Anda di halaman 1dari 104

SISTEM HEMATOPOIETIK

OLEH: NUR ADLIANI, S.FARM., M.SI., APT.


PROGRAM STUDI FARMASI ITERA
Pokok-Pokok Bahasan
1. Anatomi dan fisiologi sistem hemopoetika
2. Serum dan plasma
3. Faktor-faktor pembentukan darah
4. Abnormalitas darah
5. Vaskuler spam
6. platelet plug formation
7. sumbatan darah (blood clooting)
8. peranan vitamin K dalam sumbatan (clooting)
9. Mekanisme kontrol hemostatik
10. intravaskuler clooting
FUNGSI DARAH
- Distribusi
oxygen, CO2, nutrien, hormone, waste
product/sisa metabolisme

- Regulasi
Body temperature ( to 38oC, pH = 7,35 –
7,45 )

- Proteksi
Melindungi tubuh dari kehilangan cairan
Melindungi tubuh dari infeksi
Components of Blood
is the liquid portion of the blood and
PLASMA consists primarily of water (92%) and
plasma proteins (7%)
Proteins - albumin, globulins, and
fibrinogen

•- solid component of the blood


FORMED consisting of
ELEMENTS •erythrocytes
•Leukocytes
•platelets
PLASMA DARAH

 90 % air

 7 % protein : albumin, globulin, fibrinogen, protrombin

 3 % bahan organik : lipid, garam, nutrien, waste


product
Komponen Darah

 Cair > Plasma (Fibrinogen, Serum, Pembekuan Darah)


 Padat > protein-protein, unsur an organic, unsur organic, dan enzim
Protein Darah

 Albumin, hati (mempertahankan volume darah: tekanan osmotik koloid, pH


dan keseimbangan elektrolit, transpor ion logam-steroid-asam
lemakhormon-obat)
 Globulin, hati-limpa (pembentukan antibodi dan protombin)
 Fibrinogen (pembekuan darah)
Unsur selular darah

 Eritrosit (mengankut dan melakukan pertukaran O2 dan CO2)


 Leukosit (mengatasi infeksi)
 Trombosit (homeostasis)
Hematopoiesis

 Darah terdiri atas komponen sel dan plasma. Komponen


sel terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit: basofil, eosinofil, neutrofil batang, neutrofil
segmen, limfosit, monosit), dan trombosit (keping
darah/platelet). Komponen sel dalam darah dibentuk
dalam suatu proses yang dinamakan
hematopoiesis.

BLOOD =
55% plasma + 45% formed elements
Hematopoesis

 Adalah Pembentukan dan pematangn sel darah


 Lokasi: - Indung telur : 0-3 bulan intrauterin - Hati dan limfa : 3-6 bulan
intrauterin - Sutul : 4 bulan intruterin sampai dewasa
 rangka pusat (tulang belakang,iga,sternum,tengkorak,sakrum,pelvis,prox.
femur). - Hemopoesis ekstramedular (dalam keadaan patologik) : hati dan
limfa
 Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut.
 1. Plasma darah, bagian cairan darah yang sebagian besar terdiri atas air,
elektrolit dan protein darah.
 2. Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-
komponen berikut ini
 Eritrosit : sel darah merah (SDM- red blood cell)
 Leukosit : sel darah putih (SDM- white blood cell)
 Trombosit : Butir pembeku darah – platelet
Tahapan pembentukan sel – sel darah
ERITROSIT

 Cakram bikonkaf tidak berinti


 Bagian luarnya mengandung antigen A dan B serta Rh
 Komponen utamanya : Hb
Hemoglobin

 Fungsi nya mengangkut oksigen ke jaringan dan CO2 serta ion hydrogen
ke paru-paru
 Molekul terdiri: 2 pasang globin dan 4 gugus hem, masing2 mengandung
atom besi.
 Jumlah kira2 5 juta per mm3 dan berumur 120 hari
 Sintesa hemoglobine: - 60% dalam eritroblas - 35% stadium retikulosit
Hemoglobin

 Jenis Hb: 1. Hb A : Hb dewasa normal 2. Hb F : Hb fetus 3. Hb S : Hb sel sabit


4. Hb memphis
Eritropoetin

 Eritropoetik diatur hormon eritropoetin


 Anemia dan defisiensi O2
 Eritropoetin
 dan merangsang eritropoesis
 Sel darah merah menua> rapuh dan pecah> difagositosis di limpa, hati
dan sumsusm tulang>direduksi mjd hem dan globin. Globin > as amino dlm
darah. Hem> besi>diangkut protein plasma ke sumsum tulang utk sel darah
merah baru.
 Sisa besi disimpan dlm hati dan jaringn tubuh lain dlm bentuk feritin dan
hemosiderin.
 Sisa hem direduksi mjd CO dan biliverdin
 CO diangkut dlm bntuk karboksi Hb dan dkeluarkan lwt paru2.
 Biliverdin direduksi mjd bilirubin bebas, dn bergabung bersama albumin ke
haati dan di sekresikan di empedu.
 Ikterus: penghancuran aktif sel darah merah shg bilirubin tersekresi di
ekstraseluler
Leukosit

 4000 – 10.000/mm3
 5 bentuk : netrofil, eosinofil, basofil, monosit, limfosit
 Granulosit : N-E-S
 Agranula : M-L
 Pebantukan dan pematangan leukosit>CSFs>sekelompok sel yang disusun
dari glikoprotein.
 Bila timbul infeksi>netrofil yg ada di sumsum tulang di sekresi ke sirkulasi>6-8
jam>pertahanan primer dg fagositosis
 Eosinofil> meningkt pd rx antigen antibodi, serangan asma, obat dan
parasit tertentu
 Basofil> membawa heparin, faktor pengaktif histamin, platelet>
peradangan jaringan
 Monosit>fagosit, membuangsel cedera dan mati, fragmen sel dan
mikroorganisme
 Limfosit >T dan B
Limfosit

 T - tergantung timus
 T > respon kekebalan selular melalui pembentukan sel reaktif antigen
 B > imunoglobulin-sel kekekbaln humoral
Pembekuan

 Hemostasis merupakan pristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya


atau robeknya pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika
endothelium yang melapisi pembuluh darah rusak atau hilang. Proses ini
mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan melibatkan pembuluh
darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan
pembekuan maupun yang melarutkan bekuan.
 Homeostasis dan pembekuan> reaksi pengendalian
perdarahan>pembekuan trombosit dan fibrin pada tempat cedera
 Pada saat cedera, ada 3 proses: 1. vasokonstriksi sementara 2. Rx trombosit
(adhesi,pelepasan,agregasi) 3. Pengaktifan faktor beku darah
Faktor pembekuan

 Semua adalah protein plasma kecuali f. III (tromboplastin) dan f. IV (ion


kalsium).
 12 faktor pembekuan dan bbrp faktor baru.
 Hematopoiesis terjadi sejak masa embrional.
Hematopoiesis menurut waktu terjadinya terbagi atas
hematopoiesis prenatal dan hematopoiesis postnatal.
Hematopoiesis prenatal terjadi selama dalam
kandungan. Hematopoiesis prenatal terdiri atas 3 fase:
mesoblastik, hepatik, dan mieloid. Fase mesoblastik
dimulai sejak usia mudigah 14 hari sampai minggu
kesepuluh, berlangsung di yolk sac (saccus vitelinus).
Sedangkan fase hepatik berlangsung mulai minggu
keenam sampai kelahiran, berlangsung di mesenkim
hepar, dan mulai terjadi differensiasi sel. Fase mieloid
berlangsung dalam sumsum tulang pada usia mudigah
12-17 minggu, ini menandakan sudah berfungsinya
sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah.
 Organ yang berperan dalam proses hematopoiesis
adalah sumsum tulang dan organ retikuloendotelial
(hati dan spleen). Jika terdapat kelainan pada sumsum
tulang, hematopoiesis terjadi di hati dan spleen. Ini
disebut hematopoiesis ekstra medular. Sumsum tulang
yang berperan dalam pembentukan sel darah adalah
sumsum tulang merah, sedangkan sumsum kuning
hanya terisi lemak. Pada anak kurang dari 3 tahun,
semua sumsum tulang dari sumsum tulang berperan
sebagai pembentuk sel darah. Sedangkan saat
dewasa, sumsum merah hanya mencakup tulang
vertebra, iga, sternum, tengkorak, sakrum, pelvis, ujung
proksimal femur dan ujung proksimal humerus.
 Dalam setiap pembentukan sel darah, terjadi 3 proses
yaitu: proliferasi, diferensiasi dan maturasi. Sedangkan
komponen yang terdapat dalam proses pembentukan
sel darah mencakup: stem sel, sel progenitor, dan sel
prekursor. Seluruh komponen sel darah berasal dari
hematopoietic stem cells (HSC). HSC bersigat multipoten
karena dapat berdiferensiasi dan kemudian terbagi
menjadi beberapa proses terpisah yang mencakup:
eritropoiesis, mielopoiesis (granulosit dan monosit), dan
trombopoiesis (trombosit).
Proses hematopoiesis terjadi atas regulasi dari
hematopoietic growth factor. Hematopoietic
growth factor ini memiliki peran dalam proses
proliferasi, diferensiasi, supresi apoptosis,
maturasi, aktivasi fungsi saat terjadi
hematopoiesis.
 Sel darah yang dalam proses pematangan memiliki
karakteristik umum yang sama, yaitu:
 Ukuran: semakin matang, ukurannya semakin kecil
 Rasio inti: sitoplasma. Semakin matang, rasionya
semakin menurun. Hal ini menandakan bahwa inti sel
semakin mengecil saat sel darah semakin matang.
 Karakteristik inti: a) semakin matang maka ukuran inti
semakin kecil, b) kromatin muda halus, lalu kasar, lalu
lebih padat saat menuju ke arah matang, c) anak inti
tidak terlihat saat sel darah matang
 Sitoplasma pada sel muda biru tua, tanpa granul.
Hemostasis
 PEMBEKUAN DARAH
 Plasma darah mengandung protein pembeku darah, yaitu protrombin dan
fibrinogen. Protrombin berupa senyawa globulin dan selalu dibentuk dihati dengan
bantuan vitamin K. Fibrinogen adalah protein dalam plasma yang umumnya
dibentuk dihati
 Pembekuan darah terjadi apabila dalam 3 tahap yaitu :
 Jaringan luka terpapar ke darah. Trombosit akan menempel kekolagen dan
mengeluarkan zat zat yang membuat trombosit yang berdekatan saling menempel.
 Trombosit akan membentuk sumbat yang memberikan perlindungan darurat
sehingga tidak terjadi kehilangan banyak darah. Sumbat itu akan diperkuat oleh
benang-benang fibrin.
 Pembentukan benang-benang fibrin sebagai berikut :
 Faktor pembeku darah dari trombosit bercampur dengan faktor pembeku darah
dari plasma darah (antara lain tromboplastin, trombokinase, ion kalsium, dan vitamin
K.) faktor faktor pembeku itu bersama sama akan mengubah protrombin menjadi
enzim trombin.
 Trombin akan mengatalisis perubahan fibrinogen menjadi benang benang fibrin.
Benang benang fibrin akan menjalin dan membentuk sumbat yang kuat untuk
menutup luka
 Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang
cedera sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian
hemostasis dan thrombosis memiliki 3 fase yang sama:
1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada
tempat luka. Trombosit akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh
darah dan diaktifkan oleh thrombin yang terbentuk dalam kaskade pristiwa
koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang dilepaskan trombosit aktif
lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan dengan adanya
fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan agregasi terbentuk sumbat
hemostatik ataupun trombos.
2. Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga
terbentuk sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin
Tipe trombos :

 1. Trombos putih tersusun dari trombosit serta fibrin dan relative kurang
mengandung eritrosit (pada tempat luka atau dinding pembuluh darah
yang abnormal, khususnya didaerah dengan aliran yang cepat[arteri].
 2. Trombos merah terutama terdiri atas erotrosit dan fibrin. Terbentuk
pada daerah dengan perlambatan atau stasis aliran darah dengan atau
tanpa cedera vascular, atau bentuk trombos ini dapat terjadi pada
tempat luka atau didalam pembuluh darah yang abnormal bersama
dengan sumbat trombosit yang mengawali pembentukannya.
 3. Endapan fibrin yang tersebar luas dalam kapiler/p.darah yang amat
kecil.
Ada dua lintasan yang membentuk bekuan fibrin, yaitu lintasan instrinsik
dan ekstrinsik. Kedua lintasan ini tidak bersifat independen walau ada
perbedaan artificial yang dipertahankan.
Faktor – faktor pembekuan darah

Dalam pembekuan darah ada 13 faktor yang berperan yaitu :


1. Faktor I
Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma
dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini
menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau
hypofibrinogenemia.
2. Faktor II
Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan
diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan
mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin
kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan
hypoprothrombinemia.
3. Faktor III
Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber
yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan
Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang
mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
4. Faktor IV
Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan
darah.
5. Faktor V
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan
panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di
intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan
prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal,
mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut
parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga
akselerator globulin.
6. Faktor VI
Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V,
tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis.

7. Faktor VII
Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh
kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor
X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif)
atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil
dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi
faktor akselerator dan stabil.
8. Faktor VIII
Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif
labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam
konser dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor
X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga
antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.
9. Faktor IX
Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang
relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi,
diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan
faktor antihemophilic B.

10. Faktor X
Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan
mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan,
membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut
prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin
untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan
koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan
disebut juga thrombokinase.
11. Faktor XI
Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat
dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX.
Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.

12. Faktor XII


Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak
dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari
koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan
kecenderungan trombosis.

13. Faktor XIII


Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin
monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut
dalam urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah.
Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic.
Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga
disebut transglutaminase.
Unsur – unsur dalam pembekuan
darah
1. trombosit (keping-keping darah),
Sel ini merupakan unsur terpenting di balik pembekuan darah. Trombosit
berjalan2 diseluruh tubuh kita dalam aliran darah. Didalam trombosit ada
Protein yang disebut faktor Von Willebrand yg bertugas memastikan, agar
dalam perondaannya yang terus-menerus itu, trombosit ini tidak membiarkan
tempat luka terlewati.
Bila kulit tersayat, Trombosit/ keping darah akan berhenti. Keping-keping yang
terjerat di tempat terjadinya luka mengeluarkan suatu zat yang
mengumpulkan keping-keping lain yang tak terhingga banyaknya di tempat
yang sama. Sel-sel tersebut akhirnya menopang luka terbuka itu.
2. Trombin adalah protein lain yang membantu proses pembekuan
darah. Zat ini hanya dihasilkan di tempat yang terluka. Jumlahnya
tidak boleh melebihi atau pun kurang dari yang diperlukan, dan juga
harus dimulai dan berakhir tepat pada waktu yang diperlukan. Lebih
dari dua puluh jenis zat kimia tubuh yang disebut enzim berperan
dalam pembentukan trombin.

Enzim-enzim tersebut dapat merangsang perbanyakan trombin


maupun menghentikannya. Proses ini terjadi melalui pengawasan
yang begitu ketat sehingga trombin hanya terbentuk saat benar-
benar ada luka sesungguhnya pada jaringan. Segera setelah enzim-
enzim pembekuan darah tersebut mencapai jumlah yang memadai
di dalam tubuh, Dalam waktu singkat sekumpulan serat membentuk
jaring, was called fibrinogen yang terbuat dari protein-protein tadi.
Proses pembekuan darah ( koagulasi )
Pembentukan Aktivator Protrombin:
 Bila terjadi luka, trombosit akan pecah mengeluarkan trombokinase
atau tromboplastin. Trombokinase akan
mengubah protrombinmenjadi trombin. Trombin
mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang berbentuk benang-benang
yang menjerat sel darah merah dan membentuk gumpalan sehingga
darah membeku.
 Mekanisme ini dimulai bila terjadi trauma pada dinding pembuluh
darah dan jaringan yang berdekatan pada darah, pada setiap
kejadian tersebut, mekanisme ini akan menyebabkan pembentukan
aktivator protrombin.
 Protrombin adalah senyawa globulin yang larut dan dihasilkan di hati
dengan bantuan vitamin K (perubahan protrombin yang belum aktif
 menjadi trombin yang aktif dipercepat oleh ion kalsium (Ca)).
Fibrinogen adalah protein yang larut dalam plasma darah.
 Aktivator protrombin ini dibentuk melalui 2 cara, yaitu jalur ekstrinsik yang
dimulai dengan terjadinya trauma pada dinding pembuluh dan jalur intrinsik
yang berawal di dalam darah itu sendiri.

 a. Langkah-langkah jalur ekstrinsik


 yaitu pelepasan faktor jaringan atau tromboplastin jaringan, selanjutnya
mengaktifasi faktor X, yaitu ( Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi
penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik intrinsik dan
ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari
pembekuan) yang dibentuk oleh kompleks lipoprotein dari faktor jaringan
dan bergabung dengan faktor VII, yaitu (Proconvertin: sebuah faktor
koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan panas dan berpartisipasi
dalam Jalur koagulasi ekstrinsik), kemudian dengan hadirnya ion Ca2+ akan
membentuk faktor X yang teraktivasi. Selanjutnya faktor X yang teraktivasi
tersebut akan segera berikatan dengan fosfolipid jaringan, juga dengan
faktor V untuk membenuk senyawa yang disebut aktivator protrombin.
 b. Langkah-langkah jalur intrinsik
 yaitu pengaktifan faktor XII yaitu factor Hageman faktor: faktor
koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca
atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari
koagulasi dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah yang
terkena trauma, kemudian faktor XII yang teraktivasi ini akan
mengaktifkan faktor XI, yaitu factor Tromboplastin plasma yg di
atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik
dari koagulasi, kemudian faktor XI yang teraktivasi ini akan
mengaktifkan faktor IX, faktor IX yang teraktivasi bekerja sama
dengan faktor VIII terakivasi dan dengan fosfolipid trombosit dan
faktor 3 dari trombosit yang rusak, akan mengkatifkan faktor X. Disini
jelas bahwa bila faktor VIII atau trombosit kurang maka langkah ini
akan terhambat. Faktor VIII adalah faktor yang tidak dimiliki oleh
penderita hemofilia. Trombosit tidak dimiliki oleh penderita
trombositopenia. Faktor X yang teraktivasi akan bergabung
dengan faktor V dan trombosit untuk membentuk suatu kompleks
yang disebut aktivator protrombin.
Perubahan ProTrombin Menjadi
Trombin:
 Setelah aktivator protrombin terbentuk akibat pecahnya pembuluh
darah maka dengan adanya ion Ca2+ dalam jumlah yang
mencukupi, akan menyebabkan perubahan protrombin menjadi
trombin. Trombosit juga berperan dalam pengubahan protrombin
menjadi trombin, karena banyak protrombin mula-mula melekat
pada reseptor protrombin pada trombosit yang telah berikatan
pada jaringan yang rusak. Pengikatan ini akan mempercepat
pembentukan trombin dan protrombin yag terjadi dalam jaringan
dimana pembekuan diperlukan.
 Protrombin adalah protein plasma yang tidak stabil dan dengan
mudah pecah menjadi senyawa-senyawa yang lebih kecil, salah
satu diantaranya trombin. Vitamin K juga sangat berperan dalam
pembekuan darah karena kurangnya vitamin K akan menurunkan
kadar protrombin sampai sedemikian rendahnya hingga timbul
pendarahan.
Perubahan Fibrinogen Menjadi Fibrin:
 Trombin adalah enzim protein dengan kemampuan proteolitik yang bekerja
terhadap fibrinogen dengan cara melepaskan empat peptida yang berberat
molekul rendah dari setiap molekul fibrinogen sehingga membentuk molekul fibrin
monomer yang memiliki kemampuan untuk berpolimerisasi dengan molekul fibrin
monomer yang lain. Dengan cara demikian, dalam beberapa detik banyak
molekul fibrin monomer berpolimerisasi menjadi benang-benang fibrin yang
panjang, sehingga terbentuk retikulum bekuan.
 Namun benang-benang fibrin ini ikatannya tidak kuat dan mudah
diceraiberaikan, maka dalam beberapa menit berikutnya akan terjadi proses
yang akan memperkuat jalinan/ikatan tersebut. Proses ini melibatkan zat yang
disebut faktor stabilisasi fibrin. Trombin yang tadi berperan dalam membentuk
fibrin, juga mengaktifkan faktor stabilisasi fibrin yang kemudian akan membentuk
ikatan kovalen antara molekul fibrin monomer, sehingga saling keterkaitan antara
benang-benang fibrin yang berdekatan sehingga menambah kekuatan jaringan
fibrin secara tiga dimensi.
 Bekuan darah yang terdiri dari jaringan benang fibrin yang berjalan dari segala
arah dan menjerat sel-sel darah, trombosit, dan plasma. Benang-benang fibrin
juga melekat pada pembuluh darah yang rusak; oleh karena itu bekuan darah
menempel pada lubang di pembuluh darah dan dengan demikian mencegah
kebocoran darah.
Gangguan pembekuan darah
 a. Hemofilia
 Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari
ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.Darah pada seorang
penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal.
Proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat
dan sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan
waktu untuk proses pembekuan darahnya.
 Penderita hemofilia kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di bawah
kulit; seperti luka memar jika sedikit mengalami benturan, atau luka memar
timbul dengan sendirinya jika penderita telah melakukan aktifitas yang berat;
pembengkakan pada persendian, seperti lulut, pergelangan kaki atau siku
tangan. Penderitaan para penderita hemofilia dapat membahayakan jiwanya
jika perdarahan terjadi pada bagian organ tubuh yang vital seperti
perdarahan pada otak.
Hemofilia terbagi dua

I. Hemofilia Klasik; karena jenis hemofilia ini adalah yang


paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada
darah.

Hemofilia kekurangan Factor VIII; terjadi karena


kekurangan faktor 8 (Factor VIII) yaitu Antihemophilic
faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan
yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik
dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von
Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X.
Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia
A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor
antihemophilic A. protein pada darah yang
menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
II. Hemofilia B

Christmas Disease; karena di temukan untuk pertama kalinya pada


seorang bernama Steven Christmas asal Kanada

- Hemofilia kekurangan Factor IX; terjadi karena kekurangan faktor 9


(Factor IX) yaitu Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor
koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik
dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di
hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.
protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses
pembekuan darah.
b. Leukemia
 merupakan kanker pada jaringan tubuh pembentuk sel darah putih.
Penyakit ini terjadi akibat kesalahan pada pembelahan sel darah putih
yang mengakibatkan jumlah sel darah putih meningkat dan kemudian
memakan sel darah putih yang normal.
Penggolongan darah

 Golongan darah manusia dibedakan berdasarkan


komposisi aglutinogen dan aglutininnya. Aglutinogen
adalah antigen antigen dalam eritrosit yang membuat
sel peka terhadap aglutinasi (penggumpalan darah).
Aglutinogen disebut zat spesifik golongan karena
digunakan untuk menentukan golongan darah. Ada
banyak aglutinogen yang menjadi dasar
penegelompokkan golongan darah. Misalnya
aglutinogen A dan B menjadi dasar pengelompokkan
golongan darah sistem ABO dan aglutinogen Reshus D
menjadi dasar pengelompokkan untuk sistem Reshus.
 Aglutinin adalah subtansi yang menyebabkan aglutinais sel, misalkan
antibodi. Dr. Karl Landsteiner seorang ahli imunologi dan patologi
berkebangsaan austria (1868-1943) dan Jalius Donath adalah penemu
perbedaan antigen dan antibodi sel darah manusia.
 Golongan darah sistem ABO
 Pada golongan darah sistem ABO, darah digolongkan menjadi empat
macam, yaitu A, B, AB, DAN O untuk bertujuan transfusi darah. Apabila
pada sel darah merah seseorang tidak terdapat aglutinogen A ataupun B,
darah digolongkan O. Jika hanya terdapat aglutinogen A, darah
digolongkan A. Jika terdapat aglutinogen B, maka darah digolongkan B,
jika darah terdapat aglutinogen A dan B, maka darah digolongkan AB.
 Jika dalam sel darah seseorang tidak terdapat aglutinogen A, maka
dalam plasma akan membentuk antibodi yang dikenal aglutini (anti-A)
dan jika dalam sel darah merah tidak terdapat aglutini B, dalam plasma
terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutini B (anti B). Berarti,
golongan darah AB memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B serta tidak
memiliki aglutini sama sekali.
Tabel golongan darah serta Aglutinogen
dan Aglutininnya
Clotting Time
 Clotting Time adalah waktu yang di perlukan darah
untuk membeku atau waktu yang di perlukan saat
pengambilan darah sampai saat terjadinya
pembekuan. Hal ini menunjukkan seberapa baik
platelet berinteraksi dengan dinding pembuluh darah
untuk membentuk pembekuan darah. Hasilnya menjadi
ukuran aktivitas faktor-faktor koagulasi darah, terutama
faktor-faktor yang membentuk tromboplastin. Selain itu,
kadar fibrinogen juga berpengaruh pada waktu
pembekuan darah
Spasme Pembuluh Darah
Dinding pembuluh darah mempunyai tiga lapisan, yaitu : tunica intima yang
terdiri dari jaring ikat endotelium dan subendotelium, tunica media dan
tunica adventitia.
Konstriksi setelah trauma merupakan reaksi instrinsik dari pembuluh darah,
terutama pada arteriole kecil dan kapiler.
Vasokonstriksi setelah trauma dapat mengurangi/menurunkan aliran darah
ke daerah luka. Vasokonstriksi lokal yang di induksi oleh serotonin (5-
hydroxytriptamine) telah diteliti secara luas.
Sejumlah besar dari serotonin dilepas dari trombosit pada sumbat hemostasis
primer. Thromboxane A2 (TX-A2) yang disintesis dan dilepaskan oleh trombosit
yang teraktifasi juga menginduksi kontraksi otot polos pada konsentrasi yang
amat kecil, serta efek yang dapat membentuk suatu mekanisme hemostasis
yang penting. Berbagai vasokontriktor lain dapat terbentuk pada sumbat
hemostatik, seperti fibronepeptide B, epinephrine dan norepinephrine.
Fibrinogen Degradation Product (FDP) menghambat kontraksi otot polos,
sedangkan Prostaglandin E-2 histamin, dan prostacyclin bekerja sebagai
vasodilator.
 Vitamin K terdapat dalam sayur-sayuran yang berwarna hijau dan juga disintesis
oleh bakteria di dalam usus. Vitamin K berfungsi sebagai suatu kofaktor yang
penting untuk sintesis faktor II, faktor VII, faktor IX, faktor X, protein C dan protein S,
dimana vitamin K merupakan kofaktor penting yang diperlukan untuk
menyelesaikan post-translational dari sintesis faktor-faktor pembekuan yang
tergantung vitamin K, yaitu untuk reaksi karboksilasi dari asam glutamat menjadi
residu g-carboxyglutamic acid. Residu Gla adalah tempat ikatan ke protein-
protein ini dan diperlukan untuk interaksinya dengan fosfolipid membran.
Kegagalan dalam karboksilasi yang terjadi pada defesiensi vitamin K atau pada
beberapa kelainan hati (cirrhosis, hepatocelluler carcinoma), terjadi
penumpukan faktor-faktor pembekuan dengan tidak ada atau penurunan g-
carboxylation sites. Non- atau des-carboxylated protein ini juga disebut protein-
induced in vitamin K absence (PIVKA).
 Obat-obatan antikoagulan oral (Coumarin, Warfarin), tidak bekerja di dalam
sirkulasi tetapi di hati, dimana obat-obatan tersebut menghambat sintesis dari
faktor-faktor pembekuan yang tergantung vitamin K.
 Trombosit Perbaikan permanen pada pembuluh darah
yang terbuka memerlukan penambahan lubang di
dinding pembuluh darah, sumbat hemostatik yang
efektif terdiri dari trombosit dan protein yang mirip
dengan gel yaitu fibrin. Trombosit adalah keping darah
yang tidak memiliki inti yang berasal dari sitoplasma
megakariosit. Trombosit dapat menyumbat lubang
pembuluh darah yang terbuka dengan cara adhesi,
pelepasan zat-zat kimia dan agregasi
 Homeostasis dipertahankan oleh berbagai proses
pengaturan keimbangan yang sangat halus namun
bersifat dinamis (dynamic steady state).Macam-macam
pengaturan yang terlibat dalam homeostasis itu sendiri
meliputi :

 1. Umpan balik positif : Contohnya adalah pada saat


demam,badan akan bertambah panas untuk
membunuh bakteri dan virus.

 2. Umpan balik negatif : Contoh pada saat keadaan


panas,badan akan diatur untuk mengurangi panas
badan.
Pengaturan juga tidak hanya melalui umpan
balik,tetapi dapat juga bersifat kedepan (feed
forward control) yang memungkinkan tubuh
mengantisipasi perubahan yang akan
datang.Bahkan besar respons juga dapat
dimodulasi melalui up-regulation atau down-
regulation jumlah dan /atau kinerja reseptor sel
(Resha,2009).

Sistem-sistem yang terlibat dalam homeostasis


meliputi: transportasi,perolehan sumber nutrien,
pembuangan sisa metabolisme, kontrol oleh
saraf dan hormon, dan reproduksi.
Ahli ilmu faal Amerika Serikat Walter
Cannon mengajukan 4 postulat yang
mendasari homeostasis, yaitu:

1. Peran system saraf dalam mempertahankan


kesesuaian lingkungan dalam dengan kehidupan.
2. Adanya kegiatan pengendalian yang bersifat tonik.
3. Adanya pengendalian yang bersifat antagonistik.
4. Suatu sinyal kimia dapat mempunyai pengaruh yang
berbeda di jaringan tubuh berbeda.
FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTAHANKAN
SECARA HOMEOSTATIS

 Faktor-faktor lingkungan internal yang harus


dipertahankan secara homeostasis, yaitu :

1. Konsentrasi molekul zat-zat gizi.


Sel-sel membutuhkan pasokan molekul nutrient yang tetap
untuk digunakan sebagai bahan bakar metabolic untuk
menghasilkan energi. Energy kemudian digunakan untuk
menunjang aktifitas-aktifitas khusus dan untuk
mempertahankan hidup.
2. Konsentrasi O2 dan CO2
Sel membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-reaksi kimia
yang menarik sebanyak mungkin energi dari molekul
nutrien digunakan oleh sel. CO2 yang dihasilkan selama
reaksi-reaksi tersebut berlangsung harus diseimbangkan
dengan CO2 yang dikeluarkan oleh paru, sehingga CO2
pembentuk asam ini tidak meningkatkan keasaman di
lingkungan internal.
3. Konsentrasi zat-zat sisa
Berbagai reaksi kimia menghasilkan proiduk-produk akhir
yang berefek toksik bagi sel apabila dibiarkan tertimbun
melebihi batas tertentu.

4. pH.
Diantara efek-efek paling mencolok dari p[erubahan
keasaman lingkungan cairan internal adalah perubahan
mekanisme pembentuk sinyal listrik di sel saraf dan
perubahan aktifitas enzim di semua sel.
5. Konsentrasi air,garam-garam, dan elektrolit-elektrolit
lain
Karena konsentrasi relative garam (NaCl) dan air di dalam
cairan ekstrasel (lingkungan internal) mempengaruhi
berapa banyak air yang masuk atau keluar sel, konsentrasi
keduanya diatur secara ketat untuk mempertahankan
volume sel yang sesuai. Sel-sel tidak dapat berfungsi
secara normal apabila mereka membengkak atau
menciut. Elektrolit lain memiliki bermacam-macam fungsi
fital lainnya. Sebagai contoh denyut jantung yang teratur
bergantung pada konsentrasi kalium di cairan ekstra sel
yang relative konstan.
6. Suhu.
Sel-sel tubuh berfungsi secara optimal dalam rentan suhu
yang sempit. Sel-sel akan mengalami perlambatanaktifitas
yang hebat apabila suhunya terlalu dingin dan yang lebih
buruk protein-protein structural dan enzimatiknya akan
terganggu apabila suhunya terlalu panas.

7. Volume dan tekanan.


Komponen sirkulasi pada lingkungan internal, yaitu
plasma, harus dipertahankan pada tekanan darah dan
volume yang adekuat agar penghubung vital antara sel
dan lingkungan eksternal ini dapat terdistribusi ke seluruh
tubuh.
SISTEM KONTROL HOMEOSTASIS

 Untuk mempertahankan homeostasis, tubuh harus mampu


mendeteksi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada
faktor-faktor lingkungan internal yang perlu dijaga dalam retang
yang sempit. Tubuh juga harus mampu mengontrol berbagai sistem
tubuh yang bertanggung jawab untuk menyesuaikan faktor-faktor
itu.

 Sebagai contoh, untuk mempertahankan konsentrasi CO2 di cairan


ekstrasel pada kadar yang optimal, tubuh harus mampu
mendeteksi adanya perubahan pada konsentrasi CO2 dan
kemudian dengan tepat mengubah aktifitas pernapasan, sehingga
konsentrasi CO2 kembali ke tingkat yang diinginkan.
 Sistem control yang beroperasi untuk mempertahankan homeostasis dapat
dikelompokkan menjadi dua kelas, yaitu:

1. Control intrinsic
 Control intrinsik (local, intrinsic berarti ”di dalam”) terdapat di dalam atau
inheren bagi organ yang bersangkutan. Sebagai contoh, sewaktu suatu
otot yang beraktifitas menggunakan O2 dan mengeluarkan CO2 untuk
menghasilkan energy yang diperlukan untuk menjalankan aktifitas
kontraktilnya, konsentrasi O2 turun dan CO2 meningkat di dalam otot
tersebut.

 Melalui kerja langsung pada otot polos di dinding pembuluh darah yang
mengaliri otot-otot tersebut, perubahan-perubahan kimiawi local tersebut
menyebabkan otot polos melemas dan pembuluh terbuka lebar untuk
mengakomodasikan peningkatan aliran darah ke otot tersebut.
Mekanisme local ini ikut berperan mempertahankan kadar O2 dan CO2
yang optimal di dalam lingkungan cair internal yang mengelilingi sel-sel
otot tersebut.
2. Control ekstrinsik

 Control ekstrinsik (extrinsic berarti “di luar”), yaitu mekanisme


pengatur yang dicetuskan di luar suatu organ untuk mengubah
aktifitas organ tersebut. Control ekstrinsik berbagai organ dan
system dilaksanakan oleh system saraf dan endokrin, dua sistem
kontrol utama pada tubuh.

 Control ekstrinsik memungkinkan pengaturan beberapa organ


sekaligus untuk mencapai suatu tujuan bersama; sebaliknya,
control intrinsic berfungsi untuk melayani organ tempat control
tersebut bekerja. Mekanisme pengaturan keseluruhan yang
terkoordinasikan penting untuk mempertahankan keadaan stabil
dinamis lingkungan internal secara keseluruhan.
HOMEOSTASIS FISIOLOGIS
 Self Regulation
Sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat. Contohnya :
proses pengaturan fungsi organ tubuh

 Kompensasi
Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan yang terjadi
didalamnya. Misalnya apabila secara tiba – tiba lingkungan menjadi
dingin, maka pembuluh darah perifer akan mengalami konstriksi dan
merangsang pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan
kegiatan (misalnya menggigil) yang dapat menghasilkan panas sehingga
suhu tubuh tetap stabil, pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi
visual pada saat terjadi ancaman terhadap tubuh, dan peningkatan
keringat untuk mengontrol kenaikan suhu tubuh
 Umpan Balik Negatif
Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan
normal. Dalam keadaan abnormal, tubuh secara otomatis
akan melakukan mekanisme umpan balik untuk
menyeimbangkan penyimpangan yang terjadi.

 Umpan Balik untuk Mengoreksi Ketidakseimbangan


Fisiologis
Contoh, apabila seseorang mengalami hipoksia akan
terjadi proses peningkatan denyut jantung untuk
membawa darah dan oksigen yang cukup ke sel tubuh.
TAHAPAN-TAHAPAN HOMEOSTASIS
 Homeostasis terdiri dari 3 tahap:
1. Homeostasis primer.
Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh
darah, akan terjadi homeostasis primer. Homeostasis
primer ini melibatkan tunika intima pembuluh darah dan
trombosit. Luka akan menginduksi terjadinya vasokonstriksi
dan sumbat trombosit.
Homeostasis primer ini bersifat cepat dan tidak tahan
lama. Karena itu, jika homeostasis primer belum cukup
untuk mengkompensasi luka, maka akan berlanjut menuju
homeostasis sekunder.
2. Homeostasis Sekunder.
Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau
jaringan lain, vasokonstriksi dan sumbat trombosit belum
cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah
hemostasis sekunder yang melibatkan trombosit dan faktor
koagulasi.

Homeostasis sekunder ini mencakup pembentukan jaring-


jaring fibrin. Homeostasis sekunder ini bersifat delayed dan
long-term response. Kalau proses ini sudah cukup untuk
menutup luka, maka proses berlanjut ke homeostasis
tersier.
3. Homeostasis Tersier.
Homeostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar
aktivitas koagulasi tidak berlebihan. Homeostasis tersier
melibatkan sistem fibrinolisis.
KETIDAKSEIMBANGAN HOMEOSTASIS
 Jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secar benar, homeostasis
terganggu dan semua sel akan menderita karena mereka tidak lagi
memperoleh lingkungan yang optimal tempat mereka hidup dan
berfungsi. Muncul beberapa keadaan patofisiologis. Patofisiologis
mengacu kepada abnormalitas fungsional tubuh (perubahan fisiologi)
yang berkaitan dengan penyakit. Jika gangguan terhadap homeostasis
menjadi sedemikian berat sehingga tidak lagi memungkinkan
kelangsungan hidup, timbul kematian.

 Hampir semua penyakit merupakan kegagalan tubuh mempertahankan


homeostasis. Keberadaan seseorang dilingkungan sangat dingin tanpa
pakaian dan perlindungan dapat berakibat fatal jika tubuhnya gagal
mempertahankan suhu sehingga suhu tubuh turun. Hal ini disebabkan
oleh terganggunya proses-proses enzimatik sel yang sangat bergangtung
pada suhu tertentu.
Cairan Tubuh :
Air dan Zat terlarut

Zat terlarut :
 Elektrolit = Zat kimia yg menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yg disebut ion jika berada
dalam larutan.
 Non elektrolit = Tidak terurai dalam larutan dan
tidak bermuatan listrik.
Elektrolit :
Non Elektrolit : Natrium (Na+)
Protein Kalium (K+)
Urea Kalsium (Ca+)
Glukosa Magnesium (Mg+)
Oksigen  Chlorida (Cl -)

Karbon dioksida  Bikarbonat (HCO 3


-)

Asam-asam organik
 Fosfat (HPO4-)
Sulfat (SO4-)
Fungsi Cairan Tubuh :

Sebagai Pelarut
Agar senyawa dapat bergerak lebih cepat & mudah

Mengatur Suhu Tubuh


Mampu menyerap panas
Membuang panas dari jaringan yg menghasilkan panas
Pelicin/Lubricant
Untuk mengurangi gesekan
Pada reaksi kimia
Pemecahan karbohidrat
Pelindung
Cth : Cairan serebrospinal, cairan
amnion
AIR TUBUH TOTAL
(TOTAL BODY WATER)

 Merupakan persentase berat air dibandingkan dengan berat


badan.
 Nilainya bervariasi, tergantung:

Jenis kelamin
Umur
Kandungan lemak tubuh
AIR TUBUH TOTAL DALAM
PERSENTASE BERAT BADAN
 Bayi (Baru Lahir) = 75%
 Dewasa

 Pria (20-40 thn) = 60%


 Wanita (20-40 thn) = 50%
Usia lanjut (60+ thn) = 45-50%
Water is the largest single component of the body

60% of adult’s weight is


………………water
• Water is main solvent in living cells

Distribution/Compartment of Body Fluids

Body Water

Intracellular fluid Extracellular fluid


(inside cells) (outside cells)
40%BB atau 2/3TBW 20%BB atau 1/3TBW

Plasma Interstitial Fluid


(inside blood bessels) (outside blood vessels, Between
5%BB( 20%ECF) and around the cells )
15%BB(80%ECF)

Intravascular volume is the most critical for survival: determinant of blood pressure, cardiac output, organ perfusion, oxygenation etc.
70 kg man
Regulation To maintain homeostasis,
of
Body Fluids fluids are regulated by:

Fluid intake

Hormonal controls

Fluid output
• Asupan Cairan = Pengeluaran Cairan
Distribution/Compartment of Body Fluids
Total Body Water ( TBW) = 60% wt ( 70 kg -> 42 L 0 …… varies due to ?

Kidneys Guts Lungs Skin

Fluid shifts / intakes


ECF (Internal environment)
Volume= 14 L, 1/3 TBW

Intracellular fluid Interstitial fluid IV (Plasma


Volume )= 3L
volume = 11 L
Volume = 28 L, 2/3 TBW 20% of ECF
80% of ECF

TBW
Total body water (TBW)
0,6 X Body weight
42 L

Extracellular fluid Intracellular fluid


(ECF) (ICF)
~ 20% X body weight ~ 40% X body weight
14 L 28 L

Plasma
Interstitial fluid
¾ x body weight ¼ of ECF
3,5 L
10,5 L
Capillary wall
•Extracellular~ 20% of Intracellular~ 40% of
total body weight total body weight

Vascular Interstitial
Hydrostatic
Osmosis
Osmotic P

1/3 (~15 L for 75 Kg ) 2/3 (~30 L for 75 Kg )


Major Ionic Species
 Principle cations
 Extracellular: Na+
 Intracellular: K+
 Principle anions
 Extracellular: chloride and bicarbonate.
 Intracellular: proteins, aa’s, and phosphates
 inorganic (HPO42-, H2PO4-)
 organic (amino acids and ATP).
Ionic Composition of Body Fluids
Concentration Units are in mEq/L
(How many grams of electrolyte (solute) in a liter of plasma
(solution)
Cations Anions
140
110
More protein
Extracellular 24 And more cations
Fluid Na+ in plasma than
Cl HCO3
Interstitial fluid
Ca2+
Mg2+
Protein--

Intracellular K+
Fluid

140

Phosphate and Organic Anions


Regulation and
Movement  Major contributor to maintaining water balance
 By effect on serum osmolality, nerve impulse

of Sodium (Na) transmission, regulation of acid-base balance


and participation in chemical reactions

 Regulated by dietary intake and aldosterone

Most abundant
cation in ECF

Normal level
: 135-145
Caused by excess water loss or
Hypernatremia overall sodium excess
Excess salt intake,
hypertonic solutions, excess
(Na > 145, aldosterone,diabetes insipidus,
sp gravity < increased water loss, water
deprivation
1.010) S&S: thirst, dry, flushed skin,
dry, stick tongue and mucous
membranes

Occurs with net loss of sodium or net


water excess
Hyponatremia Kidney disease with salt wasting,
adrenal insufficiency, GI losses,
(Na < 135, increased sweating, diuretics,
SIADH
S&S: personality change, postural
sp gravity > hypotension, postural dizziness,
1.030 abd cramping, diarrhea,
tachycardia, convulsions and
coma
• Functions
Regulation and – osmotic P within cell
Movement – neuromuscular activity
– related to movement of
of glucose

K+
– acid-base balance

• Serum levels maintained by:


Potassium – dietary ingestion
– renal regulation
• the influence of aldosterone

•Major cation Basal requirement of Potassium


in • K+ intake ranges from 40-150 mEq daily
intracellular • Homeostasis (minimum req) 20-30 mEq/day
Normal level • Increased requirement in heart failure and
compartments hypertension
(3.5 - 5.0
mEq/L)
KESEIMBANGAN ASAM BASA

Asam adalah sekelompok zat yang


mengandung hidrogen yang mengalami
disosiasi apabila berada dalam larutan untuk
menghasilkan H+ bebas.
Basa adalah bahan yang dapat berikatan
dengan H+ bebas.
pH darah =7,35-7,45
Asidosis = pH < 7,35
Alkalosis = pH > 7,45
Pengaturan Keseimbangan Asam Basa
Darah
1. Sistem penyangga (buffer darah) yg dgn segera
bergabung dgn asam atau basa utk mencegah
perubahan konsentrasi ion H+ yg berlebihan.
2. Pernafasan, yg mengatur pembuangan CO2.
3. Ginjal, yg mengekskresikan urin asam dan urin alkali.
Buffer darah

Yaitu : Reaksi kimia utk mencegah perubahan


konsentrasi ion hidrogen(H+).

Mengikat H+ saat pH turun


Melepas H+ saat pH meningkat.
Acid-Base Balance

 Normal pH of body fluids


 Arterial blood is 7.4
 Venous blood and interstitial fluid is 7.35
 Intracellular fluid is 7.0
 Alkalosis or alkalemia – arterial blood pH rises above 7.45
 Acidosis or acidemia – arterial pH drops below 7.35
(physiological acidosis)
TERIMA KASIH
– Martini, F.H., et.al., Fundamentals of Anatomy and Physiology, 11th ed.,
Prentice Hall, London, 2011
– Langley, Telford, Christensen, Dynamic Anatomy and Physiology, 5th ed, Mc.
Fraw Hill, 1990
– Guyton, Textbook of Medical Physiology, Mosby Year Book, New York, 1996
– Ganong, 2005, Review of Medical Physiology, McGraw-Hill Medical
– Crounch, Mc. Clintic, Human Anatomy and Physiology, 2nd ed., 1976
Sistem Hemostasis

Pokok-pokok Bahasan
1. Mekanisme homeostatis (feedback
positif/negatif)
a)termoregulasi (suhu)
b)osmoregulasi (cairan)
c)pH darah (asam basa)
d)glukosa darah
2. elektrolit
Homeostasis
 Homeostasis berasal dari kata homeo berarti “yang sama”
dan stasis berarti “berdiri atau diam”. Sherwood (2007)
mendefinisikan homeostasis sebagai pemeliharaan
lingkungan internal yang relatif stabil.
 Homeostasis berasal dari bahasa Yunani : homeo berarti
“sama”, stasis “mempertahankan keadaan”, sehingga dapat
diartikan sebagai suatu keadaan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi segala
kondisi yang dihadapi. Istilah ini digunakan oleh ahli fisiologi
untuk menjelaskan pemeliharaan aneka kondisi yang hampir
selalu konstan di lingkungan dalam.
 Hemostasis juga disebut peristiwa berhentinya suatu
perdarahan sebagai reaksi tubuh terhadap adanya luka.
 Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang
mengontrol fungsi tubuh dan memantau organ tubuh. Untuk
sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf dan
endokrin dan tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh membuat
penyesuaian dalam frekuensi jantung, frekuensi pernapasan,
tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit,
sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang semuanya
ditujukan untuk memberi kontribusi bagi homeostasis.
 Contoh homeostasis yang ringkas ialah apabila cuaca panas,
sistem kulit akan merespon dengan mengeluarkan peluh melalui
kelenjar keringat pada epidermis kulit untuk mencegah suhu
darahnya meningkat, pembuluh darah akan mengembang
untuk mengeluarkan panas ke sekitarnya, hal ini juga
menyebabkan kulit berwarna merah. Homeostasis pada dasar
nya adalah untuk menstabilkan cairan di sekitar sel-sel organisme
multisel yaitu cairan ekstrasel (CES) yang merupakan interface
antara sel dengan lingkungan liar. Oleh karena itu parameter
CES yang harus dipertahankan melalui homeostasis adalah :
1. Kadar Nutrien
2. Kadar O2 dan CO2
3. Kadar Sisa Metabolisme
4. PH
5. Kadar Air,Suhu,Volume dan Tekanan.
 Lingkungan internal berupa cairan plasma dan cairan interstisial. Ketika sel-
sel tubuh memerlukan suatu asupan, tidak bisa langsung mengambilnya
dari cairan ekstra sel, zat yang diperlukan akan diambil dari cairan
interstisial yang dipasok oleh plasma darah. Ketika sel perlu mengeluarkan
sisa metabolisme misalnya karbondioksida tidak bisa juga langsung
dikeluarkan ke lingkungan eksternal, maka karbondioksida tersebut akan
dikeluarkan ke cairan interstisial. Agar sisa metabolisme pada cairan
interstisial tidak menumpuk maka sisa metabolisme tersebut dikeluarkan
melalui plasma darah kemudian menuju alat-alat ekskresi dan akhirnya
dikeluarkan ke lingkungan eksternal.
 Plasma darah dan cairan interstisial diatur agar dapat mendukung kehidupan sel,
pengaturan keadaan lingkungan internal agar tetap stabil inilah yang disebut dengan
homeostasis. Pemeliharaan lingkungan internal berupa komposisi, suhu dan karakteristik
lainnya ini bukan berarti tidak ada perubahan sama sekali. Stabil disini berarti perubahan-
perubahan yang terjadi tidak terlalu menyimpang jauh. Jika suatu faktor mulai
menggerakkan kondisi lingkungan internal menjauhi kondisi optimal, maka sistem-sistem
dalam tubuh akan memulai reaksi tandingan untuk meminimalisasi perubahan tersebut.
Misalnya jika tubuh terpapar pada suhu dingin maka suhu internal tubuh akan cenderung
turun. Maka, pusat kontrol di otak akan menanggapinya untuk memulai kompensasi
misalnya menggigil untuk meningkatkan suhu tubuh menuju suhu normal. Sebaliknya ketika
lingkungan internal tubuh saat cuaca panas misalnya, pusat kontrol suhu akan memicu
berkeringat untuk menurunkan suhu tubuh menuju normal.
Banyak faktor dalam lingkungan internal tubuh
yang harus dipertahankan. Faktor-faktor
tersebut meliputi konsentrasi molekul-molekul
nutrien, konsentrasi O2 dan CO2, konsentrasi zat
sisa, pH, konsentrasi garam, air dan elektrolit lain,
volume dan tekanan serta suhu.
 Dalam menyelenggarakan homeostasis ini tubuh harus
senantiasa memantau adanya perubahan-perubahan
nilai berbagai parameter, lalu mengkoordinasikan
respons yang sesuai sehingga perubahan yang terjadi
dapat di redam. Untuk itu,sel-sel tubuh harus mampu
berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Komunikasi
antar sel ini merupakan media yang menopang
pengendalian fungsi sel organ tubuh.Pengendalian
yang paling sederhana terjadi secara lokal (intrinsik)
yaitu yang dilakukan dengan komunikasi antar sel yang
berdekatan. Pengendalian jarak jauh (ekstrinsik) lebih
kompleks dan dimungkinkan melalui refleks yang dapat
melibatkan system syaraf (lengkung refleks) maupun
sistem endokrin (umpan balik).
Fungsi Hemostasis
1. Mencegah keluarnya darah dari pembuluh
darah yang utuh. Hal ini tergantung dari
Intergritas Pembuluh darah dan Fungsi
trombosit yang normal.
2. Menghentikan perdarahan dari pembuluh
darah yang terluka. Proses yang terjadi setelah
adanya suatu luka adalah Vasokonstriksi
pembuluh darah, Pembentukan sumbat
trombosit, dan Proses pembekuan darah

Anda mungkin juga menyukai