Anda di halaman 1dari 16

IMPLEMENTASI PEMURIDAN KONTEKSTUAL SEBAGAI KATEKISASI

TERHADAP PERTUMBUHAN KEIMANAN PEMUDA DI GEREJA TORAJA DI


JEMAAT BAU KLASIS BITTUANG

NAMA : SURIANTI RORO


NIRM : 1020175266
KELAS : A/PAK

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI (STAKN) TORAJA


PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
2020
ABSTRAK
Gereja bukan hanya soal gedung, tetapi orang-orang yang di dalamnya menjadi
pokok. Gereja (Yun : Eklesia) merupakan persekutuan orang-orang percaya yang di panggil
ke luar menuju terang. Selain dari pada itu, Amanat Agung dalam injil Matius 28:18-20
secara tertulis dibentuk atas empat kata kerja perintah atau misi agar pergi ke seluruh bangsa
di bumi.
Pemuridan merupakan salah satu tanggung besar yang harus dijalankan oleh gereja.
Pemuridan, jika ditinjau dari sudut pandang Alkitab, maka hal ini merujuk pada Amanat
Agung yang disampaikan oleh Yesus Kristus di dalam injil Matius 28:19-20. Dalam ayat ini
dengan jelas Yesus Kristus mengamanatkan kepada murid-murid-Nya, empat hal pokok
utama, yaitu Pergilah, Jadikanlah, Baptislah dan Ajarlah. Keempat hal tersebut
merupakan kata kerja, sehingga secara eksplisit mengandung makna perintah. Amanat Agung
adalah fungsi utama gereja selain dari pada ibadah. Menurutnya, Misi utama Anak Manusia
adalah untuk “ mencari dan menyematkan yang hilang (Luk 19:10), dan buah dari misi itu
menghasilkan gereja. Pertumbuhan gereja yang sehat jika terdiri dari dua hal :Pertama,
menghasilkan murid-murid Yesus Kristus danKedua, memadukan mereka ke dalam gereja-
gereja yang setia kepada ajaran alkitabiah dimana gereja dapat bertumbuh ke dalam
kedewasaan rohani dan menjadi bagian dari pelayanan kepada dunia.
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus pengembangan masalah yaitu mengenai
Pemuridan Kontekstual Sebagai Katekisasi dengan metode penelitian kualitatif dan tehnik
pengumpulan data melalui observasi.
KatekisasiatauKatekese berasaldari kata kerja bahasa YunaniKatekhein, yang berarti
memberitakan, memberitahukan, mengajar dan membimbing seseorang, supaya ia melakukan
kehendak Allah sesuai apa yang diajarkan kepadanya.Katekisasi adalah masa sebelum
seorang umat Kristiani menerima baptisan. Pada masa ini, seorang akan dibimbing secara
mendasar mengenai doktrin agama Kristen, dan melalui katekisasi, gereja dapat
mempersiapkan jemaat untuk memiliki pemahaman yang benar tentang kebenaran Alkitab.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Era globalisasi sangat menuntut manusia untuk keluar dari zona hidup masing-masing
yang biasa. Zaman yang semakin berubah dan kemajuan IPTEK menjadikan akses
informasi dan komuniaksi sangat terbuka sangat memengaruhi pola kehidupan seluruh
umat manusia. Kemajuan IPTEK pada hakekatnya bertujuan untuk hal positif tetapi
manusia dengan prinsip hidup ekonomi yang tak pernah ada puasnya, tak jarang
kemajuan IPTEK justru berdampak negatif.
IPTEK sangat merambah di dunia anak Remaja dan Pemuda, khususnya dengan
kehadiran Android membuat seluruh dunia ini seolah ada dalam genggaman kita. Melaui
sosial media seperti Facebook, Istagram, Twitter, Whatsapp, Youtube, dan lain-lain
sehingga kita dapat menikmati pemandangan luar negeri tanpa harus ke luar negeri.
Berdasarkan laporan dari Kompas.com, data statistik pengguna sosial media,
khususnya Facebook dan Istagram tahun 2019, dari seluruh populasi penduduk dunia,
masyarakat Indonesia berada pada urutan empat memiliki pengguna sosial media
tersebut (setelah India, Amerika Serikat, dan Brazil).1
Dengan fenomena tersebut, menjadi tantangan bagi seluruh elemen masyarakat
Indonesia,khususnya pemerintah betapa sulitnyadalam mengontrol para pengguna sosial
media tersebut, apakah digunakan tepat sasaran atau justru sebaliknya, mengakses hal-
hal yang dapat merusak generasi bangsa. Selain dari pada itu, dengan pengguna sosmed
sebanyak itu, yang juga didominasi oleh anak-anak muda, maka akanmenjadi tantangan
bagi gereja bagaimanamembina dan mempersiapkan generasi bangsa dan gereja yang
siap utus dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab gereja, sehingga dengan
kemajuan IPTEK tersebut dapat membantu perkembangan dan pengembangan gereja
pada masa kini.
Gereja merupakan suatu lembaga yang kuat serta bersifat dinamis, setiap kegiatan-
kegiatan yang ada di dalamnya bukanlah berupa suatu rutinitas, seremoni atau
pertunjukan yang sifatnya sementara, melainkan kegiatan-kegiatan dan pertemuan-
pertemuan dalam gereja merupakan wujud dan cerminan betapa berharganya kita di
hadapan Tuhan, dan kita perlu dan menikkan Syukur kehadirat-Nya melalui pertemuan-
pertemuan di dalam Gereja.

1
https://www.suara.com/tekno/2019/06/19/133252/pengguna-istagram-dan-facebook-indonesia-terbesar-ke-4-
di-dunia
Banyak cara atau strategi yang dapat diterapkan dalam membina warga gereja,
khususnya pembinaanbagi para pemuda gereja agar dapat menyadari dan menumbuhkan
keimanannya kepada Yesus Kristus, serta cinta akan persekutuan gereja. Salah satu yang
diterapkan dalam membina pemuda gereja adalah Pemuridan Kontekstual Sebagai
Katekisasi. Memuridkan adalah suatu keharusan yang dijalankan oleh gereja, agar
jemaatnya mengenal Kristus dan dapat serupa dengan-Nya. Pemuridan, jika ditinjau dari
sudut pandang Alkitab, maka hal ini merujuk pada Amanat Agung yang disampaikan
oleh Yesus Kristus di dalam injil Matius 28:19-20. Dalam ayat ini dengan jelas Yesus
Kristus mengamanatkan kepada murid-murid-Nya, empat hal pokok utama, yaitu
Pergilah, Jadikanlah, Baptislah dan Ajarlah. Keempat hal tersebut merupakan kata
kerja, sehingga secara eksplisit mengandung makna perintah. Dalam penelitian ini akan
membahas tentang “IMPLEMENTASI PEMURIDAN KONTEKSTUAL
TERHADAP PERTUMBUHANKEIMANAN PEMUDA GEREJA TORAJA DI
JEMAAT BATITONG”.
Adapun hasil penelitian sebelumnya yang mebahas hal tersebut diatas diantaranya
adalah: Yuliati and Kezia Yemima, “MODEL PEMURIDAN KONSELING BAGI
ALUMNUS PERGURUAN TINGGI LULUSAN BARU (FRESH GRADUATE)
YANG MENGINGKARI PANGGILAN PELAYANAN”2, Daniel Fajar Panuntun and
Eunike Paramita, “HUBUNGAN PEMBELAJARAN ALKITAB TERHADAP NILAI-
NILAI (KELOMPOK TUMBUH BERSAMA KONTEKSTUAL),3T Haryono and
Daniel Fajar Panuntun, “ANDIL PEMURIDAN KONTEKSTUAL YESUS KEPADA
PETRUS YAKOBUS DAN YOHANES TERHADAP KETERBUKAAN KONSELING
MAHASISWA PADA MASA KINI”4.
Dari hasil penelitian tersebut, menunjukan adanya perubahan yang signifikan dalam
menerapkan metode bimbingan pemuridan kontekstual, yang dimana pada awalnya
sebelum melalui suatu bimbingan, kehidupan mahasiswa atau anak-nak muda yang
sebelumnya tidak menyadari panggilannya, kini telah menjalani pelayanan dengan
sukacita.

2
Yuliati and Kezia Yemima, “MODEL PEMURIDAN KONSELING BAGI ALUMNUS PERGURUAN
TINGGI LULUSAN BARU (FRESH GRADUATE) YANG MENGINGKARI PANGGILANPELAYANAN”
1, no. 1 (2019): 26–40
3
Daniel Fajar Panuntun and Eunike Paramita, “HUBUNGAN PEMBELAJARAN ALKITAB
TERHADAPNILAI-NILAI ( KELOMPOK TUMBUH BERSAMA KONTEKSTUAL ),” Gamaliel : Teologi
dan praktika 1, no. 2 (2019): 104–115
4
T Haryono and Daniel Fajar Panuntun, “ANDIL PEMURIDAN KONTEKSTUAL YESUS KEPADA
PETRUS YAKOBUS DAN YOHANES TERHADAP KETERBUKAAN KONSELING MAHASISWA
PADA MASA KINI,” Gamaliel : Teologi dan praktika 1, no. 1 (2019): 12–25.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari pemaparan latar belakang di atas, maka hal yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah : bagaimana implikasi pemuridan kontekstual terhadap
pertumbuhan keimanan pemuda gereja di jemaat batitong?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui sejauh mana
implementasi pemuridan kontekstual dalam pertumbuhan keimanan pemuda gereja di
jemaat Batitong.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan sajian materi yang terdapat dalam latar belakang dan tujuan penelitian ini,
maka diharapkan mampu memberi manfaat sebagai berikut:
a. Bagi mahasiswa Teologi
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu memberi pengetahuan
baru bagi penulis batapa pentingnya pemuridan dalam pertumbuhan gereja
sehingga mampu menjalankan salah satu misi gereja dalam dunia.
b. Bagi gereja
Manfaat yang dapat diperoleh oleh gereja dalam menjalankan pemuridan
yaitu: pertama, gereja mampu menumbuh kembangkan warga gereja menjadi
manusia yang berkarakter dan siap menghadap Allah. Kedua, gereja mampu
mempersiapkan pemuda yang unggul dan siap utus menjalankan tugas dan
panggilan gereja.
c. Masyarakat umum
Pelayanan gereja melalui pemuridan kontekstual, diharapkan mampu menekan
penggunaan kemajuan IPTEK di bidang alat komunikasi (Penggunaan Sosial
Media) secara gamlang atau negatif.
BAB II
ISI
A. PEMURIDAN KONTEKSTUAL
Secara harfiah, kata Murid berasal dari bahasa Yunani Mathetes berarti:seorang
pengikut dari guru/tuannya, seorang pembelajar, seorang pelajar, seorang yang
meneladani gurunya.Menurut Andar Ismail dalam bukunya “Selamat Berkiprah”,
menjadi murid adalah orang yang mengikut guru dan melakukan kehendak-Nya. Dengan
melakukan kehendak sang Guru, diharapkan akan ada buah yang ditunjukkan lewat
perilaku sehari-hari sehingga orang lain yang melihatnya akan tertarik dan mau menjadi
murid Yesus.5
Pemuridan merupakan kata bentukan dari kata “Murid”. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata murid diartikan sebagai orang yang berguru, belajar, atau bersekolah,
sehingga defenisi yang dikembangkan terhadap kata “Pemuridan” adalah suatu dedikasi
dari seseorang atau lembaga terhadap orang lain dalam hal membina, mengajar,
membimbing ataupun menuntun.6
JohnStottmemberikan definisi dalam bukunya Radical Disciple bahwa, "Pemuridan
Kristen adalah proses tempat para murid bertumbuh dan berkembang dalam Tuhan Yesus
Kristus dan diperlengkapi oleh Roh Kudus, yang mendiami hati kita, dalam mengatasi
tekanan dan penderitaan di dalam kehidupan ini dan semakin menyerupai Kristus."7
Pemuridan menjadi salah satu cara yang dipakai Allah untuk mencetakgenerasi atau
para pemimpin yangberkualitas.8Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan murid adalah
orang yang menghabiskan seluruh hidup untuk belajar dari Tuhan kita. Murid merupakan
pembelajar yang bukanlah dari latar belakang akademik di ruang kelas, tetapi sebaliknya
seorang murid ialah yang berada secara langsung di tempat kerja sang ahli, yang bukan
hanya memperoleh informasi tentang Allah, tetapi juga keterampilan dalam iman.9

5
Lois A. Bensohur. “Pentingnya Pemuridan Bagi Generasi Kristen Indonesia”.
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/loisangelica/5de87636097f360f5
73acd63/pentingnya-pemuridan-bagi-generasi-remaja-kristen-di-indonesia. (Diakses pada
tanggal 20/02/2020)
6
Ronald W. Leigh. “MELAYANI DENGAN EFEKTIF : 34 Prinsip Pelayanan Bagi Pendeta dan Kaum Awam”
BPK GUNUNG MULIA : JAKARTA (2007) : 131
7
JohnStott. “Radical Disciple”Yogyakarta: Gloria Graffa. (2008) :12
8
T. Haryono dan Yuliati, Pemuridan Kontekstual : Contextual Bible Group. (Surakarta,Yayasan Gamaliel,
2018) : 60.
9
Eddie Gibbs. “Kepempinan Gereja Masa Mendatang”. BPK. GUNUNG MULIA. (2010) : 85
B. MISI GEREJA DI DUNIA (AMANAT AGUNG)
Gereja bukan hanya soal gedung, tetapi orang-orang yang di dalamnya menjadi
pokok. Gereja (Yun : Eklesia) merupakan persekutuan orang-orang percaya yang di
panggil ke luar menuju terang. Selain dari pada itu, Amanat Agung dalam injil Matius
28:18-20 secara tertulis dibentuk atas empat kata kerja perintah atau misi agar pergi
keseluruh bangsa di bumi. Kata kerja dan perintah tersebut antara lain:
1. Pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku
Pergi dan menjadikan semua bangsa murid (Yun: Matheteusateyang berarti
"terimalah mereka sebagai murid-murid") adalah amanat yang harus dijalankan oleh
para murid Kristus. Oleh karena itu, baik bangsa Israel, bangsa Yunani, maupun
bangsa-bangsa lain harus dimuridkan.10
2. Baptislah mereka
Baptisan menjadi tanda bahwa kita memilih Kristus. Melalui baptisan, kita telah
dipersekutukan dengan Kristus dalam kesengsaraan, kematian, kebangkitan, dan
kemuliaan-Nya. Setiap orang yang sudah diterima sebagai murid harus dibaptiskan
dalam nama Allah, Bapa, Anak, dan Roh Kudus.11
3. Ajarlah mereka
Ketika telah menjadi murid dan dibaptis, Yesus pun memberi tugas
selanjutnyaajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu.12
Sejalan dengan hal tersebut di atas, Donald McGavran, mengatakan bahwa Amanat
Agung adalah fungsi utama gereja selain dari pada ibadah. Menurutnya, Misi utama
Anak Manusia adalah untuk “ mencari dan menyematkan yang hilang (Luk 19:10),
dan buah dari misi itu menghasilkan gereja. Pertumbuhan gereja yang sehat jika
terdiri dari dua hal :Pertama, menghasilkan murid-murid Yesus Kristus danKedua,
memadukan mereka ke dalam gereja-gereja yang setia kepada ajaran alkitabiah
dimana gereja dapat bertumbuh ke dalam kedewasaan rohani dan menjadi bagian dari
pelayanan kepada dunia.13

10
Amidya. “AmanatAgung dan Tugas Pemuridan Kristen”. https://remaja.sabda.org/amanat-agung-dan-tugas-
pemuridan-kristen, Diakses Pada tanggal 20/02/2020
11
Amidya. “AmanatAgung dan Tugas Pemuridan Kristen”. https://remaja.sabda.org/amanat-agung-dan-tugas-
pemuridan-kristen, Diakses Pada tanggal 20/02/2020
12
Amidya. “AmanatAgung dan Tugas Pemuridan Kristen”. https://remaja.sabda.org/amanat-agung-dan-tugas-
pemuridan-kristen, Diakses Pada tanggal 20/02/2020
13
Amidya. “AmanatAgung dan Tugas Pemuridan Kristen”. https://remaja.sabda.org/amanat-agung-dan-tugas-
pemuridan-kristen, Diakses Pada tanggal 20/02/2020
C. KATEKISASI
Katekisasiatau Katekese berasaldari kata kerja bahasa YunaniKatekhein, yang berarti
memberitakan, memberitahukan, mengajar, dan memberi pengajaran atau membimbing
seseorang, supaya ia melakukan apa yang diajarkan kepadanya.Katekisasi adalah masa
sebelum seorang umat Kristiani menerima baptisan. Pada masa ini, seorang akan
dibimbing secara mendasar mengenai doktrin agama Kristen, dan melalui katekisasi,
gereja dapat mempersiapkan jemaat untuk memiliki pemahaman yang benar tentang
kebenaran Alkitab.14Di dalam ketekisasi ini, jemaat diperlengkapi dengan doktrin-doktrin
dasar di dalam kekristenan yang dipercayai dan diimani oleh gereja tersebut. Selain itu
katekisasi merupakan wadah untuk mencari generasi-generasi baru yang dapat diarahkan
dan dipersiapkan untuk melayani Tuhan di dalam pelayanan gerejawi.Katekisasi yang
berlangsung dalam gereja berarti, kegiatan pengajaran iman yang membimbing seseorang
atau beberapa agar ia melakukan kehendak Tuhan sesuai dengan apa yang diajarkan
kepadanya. Katekisasi tidak semata-mata melakukan transformasi pengetahuan isi
Alkitab, melainkan lebih menekankan pada upaya menyampaikan pemahaman makna
yang tertuang dalam Alkitab. Oleh karena itu, katekisasi yang dilakukan gereja adalah
kegiatan pengajaran yang penting sebagai dasar atas pertumbuhan iman.Katekisasi tidak
hanya semata-mata mempersiapkan orang muda untuk pembaptisan, tapi kepada semua
orang percaya, untuk mengajar mereka dasar-dasar iman Kristen juga merupakan
pembentukan iman dari peserta katekisasi sehingga melalui katekisasi warga gereja
dilengkapi untuk mengenal dan percaya kepada Allah dalam Yesus Kristus dan mampu
menghayati, menaati dan melaksanakan imannya dalam keluarga, gereja dan masyarakat
(Efesus 4: 12-13).15
D. PEMURIDAN KONTEKSTUAL SEBAGAI KATEKISASI PEMUDA GEREJA DI
JEMAAT BATITONG
Materi katekisasi hendaknya disusun secara memadai, sehingga mampu membekali
calon anggota jemaat dengan bekal yang diperlukan dalam satu periode katekisasi.
Adalah menjadi tugas para pakar untuk menyusunnya, sehingga kendati bertaraf standar,
tetap cukup melengkapi keperluan dalam menempuh kehidupan beriman Kristen.
Memang ketrampilan dan ketangkasan dalam menggunakan selengkap senjata Allah (Ef
6:10-20) amat bergantung kepada kerajinan anggota jemaat yang bersangkutan dalam
menambah bekal perjalanan kehidupan Kristennya.

14
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Katekisasidiakses pada tanggal 20/02/2020
15
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Katekisasi diakses pada tanggal 20/02/2020
Pada umumnya,gereja-gereja melaksanakan metode katekisasi secara monologis,
yaitu pengajar menyampaikan bahan kepada murid katekisasi. Sebenarnya ada juga cara
lain misalnya dengan cara dialogis, agar dapat mengetahui apa yang sebenarnya
dikandung dalam hati para calon anggota dalam menghayati pelbagai hal berkaitan
dengan masalah kehidupan ini, kendati semua pelaksanaan katekisasi itu tetap menjadi
tanggung jawab gereja.
E. METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara atau langkah yang dipakai untuk
mengunpulkan informasi atau data dalam penelitian. Berbagai macam metode penelitian,
tetapi dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu metode yang
digunakan untuk menjelaskan data-data yang ditemukan dari sebuah objek penelitian.
Penelitian kualitatif bertujuan menemukan atau menyusun “teori-teori” baru dari data-
data penelitian yang digunakan.
F. RANCANGAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini rencananya akan dilaksanakan dengan cara peserta katekisasi
dibagi kedalam beberapa kelompok, pembagian kelompok tersebut dilakukan secara
fleksibel dengan memperhatikan jumlah, tingkat kebutuhan dan masalah keimanan
peserta. Terkait dengan pembagian kategori peserta tersebut,observer dibantu majelis
jemaat melakukan pengamatan yang dilakukan secara langsung kepada para calon peserta
dengan melakukan beberapa pendekatan untuk melihat, mendengar, memahami,
merasakan apa yang sedang terjadi dan dialami oleh peserta sekaligus mengukur sejauh
mana penghayatan iman calon peserta katekisasi, terutama bagi peserta katekisasi khusus
yang baru saja melakukan kesaksian iman dan di baptis yang harus dipastikan mendapat
bimbingan khusus dari pendeta.16
G. HASIL DAN PEMBAHASANPENELITIAN
Hasil penelitian berupa deskriptif dari data penelitian terhadap pemuridan
kontekstual sebagai katekisasi bagi pemuda gereja Jemaat Batitong lalu menghasilkan
bebeapa analisi dan pertimbangan sebagai beriku:
a. Keberlangsungan Program Katekisasi
Dalam keberlangsungan program katekisasi di Gereja Batitong ini membutuhkan
keterlibatan dari beberapa pihak yaitu:

16
Johanes Lewar dan John Wolor, Pastoral Katekese Kategorial, Panduan Cerdas Pendalaman Iman Kristen
(Atambua: Prestasi Pustaka Kasih. 2008):12.
1. Pembina Katekisasi. Tugas pembina diantaranya adalah: a. Menyusun rencana
katekisasi tahunan (yang ditugaskan oleh majelis jemaat kepadanya), menentukan
tujuan yang akan dicapai, bahan pengajaran, sumber katekisasi, metode atau cara
yang dipakai, jadwal pertemuan, kontrak berupa peraturan dan kewajiban dalam
melaksanakan katekisasi; b. Mengadakan evaluasi untuk memastikan apakah
program katekisasi berjalan sesuai dengan rencana dengan para anggota katekisan,
orang tua anggota dan majelis gereja; c. Mengadakan percakapan secara personal
dengan para anggota secarabergilir baik, dilakukan melalui kunjungan ke tempat
tinggal anggota ataupun di dalam gereja sesuai kesepakatan.17
2. Orang Tua. Pada saat pembaptisan anak yang pertama orang tua menyatakan janji
bahwa mereka akan mendidik anak-anak mereka dalam beriman kepada Tuhan
Yesus Kristus dan membina mereka dalam ibadah dan pengajaran gereja sejak
dini hingga pada saat anak berumur dua belas mengikuti katekisasi. Dalam
katekisasi peranan orang tua adalah mengadakan evaluasi secara rutin baik dengan
pembina untuk menanyakan perkembangan anak-anaknya selama proses
katekisasi mapun dengan anak mereka masing-masing untuk mengetahui sejauh
mana anak tersebut mengikuti katekisasi dengan baik dan berdampak untuk
pertumbuhan iman anak.18
3. Peserta Katekisasi. Peserta katekisasi datang dari berbagai macam perbedaan
umur, motivasi, karakter dan latar belakang pendidikan, oleh karena itu tidak
mudah bagi pembina untuk menghdapi perbedaan tersebut, satu-satunya cara
ampuh adalah dari pendekatan emosional yang diberikan dari para pembina.
Tugas peserta dalam program katekisasi tidak banyak, hanya saja mereka harus
rutin menghadiri kelas katekisasi dari peraturan yang ada.19
4. Majelis Jemaat. Katekisasi adalah program yang menjadi tanggung jawab majelis
jemaat, majelis jemaat dalam hal ini berperan: a. Mengumpulkan suara untuk
menentukan pembina katekisasi; b. Membuat sebuah warta setiap bulannya
sebagai laporan yang akan diumumkan oleh para orang tua dan jemaat gereja
lainnya; c. Mengawasi proses pelaksanaan katekisasi, mengadakan evaluasi
dengan para orang tua dan pembina; d. Menentukan jadwal pertemuan, rapat

17
Johanes Lewar dan John Wolor, Pastoral Katekese Kategorial: Panduan Cerdas Pendalaman Iman
Kristen(Atambua: Prestasi Pustaka Kasih. 2008) :21-23
18
Ibid_hal. 24-26
19
Ibid_hal. 27-28
kelulusan peserta sesudah itu mengumumkan kapan pelaksanaan peneguhan sidi
kepada jemaat gereja secara keseluruhan.
b. Sistematika Katekisasi Pra Katekisasi
Pada dasarnya tidak ada perbedaan secara signifikan antara metode pelayanan
katekisasi kategori khusus dengan kategori katekisasi remaja dan dewasa di Jemaat
Batitong, materi dan kelas akan diberikan secara bersamaan hanya saja perbedaannya
peserta katekisasi khusus yang baru saja melakukan kesaksiannya tersebut mendapat
bimbingan intensif dari majelis gereja, tergantung sejauh mana penghayatan iman
peserta katekisasi khusus tersebut. Oleh sebab itu pembimbing katekisasi melakukan
tahap-tahap sebagai berikut agar metode pelayanan berjalan dengan kondusif dan
disiplin.
1. Tahap Observasi; Observasi dilakukan oleh pembimbing katekisasi yaitu
melakukan pendekatan psikologis dengan calon peserta secara personal dengan
tujuan menganalisis untuk mengetahui corak pemikiran dan penghayatan keimanan
peserta juga permasalahan yang sedang dialami dalam kehidupan peserta, setelah
itu pembimbing katekisasi dapat menyimpulkan perumusan masalah lalu
mengkategorikanpeserta katkisasi berdasarkan latar belakang usia dan penghayatan
keimanan peserta tersebut.
2. Penyusunan Metode Katekisasi; Setelah melakukan tahap analisis secara personal
lalu menyimpulkan permasalahan peserta pihak majelis gereja menyusun metode
katekisasi, tahap ini adalah penentuan silabus tema dan sub tema yang sesuai
dengan inti permasalahan dan kebutuhan peserta.20
3. Merumuskan Tujuan Katekisasi; Terdapat dua macam tujuan yang bisa ditetapkan
sebagai persiapan dalam mencapai sasaran kegiaan katekisasi yaitu:tujuan
Instruksional Umum dan Tujuan Instruksional Khusus. a. Tujuan Instruksional
Umum; Merupakan tujuan sasaran yang ditargetkan secara umum, rumusan dalam
tujuan ini adalah membantu atau menolong agar peserta dapat mengenal,
memahami, menghayati dan mengamalkan sabda Tuhan kedalam hidupnya. b.
Tujuan Instruksional Khusus; Sedangkan tujuan ini merupakan rincian yang lebih
spesifik dari tujuan instruksional umum yang mana tujuan ini adalah
menganalisiskepribadian peserta agar dipahami baik intelektualitas, emosional,
harapan, permasalahan yang dihadapi, penyesalan apa saja yang ada dalam

20
Zakharias Ursinus dan Caspar Olevianus, Pengajaran Agama Kristen: Katekismus Heidelberg (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2008) :13
hidupnya, terutama untuk peserta katekisasi khusus konversi agama yang
seringkali ditemukan mempunyai permasalahan psikologis dalam dirinya terutama
untuk peserta katekisasi khusus konversi agama yang seringkali ditemukan
mempunyai permasalahan psikologis dalam dirinya.21
4. Menentukan Sumber Materi Katekisasi; Dalam menentukan materi yang sesuai
untuk katekisasi diambil dari beberapa sumber-sumber yang relevan dalam
pengkajian iman sebagai berikut: a. Alkitab adalah sumber utama katekisasi yaitu
dengan memilih teks yang sesuai dengan tema atau kebutuhan peserta; b. Buku
panduan katekismus; c. Dokumen-dokumen penting gereja, seperti ajaran iman,
ajaran moral dan liturgi gereja; d. Pengalaman dan kesaksian iman anggota gereja
yang dapat diambil untuk dijadikan pelajaran untuk peserta; e. Kejadian dan
peristiwa-peristiwa alam semesta, relasi manusia dengan alam lingkungannya; f.
Direktirium gereja universal dan direktirium gereja lokal yang berisi tentang
prinsip-prinsip ajaran teologi, pastoral dan katekis; g. Buku pegangan guru dan
murid atau buku pegangan umat yang diterbitkan oleh keuskupan tertentu.22
5. Metode Katekisasi Perlu diketahui bahwa tidak semua peserta mempunyai cara
belajar yang sama, maka setidaknya pembimbing katekisasi menawarkan metode
yang bervariasi agar proses katekisasi tidak terasa monoton dan membosankan
seperti berikut ini: a. Metode tanya jawab dan diskusi mengenai penjelasan
mendalam tentang ajaran-ajaran Kristen; 22 b. Metode naratif yaitu menceritakan
pengalaman yang dibuat narasi lalu digambarkan melalui ilustrasi dan dijadikan
drama (role playing), sumber cerita dapat diambil dari teks Alkitab, lagu, film, atau
pengalaman seseorang; c. Metode ceramah yang dilakukan pendeta memberitakan
tentang sabda Tuhan dan ajaran kekristenan; d. Outing Class dengan melakukan
studi banding yaitu kunjungan kegereja sekutu ataupun gereja aliran lain juga lintas
agama dan mengadakan diskusi didalamnya.
1. Penentuan Tempat dan Waktu Setelah membuat susunan rangkaian acara dan
materi katekisasi hendaknya pembimbing membuat jadwal katekisasi yang juga
disesuaikan dengan masing-masing peserta lalu program inti katekisasi dapat
dilaksanakan. Demikian susunan acara kelas katekisasi: a. Pembukaan acara
Kelas katekisasi dibuka oleh pembina katekisasi, didalam rangkaian pembuka

Johanes Lewar dan John Wolor, Pastoral Katekese Kategorial: Panduan Cerdas Pendalaman
21

Iman Kristen(Atambua: Prestasi Pustaka Kasih. 2008) :13


22
E. G. Homrighausen, I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007) :105
acara ini pembina katekisasi memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai
silabus atau tema yang akan diberikan dihari tersebut.23b. Doa Pembuka Pembina
membimbing para peserta menyanyikan beberapa lagu pujaan diselingi doa
sebagai permohonan agar pelaksanaan acara diberkati Tuhan; c. Presentasi Materi
Memasuki inti acara yaitu pembina memberikan presentasi tentang ajaran agama
Kristen, sejarah agama Kristen dan pendalaman dokumenyaitu menceritakan
pengalaman kisah nyata yang terdapat nilai-nilai iman Kristiani didalamnya; d.
Pendalaman Teks Kitab Suci Dalam rangkaian ini peserta diperintah untuk
membaca teks/ayat yang sudah ditentukan oleh pembina, setelah membaca
masing-masing peserta diberi waktu untuk membacanya berulang-ulang agar
dapat menghayati dan mendalami arti dari teks kitab suci tersebut.e. Review
Materi Yaitu mengulang kembali materi untuk memastikan apakah materi yang
diberikan di pertemuan tersebut benar-benar diterima peserta dan diamalkan
dengan baik; f. Doa Penutup Pelaksanaan katekisasi berlangsung selama 3 bulan,
setelah program katekisasi berjalan pembina mengadakan evaluasi agar dapat
menyimpulkan apakah pelaksanaan katekisasi ini sesuai dengan yang ditargetkan
pembina, melalui pengamatan dan penilaian kepada masing-masing
peserta.Proses evaluasi yang dilakukan adalah mengujikan materi katekisasi baik
secara lisan, tulisan dan praktek.24

23
Johanes Lewar dan John Wolor, Pastoral Katekese Kategorial: Panduan Cerdas Pendalaman Iman Kristen
(Atambua: Prestasi Pustaka Kasih. 2008):17
24
Marinus Telambanua, Ilmu Kateketik: Hakekat, Metode dan Peserta Katekese Gerejawi
(Jakarta : Obor, 1999), : 15.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tanggung jawab gereja adalah meuridkan hal ini sejalan dengan amant agung dari
Yesus Kristus. "Pemuridan Kristen adalah proses tempat para murid bertumbuh dan
berkembang dalam Tuhan Yesus Kristus dan diperlengkapi oleh Roh Kudus, yang
mendiami hati kita, dalam mengatasi tekanan dan penderitaan di dalam kehidupan ini dan
semakin menyerupai Kristus.
Katekisasi merupakan sebuah proses pembimbingan dan pengajaran kepada peserta
katekisasi untuk mempersiapkan mereka menjadi anggota gereja yang memahami dan
melaksanakan tugas panggilannya dalam kehidupan secara utuh, mengarahkan setiap
muridnya agar giat dan rajin mempraktekkan kehidupan agamanya, rajin beribadah,
berdoa serta mempunyai kesadaran mengabdikan dirinya untuk segala liturgis gereja,
Konsep yang cukup umum diterima oleh para katekisan menunjukkan bahwa
katekisasi mencakup proses pengajaran, pendalaman dan pendidikan yang mengarah pada
pembentukan manusia dewasa dalam beriman, oleh karena itu melakukan pengajaran
menurut pedoman katekhein bukan hanya menyangkut kepentingan intelektualistas tetapi
juga menekankan kepada arti praktis, yaitu mengajar atau membimbing seseorang agar ia
mengamalkan apa yang didapat dalam kehidupan seharinya, disinilah fungsi dari berbagai
metode katekisasi mulai berperan yang mana terdiri dari berbagi pengalaman, pendekatan
psikologis, serta penghayatan dan penerapan kitab suci yang membentuk pendalaman
iman seseorang agar mempunyai tujuan hidup yang suci.
B. SARAN
Dalam makalah ini, terdapat banyak kekeliruan, karena itu penulis dengan rendah hati
membuka diri untuk menrima kritik dan sarannya dari setiap pembaca, sehingga dalam
penulisan berikutnya dapat menjadi lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
E. G. Homrighausen, I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta : BPK Gunung
Mulia, 2007) :105
Lewar. Johanes , dan John Wolor, Pastoral Katekese Kategorial: Panduan Cerdas Pendalaman
Iman Kristen (Atambua: Prestasi Pustaka Kasih. 2008):17/1999), : 15.
Leigh. Ronald W. “MELAYANI DENGAN EFEKTIF : 34 Prinsip Pelayanan Bagi Pendeta
dan Kaum Awam” BPK GUNUNG MULIA : JAKARTA (2007) : 131
Lewar, Johanes dan John Wolor, Pastoral Katekese Kategorial: Panduan Cerdas Pendalaman
Iman Kristen (Atambua: Prestasi Pustaka Kasih. 2008) :21-23
Ursinus, Zakharias dan Caspar Olevianus, Pengajaran Agama Kristen: Katekismus
Heidelberg (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008) :13
Stott. John “Radical Disciple” Yogyakarta: Gloria Graffa. (2008) :12
Maryono T, dan Yuliati, Pemuridan Kontekstual : Contextual Bible
Group.(Surakarta,Yayasan Gamaliel, 2018) : 60.
Gibbs.Eddie “Kepempinan Gereja Masa Mendatang”. BPK. GUNUNG MULIA. (2010) : 85
Haryono, T, and Daniel Fajar Panuntun. “Andil Pemuridan Kontekstual Yesus Kepada Petrus
Yakobus Dan Yohanes Terhadap Keterbukaan Konseling Mahasiswa Pada Masa Kini.”
Gamaliel : Teologi dan praktika 1, no. 1 (2019): 12–25.
Panuntun, Daniel Fajar, and Eunike Paramita. “HUBUNGAN PEMBELAJARAN ALKITAB
TERHADAP NILAI-NILAI ( KELOMPOK TUMBUH BERSAMA KONTEKSTUAL
).” Gamaliel : Teologi dan praktika 1, no. 2 (2019): 104–115.
Yuliati, and Kezia Yemima. “MODEL PEMURIDAN KONSELING BAGI ALUMNUS
PERGURUAN TINGGI LULUSAN BARU (FRESH GRADUATE) YANG
MENGINGKARI PANGGILAN PELAYANAN” 1, no. 1 (2019): 26–40.

Amidya. “AmanatAgung dan Tugas Pemuridan Kristen”. https://remaja.sabda.org/amanat-


agung-dan-tugas-pemuridan-kristen, Diakses Pada tanggal 20/02/2020
Lois A. Bensohur. “Pentingnya Pemuridan Bagi Generasi Kristen Indonesia”.
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/loisangelica/5de87636097f3
60f573acd63/pentingnya-pemuridan-bagi-generasi-remaja-kristen-di-indonesia.
(Diakses pada tanggal 20/02/2020)
https://www.suara.com/tekno/2019/06/19/133252/pengguna-istagram-dan-facebook-
indonesia-terbesar-ke-4-di-dunia(Diakses pada tanggal 20/02/2020)

Anda mungkin juga menyukai