapan kadar dalam Dikloksasilin
Natrium. Hitung jumlah dikloksasilin, C19H17Cl2N3O5S Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0%.
dalam µg per ml Dikloksasilin Natrium Steril dari
Larutan uji 1, dengan rumus: Keseragaman sediaan <911> Untuk zat padat yang
dikemas dalam wadah dosis tunggal: Memenuhi syarat.
CE rU
200
W rS
Penetapan kadar
Pengencer, Fase gerak, Sistem kromatografi Lakukan
seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Dikloksasilin
C adalah kadar Dikloksasilin Natrium BPFI, dalam mg Natrium.
per ml Larutan baku; E adalah kesetaraan dikloksasilin Larutan dapar Gunakan Dapar nomor 1 seperti tertera
dalam µg per mg Dikloksasilin Natrium BPFI; W adalah pada Dapar fosfat dan Larutan lain dalam Penetapan
bobot dalam mg dikloksasilin yang digunakan; rU dan rS Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi <131>.
berturut-turut adalah respons puncak dikloksasilin dari Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 100 mg
Larutan uji dan Larutan baku. Dikloksasilin Natrium BPFI, masukkan ke dalam labu
Hitung jumlah dalam mg, dikloksasilin, C19H17Cl2N3O5S, tentukur 100-ml, tambahkan 20,0 ml dimetilformamida P,
yang diambil dari wadah atau volume larutan 5,0 ml etanol P dan 20 ml Larutan dapar dan aduk
terkonstitusi yang digunakan, dengan rumus: selama 5 menit dengan pengaduk magnetik, encerkan
dengan Larutan dapar sampai tanda. [Catatan Larutan
L CE rU
ini segera digunakan atau disimpan dalam lemari
D 1000 rS
pendingin dan gunakan pada hari yang sama].
Larutan uji Konstitusikan Dikloksasilin Natrium untuk
Suspensi Oral seperti tertera pada etiket. Ukur saksama
L adalah jumlah dikloksasilin, C19H17Cl2N3O5S dalam mg sejumlah volume suspensi yang dibuat segar bebas
seperti yang tertera pada etiket, dalam wadah atau dalam gelembung udara, setara dengan lebih kurang 125 mg
volume larutan terkonstitusi yang digunakan; D adalah dikloksasilin, masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml,
kadar dikloksasilin, dalam mg per ml Larutan uji 2 atau tambahkan 20,0 ml dimetilformamida P, 5,0 ml etanol P,
Larutan uji 3 seperti tertera pada etiket wadah atau aduk selama 15 menit, tambahkan 50,0 ml Larutan
volume larutan terkonstitusi yang digunakan, dan dapar, aduk selama 15 menit. Sentrifus selama 15 menit,
pengencerannya. saring lebih kurang 30 ml beningan, buang 5 ml filtrat
pertama [Catatan Larutan ini segera digunakan atau
Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk Padatan simpan di lemari pendingin dan gunakan pada hari yang
Steril seperti tertera pada Injeksi. sama].
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera
pada Penetapan kadar dalam Dikloksasilin Natrium.
DIKLOKSASILIN NATRIUM UNTUK Hitung jumlah dalam mg, dikloksasilin, C19H17Cl2N3O5S
SUSPENSI ORAL dalam suspensi yang digunakan, dengan rumus:
Dicloxacillin Sodium for Oral Suspension
rU
Dikloksasilin Natrium untuk Suspensi Oral adalah
125 V CE
1000V rS
campuran kering dikloksasilin natrium dengan satu atau
lebih dapar, pewarna, pengaroma dan pengawet yang C adalah kadar Dikloksasilin Natrium BPFI, dalam mg
sesuai. Mengandung dikloksasilin, C19H17Cl2N3O5S, tidak per ml Larutan baku; E adalah kesetaraan dikloksasilin
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari dalam µg per mg Dikloksasilin Natrium BPFI; V adalah
jumlah yang tertera pada etiket. volume suspensi yang digunakan dalam ml; rU dan rS
Baku pembanding Dikloksasilin Natrium BPFI; tidak berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Larutan baku.
Identifikasi Waktu retensi puncak utama dikloksasilin Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
kromatogram Larutan uji sesuai dengan kromatogram
Larutan baku seperti tertera pada Penetapan kadar.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol dan DILTIAZEM HIDROKLORIDA
dalam eter; sukar larut dalam kloroform dan sangat
Diltiazem Hydrochloride
mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan
dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya (+)-5[2-(Dimetilamino)etil]-cis-2,3-dihidro-3-hidroksi-2-(p-
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada metoksifenil)-1,5-benzotiazepin-4(5H)-on asetat (ester) mono
Dikumarol BPFI. hidroklorida [33286-22-5]
B. Spektrum serapan ultrviolet larutan (1 dalam C22H26N2O4S.HCl BM 450,98
100.000) dalam kloroform P menunjukkan maksimum
dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti Diltiazem Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
pada Dikumarol BPFI. 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C22H26N2O4S.HCl
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Keasaman Kocok 500 mg dalam 10 ml air selama 1
menit, saring: untuk menetralkan filtrat diperlukan tidak Pemerian Serbuk hablur atau hablur kecil; putih; tidak
lebih dari 0,50 ml natrium hidroksida 0,020 N, berbau; melebur pada suhu 210 disertai peruraian.
menggunakan merah metil LP sebagai indikator.
Kelarutan Mudah larut dalam kloroform, dalam metanol,
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; dalam asam format dan dalam air; agak sukar larut dalam
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam. etanol mutlak; tidak larut dalam eter.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,25%. Baku pembanding Diltiazem Hidroklorida BPFI;
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam
Cemaran umum <481> Lakukan penetapan seperti sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
tertera pada Prosedur dalam Cemaran Umum <481>. terlindung dari cahaya. Desasetil Diltiazem Hidroklorida
Larutan baku Buat larutan Dikumarol BPFI 0,025 mg BPFI; (C20H24N2O3S.HCl BM 408,95), tidak boleh
per ml; 0,05 mg per ml dan 0,1 mg per ml dalam dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
kloroform P. terlindung dari cahaya.
Larutan uji Buat larutan zat 5 mg per ml dalam
kloroform P. Identifikasi
Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P-asam A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
asetat glasial (95:5:5). dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
Prosedur Totolkan lempeng Larutan uji dan Larutan menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
baku keringkan lempeng pada suhu 105º selama 10 menit,
- 330 -
gelombang yang sama seperti pada Diltiazem ri adalah respons masing-masing puncak lain selain
Hidroklorida BPFI. puncak utama.
B. Waktu retensi puncak utama dari Larutan uji sesuai
dengan Larutan baku yang diperoleh pada Penetapan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kadar. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
C. Memberikan reaksi Klorida cara A, B dan C seperti Kromatografi <931>.
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Dapar Larutkan 1,16 g asam d-10-kamfersulfonat P
dalam 1000 ml natrium asetat 0,1 M, atur pH hingga 6,2
Rotasi jenis <1091> Antara +110 dan +116, dihitung dengan natrium hidroksida 0,1 N.
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P-
menggunakan larutan dalam air (1 dalam 100). metanol P (50:25:25), saring dan awudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%. tertera pada Kromatografi <931>.
Lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Diltiazem
Hidroklorida BPFI, larutkan dalam metanol P hingga
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. kadar lebih kurang 1,2 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 120 mg zat,
Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj. masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dalam
metanol P, encerkan dengan metanol P sampai tanda.
Senyawa sejenis Desasetil diltiazem tidak lebih dari Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah
0,5%, cemaran total termasuk desasetil diltiazem Diltiazem Hidroklorida BPFI dan Desasetil Diltiazem
hidroklorida tidak lebih dari 1,0% dan tidak boleh ada Hidroklorida BPFI larutkan dalam metanol P hingga
satu puncak pun lebih besar dari 0,5%. Lakukan kadar masing-masing 0,012 mg per ml.
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Dapar, Fase gerak, Larutan uji Lakukan seperti tertera dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom 3,9 mm x
pada Penetapan kadar. 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,6
Larutan baku Gunakan Larutan kesesuaian sistem ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
seperti tertera pada Penetapan kadar. kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
Penetapan kadar. Simpangan baku relatif respons puncak desasetil diltiazem dan diltiazem berturut turut lebih
pada penyuntikan ulang Larutan baku tidak lebih dari kurang 0,65 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak desasetil
10,0%. diltiazem dan diltiazem tidak kurang dari 3 dan jumlah
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume lempeng teoritis puncak diltiazem tidak kurang dari 1200.
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji Lakukan kromatogafi terhadap Larutan baku, rekam
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur kromatogram dan ukur respon puncak seperti tertera pada
respons semua puncak. Waktu retensi relatif desasetil Prosedur, simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
diltiazem dan diltiazem berturut-turut adalah 0,65 dan tidak lebih dari 2,0%.
1,0. Hitung persentase desasetil diltiazem hidroklorida zat Prosedur suntikkan secara terpisah sejumlah volume
yang digunakan dengan rumus: sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
C rU
10 diltiazem hidroklorida, C22H26N2O4S.HCl dalam zat yang
W rS digunakan dengan rumus:
Zat penjerap Gunakan asam silikat P 100 mesh yang hingga kertas timbal(II) asetat P memberikan hasil uji
sesuai untuk kromatografi. negatif. Masukkan lebih kurang 2 ml zat bebas hidrogen
Dapar baku Buat 100 ml dapar fosfat pH 6,0 seperti sulfida ke dalam labu tentukur 100-ml bersumbat kaca
tertera pada Penetapan pH <1071> tambahkan 100 mg yang telah ditara, timbang saksama, tambahkan metanol
natrium bisulfit P dan larutkan. P sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ini ke dalam labu
Pelarut heksan tercuci asam Pada 100 ml heksan P di Erlenmeyer 50 ml dan titrasi dengan iodium 0,1 N LV
dalam corong pisah tambahkan 10 ml asam sulfat P, hingga terjadi warna kuning tetap. Lakukan penetapan
kocok baik-baik selama tidak kurang dari 12 jam, biarkan blangko. Hitung persentase dimerkaprol, C3H8OS2,
lapisan memisah. Masukkan lapisan heksan ke dalam dengan rumus:
labu destilasi, dan destilasi perlahan-lahan, tampung
destilat yang terdestilasi pada suhu antara 35º dan 50º. 0,6211V
Gunakan destilat segar. 1,328T
Diisopropil eter Masukkan 100 ml diisopropil eter P W
dalam labu destilasi, dan destilasi, tampung destilat yang
V adalah volume iodum 0,1 N yang digunakan dalam ml;
terdestilasi pada suhu antara 68º dan 69º. Gunakan
W adalah bobot zat dalam g; T adalah persentase C3H8S3
destilat segar.
yang diperoleh pada penetapan 1,2,3-
[Perhatian Jangan menguapkan sampai hampir kering,
Trimerkaptopropana dan cemaran sejenis.
karena diisopropil eter dapat membentuk peroksida yang
mudah meledak.] Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Fase gerak Campur 50 ml Diisopropil eter dengan 50 di tempat dingin.
ml Pelarut heksan tercuci asam.
Tabung kromatografi Tabung kromatografi ukuran 13
mm x 600 mm, bersumbat wol kaca pada ujung bawah.
DIMETIKON
Kolom kromatografi Campur 20 g Zat penjerap dengan
20 ml Dapar baku. Buat menjadi bubur dengan 100 ml Dimethicone
kloroform P. Masukkan sedikit demi sedikit sejumlah
bubur ke dalam Tabung kromatografi, setiap penambahan
(CH3)3Si (CH3)2SiO CH3
usahakan agar selalu ada lapisan cairan di atas kolom n
untuk mencegah terbentuknya rongga udara. Cuci kolom
dengan Fase gerak hingga bebas kloroform dan biarkan
cairan turun sampai lapisan Zat penjerap. -(Trimetilsilil)-ω-metilpoli[oksi(dimetilsililena)] [9006-65-
Prosedur Timbang saksama lebih kurang 250 mg 9]
dimerkaprol yang dapat dibuktikan bebas hidrogen
sulfida seperti tertera pada Penetapan kadar; masukkan Dimetikon adalah campuran polimer siloksan rantai lurus
ke dalam labu tentukur 5-ml, tambahkan Fase gerak termetilasi sempurna mengandung satuan berulang
sampai tanda. Pipet 2 ml larutan ini ke dalam Kolom dengan rumus:
kromatografi, bila larutan sudah melalui kolom, cuci
dinding tabung dengan 2 ml Fase gerak dan biarkan [--(CH3)2SiO--]n
cairan turun sampai Zat penjerap. Masukkan Fase gerak
ke dalam Kolom kromatografi dan kumpulkan berturut- yang distabilkan dengan unit pembatas akhir trimetil-
turut dua fraksi yaitu (A) 20 ml Fraksi yang seluruhnya siloksi dengan rumus:
terdiri dari 1,2,3-trimerkaptopropana, dan (B) 3 ml fraksi
untuk kontrol. Pada tiap fraksi tambahkan volume yang [(CH3)3SiO--]
sama etanol P dan titrasi dengan iodum 0,1 N LV hingga
terjadi warna kuning tetap. Lakukan penetapan blangko n adalah nilai rata-rata yang menunjukkan viskositas
terhadap 20 ml Fase gerak yang sebelumnya sudah nominal dari tingkatan yang berbeda, antara 20 dan 12.500
dilewatkan kolom sebelum zat dimasukkan dan jika perlu sentistok. Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak
lakukan koreksi. Fraksi (B) tidak menghilangkan warna 1 lebih dari 103,0% polidimetilsiloksan, [--(CH3)2SiO]n.
tetes iodum 0,1 N LV.
Persyaratan Kekentalan, Bobot jenis, Indeks bias, Susut
Tiap ml iodum 0,1 N pemanasan berbeda untuk beberapa jenis dimetikon,
setara dengan 4,676 mg C3H8S3 seperti yang tertera dalam Tabel.
Penetapan kadar Lakukan uji adanya hidrogen sulfida Pemerian Larutan jernih tidak berwarna; tidak berbau.
pada dimerkaprol menggunakan kertas timbal(II) asetat P
Kelarutan Tidak larut dalam air, dalam metanol, dalam
yang dibasahi dan diletakkan di atas zat. Jika kertas etanol dan dalam aseton; sangat larut dalam isopropanol;
menjadi berwarna lebih gelap, alirkan gas kering nitrogen larut dalam hidrokarbon terklorinasi, benzen, toluen,
bebas oksigen atau bebas karbon dioksida melalui zat
xilen, eter dan heksan.
- 335 -
Syarat lain Dimetikon yang digunakan sebagai pelapis C adalah kadar Polidimetilsiloksan BPFI dalam mg per
wadah untuk pemakaian parenteral harus memenuhi ml Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah serapan
syarat tambahan seperti berikut: Larutan uji dan Larutan baku.
Pirogen <231> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
menggunakan larutan yang dibuat sebagai berikut: Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Masukkan 20,0 g zat ke dalam labu yang sesuai,
tambahkan 400 ml larutan natrium klorida P 0,9%
apirogen dan panaskan pada suhu 85º selama 1 jam. Pipet
sejumlah volme larutan ini dan dinginkan.
Tabel persyaratan Kekentalan, Bobot jenis, Indeks bias dan Susut pemanasan
memindahkan tutup tambahkan 2 ml asam klorida 3 N Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,2%;
dengan pipet, goyangkan hingga kalsium karbonat larut, lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam.
encerkan dengan air hingga lebih kurang 100 ml. Sambil
diaduk, lebih baik menggunakan pengaduk magnetik, Klorida Larutkan 500 mg dalam 5 ml etanol P dan 2 ml
tambahkan lebih kurang 30 ml Larutan uji dengan asam nitrat 2 N, tambahkan 1 ml perak nitrat LP: tidak
menggunakan buret 50-ml. Tambahkan 15 ml natrium terjadi kekeruhan atau tidak terbentuk endapan.
hidroksida 1 N dan 300 mg biru hidroksinaftol P yang
telah digerus, lanjutkan titrasi hingga warna biru. Hitung Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
jumlah dalam mg dinatrium edetat, C10H14N2Na2O8,
dengan rumus: Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
W
839,8 Kemurnian Kromatografi Lakukan penetapan dengan
V
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
W adalah bobot kalsium karbonat dalam mg dan V
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
adalah volume Larutan uji yang digunakan dalam ml.
tertera pada Penetapan kadar dalam Tablet Dipiridamol.
Larutan uji A Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
dalam metanol P hingga kadar 1 mg per ml.
Larutan uji B Encerkan 1,0 ml Larutan uji A dengan
metanol P hingga 100 ml.
DIPIRIDAMOL Prosedur Suntikkan 10 µl Larutan uji B ke dalam
Dypiridamol kromatograf. Atur sistem kromatografi hingga respons
puncak utama lebih kurang 5% skala penuh, waktu
retensi lebih kurang 6,5 menit. Suntikkan 10 µl Larutan
uji A dan lakukan kromatografi selama 10 menit: jumlah
N respons seluruh puncak lain selain puncak utama dari
N Larutan uji A tidak lebih besar dari respons puncak
N N(CH2CH2OH)2
utama Larutan uji B.
(HOH2CH2C)2N N
N
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 450
N mg zat, masukkan ke dalam gelas piala 250 ml dan
larutkan dalam 50 ml asam asetat glasial P. Aduk
selama 30 menit, tambahkan 75 ml aseton P dan aduk
lagi selama 15 menit, tambahkan 75 ml aseton P dan
2,2´2”,2’”-[(4,8-Dipiperidinopirimido[5,4-d] aduk lagi selama 15 menit. Titrasi dengan asam
pirimidina-2,6-diil)dinitrilo]tetraetanol [58-32-2] perklorat 0,1 N LV, tentukan titik akhir secara
C24H40N8O4 BM 504,63 potensiometrik menggunakan elektrode kaca dan
elektrode pembanding perak-perak klorida. Lakukan
Dipiridamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan titrasi blangko.
tidak lebih dari 102,0% C24H40N8O4, dihitung terhadap
zat yang telah dikeringkan. Tiap ml asam perklorat 0,1 N
setara dengan 50,46 mg C24H40N8O4
Pemerian Serbuk hablur, kuning; bentuk jarum.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Kelarutan Sangat mudah larut dalam metanol, dalam tidak tembus cahaya.
etanol dan dalam kloroform; sukar larut dalam air;
sangat sukar larut dalam aseton dan dalam etil asetat.
TABLET DIPIRIDAMOL
Baku pembanding Dipiridamol BPFI; lakukan Dypiridamol Tablet
pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam sebelum
digunakan. Tablet Dipiridamol mengandung Dipiridamol,
C24H40N8O4 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
Identifikasi Spektrum inframerah zat yang telah 110,0% dari jumlah tertera pada etiket.
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Baku pembanding Dipiridamol BPFI; lakukan
gelombang yang sama seperti pada Dipiridamol BPFI. pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam sebelum
digunakan.
Jarak lebur <1021> Antara 162º dan 168º, jarak antara
awal dan akhir melebur tidak lebih dari 2º.
- 338 -
Identifikasi Gerus sejumlah serbuk tablet setara dengan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
lebih kurang 100 mg dipiridamol dengan 10 ml asam pada Kromatografi <931>.
klorida 0,1 N, saring, kumpulkan filtrat dalam gelas Larutan baku Timbang saksama sejumlah
piala. Tambahkan natrium hidroksida 0,1 N sampai Dipiridamol BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga
larutan bereaksi alkali dan terbentuk endapan. Panaskan kadar lebih kurang 15 µg per ml.
di atas tangas uap selama 1 menit, dinginkan dan saring. Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 20 tablet ke
Keringkan endapan pada suhu 105º selama 1 jam: dalam labu tentukur 1000-ml, tambahkan 100 ml air dan
endapan yang diperoleh memenuhi Identifikasi seperti sonikasi selama 15 menit. Tambahkan lebih kurang 750
tertera pada Dipiridamol. ml metanol P dan kocok secara mekanik selama 30
menit. Encerkan dengan metanol P sampai tanda dan
Disolusi <1231> sentrifus. Encerkan sejumlah beningan (VS ml) dengan
Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,1 N. Fase gerak hingga diperoleh larutan (VA ml) yang
Alat tipe 2: 50 rpm. mengandung dipiridamol lebih kurang 15 µg per ml.
Waktu: 30 menit. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C24H40N8O4 yang Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika perlu dilengkapi dengan detektor 288 nm dan kolom 3,9 mm x
encerkan dengan Media disolusi dan serapan Larutan 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,5
baku Dipiridamol BPFI dalam media yang sama pada ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 282 baku, ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
nm. efisiensi kolom dihitung dari puncak analit tidak kurang
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak dari 1000 lempeng teoritis; faktor ikutan puncak analit
kurang dari 70% (Q) C24H40N8O4, dari jumlah yang tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
tertera pada etiket. penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Prosedur keseragaman kandungan Masukkan 1 ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama.
tablet dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 50 ml Hitung jumlah dalam mg dipiridamol, C24H40N8O4,
asam klorida 1 N, panaskan di atas tangas uap selama 5 dalam tablet yang digunakan, dengan rumus:
menit, kocok secara mekanik selama 30 menit.
Dinginkan hingga suhu kamar, encerkan dengan asam V r
klorida 1 N sampai tanda. Saring, buang 25 ml filtrat C A U
pertama. Encerkan filtrat dengan air hingga kadar VS rS
dipiridamol lebih kurang 10 µg per ml. Ukur serapan
larutan ini dan larutan Dipiridamol BPFI lebih kurang C adalah kadar Dipiridamol BPFI dalam µg per ml
10 µg per ml dalam media yang sama pada panjang Larutan baku; VA adalah volume Larutan uji dalam ml;
gelombang serapan maksimum lebih kurang 282 nm VS adalah volume beningan yang digunakan dalam ml;
dengan menggunakan asam klorida 0,02 N sebagai rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan
blangko. Hitung jumlah dalam mg dipiridamol, uji dan Larutan baku.
C24H40N8O4, dalam tablet dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya.
TC AU
D AS
DISIKLOMIN HIDROKLORIDA
T adalah jumlah dipiridamol dalam mg per tablet yang Dicyclomine Hydrochloride
tertera pada etiket; C adalah kadar Dipiridamol BPFI
dalam µg per ml Larutan baku; D adalah kadar
dipiridamol dalam µg per ml Larutan uji, dari jumlah
per tablet yang tertera pada etiket dan besarnya HCl
pengenceran; AU dan AS berturut-turut adalah serapan
Larutan uji dan Larutan baku. COOCH2CH2N(C2H5)2
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam. Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 500 mg zat Fase gerak Campuran butanol P-air-amonium
dalam 5 ml asam sulfat LP: warna larutan tidak lebih hidroksida P (80:15:5). Gunakan lapisan atas dari
intensif dari Larutan padanan D. campuran yang telah memisah.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> dalam metanol P hingga kadar 2,0%.
Metode I Memenuhi syarat. Enceran larutan uji Encerkan larutan uji dengan
metanol P hingga kadar 0,0050%.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 600 Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
mg zat, larutkan dalam 70 ml asam asetat glasial P, µl Larutan uji dan Enceran larutan uji pada lempeng
tambahkan 10 ml raksa(II) asetat LP dan 1 tetes kristal kromatografi Silika gel G. Masukkan lempeng ke dalam
violet LP dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV bejana kromatografi yang berisi Fase gerak. Angkat
sampai warna biru. Jika perlu lakukan penetapan lempeng, biarkan mengering di udara dan semprot
blangko. dengan kalium iodobismutat encer LP, bercak lain selain
bercak utama dari Larutan uji tidak boleh lebih intensif
Tiap ml asam perklorat 0,1 N dari bercak utama Enceran larutan uji.
setara dengan 34,60 mg C19H35NO2.HCl
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. lakukan pengeringan pada suhu 80º pada tekanan tidak
lebih dari 5 mmHg selama 2 jam, menggunakan 1 g zat.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N Fase gerak Campuran toluen P-etanol mutlak P-
setara dengan 16,97 mg C21H29N3O amonium hidroksida P (170:28:2).
Larutan baku A dan Larutan baku B Timbang
saksama sejumlah Disopiramida Fosfat BPFI, larutkan
DISOPIRAMIDA FOSFAT dalam metanol P hingga kadar masing-masing 50 µg per
Disopyramide Phosphate ml (Larutan baku A) dan 100 µg per ml (Larutan baku
B).
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 10 mg per
ml.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
[(CH3)2CH]2NCH2CH2CCONH2 H3PO4 µl Larutan uji, Larutan baku A dan Larutan baku B pada
lempeng silika gel. Masukkan lempeng ke dalam bejana
N kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak,
biarkan merambat hingga tiga perempat tinggi lempeng.
Angkat lempeng, keringkan di udara, semprot dengan
kalium bismut iodida LP. Harga Rf bercak utama pada
-[2-(Diisopropilamino)etil]--fenil-2-piridin- Larutan uji sesuai dengan harga Rf Larutan baku B. Jika
asetamida fosfat (1:1) [22059-60-5] terdapat larutan bercak lain selain bercak utama pada
C21H29N3O.H3PO4 BM 437,47 Larutan uji, perkirakan kadar masing-masing dengan
membandingkan terhadap bercak utama Larutan baku A
Disopiramida Fosfat mengandung tidak kurang dari dan Larutan baku B; jumlah intensitas bercak lain selain
98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C21H29N3O.H3PO4, bercak utama Larutan baku B.
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 160
Pemerian Serbuk; putih atau praktis putih; tidak berbau. mg zat, larutkan dalam 50 ml asam asetat glasial P,
Meleleh pada suhu 205º disertai peruraian. titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik
akhir secara potensiometrik. Lakukan penetapan blangko.
Kelarutan Mudah larut dalam air; sukar larut dalam
etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. Tiap ml asam perklorat 0,1 N
setara dengan 21,87 mg C21H29N3O.H3PO4
Baku pembanding Disopiramida Fosfat BPFI; lakukan
pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam sebelum Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
digunakan. tidak tembus cahaya.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang KAPSUL DISOPIRAMIDA FOSFAT
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan Disopyramide Phosphate Capsule
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Disopiramida Fosfat BPFI. Kapsul Disopiramida Fosfat mengandung disopiramida
B. Larutan (1 dalam 200) menunjukkan reaksi Fosfat fosfat yang setara dengan tidak kurang dari 90,0% dan
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. tidak lebih dari 110,0% disopiramida, C21H29N3O, dari
jumlah yang tertera pada etiket.
pH <1071> Antara 4,0 dan 5,0; lakukan penetapan
menggunakan larutan (1 dalam 20). Baku pembanding Disopiramida Fosfat BPFI; lakukan
pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam sebelum
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam. terlindung dari cahaya.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. Identifikasi Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> Kromatografi <931>.
Metode I Memenuhi syarat. Fase gerak Campuran toluen P-etanol P-amonium
Larutan uji Buat larutan dengan kadar 20 mg per ml. hidroksida P (170:28:2).
Larutan baku Buat larutan dengan kadar dua kali Larutan uji Timbang saksama sejumlah isi kapsul
kadar yang ditetapkan. setara lebih kurang 125 mg disopiramida fosfat,
masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, tambahkan 20
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan
ml metanol P, kocok selama 20 menit. Encerkan dengan
cara Kromatografi Lapis Tipis seperti tertera pada
metanol P sampai tanda, saring melalui kertas saring
Kromatografi <931>.
- 341 -
Whatman No.2 atau yang setara, buang 10 ml filtrat C21H29N3O, dalam serbuk kapsul yang digunakan
pertama. dengan rumus:
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Disopiramida Fosfat BPFI, larutkan dalam metanol P 339,48 AU
3,125 C
hingga kadar lebih kurang 6,2 mg per ml. 437,47 AS
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
µl Larutan uji dan Larutan baku pada jarak yang sama C adalah kadar Disopiramida Fosfat BPFI dalam µg per
2,5 cm dari tepi bawah lempeng kromatografi Silika gel ml Larutan baku; 339,48 dan 437,47 berturut-turut
P 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana adalah bobot molekul disopiramida dan disopiramida
kromatografi berisi Fase gerak dan biarkan merambat fosfat; AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan
hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, uji dan Larutan baku.
keringkan di udara. Amati bercak di bawah cahaya
ultraviolet 254 nm.. Harga Rf bercak utama Larutan uji Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
sesuai dengan harga Rf Larutan baku. tertutup baik.
Disolusi <1231>
Media disolusi: 1000 ml air. DOBUTAMIN HIDROKLORIDA
Alat tipe 2: 50 rpm. Dobutamine Hydrochloride
Waktu: 20 menit.
Prosedur Saring 15 ml alikuot dan pipet 10 ml ke OH
metanol P-air (1:1) sampai tanda, jika perlu hangatkan C adalah kadar Dobutamin Hidroklorida BPFI dalam
pada suhu 30º - 35º sampai zat larut. Segera dinginkan mg per ml Larutan baku; D adalah kadar dobutamin
larutan sampai suhu ruang. Ukur serapan menggunakan hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji; ri adalah
air sebagai blangko pada panjang gelombang 480 nm, respons puncak masing-masing cemaran dalam Larutan
tidak lebih dari 0,04. uji dan rS adalah respons puncak dobutamin hidroklorida
dari Larutan baku.
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
tidak lebih dari 0,5%; dan total cemaran tidak lebih dari Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Kromatografi <931>.
<931>. Dapar fosfat Masukkan lebih kurang 23 g amonium
Larutan A Larutkan 2,60 g natrium 1-oktansulfonat P fosfat monobasa P ke dalam labu tentukur 2000-ml,
dalam 1000 ml air, pipet 3 ml trietilamin P dan tambahkan 1900 ml air dan campur. Atur pH larutan
masukkan ke dalam larutan. Atur pH larutan hingga 2,5 hingga 2,2 dengan penambahan asam fosfat P, encerkan
dengan penambahan asam fosfat P, saring dan dengan air sampai tanda.
awaudarakan. Fase gerak Buat campuran Dapar fosfat-asetonitril P
Larutan B Buat campuran metanol P–asetonitril P (4:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
(82:18), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
pada Kromatografi <931>. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Pengencer Buat campuran Larutan A–Larutan B (1:1). sejumlah 5-(hidroksimetil)furfural dan Dobutamin
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan secara
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Jika kuantitatif dan jika perlu bertahap, dengan air hingga
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem kadar masing-masing lebih kurang 0,01 dan 0,5 mg per
seperti tertera pada Kromatografi <931>. ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Dobutamin Larutan baku Timbang saksama sejumlah Dobutamin
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan secara Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan secara
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Pengencer kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan air hingga
hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per ml. kadar lebih kurang 0,5 mg per ml. [Catatan Buat pada
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, hari penetapan dan simpan pada lemari pendingin
masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan sampai akan disuntikkan].
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Larutan uji Timbang saksama 50 mg zat, masukkan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dengan air sampai tanda. [Catatan Simpan dalam lemari
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm x pendingin sebelum disuntikkan dan gunakan sebelum 8
15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 jam].
ml per menit. Kromatograf diatur sebagai berikut: Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 3,9 mm x
(menit) (%) (%) 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,5
0 65 35 Kesetimbangan
0-5 65 35 Isokratik ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
5-20 65→20 35→80 gradien linier kesesuaian sistem, ukur respons puncak seperti tertera
20-25 20 80 Isokratik dalam Prosedur: waktu retensi relatif untuk 5-
25-26 20→65 80→35 gradien linier (hidroksimetil)furfural dan dobutamin berturut-turut
26-30 65 35 Kesetimbangan
adalah lebih kurang 0,62 dan 1,0. Waktu retensi
Lakukan kromatografi Larutan baku, ukur respons dobutamin tidak lebih dari 5,3 menit. Lakukan
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons
puncak tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. puncak tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0 %.
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
respons semua puncak. Hitung persentase masing- ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
masing cemaran dalam zat, dengan rumus: respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
dobutamin hidroklorida, C18H23NO3.HCl, dalam zat yang
C r digunakan dengan rumus:
100 i
D rS r
100 C U
rS
- 343 -
C adalah kadar Dobutamin Hidroklorida BPFI dalam kadar masing-masing lebih kurang 0,3 dan 0,56 mg per
mg per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah ml.
respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Dobutamin
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat gerak secara kuantitatif dan jika perlu bertahap hingga
dan simpan dalam suhu ruang terkendali. kadar lebih kurang 0,56 mg per ml (setara dengan
dobutamin lebih kurang 0,5 mg per ml).
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara
INJEKSI DOBUTAMIN dengan lebih kurang 25 mg dobutamin ke dalam labu
Dobutamine Injection tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai
tanda.
Injeksi Dobutamin adalah larutan steril Dobutamin Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Hidroklorida dalam Air untuk injeksi P. Mengandung Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
sejumlah dobutamin hidroklorida setara dengan dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm x
dobutamin, C18H23NO3, tidak kurang dari 90,0% dan 25 cm berisi bahan pengisi L1 yang dideaktivasi, dengan
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per
etiket. Dapat mengandung satu atau lebih antioksidan, menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
bahan pengkhelat atau pengawet yang sesuai. kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
Baku pembanding Dobutamin Hidroklorida BPFI; relatif untuk 4-(4-hidroksifenil)-2-butanon dan
tetapkan kadar air secara titrimetri pada waktu akan dobutamin berturut-turut adalah lebih kurang 0,9 dan
digunakan untuk analisis kuantitatif, simpan dalam wadah 1,0; resolusi, R, antara 4-(4-hidroksifenil)-2-butanon dan
tertutup rapat. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat dobutamin tidak kurang dari 1,5; faktor ikutan puncak
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk dobutamin tidak lebih dari 1,5 dan simpangan baku relatif
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Identifikasi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
dalam Dobutamin untuk Injeksi menggunakan 10 µl dobutamin, C18H23NO3, dalam injeksi yang digunakan
larutan. dengan rumus:
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 2,08 unit
Endotoksin FI per mg dobutamin. 301,39 rU
50 C
337 ,84 rS
pH <1071> Antara 2,5 dan 5,5.
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti C adalah kadar Dobutamin Hidroklorida BPFI dalam
tertera pada Injeksi volume kecil. mg per ml Larutan baku; 301,39 dan 337,84 berturut-
turut adalah bobot molekul dobutamin dan dobutamin
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi. hidroklorida; rU dan rS berturut-turut adalah respons
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
Kromatografi <931>. atau wadah dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I.
Larutan pasangan ion Larutkan 3,38 g natrium 1-
oktansulfonat P dalam 1000 ml air, pipet 3 ml trietilamin Penandaan Cantumkan pernyataan yang menunjukkan
P dan masukkan ke dalam larutan. Atur pH larutan bahwa dosis yang sesuai diencerkan dengan pembawa
hingga 2,5 dengan penambahan asam fosfat P. parenteral yang sesuai sebelum digunakan.
Fase gerak Buat campuran Larutan pasangan ion-
asetonitril P-metanol P (58:28:14). Saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut DOBUTAMIN UNTUK INJEKSI
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi Dobutamine for Injection
<931>. [Catatan Perbandingan asetonitril P dan
metanol P merupakan factor kritis untuk urutan elusi Dobutamin untuk Injeksi adalah campuran steril
komponen dari larutan kesesuaian sistem]. dobutamin hidroklorida dengan pengencer yang sesuai.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama Mengandung sejumlah dobutamin hidroklorida setara
sejumlah 4-(4-hidroksifenil)-2-butanon dan Dobutamin dengan dobutamin, C18H23NO3, tidak kurang dari 90,0%
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
gerak secara kuantitatif dan jika perlu bertahap hingga etiket. [Perhatian Penanganan harus sangat hati-hati
untuk mencegah terhirup, terpapar pada kulit dan mata].
- 344 -
Baku pembanding Dobutamin Hidroklorida BPFI; yang sesuai, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu
tetapkan kadar air secara titrimetri pada waktu akan bertahap dengan Fase gerak hingga kadar dobutamin
digunakan untuk analisis kuantitatif, simpan dalam wadah lebih kurang 0,5 mg per ml.
tertutup rapat. Endotoksin BPFI, [Catatan Bersifat Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. dobutamin, C18H23NO3, dalam setiap wadah dobutamin
untuk Injeksi yang digunakan dengan rumus:
Larutan terkonstitusi Pada waktu digunakan,
memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera 301,39 rU
pada Injeksi. Tidak boleh digunakan jika berwarna 10 CD
coklat atau mengendap. 337 ,84 rS
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada C adalah kadar Dobutamin Hidroklorida BPFI dalam
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. mg per ml Larutan baku; D adalah faktor pengenceran
Fase gerak Buat campuran etil asetat P-propanol P- Larutan uji; 301,39 dan 337,84 berturut-turut adalah
air-asam asetat glasial P (100:40:15:5). bobot molekul dobutamin dan dobutamin hidroklorida; rU
Larutan baku Timbang sejumlah Dobutamin dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari Larutan
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan uji dan Larutan baku.
metanol P hingga kadar lebih kurang 10 mg per ml.
Larutan dibuat pada saat akan digunakan. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah padatan steril
Larutan uji Larutkan sejumlah dobutamin untuk seperti tertera pada Injeksi pada suhu ruang terkendali.
injeksi dalam metanol P dan encerkan dengan metanol P
hingga kadar lebih kurang 10 mg per ml, sentrifus
hingga jernih DOKSILAMIN SUKSINAT
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 Doxylamine Succinate
l Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng silika gel
setebal 0,25 mm. Biarkan bercak sampai kering.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
berisi Fase gerak, biarkan merambat hingga tiga per CH3
CH3 O
Larutan baku.
2-[α-[2-(Dimetilamino)etoksi]-α-metilbenzil] piridin
Endotoksin Bakteri <201> Tidak lebih dari 5,56 unit suksinat (1: 1) [562-10-7]
Endotoksin FI per mg dobutamin. C17H22N2O. C4H6O4 BM 388,46
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Doksilamin Suksinat mengandung tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C17H22N2O.C4H6O4,
pH <1071> Antara 2,5 dan 5,5; lakukan penetapan dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
menggunakan 1 vial yang dilarutkan dalam 10 ml air.
Pemerian Serbuk; putih atau putih krem, bau khas.
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
tertera pada Injeksi volume kecil.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dan dalam
etanol; mudah larut dalam kloroform; sangat sukar larut
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
dalam eter dan dalam benzen.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Baku pembanding Doksilamina suksinat BPFI; tidak
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Kromatografi <931>.
terlindung cahaya.
Larutan pasangan ion, Fase gerak, Larutan
kesesuaian sistem, Larutan baku, Sistem kromatografi
Identifikasi
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam A. Spektrum serapan ultraviolet larutan 20 µg per ml
Injeksi Dobutamin. dalam asam klorida 0,1 N, menunjukkan maksimum dan
Larutan uji Suntikkan lebih kurang 10 ml Fase gerak
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
ke dalam 1 vial Dobutamin untuk Injeksi, jaga agar
pada Doksilamina suksinat BPFI, dan daya serap
tekanan dalam vial tidak meningkat. Kocok sampai larut
masing-masing dihitung terhadap zat yang telah
sempurna. Pindahkan larutan ke dalam labu tentukur
- 345 -
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Pemerian Serbuk hablur; kuning.
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor Kelarutan Mudah larut dalam asam encer dan dalam
pentoksida P selama 5 jam. larutan alkali hidroksida; agak sukar larut dalam etanol;
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. sangat sukar larut dalam air; praktis tidak larut dalam
Senyawa sejenis mudah menguap Masing-masing kloroform dan dalam eter.
cemaran tidak lebih dari 1,0% dan total cemaran tidak
lebih dari 2,0%. Baku pembanding Doksisiklin Hiklat BPFI; tidak boleh
Lakukan penetapan dengan Kromatografi gas seperti dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
tertera pada Kromatografi <931>. Larutkan 650 mg zat terlindung dari cahaya dan pada tempat dingin.
dalam 20 ml asam klorida 0,1 N pada corong pisah. Metasiklin Hidroklorida BPFI; tidak boleh dikeringkan
Basakan larutan dengan natrium hidroksida 2,5 N, dan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
ekstraksi segera sebanyak empat kali, tiap kali terlindung dari cahaya dan dalam lemari pembeku.
menggunakan 25 ml eter P, saring setiap ekstrak melalui
kapas yang sudah dijenuhkan dengan eter P. Uapkan Identifikasi Larutkan sejumlah zat dalam metanol P
campuran ekstrak eter di atas tangas air dengan bantuan hingga diperoleh Larutan uji dengan kadar 1 mg per
aliran udara untuk pengeringan pada suhu tidak lebih ml. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
dari 50º, dan larutkan residu dalam 5 ml etanol P. Tetrasiklin <271>.
Suntikkan lebih kurang 1 µl larutan ke dalam
kromatograf gas seperti pada Kromatografi <931> yang Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala, kolom kaca 4
mm x 2 m berisi bahan pengisi G16 5% dan G12 5% pH <1071> Antara 5,0 dan 6,5; lakukan penetapan
dengan ukuran partikel 60 - 80 mesh S1A. Pertahankan menggunakan suspensi dalam air yang mengandung 10
suhu kolom pada lebih kurang 212º, suhu injektor dan mg per ml.
detektor pada lebih kurang 250º, dan gunakan helium P
kering sebagai gas pembawa. Air <1031> Metode I Antara 3,6% dan 4,6%.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500 Senyawa sejenis Masing-masing cemaran tidak lebih
mg zat, larutkan dalam 80 ml asam asetat glasial P. dari batas yang tertera pada Tabel berikut:
Tambahkan kristal violet LP, titrasi dengan asam
perklorat 0,1 N LV sampai titik akhir titrasi berwarna Tabel
hijau zamrud. Lakukan penetapan blangko. Cemaran Batas (%)
Metasiklin 2
Tiap ml asam perklorat 0,1 N Cemaran tereluasi sebelum
metasiklin 0,5
setara dengan 19,42 mg C17H22N2O.C4H6O4
6-epidoksisiklin 2
Cemaran lain yang tereluasi setelah
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, puncak utama doksisiklin 0,5
terlindung dari cahaya.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
- 346 -
Fase gerak dan Pengencer Lakukan seperti tertera per mg Doksisiklin Hiklat BPFI; W adalah bobot dalam
pada Penetapan kadar dalam Doksisiklin Hiklat. mg doksisiklin yang digunakan untuk membuat Larutan
Larutan kesesuaian sistem Lakukan seperti Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
resolusi pada Penetapan kadar dalam Doksisiklin Hiklat. Larutan uji dan Larutan baku.
Larutan baku persediaan metasiklin, Larutan baku 1,
Larutan baku 2 dan Sistem kromatografi Lakukan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
seperti tertera pada Senyawa sejenis dalam Doksisiklin tidak tembus cahaya.
Hiklat.
Larutan uji Gunakan Larutan uji seperti tertera pada
Penetapan kadar. DOKSISIKLIN HIKLAT
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Senyawa Doxycycline Hyclate
sejenis dalam Doksisiklin Hiklat. Hitung persentase
metasiklin dalam zat yang digunakan dengan rumus: 4-(Dimetilamino)-1,4,4a,5,5a,6,11,12a-oktahidro -
3,5,10,12,12a-pentahidroksi-6-metil-1,11-diokso -2-
C rU
naftasenakarboksamida monohidroklorida, bersenyawa
5000 M dengan etanol (2:1), monohidrat [24390-14-5]
W rM
(C22H24N2O8.HCl)2.C2H6O.H2O BM 1025,89
Doksisiklin Hiklat mempunyai potensi setara dengan
CM adalah kadar Metasiklin Hidroklorida BPFI dalam
tidak kurang dari 800 µg dan tidak lebih dari 920 µg
mg per ml Larutan baku 2; W adalah bobot zat dalam mg doksisiklin, C22H24N2O8 per mg.
Larutan uji; rU dan rM berturut-turut adalah respons Pemerian Serbuk hablur; kuning.
puncak metasiklin Larutan uji dan Larutan baku 2.
Hitung persentase masing-masing cemaran, selain
Kelarutan larut dalam air dan dalam larutan alkali
metasiklin, dalam zat dengan rumus:
hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat; sukar larut
dalam etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan
C ri
dalam eter.
5000 S
W rS
Baku pembanding Doksisiklin Hiklat BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
CS adalah kadar Doksisiklin Hiklat BPFI dalam mg per
ml Larutan baku 2; W adalah bobot zat dalam mg terlindung cahaya dan pada tempat dingin. Endotoksin
BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan
Larutan uji; ri adalah respons puncak masing-masing
isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
cemaran dari Larutan uji; dan rS adalah respons puncak
Rekonstitusi semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14
doksisiklin dari Larutan baku 2.
hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam
lemari pendingin. Metasiklin hidroklorida BPFI; tidak
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya dan dalam lemari pembeku.
Kromatografi <931>.
Fase gerak, Pengencer, Larutan resolusi, Larutan
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
baku, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
Penetapan kadar dalam Doksisiklin hiklat [Catatan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Selama melakukan prosedur berikut ini, lindungi
seperti pada Doksisiklin hiklat BPFI.
Larutan baku dan Larutan uji dari cahaya].
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 55 mg zat,
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 12
ml asam klorida 0,1 N, goyang hingga larut, encerkan
pH <1071> Antara 2,0 dan 3,0; lakukan penetapan
dengan Pengencer sampai tanda. Saring melalui
penyaring dengan porositas 0,5 µm atau lebih kecil. menggunakan suspensi dalam air yang mengandung 10
mg per ml.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Air <1031>Metode I Antara 1,4% dan 2,8%.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam µg
Senyawa sejenis Masing-masing cemaran tidak lebih
doksisiklin, C22H24N2O8, per mg zat dengan rumus:
dari batas yang tertera pada Tabel sebagai berikut:
CP rU
50
W rS
Tabel
Batas
Cemaran
(%)
C adalah kadar Doksisiklin Hiklat BPFI dalam mg per Metasiklin 2
ml Larutan baku; P adalah potensi doksisiklin dalam µg Cemaran yang tereluasi sebelum
metasiklin 0,5
- 347 -
Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, ukur Prosedur: Lakukan penetapan jumlah C22H24N2O8
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika
retensi relatif 4-epidoksisiklin (produk utama degradasi), perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan
6-epidoksisiklin dan doksisiklin berturut-turut lebih Larutan baku Doksisiklin Hiklat BPFI dalam media
kurang 0,4; 0,7 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak 4- yang sama pada panjang gelombang serapan maksimum
epidoksisiklin dan puncak doksisiklin tidak kurang dari lebih kurang 276 nm.
3,0; faktor ikutan puncak doksisiklin tidak lebih dari 2,0. Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, ukur kurang dari 80% (Q), C22H24N2O8, dari jumlah yang
respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur: tertera pada etiket.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih
dari 2,0%. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 8,5%.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram selama 1,7
kali waktu retensi doksisiklin dan ukur respons puncak Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
utama. Hitung kadar dalam µg doksisiklin, C22H24N2O8, Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
per mg zat yang digunakan, dengan rumus: Kromatografi <931>.
Fase gerak, Pengencer, Larutan resolusi, Larutan
baku, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
CP rU
100 Penetapan kadar dalam Doksisiklin Hiklat.
W rS Larutan uji Timbang saksama isi tidak kurang dari 20
kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur,
C adalah kadar Doksisiklin hiklat BPFI dalam mg per bersihkan cangkang kapsul dan timbang saksama, hitung
ml Larutan baku; P adalah potensi doksisiklin, bobot rata-rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah
C22H24N2O8 dalam µg per mg; W adalah bobot serbuk isi kapsul setara dengan lebih kurang 100 mg
doksisiklin hiklat dalam mg Larutan uji; rU dan rS doksisiklin, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,
berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan tambahkan lebih kurang 75 ml Pengencer, sonikasi
Larutan baku. selama 5 menit, kocok selama 15 menit dan encerkan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, dengan Pengencer sampai tanda. Saring melalui
terlindung dari cahaya. penyaring membran dengan porositas 0,5 µm atau lebih
kecil.
Penandaan Bila dimaksudkan untuk penggunaan Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
sediaan injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril atau kadar dalam Doksisiklin Hiklat. Hitung jumlah dalam
harus diproses lebih lanjut untuk sediaan injeksi. mg doksisiklin, C22H24N2O8, dari serbuk isi kapsul yang
digunakan dengan rumus:
HCl
OH
Disolusi <1231>
Media disolusi: 900 ml air OCH3 O
OH H
O O
Alat tipe 2: 75 rpm. Pertahankan jarak antara ujung
dayung dan dasar wadah disolusi 4,5 cm + 0,5 cm. CH3
Waktu: 90 menit. OH
C adalah kadar Doksisiklin Hiklat BPFI dalam mg per Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat; kecuali jika
ml Larutan baku; P adalah potensi doksisiklin dalam µg pada etiket dinyatakan sebagai bentuk amorf, sebagian
per mg Doksisiklin Hiklat BPFI; rU dan rS berturut-turut besar partikel tidak menunjukkan “birefringence and
adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. extinction positions”.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Kemurnian kromatografi Total cemaran tidak lebih
terlindung dari cahaya. dari 2,0%. Lakukan penetapan seperti tertera pada
Penetapan kadar, kecuali gunakan Larutan uji yang
dibuat dengan melarutkan zat uji dalam Fase gerak
hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml. Dari
kromatogram Larutan uji, hitung persentase cemaran
dengan rumus:
- 350 -
Doksorubisin Hidroklorida BPFI; rU dan rS berturut- Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
turut adalah respons puncak doksorubisin dari Larutan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
uji dan Larutan baku. Kromatografi <931>.
Fase gerak, Larutan resolusi, Larutan baku dan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
pada suhu ruang terkendali, kecuali jika pada etiket Penetapan kadar dalam Doksorubusin Hidroklorida.
dinyatakan sebagai bentuk amorf, yang harus disimpan Larutan uji Encerkan isi satu wadah secara kuantitatif
pada lemari pembeku. dengan Fase gerak hingga diperoleh larutan dengan
kadar lebih kurang 0,1 mg per ml.
Penandaan Jika bentuk amorf, cantumkan pada etiket. Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada
Penetapan kadar dalam Doksorubisin Hidroklorida.
Hitung jumlah dalam mg doksorubisin hidroklorida,
DOKSORUBISIN HIDROKLORIDA UNTUK C27H29NO11.HCl, dengan rumus:
INJEKSI
Doxorubicin Hydrochloride for Injection CP L rU
1000 D rS
Doksorubisin Hidroklorida untuk Injeksi adalah
campuran steril doksorubisin hidroklorida dan laktosa. C adalah kadar Doksorubisin Hidroklorida BPFI dalam
Mengandung doksorubisin hidroklorida mg per ml Larutan baku; P adalah kandungan
C27H29NO11.HCl, tidak kurang dari 90,0% dan tidak doksorubisin hidroklorida dalam µg per mg
lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Doksorubisin Hidroklorida BPFI; L adalah jumlah
[Perhatian Hati-hati, jangan terhirup partikel doksorubisin hidroklorida yang tertera pada etiket; D
doksorubisin hidroklorida dan hindari pemaparan pada adalah kadar doksorubisin hidroklorida dalam mg per ml
kulit.] Larutan uji dari jumlah injeksi per wadah yang tertera
pada etiket dan faktor pengenceran; rU dan rS berturut-
Baku pembanding Doksorubisin Hidroklorida BPFI; turut adalah respons puncak doksorubisin dari Larutan
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan uji dan Larutan baku.
pada tempat dingin, terlindung dari cahaya, dan diamkan
pada suhu ruang sebelum dibuka. Endotoksin BPFI; Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk
[Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi Padatan Steril seperti tertera pada Injeksi, kecuali pada
harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi]. wadah untuk dosis ganda untuk pengambilan tidak lebih
Rekonstitusi semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14 dari 100 ml yang dikonstitusikan seperti tertera pada
hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam etiket.
lemari pendingin.
Kejenihan dan warna larutan Harus jernih dan tidak merambat hingga 15 cm di atas garis penotolan. Angkat
berwarna atau praktis tidak berwarna. Lakukan lempeng, keringkan di udara. Semprot lempeng dengan
penetapan menggunakan larutan 400 mg zat dalam 10 ml Penampak bercak (bercak dopamin dan cemaran sejenis
larutan natrium bisulfit P (1 dalam 1000). berwarna biru di bawah cahaya tampak). Harga Rf
bercak utama Larutan uji sesuai dengan harga Rf
Identifikasi Larutan baku dan bercak lain selain bercak utama tidak
A. Spektrum serapan inframerah zat yang boleh lebih dari tiga. Perkirakan kadar masing-masing
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan bercak lain selain bercak utama terhadap bercak Enceran
maksimum dan minimum pada bilangan gelombang larutan baku.
yang sama seperti pada Dopamin Hidroklorida BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 75 mg
25.000) dalam larutan natrium bisulfit P (1 dalam 1000) zat, larutkan dalam 5 ml asam format P, tambahkan 25
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang ml anhidrida asetat P. Titrasi dengan asam perklorat 0,1
gelombang yang sama seperti pada larutan Dopamin N LV dan tentukan titik akhir secara potensiometrik.
Hidroklorida BPFI. Lakukan penetapan blangko.
C. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada
Uji Identifikasi Umum <291>. Tiap ml asam perklorat 0,1 N
setara dengan18,96 mg C8H11NO2.HCl
pH <1071> Antara 3,0 dan 5,5; lakukan penetapan
menggunakan larutan (1 dalam 25). Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
pada suhu ruang.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%.
Lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam.
INJEKSI DOPAMIN HIDROKLORIDA
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Dopamine Hydrochloride Injection
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 20 bpj; Injeksi Dopamin Hidroklorida adalah larutan steril
lakukan penetapan dengan melarutkan 1 g zat dalam 25 dopamin hidroklorida dalam Air untuk Injeksi.
ml air. Mengandung dopamin hidroklorida, C8H11NO2 tidak
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari
Sulfat <361> Lakukan penetapan dengan melarutkan jumlah yang tertera pada etiket. Dapat mengandung
500 mg zat dalam 40 ml air: larutan tidak lebih keruh antioksidan yang sesuai. [Catatan Tidak boleh
dari 0,10 ml asam sulfat 0,020 N. digunakan bila warna larutan lebih gelap dari kuning
pucat atau berubah warna].
Zat mudah terarangkan <411> Lakukan penetapan
dengan melarutkan 100 mg zat dalam 5 ml asam sulfat LP: Baku pembanding Dopamin Hidroklorida BPFI;
warna larutan tidak lebih kuat dari Larutan padanan A. lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Kemurnian kromatografi Total cemaran tidak boleh Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
lebih besar dari 1,0%. Lakukan Kromatografi lapis tipis penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
seperti tertera pada Kromatografi <931>. menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi,
Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P-larutan gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
asam asetat glasial P (3 dalam 10) (13:9:4). belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Penampak bercak Campuran volume sama larutan
besi(III) klorida P (1 dalam 10) dan larutan kalium Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada
heksasianoferat(III) P (1 dalam 20) yang dibuat segar. Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Larutan uji Timbang saksama 150 mg zat, masukkan Fase gerak Campuran n-butanol P-asam asetat
ke dalam labu tentukur 5-ml, larutkan dan encerkan glasial P-air (4:1:1).
dengan metanol P sampai tanda. Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Dopamin setara dengan lebih kurang 80 mg dopamin hidroklorida,
Hidroklorida BPFI, larutkan dalam metanol P hingga masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 10
kadar 30 mg per ml. ml metanol P, encerkan dengan air sampai tanda.
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran Larutan baku Timbang saksama sejumlah Dopamin
Larutan baku dalam metanol P hingga kadar 0,6 mg; 0,3 Hidroklorida BPFI, larutkan dalam larutan metanol P (1
mg dan 0,15 mg per ml. dalam 5) hingga kadar 1,6 mg per ml.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5µl
µl Larutan uji, Larutan baku dan Enceran larutan baku Larutan uji dan Larutan baku pada jarak yang sama
pada jarak yang sama pada lempeng kromatografi silika pada lempeng kromatografi silika gel P. Masukkan
gel P. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah
yang telah dijenuhkan dengan fase gerak dan biarkan
- 353 -
dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan merambat respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg dopamin
hingga 15 cm di atas garis penotolan. Angkat lempeng, hidroklorida, C8H11NO2.HCl, dalam tiap ml injeksi yang
keringkan di udara. Amati bercak di bawah cahaya digunakan dengan rumus:
ultraviolet 254 nm. Harga Rf bercak utama yang
diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan harga Rf 100 C rU
r S
Larutan baku.
V
pH <1071> Antara 2,5 dan 5,0.
C adalah kadar Dopamin Hidroklorida BPFI dalam mg
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti per ml Larutan baku; V adalah volume injeksi yang
tertera pada Injeksi Volume Kecil. digunakan dalam ml; rU dan rS berturut-turut adalah
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal,
dari kaca Tipe I.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 16,67 unit
Endotoksin FI per mg dopamin hidroklorida. Penandaan Pada etiket dinyatakan bahwa injeksi
diencerkan dengan pembawa parenteral yang sesuai
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara untuk infus intravena.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran natrium 1-oktanasulfonat DROPERIDOL
0,005 M dalam larutan asam asetat glasial P (1 dalam Droperidol
100) dan asetonitril P (87:13). Saring dan awaudarakan.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian O
4,4´-Bis[1,2,3,6-tetrahidro-4-(2-okso-1-benzimidazolinil)- Identifikasi
1-piridil] butirofenon Tidak lebih dari 1,5%. A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
Larutan uji Timbang saksama 30,0 mg zat, larutkan dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
dalam 70 ml isopropanol P dalam labu tentukur 100-ml. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Tambahkan 10,0 ml asam klorida 0,1 N, encerkan gelombang yang sama seperti pada Edrofonium Klorida
dengan isopropanol P sampai tanda. BPFI.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 4,4´- B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
Bis[1,2,3,6-tetrahidro-4-(2-okso-1-benzimidazolinil)-1- 20.000) dalam asam klorida 0,1 N menunjukkan
piridil] butirofenon BPFI, larutkan dalam pelarut yang maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang
sama seperti pada Larutan uji hingga kadar 4,5 µg per ml. sama seperti pada Edrofonium Klorida BPFI, daya serap
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku masing-masing dihitung terhadap zat yang telah
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih dikeringkan pada panjang gelombang serapan
kurang 330 nm terhadap blangko campuran asam maksimum lebih kurang 273 nm berbeda tidak lebih dari
klorida 0,1 N dan isopropanol P (1 dalam 10): serapan 2,0%.
Larutan uji dan serapan Larutan baku berbeda tidak C. Ke dalam 10 ml larutan (1 dalam 10) tambahkan 1
lebih dari 1,5%. tetes besi(III) klorida LP: terjadi warna biru ungu.
D. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 240 seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
mg yang telah dikeringkan, larutkan dalam 50 ml asam
asetat glasial P. Tambahkan p-naftolbenzein LP dan pH <1071> Antara 4,0 dan 5; lakukan penetapan
titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, lakukan menggunakan larutan (1 dalam 10).
penetapan blangko.
Jarak lebur <1021> Antara 165º dan 170º, disertai
Tiap ml asam perklorat 0,1 N peruraian.
setara dengan 37,94 mg C22H22FN3O2
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, lakukan pengeringan dalam tabung pengering hampa
tidak tembus cahaya, berisi nitrogen, di tempat sejuk. udara yang sesuai menggunakan fosfor pentoksida P
sebagai pengering selama 3 jam.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Dimetilaminofenol Tidak lebih dari 0,1%. Lakukan Identifikasi Timbang saksama lebih kurang 100 mg,
penetapan sebagai berikut: Timbang saksama lebih tambahkan sejumlah volume asam sulfat 0,1 N dengan
kurang 500 mg zat, masukkan dalam corong pisah dan buret untuk menetralkan seperti tertera pada Penetapan
larutkan dalam 5 ml air. Tambahkan 5 ml dapar fosfat kadar. Encerkan dengan air dalam labu tentukur hingga
pH 8,0 dan kocok. Ekstraksi lima kali, tiap kali dengan 20 25-ml. Campur 2 ml larutan dengan 10 ml etanol P,
ml kloroform P, kumpulkan ekstrak dalam labu tentukur uapkan di atas tangas uap dengan dialiri udara hingga
100-ml dan tambahkan kloroform P sampai tanda. kering. Terhadap residu yang diperoleh lakukan
Serapan larutan ini pada panjang gelombang serapan penetapan sebagai berikut: Spektrum serapan inframerah
maksimum lebih kurang 252 nm tidak lebih dari serapan zat yang telah digerus dengan beberapa tetes metanol P
larutan dimetilaminofenol (1 dalam 200.000) dalam dan telah dikeringkan pada suhu 105° selama 3 jam serta
kloroform P yang diukur dengan cara sama. didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 175 seperti pada Efedrin Sulfat BPFI.
mg, masukkan ke dalam labu yang sesuai, larutkan
dalam lebih kurang 20 ml asam asetat glasial P, Rotasi jenis <1081> Antara –33,0° dan –35,5°; lakukan
tambahkan 5 ml raksa(II) asetat LP dan 1 tetes kristal penetapan dengan melarutkan lebih kurang 600 mg zat
violet LP. Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV. dalam 10 ml eter P dalam gelas piala yang telah ditara,
Lakukan titrasi blangko. tambahkan 0,6 ml asam klorida P, uapkan hingga kering
dan keringkan residu pada suhu 105° selama 3 jam;
Tiap ml asam perklorat 0,1 N lakukan penetapan rotasi jenis efedrin hidroklorida
setara dengan 20,17 mg C10H16ClNO menggunakan larutan yang mengandung 500 mg per 10
ml.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Air <1031> Metode I Antara 4,5% dan 5,5% untuk zat
yang mengandung air hidrat; tidak lebih dari 0,5% untuk
EFEDRIN zat anhidrat.
Ephedrine
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
OH NHCH3
C C CH3
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,030%; lakukan
penetapan menggunakan 500 mg zat dan bandingkan
H H
kekeruhan dengan 0,20 ml asam klorida 0,020 N.
(-)-Efedrin [299-42-3]
Sulfat Larutkan 100 mg zat dalam 40 ml air, tambahkan
C10H15NO BM 165,23
1 ml asam klorida 3 N dan 1 ml barium klorida LP: tidak
Hemihidrat [50906-05-3] BM 174,24
terjadi kekeruhan dalam waktu 10 menit.
Efedrin adalah senyawa anhidrat atau mengandung tidak
Cemaran umum <481>
lebih dari setengah molekul air hidrat; mengandung
Larutan uji Gunakan pelarut metanol P
tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 100,5%
Larutan baku Gunakan pelarut metanol P
C10H15NO, dihitung terhadap zat anhidrat.
Fase gerak Buat campuran n-butanol P-asam asetat
glasial P-air (5:3:2); gunakan lempeng kromatografi
Pemerian Zat padat menyerupai lemak, tidak berwarna,
selulosa dengan indikator fluoresen.
atau granul atau hablur putih. Terurai secara bertahap bila
Penampak bercak Gunakan teknik penampak bercak
terkena cahaya, melebur pada suhu antara 33º-40º,
nomor 16.
keragaman suhu lebur akibat perbedaan kandungan
molekul air. Efedrin anhidrat mempunyai suhu lebur
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500
lebih rendah dari efedrin dengan satu setengah molekul
mg zat, larutkan dalam 10 ml etanol P netral, tambahkan
air hidrat. Larutan bereaksi alkalis terhadap lakmus P.
5 tetes merah metil LP dan 40,0 ml asam klorida 0,1 N
LV. Titrasi kelebihan asam dengan natrium hidroksida
Kelarutan Larut dalam air, dalam etanol, dalam
0,1 N LV. Lakukan penetapan blangko seperti tertera
kloroform dan dalam eter; sedikit dan lambat larut dalam
pada Titrasi residual dalam Titrimetri <711>.
minyak mineral; larutan menjadi keruh bila efedrin
mengandung air lebih dari 1%.
Tiap ml asam klorida 0,1 N
setara dengan 16,52 mg C10H15NO
Baku pembanding Efedrin Sulfat BPFI; lakukan
pengeringan pada suhu 105o selama 3 jam sebelum Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
digunakan. tidak tembus cahaya, di tempat dingin.
- 356 -
Pemerian Serbuk atau hablur halus; putih; tidak berbau. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
tidak tembus cahaya.
Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam etanol;
tidak larut dalam eter.
TABLET EFEDRIN HIDROKLORIDA
Baku pembanding Efedrin Sulfat BPFI; lakukan Ephedrine Hydrochloride Tablet
pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam sebelum
digunakan. Tablet Efedrin Hidroklorida mengandung Efedrin
Hidroklorida, C10H15NO.HCl, tidak kurang dari 92,5%
Identifikasi dan tidak lebih dari 107,5% dari jumlah yang tertera
A. Larutkan 100 mg zat dalam 5 ml air, tambahkan 1 pada etiket.
ml larutan kalium karbonat P (1 dalam 5) dan ekstraksi
dengan 2 ml kloroform P: spektrum serapan inframerah Baku pembanding Efedrin Hidroklorida BPFI.
ekstrak kloroform menunjukkan maksimum hanya pada
bilangan gelombang yang sama seperti pada Efedrin Identifikasi
Sulfat BPFI. A. Pada uji Senyawa sejenis, bercak utama
B. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B, C seperti kromatogram yang diperoleh dari Enceran larutan uji I
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. sesuai dengan Larutan baku.
B. Sejumlah serbuk tablet setara dengan 75 mg
Keasaman-kebasaan Larutkan 1,0 g zat dalam 20 ml efedrin hidroklorida digerus dua kali, tiap kali dengan 10
air dan tambahkan 1 tetes merah metil LP. Jika larutan ml kloroform P, buang kloroform. Maserasi residu
berwarna kuning, akan berubah menjadi merah pada dengan 30 ml etanol P selama 20 menit, saring, uapkan
penambahan tidak lebih dari 0,10 ml asam sulfat 0,02 N. filtrat di atas tangas air; keringkan residu pada suhu 80º.
Jika larutan berwarna merah muda, berubah menjadi Larutkan 10 mg residu dalam 1 ml air, tambahkan 0,1 ml
kuning pada penambahan tidak lebih dari 0,20 ml tembaga(II) sulfat LP dan 1 ml natrium hidroksida 5 N:
natrium hidroksida 0,02 N. terjadi warna ungu. Tambahkan 1 ml eter P dan kocok:
lapisan eter berwarna ungu dan lapisan air berwarna
Jarak lebur <1021> Metode I Antara 217° dan 220°. biru.
Rotasi jenis <1081> Antara –33,0° dan –35,5°, dihitung Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Tablet.
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
menggunakan larutan yang mengandung 500 mg tiap 10 Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis
ml. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; setara dengan 100 mg efedrin hidroklorida, ekstraksi
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam. dengan 5 ml metanol P, saring.
Enceran larutan uji I Pipet 1 ml Larutan uji ke dalam
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. labu tentukur 10-ml, encerkan dengan metanol P sampai
tanda.
Sulfat Larutkan 50 mg zat dalam 40 ml air, tambahkan 1 Enceran larutan uji II Pipet 1 ml Larutan uji ke dalam
ml asam klorida 3 N dan 1 ml barium klorida LP: tidak labu tentukur 200-ml, encerkan dengan metanol P
terjadi kekeruhan dalam 10 menit. sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Efedrin
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> Hidroklorida BPFI, larutkan dalam metanol P hingga
Metode I Memenuhi syarat; lakukan penetapan kadar 2 mg per ml.
menggunakan Larutan uji dengan kadar 20 mg per ml Fase gerak Campuran isopropanol P-amonium
dan Larutan baku dengan kadar dua kali dari yang hidroksida 13,5 M-kloroform P (80:15:5).
ditetapkan. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
µl Larutan uji, Enceran larutan uji I, Enceran larutan
- 357 -
uji II dan Larutan baku pada lempeng kromatografi Baku pembanding Ekonazol Nitrat BPFI; tidak boleh
Silika gel G. Masukkan lempeng ke dalam bejana dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam wadah
kromatografi berisi Fase gerak, biarkan merambat. tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
Angkat lempeng ninhidrin LP dan panaskan pada suhu
110º selama 5 menit. Bercak lain selain bercak utama Identifikasi
Larutan uji tidak lebih intensif dari bercak Enceran Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan
larutan uji II. Abaikan bercak dengan warna lebih lemah dan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
dari warna lapisan lempeng. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Ekonazol Nitrat BPFI.
Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet Jarak lebur <1021> Antara 162º dan 166º, disertai
setara dengan lebih kurang 150 mg efedrin hidroklorida, peruraian.
masukkan ke dalam labu destilasi 300 ml. Tambahkan
10 g natrium klorida P, 15 ml natrium hidroksida 5 N Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis
dan sedikit batu didih, lakukan destilasi uap. Tampung seperti tertera pada Kromatografi <931>.
destilat dalam labu berisi 25 ml asam klorida 0,05 N LV. Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P-asam
Atur destilasi hingga volume fase air di dalam labu tetap format P 85% (70:20:10).
antara 15 - 30 ml. Harus ada natrium klorida yang tidak Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
larut. Jika telah diperoleh lebih kurang 700 ml destilat, dalam metanol P hingga kadar 2,0%.
titrasi kelebihan asam dengan natrium hidroksida 0,05 N Enceran larutan uji Encerkan Larutan uji dengan
LV menggunakan indikator merah metil LP. Lanjutkan metanol P secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
destilasi, kumpulkan 50 ml destilat dalam labu lain berisi hingga kadar 0,0075%.
sedikit air dan 1 ml asam klorida 0,05 N dan titrasi dengan Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 20
natrium hidroksida 0,05 N LV. Jika perlu lanjutkan l Larutan uji dan Enceran larutan uji pada lempeng
destilasi hingga tidak ada lagi alkaloida yang terdestilasi. kromatografi silika gel G. Masukkan lempeng ke dalam
Lakukan destilasi yang sama tanpa zat uji dengan bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase
mengumpulkan volume destilat yang sama. Perbedaan gerak. Angkat lempeng, keringkan di udara dan uapi
hasil titrasi menunjukkan jumlah asam klorida 0,05 N dengan uap iodum selama 1 jam. Bercak lain selain
LV yang diperlukan untuk titrasi zat uji. bercak utama Larutan uji tidak lebih intensif dari bercak
Enceran larutan uji.
Tiap ml asam klorida 0,05 N
setara dengan 10,08 mg C10H15NO.HCl Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot tetap,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, menggunakan 1 g zat.
tidak tembus cahaya.
Sisa pemijaran <301> Metode I Tidak lebih dari 0,1%.
O
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
HNO3 setara dengan 44,47 mg C18H15Cl3N2O.HNO3
Cl
(±)-1-[2-[(4-klorofenil)metoksi]-2-(2,4-dikloro-
fenil)etil]-1H-imidazol nitrat [68797-31-9] KRIM EKONAZOL NITRAT
C18H15Cl3N2O.HNO3 BM 444,70 Econazole Nitrat Cream
Ekonazol Nitrat mengandung tidak kurang dari 98,5%
dan tidak lebih 101,0% C18H15Cl3N2O.HNO3, dihitung Krim Ekonazol Nitrat mengandung Ekonazol Nitrat,
terhadap zat yang telah dikeringkan. C18H15Cl3N2O.HNO3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih.
Baku pembanding Ekonazol Nitrat BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam wadah
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; larut dalam
tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
metanol; agak sukar larut dalam metilen klorida; sukar
larut dalam etanol.
- 358 -
Identifikasi
R
A. Campur sejumlah krim setara dengan 40 mg 100 C U
ekonazol nitrat dengan 20 ml campuran asam sulfat 1 M- RS
metanol P (1:4), ekstraksi dua kali, tiap kali dengan 50
ml diklorometan P, buang fase organik. Basakan fase air C adalah kadar Larutan baku dalam persen; RU dan RS
dengan amonia 2 M dan ekstraksi dua kali, tiap kali dengan berturut-turut adalah perbandingan respons puncak
40 ml diklorometan P. Kumpulkan ekstrak ekonazol nitrat terhadap mikonazol nitrat dari Larutan uji 1
diklorometan, kocok dengan 5 g natrium sulfat anhidrat dan Larutan baku.
P, saring dan encerkan filtrat dengan diklorometan P
hingga 100 ml. Uapkan 50 ml filtrat hingga kering dan Wadah dan penyimpanan Jika disimpan dalam tube
larutkan residu dalam 50 ml campuran asam klorida 0,1 aluminium, permukaan dalam harus dilapisi pelapis yang
N-isopropanol P (1:9). Serapan larutan pada rentang sesuai.
panjang gelombang 240 nm hingga 350 nm
menunjukkan maksimum pada 265, 271 dan 280 nm.
Perbandingan serapan maksimum pada 271 dan 280 nm EMETIN HIDROKLORIDA
adalah 1,55 hingga 1,77. Emetine Hydrochloride
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji 2 sesuai
dengan puncak utama Larutan baku yang diperoleh pada H3CO
Penetapan kadar.
N
H3CO
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara H
H
2HCl
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada CH2CH3
Kromatografi <931>. H
H2 C
H
Dapar fosfat Buat campuran 2,5 g kalium fosfat OCH3
HN
monobasa P dan 2,5 g kalium fosfat dibasa P dalam
1000 ml air.
OCH3
Fase gerak Buat campuran Dapar fosfat- metanol P
(1:3), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera Emetin dihidroklorida [316-42-7]
pada Kromatografi <931>. C29H40N2O4.2HCl BM 553,57
Larutan baku persediaan Buat larutan Ekonazol Nitrat
BPFI 0,1% dalam metanol P. Emetin Hidroklorida adalah garam hidroklorida dari
Larutan baku internal Buat larutan mikonazol nitrat alkaloid yang diperoleh dari Ipecac, atau dibuat dengan
0,05% dalam metanol P . metilasi sefaelin, atau secara sintetik. Mengandung tidak
Larutan baku Buat campuran 10,0 ml Larutan baku kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,5%
persediaan, 20,0 ml Larutan baku internal, 45 ml metanol C29H40N2O4.2HCl, dihitung terhadap zat anhidrat.
P dan 25 ml Dapar fosfat.
Larutan uji 1 Timbang saksama sejumlah krim setara Pemerian Serbuk hablur; putih atau agak kekuningan;
dengan lebih kurang 10 mg ekonazol nitrat, campur dengan tidak berbau; dipengaruhi cahaya.
20,0 ml Larutan baku internal dan 55 ml metanol P,
hangatkan di atas tangas air selama 30 detik dan kocok Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol.
selama 1 menit. Ulangi proses penghangatan dan
pengocokan dua kali dan tambahkan 25 ml Dapar fosfat, Baku pembanding Emetin Hidroklorida BPFI; lakukan
dinginkan dalam tangas es selama 15 menit dan sentrifus pengeringan pada suhu 105 hingga bobot tetap sebelum
selama 10 menit, gunakan beningan, jika perlu saring. digunakan. Sefaelin Hidrobromida BPFI; lakukan
Larutan uji 2 Buat dengan cara yang sama seperti pada pengeringan pada suhu 105 hingga bobot tetap sebelum
Larutan uji 1 dengan menggunakan 20 ml metanol P digunakan.
sebagai pengganti Larutan baku internal.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dilengkapi dengan detektor 232 nm dan kolom baja dikeringkan pada suhu 105 selama 2 jam dan
tahan karat 4,6 mm x 20 cm berisi bahan pengisi L1 didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 2,0 maksimum hanya paada bilangan gelombang yang sama
ml per menit. seperti pada Emetin Hidroklorida BPFI.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
sama Larutan baku, Larutan uji 1 dan Larutan uji 2 ke 20.000) dalam asam sulfat 0,5 N menunjukkan
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons maksimum dan minimum hanya pada panjang
puncak. Hitung jumlah dalam mg ekonazol nitrat, gelombang yang sama seperti pada Emetin Hidroklorida
C18H15Cl3N2O.HNO3 dalam krim yang digunakan dengan BPFI.
rumus: C. Larutan (1 dalam 20) menunjukkan reaksi Klorida
- 359 -
cara A, B, C seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum sejumlah emetin hidroklorida anhidrat,
<291>. C29H40N2O4.2HCl, setara dengan emetin hidroklorida
tidak kurang dari 84,0% dan tidak lebih dari 94,0% dari
Air <1031> Metode I Antara 15,0% dan 19,0%. jumlah yang tertera pada etiket.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. Baku pembanding Emetin Hidroklorida BPFI; lakukan
pengeringan pada suhu 105 hingga bobot tetap sebelum
Keasaman Larutkan 100 mg zat dalam 10 ml air, digunakan. Sefaelin Hidrobromida BPFI; lakukan
tambahkan 1 tetes merah metil LP dan titrasi dengan pengeringan pada suhu 105o hingga bobot tetap sebelum
natrium hidroksida 0,020 N LV: diperlukan tidak lebih digunakan. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
dari 0,5 ml agar terjadi warna kuning. pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi,
Sefaelin Tidak lebih dari 2%. [Catatan Lakukan gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
pengujian dalam cahaya redup hingga eluasi selesai]. belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Identifikasi
Fase gerak Campuran kloroform P-dietilamin P (9:1). A. Uapkan 1 ml pada tangas uap hingga kering, sisa
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 23 mg menunjukkan reaksi seperti tertera pada Identifikasi A
Sefaelin Hidroklorida BPFI, masukkan dalam labu dalam Emetin Hidroklorida.
tentukur 100-ml, larutkan dalam metanol P sampai B. Menunjukkan reaksi seperti tertera pada
tanda. Identifikasi C dalam Emetin Hidroklorida.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
zat, masukkan dalam labu tentukur 10-ml, larutkan pH <1071> Antara 3,0 dan 5,0.
dalam metanol P sampai tanda.
Penampak bercak Larutkan 300 mg p-nitroanilin P Sefaelin [Catatan Lakukan pengujian dalam cahaya
dalam 25 ml asam klorida 2 N dan dinginkan hingga redup hingga eluasi selesai.]
suhu lebih kurang 4. Tambahkan dengan perlahan-lahan Larutan baku, Penampak bercak Buat seperti tertera
5 ml larutan natrium nitrit P (1 dalam 25), pertahankan pada Sefaelin dalam Emetin Hidroklorida.
agar suhu tetap lebih kurang 4. Larutan harus dibuat Larutan uji Uapkan 1,0 ml pada tangas uap sampai
segar. kering dengan dialiri nitrogen P. Larutkan sisa dalam
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 metanol P hingga kadar lebih kurang 10 mg per ml.
µl Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
kromatografi silika gel. Masukkan lempeng ke dalam Sefaelin dalam Emetin Hidroklorida.
bejana kromatografi berisi Fase gerak, biarkan merambat
hingga 12 cm di atas garis penotolan. Angkat lempeng, Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 5,4 unit
keringkan di udara selama 20 menit. Semprot dengan Endotoksin FI per mg emetin hidroklorida.
natrium hidroksida 2,5 N dan panaskan pada suhu 50
selama 5 menit. Semprot dengan Penampak bercak: tiap Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
bercak sefaelin Larutan uji tidak lebih besar atau lebih
kuat dari bercak Larutan baku. Penetapan kadar Pipet sejumlah volume injeksi setara
dengan lebih kurang 120 mg emetin hidroklorida,
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 150 masukkan dalam alat pengekstraksi yang cocok berisi 20
mg, larutkan dalam 5 ml asam asetat glasial P, jika ml air. Tambahkan amonium hidroklorida 6 N hingga
perlu hangatkan. Biarkan dingin, tambahkan 10 ml larutan bereaksi alkalis kuat dan ekstraksi dengan eter P
dioksan P, 5 ml raksa(II) asetat LP dan 3 tetes kristal hingga 0,5 ml lapisan air yang sedikit diasamkan dengan
violet LP, titrasi dengan asam perkorat 0,1 N LV. asam klorida P tidak memberikan endapan dengan
Lakukan penetapan blangko. penambahan beberapa tetes kalium raksa(II) iodida LP.
Uapkan kumpulan ekstrak eter di atas tangas uap,
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
biarkan beberapa ml eter yang tersisa menguap secara
setara dengan 27,68 mg C29H40N2O4.2HCl
spontan. Tambahkan pada residu 2 ml etanol P netral,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, 30,0 ml asam sulfat 0,02 N LV, hangatkan hati-hati hingga
tidak tembus cahaya. larut, dinginkan, tambahkan merah metil LP dan titrasi
kelebihan asam dengan natrium hidroksida 0,02 N LV.
Pemerian Serbuk hablur, putih kotor, melebur pada CS adalah kadar Enalapril Maleat BPFI dalam mg per ml
Larutan Baku; CT adalah kadar enalapril maleat dalam mg
suhu lebih kurang 144.
per ml Larutan uji; ri adalah respons puncak setiap
cemaran dari Larutan uji dan rS adalah respons puncak
Kelarutan Praktis tidak larut dalam pelarut organik non
enalapril maleat dari Larutan baku.
polar, sukar larut dalam pelarut organik semi polar, agak
sukar larut dalam air, larut dalam etanol, mudah larut
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
dalam metanol dan dalam dimetilformamida.
Metode IV Memenuhi syarat.
Baku pembanding Enalapril Maleat BPFI; tidak boleh
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
tertutup rapat.
Kromatografi <931>.
Dapar fosfat pH 6,8 Timbang lebih kurang 2,8 g
Identifikasi
natrium fosfat monobasa P, masukkan ke dalam labu
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
tentukur 1000-ml, larutkan dalam 900 ml air. Atur pH
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
lebih kurang 6,8 dengan penambahan larutan natrium
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang
hidroksida 9 M, encerkan dengan air sampai tanda.
yang sama seperti pada Enalapril Maleat BPFI.
Dapar fosfat pH 2,5 Timbang lebih kurang 2,8 g
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
natrium fosfat monobasa P, masukkan ke dalam labu
uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
tentukur 1000-ml, larutkan dalam 900 ml air. Atur pH
pada Penetapan kadar.
lebih kurang 2,5 dengan penambahan asam fosfat P dan
Rotasi jenis <1081> Antara -41,0° dan -43,5°; lakukan
encerkan dengan air sampai tanda.
penetapan menggunakan larutan dalam metanol P yang
Larutan A Buat campuran dapar fosfat pH 6,8-
mengandung 10 mg per ml.
asetonitril P (19:1), saring dan awaudarakan.
Larutan B Buat campuran dapar fosfat pH 6,8-
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
asetonitril P (17:33), saring dan awaudarakan.
lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5
Fase gerak Gunakan campuran bervariasi Larutan A dan
mmHg dan suhu 60° selama 2 jam.
Larutan B, jika perlu lakukan penyesuaian seperti tertera
pada Kesesuaian sistem dalam Kromatografi <931>.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
Pengencer Buat campuran dapar fosfat pH 2,5-
asetonitril P (95:5), saring dan awaudarakan.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
Larutan enalapril diketopiperazin Timbang saksama
lebih kurang 20 mg Enalapril Maleat BPFI dan
Senyawa sejenis Tidak lebih dari 1,0% dari satu
masukkan hati-hati pada dasar gelas piala 100 ml hingga
cemaran dengan waktu retensi relatif 1,10, tidak lebih
membentuk suatu gundukan. Letakkan gelas piala
dari 0,3% dari cemaran lainnya dan total cemaran tidak
tersebut diatas lempeng pemanas pada lebih kurang
lebih dari 2%. Lakukan penetapan dengan cara
setengah dari suhu maksimum lempeng pemanas dan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
panaskan selama lebih kurang 5-10 menit hingga
Kromatografi <931>.
meleleh. Segera pindahkan gelas piala dari pemanas dan
Dapar fosfat pH 6,8, Dapar fosfat pH 2,5; Larutan A,
biarkan hingga dingin [Catatan Hindarkan pemanasan
Larutan B, Fase gerak, Larutan pengencer, Larutan
berlebihan untuk mencegah penguraian karena panas
Enalapril diketopiperazin, Larutan baku, Larutan
menyebabkan warna cokelat]. Tambahkan 50 ml
kesesuaian sistem, Sistem kromatografi. Lakukan
asetonitril dan sonikasi selama beberapa menit hingga
seperti tertera pada Penetapan kadar.
- 361 -
larut. Larutan ini mengandung enalapril diketopiperazin Baku pembanding Enalapril Maleat BPFI; tidak boleh
antara 0,2 - 0,4 mg per ml. dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Enalapril Enalaprilat BPFI; tidak boleh dikeringkan. Tetapkan
Maleat BPFI, larutkan dan jika perlu encerkan secara kandungan air secara titrimetri pada saat akan digunakan
kuantitatif dan bertahap dengan Pengencer hingga kadar untuk analisa kuantitatif; jika perlu sonikasi untuk
lebih kurang 0,3 mg per ml. melarutkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Larutan kesesuaian sistem Tambahkan 1 ml Larutan
enalapril diketopiperazin ke dalam 50 ml Larutan baku Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram
dan campur. Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg diperoleh pada Penetapan kadar.
enalapril maleat, masukkan dalam labu tentukur 100-ml,
larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Disolusi <1231>
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Media disolusi: 900 ml dapar fosfat pH 6,8.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Alat tipe 2 : 50 rpm.
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,1 mm x Waktu : 30 menit.
15 cm berisi bahan pengisi L21. Pertahankan suhu Prosedur Lakukan penetapan jumlah
kolom pada 70 dan laju alir lebih kurang 1,5 ml per C20H28N2O5.C4H4O4 yang terlarut seperti tertera pada
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut : Prosedur keseragaman kandungan dalam Keseragaman
sediaan kecuali gunakan dapar fosfat pH 6,8
Waktu Larutan A Larutan B menggantikan Dapar pada pembuatan Larutan baku,
Eluasi
(menit) (%) (%) gunakan alikuot yang disaring dan jika perlu buat
0 95 5 keseimbangan modifikasi untuk kadar uji dan baku yang sesuai.
0 – 20 95 40 5 60 gradien linier Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
20 – 25 40 60 isokratik kurang dari 80% (Q) C20H28N2O5.C4H4O4, dari jumlah
25 – 26 40 95 60 5 gradien linier yang tertera pada etiket.
26 - 30 95 5 isokratik
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian Prosedur keseragaman kandungan. Lakukan penetapan
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
seperti tertera pada Prosedur; waktu retensi relatif tertera pada Kromatografi <931>
enalapril dan enalapril diketopiperazin berturut-turut Dapar dan Fase gerak Buat seperti tertera pada
adalah 1,0 dan 2,1; resolusi, R, antara enalapril dan Penetapan kadar.
enalapril diketopiperazin tidak kurang dari 3,5. Lakukan Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10 mg
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Enalapril Maleat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera 100-ml. Tambahkan lebih kurang 50 ml Dapar, kocok
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan dan jika perlu sonikasi hingga larut. Encerkan dengan
ulang tidak lebih dari 1,0%. Dapar sampai tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Larutan uji Masukkan satu tablet ke dalam labu
sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan Larutan uji tentukur yang cukup untuk mendapatkan larutan dengan
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur kadar 0,1 mg per ml. Buat seperti tertera pada Larutan
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg uji dalam Penetapan kadar, dimulai dengan
enalapril maleat, C20H28N2O5.C4H4O4, dengan rumus: “Tambahkan sejumlah volume Dapar hingga setengah
dari volume nominal labu tentukur”.
r Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
100C U
rS Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 mm x
25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 5
C adalah kadar Enalapril Maleat BPFI dalam mg per ml m. Pertahankan suhu kolom pada 50 dan laju alir lebih
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
puncak Larutan uji dan Larutan baku. Larutan baku. Rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. tidak kurang dari 300 lempeng teoritis, faktor ikutan
tidak lebih dari 2,0, faktor kapasitas, k’, tidak kurang
dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
TABLET ENALAPRIL MALEAT ulang tidak lebih dari 2,0% [Catatan Faktor ikutan
Enalapril maleate tablet puncak enalapril dapat diminimumkan dengan
pengaturan suhu kolom antara 45-50 dan kenaikan pH
Tablet Enalapril Maleat mengandung enalapril maleat, komponen berair Fase gerak dari pH 2,2 menjadi pH
C20H28N2O5.C4H4O4 tidak kurang dari 90,0% dan tidak
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
- 362 -
2,6; faktor kapasitas dapat dinaikkan dengan Hitung persentase enalapril diketopiperazin (sebagai
menurunkan jumlah asetonitril dalam Fase gerak]. enalapril maleat) dalam tablet yang digunakan, dengan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume rumus:
sama (lebih kurang 50 l) Larutan uji dan Larutan baku
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur 492 ,52 C 'V rU 100
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
enalapril maleat, C20H28N2O5.C4H4O4 dalam tablet yang 358 , 44 N 1, 25 rS L
digunakan, dengan rumus:
C’ adalah kadar Enalapril Maleat BPFI dalam mg per
ml Larutan baku senyawa sejenis; 492,52 dan 358,44
TC rU
berturut-turut adalah bobot molekul enalapril maleat dan
D rS enalapril diketopiperazin; V adalah kapasitas nominal
dalam ml labu tentukur yang mengandung Larutan uji; N
T adalah jumlah mg enalapril maleat dalam tiap tablet adalah jumlah tablet yang digunakan untuk Larutan uji;
seperti tertera pada etiket, C adalah kadar Enalapril rU adalah respons puncak enalapril diketopiperazin
Maleat BPFI dalam mg per ml Larutan baku; D adalah dalam Larutan uji; 1,25 adalah respons relatif enalapril
kadar enalapril maleat dalam mg per ml Larutan uji diketopiperazin terhadap enalapril maleat; rS adalah
sesuai jumlah tiap tablet pada etiket dan faktor respons puncak enalapril dalam Larutan baku senyawa
pengenceran; rU dan rS berturut-turut adalah respons sejenis; dan L adalah jumlah enalapril maleat dalam mg
puncak enalapril dalam Larutan uji dan Larutan baku. pada tablet seperti tertera pada etiket.
Hitung persentase senyawa sejenis lainnya, dengan
Senyawa sejenis Tidak lebih dari 5,0% jumlah semua rumus:
senyawa sejenis termasuk enalaprilat dan enalapril
C 'V rR 100
diketopiperazin. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada N rS L
Kromatografi <931>.
Dapar, Fase gerak, Larutan baku enalaprilat,
rR adalah jumlah respons senyawa sejenis selain asam
Larutan enalapril diketopiperazin, Larutan kesesuaian
maleat, enalapril, enalaprilat dan enalapril
sistem, Larutan baku dan Sistem kromatografi lakukan
diketopiperazin dari Larutan uji; rS adalah respons
seperti tertera pada Penetapan kadar.
puncak enalapril dari Larutan baku masing-masing
Larutan uji Gunakan Larutan uji yang tertera pada
senyawa sejenis.
Penetapan kadar.
Larutan baku senyawa sejenis Pipet 1 ml Larutan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
baku ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Dapar sampai tanda.
Kromatografi <931>.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Dapar Timbang lebih kurang 1,38 g natrium fosfat
sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku, Larutan uji, monobasa P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml,
Larutan baku senyawa sejenis dan Dapar ke dalam larutkan dalam 800 ml air. Atur pH hinggá lebih kurang
kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons 2,2 dengan penambahan asam fosfat P dan encerkan
semua puncak dalam larutan uji yang lebih besar dari dengan air sampai tanda.
0,1% respons puncak enalapril, yang tidak teramati Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P
dalam Dapar. Hitung persentase enalapril anhidrat (5:25), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
(sebagai enalapril maleat) dalam tablet yang digunakan, penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
dengan rumus: pada Kromatografi <931>.
Larutan baku enalaprilat Timbang seksama sejumlah
492 ,52 CV rU 100
Enalaprilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air
hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per ml.
348 ,39 N rS L Larutan enalapril diketopiperazin Timbang lebih
kurang 20 mg Enalapril Maleat BPFI dan masukkan
C adalah kadar Enalaprilat BPFI dalam mg per ml hati-hati pada dasar gelas piala 100-ml hingga
Larutan baku; 492,52 dan 348,39 berturut-turut adalah membentuk suatu gundukan. Letakkan gelas piala
bobot molekul enalapril maleat dan enalapril anhidrat; V tersebut diatas lempeng pemanas pada lebih kurang
adalah kapasitas nominal dalam ml labu tentukur yang setengah dari suhu maksimum lempeng pemanas dan
mengandung Larutan uji; N adalah jumlah tablet yang panaskan selama lebih kurang 5-10 menit hingga
digunakan untuk Larutan uji; rU dan rS berturut-turut meleleh. Angkat segera gelas piala dari pemanas dan
adalah respons puncak enalapril dalam Larutan uji dan biarkan hingga dingin [Catatan Hindarkan pemanasan
Larutan baku; dan L adalah jumlah enalapril maleat berlebihan untuk mencegah penguraian karena panas
dalam mg pada tablet seperti tertera pada etiket. menyebabkan warna cokelat]. Setelah dingin tambahkan
50 ml asetonitril P dan sonikasi selama beberapa menit
- 363 -
hingga larut. Larutan ini mengandung enalapril C adalah kadar Enalapril Maleat BPFI dalam mg per ml
diketopiperazin antara 0,2 - 0,4 mg per ml. Larutan baku, V adalah kapasitas nominal dalam ml labu
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20,0 mg tentukur yang berisi Larutan uji, N adalah jumlah tablet
Enalapril Maleat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang digunakan dalam Larutan uji, rU dan rS berturut-
100-ml. Pipet 0,5 ml Larutan baku enalaprilat ke dalam turut adalah respons puncak enalapril Larutan uji dan
labu tentukur tersebut, dan tambahkan lebih kurang 50 ml Larutan baku.
Dapar hingga larut, jika perlu sonikasi. Encerkan dengan
Dapar sampai tanda. Larutan ini mengandung Enalapril Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Maleat BPFI lebih kurang 0,2 mg per ml dan
Enalaprilat BPFI 0,002 mg per ml.
Larutan kesesuaian sistem Pipet 0,5 ml Larutan ENFLURAN
enalapril diketopiperazin ke dalam labu tentukur 25-ml, Enflurane
encerkan dengan Larutan baku sampai tanda.
Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 10 tablet ke F F F
CV rU
Sisa tidak menguap Tidak lebih dari 2 mg; uapkan 10,0
N rS ml dalam cawan penguap yang telah ditara, pada suhu
kamar dan keringkan sisa pada suhu 50º selama 2 jam.
- 364 -
Klorida <361> Kocok 25 ml zat dengan 25 ml air fase diam G4 pada partikel penyangga S1A 60 - 80
selama 5 menit dan biarkan cairan terpisah sempurna. mesh. Pertahankan suhu injektor pada suhu lebih kurang
Pisahkan lapisan air, pada lapisan air tambahkan 1 tetes 200º dan suhu kolom diatur secara terprogram dengan
asam nitrat P dan 5 tetes perak nitrat LP: opalensensi kenaikan suhu 6º per menit dari 60º sampai 125º.
yang dihasilkan tidak lebih keruh dari yang dihasilkan Gunakan helium P kering sebagai gas pembawa dengan
oleh larutan yang mengandung 0,35 ml asam klorida laju alir 60 ml per menit. Hitung persentase kemurnian
0,020 N. dengan membagi luas puncak enfluran dengan jumlah
luas semua puncak dalam kromatogram dikalikan 100.
Ion fluorida Tidak lebih dari 10 µg per ml.
[Catatan Untuk seluruh pengujian gunakan peralatan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
plastik]. tidak tembus cahaya, dan terlindung dari panas berlebih.
Dapar pH 5,25 Larutkan 110 g natrium klorida P dan
1 g natrium sitrat P dalam 700 ml air dalam labu
tentukur 2000-ml. Tambahkan hati-hati 150 g natrium EPINEFRIN BITARTRAT
hidroksida P dan kocok hingga larut. Dinginkan hingga Epinephrine bitartrate
suhu ruang, sambil diaduk, tambahkan hati-hati 450 ml
asam asetat glasial P pada larutan dingin. Dinginkan,
tambahkan 600 ml isopropanol P, encerkan dengan air
sampai tanda; pH larutan antara 5,0 dan 5,5.
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih
kuranag 221 mg natrium fluorida P yang telah
dikeringkan pada suhu 150º selama 4 jam, masukkan ke Garam (-)-3,4-dihidroksi-α-[(metilamino)metil] benzil
dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan lebih kurang 20 alkohol (+)-tartrat (1:1) [51-42-3]
ml air, kocok hingga larut. Tambahkan 1,0 ml larutan C9H13NO3.C4H6O6 BM 333,29
natrium hidroksida P (1 dalam 2500), encerkan dengan
air sampai tanda. Tiap ml larutan mengandung 1 mg ion Epinefrin Bitartrat mengandung tidak kurang dari 97,0%
fluorida. Simpan dalam wadah tertutup rapat, dari bahan dan tidak lebih dari 102,0% C9H13NO3.C4H6O6, dihitung
plastik. terhadap zat yang telah dikeringkan.
Larutan baku Buat satu seri pengenceran Larutan
baku persediaan secara kuantitatif dan jika perlu Pemerian Serbuk hablur, putih atau putih keabu-abuan
bertahap dengan Dapar pH 5,25 hingga diperoleh atau abu-abu cokelat muda perlahan menjadi gelap pada
larutan 100 ml dengan kadar 1, 3, 5, dan 10 µg per ml. paparan cahaya dan udara. Larutan dalam air bersifat
Larutan uji Kocok 25 ml zat dengan 25 ml air selama asam terhadap lakmus, pH lebih kurang 3,5.
5 menit, biarkan cairan terpindah sempurna. Pindahkan
5,0 ml lapisan air ke dalam labu tentukur 10-ml, Kelarutan Mudah larut dalam air; sedikit larut dalam
encerkan dengan Dapar pH 5,25 sampai tanda. etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
Prosedur Ukur potensial Larutan baku dan Larutan
uji dalam mV seperti tertera pada Titrimetri <711> Baku pembanding Epinefrin Bitartrat BPFI; lakukan
menggunakan pH meter yang mempunyai keberulangan pengeringan dalam hampa udara di atas silika gel P
minimum lebih kurang 0,2 mV dan dilengkapi dengan selama 3 jam sebelum digunakan. Norepinefrin Bitartrat
sistem elektrode ion spesifik fluorida-kalomel berlapis BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
kaca. [Catatan Pada waktu pengukuran, celupkan
elektrode ke dalam larutan yang telah dipindahkan ke Identifikasi Larutkan lebih kurang 500 mg zat dalam 20
dalam gelas piala 150 ml berisi pengaduk magnetik ml air yang mengandung lebih kurang 100 mg natrium
berlapis politetrafluoroetilen. Aduk selama 1-2 menit bisulfit P. Tambahkan amonium hidroksida 6 N hingga
hingga tercapai keseimbangan, rekam potensial. Bilas larutan berbau amoniak dan dinginkan dalam lemari
dan keringkan elektrode setiap pengukuran, hati-hati pendingin selama 1 jam. Saring endapan, cuci tiga kali,
agar kristal elektrode ion spesifik tidak rusak]. Buat tiap kali dengan 2 ml air dingin, dengan 5 ml etanol P
kurva baku logaritma kadar ion fluorida Larutan baku dingin dan terakhir dengan 5 ml eter P dingin, keringkan
dalam µg per ml terhadap potensial dalam mV. Tentukan dalam hampa udara di atas Silika gel P selama 3 jam.
kadar ion fluorida dalam µg per ml Larutan uji, Epinefrin yang dihasilkan memenuhi Identifikasi berikut.
berdasarkan hasil pengukuran potensial Larutan uji dan A. Pada 5 ml Dapar ftalat pH 4,0, tambahkan 0,5 ml
kurva baku. larutan agak asam epinefrin yang dihasilkan (1 dalam
1000) dan 1,0 ml iodum 0,1 N, biarkan selama 5 menit,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara tambahkan 2 ml larutan natrium tiosulfat P (1 dalam
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi 40): terjadi warna merah tua.
<931>. Suntikkan sejumlah volume yang sesuai, tidak B. Rotasi jenis antara -50o dan –53,5o; lakukan
lebih dari 30 µl, ke dalam kromatograf gas yang penetapan seperti tertera pada Penetapan Rotasi Optik
dilengkapi dengan detektor penghantar panas dan kolom dan Rotasi Jenis <1091> menggunakan 200 mg
baja tahan karat 4 mm x 3 m berisi bahan pengisi 20% epinefrin yang ditimbang seksama, dan dilarutkan dalam
- 365 -
larutan asam klorida P (1 dalam 20) hingga 10,0 ml. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya.
Jarak lebur <1021> antara 147o dan 152o, disertai
peruraian.
INJEKSI EPINEFRIN
Susut pengeringan <1121> tidak lebih dari 0,5%; Epinephrine Injection
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas silika
gel P selama 3 jam. Injeksi Epinefrin adalah larutan steril Epinefrin dalam
Air untuk Injeksi yang disiapkan dengan bantuan asam
Sisa pemijaran <301> dapat diabaikan; lakukan klorida atau dapar lain yang sesuai, mengandung
penetapan menggunakan 100 mg zat. Epinefrin, C9H13NO3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Adrenalon Daya serap pada panjang gelombang 310
nm tidak lebih dari 0,2; lakukan penetapan seperti tertera Baku pembanding Epinefrin Bitartrat BPFI; lakukan
pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> pengeringan dalam hampa udara di atas silika gel P
menggunakan larutan dalam asam klorida P (1 dalam selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
200) yang mengandung 4 mg per ml. tertutup rapat, terlindung cahaya. Endotoksin BPFI;
[Catatan Bersifat pirogenik. Penanganan vial dan isi
Norepinefrin bitartrat Tidak lebih dari 4,0%. harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Rekonstitusi semua isi; gunakan larutan dalam waktu 14
Kromatografi<931>. hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam
Fase gerak Campuran n-butanol P-air-asam format P lemari pendingin.
(7:2:1)
Larutan baku epinefrin Timbang saksama sejumlah Identifikasi
Epinefrin Bitartrat BPFI, larutkan dalam air hingga A. Pada 5 ml larutan dapar asam ftalat pH 4,0 (pada
kadar lebih kurang 200 mg per ml. Pipet sejumlah 50 ml kalium biftalat 0,2 M tambahkan 0,1 ml asam
volume larutan ini, encerkan dengan metanol P hingga klorida 0,2 M, encerkan dengan air hingga 200 ml)
kadar lebih kurang 20 mg per ml. tambahkan 0,5 ml injeksi dan 1 ml iodum 0,1 N campur
Larutan baku norepinefrin Timbang saksama dan biarkan selama 5 menit. Tambahkan 2 ml larutan
sejumlah Norepinefrin Bitartrat BPFI, larutkan dalam natrium tiosulfat P (1 dalam 40): terjadi warna merah
air hingga kadar lebih kurang 8,0 mg per ml. Pipet tua.
sejumlah volume larutan ini, encerkan dengan metanol P B.Waktu retensi puncak utama pada kromatogram
hingga kadar lebih kurang 0,8 mg per ml. Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg diperoleh pada Penetapan kadar.
larutan dalam 1,0 ml air dan encerkan dengan metanol P
hingga 10,0 ml. Kejernihan dan warna larutan
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5 Larutan baku Pipet 2 ml larutan iodum 0,1 N ke
µl Larutan baku epinefrin, Larutan baku norepinefrin dalam labu tentukur 500-ml, encerkan dengan air sampai
dan Larutan uji pada lempeng kromatografi silika gel P. tanda.
Biarkan bercak mengering dan masukkan lempeng ke Prosedur Lakukan penetapan dengan mengamati
dalam bejana kromatografi yang tidak dijenuhkan, berisi sejumlah volume injeksi (Larutan uji) dalam tabung
fase gerak hingga merambat tiga per empat tinggi kaca jernih yang sesuai dengan latar belakang putih:
lempeng. Angkat lempeng, biarkan mengering dalam tidak berwarna merah muda dan tidak terdapat endapan.
aliran udara hangat. Semprot dengan Folin-Ciocalteu- Jika ada warna kuning dalam Larutan uji, tentukan
Fenol LP, kemudian dengan larutan natrium karbonat P serapan Larutan uji dan Larutan baku dalam sel 1-cm
(1 dalam 10). Harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan spektrofotometer yang sesuai pada panjang
dengan yang diperoleh dari Larutan baku epinefrin. gelombang 460 nm: serapan Larutan uji tidak lebih
Bercak lain dari Larutan uji tidak lebih besar dan besar dari Larutan baku.
intensif dari bercak yang diperoleh dari Larutan baku
norepinefrin. Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 357,0 unit
Endotoksin FI per mg epinefrin.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500
mg, larutkan dalam 20 ml asam asetat glasial P, jika pH <791> Antara 2,2 dan 5,0.
perlu hangatkan. Tambahkan kristal violet LP dan titrasi
dengan asam perklorat 0,1 N LV. Lakukan penetapan Keasaman total Pipet 5 ml injeksi ke dalam labu yang
blangko. sesuai, tambahkan 10 ml air dan titrasi dengan natrium
hidroksida 0,01 N LV hingga pH 7,40. Lakukan
Tiap ml asam perklorat 0,1 N penetapan blangko dan jika perlu lakukan koreksi.
setara dengan 33,33 mg C9H13NO3.C4H6O6
- 366 -
Diperlukan tidak lebih dari 25,0 ml natrium hidroksida Penandaan Etiket menyatakan injeksi tidak boleh
0,01 N LV. digunakan jika terjadi perubahan warna menjadi merah
muda atau lebih gelap dari kuning terang atau terjadi
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi. endapan.
H
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak secara
kuantitatif dan jika perlu bertahap hingga kadar lebih 3ß,5Z,7E,22E-9,10-Sekoergosta-5,7,10(19),22-tetraena-
kurang 0,1 mg per ml. 3-ol [50-14-6]
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi C28H44O BM 396,65
setara dengan lebih kurang 1 mg epinefrin, masukkan ke
dalam labu tentukur 10-ml, encerkan dengan Fase gerak Ergokalsifrol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
sampai tanda. tidak lebih dari 103,0% C28H44O.
Larutan kesesuaian sistem Larutkan 10 mg dopamin
hidroklorida ke dalam 100 ml Larutan baku. Pemerian Hablur; putih; tidak berbau; dapat
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada terpengaruh oleh cahaya dan udara.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm x Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam etanol,
15 cm yang berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih dalam kloroform, dalam eter dan dalam minyak lemak.
kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku dan Larutan kesesuaian sistem. Rekam Baku pembanding Ergokalsiferol BPFI; simpan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera ditempat sejuk, terlindung cahaya. Ergosterol BPFI;
pada Prosedur: waktu retensi relatif epinefrin dan tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan
dopamin hidroklorida berturut-turut lebih kurang 1,0 dan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya dan
2,0; resolusi, R, antara puncak epinefrin dan puncak dalam lemari pendingin. Biarkan mencapai suhu kamar
dopamin hidroklorida tidak kurang dari 3,5; dan sebelum wadah dibuka. Vitamin D untuk Penetapan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Kesesuaian Sistem BPFI; simpan di tempat sejuk,
lebih dari 2,0%. terlindung dari cahaya. Biarkan mencapai suhu kamar
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sebelum wadah dibuka. Tidak boleh dikeringkan.
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji Masukkan isi ampul yang tidak terpakai ke dalam wadah
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur tertutup rapat dan simpan di bawah nitrogen P di tempat
respons puncak utama. gelap dan sejuk.
Hitung jumlah dalam mg epinefrin, C9H13NO3, dalam
tiap ml injeksi yang digunakan dengan rumus: Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
183 ,20 C rU didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
10 maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
333 ,29 V r S seperti Ergokalsiferol BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
C adalah kadar Epinefrin Bitartrat BPFI dalam mg per
100.000) dalam etanol P, menunjukkan maksimum dan
ml Larutan baku; 183,20 dan 333,29 berturut-turut
minimum hanya pada panjang gelombang yang sama
adalah bobot molekul epinefrin dan epinefrin bitartrat; V
seperti pada Ergokalsiferol BPFI, daya serap masing-
adalah volume dalam ml injeksi yang digunakan; rU dan
masing pada panjang gelombang serapan maksimum
rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan
lebih kurang 265 nm berbeda tidak lebih dari 0,3%.
Larutan baku.
C. Ke dalam larutan lebih kurang 0,5 mg zat dalam 5
ml kloroform P tambahkan 0,3 ml anhidrida asetat P
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
dan 0,1 ml asam sulfat P, kocok kuat-kuat: terjadi warna
atau dosis ganda, tidak tembus cahaya, lebih baik
merah terang dan dengan cepat berubah menjadi ungu,
menggunakan wadah kaca Tipe I.
- 367 -
dan tidak lebih dari 103,0% C19H23N3O2.C4H4O4 dihitung Larutan uji pada lempeng kromatografi Silika gel P
terhadap zat yang lebih dikeringkan. setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana
kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak
Pemerian Serbuk hablur halus; putih sampai putih selama 30 menit, biarkan merambat 15 cm di atas garis
keabu-abuan atau kuning pucat; lama-kelamaan penotolan. Angkat lempeng, biarkan Fase gerak
berwarna gelap jika terpapar cahaya; tidak berbau. menguap. Semprot lempeng dengan Penampak bercak.
Segera keringkan dengan dialiri nitrogen P selama 2
Kelarutan Agak larut dalam air; sukar larut dalam menit. Harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan
etanol; tidak larut dalam eter dan dalam kloroform. harga Rf Larutan baku. Bandingkan bercak lain selain
bercak utama pada Larutan uji, dengan bercak Enceran
Baku pembanding Ergometrin Maleat BPFI; lakukan larutan baku. Bercak dari Enceran larutan baku 0,20
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 80o selama 3 mg; 0,10 mg dan 0,05 mg per ml setara dengan 2,0%,
jam sebelum digunakan. 1,0% dan 0,50% cemaran.
Identifikasi
Penetapan kadar
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ergometrin
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
Maleat BPFI, larutkan dalam air hingga kadar lebih
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
kurang 40 µg per ml.
seperti pada Ergometrin Maleat BPFI.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 40 mg dan
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan air
50.000) dalam etanol P menunjukkan maksimum dan
sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ini, encerkan dengan
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
air hingga 100 ml.
pada Ergometrin Maleat BPFI, daya serap masing-
Prosedur Pipet 5,0 ml masing-masing Larutan baku,
masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
Larutan uji dan air sebagai blangko ke dalam masing-
pada panjang gelombang serapan maksimum 311 nm,
masing Erlemeyer. Masing-masing tambahkan 10,0 ml p-
berbeda tidak lebih dari 3,0%.
dimetilaminobenzaldehida P, aduk terus-menerus,
C. Harga Rf bercak utama berwarna biru dari Larutan
diamkan selama 20 menit. Ukur serapan larutan pada
uji sesuai dengan harga Rf Larutan baku seperti tertera
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 555
pada pengujian Alkaloida sejenis.
nm. Hitung kadar dalam mg ergometrin maleat,
C19H23N3O2.C4H4O4 dengan rumus:
Rotasi jenis <1081> Antara +51o dan +56o, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
menggunakan larutan yang mengandung 50 mg per 10 A
C U
ml dalam tabung 1 dm. AS
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 80o C adalah kadar Ergometrin Maleat BPFI dalam µg per
selama 3 jam. ml Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah
serapan Larutan uji dan Larutan baku.
Alkaloida sejenis Tidak lebih dari 2,0%. [Catatan
Lakukan pengujian segera, terlindung dari cahaya Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
matahari dan sedikit mungkin cahaya buatan.] Lakukan tidak tembus cahaya, di tempat sejuk.
Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Penampak bercak Larutkan 1 g p-dimetilamino INJEKSI ERGOMETRIN MALEAT
benzaldehida P dalam campuran 50 ml asam klorida P
Injeksi Ergonovin Maleat
Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P-air
(75:25:3). Ergometrin maleate injection
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji,
larutkan dalam campuran etanol P-amonium hidroksida Injeksi Ergometrin Maleat adalah larutan steril dalam
P (9:1) hingga kadar 10 mg per ml. Gunakan segera Air untuk Injeksi, mengandung ergometrin maleat,
setelah pembuatan. C19H23N3O2.C4H4O4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ergometrin lebih dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Maleat BPFI, larutkan dalam campuran etanol P-
amonium hidroksida P (9:1) hingga kadar 10 mg per ml. Baku pembanding Ergometrin Maleat BPFI; lakukan
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran pengeringan dalam hampa udara pada suhu 80º selama 3
Larutan baku dalam campuran etanol P-amonium jam sebelum digunakan.
hidroksida P (9:1) hingga kadar 0,2 mg; 0,1 mg dan 0,05 Identifikasi Harga Rf bercak utama berwarna biru
mg per ml. Gunakan segera setelah pembuatan. Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti tertera
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5 pada Alkaloida sejenis.
µl Larutan baku, semua Enceran larutan baku dan
- 369 -
pH <1071> Antara 2,7 dan 3,5. injeksi yang digunakan dengan rumus:
N CH3 N H C OH
alkalis terhadap kertas lakmus P. Ekstraksi tiga kali, tiap O O
H H CH2
kali dengan 10 ml kloroform P. Uapkan kumpulan ekstrak HO C H
tiap kali dengan 20 ml kloroform P, lewatkan ekstrak mempunyai intensitas lebih besar dari bercak utama
melalui penyaring yang sama. Tempatkan labu dalam Enceran larutan baku 1,0%.
tangas pada suhu 20o selama 10 menit. Atur volume
ekstrak hingga 50,0 ml pada suhu 20o dengan Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 200
menambahkan kloroform P. Campur larutan dan mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer, larutkan
tentukan sudut putaran pada suhu 20o. Tentukan kadar dalam 15 ml campuan anhidrida asetat P-asam asetat
ergotamin dalam larutan kloroform P dengan glasial P (6:100). Tambahkan 1 tetes kristal violet LP
menguapkan 25,0 ml alikuot pada penguap rotasi hingga dan titrasi dengan asam perklorat 0,05 N LV
kering pertahankan suhu tangas di bawah 45o. Larutkan menggunakan buret 10-ml. Lakukan penetapan blangko.
residu dalam 25 ml asam asetat glasial P, tambahkan 1
tetes kristal violet LP, dan titrasi dengan asam perklorat Tiap ml asam perklorat 0,05 N
0,05 N LV hingga warna hijau-zamrut. Lakukan setara dengan 32,84 mg (C33H35N5O5)2.C4H6O6
penetapan blangko. Tiap ml asam perklorat 0,05 N setara
dengan 29,08 mg C33H35N5O5. Dari sudut putaran Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
larutan dan kadar ergotamin basa. tidak tembus cahaya, simpan di tempat dingin.
Alkaloida sejenis [Catatan Lakukan pengujian Injeksi Ergotamin Tartrat adalah larutan steril yang
terlindung dari cahaya matahari dan sekecil mungkin mengandung ergotamin tartrat dan epimer-epimer tartrat,
pengaruh cahaya lampu.] Lakukan penetapan dengan ergotaminin dan senyawa alkaloid lainnya dalam Air
cara Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada untuk Injeksi dengan panambahan asam tartrat dan
Kromatografi <931>. stabilisator yang sesuai. Setiap ml mengandung tidak
Fase gerak Campuran eter P-dimetilformamida P- kurang dari 450 g dan tidak lebih dari 550 g alkaloid
kloroform P-etanol mutlak P (70:15:10:5). total. Kandungan ergotamin tartrat,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ergotamin (C33H35N5O5)2.C4H6O6 tidak kurang dari 52,0% dan
Tartrat BPFI, larutkan dalam campuran kloroform P- tidak lebih dari 74,0% dari kandungan alkaloid total.
metanol P (9:1) hingga kadar 10,0 mg per ml. Mengandung ergotaminin tartat tidak lebih dari 45,0%
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran dari kandungan alkaloid total.
Larutan baku dalam campuran kloroform P-metanol P
(9:1) hingga kadar 0,2 mg; 0,1 mg; 0,05 mg dan 0,025 Baku pembanding Ergotamin Tartrat BPFI; Lakukan
mg per ml berturut-turut setara dengan 2,0%; 1,0%; pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60 selama 4
0,5%; 0,25% Larutan baku. jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50,0 mg rapat terlindung dari cahaya. Simpan dalam tempat
zat larutkan dalam 5,0 ml campuran kloroform P- dingin; Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat pirogenik,
metanol P (9:1). penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
....Penampak bercak Larutan segar 200 mg p- menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi,
(dimetilamino) benzaldehida P dalam campuran 5,5 ml gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
asam klorida P dan 4,5 ml air. belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5 µl
Larutan uji, Larutan baku, dan masing-masing Enceran Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 357,0 unit
larutan baku pada lempeng kromatografi silika gel Endotoksin FI per mg ergotamin tartrat.
setebal 0,25 mm. Tempatkan setiap totolan di atas botol
terbuka yang berisi amonium hidroksida P, selama 20 pH <1071> Antara 3,5 dan 4,0.
detik, biarkan lempeng mengering pada aliran udara
dingin, selama 20 detik. Masukkan lempeng ke dalam Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
bejana kromatografi yang telah dijenuhkan selama 15
menit dengan Fase gerak, biarkan merambat hingga Penetapan kadar
lebih kurang 17 cm. Angkat lempeng, biarkan Fase Kloroform Gunakan larutan segar kloroform P yang
gerak menguap dengan aliran udara dingin selama lebih sudah dijenuhkan dengan air.
kurang 2 menit, dan semprot lempeng dengan Penampak Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10 mg
bercak. Keringkan lempeng pada suhu 60o selama lebih Ergotamin Tartrat BPFI, larutkan dalam 50 ml etanol
kurang 5 menit, dan bandingkan kromatogram: harga Rf encer P, jika perlu hangatkan, encerkan dengan air
bercak utama Larutan uji sesuai dengan bercak utama hingga kadar 50,0 g per ml.
Larutan baku; dan jumlah intensitas bercak lain selain Larutan ergotamin Pipet sejumlah volume injeksi
bercak utama dari Larutan uji tidak lebih dari intensitas setara lebih kurang 5 mg ergotamin tartrat, masukkan ke
bercak utama Enceran larutan baku 2,0% dan tidak dalam gelas piala. Tambahkan 5 ml Kloroform dan
lebih dari satu bercak lain selain bercak utama yang natrium karbonat kira-kira setara satu per sepuluh bobot
- 372 -
injeksi yang digunakan. Campur dan tambahkan C adalah kadar Ergotamin Tartrat BPFI dalam g per
secukupnya tanah silika untuk kromatografi P untuk ml Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah
membuat halus (lebih kurang 1 g untuk setiap ml injeksi serapan dari Larutan alkaloid total dan Larutan baku.
yang digunakan ditambah 3 g). Padatkan campuran Hitung persentase Ergotamin tartrat yang diperoleh
dalam tabung kromatografi dengan diameter lebih dengan rumus:
kurang 2,5 cm x 30 cm. Bilas dinding gelas piala dengan
2 ml Kloroform. Tambahkan tanah silika untuk A'
kromatografi P secukupnya untuk membuat halus dan 50
masukkan ke dalam kolom. AU
Siapkan kolom kedua menggunakan campuran dari 9 g
tanah silika untuk kromatografi P dengan 7 ml larutan A dan AU berturut-turut adalah serapan Larutan
asam sitrat P (1 dalam 4). Masukkan campuran 2 g tanah ergotamin 1 dan Larutan alkaloid total.
silika untuk kromatografi P dan 2 ml air melalui bagian Hitung persentase Ergotamin tartrat yang diperoleh
atas kolom kedua. Masukkan sedikit wol kaca dan dengan rumus:
pasangkan tabung yang mengandung zat supaya eluat
dari saluran masuk ke dalam tabung yang mengandung
A''
larutan asam sitrat P. Tambahkan Kloroform 90 ml 50
melalui bagian atas tabung dan tampung eluat dari AU
bagian bawah tabung ke dalam labu tentukur 200-ml.
Bilas ujung tabung bagian atas dengan Kloroform.
A dan AU berturut-turut adalah serapan Larutan
Lewatkan Kloroform secukupnya melalui bagian bawah
ergotamin 2 dan Larutan alkaloid total.
tabung untuk mengencerkan eluat sampai tanda. Eluat ini
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis
adalah Larutan ergotamin 1.
tunggal, sebaiknya dari kaca tipe 1 dan tidak tembus
Lepaskan adsorben dari kolom kedua dengan sedikit
cahaya.
tekanan udara ke dalam gelas piala 600 ml yang berisi
10 g natrium bikarbonat dan campur. Dengan hati-hati
tambahkan 50 ml air sambil diaduk terus menerus. Cuci
campuran dengan air dalam corong pisah 250 ml dan
TABLET ERGOTAMIN TARTRAT
ekstraksi ergotamin empat kali, tiap kali dengan 15 ml Ergotamine Tartrate Tablet
Kloroform. Lewatkan ekstrak melalui penyaring wool
kaca, kumpulkan ekstrak dalam labu tentukur 100-ml, Tablet Ergotamin Tartrat mengandung ergotamin tartrat,
cuci penyaring dan encerkan dengan Kloroform sampai (C33H35N5O5)2.C4H6O6, tidak kurang dari 90,0% dan
tanda. Larutan ini adalah Larutan ergotamin 2. tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
Pipet secara terpisah 10 ml dan 20 ml Larutan etiket.
ergotamin 1 dan 2, masing-masing masukkan ke dalam
labu Erlemeyer kecil dan uapkan dengan bantuan aliran Baku pembanding Ergotamin Tartrat BPFI; lakukan
udara sampai kering. pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60 selama 4
Larutan alkaloid total Ukur saksama sejumlah volume jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
injeksi setara dengan lebih kurang 2,5 mg ergotamin rapat terlindung cahaya, di tempat dingin.
tartrat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml,
tambahkan 25 ml etanol P dan encerkan dengan larutan Identifikasi Sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
asam tartrat P (1 dalam 100) sampai tanda. kurang 5 mg ergotamin tartrat digerus halus dengan 10
Prosedur Pipet masing-masing 5 ml Larutan baku dan ml heksan P selama beberapa menit, diamkan dan buang
Larutan alkaloid total ke dalam labu Erlemeyer kecil. ekstrak heksan P. Tambahkan ke dalam residu 10 ml
Ke dalam residu kering dari kedua Larutan ergotamin kloroform jenuh amonia(dibuat dengan mengocok
tambahkan 5,0 ml larutan segar campuran etanol P dan kloroform P dengan amonium hidroksida P, kemudian
larutan asam tartrat P (1 dalam 100) 1:1. Secara ambil lapisan kloroform), gerus selama beberapa menit,
bergantian masukkan masing-masing labu ke dalam saring dan uapkan filtrat pada tangas uap sampai kering.
tangas es dan goyang terus menerus sambil Larutkan residu dalam campuran 4 ml asam asetat
menambahkan tetes demi tetes 10,0 ml p- glasial P dan 4 ml etil asetat P. Pada 1 ml larutan ini
dimetilamino benzaldehid LP. Diamkan dalam suhu tambahkan 1 ml asam sulfat P secara perlahan dan terus
ruang dengan cahaya lemah tidak kurang dari 90 menit menerus dikocok sampai terbentuk endapan biru hingga
dan tidak lebih dari 2 jam. Ukur serapan dari 4 larutan kemerahan, dinginkan. Tambahkan 0,1 ml besi(III)
tersebut pada panjang gelombang serapan maksimum klorida LP, yang sebelumnya sudah diencerkan dengan
lebih kurang 545 nm dengan menggunakan blangko. air volume sama: tampak warna kemerahan menjadi
Hitung jumlah alkaloid total dalam mg ergotamin tartat, berkurang dan warna biru semakin jelas.
(C33H35N5O5)2.C4H6O6 dalam volume injeksi yang
digunakan, dengan rumus: Disolusi <1231>
Media disolusi : 1000 ml larutan asam tartrat P (1
A dalam 100)
0,05C U
AS
- 373 -
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Penandaan Penandaan pada tablet menunjukkan bahwa
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada tablet digunakan untuk tablet hisap.
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-kalium fosfat
monobasa 0,01 M (55:45), saring dan awaudarakan. Jika TABLET ERGOTAMIN TARTRAT DAN
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
KOFEIN
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Pelarut Campuran asetonitril P-air (55:45).
Ergotamine Tartrate and Caffeine Tablet
Larutan baku internal Masukkan lebih kurang 40 mg
Tablet Ergotamin Tartrat dan Kofein mengandung
ergometrin maleat ke dalam labu tentukur 250-ml,
ergotamin tartrat, (C33H35N5O5)2.C4H6O6 dan kofein,
tambahkan Pelarut sampai tanda.
C8H10N4O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10 mg
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Ergotamin Tartrat BPFI. Masukkan ke dalam labu
tentukur 50-ml, tambahkan Pelarut sampai tanda. Pipet
Baku pembanding Ergotamin Tartrat BPFI; Lakukan
5 ml larutan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan
5,0 ml Larutan baku internal, encerkan dengan Pelarut pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60 selama 4
sampai tanda sehingga diperoleh kadar Ergotamin jam sebelum digunakan; Kofein BPFI, tidak boleh
Tartrat BPFI lebih kurang 0,02 mg per ml. dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
Larutan uji Masukkan sejumlah tablet setara lebih terlindung cahaya; Ergotaminin BPFI, tidak boleh
kurang 10 mg zat ke dalam labu tentukur 500-ml. dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat dan
Tambahkan 50,0 ml Larutan baku internal, 300 ml tempat dingin, terlindung cahaya.
Pelarut dan sonikasi selama 10 menit. Encerkan dengan
Pelarut sampai tanda dan campur. Saring melalui Identifikasi Serbukkan 1 tablet, kocok dengan 10 ml
penyaring membran dengan porositas 0,45 μm, buang 25 kloroform P dan tambahkan 3 tetes amonium hidroksida
ml filtrat pertama. LP, saring. Filtrat dibagi dua bagian dalam cawan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada penguap, masing-masing uapkan di atas tangas uap
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi hingga kering dan residu digunakan untuk uji
dilengkapi dengan detektor 254 nm, kolom 3,9 mm x 30 selanjutnya.
cm berisi bahan pengisi L1, laju alir lebih kurang 1 ml A. Campur satu bagian residu dengan 5 ml larutan
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku. asam tartrat P (1 dalam 100), tambahkan 10 ml p-
Rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti dimetilaminobenzaldehid LP: terjadi warna biru yang
tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif ergometrin menunjukkan adanya ergotamin.
maleat dan ergotamin tatrat masing-masing lebih kurang B. Pada residu yang lain tambahkan 1 ml asam
0,7 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak analit dengan klorida P dan 100 mg kalium klorat P, uapkan diatas
puncak Larutan baku internal tidak kurang dari 3,0. tangas uap hingga kering. Balikkan cawan diatas bejana
Efisiensi kolom tidak kurang dari 3000 lempeng teoritis berisi amonium hidroksida P: diperoleh residu berwarna
dan faktor ikutan puncak analit tidak lebih dari 2,0. lembayung yang hilang dengan penambahan natrium
Simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak hidroksida 1 N (menunjukkan adanya kofein).
lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Disolusi <1231>
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji Media disolusi: 900 ml larutan asam tartrat P (1
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur dalam 100)
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg Alat tipe 2: 75 rpm
Waktu: 30 menit
- 374 -
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ergotamin ke dalam labu tentukur 250-ml. Tambahkan 150 ml
Tartrat BPFI dan Kofein BPFI larutkan dalam Media Pelarut dan 20 tetes benzalkonium klorida P (1 dalam
disolusi hingga diperoleh larutan dengan kadar 2). Kocok secara mekanik selama 45 menit. [Catatan
ergotamin tartrat lebih kurang 1 µg per ml dan kofein Jika perlu tambahkan 2-3 ml metanol P untuk
100 µg per ml. menghilangkan gelembung akibat pengocokan].
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C8H10N4O2 yang Encerkan dengan Pelarut sampai tanda. Saring melalui
terlarut dengan mengukur serapan alikuot dan serapan penyaring membran dengan porositas 0,5 µm, buang 20
Larutan baku dalam media yang sama pada panjang ml filtrat pertama. Pipet 5 ml filtrat ke dalam labu
gelombang serapan maksimum lebih kurang 273 nm. tentukur 50-ml, encerkan dengan Pelarut sampai tanda.
Lakukan penetapan jumlah (C33H35N5O5)2.C4H6O6 yang Larutan kesesuaian sistem Pipet 20 ml Larutan baku
terlarut dengan mengukur fluorosensi alikuot, jika perlu kofein, 20 ml Larutan baku ergotamin tartrat, dan 4 ml
diencerkan dengan media disolusi dan fluorosensi larutan yang mengandung 20 µg Ergotaminin BPFI ke
Larutan baku dalam media yang sama pada panjang dalam labu tentukur 200-ml, encerkan dengan Pelarut
gelombang eksitasi 327 nm dan gelombang emisi 427 sampai tanda.
nm. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
kurang dari 70% (Q) ergotamin tartrat, dilengkapi dengan detektor 254 nm serangkai dengan
(C33H35N5O5)2.C4H6O6 dan tidak kurang dari 75% (Q) detektor fluorometer pada panjang gelombang eksitasi
kofein, C8H10N4O2, dari jumlah yang tertera pada etiket. 325 nm dan panjang gelombang emisi 435 nm. Kolom
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7. Kondisikan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. sistem menggunakan Fase gerak A. Laju alir lebih
kurang 2 ml per menit. Pada 3 menit setelah penyuntikan
Penetapan kadar [Catatan Lindungi seluruh larutan atau setelah kofein tereluasi, alirkan Fase gerak B dan
dari cahaya.] Lakukan penetapan dengan cara pada menit ke 18 setelah penyuntikan awal, kembali ke
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Fase gerak A, diamkan tidak kurang dari 2 menit antara
Kromatografi <931>. penyuntikan. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku
Fase gerak A Buat campuran air-asetonitril P - campuran dan Larutan kesesuaian sistem, rekam
trietilamin P (850:150:0,5), atur pH hingga 2,7 ± 0,1 kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dengan penambahan asam sulfat P kualitas fluorometri, pada Prosedur: faktor ikutan puncak ergotamin tidak
saring dan awaudarakan. lebih 2,0; resolusi, R, antara ergotamin dan ergotaminin
Fase gerak B Buat campuran air-asetonitril P - tidak kurang 3,0; dan simpangan baku relatif pada
trietilamin P (1380:620:1), atur pH hingga 2,7 ± 0,1 penyuntikan ulang Larutan baku campuran tidak lebih
dengan penambahan asam sulfat P kualitas fluorometri, dari 2,0%.
saringdan awaudarakan. Jika perlu atur pH dengan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
penambahan natrium hidroksida P (1 dalam 20) atau sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku campuran dan
dengan asam sulfat P kualitas fluorometri, untuk Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
mendapatkan waktu retensi relatif yang sesuai, dan jika dan ukur respons puncak utama. Waktu retensi relatif
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem ergotamin, ergotaminin dan kofein berturut turut lebih
seperti tertera pada Kromatografi <931>. kurang 3,5; 4,0 dan 1,0. Hitung jumlah dalam mg kofein,
Pelarut Timbang lebih kurang 10 g asam tartrat P, C8H10N4O2, dalam serbuk tablet yang digunakan dengan
masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml, tambahkan rumus:
500 ml air dan kocok. Tambahkan 330 ml etanol P dan
campur. Encerkan dengan air sampai tanda. Campuran r
dibuat segar. 2500 C U
Larutan baku ergotamin tartrat Timbang saksama rS
sejumlah Ergotamin Tartrat BPFI, larutkan dalam C adalah kadar Kofein BPFI, dalam mg per ml dalam
Pelarut hingga kadar lebih kurang 40 µg per ml. Larutan baku campuran; rU dan rS berturut-turut adalah
Larutan baku kofein Timbang saksama sejumlah respons puncak yang diperoleh dari Larutan uji dan
Kofein BPFI, larutkan dan encerkan dalam Pelarut Larutan baku campuran.
hingga kadar lebih kurang 4 mg per ml. Hitung jumlah dalam mg ergotamin tartrat,
Larutan baku campuran Pipet 10 ml Larutan baku (C33H35N5O5)2.C4H6O6 dalam serbuk tablet yang
ergotamin tartrat dan 10 ml Larutan baku kofein digunakan dengan rumus:
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. Encerkan
dengan Pelarut sampai tanda. Pipet sejumlah larutan ini
I
dan encerkan dengan Pelarut hingga kadar ergotamin 2,5C U
tartrat lebih kurang 4 µg per ml dan kofein lebih kurang IS
0,4 mg per ml.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari C adalah kadar Ergotamin Tartrat BPFI dalam µg per
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk setara ml Larutan baku campuran; IU dan IS berturut-turut
dengan lebih kurang 10 mg ergotamin tartrat, masukkan
- 375 -
adalah respons fluorometrik yang diperoleh dari Larutan suhu 60º selama 3 jam dan dilarutkan dalam kloroform P
uji dan Larutan baku campuran. hingga kadar lebih kurang 50 mg per ml dan diukur
dengan sel 0,1 mm, menunjukkan maksimum hanya
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, pada panjang gelombang yang sama seperti pada
tidak tembus cahaya. Eritromisin BPFI kecuali pada daerah antara 1980 cm-1
dan 2050 cm-1.
A1 dan A2 adalah nilai serapan dari masing-masing Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan baku; W1 dan W2 adalah bobot masing-masing Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dalam mg kalium tiosianat yang digunakan untuk Kromatografi <931>.
membuat Larutan baku. Nilai S tidak kurang dari 0,985 Larutan A Larutkan 1,75 g kalium fosfat dibasa P
dan tidak lebih dari 1,015. Hitung persentase tiosianat dalam 50 ml air, atur pH hingga 9,0 dengan
dalam zat uji yang digunakan dengan rumus: penambahan asam fosfat P (1 dalam 10) atau natrium
hidroksida 0,2 N, tambahkan 400 ml air, 165 ml butil
58,08 Au W W alkohol tersier P dan 30 ml asetonitril P. Encerkan
0,5 1 2 dengan air hingga 1000 ml.
97,18 u
W A1 A2 Fase gerak Buat campuran Larutan A-asetonitril P-air
(5:2:1), jika perlu lakukan penyesuaian menurut
58,08 dan 97,18 berturut-turut adalah bobot molekul Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
tiosianat dan kalium tiosianat; AU adalah serapan Larutan <931>.
uji; WU adalah bobot zat uji, dalam mg Larutan uji; A1 Pengencer Buat campuran Dapar pH 7,0 [lihat
dan A2 adalah nilai serapan dari masing-masing Larutan pereaksi dan larutan pereaksi]-metanol P (15:1).
baku; W1 dan W2 adalah bobot masing-masing dalam mg Dapar pH 3,5 Pada 20 ml Dapar pH 7,0 tambahkan
kalium tiosianat yang digunakan untuk membuat asam fosfat P hingga pH 3,5.
Larutan baku. [Catatan Gunakan larutan berikut segera setelah dibuat
atau dalam 1 hari jika disimpan dalam lemari
Senyawa sejenis Kadar eritromisin A enol eter, pendingin].
eritromisin B, eritromisin C yang diperoleh dari Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 100 mg
Penetapan kadar berturut-turut adalah tidak lebih dari Eritromisin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
3,0%; 12,0% dan 5,0%. Gunakan kromatogram Larutan 25-ml, tambahkan 5 ml metanol P, kocok hingga larut,
uji dan enceran Larutan baku yang diperoleh dari encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Penetapan kadar. Hitung persentase senyawa sejenis Enceran larutan baku Masukkan 3,0 ml Larutan baku
lain yang mempunyai respons terbesar, selain eritromisin ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan
A, eritromisin B, eritromisin C dan eritromisin A enol Pengencer sampai tanda. Larutan ini mengandung
eter, dalam zat yang digunakan dengan rumus: Eritromisin BPFI lebih kurang 0,12 mg per ml.
Larutan baku eritromisin B dan C Timbang saksama
CP ri
masing-masing lebih kurang 5 mg Eritromisin B BPFI
25 dan Eritromisin C BPFI masukkan ke dalam labu
W rS tentukur 25-ml, tambahkan 5 ml metanol P, kocok
hingga larut, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
C adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per ml Larutan resolusi Masukkan lebih kurang 2 mg
Enceran larutan baku; P adalah persentase eritromisin A Senyawa Sejenis N Eritromisin BPFI ke dalam labu
dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam mg tentukur 10-ml, tambahkan 0,4 ml Larutan baku,
Larutan uji; ri adalah respons puncak senyawa sejenis encerkan dengan Larutan baku eritromisin B dan
selain eritromisin A, eritromisin B, eritromisin C atau eritromisin C sampai tanda.
eritromisin A enol eter pada kromatogram Larutan uji; Larutan waktu retensi eritromisin A enol eter
rS adalah respons puncak eritromisin A pada Larutkan lebih kurang 10 mg Eritromisin BPFI dalam 2
kromatogram Enceran larutan baku. Senyawa sejenis ml metanol P. Tambahkan 10 ml Dapar pH 3,5 biarkan
lain tidak lebih dari 3,0%. selama lebih kurang 30 menit.
Hitung persentase eritromisin A enol eter dalam zat yang Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg zat,
digunakan, dengan rumus: masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, tambahkan 5 ml
metanol P, kocok hingga larut. Encerkan dengan
Pengencer sampai tanda.
25 CP rE
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
11 W rS Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6
C adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per ml mm x 25 cm berisi bahan pengisi L21 (1000 Å) dan
Enceran larutan baku; P adalah persentase eritromisin A pertahankan suhu kolom pada lebih kurang 65. Laju alir
dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam mg lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi
Larutan uji; rS adalah respons puncak eritromisin A pada terhadap Larutan resolusi, ukur respons puncak seperti
kromatogram Enceran larutan baku. 11 adalah faktor tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk
respons eritromisin A enol eter terhadap eritromisin A; senyawa sejenis N eritromisin (N-dimetil eritromisin A),
rE adalah respons puncak eritromisin A enol eter pada eritromisin C, eritromisin A dan eritromisin B berturut-
kromatogram Larutan uji. turut adalah lebih kurang 0,56; 0,61; 1,0 dan 1,6;
resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis N eritromisin
dan puncak eritromisin C tidak kurang dari 0,8 dan
antara puncak senyawa sejenis N eritromisin dan puncak
- 377 -
CA adalah kadar Eritromisin BPFI dalam mg per ml Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%; lakukan
Larutan baku; P adalah persentase eritromisin A dalam penetapan menggunakan 20 ml campuran karbon
Eritromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam mg Larutan tetraklorida P-kloroform P-metanol P (2:2:1) sebagai
uji; rU dan rA berturut-turut adalah respons puncak pengganti metanol P dalam bejana titrasi.
eritromisin A dari Larutan uji dan Larutan baku.
Hitung persentase eritromisin B dan eritromisin C dalam Penetapan potensi Masukkan sejumlah salep yang
zat yang digunakan dengan rumus: ditimbang saksama setara dengan lebih kurang 5 mg
eritromisin ke dalam corong pisah yang berisi 50 ml
heksan P. Kocok hingga larut. Ekstraksi 4 kali, tiap kali
C P r
25 S U dengan 20 ml campuran metanol P-air (4:1). Kumpulkan
W rS ekstrak ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan
larutan metanol P-air sampai tanda. Lakukan penetapan
Cs adalah kadar Eritromisin B BPFI dan Eritromisin C BPFI seperti tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
dalam mg per ml dalam Larutan baku Eritromisin B dan Mikrobiologi <131> menggunakan sejumlah volume
Eritromisin C; P adalah persentase eritromisin B dan larutan yang diukur saksama, encerkan secara kuantitatif
eritromisin C dalam Eritromisin BPFI; W adalah bobot dengan Dapar nomor 3 hingga diperoleh larutan uji
zat dalam mg Larutan uji; rU dan rS berturut-turut dengan kadar yang diperkirakan sama dengan aras dosis
adalah respons puncak eritromisin B dan C dari tengah larutan baku.
Larutan uji dan Larutan baku Eritromisin B dan
Eritromisin C. Wadah dan penyimpanan Dalam tube tertutup rapat,
sebaiknya pada suhu kamar terkendali.
Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera
pada Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi
<131>, menggunakan sejumlah zat yang ditimbang TABLET ERITROMISIN
saksama larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih Erythromycin tablet
kurang 1 mg eritromisin per ml. Encerkan larutan secara
kuantitatif menggunakan Dapar nomor 3 untuk Tablet Eritromisin mengandung eritromisin,
memperoleh larutan uji dengan kadar diperkirakan setara C37H67NO13, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dengan aras dosis tengah larutan baku. dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Baku pembanding Eritromisin BPFI; biarkan hingga
suhu kamar sebelum ampul dibuka. Higroskopik. Setelah
dibuka, timbang segera dan buang sisa. Kecuali dinyatakan
lain, tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
- 378 -
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada menggunakan lebih kurang 100 mg serbuk tablet.
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Fase gerak Campuran metanol P-kloroform P (85:15) Penetapan potensi Masukkan tidak kurang dari 4 tablet
Larutan uji Serbukkan sejumlah tablet, tambahkan ke dalam blender berkecepatan tinggi berisi 200 ml
metanol P secukupnya hingga diperoleh larutan yang metanol P, dan campur selama 3 menit. Tambahkan 300
mengandung setara dengan lebih kurang 2,5 mg ml Dapar nomor 3 dan campur selama 3 menit. Lakukan
eritromisin per ml. penetapan seperti tertera pada Penetapan Potensi
Larutan baku Larutkan Eritromisin BPFI dalam Antibiotik secara Mikrobiologi <131>, menggunakan
metanol P hingga kadar 2,5 mg per ml. sejumlah volume larutan yang diukur saksama, encerkan
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 bertahap Dapar nomor 3 hingga diperoleh larutan uji
µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng dengan kadar yang diperkirakan sama dengan aras dosis
kromatografi Silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan tengah larutan baku.
lempeng ke dalam bejana kromatografi tanpa lapisan
kertas saring yang berisi Fase gerak, biarkan merambat Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
lebih kurang 7 cm dari garis penotolan. Angkat lempeng,
biarkan menguap dan semprot lempeng dengan
campuran etanol P-4-metoksi-benzaldehida P-asam ERITROMISIN ETILSUKSINAT
sulfat P (90:5:5). Panaskan lempeng pada 100o selama Erythromycin ethylsuccinate
10 menit dan amati kromatogram eritromisin yang
tampak sebagai bercak hitam hingga ungu: harga Rf H H3C H3C
O
CH3 H OH
bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji sesuai H
dengan yang diperoleh dari Larutan baku. HO HH
CH3
O H CH3 O
HO
O
H3C CH3
Disolusi <1231> H O H
N(CH3)2
pH <1071> Antara 6,0 dan 8,5; lakukan penetapan kromatografi Silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan
menggunakan suspensi 1% dalam air. lempeng ke dalam bejana kromatografi yang tidak
dilapisi kertas kertas dengan Fase gerak hingga
Air <1071> Metode I Tidak lebih dari 3,0%; lakukan merambat lebih kurang 9 cm di atas garis penotolan.
penetapan menggunakan 20 ml metanol P yang Angkat lempeng, biarkan Fase gerak menguap, semprot
mengandung 10% imidazol P sebagai pengganti metanol lempeng dengan Penampak bercak. Panaskan lempeng
P di dalam bejana titrasi. pada 100o selama 10 menit dan amati kromatogram.
Eritromisin dan asam suksinat tampak sebagai bercak
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%; lakukan berwarna hitam hingga lembayun: harga Rf bercak utama
pemijaran pada suhu 550 ± 50o, basahkan sisa yang diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan yang
pengarangan dengan 2 ml asam nitrat P dan 5 tetes asam diperoleh dari Larutan baku.
sulfat P. Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat.
Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti yang Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat, untuk
tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik secara suspensi yang dikemas dalam wadah dosis tunggal.
Mikrobiologi <131>, menggunakan sejumlah zat yang
ditimbang saksama, larutkan dalam metanol P hingga pH <1071> Antara 6,5 dan 8,5.
kadar lebih kurang 1 mg eritrimisin per ml. Encerkan
larutan secara kuantitastif menggunakan Dapar nomor 3 Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera
untuk memperoleh larutan uji dengan kadar diperkirakan pada Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi
setara dengan aras dosis tengah larutan baku. <131>, menggunakan sejumlah volume zat uji yang
diukur saksama yang baru dikocok dan bebas gelembung
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. udara , lumatkan selama 4 ± 1 menit dalam blender kaca
kecepatan tinggi dengan metanol P secukupnya hingga
diperoleh larutan persediaan yang mengandung setara
SUSPENSI ORAL ERITROMISIN dengan lebih kurang 1mg eritromisin per ml. Encerkan
ETILSUKSINAT larutan persediaan ini secara kuantitatif dengan Dapar
nomor 3 hingga diperoleh larutan uji yang mempunyai
Erythromycin ethylsuccinate oral suspension
kadar diperkirakan setara dengan aras dosis tengah larutan
baku.
Suspensi Oral Eritromisin Etilsuksinat adalah Suspensi
Eritromisin Etilsuksinat yang mengandung satu atau Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
lebih dapar, pewarna, pendispersi, pengaroma dan di tempat dingin.
pengawet yang sesuai. Mengandung eritromisin,
C37H67NO13, setara dengan tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 120,0%, dari jumlah yang tertera pada
TABLET ERITROMISIN ETILSUKSINAT
etiket.
Eryhtromycin ethylsuccinate tablet
Baku pembanding Eritromisin BPFI; biarkan hingga
Tablet Eritromisin Etilsuksinat mengandung Eritromisin
suhu kamar sebelum ampul dibuka. Higroskopik. Setelah
Etilsuksinat, C37H67NO13, setara dengan tidak kurang
dibuka, timbang segera dan buang sisa. Kecuali
dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0%, dari jumlah
denyatakan lain, tidak boleh dikeringkan sebelum
yang tertera pada etiket.
digunakan. Eritromisin Etilsuksinat BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum digunakan. Baku pembanding Eritromisin BPFI; biarkan hingga
suhu kamar sebelum ampul dibuka. Higroskopik. Setelah
Identifikasi ampul dibuka, timbang segera dan buang sisa. Kecuali
Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi dinyatakan lain, tidak boleh dikeringkan sebelum
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. digunakan. Eritromisin Etilsuksinat BPFI; tidak boleh
Larutan uji Tambahkan metanol P secukupnya pada dikeringkan sebelum digunakan.
sejumlah zat uji hingga kadar setara dengan lebih kurang
2,5 mg eritromisin per ml. Kocok selama lebih kurang Identifikasi Serbukkan sejumlah tablet, tambahkan
30 menit. Sentrifus campuran, gunakan beningan. metanol P secukupnya hingga diperoleh larutan yang
Larutan baku Larutkan Eritromisin Etilsuksinat BPFI mengandung setara dengan lebih kurang 2,5 mg
dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 3 mg per eritromisin per ml. Kocok selama lebih kurang 30
ml. menit. Sentrifus campuran, dan gunakan beningan yang
Fase gerak Campuran metanol P-kloroform P (85:15). jernih sebagai larutan uji. Lakukan seperti yang tertera
Penampak bercak Campuran etanol P-p- pada Identifikasi dalam Suspensi Oral Eritromisin
metoksibenzaldehida P-asam sulfat P (90:5:5). Etilsuksinat, mulai dengan “Larutan baku”
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
- 380 -
H
mengandung eritromisin setera tidak lebih dari 5 mg per HO CH3
O H CH3 HH
ml. Encerkan larutan persediaan ini secara kuantitatif HO
O
O
CH3
dengan Dapar nomor 3 hingga diperoleh larutan uji yang H3C
H O H
N(CH3)2
O OH
tengah larutan baku. OH
CH3
OCH3
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
CH3
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan Semprot lempeng dengan Penampak bercak 1 dan amati
maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama di bawah cahaya ultraviolet pada panjang gelombang
seperti pada Eritromisin Stearat BPFI. 366 nm: harga Rf dari bercak utama Larutan uji sesuai
dengan harga Rf dari Larutan baku. Semprot lempeng
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat. dengan Penampak bercak 2, panaskan pada suhu 100o
selama 10 menit dan amati kromatogram, eritromisin
pH <1071> Antara 6,0 dan 11,0; lakukan penetapan tampak sebagai bercak ungu hingga hitam: harga Rf
menggunakan suspensi 1% dalam air. bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 4,0%; lakukan
lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler
penetapan menggunakan 20 ml metanol P mengandung
dalam hampa udara pada suhu 60o selama 3 jam
10% imidazol P sebagai pengganti dalam labu titrasi.
menggunakan lebih kurang 100 mg serbuk tablet.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%; sisa
Disolusi <1231>
pengarangan dibasahkan dengan 2 ml asam nitrat P dan
Media: 900 ml dapar fosfat 0,05 M pH 6,8.
5 tetes asam sulfat P.
Alat tipe 2: 100 rpm.
Waktu: 120 menit.
Penetapan potensi Lakukan seperti yang tertera pada
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
Penetapan potensi dalam Eritromisin Etilsuksinat.
Eritromisin BPFI, larutkan dalam metanol P hingga
kadar lebih kurang 14 mg per ml. Encerkan secara
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
kuantitatif dengan air hingga kadar lebih kurang 0,56 mg
per ml.
TABLET ERITROMISIN STEARAT Larutan baku Pada hari digunakan, encerkan 25,0 ml
Larutan baku persediaan dengan air hingga 50,0 ml.
Erythromycin stearate tablet
Larutan uji Setelah 120 menit, ambil sebagian filtrat
hasil disolusi, saring, dan jika perlu encerkan dengan
Tablet Eritromisin Stearat mengandung Eritromisin, Media disolusi hingga kadar lebih kurang 0,28 mg
C37H67NO13, setara dengan tidak kurang dari 90,0% dan eritromisin per ml.
tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada Prosedur Pipet masing-masing 5 ml, Larutan baku ke
etiket. dalam labu tentukur 25-ml, satu labu tentukur digunakan
sebagai blangko larutan baku. Dengan cara yang sama,
Baku pembanding Eritromisin BPFI; biarkan hingga pipet masing-masing 5 ml Larutan uji ke dalam 2 labu
suhu kamar sebelum ampul dibuka. Higroskopik. Setelah tentukur 25-ml, satu labu tentukur digunakan sebagai
dibuka, timbang segera dan buang sisa. Kecuali dinyatakan blangko larutan uji. Ke dalam labu yang digunakan
lain, tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. sebagai blangko, tambahkan 2,0 ml asam sulfat 0,5 N
Eritromisin Stearat BPFI; tidak boleh dikeringkan dan ke dalam labu yang lain tambahkan 2,0 ml air.
sebelum digunakan. Biarkan selama 5 menit sambil sekali-kali digoyang. Ke
dalam semua labu tambahkan masing-masing 15,0 ml
Identifikasi natrium hidroksida 0,25 N, encerkan dengan Media
Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi disolusi sampai tanda. Panaskan labu di dalam tangas air
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
pada suhu 60o 0,5o selama 5 menit, dan biarkan
Larutan uji Pada sejumlah serbuk tablet tambahkan
menjadi dingin. Ukur serapan masing-masing larutan
metanol P secukupnya hingga diperoleh larutan yang
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
setara dengan lebih kurang 5 mg eritromisin per ml.
kurang 236 nm terhadap masing-masing larutan blangko.
Kocok selama 30 menit; sentrifus campuran, gunakan
Hitung jumlah C37H67NO13 yang terlarut.
beningan.
Toleransi Dalam waktu 120 menit harus larut tidak
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Eritromisin
kurang dari 75% (Q) C37H67NO13, dari jumlah yang
BPFI dan larutan dalam metanol P hingga kadar lebih
tertera pada etiket.
kurang 8 mg per ml.
Fase gerak Campuran metanol P-kloroform P (85:15).
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Penampak bercak 1 Larutan 2’,7’-diklorofluoresen P
dalam metanol P (1 dalam 500).
Penetapan potensi Masukkan tidak kurang dari 4 tablet
Penampak bercak 2 Campuran etanol P-p-
dalam blender berkecepatan tinggi berisi 200 ml metanol
metoksibenzaldehida P-asam sulfat P (90:5:5)
P dan campur selama 3 menit. Tambahkan 300 ml Dapar
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 20
nomor 3 dan campur selama 3 menit. Lakukan
µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
penetapan seperti yang tertera pada Penetapan potensi
kromatografi Silika gel P setebal 0,25 mm dan biarkan
Antibiotik secara Mikrobiologi <131> menggunakan
kering. Masukkan lempeng ke dalam bejana yang tidak
sejumlah volume larutan yang diukur saksama, encerkan
dilapisi kertas, dengan Fase gerak, biarkan merambat
bertahap dengan Dapar nomor 3 hingga diperoleh
lebih kurang 9 cm. Angkat lempeng, biarkan menguap.
larutan uji dengan kadar yang diperkirakan sama dengan
- 382 -
aras dosis tengah larutan baku. saring dan awaudarakan, jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Kromatografi <931>.
Larutan baku internal Timbang lebih kurang 300 mg
etilparaben P, masukkan ke dalam labu tertukur 500-ml,
ESTRADIOL tambahkan metanol P sampai tanda.
Estradiol Larutan baku Timbang saksama sejumlah Estradiol
BPFI dan Estron BPFI, larutkan dalam metanol P
OH hingga kadar berturut-turut 0,40 mg dan 0,24 mg per ml.
CH3
H
Pipet 10 ml larutan ini dan 5 ml Larutan baku internal,
H masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml. Tambahkan
H H
100 ml metanol P, encerkan dengan air sampai tanda,
hingga diperoleh larutan yang mengandung lebih kurang
HO
20 µg Estradiol BPFI per ml.
Estra-1,3,5(10)-triena-3,17ß-diol [50-28-2] Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
C18H24O2 BM 272,39 zat, masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml,
tambahkan metanol P sampai tanda. Pipet 10 ml larutan
Estradiol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak ini dan 5 ml Larutan baku internal, masukkan ke dalam
lebih dari 103,0% C18H24O2, dihitung terhadap zat labu tentukur 200-ml, tambahkan 100 ml metanol P,
anhidrat. encerkan dengan air sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Pemerian Hablur kecil atau serbuk hablur; putih atau Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
putih-krem; tidak berbau; stabil di udara; higroskopis. dilengkapi dengan detektor 205 nm dan kolom 3,9 mm x
30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
etanol, dalam aseton, dalam dioksan, dalam kloroform baku, ukur respoms puncak seperti tertera pada
dan dalam larutan alkali hidroksida tertentu; agak sukar Prosedur: resolusi, R, antara puncak analit dan puncak
larut dalam minyak nabati. estron, tidak kurang dari 2,0 dan simpangan baku relatif
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Baku pembanding Estradiol BPFI; tidak boleh Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dikeringkan; lakukan Penetapan Kadar Air <1031> sama (lebih kurang 25 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Metode I sebelum digunakan. Estron BPFI. ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama.
Waktu retensi relatif Larutan baku internal, estron dan
Identifikasi estradiol berturut-turut lebih kurang 0,7; 1,3 dan 1,0.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang dikeringkan Hitung jumlah dalam mg estradiol, C18H24O2, dengan
dan didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan rumus:
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Estradiol BPFI. r
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 5C U
20.000) dalam metanol P menunjukkan maksimum dan rS
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
pada Estradiol BPFI; daya serap masing-masing C adalah kadar Estradiol BPFI dalam µg per ml Larutan
dihitung terhadap zat anhidrat pada panjang gelombang baku; rU dan rS berturut-turut adalah perbandingan respons
serapan maksimum lebih kurang 280 nm berbeda tidak puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
lebih 3,0%.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Jarak lebur <1021>Metode I Antara 173o dan 179o. tidak tembus cahaya.
Rotasi jenis <1081> +57° sampai +63°; lakukan Pemerian Serbuk hablur; putih sampai praktis putih;
penetapan menggunakan larutan 1% dalam 1,4-dioksan P. tidak berbau atau agak berbau.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam etanol,
lakukan pengeringan pada suhu 100° - 105o selama 3 dalam aseton, dalam kloroform dan dalam dioksan; agak
jam, menggunakan 500 mg zat. sukar larut dalam minyak nabati.
Sisa pemijaran <301> Metode I Tidak lebih dari 0,2%; Baku pembanding Estradiol Sipionat BPFI; lakukan
lakukan penetapan menggunakan 500 mg zat. pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam sebelum
digunakan.
Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Identifikasi
Fase gerak Campuran toluen P-etanol P (90:10) A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
dalam campuran kloroform P-metanol P (9:1) hingga menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
kadar 2,0%. gelombang yang sama seperti pada Estradiol Sipionat
Enceran larutan uji I Encerkan Larutan uji dengan BPFI.
pelarut yang sama hingga kadar 0,1%. B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
Enceran larutan uji II Enceran Larutan uji dengan 10.000) dalam etanol P, menunjukkan maksimum dan
pelarut yang sama hingga kadar 0,020%. minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Estradiol pada Estradiol Sipionat BPFI; daya serap masing-
Benzoat BPFI, larutan dalam campuran kloroform P- masing, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
metanol P (9:1) hingga kadar 0,1%. pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5
- 384 -
C adalah kadar Estradiol Sipionat BPFI dalam mg per Cemaran secara kromatografi Tidak lebih dari 2,0%.
ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
perbandingan respons puncak estradiol sipionat dan Kromatografi <931>.
puncak baku internal dalam Larutan uji dan Larutan baku. Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P-aseton
P-asam asetat P (90:5:5:5).
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
tidak tembus cahaya. dalam campuran dioksan P-air (9:1) hingga kadar 20,0
mg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Estriol
BPFI, larutkan dalam campuran dioksan P-air (9:1)
hingga kadar 20,0 mg per ml.
- 385 -
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran juga mengandung komponen bersamaan sebagai natrium
Larutan baku dalam campuran dioksan P-air (9:1) sulfat terkonjugasi dari tidak kurang dari 13,5% dan
hingga kadar 0,40; 0,20; 0,10 dan 0,05 mg per ml. tidak lebih dari 19,5% 17α-dihidroekuilin, tidak kurang
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5 dari 2,5% dan tidak lebih dari 9,5% 17α-estradiol dan
µl Larutan uji, Larutan baku dan Enceran larutan baku tidak kurang dari 0,5% dan tidak lebih dari 4,0% 17β-
pada lempeng kromatografi silika gel. Masukkan ke dihidroekuilin dari jumlah yang tertera pada etiket.
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan
dengan 200 ml Fase gerak selama 15 menit, tutup bejana Pemerian Estrogen terkonjugasi berasal dari sumber
dan biarkan merambat hingga 15 cm di atas garis alam, berupa serbuk amorf; kekuningan; tidak berbau
penotolan. Angkat lempeng, biarkan Fase gerak atau berbau khas lemah. Bentuk sintetis berupa hablur
menguap. Semprot lempeng dengan campuran metanol atau serbuk amorf; putih sampai sedikit kekuningan
P-asam sulfat P (7:3) kemudian panaskan pada suhu terang, tidak berbau atau sedikit barbau.
100° selama 15 menit. Harga Rf bercak utama Larutan
uji sesuai dengan bercak utama Larutan baku.
Bandingkan bercak lain selain bercak utama, dengan Baku pembanding Estron BPFI; lakukan pengeringan
bercak Enceran larutan baku. Bercak yang diperoleh pada suhu 105° selama 3 jam sebelum digunakan.
dari 0,40; 0,20; 0,10 dan 0,05 mg per ml enceran larutan Ekuilin BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum
baku berturut-turut setara dengan 2,0%; 1,0%; 0,5% dan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat di tempat
0,25% cemaran. sejuk. 17α-Dihidroekuilin BPFI; tidak boleh dikeringkan
sebelum digunakan. Simpan di tempat dingin, terlindung
Penetapan kadar dari cahaya. Simpan isi ampul yang telah dibuka dalam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Estriol wadah tertutup rapat, berisi gas nitrogen, di tempat
BPFI; lakukan seperti yang tertera pada Larutan uji dingin, terlindung dari cahaya. Estradiol BPFI; tidak
hingga kadar 50 µg per ml. boleh dikeringkan, lakukan Penetapan Kadar Air
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, <1031> Metode I sebelum digunakan.
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan
encerkan dengan etanol P sampai tanda. Pipet 10,0 ml Identifikasi Hasil berikut diperoleh menggunakan
larutan ini ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan Larutan uji seperti tertera pada Prosedur dalam
dengan etanol P sampai tanda. Penetapan kadar.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku A. Waktu retensi relatif puncak estron dan ekuilin
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih sama seperti pada Larutan baku.
kurang 281 nm. Hitung jumlah dalam mg estriol, B. Pada kromatogram estrogen terkonjugasi, puncak
C18H24O3, dengan rumus: 17α-dihidroekuilin menunjukkan waktu retensi relatif
seperti yang ditunjukkan kromatogram Larutan baku.
Puncak lain atau berupa bahu menunjukkan 17α-
A
C U
estradiol dan 17ß-dihidroekuilin dengan waktu retensi
AS relatif terhadap 3-O-metilestron berturut-turut lebih
kurang 0,24 dan 0,35.
C adalah kadar Estriol BPFI dalam µg per ml Larutan
Komponen bersamaan Lakukan penetapan seperti
baku; Au dan As berturut-turut adalah serapan Larutan
tertera pada Penetapan kadar. Waktu retensi relatif
uji dan Larutan baku.
puncak 17β-dihidroekuilin, 17α-dihidroekuilin dan 17α-
estradiol pada kromatogram Larutan uji berturut-turut
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
adalah 0,35, 0,30 dan 0,24. Hitung jumlah relatif dalam
mg, 17α-dihidroekuilin, 17β-dihidroekuilin, dan 17α-
estradiol relatif terhadap perbandingan luas puncak, RS,
ESTROGEN TERKONJUGASI 17α-dihidroekuilin yang diperoleh dari Larutan baku.
Conjugated Estrogen
Tanda cemaran Tidak lebih dari 6,5% 17α-
Estrogen Terkonjugasi adalah campuran natrium estron dihidroekuilenin, tidak lebih dari 5,5% 17β-
sulfat dan natrium ekuilin sulfat, diperoleh seluruh dihidroekuilenin dan tidak lebih dari 11,0% ekuilenin.
bagian atau sebagian dari urin ekuin atau dibuat secara Lakukan penetapan seperti tertera pada Penetapan kadar.
sintesa dari estron dan ekuilin. Mengandung zat Waktu retensi relatif 17α-dihidroekuilenin, 17β-
estrogenik terkonjugasi lain dari tipe yang berasal dari dihidroekuilenin dan ekuilenin pada kromatogram Larutan
kuda betina hamil, merupakan dispersi zat estrogenik uji berturut-turut adalah 0,56, 0,64 dan 1,3. Hitung
tidak kurang dari 52,5% dan tidak lebih dari 61,5% persentase tanda cemaran relatif masing-masing terhadap
natrium estron sulfat dan tidak kurang dari 22,5% dan luas puncak estron yang diperoleh dari Larutan uji.
tidak lebih dari 30,5% natrium ekuilin sulfat dan total
natrium estron sulfat tidak kurang dari 79,5% dari Batas 17β-estradiol dan 8,9-dehidroestron Tidak
jumlah yang tertera pada etiket. Estrogen Terkonjugasi lebih dari 4,5% 17β-estradiol dan tidak lebih dari 12,5%
- 386 -
8,9-dehidroestron. Lakukan penetapan seperti tertera Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, setara
pada Penetapan kadar. Hitung persentase relatif 17β- dengan 2 mg estrogen terkonjugasi total, masukkan ke
estradiol dan 8,9-dehidroestron terhadap luas puncak dalam tabung sentrifuga 50 ml dilengkapi dengan tutup
estron yang diperoleh dari Larutan uji. ulir politer berisi 15 ml Dapar asetat pH 5,2 dan 1 g
barium klorida P. Tutup rapat tabung sentrifuga, kocok
Steroid bebas Tidak lebih dari 1,3%; lakukan penetapan selama 30 menit. Jika perlu atur pH hingga 5,0 ± 0,5
seperti tertera pada Penetapan kadar, tetapi tanpa dengan penambahan asam asetat 1 N atau natrium asetat
penambahan enzim sulfatase. Gunakan 6,0 ml sebagai LP. Tempatkan pada tangas sonikator selama 30 detik,
pengganti 3,0 ml filtrat pada pembuatan Larutan uji dan kemudian kocok lagi selama 30 menit. Tambahkan
buat Larutan baku steroid bebas dengan mengencerkan enzim sulfatase yang sesuai setara dengan 2500 unit dan
Larutan baku persediaan sepuluh kali. Pada tidak kocok selama 20 menit dalam tangas air pada suhu 50.
kurang dari dua kali penyuntikan ulang, simpangan baku Tambahkan 15,0 ml dikloroetana P pada campuran
relatif perbandingan luas puncak estron Larutan baku hangat, tutup tabung, kocok selama 15 menit. Sentrifus
steroid bebas, RS, tidak lebih dari 5,5%. Buat blangko selama 10 menit atau sampai lapisan bawah jernih.
dengan cara yang sama. Hitung luas puncak gabungan Pindahkan sebanyak mungkin fase organik dan saring
estron, ekuilin dan 17α-dihidroekuilenin dan secara cepat melalui corong berisi wol kaca kering dan
perbandingan luas puncak gabungan (RfS) terhadap luas lebih kurang 5 g natrium sulfat anhidrat P. Hindari
puncak 3-O-metilestron, koreksi untuk tiap puncak larutan kehilangan karena penguapan. Pipet 3 ml larutan ini,
blangko. masukkan ke dalam tabung sentrifuga dilengkapi tutup
R fS ulir atau sumbat rapat. Tambahkan 1,0 ml Larutan baku
Perbandingan R tidak lebih dari 0,65. internal. Lanjutkan penetapan seperti yang tertera pada
S Larutan baku, mulai dari “Uapkan campuran”.
Sistem kromatografi Lakukan penetapan menggunakan
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> cara Kromatografi gas seperti tertera pada Kormatografi
Metode V Memenuhi syarat. <931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan detektor
Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P. ionisasi nyala dan kolom kapiler silika 0,25 mm x 15 m
dilapisi dengan fase diam G19 setebal 0,25 m dan suatu
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara sistem injektor split. Pertahankan suhu injektor, detektor
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi dan kolom masing-masing pada 260, 260 dan 220.
<931>. Gunakan hidrogen sebagai gas pembawa dengan laju alir
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah 3- lebih kurang 2 ml per menit dan laju alir split adalah 40 -
O-metilestron, larutkan dalam metanol P hingga kadar 60 ml per menit.
lebih kurang 150 µg per ml. Prosedur Suntikkan lebih kurang 1 l Larutan
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah kesesuaian sistem ke dalam kromatograf gas.
Estron BPFI, Ekuilin BPFI dan 17 α-Dihidroekuilin Kondisikan hingga waktu retensi puncak 3-O-
BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif dan metilestron antara 17 dan 25 menit. Waktu retensi relatif
bertahap dalam etanol P hingga kadar berturut-turut 17-estradiol, 17-dihidroekuilin, estron, ekuilin dan
lebih kurang 160 µg, 70 µg dan 50 µg per ml. 8,9-dihidroestron terhadap 3-O-metilestron berturut-
Dapar asetat pH 5,2 Campur 79 ml natrium asetat LP turut adalah lebih kurang 0,29;0,30;0,8;0,87 dan 0,9.
dan 21 ml asam asetat 1 N, encerkan dengan air hingga Faktor ikutan puncak estron tidak lebih dari 1,3; resolusi,
500 ml. Atur pH hingga 5,2±0,1 dengan penambahan R, antara puncak estron dan ekuilin tidak kurang dari
asam asetat 1 N atau natrium asetat LP. 1,2; simpangan baku relatif perbandingan puncak estron
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah pada tidak kurang dari empat kali penyuntikan ulang
Estradiol BPFI (17β-estradiol), larutkan dalam etanol P Larutan baku tidak lebih dari 2,0%. Suntikan sejumlah
hingga kadar lebih kurang 2 µg per ml. Pipet 1 ml volume sama (lebih kurang 1 µl) Larutan baku dan
larutan ini, 1 ml Larutan baku persediaan dan 1 ml Larutan uji ke dalam kromatograf. Hitung perbandingan
Larutan baku internal ke dalam tabung sentrifuga luas puncak Ru dan Rs dari estron, ekuilin dan 17 α-
bertutup ulir atau bersumbat rapat. Lanjutkan menurut dihidroekuilin terhadap Larutan baku internal, dari
cara yang tertera pada Larutan baku mulai dengan kedua Larutan uji dan Larutan baku. Hitung dalam mg
“Uapkan campuran”. masing-masing estrogen sulfat natrium (estron dan
Larutan baku Pipet 1 ml Larutan baku persediaan dan ekuilin) dalam Estrogen Terkonjugasi dengan rumus:
1 ml Larutan baku internal ke dalam tabung sentrifuga
bertutup ulir atau bersumbat rapat. Uapkan campuran
R
0 ,005 1 ,381 )( C i U
tersebut dengan bantuan aliran gas nitrogen P pada suhu
di bawah 50º hingga kering. Pada residu kering
tambahkan 15 µl piridin P anhidrat dan 65 µl RS
bis(trimetilsilil)trifluoroasetamida P mengandung 1%
trimetil klorosilan. Segera tutup rapat tabung sentrifuga, Ci adalah kadar Estron BPFI, Ekuilin BPFI dan 17-
campur dan biarkan selama 15 menit. Tambahkan 0,5 ml dihidroekuilin BPFI dalam g per ml Larutan baku
toluen P, campur.
- 387 -
persediaan; 1,381 adalah faktor konversi estrogen bebas Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
ke konjugat garam natrium. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 205 nm dan kolom 4,6 mm x
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 3,0 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 3
m. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons
TABLET ESTROGEN TERKONJUGASI puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Conjugated Estrogens Tablet puncak ekuilin sulfat dan estron sulfat tidak kurang dari
1,5 dan simpangan baku relatif puncak estron sulfat pada
Tablet Estrogen Terkonjugasi mengandung estrogen penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%; waktu retensi
terkonjugasi sebagai jumlah natrium estron sulfat dan relatif ekuilin sulfat dan estron sulfat berturut-turut
natrium ekuilin sulfat, tidak kurang dari 73,0% dan tidak adalah lebih kurang 0,9 dan 1,0; puncak estron sulfat
lebih dari 95,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. merupakan puncak utama yang terakhir pada
Perbandingan antara natrium ekuilin sulfat dan natrium kromatogram [Catatan Jika terdapat estron, akan
estron sulfat dalam tablet tidak kurang dari 0,35 dan tertahan dalam kolom lebih dari 50 menit dan akan
tidak lebih dari 0,65. mempengaruhi kromatografi selanjutnya].
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Baku pembanding 17-Dihidroekuilin BPFI; tidak sama (20 - 200 l) Larutan baku dan Larutan uji ke
boleh dikeringkan. Simpan di tempat dingin, terlindung dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
dari cahaya. Simpan isi ampul yang telah dibuka dalam respons puncak estron sulfat. Hitung persentase natrium
wadah tertutup rapat, berisi gas nitrogen, di tempat estron sulfat yang terlarut, dengan rumus:
dingin dan terlindung cahaya. Ekuilin BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, di r
tempat sejuk dan terlindung cahaya. Estron BPFI; 100 U
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam rS
sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya. Testosteron BPFI; lakukan rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
pengeringan dalam hampa udara diatas fosfor pentoksida Larutan uji dan Larutan baku.
P selama 4 jam sebelum digunakan, simpan dalam Toleransi Jumlah natrium estron sulfat yang terlarut
wadah tertutup rapat. pada waktu tertentu sesuai dengan Tabel berikut:
Uji 1 (Untuk produk dengan etiket tablet 0,3 mg, 0,45 Uji 2 (Untuk produk dengan etiket tablet 0,9 mg). Jika
mg, dan 0,625 mg). Jika produk memenuhi uji ini, pada produk memenuhi uji ini, pada etiket cantumkan
etiket cantumkan memenuhi Uji Disolusi 1. memenuhi Uji Disolusi 2.
Media disolusi: 900 ml air Media disolusi, Alat, Waktu, Fase gerak, Larutan
Alat tipe 2: 50 rpm baku, Larutan uji, Sistem kromatografi, dan Prosedur
Waktu: 2, 5, dan 8 jam Lakukan seperti tertera pada Uji 1.
Lakukan penetapan jumlah natrium estron sulfat yang Toleransi Jumlah natrium estron sulfat yang terlarut
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi pada waktu tertentu sesuai dengan Tabel berikut:
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran larutan kalium fosfat Tabel
monobasa 0,025 M-asetonitril P (3:1), saring dan Waktu (jam) Jumlah terlarut
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut 2 antara 12% dan 37%
5 antara 57% dan 85%
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
8 tidak kurang dari 80%
<931>.
Larutan baku Masukkan 10 tablet ke dalam labu
Uji 3 (Untuk produk dengan etiket tablet 1,25 mg dan
tentukur 1000-ml, encerkan dengan air sampai tanda,
2,50 mg). Jika produk memenuhi uji ini, pada etiket
kocok kuat secara mekanik selama tidak kurang dari 3
cantumkan memenuhi Uji Disolusi 3.
jam dan saring. Pipet 100 ml filtrat ke dalam labu
Media disolusi, Alat, Fase gerak, Larutan baku,
tentukur 900-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan uji, Sistem kromatografi, dan Prosedur Lakukan
Larutan uji Saring alikuot [Catatan Pilih penyaring
seperti tertera pada Uji 1.
yang digunakan berdasarkan afinitas ikatan].
Waktu: 2, 5, 8 dan 12 jam
- 388 -
Toleransi Jumlah natrium estron sulfat yang terlarut rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan
pada waktu tertentu sesuai dengan Tabel berikut: uji dan Larutan baku.
Toleransi Jumlah natrium estron sulfat yang terlarut
Tabel pada waktu tertentu sesuai dengan Tabel berikut:
Waktu (jam) Jumlah terlarut
2 antara 3% dan 22% Tabel
5 antara 37% dan 67% Waktu (jam) Jumlah terlarut
8 antara 66% dan 96% 2 antara 11% dan 31%
12 tidak kurang dari 80% 4 antara 43% dan 63%
8 antara 75% dan 95%
Uji 4 (Untuk produk dengan etiket tablet 1,25 mg). Jika 12 tidak kurang dari 87%
produk memenuhi uji ini, pada etiket cantumkan
memenuhi Uji Disolusi 4. Uji 5 (Untuk produk dengan etiket tablet 0,3 mg, 0,45
Media disolusi: 900 ml Dapar asetat pH 4,5 mg dan 0,625 mg). Jika produk memenuhi uji ini, pada
Alat tipe 2: 50 rpm dengan pencegah mengapungnya etiket cantumkan memenuhi Uji Disolusi 5.
sediaan. Media disolusi, Alat, Fase gerak, Larutan baku,
Waktu: 2, 4, 8, dan 12 jam Larutan uji, Sistem kromatografi dan Prosedur Lakukan
Lakukan penetapan jumlah natrium estron sulfat yang seperti tertera pada Uji 4.
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi Waktu: 1, 3, dan 8 jam
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Toleransi Jumlah natrium estron sulfat yang terlarut
Fase gerak Buat campuran larutan kalium fosfat pada waktu tertentu sesuai dengan Tabel berikut:
monobasa 0,025 M-asetonitril P (78:22), saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Tabel
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi Waktu (jam) Jumlah terlarut
<931>. 1 antara 6% dan 26%
Larutan baku Timbang dan serbukkan 20 tablet, 3 antara 48% dan 68%
tetapkan bobot rata-rata tablet. Timbang saksama 8 tidak kurang dari 87%
sejumlah serbuk tablet setara dengan bobot rata-rata
tablet. Masukkan serbuk ke dalam labu tentukur 900-ml Uji 6 (Untuk produk dengan etiket tablet 0,9 mg). Jika
dan encerkan dengan Media disolusi sampai tanda. produk memenuhi uji ini, pada etiket cantumkan
Kocok kuat secara mekanik selama tidak kurang dari 2 memenuhi Uji Disolusi 6.
jam atau sampai terlarut sempurna. Saring larutan Media disolusi, Alat, Fase gerak, Larutan baku,
melalui penyaring dengan porositas 10 m. Larutan uji, Sistem kromatografi dan Prosedur Lakukan
Larutan uji Saring alikuot melalui penyaring dengan seperti tertera pada Uji 4.
porositas 10 m [Catatan Pilih penyaring yang Waktu: 1, 3 dan 8 jam
digunakan berdasarkan afinitas ikatan]. Toleransi Jumlah natrium estron sulfat yang terlarut
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada selama waktu tertentu sesuai dengan Tabel berikut:
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 3,2 mm Tabel
x 5,0 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel Waktu (jam) Jumlah terlarut
5 m. Laju alir lebih kurang 0,8 ml per menit. Lakukan 1 antara 3% dan 23%
kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur respons 3 antara 41% dan 61%
8 tidak kurang dari 80%
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
puncak ekuilin sulfat dan estron sulfat tidak kurang dari
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
1,2; simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
Prosedur keseragaman kandungan Lakukan
tidak lebih dari 2,0%; waktu retensi relatif ekuilin sulfat
penetapan kadar terhadap satu per satu tablet dari 10
dan estron sulfat berturut-turut lebih kurang 0,9 dan 1,0;
puncak estron sulfat merupakan puncak utama terakhir tablet, seperti tertera pada Penetapan kadar. Hitung
kadar rata-rata estrogen terkonjugasi, sebagai rata-rata
pada kromatogram [Catatan Jika terdapat estron, akan
kadar total dari natrium estron sulfat dan natrium ekuilin
tertahan dalam kolom lebih dari 50 menit dan akan
sulfat, dari 10 tablet. Penetapan memenuhi syarat jika
mempengaruhi kromatografi selanjutnya].
kadar tiap tablet tidak kurang dari 85,0% dan tidak lebih
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dari 115,0% dari kadar rata-rata estrogen terkonjugasi.
sama (20-200 l) Larutan baku dan Larutan uji ke
Jika kadar tidak lebih dari 2 tablet berada di luar rentang
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
85,0%-115,0% dari kadar rata-rata, tetapi tidak di luar
respons puncak estron sulfat. Hitung persentase estron
rentang 75,0%-125,0%, lakukan penetapan kadar dengan
sulfat yang terlarut, dengan rumus:
menggunakan 20 tablet tambahan. Penetapan memenuhi
syarat jika kadar tidak lebih dari 2 tablet dari 30 tablet
r
100 U yang ditetapkan kadarnya, berada di luar rentang 85,0%-
rS
- 389 -
115,0% dari kadar rata-rata, dan tidak satupun di luar 2-(Etoksi-6,9-diaminoakridina)monolaktat monohidrat
rentang 75,0%-125,0% dari kadar rata-rata. [1837-57-6]
C18H21N3O4H2O BM 361,41
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Etakridin Laktat mengandung tidak kurang dari 99,0%
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi C18H21N3O4H2O.
<931>.
Larutan baku internal, Larutan baku persediaan, Pemerian Serbuk hablur; kuning; tidak berbau; rasa
Dapar asetat pH 5,2; Larutan kesesuaian sistem, sepat dan pahit. Larutan dalam air bereaksi netral, jika
Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan seperti diencerkan berfluororesensi hijau.
tertera pada Penetapan kadar dalam Estrogen
terkonjugasi. Kelarutan Agak sukar larut dalam air; mudah larut
Larutan uji Jika tablet merupakan tablet salut gula, dalam air panas; sukar larut dalam etanol.
hilangkan warna dan salut gula dengan hati-hati
menggunakan air, biarkan lapisan salut dalam, dan Identifikasi
keringkan dengan nitrogen P. Timbang dan serbukkan A. Pada 5 ml larutan 2% zat, tambahkan 2 tetes
tidak kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah larutan natrium nitrit P 10% dam 2 tetes asam klorida
serbuk tablet setara dengan lebih kurang 2 mg estrogen encer P: terjadi warna coklat merah tua.
terkonjugasi total, masukkan ke dalam tabung sentrifuga B. Pada 5 ml larutan 2% zat, tambahkan 1 ml natrium
50 ml bertutup ulir politef yang telah diisi dengan 15 ml hidroksida 2 N: terbentuk endapan kuning.
Dapar asetat pH 5,2 dan 1 g barium klorida P. Lakukan C. Pada 5 ml larutan 0,1% zat, tambahkan 3 tetes
seperti Larutan uji pada Penetapan kadar dalam iodum LP: terbentuk endapan hijau biru tua, jika
Estrogen terkonjugasi, dimulai dari “tutup rapat tabung ditambahkan etanol P larut.
sentrifuga”.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Suhu lebur <1021> Lebih kurang 245°, disertai
sama (lebih kurang 1 l) Larutan baku dan Larutan uji peruraian.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung secara terpisah jumlah Klorida <361> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
dalam mg natrium estron sulfat dan natrium ekuilin menggunakan 50 ml filtrat yang dibuat sebagai berikut:
sulfat, dalam serbuk tablet yang digunakan, dengan Larutkan 1,0 g dalam 7 ml asam nitrat encer P dan air
rumus: secukupnya hingga 100,0 ml, goyangkan, saring.
Bandingkan opalesensi dengan 0,35 ml asam klorida
0,01 N yang diperlakukan sama.
R
0 ,005 1,381C S U Sulfat Larutkan 500 mg zat dalam 20 ml air yang
RS mengandung 5 ml asam klorida encer P, goyangkan,
saring. Pada filtrat, tambahkan 3 tetes barium klorida
1,381 adalah faktor konversi estrogen bebas terhadap LP: tidak terjadi kekeruhan.
garam natrium terkonjugasi; CS adalah kadar Estron
BPFI atau Ekuilin BPFI dalam g per ml Larutan baku Asam lemak mudah menguap Larutkan 500 mg zat
persediaan; RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan dalam 20 ml air yang mengandung 5 ml asam sulfat
respons puncak analit yang sesuai terhadap puncak baku encer P, campur, saring, panaskan filtrat: tidak terjadi
internal dari Larutan uji dan Larutan baku. bau asam lemak mudah menguap.
kalium bikromat 0,1 N LV dan air secukupnya sampai Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
tanda. Biarkan selama 1 jam sambil sesekali digoyang, lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 2 jam.
saring, buang 20 ml filtrat pertama. Masukkan 50,0 ml
filtrat ke dalam labu iodum, tambahkan 30 ml asam Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
klorida 2 N kemudian 6 ml kalium iodida LP, tutup
segera, biarkan selama 5 menit dalam gelap. Tambahkan Aminobutanol Tidak lebih dari 1,0%; lakukan
50 ml air, titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV penetapan sebagai berikut:
menggunakan indikator 3 ml kanji LP. Lakukan Dapar borat 0,2 M Larutkan 1,24 g asam borat P
penetapan blangko. dalam 90 ml air dengan diaduk, atur pH hingga 9,0
dengan larutan natrium hidroksida P 20%. Pindahkan ke
Tiap ml kalium bikromat 0,1 N dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai
setara dengan 12,047 mg C18H21N3O4H2O tanda.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50 mg
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat Aminobutanol BPFI, larutkan dengan air dalam labu
dan terlindung cahaya. tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Pipet 1 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml,
encerkan dengan air sampai tanda.
ETAMBUTOL HIDROKLORIDA Larutan fluoreskamina Larutkan 5 mg fluoreskamina P
Ethambutol Hydrochloride dalam 50 ml aseton P dalam gelas ukur bersumbat kaca.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
CH2OH H masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
dengan air sampai tanda.
CH3CH2 C NHCH2CH2NH C CH2CH3 2HCl Prosedur Pipet 10 ml Larutan uji ke dalam labu
Erlenmeyer 100 ml bersumbat kaca, tambahkan 10 ml
H CH2OH
air dan 20 ml Dapar borat 0,2 M. Pada labu lain,
(+)-2,2’-(Etilenadiimino)-di-1-butanol dihidroklorida masukkan 10,0 ml Larutan uji, 10,0 ml Larutan baku
[1070-11-7] dan 20 ml Dapar borat 0,2 M. Letakkan labu di atas
C10H24N2O2.2HCl BM 277,23 pengaduk magnetik, tambahkan 10 ml Larutan
fluoreskamina dengan cepat sambil diaduk, tutup labu
Etambutol Hidroklorida mengandung tidak kurang dari dan kocok sebentar. Setelah tepat 1 menit, ukur intensitas
98,0% dan tidak lebih dari 100,5% C10H24N2O2.2HCl, fluoresensi relatif kedua larutan pada panjang
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. gelombang lebih kurang 485 nm, dan panjang
Pemerian Serbuk hablur; putih. gelombang eksitasi lebih kurang 385 nm. Intensitas
fluoresensi larutan yang diperoleh dari Larutan uji tidak
Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam etanol lebih besar dari perbedaan intensitas kedua larutan.
dan dalam metanol; sukar larut dalam eter dan dalam
kloroform. Cemaran umum <481>
Larutan uji Gunakan pelarut metanol P.
Baku pembanding Aminobutanol BPFI; higroskopik, Larutan baku Gunakan pelarut metanol P.
sesudah ampul dibuka, simpan dalam wadah tertutup Fase gerak Campuran metanol P dan amonium
rapat. Tidak boleh dikeringkan; lakukan penetapan kadar hidroksida P (18:1).
air secara titrimetri pada saat akan digunakan. Etambutol Penampak bercak Gunakan teknik penampak bercak
Hidroklorida BPFI; lakukan pengeringan pada suhu nomor 16.
105° selama 2 jam sebelum digunakan.
Cemaran senyawa oraganik mudah menguap <471>
Identifikasi Metode I Memenuhi syarat.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P, Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 200
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan mg zat, larutkan dalam campuran 100 ml asam asetat
gelombang yang sama seperti pada Etambutol glasial P dan 5 ml raksa(II) asetat LP, tambahkan kristal
Hidroklorida BPFI. violet LP dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV,
B. Larutan (1 dalam 10) menunjukkan reaksi Klorida sampai warna biru menjadi biru hijau. Lakukan
cara A, B dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi penetapan blangko.
Umum <291>.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
Rotasi jenis <1021> Antara +6,0° dan +6,7°, dihitung setara dengan 13,86 mg C10H24N2O2.2HCl
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
menggunakan larutan 10%. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
- 391 -
C adalah kadar Etambutol Hidroklorida BPFI dalam mg Zat tidak larut air Encerkan dengan air volume sama:
per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah campuran jernih dan tetap jernih selama 30 menit setelah
respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. didinginkan pada suhu 10º.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Aldehida dan bahan organik asing lain Masukkan 20
ml zat ke dalam tabung bersumbat kaca yang sudah
dicuci dengan asam klorida P dan dibilas dengan air,
ETANOL kemudian dibilas dengan etanol yang akan diuji.
Alcohol Dinginkan sampai suhu lebih kurang 15o, tambahkan
dengan pipet yang betul-betul bersih 0,10 ml kalium
CH3-CH2-OH permanganat 0,10 N, catat saksama waktu penambahan.
Campur segera dengan membalikkan tabung dan
Etil alkohol [64-17-5] diamkan pada suhu 15o selama 5 menit: warna merah
C2H6O BM 46,07 muda tidak seluruhnya hilang.
Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3% b/b dan Amil alkohol, bahan tidak menguap, mudah
tidak lebih dari 93,8% b/b, setara dengan tidak kurang terarangkan dan lain-lain Masukkan 25 ml zat ke
dari 94,9% v/v dan tidak lebih dari 96,0% v/v, C2H6O, dalam cawan penguap porselen, terlindung dari debu,
pada suhu 15,56o. biarkan menguap sampai permukaan cawan masih
lembab, tambahkan beberapa tetes asam sulfat P: tidak
Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak segera terjadi warna merah atau coklat.
berwarna; bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada
lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan Minyak fusal Basahi kertas penghisap yang bersih dan
mendidih pada suhu 78º, mudah terbakar. tidak berbau dengan campuran 10 ml zat, 5 ml air dan 1
ml gliserin P, biarkan menguap: tidak tercium bau lain
Kelarutan Bercampur dengan air dan praktis bercampur setelah alkohol habis menguap.
dengan semua pelarut organik.
Aseton dan Isopropanol Pada 1,0 ml zat tambahkan 1,0
Identifikasi ml air, 1,0 ml larutan jenuh natrium fosfat dibasa P dan
A. Campur 5 tetes dalam gelas piala kecil dengan 1 ml 3,0 ml larutan jenuh kalium permanganat P. Hangatkan
larutan kalium permanganat P (1 dalam 100) dan 5 tetes campuran pada suhu 45º - 50º, diamkan sampai warna
asam sulfat 2 N, tutup segera gelas piala dengan kertas permanganat hilang. Tambahkan 3,0 ml natrium
saring yang dibasahi dengan larutan segar 100 mg hidroksida 2,5 N, saring tanpa pencucian, dengan
natrium nitroferisianida P dan 250 mg piperazin P penyaring kaca masir. Buat pembanding dengan
dalam 5 ml air: terjadi warna biru intensif pada kertas mencampur 1,0 ml larutan jenuh natrium fosfat dibasa
saring, warna akan memucat setelah beberapa menit. P, 3,0 ml natrium hidroksida 2,5 N, 8 µg aseton P dan
B. Pada 5 ml larutan (1 dalam 10) tambahkan 1 ml 5,0 ml air. Pada masing-masing larutan tambahkan 1 ml
natrium hidroksida 1 N dan perlahan-lahan (setelah 3 larutan furfural P (1 dalam 100) diamkan selama 10
menit) tambahkan 2 ml iodum 0,1 N: timbul bau menit dan kemudian pada 1,0 ml masing-masing larutan
iodoform dan terbentuk endapan kuning dalam waktu 30 tambahkan 3 ml asam klorida P: warna merah muda
menit. yang terjadi pada larutan uji tidak lebih intensif dari
pembanding.
Bobot jenis <991> Antara 0,812 dan 0,816; lakukan
penetapan pada suhu 15,56°: menunjukkan antara 92,3% Metanol Pada 1 tetes zat tambahkan 1 tetes air, 1 tetes
b/b dan 93,8% b/b atau antara 94,9% v/v dan 96,0% v/v larutan asam fosfat P (1 dalam 20), dan 1 tetes larutan
C2H6O. kalium permanganat P (1 dalam 20). Campur, diamkan
selama 1 menit, tambahkan tetes demi tetes larutan
Keasaman Pada 50 ml zat dalam labu bersumbat kaca, natrium bisulfit P (1 dalam 20) sampai warna
tambahkan 50 ml air yang baru dididihkan. Tambahkan permanganat hilang. Jika masih ada warna cokelat,
fenolftalein LP dan titrasi dengan natrium hidroksida tambahkan 1 tetes larutan asam fosfat yang sama. Pada
0,020 N sampai terjadi warna merah muda yang stabil larutan yang tidak berwarna tambahkan 5 ml asam
selama 30 detik: diperlukan tidak lebih dari 0,90 ml kromatropat LP segar dan panaskan di atas tangas air
natrium hidroksida 0,020 N untuk menetralkan. pada suhu 60o selama 10 menit: tidak terjadi warna
lembayung.
Sisa penguapan Tidak lebih dari 1 mg; Lakukan
penetapan sebagai berikut: Uapkan 40 ml zat dalam Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
cawan penguap yang telah ditara di atas tangas air dan jauh dari api.
keringkan pada suhu 105º selama 1 jam.
- 393 -
ETANOL ABSOLUT lebih dari 69,2% b/b C2H6O setara dengan tidak kurang
Etanol Mutlak dari 69,9% dan tidak lebih dari 70,8% v/v C2H6O.
Alcohol Absolute
Pemerian Cairan; jernih, tidak berwarna; mudah menguap;
Etil alkohol [64-17-5] bau khas; rasa terbakar pada lidah, mudah terbakar.
C2H6O BM 46,07
Bobot jenis <991> Antara 0,882 dan 0,886; lakukan
Etanol Mutlak mengandung tidak kurang dari 99,2% b/b, penetapan pada suhu 25o.
setara dengan tidak kurang dari 99,5% v/v, C2H6O, pada
suhu 15,56o. Keasaman; Sisa penguapan; Aldehida dan bahan
organik asing lain; Amil alkohol, bahan tidak
Pemerian Cairan mudah menguap; jernih, tidak menguap, mudah terarangkan dan lain-lain; Aseton
berwarna; bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada dan Isopropanol; Metanol Memenuhi syarat seperti
lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan tertera dalam Etanol.
mendidih pada suhu 78º, mudah terbakar.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Kelarutan Bercampur dengan air dan praktis bercampur jauh dari api.
dengan semua pelarut organik.
Identifikasi ETER
A. Campurkan 5 tetes dalam gelas piala kecil dengan Ether
1 ml larutan kalium permanganat P (1 dalam 100) dan 5
tetes asam sulfat 2 N, tutup segera gelas piala dengan
kertas saring yang dibasahi dengan larutan segar 100 mg Etil eter [60-29-7]
natrium nitroferisianida P dan 250 mg piperazin P C4H10O BM 74,12
dalam 5 ml air: terjadi warna biru intensif pada kertas
saring, warna akan memucat setelah beberapa menit. Eter mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak
B. Pada 5 ml larutan (1 dalam 10) tambahkan 1 ml lebih dari 98,0% C4H10O. Selebihnya terdiri dari etanol
natrium hidroksida 1,0 N, kemudian dengan perlahan- dan air.
lahan tambahkan 2 ml iodum 0,1 N (dalam waktu 3 [Perhatian Eter sangat mudah menguap dan terbakar.
menit): timbul bau iodoform dan terbentuk endapan Uapnya dapat meledak jika bercampur dengan udara
kuning dalam waktu 30 menit. dan nyala api.]
[Catatan Eter untuk anestesi harus disimpan dalam
Bobot jenis <991> Tidak lebih dari 0,7964; lakukan wadah tertutup rapat dengan kapasitas tidak lebih dari 3
penetapan pada suhu 15,56º, menunjukkan tidak kurang kg, dan tidak boleh digunakan untuk anestesi apabila
dari 99,2% b/b C2H6O. telah dipindahkan dari wadah aslinya lebih dari 24 jam.
Eter untuk anestesi jika dikemas dalam wadah lebih
Keasaman; Sisa penguapan; Zat tidak larut air; besar, untuk pengemasan kembali seperti di atas, harus
Aldehida dan bahan organik asing lain; Amil memenuhi syarat uji seperti tertera pada Farmakope.]
alkohol, bahan tidak menguap, mudah terarangkan
dan lain-lain; Minyak fusal; Aseton dan Isopropanol; Pemerian Cairan mudah bergerak, mudah menguap; tak
Metanol Memenuhi syarat seperti tertera dalam Etanol. berwarna; berbau khas. Teroksidasi perlahan-lahan oleh
udara dan cahaya dengan membentuk peroksida.
Serapan ultraviolet Rekam spektrum serapan Mendidih pada suhu lebih kurang 35°.
ultraviolet pada panjang gelombang antara 350 – 220 nm
dengan air sebagai pembanding: serapan pada 220 nm Kelarutan Larut dalam air; dapat bercampur dengan
tidak lebih dari 0,30; pada 230 nm 0,18; pada 240 nm etanol, dengan benzen, dengan kloroform, dengan
0,08 dan pada 270–350 nm 0,02. heksan, dengan minyak lemak dan dengan minyak
menguap.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
jauh dari api. Keasaman Tidak lebih dari 0,003% sebagai CH3COOH;
lakukan penetapan sebagai berikut: Ke dalam 10 ml air
dalam labu bersumbat kaca, tambahkan 0,10 ml biru
ETANOL ENCER bromotimol LP dan natrium hidroksida 0,010 N hingga
Diluted Alcohol warna biru tetap bertahan setelah dikocok kuat.
Tambahkan 25 ml eter, kocok cepat untuk mencampur
Etanol Encer adalah campuran etanol P dan air. Dibuat kedua lapisan. Jika warna biru hilang, titrasi dengan
dengan mencampurkan 73,7 ml etanol P dan air hingga natrium hidroksida 0,010 N hingga warna biru kembali
100 ml. Mengandung tidak kurang dari 68,0% dan tidak
- 394 -
dan tetap bertahan beberapa menit: dibutuhkan tidak Larutan baku Pindahkan lebih kurang 50 ml etil eter
lebih dari 0,80 ml natrium hidroksida 0,010 N. anhidrat P yang telah bebas hidrokarbon, seperti tertera
[Catatan Hindarkan kontaminasi karbon dioksida pada pada Prosedur, ke dalam labu tentukur 100-ml.
waktu menambahkan eter dan titrasi.] Tambahkan 0,20 ml pentana P, encerkan dengan etil
eter anhidrat P sampai tanda.
Bobot jenis <981> Antara 0,713 dan 0,716 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
(menunjukkan 96,0% hingga 98,0% C4H10O). sama (1 µl) Larutan baku dan eter ke dalam kromatograf
yang dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala dan
Air <1031> Metode I Tidak boleh lebih dari 0,5%, kolom baja tahan karat 3,7 m x 2 mm berisi bahan
kecuali jika pada penandaan dinyatakan untuk anestesi, pengisi 30% fase diam G22 pada partikel penyangga
tidak lebih dari 0,2%. S1C 30 - 60 mesh. Pertahankan suhu injektor, kolom dan
detektor berturut-turut pada suhu 230°, 80°, dan 250°.
Sisa tidak menguap Tidak lebih dari 1 mg (0,003%); Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa dengan laju
lakukan penetapan sebagai berikut: biarkan menguap 50 alir lebih kurang 30 ml per menit. Tentukan jumlah luas
ml zat dalam cawan penguap yang telah ditara, dan puncak hidrokarbon yang terdapat dalam eter (waktu
keringkan pada suhu 105° selama 1 jam. retensi isopentana, pentana dan 2-metilpentana berturut-
turut adalah 2,3; 2,7 dan 4,3 menit). Jumlah luas puncak
Bau asing Biarkan menguap 10 ml zat dalam cawan hidrokarbon tidak melebihi luas puncak pentana dari
penguap bersih dan kering hingga volume lebih kurang 1 Larutan baku.
ml: tidak ada bau asing yang jelas. Tuangkan sisa ke atas
sepotong kertas saring yang bersih dan tidak berbau: Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak ada bau asing yang jelas dari penguapan sisa akhir tidak tembus cahaya, diisi sebagian; pada suhu tidak
eter pada kertas. lebih dari 30°; jauh dari api.
Metanol Tidak lebih dari 4% b/b. Lakukan digunakan OV17) dan pertahankan suhu pada 200.
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi Hitung kandungan etilestrenol, C20H32O, dengan
<931>. membandingkan kadar Etilestrenol BPFI.
Larutan baku Campuran aseton P yang mengandung
metanol P 0,40% dan baku internal etanol mutlak P Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
0,40. terlindung cahaya pada suhu tidak lebih dari 15.
Larutan uji Campuran aseton P yang mengandung zat
uji 10,0%.
Campuran larutan baku dan larutan uji Campuran ETILMORFIN HIDROKLORIDA
aseton P yang mengandung zat uji 10,0% dan baku Ethylmorphine Chloride
internal 0,40%.
NCH3
Prosedur Lakukan kromatografi menggunakan kolom
kaca 4 mm x 2,0 m berisi butiran polimer berpori 100- H
Kesempurnaan melarut Larutkan 100 mg dalam 5 ml seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
etanol P: larutan jernih dan bebas dari zat padat tidak analit dan puncak baku internal tidak kurang dari 4,5 dan
larut. simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 2,0%.
Identifikasi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah sama (lebih kurang 25 µl) Larutan baku dan Larutan uji
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P, ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama.
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Waktu retensi relatif etilparaben dan etinil estradiol
gelombang yang sama seperti pada pada Etinil Estradiol berturut-turut adalah lebih kurang 0,6 dan 1,0. Hitung
BPFI. jumlah dalam mg etinil estradiol, C20H24O2, dengan
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam etanol rumus:
P (1 dalam 20.000) menunjukkan maksimum dan
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti R
pada larutan Etinil Estradiol BPFI; daya serap masing- 125 C U
masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan RS
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 281 nm berbeda tidak lebih dari 3,0%. C adalah kadar Etinil Estradiol BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
Jarak lebur <1021> Antara 180º dan 186º. Dapat juga perbandingan respons puncak etinil estradiol dan
berbentuk modifikasi polimorfik, melebur antara 142º etilparaben dalam Larutan uji dan Larutan baku.
dan 146º.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah bukan logam,
Rotasi jenis <1081> Antara -28,0º dan -29,5º, dihitung tertutup rapat dan tidak tembus cahaya.
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
menggunakan larutan 40 mg zat per 10 ml dalam piridin
P tidak berwarna dari wadah yang baru dibuka. ETISTERON
Ethisterone
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas silika CH3 C CH
H H
sebelumnya dilarutkan dalam kloroform P, dan diuapkan Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P (95:5).
di atas tangas air hingga kering. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi l Larutan uji 1 dan Larutan uji 2 pada lempeng
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. kromatografi silika gel P. Masukkan lempeng ke dalam
Larutan uji Campuran kloroform P-etanol mutlak P bejana kromatografi yang berisi Fase gerak. Angkat
(3:1) yang mengandung zat uji 0,1%. lempeng, biarkan kering di udara dan semprot dengan
Larutan baku Campuran kloroform P-etanol mutlak P asam sulfat etanol LP 20%, panaskan pada suhu 120
(3:1) yang mengandung Etisteron BPFI 0,1%. selama 15 menit. Amati di bawah cahaya biasa dan
Fase gerak Campuran heksan P-dioksan P (80:20). cahaya ultraviolet 365 nm. Bercak sekunder Larutan uji
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 2 1 tidak lebih intensif dari bercak Larutan uji 2.
µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
kromatografi kieselgur G yang telah diimpregnasi Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 200
dengan campuran aseton P-formamida P (9:1). mg zat, larutkan dalam 40 ml tetrahidrofuran P,
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi tambahkan 10 ml larutan perak nitrat P 10% dan titrasi
Fase gerak, biarkan merambat selama 2 jam. Angkat dengan natrium hidroksida 0,1 N LV menggunakan
lempeng biarkan kering di udara, panaskan pada suhu indikator hijau bromokresol LP hingga berwarna ungu.
120 selama 15 menit, semprot lempeng yang masih Lakukan penetapan blangko. Perbedaan antara kedua
panas dengan asam sulfat P 20% dalam etanol P. titrasi adalah jumlah natrium hidroksida 0,1 N LV yang
Panaskan pada suhu 120 selama 10 menit. Amati diperlukan.
bercak pada cahaya biasa dan di bawah cahaya
ultraviolet 365 nm. Harga Rf, warna, fluorosensi dan Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
ukuran bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji setara dengan 31,25 mg C21H28O2
sesuai dengan Larutan baku.
C. Larutkan 2 mg zat dalam 2 ml etanol P, tambahkan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertututp baik
1 ml perak ammonium nitrat LP dan panaskan di atas dan terlindung cahaya.
tangas air. Larutan menjadi keruh dan endapan putih
yang dihasilkan menjadi abu-abu pada pemanasan
disertai endapan cermin perak pada dinding tabung. ETOKSIBENZAMIDA
D. Larutkan 2 mg zat dalam campuran dingin 2 ml Etenzamida
etanol mutlak P dan 2 ml asam sulfat P, panaskan
Ethoxybenzamide
hingga suhu 70: larutan berwarna ungu kebiruan di
bawah cahaya transmisi, berwarna merah dalam cahaya CONH2
refleksi, menunjukkan fluoresensi merah terang di OC2H5
bawah cahaya ultraviolet 365 nm.
E. Larutkan 2 mg zat dalam 2 ml etanol P, tambahkan
1 ml larutan butil hidroksitoluen P 1% dalam etanol P
dan 2 ml natrium hidroksida 1 N. Panaskan pada suhu
80 selama 30 menit dan dinginkan: terjadi warna biru 2-Etoksibenzamida [938-73-8]
stabil. C9H11NO2 BM 165,19
Rotasi jenis <1081> +29 sampai +33; lakukan Etoksibenzamida mengandung tidak kurang dari 98,0%
penetapan menggunakan larutan 1% dalam piridin P. C9H11NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Pemerian Hablur atau serbuk hablur; putih; tidak
lakukan pengeringan pada suhu 100- 105 hingga bobot berbau; tidak berasa. Larutan jenuh bereaksi netral.
tetap, menggunakan 1 g zat. Mulai sedikit menyublim pada suhu lebih kurang 105.
Suhu lebur <1021> Metode I Antara 131 dan 134. Tiap ml asam sulfat 0,1 N
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; setara dengan 16,519 mg C9H11NO2
lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 3 jam,
menggunakan 1 g zat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
OCH3
nitrat encer P dan encerkan dengan air hingga 50 ml. H3 C
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,048%; larutkan 500 mg 4’-Demetilepipodofilotoksin 9-[4,6-O-(R)-etiliden-β-D-
zat dalam 30 ml aseton P, tambahkan 1 ml asam klorida glukopiranosida] [33419-42-0]
encer P dan encerkan dengan air hingga 50 ml. C29H32O13 BM 588,56
Bandingkan kekeruhan dengan larutan yang dibuat
sebagai berikut: Pada 0,50 ml asam sulfat 0,01 N, Etoposida mengandung tidak kurang dari 95,0% dan
tambahkan 30 ml aseton P, 1 ml asam klorida encer P tidak lebih dari 105,0% C29H32O13, dihitung terhadap zat
dan encerkan dengan air hingga 50 ml. anhidrat. [Perhatian Etoposida berpotensi sitotoksik,
penanganan harus sangat hati-hati untuk mencegah
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj; terhirup, kontak dengan kulit].
lakukan penetapan menggunakan 2 g zat dan 2,0 ml
Larutan baku timbal sebagai pembanding. Pemerian Serbuk hablur halus putih sampai hampir putih.
Arsen <321> Tidak lebih dari 5 bpj; lakukan penetapan Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; sukar larut
menggunakan alat Gambar 1 dan larutan uji yang dibuat dalam etanol, dalam kloroform, dalam etil asetat dan
sebagai berikut: Pada 400 mg zat tambahkan 300 mg dalam metilen klorida; agak sukar larut dalam metanol.
kalium nirat P dan 500 mg natrium karbonat anhidrat P,
campur, pijarkan perlahan dan dinginkan. Larutkan Baku pembanding Etoposida BPFI; tidak boleh
residu dalam 10 ml asam sulfat encer P dan panaskan dikeringkan sebelum digunakan, tentukan kadar air
hingga terbentuk asap putih. Dinginkan dan encerkan secara titrimetri pada waktu akan digunakan, simpan
dengan air perlahan-lahan hingga 5 ml. dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
Campuran Resolusi Etoposida BPFI; tidak boleh
Salisilamida Larutkan 200 mg zat dalam 15 ml etanol dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam wadah
encer P (2 dalam 3) dan tambahkan 2 sampai 3 tetes tertutup rapat dan terlindung cahaya.
besi(III) klorida LP yang diencerkan (2 dalam 100):
tidak terjadi warna ungu. Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300 dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya
mg zat yang telah dikeringkan, masukkan ke dalam labu pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
Kjeldahl 500 ml, tambahkan 200 ml air dan 50 ml Etoposida BPFI.
larutan natrium hidroksida P (2 dalam 5). Panaskan hati- B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
hati labu selama 20 menit, naikkan suhu dan destilasi ke uji sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh pada
dalam wadah berisi 40 ml larutan asam borat P (1 dalam Penetapan kadar.
25) hingga diperoleh 200 ml destilat. Dinginkan labu
dan tambahkan 75 ml air. Lanjutkan destilasi hingga Rotasi jenis <1081> Antara -110º dan -118º; lakukan
diperoleh 70 ml destilat. Angkat ujung alat pendingin penetapan pada suhu 20º menggunakan larutan 5 mg zat
dari destilat dan cuci dengan sedikit air, tambahkan 6 per ml dalam campuran kloroform P-metanol P (9:1).
tetes larutan indikator yang dibuat dengan melarutkan
150 mg hijau bromokresol P dan 100 mg merah metil P Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 6,0%.
dalam 180 ml etanol mutlak P dan diencerkan dengan air
hingga 200 ml. Titrasi dengan asam sulfat 0,1 N LV Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
hingga warna larutan berubah dari hijau melalui biru
abu-abu pucat menjadi merah lembayung muda. Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Lakukan titrasi blangko. Senyawa sejenis Lignan P tidak lebih dari 0,5% dan
pikroetoposida tidak lebih dari 1,0%. Total senyawa
- 401 -
sejenis dan cemaran lain tidak lebih dari 2,0%. Lakukan kurang dari 40 menit dan ukur semua respons puncak.
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi Hitung persentase lignan P, pikroetoposida dan cemaran
seperti tertera pada Kromatografi <931>. lain dalam zat yang digunakan dengan rumus:
Dapar Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Larutan A Buat campuran Dapar-asetonitril P
C ri
(80:20), saring dan awaudarakan. 5000
Larutan B Buat campuran asetonitril P-Dapar W rS
(60:40), saring dan awaudarakan.
Fase gerak Gunakan campuran Larutan A dan C adalah kadar Etoposida BPFI dalam mg per ml
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Jika Larutan baku; W adalah bobot zat dalam mg Larutan
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem uji; ri adalah respons puncak masing-masing senyawa
seperti tertera pada Kromatografi <931>. sejenis dan cemaran lain dalam Larutan uji; rS adalah
Pengencer Buat campuran natrium asetat 0,02 M atur respons puncak etoposida dalam Larutan baku.
pH hingga 4,0 dengan penambahan asam asetat-
asetonitril P (70:30). Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Etoposida BPFI, larutkan dalam Pengencer hingga Kromatografi <931>.
kadar lebih kurang 2,0 mg per ml. Dapar Larutkan 5,44 g natrium asetat P dalam 2000
Larutan baku Encerkan sejumlah volume Larutan ml air, atur pH hingga 4,0 dengan penambahan asam
baku persediaan secara kuantitatif dan jika perlu asetat glasial P, saring.
bertahap dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P
10 µg per ml. (74:26), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
kurang 20 mg n-propil paraben P, masukkan ke dalam pada Kromatografi <931>.
labu tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan dengan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Etoposida
Pengencer sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ini dan 5 ml BPFI, larutkan dalam asetonitril P hingga kadar lebih
Larutan baku persediaan ke dalam labu tentukur 50-ml, kurang 2,0 mg per ml.Pipet 5 ml ke dalam labu tentukur
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Pipet 5 ml 50-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
larutan ini ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama sejumlah
dengan Pengencer sampai tanda. Campuran Resolusi Etoposida BPFI, larutkan dan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan 0,3 mg per ml.
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang100 mg
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dan encerkan dengan asetonitril P sampai tanda. Pipet 5
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm ml larutan ini ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan
x 15 cm berisi bahan pengisi L11 dengan ukuran dengan Fase gerak sampai tanda.
partikel kurang dari 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 ml Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
kesesuaian sistem menggunakan Larutan A sebagai fase dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm
gerak, ukur respons puncak seperti tertera pada x 30 cm berisi bahan pengisi L11. Laju alir lebih kurang
Prosedur: waktu retensi relatif untuk lignan P, 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
etoposida, pikroetoposida berturut-turut adalah lebih kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
kurang 0,20; 1,0 dan 1,43; resolusi, R, antara propil respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi,
paraben dan etoposida tidak kurang dari 1,1. R, antara puncak etoposida dan puncak α-etoposida
Kromatograf diprogram sebagai berikut: tidak kurang dari 1,35. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, ukur respons puncak seperti tertera pada
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan
(Menit) (%) (%)
ulang tidak lebih dari 2,0%.
0 100 0 kesetimbangan
0-15 100 0 isokratik Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
15-30 10040 060 gradien linier sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
30-40 40 60 isokratik ke dalam kromatograf. Eluasi Larutan uji selama tidak
40-42 400 60100 gradien linier kurang dari 1,5 kali waktu retensi etoposida. Rekam
42-45 0 100 isokratik
45-47 0→100 100→0 gradien linier kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
47-50 100 0 kesetimbangan jumlah dalam mg etoposida, C29H32O13, dalam zat yang
digunakan dengan rumus:
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 25 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram selama tidak
- 402 -
Baku pembanding Etoposida BPFI; tidak boleh Benzil alkohol (Jika benzil alkohol digunakan sebagai
dikeringkan sebelum digunakan, tentukan kadar air pelarut) Antara 90,0% dan 110,0% dari jumlah yang
secara titrimetri pada waktu akan digunakan, simpan tertera pada etiket. Lakukan penetapan dengan cara
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Senyawa Sejenis A Etoposida BPFI. Endotoksin BPFI Kromatografi <931>.
[Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi Dapar, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem dan
harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi.]. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Rekonstitusi semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14 Penetapan kadar dalam Etoposida.
hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam Larutan baku Timbang saksama 0,75 ml benzil
lemari pendingin. alkohol yang didestilasi segar, masukkan ke dalam labu
tentukur 50-ml, larutkan dan encerkan dengan Fase
Identifikasi gerak sampai tanda. Pipet 1 ml larutan, masukkan ke
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase gerak
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. sampai tanda.
Fase gerak Campuran kloroform P-aseton P-etanol P- Larutan uji Gunakan Larutan uji pada Penetapan
air (80:25:2,5:0,5). kadar.
Penampak bercak Tambahkan dengan hati-hati 10 ml Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
asam sulfat P ke dalam labu tentukur 100-ml yang berisi sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
70 ml etanol mutlak P sambil didinginkan. Encerkan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
dengan etanol mutlak P sampai tanda. respons puncak benzil alkohol. Hitung jumlah dalam mg
Pengencer Campuran kloroform P-metanol P (9:1). per ml benzil alkohol dengan rumus:
Larutan baku Timbang sejumlah Etoposida BPFI,
larutkan dalam Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,8 C rU
mg per ml. 500
V rS
Larutan uji Masukkan sejumlah volume injeksi setara
dengan 20 mg etoposida ke dalam labu tentukur 25-ml,
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. C adalah kadar benzil alkohol, dalam mg per ml Larutan
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 baku; V adalah volume injeksi yang digunakan dalam
µl Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng ml; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak benzil
campuran silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan alkohol Larutan uji dan Larutan baku.
lempeng ke dalam bejana kromatografi yang berisi Fase
gerak, biarkan merambat lebih kurang 17 cm dari garis Senyawa sejenis Total cemaran tidak lebih dari 3,0%.
penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat, Lakukan seperti tertera pada uji Senyawa sejenis dalam
keringkan dalam lemari asam selama 5 menit. Masukkan Etoposida.
kembali lempeng ke dalam bejana kromatografi dan
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
- 403 -
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara minyak dalam 5 ml air, kocok perlahan-lahan, diamkan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada selama 30 menit. Saring, kumpulkan endapan yang
Kromatografi <931>. terbentuk pada penyaring, cuci endapan tiga kali, tiap
Dapar, Fase gerak, Larutan baku, Larutan kesesuaian kali dengan 20 ml air, biarkan endapan mengering pada
sistem dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera penyaring selama lebih kurang 90 menit dalam oven
pada Penetapan kadar dalam Etoposida. hampa udara pada suhu 40º. Dispersikan endapan dalam
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi kalium bromida P dengan perbandingan 1 dalam 100.
setara dengan lebih kurang 100 mg etoposida, masukkan Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan dalam
ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada
gerak sampai tanda. Pipet 5 ml larutan, masukkan ke bilangan gelombang yang sama seperti pada Etoposida
dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase gerak BPFI.
sampai tanda. B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan uji sesuai dengan Larutan baku seperti diperoleh pada
kadar dalam Etoposida. Hitung jumlah dalam mg Penetapan kadar.
etoposida, C29H32O13, dalam ml injeksi yang digunakan
dengan rumus: Disolusi <1231>
Media disolusi: 900 ml dapar asetat pH 4,5.
Alat tipe 2: 50 rpm.
C rU
500 Waktu: 30 menit.
V rS Prosedur Lakukan penetapan jumlah C29H32O13, yang
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
C adalah kadar Etoposida BPFI dalam mg per ml seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku; V adalah volume injeksi yang digunakan Dapar dan Fase gerak Lakukan seperti tertera pada
dalam ml; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Penetapan kadar dalam Etoposida.
etoposida dari Larutan uji dan Larutan baku. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Etoposida
BPFI, larutkan dengan sonikasi dalam sejumlah metanol
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal P tidak lebih dari 2% volume total larutan. Encerkan
atau dosis ganda dari kaca tipe I. Pada etiket dinyatakan dengan Media disolusi hingga kadar lebih kurang 55 µg
harus diencerkan dengan cairan parenteral sebelum per ml.
digunakan untuk infus intravena. Larutan uji Gunakan 10 ml alikuot yang telah
disaring.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
KAPSUL ETOPOSIDA Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Etoposide Capsule dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom 3,9 mm
x 30 cm berisi bahan pengisi L11. Laju alir lebih kurang
Kapsul Etoposida mengandung etopoksida, C29H32O13, 2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%, baku, ukur respons puncak seperti tertera pada
dari jumlah yang tertera pada etiket. [Perhatian Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan
Etoposida berpotensi sitotoksik. Penanganan harus ulang tidak lebih dari 2,0%.
sangat hati-hati untuk mencegah terhirup, kontak Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dengan kulit]. sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Baku pembanding Etoposida BPFI; tidak boleh respons puncak utama. Hitung jumlah etoposida,
dikeringkan sebelum digunakan, tetapkan kadar air C29H32O13, yang terlarut.
secara titrimetri pada waktu akan digunakan, simpan Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. kurang dari 80% (Q) C29H32O13, dari jumlah yang tertera
Senyawa Sejenis A Etoposida BPFI. pada etiket.
Dapar, Fase gerak, Larutan baku, Larutan kesesuaian Identifikasi Spektrum serapan inframerah larutan dalam
sistem dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera kloroform P (1 dalam 15) yang diukur dalam sel 0,1 mm,
pada Penetapan kadar dalam Etoposida. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20 gelombang yang sama seperti pada Etosuksimida BPFI.
kapsul. Keluarkan isi semua kapsul, bersihkan cangkang
kapsul dan timbang saksama, hitung bobot rata-rata isi Jarak lebur <1021> Antara 47 dan 52.
tiap kapsul. Timbang saksama sejumlah serbuk kapsul
setara dengan lebih kurang 500 mg etoposida, masukkan Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
ke dalam labu tentukur 500-ml, tambahkan lebih kurang
400 ml Fase gerak, aduk menggunakan pengaduk Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%.
magnetik selama lebih kurang 15 menit, lanjutkan
dengan sonikasi selama lebih kurang 1 jam sambil Sianida Larutkan 1 g zat dalam 10 ml etanol P,
sesekali diaduk. Dinginkan, encerkan dengan Fase gerak tambahkan 3 tetes besi(II) sulfat LP, 1 ml natrium
sampai tanda, aduk kembali selama 5 menit, saring. hidroksida 1 N, dan beberapa tetes besi(III) klorida LP.
Pipet 10 ml larutan ke dalam labu tentukur 50-ml, Hangatkan hati-hati dan asamkan dengan asam sulfat 2
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. N: tidak terbentuk endapan biru atau warna biru dalam
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan waktu 15 menit.
kadar dalam Etoposida. Hitung jumlah dalam mg
etoposida, C29H32O13, dalam serbuk kapsul yang 2-Etil-2-metilsuksinat anhidrida dan cemaran lain
digunakan, dengan rumus: Tidak lebih dari 0,2%; lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
C r <931>.
2500 U Larutan uji Larutkan sejumlah zat dalam kloroform P
N rS hingga kadar 250 mg per ml.
Prosedur Suntikkan 1 l Larutan uji ke dalam
C adalah kadar Etoposida BPFI, dalam mg per ml kromatograf yang dilengkapi dengan detektor ionisasi
Larutan baku; N adalah jumlah kapsul yang digunakan; nyala dan kolom 6,4 mm x 1,8 m, berisi bahan pengisi
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak etoposida fase diam 5% G5 pada partikel penyangga S1A 60 - 80
dari Larutan uji dan Larutan baku. mesh. Pertahankan suhu injektor, detektor dan kolom,
berturut-turut pada suhu 260, 280 dan 140. Gunakan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, helium P sebagai gas pembawa dengan laju alir 90 ml
simpan di tempat dingin. Tidak boleh dibekukan. per menit. Atur kepekaan alat untuk dapat mendeteksi
anhidrida. Biasanya 3dua kali lebih peka dari yang
digunakan untuk mendeteksi etosuksimida. Ukur luas
ETOSUKSIMIDA puncak etosuksimida dan luas puncak anhidrida atau
Ethosuximide cemaran lain bila ada, dan lakukan koreksi untuk
perbedaan dalam pengaturan kepekaan. Hitung jumlah
H
dalam persen 2-etil-2-metilsuksinat anhidrida dan
O N O
cemaran lain dengan rumus:
CH3
A
C2H5
100
B
2-Etil-2-metilsuksinimida [77-67-8]
C7H11NO2 BM 141,17 A adalah jumlah luas puncak yang telah dikoreksi; B
adalah jumlah luas puncak dari etosuksimida, anhidrida
Etosuksimida mengandung tidak kurang dari 98,0% dan dan cemaran lain yang telah dikoreksi.
tidak lebih dari 101,0% C7H11NO2, dihitung terhadap zat
anhidrat. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 200
mg zat larutkan dalam 50 ml dimetilformamida P,
Pemerian Serbuk hablur atau padatan seperti lilin; putih tambahkan 2 tetes larutan azo violet P dalam
sampai hampir putih; bau khas. dimetilformamida P (1 dalam 1000). Titrasi dengan
natrium metoksida 0,1 N LV sampai warna biru tua.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam etanol, dalam eter Lakukan hati-hati, untuk mencegah terjadinya
dan dalam kloroform; mudah larut dalam air; sangat penyerapan karbon dioksida dari udara. Lakukan
larut dalam heksan. penetapan blangko.
Baku pembanding Etosuksimida BPFI; tidak boleh Tiap ml natrium metoksida 0,1 N
dikeringkan. setara dengan 14,12 mg C7H11NO2
- 405 -
OCH3
[1-Amino-3[[[2-[(diaminometilen)amino]-4-tiazolil]-
metil]tio]propiliden]sulfamida [76824-35-6]
C8H15N7O2S3 BM 337,45
CH2CH CH2
Fenol Kocok 1 ml zat dengan 20 ml air, saring. Pada 5 Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
ml filtrat tambahkan 1 tetes besi(III) klorida LP: terjadi lakukan pengeringan pada tekanan antara 1 - 5 mmHg
warna hijau keabu-abuan tetapi bukan biru atau pada suhu 80 selama 5 jam.
lembayung.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
tidak tembus cahaya.
Kemurnian kromatografi Lakukan Kromatografi lapis
tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran etil asetat P-metanol P-toluen
P-amonium hidroksida P (40:25:20:2).
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, tambahkan
2 ml metanol P, kocok selama 10 menit. Tambahkan 0,1
- 406 -
F adalah faktor respons relatif tiap puncak cemaran Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10 mg
(lihat Tabel); C adalah kadar Famotidin BPFI dalam mg Famotidin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
per ml Larutan baku; L adalah jumlah famotidin dalam ml, tambahkan 20 ml metanol P dan sonikasi selama 5
mg per tablet; N adalah jumlah tablet yang digunakan menit. Encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
untuk Larutan uji; D adalah faktor pengenceran yang Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 10 tablet ke
digunakan dalam pembuatan Larutan uji; ri adalah luas dalam labu tentukur 1000-ml, tambahkan 200 ml
puncak masing-masing cemaran dalam Larutan uji dan Pengencer dan goyang untuk melarutkan tablet.
rS adalah luas puncak famotidin dalam Larutan baku. Tambahkan 200 ml metanol P dan aduk secara mekanik
pada 300 rpm selama 1 jam. Encerkan dengan Pengencer
Tabel sampai tanda, dan saring. Encerkan secara kuantitatif
Waktu Faktor Batas sejumlah filtrat jernih dengan Pengencer hingga kadar
retensi respons Cemaran Cemaran lebih kurang 0,1 mg per ml.
relative relatif (F) (%) Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
0,4 1,0 Cemaran A1 1,0 Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
0,7 1,0 Cemaran B2 0,5 dilengkapi dengan detektor 275 nm dan kolom 4,6 mm x
0,8 1,0 Cemaran C3 0,5
1,2 1,3 Cemaran D4 0,5
15 cm berisi bahan pengisi L1. Suhu kolom
dipertahankan pada suhu 40. Laju alir lebih kurang 1,4
1
3-[2-(diaminometilenmino)-1,3-tiazol-4-ilmetilsulfinil]-N-sulfamoil- ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
propanamidin. kesesuaian sistem dan tandai puncak famotidin, puncak
2
asam 3-[2-(diaminometilenmino)-1,3-tiazol-4-ilmetiltio]-propanoat. cemaran seperti tertera pada Tabel. Rekam kromatogram
3
3-[2-(diaminometilenmino)-1,3-tiazol-4-ilmetiltio]-N-sulfamoil-
propanamida.
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
4
3-[2-(diaminometilenmino)-1,3-tiazol-4-ilmetiltio]-propanamida. resolusi, R, antara puncak cemaran C dan puncak
famotidin tidak kurang dari 1,3; resolusi, R, antara
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. puncak famotidin dan cemaran D tidak kurang dari 1,3;
dan faktor kapasitas, k’, untuk puncak famotidin tidak
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada baku, ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Kromatografi <931>. simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Dapar Larutkan 13,6 g natrium asetat trihidrat P kurang dari 2,0%.
dalam 750 ml air. Tambahkan 1 ml trietilamin P, atur pH Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
hingga 6,0 dengan penambahan asam asetat glasial P sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan Larutan uji
dan encerkan dengan air hingga 1000 ml. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P (93:7), respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
campur dan awaudarakan. Jika perlu lakukan famotidin, C8H15N7O2S3 dalam tablet yang digunakan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera dengan rumus:
pada Kromatografi <931>.
Pengencer Larutkan 6,8 g kalium fosfat monobasa P D r
dalam 750 ml air, atur pH hingga 6,0 dengan penambahan C U
kalium hidroksida 1 N, dan encerkan dengan air hingga N rS
1000 ml.
Larutan persediaan kesesuaian sistem Masukkan 10,0 C adalah kadar Famotidin BPFI dalam mg per ml
mg famotidin dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 1 Larutan baku; D adalah faktor pengenceran yang
ml asam klorida 1 N, panaskan pada suhu 80 selama 30 digunakan dalam pembuatan Larutan uji; N adalah
menit dan dinginkan hingga suhu ruang. Tambahkan 2 jumlah tablet yang digunakan untuk Larutan uji; rU dan
ml natrium hidroksida 0,1 N, panaskan pada suhu 80 rS berturut-turut adalah respons puncak dari Larutan uji
selama 30 menit dan dinginkan hingga suhu ruang dan dan Larutan baku.
netralkan dengan penambahan 1 ml asam klorida 0,1 N.
Encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Pipet 10 ml Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
larutan ke dalam labu tentukur 50-ml yang berisi 5 mg tertutup baik, tidak tembus cahaya dan pada suhu ruang
famotidin yang dilarutkan dalam 8 ml metanol P. terkendali.
Encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Pipet 25 ml
larutan ini ke dalam labu tentukur 50 ml dan encerkan
dengan Pengencer sampai tanda. [Catatan Larutan ini
stabil hingga 1 bulan].
Larutan kesesuaian sistem Masukkan lebih kurang 1-
1,5 ml Larutan persediaan kesesuaian sistem ke dalam
wadah yang sesuai, tambahkan 1 ml Pengencer dan 1
tetes larutan hidrogen peroksida, campur. [Catatan Buat
larutan segar].
- 408 -
H3C CH3
secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Fase
gerak hingga kadar feksofenadin hidroklorida lebih
Asam(±)-p-[1-Hidroksi-4-[4-(hidroksidifenilmetil) kurang 2,5 µg per ml.
piperidino] butil] – α - metilhidratropik, hidroklorida Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
[138452-21-8]. dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih
C32H39NO4.HCl BM 538,12 kurang 0,25 mg per ml.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Feksofenadin Hidroklorida mengandung tidak kurang Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C32H39NO4.HCl dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x
dihitung terhadap zat anhidrat. 25 cm berisi bahan pengisi L45. Pertahankan suhu
kolom pada suhu ruang. Laju alir lebih kurang 0,5 ml per
Baku pembanding Feksofenadin Hidroklorida BPFI; menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
rapat dan terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A puncak seperti yang tertera pada Prosedur: waktu retensi
Feksofenadin BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan relatif senyawa sejenis B feksofenadin dan feksofenadin
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. berturut-turut adalah lebih kurang 0,7 dan 1,0; resolusi,
Senyawa Sejenis B Feksofenadin BPFI; tidak boleh R, antara puncak feksofenadin dan puncak senyawa
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, sejenis B feksofenadin tidak kurang dari 3,0.
terlindung cahaya, bentuk monohidrat. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20l) Larutan baku dan Larutan uji
Identifikasi ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
A. Spektrum serapan inframerah zat yang respons puncak utama. Hitung persentase senyawa
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan sejenis B feksofenadin dalam zat dengan rumus:
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Feksofenadin Hidroklorida BPFI. Cs rU
100
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh 0 ,8 CU rS
pada Penetapan kadar.
C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A seperti tertera 0,8 adalah faktor respons relatif dari senyawa sejenis B
padaUji IdentifikasiUmum <291>. feksofenadin terhadap feksofenadin; CS adalah kadar
Feksofenadin Hidroklorida BPFI dalam mg per ml
Air <1031> Metode Ic Bentuk monohidrat: Tidak lebih Larutan baku; CU adalah kadar feksofenadin dalam mg
dari 0,5%. Bentuk hidrat: Antara 6,0% dan 10,0%. per ml Larutan uji; rU adalah respons puncak senyawa
[Catatan Hidrat ditujukan untuk bentuk campuran sejenis B feksofenadin dari Larutan uji dan rS adalah
dihidrat dan trihidrat dari feksofenadin hidroklorida]. respons puncak feksofenadin dari Larutan baku.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Senyawa sejenis Senyawa sejenis A feksofenadin tidak
lebih dari 0,2%; hasil urai terdekarboksilasi tidak lebih
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. dari 0,15%; cemaran lain yang tidak diketahui tidak
lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari 0,5%.
Senyawa sejenis B feksofenadin Tidak lebih dari 0,2%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Dapar fosfat perklorat, Pengencer, Fase gerak,
Dapar amonium asetat Encerkan 2,3 ml asam asetat Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
glasial P dengan air hingga 2000 ml air. Atur pH hingga tertera pada Penetapan kadar.
4,0 ± 0,1 dengan penambahan amonium hidroksida 6 N. Larutan pembanding Gunakan Larutan uji seperti
Fase gerak Buat campuran Dapar amonium asetat- yang tertera pada Penetapan kadar.
asetonitril P (80:20). Saring dan awaudarakan. Jika Larutan uji Gunakan Larutan uji persediaan seperti
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem tertera pada Penetapan kadar.
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
- 409 -
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Dapar fosfat perklorat Larutkan 6,64 g natrium fosfat
sama (lebih kurang 20 l) Larutan uji, Larutan baku, monobasa P dan 0,84 g natrium perklorat P dalam 1000
Larutan pembanding dan Fase gerak (sebagai blangko) ml air. Atur pH hingga 2,0 dengan penambahan asam
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur fosfat P.
respons puncak. Hitung persentase senyawa sejenis Pengencer Campuran asetonitril P-Dapar fosfat
Afeksofenadin dalam zat dengan rumus: perklorat (50:50).
Fase gerak Buat campuran Dapar fosfat perklorat-
asetonitril P (65:35). Saring dan awaudarakan.
Cs rU
100 Tambahkan 3 ml trietilamin P pada tiap 1 liter
CU rS campuran. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
Cs adalah kadar Senyawa Sejenis A Feksofenadin BPFI <931>.
dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar Larutan baku Timbang saksama sejumlah
feksofenadin dalam mg per ml Larutan uji; rU dan rS Feksofenadin Hidroklorida BPFI dan Senyawa Sejenis A
berturut-turut adalah respons puncak senyawa sejenis A Feksofenadin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
feksofenadin dari Larutan uji dan Larutan baku. gerak hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,06 mg
Hitung persentase hasil urai terdekarboksilasi dari [(+)- per ml dan 0,005 mg per ml.
4-[1-Hidroksi-4-[4-(hidroksidifenilmetil -1-piperidinil]- Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih
butil]-isopropilbenzene], dengan waktu retensi relatif 3,2 kurang 50 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
dalam zat, dengan rumus: ml, larutkan dan encerkan dengan Pengencer sampai
tanda. Kadar larutan ini lebih kurang 1 mg per ml.
Larutan uji Pipet 3 ml Larutan uji persediaan ke
100 Cs rU
dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase gerak
sampai tanda. Kadar larutan ini lebih kurang 0,06 mg per
1,1 CU rS
ml.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
1,1 adalah faktor respons relatif hasil urai
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
terdekarboksilasi terhadap feksofenadin; CS adalah kadar
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x
Feksofenadin Hidroklorida BPFI dalam mg per ml
25 cm berisi bahan pengisi L11. Pertahankan suhu
Larutan baku; CU adalah kadar feksofenadin dalam mg
kolom pada suhu ruang. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per
per ml Larutan uji; rU adalah respons puncak hasil urai
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan
terdekarboksilasi dari Larutan uji dan rS adalah respons
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
puncak feksofenadin dari Larutan baku.
resolusi, R, antara puncak feksofenadin dan senyawa
Hitung persentase cemaran lain dalam zat dengan rumus:
sejenis A feksofenadin tidak kurang dari 10; faktor
ikutan puncak feksofenadin tidak lebih dari 2,0 dan
C ri simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
100 S feksofenadin dan senyawa sejenis A feksofenadin
CU rS berturut-turut tidak lebih dari 2,0% dan 3,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
CS adalah kadar feksofenadin dalam mg per ml Larutan sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
pembanding; CU adalah kadar feksofenadin dalam mg ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
per ml Larutan uji; ri adalah respons puncak cemaran respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
lain dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak feksofenadin hidroklorida, C32H39NO4.HCl, dalam zat
feksofenadin dalam Larutan pembanding. yang digunakan dengan rumus:
Klorida Tidak kurang dari 6,45% dan tidak lebih dari
r
6,75% dihitung terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan 833 ,3C U
dengan cara sebagai berikut: timbang saksama lebih rS
kurang 300 mg zat, larutkan dalam 50 ml metanol P.
Titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV, tentukan titik akhir C adalah kadar Feksofenadin Hidroklorida BPFI dalam
secara potensiometri seperti tertera pada Titrimetri mg per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
<711>. respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Tiap ml perak nitrat 0,1 N Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
setara dengan 3,545 mg klorida tidak tembus cahaya, pada suhu ruang terkendali.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Penandaan Pada etiket harus dinyatakan jika dalam
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada bentuk hidrat.
Kromatografi <931>.
- 410 -
KAPSUL FEKSOFENADIN HIDROKLORIDA lebih dari 5% dari volume total untuk melarutkan
Fexofenadine Hydrochloride Capsule Senyawa Sejenis A Feksofenadin BPFI].
Larutan kesesuaian sistem Pipet sejumlah volume
Kapsul Feksofenadin Hidroklorida mengandung Larutan kesesuaian sistem persediaan ke dalam labu
feksofenadin hidroklorida, C32H39NO4.HCl, tidak kurang tentukur yang berisi sejumlah Feksofenadin Hidroklorida
dari 93,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang BPFI yang ditimbang saksama. Encerkan dengan air
tertera pada etiket. hingga kadar Senyawa Sejenis A Feksofenadin BPFI
dan Feksofenadin Hidroklorida BPFI berturut-turut
Baku pembanding Feksofenadin Hidroklorida BPFI; lebih kurang 0,01 mg per ml dan 0,06 mg per ml.
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup Larutan baku Timbang saksama sejumlah Feksofenadin
rapat dan terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan air
Feksofenadin BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan hingga kadar lebih kurang 0,07 mg per ml. [Catatan Jika
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. perlu gunakan sejumlah kecil metanol P, tidak lebih dari
0,5% dari volume total, untuk melarutkan Feksofenadin
Identifikasi Hidroklorida BPFI].
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji Gunakan sejumlah volume alikuot yang
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang telah disaring.
diperoleh pada Penetapan kadar. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
B. Timbang sejumlah isi kapsul setara dengan lebih Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
kurang 60 mg feksofenadin hidroklorida, masukkan ke dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x
dalam tabung bertutup. Tambahkan 10 ml campuran 10 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
asetonitril P-metanol P (10:1), kocok sampai terdispersi. kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Diamkan. Pisahkan, saring dan kumpulkan beningan Larutan kesesuaian sistem dan ukur semua respons
dalam gelas piala yang sesuai. Uapkan pelarut puncak seperti yang tertera pada Prosedur: resolusi, R,
menggunakan aliran nitrogen P sampai hampir kering antara puncak feksofenadin dan puncak senyawa sejenis
dengan sedikit pemanasan menggunakan pemanas yang Afeksofenadin tidak kurang dari 2,0. Lakukan
sesuai (tangas uap atau lempeng pemanas suhu rendah). kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur respons
Saat masih hangat, tambahkan 5 ml air dan 5 tetes asam puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
klorida encer P dan aduk untuk mempercepat relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
pengendapan. Dinginkan dalam tangas es selama lebih Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
kurang 30 menit. Saring melalui penyaring kaca masir sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan Larutan uji
dengan porositas 10 -15 m. Keringkan endapan dalam ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
oven pada suhu 105º selama 1 jam. Spektrum serapan respons puncak utama. Hitung jumlah feksofenadin
inframerah endapan yang telah dikeringkan dan hidroklorida, C32H39NO4.HCl, yang terlarut.
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan Toleransi Dalam waktu 15 menit dan 45 menit harus
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama larut berturut-turut tidak kurang dari 50% dan 75 % (Q)
seperti pada Feksofenadin Hidroklorida BPFI. C32H39NO4.HCl, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Disolusi <1231> UJI 2 Jika produk memenuhi uji ini, pada etiket
UJI 1 cantumkan memenuhi Uji Disolusi 2.
Media disolusi: 900 ml air. Media disolusi, Alat, Dapar, Fase gerak, Larutan
Alat tipe 2: 50 rpm. kesesuaian sistem persediaan, Larutan kesesuaian
Waktu : 15 dan 45 menit sistem, Sistem kromatografi dan Prosedur Lakukan
Lakukan penetapan jumlah C32H39NO4.HCl yang terlarut penetapan seperti tertera pada Uji 1.
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti Waktu : 45 menit
tertera pada Kromatografi <931>. Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
Dapar Larutkan 1,0 g natrium monobasa fosfat P, 0,5 kurang dari 75% (Q) C32H39NO4.HCl, dari jumlah yang
g natrium perklorat P dan 0,3 ml asam fosfat P dalam tertera pada etiket.
300 ml air.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
(700:300). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera Senyawa sejenis Senyawa sejenis A feksofenadin tidak
pada Kromatografi <931>. lebih dari 0,4%; hasil urai terdekarboksilasi tidak lebih
Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang dari 0,2%; cemaran lain yang tidak diketahui tidak lebih
saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Feksofenadin dari 0,2%; dan total cemaran tidak lebih dari 0,5%.
BPFI, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
lebih kurang 0,44 mg per ml. [Catatan Jika perlu kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
gunakan sejumlah kecil asam asetat glasial P, tidak Dapar fosfat perklorat, Pengencer, Fase gerak,
Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
- 411 -
tertera pada Penetapan kadar dalam Feksofenadin Larutan uji persediaan Timbang tidak kurang dari 20
Hidroklorida. kapsul. Keluarkan isi semua kapsul, bersihkan cangkang
Larutan pembanding Gunakan Larutan uji seperti kapsul dan timbang saksama, hitung bobot rata-rata isi
tertera pada Penetapan kadar. tiap kapsul. Timbang saksama sejumlah isi kapsul setara
Larutan uji Gunakan Larutan uji persediaan seperti dengan 50 mg feksofenadin hidroklorida, masukkan ke
tertera pada Penetapan kadar. dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan 40 ml
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Pengencer, kocok secara mekanik selama 60 menit dan
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji sonikasi lebih kurang 2 menit. Biarkan dingin hingga
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur suhu ruang, encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
respons puncak. Hitung persentase senyawa sejenis A Larutan uji Pipet 3 ml Larutan uji persediaan ke
feksofenadin dalam isi kapsul yang digunakan dengan dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase gerak
rumus: sampai tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
C rU sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
100 S ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
CU rS respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
feksofenadin hidroklorida, C32H39NO4.HCl, dalam
CS adalah kadar Senyawa Sejenis A Feksofenadin BPFI serbuk kapsul yang digunakan dengan rumus:
dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar
feksofenadin dalam mg per ml Larutan uji; rU dan r
rSberturut-turut adalah respons puncak senyawa sejenis 833 ,3C U
A feksofenadin dari Larutan uji dan Larutan baku. rS
Hitung persentase hasil urai terdekarboksilasi dari [(+)-
4 - [1 - Hidroksi - 4 - [4- (hidroksidifenil metil-1- C adalah kadar Feksofenadin Hidroklorida BPFI dalam
piperidinil]-butil]-isopropilbenzen], dengan waktu retensi mg per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
relatif 3,2; dalam zat dengan rumus: respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
dengan sedikit pemanasan pada suhu tidak lebih dari 75º. hidroklorida, C32H39NO4.HCl, yang terlarut dengan
Tambahkan 5 ml air dan 5 tetes asam klorida encer LP, rumus:
aduk untuk mempercepat terbentuknya endapan.
Dinginkan di dalam tangas es lebih kurang 30 menit. r
Saring larutan melalui penyaring kaca masir dengan CD U
porositas 10 - 15 µm. Keringkan endapan dalam oven rS
pada suhu 105º selama 1 jam. Spektrum serapan
inframerah residu yang didispersikan dalam kalium C adalah kadar Feksofenadin Hidroklorida BPFI dalam
bromida P menunjukkan maksimum hanya pada mg per ml Larutan baku; D adalah faktor pengenceran
bilangan gelombang yang sama seperti Feksofenadin dalam pembuatan Larutan uji; rU dan rS berturut-turut
Hidroklorida BPFI yang diperlakukan sama adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
menggunakan lebih kurang 60 mg. Toleransi Dalam waktu 10 menit dan 30 menit harus
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan larut berturut-turut tidak kurang dari 60% dan 80% (Q)
uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh C32H39NO4.HCl, dari jumlah yang tertera pada etiket.
pada Penetapan kadar.
UJI 2 Jika produk memenuhi uji ini, pada etiket
Disolusi <1231> cantumkan memenuhi Uji Disolusi 2.
UJI 1 Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,001 N.
Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,001 N. Alat tipe 2: 50 rpm, gunakan dayung yang tangkainya
Alat tipe 2: 50 rpm. dilapisi teflon.
Waktu : 10 dan 30 menit Waktu : 30 menit
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C32H39NO4.HCl Prosedur Lakukan penetapan jumlah C32H39NO4.HCl
yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Dapar dan Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Dapar Larutkan 7,0 g amonium asetat P dalam 1000
Uji 1 Disolusi dalam Kapsul feksofenadin hidroklorida. ml air. Atur pH hingga 4,0 dengan penambahan asam
Larutan baku Timbang saksama sejumlah asetat glasial P.
Feksofenadin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P (3:2).
dengan media disolusi hingga diperoleh kadar seperti Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
pada Larutan uji. [Catatan Gunakan sejumlah kecil menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
metanol P, tidak lebih dari 0,5% dari volume total untuk Kromatografi <931>.
membantu melarutkan feksofenadin hidroklorida]. Larutan baku 1 Timbang saksama lebih kurang 20
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah Senyawa mg Feksofenadin Hidroklorida BPFI, masukkan ke
Sejenis A Feksofenadin BPFI, larutkan dan encerkan dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 3 ml metanol P
dengan air hingga kadar lebih kurang 0,44 mg per ml. dan encerkan dengan Media disolusi sampai tanda.
Pipet 1 ml larutan ke dalam vial dan tambahkan 40 ml Larutan baku 2 Pipet 15 ml Larutan baku 1 ke dalam
Larutan baku. [Catatan Gunakan sejumlah kecil asam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Media disolusi
asetat P, tidak lebih dari 5% dari volume total untuk sampai tanda.
membantu melarutkan senyawa sejenis A feksofenadin]. Larutan baku 3 Pipet 7,5 ml Larutan baku 1 ke dalam
Larutan uji Gunakan sejumlah volume alikuot yang labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Media disolusi
telah disaring melalui penyaring serat kaca dengan sampai tanda.
porositas 0,45m. Larutan uji Gunakan sejumlah volume alikuot
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada yang telah disaring melalui penyaring dengan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi porositas 0,45 µm.
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
10 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap dilengkapi dengan detektor 259 nm dan kolom 4,6 mm x
Larutan resolusi seperti tertera pada Prosedur: resolusi, 15 cm yang berisi bahan pengisi L11. Laju alir lebih
R, antara puncak feksofenadin dan puncak senyawa kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
sejenis A feksofenadin tidak kurang dari 2,0. Lakukan Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
kromatografi terhadap Larutan baku seperti tertera pada puncak utama seperti tertera pada Prosedur: faktor
Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan ikutan, tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif
ulang tidak lebih dari 2,0%. pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Prosedur Suntikkan secara terpisah 30 l Larutan
sama (sehingga kolom mengandung 2 sampai 3 g baku 2 dan 3 serta10 l Larutan baku 1 dan Larutan uji
feksofenadin hidroklorida) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons puncak feksofenadin. Hitung persentase
respons puncak utama. Hitung jumlah feksofenadin feksofenadin hidroklorida, C32H39NO4.HCl yang terlarut
dengan rumus:
- 413 -
C rU
100
rekam kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
900 S persentase senyawa sejenis A feksofenadin dalam serbuk
L rS tablet yang digunakan dengan rumus:
ml. Atur pH hingga 5,25 dengan penambahan asam Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
fosfat P. simpan pada suhu ruang terkendali.
Pengencer Campuran asetonitril P- Larutan asam
(75:25). Penandaan Pada etiket harus dinyatakan uji disolusi
Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P yang digunakan kecuali jika menggunakan Uji 1.
(64:36). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>. FELODIPIN
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah Felodipine
Feksofenadin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan H3C
H
N
1,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi faktor ikutan tidak lebih dari 1,5. Suntikkan 20 l
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi Larutan resolusi ke dalam kromatograf dan atur
<931>. sensitivitas sistem hingga tinggi dua puncak pada
Fase gerak, Larutan baku, Larutan uji, Larutan kromatogram tidak kurang dari 20% dari skala penuh
resolusi dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera rekorder; resolusi, R, antara puncak pertama (hasil
pada Penetapan kadar. okdidasi felodipin) dan puncak ke dua (felodipin) tidak
Prosedur Suntikkan lebih kurang 40 l Larutan uji ke kurang dari 2,5.
dalam kromatograf. Biarkan larutan uji tereluasi selama Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
tidak kurang dari dua kali waktu retensi felodipin. sama (lebih kurang 40 l) Larutan baku dan Larutan uji
Rekam kromatogram dan ukur luas puncak cemaran. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam respons puncak. Hitung jumlah dalam mg felodipin,
felodipin yang digunakan dengan rumus: C18H19Cl2NO4, dalam zat yang digunakan dengan rumus:
r
100 i r
rS 100 C U
rS
ri adalah respons puncak untuk masing-masing cemaran;
rS adalah jumlah respons semua puncak. C adalah kadar Felodipin BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; ru dan rs berturut-turut adalah respons
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
Fase gerak Larutkan 6,9 g natrium fosfat monobasa P tertutup rapat dan tidak tembus cahaya, pada suhu ruang
dalam 400 ml air pada labu tentukur 1000-ml. terkendali.
Tambahkan 8,0 ml asam fosfat 1 M, encerkan dengan air
sampai tanda. Campur larutan ini dengan asetonitril P-
metanol P (40:40:20), saring dan awaudarakan. Jika perlu FENAZOPIRIDIN HIDROKLORIDA
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Phenazopyridin Hydrochloride
tertera pada Kromatografi <931>.
N
Larutan resolusi Larutkan 150 mg felodipin dalam H2N NH2
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg,
200.000) dalam campuran asam sulfat P dan etanol P (1 masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml. Tambahkan
dalam 360) menunjukkan maksimum dan minimum pada lebih kurang 100 ml Asam sulfat etanol, panaskan
panjang gelombang yang sama seperti pada perlahan-lahan di atas tangas air selama 10 menit, kocok
Fenazopiridin Hidroklorida BPFI. sampai larut, dinginkan sampai suhu kamar, encerkan
C. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi dengan Asam sulfat etanol sampai tanda.
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Enceran larutan uji 1 Pipet 10 ml Larutan uji ke
Larutan uji Timbang saksama dan larutkan zat uji dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan Asam
dalam etanol P hingga kadar 0,2 mg per ml. Pindahkan sulfat etanol sampai tanda.
10 ml larutan ini ke dalam gelas ukur bersumbat kaca Enceran larutan uji 2 Pipet 5 ml Enceran Larutan uji
100 ml, tambahkan kloroform P hingga 100 ml. 1 ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Asam
Larutan baku Timbang saksama dan larutkan sulfat etanol sampai tanda.
Fenazopiridin Hidroklorida BPFI dalam media yang Prosedur Ukur serapan Enceran larutan uji 2 dan
sama hingga kadar 0,02 mg per ml. Larutan baku pada panjang gelombang serapan
Fase gerak Campuran kloroform P-etil asetat P- maksimum 390 nm, gunakan Asam sulfat etanol sebagai
metanol P (85:10:5). blangko. Hitung jumlah dalam mg fenazopiridin
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 hidroklorida, C11H11N5.HCl, dalam zat yang digunakan
μl Larutan uji dan Larutan baku pada jarak yang sama dengan rumus:
pada lempeng kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang A
telah dijenuhkan dengan Fase gerak hingga merambat 20 C U
lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat AS
lempeng, biarkan kering di udara, semprot tipis-tipis
dengan asam klorida 2 N: harga Rf bercak utama yang C adalah kadar Fenazopiridin Hidroklorida BPFI dalam
diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan harga Rf mg per ml Larutan baku; Au dan As berturut-turut
Larutan baku. adalah serapan Larutan uji dan Larutan baku.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam.
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi kolam dan detektor berturut-turut pada 135 dan 200.
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Efisiensi kolom tidak kurang dari 1500 lempeng teoritis
Larutan uji Campuran kloroform P yang mengandung per meter, ditetapkan menggunakan puncak baku
zat uji 1%. internal dalam kromatogram yang diperoleh dari Larutan
Larutan baku Campuran kloroform P yang baku. Pada kromatogram yang diperoleh dari Larutan uji
mengandung Fenfluramin Hidroklorida BPFI 1%. I, puncak etil (-metil-4-trifluorometilfenetil) amina
Fase gerak Campuran metanol P-amonium hidroksida muncul segera setelah puncak utama. Pada kromatogram
P (200:3). yang diperoleh dari Larutan uji II perbandingan luas
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 puncak etil (-metil-4-trifluorometilfenetil) amina
l Larutan uji dan Larutan baku pada jarak yang sama terhadap puncak baku internal tidak lebih besar dari
2,5 cm dari tepi bawah lempeng kromatografi silika gel perbandingan luas puncak fenfluramin terhadap puncak
G setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana baku internal yang diperoleh dari Larutan baku.
kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak,
biarkan merambat 15 cm di atas garis penotolan. Angkat Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300
lempeng, biarkan menguap, dan semprot lempeng mg zat, larutkan dalam sejumlah asam asetat glasial P,
dengan kalium iodobismulat LP: harga Rf bercak utama tambahkan 10 ml raksa(II) asetat LP.Titrasi dengan
yang diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan yang asam perklorat 0,1 N LV, tentukan titik akhir secara
diperoleh dari Larutan baku. potensiometrik.
C. Memberikan reaksi Klorida cara A dan seperti
yang tertera pada Uji Identifikasi Umum<291>. Tiap ml asam perklorat 0,1 N
setara dengan 26,77 mg C12H16F3N.HCl
Jarak lebur <1021> 168 sampai 172.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Susut pengeringan<1121> Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot tetap,
menggunakan 1,0 g. TABLET FENFLURAMIN HIDROKLORIDA
Phenfluramine Hydrochloride Tablet
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Tablet Fenfluramin Hidroklorida mengandung
Etil (-metil-4-trifluorometilfenetil)amina Lakukan Fenfluramin Hidroklorida, C12H16F3N.HCl, tidak kurang
penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti tertera dari 92,5% dan tidak lebih dari 107,5% dari jumlah yang
pada Kromatografi<931>. tertera pada etiket.
Larutan baku internal Timbang sejumlah N,N-dietil-
anilina P, larutkan dalam kloroform P hingga kadar Baku pembanding Fenfluramin Hidroklorida BPFI.
0,01%.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 8 mg Identifikasi
Fenfluramin Hidroklorida BPFI, larutkan dalam 100 ml A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
air, tambahkan 10 ml larutan kalium hidroksida P 20%, secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
ekstraksi empat kali, tiap kali dengan 25 ml kloroform P, Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
saring dan uapkan kumpulan ekstrak sampai kering setara dengan 100 mg fenfluramin hidroklorida, campur
dengan dialiri nitrogen P, larutkan sisa dalam 10 ml dengan 10 ml kloroform P, saring.
Larutan baku internal. Larutan baku Campuran Fenfluramin Hidroklorida
Larutan uji I Timbang saksama lebih kurang 400 mg, BPFI 1% dalam kloroform P.
larutkan dalam 100 ml air, lanjutkan seperti yang tertera Fase gerak Campuran metanol P-amonium hidroksida
pada larutan baku mulai dari “tambahkan 10 ml larutan P (200:3).
kalirum hidroksida P 20%” kecuali larutkan sisa dalam Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
10 ml kloroform P. l Larutan uji dan Larutan baku pada jarak yang sama,
Larutan uji II Timbang saksama lebih kurang 400 mg 2,5 cm dari tepi bawah lempeng kromatografi silika gel
larutkan dalam 100 ml air, lanjutkan seperti yang tertera P setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana
pada larutan baku mulai dari “tambahkan 10 ml larutan kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak,
kalium hidroksida P 20%”. biarkan merambat 15 cm di atas garis penotolan. Angkat
Prosedur suntikkan secara terpisah sejumlah volume lempeng, biarkan Fase gerak menguap dan semprot
sama Larutan baku, Larutan uji I dan Larutan uji II ke lempeng dengan kalium iodobismulat LP: Harga Rf
dalam kromatograf yang dilengkapi dengan detektor bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji sesuai
ionisasi nyala dan kolom kaca 2,75 m x 4 mm berisi dengan yang diperoleh dari Larutan baku.
bahan pengisi 10% fase diam senyawa polietilen glikol P B. Serbuk tablet memberikan reaksi Klorida cara A
(sebaiknya Carbowax 20 M) dan larutan kalium seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
hidroksida P 2% pada partikel penyangga tanah diatome
cuci asam 80 mesh sampai 100 mesh. Pertahankan suhu
- 418 -
Etil (-metil-4-trifluorometilfenetil) amin Lakukan dengan dialiri nitrogen P, larutkan sisa dalam 10 ml
penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti tertera Larutan baku internal.
pada Kromatografi <931>. Larutan uji I Timbang dan serbukkan tidak kurang
Larutan baku internal Timbang sejumlah N,N-dietil- dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
anilina P, larutkan dalam kloroform P hingga kadar setara dengan 250 mg fenfluramin hidroklorida, kocok
0,01%. dengan 200 ml air selama 1 jam, saring dan tambahkan
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 8 mg air hingga 250 ml. Ambil 100 ml larutan ini, tambahkan
Fenfluramin Hidroklorida BPFI, larutkan dalam 100 ml 10 ml larutan kalium hidroksida P 20% dan lanjutkan
air, tambahkan 10 ml larutan kalium hidroksida P 20%, seperti tertera pada Larutan baku, mulai “ekstraksi 4
ekstraksi 4 kali, tiap kali dengan 25 ml kloroform P, kali, tiap kali dengan”, kecuali larutkan sisa dalam 10 ml
saring dan uapkan kumpulan ekstrak sampai kering kloroform P.
dengan dialiri nitrogen P, larutkan sisa dalam 10 ml Larutan uji II Lakukan seperti tertera pada Larutan uji
Larutan baku internal. I, kecuali larutkan sisa dalam 10 ml Larutan baku
Larutan uji I Timbang dan serbukkan tidak kurang internal.
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
setara dengan 250 mg fenfluramin hidroklorida, kocok dalam penetapan Etil(-metil-4-trifluorometilfenetil)
dengan 200 ml air selama 1 jam, saring dan tambahkan amin. Hitung jumlah dalam mg fenfluramin,
air hingga 250 ml. Ambil 100 ml larutan ini dan C12H16F3N.HCl, dalam serbuk tablet yang digunakan.
lanjutkan seperti yang tertera pada Larutan baku mulai
dari “tambahkan 10 ml larutan kalium hidroksida P R
20%”, kecuali larutkan sisa dalam 2,5 ml kloroform P. 25 C U
Larutan uji II Lakukan seperti tertera pada Larutan uji RS
I, kecuali larutkan sisa dalam 2,5 ml Larutan baku
internal. C adalah kadar Fenfluramin hidroklorida BPFI dalam
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada mg per ml Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi perbandingan respons puncak fenfluramin hidroklorida
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 4 mm x terhadap baku internal dalam Larutan uji dan Larutan
2,75 m berisi 10% fase diam senyawa polietilen glikol baku.
(sebaiknya Carbowax 20 M) dan larutan kalium
hidroksida P 2% pada partikel penyangga tanah diatome Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
dengan ukuran 80 sampai 100 mesh yang telah dicuci
dengan asam. Pertahankan suhu kolom dan detektor
berturut-turut pada 135 dan 200. FENILBUTASON
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Phenylbutazone
sama Larutan baku, Larutan uji I dan Larutan uji II ke
dalam kromatograf. Efisiensi kolom tidak kurang dari
1500 lempeng teoritis per meter, ditetapkan
menggunakan puncak baku internal dalam kromatogram
yang diperoleh dari Larutan baku. Pada kromatogram O N
N
yang diperoleh dari Larutan uji I, etil (-metil-4-
H3CH2CH2CH2C
trifluorometilfenetil) amin muncul segera setelah puncak O
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar secara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Dapar asetat Larutkan 2,72 g natrium asetat P dalam TABLET FENILBUTASON
gelas piala 1000 ml menggunakan lebih kurang 700 ml Phenylbutazone Tablet
air. Atur pH hingga 4,1 dengan asam asetat glasial P,
saring melalui penyaringan 0,5 µm, encerkan dengan air Tablet Fenilbutason mengandung fenilbutason,
yang telah disaring hingga 1000 ml. C19H20N2O2, tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari
Fase gerak Campur 440 ml asetonitril P dengan 560 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
ml Dapar asetat dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Baku pembanding Fenilbutason BPFI; lakukan
penyesuaian menurut kesesuaian sistem seperti tertera pengeringan dalam hampa udara pada tekanan 3010
pada Kromatografi <931>.
mmHg pada 80 selama 4 jam sebelum digunakan.
Larutan baku internal Timbang lebih kurang 300 mg
Simpan dalam wadah tertutup rapat.
desoksikortikosteron asetat, larutkan dalam 200 ml
asetonitril P, campur. Identifikasi Masukkan ke dalam Erlenmeyer 250-ml
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
sejumlah serbuk tablet, setara dengan lebih kurang 500
Fenilbutason BPFI tambahkan asetonitril P, sonikasi
mg fenilbutason, tambahkan 100 ml heksan P dan
sampai larut, encerkan secara kuantitatif dan bertingkat
refluks campuran selama 15 menit. Saring campuran
dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 1,4 mg
dalam keadaan panas dan biarkan filtrat sampai dingin.
per ml. Pipet 10 ml larutan ini ke dalam labu tentukur Pisahkan hablur yang terbentuk melalui penyaringan,
50-ml, tambahkan 10 ml Larutan baku internal,
- 420 -
keringkan dalam hampa udara pada 80 selama 30 Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
menit: fenilbutason yang diperoleh menunjukkan reaksi 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk, setara
Identifikasi A seperti tertera pada Fenilbutason. lebih kurang 500 mg fenilbutason, masukkan ke dalam
labu tentukur 250-ml. Pipet 50 ml air ke dalam labu
Disolusi <1231> tentukur tersebut, kocok secara mekanik selama 15
Media disolusi: 900 ml cairan usus buatan LP (tanpa menit, tambahkan lebih kurang 120 ml asetonitril P dan
enzim). sonikasi hingga bagian yang tidak larut terdispersi
Alat tipe 1: 100 rpm. menjadi partikel halus. Kocok secara mekanik selama 20
Waktu: 30 menit. menit, encerkan dengan asetonitril P sampai tanda dan
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C19H20N2O2 sentrifus. Pipet 7 ml larutan ke dalam labu tentukur 50-
yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika ml, tambahkan 10,0 ml Larutan baku internal, encerkan
perlu encerkan dengan Media disolusi dan serapan dengan asetonitril P sampai tanda. Saring melalui
larutan baku Fenilbutason BPFI dalam media yang sama penyaring membran dengan porositas 0,5 µm, buang
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih beberapa ml filtrat pertama. [Catatan Gunakan larutan
kurang 264 nm. ini dalam waktu 8 jam dari pembuatannya].
Toleransi dalam waktu 30 menit harus larut tidak Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera
kurang dari 70% (Q) C19H20N2O2 dari jumlah yang pada Penetapan kadar dalam Fenilbutason. Hitung
tertera pada etiket. jumlah dalam mg fenilbutason, C19H20N2O2, dalam zat
uji yang digunakan dengan rumus:
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu tentukur R
100-ml, tambahkan 60 ml metanol P, kocok secara 1786 C U
mekanik lebih kurang 20 menit atau sampai tablet RS
hancur sempurna. Encerkan dengan metanol P sampai
tanda, saring, buang 10 ml filtrat pertama. Encerkan C adalah kadar Fenilbutason BPFI dalam mg per ml
sejumlah volume filtrat yang telah diukur secara Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
saksama dengan larutan natrium hidroksida P (1 dalam perbandingan respons puncak fenilbutason terhadap
2500) hingga diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang baku internal Larutan uji dan Larutan baku.
10 µg per ml.
Larutan baku Buat larutan Fenilbutason BPFI dalam Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
metanol P dengan kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Encerkan secara kuantitatif larutan dengan larutan natrium
hidroksida P (1 dalam 2500) hingga diperoleh larutan FENILEFRIN HIDROKLORIDA
dengan kadar lebih kurang10 µg per ml Fenilefrine Hidrochloride
Prosedur Ukur secara berurutan serapan Larutan uji dan
Larutan baku pada panjang gelombang serapan maksimum OH
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Baku pembanding Fenilefrin Hidroklorida BPFI;
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam
Kromatografi <931>. sebelum digunakan.
Dapar Asetat, Fase gerak, Larutan baku internal,
Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar dalam Fenilbutason.
- 421 -
B. Pada 100 mg zat tambahkan 0,5 ml asam sulfat P Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; sukar larut
dan 1 ml etanol P, hangatkan: terjadi etil asetat yang dalam etanol dan gliserin; lebih mudah larut dengan
berbau khas. adanya asan nitrat atau alkali hidroksida.
C. Tambahkan beberapa tetes natrium sulfida LP pada
5 ml larutan jenuh zat dalam air: terbentuk endapan Identifikasi
putih, bila didihkan dan didiamkan, berubah menjadi A. Pada 100 mg zat tambahan 3 ml asam sulfat P:
hitam. campuran berwarna kuning dan berbau khas nitrobenzen.
B. Pada 5 ml larutan jenuh zat tambahkan 1 ml asam
Jarak lebur <1021> Antara 149° dan 153°. klorida 3 N: terbentuk endapan putih.
C. Pada 5 ml larutan jenuh zat tambahkan 5 ml
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. amonium sulfida LP: dalam keadaan dingin tidak terjadi
Garam raksa dan Logam berat Panaskan lebih kurang reaksi, tetapi pada pemanasan di dalam tangas air yang
100 mg zat dengan 15 ml air, dinginkan dan saring. mendidih selam 10 menit, terbentuk endapan hitam.
Tambahkan beberapa tetes natrium sulfida LP ke dalam
filtrat: endapan yang terbentuk tidak segera berwarna. Jarak lebur <1021> Antara 175° dan 185°.
Senyawa benzen poliraksa Tidak lebih dari 1,5%; Sisa pemijaran <311> Tidak lebih dari 0,1%.
kocok 2 g zat dengan 100 ml aseton P dan saring. Cuci
sisa secara bertahap dengan 50 ml aseton P, keringkan Ion raksa(II) Pada 5 ml larutan jenuh zat tambahkan 5
sisa pada suhu 105° selama 1 jam dan timbang: bobot ml natrium hidroklorida 1 N: tidak terbentuk endapan
sisa tidak lebih dari 30 mg. kuning (ion raksa(II)) dan larutan tidak menjadi gelap
(ion raksa(I)).
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500
mg zat, masukan ke dalam labu 100 ml, tambahkan 15 Penetapan kadar ion fenilraksa(II) Timbang saksama
ml air, 5 ml asam format P dan 1 g serbuk zink P, lebih kurang 200 mg zat, masukkan ke dalam labu
refluks selama 30 menit. Dinginkan, saring, cuci kertas Erlenmeyer, larutan dalam 90 ml air dan 10 ml asam
saring dan amalgam dengan air hingga air cucian tidak nitrat P. Tambahkan 2 ml besi(III) amonium sulfat LP
lagi bereaksi asam terhadap lakmus P. Larutkan dan titrasi dengan amonium tiosianat 0,05 N.
amalgam dengan 40 ml asam nitrat 8 N. Panaskan
larutan di atas tangas uap selama 3 menit dan tambahkan Tiap ml amonium tiosianat 0,05 N
500 mg urea P dan kalium permanganat LP secukupnya setara dengan 13,88 mg ion fenilraksa(II) C6H5Hg+
sampai terjadi warna merah muda yang stabil.
Dinginkan, tambahkan hidrogen peroksida LP sampai Penetapan kadar raksa(II) Timbang saksama lebih
warna hilang, tambahkan 1 ml besi(III) amonium sulfat kurang 400 mg zat, masukan ke dalam labu tentukur
LP dan titrasi dengan amonium tiosianat 0,1 N LV. 100-ml, tambahkan 15 ml air, 5 ml asam format P dan 1
g serbuk zink P, kemudian refluks selama 30 menit.
Tiap ml amonium tiosianat 0,1 N Dinginkan, saring, cuci kertas saring dan amalgam
setara dengan 16,84 mg C8H8HgO2 dengan air sampai air cucian tidak lagi bereaksi asam
terhadap kertas lakmus P. Larutkan amalgam dengan 40
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, ml asam nitrat 8 N. Panaskan larutan di atas tangas uap
tidak tembus cahaya. selama 3 menit, kemudian tambahkan 0,5 g urea P dan
kalium permanganat LP secukupnya sampai berwarna
merah muda yang stabil. Dinginkan, buat larutan
FENILMERKURI NITRAT menjadi tidak berwarna dengan hidrogen peroksida LP,
Fenilraksa(II) Nitrat tambahkan 1 ml besi(III) amonium sulfat LP dan titrasi
Phenilmercury(II) Nitrate dengan amonium tiosianat 0,1 N LV.
Fenilraksa(II) Nitrat adalah campuran fenilraksa(II) Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
nitrat dan fenilraksa(II) hiroksida. Mengandung tidak tidak tembus cahaya.
kurang dari 87,0% dan tidak lebih dari 87,9% ion
fenilraksa(II) (C6H5Hg+) dan tidak kurang dari 62,75%
dan tidak lebih dari 63,50% raksa(II) (Hg).
puncak amfetamin tidak kurang dari 15,0 dan efisiensi Kelarutan Larut dalam air dan etanol.
kolom tidak kurang dari 10.000 lempeng teoritis.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Baku pembanding Feniramin Maleat BPFI.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: simpangan baku relatif amfetamin pada Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. telah dikeringkan dan didispersikan dalam kalium
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume bromida P menunjukkan maksimum hanya pada
sama (lebih kurang 5 µl) Larutan baku dan Larutan uji bilangan gelombang yang sama seperti pada
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Feniramin Maleat BPFI.
respons puncak amfetamin. Hitung persentase
amfetamin hidroklorida dalam zat yang digunakan pH <1071> 4,5 sampai 5,5; lakukan penetapan
dengan rumus: menggunakan larutan 1 %.
171 ,67 C S rU Jarak lebur <1021> Metode I Antara 104° dan 109°.
0 ,2
368 ,49 C U S r rU
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 65°
171,67 dan 368,49 berturut-turut adalah bobot molekul selama 6 jam.
amfetamin hidroklorida dan amfetamin sulfat; CS adalah
kadar Dekstroamfetamin Sulfat BPFI dalam μg per ml Sisa pemijaran <301> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
Larutan baku; CU adalah kadar fenilpropanolamin
hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji; rU dan rS Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 20 bpj.
berturut-turut adalah respons puncak amfetamin dari
Larutan uji dan Larutan baku. Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
tidak lebih dari 0,5% dan total cemaran tidak lebih dari
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500 2,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
mg zat, larutkan dalam 50 ml asam asetat glasial P. cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
Tambahkan 10 ml raksa(II) asetat LP dan 2 tetes kristal <931>.
violet LP, titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV hingga Asam oktan sulfonat 0,005 M Masukkan 1,08 g
terjadi warna hijau. Lakukan penetapan blangko. natrium 1-oktan sulfonat P ke dalam labu tentukur 1000-
ml. Larutkan dan encerkan dengan larutan asam asetat P
Tiap ml asam perklorat 0,1 N 1,5% sampai tanda, tambahkan 5,0 ml trietilamin P,
setara dengan 18,77 mg C9H13NO.HCl campur dan saring.
Fase gerak Buat campuran Asam sulfonat oktan 0,005
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, M–asetonitril P (39:11), saring dan awaudarakan. Jika
tidak tembus cahaya. perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah feniletil
FENIRAMIN MALEAT alkohol dan Feniramin Maleat BPFI, larutkan dan
Pheniramine Maleate encerkan dengan air hingga kadar berturut-turut lebih
kurang 3,6 dan 0,24 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 24 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan
encerkan dengan air sampai tanda.
N N HCCH2O2H Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
CH2CH2CH2N(CH3)2
HCCH2O2H Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 265 nm dan kolom 3,9 mm x
30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Dimetil [3-fenil-3-(2 piridil)propil] amina hidrogen
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
maleat [132-20-7]
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
C16H20N2.C4H4O4 BM 356,42
relatif feniletil alkohol dan feniramin maleat berturut-
turut lebih kurang 0,5 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak
Feniramin Maleat mangandung tidak kurang dari 98,0%
feniletil alkohol dan puncak feniramin maleat tidak
dan tidak lebih dari 102,0% C16H20N2.C4H4O4, dihitung
kurang dari 2,0; faktor ikutan tidak lebih dari 2,5 dan
terhadap zat yang telah dikeringkan.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 2,0%.
Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih; tidak
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang
berbau atau hampir tidak berbau.
10 µl) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
- 425 -
persentase masing-masing cemaran (tidak termasuk Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
puncak pelarut dan asam maleat) dalam zat yang
digunakan dengan rumus: Batas benzofenon Tidak lebih dari 0,1%. Lakukan
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
r seperti tertera pada kromatografi.
100 i Fase gerak dan Larutan uji Buat seperti tertera pada
rS Kemurnian kromatografi.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dan rS benzofenon, larutkan dalam metanol P, jika perlu
adalah jumlah semua respons puncak. encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan
metanol P hingga kadar lebih kurang 1,0 g per ml.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500 Sistem kromatografi Gunakan sistem yang sama
mg zat, larutkan dalam 25 ml asam asetat glasial P, seperti tertera pada Kemurnian kromatografi kecuali:
titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV menggunakan 2 suntikkan Larutan baku tiga kali dan rekam
tetes kristal violet LP sebagai indikator. Lakukan kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
penetapan blangko. pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
setara dengan 17,82 mg C16H20N2.C4H4O4 sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. respons semua puncak. Waktu retensi relatif fenitoin dan
benzofenon masing-masing lebih kurang 0,25 dan 1,0.
Hitung persentase benzofenon dalam zat uji dengan
FENITOIN rumus:
Phenytoin
C r
100 U
H
N
D rS
O
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur C adalah kadar Fenitoin BPFI dalam mg per ml Larutan
respons semua puncak. Hitung persentase masing- baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
masing cemaran dalam Larutan uji yang digunakan fenitoin dalam Larutan uji dan Larutan baku.
dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
C r
100 i
D rS SUSPENSI ORAL FENITOIN
Phenytoin Oral Suspension
C adalah kadar Fenitoin BPFI dalam g per ml Larutan
baku; D adalah kadar fenitoin dalam g per ml Larutan Suspensi Oral Fenitoin adalah suspensi Fenitoin dalam
uji; ri adalah respons puncak masing-masing cemaran media yang sesuai. Mengandung Fenitoin, C15H12N2O2,
dan rS respons puncak fenitoin Larutan baku. tidak kurang dari 95,0 % dan tidak lebih dari 105,0 %
dari jumlah yang tertera pada etiket.
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
Metode V Memenuhi syarat. Baku pembanding Fenitoin BPFI; Tidak boleh di
Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P. keringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Fase gerak Buat campuran Dapar natrium fosfat 0,02 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,5
M-metanol P-asetonitril P (50:27:23). Atur pH hingga ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
3,0 dengan penambahanasam fosfat P. Saring dan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
<931>. ulang tidak lebih dari 2,0%.
Larutan uji Gunakan sejumlah alikuot. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 70 mg sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Fenitoin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 500- ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, ukur
ml, larutkan dalam 15 ml metanol P, encerkan dengan respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
Media disolusi sampai tanda. fenitoin, C15H12N2O2, dalam suspensi oral yang
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada digunakan dengan rumus:
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom 4,6 mm x r
15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 200C U
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan rS
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
C adalah kadar Fenitoin BPFI, dalam mg per ml Larutan
seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak
baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
kurang dari 5400 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak
Larutan uji dan Larutan baku.
lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Hindari pembekuan.
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, ukur
Penandaan Pada etiket wadah dosis ganda dicantumkan
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
pernyataan bahwa pasien harus menggunakan takaran
fenitoin,C15H12N2O2, yang terlarut. [Catatan Tentukan
yang tepat.
bobot jenis suspensi oral dan gunakan dalam
perhitungan jumlah dalam mg, fenitoin yang terlarut].
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q) C15H12N2O2, dari jumlah yang
FENITOIN NATRIUM
tertera pada etiket. Phenytoin Sodium
µm. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan residu pada suhu 105° sampai bobot tetap. Spektrum
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam serapan inframerah residu yang didispersikan dalam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
ulang tidak lebih dari 1,0%. Lakukan kromatografi Fenitoin BPFI.
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam B. Menunjukkan reaksi Natrium seperti tertera pada
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Uji Nyala <291>.
pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk fenitoin dan
benzoin berturut-turut adalah 1,0 dan 1,3; efisiensi Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih
kolom tidak kurang dari 9400 lempeng teoritis untuk dari 0,3 unit Endotoksin FI per mg Fenitoin natrium.
puncak fenitoin; faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 dan
resolusi, R, antara puncak fenitoin dan puncak benzoin pH <1071> Antara 10,0 dan 12,3.
tidak kurang dari 1,5.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Etanol dan Propilenglikol Etanol tidak kurang dari
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji 9,0% dan tidak lebih dari 11,0%; Propilen glikol tidak
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur kurang dari 37,0% dan tidak lebih dari 43,0%. Lakukan
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg fenitoin penetapan dengan Kromatografi gas seperti tertera pada
natrium, C15H11N2NaO2, dalam zat yang digunakan Kromatografi <931>.
dengan rumus: Larutan baku internal Pipet 8 ml metanol P dan 20 ml
etilen glikol P ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
274 , 25 rU dengan air sampai tanda, campur.
2000 C Larutan etanol Pipet 6 ml etanol mutlak P ke dalam
252 , 27 rS labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai tanda,
campur.
C adalah kadar Fenitoin BPFI dalam mg per ml Larutan Larutan propilen glikol Pipet 20 ml propilen glikol P
baku; 274,25 dan 252,27 berturut-turut adalah berat ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air
molekul fenitoin natrium dan fenitoin; rU dan rS berturut- sampai tanda, campur.
turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan Larutan baku Pipet 10 ml masing-masing Larutan
baku. baku internal, Larutan etanol dan Larutan propilen
glikol ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. air sampai tanda, campur.
Larutan uji Pipet 5 ml injeksi dan 10 ml Larutan baku
internal ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
INJEKSI FENITOIN NATRIUM dengan air sampai tanda, campur.
Phenytoin Sodium Injection Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
Injeksi Fenitoin Natrium adalah larutan steril fenitoin dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 2,0 mm x
natrium dengan propilen glikol dan etanol dalam air 1,8 m yang berisi bahan pengisi S3 tersilinasi dengan
untuk injeksi, mengandung fenitoin natrium, ukuran partikel 50-80 mesh. Pertahankan suhu kolom
C15H11N2NaO2, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih pada 140° selama 3 menit, naikkan dengan kenaikan 6º
dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. per menit, hingga 190° pertahankan selama 6 menit.
[Catatan Injeksi jangan digunakan jika keruh dan Fase gerak helium P dengan laju alir lebih kurang 40 ml
terbentuk endapan]. per menit. Pertahankan suhu injektor dan detektor pada
200°. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku
Baku pembanding Fenitoin BPFI; Tidak boleh dengan lima kali penyuntikkan dan rekam kromatogram:
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat. resolusi, R antara metanol dan etanol tidak kurang dari
Endotoksin BPFI; [Perhatian Bersifat pirogenik, 2,0; resolusi, R antara puncak etilen glikol dan puncak
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk propilen glikol tidak kurang dari 3,0 dan simpangan
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi, baku relatif pada penyuntikkan ulang tidak lebih dari
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang 2,0%.
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 2 l) Larutan baku dan Larutan uji
Identifikasi ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
A. Pipet sejumlah volume injeksi, setara dengan lebih respons puncak utama. Eluat berturut-turut metanol,
kurang 250 mg fenitoin natrium ke dalam corong pisah etanol, etilen glikol dan propilen glikol. Waktu retensi
yang berisi 25 ml air. Ekstraksi berturut-turut dengan 50- relatif metanol dan etanol, berturut-turut lebih kurang
ml, 30-ml dan 30-ml etil asetat P. Cuci ekstrak dua kali, 1,0 dan 2,2 sedangkan untuk etilen glikol dan propilen
tiap kali dengan 20-ml larutan natrium asetat P (1 dalam glikol berturut-turut lebih kurang 1,0 dan 1,4. Hitung
100). Uapkan gabungan ekstrak etil asetat dan keringkan perbandingan respons relatif untuk puncak etanol
terhadap puncak metanol dan puncak etilen glikol
- 430 -
terhadap puncak propilen glikol. Hitung kadar etanol 274,25 dan 252,27 berturut-turut adalah bobot molekul
dalam persen, dengan rumus: fenitoin natrium dan fenitoin; C adalah kadar Fenitoin
BPFI dalam µg per ml Larutan baku; V adalah volume
R dalam ml injeksi yang digunakan; rU dan rS berturut-
12 U turut adalah respons puncak fenitoin dari Larutan uji dan
RS Larutan baku.
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respon Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
puncak etanol terhadap metanol dalam Larutan uji dan atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I, pada suhu
Larutan baku. Hitung kadar propilen glikol dalam ruang terkendali.
persen, dengan rumus:
penyaring membran porositas 0,45 µm, buang 5 ml natrium, C15H11N2NaO2, dalam serbuk kapsul yang
filtrat pertama dan gunakan filtrat berikutnya sebagai digunakan dengan rumus:
Larutan uji.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur 274 , 25 r
dalam Penetapan kadar. Hitung jumlah dalam mg ( 400 C ) U
fenitoin natrium, C15H11N2NaO2, dalam isi kapsul yang 252 , 27 rS
digunakan dengan rumus:
274,25 dan 252,27 berturut-turut adalah bobot molekul
fenitoin natrium dan fenitoin; C adalah kadar Fenitoin
274,25 R
(100C) U BPFI dalam mg per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-
252,27 RS turut adalah respons puncak yang diperoleh dari Larutan
uji dan Larutan baku.
C adalah kadar Fenitoin BPFI dalam mg per ml Larutan
baku; RU dan RS berturut-turut adalah respons puncak Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan baku.
Jarak lebur <1021> Antara 174° dan 178°, tetapi TABLET FENOBARBITAL
rentang antara awal dan akhir melebur tidak lebih dari 2°. Tablet Luminal
Phenobarbital Tablet
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 105˚ selama 2 jam. Tablet Fenobarbital mengandung fenobarbital,
C12H12N2O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,15%. dari 110,0% dari jumlah yang tertera dalam etiket.
Penetapan kadar Lakukan Kromatogarafi cair kinerja Baku pembanding Fenobarbital BPFI; lakukan
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam sebelum
Dapar pH 4,5 Larutkan lebih kurang 6,6 g natrium digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat.
asetat trihidrat P dan 3,0 ml asam asetat glasial P
dalam 1000 ml air; jika perlu, atur pH hingga 4,5 ± 0,1 Identifikasi
dengan asam asetat glasial P. A. Gerus halus sejumlah serbuk tablet setara dengan
Fase gerak Buat campuran Dapar pH 4,5-metanol P lebih kurang 60 mg fenobarbital, dengan 50 ml
(3 : 2), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan kloroform P, saring. Uapkan filtrat jernih hingga kering
penyesuaian menurut Kesesuian sistem seperti tertera dan keringkan pada suhu 105º selama 2 jam; residu
pada Kromatografi <931>. memenuhi Identifikasi A seperti tertera pada
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah Fenobarbital.
kafein, larutkan dalam campuran metanol P-Dapar pH B. Waktu retensi relatif puncak utama Larutan uji
4,5 (1 : 1) hingga kadar lebih kurang 125 μg per ml. sesuai dengan Larutan baku, keduanya relatif terhadap
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20 mg baku internal yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Fenobarbital BPFI, larutkan dalam 15,0 ml Larutan
baku internal. Jika perlu sonikasi. Disolusi <1231>
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg, Media disolusi: 900 ml air
masukkan ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 15,0 Alat tipe 2: 50 rpm
ml Larutan baku internal, sonikasi selama 15 menit. Waktu: 45 menit
Saring dengan penyaring membran dengan porositas 0,5 Prosedur Lakukan penetapan jumlah C12H12N2O3,
μm atau lebih halus, sebelum digunakan. yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada perlu diencerkan dengan dapar borat basa pH 9,6 dan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi serapan larutan baku Fenobarbital BPFI pada panjang
dilengkapi dengan detekor 254 nm dan kolom 4 mm x gelombang serapan maksimum lebih kurang 240 nm.
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2 Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kurang dari 75% (Q) C12H12N2O3 dari jumlah yang
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak tertera pada etiket.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
analit dan puncak baku internal tidak kurang dari 1,2, Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
faktor ikutan puncak analit dan puncak baku internal
tidak lebih besar dari 2,0 dan simpangan baku relatif Penetapan kadar
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0 %. Dapar pH 4,5, Fase gerak, Larutan baku internal,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji tertera pada Penetapan kadar dalam Fenobarbital.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
respons puncak utama. Waktu retensi relatif kafein dan 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk halus tablet
fenobarbital berturut-turut adalah lebih kurang 0,6 dan setara dengan lebih kurang 20 mg fenobarbital,
1,0. Hitung jumlah dalam mg fenobarbital, C12H12N2O3, tambahkan 15,0 ml Larutan baku internal, campur dan
dalam zat yang digunakan dengan rumus: sonikasi selama 15 menit, saring dengan penyaring
membran dengan porositas 0,5 µm atau lebih halus,
R sebelum digunakan.
W U Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada
RS Penetapan kadar dalam Fenobarbital. Hitung jumlah
dalam mg fenobarbital, C12H12N2O3, dalam serbuk tablet
W adalah bobot Fenobarbital BPFI dalam mg dalam yang digunakan dengan rumus:
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
perbandingan respons puncak Larutan uji dan larutan
R
baku. W U
RS
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
- 433 -
W adalah bobot Fenobarbital BPFI dalam mg dalam Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 7,0%;
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam.
perbandingan respons puncak Larutan uji dan Larutan
baku. Logam berat <371> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan
penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. berikut: larutkan 2,0 g zat dalam 52 ml air, tambahkan
perlahan-lahan sambil diaduk kuat-kuat 8 ml asam
klorida 1 N dan saring, buang 5 ml filtrat pertama.
FENOBARBITAL NATRIUM Encerkan 20 ml filtrat berikutnya dengan air hingga 25
Luminal Natrium ml.
Phenobarbital Sodium
Syarat lain Jika pada etiket tertera fenobarbital natrium
Natrium 5-etil-5-fenilbarbiturat [57-30-7] adalah steril, harus memenuhi syarat Uji Sterilitas <71>
C12H11N2NaO3 BM 254,22 dan Endotoksin bakteri seperti tertera pada Fenobarbital
Natrium untuk Injeksi. Jika pada etiket tertera
Fenobarbital Natrium mengandung tidak kurang dari fenobarbital natrium harus diproses lebih lanjut untuk
98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C12H11N2NaO3, pembuatan sediaan injeksi, harus memenuhi syarat
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Endotoksin bakteri <201> seperti tertera pada
Fenobarbital Natrium untuk Injeksi.
Pemerian Hablur berlapis atau hablur berbentuk granul;
putih atau serbuk putih; higroskopik; tidak berbau; rasa Penetapan kadar Lakukan Kromatografi cair kinerja
pahit. Larutan bersifat basa terhadap fenolftalein dan tinggi seperti tertera pada kromatografi <931>.
terurai bila dibiarkan. Dapar pH 4,5, Fase gerak, Larutan baku internal,
Larutan baku dan Sistem kromatografi Buat seperti
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; larut dalam tertera pada Penetapan kadar dalam Fenobarbital.
etanol; praktis tidak larut dalam eter dan kloroform. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 22 mg zat,
larutkan dalam 15,0 ml Larutan baku internal di dalam
Baku pembanding Fenobarbital BPFI; lakukan labu Erlenmeyer, campur dan sonikasi selama 15 menit.
pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam sebelum Saring dengan penyaring membran dengan porositas
digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat. 0,5µm atau lebih halus, sebelum digunakan.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Kesempurnaan melarut Campurkan 1,0 g zat dengan kadar dalam Fenobarbital. Hitung jumlah dalam mg
10 ml air bebas karbon dioksida P; setelah 1 menit, fenobarbital natrium, C12H11N2NaO3, dengan rumus:
larutan jernih dan bebas dari padatan yang tidak larut.
254 ,22 RU
Identifikasi W
A. Larutkan lebih kurang 50 mg zat dalam 15 ml air 232 ,24 RS
dalam corong pisah, tambahkan 2 ml asam klorida P,
kocok, ekstraksi 4 kali, tiap kali dengan 25 ml kloroform 254,22 dan 232,24 berturut-turut adalah bobot molekul
P. Saring kumpulan ekstrak ke dalam gelas piala melalui fenobarbital natrium dan fenobarbital; W adalah jumlah
penyaring kapas atau penyaring lain yang sesuai, cuci Fenobarbital BPFI dalam mg dalam Larutan baku; RU
corong pisah dan penyaring beberapa kali dengan dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
sejumlah volume kecil kloroform P. Uapkan 50 ml filtrat puncak Larutan uji dan Larutan baku.
di atas tangas uap dengan dialiri udara. Tambahkan 10
ml eter P, uapkan kembali dan keringkan residu pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
suhu 105º selama 2 jam; spektrum serapan inframerah
residu yang didispersikan dalam kalium bromida P Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan sediaan
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril atau
gelombang yang sama seperti pada Fenobarbital BPFI. memerlukan proses lebih lanjut untuk pembuatan
B. Pijarkan lebih kurang 200 mg zat: residu berbuih sediaan injeksi.
dengan asam dan menunjukkan reaksi Natrium seperti
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
C. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai INJEKSI FENOBARBITAL NATRIUM
dengan Larutan baku, keduanya relatif terhadap baku Injeksi Luminal Natrium
internal yang diperoleh pada Penetapan kadar. Phenobarbital Sodium Injection
pH <1071> Antara 9,2 dan 10,2; lakukan penetapan Injeksi Fenobarbital Natrium adalah larutan steril
menggunakan larutan yang dibuat pada uji Fenobarbital Natrium dalam pelarut yang sesuai. Untuk
Kesempurnaan melarut. pengatur pH, Fenobarbital dapat diganti dengan sejumlah
- 434 -
setara Fenobarbital Natrium. Injeksi Fenobarbital Natrium berturut-turut adalah perbandingan respons puncak
mengandung Fenobarbital Natrium, C12H11N2NaO3, Larutan uji dan Larutan baku.
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I.
Baku pembanding Fenobarbital BPFI; lakukan
pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam sebelum
digunakan. Endotoksin BPFI; [Perhatian Bersifat FENOBARBITAL NATRIUM UNTUK
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk INJEKSI
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi, Luminal Natrium untuk Injeksi
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang Phenobarbital sodium for Injection
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Fenobarbital Natrium untuk Injeksi adalah Fenobarbital
Identifikasi Natrium yang sesuai untuk penggunaan parenteral.
A. Pipet sejumlah volume injeksi, setara dengan lebih Baku pembanding Fenobarbital BPFI;Lakukan
kurang 50 mg fenobarbital natrium, masukkan ke dalam pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam sebelum
corong pisah, tambahkan 15 ml air, lanjutkan penetapan digunakan, simpan pada wadah tertutup rapat.
seperti tertera pada Identifikasi dalam Fenobarbital Endotoksin BPFI; [Perhatian Bersifat pirogenik,
Natrium, mulai dari “tambahan 2 ml asam klorida P”. penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi,
dengan Larutan baku, keduanya relatif terhadap baku gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
internal yang diperoleh pada Penetapan kadar. belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,3 unit Larutan terkonstitusi Pada saat digunakan, memenuhi
Endotoksin FI per mg Fenobarbital natrium. syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera pada Injeksi.
pH <1071> Antara 9,2 dan 10,2. Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih dari
0,8 unit Endotoksin FI per mg Fenobarbital natrium.
Syarat lain Memenuhi syarat batas kadar seperti tertera
pada Injeksi. Syarat lain Memenuhi syarat batas kadar, Identifikasi,
Kesempurnaan melarut, pH, Susut pengeringan, Logam
Penetapan kadar Lakukan Kromatografi cair kinerja berat dan Penetapan kadar seperti tertera pada
tinggi seperti tertera padaKromatografi <931>. Fenobarbital natrium dan memenuhi syarat uji Sterilitas
Dapar pH 4,5, Fase gerak, Larutan baku internal dan <71>, Keseragaman sediaan <911>, Penandaan seperti
Sistem kromotografi Buat seperti tertera pada Penetapan tertera pada Injeksi.
kadar dalam Fenobarbital.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 15 mg Wadah dan penyimpanan Dalam wadah untuk padatan
Fenobarbital BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur steril seperti tertera pada Injeksi.
50-ml, tambahkan 25 ml Fase gerak dan jika perlu
sonikasi agar larut. Tambahkan 15,0 ml Larutan baku
internal, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda,
FENOFIBRAT
hingga diperoleh kadar lebih kurang 0,3 mg per ml.
Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara Fenofibrate
dengan lebih kurang 65 mg fenobarbital natrium,
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan
15,0 ml Larutan baku internal, encerkan dengan Fase
gerak sampai tanda.
Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada
Isopropil 2-[p-(p-klorobenzoil)fenoksi]-2-metil propanoat
Penetapan kadar dalam Fenobarbital. Hitung jumlah
[49562-28-9]
dalam mg fenobarbital natrium, C12H11N2NaO3, dalam
C20H21ClO4 BM 360,83
tiap ml injeksi yang digunakan dengan rumus:
Fenofibrat mengandung tidak kurang dari 98,5% dan
254 ,22 4 W RU tidak lebih dari 101,0%, C20H21ClO4, dihitung terhadap
232 ,24 V RS zat yang telah dikeringkan.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang telah Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Fase gerak dan Larutan uji Lakukan seperti tertera
gelombang yang sama seperti pada Fenofibrat BPFI. pada Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fenofibrat
Jarak lebur <1021> Metode III Antara 79° dan 82°. BPFI, Senyawa Sejenis A Fenofibrat BPFI, Senyawa
Sejenis B Fenofibrat BPFI dan Senyawa Sejenis C
Warna dan akromisitas <1291> Metode I Larutkan Fenofibrat BPFI. Larutkan dan encerkan dengan Fase
500 mg zat dalam 10 ml aseton P; larutan jernih dan gerak dan jika perlu bertahap hingga kadar masing-
warna tidak lebih intensif dari Larutan padanan G . masing lebih kurang 1 µg per ml dan untuk senyawa
sejenis C fenofibrat lebih kurang 2 µg per ml.
Keasaman Larutkan 1 g zat dalam 50 ml etanol P yang Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
telah dinetralkan dengan penambahan 0,2 ml larutan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
fenolftalein LP; diperlukan tidak lebih dari 0,2 ml dilengkapi dengan detektor 286 nm dan kolom 4mm x
natrium hidroksida 0,1 M untuk mengubah warna 25 cm berisi bahan pengisi L1, laju alir lebih kurang 1
menjadi merah muda. ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Klorida <361> Tidak lebih dari 1,0%. Timbang 5 g zat, seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
masukkan ke dalam wadah yang sesuai, tambahkan 25 senyawa sejenis A fenofibrat dan senyawa sejenis B
ml air, panaskan 50° selama 10 menit, dinginkan dan fenofibrat tidak kurang dari 1,5.
encerkan dengan air hingga 50 ml, saring; lakukan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
penetapan dengan menambahkan 10 ml air pada 5 ml sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
larutan. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak fenofibrat dan puncak-puncak seperti
Sulfat <361> Tidak lebih dari 1,0%. Lakukan penetapan tertera pada Tabel. Ukur respons puncak utama dan
dengan 15 ml larutan yang diperoleh pada penetapan hitung persentase masing-masing senyawa sejenis
Klorida. dengan rumus:
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
C rU
Lakukan penetapan menggunakan 1 g zat. 10
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%. W rS
Lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
pentoksida P pada suhu 60°, menggunakan 1 g zat. C adalah kadar masing-masing senyawa sejenis dalam
µg per ml Larutan baku; W adalah bobot dalam mg
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Lakukan fenofibrat dalam Larutan uji; rU dan rS adalah respons
penetapan menggunakan 1 g zat. puncak masing-masing senyawa sejenis fenofibrat yang
diperoleh dari Larutan uji dan Larutan baku. Hitung
Senyawa sejenis Masing-masing cemaran dan jumlah persentase cemaran lain terhadap fenofibrat dengan
semua cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada rumus:
Tabel sebagai berikut:
C rU
Tabel 10
Waktu W rS
Cemaran Retensi Batas (%)
Relatif C adalah kadar Fenofibrat BPFI dalam µg per ml
Senyawa sejenis A fenofibrat 0,34 0,1 Larutan baku; W adalah bobot zat dalam mg yang
Senyawa sejenis B fenofibrat 0,36 0,1 digunakan dalam Larutan uji; rU adalah respons puncak
(3RS)-3-[4-(4- masing-masing cemaran dalam Larutan uji dan rS adalah
klorobenzoil)fenoksi]butan- 0,50 0,1
2-on
respons puncak fenofibrat dalam Larutan baku.
Metil 2-[4-(4-
klorobenzoil)fenoksi]-2- 0,65 0,1
metil-propanoat
- 436 -
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dengan penghangatan dan dengan penambahan 10% air.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Mendidih pada lebih kurang 182°, uapnya mudah
Kromatografi <931>. terbakar. Oleh pengaruh cahaya dan udara, warna
Fase gerak Buat campuran air (pH 2,5 yang perlahan-lahan berubah menjadi gelap.
diasamkan dengan asam fosfat P)-asetonitril P (30:70).
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian Kelarutan Larut dalam air; sangat mudah larut dalam
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada etanol, gliserin, kloroform, eter dan minyak menguap
Kromatografi <931>. tertentu; agak sukar larut dalam minyak mineral.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg Kejernihan larutan dan reaksi larutan (1 dalam 15)
Fenofibrat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 25- jernih dan bereaksi netral atau asam terhadap kertas
ml, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai lakmus biru P.
tanda.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg Identifikasi
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan A. Pada larutan tambahkan brom LP: terbentuk
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. endapan putih yang segera larut dan mengendap kembali
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada jika ditambahkan pereaksi lebih.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi B. Pada 10 ml larutan (1 dalam 100) tambahkan 1
dilengkapi dengan detektor 286 nm dan kolom 4,0 mm x tetes besi(III) klorida LP: terjadi warna violet.
25 cm, berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5
µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan Suhu beku <1101> Tidak kurang dari 39°.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5 %.
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada enam kali
penyuntikan tidak lebih dari 1,0%. Sisa penguapan Tidak lebih dari 0,05%; lakukan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume penetapan sebagai berikut: Timbang saksama lebih
sama (lebih kurang 5 l) Larutan baku dan Larutan uji kurang 5 g zat dalam cawan porselen yang sudah di tara,
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur panaskan di atas tangas uap hingga habis menguap dan
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg keringkan residu pada suhu 105° selama 1 jam.
fenofibrat, C20H21ClO4, dalam zat yang digunakan
dengan rumus: Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
Metode I Memenuhi syarat.
r
100 C U Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 2 g
rS zat, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml,
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 20 ml larutan ke
C adalah kadar Fenofibrat BPFI dalam mg per ml dalam labu iodium, tambahkan 30,0 ml brom 0,1 N LV,
Larutan baku; rU dan rS berturut turut adalah respons tambahkan 5 ml asam klorida P segera tutup. Kocok
puncak Larutan uji dan Larutan baku. labu berulang-ulang selama 30 menit, diamkan selama
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, 15 menit, tambahkan dengan cepat 5 ml larutan kalium
terlindung dari cahaya pada suhu ruang. iodida P (1 dalam 5), hati-hati terhadap uap brom yang
dilepaskan segera tutup. Kocok kuat-kuat, buka sumbat,
bilas sumbat dan leher labu dengan dengan sedikit air ke
FENOL dalam labu. Tambahkan 1 ml kloroform P, kocok baik-
Phenol baik dan titrasi iodum bebas dengan natrium tiosulfat 0,1
OH
N LV hingga terjadi warna kuning muda, tambahkan 3
ml kanji LP, sebelum akhir titrasi. Lakukan penetapan
blangko. Selisih titran penetapan blangko dan uji adalah
jumlah brom yang digunakan.
kurang dari 89,0% C6H5OH. Dapat mengandung Warna larutan Timbang saksama lebih kurang 3,0 g zat,
stabilisator yang sesuai. masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan
[Perhatian Hindarkan kontak dengan kulit, karena encerkan dengan etanol P sampai tanda. Ukur serapan
dapat membakar kulit]. ultraviolet larutan ini pada panjang gelombang serapan
[Catatan Bila fenol akan dicampur dengan minyak maksimum lebih kurang 405 nm menggunakan etanol P
lemak, minyak mineral atau vaselin putih gunakan Fenol sebagai blangko: serapan kurang dari 0,15.
hablur, bukan Fenol cair].
Identifikasi
Pemerian Cairan tidak berwarna sampai merah muda, A. Mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan
dapat menjadi merah jika kena udara atau cahaya. Bau dalam larutan alkali karbonat panas: cairan berwarna
khas, sedikit aromatis. Memutihkan dan membakar kulit merah. Warna larutan hilang dengan penambahan asam
dan membran mukosa. Bobot jenis lebih kurang 1,065. berlebih atau dengan larutan alkali hidroksida pekat.
B. Waktu retensi puncak utama fenolftalein pada
Kelarutan Dapat bercampur dengan etanol, eter dan kromatogram Larutan uji yang diperoleh pada
gliserin. Campuran sama banyak fenol cair dan gliserin Penetapan kadar sesuai dengan kromatogram Larutan
dapat bercampur dengan air. baku yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Jarak destilasi <1011> Metode I Tidak lebih dari 182,5º Suhu lebur <1021> Tidak kurang dari 258°.
menggunakan pendingin udara.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
Syarat lain Memenuhi Identifikasi dan Kejernihan lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P selama
larutan dan reaksi dan Sisa penguapan seperti tertera 4 jam.
pada Fenol.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1% .
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
Metode I Memenuhi syarat. Arsen <321> Metode II Tidak lebih dari 8 bpj.
Hidrobromida BPFI. Pengujian memenuhi syarat jika maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
tinggi lembah di antara puncak enansiomer (SR)- dan seperti pada Fentanil Sitrat BPFI.
(RS)- dari puncak utama kurang dari 4% dari defleksi B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
skala penuh dan waktu retensi puncak utama kurang dari 2000) dalam campuran asam klorida P- methanol P
20 menit. (1:9) menunjukkan maksimum dan minimum hanya
pada panjang gelombang yang sama seperti pada
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Fentanil Sitrat BPFI.
lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot tetap,
menggunakan 1,0 g zat. Jarak lebur <1021> Antara 150º dan 154º; lakukan
penetapan setelah dikeringkan dalam hampa udara pada
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan suhu 60º selama 2 jam.
penetapan menggunakan 2,0 g zat.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 600 lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60º
mg zat, larutkan dalam air, tambahkan 5 ml asam nitrat selama 2 jam.
2 N, 25 ml perak nitrat 0,1 N LV dan 2 ml amonium
besi(III) sulfat LP. Kocok dan titrasi dengan amonium Sisa pemijaran <311> Tidak lebih dari 0,5%.
tiosianat 0,1 N LV hingga warna kuning kemerahan.
Lakukan penetapan blangko. Selisih titran penetapan Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
blanko dan uji adalah jumlah perak nitrat yang
digunakan. Cemaran umum <481>
Larutan uji Gunakan pelarut campuran kloroform P-
Tiap ml perak nitrat 0,1 N metanol P (4:1).
setara dengan 38,43 mg C17H21NO4.HBr Larutan baku Gunakan pelarut campuran kloroform
P-metanol P (4:1), kecuali larutan dengan kadar 0,01 mg
per ml diganti dengan larutan 0,02 mg per ml.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
Prosedur Gunakan lempeng kromatografi silika gel
tidak tembus cahaya.
dengan pengikat kalsium sulfat P.
Fase gerak Gunakan pelarut campuran kloroform P-
metanol P-asam format P (85:10:5).
FENTANIL SITRAT Penampak bercak Gunakan uap iodum.
Phentanile Citrate
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500
CH2COOH
H3CH2COCN N CH2CH2 mg zat, larutkan dalam 30 ml asam asetat glasial P.
HO C COOH Tambahkan 3 tetes p-naftolbenzein LP dan titrasi dengan
CH2COOH asam perklorat 0,05 N LV. Lakukan penetapan blangko.
H3C H
336,48 dan 528,60 berturut-turut adalah bobot molekul Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
fentanil dan fentanil sitrat; C adalah kadar Fentanil tidak lebih dari 0,5% dan total cemaran tidak lebih dari
Sitrat BPFI dalam g per ml Larutan baku; D adalah 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
faktor pengenceran yang digunakan untuk memperoleh cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons <931>.
puncak fentanil dari Larutan uji dan Larutan baku. Fase gerak Buat campuran air-tetrahidrofuran P-
asetonitril P (8:1:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal, lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
kaca Tipe I, terlindung dari cahaya. tertera pada Kromatografi <931>.
Pengencer Buat campuran air-asetonitril P (1:1).
- 441 -
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Finasterid finasterid, C23H36N2O2, dalam zat yang digunakan
BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif dan jika dengan rumus:
perlu bertahap dengan Pengencer hingga kadar lebih
kurang1,0 mg per ml. r
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg 100 C U
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan rS
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada C adalah kadar Finasterid BPFIdalam mg per ml
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x puncak Larutan uji dan Larutan baku.
30 cm yang berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
partikel 4 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Pertahankan suhu kolom pada 60°. Lakukan pada suhu ruang terkendali.
kromatografi terhadap Larutan baku dan rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari 10.000 FITONADION
lempeng teoritis dan faktor ikutan tidak lebih dari 1,3. Vitamin K1
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang Phytomenadione
15 μl) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
O
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
persentase tiap cemaran dalam zat dengan rumus: CH3
r
100 i
CH2 CH3
rS O C C CH3 CH3
Indeks bias <1001> Antara 1,523 dan 1,526. lebih kurang 0,7; 0,9 dan 1,0. Hitung jumlah dalam mg
fitonadion, C31H46O2, dengan rumus:
Reaksi Larutan (1 dalam 20) dalam etanol mutlak P
bereaksi netral terhadap kertas lakmus P. R
1,56 C U
Menadion Campurkan lebih kurang 20 mg zat dengan RS
0,5 ml campuran volume yang sama amonium
hidroksida 6 N dan etanol P, tambahkan 1 tetes etil C adalah kadar Fitonadion BPFI dalam µg per ml
sianoasetat P, kocok perlahan-lahan: tidak terjadi warna Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
ungu atau biru. perbandingan respons puncak relatif Larutan uji dan
Larutan baku. Hitung RU dan RS dengan rumus:
Kandungan isomer Z [Catatan Lindungi larutan yang
mengandung Fitonadion dari cahaya]. [ respons puncak Z fitonadion respons puncak E fitonadion
Fase gerak, Larutan baku internal, Larutan uji, Re spons puncak baku int ernal
Sistem kromatografi dan Prosedur Lakukan seperti Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tertera pada Penetapan kadar, kecuali untuk menghitung tidak tembus cahaya.
persentase isomer Z dengan rumus:
rZ INJEKSI FITONADION
100 Phytomenadione Injections
Z
r r E
Injeksi Fitonadion adalah sediaan steril Fitonadion
RZ adalah luas puncak isomer (Z)-fitonadion dan rE terdispersi dalam Air untuk Injeksi. Mengandung
adalah luas puncak isomer (E)-fitonadion Larutan uji. Fitonadion, C31H46O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Mengandung zat penambah kelarutan dan atau zat
Komatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada pendispersi yang sesuai.
Kromatografi <931>. [Catatan lindungi larutan yang
mengandung fitonadion dari cahaya.] Baku pembanding Fitonadion BPFI; tidak boleh
Fase gerak Buat campuran n-heksan P-amil alkohol P dikeringkan sebelum digunakan. Endotoksin BPFI;
(2000:1,5), saring dan awaudarakan. [Perhatian Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi]
kolesteril benzoat, larutkan dan encerkan dalam Fase Rekonstitusi semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14
gerak hingga kadar lebih kurang 2,5 mg per ml. hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 60 mg lemari pendingin.
Fitonadion BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
ml, tambahkan 20 ml Fase gerak, campur dan encerkan Identifikasi Waktu retensi puncak utama Larutan uji
dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 4 ml larutan ini sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh pada
ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase Penetapan kadar.
gerak sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ini dan 7 ml
Larutan baku internal, ke dalam labu tentukur 25-ml, Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 14,0 unit
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Endotoksin FI per mg.
Larutan uji Lakukan seperti pada Larutan baku,
menggunakan Fitonadion sebagai ganti Baku pH <1071> Antara 3,5 dan 7,0.
pembanding.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
Kromatografi <931>. Kromatogaraf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detekor 254 nm dan kolom 4,6 mm x Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
25 cm berisi bahan pengisi L3. Laju alir lebih kurang 1 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan peralatan kaca
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak aktinik rendah selama melakukan penetapan kadar dan
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif lindungi larutan terthadap cahaya].
pada penyutikan ulang tidak lebih dari 2,0% dan Fase gerak Buat campuran etanol mutlak P-air (95:5),
resolusi, R, antara (Z)-fitonadion dan (E)-fitonadion saring dan awaudarakan.
tidak kurang dari 1,5. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fitonadion
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih
sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan Larutan uji kurang 1 mg per ml. Pipet 1 ml larutan ini ke dalam labu
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur tentukur 10-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai
respons puncak utama. Waktu retensi relatif baku tanda hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per ml.
internal, (Z)-fitonadion dan (E)–fitonadion berturut-turut
- 443 -
Larutan uji untuk Injeksi yang mengadung fitonadion pada panjang gelombang yang sama seperti pada
10 mg atau lebih per ml Pipet sejumlah volume injeksi larutan Fitonadion BPFI (1 dalam 100.000) dalam
setara dengan lebih kurang 10 mg fitonadion ke alam etanol mutlak P.
labu tentukur 10-ml, encerkan dengan Fase gerak sampi B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
tanda. Pipet 1 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 10- dengan Larutan baku yang diperoleh pada Penetapan
ml, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. kadar.
Larutan uji untuk Injeksi yang mengadung fitonadion
kurang dari 10 mg per ml Pipet sejumlah volume injeksi Waktu hancur <1251> 30 menit.
setara dengan lebih kurang 1 mg fitonadion ke dalam
labu tentukur 10-ml, encerkan dengan Fase gerak Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dilengkapi dengan detektor 254 nm dalam kolom 4 mm Kromatografi <931> [Catatan Gunakan peralatan kaca
x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang aktinik rendah selama melakukan penetapan kadar dan
0,7 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap lindungi larutan terhadap cahaya].
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons Fase gerak Buat campuran etanol mutlak P-air (95:5),
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku saring dan awaudarakan.
relatif pada 5 kali penyutikan ulang tidak lebih dari Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fitonadion
1,5%. BPFI, larutkan dalam etanol mutlak P hingga kadar
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume lebih kurang 0,10 mg per ml.
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama. 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
Hitung jumlah dalam mg fitonadion, C31H46O2, per ml setara dengan lebih kurang 5 mg fitonadion, masukkan
injeksi yang digunakan dengan rumus: ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 20 ml etanol
mutlak P, kocok selama 15 menit. Encerkan dengan
etanol mutlak P sampai tanda, campur dan saring.
C rU
D
rS
Sistem kromatografi Lakukkan seperti tertera pada
V Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm x
D adalah 100 jika injeksi mengandung fitonadion 10 mg 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,5
atau lebih per ml, atau 10 jika injeksi mengandung ml per menit. Lakukan kromatograf terhadap Larutan
fitonadion kurang dari 10 mg per ml; C adalah kadar baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Fitonadion BPFI dalam mg per ml Larutan baku;V seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom yang
adalah volume dalam ml dari injeksi yang digunakan; rU ditentukan dari puncak analit tidak kurang dari 2,0%,
dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji faktor ikutan tidak lebih dari 2,0.
dan Larutan baku. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama.
atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I, dan Hitung jumlah dalam mg fitonadion, C31H46O2, dalam
terlindung dari cahaya. serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
r
TABLET FITONADION 50C U
Phytomenadione Tablet rS
Tablet Fitonadion mengandung fitonadion, C31H46O2, C adalah kadar Fitonadion BPFI dalam mg per ml
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari Larutan baku;rU dan rS berturut-turut adalah respons
jumlah yang tertera pada etiket. puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Baku pembanding Fitonadion BPFI; tidak boleh
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
dikeringkan sebelum digunakan.
tidak tembus cahaya.
Identifikasi
A. Masukkan sejumlah serbuk tablet halus setara
dengan lebih kurang 10 mg fitonadion ke dalam labu
tentukur 1000-ml, tambahkan 50 ml etanol mutlak P,
kocok kuat-kuat. Encerkan dengan etanol mutlak P
sampai tanda, campur dan saring; spektrum serapan
ultraviolet filtrat menunjukkan maksimum dan minimum
- 444 -
CO
H
HO
CH3
OH Penetapan kadar
CH3 H
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg
F H Fludrokortison Asetat BPFI, larutkan dalam kloroform P
O
hingga 250 ml. Pipet 10 ml larutan ke dalam labu
tentukur 50-ml, tambahkan kloroform P sampai tanda.
9-Fluoro-11β,17,21-trihidroksipregn-4-ena-3,20-dion Larutan uji Buat larutan seperti pada larutan baku
21-asetat [514-36-3] menggunakan zat uji.
C23H31FO6 BM 422,49 Prosedur Pipet masing-masing 10 ml Larutan uji,
Fludrokortison Asetat mengandung tidak kurang dari Larutan baku dan kloroform P (sebagai blangko),
97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C23H31FO6, dihitung masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml yang terpisah.
terhadap zat yang telah dikeringkan. Tambahkan ke dalam masing-masing labu 1,0 ml larutan
yang dibuat dengan melarutkan 50 mg biru tetrazolium
Pemerian Hablur atau serbuk hablur; putih sampai P dalam 10 ml metanol P. Tambahkan 1,0 ml campuran
kuning pucat; tidak berbau atau praktis tidak berbau; tetrametilamonium hidroksida LP dan metanol P (1:4)
higroskopik. dan diamkan selama 10 menit. Encerkan dengan larutan
asam klorida P dalam methanol P (1 dalam 100) sampai
Kelarutan Tidak larut dalam air; sukar larut dalam eter; tanda. Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku pada
agak sukar larut dalam etanol dan kloroform. panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 525
nm terhadap pereaksi sebagai blangko. Hitung jumlah
Baku pembanding Fludrokortison Asetat BPFI; dalam mg fludrokortison asetat, C23H31FO6, dengan
Lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu rumus:
100º selama 2 jam di atas magnesium perklorat P
sebelum digunakan. A
1,25C U
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang AS
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama C adalah kadar Fludrokortison Asetat BPFI dalam µg
seperti pada Fludrokortison Asetat BPFI. per ml Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah
serapan Larutan uji dan Larutan baku.
Rotasi jenis <1081> Antara +126º dan +138º, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan; Lakukan penetapan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
menggunakan larutan dalam aseton P yang mengandung terlindung cahaya.
50 mg per 10 ml.
N
CF3
Cemaran secara kromatografi Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera S
Kromatografi <931>.
Larutan uji Larutkan lebih kurang 100 mg dalam 2-[4-[3-(2-Trifluoro-metilfenotiazin-10-il)-
campuran 5 ml kloroform P dan 1 ml aseton P dalam propil] piperazin-1-il] etil dekanoat [5002-47-1]
labu tentukur 10-ml dan encerkan dengan kloroform P C32H44F3N3O2S BM 591,8
sampai tanda.
Enceran larutan uji Encerkan 1,0 ml Larutan uji Flufenazin Dekanoat mengandung tidak kurang dari
dengan kloroform P hingga 100 ml. 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C32H44F3N3O2S,
Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P-air dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
(85:14:1).
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 Pemerian Cairan kental kuning pucat atau hablur
µl Larutan uji dan Enceran larutan uji dengan jarak kuning; padat berminyak; bau lemah seperti ester.
yang sama pada lempeng kromatografi silika gel.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi
Fase gerak, biarkan merambat 15 cm di atas garis
penotolan. Angkat lempeng, keringkan di udara dan
- 445 -
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; tidak tercampur Fase gerak Buat campuran toluene P-etil asetat P-
dengan etanol mutlak, kloroform dan eter; larut dalam etanol P (6:2:2) dalam bejana kromatografi yang tidak
minyak lemak. dijenuhkan.
Penampak bercak Gunakan teknik penampak bercak
Baku pembanding Flufenazin Dekanoat Dihidroklorida nomor 1, kemudian semprot lempeng dengan asam
BPFI; tidak boleh dikeringkan; lakukan Penetapan sulfat P 50%.
Kadar Air <1031> Metode I sebelum digunakan. Simpan Interpretasi Tidak ada cemaran umum yang diamati
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. lebih dari 1,0% dan total cemaran umum yang diamati
[Catatan Selama melakukan prosedur berikut ini, tidak lebih dari 2,0%.
lindungi zat uji, Baku Pembanding dan larutan yang
mengandung bahan tersebut dengan melakukan Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500
prosedur langsung tanpa penundaan, di bawah cahaya mg zat, larutkan dalam 50 ml asam asetat glasial P,
redup atau menggunakan peralatan kaca aktinik tambahkan 1 tetes kristal violet LP dan titrasi dengan
rendah]. asam perklorat 0,1 N LV hingga warna biru-hijau.
Lakukan penetapan blangko.
Identifikasi
A. Masukkan lebih kurang 50 mg zat dan 50 mg Tiap ml asam perklorat 0,1 N
Flufenazin Dekanoat Dihidroklorida BPFI masing- setara dengan 29,59 mg C32H44F3N3O2S
masing ke dalam tabung sentrifuga kecil bersumbat kaca
dan perlakukan tiap tabung sebagai berikut: Tambahkan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
1,5 ml larutan natrium hidroksida P (1 dalam 250) dan tidak tembus cahaya.
campur. Tambahkan 2 ml karbon disulfida P, kocok kuat
selama 2 menit dan sentrifus. Keringkan bagian bawah
berupa lapisan bening dengan menyaring melewati 2 g FLUFENAZIN ENANTAT
natrium sulfat anhidrat P. Spektrum serapan inframerah Fluphenazine Enantate
zat dalam sel 0,1 mm menunjukkan maksimum hanya
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
CH2CH2CH2 N N CH2CH2OOCCH2(CH2)3CH2CH3
Flufenazin Dekanoat Dihidroklorida BPFI.
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi N
CF3
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
tidak tembus cahaya. lakukan pengeringan pada suhu 65º selama 3 jam.
0,3% trietilamin P; Larutan uji, encerkan larutan zat Flukloksasilin Natrium mengandung tidak kurang dari
dengan sejumlah volume sama Fase gerak; Larutan 95,0% dan tidak lebih dari 100,5% C19H16ClFN3NaO5S,
baku, gunakan kadar dan komposisi yang sama dengan dihitung terhadap zat anhidrat.
Larutan uji; Sistem kromatografi laju alir lebih kurang
2,0 ml per menit; Prosedur suntikkan sejumlah volume Pemerian Serbuk; putih atau hampir putih; higroskopik.
lebih kurang 100 l.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak Kelarutan Larut dalam 1 bagian air, 2 bagian metanol, 8
kurang dari 75% (Q) C22H26F3N3OS.2HCl dari jumlah bagian etanol 96% dan 8 bagian aseton.
yang tertera pada etiket.
Baku pembanding Flukloksasilin Natrium BPFI.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Identifikasi
Penetapan kadar. Lakukan penetapan dengan cara A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
Kromatografi <931>. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Larutan pengencer, Fase gerak, Larutan baku, Sistem seperti pada Flukloksasilin Natrium BPFI.
kromatografi lakukan seperti tertera pada Penetapan B. Menunjukkan reaksi Natrium cara A dan D seperti
kadar dalam Flufenazin Hidroklorida. tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Larutan uji Masukkan 6 tablet ke dalam labu tentukur
yang sesuai, tambahkan Larutan pengencer, kocok pH <1071> Antara 5,0 dan 7,0; lakukan penetapan
selama 1 jam dan sonikasi selama 10 menit atau hingga menggunakan larutan 10%.
diperoleh suspensi yang merata. Jika perlu encerkan
secara kuantitatif dan bertahap dengan Pengencer hingga Rotasi jenis<1081> Antara +158 dan +168; lakukan
diperoleh kadar flufenazin hidroklorida 0,06 mg per ml. penetapan menggunakan larutan 1%.
Saring, buang 5 ml filtrat pertama.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Pirogen <231> Memenuhi syarat; jika digunakan untuk
sama (lebih kurang 25 l) Larutan baku dan Larutan uji sediaan parenteral lakukan penetapan menggunakan
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur dosis uji 1 ml per kg bobot kelinci yang mengandung
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg flukloksasilin natrium 6 mg per ml dalam air untuk
flufenazin hidroklorida, C22H26F3N3OS.2HCl, dalam Injeksi P.
serbuk tablet dengan rumus:
Sterilitas <71> Memenuhi syarat; jika digunakan untuk
r pembuatan sediaan parenteral.
100 C T U
rS Diklorometan Tidak lebih dari 0,2% b/b; lakukan
penetapan secara Kromatografi gas seperti tertera pada
C adalah kadar Flufenazin Hidroklorida BPFI dalam Kromatografi <931>, menggunakan larutan dalam air
mg per ml Larutan baku; T adalah jumlah dalam mg yang mengandung (1) diklorometan 0,020% dan 1,2-
flufenazin hidroklorida dalam tablet; rU dan rS berturut- dikloroetana 0,020% sebagai larutan baku internal, (2)
turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan zat uji 10%, (3) zat uji 10 % dan larutan baku internal
baku. 0,020%. Kromatograf gas dilengkapi dengan kolom kaca
4 mm x 1,5 m berisi bahan penyangga tanah diatome
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, yang tersilanisasi dan dicuci dengan asam, berukuran
terlindung cahaya. 100 sampai 120 mesh, disalut dengan polietilen glikol
1000 P 10% dan pertahankan suhu pada 60. Hitung
persentase diklorometan menggunakan bobot 1,325 g
FLUKLOKSASILIN NATRIUM per ml pada suhu 20º.
Flucloxacilline Sodium
Senyawa penyerap iodum Tidak lebih dari 5,0%,
F O CH3
N dihitung terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan
H H CH3
S sebagai berikut: larutkan 125 mg zat dalam dapar fosfat
CONH
CH3 pH 7,0 hingga volume 25 ml. Pipet 10 ml larutan ke
N dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 10 ml dapar fosfat
Cl O CO2Na
pH 4,0 dan 10 ml iodum 0,02 N LV dan titrasi segera
Natrium (6R)-6-[3-(2-kloro-6-fluorofenil)-5- dengan natrium tiosulfat 0,01 N LV menggunakan
metilisoksazol-4-karboksamido] penisilinat monohidrat indikator kanji LP, yang ditambahkan mendekati titik
[1847-24-1] akhir. Lakukan penetapan blangko.
C19H16ClFN3NaO5S.H2O BM 493,9
Tiap ml natrium tiosulfat 0,01 N
setara dengan 0,524 mg senyawa penyerap iodum
- 449 -
Cl H
O
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera pada
O
Kromatografi <931>.
F
Fase gerak Buat campuran metanol P-air (62:38).
9α,11β-Dikloro-6α-fluoro-21-hidroksi-16α,17α-iso- Buat larutan dalam Fase gerak yang mengandung (1)
propilidena-dioksipregna-1,4-diena-3,20-dion [3693-39-9] Fluklorolon Asetonida BPFI 0,0025% dan propil-4-
C24H29Cl2FO5 BM, 487,4 hidroksibenzoat 0,00030% (baku internal), (2) zat uji
0,0025% dan (3) zat uji 0,0025% dan baku internal
Fluklorolon Asetonida mengandung tidak kurang dari 0,00030%.
97,0% dan tidak lebih dari 102,0% C24H29Cl2FO5, di- Prosedur Suntikkan secara terpisah larutan (1), (2)
hitung terhadap zat yang telah dikeringkan. dan (3) ke dalam kromatograf yang dilengkapi dengan
Pemerian Serbuk hablur; putih atau putih krem; tidak kolom 30 cm x 3,9 mm dengan fase diam C (10 µm)
berbau atau hampir tidak berbau. (yang sesuai menggunakan µBondapak C 18). Dengan
laju aliran 2 ml per menit, ukur serapan pada panjang
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam gelombang 254 nm. Hitung jumlah dalam mg,
etanol 96% dan dalam kloroform; sukar larut dalam C24H29Cl2FO5.
eter.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terlindung
Baku pembanding Fluklorolon Asetonida BPFI. dari cahaya.
- 450 -
FLUOKORTOLON HEKSANOAT asam sulfat P 20% dalam etanol P. Panaskan pada suhu
Fluocortolone Hexanoate 120º selama 10 menit lagi, biarkan dingin dan amati di
bawah cahaya biasa dan cahaya ultraviolet (365 nm).
CH2OCO(CH2)4CH3
Bercak utama pada kromatogram dari Larutan uji sesuai
CH3 CO
HO
OH
dengan bercak dari Larutan baku. Bercak utama dari
CH3 H
Campuran larutan uji dan larutan baku tampak sebagai
CH3
bercak tunggal dan kompak.
H H
C. Pada 1 mg zat, tambahkan 2 ml campuran asam
O sulfat P-asam asetat glasial P (3:2) dan panaskan di atas
F
tangas air selama 1 menit: terjadi warna merah.
Tambahkan 5 ml air: warna berubah menjadi merah
6α-Fluoro-11β,21-dihidroksi-16α-metilpregna-1, ungu.
4-diena-3,20-dion 21-heksanoat [303-40-2] D. Panaskan 0,5 ml larutan jenuh kromium trioksida
C28H39FO5 BM 474,60 P dalam asam sulfat P dalam tabung reaksi kecil pada
nyala api bebas hingga timbul asap putih pada bagian
Fluokortolon Heksanoat mengandung tidak kurang dari atas tabung: larutan membasahi dinding tabung reaksi
97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C28H39FO5, dihitung dan tidak berminyak. Tambahkan 2 sampai 3 mg zat uji
terhadap zat yang telah dikeringkan. dan panaskan lagi pada api bebas hingga timbul asap
putih: larutan tidak membasahi dinding tabung reaksi
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai putih krem; tidak dan tidak mudah dituang dari tabung reaksi.
berbau atau hampir tidak berbau. E. Panaskan 50 mg zat dengan 2 ml kalium
hidroksida etanol 0,5 N dalam tangas air selama 5 menit.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan eter; sangat Tambahkan 3 ml air dan uapkan etanolnya. Tambahkan
sukar larut dalam etanol dan metanol; sukar larut dalam 2 ml asam sulfat P 50% dan panaskan di atas tangas air:
aseton dan 1,4-dioksan; agak sukar larut dalam terjadi bau asam heksanoat.
kloroform. F. Suhu lebur <1021> Metode II Lebih kurang 244º.
Baku pembandng Fluokortolon Heksanoat BPFI; Serapan cahaya Perbandingan serapan larutan yang
Prednison BPFI; Prednisolon Asetat BPFI; Kortison dibuat dengan cara seperti tertera dalam Penetapan
Asetat BPFI; Deoksikorton Asetat BPFI. kadar, pada panjang gelombang serapan maksimum 242
nm terhadap 263 nm adalah antara 2,15 dan 2,35.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah Rotasi jenis <1081> Antara +97º dan +103º, lakukan
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P, penetapan menggunakan larutan 1% dalam 1,4-dioksan P
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan yang dibuat dengan bantuan pemanasan.
gelombang yang sama seperti pada Fluokortolon
Heksanoat BPFI. Steroid asing sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Prosedur Totolkan secara terpisah pada lempeng
Penjerap Impregnasi lempeng kromatografi kering silika gel G 3 µl larutan dalam aseton P yang
Kieselguhr G dengan cara memasukkan ke dalam bejana mengandung (1) zat uji 0,50% dan 1 µl dari masing-
berisi campuran propana-1,2-diol P-aseton P (1:9) masing larutan dalam campuran kloroform P dan
sebagai pelarut impregnasi, biarkan pelarut menguap. metanol P (9:1) yang mengandung (2) Fluokortolon
Gunakan dalam waktu 2 jam, dengan arah rambat Fase Heksanoat BPFI 1,5% dan (3) Prednison BPFI;
gerak sama dengan rambat pelarut impregnasi. Prednisolon Asetat BPFI; Kortison Asetat BPFI;
Larutan uji Campuran kloroform P-metanol P (9:1) Deoksikorton Asetat BPFI, masing-masing 0,030%.
yang mengandung zat uji 0,25%. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
Larutan baku Campuran kloroform P-metanol P (9:1) telah dijenuhkan dengan fase gerak campuran 1,2-
yang mengandung Fluokortolon Heksanoat BPFI dikloroetana P-metanol P-air (95:5:0,2) hingga
0,25%. merambat 15 cm di atas garis penotolan. Angkat
Campuran larutan uji dan larutan baku Campuran lempeng, biarkan fase gerak menguap, panaskan pada
kloroform P-metanol P (9:1) yang mengandung suhu 105º selama 10 menit, dinginkan dan semprot
campuran volume sama Larutan uji dan Larutan baku. dengan biru tetrazolium alkali LP. Harga Rf warna dan
Fase gerak Campuran sikloheksan P-toluen P (80:20). intensitas bercak utama larutan (1) sesuai dengan larutan
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 2 (2). Tidak ada bercak lain selain bercak utama dari
µl Larutan uji, Larutan baku (2) Fluokortolon larutan (1) yang lebih intensif dari bercak yang diperoleh
Heksanoat BPFI 0,25% dan Campuran larutan uji dan pada larutan (3).
larutan baku. Gunakan Fase gerak. Angkat lempeng,
biarkan Fase gerak menguap, panaskan pada suhu 120º
selama 15 menit dan semprot lempeng panas dengan
- 451 -
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Tambahkan 5 ml air: warna berubah menjadi merah
lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot tetap, lembayung.
menggunakan 1 g zat. D. Panaskan 0,5 ml larutan jenuh kromium trioksida P
dalam asam sulfat P dalam tabung reaksi kecil pada api
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. langsung hingga timbul asap putih, larutan akan
membasahi dinding tabung reaksi dan tidak berminyak.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 15 Tambahkan 2 sampai 3 mg zat uji dan panaskan lagi
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, pada api langsung hingga timbul asap putih: larutan
larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai tanda. tidak membasahi dinding tabung reaksi dan tidak mudah
Pipet 20 ml larutan ini, masukkan ke dalam labu tertuang dari tabung reaksi.
tentukur 100-ml dan encerkan dengan metanol P sampai E. Panaskan 50 mg zat dengan 2 ml kalium hidroksida
tanda. Ukur serapan pada panjang gelombang serapan etanol 0,5 N dalam tangas air selama 5 menit.
maksimum lebih kurang 242 nm. Hitung jumlah dalam Tambahkan 2 ml air dan uapkan etanolnya. Tambahkan
mg, C28H39FO5; serapan jenis pada panjang gelombang 2 ml asam sulfat P 50%, ekstraksi dengan 5 ml eter P
serapan maksimum lebih kurang 242 nm adalah 340. dan uapkan eternya: terjadi bau asam pivalat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terlindung Titik lebur <1021> Metode I Lebih kurang 187º.
dari cahaya.
Serapan cahaya Perbandingan serapan larutan yang
dibuat dengan cara seperti tertera pada Penetapan kadar
FLUOKORTOLON PIVALAT pada panjang gelombang serapan maksimum 242 nm
terhadap 263 nm adalah antara 2,15 sampai 2,35.
Fluocortolone Pivalate
CH2OCO(CH2)4CH3 Rotasi optik <1081> Antara +100º dan +105º, lakukan
CH3
HO
CO
OH
penetapan menggunakan larutan 1% dalam 1,4-dioksan P.
CH3 H
H H
CH3 Steroid asing sejenis Lakukan seperti tertera pada
Fluokortolon Heksanoat, menggunakan 1 µl larutan
O
1,5% dalam pelarut campuran kloroform P-metanol P
F (9:1).
6α-Fluoro-11β,21-dihidroksi-16α-metilpregna-1,4- Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
diena-3,20-dion 21-pivalat [29205-06-9] lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot tetap,
C27H37FO5 BM 460,60 menggunakan 1 g zat.
Fluokortolon Pivalat mengandung tidak kurang dari Sisa pemijaran <301> Metode I Tidak lebih dari 0,1%.
97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C27H37FO5, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 15
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai putih krem; tidak larutkan dan encerkan dengan etanol mutlak P sampai
atau hampir tidak berbau. tanda. Pipet 20 ml larutan ini, masukkan ke dalam labu
tentukur 100-ml dan encerkan dengan etanol mutlak P
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sukar larut sampai tanda. Ukur serapan pada panjang gelombang
dalam eter; agak sukar larut dalam etanol dan metanol; serapan maksimum lebih kurang 242 nm. Hitung jumlah
mudah larut dalam kloroform dan 1,4-dioksan. dalam mg fluokortolon pivalat, C27H37FO5; serapan jenis
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
Baku pembanding Fluokortolon Pivalat BPFI.
kurang 242 nm adalah 350.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terlindung
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P, cahaya.
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Fluokortolon Pivalat
BPFI. FLUOKSETIN HIDROKLORIDA
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi Fluoxetine Hydrochloride
B dalam Fluokortolon Heksanoat menggunakan H
O N
Fluokortolon Pivalat BPFI sebagai baku pembanding. CH3 HCl
C. Pada 1 mg zat, tambahkan 2 ml campuran asam
sulfat P-asam asetat glasial P (3:2) dan panaskan di atas F3C
B. Larutan menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan rA adalah respons puncak senyawa sejenis A fluoksetin
C seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. dari Larutan uji 2 dan rU adalah respons puncak
fluoksetin dari Larutan uji 2. Hitung persentase cemaran
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 0,5%. lain dengan rumus:
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 11 mg zat, Lakukan penetapan jumlah fluoksetin, C17H18F3NO yang
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. seperti tertera pada Kromatografi <931>:
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Suspensi dietilamin fosfat Masukkan 250 ml asetonitril
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi P ke dalam wadah yang sesuai, tambahkan 1,0 ml
dilengkapi dengan detektor 227 nm dan kolom 4,6 dietilamin P, campur dan atur pH hingga 3,5 dengan
mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L7 yang penambahan asam fosfat P [Catatan Dietilamin fosfat
dideaktivasi basa dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir akan mengendap, karena itu simpan dalam keadaan
kurang lebih 1 ml per menit. Lakukan kromatografi tercampur baik.]
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P-dietilamin
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor P (600:400:4). Atur pH hingga 3,5 dengan penambahan
ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif asam fosfat P. Saring dan awaudarakan. Jika perlu
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume tertera pada Kromatografi <931>.
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji Larutan baku Buat larutan Fluoksetin Hidroklorida
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur BPFI dengan kadar lebih kurang sama dengan Larutan
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg uji. Pipet 5 ml larutan ke dalam wadah yang sesuai,
fluoksetin hidroklorida, C17H18F3NO.HCl, dalam zat tambahkan 2,0 ml Suspensi dietilamin fosfat dan campur.
yang digunakan dengan rumus: Larutan uji Saring lebih kurang 20 ml alikuot. Pipet 5
ml filtrat ke dalam wadah yang sesuai, tambahkan 2,0 ml
r Suspensi dietilamin fosfat dan campur.
100 C U Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
rS Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 226 nm dan kolom 4,6
C adalah kadar Fluoksetin Hidroklorida BPFI dalam mg
mm x 15 cm berisi bahan pengisi L10. Laju alir lebih
per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan Larutan uji
KAPSUL FLUOKSETIN ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, ukur
Fluoxetine Capsule respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
fluoksetin, C17H18F3NO, yang terlarut dengan rumus:
Kapsul Fluoksetin mengandung Fluoksetin Hidroklorida
setara dengan tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
309 ,33 rU
dari 110,0% fluoksetin, C17H18F3NO, dari jumlah yang 900 C
tertera pada etiket. 345 ,79 rS
Baku pembanding Fluoksetin Hidroklorida BPFI; C adalah kadar Fluoksetin Hidroklorida BPFI dalam µg
Tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan per ml Larutan baku; 309,33 dan 345,79 berturut-turut
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. adalah bobot molekul fluoksetin dan fluoksetin
hidroklorida; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Identifikasi Timbang sejumlah isi kapsul setara dengan puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
lebih kurang 10 mg fluoksetin, masukkan dalam wadah Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
yang sesuai, larutkan dalam 10 ml metanol P dan saring. kurang dari 80% (Q) C17H18F3NO dari jumlah yang
Bilas wadah dengan 5 ml metanol P dan saring bilasan, tertera pada etiket.
uapkan kumpulan filtrat dengan bantuan aliran udara dan
pemanasan ringan sampai kering. Spektrum serapan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
inframerah residu yang didispersikan dalam kalium
bromida P menunjukkan maksimum hanya pada Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
bilangan gelombang yang sama seperti pada Fluoksetin tidak lebih dari 0,25%; total cemaran tidak lebih dari
Hidroklorida BPFI. 0,80%. Lakukan penetapan dengan Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Disolusi <1231> Dapar trietilamin Lakukan seperti tertera pada
Media disolusi: 900 ml air Penetapan kadar dalam Fluoksetin Hidroklorida.
Alat tipe 2: 50 rpm Fase gerak Buat campuran Dapar trietilamin-
Waktu: 30 menit asetonitril P (65:35), saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
- 454 -
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama sejumlah hidroklorida; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Fluoksetin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Fase
gerak, hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per ml. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Larutan uji Keluarkan isi tidak kurang dari 20 kapsul dan terlindung cahaya.
secara sempurna dan campur. Timbang saksama
sejumlah isi kapsul, setara dengan lebih kurang 20 mg
fluoksetin, masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, TABLET FLUOKSETIN
larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. FluoxetineTablet
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Tablet Fluoksetin mengandung Fluoksetin Hidroklorida,
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 C17H18F3NO, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L10 dengan dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang 1 ml per
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Baku pembanding Fluoksetin Hidroklorida BPFI;
kesesuaian sistem selama tidak kurang dari 22 menit, Tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari Senyawa Sejenis B Fluoksetin BPFI; berupa larutan
1100 lempeng teoritis dan simpangan baku relatif pada yang mengandung lebih kurang 2 mg senyawa sejenis
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. fluoksetin B dalam larutan asam klorida P (lebih kurang
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 10 0,01 N). Simpan dalam lemari pendingin. Setelah ampul
μl) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dibuka, simpan dalam wadah tertutup rapat.
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung
persentase tiap cemaran dengan rumus: Identifikasi Masukkan 1 tablet ke dalam wadah yang
sesuai, larutkan dalam 10 ml kloroform P dan saring.
r Bilas wadah dengan 5 ml kloroform P dan saring,
100 i uapkan kumpulan filtrat dalam lemari asam dengan
rS bantuan aliran udara dan pemanasan pada suhu rendah
sampai kering. Spektrum serapan inframerah residu yang
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rS didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
adalah jumlah respons semua puncak. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Fluoksetin Hidroklorida BPFI.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Disolusi <1231>
Kromatografi <931>. Media disolusi: 1000 ml asam klorida 0,1 N
Dapar trietilamin, Fase gerak, Larutan baku dan Alat tipe 1: 100 rpm
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Waktu: 15 menit
Penetapan kadar dalam Fluoksetin Hidroklorida. Lakukan penetapan jumlah C17H18F3NO yang terlarut
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20 dengan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
kapsul. Keluarkan isi semua kapsul, bersihkan cangkang pada Kromatografi <931>.
kapsul dan timbang saksama, hitung bobot rata-rata isi Larutan pasangan ion, Fase gerak dan Larutan
tiap kapsul.Timbang saksama sejumlah isi kapsul setara kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera pada
dengan lebih kurang 10 mg fluoksetin, masukkan ke Penetapan kadar.
dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan encerkan Larutan baku Buat larutan Fluoksetin Hidroklorida
dengan Fase gerak sampai tanda, campur dan saring. BPFI dalam Media disolusi hingga kadar mendekati
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Larutan uji.
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan uji dan Larutan baku Larutan uji Gunakan 20 ml alikuotyang telah disaring.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
fluoksetin, C17H18F3NO, dalam isi kapsul yang dilengkapi dengan detektor 227 nm dan kolom 4,6 mm x
digunakan dengan rumus: 7,5 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel
3,5 µm. Pertahankan suhu kolom pada 38. Laju alir
309 ,33 rU lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi
100 C terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
345 ,79 rS kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak fluoksetin dan
C adalah kadar Fluoksetin Hidroklorida BPFI dalam mg puncak ,,-trifluoro-p-kresol tidak kurang dari 2,0;
per ml Larutan baku; 309,33 dan 345,79 berturut-turut faktor ikutan untuk puncak fluoksetin tidak lebih dari
adalah bobot molekul fluoksetin dan fluoksetin
- 455 -
1,7; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 mm x
tidak lebih dari 2,0%. 15 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume 3,5μm. Pertahankan suhu kolom pada 30. Laju alir
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur secara berturut-turut terhadap Fase gerak, Larutan
respons puncak utama. Hitung jumlah fluoksetin, sensitivitas detektor dan Larutan resolusi, rekam
C17H18F3NO, yang terlarut dengan rumus: kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: waktu retensi relatif -[2-
309 ,33 rU (metilamino)etil] benzenmetanol, senyawa sejenis B
1000 C fluoksetin dan fluoksetin berturut-turut lebih kurang
345 ,79 rS 0,19; 0,26 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak -[2-
(metilamino)etil] benzenmetanol dan puncak senyawa
C adalah kadar Fluoksetin Hidroklorida BPFI dalam mg sejenis B fluoksetin tidak kurang dari 4,5 dan
per ml Larutan baku; 309,33 dan 345,79 berturut-turut perbandingan “signal to noise” untuk Larutan
adalah bobot molekul fluoksetin dan fluoksetin sensitivitas detektor tidak kurang dari 10.
hidroklorida; rU dan rS berturut-turut adalah respons Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan Larutan uji
Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak ke dalam kromatograf, rekam kromatogram selama tiga
kurang dari 80% (Q) C17H18F3NO dari jumlah yang kali waktu retensi puncak utama dan ukur semua
tertera pada etiket. respons puncak. Hitung persentase masing-masing
cemaran dengan rumus:
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
309 ,33 C S ri
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran 100
tidak lebih dari 0,25% dan total cemaran tidak lebih dari 345 ,79 CU rS
0,80%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. 309,33 dan 345,79 berturut-turut adalah bobot molekul
Larutan pasangan ion Larutkan 6,5 g natrium 1- fluoksetin dan fluoksetin hidroklorida; CS adalah kadar
oktansulfonat P dalam 1000 ml air, tambahkan 2,9 ml Fluoksetin Hidroklorida BPFI dalam mg per ml Larutan
asam fosfat P dan atur pH hingga 3,0 dengan baku; CU adalah kadar fluoksetin dalam mg per ml
penambahan larutan natrium hidroksida P(1 dalam 5). Larutan uji; ri adalah respons puncak masing-masing
Fase gerak Buat campuran Larutan pasangan ion- cemaran dari Larutan uji dan rS adalah respons puncak
asetonitril P (57:43), saring dan awaudarakan. Jika perlu fluoksetin dari Larutan baku.
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan resolusi Timbang lebih kurang 1 mg Senyawa Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
sejenis B Fluoksetin BPFI dan lebih kurang 13,5 mg Kromatografi <931>.
Fluoksetin Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam labu Larutan pasangan ion Larutkan 7,1 g natrium 1-
tentukur 100-ml. Tambahkan 2 ml larutan yang dibuat pentansulfonat P dalam 1000 ml air, tambahkan 2,9 ml
dengan melarutkan lebih kurang 22 mg Fluoksetin asam asetat glasial P dan atur pH hingga 5,0 dengan
Hidroklorida BPFI dalam 10 ml asam sulfat 1 N, penambahan larutan natrium hidroksida P (1 dalam 5).
panaskan pada suhu lebih kurang 85 selama 3 jam dan Fase gerak Buat campuran metanol P-Larutan
dinginkan sampai suhu ruang. Encerkan dengan Fase pasangan ion (67:33), saring dan awaudarakan. Jika
gerak sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ke dalam labu perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
tentukur 100-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai seperti tertera pada Kromatografi <931>.
tanda. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih
Larutan sensitivitas detektor Encerkan Larutan kurang 10 mg ,,-trifluoro-p-kresol, masukkan ke
resolusi dengan Fase gerak (1 dalam 100). dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan encerkan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fluoksetin dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ke
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan secara dalam labu tentukur 100-ml yang berisi lebih kurang 11
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Fase gerak, mg Fluoksetin Hidroklorida BPFI, encerkan dengan
hingga kadar lebih kurang 0,0135 mg per ml. Fase gerak sampai tanda.
Larutan uji Masukkan 10 tablet ke dalam labu Larutan baku Timbang saksama sejumlah Fluoksetin
tentukur dengan ukuran yang sesuai, larutkan dan Hidroklorida BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar fluoksetin kadar lebih kurang 0,1 mg per ml.
lebih kurang 2 mg per ml. Saring sebagian larutan Larutan uji Masukkan 10 tablet ke dalam labu tentukur
melalui penyaring yang sesuai dan gunakan filtrat. 1000-ml. Tambahkan lebih kurang 500 ml Fase gerak
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dan kocok untuk menghancurkan tablet. Encerkan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dengan Fase gerak sampai tanda dan sonikasi selama 10
- 456 -
menit. Pipet sejumlah volume larutan ke dalam labu Pemerian Serbuk hablur; putih atau praktis putih; tidak
tentukur yang sesuai, encerkan secara kuantitatif dan berbau. Melebur pada suhu lebih kurang 240º disertai
jika perlu bertahap dengan Fase gerak hingga kadar penguraian.
fluoksetin lebih kurang 0,1 mg per ml. Saring dengan
penyaring yang sesuai dan gunakan filtrat. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dalam etanol; sukar larut dalam kloroform.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 227 nm dan kolom 4,6 mm x Baku pembanding Fluoksimesteron BPFI; lakukan
7,5 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam sebelum
3,5 μm. Pertahankan suhu kolom pada 38. Laju alir digunakan.
lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam Identifikasi
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak fluoksetin dan dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
puncak ,,-trifluoro-p-kresol tidak kurang dari 4,0; menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
faktor ikutan untuk puncak fluoksetin tidak lebih dari 1,7 gelombang yang sama seperti pada Fluoksimesteron
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang BPFI. Apabila terdapat perbedaan, larutkan masing-
tidak lebih dari 2,0%. masing sejumlah zat uji dan baku pembanding dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume etanol mutlak P, uapkan hingga kering dan ulangi
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan uji dan Larutan baku pengujian menggunakan sisa penguapan.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg 10.000) dalam etanol P, menunjukkan maksimum dan
fluoksetin, C17H18F3NO, dalam tablet yang digunakan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
dengan rumus: Fluoksimesteron BPFI; daya serap masing-masing
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan pada
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 242
309 ,33 rU
1000 CD nm berbeda tidak lebih dari 2,5%.
345 ,79 rS
Rotasi jenis <1081> Antara +104º dan +112º, dihitung
C adalah kadar Fluoksetin Hidroklorida BPFI dalam mg terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
per ml Larutan baku; D adalah faktor pengenceran menggunakan larutan dalam etanol P yang mengandung
dalam pembuatan Larutan uji; 309,33 dan 345,79 100 mg dalam 10 ml.
berturut-turut adalah bobot molekul fluoksetin dan
fluoksetin hidroklorida; rU dan rS berturut-turut adalah Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat Cemaran umum <481>
dan dalam suhu ruang terkendali. Larutan uji Gunakan pelarut metanol P.
Larutan baku Gunakan pelarut metanol P.
Volume penotolan Gunakan 10 µl.
FLUOKSIMESTERON Fase gerak Buat campuran toluen P-etil asetat P-
etanol P (6:2:2) dalam bejana kromatografi yang tidak
Fluoxymesterone
dijenuhkan.
OH Penampak bercak Gunakan teknik penampak bercak
H CH3
HO CH3 nomor 1.
H
CH3
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
F H Metode V Memenuhi syarat.
O
Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P.
C adalah kadar fluoresein natrium dalam µg per ml Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Larutan baku ; IU dan IS berturut-turut adalah harga
fluoresensi dari Larutan uji dan Larutan baku. Kandungan fluor Tidak kurang dari 13,9% dan tidak
lebih dari 15,0%, dihitung terhadap zat yang telah
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. dikeringkan. [Catatan Semua alat-alat laboratorium
yang digunakan harus benar-benar bersih dan bebas
residu fluorida. Dianjurkan menggunakan alat yang
FLUOROURASIL terbuat dari plastik untuk membuat, menyimpan larutan
Fluorouracil dan mengukur potensial.]
Larutan isopropanol Encerkan 295 ml isopropanol P
H dengan air hingga 500 ml.
N O Dapar Masukkan 55 g natrium klorida P ke dalam
labu tentukur 1000-ml, tambahkan 500 mg natrium sitrat
NH
F P, 255 g natrium asetat P dan 300 ml air. Kocok hingga
O larut, Tambahkan 115 ml asam asetat glasial P,
dinginkan hingga suhu ruang, tambahkan 300 ml
5- Fluorourasil [51-21-8] isopropanol P dan encerkan dengan air sampai tanda.
C4H3FN2O2 BM 130,08 pH larutan antara 5,0 dan 5,5.
Larutan blangko Pipet 15 ml 1,2-dimetoksietana P ke
Fluorourasil mengandung tidak kurang dari 98,0% dan dalam labu refluks alas datar 500-ml dan lakukan seperti
tidak lebih dari 102,0% C4H3FN2O2 , dihitung terhadap tertera pada Larutan uji, mulai dari “Tambahkan natrium
zat yang telah dikeringkan. bifenil P dari vial 15 ml”.
[Perhatian Penanganan harus hati-hati untuk Elektrode kalomel yang dimodifikasi Campur 70 ml
mencegah terhirupnya partikel fluorourasil dan hindari larutan segar kalium klorida P jenuh dengan 30 ml
pemaparan terhadap kulit.] isopropanol P, isi elektrode dengan beningan dan
biarkan terendam dalam sisa larutan selama tidak kurang
Pemerian Serbuk hablur; putih hingga hampir putih; dari 2 jam sebelum digunakan. Jika elektrode tidak
praktis tidak berbau; terurai pada suhu lebih kurang 282º. digunakan, simpan dengan cara merendam dalam
campuran kalium klorida P- isopropanol P.
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; sukar larut dalam Larutan baku persediaan Timbang saksama 2,211 g
etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan eter. natrium fluorida P yang telah dikeringkan pada suhu
150º selama 4 jam, masukkan ke dalam labu tentukur
Baku pembanding Fluorourasil BPFI; lakukan 1000-ml dan larutkan dalam 200 ml air. Tambahkan 1
pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor ml larutan natrium hidroksida P (1 dalam 25), encerkan
pentoksida P pada suhu 80 selama 4 jam sebelum dengan air sampai tanda. Simpan dalam wadah plastik.
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, Satu ml setara dengan 1 mg fluorida.
terlindung cahaya. Kurva baku Encerkan 10,0 ml Larutan baku
persediaan dengan air hingga 100 ml. Pipet ke dalam 4
Identifikasi buah labu tentukur 100-ml, masing-masing 0,8; 1,0 ; 1,2
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dan 1,6 ml larutan di atas. Tambahkan ke dalam tiap
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P labu 15 ml Larutan blangko, encerkan dengan Dapar
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan sampai tanda. Gunakan berturut-turut larutan tersebut
gelombang yang sama seperti pada Fluorourasil BPFI. yang mengandung 0,8; 1,0; 1,2 dan 1,6 µg per ml untuk
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam membuat kurva baku: Tentukan potensial tiap larutan
100.000) dalam Dapar asetat pH4,7 (dibuat dari 8,4 g seperti tertera pada Prosedur. Pada kertas grafik
natrium asetat P dan 3,35 ml asam asetat glasial P, semilogaritmik, buat kurva dengan kadar fluor dalam mg
encerkan dengan air hingga 1000 ml); menunjukkan per 100 ml sebagai absis dan potensial sebagai ordinat.
maksimum dan minimum pada panjang gelombang Tarik garis lurus melalui titik yang diperoleh.
serapan maksimum lebih kurang 266 nm berbeda tidak Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg
lebih dari 3,0%. zat, masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml,
C. Pada 5 ml larutan (1 dalam 100) Tambahkan 1 tambahkan lebih kurang 150 ml 1,2-dimetoksietana P,
ml air brom LP: warna brom hilang. kocok hingga larut, encerkan dengan pelarut yang sama
sampai tanda. Pipet 15 ml larutan ini ke dalam labu
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; refluks alas datar 500 ml, tambahkan natrium bifenil P
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor dari vial 15 ml melalui corong bertangkai panjang untuk
pentoksida P pada suhu 80 selama 4 jam. mencegah percikan, goyangkan labu dengan hati-hati
dan tutup dengan kaca arloji, biarkan pada suhu kamar
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. selama 20 menit. Dengan hati-hati, tambahkan 50,0 ml
isopropanol P, sambil digoyang, tambahkan 10,0 ml
hidrogen peroksida P 30%, 4,0 ml natrium hidroksida 1
- 459 -
N, hubungkan labu dengan pendingin balik yang C adalah kadar Fluorourasil BPFI dalam g per ml
sebelumnya telah dibilas dengan air dan isopropanol P Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
kemudian dikeringkan. Letakkan labu pada lempeng puncak fluorourasil dari Larutan uji dan Larutan baku.
pemanas dengan suhu lebih kurang 245º dan refluks
selama 1 jam. Dinginkan hingga suhu ruang, bilas Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
pendingin balik dengan 15 ml Larutan isopropanol, tidak tembus cahaya.
pindahkan isi labu ke dalam labu tentukur 250-ml
dengan Larutan isopropanol sebagai pembilas, encerkan
dengan pelarut yang sama sampai tanda. Pipet 15 ml INJEKSI FLUOROURASIL
larutan ini ke dalam labu tentukur 100-ml dan encerkan Fluorouracil Injection
dengan Dapar sampai tanda.
Prosedur Ukur potensi Larutan uji dalam mV Injeksi Fluorourasil adalah larutan steril Fluorourasil
menggunakan pH meter dengan reprodusibilitas dalam Air untuk Injeksi, dibuat dengan penambahan
minimum ± 0,2 mV yang dilengkapi dengan elektrode natrium hidroksida. Tiap ml mengandung tidak kurang
ion fluorida spesifik dan Elektrode pembanding kalomel dari 45 mg dan tidak lebih dari 55 mg C4H3FN2O2.
yang termodifikasi terbungkus kaca. Pada pengukuran, [Catatan Jika terbentuk endapan pada suhu rendah,
rendam elektrode dalam larutan yang telah dimasukkan ke larutkan kembali dengan pemanasan hingga suhu 60°
dalam gelas piala plastik 100 ml berisi batang pengaduk sambil dikocok kuat dan biarkan dingin hingga suhu
berlapis plastik yang sesuai, letakkan gelas piala di atas tubuh sebelum digunakan.]
pengaduk magnetik, hati-hati jangan sampai timbul panas,
aduk selama 2 menit sebelum membaca hasil. Keringkan Baku pembanding Fluorourasil BPFI; lakukan
elektrode sebelum pengukuran berikutnya, hati-hati pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor
jangan menggores permukaan elektrode ion spesifik. pentoksida P pada suhu 80° selama 4 jam sebelum
Hitung jumlah fluor dalam mg per 100 ml Larutan uji digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
menggunakan Kurva baku. Hasil dalam persen diperoleh terlindung dari cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan
dengan mengalikan jumlah fluor di atas dengan faktor Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-
138,9. hati untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi
seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu 14 hari.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada lemari pendingin.
Kromatografi <931>.
Fase gerak Gunakan air yang telah diawaudarakan Identifikasi
dan saring. A. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Larutan uji sesuai dengan kromatogram Larutan baku
Fluorourasil BPFI, larutkan dalam air. Jika perlu yang diperoleh pada Penetapan kadar.
encerkan hingga kadar lebih kurang 10 g per ml. B. Asamkan secara hati-hati sejumlah volume injeksi
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg zat, setara dengan lebih kurang 100 mg fluorourasil dengan
masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, larutkan dan asam asetat glasial P. Aduk dan dinginkan sebentar
encerkan dengan air sampai tanda. Encerkan sejumlah hingga diperoleh endapan fluorourasil, kumpulkan
volume larutan ini dengan air hingga kadar lebih kurang endapan, cuci dengan 1 ml air dan keringkan dalam
10 g per ml. hampa udara di atas fosfor pentoksida P pada suhu 80º
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada selama 4 jam: sisa menunjukkan reaksi seperti tertera
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi pada Identifikasi A dalam fluorourasil.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm x C. Menunjukkan reaksi seperti tertera pada
30 cm, berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 Identifikasi C dalam Fluorourasil.
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak pH <1071> Antara 8,6 dan 9,4.
seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak
kurang dari 2500 lempeng teoritis dan simpangan baku Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,33 unit
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji Endotoksin FI per mg fluorourasil.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
fluorourasil, C4H3FN2O2, dengan rumus: Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
r Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi
2C U Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
rS Fluorourasil.
- 460 -
fluorida berlapis kaca [Catatan Pada saat pengukuran, Tiap ml asam perklorat 0,1 N
celupkan elektroda dalam larutan dengan pengaduk setara dengan 23,04 mg C21H23ClFN3O.2HCl
magnetik yang dilapisi politetrafluoroetilen dalam gelas
piala 150 ml, aduk dengan pengaduk yang diisolasi Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
bagian atas sampai tercapai keseimbangan (1 hingga dan tidak tembus cahaya.
2 menit) dan catat voltase. Bilas dan keringkan
elektroda diantara pengukuran dengan hati-hati untuk
mencegah kerusakan kristal elektroda ion spesifik.] FLURBIPROFEN NATRIUM
Gambarkan hubungan logaritma kadar ion fluorida Flurbiprofen Sodium
Larutan baku dalam µg per ml terhadap voltase dalam
mv. Dari hasil pengukuran voltase Larutan uji dan kurva F
CH3
baku, tentukan kadar ion fluorida larutan uji dalam µg 2H2O
per ml. C
H
COONa
hampa udara pada tekanan tidak lebih dari 1 mmHg 302 , 28 200 .000 C rU
di atas fosfor pentoksida P dalam tabung pengering pada
suhu 60º selama 18 jam, menggunakan lebih kurang 300 244 , 26 W rS
mg zat.
302,28 dan 244,26 berturut-turut adalah bobot molekul
Logam berat <371>Metode I 10 bpj. flurbiprofen natrium dihidrat dan flurbiprofen anhidrat;
C adalah kadar flurbiprofen BPFI dalam mg per ml
Penetapan kadar dan Batas asam 2-(4-bifenilil) propionat Larutan baku; W adalah bobot dalam mg flurbiprofen
Pelarut Buat campuran metanol P-air (2:1). natrium yang digunakan untuk pembuatan Larutan uji;
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air-asam rU dan rS berturut-turut adalah luas puncak flurbiprofen
asetat glasial P (500:490:10), saring melalui penyaring Larutan uji dan Larutan baku 1. Hitung persentase asam
dengan porositas 0,5 μm atau lebih kecil dan 2-(4-bifenilil) propionat dalam flurbiprofen natrium
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut yang digunakan dengan rumus:
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
C rU
Larutan baku persediaan 1 Timbang saksama 200 . 000
sejumlah Flurbiprofen BPFI, larutkan dalam metanol P W rS
hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Larutan baku 1 Pipet 5,0 ml Larutan baku persediaan C adalah kadar Asam 2(4-bifenilil)propionat BPFI dalam
1 ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan mg per ml Larutan baku 2; W adalah bobot dalam mg
Pelarut sampai tanda. Larutan mengandung flurbiprofen natrium flurbiprofen yang digunakan untuk pembuatan
0,05 mg per ml. Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah luas puncak
Larutan baku persediaan 2 Timbang saksama asam 2-(4-bifenilil)propionat Larutan uji dan Larutan
sejumlah Asam 2-(4-Bifenilil)Propionat BPFI, larutkan baku 2: tidak lebih dari 1,5%.
dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 0,15 mg per
ml. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Larutan baku 2 Masukkan 5,0 ml Larutan baku
persediaan 2 ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan
dengan Pelarut sampai tanda. Larutan mengandung FRAKSI FAKTOR VIII KERING
asam 2-(4-bifenilil)propionat 0,75 μg per ml. Antihemophily Fraction Factor VIII
Larutan resolusi Masukkan 5,0 ml Larutan baku
Dried Human Antihemophily Fraction
persediaan 1 dan 2,0 ml Larutan baku persediaan 2 ke
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan Pelarut
Fraksi Faktor VIII Kering dibuat dari plasma darah
sampai tanda.
manusia yang berasal dari donor sehat, sedapat mungkin
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
disertai uji klinik, uji laboratorium dan telah diketahui
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan
riwayat mediknya, bebas dari infeksi yang dapat
dan encerkan dengan metanol P sampai tanda.
ditularkan melalui tranfusi darah atau derivat darah.
Masukkan 5,0 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml
Pemeriksaan dan pengujian ditetapkan oleh instansi yang
dan encerkan dengan Pelarut sampai tanda.
berwenang; terutama untuk uji terhadap antigen
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
permukaan hepatitis B dan antibodi HIV, dengan metode
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
peka dan memberikan hasil negatif.
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4 mm x
Metode pembuatan dirancang untuk dapat mencegah
30 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang 2
penularan atau inaktivasi organisme penyebab infeksi.
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Fraksi antihemofili dibuat dengan teknik fraksionasi
resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
yang sesuai, fraksi yang diperoleh dilarutkan dalam
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
pelarut yang sesuai, dibagikan ke dalam wadah steril dan
asam 2-(4-bifenilil) propionat dan flurbiprofen tidak
segera dibekukan. Sediaan dibuat beku kering, wadah
kurang dari 1,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
ditutup kedap dengan hampa udara atau diisi gas
baku 1, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
nitrogen bebas oksigen atau gas inert lain, sebelum
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak analit
ditutup kedap untuk mencegah kontaminasi mikroba.
tidak lebih dari 2,5 dan simpangan baku relatif pada
Tidak boleh ditambahkan pengawet antimikroba. Zat
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
antivirus dapat ditambahkan tetapi tidak merusak produk
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dan tidak menyebabkan efek merugikan pada manusia.
(lebih kurang 20 μl) Larutan baku 1, Larutan baku 2 dan
Dapat ditambahkan heparin. Pembuatan dapat dilakukan
Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur luas puncak
dengan berbagai cara tergantung aktivitas yang
utama. Hitung persentase C15H12FNaO2.2H2O dalam
diharapkan dan tingkat kemurniannya.
natrium flurbiprofen yang digunakan dengan rumus:
Bila dilarutkan dalam air sejumlah volume sama
dengan Air untuk injeksi yang tertera pada etiket,
- 464 -
mengandung tidak kurang dari 3,0 unit per ml dan tidak Toksisitas abnormal Memenuhi syarat Uji toksisitas
kurang dari 0,1 unit per mg protein. abnormal seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara
Biologi in-vivo <251>. Lakukan penetapan menggunakan
Pemerian Serbuk atau padatan rapuh; putih atau kuning larutan dalam air untuk injeksi P dengan sejumlah
pucat. volume mengandung 1,5 unit pada tiap mencit dan
sejumlah volume mengandung 15 unit pada tiap marmut.
Identifikasi
A. Menyebabkan pengurangan waktu jendal bila Pirogen <231> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
dilakukan seperti pada Penetapan kadar. menggunakan larutan dalam air untuk injeksi P dengan
B. Lakukan reaksi pengendapan menggunakan sejumlah volume yang mengandung 10 unit per kg bobot
antiserum khas terhadap protein plasma manusia dan kelinci.
antiserum khas terhadap protein plasma dari setiap galur
hewan domestik yang umum digunakan untuk Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
pembuatan sediaan biologik. Sediaan yang mengandung
protein asal manusia memberikan reaksi negatif dengan Penetapan kadar Lakukan penetapan menggunakan
antiserum khas terhadap protein plasma galur lain. larutan dalam air.
Protein total Lakukan penetapan dengan Metode I
Keasaman atau kebasaan <1071> pH 6,8 sampai 7,4; seperti tertera pada Penetapan Kadar Nitrogen dalam
lakukan penetapan menggunakan larutan dalam air Produk Darah <591>. Bila perlu encerkan dengan
bebas karbon dioksida P. larutan natrium klorida P 0,9% hingga diperoleh larutan
yang mengandung 15 mg protein per 2 ml. Masukkan 2
Kelarutan dalam air Lakukan penetapan dengan cara ml larutan ke dalam tabung sentrifuga alas bulat,
menambahkan air suhu 20º hingga 25º perlahan-lahan ke tambahkan 2 ml larutan natrium molibdat P 7,5% dan 2
dalam sediaan uji suhu sama. Campur sambil diputar, ml campuran asam sulfat bebas nitrogen P dan air
hindari terbentuk busa; sediaan uji larut sempurna dalam (1:30). Kocok, sentrifus selama 5 menit, tuang beningan
waktu 30 menit, terbentuk larutan tidak berwarna atau dan letakkan tabung sentrifus di atas kertas saring dalam
agak kuning, jernih atau sedikit opalesen. Tidak posisi terbalik, biarkan dalam posisi terbalik hingga
terbentuk koagulasi bila disimpan pada suhu 20º sampai kering. Tetapkan kadar nitrogen dalam residu. Hasil
25º selama 3 jam setelah konstitusi. yang diperoleh kalikan 6,25 untuk memperoleh kadar
protein.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2%; Fibrinogen Tidak lebih dari 80% protein total terdiri
lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P pada dari fibrinogen. Encerkan 1 ml larutan dengan larutan
tekanan tidak lebih 0,02 mmHg selama 24 jam, natrium klorida P 0,9% hingga 10 ml. Pada sejumlah
menggunakan 0,5 mg zat. volume larutan yang mengandung 15 mg fibrinogen
tambahkan trombin secukupnya untuk mengkoagulasi
Hemaglutinin, anti-A dan anti-B Lakukan penetapan protein dan biarkan selama 2 jam. Kumpulkan jendalan,
menggunakan larutan dalam air dengan metode tidak cuci dengan larutan natrium klorida P 0,9%, tetapkan
langsung yang sesuai seperti tertera di bawah ini. kadar nitrogen dalam residu dengan Metode I seperti
Larutan 1 dalam 64 tidak menunjukkan aglutinasi. tertera pada Penetapan Kadar Nitrogen dalam Produk
Encerkan sejumlah larutan dalam larutan natrium Darah <591>. Hasil yang diperoleh kalikan 6,25 untuk
klorida P 0,9% hingga mengandung 3 unit per ml. Buat memperoleh kadar fibrinogen.
dua seri pengenceran yang sama dengan larutan natrium Potensi Potensi perkiraan tidak kurang dari 80% dan
klorida P 0,9 %. Pada tiap larutan dari satu seri tidak lebih dari 125% dari yang tertera pada etiket. Batas
pengenceran tambahkan volume sama suspensi sel darah keyakinan tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari
merah golongan A1 5% v/v, yang sebelumnya telah 156% dari potensi yang tertera pada etiket. Lakukan
dicuci tiga kali dengan larutan natrium klorida P 0,9%. penetapan seperti tertera pada Penetapan Potensi Fraksi
Pada masing-masing enceran seri yang lain tambahkan Faktor VIII<141>.
volume sama suspensi sel darah merah golongan B 5%
v/v yang sebelumnya telah dicuci tiga kali dengan Wadah dan penyimpanan Simpan pada suhu di bawah
larutan natrium klorida P 0,9%. Inkubasi pada suhu 37º 8º terlindung cahaya. Dengan kondisi penyimpanan
selama 30 menit dan cuci sel tiga kali dengan larutan seperti di atas, potensi diharapkan memenuhi syarat
natrium klorida P 0,9%. Tambahkan anti globulin selama 2 tahun sejak tanggal penetapan potensi. Fraksi
manusia polivalen, biarkan kontak dengan sel selama 30 faktor VIII kering setelah dikonstitusi harus diberikan
menit. Tanpa disentrifus amati aglutinasi dari setiap hanya dengan alat yang dilengkapi dengan penyaring.
suspensi di bawah mikroskop.
FRAKSI FAKTOR IX KERING 0,9% dengan jumlah yang sesuai. Masukkan dalam
Fraction Factor IX Desiccate tangas air pada suhu 37º (Larutan sefalin P yang sesuai
adalah yang dapat memberikan waktu jendal kontrol
Fraksi Faktor IX Kering banyak mengandung faktor antara 200 dan 300 detik; sebagai perkiraan pengenceran
penjendalan II, IX dan X juga dapat mengandung faktor awal dapat dicoba 50 hingga 200 kali). Setelah tepat 1
penjendalan VII. Dibuat dari plasma darah manusia dari menit tambahkan 0,1 ml dapar tris-klorida pH 7,5;
donor sehat. Sedapat mungkin disertai uji klinik, uji kemudian segera tambahkan 0,1 ml kalsium klorida
laboratorium dan dengan riwayat medik telah diketahui, 0,025 M dan catat waktu jendal (kontrol). Ulangi
bebas dari infeksi yang dapat ditularkan melalui tranfusi percobaan menggunakan masing-masing larutan berikut
darah atau derivat darah. Pemeriksaan dan pengujian sebagai pengganti dapar tris-klorida pH 7,5. Larutan 1)
ditetapkan oleh instansi yang berwenang, terutama uji Larutan uji;Larutan 2) encerkan 1 bagian volume
antigen permukaan hepatitis B dan antibodi HIV, dengan Larutan 1 hingga 10 bagian volume dengan dapar tris-
metode peka, dan memberikan hasil negatif. klorida pH 7,5; Larutan 3) encerkan 1 bagian Larutan 1
Metode pembuatan terutama bertujuan untuk hingga 100 bagian volume dengan dapar tris-klorida pH
memperkecil trombogenisitas dan mencegah penularan 7,5. Catat waktu jendal. Waktu jendal kontrol tidak
atau menginaktifkan organisme penyebab infeksi. kurang dari 200 detik dan waktu jendal masing-masing
Fraksi faktor IX dibuat dengan teknik fraksionasi dari dari 3 larutan uji tidak kurang dari 150 detik.
plasma yang telah dipisahkan dari komponen selular
dengan cara yang sesuai. Fraksi yang diperoleh Heparin Untuk sediaan yang mengandung heparin
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai dan disterilkan lakukan penetapan menggunakan larutan dalam air. Buat
dengan cara penyaringan, dibagikan ke dalam wadah beberapa campuran masing-masing mengandung 0,5 ml
steril dan dibekukeringkan. Kemudian wadah ditutup larutan uji dan 10 μl dari satu seri pengenceran Injeksi
kedap dengan hampa udara atau dapat diisi gas nitrogen Protamin Sulfat mengandung antara 0 dan 5 mg
bebas oksigen P atau gas inert lain yang sesuai sebelum protamin sulfat per ml. Lakukan penetapan seperti
di tutup kedap untuk mencegah kontaminasi mikroba. tertera pada Faktor jendal teraktifasi mulai dari kata
Bila isi wadah dilarutkan dalam air volume sama ”Masukkan ke dalam tabung plastik” dan berakhir pada
dengan Air untuk Injeksi yang tertera pada etiket, kata “catat waktu jendal (kontrol)”. Ulangi percobaan,
larutan mengandung faktor jendal IX tidak kurang dari sebagai pengganti dapar tris-klorida pH 7,5 gunakan
20 unit per ml, tidak kurang dari 0,2 unit faktor jendal masing-masing campuran larutan uji dan larutan
IX per mg protein, tidak lebih dari 300 mmol ion protamin sulfat, catat waktu jendal. Jumlah protamin
natrium per liter, tidak lebih dari 60 mmol sitrat per liter sulfat yang memberikan waktu jendal tersingkat
dan tidak lebih dari 50 mmol ion fosfat per liter. Dapat sebanding dengan jumlah protamin sulfat yang
mengandung heparin tidak lebih dari 0,15 unit Heparin diperlukan untuk menetralkan heparin yang terdapat
per unit faktor jendal IX. dalam 0,5 ml larutan uji. Hitung kadar heparin dalam
Pemerian Serbuk atau padatan rapuh; putih atau agak unit per ml berdasarkan anggapan bahwa 10 μg protamin
berwarna. sulfat menetralkan 1 unit heparin. Uji tidak abash
kecuali bila waktu jendal kontrol tidak kurang dari 200
Identifikasi Lakukan penetapan dengan metode khas detik. Dari hasil penetapan kadar untuk potensi hitung
untuk faktor jendal IX, menggunakan larutan segar unit heparin per unit faktor jendal IX.
dalam air; dapat memperbaiki abnormalitas penjendalan
pada plasma yang kekurangan faktor jendal IX. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P pada
pH <1071>Antara 6,7 dan 8,0; lakukan penetapan tekanan tidak lebih dari 0,02 mmHg selama 24 jam,
menggunakan larutan dalam air bebas karbon dioksida P. menggunakan tidak kurang dari 100 mg zat.
Kelarutan dalam air Lakukan penetapan dengan Toksisitas abnormal Memenuhi syarat uji toksisitas
menambahkan air secara perlahan-lahan pada suhu 18º abnormal seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara
hingga 22º ke dalam sediaan uji pada suhu sama. Biologi in-vivo <251>; lakukan penetapan menggunakan
Campur sambil diputar, hindari terbentuknya busa: dosis uji sejumlah volume larutan yang mengandung 150
sediaan uji larut sempurna dalam waktu 10 menit dan unit per kg bobot tubuh, dengan melarutkan dalam air
jernih. untuk injeksi P.
Faktor jendal teraktivasi Lakukan penetapan Pirogen <231> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
menggunakan larutan dalam air. Bila sediaan menggunakan dosis uji sejumlah volume larutan yang
mengandung heparin, netralkan heparin terlebih dahulu mengandung 50 Unit per kg bobot kelinci, dengan
dengan penambahan sejumlah Injeksi Protamin Sulfat melarutkan dalam Air untuk injeksi P.
seperti tertera pada uji Heparin. Masukkan ke dalam
tabung plastik 0,1 ml plasma sedikit platelet P dan 0,1 Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
ml larutan sefalin P dalam larutan natrium klorida P
- 466 -
Penetapan kadar Lakukan penetapan menggunakan Potensi Tidak kurang dari 80% dan tidak lebih dari
larutan dalam air. 125% dari potensi yang tertera pada etiket. Batas
Protein total Lakukan penetapan dengan Metode I keyakinan tidak kurang dari 64% dan tidak lebih
seperti tertera pada Penetapan Kadar Nitrogen dalam dari156% dari potensi yang tertera pada etiket. Lakukan
Produk Darah <591>. penetapan seperti tertera pada Penetapan Potensi Fraksi
Faktor IX <151>.
Ion natrium Lakukan penetapan dengan
Spektrofotometri atom: emisi dan serapan seperti tertera Wadah dan penyimpanan Dalam wadah steril berisi
pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. gas nitrogen P atau hampa udara , tertutup kedap yang
Pada 10 ml larutan uji tambahkan sejumlah air hingga dapat mencegah kontaminasi mikroba dan uap air,
100 ml, encerkan 10 ml dengan air hingga 500 ml. Ukur terlindung cahaya, pada suhu di bawah 8º.
serapan pada 589 nm dan gunakan larutan natrium
sebagai larutan baku yang dibuat dengan melarutkan
508,4 mg natrium klorida P yang sebelumnya telah FRAKSI PROTEIN PLASMA
dikeringkan hingga bobot tetap pada suhu 130º, Larutan Protein Plasma
encerkan dalam air hingga 1000 ml. Larutkan dengan Plasma Protein Fraction
sejumlah air hingga mengandung 200 μg per ml.
Larutan Protein Plasma adalah larutan air isotonis
Ion sitrat Encerkan 1 ml sediaan uji dengan sejumlah protein plasma atau serum mengandung albumin dan
air hingga mengandung lebih kurang setara dengan 2 globulin yang distabilkan sedemikian sehingga dapat
mM ion sitrat, tambahkan volume sama larutan asam mempertahankan kelarutannya setelah dipanaskan.
trikloroasetat P 10%, panaskan dalam tangas air pada Plasma atau serum diperoleh dari donor sehat yang
suhu 60º selama 5 menit. Sentrifus, pipet 1 ml beningan secara klinis, uji laboratorium terhadap darah dan
ke dalam tabung bersumbat kaca, tambahkan 1,3 ml riwayat medik, bebas dari zat yang dapat menularkan
piridin P dan 5,7 ml anhidrida asetat P. Campur dan infeksi melalui transfusi darah atau derivat darah.
masukkan segera ke dalam tangas air pada suhu 31º, Pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan ditetapkan
biarkan selama 35 menit hingga terjadi warna. Ukur oleh instansi yang berwenang, terutama uji antigen
serapan pada 425 nm. Lakukan penetapan blangko permukaan hepatitis B dan antibodi HIV dengan metode
menggunakan 1 ml larutan asam trikloroasetat P 5%, yang peka dan memberikan hasil negatif terhadap kedua
dengan cara yang sama mulai dari “tambahkan 1,3 ml hal tersebut.
piridin P”. Hitung kadar ion sitrat dari kurva kalibrasi Pemisahan protein dilakukan dengan kondisi
yang dibuat menggunakan satu seri larutan mengandung terkendali terutama pH, kekuatan ion dan suhu, sehingga
berbagai kadar trinatrium sitrat P dalam larutan asam produk akhir tidak kurang dari 85% protein total adalah
trikloroasetat P 5 % dengan cara yang sama, dapat albumin.
digunakan kadar ion sitrat yang sesuai dari kadar 0,5 Larutan protein plasma tersedia sebagai larutan
hingga 1,5 mM. isotonik mengandung 4,0% sampai 5,0% protein total.
Untuk mengatasi pengaruh pemanasan dapat ditambahkan
Ion fosfat Encerkan 1 ml sediaan uji dengan sejumlah stabilisator yang sesuai, seperti natrium kaprilat dengan
larutan asam trikloroasetat P 5 % hingga mengandung kadar tertentu, tetapi tidak boleh ditambahkan pengawet
lebih kurang 1 mM ion fosfat. Panaskan campuran antimikroba pada setiap tahap pembuatan. Larutan
dalam tangas air pada suhu 60º selama 5 menit. Sentrifus disterilkan dengan penyaringan, dibagikan secara aseptik
dan pipet 1 ml beningan ke dalam labu tentukur 10-ml. ke dalam wadah steril dan ditutup untuk mencegah
Tambahkan 0,05 ml fenolftalein LP, natrium hidroksida kontaminasi mikroba. Larutan dalam wadah akhir
1 N hingga tepat netral dan air sampai tanda. Pipet 1 ml dipanaskan pada suhu 60° selama 10 jam. Kemudian
larutan ke dalam labu tentukur 10-ml yang lain, diinkubasi pada suhu 30° sampai 32° selama tidak
tambahkan 4 ml air, 1 ml asam sulfat 5 M, 1 ml larutan kurang dari 14 hari atau pada suhu 20° sampai 25°
amonium molibdat P 2,5% dan 1 ml larutan kalium selama tidak kurang dari 4 minggu dan amati secara
iodida P 20%, campur pada tiap penambahan. Tutup visual adanya kontaminasi mikroba.
labu, panaskan dalam tangas air selama tepat 15 menit,
dinginkan. Tambahkan sejumlah larutan natrium sulfit P Pemerian Cairan jernih berwarna kuning pucat dapat
0,5% hingga terjadi warna biru dan tambahkan 0,2 ml terbentuk sedikit endapan pada waktu penyimpanan,
berlebih, kemudian tambahkan air secukupnya sampai endapan hilang bila dikocok.
tanda. Ukur serapan maksimum larutan pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 830 nm. Baku pembanding Larutan Protein Plasma Manusia
Lakukan penetapan blangko menggunakan 1 ml larutan untuk Elektroforesis BPFI.
asam trikloroasetat P 5% dengan cara yang sama.
Hitung kadar ion fosfat dari kurva kalibrasi yang dibuat Identifikasi
menggunakan satu seri larutan natrium fosfat dibasa P A. Lakukan reaksi pengendapan menggunakan
dalam larutan asam trikloroasetat P 5% dari kadar 0,5 antiserum spesifik terhadap protein plasma manusia dan
hingga 1,5 mM. antiserum spesifik terhadap protein plasma dari setiap
- 467 -
galur hewan domestik yang umum digunakan untuk Kalium <351> Tidak lebih dari 50 μmol K per g
pembuatan sediaan biologik. Sediaan mengandung protein. Lakukan penetapan dengan cara
protein asal manusia dan memberikan reaksi negatif Spektrofotometri Atom: Emisi dan Serapan seperti
terhadap antiserum spesifik terhadap protein plasma tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya
galur lain. <1191>. Gunakan larutan 1,144 g kalium klorida P yang
B. Lakukan penetapan dengan cara telah dikeringkan pada suhu 130° dalam air hingga 1000
imunoelektroforesis yang sesuai, bandingkan serum ml sebagai blangko.
manusia normal dan sediaan uji menggunakan
antiserum, keduanya diencerkan hingga mengandung 1% Natrium <351> Mengandung 95 % sampai 105 % dari
protein. Komponen utama sediaan uji sesuai dengan yang tertera pada etiket, untuk hal tertentu, tidak lebih
serum manusia normal. Larutan dapat mengandung dari 160 mmol Na per liter. Lakukan penetapan dengan
sejumlah kecil protein plasma lain. cara Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
C. Elektroforetogram yang diperoleh dari uji Gunakan larutan 508,4 mg natrium klorida P yang telah
komposisi protein dapat dibedakan dari larutan albumin. dikeringkan pada suhu 130° dalam air hingga 1000 ml
sebagai blangko.
Keasaman atau kebasaan pH 6,7 - 7,3; lakukan
penetapan dengan mengencerkan zat uji dengan larutan Komposisi protein Lakukan penetapan dengan Metode
natrium klorida P 0,9% hingga mengandung 1% protein. II Elektroforesis selulosa asetat seperti tertera pada
Elektroforesis <831> menggunakan larutan sebagai
Alkalin fosfatase Tidak lebih dari 0,1 unit protein per g. berikut:
Pada campuran 0,5 ml larutan uji dan 0,5 ml dapar Larutan 1 Encerkan sediaan uji dengan larutan
dietanolamin pH 10,0 dalam kuvet spektrofotometri natrium klorida P 0,9% hingga mengandung 2% protein.
pada suhu 36,8° sampai 37,2°; tambahkan 0,1 ml Larutan 2 Encerkan Larutan Protein Plasma Manusia
nitrofenil fosfat LP. Ukur serapan pada 405 nm terus untuk Elektroforesis BPFI dengan larutan natrium
menerus selama tidak kurang dari 30 detik sejak klorida P 0,9% hingga mengandung 2% protein. Pita
penambahan nitrofenil fosfat LP. Hitung aktivitas alkalin bercak lain selain bercak utama yang diperoleh dari
fosfatase pada suhu 37° dalam unit per g protein dengan Larutan 1 mengandung tidak lebih dari 15%. Uji tidak
rumus: absah kecuali perbandingan protein dalam pita bercak
utama yang diperoleh dari Larutan (2) dalam batas yang
118 ,3 x tertera pada Larutan Protein Plasma Manusia untuk
P Elektroforesis BPFI.
P adalah kandungan protein dalam g per liter yang Toksisitas abnormal Memenuhi syarat uji Toksisitas
diperoleh dari Penetapan kadar; x adalah kenaikan abnormal seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara
serapan per menit. Biologi In-vivo <251>.
Haem Encerkan zat dengan larutan natrium klorida P Pirogen <231> Memenuhi syarat, lakukan penetapan
0,9% hingga mengandung 1% protein. Ukur serapan menggunakan dosis uji 3 ml per kg bobot kelinci.
larutan pada 403 nm: tidak lebih dari 0,15. Gunakan air
sebagai blangko. Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Polimer dan agregat Fraksi mengandung tidak lebih Penetapan kadar Mengandung 95% sampai 105%
dari 10% nitrogen total. Lakukan penetapan seperti pada protein dari jumlah tertera pada etiket. Lakukan
Polimer dan agregat yang tertera pada Larutan albumin. penetapan dengan Metode I seperti tertera pada
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Eksklusi Penetapan Kadar Nitrogen dalam Darah <591>.
seperti tertera pada Kromatografi <931> menggunakan 2 Encerkan sediaan uji dengan larutan natrium klorida P
ml larutan uji. Kromatograf pada suhu ruang 0,9% hingga diperoleh larutan yang mengandung lebih
menggunakan (a) kolom (25 mm x 1 m) diisi dekstran kurang 15 mg protein per 2 ml. Masukkan 2 ml larutan
saling silang yang sesuai untuk fraksionasi butiran ke dalam tabung sentrifuga beralas bulat, tambahkan 2
protein dengan rentang bobot molekul antara 5000 dan ml larutan natrium molibdat P 7,5% dan 2 ml campuran
350.000 (Sephadex G150) (b) Fasa gerak dapar fosfat air-asam sulfat bebas nitrogen P (30:1). Kocok dan
campuran pH 7,0 mengandung azida, laju alir lebih sentrifus selama 5 menit, tuang beningan, letakkan
kurang 20 ml (4 ml per cm2 luas potongan kolom) per tabung terbalik pada kertas saring hingga kering.
jam dan (c) pengukuran pada 280 nm. Kumpulkan eluat Lakukan penetapan kadar nitrogen dari residu dan hasil
dalam fraksi lebih kurang 4 ml dan gabungkan fraksi yang diperoleh kalikan 6,25 untuk memperoleh kadar
yang memberikan puncak sama. Untuk masing-masing protein.
fraksi gabungan lakukan Kadar Nitrogen <581>. Tidak
lebih dari 10% nitrogen total terdapat dalam fraksi Wadah dan penyimpanan Pada suhu 2° sampai 25°,
gabungan dengan protein yang tidak tersisa. terlindung cahaya. Bila disimpan pada suhu 2° sampai 8°
diharapkan memenuhi syarat selama 5 tahun sejak
- 468 -
sediaan dipanaskan pada suhu 60,0° selama 10 jam. Bila 200), campur dan tambahkan 5 ml larutan N-1-
disimpan pada suhu tidak lebih dari 25° diharapkan naftiletilendiamina dihidroklorida P (1 dalam 1000)
memenuhi syarat selama 3 tahun sejak sediaan yang dibuat segar: terjadi warna merah sampai merah
dipanaskan pada suhu 60,0° selama 10 jam. ungu.
NHCH2 O
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
O
H2NS
Senyawa sejenis Asam 4-kloro-5-sulfamoilantranilat
O Cl
tidak lebih dari 0,5% dan asam 2-kloro-4-N-
Asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfamoilantranilat [54-31-9] furfurilamino-5-sulfamoilbenzoat tidak lebih dari 0,5%.
C12H11ClN2O5S BM 330,74 [Catatan Lindungi larutan Furosemida dari cahaya.]
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
Furosemida mengandung tidak kurang dari 98,0% dan kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
tidak lebih dari 101,0% C12H11ClN2O5S, dihitung Fase gerak Buat campuran air-tetrahidrofuran P-
terhadap zat yang telah dikeringkan. asam asetat glasial P (70:30:1), saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir kuning; Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
tidak berbau. <931>.
Larutan pengencer Larutkan 1,92 g natrium 1-
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut pentanasulfonat P dalam 22 ml asam asetat glasial P
dalam aseton, dimetilformamida dan larutan alkali dalam labu tentukur 1000-ml. Encerkan dengan
hidroksida; larut dalam metanol; agak sukar larut dalam campuran asetonitril P-air (50:50) sampai tanda.
etanol; sukar larut dalam eter; sangat sukar larut dalam Larutan baku Buat larutan dalam Larutan pengencer
kloroform. hingga diperoleh larutan masing-masing mengandung
Asam 4-kloro-5-sulfamoilantranilat BPFI dan Asam 2-
Baku pembanding Furosemida BPFI; lakukan kloro-4-N-furfurilamino-5-sulfamoilbenzoat BPFI 5,0
pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam sebelum μg per ml.
digunakan. Asam 4-kloro-5-sulfamoilantranilat BPFI; Larutan resolusi Larutkan sejumlah Furosemida
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan BPFI dan Asam 2-kloro-4-N-furfurilamino-5-
dalam wadah tertutup rapat terlindung cahaya. Asam 2- sulfamoilbenzoat BPFI dalam Larutan pengencer
kloro-4-N-furfurilamino-5-sulfamoilbenzoat BPFI; tidak sehingga diperoleh larutan yang mengandung berturut-
boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam turut 20 dan 12 µg per ml.
wadah tertutup rapat terlindung cahaya. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan
Identifikasi dan encerkan dalam Larutan pengencer hingga tanda
A. Spektrum serapan inframerah zat yang untuk memperoleh kadar lebih kurang 1,0 mg per ml.
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
seperti pada Furosemida BPFI. dilengkapi dengan detektor 254 dan 272 nm dan kolom
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. [Catatan
125.000) dalam natrium hidroksida 0,02 N menunjukkan Cemaran asam 2,4-dikloro-5-sulfamoilbenzoat tidak
maksimum dan minimum pada panjang gelombang memberikan respons pada 272 nm dan cemaran asam
yang sama seperti pada Furosemida BPFI; daya serap 2,4 - bis (furfurilamino – 5 - sulfamoilbenzoat
masing-masing dihitung terhadap zat yang telah memberikan serapan sangat kuat pada 254 nm.] Laju
dikeringkan pada panjang gelombang serapan alir lebih kurang 1,0 ml per menit. Lakukan penyuntikan
maksimum lebih kurang 271 nm, berbeda tidak lebih Larutan resolusi beberapa kali, rekam kromatogram dan
dari 3,0%. ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur.
C. Larutkan lebih kurang 5 mg zat dalam 10 ml [Catatan Furosemida memberikan respons pada 254 nm
metanol P. Masukkan 1 ml larutan ke dalam labu, dengan waktu retensi lebih kurang 10 menit];
tambahkan 10 ml asam klorida 2,5 N dan refluks di atas Simpangan baku relatif luas puncak furosemida tidak
tangas uap selama 15 menit. Dinginkan, tambahkan 15 lebih dari 1,0% dan resolusi, R, antara furosemida dan
ml natrium hidroksida 1 N dan 5 ml larutan natrium asam 2-kloro-4-N-furfurilamino-5-sulfamoilbenzoat
nitrit P (1 dalam 1000). Biarkan selama 3 menit, tidak kurang dari 2,8.
tambahkan 5 ml larutan amonium sulfamat P (1 dalam Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
- 469 -
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur 0,02 N untuk memperoleh larutan baku dengan kadar 8
respons puncak [Catatan Waktu eluasi tidak kurang dari µl per ml. Ukur spektrum serapan ultraviolet kedua
2,5 kali waktu retensi puncak furosemida.] Jumlah luas larutan: spektrum serapan ultraviolet menunjukkan
puncak pada 254 nm sebelum puncak furosemida dari maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang
kromatogram Larutan uji tidak lebih besar dari luas sama.
puncak asam 4-kloro-5-sulfamoilantranilat dari
kromatogram Larutan baku pada 254 nm. Jumlah luas Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 3,6 unit
puncak pada 272 nm setelah puncak furosemida dari Endotoksin FI per mg furosemida.
kromatogram Larutan uji tidak lebih besar dari luas puncak
asam 2-kloro-4-N-furfurilamino-5-sulfamoilbenzoat dari pH <1071> Antara 8,0 dan 9,3.
kromatogram Larutan baku pada 272 nm.
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> tertera pada Injeksi volume kecil.
Metode V Memenuhi syarat.
Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P. Asam 4-kloro-5-sulfamoilantranilat Tidak lebih dari
1,0%. [Catatan Lindungi larutan furosemida dari
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 600 cahaya.] Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
mg zat, larutkan dalam 50 ml dimetilformamida P yang cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
telah ditambah 3 tetes biru bromotimol LP dan <931>.
sebelumnya telah dinetralkan dengan natrium hidroksida Fase gerak, Larutan pengencer, Larutan resolusi dan
0,1 N. Titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N LV Sistem kromatografi Buat seperti tertera pada Senyawa
sampai titik akhir berwarna biru. sejenis dalam Furosemida.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam 4-
Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N kloro-5-sulfamoilantranilat BPFI, larutkan dalam
setara dengan 33,07 mg C12H11ClN2O5S Larutan pengencer hingga kadar 10,0 µg per ml.
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, yang setara dengan lebih kurang 10 mg furosemida,
tidak tembus cahaya. masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, tambahkan
Larutan pengencer sampai tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
INJEKSI FUROSEMIDA sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
Furosemide Injections ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
luas puncak. Luas puncak yang diperoleh dari Larutan
Injeksi Furosemida adalah larutan steril Furosemida uji tidak lebih besar dari luas puncak yang diperoleh dari
dalam Air untuk Injeksi, dibuat dengan penambahan Larutan baku masing-masing pada 254 nm.
natrium hidroksida P. Mengandung furosemida,
C12H11ClN2O5S tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. .
Pemerian Larutan jernih, tidak berwarna. Penetapan kadar [Catatan Lindungi larutan furosemida
dari cahaya.] Lakukan penetapan dengan cara
Baku pembanding Furosemida BPFI; lakukan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
pengeringan pada suhu 105˚ selama 3 jam sebelum Kromatografi <931>.
digunakan. Asam 4-kloro-5-sulfamoilantranilat BPFI; Fase gerak, Larutan pengencer, Larutan resolusi dan
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan Sistem kromatografi buat seperti tertera pada Senyawa
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. sejenis dalam Furosemida.
Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat pirogenik, Larutan baku Timbang saksama sejumlah Furosemida
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk BPFI, larutkan dalam Larutan pengencer hingga kadar
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi, lebih kurang 1,0 mg per ml.
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
belum dibuka dan larutan dalam lemari pendingin. setara dengan lebih kurang 10 mg furosemida, masukkan
ke dalam labu tentukur 10-ml, tambahkan Larutan
Identifikasi Masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml pengencer sampai tanda.
sejumlah volume injeksi setara dengan lebih kurang 40 Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera
mg furosemida, encerkan dengan air sampai tanda. pada uji batas Asam4-kloro-5-sulfamoilantranilat. Ukur
Encerkan 2,0 ml larutan ini dengan natrium hidroksida luas puncak pada 254 nm. Hitung jumlah dalam mg
0,02 N dalam labu tentukur 100-ml kedua sampai tanda. furosemida, C12H11ClN2O5S, dalam tiap injeksi yang
Larutkan lebih kurang 10 mg Furosemida BPFI dalam digunakan dengan rumus:
6,0 ml natrium hidroksida 0,1 N dalam labu tentukur 25-
ml, encerkan dengan air sampai tanda. Encerkan secara
kuantitatif 2,0 ml larutan dengan natrium hidroksida
- 470 -
rU
Asam 4-kloro-5-sulfamoilantranilat Tidak lebih dari
C
10 0,8%. [Catatan Lindungi larutan furosemida dari
V rS cahaya]. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
C adalah kadar Furosemida BPFI dalam g per ml <931>.
Larutan baku; V adalah volume injeksi yang digunakan Fase gerak, Larutan pengencer, Larutan resolusi dan
dalam ml Larutan uji;rU dan rS berturut-turut adalah luas Sistem kromatografi Buat seperti tertera pada Senyawa
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. sejenis dalam Furosemida.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam 4-
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal Kloro-5-sulfamoilantranilat BPFI, larutkan dalam
atau dosis ganda, tidak tembus cahaya, dari kaca Tipe I. Larutan pengencer hingga kadar 8,0 µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
yang setara dengan lebih kurang 10 mg furosemida,
TABLET FUROSEMIDA masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, tambahkan
Furosemide Tablet Larutan pengencer sampai tanda.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Tablet Furosemida mengandung Furosemida, yang sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan
C12H11ClN2O5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. dan ukur luas puncak. Luas puncak yang diperoleh dari
Larutan uji tidak lebih besar dari luas puncak yang
Baku pembanding Furosemida BPFI; lakukan diperoleh dari Larutan baku masing-masing pada 254
pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam sebelum nm.
digunakan. Asam 4-kloro-5-sulfamoilantranilat BPFI;
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan Penetapan kadar [Catatan Lindungi larutan
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. furosemida dari cahaya.] Lakukan penetapan dengan
Asam 2-kloro-4-N-furfurilamino-5- sulfamoilbenzoat cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, Kromatografi <931>.
simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung Fase gerak, Larutan pengencer, Larutan resolusi dan
cahaya. Sistem kromatografi Buat menurut cara penetapan
Senyawa sejenis seperti tertera pada Furosemida.
Identifikasi Masukkan sejumlah serbuk tablet setara Larutan baku Timbang saksama sejumlah Furosemida
dengan lebih kurang 40 mg furosemida ke dalam labu BPFI, larutkan dalam Larutan pengencer hingga kadar
tentukur 100-ml. Tambahkan 25 ml natrium hidroksida 1,0 mg per ml.
0,1 N, biarkan selama 30 menit, dengan sekali-kali Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
dikocok. Encerkan dengan air sampai tanda. Saring 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet yang
larutan, buang 10 ml filtrat pertama, pipet 2,0 ml filtrat setara dengan lebih kurang 50 mg furosemida, masukkan
ke dalam labu tentukur 100-ml kedua. Tambahkan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 30 ml Larutan
natrium hidroksida 0,02 N sampai tanda, lanjutkan pengencer, sonikasi selama 10 menit. Tambahkan
seperti uji Identifikasi yang tertera pada Injeksi Larutan pengencer sampai tanda, saring, buang 10 ml
Furosemida, mulai dari “Larutkan lebih kurang 10 mg filtrat pertama.
Furosemida BPFI”. Prosedur Lakukan menurut Prosedur dalam uji Asam
4-kloro-5-sulfamoilantranilat seperti tertera pada Injeksi
Disolusi <1231> furosemida. Hitung jumlah dalam mg furosemida,
Media disolusi: 900 ml dapar fosfat pH 5,8. C12H11ClN2O5S, dalam serbuk tablet yang digunakan
Alat tipe 2: 50 rpm. dengan rumus:
Waktu: 60 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C12H11ClN2O5S r
yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika 50 C U
perlu encerkan dengan Media disolusi dan serapan rS
larutan baku Furosemida BPFI dalam media yang sama,
pada panjang gelombang titik isosbestik lebih kurang C adalah kadar Furosemida BPFI dalam mg per ml
274 nm. Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah luas puncak
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak Larutan uji dan Larutan baku.
kurang dari 80% (Q) C12H11ClN2O5S, dari jumlah yang
tertera pada tiket. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
tidak tembus cahaya.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
- 471 -
GABAPENTIN Tabel
Gabapentin Waktu Faktor
Batas
Cemaran Retensi Respons
(%)
CH2NH2 Relatif1 Relatif2
Senyawa sejenis E
2,9 1,0 0,10
CH2CO2H Gabapentin
Senyawa sejenis A
Asam 1-(Aminometil)sikloheksanasetat [60142-96-3] 3,5 5,3 0,1
Gabapentin
C9H17NO2 BM 171,24 Senyawa sejenis B
3,8 0,35 0,06
Gabapentin
Gabapentin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan Cemaran yang tidak
tidak lebih dari 102,0%, C9H17NO2,dihitung terhadap zat - 0,41 0,10
dikenal
anhidrat. 1
Waktu retensi relatif dihitung terhadap waktu retensi gabapentin
[Catatan:Hanya untuk identifikasi]
Pemerian Padatan hablur; putih sampai hampir putih. 2
Faktor respons relatif dihitung terhadap respons senyawa sejenis
E gabapentin berdasarkan serapan jenis rendah dari gabapentin
Kelarutan Mudah larut dalam air, larutan basa dan pada monitoring panjang gelombang (215 nm)
larutan asam.
Pengencer, Larutan dapar, Fase gerak, Larutan uji
Baku pembanding Gabapentin BPFI; tidak boleh dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat. Senyawa Penetapan kadar.
Sejenis A Gabapentin BPFI [2-aza-spiro[4,5]dekan-3- Larutan cemaran Larutkan sejumlah Senyawa Sejenis
on] (C9H15NO, BM 153,22), tidak boleh dikeringkan, A Gabapentin BPFI dan Senyawa Sejenis B Gabapentin
simpan dalam wadah tertutup rapat. Senyawa Sejenis B BPFI dalam metanol P hingga kadar berturut-turut lebih
Gabapentin BPFI [asam (1-siano-sikloheksil)-asetat] kurang 1,4 dan 0,84 mg per ml.
(C9H13NO2, BM 167,21). Senyawa Sejenis D Larutan kesesuaian sistem Larutkan sejumlah
Gabapentin BPFI [asam (1-(3-okso-2-aza-spiro [4,5] Gabapentin BPFI dalam Pengencer, tambahkan
dek - 2 - ilmetil) - sikloheksil) -asetat] (C18H29NO3, BM sejumlah volume Larutan cemaran hingga kadar
307,43). Senyawa Sejenis E Gabapentin BPFI [asam Gabapentin BPFI, Senyawa Sejenis A Gabapentin BPFI,
karboksimetil sikloheksan karboksilat], (C9H14O4, BM Senyawa Sejenis B Gabapentin BPFI berturut turut lebih
186,21). kurang 14,0; 0,014 dan 0,0084 mg per ml.
Larutan baku Larutkan sejumlah Senyawa Sejenis E
Identifikasi Gabapentin BPFI dalam Pengencer, hingga kadar lebih
A. Spektrum serapan inframerah zat yang kurang 8,4 µg per ml.
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama Kromatografi <931> Kromatograf cair kinerja tinggi
seperti Gabapentin BPFI. dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 mm x
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram 25 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang kurang 1 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada
diperoleh pada Penetapan kadar. 40º. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistemdan rekam kromatogram dan ukur respons puncak
pH <1071> Antara 6,5 dan 8,0. Lakukan penetapan seperti tertera pada Prosedur: identifikasi puncak-
menggunakan larutan (1 dalam 50). puncak utama dengan waktu retensi relatif seperti tertera
pada Tabel; resolusi, R, antara puncak Senyawa Sejenis
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%. A Gabapentin BPFI dan puncak Senyawa Sejenis B
Gabapentin BPFI tidak kurang dari 2,3 dan simpangan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. baku relatif respons puncak gabapentin pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada respons puncak utama. Hitung persentase masing-
Kromatografi <931> . masing cemaran dalam zat yang digunakan, dengan
A. Batas cemaran yang tereluasi awal. Masing- rumus:
masing cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
Tabel berikut: 1 C S ri
100
F C U rS
F adalah faktor respons relatif dari cemaran (relatif
terhadap senyawa sejenis E gabapentin), seperti pada
- 472 -
Tabel; CS adalah kadar Senyawa Sejenis E Gabapentin Pengencer Timbang 2,32 g amonium fosfat monobasa
BPFI dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml, encerkan
gabapentin dalam mg per ml Larutan uji; ri adalah dengan air sampai tanda. Atur pH hingga 2,0 dengan
respons puncak masing-masing cemaran dalam Larutan penambahan asam fosfat P.
uji dan rS adalah respons puncak Senyawa Sejenis E Dapar Timbang 0,58 g amonium fosfat monobasa P
Gabapentin dalam Larutan baku. dan 1,83 g natrium perklorat P, masukkan ke dalam labu
B. Batas cemaran yang tereluasi akhir Masing- tentukur 1000-ml, larutkan dan encerkan dengan air
masing cemaran tidak lebih dari 0,1% dan jumlah semua sampai tanda. Atur pH hingga 1,8 dengan penambahan
cemaran (termasuk cemaran yang didapat dari Batas asam perklorat P.
cemaran yang tereluasi awal) tidak lebih dari 0,5% . Fase gerak Buat campuran Dapar - asetonitril P
Pengencer, Larutan dapar dan Larutan uji Lakukan (76:24). Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
seperti tertera pada Penetapan kadar. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
Fase gerak Buat campuran Larutan dapar- asetonitril pada Kromatografi <931>.
P - metanol P (35:35:30). Saring dan awaudarakan. Jika Larutan baku Timbang saksama sejumlah Gabapentin
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem BPFI, larutkan dengan Pengencer, encerkan secara
seperti tertera pada Kromatografi <931>. kuantitatif dan jika perlu bertahap hingga kadar lebih
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa kurang 14,0 mg per ml.
Sejenis D Gabapentin BPFI, larutkan dalam sejumlah Larutan kesesuaian sistem Encerkan sejumlah volume
kecil metanol P, encerkan secara kuantitatif dan jika Larutan baku dengan Pengencer hingga kadar lebih
perlu bertahap dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 2,3 mg per ml.
kurang 2,8 µg per ml. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 350 mg
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada zat ke dalam labu tentukur 25-ml, larutkan dan encerkan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dengan Pelarut sampai tanda.
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 mm x Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
25 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
kurang 1 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 mm x
40°. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan 25 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti kurang 1 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada
tertera pada Prosedur: efisiensi kolom dari puncak 40°. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Senyawa sejenis D gabapentin tidak kurang dari 13.600 sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
lempeng teoritis dan simpangan baku relatif pada seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom dari
penyuntikan ulang tidak lebih dari 7,0%. puncak gabapentin tidak kurang dari 1900 lempeng
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume teoritis. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif puncak
respons puncak utama. [Catatan Abaikan semua puncak gabapentin pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
yang mempunyai waktu retensi relatif 0,35 atau lebih 2,0%.
kecil terhadap senyawa sejenis D gabapentin, karena Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
puncak tersebut sudah dihitung pada batas cemaran sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
yang tereluasi lebih awal]. Hitung persentase dari ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
masing-masing cemaran dalam zat dengan rumus: respons puncak utama. Hitung persentase
gabapentin, C9H17NO2, dalam zat dengan rumus:
1 C ri
100 S
C rU
F C U rS 100 S
CU rS
F adalah faktor respons relatif dari cemaran (relatif
terhadap senyawa sejenis D gabapentin) dengan nilai 1,0 CS dan CU berturut-turut adalah kadar gabapentin dalam
untuk senyawa sejenis D gabapentin dan 0,025 untuk mg per ml Larutan baku dan Larutan uji; rU dan rS
semua cemaran yang lain; CS adalah kadar Senyawa berturut-turut adalah respons puncak gabapentin dari
Sejenis D Gabapentin BPFI dalam mg per ml Larutan Larutan uji dan Larutan baku.
baku; CU adalah kadar gabapentin dalam mg per ml
Larutan uji; ri adalah respons puncak masing-masing Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
cemaran dalam Larutan uji dan rS adalah respons puncak Simpan pada suhu ruang.
senyawa sejenis D gabapentin dalam Larutan baku.
Baku pembanding Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat Penandaan Kecuali pernyataan seperti tertera pada
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk Penandaan dalam Injeksi, pada etiket harus juga tertera:
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi, (1) Waktu dan tanggal kalibrasi, (2) Jumlah galium 67Ga
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang sebagai galium sitrat yang dinyatakan dalam total MBq
belum dibuka dan larutan dalam lemari pendingin. (µCi atau mCi) dan kadar dinyatakan dalam MBq (µCi
atau mCi) per ml pada saat kalibrasi, (3) Tanggal dan
Endotoksin bakteri <201> Memenuhi syarat uji waktu kadaluwarsa, (4) Pernyataan “Awas Bahan
Endotoksin bakteri; mengandung tidak lebih dari175/V Radioaktif”, (5) Dalam perhitungan dosis, lakukan
unit Endotoksin FI per ml injeksi; V adalah jumlah dosis koreksi terhadap peluruhan radioaktif, (6) Waktu paro
total maksimum yang dianjurkan, dalam ml pada waktu galium 67Ga adalah 78,26 jam.
dan tanggal kadaluwarsa.
Keseragaman bobot Timbang saksama isi 20 kemasan Larutan uji Masukkan 50,0 ml larutan ini ke dalam
yang dipilih secara acak, tentukan bobot rata-rata isi labu tentukur 100-ml, tambahkan 0,2 ml amonium
kemasan. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap hidroksida 6 N, encerkan dengan air sampai tanda.
kemasan terhadap bobot rata-rata tiap isi kemasan, tidak [Catatan Simpan larutan persediaan untuk penetapan
satupun lebih dari 10% dan tidak lebih dari 2 kemasan kadar natrium dan kalium, penetapan kadar klorida,
lebih dari 5%. bikarbonat dan sitrat.]
Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%; Penetapan Rotasi Optik <1081>. Ukur rotasi sudut
lakukan pengeringan pada suhu 50º hingga bobot tetap. dalam tabung polarimeter yang sesuai pada 25. Hitung
jumlah dalam g dekstrosa anhidrat, C6H12O6 dalam
pH <1071> Antara 7,0 dan 8,8; lakukan penetapan wadah dosis satuan atau wadah yang digunakan atau
menggunakan larutan yang dikonstitusikan seperti yang dalam serbuk yang diambil dari wadah satuan ganda
tertera pada etiket. dengan rumus:
Prosedur Gunakan fotometer nyala yang sesuai, atur T adalah volume dalam ml perak nitrat 0,1 N yang
hingga pembacaan nol dengan Larutan litium encer, dibutuhkan; V adalah volume dalam ml Larutan
ukur bersamaan emisi nyala natrium Larutan baku dan persediaan yang digunakan.
Larutan uji 1 pada panjang gelombang emisi maksimum
lebih kurang 589 nm. Hitung jumlah dalam mg Na+ Penetapan kadar bikarbonat (jika ada) Ukur saksama
dalam wadah dosis satuan, atau wadah yang digunakan sejumlah volume Larutan persediaan untuk Penetapan
atau dalam serbuk dari wadah satuan ganda dengan kadar dekstrosa setara dengan lebih kurang 100 mg
rumus: bikarbonat (HCO3-),masukkan ke dalam gelas piala
yang sesuai, tambahkan 25 ml air dan 3 tetes jingga
L RU , Na metil LP, titrasi dengan asam klorida 0,1 N LV. Hitung
0, 23 Na
jumlah dalam mg HCO3-, dalam wadah dosis satuan,
R
D Na S , Na wadah yang digunakan atau dalam serbuk dari wadah
satuan ganda dengan rumus:
LNa adalah jumlah dalam mg natrium, Na+ dalam wadah
dosis satuan atau dalam serbuk dari wadah satuan ganda,
T
dihitung dari jumlah natrium klorida dan natrium 610, 2
bikarbonat (atau natrium sitrat) yang tertera pada etiket; V
DNa adalah kadar natrium dalam mg per ml Larutan uji
1,berdasarkan volume dari sisa Larutan persediaan T adalah volume dalam ml asam klorida 0,1 N LV yang
untuk Penetapan kadar dekstrosa yang digunakan dan dibutuhkan; V adalah volume dalam ml Larutan
faktor pengenceran; RU,Na dan RS,Na berturut-turut adalah persediaan yang digunakan.
emisi nyala natrium dari Larutan uji 1 dan Larutan
baku. Dengan cara yang sama ukur emisi nyala kalium Penetapan kadar sitrat (jika ada) Lakukan penetapan
dari Larutan baku dan Larutan uji 2 pada panjang dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
gelombang emisi maksimum lebih kurang 766 nm. tertera pada Kromatografi <931>.
Hitung jumlah K+ dalam mg dalam wadah dosis satuan Fase gerak Larutkan 20 g amonium sulfat P dalam
atau wadah yang digunakan atau dalam serbuk yang campuran air–asetonitril P (980:20). Jika perlu lakukan
diambil dari wadah satuan ganda dengan rumus: penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah natrium
L RU , K
0 ,391 K sitrat yang telah dikeringkan pada suhu 180 selama 18
R
DK S , K jam, larutkan dalam air hingga kadar natrium sitrat
anhidrat lebih kurang 2,5 mg per ml.
LK adalah jumlah dalam mg kalium, K+ dalam wadah Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume Larutan
dosis satuan, wadah yang digunakan atau dalam serbuk persediaan untuk Penetapan kadar dekstrosa setara
yang diambil dari wadah satuan ganda, dihitung dari dengan lebih kurang 180 mg sitrat (C6H5O73),
jumlah kalium klorida yang tertera pada etiket; DK masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
adalah kadar kalium dalam mg per ml Larutan uji 2, dengan air sampai tanda dan campur.
berdasarkan volume dari sisa Larutan persediaan untuk Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar dekstrosa yang digunakan dan faktor Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
pengenceran; RU,K dan RS,K berturut-turut adalah emisi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,8 mm x
nyala kalium dari Larutan uji 2 dan Larutan baku. 20 cm berisi bahan pengisi L8, laju alir lebih kurang 2
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Penetapan kadar klorida Ukur saksama sejumlah baku dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak
volume sisa Larutan persediaan untuk Penetapan kadar seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi puncak sitrat
dekstrosa setara dengan lebih kurang 55 mg klorida (Cl- lebih kurang 3 menit, efisiensi kolom tidak kurang dari
), masukkan ke dalam wadah yang sesuai. Titrasi dengan 1000 lempeng teoritis, faktor ikutan tidak lebih dari 2,0
perak nitrat 0,1 N LV hingga terbentuk endapan perak dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
klorida dan larutan berwarna merah muda pucat dengan tidak lebih dari 2,0%. [Catatan Kondisikan kolom
menggunakan kalium kromat LP sebagai indikator. beberapa jam sebelum digunakan dengan melakukan
Hitung jumlah dalam mg Cl- dalam wadah dosis satuan, serangkaian suntikan larutan baku. Jika faktor ikutan
wadah yang digunakan atau dalam serbuk dari wadah lebih dari 2, kondisikan kolom beberapa jam dengan
satuan ganda dengan rumus: laju alir lebih kurang 0,5 ml per menit dengan
menambahkan 1 g natrium sitrat P pada tiap 1000 ml
T Fase gerak. Kemudian cuci kolom dengan Fase gerak
354 ,5 selama beberapa menit sebelum digunakan.]
V Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg sitrat
- 478 -
(C6H5O73-), dalam wadah dosis satuan, atau wadah yang air; tidak larut dalam etanol, kloroform, eter, minyak
digunakan atau dalam serbuk dari wadah satuan ganda lemak dan minyak menguap.
dengan rumus:
Identifikasi
189,12 C r A. Pada larutan (1 dalam 100) tambahkan trinitrofenol
10.000 u
LP atau larutan kalium dikromat P (1 dalam 15) yang
258,07 V rs sebelumnya telah dicampur dengan asam klorida 3 N
lebih kurang seperempat volume: terbentuk endapan
189,12 dan 258,07 berturut-turut adalah bobot molekul kuning.
sitrat (C6H5O73), dan natrium sitrat anhidrat; C adalah B. Pada larutan (1 dalam 5000) tambahkan asam tanat
kadar natrium sitrat anhidrat, dalam mg per ml Larutan LP: terjadi kekeruhan.
baku; V adalah volume dalam ml, dari Larutan
persediaan yang digunakan untuk membuat Larutan Batas mikroba <51> Jumlah bakteri tidak lebih dari
baku; ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak sitrat 1000 per g; uji terhadap Salmonella sp dan
yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan baku. Escherichiacoli memberikan hasil negatif.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 2,0%; lakukan
tidak lebih dari 30. Natrium bikarbonat atau natrium penetapan sebagai berikut: Pijarkan 5,0 g zat, tanpa
sitrat dapat dipisahkan dari campuran dan dikemas penambahan asam sulfat P, tetapi tambahkan 1,5 sampai
dalam wadah terpisah dalam satu kemasan. 2,0 g parafin P untuk menghindari kehilangan zat akibat
pengembangan. Lanjutkan pengabuan dalam tanur pada
Penandaan Mencantumkan nama dan jumlah dalam g suhu 550º selama 15 sampai 20 jam.
setiap komponen dalam wadah dosis satuan atau jumlah
dalam g garam dalam wadah satuan ganda, serta berat Bau dan zat tak larut dalam air Panaskan larutan (1
bersih setiap wadah dan petunjuk untuk konstitusi. Sisa dalam 40): tidak tercium bau tidak enak dan larutan
larutan tidak digunakan setelah 24 jam dari konstitusi. setebal 2 cm hanya menunjukkan sedikit opalesensi.
Pada etiket kemasan dosis tunggal, mencantumkan tidak
dibuka sampai waktu digunakan. Sulfur dioksida Larutkan 20,0 g zat dalam 150 ml air
panas dalam labu alas bulat leher panjang, tambahkan 5
ml asam fosfat P dan 1 g natrium bikarbonat P, segera
GELATIN hubungkan labu dengan pendingin. [Catatan Busa yang
Gelatin berlebihan dapat dikurangi dengan penambahan
beberapa tetes zat anti busa yang sesuai.] Destilasi
Gelatin adalah suatu zat yang diperoleh dari hidrolisa hingga diperoleh 50 ml destilat yang ditampung di
parsial kolagen dari kulit, jaringan ikat putih dan tulang bawah permukaan 50 ml iodum 0,1 N. Asamkan destilat
hewan. Gelatin yang berasal dari prekursor yang dengan beberapa tetes asam klorida P, tambahkan 2 ml
diasamkan dikenal sebagai Tipe A dan yang berasal dari barium klorida LP dan panaskan di atas tangas uap
prekursor yang dibasakan dikenal sebagai Tipe B. hingga cairan hampir tidak berwarna. Saring endapan
Gelatin yang digunakan dalam pembuatan kapsul atau barium sulfat bila ada, cuci dan pijarkan; bobot tidak
untuk penyalut tablet dapat diwarnai dengan pewarna lebih dari 3 mg setara dengan tidak lebih dari 0,004%
yang diijinkan; dapat mengandung sulfur dioksida tidak sulfur dioksida. Lakukan penetapan blangko.Gelatin
lebih dari 0,15% dan dapat mengandung natrium lauril yang digunakan dalam pembuatan kapsul atau untuk
sulfat dengan kadar yang sesuai serta zat antimikroba penyalutan tablet, memberikan tidak lebih dari 109,3
yang sesuai. mg barium sulfat yang setara dengan tidak lebih dari
0,15% sulfur dioksida.
Pemerian Lembaran, kepingan atau potongan, atau
serbuk kasar sampai halus; kuning lemah atau coklat Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 0,8 bpj.
terang; warna bervariasi tergantung ukuran partikel. Larutan pepsin Larutkan 500 mg pepsin P dalam 80
Larutannya berbau lemah seperti kaldu. Jika kering ml asam klorida 0,1 N, encerkan dengan asam klorida
stabil di udara, tetapi mudah terurai oleh mikroba jika 0,1 N sampai 100 ml.
lembab atau dalam bentuk larutan. Gelatin Tipe A Larutan baku Masukkan 3,0 ml Larutan baku Arsen
menunjukkan titik isoelektrik antara pH 7 dan pH 9, ke dalam labu generator arsin, encerkan dengan Larutan
gelatin Tipe B menunjukkan titik isoelektrik antara pH pepsin hingga 52 ml, tambahkan 3 ml asam klorida P
4,7 dan pH 5,2. dan 4 ml isopropanol P, campur.
Larutan uji Campur 3,75 g zat dengan 40 ml Larutan
Kelarutan Tidak larut dalam air dingin; mengembang pepsin dalam labu generator arsin. Panaskan hati-hati
dan lunak bila dicelup dalam air; menyerap air secara hingga suhu antara 65º dan 70º, pertahankan suhu
bertahap sebanyak 5 - 10 kali beratnya; larut dalam air selama 30 menit sambil disonikasi selama 2 menit
panas, asam asetat 6 N dan campuran panas gliserin dan setiap 10 menit. Dinginkan, cuci dinding labu generator
dengan Larutan pepsin dan encerkan dengan Larutan
- 479 -
pepsin hingga 52 ml. Tambahkan 3 ml asam klorida P Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20
dan 4 ml isopropanol P, campur. bpj.
Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada
Prosedur dalam Uji Batas Arsen <321> Metode I tanpa Senyawa sejenis Senyawa sejenis A gemfibrosil tidak
penambahan 20 ml asam sulfat 7 N dan 1 ml lebih dari 0,1%; cemaran tidak spesifik tidak lebih dari
isopropanol P, pada Larutan baku dan Larutan uji. 0,1% dan jumlah semua cemaran tidak lebih dari 0,5%.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
Logam berat <371> Tidak lebih dari 50 bpj; lakukan kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat sebagai Fase gerak Tambahkan 10 ml asam asetat glasial P
berikut: Pada sisa yang diperoleh dari Sisa pemijaran ke dalam labu tentukur 1000-ml yang berisi 750 ml
tambahkan 2 ml asam klorida P dan 0,5 ml asam nitrat metanol P, encerkan dengan air sampai tanda dan saring.
P, uapkan di atas tangas uap hingga kering. Pada sisa Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
tambahkan 1 ml asam klorida 1 N dan 15 ml air, sejumlah Gemfibrosil BPFI, Senyawa Sejenis A
hangatkan selama beberapa menit. Saring dan cuci Gemfibrosil BPFI dan 2,5-dimetilfenol, larutkan dan
dengan air hingga diperoleh filtrat sebanyak 100 ml. encerkan dengan Fase gerak hingga kadar berturut-turut
Encerkan 8 ml larutan tersebut dengan air hingga 25 ml. lebih kurang 0,2; 0,05 dan 0,05 mg per ml.
Larutan baku Timbang saksama masing-masing 10
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, mg Gemfibrosil BPFI dan Senyawa Sejenis A
di tempat kering. Gemfibrosil BPFI. Masukkan ke dalam labu tentukur
100-ml, larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai
tanda. Pipet 5 ml masing-masing larutan ini ke dalam
GEMFIBROSIL labu tentukur 50-ml dan encerkan dengan Fase gerak
Gemfibrozil sampai tanda.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan
O O
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
OH
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 276 nm dan kolom 4,0 mm x
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1
Asam 2,2-Dimetil-5-(2,5-xililoksi)valerat [25812-30-0] ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
C15H22O3 BM 250,33 kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
Gemfibrosil mengandung tidak kurang dari 98,0% dan relatif untuk 2,5 dimetilfenol; gemfibrosil dan senyawa
tidak lebih dari 102,0% C15H22O3, dihitung terhadap zat sejenis A gemfibrosil berturut-turut adalah lebih kurang
yang telah dikeringkan. 0,35; 1,0 dan 2,1; simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%.
Pemerian Hablur padat serupa lilin; putih. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan Larutan
Kelarutan Larut dalam etanol, metanol dan kloroform; uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram untuk
praktis tidak larut dalam air. paling sedikit tiga kali waktu retensi gemfibrosil dan
ukur respons puncak. Hitung persentase senyawa sejenis
Baku pembanding Gemfibrosil BPFI; lakukan A gemfibrosil dalam zat yang digunakan dengan rumus:
pengeringan di atas silika gel P selama 4 jam sebelum
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
C ri
Senyawa Sejenis A Gemfibrosil BPFI, [2,2-dimetil-5- 1000
[2,5-dimetil-4-(propen-1-il)fenoksi] asam valerat] W rS
(C18H26O3 BM 290,40); tidak boleh dikeringkan. Simpan
dalam wadah tertutup rapat, pada suhu ruang. C adalah kadar Senyawa sejenis A Gemfibrosil BPFI
dalam mg per ml Larutan baku; W adalah bobot zat
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang dalam mg dari Larutan uji; ri dan rS berturut-turut
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan adalah respons puncak senyawa sejenis A gemfibrosil
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama Larutan uji dan Larutan baku. Hitung persentase
seperti pada Gemfibrosil BPFI. cemaran lain dalam zat yang digunakan dengan rumus:
Jarak lebur <1021> Antara 58º dan 61º.
C ri
1000 S
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 0,25%. W rS
- 480 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak, Larutan baku dan Larutan kesesuaian
KAPSUL GEMFIBROSIL
sistem Lakukan seperti yang tertera pada Penetapan
Gemfibrozil Capsule Kadar dalam Gemfibrosil.
Larutan uji Timbang tidak kurang dari 20 kapsul,
Kapsul Gemfibrosil mengandung gemfibrosil, C15H22O3, keluarkan semua isi kapsul dan campur, bersihkan
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari cangkang kapsul dan timbang saksama, hitung bobot
jumlah yang tertera pada etiket. rata-rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi
- 481 -
kapsul setara dengan lebih kurang 100 mg gemfibrosil, encerkan dengan natrium hidroksida 1 N dan serapan
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan Larutan baku pada panjang gelombang serapan
lebih kurang 80 ml metanol P, kocok sampai larut. maksimum lebih kurang 276 nm.
Encerkan dengan metanol P sampai tanda, campur dan Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
saring. Pindahkan 5,0 ml larutan jernih ke dalam labu kurang dari 80% (Q) C15H22O3, dari jumlah yang tertera
tentukur 25-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai pada etiket.
tanda.
Prosedur Lakukan seperti yang tertera pada Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Penetapan kadar dalam Gemfibrosil. Hitung jumlah
dalam mg gemfibrosil, (C15H22O3), dalam serbuk kapsul Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
yang digunakandengan rumus : Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
ru Fase gerak, Larutan baku, Larutan kesesuaian sistem
500 C
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
rs
Penetapan kadar dalam Gemfibrosil.
C adalah kadar Gemfibrosil BPFI dalam mg per ml Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
dalam Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. setara dengan lebih kurang 100 mg gemfibrosil,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. lebih kurang 80 ml metanol P, kocok hingga larut.
Encerkan dengan metanol P sampai tanda dan saring.
Pipet 5 ml filtrat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-
ml, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
TABLET GEMFIBROSIL
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Gemfibrosil Tablet kadar dalam Gemfibrosil.Hitung jumlah dalam mg
gemfibrosil, C15H22O3, dalam serbuk tablet yang
Tablet Gemfibrosil mengandung gemfibrosil, C15H22O3, digunakan dengan rumus:
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket.
r
500 C U
Baku pembanding Gemfibrosil BPFI; lakukan rS
pengeringan di atas silika gel P selama 4 jam sebelum
digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat. C adalah kadar Gemfibrosil BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Identifikasi Memenuhi uji seperti tertera pada puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Identifikasi dalam Kapsul Gemfibrosil, menggunakan
serbuk tablet setara dengan 100 mg gemfibrosil. Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
tertutup rapat.
Disolusi <1231>
Media disolusi: 900 ml dapar fosfat 0,2 M pH 7,5
yang dibuat dengan melarutkan 545 g kalium fosfat GENTAMISIN SULFAT
monobasa P dalam 5000 ml air, tambahkan 131 g Gentamycin Sulfate
natrium hidroksida P, encerkan dengan air hingga lebih
kurang 19,5 liter dan campur. Atur pH hingga 7,5
dengan penambahan asam fosfat 1 N atau natrium
hidroksida 1 N, encerkan dengan air hingga 20 liter.
Alat tipe 2: 50 rpm.
Waktu: 30 menit.
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
Gemfibrosil BPFI, larutkan dalam sesedikit mungkin
metanol P. Encerkan dengan Media disolusi hingga
kadar lebih kurang 0,33 mg per ml. [Catatan Larutkan
baku pembanding dalam sejumlah metanol tidak lebih Gentamisin sulfat [1405-41-0]
dari 1% terhadap volume Larutan baku persediaan.]
Larutan baku Encerkan sejumlah volume Larutan Gentamisin Sulfat adalah garam sulfat atau campuran
baku persediaan dengan larutan natrium hidroksida 1 N dari antibiotik yang dihasilkan oleh pembiakan
hingga diperoleh larutan yang memberikan serapan Micromonospora purpurea. Potensi setara dengan tidak
sesuai dengan alikuot. kurang dari 590 µg per mg gentamisin, dihitung terhadap
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C15H22O3, yang zat yang telah dikeringkan.
terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika perlu
- 482 -
Pemerian Serbuk; putih sampai kekuning-kuningan. suhu tetap antara 120° dan 140°, suhu injektor dan
detektor dipertahankan pada suhu tetap tidak kurang dari
Kelarutan Larut dalam air; tidak larut dalam etanol, 50° lebih tinggi dari suhu kolom. Gunakan nitrogen P
aseton, kloroform, eter dan benzen. sebagai gas pembawa dengan kecepatan alir tetap, antara
30 dan 40 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Baku pembanding Gentamisin Sulfat BPFI; lakukan Larutan baku dan Larutan kontrol, rekam kromatogram
pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan tidak dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
lebih dari 5 mmHg pada suhu 110º selama 3 jam resolusi, R, antara puncak n-propil alkohol dan metanol
sebelum digunakan. Gunakan segera zat yang telah tidak kurang dari 1,0; jika ada puncak dengan waktu
dikeringkan dan lakukan pengerjaan dalam lingkungan retensi yang sesuai dengan waktu retensi n-propil
udara kering. Simpan dalam wadah tertutup rapat, alkohol dari Larutan kontrol, gunakan respons puncak
terlindung cahaya, di tempat dingin. Endotoksin BPFI tersebut untuk mengkoreksi respons puncak n-propil
[Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isinya alkohol dari Larutan uji.
harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi.]. Prosedur Suntikkan secara terpisah, menggunakan
Rekonstitusi semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14 siring dengan pengisap politef, sejumlah volume sama
hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan dalam (lebih kurang 2 l) Larutan baku dan Larutan uji ke
lemari pendingin. dalam kromatograf, rekam kromatogram, ukur respons
puncak n-propil alkohol dan metanol. Hitung persentase
Identifikasi metanol dalam zat dengan rumus:
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan P RU
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama 1,58
seperti pada Gentamisin Sulfat BPFI. M R S
B. Menunjukkan reaksi Sulfat seperti tertera pada Uji
Identifikasi Umum <291>. P adalah persentase (v/v) metanol dalam Larutan baku;
M adalah bobot zat dalam g dari Larutan uji; RU adalah
Rotasi jenis <1081> Antara +107º dan +121º, dihitung perbandingan respons puncak metanol terhadap baku
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan internal dari Larutan uji (jika perlu lakukan koreksi
menggunakan larutan yang mengandung 10 mg per ml. melalui pengurangan respons puncak baku internal
dengan respons puncak pada waktu retensi yang sama
pH <1071> Antara 3,5 dan 5,5; lakukan penetapan dari Larutan kontrol); RS adalah perbandingan respons
menggunakan larutan (1 dalam 25). puncak metanol terhadap baku internal dari Larutan
baku.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 18,0%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara dengan Kandungan gentamisin Lakukan penetapan dengan
tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 110º selama cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
3 jam. Kromatografi <931>.
Larutan o-ftaldehida Larutkan 1,0 g o-ftaldehida P
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%. dalam 5 ml metanol P, tambahkan 95 ml larutan asam
borat 0,4 M yang sebelumnya telah ditambah dengan
Metanol Tidak lebih dari 1,0%. Lakukan penetapan kalium hidroksida 8 N sampai pH 10,4, kemudian
dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada tambahkan 2 ml asam tioglikolat P. Atur pH larutan
Kromatografi <931>. hingga 10,4 menggunakan kalium hidroksida 8 N.
Larutan baku internal Pipet 2,5 ml n-propil alkohol P, Fase gerak Buat campuran 700 ml metanol P, 250
ke dalam labu tentukur 500-ml, encerkan dengan air ml air dan 50 ml asam asetat glasial P. Larutkan 5 g
sampai tanda. Larutan ini mengandung n-propil alkohol natrium-1-heptansulfonat P dalam campuran tersebut.
0,50%(v/v). Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
Larutan baku Pipet 1,25 ml metanol P dan 1,25 ml n- sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
propil alkohol P, ke dalam labu tentukur 500-ml, Larutan baku Timbang saksama sejumlah Gentamisin
encerkan dengan air sampai tanda. Larutan mengandung Sulfat BPFI, larutkan dalam air hingga kadar lebih
metanol 0,25% (v/v) dan n-propil alkohol 0,25%(v/v). kurang 0,65 mg per ml. Masukkan 10 ml larutan ini ke
Larutan kontrol Timbang lebih kurang 500 mg zat dan dalam tabung reaksi yang sesuai, tambahkan 5 ml
larutkan dalam 2 ml air. isopropanol P dan 4 ml Larutan o-ftaldehida, campur,
Larutan uji Timbang lebih kurang 500 mg zat dan tambahkan isopropanol P hingga 25 ml. Panaskan pada
larutkan dalam 1 ml Larutan baku internal dan 60º di atas tangas air selama 15 menit, dinginkan.
tambahkan 1 ml air. Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Larutan baku
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada menggunakan zat uji.
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi Sistem kromatrografi Lakukan seperti tertera pada
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 4 mm x 1,5 Kromatografi <931>. Kromatografi cair kinerja tinggi
m berisi bahan pengisi S3. Pertahankan suhu kolom pada dilengkapi dengan detektor 330 nm dan kolom 5 mm x
- 483 -
10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 intratekal, hanya boleh mengandung zat tonisitas yang
µm. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan sesuai.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Pemerian Larutan jernih; agak kuning; bau lemah.
pada Prosedur. Faktor kapasitas yang ditentukan dari
puncak gentamisin C1 antara 2 dan 7, efisiensi kolom Baku pembanding Gentamisin Sulfat BPFI; lakukan
yang ditentukan dari puncak gentamisin C2 tidak kurang pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan tidak
dari 1200 lempeng teoritis: resolusi, R, antara setiap dua lebih dari 5 mmHg pada suhu 110º selama 3 jam
puncak tidak kurang dari 1,25 dan simpangan baku sebelum digunakan. Gunakan segera zat yang telah
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. dikeringkan dan lakukan pengerjaan dalam lingkungan
Prosedur [Catatan Gunakan tinggi puncak jika udara kering. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
disebutkan respons puncak] Suntikkan secara terpisah terlindung cahaya, di tempat dingin. Endotoksin BPFI;
sejumlah volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan [Catatan bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi
baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Urutan Rekonstitusi semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14
eluasi adalah gentamisin C1, gentamisin C1a, gentamisin hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan dalam
C2a dan gentamisin C2. Hitung persentase kandungan lemari pendingin.
gentamisin C1, gentamisin C1a, gentamisin C2a dan
gentamisin C2 dengan rumus: Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
r Fase gerak Campuran kloroform P-larutan amonium
100 C f hidroksida P (1 dalam 3,5)-metanol P (20: 10: 13).
rS Penjerap Lempeng silika gel P dengan ketebalan
lempeng 0,25 mm dan ukuran pori rata-rata 6 nm.
rf adalah respons puncak gentamisin tertentu; rs adalah Larutan baku Timbang sejumlah Gentamisin Sulfat
jumlah respons keempat puncak. Kandungan gentamisin BPFI larutkan hingga diperoleh larutan yang setara
C1 antara 25% dan 50%, kandungan gentamisin C1a dengan 20 µg gentamisin.
antara 10% dan 35%, jumlah kandungan gentamisin C2a Larutan uji Gunakan sediaan injeksi.
dan gentamisin C2 adalah antara 25% dan 55%. Prosedur Totolkan secara terpisah sejumlah volume
sama Larutan baku dan Larutan uji [Catatan Jika perlu
Syarat lain Jika pada etiket tertera gentamisin sulfat encerkan injeksi dengan air hingga diperoleh larutan uji
steril, memenuhi syarat uji Sterilitas <71> dan yang mengandung gentamisin 1000 µg per ml; jika
Endotoksin bakteri <201> seperti tertera pada Injeksi injeksi mengandung kurang dari 1000 µg per ml,
Gentamisin. Jika pada etiket tertera gentamisin sulfat totolkan beberapa kali, tiap kali penotolan tidak lebih
harus diproses lebih lanjut untuk pembuatan sediaan dari 20 µl hingga setara dengan 20 µg gentamisin.
injeksi, memenuhi syarat uji Endotoksin bakteri <201> Biarkan kering sebelum penotolan berikutnya.]
seperti tertera pada Injeksi Gentamisin. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
berisi Fase gerak di lapisan bawah. Eluasi hingga Fase
Penetapan potensi Lakukan penetapan potensi seperti gerak merambat lebih kurang tiga per empat tinggi
tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik secara lempeng. Angkat lempeng, keringkan di udara, paparkan
Mikrobiologi <131>. lempeng pada uap iodum dari kristal iodum dalam
bejana: intensitas dan harga RF ketiga bercak utama yang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan yang diperoleh
dari Larutan baku.
Penandaan Jika Gentamisin sulfat digunakan untuk
penyiapan sediaan injeksi, pada etiket harus dinyatakan Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,71 unit
steril atau harus melalui proses pembuatan sediaan Endotoksin FI per mg gentamisin.
injeksi.
pH <1071> Antara 3,0 dan 5,5.
INJEKSI GENTAMISIN SULFAT Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti pada
Gentamycin Sulfate Injection Injeksi volume kecil.
Injeksi Gentamisin Sulfat adalah larutan steril dari Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
gentamisin sulfat dalam Air untuk Injeksi. Mengandung
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 125,0% Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera
gentamisin dari jumlah yang tertera pada etiket. Dapat pada Penetapan potensiAntibiotik secara mikrobiologi
mengandung dapar, pengawet dan sekuestran yang <131>, menggunakan sejumlah volume injeksi yang
sesuai, kecuali jika ditujukan untuk penggunaan diukur saksama, encerkan secara kuantitatif dan bertahap
menggunakan Dapar nomor 3 hingga diperoleh enceran
- 484 -
Larutan uji dengan kadar yang diperkirakan sama Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
dengan aras dosis tengah larutan baku (gentamisin 0,1
µg per ml). Partikel logam <1061> Memenuhi syarat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 1,0%; gunakan 20
atau dosis ganda, sebaiknya wadah kaca Tipe I. ml campuran toluen P-metanol P (7:3) sebagai
pengganti metanol P dalam bejana titrasi.
Penetapan potensi Lakukan seperti tertera pada Baku pembanding Gentamisin Sulfat BPFI; lakukan
Penetapan kadar dalam Salep Gentamisin Sulfat. pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan tidak
lebih dari 5 mmHg pada suhu 110º selama 3 jam
Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat sebelum digunakan.Gunakan segera zat yang telah
ditekan atau dalam wadah tertutup rapat, hindarkan dari dikeringkan dan lakukan pengerjaan dalam lingkungan
panas berlebih. udara kering. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya, di tempat dingin.
SALEP GENTAMISIN SULFAT Identifikasi Kocok sejumlah salep mata yang setara
Gentamycin Sulfate Ointment dengan lebih kurang 5 mg gentamisin dengan campuran
200 ml kloroform P dan 5 ml air. Biarkan memisah,
Salep Gentamisin Sulfat mengandung tidak kurang dari saring lapisan air: filtrat memenuhi Identifikasi seperti
90,0% dan tidak lebih dari 135,0% gentamisin dari tertera pada Injeksi Gentamisin Sulfat.
jumlah yang tertera pada etiket.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Baku pembanding Gentamisin Sulfat BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan tidak Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
lebih dari 5 mmHg pada suhu 110º selama 3 jam,
sebelum digunakan. Gunakan segera zat yang telah Partikel logam <1061> Memenuhi syarat.
dikeringkan dan lakukan pengerjaan dalam lingkungan
udara kering. Simpan dalam wadah tertutup rapat, Syarat lain Memenuhi syarat uji Air dan Penetapan
terlindung cahaya, di tempat dingin. kadar seperti tertera pada Salep Gentamisin Sulfat.
Identifikasi Kocok sejumlah salep setara dengan lebih Wadah dan penyimpanan Dalam tube salep mata dan
kurang 5 mg gentamisin dengan campuran 200 ml hindarkan dari panas yang berlebihan.
kloroform P dan 5 ml air. Biarkan memisah, saring
lapisan air: filtrat memenuhi Identifikasi seperti tertera
pada injeksi Gentamisin Sulfat.
- 485 -
TETES MATA GENTAMISIN SULFAT warna jingga atau merah coklat. Bila larutan diencerkan
Gentamycin Sulfate Ophthalmic Solution secara hati-hati dengan air, warna berubah menjadi
coklat, kemudian hijau dan akhirnya biru.
Tetes Mata Gentamisin Sulfat adalah larutan gentamisin B. Larutkan 20 mg zat dalam 10 ml air dan tambahkan
sulfat steril yang didapar dan mengandung pengawet. 5 tetes asam klorida P. Pada 5 ml larutan tesebut
Mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih teteskan asam tanat LP: terbentuk endapan biru tua.
dari 135,0% gentamisin dari jumlah yang tertera pada C. Pada sisa larutan yang diperoleh pada uji
etiket. Identifikasi B, tambahkan lebih kurang 500 mg serbuk
zink P, hangatkan campuran: larutan segera tidak
Baku pembanding Gentamisin Sulfat BPFI; lakukan berwarna. Tambahkan 1 tetes larutan tidak berwarna
pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan tidak tersebut ke atas kertas saring yang ditetesi amonium
lebih dari 5 mmHg pada suhu 110º selama 3 jam hidroksida 6 N : tejadi warna biru pada daerah kontak
sebelum digunakan.Gunakan segera zat yang telah kedua tetesan.
dikeringkan dan lakukan pengerjaan dalam lingkungan
udara kering. Simpan dalam wadah tertutup rapat, Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 7,5%.
terlindung cahaya, di tempat dingin.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,5%.
pH <1071> Antara 6,5 dan 7,5.
Zat tidak larut dalam etanol Tidak lebih dari 1,0%;
Syarat lain Memenuhi syarat Identifikasi seperti tertera lakukan penetapan sebagai berikut: Timbang saksama
pada Injeksi Gentamisin Sulfat dan memenuhi syarat Uji 1,0 g zat, didihkan dengan 50 ml etanol P menggunakan
Sterilitas <71>, jika diuji seperti tertera pada Penyaring pendingin balik selama 15 menit. Saring melalui krus
membran. penyaring yang telah ditara, cuci residu pada penyaring
dengan etanol P panas hingga cairan pencuci tidak
Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera berwarna ungu, keringkan krus pada suhu 105º selama 1
pada Penetapan potensi dalam Injeksi Gentamisin Sulfat. jam .
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
dan terhindar dari panas yang berlebih. penetapan menggunakan larutan uji yang dibuat sebagai
berikut: Campur 300 mg zat dengan masing-masing 2,5
g serbuk kalium nitrat P dan natrium karbonat anhidrat
GENTIAN VIOLET P, panaskan campuran dalam krus hingga zat organik
Gentian Violet teroksidasi sempurna. Larutkan residu yang telah dingin
dalam 15 ml asam sulfat 2 N dan uapkan larutan dengan
pemanasan hingga timbul uap putih berlebihan, larutkan
N+(CH3)2
residu dalam 35 ml air.
berukuran 2,7 m x 7,5 cm, gulung pembalut secara Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih.
longgar pada batang plastik yang sesuai dan celupkan
dengan sudut 45º dalam air pada suhu 30º, biarkan Kelarutan Agak sukar larut dalam metilen klorida;
terendam sampai basah tidak lebih lama dari 15 detik. sukar larut dalam etanol dan metanol; praktis tidak larut
Angkat dari air, tekan untuk mengeluarkan kelebihan air, dalam air.
tetapi hindari kehilangan banyak gips dan gulung
pembalut secara konsentrik pada batang logam silindris Bakupembanding Glibenklamida BPFI; Cemaran A
halus yang tidak menyerap dengan diameter 5 cm, Glibenklamida BPFI; Cemaran B Glibenklamida BPFI;
usahakan agar setiap lapisan berikutnya tergulung di atas Glikazida BPFI.
lapisan sebelumnya untuk menjamin agar cukup menjadi
satu. Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
Penetapan kadar kalsium sulfat hemihidrat Lakukan dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
penetapan sebagai berikut: Timbang saksama pembalut menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
seluas lebih kurang 75 cm2 dan keringkan pada suhu gelombang yang sama seperti pada Glibenklamida
105º sampai bobot tetap, masukkan ke dalam labu BPFI; Jika ada perbedaan, basahkan sejumlah zat
tentukur 500-ml berisi 200 ml air dan 10 ml asam dengan metanol P, gerus dan lakukan pengeringan pada
klorida P, kocok hingga kalsium sulfat larut, netralkan 100-105. Ulangi penetapan menggunakan zat yang
dengan amonium hidroksida 5 M, tambahkan 10 ml telah dikeringkan.
larutan dapar ammonia pH 10,0 encerkan dengan air B. Buat larutan 1 mg per ml dalam metanol P. Pipet
sampai tanda, saring. Netralkan 50,0 ml filtrat dengan 10 ml larutan dan tambahkan 1 ml asam klorida P (103
asam klorida 2 N dan tambahkan 5 ml campuran larutan g per 1000 ml). Encerkan dengan metanol P sampai 100
yang mengandung amonium klorida P 6,75%, amonium ml. Ukur serapan pada panjang gelombang antara 230
hidroksida P 65,0% v/v, magnesium sulfat P 0,0616% dan 350 nm. Serapan maksimum tercapai pada panjang
dan dinatrium edetat P 0,093%. Tambahkan 1 ml gelombang 275 dan 300 nm. Serapan jenis maksimum
larutan natrium dietil ditiokarbamat P 0,1% dan titrasi berturut-turut adalah 61 sampai 65 dan 27 sampai 32.
dengan dinatrium edatat 0,1 M LV menggunakan 0,25 C. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
sampai 0,30 ml larutan indikator yang mengandung secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
hitam eriokrom P 0,5% dan hidroksilamina hidroksida P Fase gerak Campuran etanol P-asam asetat glasial P-
4,5% dalam metanol P. sikloheksan P-metilen klorida P (5:5:45:45).
Pelarut Campuran metanol P-metilen klorida P (1:1).
Tiap ml dinatrium edetat 0,1M Larutan uji Timbang sejumlah zat dan larutkan dalam
setara dengan 14,52 mg CaSO4. H2O Pelarut hingga kadar1 mg per ml.
Larutan baku Timbang sejumlah Glibenklamida BPFI
Cuci kain sisa dengan air dingin, lewatkan cairan cucian dan larutkan dalam Pelarut hingga kadar 1 mg per ml.
melalui pengayak dengan ukuran nominal lubang 106 Prosedur Totolkan masing-masing 10 l Larutan
µm, satukan benang atau serat yang terlepas dengan baku dan Larutan uji lempeng kromatografi campuran
kain, keringkan pada suhu 105º hingga bobot tetap. silika gel GF254. Masukkan lempeng ke dalam bejana
Hitung kadar dalam persen CaSO4.H2O dalam kalsium kromatografi yang berisi Fase gerak dan biarkan
sulfat. merambat lebih kurang 10 cm. Angkat lempeng, tandai
batas rambat, biarkan kering dan amati di bawah cahaya
ultraviolet 254 nm. Ukuran dan harga RF bercak utama
GLIBENKLAMIDA Larutan uji sesuai dengan bercak utama Larutan baku.
Glibenclamide D. Larutkan 20 mg zat dalam 2 ml asam sulfat P.
Larutan tidak berwarna dan menunjukkan fluoresensi
O
O O biru pada cahaya ultraviolet 365 nm. Larutkan 0,1 g
H3C S
O O N
H
N
H
kloral hidrat P dalam larutan tersebut. Dalam waktu
lebih kurang 5 menit, warna berubah menjadi kuning
N
H
dan setelah 20 menit berubah menjadi kecoklatan.
pengaduk dan ulangi pemijaran. Jika perlu lakukan turut adalah lebih kurang 0,5 dan 0,6; resolusi, R, antara
pengulangan mulai dari pengadukan. Panaskan pada puncak glibenklamida dan gliklazida lebih kurang 5,0.
800 selama lebih kurang 1 jam. Larutkan residu Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
menggunakan dua kali 5 ml campuran asam klorida P sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku 1, Larutan baku
dan air (1:1). Tambahkan 0,1 ml larutan fenolftalein LP 2, Larutan baku 3 dan Larutan uji ke dalam
dan amonium hidroksida P hingga terbentuk warna kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
merah muda. Dinginkan, tambahkan asam asetat glasial puncak. Tidak lebih dari 0,5% cemaran A atau respons
P hingga larutan tidak berwarna dan tambahkan 0,5 ml puncak cemaran A Larutan uji tidak lebih besar dari
asam asetat glasial P. Saring jika perlu, cuci penyaring respons puncak cemaran A Larutan baku 1; tidak lebih
dan encerkan dengan air hingga 20 ml. dari 0,5% cemaran B atau respons puncak cemaran B
Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi cair kinerja Larutan uji tidak lebih besar dari respons puncak
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. cemaran B Larutan baku 1; tidak lebih dari 0,2%
Larutan A Buat campuran 20 ml larutan trietilamin P cemaran lain dihitung terhadap Larutan baku 2 atau
(101,8 g/l yang baru didestilasi dan atur pH hingga 3,0 respons puncak cemaran lain Larutan uji tidak lebih
dengan penambahan asam fosfat P) dan 50 ml asetonitril besar dari respons puncak cemaran lain Larutan baku 2;
P. Encerkan dengan air hingga 1000 ml. tidak lebih dari 2 puncak Larutan uji mempunyai
Larutan B Buat campuran Larutan A-air-asetonitril P respons yang lebih besar dari setengah respons puncak
(20:65:915). utama Larutan baku 2 atau tidak lebih dari 0,1%. Tidak
Fase gerak Buat variasi campuran Larutan A dan lebih dari 0,5% total cemaran atau tidak lebih dari 2,5
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Jika kali respons puncak utama Larutan baku 2; abaikan
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem puncak yang lebih kecil dari 0,25 respons puncak utama
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Larutan baku 2 (0,05%).
Larutan uji Buat larutan dalam metanol P yang
mengandung 2,5 mg zat per ml. Gunakan segera. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
Larutan baku 1 Timbang lebih kurang 5 mg Cemaran lakukan pengeringan pada suhu 105° hingga bobot tetap,
A Glibenklamida BPFI dan 5 mg Cemaran B menggunakan 1 g zat.
Glibenklamida BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
100-ml, larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan
tanda. Pipet 5 ml larutan ke dalam labu tentukur 20-ml penetapan menggunakan 1 g zat.
dan encerkan dengan metanol P sampai tanda.
Larutan baku 2 Encerkan 2 ml Larutan uji dengan Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400
metanol P hingga 100 ml. Pipet 5 ml larutan ini dan mg zat, larutkan dalam 100 ml etanol P dan lakukan
encerkan dengan metanol P hingga 50 ml. pemanasan untuk melarutkan. Titrasi dengan natrium
Larutan baku 3 Timbang 5 mg Gliklazida BPFI, hidroksida 0,1 N LV menggunakan indikator fenolftalein
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan LP sampai terjadi warna merah muda.
dengan metanol P dan tambahkan 2 ml Larutan uji,
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 1 ml Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
larutan ini dan encerkan dengan metanol P hingga 10 setara dengan 49,40 mg C23H28ClN3O5S
ml.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4,6 mm x
10 cm berisi bahan pengisi L1 yang dideaktivasi dengan TABLET GLIBENKLAMIDA
basa dan “endcapped” dengan ukuran partikel 3 µm. GlibenclamideTablet
Pertahankan suhu kolom pada 35. Laju alir lebih kurang
0,8 ml per menit. Kromatograf diprogram sebagai Tablet Glibenklamida mengandung Glibenklamida,
berikut: C23H28ClN3O5S, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih
dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Waktu (menit) Larutan A (%) Larutan B (%)
0-15 45 55 Baku pembanding 4-[2-(5-Kloro-2-metoksi benzamido)
15-30 455 5595 etil]benzensulfonamida BPFI; Metil N-4-[2-(5-kloro-2-
30-40 5 95 metoksibenzamido)etil] benzensulfonil karbamat BPFI;
40-41 545 9555 Glibenklamida BPFI.
41-55 45 55
Identifikasi
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku 3, rekam A. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera dengan Larutan baku yang diperoleh pada Penetapan
pada Prosedur: waktu retensi puncak glibenklamida kadar.
lebih kurang 5 menit; waktu retensi relatif cemaran A
glibenklamida dan cemaran B glibenklamida berturut-
- 489 -
B. Pada pengujian Senyawa sejenis, bercak utama dari Alat tipe 2: 100 rpm.
Larutan baku 1 sesuai dengan Larutan baku 4. Waktu: 45 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C23H28ClN3O5S
Senyawa sejenis yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah serbuk tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
tablet mengandung 20 mg glibenklamida, ekstraksi Fase gerak Buat campuran kalium dihidrogen fosfat P
empat kali, tiap kali dengan 5 ml campuran (atur pH hingga 3,0 dengan penambahan asam fosfatP)–
diklorometan p-aseton P (20:10).Uapkan kumpulan asetonitril P (40:60). Jika perlu lakukan penyesuaian
ekstrak sampai kering pada suhu tidak lebih dari 40° menurut Kesesuaian sistem seperti yang tertera pada
pada tekanan (2kPa) 15,04 mmHg. Larutkan residu Kromatografi <931>.
dalam 4 ml campuran kloroform P-metanol P (1:1). Larutan baku Timbang saksama Glibenklamida BPFI,
Larutan baku 2 Larutan 4-[2-(5-Kloro-2- larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga kadar
metoksibenzamido)etil]benzensulfonamida BPFI 0,012% mendekati Larutan uji.
dalam campuran kloroform P-metanol P (1:1). Larutan uji Filtrat alikuot.
Larutan baku 3 Larutan Metil N-4-[2-(5-kloro-2- Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
metoksibenzamido )etil] benzene sulfonil karbamat BPFI pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
0,0020% dalam campuran kloroform P-metanol P (1:1). tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom 4,6
Larutan baku 4 Larutan Glibenklamida BPFI 0,5% mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1dengan ukuran
dalam campuran kloroform P-metanol P (1:1). partikel 5 µm.Laju alir lebih kurang 1 ml per menit,
Fase gerak Campuran kloroform P-sikloheksan P- pertahankan suhu kolom pada suhu ruang.
etanol P-asam asetat glasial P (45:45:5:5). Prosedur Suntikkan secara terpisah volume sama
Prosedur Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji,
tertera pada Kromatografi <931>.Totolkan secara rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama.
terpisah masing-masing 10 µl Larutan baku 1, Larutan Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
baku 2, Larutan baku 3 dan Larutan baku 4 pada kurang dari 75% (Q) C23H28ClN3O5S, dari jumlah yang
lempeng kromatografi Silika gel GF254. Masukkan tertera pada etiket.
lempeng ke dalam bejana kromatografi yang berisi Fase
gerak hingga merambat 15 cm dari garis penotolan. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Angkat lempeng dan biarkan mengering di udara, amati Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
di bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Tiap bercak yang Kromatografi <931>.
sesuai dengan 4-[2-(5-kloro-2- Fase gerak Buat campuran asetonitril P-larutan
metoksibenzamido)etil]benzensulfonamida dan metil N- kalium fosfat monobasa P 1,36% yang sebelumnya
4-[2-(5-kloro-2-metoksibenzamido)etil] diatur pH hingga 3,0 dengan asam fosfat P (47:53).
benzensulfonilkarbamat dari Larutan baku 1 tidak lebih Larutan baku Larutkan 50 mg Glibenklamida BPFI
intensif dari masing-masing bercak yang diperoleh dari dalam 10,0 ml metanol P, sonikasi selama 20 menit,
Larutan baku 2 dan Larutan baku 3. tambahkan metanol P secukupnya hingga 50,0 ml.
Encerkan 1 bagian larutan menjadi 4 bagian dengan
Keseragaman kandungan Tablet yang mengandung metanol P. Pada 20,0 ml larutan tambahkan 2,0 ml air,
glibenklamida 5 mg atau kurang, memenuhi syarat campur.
seperti tertera pada Tablet: Lakukan penetapan dengan Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
Kromatografi <931>. setara dengan lebih kurang 5 mg glibenklamida,
Larutan uji Serbukkan satu tablet, tambahkan dengan tambahkan campuran 2,0 ml air dan 20,0 ml metanol P,
campuran 2,0 ml air dan 20,0 ml metanol P, campur, campur, sonikasi hingga terdispersi sempurna dan saring
sonikasi hingga terdispersi sempurna dan saring melalui melalui penyaring membran 0,2 m.
penyaring membran 0,2 m. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan baku Pada 20,0 ml larutan Glibenklamida Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
BPFI 0,025% dalam metanol P, tambahkan 2,0 ml air, dilengkapi dengan detektor 300 nm dan kolom baja
campur, sonikasi hingga terdispersi sempurna dan saring tahan karat 4,6 mm x 10 cm berisi bahan pengisi L1
melalui penyaring membran 0,2 m. dengan ukuran partikel 5 m. Laju alir 1,5 ml per menit.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kadar. Hitung kandungan C23H28ClN3O5S dalam tiap kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
tablet dengan membandingkan terhadap kadar pada Prosedur. Simpangan baku relatif pada
Glibenklamida BPFI. penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Disolusi <1231> sama lebih kurang 20 l Larutan uji dan Larutan baku
Media disolusi: 900 ml campuran dinatrium hidrogen ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama.
fosfat anhidrat 0,8134% dan kalium dihidrogen fosfat Hitung jumlah dalam mg C23H28ClN3O5S dalam zat uji
0,1350%. dengan rumus:
- 490 -
sulfoksida P sampai tanda. Pipet 1 ml larutan ke dalam dengan Media disolusi sampai tanda. Pipet 10 ml
labu tentukur 50-ml, tambahkan 12 ml dimetil sulfoksida larutan, masukkan dalam labu tentukur 50-ml dan
P dan encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 1 ml encerkan dengan Media disolusi sampai tanda.
larutan ini ke dalam labu tentukur 50-ml kedua, Prosedur Lakukan penetapan jumlah gliklazida,
tambahkan 12 ml dimetil sulfoksida P dan encerkan C15H21N3O3S, yang terlarut dengan mengukur serapan
dengan air sampai tanda. Larutan uji dan Larutan baku pada panjang gelombang
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 400 mg serapan lebih kurang 226 dan 290 nm. Gunakan Media
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml. disolusi sebagai blangko. Buat koreksi nilai serapan
Tambahkan 2,5 ml dimetil sulfoksida P dan encerkan dengan cara mengurangi nilai serapan pada 226 nm
dengan air sampai tanda. Kocok selama 10 menit, dengan nilai serapan pada 290 nm.
simpan pada suhu 4° selama 30 menit dan saring. Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume kurang dari 70% (Q) C15H21N3O3S dari jumlah yang
sama (lebih kurang 50 l) Larutan uji dan Larutan baku tertera pada etiket.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak. Respons semua puncak yang sesuai Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara
dengan Cemaran B Gliklazida dalam Larutan uji tidak Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
lebih besar dari respons puncak yang sesuai dalam Kromatografi <931>. [Catatan Buat larutan segera
Larutan baku. sebelum digunakan.]
Fase gerak Buat campuran trietilamin P-asam
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 250 trifluoroasetat P-asetonitril P-air (0,1:0,1:45:55), saring
mg zat, larutkan dalam 50 ml asam asetat anhidrat P. dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Titrasi dengan asam perklorat 0,1 M LV dan tetapkan menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
titik akhir secara potensiometrik. Kromatografi <931>.
Pelarut Buat campuran asetonitril P-air (45:55).
Tiap ml asam perklorat 0,1 M Larutan uji 1 Kocok sejumlah serbuk tablet setara
setara dengan 32,34 mg C15H21N3O3S dengan 800 mg gliklazida dengan 200 ml asetonitril P
selama 1 jam dan saring. Encerkan 10,0 ml filtrat dengan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. campuran asetonitril P-air (1:2) hingga 50 ml.
Larutan uji 2 Encerkan 1,0 ml Larutan uji 1 dengan
Pelarut hingga 500 ml.
TABLET GLIKLAZIDA Larutan baku 1 Timbang saksama lebih kurang 5
Gliclazide Tablet mg Gliklazida BPFI dan 15 mg 1-(3-azabisiklo
[3,3,0]okt-3-il)-3-o-tolilsulfonilurea BPFI, masukkan ke
Tablet Gliklazida mengandung gliklazida, dalam labu tentukur 50-ml. Larutkan dalam 25 ml
C15H21N3O3S, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih asetonitril P dan encerkan dengan air sampai tanda.
dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Pipet 1 ml larutan, masukkan ke dalam labu tentukur 20-
ml dan encerkan dengan Pelarut sampai tanda.
Baku pembanding Gliklazida BPFI. 1-(3-azabisiklo Larutan baku 2 Timbang saksama lebih kurang 8
[3,3,0]okt-3-il)-3-o-tolilsulfonilurea BPFI. mg 1-(3-azabisiklo [3,3,0]okt-3-il)-3-o-tolilsulfonil urea
BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml.
Identifikasi Kocok sejumlah serbuk tablet setara dengan Larutkan dalam 25 ml asetonitril P dan encerkan dengan
0,16 g gliklazida dengan 20 ml diklorometan P, sentrifus air sampai tanda. Pipet 1 ml larutan, masukkan ke dalam
dan uapkan beningan sampai kering. Spektrum serapan labu tentukur 100-ml dan encerkan dengan Pelarut
inframerah residu yang didispersikan dalam kalium sampai tanda.
bromida P menunjukkan maksimum hanya pada Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
bilangan gelombang yang sama seperti pada Gliklazida Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
BPFI. dilengkapi dengan detektor 235 nm dan kolom 4,0 mm x
25 cm yang berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran
Disolusi <1231> partikel 4 µm. Laju alir lebih kurang 0,9 ml per menit.
Media disolusi: 900 ml dapar fosfat pH 7,4. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku 1, rekam
Alat tipe 2: 100 rpm. kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Waktu: 45 menit. pada Prosedur: resolusi, R, antar puncak tidak kurang
Larutan uji Pipet 10 ml alikuot dan saring melalui dari 1,8.
penyaring dengan porositas 0,5 µm. Encerkan sejumlah Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
filtrat dengan Media disolusi hingga kadar lebih kurang sama (lebih kurang 20 l) Larutan uji 1, Larutan uji 2
12,5 µg per ml. dan Larutan baku 2 ke dalam kromatograf. Untuk
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 62 mg Larutan uji 1 lanjutkan eluasi sampai dua kali waktu
Gliklazida BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur retensi puncak utama, rekam kromatogram dan ukur
1000-ml. Larutkan dalam 20 ml metanol P dan encerkan semua respons puncak. Respons setiap puncak yang
sesuai dengan 1-(3-azabisiklo[3,3,0]okt-3-il)-3-o-
- 492 -
tolilsulfonilurea dalam Larutan uji 1 tidak lebih besar Glimepirida mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
dari respons puncak utama Larutan baku 2 (0,2%). tidak lebih dari 102,0% C24H34N4O5S, dihitung terhadap
Respons puncak lain selain puncak utama tidak lebih zat anhidrat.
besar dari puncak utama Larutan uji 2 (0,2%) dan
jumlah semua respons puncak selain puncak utama tidak Pemerian Serbuk; putih sampai hampir putih.
lebih besar dari dua kali respons puncak utama Larutan
uji 2 (0,4%). Abaikan puncak yang mempunyai respons Kelarutan Larut dalam dimetilformamida; sukar larut
puncak kurang dari 0,25 kali respons puncak yang sesuai dalam metanol; agak sukar larut dalam metilen klorida;
dengan gliklazida dalam Larutan uji 2 (0,05%). praktis tidak larut dalam air.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Baku pembanding Glimepirida BPFI, Senyawa Sejenis
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada A Glimepirida BPFI [isomer cis-glimepirida], Senyawa
Kromatografi <931> [Catatan Buat larutan segera Sejenis B Glimepirida BPFI [glimepirida sulfonamida],
sebelum digunakan.] Senyawa Sejenis C Glimepirida BPFI [glimepirida
Fase gerak, Larutan baku 1 dan Sistem kromatografi uretan], Senyawa Sejenis D Glimepirida BPFI [isomer 3-
Lakukan seperti tertera pada Senyawa sejenis. glimepirida].
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
setara dengan lebih kurang 800 mg gliklazida, masukkan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
ke dalam labu tentukur 200-ml. Larutkan dan encerkan maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
dengan asetonitril P sampai tanda. Kocok selama 1 jam seperti GlimepiridaBPFI.
dan saring. Pipet 10 ml filtrat, masukkan ke dalam labu
tentukur 200-ml, encerkan dengan campuran asetonitril Air <1031> Metode Ic Tidak lebih dari 0,5%; lakukan
P-air (2:3) sampai tanda. penetapan dengan cara menimbang saksama 0,25 g zat,
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 40 mg keringkan diatas penyaring molekuler (2 mm, porositas
Gliklazida BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 200- 0,4 nm), larutkan dan encerkan dengan
ml. Larutkan dalam 10 ml asetonitril P dan encerkan dimetilformamida P hingga 5,0 ml. Gunakan 1,0 ml
dengan campuran asetonitril P-air (2:3) sampai tanda. larutan ini dan lakukan penetapan blangko menggunakan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume 1,0 ml pelarut.
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
gliklazida, C15H21N3O3S, dalam serbuk tablet yang Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
digunakan dengan rumus:
Isomer-cis (Senyawa Sejenis A Glimepirida) Tidak
r lebih dari 0,8% Lakukan penetapan dengan cara
4000 C U Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
rS pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Masukkan 100 ml isopropil alkohol P ke
C adalah kadar Gliklazida BPFI dalam mg per ml dalam labu tentukur 1000-ml, tambahkan 1 ml asam
Larutan baku, rU dan rS berturut-turut adalah respons asetat glasial P, encerkan dengan heksan P sampai
puncak Larutan uji dan Larutan baku. tanda, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti yang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. tertera pada Kromatografi<931>.
Larutan kesesuaian sistem persediaan Larutkan lebih
kurang 1 mg Senyawa Sejenis A Glimepirida BPFI
GLIMEPIRIDA dalam 1 ml metilen klorida P. Tambahkan 3 ml Fase
Glimepiride gerak, dan campur.
CH3
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih
O O O kurang 10 mg Glimepirida BPFI masukkan ke dalam
S
O
O N
H
N
H
labu tentukur 20-ml, dan larutkan dalam 5 ml
N N
metilenklorida P. Encerkan dengan Fase gerak sampai
H
tanda. Pipet 5 ml larutan ini, masukkan ke dalam labu
H3C
H3C yang sesuai, tambahkan 50 µl Larutan kesesuaian sistem
persediaan, dan campur.
1-[[p-[2-(3-Etil-4-metil-2-okso-3-pirolin-1- Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 10 mg zat,
karboksamido)etil]fenil]sulfonil]-3-(trans-4- masukkan ke dalam labu tentukur 20-ml, dan larutkan
metilsikloheksil)urea [93479-97-1] dalam 5 ml metilen klorida P. Encerkan dengan Fase
C24H34N4O5S BM 490,62 gerak sampai tanda.
- 493 -
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja sama (lebih kurang 20 µl) Larutan uji, Enceran larutan
tinggi dilengkapi dengan detektor 228 nm dan kolom 3 uji 1 dan Enceran larutan uji 2 ke dalam kromatograf,
mm x 15 cm berisi bahan pengisi L20 dengan ukuran rekam kromatogram dan ukur respon puncak glimepirida
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 0,5 ml per menit. yang diperoleh dari Enceran larutan uji 1 dan semua
[Catatan Penetapan dapat juga dilakukan dengan respons puncak lain kecuali puncak glimepirida dalam
menggunakan kolom 4,6 mm x 15 cm, 4,6 mm x 25 cm, 4 Larutan uji. Abaikan setiap puncak dengan respons
mm x 12,5 cm, atau 4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi kurang dari respons puncak glimepirida dalam Enceran
L20. Disarankan laju alir lebih kurang1,1 ml per menit larutan uji 2. Lanjutkan eluasi sampai 2,5 kali waktu
untuk kolom 4,6 mm dan lebih kurang 0,8 ml permenit retensi puncak glimepirida. Hitung persentase dari setiap
untuk kolom 4,0 mm]. Lakukan kromatografi terhadap senyawa sejenis dan setiap cemaran yang tidak diketahui
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan dalam zat dengan rumus:
ukur respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur:
waktu retensi relatif glimepirida dan isomer-cis C ri
glimepirida berturut-turut adalah tidak lebih dari 1,0 dan 100 S
0,9; perbandingan “signal to noise” puncak isomer-cis CU rS
glimepirida tidak kurang dari 15.
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 µl Larutan uji ke CS adalah kadar glimepirida dalam mg per ml
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Enceranlarutan uji 1; CU adalah kadar glimepirida
respons puncak isomer-cis glimepirida dan glimepirida. dalam mg per ml Larutan uji; riadalah respons puncak
Hitung persentase isomer-cis glimepirida dalam zat yang dari masing-masing puncak Larutan uji; dan rS adalah
digunakan dengan rumus: respons puncak glimepirida dari Enceran larutan uji 1.
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur Larutan kesesuaian sistem Buat larutan yang
respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur: mengandung 0,04 mg per ml Glimepirida BPFI dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak masing-masing 0,02 mg per ml Senyawa Sejenis B
lebih dari 2,0%. Glimepirida BPFI dan Senyawa Sejenis C Glimepirida
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume BPFI dalam Pengencer. Pipet 5 ml larutan ini ke dalam
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji labu tentukur 50-ml encerkan dengan Pengencer sampai
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur tanda.
respons puncak utama. Hitung persentase glimepirida, Larutan sensitivitas Pipet 5 ml Larutan kesesuaian
C24H34N4O5S, dalam zat dengan rumus: sistem ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan
Pengencer sampai tanda.
C 100 rU Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
10000
W 100 L rS 10 tablet, masukkan sejumlah serbuk tablet ke dalam
tabung sentrifuga 50 ml. Encerkan dengan Pengencer
C adalah kadar Glimepirida BPFI dalam mg per ml hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per ml, berdasarkan
Larutan baku; W adalah bobot dalam mg zat yang jumlah yang tertera pada etiket. Sonikasi pada suhu tidak
digunakan untuk membuat Larutan uji; L adalah kadar lebih dari 20° selama 5 sampai 10 menit, dengan sesekali
air yang ditetapkan pada Penetapan kadar air; rUdan rS digoyang, sentrifus dan gunakan beningan.
berturut-turut adalah respons puncak glimepirida dari Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
Larutan uji dan Larutan baku. pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 228 nm dan kolom 4
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
terlindung dari cahaya dan simpan pada suhu tidak lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
dari 25º. Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur:
Resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis B
glimepirida dan senyawa sejenis C glimepirida tidak
TABLET GLIMEPIRIDA
kurang dari 4 dan simpangan baku relatif puncak
Glimepiride Tablet glimepirida pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
2,0%; waktu retensi relatif senyawa sejenis B
Tablet Glimepirida mengandung glimepirida,
glimepirida, senyawa sejenis C glimepirida dan
C24H34N4O5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
glimepirida berturut-turut lebih kurang 0,2; 0,3; dan 1,0.
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan sensitivitas,
hitung perbandingan “signal-to-noise”, S/N, untuk
Baku pembanding Glimepirida BPFI, Senyawa Sejenis
puncak senyawa sejenis B glimepirida dan senyawa
B Glimepirida BPFI [glimepirida sulfonamida],
sejenis C glimepirida dengan rumus:
Senyawa Sejenis C Glimepirida BPFI [glimepirida
uretan].
2H
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram h
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
diperoleh pada Penetapan kadar. H adalah tinggi puncak dari senyawa sejenis, dan h
Keseragaman sediaan <911>Memenuhi syarat. adalah amplitudo dari rata-rata garis dasar “noise” yang
terukur. S/N dari setiap puncak tidak kurang dari 10.
Senyawa sejenis Masing-masing cemaran dan jumlah Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
semua cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji
Tabel sebagai berikut: ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak. Lakukan kromatografi selama tidak
Tabel kurang dari dua kali waktu retensi puncak glimepirida.
Cemaran Batas (%) Hitung persentase setiap cemaran dalam tablet dengan
Senyawa Sejenis B Glimepirida 2,5 rumus:
Masing-masing cemaran lain 0,5
Total cemaran (tidak termasuk senyawa 1,0
sejenis B Glimepirida) 1 rU
Jumlah semua cemaran 3,5 100
F rS
Lakukan penetapan dengan cara kromatografi cair
kinerja tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi F adalah faktor respons relatif, 1,3 untuk senyawa
<931>. [Catatan Simpan larutan yang mengandung sejenis B glimepirida dan 1,0 untuk cemaran lain;
Glimepirida tidak lebih dari 24 jam]. rUadalah respons puncak dari masing-masing cemaran
Fasa gerak dan Pengencer Buat seperti yang tertera dari Larutan uji; dan rS adalah jumlah semua respons
pada Penetapan kadar
- 495 -
puncak dari Larutan uji. Abaikan setiap puncak yang rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
kurang dari 0,1%. glimepirida dari Larutan uji dan Larutan baku.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera tertutup rapat, pada suhu ruang terkendali.
pada Kromatografi <931>. [Catatan Simpan larutan
yang mengandung Glimepirida tidak lebih dari 24 jam].
Fasa gerak Larutkan 0,5 g natrium fosfat monobasa P GLIPIZIDA
dalam 500 ml air. Atur pH hingga 2,1-2,7 dengan Glipizide
penambahan asam fosfat 10%, tambahkan 500 ml
asetonitril P. 1-Sikloheksil-3-[[p-[2-(5-metilpirazin
Pengencer Buat campuran asetonitril P-air (9:1). karboksamido)etil]fenil]sulfonil]urea [29094-61-9]
Larutan kesesuaian sistem Buat larutan yang C21H27N5O4S BM 445,54
mengandung 0,1 mg per ml Glimepirida BPFI dan
masing-masing 0,02 mg per ml Senyawa Sejenis B Glipizida mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
Glimepirida BPFI dan Senyawa Sejenis C Glimepirida tidak lebih dari 102,0% C21H27N5O4S, dihitung terhadap
BPFI dalam Pengencer. zat yang telah dikeringkan.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Glimepirida BPFI, larutkan dalam Pengencer hingga Pemerian Serbuk; hablur putih atau hampir putih.
kadar lebih kurang 0,1 mg per ml.
Larutan uji Masukkan 5 tablet ke dalam labu tentukur Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, sangat sukar
yang sesuai untuk memperoleh kadar 0,1 mg per ml, larut dalam metilen klorida dan aseton, praktis tidak
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. Tambahkan larut dalam etanol 96%. Larut dalam larutan alkali
air lebih kurang 10% volume labu. Kocok hingga semua hidroksida encer.
tablet larut. Tambahkan asetonitril P lebih kurang 70%
volume labu, dan goyangkan. Sonikasi pada suhu tidak Baku pembanding GlipizidaBPFI; tidak boleh
lebih dari 20° selama 5 sampai 10 menit, dengan sesekali dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
dikocok. Biarkan hingga suhu ruang, tambahkan tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. Senyawa
asetonitril P sampai tanda dan saring. Sejenis A Glipizida BPFI; [N-{2-[(4-aminosulfonil)-
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera fenil] etil} – 5 – metil –pirazin karboksamida]
pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja (C14H16N4O3S BM 320,37), tidak boleh dikeringkan
tinggi dilengkapi dengan detektor 228 nm dan kolom 4 sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat
mm x 12,5 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih dan terlindung dari cahaya.
kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan Identifikasi
ukur respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur: A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis B didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
glimepirida dan senyawa sejenis C glimepirida tidak maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
kurang dari 1,5 dan faktor ikutan puncak glimepirida seperti pada Glipizida BPFI.
tidak lebih dari 2,0; waktu retensi relatif senyawa sejenis B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 20 µg per ml
B glimepirida, senyawa sejenis C glimepirida dan dalam metanol P menunjukkan maksimum dan
glimepirida berturut-turut lebih kurang 0,2; 0,3 dan 1,0. minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam pada Glipizida BPFI.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang C. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada dengan Larutan baku yang diperoleh dari Penetapan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. kadar.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji Susut pengeringan<1121> Tidak lebih dari 1,0%;
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 1000
respon puncak utama. Hitung persentase glimepirida, selama 3 jam.
C24H34N4O5S, dalam tiap tablet dengan rumus:
Sisa pemijaran<301> Tidak lebih dari 0,4%.
C rU
100 S Logam berat <371>Metode III, tidak lebih dari 50 bpj.
CU rS
Senyawa sejenis Tidak lebih dari 0,5% untuk masing-
CS adalah kadar Glimepirida BPFI dalam mg per ml masing cemaran; dan tidak lebih dari 1,5% total cemaran
Larutan baku; CU adalah kadar glimepirida dalam mg [Catatan Gunakan alat gelas berkadar aktinik rendah].
per ml Larutan uji berdasarkan jumlah mg per tablet
yang tertera pada etiket dan pengenceran yang dilakuan;
- 496 -
Lakukan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang CG adalah kadar Glipizida BPFI dalam g per ml
tertera pada Kromatografi<931>. Larutan baku; ri adalah respons puncak masing-masing
Larutan dapar Tambahkan 4,0 ml n-butilamin P pada cemaran yang diperoleh dari Larutan uji dan rSG adalah
1000 ml air. Atur pH 3,0 ± 0,05 dengan asam fosfat P. respons puncak dari glipizida yang diperoleh dari
Pengencer Buat campuran air-asetonitril P- metanol P Larutan baku. W adalah glipizida dalam mg yang
(3:1:1). digunakan untuk membuat Larutan uji. Abaikan setiap
Fase gerak Buat campuran Larutan dapar-asetonitril puncak cemaran yang kurang dari 0,05%.
P - metanol P (3:1:1) saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian seperti yang tertera pada Penetapan kadar [Catatan Gunakan alat gelas
Kesesuaian sistem pada Kromatografi <931>. berkadar aktinik rendah] Lakukan Kromatografi cair
Larutan baku persediaan Buat larutan Glipizida BPFI kinerja tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi
dalam metanol P hingga kadar 0,1 mg per ml. <931>.
Larutan baku Buat Larutan baku Senyawa Sejenis A Dapar Larutkan 13,8 gram natrium fosfat monobasa P
Glipizida BPFI dalam metanol P hingga kadar 0,1 mg dalam air, encerkan dengan air hingga 1000 ml. Atur pH
per ml. Pipet 2 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, hingga 6,00 ± 0,05 dengan menambahkan natrium
tambahkan 2,0 ml Larutan baku persediaan, encerkan hidroksida 2,0 N.
dengan Pengencer sampai tanda. Larutan mengandung Fase gerak Buat campuran Dapar dan metanol P
Glipizida BPFI lebih kurang 2 g per ml dan Senyawa (55:45), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Sejenis A Glipizida BPFI lebih kurang 2 g per ml. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti yang
Larutan uji Timbang saksama 25 mg zat masukkan ke tertera pada Kromatografi <931>.
dalam labu tentukur 25-ml, larutkan dan encerkan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Glipizida
dengan metanol P sampai tanda. Pipet 4 ml larutan ke BPFI, larutkan dalam metanol P dan encerkan secara
dalam labu tentukur 10-ml, encerkan dengan Pengencer kuantitatif dengan metanol P hingga kadar 0,1 mg per
sampai tanda. ml. Pipet 25 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 50-ml,
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera encerkan dengan Dapar sampai tanda hingga diperoleh
pada Kromatografi<931>. Kromatograf cair kinerja kadar lebih kurang 0,05 mg per ml.
tinggi dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,6 Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg zat,
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Pertahankan suhu masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, larutkan dan
kolom pada 300. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 25 ml
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam larutan ini ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera dengan Dapar sampai tanda hingga diperoleh larutan
pada Prosedur: waktu retensi puncak glipizida lebih dengan kadar lebih kurang 0,05 mg per ml.
kurang 45 menit; waktu retensi relatif senyawa sejenis A Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
glipizida lebih kurang 0,12 dan glipizida 1,0; waktu pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
retensi relatif cemaran lain yang diketahui, metil-N-4-[2- tinggi dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom 3,9
(5-metilpirazin-2-karboksamido) etil] benzensulfonil mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
karbamat, lebih kurang 0,18; dan simpangan baku relatif partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit.
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0% untuk Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
setiap puncak. kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
sama (lebih kurang 35l) Larutan baku dan Larutan uji penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
respons puncak. Hitung persentase senyawa sejenis A sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
glipizida dalam zat uji dengan rumus: ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
C rA
C21H27N5O4S, dalam zat uji, dengan rumus:
6, 25 A
W rSA r
400 C U
CA adalah kadar Senyawa Sejenis A Glipizida BPFI rS
dalam g per ml Larutan baku; W adalah glipizida
dalam mg yang digunakan untuk membuat Larutan uji; C adalah kadar Glipizida BPFI dalam mg per ml dalam
rA dan rSA berturut-turut adalah respons puncak senyawa Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
sejenis A glipizida yang diperoleh dari Larutan uji dan puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Larutan baku. Hitung persentase cemaran lain dalam
glipizida dengan rumus: Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
dan terlindung dari cahaya. Simpan pada suhu ruang.
C ri
6,25 G
W rSG
- 497 -
Penetapan kadar [Catatan Gunakan alat gelas Identifikasi Spektrum serapan inframerah lapisan tipis
berkadar aktinik rendah] Lakukan penetapan dengan menunjukkan pita yang lebar dan kuat pada 2,7 µm,
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera maksimum pada lebih kurang 6,1 µm, daerah yang kuat
pada Kromatografi <931>. serapannya antara 6,7 µm dan 8,3 µm, dan maksimum
Dapar, Fase gerak dan Larutan baku Lakukan seperti pada lebih kurang 7,1 µm, 7,6 µm dan 8,2 µm, dan
yang tertera pada Penetapan kadar dalam Glipizida. serapan yang sangat kuat pada daerah pita lebih kurang
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 9,0 µm, 9,6 µm, 10,1 µm, 10,9 µm, dan 11,8 µm.
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet [Catatan Gliserin yang mengandung kadar air rendah
setara dengan lebih kurang 5 mg glipizida, masukkan ke tidak menunjukkan maksimum pada lebih kurang 6,1
dalam labu tentukur 100-ml. Tambahkan 50 ml metanol µm.]
P dan sonikasi selama 15 menit. Encerkan dengan dapar
sampai tanda dan sonikasi kembali selama 15 menit. Bobot jenis <981> Tidak kurang dari 1,249.
Saring dengan penyaring tahan pelarut.
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera Warna Bandingkan warna zat dengan warna larutan
pada Penetapan kadar dalam glipizida. Lakukan yang dibuat dengan mengencerkan 0,40 ml besi(III)
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam klorida LK dengan air hingga 50 ml dalam tabung
kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang pembanding warna dengan diameter sama dan amati dari
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada atas terhadap latar belakang putih: tidak lebih gelap dari
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. larutan pembanding.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,01%; lakukan
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur penetapan sebagai berikut: Panaskan 50 g zat dalam
respons puncak utama. Hitung jumlah mg, Glipizida cawan porselen 100 ml terbuka, pijarkan dan biarkan
(C21H27N5O4S), dalam zat uji dengan rumus: sampai pijar. Dinginkan, basahkan residu dengan 0,5 ml
asam sulfat P, dan pijarkan hingga bobot tetap: bobot
r residu tidak lebih dari 5 mg.
100 C U
rS Klorida <361> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
penetapan mengunakan 7,0 g dan bandingkan kekeruhan
C adalah kadar Glipizida BPFI dalam mg per ml dengan 0,10 ml asam klorida 0,020 N.
Larutan baku; rUdan rS berturut-turut adalah respons
puncak Larutan uji dan Larutan baku. Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,002%; lakukan
penetapan menggunakan 10,0 g dan bandingkan
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah kekeruhan dengan 0,20 ml asam klorida 0,020 N.
tertutup rapat.
Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 1,5 bpj.
- 499 -
Logam berat <371> Tidak lebih dari 5 bpj; lakukan sama, biarkan selama 20 menit. Encerkan masing-
penetapan dengan melarutkan 4,0 g dalam 2 ml asam masing larutan dengan air hingga lebih kurang 300 ml,
klorida 0,020 N dan encerkan dengan air hingga 25 ml. titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N LV hingga pH
8,1 ± 0,1 untuk larutan uji dan pH 6,5 ± 0,1 untuk
Senyawa terklorinasi Tidak lebih dari 30 bpj Cl; blangko, menggunakan pH meter.
lakukan penetapan sebagai berikut: Timbang saksama 5
g zat, masukkan ke dalam labu alas bulat 100 ml, Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
tambahkan 15 ml morfolin P, refluks selama 3 jam. Bilas setara dengan 9,210 mg C3H8O3
kondensor dengan 10 ml air, tampung air bilasan ke
dalam labu, dan asamkan hati-hati dengan asam nitrat P. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Masukkan larutan ke dalam tabung pembanding yang
sesuai, tambahkan 0,50 ml perak nitrat LP, encerkan
dengan air hingga 50,0 ml, campur; kekeruhan tidak GLISIN
lebih dari blangko yang ditambah 0,20 ml asam klorida Glycine
0,020 N tanpa direfluks.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 150 Fase gerak Gunakan sikloheksan P sebagai Fase
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, gerak A dan campuran etil asetat P-metanol P-air
larutkan dalam 100 ml asam asetat glasial P, tambahkan (36:2:2)sebagaiFase gerak B.
1 tetes kristal violet LP, titrasi dengan asam perklorat Penjerap Campuran silika gel P dilapiskan pada
0,1 N LV hingga berwarna hijau. Lakukan penetapan lempeng 20 cm x 20 cm setebal 0, 25 mm yang
blangko. sebelumnya telah diaktifkan dengan memanaskan pada
suhu 100° selama 15 menit
1ml asam perklorat 0,1 N Larutan baku Larutkan Glutetimida BPFI dalam
setara dengan 7,507 mg C2H5NO2 metanol P, encerkan secara kuantitatif dengan metanol P
dan campur hingga diperoleh kadar 1,0 mg per ml.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Encerkan secara kuantitatif dengan metanol P untuk
memperoleh larutan baku seperti yang tertera di bawah
ini, dengan komposisi sebagai berikut:
GLUTETIMIDA
Kadar Persentase
Glutetimida Larutan Pengenceran baku (% untuk
H
baku (µg/ml) perbandingan
dengan zat uji)
O N O
A (1 dalam 2) 500 0,5
B (2 dalam 5) 400 0,4
CH2CH3
C (3 dalam 10) 300 0,3
D (1 dalam 5) 200 0,2
E (1 dalam 10) 100 0,1
2-Etil-2fenilglutarimida [77-21-4]
C13H15NO2 BM 217,27
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat dan
larutkan dalam metanol P sehingga diperoleh kadar 100
Glutetimida yang telah dikeringkan di atas fosfor
mg per ml.
pentoksida P pada suhu 45° hingga bobot tetap,
Enceran larutan uji Encerkan sejumlah tertentu
mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih
Larutan uji dengan metanol P hingga diperoleh kadar
dari 102,0% C13H15NO2
500 µg per ml.
Pereaksi penampak bercak Buat (1) larutan 500 mg
Baku pembanding Glutetilida BPFI; lakukan
kalium iodida P dalam 50 ml air, (2) larutan 1,5 g pati
pengeringan di atas fosfor pentoksida P pada suhu 45°
larut P dalam 50 ml air panas. Campur 10 ml masing-
hingga bobot tetap sebelum digunakan.
masing larutan dengan 4 ml etanol P.[Catatan Pereaksi
ini dapat digunakan sampai 3 atau 4 hari.]
Identifikasi
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 2
A. Spektrum serapan inframerah zat telah dikeringkan
µl Larutan uji, Larutan baku dan Enceran larutan uji
dan didispersikan dalam kalium bromida P,
pada jarak yang sama, 2,5 cm dari tepi bawah lempeng
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
gelombang yang sama seperti pada Glutetimida BPFI.
kromatografi dengan dasar bersekat, yang telah
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
dijenuhkan dengan Fase gerak A dan B secara terpisah,
4000) dalam metanol P menunjukkan maksimum dan
letakkan lempeng ke dalam dasar bejana kromatografi
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
pada Fase gerak B, hingga merambat 12 cm di atas garis
pada Glutetimida BPFI .
penotolan. Angkat lempeng, tandai tepi batas fase gerak,
C. Harga Rf dari bercak utama pada kromatogram
biarkan fase gerak menguap, keringkan pada suhu 100°
untuk Enceran larutan uji sesuai dengan yang diperoleh
hingga 110° selama 10 menit, uapi lempeng dengan gas
dari Larutan baku A pada pengujian Kemurnian
klorin selama 1 menit dan keringkan dengan aliran udara
kromatografi.
kering pada suhu ruang selama 2 menit. Semprotkan
lempeng dengan Pereaksi penampak bercak.
Jarak lebur <1021>Metode I Antara 86° dan 89°.
Bandingkan intensitas bercak lain yang diperoleh pada
kromatogram Larutan uji dengan bercak utama Larutan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
baku: tidak ada bercak sekunder yang diamati pada
lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P pada
kromatogram Larutan uji lebih besar atau lebih intensif
suhu 45° hingga bobot tetap.
dari bercak utama pada Larutan baku E (0,1%) dan
jumlah intensitas dari seluruh bercak sekunder pada
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Larutan uji tidak lebih dari 0,5%.
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan
Penetapan kadar
menggunakan Kromatografi lapis tipis seperti yang
Dapar asetat pH 4,0 Larutkan 820 mg natrium asetat
tertera pada Kromatografi <931>.
anhidrat P dalam 800 ml air, atur menggunakan asam
- 501 -
asetat glasial P hingga pH 4,0, encerkan dengan air kekuningan, kuning atau coklat muda, kadang-kadang
hingga 1000 ml. berwarna merah muda, rapuh, buram sering kali dengan
Fase gerak Buat campuran Dapar asetat pH 4,0 dan permukaan yang retak, mudah pecah menjadi fragmen
asetonitril P (3:2), saring dan awaudarakan. Jika perlu bersudut tidak beraturan dengan patahan melengkung,
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti berwarna agak putih atau agak kekuningan; seperti kaca
yang tertera pada Kromatografi <931>. dan tembus cahaya. Di dalam pusat butiran yang tidak
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Glutetimida pecah sering terdapat rongga kecil.
BPFI, larutkan dalam Fase gerak, jika perlu encerkan
secara kuantitatif dan bertahap dengan Fase gerak Mikroskopik Serbuk berupa potongan mengkilat tidak
hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml. beraturan, tidak berwarna terlihat sedikit pati atau
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg jaringan tanaman; tidak terlihat adanya lapisan
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan membran.
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera Identifikasi
pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih Fase gerak Campuran aseton P-n-butanol P-natrium
kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap fosfat monobasa P 1,6% (50:40:10)
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons Penjerap Kieselgur G dalam larutan natrium fosfat
puncak seperti yang tertera pada Prosedur: efisiensi monobasa P 1,6%.
kolom ditentukan dari puncak analit tidak kurang dari Larutan baku Larutan mengandung masing-masing 10
3000 lempeng teoritis; faktor ikutan untuk puncak analit mg D-galaktosa P, D-glukosa P, L-arabinosa P, L-
tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada ramnosa P dalam 1 ml air, encerkan dengan metanol P
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. hingga 10 ml.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Larutan uji Refluks 1 g serbuk dalam 25 ml asam
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji sulfat P 4% di dalam tangas air selama 90 menit,
ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama. netralkan 10 ml larutan ini dengan 2 g barium karbonat
Hitung jumlah dalam mg, C13H15NO2, dengan rumus: P, kocok selama lebih kurang 90 menit, saring encerkan
1 ml filtrat dengan 9 ml metanol P dan sentrifus.
r Prosedur Totolkan secara terpisah sejumlah volume
100C U (10 μl) sama Larutan baku dan Larutan uji pada
rS lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam
bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase
C adalah kadar Glutetimida BPFI dalam mg per ml gerak dan biarkan merambat 10 cm. Angkat lempeng,
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons keringkan dalam aliran udara hangat selama beberapa
puncak Larutan uji dan Larutan baku. menit, masukkan kembali ke dalam bejana kromatografi
yang sama dan biarkan merambat 15 cm. Angkat
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. lempeng dan keringkan dalam oven pada suhu 110°
selama 10 menit dan semprot dengan asam
aminohipurat LP. Kromatogram yang diperoleh dari
Larutan baku berupa empat bercak terpisah jelas
GOM AKASIA
menunjukkan D-galaktosa (coklat kekuningan), D-
Gom Arab glukosa (coklat kekuningan), L-ramnosa (kuning)
Gum Acacia dengan deretan harga RF menaik. Kromatogram yang
diperoleh dari Larutan uji berupa tiga bercak sesuai
Gom Akasia adalah eksudat, yang mengeras di udara dengan D-galaktosa, L-arabinosa dan L-ramnosa. Tidak
seperti gom, yang mengalir secara alami atau dengan boleh ada bercak yang sesuai dengan D-glukosa dan
penorehan batang dan cabang tanaman Acacia senegal bercak lain yang tampak, terutama pada bagian atas.
L. Willdenow (Familia Leguminosae) dan spesies lain B. Larutkan 1 g serbuk dalam 2 ml air, tambahkan 2
acacia yang berasal dari Afrika. ml etanol P, kocok, terbentuk musilago putih yang
menjadi cairan encer pada penambahan 10 ml air.
Pemerian Tidak berbau. C. Pada 5 ml larutan tambahkan10 ml etanol P.
Cairan berkabut yang diperoleh, membentuk endapan
Kelarutan Larut hampir sempurna dalam 2 bagian putih pada penambahan 0,5 ml asam asetat 5 N. Saring,
bobot air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa tambahkan pada filtrat jernih beberapa ml larutan
bagian tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit; amonium oksalat P 4%: filtrat berkabut.
praktis tidak larut dalam etanol dan dalam eter. D. Larutkan 250 mg serbuk dalam 5 ml air sambil
dikocok, tambahkan 0,5 ml larutan hidrogen peroksida P
Makroskopik Butiran, bentuk bulat seperti ginjal atau 3% dan 0,5 ml tingtur guaiakum LP. Kocok, biarkan
bulat telur, penampang 1 sampai 3 cm, warna putih
- 502 -
beberapa menit: terjadi warna biru tua atau beberapa Pemerian Serbuk; putih atau putih kekuningan; tidak
menit. berbau.
E. Larutan 0,01% dengan penambahan timbal(II)
subasetat LP: memberikan endapan dalam beberapa Kelarutan Larut hampir sempurna dalam air, tetapi
menit. sangat lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman,
F. Larutan 10% memutar bidang polarisasi ke kiri. dalam jumlah sangat sedikit dan memberikan cairan
seperti musilago, tidak berwarna atau kekuningan,
Agar dan gom sterkulia Pada sejumlah kecil serbuk, kental, lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap
tambahkan larutan segar merah rutenium LP, tidak lakmus biru; praktis tidak larut dalam etanol dan eter.
terbentuk kabut pada pengocokan.
Identifikasi Agar dan gom sterkulisa, Agar dan
Agar dan tragakan tragakan, Pati dan dekstrin, Sakarosa dan fruktosa,
A. Pada 2 ml larutan 10%, tambahkan 8 ml air dan 0,2 Tanin, Zat tidak larut, Susut pengeringan dan Sisa
ml timbal(II) asetat LP: tidak terbentuk kabut pada pemijaran. Memenuhi syarat seperti tertera pada Gom
pengocokan Akasia.
B. Pada 100 mg serbuk tambahkan 1 ml iodum 0,01
M: tidak terjadi warna merah tua atau hijau zaitun. Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung
Escherichia coli; lakukan penetapan menggunakan 1,0
Pati dan dekstrin Didihkan 10 ml larutan 10%, g zat.
dinginkan, tambahkan 0,1 ml iodum 0,05 M: tidak terjadi
warna biru atau coklat kemerahan. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Zat tak larut Tidak lebih dari 0,5%; lakukan penetapan Pemerian Serbuk amorf; putih atau praktis putih.
sebagai berikut: Pada 5 g serbuk tambahkan 100 ml air
dan 14 ml asam klorida 2 N, didihkan perlahan-lahan Kelarutan Mudah larut dalam air.
selama 15 menit, sambil sering dikocok. Saring selagi
panas dengan penyaring kaca masir, cuci sisa dengan air Baku pembanding Gonadotropin Korionik Manusia
panas dan keringkan pada suhu 100° sampai 105° hingga BPFI; simpan dalam lemari pendingin dan tidak boleh
bobot tetap. dikeringkan sebelum digunakan. Gunakan ampul baku
pembanding yang baru untuk setiap penetapan kadar,
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 15,0%; buang bagian yang tidak digunakan. Endotoksin BPFI
lakukan pengeringan pada suhu 100° sampai 105° [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi
menggunakan 1 g serbuk zat. harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi];
Rekonstitusi seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 5,0%; lakukan 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan,
penetapan menggunakan 1 g zat. dalam lemari pendingin.
Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung Escherichia Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih
coli; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g zat. dari 0,03 unit Endotoksin FI per unit Gonadotropin
Korionik FI.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Toksisitas akut Suntikkan secara intravena 0,5 ml
larutan uji yang mengandung 2000 unit Gonadotropin
SERBUK GOM AKASIA Korionik FI per ml pada tiap 5 ekor mencit sehat dengan
Serbuk Gom Arab bobot tubuh antara 18 dan 22 g. Amati hewan selama 48
Acacia Gum Powder jam setelah penyuntikan, jika pada akhir 48 jam semua
hewan hidup dan tidak lebih dari satu hewan
Serbuk Gom Akasia adalah gom akasia dalam bentuk menunjukkan gejala reaksi toksik: memenuhi syarat.
serbuk. Jika lebih dari satu hewan menunjukkan gejala toksik
- 503 -
atau jika tidak lebih dari dua hewan mati, ulangi 0,1938, pada P= 0,95, sampai batas keyakinan 80% dan
pengujian menggunakan 10 hewan tambahan yang sama: 125% dari perhitungan potensi, ulangi penetapan hingga
jika pada uji ulang semua hewan hidup selama 48 jam kombinasi data dari dua penetapan atau lebih, seperti
dan tidak menunjukkan gejala reaksi toksik: memenuhi tertera pada Kombinasi dari penetapan yang berdiri
syarat. sendiri dalam Desain dan Analisis Penetapan Hayati
<81>: memenuhi batas tersebut.
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 5,0%.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Aktivitas estrogenik Suntikkan secara subkutan 0,25 sebaiknya dalam kaca Tipe I dan di dalam lemari
ml larutan uji yang mengandung setara 1000 unit pendingin.
Gonadotropin Korionik FI per ml dalam larutan natrium
klorida P 0,9% pada pagi hari dan sore hari selama dua
hari berturut-turut, pada masing-masing dari 5 ekor tikus GONADOTROPIN KORIONIK UNTUK
betina yang indung telur telah dihilangkan 2 minggu INJEKSI
sebelumnya. Pada tiap tiga hari berikutnya, lakukan Chorionic Gonadotropin for Injection
apusan vagina dari setiap hewan. Jika unsur-unsur sel
dalam apusan vagina terutama terdiri dari leukosit dan Gonadotropin Korionik untuk Injeksi adalah campuran
beberapa sel epitel berinti, tetapi tanpa sel epitel yang kering gonadotropin korionik dengan pengencer dan
mengeras: memenuhi syarat. dapar yang sesuai, steril. Potensi tidak kurang dari
80,0% dan tidak lebih dari 125,0% dari potensi yang
Penetapan potensi tertera pada etiket dalam unit Gonadotropin Korionik FI.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Dapat mengandung zat antimikroba.
Gonadotropin Korionik BPFI, larutkan dalam larutan
natrium klorida P 0,9% yang dibuat segar mengandung Pemerian Padatan amorf berbentuk khas hasil dari beku
1 mg per ml serum albumin sapi dan atur pH antara 6,9 kering; putih atau hampir putih.
dan 8,0 dengan natrium hidroksida LP, hingga kadar 10
unit Gonadotropin Korionik FI per ml. Dengan Larutan terkonstitusi Memenuhi syarat; lakukan
menggunakan pelarut yang sama buat tiga enceran dari penetapan seperti tertera pada Larutan terkonstitusi
larutan ini masing-masing mengandung Gonadotropin dalam Injeksi.
Korionik BPFI secara geometrik seperti 1:1,2:1,44 atau
1:2:4, sehingga aktivitas per ml terletak dalam rentang Baku pembanding Gonadotropin Korionik BPFI;
0,1 sampai 1,0 unit. simpan dalam lemari pendingin dan tidak boleh
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Larutan dikeringkan sebelum digunakan. Gunakan ampul baru
baku, menggunakan zat uji, sehingga diperoleh tiga untuk tiap kelompok penetapan kadar dan musnahkan
Larutan uji yang sesuai. bagian yang tidak digunakan. Endotoksin BPFI [Catatan
Hewan uji Tikus betina, sehat, umur 20 hingga 23 Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-
hari, perbedaan bobot tubuh yang teringan dan yang hati untuk menghindari kontaminasi]; Rekonstitusi
terberat tidak lebih dari 30%. Hewan dipelihara dalam seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu 14 hari.
kondisi suhu penyinaran dan diet yang seragam, beri Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam
tanda dan kelompokkan secara acak dalam jumlah sama, lemari pendingin.
tidak kurang dari 10 ekor. Tentukan untuk masing-
masing tiga Larutan baku dan tiga Larutan uji. Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,03 unit
Prosedur Suntikkan secara subkutan pada bagian Endotoksin FI per unit Gonadotropin Korionik FI.
punggung 0,20 ml Larutan baku dan Larutan uji yang
telah disiapkan, pada waktu hampir bersamaan setiap pH <1071> pH larutan untuk uji Aktivitas estrogenik
tiga hari berturut-turut. Pada sore hari kelima, bunuh antara 6,0 dan 8,0.
hewan, potong uterus setiap hewan dengan cara
memotong leher rahim, mengupas jaringan di sekitarnya Aktivitas estrogenik Jika dikonstitusi seperti yang
dan memotong pertemuan utero-tubal. Segera tekan, tertera pada etiket, memenuhi uji Aktivitas estrogenik
keluarkan cairan uterin pada kertas absorben basah dan dalam Gonadotropin Korionik.
timbang uterus dengan timbangan yang sesuai, bobot
uterus mendekati 0,2 mg. Syarat lain Memenuhi syarat Uji Sterilitas <71>,
Perhitungan Tabulasi hasil penimbangan uterin pada Keseragaman Sediaan <911> dan Injeksi.
masing-masing tikus, tandai dengan simbol Y untuk tiap-
tiap dosis kelompok tikus. Lakukan seperti pada Keseragaman sediaan <911> Buka 10 wadah dan
Penetapan kadar dalam Injeksi Kortikotropin mulai dari timbang saksama masing-masing wadah dan isinya, beri
“Jika data dari satu atau lebih”. Hitung log jarak identitas masing-masing wadah. Pindahkan isi wadah
keyakinan L seperti tertera pada Interval keyakinan dan bilas dengan air, keringkan pada suhu 105° sampai
untuk penetapan individual dalam Desain dan Analisis bobot tetap dan timbang kembali. Hitung bobot bersih
Penetapan Hayati <81>. Jika batas keyakinan lebih dari
- 504 -
masing-masing wadah dan isinya dengan mengurangi Jarak lebur <1021> Antara 217° dan 224°.
bobot awal dengan bobot wadah kosong setelah
pengeringan. Hitung bobot isi rata-rata dan simpangan Rotasi jenis <1081> Antara +348° dan +364°, lakukan
baku relatif seperti tertera pada Keseragaman sediaan penetapan menggunakan larutan yang mengandung 10
<911>. Memenuhi syarat jika bobot isi masing-masing mg per ml dalam dimetilformamida P.
wadah tidak berbeda lebih dari 5,0% dari bobot rata-rata
dan simpangan baku relatif sepuluh wadah tidak lebih Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
dari 3,0%. Jika tidak memenuhi, lakukan uji terhadap 20
wadah tambahan. Memenuhi syarat jika tidak lebih dari Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
satu wadah dari 30 wadah, berbeda lebih dari 7,5% dari lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler
bobot rata-rata 30 isi wadah dan simpangan baku relatif dalam hampa udara tekanan tidak lebih dari 5 mmHg,
bobot isi 30 wadah tidak lebih dari 3,3%. pada suhu 60° selama 3 jam, menggunakan lebih kurang
100 mg zat yang ditimbang saksama.
Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera
pada Penetapan potensi dalam Gonadotropin Korionik, Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
menggunakan Larutan uji yang dibuat dengan
mengencerkan sejumlah larutan untuk uji Aktivitas Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 25
estrogenik secara bertahap dan kuantitatif dengan larutan bpj.
natrium klorida P 0,9%.
Luas permukaan spesifik Antara 1,3 dan 1,7 m2 per g.
Tentukan ukuran partikel nyata dalam µm dengan
Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk
metode permeasi udara, menggunakan alat yang sesuai.
padatan steril seperti tertera pada Injeksi.
Timbang 1,819 g ± 0,001 g zat, masukkan ke dalam
tabung kompresi dari alat. Mampatkan dengan tekanan
Penandaan Pada etiket tertera tanggal kadaluwarsa.
sedang hingga diperoleh porositas yang sama. Alirkan
udara mampat kering melalui tabung dan ukur tekanan
udara dengan manometer air. Baca porositas dan hitung
GRISEOFULVIN ukuran partikel nyata dari persamaan alat. Ulangi
Griseofulvin pembacaan porositas, berturut-turut pada derajat
H3CO O
kemampatan lebih tinggi hingga diperoleh ukuran
Cl
H3CO O
partikel nyata minimum. Hitung luas permukaan spesifik
yang diamati dalam m² per g dengan rumus:
H
O
H3 C
6
OCH3
1,455 MF
7-Kloro-2’,4,6-trimetoksi-6’ ß-metilspiro[benzofuran-
M adalah ukuran partikel nyata minimum; F adalah
2(3H),1’-[2]sikloheksena]-3,4’-dion [126-07-8]
faktor yang diperoleh dari tabel berikut, jika perlu
C17H17ClO6 BM 352,77
gunakan interpolasi, untuk koreksi ukuran partikel nyata
terhadap ukuran partikel yang sebenarnya pada
Griseofulvin mempunyai potensi tidak kurang dari 900
pembacaan porositas tersebut.
µg C17H17ClO6 per mg.
Pembacaan
Baku pembanding Griseofulvin BPFI; tidak boleh F
Porositas
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan
0,80 1,3771
terlindung cahaya. Simpan dalam tempat
0,76 1,4142
dingin.Griseofulvin Luas Permukaan Spesifik BPFI;
0,72 1,4573
tidak boleh dikeringkan.Simpan dalam wadah tertutup
0,68 1,5082
rapat dan terlindung cahaya. Simpan dalam tempat
0,64 1,5690
dingin.
0,60 1,6432
0,56 1,7353
Identifikasi
0,52 1,8528
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
0,48 2,0076
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P
0,44 2,2203
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
0,40 2,5298
gelombang yang sama seperti pada Griseofulvin BPFI.
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
Tentukan secara bersamaan luas permukaan spesifik
dengan Larutan baku, keduanya relatif terhadap baku
internal seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar. yang diamati dari Griseofulvin Luas Permukaan Spesifik
BPFI yang dilakukan dengan cara yang sama. Hitung
luas permukaan spesifik griseofulvin dengan rumus:
- 505 -
A TABLET GRISEOFULVIN
OU S Griseofulvin Tablet
OS
Tablet Griseofulvin mengandung griseofulvin,
OU adalah luas permukaan spesifik yang diamati dari zat C17H17ClO6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
uji; AS adalah luas permukaan spesifik yang telah 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
ditetapkan dari Griseofulvin LuasPermukaan Spesifik
BPFI; OS adalah luas permukaan spesifik yang diamati Baku pembanding Griseofulvin BPFI; tidak boleh
dari Griseofulvin Luas Permukaan Spesifik BPFI. dikeringkan sebelum digunakan.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Identifikasi Waktu retensi relatif puncak utama terhadap
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada baku internal pada Larutan uji sesuai dengan Larutan
Kromatografi <931>. baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P-
tetrahidrofuran P (60:35:5), saring, awaudarakan selama Disolusi <1231>
5 menit sebelum digunakan dan aduk terus menerus Media disolusi: 1000 ml air yang mengandung 40
selama penggunaan. Jika perlu lakukan penyesuaian mg natrium lauril sulfat P per ml.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Alat tipe 2: 75 rpm.
Kromatografi <931>. Waktu: 90 menit.
Larutan baku internal Larutkan sejumlah 3-fenilfenol Prosedur Lakukan penetapan jumlah C17H17ClO6,
dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml. yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika
Larutan baku Timbang saksama sejumlah perlu diencerkan dengan campuran metanol P-air (4:1)
Griseofulvin BPFI, larutkan dalam metanol P hingga dan serapan larutan baku Griseofulvin BPFI dalam
kadar lebih kurang 1,25 mg per ml. Pipet 5 ml larutan ini media yang sama, pada panjang gelombang serapan
ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 4,0 ml maksimum lebih kurang 291 nm.
Larutan baku internal, encerkan dengan Fase gerak Toleransi Dalam waktu 90 menit harus larut tidak
sampai tanda, kadar lebih kurang 0,125 mg per ml. kurang dari 75% (Q) C17H17ClO6 dari jumlah yang
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 62 mg zat, tertera pada etiket.
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 5 ml, Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 4,0 lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler,
ml Larutan baku internal, encerkan dengan Fase gerak dalam hampa udara pada tekanan tidak lebih dari 5
sampai tanda. mmHg pada suhu 60 selama 3 jam, menggunakan lebih
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada kurang 100 mg serbuk halus tablet yang ditimbang
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi saksama.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
25 cm berisi bahan pengisi L10. Laju alir lebih kurang 1 Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
ml per menit. Resolusi, R, antara griseofulvin dan 3- Prosedur keseragaman kandungan.
fenilfenol tidak kurang dari 3,5 % dan simpangan baku Larutan baku Timbang saksama sejumlah
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Griseofulvin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume metanol P hingga kadar lebih kurang 10 g per ml.
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam wadah yang
ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama. sesuai, tambahkan metanol P yang diukur saksama
Waktu retensi relatif griseofulvin terhadap 3-fenilfenol secukupnya hingga kadar griseofulvin tidak lebih dari 1
lebih kurang 0,8. Hitung jumlah dalam µg griseofulvin, mg per ml, kocok secara mekanik selama 1 jam atau
C17H17ClO6, dalam tiap mg zat dengan rumus: lebih lama, untuk mendispersikan zat uji secara
sempurna dan sonikasi selama 1 menit. Sentrifus
CP rU sebagian dari larutan ini, encerkan secara kuantitatif
500 sejumlah volume beningan yang diukur saksama hingga
WU rS
kadar griseofulvin lebih kurang 10 g per ml.
C adalah kadar Griseofulvin BPFI dalam mg per ml Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
Larutan baku; P adalah potensi griseofulvin dalam µg pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
per mg Griseofulvin BPFI; WU adalah jumlah zat yang kurang 292 nm, menggunakan metanol P sebagai
digunakan dalam mg; rU dan rS berturut-turut adalah blangko. Hitung jumlah dalam mg griseofulvin,
perbandingan respons puncak griseofulvin terhadap 3- C17H17ClO6 dalam tablet dengan rumus:
fenilfenol dalam Larutan uji dan Larutan baku.
CL AU
D AS
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
- 506 -
C adalah kadar Griseofulvin BPFI dalam mg per ml Pemerian Serbuk hablur; putih sampai agak kelabu; bau
Larutan baku; L adalah jumlah mg griseofulvin dalam khas lemah; rasa pahit.
tablet yang tertera pada etiket; D adalah kadar
griseofulvin dalam µg per ml Larutan uji dari jumlah per Kelarutan Larut dalam air; etanol, kloroform dan
tablet seperti yang tertera pada etiket dan besarnya faktor propilen glikol; agak sukar larut dalam gliserin.
pengenceran; AU dan AS berturut-turut adalah serapan
Larutan uji dan Larutan baku. Baku pembanding Guaifenesin BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara, pada tekanan tidak
Penetapan kadar kurang dari 10 mmHg dan suhu 60° sampai bobot tetap,
Fase gerak, Larutan baku internal, Larutan baku dan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Guaiakol BPFI; Tidak boleh dikeringkan; setelah ampul
Penetapan kadar dalam Griseofulvin. dibuka, simpan dalam wadah tertutup rapat dan
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari terlindung cahaya.
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
setara dengan lebih kurang 125 mg griseofulvin, Identifikasi
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. Tambahkan A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
lebih kurang 70 ml metanol P, kocok secara mekanik dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
selama 30 menit, encerkan dengan metanol P sampai menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
tanda. Saring sebagian larutan, buang 5 ml filtrat gelombang yang sama seperti pada Guaifenesin BPFI.
pertama. Pipet 5 ml filtrat jernih, masukkan ke dalam B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 40 g per ml
labu tentukur 50-ml, tambahkan 4,0 ml Larutan baku dalam metanol P menunjukkan maksimum dan minimum
internal, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. pada panjang gelombang yang sama seperti pada
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur Guaifenesin BPFI .
dalam Griseofulvin. Hitung jumlah dalam mg C. Campur lebih kurang 5 mg zat dengan 1
griseofulvin, C17H17ClO6 dalam serbuk tablet yang tetes formaldehida P dan beberapa tetes asam sulfat P:
digunakan dengan rumus: terjadi warna merah tua hingga ungu.
F adalah faktor respons puncak guaiakol yang setara respons puncak. Hitung jumlah dalam mg guaifenesin,
dengan 0,63, yang mempunyai waktu retensi relatif 1,4 C10H14O4, dalam zat uji yang digunakan dengan rumus:
dan 1,0 untuk semua cemaran lainnya; ri adalah respons
masing-masing puncak selain dari puncak utama r
guaifenesin pada Larutan uji; rS adalah respons puncak 50 C U
utama pada kromatogram Enceran Larutan uji: tidak rS
lebih dari 1,5% isomer guaifenesin [2-(2-
metoksifenoksi)-1,3-propanadiol], pada waktu retensi C adalah kadar Guaifenesin BPFI dalam mg per ml
relatif lebih kurang 0,9; tidak lebih dari 0,03% guaiakol; Larutan baku;rU dan rS berturut-turut adalah respons
tidak lebih dari 0,5% untuk masing-masing cemaran lain puncak Larutan uji dan Larutan baku. Hitung persentase
dan tidak lebih dari 1,0% untuk seluruh cemaran selain C10H14O4 dalam zat uji. Untuk nilai ini tambahkan
dari isomer guaifenesin dan guaiakol. persentase isomer guaifenesin yang diperoleh dari uji
Kemurnian kromatografi.
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
Metode IV Memenuhi syarat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Fase gerak Buat campuran air-metanol P-asam asetat Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
glasial P (60:40:1,5), saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian, menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>. HALOPERIDOL
Larutan asam benzoat Timbang saksama sejumlah Haloperidol
asam benzoat P, larutkan dalam metanol P hingga kadar
lebih kurang 2 mg per ml. HO
O
Senyawa sejenis A Haloperidol Tidak lebih dari 1,0%. Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih
Pelarut Buat campuran asam klorida P (1 dalam 100) dari 71,4 Unit Endotoksin FI per mg haloperidol.
dan isopropil alkohol P (10:90).
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 80 mg zat, pH <1071> Antara 3,0 dan 3,8.
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan
Pelarut sampai tanda. Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Injeksi.
Haloperidol BPFI dan Senyawa Sejenis A Haloperidol
BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur, larutkan dalam Penetapan kadar
Pelarut, hingga kadar berturut-turut lebih kurang 800 Larutan baku Timbang saksama sejumlah
dan 8 µg per ml. Haloperidol BPFI, larutkan dan encerkan dengan larutan
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku asam klorida P (1 dalam 20) hingga kadar lebih kurang
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih 20 µg per ml.
kurang 335 nm, terhadap blangko isopropil alkohol P Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
yang mengandung 10 ml larutan asam klorida encer P (1 setara dengan lebih kurang 10 mg haloperidol, masukkan
dalam 100) per 100 ml larutan. Serapan Larutan uji tidak ke dalam corong pisah dan tambahkan 20 ml larutan
lebih besar dari serapan Larutan baku. asam klorida P (1 dalam 20). Ekstraksi empat kali, tiap
kali dengan 25 ml eter P. Cuci kumpulan ekstrak empat
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> kali, tiap kali dengan 5 ml larutan asam klorida
Metode V Memenuhi syarat. P (1 dalam 20). Buang fase eter, tambahkan cucian asam
Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P. pada fase air.Saring fase air melalui segumpal kapas ke
dalam labu tentukur 50-ml.Tambahkan larutan asam
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 125 klorida P (1 dalam 20) sampai tanda. Pipet 10 ml larutan
mg zat, larutkan dalam 25 ml asam asetat glasial P, ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan
tambahkan 3 tetes p-naftolbenzein LP, titrasi dengan metanol P sampai tanda.
asam perklorat 0,05 N LV. Lakukan titrasi blangko. Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
Tiap ml asam perklorat 0,05 N kurang 245 nm dengan menggunakan campuran larutan
setara dengan 18,79 mg C21H23ClFNO2 asam klorida P (1 dalam 20)- metanol P (1:10) sebagai
blangko. Hitung jumlah dalam mg haloperidol,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, C21H23ClFNO2, dalam tiap ml injeksi dengan rumus:
tidak tembus cahaya.
C AU
0 ,5
INJEKSI HALOPERIDOL V AS
Haloperidol Injection
C adalah kadar Haloperidol BPFI dalam µg per ml
Injeksi Haloperidol adalah larutan steril Haloperidol
Larutan baku; V adalah volume injeksi yang digunakan
dalam air untuk injeksi, yang dibuat dengan bantuan
dalam ml; AU dan AS berturut-turut adalah serapan
asam laktat. Dapat mengandung bahan pengawet yang
Larutan uji dan Larutan baku.
sesuai. Mengandung Haloperidol, C21H23ClFNO2, tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
jumlah yang tertera pada etiket.
atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca tipe I, terlindung
cahaya.
Baku pembanding Haloperidol BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60° selama 3
jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
rapat dan terlindung cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan TABLET HALOPERIDOL
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati- Haloperidol Tablet
hati untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi
semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Tablet Haloperidol mengandung Haloperidol,
Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam C21H23ClFNO2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
lemari pendingin. dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Identifikasi Larutan uji dan Larutan baku yang dibuat Baku pembanding Haloperidol BPFI; lakukan
seperti tertera pada Penetapan kadar, menunjukkan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60° selama 3
serapan maksimum pada panjang gelombang 245 ± 2 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
nm. rapat dan terlindung cahaya.
- 510 -
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram C adalah kadar Haloperidol BPFI dalam µg per ml
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Larutan baku; T adalah jumlah haloperidol dalam mg
diperoleh pada Penetapan kadar. per tablet yang tertera pada etiket; D adalah kadar
haloperidol dalam µg per ml Larutan uji seperti yang
Disolusi <1231> tertera pada etiket dan faktor pengenceran; AU dan AS
Media disolusi: 900 ml cairan lambung buatan LP berturut-turut adalah serapan dari Larutan uji dan
(tanpa enzim). Larutan baku.
Alat tipe 1: 100 rpm.
Waktu: 60 menit. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Lakukan penetapan C21H23ClFNO2 yang terlarut Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti Kromatografi <931>.
tertera pada Kromatografi <931>. Fase gerak Buat campuran metanol P-dapar kalium
Fase gerak Buat campuran metanol P-dapar kalium fosfat monobasa 0,05 M (60:40). Atur pH hingga 4,0
fosfat monobasa 0,05 M (60:40). Atur pH hingga 4,0 dengan penambahan natrium hidroksida 1 N atau asam
dengan penambahan natrium hidroksida 1 N atau asam fosfat P, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
fosfat P, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
pada Kromatografi <931>. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Haloperidol BPFI, larutkan dalam Fase gerak, encerkan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Fase
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per ml.
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 Larutan uji Serbukkan tidak kurang dari 20 tablet.
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara dengan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak lebih kurang 10 mg haloperidol, masukkan ke dalam
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih labu tentukur 100-ml, tambahkan 60 ml Fase gerak,
dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan sonikasi selama 10 menit dan kocok secara mekanik
ulang tidak lebih dari 3,0%. selama lebih kurang 1 jam. Encerkan dengan Fase gerak
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sampai tanda, saring, buang 20 ml filtrat pertama.
sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan alikuot ke Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
respons puncak utama. Hitung jumlah C21H23ClFNO2 dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x
yang terlarut dengan membandingkan dengan larutan 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1
baku Haloperidol BPFI yang telah diketahui kadarnya ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
dalam media yang sama. baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih
kurang dari 80% (Q) C21H23ClFNO2, dari jumlah yang dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
tertera pada etiket. ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. sama (lebih kurang 15 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Prosedur keseragaman kandungan Lakukan penetapan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
sebagai berikut: respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
Larutan baku Timbang saksama sejumlah haloperidol, C21H23ClFNO2, dalam serbuk tablet yang
Haloperidol BPFI, larutkan dalam metanol P hingga digunakan dengan rumus:
kadar lebih kurang 20 µg per ml.
Larutan uji Masukkan 1 tablet yang telah digerus r
100 C U
halus ke dalam labu tentukur yang sesuai, tambahkan rS
metanol P hangat, kocok selama 15 menit, encerkan
dengan metanol P sampai tanda, hingga kadar lebih
kurang 20 µg per ml, saring, buang 20 ml filtrat pertama. C adalah kadar Haloperidol BPFI dalam mg per ml
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
dalam sel 1-cm pada panjang gelombang serapan puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
maksimum lebih kurang 245 nm, menggunakan metanol
P sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
haloperidol, C21H23ClFNO2, dalam tablet dengan rumus: tidak tembus cahaya.
T A
C U
D AS
- 511 -
Timol
Larutan baku timol Timbang saksama sejumlah timol,
larutkan dalam natrium hidroksida 0,25 N hingga kadar
lebih kurang 0,1 mg per ml.
Dapar Gunakan dapar borat alkali pH 8,0.
()-2-Bromo-2-kloro-1,1,1-trifluoroetana [151-67-7]
Larutan klorimida Larutkan 100 mg 2,6-
dibromokinon klorimida P dalam 25 ml etanol mutlak P.
C2HBrClF3 BM 197,38
Larutan harus dibuat segar.
Kurva baku timol Pipet masing-masing 1; 3 dan 5 ml
Halotan mengandung timol sebagai stabilisator tidak
Larutan baku timol ke dalam 3 labu tentukur 100-ml,
kurang dari 0,008% dan tidak lebih dari 0,012%.
tambahkan natrium hidroksida 0,25 N hingga 5,0 ml.
Buat larutan blangko dalam labu tentukur100-ml ke-4
Pemerian Cairan berat; tidak berwarna; mudah
yang berisi 5,0 ml natrium hidroksida 0,25 N. Pada
bergerak; tidak mudah terbakar; bau khas seperti
masing-masing labu tambahkan 1 ml Larutan klorimida.
kloroform; rasa manis dan seperti terbakar.
Diamkan tepat 15 menit, tambahkan 3 ml natrium
hidroksida 0,25 N dan encerkan dengan air sampai tanda.
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; bercampur
Ukur serapan pada panjang gelombang serapan
dengan etanol, kloroform, eter dan minyak lemak.
maksimum lebih kurang 590 nm terhadap blangko dan
buat kurva baku.
Baku pembanding Halotan BPFI; tidak boleh
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 2 ml zat,
dikeringkan, sangat mudah menguap. Setelah ampul
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml yang berisi 5
dibuka, simpan dalam wadah tertutup rapat, tidak
ml natrium hidroksida 0,25 N, goyang perlahan-lahan.
tembus cahaya, dalam lemari pendingin.
Uapkan dengan dialiri gas nitrogen P, tambahkan 10 ml
Dapar dan 1 ml Larutan klorimida. Goyang perlahan-
Identifikasi Spektrum serapan inframerah larutan (1
lahan, diamkan tepat selama 15 menit, tambahkan 3 ml
dalam 25) dalam karbon disulfida P menggunakan sel
natrium hidroksida 0,25 N dan encerkan dengan air
0,1-mm, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
sampai tanda.
gelombang yang sama seperti pada Halotan BPFI.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan bandingkan
Bobot jenis <981> Antara 1,872 dan 1,877; lakukan dengan Kurva baku timol, hitung persentase timol dalam
penetapan pada suhu 20°. halotan yang digunakan.
Jarak destilasi <1011>Metode II Tidak kurang dari Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan
95% terdestilasi antara 49° dan 51° dalam rentang 1° dan cara Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
tidak kurang dari 100% terdestilasi pada suhu antara 49° <931>.
dan 51°. Jika perlu lakukan koreksi dengan faktor Larutan baku Tambahkan 1,0 µl 1,1,2-trikloro-1,2,2-
koreksi 0,040° per mm. trifluoroetana ke dalam 20,0 ml zat.
Sistem kromatografi Lakukan penetapan dengan cara
Indeks bias <1001> Antara 1,369 dan 1,371; lakukan Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
penetapan pada suhu 20°. <931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan detektor
ionisasi nyala dan kolom baja tahan karat 2 mm x 3m,
Keasaman atau kebasaan Kocok 20 ml zat dengan 20 berisi bahan pengisi 20% fase diam G24 pada partikel
ml air bebas karbon dioksida P selama 3 menit, biarkan penyangga S1AB. Pertahankan suhu injektor, detektor
lapisan memisah: lapisan air memerlukan tidak lebih dan kolom berturut-turut pada suhu 200°, 200° dan 60°.
dari 0,1 ml natrium hidroksida 0,010 N atau tidak lebih Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa dengan laju
dari 0,6 ml asam klorida 0,010 N untuk menetralkan, alir lebih kurang 15 ml per menit. Waktu retensi 1,1,2-
sebagai indikator gunakan ungu bromokresol LP. trikloro-1,2,2-trifluoroetana dan halotan berturut-turut
lebih kurang 5 dan 13 menit.
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 0,03%. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 2 µl) Larutan baku dan zat ke dalam
Residu tidak mudah menguap Lakukan penetapan kromatograf gas, rekam kromatogram dan ukur semua
sebagai berikut: Uapkan 50 ml zat dalam cawan yang respons puncak. Jumlah semua respons puncak (kecuali
telah ditara di atas tangas uap hingga kering dan puncak halotan) tidak lebih dari respons puncak 1,1,2-
keringkan residu pada suhu 105° selama 2 jam: residu trikloro-1,2,2-trifluoroetana dari Larutan baku: cemaran
tidak lebih dari 1 mg. tidak lebih dari 50 bpj.
Klorida dan bromida Kocok 25 ml zat dengan 25 ml Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
air selama 5 menit, biarkan cairan memisah sempurna. tidak tembus cahaya, sebaiknya dari kaca Tipe NP dan
- 512 -
hindarkan dari panas berlebih. Diberikan hanya dalam kromatografi untuk eluasi sinambung, lakukan
wadah asli. kromatografi selama lebih kurang 2 jam. Angkat
lempeng dari bejana, keringkan dalam oven suhu 90°
selama 15 menit, amati pita kromatogram di bawah
HALSINONIDA cahaya ultraviolet 254 nm. Tandai pita utama dan pita
Halcinonide lain. Secara kuantitatif pindahkan lapisan silika yang
mengandung pita, termasuk bagian blangko yang sesuai
CH2Cl
dan masukkan masing-masing ke dalam tabung
C O
O CH3
sentrifuga 50 ml bersumbat kaca, kumpulkan pita
H
HO
CH3
O
C
CH3
cemaran jika diperoleh lebih dari satu cemaran.
CH3
H Tambahkan 30,0 ml etanol mutlak P ke dalam tabung
H
yang berisi pita utama dan blangko; serta tambahkan
F H
10,0 ml etanol mutlak P ke dalam tabung yang berisi
O kumpulan cemaran. Tutup tabung dan kocok hati-hati
dengan pengocok bolak-balik selama lebih kurang 60
21-Kloro-9-fluoro-11β,16α,17-trihidroksipregna-4-ena- menit. Sentrifus, encerkan cairan pita utama dan blangko
3,20-dionsiklik 16,17-asetal dengan aseton [3093-35-4] dengan volume sama etanol mutlak P. Tetapkan serapan
C24H32ClFO5 BM 454,96 beningan dalam sel 1-cm pada panjang gelombang
serapan maksimum lebih kurang 239 nm menggunakan
Halsinonida mengandung tidak kurang dari 97,0% dan etanol mutlak P sebagai blangko. Hitung persentase
tidak lebih dari 102,0% C24H32ClFO5. cemaran dalam zat dengan rumus:
Pemerian Serbuk hablur; putih atau agak putih; tidak
berbau. Ai
100
Kelarutan Tidak larut dalam air dan heksan; larut dalam Ai 6 AU
Ai adalah serapan cairan kumpulan pita cemaran
aseton dan kloroform; sukar larut dalam etanol dan eter. terkoreksi terhadap blangko yang sesuai dan Au adalah
Baku pembanding Halsinonida BPFI; lakukan serapan pita utama terkoreksi terhadap blangko yang
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 100° selama sesuai.
3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pendingin. Penetapan kadar
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang Halsinonida BPFI, larutkan dalam metanol P dan
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 15 µg per
seperti pada Halsinonida BPFI. ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg zat,
Rotasi jenis <1081> Antara +150° dan +160°; lakukan masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan
penetapan menggunakan larutan dalam kloroform P encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 5 ml
yang mengandung 20 mg per ml. larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan
metanol P sampai tanda.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 100° dalam sel 1-cm pada panjang gelombang serapan
selama 3 jam. maksimum lebih kurang 239 nm menggunakan metanol
P sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. halsinonida, C24H32ClFO5, dalam zat yang digunakan
dengan rumus:
Kemurnian kromatografi Tidak lebih dari 3,0%.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis
seperti tertera pada Kromatografi <931>. A
Fase gerak Buat campuran kloroform P-etil asetat P 2C U
(5:1). AS
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm. C adalah kadar Halsinonida BPFI dalam µg per ml
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah serapan
larutkan dalam 5,0 ml campuran kloroform P-metanol P dari Larutan uji dan Larutan baku.
(1:1).
Prosedur Bagi luas lempeng kromatografi menjadi Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
tiga bagian yang sama, bagian ketiga untuk blangko.
Totolkan 100 µl Larutan uji pada bagian pertama dan
kedua, setelah penotolan keringkan masing-masing
dengan aliran udara hangat. Gunakan bejana
- 513 -
Sisa pemijaran <301> Metode I Tidak lebih dari 0,1%. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya.
2,3,7,8-Tetraklorodibenzo-p-dioksin Tidak lebih dari
0,001 bpj. [Perhatian Karena 2,3,7,8-tetraklorodibenzo-
p-dioksin sangat beracun, perhatikan semua peringatan HEPARIN NATRIUM
yang diperlukan jika menggunakan prosedur ini.] Heparin Sodium
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 2,3,7,8-
Tetraklorodibenzo-p-dioksin larutkan dalam campuran Heparin Natrium adalah garam natrium dari glikosa-
n-heksan P-metilen klorida P (9:1) hingga kadar lebih minoglikan sulfat dari campuran mukopolisakarida
kurang 0,01 µg per ml. dengan bobot molekul bervariasi. Terdapat dalam
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 10 g zat, jaringan tubuh mamalia dan umumnya diperoleh dari
larutkan dalam 50 ml metanol P, masukkan ke dalam mukosa usus halus atau jaringan tubuh lain yang sesuai
corong pisah 1 liter, tambahkan 25 ml metanol P, 25 ml dari mamalia yang dapat dimakan manusia. Terdiri dari
litium hidroksida 2,5 N dan 225 ml air, ekstraksi dua komponen polimer dari turunan berseling D-glikosamina
kali, tiap kali dengan 200 ml n-heksan P yang baru (N-tersulfatasi atau N-terasetilasi) dan asam uronat
disuling. Keringkan kumpulan ekstrak n-heksan, saring (asam L-iduronat atau asam D-gluku-ronat) berikatan
melalui natrium sulfat anhidrat P dan uapkan hingga dengan ikatan glikosida, komponen akan dibebaskan
- 514 -
dalam bagian bervariasi pada hidrolisa sempurna. Larutan Faktor Xa Larutkan FaktorXa BPFI dalam
Merupakan campuran zat aktif yang mempunyai sifat Air Murni hingga diperoleh larutan yang memberikan
memperlambat waktu jendal darah terutama melalui serapan blangko yang tetap, seperti menggunakan
pembentukan kompleks dengan protein plasma, larutan natrium klorida P 0,0% sebagai pengganti
Antitrombin III dan memperkuat inaktivasi Trombin dan larutan heparin seperti yang tertera pada Prosedur yang
menghambat enzim protease koagulasi seperti Faktor X memberikan serapan 0,650 A sampai 0,700A pada
Teraktivasi dalam urutan penjendalan. Potensi Heparin panjang gelombang 405 nm dan suhu 37° (lebih kurang
Natrium dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan, setara dengan 0,4 unit Faktor Xa FI per ml dalam 1 ml
tidak kurang dari 140 unit Heparin FI per mg dan tidak campuran reaksi akhir).
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari Substrat kromofor Larutkan substrat metanasulfonil
jumlah yang tertera pada etiket. D-Leu-Gli-Arg-pNA dalam Air untuk Injeksi hingga
kadar 2,5 sampai 3,0 µM per ml berdasarkan bobot
Pemerian Serbuk amorf; putih atau pucat; tidak berbau molekul yang tertera pada etiket.
atau praktis tidak berbau; higroskopis. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Heparin
Natrium BPFI, larutkan dalam Dapar pH 8,4 hingga
Baku pembanding Heparin Natrium BPFI; simpan di kadar 0,1;0,05;0,025 dan 0,0125 unit Heparin FI per ml.
tempat sejuk dan tidak boleh dibekukan. Antitrombin III Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji,
BPFI; Faktor Xa BPFI; Endotoksin BPFI; [Catatan larutkan dalam Dapar pH 8,4 hingga kadar lebih kurang
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati- 0,025 sampai 0,050 unit Heparin FI per ml.
hati untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi Prosedur Untuk masing-masing Larutan baku buat
semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan dua larutan masing-masing mengandung 100 µl Larutan
vial yang belum dibuka dan larutan, dalam lemari Antitrombin III, 100 µl Larutan baku dan 600 µl Dapar
pendingin. pH 8,4, inkubasi pada suhu 37° tepat selama 120 detik.
Segera tambahkan pada masing-masing tabung 100 µl
Identifikasi Menunjukkan reaksi Natrium seperti tertera Substrat kromofor, ukur serapan pada panjang
pada Uji Identifikasi Umum <291>. gelombang 405 nm pada suhu 37° selama tidak kurang
dari 60 detik. [Catatan Atur urutan penambahan
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,03 unit pereaksi pada tabung sehingga jadwal waktu inkubasi
Endotoksin FI per unit Heparin FI. dapat dilakukan dengan tepat.] Hitung serapan rata-rata
selama 60 detik untuk masing-masing kadar Larutan
pH <1071> Antara 5,0 dan 7,5; lakukan penetapan baku dan Larutan uji. Hitung regresi kecepatan
menggunakan larutan (1 dalam 100). perubahan serapan dalam logaritma kadar heparin
natrium larutan akhir dari Larutan baku. Tetapkan rata-
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%; rata kandungan Anti-Faktor Xa dalam larutan akhir dari
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60° Larutan uji dari garis regresi. Hitung persentase aktivitas
selama 3 jam. relatif Anti-Faktor Xa terhadap potensi heparin dengan
rumus:
Sisa pemijaran <301> Antara 28,0% dan 41,0%.
5000 U X
Kandungan nitrogen <581>Metode I Antara 1,3% dan
P C
*
2,5%, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Protein Tambahkan 5 tetes larutan asam trikloroasetat UX adalah rata-rata kandungan Anti-Faktor Xa dalam
P (1 dalam 5) ke dalam 1 ml larutan uji (1 dalam 100): unit FI per ml Larutan uji dari pengujian akhir; P*
tidak terbentuk kekeruhan atau endapan. adalah potensi heparin natrium dalam unit Heparin FI
per mg yang ditetapkan seperti pada Penetapan
Logam berat<371>Metode III Tidak lebih dari 30 bpj. potensi;C adalah kadar heperin natrium dalam mg per ml
Larutan uji. Jumlah aktivitas Anti-Faktor Xa adalah
Aktivitas Anti-faktor Xa tidak kurang dari 80,0% tidak lebih dari 120,0% dari
Dapar pH 8,4 Larutkan sejumlah tris (hidroksimetil)- potensi Heparin dalam unit Heparin FI per mg seperti
aminometana P, asam edetat P dan Natrium klorida P yang diperoleh pada Penetapan potensi.
dalam air yang mengandung 0,1% polietilen glikol 6000
P hingga kadar berturut-turut 0,05 M; 0,0075 M dan Penetapan potensi
0,175 M. Jika perlu atur pH dengan penambahan asam Larutan baku Jika perlu tetapkan dengan uji
klorida P atau larutan natrium hidroksida P hingga pH pendahuluan untuk mendapatkan jumlah terkecil unit
8,4 pada suhu 25°. Heparin FI dari Heparin Natrium BPFI yang jika
Larutan Antitrombin III Larutkan Antitrombin III ditambahkan dalam 0,8 ml larutan natrium klorida P
BPFI asal sapi dalam Dapar pH 8,4 hingga kadar 0,5 0,9% dapat mempertahankan keadaan cair 1 ml plasma
unit FI per ml. selama 1 jam setelah penambahan 0,2 ml larutan kalsium
klorida P (1 dalam 100). Jumlah ini umumnya antara 1
- 515 -
dan 3 unit Heparin FI yang diperoleh dari uji dari pasangan rata-rata, tingkat jendal rata-rata, yi adalah
pendahuluan. Pada hari penetapan buah Larutan baku 0,50; maka xiadalah log volume tengah dari Larutan
sehingga dalam tiap 0,8 ml larutan natrium klorida P baku, xs.Jika tidak, interpolasi xs dari pasangan nilai yi,
0,9% mengandung sejumlah Heparin Natrium BPFI xidan yi+1’xi+1, di bawah dan di atas 0,5 seperti:
seperti telah ditetapkan di atas.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg dan
XS Xi
Yi 0,5 X i 1 X i
larutkan dalam natrium klorida P 0,9% hingga kadar 1 yi yi 1
mg per ml dan encerkan secara kuantitatif dengan
pelarut yang sama hingga perkiraan kadar sesuai dengan Dari pasangan data pada tabung dari Larutan uji, hitung
Larutan baku. dengan cara sama nalai tengah log volume xu.
Penyiapan plasma Kumpulkan darah domba secara Log potensi larutan uji adalah:
langsung ke dalam wadah yang mengandung 1 bagian
volume larutan natrium sitrat P 8% untuk tiap bagian M X S X U log R
volume darah. Campur segera dengan cara digoyang
perlahan-lahan dan membalikkan wadah. Masukkan 1
ml plasma ke dalam tabung reaksi bersih, tambahkan 0,2 R = vs/vuadalah perbandingan antara unit Heparin FI (vs)
ml larutan kalsium klorida P (1 dalam 100); plasma per ml Larutan baku terhadap mg (vu) Heparin Natrium
dapat digunakan untuk penetapan potensi, jika terbentuk per ml Larutan uji.
jendalan kompak dalam waktu 5 menit. Untuk Ulangi penetapan potensi secara terpisah dan rata-rata
penggunaan selanjutnya, plasma disimpan dalam wadah dua atau lebih nilai M untuk memperoleh M. Jika
tidak lebih dari 100 ml dan simpan dalam keadaan beku, penetapan M kedua berbeda lebih dari 0,05 dari
hindari pencairan sebagian sebelum digunakan. Untuk penetapan pertama, lanjutkan penetapan potensi hingga
penggunaan Penetapan potensi cairkan plasma beku log interval keyakinan yang dihitung seperti yang tertera
dalam tangas air pada suhu tidak lebih dari 37°. pada Interval keyakinan untuk penetapan individual
Hilangkan bahan partikulat dengan menyaring cairan dalam Desain dan Analisis Penetapan Hayati <81> tidak
plasma melalui saringan kasar. lebih dari 0,20. Potensi Heparin Natrium dalam unit
Prosedur Ke dalam tabung reaksi bersih 13 mm x 100 Heparin FI per mg adalah P*= antilog M.
mm, tambahkan sejumlah volume Larutan baku secara
bartahap deret ukur dan volume yang terbesar tidak lebih Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
dari 0,8 ml dan perbedaan volume antara tabung Simpan di bawah suhu 40°, sebaiknya pada suhu antara
berurutan tidak lebih dari 5%. Ke dalam masing-masing 15° dan 30°, kecuali jika dinyatakan lain oleh pabrik
tabung tambahkan larutan natrium klorida P 0,9% pembuat.
hingga volume 0,8 ml. Tambahkan ke dalam masing-
masing tabung 1,0 ml plasma, 0,2 ml larutan kalsium
klorida P (1 dalam 100). Catat waktu, segera tutup dan INJEKSI HEPARIN NATRIUM
campur dengan cara membalikkan tabung tiga kali Heparin Sodium Injection
sehingga membasahi bagian dalam tabung. Buat satu seri
Larutan uji dengan cara yang sama. Proses penyiapan Injeksi Heparin Natrium adalah larutan steril heparin
dan pencampuran Larutan uji dan Larutan baku selesai natrium dalam Air untuk injeksi. Potensi tidak kurang
dalam waktu 20 menit setelah penambahan plasma. Tepat dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% unit Heparin FI
1 jam setelah penambahan kalsium klorida, tentukan per ml dari jumlah yang tertera pada etiket. [Catatan
tingkat jendal masing-masing tabung dengan tiga Unit Heparin FI adalah unit internasional dari Heparin]
tingkatan (0,25; 0,50; 0,75) antara 0 (tidak jendal) dan 1
( jendal sempurna). Jika dalam seri tidak terdapat 2 Baku pembanding Heparin Natrium BPFI; simpan di
tabung yang mempunyai tingkat jendal lebih dari 0,5 dan tempat sejuk dan tidak boleh dibekukan. Endotoksin
dua tabung kurang dari 0,5 ulangi Penetapan potensi BPFI [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan
dengan menggunakan Larutan baku dan Larutan uji yang isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi];
dimodifikasi. Rekonstitusi seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu
Perhitungan Ubah volume Larutan baku menjadi 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan,
logaritma dari 5 atau 6 tabung berurutan yang mengapit dalam lemari pendingin.
tabung yang mempunyai tingkat jendal 0,5, yang
meliputi tidak kurang dari 2 tabung dengan tingkat Endotoksin bakteri <201>Tidak lebih dari 0,03 unit
jendal lebih besar dan 2 tabung dengan tingkat jendal Endotoksin FI per unit Heparin FI.
lebih kecil dari 0,5. Beri nomor dan urutkan tabung
secara seri dan tabulasikan tiap tingkat jendal yang pH <1071> Antara 5,0 dan 7,5.
diperoleh dari setiap tabung. Dari log volume, x, dan
secara terpisah dari tingkat jendalnya, y, hitung Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti yang
pasangan rata-rata x, dan y, dari tabung 1,2 dan 3; tertera pada Injeksi volume kecil.
tabung 2,3 dan 4 dan tabung 3,4 dan 5, serta untuk seri
yang terdiri dari 6 tabung, tabung 4,5 dan 6. Jika satu
- 516 -
bertahap dengan air hingga kadar lebih kurang 0,325 µg Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg zat
per ml.Pipet 1 ml larutan ke dalam tabung reaksi 10 ml. masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan
Tambahkan 4,0 ml Larutan benzaldehid, kocok secara lebih kurang 30 ml asam asetat 0,1 N, sonikasi hingga
mekanik selama 20 menit. Pipet 2 ml larutan ini ke larut. Dinginkan dan encerkan dengan asam asetat 0,1 N
dalam labu tentukur 5-ml, encerkan dengan Larutan sampai tanda.
asetonitril sampai tanda. Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
Larutan uji [Catatan Kondisi kolom ekstraksi spesifik pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
untuk prosedur ini. Cuci kolom dua kali tiap kali dengan tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4,0
2,0 ml heksan P, dan keringkan dengan bantuan pompa mm x 25 cm berisi bahan pengisi L10 dengan ukuran
vakum selama 2 menit. Setelah pengeringan, segera cuci partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit.
kolom dua kali tiap kali dengan 2,0 ml metanol P, Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam
kemudian dua kali tiap kali dengan 2,0 ml air, kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang
selanjutnya dua kali tiap kali dengan 2,0 ml Dapar tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif ftalazin dan
fosfat pH 7,0]. Timbang saksama lebih kurang 20 mg hidralazin hidroklorida berturut-turut adalah lebih
zat, masukkan ke dalam tabung reaksi 10 ml, dan kurang 0,65 dan 1,0; dan resolusi, R, antara puncak
larutkan dengan 1,0 ml air. Tambahkan 4,0 ml Larutan ftalazin dan puncak hidralazin tidak kurang dari 4,0.
benzaldehid, dan kocok secara mekanik selama 20 Prosedur Suntikkan lebih kurang 20 µl Larutan uji ke
menit. Pipet 2 ml larutan ini ke dalam kolom ekstraksi dalam kromatograf, rekam kromatogram, dan ukur
fase padat yang dibuat segar mengandung penukar semua respons puncak. Hitung persentase masing-
kation kuat asam benzen sulfonat, dengan perbandingan masing puncak, selain puncak hidralazin, dengan rumus:
massa sorben terhadap volume kolom 500 mg per 3 ml
atau setara, dan eluasi ke dalam labu tentukur 5-ml. Cuci r
kolom dua kali,tiap kali dengan 1,5 ml Larutan 100 i
asetonitril, kumpulkan eluat, encerkan dengan Larutan rt
asetonitril sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; dan
pada Kromatografi <931>.Kromatograf cair kinerja rtadalah jumlah semua respons puncak.
tinggi dilengkapi dengan detektor 310 nm dan kolom 4,0
mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1 dengan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, pada Kromatografi <931>.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Fase gerak Larutkan 1,44 g natrium dodesil sulfat P
yang tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif turunan dan 0,75 g tetrabutilamonium bromida P dalam 770 ml
hidralazin dan turunan hidrazin berturut-turut adalah air, dan tambahkan 230 ml asetonitril P. Atur pH hingga
lebih kurang 1,0 dan 1,5; simpangan baku relatif pada 3,0 dengan penambahan asam sulfat 0,1 N, saring dan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Kesesuaian sistem seperti yang tertera pada
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji Kromatografi <931>.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Larutan baku Timbang saksama sejumlah Hidralazin
respons puncak utama. Hitung persentase hidrazin dalam Hidroklorida BPFI, larutkan dalam asam asetat 0,1 N
zat, dengan rumus: hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per ml. Pipet 10 ml
larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan
32 ,05 0,1C rU asam asetat 0,1 N sampai tanda.
Larutan resolusi Timbang sejumlah Hidralazin
104 ,97 W rS Hidroklorida BPFI dan ftalazin, larutkan dalam asam
asetat 0,1 N hingga kadar berturut-turut lebih kurang
32,05 dan 104,97 adalah bobot molekul hidrazin dan 0,25 mg per ml dan 0,05 mg per ml. Pipet 5 ml larutan
hidrazin dihidroklorida; C adalah kadar hidrazin ini ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan asam
dihidroklorida dalam µg per ml Larutan baku; W adalah asetat 0,1 N sampai tanda, kadar hidralazin hidroklorida
bobot hidralazin hidroklorida dalam mg Larutan uji; rU dan ftalazin berturut-turut lebih kurang 25 µg per ml dan
dan rS berturut-turut adalah respons puncak hidrazin dari 5 µg per ml.
Larutan uji dan Larutan baku. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
zat masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml. Larutkan
Kemurnian kromatografi Total cemaran tidak lebih dan encerkan dengan asam asetat 0,1 N sampai tanda.
dari 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Pipet 10 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera encerkan dengan asam asetat 0,1 N sampai tanda dan
pada Kromatografi<931>. saring, buang 10 ml filtrat pertama.
Fase gerak dan Larutan resolusi Lakukan seperti Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
yang tertera pada Penetapan kadar. pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
tinggi dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4,0
- 518 -
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L10 dengan ukuran Sisa penguapan Tidak lebih dari 0,15%; lakukan
partikel 10 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. penetapan sebagai berikut: Uapkan 20 ml larutan uji
Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam yang telah dikocok, di atas tangas uap hingga kering,
kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang dan keringkan residu pada suhu 105 selama 1 jam .
tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif ftalazin dan
hidralazin hidroklorida berturut-turut lebih kurang 0,65 Residu tidak menguap Tidak lebih dari 30 mg per 20
dan 1,0; resolusi, R, antara puncak ftalazin dan puncak ml larutan. Kocok larutan, pipet 20 ml ke dalam cawan
hidralazin tidak kurang dari 4,0. Lakukan kromatografi penguap yang telah diketahui bobotnya, uapkan di atas
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur tangas uap, dan keringkan residu pada 105o selama 1
respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur: jam.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih
dari 2,0%. Barium Ke dalam 10 ml larutan uji tambahkan 2 tetes
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume asam sulfat 2 N: tidak terbentuk kekeruhan atau endapan
sama (lebih kurang 25µl) Larutan baku dan Larutan uji dalam 10 menit.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, Logam berat <371>Metode I Tidak lebih dari 5 bpj;
hidralazin hidroklorida, C8H8N4.HCl, dalam zat yang lakukan penetapan sebagai berikut: Encerkan 4 ml
digunakan dengan rumus: larutan uji yang dikocok dengan 20 ml air, tambahkan 2
r ml amonium hidroksida 6 N, didihkan perlahan hingga
2 ,5C U volume lebih kurang 5 ml. Encerkan dengan air hingga
rS 25 ml.
C adalah kadar Hidralazin Hidroklorida BPFI dalam µg Batas pengawet Tidak lebih dari 0,05%; lakukan
per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah penetapan sebagai berikut: Ekstraksi 100 ml larutan
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. yang telah dikocok baik di dalam corong pisah tiga kali,
berturut-turut dengan 50 ml, 25 ml, dan 25 ml campuran
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. klorofrom P-eter P (3:2). Uapkan kumpulan ekstrak
Simpan pada suhu 25°, masih diperbolehkan pada suhu dalam cawan kaca yang telah ditara pada suhu ruang
antara 15°dan 30°. hingga kering, dan keringkan di atas silika gel P selama
2 jam.
LARUTAN TOPIKAL HIDROGEN Penetapan kadar Pipet 2 ml ke dalam labu yang sesuai
PEROKSIDA berisi 20 ml air. Tambahkan 20 ml asam sulfat 2 N,
Hydrogene Peroxide Solution Topical titrasi dengan kalium permanganat 0,1 N LV.
Larutan Topikal Hidrogen Peroksida mengandung tidak Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
kurang dari 2,5 g dan tidak lebih dari 3,5 g H2O2 per tidak tembus cahaya, dalam ruang dengan suhu
100 ml; dan mengandung tidak lebih dari 0,05% terkendali.
pengawet yang sesuai.
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, HIDROGEN PEROKSIDA PEKAT
atau berbau seperti ozon. Bereaksi asam terhadap Hydrogen Peroxide Concentrate
lakmus, berasa asam dan berbuih di dalam mulut. Cepat
terurai jika bercampur dengan oksidator atau reduktor. Hidrogen peroksida [7722-84-1]
Segera terurai pada pemanasan cepat. Terurai oleh H 2O 2 BM 34,01
cahaya. Bobot jenis 1,01.
Hidrogen Peroksida Pekat mengandung tidak kurang
Identifikasi Kocok 1 ml dengan 10 ml air yang dari 29,0% dan tidak lebih dari 32,0% H2O2.
mengandung 1 tetes asam sulfat 2 N dan tambahkan 2 ml Mengandung tidak lebih dari 0,05% pengawet yang
eter P, kemudian tambahkan setetes kalium bikromat sesuai. [Perhatian Hidrogen peroksida adalah oksidan
LP: terjadi warna biru dalam lapisan air, bila dikocok kuat.]
dan didiamkan, warna biru akan masuk ke dalam lapisan
eter. Pemerian Cairan jernih tidak berwarna; bereaksi asam
terhadap lakmus. Terurai secara perlahan dan
Keasaman Ke dalam 25 ml larutan uji, tambahkan dipengaruhi cahaya.
fenolftalein LP, dan titrasi dengan natrium hidroklorida
0,10 N hingga netral: diperlukan tidak lebih dari 2,5 ml.
- 519 -
Keasaman Encerkan 25 g zat dengan air hingga 250 ml. menunjukkan maksimum hanya pada panjang
Pipet 25 ml larutan ke dalam labu Erlenmeyer gelombang yang sama seperti pada Hidrokuinon BPFI.
tambahkan fenolftalein LP dan titrasi dengan natrium B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
hidroksida 0,10 N LV hingga netral: diperlukan tidak secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
lebih dari 2,5 ml. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji,
larutkan dalam metanol P hingga mencapai kadar 0,1%.
Klorida <361> Tidak lebih dari 50 bpj; lakukan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
penetapan menggunakan larutan 1,5 g dalam air hingga Hidrokuinon BPFI, larutkan dalam metanol P hingga
25 ml dan bandingkan kekeruhan dengan 0,10 ml asam mencapai kadar 0,1%.
klorida 0,020 N. Fase gerak Campuran metanol P-kloroform P (50:50).
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5
Syarat lain Memenuhi syarat Uji Identifikasi dan uji µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
untuk Residu tidak menguap, Logam berat, dan Batas kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan
pengawet (gunakan 90 ml zat) seperti yang tertera pada lempeng ke dalam bejana kromatografi yang sebelumnya
Larutan Topikal Hidrogen Peroksida. telah dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan
merambat hingga tiga per empat panjang lempeng.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 ml Angkat lempeng, biarkan Fase gerak menguap dan
dalam labu tentukur 100-ml yang telah ditara, encerkan panaskan di atas lempeng pemanas atau diamkan di
dengan air sampai tanda. Pada 20,0 ml larutan ini bawah lampu hingga timbul bercak: harga Rf bercak
tambahkan 20 ml asam sulfat 2 N, titrasi dengan kalium utama yang diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan
permanganat 0,1 N LV. yang diperoleh dari Larutan baku.
C. Spektrum serapan larutan (1 dalam 40.000) dalam
Tiap ml kalium permanganat 0,1 N metanol P menunjukkan maksimum pada panjang
setara dengan 1,701 mg H2O2 gelombang lebih kurang 293 ± 2 nm.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah berisi tidak Jarak lebur <1021> Antara 172° dan 174°.
penuh dilengkapi dengan lubang udara kecil dan simpan
di tempat sejuk. Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
Penandaan Pada etiket dicantumkan nama dan jumlah Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%.
bahan pengawet yang ditambahkan. Cantumkan “Tidak
diperkenankan untuk penggunaan langsung kepada Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 250
manusia atau hewan”. mg, larutkan dalam campuran 100 ml air dan 10 ml
asam sulfat 0,1 N, tambahkan 3 tetes difenilamina LP
dan titrasi dengan serium (IV) sulfat 0,1 N LV hingga
HIDROKUINON warna merah lembayung. Lakukan penetapan blangko.
Hydroquinone
Tiap ml serium(IV) sulfat 0,1 N
Hidrokuinon [123-31-9] setara dengan 5,506 mg C6H6O2
C6H6O2 BM 110,11
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Hidrokuinon mengandung tidak kurang dari 99,0% dan dan tidak tembus cahaya.
tidak dari 100,5% C6H6O2, dihitung terhadap zat
anhidrat.
KRIM HIDROKUINON
Pemerian Berbentuk jarum halus, putih; mudah menjadi Hydroquinone Cream
gelap jika terpapar dan udara.
Krim Hidrokuinon mengandung Hidrokuinon tidak
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam etanol, dan kurang dari 94,0% dan tidak lebih dari 106,0%, C6H6O2
dalam eter. dari yang tertera pada etiket.
Baku pembanding Hidrokuinon BPFI; tidak boleh Baku pembanding Hidrokuinon BPFI; tidak boleh
dikeringkan; lakukan penetapan kadar air dengan cara dikeringkan; lakukan penetapan kadar air dengan cara
titrimetri, sebelum digunakan untuk analisis kuantitatif. titrimetri sebelum digunakan untuk pengujian kuantitatif.
tersebut memberikan respons pada uji identifikasi B pada Baku pembanding Hidroklorotiazid BPFI; lakukan
hidrokuinon. pengeringan pada suhu 105° selama 1 jam sebelum
digunakan.4-Amino-6-kloro-1,3 benzendisulfonamid
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. BPFI, lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 4
jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar dengan cara rapat dan terlindung cahaya. Klorotiazid BPFI, lakukan
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. pengeringan pada suhu 105° selama 1 jam sebelum
Larutan baku Timbang saksama sejumlah digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, pada
Hidrokuinon BPFI, larutkan dan encerkan dengan tempat dingin.
metanol P hingga kadar lebih kurang 10 µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim Identifikasi
hidrokuinon setara dengan lebih kurang 20 mg A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
hidrokuinon ke dalam gelas piala 100 ml. Gerus krim dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
dengan 50 ml metanol P, saring dan masukkan ke dalam menggunakan campuran hidroklorotiazid-kalium
labu tentukur 500-ml. Ulangi langkah penggerusan dan bromida yang telah dipanaskan pada suhu 105° selama 2
penyaringan di atas dan encerkan sampai tanda. Pipet 25 jam, menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
ml larutan ini dan masukkan ke dalam labu tentukur gelombang yang sama seperti pada Hidroklorotiazid
100-ml, encerkan dengan metanol P sampai tanda. BPFI.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih 100.000) dalam metanol P menunjukkan maksimum dan
kurang 293 nm. Hitung jumlah dalam mg hidrokuinon, minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
C6H6O2, tiap g krim dengan rumus: pada Hidroklorotiazid BPFI.
C adalah kadar Hidrokuinon BPFI dalam mg per ml Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Larutan baku; W adalah bobot krim dalam gram; AU dan
AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Larutan Klorida <361> Tidak lebih dari 0,035%; lakukan
baku. penetapan dengan mengocok 500 mg zat dalam 40 ml air
selama 5 menit dan saring: filtrat menunjukkan klorida
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah tidak lebih dari yang ditunjukkan oleh 0,25 ml asam
tertutup baik dan terlindung cahaya. klorida 0,020 N.
resolusi, R, antara puncak klorotiazid dan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
hidroklorotiazid tidak kurang dari 1,5; faktor ikutan Hidroklorotiazid BPFI, larutkan dengan Pengencer, jika
puncak senyawa sejenis A benzotiadiazin, klorotiazid perlu lakukan sonikasi. Encerkan dengan Pengencer
dan hidroklorotiazid tidak lebih dari 1,5 dan simpangan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap hingga kadar
baku relatif pada penyuntikan ulang yang ditetapkan dari lebih kurang 0,32 mg per ml. Saring melalui penyaring
puncak senyawa sejenis A benzotiadiazin dan klorotiazid dengan porositas 0,45 µm atau lebih kecil.
tidak lebih dari 5,0%. Lakukan kromatografi dengan tiga Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 32 mg zat,
kali penyuntikan terhadap Larutan batas kuantitasi dan masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. Tambahkan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti 70 ml Pengencer, jika perlu sonikasi selama 10 menit
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif tidak lebih untuk melarutkan. Diamkan hingga suhu ruang.
dari 25%. [Catatan Waktu retensi relatif senyawa sejenis Encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Saring
A benzotiadiazin, klorotiazid, hidroklorotiazid, 5- melalui penyaring dengan porositas 0,45 µm atau lebih
klorohidroklorotiazid dan dimer hidroklorotiazid [6- kecil.
kloro-N-[6-kloro-7-sulfamoil-2,3-dihidro- 4H - 1,2,4 - Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
benzotiadiazin-4-il 1,1-dioksida)metil]3,4-dihidro-2H- Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
1,2,4-benzotiadiazin-7-sulfonamida 1,1-dioksida] dilengkapi dengan detektor 275 nm dan kolom 4,6 mm x
berturut-turut lebih kurang 0,5; 0,8; 1,0; 2,1 dan 2,6]. 5 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 3,5
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Pertahankan
10 µl) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam suhu kolom 35. Kromatograf diprogram sebagai
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Hitung berikut:
persentase masing-masing cemaran dengan rumus:
Waktu Larutan Larutan
Eluasi
(Menit) A (%) B (%)
r
100 C iC 0 3 97 Kesetimbangan
rSC 0-5 3 97 Isokratik
5-14 336 9764 Gradien Linier
14-18 363 6497 Gradien Linier
riC adalah perbandingan respons puncak masing-masing
18-20 3 97 Kesetimbangan
cemaran terhadap faktor respons dan rsC adalah jumlah
kembali
perbandingan semua respons puncak terhadap semua
faktor respons, faktor respons senyawa sejenis A Lakukan kromatografi terhadap Pengencer untuk
benzotiadiazin, klorotiazid dan semua puncak lain mengetahui adanya puncak yang disebabkan oleh sistem.
berturut-turut adalah 0,54; 0,63 dan 1,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
sistem dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada senyawa sejenis A benzotiadiazin, klortiazid dan
Kromatografi <931>. hidroklortiazid berturut-turut lebih kurang 0,5; 0,8 dan
Larutan natrium fosfat Timbang saksama 2,76 g 1,0; resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A
natrium fosfat monobasa , masukkan ke dalam labu benzotiadiazin dan puncak klorotiazid tidak kurang dari
tentukur 1000-ml, tambahkan lebih kurang 990 ml air. 2,0; resolusi, R, antara puncak klorotiazid dan puncak
Atur pH hingga 2,7 0,1 dengan penambahan asam hidroklorotiazid tidak kurang dari 1,5 dan faktor ikutan
fosfat P dan encerkan dengan air sampai tanda. Jika puncak Senyawa sejenis A benzotiadiazin, klorotiazid dan
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem hidroklorotiazid tidak lebih dari 1,5. Lakukan
seperti tertera pada Kromatografi <931>. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Pengencer Buat campuran Larutan natrium fosfat- kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
asetonitril P (7:3). pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan
Larutan A Buat campuran asetonitril P-metanol P ulang tidak lebih dari 1,0%.
(3:1), awaudarakan. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Larutan B Buat campuran asam format anhidrat P sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
dalam air (5 dalam 1000), awaudarakan. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Jika hidroklorotiazid, C7H8ClN3O4S2, dalam zat yang
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem digunakan dengan rumus:
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah r
Hidroklorotiazid BPFI, Klorotiazid BPFI dan Senyawa 100 C U
Sejenis A Benzotiadiazin BPFI, larutkan dengan rS
Pengencer, jika perlu lakukan sonikasi. Encerkan dengan
Pengencer hingga kadar berturut-turut lebih kurang
0,32; 3,2 dan 3,2 g per ml. Saring melalui penyaring
dengan porositas 0,45 µm atau lebih kecil.
- 522 -
C adalah kadar Hidroklorotiazid BPFI dalam mg per ml Senyawa sejenis Tidak lebih dari 1,0%. Lakukan
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
puncak Larutan uji dan Larutan baku. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan uji
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar.
Larutan baku [Catatan Volume asetonitril P yang
TABLET HIDROKLOROTIAZID digunakan untuk melarutkan baku pembanding tidak
Hydrochlorothiazide Tablet boleh lebih dari 10% volume akhir]. Timbang saksama
sejumlah Senyawa Sejenis A Benzotiadiazin BPFI,
Tablet Hidroklorotiazid mengandung hidroklorotiazid, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang
C7H8ClN3O4S2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih 1,5 g per ml.
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
Baku pembanding Hidroklorotiazid BPFI; lakukan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
pengeringan pada suhu 105° selama 1 jam sebelum respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
digunakan. 4-Amino-6-kloro-1,3-benzendisulfonamida senyawa sejenis A benzotiadiazin dalam serbuk tablet
BPFI; simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung yang digunakan dengan rumus:
cahaya. Lakukan pengeringan di atas silika gel P selama
4 jam sebelum digunakan. r
0, 2C U
Identifikasi rS
A. Masukkan sejumlah serbuk tablet setara dengan
lebih kurang 50 mg hidroklorotiazid ke dalam labu C adalah kadar Senyawa Sejenis A Benzotiadiazin BPFI
tentukur 50-ml. Tambahkan lebih kurang 20 ml larutan dalam g per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut
natrium hidroksida P (1 dalam 125), kocok kuat-kuat adalah respons puncak senyawa sejenis A benzotiadiazin
selama 15 menit. Encerkan dengan pelarut yang sama dalam Larutan uji dan Larutan baku.
sampai tanda, campur dan saring, buang beberapa ml
filtrat pertama. Masukkan 5 ml filtrat ke dalam corong Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
pisah 125 ml dan tambahkan 5 ml larutan asam klorida Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
P (1 dalam 10). Ekstraksi dengan 50 ml eter P, saring Kromatografi <931>.
ekstrak eter melalui kertas saring lipat kecil yang kering Fase gerak Buat campuran natrium fosfat monobasa
dan uapkan hingga kering. Tambahkan 5 ml etanol P P 0,1 M-asetonitril P (9:1), atur pH hingga 3,0 ± 0,1
dan uapkan kembali hingga kering; spektrum serapan dengan penambahan asam fosfat P, saring dan
inframerah residu yang telah didispersikan dalam kalium awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
bromida P menunjukkan maksimum hanya pada Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
bilangan gelombang yang sama seperti pada <931>.
Hidroklorotiazid BPFI yang sebelumnya telah dilarutkan Larutan kesesuaian sistem [Catatan Volume asetonitril
dalam etanol P, kemudian diuapkan hingga kering. P tidak lebih dari 10% dari volume akhir larutan dapat
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan digunakan untuk melarutkan Baku Pembanding.]
uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh Timbang sejumlah Hidroklorotiazid BPFI dan
pada Penetapan kadar. klorotiazid, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar
masing-masing lebih kurang 0,15 mg per ml.
Disolusi <1231> Larutan baku [Catatan Volume asetonitril P tidak
Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,1 N. lebih dari 10% dari volume akhir larutan, dapat
Alat tipe 1: 100 rpm. digunakan untuk melarutkan baku pembanding.]
Waktu: 60 menit. Timbang saksama sejumlah Hidroklorotiazid BPFI,
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C7H8ClN3O4S2 larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang
yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika 0,15 mg per ml.
perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
larutan baku Hidroklorotiazid BPFI dalam media yang 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
sama pada panjang gelombang serapan maksimum lebih setara dengan lebih kurang 30 mg hidroklorotiazid,
kurang 272 nm. masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml. Tambahkan
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak lebih kurang 20 ml Fase gerak, sonikasi selama 5 menit
kurang dari 60% (Q) C7H8ClN3O4S2, dari jumlah yang dan tambahkan lebih kurang 20 ml asetonitril P.
tertera pada etiket. Sonikasi selama 5 menit, tambahkan lebih kurang 50 ml
Fase gerak, kocok secara mekanik selama 10 menit.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda, saring,
buang 10 ml filtrat pertama.
- 523 -
C adalah kadar Hidrokortison BPFI dalam mg per ml Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
Larutan baku; W adalah bobot hidrokortison dalam mg; simpan pada suhu 25, masih dibolehkan antara 15 dan
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari 30.
Larutan uji dan rS adalah respons puncak utama dari
Larutan baku.
SALEP HIDROKORTISON
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Hydrocortisone Ointment
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Salep Hidrokortison adalah Hidrokortison dalam basis
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P–metanol salep yang sesuai, mengandung Hidrokortison,
P (50:25:25), saring dan awaudarakan. Jika perlu C21H30O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
tertera pada Kromatografi <931>.
Pengencer Buat campuran metanol P-air (1:1). Baku pembanding Hidrokortison BPFI; lakukan
Larutan baku internal Buat larutan propil paraben P pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam sebelum
dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml. digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
Hidrokortison BPFI, larutkan dalam metanol P hingga Identifikasi Timbang sejumlah salep setara dengan lebih
kadar lebih kurang 1mg per ml. kurang 5 mg hidrokortison, masukkan ke dalam labu
Larutan baku Pipet 2 ml Larutan baku persediaan dan yang sesuai, tambahkan 10 ml metanol P dan panaskan
2 ml Larutan baku internal ke dalam labu tentukur 50- di atas tangas uap selama 5 menit sambil sering dikocok.
ml. Encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Dinginkan agar basis salep menjadi padat dan saring.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, Gunakan filtrat sebagai larutan uji, lakukan identifikasi
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml. Larutkan dan seperti tertera pada Identifikasi secara Kromatografi
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 2 ml Lapis Tipis <281>.
larutan dan 2 ml Larutan baku internal ke dalam labu
tentukur 50-ml. Encerkan dengan Pengencer sampai Batas mikroba <51> Memenuhi syarat, tidak terdapat
tanda. Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti tertera
µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan pada Penetapan kadar dalam Krim Hidrokortison,
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kecuali kata krim diganti salep dan penggunaan etanol P
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera diganti metanol P.
pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk propilparaben
dan hidrokortison berturut-turut lebih kurang 1,8 dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
1,0; resolusi, R, antara hidrokortison dan propilparaben
tidak kurang dari 9,0; efisiensi kolom tidak kurang dari
3000 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 1,2
HIDROKORTISON ASETAT
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
tidak lebih dari 2,0%.
Hydrocortisone Acetate
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume CH2OCOCH3
R
1250 C U Kortisol 21-asetat [50-03-3]
RS C23H32O6 BM 404,50
C adalah kadar Hidrokortison BPFI dalam mg per ml Hidrokortison Asetat mengandung tidak kurang dari
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah 97,0% dan tidak lebih dari 102,0% C23H32O6 dihitung
perbandingan respons puncak hidrokortison terhadap terhadap zat yang telah dikeringkan.
propilparaben dari Larutan uji dan Larutan baku.
Pemerian Serbuk hablur; putih hingga praktis putih;
tidak berbau. Melebur pada suhu lebih kurang 200°
disertai penguraian.
- 525 -
Kelarutan Tidak larut dalam air; sukar larut dalam Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
etanol dan kloroform. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
Baku pembanding Hidrokortison Asetat BPFI; lakukan 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 3
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60° selama 3 µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Kromatograf
jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup diprogram sebagai berikut:
rapat.
Waktu Larutan Larutan
Eluasi
Identifikasi (Menit) A (%) B (%)
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah 0 90 10 Kesetimbangan
dikeringkan pada suhu 105° selama 3 jam dan 0-5 90 10 Isokratik
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan 5-25 9010 1090 Gradien Linier
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama 25-30 10 90 Isokratik
seperti pada Hidrokorotison Asetat BPFI. 30-35 1090 9010 Gradien Linier
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam Kesetimbangan
35-40 90 10
kembali
100.000) dalam metanol P menunjukkan maksimum dan
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
pada Hidrokorotison Asetat BPFI; daya serap masing-
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
ulang tidak lebih dari 5,0%.
kurang 242 nm berbeda tidak lebih dari 2,5%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Rotasi jenis <1081> Antara +158° dan +165°, dihitung
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
semua respons puncak. Hitung persentase masing-
menggunakan larutan dalam dioksan P yang
masing cemaran dalam zat dengan rumus:
mengandung 5 mg per ml.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Kromatografi <931>.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg Fase gerak, Sistem kromatografi dan Larutan baku
hidrokortison asetat, C23H32O6, dalam zat yang Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
digunakan dengan rumus: Hidrokortison Asetat.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim setara
r dengan lebih kurang 25 mg hidrokortison asetat,
100 C U masukkan ke dalam wadah yang sesuai. Tambahkan
rS 100,0 ml tetrahidrofuran P dan kocok hingga larut.
Pindahkan 10,0 ml larutan ke dalam wadah yang lain,
C adalah kadar Hidrokortison Asetat BPFI dalam mg per tambahkan 15,0 ml Fase gerak dan campur.
ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
puncak hidrokortison asetat Larutan uji dan Larutan sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
baku. ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama.
Hitung jumlah dalam mg hidrokortison asetat, C23H32O6,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. dalam bagian krim yang digunakan dengan rumus:
r
250 C U
KRIM HIDROKORTISON ASETAT rS
Hydrocortisone Acetate Cream
C adalah kadar Hidrokortison Asetat BPFI dalam mg
Krim Hidrokortison Asetat adalah hidrokortison asetat per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
dalam dasar krim yang sesuai. Mengandung respons puncak hidrokortison asetat dalam Larutan uji
hidrokortison asetat, C23H32O6 tidak kurang dari 90,0% dan Larutan baku.
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera
pada etiket. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 g per ml Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dalam metanol P menunjukkan maksimum dan sama (lebih kurang 5 l) Larutan uji dan Larutan baku
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
pada Hidrokortison Butirat BPFI; daya serap masing- respons puncak utama. Abaikan puncak yang
masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan persentasenya 0,05% atau kurang. Hitung masing-
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih masing persentase cemaran dalam hidrokortison butirat
kurang 242 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%. dengan rumus:
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam menggunakan larutan dalam kloroform P yang
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera mengandung 100 mg per 10 ml.
pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari 4000
lempeng teoritis, faktor ikutan tidak lebih dari 1,6 dan Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,1%.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 2,0%. n-Asam kaproat bebas Tidak lebih dari 0,58%; lakukan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume penetapan sebagai berikut: Larutkan 200 mg zat dalam
sama (lebih kurang 5 l) Larutan baku dan Larutan uji 25 ml etanol P yang telah dinetralkan dengan
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur penambahan 2 atau 3 tetes fenolftalein LP hingga warna
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg merah muda lemah. Segera titrasi dengan natrium
hidrokortison butirat, C25H36O6, dengan rumus: hidroksida 0,020 N LV: diperlukan tidak lebih dari 0,50
ml.
r
2500 C U Cemaran umum <481>
rS Larutan uji Gunakan pelarut kloroform P.
Larutan baku Gunakan pelarut kloroform P.
C adalah kadar Hidrokortison Butirat BPFI dalam mg Fase gerak Buat campuran kloroform P dan etil asetat
per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah P (3:1).
respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. Penampak bercak Gunakan teknik penampak bercak
nomor 5 dan amati di bawah cahaya ultraviolet 366
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. nm.
Penetapan kadar
HIDROKSIPROGESTERON KAPROAT Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Hydroxyprogesterone Caproate Hidroksiprogesteron Kaproat BPFI, larutkan dalam
etanol P, encerkan secara kuantitatif hingga kadar lebih
kurang 10 µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan
encerkan dengan etanol P sampai tanda. Pipet 2,0 ml
larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan
17-Hidroksipregna-4-ena,3,20-dion heksanoat [630-56- etanol P sampai tanda.
8] Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
C27H40O4 BM 428,61 pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 240 nm. Gunakan etanol P sebagai blangko.
Hidroksiprogesteron Kaproat mengandung tidak kurang Hitung jumlah dalam mg hidroksiprogesteron kaproat,
dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C27H40O4, C27H40O4, dalam zat yang digunakan dengan rumus:
dihitung terhadap zat anhidrat.
A
Pemerian Serbuk hablur; putih atau putih krem; tidak 5C U
berbau atau agak berbau. AS
Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam eter; sukar C adalah kadar Hidroksiprogesteron Kaproat BPFI
larut dalam benzen. dalam µg per ml Larutan baku; AU dan AS berturut-turut
adalah serapan Larutan uji dan Larutan baku.
Baku pembanding Hidroksiprogesteron Kaproat BPFI;
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas silika Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
gel P selama 4 jam sebelum digunakan. tidak tembus cahaya.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P INJEKSI HIDROKSIPROGESTERON
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
KAPROAT
gelombang yang sama seperti pada Hidroksiprogesteron
Kaproat BPFI. Hydroxyprogesterone Caproate Injection
Jarak lebur <1021> Antara 120° dan 124°. Injeksi Hidroksiprogesteron Kaproat adalah larutan steril
Hidroksiprogesteron Kaproat dalam minyak nabati yang
Rotasi jenis <1081> Antara +58° dan +64°, dihitung sesuai. Mengandung Hidroksiprogesteron Kaproat,
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan C23H40O4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
- 529 -
Baku pembanding Hidroksiprogesteron Kaproat BPFI; Pereaksi isoniazid sebagai blangko. Hitung jumlah
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas silika dalam mg hidroksiprogesteron kaproat, C23H40O4, dalam
gel P selama 4 jam sebelum digunakan. tiap ml injeksi yang digunakan dengan rumus:
Identifikasi C AU
5
AS
A.Ukur sejumlah volume injeksi setara dengan 125
mg hidroksiprogesteron kaproat, masukkan ke dalam V
corong pisah 60 ml berisi 10 ml heksan P, 8 ml metanol
P dan 2 ml air, kocok selama 2 menit dan biarkan C adalah kadar Hidroksiprogesteron Kaproat BPFI
memisah. Pada 3 ml lapisan bawah tambahkan asam dalam µg per ml Larutan baku; V adalah volume injeksi
sulfat P tetes demi tetes hingga berwarna, tambahkan 3 yang digunakan dalam ml; AU dan AS berturut-turut
ml metanol P: terjadi warna ungu. Bila larutan diamati di adalah serapan Larutan uji dan Larutan baku.
bawah sinar ultraviolet 366 nm menunjukkan fluoresensi
kuning pucat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
B. Lakukan seperti tertera pada Identifikasi secara atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I atau Tipe
Kromatografi Lapis Tipis <281>. III.
Fase gerak Campuran kloroform P-etil asetat P (3:1).
Larutan baku Hidroksiprogesteron Kaproat BPFI
400 µg per ml dalam kloroform P HIDROKSIZIN HIDROKLORIDA
Larutan uji yang diperoleh pada Penetapan kadar di Hydroxizine Hydrocloride
atas tangas air hingga kering, larutkan residu dalam 0,5
CH2CH2OCH2CH2OH
ml kloroform P;
Penampak bercak Campuran asam sulfat P-etanol P N
(1:3)
. 2HCl
Prosedur Totolkan masing-masing 10 µl Larutan uji N
Penetapan kadar Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; larut dalam
Pereaksi isoniazid Larutkan 375 mg isoniazid P dan kloroform; sukar larut dalam aseton; praktis tidak larut
0,47 ml asam klorida P dalam 500 ml metanol P. dalam eter.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Hidroksiprogesteron Kaproat BPFI, larutkan dalam Baku pembanding Hidroksizin Hidroklorida BPFI;
metanol P dan encerkan bertahap dengan metanol P [Perhatian Bahan yang kering bersifat higroskopik.]
hingga kadar lebih kurang 50 µg per ml. Lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 75°
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
setara dengan lebih kurang 250 mg hidroksiprogesteron tertutup rapat, dalam lemari pendingin. Senyawa Sejenis
kaproat, masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, A Hidroksizin BPFI (p-Klorobenzhidrilpiperazin); tidak
tambahkan metanol P sampai tanda. Pipet 5 ml larutan boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat.
ke dalam labu tentukur 100-ml dan encerkan dengan
metanol P sampai tanda. Identifikasi
Prosedur Pipet 5 ml Larutan uji ke dalam labu A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
Erlenmeyer bersumbat kaca 50 ml. Pipet 5 ml Larutan dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
baku ke dalam labu serupa yang lain. Tambahkan 10 ml menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Pereaksi isoniazid pada masing-masing labu, campur gelombang yang sama seperti pada Hidroksizin
dan letakkan dalam tangas air pada suhu 30º selama Hidroklorida BPFI.
lebih kurang 45 menit. Ukur serapan kedua larutan pada B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 380 100.000) dalam etanol P menunjukkan maksimum dan
nm. Gunakan campuran 5 ml metanol P dan 10 ml minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
- 530 -
pada Hidroksizin Hidroklorida BPFI; daya serap gerak hingga kadar masing-masing lebih kurang 3,6
masing-masing dihitung terhadap zat yang telah µg per ml.
dikeringkan pada panjang gelombang serapan Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah
maksimum lebih kurang 230 nm, berbeda tidak lebih zat, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai,
dari 3,0%. larutkan dan encerkan dengan Fase gerak, hingga kadar
C. Pada 10 ml larutan (1 dalam 400) tambahkan 2 lebih kurang 0,6 mg per ml.
tetes asam nitrat P dan 1 ml perak nitrat LP: terbentuk Larutan uji Pipet sejumlah volume Larutan uji
endapan putih seperti dadih yang tidak larut dalam asam persediaan, encerkan dengan Fase gerak hingga kadar
nitrat 2 N, tetapi larut dalam amonium hidroksida 6 N lebih kurang 0,3 mg per ml.
(menunjukkan adanya klorida). Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%; dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4,6 mm x
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 75º 25 cm berisi bahan pengisi L3. Laju alir lebih kurang 1
selama 3 jam. ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
resolusi dan Larutan baku, rekam kromatogram dan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%. ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A hidroksizin
dan puncak hidroksizin tidak kurang dari 1,5 dan
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang Larutan
tidak lebih dari 0,3% dan total cemaran tidak lebih dari baku tidak lebih dari 2,0%. [Catatan Untuk identifikasi,
1,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi waktu retensi relatif senyawa sejenis A hidroksizin dan
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi hidroksizin berturut-turut adalah 0,9 dan 1,0.]
<931>. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Fase gerak, Larutan resolusi, Larutan baku, Larutan sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
uji persediaan dan Sistem kromatografi Lakukan seperti ke dalam kromatograf, rekam kromatogram selama lebih
tertera pada Penetapan kadar. kurang 1,8 kali waktu retensi puncak hidroksizin dan
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku ukur respons puncak utama. Hitung persentase
seperti tertera pada Penetapan kadar, encerkan dengan hidroksizin hidroklorida, C21H27ClN2O2.2HCl, dalam zat
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 1,8 µg per ml. dengan rumus:
Larutan uji Gunakan Larutan uji persediaan.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume C rU
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji 100 S
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram selama lebih CU rS
kurang 1,8 kali waktu retensi puncak hidroksizin dan
ukur masing-masing respons puncak. Hitung persentase CS adalah kadar Hidroksizin Hidroklorida BPFI dalam
masing-masing cemaran dengan rumus: mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg
per ml Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah
C rU respons puncak hidroksizin dari Larutan uji dan Larutan
100 S baku.
CU rS
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
CS adalah kadar Hidroksizin Hidroklorida BPFI dalam
mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam mg
per ml Larutan uji; rU adalah respons puncak masing- HIDROKSOKOBALAMIN
masing cemaran dari Larutan uji dan rS adalah respons
Hydroxocobalamin
puncak hidroksizin dari Larutan baku.
Hidroksokobalamin mengandung tidak kurang dari ditandai dengan U, tambahkan 3,0 ml Dapar pH 9,3 dan
95,0% dan tidak lebih dari 102,0% C62H89CoN13O15P, campur. Ukur serapan larutan U pada panjang gelombang
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. serapan maksimum lebih kurang 550 nm. Gunakan
larutan B sebagai blangko. Hitung persentase
Pemerian Serbuk hablur; merah atau merah tua; tidak hidroksokobalamin dengan rumus:
berbau atau sedikit berbau aseton. Bentuk anhidrat
sangat higroskopis. 100000 A
Kelarutan Agak sukar larut dalam air, etanol dan 19 , 66 W
metanol; praktis tidak larut dalam aseton, eter, kloroform
dan benzen. A adalah serapan larutan U; W adalah bobot zat uji
dalam mg yang digunakan.
Baku pembanding Sianokobalamin BPFI; lakukan
pengeringan di atas silika gel P selama 4 jam sebelum Sianokobalamin Tidak lebih dari 5,0%, dihitung
digunakan. terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pereaksi perunut sianokobalamin, Larutan kresol-
Identifikasi karbon tetraklorida, Larutan butanol-benzalkonium
A. Spektrum serapan visibel larutan yang dibuat klorida dan Kolom alumina-resin Lakukan seperti yang
dengan cara seperti yang tertera pada Senyawa tertera pada Penetapan Kadar Kobalamin secara
kobalamin yang tergantung pH menunjukkan Perunut Radioaktif <571>.
maksimum pada panjang gelombang 426 ± 2 nm, 516 Prosedur Timbang saksama lebih kurang 50 mg,
± 2 nm dan 550 ± 2 nm. masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, larutkan dan
B. Pijarkan campuran lebih kurang 1 mg zat uji encerkan dengan air sampai tanda. Masukkan 5,0 ml
dengan lebih kurang 50 mg kalium pirosulfat P dalam larutan ini ke dalam tabung sentrifuga 50 ml bersumbat
krus porselen. Dinginkan dan hancurkan massa dengan kaca, tambahkan 5,0 ml Pereaksi perunut
batang pengaduk kaca, tambahkan 3 ml air dan didihkan sianokobalamin dan 15 ml Larutan kresol-karbon
hingga larut. Tambahkan 1 tetes fenolftalein LP dan tetraklorida, tutup, kocok hati-hati, sentrifus, pipet
natrium hidroksida 2 N tetes demi tetes hingga terjadi lapisan air yang terdapat pada bagian atas, buang.
warna merah muda. Tambahkan 500 mg natrium asetat Tambahkan 25 ml asam sulfat 5 N tutup, kocok hati-hati,
P, 0,5 ml asam asetat 1 N dan 0,5 ml larutan garam sentrifus, dan buang lapisan air. Ulangi pencucian 6
nitroso R P (1 dalam 100): segera terjadi warna merah sampai 8 kali, tiap kali dengan 25 ml asam sulfat 5 N
atau merah-jingga. Tambahkan 0,5 ml asam klorida P, hingga lapisan asam pencuci tidak berwarna dan buang
dan didihkan selama 1 menit: warna merah atau merah- cucian. Tambahkan Larutan kresol-karbon tetraklorida
jingga tidak berubah. selama pencucian agar volume larutan yang diperoleh
tidak kurang dari 10 ml. Cuci larutan ini dua kali, tiap
pH <1071> Antara 8,0 dan 10,0; lakukan penetapan kali dengan 10 ml larutan natrium fosfat dibasa P jenuh
menggunakan larutan (2 dalam 100). dan 1 kali dengan 10 ml air, buang lapisan air. Lanjutkan
menurut Prosedur seperti tertera pada Penetapan Kadar
Susut pengeringan <1121> Antara 14,0% dan 18,0%; Kobalamin secara Perunut Radioaktif <571>, mulai dari
lakukan pengeringan pada suhu 100° dengan tekanan “Pada ekstrak yang telah dicuci, tambahkan 30 ml
tidak lebih dari 5 mmHg selama 2 jam. campuran Larutan butanol-benzalkonium klorida dan
karbon tetraklorida P (2:1)”. Hitung kadar
Senyawa kobalamin yang tergantung pH Antara sianokobalamin, dalam µg, dengan rumus:
95,0% dan 102%, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan. C AU
Dapar pH 4,0 Larutkan 2,61 g natrium asetat P dan R S
20,5 g natrium klorida P dalam 5,25 asam asetat glasial CU AS
P dan air secukupnya hingga diperoleh volume larutan
1500 ml. R adalah jumlah sianokobalamin dalam µg dalam
Dapar pH 9,3 Larutkan 23,8 g natrium borat P dan Larutan baku; CS dan CU berturut-turut adalah nilai rata-
402 mg asamborat P dan encerkan dengan air rata radioaktivitas yang telah dikoreksi, dinyatakan
secukupnya hingga 1500 ml. dalam cacahan per menit per ml, dalam Larutan baku
Prosedur [Catatan Lakukan penetapan di bawah dan Larutan uji; AU dan AS berturut-turut adalah serapan
cahaya lemah.] Timbang saksama lebih kurang 40 mg Larutan uji dan Larutan baku pada 361 nm.
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, larutkan
dan encerkan dengan air bebas karbon dioksida P Penetapan kadar Pereaksi perunut sianokobalamin,
sampai tanda. Masukkan masing-masing 1,0 ml larutan Larutan kresol-karbon tetraklorida, Larutan fosfat-
ini ke dalam dua tabung reaksi bersumbat kaca. Pada sianida, Larutan butanol-benzalkonium klorida, dan
salah satu tabung yang ditandai dengan B, tambahkan Kolom alumina-resin Lakukan seperti yang tertera pada
3,0 ml Dapar pH 4,0 dan campur. Pada tabung lain yang
- 532 -
Penetapan Kadar Kobalamin secara Perunut Radioaktif Baku pembanding Hiosiamin Sulfat BPFI; lakukan
<571>. pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105 selama
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 40 mg, 16 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
masukkan ke dalam labu tentukur 2000-ml; larutkan dan tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. Senyawa
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 25,0 ml larutan Sejenis A Hiosiamin Sulfat BPFI; simpan dalam wadah
ke dalam gelas piala, tambahkan 5,0 ml Pereaksi tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
perunut sianokobalamin dan lanjutkan menurut Larutan
uji seperti tertera pada Penetapan kadar Kobalamin Identifikasi
secara Perunut Radioaktif <571>, mulai dari A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
“Tambahkan 5 mg natrium nitrit P dan 2 mg kalium dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
sianida P”. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Prosedur Lakukan penetapan menurut Prosedur gelombang yang sama seperti pada Hiosiamin Sulfat
seperti tertera pada Penetapan Kadar Kobalamin secara BPFI.
Perunut Radioaktif <571>. Hitung jumlah dalam µg, B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
hidroksokobalamin, C62H89CoN13O15P, dengan rumus: uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
pada Kemurnian kromatografi.
1346 ,37 C S AU C. Larutan (1 dalam 20) menunjukkan reaksi Sulfat
R cara A, B dan C seperti yang tertera pada Uji Identifikasi
1355 ,38 CU AS Umum <291>.
1346,37 dan 1355,38 berturut-turut adalah bobot Rotasi jenis <1081> Antara -24 dan -29; lakukan
molekul hidroksokobalamin dan sianokobalamin; R penetapan pada suhu 20o menggunakan larutan dalam air
adalah jumlah sianokobalamin dalam µg dalam Larutan yang mengandung 500 mg per 10 ml.
baku; CS dan CU berturut-turut adalah harga rata-rata
radioaktivitas yang telah dikoreksi, dinyatakan dalam Air <1031> Metode I Antara 2,0% dan 5,5%.
cacahan per menit per ml Larutan baku dan Larutan uji;
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Larutan baku pada 361 nm.
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tidak lebih dari batas yang tertera pada Tabel; masing-
tidak tembus cahaya, simpan di tempat sejuk. masing cemaran lain tidak lebih dari 0,1% dan total
cemaran tidak lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
HIOSIAMIN SULFAT tertera pada Kromatografi <931>.
Dapar Larutkan 7 g kalium fosfat monobasa P dalam
Hyoscyamine Sulfate
1000 ml air, atur pH hingga 3,3 dengan penambahan
asam fosfat 0,05 M.
Larutan 1 Larutkan 3,5 g natrium dodesil sulfat P
dalam 606 ml Dapar, tambahkan 320 ml asetonitril P.
Larutan 2 Gunakan asetonitril P.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan 1 dan
Larutan 2 seperti tertera pada Sistem kromatografi, jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
1H,5H-tropan-3-ol(-)-tropatester sulfat (2:1) seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dihidrat [6835-16-1] Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
(C17H23NO3)2.H2SO4.2H2O BM 712,85 Hiosiamin Sulfat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Anhidrat [620-61-1] BM 676,83 Larutan 1 hingga kadar lebih kurang 1,2 mg per ml.
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
Hiosiamin Sulfat mengandung tidak kurang dari 98,5% persediaan, encerkan dengan Larutan 1 hingga kadar
dan tidak lebih dari 100,5% (C17H23NO3)2.H2SO4, lebih kurang 0,24 mg per ml.
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Enceran larutan baku Pipet sejumlah volume
[Perhatian Bahan beracun, perlakukan dengan sangat Larutan baku, encerkan dengan Larutan 1hingga kadar
hati-hati.] lebih kurang 0,24 μg per ml.
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah
Pemerian Hablur atau serbuk hablur, putih; tidak Senyawa Sejenis A Hiosiamin Sulfat BPFI, larutkan dan
berbau. Mencair di udara, dipengaruhi cahaya. pH encerkan dengan Larutan 1 hingga kadar lebih kurang
larutan (1 dalam 100) lebih kurang 5,3. 2,4 μg per ml. Pipet 5 ml larutan ke dalam labu tentukur
50-ml, tambahkan 10,0 ml Larutan baku persediaan,
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut encerkan dengan Larutan 1 sampai tanda.
dalam etanol; praktis tidak larut dalam eter.
- 533 -
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 60 mg zat, Tiap ml asam perklorat 0,1 N
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan setara dengan 67,68 mg (C17H23NO3)2.H2SO4
encerkan dengan Larutan 1 sampai tanda. Pipet 10 ml
larutan ke dalam labu tentukur 50-ml dan encerkan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
dengan Larutan 1 sampai tanda. Larutan mengandung tidak tembus cahaya.
hiosiamin sulfat lebih kurang 0,24 mg per ml.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi DAUN HIOSIAMUS
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x Hyoscyamus Herbs
10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 3
µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Kromatograf Daun Hiosiamus terdiri dari daun yang telah dikeringkan
diprogram sebagai berikut: atau daun, pucuk berbunga dan kadang-kadang buah
yang telah dikeringkan, dari Hyoscyamus niger Linné
Waktu Larutan1 Larutan 2 Eluasi (Familia Solanaceae). Mengandung tidak kurang dari
(menit) (%) (%) 0,05% alkaloid total, dihitung sebagai hiosiamin,
0-2 95 5 Isokratik terhadap bahan yang telah dikeringkan pada suhu 100
2-20 9570 530 Gradien Linear hingga 105. Alkaloid tersebut terdiri dari golongan
20-20,1 7095 305 Gradien Linear hiosiamin-atropin bersama dengan hiosin dalam
20,1-25 95 5 Kesetimbangan perbandingan yang tidak tetap.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Pemerian Bau menimbulkan rasa mual dan tidak
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan menyenangkan.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 1,0%. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Makroskopik Daun hijau kekuningan sampai hijau
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons kecoklatan, rapuh dan seringkali patah. Helai daun
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara mencapai panjang sampai 25 cm, bulat telur-melanset
puncak senyawa sejenis A hiosiamin dan puncak sampai bulat telur-segitiga, dengan ujung meruncing;
hiosiamin lebih besar dari 2,0. pangkal menjantung pada daun duduk dan meruncing
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume pada daun bertangkai. Tepi daun bercuping bergerigi
sama (lebih kurang 10 µl) Enceran larutan baku dan tidak teratur dengan cuping besar segitiga, daun berbulu
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram rapat dan lengket pada kedua permukaannya, terutama
dan ukur semua respons puncak utama. Hitung pada tulang tengah dan urat tengah daun. Tulang tengah
persentase masing-masing cemaran dengan rumus: daun lebar dan jelas; urat sekunder timbul dari sudut
lebar dan berakhir pada ujung cuping.
C ri
0,1 S Pucuk Berbunga Berbulu rapat dalam massa padat
CU rS merata, bunga menggerombol dan timbul pada ketiak
daun gagang besar.
CS adalah kadar hiosiamin sulfat dalam μg per ml Batang Berongga dan berbentuk subsilinder.
Enceran larutan baku; CU adalah kadar hiosiamin sulfat Bunga Kelopak gamosefalus, menggenta melebar
dalam mg per ml Larutan uji; ri adalah respons puncak dengan lima cuping bertaring bentuk segitiga; mahkota
masing-masing cemaran dari Larutan uji; dan rS adalah bercuping lima, berbentuk corong pendek kekuningan.
respons puncak hiosiamin sulfat dari Enceran larutan Buah Piksis, panjang sekitar 1,5 cm bila matang,
baku. berada dalam kelopak, mengandung banyak biji
berwarna abu-abu kecoklatan dengan kulit biji
Cemaran Waktu Batas (%)
bergelombang menyerupai jala.
Retensi
Relatif
DL-asam tropat 0,2 0,2 Mikroskopik Daun Sel epidermis dengan dinding tegak
7-hidroksihiosiamin 0,67 0,2 lurus bergelombang dan kutikula halus; banyak rambut
6-hidroksihiosiamin 0,72 0,2 penutup multiselular, beruntun tunggal dan rambut
Skopolamin 0,8 0,2 kelenjar dengan tangkai panjang multiselular atau
(senyawa sejenis A tangkai uniselular pendek dan dengan kepala biselular
hiosiamin) 0,9 0,3 atau multiselular seperti gada. Stomata anisositik lebih
Apoatropin 1,8 0,2 banyak pada epidermis bawah. Tulang daun tampak
Littorin 1,1 0,2 sebagai busur terbuka dari ikatan pembuluh dengan
kelompok floem intraxilem terisolasi; mesofil
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 0,5 g dorsiventral dengan sel palisade berlapis tunggal, di
zat, larutkan dalam 50 ml asam asetat glasial P, titrasi bawahnya terdapat barisan sel yang mengandung hablur
dengan asam perklorat 0,1 N LV. Tentukan titik akhir kalsium oksalat bentuk prisma tunggal atau ganda,
secara potensiometrik. Lakukan penetapan blangko. panjang 5 sampai 20 m atau kadang-kadang
- 534 -
berkelompok; sel epidermis mahkota dengan dinding kemerahan tetapi bukan biru keabu-abuan (atropin): pita
tegak lurus bergelombang dan lipatan jelas. sekunder tidak akan nampak lagi.
Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara respons puncak masing-masing cemaran lain tidak lebih
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada besar dari respons puncak utama Larutan baku 2 (0,1%);
Kromatografi <931>. abaikan puncak dengan respons puncak 0,5 kali respons
Dapar pH 3,3 Timbang lebih kurang 7,0 g kalium puncak utama Larutan baku 2. Masing-masing respons
fosfat monobasa P, larutkan dalam 1000 ml air, atur pH puncak senyawa sejenis B, C, D ,E , F dan G hiosin
hingga 3,3 dengan penambahan asam fosfat 0,05 M. butilbromida tidak lebih besar dari respons puncak
Fase gerak Larutkan 5,8 g natrium dodesil sulfat P utama Larutan baku 1 (0,2%); jumlah respons puncak
dalam campuran 410 ml asetonitril P dan 605 ml Dapar semua cemaran, tidak lebih dari dua kali respons puncak
pH 3,3. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan utama Larutan baku 1 (0,4%); abaikan beberapa puncak
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera akibat ion bromida, yang muncul dekat puncak pelarut.
pada Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400
masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan mg zat, larutkan dalam 50 ml air, titrasi dengan perak
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. nitrat 0,1 N LV, tentukan titik akhir secara
Larutan baku 1 Pipet 1 ml Larutan uji, masukkan ke potensiometrik menggunakan elektroda indikator perak
dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase gerak dan elektroda pembanding perak-perak klorida.
sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ini ke dalam labu
tentukur 50-ml kedua, encerkan dengan Fase gerak Tiap ml perak nitrat 0,1N
sampai tanda. setara dengan 44,04 mg C21H30BrNO4
Larutan baku 2 Pipet 10 ml Larutan baku 1 ke dalam
labu tentukur 20-ml, encerkan dengan Fase gerak Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
sampai tanda.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih
kurang 5,0 mg Senyawa Sejenis E Hiosin Butilbromida HIOSIN HIDROBROMIDA
BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, Skopolamin Hidrobromida
tambahkan 1,0 ml Larutan uji, larutkan dan encerkan Hyoscine Hydrobromide
dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ini
ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase
gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,0 mm x
12,5 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel
4 m. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit. Pertahankan Ester 6β,7-epoksi-1 αH,5αH-tropan-3α-ol(-)-
suhu kolom pada 25º ± 1º. Lakukan kromatografi Tropat hidrobromida trihidrat [6533-68-2]
terhadap Larutan kesesuaian sistem selama 3,5 kali C17H21NO4.HBr.3H2O BM 438,31
waktu retensi butilhiosin, rekam kromatogram dan ukur Anhidrat [114-49-8] BM 384,27
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi,
R, antara puncak butilhiosin dan puncak senyawa sejenis Hiosin Hidrobromida mengandung tidak kurang dari
E hiosin butilbromida tidak kurang dari 1,5 dan faktor 98,5% dan tidak lebih dari 102,0% C17H21NO4.HBr,
ikutan puncak butilhiosin tidak lebih dari 2,5; waktu dihitung terhadap zat anhidrat.
retensi butilhiosin lebih kurang 7 menit, waktu retensi [Perhatian Bahan beracun, perlakukan dengan sangat
relatif butilhiosin dengan masing-masing senyawa hati-hati.]
sejenis A hiosin butilbromida, senyawa sejenis B hiosin
butilbromida, senyawa sejenis C hiosin butilbromida, Pemerian Hablur; tidak berwarna atau putih atau serbuk
senyawa sejenis D hiosin butilbromida, senyawa sejenis granul, putih; tidak berbau dan agak merekah di udara
E hiosin butilbromida, senyawa sejenis F hiosin kering.
butilbromida dan senyawa sejenis G hiosin butilbromida
berturut-turut lebih kurang 0,36; 0,1; 0,4; 0,7; 0,8; 0,9 Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam etanol;
dan 3,0. sukar larut dalam kloroform; tidak larut dalam eter.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan uji, Larutan baku 1 Baku pembanding Hiosin Hidrobromida BPFI;
dan Larutan baku 2 ke dalam kromatograf. Rekam lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam
kromatogram dan ukur respons puncak. Pada sebelum digunakan.
perhitungan kandungan cemaran, respons puncak
dikalikan dengan faktor koreksi berikut: 0,3 untuk Identifikasi
senyawa sejenis B hiosin butilbromida; 0,6 untuk A. Larutkan 3 mg zat dalam 1 ml etanol P dan uapkan
senyawa sejenis G hiosin butilbromida. Respons puncak di atas tangas uap hingga kering. Larutkan residu dalam
senyawa sejenis A hiosin butilbromida tidak lebih besar 0,5 ml kloroform P, tambahkan 200 mg kalium bromida
dari respons puncak utama Larutan baku 2 (0,1%); P dan 15 ml eter P, aduk selama 5 menit. Enaptuangkan
- 537 -
pelarut, keringkan residu di atas tangas uap hingga bau INJEKSI HIOSIN HIDROBROMIDA
pelarut hilang. Spektrum serapan inframerah residu yang Injeksi Skopolamin Hidrobromida
didispersikan dalam kalium bromida P, yang Hyoscine Hydrobromide Injection
sebelumnya dikeringkan pada suhu 105º selama 3 jam,
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Injeksi Hiosin Hidrobromida adalah larutan steril Hiosin
gelombang yang sama seperti pada Hiosin Hidrobromida dalam Air untuk Injeksi. Mengandung
Hidrobromida BPFI. Hiosin Hidrobromida, C17H21NO4.HBr.3H2O, tidak
B. Pada 1 ml larutan (1 dalam 20), tambahkan kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
beberapa tetes klor LP, kocok dengan 1 ml kloroform P: jumlah yang tertera pada etiket.
lapisan kloroform berwarna kecoklatan.
Baku pembanding Hiosin Hidrobromida BPFI;
Jarak lebur <1021> Antara 195º dan 199º; lakukan
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam
penetapan menggunakan zat yang telah dikeringkan pada
sebelum digunakan.
hampa udara selama 24 jam dan kemudian pada suhu
105º selama 2 jam.
Identifikasi
A. Masukkan sejumlah volume injeksi setara dengan
Rotasi jenis <1081> Antara -24º dan -26º, dihitung
lebih kurang 3 mg hiosin hidrobromida ke dalam corong
terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan menggunakan
pisah 50 ml. Jika perlu encerkan dengan air sampai 10
larutan zat yang mengandung 500 mg per 10 ml.
ml. Tambahkan 0,2 ml amonium hidroksida P dan
ekstraksi dengan 25 ml kloroform P. Tambahkan 50 ml
pH <1071> Antara 4,0 dan 5,5; lakukan penetapan
eter P pada larutan kloroform dan lewatkan campuran
menggunakan larutan (1 dalam 20).
melalui kolom kromatografi 25 mm x 250 mm yang
disumbat wol kaca pada dasar tabung, berisi 2 g tanah
Air <1031> Metode III Tidak lebih dari 13,0%; lakukan
diatome murni yang sebelumnya telah dicampur dengan
pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam.
1 ml asam fosfat 0,2 N yang dijenuhkan dengan natrium
bromida P. Eluasi dengan 25 ml eter P jenuh air dan
Sisa pemijaran <311> Dapat diabaikan; lakukan
buang eluat. Eluasi dengan 100 ml kloroform P jenuh
penetapan menggunakan 100 mg zat.
air, kumpulkan eluat dan uapkan hingga hampir kering.
Larutkan residu dalam 1 ml etanol P dan lanjutkan
Apoatropin Pada 15 ml larutan (1 dalam 100)
seperti tertera pada Identifikasi A dalam Hiosin
tambahkan 0,05 ml kalium permanganat 0,1 N LV:
Hidrobromida, mulai dari “dan uapkan di atas tangas
warna larutan tidak hilang semua dalam waktu 5 menit.
uap hingga kering”.
B. Pada sejumlah volume injeksi, tambahkan perak
Alkaloid asing lain Pada 1 ml larutan (1 dalam 20)
nitrat LP: terbentuk endapan putih kekuningan, tidak
tambahkan beberapa tetes amonium hidroksida 6 N:
larut dalam asam nitrat P tetapi sukar larut dalam
tidak terbentuk kekeruhan. Tambahkan kalium
amonium hidroksida 6 N.
hidroksida 1 N pada 1 ml larutan lainnya: hanya
terbentuk sedikit kekeruhan putih.
pH <1071> Antara 3,5 dan 6,5.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 750
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
mg zat, larutkan dalam campuran 30 ml asam asetat
glasial P dan 10 ml raksa(II) asetat LP, hangatkan
Penetapan kadar
hingga larut sempurna. Dinginkan larutan hingga suhu
Dapar pH 9,0 Larutkan 34,8 g kalium fosfat dibasa P,
kamar, tambahkan 2 tetes kristal violet LP dan titrasi
dalam 900 ml air, atur hingga pH 9,0 dengan
dengan asam perklorat 0,1 N LV. Lakukan penetapan
penambahan asam klorida 3 N atau natrium hidroksida 1
blangko.
N, tetapkan secara elektrometrik, jika perlu dengan
pengadukan.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
Larutan baku internal Larutkan dan encerkan lebih
setara dengan 38,43 mg C17H21NO4.HBr
kurang 25 mg homatropin hidrobromida dengan air
dalam labu tentukur 50-ml sampai tanda. Larutan dibuat
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
segar.
tidak tembus cahaya.
Larutan baku I Timbang saksama lebih kurang 10
mg Hiosin Hidrobromida BPFI, larutkan dan encerkan
dengan air dalam labu tentukur 100-ml sampai tanda.
Larutan dibuat segar.
Larutan uji I Masukkan sejumlah volume injeksi yang
diukur saksama, setara dengan lebih kurang 10 mg
hiosin hidrobromida ke dalam labu tentukur 100-ml,
encerkan dengan air sampai tanda.
- 538 -
Larutan uji II dan Larutan baku II Pipet 10 ml 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
Larutan uji I dan 10 ml Larutan baku I, masukkan tertera pada etiket.
masing-masing ke dalam corong pisah. Pada masing-
masing corong pisah tambahkan 2,0 ml Larutan baku Baku pembanding Hiosin Hidrobromida BPFI;
internal dan 5,0 ml Dapar pH 9,0. Atur dengan hati-hati lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam
pH larutan dengan natrium hidroksida 1 N hingga pH sebelum digunakan.
9,0, cegah jangan sampai berlebih. Ekstraksi segera
masing-masing dua kali, tiap kali dengan 10 ml metilen Identifikasi Masukkan sejumlah serbuk tablet setara
klorida P, saring ekstrak ke dalam gelas piala 50 ml dengan lebih kurang 3 mg hiosin hidrobromida ke dalam
melalui 1 g natrium sulfat anhidrat P dalam corong corong pisah 50 ml, tambahkan 10 ml air dan kocok
bersumbat kapas. Uapkan ekstrak dengan aliran gas selama 2 menit. Lanjutkan penetapan seperti tertera pada
nitrogen P hingga lebih kurang 2,0 ml. Identifikasi A dalam Injeksi Hiosin Hidrobromida, mulai
Sistem kromatografi Lakukan penetapan dengan cara dari “tambahkan 0,2 ml amonium hidroksida P”.
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
<931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan kolom kaca Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 15 menit;
2 mm x 1,8 m berisi bahan pengisi 3% fase cair G3 pada lakukan penetapan tanpa menggunakan cakram.
partikel penyangga S1AB, dikondisikan dengan cara
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Pertahankan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
suhu kolom pada 225° dan gunakan nitrogen P sebagai
gas pembawa dengan laju aliran lebih kurang 25 ml per Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak kurang
menit. dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
Kesesuaian sistem Lakukan kromatografi terhadap setara dengan lebih kurang 1,0 mg hiosin hidrobromida,
Larutan baku II dengan menyuntikkan 6 sampai 10 kali masukkan ke dalam corong pisah yang berisi 5 ml
dan rekam luas puncak seperti tertera pada Prosedur; Dapar pH 9,0, tambahkan dengan pipet 2,0 ml Larutan
simpangan baku relatif untuk perbandingan luas puncak baku internal (buat seperti tertera pada Penetapan kadar
pada penyuntikan ulang Larutan baku II, RA tidak lebih dalam Injeksi Hiosin Hidrobromida). Atur dengan
dari 2,0%; faktor resolusi antara AH dan AA tidak kurang natrium hidroksida 1 N hingga pH 9,0. Ekstraksi dua
dari 5; faktor ikutan tidak lebih dari 2,0. kali, tiap kali dengan 10 ml diklorometan P, saring
Prosedur Suntikkan masing-masing 1 µl Larutan uji ekstrak ke dalam gelas piala 50 ml melalui 1 g natrium
II dan Larutan baku II ke dalam kromatograf. Ukur luas sulfat anhidrat P dalam corong bersumbat kapas.
puncak hiosin hidrobromida dan homatropin Uapkan ekstrak dengan aliran gas nitrogen hingga lebih
hidrobromida dalam tiap kromatogram. Hitung masing- kurang 2,0 ml. Gunakan larutan ini sebagai Larutan uji
masing perbandingan luas puncak hiosin hidrobromida II dan lanjutkan penetapan seperti tertera pada
terhadap luas puncak baku internal dari kromatogram Penetapan kadar dalam Injeksi Hiosin Hidrobromida.
Larutan uji II, AU dan dari kromatogram Larutan baku II Hitung jumlah dalam mg hiosin hidrobromida,
AS. Hitung jumlah dalam mg hiosin hidromida, C17H21NO4.3H2O, dalam serbuk tablet yang digunakan
C17H21NO4.HBr.3H2O dalam volume injeksi yang dengan rumus:
digunakan dengan rumus:
W A
A 1,141 U
1,141 W U 10 AS
AS
1,141 adalah perbandingan bobot molekul hiosin
1,141 adalah perbandingan bobot molekul hiosin hidrobromida trihidrat terhadap hiosin hidrobromida
hidrobromida trihidrat terhadap hiosin hidrobromida anhidrat; W adalah bobot Hiosin Hidrobromida BPFI
anhidrat; W adalah bobot Hiosin Hidrobromida BPFI dalam mg Larutan baku I; AU dan AS seperti tersebut di
dalam mg Larutan baku I.. atas pada Injeksi Hiosin Hidrobromida.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tidak tembus Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
cahaya, dosis tunggal atau dosis ganda, sebaiknya dari tidak tembus cahaya.
kaca Tipe I.
HOMATROPIN HIDROBROMIDA
TABLET HIOSIN HIDROBROMIDA Homatropine Hydrobromide
Tablet Skopolamin Hidrobromida
Hyoscine Hydrobromide Tablet
1 αH,5αH-Tropan-3α-ol mandelat (ester) empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas
hidrobromida [51-56-9] rambat dan biarkan kering. Semprot lempeng deng7an
C16H21NO3.HBr BM 356,25 Dragendorff LP, kemudian dengan hidrogen peroksida
LP dan segera tutup dengan lempeng kaca ukuran sama.
Homatropin Hidrobromida mengandung tidak kurang Amati lempeng dalam waktu 5 hingga 10 menit setelah
dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C16H21NO3.HBr, penyemprotan. Tetapkan bercak tropin pada
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. kromatogram Larutan uji dan Larutan baku sesuai
dengan bercak utama pada kromatogram Larutan baku
Pemerian Hablur; putih atau serbuk hablur putih. tropin. Bercak tropin dalam Larutan uji tidak lebih besar
Dipengaruhi oleh cahaya. dan intensif dibanding bercak tropin dalam Larutan
baku.
Kelarutan Mudah larut dalam air; agak sukar larut
dalam etanol; sukar larut dalam kloroform; tidak larut Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
dalam eter. tidak lebih dari batas tertera pada Tabel; masing-masing
cemaran lain tidak lebih dari 0,1% dan total cemaran
Baku pembanding Homatropin Hidrobromida BPFI; tidak lebih dari 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
rapat dan terlindung cahaya; Skopolamin Hidrobromida Kromatografi <931>.
BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 Larutan dapar, Fase gerak, Larutan kesesuaian
jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup sistem, Larutan baku, Larutan uji dan Sistem
rapat dan terlindung cahaya. kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar.
Identifikasi Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 7
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah µl) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P, kromatogram dan ukur respons puncak. Lanjutkan eluasi
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan selama 2,dua kali waktu retensi puncak homatropin.
gelombang yang sama seperti pada Homatropin Abaikan puncak ion bromida, yang terlihat dekat dengan
Hidrobromida BPFI. puncak pelarut. Hitung persentase masing-masing
B. Menunjukkan reaksi Bromida cara A dan B seperti cemaran dengan rumus:
tertera pada Uji Identifikasi umum <291>.
r
Jarak lebur <1021> Antara 214° dan 217°, disertai 100 i
sedikit penguraian. rS
pH <1071> Antara 5,7 dan 7,0; lakukan penetapan ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dan rS
menggunakan larutan (1 dalam 50). adalah jumlah semua respons puncak dari Larutan uji.
larutkan dalam asetonitril P hingga kadar lebih kurang A. Lakukan seperti tertera pada Identifikasi secara
0,6 mg per ml. Pipet 2 ml larutan ini ke dalam labu Kromatografi lapis tipis <281>.
tentukur 100-ml, encerkan dengan Larutan baku internal Fase gerak Buat campuran n-heksan P-butil asetat P-
sampai tanda, larutan ini mengandung Senyawa Sejenis asam asetat glasial P (17:3:1).
C Ibuprofen BPFI lebih kurang 0,012 mg per ml. Larutan baku Timbang sejumlah Ibuprofen BPFI,
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1200 mg larutkan dan encerkan dengan kloroform P hingga kadar
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, lebih kurang 20 mg per ml.
tambahkan Larutan baku internal sampai tanda. Larutan uji Pipet sejumlah volume suspensi oral
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada setara dengan lebih kurang 200 mg ibuprofen, masukkan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi ke dalam corong pisah yang berisi 10 ml kloroform P
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x dan kocok selama 1 menit. Biarkan hingga lapisan
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2 memisah dan saring lapisan kloroform menggunakan
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan penyaring yang mengandung lebih kurang 2 g natrium
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak sulfat anhidrat P. [Catatan Sisa larutan ini digunakan
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif baku untuk uji identifikasi B.]
internal dan ibuprofen berturut-turut adalah lebih kurang Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
1,4 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak analit dan puncak µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
baku internal tidak kurang dari 2,5 dan simpangan baku kromatografi silika gel setebal 0,25 mm yang telah
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. diaktivasi dengan pemanasan pada suhu 105° selama 30
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku senyawa menit dan biarkan bercak mengering. Masukkan
sejenis C ibuprofen dan rekam kromatogram dan ukur lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan merambat
retensi relatif valerofenon dan senyawa sejenis C hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng,
ibuprofen lebih kurang 1,0 dan 1,2; resolusi, R, antara tandai batas rambat dan keringkan dengan aliran udara.
puncak valerofenon dan senyawa sejenis C ibuprofen Amati bercak di bawah cahaya ultraviolet 254 nm: harga
tidak kurang dari 2,5; faktor ikutan masing-masing Rf bercak utama dari Larutan uji sesuai dengan yang
puncak tidak lebih dari 2,5 dan simpangan baku relatif diperoleh dari Larutan baku.
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. B. Uapkan lebih kurang 20 tetes Larutan uji dan sisa
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume dari Larutan baku pada Identifikasi A, hingga kering
sama (lebih kurang 5 µl) Larutan baku dan Larutan uji dengan aliran udara, tanpa pemanasan. Spektrum
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, ukur serapan infra merah residu yang didispersikan dalam
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada
ibuprofen, C13H18O2, dalam zat yang digunakan dengan bilangan gelombang yang sama seperti pada Ibuprofen
rumus: BPFI.
R Disolusi <1231>
100 C U Media disolusi: 900 ml dapar fosfat pH 7,2.
RS Alat tipe 2: 50 rpm.
Waktu: 60 menit.
C adalah kadar Ibuprofen BPFI dalam mg per ml Prosedur: Lakukan penetapan jumlah C13H18O2 yang
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
perbandingan respons puncak ibuprofen dan baku seperti tertera pada Kromatografi <931>.
internal dalam Larutan uji dan Larutan baku. Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Larutan baku internal Timbang sejumlah benzofenon,
larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga kadar
lebih kurang 0,3 mg per ml.
SUSPENSI ORAL IBUPROFEN Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ibuprofen
Ibuprofen Oral Suspension BPFI, larutkan dan encerkan dengan Media disolusi
hingga kadar lebih kurang 0,011 J mg per ml (J adalah
Suspensi Oral Ibuprofen mengandung Ibuprofen, jumlah ibuprofen dalam mg per ml yang tertera pada
C13H18O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari etiket). Pipet 10 ml larutan ini dan 10 ml Larutan baku
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. internal, campur dan saring melalui penyaring dengan
porositas 0,5 µm atau lebih kecil. Gunakan filtrat.
Baku pembanding Ibuprofen BPFI; tidak boleh Larutan uji Saring sejumlah alikuot dan campur 10 ml
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat. filtrat dengan 10 ml Larutan baku internal. Saring
Senyawa Sejenis C Ibuprofen BPFI. campuran melalui penyaring dengan porositas 0,5 µm
atau lebih kecil. Gunakan filtrat.
Identifikasi Prosedur Pipet 10 ml suspensi oral yang telah dikocok
dengan baik, menggunakan siring yang dihubungkan
- 543 -
dengan pipa telah ditara dengan saksama dan timbang P sampai tanda, saring melalui penyaring membran
saksama. [Catatan Pipa siring ditempatkan pada daerah dengan porositas 0,22 µm.
antara permukaan Media disolusi dan bagian atas Larutan kesesuaian sistem Pipet 1,5 ml Larutan baku
dayung berputar.] Masukkan suspensi oral tersebut ke persediaan senyawa sejenis C dan 9 ml Larutan baku
dalam Media disolusi. Timbang kembali siring dan persediaan ke dalam labu tentukur 25-ml, encerkan
tetapkan bobot, WU, dalam g suspensi oral yang dengan asetonitril P sampai tanda, saring melalui
dimasukkan ke dalam Media disolusi. Suntikkan secara penyaring membran dengan porositas 0,22 µm. Larutan ini
terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 10 l) mengandung senyawa sejenis C ibuprofen dan ibuprofen
Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, berturut-turut lebih kurang 0,03 dan 0,4 mg per ml.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Hitung persentase ibuprofen, C13H18O2, terlarut Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
menggunakan rumus: dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
15 cm yang berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran
C D RU partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit.
90 .000 Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
L WU RS sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
C adalah kadar Ibuprofen BPFI dalam mg per ml senyawa sejenis C ibuprofen dan ibuprofen berturut-
Larutan baku; L adalah jumlah ibuprofen yang tertera turut adalah lebih kurang 1,3 dan 1,0; resolusi, R, antara
pada etiket dalam mg per ml; D adalah bobot jenis dalam puncak ibuprofen dan puncak senyawa sejenis C
g per ml suspensi oral yang ditetapkan seperti tertera ibuprofen tidak kurang dari 1,5 dan faktor ikutan tidak
pada Bobot jenis dalam Penetapan kadar; WU adalah lebih dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
bobot suspensi oral dalam g yang ditambahkan dalam baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Media disolusi;RU dan RS berturut-turut adalah seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif
perbandingan respons puncak ibuprofen terhadap baku pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
internal dari Larutan uji dan Larutan baku. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak sama (lebih kurang 35 l) Larutan baku dan Larutan uji
kurang dari 80% (Q) C13H18O2 dari jumlah yang tertera ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
pada etiket. respons puncak utama. Hitung persentase senyawa
sejenis C ibuprofen dalam suspensi oral, berdasarkan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Untuk jumlah ibuprofen yang tertera pada etiket dengan rumus:
suspensi oral dikemas dalam wadah dosis tunggal.
12 .500 C rU
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat.
Untuk suspensi oral dikemas dalam wadah dosis ganda. DL rS
pH <1071> Antara 3,6 dan 4,6. C adalah kadar Senyawa Sejenis C Ibuprofen BPFI
dalam mg per ml Larutan baku; D adalah volume
Senyawa sejenis C ibuprofen Tidak lebih dari 0,25%. suspensi oral dalam ml yang digunakan dalam
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair pembuatan Larutan uji persediaan; L adalah jumlah
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. ibuprofen dalam mg per ml suspensi oral yang tertera
Fase gerak, Pengencer, Larutan baku persediaan dan pada etiket; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Larutan uji persediaan Lakukan seperti tertera pada puncak senyawa sejenis C ibuprofen dari Larutan uji dan
Penetapan kadar. Larutan baku.
Larutan baku persediaan senyawa sejenis C Timbang
saksama sejumlah Senyawa Sejenis C Ibuprofen BPFI, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
larutkan dalam asetonitril P hingga kadar lebih kurang Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
0,5 mg per ml. Kromatografi <931>.
Larutan baku Pipet 3 ml Larutan baku persediaan Larutan asam fosfat 0,01 M Encerkan 0,7 ml asam
senyawa sejenis C ke dalam labu tentukur 50-ml, fosfat P dengan air hingga 1000 ml.
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Pipet 2 ml Fase gerak Buat campuran Larutan asam fosfat 0,01
larutan ini ke dalam labu tentukur 50-ml yang kedua, M-asetonitril P (63:37), saring dan awaudarakan. Jika
tambahkan 18 ml Pengencer dan encerkan dengan perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
asetonitril P sampai tanda, saring melalui penyaring seperti tertera pada Kromatografi <931>.
membran dengan porositas 0,22 µm. Larutan ini Pengencer Buat campuran asetonitril P-air (1:1).
mengandung senyawa sejenis C ibuprofen lebih kurang Larutan baku internal Timbang sejumlah benzofenon,
1,2 µg per ml. larutkan dalam asetonitril P hingga kadar lebih kurang
Larutan uji Pipet 20 ml Larutan uji persediaan ke 3,2 mg per ml.
dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan asetonitril
- 544 -
dan minimum pada panjang gelombang yang sama Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg
seperti pada larutan Idoksuridin BPFI; daya serap Idoksuridin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
masing-masing dihitung terhadap zat yang telah ml, tambahkan metanol P sampai tanda. Encerkan 5,0 ml
dikeringkan pada panjang gelombang serapan larutan ini dengan Campuran butanol P- kloroform P
maksimum lebih kurang 279 nm berbeda tidak lebih dari (1:5) hingga 100,0 ml.
2,0%. Larutan uji Campur 4 g Tanah silika untuk
kromatografi dengan 2 ml asam klorida 0,1 N dalam
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; mortir kaca hingga halus. Tambahkan sejumlah salep
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60˚ mata yang ditimbang saksama setara dengan lebih
selama 2 jam, menggunakan lebih kurang 500 mg zat kurang 5 mg idoksuridin dan campur. Masukkan ke
yang ditimbang saksama. dalam Kolom kromatografi. Untuk membilas dan
membersihkan mortir dari sisa salep mata, gunakan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 250 campuran 2 g Tanah silika untuk kromatografi dan 2 ml
mg zat, larutkan dalam 20 ml dimetilformamida P yang asam klorida 0,1 N yang telah digerus halus. Masukkan
telah dinetralkan dengan natrium metoksida toluen 0,1 N lebih kurang separuh campuran di atas ke dalam Kolom
LV, gunakan larutan 300 mg biru timol P dalam 100 ml kromatografi, padatkan perlahan-lahan hingga merata.
metanol P sebagai indikator. Titrasi dengan natrium Masukkan lagi separuhnya ke dalam Kolom
metoksida toluen 0,1 N LV hingga berwarna biru. Hati- kromatografi dan padatkan seperti sebelumnya.
hati terhadap penyerapan karbon dioksida dari udara. Bersihkan mortir dengan segumpal wol kaca dan
Lakukan penetapan blangko. sisipkan pada bagian atas kolom. Alirkan 50 ml
kloroform P melalui kolom dengan laju alir lebih kurang
Tiap ml natrium metoksida 0,1 N 1 ml per menit dan buang kloroform. Eluasi dengan
setara dengan 35,41 mg C9H11IN2O5 lebih kurang 200 ml campuran butanol P-kloroform P
(1:5) dengan laju alir yang sama, buang 20 ml eluat
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, pertama. Kumpulkan eluat ke dalam labu tentukur 200-
tidak tembus cahaya. ml, encerkan dengan pelarut eluasi sampai tanda.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
pada panjang gelombang serapan maksimum 320 nm
SALEP MATA IDOKSURIDIN dan pada panjang gelombang serapan maksimum 283
Idoxuridine Opthalmic Ointment nm terhadap blangko campuran butanol P-kloroform P
(1:5). Hitung jumlah dalam mg idoksuridin, C9H11IN2O5,
Salep Mata Idoksuridin adalah Idoksuridin dalam dasar dalam salep mata yang digunakan dengan rumus:
salep vaselin. Mengandung tidak kurang dari 0,45% dan
tidak lebih dari 0,55% C9H11IN2O5. Merupakan sediaan ( A 283 A320 )U
steril. 0, 2 C
( A 283 A320 ) S
Baku pembanding Idoksuridin BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60˚ selama C adalah kadar Idoksuridin BPFI dalam µg per ml
2 jam sebelum digunakan. Larutan baku; persamaan di dalam tanda kurung
berturut-turut menyatakan perbedaan serapan pada
Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji panjang gelombang 283 dan 320 nm dari Larutan uji (U)
pada Penetapan kadar menunjukkan maksimum dan dan Larutan baku (S).
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
pada Larutan baku dalam Penetapan kadar. Wadah dan penyimpanan Dalam tube, di tempat sejuk.
Pemerian Cairan kental; coklat kemerahan hingga hitam Penetapan kadar belerang total Timbang saksama 500
kecoklatan; berbau khas, kuat. sampai 800 mg zat, masukkan ke dalam labu Kjehldahl
dengan bantuan 20 ml air. Tambahkan 3 g kalium klorat
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, gliserin, P kemudian perlahan-lahan 30 ml asam nitrat P dan
minyak lemak dan lemak; sebagian larut dalam etanol uapkan campuran di atas lempeng pemanas hingga lebih
dan eter. kurang 5 ml. Dinginkan, ulangi proses oksidasi dengan 3
g kalium klorat P dan 30 ml asam nitrat P dan uapkan
Identifikasi hingga lebih kurang 5 ml. Tambahkan 25 ml asam
A. Encerkan 10 ml dengan 90 ml air dan aduk selama klorida P, uapkan lagi hingga lebih kurang 5 ml.
5 menit menggunakan pengaduk magnetik. Tambahkan Tambahkan 100 ml air, panaskan hingga mendidih,
25 ml asam klorida P dan campur: terbentuk endapan saring dan cuci dengan baik. Pada filtrat panas
berat seperti resin. Enaptuangkan beningan, cuci tambahkan 25 ml barium klorida LP dan panaskan di
endapan dengan asam klorida 2 N hingga cucian terakhir atas tangas uap selama 1 jam. Kumpulkan barium sulfat
hampir tidak berwarna. Pindahkan endapan ke atas dalam krus penyaring yang telah dipijarkan dan ditara,
kertas serap, biarkan selama 10 menit dan masukkan 10 cuci, keringkan dan pijarkan, kemudian dinginkan dan
mg endapan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml, timbang.
tambahkan 100 ml eter P, hubungkan labu dengan
pendingin udara, aduk selama 30 menit menggunakan Tiap gram barium sulfat
pengaduk magnetik: endapan tidak larut sempurna. setara dengan 137,4 mg S
B. Pada larutan (1 dalam 10) tambahkan natrium
hidroksida 1 N, panaskan hingga mendidih: terjadi gas Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
amoniak.
gelombang yang sama seperti pada Imipramin Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Hidroklorida BPFI. sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
uji sesuai dengan Larutan baku seperti diperoleh pada respons puncak. Waktu retensi relatif untuk N-
Penetapan kadar. (dimetilaminopropil) iminostilben dan imipramin
C. Larutkan 0,10 g zat dalam 2 ml etanol P, berturut-turut lebih kurang 0,8 dan 1,0. Hitung
tambahkan 1 ml asam nitrat 2 N dan 3 tetes perak nitrat persentase iminodibenzil dalam zat dengan rumus:
LP: terbentuk endapan putih, yang larut pada
penambahan tetes demi tetes amonium hidroksida P.
C rU
5
Suhu lebur <1021> Antara 170º dan 174º. W rS
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; C adalah kadar Iminodibenzil BPFI dalam g per ml
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam. Larutan baku; W adalah bobot zat dalam mg yang
digunakan untuk membuat Larutan uji; rU dan rS
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. berturut-turut adalah respons puncak iminodibenzil dari
Larutan uji dan Larutan baku. Hitung persentase
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj. cemaran lain dalam zat dengan rumus:
imipramin dan puncak desipramin tidak kurang dari 1,3. Wadah dan penyimpanan Sediaan cair simpan dalam
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam wadah kaca tidak tembus cahaya, tertutup kedap, tidak
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera berwarna, pada suhu 2º hingga 8º. Sediaan beku kering
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan disimpan dalam wadah tidak tembus cahaya, dalam
ulang tidak lebih dari 2,0%. keadaan hampa udara atau gas inert, pada suhu 2º hingga
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume 8º. Dalam kondisi penyimpanan seperti di atas potensi
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji dapat dipertahankan hingga 3 tahun untuk sediaan cair
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur dan 5 tahun untuk sediaan beku kering.
respons puncak. Hitung jumlah dalam mg imipramin
hidroklorida, C19H24N2.HCl, dalam zat yang digunakan
dengan rumus: IMUNOGLOBULIN HEPATITIS B
Hepatitis B Immunoglobulin
r
100 C U Imunoglobulin Hepatitis B adalah sediaan cair atau beku
rS kering, mengandung imunoglobulin manusia terutama
imunoglobulin G (IgG). Diperoleh dari plasma atau
C adalah kadar Imipramin Hidroklorida BPFI dalam mg serum yang mengandung antibodi spesifik terhadap
per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah antigen permukaan hepatitis B. Dapat ditambahkan
respons puncak imipramin dari Larutan uji dan Larutan Imunoglobulin Normal. Imunoglobulin Hepatitis B
baku. dibuat seperti yang tertera pada Imunoglobulin Normal.
Mengandung tidak kurang dari 100 unit per ml.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Baku pembanding Imunoglobulin Hepatitis B BPFI.
Imunoglobulin Campak adalah sediaan cair atau beku Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
kering yang mengandung Imunoglobulin manusia Imunoglobulin Normal.
terutama imunoglobulin G (IgG). Imunoglobulin
Campak diperoleh dari plasma atau serum yang Penetapan potensi Lakukan penetapan dengan
mengandung antibodi khas terhadap virus campak, dapat membandingkan ikatan dengan antigen permukaan
ditambahkan imunoglobulin normal. Imunoglobulin hepatitis B antara Larutan baku dan Larutan uji dengan
campak dibuat seperti tertera pada pembuatan kit Radioimuno atau Enzimoimuno yang sesuai. Buat
Imunoglobulin Normal. Imunoglobulin Campak larutan Imunoglobin Hepatitis B BPFI dengan
mengandung tidak kurang dari 50 Unit per ml. melarutkan isi ampul dalam sejumlah air hingga
diperoleh larutan mengandung 100 unit per ml (larutan
Baku pembanding Imunoglobulin Campak BPFI. A). Dengan pengencer serum manusia yang bereaksi
negatif terhadap antigen permukaan hepatitis B dan
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada antibodinya, buat tidak kurang dari 5 pengenceran
Imunoglobulin Normal. Larutan A (Enceran larutan baku). Pengenceran dipilih
sedemikian rupa sehingga diperoleh kurva kalibrasi
Penetapan potensi Buat seri pengenceran berkelipatan linier. Dengan cara yang sama buat enceran zat uji
dua dari sediaan uji dan Imunoglobulin Campak BPFI, (Larutan uji). Bila perkiraan potensi benar, kandungan
tambahkan ke dalam tiap pengenceran sejumlah volume antibodi tercakup dalam rentang pengenceran baku.
sama suspensi virus campak yang mengandung lebih Lakukan penetapan sesuai dengan petunjuk yang
kurang 3,0 log10 DIKS50 (Dosis Infektif Kultur Sel10) terdapat dalam kit. Enceran larutan baku dan Larutan
per 0,1 ml dan campur. Inkubasi campuran pada suhu uji, mula-mula diinkubasi dengan antigen permukaan
37º selama 2 jam terlindung dari cahaya. Dengan hepatitis B yang terikat pada butiran polistiren atau
menggunakan tidak kurang dari 6 biakan sel untuk tiap pembawa lain, kemudian inkubasi dengan antigen
campuran, inokulasikan 0,2 ml tiap campuran ke dalam permukaan hepatitis B berlabel. Secara bersamaan
tiap biakan sel, inkubasi selama tidak kurang dari 10 lakukan kontrol positif dan negatif dengan cara yang
hari. Amati aktivitas virus dalam biakan sel dan sama. Tentukan jumlah kompleks antibodi-antigen
bandingkan pengenceran yang mengandung jumlah berlabel yang terbentuk dari masing-masing dosis
terkecil imunoglobulin yang menetralkan virus dari pengenceran baku, sediaan uji dan kontrol positif
sediaan uji dengan sediaan baku. Hitung potensi sediaan dibanding terhadap kontrol negatif. Hitung potensi
uji dalam Unit per ml antibodi yang mampu menetralkan antibodi terhadap antigen permukaan hepatitis B dalam
virus campak. sediaan uji menggunakan kurva kalibrasi yang diperoleh
dari pengenceran baku. Penetapan tidak absah kecuali
- 550 -
telah memenuhi kriteria yang tertera pada kit penetapan Sediaan beku kering berbentuk serbuk atau masa rapuh
potensi, dan tidak terdapat perbedaan bermakna dari berwarna putih sampai agak kuning.
hasil yang digambarkan baik kesejajaran atau linearitas.
Baku pembanding Imunoglobulin Normal Manusia
Wadah dan penyimpanan Sediaan cair disimpan dalam untuk Elektroforesis BPFI.
wadah kaca tidak berwarna, tertutup kedap, terlindung
dari cahaya, pada suhu 2º sampai 8º. Sediaan beku Identifikasi
kering, disimpan dalam hampa udara atau gas inert, A. Lakukan reaksi pengendapan menggunakan
terlindung dari cahaya pada suhu 2º sampai 8º. Dengan antiserum khas terhadap protein plasma manusia dan
kondisi penyimpanan seperti di atas, potensi dapat antiserum khas terhadap protein plasma dari setiap galur
dipertahankan hingga 3 tahun untuk sediaan cair dan 5 hewan domestik yang umum digunakan untuk
tahun untuk sediaan beku kering. pembuatan sediaan biologik. Sediaan mengandung
protein plasma asal manusia memberikan reaksi negatif
dengan antiserum khas terhadap protein plasma galur
IMUNOGLOBULIN NORMAL lain.
Normal Immunoglobulin B. Lakukan penetapan dengan teknik
imunoelektroforesis yang sesuai, bandingkan serum
Imunoglobulin Normal adalah sediaan cair atau beku normal manusia dengan sediaan uji, menggunakan
kering mengandung imunoglobulin terutama antiserum normal manusia, keduanya diencerkan hingga
imunoglobulin G (IgG), dapat mengandung protein lain. mengandung 1% protein. Komponen utama sediaan uji
Sediaan ini digunakan untuk injeksi intra muskular. sesuai dengan komponen IgG serum normal manusia.
Diperoleh dari plasma atau serum atau plasenta normal Larutan dapat mengandung sejumlah kecil protein
dan segera dibekukan setelah dikumpulkan. Plasma, plasma lain.
serum atau plasenta diperoleh dari donor sehat sedapat
mungkin harus disertai pemeriksaan klinik, uji Keasaman dan kebasaan <1071> pH 6,4 sampai 7,2;
laboratorium dan telah diketahui riwayat mediknya telah lakukan penetapan dengan mengencerkan dalam larutan
bebas dari infeksi yang dapat ditularkan melalui natrium klorida P 0,9% hingga mengandung 1% protein.
transfusi darah atau derivat darah. Pemeriksaan dan
pengujian yang dilakukan ditetapkan oleh instansi yang Susut pengeringan <1121> Untuk sediaan beku kering
berwenang; terutama uji terhadap antigen permukaan tidak lebih dari 2%; lakukan pengeringan di atas fosfor
hepatitis B dan antibodi HIV dengan metode yang peka pentoksida P pada tekanan tidak lebih dari 0,02 mmHg
dan memberikan hasil negatif. Imunoglobulin Normal selama 24 jam, menggunakan 500 mg zat.
mengandung antibodi IgG dari subyek normal diperoleh
dari gabungan donor, dengan cara yang sesuai sehingga Toksisitas abnormal Memenuhi syarat seperti tertera
produk tidak menyebarkan infeksi. Dengan kadar protein pada Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo <251>.
16% mengandung paling sedikit dua jenis antibodi satu
viral dan satu bakterial bila dibandingkan dengan baku Pirogen <231> Memenuhi syarat, lakukan penetapan
internasional atau baku lain, kadar antibodi tidak kurang menggunakan dosis uji 1 ml per kg bobot tubuh kelinci.
dari 10 kali dari bahan gabungan awal. Imunoglobulin
Normal dibuat sebagai larutan stabil, misalnya dalam Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
larutan natrium klorida P 0,9% atau larutan glisin P
2,25% dan disterilkan dengan cara penyaringan. Dapat Kecepatan melarut untuk sediaan beku kering
ditambahkan pengawet yang bersifat antimikroba tambahkan sejumlah volume pelarut seperti yang tertera
kecuali bila sediaan dibuat beku kering. Pengawet atau pada etiket. Sediaan uji terlarut sempurna dalam waktu
bahan stabilisator yang ditambahkan harus bersifat netral 15 menit pada suhu 20° hingga 25º .
dan tidak menimbulkan reaksi negatif baik terhadap
produk akhir maupun pada manusia. Uji penurunan Komposisi protein
dipercepat dilakukan pada produk akhir cair atau beku A. Lakukan penetapan dengan Metode II untuk
kering, dengan pemanasan pada suhu 37º selama 4 Elektroforesis selulosa asetat seperti tertera pada
minggu kemudian lakukan penetapan dengan cara Elektroforesis <831> tetapi menggunakan medan listrik
Kromatografi eksklusi seperti tertera pada Kromatografi yang sesuai hingga pita bercak albumin dari serum
<931>. Perbedaan kadar protein hasil eluasi dalam fraksi normal manusia yang ditotolkan sebagai pita kontrol
setelah puncak utama sebelum dan sesudah dipanaskan merambat tidak kurang dari 30 mm.
tidak lebih dari 5%. Gunakan larutan sebagai berikut: larutan (1) encerkan
sediaan uji dengan larutan natrium klorida P 0,9%
Pemerian Sediaan cair jernih dan berwarna kuning hingga mengandung 5% protein. Larutan (2) encerkan
pucat sampai coklat muda; selama penyimpanan dapat Imunoglobulin Normal Manusia untuk Elektroforesis
terbentuk kekeruhan atau sedikit bahan partikulat. BPFI dengan larutan natrium klorida P 0,9% hingga
mengandung 5% protein. Pada pita bercak lain selain
bercak utama yang diperoleh dari larutan (1)
- 551 -
mengandung tidak lebih dari 10% protein. Uji tidak Wadah dan penyimpanan Sediaan cair simpan dalam
absah kecuali perbandingan protein dalam pita bercak wadah kaca tidak berwarna, tertutup kedap, terlindung
utama yang diperoleh dari larutan (2) dalam batas yang cahaya, pada suhu 2˚-8˚. Sediaan beku kering simpan
tertera pada etiket Imunoglobulin Normal Manusia untuk dalam wadah hampa udara atau berisi gas inert
Elektroforesis BPFI. terlindung cahaya pada suhu 2˚ - 8˚ . Bila disimpan pada
B. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi kondisi di atas memenuhi syarat selama 3 tahun untuk
eksklusi seperti tertera pada Kromatografi <931>. sediaan cair dan 5 tahun untuk sediaan beku kering.
Gunakan 2 ml larutan uji, yang telah diencerkan dengan
Campuran larutan dapar fosfat pH 7,0 dengan azida
hingga mengandung protein 4,0%-5,0%. Kromatograf IMUNOGLOBULIN RABIES
pada suhu ruang menggunakan a) kolom (25 mm x 1 m) Rabies Immunoglobulin
berisi agarose yang dijebak dalam jaringan
poliakrilamida sambung silang dan mempunyai rentang
Imunoglobulin Rabies adalah sediaan cair atau beku
fraksi linier yang sesuai untuk fraksionasi butiran protein
kering mengandung imunoglobulin manusia terutama
dalam rentang bobot molekul dari 20.000 sampai
imunoglobulin G (IgG). Diperoleh dari plasma atau
350.000 (misalnya ultrogel AcA34), b) Fase gerak
serum yang mengandung antibodi spesifik terhadap virus
campuran dapar fosfat pH 7,0 dengan azida dengan laju
rabies. Dapat ditambahkan Imunoglobulin Normal.
alir lebih kurang 20 ml (4 ml per cm dari luas kolom) per
Imunoglobulin rabies dibuat seperti tertera pada
jam, c) detektor 280 nm.
Imunoglobulin Normal. Mengandung tidak kurang dari
Kumpulkan eluat dalam fraksi lebih kurang 4 ml.
150 unit per ml.
Tetapkan kromatogram, bandingkan dengan
kromatogram seperti pada Gambar Kromatogram
Baku pembanding Imunoglobulin Rabies BPFI.
Imunoglobulin Normal. Jumlah luas puncak yang
mengandung IgG monomer, dimer, albumin dan protein
Syarat lain Memenuhi syarat; lakukan seperti tertera
lain dengan ukuran molekul yang sama (area B) tidak
pada Imunoglobulin Normal.
kurang dari 85% dari luas total kromatogram. Tidak
lebih dari 10% dari luas total kromatogram
Protein Memenuhi syarat; lakukan seperti tertera pada
menunjukkan protein yang dieluasi lebih dulu dari IgG
Penetapan kadar dalam Imunoglobulin Normal.
dimer (area A); jika area A dapat dibagi menjadi dua
area, area yang sesuai dengan protein yang lebih besar
Penetapan potensi Lakukan penetapan dengan
tidak lebih dari 5% dari luas total kromatogram. Tidak
membandingkan dosis sediaan uji dan sediaan baku yang
lebih dari 5% dari luas total kromatogram menunjukkan
dapat memberikan perlindungan sama pada mencit
protein yang dieluasi sesudah monomer IgG dan
terhadap efek pemberian virus rabies. Gunakan mencit
albumin (area C).
dari satu jenis kelamin. Selama pengujian hitung mencit
Penetapan kadar Mengandung 90% hingga 110% yang mati atau menunjukkan gejala rabies (berupa
protein dari jumlah yang tertera pada etiket, dalam hal paralisis atau konvulsi) antara hari kelima hingga
tertentu mengandung protein tidak kurang dari 10% dan keempat belas setelah hewan uji diinokulasi dengan
tidak lebih dari 18%. Lakukan penetapan dengan Metode virus. Mencit yang mati sebelum hari kelima tidak
I seperti tertera pada Penetapan Kadar Nitrogen dalam dihitung.
Produk Darah <591>. Encerkan sediaan uji dengan Penyiapan suspensi virus tantang Buat virus tantang
larutan natrium klorida P 0,9% hingga diperoleh larutan dengan menumbuhkan Canine Street Virus (CVS) dari
yang mengandung lebih kurang 15 mg protein per 2 ml. virus rabies terolah dalam otak mencit. Kumpulkan virus
Masukkan 2 ml larutan ke dalam tabung sentrifuga alas dan buat sedemikian rupa hingga diperoleh suspensi
bulat, tambahkan 2 ml larutan natrium molibdat P 7,5% virus yang jernih dan simpan dalam jumlah sedikit pada
dan 2 ml campuran air dan asam sulfat bebas nitrogen P suhu -20º atau lebih rendah. Encerkan suspensi segera
(30:1). Kocok, sentrifus selama 5 menit, tuang beningan sebelum digunakan dengan pelarut yang sesuai hingga
dan letakkan tabung sentrifuga di atas kertas saring diperoleh suspensi virus tantang yang diperkirakan
dalam posisi terbalik, hingga kering. Tetapkan kadar mengandung antara 100 dan 300 D150 per 0,03 ml yang
nitrogen dalam residu. Hasil yang diperoleh kalikan 6,25 dihitung dari hasil titrasi pendahuluan. Tetapkan titer
untuk memperoleh kadar protein. suspensi virus dari suspensi virus tantang bersamaan
dengan uji potensi imunoglobulin menggunakan mencit
dari populasi yang sama.
Penetapan titer virus dari suspensi virus tantang
Encerkan sejumlah volume suspensi virus tantang
dengan penambahan volume sama pelarut yang sesuai.
Inkubasi pada suhu 37º selama 1 jam kemudian buat
seri pengenceran berkelipatan 10 dengan pelarut sama.
Suntikkan 0,03 ml masing-masing pengenceran secara
intraserebral kepada tiap kelompok mencit yang terdiri
- 552 -
dari tidak kurang dari 6 ekor, menggunakan kelompok pada suhu 2º hingga 8º. Dengan kondisi penyimpanan
berbeda untuk tiap enceran. Amati mencit selama 14 seperti di atas, potensi dapat dipertahankan hingga 3
hari. Hitung titer virus dari suspensi virus tantang dalam tahun untuk sediaan cair dan 5 tahun untuk sediaan beku
D150 per 0,03 ml dengan metode statistik baku dengan kering.
menghitung jumlah hewan yang mati pada tiap
kelompok.
Prosedur Rekonstitusi Imunoglobulin Rabies BPFI IMUNOSERUM BOTULINUM
dengan pelarut yang sesuai. Buat seri pengenceran Antitoksin Botulinum
berkelipatan dua dari larutan baku dan sediaan uji
Botulinum Antitoxin
dengan pelarut yang sama. Tambahkan pada masing-
masing enceran sejumlah volume sama suspensi virus
Imunoserum Botulinum adalah sediaan yang
tantang dan inkubasi pada suhu 37º selama 1 jam.
mengandung globulin antitoksik khas yang mempunyai
Suntikkan 0,03 ml masing-masing enceran secara
kekuatan dapat menetralkan toksin yang dihasilkan oleh
intraserebral pada tiap kelompok hewan uji terdiri dari
Clostridium botulinum tipe A, B dan E atau campuran
tidak kurang dari 10 ekor mencit, menggunakan
dari tipe A, B dan E. Potensi tidak kurang dari 500 unit
kelompok berbeda untuk tiap enceran. Amati hewan uji
per ml masing-masing untuk tipe A dan B dan tidak
selama 14 hari. Hitung potensi imunoglobulin dalam unit
kurang dari 50 unit per ml untuk tipe E.
per ml dengan metode statistik baku dari jumlah hewan
yang mati dalam tiap kelompok. Uji dikatakan absah bila
Baku pembanding Imunoserum Botulinum tipe A BPFI;
titer virus dari suspensi virus tantang antara 100 dan 300
Imunoserum Botulinum tipe B BPFI; Imunoserum
D150. Jika potensi sediaan uji lebih rendah dari yang
Botulinum tipe E BPFI.
dipersyaratkan, lakukan uji ulang beberapa kali.
Gunakan hasil uji yang absah untuk perhitungan potensi
Identifikasi Dapat menetralkan secara spesifik dan
imunoglobulin.
mengurangi bahaya toksin yang dihasilkan oleh satu tipe
Wadah dan penyimpanan Sediaan cair dalam wadah atau beberapa tipe Clostridium botulinum yang tertera
kaca tidak berwarna, tertutup kedap, terlindung cahaya, pada etiket, pada hewan yang peka.
pada suhu 2º sampai 8º. Sediaan beku kering, dalam
hampa udara atau gas inert, terlindung cahaya pada suhu Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
2º sampai 8º. Dengan kondisi penyimpanan seperti di Imunosera.
atas, potensi dapat dipertahankan hingga 3 tahun
untuk sediaan cair dan 5 tahun untuk sediaan beku Penetapan potensi Lakukan penetapan dengan
kering. membandingkan dosis sediaan uji dan sediaan baku
antitoksin botulinum dari tipe yang sesuai yang dapat
memberikan perlindungan sama pada mencit terhadap
IMUNOGLOBULIN TETANUS efek letal dosis tertentu toksin botulinum.
Pemilihan hewan uji Gunakan mencit dengan bobot
Tetanus Immunoglobulin
tubuh sedemikian rupa sehingga selisih bobot terendah
Imunoglobulin Tetanus adalah sediaan cair atau beku dan tertinggi tidak lebih dari 5 g.
kering mengandung imunoglobulin manusia, terutama Toksin uji Tumbuhkan Clostridium botulinum tipe A,
imunoglobulin G (IgG). Diperoleh dari plasma atau B, atau E dalam perbenihan cair selama lebih kurang 7
serum yang mengandung antibodi spesifik terhadap hari. Pada satu volume filtrat biakan steril tambahkan 2
toksin Clostridium tetani. Dapat ditambahkan volume gliserol P. Simpan pada suhu 0o atau sedikit di
immunoglobulin normal. Imunoglobulin tetanus dibuat bawah 0o.
seperti tertera pada Imunoglobulin Normal. Mengandung Pemilihan toksin uji Lakukan penetapan tiap tipe
tidak kurang dari 50 unit per ml. toksin sebagai berikut: Dosis L+/10 adalah jumlah
toksin terkecil, bila dicampur dengan 0,1 unit antitoksin
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada dan disuntikkan secara intraperitoneal pada mencit
Imunoglobulin Normal. menyebabkan kematian hewan dalam waktu 96 jam.
DL50 adalah jumlah toksin terkecil, bila disuntikkan
Protein Memenuhi syarat; lakukan seperti tertera pada secara intraperitoneal kepada mencit menyebabkan
Penetapan kadar dalam Imunoglobulin Normal. kematian setengah dari hewan uji dalam waktu 96
jam.Toksin yang sesuai yaitu toksin yang mengandung
Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera tidak kurang dari 1000 DL50 dalam satu dosis L+/10.
pada Penetapan potensi dalam Imunoserum Tetanus. Penetapan dosis toksin uji (Dosis L+/10) Rekonstitusi
Baku pembanding yang sesuai dengan pelarut yang
Wadah dan penyimpanan Sediaan cair, dalam wadah sesuai hingga diperoleh larutan yang mengandung 0,25
kaca tidak berwarna, tertutup kedap, terlindung cahaya unit per 1,0 ml (Larutan baku). Buat beberapa campuran
pada suhu 2º hingga 8º. Sediaan beku kering disimpan setiap 5,0 ml dari campuran mengandung 2,0 ml Larutan
dalam hampa udara atau gas inert, terlindung cahaya baku (0,5 unit) dan satu dari seri volume bertingkat
- 553 -
toksin dalam pelarut yang sesuai. Encerkan masing- Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
masing campuran dengan campuran yang sesuai hingga Imunosera.
volume akhir sama 5,0 ml. Biarkan campuran pada
suhu ruang, terlindung dari cahaya selama 60 menit. Penetapan potensi Lakukan penetapan dengan
Suntikkan 1,0 ml masing-masing campuran secara membandingkan dosis sediaan uji dengan sediaan baku
intraperitoneal kepada tiap 4 ekor mencit. Amati hewan yang dapat memberikan perlindungan yang sama bagi
uji selama 96 jam. Dosis toksin uji adalah jumlah marmut atau kelinci terhadap efek eritrogenik dosis
terkecil toksin dalam 1,0 ml campuran yang dapat tertentu toksin difteri.
menyebabkan kematian keempat ekor mencit dalam Pembuatan toksin uji Buat toksin difteri dengan
waktu 96 jam. menyaring medium perbenihan cair yang ditumbuhi
Prosedur Encerkan toksin uji dengan pelarut yang galur toksigenik Corynebacterium diphtheriae, simpan
sesuai hingga mengandung 5 kali dosis uji (L+/10) per pada suhu 2º sampai 8º .
2,0 ml. Buat beberapa campuran hingga setiap 5,0 ml Pemilihan toksin uji Toksin yang akan digunakan
campuran mengandung 2,0 ml larutan toksin dan satu sebagai toksin uji ditetapkan sebagai berikut: Dosis
dari seri volume bertingkat sediaan uji. (Jika potensi Lr/100 adalah jumlah toksin terkecil bila dicampur
antitoksin uji sama sekali tidak diketahui, pada uji dengan 0,01 Unit antitoksin dan disuntikkan secara
pendahuluan digunakan rentang perbedaan volume intrakutan pada marmut atau kelinci, menimbulkan
antitoksin yang luas, sebaliknya perbedaan volume reaksi khas pada tempat penyuntikan dalam waktu 48
antitoksin dari satu dengan lainnya lebih kurang 20%, jam.
misalnya 0,6; 0,8; 1,0; 1,2 dan 1,4 ml). Selanjutnya buat Dosis Reaktif Terendah (DRT) adalah jumlah toksin
beberapa campuran dengan cara yang sama, setiap 5,0 terkecil, bila disuntikkan secara intrakutan pada marmut
ml campuran mengandung 2,0 ml larutan toksin dan satu atau kelinci, menimbulkan reaksi khas pada tempat
dari seri volume bertingkat Larutan baku yang sesuai penyuntikan dalam waktu 48 jam. Toksin yang
yang diencerkan dengan pelarut yang sesuai hingga digunakan adalah toksin uji yang tiap dosis Lr/100
dosis tengah larutan 0,5 unit. Encerkan setiap campuran mengandung tidak kurang dari 200 DRT. Toksin uji
dengan pelarut yang sesuai hingga volume akhir 5,0 ml. dibiarkan selama beberapa bulan sebelum digunakan
Biarkan campuran pada suhu ruang, terlindung cahaya untuk penetapan antitoksin. Dalam waktu tersebut terjadi
selama 60 menit. Suntikkan secara intraperitoneal masing- penurunan toksisitas dan dosis Lr/100 kemungkinan
masing 1,0 ml campuran kepada tiap 4 ekor mencit dan meningkat. Bila pada pengujian terlihat bahwa dosis
amati hewan uji selama 96 jam. Campuran yang Lr/100 tetap, toksin uji siap digunakan dan dapat
mengandung volume terbesar antitoksin uji yang gagal digunakan dalam periode waktu yang lama. Lakukan
melindungi mencit dari kematian mengandung 0,5 unit. penetapan dosis reaktif terendah dan dosis Lr/100 secara
Pengujian dinyatakan tidak absah kecuali jika semua periodik. Simpan toksin uji di temapat gelap pada suhu
mencit yang disuntik dengan campuran yang 2º sampai 8º. Pertahankan sterilitas dengan penambahan
mengandung baku pembanding 2,0 ml atau kurang, mati toluen P atau bakterisida lain yang tidak menyebabkan
dan semua hewan yang disuntik dengan campuran yang penurunan toksisitas khas secara cepat.
mengandung lebih dari 2,0 ml hidup. Penetapan dosis uji toksin (Dosis Lr/100) Buat
[Perhatian Toksin botulinum sangat toksik. Harus Larutan baku Imunoserum Difteri BPFI dengan pelarut
sangat hati-hati pada setiap tahap pengerjaan.] yang sesuai, hingga mengandung 0,1 Unit per ml
(Larutan Baku). Buat beberapa campuran sehingga tiap
2,0 ml campuran mengandung 1,0 ml larutan baku (0,1
IMUNOSERUM DIFTERI Unit) dan satu dari seri volume bertingkat toksin uji.
Antitoksin Difteri Encerkan setiap campuran dengan pelarut yang sesuai
Diphtheria Antitoxin hingga volume akhir sama (2,0 ml). Biarkan campuran
pada suhu ruang, terlindung cahaya, selama 15 sampai
Imunoserum Difteri adalah sediaan yang mengandung 60 menit dan suntikkan secara intrakutan 0,2 ml pada
globulin antitoksin khas yang mempunyai kekuatan kulit hewan uji yang telah dicukur. Amati hewan uji
dapat menetralkan toksin Corynebacterium diphtheriae. selama 48 jam. Dosis uji toksin (Lr/100) adalah jumlah
Potensi tidak kurang dari 1000 unit per ml untuk toksin terkecil yang terdapat dalam 0,2 ml campuran
imunoserum dari serum kuda, tidak kurang dari 500 unit yang dapat menyebabkan lesieritema kecil dan khas
per ml untuk imunoserum dari jenis lain. pada tempat penyuntikan.
Prosedur Encerkan toksin uji dengan pelarut yang
Baku pembanding Imunoserum Difteri BPFI. sesuai hingga tiap 1,0 ml mengandung 12,5 kali dosis uji
toksin (Larutan toksin uji). Buat beberapa campuran
Identifikasi Dapat menetralkan secara khas toksin sehingga 2,0 ml tiap campuran ini mengandung 0,8 ml
Corynebacterium diphtheriae sehingga mengurangi larutan toksin yang telah diencerkan dan satu dari seri
bahaya terhadap hewan peka. volume bertingkat sediaan uji. Buat campuran lain
sehingga tiap 2,0 ml mengandung 0,8 ml larutan toksin
yang telah diencerkan dan satu dari seri volume
bertingkat Larutan baku hingga dosis tengah volume
- 554 -
bertingkat mengandung 0,1 Unit. Encerkan tiap Penetapan dosis uji toksin (Dosis Lp/10) Pertama
campuran dengan pelarut yang sesuai hingga volume tetapkan dosis Lp/10 (Limes Paralyticum/10) toksin uji,
akhir sama (2,0 ml). Biarkan campuran pada suhu ruang, yaitu jumlah toksin terkecil bila dicampur dengan 0,1
terlindung cahaya, selama 60 menit dan suntikkan unit Imunoserum Tetanus BPFI dan disuntikkan secara
sejumlah 0,2 ml dari setiap campuran pada hewan subkutan pada mencit menimbulkan paralisis tetanik
dengan kondisi seperti tertera pada penetapan dosis dalam waktu 4 hari. Buat larutan Imunoserum Tetanus
Lr/100 toksin. Amati hewan uji selama 48 jam. BPFI dalam larutan yang sesuai hingga mengandung 0,5
Campuran yang mengandung volume terbesar sediaan unit per ml. Timbang atau ukur saksama sejumlah toksin
uji yang gagal melindungi hewan dari efek eritema uji, encerkan atau larutkan dalam pelarut yang sesuai.
toksin mengandung 0,1 Unit. Pengujian absah jika Buat beberapa campuran masing-masing mengandung
semua tempat penyuntikan campuran yang mengandung 2,0 ml Larutan baku (setara dengan 1 unit) dan satu dari
0,8 ml atau kurang dari Larutan baku menunjukkan lesi seri volume bertingkat larutan toksin dan pelarut yang
eritema dan semua yang disuntik campuran yang sesuai hingga 5,0 ml. Diamkan campuran pada suhu
mengandung lebih besar tidak menunjukkan lesi eritema. ruang terlindung cahaya selama tidak kurang dari 1 jam.
Kemudian suntikkan secara sub kutan 0,5 ml campuran
tersebut pada satu kelompok mencit terdiri dari 6 ekor.
IMUNOSERUM TETANUS Amati mencit selama 96 jam. Dosis uji toksin adalah
Antitoksin Tetanus jumlah toksin terkecil yang terdapat dalam 0,5 ml
Tetanus Antitoxin campuran yang menyebabkan paralisis tetanik meskipun
sebagian telah dinetralkan oleh larutan baku, pada semua
Imunoserum Tetanus adalah sediaan yang mengandung mencit yang disuntik dalam waktu 96 jam.
globulin antitoksik khas yang mempunyai kekuatan Prosedur Buat larutan Imunoserum Tetanus BPFI
dapat menetralkan toksin Clostridium tetani. Potensi dengan pelarut yang sesuai hingga mengandung 0,5 unit
tidak kurang dari 1000 unit per ml untuk dosis per ml (Larutan baku). Ukur atau timbang saksama
pencegahan dan tidak kurang dari 3000 unit per ml sejumlah toksin uji, encerkan atau larutkan dalam pelarut
untuk dosis pengobatan. yang sesuai hingga mengandung 5 kali dosis uji toksin
(Larutan toksin uji) per ml. Buat beberapa campuran
Baku pembanding Imunoserum Tetanus BPFI. sehingga masing-masing mengandung 2,0 ml Larutan
toksin uji dan satu dari seri volume bertingkat sediaan uji
Identifikasi Dapat menetralkan secara khas toksin dan pelarut yang sesuai hingga volume akhir 5,0 ml.
Clostridium tetani, sehingga mengurangi bahaya Buat campuran serupa mengandung 2,0 ml Larutan
terhadap hewan uji yang peka. toksin uji dan satu dari seri volume bertingkat Larutan
baku sehingga dosis tengah (2,0 ml) mengandung 1 unit.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Biarkan campuran pada suhu ruang terlindung cahaya
Imunosera. selama 60 menit. Kemudian suntikkan secara subkutan
0,5 ml masing-masing campuran tersebut pada setiap
Penetapan potensi Lakukan penetapan dengan kelompok mencit. Amati mencit selama 96 jam.
membandingkan dosis sediaan uji dengan sediaan baku Campuran yang mengandung jumlah terbesar sediaan uji
yang dapat memberikan perlindungan yang sama bagi yang gagal melindungi mencit dari paralisis
marmut atau mencit terhadap efek paralitik dosis mengandung 1 unit. Uji tidak absah kecuali semua
tertentu toksin tetanus. mencit yang disuntik dengan campuran mengandung 2,0
Pemilihan hewan uji Jika digunakan mencit perbedaan ml atau kurang Larutan baku menunjukkan paralisis dan
bobot tubuh teringan dan terberat tidak lebih dari 5 g. semua hewan uji yang disuntik dengan campuran yang
Pemilihan toksin uji Buat toksin tetanus dengan mengandung lebih dari 2,0 ml tidak menunjukkan
menumbuhkan Clostridium tetani dalam medium paralisis. Hitung potensi sediaan uji dalam unit per ml.
perbenihan cair selama 9 hari dan tambahkan 1 volume
filtrat perbenihan steril pada 1 atau 2 volume gliserol P.
Simpan pada suhu sedikit di bawah 0˚. Toksin uji dapat LARUTAN INDIUM 111In OKSIKUINOLIN
dibuat dengan menambahkan sejumlah amonium sulfat P Indium In 111 Oxyquinoline Solution
pada filtrat, kumpulkan endapan yang terbentuk,
keringkan di atas fosfor pentoksida P dan gerus hingga Larutan Indium 111In Oksikuinolin adalah larutan dalam
diperoleh serbuk halus. Serbuk toksin disimpan dalam air, steril, bebas pirogen, isotonis, sesuai untuk
keadaaan kering dalam ampul tertutup kedap atau di atas penandaan radioaktif sel darah, terutama leukosit dan
fosfor pentoksida P pada tekanan 11,2 sampai 18,7 platelet; mengandung Indium radioaktif 111In dalam
mmHg. Toksin yang digunakan diperoleh dari pengujian bentuk kompleks dengan 8-hidroksikuinolin dalam
dengan mengamati gejala paralisis tetanik yang terjadi jumlah berlebih. Mengandung tidak kurang dari 90,0%
sebagai titik akhir. Amati hewan paling sedikit dua kali dan tidak lebih dari 110,0% 111In sebagai kompleks 8-
sehari dan bunuh hewan segera setelah diperoleh titik hidroksikuinolin yang tertera pada etiket dinyatakan
akhir. dalam MBq (mCi) per ml pada waktu kalibrasi
- 555 -
dilakukan. Radioaktivitas dalam bentuk kimia lain tidak Penetapan radioaktivitas Lakukan penetapan
lebih dari 10,0% dari radioaktivitas jumlah. Dapat radioaktivitas dalam MBq (mCi) per ml Larutan Indium
111
mengandung natrium klorida, dapar dan surfaktan. In Oksikuinolin menggunakan alat pencacah yang
Aktivitas jenis tidak kurang dari 1,85 gigabecquerels (50 sesuai seperti tertera pada Pemilihan alat pencacah dan
mCi) per g indium. sistem terkalibrasi dalam Radioaktivitas <1171>.
Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
Radioaktivitas <1171>. Spektrum sinar gamma pada suhu antara 15o dan 25o.
menunjukkan puncak energi utama 171 keV dan 245
keV yang sama seperti pada spesimen 111In dengan Penandaan Kecuali pernyataan seperti tertera pada
kemurnian diketahui. Penandaan dalam Injeksi, pada penandaan juga tertera:
1) Tanggal dan waktu kalibrasi, 2) Jumlah 111In sebagai
Pirogen <231> Memenuhi syarat. kompleks 8-hidroksikuinolin dinyatakan dalam MBq
(mCi), kadar dinyatakan dalam MBq (mCi) per ml pada
pH <1071> Antara 6,5 dan 7,5. saat kalibrasi, 3) Waktu kadaluarsa, 4) Pernyataan
“Tidak untuk pemberian langsung; hanya diberikan
Kemurnian radio nuklida Lakukan penetapan sesudah sel darah ditandai, melalui injeksi intravena”, 5)
radioaktivitas masing-masing cemaran radionuklida Pernyataan “Awas bahan radioaktif”, 6) Informasi
dalam kBq per MBq (Ci per mCi) 111In, dalam larutan bahwa dalam perhitungan dosis, lakukan koreksi
menggunakan alat pencacah yang sesuai seperti tertera terhadap peluruhan radioaktif, 7) Waktu paro 111In
pada Pemilihan alat pencacah dan sistem terkalibrasi adalah 67,9 jam (2,83 hari).
dalam Radioaktivitas <1171>.
Indium-114m Batas 114mIn adalah 3 kBq per MBq
(3Ci per mCi) 111In. 114mIn ditunjukkan dengan adanya INJEKSI INDIUM 111In PENTETAT
spektrum sinar gamma khas dengan puncak energi yang Indium In 111 Pentetate Injection
jelas pada 0,192, 0,558 dan 0,725 MeV. Penetapan
dilakukan menggunakan pencacah sintilasi cair sinar s Injeksi Indium 111In Pentetat adalah larutan steril,
dengan saluran energi tinggi diatur untuk membedakan isotonik, untuk pemberian intratekal, mengandung
cacahan yang timbul dari 111In. indium radioaktif (111In) dalam bentuk kelat asam
Seng-65 Batas 65Zn adalah 3 kBq per MBq (3 Ci per pentetat. Mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak
mCi) 111In. 65Zn ditunjukkan dengan adanya spektrum lebih dari 110,0% dari jumlah 111In sebagai kompleks
sinar gamma khas dengan puncak energi yang jelas pada asam pentetat yang tertera pada etiket, dinyatakan dalam
1,116 MeV. 65Zn meluruh dengan waktu paro 243,9 hari. MBq (Ci atau mCi) per ml ditetapkan pada saat
kalibrasi dilakukan. Radioaktivitas dalam bentuk kimia
Kemurnian radiokimia Ukur lebih kurang 100 l, lain tidak lebih dari 10,0% radioaktivitas jumlah. Dapat
masukkan ke dalam corong pisah, encerkan dengan 3 mengandung natrium klorida dan dapar.
ml larutan natrium klorida P 0,9%. Ekstraksi dengan 6
ml n-oktanol P dengan pengocokan kuat. Biarkan kedua Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan bersifat
lapisan memisah, masukkan lapisan air ke dalam tabung pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
pencacah bersumbat yang sesuai. Masukkan lapisan menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
organik ke dalam tabung pencacah lain. Bilas corong gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
pisah dengan 1 ml n-oktanol P dan masukkan bilasan ke belum dibuka dan larutan dalam lemari pendingin.
dalam tabung yang mengandung lapisan organik. Bilas
corong pemisah dengan 5 ml asam klorida 2 N dan Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada
masukkan bilasan ke dalam tabung pencacah ketiga. Radioaktivitas <1171>. Spektrum sinar gamma
Masukkan sumbat tabung, ukur radioaktivitas masing- menunjukkan puncak energi utama 0,173 dan 0,247
masing tabung menggunakan pencacah gamma yang MeV yang sama seperti pada 111In yang digunakan
sesuai atau tabung pengion terkalibrasi untuk 111In. sebagai baku dengan kemurnian diketahui.
Kemurnian radiokimia dihitung dengan rumus:
Endotoksin bakteri Memenuhi syarat Uji Endotoksin
A Bakteri <201>. Batas kandungan endotoksin tidak lebih
dari 14/V unit Endotoksin FI per ml; V adalah jumlah
B dosis maksimum yang dianjurkan, pada waktu
kadaluarsa.
A adalah radioaktivitas lapisan organik; B adalah jumlah
radioaktivitas lapisan organik, air dan asam. Kemurnian radionuklida Lakukan penetapan
Radioaktivitas kompleks 8-hidroksikuinolin tidak kurang radioaktivitas tiap ketakmurnian radionuklida dalam kBq
dari 90% dari radioaktivitas jumlah dan ada dalam per MBq (Ci per mCi) 111In dalam injeksi,
lapisan organik. menggunakan alat pencacah yang sesuai seperti tertera
- 556 -
Larutan baku Timbang saksama sejumlah menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Indometasin BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga gelombang yang sama seperti pada Indometasin BPFI
kadar lebih kurang 0,1 mg per ml. yang telah dihablurkan kembali dengan cara sama dari
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg larutan 25 mg per 5 ml aseton P.
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, larutkan B. Lakukan seperti tertera pada Identifikasi secara
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 10 Kromatografi Lapis Tipis <281>.
ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan Larutam baku Larutkan sejumlah Indometasin BPFI
dengan Fase gerak sampai tanda. dalam metanol P hingga kadar 1 mg per ml.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan uji Kocok sejumlah isi kapsul setara dengan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 25 mg indometasin dalam 25 ml metanol P, saring.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm x Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P (4:1).
30 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 10 Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 2 l
µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatografi silika gel P, keringkan dengan aliran udara.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi
pada Prosedur: efisiensi kolom ditentukan dari puncak Fase gerak, biarkan merambat hingga lebih kurang tiga
analit tidak kurang dari 500 lempeng teoritis dan per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Fase gerak menguap dan amati di bawah cahaya
lebih dari 1,0%. ultraviolet 254 nm: intensitas dan harga Rf bercak utama
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama. Disolusi <1231>
Hitung jumlah dalam mg indometasin, C19H16CINO4 Media disolusi: 750 ml campuran Dapar fosfat pH 7,
dengan rumus: 2-air (1:4)
Alat tipe 1: 100 rpm.
r Waktu: 20 menit.
1000 C U Prosedur Lakukan penetapan jumlah C19H16CINO4,
rS yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika
perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan
C adalah kadar Indometasin BPFI dalam mg per ml larutan baku Indometasin BPFI dalam media yang sama
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
puncak Larutan uji dan Larutan baku. kurang 318 nm.
Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tidak tembus kurang dari 80,0% (Q) C19H16CINO4, dari jumlah yang
cahaya. tertera pada etiket.
C adalah kadar Indometasin BPFI dalam µg per ml Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Larutan baku;AU dan AS berturut-turut adalah serapan
Larutan uji dan Larutan baku. Klorida Tidak lebih dari 350 bpj; lakukan penetapan
seperti tertera pada Klorida dalam Klorokuin Sulfat
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. menggunakan larutan uji yang dibuat dengan melarutkan
140 mg dalam jumlah secukupnya asam nitrat 2 N dan
encerkan dengan air hingga 16 ml.
INOSITOL NIKOTINAT
Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari 10 bpj;
Inositol Nicotinate
lakukan penetapan menggunakan 4 g zat dan 4 ml
Larutan baku timbal (10 bpj) sebagai pembanding.
fenolftalein LP: diperlukan tidak lebih dari 0,8 ml Perbandingan luas puncak aseton terhadap luas puncak
natrium hidroksida 0,02 N LV untuk memperoleh warna baku internal dari Larutan 3 tidak lebih besar dari
merah muda pertama. perbandingan luas puncak aseton terhadap baku internal
Larutan 1.
Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis
seperti tertera pada Kromatografi <931> dengan cara Penetapan kadar Metode 1 Lakukan Titrasi Bebas Air
dua dimensi. <681>, menggunakan 200 mg zat dan indikator 1-
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan naftobenzein LP.
dalam campuran kloroform P-metanol P (9:1) hingga
kadar 5%. Tiap ml asam perklorat 0,1 N
Enceran larutan uji I Pipet sejumlah volume setara dengan 13,51 mg C42H30N6O12
Larutan uji, encerkan dalam campuran kloroform P-
metanol P (9:1) hingga kadar 0,075%. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Enceran larutan uji II Pipet sejumlah volume Larutan
uji, encerkan dalam campuran kloroform P-metanol P
(9:1) hingga kadar 0,050%. INSULIN
Fase gerak 1 Campuran kloroform P-metanol P Insulin
(90:10).
Fase gerak 2 Campuran etil asetat P-asam glasial P-
etanol P-air (50:5:5:5).
Prosedur Totolkan 5 µl Larutan uji pada pojok sebelah
kanan lempeng kromatografi silika gel GF 254.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatograf yang
telah dijenuhkan dengan Fase gerak 1 hingga merambat
12 cm di atas garis penotolan. Angkat lempeng, biarkan
Fase gerak 1 menguap. Pada eluasi kedua, putar
lempeng ke kanan 90˚, totolkan secara terpisah masing-
masing 5 µl Enceran larutan uji I dan Enceran larutan
uji II pada dasar lempeng sebelah kanan, masukkan
lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah Insulin (manusia) [11061-68-0]
dijenuhkan dengan Fase gerak 2. Angkat lempeng, C257H383N65O77S6 BM 5807,6
biarkan Fase gerak 2 dan amati dibawah cahaya
ultraviolet 254 nm: bercak lain selain bercak utama Insulin adalah protein yang mempunyai struktur seperti
Larutan uji tidak lebih intensif dari bercak Enceran hormon anti diabetes yang dihasilkan oleh pankreas
larutan uji I dan tidak lebih dari satu bercak lebih manusia. Dibuat dengan cara modifikasi enzimatis
intensif dari bercak Enceran larutan uji II. insulin atau dengan cara teknologi rekombinan asam
deoksi ribonukleat (DNA) dalam mikroorganisme,
Aseton diikuti dengan cara pemurnian yang sesuai. Jika insulin
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah dibuat dengan teknologi rekombinan DNA, pembuatan
butana-2-on P, larutkan dalam dimetilformamida P didasarkan pada sistem vektor-inang yang telah
hingga kadar 0,020%. disetujui. Insulin dibuat dalam kondisi yang dirancang
Larutan 1 Ukur saksama sejumlah volume aseton P, untuk mengurangi kontaminasi mikroba. Insulin
encerkan dengan Larutan baku internal hingga kadar mengandung tidak kurang dari 26 unit per mg dihitung
0,020%. terhadap zat yang telah dikeringkan.
Larutan 2 Timbang saksama lebih kurang 200 mg zat,
masukkan ke dalam labu bersumbat rapat yang sesuai, Pemerian Serbuk; putih atau hampir putih.
tambahkan 5,0 ml dimetilformamida P dan panaskan di
atas tangas air hingga larut, dinginkan. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, etanol,
Larutan 3 Timbang saksama lebih kurang 200 mg zat, kloroform dan eter; larut dalam larutan encer asam-asam
masukkan ke dalam labu bersumbat rapat yang sesuai, mineral dan larutan alkali hidroksida diikuti dengan
tambahkan 5,0 ml Larutan baku internal, panaskan di penguraian.
atas tangas air hingga larut, dinginkan.
Prosedur Lakukan penetapan dengan cara Baku pembanding Insulin BPFI; Insulin Sapi BPFI.
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
<931>. Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama Identifikasi
Larutan 1, Larutan 2 dan Larutan 3 ke dalam A. Menyebabkan penurunan glukosa darah jika
kromatograf yang dilengkapi dengan kolom kaca 4 disuntikkan seperti tertera pada Penetapan potensi.
mm x 1,5 m berisi 10% polietilen glikol 1000 P pada
partikel penyangga diatome tercuci asam dan
tersilanisasi. Pertahankan kolom pada suhu 60˚.
- 560 -
B. Dalam uji Protein sejenis pita utama dalam gel dari 1500 sampai 30.000 (misalnya sephadex G50-SF), (b)
larutan (6) sesuai dengan pita utama dalam gel dari asam asetat 1 M sebagai fase gerak dengan laju alir 7 ml
larutan (5). per cm2 luas melintang per jam dan (c) panjang
C. Lakukan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti gelombang deteksi 276 nm. Jumlah luas puncak sebelum
tertera pada Kromatografi <931>. Suntikkan secara puncak utama tidak lebih besar dari 1% dari jumlah luas
terpisah 50 l larutan dalam asam klorida 0,05 M yang puncak dalam kromatogram.
mengandung (1) 0,05% zat uji, (2) 0,05% Insulin BPFI
dan (3) 0,05% Insulin Sapi BPFI dan 0,05% Insulin Zink Tidak lebih dari 1,0% zink, dihitung terhadap zat
BPFI ke dalam kromatograf cair kinerja tinggi yang yang telah dikeringkan. Lakukan penetapan dengan cara
dilengkapi dengan detektor 280 nm, kolom baja tahan sebagai berikut: Buat larutan 0,2% dalam asam klorida
karat 4,6 mm x 25 cm, berisi penyangga dengan ukuran 0,01 N. Jika perlu encerkan hingga kadar yang sesuai
partikel 5 µm (yang sesuai adalah ultra sphere ODS) dan (misalnya: 0,4 sampai 1,6 bpj Zn) dengan asam klorida
pertahankan suhu kolom pada 45º. Gunakan asetonitril 0,01 M. Lakukan penetapan dengan cara
fosfat P sebagai fase gerak dengan laju alir 1 ml per Spektrofotometri Atom: Emisi dan Serapan seperti
menit. Waktu retensi puncak utama kromatogram larutan tertera pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya
(1) sesuai dengan puncak utama kromatogram larutan <1191>. Ukur serapan pada panjang gelombang 213,9
(2). Uji tidak absah kecuali jika faktor simetri dari nm menggunakan lampu tabung katoda zink sebagai
puncak utama adalah antara 0,8 dan 2,0 dan efisiensi sumber cahaya dan nyala udara asetilen dengan
kolom yang ditetapkan menggunakan puncak utama komposisi yang sesuai. Gunakan enceran Larutan zink
kromatogram larutan (2) tidak kurang dari 4000 lempeng ASp seperti tertera pada Spektrofotometri Atom: Emisi
teoritis per meter dan puncak dalam kromatogram dan serapan dalam Spektrofotometri dan Hamburan
larutan (3) yang sesuai dengan puncak kromatogram Cahaya <1191> dalam asam klorida 0,01 M yang
larutan (2) terpisah nyata dari 4 puncak tambahan dalam mengandung 0,10; 0,40; 1,00; 1,20 dan 1,60 bpj zink.
kromatogram.
Nitrogen <581> Metode IV Antara 14,5% sampai
Serapan cahaya Serapan larutan 0,05% dalam asam 16,5%, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan;
klorida 0,01 N menunjukkan maksimum pada 276 nm, lakukan penetapan menggunakan 12 hingga 20 mg zat.
dan serapan 0,48 sampai 0,56.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 10,0%;
Protein sejenis Lakukan penetapan dengan Metode II lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P pada
untuk Elektroforesis gel poliakrilamida seperti tertera suhu 105˚ dan tekanan 15 mmHg selama 24 jam,
pada Elektroforesis <831>. Gunakan lima larutan Insulin menggunakan 200 mg zat.
BPFI dalam 0,1 ml Dapar untuk contoh yang Sisa pemijaran <301>Metode II Tidak lebih dari 2,0%
mengandung (1) 0,50 µg; (2) 1,0 µg; (3) 3,0 µg; (4) 5,0 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan
µg dan (5) 100 µg dan dua larutan zat uji dalam 0,1 ml penetapan menggunakan 200 mg zat.
Dapar untuk contoh yang mengandung (6) 100 µg dan
Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera
(7) 500 µg. Masukkan masing-masing larutan ke dalam
pada Penetapan Potensi Insulin <161>. Perkiraan
tabung gel. Setelah elektroforesis dan pewarnaan, amati
potensi tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 125%
gel pada penyinaran dengan cahaya redup. Pita dalam
dari potensi yang tertera pada etiket. Batas kesalahan
gel dari larutan (6) yang sesuai dengan pita pertama
fidusial tidak kurang dari 80% dan tidak lebih dari 125%
setelah pita utama dalam gel dari larutan (5) (insulin
dari potensi yang tertera pada etiket.
arginin dan etil ester insulin), tidak lebih intensif dari
pita utama dalam gel dari larutan (3). Pita dalam gel dari Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap udara,
larutan (7) yang sesuai dengan pita kedua setelah pita terlindung cahaya, pada suhu tidak lebih dari -20°.
utama dalam gel dari larutan (5) (proinsulin) tidak lebih
intensif dari pita utama dalam gel dari larutan (1). Uji
tidak absah kecuali jika dapat dideteksi pita dalam gel
dari larutan (1) dan terjadi gradasi intensitas pewarnaan
INJEKSI INSULIN NETRAL
dalam gel dari larutan (1) sampai larutan (4). Neutral Insulin Injection
Protein bobot molekul lebih tinggi Lakukan Injeksi Insulin Netral adalah larutan steril insulin atau
Kromatografi eksklusi seperti tertera pada Kromatografi insulin sapi. Injeksi insulin dibuat dengan melarutkan
<931>, menggunakan kolom yang dikondisikan dengan insulin dalam larutan asam klorida encer.
asam asetat 1 M. Teteskan 0,4 ml larutan 5% dalam
asam asetat 1 M per sentimeter persegi luas melintang Pemerian Larutan tidak berwarna bebas dari kekeruhan
kolom. Lakukan kromatografi menggunakan (a) kolom dan bahan asing; selama penyimpanan sesepora sedimen
kromatografi dengan panjang tidak kurang dari 60 cm yang sangat halus dapat mengendap.
dan diameter dalam tidak kurang dari 9 mm berisi
dekstran dengan ikatan melintang yang sesuai untuk Baku pembanding Insulin BPFI; Insulin Sapi BPFI.
fraksinasi protein dengan rentang bobot molekul dari
- 561 -
pH <1071> Antara 6,6 dan 8,0. Sisa penguapan Tidak lebih dari 0,05%; lakukan
penetapan menggunakan 5,0 g zat dalam cawan porselen
Zink total Tidak lebih dari 40,0 g per 100 unit Insulin yang telah ditara, panaskan di atas tangas uap hingga
FI; lakukan penetapan sebagai berikut : ke dalam iodum habis menguap dan keringkan pada suhu 105˚
sejumlah volume injeksi setara dengan 200 unit Insulin selama 1 jam.
FI tambahkan air hingga volume 20 ml dan tetapkan
kandungan zink dengan Spektrofotometri Atom: Emisi Klorida atau bromida Tidak lebih dari 0,028%,
dan Serapan seperti tertera pada Spektrofotometri dan dihitung sebagai klorida; lakukan penetapan sebagai
Hamburan Cahaya <1191>. Ukur serapan pada panjang berikut: Gerus 250 mg serbuk halus dengan 10 ml air,
gelombang 214 nm menggunakan Larutan Zink ASp saring. Tambahkan tetes demi tetes asam sulfit bebas
seperti tertera pada Spektrofotometri Atom: Emisi dan klorida P, yang telah diencerkan dengan beberapa
serapan dalam Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya bagian volume air, hingga warna iodum benar-benar
<1191>. hilang. Tambahkan 5 ml amonium hidroksida 6 N,
kemudian 5 ml perak nitrat LP sedikit demi sedikit.
Protein sejenis Lakukan penetapan seperti tertera pada Saring, asamkan filtrat dengan asam nitrat P; larutan
Protein Sejenis dalam Insulin dengan menggunakan yang terjadi tidak lebih keruh dari larutan pembanding
larutan (6). Bekukeringkan sejumlah volume injeksi yang dibuat dengan jumlah pereaksi yang sama,
setara dengan 26 unit dan larutkan dalam Dapar untuk ditambah dengan 0,10 ml asam klorida 0,020 N, tanpa
contoh dan larutan (7) dibuat sesuai dengan larutan (6) penambahan asam sulfit P.
tetapi mengandung setara dengan 130 unit.
Penetapan kadar Serbukkan dan timbang saksama
Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera lebih kurang 500 mg zat dalam labu bersumbat kaca
pada Penetapan Potensi Insulin <161>. Perkiraan yang telah ditara, tambahkan 1 g kalium iodida P yang
potensi tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 111% dilarutkan dalam 5 ml air. Encerkan dengan air hingga
dari potensi yang tertera pada etiket. Batas keyakinan lebih kurang 50 ml, tambahkan 1 ml asam klorida 3 N.
tidak kurang dari 80% dan tidak lebih dari 125% dari Titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV, menggunakan
potensi yang tertera pada etiket. 3 ml indikator kanji LP.
Wadah dan penyimpanan Injeksi insulin dosis ganda Tiap ml natrium tiosulfat 0,1 N
dalam wadah kaca Tipe I, disimpan pada suhu antara 2º setara dengan12,69 mg I
hingga 8º; tidak boleh membeku, dalam kondisi ini
potensi dapat bertahan tidak kurang dari 2 tahun. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
- 562 -
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Dapar fosfat pH 3,2 Encerkan lebih kurang 5,5 ml
respons puncak azida. Hitung jumlah dalam bpj, azida asam fosfat P dengan lebih kurang 950 ml air dalam labu
dalam zat dengan rumus: tentukur 1000-ml dan atur pH hingga 3,2 dengan
C 42 , 02 rU penambahan trietilamin P tetes demi tetes. Encerkan
1000 S
dengan air sampai tanda.
CU 65 , 01 rS
Fase gerak Buat campuran Dapar fosfat pH 3,2 -
CS adalah kadar natrium azida dalam µg per ml Larutan asetonitril P (67:33), saring dan awaudarakan. Jika perlu
baku; CU adalah kadar irbesartan dalam mg per ml lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons tertera pada Kromatografi <931>.
puncak azida dari Larutan uji dan Larutan baku. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Irbesartan BPFI dan Senyawa Sejenis A
Senyawa sejenis Senyawa sejenis A irbesartan tidak Irbesartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol
lebih dari 0,2%; masing-masing cemaran selain senyawa P hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,05 mg per
sejenis A irbesartan tidak lebih dari 0,1% dan jumlah ml.
semua cemaran tidak lebih dari 0,5%. Lakukan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Irbesartan
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
seperti tertera pada Kromatografi <931>. kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
Dapar fosfat pH 3,2 dan Fase gerak Lakukan seperti Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
tertera pada Penetapan kadar. masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan
Larutan baku Lakukan seperti tertera pada Larutan encerkan dengan metanol P sampai tanda.
kesesuaian sistem dalam Penetapan kadar. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dan encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,0 mm x
kurang 1 mg per ml. 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
yang dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,0 puncak seperti tertera dalam Prosedur: waktu retensi
mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih relatif untuk senyawa sejenis A irbesartan dan irbesartan
kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap berturut-turut adalah lebih kurang 0,8 dan 1,0; resolusi,
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons R, antara puncak irbesartan dan puncak senyawa sejenis
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku A irbesartan tidak kurang dari 2,0. Lakukan
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0 %. kromatografi Larutan baku, rekam kromatogram dan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur lebih dari 1,0 %.
respons puncak senyawa sejenis A irbesartan. Hitung Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
persentase senyawa sejenis A irbesartan dalam zat sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
dengan rumus: ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
C rU respons puncak. Hitung jumlah dalam mg irbesartan,
100 S
C25H28N6O, dalam zat yang digunakan dengan rumus:
CU rS
Baku pembanding Irbesartan BPFI, tidak boleh Prosedur Suntikkan lebih kurang 15 µl Larutan uji ke
dikeringkan. Senyawa Sejenis A Irbesartan BPFI, [Asam dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
1-pentanoilamino-siklopentanakarboksilat [2’-(1H-(1H- respons puncak. Hitung persentase masing-masing
tetrasol-5-il)-bifenil-4-ilmetil)-amid] (C25H30N6O2 BM cemaran dalam serbuk tablet dengan rumus:
446,54).
r
Identifikasi 100 i
rS
A. Masukkan 1 tablet ke dalam vial yang sesuai,
tambahkan 10 ml metanol P, sonikasi selama 10 menit.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rS
Saring melalui penyaring membran serat kaca mikro
adalah jumlah semua respons puncak.
dengan porositas 0,45 µm atau lebih kecil dan uapkan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
sampai kering menggunakan aliran nitrogen P. Campur
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
lebih kurang 1 mg residu dengan 250 mg kalium
Kromatografi <931>.
bromida P hingga diperoleh campuran yang homogen.
Dapar Encerkan lebih kurang 5,5 ml asam fosfat P
Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan
dengan lebih kurang 950 ml air dalam labu tentukur
dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum
1000-ml dan atur pH hingga 3,0 dengan penambahan
hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
trietilamin P tetes demi tetes. Encerkan dengan air
Irbesartan BPFI.
sampai tanda.
B. Waktu retensi relatif puncak utama kromatogram
Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
(60:40), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
diperoleh pada Penetapan kadar.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Disolusi <1231>
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
Media disolusi: 1000 ml asam klorida 0,1 N.
sejumlah Irbesartan BPFI dan Senyawa Sejenis A
Alat tipe 2: 50 rpm.
Irbesartan BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol
Waktu: 20 menit.
P hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C25H28N6O yang
ml.
terlarut dengan mengukur serapan alikuot yang telah
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Irbesartan
disaring melalui penyaring akrilik kopolimer
BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
berpenyangga nilon dengan porositas 0,45 µm, jika perlu
kadar lebih kurang 0,15 mg per ml.
diencerkan dengan Media disolusi dan serapan larutan
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
baku Irbesartan BPFI yang diketahui kadarnya dalam
5 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
media yang sama pada panjang gelombang serapan
dengan lebih kurang 15 mg irbesartan, masukkan ke
maksimum lebih kurang 244 nm.
dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 75 ml metanol
Hitung persentase irbesartan, C25H28N6O, terlarut dengan
P, sonikasi selama 15 menit sambil diaduk setiap 5
rumus:
menit, kemudian tambahkan metanol P sampai tanda.
A C Saring melalui penyaring membran serat kaca mikro
1000 U S 100 dengan porositas 0,45 µm atau lebih kecil.
AS L
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Larutan baku; CS adalah kadar Irbesartan BPFI dalam yang dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6
mg per ml Larutan baku; 1000 adalah volume Media mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
disolusi dalam ml; 100 adalah faktor konversi menjadi kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
persen dan L adalah jumlah dalam mg irbesartan yang Larutan kesesuaian sistem dan rekam kromatogram dan
tertera pada etiket. ukur respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur:
Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak resolusi, R, antara puncak irbesartan dan puncak
kurang dari 80% (Q) C25H28N6O, dari jumlah yang senyawa sejenis A irbesartan tidak kurang dari 2,0.
tertera pada etiket. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 1,5%.
Senyawa sejenis Senyawa sejenis A irbesartan tidak Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
lebih dari 0,2%; masing-masing cemaran tidak lebih dari sama (lebih kurang 15 µl) Larutan baku dan Larutan uji
0,2% dan jumlah semua cemaran tidak lebih dari 0,5%. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair respons puncak utama.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Hitung jumlah dalam mg irbesartan, C25H28N6O, dalam
Dapar, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
Larutan baku, Larutan uji dan Sistem kromatografi
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
- 565 -
Isoksuprin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari Prosedur Suntikkan 2 l larutan isooktana, atur alat
97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C18H23NO3.HCI hingga diperoleh puncak utama dengan respons skala
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. penuh. Suntikkan lagi 2 l larutan isooktana dengan
mengatur attenuasi 8 kali lebih peka, rekam
Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit. kromatogram dari 0,5 hingga 1,5 relatif terhadap waktu
Melebur pada suhu lebih kurang 200º disertai retensi puncak utama. Ukur luas semua puncak lain
penguraian. selain puncak utama dan lakukan koreksi terhadap
pengaturan sensitivitas yang berbeda. Hitung persentase
Kelarutan Sukar larut dalam air; agak sukar larut dalam senyawa sejenis dengan rumus:
etanol.
A
Baku pembanding Isoksuprin Hidroklorida BPFI; 100
B
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 1 jam
sebelum digunakan. A adalah jumlah luas semua puncak selain puncak utama
yang telah dikoreksi; B adalah jumlah luas puncak utama
Identifikasi dan puncak lain selain puncak utama yang telah
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikoreksi.
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Penetapan kadar
gelombang yang sama seperti pada Isoksuprin Larutan baku Timbang saksama sejumlah Isoksuprin
Hidroklorida BPFI. Hidroklorida BPFI, larutkan dalam air hingga kadar
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam lebih kurang 50 g per ml.
20.000) menunjukkan maksimum dan minimum pada Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
panjang gelombang yang sama seperti pada Isoksuprin masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml, larutkan dan
Hidroklorida BPFI. encerkan dengan air sampai tanda.
C. Pada 1 ml larutan (1 dalam 100), yang jika perlu Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
dipanaskan, tambahkan 3 ml larutan natrium nitrit P pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
dalam asam sulfat 2N (1 dalam 15). Tambahkan kurang antara 269 dan 300 nm terhadap blangko air.
amonium hidroksida P tetes demi tetes: terbentuk Hitung dalam mg isoksuprin hidroklorida,
endapan kuning yang larut pada penambahan larutan C18H23NO3.HCI, dengan rumus:
natrium hidroksida P (1 dalam 5).
D. Pada 1 ml larutan (1 dalam 100) tambahkan 1 ml
A AU 300
larutan asam fosfomolibdat P (1 dalam 100): terbentuk C U 269
endapan kuning pucat hingga putih. AS 269 AS 300
pH <1071> Antara 4,5 dan 6,0; lakukan penetapan C adalah kadar Isoksuprin Hidroklorida BPFI dalam g
menggunakan larutan (1 dalam 100). per ml Larutan baku: Au dan As berturut-turut adalah
serapan Larutan uji dan Larutan baku pada panjang
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; gelombang 269 dan 300 nm.
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 1 jam.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang fosfat P dengan 75 ml Campuran pelarut, kumpulkan
belum dibuka dan larutan dalam lemari pendingin. eluat dalam corong pisah 125 ml. Ekstraksi eluat dua
kali, tiap kali dengan 20 ml asam sulfat 2 N. Masukkan
Identifikasi Ke dalam corong pisah 60 ml, masukkan 10 ekstrak ke dalam labu tentukur 50-ml dan encerkan
ml larutan dapar pH 9,0 (campur sejumlah volume sama dengan asam sulfat 2 N sampai tanda.
kalium fosfat monobasa 0,1 M dan natrium hidroksida Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
0,1 N, atur pH hingga 9,0 dengan penambahan salah satu dalam sel 1-cm pada panjang gelombang serapan
larutan di atas), tambahkan 1 ml injeksi, campur. maksimum lebih kurang 275 nm, gunakan Campuran
Tambahkan 2 ml kloroform P, kocok kuat selama 1 pelarut sebagai blangko yang dilewatkan melalui kolom.
menit, saring ekstrak kloroform melalui segumpal kapas, Hitung jumlah dalam mg isoksuprin hidroklorida,
campur filtrat dengan 500 mg kalium bromida P. C18H23NO3.HCl dalam injeksi yang digunakan dengan
Uapkan kloroform, masukkan dengan hati-hati residu ke rumus:
dalam labu vakum kecil. Spektrum serapan inframerah A
zat yang didispersikan dalam kalium bromida P 0,05 C U
AS
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Isoksuprin
C adalah kadar Isoksuprin Hidroklorida BPFI dalam µg
Hidroklorida BPFI yang diperlakukan sama.
per ml Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah
serapan dari Larutan uji dan Larutan baku.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 35,70 unit
Endotoksin FI per mg zat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I.
pH <1071> Antara 4,9 dan 6,0.
panjang gelombang yang sama seperti pada Isoniazid Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
BPFI. tidak tembus cahaya.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. Baku pembanding Isoniazid BPFI; lakukan
pengeringan pada suhu 105˚selama 4 jam sebelum
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih 20 bpj. digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya.
Cemaran senyawa organik mudah menguap
<471>Metode I Memenuhi syarat; lakukan penetapan Identifikasi
menggunakan Larutan uji dengan kadar 20 mg per ml A. Waktu retensi isoniazid dalam Larutan uji sesuai
dan Larutan baku dengan kadar dua kali dari yang Larutan baku diperoleh pada Penetapan kadar.
ditetapkan. B. Masukkan sejumlah serbuk tablet setara dengan
lebih kurang 50 mg isoniazid ke dalam labu tentukur
Penetapan kadar 500-ml, tambahkan air sampai tanda dan saring.
Lakukan penetapan kadar dengan cara Kromatografi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi B dalam
cair kinerja tinggi seperti pada Kromatografi <931>. Isoniazid, mulai dari ”Masukkan 10,0 ml larutan ini ke
Fase gerak Larutkan 4,4 g natrium dokusat P dalam dalam labu tentukur 100-ml”.
600 ml metanol P, tambahkan 400 ml air, atur hingga pH
2,5 dengan asam sulfat 2 N. Jika perlu lakukan Disolusi <1231>
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,01 N.
pada Kromatografi <931>. Alat tipe 1: 100 rpm.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Isoniazid Waktu: 45 menit.
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak hingga Prosedur Lakukan penetapan jumlah C6H7N3O, yang
kadar lebih kurang 0,32 mg per ml. terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika perlu
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 16 mg, encerkan dengan Media disolusi dan serapan Larutan
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan baku Isoniazid BPFI dalam media yang sama pada
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 263
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada nm.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x kurang dari 80% (Q) C6H7N3O, dari jumlah yang tertera
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,5 pada etiket.
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom dihitung Prosedur keseragaman kandungan Masukkan 1
dari puncak isoniazid tidak kurang dari 1800 lempeng tablet yang telah diserbukkan ke dalam labu tentukur
teoritis, faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan 500-ml, tambahkan 200 ml air, kocok secara mekanik
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari selama 30 menit, tambahkan air sampai tanda. Saring
2,0%. dan buang 20 ml filtrat pertama. Jika perlu encerkan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume bertahap sejumlah filtrat dengan campuran asam klorida
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
0,1 N-air (3 dalam 100) hingga kadar lebih kurang 10 g
ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama.
per ml. Timbang saksama sejumlah Isoniazid BPFI dan
Hitung jumlah dalam mg isoniazid, C6H7N3O, dengan
perlakukan sama seperti larutan di atas. Ukur serapan
rumus:
pada panjang gelombang serapan maksimum 263 nm
r terhadap blangko air. Hitung jumlah dalam mg isoniazid,
50 C U
rS C6H7N3O, dalam tablet dengan rumus:
g per ml Larutan baku; D adalah kadar isoniazid dalam ISOSORBID DINITRAT ENCER
g per ml Larutan uji berdasarkan jumlah per tablet Diluted Isosorbide Dinitrate
yang tertera pada etiket dan besarnya faktor
H
pengenceran; AU dan AS bertutur-turut adalah serapan H
O
NO2
O
Larutan uji dan Larutan baku.
O
O2 N
Penetapan kadar O
H
H
C adalah kadar Isoniazid BPFI dalam mg per ml Larutan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan uji dan Larutan baku. Kromatografi <931>.
Dapar asetat Larutkan 15,4 g amonium asetat P
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, dalam air, tambahkan 11,5 ml asam asetat glasial P,
tidak tembus cahaya. encerkan dengan air hingga 1000 ml dan campur.
Larutan mempunyai pH lebih kurang 4,7.
- 570 -
Fase gerak Buat campuran air-Dapar asetat-metanol P perbandingan respons puncak isosorbid dinitrat terhadap
(350:100:550). Dinginkan hingga suhu ruang, encerkan baku internal dalam Larutan uji dan Larutan baku.
dengan air hingga 1000 ml, campur, saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Larutan baku internal Masukkan sejumlah nitrogliserin TABLET ISOSORBID DINITRAT
encer ke dalam labu tentukur yang sesuai, tambahkan Isosorbide Dinitrate Tablet
metanol P hingga 60% dari volume labu tentukur,
sonikasi selama 5 menit, kocok 30 menit. Encerkan Tablet Isosorbid Dinitrat mengandung Isosorbid Dinitrat,
dengan metanol P sampai tanda hingga diperoleh kadar C6H8N2O8, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
nitrogliserin lebih kurang 3 mg per ml. Biarkan 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
mengendap, saring, masukkan filtrat dalam wadah kedap
udara. Baku pembanding Isosorbid Dinitrat Encer BPFI;
Larutan baku [Catatan Buat larutan pada saat akan campuran isosorbid dinitrat 25% dan manitol P, tidak
digunakan.] Timbang saksama lebih kurang 125 mg boleh dikeringkan sebelum digunakan.
Isosorbid Dinitrat Encer BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur 50-ml, tambahkan lebih kurang 30 ml Fase Identifikasi Masukkan sejumlah serbuk tablet ke dalam
gerak, kocok selama 30 menit, encerkan dengan Fase tabung sentrifuga bersumbat kaca, tambahkan 10 ml
gerak sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ke dalam labu larutan natrium hidroksida P (1 dalam 250), kocok agar
tentukur 25-ml, tambahkan 4,0 ml Larutan baku internal serbuk menjadi basah, tambahkan 15 ml heksan P dan
dan 4 ml enceran Dapar asetat (1 dalam 10). Dinginkan kocok. Sentrifus campuran dan masukkan lapisan atas ke
hingga suhu ruang, encerkan dengan Fase gerak sampai dalam gelas piala. Uapkan, keringkan residu dalam
tanda (mengandung isosorbid dinitrat 0,25 mg per ml hampa udara di atas kalsium klorida anhidrat P pada
berdasarkan pada jumlah Isosorbid dinitrat encer BPFI suhu ruang selama 16 jam: spektrum serapan inframerah
yang ditimbang dan yang tertera pada etiket). Saring sejumlah residu dalam kloroform P menunjukkan
melalui penyaring berpori 0,45 µm. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat yang baru seperti larutan residu dari Isosorbid Dinitrat Encer BPFI
dibuat setara dengan 30 mg isosorbid dinitrat, masukkan yang diperlakukan sama.
ke dalam labu tentukur 50-ml. Lanjutkan penyiapan
seperti tertera pada Larutan baku, mulai dari ”tambahkan Disolusi <1231>
lebih kurang 30 ml Fase gerak ”. Media disolusi: 1000 ml air.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Alat tipe 2: 75 rpm.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Waktu: 45 menit.
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4 mm x 25 Lakukan penetapan jumlah isosorbid dinitrat terlarut
cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 ml dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, tertera pada Kromatografi <931>.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Fase gerak Buat campuran amonium sulfat 0,1 M-
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak metanol P (50:50), atur pH hingga 3,0 dengan
isosorbid dinitrat dan nitrogliserin tidak kurang dari 2,0 penambahan asam sulfat P, saring dan awaudarakan. Jika
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Sistem
lebih dari 2%. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x
respons puncak utama. Waktu retensi relatif isosorbid 5 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 ml
dinitrat dan nitrogliserin masing-masing adalah lebih per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
kurang 0,75 dan 1,0. Jika terdapat isosorbid dinitrat, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
waktu retensi relatif adalah 0,38. Hitung jumlah dalam tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
mg isosorbid dinitrat,C6H8N2O8 dalam zat yang penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0% dan faktor ikutan
digunakan dengan rumus: tidak lebih dari 1,5.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
R sama (lebih kurang 20 µl) alikuot jika perlu diencerkan
125 C U dengan Media disolusi dan Larutan baku Isosorbid
RS Dinitrat Encer BPFI ke dalam kromatograf. Rekam
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
C adalah kadar Isosorbid Dinitrat BPFI dalam mg per ml jumlah C6H8N2O8, yang terlarut dengan membandingkan
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah respons puncak alikuot dan respons puncak Larutan baku
yang diketahui kadarnya.
- 571 -
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak Identifikasi Lakukan seperti pada uji Identifikasi dalam
kurang dari 70% (Q) C6H8N2O8, dari jumlah yang tertera Tablet Isosorbid Dinitrat. Jika diperlukan pemisahan zat
pada etiket. pengganggu, gunakan teknik sebagai berikut: masukkan
sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 20 mg
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. isosorbid dinitrat ke dalam tabung sentrifuga bersumbat
kaca, tambahkan 10 ml larutan natrium hidroksida P (1
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dalam 250), kocok sampai semua serbuk terbasahi,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada tambahkan 15 ml heksan P dan kocok. Sentrifus dan
Kromatografi <931>. pindahkan lapisan atas ke dalam gelas piala. Masukkan
Dapar asetat, Fase gerak, Larutan baku internal, ke dalam lemari pembeku pada suhu lebih kurang -14,
Larutan baku dan Sistem kromatografi Lakukan seperti setelah 30 menit lakukan penyaringan dalam lemari
tertera pada Penetapan kadar dalam Isosorbid Dinitrat pembeku menggunakan corong bertangkai pendek
Encer. melalui kapas yang sebelumnya telah dicuci dengan
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari kloroform P dan dikeringkan, tampung filtrat dalam gelas
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara piala. Uapkan pelarut dan keringkan residu dalam hampa
dengan lebih kurang 12,5 mg isosorbid udara di atas kalsium klorida P selama 16 jam: Spektrum
dinitrat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, serapan inframerah residu yang telah dilarutkan dalam 0,4
tambahkan lebih kurang 30 ml Fase gerak, kocok segera, ml kloroform P menggunakan sel 0,1 mm menunjukkan
untuk mencegah terjadi gumpalan. Jika terjadi gumpalan, maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
dispersikan dengan sonikasi atau aduk dengan batang seperti pada Isosorbid Dinitrat Encer BPFI. Puncak-
pengaduk selama 30 menit. Tambahkan 8,0 ml Larutan puncak utama pada bilangan gelombang lebih kurang 1650
baku internal, dinginkan hingga suhu ruang, tambahkan 8 cm-1, 1284 cm-1 dan 1275cm-1 (doblet), 1106 cm1, dan 844
ml enceran Dapar asetat dalam air (1 dalam 10), cm-1.
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Saring dengan
penyaring penukar ion. Disolusi<1231>
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan UJI 1
kadar dalam Isosorbid Dinitrat Encer. Hitung jumlah Media disolusi: 500 ml air.
dalam mg isosorbid dinitrat, C6H8N2O8, dalam serbuk Alat tipe 2: 50 rpm.
tablet yang digunakan dengan rumus: Waktu: 1, 2, 4 dan 6 jam.
Lakukan penetapan jumlah C6H8N2O8 yang terlarut
R dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
50 C U tertera pada Kromatografi <931>.
RS Dapar pH 3,0 Timbang lebih kurang 6,6 g amonium
sulfat P dan tambahkan ke dalam 500 ml air. Atur pH
C adalah kadar Isosorbid Dinitrat BPFI dalam mg per ml hingga 3,0 dengan penambahan asam sulfat 1 N.
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah Fase gerak Buat campuran metanol P-Dapar pH 3,0
perbandingan respons puncak isosorbid dinitrat terhadap (50:50), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Isosorbid
Dinitrat Encer BPFI, larutkan dalam Media disolusi
hingga kadar seperti Larutan uji.
TABLET LEPAS LAMBAT ISOSORBID Larutan uji Gunakan sejumlah alikuot yang telah
DINITRAT disaring.
Isosorbide Dinitrate Extended-Release Tablet Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Tablet Lepas Lambat Isosorbid Dinitrat mengandung dilengkapi dengan detektor UVdan kolom 5 mm x 25 cm
Isosorbid Dinitrat, C6H8N2O8, tidak kurang dari 90,0% berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 ml per
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
etiket. rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,5
Baku pembanding Isosorbid Dinitrat Encer BPFI; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
[Perhatian Bahan yang tidak diencerkan, mudah meledak lebih dari 2,0%.
oleh tekanan atau pemanasan berlebih], merupakan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
campuran yang mengandung 25% isosorbid dinitrat sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji,
dalam manitol, tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama.
wadah tertutup rapat dan terhindar dari pemanasan Hitung jumlah isosorbid dinitrat, C6H8N2O8, yang
berlebih. terlarut.
- 572 -
Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada Tabel Hitung persentase zat terlarut pada jam ketiga dengan
penerimaan 2 dalam uji Disolusi <1231>. Persentase rumus:
jumlah C6H8N2O8 yang terlarut pada waktu tertentu
sesuai dengan tabel di bawah ini. 900 100
C3 1000 LC % terlarut pada jam pertama
Waktu (jam) Jumlah terlarut
1 antara 15% dan 30% Hitung persentase zat terlarut pada jam keenam dengan
2 antara 50% dan 70% rumus:
4 antara 65% dan 85%
6 tidak kurang dari 75% 900 100 5 C 3
C 6 % terlarut pada jam pertama
1000 LC 900
UJI 2
Hitung persentase zat terlarut pada jam kedua belas
Jika pada etiket tercantum bahwa sediaan memenuhi
Uji Disolusi 2, lakukan uji disolusi di bawah ini. dengan rumus:
Media disolusi: 900 ml cairan lambung buatan tanpa
900100 5
pepsin pH 1,2 untuk jam pertama; 900 ml cairan usus C12 C3 C6 % terlarut jam pertama
buatan tanpa enzim pH 7,5 untuk jam berikutnya. 1000 LC 900
Alat tipe 2: 50 rpm, dengan ‘sinker’ berbentuk spiral.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji
Waktu: 1, 3, 6 dan 12 jam.
Lakukan penetapan jumlah C6H8N2O6 yang terlarut dan Larutan baku; CU adalah kadar sampel dalam g per
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti ml pada waktu tertentu; CS adalah kadar Isosorbid
tertera pada Kromatografi <931>. Dinitrat Encer BPFI dalam μg per ml Larutan baku; 900
Dapar dan Fase gerak Lakukan seperti tertera pada adalah volume media disolusi dalam ml; 1000 adalah
Penetapan kadar dalam Isosorbid Dinitrat Encer. faktor konversi dari μg menjadi mg; 100 adalah faktor
Larutan baku Buat dua larutan, dalam masing-masing konversi persentase; LC adalah jumlah isosorbid dinitrat
Media disolusi. Timbang saksama sejumlah Isosorbid dalam mg per tablet yang tertera pada etiket dan 5 adalah
Dinitrat Encer BPFI, larutkan dalam Media disolusi, volume dalam ml alikuot yang diambil dan media yang
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan digantikan.
masing-masing Media disolusi hingga kadar lebih kurang Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada Tabel
40 μg per ml. penerimaan 2 dalamUji Disolusi <1231>. Persentase
Larutan uji Saring 5 ml alikuot melalui penyaring jumlah C6H8N2O8 yang terlarut pada waktu tertentu
dengan porositas 10 μm. Alikuot yang diambil pada jam sesuai dengan tabel di bawah ini:
ke-3 dan 6, ganti dengan Media disolusi.
Waktu (jam) Jumlah terlarut
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
1 antara 5% dan 25%
Kromatografi <931>. Lakukan seperti tertera pada
3 antara 30% dan 50%
Penetapan kadar dalam Isosorbid Dinitrat Encer. 6 antara 50% dan 80%
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam 12 tidak kurang dari 75%
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 2,0 %. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji Kromatografi <931>.
ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur Dapar, Fase gerak, Larutan baku internal, Larutan
respons puncak. Hitung persentase kumulatif isosorbid baku dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera
dinitrat, C6H8N2O8 yang terlarut pada tiap waktu pada Penetapan kadar dalam Isosorbid Dinitrat Encer.
pengambilan sampel, koreksi jumlah yang diambil pada Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
waktu pengambilan sampel sebelumnya (tidak berlaku untuk 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk setara
jam pertama), sebagai berikut: dengan lebih kurang 12,5 mg isosorbid dinitrat,
C masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml kering,
CU rU S tambahkan lebih kurang 30 ml Fase gerak, segera kocok
rS untuk mencegah terjadinya gumpalan. Jika terjadi
gumpalan, dispersikan dengan bantuan sonikasi atau
Hitung persentase zat terlarut pada jam pertama dengan pecahkan gumpalan dengan batang pengaduk atau
rumus: hangatkan di atas tangas uap dalam labu bersumbat atau
diamkan labu sampai gumpalan hilang. [Catatan Jika
900 100 gumpalan tetap ada, buang campuran dan ganti dengan
C1
1000 LC larutan yang dibuat sebagai berikut. Timbang saksama
sejumlah zat, larutkan dalam 15 ml campuran Dapar-air
(1:10) dengan cara dipanaskan di atas tangas uap
- 573 -
selama 1 jam dan kocok sesering mungkin, kemudian Fase gerak Buat campuran amonium sulfat 0,1 M pH
tambahkan 15 ml metanol P.] Kocok selama 30 menit, 3,0-metanol P (50:50), saring dan awaudarakan.
tambahkan 8,0 ml Larutan baku internal, dinginkan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Isosorbid
hingga suhu ruang, tambahkan 8 ml campuran Dapar- air Dinitrat BPFI, larutkan dalam air hingga kadar yang
(1:10), encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Saring dikehendaki.
melalui penyaring membran dengan porositas mikro. Larutan uji Pipet sejumlah alikuot media hasil disolusi
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur dalam dan saring.
Penetapan kadar pada Isosorbid Dinitrat Encer. Hitung Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
jumlah dalam mg isosorbid dinitrat, C6H8N2O8, dalam Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus: dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x 5
cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,0 ml
R per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku;
50C U rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
RS tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif tidak lebih
dari 2,0% dan faktor ikutan tidak lebih dari 1,5.
C adalah kadar Isosorbid Dinitrat Encer BPFI dalam mg Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
per ml Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
perbandingan respons puncak analit terhadap puncak baku ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
internal dari Larutan uji dan Larutan baku. respons puncak utama. Hitung jumlah C6H8N2O8, yang
terlarut.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak
kurang dari 50% (Q) dan dalam waktu 30 menit harus
Penandaan Cantumkan uji disolusi yang digunakan, jika larut tidak kurang dari 70% (Q) C6H8N2O8, dari jumlah
tidak menggunakan Uji 1. yang tertera pada etiket.
RU Identifikasi
50C A. Kocok sejumlah zat setara dengan lebih kurang 25
RS mg isosorbid mononitrat, dengan 10 ml aseton P selama 5
menit. Saring, uapkan filtrat sampai kering pada suhu di
C adalah kadar Isosorbid Dinitrat BPFI dalam mg per bawah 40°, keringkan residu dalam hampa udara di atas
ml Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah fosfor pentoksida P selama 16 jam: Spektrum serapan
perbandingan respons puncak analit terhadap puncak inframerah residu yang telah dikeringkan dan didispersikan
baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku. dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Isosorbid Mononitrat Encer BPFI.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
Penandaan Cantumkan uji disolusi yang digunakan, jika uji sesuai dengan Larutan baku seperti diperoleh pada
tidak menggunakan Uji 1. Penetapan kadar.
ulangi uji dan bandingkan intensitas bercak isosorbid dari ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lain
enceran Larutan uji dengan intensitas bercak dari semua dari Larutan uji dan rS adalah jumlah semua respons
Larutan baku, yang telah dikoreksi tingkat persentasenya puncak: total cemaran termasuk senyawa sejenis A
sesuai pengenceran Larutan uji. isosorbid mononitrat dan isosorbid dinitrat tidak lebih
UJI 2 dari 0,5%; total cemaran dari hasil Uji 1 dan Uji 2, tidak
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair lebih dari 0,5%.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak, Larutan resolusi, Larutan baku senyawa Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
sejenis A isosorbid mononitrat, Larutan uji dan Sistem Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kromatografi <931>.
kadar. Fase gerak Buat campuran air -metanol P (95:5), saring
Larutan baku isosorbid dinitrat persediaan Timbang dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
saksama sejumlah Isosorbid Dinitrat Encer BPFI, Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
larutkan dalam metanol P, sonikasi dan jika perlu <931>.
hangatkan. Encerkan secara kuantitatif dan jika perlu Larutan baku Timbang saksama sejumlah Isosorbid
bertahap dengan metanol P hingga kadar lebih kurang Mononitrat Encer BPFI, masukkan ke dalam labu
0,125 mg per ml. tentukur yang sesuai, larutkan dalam air, tambahkan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Isosorbid sejumlah volume metanol P lebih kurang 4% dari volume
Mononitrat Encer BPFI, masukkan ke dalam labu labu, encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 2,0
tentukur yang sesuai. Larutkan dalam air, tambahkan mg per ml.
secara kuantitatif sejumlah volume Larutan baku Larutan baku senyawa sejenis A isosorbid mononitrat
senyawa sejenis A isosorbid mononitrat dan Larutan Timbang saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Isosorbid
baku isosorbid dinitrat persediaan, encerkan dengan air Mononitrat Encer BPFI, larutkan dalam metanol P,
hingga kadar isosorbid mononitrat, senyawa sejenis A encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan
isosorbid mononitrat dan isosorbid dinitrat berturut-turut metanol P hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per ml.
lebih kurang 2,0 mg per ml; 0,005 mg per ml dan 0,005 Encerkan secara kuantitatif larutan dengan air hingga
mg per ml. Saring larutan, buang beberapa ml filtrat kadar lebih kurang 0,05 mg per ml.
pertama. Larutan resolusi Pipet 10 ml Larutan baku Senyawa
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sejenis A isosorbid mononitrat, 1 ml Larutan baku dan 4
sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan Larutan uji ml metanol P ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur dengan air sampai tanda. Saring larutan, buang beberapa
repons puncak utama. Hitung persentase senyawa sejenis ml filtrat pertama.
A isosorbid mononitrat dan isosorbid dinitrat relatif Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat yang setara
terhadap jumlah isosorbid mononitrat dalam zat dengan dengan lebih kurang 100 mg isosorbid mononitrat,
rumus: masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dalam
lebih kurang 25 ml air. Tambahkan 2 ml metanol P,
CV rU encerkan dengan air sampai tanda. Campur dan saring,
100
W rS
buang beberapa ml filtrat pertama.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
C adalah kadar senyawa sejenis A isosorbid mononitrat dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4 mm x
atau isosorbid dinitrat, dalam mg per ml Larutan baku; V 12,5 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
adalah volume Larutan uji dalam ml; W adalah jumlah 1,5 ml per menit, pada menit ke 8,5 naikkan laju alir
isosorbid mononitrat dalam mg, dari isosorbid mononitrat hingga 3,0 ml per menit untuk memastikan bahwa puncak
encer yang digunakan untuk membuat Larutan uji isosorbid mononitrat sudah tereluasi sempurna. Lakukan
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket; rU dan rS kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam
berturut-turut adalah respons puncak dari Larutan uji dan kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Larutan baku: senyawa sejenis A isosorbid mononitrat pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk senyawa
dan isosorbid dinitrat, masing-masing tidak lebih dari sejenis A isosorbid mononitrat, isosorbid mononitrat dan
0,25%. isosorbid dinitrat berturut-turut lebih kurang 0,8; 1,0 dan
Hitung persentase masing-masing cemaran lain (selain 4,1; resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis A
senyawa sejenis A isosorbid mononitrat atau isosorbid isosorbid mononitrat dan puncak isosorbid mononitrat
dinitrat) dalam zat dengan rumus: tidak kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
r puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
100 i relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
rS Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur
- 576 -
respons puncak isosorbid mononitrat. Hitung jumlah Prosedur Totolkan secara terpisah 20 l Larutan uji
dalam mg isosorbid mononitrat, C6H9NO6, dalam zat dan Larutan baku pada lempeng kromatografi silika gel
yang digunakan dengan rumus: P. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
yang berisi Fase gerak. Biarkan merambat hingga tiga
r per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng dan tandai
CV U batas rambat, biarkan lempeng kering di udara. Amati
rS lempeng di bawah cahaya UV 254 nm dan tandai bercak
yang sesuai dengan Larutan baku. Semprot bercak
C adalah kadar isosorbid mononitrat dalam mg per ml dengan penampak bercak dan sinari dengan cahaya UV
Larutan baku;V adalah volume Larutan uji dalam ml; rU 254 nm selama lebih kurang 10 menit. Bercak isosorbid
dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji mononitrat dan nitrat-nitrat lain terlihat sebagai bercak
dan Larutan baku. ungu dengan latar belakang putih sampai ungu muda.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. uji sesuai dengan Larutan baku seperti diperoleh pada
Simpan pada suhu antara 20° dan 30°. Penetapan kadar.
Disolusi <1231>
Media disolusi: 900 ml air.
TABLET ISOSORBID MONONITRAT
Alat tipe 2: 50 rpm.
Isosorbide Mononitrate Tablet Waktu: 15 menit.
Lakukan penetapan jumlah C6H9NO6, yang terlarut
Tablet Isosorbid Mononitrat mengandung Isosorbid
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
Mononitrat, C6H9NO6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak tertera pada Kromatografi <931>.
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar.
Baku pembanding Isosorbid BPFI; Untuk penggunaan
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20 mg
kuantitatif lakukan penetapan kadar air secara Titrimetri.
Isosorbid mononitrat encer BPFI, masukkan ke dalam
Setelah ampul dibuka simpan dalam wadah tertutup rapat;
labu tentukur 200-ml, larutkan dan encerkan dengan
[Catatan Baku pembanding berikut adalah campuran Media disolusi sampai tanda. Pipet 20 ml larutan ke
kering dari suatu zat aktif dan zat tambahan yang sesuai
dalam labu tentukur 100-ml dan encerkan dengan Media
untuk penanganan yang aman. Untuk penggunaan
disolusi sampai tanda.
kuantitatif, hitung konsentrasi zat aktif berdasarkan pada
Larutan uji Gunakan sejumlah alikuot, saring melalui
kandungan yang tertera pada etiket.] Isosorbid Dinitrat
penyaring dengan porositas 0,45 μm, buang beberapa ml
Encer BPFI [Perhatian Zat yang tidak diencerkan,
filtrat pertama.
mudah meledak dan dapat meledak karena benturan atau
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
pemanasan berlebih.] Campuran ini mengandung
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
isosorbid dinitrat 25% dalam manitol. Tidak boleh
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 ml
tertutup rapat dan terlindung dari panas berlebih.
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
Isosorbid Mononitrat EncerBPFI. Senyawa Sejenis A
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Isosorbid Mononitrat Encer BPFI.
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%.
Identifikasi Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada kadar. Hitung persentase isosorbid mononitrat, C6H9NO6
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. yang terlarut dengan rumus:
Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P (95:5).
Penampak bercak Larutkan 1 g kanji P dalam 100 ml air
C r
mendidih, dinginkan, tambahkan 0,5 g kalium iodida P,
aduk sampai larut.
900 S U 100
Larutan baku Larutkan Isosorbid Mononitrat Encer
LC rS
BPFI dalam etanol mutlak P hingga kadar lebih kurang
0,5 mg per ml. CS adalah kadar Isosorbid mononitrat encer BPFI dalam
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari mg per ml Larutan baku; LC adalah jumlah dalam mg per
20 tablet. Timbang sejumlah serbuk setara dengan lebih tablet yang tertera pada etiket; rU dan rS berturut-turut
kurang 120 mg isosorbid mononitrat, masukkan ke dalam adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku; 900
wadah yang sesuai, tambahkan 50 ml etanol mutlak P, adalah volume media disolusi dalam ml; 100 adalah faktor
sonikasi selama 10 menit, sentrifus. Encerkan secara konversi terhadap persentase.
kuantitatif 10 bagian beningan dengan 50 bagian etanol Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak
mutlak P. kurang dari 80% (Q) C6H9NO6 dari jumlah yang tertera
pada etiket.
- 577 -
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat bertahap dengan metanol P hingga kadar lebih kurang
Keseragaman kandungan. 0,1 mg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Isosorbid
Senyawa sejenis Mononitrat Encer BPFI, masukkan ke dalam labu
UJI 1 tentukur yang sesuai. Larutkan dalam air, tambahkan
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada secara kuantitatif sejumlah volume Larutan baku
Kromatografi <931>. senyawa sejenis A isosorbid mononitrat persediaan dan
Fase gerak, Penjerap, Larutan baku 1, Larutan baku 2, Larutan baku isosorbid dinitrat persediaan, encerkan
Larutan baku 3 dan volume penotolan Lakukan seperti dengan air hingga kadar isosorbid mononitrat, senyawa
tertera pada UJI 1 dalam Senyawa sejenis pada Isosorbid sejenis A isosorbid mononitrat dan isosorbid dinitrat
Mononitrat Encer. berturut-turut lebih kurang 0,1 mg per ml; 0,0005 mg per
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari ml dan 0,0005 mg per ml. Saring larutan, buang beberapa
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara ml filtrat pertama.
dengan lebih kurang 100 mg isosorbid mononitrat, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
masukkan ke dalam wadah yang sesuai, tambahkan 20,0 Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
ml etanol mutlak P, sonikasi selama 10 menit dan dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x
sentrifus. Gunakan beningan. 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 ml
Penampak bercak Larutkan 1:25 g kalium per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
permanganat P dan 10 g natrium hidroksida P dalam 500 resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
ml air. Larutan ini dibuat segar untuk tiap lempeng. seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
Prosedur Totolkan secara terpisah 20 l Larutan uji, senyawa sejenis A isosorbid mononitrat dan puncak
semua Larutan baku pada lempeng kromatografi. isosorbid mononitrat tidak kurang dari 1,5. Lakukan
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram
berisi Fase gerak. Biarkan merambat hingga tiga per dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng dan tandai batas simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
rambat, biarkan lempeng kering dengan aliran udara lebih dari 10% untuk puncak senyawa sejenis A isosorbid
hangat selama lebih kurang 10 menit, masukkan mononitrat dan isosorbid dinitrat.
lempeng dalam penampak bercak dan panaskan pada Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
suhu 105° selama 5 menit. Beberapa bercak yang sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan Larutan uji
diperoleh pada kromatogram Larutan uji dengan harga ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur
Rf yang sesuai dengan bercak yang diperoleh pada respons puncak utama. Bandingkan respons puncak
kromatogram semua Larutan baku, tidak lebih intensif cemaran yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan
dari bercak yang diperoleh pada kromatogram Larutan baku. Respons puncak rata-rata cemaran Larutan uji
baku 3: masing-masing cemaran tidak lebih dari 1,0%. kurang dari atau sama dengan respons puncak rata-rata
Jika intensitas bercak yang diperoleh pada kromatogram dari puncak yang sama Larutan baku.
Larutan uji hampir sama seperti bercak yang diperoleh
dalam kromatogram Larutan baku 3, encerkan Larutan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
uji dengan etanol mutlak P (1:1), ulangi uji dan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
bandingkan intensitas bercak isosorbid dari Larutan uji Kromatografi <931>.
encer dengan intensitas bercak dari semua Larutan baku Fase gerak Buat campuran air-metanol P (7:3), saring
yang telah dikoreksi tingkat persentasenya sesuai dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
pengenceran Larutan uji. menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
UJI 2 Larutan resolusi Buat larutan Isosorbid Mononitrat
Senyawa sejenis A isosorbid mononitrat dan isosorbid Encer BPFI dan Senyawa Sejenis A Isosorbid Mononitrat
dinitrat masing-masing tidak lebih dari 0,5%. Lakukan Encer BPFI dengan kadar masing-masing lebih kurang
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi 0,0005 mg per ml.
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Isosorbid
Fase gerak, Larutan resolusi dan Larutan uji Lakukan Mononitrat Encer BPFI, larutkan dan encerkan secara
seperti tertera pada Penetapan kadar. kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan air, hingga
Larutan baku senyawa sejenis A isosorbid mononitrat kadar lebih kurang 0,1 mg per ml. Saring melalui
persediaan Timbang saksama sejumlah Senyawa Sejenis penyaring dengan porositas 0,45 m atau lebih kecil.
A Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan dan Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
metanol P hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per ml. dengan lebih kurang 20 mg isosorbid mononitrat,
Larutan baku isosorbid dinitrat persediaan Timbang masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, tambahkan 100
saksama sejumlah Isosorbid Dinitrat Encer BPFI, ml air, sonikasi selama 10 menit, encerkan dengan air
larutkan dalam metanol P, sonikasi dan jika perlu sampai tanda. Saring melalui penyaring dengan porositas
hangatkan. Encerkan secara kuantitatif dan jika perlu 0,45 m atau lebih kecil.
- 578 -
Hitung jumlah dalam mg isosorbid mononitrat, C6H9NO6 isosorbid mononitrat dan 120 µg per ml untuk tablet yang
yang diambil pada pengambilan sampel sebelumnya mengandung 60 mg isosorbid mononitrat.
dengan rumus: Larutan uji Saring sejumlah volume alikuot melalui
penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm.
VS Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
AD V
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 220 nm, kolom 4,6 mm x 25
cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 10 µm.
AD adalah jumlah dalam mg isosorbid mononitrat yang Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan
terlarut pada tiap titik pengambilan sampel; VS adalah kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram
volume dalam ml sampel yang diambil; V adalah volume dan ukur responspuncak seperti tertera pada Prosedur:
dalam ml media disolusi dalam bejana disolusi pada faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku
setiap pengambilan sampel. Hitung persentase isosorbid relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0 %.
mononitrat, C6H9NO6, yang terlarut pada tiap Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
pengambilan sampel dengan rumus: sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur
AD AR respons puncak. Hitung jumlah dalam mg isosorbid
100 mononitrat, C6H9NO6, yang diambil pada tiap
LC
pengambilan sampel dengan rumus:
AD adalah jumlah dalam mg isosorbid mononitrat yang
terlarut pada tiap titik pengambilan sampel; AR adalah rU ( i )
jumlah dalam mg isosorbid mononitrat yang diambil pada CS
rS
pengambilan sampel sebelumnya; 100 adalah faktor
konversi persentase dan LC jumlah dalam mg per tablet
seperti tertera pada etiket. CS adalah kadar isosorbid mononitrat dalam mg per ml
Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada Tabel Larutan baku; rU(i) adalah respons puncak dari Larutan uji
Penerimaan 2 dalam Uji Disolusi <1231>. Persentase pada tiap pengambilan sampel ke-i dan rS adalah respons
jumlah C6H9NO6 yang terlarut pada waktu tertentu, sesuai puncak dari Larutan baku.
dengan tabel di bawah ini. Hitung jumlah persentase isosorbid mononitrat yang
terlarut pada tiap pengambilan sampel dengan rumus:
Waktu (jam) Jumlah terlarut
1
2
antara 15% dan 35%
antara 28% dan 48% C i V 0 i 1 V t ij11 C j Vt 100
LC
4 antara 43% dan 68%
8 antara 65% dan 90% Ci adalah kadar isosorbid mononitrat yang dilepaskan
12 tidak kurang dari 80% pada tiap titik waktu i, dalam mg per ml; V0 adalah
volume awal dalam ml media;Vt adalah volume sampel
UJI 2 dalam ml yang diambil pada tiap pengambilan sampel; Cj
Jika pada etiket tercantum bahwa sediaan memenuhi adalah kadar isosorbid mononitrat yang dilepaskan dalam
Uji Disolusi 2, lakukan uji disolusi di bawah ini. mg per ml, pada waktu j;100 adalah faktor konversi
persentase dan LC adalah jumlah isosorbid mononitrat
Media disolusi: 500 ml air cairan lambung buatan LP dalam mg per tablet seperti yang tertera pada etiket.
(tanpa enzim). Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada Tabel
Alat tipe 2: 50 rpm. Penerimaan 2 dalam Uji Disolusi <1231>. Persentase
Waktu: 1, 2, 6 dan 12 jam. jumlah C6H9NO6 yang terlarut pada waktu tertentu, sesuai
Lakukan penetapan jumlah C6H9NO6 yang terlarut dengan tabel di bawah ini.
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
tertera pada Kromatografi <931>. Waktu (jam) Jumlah terlarut
Fase gerak Buat campuran air-metanol P (3:2), saring 1 antara 25% dan 45%
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian 2 antara 35% dan 60%
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada 6 antara 72% dan 90%
Kromatografi <931>. 12 tidak kurang dari 80%
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan dan encerkan
UJI 3
secara kuantitatif, jika perlu bertahap dengan Media
Jika pada etiket tercantum bahwa sediaan memenuhi
disolusi hingga kadar lebih kurang 1,2 mg per ml.
Uji Disolusi 3, lakukan uji disolusi di bawah ini.
Larutan baku Lakukan pengenceran Larutan baku
Media disolusi: 500 ml cairan lambung buatan LP
persediaan dengan Media disolusi hingga kadar lebih
(tanpa enzim).
kurang 60 µg per ml untuk tablet yang mengandung 30 mg
- 580 -
Alat tipe 2: 50 rpm. pada waktu j; 100 adalah faktor konversi persentase dan
Waktu: 1, 2, 6 dan 12 jam. LC adalah jumlah dalam mg per tablet seperti yang tertera
Lakukan penetapan jumlah C6H9NO6 yang terlarut pada etiket.
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti Toleransi Gunakan kriteria seperti tertera pada Tabel
tertera pada Kromatografi <931>. Penerimaan 2 dalam Uji Disolusi <1231>. Persentase
Dapar Masukkan lebih kurang 15,4 g amonium asetat jumlah C6H9NO6 yang terlarut pada waktu tertentu, sesuai
P dan 11,5 ml asam asetat P ke dalam labu tentukur dengan tabel di bawah ini.
1000-ml yang berisi 500 ml air, atur pH hingga 4,7
dengan penambahan asam asetat P. Encerkan dengan air Waktu (jam) Jumlah terlarut
sampai tanda. 1 antara 20% dan 40%
Fase gerak Buat campuran air-metanol P-Dapar 2 antara 30% dan 50%
(6:3:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan 6 antara 70% dan 90%
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera 12 tidak kurang dari 85%
pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan dan encerkan Keseragaman kandungan. Lakukan seperti tertera pada
secara kuantitatif, jika perlu bertahap dengan Media Penetapan kadar, kecuali gunakan 1 tablet sebagai
disolusi hingga kadar lebih kurang 0,12 mg per ml. pengganti serbuk tablet dalam Larutan uji.
Larutan baku Untuk tablet yang mengandung 60 mg
isosorbid mononitrat, gunakan Larutan baku persediaan Senyawa sejenis
tanpa pengenceran. Untuk tablet yang mengandung 30 UJI 1
mg isosorbid mononitrat, pipet 25 ml Larutan baku Masing-masing cemaran tidak lebih dari 1,0 %.
persediaan ke dalam labu tentukur 50-ml. Encerkan dengan Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Media disolusi sampai tanda. Kromatografi <931>.
Larutan uji Gunakan sejumlah alikuot yang telah Fase gerak Campuran toluen P-etil asetat P-isopropil
disaring melalui penyaring dengan porositas 0,45 μm. alkohol P (53:32:15).
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penjerap Silika gel P setebal 0,25 mm.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah Isosorbid
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif, jika perlu
15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 bertahap dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang
μm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan 0,0125 mg per ml.
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram Larutan baku 2 Timbang saksama sejumlah Isosorbid
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif dan jika
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak perlu bertahap dengan asetonitril P hingga kadar lebih
lebih dari 2,0%. kurang 0,025 mg per ml.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Larutan baku 3 Timbang saksama sejumlah Isosorbid
sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan Larutan uji BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif dan jika
ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur perlu bertahap dengan asetonitril P hingga kadar lebih
respons puncak. Hitung kadar dalam mg per ml isosorbid kurang 0,05 mg per ml.
mononitrat yang terlarut pada tiap pengambilan sampel Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
dengan rumus: 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
dengan lebih kurang 100 mg isosorbid mononitrat,
rU (i ) masukkan ke dalam wadah yang sesuai yang berisi 20,0
C S
ml asetonitril P, sonikasi selama 10 menit, sentrifus.
rS
Gunakan beningan.
Penampak bercak Larutkan 1,25 g kalium
CS adalah kadar isosorbid mononitrat dalam mg per ml
permanganat P dan 10 g natrium hidroksida P dalam 500
Larutan baku; ru(i) adalah respons puncak Larutan uji
ml air. Larutan ini dibuat segar untuk tiap lempeng.
pada titik waktu i; rS adalah respons puncak Larutan baku.
Prosedur Totolkan secara terpisah 20 l Larutan uji
Hitung jumlah persentase isosorbid mononitrat yang
dan Larutan baku pada lempeng kromatografi. Masukkan
terlarut pada tiap pengambilan sampel dengan rumus:
lempeng ke dalam bejana kromatografi yang berisi Fase
Larutan baku tidak lebih intensif dari bercak yang Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
diperoleh pada kromatogram Larutan baku 3 [Catatan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Harga Rf isosorbid dan isosorbid mononitrat berturut- dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x
turut lebih kurang 0,2 dan 0,6.] Jika intensitas bercak 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 ml
yang diperoleh dalam kromatogram Larutan uji hampir per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
sama seperti bercak yang diperoleh dalam kromatogram resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Larutan baku 3, encerkan Larutan uji dengan asetonitril seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
P (1:1), ulangi uji dan bandingkan intensitas bercak senyawa sejenis A isosorbid mononitrat dan puncak
isosorbid dari enceran Larutan uji dengan intensitas isosorbid mononitrat tidak kurang dari 1,0. [Catatan
bercak yang diperoleh dari semua Larutan baku, yang Waktu retensi relatif untuk senyawa sejenis A isosorbid
telah dikoreksi tingkat persentasenya sesuai pengenceran mononitrat, isosorbid mononitrat dan isosorbid dinitrat
Larutan uji. berturut-turut lebih kurang 0,9; 1,0 dan 5,6.] Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram
UJI 2 dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Senyawa sejenis A isosorbid mononitrat; isosorbid simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
dinitrat masing-masing tidak lebih dari 0,25%.Total lebih dari 10% untuk senyawa sejenis A isosorbid
cemaran lain tidak lebih dari 0,25%; Total cemaran mononitrat dan isosorbid dinitrat.
termasuk senyawa sejenis A isosorbid mononitrat dan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
isosorbid dinitrat tidak lebih dari 0,5%. Lakukan sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan Larutan uji
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur
seperti tertera pada Kromatografi <931>. semua respons puncak. Hitung persentase senyawa
Fase gerak Buat campuran air - metanol P (75:25), sejenis A isosorbid mononitrat dan isosorbid dinitrat
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian dalam tablet dengan rumus:
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>. C rU
Larutan baku senyawa sejenis A isosorbid mononitrat 25
persediaan Timbang saksama sejumlah Senyawa Sejenis W rS
A Isosorbid Mononitrat Encer BPFI, larutkan dan
encerkan secara kuantitatif, jika perlu bertahap dengan air C adalah kadar Senyawa sejenis A isosorbid mononitrat
hingga kadar lebih kurang 0,3 mg per ml. BPFI atau isosorbid dinitrat encer BPFI dalam μg per ml
Larutan baku Isosorbid dinitrat persediaan Timbang Larutan baku; W adalah bobot dalam mg isosorbid
saksama sejumlah Isosorbid Dinitrat Encer BPFI, mononitrat untuk membuat Larutan uji; rU dan rS berturut-
larutkan dan encerkan secara kuantitatif, jika perlu turut adalah respons puncak dari Larutan uji dan Larutan
bertahap dengan metanol P hingga kadar lebih kurang baku.
0,15 mg per ml. Hitung persentase masing-masing cemaran lain (selain
Larutan baku persediaan Pipet 2 ml Larutan baku senyawa sejenis A isosorbid mononitrat atau isosorbid
senyawa sejenis A isosorbid mononitrat persediaan dan 4 dinitrat) dengan rumus:
ml Larutan baku Isosorbid dinitrat persediaan ke dalam
labu tentukur 100-ml. Encerkan dengan air sampai tanda. r
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah Isosorbid 100 i
Mononitrat Encer BPFI setara dengan lebih kurang 24 rS
mg isosorbid mononitrat, masukkan ke dalam labu
tentukur 100-ml, tambahkan 10,0 ml Larutan baku ri adalah respons puncak masing-masing cemaran lain
persediaan dan 20 ml metanol P, encerkan dengan air dari Larutan uji; rS adalah jumlah semua respons puncak.
sampai tanda.
Larutan baku Pipet 10 ml Larutan baku persediaan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dan 20 ml metanol P ke dalam labu tentukur 100-ml. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Encerkan dengan air sampai tanda. Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari Fase gerak Buat campuran air-metanol P (8:2), saring
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
dengan lebih kurang 60 mg isosorbid mononitrat, menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan 40 Kromatografi <931>.
ml metanol P, sonikasi selama lebih kurang 30 menit Larutan baku senyawa sejenis A isosorbid mononitrat
dengan pendinginan. Hangatkan sampai suhu ruang, Timbang saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Isosorbid
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Sentrifus pada Mononitrat Encer BPFI, larutkan dan encerkan secara
lebih kurang 3000 rpm selama 10 menit. Encerkan secara kuantitatif, jika perlu bertahap dengan air hingga kadar
kuantitatif 10 bagian beningan dengan 50 bagian air. lebih kurang 0,15 mg per ml.
Saring melalui penyaring dengan porositas 0,45 μm atau Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah Isosorbid
lebih kecil. Mononitrat Encer BPFI setara dengan lebih kurang 30
- 582 -
Timbal Pada 1 g zat tambahkan 15 ml air, aduk, tambahkan asam sulfat 1,0 N: warna yang terjadi tidak lebih tua dari
3 ml asam asetat glasial P, hangatkan di atas tangas uap warna larutan pembanding.
hingga larut, saring. Pada filtrat tambahkan 5 tetes kalium
kromat LP: tidak terbentuk kekeruhan. Nitrat, Nitrit dan Amonia Pada larutan 1 g zat dalam 5
ml air di dalam tabung reaksi 40 ml, tambahkan 5 ml
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1,5 g zat natrium hidroksida 1 N dan lebih kurang 200 mg kawat
yang baru dipijarkan, digesti dengan 50,0 ml asam sulfat aluminium. Sisipkan segumpal kapas murni pada bagian
1 N LV, panaskan hati-hati hingga zat tidak melarut lagi. atas tabung reaksi dan letakkan kertas lakmus merah P
Saring, cuci residu dengan air panas sampai air cucian basah pada mulut tabung reaksi. Panaskan tabung reaksi
bereaksi netral terhadap kertas lakmus P. Pada kumpulan dalam tangas uap selama 15 menit: tidak terjadi warna
filtrat dan air cucian tambahkan 2,5 g amonium klorida P, biru pada kertas lakmus merah P.
dinginkan. Titrasi dengan natrium hidroksida 1 N LV
menggunakan indikator jingga metil LP. Tiosulfat dan Barium Larutkan 500 mg zat dalam 10 ml
air bebas amonia dan karbon dioksida P, tambahkan 2
Tiap ml asam sulfat 1 N tetes asam sulfat 2 N: tidak terjadi kekeruhan dalam
setara dengan 40,69 mg ZnO waktu 1 menit.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj: lakukan
penetapan dengan melarutkan 2,0 g zat dalam 25 ml air.
Iodat Tidak lebih dari 4 bpj; lakukan penetapan sebagai Kelarutan Mudah larut dalam air; tidak larut dalam
berikut: Larutkan 1,1 g zat dalam air bebas amonia dan etanol.
karbon dioksida P secukupnya hingga diperoleh 10 ml,
masukkan ke dalam tabung pembanding warna. Identifikasi Larutan (1 dalam 20) menunjukkan reaksi
Tambahkan 1 ml kanji LP dan 0,25 ml asam sulfat 1,0 N, Kalium dan Klorida seperti tertera pada Uji Identifikasi
campur. Bandingkan warna yang terjadi terhadap warna Umum <291>.
larutan pembanding volume sama yang mengandung 100
mg kalium iodida P, 1 ml larutan baku iodat dibuat dengan Keasaman atau kebasaan Pada larutan 5,0 g zat dalam
mengencerkan 1 ml larutan kalium iodat P (1 dalam 2500) 50 ml air bebas karbon dioksida P, tambahkan 3 tetes
dengan air sampai 100 ml, 1 ml kanji LP dan 0,25 ml fenolftalein LP: tidak terjadi warna merah muda.
- 584 -
Kemudian tambahkan 0,30 ml natrium hidroksida 0,020 Tiap ml perak nitrat 0,1 N
N: terjadi warna merah muda. setara dengan 7,455 mg KCl
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam.
Penandaan Jika digunakan untuk hemodialisis harus
Iodida atau Bromida tertera pada etiket.
Iodida Tidak lebih dari 0,005%.
Larutan uji Larutkan 2 g zat dalam 8 ml air.
Tambahkan 1 ml kloroform P dan asam klorida encer P, KALIUM PERMANGANAT
kemudian tambahkan 2 tetes larutan kloramin T (0,1 Potassium Permanganate
dalam 100) dan kocok perlahan. Warna ungu yang
terbentuk pada lapisan kloroform tidak lebih tua dari KMnO4 [7722-64-7] BM 158,03
Larutan baku.
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih Kalium Permanganat mengandung tidak kurang dari
kurang 41 mg kalium iodida P, masukkan ke dalam labu 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% KMnO4, dihitung
tentukur 25-ml, larutkan dan encerkan dengan air sampai terhadap zat yang telah dikeringkan.
tanda. [Perhatian Penanganan kalium permanganat harus hati-
Larutan baku Pipet 1 ml Larutan baku persediaan ke hati, dapat terjadi ledakan yang berbahaya bila terjadi
dalam labu tentukur 25-ml, encerkan dengan air sampai kontak dengan zat organik, atau zat mudah teroksidasi
tanda. Encerkan 2,0 ml larutan dengan 8,0 ml air dan baik sebagai larutan atau dalam keadaan kering.]
lakukan seperti tertera pada Larutan uji, mulai dari
”Tambahkan 1 ml kloroform P”. Pemerian Hablur; ungu tua, hampir tidak tembus oleh
cahaya yang diteruskan dan berwarna biru metalik
Bromida Tidak lebih dari 0,1%. mengkilap oleh cahaya yang dipantulkan, kadang-kadang
Larutan uji Larutkan 2 g zat dalam 8 ml air. disertai warna merah tembaga tua; stabil di udara.
Tambahkan 1 ml kloroform P dan asam klorida encer P,
Kelarutan Larut dalam air; mudah larut dalam air
kemudian tambahkan 5 tetes larutan kloramin T (1 dalam
mendidih.
100) dan kocok perlahan. Warna coklat yang terbentuk
pada lapisan kloroform tidak lebih tua dari Larutan baku. Identifikasi Larutan pekat berwarna merah lembayung
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 32 mg tua dan larutan sangat encer berwarna merah muda;
natrium bromida P, masukkan ke dalam labu tentukur 25- menunjukkan reaksi Permanganat seperti tertera pada Uji
ml, larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda. Identifikasi Umum <291>.
Encerkan 2,0 ml larutan dengan 8,0 ml air dan lakukan
seperti tertera pada Larutan uji, mulai dari ”Tambahkan 1 Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5% ;
ml kloroform P”. lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 18 jam.
Aluminium <315> Tidak lebih dari 1 bpj; jika pada Zat tak larut Tidak lebih dari 0,2%; lakukan penetapan
etiket tertera untuk digunakan dalam hemodialisis, sebagai berikut: Larutkan 2,0 g zat dalam 150 ml air yang
lakukan penetapan dengan menggunakan 2,0 g kalium telah dihangatkan hingga suhu tangas uap, saring segera
klorida untuk penyiapan Larutan uji. dengan krus penyaring porositas medium yang telah
ditara. Cuci penyaring tiga kali, tiap kali dengan 50 ml air
Kalsium dan Magnesium Pada 20 ml larutan (1 dalam hangat, keringkan krus penyaring dan residu pada suhu
100), tambahkan 2 ml amonium hidroksida 6 N, 2 ml 105º selama 3 jam: residu tidak lebih dari 4 mg.
amonium oksalat LP dan 2 ml natrium fosfat dibasa LP:
tidak terjadi kekeruhan dalam waktu 5 menit. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g zat,
masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml. Tambahkan
Natrium Larutan (1 dalam 20) pada pembakaran dengan untuk tiap mg kalium permanganat 2,13 mg natrium
kawat platina tidak menunjukkan nyala kuning jelas oksalat P yang ditimbang saksama dan telah dikeringkan
hingga nyala yang tidak terang. pada suhu 110º hingga bobot tetap. Tambahkan 150 ml
air dan 20 ml asam sulfat 7 N, panaskan hingga suhu
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan lebih kurang 80º, titrasi kelebihan asam oksalat dengan
penetapan dengan larutan 2,0 g zat dalam 25 ml air. kalium permanganat 0,03 N LV, hitung jumlah dalam mg
kalium permanganat, KMnO4, dalam zat yang digunakan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 200 dengan rumus:
mg zat, larutkan dalam 10 ml air. Tambahkan 10 ml asam
asetat glasial P, 75 ml metanol P dan 3 tetes eosin Y LP. 0,4718WS – 0,9482V
Titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV hingga terjadi warna
merah muda. 0,4718 adalah jumlah KMnO4 dalam mg yang setara
dengan 1 mg natrium oksalat; WS adalah bobot dalam mg
- 585 -
natrium oksalat yang digunakan; 0,9482 adalah jumlah Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan
KMnO4 dalam mg per ml kalium permanganat 0,03 ; V penetapan dengan melarutkan 1,0 g zat dalam 1 ml asam
adalah volume kalium permanganat 0,03 N yang asetat 1 N, encerkan dengan air hingga 25 ml.
digunakan.
Penetapan kadar
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kalium
Sulfoguaiakolat BPFI, larutkan dalam campuran air dan
dapar fosfat pH 7,0 (1 dalam 10) hingga kadar lebih
KALIUM SULFOGUAIAKOLAT kurang 50 µg per ml.
Potassium Guaiacolsulfonate Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 250 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 500-ml, larutkan dalam
400 ml air dan encerkan dengan air sampai tanda. Pipet
10 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan
dapar fosfat pH 7,0 sampai tanda.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
279 nm terhadap blangko campuran air dan dapar fosfat
Kalium hidroksimetoksibenzensulfonat hemihidrat pH 7,0 (1 dalam 10). Hitung jumlah dalam mg kalium
[78247-49-1] sulfoguaiakolat, C7H7KO5S, dengan rumus:
C7H7KO5S.½H2O BM 251,29
C7H7KO5S BM 242,29
A
5C U
Kalium Sulfoguaiakolat mengandung tidak kurang dari AS
98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C7H7KO5S, dihitung
terhadap zat anhidrat.
C adalah kadar Kalium Sulfoguaiakolat BPFI dalam µg
per ml Larutan baku dihitung terhadap zat anhidrat; AU
Pemerian Serbuk hablur atau hablur; putih; tidak berbau;
dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan
rasa pahit. Oleh pengaruh udara dan cahaya, warna
Larutan baku.
perlahan-lahan menjadi merah muda; larutan dalam air
memberikan reaksi netral terhadap lakmus P.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
tidak tembus cahaya.
Kelarutan Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam
etanol; tidak larut dalam eter.
OH
OH
Identifikasi
CH2
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah H
dikeringkan pada suhu 105º selama 18 jam dan
HO
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
(5Z,7E)-9,10-Sekokholesta-5,7,10(19)-triena-1,3, 25-
seperti pada Kalium Sulfoguaiakolat BPFI pada daerah
triol [32222-06-3]
spektrum antara 7 dan 13 µm.
C27H44O3 BM 416,64
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
Monohidrat BM 434,65
20.000) yang dibuat seperti tertera pada Penetapan kadar,
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
Kalsitriol berbentuk anhidrat atau mengandung satu
gelombang yang sama seperti pada Kalium
molekul air. Bentuk anhidrat mengandung tidak kurang
Sulfoguaiakolat BPFI.
dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C27H44O3,
C. Larutan (1 dalam 10) menunjukkan reaksi Kalium
dihitung terhadap zat bebas pelarut. Bentuk monohidrat
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari
103,0% C27H44O3, dihitung terhadap zat anhidrat.
Air <1031>Metode I Antara 3,0% dan 6,0%.
[Catatan Perlakukan dengan hati-hati untuk menghindari
terhirup partikel kalsitriol dan terpapar ke kulit.]
Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj.
Pemerian Hablur; putih atau hampir putih; peka terhadap
Sulfat Pada 10 ml larutan (1 dalam 20) tambahkan 5 tetes
udara, panas dan cahaya.
barium klorida LP dan asamkan dengan asam klorida P:
tidak terbentuk kekeruhan dalam 1 menit.
- 586 -
Kelarutan Mudah larut dalam etanol; larut dalam eter cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
dan minyak lemak; praktis tidak larut dalam air. <931>.
Dapar tris Timbang 1 g tris (hidroksimetil)
Baku pembanding Kalsitriol BPFI, simpan dalam lemari aminometana, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml
pendingin, terlindung cahaya. dan larutkan dalam 900 ml air, atur pH hingga 7,0-7,5
dengan penambahan asam fosfat P. Encerkan dengan air
Identifikasi sampai tanda.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar tris
dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya (55:45), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
Kalsitriol BPFI. pada Kromatografi <931>.
B. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kalsitriol
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai dan
diperoleh pada Penetapan kadar. larutkan dalam asetonitril P (tanpa pemanasan)
menggunakan sejumlah volume hingga 55% dari volume
Air <1031> Metode I Antara 3,5% dan 5,5%; untuk akhir. Encerkan dengan Dapar tris hingga kadar kalsitriol
bentuk monohidrat. 100 g per ml. [Catatan Biarkan larutan mencapai suhu
ruang sebelum diencerkan dengan Dapar tris sampai
Kemurnian kromatografi [Catatan Lakukan penetapan volume akhir.]
secepat mungkin untuk menghindari larutan terpapar Larutan kesesuaian sistem Panaskan 2 ml Larutan
cahaya dan udara.] baku pada 80º selama 30 menit.
Dapar tris, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, masukkan
Larutan uji dan Sistem kromatografi Lakukan seperti ke dalam labu tentukur yang sesuai dan larutkan dalam
tertera pada Penetapan kadar. asetonitril P (tanpa pemanasan) menggunakan sejumlah
Prosedur Suntikkan lebih kurang 50 l Larutan uji ke volume hingga 55% dari volume akhir. Encerkan dengan
dalam kromatograf, rekam kromatogram selama tidak Dapar tris hingga kadar kalsitriol 100 g per ml.
kurang dari dua kali waktu retensi puncak kalsitriol. [Catatan Biarkan larutan mencapai suhu ruang sebelum
Lakukan identifikasi terhadap cemaran seperti tertera diencerkan dengan Dapar tris sampai volume akhir.]
pada Tabel dan ukur respons puncak. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dengan rumus: dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4,6 mm x
25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 5
r m. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Pertahankan
100 i suhu kolom pada 40º. Lakukan kromatografi terhadap
rS Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu
ri adalah respons masing-masing puncak selain puncak retensi relatif pre-kalsitriol dan kalsitriol berturut-turut
utama kalsitriol dan pre-kalsitriol dan rS adalah jumlah adalah lebih kurang 0,9 dan 1,0; resolusi, R, antara
semua respons puncak. Tidak lebih dari batas yang tertera puncak pre-kalsitriol dan kalsitriol tidak kurang dari 3,5.
pada Tabel. Abaikan puncak yang kurang dari 0,1%. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Tabel pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari 10.000
Waktu retensi Batas lempeng teoritis dan simpangan baku relatif pada
Cemaran
relatif (menit) (%) penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
Triazolin hasil samping pre- Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
0,43 0,1
kalsitriol sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan Larutan uji
Trans-kalsitriol1 0,96 0,25 ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
1β-Kalsitriol2 1,15 0,1
respons puncak kalsitriol dan pre-kalsitriol. Hitung
Metilen kalsitriol3 1,5 0,25
persentase kalsitriol, C27H44O3, dalam zat dengan rumus:
Cemaran lain yang tak
- 0,1
teridentifikasi
Jumlah semua cemaran - 1,0 C rU
1
) (5Z,7E)-9,10-sekokholesta-5,7,10(19)-triena-1,3,25-triol 100 S
2
3
) (5Z,7E)-9,10-sekokholesta-5,7,10(19)-triena-1,3,25-triol CU rS
) (5Z,7E)-1,3- dihidroksi-17-((R)-7-hidroksi-7-metiloktan-2-il)-
9,10-sekoandrosta-5,7,10(19)-triena
CS adalah kadar Kasitriol BPFI dalam mg per ml Larutan
Penetapan kadar [Catatan Lakukan penetapan secepat baku; CU adalah kadar kalsitriol dalam g per ml Larutan
mungkin untuk menghindari larutan terpapar cahaya dan uji; rU dan rS berturut-turut adalah jumlah respons puncak
udara.] Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi kalsitriol dan pre-kalsitriol dalam Larutan uji dan
Larutan baku.
- 587 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,5%; larutkan 500 mg zat
tidak tembus cahaya. Simpan seperti petunjuk pada etiket. dalam 5 ml air dan 5 ml asam klorida encer P, encerkan
dengan air hingga 100 ml, saring jika perlu. Pada 20 ml
Penandaan Mencantumkan monohidrat untuk bentuk filtrat, tambahkan 1 ml asam klorida encer P, encerkan
monohidrat. dengan air hingga 50 ml. Tambahkan 1 ml barium klorida
LP: larutan tidak lebih keruh dari yang dihasilkan oleh
1,0 ml asam sulfat 0,01 N.
KALSIUM FOSFAT DIBASA ANHIDRAT
Kalsium Hidrogen Fosfat Anhidrat Arsen <211> Metode I Tidak lebih dari 3 bpj; larutkan
Anhydrous Dibasic Calcium Phosphate 1,0 g zat dalam 25 ml asam klorida 3 N dan encerkan
dengan air hingga 55 ml: Larutan memenuhi uji Batas
Kalsium fosfat (1:1) [7757-93-9] Arsen tanpa penambahan 20 ml asam sulfat 7 N, seperti
Asam fosfat, garam kalsium (1:1) tertera pada Prosedur.
CaHPO4 BM 136,06
Barium Didihkan 500 mg zat dalam 10 ml air,
Kalsium Fosfat Dibasa Anhidrat mengandung tidak tambahkan 1 ml asam klorida P tetes demi tetes, aduk
kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 103,0% kalsium pada setiap penambahan. Biarkan dingin dan saring jika
fosfat dibasa anhidrat (CaHPO4). perlu, tambahkan pada filtrat 2 ml kalium sulfat LP; tidak
Pemerian Serbuk putih; tidak berbau dan tidak berasa. terbentuk kekeruhan selama 10 menit.
Stabil di udara.
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 30 bpj;
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; tidak larut dalam buat larutan uji sebagai berikut: hangatkan 1,3 g zat
alkohol; larut dalam asam klorida 3 N dan asam nitrat 2 dengan 3 ml asam klorida 3 N sampai tidak lagi melarut,
N. encerkan dengan air hingga volume 50 ml dan saring.
Baku pembanding Natrium Fluorida BPFI; tidak boleh Zat tak larut dalam asam Tidak lebih dari 0,2%;
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat. larutkan 5,0 g zat dalam campuran 40 ml air dan 10 ml
asam klorida P, didihkan hati-hati selama 5 menit,
Identifikasi dinginkan, kumpulkan zat yang tidak larut dalam kertas
A. Larutkan lebih kurang 100 mg zat dalam 10 ml saring bebas abu, cuci dengan air sampai air cucian
asam klorida 2 N dengan penghangatan, tambahkan 2,5 terakhir tidak memberikan reaksi Klorida (tidak terbentuk
ml amonia LP tetes demi tetes dengan pengocokan, kekeruhan dengan penambahan perak nitrat LP). Pijarkan
kemudian tambahkan 5 ml amonium oksalat LP: residu dan kertas saring bebas abu pada suhu 600 ± 50°.
terbentuk endapan putih. Bobot residu tidak lebih dari 10 mg.
B. Larutan amonium molibdat Larutkan 21,2 g
amonium molibdat P dalam air untuk membuat 200 ml Fluorida Tidak lebih dari 50 bpj [Catatan Siapkan dan
larutan 10%. Larutan dibuat segar. simpan semua larutan dalam wadah plastik.]
Larutkan lebih kurang 100 mg zat dalam 5 ml asam nitrat Dapar Larutkan 73,5 g natrium sitrat dihidrat P dalam
encer P. Hangatkan larutan pada suhu 70° dan tambahkan air hingga volume 250 ml.
2 ml Larutan amonium molibdat: terbentuk endapan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Natrium
kuning amonium fosfomolibdat. Fluorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan air hingga
kadar lebih kurang 1,1052 mg per ml. Pipet 20 ml larutan
Sisa pemijaran <301> Antara 6,6% dan 8,5%; lakukan ke dalam labu tentukur 100-ml yang berisi 50 ml Dapar,
pemijaran pada lebih kurang 1 g zat pada suhu 800° encerkan dengan air sampai tanda. Tiap ml larutan ini
sampai 825° hingga bobot tetap. mengandung 100 µg ion fluorida.
Sistem elektroda Lakukan seperti tertera pada
Karbonat Campurkan 1,0 g zat dengan 5 ml air bebas Penetapan pH <1071>. Gunakan elektroda penunjuk ion
karbon dioksida P, segera tambahkan 2 ml asam klorida fluorida khusus dan elektroda pembanding perak-perak
P: tidak terjadi gelembung gas. fluorida yang dihubungkan pada pH meter yang mampu
mengukur potensial dengan reprodusibilitas minimum ±
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,25%; pada 200 mg zat 0,02 mV.
tambahkan 20 ml air dan 13 ml asam nitrat encer LP dan Garis respons baku Masukkan 50,0 ml Dapar dan 2,0
hangatkan perlahan jika perlu, sampai tidak lagi melarut. ml asam klorida P ke dalam gelas piala dan tambahkan
Encerkan hingga 100 ml, saring jika perlu. Pada 50 ml air hingga 100 ml. Masukkan pengaduk magnetik berlapis
larutan ini, tambahkan 1 ml perak nitrat LP: larutan tidak plastik, celupkan elektroda ke dalam larutan, aduk selama
lebih keruh dari yang dihasilkan oleh 0,70 ml asam 15 menit dan baca potensial dalam mV. Lanjutkan
klorida 0,01 N. pengadukan dan pada setiap interval 5 menit tambah 100,
100, 300 dan 500 µl Larutan baku, baca potensial 5 menit
setelah tiap penambahan, buat gambar kurva logaritma
- 588 -
kumulatif kadar ion fluorida (0,1; 0,2; 0,5 dan 1,0 µg per jika etiket menunjukkan tidak untuk penggunaan
ml) terhadap potensial dalam mV. pembuatan injeksi.
Larutan uji Timbang 2,0 g zat, masukkan ke dalam
gelas piala berisi pengaduk magnetik berlapis plastik, Pemerian Hablur, granul atau serbuk; putih; tidak
tambahkan 20 ml air dan 2 ml asam klorida P dan aduk berbau; tidak berasa. Stabil di udara.
sampai larut. Tambahkan 50,0 ml Dapar dan air
secukupnya hingga volume 100 ml. Kelarutan Agak sukar (dan lambat) larut dalam air;
Prosedur Bilas dan keringkan elektroda, masukkan ke mudah larut dalam air mendidih; tidak larut dalam
dalam Larutan uji, aduk selama 5 menit dan baca etanol. Larutan bersifat netral terhadap lakmus.
potensial dalam mV. Ukur potensial dan garis baku
respons, tetapkan kadar C dalam µg per ml, dari ion Baku pembanding Kalium Glukonat BPFI; lakukan
fluorida dalam Larutan uji. Hitung persen fluorida dalam pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º selama
zat dengan mengalikan C dengan 0,005. 4 jam sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup
rapat.
Penetapan kadar
Dapar amonia-amonium klorida pH 10,7 Larutkan Identifikasi
53,5 g amonium klorida P dalam air. Tambahkan 570 ml A. Larutan (1 dalam 50) menunjukkan reaksi Kalsium
amonium hidroksida P. Encerkan dengan air hingga cara A dan B seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum
volume larutan 1000 ml. <291>.
Prosedur Timbang lebih kurang 400 mg zat, masukkan B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
ke dalam labu tentukur 200-ml. Larutkan dalam 12 ml secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
asam klorida encer P, jika perlu dengan bantuan Fase gerak Campuran etanol P-air-amonium
pemanasan dan encerkan dengan air sampai tanda. Pipet hidroksida P-etil asetat P (50:30:10:10).
20 ml larutan ke dalam larutan yang berisi 25 ml Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25mm.
dinatrium edetat 0,02 M LV, 50 ml air dan 5 ml Dapar Larutan baku Larutan Kalium Glukonat BPFI 10 mg
amonia-amonium klorida pH 10,7. Tambahkan 25 mg per ml.
hitam eriokrom T P-natrium klorida P dan titrasi Larutan uji Larutan zat 10 mg per ml (jika perlu
kelebihan dinatrium edetat dengan zink sulfat 0,02 M LV. panaskan dalam tangas air pada suhu 60º).
Lakukan penetapan blangko. Penampak bercak Larutkan 2,5 g amonium molibdat P
dalam lebih kurang 50 ml asam sulfat 2 N dalam labu
Tiap ml dinatrium edetat 0,02 M tentukur 100-ml, tambahkan 1,0 g serium(IV) sulfat P,
setara dengan 2,721 mg CaHPO4 goyang sampai larut, encerkan dengan asam sulfat 2 N
sampai tanda.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5
µl Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
KALSIUM GLUKONAT kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak
Calcium Gluconate dan biarkan merambat sampai tiga per empat tinggi
lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
keringkan pada suhu 110º selama 20 menit, biarkan
OH OH H OH dingin, semprot dengan Penampak bercak. Panaskan
H3CO C C C C COO- Ca2+
lempeng pada 110º selama 10 menit. Warna, ukuran dan
harga RF bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji
H H OH H
2
sesuai dengan bercak utama Larutan baku.
Kalsium D-glukonat (1:2) [299-28-5] Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 3,0% untuk
C12H22CaO14(anhidrat) BM 430,37 bentuk anhidrat; Tidak lebih dari 1,0% untuk bentuk
Monohidrat [18016-24-5] BM 448,39 monohidrat jika etiket menunjukkan untuk penggunaan
pembuatan sediaan injeksi; Tidak lebih dari 2,0% untuk
Kalsium Glukonat adalah senyawa anhidrat atau bentuk monohidrat jika etiket menunjukkan tidak untuk
mengandung 1 molekul air hidrat. Bentuk anhidrat penggunaan pembuatan sediaan injeksi; lakukan
mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih pengeringan pada suhu 105º selama 16 jam.
dari 102,0% C12H22CaO14, dihitung terhadap zat yang
telah dikeringkan. Bentuk monohidrat mengandung tidak Klorida <361> Lakukan penetapan menggunakan
kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% larutan 1,0 g zat: mengandung klorida tidak lebih dari
C12H22CaO14.H2O jika etiket menunjukkan untuk yang terdapat dalam 0,07 ml asam klorida 0,020 N
penggunaan pembuatan sediaan injeksi; tidak kurang dari (setara dengan tidak lebih dari 0,005%). Jika etiket
98,5% dan tidak lebih dari 102,0% C12H22CaO14.H2O menunjukkan untuk penggunaan pembuatan sediaan
injeksi, larutan 1,0 g zat mengandung klorida tidak lebih
- 589 -
dari yang terdapat dalam 1 ml asam klorida 0,020 N tertera tidak untuk penggunaan pembuatan sediaan
(setara dengan tidak lebih dari 0,07%). injeksi,tidak harus memenuhi syarat ini.]
Oksalat Tidak lebih dari 0,01%. Lakukan penetapan Fosfat Tidak lebih dari 0,01%. Timbang 10,0 g zat,
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti larutkan dalam 90 ml air panas (70º sampai 80º) dan
tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan air panaskan sampai mendidih, goyang selama 10 detik
deionisasi.] sampai larutan jernih. Encerkan 1 ml larutan panas dengan
Fase gerak Buat larutan natrium bikarbonat 0,0017 M air hingga 100 ml (Larutan uji). Encerkan 1,0 ml larutan
dan natrium karbonat 0,0018 M dalam air. Saring dan dengan kadar kalium fosfat monobasa 0,716 mg per ml
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut dengan air hingga volume larutan 100 ml. Pipet 2 ml
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi larutan, tambahkan 98 ml air (Larutan baku). Ke dalam
<931>. Larutan uji dan Larutan baku tambahkan 4 ml asam
Larutan supresor regenerasi Buat larutan asam sulfat sulfomolibdat LP dan 0,1 ml campuran asam klorida 3 N-
0,0125 M. timah(II)klorida asam pekat LP (10:1) yang dibuat segar.
Asam klorida encer Encerkan 1 ml asam klorida P Setelah 10 menit warna Larutan uji tidak lebih intensif dari
dengan air hingga volume 1200 ml. Larutan baku [Catatan Jika pada etiket kalsium glukonat
Larutan baku Timbang saksama sejumlah natrium tertera tidak untuk penggunaan pembuatan sediaan injeksi,
oksalat P, larutkan dalam Asam klorida encer hingga tidak harus memenuhi syarat ini.]
kadar lebih kurang 1,5 μg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg zat, Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,005%; lakukan
masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, larutkan dalam penetapan menggunakan larutan 2,0 g zat dalam air
Asam klorida encer, jika perlu sonikasi, encerkan dengan mendidih: tidak lebih dari yang terdapat dalam 0,1 ml
Asam klorida encer sampai tanda. asam sulfat 0,020 N (setara dengan 0,005%). Jika etiket
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada menunjukkan untuk penggunaan pembuatan sediaan
Kromatografi <931>. Kromatograf ion dilengkapi dengan injeksi, larutan 2,0 g zat dalam air mendidih
detektor konduktansi dan kolom pelindung 4 mm x 5 cm menunjukkan tidak lebih dari yang terdapat dalam 1 ml
berisi bahan pengisi L12 dengan ukuran partikel 15 μm, asam sulfat 0,020 N (setara dengan 0,05%).
kolom analisis 4 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L12
dengan ukuran partikel 15 μm dan kolom supresor anion Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan
mikromembran yang terhubung dengan seri kolom penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai
pelindung dan analisis. Kolom supresor anion dilengkapi berikut: Larutkan 1,0 g zat dalam campuran 10 ml asam
dengan mikromembran yang memisahkan Fase gerak klorida P dan 20 ml air dan encerkan dengan air hingga
dengan Larutan supresor regenerasi mengalir 55 ml: larutan memenuhi Uji Batas Arsen, tanpa
berlawanan arah dengan Fase gerak dengan laju alir lebih penambahan 20 ml asam sulfat 7 N, seperti tertera pada
kurang 7 ml per menit. Kondisikan sistem dengan Fase Prosedur.
gerak selama lebih kurang 15 menit, dengan laju alir
lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 10 bpj;
terhadap Larutan baku dan rekam kromatogram dan ukur [Catatan Jika pada etiket kalsium glukonat tertera tidak
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi untuk penggunaan pembuatan sediaan injeksi, tidak lebih
kolom yang ditentukan dari puncak analit tidak kurang dari 20 bpj.]
dari 2500 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari
1,2 dan simpangan baku relatif pada penyuntikkan ulang Magnesium dan Logam alkali Tidak lebih dari 0,4%.
tidak lebih dari 2,0%. Timbang 1,0 g zat, larutkan dalam 100 ml air mendidih,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume tambahkan 10 ml amonium klorida LP, 1 ml amonium
sama (lebih kurang 50 μl) Larutan baku dan Larutan uji hidroksida P dan 50 ml amonium oksalat LP panas yang
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur dipertahankan pada suhu 70º - 80º. Diamkan selama 4
respons puncak utama. Hitung persentase oksalat dalam jam, encerkan dengan air hingga 200 ml, saring. Uapkan
zat dengan rumus: 100 ml filtrat sampai kering dan pijarkan sampai bobot
tetap. Bobot residu tidak lebih dari 2 mg. [Catatan Jika
88,03 rU pada etiket kalsium glukonat tertera tidak untuk
0,005 C penggunaan pembuatan sediaan injeksi, tidak harus
134 ,00 rS memenuhi syarat ini.]
C adalah kadar natrium oksalat dalam μg per ml Larutan Senyawa mereduksi Tidak lebih dari 1,0%; masukkan
baku; 88,03 dan 134,00 berturut-turut adalah bobot 1,0 g zat ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml, larutkan
molekul oksalat dan natrium oksalat; rU dan rS berturut- dalam 20 ml air panas, dinginkan dan tambahkan 25 ml
turut adalah respons puncak oksalat dari Larutan uji dan tembaga(II) sitrat basa LP. Tutup, didihkan hati-hati
Larutan baku. [Catatan Jika pada etiket kalsium glukonat selama tepat 5 menit dan segera dinginkan hingga suhu
ruang. Tambahkan 25 ml asam asetat 0,6 N; 10,0 ml
- 590 -
larutan iodum 0,1 N dan 10 ml asam klorida 3 N, titrasi dan 300 mg indikator biru hidroksi naftol LP, lanjutkan
dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV, tambahkan 3 ml titrasi sampai titik akhirberwarna biru.
larutan kanji LP mendekati titk akhir. Lakukan
penetapan blangko. Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
setara dengan 21,52 mg C12H22CaO14
Tiap ml natrium tiosulfat 0,1 N
setara dengan 2,7 mg senyawa mereduksi (sebagai Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
dekstrosa)
Penandaan Etiket menunjukkan anhidrat atau
Besi Tidak lebih dari 5 bpj. monohidrat. Jika jumlah kalsium glukonat dinyatakan
Larutan baku Pipet terpisah 2, 4 dan 10 ml Larutan pada etiket dari sediaan yang mengandung kalsium
baku besi, seperti tertera pada Uji batas besi <331> ke glukonat, ini merupakan kalsium glukonat anhidrat
dalam labu tentukur100-ml yang berisi 1,37 g kalsium (C12H22CaO14). Kalsium glukonat yang ditujukan untuk
klorida P, yang sebelumnya telah diuji dan menunjukkan pembuatan sediaan injeksi harus dicantumkan dalam
kadar besi kurang dari 5 bpj. Encerkan dengan asam etiket. Kalsium glukonat yang tidak ditujukan untuk
klorida 2 N sampai tanda. Kadar besi larutan ini berturut- pembuatan sediaan injeksi harus dicantumkan dalam
turut 0,2; 0,4 dan 1,0 μg per ml. etiket dan dapat pula ditambahkan untuk pembuatan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1 g zat, sediaan oral.
masukkan ke dalam labu kuarsa 100-ml, tambahkan 20
ml asam nitrat 12 N dan panaskan sampai mendidih INJEKSI KALSIUM GLUKONAT
hingga terbentuk asap. Tambahkan 0,5 ml hidrogen Calcium Gluconate Injection
peroksida P 30% dan panaskan kembali hingga terbentuk
asap. Ulangi proses ini sampai volume lebih kurang 5 ml. Injeksi Kalsium Glukonat adalah larutan steril kalsium
Dinginkan, tambahkan 0,1 ml asam perklorat P dan glukonat dalam air untuk injeksi. Mengandung tidak
panaskan sampai mendidih. [Perhatian Tidak boleh kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari
dipanaskan di atas 190º atau diuapkan hingga kering jumlah kalsium yang tertera pada etiket. Kalsium tersebut
karena bahaya ledakan.] Masukkan larutan ke dalam berupa kalsium glukonat, kecuali sejumlah kecil dapat
labu tentukur 25-ml, encerkan dengan asam klorida 2 N digantikan dengan kalsium yang sama berupa kalsium
sampai tanda. sakarat, atau garam kalsium yang sesuai, untuk tujuan
Larutan blangko Gunakan 0,34 g kalsium klorida P yang stabilisasi. Dapat mengandung penambahan natrium
sebelumnya telah diuji dan menunjukkan kadar besi kurang hidroksida untuk pengaturan pH.
dari 5 bpj. Lakukan seperti tertera pada Larutan uji.
Baku pembanding Kalsium Glukonat BPFI; Lakukan
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º selama 4
secara bersamaan pada garis emisi besi 248,3 nm dengan jam sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup
spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada rapat. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191> penanganan vial dan isinya harus hati-hati untuk
dilengkapi dengan lampu “hollow” katoda besi dan nyala menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi,
asetilen– udara. Ukur serapan Larutan blangko dan gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
lakukan koreksi. Buat kurva yang menggambarkan belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
hubungan antara serapan Larutan baku terhadap kadar
besi dalam μg per ml dan tarik garis lurus yang sesuai Identifikasi
dengan 3 titik yang mendekati garis lurus. Dari kurva A. Encerkan sejumlah volume larutan injeksi dengan
yang diperoleh, tentukan kadar besi (C) dalam μg per ml air hingga kadar kalsium glukonat (1 dalam 100). Larutan
Larutan uji. Hitung kadar besi dalam bpj dalam zat yang menunjukkan reaksi uji B seperti tertera pada Identifikasi
digunakan dengan rumus: dalam Kalsium Glukonat.
B. Enceran larutan injeksi dengan air (1 dalam 5)
25C menunjukkan reaksi Kalsium seperti tertera pada Uji
Identifikasi Umum <291>.
[Catatan Jika pada etiket kalsium glukonat tertera tidak
untuk penggunaan pembuatan sediaan injeksi, tidak Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,17 unit
harus memenuhi syarat ini.] Endotoksin FI per mg kalsium glukonat.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 800 pH <1071> Antara 6,0 dan 8,2.
mg zat, larutkan dalam 150 ml air yang mengandung 2
ml asam klorida 3 N. Sambil diaduk, sebaiknya Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat untuk Injeksi
menggunakan pengaduk magnetik, tambahkan lebih Volume Kecil.
kurang 30 ml dinatrium edetat 0,05 M LV melalui buret
50 ml, kemudian tambahkan 15 ml natrium hidroksida 1 N Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
- 591 -
Penetapan kadar Ukur saksama sejumlah volume injeksi Karbonat Campur 2 g zat dengan 50 ml air, tambahkan
setara dengan lebih kurang 500 mg kalsium glukonat, asam klorida 3 N berlebih: hanya boleh terbentuk sedikit
tambahkan 2 ml asam klorida 3 N dan encerkan dengan gelembung udara.
air hingga 150 ml. Sambil diaduk, dengan pengaduk
magnetik, tambahkan lebih kurang 20 ml dinatrium edetat Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan
0,05 M LV melalui buret 50 ml. Tambahkan 15 ml natrium penetapan menggunakan larutan uji sebagai berikut:
hidroksida 1 N dan 300 mg hidroksi naftol biru P, titrasi Larutkan 2,0 g zat dalam 20 ml asam klorida 3 N, uapkan
hingga titik akhir berwarna biru. di atas tangas uap hingga kering. Larutkan residu dalam
20 ml air, saring. Encerkan filtrat dengan air hingga 40
Tiap ml dinatrium edetat 0,05M ml. Pada 20 ml larutan tambahkan 1 ml asam klorida 0,1
setara dengan 2,004 mg kalsium (Ca) N, encerkan dengan air hingga 25 ml.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal, Magnesium dan garam alkali Tidak lebih dari 4,8%;
sebaiknya dari kaca Tipe I. lakukan penetapan sebagai berikut: Larutkan 500 mg zat
dalam campuran 30 ml air dan 10 ml asam klorida 3 N,
Penandaan Pada etiket dicantumkan isi, jika ada lanjutkan penetapan seperti tertera pada Magnesium dan
penambahan garam kalsium lain, dihitung sebagai garam alkali dalam Kalsium Karbonat mulai dari
persentase kalsium di dalam injeksi. Etiket menyatakan “panaskan larutan dan didihkan selama 1 menit”: bobot
kadar osmolar total dalam milli Osmol per liter. Jika isi residu tidak lebih dari 12 mg.
kurang dari 100 ml, atau jika etiket menyatakan bahwa
sediaan bukan untuk injeksi langsung tapi harus Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1,5 g
diencerkan sebelum digunakan, etiket menyatakan kadar zat, masukkan ke dalam gelas piala, tambahkan 30 ml
osmolar total dalam milli Osmol per ml. Etiket asam klorida 3 N sedikit demi sedikit hingga larut
menyatakan bahwa injeksi harus jernih pada saat akan sempurna. Masukkan larutan ke dalam labu tentukur 500-
digunakan dan bila terjadi penghabluran, dapat ml, cuci gelas piala, tambahkan cairan cucian ke dalam
dihangatkan untuk melarutkan endapan. labu, encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 50 ml
larutan, ke dalam labu yang sesuai, tambahkan 100 ml air,
15 ml natrium hidroksida 1 N dan 300 mg biru
KALSIUM HIDROKSIDA hidroksinaftol P. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M
Calcium Hydroxide LV sampai titik akhir berwarna biru.
Kalsium Hidroksida mengandung tidak kurang dari 95,0 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
% dan tidak lebih dari 100,5 % Ca(OH)2.
Pemerian Serbuk putih; bersifat basa; rasa agak pahit. LARUTAN TOPIKAL KALSIUM HIDROKSIDA
Calcium Hydroxide Topical Solution
Kelarutan Sukar larut dalam air; larut dalam gliserin dan
sirop; sangat sukar larut dalam air mendidih; tidak larut Larutan Topikal Kalsium Hidroksida adalah larutan yang
dalam etanol. mengandung tidak kurang dari 140 mg Ca(OH)2 per 100
ml. Larutan topikal kalsium hidroksida dibuat dengan
Identifikasi cara menambahkan 3 g kalsium hidroksida P pada 1000
A. Campur sejumlah zat dengan air 3 - 4 kali bobot: ml air dingin, kocok kuat dan berulang kali selama 1 jam.
akan menjadi bubur halus. Beningan yang jernih bereaksi Biarkan kelebihan kalsium hidroksida mengendap.
basa terhadap kertas lakmus P. Gunakan beningan.
B. Campur 1 g zat dengan 20 ml air, tambahkan asam [Catatan Kelarutan kalsium hidroksida bervariasi
asetat 6 N secukupnya hingga larut, menunjukkan reaksi tergantung suhu larutan disimpan, lebih kurang 170
Kalsium cara A dan B seperti tertera pada Uji Identifikasi mg per 100 ml pada suhu 15° dan berkurang pada suhu
Umum <291>. yang lebih tinggi. Kadar ditetapkan pada suhu 25°.]
Bagian yang tidak larut tidak dapat digunakan lagi untuk
Zat tidak larut asam Tidak lebih dari 0,5 %; lakukan membuat larutan topikal kalsium hidroksida.
penetapan dengan melarutkan 2,0 g zat dalam 30 ml asam
klorida 4 N, panaskan sampai mendidih, saring. Cuci Identifikasi
residu dengan air panas dan pijarkan: bobot tidak lebih A. Menyerap karbon dioksida dari udara: terbentuk
dari 10 mg. lapisan kalsium karbonat pada permukaan cairan.
B. Jika dipanaskan menjadi keruh, karena terjadi
pemisahan kalsium hidroksida.
- 592 -
C. Menunjukkan reaksi Kalsium cara A dan B seperti Larutan dapar, Larutan baku dan Sistem elektroda
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Lakukan seperti tertera pada uji Fluorida dalam Kalsium
Fosfat Dibasa Anhidrat.
Alkali dan garam karbonat Jenuhkan sejumlah larutan Garis respons baku Lakukan seperti tertera pada uji
dengan karbon dioksida dan didihkan: larutan bereaksi Fluorida dalam Kalsium Fosfat Dibasa Anhidrat,
netral. gunakan 4,0 ml asam klorida P sebagai pengganti 2,0 ml
asam klorida P.
Penetapan kadar Pipet 100 ml larutan ke dalam labu Prosedur Lakukan seperti tertera pada uji Fluorida
Erlenmeyer yang sesuai, tambahkan 50 ml air, 15 ml dalam Kalsium Fosfat Dibasa Anhidrat, gunakan 4,0 ml
natrium hidroksida 1 N dan 300 mg biru hidroksi naftol P asam klorida P.
dan titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M LV hingga
titik akhir berwarna biru. Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan
penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat sebagai
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M berikut: Larutkan sedikit demi sedikit 1,0 g zat dalam 15
setara dengan 3,705 Ca(OH)2 ml asam klorida P dan encerkan dengan air hingga 55 ml.
Larutan memenuhi Uji Batas Arsen, tanpa penambahan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, 20 ml asam sulfat 7 N, seperti tertera pada Prosedur.
terisi penuh pada suhu tidak lebih dari 25º.
Barium Celupkan kawat platina ke dalam filtrat yang
diperoleh dari uji Senyawa tidak larut asam, bakar: nyala
KALSIUM KARBONAT tidak berwarna hijau.
Calcium Carbonate
Timbal <401> Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan penetapan
Kalsium karbonat (1:1) [471-34-1] menggunakan larutan uji yang dibuat sebagai berikut:
CaCO3 BM 100,09 Campur 1,0 g zat dengan 5 ml air, tambahkan sedikit
demi sedikit 8 ml asam klorida 3 N, uapkan di atas tangas
Kalsium Karbonat yang telah dikeringkan pada suhu 200° uap hingga kering, larutkan residu dalam 5 ml air.
selama 4 jam mengandung kalsium setara tidak kurang
dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% CaCO3. Besi Tidak lebih dari 0,1%; lakukan penetapan sebagai
berikut: Buat Larutan uji dengan melarutkan 40 mg zat
Pemerian Serbuk halus mikro hablur, putih; tidak dalam 5 ml asam klorida 2 N, masukkan ke dalam gelas
berbau; tidak berasa; stabil di udara. piala dan encerkan dengan air hingga 10 ml. Buat
Larutan baku menggunakan 4,0 ml Larutan baku besi
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; kelarutan dalam seperti tertera pada Uji batas besi <331> dalam gelas
air meningkat dengan adanya sedikit garam amonium piala dan encerkan dengan air hingga 10 ml. Pada
atau karbon dioksida; adanya alkali hidroksida masing-masing gelas piala tambahkan 2 ml larutan asam
menurunkan kelarutan; tidak larut dalam etanol; larut sitrat P (1 dalam 5) dan 2 tetes asam tioglikolat P, atur
dalam asam asetat 1 N, asam klorida 3 N dan asam nitrat pH hingga 9,5 ± 0,1 dengan penambahan amonia LP,
2 N dengan membentuk gelembung gas. encerkan dengan air hingga 20 ml, campur, diamkan
selama 5 menit. Encerkan dengan air hingga 50 ml. Ukur
Identifikasi Pada sejumlah zat tambahkan asam asetat P serapan Larutan uji dan Larutan baku pada panjang
terbentuk gelembung gas, setelah dididihkan larutan gelombang serapan maksimum lebih kurang 530 nm
menunjukkan reaksi Kalsium cara A, B seperti tertera menggunakan air sebagai blangko: serapan Larutan uji
pada Uji Identifikasi Umum <291>. tidak lebih dari Larutan baku.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%; Raksa <381> Metode IIa Tidak lebih dari 0,5 bpj; lakukan
lakukan pengeringan pada suhu 200° selama 4 jam. penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai
berikut: Pindahkan 4,0 g zat ke dalam gelas piala 100 ml,
Senyawa tidak larut asam Tidak lebih dari 0,2%; larutkan hati-hati dalam 14 ml asam klorida 6 N. Gunakan
lakukan penetapan sebagai berikut: Campur 5,0 g zat 3 ml asam klorida 6 N sebagai pengganti 3 ml asam sulfat
dengan 10 ml air, tambahkan asam klorida P tetes demi P pada pembuatan Larutan baku dan Larutan uji.
tetes sambil dikocok, sampai tidak terbentuk gelembung
gas, kemudian tambahkan air sampai 200 ml dan saring. Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan
Cuci residu dengan air hingga air cucian terakhir tidak penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai
mengandung klorida dan pijarkan. Bobot residu tidak berikut: Campur 1,0 g zat dalam 5 ml air, tambahkan
lebih dari 10 mg. sedikit demi sedikit 8 ml asam klorida 3 N dan uapkan di
atas tangas uap hingga kering. Larutkan residu dalam 20
Fluorida Tidak lebih dari 0,005% [Catatan Siapkan dan ml air, saring dan tambahkan air pada filtrat hingga 25 ml.
simpan semua larutan dalam wadah plastik.]
- 593 -
Magnesium dan garam alkali Tidak lebih dari 1,0%; Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
lakukan penetapan sebagai berikut: Campur 1,0 g zat penetapan dengan melarutkan 2,0 g zat dalam 25 ml air.
dengan 35 ml air, tambahkan hati-hati 3 ml asam klorida
P, panaskan larutan dan didihkan selama 1 menit. Segera Besi, aluminium dan fosfat Pada larutan zat (1 dalam
tambahkan 40 ml asam oksalat LP dan aduk kuat sampai 20) tambahkan 2 tetes asam klorida 3 N dan 1 tetes
terbentuk endapan. Segera tambahkan pada campuran fenolftalein LP. Tambahkan tetes demi tetes amonium
hangat 2 tetes larutan merah metil LP dan tetes demi tetes klorida-amonium hidroksida LP sampai larutan berwarna
amonium hidroksida 6 N sampai campuran tepat basa, merah muda pucat, tambahkan 2 tetes berlebih dan
dinginkan hingga suhu ruang. Masukkan ke dalam gelas panaskan sampai mendidih: tidak terbentuk kekeruhan
ukur, encerkan dengan air hingga 100 ml dan diamkan atau endapan.
selama 4 jam atau semalam. Saring, masukkan 50 ml Magnesium dan garam alkali Tidak lebih dari 1,0%;
filtrat ke dalam cawan platina, tambahkan 0,5 ml asam Larutkan 1 g zat dalam 50 ml air, tambahkan 500 mg
sulfat P, uapkan di atas tangas uap sampai hampir kering. amonium klorida P, lanjutkan penetapan menurut uji
Panaskan perlahan-lahan di atas api bebas sampai kering, Magnesium dan garam alkali seperti tertera pada Kalsium
lanjutkan pemanasan sampai garam-garam amonium Karbonat mulai dari ”panaskan larutan dan didihkan
terurai dan menguap. Pijarkan residu sampai bobot tetap. selama 1 menit”: bobot residu tidak lebih dari 5 mg.
Bobot residu tidak lebih dari 5 mg.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g zat,
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 200 masukkan ke dalam gelas piala 250 ml, larutkan dalam
mg zat yang telah dikeringkan pada suhu 200° selama 4 campuran air-asam klorida 3 N (100:5). Pindahkan
jam. Masukkan ke dalam gelas piala 250 ml, basahkan larutan ke dalam labu tentukur 250-ml, encerkan dengan
dengan beberapa ml air, tambahkan tetes demi tetes asam air sampai tanda. Pipet 50 ml larutan ke dalam labu
klorida 3 N secukupnya hingga larut sempurna. Erlenmeyer, tambahkan 100 ml air, 15 ml natrium
Tambahkan 100 ml air, 15 ml natrium hidroksida 1 N dan hidroksida 1 N dan 300 mg indikator biru hidroksinaftol
300 mg biru hidroksinaftol P. Titrasi dengan dinatrium LP. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M LV sampai
edetat 0,05 M LV sampai titik akhir berwarna biru. titik akhir berwarna biru tua.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Pemerian Granul atau serpihan putih; keras; tidak berbau. Baku pembanding Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air mendidih; menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi seluruh isi,
mudah larut dalam air, etanol, dan etanol mendidih. gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Identifikasi Larutan (1 dalam 10) menunjukkan reaksi
Kalsium cara A, B dan reaksi Klorida cara A, B dan C Identifikasi Menunjukkan reaksi Kalsium cara A, B dan
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Klorida cara A, B, C seperti tertera pada Uji Identifikasi
Umum <291>.
pH <1071> Antara 4,5 dan 9,2; lakukan penetapan
menggunakan larutan zat (1 dalam 20). Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,2 unit
Endotoksin FI per mg kalsium klorida.
Aluminium <291> [Catatan Jika pada etiket tertera
untuk pemakaian hemodialisis.] Tidak lebih dari 1 bpj; pH <1071> Antara 5,5 dan 7,5; lakukan penetapan
lakukan penetapan menggunakan 2,0 g zat. menggunakan injeksi yang tidak diencerkan, kecuali jika
- 594 -
kadar lebih besar dari 1 dalam 20, gunakan larutan injeksi Identifikasi
yang diencerkan dengan air hingga kadar 1 dalam 20. A. Larutan (1 dalam 20) menunjukkan reaksi Kalsium
cara A dan B seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti tertera <291>.
pada Injeksi volume kecil. B. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Penetapan kadar Ukur saksama sejumlah volume injeksi gelombang yang sama seperti pada Kalsium Laktat BPFI.
setara dengan lebih kurang 1 g kalsium klorida, Keasaman Tidak lebih dari 0,45 % (sebagai asam laktat).
masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, tambahkan 5 Titrasi 20 ml larutan (1 dalam 20) dengan natrium
ml asam klorida 3 N, encerkan dengan air sampai tanda. hidroksida 0,1 N LV menggunakan indikator fenolftalein
Pipet 50 ml larutan ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan LP: untuk menetralkan diperlukan tidak lebih dari 0,50
100 ml air, 15,0 ml natrium hidroksida 1 N dan 300 mg ml natrium hidroksida 0,1 N.
indikator biru hidroksinaftol LP dan titrasi dengan
dinatrium edetat 0,05 M LV sampai titik akhir berwarna Susut pengeringan <1121> Pentahidrat antara 22,0%
biru tua. dan 27,0%; trihidrat antara 15,0% dan 20,0%; monohidrat
antara 5,0% dan 8,0% dan bentuk anhidrat tidak lebih dari
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M 3,0%. Lakukan pengeringan menggunakan 1 - 2 g zat
setara dengan 7,351 mg CaCl2.2H2O dengan ketebalan tidak lebih dari 3 mm, panaskan pada
suhu 120° selama 4 jam.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal,
sebaiknya dari kaca Tipe I. Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan
penetapan menggunakan 1 g zat yang dilarutkan dalam
Penandaan Pada etiket dicantumkan kadar osmolar total 2,5 ml asam asetat 1 N dan encerkan dengan air hingga
dalam mOsmol per liter. Jika volume kurang dari 100 ml, 25 ml.
atau tertera tidak untuk injeksi langsung tetapi harus
diencerkan terlebih dahulu, pada etiket dicantumkan Magnesium dan garam alkali Tidak lebih dari 1,0%.
kadar osmolar total dalam mOsmol per ml. Campur 1,0 g zat dalam 40 ml air, tambahkan 1 ml asam
klorida P sedikit demi sedikit dan didihkan. Lakukan
seperti tertera pada uji Magnesium dan garam alkali
KALSIUM LAKTAT dalam Kalsium Karbonat, mulai dari “Segera tambahkan
Calcium Lactate 40 ml asam oksalat LP”: bobot residu tidak lebih dari 5,0
mg.
O
H3C
H
C C O- Ca2+ . xH2O Asam lemak mudah menguap Aduk lebih kurang 500
mg zat dengan 1 ml asam sulfat P, hangatkan: campuran
OH tidak mengeluarkan bau uap asam lemak.
2
Kalsium laktat (1:2) hidrat Penetapan kadar Timbang saksama sejumlah zat setara
Pentahidrat [63690-56-2] BM 308,30 dengan lebih kurang 350 mg C6H10CaO6, masukkan ke
Anhidrat [814-80-2] BM 218,22 dalam labu Erlenmeyer dan larutkan dalam campuran air-
C6H10CaO6.xH2O asam klorida 3 N (150:2). Sambil diaduk, sebaiknya
menggunakan pengaduk magnetik, tambahkan lebih
Kalsium Laktat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan kurang 30,0 ml dinatrium edetat 0,05 M LV melalui buret
tidak lebih dari 101,0% C6H10CaO6, dihitung terhadap zat 50 ml, tambahkan 15 ml natrium hidroksida 1 N dan 300
yang telah dikeringkan. mg indikator biru hidroksinaftol P dan lanjutkan titrasi
sampai titik akhir berwarna biru.
Pemerian Serbuk atau granul, putih; praktis tidak berbau;
bentuk pentahidrat sedikit mekar pada suhu 120° menjadi Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
bentuk anhidrat. setara dengan 10,91 mg C6H10CaO6
Kelarutan Kalsium laktat pentahidrat larut dalam air; Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
praktis tidak larut dalam etanol.
Penandaan Pada etiket harus dicantumkan bentuk kering
Baku pembanding Kalsium Laktat BPFI. atau hidrat; jika bentuk hidrat, harus dicantumkan derajat
hidrasinya. Jika pada etiket sediaan tertera mengandung
kalsium laktat, diartikan sebagai kalsium laktat
pentahidrat C6H10CaO6.5H2O.
- 595 -
Tablet Kalsium Laktat mengandung kalsium laktat, Kalsium Pantotenat adalah garam kalsium isomer asam
C6H10CaO6.5H2O tidak kurang dari 94,0% dan tidak lebih pantotenat yang memutar bidang polarisasi ke kanan.
dari 106,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Kalsium pantotenat mengandung tidak kurang dari 5,7%
[Catatan Kalsium laktat dengan air hidrat yang lebih dan tidak lebih dari 6,0% nitrogen (N) dan mengandung
kecil dapat digunakan untuk menggantikan tidak kurang dari 8,2% dan tidak lebih dari 8,6% kalsium
C6H10CaO6.5H2O dalam pembuatan tablet dengan jumlah (Ca), keduanya dihitung terhadap zat yang telah
kalsium laktat yang setara.] dikeringkan.
Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak kurang Kebasaan Larutkan 1,0 g zat dalam 15 ml air bebas
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet karbondioksida P dalam labu kecil. Segera setelah
setara dengan lebih kurang 350 mg C6H10CaO6.5H2O, melarut sempurna, tambahkan 1,0 ml asam klorida 0,10
masukkan ke dalam labu Erlenmeyer, tambahkan 150 ml N dan 0,05 ml fenolftalein LP, campur: tidak terjadi
air dan 2 ml asam klorida 3 N, aduk menggunakan warna merah muda dalam waktu 5 detik.
pengaduk magnetik selama 3 sampai 5 menit. Sambil
diaduk, tambahkan lebih kurang 20,0 ml dinatrium edetat Rotasi jenis <1081> Antara +25,0° dan +27,5°; lakukan
0,05 M LV melalui buret 50 ml, tambahkan 15 ml natrium penetapan menggunakan larutan 50 mg per ml.
hidroksida 1 N dan 300 mg indikator biru hidroksinaftol
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0 %;
P dan lanjutkan titrasi sampai titik akhir berwarna biru.
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam.
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan
setara dengan 15,42 mg C6H10CaO6.5H2O penetapan menggunakan larutan 1,0 g zat dalam 25 ml
air.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Cemaran umum <481> Tidak lebih dari 1,0%.
Penandaan Jumlah kalsium laktat yang dicantumkan Larutan uji Gunakan pelarut air.
dalam etiket adalah kalsium laktat pentahidrat. Larutan baku Gunakan pelarut air. Gunakan Beta
Alanin BPFI sebagai pengganti baku Kalsium Pantotenat
BPFI.
KALSIUM PANTOTENAT Fase gerak Buat campuran etanol P-air (65:35).
Calcium Panthotenate Penampak bercak Gunakan teknik penampak bercak
nomor 4.
Kadar kalsium Timbang saksama lebih kurang 800 mg trietanolamin P, 300 mg biru hidroksinaftol P dan dari
zat, larutkan dalam 150 ml air yang mengandung 2 ml buret 50 ml lebih kurang 30 ml dinatrium edetat 0,05 M
asam klorida 3 N. Tambahkan 15 ml natrium hidroksida 1 LV. Tambahkan larutan natrium hidroksida P (45 dalam
N dan 300 mg indikator biru hidroksinaftol P. Titrasi 100) sampai warna merah berubah menjadi biru jelas,
dengan dinatrium edetat 0,05 M LV sampai titik akhir kemudian lanjutkan penambahan tetes demi tetes sampai
berwarna biru. warna berubah menjadi ungu, kemudian tambahkan 0,5
ml lagi sampai pH larutan antara 12,3 dan 12,5.
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M Lanjutkan titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M LV
setara dengan 2,004 mg Ca sampai titik akhir berwarna biru terang yang mantap
selama tidak kurang dari 60 detik.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
setara dengan 6,807 mg CaSO4
KALSIUM SULFAT
Calcium Sulfate Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Kelarutan Sukar larut dalam air; larut dalam asam Kamfer adalah suatu keton yang diperoleh dari
klorida 3 N. Cinnamomum Camphora (Linne) Nees et Ebermaier
(Fam Lauraceae) (kamfer alam) atau dibuat secara
Identifikasi Larutkan lebih kurang 200 mg zat dengan sintetik (kamfer sintetik).
penghangatan dalam campuran 4 ml asam klorida 3 N
Pemerian Hablur, granul atau masa hablur; putih, atau
dan 16 ml air. Larutan ini menunjukkan reaksi Kalsium
tidak berwarna; jernih; bau khas tajam; rasa pedas dan
cara A, B dan Sulfat cara A, B, C seperti tertera pada Uji
aromatik; menguap perlahan-lahan pada suhu ruang:
Identifikasi Umum <291>.
Bobot jenis lebih kurang 0,99.
Susut pengeringan <1121> Bentuk anhidrat: tidak lebih
Kelarutan Sukar larut dalam air; sangat mudah larut
dari 1,5 % dan bentuk dihidrat: antara 19,0 % dan 23,0
dalam etanol, kloroform dan eter; mudah larut dalam
%; lakukan pengeringan pada suhu tidak lebih rendah
karbon disulfida, heksan, minyak lemak dan minyak
dari 250º hingga bobot tetap.
menguap.
Besi <331> Tidak lebih dari 0,01 %; lakukan penetapan
Jarak lebur <1021> Antara 174 O dan 179 O.
menggunakan 100 mg zat dalam 8 ml asam klorida 3 N
dan encerkan dengan air hingga 47 ml.
Rotasi jenis <1081> Antara +41O dan +43O untuk
kamfer alam; lakukan penetapan menggunakan larutan 1
Logam berat <371>Metode I Tidak lebih dari 10 bpj;
g dalam 10 ml etanol P. Kamfer sintetik adalah bentuk
lakukan penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat
rasemik, tidak optik aktif.
sebagai berikut: campur 2,0 g zat dengan 20 ml air,
tambahkan 25 ml asam klorida 3 N dan didihkan sampai
Air Larutan dalam heksan P (1 dalam 10) harus jernih.
larut. Dinginkan dan tambahkan amonium hidroksida P
sampai pH 7. Saring, uapkan sampai volume lebih
Sisa senyawa tidak mudah menguap Tidak lebih dari
kurang 25 ml dan saring kembali jika perlu, hingga
0,05 %; panaskan 2,0 g zat dalam cawan yang telah
diperoleh larutan jernih.
ditara di atas tangap uap hingga tersublimasi sempurna.
Keringkan residu pada suhu 120º selama 3 jam, dinginkan
Penetapan kadar Timbang saksama, lebih kurang 300
dan timbang: bobot tidak lebih dari 1,0 mg.
mg zat, larutkan dalam 100 ml air dan 4 ml asam klorida
3 N. Jika perlu didihkan untuk melarutkan dan dinginkan
Halogen Tidak lebih dari 0,035%; campur 100 mg zat
sebelum titrasi. Sambil diaduk, sebaiknya dengan
yang telah dihaluskan dengan 200 mg natrium peroksida
pengaduk magnetik, tambahkan secara berurutan: 0,5 ml
- 597 -
P dalam tabung reaksi kaca keras bersih, kering, B. Menunjukkan reaksi Sulfat cara A, B dan C seperti
diameter dalam lebih kurang 25 mm dan panjang 20 cm. tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Gantung tabung dengan sudut lebih kurang 45º dengan C. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
menjepit tabung pada ujung atas dan panaskan tabung uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
perlahan-lahan, mulai dekat ujung atas sampai bagian pada Penetapan kadar.
bawah hingga pembakaran sempurna. Larutkan residu
dalam 25 ml air hangat, asamkan dengan asam nitrat P Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
dan saring ke dalam tabung lain. Cuci tabung reaksi dan
penyaring dua kali, tiap kali dengan 10 ml air panas. pH <1071> Antara 6,5 dan 8,5; lakukan penetapan
Tambahkan hasil cucian ke dalam filtrat. Pada filtrat menggunakan larutan zat (1 dalam 100).
tambahkan 0,50 ml perak nitrat 0,10 N, encerkan dengan
air hingga 50 ml: larutan yang diperoleh tidak lebih keruh Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 4,0%;
dari blangko yang dibuat dengan jumlah pereaksi yang lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler pada
sama ditambah 0,050 ml asam klorida 0,020 N. tekanan tidak lebih dari 5 mmHg dan suhu 60º selama 3
jam menggunakan lebih kurang 100 mg zat yang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, ditimbang saksama.
hindarkan dari panas berlebihan.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%; sisa
pengarangan dibasahkan dengan 2 ml asam nitrat P dan 5
KANAMISIN SULFAT tetes asam sulfat P.
Kanamycin Sulfate
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan
cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Larutan kalium fosfat monobasa P (7,5
dalam 100), jenuhkan selama 90 menit.
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm yang
sebelumnya telah diaktifkan dengan memanaskan pada
suhu 110º selama 1 jam yang segera didinginkan
sebelum digunakan.
Kanamisin Sulfat (1:1) (garam) [133-92-6; 25389-94-0] Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji,
C18H36N4O11.H2SO4 BM 582,58 larutkan dalam air hingga kadar 30 mg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kanamisin
Kanamisin Sulfat mempunyai potensi setara dengan tidak Sulfat BPFI, larutkan dalam air hingga kadar 30 mg per ml.
kurang dari 750 µg kanamisin, C18H36N4O11 per mg, Enceran Larutan baku Encerkan sejumlah Larutan
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. baku dengan air hingga kadar 0,90 mg per ml.
Penampak bercak Larutan ninhidrin P dalam butanol P
Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau. (1 dalam 100).
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 1 µl
Kelarutan Mudah larut dalam air; tidak larut dalam Larutan uji, Larutan baku dan Enceran larutan baku
aseton, etil asetat dan benzen. pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke
dalam bejana kromatografi yang berisi Fase gerak dan
Baku pembanding Amikasin BPFI; tidak boleh biarkan merambat lebih kurang tiga per empat tinggi
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, di lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan
tempat sejuk dan terlindung cahaya. Endotoksin BPFI; biarkan kering. Semprot lempeng dengan Penampak
[Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isinya bercak, keringkan lempeng pada suhu 110º selama 10
harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi.] menit: harga RF bercak utama Larutan uji sesuai dengan
Rekonstitusi seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu 14 harga RF bercak utama Larutan baku dan jika terdapat
hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam bercak lain selain bercak utama pada Larutan uji tidak
lemari pendingin. Kanamisin Sulfat BPFI; tidak boleh lebih intensif dari bercak utama Enceran larutan baku.
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, di
tempat sejuk dan terlindung cahaya. Syarat lain Jika etiket menyatakan bahwa kanamisin
sulfat steril, maka harus memenuhi persyaratan Sterilitas
Identifikasi dan Endotoksin Bakteri seperti tertera pada Injeksi
A. Larutkan lebih kurang 10 mg zat dalam 1 ml air, Kanamisin. Jika etiket menyatakan bahwa kanamisin
tambahkan 1 ml larutan ninhidrin P (1 dalam 500) dalam sulfat harus dilakukan proses lebih lanjut untuk
n-butanol P dan 0,5 ml piridin P. Panaskan di atas tangas pembuatan sediaan injeksi, maka harus memenuhi
uap selama 5 menit dan tambahkan 10 ml air: terjadi persyaratan Endotoksin Bakteri pada Injeksi Kanamisin.
warna lembayung tua.
- 598 -
CP rU
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 5000
Kromatografi <931>. W rS
Fase gerak Buat larutan natrium hidroksida 0,115 N, C adalah kadar Kanamisin Sulfat BPFI dalam mg per ml
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian Larutan baku; P adalah kadar kanamisin dalam
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kanamisin Sulfat BPFI, dalam µg per mg; W adalah
Kromatografi <931>. bobot dalam mg zat yang digunakan untuk membuat
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah Amikasin Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons
BPFI dan Kanamisin Sulfat BPFI, larutkan dalam air puncak kanamisin dari Larutan uji dan Larutan baku.
hingga kadar masing-masing berturut-turut lebih kurang
0,02 dan 0,008 mg per ml. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kanamisin
Sulfat BPFI, larutkan dalam air hingga kadar lebih kurang Penandaan Jika ditujukan untuk pembuatan sediaan
0,008 mg per ml. injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril atau harus
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 40 mg zat, dilakukan proses lebih lanjut selama pembuatan sediaan
masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, larutkan dan injeksi.
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ke
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai
tanda.
INJEKSI KANAMISIN SULFAT
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Kanamycin Sulfate Injection
dilengkapi dengan detektor elektrokimia, elektroda emas,
elektroda pembanding perak-perak klorida, kolom Injeksi Kanamisin mengandung kanamisin sulfat setara
pelindung yang berisi bahan pengisi L47 dan kolom dengan kanamisin, C18H36N4O11, tidak kurang dari 90,0%
analitik 4 mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L47. dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera pada
Detektor elektrokimia digunakan dalam mode etiket. Mengandung pengawet dan dapar yang sesuai.
amperometrik terpadu dengan rentang 300 nC dan
keluaran 1 V skala penuh. Potensial diprogram sebagai Baku pembanding Amikasin BPFI; tidak boleh
berikut: dikeringkan.Simpan dalam wadah tertutup rapat, di
tempat sejuk dan terlindung dari cahaya. Endotoksin
Waktu (detik) Potensial (V) Integrasi BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan
0,00 +0,04 isinya harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi.]
0,30 +0,04 mulai Rekonstitusi seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu 14
0,50 +0,04 akhir hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan
0,51 +0,80 rekonstitusi dalam lemari pendingin. Kanamisin Sulfat
0,70 +0,80 BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah
0,71 -0,80 tertutup rapat, di tempat sejuk dan terlindung cahaya.
0,90 -0,80
Identifikasi
Laju alir lebih kurang 0,5 ml per menit. Lakukan A. Encerkan sejumlah volume injeksi dengan air
kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml. Larutan ini
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera memenuhi Identifikasi seperti tertera pada Kapsul
pada Prosedur: waktu retensi relatif kanamisin dan Kanamisin Sulfat.
amikasin berturut-turut lebih kurang 1,0 dan 1,3; resolusi, B.Waktu retensi puncak utama pada kromatogram
R, antara kanamisin dan amikasin tidak kurang dari 3. Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam diperoleh pada Penetapan kadar.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2 dan Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,67 unit
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Endotoksin FI per mg kanamisin.
lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji dengan cara penyaringan membran.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam µg pH <1071> Antara 3,5 dan 5,0.
kanamisin, C18H36N4O11, dalam tiap mg zat yang
digunakan dengan rumus: Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti tertera
pada Injeksi volume kecil.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Penampak bercak Larutan ninhidrin P dalam butanol P
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang diperoleh (1 dalam 100).
pada Kromatografi <931>. Prosedur Totolkan masing-masing 10 µl Larutan baku
Fase gerak, Larutan resolusi, Larutan baku dan Sistem dan Larutan uji pada lempeng kromatografi. Masukkan
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah
kadar dalam Kanamisin Sulfat. dijenuhkan selama 18 jam dengan Fase gerak dan biarkan
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi, merambat lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng.
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Angkat lempeng, biarkan kering di udara dan semprot
air, hingga kadar kanamisin lebih kurang 0,006 mg per ml. lempeng dengan Penampak bercak. Keringkan lempeng
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan pada suhu 110° selama 10 menit: harga RF bercak utama
kadar dalam Kanamisin Sulfat. Hitung jumlah dalam mg yang diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan yang
kanamisin, C18H36N4O11, dalam injeksi yang digunakan diperoleh dari Larutan baku.
dengan rumus: B.Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
L CP rU
pada Penetapan kadar.
D 1000 rS Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 4,0%;
lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler,
L adalah jumlah dalam mg kanamisin tiap ml injeksi yang dalam hampa udara pada suhu 60º selama 3 jam
tertera pada etiket; D adalah kadar kanamisin dalam mg menggunakan lebih kurang 100 mg zat.
per ml Larutan uji, berdasarkan jumlah per ml seperti
tertera pada etiket dan jumlah pengenceran; C adalah Disolusi <1231> Prosedur untuk gabungan sampel
kadar Kanamisin Sulfat BPFI dalam mg per ml Larutan Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,01 N.
baku; P adalah kadar kanamisin dalam µg per mg Alat tipe 1: 100 rpm.
Kanamisin Sulfat BPFI; rU dan rS berturut-turut adalah Waktu: 45 menit.
respons puncak kanamisin dari Larutan uji dan Larutan Prosedur Lakukan penetapan jumlah C18H36N4O11,
baku. yang terlarut dengan cara seperti tertera pada Penetapan
kadar.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I atau Tipe III. kurang dari 75% (Q) C18H36N4O11, dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Arsen <321>Metode III Tidak lebih dari 2 bpj; lakukan Pemerian Bulu seperti benang halus, warna putih; di
penetapan dengan mendispersikan 500 mg zat dalam 25 bawah mikroskop nampak sebagai benang berongga,
ml air. terpilin, bergaris dan ujungnya agak menebal; praktis
tidak berbau dan tidak berasa.
Logam berat <371>Metode II Tidak lebih dari 20 bpj;
lakukan penetapan menggunakan 12 ml larutan yang Kelarutan Tidak larut dalam pelarut umum; larut dalam
dibuat sebagai berikut: Refluks 6,0 g zat dalam 70 ml air tembaga(II) oksida amonia.
dan 10 ml asam klorida P di atas tangas air selama 15
menit dan saring. Pada 40 ml filtrat tambahkan 0,5 ml Keasaman-kebasaan Jenuhkan lebih kurang 10 g dengan
asam nitrat P dan uapkan hingga hampir kering. 100 ml air bebas karbondioksida P, tekan dengan batang
Tambahkan 20 ml air, 2 g amonium klorida P dan 2 g kaca, masukkan cairan yang diperoleh ke dalam dua
amonium tiosianat P. Ekstraksi dua kali, tiap kali dengan cawan porselen putih masing-masing 25 ml. Ke dalam 1
10 ml campuran amilalkohol P-eter P volume sama. Pada cawan tambahkan 3 tetes fenolftalein LP dan ke dalam
lapisan air tambahkan 2 g asam sitrat P dan encerkan cawan lain tambahkan 1 tetes jingga metil LP: kedua
dengan air hingga 60 ml. Gunakan Larutan baku timbal cairan tidak berwarna merah muda.
(1 bpj) sebagai pembanding.
- 601 -
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,20%; lakukan Wadah dan penyimpanan Kemas dalam bentuk
penetapan menggunakan lebih kurang 5,0 g zat. gulungan tidak lebih dari 500 g zat dengan putaran
Masukkan ke dalam cawan porselen atau cawan platina berkesinambungan, dilapisi kertas tipis di bawah seluruh
dan basahi dengan asam sulfat 2 N. Panaskan hati-hati gulungan, lebar kertas cukup untuk dilipat menutupi tepi
hingga menjadi arang. Pijarkan hingga terjadi gulungan dengan jarak 25 mm, digulung erat dan merata
pengarangan sempurna. dan dimasukkan ke dalam wadah tertutup baik dan
disegel. Dapat dikemas dalam wadah jenis lain yang
Zat larut dalam air Tidak lebih dari 0,35%; lakukan menjamin sterilitas produk.
penetapan sebagai berikut: Timbang saksama 10 g zat,
masukkan ke dalam gelas piala berisi 1000 ml air dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
didihkan perlahan-lahan selama 30 menit, tambahkan air
untuk mempertahankan volume. Tuang air melalui
corong ke dalam wadah lain dan tekan kapas dengan KAPTOPRIL
batang pengaduk kaca untuk menghilangkan air, cuci Captopril
kapas dalam corong dua kali, tiap kali dengan 250 ml air
mendidih, setiap kali pencucian kapas ditekan. Saring
kumpulan ekstrak dan air cucian, cuci penyaring dengan
air panas.Uapkan kumpulan ekstrak dan air cucian hingga
volume kecil, masukkan ke dalam cawan porselen atau
platina yang telah ditara, uapkan hingga kering dan
1-[(2S)-3-Merkapto-2-metilpropionil]-L-prolina [62571-
keringkan pada suhu 105º hingga bobot tetap.
86-2]
C9H15NO3S BM 217,28
Lemak Tidak lebih dari 0,7%; lakukan penetapan sebagai
berikut: Masukkan 10 g ± 0,01 g ke dalam alat Soxhlet
Kaptopril mengandung tidak kurang dari 97,5 % dan
dengan labu penampung yang sudah ditara dan ekstraksi tidak lebih dari 102,0 % C9H15NO3S, dihitung terhadap
dengan eter P selama 5 jam dengan kecepatan sedemikian zat yang telah dikeringkan.
hingga aliran eter tidak kurang dari 4 sirkulasi tiap jam.
Larutan eter dalam labu tidak menunjukkan sesepora Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih; bau
berwarna biru, hijau atau coklat. Uapkan ekstrak sampai khas seperti sulfida. Melebur pada suhu 104º - 110º.
kering dan keringkan pada suhu 105° selama 1 jam.
Kelarutan Mudah larut dalam air, metanol, etanol, dan
Zat warna Masukkan lebih kurang 10 g zat ke dalam kloroform.
perkolator sempit dan ekstraksi perlahan-lahan dengan
etanol P sampai diperoleh 50 ml perkolat: amati dari atas Baku pembanding Kaptopril BPFI; tidak boleh
cairan setinggi 20 cm dalam tabung pembanding: perkolat dikeringkan sebelum digunakan. Garam dari Asam 3-
boleh berwarna kekuningan, tetapi tidak boleh berwarna merkapto-2-metilpropanoat dan 1,2-Difeniletilamin
biru atau hijau. BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
Bahan asing lain Bahan yang digunakan untuk Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
penetapan Panjang Serat <951>, Tidak boleh didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
mengandung noda minyak atau partikel logam. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Kaptopril BPFI.
Panjang serat <951> dan Daya serap <1221>
Keluarkan kapas dari kemasan dan kondisikan selama Rotasi jenis <1081> Tidak kurang dari -125ºdan tidak
tidak kurang dari 4 jam dalam atmosfir baku dengan lebih dari-134º, dihitung terhadap zat yang telah
kelembaban relatif 65% ± 2% pada suhu 21° ± 1,1° dikeringkan, lakukan penetapan menggunakan larutan
sebelum penetapan. dalam etanol mutlak P yang mengandung 10 mg per ml.
Panjang serat Tetapkan panjang serat kapas murni
seperti tertera pada Panjang Serat <951>. Tidak kurang Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0 %;
dari 60% serat dalam bobot, mempunyai panjang 12,5 lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60º
mm atau lebih dan tidak lebih dari 10% serat dalam selama 3 jam.
bobot, mempunyai panjang 6,25 mm atau kurang.
Daya serap Lakukan seperti tertera pada Uji Daya Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2 %.
Serap <1221>. Kapas harus tenggelam dalam waktu tidak
lebih dari 10 detik pada suhu 25° dan kapas menyerap air Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 30 bpj.
tidak kurang dari 24 kali bobotnya.
Zat sejenis Tidak lebih dari 0,1 %. Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Kromatografi <931>.
Cemaran (Asam 3-merkapto-2-metilpropanoat)
- 602 -
Pereaksi sililasi Buat larutan tert-butildimetil puncak asam 3-merkapto-2-metilpropanoat dan baku
klorosilan dalam N-metil-N-tert-butildimetil internal dalam Larutan uji dan Larutan baku.
sililtrifluoroasetamida (1 dalam 100).
Larutan baku internal Masukkan lebih kurang 0,4 ml Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
asam 3-merkaptopropanoat ke dalam labu tentukur 10- Metode I Memenuhi syarat.
ml, encerkan dengan metilen klorida P sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Garam dari Penetapan kadar
Asam 3-merkapto-2-metilpropanoat dan 1,2- Titran kalium iodat 0,1 N Larutkan 3,567 g kalium
Difeniletilamin BPFI, larutkan dalam metilen klorida P iodat P yang telah dikeringkan pada 110º hingga bobot
dan encerkan dengan metilen klorida P hingga kadar tetap, dalam air hingga 1000,0 ml.
lebih kurang 12 mg per ml. [Catatan Buat segar bila Prosedur Timbang saksama lebih kurang 300 mg zat,
hendak digunakan. Larutan ini stabil selama lebih masukkan ke dalam labu Erlenmeyer bersumbat kaca
kurang 5 jam.] berisi 100 ml air, larutkan, tambahkan 10 ml asam sulfat
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 3,6 N, 1 g kalium iodida P dan 2 ml kanji LP. Titrasi
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan kalium iodat 0,1 N sampai warna biru lemah
dengan detektor ionisasi nyala, pertahankan suhu pada yang bertahan selama tidak kurang dari 30 detik.
lebih kurang 310º dan kolom kapiler silika 0,32 mm x 15 Lakukan penetapan blangko.
mm dilapisi 1 µm fase diam G27 dan pemisahan sistem
injeksi dilapisi dengan wol kaca yang telah disililasi Tiap ml kalium iodat 0,1 N
dengan perbandingan pemisahan lebih kurang 25:1, setara dengan 21,73 mg C9H15NO3S
pertahankan suhu lebih kurang 250º. Pertahankan suhu
kolom pada 125º selama 11 menit setelah penyuntikan, Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
naikkan suhu 30º per menit hingga 300º dan pertahankan
selama 8 menit. Gunakan helium P sebagai gas pembawa
dan laju alir lebih kurang 1,7 ml per menit pada 125º, TABLET KAPTOPRIL
selanjutnya laju alir lebih kurang 25 ml per menit. Captopril Tablet
Prosedur Pada dua tabung vial yang bertutup ulir
masukkan masing-masing 0,5 ml metilen klorida P. Tablet Kaptopril mengandung kaptopril, C9H15NO3S,
Tambahkan 25,0 µl Larutan baku pada salah satu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
tabung. Masukkan lebih kurang 100 mg kaptopril pada jumlah yang tertera pada etiket.
tabung kedua dan campur. Tambahkan 15,0 μl Larutan
Baku pembanding Kaptopril BPFI, tidak boleh
baku internal dan 0,4 ml Pereaksi sililasi pada tiap
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
tabung, tutup rapat tabung dengan penutup ulir dan
tertutup rapat. Kaptopril Disulfida BPFI; tidak boleh
campur hati-hati dengan pengocok vortex. Letakkan
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
tabung pada lempeng pemanas pada suhu 60º selama 30
tertutup rapat.
menit, angkat dan biarkan dingin. Suntikkan 1,0 µl
Larutan baku ke dalam kromatograf dan rekam luas
Identifikasi Lakukan uji Identifikasi secara
puncak dari larutan baku internal dan garam dari asam 3-
Kromatografi Lapis Tipis <281>.
merkapto-2-metilpropanoat dan 1,2-difenil-etilamin
Larutan uji Masukkan sejumlah serbuk tablet setara
(MMPA). Perbandingan simpangan baku relatif luas
dengan lebih kurang 100 mg kaptopril ke dalam labu
puncak MMPA dan luas puncak larutan baku internal
bulat. Tambahkan 25 ml metanol P, aduk selama 30
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Waktu
menit menggunakan pengaduk magnetik dan sentrifus.
retensi relatif derivat silil dari larutan baku internal dan
Gunakan larutan jernih.
derivat silil dari MMPA berturut-turut adalah lebih
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kaptopril
kurang 0,85 dan 1,0. Dengan cara yang sama suntikkan
BPFI. Larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
sejumlah volume 1,0 µl Larutan uji. Hitung persentase
kadar lebih kurang 4 mg per ml.
asam 3-merkapto-2-metilpropanoat dalam kaptopril yang
digunakan dengan rumus: Volume penotolan 50 l.
Fase gerak Campuran toluen P-asam asetat glasial P-
metanol P (75:25:1).
120 ,17 2 ,5C R U
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Identifikasi
317 , 45 W R S secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Tandai bercak
pada kromatogram dengan menyemprotkan campuran
120,17 dan 317,45 berturut-turut adalah bobot molekul segar dari 1 bagian volume amonium hidroksida P dan 6
asam 3-merkapto-2-metilpropanoat dan MMPA; C bagian volume larutan 5,5-ditiobis (asam 2-nitrobenzoat)
adalah kadar Garam dari Asam 3-merkapto-2- P 0,04% dalam metanol P.
metilpropanoat dan 1,2-Difeniletilamin BPFI dalam mg
per ml Larutan baku; W adalah bobot kaptopril dalam Disolusi <1231> [Catatan Media disolusi
mg; RS dan RU berturut-turut adalah perbandingan luas diawaudarakan secara sempurna untuk mengurangi
- 603 -
paparan udara terhadap kaptopril dan segera lakukan C adalah kadar Kaptopril Disulfida BPFI dalam mg per
analisa.] ml Larutan baku; W adalah jumlah mg kaptopril dalam
Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,01N. serbuk tablet yang digunakan untuk Larutan uji; rU dan rS
Alat tipe 1: 50 rpm. berturut-turut adalah respons puncak kaptopril disulfida
Waktu: 20 menit. dari Larutan uji dan Larutan baku.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah kaptopril
C9H15NO3S yang terlarut dengan mengukur serapan Penetapan kadar [Catatan Lindungi larutan dari
alikuot, jika perlu diencerkan dengan Media disolusi dan paparan udara. Gunakan dalam waktu 8 jam.] Lakukan
serapan larutan baku Kaptopril BPFI dalam media yang penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
sama pada panjang gelombang serapan maksimum lebih seperti tertera pada Kromatografi <931>.
kurang 205 nm. Fase gerak Buat campuran 550 ml metanol P dan 450
Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak ml air yang mengandung 0,50 ml asam fosfat P, saring
kurang dari 80% (Q) C9H15NO3S, dari jumlah yang dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
tertera pada etiket. menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kaptopril
BPFI dan Kaptopril Disulfida BPFI, larutkan dalam Fase
Batas kaptopril disulfida Tidak lebih dari 3,0%. gerak hingga kadar masing-masing lebih kurang 1 mg
[Catatan Lindungi larutan dari paparan udara. Gunakan dan 0,05 mg per ml.
dalam waktu 8 jam setelah pembuatan.] Lakukan Larutan uji Timbang tidak kurang dari 20 tablet,
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi masukkan dalam labu tentukur yang sesuai, tambahkan
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Fase gerak hingga lebih kurang setengah kapasitas labu
Fase gerak Buat seperti tertera pada Penetapan kadar. tentukur dan sonikasi selama 15 menit. Encerkan dengan
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama sejumlah Fase gerak sampai tanda, kocok secara mekanik selama
Kaptopril BPFI dan Kaptopril Disulfida BPFI, larutkan 15 menit dan saring. Jika perlu encerkan secara
dalam Fase gerak, hingga kadar masing-masing lebih kuantitatif dan bertahap dengan Fase gerak hingga kadar
kurang 1 mg dan 0,05 mg per ml. kaptopril lebih kurang 1 mg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kaptopril Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
disulfida BPFI, larutkan dalam Fase gerak dan jika perlu Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan Fase dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x
gerak hingga kadar 0,05 mg per ml. 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan kandungan
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 hidrokarbon lebih kurang 15%. Laju alir lebih kurang 1
tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
dengan lebih kurang 25 mg kaptopril, masukkan dalam baku dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak
tabung sentrifuga yang sesuai. Tambahkan 25,0 ml Fase seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
gerak, sonikasi selama 15 menit dan sentrifus. Gunakan kaptopril dan kaptopril disulfida berturut-turut adalah 0,5
larutan jernih sebagai Larutan uji. dan 1,0; resolusi, R, antara kaptopril dan kaptopril
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada disulfida tidak kurang dari 2,0 dan simpangan baku relatif
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi pada penyuntikan ulang tidak kurang dari 2,0%.
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan kandungan sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
hidrokarbon lebih kurang 15%. Laju alir lebih kurang 1 ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
kesesuaian sistem dan Larutan baku, rekam kromatogram kaptopril, C9H15NO3S, dalam zat uji dengan rumus:
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
waktu retensi relatif kaptopril dan kaptopril disulfida L rU
berturut-turut lebih kurang 0,5 dan 1,0; resolusi, R, antara C
D rS
kaptopril dan kaptopril disulfida dalam Larutan
kesesuaian sistem tidak kurang dari 2,0 dan simpangan
baku relatif pada penyuntikan ulang Larutan baku tidak L adalah jumlah mg kaptopril dalam tiap tablet yang
lebih dari 2,0%. tertera pada etiket; D adalah kadar kaptopril dalam mg
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume per ml Larutan uji berdasarkan jumlah per tablet yang
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji tertera pada etiket dan faktor pengenceran; C adalah
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, ukur respons kadar Kaptopril BPFI dalam mg per ml Larutan baku; rU
puncak utama. Hitung persentase kaptopril disulfida dan rS berturut-turut adalah respons puncak kaptopril
dalam zat uji dengan rumus: dalam Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
C rU
2500
W rS
- 604 -
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dengan 50 - 100 ml metanol P sebelum dan sesudah
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi digunakan.] Laju alir lebih kurang 2 ml per menit.
dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 3,9 mm x Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2 kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak analit dan
resolusi dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak baku internal tidak kurang dari 2,8 dan
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
puncak karbamazepin dan iminostilbena tidak kurang lebih dari 2,0 %.
dari 10,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
ulang tidak lebih dari 2,0%. Waktu retensi relatif sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
karbamazepin dan iminostilbena berturut-turut adalah ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
lebih kurang 0,3 dan 1,0. respons puncak utama. Waktu retensi relatif fenitoin dan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume karbamazepin berturut-turut adalah lebih kurang 0,7 dan
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji 1,0. Hitung jumlah dalam mg karbamazepin,
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur C15H12N12O, dalam karbamazepin yang digunakan
respons puncak. Hitung persen tiap puncak selain puncak dengan rumus:
karbamazepin, dalam zat uji yang digunakan dengan
rumus: R
10 C U
C rU RS
100 S
CU rS C adalah kadar Karbamazepin BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
CS adalah kadar Karbamazepin BPFI dalam mg per ml perbandingan respons puncak karbamazepin dan fenitoin
Larutan baku;CU adalah kadar karbamazepin dalam mg dalam Larutan uji dan Larutan baku.
per ml Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah
respons puncak selain puncak karbamazepin dalam Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Larutan uji dan Larutan baku.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat untuk terbentuk hablur. Saring hablur, cuci dengan 3 ml aseton
suspensi oral yang dikemas dalam wadah dosis tunggal. P dingin dan keringkan dalam hampa udara pada suhu
70º selama 30 menit: hablur menunjukkan reaksi seperti
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat untuk tertera pada Identifikasi dalam Karbamazepin.
suspensi oral yang dikemas dalam wadah dosis ganda.
Air<1031>Metode I Tidak lebih dari 5,0%; lakukan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara penetapan sebagai berikut: Serbukkan 20 tablet dan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada timbang saksama lebih kurang 1,5 g serbuk dalam cawan
Kromatografi <931>. penguap yang telah ditara. Lakukan pengeringan pada
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan baku suhu 120º selama 2 jam.
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar dalam Karbamazepin. Disolusi <1231>
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume suspensi UNTUK TABLET KUNYAH 100 mg
oral yang baru dikocok setara dengan lebih kurang 200 UJI1 Jika memenuhi uji ini pada etiket dicantumkan
mg karbamazepin, masukkan ke dalam labu tentukur 100- memenuhi Disolusi Uji 1.
ml, tambahkan lebih kurang 70 ml metanol P, kocok Media disolusi: 900 ml air yang mengandung natrium
secara mekanik selama lebih kurang 30 menit, sonikasi lauril sulfat P 1%.
selama lebih kurang 2 menit, encerkan dengan metanol P Alat tipe 2: 75 rpm.
sampai tanda. Diamkan larutan selama 10 menit, pipet Waktu : 60 menit.
10 ml beningan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan Prosedur Lakukan penetapan jumlah karbamazepin,
dengan metanol P sampai tanda. Untuk penetapan uji C15H12N2O yang terlarut dengan mengukur serapan
kesesuaian sistem, campur 10,0 ml Larutan uji dan 10,0 alikuot, jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan
ml Larutan kesesuaian sistem. serapan larutan baku Karbamazepin BPFI dalam media
Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada yang sama pada panjang gelombang serapan maksimum
Penetapan kadar dalam Karbamazepin. Hitung jumlah lebih kurang 288 nm.
dalam mg karbamazepin, C15H12N2O, dalam suspensi oral [Catatan Dapat digunakan sejumlah metanol P tidak
yang digunakan dengan rumus: lebih dari 1% dari jumlah volume akhir Larutan baku
untuk melarutkan karbamazepin.]
r Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
10C U kurang dari 75% (Q) C15H12N2O dari jumlah yang tertera
rS pada etiket. Gunakan Tabel Penerimaan seperti tertera
pada Uji Disolusi <1231>, dengan pengecualian berikut:
C adalah kadar Karbamazepin BPFI dalam mg per ml pada S2 tidak satu unit pun yang lebih kecil dari Q-5%;
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons pada S3 tidak satu unit pun yang lebih kecil dari Q-10%
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. dan tidak lebih dari 2 dari 24 unit sediaan yang lebih kecil
dari Q-5%.
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya, hindari pembekuan dan panas UNTUK TABLET 200 MG
berlebih. UJI 2 Jika memenuhi uji ini, pada etiket dicantumkan
memenuhi Disolusi Uji 2.
Media disolusi, Alat dan Prosedur lakukan seperti
TABLET KARBAMAZEPIN tertera pada Uji 1.
Waktu dan Toleransi Dalam waktu 15 menit, harus
Carbamazepine Tablet larut antara 45% dan 75%; dalam waktu 60 menit harus
larut tidak kurang dari 75% (Q) C15H12N2O dari jumlah
Tablet Karbamazepin mengandung karbamazepin,
yang tertera pada etiket. Gunakan Tabel Penerimaan 1
C15H12N2O, tidak kurang dari 92,0% dan tidak lebih dari
seperti tertera pada Pelepasan Obat <961> dengan
108,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
pengecualian berikut: untuk waktu 15 menit, pada L2
tidak satu unitpun yang lebih dari 5% dari jumlah yang
Baku pembanding Karbamazepin BPFI; lakukan
tertera pada etiket di luar tiap rentang penerimaan yang
pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam sebelum
dinyatakan; pada L3, tidak satu unitpun lebih dari 10%
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
dari jumlah yang tertera pada etiket di luar tiap rentang
penerimaan yang dinyatakan dan tidak lebih dari 2 dari
Identifikasi Sejumlah serbuk tablet, setara dengan lebih
24 unit sediaan yang lebih dari 5% dari jumlah yang
kurang 250 mg karbamazepin, masukkan ke dalam gelas
tertera pada etiket di luar tiap rentang penerimaan yang
piala 50 ml, tambahkan 15 ml aseton P, didihkan selama
dinyatakan. Untuk waktu 60 menit pada L2 tidak satu
5 menit. Saring selagi panas ke dalam gelas piala ke dua,
unitpun yang lebih kecil dari Q-5%; pada L3 tidak satu
cuci penyaring dua kali, tiap kali dengan 5 ml aseton P
unitpun yang lebih kecil dari Q-10%; dan tidak lebih dari
panas. Uapkan dengan aliran nitrogen P hingga lebih
2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q-5%.
kurang 5 ml dan dinginkan dalam tangas es sampai
- 607 -
UJI 3 Jika memenuhi uji ini pada etiket dicantumkan terhadap Larutan baku dan Larutan kesesuaian sistem,
memenuhi Disolusi Uji 3. rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Media disolusi, Alat dan Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara 10,11-
tertera pada UJI 1. dihidrokarbamazepin dan karbamazepin dalam Larutan
Waktu dan Toleransi Dalam waktu 15 menit, harus kesesuaian sistem tidak kurang dari 1,70 dan simpangan
larut antara 60% dan 85%; dalam waktu 60 menit harus baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2%.
larut tidak kurang dari 75% (Q) C15H12N2O dari jumlah Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
yang tertera pada etiket. Gunakan Tabel Penerimaan 1 sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
seperti tertera pada Pelepasan obat <961> dengan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
pengecualian berikut: untuk waktu 15 menit, pada L2 respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
tidak satu unitpun yang lebih dari 5% dari jumlah yang karbamazepin, C15H12N2O, dalam serbuk tablet yang
tertera pada etiket di luar tiap rentang penerimaan yang digunakan dengan rumus:
dinyatakan; pada L3 tidak satu unitpun lebih dari 10%
r
dari jumlah yang tertera pada etiket di luar tiap rentang 500 C U
penerimaan yang dinyatakan dan tidak lebih dari 2 unit rS
sediaan yang lebih dari 5% dari jumlah yang tertera pada
etiket di luar tiap rentang peneriman yang dinyatakan. C adalah kadar Karbamazepin BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Untuk waktu 60 menit pada L2 tidak satu unit pun yang
puncak Larutan uji dan Larutan baku.
lebih kecil dari Q-5%; pada L3 tidak satu unit pun yang
lebih kecil dari Q-10% dan tidak lebih dari 2 dari 24 unit Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
sediaan yang lebih kecil dari Q-5%. sebaiknya dari kaca. Cantumkan “Simpan di tempat
kering. Hindarkan dari kelembaban “.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Penandaan Mencantumkan uji disolusi sesuai jenis tablet.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran 1000 ml dari air- metanol P- KARBIDOPA
tetrahidrofuran P (85:12:3) tambahkan 0,22 ml asam Carbidopa
format P, campur, kemudian tambahkan 0,5 ml
trietilamina P dan campur. Saring dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Larutkan sejumlah tertentu
Karbamazepin BPFI dan 10,11-dihidrokarbamazepin
dalam metanol P, jika perlu encerkan secara bertahap dan Asam(-)-L--hidrazino-3,4-dihidroksi--
kuantitatif dengan metanol P hingga diperoleh kadar metilhidrosinamat monohidrat [38821-49-7]
berturut-turut 0,1 dan 0,5 mg per ml. Pipet 5 ml larutan C10H14N2O4.H2O BM 244,25
ini, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan Anhidrat [28860-95-9] BM 226,23
dengan campuran metanol P-air (1:1) sampai tanda.
Larutan baku Larutkan sejumlah Karbamazepin BPFI Karbidopa mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
dalam metanol P dan encerkan secara kuantitatif dengan tidak lebih dari 101,0% C10H14N2O4.H2O.
metanol P hingga diperoleh kadar lebih kurang 2 mg per
ml. Pipet 5 ml larutan ini, masukkan ke dalam labu Pemerian Serbuk; putih sampai putih krem; tidak berbau.
tentukur 50-ml, encerkan dengan campuran metanol P-air
(1:1) sampai tanda. Kelarutan Sukar larut dalam air dan metanol; mudah
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari larut dalam asam klorida 3 N; praktis tidak larut dalam
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara etanol, aseton, kloroform dan eter.
dengan lebih kurang 100 mg karbamazepin, masukkan ke
dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 40-ml metanol P, Baku pembanding Karbidopa BPFI; tidak boleh
sonikasi selama lebih kurang 15 menit. Biarkan dingin dikeringkan sebelum digunakan; pada sebagian bahan
sampai suhu ruang, encerkan dengan metanol P sampai lain lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5
tanda, campur dan saring, buang 10-ml filtrat pertama. mmHg pada suhu 100 hingga bobot tetap dan gunakan
Pipet 5 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 50-ml, sebagai koreksi pada analisis kuantitatif. Simpan dalam
encerkan dengan metanol P : air (1:1) sampai tanda. wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. Senyawa
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Sejenis A Karbidopa BPFI; tidak boleh dikeringkan.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom baja tahan Metildopa BPFI; tidak boleh dikeringkan, tetapkan kadar
karat 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L10. Laju alir air secara titrimetri pada waktu akan digunakan. Simpan
lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
- 608 -
Baku pembanding Karbinoksamin Maleat BPFI; Pemerian Serbuk atau granul; putih sampai krem;
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam higroskopik.
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya. Kelarutan Mudah terdispersi dalam air membentuk
larutan koloidal; tidak larut dalam etanol, eter dan pelarut
Identifikasi organik lain.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P, Identifikasi
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Larutan uji Tambahkan 1 g zat pada 50 ml air sambil
gelombang yang sama seperti pada Karbinoksamin diaduk hingga terdispersi homogen. Lanjutkan
Maleat BPFI. pengadukan hingga diperoleh larutan jernih dan gunakan
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 50 µg per ml larutan ini untuk pengujian sebagai berikut:
dalam metanol P menunjukkan maksimum dan minimum A. Encerkan 1 ml Larutan uji dengan 1 ml air dalam
pada panjang gelombang yang sama seperti pada tabung reaksi kecil, tambahkan 5 tetes 1-naftol LP.
Karbinoksamin maleat BPFI. Serapan masing-masing Miringkan tabung dan tuangkan 2 ml asam sulfat P
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan pada dengan hati-hati melalui dinding tabung: terjadi warna
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 260 merah ungu pada bidang batas antara dua lapisan.
nm berbeda tidak lebih dari 3,0%. B. Pada 5 ml Larutan uji, tambahkan 5 ml barium
klorida LP: terbentuk endapan halus putih.
Jarak lebur <1021> Antara 116° dan 121°; lakukan C. Menunjukkan reaksi Natrium seperti tertera pada
penetapan menggunakan zat yang telah dikeringkan. Uji Identifikasi Umum <291>.
pH <1071> Antara 4,6 dan 5,1; lakukan penetapan Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj;
menggunakan larutan (1 dalam 100). tambahkan 1 ml larutan hidroksilamina hidroklorida P (1
dalam 5) ke dalam larutan residu.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam. Penetapan kekentalan <1051> Tidak kurang dari 80,0%
dan tidak lebih dari 120,0% dari yang tertera pada etiket
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. untuk kadar larutan 2%; tidak kurang dari 75,0% dan
tidak lebih dari 140,0% dari yang tertera pada etiket;
Cemaran umum <481> timbang saksama sejumlah zat yang tidak dikeringkan
Larutan baku Gunakan pelarut kloroform P. dan bila dilarutkan setara dengan 200 g larutan zat, yang
Larutan uji Gunakan pelarut kloroform P. telah dikeringkan, pada konsentrasi yang dinyatakan.
Fase gerak Buat campuran sikloheksan P-kloroform P- Tambahkan zat sedikit demi sedikit sambil diaduk ke
dietilamina P (75:15:10). dalam lebih kurang 180 ml air dalam botol bermulut lebar
Penampak bercak Gunakan teknik penampak bercak yang telah ditara. Lanjutkan pengadukan dengan cepat
nomor 1. hingga seluruhnya basah. Tambahkan air secukupnya
hingga berat 200 g, biarkan sambil sekali-kali diaduk
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400 hingga larut sempurna. Ukur kekentalan pada suhu
mg zat yang telah dikeringkan, larutkan dalam 50 ml 25°±0,2° menggunakan viskosimeter rotasi, sistem
asam asetat glasial P, tambahkan 1 tetes kristal violet LP, mencapai kesetimbangan sebelum pembacaan akhir.
titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV hingga titik akhir
berwarna hijau biru. Lakukan penetapan blangko. pH <1071> Antara 6,5 dan 8,5; lakukan penetapan
menggunakan larutan zat (1 dalam 100).
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
setara dengan 20,34 mg C16H19ClN2O.C4H4O4 Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 10,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya.
- 610 -
gosok pipet atau dengan mengalirkan zat uji antara pipet Bahan tidak larut air Tidak lebih dari 0,5%. Timbang
dan buret. Dorong setiap sisa gas ke dalam buret dan saksama lebih kurang 1 g zat, masukkan ke dalam gelas
ukur volumenya: tidak lebih dari 1 ml gas yang tinggal. piala 150 ml. Tambahkan 100 ml air dan larutkan dengan
cara mengaduk menggunakan batang pengaduk selama 30
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah silinder. menit. Dengan bantuan penghisap, saring melalui
penyaring krus yang telah ditara. Bilas gelas piala dengan
air dan pindahkan bilasan ke dalam krus. Keringkan krus
KARBOPLATIN pada suhu 130° 10° hingga bobot tetap.
Carboplatin
Batas asam 1,1-siklobutanakarboksilat Tidak lebih dari
O 0,5%.
O NH2 Pereaksi A Larutkan 8,5 g tetrabutilamonium hidrogen
sulfat P dalam 80 ml air. Tambahkan 3,4 ml asam fosfat
Pt
P dan atur pH hingga 7,55 dengan penambahan natrium
O NH2 hidroksida 10 N.
O
Fase gerak Tambahkan 20 ml Pereaksi A ke dalam
campuran 880 ml air dan 100 ml asetonitril P, saring dan
cis-Diamina(1,1-siklobutanadikarboksilato)platinum awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
[41575-94-4] Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
C6H12N2O4Pt BM 371,25 <921>.
Larutan baku asam 1,1-siklobutanakarboksilat
Karboplatin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan Timbang saksama sejumlah asam
tidak lebih dari 102,0% C6H12N2O4Pt, dihitung terhadap 1,1-siklobutanakarboksilat, larutkan dalam Fase gerak
zat anhidrat. hingga diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 0,5
mg per ml. Pindahkan 2,0 ml larutan ini ke dalam labu
Perhatian: Hati-hati dalam menangani Karboplatin tentukur 200-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai
karena bersifat karsinogenik. tanda.
Larutan kesesuaian sistem Campur 1,0 ml Larutan
Pemerian Serbuk hablur tidak berwarna. Melebur pada baku asam 1,1-siklobutanakarboksilat dengan 1,0 ml
suhu 200° dengan penguraian. Larutan baku yang dibuat seperti pada Penetapan kadar.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; sangat sukar larut masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml. Larutkan dan
dalam aseton dan etanol. encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Baku pembanding Karboplatin BPFI, tidak boleh Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,0 mm x
tertutup rapat, terlindung cahaya dan dalam lemari 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2 ml
pendingin. per menit. Lakukan kromatografi dengan injeksi berulang
(lebih kurang 100 l) Larutan kesesuaian sistem, rekam
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang telah kromatogram dan ukur respons puncak: waktu retensi
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P, relatif lebih kurang 0,65 untuk karboplatin dan 1,0 untuk
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan asam 1,1-siklobutana karboksilat; efisiensi kolom yang
gelombang yang sama seperti pada Karboplatin BPFI. ditentukan dari puncak asam 1,1-siklobutana karboksilat
tidak kurang dari 1500 lempeng teoritis; resolusi, R,
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat. antara puncak karboplatin dan asam 1,1-siklobutana
karboksilat tidak kurang dari 2,5; simpangan baku relatif
pH <1071> Antara 5,0 dan 7,0; lakukan penetapan pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 10%.
menggunakan larutan dalam air yang mengandung lebih Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
kurang 10 mg zat per ml. sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 0,5%, gunakan respons puncak utama asam 1,1-siklobutana karboksilat.
formamida P sebagai pelarut. Hitung persentase asam 1,1-siklobutana karboksilat
dalam zat uji dengan rumus:
Transmitan Tidak kurang dari 97%. Timbang saksama
lebih kurang 100 mg zat, masukkan ke dalam labu
5 C rU
tentukur 10-ml, larutkan dalam 6 ml air, encerkan dengan
air sampai tanda. Ukur persen transmitan menggunakan W rS
sel 1-cm pada panjang gelombang 440 nm, dengan air
sebagai blangko.
- 612 -
C adalah kadar asam 1,1-siklobutanakarboksilat dalam μg ml per menit. Lakukan kromatograf terhadap Larutan
per ml Larutan baku; W adalah bobot karboplatin dalam baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
mg, yang digunakan untuk membuat Larutan uji; rU dan seperti tertera pada Prosedur: faktor kapasitas, k’, tidak
rS berturut-turut adalah respons puncak asam 1,1- kurang dari 3,0; efisiensi kolom tidak kurang dari 2500
siklobutana karboksilat Larutan uji dan Larutan baku. lempeng teoritis, faktor ikutan tidak lebih dari 2,5 dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran tidak lebih dari 1,2%.
lebih dari 0,25% dan jumlah semua cemaran tidak lebih dari Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
0,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Fase gerak, Sistem kromatografi dan Prosedur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. karboplatin, C6H12N2O4Pt, dalam zat uji dengan rumus:
Larutan baku Encerkan secara kuantitatif sejumlah
volume Larutan baku yang tertera pada Penetapan kadar,
rU
dengan air hingga diperoleh larutan dengan kadar lebih 50C
kurang 2,5 g per ml. rS
Larutan uji Gunakan Larutan uji seperti tertera pada
Penetapan kadar. C adalah kadar Karboplatin BPFI dalam mg per ml
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji puncak Larutan uji dan Larutan baku.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak. Jumlah respons puncak, tidak termasuk Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
respons karboplatin dan asam 1,1-siklobutana karboksilat terlindung cahaya.
dari Larutan uji, tidak lebih dari dua kali respons
karboplatin dari Larutan baku dan tidak ada respons
puncak tunggal lebih besar dari puncak karboplatin dari KARBOPLATIN UNTUK INJEKSI
Larutan baku.
Carboplatin for Injection
Kandungan platina Antara 52,0% dan 53,0%, dihitung
terhadap zat anhidrat. Karboplatin untuk Injeksi adalah campuran terliofilisasi
[Catatan Cuci semua peralatan gelas dengan asam nitrat steril dari karboplatin dan manitol, mengandung tidak
dan bilas dengan air untuk mencegah terjadinya lapisan kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
cermin dari endapan platina.] Timbang saksama lebih C6H12N2O4Pt dari jumlah yang tertera pada etiket.
kurang 0,25 g zat, masukkan ke dalam gelas piala 600 ml.
Tambahkan 400 ml air, larutkan perlahan-lahan dengan [Perhatian Hati-hati dalam menangani Karboplatin
pemanasan hingga hampir mendekati titik didih, sambil karena bersifat karsinogenik.]
sering diaduk dengan batang pengaduk kaca. Lakukan
seperti tertera pada uji untuk Kandungan platina pada Baku pembanding Karboplatin BPFI; tidak boleh
Sisplatin, dimulai dari “Jika sudah larut sempurna”. dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
tertutup rapat, terlindung cahaya dan dalam lemari
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara pendingin. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada pirogenik, penanganan vial dan isinya harus hati-hati
Kromatografi <931>. untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi seluruh isi,
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (87:13), gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Larutan konstitusi Pada saat pemakaian, larutan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Karboplatin terkonstitusi yang disiapkan dari karboplatin untuk injeksi
BPFI, larutkan dalam air dan encerkan secara kuantitatif memenuhi syarat Larutan konstitusi seperti tertera pada
dengan air hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml. Injeksi.
[Catatan Gunakan larutan ini dalam waktu 2 jam.]
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, Identifikasi
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
encerkan dengan air sampai tanda. [Catatan Gunakan secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
larutan ini dalam waktu 2 jam.] Fase gerak Campuran aseton P-air (80:20).
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penampak bercak Tambahkan 5,6 g timah(II) klorida P
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi ke dalam 10 ml asam klorida P dan aduk selama 5 menit.
dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4,0 mm x [Catatan Tidak perlu semua logam larut.] Tambahkan 90
30 cm berisi bahan pengisi L8. Laju alir lebih kurang 2,0 ml air dan 1 g kalium iodida P dan aduk. Larutan dibuat
segar setiap hari.
- 613 -
Larutan baku Buat larutan baku dalam air yang C adalah kadar asam 1,1-siklobutana karboksilat dalam
mengandung Karboplatin BPFI 10 mg per ml. mg per ml Larutan baku; V adalah volume kandungan
Larutan uji Larutkan seluruh isi dari satu wadah terkonstitusi dalam wadah, dalam ml; L adalah jumlah
dengan air sampai diperoleh karboplatin 10 mg per ml. karboplatin per wadah, dalam mg, yang tertera pada
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 etiket; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
µl Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng asam 1,1-siklobutana karboksilat yang diperoleh dari
kromatografi campuran silika gel P setebal 0,25 mm. Larutan uji dan Larutan baku.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
dilapisi kertas saring dan dijenuhkan Fase gerak selama 2 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
jam hingga Fase gerak merambat lebih kurang 10 cm di Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
atas garis penotolan. Angkat lempeng, biarkan fase gerak Kromatografi <931>.
menguap, keringkan di udara pada suhu ruang selama 2 Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi
jam. Semprot lempeng dengan Penampak bercak, Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
panaskan pada suhu 110° selama 10 menit: harga RF dan Karboplatin.
warna bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji Larutan uji Larutkan secara kuantitatif isi satu wadah
sesuai dengan yang diperoleh dari Larutan baku. dalam air hingga diperoleh larutan dengan kadar lebih
kurang 1 mg per ml. [Catatan Selesaikan analisa larutan
Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan secara kromatografi dalam waktu 2 jam.]
dengan Penyaringan membran seperti tertera pada Uji Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Sterilitas dari produk yang diuji. sama (lebih kurang 10 µl) Larutan uji dan Larutan baku
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,54 unit respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
Endotoksin FI per mg karboplatin. karboplatin, C6H12N2O4Pt, dalam zat uji dengan rumus:
Baku pembanding Karisoprodol BPFI; lakukan Titran natrium metoksida dan refluks di atas lempeng
pengeringan dalam hampa udara selama 3 jam pada suhu pemanas selama 30 menit. Biarkan dingin, tambahkan 40
60 sebelum digunakan. Meprobamat BPFI; lakukan ml etanol P dan 7 tetes fenolftalein LP. Titrasi kelebihan
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60 selama 3 basa dengan asam klorida 0,1 N LV hingga warna merah
jam sebelum digunakan. muda hilang. Lakukan penetapan blangko seperti tertera
pada Titrasi residual dalam Titrimetri <771>.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Tiap ml titran natrium metoksida
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan setara dengan 26,03 mg C12H24N2O4
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Karisoprodol BPFI. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
B. Harga RF bercak utama Larutan uji yang diperoleh
pada uji Meprobamat, sesuai dengan harga RF larutan
Karisoprodol BPFI dalam kloroform P dengan kadar 100 TABLET KARISOPRODOL
mg per ml, yang diperlakukan sama. Carisoprodol Tablet
Jarak lebur <1021>Metode I Antara 91 dan 94. Tablet Karisoprodol mengandung karisoprodol,
C12H24N2O4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60º
selama 3 jam. Baku pembanding Karisoprodol BPFI; lakukan
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60º selama 3
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj. jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
rapat.
Meprobamat Tidak lebih dari 0,5%. Lakukan
Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada Identifikasi Waktu retensi puncak utama pada
Kromatografi <931>. kromatogram Larutan uji sesuai dengan kromatogram
Faser gerak Buat campuran kloroform P-aseton P Larutan baku yang diperoleh pada Penetapan kadar.
(4:1).
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Larutan baku Timbang sejumlah Meprobamat BPFI,
larutkan dalam kloroform P hingga kadar 1 mg per ml. Disolusi <1231>
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dalam Media disolusi: 900 ml dapar fosfat 0,05M pH 6,9
kloroform P hingga kadar 100 mg per ml. yang mengandung 5 unit -amilase per ml [Catatan
Prosedur Totolkan secara terpisah berturut-turut 10 µl Larutan dibuat baru dan biarkan Media disolusi
Larutan uji dan 5 µl Larutan baku pada lempeng setimbang pada 37 selama tidak lebih dari 1 jam
kromatografi. Biarkan bercak mengering di udara. sebelum uji disolusi dimulai.]
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang Alat tipe 2: 75 rpm.
telah dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan Waktu: 60 menit.
merambat tiga per empat tinggi lempeng. Angkat Lakukan penetapan jumlah karisoprodol terlarut
lempeng, biarkan fase gerak menguap dan semprot menggunakan metode berikut:
lempeng dengan antimon triklorida LP kemudian dengan Lakukan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
larutan furfural P dalam kloroform P (3 dalam 100) tertera pada Kromatografi <931>.
hingga timbul satu atau lebih bercak hitam. Panaskan Fase gerak, Larutan resolusi dan Sistem kromatografi
lempeng pada suhu 110° selama 15 menit: bercak lain Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
selain bercak utama Larutan uji dengan harga RF yang Larutan baku [Catatan Volume asetonitril P yang
sesuai tidak lebih intensif dari bercak Larutan baku. digunakan untuk melarutkan karisoprodol tidak lebih
dari 2% total volume akhir larutan.] Timbang saksama
Penetapan Kadar sejumlah Karisoprodol BPFI, larutkan dan encerkan
Titran natrium metoksida Buat dan lakukan dengan Media disolusi hingga kadar lebih kurang 0,4 mg
pembakuan natrium metoksida 0,1 M dalam toluen P per ml.
seperti tertera pada Larutan volumetrik dalam Pereaksi, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Indikator dan Larutan kecuali penggunaan 200 ml untuk sama (lebih kurang 150 l) Larutan baku dan alikuot
melarutkan logam natrium, tambahkan 750 ml toluen P Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
dan encerkan dengan metanol P hingga 1000 ml. dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah
Prosedur Timbang saksama lebih kurang 400 mg zat, C12H24N2O4 terlarut.
tambahkan 10 ml piridin P dan 1 tetes fenolftalein LP, Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
campur. Titrasi dengan Titran natrium metoksida hingga kurang dari 80% (Q) C12H24N2O4 dari jumlah yang tertera
warna merah muda yang stabil. Tambahkan 25,0 ml pada etiket.
- 615 -
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
Larutan uji; rS adalah jumlah semua respons puncak dari persentase senyawa sejenis F karvedilol dalam zat dengan
Larutan uji. rumus:
100 ri
Tabel
Waktu
F rS
Batas
Nama retensi
relatif
(%)
Senyawa Sejenis F Karvedilol1 1,2 0,1*
Senyawa Sejenis C Karvedilol2 1,8 0,02 F adalah faktor respons relatif sama dengan 1,1; ri adalah
Karvedilol 1,0 - respons puncak senyawa sejenis F karvedilol dari Larutan
N,O-Bis-karvedilol3 0,7 0,1 uji; rS adalah jumlah respons puncak karvedilol dan
N,N-Bis-karvedilol4 2,1 0,1 senyawa sejenis F karvedilol dari Larutan uji.
N-isopropilkarvedilol5 1,6 0,1
Biskarbazol6 3 0,1 Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Tiap cemaran lain - 0,1 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
1
1-(2-(2-metoksifenoksi)etilamino)-3(6,7,8,9-tetrahidro-5H-karbazol-4- Dapar Timbang saksama 2,72 g kalium fosfat
iloksi)propan-2-ol.
2
monobasa P, larutkan dalam 1000 ml air dan atur pH
1-(9H-karbazol-4-iloksi-3-benzil[[2-(2-metoksifenoksi)etil]amino]-2- hingga 2,0 dengan penambahan larutan asam fosfat P (69
propanol.
3
1-[9-[3-[2-(2-metoksifenoksi)etilamino]-2-hidroksipropil]-9H- dalam 1000).
karbazol-4-iloksi]-3-[2-(2-metoksifenoksi)etilamino]-2- propanol. Fase gerak Buat campuran dapar-asetonitril P (69:31),
4
1,1’-[2-(2-metoksifenoksi)etil]iminobis[3(9-H-karbazol-4-iloksi)-2- saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
propanol. menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
5
1-(H-karbazol-4-iloksi)-3-[[2-(2-metoksifenoksi)etil]N-
isopropilamino]-2-propanol. Kromatografi <931>.
6
1,3-Bis-( 9H-karbazol-4-iloksi)-2-propanol. Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama sejumlah
*Cemaran ini dihitung menggunakan Uji Senyawa sejenis F Karvedilol Karvedilol BPFI dan Senyawa sejenis A Karvedilol BPFI,
larutkan dalam Fase gerak hingga kadar masing-masing
Senyawa sejenis F Karvedilol (Jika ada) Lakukan lebih kurang 0,05 mg per ml.
penetapan secara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti Larutan baku Timbang saksama sejumlah Karvedilol
tertera pada Kromatografi <931>. BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih
Larutan A Buat campuran air-asam trifluoroasetat P kurang 0,04 mg per ml.
(100:0,5). Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg zat,
Larutan B Buat campuran metanol P-asam masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. Larutkan dan
trifluoroasetat P (100:0,5). encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 10 ml
Fase gerak Buat campuran Larutan A-Larutan B larutan ini ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan
(65:35) saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan dengan Fase gerak sampai tanda.
penyesuaian menurut Kesesuaian Sistem seperti tertera Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
pada Kromatografi <931>. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Pengencer Buat campuran air-asetonitril P (1:1). dilengkapi dengan detektor UV 240 nm dan kolom 4,6
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama sejumlah mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran
Campuran Kesesuaian Sistem Karvedilol BPFI, larutkan partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit dan
dalam Pengencer hingga kadar lebih kurang 1,5 mg per waktu analisis lebih kurang 60 menit. Pertahankan suhu
ml. kolom pada 55º. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, masukkan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
ke dalam labu tentukur yang sesuai dan tambahkan lebih puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
kurang 1,9 ml Pengencer per mg zat. Sonikasi untuk puncak karvedilol dan puncak senyawa sejenis A
melarutkan. Encerkan dengan pengencer hingga kadar karvedilol tidak kurang dari 4,0; faktor ikutan karvedilol
lebih kurang 1,5 mg per ml. tidak lebih dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2%.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dilengkapi dengan detektor 226 nm dan kolom 4,6 mm x sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
3 cm, berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 3 ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
µm. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit. Pertahankan respons puncak. Hitung persentase karvedilol,
suhu kolom pada 40º. Lakukan kromatografi terhadap C24H26N2O4, dalam zat dengan rumus:
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
C rU
antara puncak karvedilol dan puncak senyawa sejenis F 100 S
karvedilol tidak kurang dari 2,0. CU rS
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 10
µl) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
- 618 -
Penandaan Cantumkan uji Senyawa sejenis yang Larutan uji Gunakan sejumlah alikuot yang telah
digunakan, jika tidak menggunakan Uji 1. disaring melalui penyaring yang sesuai dengan porositas
0,45 µm.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C24H26N2O4 yang
TABLET KARVEDILOL terlarut dengan mengukur serapan Larutan baku dan
Carvedilol Tablet Larutan uji pada panjang gelombang serapan maksimum
lebih kurang pada 285 dan 380 nm menggunakan sel 1-
Tablet Karvedilol mengandung karvedilol, C24H26N2O4, cm. Gunakan Media disolusi sebagai blangko. Hitung
tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0% dari serapan terkoreksi dari Larutan baku dan Larutan uji
jumlah yang tertera pada etiket. dengan rumus:
Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu tentukur ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
yang sesuai berdasarkan etiket. Tambahkan air lebih respons puncak karvedilol dari Larutan baku dan semua
kurang 10% volume labu. Kocok sampai tablet hancur, puncak Larutan uji selain puncak karvedilol. Abaikan
tambahkan Pengencer lebih kurang 75% dari volume puncak dengan waktu retensi relatif kurang atau sama
labu dan sonikasi sampai tablet hancur sempurna (lebih dengan 0,04 dan puncak kurang dari 0,05% dari nominal
kurang 30 menit). Kocok secara mekanik selama 30 respons puncak karvedilol dalam Larutan baku. Hitung
menit, dinginkan dan encerkan dengan Pengencer hingga persentase senyawa sejenis dalam tablet dengan rumus:
kadar karvedilol lebih kurang 0,25 mg per ml,
berdasarkan etiket, sentrifus sejumlah larutan pada 2400 C ri
rpm selama 10 menit. Pipet 4 ml beningan ke dalam labu 100 S
tentukur 100-ml. Tambahkan Larutan metanol lebih CU S
r
kurang 85% dari volume labu dan sonikasi selama 20
menit dan kocok sekali-sekali. Tambahkan Larutan CS adalah kadar Karvedilol BPFI dalam mg per ml
metanol sampai tanda dan saring melalui penyaring yang Larutan baku; CU adalah kadar karvedilol dalam mg per
sesuai dengan porositas 0,45 µm. ml Larutan uji; ri adalah respons puncak masing-masing
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume cemaran dari Larutan uji dan rS adalah respons puncak
sama (lebih kurang 25 µl) Larutan uji dan Larutan baku karvedilol dari Larutan baku.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
karvedilol, C24H26N2O4 dalam tablet yang digunakan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dengan rumus: Kromatografi <931>.
Dapar Timbang lebih kurang 0,7 g kalium fosfat
C rU monobasa anhidrat P, masukkan ke dalam labu tentukur
L S 1000-ml. Larutkan dengan 500 ml air, tambahkan 10 ml
CU r S trietilamina P. Atur pH hingga 3,0 ± 0,1 dengan
penambahan asam fosfat P, tambahkan air sampai tanda.
L adalah jumlah karvedilol dalam mg per tablet seperti Fase gerak Timbang saksama lebih kurang 1,04 g
tertera pada etiket; CS adalah kadar Karvedilol BPFI natrium dodesilsulfat P, masukkan ke dalam labu
dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar tentukur 2000-ml, larutkan dengan lebih kurang 150 ml
karvedilol dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan Dapar dan sonikasi. Tambahkan 720 ml asetonitril P dan
jumlah tertera pada etiket; rU dan rS berturut-turut adalah encerkan dengan air sampai tanda. Saring melalui
respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. penyaring nilon 66 dengan porositas 0,2 µm,
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian, menurut
Senyawa sejenis Masing-masing cemaran tidak lebih dari Kesesuaian system seperti tertera pada Kromatografi
0,2% dan total cemaran tidak lebih dari 1,0%. <931>.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair Pengencer Buat campuran metanol P-asam klorida 1
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. M (9:1).
Dapar, Fase gerak, Larutan metanol, Pengencer dan Larutan metanol Buat campuran metanol P-air (1:1).
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan baku Timbang saksama sejumlah Karvedilol
Penetapan kadar. BPFI, larutkan dengan campuran Pengencer-air (9:1) dan
Larutan baku Encerkan secara kuantitatif dan jika sonikasi sampai larutan jernih. Encerkan secara
perlu bertahap Larutan baku yang diperoleh dari kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Larutan
Penetapan kadar dengan campuran air - Pengencer (1:1) metanol hingga kadar lebih kurang 0,0125 mg per ml.
hingga kadar lebih kurang 1,25 µg per ml. Larutan uji Tahap A Timbang dan serbukkan tidak
Larutan uji Pipet 25 ml beningan dari Larutan uji kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
Tahap A yang diperoleh dari Penetapan kadar ke dalam tablet setara dengan lebih kurang 25 mg karvedilol,
labu tentukur 50-ml, encerkan dengan air sampai tanda. masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. Tambahkan 10
Saring melalui penyaring yang sesuai dengan porositas ml air, kocok dan tambahkan 70 ml Pengencer, sonikasi
0,45 µm. selama lebih kurang 30 menit. Kocok secara mekanik
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada lebih kurang 30 menit dan encerkan dengan Pengencer
Kromatografi <931>. Lakukan penetapan seperti tertera sampai tanda. Larutan ini mempunyai kadar lebih kurang
pada Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap 0,25 mg per ml. Sentrifus lebih kurang 50 ml larutan pada
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons 2000 rpm selama 10 menit.
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan untuk Larutan uji Tahap B Pipet 10 ml beningan dari Larutan
puncak karvedilol tidak lebih dari 2,0 dan simpangan uji Tahap A ke dalam labu tentukur 200-ml dan encerkan
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0 dengan Larutan metanol sampai tanda. Saring melalui
%. penyaring yang sesuai dengan porositas 0,45 µm dan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume buang 5 ml filtrat pertama.
sama (lebih kurang 15 µl) Larutan uji dan Larutan baku
- 620 -
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada tambahkan 0,10 ml fenolftalein encer LP dan pada 25 ml
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi cairan yang lain tambahkan 0,05 ml jingga metil LP.
dilengkapi dengan detektor 240 nmdan kolom 4,6 mm x 5 Kedua cairan tidak berwarna merah muda.
cm, berisi bahan pengisi L7. Pertahankan suhu kolom
pada 40°. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit dan waktu Zat larut dalam éter <1311> Tidak lebih dari 0,50%.
analisis lebih kurang 30 menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur Zat larut dalam air <1301> Tidak lebih dari 0,50 %
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor sebelum disaring pisahkan 200 ml larutan untuk
ikutan untuk puncak karvedilol tidak lebih dari 2,0 dan penetapan Pati dan dekstrin.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Warna dan akromisitas <1291> Metode II Ekstraksi
lebih dari 2,0%. perlahan-lahan 10,0 g zat dalam perkolator sempit dengan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume etanol P hingga diperoleh 50 ml. Warna larutan tidak
sama (lebih kurang 25 μl) Larutan baku dan Larutan uji lebih tua dari warna Larutan padanan W5 atau X6 atau
Tahap B ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan terhadap larutan yang dibuat sebagai berikut : Pada 3,0 ml
ukur respons puncak utama. Hitung persentase karvedilol, tembaga(II) sulfat LK tambahkan 7,0 ml asam klorida P
C24H26N2O4, dengan rumus: 1%. Encerkan 0,5 ml dengan asam klorida P 1% sampai
10 ml.
C rU
100 S Daya serap <1221>Metode II Waktu tenggelam tidak
CU rS lebih dari 10 detik.
Kasa Pembalut terdiri dari kain katun dengan tenunan Susut pengeringan Tidak lebih dari 8,0%; lakukan
sederhana, dikelantang menjadi putih dan dimurnikan. pengeringan pada suhu 100 sampai 105 hingga bobot
Praktis tidak berbau. Hampir bebas dari kerusakan tetap, menggunakan lebih kurang 5 g zat.
tenunan dan mengandung tidak lebih dari sesepora sisa
daun, perikarp kulit biji atau cemaran lain. Sisa pemijaran <301>Metode II Tidak lebih dari 0,75 %
untuk kasa pembalut jenis 13 ringan dan tidak lebih dari
Identifikasi serat Lakukan menurut uji A,B dan D seperti 0,40% untuk kasa pembalut jenis lain; lakukan penetapan
tertera pada Katun dalam Identifikasi Serat <841>. menggunakan 5 g zat.
Fluoresensi Lakukan pengamatan di bawah cahaya Jumlah benang per 10 cm Memenuhi syarat seperti
ultraviolet 365 nm; tidak lebih dari beberapa serat tertera pada tabel; lakukan penetapan sebagai berikut:
terisolir menunjukkan fluoresensi biru terang; dua lapis Hitung jumlah benang arah memanjang dan arah melebar
lipatan hanya menunjukkan sedikit fluoresensi ungu pada potongan bentuk segi empat dengan sisi 10 cm, jauh
kecoklatan dan beberapa partikel kuning. dari tepi pada 3 tempat yang berbeda, dari gulungan yang
sama. Hitung jumlah benang rata-rata pada tiap arah.
Keasaman-kebasaan Pada 15,0 g zat tambahkan 150 ml
air bebas karbondioksida P, maserasi selama 2 jam Bobot per satuan luas Memenuhi syarat seperti tertera
dalam labu tetutup, enaptuangkan larutan, peras hati-hati pada tabel; lakukan penimbangan menggunakan sepotong
sisa cairan dengan batang pengaduk kaca dan campur. pembalut dengan panjang 100 cm dan lebar penuh atau
Pisahkan 10 ml larutan untuk pengujian Zat aktif untuk contoh yang lebih kecil, potongan luas tidak kurang
permukaan dan saring sisanya. Pada 25 ml cairan,
- 621 -
dari 250 cm2, luas permukaan total tidak kurang dari 0,5 Beban regang minimum <761> Metode IV Memenuhi
m2. Hitung bobot per satuan luas. syarat seperti tertera pada tabel.
KASA PEMBALUT FRAMISETIN hingga bobot tetap. Hitung bobot per satuan luas kain
Framycetin Gauze Dressing dalam g per m2.
memanjang tidak kurang dari 74; untuk benang arah Zat larut dalam eter Tidak kurang dari 110 g per m2;
melebar tidak kurang dari 80; lakukan penetapan seperti lakukan penetapan menggunakan larutan eter yang
tertera pada Pembalut tidak meregang Metode I dalam diperoleh pada uji Bobot persatuan luas, uapkan dan
Jumlah Benang per Satuan Panjang <871> menggunakan keringkan pada suhu 105º hingga bobot tetap. Bagi bobot
kain diimpregnasi. sisa dengan luas pembalut yang digunakan dalam
penetapan.
Bobot per satuan luas Tidak kurang dari 39 g per m2;
lakukan penetapan sebagai berikut: Keluarkan pembalut Neamin Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera
dari wadah dan tentukan luasnya. Masukkan dengan pada Kromatografi <931>. Totolkan secara terpisah pada
pinset ke dalam ekstraktor sinambung, ekstraksi dengan tepi lempeng kromatografi silika gel H masing-masing 2
eter P selama 6 jam atau hingga semua salep terekstraksi μl (1) Larutan uji yang dibuat sebagai berikut: Pisahkan
sempurna. Pisahkan larutan eter untuk uji Zat larut dalam salep dari kasa dan lainnya, dispersikan 1,0 g dalam 20
eter. Keluarkan kain dan keringkan pada suhu 105º ml kloroform P, tambahkan 5 ml air, campur, biarkan
memisah dan gunakan lapisan air;
- 622 -
(2) larutan Neamin BPFI 0,004%. Masukkan lempeng ke lebih kurang 1 g zat, ekstraksi dengan 20 ml kloroform P
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan dan larutan dapar fosfat pH 8,0 steril hingga larutan
fase gerak amonium asetat LP 3,85% dibuat segar. mengandung framisetin sulfat 0,01%. Batas kesalahan
Angkat lempeng, keringkan dengan aliran udara hangat, fidusial tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105%
panaskan pada suhu 110º selama 10 menit dan semprot dari potensi yang diperkirakan. Hitung kadar framisetin
lempeng panas dengan mengencerkan natrium hipoklorit sulfat dalam tiap gram campuran salep, tiap 676 unit
LP dengan air hingga mengandung 0,5% klor. Keringkan setara dengan 1 mg framisetin sulfat. Batas kesalahan
dalam aliran udara dingin hingga daerah tersemprot di fidusial tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
bawah garis penotolan memberikan warna biru lemah 120,0% dari jumlah yang dinyatakan.
dengan 1 tetes kanji-kaliumiodida LP, hindarkan
pemaparan udara dingin lebih lama. Semprot lempeng Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
dengan kanji-kaliumiodida LP. Tiap bercak yang sesuai dengan cara inokulasi langsung menggunakan larutan
dengan neamin dari larutan (1) tidak lebih intensif dari yang dibuat sebagai berikut: gunakan secara aseptik
bercak yang diperoleh dari larutan (2). sejumlah kemasan yang cukup hingga diperoleh potongan
10 cm pembalut dan perlakukan terpisah. Masukkan tiap
Neomisin C Tidak lebih dari 3,0%; lakukan penetapan potongan ke dalam wadah berisi 200 ml isopropil miristat
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti P steril yang tidak bersifat antimikroba pada kondisi
tertera pada Kromatografi <931>. pengujian, campur baik-baik dan panaskan pada suhu
Fase gerak Buat campuran 97 ml tetrahidrofuran P, 1 tidak lebih dari 40º selama 15 menit dengan sesekali
ml air, 0,5 ml asam asetat glasial P dan encerkan dikocok hingga terdispersi. Masukkan 5 ml suspensi ini ke
secukupnya dengan larutan etanol mutlak P 2,0% dalam dalam wadah yang berisi 200 ml larutan Ringer steril
kloroform bebas etanol P hingga 250 ml, saring dan berkekuatan seperempat yang ditambahkan polisorbat 80
awaudarakan. P 1%, campur baik-baik. Masukkan 1 ml larutan ini ke
Larutan baku Tambahkan 1,5 ml larutan segar 1- dalam media perbenihan hingga pengenceran mendekati
fluoro-2,4-dinitrobenzen P 2% dalam metanol P pada 0,5 kelipatan 10. Inkubasikan media dan amati perbenihan.
ml Framisetin Sulfat BPFI 0,10% dalam natrium
tetraborat 0,02 M, panaskan di atas tangas air pada suhu
60º selama 1 jam dan dinginkan. Encerkan dengan Fase KASA PEMBALUT KLORHEKSIDIN
gerak hingga 25 ml, biarkan dan gunakan lapisan bawah Chlorhexidin Gauze Dressing
yang jernih.
Larutan uji Pisahkan salep dari kasa dan bahan lainnya Kasa Pembalut Klorheksidin terdiri dari tenunan kain
dan dispersikan 0,5 g dalam 20 ml kloroform P, linen dengan dua benang yang dipilin pada tiap lapis,
tambahkan 5 ml natrium tetraborat 0,02 M, campur dan benang arah memanjang dan arah melebar terdiri dari
biarkan memisah. Lanjutkan menurut cara yang tertera benang katun atau benang viskosa atau campuran benang
pada Larutan baku menggunakan 0,5 ml lapisan air. katun dan benang viskosa. Kain diimpregnasi secara rata
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dengan salep yang sesuai, mengandung dispersi
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi klorheksidin asetat. Pembalut tersedia dalam kemasan
dilengkapi dengan detektor 350 nm dan kolom baja tahan tunggal steril.
karat 4,6 mm x 20 cm berisi bahan pengisi L3. Laju alir
lebih kurang 1,6 ml per menit. Jika perlu atur kandungan Kain
tetrahidrofuran P dan air dalam fase gerak hingga
diperoleh resolusi Larutan baku sama dengan resolusi Identifikasi serat <841> Memenuhi uji untuk Katun atau
Framisetin Sulfat BPFI. Lewatkan Fase gerak pada Viskosa atau keduanya, Katun dan Viskosa, menggunakan
kolom beberapa jam sebelum larutan disuntikkan, kain terekstraksi yang diperoleh pada uji Zat larut dalam
lanjutkan kromatografi hingga 1,4 kali waktu retensi air.
puncak neomisin B. Efesiensi kolom ditetapkan
menggunakan puncak neomisin B dalam kromatogram Jumlah benang per 10 cm Untuk benang arah
Larutan baku; jumlah lempeng teoritis tidak kurang dari memanjang tidak kurang dari 74; untuk benang arah
13.000 lempeng per m. melebar tidak kurang dari 80; lakukan penetapan seperti
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume tertera pada Pembalut tidak meregang Metode I dalam
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji Jumlah Benang per Satuan Panjang <871>, mengunakan
ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama. Luas kain diimpregnasi.
puncak neomisin (Larutan uji) tidak lebih dari 3,0% dari
jumlah luas puncak neomisin B dan neomisin C. Bobot per satuan luas <771> Tidak kurang dari 49 g per
m2; lakukan penetapan sebagai berikut: Keluarkan kasa
Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti tertera pada pembalut dari wadah dan hitung luas. Masukkan dengan
Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi dan pinset ke dalam ekstraktor sinambung, ekstraksi dengan
Larutan uji yang dibuat sebagai berikut: Pisahkan salep eter P selama 6 jam atau hingga semua salep terektraksi
dari kasa dan bahan lainnya, campur. Timbang saksama sempurna. Pisahkan larutan eter untuk uji Zat Larut
- 623 -
dalam Eter <1311>. Keluarkan kain dan keringkan pada masing-masing media perbenihan hingga pengenceran
suhu 105o hingga bobot tetap. Hitung bobot per satuan mendekati kelipatan 10. Inkubasikan media inokulasi dan
luas kain dalam g per m2. amati perbenihan.
Salep
KETAMIN HIDROKLORIDA
Kandungan klorheksidin asetat C22H30Cl2N10. 2C2H4O2 Ketamine Hydrochloride
Tidak kurang dari 0,4 % dan tidak lebih dari 0,6 %.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 20 bpj. Kromatografi <931>.
Dapar Larutkan 5,75 g amonium fosfat monobasa P
Senyawa sejenis Senyawa sejenis A Ketamin tidak lebih dalam 1000 ml air. Tambahkan 6 ml trietilamina P dan
dari 0,1%; cemaran lain yang tidak diketahui, tidak lebih atur pH hingga 3,0 dengan penambahan asam fosfat P.
dari 0,3% dan total cemaran yang tidak diketahui, tidak Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P (65:35),
lebih dari 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatografi <931>.
Fase gerak Larutkan 0,95 g natrium heksansulfonat P Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama masing-
dalam 1000 ml campuran air-asetonitril P (3:1). masing lebih kurang 12,5 mg Ketamin Hidroklorida BPFI
Tambahkan 4 ml asam asetat P, saring dan awaudarakan. dan Senyawa sejenis A Ketamin BPFI, masukkan ke
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dalam Fase gerak,
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. jika perlu sonikasi, encerkan dengan Fase gerak sampai
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ketamin tanda. Pipet 10 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml,
Hidroklorida BPFI dan Senyawa sejenis A Ketamin encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar masing- Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10 mg
masing lebih kurang 0,005 mg per ml (jika perlu lakukan Ketamin Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam labu
sonikasi). Larutan dibuat segera sebelum digunakan. tentukur 50-ml, tambahkan 20 ml Fase gerak, sonikasi
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, sampai larut. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg zat,
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda, jika perlu masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan
lakukan sonikasi. lebih kurang 35 ml Fase gerak, sonikasi sampai larut.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom pelindung Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
4,0 mm x 4,0 cm dengan kolom analitik 4,0 mm x 12,5 dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x
cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm. 25 cm, berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5
Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
urutan eluat adalah ketamin hidroklorida diikuti dengan pada Prosedur: urutan eluat adalah ketamin hidroklorida
senyawa sejenis A ketamin; resolusi, R, antara puncak diikuti dengan senyawa sejenis A ketamin; resolusi, R,
ketamin hidroklorida dengan puncak senyawa sejenis A antara puncak ketamin hidroklorida dengan puncak
ketamin tidak kurang dari 2,0; waktu retensi ketamin senyawa sejenis A ketamin tidak kurang dari 2,0;
hidroklorida adalah antara 3,0 dan 4,5 menit (jika perlu efisiensi kolom dari puncak ketamin tidak kurang dari
atur kadar air dan asetonitril); faktor ikutan tidak lebih 9400 lempeng teoritis dan faktor ikutan dari puncak
dari 1,5. ketamin tidak lebih dari 1,6. Lakukan kromatografi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume terhadap Larutan baku dan rekam kromatogram dan ukur
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji respons puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram, identifikasi baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,6%.
puncak ketamin hidroklorida dan senyawa sejenis A Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
ketamin, ukur respons puncak masing-masing. Hitung sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
rumus: respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg ketamin
hidroklorida, C13H16ClNO.HCl, dalam zat yang
C ri digunakan dengan rumus:
5000
W rS r
100 C U
C adalah kadar Ketamin Hidroklorida BPFI dalam mg rS
per ml Larutan baku; W adalah bobot zat dalam mg yang
digunakan untuk membuat Larutan uji; ri adalah respons C adalah kadar Ketamin Hidroklorida BPFI, dalam mg
puncak masing-masing cemaran dalam Larutan uji dan rS per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
adalah respons puncak ketamin hidroklorida dari Larutan respons puncak ketamin dari Larutan uji dan Larutan
baku. baku.
- 625 -
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
baik pada suhu 25º, diperbolehkan pada suhu antara 15º pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
dan 30º. 269 nm menggunakan asam sulfat 0,1 N yang dijenuhkan
dengan kloroform P sebagai blangko. Hitung jumlah
dalam mg ketamin hidroklorida, C13H16ClNO, dalam tiap
INJEKSI KETAMIN HIDROKLORIDA ml injeksi yang digunakan dengan rumus:
Ketamine Hydrocloride Injection
237 , 73 2 C AU
AS
Injeksi Ketamin Hidroklorida adalah larutan steril
ketamin hidroklorida dalam Air untuk Injeksi. 274 ,19 V
Mengandung ketamin hidroklorida, setara dengan
ketamin, C13H16ClNO, tidak kurang dari 95,0% dan tidak 237,73 dan 274,19 berturut-turut adalah bobot molekul
lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. ketamin dan ketamin hidroklorida; C adalah kadar
Ketamin Hidroklorida BPFI dalam µg per ml Larutan
Baku pembanding Ketamin Hidroklorida BPFI; tidak baku; V adalah volume injeksi yang digunakan dalam ml;
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Endotoksin BPFI; AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan
[Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi Larutan baku.
harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi.]
Rekonstitusi semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I, terlindung
lemari pendingin. cahaya dan panas.
Identifikasi
A. Spektrum serapan ultraviolet enceran larutan injeksi KETOKONAZOL
yang mengandung lebih kurang 800 µg per ml ketamin Ketoconazole
dalam natrium hidroksida metanol 0,01 N pada panjang
gelombang antara 250 dan 350 nm menunjukkan
maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang
sama seperti pada Ketamin Hidroklorida BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
gelombang yang sama seperti pada Larutan baku dalam
Penetapan kadar.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 80º Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
selama 4 jam. Fase gerak Buat campuran n-heksan P-etil asetat P-
metanol P-air-asam asetat glasial P (42:40:15:2:1).
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan Tidak dijenuhkan.
penetapan menggunakan 2 g zat. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ketokonazol
BPFI, larutkan dalam kloroform P hingga kadar 1 mg per
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> setara dengan lebih kurang 50 mg ketokonazol, masukkan
Metode IV Memenuhi syarat. ke dalam labu yang sesuai, tambahkan 50 ml kloroform
P, kocok selama lebih kurang 2 menit dan saring.
Kemurnian kromatografi Lakukan Kromatografi lapis Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>. µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
Fase gerak Campuran n-heksan P-etil asetat P-metanol kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm dan biarkan
P-air-asam asetat glasial P (42:40:15:2:1). Tidak bercak mengering. Masukkan lempeng ke dalam bejana
dijenuhkan. kromatografi yang tidak jenuh, berisi Fase gerak dan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg zat, biarkan merambat lebih kurang tiga per empat tinggi
larutkan dalam 3,0 ml kloroform P. lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ketokonazol keringkan dengan aliran udara kering. Amati lempeng di
BPFI, larutkan dalam kloroform P hingga kadar 10 mg bawah cahaya ultraviolet 254 nm, harga RF bercak utama
per ml. yang diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan Larutan
Enceran larutan baku Encerkan sejumlah Larutan baku.
baku dengan kloroform P hingga kadar 0,1 mg per ml.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 Disolusi <1231>
µl Larutan uji, 10 µl Larutan baku dan 2 µl Enceran Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,1 N.
larutan baku pada lempeng kromatografi silika gel P Alat tipe 2: 50 rpm.
setebal 0,25 mm dan biarkan bercak mengering. Waktu: 30 menit.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang Prosedur Lakukan penetapan jumlah C26H28Cl2N4O4
berisi Fase gerak dan biarkan merambat sampai tiga per yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot yang telah
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng dan keringkan disaring melalui penyaring yang sesuai dengan porositas
dengan aliran udara kering. Uapi lempeng dengan uap 0,45 m, jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan
iodum P dalam bejana tertutup, tandai bercak: ukuran dan serapan larutan baku Ketokonazol BPFI dalam media
harga RF bercak utama Larutan uji sama dengan Larutan yang sama pada panjang gelombang 270 nm.
baku. Bercak lain selain bercak utama Larutan uji tidak Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
lebih intensif dari bercak utama Enceran larutan baku. kurang dari 80% (Q) C26H28Cl2N4O4, dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 200
mg zat, larutkan dalam 40 ml asam asetat glasial P. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik
akhir secara potensiometrik. Lakukan penetapan blangko. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Tiap ml asam perklorat 0,1 N Kromatografi <931>.
setara dengan 26,57 mg C26H28Cl2N4O4 Fase gerak Buat campuran larutan diisopropilamina P
dalam metanol P (1 dalam 500)-larutan amonium asetat P
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. (1 dalam 200) (7:3). Saring dan awaudarakan.
Pelarut Campuran metanol P-metilen klorida P (1:1).
Larutan baku internal Larutkan dan encerkan sejumlah
TABLET KETOKONAZOL Terkonazol BPFI dalam Pelarut hingga kadar lebih
KetoconazoleTablet kurang 5 mg per ml.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20 mg
Tablet Ketokonazol mengandung ketokonazol, Ketokonazol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
C26H28Cl2N4O4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih ml, tambahkan 5,0 ml Larutan baku internal, encerkan
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. dengan Pelarut sampai tanda.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
Baku pembanding Ketokonazol BPFI; lakukan 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 80º selama 4 dengan lebih kurang 200 mg ketokonazol, masukkan ke
jam sebelum digunakan. Terkonazol BPFI; tidak boleh dalam botol bertutup ulir yang sesuai, tambahkan 50,0 ml
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Pelarut, kocok menggunakan alat mekanik selama 30 menit
- 627 -
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 450
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. mg zat, larutkan dalam 25 ml etanol P. Tambahkan 25 ml
Dapar pH 3,5 Larutkan 68,0 g kalium fosfat monobasa air dan beberapa tetes merah fenol LP. Titrasi dengan
P dalam 1000 ml air, atur hingga pH 3,5+0,05 dengan natrium hidroksida 0,1 N LV yang telah dibakukan
penambahan asam fosfat P. dengan baku primer asam benzoat. Lakukan penetapan
Fase gerak Buat campuran Dapar pH 3,5 asetonitril blangko jika perlu lakukan koreksi.
P-air (2:43:55), saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
tertera pada Kromatografi <931>. setara dengan 25,43 mg C16H14O3
Larutan kesesuaian sistem Larutkan sejumlah tertentu
Ketoprofen BPFI dan 3-benzoil benzoat encerkan secara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Fase gerak
hingga diperoleh kadar berturut-turut 0,01 mg dan 5 µg
per ml. [Catatan Lindungi larutan dari cahaya.] KAPSUL KETOPROFEN
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ketoprofen Ketoprofen Capsule
BPFI, larutkan dalam Fase gerak sehingga diperoleh
kadar lebih kurang 2 µg per ml. [Catatan Lindungi
Kapsul Ketoprofen mengandung ketoprofen, C16H14O3,
larutan dari cahaya].
tidak kurang dari 92,5% dan tidak lebih dari 107,5% dari
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg zat,
jumlah yang tertera pada etiket.
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. [Catatan
Baku pembanding Ketoprofen BPFI; lakukan
Lindungi larutan dari cahaya.]
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60 selama 4
jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
rapat. Senyawa Sejenis A Ketoprofen BPFI (3-
dilengkapi dengan detektor 233 nm dan kolom 4,6 mm x
Asetilbenzofenon). Senyawa Sejenis C Ketoprofen
15 cm, berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 3
BPFI{Asam 2-(3-karboksifenil) propionat}.
m. Laju alir lebih kurang 1,0 ml per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
Identifikasi Kocok sejumlah isi kapsul yang
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada
mengandung 500 mg ketoprofen dengan 50 ml kloroform
Prosedur: waktu retensi relatif untuk asam 3-
P selama 5 menit, saring, uapkan hingga kering
benzoilbenzoat dan ketoprofen berturut-turut lebih kurang
menggunakan penguap rotasi, percepat penghabluran
0,8 dan 1,0; resolusi, R, antara asam 3-benzoilbenzoat dan
dengan menggesek bagian dalam cawan dengan
ketoprofen tidak kurang dari 4; efisiensi kolom yang
pengaduk kaca. Spektrum serapan inframerah hablur
ditetapkan dari puncak ketoprofen, tidak kurang dari 2250
yang didispersikan dalam kalium bromida P
lempeng teoritis dan faktor ikutan untuk puncak
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
ketoprofen tidak lebih dari 2,0. Lakukan kromatografi
gelombang yang sama seperti pada Ketoprofen BPFI.
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
Disolusi <1231>
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5%.
Media disolusi: 900 ml dapar fosfat yang dibuat
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dengan melarutkan 1,46 g kalium fosfat monobasa P dan
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji 20,06 g natrium fosfat dibasa P dalam air hingga 1000 ml,
ke dalam kromatograf, lakukan kromatografi selama 7 kali
atur pH hingga 7,5 dengan penambahan asam fosfat P.
waktu retensi ketoprofen, rekam kromatogram dan ukur
Alat tipe 2:50 rpm.
respons puncak. Hitung persentase masing-masing
Waktu:45 menit.
cemaran dengan rumus yang sama.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah, C16H14O3 yang
terlarut dengan mengukur serapan alikuot yang
C r diencerkan dengan Media disolusi hingga kadar
10.000 i ketoprofen lebih kurang 0,001% dan serapan larutan baku
W rS Ketoprofen BPFI dalam media yang sama pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 260 nm.
C adalah kadar Ketoprofen BPFI dalam mg per ml dalam Serapan jenis pada panjang gelombang maksimum 260
Larutan baku; W adalah berat dalam mg ketoprofen dalam nm adalah 662.
Larutan uji; ri adalah respons puncak masing-masing Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
cemaran selain puncak utama ketoprofen yang diperoleh kurang dari 70% (Q) C16H14O3 dari jumlah yang tertera
dari Larutan uji; rS adalah respons puncak utama pada etiket.
ketoprofen dari Larutan baku.
Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara
Cemaran organik mudah menguap <471> Metode IV
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Memenuhi syarat.
- 629 -
Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan larutan yang Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
dibuat baru dan terlindung dari cahaya.]
Fase gerak Buat campuran Dapar fosfat pH 3,5 -
asetonitril P - air (2:43:55) yang dibuat baru. KETOROLAK TROMETAMIN
Pelarut A Buat campuran asetonitril P-air (40:60). Ketorolac Tromethamine
Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah Senyawa
Sejenis C Ketoprofen BPFI (Asam 2-(3-karboksifenil)
propionat) dalam Pelarut A hingga kadar 0,0002%. O OH
Angkat lempeng, tandai batas rambat dan biarkan kering. penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
Semprot lempeng dengan ninhidrin P 30 mg per ml dalam pada Kromatografi <931>.
etanol P yang dibuat segar dan panaskan lempeng pada Pelarut Buat campuran air-tetrahidrofuran P (70 :30).
suhu 150º selama lebih kurang 2 hingga 5 menit. Bercak Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ketorolak
kuning dengan batas merah muda sampai ungu Larutan Trometamin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pelarut
uji sesuai dengan Larutan baku. hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per ml. [Catatan
Lindungi larutan ini dari pengaruh cahaya.]
pH <1071> Antara 5,7 dan 6,7; lakukan penetapan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg zat,
menggunakan larutan (1 dalam 100). masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan
encerkan dengan Pelarut sampai tanda. [Catatan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Lindungi larutan ini dari pengaruh cahaya.]
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60º Larutan resolusi Masukkan 100 ml air, 100 ml
selama 3 jam. diklorometan P, 30 mg Ketorolak Trometamin BPFI dan
1 ml asam klorida P ke dalam corong pisah 250 ml.
Sisa pemijaran <301>Tidak lebih dari 0,1%. Tutup, kocok dan biarkan lapisan terpisah. Pindahkan
lapisan bawah diklorometan ke dalam labu kaca
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. borosilikat bersumbat dan buang lapisan atas. Paparkan
lapisan diklorometan pada sinar matahari langsung
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> selama 10 - 15 menit. Pipet 1 ml ke dalam vial. Uapkan
Metode V Memenuhi syarat. pada udara terbuka atau dengan aliran gas nitrogen P
hingga kering. Tambahkan 1 ml Pelarut dan aduk hingga
Kemurnian kromatografi Tidak lebih dari 0,1% untuk larut. [Catatan Larutan ini disimpan pada lemari
analog 1-keto ketorolak atau analog 1-hidroksi ketorolak; pendingin dan dapat digunakan selama kromatogram
tidak lebih dari 0,5% untuk cemaran lain dan tidak lebih yang diperoleh seperti tertera pada Prosedur sesuai
dari 1,0% untuk jumlah semua cemaran. Lakukan dengan kromatogram dari identifikasi puncak analog 1-
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi keto ketorolak dan analog 1-hidroksi ketorolac dan
seperti tertera pada Kromatografi <931>. pengukuran resolusi antara analog 1-keto ketorolak dan
Fase gerak, Pelarut, Larutan baku, Larutan resolusi, ketorolak.]
Larutan uji dan Sistem kromatografi Lakukan seperti Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
tertera pada Penetapan kadar. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Prosedur Lakukan kromatografi terhadap Larutan uji dilengkapi dengan detektor 313 nm dan kolom 4,6 mm x
seperti tertera pada Prosedur dalam Penetapan kadar 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 5
selama tiga kali waktu retensi ketorolak dan ukur respons μm dan pertahankan suhu kolom pada 40º. Laju alir lebih
semua puncak. kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat, Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons
dengan rumus: puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
analog ketorolak 1-keto, analog ketorolak 1-hidroksi dan
r ketorolak berturut-turut adalah lebih kurang 0,63; 0,89
100F i dan 1,0 dan resolusi, R, antara analog 1-keto ketorolak
rS dan ketorolak tidak kurang dari 1,5. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram
F adalah faktor respons masing-masing puncak cemaran dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
relatif terhadap ketorolak; ri adalah respons puncak untuk efisiensi kolom dari puncak analit tidak kurang dari 5500
masing-masing cemaran; dan rS adalah jumlah semua lempeng teoritis dan simpangan baku relatif pada
respons puncak cemaran dan puncak utama ketorolak; penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%.
nilai F untuk analog 1-keto ketorolak, analog1-hidroksi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
ketorolak, puncak cemaran dengan waktu retensi relatif sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji
0,5 dan 0,66 terhadap ketorolak berturut-turut adalah ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur
0,52; 0,67; 2,2 dan 0,91. respons puncak utama.
Hitung jumlah dalam mg ketorolak trometamin,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara C15H13NO3.C4H11NO3 dalam zat yang digunakan, dengan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada rumus:
Kromatografi <931>.
Dapar Larutkan 5,75 g amonium fosfat monobasa P r
dalam 1000 ml air. Atur pH hingga 3,0 dengan 50C U
penambahan asam fosfat P. rS
Fase gerak Buat campuran Dapar-tetrahidrofuran P
(70:30) aduk, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
- 631 -
C adalah kadar Ketorolak Trometamin BPFI dalam mg Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah Ketorolak Trometamin BPFI, larutkan dan encerkan
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 0,24 mg per
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, ml. [Catatan Lindungi larutan ini dari pengaruh
tidak tembus cahaya, simpan pada suhu 25°, masih cahaya.]
diperbolehkan pada suhu antara 15° dan 30°. Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan dan
5 ml Larutan baku internal ke dalam labu tentukur 50-ml,
encerkan dengan Pelarut sampai tanda. [Catatan
INJEKSI KETOROLAK TROMETAMIN Lindungi larutan dari pengaruh cahaya.]
Ketorolac Tromethamine Injection Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi setara
dengan lebih kurang 12 mg ketorolak trometamin, ke
Injeksi Ketorolak Trometamin adalah larutan steril dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan metanol P
ketorolak trometamin. Mengandung ketorolak sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ini dan 5 ml Larutan baku
trometamin, C15H13NO3.C4H11NO3, tidak kurang dari internal ke dalam labu ukur 50-ml kedua, encerkan
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang dengan Pelarut sampai tanda. [Catatan Lindungi kedua
tertera dalam etiket. larutan ini dari pengaruh cahaya.]
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
pirogenik, penanganan vial dan isinya harus hati-hati dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
untuk menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi, 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang µm. Laju alir lebih kurang 1,2 ml per menit. Lakukan
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. kromatografi terhadap Larutan baku dan rekam
Ketorolak Trometamin BPFI, lakukan pengeringan dalam kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
hampa udara pada suhu 60 selama 3 jam dalam wadah pada Prosedur: waktu retensi relatif ketorolak dan
tertutup rapat dan terlindung cahaya. naproksen, berturut-turut lebih kurang 0,7 dan 1,0;
resolusi, R, antara ketorolak dan naproksen tidak kurang
Identifikasi Buat campuran Larutan baku dan Larutan dari 5,4; efisiensi kolom dari puncak ketorolak tidak
uji (1:1) dan lakukan kromatografi terhadap campuran kurang dari 2700 lempeng teoritis; faktor ikutan puncak
tersebut seperti tertera pada Penetapan kadar. tidak lebih dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada
Kromatogram memberikan dua puncak utama yang sesuai penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%.
dengan puncak ketorolak dan baku internal. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 5,8 unit ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Endotoksin FI per mg ketorolak trometamin. respons puncak utama.
Hitung jumlah dalam mg ketorolak trometamin,
Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan C15H13NO3.C4H11NO3, dalam tiap ml injeksi yang
dengan Penyaringan membran seperti tertera pada Uji digunakan dengan rumus:
Sterilitas.
C R
pH <1071> Antara 6,9 dan 7,9. 50 U
V R S
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti tertera
pada Injeksi Volume Kecil. C adalah kadar Ketorolak Trometamin BPFI dalam mg
per ml Larutan baku persediaan; V adalah volume dalam
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi. ml injeksi yang digunakan untuk menyiapkan Larutan
uji; RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara puncak ketorolak terhadap baku internal dari Larutan uji
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dan Larutan baku.
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran metanol P-air-asam asetat Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal,
glasial P (55:44:1). Saring dan awaudarakan. Jika perlu sebaiknya dari kaca Tipe I, pada suhu ruang, terlindung
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti cahaya.
tertera pada Kromatografi <931>. Resolusi dapat
ditingkatkan dengan menambah jumlah air dalam Fase
gerak. TABLET KETOROLAK TROMETAMIN
Pelarut Buat campuran metanol P-air (1:1). Ketorolac Tromethamine Tablet
Larutan baku internal Buat larutan naproksen P dalam
metanol P dengan kadar lebih kurang 0,3 mg per ml. Tablet Ketorolak Trometamin mengandung ketorolak
trometamin, C15H13NO3. C4H11NO3, tidak kurang dari
- 632 -
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang melarut; AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan
tertera pada etiket. uji dan Larutan baku.
Baku pembanding Ketorolak Trometamin BPFI, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60 Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
selama 3 jam dalam wadah tertutup rapat dan terlindung Kromatografi <931>.
cahaya. Fase gerak, Pelarut, Larutan baku internal, Larutan
baku persediaan, Larutan baku dan Sistem kromatografi
Identifikasi Buat campuran Larutan baku dan Larutan Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
uji (1:1) dan lakukan kromatografi terhadap campuran Injeksi Ketorolak Trometamin.
tersebut seperti tertera pada Penetapan kadar. Larutan uji Masukkan 10 tablet ke dalam labu tentukur
Kromatogram hanya memberikan dua puncak utama yang yang sesuai, untuk memperoleh kadar setara dengan lebih
sesuai dengan puncak ketorolak dan baku internal. kurang 0,2 mg ketorolak trometamin per ml. Tambahkan
sejumlah air lebih kurang 10% dari volume labu dan
Disolusi <1231> sonikasi hingga tablet hancur. Tambahkan sejumlah
Media disolusi: 600 ml air. metanol P hingga lebih kurang 40% dari volume labu dan
Alat tipe 2: 50 rpm. sonikasi lebih kurang 10 menit untuk melarutkan
Waktu: 45 menit. ketorolak trometamin. Dinginkan hingga suhu ruang dan
Prosedur Lakukan penetapan jumlah encerkan dengan metanol P sampai tanda. Sentrifus atau
C15H13NO3.C4H11NO3 yang terlarut dengan mengukur biarkan mengendap. Pipet 5 ml beningan dan 5 ml
serapan alikuot, jika perlu diencerkan dengan Media Larutan baku internal, ke dalam labu tentukur 50-ml,
disolusi dan serapan larutan baku Ketorolak Trometamin encerkan dengan Pelarut sampai tanda. [Catatan
BPFI yang diketahui kadarnya dalam media yang sama Lindungi larutan ini dari pengaruh cahaya.]
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
322 nm. kadar dalam Injeksi Ketorolak Trometamin.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak Hitung jumlah dalam mg ketorolak trometamin,
kurang dari 75% (Q) C15H13NO3. C4H11NO3, dari jumlah C15H13NO3.C4H11NO3 dalam tiap tablet yang digunakan
yang tertera pada etiket. dengan rumus:
Pemerian Serbuk hablur atau serbuk amorf; putih sampai Setelah dingin encerkan dengan dapar yang sama hingga
putih kekuningan; tidak berbau. 100 ml.
[Catatan Larutan substrat dapat disimpan dalam
Kelarutan Jumlah setara dengan 100.000 unit keadaan beku dan digunakan setelah dicairkan, tetapi
Kimotripsin FI larut dalam 10 ml air dan dalam 10 ml harus segera dibekukan setelah pembuatan.]
larutan natrium klorida 0,9%. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
dalam asam klorida 0,0012 N hingga kadar kimotripsin
Baku pembanding Kimotripsin BPFI; simpan dalam antara 12 dan 16 unit Kimotripsin FI per ml. Pengenceran
wadah tertutup rapat dan di dalam lemari pendingin. benar, jika selama melakukan penetapan kadar, terjadi
Biarkan isi mencapai suhu ruang sebelum dibuka dan perubahan serapan antara 0,008 dan 0,012 dalam tiap
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. Hablur selang waktu 30 detik.
Tripsin BPFI; simpan dalam wadah tertutup rapat, di Prosedur [Catatan Lakukan penyesuaian dari substrat
dalam lemari pendingin. Biarkan isi mencapai suhu ruang dan periksa parameter spektrofotometer dengan
sebelum dibuka dan tidak boleh dikeringkan sebelum melakukan Prosedur menggunakan Kimotripsin BPFI
digunakan. sebagai pengganti zat uji.] Lakukan penetapan kadar
menggunakan spektrofotometer yang dilengkapi dengan
Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung pengatur suhu 25° ± 0,1° di dalam ruang sel. Ukur suhu
Pseudomonas aeruginosa, Salmonella sp. dan di dalam sel reaksi sebelum dan sesudah pengukuran
Staphylococcus aureus. serapan, berbeda tidak lebih dari 0,5°. Pipet 0,2 ml asam
klorida 0,0012 N dan 3,0 ml Larutan substrat, masukkan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%; ke dalam sel. Masukkan sel ke dalam spektrofotometer, ]
lakukan pengeringan dalam oven hampa udara pada suhu dan atur alat tersebut hingga serapan 0,200 pada panjang
60oC selama 4 jam. gelombang 237 nm. Pipet 0,2 Larutan uji ke dalam sel
yang lain, tambahkan 3,0 ml Larutan substrat, masukkan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 2,5%. ke dalam spektrofotometer. [Catatan Lakukan tahapan
penambahan dengan hati-hati dan waktu reaksi dimulai
Tripsin Tidak lebih dari 1%. pada saat penambahan Larutan substrat.] Ukur serapan
Larutan uji Larutkan 100 mg zat uji dalam 10,0 ml air. dengan selang waktu 30 detik selama tidak kurang dari 5
Dapar tris (hidroksimetil)aminometana 0,08 M, pH 8,1 menit. Ulangi prosedur ini dengan pengenceran yang sama
Larutkan 294 mg kalsium klorida P dalam 40 ml sekurang-kurangnya 1 kali. Kecepatan konstan dari
tris(hidroksimetil)aminometana 0,20 M, atur pH 8,1 perubahan serapan lebih penting dari harga serapan
dengan asam klorida 1 N dan encerkan dengan air hingga mutlak. Jika kecepatan perubahan tidak konstan selama
100 ml. tidak kurang dari 3 menit, ulangi pengujian, jika perlu
Larutan substrat Timbang 98,5 mg p-toluensulfonil L- gunakan kadar yang lebih rendah. Kecepatan perubahan
argininmetil ester hidroklorida P yang sesuai untuk serapan dalam penetapan ulang pada pengeceran yang
penetapan kadar tripsin, masukkan ke dalam labu sama sesuai dengan penetapan ulang pada pengeceran
tentukur 25 ml. Tambahkan Dapar tris(hidroksimetil) yang sama sesuai dengan penetapan pertama. Hitung
amino metana 0,08 M pH 8,1, goyang hingga substrat perubahan serapan rata-rata per menit, menggunakan
larut. Tambahkan 0,25 ml merah metil-biru metilen LP, hanya harga dalam bagian waktu 3 menit dari kurva
encerkan dengan air sampai tanda. dengan perubahan kecepatan serapan yang konstan. Buat
Prosedur [Catatan Tetapkan kesesuaian dari substrat kurva serapan terhadap waktu. Satu unit Kimotripsin FI
dengan melakukan Prosedur menggunakan sejumlah adalah aktivitas yang menyebabkan perubahan serapan
Hablur Tripsin BPFI sebagai pengganti zat uji.] Pipet 50 0,0075 per menit dalam kondisi seperti tertera dalam
µl Larutan kimotripsin ke dalam lempeng tetes penetapan kadar. Hitung jumlah unit Kimotripsin FI per
tambahkan 0,2 ml Larutan substrat: tidak terjadi warna mg, dengan rumus:
ungu dalam waktu 3 menit.
A2 A1
Penetapan kadar 0,0075TW
Dapar fosfat 1/15 M pH 7,0 Larutkan 4,54 g kalium
fosfat monobasa P dalam air hingga 500 ml. Larutkan 4,73 A2 adalah serapan garis lurus pembacaan awal; A1 adalah
g natrium fosfat dibasa anhidrat P dalam air hingga 500 waktu dalam serapan garis lurus pembacaan akhir; T
ml. Campur 38,9 ml larutan kalium fosfat monobasa P adalah waktu dalam menit, antara awal dan akhir
dengan 61,1 ml larutan natrium fosfat dibasa P. Jika pembacaan; W adalah bobot kimotripsin dalam mg per
perlu atur pH 7,0 dengan menambahkan larutan volume larutan yang digunakan untuk penetapan serapan.
natriumfosfat dibasa P tetes demi tetes.
Larutan substrat Timbang saksama lebih kurang 23,7 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
mg N-asetil-L-tirosina etil ester P, yang sesuai untuk dan hindari terkena panas yang berlebih.
penetapan kadar kimotripsin, larutkan dalam lebih kurang
50 ml Dapar fosfat 1/15 M pH 7,0 dengan dihangatkan.
- 634 -
cemaran G, cemaran H, cemaran I, cemaran J, cemaran digunakan untuk membuat Larutan uji; rU dan rS berturut-
K, cemaran L, cemaran M, cemaran N, cemaran O, turut adalah respons puncak klaritromisin Larutan uji dan
cemaran P dan klaritromisin berturut-turut adalah lebih Larutan baku; dan P adalah kemurnian Klaritromisin BPFI.
kurang 0,42; 0,79; 0,89; 0,96; 1,27; 1,33; 1,72; 1,82; 0,38;
0,63; 1,59; 0,74; 0,81; 1,15; 1,38; 1,35 dan 1,0; Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
perbandingan puncak dan lembah (Hp/Hv) dari cemaran
D dan klaritromisin tidak kurang dari 3,0; Hp adalah
tinggi puncak cemaran D dari garis dasar dan Hv adalah KLARITROMISIN UNTUK SUSPENSI ORAL
tinggi di atas garis dasar dari titik terendah kurva pemisah Clarithromycin for Oral Suspension
puncak ini dari puncak klaritromisin. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku 2, rekam Klaritromisin untuk Suspensi Oral adalah campuran
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera kering klaritromisin, zat pendispersi, pengencer,
pada Prosedur: faktor ikutan untuk puncak utama pengawet dan perisa. Klaritromisin untuk suspensi oral
klaritromisin tidak lebih dari 1,7. mengandung klaritromisin, C38H69NO13, tidak kurang dari
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang
sama (lebih kurang 10 µl) Pengencer, Larutan baku 2, tertera pada etiket, 25 atau 50 mg per ml jika dikonstitusi
Larutan baku 3, Larutan baku 4 dan Larutan uji ke dalam seperti yang tertera pada etiket.
kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak. Hitung persentase dari masing-masing senyawa Baku pembanding Klaritromisin BPFI, tidak boleh
sejenis dalam zat dengan rumus: dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat.
Senyawa Sejenis A Klaritromisin BPFI, C39H71NO13, BM
C ri F
P
762,00 tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
50 S tertutup rapat dan dalam lemari pendingin.
W rS
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram
CS adalah kadar Klaritromisin BPFI dalam mg per ml Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Larutan baku 3; W adalah bobot dalam mg zat yang diperoleh pada Penetapan kadar.
digunakan untuk membuat Larutan uji; ri adalah respons
puncak masing-masing cemaran pada kromatogram Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Larutan uji; F adalah faktor koreksi 1,0; kecuali untuk Untuk serbuk dalam wadah dosis tunggal.
cemaran G dan H masing-masing 0,27 dan 0,15 yang
dihitung dari waktu retensi relatif terhadap puncak Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat.
klaritromisin lebih kurang 1,72 dan 1,82; rS adalah Untuk serbuk dalam wadah dosis ganda.
respons puncak utama klaritromisin pada kromatogram
Larutan baku 3; dan P adalah kemurnian Klaritromisin pH <1071> Antara 4,0 dan 5,4; lakukan penetapan
BPFI yang digunakan untuk membuat Larutan baku 1. menggunakan suspensi yang dikonstitusikan seperti yang
tertera pada etiket.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%;
pada Kromatografi <931>. lakukan pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan
Larutan A, Larutan B, Pengencer, Larutan baku 4 dan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60° selama 3 jam,
Larutan uji Lakukan seperti yang tertera pada Senyawa menggunakan 1 g zat.
sejenis.
Larutan baku Gunakan Larutan baku 1 seperti yang Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
tertera pada Senyawa sejenis. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada Kromatografi <931>.
Senyawa sejenis. Simpangan baku relatif pada Fase gerak Buat campuran metanol P-kalium fosfat
penyuntikan ulang Larutan baku tidak lebih dari 1,5%. monobasa 0,067 M (600:400), atur pH hingga 3,5 dengan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume penambahan asam fosfat P, saring melalui penyaring
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji dengan porositas 0,5 m atau lebih kecil dan
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
respons puncak utama. Hitung persentase klaritromisin, Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
C38H69NO13, dalam zat dengan rumus: <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
C rU
P Klaritromisin BPFI, larutkan dalam metanol P, kocok
50 S
W rS dan jika perlu sonikasi hingga kadar lebih kurang 2100
g per ml, masukkan dalam perhitungan potensi
CS adalah kadar Klaritromisin BPFIdalam mg per ml Klaritromisin BPFI, dalam g per mg. Pipet 10 ml
Larutan baku; W adalah bobot dalam mg zat yang larutan ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan
- 636 -
r
2
t
5 , 545 900 CD U
wh / 2 rS
faktor ikutan tidak kurang dari 1,0 dan tidak lebih dari D adalah faktor pengenceran yang digunakan untuk
1,7; faktor kapasitas, k’, tidak kurang dari 2,5 dan tidak penyiapan Larutan uji, notasi yang lain seperti tertera
lebih dari 6 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan pada Penetapan kadar.
ulang tidak lebih dari 2,0%. Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume kurang dari 80% (Q) C38H69NO13, dari jumlah yang
sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan Larutan uji tertera pada etiket.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 6,0%;
klaritromisin, C38H69NO13, dalam tiap ml suspensi oral lakukan pengeringan dalam hampa udara dengan tekanan
terkonstitusi dengan rumus: tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 110° selama 3 jam.
C rU
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
50
Vv rS Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
C adalah kadar Klaritromisin BPFI dalam g per ml Kromatografi <931>.
Larutan baku; V adalah volume dalam ml suspensi oral Fase gerak Buat campuran metanol P-kalium fosfat
terkonstitusi yang digunakan dalam Larutan uji; v adalah monobasa 0,067 M (650:350), atur pH hingga 4,0 dengan
volume dalam ml beningan yang digunakan dalam penambahan asam fosfat P, saring melalui penyaring
Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons membran dengan porositas 0,5 m atau lebih kecil dan
puncak Larutan uji dan Larutan baku. awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian, menurut
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. <931>.
- 637 -
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klaritromisin dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji
BPFI, larutkan dalam metanol P, kocok dan jika perlu dan Larutan baku.
sonikasi untuk proses melarutkan hingga kadar klaritromisin
lebih kurang 625 g per ml, masukkan dalam perhitungan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
potensi Klaritromisin BPFI, dalam g per mg. Pipet 10 ml
larutan ini, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan
dengan Fase gerak sampai tanda. Saring melalui penyaring TABLET LEPAS LAMBAT KLARITROMISIN
membran dengan porositas 0,5 m atau lebih kecil. Larutan Clarithromycin Extended-Release Tablet
ini mengandung klaritromisin lebih kurang 125 g per ml.
Larutan resolusi Buat larutan Senyawa Sejenis A Tablet Lepas Lambat Klaritromisin mengandung
Klaritromisin BPFI dalam metanol P dengan kadar lebih klaritromisin, C38H69NO13, tidak kurang dari 90,0% dan tidak
kurang 625 g per ml. Pipet 10 ml larutan ini dan 10 ml lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan baku, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml,
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Baku pembanding Klaritromisin BPFI, tidak boleh
Larutan uji Timbang dan serbukkan sejumlah tablet yang dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat.
setara dengan lebih kurang 2000 mg klaritromisin, masukkan Senyawa Sejenis A Klaritromisin BPFI, C39H71NO13, BM
ke dalam labu tentukur 500-ml. Tambahkan 350 ml metanol P 762,00 tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah
dan kocok secara mekanik selama 30 menit. Encerkan dengan tertutup rapat dalam lemari pendingin.
metanol P sampai tanda, campur dan biarkan partikel yang
tidak larut mengendap. Pipet 3 ml beningan, masukkan ke Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan Fase gerak Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
sampai tanda. Saring sebagian larutan melalui penyaring diperoleh pada Penetapan kadar.
membran dengan porositas 0,5 m atau lebih kecil dan
gunakan filtrat. Disolusi <1231>
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Uji 1
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Media disolusi: 900 ml dapar fosfat 0,3 M pH 6,0 yang
dilengkapi dengan detektor 210 nm, kolom pelindung berisi dibuat dengan melarutkan 816,5 g kalium fosfat
bahan pengisi L1 dan kolom 4,6 mm x 15 cm berisi bahan monobasa P dan 48 g natrium hidroksida P dalam lebih
pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit dan kurang 4000 ml air, campur dan encerkan dengan air
pertahankan suhu kolom pada 50°. Lakukan kromatografi hingga 20.000 ml. Atur pH hingga 6,0 0,05 dengan
terhadap Larutan resolusi dan rekam kromatogram dan ukur penambahan asam fosfat P atau natrium hidroksida 1 N.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi Alat tipe 2: 75 rpm.
relatif klaritromisin dan Senyawa sejenis A klaritromisin Waktu: 30, 45, 60 dan 120 menit.
berturut-turut lebih kurang 0,75 dan 1,0; resolusi, R, antara Lakukan penetapan jumlah C38H69NO13 yang terlarut
klaritromisin dan senyawa sejenis A klaritromisin tidak dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
kurang dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku tertera pada Kromatografi <931>.
dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Larutan baku Timbang saksama sejumlah
tertera pada Prosedur: efisiensi kolom ditetapkan dari puncak Klaritromisin BPFI, larutkan dalam asetonitril P,
klaritromisin tidak kurang dari 750 lempeng teoritis jika encerkan dengan Media disolusi hingga diperoleh lima
dihitung menggunakan rumus: larutan yang diketahui kadar antara 60 hingga 600 g per
2 ml.
t Larutan uji Saring sebagian alikuot melalui penyaring
5,545
polietilen dengan porositas 35 m.
wh / 2
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
faktor ikutan tidak kurang dari 0,9 dan tidak lebih dari 1,5 Penetapan kadar.
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
lebih dari 2,0%. sama (lebih kurang 50 µl) lima Larutan baku dan Larutan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
sama (lebih kurang 20 hingga 50 µl) Larutan baku dan respons puncak utama. Buat analisis regresi linier untuk
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram memperoleh kurva baku, dengan menggunakan respons
dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg puncak setiap Larutan baku terhadap masing-masing
klaritromisin, C38H69NO13, dalam tiap tablet dengan kadar. Hitung jumlah klaritromisin, C38H69NO13, yang
rumus : terlarut dalam setiap interval waktu tertentu, dengan
50 C rU menggunakan respons puncak Larutan uji dan regresi linier
Larutan baku.
3 N rS
Toleransi Persentase klaritromisin, C38H69NO13, yang
C adalah kadar Klaritromisin BPFI dalam g per ml terlarut pada waktu tertentu memenuhi Tabel Penerimaan
Larutan baku; N adalah jumlah tablet yang digunakan; rU sebagai berikut:
638
Tabel Penerimaan
Waktu Jumlah terlarut
Level Jumlah terlarut (batas masing-masing)
(menit) (batas rata-rata)
L1 30 Tidak lebih dari 65%
45 Antara 55% dan 85%
60 Tidak kurang dari 75%
120 Tidak kurang dari 85%
L2 30 Tidak lebih dari 75% Tidak lebih dari 65%
45 Antara 45% dan 95% Antara 55% dan 85%
60 Tidak kurang dari 65% Tidak kurang dari 75%
120 Tidak kurang dari 75% Tidak kurang dari 85%
L3 30 Tidak lebih dari 2 tablet melepaskan lebih dari 75% dan tidak Tidak lebih dari 65%
ada satupun tablet melepaskan lebih dari 85%
45 Tidak lebih dari 2 tablet melepaskan di luar rentang 45% hingga Antara 55% dan 85%
95% dan tidak ada satupun tablet melepaskan di luar rentang
35% hingga 105%
60 Tidak lebih dari 2 tablet melepaskan kurang dari 65% dan tidak Tidak kurang dari 75%
ada satupun tablet melepaskan kurang dari 55%
120 Tidak lebih dari 2 tablet melepaskan kurang dari 75% dan tidak Tidak kurang dari 85%
ada satupun tablet melepaskan kurang dari 65%
Uji 2 Jika sediaan memenuhi uji ini maka pada etiket Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dicantumkan memenuhi syarat Uji Disolusi 2. sama (lebih kurang 5 µl) Larutan baku dan Larutan uji ke
Media disolusi: 900 ml dapar fosfat 0,05 M pH 6,8 dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
mengandung natrium lauril sulfat P 0,5%. Awaudarakan respons puncak utama.
dengan cara hampa udara atau sonikasi. Hitung jumlah dalam mg klaritromisin, C38H69NO13, yang
Alat tipe 1: 100 rpm terlarut dalam mg per ml dengan rumus:
Waktu: 2, 12 dan 24 jam
Lakukan penetapan jumlah C38H69NO13 yang terlarut r
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti CS U
tertera pada Kromatografi <931>. rS
Dapar fosfat 0,067M pH 2,5 Larutkan 9,2 g natrium
fosfat monobasa monohidrat P dalam lebih kurang 800 CS adalah kadar Klaritromisin BPFI dalam mg per ml
ml air. Atur pH hingga 2,5 dengan penambahan asam Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
fosfat P, encerkan dengan air hingga 1000 ml. puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Fase gerak Buat campuran metanol P-Dapar fosfat Hitung persentase C38H69NO13 terlarut menggunakan
0,067 M pH 2,5 (65:35), saring dan awaudarakan. Jika koreksi volume:
perlu lakukan penyesuaian, menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>. n 1
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 56 mg Cn 900 V U n 1 Ci V U 100
Klaritromisin BPFI, masukkan dalam labu tentukur 100- i 1
x5
ml. Tambahkan 10 ml metanol P, sonikasi untuk LC
melarutkan. Encerkan dengan Media disolusi sampai
tanda. Cn adalah kadar klaritromisin dalam mg per ml Larutan
Larutan uji Sentrifus alikuot pada 2500 rpm selama 10 uji pada setiap titik waktu; 900 adalah volume Media
menit, gunakan beningan. disolusi dalam ml; VU adalah volume dalam ml alikuot
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada yang diambil pada setiap titik waktu; n adalah jumlah
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi titik waktu [Catatan Penjumlahan klaritromisin yang
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x diambil pada titik-titik waktu sampling sebelumnya dapat
15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 dilakukan hanya jika n>1]; 100 adalah faktor konversi
persentase dan LC adalah jumlah yang tertera pada etiket
m. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit dan pertahankan
dalam mg.
suhu kolom pada 50°. Lakukan kromatografi terhadap
Toleransi Persentase jumlah klaritromisin C38H69NO13
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi Tabel
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak
sebagai berikut:
lebih dari 2,0; efisiensi kolom tidak kurang dari 2000; dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
lebih dari 2,0%.
- 639 -
Waktu (jam) Jumlah terlarut kurang dari 0,9 dan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan
2 Tidak lebih dari 20% baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
12 Antara 45% dan 75% Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
24 Tidak kurang dari 80% sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Uji 3 Jika sediaan memenuhi uji ini maka pada etiket respons puncak utama. Hitung dalam mg klaritromisin,
dicantumkan memenuhi syarat Uji Disolusi 3. C38H69NO13, yang terlarut dalam per ml dengan rumus:
Media disolusi: 1000 ml dapar asetat pH 4,75 dibuat
dengan melarutkan 3,59 g natrium asetat trihidrat P dan r
11,0 ml asam asetat 2 N dalam 1000 ml air, atur pH CS U
hingga 4,75 dengan penambahan asam asetat 2 N. rS
Alat tipe 1: 50 rpm; 10 mesh.
Waktu: 1, 2, 4, 8 dan 12 jam
Lakukan penetapan jumlah C38H69NO13 yang terlarut CS adalah kadar Klaritromisin BPFI dalam mg per ml
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti Larutan baku;rU dan rS berturut-turut adalah respons
tertera pada Kromatografi <931>. puncak Larutan uji dan Larutan baku. Hitung persentase
Dapar fosfat 0,067 M Larutkan 9,12 g kalium fosfat klaritromisin terlarut menggunakan koreksi zat yang
monobasa P dalam 1000 ml air. terambil pada titik waktu n ≥ 2:
Fase gerak Campuran metanol P-Dapar fosfat 0,067 M
(65:35), atur pH hingga 4,0 dengan penambahan asam n1
Cn 900 Ci VU 100
fosfat P. Jika perlu lakukan penyesuaian, menurut i 1
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi LC
<931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah Cn adalah kadar klaritromisin dalam mg per ml Larutan
Klaritromisin BPFI, larutkan dalam metanol P, kocok uji pada titik waktu ke n; 900 adalah volume Media
dan jika perlu sonikasi untuk melarutkan, hingga kadar disolusi dalam ml; VU adalah volume alikuot pada setiap
lebih kurang 625 g per ml, masukkan dalam perhitungan titik waktu dalam ml; n adalah titik waktu (pada 2 jam, n
potensi Klaritromisin BPFI, dalam g per mg. = 2), penjumlahan kadar Larutan uji dari pertama hingga
Larutan baku Pipet 10 ml Larutan baku persediaan ke titik waktu ke (n-1) (hanya berlaku untuk n ≥ 2); 100
dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase gerak adalah faktor konversi persentase; LC adalah jumlah yang
sampai tanda. Larutan ini mengandung klaritromisin lebih tertera pada etiket dalam mg.
kurang 125 g per ml. Toleransi Persentase jumlah klaritromisin, C38H69NO13,
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama sejumlah yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi Tabel
Senyawa Sejenis A Klaritromisin BPFI, larutkan dalam sebagai berikut:
metanol P hingga kadar lebih kurang 625 g per ml. Pipet
10 ml larutan ini dan 10 ml Larutan baku persediaan, Waktu (jam) Jumlah terlarut
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan 1 Tidak lebih dari 15%
dengan Fase gerak sampai tanda. 2 Antara 10% dan 30%
Larutan uji Ambil 10 ml alikuot. Pipet 3 ml, masukkan 4 Antara 35% dan 55%
ke dalam labu tentukur 25-ml, encerkan dengan Fase 8 Tidak kurang dari 80%
gerak sampai tanda, saring melalui penyaring dengan 12 Tidak kurang dari 90%
porositas 0,45 m. Tambahkan 10 ml Media disolusi pada
setiap labu disolusi. Uji 4 Jika sediaan memenuhi uji ini maka pada etiket
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dicantumkan memenuhi syarat Uji Disolusi 4.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Media disolusi: 900 ml dapar fosfat pH 6,0 yang dibuat
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x dengan melarutkan 68,0 g kalium fosfat monobasa P dan
15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 1,8 g natrium hidroksida P dalam 10.000 ml air, atur pH
m. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit dan hingga 6,0 ± 0,1 dengan penambahan natrium hidroksida
pertahankan suhu kolom pada 50°. Lakukan kromatografi encer LP atau asam fosfat P.
terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram Alat tipe 2: 50 rpm.
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Waktu: 2, 4, 8 dan 12 jam.
waktu retensi relatif klaritromisin dan senyawa sejenis A Lakukan penetapan jumlah C38H69NO13 yang terlarut
klaritromisin berturut-turut adalah lebih kurang 0,75 dan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
1,0; resolusi, R, antara klaritromisin dan senyawa sejenis tertera pada Kromatografi <931>.
A klaritromisin tidak kurang dari 2,0. Lakukan Dapar Larutkan 6,8 g kalium fosfat monobasa P dalam
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram 1000 ml air. Atur pH hingga 4,5 ± 0,1 dengan
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: penambahan natrium hidroksida encer LP atau asam
efisiensi kolom ditetapkan dari puncak klaritromisin tidak fosfat P.
kurang dari 750 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak
- 640 -
Fase gerak Buat campuran metanol P-Dapar (64:36), Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%;
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian, lakukan pengeringan dengan tekanan tidak lebih dari 5
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada mmHg pada suhu 110° selama 3 jam.
Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20 mg Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Klaritromisin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
50-ml. Tambahkan lebih kurang 30 ml Media disolusi Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dan sonikasi selama lebih kurang 10 menit hingga larut. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Tambahkan 2 ml metanol P dan encerkan dengan Media Kromatografi <931>.
disolusi sampai tanda. Fase gerak, Larutan resolusi, Larutan baku dan Sistem
Larutan uji Gunakan alikuot yang telah disaring melalui kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
penyaring dengan porositas 0,45 m. kadar dalam Tablet Klaritromisin.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan uji Timbang dan serbukkan sejumlah tablet
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi yang setara dengan lebih kurang 2000 mg klaritromisin,
dilengkapi dengan detektor 203 nm dan kolom 4,6 mm x masukkan ke dalam labu tentukur 500-ml. Tambahkan
12,5 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 5 lebih kurang 350 ml metanol P dan kocok secara mekanik
m. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit dan selama 30 menit. Encerkan dengan metanol P sampai
pertahankan suhu kolom pada 30°. Lakukan kromatografi tanda dan sonikasi selama 30 menit. Biarkan hingga suhu
terhadap Larutan baku dan rekam kromatogram dan ukur ruang dan biarkan selama tidak kurang dari 16 jam. Campur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor dan biarkan partikel yang tidak larut mengendap. Pipet 3
ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif ml beningan, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Saring
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sebagian larutan melalui penyaring dengan porositas 0,5
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji m atau lebih kecil dan gunakan filtrat.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Hitung dalam mg klaritromisin, C38H69NO13, yang terlarut kadar dalam Tablet Klaritromisin.
dalam satu ml dengan rumus: Hitung jumlah dalam mg klaritromisin, C38H69NO13, tiap
tablet lepas lambat dengan rumus:
r
CS U 50 C rU
rS
3 N rS
CS adalah kadar Klaritromisin BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons C adalah kadar Klaritromisin BPFI dalam g per ml
puncak Larutan uji dan Larutan baku. Larutan baku; N adalah jumlah tablet yang digunakan; rU
Hitung persentase klaritromisin terlarut pada setiap titik dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji
waktu dengan rumus: dan Larutan baku.
C n 900 n 1 V S C 1 C 2 ..... C n 1 V S 100 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
LC lindungi dari cahaya. Simpan pada suhu 25°, masih
diperbolehkan pada suhu antara 15° dan 30°.
Cn adalah kadar klaritromisin dalam mg per ml Larutan
uji pada setiap titik waktu; 900 adalah volume Media Penandaan Jika digunakan lebih dari satu uji disolusi,
disolusi dalam ml; VS adalah volume alikuot yang diambil pada etiket harus dinyatakan uji disolusi yang digunakan
pada setiap titik waktu dalam ml dan LC adalah jumlah kecuali jika hanya menggunakan Uji 1.
dalam mg yang tertera pada etiket.
Toleransi Persentase jumlah klaritromisin, C38H69NO13,
yang terlarut pada waktu tertentu memenuhi Tabel KLAVULANAT KALIUM
sebagai berikut: Clavulanate Potassium
Waktu (jam) Jumlah terlarut
2 Tidak lebih dari 25%
4 Antara 20% dan 40%
8 Antara 45% dan 75%
12 Tidak kurang dari 80%
Kalium (Z)-(2R,5R)-3-(2-hidroksietilidena)-7-okso-4-oksa-
1-azabisiklo [3.2.0) heptan-2-karboksilat [61177-45-5]
C8H8KNO5 BM 237,25
- 641 -
Klavulanat Kalium mengandung tidak kurang dari 75,5% Sistem kromatografi Kromatograf cair kinerja tinggi
dan tidak lebih dari 92,0% asam klavulanat, C8H9NO5, dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4 mm x 30
dihitung terhadap zat anhidrat. cm, berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 3 μm
- 10 μm. Laju alir lebih kurang 0,5 ml per menit. Lakukan
Baku pembanding Klavulanat Litium BPFI; tidak boleh kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram
dikeringkan sebelum digunakan, simpan dalam wadah dan ukur respons puncak seperti yang tertera pada
tertutup rapat, terlindung dari cahaya, pada tempat dingin. Prosedur: efisiensi kolom yang ditentukan dari puncak
Kalium Klavam-2-Karboksilat BPFI; Setiap vial analit tidak kurang dari 4000 lempeng teoritis, faktor
mengandung 3 µg kalium klavam-2-karboksilat yang ikutan untuk puncak analit tidak lebih dari 1,5 dan
terdispersi dalam poli (vinilpirolidon). Untuk penggunaan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
secara kuantitatif, rekonstitusi seluruh isi vial dengan lebih dari 5%.
sejumlah volume air yang sesuai. Tidak boleh Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat dan sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
terlindung dari cahaya, dalam lemari pembeku. Larutan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
baku dapat disimpan dalam lemari pendingin selama 1 respons puncak utama. Waktu retensi relatif asam
minggu. Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat pirogenik, klavam-2-karboksilat dan asam klavulanat berturut-turut
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk adalah lebih kurang 0,7 dan 1,0. Hitung persentase
menghindari kontaminasi]; Rekonstitusi seluruh isi, kalium klavam-2-karboksilat dalam zat yang digunakan
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang dengan rumus:
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. CS rU
100
Identifikasi CU rS
A. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh CS adalah kadar Kalium Klavam-2-karboksilat BPFI
padaPenetapan kadar. dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar zat
B. Menunjukkan reaksi Kalium seperti yang tertera dalam mg per ml Larutan uji; rU dan rS berturut-turut
pada Uji Identifikasi Umum <291>. adalah respons puncak asam klavam-2-karboksilat dari
Larutan uji dan Larutan baku.
pH <1071> Antara 5,5 dan 8,0; lakukan penetapan
Amin alifatik Tidak lebih dari 0,2%. Lakukan penetapan
menggunakan larutan (1 dalam 100).
dengan cara Kromatografi gas seperti yang tertera pada
Kromatografi<931>.
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 1,5%.
Larutan baku internal Pipet 50 µl 3-metil-2-pentanon
ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,03 unit
sampai tanda.
Endotoksin FI per mg, jika pada etiket tertera bahwa
Larutan baku Timbang saksama masing-masing lebih
klavulanat kalium steril atau harus dilakukan proses lebih
kurang 80 mg senyawa amin berikut: 1,1-dimetiletilamin,
lanjut selama pembuatan sediaan steril.
dietilamin, tetrametiletilendiamin, 1,1,3,3-
tetrametilbutilamin dan N,N’-diisopropiletilendiamin,
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Jika pada etiket tertera
masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, larutkan dan
bahwa klavulanat kalium steril, lakukan penetapan
encerkan dengan asam klorida 2 N sampai tanda. Pipet 5
dengan Penyaringan membran seperti yang tertera pada
ml larutan ini ke dalam tabung sentrifuga. Tambahkan 5,0
Uji Sterilitas.
ml Larutan baku internal; 10,0 ml natrium hidroksida 2
N; 5,0 ml isopropil alkohol P dan 5 g natrium klorida P.
Kalium klavam-2-karboksilat Tidak lebih dari 0,01%. Kocok selama 1 menit dan sentrifus sampai terbentuk
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair lapisan terpisah. Gunakan lapisan atas.
kinerja tinggi seperti yang tertera pada Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1 g zat,
Kromatografi<931>. masukkan ke dalam tabung sentrifuga, tambahkan 5,0 ml
Fase gerak Buat larutan natrium fosfat monobasa 0,1 Larutan baku internal; 5,0 ml larutan natrium hidroksida
M, atur pH hingga 4,0 ± 0,1 dengan penambahan asam
2 N; 5,0 ml isopropil alkohol P dan 5 g natrium klorida
fosfat P, saring melalui penyaring membran dengan P. Kocok selama 1 menit dan sentrifus sampai terbentuk
porositas 0,5 μm atau lebih kecil. Jika perlu lakukan lapisan terpisah. Gunakan lapisan atas.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti yang Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada
tertera pada Kromatografi <931>. Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kalium detektor ionisasi nyala dan kolom kapiler dari leburan
Klavam-2-karboksilat BPFI, larutkan dalam air hingga
silika 0,53 mm x 50 m, berisi bahan pengisi G41 dengan
kadar lebih kurang 5 μg per ml. tebal lapisan 5 µm. Atur suhu kolom, injektor dan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg zat detektor seperti pada tabel berikut:
masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan
encerkan dengan air sampai tanda.
- 642 -
Waktu Suhu Eluasi Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada
(menit) (º C) Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan
Kolom 0-7 35 Isotermal detektor ionisasi nyala dan kolom kapiler dari leburan
7-10,8 35-150 Gradien linier silika 0,53 mm x 25 m, berisi bahan pengisi G35 dengan
10,8-25,8 150 Isotermal tebal lapisan 1 µm. Atur suhu kolom, injektor dan
Injektor 200
Detektor 250
detektor seperti pada tabel berikut:
Gunakan helium P sebagai gas pembawa dengan laju alir Waktu Suhu Kecepatan Eluasi
(menit) (º C) (º C/menit)
lebih kurang 8 ml per menit. “Split ratio” 1 : 10. Lakukan
Kolom 0-2 40 - isotermal
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram 2-7,3 40- 30 gradien
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: 200 linier
waktu retensi relatif 1,1-dimetiletilamin, dietilamin, 7,3-10,3 200 - isotermal
isopropil alkohol, tetrametiletilendiamin, 1,1,3,3- Injektor 200
tetrametilbutilamin, N,N’-diisopropil-etilendiamin, bis(2- Detektor 300
metilamino)etil eter berturut-turut lebih kurang 0,55; 0,76;
1,0; 1,07; 1,13; 1,33; dan 1,57. Gunakan hidrogen P sebagai gas pembawa dengan laju
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume alir lebih kurang 100 ml per menit. Lakukan kromatografi
sama (lebih kurang 1µl) Larutan uji dan Larutan baku ke terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur semua respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur:
respons puncak. Hitung persentase tiap cemaran dengan resolusi, R, antara puncak asam 2-etilheksanoat dan puncak
rumus: asam 3-sikloheksilpropionat tidak kurang dari 2,0.
r Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
0,2 i sama (lebih kurang 1 µl) Larutan uji dan Larutan baku ke
rS dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak. Hitung persentase asam 2-etilheksanoat
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dari dengan rumus:
Larutan uji; dan rSadalah respons puncak analit dari W RU
Larutan baku. Hitung persentase masing-masing cemaran 2 S
selain dari senyawa yang diperoleh dari Larutan baku WU R S
menggunakan rumus yang sama, kecuali untuk rS
WS adalah bobot dalam mg, asam 2-etilheksanoat yang
menggunakan respons puncak yang sesuai dengan puncak
terdapat dalam Larutan baku; WU adalah bobot dalam mg,
1,1-dimetiletilamin.
zat yang digunakan dalam Larutan uji; RU dan RS
berturut-turut adalah perbandingan respons puncak asam
Asam 2-etilheksanoat Tidak lebih dari 0,8%. Lakukan
2-etilheksanoat terhadap baku internal dari Larutan uji
penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti yang
dan Larutan baku.
tertera pada Kromatografi<931>.
Larutan baku internal Timbang sejumlah asam 3-
Kemurnian kromatografi Total cemaran tidak lebih dari
sikloheksil propionat, larutkan dalam sikloheksan P hingga
2%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
kadar lebih kurang 1 mg per ml.
kinerja tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 75 mg
Larutan A Buat larutan natrium fosfat monobasa 0,05
asam 2-etilheksanoat, masukkan ke dalam labu tentukur
M, atur pH hingga 4,0 ± 0,1 dengan penambahan asam
50-ml, encerkan dengan Larutan baku internal sampai
fosfat P, saring melalui penyaring membran dengan
tanda. Pipet 1 ml larutan ini ke dalam tabung sentrifuga
porositas 0,5 µm atau lebih kecil.
dan tambahkan 4,0 ml asam klorida 4 N. Kocok selama 1
Larutan B Buat campuran Larutan A- metanol P
menit dan diamkan hingga terbentuk dua lapisan terpisah.
(50:50).
Jika perlu sentrifus. Pisahkan lapisan bawah, dan simpan
Fase gerak Buat variasi campuran Larutan A dan
lapisan atas. Ambil lapisan bawah, masukkan ke dalam
Larutan B seperti yang tertera pada Sistem kromatografi.
corong pisah, tambahkan 1,0 ml Larutan baku internal,
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
kocok selama 1 menit. Diamkan hingga lapisan memisah,
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
jika perlu lakukan sentrifus. Ambil lapisan atas,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klavulanat
gabungkan dengan lapisan atas yang diperoleh
Litium BPFI, larutkan dalam Larutan A hingga kadar lebih
sebelumnya.
kurang 0,1 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 300 mg zat,
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
masukkan ke dalam tabung sentrifuga, tambahkan 4,0 ml
dalam Larutan A hingga kadar lebih kurang 10 mg per ml.
asam klorida 4 N dan kocok dua kali, tiap kali dengan 1,0
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah
ml Larutan baku internal. Diamkan sampai lapisan
Klavulanat Litium BPFI dan amoksisilin, larutkan dalam
memisah, jika perlu sentrifus. Gunakan gabungan lapisan
Larutan A hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,1
atas.
mg per ml.
- 643 -
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, larutkan dan
dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4,6 mm x encerkan dengan air sampai tanda.
10 cm, berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 Larutan resolusi Larutkan sejumlah amoksisilin dalam
µm.Pertahankan suhu kolom pada lebih kurang 40º. Laju Larutan baku hingga kadar lebih kurang 0,5 mg
alir lebih kurang 1 ml per menit. Kromatograf diprogram amoksisilin dan 0,25 mg klavulanat litium per ml.
sebagai berikut: Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Waktu Larutan Larutan Eluasi dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4 mm x 30
(menit) A (%) B (%) cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 3 µm
0-4 100 0 isokratik hingga 10 µm. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit.
4-15 100-50 0-50 gradien linier Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
15-18 50 50 isokratik kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang
18-24 50-100 50-0 isokratik
24-39 100 0 kesetimbangan
tertera pada Prosedur: efisiensi kolom dihitung dari
puncak analit tidak kurang dari 550 lempeng teoritis,
Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam faktor ikutan untuk puncak analit tidak lebih dari 1,5 dan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif asam lebih dari 2,0%. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
klavulanat dan puncak amoksisilin berturut-turut lebih resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
kurang 1,0 dan 2,5; faktor ikutan asam klavulanat tidak seperti yang tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
lebih dari 2,0; efisiensi kolom ditentukan dari puncak asam klavulanat dan amoksisilin masing-masing adalah
asam klavulanat, tidak kurang dari 2000 lempeng teoritis; lebih kurang 0,5 dan 1,0 dan resolusi, R, antara puncak
dan resolusi, R, antara asam klavulanat dan amoksisilin, amoksisilin dan asam klavulanat, tidak kurang dari 3,5.
tidak kurang dari 13. Lakukan kromatografi terhadap Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
puncak seperti yang tertera pada Prosedur: simpangan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2%. respons puncak utama. Hitung jumlah dalam µg, asam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume klavulanat, C8H8NO5, dalam tiap mg zat yang digunakan
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan uji dan Larutan baku dengan rumus:
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak. Hitung persentase masing-masing P rU
cemaran dengan rumus: 200 C
W rS
237 ,3 ri
10 C C adalah Klavulanat Litium BPFI dalam mg per ml
205 ,1 rS Larutan baku; P adalah potensi asam klavulanat dalam µg
per mg Klavulanat Litium BPFI; W adalah jumlah dalam
C adalah kadar Klavulanat Litium BPFI dalam mg per ml mg klavulanat kalium dalam Larutan uji; rU dan rS
Larutan baku; 237,3 dan 205,1 berturut-turut adalah berturut-turut adalah respons puncak yang diperoleh dari
bobot molekul klavulanat kalium dan klavulanat litium; ri Larutan uji dan Larutan baku.
adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
Larutan uji; rS adalah respons puncak asam klavulanat Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
dari Larutan baku.
Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan sediaan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril atau
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera pada memerlukan proses lebih lanjut untuk pembuatan sediaan
Kromatografi<931>. injeksi.
Larutan dapar natrium fosfat pH 4,4 Larutkan 7,8 g
natrium fosfat monobasa P dalam 900 ml air, atur pH
hingga 4,4 ± 0,1 dengan penambahan asam fosfat P atau KLEMASTIN FUMARAT
natrium hidroksida 10 N, encerkan dengan air hingga Clemastine Fumarate
1000 ml.
Fase gerak Buat campuran Larutan dapar natrium
fosfat pH 4,4-metanol P (95:5), saring melalui penyaring
membran porositas 0,5 µm atau lebih kecil. Jika perlu
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
yang tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klavulanat
Litium BPFI, larutkan dalam air hingga kadar lebih (+)-(2R)-2-[2[[(R)-p-Kloro-α-metil-α-fenilbenzil]-
kurang 0,25 mg per ml. oksi]etil-1-metilpirolidina fumarat (1:1) [14976-57-9]
- 644 -
C21H26ClNO.C4H4O4 BM 459,97 horizontal dengan latar belakang putih: Larutan uji tidak
berwarna atau tidak lebih intensif dari Larutan padanan
Klemastin Fumarat mengandung tidak kurang dari 98,0% warna.
dan tidak lebih dari 102,0%, C21H26ClNO.C4H4O4, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan. pH <1071> Antara 3,2 dan 4,2; lakukan penetapan
Pemerian Serbuk hablur; tidak berwarna sampai kuning menggunakan suspensi 1 dalam 10.
pucat; tidak berbau. Larutan bereaksi asam terhadap
lakmus. Rotasi jenis <1081> Antara +15,0º dan +18,0º, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air, dalam menggunakan larutan dalam metanol P yang mengandung
kloroform; sukar larut dalam metanol. 100 mg per 10 ml, pada suhu 20º± 0,5º.
Baku pembanding Klemastin Fumarat BPFI; lakukan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
pengeringan pada suhu 105° sampai bobot tetap sebelum lakukan pengeringan pada suhu105º sampai bobot tetap.
digunakan.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Identifikasi Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P, Kromatografi <931>.
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Fase gerak Campuran kloroform P -metanol P-
gelombang yang sama seperti pada Klemastin Fumarat amonium hidroksida P (90:40:1).
BPFI. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klemastin
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi Fumarat BPFI, larutkan dalam campuran kloroform P
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. dan metanol P (1:1) hingga kadar 20 mg per ml.
Fase gerak Campuran diisopropil eter P-asam format Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran
P-air (70:25:5). Larutan baku dalam campuran kloroform P dan metanol
Larutan baku Larutkan 50 mg asam fumarat dalam P (1:1) hingga kadar 0,10 mg; 0,08 mg; 0,06 mg; 0,04 mg
10,0 ml larutan etanol P (8 dalam 10) dengan sedikit dan 0,02 mg per ml sesuai dengan 0,5%; 0,4%; 0,3%;
dihangatkan. 0,2% dan 0,1% Larutan baku.
Larutan uji Larutkan 40 mg zat dalam 2,0 ml larutan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg zat,
etanol P (8 dalam 10), dengan sedikit dihangatkan. larutkan dalam 5,0 ml campuran kloroform P dan metanol
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5 µl P (1:1).
Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng kromatografi Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5
campuran silika gel P dan keringkan dengan aliran udara. µl Larutan uji, Larutan baku, Enceran Larutan baku pada
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang lempeng kromatografi campuran silika gel P setebal 0,25
berisi Fase gerak dan biarkan merambat hingga tiga per mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, keringkan pada yang berisi Fase gerak dan biarkan merambat hingga
suhu 100° selama 30 menit, dinginkan, semprot dengan tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan
kalium pemanganat 0,1 M, segera dikeringkan dengan fase gerak menguap, semprot lempeng dengan
aliran udara hangat: harga RF warna dan intensitas bercak Dragendorff LP, kemudian disemprot dengan hidrogen
utama dari Larutan uji sesuai dengan bercak utama peroksida P 3%. Harga RF warna dan intensitas bercak
Larutan baku. utama Larutan uji sesuai dengan bercak utama Larutan
baku. Jumlah intensitas bercak lain selain bercak utama
Kejernihan dan warna larutan dari Larutan uji tidak lebih dari 1,0%, dan tidak ada
Larutan uji Larutkan 100 mg zat dalam 10,0 ml intensitas bercak lain selain bercak utama yang lebih dari
metanol P. 0,5%, dibandingkan terhadap Enceran Larutan baku.
Larutan pembanding Campur 2,5 ml natrium klorida
0,00002 M; 2,5 ml air; 5,0 ml asam nitrat 2,5 N dan 1,0 Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 350
ml perak nitrat 0,1 N. Gunakan larutan ini dalam waktu 5 mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer, larutkan
menit. dengan 60 ml asam asetat glasial P. Titrasi dengan asam
Larutan padanan warna Campur 1 bagian volume perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara
Larutan padanan C seperti tertera pada Warna dan potensiometrik. Lakukan penetapan blangko.
Akromisitas <1291> dengan 3 bagian volume air.
Prosedur Masukkan Larutan uji, Larutan pembanding Tiap ml asamperklorat 0,1 N
dan 10,0 ml Larutan padanan warna secara terpisah ke setara dengan 46,00 mg C21H26ClNO.C4H4O4
dalam tabung reaksi diameter lebih kurang 12 mm. Amati
Larutan uji dan Larutan pembanding secara horizontal Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
dengan latar belakang hitam: Larutan uji lebih jernih atau tidak tembus cahaya, pada suhu tidak lebih dari 25°.
tidak lebih keruh dari Larutan pembanding. Amati
Larutan uji dan Larutan padanan warna secara
- 645 -
TABLET KLEMASTIN FUMARAT panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 420
Clemastine Fumarate Tablet nm.
Toleransi dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Tablet Klemastin Fumarat mengandung klemastin kurang dari 75% (Q) C21H26C1HO.C4H4O4 dari jumlah
fumarat, C21H26C1NO.C4H4O4 tidak kurang dari 90,0% yang tertera pada etiket.
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Prosedur keseragaman kandungan
Baku pembanding Klemastin Fumarat BPFI; lakukan Larutan pewarna Larutkan 100 mg ungu bromo kresol
pengeringan pada suhu 105° sampai bobot tetap sebelum P dalam 1000 ml asam asetat 0,33 N.
digunakan. Asetat metanol Encerkan 100 ml metanol P dengan
asam asetat 0,33 N hingga 1000 ml.
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 27 mg
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Klemastin Fumarat BPFI. Masukan ke dalam labu
Fase gerak dan Penjerap Lakukan seperti tertera pada tentukur 100-ml, larutkan dalam 10 ml metanol P dan
Kemurnian kromatografi dalam Klemastin Fumarat. encerkan dengan asam asetat 0,33 N sampai tanda. Pipet
Pelarut Campuran kloroform P-metanol P (1:1). 10 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 100-ml,
Larutan baku Timbang sejumlah Klemastin Fumarat encerkan dengan Asam-metanol sampai tanda.
BPFI, larutkan dalam Pelarut hingga kadar 2,5 mg per Larutan uji Campur serbuk halus dari 1 tablet dengan
ml. sejumlah volume Asetat-metanol hingga kadar klemastin
Larutan uji masukkan sejumlah serbuk tablet setara fumarat lebih kurang 27 µg per ml. Kocok selama 30
dengan lebih kurang 2,5 mg klemastin fumarat ke dalam menit, saring, buang beberapa ml filtrat pertama.
labu Erlenmeyer bersumbat kaca. Tambahkan 10 ml Prosedur Masukan masing-masing 15,0 ml Larutan
Pelarut, kocok selama 20 menit. Saring, cuci residu dua uji, Larutan baku dan Asetat metanol sebagai blangko
kali masing-masing dengan 5 ml Pelarut. Campur filtrat secara terpisah ke dalam tiga corong pisah 125 ml pada
dan cucian, uapkan dengan hampa udara sampai kering. masing-masing corong pisah, tambahkan 25 ml Larutan
Larutkan sisa dalam 1 ml Pelarut. pewarna dan 50,0 ml kloroform P, kocok selama 15
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera menit. Biarkan lapisan memisah dan saring lapisan
pada Kemurnian kromatografi dalam Klemastin Fumarat. kloroform. Ukur serapan larutan kloroform dari Larutan
Totolkan masing-masing 5 µl Larutan uji dan Larutan baku dan Larutan uji pada panjang gelombang serapan
baku; harga RF bercak utama Larutan uji sesuai dengan maksimum lebih kurang 406 nm, menggunakan larutan
yang diperoleh dari Larutan baku. blangko. Hitung jumlah dalam mg klemastin fumarat,
C21H26ClHO.C4H4O4 dalam tablet dengan rumus:
Disolusi <1231>
Media disolusi: 500 ml Dapar sitrat pH 4,0 yang TC AU
dibuat dengan melarutkan 20,0 g asam sitrat monohidrat
D AS
P dalam lebih kurang 1000 ml air, tambahkan 22,0 ml
larutan natrium hidroksida P (3 dalam 10) dan 8,8 ml
asam klorida P, campur dan encerkan dengan air hingga T adalah jumlah mg klemastin fumarat dalam tablet
2000 ml. seperti tertera pada etiket; C adalah kadar Klemastin
Alat tipe 2: 50 rpm. Fumarat BPFI dalam µg per ml Larutan baku; D adalah
Waktu: 30 menit kadar klemastin fumarat dalam µg per ml Larutan uji
Prosedur Sentrifus 60 ml alikuot selama 20 menit pada berdasarkan kadar yang tertera pada etiket dan
4000 rpm, pindahkan 50,0 ml beningan ke dalam corong pengenceran yang dilakukan; AU dan AS berturut-turut
pisah 125 ml. Pada corong pisah 125 ml kedua, adalah serapan Larutan uji dan Larutan baku.
masukkan 50,0 ml larutan baku yang dibuat dengan
melarutkan sejumlah Klemastin Fumarat BPFI dan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
diencerkan dengan Media disolusi hingga kadar Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
sebanding dengan alikuot. Buat larutan blangko dalam Kromatografi <931>.
corong pisah 125 ml ketiga, berisi 50,0 ml Media Dapar fosfat pH 7 Timbang lebih kurang 9,47 g
disolusi sebagai blangko. Pada masing-masing corong natrium fosfat dibasa anhidrat P, masukkan ke dalam
pisah tambahkan 10 ml larutan jingga metil P (2 dalam labu tentukur 1000-ml, larutkan dan encerkan dengan air
10.000), campur, tambahkan 20,0 ml kloroform P. sampai tanda (Larutan A). Timbang lebih kurang 9,08 g
Kocok secara simultan selama 10 menit. Pisahkan kalium fosfat monobasa P, masukan ke dalam labu
lapisan kloroform dan sentrifus selama 10 menit pada tentukur 1000-ml kedua, larutkan dan encerkan dengan
4000 rpm. Lakukan penetapan jumlah air sampai tanda (Larutan B). Campur 612 ml Larutan A
C21H26C1NO.C4H4O4 yang terlarut dengan mengukur dan 388 ml Larutan B.
serapan larutan uji, larutan baku dan blangko pada Dapar fosfat encer Campur 1 bagian volume Dapar
fosfat pH 7 dan 3 bagian volume air.
- 646 -
Fase gerak Buat campuran metanol P-dapar fosfat Kelarutan Larut dalam air dan dalam etanol; sukar larut
encer (83:17), saring dan awaudarakan. dalam benzen dan dalam eter.
Larutan baku timbang saksama sejumlah Klemastin
Fumarat BPFI. Larutkan dalam campuran metanol P-air Baku pembanding Klidinium Bromida BPFI; lakukan
(1:1) hingga kadar lebih kurang 0,14 mg per ml. pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam sebelum
Larutan uji Timbang dan serbukan tidak kurang dari digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet terlindung cahaya. Senyawa sejenis A Klidinium Bromida
setara dengan lebih kurang 14 mg klemastin fumarat, BPFI; (3-hidroksi-1-metilkuinuklidinium bromida),
masukan ke dalam labu erlenmeyer 200 ml, tambahkan C8H16BrNO, lakukan pengeringkan di atas silika gel P
100,0 ml campuran metanol P-air (1:1) kocok selama 30 selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
menit, sentrifus dan saring, gunakan beningan. tertutup rapat, terlindung cahaya. 3-Kuinuklidinil Bensilat
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada BPFI, C21H23NO3. Lakukan pengeringan di atas silika gel
Kromatografi <931>, kromatograf cair kinerja tinggi P selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mn x tertutup rapat, terlindung cahaya.
25 cm, berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang 4
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Identifikasi
baku sebanyak 5 kali penyuntikan, rekam kromatogram A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
simpangan baku relatif tidak lebih dari 1,5%. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume gelombang yang sama seperti pada Klidinium Bromida
sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan Larutan uji BPFI.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur B. Larutkan lebih kurang 250 mg zat dalam 5 ml air
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg dalam tabung reaksi, dinginkan dalam tangas es,
klemastin fumarat, C21H26C1NO.C4H4O4, dalam serbuk tambahkan 5 ml trinitrofenol LP dan gores permukaan
tablet yang digunakan rumus: dalam tabung dengan batang pengaduk untuk
pembentukan hablur. Kumpulkan endapan dalam kertas
r saring, cuci dengan air dingin dan keringkan pada suhu
100C U 105º selama 1 jam: pikrat yang diperoleh melebur pada
rS suhu antara 184º dan189º, ketika diuji dengan Metode I
seperti tertera pada Penetapan jarak lebur atau suhu
C adalah kadar Klemastin Fumarat BPFI dalam mg per lebur <1021>. Perhatian Pikrat dapat meledak.
ml larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons C. Ke dalam larutan 100 mg zat dalam 2 ml air,
puncak utama klemastin fumarat dari Larutan uji dan tambahkan beberapa tetes asam nitrat 2 N dan 1 ml perak
Larutan baku. nitrat LP: terbentuk endapan putih kekuningan.
Wadah penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; lakukan
pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam.
Larutan uji Larutkan 100 mg zat dalam 1,0 ml asam KLINDAMISIN FOSFAT
klorida metanol 0,1 N. Clindamycin Phosphate
Penampak bercak Larutkan 850 mg bismut subnitrat P
dalam campuran 10 ml asam asetat glasial P dan 40 ml
air. Dalam wadah yang terpisah, larutkan 20 g kalium
iodida P dalam 50 ml air. Campur ke dua larutan dan
encerkan dengan larutan asam sulfat P (1 dalam 10)
hingga 500 ml. Tambahkan 7,52,5 g iodum P dan
campur sampai larut.
Prosedur prapengembangan lempeng Masukkan
lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah
dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan merambat
sampai lebih kurang 15 cm. Angkat lempeng, keringkan Metil 7-kloro-6,7,8-trideoksi-6-(1-metil-trans-4-propil-L-
pada suhu 105º selama 15 menit dan dinginkan. 2-pirolidina karboksamido)-1-tio-L-treo-α-D-galakto-
Prosedur 1 (batas senyawa 3-kuinuklidinil bensilat) okto-piranosida 2-(dihidrogen fosfat) [24729-96-2]
Totolkan secara terpisah masing-masing 20 µl Larutan C18H34C1N2O8PS BM 504,96
baku, Larutan baku1 dan Larutan uji pada lempeng
kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana Klindamisin Fosfat mempunyai potensi setara dengan
kromatografi yang tidak jenuh Fase gerak yang dibuat tidak kurang dari 758 µg klindamisin, C18H33C1N2O5S
segar, biarkan merambat sampai lebih kurang 10 cm. per mg, dihitung terhadap zat anhidrat.
Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan pada
suhu 105º selama 10 menit, dinginkan dan semprot Pemerian Serbuk hablur putih sampai hampir putih;
dengan kalium iodoplatinat LP; Harga RF bercak utama higroskopis; tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa
dari Larutan uji sesuai dengan Larutan baku, dan tidak pahit.
ada bercak Larutan uji yang sesuai dengan harga RF
bercak 3-kuinuklidinil bensilat (lebih kurang 0,8). Kelarutan Mudah larut dalam air; sukar larut dalam
Prosedur 2 (batas senyawa sejenis A klidinium etanol mutlak; sangat sukar larut dalam aseton; praktis
bromida) Totolkan secara terpisah masing-masing 20 µl tidak larut dalam klorofom, dalam benzen dan dalam eter.
Larutan baku 2 dan Larutan uji pada lempeng kromatografi
yang telah dilakukan prapengembangan. Masukkan Baku pembanding Klindamisin Fosfat BPFI; tidak boleh
lempeng ke dalam bejana kromatografi yang tidak jenuh dikeringkan sebelum digunakan. Endotoksin BPFI;
Fase gerak yang dibuat segar, biarkan merambat sampai [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isinya
lebih kurang 15 cm. Angkat lempeng, tandai batas harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi]
rambat, keringkan pada 105º selama 10 menit, dinginkan Rekonstitusi seluruh isinya, gunakan larutan dalam waktu
dan semprot dengan Penampak bercak. Bercak dari 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan,
Larutan uji pada harga RF lebih kurang 0,4 tidak lebih dalam lemari pendingin.
besar dan intensif dibandingkan bercak lain dari Larutan
baku 2; senyawa sejenis A klidinium bromida tidak lebih Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
dari 0,5%. didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1,2 g seperti pada Klindamisin Fosfat BPFI, masing-masing
zat, larutkan dalam 80 ml asam asetat glasial P, jika telah dikeringkan pada suhu 100° selama 2 jam.
perlu hangatkan. Dinginkan, tambahkan 15 ml raksa(II)
asetat LP dan titrasi dengan asam perklorat dioksan 0,1 N Endotoksin bakteri <201>Tidak lebih dari 0,58 unit
LV, tetapkan titik akhir secara potensiometri. Lakukan Endotoksin FI per mg.
penetapan blangko, jika perlu lakukan koreksi.
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N setara dengan
43,24 mg C22H26BrNO3 pH <1071> Antara 3,5 dan 4,5; lakukan penetapan
menggunakan larutan yang mengandung 10 mg per ml.
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup
rapat dan terlindung dari cahaya. Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 6,0%.
kurang 0,1 mg per ml. Tambahkan lebih kurang 25 ml kering. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
larutan ini ke dalam labu tentukur 100-ml yang berisi penanganan vial dan isinya harus hati-hati untuk
lebih kurang 25 mg Klindamisin Fosfat BPFI, encerkan menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isinya,
dengan Fase gerak sampai tanda. gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,58 unit
25 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang 1 Endotoksin FI per mg klindamisin.
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons puncak Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak dengan Penyaringan membran seperti tertera pada Uji
klindamisin fosfat dan benzil alkohol tidak kurang dari Sterilitas dari produk yang diuji. Menggunakan 6 g zat uji
2,0. Waktu retensi relatif klindamisin fosfat dan benzil yang dilarutkan secara aseptik dalam 200 ml Cairan A.
alkohol berturut-turut adalah lebih kurang 1,0 dan 1,2.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Syarat lain Memenuhi syarat uji Identifikasi, pH, Air,
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Sifat hablur dan Penetapan kadar seperti tertera pada
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan Klindamisin Fosfat.
ulang tidak lebih dari 2,5%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Wadah dan penyimpanan Dalam wadah untuk padatan
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji steril seperti tertera pada Injeksi.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
klindamisin, C18H33ClN2O5S, dalam tiap ml injeksi yang KLINDAMISIN HIDROKLORIDA
digunakan dengan rumus: Clindamycin Hydrochloride
10 CP rU
7 V rS
C adalah kadar Klindamisin Fosfat BPFI dalam mg per
ml Larutan baku; P adalah potensi C18H33ClN2O5S,
dalam µg per ml Klindamisin Fosfat BPFI; V adalah
volume injeksi yang digunakan dalam ml; rU dan rs Metil 7-kloro-6,7,8-trideoksi-6-(1-metil-trans-4-propil-
berturut-turut adalah respons puncak klindamisin fosfat L-2-pirolidinakarboksamido)-1-tio-L-treo-α-D-galakto-
dalam Larutan uji dan Larutan baku. oktopiranosida monohidroklorida [21462-39-5]
C18H33ClN2O5S.HCl BM 461,44
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal C18H33ClN2O5S.HCl.H2O [58207-19-5] BM 479,46
atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I atau dalam
wadah plastik yang sesuai. Klindamisin Hidroklorida adalah garam klindamisin
hidroklorida hidrat yang dihasilkan dengan cara klorinasi
Penandaan Memenuhi syarat Penandaan seperti yang dari linkomisin. Mengandung potensi setara dengan tidak
tertera pada Injeksi. Bila disimpam dalam kondisi beku, kurang dari 800 µg per mg klindamisin, C18H33ClN2O5S.
pada etiket tertera bahwa sediaan harus dicairkan terlebih
dahulu segera sebelum digunakan; kondisi penyimpanan Pemerian Serbuk hablur; putih atau praktis putih; tidak
yang sesuai dari larutan yang telah dicairkan dan berbau atau bau lemah seperti merkaptan. Stabil di udara
petunjuk bahwa larutan tidak boleh dibekukan kembali. dan cahaya. Larutan bersifat asam dan memutar bidang
polarisasi ke kanan.
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat. C adalah kadar Klindamisin Hidroklorida BPFI dalam
mg per ml Larutan baku; P adalah potensi klindamisin,
pH <1071> Antara 3,0 dan 5,5; lakukan penetapan C18H33ClN2O5S, dalam μg per mg dalam Klindamisin
menggunakan larutan 100 mg per ml. Hidroklorida BPFI; W adalah bobot dalam mg
klindamisin hidroklorida dalam Larutan uji; ri adalah
Air <1031> Metode I Antara 3,0% dan 6,0%. jumlah respons puncak semua senyawa sejenis selain
linkomisin dari Larutan uji; rC adalah respons puncak
Senyawa sejenis 7-epiklindamisin tidak lebih dari 4,0%; klindamisin dari Larutan baku.
klindamisin B tidak lebih dari 2,0%; masing-masing
senyawa sejenis lain tidak lebih dari 1,0% dan total Penetapan kadar Lakukan Kromatografi cair kinerja
senyawa sejenis termasuk linkomisin tidak lebih dari tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
6,0%. Lakukan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti Dapar fosfat pH 7,5 Larutkan 6,8 g kalium fosfat
tertera pada Kromatografi <931>. monobasa P dalam 1000 ml air, atur pH hingga 7,5
Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Penetapan dengan penambahan kalium hidroksida 8 N.
kadar. Fase gerak Buat campuran Dapar fosfat pH 7,5-
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Linkomisin asetronitril P (550:450) saring dan awaudarakan. Jika
Hidroklorida BPFI dan Klindamisin Hidroklorida BPFI, perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
larutkan dan encerkan secara kuantitatif dan jika perlu seperti tertera pada Kromatografi <931> [Catatan
bertahap dengan Fase gerak hingga kadar masing-masing Kenaikan perbandingan asetonitril P dalam Fase gerak
lebih kurang 0,5 mg dan 1 mg per ml. Pipet 10 ml larutan menurunkan waktu retensi dan penurunannya
ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan Fase meningkatkan resolusi antara 7-epiklindamisin dan
gerak sampai tanda. klindamisin].
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 125 mg zat, Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klindamisin
masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, larutkan dan Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan secara
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Fase gerak
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 125 mg zat,
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, larutkan dan
25 cm berisi bahan pengisi L1, dengan ukuran partikel 5 encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 5 ml
µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan larutan ke dalam labu tentukur 25-ml, encerkan dengan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatografi Fase gerak sampai tanda.
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
waktu retensi relatif untuk linkomisin, klindamisin B, Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
epiklindamisin dan klindamisin berturut-turut adalah 0,4; dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x
0,65; 0,8 dan 1,0. 25 cm, berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume 5µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan uji dan Larutan baku kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram
ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
respon puncak selama tidak kurang dari enam kali waktu resolusi, R, antara puncak klindamisin B dan puncak 7-
retensi puncak klindamisin. Hitung persentase linkomisin epiklindamisin tidak kurang dari 2,4; resolusi, R, antara
dalam klindamisin hidroklorida dengan rumus: puncak 7-epiklindamisin dan puncak klindamisin tidak
kurang dari 3,0; efisiensi kolom dihitung dari puncak
C P r klindamisin tidak kurang dari 4000 lempeng teoritis;
2,5 L L U faktor ikutan puncak klindamisin tidak lebih dari 1,2; dan
W rS simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang untuk
puncak klindamisin tidak lebih dari 1,0%.
CL adalah kadar Linkomisin Hidroklorida BPFI dalam g Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
per ml Larutan baku; PL adalah potensi linkomisin, sama (lebih kurang 10 μl) Larutan uji dan Larutan baku
C18H34N2O6S, dalam μg per mg dalam Linkomisin ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram selama tidak
Hidroklorida BPFI; W adalah bobot dalam mg kurang dari dua kali waktu retensi puncak klindamisin,
klindamisin hidroklorida dalam Larutan uji; rU dan rS ukur respons puncak. Hitung potensi dalam µg
berturut turut adalah respons puncak linkomisin dari klindamisin, C18H33ClN2O5S, tiap mg klindamisin
Larutan uji dan Larutan baku. Hitung persentase semua hidroklorida dengan rumus:
senyawa sejenis lain dalam klindamisin hidroklorida
dengan rumus:
CP rU
125
CP ri W rS
2,5
W rC C adalah kadar Klindamisin Hidroklorida BPFI dalam
mg per ml Larutan baku; P adalah potensi klindamisin,
- 651 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klindamisin
Palmitat Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Fase gerak hingga kadar 0,14 mg per ml.
KLINDAMISIN PALMITAT HIDROKLORIDA Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
Clindamycin Palmitate Hydrochloride dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar
klindamisin palmitat hidroklorida 0,14 mg per ml.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor indeks refraksi dan kolom 3,9
mm x 30 cm dan bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
1,2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Metil 7-kloro-6,7,8-trideoksi-6-(1-metil-trans-4-propil-
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif
L-2-pirolidinakarboksamido)-1-tio-L-treo-α-D-galakto-
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
oktopiranosida 2-palmitat monohidroklorida [25507-04-
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
4]
sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan Larutan uji
C34H63ClN2O6S.HCl BM 699,86
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung potensi klindamisin
Klindamisin Palmitat Hidroklorida mempunyai potensi
palmitat hidroklorida, C18H33ClN2O5S, dalam µg per mg
setara dengan tidak kurang dari 540 µg klindamisin,
yang digunakan dengan rumus:
C18H33ClN2O5S, per mg.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol; Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 75 mg yang
larut dalam etil asetat panas dan dalam asam asetat glasial sebelumnya telah dikeringkan, masukkan ke dalam labu
panas. tentukur 25-ml, larutkan dan encerkan dengan campuran
piridin P - n-heksan P (4:1) sampai tanda. Masukkan 1,0
Baku pembanding Kliokuinol BPFI; lakukan ml larutan ini ke dalam vial kaca ulir yang dilengkapi
pengeringan di atas fosfor pentoksida P selama 5 jam dengan septum, tambahkan 1,0 ml bis (trimetilsilil)
sebelum digunakan. asetamida P dan 1,0 ml Larutan baku internal, tutup.
Panaskan dalam tangas air pada suhu 50° selama 15
Identifikasi menit dan dinginkan hingga suhu ruang.
A. Buat larutan baku seperti tertera pada Larutan baku Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dalam Penetapan kadar, kecuali menggunakan 1,0 ml Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan
piridin P sebagai pengganti Larutan baku internal dan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 2 mm x 1,83 m
lakukan Kromatografi gas seperti pada Penetapan kadar. berisi bahan pengisi 3% fase diam G3 pada partikel
Waktu retensi puncak kliokuinol dari larutan uji sesuai penyangga S1AB 80-100 mesh. Pertahankan suhu injektor
dengan Larutan baku yang diperoleh pada Penetapan dan detektor masing-masing pada 170° dan 250° serta
kadar. suhu kolom pada 165°. Gunakan helium P sebagai gas
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam pembawa dengan laju aliran lebih kurang 30 ml per
200.000) dalam asam klorida 3 N menunjukkan maksi- menit. Laju aliran hidrogen dan udara masing-masing 25
mum dan minimum pada panjang gelombang yang sama ml dan 500 ml per menit [Catatan Kondisikan kolom
seperti pada Kliokuinol BPFI; daya serap masing-masing pada suhu 200° dengan cara seperti tertera pada
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan pada Kromatografi <931>]. Lakukan kromatografi terhadap
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 267 Larutan baku, rekam kromatografi dan ukur respons
nm berbeda tidak lebih dari 3,0%. puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
C. Panaskan 100 mg zat dengan 5 ml asam sulfat P: puncak kliokuinol dan baku internal tidak kurang dari 3.
tejadi uap iodin berlebih berwarna ungu. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; sama (lebih kurang 1 µl) Larutan baku dan Larutan uji ke
lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P selama 5 dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
jam. respons puncak utama. Waktu retensi relatif kliokuinol
dan pirena berturut-turut adalah 0,6 dan 1,0. Hitung
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%. jumlah dalam mg kliokuinol, C9H5ClINO, dengan rumus:
r R
100 i 100 C U
rs RS
- 655 -
C adalah kadar Klobetasol Propionat BPFI dalam mg pH <1071> Antara 4,5 dan 7,0.
per ml Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
perbandingan puncak klobetasol propionat terhadap Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
puncak baku internal yang diperoleh dari Larutan uji dan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku. Kromatografi <931>.
Larutan baku internal, Larutan baku, Larutan
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup kesesuaian sistem dan Sistem kromatografi Lakukan
rapat dan terlindung cahaya. seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Klobetasol
Propionat.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P, natrium fosfat
KRIM KLOBETASOL PROPIONAT monobasa 0,05 M (atur pH hingga 5,5 dengan
Clobetasol Propionate Cream penambahan larutan natrium hidroksida P 50%) dan
metanol P (95:85:20), saring dan awaudarakan. Jika perlu
Krim Klobetasol Propionat adalah klobetasol propionat lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
dalam basis krim yang sesuai. Mengandung klobetasol tertera pada Kromatografi <931>.
propionat, C25H32ClFO5, tidak kurang dari 90,0% dan Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim yang
tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera pada setara dengan lebih kurang 1,0 mg klobetasol propionat,
etiket. masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan
10,0 ml Larutan baku internal dan 15,0 ml metanol P.
Baku pembanding Klobetasol Propionat BPFI, tidak Kocok kuat untuk mendispersikan krim dan sentrifus
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam pada kecepatan lebih kurang 3500 rpm selama lebih
wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. Senyawa kurang 10 menit. Saring beningan melalui penyaring
Sejenis A Klobetasol Propionat BPFI [9-fluoro-11- dengan porositas 0,45 m.
hidroksi-16-metil 3-okso-androsta-1,4-diena-17(R)- Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
spiro-2’-[4’-kloro-5’-etilfuran-3’(2’-4on)]] (C25H30ClFO4, sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
BM 448,96), tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. respons puncak utama. Waktu retensi relatif untuk
klobetasol propionat dan beklometason dipropionat
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada berturut-turut lebih kurang 1,0 dan 1,6. Hitung jumlah
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. dalam mg klobetasol propionat, C25H32ClFO5, dalam krim
Fase gerak campuran kloroform P-aseton P-etanol P yang digunakan dengan rumus:
(100:10:5).
Larutan baku Larutkan sejumlah Klobetasol Propionat R
BPFI dengan pelarut dan kadar yang sama dengan 25C U
Larutan uji. RS
Larutan uji Masukkan sejumlah krim yang setara
dengan 0,75 mg klobetasol propionat ke dalam tabung C adalah kadar Klobetasol Propionat BPFI dalam mg
sentrifuga bertutup 25-ml, tambahkan 10 ml metanol P dan per ml Larutan baku; Ru dan Rs berturut-turut adalah
tutup. Panaskan dalam tangas air pada suhu 60 selama perbandingan puncak klobetasol propionat terhadap
lebih kurang 4 menit, angkat tabung, kocok kuat. Ulangi puncak baku internal yang diperoleh dari Larutan uji dan
pemanasan dan pengocokan. Dinginkan pada suhu ruang, Larutan baku.
tambahkan 3,5 ml air dan campur. Sentrifus pada lebih
kurang 3500 rpm selama lebih kurang 10 menit. Pindahkan Wadah dan penyimpanan Dalam tube atau dalam
lebih kurang 5 ml beningan dalam corong pisah 100 ml, wadah tertutup rapat, simpan pada suhu ruang terkendali.
tambahkan 1 g natrium klorida P dan 10 ml air, campur. Tidak boleh didinginkan.
Ekstraksi dengan 5 ml kloroform P dengan pengocokan
selama 1 menit, kumpulkan lapisan bawah dan uapkan
dengan bantuan aliran uap nitrogen sampai kering. KLOFAZIMIN
Larutkan residu dalam lebih kurang 0,5 ml kloroform P. Clofazimin
Prosedur Totolkan masing-masing 10 l Larutan baku
dan Larutan uji, lakukan uji seperti pada Identifikasi
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
3-(p-Klroanilino)-10-(p-klorofenil)-2,10-dihidro-2- baku C pada jarak yang sama, 2,5 cm dari tepi bawah
(isopropilimino)fenazin [2030-63-9] Penjerap, biarkan bercak mengering. Masukkan lempeng
C27H22Cl2N4 BM 473,40 ke dalam bejana kromatografi yang berisi Fase dan
biarkan merambat hingga lebih kurang tiga per empat
Klofazimin mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan fase gerak
tidak lebih dari 101,5% C27H22Cl2N4, dihitung terhadap menguap. Amati lempeng di bawah cahaya ultraviolet
zat yang telah dikeringkan 254 nm dan bandingkan intensitas bercak lain dalam
kromatogram Larutan uji dengan bercak utama dari
Pemerian Hablur merah tua, melebur pada suhu lebih kromatogram Larutan baku tersebut: tidak ada bercak
kurang 217° disertai peruraian. lain dari kromatogram Larutan uji, lebih besar atau lebih
intensif dari bercak utama yang diperoleh dari Larutan
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam baku A (1,0%), dan jumlah intensitas bercak lain dari
kloroform dan dalam benzen; agak sukar larut dalam Larutan uji tidak lebih dari 2,0%.
etanol dan dalam etil asetat.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300
Baku pembanding Klofazimin BPFI; lakukan mg zat, larutkan dalam 5 ml kloroform P, jika perlu
pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam sebelum panaskan. Tambahkan 20 ml aseton P dan 5 ml asam
digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat, asetat glasial; P, titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV,
terlindung dari cahaya, pada suhu ruang. tetapkan titik akhir secara potensiometrik, menggunakan
elektrode kaca dan elektrode kalomel berisi larutan jenuh
Identifikasi kalium klorida P. Lakukan penetapan blanko
A. Spektrum serapan inframerah larutan zat 5% dalam
metilen klorida P, menunjukkan maksimum hanya pada Tiap ml asam perklorat 0,1 N
bilangan gelombang yang sama seperti pada Klofazimin setara dengan 47,34 mg C27H22CI2N4
BPFI.
B. Harga RF bercak utama pada kromatogram Larutan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
uji sesuai dengan Larutan baku A seperti yang tertera tidak tembus cahaya, pada suhu ruang.
pada Kemurnian kromatografi.
Toleransi Memenuhi syarat jika seluruh kapsul yang C adalah kadar Klofazimin BPFI dalam mg per ml
diuji pecah tidak lebih dari 15 menit. Jika satu atau 2 Larutan baku; L adalah jumlah klofazimin dalam mg,
kapsul pecah lebih dari 15 menit tetapi kurang dari 30 untuk tiap kapsul yang tertera pada etiket; D adalah kadar
menit, ulangi pengujian menggunakan 12 kapsul. Dari klofazimin dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan
total 18 kapsul yang diuji tidak boleh lebih dari 2 kapsul jumlah dalam etiket dan pengenceran; AU dan AS berturut-
yang pecah lebih dari 15 menit tetapi kurang dari 30 turut adalah serapan Larutan uji dan Larutan baku.
menit.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. pada suhu ruang.
Larutan baku internal Timbang sejumlah naftalena P 1000 lempeng teoritis, faktor ikutan puncak analit tidak
larutkan dalam sikloheksan P sehingga kadar lebih lebih dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada
kurang 50 µg per ml. penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0.
Larutan baku Masukkan 50,0 mg N,N-dimetilanilin P Prosedur Suntikkan secara terpisah sejmlah voleme
ke dalam labu tenkukur 50-ml, tambahkan 25 ml asam sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
klorida 1 N, goyang hingga larut, encerkan dengan air ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
sampai tanda. Masukkan 5,0 ml larutan ke dalam labu respons puncak utama. Hitung jumlah dalam µg
tentukur 250-ml, encerkan dengan air sampai tanda. kloksasilin, C19H18ClN3O5S, dalam tiap mg, dengan
Pipet 1,0 ml larutan ini ke dalam tabung sentrifuga, rumus:
tambahkan 5,0 ml natrium hidroksida 1 N dan 1,0 ml
Larutan baku internal, kocok kuat selama 1 menit dan CE rU
200
W rS
sentrifus. Gunakan beningan.
Larutan uji Masukan 1,0 g zat ke dalam tabung
sentrifuga yang sesuai, tambahkan 5,0 ml natrium
hidroksida 1 N, goyang hingga larut, tambahkan 1,0 ml C adalah kadar Kloksasilin Natrium BPFI dalam mg per
Larutan baku internal, kocok kuat selama 1 menit dan ml Larutan baku; E adalah bobot kloksasilin dalam µg
sentrifus. Gunakan beningan. per mg Kloksasilin BPFI; W adalah bobot kloksasilin
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera natrium yang digunakan dalam mg; rU dan rS berturut-
pada Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 2 mm x 2 m baku.
berisi bahan pengisi 3% fase cair G3 pada partikel
penyangga S1A tersilanisasi dan pertahankan pada suhu Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
120º. Gunakan nitorgen P sebagai gas pembawa dengan pada suhu tidak lebih dari 25º.
laju alir lebih kurang 30 ml per menit .
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji KLOMIFEN SITRAT
ke dalam kromatograf dan ukur respons puncak utama. Clomiphene Citrate
Perbandingkan respons puncak dimetilanilin terhadap
naftalen dalam Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan
baku.
hidroklorida] (C26H29NOHCl, BM 407,98); tidak boleh kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah dan ukur respons puncak seperti yang tertera pada
tertutup rapat. Prosedur; efisiensi kolom tidak kurang dari 2000
lempeng teoritis untuk isomer-E; faktor ikutan tidak lebih
Identifikasi dari 3,0 untuk isomer-E dan simpangan baku relatif pada
A. Memenuhi syarat Identifikasi Basa Nitrogen penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0% untuk isomer-E
Organik <261>. dan isomer-Z.
B. Spektrum serapan ultraviolet 20g per ml dalam Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 50
asam klorida 0,1 N menunjukkan maksimum dan l) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti pada kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung
Klomifen Sitrat BPFI. persentase tiap cemaran dalam zat uji yang digunakan
C. Menunjukkan reaksi Sitrat seperti yang tertera pada dengan rumus:
Uji Identifikasi Umum<291>. r
100 i
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%. rS
Logam berat<371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. ri adalah respons puncak tiap cemaran; rs adalah jumlah
respons semua puncak.
Isomer–Z Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
pada Kromatografi<931>. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
Fase gerak, Larutan baku, Larutan uji, Larutan pada Kromatografi <931>.
kesesuaian sistem dan Sistem kromatografi seperti tertera Fase gerak Buat campuran metanol P–air-trietilamina P
pada Penetapan kadar. (55:45:0,3) saring dan awaudarakan. Atur pH hingga 2,5
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 50 dengan penambahan asam fosfat P. Jika perlu lakukan
l) Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur respons penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti yang
puncak utama. Hitung persentase Isomer-Z dari klomifen tertera pada Kromatografi <931>.
sitrat yang digunakan dengan rumus: Larutan baku [Catatan Gunakan peralatan kaca
aktinik rendah].Timbang saksama sejumlah Klomifen
Sitrat BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif dan
r
100 z jika perlu bertahap dengan Fase gerak hingga kadar lebih
ri kurang 0,05 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml encerkan
rz adalah respons puncak isomer-Z dalam Larutan uji; ri
dengan Fase gerak sampai tanda, saring. Pipet 10 ml
adalah jumlah semua respons puncak dari Larutan uji.
larutan masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Senyawa sejenis Senyawa sejenis A klomifen tidak lebih
Larutan kesesuaian sistem Larutkan sejumlah Senyawa
dari 2,0%; tiap cemaran tidak lebih dari 0,5% dan total
Sejenis A Klomifen BPFI dan Klomifen Sitrat BPFI
cemaran tidak lebih dari 2,0%. Lakukan penetapan
dalam Fase gerak hingga diperoleh larutan berturut-turut
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang
dengan kadar lebih kurang 0,002 dan 0,05 mg per ml.
tertera pada Kromatografi <931>.
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada
Fase gerak, Larutan uji dan Larutan kesesuaian sistem
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
dilengkapi dengan detektor 233 nm dan kolom 4,6 mm x
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klomifen
25 cm berisi bahan pengisi L26. Laju alir lebih kurang 1
Sitrat BPFI, larutkan dalam Fase gerak, encerkan secara
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
kuantitatif dan jika perlu bertahap hingga kadar lebih
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
kurang 1,0 g per ml.
puncak seperti yang tertera pada Prosedur: waktu retensi
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada
relatif untuk senyawa sejenis A klomifen, isomer-Z dan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
isomer-E berturut-turut adalah lebih kurang 0,9, 1,0 dan
dilengkapi dengan detektor 290 nm dan kolom 4,6 mm x
1,2; resolusi, R, antara senyawa sejenis A klomifen dan
25 cm berisi bahan pengisi L26. Laju alir lebih kurang 1
isomer-Z tidak kurang dari 1,0 dan resolusi, R, antara
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
isomer-Z dan isomer-E tidak kurang dari 1,5. Lakukan
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram
puncak seperti yang tertera pada Prosedur: waktu retensi
dan ukur respons puncak seperti yang tertera pada
relatif untuk senyawa sejenis A klomifen, isomer-Z dan
Prosedur, efisiensi kolom tidak kurang dari 2000
isomer-E berturut-turut adalah lebih kurang 0,9; 1,0 dan
lempeng teoritis untuk isomer-E, faktor ikutan tidak lebih
1,2; resolusi, R, antara senyawa sejenis A klomifen dan
dari 3,0 untuk isomer-E dan simpangan baku relatif pada
isomer-Z tidak kurang dari 1,0 dan resolusi, R, antara
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0% untuk isomer-E
isomer-Z dan isomer-E tidak kurang dari 1,5. Lakukan
dan isomer-Z.
- 660 -
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Alat tipe 1: 100 rpm.
sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan Larutan uji Waktu: 30 menit.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Prosedur Lakukan penetapan jumlah
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, C26H28ClNO.C6H8O7 yang terlarut dengan mengukur
C26H28ClNO.C6H8O7, dengan rumus: serapan alikuot, jika perlu encerkan dengan asam klorida
0,1 N dan serapan larutan baku Klomifen Sitrat BPFI
r r dalam media yang sama pada panjang gelombang
100C UE UZ serapan maksimum lebih kurang 232 nm.
rSE rSZ Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) C26H28ClNO.C6H8O7, dari jumlah
C adalah kadar Klomifen Sitrat BPFI dalam mg per ml yang tertera pada etiket.
Larutan baku; rUE dan rUZ berturut-turut adalah respons
puncak dari Larutan uji untuk isomer-E dan isomer-Z; Keseragaman sediaan<911> Memenuhi syarat.
rSE dan rSZ berturut-turut adalah respons puncak dari
Larutan baku untuk isomer-E dan isomer-Z. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah pada Kromatografi <931>.
tertutup rapat. Fase gerak, Larutan baku, Larutan kesesuaian sistem
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
pada Penetapan kadar dalam Klomifen Sitrat.
TABLET KLOMIFEN SITRAT Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak
Clomiphene Citrate Tablet kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
tablet setara dengan lebih kurang 50 mg klomifen sitrat,
Tablet Klomifen Sitrat mengandung klomifen sitrat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. Tambahkan
C26H28ClNO.C6H8O7, tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih kurang 50 ml Fase gerak, aduk menggunakan
lebih dari 107,0% dari jumlah tertera pada etiket. pengaduk magnetik selama 30 menit. Keluarkan
pengaduk magnetik dari dalam labu, encerkan dengan
Baku pembanding Klomifen Sitrat BPFI; tidak boleh Fase gerak sampai tanda, dan saring. Pipet 10 ml larutan
dikeringkan; lakukan Penetapan Kadar Air <1031> masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
dengan Metode I pada saat akan digunakan. Simpan dalam dengan Fase gerak sampai tanda dan saring, buang 10 ml
wadah tertutup rapat. Senyawa Sejenis A Klomifen BPFI filtrat pertama.[Catatan Larutan stabil selama 24 jam.]
[(E,Z2-[4-(1,2-Difeniletenil)fenoksi]-N,N–dietilamina Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
hidroklorida] (C26H29NO HCl , BM 407,98); tidak boleh sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan Larutan uji
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
tertutup rapat. respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
klomifen sitrat, (C26H28CINO.C6H8O7) dalam serbuk
Identifikasi Masukkan serbuk halus tablet setara dengan tablet yang digunakan dengan rumus:
lebih kurang 30 mg klomifen sitrat ke dalam tabung
sentrifuga yang berisi lebih kurang 30 ml larutan metanol r
1000C U
P dalam asam klorida 0,1 N (1 dalam 2). Tutup tabung, rS
masukkan dalam tangas air pada suhu lebih kurang 37
selama 15 menit, kocok sesekali. Sentrifus, pisahkan C adalah kadar Klomifen Sitrat BPFI dalam mg per ml
beningan dan masukkan ke dalam corong pisah. Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Ekstraksi mula-mula dengan 40 ml heksan P, kemudian puncak Larutan uji dan Larutan baku.
dua kali, tiap kali dengan 25 ml heksan P; buang ekstrak.
Basakan larutan dengan natrium hidroksida 1 N,ekstraksi Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
endapan basa mula-mula dengan 50 ml heksan P, tertutup baik dan terlindung dari cahaya.
kemudian ekstraksi dua kali, tiap kali dengan 25 ml
heksan P, cuci kumpulan ekstrak dua kali dengan air.
Keringkan ekstrak menggunakan natrium sulfat anhidrat KLOMIPRAMIN HIDROKLORIDA
P, uapkan heksan P, dengan menurunkan tekanan.
Clomipramine Hydrochloride
Larutkan residu dengan lebih kurang 1,0 ml karbon
disulfida P. Ukur serapan spektrum inframerah larutan CH3
uji dan larutan baku Klomifen Sitrat BPFI, yang dibuat N
CH3
dengan cara yang sama, seperti yang tertera pada
Identifikasi Basa Nitrogen Organik <261>. Cl .HCl
N
Disolusi<1231>
Media disolusi: 900 ml air.
- 661 -
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera pada
Kromatografi <931>.
Sisa pemijaran<301> Tidak lebih dari 0,1%. Larutan natrium 1-heptansulfonat Timbang saksama
lebih kurang 5,5 g natrium 1-heptansulfonat P, masukkan
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 100 bpj. ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dalam 50 ml air
dan encerkan dengan asam asetat glasial P sampai tanda.
Fase gerak Masukkan 20 ml Larutan natrium 1-
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran tidak heptansulfonat dan 2 ml trietilamin P ke dalam labu tentukur
lebih dari 0,5% dan jumlah semua cemaran tidak lebih 500-ml, encerkan dengan air sampai tanda. Masukkan
dari 2,0%, dengan mempertimbangkan hasil Uji 1 dan Uji larutan ini ke dalam wadah yang sesuai, atur pH hingga
2. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair 3,20,1 dengan penambahan asam fosfat P. Pindahkan ke
kinerja tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi dalam labu tentukur 1000-ml, encerkan dengan asetonitril P
<931> sampai tanda, campur, saring dan awaudarakan. Jika perlu
Uji 1 lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
Larutan natrium 1-heptansulfonat, Larutan kesesuaian yang tertera pada Kromatografi <931>.
sistem dan Sistem kromatografi Lakukan seperti yang Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih
tertera pada Penetapan kadar. kurang 7 mg Desipramin Hidroklorida BPFI dan 10 mg
Fase gerak Masukkan 20 ml Larutan natrium 1- Imipramin Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam labu
heptansulfonat, 2 ml trietilamin P dan 500 ml air ke tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan dengan metanol P
sampai tanda.
- 662 -
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Spektrum serapan inframerah residu yang didispersikan
Klomipramin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya
secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan metanol pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
P hingga kadar lebih kurang 0,8 mg per ml. Pipet 10 ml Klomipramin Hidroklorida BPFI.
larutan ini ke dalam labu tentukur 25-ml, encerkan
dengan metanol P sampai tanda. Disolusi<1231>
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 80 mg zat, Media disolusi: 500 ml asam klorida 0,1 N
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan Alat tipe 2: 50 rpm
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 10 ml Waktu: 30 menit.
larutan ini ke dalam labu tentukur 25-ml dan encerkan Prosedur Lakukan penetapan jumlah C19H23ClN2.HCl
dengan metanol P sampai tanda. yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika perlu
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada encerkan dengan Media disolusi dan serapan larutan baku
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Klomipramin hidroklorida BPFI dalam media yang sama
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 ml 252 nm.
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur respons kurang dari 80% (Q) C19H23ClN2.HCl dari jumlah yang
puncak seperti yang tertera pada Prosedur: waktu retensi tertera pada etiket.
relatif desipramin dan imipramin berturut-turut adalah
lebih kurang 0,85 dan 1,0; resolusi, R antara puncak Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
desipramin dan imipramin tidak kurang dari 0,5; dan Prosedur untuk keseragaman kandungan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Larutan baku Timbang saksama sejumlah
lebih dari 2%. Klomipramin Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 30 µg per
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji ml.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Larutan uji Masukkan secara kuantitatif isi satu kapsul
respons puncak utama. ke dalam labu tentukur 100-ml dengan bantuan metanol
Hitung jumlah dalam mg, klomipramin hidroklorida, P. Tambahkan lebih kurang 75 ml metanol P, kocok
C19H23ClN2.HCl, dalam zat yang digunakan dengan secara mekanik selama 1 jam dan encerkan dengan
rumus: metanol P sampai tanda. Encerkan secara kuantitatif dan
r jika perlu bertahap dengan metanol P hingga kadar lebih
250 C U kurang 30 µg per ml.
rS Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
C adalah kadar Klomipramin Hidroklorida BPFI dalam 252 nm, menggunakan sel 1-cm, dan metanol P sebagai
mg per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah blangko. Hitung jumlah dalam mg, klomipramin
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. hidroklorida, C19H23ClN2.HCl, dalam kapsul yang
digunakan dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
TC AU
KAPSUL KLOMIPRAMIN HIDROKLORIDA D AS
Clomipramine Hydrochloride Capsule
T adalah jumlah dalam mg klomipramin hidroklorida
Kapsul Klomipramin Hidroklorida mengandung dalam kapsul seperti yang tertera pada etiket; C adalah
klomipramin hidroklorida, C19H23ClN2.HCl, tidak kurang kadar Klomipramin Hidroklorida BPFI dalam µg per ml
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang Larutan baku; D adalah kadar klomipramin hidroklorida
tertera pada etiket. dalam µg per ml Larutan uji; AU dan AS berturut-turut
adalah serapan Larutan uji dan Larutan baku.
Baku pembanding Klomipramin hidroklorida BPFI;
Tidak boleh dikeringkan, bersifat higroskopik. Simpan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dalam wadah tertutup rapat. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera pada
Kromatografi<931>.
Identifikasi Masukkan isi kapsul setara dengan lebih Larutan natrium 1-heptansulfonat, Fase gerak,
kurang 125 mg klomipramin hidroklorida ke dalam Larutan kesesuaian sistem, Larutan baku dan Sistem
wadah yang sesuai, tambahkan 25 ml kloroform P, aduk kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada
selama 5 menit dan saring. Uapkan di atas tangas uap Penetapan kadar dalam Klomipramin hidroklorida.
hingga volume lebih kurang 5 ml. Dinginkan dalam Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20
tangas es, tambahkan eter P dan aduk hingga terbentuk kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur.
hablur. Saring dan keringkan pada 100° selama 1 jam. Bersihkan dan timbang saksama cangkang kapsul. Hitung
- 663 -
bobot rata-rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang
kapsul setara dengan lebih kurang 160 mg klomipramin yang sama seperti pada Klonazepam BPFI.
hidroklorida, masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml.
Tambahkan 130 ml metanol P, kocok secara mekanik Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
selama 1 jam, encerkan dengan metanol P sampai tanda. lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam.
Pipet 10 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 25-ml dan
encerkan dengan metanol P sampai tanda, kocok dan Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
saring.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Senyawa sejenis Tidak lebih dari 0,5% 3-amino-4-(2-
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, klorofenil)-6-nitrokarbostiril, dan tidak lebih 0,5% 2-
klomipramin hidroklorida,C19H23ClN2.HCl dalam isi amino-2’-kloro-5-nitrobenzofenon. Lakukan penetapan
kapsul yang digunakan dengan rumus: dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera
pada Kromatografi <931>.
r Fase gerak Campuran etil asetat P-karbon tetra klorida
500 C U P (1:1).
rS Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 250 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan
C adalah kadar Klomipramin Hidroklorida BPFI dalam encerkan dengan aseton P sampai tanda.
mg per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah Larutan pembanding 1 Timbang saksama sejumlah 3-
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. amino-4-(2-klorofenil)-6-nitrokarbostiril BPFI, larutkan
dalam aseton P hingga kadar 125 µg per ml.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Larutan pembanding 2 Timbang saksama sejumlah 2-
Amino-2’-kloro-5-nitrobenzofenol BPFI, larutkan dalam
aseton P hingga kadar 125 µg per ml.
KLONAZEPAM Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 20 µl
Clonazepam Larutan uji, Larutan pembanding 1 dan Larutan
pembanding 2 pada lempeng kromatografi silika gel P
setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana
kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak dan
biarkan merambat hingga lebih kurang tiga per empat
tinggi lempeng. Angkat lempeng, beri tanda batas Fase
gerak dan keringkan di udara. Semprot lempeng dengan
asam sulfat 2 N, keringkan pada suhu 105° selama 15
sampai 30 menit. Semprot berturut-turut dengan larutan
5-(o-Klorofeni)-1,3-dihidro-7-nitro-2H-1,4-benzo natrium nitrit P (1 dalam 1000), larutan amonium sulfamat
diazepin-2-on[1622-61-3] P (1 dalam 200) dan N-1-naftilendiamin dihidroklorida P
C15H10ClN3O3 BM 315,72 (1 dalam 1000), keringkan lempeng dengan aliran udara
dingin setelah masing-masing penyemprotan: bercak yang
Klonazepam mengandung tidak kurang dari 99,0% dan diperoleh dari Larutan uji tidak lebih besar ukuran dan
tidak lebih dari 101,0% C15H10ClN3O3, dihitung terhadap intensitasnya dari bercak pada masing-masing harga RF
zat yang telah dikeringkan. yang sesuai dengan Larutan pembanding 1 dan Larutan
pembanding 2.
Pemerian Serbuk; kuning muda; bau lemah; melebur
pada suhu lebih kurang 239º. Cemaran senyawa organik mudah menguap
<471>Metode V Memenuhi syarat.
Kelarutan Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P.
aseton dan dalam kloroform; sukar larut dalam etanol dan
dalam eter. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 700
mg zat, larutkan dalam 100 ml anhidrida asetat P dengan
Baku pembanding Klonazepam BPFI; lakukan pengadukan selama lebih kurang 20 menit. Tambahkan 5
pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam sebelum tetes larutan biru nile hidroklorida P dalam asam asetat
digunakan. 3-Amino-4-(2-klorofenil)-6-nitrokarbostiril glasial P (1 dalam 100), titrasi dengan asam perklorat 0,1
BPFI dan 2-Amino-2’-kloro-5-nitrobenzofenon BPFI; N LV hingga warna hijau kuning. Lakukan penetapan
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. blangko.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang telah Tiap ml asam perklorat 0,1 N
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P setara dengan 31,57 mg C15H10ClN3O3
- 664 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
tidak tembus cahaya, pada suhu ruang. sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak puncak utama. Hitung jumlah
TABLET KLONAZEPAM C15H10ClN3O3 yang terlarut dengan membandingkan
ClonazepamTablet respons puncak Larutan baku dan Larutan uji.
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
Tablet Klonazepam mengandung klonazepam, kurang dari 80% (Q) C15H10ClN3O3, dari jumlah yang
C15H10ClN3O3, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih tertera pada etiket.
dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
Keseragaman sediaan<911> Memenuhi syarat.
Baku pembanding Klonazepam BPFI; lakukan Prosedur keseragaman kandungan
pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam sebelum Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam wadah yang
digunakan. 3-Amino-4-(2-klorofenil)-6-nitrokarbostiril sesuai, tambahkan sejumlah air panas (lebih kurang 60)
BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan. 2- sampai seperlima kapasitas nominal wadah, kocok secara
Amino-2’-kloro-5-nitrobenzofenon BPFI; tidak boleh mekanik selama 30 menit. Tambahkan sejumlah N,N-
dikeringkan sebelum digunakan. dimetilasetamida P setara dengan dua perlima kapasitas
nominal wadah, campur. Panaskan di atas tangas uap
Identifikasi Masukkan sejumlah serbuk tablet setara selama 5 menit, sonikasi selama 5 menit. Dinginkan
dengan lebih kurang 10 mg klonazepam ke dalam corong sampai suhu ruang, tambahkan sejumlah volume yang
pisah 125 ml. Tambahkan 25 ml air, kocok tiap kali diukur saksama larutan o-diklorobenzen P dalam
selama 2 menit, dan ekstraksi dua kali tiap kali dengan 40 asetonitril P (1 dalam 25) hingga diperoleh lebih kurang
ml kloroform P. Lewatkan ekstraksi kloroform melalui 4 mg o-diklorobenzen P per 40 µg klonazepam. Jika perlu
natrium sulfat anhidrat P. Uapkan kumpulan ekstrak encerkan secara bertingkat dengan asetonitril P hingga
pada suhu ruang dengan bantuan aliran gas nitrogen P kadar klonazepam 40 µg per ml.
sampai kering. Cuci sisa tiga kali, tiap kali dengan 10 ml Larutan baku Buat dengan cara yang sama dengan
pelarut heksan P; spektrum serapan inframerah sisa yang Larutan uji hingga kadar lebih kurang 40 µg Klonazepam
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan BPFI per ml, dan kadar o-diklorobenzen P sama dengan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama yang digunakan pada Larutan uji, dalam pelarut yang
seperti pada Klonazepam BPFI. sama.
Prosedur Lakukan seperti yang tertera pada Prosedur
Disolusi<1231> dalam Penetapan kadar.
Media disolusi: 900 ml air yang telah diawaudarakan. Senyawa sejenis Tidak lebih dari 1,0% 3-Amino-4-(2-
Alat tipe 2: 100 rpm. klorofenil)-6-nitrokarbostiril dan tidak lebih dari 1,0% 2-
Waktu: 60 menit. Amino-2’-kloro-5-nitrobenzofenon. Lakukan penetapan
Lakukan penetapan jumlah C15H10ClN3O3, yang terlarut dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera
dengan cara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi seperti pada Kromatografi <931>.
tertera pada Kromatografi <931>. Fase gerak Buat campuran etil asetat P-karbon
Fase gerak Buat campuran air-metanol P-asetonitril P tetraklorida P (1:1).
(40:30:30), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti yang setara dengan 10 mg klonazepam, masukkan ke dalam
tertera pada Kromatografi <931>. labu yang sesuai. Tambahkan lebih kurang 20 ml aseton
Larutan uji Gunakan alikuot. P, tutup, kocok selama 1 menit. Saring, uapkan filtrat di
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klonazepam atas tangas uap hingga kering, larutkan residu dalam 0,5
BPFI, larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih ml aseton P.
kurang 0,05 mg per ml. Campur sejumlah volume sama Larutan pembanding 1 Timbang saksama sejumlah 3-
dengan Media disolusi yang diukur saksama hingga kadar Amino-4-(2-klorofenil)-6-nitrokarbostiril BPFI, larutkan
larutan baku sama dengan kadar yang diperkirakan dalam dalam aseton P hingga diperoleh larutan 1 dalam 5000.
Larutan uji. Larutan pembanding 2 Timbang saksama sejumlah 2-
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada Amino-2’-kloro-5-nitrobenzofenol BPFI, larutkan dalam
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi aseton P hingga diperoleh larutan 1 dalam 5000.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm x 30 Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 25
cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 ml µl Larutan uji, Larutan pembanding 1 dan Larutan
per menit. Lakukan penyuntikan ulang terhadap Larutan pembanding 2 pada lempeng kromatografi silika gel P
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak, setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana
seperti yang tertera pada Prosedur: simpangan baku kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak
relatif tidak lebih dari 2,0% dan faktor ikutan tidak lebih dan biarkan merambat hingga lebih kurang 15 cm dari
dari 2,0. garis penotolan. Angkat lempeng, biarkan fase gerak
menguap, amati bercak di bawah cahaya ultraviolet 254
- 665 -
nm. Semprot lempeng dengan asam sulfat P (1 dalam 10) C adalah kadar Klonazepam BPFI dalam µg per ml
dan panaskan pada suhu 105° selama 15 menit. Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
Dinginkan hingga suhu ruang, semprot dengan larutan perbandingan respons puncak klonazepam terhadap o-
natrium nitrit P (1 dalam 1000), keringkan di bawah diklorobenzen dari Larutan uji dan Larutan baku.
aliran udara panas. Semprot lempeng dengan larutan
amonium sulfamat P (1 dalam 200), dan keringkan di Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
bawah aliran udara panas. Semprot dengan larutan N-1- tidak tembus cahaya, pada suhu ruang.
naftilendiamindihidroklorida P (1 dalam 1000),
keringkan di bawah aliran udara panas. Bercak yang
diperoleh dari Larutan uji tidak lebih besar ukuran dan KLONIDIN HIDROKLORIDA
intensitasnya dari bercak pada masing-masing harga RF Clonidine Hydrochloride
yang sesuai dengan Larutan pembanding 1 dan Larutan
pembanding 2. Cl
H
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan
N HCl
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera pada N
Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran air-metanol P-asetonitril P NH Cl
(4:3:3).
Larutan baku internal Pipet 4 ml o-diklorobenzen P ke 2-[(2,6-Diklorofenil)imino]imidazolidina monohidroklorida
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan asetonitril [4205-91-8]
P sampai tanda. C9H9Cl2N3.HCl BM 266,55
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klonazepam
BPFI, larutkan dalam asetonitril P, jika perlu encerkan Klonidin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
secara bertahap dan kuantitatif dengan asetonitril P 98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C9H9Cl2N3.HCl,
hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml. Pipet 4 ml dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
larutan ini dan 4 ml Larutan baku internal ke dalam labu
tentukur 50-ml, encerkan dengan asetonitril P sampai Baku pembanding Klonidin Hidroklorida BPFI; lakukan
tanda. Larutan akhir mengandung 40 µg klonazepam per pengeringan pada suhu 105 hingga bobot tetap sebelum
ml. digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari Identifikasi
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dengan lebih kurang 2 mg klonazepam, masukkan ke dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
dalam labu tentukur 50-ml. Pipet 20 ml N,N’- menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
dimetilasetamida P, masukkan ke dalam labu dan gelombang yang sama seperti pada Klonidin Hidroklorida
sonikasi selama 5 menit. Dinginkan sampai suhu ruang, BPFI.
tambahkan dengan pipet, 4 ml Larutan baku internal, B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam asam
encerkan dengan asetonitril P sampai tanda, saring jika klorida 0,01 N (1 dalam 3000) pada panjang gelombang
perlu. serapan 272 nm berbeda tidak lebih dari 3,0%, dihitung
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada terhadap zat yang telah dikeringkan.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C seperti
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm x yang tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
30 cm berisi bahan pengisi L1. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku dengan 5 kali penyuntikan ulang, pH <1071> Antara 3,5 dan 5,5; lakukan penetapan
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti menggunakan larutan (1 dalam 20).
yang tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif tidak
lebih dari 2,0% dan faktor resolusi tidak kurang dari 10,0. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume lakukan pengeringan pada suhu 105 sampai bobot tetap.
sama (lebih kurang 25 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
respons puncak pada waktu retensi lebih kurang 6 menit
untuk klonazepam dan 14,5 menit untuk o-diklorobenzen. Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan
Hitung jumlah dalam mg, C15H10ClN3O3, dalam serbuk cara Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada
tablet yang digunakan dengan rumus: Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran toluen P-dioksan P- etanol
R anhidrat P- amonium hidroksida P (10:8:2:1).
0,05C U Larutan uji Larutkan 200 mg zat dalam metanol P dan
RS encerkan hingga 2,0 ml.
- 666 -
Larutan baku Larutkan sejumlah Klonidin pada rentang panjang gelombang 245 nm - 350 nm
Hidroklorida BPFI dalam metanol P hingga kadar larutan menunjukkan maksimum pada 272 nm dan 279 nm dan
100 mg per ml. infleksi pada 265 nm.
Enceran larutan baku Encerkan sejumlah Larutan B. Pada sejumlah volume yang setara dengan 0,15 mg
baku secara bertahap dengan metanol P hingga kadar klonidin hidroklorida, tambahkan 1 ml larutan amonium
lebih kurang 100 g per ml. reineckat P 10%, biarkan selama 5 menit: terbentuk
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 2 l endapan berwarna merah muda.
Larutan uji, Larutan baku dan Enceran larutan baku pada
lempeng kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. pH<1071> Antara 4,0 dan 7,0.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
berisi Fase gerak dan biarkan merambat hingga tiga per Syarat lain Memenuhi syarat seperti yang tertera pada
empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan Fase Injeksi.
gerak menguap, dan lakukan pengeringan pada suhu 100
selama 1 jam. Masukkan lempeng ke dalam bejana berisi Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara
larutan encer natrium hipoklorit P yang mengandung Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada
klorin 0,5%, dan biarkan merambat hingga tiga perempat Kromatografi <931>.
tinggi lempeng, keringkan dalam lemari asam dengan Fase gerak Lakukan seperti yang tertera pada
aliran udara selama 1 jam dan semprot dengan kanji kalium Kemurnian kromatografi dalam Klonidin Hidroklorida.
iodida LP: Harga RF bercak utama Larutan uji sesuai Larutan uji Tambahkan 10 ml metanol P kedalam
dengan Larutan baku. Besar dan intensitas bercak lain sejumlah volume yang setara dengan lebih kurang 0,75
selain bercak utama dari Larutan uji, tidak lebih intensif mg klonidin hidroklorida, uapkan hingga kering dan
dari Enceran larutan baku (0,1%) dan jumlah intensitas larutkan sisa dalam 0,5 ml metanol P.
seluruh bercak tidak lebih dari 0,2%. Enceran larutan uji Encerkan 1 bagian volume
Larutan uji dengan metanol P hingga 100 bagian volume.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 200 Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 20l
mg zat, larutkan dalam lebih kurang 80 ml asam asetat Larutan uji dan Enceran larutan uji pada lempeng
glasial P, tambahkan 15 ml raksa(II) asetat LP dan titrasi kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Selanjutnya
dengan asam perklorat 0,1 N LV, tentukan titik akhir lakukan seperti tertera pada Kemurnian kromatografi
secara potensiometrik menggunakan elektroda kaca dan dalam Klonidin Hidroklorida: bercak lain selain bercak
elektroda kalomel yang mengandung litium perklorat 0,1 utama pada kromatogram yang diperoleh pada Larutan
N dalam asam asetat glasial P seperti yang tertera pada uji tidak lebih intensif dari bercak kromatogram Enceran
Titrimetri <711>. Lakukan penetapan blangko. larutan uji.
C adalah kadar Klonidin Hidroklorida BPFI dalam mg Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
per ml Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah kurang dari 75% (Q) C9H9Cl2N3.HCl dari jumlah yang
serapan Larutan uji dan Larutan baku. tertera pada etiket.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Keseragaman kandungan <911> Memenuhi syarat.
klonidin dan 2,6-dikloroanilin berturut-turut adalah lebih C. Menunjukkan reaksi Sulfat cara A, B dan C seperti
kurang 0,5 dan 1,0. yang tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan Larutan uji Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg,
C9H9Cl2N3.HCl dalam zat uji dengan rumus: Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
C adalah kadar Klonidin Hidroklorida BPFI dalam g per Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons kinerja tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi
puncak Larutan uji dan Larutan baku. <931>.
Dapar fosfat, Fase gerak dan Larutan kesesuaian
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah sistem Lakukan seperti yang tertera pada Penetapan
tertutup baik. kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klopidogrel
Bisulfat BPFI, Senyawa Sejenis A Klopidogrel
BPFI,Senyawa Sejenis B Klopidogrel BPFI dan Senyawa
KLOPIDOGREL BISULFAT
Sejenis CKlopidogrel BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Clopidogrel Bisulfate
metanol P hingga kadar berturut-turut lebih kurang 20 g
O per ml, 40 g per ml, 120 g per ml dan 200 g per ml.
H3CO H Cl Pipet 5 ml larutan ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan
N .H2SO4 dengan Fase gerak sampai tanda. Larutan ini mengandung
Klopidogrel Bisulfat BPFI, Senyawa Sejenis A Klopidogrel
S
BPFI,Senyawa Sejenis B Klopidogrel BPFI dan Senyawa
Sejenis C Klopidogrel BPFI, berturut-turut lebih kurang 0,5
Metil(+)-(S)--(o-klorofenil)-6,7-dihidrotieno[3,2-c] g per ml; 1 g per ml; 3 g per ml dan 5 g per ml.
piridin-5(4H)-asetat, sulfat (1:1)[120202-66-6] Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg zat,
C16H16ClNO2S.H2SO4 BM 419,90 masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, larutkan dalam 5
ml metanol P dan encerkan dengan Fase gerak sampai
Klopidogrel Bisulfat mengandung tidak kurang dari tanda.
97,0% dan tidak lebih dari 101,5% C16H16ClNO2S.H2SO4, Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x
Pemerian Serbuk; putih sampai hampir putih. 15 cm yang berisi bahan pengisi L57. Laju alir lebih
kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam metanol; Larutan kesesuaian sistem dan rekam kromatogram dan
praktis tidak larut dalam eter. ukur respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur:
waktu retensi relatif senyawa sejenis A klopidogrel, dua
Baku pembanding Klopidogrel Bisulfat BPFI, Senyawa enansiomer senyawa sejenis B klopidogrel, senyawa
SejenisA Klopidogrel BPFI, [asam (+)-(S)-(o-klorofenil)- sejenis C klopidogrel dan klopidogrel berturut-turut
6,7-dihidrotieno[3,2-c]piridin-5(4H)-asetat]; Senyawa adalah lebih kurang 0,5; 0,8; 1,2; 2,0; dan 1,0; resolusi, R,
SejenisB Klopidogrel BPFI, [metil(±)-(o-klorofenil)-4,5- antara klopidogrel dan enansiomer pertama senyawa
dihidrotieno [2,3-c]piridin-6(7H)-asetat, hidrogen sulfat]; sejenis B klopidogrel tidak kurang dari 2,5. Lakukan
Senyawa Sejenis C Klopidogrel BPFI, [metil(-)-(R)-o- kromatografi terhadap Larutan baku dan rekam
klorofenil)-6,7-dihidrotieno[3,2-c]piridin-5(4H)-asetat, kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang
hidrogen sulfat]. tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 15% untuk masing-
Identifikasi masing puncak.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
yang sama seperti Klopidogrel Bisulfat BPFI.
respons semua puncak.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
Hitung persentase senyawa sejenis A klopidogrel dan
uji sesuai dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh
senyawa sejenis C klopidogrel dalam zat dengan rumus:
pada Penetapan kadar.
- 669 -
Tablet Klopidogrel mengandung klopidogrel bisulfat, Senyawa sejenis Masing-masing cemaran dan jumlah
setara dengan klopidogrel, C16H16ClNO2S, tidak kurang semua cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang Tabel.
tertera pada etiket. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi
Baku pembanding Klopidogrel Bisulfat BPFI. Senyawa <931>.
SejenisA Klopidogrel BPFI, [asam (+)-(S)-(o-klorofenil)- Dapar fosfat dan Fase gerak Buat seperti yang tertera
6,7-dihidrotieno[3,2-c]piridin-5(4H)-asetat]. Senyawa pada Penetapan kadar dalam Klopidogrel bisulfat.
Sejenis B Klopidogrel BPFI, [metil(±)-(o-klorofenil)-4,5- Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama sejumlah
dihidrotieno[2,3-c]piridin-6(7H)-asetat, hidrogen sulfat]. Klopidogrel Bisulfat BPFI dan Senyawa Sejenis B
Senyawa Sejenis C Klopidogrel BPFI, [metil(-)-(R)-o- Klopidogrel BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol
klorofenil)-6,7-dihidrotieno[3,2-c] piridin-5(4H)-asetat, P hingga kadar berturut-turut lebih kurang 100 g per ml
hidrogen sulfat]. dan 200 g per ml. Pipet 5 ml larutan ke dalam labu
tentukur 200-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai
Identifikasi tanda.
A. Spektrum serapan utraviolet Larutan uji pada Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klopidogrel
panjang gelombang 250 nm - 300 nm menunjukkan Bisulfat BPFI, Senyawa Sejenis A Klopidogrel BPFI dan
maksimum pada 270 nm sesuai dengan Klopidogrel Senyawa Sejenis C Klopidogrel BPFI, larutkan dan
Bisulfat BPFI dalam Larutan baku yang diperoleh pada encerkan dengan metanol P hingga kadar berturut-turut lebih
penetapan Keseragaman sediaan. kurang 40 g per ml, 250 g per ml dan 300 g per ml.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan Pipet 5 ml larutan ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan
uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh dengan Fase gerak sampai tanda. Larutan ini mengandung
pada Penetapan kadar. klopidogrel bisulfat, senyawa sejenis A klopidogrel dan
senyawa sejenis C klopidogrel berturut-turut lebih kurang 1
Disolusi <1231> g per ml, 6 g per ml dan 7,5 g per ml.
Dapar asam klorida pH 2,0 Pipet 50 ml kalium klorida Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20
0,2 N dan 13 ml asam klorida 0,2 N, ke dalam labu tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet yang setara
tentukur 200-ml. Encerkan dengan air sampai tanda. dengan lebih kurang 75 mg klopidogrel, masukkan ke dalam
Media disolusi: 1000 ml Dapar asam klorida pH 2,0. labu tentukur 200-ml, tambahkan 5 ml metanol P, encerkan
Alat tipe 2: 50 rpm. dengan Fase gerak sampai tanda. Biarkan 10 menit dan
Waktu: 30 menit. kocok. Saring sebagian larutan melalui penyaring
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klopidogrel membran dengan porositas 0,45 m atau lebih kecil.
Bisulfat BPFI, larutkan dalam 20,0 ml metanol P dan Gunakan filtrat.
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada
Media disolusi, hingga kadar sesuai dengan alikuot. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Prosedur Lakukan penetapan jumlah dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x
C16H16ClNO2S,yang terlarut dengan mengukur serapan 15 cm yang berisi bahan pengisi L57. Laju alir lebih
alikuot dan jika perlu encerkan dengan Media disolusi kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
dan serapan Larutan baku pada panjang gelombang Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
serapan maksimum lebih kurang 240 nm. respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur: waktu
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak retensi relatif dua enansiomer senyawa sejenis B
kurang dari 80% (Q), C16H16ClNO2S, dari jumlah yang klopidogrel dan klopidogrel berturut-turut lebih kurang
tertera pada etiket. 0,8; 1,2; dan 1,0; resolusi, R, antara klopidogrel dan
enansiomer pertama senyawa sejenis B klopidogrel lebih
Keseragaman sediaan<911> Memenuhi syarat. besar dari 2,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Prosedur keseragaman kandungan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu tentukur seperti yang tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
50-ml, tambahkan asam klorida 0,1 N sampai tanda. senyawa sejenis A klopidogrel, senyawa sejenis C
Sonikasi selama 5 menit dan dinginkan. Pipet 5 ml klopidogrel dan klopidogrel berturut-turut lebih kurang
larutan ke dalam labu tentukur 50-ml dan encerkan 0,5; 2,0 dan 1,0; simpangan baku relatif pada penyuntikan
dengan asam klorida 0,1 N sampai tanda. Saring sebagian ulang tidak lebih dari 15% untuk masing-masing puncak.
larutan melalui penyaring membran dengan porositas Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
0,45 m atau lebih kecil, buang 5 ml filtrat pertama. sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
Hitung jumlah C16H16ClNO2S, dalam tablet dengan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
mengukur serapan Larutan uji dan larutan baku respons puncak. Hitung persentase senyawa sejenis A
Klopidogrel Bisulfat BPFI yang diketahui kadarnya
- 671 -
klopidogrel dan senyawa sejenis C klopidogrel dalam Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
serbuk tablet dengan rumus: 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
dengan lebih kurang 75 mg klopidogrel, masukkan ke
321,82 C rU dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 50 ml metanol P.
20 Sonikasi selama 5 menit dan aduk selama 30 menit,
419,90 W rS encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 5 ml
larutan ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan
321,82 adalah bobot molekul klopidogrel; 419,90 adalah metanol P sampai tanda. Saring sebagian larutan melalui
bobot molekul klopidogrel bisulfat; C adalah kadar penyaring membran dengan porositas 0,45 m atau lebih
senyawa sejenis klopidogrel yang sesuai, dalam mg per kecil, buang 5 ml filtrat pertama, gunakan filtrat.
ml Larutan baku; W adalah bobot klopidogrel dalam Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
serbuk tablet yang digunakan dalam Larutan uji sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
berdasarkan pada jumlah klopidogrel per tablet yang ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
tertera pada etiket; rU adalah respons puncak senyawa respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg,
sejenis klopidogrel yang sesuai dalam Larutan uji; dan rS klopidogrel, C16H16ClNO2S, dalam serbuk tablet yang
adalah respons puncak senyawa sejenis klopidogrel yang digunakan dengan rumus:
sesuai dalam Larutan baku. Hitung persentase cemaran
lain (tidak termasuk senyawa sejenis B klopidogrel) 321,82 rU
dalam serbuk tablet dengan rumus: 1000 C
419 ,90 rS
321,82 Cc rU
20 321,82 adalah bobot molekul klopidogrel; 419,90 adalah
419,90 W rS bobot molekul klopidogrel bisulfat; C adalah kadar
Klopidogrel Bisulfat BPFI dalam mg per ml Larutan
321,82 adalah bobot molekul klopidogrel; 419,90 adalah baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
bobot molekul klopidogrel bisulfat; Cc adalah kadar Larutan uji dan Larutan baku.
klopidogrel bisulfat dalam µg per ml Larutan baku; W
adalah bobot klopidogrel dalam serbuk tablet yang Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
digunakan dalam Larutan uji berdasarkan pada jumlah dan pada suhu ruang terkendali.
klopidogrel per tablet yang tertera pada etiket; rU adalah
respons puncak cemaran lain dalam Larutan uji; rS adalah
respons puncak klopidogrel Larutan baku. KLORAL HIDRAT
Chloral Hydrate
Tabel
Cemaran Batas (%) CCl3CH(OH)2
Senyawa sejenis A klopidogrel 1,2
Senyawa sejenis C klopidogrel 1,5 Kloral hidrat [302-17-0]
Cemaran lain (tidak termasuk C2H3Cl3O2 BM 165,40
senyawa sejenis B) 0,2
Total cemaran (tidak termasuk Kloral Hidrat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan
senyawa sejenis B) 2,5 tidak lebih dari 102,5% C2H3Cl3O2.
[Catatan Untuk semua senyawa sejenis klopidogrel, Pemerian Hablur tidak berwarna, transparan atau putih;
kadar dinyatakan sebagai garam bisulfat. Gunakan bau aromatis tajam dan sedikit asam; rasa membakar dan
ekivalensi garam bisulfat yang dinyatakan pada etiket agak pahit. Melebur pada lebih kurang 55° dan perlahan-
BPFI untuk menghitung kadar dengan tepat]. lahan menguap bila kena udara.
Penetapan kadar [Catatan Untuk semua senyawa Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, dalam minyak
sejenis klopidogrel, kadar dinyatakan sebagai garam zaitun; mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan
bisulfat. Gunakan ekivalensi garam bisulfat yang dalam eter.
dinyatakan pada etiket BPFI untuk menghitung kadar
dengan tepat]. Lakukan penetapan dengan cara Identifikasi Masukkan ke dalam labu Erlemeyer 125 ml
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera pada sejumlah larutan dalam air setara dengan lebih kurang 1
Kromatografi <931>. mg kloral hidrat. Tambahkan air hingga lebih kurang 10
Dapar fosfat, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem ml, dan 10 ml larutan 1-etilkuinaldinium iodida P (15
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera dalam 1000) yang sudah disaring melalui penyaring
pada Penetapan kadar dalam Klopidogrel bisulfat. dengan porositas 0,45 µm. Tambahkan 60 ml isopropil
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klopidogrel alkohol P, 5 ml larutan monoetanolamin 0,1 M dan 15 ml
Bisulfat BPFI larutkan dan encerkan dengan metanol P air. Campur dan panaskan di dalam tangas air pada 60°
hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per ml. selama 15 menit: terjadi warna biru.
- 672 -
Keasaman <1071> Larutan 5% dalam etanol P tidak Baku pembanding Klorambusil BPFI; Lakukan
segera mengubah kertas lakmus biru P basah menjadi pengeringan di atas silika gel selama 24 jam sebelum
merah. digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Klorida Tidak lebih dari 70 bpj; lakukan penetapan terlindung cahaya.
sebagai berikut: ke dalam larutan 10% b/v dalam etanol
P tambahkan beberapa tetes perak nitrat LP: kekeruhan Pemerian Serbuk agak berbentuk granul; hampir putih.
yang terbentuk tidak lebih kuat dari larutan pembanding
yang mengandung 0,10 ml asam klorida 0,020 N. Kelarutan Sukar larut dalam air; sangat mudah larut
dalam aseton; larut dalam alkali encer.
Zat mudah terarangkan <411> Kocok dengan interval
waktu 5 menit selama 1 jam, 500 mg zat dengan 5 ml Identifikasi
asam sulfat P dalam gelas ukur bersumbat kaca yang telah A. Spektrum serapan inframerah zat yang dilarutkan
dibilas dengan asam sulfat P. Pindahkan ke dalam tabung dalam karbon disulfida P (1 dalam 125) dalam sel 1-mm
pembanding warna: warna campuran tidak lebih tua dari menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Larutan padanan P. gelombang yang sama seperti pada Klorambusil BPFI.
B. Larutkan 50 mg zat dalam 5 ml aseton P, encerkan
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> dengan air hingga 10 ml. Tambahkan satu tetes asam
Memenuhi syarat. sulfat 2 N, dan 4 tetes perak nitrat LP: tidak segera
Larutan baku dan Larutan uji Buat Larutan uji dengan terbentuk kekeruhan (tidak ada ion klorida). Hangatkan
kadar 20 mg per ml dan Larutan baku dengan kadar dua larutan di atas tangas uap: terbentuk kekeruhan (ada
kali Larutan uji. klorin terionisasi).
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Jarak lebur <1021> Antara 65 dan 69.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 200 mg Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
zat masukkan ke dalam gelas ukur 250 ml bersumbat
kaca yang berisi 75 ml air. Tambahkan 10 ml kloroform Penetapan kadar Timbang saksama 200 mg zat, larutkan
P, 0,4 ml larutan biru bromofenol P (1 dalam 2000) dan dalam 10 ml aseton P, tambahkan 10 ml air dan titrasi
5 ml larutan segar natrium bikarbonat P 0,42%. Titrasi dengan natrium hidoksida 0,1 N LV, menggunakan
dengan natrium tetrafenilboron 0,02 M LV hingga warna fenolftalein LP sebagai indikator.
biru hilang dari lapisan kloroform. Mendekati titik akhir
lakukan titrasi perlahan-lahan dan kocok kuat setiap kali Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
penambahan. setara dengan 30,42 mg C14H19Cl2NO2
Tiap ml natrium tetrafenilboron 0,02 M LV Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup
setara dengan 6,800 mg C21H38CIN rapat dan terlindung cahaya.
keranjang dan jika tablet mempunyai penyalut luar yang kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dapat larut, celupkan keranjang ke dalam air pada suhu pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak analit dan baku
ruang selama 5 menit. Jalankan alat, gunakan cairan internal, tidak kurang dari 2,0 dan simpangan baku relatif
lambung buatan LP dengan suhu 37 2º sebagai media. pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Setelah alat dijalankan selama 30 menit, angkat keranjang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dari media dan amati semua tablet. Jika tablet tidak sama (10-12 µl) Larutan baku dan Larutan uji ke dalam
hancur sempurna, ganti media dengan cairan usus buatan kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
LP, pertahankan suhu media pada 37º 2º dan teruskan puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, klorambusil,
pengujian hingga jangka waktu keseluruhan termasuk C14H19Cl2NO2, dalam serbuk tablet yang digunakan
pencelupan dalam air dan cairan lambung buatan LP dengan rumus:
selama 45 menit. Angkat keranjang dari media dan amati R
tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 0,1C U
tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 RS
tablet lainnya. Tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji
harus hancur sempurna. C adalah kadar Klorambusil BPFI dalam g per ml
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. perbandingan respons puncak klorambusil terhadap baku
internal dari Larutan uji dan Larutan baku.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Wadah dan penyimpanan Tablet salut dalam wadah
Kromatografi <931>. tertutup baik; tablet tidak bersalut dalam wadah tertutup
Fase gerak Buat campuran 500 ml etanol P dan 1,0 ml baik dan terlindung cahaya.
asam asetat glasial P masukkan ke dalam labu tentukur
1000-ml, encerkan dengan air sampai tanda. Kadar etanol
dapat bervariasi untuk mendapatkan kesesuaian sistem KLORAMFENIKOL
yang dipersyaratkan dan memberikan waktu eluasi yang Chloramphenicol
sesuai untuk klorambusil. Awaudarakan larutan pada
tekanan lebih kurang 250 mmHg selama 2 menit. OH H
pada panjang gelombang yang sama seperti pada Fase gerak Buat campuran air-metanol P-asam asetat
Kloramfenikol BPFI. glasial P (55:45:0,1). Jika perlu lakukan penyesuaian
B. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Larutan uji sesuai dengan waktu retensi puncak utama Kromatografi <931>.
pada kromatogram Larutan baku yang diperoleh pada Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Penetapan kadar. Kloramfenikol BPFI, larutkan dalam Fase gerak bila
perlu encerkan bertahap hingga kadar lebih kurang 80 µg
Jarak lebur <1021> Antara 149° dan 153°. per ml. Saring melalui penyaring dengan porositas 0,5 µm
atau lebih halus dan gunakan filtrat.
Rotasi jenis <1081> Antara +17,0° dan +20,0°; lakukan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg zat
penetapan menggunakan larutan 1,25 g dalam 25 ml masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan
etanol mutlak P. dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 4 ml larutan ke
dalam labu tentukur 100-ml dan encerkan dengan Fase
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat. gerak sampai tanda. Saring melalui penyaring dengan
porositas 0,5 µm atau lebih halus dan gunakan filtrat.
pH <1071> Antara 4,5 dan 7,5; lakukan penetapan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
menggunakan suspensi dalam air 25 mg per ml Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm x
Endotoksin bakteri <201> Jika pada etiket tertera 10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5
kloramfenikol untuk pembuatan injeksi, tidak lebih dari µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan
0,2 Unit Endotoksin FI per mg kloramfenikol. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Jika pada etiket efisiensi kolom yang ditetapkan dari puncak analit tidak
dinyatakan bahwa kloramfenikol steril, lakukan kurang dari 1800 lempeng teoritis, faktor ikutan tidak
penetapan dengan penyaringan membran seperti tertera lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
pada Uji sterilitas dari produk yang di uji menggunakan 1 penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
g zat. Prosedur [Catatan Gunakan tinggi puncak jika
dinyatakan respons puncak]. Suntikkan secara terpisah
Kemurnian kromatografi masing-masing sejumlah volume sama (lebih kurang 10
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis µl) Larutan baku dan Larutan uji, ke dalam kromatograf,
seperti yang tertera pada Kromatografi <931>. rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah kloramfenikol, Hitung jumlah dalam mg, kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5,
larutkan dalam metanol P hingga kadar 10 mg per ml. dalam zat yang digunakan dengan rumus:
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Kloramfenikol BPFI, larutkan dalam metanol P hingga r
kadar 10 mg per ml (Larutan A). 2,5C U
Enceran Larutan baku Buat pengenceran Larutan baku rS
dari Larutan A dalam metanol P secara kuantitatif hingga
kadar 100 µg per ml (Larutan B) dan 50 µg per ml C adalah kadar Kloramfenikol BPFI dalam µg per ml
(Larutan C). Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 20 puncak yang dihasilkan oleh Larutan uji dan Larutan
µl Larutan uji, Larutan A, Larutan B dan Larutan C pada baku.
lempeng kromatografi silika gel setebal 0,25 mm.
Masukkan lempeng dalam bejana kromatografi yang Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
berisi campuran fase gerak kloroform P-metanol P-asam Simpan ditempat sejuk dan kering.
asetat glasial P (79:14:7) hingga merambat tiga perempat
tinggi lempeng. Angkat lempeng biarkan fase gerak Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan sediaan
menguap, amati di bawah sinar ultraviolet pada panjang injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril atau diproses
gelombang 254 nm: Bercak yang diperoleh dari Larutan lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi.
uji kecuali bercak utama, tidak lebih besar ukurannya
atau tidak lebih intensif dari bercak utama Larutan B
(1%) dan jumlah intensitas seluruh bercak sekunder KAPSUL KLORAMFENIKOL
Larutan uji dibanding jumlah intensitas bercak utama
Chloramphenicol Capsule
Larutan B dan Larutan C: tidak lebih dari 2%.
Kapsul Kloramfenikol mengandung kloramfenikol,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
C11H12Cl2N2O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Kromatografi <931> ,
- 675 -
Baku pembanding Kloramfenikol BPFI; tidak boleh Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
tertutup rapat, di tempat kering dan dingin.
KRIM KLORAMFENIKOL
Identifikasi Waktu retensi puncak utama Larutan uji Chloramphenicol Cream
sesuai dengan waktu retensi puncak utama Larutan baku
yang diperoleh pada Penetapan kadar. Krim Kloramfenikol mengandung kloramfenikol,
C11H12Cl2N2O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Disolusi <1231> dari 130,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,01 N.
Baku pembanding Kloramfenikol BPFI; tidak boleh
Alat tipe1:100 rpm.
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
Waktu: 30 menit
tertutup rapat, di tempat kering dan dingin.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C11H12Cl2N2O5,
yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, yang jika Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram
perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti diperoleh
larutan baku Kloramfenikol BPFI dalam media yang sama pada Penetapan kadar.
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
278 nm. Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q), kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5, dari Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
jumlah yang tertera pada etiket. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar dalam Kloramfenikol.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 40 mg
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kloramfenikol BPFI masukkan ke dalam labu tentukur
Kromatografi <931>. 100-ml. Larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tanda. Pipet 10 ml larutan ke dalam labu tentukur 50-ml
tertera pada Penetapan kadar dalam Kloramfenikol. dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Saring
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg melalui penyaring dengan porositas 0,5 µm atau lebih
Kloramfenikol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur kecil, Buang 5 ml filtrat pertama, gunakan filtrat.
200-ml, tambahkan 10 ml air dan panaskan di atas tangas Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim setara
uap hingga larut sempurna. Dinginkan hingga suhu ruang, dengan lebih kurang 40 mg kloramfenikol, masukkan ke
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Saring melalui dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan lebih kurang 80 ml
penyaring dengan porositas 0,5 µm atau lebih halus, dan metanol P dan sonikasi selama lebih kurang 10 menit.
gunakan filtrat. Dinginkan hingga suhu ruang, encerkan dengan metanol P
Larutan uji Timbang saksama sejumlah kapsul setara sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ke dalam labu tentukur
dengan lebih kurang 2500 mg kloramfenikol, masukkan 50-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Saring
ke dalam labu tentukur 1000-ml, tambahkan 100 ml air melalui penyaring dengan porositas 0,5 µm atau lebih
dan panaskan di atas tangas uap hingga cangkang terlarut. kecil, Buang 5 ml filtrat pertama, gunakan filtrat.
Tambahkan 300 ml air dan panaskan di atas tangas uap Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar
selama 20 menit sambil sesekali dicampur. Dinginkan dalam Kloramfenikol. Hitung jumlah dalam mg,
hingga suhu ruang, encerkan dengan air sampai tanda. kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5, dalam krim yang
Pipet 5 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, digunakan dengan rumus:
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Saring melalui
penyaring dengan porositas 0,5 µm atau lebih halus, dan r
gunakan filtrat. 0,5C U
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera rS
pada Penetapan kadar dalam Kloramfenikol. Hitung
jumlah dalam mg, kloramfenikol, C11H12CI2N2O5, dalam
C adalah kadar Kloramfenikol BPFI dalam µg per ml
tiap kapsul dengan rumus:
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
C r
20 U Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat dilipat
N rS atau dalam wadah tertutup rapat.
LARUTAN ORAL KLORAMFENIKOL melalui penyaring dengan porositas 0,5 µm atau lebih
Chloramphenicol Oral Solution kecil, gunakan filtrat.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep mata
Larutan Oral Kloramfenikol adalah larutan setara dengan lebih kurang 25 mg kloramfenikol,
kloramfenikol dalam pelarut yang sesuai, mengandung masukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang sesuai,
satu atau lebih dapar yang sesuai dan bahan pengawet. tambahkan lebih kurang 20 ml sikloheksan P dan sonikasi
Potensi C11H12Cl2N2O5, tidak kurang dari 90,0% dan selama lebih kurang 2 menit. Tambahkan 60 ml metanol
tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada P. Saring campuran ke dalam labu tentukur 100-ml. Cuci
etiket. penyaring dengan metanol P, kumpulkan cucian ke dalam
labu tentukur yang sama. Encerkan dengan metanol P
Baku pembanding Kloramfenikol BPFI; tidak boleh sampai tanda. Pipet 50 ml larutan ke dalam labu alas
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah bulat dan lakukan pengeringan sampai kering dalam
tertutup rapat, di tempat kering dan dingin. hampa udara di atas tangas air pada 35°. Larutkan residu
dalam 50,0 ml metanol P. Pipet 10 ml larutan ke dalam
Identifikasi Sejumlah volume setara dengan lebih labu tentukur 25-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai
kurang 250 mg kloramfenikol memenuhi Identifikasi tanda. Saring menggunakan penyaring dengan porositas
seperti tertera pada Kapsul Kloramfenikol. 0,5 µm atau lebih halus, gunakan filtrat.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti tertera kadar dalam Kloramfenikol. Hitung jumlah dalam mg
pada Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5, dalam salep mata yang
<131>, menggunakan sejumlah larutan yang diukur digunakan dengan rumus:
saksama. Encerkan bertahap dengan air hingga diperoleh
Larutan uji dengan potensi yang diperkirakan sama r
dengan aras dosis tengah baku. 0,25C U
rS
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
C adalah kadar Kloramfenikol BPFI dalam µg per ml
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
SALEP MATA KLORAMFENIKOL puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
Chloramphenicol Ophthalmic Ointment
Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat
Salep Mata Kloramfenikol mengandung kloramfenikol, dilipat untuk salep mata.
C11H12Cl2N2O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 130,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
TETES MATA KLORAMFENIKOL
Baku pembanding Kloramfenikol BPFI; tidak boleh Chloramphenicol Ophthalmic Solution
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering. Tetes Mata kloramfenikol adalah larutan steril
kloramfenikol. Mengandung kloramfenikol,
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram C11H12Cl2N2O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti diperoleh dari 130,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
pada Penetapan kadar.
Baku pembanding Kloramfenikol BPFI; tidak boleh
Sterlitas <71> Memenuhi syarat. dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering.
Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
Identifikasi Waktu retensi puncak utama Larutan uji
Partikel logam <1061> Memenuhi syarat. sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh pada
Penetapan kadar.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
Kromatografi <931>. dengan Prosedur uji menggunakan Penyaringan
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti membran.
tertera pada Penetapan kadar dalam Kloramfenikol.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg pH <1071> Antara 7,0 dan 7,5; kecuali tetes mata tanpa
Kloramfenikol BPFI masukkan ke dalam labu tentukur larutan dapar atau digunakan untuk hewan. Antara 3,0
100-ml. Larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai dan 6,0.
tanda. Pipet 10 ml larutan ke dalam labu tentukur 25-ml
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Saring
- 677 -
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara pH <1071> Antara 4,0 dan 8,0; lakukan penetapan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada menggunakan sejumlah larutan tetes telinga yang
Kromatografi <931>. diencerkan dengan air volume sama.
Sistem kromatografi dan Fase gerak Lakukan seperti
pada Penetapan kadar dalam Kloramfenikol. Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0%.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Kloramfenikol BPFI, larutkan dalam Fase gerak, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
encerkan secara kuantitatif, jika perlu bertingkat hingga Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 100 µg per Kromatografi <931>.
ml. Saring melalui penyaring dengan porositas 0,5 µm Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
atau lebih halus dan gunakan filtrat. tertera pada Penetapan kadar dalam Kloramfenikol.
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume sediaan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
uji setara dengan lebih kurang 50 mg kloramfenikol, Kloramfenikol BPFI larutkan dalam Fase gerak, encerkan
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Fase
Fase gerak sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ke dalam gerak hingga kadar lebih kurang 100 µg per ml. Saring
labu tentukur 25-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai melalui penyaring dengan porositas 0,5 µm atau lebih kecil,
tanda. Saring melalui penyaring dengan porositas 0,5 µm gunakan filtrat.
atau lebih halus dan gunakan filtrat. Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume tetes
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan telinga setara dengan lebih kurang 50 mg kloramfenikol,
kadar dalam Kloramfenikol. Hitung jumlah dalam mg masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5, dalam tiap ml larutan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ke
tetes mata yang digunakan dengan rumus: dalam labu tentukur 25-ml, encerkan dengan Fase gerak
sampai tanda. Saring menggunakan penyaring dengan
C r porositas 0,5 µm atau lebih halus, gunakan filtrat.
0 ,5 U Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
V rS kadar dalam Kloramfenikol. Hitung jumlah dalam mg
kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5, dalam tiap ml larutan
C adalah kadar Kloramfenikol BPFI dalam mg per ml tetes telinga dengan rumus:
Larutan baku; V adalah volume larutan tetes mata yang
digunakan dalam ml; rU dan rS berturut-turut adalah
C r
respons puncak yang diperoleh dari Larutan uji dan 0,5 U
Larutan baku. V rS
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat C adalah kadar Kloramfenikol BPFI dalam µg per ml
dan disimpan di lemari pendingin sampai diserahkan. Larutan baku; V adalah volume larutan tetes telinga yang
Wadah atau karton disegel untuk menjamin sterilitas digunakan dalam ml; rU dan rS berturut-turut adalah
pada pemakaian pertama. respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
O CH2
Baku pembanding Kloramfenikol BPFI; tidak boleh Cl
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah CH C
H
N
H
C
H
C NO2
tertutup rapat, terlindung cahaya, di tempat sejuk dan Cl
kering. OH
D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-[β-hidroksi-α-(hidroksimetil)-p-
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti diperoleh nitrofenetil]asetamida α-(natrium suksinat) 982-57-0
pada Penetapan kadar. C15H15Cl2N2NaO8 BM 445,18
Sterlitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
Kloramfenikol Natrium Suksinat mempunyai potensi
dengan menggunakan penyaringan membran seperti
setara dengan tidak kurang dari 650 µg dan tidak lebih
tertera pada uji Sterilitas.
dari 765 µg kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5 per mg.
- 678 -
Pemerian Serbuk; kuning terang. puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
Baku pembanding Kloramfenikol BPFI; tidak boleh ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah respons puncak kloramfenikol bebas. Hitung persentase,
tertutup rapat, di tempat kering dan sejuk. Endotoksin kloramfenikol bebas, C11H12Cl2N2O5 dengan rumus:
BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan
isi harus hati hati untuk menghindari kontaminasi]
C rU
Rekonstitusi seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu 14 5000
hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam WQ rS
lemari pendingin.
C adalah kadar Kloramfenikol BPFI dalam µg per ml
Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji Larutan baku; W adalah jumlah dalam mg zat yang
menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang digunakan untuk membuat Larutan uji; Q adalah jumlah
lebih kurang 276 nm seperti diperoleh pada Penetapan dalam µg kloramfenikol dalam 1 mg zat seperti yang
kadar. diperoleh dari Penetapan kadar; rU dan rS berturut-turut
adalah respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
pH <1071> Antara 6,4 dan 7,0; lakukan penetapan
menggunakan larutan yang mengandung setara dengan
Syarat lain Jika pada etiket tertera kloramfenikol natrium
lebih kurang 250 mg kloramfenikol per ml.
suksinat adalah steril, harus memenuhi syarat uji
Sterilitas <71> dan Endotoksin bakteri seperti tertera
Rotasi jenis <1081> Antara +5,0 dan +8,0; lakukan
pada Kloramfenikol natrium suksinat untuk Injeksi. Jika
penetapan menggunakan larutan zat 5%.
pada etiket tertera kloramfenikol natrium suksinat harus
diproses lebih lanjut dalam pembuatan sediaan injeksi,
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 5,0%.
harus memenuhi syarat Endotoksin bakteri <201> seperti
tertera pada Kloramfenikol natrium suksinat untuk
Kloramfenikol bebas Tidak lebih dari 2,0%. Lakukan
Injeksi.
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Penetapan kadar
Fase gerak Buat campuran amonium fosfat monobasa
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
0,05 M, saring dan awaudarakan (yang telah diatur pH
Kloramfenikol BPFI, larutkan dan encerkan secara
hingga 2,5 ± 0,1 dengan penambahan asam fosfat P 10%)
kuantitatif dengan air hingga kadar lebih kurang 20 µg
dan metanol P (60:40). Jika perlu lakukan penyesuaian
per ml.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
Kromatografi <931>.
dan encerkan secara kuantitatif dengan air hingga kadar
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
lebih kurang 20 µg kloramfenikol per ml.
Kloramfenikol BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji
kadar lebih kurang 6 µg per ml. Saring larutan melalui
pada panjang gelombang serapan maksimum 278 nm
penyaring dengan porositas 0,5 µm atau lebih kecil,
dalam sel 1 cm. Gunakan air sebagai blangko. Hitung
gunakan filtrat.
jumlah dalam µg, kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5, per mg
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 33 mg zat,
zat dengan rumus:
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml. Larutkan dan
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Saring larutan
melalui penyaring dengan porositas 0,5 µm atau lebih CP AU
kecil, gunakan filtrat. W AS
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
C adalah kadar Kloramfenikol BPFI dalam µg per ml
dilengkapi dengan detektor 275 nm dan kolom 4,6 mm x
Larutan baku; P adalah potensi kloramfenikol dalam µg
10 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partike
per mg Kloramfenikol suksinat BPFI;W adalah bobot
l5m. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan dalam µg zat yang digunakan untuk membuat Larutan
kromatografi terhadap Larutan uji, rekam kromatogram uji; AU dan AS berturut-turut adalah serapan dari Larutan
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: uji dan Larutan baku.
efisiensi kolom yang ditetapkan dari puncak utama,
kloramfenikol 1-suksinat dan kloramfenikol 3-suksinat Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
tidak kurang dari 1750 lempeng teoritis; resolusi, R,
antara dua puncak tidak kurang dari 2,0; faktor ikutan Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan sediaan
tidak lebih dari 1,2. Lakukan kromatografi terhadap steril, pada etiket harus dinyatakan steril atau
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons memerlukan proses lebih lanjut untuk pembuatan sediaan
steril.
- 679 -
KLORAMFENIKOL NATRIUM SUKSINAT Syarat lain Memenuhi syarat uji Identifikasi, Rotasi
UNTUK INJEKSI jenis, pH dan Air pada Kloramfenikol natrium suksinat.
Chloramfenicol Sodium Succinate for Injection
Penetapan kadar
Kloramfenikol Natrium Suksinat untuk Injeksi Larutan baku Lakukan seperti tertera pada Penetapan
mengandung kloramfenikol natrium suksinat yang setara kadar dalam Kloramfenikol natrium suksinat.
dengan kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5, tidak kurang dari Larutan uji Konstitusikan isi satu wadah kloramfenikol
90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang natrium suksinat untuk injeksi seperti tertera pada etiket.
tertera pada etiket. Encerkan secara kuantitatif isi larutan terkonstitusi dengan
air hingga kadar kloramfenikol lebih kurang 20 µg per
Baku pembanding Kloramfenikol BPFI; tidak boleh ml.
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar
tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering. Endotoksin dalam ksuksinat. Hitung jumlah dalam mg kloramfenikol,
BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan C11H12Cl2N2O5, per ml larutan terkonstitusi dengan
isi harus hati hati untuk menghindari kontaminasi]. rumus:
Rekonstitusi seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu 14
hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam L CP AU
D 1000 AS
lemari pendingin.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan penetapan
dengan Penyaringan membran seperti tertera pada uji L adalah jumlah dalam mg kloramfenikol per ml larutan
Sterilitas. terkonstitusi; D adalah kadar kloramfenikol dalam µg per
ml Larutan uji seperti tertera pada etiket dan
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,2 unit pengenceran; C adalah kadar Kloramfenikol BPFI dalam
Endotoksin FI per mg kloramfenikol. µg per ml Larutan baku; P adalah potensi kloramfenikol
dalam µg per mg Kloramfenikol BPFI; AU dan AS
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti tertera berturut-turut adalah serapan dari Larutan uji dan
pada Injeksi volume kecil. Larutan baku.
Kloramfenikol bebas Tidak lebih dari 2,0%. Lakukan Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi rapat dalam wadah padatan steril seperti tertera pada
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Injeksi.
Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi
Lakukan seperti tertera pada Kloramfenikol bebas dalam
Kloramfenikol natrium suksinat. KLORAMFENIKOL PALMITAT
Larutan uji Larutkan isi satu wadah dalam Fase gerak Chloramfenicol Palmitate
hingga kadar setara dengan lebih kurang 10 mg
kloramfenikol per ml. Encerkan secara kuantitatif dan
jika perlu bertahap dengan Fase gerak hingga kadar
setara dengan lebih kurang 0,5 mg per ml kloramfenikol.
Saring sebagian larutan melalui penyaring dengan
porositas 0,5 µm atau lebih kecil, gunakan filtrat.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-[β-hidroksi-α-(hidroksimetil)- p-
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji nitrofenetil]asetamida α-palmitat 530-43-8
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur C27H42Cl2N2O6 BM 561,54
respons puncak kloramfenikol bebas. Hitung persentase
kloramfenikol bebas, C11H12Cl2N2O5, dengan rumus: Kloramfenikol Palmitat mempunyai potensi setara
dengan tidak kurang dari 555 µg dan tidak lebih dari 595
C r µg kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5, per mg.
0,1 U
D rS Pemerian Serbuk hablur halus seperti lemak; putih; bau
lemah; hampir tidak berasa.
C adalah kadar Kloramfenikol BPFI dalam µg per ml
Larutan baku; D adalah kadar zat dalam mg per ml Kelarutan Tidak larut dalam air; mudah larut dalam aseton
Larutan uji setara dengan kloramfenikol seperti tertera dan dalam kloroform; larut dalam eter; agak sukar larut
pada etiket dan pengenceran; rU dan rS berturut-turut dalam etanol; sangat sukar larut dalam heksan.
adalah respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
- 680 -
Baku pembanding Kloramfenikol Palmitat BPFI; tidak 30 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam 10m. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, di tempat sejuk. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Identifikasi Waktu retensi puncak kloramfenikol efisiensi kolom yang ditetapkan dari puncak analit tidak
palmitat pada kromatogram Larutan uji sesuai dengan kurang dari 2400 lempeng teoritis dan simpangan baku
Larutan baku seperti yang diperoleh pada Penetapan relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 0,5%.
kadar. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
Jarak lebur <1021> Antara 87º dan 95º. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam µg
Rotasi jenis <1081> Antara +21 dan +25; lakukan kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5, per mg zat dengan rumus:
penetapan menggunakan larutan 50 mg zat yang tidak
dikeringkan per ml dalam etanol mutlak P.
WS r
( PS ) U
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat. WU rS
Keasaman Larutkan 1,0 g zat dengan pemanasan pada WS dan WU berturut-turut adalah jumlah dalam mg
suhu 35 dalam 5 ml campuran etanol P 80% dan eter P Kloramfenikol Palmitat BPFI dan zat yang digunakan; PS
volume sama yang sebelumnya telah dinetralkan adalah kesetaraan kloramfenikol terhadap Kloramfenikol
menggunakan indikator fenolftalein LP. Titrasi dengan Palmitat BPFI dalam µg per mg; rU dan rS berturut-turut
natrium hidroksida 0,10 N LV, menggunakan indikator adalah respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
fenolftalein LP dengan pengocokan hati-hati sampai
terjadi warna merah muda yang stabil selama tidak Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
kurang dari 30 detik: diperlukan tidak lebih dari 0,4 ml
natrium hidroksida 0,10 N.
SUSPENSI ORAL KLORAMFENIKOL
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%. PALMITAT
Lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P pada Chloramfenicol Palmitate Oral Suspension
tekanan tidak lebih dari 5 mmHg hingga bobot tetap.
Suspensi Oral Kloramfenikol Palmitat mengandung
Kloramfenikol bebas Tidak lebih dari 0,045%; Larutkan kloramfenikol palmitat setara dengan kloramfenikol,
1,0 g zat dalam 80 ml xilen P dengan sedikit C11H12Cl2N2O5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
penghangatan. Dinginkan dan ekstraksi tiga kali, tiap kali dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
dengan 15 ml air. Kumpulkan ekstrak air dan buang Mengandung satu atau lebih dapar, pewarna, perasa,
xilen. Encerkan kumpulan ekstrak air dengan air hingga pengawet dan zat pensuspensi yang sesuai.
50 ml, ekstraksi dengan 10 ml toluen P, biarkan memisah
dan buang lapisan toluen. Sentrifus lapisan air dan ukur Baku pembanding Kloramfenikol Palmitat BPFI; tidak
serapan beningan pada panjang gelombang serapan boleh dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam
maksimum lebih kurang 278 nm menggunakan blangko wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, di tempat sejuk.
yang diperlakukan sama. Serapan tidak lebih dari 0,268. Kloramfenikol Palmitat Polimorf A BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara tertutup rapat, terlindung cahaya, di tempat sejuk.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kloramfenikol Palmitat Nonpolimorf A BPFI; tidak boleh
Kromatografi <931>. dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
Fase gerak Buat campuran metanol P-air- asam asetat tertutup rapat, terlindung cahaya, di tempat sejuk.
glasial P (172:27:1).
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 65 mg Identifikasi Waktu retensi puncak kloramfenikol
Kloramfenikol Palmitat BPFI, masukkan ke dalam labu palmitat pada kromatogram Larutan uji sesuai dengan
tentukur 50-ml, tambahkan 40 ml metanol P dan 1 ml asam Larutan baku seperti yang diperoleh pada Penetapan
asetat glasial P dan sonikasi selama beberapa menit. kadar.
Encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 10 ml pH <1071> Antara 4,5 dan 7,0.
larutan ini ke dalam labu tentukur 25-ml, encerkan
dengan Fase gerak sampai tanda. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat untuk
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 65 mg zat, suspensi dalam wadah dosis tunggal.
lakukan seperti tertera pada Larutan baku.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 3,9 mm x Polimorf A Tidak lebih dari 10%.
- 681 -
Larutan baku Buat campuran segar, bebas gelembung Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
udara; dari campuran kering yang terdiri dari 1 bagian kadar dalam Kloramfenikol Palmitat. Hitung jumlah
bobot Kloramfenikol Palmitat Polimorf A BPFI dan 9 dalam mg kloramfenikol, C11H12Cl2N2O5, per ml suspensi
bagian bobot Kloramfenikol Palmitat Nonpolimorf A oral dengan rumus:
BPFI. Dispersikan 1 bagian campuran dalam 3 bagian
minyak mineral P dan letakkan di antara dua lempeng W r
natrium klorida P, jaga jangan sampai terbentuk 0,004 S ( PS ) U
gelembung udara. V rS
Larutan uji Masukkan 20 ml suspensi oral yang
terlebih dulu dikocok ke dalam tabung sentrifuga 50 ml, V adalah volume suspensi oral yang digunakan dalam ml;
tambahkan 20 ml air, sentrifus dan buang beningan. WS, PS, rU dan rS seperti tertera pada Penetapan kadar
Tambahkan 20 ml air pada residu dalam tabung dalam Kloramfenikol Palmitat.
sentrifuga, campur, sentrifus dan buang beningan. Ulangi
pencucian dua kali tiap kali dengan 20 ml air. Keringkan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
residu dalam hampa udara di atas silika gel P selama tidak tembus cahaya.
tidak kurang dari 14 jam. Dispersikan 1 bagian residu
kering dalam 3 bagian minyak mineral P dan letakkan di
antara dua lempeng natrium klorida P, jaga jangan KLORDIAZEPOKSIDA
terbentuk gelembung udara. Chlordiazepoxide
Prosedur Buat spektrum serapan inframerah dari
NHCH3
Larutan baku dan Larutan uji pada lebih kurang 11 µm N
O
Larutan baku dan Larutan uji sehingga transmitan 20% -
30% diperoleh pada 12,3 µm. Pada masing-masing
spektrum gambar garis dasar lurus antara serapan
minimum pada panjang gelombang lebih kurang 11,3 µm 7-Kloro-2-(metilamino)-5-fenil-3H-1,4-benzodiazepina-
dan 12,65 µm. Gambar garis lurus, tegak lurus terhadap 4-oksida [58-25-3]
skala panjang gelombang, pada panjang gelombang C16H14ClN3Op BM 299,75
serapan maksimum lebih kurang 11,65 µm dan 11,86 µm Klordiazepoksida mengandung tidak kurang dari 98,0%
yang memotong baik garis dasar maupun spektrum. dan tidak lebih dari 102,0% C16H14ClN3O, dihitung
Tetapkan perbandingan serapan dengan rumus: terhadap zat yang telah dikeringkan.
C. Pada lebih kurang 20 mg zat tambahkan 5 ml asam Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg zat
klorida P dan 10 ml air, panaskan hingga mendidih agar masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml. Larutkan
terjadi hidrolisis. Dinginkan, tambahkan 2 ml larutan dengan Fase gerak, sonikasi selama 5 menit, encerkan
natrium nitrit sulfamat P (1 dalam 200), kocok selama 2 dengan Fase gerak sampai tanda. Saring melalui penyaring
menit, kemudian tambahkan 1 ml larutan N-1- membran dengan porositas 0,5 m atau lebih kecil. Pipet
naftiletilendiamina dihidroklorida P (1 dalam 1000): 10 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 100-mlencerkan
terjadi warna ungu kemerahan. dengan Fase gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,3%; Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam. dilengkapi dengan detektor 254 nm, kolom 3,9 mm x 30
cm yang berisi L1. Laju alir 1 ml per menit. Lakukan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. kromatografi terhadap Larutan baku dan rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti yang
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari
3600 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 2,0;
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Metode IV Memenuhi persyaratan. lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Senyawa sejenis Tidak lebih dari 0,1% 7-kloro-1,3- sama (lebih kurang 5 µl) Larutan baku dan Larutan uji ke
dihidro-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepina-2-on 4-oksida dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
dan tidak lebih dari 0,01% 2-amino-5-klorobenzofenon. respons puncak. Hitung jumlah dalam mg, C16H14ClN3O,
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis dalam klordiazepoksida yang digunakan dengan rumus:
seperti yang tertera pada Kromatografi<931>.
Fase gerak Gunakan Etil asetat P tidak dijenuhkan.
r
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm. 0 ,5C U
Larutan uji Masukkan 50,0 mg zat ke dalam labu rS
Erlenmeyer 10 ml, tambahkan 2,5 ml aseton P, dan
kocok. Biarkan partikel mengendap, beningan digunakan C adalah kadar Klordiazepoksida BPFI dalam g per ml
untuk penetapan. Larutan baku; rU dan rS berturut-urut adalah respons
Larutan baku 1 Larutkan 7-Kloro-1,3-dihidro-5-fenil- puncak klordiazepoksida yang diperoleh dari Larutan uji
2H-1,4-benzodiazepina-2-on 4-oksida BPFI dalam aseton dan Larutan baku.
Phingga kadar 100 µg per ml.
Larutan baku 2 Larutkan 2-Amino-5-Gabapentin BPFI Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup
dalam aseton P hingga kadar 10 µg per ml. kedap, tidak tembus cahaya.
Prosedur Totolkan masing-masing 50 µl Larutan uji,
10 µl Larutan baku 1 dan 10 µl Larutan baku 2 pada
lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam TABLET KLORDIAZEPOKSIDA
bejana kromatografi berisi Fase gerak, biarkan Fase Chlordiazepoxide Tablet
gerak hingga merambat lebih kurang tiga per empat
tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan Fase gerak Tablet Klordiazepoksida mengandung klordiazepoksida,
menguap, dan semprot sedikit dengan asam sulfat 2 N. C16H14ClN3O, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Keringkan pada suhu 105º selama 15 menit, kemudian dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
semprot kembali berturut-turut dengan larutan natrium
nitrit P (1 dalam 1000). Bercak lain selain bercak utama Baku pembanding Klordiazepoksida BPFI; lakukan
Larutan uji tidak lebih besar dalam ukuran dan intensitas pengeringan pada 105 selama 3 jam sebelum digunakan.
dari bercak dengan harga RF yang sesuai yang diperoleh Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
dari Larutan baku. cahaya. 2-Amino-5-Klorobenzofenon BPFI; lakukan
pengeringan di atas silika gel P selama 4 jam sebelum
Penetapan kadar [Selama melakukan penetapan, digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
gunakan kaca aktinik rendah.] Lakukan penetapan terlindung dari cahaya. Senyawa Sejenis A
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti Klordiazepoksida BPFI; lakukan pengeringan di atas
yang tertera pada Kromatografi<931>. silika gel P selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan
Fase gerak Buat campuran metanol P-air (60:40), dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
seperti yang tertera pada Kesesuaian sistem dalam Identifikasi
Kromatografi <931>. A. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
Klordiazepoksida BPFI larutkan dalam Fase gerak hingga pada Penetapan kadar.
kadar lebih kurang 200 g per ml.
- 683 -
B. Sejumlah serbuk halus tablet setara dengan lebih klordiazepoksida, C16H14ClN3O, dalam serbuk tablet yang
kurang 20 mg klordiazepoksida menunjukkan reaksi digunakan dengan rumus:
Identifikasi C seperti yang tertera pada Klordiazepoksida.
r
Disolusi<1231> 25C U
Media disolusi: 900 ml cairan lambung buatan LP rS
tanpa pepsin.
Alat tipe 1: 100 rpm C adalah kadar Klordiazepoksida BPFI dalam µg per ml
Waktu: 30 menit Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C16H14ClN3O, puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
yang terlarut dengan mengukur serapan filtrat alikuot,
jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan serapan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
larutan baku Klordiazepoksida BPFI dalam media yang tidak tembus cahaya.
sama pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 309 nm.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak KLORDIAZEPOKSIDA HIDROKLORIDA
kurang dari 85% (Q) C16H14ClN3O dari jumlah yang
Chlordiazepoxide Hydrochloride
tertera pada etiket.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan
uji sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh pada Fase gerak. Angkat lempeng, biarkan Fase gerak
Penetapan kadar. menguap dan amati di bawah cahaya ultraviolet 254 nm.
C. Pada lebih kurang 20 mg zat uji tambahkan 5 ml asam Bercak lain selain bercak utama Larutan uji tidak lebih
klorida P dan 10 ml air, panaskan hingga mendidih supaya intensif dari bercak Enceran larutan uji II. Semprot
terjadi hidrolisis. Dinginkan, tambahkan 2 ml larutan lempeng dengan lebih kurang 10 ml larutan segar
natrium nitrit P (1 dalam 1000), 1 ml larutan amonium natrium nitrit P 1% dalam asam klorida 1 N, keringkan
sulfamat P (1 dalam 200), dan 1 ml larutanN-[1-naftil] dengan aliran udara dingin dan semprot dengan larutan
etilendiamina dihidroklorida P (1 dalam 1000); terjadi N(1-naftil)etilena-1,2-diamina dihidroklorida P 0,4%
warna ungu kemerahan. dalam etanol P. Bercak berwarna ungu dari Larutan uji
yang sesuai dengan 2-amino-5-klorobenzofenon, tidak
Jarak lebur <1021> Antara 212 dan 218, disertai lebih intensif dari bercak Larutan pembanding.
dengan peruraian.
Cemaran senyawa organik mudah
Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan menguap<471>Metode IV memenuhi syarat.
penetapan menggunakan larutan 10,0% dalam air bebas Larutan baku Buat larutan dalam asam klorida 0,001 N
karbondioksida P. yang tiap ml mengandung 1,0 µg kloroform P; 2,0µg
benzen P; 2,0µg 1,4-dioksan P; 2,0 µg metilen klorida P;
Warna dan Akromisitas <1291>Metode III Warna dan 2,0 µg trikloroetilena P. Pipet 5 ml larutan ke dalam
larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan X6. vial dengan septum dan penutup yang disegel. Panaskan
Lakukan penetapan menggunakan larutan 10,0% dalam vial bersegel pada suhu 80 selama 15 menit.
air bebas karbondioksida P. Larutan uji Timbang saksama sejumlah
klordiazepoksida hidroklorida, larutkan dalam asam
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; klorida 0,001 N hingga kadar akhir lebih kurang
lakukan pengeringan dalam hampa udara di atas fosfor 20 mg per ml. Pipet 5 ml larutan ke dalam vial dengan
pentoksida P pada suhu 60º selama 4 jam. septum dan penutup yang disegel. Panaskan vial bersegel
pada suhu 80 selama 15 menit.
Sisa pemijaran <301>Metode II Tidak lebih dari 0,1%;
lakukan penetapan menggunakan 1,0 g. Penetapan kadar[Catatan Gunakan peralatan kaca
aktinik rendah.] Lakukan seperti yang tertera pada
Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan Penetapan kadar dalam Klordiazepoksida, kecuali untuk
penetapan menggunakan 1,0 g dan 2 ml Larutan baku pembuatan Larutan baku gunakan Klordiazepoksida
timbal (10 bpj Pb) untuk penyiapan Larutan baku. Hidroklorida BPFI.
Senyawa sejenis [Catatan Selama melakukan penetapan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup, rapat,
hindarkan cahaya langsung dan larutan harus dibuat tidak tembus cahaya.
segar.] Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti yang
tertera pada Kromatografi<931>. Penandaan Bila dimaksudkan untuk penggunaan sediaan
Fase gerak Buat campuran kloroform P-metanol P- injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril atau harus
amonium hidroksida P (85:14:1). diproses lebih lanjut untuk sediaan injeksi.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
dalam campuran amonium hidroksida 6 M-metanol P
(3:97) hingga kadar 2%. KAPSUL KLORDIAZEPOKSIDA
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
HIDROKLORIDA
Klordiazepoksida Hidroklorida BPFI, larutkan dalam
campuran amonium hidroksida 6 M-metanol P (3:97)
Kapsul Klordiazepoksida Hidroklorida mengandung
hingga kadar 0,20%.
klordiazepoksida hidroklorida, C16H14ClN3O.HCl tidak
Enceran larutan uji I Pipet 1 ml Larutan uji ke dalam
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
labu tentukur 10-ml dan encerkan dengan metanol P
jumlah yang tertera pada etiket.
sampai tanda.
Enceran larutan uji II Pipet 1 ml Larutan uji ke
Baku pembanding 2-Amini-5-kloro-benzofenon BPFI;
dalam labu tentukur 200-ml, encerkan dengan metanol P
(C13H10ClNO, BM 231,68) Simpan dalam wadah tertutup
sampai tanda.
rapat dan terlindung dari cahaya. Keringkan diatas silika
Larutan pembanding Timbang saksama sejumlah 2-
gel P selama 4 jam sebelum digunakan.
Amino-5-klorobenzofenon BPFI, larutkan dalam metanol
Klordiazepoksida Hidroklorida BPFI; Keringkan
P hingga kadar 0,010%.
dalam hampa udara diatas fosfor pentoksida P pada 60°
Prosedur Totolkan secara terpisah 25 µl Larutan uji
selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
dan masing-masing 5 µl Enceran larutan uji I, Enceran
tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
larutan uji II, Larutan pembanding dan Larutan baku
pada lempeng silika gel P GF254. Masukkan lempeng ke
- 685 -
Senyawa Sejenis A Klordiazepoksida BPFI, [7-kloro- T adalah bobot klordiazepoksida hidroklorida dalam mg
1,3-dihidro-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on 4-oksida] per kapsul; D adalah kadar dalam g per ml Larutan uji
(C15H11ClN2OBM 286,72) Keringkan diatas silika gel P sesuai jumlah yang tertera pada etiket dan tingkat
selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah pengencerannya; C adalah kadar Klordiazepoksida
tertutup rapat terlindung dari cahaya. Hidroklorida BPFI dalam g per ml Larutan baku; AU
dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan
Identifikasi Larutan baku.
A. Larutan yang digunakan untuk pengukuran serapan
pada Penetapan kadar menunjukkan serapan maksimum Senyawa sejenis Senyawa sejenis A klordiazepoksida
pada panjang gelombang 245±2 nm dan 311±2 nm tidak lebih dari 3,0%, 2-amino-5-klorobenzofenon tidak
dengan perbandingan serapan A245/ A311 antara 2,90 lebih dari 0,1%. Lakukan seperti yang tertera pada
dan 3,45. Senyawa sejenis dalam Klordiazepoksida Hidroklorida,
B. Menunjukkan reaksi Identifikasi cara C seperti yang dengan menggunakan isi kapsul yang telah ditimbang
tertera pada Klordiazepoksida hidroklorida. saksama setara dengan lebih kurang 25 mg
klordiazepoksida hidroklorida dan gunakan 15 l larutan
Disolusi <1231> Senyawa Sejenis A Klordiazepoksida BPFI dalam
Media disolusi : 900 ml air. aseton P (1 dalam 1000) dan 10 l larutan 2-Amino-5-
Alat tipe 1: 100 rpm. klorobenzofenon BPFI (1 dalam 20.000).
Waktu: 30 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah Penetapan kadar [Catatan Gunakan peralatan kaca
C16H14ClN3O.HCl yang terlarut dengan mengukur aktinik rendah untuk prosedur ini]. Lakukan seperti yang
serapan alikuot, jika perlu diencerkan dengan Media tertera pada Penetapan kadar dalam Tablet
disolusi, dan serapan larutan baku Klordiazepoksida Klordiazepoksida, dengan menggunakan isi kapsul yang
Hidroklorida BPFI dalam media yang sama pada panjang telah ditimbang saksama setara dengan lebih kurang 5 mg
gelombang serapan maksimum lebih kurang 245 nm. klordiazepoksida hidroklorida dan Klordiazepoksida
Keluarkan isi dari 12 kapsul, jika mungkin dengan Hidroklorida BPFI untuk pembuatan Larutan baku.
bantuan aliran udara. Larutkan cangkang kapsul kosong
dalam 900 ml Media disolusi, saring. Ukur serapan filtrat Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
seperti di atas. Buat koreksi seperlunya. tidak tembus cahaya.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kurang dari 85% (Q) C16H14ClN3O.HCl dari jumlah yang
tertera pada etiket.
TABLET KLORDIAZEPOKSIDA
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. HIDROKLORIDA
Prosedur untuk keseragaman kandungan [Catatan Chlordiazepoxide Hydrochloride Tablet
Gunakan peralatan kaca aktinik rendah dalam prosedur
ini]. Tablet Klordiazepoksida Hidroklorida mengandung
Larutan baku Timbang saksama sejumlah klorodiazepoksida hidroklorida setara dengan
Klordiazepoksida Hidroklorida BPFI, larutkan dalam klordiazepoksida, C16H14ClN3O.HCl, tidak kurang dari
asam klorida 0,1 N hingga diperoleh larutan dengan 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
kadar lebih kurang 6 g per ml. tertera pada etiket.
Larutan uji Masukkan isi dari 1 kapsul ke dalam labu
tentukur 200-ml, larutkan dan encerkan dengan air Baku pembanding 2-Amino-5-klorobenzofenon BPFI.
sampai tanda, saring, buang 20 ml filtrat pertama.
Encerkan sejumlah volume filtrat secara kuantitatif dan Identifikasi
bertahap dengan asam klorida 0,1 N hingga diperoleh A. Spektrum serapan ultraviolet larutan yang diperoleh
larutan dengan kadar klordiazepoksida hidroklorida lebih pada Penetapan kadar, yang telah diencerkan dengan
kurang 6 g per ml. asam klorida 0,1 N (1:2), pada bilangan gelombang
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku antara 230 nm dan 350 nm menunjukkan maksimum pada
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 246 nm dan 308 nm.
245 nm, menggunakan asam klorida 0,1 N sebagai B. Ke dalam sejumlah serbuk tablet setara dengan 200
blangko. Hitung jumlah dalam mg, C16H14ClN3O.HCl mg klordiazepoksida, tambahkan 4 ml asam kloroda 2 N
dalam kapsul dengan rumus: panas, panaskan pada suhu 100° selama 10 menit,
dinginkan dan saring. Sejumlah 2 ml filtrat mununjukkan
reaksi Amina aromatis primer seperti yang tertera pada
T AU
Uji Identifikasi Umum<291>: terbentuk endapan
C
D AS
kemerahan.
C. Kocok sejumlah serbuk tablet setara dengan 25 mg
klordiazepoksida dengan 2,5 ml air, tambahkan 0,5 ml
amonium hidroksida 6 N, campur, biarkan selama 5
- 686 -
menit, saring. Asamkan filtrat dengan asam nitrat 2 N: jumlah dalam mg, C16H14ClN3O, serapan jenis pada
larutan memberikan reaksi Klorida cara A dan D seperti panjang gelombang 308 nm adalah 327.
yang tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Wadah dan penyimpanan Pada suhu tidak lebih dari 25°.
Senyawa sejenis dan hasil urai [Catatan selama
melakukan penetapan, hindarkan cahaya langsung dan
larutan harus dibuat segar.] Lakukan Kromatografi lapis KAPSUL KLORDIAZEPOKSIDA
tipis seperti yang tertera pada Kromatografi <931>. HIDROKLORIDA DAN KLIDINIUM
Fase gerak Buat campuran etil asetat P-etanol mutlak BROMIDA
P (95:5). Chlordiazepokside Hidrochloride and Clidinium
Penjerap Campuran silika gel HF254 (ukuran partikel
Bromide Capsule
lebih kurang 15 µm mengandung lebih kurang 1,5%
indikator fluoresen dengan intensitas maksimum pada
Kapsul Klordiazepoksida hidroklorida dan Klidinium
254 nm).
Bromida, mengandung klordiazepoksida hidroklorida,
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
C16H14ClN3O.HCl dan klidinium bromida, C22H26BrNO3
yang tertera dengan lebih kurang 100 mg
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
klordiazepoksida, kocok dengan 10 ml campuran aseton-
jumlah yang tertera pada etiket.
P-amonium hidroksida P-air (90:2:8), biarkan mengendap
dan enaptuangkan beningan.
Baku pembanding 2-Amino-5-Klorobenzofenon BPFIi;
Enceran larutan uji Encerkan 3 bagian volume
Klordiazepoksid Hidroklorida BPFI; lakukan
Larutan uji dengan pelarut yang sama hingga menjadi
pengeringan pada hampa udara di atas fosfor pentoksida
100 bagian volume.
Larutan pembanding Timbang saksama sejumlah 2- P pada suhu 60 selama 4 jam sebelum digunakan,
Amino-5-klorobenzofenon BPFI, larutkan dalam simpan dalam wadah tertutup rapat terlindung dari
cahaya. Senyawa Sejenis A Klordiazepoksid Hidroklorida
campuran aseton P-amonium hidroksida P-air (90:2:8)
BPFI; [7-kloro-1,3-dihidro-5-fenil-2H-1,4-
hingga kadar 0,0010%.
benzodiazepin-2-on 4-oksida] (C15H11ClN2O2 286,72).
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 2 µl
dan 20 µl Larutan uji, 2 µl Enceran larutan uji dan 20 µl Klidinium Bromida BPFI; keringkan pada suhu 105
Larutan pembanding pada jarak yang sama 2,5 cm dari selama 3 jam sebelum digunakan, simpan dalam wadah
tepi lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam tertutup rapat terlindung dari cahaya. Senyawa Sejenis A
bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase Klidinium Bromida BPFI;[3-hidroksi-1-
gerak hingga biarkan merambat 12 cm di atas garis metilquinuklidinium bromida] (C8H16BrNO 222,13)
penotolan. Angkat lempeng, biarkan Fase gerak menguap lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 4 jam
dan amati di bawah cahaya ultraviolet (254 nm). Bercak sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
lain selain bercak utama dari 2 µl Larutan uji tidak lebih dan terlindung dari cahaya. 3-Quinuklidinil Benzilat
intensif dari bercak Enceran larutan uji. Lakukan BPFI; (C21H23N2O2 337,42) lakukan pengeringan di atas
penampak bercak dengan cara sebagai berikut: semprot silika gel P selama 4 jam sebelum digunakan, simpan
lempeng kering dengan asam sulfat etanol LP 20%, dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya.
panaskan pada suhu 105° selama 30 menit, segera
paparkan asap nitro dalam bejana kaca tertutup selama 15 Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram
menit, (asap nitro dapat dibuat dengan menambahkan Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
asam sulfat 7 M tetes demi tetes ke dalam larutan diperoleh pada Penetapan kadar.
mengandung natrium nitrit P 10% dan kalium iodida P
3% ). Letakkan lempeng pada aliran udara panas selama Disolusi <1231> Prosedur untuk gabungan sampel
15 menit dan semprot dengan larutan N-(1-naftil)- Media disolusi: 900 ml air
etilendiamina dihidroklorida P dalam etanol P, bila perlu Alat tipe 1: 100 rpm
biarkan kering dan ulangi penyemprotan. Bercak yang Waktu: 30 menit
sesuai dengan 2-amino-5-klorobenzofenon dari 20 µl Lakukan penetapan jumlah klordiazepoksid
Larutan uji tidak lebih intensif dari bercak Larutan hidroklorida, C16H14ClN3O.HCl dan klidinium bromida,
pembanding. C22H26BrNO3 yang terlarut dengan cara Kromatografi
cair kinerja tinggi seperti yang tertera pada
Penetapan kadar Kocok 10 tablet utuh dengan 150 ml Kromatografi<931>.
asam klorida 0,1 N selama 20 menit, tambahkan asam Larutan A Larutkan 1,92 g natrium 1-pentanasulfonat
klorida 0,1 N secukupnya hingga volume 250 ml dan P dalam 900 ml air. Atur pH hingga 3,8 ± 0,1 dengan
saring. Encerkan 10 ml filtrat dengan asam klorida 0,1 N penambahan larutan asam sulfat P (1 dalam 1000),
secukupnya hingga diperoleh larutan yang mengandung encerkan dengan air hingga 1000 ml.
0,0020% klordiazepoksida. Ukur serapan larutan pada Fase gerak Buat campuran Larutan A-tetrahidrofuran
panjang gelombang serapan maksimum 308 nm. Hitung P-metanol P (75:18:6), saring dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti yang tertera pada Kromatografi<931>.
- 687 -
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada 20) yang dibuat segar, pisahkan ekstrak. Ekstraksi
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi kembali eluat dengan 15 ml larutan asam askorbat (1
dilengkapi dengan detektor 212 nm dan kolom 4 mm x 25 dalam 20). Kumpulkan ekstrak dalam corong pisah, dan
cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2 ml buang lapisan kloroform. Netralkan ekstrak asam dengan
per menit.Lakukan kromatografi terhadap larutan baku. penambahan natrium bikarbonat P hingga larutan
Rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti bereaksi basa terhadap kertas indikator. Ekstraksi larutan
yang tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara kedua basa tersebut dua kali, tiap kali menggunakan 25 ml
komponen tidak kurang dari 5; waktu retensi relatif kloroform P, campurkan ekstrak kloroform, lewatkan
klidinium bromida dan klordiazepoksid hidroklorida melalui kertas saring ke dalam gelas piala 100 ml.
berturut-turut adalah lebih kurang 0,6 dan 1,0; simpangan Uapkan kloroform hingga kering dengan bantuan gas
baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2%. nitrogen P dan pindahkan residu ke dalam labu tentukur
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume 1-ml, dengan bantuan metanol P. Encerkan dengan
sama (lebih kurang 100 μl) larutan bakudan filtrat alikuot metanol P sampai tanda.
ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur Prosedur Totolkan secara terpisah 100 µl Larutan uji
respons puncak utama. Hitung jumlah klordiazepoksida dan 15 µl Larutan baku pada lempeng kromatografi
hidroklorida, C16H14ClN3O.HCl, dan klidinium bromida, campuran silika gel setebal 0,25 mm, masukkan lempeng
C22H26BrNO3, yang terlarut dengan membandingkan pada bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan
terhadap larutan baku Klordiazepoksid Hidroklorida Fase gerak, biarkan merambat hingga tiga per empat
BPFI dan Klidinium Bromida BPFI yang diketahui tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat,
kadarnya. biarkan Fase gerak menguap, semprot dengan kalium
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak iodoplatinat LP, dan biarkan bercak mengembang selama
kurang dari 75% (Q), C16H14ClN3O.HCl dan 10 menit. Bercak pada kromatogram Larutan uji yang
C22H26BrNO3 dari jumlah yang tertera pada etiket. mempunyai harga Rf lebih kurang 0,3 tidak lebih besar
ukuran dan intensitasnya dari bercak kromatogram
Keseragaman sediaan<911> Memenuhi syarat. Larutan baku.
C. Senyawa Sejenis A Klidinium Bromida Tidak lebih
Senyawa sejenis dari 1%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
A. Senyawa sejenis A Klordiazepoksid dan 2-Amino-5- lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi <931>
klorobenzofenon Senyawa sejenis A klordiazepoksid Lempeng kromatografi dan Penampak bercak Lakukan
tidak lebih dari 3%; dan 2-Amino-5-klorobenzofenon seperti yang tertera pada Senyawa sejenis dalam
tidak lebih dari 0,1%.Lakukan seperti yang tertera pada Klidinium bromida.
Senyawa sejenis dalam Kapsul klordiazepoksid. Fase gerak Buat campuran aseton P-metanol P-air-
B. 3-Quinuklidinil Benzilat Tidak lebih besar dari asam klorida P (70:20:5:5).
0,03%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Larutan pengekstraksi Buat campuran etanol dehidrat
lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi <931>. P-sikloheksan P (1:1).
Fase gerak Metanol P. Larutan uji Keluarkan sejumlah isi kapsul setara dengan
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 3 mg 3- 25 mg klidinium bromida, masukkan ke dalam tabung
Quinuklidinil Benzilat BPFI masukkan ke dalam labu sentrifuga bersumbat kaca dan tambahkan 5 ml Larutan
tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan dengan metanol P pengekstraksi. Panaskan tabung perlahan hingga suhu 50°,
sampai tanda. sambil dikocok, sentrifus, dan pindahkan beningan ke
Larutan uji Letakkan sumbat wol kaca pada dasar dalam tabung ke dua. Ulangi penambahan Larutan
tabung kromatografi gelas berukuran 2,5 cm x 35 ± 5 cm, pengekstraksi dua kali, panaskan, sentrifus dan lakukan
tambahkan 2 g tanah silika untuk kromatografi P yang enap tuang seperti sebelumnya, campurkan ketiga ekstrak
telah digerus dengan 1 ml asam klorida 1 N, dan ketuk dalam satu tabung. Panaskan perlahan, uapkan kumpulan
perlahan untuk memadatkan. Keluarkan isi sejumlah ekstrak dengan bantuan aliran nitrogen P hingga kering.
kapsul, setara dengan 15 mg klidinium bromida Larutkan residu dengan 0,5 ml metanol P.
masukkan ke dalam gelas piala 100 ml, tambahkan 3 ml Larutan baku 1 Larutkan lebih kurang 50 mg
asam klorida 1 N, aduk hingga larut. Tambahkan 4 g Klidinium Bromida BPFI dalam 1 ml asam klorida
tanah silika untuk kromatografi P, aduk dengan spatula, metanol 0,1 N. [Catatan Buat larutan pada saat akan
dan masukkan campuran isi kapsul-tanah silika ke dalam digunakan.]
kolom kromatografi. Cuci kering gelas piala dengan Larutan baku 2 Larutkan lebih kurang 50 mg
penambahan 0,5-1 g tanah silika untuk kromatografi P, Klidinium Bromida BPFI dalam 1 ml asam klorida
masukkan ke dalam kolom. Ketuk perlahan untuk metanol 0,1 N, dan tambahkan 20 µl larutan 25 mg
memadatkan, dan lapisi bagian atas kolom dengan wol Senyawa Sejenis A Klidinium Bromida BPFI dalam 1 ml
kaca. Tempatkan corong pisah 125 ml pada kran bagian metanol P. [Catatan Buat larutan pada saat akan
bawah kolom, dan eluasi kolom dengan 100 ml kloroform digunakan.]
P yang sebelumnya didestilasi dengan asam sulfat 1 N Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 20
dan dijenuhkan dengan air. Ekstraksi hasil eluasi l Larutan baku 1, Larutan baku 2, dan Larutan uji pada
kloroform dengan 20 ml larutan asam askorbat (1 dalam lempeng kromatografi. Masukkan lempeng pada bejana
- 688 -
kromatografi berisi Fase gerak yang tidak dijenuhkan, Hitung jumlah dalam mg klordiazepoksid hidroklorida,
dan biarkan merambat hingga lebih kurang 15 cm. C16H14ClN3O.HCl, dalam isi kapsul yang digunakan
Angkat lempeng, tandai batas rambat, panaskan pada dengan rumus:
suhu 105° selama 10 menit. Biarkan dingin hingga suhu r
ruang, semprot dengan Larutan penampak bercak. Bercak 50 C U
pada kromatogram Larutan uji yang mempunyai harga Rf rS
lebih kurang 0,4 tidak lebih besar ukuran dan
intensitasnya dari bercak kromatogram Larutan baku 2; C adalah kadar Klordiazepoksid Hidroklorida BPFI
dan Larutan baku 1 tidak menunjukkan bercak pada dalam mg per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut
harga Rf yang sesuai dengan Senyawa Sejenis A adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Klidinium Bromida BPFI. Hitung jumlah dalam mg, klidinium bromida,
C22H26BrNO3, dalam isi kapsul yang digunakan dengan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara rumus yang sama seperti yang digunakan pada
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera pada perhitungan jumlah klordiazepoksid hidroklorida.
Kromatografi <931>[Catatan Gunakan alat kaca aktinik
rendah]. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Larutan natrium 1-pentanasulfonat Larutkan 1,92 g terlindung dari cahaya.
natrium 1-pentanasulfonat P dalam 900 ml air. Atur pH
hingga 3,8 ± 0,1 dengan penambahan asam sulfat 1 N,
encerkan dengan air hingga 1000 ml. KLORFENIRAMIN MALEAT
Fase gerak Buat campuran Larutan natrium 1- Chlorpheniramine Maleate
pentanasulfonat-tetrahidrofuran P-metanol P (70:24:6).
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
H
menurut Kesesuaian sistem seperti yang tertera pada N C Cl HC COOH
Kromatografi<931>.
Pelarut Buat campuran air-metanol P (1:1). CH2CH2N(CH3)2 HC COOH
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Klordiazepoksid Hidroklorida BPFI dan Klidinium
Bromida BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif 2-[p-Kloro-α-[dimetilamino)etil]benzil]
dan jika perlu bertahap dengan Pelarut hingga kadar Piridin malet (1:1) [113-92-8]
klordiazepoksid hidroklorida dan klidinium bromida C16H19CIN2 .C4H4O4 BM 390,87
berturut-turut lebih kurang 0,1 mg per ml dan 0,05 mg per
ml. Klorfeniramin Maleat mengandung tidak kurang dari
Larutan uji Timbang tidak kurang dari 20 kapsul. 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% C16H19ClN2 .C4H4O4,
Keluarkan isi semua kapsul dan campur, bersihkan dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
cangkang kapsul dan timbang saksama, hitung bobot rata-
rata tiap kapsul. Timbang saksama sejumlah isi kapsul Pemerian Serbuk hablur, putih; tidak berbau. Larutan
setara dengan lebih kurang 5 mg klordiazepoksid mempunyai pH antara 4 dan 5.
hidroklorida, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml.
Tambahkan lebih kurang 25 ml Pelarut, sonikasi selama Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam etanol dan
5 menit dan kocok secara mekanik selama 10 menit. dalam kloroform; sukar larut dalam eter dan dalam
Encerkan dengan Pelarut sampai tanda, dan saring, buang benzen.
20 ml filtrat pertama.
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada Baku pembanding Klorfeniramin Maleat BPFI; lakukan
Kromatografi <931>.Kromatograf cair kinerja tinggi pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam sebelum
dilengkapi dengan detektor 212 nm dan kolom 8 mm x 10 digunakan.
cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 3 ml
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
yang tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara klidinium maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
bromida dan klordiazepoksid hidroklorida tidak kurang seperti pada Klorfeniramin Maleat BPFI.
dari 5,0; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
ulang tidak lebih dari 2,0%. Waktu retensi relatif Jarak lebur <1021> Antara 130° dan 135°.
klidinium bromida dan klordiazepoksid hidroklorida
berturut-turut adalah lebih kurang 0,5 dan 1,0. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam.
sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
respons puncak utama.
- 689 -
Senyawa sejenis Tidak lebih dari 0,2%. seperti tertera pada Identifikasi Basa Nitrogen Organik
Lakukan penetapan secara Kromatografi gas seperti yang <261>, dimulai dengan “Pindahkan larutan ke dalam
tertera pada Kromatografi <931>. corong pisah”: memenuhi syarat.
Larutan uji Larutkan lebih kurang 200 mg dalam 5 ml B. Uapkan sejumlah volume larutan injeksi, yang
metilen klorida P. setara dengan lebih kurang 25 mg klorfeniramin maleat,
Sistem kromatografi Kromatograf gas dilengkapi di atas tangas uap sampai kering, dan keringkan residu
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 4 mm x pada 105º selama 1 jam: melebur antara 128º dan 135º.
1,2 m yang berisi bahan pengisi 3% fase diam G3 pada
partikel penyangga S1AB. Pertahankan suhu kolom, Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 8,8 unit
injektor dan detektor berturut-turut pada suhu lebih Endotoksin FI per mg klorfeniramin maleat.
kurang 190°, 250° dan 250°. Gunakan helium P kering
sebagai gas pembawa dengan mengatur laju alir sehingga pH<1071> Antara 4,0dan 5,2.
waktu retensi puncak utama 4 - 5 menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan uji, rekam luas puncak Syarat lain Memenuhi persyaratan seperti tertera pada
seperti yang tertera pada Prosedur: faktor ikutan puncak Injeksi.
Klorfeniramin maleat tidak lebih dari 1,8.
Prosedur Suntikkan lebih kurang 1 µl Larutan uji. Penetapan kadar Lakukan seperti yang tertera pada
Rekam kromatogram dalam waktu tidak kurang dari dua Garam Basa Nitrogen Organik <261>.
kali waktu retensi puncak klorfeniramin maleat dan ukur Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg
luas puncak. Jumlah keseluruhan luas relatif dari semua Klorfeniramin Maleat BPFI, larutkan dalam 20 ml asam
puncak kecuali puncak pelarut dan asam maleat tidak sulfat P (1 dalam 350) dan perlakukan seperti pada
lebih dari 2,0%. Larutan uji.
Larutan uji Lakukan seperti yang tertera pada Garam
Cemaran senyawa organik mudah menguap<471> Basa Nitrogen Organik <261>.
Metode I Memenuhi syarat. Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500 264 nm. Hitung jumlah dalam mg klorfeniramin maleat,
mg zat, larutkan dalam 20 ml asam asetat glasial P, C16H19ClN2.C4H4O4 tiap ml injeksi dengan rumus:
tambahkan 2 tetes kristal violet LP dan titrasi dengan
asam perklolat 0,1 N LV. Lakukan penetapan blangko. C AU
Tiap ml asam perklorat 0,1 N V AS
setara dengan19,54 mg C16H19CIN2 .C4H4O4
C adalah bobot Klorfeniramin Maleat BPFI dalam mg
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, yang digunakan dalam membuat Larutan baku;V adalah
tidak tembus cahaya. volume injeksi dalam mlyang digunakan untuk membuat
Larutan uji; AU dan AS berturut-turut adalah serapan dari
Larutan uji dan Larutan baku.
INJEKSI KLORFENIRAMIN MALEAT
Chlorpheniramine Maleate Injection Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca tipe I terlindung
Injeksi Klorfeniramin Maleat adalah larutan steril dari cahaya.
klorfeniramin maleat dalam air untuk injeksi.
Mengandung klorfeniramin maleat, C16H19ClN2.C4H4O4,
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari TABLET KLORFENIRAMIN MALEAT
jumlah yang tertera pada etiket. Chlorpheniramine Maleate Tablet
Baku pembanding Klorfeniramin Maleat BPFI; tidak Tablet Klorfeniramin Maleat mengandung klorfeniramin
boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, maleat, C16H19ClN2.C4H4O4, tidak kurang dari 93,0% dan
terlindung dari cahaya. Endotoksin BPFI;[Catatan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati- etiket.
hati untuk menghindari kontaminasi] Rekonstitusi semua
isi, gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial Baku pembanding Klorfeniramin Maleat BPFI; lakukan
yang belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam sebelum
digunakan.
Identifikasi
A. Encerkan sejumlah volume injeksi setara dengan Identifikasi Timbang sejumlah serbuk tablet setara
lebih kurang 50 mg klorfeniramin maleat dengan larutan dengan lebih kurang 25 mg klorfeniramin maleat,
asam klorida P (1 dalam 1000) hingga 25 ml, lakukan dispersikan dalam 20 ml larutan asam klorida P (1 dalam
- 690 -
Larutan baku B Encerkan Larutan baku A dengan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klorheksidin
Larutan A hingga kadar lebih kurang 1,2 µg per ml. Asetat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan A
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih hingga kadar lebih kurang 50 µg per ml.
kurang 10 mg Senyawa Sejenis Klorheksidin BPFI, Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama sejumlah
masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, tambahkan 2 ml Klorheksidin Asetat BPFI dan p-Kloroanilin BPFI,
asetonitril P, kocok hingga larut dan encerkan dengan larutkan dan encerkan dengan Larutan A hingga kadar
Pengencer sampai tanda. masing-masing berturut-turut lebih kurang 50 µg per ml
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada dan 1 µg per ml.
Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
Larutan kesesuaian sistem dan rekam kromatogram dan dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang 50 µg per ml.
ukur respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur: Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada
waktu retensi relatif puncak utamasenyawa sejenis Kromatografi <931>.Kromatograf cair kinerja tinggi
klorheksidin dan klorheksidin berturut-turut lebih kurang dilengkapi dengan detektor 239 nm dan kolom 4,6 mm x
0,6 dan 1,0; resolusi, R, dua puncak antara puncak utama 25 cm berisi bahan pengisi L1 yang dideaktivasi basa
senyawa sejenis dengan puncak klorheksidin harus dengan ukuran partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5
terpisah satu sama lain dan terpisah baik dari puncak ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada 40º.
klorheksidin. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku A, Larutan baku Waktu Larutan A Larutan B
B, dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam (menit) (%) (%)
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung 0 100 0
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan 9 100 0
rumus: 10 45 55
15 45 55
CS ri 16 100 0
100
21 100 0
CU rS
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
CS adalah kadar klorheksidin asetat dalam µg per ml
sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Larutan baku A; CU adalah kadar klorheksidin asetat
seperti yang tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
dalam µg per ml Larutan uji; ri adalah respons puncak
klorheksidin dan p-kloroanilin berturut-turut lebih kurang
masing-masing cemaran dari Larutan uji dan dan rS
1,0 dan 1,3; resolusi, R, antara puncak klorheksidin dan
adalah respons puncak dari Larutan baku A.
p-kloroanilin tidak kurang dari 3; dan simpangan baku
relatif tidak lebih dari 2,0% untuk klorheksidin dan 5,0%
p-Kloroanilin Tidak lebih dari 500 bpj; lakukan
untuk p-kloroanilin.
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
seperti yang tertera pada Kromatografi <931>.
sama (lebih kurang 50 μl) Larutan baku dan Larutan uji
Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Larutan kesesuaian
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
sistem, dan Sistem kromatografi Lakukan seperti yang
respons puncak utama. Hitung persentase klorheksidin
tertera pada Penetapan kadar.
asetat, C22H30Cl2N10 .2C2H4O2, dalam zat dengan rumus:
Larutan baku Timbang saksama sejumlah p-
Kloroanilin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan
A hingga kadar lebih kurang 1,0 µg per ml. CS rU
100
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
CU rS
dan encerkan dengan Larutan A hingga kadar lebih
kurang 2,0 mg per ml.
CS adalah kadar Klorheksidin Asetat BPFI dalam µg per
ml Larutan baku; CU adalah kadar zat dalam µg per ml
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera
puncak klorheksidin dari Larutan uji dan Larutan baku.
pada Kromatografi <931>.
Larutan A Larutkan 27,6 g natrium fosfat monobasa P Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
dan 10 ml trietilamin P dalam 1500 ml air. Atur pH tidak tembus cahaya.
hingga 3,0 dengan penambahan asam fosfat P, dan
encerkan dengan air hingga 2000 ml. Buat campuran
asetonitril dan larutan ini (3:7). LARUTAN KLORHEKSIDIN GLUKONAT
Larutan B Gunakan asetonitril P. Chlorhexidine Gluconate Solution
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan
Larutan B seperti yang tertera pada Sistem kromatografi. Larutan Klorheksidin Glukonat adalah larutan
klorheksidin glukonat dalam air. Mengandung tidak
- 692 -
kurang dari 19,0% dan tidak lebih dari 21,0% menit.Amati bercak: harga Rf, warna dan ukuran bercak
C22H30Cl2N10.2C6H12O7. utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
Baku pembanding Klorheksidin BPFI; Simpan dalam pH <1071> Antara 5,5 dan 7,0; lakukan penetapan
wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dalam menggunakan enceran larutan 1 dalam 20.
lemari pendingin. Klorheksidin Asetat BPFI; tidak boleh
dikeringkan, tetapkan kadar air secara titrimetri pada saat Bobot per ml<991> Antara 1,06 dan 1,07.
akan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya, dalam lemari pendingin. Senyawa Cemaran organik Total cemaran tidak lebih dari 3,0%.
Sejenis Klorheksidin BPFI; tidak boleh dikeringkan. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari kinerja tinggi seperti yang tertera pada
cahaya, dalam lemari pendingin. Kalium Glukonat BPFI; Kromatografi<931>.
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105 Pengencer Larutkan 27,6 g natrium fosfat monobasa P
selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah dalam 1500 ml air. Atur pH hingga 3,0 dengan
tertutup rapat. p-kloroanilin BPFI. penambahan asam fosfat P, encerkan dengan air hingga
2000 ml.
Identifikasi Larutan A, Larutan B dan Fase gerak Lakukan seperti
A. Spektrum serapan inframerah residu yang yang tertera pada Penetapan kadar.
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Larutan uji persediaan Pipet 5 ml zat ke dalam labu
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama tentukur 100-ml dan encerkan dengan air sampai tanda.
seperti pada Klorheksidin BPFI. Larutan uji Pipet 5 ml Larutan uji persediaan ke dalam
Penyiapan sampel Ke dalam 1 ml larutan tambahkan labu tentukur 25-ml dan encerkan dengan Pengencer
40 ml air, dinginkan di dalam es, tambahkan natrium sampai tanda. Larutan ini mempunyai kadar 2 mg per ml.
hidroksida 5 N tetes demi tetes dengan pengadukan Larutan baku 1 Pipet 3 ml Larutan uji ke dalam labu
hingga kertas kuning tiazol menjadi merah kemudian tentukur 100-ml dan encerkan dengan Pengencer sampai
tambahkan 1 ml berlebih. Saring, cuci endapan dengan air tanda. Larutan ini mempunyai kadar 0,06 mg per ml.
sampai cucian bebas alkali. Hablurkan kembali residu Larutan baku 2 Pipet 2 ml Larutan baku 1 ke dalam
dengan etanol P 70% dan keringkan pada suhu 105 labu tentukur 100-ml dan encerkan dengan Pengencer
selama 1 jam. sampai tanda. Larutan ini mempunyai kadar 0,0012 mg
Penyiapan baku Larutkan sejumlah Klorheksidin BPFI per ml.
dalam etanol P 70% hingga kadar lebih kurang 5 mg per Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama 10 mg
ml. Hablurkan kembali dan keringkan pada suhu 105 Senyawa Sejenis Klorheksidin BPFI, masukkan ke dalam
selama 1 jam. labu tentukur 10-ml. Larutkan dalam 2 ml asetonitril P
B. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti yang dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
tertera pada Identifikasi secara Kromatografi Lapis Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada
Tipis<281>. Penetapan kadar kecuali volume penyuntikan 20 µl.
Fase gerak Buat campuran etanol P– etil asetat P– Lakukan seperti yang tertera pada Kromatografi <931>.
amonium hidroksida P- air (5:1:1:3). Kromatograf diprogram sebagai berikut:
Penampak bercak Timbang lebih kurang 2,5 g
amonium molibdat P masukkan ke dalam labu tentukur Waktu Larutan A Larutan B
100-ml, larutkan dalam 50 ml asam sulfat 2 N. (menit) (%) (%)
Tambahkan 1 g serisulfat P, goyang hingga larut, dan 0 100 0
encerkan dengan asam sulfat 2 N sampai tanda. 15 100 0
Larutan baku Timbang sejumlah Kalium Glukonat 16 45 55
21 45 55
BPFI, larutkan dan encerkan dengan airhingga kadar 22 100 0
lebih kurang 20 mg per ml. 27 100 0
Larutan uji Larutkan 10 ml larutan klorheksidin
glukonat dalam air hingga 50 ml. Kadar larutan lebih Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
kurang 40 mg per ml. sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5l seperti yang tertera pada Prosedur:dua puncak utama
Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi senyawa sejenis harus sekurang-kurangnya terpisah
silika gel P setebal 0,25 mm. Biarkan bercak sampai sebagian dan harus terpisah sempurna dari puncak
kering, masukkan lempeng ke dalam bejana yang telah klorheksidin. [Catatan Waktu retensi relatif puncak
dijenuhkan dengan Fase gerak. Biarkan merambat hingga utama senyawa sejenis dan klorheksidin berturut-turut
10 cm dari titik penotolan. Angkat lempeng, tandai batas 0,6 dan 1,0].
rambat dan keringkan pada suhu 110° selama 20 menit. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Dinginkan dan semprot dengan Penampak bercak. sama (lebih kurang 20 l) Larutan uji, Larutan baku 1
Panaskan lempeng pada suhu 110° selama 10 dan Larutan baku 2 ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur semua respons puncak. Jumlah
- 693 -
semua respons puncak kecuali klorheksidin dan puncak Waktu Larutan A Larutan B
lain yang lebih kecil dari klorheksidin pada kromatogram (menit) (%) (%)
Larutan baku 2 tidak lebih dari respons puncak 0 100 0
klorheksidin pada kromatogram Larutan baku 1. 9 100 0
10 45 55
15 45 55
4-Kloroanilin Tidak lebih dari 500 µg per ml. Lakukan 16 100 0
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi 21 100 0
seperti yang tertera pada Kromatografi<931>.
Pengencer Larutkan 27,6 g natrium fosfat monobasa P Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
dalam 1500 ml air. Atur pH hingga 3,0 dengan sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
penambahan asam fosfat P, encerkan dengan air hingga seperti yang tertera pada Prosedur: resolusi,R, antara
2000 ml. puncak klorheksidin dan p-kloroanilin tidak kurang dari
Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Larutan kesesuaian 3,0 dan simpangan baku relatifpada penyuntikan ulang
sistem dan Sistem kromatografi Lakukan seperti yang untuk puncak klorheksidin dan kloroanilin berturut-turut
tertera pada Penetapan kadar. tidak lebih dari 2,0% dan 5,0%. [Catatan Waktu retensi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah p- relatif klorheksidin dan p-kloroanilin berturut-turut lebih
kloroanilin BPFI, larutkan dalam Pengencer hingga kurang 1,0 dan 1,3.]
kadar lebih kurang 1,0 mg per ml. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Larutan uji persediaan Pipet 5 ml zat ke dalam labu sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan Larutan uji
tentukur 100-ml dan encerkan dengan air sampai tanda. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Larutan uji Pipet 10 ml Larutan uji persediaan ke respons puncak utama. Hitung persentase, klorheksidin
dalam labu tentukur 250-ml dan encerkan dengan glukonat, C22H30Cl2N10. 2C6H12O7 dengan rumus:
Pengencer sampai tanda. Larutan ini mempunyai kadar
0,4 mg per ml.
897 ,76 rU
Prosedur Suntikkan sejumlah volume sama Larutan 0 , 25 C
baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam 625 ,55 rS
kromatogram dan ukur respons puncak p-kloroanilin.
Respons puncak p-kloroanilin dari Larutan uji tidak lebih C adalah kadar Klorheksidin Asetat BPFI dalam µg per
dari respons puncak dari Larutan baku. ml Larutan baku; 897,76 dan 625,55 berturut-turut adalah
bobot molekul klorheksidin glukonat dan klorheksidin
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara asetat; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera pada klorheksidin dari Larutan uji dan Larutan baku.
Kromatografi <931>.
Larutan A Buat larutan 27,6 g natrium fosfat monobasa Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup
P dan 10 ml trietilamin P dalam 1500 ml air. Atur pH rapat, terlindung dari cahaya, pada suhu ruang terkendali.
hingga 3,0 dengan penambahan asam fosfat P, encerkan
dengan air hingga 2000 ml. Buat campuran larutan ini -
asetonitril P (70:30). KLORHEKSIDIN HIDROKLORIDA
Larutan B Gunakan asetonitril P. Chlorhexidine Hydrochloride
Fase gerak Buat variasi campuran Larutan A dan
Larutan Bseperti yang tertera pada Sistem kromatografi.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klorheksidin
Asetat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan A
hingga kadar lebih kurang 50 µg per ml.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama sejumlah
Klorheksidin Asetat BPFI dan Kloranilin BPFI, larutkan
dalam Larutan A hingga kadar berturut-turut lebih kurang
50 µg dan 1 µg per ml.
Larutan uji persediaan Pipet 5 ml zat ke dalam labu 1,1’-Heksametilenbis [5-(p-klorofenil)biguanida]
tentukur 250-ml dan encerkan dengan air sampai tanda. dihidroklorida [3697-42-5]
Larutan uji Pipet 5 ml Larutan uji persediaan ke dalam C22H30Cl2N10 .2HCl BM 578,37
labu tentukur 250-ml dan encerkan dengan Larutan A
sampai tanda. Klorheksidin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C22H30Cl2N10 .2HCl,
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
dilengkapi dengan detektor 239 nm dan kolom 4,6 mm x
25 cm berisi bahan pengisi L1 basa terdeaktivasi dengan Pemerian Serbuk hablur, putih atau hampir putih.
ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per
menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
- 694 -
Kelarutan Agak sukar larut dalam air dan dalam propilen Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama 10 mg
glikol; sangat sukar larut dalam etanol. Senyawa Sejenis Klorheksidin BPFI, masukkan ke dalam
labu tentukur 10-ml, tambahkan 2 ml asetonitril P kocok
Baku pembanding Klorheksidin BPFI; simpan dalam hingga larut dan encerkan dengan Pengencer sampai
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, simpan dalam tanda.
lemari pendingin. Klorheksidin Asetat BPFI; tidak boleh Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada
dikeringkan, untuk analisis kuantitatif tetapkan kadar air Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
secara titrimetri pada waktu akan digunakan, simpan Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dan respons puncak seperti yang tertera pada Prosedur: waktu
dalam lemari pendingin. Senyawa Sejenis Klorheksidin retensi relatif puncak utama senyawa sejenis klorheksidin
BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah dan klorheksidin berturut-turut lebih kurang 0,6 dan 1,0;
tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dan dalam lemari resolusi, R, dua puncak antara puncak utama senyawa
pendingin. p-Kloroanilin BPFI. sejenis dengan puncak klorheksidin harus terpisah satu
sama lain dan terpisah baik dari puncak klorheksidin.
Identifikasi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
A. Spektrum serapan inframerah residu yang sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku A, Larutan baku
didispersikan dalam kalium bromida P,menunjukkan B, dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
seperti pada residu Klorheksidin BPFI. persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan
Larutan uji Larutkan 300 mg zat dalam 10 ml asam rumus:
klorida 6 N, tambahkan 40 ml air, saring jika perlu, dan
dinginkan larutan dalam tangas es. Tambahkan natrium C ri
hidroksida 10 N tetes demi tetes sambil diaduk sampai 100 S
diperoleh larutan yang bersifat basa terhadap kertas CU rS
kuning tiazol P dan tambahkan 1 ml berlebih. Saring, cuci
endapan dengan air sampai endapan bebas basa, CS adalah kadar klorheksidin hidroklorida dalam µg per
hablurkan kembali dengan etanol P 70%, keringkan pada ml Larutan baku A; CU adalah kadar klorheksidin
suhu 105°. hidroklorida dalam µg per ml Larutan uji; ri adalah
Larutan baku Timbang sejumlah Klorheksidin BPFI, respons puncak masing-masing cemaran dari Larutan uji
larutkan dengan etanol P 70%, hablurkan kembali dan rS adalah respons puncak klorheksidin dari Larutan
larutan, dan keringkan pada suhu 105° selama 1 jam. baku A.
B. Menunjukkan reaksi Klorida seperti yang tertera
pada Uji Identifikasi Umum<291>. p-kloroanilin Tidak lebih dari 500 bpj; lakukan
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0 %; seperti yang tertera pada Kromatografi <931>.
lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot tetap. Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Larutan kesesuaian
sistem, dan Sistem kromatografi Lakukan seperti yang
Sisa pemijaran<301> Tidak lebih dari 0,1%. tertera pada Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah p-
Cemaran organik Tidak lebih dari 3,0%;[Catatan Kloroanilin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Larutan
Abaikan setiap puncak yang memiliki respons lebih kecil A hingga kadar lebih kurang 1 µg per ml.
dari respons puncak klorheksidin yang diperoleh dari Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan dan
Larutan baku B.] Lakukan penetapan dengan cara encerkan dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang 2
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera pada mg per ml.
Kromatografi <931>.
Larutan A dan Larutan B Lakukan seperti yang tertera Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
pada Penetapan kadar. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera pada
Pengencer Larutkan 27,6 g natrium fosfat monobasa P Kromatografi <931>.
dalam 1500 ml air. Atur pH hingga 3,0 dengan Larutan A Larutkan 27,6 g natrium fosfat monobasa P
penambahan asam fosfat P, dan encerkan dengan air dan 10 ml trietilamin P dalam 1500 ml air. Atur pH
hingga 2000 ml. hingga 3,0 dengan penambahan asam fosfat P, dan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan encerkan dengan air hingga 2000 ml. Buat campuran
dan encerkan dengan Larutan A hingga kadar lebih asetonitril P dan larutan ini (3:7).
kurang 2 mg per ml. Larutan B Gunakan Asetonitril P
Larutan baku A Encerkan Larutan uji dengan Larutan Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan
A hingga kadar lebih kurang 0,06 mg per ml. Larutan B seperti yang tertera pada Sistem kromatografi.
Larutan baku B Encerkan Larutan baku A dengan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klorheksidin
Larutan A hingga kadar lebih kurang 1,2 µg per ml. Asetat BPFI, larutkan dalam Larutan A hingga kadar
lebih kurang 50 µg per ml.
- 695 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna; mudah
pada suhu 8º - 15º. mengalir; mempunyai sifat khas; bau eter; rasa manis dan
membakar. Mendidih pada suhu lebih kurang 61°,
dipengaruhi oleh cahaya.
KLOROBUTANOL ANHIDRAT
Klorbutol Anhidrat Kelarutan Sukar larut dalam air; dapat bercampur
Chlorbutanol Anhydrous dengan etanol; dengan eter, dengan benzen, dengan
heksan, dan dengan lemak dan minyak menguap.
1,1,1-Trikloro-2-metilpropan-2 ol [57-15-8]
C4H7Cl3O BM 177,5 Bobot jenis <981> Antara 1,476 dan 1,480 menunjukkan
99,0% - 99,5% CHCl3.
Klorbutanol Anhidrat mengandung tidak kurang dari 98%
dan tidak lebih dari 101,0% C4H7Cl3O, dihitung terhadap Sisa tak menguap tidak lebih dari 20 bpj. Uapkan 50 ml
zat anhidrat. zat dalam cawan platina atau porselen di atas tangas uap,
dan keringkan pada suhu 105° selama 1 jam.
Pemerian Serbuk hablur, putih atau hablur tidak
berwarna; mudah menyublim. Melebur pada suhu lebih Klor bebas Pada 10 ml zat tambahkan 10 ml air dan 0,1
kurang 95°; lakukan penetapan tanpa pengeringan lebih ml kalium iodida LP, kocok selama 2 menit, biarkan
dahulu. cairan memisah: lapisan bawah tidak berwarna ungu.
Kelarutan Sukar larut dalam air; larut dalam 0,6 bagian Zat mudah terarangkan <411> Masukkan 40 ml zat ke
etanol; mudah larut dalam kloroform; sangat mudah larut dalam tabung silinder bersumbat kaca, yang sebelummya
dalam eter; larut dalam gliserol 85%. telah dibilas dengan asam sulfat LP dan diamkan selama
10 menit. Tambahkan 5 ml asam sulfat LP, dan kocok
Identifikasi Memenuhi Identifikasi A, B, C dan D seperti kuat selama 5 menit. Biarkan campuran memisah
tertera pada Klorobutanol. sempurna: lapisan kloroform tetap tidak berwarna, dan
larutan asam tidak lebih berwarna dari Larutan padanan
Keasaman, Kejernihan larutan, Warna dan A.
Akromisitas, Sisa pemijaran Memenuhi uji seperti
tertera pada Klorobutanol Hasil urai terklorinasi dan klorida Encerkan 2 ml
lapisan asam sulfat yang dipisahkan dari lapisan
Klorida <361> Tidak lebih dari 300 bpj; lakukan kloroform pada uji Zat mudah terarangkan dengan 5 ml air:
penetapan menggunakan 170 mg zat yang dilarutkan cairan tidak berwarna dan jernih. Jika diencerkan lebih
dalam 5 ml etanol P, encerkan dengan air hingga 15 ml. lanjut dengan 10 ml air: tetap jernih dan dengan
Gunakan 5 ml etanol P sebagai pengganti 5 ml air dalam penambahan 3 tetes perak nitrat LP, tidak terjadi
penyiapan Larutan pembanding. perubahan selama 1 menit (hasil urai terklorinasi dan
klorida).
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%; lakukan
peneapan mengunakan 2 g zat. Asam dan fosgen Masukkan10 ml air masing-masing ke
Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti yang tertera dalam dua tabung pembanding warna 50 ml bersumbat
pada Klorobutanol. kaca dengan diameter dalam 20 mm, tambahkan 2 tetes
fenolftalein LP dan natrium hidroksida 0,010 N
Tiap ml perak nitrat 0,1 N secukupnya untuk membentuk warna merah muda yang
setara dengan 5,92 mg C4H2Cl3O sama, setelah dikocok kuat. Ke dalam salah satu tabung
tambahkan 20,0 ml kloroform P dan kocok lagi.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Tambahkan natrium hidroksida 0,010 N tetes demi tetes
pada suhu 8°-15°.
dari mikroburet, kocok setiap penambahan, sampai warna
merah muda terbentuk lagi dengan intensitas yang sama
- 697 -
seperti warna dalam tabung tanpa kloroform: tidak lebih panaskan di atas tangas uap sampai menguap, dan
dari 0,20 ml natrium hidroksida 0,10 N yang dibutuhkan keringkan residu pada suhu 105o selama 1 jam.
untuk membentuk warna merah muda yang tahan selama
15 menit. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 70 mg
zat, masukkan ke dalam labu iodum, tambahkan 30 ml
Aldehida dan keton Kocok 3,0 ml zat dengan 10 ml air asam asetat glasial P; 25,0 ml brom 0,1 N LV; 10 ml
bebas amonia P dalam tabung bersumbat kaca selama 5 larutan kalium bromida P (3 dalam 20) dan 10 ml asam
menit. Setelah cairan memisah, masukkan 5 ml ekstrak air klorida P. Tutup segera, campur, dan biarkan selama 15
ke dalam tabung bersumbat kaca lain yang berisi 40 ml menit, terlindung cahaya. Segera tambahkan10 ml
air bebas amonia P dan tambahkan 5 ml kalium raksa(II) larutan kalium iodida P (1 dalam 10) dan 10 ml air, hati-
iodida alkalis P: tidak terjadi kekeruhan atau endapan hati agar uap brom tidak lolos, tutup segera, kocok
dalam waktu 1 menit. campuran baik-baik. Angkat tutup, bilas tutup dan leher
labu dengan sedikit air sehingga air cucian turun ke
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, dalam labu. Tambahkan 1 ml kloroform P, kocok
terlindung cahaya, pada suhu tidak lebih 30°. campuran baik-baik. Titrasi iodum yang dibebaskan
dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV, tambahkan 3 ml kanji
LP dekat pada titik akhir. Lakukan penetapan blangko.
KLOROKRESOL
Chlorocresol Tiap ml brom 0,1 N
setara dengan 3,565 mg C7H7ClO
OH
Cl
KLOROKUIN
4-Kloro-m-kresol [59-50-7] Chloroquine
C7H7ClO BM 142,58
H
N
N CH3
Klorokresol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan N CH3
tidak lebih dari 101,0% C7H7ClO. CH3
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan zat (1 dalam B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
100.000) dalam larutan asam klorida P (1 dalam 1000) 100.000) dalam larutan asam klorida P (1 dalam 1000)
menunjukkan maksimun dan minimum pada panjang menunjukkan maksimun dan minimum dalam panjang
gelombang yang sama dengan larutan Klorokuin Fosfat gelombang yang sama seperti pada Klorokuin Fosfat
BPFI yang diukur dengan cara yang sama. Perbandingan BPFI: perbandingan serapan pada 343 nm dan 329 nm
serapan pada 343 nm dan 329 nm adalah antara 1,00 dan antara 1,00 dan 1,15.
1,15.
Susut pengeringan <1121>Tidak lebih dari 2,0%;
Jarak lebur <1021> 87° - 92° lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 16 jam.
Susut Pengeringan <1121>Tidak lebih dari 2,0%; Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 2 jam. Metode I Memenuhi syarat.
Larutan uji dan Larutan baku Buat Larutan uji dengan
Sisa Pemijaran Tidak lebih dari 0,2%. kadar 20 mg per ml dan Larutan baku dengan kadar dua
kali yang tertera.
Penetapan kadar Timbang seksama lebih kurang 250
mg zat, larutkan dalam 50 ml asam asetat glasial P, Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 100
tambahkan kristal violet LP dan titrasi dengan asam mg zat, larutkan dalam lebih kurang 5 ml air, dan
perklorat 0,1 N LV. Lakukan penetapan blangko. encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan larutan
asam klorida P (1 dalam 1000) hingga kadar larutan lebih
Tiap ml asam perklorat 0,1 N kurang 10 µg per ml. Dengan cara yang sama buat
setara dengan 15,99 mg C18H26ClN3 Larutan baku Klorokuin Fosfat BPFI. Ukur sarapan
Larutan uji dan Larutan baku pada panjang gelombang
Wadah danpenyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 343 nm, menggunakan blangko larutan asam klorida P (1
dalam 1000). Hitung jumlah dalam mg klorokuin fosfat,
C18H26ClN3.2H3PO4, dengan rumus:
KLOROKUIN FOSFAT
Chloroquine Phosphate A
10 C U
AS
H
N
N CH3 C adalah kadar Klorokuin Fosfat BPFI dalam µg per ml
N CH3 2 H3PO4 Larutan baku; AU dan AS berturut turut adalah serapan
CH3
Larutan Uji dan Larutan baku.
7-Kloro-4-[[4-(dietilamino)-1-metilbutil]amino] kuinolin
fosfat(1:2) [50-63-5] TABLET KLOROKUIN FOSFAT
C18H26ClN3.2H3PO4 BM 515,87 Chloroquine Phosphate Tablet
Klorokuin Fosfat mengandung tidak kurang dari 98,0% Tablet Klorokuin Fosfat mengandung klorokuin fosfat,
dan tidak lebih dari 102,0 % C18H26ClN3.2H3PO4 C18H26ClN3.2H3PO4, tidak kurang dari 93,0% dan tidak
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. lebih dari 107,0%, dari umlah yang tertera pada etiket.
Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih; tidak Baku pembanding Kloroquin Fosfat BPFI; lakukan
berbau; rasa pahit. pengeringan pada suhu 105° selama 16 jam sebelum
digunakan.
Kelarutan Mudah larut dalam air; praktis tidak larut
dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter. Identifikasi
A. Spektrum serapan ultraviolet larutan yang
Baku pembanding Klorokuin Fosfat BPFI; lakukan digunakan untuk pengukuran serapan pada penetapan
pengeringan pada suhu 105° selama 16 jam sebelum kadar menunjukkan maksimum dan minimum pada
digunakan. panjang gelombang yang sama dengan larutan Klorokuin
Fosfat BPFI yang diukur dengan cara yang sama.
Identifikasi Perbandingan serapan pada 343 nm dan 329 nm adalah
A. Memenuhi Identifikasi Basa Nitrogen Organik antara 1,00 dan 1,15.
<261>; gunakan kloroform P sebagai pengganti B. Larutkan sejumlah serbuk tablet dalam 20 ml air
karbondisulfida P. hingga mengandung lebih kurang 20 mg zat, saring.
- 699 -
Dalam filtrat tambahkan 5 ml trinitrofenol LP: terbentuk C adalah kadar Klorokuin Fosfat BPFI dalam µg per ml
endapan kuning. Saring dan cuci endapan dengan air Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah serapan
hingga air cucian tidak berwarna. Keringkan di atas silika Larutan uji dan Larutan baku.
gel P: residu akan melebur antara 205º dan 210º.
[Perhatian Senyawa pikrat mudah meledak] Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Disolusi <1231>
Media disolusi: 900 ml air INJEKSI KLOROKUIN HIDROKLORIDA
Alat tipe 2: 100 rpm Chloroquine Hydrochloride Injection
Waktu: 45 menit
Prosedur Lakukan penetapan jumlah Injeksi Klorokuin Hidroklorida adalah larutan steril
C18H26ClN3.2H3PO4, yang terlarut dengan mengukur klorokuin dalam Air untuk Injeksi yang dibuat dengan
serapan alikuot, jika perlu encerkan dengan Media penambahan asam hidroklorida. Tiap ml mengandung
disolusi, dan serapan larutan baku Klorokuin Fosfat BPFI klorokuin hidroklorida, C18H26ClN3.2HCl tidak kurang
dalam media yang sama pada panjang gelombang serapan dari 47,5 mg dan tidak lebih dari 52,5 mg.
maksimum lebih kurang 343 nm.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak Baku pembanding Klorokuin Fosfat BPFI; lakukan
kurang dari 75% (Q) C18H26ClN3.2H3PO4, dari jumlah pengeringan pada suhu 105 selama 16 jam sebelum
yang tertera pada etiket. digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi,
Penetapan kadar gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
dengan lebih kurang 800 mg klorokuin fosfat, masukkan Identifikasi
ke dalam labu tentukur 200-ml, tambahkan lebih kurang A. Spektrum serapan ultraviolet larutan yang
100 ml air, dan kocok secara mekanik selama lebih digunakan untuk pengukuran serapan pada Penetapan
kurang 20 menit. Tambahkan air sampai tanda, saring, kadar menunjukkan maksimum dan minimum pada
buang 50 ml filtrat pertama. Pipet 50 ml filtrat ke dalam panjang gelombang yang sama seperti pada larutan
corong pisah 250 ml, tambahkan 5 ml ammonium Klorokuin Fosfat BPFI: perbandingan serapan pada 343
hidroksida 6 N, kocok, dan ekstraksi lima kali, tiap kali nm dan 329 nm antara 1,00 dan 1,15.
dengan 25 ml kloroform P. Cuci kumpulan ekstrak B. Ke dalam 20 ml injeksi yang diencerkan dengan air,
kloroform dengan 10 ml air, dan ektraksi air cucian sehingga mengandung lebih kurang 20 mg klorokuin
dengan 10 ml kloroform P. Uapkan kumpulan ekstrak hidroklorida, tambahkan 5 ml trinitrofenol LP: terbentuk
kloroform diatas tangas uap hingga lebih kurang 10 ml. endapan kuning. Saring dan cuci endapan dengan air
Tambahkan 50 ml larutan asam klorida P (1 dalam 250). sampai cucian terakhir tidak berwarna, keringkan di atas
Uapkan lagi di atas tangas uap sampai bau kloroform silika gel P: endapan melebur antara 205˚dan 210˚
hilang. Pindahkan sisa ke dalam labu tentukur 200-ml, [Perhatian Senyawa pikrat mudah meledak].
cuci cawan penguap dengan larutan asam klorida P (1 C. Menunjukan reaksi klorida seperti tertera pada Uji
dalam 1000), tambahkan cucian ke dalam labu tentukur Identifikasi Umum <291>.
dan tambahkan asam klorida P (1 dalam 1000) sampai
tanda. Encerkan larutan ini secara kuantiatif dan bertahap Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih dari
dengan larutan asam klorida P (1 dalam 1000) hingga 0,7 unit Endotoksin FI per mg klorokuin hidroklorida.
kadar 10 µg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klorokuin pH < 1071> Antara 5,5 dan 6,5.
Fosfat BPFI, larutkan dalam larutan asam klorida P (1
dalam 1000) dan encerkan secara kuantitatif dan bertahap Persyaratan lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
dengan larutan asam klorida P (1 dalam 1000) hingga Injeksi.
kadar lebih kurang 10 µg per ml.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku Penetapan kadar
pada panjang gelombang 343 nm menggunakan blangko Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi setara
larutan asam klorida P (1 dalam 1000). Hitung jumlah dengan lebih kurang 150 mg klorokuin hidroklorida,
dalam mg klorokuin fosfat, C18H26ClN3.2H3PO4, dalam masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml, dan encerkan
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus : dengan air sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ini ke dalam labu
tentukur 100-ml, tambahkan 10 ml asam klorida encer P (1
A dalam 100), dan encerkan dengan air sampai tanda.
80 C U Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klorokuin
AS Fosfat BPFI larutkan dalam asam klorida encer P (1
- 700 -
dalam 1000), encerkan secara bertahap dan kuantitatif B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 0,002% dalam
dengan asam klorida encer P (1 dalam 1000) hingga asam klorida 0,01 N pada panjang gelombang antara 240
kadar lebih kurang 10 g per ml. - 350 nm menunjukkan maksimum pada panjang
Prosedur Ukur secara berurutan serapan Larutan baku gelombang 257 nm, 329 nm dan 343 nm; dan serapan
dan Larutan uji pada panjang gelombang serapan berturut-turut adalah lebih kurang 0,78; 0,88 dan 0,92.
maksimum lebih kurang 343 nm, menggunakan air C. Larutkan 25 mg zat dalam 20 ml air dan tambahkan
sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg klorokuin 8 ml trinitrofenol LP. Saring dan cuci endapan dengan
hidroklorida, C18H26ClN3.2HCl, dalam injeksi yang air, etanol P dan eter P: endapan melebur pada suhu lebih
digunakan, dengan rumus: kurang 207o[Perhatian Senyawa pikrat mudah meledak].
D. Menunjukkan reaksi Sulfat cara A dan D seperti
A tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
15 ,23 C U
AS pH <1071> 4,0 - 5,0; lakukan penetapan menggunakan
larutan 10%.
C adalah kadar Klorokuin Fosfat BPFI dalam g per ml
Larutan baku, AU dan AS berturut-turut adalah serapan Timbal Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan penetapan
Larutan uji dan Larutan baku. sebagai berikut: Panaskan dengan hati-hati 2,0 g zat
selama 10 menit dengan 8 ml air dan 6 ml asam nitrat P
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal, dalam labu alas bulat berleher panjang. Dinginkan,
sebaiknya dari kaca Tipe I. tambahkan 4 ml asam sulfat P dan panaskan sampai
campuran menjadi gelap. Lanjutkan pemanasan dengan
penambahan asam nitrat P tetes demi tetes sampai cairan
KLOROKUIN SULFAT menjadi tidak berwarna dan terbentuk uap belerang
Chloroquine Sulphate trioksida berwarna putih. Tambahkan 3 ml air, uapkan
hati-hati sampai terbentuk uap putih lagi, dinginkan dan
encerkan dengan air sampai 18 ml. Tambahkan dan
H
N larutkan 2 g asam sitrat P, basakan dengan amonia LP
N CH3
dan tambahkan 1 ml larutan kalium sianida PbT P.
N CH3 . H2SO4 . H2O
CH3 Pindahkan ke dalam corong pisah, tambahkan 10 ml
larutan ditizon P, kocok kuat dan buang lapisan bawah.
Cl Ulangi ekstraksi dua kali, tiap kali dengan 5 ml larutan
ditizon P. Jika setelah ekstraksi ketiga, lapisan kloroform
4-(7-Kloro-4-kuinolilamino)pentil-dietilamina sulfat berwarna merah terang, lanjutkan ekstraksi dengan 5 ml
monohidrat) [132-73-0] larutan ditizon P sampai warna pereaksi tidak lagi
C18H26ClN3.H2SO4.H2O BM 436,0 berubah menjadi merah terang. Cuci kumpulan larutan
kloroform dengan 10 ml air dan kemudian ekstraksi dua
Kloroquin Sulfat mengandung tidak kurang dari 98,0% kali, tiap kali dengan 10 ml asam klorida 2 N. Cuci
dan tidak lebih dari 101,0% C18H26ClN3.H2SO4, dihitung kumpulan larutan asam dengan 10 ml kloroform P dan
terhadap zat anhidrat. buang kloroform. Pindahkan larutan ke dalam tabung
Nessler dan basakan dengan amonia LP. Dalam tabung
Pemerian Serbuk hablur, putih atau hampir putih; tidak Nessler yang kedua campurkan 2 ml asam asetat P dengan
berbau, atau hampir tidak berbau. 20 ml asam klorida 2 N, basakan dengan amonia LP dan
tambahkan 4 ml Larutan baku timbal (10 bpj Pb).
Kelarutan Larut dalam 3 bagian air; praktis tidak larut Lakukan penetapan sebagai berikut: tambahkan 1 ml
dalam etanol, agak sukar larut dalam eter dan dalam larutan kalium sianida PbT P, larutan tidak boleh lebih
kloroform . dari opalesen lemah. Jika warna larutan berbeda, samakan
dengan menambah beberapa tetes larutan gula karamel
yang sangat encer atau zat lain yang tidak reaktif.
Baku pembanding Kloroquin BPFI.
Encerkan dengan air hingga 50 ml, tambahkan 0,1 ml
larutan yang dibuat dengan melarutkan 10 g natrium
Identifikasi
sulfida P dalam air secukupnya hingga 100 ml, saring dan
A. Larutkan 100 mg zat dalam 10 ml air, tambahkan 2
campur. Bandingkan warna kedua larutan dengan cara
ml natrium hidroksida 2 N dan ekstraksi dua kali, tiap
yang sesuai, seperti dengan refleksi cahaya dari dasar
kali dengan 20 ml kloroform P. Cuci ekstrak kloroform
putih melalui tabung Nessler. Warna larutan tabung
dengan air, keringkan dengan natrium sulfat anhidrat P,
pertama tidak lebih intensif dari warna larutan tabung
uapkan hingga kering dan larutkan residu dalam 2 ml
kedua.
kloroform P. Spektrum serapan inframerah larutan
menunjukkan maksimum pada bilangan gelombang yang
Klorida Tidak lebih dari 350 bpj; lakukan penetapan
sama seperti pada Klorokuin BPFI.
sebagai berikut:
- 701 -
Larutan uji Larutkan 300 mg zat dalam 30 ml air. Pada KLORPROMAZIN HIDROKLORIDA
15 ml larutan ini tambahkan 1 ml asam nitrat 2 N, campur. Chlorpromazine Hydrochloride
Larutan pembanding Encerkan 1,0 ml larutan natrium
klorida P 0,0824% dalam labu tentukur 100-ml dengan
air sampai tanda (5 bpj Cl). Pipet 10 ml larutan ini, CH3
tambahkan 5 ml air dan 1 ml asam nitrat 2 N, campur. N N
. HCl
Prosedur Tuangkan masing-masing Larutan uji dan S CH3
Tiap ml asam perklorat 0,1 N Sisa pemijaran <301>Tidak lebih dari 0,1%.
setara dengan 20,90 mg C18H26CIN3.H2SO4
Fenotiazina teralkilasi lain Tidak lebih dari 0,5%;
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran segar eter P-etil asetat P
yang dijenuhkan dengan amonium hidroksida P (1:1).
Larutan baku Larutkan sejumlah Klorpromazin
Hidroklorida BPFI dalam metanol P hingga kadar lebih
kurang 5 mg per ml.
- 702 -
Enceran larutan baku Encerkan Larutan baku secara Larutan baku Larutkan sejumlah Klorpromazin
kuantitatif dan bertahap dengan metanol P hingga kadar Hidroklorida BPFI dalam enceran metanol P (9 dalam
lebih kurang 25 µg per ml. 10) hingga kadar lebih kurang 2,5 mg per ml.
Larutan uji Larutkan 45,0 mg zat dalam 10 ml metanol Larutan uji Pindahkan sejumlah volume injeksi setara
P. dengan lebih kurang 25 mg klopromazin hidroklorida ke
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 dalam labu tentukur 10-ml, encerkan dengan metanol P
µl Larutan uji, Larutan baku dan Enceran larutan baku sampai tanda.
pada lempeng kromatografi Silika gel P. Masukkan Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5 µl
lempeng ke dalam bejana kromatografi yang berisi Fase Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng kromatografi
gerak, biarkan merambat hingga lebih kurang 10 cm di silika gel P. Masukkan lempeng ke dalam bejana
atas garis penotolan. Angkat lempeng, tandai batas kromatografi yang telah dijenuhkan dan berisi Fase
rambat, biarkan kering di udara selama 20 menit. Amati gerak, biarkan merambat hingga 10 cm di atas garis
di bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Luas dan intensitas penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan
tiap bercak selain bercak utama yang diperoleh dari biarkan kering di udara selama 20 menit. Amati lempeng
Larutan uji tidak lebih besar dari bercak Enceran larutan di bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Harga Rf bercak
baku (0,5%). utama yang diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan dari
Larutan baku.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 700 B. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C seperti
mg zat, masukkan ke dalam gelas piala, larutkan dalam tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
70 ml asam asetat glasial P. Tambahkan 10 ml larutan
raksa(II) asetat LP, titrasi dengan asam perklorat 0,1 N pH <1071> Antara 3,4 dan 5,4.
LV. Tetapkan titik akhir secara potensiometri.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 6,9 unit
Tiap ml asam perklorat 0,1 N Endotoksin FI per mg klorpromazin hidroklorida.
setara dengan 35,53 mg C17H19ClN2S.HCl
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya. Klorpromazin sulfoksida Tidak lebih dari 5,0%.
[Catatan Lakukan pengujian dalam keadaan terlindung
cahaya, sedapat mungkin hindarkan penggunaan cahaya
INJEKSI KLORPROMAZIN HIDROKLORIDA buatan]. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Chlorpromazine Hydrochloride Injection lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran segar eter P-etil asetat P
Injeksi Klorpromazin Hidroklorida adalah larutan steril yang telah dijenuhkan dengan amonium hidroksida P
dari klorpromazin hidroklorida dalam Air untuk Injeksi. (1:1).
Tiap ml mengandung klorpromazin hidroklorida, Larutan baku Timbang saksama sejumlah
C17H19ClN2S.HCl, tidak kurang dari 23,75 mg dan tidak Klorpromazin Hidroklorida BPFI larutkan dalam metanol
lebih dari 26,25 mg. P hingga kadar lebih kurang 50 µg per ml.
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
Baku pembanding Klorpromazin Hidroklorida BPFI; setara dengan lebih kurang 25 mg klopromazin
hidroklorida masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml,
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 4 ml
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
larutan ke dalam labu tentukur 10-ml, encerkan dengan
Endotoksin BPFI;[Catatan Bersifat pirogenik,
metanol P sampai tanda.
penanganan vial harus hati-hati untuk menghindari
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, gunakan larutan
µl Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dan
kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Keringkan
larutan, dalam lemari pendingin. [Catatan Selama
dengan menggunakan aliran nitrogen P. Masukkan
pengujian, lindungi Larutan baku, Larutan uji dan Baku
lempeng ke dalam bejana kromatografi yang berisi Fase
pembanding dari cahaya langsung, atau gunakan
gerak. Biarkan merambat lebih kurang tiga belas cm di
peralatan kaca aktinik rendah. Segera lakukan
atas garis penotolan. Angkat lempeng, tandai batas
pengujian.]
rambat dan biarkan kering di udara selama 30 menit.
Amati lempeng di bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Luas
Identifikasi
dan intensitas tiap bercak lain, selain bercak utama yang
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
diperoleh dari Larutan uji tidak lebih besar dari bercak
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Larutan baku.
Fase gerak Buat campuran segar eter P-etil asetat P
yang telah dijenuhkan dengan amonium hidroksida P
(1:1).
- 703 -
penetapan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj.
Injeksi Klorpromazin Hidroklorida mulai dengan: ”Pipet Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 30 bpj.
10 ml larutan”. Hitung jumlah dalam mg klorpromazin
hidroklorida, C17H19ClN2S.HC1, dalam serbuk tablet Sisa pemijaran <301>Tidak lebih dari 0,4%.
yang digunakan, dengan rumus:
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
A A277 U Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
12 ,5 C 254 Kromatografi <931>.
A254 A277 S
Fase gerak Buat campuran asetonitril P dan enceran
asam asetat glasial P (1 dalam 100) volume sama.
C adalah kadar Klorpromazin Hidroklorida BPFI dalam [Catatan asetonitril P tidak boleh lebih dari 50%], saring
µg per ml Larutan baku; (A254–A277)U dan (A254–A277)S dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
berturut-turut adalah perbedaan serapan pada panjang Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
gelombang 254 nm dan 277 nm dari Larutan uji dan <931>.
Larutan baku. Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Klorpropamida BPFI, larutkan dan encerkan secara
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Fase gerak
tidak tembus cahaya. hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan
KLORPROPAMIDA Fase gerak sampai tanda, campur. Pipet 10 ml larutan ke
Chlorpropamide dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan Fase gerak
O
sampai tanda.
O2
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
H
Cl S N C NH CH2CH2CH3 Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom 4,6 mm x
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,5
1-[(p-Klorofenil)sulfonil]-3-propilurea [94-20-2]
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
C10H13ClN2O3S BM 276,74
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Klorpropamida mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan untuk puncak
tidak lebih dari 103,0% C10H13ClN2O3S, dihitung
analit tidak lebih dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada
terhadap zat yang telah dikeringkan.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Pemerian Serbuk hablur; putih; bau lemah. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
etanol; agak sukar larut dalam kloroform. respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
klorpropamida, C10H13ClN2O3S, dalam zat yang
Baku pembanding Klorpropamida BPFI; lakukan digunakan dengan rumus:
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60 selama 2 r
jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup 1000 C U
rapat. rS
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah C adalah kadar Klorpropamida BPFI dalam mg per ml
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P, Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan puncak Larutan uji dan Larutan baku.
gelombang yang sama seperti pada Klorpropamida BPFI.
B. Memenuhi Identifikasi secara Kromatografi Lapis Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Tipis <281>.
Fase gerak Campuran metilen klorida P-metanol P-
sikloheksan P-Amonium hidroksida P (100:50:30:10). TABLET KLORPROPAMIDA
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan Chlorpropamida Tablet
dalam aseton P hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Tablet Klorpropamida mengandung klorpropamida,
Jarak lebur <1021> Antara 126 dan 129. C10H13ClN2O3S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60 Baku pembanding Klorpropamida BPFI; lakukan
selama 2 jam. pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60 selama 2
- 706 -
Senyawa sejenis A klortalidon Tidak lebih dari 1,0%; ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Lakukan penetapan seperti tertera pada Penetapan kadar, respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
kecuali hitung persentase Senyawa Sejenis A Klortalidon klortalidon, C14H11ClN2O4S, dalam zat yang digunakan
dengan rumus: dengan rumus:
C RU
R
0,1 R
500 C U
CT R S
RS
CR adalah kadar Senyawa Sejenis A Klortalidon BPFI
dalam mg per ml Larutan baku; CT adalah kadar C adalah kadar Klortalidon BPFI dalam mg per ml
klortalidon dalam mg per ml Larutan uji; RU dan RS Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
berturut-turut adalah perbandingan respons puncak perbandingan respons puncak klortalidon terhadap baku
senyawa sejenis A klortalidon terhadap baku internal dari internal dari Larutan uji dan Larutan baku.
Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. TABLET KLORTALIDON
Fase gerak Buat campuran amonium fosfat dibasa 0,01 Chlorthalidone Tablet
M-metanol P (3:2), atur pH hingga 5,5 ± 0,1 dengan
penambahan asam fosfat P, saring dan awaudarakan. Tablet Klortalidon mengandung klortalidon,
Larutan baku internal Larutkan 2,7-naftalenadiol C14H11ClN2O4S, tidak kurang dari 92,0% dan tidak lebih
dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per dari 108,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
ml.
Larutan senyawa sejenis A klortalidon Timbang Baku pembanding Klortalidon BPFI; lakukan
saksama sejumlah Senyawa Sejenis A Klortalidon BPFI, pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam, sebelum
larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 5 µg digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klortalidon Identifikasi
BPFI larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih A. Timbang sejumlah serbuk tablet yang setara dengan
kurang 1 mg per ml. Pipet 5 ml larutan ke dalam labu 100 mg klortalidon, ekstraksi dengan 10 ml aseton P di
tentukur 50-ml yang berisi 5,0 ml Larutan baku internal atas tangas uap selama 5 menit. Saring larutan ke dalam
dan 10,0 ml Larutan senyawa sejenis A klortalidon. gelas piala 50 ml, tambahkan 20 ml air, dan didihkan di
Encerkan dengan air sampai tanda. Larutan ini atas tangas uap selama 5 menit, alirkan udara secara hati-
mengandung klortalidon dan Senyawa Sejenis A hati untuk membebaskan aseton. Dinginkan di atas tangas
Klortalidon berturut-turut lebih kurang 0,1 mg dan 1 µg per es, saring dan keringkan hablur pada suhu 105° selama 4
ml. jam: hablur yang diperoleh memenuhi uji Identifikasi A
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, pada Klortalidon.
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan B. Waktu retensi relatif puncak utama kromatogram
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 5 ml Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh
larutan ke dalam labu tentukur 50-ml yang berisi 5,0 ml pada Penetapan kadar.
Larutan baku internal dan 10,0 ml metanol P. Encerkan
dengan air sampai tanda. Disolusi <1231>
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Media disolusi: 900 ml air.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Alat tipe 2: 75 rpm.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x Waktu: 60 menit.
25 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang 1 ml Larutan baku Timbang saksama sejumlah Klortalidon
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, BPFI larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti kurang 5 mg per ml.
tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif Senyawa Prosedur Lakukan penetapan jumlah klortalidon yang
Sejenis A Klortalidon, klortalidon dan baku internal terlarut dengan mengukur alikuot, jika perlu encerkan
berturut-turut lebih kurang 0,5; 0,8 dan 1,0; resolusi, R, dengan air hingga diperoleh kadar yang sebanding
antara klortalidon dan Senyawa Sejenis A Klortalidon dengan Larutan baku, pada panjang gelombang serapan
tidak kurang dari 1,5 dan antara klortalidon dan baku maksimum lebih kurang 275 nm.
internal tidak kurang dari 1,5; faktor ikutan puncak Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
klortalidon dan Senyawa Sejenis A Klortalidon tidak lebih kurang dari 70%(Q) C14H11ClN2O4S dari jumlah yang
dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan tertera pada etiket.
ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
sama (lebih kurang 25 µl) Larutan baku dan Larutan uji
- 708 -
telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan merambat Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
hingga lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng.
Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan mengering
di udara dan amati lempeng di bawah cahaya ultraviolet TABLET KLORZOKSAZON
254 nm. Ukuran dan intensitas masing-masing bercak Chlorzoxazone Tablet
selain bercak klorzoksazon Larutan uji tidak lebih dari
bercak utama Larutan baku 1 (0,5%). Masukkan lempeng Tablet Klorzoksazon mengandung klorzoksazon,
ke dalam bejana tertutup yang berisi uap iodum: ukuran C7H4ClNO2 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
dan intensitas masing-masing bercak selain bercak 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
klorzoksazon dari Larutan uji tidak lebih dari bercak
utama Larutan baku 2 (0,25%). Baku pembanding Klorzoksazon BPFI; lakukan
pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum
Klorin Antara 20,6% dan 21,2% dihitung terhadap zat digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
yang telah dikeringkan. Timbang saksama lebih kurang
300 mg zat, larutkan dalam 10 ml etanol P dalam labu Identifikasi
yang sesuai. Tambahkan 3,5 g katalisator nikel- A. Timbang sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
alumunium Raney dan refluks. Dinginkan labu dalam kurang 100 mg klorzoksazon, dispersikan dalam 100 ml
tangas es dan tambahkan 75 ml natrium hidroksida 2,5 N metanol P, kocok selama 15 menit dan saring. Pipet 2 ml
melalui pendingin. Setelah reaksi selesai, pindahkan filtrat, ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan
tangas es. Setelah 10 menit, panaskan labu hati-hati, metanol P sampai tanda: spektrum serapan ultraviolet
naikkan suhu sedikit demi sedikit hingga refluks menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
berlangsung cepat. Setelah 90 menit dari waktu gelombang yang sama seperti pada Klorzoksazon BPFI.
penambahan alkali, hentikan pemanasan, dinginkan dan B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
bilas pendingin dengan air dan tambahkan air bilasan ke uji sesuai dengan Larutan baku seperti diperoleh pada
dalam labu. Pindahkan larutan ke dalam labu tentukur Penetapan kadar.
200-ml. Cuci residu dengan air dan masukkan air cucian
ke dalam labu tentukur. Encerkan dengan air sampai Disolusi <1231>[Catatan Gunakan bejana 2 liter]
tanda. Pindahkan 100,0 ml larutan ke dalam gelas piala, Media disolusi: 1800 ml dapar fosfat pH 8,0
netralkan dan asamkan (gunakan merah kongo LP Alat tipe 2: 75 rpm
sebagai indikator) dengan penambahan asam nitrat P Waktu: 60 menit
sambil dicampur. Titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV, Prosedur Lakukan penetapan jumlah C7H4ClNO2, yang
tetapkan titik akhir secara potensiometri menggunakan terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika perlu
elektrode perak-kalomel. encerkan dengan Media disolusi dan serapan larutan baku
Klorzoksazon BPFI dalam media yang sama pada panjang
Tiap ml perak nitrat 0,1 N gelombang serapan maksimum lebih kurang 284 nm.
setara dengan 3,545 mg Cl Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) C7H4ClNO2 dari jumlah yang tertera
Penetapan kadar pada etiket.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Klorzoksazon BPFI, larutkan dalam metanol P hingga Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
kadar lebih kurang 20 µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. Larutkan dan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pindahkan 4,0 Kromatografi <931>.
ml larutan ini ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan Larutan asam asetat 1% Encerkan 10,0 ml asam asetat
dengan metanol P sampai tanda. glasial P dengan air hingga 1000 ml.
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P-asam
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang asetat glasial P (70:30:1). Saring dan awaudarakan. Jika
282 nm dalam sel 1-cm. Gunakan metanol P sebagai perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
blangko. Hitung jumlah dalam mg klorzoksazon, seperti tertera pada Kromatografi <931>.
C7H4ClNO2, dalam zat yang digunakan dengan rumus: Larutan baku internal Timbang sejumlah fenasetin,
A larutkan dan encerkan dengan asetonitril P hingga kadar
2,5C U lebih kurang 1,25 mg per ml.
AS Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
Klorzoksazon BPFI larutkan dan encerkan dengan Fase
C adalah kadar Klorzoksazon BPFI dalam µg per ml gerak hingga kadar lebih kurang 1,25 mg per ml.
Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan ke
dari Larutan uji dan Larutan baku. dalam labu tentukur 50-ml yang berisi 10 ml Larutan
- 710 -
selama lebih kurang 60 menit. Angkat lempeng dan Larutan kalium fosfat dibasa, dan encerkan dengan
amati kromatogram: bercak warna cokelat yang metanol P sampai tanda.
diperoleh dari Larutan uji pada Rf yang sesuai dengan Enceran larutan baku Masukkan 10,0 ml Larutan
bercak utama Larutan baku tidak lebih besar dalam baku ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 4,0 ml
ukuran atau intensitas dari pada bercak utama Larutan Larutan baku internal, encerkan dengan Fase gerak
baku. sampai tanda.
Larutan resolusi Masukkan 3 ml Larutan baku dan 5
Senyawa sejenis A klotrimazol Tidak lebih dari 0,5%. ml Larutan baku Senyawa sejenis A Klotrimazol BPFI
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair (pada penetapan senyawa sejenis A klotrimazol) ke
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. dalam labu tentukur 25-ml, encerkan dengan Fase gerak
Larutan kalium fosfat dibasa, Fase gerak, Larutan sampai tanda.
resolusi dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
pada Penetapan kadar. zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 12,5 mg dalam 5 ml metanol P, tambahkan 2,5 ml Larutan kalium
Senyawa sejenis A Klotrimazol BPFI, masukkan ke fosfat dibasa, encerkan dengan metanol P sampai tanda.
dalam labu tentukur 25-ml, larutkan dalam 10 ml Enceran larutan uji Pipet 1 ml Larutan uji ke dalam
metanol P, tambahkan 6,25 ml Larutan kalium fosfat labu tentukur 100-ml, tambahkan 4,0 ml Larutan baku
dibasa dan encerkan dengan metanol P sampai tanda. internal, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Enceran larutan baku Masukkan 5,0 ml Larutan baku Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
gerak sampai tanda. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
Larutan uji Gunakan Larutan uji seperti tertera pada 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 10
Penetapan kadar. µm. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume kromatografi terhadap Larutan resolusi dan Enceran
sama (lebih kurang 20 µl) Enceran larutan baku dan larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
dan ukur respons puncak utama. Hitung persentase puncak klotrimazol dan senyawa sejenis A klotrimazol
senyawa sejenis A klotrimazol dalam contoh yang tidak kurang dari 1,9 dan simpangan baku relatif pada
digunakan dengan rumus: penyuntikan ulang Enceran larutan baku tidak lebih dari
2,0%. Waktu retensi relatif senyawa sejenis A
C rU
klotrimazol, klotrimazol dan testoteron propionat
1000 masing-masing adalah lebih kurang 0,7; 1,0 dan 1,5.
W rS Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 µl) Enceran larutan uji ke dalam
C adalah kadar Senyawa sejenis A Klotrimazol BPFI kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
dalam mg per ml Enceran larutan baku; W adalah bobot puncak utama. Hitung jumlah dalam mg klotrimazol
dalam mg klotrimazol yang digunakan; rU dan rS C22H17ClN2, yang digunakan pada pembuatan Enceran
berturut-turut adalah respons puncak senyawa sejenis A larutan uji dengan rumus:
klotrimazol dalam Larutan uji dan Enceran larutan
baku.
r
1000 C U
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara rS
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. C adalah kadar Klotrimazol BPFI dalam mg per ml
Larutan kalium fosfat dibasa Larutkan 4,35 g kalium Enceran larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
fosfat dibasa P dalam air hingga 1000 ml. perbandingan respons puncak klotrimazol terhadap
Fase gerak Buat campuran metanol P-Larutan kalium testosteron propionat dalam Enceran larutan uji dan
fosfat dibasa (3:1), saring melalui penyaring membran Enceran larutan baku.
dengan porositas 0,2 µm atau lebih halus dan
awaudarakan. Perbandingan volume dapat disesuaikan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
untuk memperoleh resolusi yang dikehendaki.
Larutan baku internal Timbang lebih kurang 33 mg
testoteron propionat, masukkan ke dalam labu tentukur KRIM KLOTRIMAZOL
200-ml, larutkan dalam 125 ml metanol P, tambahkan 50 Clotrimazol Cream
ml Larutan kalium fosfat dibasa, dan encerkan dengan
metanol P sampai tanda. Krim Klotrimazol mengandung klotrimazol, C22H17ClN2,
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50 mg tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
Klotrimazol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50- jumlah yang tertera pada etiket.
ml, larutkan dalam 25 ml metanol P, tambahkan 12,5 ml
- 712 -
Baku pembanding Klotrimazol BPFI; tidak boleh dinginkan dalam tangas es metanol selama 15 menit, dan
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, segera sentrifus. Pindahkan beningan ke dalam tabung
terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A Klotrimazol BPFI; reaksi. Tambahkan 10,0 ml etanol mutlak P pada residu
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan; simpan dalam tabung sentrifuga, ulangi ekstraksi mulai dari
dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. [Catatan ”Panaskan di dalam tangas air pada suhu 50°”.
Senyawa sejenis A klotrimazol adalah (o- Pindahkan beningan ke dalam tabung yang berisi
klorofenil) difenilmetanol] beningan hasil penyarian pertama. Gunakan larutan ini
sebagai Larutan uji.
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Fase gerak Campuran 200 ml eter P dan 25 ml dilengkapi dengan detektor 254 nm, kolom pelindung 2,1
amonium hidrosida P. mm x 6 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran
Larutan uji Masukkan sejumlah krim setara dengan partikel 10 µm dan kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan
lebih kurang 5 mg klotrimazol ke dalam tabung pengisi L1 dengan ukuran partikel 10 µm. Laju alir lebih
sentrifuga 50 ml, tambahkan 5 ml kloroform P, kocok, kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
sentrifus hingga diperoleh larutan yang jernih. Larutan resolusi dan Enceran larutan baku, rekam
Larutan baku Larutkan sejumlah Klotrimazol BPFI kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dalam kloroform P hingga kadar 1 mg per ml. pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak senyawa
Penampak bercak Larutkan 3 g bismut subnitrat P dan sejenis A klotrimazol dan klotrimazol tidak kurang dari
30 g kalium iodida P dalam 10 ml larutan asam klorida 1,2 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
P (1 dalam 4), encerkan dengan air hingga 100 ml. Enceran larutan baku tidak lebih dari 2,0%; waktu
Encerkan 10 ml larutan ini dan 5 ml larutan asam klorida retensi relatif senyawa sejenis A klotrimazol, klotrimazol
P (1 dalam 4) dengan air hingga 200 ml. dan testosteron propionat berturut-turut adalah lebih
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 20 kurang 0,9; 1,0 dan 1,5.
µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
kromatografi silika gel G. Masukkan lempeng ke dalam sama (lebih kurang 20 µl) Enceran larutan baku dan
bejana kromatografi yang berisi Fase gerak yang telah Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
dijenuhkan selama 2 jam. Eluasi sehingga merambat dan ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam
sampai tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng mg, C22H17ClN2, dalam tiap g krim yang digunakan
dan biarkan kering di udara. Amati bercak di bawah dengan rumus:
cahaya ultraviolet 254 nm. Harga Rf bercak utama dari
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. Semprot C R
20 U
lempeng dengan Penampak bercak: bercak utama dari W RS
Larutan uji dan Larutan baku berwarna jingga.
C adalah kadar Klotrimazol BPFI dalam mg per ml
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Enceran larutan baku; W adalah bobot krim yang
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada digunakan dalam g; RU dan RS berturut-turut adalah
Kromatografi <931>. perbandingan respons puncak klotrimazol terhadap
Larutan kalium fosfat dibasa dan Fase gerak Lakukan testosteron propionat dalam Larutan uji dan Enceran
seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Klotrimazol. larutan baku.
Larutan baku internal Timbang sejumlah testosteron Wadah dan penyimpanan Dalam tube atau wadah
propionat, larutkan dalam etanol mutlak P hingga kadar tertutup rapat, pada suhu antara 2º dan 30º.
lebih kurang 0,07 mg per ml.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50 mg
Klotrimazol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50- LARUTAN TOPIKAL KLOTRIMAZOL
ml, larutkan dan encerkan dengan etanol mutlak P Clotrimazol Topical Solution
sampai tanda.
Enceran larutan baku Pipet 10 ml Larutan baku dan Larutan Topikal Klotrimazol adalah larutan klotrimazol
10 ml Larutan baku internal, campur. dalam pelarut hidrofil bukan air yang sesuai.
Larutan resolusi Timbang sejumlah Senyawa sejenis A Mengandung klotrimazol, C22H17ClN2, tidak kurang dari
Klotrimazol BPFI, larutkan dalam etanol mutlak P 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang
sehingga kadar lebih kurang 0,12 mg per ml. Campur 7 tertera pada etiket.
ml larutan ini dengan 1 ml Larutan baku.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim setara Baku pembanding Klotrimazol BPFI; tidak boleh
dengan lebih kurang 10 mg klotrimazol, masukkan ke dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
dalam tabung sentrifuga bertutup putar 50 ml, tambahkan terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A Klotrimazol BPFI;
10,0 ml Larutan baku internal. Panaskan di dalam tangas tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan; simpan
air pada suhu 50º selama 5 menit sambil sesekali dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. [Catatan
dikocok. Angkat tabung, kocok kuat selama 5 menit,
- 713 -
R
100 C u Jarak lebur <1021> 155º - 159º.
Rs
pH <1071> Lebih besar dari 9; lakukan penetapan
C adalah kadar Klotrimazol BPFI dalam mg per ml menggunakan larutan 0,5%.
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
perbandingan respons puncak klotrimazol terhadap Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan
testosteron dalam Larutan uji dan Larutan baku. penetapan menggunakan larutan 0,50% dalam air bebas
karbondioksida P.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Warna dan Akromisitas <1291> Metode III Larutan
tidak berwarna; lakukan penetapan menggunakan lartan
KODEIN 0,50% dalam air bebas karbon dioksida P.
Codeine
Rotasi jenis <1081> Antara -142º dan -146º; lakukan
CH3 penetapan menggunakan larutan 2% dalam etanol P.
H
N CH2
Tiap ml asam peklorat 0,1 N Klorida Pada 10 ml larutan (1 dalam 100) yang telah
setara dengan 29,9 mg C18H21NO3 diasamkan dengan asam nitrat P, tambahkan beberapa
tetes perak nitrat LP: tidak segera terjadi opalesensi.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya. Sulfat Pada 10 ml larutan (1 dalam 100) tambahkan
beberapa tetes barium klorida LP: tidak segera terjadi
kekeruhan.
KODEIN FOSFAT
Codeine Phosphate Morfin Larutkan lebih kurang 50 mg kalium
heksasianoferat(III) P dalam 10 ml air, tambahkan 1
CH3 tetes besi(III) klorida LP dan 1 ml larutan kodein fosfat
H
N CH2 (1 dalam 100): tidak segera terjadi warna biru.
TABLET KODEIN FOSFAT Larutan baku Larutkan Kodein Fosfat BPFI dalam
Codeine Phosphate Tablet asam klorida 0,1 N dan encerkan secara kuantitatif dan
bertahap dengan pelarut yang sama hingga diperoleh
Tablet Kodein Fosfat mengandung kodein fosfat, Larutan baku dengan kadar lebih kurang 120 g per ml.
C18H21NO3.H3PO4.½H2O tidak kurang dari 93,0% dan Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku pada panjang
tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada gelombang serapan maksimum lebih kurang 284 nm,
etiket. menggunakan sel 1-cm dengan air sebagai blangko.
Hitung jumlah dalam mg kodein fosfat,
Baku pembanding Kodein fosfat BPFI, merupakan C18H21NO3.H3PO4.½H2O pada zat uji dengan rumus:
bentuk hemihidrat dari kodein fosfat. Lakukan
pengeringan pada suhu 105º selama 18 jam sebelum C AU 406 ,37
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan 2 ,5
terlindung cahaya. V A S 397 ,37
Kodein Hidroklorida mengandung tidak kurang dari asam asetat 5 N: setelah 5 menit, opalesensi pada
98,5% dan tidak lebih dari 100,5% C18H22ClNO3, Larutan uji tidak lebih kuat dari Larutan pembanding.
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis
Pemerian Hablur kecil tidak berwarna atau serbuk seperti tertera pada Kromatografi <931>.
hablur putih. Fase gerak Campuran etanol mutlak P-sikloheksan P-
amonium hidroksida P (72:30:6)
Kelarutan Larut dalam air; sukar larut dalam etanol; Pelarut Campuran asam klorida 0,01 N dan etanol
praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. mutlak P (4:1)
Larutan 1 Timbang sejumlah zat, larutkan dalam
Baku pembanding Kodein Hidroklorida BPFI. Pelarut hingga kadar 5,0%.
Larutan 2 Timbang sejumlah zat, larutkan dalam
Identifikasi Pelarut hingga kadar 0,075%.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Larutan 3 Timbang sejumlah zat, larutkan dalam
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan Pelarut hingga kadar 0,05%.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
seperti pada Kodein Hidroklorida BPFI. µl Larutan 1, Larutan 2 dan Larutan 3 pada jarak yang
B. Pada 50 ml larutan 0,04% tambahkan 10 ml sama 2,5 cm dari tepi lempeng silika gel G. Masukkan
natrium hidroksida 1 M dan encerkan dengan air hingga lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah
100 ml. Spektrum serapan ultraviolet larutan pada dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan merambat 15 cm
panjang gelombang antara 230-350 nm, menunjukkan di atas garis penotolan. Angkat lempeng, biarkan kering
maksimum hanya pada panjang gelombang 284 nm di udara dan semprot lempeng dengan kalium
dengan serapan lebih kurang 0,88. iodobismutat asetat LP: bercak lain selain bercak utama,
C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A seperti tertera yang diperoleh dari Larutan 1 tidak lebih intensif dari
pada Uji Identifikasi Umum <291>. bercak Larutan 2 dan tidak lebih dari satu bercak
tersebut dengan harga Rf lebih tinggi dari bercak utama
Keasaman-kebasaan Pada 10 ml larutan 2% tambahkan lebih intensif dari bercak Larutan 3.
0,05 ml merah metil LP: diperlukan tidak lebih dari 0,2
ml natrium hidroksida 0,02 N LV atau 0,2 ml asam Morfin Tidak lebih dari 0,1%; lakukan penetapan seperti
klorida 0,2 N LV untuk mengubah warna larutan. yang tertera pada Warna dan Akromisitas <1291>
Metode II dengan melarutkan 100 mg zat dalam asam
Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan klorida 0,1 N secukupnya hingga diperoleh 5 ml larutan,
penetapan menggunakan larutan 4,0%. tambahkan 2 ml larutan natrium nitrit P 1%, biarkan
selama 15 menit dan tambahkan 3 ml amonium
Warna dan Akromisitas <1291> Metode III Warna hidroksida 6 N; warna larutan tidak lebih intensif dari
larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan W6; Larutan padanan U4.
lakukan penetapan menggunakan larutan 4,0%.
Rotasi jenis <1081> -116º - 120º; lakukan penetapan Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300
menggunakan larutan 2%. mg zat, larutkan dalam campuran 10 ml asam asetat
glasial P dan 20 ml 1,4-dioksan P. Tambahkan 7 ml
Sisa pemijaran <301> Metode II Tidak lebih dari 0,1%; raksa(II) asetat LP, titrasi dengan asam perklorat 0,1 M
lakukan penetapan menggunakan 1 g zat. LV dan tentukan titik akhir secara potensiometrik.
Sulfat Tidak lebih dari 0,1%; lakukan penetapan sebagai Tiap ml asam peklorat 0,1 N
berikut: setara dengan 33,58 mg C18H21ClNO3
Larutan uji Gunakan 15,0 ml larutan 1,0%
Larutan sulfat-etanol Encerkan 1,0 ml larutan kalium Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
sulfat P 0,181% dalam etanol P 30% di dalam labu dan terlindung cahaya.
tentukur 100-ml, encerkan dengan etanol P 30% sampai
tanda (10 bpj SO4).
Larutan pembanding Gunakan 15,0 ml Larutan sulfat- KOFEIN
etanol. Caffeine
Prosedur Pada dua tabung reaksi 20 ml tambahkan O CH3
masing-masing 1 ml larutan barium klorida P 25,0% dan H3C N
1,5 ml Larutan sulfat-etanol, kocok dan biarkan selama 1 N
1,3,7-Trimetilxantin [58-08-2]
- 718 -
C8H10N4O2 (anhidrat) BM 194,19 Fase gerak Timbang saksama lebih kurang 1,64 g
Monohidrat [5743-12-4] BM 212,21 natrium asetat anhidrat P, masukkan ke dalam labu
tentukur 2000-ml, larutkan dan encerkan dengan air
Kofein berbentuk anhidrat atau hidrat yang mengandung sampai tanda. Pindahkan 1910 ml larutan ini ke dalam
satu molekul air. Mengandung tidak kurang dari 98,5% labu tentukur 2000-ml, tambahkan 50 ml asetonitril P
dan tidak lebih dari 101,0% C8H10N4O2, dihitung dan 40 ml tetrahidrofuran P, campur. Atur pH hingga 4,5
terhadap zat anhidrat. dengan penambahan asam asetat glasial P, campur,
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Pemerian Serbuk putih, bentuk jarum mengkilat, menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
biasanya menggumpal; tidak berbau; rasa pahit; larutan Kromatografi <931>.
bersifat netral terhadap kertas lakmus; bentuk hidratnya Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih
mengembang di udara. kurang 2 mg teofilin, masukkan ke dalam labu tentukur
100-ml, tambahkan lebih kurang 50 ml Fase gerak, kocok
Kelarutan Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol; dan jika perlu sonikasi untuk melarutkan. Encerkan
mudah larut dalam kloroform; sukar larut dalam eter. dengan Fase gerak sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 5 mg
Baku pembanding Kofein BPFI; tidak boleh Kofein BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml,
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, tambahkan 5 ml Larutan kesesuaian sistem dan 10 ml
terlindung cahaya. Fase gerak, kocok, dan jika perlu sonikasi untuk
melarutkan. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda,
Identifikasi campur, dan saring.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 10 mg zat,
dalam minyak mineral P, menunjukkan maksimum hanya masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 10
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Kofein ml Fase gerak, kocok dan jika perlu sonikasi untuk
BPFI. melarutkan. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda,
B. Waktu retensi puncak kofein pada kromatogram campur dan saring.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti diperoleh Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
pada Penetapan kadar. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 275 nm dan kolom 4,6 mm x
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj. 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 ml
per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku
Air <1031> Metode III Tidak lebih dari 0,5% untuk dan rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
bentuk anhidrat dan tidak lebih dari 8,5% untuk bentuk tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk teofilin
hidrat; lakukan pengeringan pada suhu 80° selama 4 jam. dan kofein berturut-turut lebih kurang 0,69 dan 1,0;
resolusi, R, antara teofilin dan kofein tidak kurang dari
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. 6,0; faktor ikutan setiap puncak yang teridentifikasi tidak
lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran tidak penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
lebih dari 0,1% dan jumlah semua cemaran tidak lebih Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dari 0,1%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
<931>. respons puncak kofein. Hitung jumlah dalam mg kofein,
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan uji C8H10N4O2, dalam zat yang digunakan dengan rumus:
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
rU
Penetapan kadar. 50 C
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 µl Larutan uji ke rS
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur semua
respons puncak. Hitung persentase masing-masing C adalah kadar Kofein BPFI dalam mg per ml Larutan
cemaran dalam zat dengan rumus: baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
kofein dari Larutan uji dan Larutan baku.
ri
100 Wadah dan penyimpanan Simpan kofein hidrat dalam
rS wadah tertutup rapat dan kofein anhidrat dalam wadah
tertutup baik.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dan rS
adalah jumlah semua respons puncak. Penandaan Pada etiket harus dicantumkan bentuk
anhidrat atau hidrat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
- 719 -
INJEKSI KOFEIN SITRAT Fase gerak, Larutan teofilin, Larutan baku dan
Caffeine Citrate Injection Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar.
Injeksi Kofein Sitrat adalah larutan steril mengandung Larutan kesesuaian sistem Masukkan 2,5 ml Larutan
kofein dan asam sitrat dalam air untuk injeksi. baku ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air
Mengandung kofein sitrat, C14H18N4O9, tidak kurang dari sampai tanda.
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
tertera pada etiket. Tidak boleh mengandung Kromatografi <931>. Lakukan kromatografi terhadap
bakteriostatik atau pengawet lain. Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: puncak
Baku pembanding Kofein BPFI; tidak boleh teofilin menghasilkan respons puncak yang dapat
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, dibedakan waktu retensinya.
terlindung cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk sama (lebih kurang 10l) Larutan baku dan Larutan uji
menghindari kontaminasi], rekonstitusi semua isi, ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang respons puncak. Hitung persentase masing-masing
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. senyawa sejenis dalam injeksi dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, Larutan baku Larutkan Kolekalsiferol BPFI dalam
tidak tembus cahaya. larutan squalen (1 dalam 100) dalam kloroform P yang
dibuat segar dan tanpa pemanasan hingga kadar lebih
kurang 50 mg per ml.
KOLEKALSIFEROL Larutan uji Larutkan zat dalam larutan squalen (1
Cholecalciferol dalam 100) dalam kloroform P yang dibuat segar dan
tanpa pemanasan hingga kadar lebih kurang 50 mg per
CH3 CH3 CH3
ml.
H CH3
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
µl Larutan baku dan Larutan uji pada jarak 2,5 cm dari
H tepi bawah lempeng kromatografi silika gel P setebal
0,25 mm. Lakukan proses selanjutnya di tempat gelap.
CH2
Masukkan lempeng ke dalam bejana yang telah
dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan merambat
HO
hingga 15 cm dari titik penotolan. Angkat lempeng,
tandai batas rambat, biarkan kering di udara dan semprot
(3,5Z,7E)-kolekalsiferol [67-97-0] lempeng dengan Penampak bercak: harga Rf bercak
C27H44O BM 384,64 berwarna jingga kekuningan (kolekalsiferol) dari Larutan
uji sama dengan harga Rf bercak Larutan baku dan jika
Kolekalsiferol mengandung tidak kurang dari 97,0% dan terdapat bercak violet di bawah bercak kolekalsiferol
tidak lebih dari 103,0% C27H44O. adalah 7-dehidrokolesterol.
Pemerian Hablur putih; tidak berbau. Dipengaruhi oleh Rotasi jenis <1081> Antara +105º dan +112º; lakukan
udara dan cahaya. Melebur pada suhu lebih kurang 85. penetapan menggunakan larutan yang mengandung 5 mg
per ml dalam etanol P. Buat larutan segar dengan
Kelarutan Tidak larut dalam air; larut dalam etanol, menggunakan kolekalsiferol dari wadah yang dibuka
dalam kloroform dan dalam minyak lemak. tidak lebih dari 30 menit dan tetapkan rotasi dalam waktu
Baku pembanding Kolekalsiferol BPFI; simpan di 30 menit setelah pembuatan larutan.
tempat dingin, terlindung cahaya; biarkan mencapai suhu
ruang sebelum ampul dibuka. Gunakan secukupnya, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
buang sisa yang tidak digunakan. Vitamin D untuk Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kesesuaian sistem pada Penetapan kadar BPFI; tidak Kromatografi <931>.
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Biarkan mencapai Heksan dehidrat Buat kolom kromatografi dengan
suhu ruang sebelum ampul dibuka. Pindahkan isi yang menggunakan tabung kromatografi berdiameter 8 cm,
tidak diperlukan dari ampul ke dalam wadah yang panjang 60 cm, dengan 500 g tanah silika untuk
tertutup rapat, simpan di bawah nitrogen P di tempat kromatografi P ukuran 50-250 µm yang telah diaktifkan
sejuk dan gelap. dengan pemanasan pada suhu 150 selama 4 jam.
Lakukan dengan cara Kromatografi kolom adsorpsi
Identifikasi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Alirkan 500 ml
A. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan heksan P melalui kolom, kumpulkan eluat dalam labu
dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya bersumbat kaca.
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Fase gerak Buat larutan n-amil alkohol P dalam
Kolekalsiferol BPFI pada rentang antara 2 µm - 12 µm. Heksan dehidrat (3 dalam 1000). Perbandingan
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 µg per ml komponen dan laju alir dapat bervariasi untuk memenuhi
dalam etanol P menunjukkan maksimum dan minimum persyaratan kesesuaian sistem.
hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada Larutan baku [Catatan Gunakan peralatan kaca
Kolekalsiferol BPFI; serapan masing-masing pada aktinik rendah dan buat larutan segar setiap hari].
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 263 Timbang saksama lebih kurang 30 mg Kolekalsiferol
nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%. BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan
C. Larutkan 0,5 mg zat dalam kloroform P, tambahkan dalam toluen P tanpa pemanasan, tambahkan toluen P
0,3 ml asetat anhidrida P dan 0,1 ml asam sulfat P, sampai tanda. Pipet 10 ml larutan, masukkan ke dalam
kocok kuat: terjadi warna merah terang dan cepat berubah labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai
menjadi hijau melalui violet dan biru. tanda. Kadar larutan lebih kurang 120 µg per ml.
D. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi Larutan uji [Catatan Gunakan peralatan kaca aktinik
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. rendah dan buat larutan segar setiap hari]. Timbang
Fase gerak Campuran sikloheksan P-dietil eter P saksama lebih kurang 30 mg zat, masukkan ke dalam labu
(50:50). tentukur 50-ml dan lakukan seperti tertera pada Larutan
Penampak bercak Buat larutan asetil klorida P (1 baku, mulai dengan “Larutkan dalam toluen P tanpa
dalam 50) dalam antimon triklorida LP. pemanasan”. Kadar larutan lebih kurang 120 µg per ml.
- 722 -
Larutan kesesuaian sistem Timbang lebih kurang 250 pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Resin
mg Vitamin D untuk kesesuaian sistem pada Penetapan Kolestiramin BPFI.
kadar BPFI, larutkan dalam 10 ml campuran toluen P-
Fase gerak (1:1). Refluks pada suhu 90 selama 45 menit Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
dan dinginkan; larutan ini mengandung kolekalsiferol, Keseragaman bobot.
pre-kolekalsiferol dan trans-kolekalsiferol.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x Kromatografi <931>.
25 cm berisi bahan pengisi L3. Lakukan kromatografi Fase gerak, Dapar kalium fosfat, Larutan natrium
terhadap Larutan kesesuaian sistem lima kali glikokolat, Larutan pembanding, Larutan baku, Larutan
penyuntikan, rekam kromatogram dan ukur respons kesesuian sistem dan Sistem kromatografi Lakukan
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara seperti tertera pada uji Kapasitas penukar anion dalam
puncak trans-kolekalsiferol dan pre-kolekalsiferol tidak Resin Kolestiramin.
kurang dari 1,0 dan simpangan baku relatif dari puncak Larutan uji Timbang saksama sejumlah kolestiramin
kolekalsiferol tidak lebih dari 2,0%. Waktu retensi relatif untuk suspensi oral setara dengan 100 mg resin
pre-kolekalsiferol, trans-kolekalsiferol dan kolekalsiferol kolestiramin, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 25 ml.
berturut-turut lebih kurang 0,4; 0,5 dan 1,0. Pipet 15 ml Larutan natrium glikokolat ke dalam labu,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume aduk secara mekanik selama 2 jam. Masukkan larutan ke
sama (5 - 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji, ke dalam dalam tabung sentrifuga, sentrifus selama 15 menit. Pipet
kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons 5 ml beningan ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan
puncak utama. Hitung jumlah dalam mg kolekalsiferol, dengan air sampai tanda.
C27H44O, dalam zat yang digunakan dengan rumus: Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 50 μl) Larutan pembanding, Larutan
r baku, dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
0,25 C U kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
rS jumlah dalam mg resin kolesteramin dalam kolestiramin
C adalah kadar Kolekalsiferol BPFI dalam µg per ml untuk suspensi oral yang digunakan dengan rumus:
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
puncak kolekalsiferol dari Larutan uji dan Larutan baku. M W S 2 , 5 r R rU
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup Q W U 2 , 5 rR rS
rapat di bawah nitrogen, di tempat sejuk dan terlindung
cahaya. M adalah jumlah natrium glikokolat yang tertera pada
etiket dalam g, yang diserap per g Resin Kolestiramin
BPFI; rR, rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
RESIN KOLESTIRAMIN UNTUK SUSPENSI Larutan pembanding, Larutan uji dan Larutan baku; WS
ORAL adalah bobot dalam mg Resin Kolestiramin BPFI dalam
Cholestyramine Resin for Oral Suspension Larutan baku; WU adalah bobot dalam mg kolestiramin
untuk suspensi oral dalam Larutan uji; Q adalah jumlah
Kolestiramin untuk Suspensi Oral adalah campuran resin natrium glikokolat yang diserap per g resin resin
kolestiramin dengan bahan tambahan yang sesuai, bahan kolestiramin kering yang diperoleh dari uji Kapasitas
pewarna dan perisa. Mengandung resin kolestiramin penukar anion dalam Resin Kolestiramin.
kering tidak kurang dari 85,0% dan tidak lebih dari
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup
115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. rapat.
Baku pembanding Resin Kolestiramin BPFI; lakukan
pengeringan di atas fosfor pentoksida P pada tekanan KOLISTIN SULFAT
tidak lebih dari 50 mmHg pada suhu 70 selama 16 jam. Colistin Sulfate
Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Kolistin sulfat [1264-72-8] mmHg pada suhu 60° selama 3 jam menggunakan lebih
kurang 100 mg zat.
Kolistin Sulfat adalah garam sulfat suatu bahan anti
bakteri yang diperoleh dari hasil pembiakan Bacillus Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti yang tertera
polymyxa var. colistinus. Mempunyai potensi setara pada Kolistin dalam Penetapan Potensi Antibiotik secara
dengan tidak kurang dari 500 µg kolistin per mg. Mikrobiologi <131>.
Pemerian Serbuk halus; putih sampai agak kuning; tidak Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
berbau.
OCH3
Identifikasi
A. Larutkan lebih kurang 20 mg zat dalam 2 ml larutan
N-(5,6,7,9-Tetrahidro-1,2,3,10-tetrametoksi-9-
dapar (yang dibuat dengan menambahkan natrium
oksobenzo[a]heptalen-7-il)-asetamida [64-86-8]
hidroksida 1 N pada 50 ml kalium fosfat monobasa 1 M
C22H25NO6 BM 399,44
sampai pH 7,0, encerkan dengan air hingga 100 ml dan
campur). Tambahkan 0,2 ml larutan ninhidrin P (1 dalam
Kolkhisin adalah suatu alkaloid diperoleh dari Colchicum
200) dan didihkan: terjadi warna ungu.
sp, mengandung tidak kurang dari 94,0% dan tidak lebih
B. Menunjukkan reaksi Sulfat seperti tertera pada Uji
dari 101,0% C22H25NO6, dihitung terhadap anhidrat bebas
Identifikasi Umum <291>.
pelarut.
C. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
[Perhatian Kolkhisin sangat beracun.]
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran natrium fosfat tribasa P
Pemerian Serbuk putih atau serbuk atau serpihan amorf,
dan asetonitril P (77:33), atur pH hingga 3,0 dengan
kuning pucat sampai kuning kehijauan pucat; tidak
penambahan asam fosfat P. Jika perlu lakukan
berbau atau hampir tidak berbau; menjadi lebih gelap jika
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
terkena cahaya.
pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang sejumlah Kolistin Sulfat BPFI,
Kelarutan Larut dalam air; mudah larut dalam etanol dan
larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang 6
dalam kloroform; sukar larut dalam eter.
mg per ml. Lindungi larutan dari cahaya.
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dalam
Baku pembanding Kolkhisin BPFI; lakukan pengeringan
Fase gerak hingga kadar lebih kurang 6 mg per ml.
Lindungi larutan dari cahaya. pada suhu 105 selama 3 jam sebelum digunakan.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dilengkapi dengan detektor 212 nm dan kolom 4,6 mm x dikeringkan pada suhu 105 selama 3 jam dan
25 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
kurang 1 ml per menit. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume seperti pada Kolkhisin BPFI.
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram. Rotasi jenis <101> Antara -240° dan -250°, dihitung
Kromatogram dari Larutan uji sesuai secara kualitatif terhadap zat anhidrat bebas pelarut; lakukan penetapan
dengan Larutan baku, menunjukkan respons puncak yang menggunakan larutan yang mengandung 100 mg zat
sesuai dengan kolistin A dan puncak minor pada waktu dalam 10 ml etanol P.
retensi relatif lebih kurang 0,55 (kolistin B) dan 0,8.
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%.
pH <1071> Antara 4,0 dan 7,0; lakukan penetapan
menggunakan larutan 10 mg per ml. Kolkhiseina Pada 5 ml larutan zat (1 dalam 100)
tambahkan 2 tetes besi(III) klorida LPI: tidak terjadi
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 7,0%; warna hijau.
lakukan pengeringan dalam tekanan tidak lebih dari 5
- 724 -
Kloroform dan etil asetat Lakukan penetapan dengan tentukur 100-ml, encerkan dengan campuran sama
cara Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi sampai tanda.
<931>. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan baku internal Encerkan 1,0 ml n-propanol P Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dengan air hingga 100,0 ml. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
Larutan baku Pipet 1 ml kloroform P, 1 ml etil asetat P 25 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang 1
dan 1 ml n-propanol P ke dalam labu tentukur 1000-ml, ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
tambahkan air sampai tanda. Tiap ml Larutan baku baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
mengandung 1,48 mg kloroform dan 0,90 mg etil asetat. seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 250 mg zat, kurang dari 4500 lempeng teoritis, waktu retensi antara
masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dengan 5,5 dan 9,5 menit dan simpangan baku relatif pada
lebih kurang 8 ml air, tambahkan 1,0 ml Larutan baku penyuntikan ulang tidak lebih dari 2%.
internal dan tambahkan air sampai tanda. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Prosedur Kromatograf gas dilengkapi dengan detektor sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ionisasi nyala, kolom 4 mm x 1,5 m berisi bahan pengisi ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
20% fase diam G14 pada partikel penyangga S1. semua respons puncak yang diperoleh selama 1,5 kali
Pertahankan suhu kolom pada 75, gunakan nitrogen P waktu retensi kolkhisin. Hitung jumlah dalam mg
sebagai gas pembawa. Suntikkan Larutan baku dan kolkhisin, C22H25NO6, dengan rumus:
Larutan uji. Tetapkan tinggi puncak relatif kloroform dan
etil asetat terhadap tinggi puncak n-propanol, dan hitung r
persentase bobot dari kloroform dan etil asetat dalam 10 C U
Larutan uji. Jumlah persentase kloroform, etil asetat dan rS
air seperti tertera pada Air, tidak lebih besar dari 10,0%.
C adalah kadar Kolkhisin BPFI dalam µg per ml Larutan
Kemurnian kromatografi Jumlah respons puncak lain baku; rU dan rS berturut-turut adalah perbandingan
selain kolkhisin, yang dieluasi selama 1,5 kali waktu respons puncak kolkhisin dalam Larutan uji dan Larutan
retensi kolkhisin, tidak lebih dari 5,0% dari jumlah semua baku.
respons seperti tertera pada Penetapan kadar.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> tidak tembus cahaya.
Metode I Memenuhi syarat.
Larutan uji Buat larutan zat dengan kadar 20 mg per ml.
Larutan baku Buat larutan dengan kadar dua kali yang TABLET KOLKHISIN
tertera pada Larutan baku dalam Cemaran Senyawa Colchicine Tablet
Organik Mudah Menguap <471>.
Tablet Kolkhisin mengandung kolkhisin, C22H25NO6 tidak
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%, dari
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada jumlah yang tertera pada etiket.
Kromatografi <931>. [Catatan Lakukan semua
pengenceran dalam peralatan kaca aktinik rendah]. Baku pembanding Kolkhisin BPFI, tidak boleh
Fase gerak Encerkan 45 ml kalium fosfat monobasa dikeringkan. Untuk penetapan kadar, tetapkan kadar air
0,5 M dengan air hingga 450 ml. Tambahkan lebih secara titrimetri dan lakukan koreksi terhadap kandungan
kurang 530 ml metanol P, dinginkan sampai suhu ruang pelarut yang tertera pada etiket pada saat digunakan.
dan tambahkan metanol P hingga 1000 ml. Atur pH, Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya,
dengan penambahan asam fosfat 0,5 M hingga pH 5,5 ± pada tempat dingin dan kering.
0,05, saring melalui penyaring membran dengan porositas
0,45 µm. Identifikasi Timbang dan serbukkan sejumlah tablet,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kolkhisin setara dengan lebih kurang 20 mg kolkhisin, gerus
BPFI, larutkan dalam campuran metanol P dan air (1:1), dengan 20 ml air, biarkan mengendap dan saring
encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan campuran beningan ke dalam corong pisah. Ekstraksi dengan 30 ml
sama hingga kadar lebih kurang 6 µg per ml. Larutan ini kloroform P. Uapkan ekstrak menggunakan panas sedang
stabil selama 4 bulan jika disimpan dalam wadah bertutup sampai kering. Spektrum serapan inframerah residu yang
rapat dan dalam ruang gelap. didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
Larutan uji [Catatan Larutan harus dibuat segar.] maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Timbang saksama lebih kurang 60 mg zat masukkan ke seperti pada Kolkhisin BPFI.
dalam labu tentukur 500-ml, larutkan dengan campuran
metanol P-air (1:1), encerkan dengan campuran sama Disolusi <1231> Prosedur untuk gabungan sampel
sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ini ke dalam labu [Catatan Lakukan pengujian dengan segera, di bawah
cahaya lemah, dan gunakan alat kaca aktinik rendah]
- 725 -
Media disolusi: 500 ml air Identifikasi Tambahkan 2 g zat sedikit demi sedikit ke
Alat tipe 1: 100 rpm dalam 100 ml air, kocok kuat. Diamkan selama tidak
Waktu: 30 menit kurang dari 12 jam agar terbasahi sempurna. Tempatkan
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C22H25NO6 yang 2 ml campuran pada lempeng kaca yang sesuai dan
terlarut dengan cara seperti tertera pada Penetapan kadar, biarkan kering di udara pada suhu ruang hingga terbentuk
jika perlu lakukan modifikasi. lapisan tipis yang merata. Masukkan lempeng ke dalam
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak desikator hampa udara di atas etilen glikol P selama 12
kurang dari 75% (Q) C22H25NO6, dari jumlah yang tertera jam. Rekam pola difraksi sinar X seperti yang tertera
pada etiket. pada Difraksi sinar-X <811> dan hitung harga d; amati
beberapa puncak, pada harga d antara 10,3 dan 10,7
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Angstrom.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Uji batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Escherichia coli.
Kromatografi <931>. [Catatan Lakukan semua
pengenceran menggunakan alat kaca aktinik rendah]. pH <1071> Antara 7,0 dan 9,5; lakukan penetapan
Fase gerak, Larutan baku, dan Sistem kromatografi menggunakan 1,0 g zat yang didispersikan dalam 10 ml
Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam air bebas karbon dioksida P.
Kolkhisin.
Larutan uji [Catatan Lakukan segera sebelum Susut pengeringan <1121> Antara 5,0% dan 17,0%;
digunakan] Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 20 lakukan pengeringan pada suhu 105º hingga bobot tetap.
tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
dengan lebih kurang 0,6 mg kolkhisin, masukkan ke Susut pemijaran <1111> Antara 17,0% dan 27,0%;
dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 50 ml campuran lakukan pemijaran pada suhu 1000º selama 1 jam.
metanol P-air (1:1), dan kocok secara mekanik selama 15
menit, bilas dinding labu tentukur selama lebih kurang 8 Zat mudah menguap Antara 7,5% dan 12,5% dihitung
menit, encerkan dengan campuran metanol P-air (1:1) terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan pemijaran
sampai tanda, saring melalui penyaring membran dengan pada suhu 600º selama 1 jam.
porositas 0,45 m.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan Zat larut asam Tidak lebih dari 15%; lakukan penetapan
kadar dalam Kolkhisin dan ukur respons puncak sebagai berikut: Didihkan 2,0 g zat dengan 100 ml asam
kolkhisin. klorida 0,2 N selama 5 menit, dinginkan. Tambahkan air
Hitung jumlah dalam mg kolkhisin, C22H25NO6, dalam hingga volume 100 ml dan saring. Uapkan 50 ml filtrat
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus: hingga kering dan pijarkan residu pada suhu 600º: bobot
residu tidak lebih dari 150 mg.
r
0 ,1C U Karbonat Campur 1,0 g zat dengan 15 ml asam sulfat
rS 0,5 N: tidak terjadi gelembung udara.
Kelarutan Tidak larut dalam air. Kehalusan serbuk Tidak lebih dari 0,30% dihitung
terhadap bobot contoh. Tambahkan 50 g zat ke dalam 450
- 726 -
ml air yang mengandung 5 g natrium pirofosfat P, aduk vasopresin sangat peka terhadap perubahan kecil
selama 10 menit, ayak dengan Pengayak nomor 325 konsentrasi asetonitril].
seperti tertera pada Pengayak dan Derajat Halus Serbuk Larutan baku Larutkan seluruh isi vial Vasopresin
<1141>, cuci sisa dengan hati-hati sampai bersih. BPFI dalam Dapar fosfat yang diketahui volumenya.
Keringkan sisa pada suhu 105º hingga bobot tetap. Encerkan larutan dengan Dapar fosfat hingga kadar lebih
kurang 0,1 unit Vasopresin FI per ml.
Kapasitas adsorpsi Pada 10 ml suspensi zat dalam air (1 Larutan uji Larutkan seluruh isi vial injeksi dalam
dalam 10), tambahkan 80 ml biru metilen P (1 dalam Dapar fosfat yang diketahui volumenya. Encerkan
1000) kocok. Tambahkan 10 ml larutan barium klorida P larutan dengan Dapar fosfat hingga kadar lebih kurang
(1 dalam 50) dan kocok. Diamkan selama 15 menit. 2,0 unit Kortikotropin FI per ml.
Masukkan 40 ml beningan ke dalam tabung sentrifuga 50 Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
ml dan sentrifus. Pada 5 ml beningan tambahkan 495 ml Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
air: warna larutan tidak lebih gelap dari larutan yang dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x
mengandung biru metilen 1,5 µg per ml. 25 cm yang berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
INJEKSI KORTIKOTROPIN penyuntikkan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Corticotropin Injection Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan Larutan uji
Kortikotropin [9002-60-2] ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Injeksi Kortikotropin adalah larutan steril dalam pelarut respons puncak utama. Hitung aktivitas vasopresin dalam
yang sesuai dari bahan yang mengandung hormon unit Vasopresin FI per unit Kortikotropin FI dengan
polipeptida yang dapat meningkatkan kecepatan sekresi rumus:
kortikosteroid adrenal yang diperoleh dari lobus pituitaria
anterior mamalia yang digunakan untuk makanan C rU
manusia. Potensi tidak kurang dari 80,0% dan tidak lebih
2 rS
dari 125,0% dari potensi yang tertera pada etiket dalam
unit Kortikotropin FI. Dapat mengandung zat antimikroba
yang sesuai. C adalah kadar dalam unit Vasopresin FI per ml Larutan
baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak dari
Baku pembanding Kortikotropin BPFI; tidak boleh Larutan uji dan Larutan baku.
dikeringkan sebelum digunakan, simpan pada suhu 0
pH <1071> Antara 3,0 dan 7,0.
atau di bawah 0. Vasopresin BPFI. Asam Askorbat BPFI;
tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan, simpan
dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti tertera
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, pada Injeksi volume kecil.
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk menghindari
kontaminasi], rekonstitusi seluruh isi, gunakan larutan Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi.
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dan
larutan, dalam lemari pendingin. Penetapan kadar
Larutan baku Pipet 2,5 ml gelatin LP masukkan ke
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 3,1 unit dalam sejumlah Kortikotropin BPFI, hingga kadar ± 2,0
Endotoksin FI per unit Kortikotropin FI. unit Kortikotropin FI per ml. Buat 3 enceran larutan baku
dengan gelatin LP sebagai pelarut, hingga kadar masing-
Aktivitas vasopresin Tidak lebih dari 0,05 unit masing kotikotropin merupakan seri geometrik seperti
Vasopresin FI per unit Kortikotropin FI. Lakukan 1:2:4 atau 1:3:9 dan jumlah kortikotropin 10 - 300
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi miliunit per 0,5 ml.
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Larutan uji Dengan cara yang sama menggunakan
Dapar fosfat Larutkan 6,6 g amonium fosfat dibasa P pelarut yang sama, buat tiga enceran injeksi kortikotropin
dalam 950 ml air, atur pH hingga 3,0 dengan penambahan seperti tertera pada Larutan baku.
asam fosfat P. Encerkan dengan air hingga 1000 ml, Hewan uji Tikus sehat dengan jenis kelamin sama,
campur. yang diberi makanan cukup mengandung vitamin dan
Fase gerak Buat campuran Dapar fosfat dan asetonitril mineral. Anestesi tikus dengan eter, keluarkan hipofisis
P (87:13), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan dari tiap hewan dengan cara penyedotan melalui tabung
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada dengan ujung runcing halus. Antara 16 dan 48 jam,
Kromatografi <931>. [Catatan Waktu retensi puncak setelah operasi, pilih tikus dengan bobot tubuh antara 80
dan 180 g, tidak seekor hewanpun mempunyai bobot
berbeda lebih dari 30% dari yang paling ringan dan
- 727 -
Pengencer Buat campuran asetonitril P-air-asam 250-ml. Tambahkan 100 ml Pengencer, sonikasi sampai
asetat glasial P (7:3:0,1), saring. larutan jernih. Encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kortison Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg zat
Asetat BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif dan dan lanjutkan seperti tertera pada Larutan baku.
jika perlu bertahap dengan Pengencer hingga kadar lebih Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
kurang 20 µg per ml. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg zat, dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x
masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan 30 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 10
encerkan dengan Pengencer sampai tanda, sonikasi. µm. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x efisiensi kolom tidak kurang dari 1500 lempeng teoritis;
15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 ml faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; faktor kapasitas, k’,
per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: tidak kurang dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Waktu Larutan Larutan B Eluasi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
(menit A (%) (%) sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
) ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
0 90 10 kesetimbangan respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg kortison
0-5 90 10 isokratik asetat, C23H30O6, dalam zat yang digunakan dengan
5-25 90 → 10 10 → 90 gradien linier rumus:
25-30 10 90 isokratik
30-31 10 → 90 90 → 10 gradien linier r
31-51 90 10 isokratik 250 C U
rS
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera C adalah kadar Kortison Asetat BPFI dalam mg per ml
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
ulang tidak lebih dari 5,0%. puncak kortison asetat dari Larutan uji dan Larutan baku.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 15 l) Larutan baku dan Larutan uji Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur baik, pada suhu 25º, masih diperbolehkan antara 15º dan
respons puncak. Hitung persentase masing-masing 30º.
cemaran dalam zat dengan rumus:
SUSPENSI STERIL KORTISON ASETAT
C ri
Cortisone Acetate Injectable Suspension
1000
W rS
Suspensi Steril Kortison Asetat adalah suspensi steril
kortison asetat dalam media cair yang sesuai.
C adalah kadar Kortison Asetat BPFI dalam mg per ml
Mengandung kortison asetat, C23H30O6, tidak kurang dari
dalam Larutan baku; W adalah jumlah dalam mg zat yang
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
digunakan untuk membuat Larutan uji; ri adalah respons
tertera pada etiket.
puncak masing-masing cemaran dan rS adalah respons
puncak utama dari Larutan baku. Baku pembanding Kortison Asetat BPFI; lakukan
pengeringan pada suhu 105 selama 30 menit sebelum
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Identifikasi Campur sejumlah volume suspensi setara
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P (550:450). dengan lebih kurang 25 mg kortison asetat dengan 25 ml
Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian air. Sentrifus atau diamkan sampai bagian yang tidak
menurut kesesuaian sistem seperti tertera pada larut mengenap, dekantasi dan buang beningan.
Kromatografi <931>. Tambahkan 20 ml metanol P, jika perlu goyang kuat dan
Dapar pH 4 Masukkan 20 ml asam klorida 1 N; 150 panaskan untuk melarutkan residu. Uapkan pelarut di atas
ml kalium klorida 0,5 N dan 50 ml natrium asetat 0,5 M tangas uap dengan bantuan aliran udara dan keringkan
ke dalam labu tentukur 1000-ml. Encerkan dengan air residu pada suhu 105º selama 30 menit. Residu yang
sampai tanda. diperoleh memenuhi uji Identifikasi A dalam Kortison
Pengencer Campuran asetonitril –Dapar pH 4 (1:1). Asetat.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg
Kortison Asetat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur pH <1071> Antara 5,0 dan 7,0.
- 730 -
Disolusi <1231> dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,1 N. lebih dari 2,0%. Waktu retensi relatif trimetoprim dan
Alat tipe 2: 75 rpm. sulfametoksazol berturut-turut adalah 1,0 dan 1,8.
Waktu: 60 menit. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Prosedur Lakukan penetapan jumlah sulfametoksazol sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
(C10H11N3O3) dan trimetoprim (C14H18N4O3) yang terlarut ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
seperti tertera pada Penetapan kadar, jika perlu lakukan respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
penyesuaian volumetrik seperti pada Kromatografi trimetoprim (C14H18N4O3) dan sulfametoksazol
<931>. Hitung persentase masing-masing zat aktif yang (C10H11N3O3), dalam serbuk tablet yang digunakan
terlarut dengan membandingkan respons puncak yang dengan rumus:
diperoleh dari alikuot dengan respons puncak dari
komponen yang sesuai yang diperoleh dari larutan baku. r
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak 1000 C U
kurang dari 70% (Q) C10H11N3O3 dan C14H18N4O3, dari rS
jumlah yang tertera pada etiket.
C adalah kadar Baku Pembanding Fl yang sesuai dalam
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. mg per ml Larutan baku; ru dan rs berturut-turut adalah
respons analit yang sesuai diperoleh dari Larutan uji dan
Larutan baku.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
Kromatografi <931>.
tidak tembus cahaya.
Fase gerak Buat campuran 1400 ml air, 400 ml
asetonitril P dan 2,0 ml trietilamina P dalam labu
tentukur 2000-ml. Biarkan hingga suhu kamar dan atur
pH hingga 5,9 ± 0,1 menggunakan natrium hidroksida KREOLIN
0,2 N atau larutan asam asetat glasial P (1 dalam 100). Creolin
Encerkan dengan air sampai tanda, saring melalui
membran 0,45 µm. Jika perlu lakukan penyesuaian Kreolin adalah campuaran minyak ter dan sabun harsa,
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada mengandung tidak lebih dari 8,0% air. Kadar fenol tidak
Kromatografi <931>. kurang dari 15%.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Trimetoprim
BPFI dan Sulfametoksazol BPFI, larutkan dalam metanol Pemerian Cairan jernih, agak kental; cokelat tua; bau
P, encerkan secara kuantitatif dalam metanol P hingga khas.
kadar masing-masing lebih kurang 0,32 mg per ml dan
lebih kurang 0,32 J mg per ml. (J adalah perbandingan Kelarutan Mudah larut dalam etanol, dalam kloroform
jumlah dalam mg sulfametoksazol yang tertera pada etiket dan dalam eter.
terhadap jumlah dalam mg trimetoprim yang tertera pada
etiket dalam sediaan). Pipet 5 ml larutan ke dalam labu Identifikasi Campuran dengan air berupa emulsi putih
tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai dan bereaksi alkalis lemah; jika diasamkan, terjadi
tanda. Larutan ini mengandung Trimetoprim BPFI lebih pemisahan.
kurang 0,032 mg per ml dan Sulfametoksazol BPFI lebih
kurang 0,032 J mg per ml. Bilangan iodum Tidak kurang dari 380 dan tidak lebih
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari dari 508; lakukan penetapan sebagai berikut: Larutkan
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara sisa yang diperoleh pada Penetapan kadar dalam 25 ml
dengan lebih kurang 160 mg sulfametoksazol, masukkan natrium hidroksida 2 N, tambahkan air secukupnya
ke dalam labu tentukur 100-ml. Tambahkan lebih kurang hingga 500,0 ml. Pada 25,0 ml larutan tambahkan 25,0 ml
50 ml metanol P dan sonikasi selama 5 menit sambil kalium bromat 0,1 N, 500 mg kalium bromida P dan 10
sering dikocok. Biarkan hingga suhu kamar, encerkan ml asam sulfat encer P, campur, biarkan selama 10 - 15
dengan metanol P sampai tanda. Pipet 5 ml filtrat jernih menit, tambahkan 1 g kalium iodida P. Titrasi dengan
ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase natrium tiosulfat 0,1 N LV (a ml). Lakukan penetapan
gerak sampai tanda. blangko (b ml). Hitung bilangan iodum dengan rumus:
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 0,01269 b a
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x
20 .000 100
p
30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
p adalah bobot dalam mg sisa yang diperoleh pada
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Penetapan kadar.
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
sulfametoksazol dan trimetoprim tidak kurang dari 5,0
- 732 -
Air Ke dalam gelas ukur bersumbat kaca masukkan Hidrokarbon Larutan (1 dalam 60) menunjukkan
campuran 5 ml larutan jenuh natrium klorida P dan 5 ml kekeruhan tidak lebih dari kekeruhan yang dihasilkan
asam sulfat encer P. Tambahkan 25 ml benzen P dan 25 larutan pembanding yang dibuat dengan mencampur 58
ml zat, kocok kuat selama 1 menit, biarkan selama 5 ml air; 1,5 ml asam sulfat 0,02 N dan 1 ml larutan barium
menit: volume lapisan bawah tidak lebih dari 12,0 ml. klorida P (1 dalam 10). Bandingkan kedua larutan setelah
larutan pembanding dikocok dan dibiarkan selama 5
Kemantapan Campur 3 bagian zat dengan 100 bagian menit.
air, biarkan selama 24 jam: tidak terjadi tetes minyak
pada permukaan cairan dan tidak terbentuk endapan. Fenol Tidak lebih dari 5,0% C6H6O; lakukan penetapan
sebagai berikut:
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 4 g zat, Asam nitrat encer Alirkan gelembung udara ke dalam
campur dengan 40 ml air. Tambahkan 6 g barium asam nitrat P sampai tidak berwarna, kemudian campur 1
hidroksida P, refluks di atas tangas air selama 30 menit bagian volume asam dengan 4 bagian volume air.
sambil sering dikocok. Biarkan mengendap, Larutan baku fenol Timbang lebih kurang 1 g fenol P,
enaptuangkan beningan melalui penyaring asbes. Cuci larutkan dalam 100 ml air, tetapkan kadar C6H6O sebagai
sisa dua kali, tiap kali dengan 20 ml barium hidroksida berikut: pipet 4 ml larutan ini ke dalam labu iodum,
LP panas, saring air cucian melalui penyaringan yang tambahkan 30,0 ml brom 0,1 N LV dan 5 ml asam klorida
sama. Pada kumpulan filtrat tambahkan asam klorida P P; tutup segera. Kocok labu selama 30 menit, biarkan
secukupnya hingga bereaksi asam terhadap kertas merah selama 15 menit, tambahkan segera 5 ml larutan kalium
kongo P. Tambahkan 10 g natrium klorida P, ekstraksi iodida P (1 dalam 5), hindari uap brom keluar, tutup
berturut-turut dengan 50 ml, 25 ml dan 25 ml eter P. segera. Kocok kuat, buka tutup labu, bilas tutup dan leher
Keringkan kumpulan ekstrak dengan natrium sulfat labu dengan sedikit air. Tambahkan 1 ml kloroform P,
anhidrat P, uapkan dalam labu Erlenmeyer 150 ml yang kocok dan titrasi iodum yang dibebaskan dengan natrium
telah ditara, keringkan sisa diatas tangas air selama 30 tiosulfat 0,1 N LV, menggunakan 3 ml kanji LP sebagai
menit, timbang. indikator. Lakukan penetapan blangko. Tiap 1 ml brom
0,1 setara dengan 1,569 mg C6H6O. Encerkan sejumlah
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. volume larutan ini dengan air hingga kadar fenol 250 µg
per ml.
Prosedur Timbang saksama lebih kurang 2,5 g zat
KRESOL masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, tambahkan 10
Cresol ml larutan natrium hidroksida P (1 dalam 10), encerkan
dengan air sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ke dalam labu
Kresol [1319-77-3] tentukur 200-ml, tambahkan 45 ml air dan 1 tetes jingga
C7H8O BM 108,14 metil LP, netralkan larutan dengan menambahkan tetes
demi tetes asam nitrat encer LP, kemudian encerkan
Kresol adalah campuran isomer kresol, diperoleh dari ter dengan air sampai tanda. Pipet masing-masing 5 ml
batubara atau dari minyak tanah. larutan netral ini ke dalam dua tabung reaksi 20 x 180
mm, tandai pada volume 25 ml (pasangan tabung
Pemerian Cairan dengan sifat pembiasan tinggi, tidak pertama). Pipet dan masukkan masing-masing 5 ml
berwarna atau kekuningan sampai kuning kecokelatan, Larutan baku fenol ke dalam dua tabung reaksi lain
atau agak merah muda; lama kelamaan dan oleh pengaruh dengan jenis dan ukuran sama dengan tabung di atas
cahaya warna menjadi lebih gelap; bau seperti fenol; (pasangan tabung kedua). Ke dalam tiap tabung
larutan jenuh bersifat netral atau agak asam terhadap tambahkan 5 ml Millon LP melalui dinding dalam tabung,
lakmus. campur. Masukkan tabung secara bersamaan ke dalam
tangas air mendidih beserta raknya sehingga ujung tabung
Kelarutan Agak sukar larut dalam air, biasanya tidak menyentuh dasar tangas. Pertahankan tangas pada
membentuk larutan keruh; larut dalam larutan alkali suhu didih selama tepat 30 menit. Angkat segera tabung
hidroksida; dapat bercampur dengan etanol, dengan eter dari tangas, dinginkan segera dengan memasukkan ke
dan dengan gliserol. dalam tangas air dingin selama tidak kurang dari 10
menit. Tambahkan pada tiap tabung masing-masing 5 ml
Identifikasi Pada larutan jenuh tambahkan beberapa tetes Asam nitrat encer LP dan campur. Tambahkan pada salah
besi(III) klorida LP: terjadi warna lembayung kebiruan. satu dari kedua pasangan tabung tersebut masing-masing
3 ml campuran 1 bagian volume formaldehida P menjadi
Bobot jenis <981> Antara 1,030 dan 1,038. berwarna kuning, sedangkan dua tabung lain berwarna
merah jingga.
Jarak destilasi <1011> Tidak kurang dari 90% Pipet 20 ml dari tiap tabung yang mengandung Larutan
terdestilasi antara suhu 195 dan 205. baku fenol, masukkan secara terpisah ke dalam labu
tentukur 100-ml, tambahkan 5 ml asam nitrat encer LP,
kemudian tambahkan air sampai tanda. Masukkan kedua
- 733 -
larutan tersebut secara terpisah ke dalam buret yang terang yang hilang pada penambahan beberapa tetes asam
diberi tanda B1 dan B2 berturut-turut menunjukkan larutan klorida P.
yang tidak ditambah formaldehida dan larutan yang B. Pada uji Kemurnian kromatografi harga Rf bercak
ditambah formaldehida. utama Larutan uji sama dengan harga Rf bercak utama
Pipet 10 ml larutan dari tabung yang direaksikan Larutan baku.
dengan formaldehida masukkan ke dalam tabung C. Larutan (1 dalam 50) yang dibuat dengan
pembanding warna 50 ml, tandai N1. Dengan cara yang penambahan beberapa tetes asam klorida P menunjukkan
sama masukkan 10,0 ml larutan dari tabung yang tidak reaksi Sulfat cara A, B dan C seperti tertera pada Uji
direaksikan dengan formaldehida ke dalam tabung Identifikasi Umum <291>.
pembanding warna 50, tandai N2. Tambahkan pada
tabung N1 larutan berwarna merah jingga dari buret B1 Rotasi jenis <1081> Antara +275º dan +288º, dihitung
dan tambahkan pada tabung N2 sejumlah volume yang terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan menggunakan
sama larutan kuning dari buret B2 hingga warna dalam larutan dalam asam klorida 0,1 N yang mengandung 200
tabung N1 sesuai dengan tabung N2 bila dilihat pada mg zat per 10 ml.
kolorimeter. Hitung persentase fenol dalam zat uji dengan
rumus: Air <1031>Metode I Antara 4,0% dan 5,5%.
5V
100 Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
W
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
V adalah volume dalam ml Larutan baku fenol yang
digunakan dari buret B1; W adalah bobot zat dalam g. Senyawa tak larut dalam kloroform-etanol Tidak lebih
dari 2 mg (0,1%); lakukan penetapan sebagai berikut:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, hangatkan 2 g zat dalam 15 ml campuran kloroform P-
tidak tembus cahaya. etanol mutlak P (2:1) pada suhu lebih kurang 50º selama
10 menit. Saring melalui penyaring kaca masir yang telah
ditara, menggunakan pengisap secara perlahan. Cuci
KUINIDIN SULFAT penyaring lima kali, tiap kali dengan 10 ml campuran
Quinidine Sulfate kloroform-etanol tersebut di atas, keringkan pada suhu 105º
selama 1 jam dan timbang.
Garam kuinidin sulfat (2:1) dihidrat [6591-63-5]
Anhidrat [50-54-4] Kemurnian kromatografi Lakukan Kromatografi lapis
(C20H24N2O2)2.H2SO4.2H2O BM 782,95 tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
(C20H24N2O2)2.H2SO4 BM 746,92 Fase gerak Campuran kloroform P-aseton P-
dietilamina P (5:4:1).
Kuinidin Sulfat adalah garam sulfat dari alkaloid yang Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kuinidin
diperoleh dari beberapa jenis tanaman Cinchona dan Sulfat BPFI, larutkan dalam etanol encer P hingga kadar
hibridanya, dan dari tanaman Remijia pedunculata 6 mg per ml.
Flückiger (Familia Rubiaceae), atau diperoleh dari kuinin. Enceran larutan baku Encerkan sejumlah Larutan
Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari baku dengan etanol encer P hingga kadar 0,06 mg per
101,0% garam alkaloid total, dihitung sebagai ml.
(C20H24N2O2)2.H2SO4 terhadap zat anhidrat. Larutan senyawa sejenis Timbang saksama sejumlah
Kuinidin Sulfat BPFI dan kinkonin, larutkan masing-
Pemerian Hablur putih, bentuk seperti jarum, halus, atau masing dalam etanol encer P hingga kadar per ml
serbuk putih, kadang-kadang berbentuk massa berturut-turut 0,05 mg (setara dengan 0,06 mg sebagai
menggumpal; tidak berbau; rasa sangat pahit dan sulfat) dan 0,10 mg (setara dengan 0,12 mg sebagai
berwarna bila terpapar cahaya. sulfat).
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
Kelarutan Sukar larut dalam air; larut dalam etanol dan dalam etanol encer P, hingga kadar lebih kurang 6 mg
dalam kloroform; tidak larut dalam eter. Larutannya per ml.
dalam air bersifat netral atau alkalis terhadap lakmus. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
µl Larutan uji, Larutan baku, Enceran larutan baku dan
Baku pembanding Kuinidin Sulfat BPFI; tidak boleh Larutan senyawa sejenis pada lempeng kromatografi
dikeringkan, simpan dalam wadah tidak tembus cahaya, silika gel P setebal 0,25 mm, biarkan kering dan
tertutup rapat. masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi
Fase gerak yang tidak dijenuhkan, biarkan merambat
Identifikasi lebih kurang 15 cm di atas garis penotolan. Angkat
A. Larutan zat (1 dalam 2000) dalam larutan asam lempeng, tandai batas rambat dan biarkan kering di udara.
sulfat P (1 dalam 350) menunjukkan fluoresensi biru Semprot lempeng dengan asam asetat glasial P. Tandai
- 734 -
bercak yang tampak pada pengamatan di bawah cahaya Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
ultraviolet 366 nm. Bercak Larutan uji tidak lebih besar tidak tembus cahaya.
atau lebih intensif dari bercak Larutan senyawa sejenis
pada harga Rf yang sama. Selain bercak tersebut dan bercak
yang mempunyai harga Rf sama dengan kuinidin sulfat TABLET KUINIDIN SULFAT
dan dihidrokuinidin sulfat (2 bercak dari larutan baku), Quinidine Sulfate Tablet
tiap bercak tambahan yang berfluoresensi tidak lebih
besar atau lebih intensif dari bercak utama Enceran Tablet Kuinidin Sulfat mengandung sejumlah kuinidin
larutan baku. Semprot lempeng dengan larutan kalium sulfat dan dihidrokuinidin sulfat, dihitung sebagai kuinidin
iodoplatinat LP bercak larutan uji tidak lebih besar atau sulfat, (C20H24N2O2)2.H2SO4.2H2O, tidak kurang dari
lebih intensif dari bercak larutan senyawa sejenis. 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Dihidrokuinidin sulfat Tidak lebih dari 20,0%.
Larutan asam metansulfonat Tambahkan 35,0 ml asam Baku pembanding Kuinidin Sulfat BPFI; tidak boleh
metansulfonat P ke dalam 20,0 ml asam asetat glasial P, dikeringkan. Merupakan bentuk dihidrat dari kuinidin
encerkan dengan air hingga 500 ml. sulfat. Tetapkan kadar air secara titrimetri pada saat akan
Larutan dietilamin Larutkan 10,0 ml dietilamina P digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
dalam air hingga 100 ml. terlindung cahaya. Kuininon BPFI; tidak boleh
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P-Larutan dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
asam metansulfonat-Larutan dietilamin (860:100:20:20), terlindung cahaya.
saring dan awaudarakan. Atur pH hingga 2,6 dengan
penambahan Larutan dietilamin. Identifikasi
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama sulfat dan A. Kocok sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
dihidrokuinidin sulfat, masukkan ke dalam labu tentukur kurang 100 mg kuinidin sulfat dengan 10 ml larutan asam
50-ml, larutkan dengan 5 ml metanol P, dan encerkan sulfat P (1 dalam 350), saring: filtrat yang diencerkan
dengan Fase gerak sampai tanda. menunjukkan fluoresensi biru terang, yang hilang pada
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg, penambahan beberapa tetes asam klorida P.
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan B. Harga Rf bercak utama Larutan uji sama dengan
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. harga Rf bercak utama Larutan baku seperti tertera pada
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Kemurnian kromatografi.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi C. Kocok sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
dilengkapi dengan detektor 235 nm dan kolom 3,9 mm x kurang 100 mg kuinidin sulfat dengan 10 ml larutan asam
30 cm berisi bahan pengisi L1. Lakukan kromatografi klorida P (1 dalam 100), saring, filtrat menunjukkan
terhadap Larutan kesesuaian sistem seperti tertera pada reaksi Sulfat seperti tertera pada Uji Indentifikasi Umum
Prosedur: waktu retensi relatif kuinidin dan <291>.
dihidrokuinidin berturut-turut adalah lebih kurang 1,0 dan
1,5; resolusi, R, antara kuinidin dan dihidrokuinidin tidak Disolusi <1231>
kurang dari 2,5, dan simpangan baku relatif respons Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,01 N
puncak tidak lebih dari 2,0%. Alat tipe 1: 100 rpm
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 50 Waktu: 45 menit
µl) Larutan uji ke dalam kromatogram, rekam Prosedur Lakukan penetapan jumlah
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Respons (C20H24N2O2)2.H2SO4.2H2O yang terlarut dengan
puncak dihidrokuinidin tidak lebih besar dari 0,25 puncak mengukur serapan alikuot jika perlu encerkan dengan
kuinidin. Media disolusi dan serapan larutan baku Kuinidin Sulfat
BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang
Cemaran senyawa organik mudah menguap serapan maksimum lebih kurang 248 nm.
<471>Metode I Memenuhi syarat. Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kurang dari 85% (Q) (C20H24N2O2)2. H2SO4.2H2O, dari
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 200 jumlah yang tertera pada etiket.
mg zat, larutkan dalam 20 ml anhidrida asetat P,
panaskan perlahan-lahan jika perlu. Dinginkan larutan, Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
tambahkan 20 ml anhidrida asetat P. Titrasi dengan Prosedur keseragaman kandungan
asam perklorat 0,1 N LV menggunakan indikator 4 tetes Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kuinidin
p-naftolbenzein LP hingga warna hijau, gunakan buret Sulfat BPFI, larutkan dalam larutan asam klorida P (1
mikro 10 ml. Lakukan penetapan blangko. dalam 100) hingga kadar lebih kurang 40 µg per ml.
Larutan uji Serbukkan 1 tablet dan masukkan ke dalam
Tiap ml asam perklorat 0,1 N labu tentukur 250-ml, tambahkan lebih kurang 175 ml
setara dengan 24,90 mg garam alkaloid total, larutan asam klorida P (1 dalam 100), dan kocok secara
dihitung sebagai (C20H24N2O2)2.H2SO4 mekanik selama 30 menit. Encerkan dengan larutan asam
- 735 -
klorida P (1 dalam 100) sampai tanda. Saring, buang 20 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
ml filtrat pertama. tidak tembus cahaya.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji jika perlu encerkan
secara kuantitatif, dan Larutan baku pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 345 nm, KUININ ETILKARBONAT
menggunakan air sebagai blangko. Hitung jumlah dalam EUKUININ
mg kuinidin sulfat, (C20H24N2O2)2.H2SO4.2H2O, dalam Quinine Ethylcarbonate
tiap tablet yang digunakan dengan rumus: N H
C CH2
TC AU
CH2 H
H3CO
CH2
D AS HC
H
N
OCOOC2H5
Larutan pembanding Masukkan 1,0 ml asam sulfat Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
0,005 M LV ke dalam tabung Nessler, tambahkan 5 ml Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
asam klorida encer P dan air hingga 50 ml. dilengkapi dengan detektor 235 nm dan kolom 4,0 mm x
Prosedur Bila Larutan uji dan Larutan pembanding 15 cm berisi bahan pengisi L1, ukuran pertikel 5 µm.
tidak jernih, saring kedua larutan dengan cara yang sama. Pertahankan suhu kolom pada 40º. Lakukan kromatografi
Pada masing-masing larutan tambahkan 2 ml barium terhadap larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur
klorida LP, campur, biarkan selama 10 menit. Bandingkan respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R,
kekeruhan kedua larutan secara vertikal atau horizontal: antara kuinin dan dihidrokuinin tidak kurang dari 2,7 dan
Larutan uji tidak lebih keruh dari Larutan pembanding. resolusi, R antara kuinin dan kuinin etilkarbonat tidak
kurang dari 5. Lakukan pengamatan kromatogram selama
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj. dua kali waktu retensi kuinin etilkarbonat.
Larutan uji Timbang saksama 2,0 g zat ke dalam krus Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
yang sesuai, pijarkan hati-hati pada suhu rendah hingga sama (lebih kurang 10 µl) Larutan uji dan Larutan baku.
mengarang. Selama pemijaran krus tidak boleh ditutup Ukur respons puncak cemaran utama dalam Larutan uji
rapat. Dinginkan dan tambahkan 2 ml asam nitrat P dan 5 yang muncul pada 1,dua kali waktu retensi kuinin
tetes asam sulfat P, panaskan hati-hati hingga asap putih etilkarbonat: tidak lebih dari 10,0%. Jumlah respons
tidak terbentuk lagi. Pijarkan dalam tanur pada suhu 500 selain puncak utama dan puncak cemaran utama Larutan
- 600, sampai arang habis terbakar. Dinginkan, uji tidak lebih besar dari respons kuinin Larutan baku.
tambahkan 2 ml asam klorida P, tutup, digesti diatas
tangas uap selama 15 menit, buka dan uapkan perlahan- Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 0,3 g zat
lahan diatas tangas uap hingga kering. Basahkan sisa larutkan dalam 60,0 ml asam asetat glasial P, tambahkan
dengan 3 tetes asam klorida P, tambahkan 10 ml air 2 ml asam asetat anhidrat P, dan titrasi secara
panas, dan digesti selama 2 menit. Tambahkan 1 tetes potensiometrik dengan asam perklorat 0,1 M LV. Lakukan
fenolftalein LP dan tambahkan amonium hidroksida LP penetapan blangko lakukan koreksi seperlunya.
tetes demi tetes, hingga larutan berwarna merah pucat.
Tambahan 2 ml asam asetat encer P. Saring jika perlu, Tiap ml asam perklorat 0,1 M LV
bilas krus dan penyaring dengan 10 ml air. Kumpulkan setara dengan 19,824 mg C23H28N2O4
filtrat dan air cucian dalam tabung Nessler dan encerkan
dengan air hingga 50 ml. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Larutan baku Uapkan 2 ml asam nitrat P, 5 tetes asam
sulfat P dan 2 ml asam klorida P diatas tangas air,
lanjutkan penguapan sampai kering diatas tangas pasir. KUININ HIDROKLORIDA
Basahi residu dengan 3 tetes asam klorida P. Tambahkan Quinine Hydrochloride
2,0 ml Larutan baku timbal, selanjutnya lakukan seperti
pada Larutan uji. (8S,9R)-6’-Metoksi kinkonan-9-ol hidroklorida dihidrat
Prosedur Tambahkan pada Larutan uji dan Larutan [6119-47-7]
baku masing-masing 1 tetes natrium sulfida LP, campur C20H24N2O2.HCl.2H2O BM 396,9
dan diamkan selama 5 menit. Amati permukaan dari atas Kuinin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
pada dasar putih; warna yang terjadi pada Larutan uji 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C20H24N2O2.HCl,
tidak lebih gelap dari warna yang terjadi pada Larutan dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
baku.
Pemerian Hablur jarum halus seperti sutera, tidak
Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara berwarna; kadang-kadang berkelompok.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kelarutan Larut dalam air; mudah larut dalam etanol,
Fase gerak Larutkan 1,2 g natrium oktansulfonat P dalam kloroform; sangat sukar larut dalam eter. Larutan
dalam 1000 ml campuran air-metanol P (1:1) atur pH dalam kloroform bisa tidak jernih, karena mengandung
sampai 3,5 dengan penambahan asam fosfat P encer (1 bintik air.
dalam 20), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera Baku pembanding Kuinin Sulfat BPFI; Kuinidin Sulfat BPFI.
pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Larutkan masing-masing Identifikasi
lebih kurang 5,0 mg Kuinin Etilkarbonat BPFI dan A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
Kuinin Sulfat BPFI dalam 50,0 ml Fase gerak. secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Totolkan secara
Larutan uji Larutkan lebih kurang 20 mg zat dalam terpisah masing-masing 4 µl larutan dalam metanol P
100,0 ml Fase gerak . yang mengandung (1) zat uji 1,0% dan (2) Kuinidin Sulfat
Larutan baku Larutkan 25 mg Kuinin Sulfat BPFI BPFI 1,0 % pada lempeng kromatografi silika gel G
dalam 100,0 ml Fase gerak. Pipet 2,0 ml tambahkan Fase setebal 0,25 mm. Masukkan perlahan-lahan lempeng ke
gerak hingga 100 ml. dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan
- 737 -
fase gerak toluen P-eter P-dietilamina P (60:36:15) dan Larutan B Buat larutan Kuinidin Sulfat BPFI dalam
biarkan merambat hingga 15 cm di atas garis penotolan. Fase gerak dengan cara yang sama seperti Larutan uji.
Angkat lempeng, keringkan pada aliran udara selama 15 Larutan C Campur sejumlah volume yang sama
menit dan ulangi eluasi. Keringkan lempeng pada suhu Larutan A dan Larutan B.
105º selama 30 menit, biarkan hingga dingin dan semprot Enceran larutan A Pipet 1 ml Larutan A, encerkan
lempeng dengan iodoplatinat LP. Harga Rf warna dan dengan Fase gerak hingga 10 ml. Pipet 1 ml larutan,
ukuran bercak utama larutan (1) sesuai dengan larutan encerkan dengan Fase gerak hingga 50 ml.
(2). Larutan D Larutkan sejumlah tiourea P dalam Fase
B. Pada 5 ml larutan 10 mg zat dalam 10 ml air, gerak hingga kadar 1,0 mg per ml.
tambahkan 0,2 ml air brom LP dan 1 ml amonium Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
hidroksida 2 N: terjadi warna hijau zamrud. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
C. Larutkan 100 mg zat dalam 3 ml dan encerkan dilengkapi dengan detektor 250 nm untuk mengamati
dengan air hingga 100 ml: menunjukkan fluoresensi biru kromatogram Larutan D, detektor 316 nm untuk
kuat yang hampir hilang pada penambahan 1 ml asam mengamati kromatogram larutan lainnya dan kolom baja
klorida P. tahan karat 4,6 m x 15 - 25 cm berisi bahan pengisi L1.
D. Menunjukkan reaksi Klorida cara A dan D seperti Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit.
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Prosedur Suntikkan secara terpisah 10 µl Larutan B
dan Larutan D ke dalam kromatograf. Jika perlu, atur
Kejernihan larutan <881> Harus jernih; lakukan kadar asetonitril P dalam Fase gerak hingga faktor
penetapan menggunakan larutan 2,0% dalam air bebas kapasitas puncak kuinidin dalam Larutan B antara 3,5 -
karbon dioksida P. 4,5; VR dihitung terhadap puncak tiourea dalam Larutan
D. Suntikkan secara terpisah masing-masing 10 µl
Warna dan Akromisitas <1291> Metode III Warna Larutan A, Larutan B, Larutan C dan Enceran larutan A
larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan W6. ke dalam kromatograf. Kromatogram Larutan A
Lakukan penetapan menggunakan larutan 2,0%. menunjukkan puncak utama kuinin dan puncak
dihidrokuinin dengan waktu retensi relatif terhadap
pH <1071> Antara 6,0 dan 6,8; lakukan penetapan kuinin lebih kurang 1,4. Kromatogram Larutan B
menggunakan larutan 1%. menunjukkan puncak utama kuinin dan puncak
dihidrokuinin dengan waktu retensi relatif terhadap
Rotasi jenis <1081> Antara -245º dan -258º; lakukan kuinin lebih kurang 1,2. Kromatogram Larutan C
penetapan menggunakan larutan 2% dalam asam klorida menunjukkan 4 puncak masing-masing adalah puncak
0,1 N. kuinin, dihidrokuinin, kuinidin dan dihidrokuinin.
Bandingkan waktu retensi masing-masing puncak
Susut pengeringan <1121> Antara 6,0% - 10,0%; tersebut dengan puncak yang diperoleh dari Larutan A
lakukan pengeringan pada suhu 100º - 105º hingga bobot dan Larutan B. Uji ini tidak memenuhi syarat (a) jika
tetap, menggunakan 1 g zat. faktor resolusi antara puncak kuinin dan kuinidin atau
Barium Pada 15 ml larutan 2,0% dalam air bebas karbon faktor resolusi antara puncak dihidrokuinin dan kuinin
dioksida P tambahkan 1 ml asam sulfat 2 N dan diamkan yang diperoleh dari Larutan C masing-masing kurang
larutan selama tidak kurang dari 15 menit: larutan tidak dari 1,5 dan 1,0 atau (b) jika perbandingan ”signal to
lebih opalesen dari campuran 15 ml larutan 2,0% dan 1 noise” terhadap puncak utama yang diperoleh dari
ml air. Enceran larutan A kurang dari 5. Suntikkan 10 µl
Larutan uji ke dalam kromatograf dan lakukan
Sulfat Tidak lebih dari 500 bpj; lakukan penetapan kromatografi selama dua setengah kali waktu retensi
seperti tertera pada uji batas Sulfat dalam Kodein puncak utama. Hitung kadar dalam persentase zat sejenis
Hidroklorida menggunakan 15 ml larutan 2,0% dalam air dengan cara normalisasi, mengabaikan luas puncak yang
bebas karbon dioksida P sebagai Larutan uji. lebih kecil dari puncak yang diperoleh pada Enceran
larutan A. Kadar dihidrokuinin, zat sejenis yang tereluasi
Alkaloid kinkona lain Lakukan penetapan dengan cara sebelum kuinin dan zat sejenis lain masing-masing tidak
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada lebih dari 10%, 5% dan 2,5%.
Kromatografi <931>.
Fase gerak Larutkan 6,8 g kalium fosfat monobasa P Sisa pemijaran <301> Metode II Tidak lebih dari 0,1%,
dan 3,0 g heksilamina P dalam 700 ml air, atur pH hingga lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.
2,8 dengan asam fosfat 1 M, tambahkan 60 ml asetonitril P
dan encerkan dengan air hingga 1000 ml. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg zat, mg zat, larutkan dalam campuran 50 ml asam asetat
larutkan dalam 5 ml Fase gerak, jika perlu panaskan glasial P dan 20 ml anhidrida asetat P, tambahkan 5 ml
perlahan-lahan, encerkan dengan Fase gerak hingga 10 ml. raksa(II) asetat LP. Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV,
Larutan A Buat larutan Kuinin Sulfat BPFI dalam Fase tetapkan titik akhir secara potensiometrik.
gerak dengan cara yang sama seperti Larutan uji.
- 738 -
Tiap ml asam perklorat 0,1 N Rotasi jenis <1081> Antara -235 dan -245, dihitung
setara dengan 18,04 g C20H24N2O2.HCl terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan menggunakan
larutan dalam asam klorida 0,1 N yang mengandung 200
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik mg zat per 10 ml.
dan terlindung cahaya.
Air <1031> Metode I Antara 4,0% dan 5,5%.
H
N H
Senyawa tak larut dalam kloroform-etanol Tidak lebih
H3CO H H2SO4 2H2O
dari 2 mg (0,1%); lakukan penetapan sebagai berikut:
CH2 Hangatkan 2 g zat dalam 15 ml campuran kloroform P-
N
etanol mutlak P (2:1) pada suhu lebih kurang 50º selama
2
10 menit. Saring melalui penyaring kaca masir yang
sudah ditara, menggunakan pengisap secara perlahan.
Garam kuinin sulfat (2:1) dihidrat [6119-70-6], Cuci penyaring lima kali, tiap kali dengan 10 ml
Garam kuinin sulfat (2:1) anhidrat [804-63-7] campuran kloroform-etanol seperti di atas, keringkan pada
(C20H24N2O2)2.H2SO4.2H2O BM 782,93 suhu 105º selama 1 jam dan timbang.
(C20H24N2O2)2.H2SO4 BM 746,93
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan
Kuinin Sulfat adalah garam sulfat alkaloid yang diperoleh cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
dari kulit kayu tanaman Cinchona. Mengandung tidak Kromatografi <931>.
kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% garam Fase gerak Buat campuran kloroform P-aseton P-
alkaloid total, dihitung sebagai (C20H24N2O2)2.H2SO4, dietilamina P (5:4:1) yang tidak dijenuhkan.
terhadap zat anhidrat. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kuinin Sulfat
BPFI, larutkan dalam etanol encer P, hingga kadar 6 mg
Pemerian Hablur putih, berbentuk jarum halus, biasanya per ml.
tidak bercahaya, massa ringan dan mudah memadat; tidak Enceran larutan baku Encerkan sejumlah Larutan
berbau dan mempunyai rasa pahit yang lama. Menjadi baku dengan etanol P hingga kadar 0,06 mg per ml.
berwarna bila terpapar cahaya. Larutan jenuh bersifat Larutan senyawa sejenis Larutkan sejumlah Kuininon
netral atau basa terhadap lakmus. BPFI dalam etanol encer P hingga kadar 0,05 mg per ml
(setara dengan 0,06 mg sebagai sulfat) dan sinkonidin
Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam etanol, dalam 0,10 mg (sesuai dengan 0,12 mg sebagai sulfat).
kloroform, dan dalam eter; mudah larut dalam etanol Larutan uji Larutkan sejumlah zat dalam etanol encer
pada suhu 80º, dalam campuran kloroform-etanol mutlak P, hingga kadar 6 mg per ml.
(2:1); agak sukar larut dalam air pada suhu 100º. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
µl Larutan uji, Larutan baku, Enceran larutan baku dan
Baku pembanding Kuinin Sulfat BPFI; tidak boleh Larutan senyawa sejenis pada lempeng kromatografi
dikeringkan. Merupakan bentuk dihidrat dari kuinin silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke
sulfat. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak dan biarkan
cahaya. Kuininon BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan merambat lebih kurang 15 cm di atas garis penotolan.
dalam wadah tidak tembus cahaya, tertutup rapat. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan biarkan
menguap. Semprot lempeng dengan asam asetat glasial
P, amati di bawah cahaya ultraviolet 366 nm dan tandai
Identifikasi bercak yang tampak. Bercak Larutan uji tidak lebih besar
A. Larutan (1 dalam 2000) dalam larutan asam sulfat P atau lebih intensif dari bercak Larutan senyawa sejenis
(1 dalam 350) menunjukkan fluoresensi biru terang yang pada harga Rf yang sama. Selain bercak tersebut dan
hilang pada penambahan beberapa tetes asam klorida P. bercak yang timbul pada harga Rf yang sama dengan
B. Harga Rf bercak utama Larutan uji sama dengan kuinin sulfat, setiap bercak tambahan yang berfluoresensi
harga Rf bercak utama Larutan baku seperti tertera pada tidak lebih besar atau intensif dari bercak Enceran
Kemurnian kromatografi. larutan baku. Semprot lempeng dengan kalium
C. Larutan zat (1 dalam 50) yang dibuat dengan iodoplatinat LP. Setiap bercak Larutan uji tidak lebih
penambahan beberapa tetes asam klorida P menunjukkan besar atau lebih intensif dari bercak Larutan senyawa
reaksi Sulfat cara A, B dan C seperti tertera pada Uji sejenis.
IdentifikasiUmum <291>.
- 739 -
Dihidrokuinin sulfat Lakukan penetapan dengan cara Baku pembanding Kuinin Sulfat BPFI; tidak boleh
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dikeringkan. Merupakan bentuk dihidrat dari kuinin
Kromatografi <931>. sulfat. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
Larutan asam metanasulfonat Tambahkan 35,0 ml cahaya. Kuininon BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan
asam metanasulfonat P ke dalam 20,0 ml asam asetat dalam wadah tidak tembus cahaya, tertutup rapat.
glasial P, encerkan dengan air hingga 500 ml.
Larutan dietilamina Larutkan 10,0 ml dietilamina P Identifikasi
dalam air hingga 100 ml. A. Kocok sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P-Larutan kurang 100 mg kuinin sulfat dengan 100 ml larutan asam
asam metanasulfonat-Larutan dietilamina (860:100:20:20), sulfat P (1 dalam 350), saring: filtrat yang diencerkan
saring dan awaudarakan. Atur pH hingga 2,6 dengan menunjukkan fluoresensi biru terang, yang hilang pada
penambahan Larutan dietilamina. penambahan beberapa tetes asam klorida P.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama lebih B. Pada uji Kemurnian kromatografi, harga Rf bercak
kurang 10 mg masing-masing kuinin sulfat dan utama Larutan uji sama dengan Larutan baku.
dihidrokuinin sulfat, masukkan ke dalam labu tentukur C. Kocok sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
50-ml. Larutkan dengan 5 ml metanol P, encerkan dengan kurang 20 mg kuinin sulfat dengan larutan asam klorida
Fase gerak sampai tanda. P (1 dalam 100) saring, filtrat menunjukkan reaksi Sulfat
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 20 mg zat, cara A, B dan C seperti yang tertera padaUji Indentifikas
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan Umum <291>.
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. D. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram
Kesesuaian sistem Lakukan Kromatografi kinerja Larutan uji sama dengan Larutan baku seperti yang
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. diperoleh pada Penetapan kadar.
Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan
detektor 235 nm dan kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan Disolusi <1231>
pengisi L1. Lakukan seperti tertera pada Prosedur: waktu Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,01N
retensi relatif kuinin dan dihidrokuinin berturut-turut Alat tipe 1: 100 rpm
lebih kurang 1 dan 1,5; resolusi, R, antara puncak kuinin Waktu: 45 menit
dan dihidrokuinin tidak kurang 1,2 dan simpangan baku Prosedur Lakukan penetapan jumlah
relatif respons puncak kuinin tidak lebih dari 2,0%. (C20H24N2O2)2.H2SO4.2H2O yang terlarut dengan
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 50 mengukur serapan filtrat alikuot, jika perlu encerkan
µl) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam dengan Media disolusi dan serapan larutan baku Kuinin
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Respons Sulfat BPFI dalam media yang sama pada panjang
puncak dihidrokuinin tidak lebih besar dari 1/9 puncak gelombang serapan maksimum lebih kurang 248 nm.
kuinin (10%). Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) (C20H24N2O2)2. H2SO4.2H2O, Kuinin
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 200 Sulfat, dari jumlah yang tertera pada etiket.
mg zat, larutkan dalam 20 ml anhidrida asetat P, titrasi
dengan asam perklorat 0,1 N LV hingga warna hijau, Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat; lakukan
menggunakan indikator 4 tetes p-naftolbenzein LP penetapan sebagai berikut: Serbukkan 1 tablet dan
gunakan mikroburet 10 ml. Lakukan penetapan blangko. masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, tambahkan
lebih kurang 175 ml larutan asam klorida P (1 dalam
Tiap ml asam perklorat 0,1 N 100), dan kocok secara mekanik selama 30 menit.
setara dengan 24,90 mg garam alkaloid total,dihitung Tambahkan larutan asam klorida P (1 dalam 100) sampai
sebagai (C20H24N2O2)2.H2SO4 tanda. Saring, buang 20 ml filtrat pertama. Ukur serapan
filtrat dan larutan Kuinin Sulfat BPFI 40 µg per ml dalam
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, larutan asam klorida P (1 dalam 100) pada panjang
tidak tembus cahaya. gelombang serapan maksimum lebih kurang 345 nm,
menggunakan air sebagai blangko. Jika serapan filtrat
terlalu besar, lakukan pengenceran. Hitung jumlah zat
TABLET KUININ SULFAT aktif dalam mg, sebagai (C20H24N2O2)2.H2SO4.2H2O,
Quinine Sulfate Tablet dalam tablet dengan rumus:
dalam µg per ml Larutan baku; AU dan AS berturut-turut Makroskopik Potongan-potongan kulit batang, berlekuk
adalah serapan Larutan uji dan Larutan baku. tajam, panjang sampai 30 cm atau lebih dan tebal 2-6
mm; permukaan luar tidak bersih, warna abu-abu atau
Kemurnian kromatografi abu-abu kecoklatan, seringkali bermulut, kasar, ditandai
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk tablet dengan celah melintang, beralur memanjang atau
setara dengan lebih kurang 150 mg kuinin sulfat, kocok berkerut; permukaan luar dari beberapa varietas dapat
dengan 25 ml etanol encer P selama 10 menit dan saring. dikelupas; permukaan dalam coklat kemerahan, bercelah;
Selanjutnya lakukan uji Kemurnian kromatografi seperti patahannya pendek pada bagian luar dan berserat pada
yang tertera pada Kuinin Sulfat. bagian luar dan berserat pada bagian dalam. Potongan-
potongan kulit akar berlekuk atau berliku-liku panjang 2 -
Penetapan kadar [Catatan Untuk respons puncak, 7 cm, celah tidak rata; permukaan luar agak bersisik,
gunakan luas area]. Lakukan Kromatografi cair kinerja permukaan dalam berwarna coklat kemerahan sama
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. dengan warna dari permukaan dalam kulit batang;
Larutan asam metanasulfonat, Larutan dietilamina, patahannya berserat.
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem dan Kesesuaian
sistem Lakukan seperti yang tertera pada uji Mikroskopik Bagian melintang dari gabus menunjukkan
Dihidrokuinin Sulfat dalam Kuinin Sulfat. beberapa lapisan dari dinding sel yang relatif tipis dengan
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 20 mg isi coklat kemerahan. Lapisan korteks terdiri dari sel-sel
Kuinin Sulfat BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur berbintik yang memanjang tangensial dan berisi butiran-
100-ml, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai butiran pati dengan diameter 6 - 10 µm, atau zat amorf
tanda. coklat kemerahan dengan idioblas yang tersebar,
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang 20 mengandung kristal kalsium oksalat dan sel sekretori
tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara yang besar, diameter 100 - 350 µm, ruangan pada bagian
dengan lebih kurang 160 mg kuinin sulfat, masukkan ke interval dekat bagian dalam; floem, tabung pengayak
dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 80 ml metanol P sempit, dengan lempeng-lempeng pengayak melintang
dan kocok secara mekanik selama 30 menit. Encerkan dan parenkim floem yang serupa korteks dengan jaringan
dengan metanol P sampai tanda dan saring. Buang 10 ml floem bentuk kumparan karakteristik yang besar,
filtrat pertama. Pipet 3 ml filtrat ke dalam labu tentukur diameter sampai 90 µm (biasanya 40 -70 µm) dengan
25-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. dinding tebal bergaris melintang menyolok berbentuk
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume corong dipisahkan dengan lubang-lubang yang terjadi
sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan Larutan uji atau berturut-turut tidak beraturan; garis medulari lebar 2-
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur 3 sel, dengan dinding yang tipis, sel-selnya sedikit radial
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam dalam mg, memanjang; sklereidanya jarang; tidak ada sel sekretori
jumlah kuinin sulfat dan dihidrokuinin sulfat, dalam dari kulit akar.
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
Identifikasi
2500 rb .U rd .U
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
C
3 rb . S rd . S
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>, menggunakan
silika gel G sebagai fase diam dan fase gerak campuran
kloroform P-dietilamina P(90:10). Totolkan secara
C adalah kadar Kuinin Sulfat BPFI dalam mg per ml terpisah dengan jarak 2 cm masing-masing 1 µl larutan
Larutan baku; rb,U dan rb, S berturut-turut adalah respons berikut. Larutan 1, tambahkan 0,1 ml amonium
puncak kuinin dalam dalam Larutan uji dan Larutan hidroksida P dan 5 ml kloroform P pada 100 mg serbuk,
baku; rd,U dan rd,S berturut-turut adalah respons puncak diamkan selama 30 menit, sesekali kocok kuat-kuat dan
dihidrokuinin dalam Larutan uji dan Larutan baku. saring. Uapkan filtrat sampai kering di atas tangas air dan
larutkan residu dalam 1 ml etanol mutlak P. Larutan 2,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. larutkan 17,5 mg kuinin; 0,5 mg kuinidin; 10 mg sinkonin
dan 10 mg sinkonidin dalam 5 ml etanol mutlak P.
Angkat lempeng, keringkan pada suhu 100°-105° selama
KULIT KINA lebih kurang 10 menit sampai bau dietilamina tidak
Cinchona Bark terdeteksi, dinginkan, semprot dengan asam format
anhidrat P, amati di bawah cahaya ultraviolet 366 nm.
Kulit Kina adalah kulit kayu kering dari Cinchona Bercak kuinin dan kuinidin menunjukkan fluoresensi
pubescens Vahl (Cinchona succirubra Pavon) (Familia biru. Semprot dengan kalium iodoplatinat LP.
Rubiaceae) atau dari varietasnya atau hibridanya. Kadar Kromatogram dari Larutan 2 menunjukkan 3 bercak
alkaloid jumlah tidak kurang dari 6,5%, 30% - 60% berwarna violet, kemudian menjadi abu-abu violet, yaitu
adalah alkaloid golongan kuinin. kuinin (Rf 0,2-0,3), kuinidin (Rf 0,3-0,4) dan sinkonin (Rf
0,4-0,5). Bercak sinkonidin berwarna biru tua dengan
Pemerian Bau khas. harga Rf sedikit lebih rendah dari kuinidin. Kromatogram
- 741 -
Larutan 1, memberikan bercak, baik harga Rf maupun pada masing-masing panjang gelombang 316 nm dan 348
intensitas sesuai dengan bercak kuinin, kuinidin, sinkonin nm.
dan sinkonidin dari Larutan 2.
B. Panaskan hati-hati 500 mg serbuk dalam tabung Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
reaksi menggunakan api bebas: terjadi tetes-tetes merah terlindung cahaya.
darah pada dinding tabung. Biarkan dingin dan larutkan
tetes-tetes tersebut dalam etanol P 70%: terjadi larutan
berfluoresensi biru bila dilihat di bawah cahaya ultraviolet LAKTOSA ANHIDRAT
366 nm. Anhydrous Lactose
C. Kocok 100 mg serbuk dengan 5 ml asam sulfat 2 N
selama satu menit, saring. Pada 1 ml filtrat tambahkan 0,2
ml kalium raksa(II) iodida LP: terbentuk endapan.
Encerkan sisa filtrat dengan air hingga 10 ml: larutan
yang terjadi dilihat di bawah cahaya ultraviolet 366 nm
menunjukkan fluoresensi biru yang akan hilang bila
ditambahkan asam klorida P.
Laktosa [63-42-3]
Bahan organik asing Tidak lebih dari 2%; lakukan C12H22O11 BM 342,30
penetapan seperti tertera pada Pengambilan Contoh dan
Metode Analisis Simplisia <671>. Laktosa Anhidrat terutama adalah beta laktosa atau
campuran dari alfa dan beta laktosa.
Sisa pemijaran <301>Metode II Tidak lebih dari 4,0%;
menggunakan 1 g serbuk. Pemerian Serbuk putih atau hampir putih.
Penetapan kadar Campur 1 g serbuk dengan 5 ml Kelarutan Mudah larut dalam air; praktis tidak larut
larutan natrium hidroksida P 10% dalam labu 200 ml. dalam etanol.
Tambahkan 100 g benzen P dan didihkan hati-hati
menggunakan pendingin refluks di dalam tangas air Baku pembanding Laktosa Anhidrat BPFI; lakukan
sehingga permukaan air lebih tinggi dari cairan di dalam pengeringan pada suhu 80 selama 2 jam sebelum
labu, panaskan selama 6 jam, dinginkan dan timbang digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Sukrosa
sampai bobot semula dengan penambahan benzen P. BPFI; jangan dikeringkan sebelum digunakan. Simpan
Pindahkan 50 g larutan benzen ke dalam corong pisah dalam wadah tertutup rapat. Fruktosa BPFI; lakukan
dan ekstraksi sekurangnya enam kali, tiap kali dengan 15 pengeringan dalam hampa udara pada suhu 70 selama 4
ml asam klorida 0,1 N. Lakukan uji terhadap 2 ml hasil jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
ekstraksi terakhir untuk memastikan bahwa alkaloid rapat, terlindung cahaya. Dekstrosa BPFI; bentuk anhidrat
terekstraksi sempurna. Didihkan kumpulan ekstrak dari dekstrosa, lakukan pengeringan pada suhu 105
selama 2-3 menit untuk menghilangkan sisa-sisa benzen, selama 16 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
dinginkan dan encerkan dengan asam klorida 0,1 N tertutup rapat.
hingga 1000 ml. Buat larutan 0,003% kuinin dalam dan
larutan 0,003% sinkonin dalam asam klorida 0,1 N. Ukur Identifikasi
serapan ketiga larutan tersebut pada panjang gelombang A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
serapan maksimum 316 nm dan 348 nm. Hitung dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
kandungan mg alkaloid golongan kuinin (X) dan alkaloid menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang
golongan sinkonin (Y) dalam 500 mg zat dengan rumus: yang sama seperti pada Laktosa Anhidrat BPFI.
B. Lakukan Uji identifikasi B seperti yang tertera pada
X
A316 A348 c A316 c A348 Laktosa Monohidrat, kecuali gunakan Laktosa Anhidrat
A316 q A248 c A316 c A348 q BPFI untuk menggantikan Laktosa Monohidrat BPFI
dalam Larutan baku A dan B dan gunakan laktosa
dan
anhidrat untuk Larutan uji.
A316 A348 cq A316 q A348
C. Lakukan uji Identifikasi C seperti tertera pada
Y Laktosa Monohidrat.
A316 c A248 q A316 q A348 c
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; lakukan
A316 danA348 berturut-turut adalah serapan larutan yang pengeringan pada suhu 80 selama 2 jam.
diuji, A316 (q) dan A348 (q) berturut-turut adalah serapan
larutan yang mengandung kuinin untuk kadar 0,0001% Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 1,0%; lakukan
dan A316 (c) dan A348 (c) berturut-turut adalah serapan penetapan untuk sediaan yang mengandung laktosa anhidrat
larutan yang mengandung sinkonin untuk kadar 0,0001% dalam campuran metanol P-formamida P (2:1).
- 742 -
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 5 bpj. Penandaan Menyatakan jumlah alfa dan beta laktosa,
tentukan berdasarkan kandungan anomer alfa dan beta.
Kandungan anomer alpha dan beta Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada
Kromatografi <931>. LAKTOSA MONOHIDRAT
Pereaksi sililasi Buat campuran piridin P- Monohydrate Lactose
trimetilsililimidazol P (72:28).
Campuran resolusi Buat campuran alfa laktosa Laktosa [63-42-3]
monohidrat dan beta laktosa yang mempunyai C12H24O12 BM 360,31
perbandingan anomer lebih kurang 1:1, berdasarkan pada
kandungan anomer alfa laktosa monohidrat dan beta Laktosa Monohidrat merupakan disakarida alami yang
laktosa yang tertera pada etiket. diperoleh dari susu, mengandung 1 molekul glukosa dan 1
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada molekul galaktosa [Catatan Laktosa monohidrat dapat
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan dimodifikasi sesuai dengan sifat fisikanya. Dapat
detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 4 mm x 90 cm mengandung laktosa amorf dalam jumlah bervariasi].
berisi fase cair G19 3% pada bahan penyangga S1A.
Pertahankan suhu kolom pada lebih kurang 215, suhu Pemerian Serbuk putih, mengalir bebas.
injektor dan detektor pada lebih kurang 275. Gunakan
helium P sebagai gas pembawa dengan laju alir lebih Kelarutan Mudah larut dalam air secara perlahan-lahan;
kurang 40 ml per menit. praktis tidak larut dalam etanol.
Prosedur derivatisasi Masukkan lebih kurang 1 mg zat
ke dalam vial 5-ml yang dilengkapi dengan tutup ulir,
Baku pembanding Laktosa Monohidrat BPFI; untuk uji
tambahkan 0,45 ml dimetil sulfoksida P, tutup vial rapat-
identifikasi lakukan pengeringan pada suhu 80 selama 2
rapat dengan tutup ulir, vorteks hingga larut. Tambahkan
jam. Untuk pengujian kuantitatif, lakukan penetapan
1,8 ml Pereaksi sililasi, tutup vial rapat-rapat dan campur
kadar air secara titrimetri pada saat digunakan. Simpan
perlahan. Masukkan lebih kurang 1 mg Campuran
dalam wadah tertutup rapat. Sukrosa BPFI; jangan
resolusi ke dalam vial reaksi 5-ml kedua yang dilengkapi
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
dengan tutup ulir, tambahkan 0,45 ml dimetil sulfoksida
tertutup rapat. Fruktosa BPFI; lakukan pengeringan
P, tutup vial rapat-rapat, vorteks hingga larut. Tambahkan
1,8 ml Pereaksi sililasi, tutup vial rapat-rapat dengan dalam hampa udara pada suhu 70 selama 4 jam sebelum
tutup ulir dan campur perlahan. Pertahankan kedua vial digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
pada suhu ruang selama 20 menit sebelum digunakan. terlindung cahaya. Dekstrosa BPFI; bentuk anhidrat dari
Prosedur Suntikkan 2,0 µl Campuran resolusi yang dekstrosa, lakukan pengeringan pada suhu 105 selama
telah diderivatisasi ke dalam kromatograf dan rekam 16 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
kromatogram. Ukur respons puncak utama. Waktu retensi rapat.
relatif untuk derivat silil dari alpha laktosa dan lebih
kurang 0,7 beta laktosa berturut-turut adalah 1,0; resolusi, Kejernihan dan warna larutan Larutan 1 g zat dalam
R, antara kedua puncak tidak kurang dari 3,0. Dengan 10 ml air mendidih: larutan jernih dan hampir tidak
cara yang sama suntikkan 2,0 µl laktosa anhidrat yang berwarna. Ukur serapan larutan pada panjang gelombang
telah diderivatisasi ke dalam kromatograf. Ukur respons 400 nm.Serapan dibagi tinggi puncak dalam cm tidak
puncak utama. Hitung persentase dari anomer alpha lebih dari 0,04.
dalam zat uji dengan rumus:
Identifikasi
ra A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
100 dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida
ra rb
P,menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Laktosa Monohidrat
ra adalah respons puncak anomer derivat alpha silil; rb BPFI.
adalah respons puncak anomer derivat beta silil. Hitung B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
persentase anomer beta dalam zat uji yang digunakan secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
dengan rumus: Penjerap Campuran Silika gel P setebal 0,25 mm.
Fase gerak Buat larutan yang terdiri dari campuran
rb
100 etilen diklorida P-asam asetat glasial P-metanol P-air
rb r a (50:25:15:10).
Pengencer Campuran metanol P-air (3:2).
Syarat lain Memenuhi syarat Wadah dan penyimpanan,
Larutan baku A Buat larutan Laktosa Monohidrat
Kejernihan dan warna larutan, Rotasi jenis <1081>,
BPFI dalam Pengencer dengan kadar 0,5 mg per ml.
Batas mikroba <51>, Keasaman-kebasaan, Sisa
Larutan baku B Buat larutan Dekstrosa BPFI, Laktosa
pemijaran <301>, Protein dan cemaran yang menyerap
Monohidrat BPFI, Fruktosa BPFI dan Sukrosa BPFI
cahaya <1191>, seperti tertera pada Laktosa Monohidrat.
- 743 -
dalam Pengencer masing-masing dengan kadar 0,5 mg per Protein dan cemaran yang menyerap cahaya Ukur
ml. serapan cahaya larutan 1% (b/v) pada rentang 210 nm -
Larutan uji Masukkan lebih kurang 25 mg zat ke 300 nm. Serapan dibagi tinggi puncak dalam cm tidak
dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan encerkan dengan lebih dari 0,25 pada rentang 210 nm - 220 nm dan tidak
Pengencer sampai tanda. lebih dari 0,07 pada rentang 270 nm - 300 nm.
Prosedur Secara terpisah masing-masing totolkan 2 µl
Larutan baku A, Larutan baku B dan Larutan uji pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
lempeng kromatografi yang dilapisi silika gel setebal 0,25
mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi Penandaan Jika pada etiket dinyatakan distribusi ukuran
yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak selama lebih partikel, hal tersebut juga menunjukkan nilai rentang
kurang 1 jam sebelum digunakan. Biarkan merambat masing-masing untuk d10, d50 dan d90. Untuk laktosa
hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, monohidrat yang dimodifikasi, pada etiket harus
keringkan dalam aliran udara hangat dan elusi kembali dicantumkan metode modifikasi.
lempeng dalam Fase gerak baru. Angkat lempeng,
keringkan dalam aliran udara hangat. Semprot lempeng
dengan larutan yang mengandung 0,5 g timol P dalam LAMIVUDIN
campuran etanol P-asam sulfat P (95:5). Panaskan Lamivudine
lempeng pada suhu 130 selama 10 menit: bercak utama
dan harga Rf dari Larutan uji sesuai dengan Larutan baku
A. Uji tidak absah kecuali kromatogram dari Larutan
baku B menunjukkan empat bercak yang terlihat jelas,
abaikan bercak pada titik penotolan.
C. Larutkan 250 mg zat dalam 5 ml air. Tambahkan 3
ml amonium hidroksida P, panaskan dalam tangas air pada (-)-1-[(2R,5S)-2-(Hidroksimetil)-1,3-oksatiolan-5-il] sitosin
[134678-17-4]
suhu 80 selama 10 menit: terjadi warna merah.
C8H11N3O3S BM 229,26
Lamivudin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
Rotasi jenis <1081> Antara +54,4 dan +55,9; dihitung
tidak lebih dari 102,0% C8H11N3O3S, dihitung terhadap
terhadap zat anhidrat, lakukan penetapan pada suhu 20. zat anhidrat dan bebas pelarut.
Larutkan 10 g zat dalam 80 ml air dengan pemanasan
hingga 50. Biarkan dingin, tambahkan 0,2 ml amonium Pemerian Padat, putih atau hampir putih. Melebur pada
hidroksida 6 N. Diamkan selama 30 menit, encerkan suhu lebih kurang 176.
dengan air hingga 100 ml.
Kelarutan Larut dalam air.
Batas mikroba <51> Angka mikroba aerob total tidak
lebih dari 100 per g; angka jamur dan ragi total tidak Baku pembanding Lamivudin BPFI tidak boleh
lebih dari 50 per g dan tidak boleh mengandung dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Escherichia coli. terlindung cahaya. Simpan dalam lemari beku, Campuran
Resolusi A Lamivudin BPFI; tidak boleh dikeringkan,
Keasaman-kebasaan Larutkan 6 g zat dalam 25 ml air simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
bebas karbondioksida P dengan pemanasan, dinginkan dan Simpan dalam lemari beku; Campuran Resolusi B
tambahkan 0,3 ml fenolftalein LP: larutan tidak berwarna, Lamivudin BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam
tambahkan natrium hidroksida 0,1 N: diperlukan tidak wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Simpan dalam
lebih dari 0,4 ml hingga terjadi warna merah. suhu ruang.
Sisa pemijaran<301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan Serapan cahaya Tidak lebih dari 0,0015, lakukan seperti
pemijaran pada suhu 600 ± 25. pada Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>
menggunakan larutan 50 mg per ml dalam air,
Logam berat<371> Tidak lebih dari 5 bpj; larutkan 4 g menggunakan sel 4 cm pada panjang gelombang 440 nm.
zat dalam 20 ml air hangat, tambahkan 1 ml asam klorida
0,1 N, encerkan dengan air hingga 25 ml. Air <1031> Metode 1c Tidak lebih dari 0,2%.
- 744 -
Batas lamivudin enantiomer. Tidak lebih dari 0,3%, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. detektor ionisasi nyala dengan kolom 0,53 mm x 50 m
Larutan amonium asetat 0,1M Larutkan lebih kurang berisi bahan pengisi G1 berlapis film setebal 5 m dan
7,7 g amonium asetat P dalam air dan encerkan dengan suatu sistem injektor split. Gas pembawa adalah hidrogen
air hingga 1000 ml. P pada tekanan 5 psig, laju alir lebih kurang 320 ml per
Fase gerak Buat campuran Larutan amonium asetat menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: mula-
0,1 M-metanol P (95:5), saring dan awaudarakan. mula suhu kolom dipertahankan pada 70 selama 3 menit,
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah kemudian ditingkatkan sebesar 30 per menit hingga 200
Campuran Resolusi A Lamivudin BPFI, larutkan dalam dan pertahankan suhu ini selama 6,5 menit. Pertahankan
air hingga diperoleh kadar 0,25 mg per ml. suhu injektor dan detektor masing-masing pada 150 dan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg zat, 250.
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
encerkan dengan air sampai tanda. sama (lebih kurang 0,5 l) Larutan baku dan Larutan uji
Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada ke dalam kromotograf, rekam kromatogram dan ukur
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi respons puncak. Hitung persentase masing-masing pelarut
dilengkapi dengan detektor 270 nm dan kolom 4,6 mm x sisa dalam zat uji dengan rumus:
25 cm berisi bahan pengisi L45. Pertahankan suhu kolom
antara 15º dan 30º. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, dan C RU
10
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti W R s
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara lamivudin dan
lamivudin enantiomer tidak kurang dari 1,5 [Catatan
Waktu retensi relatif lamivudin dan lamivudin enantiomer C adalah kadar masing-masing analit dalam mg per ml
masing-masing adalah lebih kurang 1,0 dan 1,2]. Larutan baku, W adalah bobot lamivudin yang digunakan
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang dalam g; RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
10l) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam respons puncak masing-masing analit terhadap baku
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung internal yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan
persentase lamivudin enantiomer dalam zat yang baku.
digunakan dengan rumus :
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan
cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
rU Kromatografi<931>.
100 Larutan amonium asetat 0,025 M, Fase gerak, Larutan
U
r rS kesesuaian sistem dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak lamivudin Larutan asam salisilat Timbang saksama sejumlah
enantiomer dan lamivudin. asam salisilat, larutkan dan encerkan secara kuantitatif
dan bertahap dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang
Batas sisa pelarut Tidak lebih dari 0,2% etanol, tidak 0,625 g per ml.
lebih dari 0,2% isopropil asetat, tidak lebih dari 0,1% Larutan baku dan Larutan uji Gunakan Larutan baku
metanol, tidak lebih dari 0,1% trietilamin dan tidak lebih dan Larutan uji seperti pada Penetapan kadar.
dari 0,3% total sisa pelarut. Lakukan penetapan dengan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
cara Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi sama (lebih kurang 10 l) Larutan asam salisilat dan
<931>. Larutan uji ke dalam kromotograf, rekam kromatogram
Larutan baku internal Ukur saksama lebih kurang 1 ml dan ukur semua respons puncak. Hitung persentase asam
2-pentanon, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, salisilat dalam zat dengan rumus:
encerkan dengan campuran dimetil sulfoksida P-air (1:1)
sampai tanda.
C rU
Larutan baku Pipet 10 ml Larutan baku internal, ke 10
dalam labu tentukur 100-ml. Pada labu yang sama W rS
tambahkan masing-masing lebih kurang 100 l, etanol
anhidrat P, isopropilasetat P, metanol P dan trietilamina C adalah kadar asam salisilat dalam g per ml Larutan
P. Encerkan dengan campuran dimetil sulfoksida P dan asam salisilat; W adalah bobot lamivudin dalam mg
air (1:1) sampai tanda. untuk pembuatan Larutan uji; rU dan rS berturut-turut
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 5 g zat, adalah respons puncak asam salisilat yang diperoleh dari
masukkan kedalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 10 Larutan uji dan Larutan asam salisilat. Hitung persentase
ml Larutan baku internal, encerkan dengan campuran masing-masing cemaran dalam zat dengan rumus:
dimetil sulfoksida P dan air (1:1) sampai tanda.
- 745 -
r r
100 i 100C U
rS rS
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran selain C adalah kadar Lamivudin BPFI dalam mg per ml
asam salisilat yang diperoleh dari Larutan uji; rS adalah Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
jumlah respons puncak, tidak lebih dari 0,3% untuk puncak Larutan uji dan Larutan baku.
puncak dengan waktu retensi relatif lebih kurang 0,4;
tidak lebih dari 0,2% untuk puncak dengan waktu retensi Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
lebih kurang 0,9; tidak lebih dari 0,1% asam salisilat; tidak tembus cahaya dan simpan pada suhu ruang.
tidak lebih dari 0,1% cemaran lain; dan tidak lebih dari
0,6% total cemaran.
LANATOSIDA C
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Lanatoside C
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
O
Kromatografi <931>.
O
Larutan amonium asetat 0,025 M Masukkan lebih
kurang 1,9 g amonium asetat P ke dalam labu tentukur OH
OH
Campuran Resolusi B Lamivudin BPFI dalam 2 ml Fase O
O
gerak. HO
OH OCCH3
O
Larutan baku timbang saksama sejumlah Lamivudin OH
B. Pada uji Senyawa sejenis, pita bercak utama pada semprot dengan asam sulfat P 5% dalam etanol P dan
kromatogram yang diperoleh dari larutan (2) sesuai dalam panaskan pada suhu 140 selama 15 menit. Amati di
posisi, warna dan ukuran dengan kromatogram yang bawah cahaya biasa. Pada kromatogram, setiap pita
diperoleh dari larutan (3). bercak lain selain pita bercak utama yang diperoleh dari
C. Suspensikan 0,5 mg zat dalam 0,2 ml etanol P 60%, Larutan 1 tidak lebih intensif dari pita bercak yang
tambahkan 0,1 ml larutan asam 3,5-dinitrobenzoat P 2% diperoleh dari Larutan 4, tidak lebih dari 3 pita bercak
dalam etanol P dan 0,1 ml natrium hidroksida 2 N: terjadi lebih intensif dari pita bercak yang diperoleh dari Larutan
warna lembayung. 6 dan tidak lebih intensif dari pita bercak dari Larutan 5.
D. Larutkan 5 mg zat dalam 5 ml asam asetat glasial
P, tambahkan 0,05 ml besi(III) klorida LP, dan 2 ml asam Penetapan kadar Sebelum melakukan penetapan kadar,
sulfat P hingga membentuk lapisan dasar, diamkan. masukkan zat uji dan zat baku dalam desikator berisi
Terjadi cincin coklat tetapi tidak kemerahan pada larutan jenuh kalium tiosianat P selama 24 jam. Lakukan
permukaan batas ke dua larutan, dan warna kuning Penetapan kadar terlindung cahaya. Timbang saksama 50
kehijauan yang berubah menjadi hijau kebiruan yang mg dan larutkan dalam etanol P hingga diperoleh larutan
menyebar ke lapisan atas. 50,0 ml, encerkan 5,0 ml dengan etanol P hingga 100,0
ml. Pada 5,0 ml larutan tambahkan 3,0 ml trinitrofenol
Kejernihan larutan Harus jernih; lakukan penetapan basa LP, biarkan di atas tangas air pada suhu 19 hingga
menggunakan larutan 2,0% dalam metanol P. 21 selama 40 menit. Ukur serapan larutan pada panjang
gelombang serapan maksimum 484 nm, menggunakan
Warna dan Akromisitas <1291>Metode III Warna campuran 5,0 ml etanol P dan 3,0 ml trinitrofenol basa
larutan tidak lebih intensif dari Larutan padanan W7, LP. Hitung kandungan C49H76O20 dari serapan yang
lakukan penetapan menggunakan larutan 2% dalam diukur bersamaan, menggunakan Lanatosid C BPFI,
metanol . dengan memperhatikan hasil dari Susut pengeringan.
Rotasi jenis <1081> +32,0 - +35,5; lakukan penetapan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dari kaca
menggunakan larutan 2% dalam metanol P. kedap udara, terisi baik, terlindung cahaya; simpan di
tempat dengan suhu tidak lebih dari 10.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 7,5%;
lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P pada
suhu 100-105 pada tekanan 11,14-18,57 mmHg sampai LANSOPRAZOL
bobot tetap, mengunakan 500 mg zat. Lansoprazole
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan
penetapan menggunakan residu dari Susut pengeringan. NH CH3
O CF3
Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis N S
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
O N
Fase gerak campuran toluen P-etanol P diklorometan
P-air (60:30:20:1). 2-3-metil-4-(2,2,2-trifluoroetoksi)-2-piridinil
Larutan 1 Timbang sejumlah zat larutkan dalam metilsulfinilbenzimidazol [103577-45-3]
metanol P hingga kadar 2,0%. C16H14F3N3O2S BM 369,36
Larutan 2 Timbang sejumlah zat larutkan dalam
metanol P hingga kadar 0,2%. Lansoprazol mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
Larutan 3 Timbang sejumlah Lanatosida C BPFI tidak lebih dari 101,0% C16H14F3N3O2S.
larutkan dalam metanol P hingga kadar 0,2%.
Larutan 4 Timbang sejumlah Lanatosida C BPFI Pemerian Serbuk; putih sampai putih kecokelatan.
larutkan dalam metanol P hingga kadar 0,030%.
Larutan 5 Timbang sejumlah Lanatosida C BPFI Kelarutan Mudah larut dalam dimetilformamida, praktis
larutkan dalam metanol P hingga kadar 0,020%. tidak larut dalam air. Melebur pada suhu 160º disertai
Larutan 6 Timbang sejumlah Lanatosida C BPFI peruraian.
larutkan dalam metanol P hingga kadar 0,010%.
Prosedur Totolkan sepanjang 10 mm masing-masing 5 Baku Pembanding Lansoprazol BPFI; tidak boleh
l dari enam larutan diatas, pada lempeng kromatografi dikeringkan sebelum digunakan. Simpan pada suhu
silika gel G. Masukkan lempeng ke dalam bejana dingin, dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
kromatografi berisi Fase gerak dan biarkan merambat 15 Senyawa Sejenis A Lansoprazol BPFI: [2-[[[3-metil-4-
cm di atas garis penotolan. Angkat lempeng, keringkan (2,2,2-trifluoroetoksi)-2-piridil]metil]sulfonil]
dengan aliran udara dingin dan masukkan kembali ke benzimidazol] (C16H14F3N3O3S BM 385,36); tidak boleh
dalam bejana dengan arah yang sama. Angkat lempeng, dikeringkan sebelum digunakan. Simpan pada suhu
keringkan dengan aliran udara dingin selama 5 menit,
- 747 -
dingin, dalam wadah tertutup rapat dan terlindung labu tentukur 10-ml dan encerkan dengan Pengencer
cahaya. sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Identifikasi Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah dilengkapi dengan detektor 285 nm dan kolom 4,6 mm x
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P 15 cm, berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan m. Laju alir lebih kurang 0,8 ml per menit.
gelombang yang sama dengan Lansoprazol BPFI. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
100.000) dalam metanol P menunjukkan serapan Tabel 1
maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang Waktu Larutan A Larutan B Elusi
sama dengan Lansoprazol BPFI. (Menit) (%) (%)
0 – 40 9020 1080 gradien
linier
Air <1031> Metode Ia Tidak lebih dari 0,10%, lakukan
40 – 50 20 80 isokratik
penetapan menggunakan 1,0 g zat dengan 50 ml 50 – 51 2090 8010 gradien
campuran kering piridin P dan etilenglikol P (9:1 hingga linier
8:2) sebagai pelarut. 51 – 60 90 10 isokratik
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,10%. Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Kemurnian kromatografi Total cemaran tidak lebih dari pada Prosedur: resolusi, R, antara lansoprazol dan
1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair senyawa sejenis A lansoprazol tidak kurang dari 6.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
Larutan A Air. sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Larutan B Buat campuran asetonitril P-air-trietilamin P seperti yang tertera pada Prosedur: simpangan baku
(160:40:1), saring dan awaudarakan. Atur pH hingga 7,0 relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3%.
dengan penambahan asam fosfat P. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Pengencer Campuran Larutan A dan Larutan B (9:1). sama (lebih kurang 40 l) Larutan blangko, Larutan baku
Larutan blangko Campuran Pengencer dan metanol P dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
(9:1). kromatogram, perhatikan puncak lansoprazol dan
Fase gerak Gunakan campuran Larutan A dan Larutan cemaran seperti pada Tabel 1. Ukur respons puncak
B dengan perbandingan beragam seperti tertera pada utama, tidak termasuk puncak yang diperoleh dari
Sistem kromatografi. Bila perlu lakukan penyesuaian Larutan blangko. Hitung persentase tiap cemaran dalam
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada zat dengan rumus:
Kromatografi <931>.
Larutan resolusi [Catatan Siapkan segera sebelum CF r i
50
digunakan]. Larutkan masing-masing 5 mg Lansoprazol W rS
BPFI dan Senyawa Sejenis A Lansoprazol BPFI dalam
200 ml metanol P. Pipet 1 ml larutan ini ke dalam labu F adalah faktor respons relatif untuk masing-masing
tentukur 10-ml, encerkan dengan Pengencer sampai puncak cemaran (lihat Tabel 2), C adalah kadar
tanda. Lansoprazol BPFI dalam g per ml Lansoprazol BPFI
Larutan kesesuaian sistem Larutkan sejumlah Senyawa dalam Larutan baku; W adalah bobot dalam mg
Sejenis A Lansoprazol BPFI dalam metanol P, encerkan lansoprazol yang digunakan pada Larutan uji; ri adalah
secara kuantitatif dan bila perlu bertahap dalam metanol respons puncak dari masing-masing cemaran Larutan uji;
P hingga kadar lebih kurang 0,025 mg per ml. Pipet 1 ml dan rS adalah respons puncak lansoprazol Larutan baku.
larutan ini ke dalam labu tentukur 10-ml, encerkan
dengan Pengencer sampai tanda. Tabel 2
Larutan baku [Catatan Lakukan penyuntikan dalam Perkiraan
Faktor
waktu 10 menit setelah larutan disiapkan]. Timbang waktu Batas
respons Nama
retensi (%)
saksama sejumlah Lansoprazol BPFI dan larutkan dalam relatif (F)
relatif
metanol P, encerkan secara kuantitatif dan bila perlu 1,1 1,22 Seyawa Sejenis 0,4
bertahap dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 25 A Lansoprazol
g per ml. Pipet 1 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 0,8 0,76 Cemaran B 0,1
10-ml, encerkan dengan Pengencer sampai tanda. 1,2 1,27 Cemaran C 0,1
Larutan Uji [Catatan Lakukan penyuntikan dalam - 1,00 Cemaran 0,1
waktu 10 menit setelah larutan disiapkan]. Timbang tunggal lain
saksama lebih kurang 125 mg zat, masukkan ke dalam
labu tentukur 50-ml, larutkan dan encerkan dengan Total cemaran tidak lebih dari 0,6%
metanol P sampai tanda. Pipet 1 ml larutan ini ke dalam
- 748 -
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara KAPSUL LEPAS TUNDA LANSOPRAZOL
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Lansoprazole Delayed-Released Capsule
Kromatografi <931>.
Larutan pengencer Buat campuran air-asetonitril P- Kapsul Lepas Tunda Lansoprazol mengandung
trietilamina P (60:40:1), dan atur pH hingga 10,0 dengan lansoprazol, C16H14F3N3O2S, tidak kurang dari 90,0% dan
penambahan asam fosfat P. tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P-trietilamin etiket.
P (60:40:1), saring dan awaudarakan. Atur pH hingga 7,0
dengan penambahan asam fosfat P. Jika perlu lakukan Baku Pembanding Lansoprazol BPFI; tidak boleh
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera dikeringkan sebelum digunakan. Simpan pada suhu
pada Kromatografi <931>. dingin, dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
Larutan resolusi Larutkan sejumlah Lansoprazol BPFI Senyawa Sejenis A Lansoprazol BPFI: [2-[[[3-metil-4-
dan Senyawa Sejenis A Lansoprazol BPFI dalam Larutan (2,2,2-trifluoroetoksi)-2-piridil]metil]sulfonil]
pengencer hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,1 benzimidazol] (C16H14F3N3O3S, BM 385,36); tidak boleh
mg per ml. dikeringkan sebelum digunakan. Simpan pada suhu
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah 4 dingin, dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
etoksi asetofenon dan larutkan dalam Larutan pengencer cahaya.
hingga kadar lebih kurang 2,5 mg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Lansoprazol Identifikasi
BPFI dan larutkan dalam Larutan baku internal hingga A. Masukkan sejumlah serbuk isi kapsul yang setara
kadar lebih kurang 5,0 mg per ml. Pipet 1,0 ml larutan ini dengan 5 mg lansoprazol, tambahkan 5 ml metanol P,
ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan kocok dan sentrifus. Pipet 0,1 ml beningan, tambahkan 10
Pengencer sampai tanda. ml metanol P. Spektrum serapan ultraviolet larutan ini
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan gelombang yang sama seperti pada Lansoprazol BPFI.
encerkan dengan Larutan baku internal sampai tanda, dan B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
campur. Pipet 1 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 50- uji sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh dari
ml dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Penetapan kadar.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Pelepasan obat <961>Metoda A.
dilengkapi dengan detektor 285 nm dan kolom 4,6 mm x TAHAP ASAM
25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan diameter partikel 5 Media asam : 500 ml asam klorida 0,1 N.
m. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan Alat tipe 2 : 75 rpm.
kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam Waktu: 60 menit.
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Prosedur Lakukan segera penetapan jumlah
pada Prosedur: resolusi, R, antara lansoprazol dan C16H14F3N3O3S yang terlarut dengan mengukur serapan
Senyawa Sejenis A Lansoprazol tidak kurang dari 5; 25 ml Larutan uji yang disaring dan dibandingkan dengan
lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam serapan Larutan baku Lansoprazol BPFI dengan kadar
krotogram dan ukur respons puncak seperti tertera pada lebih kurang 8% dari jumlah yang tertera pada etiket per
Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang 500 ml media tahap asam pada panjang gelombang
tidak lebih dari 0,5%. maksimum lebih kurang 306 nm menggunakan media
Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume tahap asam sebagai blangko. Jumlah etanol P yang
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji digunakan tidak lebih dari 0,5% volume total untuk
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur melarutkan baku pembanding sebelum diencerkan dengan
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg media tahap asam. Sejumlah 475 ml sisa yang terdapat
lansoprazol, C16H14F3N3O2S, dalam zat yang digunakan dalam labu disolusi digunakan untuk pembuatan media
dengan rumus: disolusi tahap dapar.
Toleransi Dalam waktu 60 menit larut tidak lebih dari
R 10% (Q) C16H14F3N3O3S dari jumlah yang tertera pada
500 C U
RS etiket.
Media disolusi tahap dapar Tambahkan 425 ml Dapar tekanan tidak lebih dari 5 mmHg selama 5 jam pada 60º
persediaan ke dalam 475 ml sisa yang terdapat dalam menggunakan 1 g zat.
labu disolusi tahap asam. Jika perlu atur pH hingga 6,8
dengan penambahan asam fosfat P atau natrium Penetapan Kadar Lakukan penetapan secara
hidroksida P. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Alat tipe 2: 75 rpm. Kromatografi <931>.
Waktu: 60 menit. Larutan pengencer, Fase gerak dan Larutan resolusi
Prosedur Lakukan segera penetapan C16H14F3N3O3S Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam
yang terlarut dengan mengukur perbedaan serapan alikuot Lansoprazol.
dan serapan baku pada panjang gelombang lebih kurang Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah 4’-
286 dan 650 nm menggunakan Larutan blangko sebagai etoksi asetofenon dan larutkan dalam asetonitril P hingga
blangko. Larutan baku dibuat dari sejumlah Lansoprazol kadar lebih kurang 7,5 mg per ml.
BPFI dengan kadar lebih kurang 70% dari jumlah yang Larutan baku Timbang saksama sejumlah Lansoprazol
tertera pada etiket dalam 900 ml Larutan blangko. Jumlah BPFI dan larutkan dalam campuran natrium hidroksida
metanol P yang digunakan tidak lebih dari 2% volume 0,1 M-asetonitril P (3:2) hingga kadar lebih kurang 3 mg
total untuk melarutkan baku pembanding sebelum per ml. Pipet 25 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 50-
diencerkan dengan Larutan blangko. ml, tambahkan 5,0 ml Larutan baku internal, encerkan
Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak dengan Pengencer sampai tanda, campur. Encerkan
kurang dari 80% (Q) C16H14F3N3O3S dari jumlah yang secara kuantitatif dengan Pengencer hingga diperoleh
tertera pada etiket. larutan dengan kadar lebih kurang 0,1 mg per ml
Lansoprazol BPFI.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Larutan uji Masukkan isi tidak kurang dari 10 kapsul,
Prosedur untuk Uji keseragaman kandungan. setara dengan lebih kurang 300 mg lansoprazol ke dalam
Larutan baku Timbang seksama sejumlah Lansoprazol labu Erlenmeyer 300 ml yang berisi 60,0 ml natrium
BPFI larutkan dalam campuran asetonitril P-natrium hidroksida 0,1 M, dan sonikasi hingga hancur sempurna.
hidroksida 0,1 M LP (7:3) hingga kadar lansoprazol lebih Tambahkan 20,0 ml asetonitril P dan 20,0 ml Larutan
kurang 0,012 mg per ml. baku internal, kocok dan sentrifus bagian suspensi.
Larutan uji Masukkan isi 1 kapsul ke dalam labu Encerkan secara kuantitatif sejumlah volume larutan
tentukur 100-ml, tambahkan 30 ml natrium hidroksida 0,1 jernih dengan Pengencer hingga larutan mengandung
M dan sonikasi hingga hancur. Tambahkan 65 ml lansoprazol lebih kurang 0,1 mg per ml, dan saring
asetonitril P, dinginkan dan encerkan dengan asetonitril menggunakan penyaring membran dengan porositas 0,5
P sampai tanda. Sentrifus sejumlah suspensi dan saring m atau lebih kecil.
melalui penyaring membran dengan porositas 0,5 m atau Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
lebih kecil. Encerkan secara kuantitatif sejumlah volume Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
filtrat dengan campuran asetonitril P-natrium hidroksida dilengkapi dengan detektor 285 nm, dan kolom 4,6 mm x
0,1 M (7:3) hingga kadar lansoprazol lebih kurang 0,012 25 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5
mg per ml. m. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan
Prosedur Ukur segera serapan Larutan uji dan Larutan kromatograf terhadap Larutan resolusi, rekam krotogram
baku pada panjang gelombang serapan maksimum lebih dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
kurang 294 nm, dengan spektrofotometer yang sesuai, resolusi, R, antara dua puncak utama tidak kurang dari 5.
menggunakan campuran asetonitril P-natrium hidroksida Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
0,1 M (7:3) sebagai Larutan blangko. Hitung jumlah kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dalam mg lansoprazol, C16H14F3N3O2S, dalam kapsul pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan
yang digunakan dengan rumus: ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume
LC AU sama ( lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
D AS ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak. Hitung jumlah dalam mg lansoprazol,
C16H14F3N3O2S, dalam isi kapsul yang digunakan dengan
L adalah jumlah lansoprazol seperti tertera pada etiket rumus:
kapsul; C adalah kadar Lansoprazol BPFI dalam mg per
LC R U
ml Larutan baku; D adalah kadar lansoprazol dalam mg
per ml dalam Larutan uji, berdasarkan jumlah lansoprazol D R S
dalam etiket kapsul dan faktor pengenceran; AU dan AS
berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Larutan L adalah jumlah lansoprazol dalam mg, tiap kapsul
baku. seperti tertera pada etiket; C adalah kadar Lansoprazol
BPFI dalam mg per ml Larutan baku; D adalah kadar
Susut Pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%; lansoprazol dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan
lakukan pengeringan diatas fosfor pentoksida P pada jumlah lansoprazol tiap kapsul yang tertera pada etiket
- 750 -
dan tingkat pengenceran; RU dan RS berturut-turut adalah larut air tidak menghilangkan warna 50 µl kalium
respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. permanganat 0,10 N secara sempurna dalam waktu 10
menit.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
dan simpan pada suhu ruang. Klorida <361> Tidak lebih dari 0,035%; lakukan
penetapan sebagai berikut: Refluks 1,0 g zat dengan 20 ml
etanol P, dinginkan, tambahkan 1 ml asam nitrat 2 N,
LEMAK BULU DOMBA saring. Pada filtrat tambahkan 5 tetes larutan perak nitrat
Lanolin P dalam etanol P (1 dalam 50): larutan yang diperoleh
tidak lebih keruh dari blangko yang ditambah 0,50 ml
Adeps Lanae
asam klorida 0,020 N.
Lemak Bulu Domba adalah zat serupa lemak yang
Amonia Tambahkan 1 ml natrium hidroksida 1 N ke
dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Ovis aries Linne
dalam 10 ml lapisan air yang diperoleh dari penetapan
(Familia Bovidae) yang dibersihkan dan dihilangkan
Asam dan basa larut air, uap yang terjadi tidak
warna dan baunya. Mengandung air tidak lebih dari
mengubah warna kertas lakmus P.
0,25%. Boleh mengandung antioksidan yang sesuai tidak
lebih dari 0,02%.
Bilangan iodum Antara 18 dan 36; lakukan penetpan
seperti tertera pada Penetapan bilangan iodum dalam
Pemerian Massa seperti lemak, lengket; warna kuning;
Lemak dan Minyak Lemak <491>, menggunakan 780-820
bau khas.
mg zat.
Kelarutan Tidak larut dalam air; dapat bercampur
Vaselin Didihkan 500 mg zat dengan 40 ml etanol mutlak
dengan air lebih kurang dua kali beratnya; agak sukar
P: larutan jernih atau tidak lebih dari opalesen.
larut dalam etanol dingin; lebih larut dalam etanol panas;
mudah larut dalam eter, dan dalam kloroform.
Senyawa asing [Catatan Lakukan uji dengan
menggunakan pereaksi dan pelarut bebas pestisida.
Baku pembanding Lemak Bulu Domba BPFI.
Bahan pembanding pestisida yang digunakan pada
Larutan baku dapat diperoleh dari perdagangan.]
Jarak lebur <1021> Metode IV Antara 38º dan 44º,
Larutan baku persediaan Buat larutan persediaan dalam
lakukan penetapan menggunakan contoh yang telah
heksan P masing masing hingga kadar 100 mg pestisida
didinginkan pada suhu antara 8º dan 10º.
pembanding per liter. [Catatan Larutan baku persediaan
pekat dapat disimpan di tempat gelap dalam wadah
Keasaman Untuk menetralkan asam bebas dalam 10,0 g
bersumbat kaca, dalam lemari pendingin pada suhu 2º-5º,
zat: diperlukan tidak lebih dari 2,0 ml natrium hidroksida
selama 1 tahun. Hampir semua pestisida dapat segera larut
0,10 N; lakukan penetapan seperti tertera pada Lemak dan
dalam heksan P, meskipun isomer heksaklorosikloheksan
Minyak lemak <491>.
dan golongan DDT harus dilarutkan terlebih dahulu
dengan sedikit mungkin aseton P kemudian diencerkan
Kebasaan Larutkan 2,0 g zat dalam 10 ml eter P,
dengan heksan P hingga kadar yang ditentukan.]
tambahkan 2 tetes fenolftalein LP: larutan tidak berwarna
Larutan baku Encerkan dengan saksama sejumlah
merah.
volume Larutan baku persediaan secara kuantitatif dan
bertahap dengan heksan P hingga diperoleh Larutan baku
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,25; lakukan
dengan kadar seperti pada Tabel. Simpan Larutan baku
penetapan menggunakan 10,0 ml larutan yang dibuat
dalam wadah bersumbat kaca di tempat gelap pada suhu
sebagai berikut: timbang saksama lebih kurang 25 g zat,
2º-5º, dan ganti setiap 2 bulan. [Catatan Jika diperlukan
larutkan dalam 75 ml campuran pelarut kloroform P-
dapat dibuat dua atau lebih larutan baku masing-masing
metanol P (3:2), encerkan dengan campuran pelarut
mengandung tidak lebih dari 8 pestisida pembanding.
hingga 100,0 ml. Lakukan penetapan blangko
Pestisida pembanding untuk Larutan baku campuran
menggunakan 10,0 ml campuran pelarut.
harus dipilih berdasarkan waktu retensi relatif (seperti
pada Tabel) yang cukup berbeda sehingga puncak
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%
kromatogram diharapkan tidak tumpang tindih dan harus
dipilih serta dikombinasi sesuai untuk sistem dan detektor
Asam dan basa larut air Hangatkan 10,0 g zat dengan
kromatografi yang digunakan.]
50 ml air di atas tangas uap, aduk terus hingga lemak
Sistem pembersih kromatografi permeasi gel.
meleleh dan terpisah sempurna pada pendinginan: lapisan
Fase gerak Campuran diklorometan P-heksan P (1:1).
air hampir jernih dan bereaksi netral terhadap kertas
Alat Kromatograf permeasi gel dilengkapi dengan
lakmus P. Simpan lapisan air.
kolom 25 mm x 50 cm berisi 35 g butiran kopolimer
stirena-divinilbenzen yang dimampatkan menjadi kolom
Senyawa mudah teroksidasi larut air Pada 10 ml
dengan panjang 20 cm. Fase gerak dipompakan dengan
larutan yang diperoleh dari penetapan Asam dan basa
- 751 -
laju alir lebih kurang 5 ml per menit, tekanan 8-11 Psi. menghilangkan seluruh sesepora diklometana, tambahkan
Atur agar pemisahan fraksi eluat dari 12-28 menit, bilas heksan P hingga 3,0 ml.
selama 2 menit dan buang fraksi bilasan. Sistem kromatografi I Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan
Kesesuaian sistem detektor penangkap elektron dan kolom 2 mm x 1,8 m
ELUASI LEMAK BULU DOMBA Leburkan sejumlah berisi bahan pengisi 5% fase cair G1 pada partikel
tertentu zat dan saring dengan kertas saring berlipat ke penyangga S1A 80 mesh - 100 mesh. Pertahankan suhu
dalam wadah. Timbang saksama 5,0 g filtrat hangat, awal kolom pada 200°. [Catatan Suhu awal kolom
masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml. Encerkan disesuaiakan agar waktu retensi relatif p,p’-DDT dan
dengan Fase gerak sampai tanda. Masukkan 5,0 ml etion lebih kurang 3,1 dan 2,56 terhadap klorpirifos]
larutan ini ke dalam kolom kromatograf permeasi gel, gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa dengan laju alir
eluasi dengan Fase gerak. Kumpulkan 100 ml eluat diatur 60 ml per menit, hingga waktu retensi klorpirifos
dalam gelas piala yang telah ditara masing-masing berisi lebih kurang 4 menit.
10 ml eluat; uapkan pelarut, dinginkan, timbang gelas Sistem kromatografi II Lakukan seperti tertera pada
piala dan isi, dan hitung jumlah lemak bulu domba yang Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan
diperoleh dari masing-masing 10 ml eluat. Kolom sesuai detektor fotometri nyala dan kolom 2 mm x 1,8 m berisi
jika tidak kurang dari 96% lemak bulu domba tereluasi bahan pengisi 3% fase cair G3 pada partikel penyangga
dalam 60 ml eluat pertama. S1A 80 - 100 mesh. Pertahankan suhu kolom pada 200º.
[Catatan Suhu awal kolom disesuaikan dengan waktu
ELUASI PESTISIDA DARI LEMAK BULU DOMBA retensi relatif etion lebih kurang 3,36 terhadap
Larutkan sejumlah diazinon, diklofention, bromofos etil, klorpirifos.], gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa
lindan dan dieldrin dalam Fase gerak untuk memperoleh dengan laju alir diatur lebih kurang 60 ml per menit,
larutan baku dengan kadar berturut-turut 0,4; 0,4;1,0;0,1; hingga waktu retensi klorpirifos lebih kurang 4 menit.
dan 0,6 µg per ml. Masukkan 5,0 ml larutan ini dalam [Catatan Tentukan kepekaan detektor untuk Sistem
labu tentukur 10–ml yang berisi 2 g Lemak Bulu Domba kromatografi I dan II: pilih atenuasi elektrometer
BPFI, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. sehingga penyuntikan 1,5 µg klorpirifos menghasilkan
Masukkan 5 ml larutan ini ke dalam kolom kromatografi defleksi 50% dari skala penuh pada alat perekam. Jika
permeasi gel dan eluasi dengan 160 ml Fase gerak. kondisi detektor menyimpang dari rentang linier detektor,
Buang 60 ml fraksi pertama dan kumpulkan 100 ml fraksi atur rentang linier dan rekam jumlah dalam ng
berikutnya (dari 60-160 ml). Masukkan kumpulan fraksi klorpirifos yang menghasilkan defleksi 50% skala penuh
ke dalam konsentrator yang dilengkapi dengan labu pada kondisi ini.]
penampung berskala, tambahkan 50 ml heksan P dan Prosedur [Catatan Prosedur di bawah ini harus diikuti
pekatkan dengan penguapan hingga 5 ml. Suntikkan lebih untuk Sistem kromatografi I dan II] Suntikkan secara
kurang 5 µl fraksi ini ke dalam kromatograf seperti tertera terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 5 µl)
pada Sistem kromatografi I dan Sistem kromatografi II. Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf gas,
Rekam kromatogram dan ukur respons puncak yang rekam kromatogram dan ukur respons semua puncak
diperoleh dari 5 pestisida dalam Larutan baku. Hitung dalam kromatogram. Bandingkan respons puncak setiap
perolehan kembali masing-masing pestisida yang residu pestisida dalam kromatogram Larutan uji yang
digunakan dalam larutan Lemak Bulu Domba BPFI yang diperoleh dari setiap sistem kromatografi dengan respons
dipekatkan. Siapkan larutan uji dengan mencampur heksan puncak yang sesuai dengan waktu retensi dalam
P-larutan baku (1:1). kromatogram Larutan baku. Hitung jumlah dalam bpj,
Suntikkan 5 µl Larutan uji ke dalam kromatograf seperti masing-masing residu pada zat dengan rumus:
tertera pada Sistem kromatografi I dan Sistem
kromatografi II, rekam kromatogram dan ukur respons C rU
puncak dari masing-masing pestisida dalam Larutan uji. 30
Bandingkan respons puncak yang diperoleh dari fraksi W rS
Larutan baku terhadap respons puncak pestisida yang
diperoleh dari Larutan uji: tidak kurang dari 85% jumlah rU dan rS berturut-turut adalah luas puncak residu pada
setiap pestisida yang ditambahkan diperoleh kembali. Larutan uji dan Larutan baku; C adalah kadar pestisida
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 6 g zat pembanding dalam mg per liter Larutan baku; W adalah
yang telah dileburkan dengan memanaskan di atas tangas bobot zat uji dalam g: masing-masing residu tidak lebih
air dan masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml. Larutkan dari 10 bpj dan jumlah seluruh residu yang ditetapkan
dalam 25 ml Fase gerak, encerkan dengan Fase gerak tidak lebih dari 40 bpj.
sampai tanda dan saring. Masukkan 5,0 ml larutan ini ke
dalam kolom dan eluasi dengan 160 ml Fase gerak. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
Buang 60 ml fraksi pertama dan kumpulkan fraksi sebaiknya pada suhu ruang terkendali.
berikutnya ke dalam evaporator. Pekatkan dengan
penguapan diatas tangas air hingga 3 ml, tambahkan lebih
kurang 50 ml heksan P dan uapkan kembali untuk
- 752 -
Tabel
Larutan baku Waktu retensi relatif
(µg / ml) terhadap klorpirifos
Detektor Detektor
Pembanding pestisida penangkap fotometri Sistem 1 Sistem 2
electron nyala
Tetrakloronitrobenzen (TCNB) 0,05 - 0,29 0,24
Alfa heksaklorosikloheksan
(alfa BHC) 0,05 - 0,40 0,35
Beta heksaklorosikloheksan
(beta BHC) 0,30 - 0,43 0,56
Heksaklorobenzen (HCB) 0,05 - 0,45 0,33
Gamma heksaklorosikloheksan
(Lindan) 0,05 - 0,48 0,41
Propetamfos - 0,30 0,48 0,42
Diazinon - 0,20 0,52 0,40
Diklofention 0,10 0,20 0,67 0,56
Ronnel 0,30 0,40 0,81 0,66
Heptaklor 0,10 - 0,83 0,60
Malation - 0,40 0,91 1,05
Klorpirifos 0,30 0,30 1,00 1,00
Aldrin 0,20 - 1,05 0,76
Etil pirimifos - 0,40 1,14 1,14
Klorfenvinfos 0,40 0,40 1,17 1,40
Heptaklor Epoksida 0,20 - 1,29 1,17
Klorfenvinfos Z 0,40 0,50 1,30 1,51
Etil Bromofos 0,40 0,50 1,51 1,45
1,1’-Dikloro-2-(2-klorofenil)-2-
(4klorofenil)etena o,p-DDE) 0,30 - 1,55 1,51
1,1’-Dikloro-2-(4-klorofenil)-2-(4-
klorofenil)etena p,p-DDE) 0,30 - 1,88 1,86
Stirofos 0,60 0,80 1,58 1,97
Alfa endosulfan 0,40 - 1,63 1,47
1,1’-Dikloro-2-(2-klorofenil)-2-(4-
klorofenil)etana o,p-TDE) 0,40 - 1,90 2,19
Dieldrin 0,30 - 1,91 1,84
Endrin 0,40 - 2,13 2,29
Beta endosulfan 0,40 - 2,19 2,77
1,1 -Dikloro-2,2-bis(4-klorofenil)etana
p,p-TDE) 0,40 - 2,41 2,87
1,1,1 -Trikloro-2-(2-klorofenil)-2-(4-
klorofenil)etana o,p-DDT) 0,40 - 2,55 2,70
Etion 1,00 0,40 2,56 3,36
Karbofenotion 0,80 1,00 2,94 3,70
1,1,1 -Trikloro-2,2-bis(4-kloro-
fenil)etana p,p-TDE) 0,50 - 3,13 3,50
Metoksiklor 0,60 - 4,70 7,20
Karbofenotion sulfon 5,00 - 5,10 9,20
Karbofenotion sulfoksida 5,00 - 5,40 10,00
- 753 -
digunakan untuk analisis kuantitatif. Simpan dalam kadar Leukovorin Kalsium BPFI anhidrat, dalam mg per
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. Endotoksin BPFI ml Larutan baku;V adalah volume injeksi dalam ml yang
[Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi digunakan; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi], dari Larutan uji dan Larutan baku.
rekonstitusi semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14
hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal,
lemari pendingin. tidak tembus cahaya, sebaiknya dari kaca Tipe I.
perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Leukovorin
larutan baku Leukovorin Kalsium BPFI dalam Media Kalsium BPFI dan Asam 10-formilfolat BPFI, larutkan
disolusi pada panjang gelombang serapan maksimum dan encerkan dengan air hingga diperoleh kadar
lebih kurang 284 nm. leukovorin kalsium lebih kurang 500 µg per ml dan asam
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak 10-formilfolat lebih kurang 10 µg per ml.
kurang dari 75% (Q) C20H21CaN7O7, dari jumlah yang Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
tertera pada etiket. 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
dengan lebih kurang 50 mg leukovorin, masukkan ke
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan lebih kurang 50
Prosedur keseragaman kandungan ml air, sonikasi selama 30 menit, encerkan dengan air
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Leukovorin sampai tanda, saring.
Kalsium BPFI, larutkan dalam air hingga kadar lebih Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
kurang 10 µg per ml. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Larutan uji Serbukkan 1 tablet dan masukkan dalam dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
labu tentukur yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2 ml
air hingga kadar lebih kurang 10 µg per ml. Saring, buang per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
filtrat pertama. rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif asam 10-
dalam sel 1-cm pada panjang gelombang serapan formilfolat dan leukovorin berturut-turut lebih kurang 2,3
maksimum lebih kurang 284 nm menggunakan air dan 1,0; resolusi, R, antara puncak leukovorin dan asam
sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg leukovorin 10-formilfolat tidak kurang dari 1,5; simpangan baku
kalsium, C20H21CaN7O7, dalam tiap tablet dengan rumus: relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
T AU sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
C ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
D AS
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
leukovorin, C20H23N7O7, dalam serbuk tablet yang
C adalah kadar Leukovorin Kalsium BPFI dalam g per digunakan dengan rumus:
ml Larutan baku; T adalah jumlah leukovorin kalsium,
dalam mg tiap tablet seperti tertera pada etiket; D adalah
473 ,45 L rU
kadar leukovorin kalsium dalam g per ml Larutan uji, C
berdasarkan jumlah per tablet yang tertera pada etiket dan 511 ,50 D rS
faktor pengenceran; AU dan AS berturut-turut adalah
serapan dari Larutan uji dan Larutan baku. 473,45 dan 511,50 berturut-turut adalah bobot molekul
leukovorin dan leukovorin kalsium anhidrat; C adalah
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran tidak kadar Leukovorin Kalsium BPFI anhidrat, dalam mg per
lebih dari 2,5% dan total cemaran tidak lebih dari 4,0%. ml Larutan baku; L adalah jumlah dalam mg leukovorin
Lakukan penetapan seperti tertera pada Penetapan kadar. dalam tiap tablet yang tertera pada etiket; D adalah kadar
Hitung persentase tiap puncak, selain puncak leukovorin leukovorin, dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan
pada kromatogram yang diperoleh dari Larutan uji jumlah per tablet yang tertera pada etiket dan faktor
dengan rumus: pengenceran; rU dan rS berturut-turut adalah respons
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
r
100 i Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
rt terlindung cahaya, pada suhu ruang terkendali.
Levamisol Hidroklorida mengandung tidak kurang dari Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C11H12N2S.HCl,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Kemurnian kromatografi Jumlah semua cemaran tidak
lebih dari 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara
Pemerian Serbuk hablur putih hingga krem muda; tidak Kromatogtafi lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi
berbau atau hampir tidak berbau. <931>.
Fase gerak Campuran toluen P-aseton P-amonium
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam metanol; praktis hidroksida P (60:40:1).
tidak larut dalam eter; sukar larut dalam metilen klorida. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan dan
encerkan dalam metanol P hingga kadar 50 mg per ml.
Baku pembanding Levamisol Hidroklorida BPFI; Tidak Enceran larutan uji Encerkan 1,0 ml Larutan uji, dengan
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat metanol P hingga 10 ml.
dan terlindung cahaya. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Levamisol
Hidroklorida BPFI, larutkan dalam metanol P hingga kadar 5
Identifikasi mg per ml.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah Enceran larutan baku Encerkan 1,0 ml Larutan baku
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P, dengan metanol P hingga 20 ml.
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 l
gelombang yang sama seperti pada Levamisol Larutan uji, Enceran larutan uji, Larutan baku, dan Enceran
Hidroklorida BPFI. larutan baku pada lempeng kromatografi silika gel P setebal
B. Warna, ukuran dan harga Rf bercak utama dari 0,25 mm, biarkan bercak mengering. Masukkan lempeng ke
Enceran larutan uji sesuai dengan Larutan baku pada uji dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak, biarkan
Kemurnian kromatografi jika diamati di bawah cahaya merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat
ultraviolet pada panjang gelombang 254 nm. lempeng, biarkan selama 15 menit. Amati bercak di bawah
C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C seperti cahaya ultraviolet pada panjang gelombang 254 nm. Ukuran
tertera padaUji Identifikasi Umum <291>. dan intensitas bercak lain selain bercak utama dari Larutan uji
tidak lebih dari Enceran larutan baku (sesuai dengan 0,5%
Kesempurnaan melarut <901> Memenuhi syarat; masing-masing cemaran). Paparkan lempeng dengan uap
lakukan penetapan menggunakan larutan 500 mg zat iodum dalam bejana tertutup selama 15 menit. Amati bercak:
dalam 10 ml air. ukuran dan intensitas bercak lain selain bercak utama dari
Larutan uji tidak lebih dari Enceran larutan baku (sesuai
Warna larutan Lakukan penetapan menggunakan larutan dengan tidak kurang 0,5% masing-masing cemaran).
yang diperoleh pada Kesempurnaan melarut: larutan
harus tidak berwarna atau berwarna tidak lebih intensif Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 200
dari warna larutan padanan yang dibuat dengan mg zat, larutkan dalam 30 ml etanol P. Tambahkan 5,0 ml
mencampur 2,5 ml Larutan padanan F yang dibuat asam klorida 0,01 N dan titrasi dengan natrium
menurut cara yang tertera pada Warna dan Akromisitas hidroksida 0,1 N LV. Lakukan penetapan kedua titik
<1291> dengan 97,5 ml asam klorida 0,12 N. infleksi secara potensiometrik. Hitung volume dalam ml
natrium hidroksida 0,1 N yang digunakan antara kedua
Serapan cahaya Lakukan seperti tertera pada titik tersebut.
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
Serapan larutan 1 mg per ml zat uji dalam asam klorida Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
metanol 0,2 N pada panjang gelombang 310 nm tidak setara dengan 24,08 mg C11H12N2S.HCl
lebih dari 0,20.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
Jarak lebur <1021> Antara 226 dan 231. terlindung cahaya.
levamisol, C11H12N2S, dalam serbuk tablet yang digunakan, masing, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
dengan rumus: pada panjang gelombang serapan maksimum berbeda
tidak lebih dari 3,0%.
204 , 29 rU C.Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
1000 C uji sesuai dengan Larutan baku seperti tertera pada
240 , 75 rS Penetapan kadar.
204,29 dan 240,75 berturut-turut adalah bobot molekul Rotasi jenis <1081> Antara -160 dan -167; lakukan
levamisol dan levamisol hidroklorida; C adalah kadar penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai
Levamisol Hidroklorida BPFI dalam mg per ml Larutan berikut: Timbang saksama lebih kurang 500 mg zat,
baku; ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak dari masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, larutkan dalam
Larutan uji dan Larutan baku. 10 ml asam klorida 1 N, tambahkan 5 g metenamin P,
goyang hingga larut dan tambahkan asam klorida 1 N
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. sampai tanda. Diamkan di tempat gelap pada suhu 25
selama 3 jam.
Penandaan Penandaan harus menyatakan kandungan zat
aktif dan garam yang digunakan dalam formulasi. Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; lakukan
pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam.
HO C C COOH
Senyawa sejenis Masing-masing cemaran dan jumlah
H2
semua cemaran tidak lebih dari batas tertera pada Tabel
H
berikut:
HO
Tabel
(-)-3-(3,4-Dihidroksifenil)-L-alanin [59-92-7] Faktor
C9H11NO4 BM 197,19 Waktu
Respons Batas
Cemaran Retensi
Relatif (%)
Levodopa mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak Relatif
(F)
lebih dari 102,0% C9H11NO4, dihitung terhadap zat yang Senyawa sejenis
0,9 2,4 0,1
telah dikeringkan. A Levodopa
Levodopa 1,0 - -
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir putih; L-Tirosin 1,3 2,7 0,1
3-Metoksitirosin 1,6 1,2 0,5
tidak berbau. Dalam keadaan lembab teroksidasi dengan
1-Veratrilglisin 2,7 1,3 0,1
cepat oleh oksigen udara dan warna menjadi lebih tua. Cemaran tunggal
- 1,0 0,1
tidak diketahui
Kelarutan Mudah larut dalam asam klorida 3 N; sukar Jumlah semua
larut dalam air; tidak larut dalam etanol. - - 1,1
cemaran
Baku pembanding Levodopa BPFI; lakukan Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Cair
pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam sebelum Kinerja Tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat terlindung [Catatan Lindungi semua larutan dari cahaya dan
cahaya pada tempat yang kering dan hindarkan dari panas pertahankan suhu pada 10° sampai disuntikkan pada
berlebih. L-Tirosin BPFI; tidak boleh dikeringkan. kromatograf].
Simpan dalam wadah tertutup rapat. 3-Metoksitirosin Pengencer, Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem,
BPFI; gunakan tanpa pengeringan. Simpan dalam wadah Larutan baku, Larutan uji dan Sistem kromatografi
tertutup rapat, di tempat dingin dan kering. Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume
Identifikasi sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
A.Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
dalam minyak mineral P menunjukkan maksimum hanya semua respons puncak. Hitung persentase masing-masing
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada Levodopa cemaran dengan rumus:
BPFI.
B.Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam C ri
25.000) dalam asam klorida 0,1 N menunjukkan 1000 F
maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang W rS
sama seperti pada Levodopa BPFI; daya serap masing-
- 759 -
H H
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi seperti tertera pada O
Cemaran secara kromatografi Lakukan penetapan seperti dua kali, tiap kali dengan 0,5 ml eter anhidrat P, buang
tertera pada Cemaran secara kromatografi dalam cairan bilasan. Keringkan vial yang berisi hablur dalam
Norgestrel. Persyaratan dipenuhi jika total cemaran dalam desikator hampa udara pada 60° selama 4 jam. Lakukan
Larutan uji tidak lebih dari 2,0% dan tidak ada cemaran penetapan suhu lebur terhadap hablur tersebut seperti
tunggal yang lebih besar dari 0,5%. tertera pada Penetapan jarak lebur atau suhu lebur
<1021> Metode I: suhu lebur tidak kurang dari 220°.
Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti tertera pada
Penetapan kadar dalam Norgestrel menggunakan Disolusi <1231>
Levonorgestrel BPFI sebagai pengganti Norgestrel BPFI. Media disolusi: 500 ml polisorbat 80 P (5 µg per g)
dalam air.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, Alat tipe 2: 75 rpm.
tidak tembus cahaya. Waktu: 60 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C21H28O2 dan
C20H24O2 yang terlarut dengan cara Kromatografi cair
TABLET LEVONORGESTREL DAN ETINIL kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
ESTRADIOL Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (60:40).
Levonorgestrel and Ethynil Estradiol Tablet Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Tablet Levonorgestrel dan Etinil Estradiol mengandung Kromatografi <931>.
levonorgestrel, C21H28O2, dan etinil estradiol, C20H24O2, Larutan baku [Catatan Volume etanol P yang
masing-masing tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih digunakan untuk melarutkan baku pembanding tidak
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. lebih 2% dari total volume]. Timbang saksama masing-
masing Norgestrel BPFI dan Etinil Estradiol BPFI,
Baku pembanding Etinil Estradiol BPFI; lakukan larutkan dan encerkan dengan Media disolusi, hingga
pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam sebelum kadar setara dengan masing-masing analit dari 1 tablet
digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat. dalam 500 ml Media disolusi.
Norgestrel BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam Larutan uji Ambil 15 ml alikuot dari masing-masing
wadah tertutup rapat. bejana dan saring melalui penyaring polifiniliden, buang
10 ml filtrat pertama.
Identifikasi Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
A. Waktu retensi dua puncak utama kromatogram Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang dilengkapi dengan detektor 247 nm (untuk analisis
diperoleh pada Penetapan kadar. levonorgestrel), detektor spektrofluorometri (untuk
B. Serbukkan 20 tablet dan timbang sejumlah serbuk analisis etinil estradiol) dengan panjang gelombang
tablet setara dengan 4 mg levonorgestrel. Tambahkan 250 eksitasi 285 nm dan panjang gelombang emisi 310 nm,
ml campuran isooktana P dan kloroform P (3:1). Sonikasi dan kolom 4 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi L7.
selama 3 menit, kocok secara mekanik selama 30 menit. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan
Saring dan uapkan filtrat sampai kering dengan penguap kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram
rotasi hampa udara. Larutkan residu dalam 3 ml dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
kloroform P dan masukkan dengan menggunakan pipet ke waktu retensi relatif etinil estradiol dan levonorgestrel
dalam corong pisah 60-ml yang berisi 18 ml isooktan P, berturut-turut lebih kurang 0,7 dan 1,0; dan simpangan
bilas labu penguap dengan 3 ml kloroform P dan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%.
masukkan bilasan ke dalam corong pisah. Tambahkan 10 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
ml natrium hidroksida 1 N, kocok kuat, dan biarkan sama (lebih kurang 100 l) Larutan baku dan Larutan uji
lapisan memisah. Buang lapisan air di bawah, saring fase ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
organik melalui 3 g natrium sulfat anhidrat P di atas respons puncak utama. Hitung persentase levonogestrel,
kertas saring, ke dalam gelas piala 50 ml. Bilas kertas C21H28O2, dan etinilestradiol, C20H24O2, yang terlarut dengan
saring dengan sejumlah kecil campuran isooktan P dan rumus:
kloroform P (3:1), tambahkan bilasan ke dalam filtrat,
rU
0 , 5 C 100
dan uapkan di bawah aliran nitrogen P di atas tangas uap
sampai kering. Larutkan residu dalam 1-2 ml toluen P
K rS
panas dan masukkan ke wadah vial dengan menggunakan
pipet. Pekatkan larutan hingga lebih kurang 0,1 ml
C adalah kadar Norgestrel BPFI atau Etinil Estradiol
dengan dialiri nitrogen P sambil dipanaskan. [Catatan
BPFI dalam µg per ml Larutan baku; K adalah jumlah
Pada tahap ini, bagian hablur yang menempel di dinding
yang tertera pada etiket dalam mg C21H28O2 atau
vial harus dipindahkan ke bagian dasar dan dilarutkan
C20H24O2 per tablet; rU dan rS berturut-turut adalah
kembali]. Simpan vial yang berisi larutan toluen jernih
respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
pada 4° semalam sampai terjadi penghabluran. Pindahkan
Toleransi
dan buang larutan dengan menggunakan pipet, bilas hablur
- 761 -
N dan 100 ml asam klorida P) dan 1 ml larutan natrium Liotironin BPFI dalam µg per ml Larutan baku; rU dan rs
nitrit P (1 dalam 100). Diamkan di tempat gelap selama berturut-turut adalah respons puncak liotironin dari
20 menit dan tambahkan 1,25 ml amonium hidroksida P: Larutan uji dan Larutan baku.
terjadi warna merah muda.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Rotasi jenis <1081> Antara -5 dan -6, lakukan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
penetapan menggunakan campuran etanol P dan natrium Kromatografi <931>.
hidroksida 1 N (2:1) berisi setara dengan 30 mg Fase gerak Buat campuran air dan asetonitril P (60:40)
levotiroksin natrium anhidrat per ml. yang mengandung 0,5 ml asam fosfat P untuk 1000 ml
larutan, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Air <1031> Metode III Tidak lebih dari 11,0%; lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
penetapan dengan cara sebagai berikut: timbang saksama Kromatografi <931>.
500 mg zat, keringkan di atas fosfor pentoksida P pada Natrium hidroksida 0,01 M dalam metanol P Larutkan
suhu 60 dan tekanan tidak lebih dari 10 mmHg selama 4 400 mg natrium hidroksida P dalam 500 ml air,
jam. dinginkan, tambahkan 500 ml metanol P.
Larutan baku persediaan Levotiroksin Timbang
seksama Levotiroksin BPFI, larutkan natrium hidroksida
Iodida anorganik Tidak lebih dari 0,08%.
0,01 M dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 0,4
Larutan ekstraksi Buat larutan asam sulfat P dalam air
mg per ml.
(1 dalam 100).
Larutan baku persediaan Liotironin Timbang seksama
Larutan pembanding Timbang saksama sejumlah kalium
Liotironin BPFI, larutkan natrium hidroksida 0,01 M
iodida P, larutkan dalam air hingga kadar 0,131 mg setara
dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 0,4 mg per
dengan 0,100 mg per ml iodida. Pipet 0,6 ml larutan ke
ml. Buat pengenceran 1:100 menggunakan Fase gerak.
dalam labu tentukur 1000-ml, encerkan dengan Larutan
Larutan baku Pipet sejumlah larutan baku Levotiroksin
ekstraksi sampai tanda. Tiap ml larutan pembanding
BPFI dan Larutan baku persediaan Liotironin, masukkan
mengandung 0,06 µg iodida. [Catatan Buat larutan saat
dalam wadah yang sesuai, encerkan secara kuantitatif dan
akan digunakan].
bertahap dengan Fase gerak hingga diperoleh kadar
Larutan uji Masukkan 7,5 mg zat ke dalam gelas piala,
levotiroksin lebih kurang 10 µg per ml dan liotironin
tambahkan 100 ml Larutan ekstraksi dan sonikasi selama
lebih kurang 0,2 µg per ml.
5 menit.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 µg zat,
Sistem elektroda Gunakan elektroda spesifik untuk
masukkan ke dalam tabung sentrifuga, tambahkan 2
iodida, penunjuk ion dan elektroda pembanding perak-
manik kaca, pipet 10 ml Fase gerak ke dalam tabung dan
perak klorida yang dihubungkan dengan pH meter yang
campur dengan menggunakan pengaduk mekanik selama
bisa mengukur potensial dengan reprodusibilitas
3 menit. Sentrifus hingga diperoleh cairan bening, jika
minimum ± 1 mV seperti tertera pada pH <1071>.
perlu saring.
Prosedur Masukkan Larutan pembanding ke dalam
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
gelas piala yang berisi batang pengaduk magnetik. Bilas
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dan keringkan elektroda, masukkan ke dalam larutan,
dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom 4,6 mm x
aduk selama 5 menit atau sampai terlihat stabil dan baca
25 cm dan berisi bahan pengisi L10. Laju alir lebih
potensial dalam mV. Ulangi proses ini menggunakan
kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan uji. Memenuhi syarat jika Larutan uji
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
mempunyai potensial, dalam mV, yang lebih tinggi dari
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
Larutan pembanding.
puncak levotiroksin dan liotironin tidak kurang dari 5,0
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Liotironin natrium Tidak lebih dari 2,0%; lakukan lebih dari 2,0% untuk levotiroksin.
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
seperti tertera pada Kromatografi <931>. sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Fase gerak, Larutan baku, Larutan uji dan Sistem ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan respons puncak utama. Hitung jumlah dalam µg
Kadar. Levotiroksin natrium, C15H10I4NNaO4, dengan rumus:
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar. Hitung jumlah dalam µg liotironin natrium, 798 ,85 rU
C15H11I3NNaO4, dengan rumus: 10 C
776 ,87 rS
672 ,96 rU
10 C 798,85 dan 776,87 berturut-turut adalah bobot molekul
650 ,98 rS levotiroksin natrium dan levotiroksin; C adalah kadar
Levotiroksin BPFI dalam µg per ml Larutan baku; rU dan rS
672,96 dan 650,98 berturut-turut adalah bobot molekul berturut-turut adalah respons puncak levotiroksin dari
liotironin natrium dan liotironin; C adalah kadar Larutan uji dan Larutan baku.
- 763 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat Alat tipe 2 : 50 rpm.
dan terlindung cahaya. Waktu: 45 menit .
Prosedur Lakukan penetapan jumlah levotiroksin
natrium yang terlarut dengan cara Kromatografi cair
TABLET LEVOTIROKSIN NATRIUM kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Levothyroxine Sodium Tablet Fase gerak Buat campuran metanol P dan asam fosfat
P 0,1% (60:40), saring dan awaudarakan. Jika perlu
Tablet Levotiroksin Natrium mengandung levotiroksin lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
natrium C15H10I4NNaO4, tidak kurang dari 90,0% dan tertera pada Kromatografi <931>.
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada Larutan baku Buat larutan persediaan Levotiroksin
etiket. BPFI dalam metanol P dengan kadar lebih kurang 0,1 mg
per ml. Encerkan larutan persediaan ini dengan Media
Baku pembanding Levotiroksin BPFI; gunakan tanpa disolusi hingga diperoleh kadar yang diperkirakan sama
dikeringkan; koreksi kelembaban dengan mengeringkan dengan Larutan uji.
sebagian dalam hampa udara pada suhu 60º selama 4 jam. Larutan uji [Catatan Sebelum digunakan periksa
Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung penyerapan penyaring terhadap obat] Gunakan alikuot.
cahaya. Liotironin BPFI; gunakan tanpa dikeringkan; Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
koreksi kelembaban dengan mengeringkan sebagian dalam Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
hampa udara pada suhu 60º selama 3 jam. Simpan dalam dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom 4,6 mm x
wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya dalam lemari 25 cm dan berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
pendingin. 2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
Fase gerak Buat campuran amil alkohol tersier P-air- ulang tidak lebih dari 4,0%.
amonium hidroksida P (5:4:1), kocok, biarkan, gunakan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
bagian atas. sama (lebih kurang 800 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Pelarut Campuran metanol P-amonium hidroksida P ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
(19:1). respons puncak utama. Hitung jumlah levotiroksin
Penampak bercak Tambahkan 65 ml asam klorida 2 N natrium, C15H10I4NNaO4, yang terlarut.
ke dalam 50 ml larutan natrium arsenit P (1 dalam 10) Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
dalam natrium hidroksida 1 N, sambil diaduk. Campur 1 kurang dari 70% (Q) C15H10I4NNaO4, dari jumlah yang
bagian volume larutan ini dengan 5 bagian volume larutan tertera pada etiket.
besi(III) klorida P (27 dalam 1000) dalam asam klorida 2
N dengan 5 bagian volume larutan kalium CARA 2
heksasianoferat(III) P (35 dalam 1000) yang dibuat segar. Jika produk memenuhi persyaratan uji ini, maka pada
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 15 mg etiket dicantumkan “Memenuhi syarat Cara Disolusi 2”
Levotiroksin BPFI, larutkan dalam 100 ml Pelarut. Media disolusi, Alat, Fase gerak, Larutan baku,
Encerkan 10,0 ml larutan dengan Pelarut hingga 50,0 ml. Larutan uji, Sistem kromatografi dan Prosedur Lakukan
Larutan uji Timbang sejumlah serbuk tablet setara seperti tertera pada Cara 1.
dengan lebih kurang 60 µg levotiroksin natrium, kocok Waktu: 15 menit.
dengan 2 ml campuran Pelarut dalam tabung sentrifuga Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak
dan sentrifus selama 10 menit. kurang dari 80% (Q) C15H10I4NNaO4, dari jumlah yang
Prosedur Totolkan masing-masing 10 µl Larutan baku tertera pada etiket.
dan Larutan uji pada lempeng kromatografi selulosa P
setebal 0,1 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana CARA 3
kromatografi berisi Fase gerak, biarkan merambat hingga 10 Jika produk memenuhi persyaratan uji ini, maka pada
cm. Angkat lempeng, keringkan di udara, semprot dengan etiket dicantumkan “Memenuhi syarat Cara Disolusi 3”.
Penampak bercak: harga Rf bercak biru dari Larutan uji Media disolusi, Alat, Waktu, Larutan baku, dan Larutan
sesuai dengan yang diperoleh dari Larutan baku. uji Lakukan seperti tertera pada Cara 1. [Catatan Larutan
baku disaring seperti pada larutan uji]. Lakukan
Disolusi <1231> [Catatan Semua wadah yang penetapan jumlah , C15H10I4NNaO4 yang terlarut dengan
berhubungan langsung dengan larutan yang mengandung cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
levotiroksin natrium terbuat dari kaca. Jangan gunakan Kromatografi <931>.
pengaduk bentuk dayung dengan pelapis sintetik]. Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P (65:35)
dengan 0,5 ml asam fosfat P per liter, saring dan
CARA I awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Media disolusi: 500 ml asam klorida 0,01 N yang Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
mengandung natrium lauril sulfat P 0,2%.
- 764 -
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada respons puncak utama. Hitung jumlah levotiroksin
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi natrium, C15H10I4NNaO4, yang terlarut.
dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom 4,6 mm x Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
25 cm dan berisi bahan pengisi L10 dengan ukuran kurang dari 80% (Q) C15H10I4NNaO4, dari jumlah yang
partikel 5 µm, pertahankan suhu kolom pada 30º. Laju tertera pada etiket.
alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
ikutan tidak lebih dari 1,5 dan simpangan baku relatif Liotironin natrium Tidak lebih dari 2,0%; lakukan
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 4,0%. Kromatograf cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Kromatografi <931>.
sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan Larutan uji Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur tertera pada Penetapan kadar dalam Levotiroksin
respons puncak utama. Hitung jumlah levotiroksin Natrium.
natrium, C15H10I4NNaO4, yang terlarut. Larutan baku dan Larutan uji Lakukan seperti tertera
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak pada Penetapan kadar.
kurang dari 80% (Q) C15H10I4NNaO4, dari jumlah yang Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
tertera pada etiket. kadar dalam Levotiroksin Natrium. Hitung jumlah dalam
CARA 4 µg liotironin natrium, C15H11I3NNaO4, dalam serbuk
Jika produk memenuhi persyaratan uji ini, maka pada tablet yang digunakan dengan rumus:
etiket dicantumkan “Memenuhi syarat Cara Disolusi 4”.
Media disolusi: 500 ml asam klorida 0,01 N (untuk 672 ,96 C rU
tablet yang pada etiketnya tercantum mengandung 1000
650 ,98 W rS
levotiroksin natrium antara 25-175 µg) dan 900 ml asam
klorida 0,01 N (untuk tablet yang pada etiketnya tercantum
672,96 dan 650,98 berturut-turut adalah bobot molekul
mengandung levotiroksin natrium 200 atau 300 µg).
liotironin natrium dan liotironin; C adalah kadar
Alat tipe 2: 75 rpm.
Liotironin BPFI dalam µg per ml Larutan baku; W adalah
Waktu: 45 menit.
jumlah dalam µg levotiroksin natrium yang terdapat pada
Prosedur Lakukan penetapan jumlah levotiroksin
serbuk tablet dalam Larutan uji seperti tertera pada etiket,
natrium yang terlarut dengan cara Kromatografi cair
rU dan rs berturut-turut adalah respons puncak liotironin dari
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P dan asam Larutan uji dan Larutan baku.
ortofosfat P 85% (700:500:2), saring dan awaudarakan.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Kromatografi <931>.
Larutan baku Buat larutan persediaan dengan cara
Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi
menimbang saksama lebih kurang 100 mg Levotiroksin
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
BPFI dan masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml.
Levotiroksin Natrium.
Tambahkan 80 ml etanol P dan 1 ml asam klorida 1 N,
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
sonikasi selama lebih kurang 2 menit, encerkan dengan
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
etanol P sampai tanda. Encerkan larutan persediaan ini
dengan lebih kurang 100 µg levotiroksin natrium,
dengan campuran etanol P-air (1:1) hingga diperoleh larutan
masukkan ke dalam tabung sentrifuga, tambahkan 2
dengan kadar levotiroksin 0,01 mg per ml. Encerkan larutan
manik kaca, pipet 10 ml Fase gerak ke dalam tabung dan
ini dengan Media disolusi hingga diperoleh kadar yang
campur dengan pengaduk. Aduk secara mekanik selama 3
diperkirakan sama dengan Larutan uji.
menit. Sentrifus hingga diperoleh beningan, jika perlu
Larutan uji Gunakan hasil sentrifus alikuot.
saring.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
pada Penetapan kadar dalam Levotiroksin Natrium.
dilengkapi dengan detektor 225 nm dan kolom 4,0 mm x
Hitung jumlah dalam µg levotiroksin natrium,
12,5 cm dan berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih
C15H10I4NNaO4, dalam serbuk tablet yang digunakan
kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
dengan rumus:
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak
798 ,85 rU
lebih dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan 10 C
ulang tidak lebih dari 4,0%. 776 ,87 rS
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 500 µl) Larutan baku dan Larutan uji 798,86 dan 776,87 berturut-turut adalah bobot molekul
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur levotiroksin natrium dan levotiroksin; C adalah kadar
Levotiroksin BPFI dalam µg per ml Larutan baku; rU dan
- 765 -
rs berturut-turut adalah respons puncak levotiroksin dari Sulfat Larutkan lebih kurang 200 mg zat dalam 20 ml air,
Larutan uji dan Larutan baku. tambahkan 2 ml asam klorida 3 N, campur dan bagi
menjadi 2 bagian. Pada bagian pertama tambahkan 1 ml
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, barium klorida LP: larutan yang diperoleh tidak lebih
tidak tembus cahaya. keruh dari bagian kedua.
Penandaan Cantumkan pada etiket cara uji disolusi yang Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 20 bpj.
dipenuhi, bila tidak menggunakan Cara 1.
Syarat lain Jika pada etiket tertera lidokain hidroklorida
steril, maka harus memenuhi persyaratan Sterilitas <71>
LIDOKAIN HIDROKLORIDA dan Endotoksin bakteri <201> seperti tertera pada Injeksi
Lignokain Hidroklorida Lidokain Hidroklorida. Jika pada etiket tertera lidokain
Lidocaine Hydrochloride hidroklorida harus diproses lebih lanjut untuk pembuatan
sediaan injeksi, maka harus memenuhi syarat uji
2-(Dietilamino)-2’,6’-asetoksilidida Endotoksin bakteri <201> seperti tertera pada Injeksi
monohidroklorida monohidrat [6108-05-0] Lidokain Hidroklorida.
labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai panjang gelombang 460 nm: serapan Larutan uji tidak
tanda. melebihi serapan Larutan baku.
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera
pada Penetapan Kadar Lidokain Hidroklorida dalam Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,7 unit
Injeksi Lidokain dan Epinefrin. Hitung jumlah dalam mg Endotoksin FI per mg lidokain hidroklorida.
lidokain hidroklorida, C14H22N2O.HCl, dalam tiap ml
larutan yang digunakan dengan rumus: pH <1071> Antara 3,3 dan 5,5.
270 ,80 C rU
Syarat lain Memenuhi Identifikasi seperti tertera pada
50 Injeksi Lidokain Hidroklorida. Memenuhi syarat seperti
234 ,34 V rS tertera pada Injeksi.
270,80 dan 234,34 berturut-turut adalah bobot molekul Penetapan kadar lidokain hidroklorida Lakukan
lidokain hidroklorida dan lidokain; C adalah kadar penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
Lidokain BPFI dalam mg per ml Larutan baku; rU dan rS seperti tertera pada Kromatografi <931>.
berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan Fase gerak Buat campuran asam asetat glasial P-air
Larutan baku; V adalah volume larutan yang digunakan (50:930), atur pH hingga 3,40 dengan natrium hidroksida
dalam ml. 1 N. Campur lebih kurang 4 bagian volume larutan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. dengan 1 bagian volume asetonitril P, hingga waktu
retensi lidokain lebih kurang 4-6 menit. Saring dengan
penyaring membran (dengan porositas 1 m atau lebih
INJEKSI LIDOKAIN HIDROKLORIDA DAN kecil) dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
EPINEFRIN menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Lidocaine Hydrochloride and Epinephrine Kromatografi <931>.
Injection Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 85 mg
Lidokain BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml.
Injeksi Lidokain dan Epinefrin adalah larutan steril yang Larutkan dalam 0,5 ml asam klorida 1 N, jika perlu
dibuat dari lidokain hidroklorida dan epinefrin dengan hangatkan, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
penambahan asam klorida P dalam Air untuk Injeksi atau Larutan ini mengandung lidokain lebih kurang 1,7 mg per
dari lidokain dan epinefrin dengan penambahan asam ml.
klorida P dalam Air untuk Injeksi atau dari lidokain Larutan uji Ukur seksama sejumlah volume injeksi
hidroklorida dan epinefrin bitartrat dalam Air untuk setara dengan lebih kurang 50 g epinefrin, masukkan ke
Injeksi. Kadar epinefrin tidak lebih dari 0,002%. dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase gerak
Mengandung lidokain hidroklorida, C14H22N2O.HCl, sampai tanda.
tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
epinefrin, C9H13NO3 tidak kurang dari 90,0% dan tidak Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. dilengkapi dengan kolom 3,9 mm x 30 cm berisi bahan
pengisi L1, detektor elektrokimia dengan tegangan ±650
Baku pembanding Lidokain BPFI; lakukan pengeringan mV, pengatur arus latar belakang dan pencatat yang
dalam hampa udara di atas silika gel P selama 24 jam sesuai. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat; kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram
Epinefrin Bitartrat BPFI; lakukan pengeringan dalam dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
hampa udara di atas silika gel P selama 3 jam sebelum simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan dari 1,5%.
terlindung cahaya. Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
pirogenik. Penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk sama (lebih kurang 20 l) Larutan uji dan Larutan baku
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi; gunakan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dan respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg lidokain
larutan dalam lemari pendingin. hidroklorida, C14H22N2O.HCl, dalam tiap ml injeksi yang
digunakan, dengan rumus:
Kejernihan dan warna larutan
Larutan uji Gunakan injeksi sebagai larutan uji. 270 ,80 C rU
50
rS
Larutan baku Pipet 2,0 ml iodum 0,100N LV ke dalam
234 ,34 V
labu tentukur 500-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Prosedur Periksa secara visual injeksi (Larutan uji),
dalam tabung kaca jernih yang sesuai dengan latar 270,80 dan 234,34 berturut-turut adalah bobot molekul
belakang putih: tidak ada warna merah muda dan tidak lidokain hidroklorida dan lidokain; C adalah kadar
ada endapan. Jika terdapat warna kuning pada Larutan Lidokain BPFI dalam mg per ml Larutan baku; V adalah
uji, ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku pada volume injeksi yang digunakan dalam ml; rU dan rS
- 768 -
Kromatografi <931>. H H
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat Linkomisin B Gunakan kromatogram yang diperoleh
dan terlindung cahaya. dari Larutan uji dalam Penetapan kadar: luas puncak
linkomisin B tidak lebih dari 5,0% dari total luas puncak
linkomisin B dan linkomisin.
LINKOMISIN HIDROKLORIDA
Syarat lain Jika pada etiket tertera linkomisin
Lincomycin Hydrochloride
hidroklorida steril, maka harus memenuhi syarat uji
CH3 Sterilitas <71> dan Endotoksin bakteri <201> seperti
CH3
HOCH tertera pada Injeksi Linkomisin. Jika pada etiket tertera
N CONHCH linkomisin hidroklorida harus diproses lebih lanjut untuk
O . HCl . H 2O pembuatan sediaan injeksi, maka harus memenuhi syarat
HO
Endotoksin bakteri <201> seperti tertera pada Injeksi
CH3CH2CH2
OH
SCH3 Linkomisin.
H
OH
- 770 -
adalah respons puncak linkomisin dalam Larutan uji dan dengan lebih kurang 50 mg linkomisin, masukkan ke
Larutan baku. dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan 40 ml Fase gerak
dan kocok dengan pengocok mekanik selama 5 menit.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal Tambahkan Fase gerak sampai tanda, saring.
atau ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I. Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar dalam Linkomisin Hidroklorida. Hitung jumlah
dalam mg linkomisin, C18N34N2O6S, dalam serbuk kapsul
KAPSUL LINKOMISIN HIDROKLORIDA yang digunakan dengan rumus:
Lincomycin Hydrochloride Capsule
CP rU
Kapsul Linkomisin Hidroklorida mengandung linkomisin
hidroklorida C18N34N2O6S.HCl.H2O, setara tidak kurang 20 rS
dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% linkomisin,
C18N34N2O6S, dari jumlah yang tertera pada etiket. C adalah kadar Linkomisin BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; P adalah potensi linkomisin dalam g per
Baku pembanding Linkomisin Hidroklorida BPFI; tidak mg Linkomisin Hidroklorida BPFI; rU dan rS berturut-
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Merupakan bentuk turut adalah respons puncak linkomisin dalam Larutan uji
monohidrat dari linkomisin hidroklorida. Simpan dalam dan Larutan baku.
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya dan di tempat
dingin. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Disolusi <1231>
Media disolusi: 500 ml air. LISIN ASETAT
Alat tipe 1: 100 rpm. Lysine Acetate
Waktu: 45 menit.
O O
Prosedur Saring lebih kurang 20 ml alikuot. Pipet lebih
kurang 5 ml filtrat ke dalam tabung reaksi kecil, H2N
tambahkan 250 l larutan baku internal natrium sulfat OH H3C OH
hingga 5,0 dengan penambahan natrium hidroksida 1 N. Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram
Encerkan dengan air sampai tanda. Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
Fase gerak Buat campuran Larutan fosfat- asetonitril diperoleh pada Penetapan kadar.
P (96:4) saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera Disolusi <1231> Prosedur untuk gabungan sampel
pada Kromatografi <931>. Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,1 N
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Lisinopril Alat tipe 2: 50 rpm
BPFI, larutkan dalam air, encerkan dengan air secara Waktu: 30 menit
kuantitatif dan jika perlu bertahap hingga kadar lebih Lakukan penetapan jumlah C13H21NO5 yang terlarut
kurang 0,3 mg per ml. dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
Larutan uji Timbang saksama sejumlah lebih kurang tertera pada Kromatografi <931>.
30 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda. tertera pada Penetapan kadar.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur dalam
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Sediaan Lepas Segera, Alat Tipe 1 dan Tipe 2 pada Uji
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x Disolusi <1231>. Gabungkan sejumlah volume sama
25 cm berisi bahan pengisi L7 dan ukuran partikel 5 m, alikuot dari 6 atau 12 labu disolusi dan gunakan gabungan
pertahankan suhu kolom pada 50° dan laju alir lebih sampel sebagai alikuot. Suntikkan sejumlah volume
kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap alikuot ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
Larutan baku, rekam kromatograf dan ukur respons puncak ukur respons puncak utama. Hitung jumlah C21H31N3O5
seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom dari puncak yang terlarut dengan membandingkan terhadap larutan
analit tidak kurang dari 180 lempeng teoritis; faktor baku Lisinopril BPFI yang diketahui kadarnya dalam
ikutan puncak tidak lebih dari 1,7 dan simpangan baku media yang sama.
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%. Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume kurang dari 80% (Q) C21H31N3O5, dari jumlah yang
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji tertera pada etiket: persyaratan dipenuhi jika jumlah zat
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur aktif yang terlarut dari gabungan sampel sesuai dengan
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, Tabel Penerimaan Gabungan Sampel. Teruskan
lisinopril, C21H31N3O5, dalam zat yang digunakan dengan pengujian hingga tahap S3 kecuali hasil memenuhi pada
rumus: tahap S1 atau S2. Q adalah jumlah zat aktif terlarut,
dinyatakan sebagai persentase dari jumlah yang tertera
r pada etiket.
100C U
rS Tabel Penerimaan Gabungan Sampel
Jumlah
Tahap Kriteria Penerimaan
C adalah kadar Lisinopril BPFI dalam mg per ml Larutan yang diuji
baku, dihitung terhadap zat anhidrat; rU dan rS berturut- S1 6 Rata-rata jumlah terlarut tidak
turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan kurang dari Q+10%.
baku. S2 6 Rata-rata jumlah terlarut (S1+S2)
sama atau lebih besar dari Q+5%.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. S3 12 Rata-rata jumlah terlarut
(S1+S2+S3) sama atau lebih besar
dari Q
TABLET LISINOPRIL
Lisinopril Tablet Prosedur untuk unit sampel Lakukan seperti tertera
pada Prosedur dalam Sediaan Lepas Segera, Alat Tipe 1
Tablet Lisinopril mengandung lisinopril, C21H31N3O5, dan Tipe 2 pada Uji Disolusi <1231>. Suntikkan sejumlah
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari volume alikuot ke dalam kromatograf, rekam
jumlah yang tertera pada etiket. kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
jumlah lisinopril, C21H31N3O5, yang terlarut dengan
Baku pembanding Lisinopril BPFI,merupakan bentuk membandingkan terhadap larutan baku Lisinopril BPFI
dihidrat lisinopril, tidak boleh dikeringkan, lakukan yang diketahui kadarnya dalam media yang sama.
penetapan kadar air secara titrimetri pada saat digunakan Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
untuk penetapan kuantitatif, simpan dalam wadah tertutup kurang dari 80% (Q) C21H31N3O5, dari jumlah yang
rapat. tertera pada etiket.
Larutan fosfat, Fase gerak dan Sistem kromatografi terhadap zat anhidrat; L adalah jumlah dalam mg
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. lisinopril per tablet yang diperoleh dari Penetapan kadar;
Pengencer Larutkan 2,72 g kalium fosfat monobasa P rU adalah jumlah semua respons puncak selain lisinopril
dalam 800 ml air, atur pH hingga 4,0 dengan penambahan dari Larutan uji dan rS adalah respons puncak lisinopril
asam fosfat P dan encerkan dengan air hingga 1000 ml. dari Larutan baku.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Lisinopril
BPFI, larutkan dengan Pengencer hingga kadar lebih Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kurang 0,2 mg per ml. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan uji Masukkan satu tablet ke dalam labu Kromatografi <931>.
tentukur yang sesuai, berdasarkan jumlah dalam mg Larutan fosfat Timbang 4,1 g kalium fosfat monobasa
lisinopril per tablet yang tertera pada etiket, hingga kadar P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml. Larutkan
lisinopril setara dengan lebih kurang 0,2 mg per ml. dengan 900 ml air dan atur pH hingga 2,0 dengan
Tambahkan Pengencer lebih kurang 50% dari volume penambahan asam fosfat P. Encerkan dengan air sampai
labu, sonikasi selama 5 menit dan kocok secara mekanik tanda.
selama 20 menit. Encerkan dengan Pengencer sampai Fase gerak Larutkan 1 g natrium 1- heksansulfonat P
tanda dan saring. dalam 820 ml Larutan fosfat.Tambahkan 180 ml
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume asetonitril P, campur, saring dan awaudarakan. Jika perlu
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji lakukan penyesuaian, menurut Kesesuaian sistem seperti
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur tertera pada Kromatografi <931>.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, Pengencer Campuran air-metanol P (4:1).
lisinopril, C21H31N3O5, dalam tiap tablet dengan rumus: Larutan baku Timbang saksama sejumlah Lisinopril
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer hingga
TC rU
kadar lebih kurang 0,2 mg per ml.
Larutan uji Masukkan 10 tablet ke dalam labu tentukur
D rS yang sesuai, agar diperoleh kadar setara dengan lebih
kurang 0,2 mg lisinopril per ml. Tambahkan Pengencer,
sonikasi selama 5 menit dan kocok secara mekanik
T adalah jumlah dalam mg lisinopril per tablet yang
selama 20 menit. Encerkan dengan Pengencer sampai tanda
tertera pada etiket; C adalah kadar Lisinopril BPFI dalam
dan saring.
mg per ml Larutan baku dihitung terhadap zat anhidrat; D
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
adalah kadar lisinopril dalam mg per ml Larutan uji,
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
berdasarkan jumlah lisinopril per tablet yang tertera pada
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 mm x
etiket dan faktor pengenceran; rU dan rS berturut-turut
20 cm berisi bahan pengisi L7. Pertahankan suhu kolom
adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
pada 40° dan laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram
Senyawa sejenis Tidak lebih 2,0%; Lakukan penetapan
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
efisiensi kolom dari puncak analit tidak kurang dari 700
tertera pada Kromatografi <931>.
lempeng teoritis; faktor ikutan puncak lisinopril tidak
Larutan fosfat, Fase gerak, Pengencer dan Sistem
lebih dari 2,0; faktor kapasitas, k’, dari puncak analit
kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
lebih besar dari 1,5; dan simpangan baku relatif pada
kadar.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2%.
Larutan baku Gunakan Larutan baku seperti tertera
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
pada Penetapan kadar, encerkan dengan Pengencer
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
hingga kadar lebih kurang 20 g per ml. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Larutan uji Gunakan Larutan uji seperti tertera pada respons puncak utama.
Penetapan kadar. Hitung jumlah dalam mg lisinopril, C21H31N3O5, dalam
Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume masing-masing tablet yang digunakan dengan rumus :
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
L r
respons puncak lisinopril dari Larutan baku dan semua C U
puncak selain puncak lisinopril dari Larutan uji. Hitung D rS
persentase senyawa sejenis dalam setiap tablet yang
digunakan dengan rumus:
C adalah kadar Lisinopril BPFI dalam mg per ml Larutan
V C rU baku dihitung terhadap zat anhidrat; L adalah jumlah
100
10 L r S
dalam mg lisinopril per tablet seperti tertera pada etiket;
D adalah kadar lisinopril dalam mg per ml Larutan uji
berdasarkan jumlah lisinopril per tablet yang tertera pada
V adalah volume dalam ml Larutan uji; C adalah kadar etiket dan faktor pengenceran; rU dan rS berturut-turut
Lisinopril BPFI dalam mg per ml Larutan baku dihitung adalah respons puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
- 775 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. sempurna dan gas hasil pembakaran telah terserap, cuci
tutup, tempat contoh dan dinding bagian dalam labu
dengan 50 ml isopropil alkohol P. Tambahkan 4 ml asam
LOPERAMIDA HIDROKLORIDA nitrat 0,1 N dan titrasi dengan raksa(II) nitrat 0,01 N LV
Loperamide Hydrochloride menggunakan indikator difenilkarbazon LP.
Baku pembanding Loperamida Hidroklorida BPFI; Larutan baku Timbang saksama sejumlah Loperamida
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup Hidroklorida BPFI, larutkan dalam campuran asetonitril
rapat dan terlindung cahaya. P-asam klorida 0,5 N (1:1) hingga kadar lebih kurang 0,2
mg per ml. Pipet 5 ml larutan ini ke dalam labu tentukur
Identifikasi 100-ml, encerkan dengan campuran asetonitril P-air (1:1)
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi sampai tanda. Larutan ini mengandung lebih kurang 10
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. µg per ml.
Fase gerak Campuran kloroform P-metanol P-asam Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20
formiat P (85:10:5). kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur.
Penampak bercak Gunakan uap iodium. Bersihkan dan timbang saksama cangkang kapsul, hitung
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Loperamida bobot rata-rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi
Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur kapsul setara dengan lebih kurang 20 mg loperamida
yang sesuai, larutkan dan encerkan dengan metanol P hidroklorida, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml.
hingga kadar lebih kurang 10 mg per ml. Tambahkan lebih kurang 35 ml asam klorida 0,5 N,
Larutan uji Masukkan sejumlah isi kapsul setara sonikasi selama 15 menit, tambahkan 35 ml asetonitril P
dengan lebih kurang 10 mg loperamida hidroklorida ke dan sonikasi lagi selama 15 menit. Encerkan dengan
dalam vial 37 ml bertutup, tambahkan 10 ml metanol P, campuran asetonitril P-asam klorida 0,5 N (1:1) sampai
kocok selama 5 menit dan saring. tanda, campur dan saring. Pipet 5 ml filtrat ke dalam labu
Prosedur Gunakan volume penotolan 10 l Larutan uji tentukur 100-ml kedua, encerkan dengan campuran
dan 1 l Larutan baku. asetonitril P-air (1:1) sampai tanda.
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
pada Penetapan kadar. dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4 mm x 25
cm, berisi bahan pengisi L10 dengan ukuran partikel 10
Disolusi <1231> µm. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan
Media disolusi: 500 ml Dapar asetat pH 4,7 yang kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatograf
dibuat dengan mencampur 200 ml asam asetat 1 N dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
dengan 600 ml air, atur pH hingga 4,70±0,05 dengan efisiensi kolom, N, dari puncak analit tidak kurang dari
penambahan natrium hidroksida 1 N, dan encerkan 1900 lempeng teoritis; faktor kapasitas, k’, tidak kurang
dengan air hingga 1000 ml dan campur. dari 3,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
Alat tipe 1: 100 rpm. ulang tidak lebih dari 2,0%.
Waktu: 30 menit. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Lakukan penetapan jumlah C29H33ClN2O2.HCl yang sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan Larutan uji
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
seperti tertera pada Kromatografi <931>. respons puncak utama.
Fase gerak dan Sistem kromatografi lakukan seperti Hitung jumlah dalam mg loperamida hidroklorida,
tertera pada Penetapan kadar. C29H33ClN2O2.HCl, dalam isi kapsul yang digunakan
Prosedur Suntikkan lebih kurang 50 µl alikuot, rekam dengan rumus:
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung
jumlah C29H33ClN2O2.HCl yang terlarut dengan r
membandingkan terhadap larutan baku Loperamida 2000 C U
Hidroklorida BPFI yang diketahui kadarnya dalam media rS
yang sama.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak C adalah kadar Loperamida Hidroklorida BPFI dalam mg
kurang dari 80% (Q) C29H33ClN2O2.HCl, dari jumlah per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
yang tertera pada etiket. puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup 40 ml larutan asam fosfat P 5 % dan 200 ml metanol P,
rapat dan terlindung cahaya. kemudian encerkan dengan air sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Identifikasi Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
A. Masukkan lebih kurang 10 mg serbuk tablet yang dilengkapi dengan detektor 214 nm dan kolom 4 mm x 8
telah digerus halus ke dalam tabung reaksi, tambahkan 20 cm, berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 5 µm.
ml isopropanol P kemudian kocok secara mekanis selama Laju alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan
1 menit. Biarkan sampai terjadi pemisahan. Pipet 9 ml kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram
beningan, masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml dan ukur rrespons puncak seperti tertera pada Prosedur:
encerkan dengan asam klorida 0,1 N sampai tanda. faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku
Larutan yang diperoleh memenuhi syarat uji Identifikasi relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
B seperti yang tertera pada Loperamida Hidroklorida. Prosedur ke dalam kromatograf lebih kurang 20 µl
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf,
uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama.
pada Penetapan kadar. Hitung jumlah dalam mg loperamida hidroklorida,
C29H33ClN2O2.HCl, dalam serbuk tablet yang digunakan
Disolusi<1231>Prosedur untuk gabungan sampel dengan rumus:
Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,01 N
Alat tipe 2: 50 rpm r
Waktu: 30 menit 2000 C U
Lakukan penetapan jumlah C29H33ClN2O2.HCl yang rS
terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi <931>. C adalah kadar Loperamida Hidroklorida BPFI dalam
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti mg per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah
tertera pada Penetapan kadar. respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 50 µl) alikuot yang telah disaring, Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama. tidak tembus cahaya.
Hitung jumlah C29H33ClN2O2.HCl yang terlarut dengan
membandingkan terhadap larutan baku Loperamida
Hidroklorida BPFI yang telah diketahui kadarnya dalam LORATADIN
media yang sama. Loratadine
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
O O CH3
kurang dari 80% (Q) C29H33ClN2O2.HCl, dari jumlah
yang tertera pada etiket. N
Waktu Larutan A Larutan B Elusi Penetapan Kadar Lakukan penetapan dengan cara
(menit) (%) (%) Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
0 75 25 Isokratik
0-20 75→50 25→50 gradien linier Kromatografi <931>.
20-30 50→40 50→60 gradien linier Larutan kalium fosfat dibasa 0,01 M Masukkan lebih
30-35 40→30 60→70 gradien linier kurang 1,74 g kalium fosfat dibasa anhidrat P ke dalam
35-45 30 70 Isokratik labu tentukur 1000-ml dan encerkan dengan air sampai
45-50 30→75 70→25 tahap gradien
tanda.
Larutan kalium fosfat dibasa 0,6 M Masukkan lebih
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kurang 105 g kalium posfat dibasa anhidrat P ke dalam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera labu tentukur 1000-ml dan encerkan dengan air sampai
pada Prosedur: waktu retensi relatif dan faktor respons: tanda.
lihat Tabel; resolusi, R, antara senyawa sejenis A Fase gerak Buat campuran Larutan kalium fosfat
loratadin dan senyawa sejenis B loratadin tidak kurang dibasa 0,01 M-metanol P-asetonitril P (7:6:6), atur pH
dari 1,5; dan simpangan baku relatif respons puncak hingga 7,2 dengan penambahan larutan asam fosfat P 10%,
loratadin pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 10%. saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 20 menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
l) Larutan uji, rekam kromatogram dan ukur respons Kromatografi <931>.
puncak. Hitung persentase masing-masing cemaran Larutan asam klorida 0,05 N Masukkan 500 ml air ke
loratadin dengan rumus: dalam labu tentukur 1000-ml. Tambahkan 83 ml asam
klorida P, encerkan dengan air sampai tanda dan campur.
100 C s ri Pipet 50 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 1000-ml,
F C r rS encerkan dengan air sampai tanda.
Pengencer Masukkan 400 ml asam klorida 0,05 N dan
80 ml kalium fosfat dibasa 0,6 M ke dalam labu tentukur
CS adalah kadar Loratadin BPFI dalam mg per ml
1000-ml, encerkan dengan campuran metanol P dan
Larutan baku, Cr adalah kadar loratadin dalam mg per ml
asetonitril P (1:1) sampai tanda.
larutan uji, F adalah faktor respons relatif seperti
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Loratadin
ditunjukkan dalam tabel (F=1,0 untuk cemaran yang tidak
BPFI, larutkan dengan Pengencer, bila perlu encerkan
diketahui); ri adalah respons puncak dari masing-masing
secara kuantitatif dan bertahap hingga kadar lebih kurang
cemaran dalam Larutan uji; rS adalah respons puncak
0,4 mg per ml.
loratadin dalam Larutan baku.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 40 mg zat,
masukan ke dalam labu tentukur 100-ml larutkan dan
Tabel
Senyawa sejenis Waktu retensi Faktor respons
encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
relatif terhadap relatif (F) terhadap Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
loratadin loratadin Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Senyawa sejenis 0,50 1,00 dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
loratadin A 15 cm, berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 5
Senyawa sejenis 0,53 0,89
loratadin B µm, laju alir lebih kurang 1 ml per menit, pertahankan
8-Kloro-6,11-dihidro- 0,70 0,60 suhu kolom antara 25-35. Lakukan kromatografi
5H-benzo[5,6] terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
siklohepta-[1,2-
b]piridin-11-on
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
8-kloro-6,11-dihidro-11- 0,75 0,46 baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
[N-metil-4-piperidinil] Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
11-hidroksi-5H- sama (lebih kurang 15 l) Larutan baku dan Larutan uji
benzo[5,6] siklohepta-
[1,2-b]piridin ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
4,8-Dikloro-6,11- 1,23 0,92 respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg loratadin,
dihidro- 5H-benzo[5,6] C22H23ClN2O2, dalam zat yang digunakan dengan rumus:
siklohepta-[1,2-
b]piridin-11-on
8-kloro-6,11-dihidro-11- 1,60 0,42 r
[N-etoksikarbonil-4- 100 C U
piperidinil]11-hidroksi- rS
5H-benzo[5,6]
siklohepta-[1,2-b]piridin
4,8-Dikloro-6,11- 1,83 1,08
C adalah kadar Loratadin BPFI dalam mg per ml Larutan
dihidro-11-[N- baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
etoksikarbonil-4- Larutan uji dan Larutan baku.
piperilidena-5H-
benzo[5,6] siklohepta-
[1,2-b]piridin
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Loratadin 1,0 1,0 dan pada suhu 20-30.
- 780 -
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x 15 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 5 µm. sama (lebih kurang 15 l) Larutan baku dan Larutan uji
Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
terhadap Larutan uji, rekam kromatogram dan ukur respons respons puncak utama, hitung jumlah dalam mg loratadin,
puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif 4- C22H23ClN2O2 dalam tablet yang digunakan dengan
(8-kloro-11-fluoro-6,11-dihidro-5H-benzo[5,6] siklo rumus:
hepta[1,2-b]piridin-11-il)-1-piperidinkarboksilat etil dan
loratadin berturut-turut adalah lebih kurang 0,79 dan 1,0. r
250 C U
Lakukan kromatogtrafi terhadap Larutan baku, rekam rS
kromatogram dan ukur respons puncak utama seperti tertera
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan
C adalah kadar Loratadin BPFI dalam mg per ml Larutan
ulang tidak lebih dari 4,0%.
baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Larutan uji dan Larutan baku.
sama (lebih kurang 50 μl) Larutan uji dan Larutan baku
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
semua respons puncak pada Larutan uji dan puncak
dan simpan pada suhu antara 2-30. Jika dikemas dalam
utama Larutan baku. Hitung persentase tiap cemaran
blister terlindung dari uap air yang berlebih.
dalam tablet yang digunakan dengan rumus:
C ri
LORAZEPAM
2500
L rs
Lorazepam
H
C adalah kadar Loratadin BPFI dalam mg per ml Larutan N O
B. Harga Rf bercak utama kromatogram Larutan uji suhu 105 selama 15 menit dan semprot berturut-turut
sesuai dengan Larutan identifikasi yang diperoleh dari uji dengan larutan natrium nitrit P (1 dalam 1000), larutan
A seperti tertera pada Senyawa sejenis. amonium sulfamat P (1 dalam 200) dan larutkan N-(1-
naftil) etilendiamin dihidroklorida P (1 dalam 1000),
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; keringkan lempeng dengan aliran udara setiap kali setelah
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105 penyemprotan. Amati lempeng di bawah cahaya tampak:
selama 3 jam. bercak yang diperoleh dari Larutan uji tidak lebih besar
intensitas dan ukurannya dari bercak utama dengan harga
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,3%. Rf sama yang diperoleh dari Larutan baku, setara dengan
tidak lebih dari 0,01% senyawa sejenis B lorazepam.
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400
Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis mg zat, larutkan dalam 50 ml N,N-dimetilformamid P.
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Titrasi dengan tetrabutil amonium hidroksida 0,1 N LV,
Fase gerak Campuran kloroform P-dioksan P-asam hindari terjadinya penyerapan karbon dioksida dari udara.
asetat glasial P (91:5:4) Tentukan titik akhir secara potensiometrik menggunakan
Penjerap Lempeng kromatografi silika gel P setebal elektrode kaca dan kalomel yang mengandung larutan
0,25 mm yang sebelumnya telah dicuci dengan campuran jenuh kalium klorida P dalam metanol P seperti tertera
kloroform P-etil asetat P-metanol P (2:1:1) pada Titrimetri <711>. Lakukan penetapan blangko.
A. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
dalam kloroform P hingga kadar lebih kurang 2 mg per ml. Tiap ml tetrabutilamonium hidroksida 0,1 N
Larutan identifikasi Timbang saksama sejumlah setara dengan 32,12 mg C15H10Cl2N2O2
Lorazepam BPFI, larutkan dalam kloroform P hingga
kadar 2 mg per ml. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa tidak tembus cahaya.
Sejenis A Lorazepam BPFI, larutkan dalam kloroform P
hingga kadar 20 g per ml.
Enceran larutan baku A dan B Encerkan sejumlah TABLET LORAZEPAM
volume Larutan baku dengan kloroform P hingga kadar Lorazepam Tablet
masing-masing 10 g dan 4 g per ml.
Prosedur Tidak lebih dari 30 menit setelah pembuatan, Tablet Lorazepam mengandung lorazepam,
totolkan secara terpisah masing-masing 50 l Larutan uji, C15H10Cl2N2O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
Larutan identifikasi, Larutan baku, Enceran larutan baku dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
A dan Enceran larutan baku B pada Penjerap dan biarkan
bercak kering. Masukkan lempeng ke dalam bejana Baku pembanding Lorazepam BPFI; tidak boleh
kromatografi yang dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan
merambat 2-3 cm dari batas atas lempeng. Angkat terlindung cahaya. Senyawa sejenis B lorazepam BPFI, 2-
lempeng tandai batas rambat dan biarkan mengering Amino-2’,5-diklorobenzofenon; tidak boleh dikeringkan.
selama 30 menit. Amati lempeng di bawah cahaya Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
ultraviolet 254 nm. Bandingkan intensitas tiap bercak lain cahaya. Senyawa Sejenis C Lorazepam BPFI, 6-Kloro-4-
selain bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji (o-klorofenil-2-kuinazolinakarboksaldehida); tidak boleh
dengan bercak utama yang diperoleh dari Larutan baku dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan
dan Enceran larutan baku A dan B: jumlah intensitas terlindung cahaya. Senyawa Sejenis D Lorazepam BPFI,
semua bercak lain selain bercak utama yang diperoleh Asam 6-kloro-4-(o-klorofenil-2-kuinazolina
dari Larutan uji tidak lebih dari 1,0%. karboksilat); tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam
B. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. Senyawa
zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 10 ml, Sejenis E Lorazepam BPFI, 6-Kloro-4-(o-klorofenil-2-
tambahkan 2,5 ml aseton P, kocok, biarkan mengendap, kuinazolinametanol); tidak boleh dikeringkan. Simpan
gunakan beningan. dalam wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
Sejenis B Lorazepam BPFI, larutkan dalam aseton P Identifikasi
hingga kadar 10 g per ml. A. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai
Prosedur Totolkan secara terpisah 50 l Larutan uji dengan puncak utama Larutan baku yang diperoleh pada
dan 10 l Larutan baku pada Penjerap. biarkan bercak Penetapan kadar.
kering. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi B. Timbang saksama sejumlah serbuk halus tablet
yang dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan merambat setara dengan lebih kurang 15 mg lorazepam, tambahkan
tidak kurang dari 10 cm di atas titik penotolan. Angkat 40 ml aseton P, aduk selama 5 menit. Saring melalui
lempeng, tandai batas rambat, biarkan kering di udara. kertas saring dengan porositas sangat halus yang
Semprot tipis dengan asam sulfat 2 N, keringkan pada sebelumnya telah dicuci dengan aseton P. Uapkan filtrat
- 784 -
di atas tangas uap dengan aliran udara hingga kering. dalam g per ml Larutan baku; D adalah kadar
Larutkan residu dalam 1 ml aseton P, tambahkan 20 ml lorazepam dalam g per ml Larutan uji, berdasarkan
isooktana P. Panaskan larutan di atas lempeng pemanas jumlah yang tertera pada etiket dan pengenceran; AU dan
perlahan-lahan hingga mendidih dan uapkan hingga AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Larutan
volume lebih kurang 10 ml. Angkat larutan dari lempeng baku.
pemanas, uapkan dengan aliran udara hingga kering.
Keringkan residu dalam hampa udara pada suhu 60 Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis
selama 1 jam: spektrum serapan inframerah residu yang seperti tertera pada Kromatografi <931>.
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan Fase gerak Campuran kloroform P-dioksan P-asam
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama asetat glasial P (91:5:4).
seperti pada Lorazepam BPFI. Penjerap Lempeng kromatografi silika gel P setebal
0,25 mm yang sebelumnya telah dicuci dengan campuran
Disolusi <1231> kloroform P-etil asetat P-metanol P (2:1:1).
Media disolusi: 500 ml air. A. Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk halus
Alat tipe 1: 100 rpm. tablet setara dengan 4,0 mg lorazepam, masukkan ke
Waktu: 30 menit; 60 menit. dalam penyaringan kaca masir. Ekstraksi dua kali tiap
Lakukan penetapan jumlah C15H10Cl2N2O2 yang terlarut kali dengan 1 ml kloroform P, kemudian dua kali, tiap
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti kali dengan 1 ml metanol P. Kumpulkan filtrat dalam
tertera dalam Kromatografi <931>. tabung sentrifuga. Uapkan filtrat dengan aliran gas
Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti nitrogen pada suhu ruang hingga kering. Larutkan residu
tertera pada Penetapan kadar. dalam 2,0 ml kloroform P dan sentrifus, gunakan
Prosedur Suntikkan 50 l alikuot ke dalam beningan.
kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
puncak utama. Hitung jumlah C15H10Cl2N2O2, yang sejenis C lorazepam BPFI, Senyawa sejenis D lorazepam
terlarut dengan membandingkan respons puncak alikuot BPFI dan Senyawa sejenis E lorazepam BPFI, larutkan
dan larutan baku Lorazepam BPFI dengan kadar tertentu dalam kloroform P hingga kadar masing-masing 1,0 mg
[Catatan Volume etanol yang digunakan untuk per ml.
melarutkan Lorazepam BPFI tidak lebih dari 10% Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran dari
volume akhir Larutan.] Larutan baku dalam kloroform P, hingga diperoleh larutan
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak dengan kadar 40g, 20 g dan 10 g per ml.
kurang dari 60% (Q) dan dalam waktu 60 menit harus Prosedur Tidak lebih dari 30 menit setelah pembuatan,
larut tidak kurang dari 80% (Q) C15H10Cl2N2O2, dari totolkan secara terpisah masing-masing 50 l Larutan uji,
jumlah yang tertera pada etiket. Larutan identifikasi, Larutan baku, Enceran larutan baku
A dan Enceran larutan baku B pada Penjerap dan biarkan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. bercak kering. Masukkan lempeng ke dalam bejana
Prosedur keseragaman isi Lakukan penetapan sebagai kromatografi yang dijenuhkan dengan Fase gerak,
berikut: biarkan merambat 2-3 cm dari batas atas lempeng.
Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu tentukur Angkat lempeng tandai batas rambat dan biarkan
100-ml, tambahkan 15 ml air dan kocok hingga tablet mengering selama 30 menit. Amati lempeng di bawah
hancur. Tambahkan lebih kurang 60 ml etanol P, kocok cahaya ultraviolet 254 nm. Bandingkan intensitas bercak
selama 15 menit. Encerkan dengan etanol P sampai tanda lain selain bercak utama dari Larutan uji dengan bercak
dan sentrifus. Jika perlu encerkan sejumlah volume utama dari Larutan baku dan Enceran Larutan baku
beningan yang diukur saksama dengan larutan etanol P [Catatan Harga Rf dan intensitas bercak Senyawa sejenis
(85 dalam 100) hingga kadar lebih kurang 5 g C lorazepam BPFI dalam Larutan baku mendekati
lorazepam per ml. meskipun tidak perlu terlalu tepat dengan salah satu dari
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Lorazepam bercak lain selain bercak utama dari Larutan uji.]
BPFI, larutkan dalam larutan etanol P (85 dalam 100) Jumlah intensitas semua bercak lain selain bercak utama
hingga kadar lebih kurang 5 g lorazepam per ml. dari Larutan uji tidak lebih dari 4,0%.
Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku B. Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk halus
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang tablet setara dengan 25,0 mg lorazepam, masukkan ke
230 nm terhadap blangko larutan etanol P (85 dalam dalam tabung sentrifuga 15 ml, tambahkan 2,5 ml aseton
100). Hitung jumlah dalam mg lorazepam, P, tutup tabung dan sentrifus, gunakan beningan.
C15H10Cl2N2O2, dalam tablet yang digunakan dengan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Senyawa
rumus: Sejenis B Lorazepam BPFI, larutkan dalam aseton P
TC A U hingga kadar 100 g per ml.
Prosedur Totolkan secara terpisah 50 l Larutan uji dan
D A S
10 l Larutan baku pada Penjerap. biarkan bercak kering.
T adalah jumlah lorazepam dalam mg per tablet seperti Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
yang tertera pada etiket; C adalah kadar Lorazepam BPFI dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan merambat tidak
- 785 -
kurang dari 10 cm di atas titik penotolan. Angkat C adalah kadar Lorazepam BPFI dalam mg per ml
lempeng, tandai batas rambat, biarkan kering di udara. Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Semprot tipis dengan asam sulfat 2 N, keringkan pada puncak Larutan uji dan Larutan baku.
suhu 105 selama 15 menit dan semprot berturut-turut
dengan larutan natrium nitrit P (1 dalam 1000), larutan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
amonium sulfamat P (1 dalam 200) dan larutkan N-(1- tidak tembus cahaya.
naftil) etilendiamina dihidroklorida P (1 dalam 1000),
keringkan lempeng dengan aliran udara setiap kali setelah
penyemprotan. Amati lempeng di bawah cahaya tampak. LOSARTAN KALIUM
Bercak dari Larutan uji tidak lebih besar atau tidak lebih Losartan Potassium
intensif dari bercak utama dari Larutan baku pada harga
Rf yang sesuai, yang menunjukkan tidak lebih dari 0,1% Cl
N
Senyawa sejenis B lorazepam. HO CH3
N N N
K
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara N N
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg zat, 25 cm, berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1
masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml yang berisi 5 ml ml per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut:
dimetilformamida P, larutkan dengan menggunakan
vorteks dan encerkan dengan dimetilformamida P sampai Waktu Larutan A Larutan B
Eluasi
tanda. (menit) (%) (%)
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 0 75 25 Kesetimbangan
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan 0-25 75→10 25→90 Gradien linier
detektor ionisasi nyala dan kolom 0,53 mm x 30 m berisi 25-35 10 90 Isokratik
35-45 10→75 90→25 Gradien linier
bahan pengisi G27 dengan tebal lapisan 1,5 µm. Gunakan 45-50 75 25 Kesetimbangan
helium P sebagai gas pembawa dengan laju alir lebih kembali
kurang 6 ml per menit. Kromatograf diatur sebagai
berikut: pertahankan suhu kolom pada 50° selama 5 menit Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
kemudian tingkatkan dengan kecepatan 30° per menit sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
hingga 200° dan pertahankan selama 5 menit. seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
Pertahankan suhu injektor dan detektor masing-masing losartan dan trifenilmetanol berturut-turut lebih kurang
pada 220°. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, 1,0 dan 1,9; faktor ikutan puncak losartan tidak lebih dari
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti 1,6. [Catatan Waktu retensi trifenilmetanol lebih kurang
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak 20 menit.]
sikloheksan dan puncak isopropil alkohol tidak kurang Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 10
dari 4,0; waktu retensi isopropil alkohol dan sikloheksan µl) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
berturut-turut lebih kurang 2 menit dan 4 menit; dan kromatogram dan ukur respons semua puncak. Hitung
simpangan baku relatif pada penyuntikkan ulang tidak persentase masing-masing cemaran dalam zat yang
lebih dari 8,0%. digunakan dengan rumus:
Prosedur Suntikkan sejumlah volume sama (lebih
kurang 1 µl) Larutan uji dan Larutan baku ke dalam
r
kromatograf gas, rekam kromatogram dan ukur respons 100 i
puncak utama. Hitung persentase sikloheksan dan isopropil rS
alkohol dengan rumus:
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rS
C rU adalah jumlah semua respons puncak.
100
l rS
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
C adalah kadar sikloheksan atau isopropil alkohol dalam Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
mg per ml Larutan baku; l adalah kadar zat dalam mg per Kromatografi <931>.
ml Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons Larutan A dan Larutan B Lakukan seperti tertera pada
puncak sikloheksan atau isopropil alkohol dari Larutan Kemurnian kromatografi.
uji dan Larutan baku. Fase gerak Buat campuran Larutan A-Larutan B (3:2),
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran tidak menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
lebih dari 0,2%; jumlah semua cemaran tidak lebih dari Kromatografi <931>.
0,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair Larutan baku Timbang saksama sejumlah Losartan
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kalium BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif
Larutan A Asam fosfat 0,1%. dan jika perlu bertahap dengan metanol P, hingga kadar
Larutan B Asetonitril P lebih kurang 0,25 mg per ml.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg zat,
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Jika masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem encerkan dengan metanol P sampai tanda.
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama sejumlah Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Losartan Kalium BPFI dan trifenilmetanol, larutkan dalam dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,0 mm x
metanol P, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 ml
bertahap hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,3 mg per menit. Pertahankan suhu kolom 35°. Lakukan
per ml dan 2 µg per ml. kromatografi terhadap Larutan baku dan rekam
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg zat, kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari 5600
encerkan dengan metanol P sampai tanda. lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 1,4 dan
Sistem Kromatografi Lakukan seperti yang tertera pada simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi lebih dari 0,5%.
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,0 mm x
- 787 -
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji ke kurang dari 75% (Q) C22H22ClKN6O dari jumlah yang
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur tertera pada etiket.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg losartan
kalium, C22H22ClKN6O, dalam zat yang digunakan Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
dengan rumus: Prosedur untuk keseragaman kandungan
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
r kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
100C U Dapar Larutkan 2,72 g kalium fosfat monobasa P
rS dalam air, encerkan dengan air hingga 2000 ml. Atur pH
hingga 2,5 dengan penambahan asam fosfat P dan saring.
C adalah kadar Losartan Kalium BPFI dalam mg per ml Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar (3:2),
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
puncak Larutan uji dan Larutan baku. menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, Pengencer Larutkan 17,42 g kalium fosfat dibasa P
pada suhu ruang terkendali. dalam 900 ml air. Atur pH hingga 8,0 dengan
penambahan asam fosfat P. Encerkan dengan air hingga
1000 ml. Pipet 1 ml larutan ke dalam labu tentukur 10-ml,
TABLET LOSARTAN KALIUM encerkan dengan air sampai tanda.
Losartan Potassium Tablet Larutan baku Timbang saksama sejumlah Losartan
Kalium BPFI, larutkan dalam Pengencer hingga kadar
Tablet Losartan Kalium mengandung losartan kalium, lebih kurang 0,05 mg per ml.
C22H22ClKN6O, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih Larutan uji persediaan Masukkan 1 tablet ke dalam
dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. labu tentukur 100-ml, tambahkan lebih kurang 65 ml
Pengencer, kocok secara mekanik lebih kurang 30 menit.
Baku pembanding Losartan Kalium BPFI. Tambahkan Pengencer sampai tanda.
Larutan uji Encerkan sejumlah volume Larutan uji
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram persediaan dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang 0,05 mg per ml. Saring dan gunakan filtrat.
diperoleh pada Penetapan kadar. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Disolusi <1231> dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4,6 mm x
Media disolusi: 900 ml air, awaudarakan. 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran partikel 10
Alat tipe 2: 50 rpm µm; laju alir lebih kurang 1,4 ml per menit. Lakukan
Waktu: 30 menit kromatografi terhadap Larutan baku rekam kromatogram
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Losartan dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
Kalium BPFI, larutkan dan encerkan jika perlu bertahap efisiensi kolom tidak kurang dari 3000 lempeng teoritis
dalam Media disolusi hingga kadar L/1000 mg per ml, L dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
adalah kadar dalam mg seperti yang tertera pada etiket. lebih dari 2,0%.
Larutan uji Saring sejumlah alikuot melalui penyaring Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
yang sesuai dengan porositas 0,45 μm. sama (lebih kurang 20 μl) Larutan baku dan Larutan uji
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C22H22ClKN6O ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
yang terlarut dengan mengukur serapan Larutan uji dan respons puncak utama. Hitung persentase losartan kalium,
Larutan baku pada panjang gelombang serapan C22H22ClKN6O dalam tablet yang digunakan dengan
maksimum lebih kurang 256 nm menggunakan Media rumus:
disolusi sebagai blangko. Hitung persentase
C22H22ClKN6O yang terlarut dengan rumus: C rU
100 S
CU rS
A C
900 U S 100
AS L CS adalah kadar Losartan Kalium BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; CU adalah kadar losartan kalium dalam mg
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan per ml Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Larutan baku; CS adalah kadar Losartan Kalium BPFI puncak Larutan uji dan Larutan baku.
dalam mg per ml Larutan baku; L adalah kadar dalam mg
Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara
yang tertera pada etiket; 900 adalah volume dalam ml
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Media disolusi; 100 adalah faktor konversi ke persen.
Kromatografi <931>.
- 788 -
Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Larutan kesesuaian Dapar pH 7,0 Larutkan 2,5 g kalium fosfat monobasa
sistem dan Larutan uji Lakukan seperti tertera pada P dan 3,0 g natrium fosfat dibasa P dalam air, encerkan
Penetapan kadar. hingga 2000 ml. pH larutan ini mendekati 7,0. Saring
Larutan baku persediaan Gunakan Larutan baku melalui membran dengan porositas 0,45 μm dan
seperti tertera pada Penetapan kadar. awaudarakan.
Larutan baku Encerkan sejumlah volume Larutan baku Larutan A Campuran Dapar pH 7,0-asetonitril P
persediaan dalam Larutan A hingga kadar 0,0025 mg per ml. (17:3).
Larutan batas kuantisasi Encerkan sejumlah volume Larutan B Asetonitril P.
Larutan baku dengan Larutan A (1 dalam 10). Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Jika
Sistem kromatografi dalam Penetapan kadar. Lakukan perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram seperti tertera pada Kromatografi <931>.
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Larutan kesesuaian sistem persediaan Timbang
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak saksama 12 mg Losartan Kalium BPFI masukkan ke
lebih dari 5,0%. Lakukan kromatografi terhadap Larutan dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 5 ml air dan 5 ml
batas kuantisasi rekam kromatogram dan ukur respons asam klorida 0,1 N. Masukkan labu tentukur pada oven
puncak seperti tertera pada Prosedur: perbandingan 105° selama 1-2 jam, dan dinginkan hingga suhu ruang.
“signal to noise” puncak losartan pada penyuntikan Tambahkan 5,0 ml natrium hidroksida 0,1 N dan
pertama tidak lebih kecil dari 10, apabila tidak memenuhi, encerkan dengan air sampai tanda. Atur pH hingga 6,0
perbandingan “signal to noise” harus lebih besar dari 3 dengan penambahan asam klorida 0,1 N atau natrium
dan simpangan baku relatif pada tiga kali penyuntikan hidroksida 0,1 N. [Catatan Larutan mengandung 1-H-
lebih kecil dari 25%. dimer dan 2-H-dimer sehingga larutan mungkin keruh].
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Larutan kesesuaian sistem Tambahkan 3 ml asetonitril
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji P ke dalam 7 ml Larutan kesesuaian sistem persediaan
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur untuk menjernihkan.
respons puncak utama. Identifikasi puncak menggunakan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Losartan
waktu retensi relatif seperti tertera pada Tabel. Hitung Kalium BPFI larutkan dalam Larutan A hingga kadar
persentase masing-masing cemaran dalam tablet dengan lebih kurang 0,25 mg per ml dan saring melalui membran
rumus: dengan porositas 0,45 μm.
Larutan uji persediaan Masukkan 10 tablet ke dalam
C ri labu tentukur 500-ml, tambahkan Larutan A hingga 50%
100 S volume labu. Sonikasi selama 15 menit dengan sesekali
CU rS dikocok. Sonikasi kembali selama 10 menit. Encerkan
dengan Larutan A sampai tanda.
CS adalah kadar Losartan Kalium BPFI dalam mg per ml Larutan uji Encerkan sejumlah volume Larutan uji
Larutan baku; CU adalah kadar losartan kalium dalam mg persediaan secara kuantitatif, dan jika perlu bertahap
per ml Larutan uji; ri adalah respons puncak masing- dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang 0,25 mg per
masing cemaran dalam Larutan uji dan rS adalah respons ml. Saring melalui penyaring PTFE atau yang setara
puncak losartan dalam Larutan baku. Masing-masing dengan porositas 0,45 μm, gunakan filtrat.
cemaran dan jumlah semua cemaran tidak lebih dari batas Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
yang tertera pada Tabel sebagai berikut: Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 250 nm dan kolom berukuran
Tabel 3,9 mm x 15 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih
Waktu Retensi
Senyawa Batas (%) kurang 1 ml per menit. Kromatograf diprogram sebagai
Relatif
Losartan 1,0 - berikut:
1-H-Dimer1 2,4 0,5
2-H-Dimer2 2,9 0,5 Waktu Larutan A Larutan B
Eluasi
Total cemaran3 - 1,0 (menit) (ml) (ml)
0-10 8040 2060 Gradien linier
1 10-11 4080 6020 Gradien linier
Garam kalium 5-[4’-({2-Butil-5-[(5-{4’-[(2-butil-4-kloro-5-
hidroksimetil-1H-imidazol-1-il)metil]bifenil-2-il}-1H-tetrazol-1- 11-15 80 20 Kesetimbangan
il)metil]-4-kloro-1H-imidazol-1-il}metil)bifenil-2-il]tetrazol. kembali
2
Garam kalium 5-[4’-({2-Butil-5-[(5-{4’-{(2-butil-4-kloro-5-
hidroksimetil-1H-imidazol-1-il)metil]bifenil-2-il}-2H-tetrazol-2- Lakukan kromatografi terhadap Larutan Kesesuaian
il)metil]-4-kloro-1H-imidazol-1-il}metil)bifenil-2-il]tetrazol. sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
3
Jumlah semua cemaran termasuk semua cemaran spesifik dan semua seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak 1-
cemaran tidak spesifik yang setara atau lebih besar dari 0,1%.
H-dimer dan 2-H-dimer lebih besar dari 2,0; dan faktor
ikutan puncak dari Losartan, 1-H-dimer dan 2-H-dimer
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
lebih kecil dari 2,0. Lakukan kromatografi terhadap
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
Kromatografi <931>.
- 789 -
puncak seperti tertera pada Prosedur: Faktor ikutan dari Kelarutan Mudah larut dalam kloroform; larut dalam
puncak losartan tidak lebih dari 2,0; efisiensi kolom lebih aseton, dalam asetonitril dan dalam metanol; agak sukar
besar dari 3000 lempeng teorotis; simpangan baku relatif larut dalam etanol; praktis tidak larut dalam heksan; tidak
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. larut dalam air.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji Identifikasi
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram selama lebih A. Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan
kurang lima kali waktu retensi losartan, dan ukur respons dalam minyak mineral P, menunjukkan maksimum hanya
puncak utama. Hitung persentase losartan kalium, pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
C22H22ClKN6O, dalam tablet yang digunakan dengan Lovastatin BPFI.
rumus: B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 µg per ml
C r dalam asetonitril P menunjukkan maksimum dan minimum
100 S U pada panjang gelombang yang sama seperti pada larutan
C U rS Lovastatin BPFI.
CS adalah kadar Losartan Kalium BPFI dalam mg per ml Rotasi jenis <1081> Antara +324 dan +338. Gunakan
Larutan baku; CU adalah kadar losartan kalium dalam mg larutan 5 mg per ml dalam asetonitril P.
per ml Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons
puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,3%;
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah tertutup lakukan pengeringan dalam hampa udara pada tekanan
rapat dan terlindung cahaya, pada suhu ruang terkendali. tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60 selama 3 jam.
retensi relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu
5,0%. retensi relatif untuk lovastatin dan “compactin” berturut
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume turut lebih kurang 1,00 dan 0,85; resolusi, R, antara
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji lovastatin dan “compactin” tidak kurang dari 3,5; dan
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
semua respons puncak. Hitung persentase senyawa lebih dari 5%.
sejenis A lovastatin dalam lovastatin, dengan rumus : Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
C rU
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
2,5 F semua respons puncak. Hitung persentase tiap cemaran
W rS dalam lovastatin, dengan rumus:
C adalah kadar Lovastatin BPFI dalam mg per ml Dapar Larutkan 3,45 g natrium fosfat monobasa P
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons dalam 900 ml air, atur pH hingga 4,0 dengan penambahan
puncak yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan asam fosfat P, encerkan dengan air hingga 1000 ml,
baku. campur.
Pelarut Isi gelas piala 1 liter dengan 900 ml air,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tambahkan 3,0 ml asam asetat glasial P, atur pH hingga
dengan aliran nitrogen. Simpan di tempat dingin. 4,0 dengan penambahan natrium hidroksida P 20%,
campur. Pindahkan larutan ke dalam labu tentukur 1000-
ml, encerkan dengan air sampai tanda. Campur larutan
TABLET LOVASTATIN dengan asetonitril P (20 :80).
Lovastatin Tablet Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar-metanol
P (5:3:1), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
Tablet Lovastatin mengandung tidak kurang dari 90,0% penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
dan tidak lebih dari 110,0% C24H36O5 dari jumlah yang pada Kromatografi <931>.
tertera pada etiket. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Lovastatin
BPFI, larutkan dalam Pelarut hingga diperoleh kadar
Baku pembanding Lovastatin BPFI; tidak boleh lebih kurang 40 µg per ml.
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
tertutup rapat, dalam lemari pembeku dengan aliran 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet yang
nitrogen. setara dengan lebih kurang 40 mg lovastatin, masukkan
ke dalam labu tentukur 200-ml. Tambahkan lebih kurang
Identifikasi 150 ml Pelarut, dan sonikasi selama 20 menit.
A. Masukkan 1 tablet ke dalam tabung sentrifus, Dinginkan, encerkan dengan Pelarut sampai tanda,
tambahkan 1 ml air dan 4,0 ml asetonitril P, kocok secara campur. Pipet 20 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-
mekanik untuk menghancurkan tablet. Sonikasi selama 4 ml, encerkan dengan Pelarut sampai tanda. Sentrifus
menit dan sentrifus selama 4 menit untuk memperoleh sebagian dari larutan ini, gunakan beningan.
Larutan uji. Totolkan secara terpisah masing-masing 5 µl Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan uji dan Larutan baku, yang mengandung Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Lovastatin BPFI dengan kadar yang sama dengan dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4,5 mm x
Larutan uji, pada lempeng kromatografi dan lakukan 25 cm berisi bahan pengisi L1. Pertahankan suhu kolom
prosedur seperti tertera pada Identifikasi secara pada 45, laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Lakukan
Kromatografi Lapis Tipis <281> dengan menggunakan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram
campuran sikloheksan P-kloroform P-isopropil alkohol P dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
(5:2:1) sebagai larutan pengembang. efisiensi kolom tidak kurang dari 3000 lempeng teoritis;
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai faktor kapasitas, k’, tidak kurang dari 3,5; faktor ikutan
dengan Larutan baku yang diperoleh pada Penetapan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
kadar. penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Disolusi <1231> sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Dapar Larutkan 1,38 g natrium fosfat P monobasa dan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
20 g natrium lauril sulfat P dalam 900 ml air. Atur pH respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
hingga 7,0 dengan penambahan natrium hidroksida 1 N, lovastatin, C24H36O5, dalam serbuk tablet yang digunakan,
encerkan dengan air hingga 1000 ml, campur. dengan rumus:
Media disolusi: 900 ml Dapar.
Alat tipe 2: 50 rpm. r
Waktu: 30 menit. C U
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C24H36O5 terlarut rS
dengan menggunakan metode seperti pada Penetapan
kadar. C adalah kadar Lovastatin BPFI dalam µg per ml Larutan
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak yang
kurang dari 80% (Q) C24H36O5 dari jumlah yang tertera diperoleh dari Larutan uji dan Larutan baku.
pada etiket.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. tidak tembus cahaya. Simpan di tempat terlindung
cahaya, di tempat dingin atau pada suhu ruang terkendali.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
- 792 -
Magnesium Hidroksida mengandung tidak kurang dari Timbal <401> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
95,0% dan tidak lebih dari 100,5% Mg(OH)2 yang telah penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat dengan
dikeringkan pada suhu 105º selama 2 jam. melarutkan 1 g dalam 20 ml asam klorida 3 N. Gunakan
10 ml Enceran larutan baku timbal (10 µg Pb) sebagai
Pemerian Serbuk putih, ringan. pembanding.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol; Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 75 mg
larut dalam asam encer. zat yang telah dikeringkan, masukkan ke dalam labu
Erlenmeyer. Tambahkan 2 ml asam klorida 3 N, goyang
Identifikasi Larutan (1 dalam 20) dalam asam klorida 3 hingga larut. Tambahkan 100 ml air, atur pH larutan
N menunjukkan reaksi Magnesium cara A seperti yang hingga 7 (gunakan indikator kertas pH) dengan
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. penambahan larutan natrium hidroksida 1 N. Tambahkan 5
ml dapar amonia-amonium klorida LP dan 0,15 ml hitam
Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung eriokrom T LP, dan titrasi menggunakan dinatrium edetat
Escherichia coli. 0,05 M LV hingga titik akhir berwarna biru.
Kalsium Tidak lebih dari 1,5%. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, tetapi
Asam klorida encer, Larutan lantanum, Larutan baku, menimbulkan reaksi sedikit basa; larut dalam asam encer
Blangko Lakukan seperti tertera pada Kalsium dalam dengan menimbulkan gelembung; tidak larut dalam
Magnesium Karbonat. etanol.
Larutan uji Timbang saksama 250 mg zat yang telah
dikeringkan, masukkan ke dalam gelas piala, larutkan Identifikasi Larut seperti efervesen dalam asam klorida 3
dalam 30 ml asam klorida encer, jika perlu panaskan. N, menunjukkan reaksi Magnesium cara A seperti tertera
Pindahkan larutan ke dalam labu tentukur 200-ml berisi 4 pada Uji Identifikasi Umum <291>.
ml Larutan lantanum, dan encerkan dengan air sampai
tanda. Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 4 bpj; lakukan
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Kalsium dalam penetapan menggunakan 750 mg zat yang dilarutkan
Magnesium Karbonat. dalam 25 ml asam klorida 3 N.
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 20 bpj; Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung
pengujian dilakukan menggunakan larutan yang dibuat Escherichia coli.
sebagai berikut: Larutkan 1,0 g zat dalam 15 ml asam
klorida 3 N, dan uapkan di atas tangas uap hingga kering. Kalsium Tidak lebih dari 0,45%; [Catatan Larutan baku
kalsium untuk absorbsi serapan atom menggunakan
- 793 -
larutan baku kalsium persediaan seperti tertera dibawah. Besi Tidak lebih dari 200 bpj; pengujian dilakukan
Kadar Larutan baku dan Larutan uji dapat dimodifikasi sebagai berikut: didihkan 50 mg zat dengan 5 ml asam
agar masuk dalam daerah rentang kerja alat.]; lakukan nitrat 2 N selama 1 menit. Dinginkan, larutkan dengan air
pengujian sebagai berikut: hingga 45 ml, tambahkan 2 ml asam klorida P dan
Asam klorida encer Encerkan 100 ml asam klorida P campur.
dengan air hingga 1000 ml.
Larutan lantanum Larutkan 58,65 g lantanum oksida Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g zat,
ke dalam 400 ml air, tambahkan 250 ml Asam klorida larutkan dalam 30,0 ml asam sulfat 1 N LV, tambahkan
encer perlahan sambil diaduk sampai larut, encerkan jingga metil LP dan titrasi kelebihan asam dengan
dengan air hingga 1000 ml. natrium hidroksida 1 N LV. Catat pemakaian natrium
Larutan baku Keringkan 249,7 mg kalsium karbonat hidroksida 1 N LV, dalam ml (VA). Lakukan titrasi
pada suhu 300º selama 3 jam, masukkan ke dalam terhadap blangko, catat volume pemakaian natrium
desikator selama 2 jam, masukkan ke dalam labu tentukur hidroksida 1 N LV dalam ml (VB). Hitung volume
100-ml. Larutkan dengan sedikit Asam klorida encer, pemakaian asam sulfat 1 N, VS dalam ml, yang digunakan
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 1 ml; 5 ml; 10 dengan rumus:
ml; dan 15 ml masing-masing ke dalam labu tentukur
1000-ml, berisi 20 ml Larutan lantanum dan 40 ml Asam VB VA N NaOH
klorida encer, tambahkan air sampai tanda. Larutan baku
berturut-turut mengandung 1,0; 5,0; 10,0; 15,0 µg
NNaOH adalah normalitas larutan natrium hidroksida.
kalsium per ml.
Hitung pemakaian asam sulfat 1 N, dalam ml (VCa), untuk
Blangko Pipet 4 ml Larutan lantanum dan 10 ml Asam
penetapan kadar dengan rumus:
klorida encer ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan
dengan air sampai tanda.
Larutan uji Masukkan 250 mg zat ke dalam gelas piala, W L Ca
tambahkan 30 ml Asam klorida encer, aduk sampai larut, 100 20 , 04
jika perlu panaskan. Masukkan larutan ke dalam labu
tentukur 200-ml yang berisi 4 ml Larutan lantanum, W adalah bobot magnesium oksida dalam mg; LCa adalah
encerkan dengan air sampai tanda. kadar kalsium dalam persen; seperti ditetapkan pada
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji Kalsium.
secara spektrofotometri serapan atom dilengkapi dengan
lampu tabung katoda kalsium dan pembakar nitro oksida- Tiap ml asam sulfat 1 N
asetilen pada garis emisi kalsium 422,7 nm. Lakukan setara dengan 20,04 mg Ca
penetapan Blangko. Tetapkan kadar kalsium dalam µg per
ml dalam Larutan uji menggunakan kurva kalibrasi. Hitung jumlah MgO dalam persen, dalam zat yang
Hitung persentase kalsium dalam zat yang digunakan digunakan dengan rumus:
dengan rumus:
V V Ca
0 , 001 CV 20 ,15 S 100
100 W
W
Tiap ml asam sulfat 1 N
C adalah kadar; 0,001 adalah konversi dari µg per ml setara dengan 20,15 mg MgO
menjadi mg per ml; V adalah volume Larutan uji dalam
ml; dan W adalah jumlah zat dalam mg yang digunakan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
untuk membuat Larutan uji.
Identifikasi Larutan dalam asam klorida encer P, Besi <331> Tidak lebih dari 0,05%; pengujian dilakukan
menunjukkan reaksi Magnesium cara A seperti tertera menggunakan larutan yang dibuat sebagai berikut:
pada Uji Identifikasi Umum <291>. Didihkan 40 mg zat dengan 5 ml asam nitrat 2 N selama
1 menit. Dinginkan, encerkan dengan air hingga 50 ml.
Sisa pemijaran <1111> Tidak lebih dari 10%; penetapan Encerkan 25 ml larutan dengan air hingga 45 ml dan
dilakukan sebagai berikut: timbang saksama lebih kurang tambahkan 2 ml asam klorida P.
500 mg zat, di dalam krus platina yang telah ditara,
lakukan pemijaran pada suhu 800±25º hingga bobot tetap. Kerapatan serbuk ruahan dan serbuk mampat <891>
Metode I Lakukan seperti tertera pada prosedur
Alkali bebas dan Garam larut Tidak lebih dari 2,0%; Kerapatan serbuk ruahan.
penetapan dilakukan sebagai berikut: didihkan 2,0 g zat
dalam 100 ml air selama 5 menit dalam gelas piala Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500
bersumbat, saring dalam keadaan panas. Pada 50 ml filtrat mg zat, pijarkan di dalam krus platina yang telah ditara
dingin tambahkan merah metil LP dan titrasi dengan asam hingga bobot tetap. Timbang saksama residu, larutkan
sulfat 0,1 N LV: diperlukan tidak lebih dari 2,0 ml. Uapkan dalam 30,0 ml asam sulfat 1 N LV, tambahkan jingga
25 ml sisa filtrat hingga hampir kering dan keringkan pada metil LP dan titrasi kelebihan asam dengan natrium
suhu 105º selama 1 jam. hidroksida 1 N LV. Volume asam sulfat 1 N yang
bereaksi dikurangi dengan volume asam sulfat yang
Zat tidak larut asam Tidak lebih dari 0,1%; penetapan setara dengan kalsium yang terdapat dalam zat adalah
dilakukan sebagai berikut: Campur 2 g zat dengan 75 ml volume asam sulfat 1 N yang setara dengan MgO di
air, tambahkan sedikit asam klorida P, kocok sampai larut dalam zat yang digunakan. Catat pemakaian natrium
sempurna, didihkan selama 5 menit. Jika diperoleh zat hidroksida 1 N LV, dalam ml (VA). Lakukan titrasi
tidak larut, saring, cuci dengan air, hingga air cucian terhadap blangko, catat volume pemakaian natrium
bebas dari klorida, pijarkan. hidroksida 1 N LV dalam ml (VB). Hitung volume
pemakaian asam sulfat 1 N, VS dalam ml, yang digunakan
Kalsium Tidak lebih dari 1,1%. dengan rumus:
Asam klorida encer, Larutan lantanum, Larutan baku,
Blangko Lakukan seperti tertera pada Kalsium dalam VB VA N NaOH
Magnesium Karbonat.
Larutan uji Masukkan 250 mg zat yang baru dipijar ke
NNaOH adalah normalitas larutan natrium hidroksida.
dalam gelas piala, tambahkan 30 ml Asam klorida encer,
Hitung pemakaian asam sulfat 1 N, dalam ml (VCa), untuk
aduk hingga larut, jika perlu panaskan. Pindahkan larutan
penetapan kadar dengan rumus:
ke dalam labu tentukur 200-ml yang berisi 4 ml Larutan
lantanum, encerkan dengan air sampai tanda.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Kalsium dalam W L Ca
Magnesium Karbonat. Hitung persentase kalsium dalam 100 20 , 04
zat yang digunakan dengan rumus:
W adalah bobot magnesium oksida dalam mg; LCa adalah
0,001CV kadar kalsium dalam persen seperti diperoleh pada
100 Kalsium.
W
Tiap ml asam sulfat 1 N
C adalah kadar; 0,001 adalah konversi dari µg per ml ke setara dengan 20,04 mg Ca
mg per ml; V adalah volume Larutan uji dalam ml; W
adalah jumlah magnesium oksida dalam mg yang digunakan Hitung persentase MgO dalam zat dengan rumus:
untuk membuat Larutan uji.
Kelarutan Tidak larut dalam air, dalam etanol, dan Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g zat,
dalam eter. didihkan dengan 50 ml asam sulfat 0,1 N selama lebih
kurang 30 menit atau hingga lapisan asam lemak terpisah
Identifikasi jernih, jika perlu tambahkan air untuk mempertahankan
A.Campur 25 g zat dengan 200 ml air panas, volume. Dinginkan, saring dan cuci penyaring dan labu
tambahkan 60 ml asam sulfat 2 N, panaskan sambil sering dengan air hingga air cucian terakhir tidak bereaksi asam
diaduk hingga asam lemak terpisah sempurna sebagai terhadap lakmus P. Netralkan filtrat terhadap lakmus P
suatu lapisan jernih. Pisahkan lapisan air, dan simpan dengan natrium hidroksida 1 N. Sambil diaduk dengan
untuk Identifikasi B. Cuci lapisan asam lemak dengan air pengaduk magnetik, titrasi dengan dinatrium edetat 0,05
mendidih hingga bebas sulfat, kumpulkan dalam gelas M LV sebagai berikut: tambahkan lebih kurang 30 ml
piala kecil, hangatkan di atas tangas uap hingga air melalui buret 50 ml kemudian tambahkan 5 ml dapar
memisah dan asam lemak menjadi jernih. Biarkan dingin, ammonia-amonium klorida LP dan 0,15 ml hitam
dan buang lapisan air. Kemudian lelehkan asam lemak. eriokrom LP dan lanjutkan titrasi hingga berwarna biru.
Saring panas-panas ke dalam gelas piala kering, dan
keringkan pada suhu 100º selama 20 menit, suhu beku Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
padatan asam lemak tidak kurang dari 54o . setara dengan 2,015 mg MgO
B.Lapisan air yang diperoleh dari pemisahan asam
lemak pada Identifikasi A menunjukkan reaksi Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Magnesium cara A seperti yang tertera pada Uji
Identifikasi Umum <291>.
MAGNESIUM SULFAT
Batas mikroba<51> Angka lempeng total tidak lebih Garam Inggris
dari 1000 per g dan tidak boleh mengandung Escherichia Magnesium Sulfate
coli.
MgSO4.xH2O
Susut pengeringan<1121> Tidak lebih dari 4,0%; MgSO4.H2O BM 138,36
lakukan pengeringan pada suhu 105o hingga bobot tetap. MgSO4.7H2O [10034-99-8] BM 246,48
Anhidrat [7487-88-9] BM 120,37
Timbal <401> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
penetapan sebagai berikut: pijarkan 500 mg zat pada suhu Magnesium Sulfat mengandung tidak kurang dari 99,0%
475o - 500 o selama 15 - 20 menit. Dinginkan, tambahkan dan tidak lebih dari 100,5% MgSO4 yang dibuat anhidrat
3 tetes asam nitrat P, uapkan di atas api kecil hingga dengan pemijaran.
kering dan pijarkan kembali pada suhu 475º-500º selama
30 menit. Larutkan residu dalam 1 ml campuran volume Pemerian Hablur halus; tidak berwarna, biasanya
sama asam nitrat P dan air, cuci beberapa kali dengan air berbentuk jarum; rasa dingin, asin dan pahit. Merekah
ke dalam corong pisah. Tambahkan 3 ml Larutan dalam udara kering dan hangat.
ammonium sitrat dan 0,5 ml Larutan hidroksilamin
hidroklorida dan basakan dengan ammonium hidroksida Kelarutan Sangat mudah larut dalam air mendidih;
P terhadap merah fenol LP. Tambahkan 10 ml larutan mudah larut dalam air; mudah larut secara perlahan dalam
kalium sianida LP. Segera ekstraksi berturut-turut dengan gliserin; agak sukar larut dalam etanol.
5 ml Larutan pengekstraksi ditizon. Alirkan setiap ekstrak
ke dalam corong pisah lainnya, hingga larutan ditizon Identifikasi Larutan (1 dalam 20) menunjukkan reaksi
terakhir tetap berwarna hijau. Kocok campuran ekstrak Magnesium cara A dan Sulfat cara A, B dan C seperti
selama 30 detik dengan 20 ml asam nitrat 0,2 N, dan tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
- 796 -
pH <1071> Antara 5,0 dan 9,2; lakukan penetapan sampai tanda. Diamkan selama 10 menit. Ukur serapan
menggunakan larutan (1 dalam 20). Larutan baku dan Larutan uji pada panjang gelombang
serapan maksimum lebih kurang 594 nm dengan
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,014%; lakukan spektrofotometer yang sesuai, gunakan Blangko sebagai
pengujian menggunakan 1,0 g zat; kekeruhan yang terjadi pengaturan alat ke angka nol. Plot nilai serapan larutan baku
tidak lebih kuat dari 0,20 ml asam klorida 0,020 N. terhadap kandungan besi dalam µg per 50 ml dan tarik garis
lurus terbaik yang melalui tiga titik yang diplot. Dari grafik
Susut pengeringan <1021> Tidak lebih dari 2%; lakukan tersebut tetapkan kandungan besi dari Larutan uji dalam µg
pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam. per 50 ml (C). Hitung jumlah besi dalam bpj dalam zat yang
digunakan dengan mengalikan C dengan 0,1.
Sisa pemijaran <1111> Antara 13,0% dan 16,0% untuk
bentuk anhidrat; 22,0% dan 28,0% untuk bentuk Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
monohidrat; 40,0% dan 52,0% untuk bentuk heptahidrat; pengujian menggunakan 2 g zat dalam 25 ml air.
lakukan penetapan dengan menimbang saksama lebih
kurang 1 g zat dalam krus, panaskan pada suhu 105º Selenium <391> Tidak lebih dari 0,003%; lakukan
selama 2 jam, pijarkan dalam tanur pada suhu 450 ± 25º pengujian menggunakan 200 mg zat dalam 50 ml asam
hingga bobot tetap. nitrat 0,25 N.
Endotoksin bakteri <201> Mengandung tidak lebih dari B. Buat butiran dengan melebur sejumlah hablur
0,09 unit Endotoksin FI per mg magnesium sulfat. natrium amonium fosfat P pada sengkelit platina pada
pembakar Bunsen. Satukan butiran panas yang transparan
pH <1071> Antara 5,5 dan 7,0; lakukan penetapan tersebut dengan zat dan lebur kembali, silika yang
menggunakan larutan 5%. mengapung di sekitar butiran, sewaktu pendinginan,
membentuk butiran buram dengan bentuk seperti jala.
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti tertera
pada Injeksi volume kecil. Air <1031> Metode III Antara 17,0% dan 34,0%;
lakukan penetapan sebagai berikut: timbang saksama
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Injeksi. lebih kurang 1 g zat, masukkan ke dalam krus platina
bertutup yang telah ditara. Panaskan krus secara bertahap,
Penetapan kadar Ukur saksama sejumlah volume injeksi kemudian pijarkan hingga bobot tetap.
setara dengan lebih kurang 250 mg magnesium sulfat
anhidrat, masukkan ke dalam gelas piala dan encerkan Garam larut Tidak lebih dari 1,5%; lakukan pengujian
dengan air hingga 100 ml. Atur pH hingga 7 dengan sebagai berikut: didihkan 10,0 g zat dengan 150 ml air
penambahan natrium hidroksida 1 N (menggunakan kertas selama 15 menit. Dinginkan sampai suhu ruang, diamkan
indikator pH), tambahkan 5 ml dapar amonia-amonium selama 15 menit, saring dengan penghisapan. Masukkan
klorida LP dan 0,15 ml hitam eriokrom T LP, titrasi filtrat ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan dengan
dengan dinatrium edetat 0,05 M LV sampai berwarna air sampai tanda. Uapkan 50,0 ml larutan tersebut yang
biru. setara dengan 2,5 g trisilikat dalam cawan platina yang
telah ditara sampai kering, pijarkan perlahan-lahan
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M sampai bobot tetap: bobot residu tidak lebih dari 38,0 mg.
setara dengan 12,32 mg MgSO4.7H2O
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,055%; pengujian
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal dilakukan menggunakan 20 ml filtrat yang telah diencerkan
atau dosis ganda sebaiknya dari kaca Tipe I. seperti tertera pada Garam larut yang setara dengan 1 g
magnesium trisilikat: larutan uji tidak lebih keruh dari
Penandaan Etiket menunjukkan kadar osmolar total larutan yang mengandung 0,75 ml asam klorida 0,020 N.
dalam mol per liter. Jika kemasan mengandung kurang
dari 100 ml atau jika pada etiket tertera bahwa injeksi Sulfat Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengujian sebagai
tidak digunakan langsung, tetapi harus diencerkan berikut: tambahkan 2 ml asam fluorida P pada residu
sebelum digunakan, pada etiket dapat tertera kadar yang diperoleh pada Garam larut, uapkan di atas tangas
osmolar total dalam mOsmol per ml. uap sampai kering. Campur residu dengan air, pindahkan
ke dalam penyaring, dan cuci dengan lebih kurang 50 ml
air. Didihkan filtrat, tambahkan 0,1 ml asam klorida P dan
MAGNESIUM TRISILIKAT 5 ml barium klorida LP. Pertahankan suhu campuran
Magnesium Trisilicate mendekati titik didih selama 1 jam, saring, cuci endapan
dengan air, keringkan dan pijarkan sampai bobot tetap:
Magnesium silikat hidrat bobot residu tidak lebih dari 30 mg.
(Mg2Si3O8.H2O) [39365-87-2] BM 278,88
2MgO.3SiO2[14987-04-3] BM 260,86 Alkali bebas Tambahkan 2 tetes fenolftalein LP ke dalam
20 ml filtrat yang telah diencerkan seperti tertera pada
Magnesium Trisilikat adalah senyawa magnesium oksida Garam larut yang setara dengan 1 g trisilikat: jika terjadi
dan silikon dioksida dengan berbagai perbandingan warna merah muda, diperlukan tidak lebih dari 1,0 ml
kandungan air. Mengandung tidak kurang dari 20,0% asam klorida 0,10 N untuk menghilangkan warna.
magnesium oksida (MgO) dan tidak kurang dari 45,0%
silikon dioksida (SiO2). Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 8 bpj.
Pemerian Serbuk halus; putih; tidak berbau, tidak berasa, Logam berat <371> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan
tanpa butiran. pengujian sebagai berikut: didihkan 2,67 g zat dengan
campuran 50 ml air dan 5 ml asam klorida P selama 20
Kelarutan Tidak larut dalam air dan dalam etanol; terurai menit, tambahkan air untuk mempertahankan volume
oleh asam mineral. selama pendidihan. Tambahkan amonium hidroksida P
hingga campuran hanya bereaksi dengan sedikit asam
Identifikasi terhadap kertas lakmus. Saring dengan pengisapan, cuci
A. Campur lebih kurang 500 mg zat dengan 10 ml dengan 15-20 ml air, kumpulkan air cucian dengan filtrat.
asam klorida 3 N, saring, dan netralkan filtrat dengan Tambahkan 2 tetes fenolftalein LP dan amonium
amonium hidroksida 6 N, menggunakan kertas lakmus. hidroksida 6 N sedikit berlebih. Hilangkan warna merah
Filtrat menunjukkan reaksi Magnesium cara A seperti muda dengan larutan asam klorida P (1 dalam 100), dan
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. tambahkan 8 ml larutan asam klorida P (1 dalam 100).
- 798 -
Encerkan dengan air hingga 100 ml dan gunakan 25 ml [Catatan Untuk memenuhi spesifikasi monografi ini,
sebagai Larutan uji. malam lebah mentah yang digunakan untuk pembuatan
Malam kuning harus memenuhi Uji kekeruhan
Kapasitas penetralan asam Timbang saksama lebih penyabunan].
kurang 200 mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer
125 ml bersumbat kaca. Tambahkan 30,0 ml asam klorida Pemerian Padatan; kuning sampai coklat keabuan;
0,1 N LV dan 20 ml air. Letakkan labu dalam tangas dan berbau enak seperti madu. Agak rapuh bila dingin, dan
pertahankan pada suhu 37º. Kocok campuran sesekali bila patah membentuk granul, patahan non-hablur.
selama 4 jam pemanasan, tetapi diamkan tanpa dikocok Menjadi lunak oleh suhu tangan. Bobot jenis lebih
pada 15 menit terakhir. Dinginkan sampai suhu ruang. kurang 0,95.
Tambahkan merah metil LP pada 25,0 ml beningan,
titrasi kelebihan asam dengan natrium hidroksida 0,1 N Kelarutan Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam
LV: 1 g magnesium trisilikat dihitung sebagai zat etanol dingin. Etanol mendidih melarutkan asam serotat
anhidrat, memerlukan tidak kurang dari 140 ml dan tidak dan sebagian dari mirisin, yang merupakan kandungan
lebih dari 160 ml asam klorida 0,10 N. malam kuning. Larut sempurna dalam kloroform, dalam
eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri. Larut
Penetapan kadar magnesium oksida Timbang saksama sebagian dalam benzen dan karbon disulfida dingin; pada
lebih kurang 1,5 g zat, masukkan ke dalam labu suhu lebih kurang 30° larut sempurna dalam benzen, dan
Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 50,0 ml asam sulfat 1 N dalam karbon disulfida.
LV dan digesti di atas tangas uap selama 1 jam. Dinginkan
sampai suhu ruang, tambahkan jingga metil LP, titrasi Syarat lain Memenuhi syarat untuk Jarak lebur, Uji
kelebihan asam dengan natrium hidroksida 1 N LV. kekeruhan penyabunan, Lemak atau asam lemak, Malam
Jepang, Rosin dan sabun, Bilangan asam; dan Bilangan
Tiap ml asam sulfat 1 N ester seperti yang tertera pada Malam Putih.
setara dengan 20,15 mg MgO
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Penetapan kadar silikon dioksida Timbang saksama
lebih kurang 700 mg zat, masukkan ke dalam cawan
platina kecil. Tambahkan 10 ml asam sulfat 1 N, MALAM PUTIH
panaskan di atas tangas uap hingga kering tanpa ditutup. Cera Alba
Tambahkan 25 ml air pada residu, dan digesti di atas
tangas uap selama 15 menit. Enaptuangkan beningan Malam Putih adalah hasil pemurnian dan pengelantangan
melalui kertas saring bebas abu dengan penghisapan, cuci Malam Kuning yang diperoleh dari sarang lebah madu
endapan tiga kali dengan air panas, enaptuangkan tiap Apis mellifera Linnẻ (Familia Apidae) dan memenuhi
kali melalui kertas saring. Pindahkan endapan ke syarat Uji kekeruhan penyabungan.
penyaring, cuci dengan air panas. Masukkan kertas
penyaring dan isinya ke dalam cawan platina yang telah Pemerian Padatan putih kekuningan, sedikit tembus
digunakan sebelumnya. Panaskan hingga kering, pijarkan cahaya dalam keadaan lapisan tipis; bau khas lemah dan
selama 30 menit, dinginkan, dan timbang. Basahi residu bebas bau tengik. Bobot jenis lebih kurang 0,95.
dengan air, tambahkan 6 ml asam fluorida P dan 3 tetes
asam sulfat P. Uapkan sampai kering, pijarkan selama 5 Kelarutan Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam
menit, dinginkan dan timbang: kehilangan bobot etanol dingin. Etanol mendidih melarutkan asam serotat
menunjukkan bobot SiO2. dan bagian dari mirisin, yang merupakan kandungan
malam putih. Larut sempurna dalam kloroform, dalam
Perbandingan SiO2 terhadap MgO Antara 2,10 dan eter, dalam minyak lemak dan minyak atsiri. Sebagian
2,37; lakukan perhitungan dengan cara membagi larut dalam benzen dingin dan dalam karbon disulfida
persentase SiO2 yang diperoleh pada Penetapan kadar dingin. Pada suhu lebih kurang 30° larut sempurna dalam
silikon dioksida dengan persentase MgO yang diperoleh benzen, dan dalam karbon disulfida.
pada Penetapan kadar magnesium oksida.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Jarak lebur<1021>Metode IV Antara 62° dan 65°.
aldehida P sampai 1000 ml. Refluks campuran perlahan- Senyawa tidak diendapkan oleh amonium sulfida
lahan selama 2 jam. Pada akhir tahap ini, buka labu, Tidak lebih dari 0,5%; pengujian dilakukan sebagai
masukkan termometer ke dalam larutan dan letakkan berikut: larutkan 2,0 g zat dalam 90 ml air, tambahkan 5
labu ke dalam wadah berisi air dengan suhu 80°. Putar ml amonium hidroksida P, hangatkan larutan dan alirkan
labu dalam tangas sampai larutan mendingin: larutan hidrogen sulfida P ke dalamnya selama lebih kurang 30
tidak boleh menunjukkan kekeruhan atau bentuk tetesan menit. Encerkan dengan air hingga 100 ml, campur,
sebelum suhu mencapai 65°. biarkan sampai mengendap sempurna. Enaptuangkan
beningan melalui penyaring, masukkan 50 ml filtrat ke
Lemak atau asam lemak, malam Jepang, rosin, dan dalam cawan yang telah ditara, uapkan sampai kering dan
sabun Timbang 1 g zat, masukkan ke dalam gelas piala mula-mula pijarkan perlahan dan akhirnya pada suhu 800
100 ml, tambahkan 35 ml natrium hidroksida 3,5 N, º ± 25º: bobot residu tidak lebih dari 5 mg.
didihkan selama 30 menit. Pertahankan volume dengan
sesekali menambahkan air, dan biarkan campuran Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 350 mg
mendingin pada suhu kamar selama lebih kurang 2 jam: zat, larutkan dalam 200 ml air. Tambahkan lebih kurang
malam akan memisah, meninggalkan cairan jernih, keruh 10 mg asam askorbat P, tambahkan dari buret dinatrium
atau tembus cahaya, tetapi tidak buram. Saring campuran edetat 0,05 M LV lebih kurang 25 ml, kemudian
dingin dan asamkan filtrat jernih dengan asam klorida P: tambahkan 10 ml dapar amonia-amonium klorida LP dan
cairan tetap jernih atau menunjukkan tidak lebih dari lebih kurang 0,15 ml hitam eriokrom T LP. Lanjutkan titrasi
sedikit kekeruhan atau endapan. dengan dinatrium edetat 0,05 M LV sampai berwarna biru.
Bilangan asam <491>Antara 17 dan 24; lakukan Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
penetapan dengan cara sebagai berikut: timbang saksama setara dengan 8,451 mg MnSO4.H2O
lebih kurang 3 g zat, masukkan dalam labu 200 ml,
tambahkan 25 ml etanol mutlak P netral, hangatkan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
sampai lebur, kocok campuran, tambahkan 1 ml Pada suhu 25º, masih diperbolehkan pada suhu antara 15º
fenolftalein LP dan titrasi dengan cairan hangat kalium dan 30º.
hidroksida etanol 0,5 N LV sampai warna merah muda
tetap.
MANITOL
Bilangan ester <491> Antara 72 dan 79; lakukan Mannitol
penetapan sebagai berikut: pada larutan hasil dari
H H OH OH
penetapan Bilangan asam tambahkan 25,0 ml kalium
hidroksida etanol 0,5 N LV dan 50 ml etanol bebas HOH2C C C C C CH2OH
aldehida P, refluks selama 4 jam dan titrasi kelebihan
alkali dengan asam klorida 0,5 N LV. Lakukan penetapan OH OH H H
blangko.
D-Manitol [69-65-8]
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. C6H14O6 BM 182,17
Jarak lebur<1021> Antara 165º dan 169º. sama lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Rotasi jenis<1081> Antara +137ºdan +145º; lakukan tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak sorbitol
penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai dan manitol tidak kurang dari 2,0.
berikut:Masukkan lebih kurang 1 g zat yang ditimbang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
saksama ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 40 sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ml larutan amonium molibdat P (1 dalam 10), jika perlu ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
saring terlebih dahulu. Tambahkan 20 ml asam sulfat 1 N, respons puncak utama. Hitung jumlah, dalam mg,
encerkan dengan air sampai tanda. manitol, C6H14O6, dalam zat yang digunakan dengan
rumus:
Keasaman Larutkan 5,0 g zat dalam 50 ml air bebas r
karbon dioksida P, tambahkan 3 tetes fenolftalein LP, 50 C U
titrasi dengan natrium hidroksida 0,020 N LV sampai titik rS
akhir warna merah muda: diperlukan tidak lebih dari 0,30
ml natrium hidroksida 0,020 N untuk menetralkan. C adalah kadar Manitol BPFI dalam mg per ml Larutan
baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Susut pengeringan<1121> Tidak lebih dari 0,3%; Larutan uji dan Larutan baku.
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,007%; pengujian
dilakukan menggunakan 2,0 g zat: kekeruhan yang terjadi
tidak lebih keruh dari 0,20 ml asam klorida 0,020 N. INJEKSI MANITOL
Mannitol Injection
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,01%; pengujian
dilakukan menggunakan 2,0 g zat: kekeruhan yang terjadi Injeksi Manitol adalah larutan steril atau larutan lewat
tidak lebih keruh dari 0,20 ml asam sulfat 0,020 N. jenuh manitol dalam Air untuk Injeksi. Bila terjadi
penghabluran perlu dilakukan penghangatan atau pemanasan
Arsen<321>Metode II Tidak lebih dari 1 bpj. dalam otoklaf sebelum digunakan. Mengandung tidak
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% C6H14O6,
Gula mereduksi Tambahkan 1 ml larutan jenuh manitol dari jumlah yang tertera pada etiket. Tidak mengandung
(lebih kurang 200 mg) ke dalam 5 ml tembaga(II) sitrat zat antimikroba.
alkali LP. Panaskan dalam tangas air mendidih selama 5
menit: hanya terbentuk sedikit sekali endapan. Jumlah Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
yang ditetapkan dalam uji ini tidak termasuk yang pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
ditetapkan dalam cemaran lain. menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi,
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Identifikasi
Fase gerak Air yang telah diawaudarakan. A. Uapkan sejumlah residu injeksi di atas tangas uap
Larutan resolusi Larutkan sorbitol dan Manitol BPFI sampai kering, keringkan sisa pada suhu 105 selama 4
dalam air hingga kadar masing-masing lebih kurang 4,8 jam. Residu memenuhi uji berikut, pada 3 ml larutan
mg per ml. katekol P dalam air (1 dalam 10) yang dibuat segar,
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Manitol tambahkan 6 ml asam sulfat P dengan pendinginan.
BPFI, larutkan dan encerkan dengan air hingga kadar Masukkan masing-masing 3 ml larutan ini ke dalam 2
lebih kurang 4,8 mg per ml. tabung reaksi. Pada salah satu tabung tambahkan 0,3 ml air
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 240 mg zat, (pereaksi blangko) dan pada tabung yang lain tambahkan
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dalam 0,3 ml larutan residu (manitol) dalam air (1 dalam 10).
10 ml air dan encerkan dengan air sampai tanda. Panaskan tabung di atas api langsung selama lebih kurang
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 30 detik: larutan dalam tabung yang berisi manitol
Kromatografi<931>. Kromatograf cair kinerja tinggi berwarna merah muda gelap atau merah anggur dan
dilengkapi dengan detektor indeks bias yang dipertahankan larutan dalam tabung berisi pereaksi blangko berwarna
pada suhu tetap dan kolom 4 mm x 25 cm berisi bahan merah muda terang.
pengisi L19. Atur suhu kolom antara 30º - 85º, pertahankan B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
± 2º dari suhu yang dipilih, laju alir lebih kurang 0,5 ml per uji sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh pada
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Penetapan kadar.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada pH <1071> Antara 4,5 dan 7,0; lakukan penetapan secara
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Pada kondisi yang potensiometrik menggunakan larutan sebagai berikut:
- 801 -
N
OCH3 Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 225
O mg zat, larutkan dalam 30 ml asam asetat glasial P.
Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik
Metil 5-benzoil-2-benzimidazolkarbamat [31431-39-7]
C16H13N3O3 BM 295,29
- 803 -
akhir secara potensiometrik menggunakan sistem Ekstraksi air cucian dua kali, tiap kali dengan 10 ml
elektrode kaca-kalomel. Lakukan penetapan blangko. kloroform P, tambahkan ekstrak gabungan kloroform ke
dalam labu tentukur di atas, tambahkan 2 ml asam format
Tiap ml asam perklorat 0,1 N 96% dan 7 ml isopropil alkohol P, encerkan dengan
setara dengan 29,53 mg C16H13N3O3 kloroform P sampai tanda, kocok. Pipet 5 ml larutan ke
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan isopropil
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. alkohol P sampai tanda.
Larutan uji 2 (bila suspensi oral dikemas dalam siring
yang terkalibrasi untuk pemberian mebendazol dengan
SUSPENSI ORAL MEBENDAZOL dosis meningkat) Ukur sejumlah volume tertentu suspensi
Mebendazole Oral Suspension