Anda di halaman 1dari 49

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI

NILAI-NILAI DASAR PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

OPTIMALISASI PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS TAMBAHAN PADA


PASIEN UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KEJENUHAN
DI RUANG WISANGGENI RSJD SURAKARTA
PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun oleh:
Nama : Nauqi Nisa Luthfi, A.Md. Kep
NIP : 199512022019022006
Golongan/Angkatan: II/VII
No.presensi : 16
Jabatan : Perawat Terampil
Unit Kerja :RSJD Surakarta Provinsi Jawa Tengah
Coach :
Mentor : Nuning Purwanti, S.Kep.MM

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH


PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ii


DAFTAR TABEL ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Indentifikasi Isu ............................................................................................. 3
C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
D. Tujuan ........................................................................................................... 7
E. Manfaat ......................................................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................................... 9
A. Sikap Perilaku Bela Negara .......................................................................... 9
B. Nilai-Nilai Dasar Profesi PNS ...................................................................... 16
BAB III TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA ........................................... 29
A. Profil Organisasi .......................................................................................... 29
B. Tugas Dan Jabatan Peserta Diklat.............................................................. 34
C. Role Mode ................................................................................................... 35
BAB IV RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI ................................................... 37
A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan dengan Nilai
ANEKA .................................................................................................................. 37
B. Gagasan Pemecahan Isu: ........................................................................... 38
C. Jadwal Rancangan Aktualisasi 30 Hari ....................................................... 44
BAB V PENUTUP..................................................................................................... 45
A. Kesimpulan ................................................................................................. 45
B. Saran .......................................................................................................... 45

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Identifikasi Isu di Ruang Wisanggeni RSJD Surakarta Provinsi Jawa
Tengah ....................................................................................................................... 4
Tabel 1.2 Identifikasi isu dengan metode APKL ......................................................... 5
Tabel 1.3 Identifikasi TapisanIsu dengan Metode USG ............................................. 7
Tabel 2. 1. Data Kepegawaian menurut kelompok fungsional Pendidikan ............... 32
Tabel 2.2 Kapasitas Tempat Tidur ........................................................................... 33
Table 4.1 Rancangan Aktualisasi ............................................................................. 39
Tabel 4.2 Jadwal Rancangan Aktualisasi 30 hari ..................................................... 44

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) mempunyai 3 tugas, yaitu: melaksanakan
kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, memberikan pelayanan
publik yang profesional dan berkualitas, serta mempererat persatuan dan
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tidak terkecuali bagi
seorang PNS yang berkerja di sebuah instansi rumah sakit (RS) milik
pemerintah, harus menjalankan tiga tugas sebagai seorang PNS tersebut
serta menjalankan tugas pelayanan kesehatan publik di rumah sakit.
Aparatur Sipil Negara (ASN) terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu
bangsa. Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam
rangka menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban
modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam
menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata,
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Kesemuanya itu dalam
rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
PNS (Pegawai Negeri Sipil) memiliki peranan yang menentukan dalam
mengelola sumber daya di Indonesia. Sejumlah keputusan-keputusan
strategis mulai dari formulasi kebijakan sampai pada penetapannya dalam
berbagai sektor pembangunan ditetapkan oleh PNS. Untuk dapat
menjalankan peranannya pada jalur yang benar dan profesional, maka setiap
PNS harus senantiasa menanamkan nilai-nilai dasar dalam segala tugasnya.
Adapun nilai-nilai dasar tersebut antara lain Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi.

1
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai negeri Sipil (PNS), ditetapkan
bahwa salah satu jenis Diklat yang strategis untuk mewujudkan PNS yang
professional adalah melalui Diklat Prajabatan/Pelatihan Dasar. Hal ini
diperlukan dalam rangka menanamkan nilai-nilai dasar profesi PNS.
Kompetensi inilah yang berperan dalam membentuk karakter PNS yang
professional di masyarakat.
Salah satu sektor pelayanan publik yang harus dibangun dengan baik
oleh PNS adalah membangun kesejahteraan sosial melalui pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan tersebut utamanya dilaksanakan oleh
perawat pelaksana.
ASN di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (RSJD Surakarta) Provinsi
Jawa Tengah, merupakan sebuah institusi milik Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah yang memberikan pelayanan kesehatan jiwa yang professional dan
terjangkau. Sebagai sebuah organisasi milik pemerintahan, RSJD Surakarta
Provinsi Jawa Tengah tentu tidak lepas dari masalah baik masalah medis
maupun non-medis yang dapat menghambat fungsi rumah sakit itu sendiri.
Dalam pelaksanaan tugas perawat pelaksana di RSJD Surakarta
Provinsi Jawa Tengah pada prinsipnya sudah mengikuti ketentuan yang
berlaku. Namun masih terdapat beberapa kekurangan yang masih perlu
ditingkatkan terutama dalam pelayanan dan kepatuhan SOP. Untuk itu
rancangan aktualisasi ini disusun guna meningkatkan pelayanan kesehatan
jiwa pada pasien. Pemberian aktivitas tambahan adalah usaha atau kegiatan
untuk membantu individu dalam meningkatkan kemampuan, potensi dan
harapannya mampu menurunkan tingkat kejenuhan pasien.
Dalam hal ini, penulis akan mengambil beberapa isu atau masalah
yang berada di unit kerja penulis yaitu di Ruang Wisanggeni RSJD Surakarta.
Ruang Wisanggeni merupakan ruang rawat inap di RSJD Surakarta yang
memberikan pelayanan kepada pasien dengan diagnosa fisik dan jiwa (dual
diagnosis). Ruang Wisanggeni terdapat 17 tempat tidur diantaranya: 5 TT
kelas I, 4 TT kelas II dan 8 TT kelas III. Dalam pelaksanaanya seiring
berjalannya waktu, terdapat beberapa isu atau permasalahan pelayanan di
Ruang Wisanggeni yaitu belum optimalnya penggunaan sampah infeksius
dan non-infeksius, belum optimalnya pemberian gelang dan stiker resiko jatuh
2
bagi pasien dengan resiko jatuh sedang atau tinggi, belum optimalnya
pengetahuan perawat dalam penggunaanElektronik Rekam Medik (ERM)
untuk dokumentasi pasien, belum optimalnya pemberian terapi aktivitas
tambahan untuk menurunkan tingkat kejenuhan, dan rendahnya tingkat
keamanan bangsal berkaitan dengan sarana dan prasarana.

B. Indentifikasi Isu
Rencana kegiatan aktualisasi yang akan dilaksanakan di RSJD
Surakarta Provinsi Jawa Tengah sesuai dengan nilai-nilai dasar Aparatur Sipil
Negara (ASN) yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA) dan sesuai dengan peran dan kedudukan
ASN dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Rancangan kegiatan
aktualisasi dan habituasi dibuat berdasarakan identifikasi isu dengan
mempertimbangkan keaktualan, problematik, kekhalayakan dan kelayakan
isu tersebut (metode APKL). Aktual artinya benar-benar terjadi dan sedang
hangat dibicarakan dalam masyarakat.Problematik artinya Isu yang memiliki
dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya.
Kekhalayakan artinya Isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak, dan
kelayakan artinya Isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.Kemudian prioritas isu
ditentukan dengan analisis USG dengan menetapkan rentang penilaian (1-5).
Urgency artinya seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan
ditindaklanjuti. Seriousness artinyaseberapa serius suatu isu harus dibahas
dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan. Growth artinyaseberapa
besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera.
Prioritas isu yang telah ditentukan kemudian diidentifikasi berdasarkan
sumber isu, aktor yang terlibat, peran masing-masing aktor yang terlibat dan
keterkaitan dengan mata pelatihan yang relevan, dan kegiatan-kegiatan yang
digagas untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di Ruang Wisanggeni
RSJD Surakarta Provinsi Jawa Tengah.
Beberapa isu di RSJD Surakarta Provinsi Jawa Tengah yang terkait
dengan pemberian pelayanan telah diamati selama melakukan tugas di ruang
Wisanggeni. Isu-isu yang diidentifikasi bisa bersumber baik dari aspek
3
pelayanan publik, Whole of Government (WoG), maupun aspek manajemen
ASN. Hasil identifikasi isu yang ada di RSJD Surakarta dituangkan dalam
tabel 1.1 di bawah.
Tabel 1.1 Hasil Identifikasi Isu di Ruang Wisanggeni RSJD Surakarta Provinsi
Jawa Tengah

Kondisi yang
No Identifikasi Isu Sumber Isu Kondisi Saat Ini
Diharapkan

1. Belum optimalnya Manajemen ASN - Kurang optimalnya Penerapan form


pemberian gelang kepatuhan penilaian assesmen dan
dan stiker resiko resiko jatuh pada pemberian gelang
jatuh pada pasien pasien baru resiko jatuh dapat
dengan resiko - Belum adanya dilakukan secara
jatuh sedang dan sosialisasi ulang optimal dan real
tinggi tentang resiko jatuh
pasien
- Kurangnya motivasi
perawat
- Kurangnya evaluasi
kegiatan edukasi
2. Belum optimalnya Pelayanan Publik - Kurangnya keragaman Dalam kegiatan ini
pemberian terapi kegiatan untuk pasien diharapkan mampu
aktivitas tambahan di ruang fisik jiwa meningkatkan daya
pada pasienuntuk - Pasien yang mengeluh motorik dan potensi
mengurangi bosan kepada petugas pasien serta, tingkat
tingkat kejenuhan - Banyaknya pasien kejenuhan pasien
di ruang fisik jiwa dengan resiko lari tinggi menurun dibuktikan
dengan pasien
merasa lebih tenang
dan kooperatif

3. Belum optimalnya Manajemen - Perawat belum Perawat dapat


pengetahuan ASN;WoG sepenuhnya mampu optimal dalam
perawat dalam mengoperasikan ERM pengoperasian ERM
penggunaan ERM dengan benar dan
untuk efektif untuk
dokumentasi pendokumentasian
status kesehatan
pasien

4. Belum optimalnya WoG - Terdapat beberapa Perawat dapat


pemilahan sampah non infeksius memilah sampah
sampah infeksius yang terisi kategori infeksius dan non
dan non infeksius sampah infeksius, infeksius secara
misal: masker, bekas tepat
alcohol swab
5. Rendahnya tingkat Pelayanan publik; - Masih terdapat lahan Bangunan bekas
keamanan WoG bekas kolam di tengah kolam dapat
bangsal berkaitan bangsal yang dibongkar dan lahan
dengan sarana berpotensi untuk akses dapat dimanfaatkan
dan prasarana pasien perilaku untuk membuat

4
kekerasan dan bunuh taman atau tanah
diri. lapang yang
nantinya akan
bermanfaat untuk
tempat kegiatan
pemulihan pasien.

Isu-isu tersebut di atas kemudian dilakukan identifikasi analisis lebih dalam


menggunakan metode APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, an Kelayakan).
Metode ini memiliki 4 kriteria penilaian yaitu Aktual, Problematik, Kekhalayakan,
dan Kelayakan.

1. AKTUAL artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan di


kalangan masyarakat.
2. PROBLEMATIK artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks,
sehingga perlu dicarikan solusinya.
3. KHALAYAK artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak
4. LAYAK artinya isu yang masuk akal, logis, realistis, serta relevan untuk
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Hasil analisis isu-isu dengan metode APKL ditampilakn dalam tabel 1.2 di
bawah.

Tabel 1.2 Identifikasi isu dengan metode APKL

Analisis APKL
No Sumber Isu
A P K L Ket
1 Manajemen Belum optimalnya pemberian + + + + MS
ASN gelang dan stiker resiko jatuh
pada pasien dengan resiko jatuh
sedang dan tinggi
2 Pelayanan Belum optimalnya pemberian + + + + MS
Publik aktivitas tambahan untuk
menurunkan tingkat kejenuhan
pasien di ruang fisik jiwa
3 Manajemen Belum optimalnya pengetahuan + + - + TMS
ASN; perawat dalam penggunaan ERM
Pelayanan untuk dokumentasi
public
4 WoG Belum optimalnya pemilahan + + - + TMS
sampah infeksius dan non
infeksius
5 Pelayanan Rendahnya tingkat kemananan + + + + MS
Publik, WoG bangsal berkaitan dengan sarana
dan prasarana

5
Keterangan:
A = Aktual;
P = Problematik;
K = Khalayak;
L = Layak;
MS = Memenuhi syarat;
TMS = Tidak memenuhi syarat
(+) = ya
(-) = tidak

Belum optimalnya pemberian gelang dan stiker pasien jatuh dalam analisis
APKL ditetapkan sebagai sebuah isu.Selain itu, belum optimalnya pemberian
terapi aktivitas tambahan dan rendahnya tingkat kemananan dalam sarana
prasarana juga menjadi isu yang memenuhi syarat untuk dilakukan tindaklanjut.
Seperti isu belum optimalnya pemberian aktivitas tambahan pada pasien ini jika
tidak dilakukan dengan baik kemungkinan akan berdampak pada kejenuhan
pasien psikiatri yang dirawat di Ruang Wisanggeni, karena di Ruang Wisanggeni
tidak ada kegiatan rehabilitasi untuk pasien seperti halnya yang dilakukan di
bangsal lain di RSJD Surakarta. Sesuai dengan analisis APKL isu tersebut aktual
karena sedang benar-benar terjadi. Isu ini juga memiliki dimensi masalah yang
komplek, mencakup dan juga layak logis untuk dicari penyelesaiannya.

Hasil analisis tersebut di atas kemudian dilakukan penapisan prioritas isu


dengan metode Urgency, Seriousness, dan Growth (USG). Analisis USG
mempertimbangkan tingkat kepentingan, keseriusan, serta perkembangan.
Masing-masing isu diberikan skor 1-5 sesuai dengan skala likert. Dimana skor 1
berarti isu tersebut TIDAK urgent, serius, dan berkembang, skor 2 berarti
KURANG, skor 3 berarti cukup, skor 4 berarti isu tersebut urgent, serius dan
berkembang, serta skor 5 berarti SANGAT USG.

1. URGENCY (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau


tidak masalah tersebut diselesaikan.
2. SERIOUSNESS (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah tersebut
terhadap produktivitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan sistem atau tidak, dan sebagainya.
6
3. GROWTH (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit dicegah.
Tabel 1.3 Identifikasi TapisanIsu dengan Metode USG

KRITERIA USG
No SUMBER ISU
U S G Tot Peringkat
Manajemen Belum optimalnya pemberian
ASN gelang dan stiker resiko jatuh
1 2 4 4 10 3
pada pasien dengan resiko
jatuh sedang dan tinggi
Pelayanan Belum optimalnya pemberian
Publik terapi aktivitas tambahan untuk
2 5 5 5 15 1
menurunkan kejenuhan pasien
di ruang fisik jiwa
Pelayanan Rendahnya tingkat keamanan
3 Publik ; WoG bangsal berkaitan dengan 3 4 5 12 2
sarana prasarana
Keterangan: U = Urgency; S = Seriousness; G = Growth; Tot = Total

Dari tabel 1.3 di atas ditemukan bahwa isu rendahnya peran perawat dalam
pemberian terapi aktivitas tambahan untuk menurunkan tingkat kejenuhan pasien
mempunyai skor urgency, seriousness, dan growth yang tinggi. Isu ini mempunyai
kebutuhan yang urgency untuk segera diselesaikan karena akan berpengaruh
pada kepuasan pelayanan pasien, dan seriousness jika tidak di selesaikan akan
berdampak lebih panjang pada pelayanan.

C. Rumusan Masalah
Dari hasil analisis isu di atas ditetapkan isu yang dipilih dan akan
ditindaklanjuti dengan gagasan rencana kegiatan adalah isu tentang belum
optimalnya pemberian terapi aktivitas tambahan untuk menurunkan
tingkat kejenuhan pasien di ruang fisik jiwa.

D. Tujuan
1. Umum
Tujuan umum yang akan dicapai berdasarkan isu dan rumusan
masalah tersebut yaitu untuk meningkatkan pelayanan di lingkup RSJD
Surakarta sesuai dengan nilai-nilai dalam organisasi.

7
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan identifikasi isu dan rumusan masalah yang telah
ditemukan, tujuan yang akan dicapai dengan pelaksanaan aktualisasi
dan habituasi ini adalah untuk menurunkan tingkat kejenuhan pasien
psikiatri di Ruang Wisanggeni RSJD Surakarta.

E. Manfaat
Manfaat kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi masyarakat
Mendapat pelayanan secara professional, terarah dan terintegrasi
sesuai dengan tupoksi tugas PNS.
2. Bagi instansi RSJD Surakarta
Terwujudkannya perawat pelaksana yang professional, yang dapat
memberikan pelayanan maksimal pada pasien serta masyarakat
sesuai nilai-nilai dasar PNS melalui judul “Pemberian Terapi Aktivitas
Tambahan pada Pasien Psikiatri untuk Menurunkan Tingkat Kejenuhan
di Ruang Wisanggeni RSJD Surakarta”.
3. Bagi pemerintah
Terbentuk PNS yang berintegritas dan mengabdi pada Negara serta
senantiasa menjalankan tugas dengan memegang teguh nilai-nilai
dasar yang dimiliki.
4. Bagi pelaksana
Menginternalisasikan dan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS
dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di masyarakat, bangsa dan
negara.

8
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sikap Perilaku Bela Negara


1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara
Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk mempertahankan
negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup
bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara
juga dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam diri
masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar juga
merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan
penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela berkorban dalam
pengabdian kepada negara dan bangsa. Keikutsertaan kita dalam bela negara
merupakan bentuk cinta terhadap tanah air kita.
Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya dalam
kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:
a. Cinta Tanah Air.
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai.
Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan
pada kecintaan kita kepada tanah air kita. Kita dapat mewujudkan itu
semua dengan cara kita mengetahui sejarah negara kita sendiri,
melestarikan budaya-budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan
pastinya menjaga nama baik negara kita.
b. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang harus
sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan cita-cita
dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat mewujudkannya dengan cara
mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok dan
menjadi anak bangsa yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun
internasional.

9
c. Pancasila.
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh luar
biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja tapi juga
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa Pancasila
adalah alat pemersatu keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki
beragam budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah
yang dapat mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.
d. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara.
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban untuk
bangsa dan negara. Contoh nyatanya seperti sekarang ini yaitu
perhelatan seagames. Para atlet bekerja keras untuk bisa mengharumkan
nama negaranya walaupun mereka harus merelakan untuk
mengorbankan waktunya untuk bekerja sebagaimana kita ketahui bahwa
para atlet bukan hanya menjadi seorang atlet saja, mereka juga memiliki
pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela berlama-lama
menghabiskan waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket demi
mendukung langsung para atlet yang berlaga demi mengharumkan nama
bangsa.
e. Memiliki Kemampuan Bela Negara.
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan tetap
menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi
masing-masing.

2. Analisis Isu Kontemporer


Kontemporer yang dimaksud disini adalah sesuatu hal yang modern, yang
eksis dan terjadi dan masih berlangsung sampai sekarang, atau segala hal
yang berkaitan dengan saat ini.
Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis adalah
manusia merupakan suatu bentuk modal yang tercermin dalam bentuk
pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja.
Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok, 2002), yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
a. Modal Intelektual

10
Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan
peluang dan mengelola perubahan organisasi melalui pengembangan
SDM nya. Hal ini didasari bahwa pada dasarnya manusia memiliki sifat
dasar curiosity, proaktif dan inovatif yang dapat dikembangkan untuk
mengelola setiap perubahan lingkungan strategis yang cepat berubah.
Penerapannya dalam dunia birokrasi/pemerintahan adalah, hanya
pegawai yang memiliki pengetahuan yang luas dan terus menambah
pengetahuannya yang dapat beradaptasi dengan kondisi perubahan
lingkungan strategis.
b. Modal Emosional
Kemampuan lainnya dalam menyikapi perubahan ditentukan oleh
kecerdasan emosional. Setiap PNS pasti bekerja dengan orang lain dan
untuk orang lain. Kemampuan mengelola emosi dengan baik akan
menentukan kesuksesan PNS dalam melaksanakan tugas, kemampuan
dalam mengelola emosi tersebut disebut juga sebagai kecerdasan emosi.
Bradberry & Greaves (2006) membagi kecerdasan emosi ke dalam empat
dimensi kecerdasan emosional yakni: Self Awareness yaitu kemampuan
untuk memahami emosi diri sendiri secara tepat dan akurat dalam
berbagai situasi secara konsisten; Self Management yaitu kemampuan
mengelola emosi secara positif dalam berhadapan dengan emosi diri
sendiri; Social Awareness yaitu kemampuan untuk memahami emosi
orang lain dari tindakannya yang tampak (kemampuan berempati) secara
akurat;, dan Relationship Management yaitu kemampuan orang untuk
berinteraksi secara positif pada orang lain.
c. Modal Sosial
Modal sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang
memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka.
(rasa percaya, saling pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang
mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas). Modal
sosial ditujukan untuk menumbuhkan kembali jejaringan kerjasama dan
hubungan interpersonal yang mendukung kesuksesan, khususnya
kesuksesan sebagai PNS sebagai pelayan masyarakat.
d. Modal ketabahan (adversity) Konsep modal ketabahan berasal dari Paul
G. Stoltz (1997). Ketabahan adalah modal untuk sukses dalam kehidupan,
11
baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sebuah organisasi
birokrasi.
e. Modal etika/moral
Kecerdasan moral sebagai kapasitas mental yang menentukan prinsip-
prinsip universal kemanusiaan harus diterapkan ke dalam tata-nilai,
tujuan, dan tindakan kita atau dengan kata lain adalah kemampuan
membedakan benar dan salah. Orang yang memiliki kecerdasan moral
yang tinggi bukanlah tipe orang pendendam yang membalas perilaku
yang tidak menyenangkan dengan cara yang tidak menyenangkan pula.
f. Modal Kesehatan (kekuatan) Fisik/Jasmani
Badan atau raga adalah wadah untuk mendukung manifestasi semua
modal insani yang dibahas sebelumnya, Badan yang tidak sehat akan
membuat semua modal di atas tidak muncul dengan maksimal. Oleh
karena itu kesehatan adalah bagian dari modal manusia agar dia bisa
bekerja dan berpikir secara produktif.
Teknik-Teknik Analisis Isu :

a. Teknik Tapisan Isu

Setelah memahami berbagai isu kritikal yang dikemukakan di atas, maka


selanjutnya perlu dilakukan analisis untuk bagaimana memahami isu
tersebut secara utuh dan kemudian dengan menggunakan kemampuan
berpikir konseptual dicarikan alternatif jalan keluar pemecahan isu. Untuk
itu di dalam proses penetapan isu yang berkualitas atau dengan kata lain
isu yang bersifat aktual, sebaiknya Anda menggunakan kemampuan
berpikir kiritis yang ditandai dengan penggunaan alat bantu penetapan
kriteria kualitas isu. Alat bantu penetapan kriteria isu yang berkualitas
banyak jenisnya, misalnya menggunakan teknik tapisan dengan
menetapkan rentang penilaian (1-5) pada kriteria; Aktual, Kekhalayakan,
Problematik, dan Kelayakan. Aktual artinya isu tersebut benar-benar
terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. Kekhalayakan
artinya Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematik
artinya Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga
perlu dicarikan segera solusinya secara komperehensif, dan Kelayakan
artinya Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan
12
inisiatif pemecahan masalahnya. Alat bantu tapisan lainnya misalnya
menggunakan kriteria USG dari mulai sangat USG atau tidak sangat
USG. Urgency: seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis
dan ditindaklanjuti. Seriousness: Seberapa serius suatu isu harus
dibahas dikaitkan dengan akibat yang akan ditimbulkan. Growth:
Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak
ditangani segera.

b. Teknik Analisis Isu


Dari sejumlah isu yang telah dianalisis dengan teknik tapisan, selanjutnya
dilakukan analisis secara mendalam isu yang telah memenuhi kriteria
AKPK atau USG atau teknik tapisan lainnya dengan menggunakan alat
bantu dengan teknik berpikir kritis, misalnya menggunakan system
berpikir mind mapping, fishbone, untuk menerapkan kemampuan berpikir
hubungan sebab-akibat untuk menggambarkan akar permasalahan, aktor
dan peran aktor, dan alternatif pemecahan isu yang akan diusulkan.
Beberapa alat bantu menganalisis isu disajikan sebagai berikut:
1) Mind Mapping
Mind mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan
menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk
kesan. Mind mapping merupakan cara mencatat yang mengakomodir cara
kerja otak secara natural.
2) Fishbone
Diagram Mirip dengan mind mapping, pendekatan fishbone diagram juga
berupaya memahami persoalan dengan memetakan isu berdasarkan
cabang-cabang terkait. Namun demikian fishbone diagram atau diagram
tulang ikan ini lebih menekankan pada hubungan sebab akibat, sehingga
seringkali juga disebut sebagai Cause and Effect Diagram atau Ishikawa
Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli
pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas
dasar (7 basic quality tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin
mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika
sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas. Fishbone diagram
akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau

13
masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming.
Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan,
mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan
sebagainya.
Prosedur pembuatan fishbone diagram dapat dilihat sebagai berikut.
a) Menyepakati pernyataan masalah.
b) Mengidentifikasi kategori-kategori.
c) Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming.
d) Mengkaji dan menyepakati sebab-sebab yang paling mungkin.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara


Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengan kata
kesiapsiagaan yang berasal dari kata: Samapta, yang artinya siap siaga
atau makna lainnya adalah siap siaga dalam segala kondisi. Dari makna
ini dapat diartikan dan kita samakan bahwa makna kesamptaan sama
dengan makna kesiapsiagaan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kesiapsiagaan merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi
situasi kerja yang beragam.
Selanjutnya konsep bela negara menurut kamus besar bahasa
Indonesia berasal dari kata bela yang artinya menjaga baik-baik,
memelihara, merawat, menolong serta melepaskan dari bahaya. bela
negara adalah adalah kebulatan sikap, tekad dan perilaku warga negara
yang dilakukan secara ikhlas, sadar dan disertai kerelaan berkorban
sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD
NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara.
Dasar hukum mengenai bela negara terdapat dalam isi UUD NKRI
1945, yakni: Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa semua warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Selanjutnya pada Pasal 30 ayat (1) yang menyatakan bahwa tiap-tiap

14
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara. Adapun berbagai bentuk kesiapsiagaan dimaksud
adalah kemampuan setiap PNS untuk memahami dan melaksanakan
kegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah tindak dalam pelaksanaan
kegiatan keprotokolan yang di dalamya meliputi pengaturan tata tempat,
tata upacara (termasuk kemampuan baris berbaris dalam pelaksaan tata
upacara sipil dan kegiatan apel), tata tempat, dan tata penghormatan
yang berlaku di Indonesia sesuai peraturan perundangan-undangan yang
berlaku.
Aplikasi kesiapsiagaan Bela Negara selanjutnya juga termasuk
pembinaan pola hidup sehat disertai pelaksanaan kegiatan pembinaan
dan latihan ketangkasan fisik dan pembinaan mental lainnya yang
disesuaikan dan berhubungan dengan kebutuhan serta ruang lingkup
pekerjaan, tugas, dan tanggungjawab, serta hak dan kewajiban PNS di
berbagai lini dan sektor pekerjaan yang bertugas diseluruh wilayah
Indonesia dan dunia. PNS yang siap siaga adalah PNS yang mampu
meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan
pelaksanaan kerja. Dengan memiliki kesiapsiagaan yang baik, maka PNS
akan mampu mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan (ATHG) baik dari dalam maupun dari luar. Sebaliknya jika PNS
tidak memiliki kesiapsiagaan, maka akan sulit mengatasi ancaman,
tantangan, hambatan, dan ganguan (ATHG) tersebut.
Setidaknya unsur Bela Negara antara lain :
a. Cinta Tanah Air
b. Kesadaran Berbangsa dan bernegara
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
e. Memiliki kemampuan awal bela negara.

15
B. Nilai-Nilai Dasar Profesi PNS

Dalam melaksanakan tugas serta interaksi dalam kehidupan


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, PNS diharapkan dapat
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar yang dimilikinya. Adapun nilai-nilai dasar
PNS menurut Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN, 2014)
antara lain sebagai berikut:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan kewajiban pertanggung jawaban yang harus
dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok, atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Beberapa
nilai dasar yang harus dianut guna menciptakan PNS yang memiliki
akuntabilitas antara lain:
a. Kepemimpinan
Lingkungan akuntabel dapat terwujud apabila pimpinan memainkan
peranan yang penting dalam lingkungan kerja melalui komitmen, teladan,
adil dan bijaksana.
b. Transparansi
Transparansi bertujuan untuk mendorong komunikasi, memberi
perlindungan dari pengaruh negatif yang korup, meningkatkan akuntabilitas
keputusan, serta meningkatkan kepercayaan pada pimpinan.
c. Integritas
Dengan adanya integritas dengan menjunjung tinggi undang-undang,
hukum, kontrak, kebijakan dan peraturan yang berlaku dapat menciptakan
kepercayaan dan keyakinan pada publik dan atau stakeholders.
d. Tanggungjawab (Responsibilitas)
Tanggung jawab adalah tuntutan untuk melaksanakan segala keputusan
yang telah dibuat serta terdapat konsekuensi dari setiap tindakan tersebut.
e. Keadilan
Keadilan harus senantiasa dijunjung dan dipelihara dalam lingkungan
organisasi untuk dapat menciptakan kredibilitas dan kepercayaan
organisasi.
f. Kepercayaan

16
Rasa keadilan akan membawa pada kepercayaan, dan kepercayaan
melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain akuntabilitas tidak dapat
terwujud dari hal yang tidak dapat dipercaya.
g. Keseimbangan
Guna mencapai akuntabilitas perlu adanya keseimbangan antara
akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dengan kapasitas.
h. Kejelasan
Fokus utama dari kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran, dan
tanggung jawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan, dan sistem
pelaporan yang baik .
i. Konsistensi
Konsisten dalam menerapkan sebuah kebijakan, prosedur, dan sumber
daya akan mewujudkan lingkungan yang akuntabel.

2. Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Bahkan
tidak hanya sekedar kemampuan memahami saja, tetapi juga
mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nasionalisme tersebut
harus diterapkan dalam tugas-tugas ASN antara lain:
a. Sebagai Pelaksana Kebijakan Publik
Setiap pegawai ASN harus memiliki nilai-nilai kepublikan, berorientasi
pada kepentingan publik dan seantiasa menempatkan kepentingan publik,
bangsa dan negara diatas kepentingan lainnya, mengedepankan
kepentingan nasional ketimbang kepentingan sektoral dan golongan.
b. Sebagai Pelayanan Publik
Pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan tidak diskriminasi , profesional,
berintegritas, jujur, tidak korupsi, transparan, akuntabel dan memberikan
kepuasan kepada publik.
c. Sebagai Perekat dan pemersatu bangsa dan negara.
Pegawai ASN harus memiliki jiwa nasionalisme yang kuat, memilik
kesadaran sebagai penjaga kedaulatan negara, menjadi pemersatu,
mengupayakan situasi yang damai dan menjaga keutuhan NKRI.

17
3. Etika Publik
Etika Publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana
nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lainnya
diaktualisasikan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap
kesejahteraan masyarakat. Etika publik juga dapat diartikan bahwa dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, ASN harus senantiasa menjunjung
tinggi kode etik, baik kode etik ASN, kode etik profesi serta hukum tertulis
lainnya.
Adapun nilai-nilai dasar etika publik yang tercantum dalam undang-
undang ASN antara lain:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam Negara Pancasila
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
d. Membuat keputuasan berdasarkan prinsip keahlian
e. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif
f. Memelihara dan menjunjung tinggi etika luhur
g. Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik
h. Memiliki kemampuan dan melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapiaan hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
n. Meningkatkan efektifitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu mengandung pengertian bahwa dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik senantiasa berorientasi
pada efektifitas, efisiensi, mengandung inovasi dan kinerja yang bermutu.
Adapun prinsip-prinisp dalam Komitmen Mutu antara lain;
18
a. Efektivitas
Richard dan Kanita dalam LAN (2014) mendefinsikan efektivitas sebagai
suatu kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan,
atau mencapai apapun yang coba dikerjakannya. Sedangkan efektivitas
organisasi berarti memberikan barang atau jasa yang dihargai oleh
pelanggan.
b. Efisiensi
Efisien adalah suatu asas dasar tentang perbandingan terbaik antara suatu
usaha (input) dengan hasi (output). Perbandingan tersebut dapat dilihat
dari segi usaha antara lain pikiran, tenaga, waktu, ruang, benda, serta
biaya. Sedangkan dari segi hasil, efisiensi dapat terlihat dari banyaknya
hasil, baiknya mutu dan jumlah satuan hasil yang diperoleh. Dengan kata
lain efisensi diartikan bahwa dengan menggunkan usaha seminimal
mungkin untuk mencapai hasil yang maksimal.
c. Inovasi
Inovasi adalah kegiatan yang meliputi seluruh proses menciptakan dan
menawarkan jasa atau barang baik yang sifatnya baru, lebih baik atau lebih
murah dibandingkan dengan yang tersedia sebelumnya. Inovasi dapat
berupa produk atau jasa yang baru, teknologi proses produksi yang baru,
sistem, struktur dan administrasi yang baru ataupun rencana yang baru.
d. Mutu
Goetsch dan Davis dalam LAN (2014) mendefiniskan mutu sebagai suatu
kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen atau
pengguna.

5. Anti Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin Coruptio dan Corruptus yang berarti
kerusakan atau kebobrokan. Dalam bahasa Yunani Corruptio perbuatan yang
tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari
kesucian, melanggar norma agama, material, mental dan umum. Menurut UU
no. 31/1999 jo UU No. 20/2001 terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi
antara lain; merugikan keuangan negara, suap-menyuap, pemerasan,

19
perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan dalam
pengadaan, dan gratifikasi.
KPK (Komisi Pemberantas Korupsi) bersama dengan pakar telah
melakukan identifikasi nilai-nilai dasar anti korupsi sebagai berikut: Jujur;
peduli; mandiri; disiplin; tanggungjawab; kerja keras; sederhana; berani; adil.

6. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


a. Pelayanan Publik
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur pertama,
adalah organisasi penyelenggara pelayanan publik, unsur kedua, adalah
penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau organisasi
yang berkepentingan, dan unsur ketiga, adalah kepuasan yang diberikan
dan atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan).
Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik :
Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip pelayanan
publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima adalah:
1) Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
2) Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi
warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan
pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut, seperti:
persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya. Masyarakat juga harus
diberi akses yang sebesarbesarnya untuk mempertanyakan dan
menyampaikan pengaduan apabila mereka merasa tidak puas
denganpelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah.
20
3) Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya.
Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang
mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya
penyelenggaraan pelayanan.
4) Tidak diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh
dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara
yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara, seperti:
status sosial, pandangan politik, enisitas, agama, profesi, jenis
kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.
5) Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus
memenuhi berbagai persyaratan dan membayar ongkos untuk
memperolehlayanan yang mereka butuhkan harus diterapkan prinsip
mudah, artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut
masuk akal dan mudah untuk dipenuhi. Murah dalam arti biaya yang
dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut
terjangkau oleh seluruh warga negara.
6) Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan tujuan-
tujuan yang hendak dicapainya (untuk melaksanakan mandat
konstitusi dan mencapai tujuan-tujuan strategis negara dalam jangka
panjang) dan cara mewujudkan tujuan tersebut dilakukan
dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit, dan
biaya yang murah.
7) Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat
dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik
(dekat, terjangkau dengan kendaraan publik, mudah dilihat, gampang
21
ditemukan, dan lain-lain.) dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik
yang terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
8) Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan
fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai oleh warga negara
melalui pajak yang mereka bayar. Oleh karena itu semua bentuk
penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggung-
jawabkan secara terbuka kepada masyarakat. Pertanggungjawaban
di sini tidak hanya secara formal kepada atasan (pejabat atau unit
organisasi yang lebih tinggi secara vertikal) akan tetapi yang lebih
penting harus dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada
masyarakat luas melalui media publik baik cetak maupun elektronik.
9) Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah
memiliki berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang penting adalah
melindungi warga negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh
warga negara yang lain. Oleh karena itu penyelenggaraan pelayanan
publik harus dapat dijadikan sebagai alat melindungi kelompok rentan
dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika
berhadapan dengan kelompok yang kuat.

b. Whole of Goverment (WoG)


WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor
dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
WoG menjadi penting karena adanya faktor-faktor eksternal seperti
dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program
pembangunan dan pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan
yang lebih baik. Selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan
dinamika kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya WoG
dalam menyatukan institusi pemerintah sebagai penyelenggara kebijakan dan
layanan publik.Selain itu terkait faktor-faktor internal dengan adanya fenomena
22
ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi
antar sektor dalam pembangunan. Satu sektor bisa menjadi sangat superior
terhadap sektor lain, atau masing-masing sektor tumbuh namun tidak berjalan
beriringan, melainkan justru kontraproduktif atau “saling membunuh‟.Ketiga,
khususnya dalam konteks Indonesia, keberagaman latar belakang nilai,
budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya mendrong adanya
potensi disintegrasi bangsa. Pemerintah sebagai institusi formal berkewajiban
untuk mendorong tumbuhnya nilainilai perekat kebangsaan yang akan
menjamin bersatunya elemen-elemen kebangsaan ini dalam satu frame NKRI.
Pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi penataan institusi
formal maupun informal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan oleh beberapa
negara, termasuk Indonesia dalam level-level tertentu.
1) Penguatan koordinasi antar lembaga
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga yang
dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable. Salah satu
alternatifnya adalah mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai
mendekati jumlah yang ideal untuk sebuahkoordinasi. Dengan jumlah
lembaga yang rasional, maka koordinasi dapat dilakukan lebih mudah.
2) Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementerian adalah salah satu cara
melakukan WoG. Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan status
kelembagaan setingkat lebih tinggi, atau setidaknya setara dengan
kelembagaan yang dikoordinasikannya.
3) Membentuk gugus tugas
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan
di luar struktur formal, yang sifatnya tidak permanen. Pembentukan
gugus tugas biasanya menjadi salah satu cara agar sumber daya yang
terlibat dalam koordinasi tersebut dicabut sementara dari lingkungan
formalnya untuk berkonsentrasi dalam proses koordinasi tadi.
4) Koalisi sosial
Koalisi sosial ini merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi
antar sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus
dalam koordinasi ini.
23
c. Manajemen ASN
Manejemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya ASN yang unggul
selaras dengan perkembangan zaman.
1) Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama
ini dianggap belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang
profesional. Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka
konsep yang dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas. Berikut
beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN.
Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor
induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh pejabat
pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan
kebutuhan instansipemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan.Pegawai ASN berkedudukan sebagai
aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh
pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN dilarang
menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain itu untuk
menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai politik, hai ini dimaksudkan
untuk menjamin keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat
memusatkan segala perhatian, pikiran dan tenaga pada tugas yang
dibebankan kepadanya. Oleh karena itu dalam pembinaan karir pegawai
ASN, khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat berwenang yaitu pejabat
karir tertinggi.

24
2) Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai ASN
berfungsi dan bertugas sebagai berikut:
a) Pelaksana kebijakan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijaka
nyang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN harus
mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya, serta harus mengutamakan
pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik.
b) Pelayan publik
ASN berfungsi,bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan
publik yang profesional dan berkualitas. Pelayanan publik merupakan
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang
diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan
kepuasan pelanggan.
c) Perekat dan pemersatu bangsa
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan
dan kesatuan NKRI. ASN senantiasa setia dan taat sepenuhnya
kepada Pancasila, UUD1945, negara dan pemerintah. ASN
senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta senantiasa
mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan diri
sendiri, seseorang dan golongan. Dalam UU ASN disebutkan bahwa
dalam penyelengaraan dan kebijakan manajemen ASN, salah satu
diantaranya asas persatuan dan kesatuan.

3) Hak dan kewajiban ASN


Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh
hukum, suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi
maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut
atau layak diterima. Agar melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
dengan baik , dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan
25
ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Hak ASN dan PPPK
yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN sebagai berikut;
PNS berhak memperoleh:
a) gaji, tunjangan, dan fasilitas
b) cuti
c) jaminan pensiun dan jaminan hari tua
d) perlindungan
e) pengembangan kompetensi.
PPPK berhak memperoleh:
a) gaji dan tunjangan
b) cuti
c) perlindungan
d) pengembangan kompetensi.
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU No.
5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa setiap pegawai ASN
memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi.
Berdasarkan Pasal 92 pemerintah juga wajib memberikan perlindungan
berupa:
a) Jaminan kesehatan;
b) Jaminan kecelakaan kerja;
c) Jaminan kematian;
d) Bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat
kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah suatu yang sepatutnya
diberikan.Pegawai ASN berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN
wajib:
a) setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah.
b) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
c) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah
yang berwenang.
d) menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.

26
e) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran,dan tanggung jawab.
f) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun
di luar kedinasan.
g) menyimpan rahasia jabatan dan hanya
dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; danh. bersedia ditempatkan di
seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

d. Kode etik dan kode perilaku ASN


Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa
ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku.
Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga
martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi
pengaturan perilaku agar pegawai ASN.
1) melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab,dan
berintegritas tinggi.
2) melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3) melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
4) melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
5) melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat
yangberwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan
6) menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan
7) menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab,efektif, dan efisien
8) menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya
9) memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yangmemerlukan informasi terkait kepentingan
kedinasan.
27
10) tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status
kekuasaan dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
11) memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN.
12) melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai
disiplin Pegawai ASN.

28
BAB III
TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA

A. Profil Organisasi
1. Dasar hukum pembentukan organisasi
Berdasarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka
RS Jiwa Pusat Surakarta berubah menjadi RS Jiwa Daerah Surakarta
dibawah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah. RS Jiwa Pusat Surakarta
diserahkan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah pada tahun
2001 berdasarkan SK Menteri Kesehatan No. 1079/Menkes/SK/X/2001
tanggal 16 Oktober 2001. Adapun penetapan RS Jiwa Pusat menjadi RS Jiwa
Daerah Surakarta berdasarkan SK Gubernur Jawa Tengah No. 440/09/2002
pada bulan Februari 2002. Kemudian sejak tahun 2009 RS Jiwa Daerah
Surakarta telah menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Provinsi
Jawa Tengah.RSJD Surakarta merupakan Rumah Sakit khusus kelas A.

2. Visi, Misi, Nilai dan Tujuan Organisasi


RSJD Surakarta memiliki pedoman dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat sebagai berikut:
1. Visi
“Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Jiwa Pilihan Yang Profesional dan
Berbudaya”
2. Misi
a. Memberikan pelayanan kesehatan jiwa yang bermutu dan terjangkau
masyarakat
b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menerapkan nilai-nilai
budaya kerja aparatur
c. Mengembangkan sarana dan prasarana rumah sakit yang efektif dan
efisisen
d. Membudayakan sikap dan perilaku karyawan dalam memberikan
pelayanan sesuai dengan nilai-nilai keluhuran budaya jawa dan kearifan
lokal

29
3. Nilai
P : Profesional dalam pelayanan
R : Ramah dalam bersikap terhadap pelanggan
O : Obyektif dalam penyampaian informasi
A : Antusias dalam semangat kerja
K : Kooperatif dalam kerjasama terpadu
T : Target dalam pencapaian program
I : Intensif dalam pelaksanaan tugas
F : Favorit dalam kinerja unggulan rumah sakit
4. Motto
“Melayani Lebih Baik”
5. Janji Pelayanan
“Kami Pegawai Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, berjanji: melayani
pelanggan secara cepat, tepat, akurat dan memuaskan.”

3. Struktur organisasi dan job diskripsinya


a. Struktur organisasi
Struktur Organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

30
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta

b. Tugas pokok dan fungsi rumah sakit


Sesuai Peraturan Gubernur no. 97 tahun 2008 tentang
Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja RS Jiwa Daerah Dr.
Amino Gondohutomo dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi
Jawa Tengah memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
1) Tugas Pokok:
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan khususnya usaha
Pelayanan Kesehatan Jiwa dengan upaya penyembuhan, pemulihan
peningkatan, pencegahan, pelayanan rujukan, dan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta
pengabdian masyarakat.
2) Fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Pelayanan Kesehatan Jiwa
b. Pelayanan penunjang dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah di bidang Pelayanan Kesehatan Jiwa
c. Penyusunan rencana dan program, monitoring, evaluasi, dan
pelaporan di bidang pelayanan kesehatan jiwa.
d. Pelayanan medis kesehatan jiwa
e. Pelayanan penunjang medis dan non Medis
f. Pelayanan keperawatan
g. Pelayanan rujukan
h. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan khususnya
kesehatan jiwa
i. Penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat
j. Pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, hukum, hubungan
masyarakat, organisasi dan tata laksana, serta rumah
tangga/perlengkapan umum.

4. Deskripsi sumber daya manusia, sarana prasarana dan sumber daya lain
Sumber daya manusia Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta adalah
sebagai berikut:
31
a. Susunan Kepegawaian
Kondisi umum mengenai Sumber Daya Manusia (SDM) dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta adalah sebanyak
406 orang pegawai yang terdiri dari:

Tabel 2. 1. Data Kepegawaian menurut kelompok fungsional Pendidikan

No. Jenis Ketenagaan Jumlah

I. Medis Dan Paramedis

1. Kedokteran Jiwa 10 orang


2. Kedokteran Umum 8 orang
3. Kedokteran Gigi 2 orang
4. Sarjana Keperawatan + Ners 38 orang
5. Sarjana Keperawatan 114 orang
6. AKPER 54 orang
7. SPRB/SPKSJ/SPK 3orang
II. Paramedis Non Perawat

1. Profesi Psikolog 5 orang


2. Profesi Farmasi 9 orang
3. Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) 4 orang
4. Akademi Teknik Elektromedik(ATEM) 2 orang
6. APRO/ATRO 3 orang
7. AAK (Akademi Analis Kesehatan) 7 orang
8. Sarjana Gizi 4 orang
9. Sarjana Muda Perekam Medik 8 orang
10. Sarjana Okupasi Terapi 5 orang
11. D IV Fisioterapi 3 orang
12. D IV Analis Kesehatan 7 orang
13. Akademi Gizi (AKZI) 4 orang
14. D III Kesehatan Gigi 1 orang
15. D III Kesehatan Lingkungan 1 orang
16. Sarjana Muda Terapi Wicara 1 orang
17. Akademi Analis Farmasi (AAF) 12 orang
18. SAA (Sekolah Asisten Apoteker) 1 orang
sumber : data intern RS

32
b. Kapasitas Tempat Tidur
Kapasitas tempat tidur yang tersedia terdiri dari:
Tabel 2.2 Kapasitas Tempat Tidur

NAMA KELAS
NO JUMLAH
RUANG VVIP VIP I II III
1 Bisma 3 6 - - - 9
2 Kresna - - 9 - - 9
3 Dewi Kunthi - - 1 4 8 13
4 Wisanggeni - - 5 4 8 17
5 Puntadewa - - 1 4 10 15
6 Sumbadra - - 1 2 8 11
7 Samba - - 3 - 16 19
8 Arjuna - - - - 19 19
9 Abimanyu - - - - 25 25
10 Sena - - - - 25 25
11 Larasati - - - - 23 23
12 Nakula - - - - 25 25
13 Sadewa - - - - 25 25
14 Srikandi - - - - 25 25
15 Gatotkaca - - - 12 8 20
16 Drupadi - - - 5 12 17
JUMLAH 3 6 20 31 237 297
Sumber : Data intern RS

c. Peralatan
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta memiliki fasilitas-fasilitas
peralatan dari yang sederhana hingga yang canggih dalam upaya
memberikan pelayanan prima dan menyeluruh.

d. Pelayanan
Saat ini RSJD Surakarta telah terakreditasi penuh 12 pelayanan
sejak tahun 2008. Pelayanan di RSJD Surakarta terdiri dari pelayanan
medis dan pelayanan penunjang.
Pelayanan Medis meliputi:
1) Instalasi Gawat Darurat (24 jam)
2) Instalasi Rawat Jalan
3) Instalasi Rawat Inap
4) Instalasi Fisioterapi
5) Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja
6) Instalasi Kesehatan Jiwa Masyarakat
7) Instalasi Gigi dan Mulut

33
8) Instalasi Psikogeriatri
9) Instalasi Elektromedik
10) Instalasi Gangguan NAPZA
11) Instalasi Rekam Medik
12) Instalasi Psikologi

Pelayanan Penunjang meliputi :


1) Instalasi Laboratorium
2) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
3) Instalasi Laundry
4) Instalasi Gizi
5) Instalasi Sanitasi
6) Instalasi Farmasi

B. Tugas Dan Jabatan Peserta Diklat


Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia tentang Jabatan Fungsional Perawat Bab
1 pasal 4 bahwa tugas pokok perawat adalah melakukan kegiatan pelayanan
keperawatan yang meliputi asuhan keperawatan, pengelolaan keperawatan dan
pengabdian pada masyarakat.
Rincian kegiatan Perawat Ahli Pertama adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu
b. Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/lanjut
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada individu
d. Merumuskan tujuan keperawatan pada individu dalam rangka menyusun
rencana tindakan keperawatan
e. Menetapkan rencana tindakan keperawatan pada individu dalam rangka
menyusun rencana tindakan keperawatan
f. Melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien
g. Mengajarkan teknik kontrol infeksi pada keluarga dengan penyakit menular
h. Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan
i. Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman
j. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu
34
k. Melakukan dokumentasi proses keperawatan pada tahap pelaksanaan
tindakan keperawatan
l. Melakukan dokumentasi proses keperawatan pada tahap evaluasi
keperawatan
m. Menyusun tata kelola keperawatan perlindungan terhadap pasien dengan
resiko trauma/injury
n. Melaksanakan preseptorship dan mentorship
o. Melakukan perawatan pasien dengan perilaku kekerasan
p. Melakukan perawatan pasien dengan gangguan orientasi realita.

C. Role Mode
Nuning Purwanti, S.Kep, MM. (Kepala Instalasi Rawat Jalan RSJD Surakarta
Provinsi Jawa Tengah)

Gambar 3.2 foto Nuning Purwanti, S.Kep, MM.

35
Role Model adalah seseorang yang tingkah lakunya kita contoh, tiru,
dan diikuti. Dalam kegiatan aktualisasi ini, yang menjadi role model adalah
Kepala Instalasi Rawat Jalan RSJD Surakarta Provinsi Jawa Tengah. Alasan
beliau dijadikan role model pada pelaksanaan rencana aktualisasi ini yaitu
meskipun penulis belum lama ditempatkan di RSJD Surakarta Provinsi Jawa
Tengah, terlihat bahwa beliau mencerminkan salah satu ASN yang ANEKA.
Dalam kesehariannya beliau layak dijadikan contoh dan panutan. Sebagai
sosok pejabat struktural, sifat yang ramah, selalu memberikan motivasi dan
arahan untuk ASN baru dalam menyesuaikan diri dengan baik. Beliau mampu
membimbing penulis dengan baik untuk menyelesaikan rancangan aktualisasi
pada kegiatan Latsar ini.Beliau juga sosok yang pekerja keras disiplin dan
bertanggungjawab.

36
BAB IV
RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI

A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan dengan Nilai


ANEKA

RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI


Judul : Optimalisasi Pemberian Terapi Aktivitas Tambahan
Pada Pasien untuk Menurunkan Tingkat Kejenuhan
di Ruang Wisanggeni RSJD Surakarta
Identifikasi Isu : 1. Belum optimalnya pemberian gelang dan stiker
rsiko jatuh pada pasien dengan resiko jatuh
sedang dan tinggi
2. Belum optimalnya pemberian terapi aktivitas
tambahan pada pasien untuk menurunkan tingkat
kejenuhan di ruang fisik jiwa
3. Belum optimalnya pengetahuan perawat dalam
penggunaan Elektronik Rekam Medik (ERM)
untuk dokumentasi
4. Belum optimalnya pemilahan sampah infeksius
dan non-infeksius
5. Rendahnya tingkat keamanan bangsal berkaitan
dengan sarana dan prasarana
Isu yang Diangkat : BELUM OPTIMALNYA PEMBERIAN TERAPI
AKTIVITAS TAMBAHAN PADA PASIEN UNTUK
MENURUNKAN TINGKAT KEJENUHAN DI RUANG
FISIK JIWA
Gagasan yang : OPTIMALISASI PEMBERIAN AKTIVITAS
Diangkat TAMBAHAN PADA PASIEN UNTUK MENURUNKAN
TINGKAT KEJENUHAN

37
B. Gagasan Pemecahan Isu:
1. Mengkaji status kesehatan pasien (SKP)
2. Menyusun rancangan kegiatan dan sosialisasi dengan teman sejawat
(Inovasi)
3. Mengajak pasien untuk melakukan aktvitas senam (Inovasi)
4. Mengajak pasien membuat anyaman dari kertas (Inovasi)
5. Mengevaluasi kegiatan dan memberi edukasi kepada pasien (SKP)

38
Table 4.1 Rancangan Aktualisasi

KONTRIBUSI PENGUATAN
OUTPUT HASIL
No. KEGIATAN TAHAPAN KEGIATAN NILAI-NILAI DASAR TERHADAP VISI MISI NILAI-NILAI
KEGIATAN
RUMAH SAKIT ORGANISASI
1. Mengkaji status 1. Melakukan Mendapatkan Dalam tahapan ini penulis Dengan melaksanakan Dengan
kesehatan pasien konsultasi dengan persetujuan dan melakukan komunikasi pengkajian ini maka melakukan
mentor. dukungan dari dengan mentor merupakan penulis berkontribusi kegiatan ini,
mentor aktualisasi dari nilai Etika pada visi RSJD penulis
Publik yaitu menghargai Surakarta yaitu Menjadi berkontribusi
komunikasi, konsultasi dan Pusat Pelayanan dan terhadap nilai-
kerjasama Pendidikan Kesehatan nilai RSJD
Jiwa Pilihan yang Surakarta yaitu
2. Mendatangi pasien Mendapatkan Pengkajian penulis lakukan Profesional dan Profesional
secara langsung dan data status dengan: transparansi, Berbudaya. dalam
melakukan kesehatan pasien Responbilitas, Dan misi RSJD pelayanan ;
assessment, kepercayaan, kejelasan, Surakarta yaitu Ramah dalam
mengukur tanda- teliti (Akuntabilitas) dan Memberikan pelayanan bersikap
tanda vital sepenuh hati (Komitmen Kesehatan jiwa dan terhadap
Mutu) kesehatan penunjang pelanggan.
yang bermutu dan
3. Mencatat hasil Mendapatkan Mencatat hasil pengkajian terjangkau masyarakat.
pengkajian untuk hasil berupa data dengan jelas
mendapatkan pasien pasien yang (Akuntabilitas), jujur (Anti
yang sesuai kriteria sesuai kriteria Korupsi), dan tanggung
untuk diberi terapi untuk diberi terapi jawab (Akuntabilitas)
aktivitas tambahan aktivitas
tambahan (pasien
dengan ADL
mandiri, hasil ttv
sudah
dan/mendekati
normal)
2. Menyusun rancangan 1. Mengucapkan salam Mendapatkan Mengucapkan salam dan Penulis berkontribusi Dengan
kegiatan dan dan membuka balasan salam mengawali diskusi dengan pada visi RSJD melakukan
sosialisasi kepada kegiatan sosialisasi & dari teman doa kepada Allah Surakarta yaitu Menjadi kegiatan ini,
teman sejawat. diskusi dengan berdoa sejawat SWTmerupakan nilai-nilai Pusat Pelayanan dan penulis
kepada Allah SWT dasar dari Nasionalisme Pendidikan Kesehatan berkontribusi

39
(pengamalan Pancasila sila Jiwa Pilihan yang terhadap nilai-
ke -1 , Ketuhanan Yang Profesional dan nilai RSJD
Maha Esa) Berbudaya. Surakarta yaitu
2. Berdiskusi dengan Mendapatkan Pada kegiatan berdiskusi Dan misi RSJD antusias dalam
teman sejawat guna kesepakatan ini penulis menerapkan nilai Surakarta yaitu semangat kerja
menentukan waktu waktu dan tempat dasar dari Akuntabilitas menerapkan nilai-nilai dan Kooperatif
dan tempat untuk (kepemimpinan, tanggung budaya kerja aparatur dalam
melaksanakan jawab dan kejelasan) dalam memberikan kerjasama
kegiatan pelayanan selaras terpadu
denga kearifan lokal.

3. Mencatat hasil diskusi Mendapatkan Di tahapan ini menerapkan


hasil berupa nilai-nilai dasar dari
kesepakatan Nasionalisme
waktu dan tempat (Musyawarah untuk
encapai mufakat, esuai
dengan penamalan
Panasila sila ke 4,
Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan
perwakilan), Akuntabilitas
(Integritas dan
kepercayaan)

3. Mengajak pasien 1. Menyiapkan sarana, Tersedianya Dalam tahapan ini Dengan melaksanakan Dengan
melakukan aktivitas prasarana dan sarana dan menerapkan nilai kegiatan ini maka melakukan
senam mengkoordinir pasien prasarana Akuntabilitas penulis berkontribusi kegiatan ini,
mengikuti senam (tangungjawab) dan pada visi RSJD penulis
dibantu teman sejawat Nasionalisme (gotong Surakarta yaitu Menjadi berkontribusi
(perawat dibantu royong sesuai Pancasila Pusat Pelayanan dan pada nilai-nilai
Pendidikan Kesehatan
teman sejawat sila ke-3, Persatuan RSJD Surakarta
Jiwa Pilihan Profesional
menyipkan tape, Indonesia) yaitu
dan Berbudaya.
speaker, dan Serta misi rumah sakit Profesional
mengajak paien yang menyediakan dalam
senam) wahana kesehatan jiwa pelayanan ;

40
2. Melakukan aktivitas Pasien dan Pada tahapan ini sebagai rumah sakit Intensif dalam
senam (Perawat perawat menerapkan nilai Pendidikan afiliasi pelaksanaan
memimpin senam dan melakukan Akuntabilitas tugas.
memberikan instruksi aktivitas senam (Kepemimpinan) dan Etika
kepada pasien untuk dibuktikan dengan Publik (menciptakan
mengikuti) foto kegiatan lingkungan kerja yang non
diskriminatif)

3. mengevaluasi Mengetahui Pasien dan perawat


kegiatan senam kepuasan pasien melakukan senam bersama
(perawat menayakan terhadap aktivitas tanpa membatasi diri tanpa
perasaan pasien setelah senam membeda-bedakan (sesuai
mengikuti senam) dengan nilai Nasionalisme
pengamalan sila ke 2 ,
Kemanusiaan yang adil
beradab).

Selain itu, dalam tahapan


ini mengandung Komitmen
Mutu karena merupakan
sebuah inovasi untuk
meningkatkan pelayanan.

4. Mengajak pasien 1. Menyiapkan alat, dan Tersedianya alat Pada tahapan ini penulis Dengan melaksanakan Dengan
membuat anyaman bahan dan bahan telah menerapkan nilai-nilai kegiatan ini maka melakukan
dari kertas dasar Anti Korupsi (kerja penulis berkontribusi kegiatan ini,
2. Menanyakan Daftar pasien keras dan tanggung jawab) pada visi RSJD penulis
kesediaan dan yang mengikuti Surakarta yaitu Menjadi berkontribusi
kesanggupan pasien kegiatan Pusat Pelayanan dan dalam nilai-nilai
pembuatan Pendidikan Kesehatan
(perawat menyiapkan RSJD Surakarta
anyaman Jiwa Pilihan Profesional
alat dan bahan yang yaitu
dan Berbudaya.
akan digunakan. Serta misi rumah sakit Profesional
Perawat juga mendata yang menyediakan dalam
pasien yang mampu dan wahana kesehatan jiwa pelayanan ;
mau mengikuti kegiatan) sebagai rumah sakit Intensif dalam
Pendidikan afiliasi pelaksanaan
3. Membuat anyaman Pasien mampu Penulis akan

41
dari kertas bersama- membuat berkomunikasi dengan tugas.
sama (perawat anyaman pasien (Etika Publik)
mengajarkan pada dibuktikan dengan
pasien untuk membuat foto
anyaman dari kertas)

3. Mengevaluasi Mengetahui Perawat membimbing


kegiatan pembuatan kepuasan pasien pasien dan ikut membuat
anyaman ( perawat terkait aktivitas anyaman bersama-sama ,
menanyakan pembuatan dalam tahapan ini
perasaan pasien anyaman dari menerapkan nilai-nilai
setelah mengikuti kertas dasar ASN antara lain
kegiatan pembuatan Nasionalisme
anyaman) (pengamalan Pancasila sila
ke-5, keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia) ;
Komitmen mutu (kreatif
dalam pelayanan)

5. Mengevaluasi dan 1. melakukan Pasien kooperatif Pada tahap ini penulis Dengan melaksanakan Dengan
memberi edukasi komunikasi terapeutik dan mampu berkomunikasi dengan kegiatan ini maka melakukan
kepada pasien dengan pasien (sebagai berkomunikasi pasien /mendiskusikan penulis berkontribusi kegiatan ini,
feedback dari terapi dengan perawat perasaan pasien, pada visi RSJD penulis
aktivitas tambahan) merupakan penerapan Surakarta yaitu Menjadi berkontribusi
nilai-nilai dasar Pusat Pelayanan dan dalam nilai-nilai
Pendidikan Kesehatan
Akuntabilitas (kejelasan) ; RSJD Surakarta
Jiwa Pilihan yang
Anti Korupsi (kepedulian) yaitu Kooperatif
menyediakan wahana
kesehatan jiwa sebagai dalam kerja
2. memberikan kuisioner Tersedianya Penulis memberikan sama terpadu ;
rumah sakit Pendidikan
kepada pasien kuisioner untuk kuisioner kepada pasien dan Target
afiliasi
mengukur tingkat untuk mengukur tingkat dalam
kejenuhan kejenuhan pasien setelah pencapaian
diberi terapi aktivitas program
tambahan berupa kegiatan
senam dan membuat
anyaman dengan cara yang
inovatif (komitmen mutu)

42
dan jelas (akuntabilitas)

3. memberi edukasi dan Didapatkan hasil Dalam pemberian edukasi,


mendokumentasikan dari kuisioner penulis menerapkan nilai-
hasil kuisioner nilai dasar Etika publik
yaitu komunikasi dan kerja
sama ; Akuntabilitas
(transparansi)

43
C. Jadwal Rancangan Aktualisasi 30 Hari
Kegiatan aktualisasi akan dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah mulai tanggal 30
Januari 2020 – 4 Maret 2020
Tabel 4.2 Jadwal Rancangan Aktualisasi 30 hari

Bulan
Januari Februari Maret

No Kegiatan Bukti Kegiatan


Minggu ke- Minggu ke-
1 2
3 4
1 2 3 4
5
Mengkaji status Form Assesment, buku ttv, foto
1
kesehatan pasien kegiatan
Menyusun
rancangan kegiatan
2 dan sosialisasi Foto kegiatan, rekaman video
dengan teman
sejawat
Mengajak pasien
3 untuk melakukan Foto kegiatan
aktivitas senam
Mengajak pasien
4 membuat anyaman Foto kegiatan
dari kertas
Mengevaluasi
5 kegiatan dan Foto kegiatan, hasil kuisioner
memberi edukasi

44
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Isu yang terpilih dalam proses identifikasi belum optimalnya
pemberian terapi aktivitas tambahan pada pasien untuk menurunkan
tingkat kejenuhan. Penyelesaian isu tersebut diangkat gagasan
penyelesaian yang berisikan kegiatan, antara lain:

1. Pengkajian terhadap status kesehatan pasien (SKP)


2. Susun rancangan kegiatan dan sosialisasi dengan teman sejawat
(Inovasi)
3. Ajak pasien untuk melakukan aktivitas senam (Inovasi)
4. Ajak pasien membuat anyaman dari kertas (Inovasi)
5. Evaluasi dan beri edukasi pada pasien (SKP)
Nilai-nilai PNS yang akan diterapkan pada tahapan-tahapan
kegiatan gagasan penyelesaian isu, yaitu: Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi.

B. Saran
1. Pentingnya Rancangan Aktualisasi Dibuat
Rancangan aktualisasi digunakan sebagai pedoman dan
panduan dalam menyelesaikan isu yang didapatkan saat habituasi.
Pemecahan isu dilakukan dengan gagasan pemecahan isu yang
tertuang dalam beberapa kegiatan yang dirancang. Isu belum
optimalnya pemberian terapi aktivitas tambahan pada pasien di
Ruang Wisanggeni diharapkan dapat dilaksanakan dengan
membuat rancangan aktualisasi tersebut. Nilai dasar ANEKA
diharapkan bisa lebih dipahami dan diaplikasikan pada setiap
kegiatan pemecahan isu.

45
2. Dampak apabila Rancangan Aktualisasi tidak Dibuat
Tanpa adanya rancangan aktualisasi, isu yang diiharapkan dapat
diselesaikan tepat waktu, tidak akan selesai tepat waktu. Tanpa adanya
penyelesaian isu, dampak akan terjadi dan berkontribusi terhadap mutu
layanan RS, diantaranya tingkat kejenuhan pasien meningkat yang akan
berakibat pada tingginya resiko lari dan bunuh diri (suicide) pada pasien.
Selain itu pemahaman nilai ANEKA pun akan kurang bisa diimplementasikan
saat melakukan habituasi.

46

Anda mungkin juga menyukai