Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DIAGNOSA CA MAMMAE

KELOMPOK 6

NOVA ASRIYANTI

SRI RIZKY

DEWIA OLA YULIA

AFNIRAHMI

DESWATI

AMRIZAL

PROGRAM KERJASAMA RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker payudara (Ca mammae) adalah Kanker yang terjadi karena

terganggunya sistem pertumbuhan sel di dalam jaringan payudara. Payudara

tersusun atas kelenjar susu, jaringan lemak, kantung penghasil susu, dan

kelenjar getah bening. Sel abnormal bisa tumbuh di empat bagian tersebut,

dan mengakibatkan kerusakan yang lambat tetapi pasti menyerang payudara

(Nurcahyo, 2014).
Kanker payudara merupakan tumor ganas yang menyerang jaringan sel-sel

payudara. Kanker payudara merupakan masalah paling besar bagi wanita di

seluruh dunia dan menyebabkan kematian utama bagi penderita kanker

payudara. penyakit kanker payudara di negara berkembang menunjukkan

bahwa penyakit kanker dengan persentase kasus tertinggi, kurang lebih 43%

kasus dan persentase kematian yaitu 12,9%. Menurut WHO sekitar 8-9%

wanita menderita penyakit kanker payudara. Kasus kanker payudara terus

meningkat lebih dari 250,000 kasus baru, di Eropa dilakukan penelitian kanker

payudara oleh American Cancer Society (ACS) hampir 178.000 wanita yang

telah di diagnosis kanker payudara dan jumlah tersebut ditambah 2 juta wanita

yang memiliki riwayat penyakit ini (Peter, 2017).


Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi

kanker di Indonesia mencapai 1.79 per 1000 penduduk, naik dari tahun 2013

sebanyak 1.4 per 1000 penduduk. Riset ini juga menemukan, prevalensi

tertinggi ada di Yogyakarta sebanyak 4.86 per 1000 penduduk, disusul

Sumatera Barat 2.47, dan Gorontalo 2.44.Sumatera Barat merupakan Provinsi


ketiga dari 34 Provinsi tertinggi kejadian kanker payudara dengan prevalensi

sebesar 90 per 100.000 penduduk. Kanker payudara menduduki tempat nomor

dua dari insiden semua tipe kanker di indonesia(Riskesda, 2018).


RSUP DR. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit rujukan nasional

yang terdapat di provinsi Sumatera Barat. Data Rekam Medik RSUP DR. M.

Djamil Padang pada tahun 2015 di Irna Bedah lebih kurang 160 kasus kanker

payudara, mengalami penurunan pada tahun 2016 yaitu 139 kasus dan pada

tahun 2017 kanker payudara mengalami peningkatan kembali yaitu 174 kasus.

Lebih dari 25% wanita yang didiagnosa kanker (satu diantara empat) adalah

kanker payudara. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa yang

menyebabkan kanker ini terjadi, tetapi ada beberapa faktor risiko yang

menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker

payudara, yaitu umur menstruasi pertama (menarche), umur pada kehamilan

pertama, riwayat menyusui, pemakaian kontrasepsi hormonal, riwayat

keluarga, obesitas dan aktivitas fisik (Black & Hawks, 2014).


Tanda kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada

tunor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips. Gejala

carsinoma kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu,

pating gatal, mengeras, asimetris, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan

turun, dapat sebagai petunjuk adanya metastase (Amin & Kusuma, 2015).
Cancer mammae memerlukan beberapa terapi dalam pelaksanaannya,

seperti lumpektomi, mastektomi, radiasi, terapi hormon, dan kemoterapi.

Terapi tersebut dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, namun berdampak

pula pada fisik dan psikologis pasien. Pasien akan kehilangan payudaranya,

kulit akan menghitam, rambut rontok, dan tubuh menjadi kurus. Pasien akan

malu dan sedih dengan keadaannya. Pada kondisi seperti itu, pasien
memerlukan asuhan keperawatan yang holistik untuk memenuhi kebutuhan

dasarnya, yaitu kebutuhan biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual.

Kebutuhan biologis seperti nutrisi, cairan, dan pakaian. Kebutuhan psikologis

meliputi perhatian dan dukungan dari keluarga dan orang sekitarnya.

Kebutuhan sosial yang meliputi interaksi dengan keluarga, teman, dan

masyarakat. Kebutuhan kultural yang meliputi kebiasaan dan budaya yang

dianut oleh pasien, dan kebutuhan spiritual meliputi kebutuhan pasien

terhadap kepercayaan yang dianut(Kartikawati, 2013).


Dalam jurnal Oxford Annals of Oncology (2017), ketika seseorang

dinyatakan menderita kanker, maka akan terjadi beberapa tahapan

reaksiemosional dan salah satunya yang sering terjadi adalah depresi.

Menyediakan informasi bagi pasien merupakan faktor penentu

penting bagi kepuasan pasien dan juga dapat mempengaruhi kualitas kesehata

n,tingkat kecemasan dan tingkat depresi penderita kanker. Depresi

seringkurang terdiagnosis karena banyak faktor, termasuk kurangnya

penyediaan pengetahuan tentang penilaian teknik dan pilihan pengobatan (Sch

wartzdkk, 2018). Menurut Miller (2018), sebanyak 16%-25% pasien

menderita kankersekaligus depresi. Setelah pasien terdiagnosa kanker

payudara pada tahun pertama, 48% wanita mengalami kecemasan dan

depresi. Dampak depresi pada penderita kanker tidak hanya pada penderitanya

saja, tetapi juga bisa berakibat pada keluarganya, yang pada akhirnya akan

menurunkan kualitas hidup penderita bila penanganannya tidak adekuat.


Kebutuhan psikologis meliputi perhatian dan dukungan dari keluarga serta

orang disekitar. Kebutuhan sosial meliputi interaksi dengan kelurga, teman

dan masyarakat. Kebutuhan kultural yang meliputi kebiasaan dan budaya yang
dianut oleh pasien. Dan kebutuhan spiritual meliputi kebutuhan pasien

terhadap kepercayaan yang dianut serta hubungannya dengan Tuhan. Jadi

perawat berperan dalam memberikan asuhan keperawatan yang holistik

(menyeluruh), sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi.


B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Ca Mamae.
2) Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian dengan komprehensif pada klien dengan Ca

Mamae.
b. Menegakkan dan menyusun prioritas diagnosa keperawatan pada

klien dengan Ca Mamae.


c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien dengan Ca Mamae.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan Ca Mamae.
e. Melakukan evaluasi pencapaian kriteria hasil perencanaan pada klien

dengan Ca Mamae.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT CA MAMMAE


1. Definisi
Ca Mammae didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma ganas yang

berasal dari parenchyma. Kanker payudara merupakan pertumbuhan sel

payudara yang tidak terkontrol kaena perubahan abnormal dari gen yang

bertanggung jawab atas pengaturan pertumbuhan sel (Sitiatava Rizema Putra,

2017).
Ca Mammae adalah karsinoma yang berasal dari epitel duktus atau lobulus

payudara, merupakan masalah global dan issue kesehatan internasional yang

penting (Suyatno & Pasaribu, 2017).


Ca Mamae adalah keganasan yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar

dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Kanker bisa

tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun

jaringan ikat pada payudara (Medicastore, 2016).


Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal (abnormal) pada payudara

yang terus tumbuh berupa ganda. Akhirnya, sel-sel ini menjadi bentuk

benjolan di payudara (Erik T, 2018).


Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa cancer mammae

adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan sel yang tidak terkendali

pada payudara, sehingga menyebabkan terjadinya benjolan atau kanker yang

ganas.
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Secara fisiologis anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus

laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan.

Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke axilla. Sebagian lagi

ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan

ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis. Jaringan payudara

dibentuk oleh glandula yang memproduksi air susu (Lobulus) yang

dilahirkan keputing (Nipple) melalui duktus. Struktur lainnya adalah

ajringan lemak yang merupakan komponen terbesar, connective tissue,

pembuluh darah dan saluran beserta kelenjar limfatik. Setiap payudara

mengandung 15-20 lobus yang tersusun sirkuler. Jaringan lemak

(subcutaneus adipose tissue) yang membungkus lobus memberikan bentuk


dan ukuran payudara. Tiap lobus terdiri dari beberapa lobulus yang

merupakan tempat produksi air susu sebagai respon dari signal hormonal

(Suyatno & Pasaribu, 2017).

Gambar 2.1 Anatomi Payudara

b. Fisiologi
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon.

Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa

pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak

pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan

juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan

timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuaidengan daur

menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar

dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran

maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak

rata(Sitiatava, 2016).
Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi

tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak

mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak

berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai,

semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui.

Pada kehamilan payudara me njadi besar karena epitel duktus lobul dan

duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuk duktus baru. Sekresi horom


prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh

sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke

puting susu (Sitiatava, 2016).


3. Etiologi
Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti, faktor genetik

dan faktor hormonal dapat berperan pada kanker payudara (Black & Hawks,

2014). Menurut Mulyani & Nuryani (2013) terdapat beberapa faktor yang

mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara, diantaranya :


a. Jenis kelamin
Perempuan memiliki resiko terkena kanker payudara lebih bedar

dibanding pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1% dari

seluruh kanker payudara .


b. Pemakaian hormon
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa

terdapat peningkatan bermakna pada pengguna terapi Estrogen

Replacement.
Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko

kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, perempuan yang

menggunakan obat ini akan mengalami kanker sebelum menopause.

Oleh sebab itu jika kita bisa menghindari adanya penggunaan hormon

ini secara berlebihan maka akan lebih aman.


c. Kegemukan
Seorang perempuan yang mengalami obesitas setelah menopause akan

beresiko 1,5 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara

dibandingkan dengan perempuan yang berat badannya normal.


d. Radiasi payudara yang lebih dini
Sebelum usia 30 tahun, seorang perempuan yang harus menjalani terapi

radiasi di dada (termasuk payudara) akan memiliki kenaikan resiko

terkena ca mamae. Semakin muda ketika menerima pengobatan radiasi,

semakin tinggi resiko untuk terkena kanker payudara dikemudian hari.


e. Riwayat kanker payudara
Seorang perempuan yang mengalami kanker payudara pada satu

payudaranya mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menderita

kanker baru pada payudara lainnya atau pada bagian lain dari payudara

yang sama. Tingkat resikonya bisa tiga sampai empat kali lipat,
f. Riwayat keluarga
Risiko dapat berlipat ganda jika ada lebih dari satu anggota keluarga inti

yang terkena kanker payudara dan semakin mudah ada anggota keluarga

yang terkena kanker maka akan semakin besar penyakit tersebut

menurun.
g. Periode menstruasi
Perempuan yang mulai mempunyai periode awal (sebelum usia 12

tahun) atau yang telah melalui perubahan kehidupan (fase menopause)

setelah usia 55 tahun mempunyai risiko terkena kanker payudara yang

sedikit lebih tinggi. Mereka yang mempunyai periode mentruasi yang

lebih sehingga lebih banyak hormon estrogen dan progesteron.


h. Umur
Sebagian besar perempuan penderita kanker payudara berusia 50 tahun

ke atas. Resiko terkena kanker payudara meningkat seiring

bertambahnya usia.
i. Ras
Kanker payudara lebih umum terjadi pada perempuan berkulit putih.

Kemungkinan terbesar karena makanan yang mereka makan banyak

mengandung lemak. Ras seperti Asia mempunyai bahan pokok tidak

banyak mengandung lemak yang berlebih.


j. Perubahan payudara
Jika seorang perempuan memiliki perubahan jaringan payudara yang

dikenal sebagai hiperplasia atipikal (sesuai hasil biopsi), maka seorang

perempuan memiliki peningkatan resiko kanker payudara.


k. Aktivitas Fisik
Penelitian terbaru dari Women’s Health Initiative menemukan bahwa

aktivitas fisik pada perempuan menopause yang berjalan sekitar 30

menit per hari dikaitkan dengan penurunan 20 persen risiko kanker

payudara. Namun, pengurangan risiko terbesar adalah pada perempuan

dengan berat badan normal. Dampak aktivitas fisik tidak ditemukan

pada perempuan dengan obesitas. Jika aktivitas fisik dikombinasikan

dengan diet dapat menurunkan berat badan sehingga menurunkan risiko

kanker payudara dan berbagai macam penyakit.


l. Konsumsi alkohol
Perempuan yang sering mengkonsumsi alkohol akan beresiko terkena

kanker payudara karen alkohol menyebabkan perlemakan hati, sehingga

hati bekerja lebih keras sehingga sulit meproses estrogen agar keluar

dari tubuh dan jumlahnya akan meningkat.


m. Merokok
Merokok dapat meningkatkan resiko berkembangnya kanker payudara,

apalagi bagi perempuan yang memiliki riwayat keluarga yang mengidap

kanker payudara.
4. Klasifikasi dan Stadium Ca Mammae
Berikut adalah klasifikasi dari ca mmae :
a. Kanker Payudara Invasive
Sel kanker merusak saluran dan dinding kelenjar susu serta menyerang

lemak dan jaringam konektif payudara disekitarnya. Kanker dapat be


rsifat invasive (menyerang) tanpa selalu menyebar (metastatic) ke simpul

limfa atau orga lain dalam tubuh. Pada tahap ini, kanker telah menyebar

keluar bagian kantong susu dan menyerang jaringan sekitarnya, bahkan

menyebabkan penyebaran (metastase) kebagian tubuh lainnya, seperti

kelenjar limfa dan lainnya melalui peredaran darah.


b. Kanker Payudara Non-Invasive
Kanker yang terjadi pada kantong (tube) susu (penghubung antara

alveolus, kelenjar yang meproduksi susu, dan puting payudara). Dimana


kanker belum menyebar ke bagian luar jaringan kantong susu. Sel kanker

terkunci dalam saluran susu dan tidak menyerang lemak dan jaringan

konektif payudara sekitarnya.


c. Paget’s Disease
Jenis kanker payudara ini berawal dari saluran susu, kemudian menyebar

ke kulit areola dan puting. Kanker ini gterjadi hanya sekitar 1% dari

seluruh jumlah wanita. Kulit payudara pecah-pecah, memerah, dan

mengeluarkan cairan.
Berbeda dari klasifikasi jenis kanker payudara berdasarkan sifat

serangannya tersebut, Dixon M., dkk (2015) mengklasifikasikan jenis kanker

payudara sebagai berikut :


1) Tumor Primer (T)
a. Tx : tumor peimer tidak dapat ditentukan
b. To : tidak terbukti adanya tumor primer
c. Tis : kanker in situ, paget’s disease pada papila tanpa teraba

tumor
d. T1 : tumor < 2 cm
e. T1a : tumor < 0,5 cm
f. T1b : tumor 0,5-1 cm
g. T1c : tumor 1-2 cm
h. T2 : tumor 2-5 cm
i. T3 : tumor di atas 5 cm
j. T4 : tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke

dinding thorax atau kulit


k. T4a : melekat pada dinding dada
l. T4b : edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit
m. T4c : T4a dan T4b, serta
n. T4d : Mastitis karsinomatosis
2) Nodus Limfa Regional (N)
a. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
b. N0 : Tidak teraba kelenjar axial
c. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak

melekat
d. N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang

melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.


e. N3 : terdapat kelenjar mamaria interna homolateral, serta
3) Metastase jauh (M)
a. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan
b. M0 : tidak ada metastase jauh
c. M1 : terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula
Adapun stadium kanker payudara adalah sebagai berikut :
1) Stadium I (stadium dini)
Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak

terdapatpenyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada

stadium I ini, kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70 %.

Untuk memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang lain,

harus diperiksa di laboratorium(Smeltzer &Bare,2013 ).


2) Stadium II
Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase

pada kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan

untuk sembuh hanya 30 - 40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel

kanker. Pada stadium I dan II biasanya dilakukan operasi untuk

mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan

setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi

sel-sel kanker yang tertinggal(Smeltzer &Bare,2013 ).


3) Stadium III
Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh

tubuh, dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan

payudara sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya

dilakukan penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat yang dapat

membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi untuk

mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha ini hanya untuk

menghambat proses perkembangan sel kanker dalam tubuh serta untuk

meringankan penderitaan penderita semaksimal mungkin (Smeltzer

&Bare,2013 ).
5. Manifestasi Klinis
Tanda kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada

tunor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips. Gejala

carsinoma kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu,

pating gatal, mengeras, asimetris, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat

badan turun, dapat sebagai petunjuk adanya metastase (Amin & Kusuma,

2015).
Gejala klinis kanker payudara secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Benjolan pada payudara. Umunya, berupa benjolan yang tidak nyeri pada

payudara. Benjolan itu mula-mula kecil makin lama makin besar lalu

melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau

pada puting susu.


2) Erosi atau eksema puting susu. Kulit atau puting suus menjadi tertarik ke

dalam (retraksi), berwarna merah muda atau kecoklatan sampai menjadi

oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d’orange),

mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Semakin lama borok

itu semkain besar dan mendalam, sehingga dapat menghancurkan seluruh

payudara. Biasanya, berbau busuk dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya

antara lain :
a) Pendarahan pada puting susu
b) Adanya ruam-ruam pada kulit sekitar payudara, areola atau puting

terlihat bersisik, memerah, dan membengkak


c) Keluar cairan dari puting susu
d) Puting susu menjadi lunak
e) Kulit payudara membengkak dan menebal
f) Cekungan atau kerutan pada kulit payudara
g) Rasa gatal dan ruam merah yang tidak kunjung sembuh di puting
h) Terdapat benjolan di daerah bawah lengan
i) Perubahan ukuran dan bentuk payudara (asimetris)
j) Puting susus tertekan kedalam (sebagian atau seluruhnya)
k) Pada umumnya, rasa sakit atau nyeri baru timbul bila tumor sudah

besar, sudah timbul borok, atau ada metastase ke tulang-tulang


l) Timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema)

pada lengan, dan penyebaran kanker keseluruh tubuh.


3) Gejala kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui

kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut :


a) Terdapa edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit

payudara)
b) Adanya model parasternal
c) Terdapat nodul supraklavikula
d) Adanya edema lengan
e) Adanya metastase jauh
f) Terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit,

edema kulit, kulit terfikasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening

aksilla berdiameter lebih 2,5 cm dan kelenjar getah bening aksilla

melekat satu sama lain (Sitiatava Rizema Putra, 2017).


6. Komplikasi
Menurut Sjamsuhidayat (2015), komplikasi kanker payudara adalah :
1) Gangguan Neurovaskuler 2.
2) Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang

panjang.
3) Fraktur patologi
4) Fibrosis payudara
5) Kematian
7. Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara

lain obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan

mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel

payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara. Kanker payudara berasal

dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada sistem duktal. Mula-

mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel

ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker

membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal

sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira
berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat dari kanker

payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika sudah

teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering

terjadi adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan

mungkin berdarah. Jika penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya

benjolan-benjolan pada kulit ulserasi (Price, 2016).


Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi

kirakira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan

infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri.

Karsinoma ini menginfasi kulit dan jaringan limfe. Tempat yang paling

sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan tulang (Price, 2012).
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung

kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah

dapat mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap tubuh,

integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai upaya

tersebut pengalaman operatif di bagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif, intra

operatif dan pos operatif. Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan

memicu respon neuron endokrine respon terdiri dari system saraf simpati

yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman cidera. Bila stress terhadap

sistem cukup gawat atau kehilangan banyak darah, maka mekanisme

kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan syock akan terjadi. Anestesi

tertentu yang di pakai dapat menimbulkan terjadinya syock (Mansjoer, 2016).


Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di

metabolisme untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk

menyajikan suplai asam amino yang di pakai untuk membangun jaringan

baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi kebutuhan protein untuk
keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang optimal

(Mansjoer, 2016).
Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang

deket maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe

aksilasis dan terjadi benjolan, dari sel epidermis penting menjadi invasi

timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal

(Mansjoer, 2016).
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Sitiatava Rizema Putra (2017) pemeriksaan penunjang yang

dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis ca mammae

adalah :
1) Scan (misal : MRI, CT, gallium, bone, foto thoraks). Dilakukan untuk

diagnpstik, identifikasi metastastik dan evaluasi.


2) USG Abdomen
3) Mammografi (menggunakan sinar X terhadap payudara)
4) Biopsi (megambil contoh jaringan payudara untuk mengetahui

adanya sel kanker payudara)


5) Penanda tumor
6) Pemeriksaan laboratorium (alkaline phosppatase, SGOT, SGPT, tumor

marker)

9. Penatalaksanaan
Pengobatan kanker payudara bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan

yang tinggi dengan kualitas hidup yang baik. Secara spesifik disebutkan

bahwa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung

pada stadium klinik penyakit yaitu operasi (pembedahan), radiasi, dan

kemoterapi.
1) Operasi (Pembedahan)
Operasi merupakan modalitas utama untuk penatalaksaaan kanker

payudara. Modalitas ini memberikan kontrol lokoregional yang dapat

dibuktikan dengan pemeriksaan histopatologi yang dapat dibuktikan dengan


pemeriksaan histopatologi dan dari spesimen operasi dapat ditentukan tipe

dan grading tumor, status kgb aksila, faktor prediktif dan faktor prognosis

tumor. Berbagai jenis operasi pada kanker payudara yaitu :


a) CRM (Classic Radical Mastectomy) adalah operasi pengangkatan

seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit di

atas tumor, otot pektoralis, mayor dan minor serta diseksi aksila level I-

III. Operasi ini dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke fasia atau otot

pektoral tanpa ada metastasis jauh.


b) MRM (Modified Radical Mastectomy) adalah operasi pengangkatan

seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit

diatas tumor dan fasia pektoral serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini

dilakukan pada kanker payudara stadium dini dan lokal lanjut.

Merupakan jenis operasi yang banyak dilakukan.


c) SSM (Skin Sparing Mastectomy) adalah operasi pengangkatan

seluruh jaringan payudara beserta tumor nipple areola komplek dengan

mempertahankan kulit sebanyak mungkin serta diseksi aksila level I-II.

Operasi ini harus disertai rekonstruksi payudara secara langsung yang

umumnya adalah TRAM (transverse rektus abdominis musculotaneus

dorsi flap), LD flap (Latissimus dorsi flap) atau impalnt (silicon).


d) NSP (Nipple Sapring Mastectomy) adalah operasi pengangkatan

seluruh jaringan payudara beserta tumor dengan mempertahankan

nipple areola komplek dan kulit serta diseksi aksila level I-II. Operasi

ini, juga harus disertai rekonstrusi payudara secara langsung yang

umumnya adalah TRAM (transverse rektus abdominis musculotaneus

dorsi flap), LD flap (Latissimus dorsi flap) atau impalnt (silicon)

(Suyatno & Pasaribu, 2014).


2) Radiasi atau Radioterapi
Penyinaran atau radiasi adalh proses penyinaran pada daerah yang

terkena kanker dengan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh

sel kanker yang masih tersisa di payudara setalh operasi. Adapum efek

pengobatan ini yaitu tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna

kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung

menurun sebagai akibat radiasi. Radioterapi sesudah operasi mengurangi

angka kekambuhan sebesar 50-57%.


3) Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam

bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel

kanker. Efek kemoterapi yaitu pasien mengalami mual dan muntah, serta

rambut rontok karena pengaruh obat-obatan kemoterapi. Pengobatan

kemoterapi ini sangat kuat efeknya (anti kanker), terapi ini bisa diberikan

lewat mulut atau berupa suntikan pada pembuluh darah. Pengobatan ini harus

diberikan secara berulang-ulang dengan siklus yang berlangsung antara 3-6

bulan (Sitiatava, 2016).


B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Biasanya meliputi data pasien dan penanggung jawab, seperti

nama, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor medical record

dan umur (50 tahun ke atas, karena bertambahnya umur merupakan

salah satu faktor resiko tumor/kanker payudara, diduga karena

pengaruh perjalanan hormonal dalam waktru lama terutama hormon

estrogen dan juga ada pengaruh dari faktor resiko lain yang

memerlukan waktu untuk menginduksi terjadinya kanker), (Lynn

Bickley, 2015).
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama (saat masuk rumah sakit dan saat ini)
Biasanya pasien akan mengeluhkan adanya benjolan payudara,

perubahan pada ukuran dan kesimetrisan payudara. Perubahan

pada warna kulit payudara atau suhu, raba puting, gatal, rasa

terbakar atau puting meregang dan kesulitan untuk bernafas,

(Lynn Bickley, 2015).


Alasan masuk rumah sakit
Biasanya pasien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya

benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna

merah dan mengeras, bengkak dan nyeri (Lynn Bickley, 2015).

2) Riwayat Kesehatan Dahulu


Biasanya pasien adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau

ada kelainan pada mammae, klien biasanya memiliki riwayat

menarche pada umur <12 tahun, menggunakan kontrasepsi oral,

dan memiliki kebiasaan konsumsi fast food atau makanan cepat

saji (Lynn Bickley, 2015).


3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya adanya keluarga yang mengalami ca mammae atau

penyakit kanker apa saja (Lynn Bickley, 2015).


c. Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan
Persepsi terhadap penyakit : Biasanya klien mengatakan bahwa

kesehatan adalah sesuatu yang sangat penting dan berharga. Jika

keluarga ada yang sakit, keluarga berusaha membeli obat di warung

atau langsung membawa keluarga ke pelayanan kesehatan terdekat,

walaupun kondisi keadaan ekonomi dikeluarga masih kurang.


d. Pola Nutrisi/Metabolisme
Di rumah: biasanya klien makan sehari 3x dengan porsi yang cukup

dan sedang,minum sehari 8 gelas/hari. Biasanya klien akan

mengalami mual muntah, lama flatus dan distensi abdomen.


Di rumah sakit : biasanya diit di rumah sakit berupa nasi, lauk pauk,

dan sayur frekuensi 1/2 porsi habis 3 x1 hari.

e. Pola Eliminasi
1) BAB
Di rumah : biasanya klien BAB1x/hari feses berwarna kuning

kecoklatan, lembek, dan berbau khas


Di rumah sakit : biasanya klien jarang BAB
2) BAK
Di rumah : biasanya klien BAK normal, berwarna kuning, berbau

khas
Di rumah sakit : biasanya klien mengalami perubahan eliminasi

urinarius,sering berkemih, eliminasi urin ± 6-7 x/hari(Mutaqqin &

Sari, 2011)
f. Pola Aktivitas /Latihan
Di rumah : biasanyapasien melakukan aktivitas sehari-hari sendiri

seperti mandi, berpakaian, toileting atau eliminasi,

mobilitas di tempat tidur, berpindah, berjalan, berbelanja,

memasak, pemeliharaan rumah. Biasanya pasien mandi


2x/hari, keramas sebanyak 3x selama 1 minggu, ganti

pakaian sebanyak 2x/hari, menyikat gigi sebanyak 3x/hari,

memotong kuku sebanyak 1xseminggu.


Di rumah sakit : biasanya pasien melakukan aktivitas dirumah sakit

dibantu orang lain seperti mandi, berpakaian, toileting atau

eliminasi (menggunakan kateter), mobilitas di tempat tidur,

berpindah, berjalan. Biasanya pasien diseka 2x/hari, pasien

belum keramas, ganti pakaian, menyikat gigi memotong

kuku selama masuk rumah sakit


g. Pola Istirahat Tidur
Di rumah : biasanya pasien jarang tidur siang karena bekerja, istirahat

malam dari jam 21.00-04.00 WIB. Jumlah istirahat pasien

sebelum masuk rumah sakit ± 7 jam.


Di rumah sakit : biasanya pasien tidur siang jarang, jumlah jam tidur

pasien selama masuk rumah sakit biasanya berkurang,

kualitas tidur pasien biasanya terganggu.


h. Pola Kognitif –Persepsi
Biasanya klien mengatakan sebelum sakit tidak pernah mengalami

gangguan dalam pendengaran, penghirupan dan pengecapan. Biasanya

kemampuan bicara pasien baik dan normal, bahasa yang di gunakan

sehari-hari yaitu bahasa daerah dan bahasa Indonesia.


Biasanyanyeri pada penyakit yang luas (nyeri lokal jarang terjadi pada

keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan padajaringan

payudara. Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi biasanya

mengindikasikan penyakit fibrokistik.


i. Pola Peran Hubungan
Biasanya klien mengatakan sangat dekat dengan keluarga dan anak-

anak. Biasanya klien mempunyai hubungan yang baik dengan teman

dan lingkungannya yang ada disekitanya.


j. Pola Seksualitas/Reproduksi
Biasanya faktor reproduksi dan hormonal juga berperan besar

menimbulkan kelainan pada ca mammae. Riwayat menarke dini (lebih

muda dari usia 12 tahun). Menopause lambat (setelah 50 tahun).

Kehamilan pertama lambat (setelah usia 35 tahun)(Sitiatava, 2015).


k. PolaPersepsi Diri/ Konsep Diri
Biasanya persepsi pasien terhadap sehat sakit. Pasien mengatakan

selalu menjaga kesehatannya, bila sakit pasien langsung berobat ke

klinik kesehatan.
Biasanya konsep diri:
a) Gambaran diri : biasanya pasien malu dengan bentuk

payudaranya
b) Ideal diri : biasanya pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan

beraktivitas kembali.
c) Harga diri : biasanya pasien bersabar dan menerima dengan

ikhlas atas penyakitnya dan keadaannya sekarang.


d) Identitas diri :pasien merupakan seorang perempuan.
e) Peran : biasanya pasien merupakan seorang anak/ibu/istri.
l. Pola Koping-Toleransi Stres
Biasanya stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stress akut

tentang diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang. Biasanya

dalam menghadapi masalah klien selalu bermusyawarah dengan

suami/istri, keluarga dan semua anak-anaknya dan keluarga lainnya.

m. Pola Keyakinan Nilai


Biasanya klien beragama Islam dan rajin menjalankan ibadah dan

Tipercaya Tuhan akan memberikan kesembuhan. Dan klien biasanya

selalu berzikir disaat waktu-waktu luangnya.


n. Pemeriksaan Fisik

Gambaran
Tanda Vital Suhu : biasanya terjadi peningkatan suhu tubuh
Nadi : biasanya mengalami peningkatan nadi

TD: biasanya mengalami peningkatan tekanan

darahkarena ada gangguan pada fungsi

aldosteron yang menyebabkan vasokontriksi

pembuluh darah yang berakibat pada

hipertensi

RR :biasanya terjadi peningkatan frekuensi

pernafasan (hiperventilasi),karena terjadi

penurunan Hb yang berakibat pada penurunan

O2
Tinggi badanT Biasanya dalam batas normal
Berat badan Biasanya terjadi penurunan berat badan karena mual

dan muntah
LILA Biasanya normal
Kepala : Biasanya mesochepal

Rambut Biasanya hitam/putih (beruban pada lansia), lurus,

panjang, agak kotor dan tergulung

Mata biasanya mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva

anemis disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat,

sklera tidak ikterik.

Hidung Biasanya tidak ada tanda-tanda trauma, tidak ada

deviasi, tidak ada penyumbatan dan perdarahan.

Mulut Biasanya mukosa bibir lembab dan bersih

Telinga Biasanya tidak ada gangguan pendengaran, bentuk

simetris, tidak ada tandatanda trauma


Leher

Trakea Biasanya tidak ada deviasi trakea


JVP Biasanya normal

Tiroid Biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Nodus Limfe Biasanya tidak ada pembesaran kelenjar getah bening


Dada I : biasanya bentuk dada tidak simetris akibat adanya

Paru benjolan pada payudara disertai penggunaan otot

bantu pernafasan

P : biasanya ditemukan pergerakan dinding dada

yang tertinggal pada dada yang sakit. Taktil

fermitus menurun terutama pada pasien yang

mengalami komplikasi pada pleura

P : biasanya redup hingga pekak tergantung dari

jumlahcairannya.

A : biasanya ada suara nafas tambahan ronkhi -+


Jantung I : biasanya ictus cordis tidak terlihat

P : biasanya ictus cordis teraba

P : biasanya konfigurasi jantung dalam batas normal

A : biasanya bunyi jantung 1-2 reguler/murni


Abdomen I : biasanya datar

A : biasanya bising usus normal

P : biasanya tidak adapembengkakanhepar/lien, tidak

ada nyeri abdomen

P : biasanya timpani
Ekstremitas Biasanya kekuatan lemah , tidak ada udem atau

Muskuloskeletal/Sendi pembengkakan pada sendi

Integumen Biasanya kulit cekung, berkerut, perubahan pada

warna tekstur kulit, pembengkakan, kemerahan atau


panas pada payudara.

Neurologi
Biasanya kesadaran composmentis
Status mental/GCS Biasanya dalam batas normal

Saraf cranial Biasanya dalam batas normal

Reflek fisiologi Biasanya dalam batas normal

Reflek patologis
Payudara Biasanya adanya benjolan payudara, perubahan pada

ukuran dan kesimetrisan payudara. Perubahan pada

warna kulit payudara atau suhu, raba puting, gatal,

rasa terbakar atau puting meregang.


Genitalia Biasanya tidak ada gangguan pada sistem reproduksi

dan genetalia.
Rectal Biasanya tidak ada masalah

o. Pemeriksaan Penunjang
1) Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan

berguna untuk klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi

terapi yang tepat.


2) Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
3) CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit

payudara, khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil,

payudara mengeras yang sulit diperiksa dengan mammografi


4) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara

massa padat dan kista dan pada wanita yang jaringan

payudaranya keras; hasil komplemen dari mammografi.


5) Mammografi
Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat

untuk mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi

pada tahap awal.

2. DIAGNOSA KEPERAWATANPRE OPERASI

1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen

3) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis

4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi

adanya edema, drainase, perubahan pada elastisitas kulit.

5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat akibat mual dan

muntah

6) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi

(Nanda, 2015-2017)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 Ketidakefektifan pola Respiratory Status: Ventilation Terapi Oksigen
napas b.d. hiperventilasi Indikator : Aktivitas Keperawatan :
 Respiratory rate  Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Irama pernafasan  Sediakan oksigen ketika pasien membutuhkan
 Retraksi otot dada  Ajarkan klien dan keluarga cara menggunakan peralatan
 Penggunaan otot bantu nafas oksigen di rumah
 Pursed lips breathing  Monitor peralatan oksigenasi sudah sesuai atau tidak
Ventilation Assistance
Aktivitas Keperawatan :
 Bantu klien merubah posisi secara berkala, sesuai
kebutuhan
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Posisikan klien untuk meringankan dyspnea
 Posisikan klien semifowler untuk meminimalkan usaha
dalam bernafas
 Monitor status pernafasan dan oksigenasi

2 Intoleransi aktivitas Toleransi Aktivitas Terapi Latihan : Ambulasi


berhubungan dengan Indikator : Aktivitas Keperawatan :
ketidakseimbangan  Saturasi oksigen dengan aktivitas.  Berikan pasien pakaian yang longgar.
antara suplai dan  Nadi dengan aktivitas.  Bantu pasien dalam berjalan untuk mencegah cedera.
kebutuhan oksigen  RR dengan aktivitas.  Kondisikan bed untuk mudah ditinggikan atau
 Mudah dalam bernapas dengan dinaikkan, sesuai kebutuhan pasien.
aktivitas.  Instruksikan kepada pasien bagaimana tahap untuk
Warna kulit. berganti posisi sebelum berpindah tempat.
 Mudah dalam melakukan ADL.  Sediakan alat bantu seperti kursi roda untuk ambulasi.
 Mampu berbicara dengan aktivitas  Konsultasikan dengan fisioterapis mengenai rencana
fisik. ambulasi, jika dibutuhkan.
3 Nyeri akut b.d. agens Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
cedera biologis Indikator : Aktivitas Keperawatan :
 Menilai faktor penyebab  Lakukan penilaian nyeri secara komperehensif dari
 Recognize lamanya nyeri lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
 Penggunaan mengurangi nyeri intensitas dan penyebab
dengan non analgesik  Kaji ketidaknyamanan secara non verbal, terutama
 Penggunaan analgesic yang tepat untuk pasien yang tidak bisa mengkomunikasikannya
 Gunakan tanda-tanda vital secara efektif
memantau perawatan  Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan sehari-hari
 Laporkan tanda atau gejala nyeri  Kontrol faktor lingkungan yang dapat menimbulkan
pada tenaga kesehatan professional ketidaknyamanan
 Menilai gejala dari nyeri  Ajari untuk menggunakan teknik non farmakologis
 Gunakan catatan nyeri seperti teknik nafas dalam dan teknik genggam jari
 Anjurkan istirahat/tidur yang adekuat untuk menghadapi
nyeri
 Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
yang diberikan
Pemberian Analgesik
Aktivitas Keperawatan :
 Periksa order atau pesanan untuk obat, dosis, dan
frekuensi yang ditentukan oelh analgesic
 Cek riwayat alergi obat
 Tentukan jenis analgesic yang digunakan
 Monitor TTV sebelumdan sesudah pemberian obat
narkotik dengan dosis
 Cek pemberian analgesic selama 24 jam untuk
mencegah terjadinya puncak nyeri tanpa rasa sakit,
terutama dengan nyeri yang menjengkelkan
 Dokumentasikan respon pasien tentang analgesic, catat
efek yang merugikan sakit
4 Kerusakan integritas Penyembuhan Luka : Tahap Pertama Perawatan luka
kulit berhubungan Indikator : Aktifitas Keperawatan :
dengan gangguan  Kerusakan kulit tidak ada  Ganti balutan plester dan debris
sirkulasi adanya edema,  Eritema kulit tidak ada  Catat karakteristik luka bekas operasi
drainase, perubahan pada  Luka tidak ada pus  Catat katakteristik dari beberapa
elastisitas kulit.  Suhu tubuh antara 36°C-37°C  Bersihkan luka bekas operasi dengan sabun antibakteri
yang cocok
 Sediakan perawatan luka bekas operasi sesuai kebutuhan
 Ajarkan pasien dan anggota keluarga prosedur
perawatan luka
5 Ketidakseimbangan Status nutrisi : energi Monitor Nutrisi
nutrisi kurang dari Indikator : Aktifitas Keperawatan :
kebutuhan tubuh  Daya tahan  Timbang BB klien pada jarak yang ditentukan
berhubungan dengan  Ketahanan  Pantau gejala kekurangan dan penambahan BB
intake makanan tidak  Tangan mengatasi kekuatan  Kontrol turgor kulit jika diperlukan
adekuat akibat mual dan  Infeksi resistensi  Pantau tingkat energy, rasa tidak nyaman, kelelahan dan
muntah  Daya tahan kelemahan
 Indikator :  Pantau tukem
 Kinerja rutin yang biasa  Kontrol intake kalori dan nutrisi
 Aktifitas  Beri makanan dan cairan bernutrisi, jika diperlukan
 Penampilan istirahat Manajemen Nutrisi
 Kosentrasi Aktifitas Keperawatan :
 Kekuatan otot  Tunjukkan intake kalori yang tepat sesuai tipe tubuh
Status gizi : asupan makaanan dan dan gaya hidup
cairan  Memberikan makanan yang sehat dan bersih
Indikator :  Memantau kemampuan pasien untuk memenuhi
 Jumlah makanan dan cairan yang kebutuhan nutrisi
dikonsumsi tubuh selama waktu 24 Manajemen Cairan
jam Aktifitas Keperawatan :
Berat badan : masa tubuh  Timbang BB tiap hari
Indikator :  Pertahankan intake yang akurat
 Tingkat kesesuain berat badan,  Monitor status hidrasi
otot, dan lemak dengan tinggi  Monitor status nutrisi
badan, rangka tubuh, jenis kelamin,
dan usia
6 Ansietas berhubungan Cemas dapat terkontrol Penurunan kecemasan
dengan krisis situasi Indikator : Aktifitas Keperawatan :
 Secara verbal dapat  Bina hubungan saling percaya dengan klien / keluarga
mendemonstrasikan teknik  Kaji tingkat kecemasan klien.
menurunkan cemas.  Tenangkan klien dan dengarkan keluhan klien dengan
 Mencari informasi yang dapat atensi
menurunkan cemas  Jelaskan semua prosedur tindakan kepada klien setiap
 Menggunakan teknik relaksasi akan melakukan tindakan
untuk menurunkan cemas  Dampingi klien dan ajak berkomunikasi yang
Menerima status kesehatan. terapeutik
 Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
 Ajarkan teknik relaksasi
 Bantu klien untuk mengungkapkan hal-hal yang
membuat cemas.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah membahas secara keseluruhan proses keperawatan pada klien

dengan Ca Mamae, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok telah mampu:


1. Melakukan pengakajian pada klien dengan Ca Mamae.
2. Membuat diagnosa yang akan diatasi pada klien dengan Ca Mamae.
3. Membuat perencanaan yang akan dilakukan pada klien dengan Ca Mamae.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan pada

klien dengan Ca Mamae.


5. Melakukan evaluasi atas tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada

klien dengan Ca Mamae.


B. SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka masih ada beberapa masalah

yang dapat disampaikan dalam bentuk saran yaitu sebagai berikut :


1. Bagi profesi Keperawatan
Asuhan keperawatan yang telah kelompok buat ini diharapkan

dapat menjadikan pertimbangan untuk mengambil kebijakan dalam

upaya meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien, terutama pada

klien dengan Ca Mamae


2. Rumah Sakit
Melalui Kepala Rumah Sakit dan Kepala Ruangan diharapkan

dapat untuk menjadi alternative pemberian asuhan keperawatan

khususnya pada klien dengan Ca Mamae serta membatasi jumlah dan

waktu kunjungan keluarga pasien untuk memberikan kenyamanan dan

ketenangan bagi pasien.


3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat membantu untuk memperkaya serta menambah

referensi bacaan mahasiswa diperpustakaan Universitas Andalas.


DAFTAR PUSTAKA

Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah :Edisi 8. Jakarta :

Salemba Patria

Dixon M. 2015.Klasifikasi Kanker Payudara. Editor, itanov-cet. Yogyakarta

Lynn S. Bickley. 2015.Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.

Edisi 11. Jakarta : EGC

Price & Lorraine. 2016. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Jakarta : EGC

Masjoer, A. 2016. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius

Medicastore.2016.Informasi Penyakit Payudara. Jakarta

Mutaqqin & Sari.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:

Salemba Medika

Sitiatava Rizema Putra. 2017.Buku LengkapKanker Payudara., editor, itanov-cet.

1-Yogyakarta:Laksana

Sjamsuhidajat. 2015. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Smeltzer & Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC

Suyatno & Pasaribu.2017.Bedah Onkologi. Jakarta:Saung Seto

Anda mungkin juga menyukai