Anda di halaman 1dari 25

BAB III

PERENCANAAN
A. Pengorganisasian
Untuk efektifitas pelaksanaan praktek profesi manajemen keperawatan
dalam menentukan kebijkan-kebijakan internal, maka kelompok menyusun
struktur organisasi sebagai berikut :
Ketua : Angga Miftakhul Nizar S.Kep.
Wakil Ketua : Danang Sorikhin S. Kep.
Sekretaris : 1. Devi Ratna Wulandari S.Kep.
2. Siti Riska lailatul Rosida S. Kep
Bendahara : Erning Puspita Ari Fanani S.Kep
PJ MAKP : Angga Miftakhul Nizar S.Kep
PJ Discharge Planning : Nur Rohmat Mustofa S.Kep dan
Karina Anggi Nurianti S.Kep
PJ Ronde Keperawatan : Erning Puspita Ari Fanani S.Kep dan
Agus Widodo S.Kep
PJ Sentralisasi obat : Danang Sorikhin S.Kep dan
M. Jamal Jainudin S.Kep
PJ Timbang terima : Rikko Fitra Widianto S. Kep dan
Phighi Azis Panitis S.Kep
PJ Penerimaan : Devi Ratna Wulandari S.Kep dan
pasien baru Gita Dwi Astuti S.Kep
PJ Supervisi : Aulia Nanda Lestari S.Kep dan
Siti Riska Lailatul Rosida S.Kep
PJ Dokumentasi : Seluruh Mahasiswa

Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka diselenggarakan


pengorganisasian dengan pembagian peran sebagai berikut : Kepala Ruangan,
Perawat Primer, Perawat Asociate.
Pembagian ini secara rinci akan dilampirkan pada lembaran tersendiri
setelah pelaksanaan model asuhan keperawatan diruangan. Sesuai dengan
identifikasi masalah yang telah ditetapkan pada Bab II berdasarkan analisa

60
61

SWOT yang dibuat, maka dibuat rencana strategi untuk pelaksanaan Model
Asuhan Keperawatan Profesional di IRNA Bougenvile adalah model asuhan
keperawatan Primer Kombinasi.
VISI
Terwujudnya rumah sakit rujukan yang handal dan terjangkau dalam
pelayanan khususnya penyakit syaraf dan jantung.
MISI
1. Meningkatkan mutu dan akses pelayanan khususnya penyakit saraf dan
jantung.
2. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian yang bermutu di bidang
kesehatan dan kedokteran khususnya penyakit saraf dan jantung.
MOTO
B = BERMANFAAT
O = OBAT BAGI PASIEN
U = UNGGUL
G = GREGET
E = EMPATI
N = NYATA KERJANYA
V = VERIVIED
I = IKHLAS
L = LUWES

B. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primary Tim


1. Pengertian
a. Model asuhan keperawatan profesional primary tim. Keperawatan
primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S1 keperawatn secara setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada
primer. Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan D3 Keperawatan, maka akan mendapat
bimbingan dari perawat primer atau ketua tim tentang asauha
keperawatan.
2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menerapkan Model Asuhan Keperawatan
Profesional dengan metode keperawatan modifikasi tim primer di
IRNA Bougenvile
2. Tujuan Khusus
62

Setelah menerapkan MAKP modifikasi tim primer, mahasiswa


mampu:
a. Mengatur kebutuhan tenaga perawat
b. Mengatur tugas dan kewenangan perawat dalam pemberian dalam
pemberian asuhan keperawatan
c. Melakukan sistem pendokumentasian
d. Meningkatkan integritas perawat menuju profesionalisme
e. Meningkatkan komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lain.

3. Pelaksanaan
MAKP dilaksanakan sesuai dengan jadwal dinas mulai minggu I
sampai dengan minggu IV, praktek profesi manajemen keperawatan Irna
Bougenvile tanggal 30 April sampai dengan 26 Mei 2018.

4. Rencana Strategi
1. Mendiskusikan bentuk dan penerapan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) yang akan dilaksanakan yaitu model modifikasi
tim primer
2. Merencanakan kebutuhan tenaga perawat
3. Melakukan deskripsi tugas dan tanggung jawab perawat
4. Melakukan pembagian jadawal serta pembagian tenaga perawat
5. Menerapkan model MAKP yang direncanakan
5. Kriteria evaluasi
1. Struktur
Model Asuhan Keperawatan Profesional dilaksanakan di Irna
Bougenvile berkoordinasi dengan pembimbing dan dengan
persetujuan dari pembimbing ruangan yang ada.
2. Proses
Selama pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional di Irna
Boegenvile berjalan sesuai denagan rencana
3. Hasil
Pemahaman mahasiswa dan perawat di Irna Bougenvile tentang model
asuhan keperawatan profesional meningkat.

C. Konsep Dasar Modifikasi MAKP Tim Primer


1. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 keperawatan secara setara
2. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
63

3. Melaui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan


keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Disamping itu, karena saat ini perawat yanag ada di IRNA Bougenvile
Tulungagung sebagian besar adalah lulusan D3 Keperawatan, maka akan
mendapat bimbingan dari perawat primer atau ketua tim tentang asuhan
keperawatan.
Untuk ruang MAKP ini diperlukan 18 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan ini diperluakan 3 orang
Perawat Primer dengan kualifikasi Ners. Perawat Associate 14 orang,
dengan kualifikasi pendidikan perawat asosiasi D3 keperawatan 13 orang
dan S1 keperawatan 5 orang. Pengelompokan pada setiap shift jaga
terlihat pada bagan 2.3 di bawah ini :

Bagan 3.1 MAKP Modifikasi Tim Primer

Kepala Ruangan

KATIM 1 KATIM 2 KATIM 3

Perawat Associate Perawat Associate Perawat Associate

pasien pasien pasien

Kepala Ruangan Perawat Primer (PP) Perawat Associate (PA)


 Menerima pasien  Membuat  Memberikan ASKEP
 Mengikuti timbang
baru perencanaan askep
 Memimpin rapat  Mengadakan terima
 Mengevaluasi  Melaksanakan tugas
tindakan kolaborasi
kinerja perawat  Memimpin timbang yang didelegasikan
 Membuat daftar  Mendokumentasikan
terima
dinas  Mendelegasikan keperawatan
 Menyediakan
tugas
material  Memimpin ronde
 Perencanaan,
keperwatan
64

pengawasan, mengevaluasi
pengarahan dan pemberian askep
 Bertanggung jawab
pengawasan
terhadap pasien
 Memberi petunjuk
jika pasien akan
pulang
 Memimopin timbang
terima
 Mengisi resume
keperawataan
STRUKTUR ORGANISASI

Kepala Ruangan

KATIM 1 KATIM 2 KATIM 3

Perawat Associate Perawat Associate Perawat Associate

pasien pasien pasien

D. PENERIMAAN PASIEN BARU


65

1. Pengertian
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima
kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien
baru disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan,
medis, dan tata tertib ruangan.
2. Tujuan
a. Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan
terapeutik.
b. Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan klien.
c. Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum.
d. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS.
3. Tahapan Penerimaan Pasien Baru
a. Tahap pra penerimaan pasien baru
1) Menyiapkan kelengkapan administrasi
2) Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
3) Menyiapkan format pengkajian
4) Menyiapkan nursing kit
5) Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruangan
b. Tahap Pelaksanaan Penerimaan Pasien Baru
1) Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/ perawat
primer/ perawat yang diberi delegasi.
2) Perawat Primer (PP) memperkenalkan diri kepada klien dan
keluarganya.
3) PP menunjukkan kamar/ tempat tidur klien dan mengantar ke
tempat yang telah ditetapkan.
4) PP bersama karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur
(apabila pasien datang dengan branchard/ kursi roda) dan berikan
posisi yang nyaman.
5) PP melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format.
66

6) Setelah pengkajian selesai, PP memberikan informasi kepada klien


dan keluarga tentang orientasi ruangan, perawatan (termasuk
perawat yang bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis
(dokter yang bertanggung jawab dan jadwal visite), dan tata tertib
ruangan.
7) PP menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah
disampaikan kepada pasien dan keluarga.
8) Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, kemudian PP dan
keluarga menandatangani lembar penerimaan pasien baru.

E. SENTRALISASI OBAT
1. Pengertian
Sentralisasi obat adalah penegelolaan obat dimana seluruh obat
dimana seluruh obat yang akan diberikan kepeada pasien diserahkan
pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,2002)
2. Tujuan Pengelolaan Obat
Tujuan penegelolaan obat adalah menggunakan obat secara
bijaksana dan menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan pasien terpenuhi.
3. Tehnik Pengelolaan Obat (Sentralisasi)
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat :
a. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepla ruanagan yang
secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
b. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol pengguna obat
c. Penerima obat :
 Obat yang telah yang telah diserahkan ditunjukkan kepada
perawat dengan menerima lembar terima obat
 Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan
sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol, dan diketahui
(ditandatangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk
obat. Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan
kapan atau bilamana obat tersebut akan habis. Serta penjelasan
tentang 6T 1 W yaitu : Tepat jenis, Tepat waktu, Tepat dosis, Tepat
pasien, Tepat cara pemberian, Tepat pendokumentasian dan
waspada.
67

 Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang


harus diminum beserta kartu sediaan obat.
 Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat
dalam kotak obat
d. Pembagian obat
 Obat telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
obat
 Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikn oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat, dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi
yang diinstruksikan dokter dan kartu obat yanga ada pada pasien.
 Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping. Usahakan
tempat/wadah obat kembali ke perawat setelah oabat dikonsumsi.
Patau efek smaping pada pasien.
 Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh
kepala ruang atau petugas yang ditunjukkan dan di
dokumentasiakn dalam buku masuk obat. Obat-obatan yang
hampir akan diinformasikan kepada keluarga dan kemudian
dimintakan resep (jika masih perlu dilanjutkan) kepada dokter
penanggung jawab pasien (Nursalam, 2002)
e. Penambahan obat baru
 Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jeni, dosis atau
perubahan alur, pemberian obat, maka informasi ini akan
dimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan
perubahan dalam kartu sediaan obat.
 Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja),
maka dokumentasi dilakukan pada buku masuk oabt dan
selanjutnya ddinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus
obat (Nursalam, 2002)
f. Obat khusus
 Obat dikategoriakn khusus apabila sediaan memiliki harga yang
cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang cukup sulit,
memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya diberikan
dalam waktu tertentu/sewaktu saja
68

 Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu obat,


dilaksanakan oleh perawat primer
 Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga, nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung
jawab pemmberian, dan wadah oabat sebaiknya diserahkan atau
ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian.
Usaha terdapat saksi dari keluarga saat pemberian oabat (Nursalam,
2002). Seorang menejer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf
mengenai obt dengan cara-cara berikut ini :
 Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai,
jelaskam penggunaan efek smaping, kemudian berikan salinan
kepada semua staf.
 Tuliskan dosis yang tepat obat-oabatan yang sering digunakan dan
gantungkan di dinding.
 Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan obat
 Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam obat
 Aturlah kuliah atau program diskusi dan bhaslah mengeni satu jenis
oabt setiap minggu pada waktu pertemuan staf
 Taruh satu atau lebih example buku farmakologi sederhana
diperpustakaan (Mc Maho, 1999).

Bagan 3.2 Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat (Nursalam, 2002)

Dokter Koordinasi dengan


perawat

Keluarga/pasien

Farmasi / apotik

Keluarga / pasien
-surat persetujuan
Lembar serah terima obat
KARU/PP/perawat yang
menerima
69

Pengaturan/pengolaha
n oleh perawat

Klien/keluarga

F. TIMBANG TERIMA
a. Pengertian
Profesional dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat.Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang
efektif anatar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu
bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat
pergantian sifh (timbang terima pasien).
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima pasien dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan / belum dan
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer keperawatan
kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam
secara tertulis dan lisan.
b. Tujuan
a. Tujuan umum :
Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi
yang penting.
b. Tujuan khusus :
a. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
b. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien
c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh
perawat dinas berikutnya
70

d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

c. Manfaat
1. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar
perawat
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna
2. Bagi Pasien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap.

Bagan 3.2 Skema Alur Pelaksanaan Timbang Terima


(Nursalam, 2002)

PASIEN

Diagnosa DIagnosa
Medis keperawatan

Rencana Tindakan Yang akan


dilakukan

Yang telah dilakukan

Permasalahan Teratasi
 Sepenuhnya
 Sebagian
 Belum Teratasi
 Baru

Perkembangan Klien
71

d. Prosedur Timbang Terima


Tabel 3.1 Tahapan Prosedur Timbang Terima
KEGIATAN
TAHAP
Persiapan 1. Timbang terima dilakasanakan setiap pergantian shift/operan
2. Prinsip timbnag terima semua pasien yang barubmasuk dan pasien
yang dilakukan timbang terima khususnya pasien yang memiliki
permasalahan yang belum/dapt teratasi serta yang membutuhkan
observasi lebih lanjut
3. PP melakukan timbang terima pada PP berikutnya, hal yang perlu
disampaikan dalam timbang terima :
a. Jumlah pasien
b. Identitas pasien dan diagnosa medis
c. Data (keluhan/subjek dan obyektif)
d. Masalah keperawatan yang belum muncul, dan yang baru
e. Intervensi keperawatan yang sudah dan akandilaksanakan (secara
umum)
f. Intervensi kolaboratif dan dependen
g. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan penunjang dll)
Pelaksanaan 1. Kedua kelompok dinas sudah siap (shif jaga)
2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
3. Kepala ruang membuka acara timbang terima
4. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi. Tanya jawab, dan melakukan validasi terhadap hal-hal
yang kuyrang jelas
5. Kepala ruang/PP menanyakan kebutuhan dasar klien
6. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat
7. Perawat yang melaksanakan timbang terima mengakaji secara penuh
terhadap masalah keperawatan kebutuhan, tindakan yang telah/belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya selama perawatan
8. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat serta hal-hal yang matang sebaiknya dicatat serta
khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya
9. Lama timbang terima untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang runit.
Penutup 1. Diskusi
2. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung ke format
timbang terima yang ditanda tangani oleh PP yang jaga berikutnya
72

diketahui oleh kepala ruang


3. Ditutup oleh kepala

G. SUPERVISI
1. Pengertian
Supervisi adalah suatu tehnik pelayanan yang tujan utamanya adalah
mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sma (H.Burton, 1997).
2. Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada
klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, ketrampilan, dan
kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas.
3. Manfaat Supervisi
a. Meningkatkan efektifitas kerja
Peningkatan efektifitas kerja ini berhubungan erat dengan makin
meningkatnaya pengetahuan dan ketrampilan bawahan, serta makin
terbianaya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara
atasan dan bawahan.
b. Meningkatkan efisien kerja
Peningkatan efisiensi kerja ini erat hubungannya dengan makin
berkurangnaya kesalahan.
4. Prinsip Supervisi
 Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
 Supervisi memerlukan penegtahuan dasar manajemen, ketrampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip
manejemen dan kepemimpinan
 Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi, dan dinyatakan
memulai petunjuk, peratuaran, uraian tugas, dan standart
 Supervisi merupakan proses kerja sama yang didemonstrasikan antara
supervisor dan perawat pelaksana
 Supervisi merupakan visi misi,falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik
 Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreativitas dan motivasi
 Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berhasil dan berdaya
guna dalam pelayanan keperawatan yang memeberi kepuasan klien,
perawat dan manjer.
73

PRINSIP 3F ( fear, feedback, follow up)


1. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi data
sekunder.
a. Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
b. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
2. Supervisor memberikan penilaian
Supervisi (F-Fair).
a. Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada.
b. Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat.
3. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil laporan
supervisi)
4. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.
a. Terdapat dua reinforcement yaitu reinforcement positif atau reward
diberikan pada yang melakukan perilaku positif atau diinginkan
mendapatkan penghargaan sehingga dapat meningkatkan kekuatan
trespon atau merangsang pengulangan perilakunya. Kedua
reinforcement negatifr atau hukuman adalah situasi yang terjadi ketika
perilaku yang diinginkan terjadi unruk menghindari konsekuensi
negatif dari hukuman (Roussel et al, 2003)
b. Ada dua follow up perbaikan yaitu shourt-term follow up adalah
intervensi jangka pendek melibatkan pasien setelah melalui sebuah
episode dari penyakit akut dan longterm follow up diberikan pada
pasien mendapatkan intervensi jangka panjang atau tindak lanjut,
rencana individual lebih formal dapat dilakukan bersama orang-orang
disekitarnya untuk memperluas pemantauan dan mengulangi perilaku
positif. (Cohen Toni, 2015).

5. Pelaksanaan Supervisi
1. Kepala ruang
a. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanana kepelayanan pada
klien di runag perawatan
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
perawatan pelayanan kesehatan di rumah sakit
c. Mengawasi perawat pelaksana dlam melaksanakan praktik
keperawatan di nruang perwatan sesuai dengan tugas yang
didelegasikan
2. Pengawas keperawatan
74

Bertanaggung jawab dalam melkukan supervisi pelayanan kepada


ruangan yang ada di instalasinya
3. Kepala seksi keperwatan
Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan
seluruh perawat secara tidak langsung.

manajer keperawatan

Kepala seksi keperawatan


6. Alur Supervisi

Kepala keperawatan Irna


Boegenvile

Menerapkan lingkungan dan supervisi


tujuan serta instrumen/ alat ukur

Katim I Katim II
Menilai kinerja perawat

PP PP

PEMBINAAN :

Penyampaian penelitian
Katim I&II
Feed back

Follow up, pemecahan PP


masalah dan reward

Kinerja perawat dan kualitas


pelayanana meningkat
75

Bagan 2.7 Alur Supervisi (Nursalam, 2009: 234)


Keterangan : Delegasi dan supervisi
Kegiatan Supervisi

H. PERENCANAAN PULANG (DISCHARGE PLANNING)


1. Pengertian
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan
sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk
memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan
sosial sebelum dan sudah pulang (Carpenito, 1990)
2. Tujuan
Menurut Jib dan Siras (1986) perencanaan pulang bertujuan untuk :
a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial
b. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
c. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien
d. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
e. Membantgu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
ketrampilan serta sikap dalam memperbaiki
Perencanaan pulang serat mempertahankan
status kesehatan pasien
f. Melakukan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat

Program HE :
Penyediaan administratif Lain - lain
Control dan
obat/perawatan

Gizi

Aktifitas dan istirahat


Monitor (sebagian
Perawatanprogram
diri servise
safety) oleh : keluarga dan petugas
76

Bagan 2.8 Alur Perencanaan Pulang

Keterangan :
1. Tugas perawat primer
 Membuat rencana discharge planning
 Membuat konseling
 Memberikan pendidikan kesehatan
 Menyediakan format discharge planning
 Mendokumentasikan discharge planning
2. Tugas perawat associate
 Melakukan agenda discharge planning (pada saat perawatan
dan saat perawatan diakhiri)
3. Tahap- Tahap Discharge Planning
a. Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data
tentang klien. Ketika melakukan pengkajian kepada klien, keluarga
merupakan bagian dari unit perawatan. Klien dan keluarga harus
aktif dilibatkan dalam proses discharge agar transisi dari rumah
sakit ke rumah dapat efektif.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :
a. Data kesehatan
b. Data pribadi
c. Pemberi perawatan
d. Lingkungan
e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge
planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan
keluarga. Keluarga sebagai unit perawatan memberi dampak
77

terhadap anggota keluarga yang membutuhkan perawatan adalah


penting untuk menentukan apakah masalah tersebut aktual atau
potensial.
c. Perencanaan hasil yang diharapkan
Menurut Luverne & Barbara, 1988, perencanaan pemulangan pasien
membutuhkan identifikasi kebutuhan spesifik klien. Kelompok
perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik
untuk persiapan pulang klien, yang disingkat dengan METHOD,
yaitu :
1) Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan
setelah pulang.
2) Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit
sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas
pelayanan yang dibutuhkan untuk kontinuitas perawatannya.
3) Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikanbahwa pengobatan dapat berlanjut
setelah klien pulang, yang dilakukan oleh klien atau anggota
keluarga. Jika hal ini tidak memungkinkan, perencanaan harus
dibuat sehingga seseorang dapat berkunjung ke rumah untuk
memberikan keterampilan perawatan.
4) Health teaching ( pengajaran kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana
mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang
mengindikasikan kebutuhan perawatan kesehatamn tambahan.
5) Outpatient referral
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau
agen komunitas lain yang dapat meningkatkan perawatan yang
kontinu.
6) Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya.
Ia sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
d. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral.
Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada
78

catatan perawat dan ringkasan pulang (discharge summary).


Instruksi tertulis diberikan kepada klien. Demonstrasi ulang menjadi
harus memuaskan. Klien dan pemberi perawatan harus memiliki
keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang akan digunakan di
rumah.
Penyerahan home care dibuat sebelum klien pulang. Informasi
tentang klien dan perawatannya diberikan kepada agen tersebut.
Seperti informasi tentangjenis pembedahan, pengobatan (termasuk
kebutuhan terapi cairan IV dirumah), status fisik dan mental klien,
faktor sosial yang penting (misalnya kurangnya pemberi perawatan)
dan kebutuhan yang diharapkan oleh klien. Transportasi harus
tersedia pada saat ini.
e. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam
membuat kerja proses discharge planning. Perencanaan dan
penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk menjamin kualitas
dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan terus-menerus dan
membutuhkan revisi dan juga perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan
seminggu setelah klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui
telepon, kuisioner atau kunjungan rumah (home visit). Keberhasilan
program rencana pemulangan tergantung pada 5 variabel :
a. Derajat penyakit
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
Komplikasi tambahan ketersediaan sumber-sumber

I. RONDE KEPERAWATAN (CASE CONFRENCE)


1. Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat
disamping melibatkan pasien untuk membahas dan melaksnakan asuhan
keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh Perawat Primer
79

dan atau Konseler, Kepala Ruangan, Perawat Associate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim kesehtana (Nurslam, 2002).
Karakteristik :
- Pasien dilibatkan secara langsung.
- Pasien merupakan fokus kegiatan.
- PA, PP, dan melakukan diskusi bersama.
- Konselor memfasilitasi kreatifitas
- Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP dalam
meningktakan kemampuan mengatai masalah.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalh pasien melalu pendekatan berpikir kritis
b. Tuhuan Khusus
1) Menumbuhkan cara berfikir berfikir kritis dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
4) Menumbuhka pemikiran tentang tindakan keperawatan yan
berorentasi pada masalah pasien
5) Kemampuan kemampuan modifikasi rencana asuahan keperawatan
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan bekerja
3. Manfaat
a. Maslah pasein dapat tertasi
b. Kebutuhan pasien dpat erpenuhi
c. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
d. Terjalin kerjasama antar tim kesehatan
e. Perawat dapat melakanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
dan benar
4. Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk melaksanakan ronde keperawatan adalah
pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudag dilakukan tindakan keperawatan
b. Pasien dengan kasus baru
5. Metode
Diskusi
6. Alat Bantu
a. Sarana diskusi : buku, bolpoin.
b. Status /dokumentasi keperawatan pasien
c. Materi yang disampaikan secara lisan
7. Langkah-Langkah Kegiatan Ronde Keperawatan
Bagan 2.5 Langkah-langkah Dalam Ronde Keperawatan
Tahap pra ...........................................
PP

Penetapan pasien
80

Persiapan pasien :

- Informasi consent
- Hasil pengkajian/validasi - apa diagnosis keperawatan:
data - apa data yang mendukaung
- bagaimana intervensi yang
Tahap pelaksanaan dilakukan
- apa hambatan yang ditemukan
Di nurses stasion………………Penyajian
.. masalah

Tahap pelaksanaan
Di kamar pasien…………………………………………………….. Validasi data

Lanjutkan diskusi diruang nurses


station

Pasca Ronde…………………………………………………………Diskusi PP-PP-Konselor-Karu

Kesimpulan dan rekomendasi solusi


masalah

Keterangan
 Pra ronde
1) Memenuhi kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan
masalah yang langka)
2) Menetukan ronde
3) Mencari sumber / literatur
4) Mempersiapkan pasien : informed consent dan pengkajian
5) Diskusi : apa diagnosa keerawatan, apa diagnos akeperawatan, apa
data yang mendukung, bagaimana intervensi yang sydah
dilakukan, dan hambatan yang ditemukan selama perawatan
 Pelaksanaan ronde keperawatan
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
dilaksnanakan dan ataubtelah dilaksnakan serta memilih prioritas
yang perlu didiskusikan
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus ersebut
81

c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau


kepeala ruaangan tentang maslah pasien serta rencana tindakana
yang aakan dilakukan
 Pasca-ronde
a. Evaluasi, revisi, dan perbaikan
b. Kesimpulan dan rekomendais penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya
8. Peran Masing – Masing Anggota Tim
a. Perawat primer dan perawat associate
1) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama.
3) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
4) Menjelaskan tindakan selanjutnya.
5) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
b. Perawat perawat dan atau konselor
1) Memberikan justifikasi.
2) Memberikan reinforcement.
3) Menilai kebenaran suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakan yang rasional.
4) Mengarahkan dan mengkoreksi.
5) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
9. Kriteria Evaluasi
a. Struktur
1) Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainya)
2) Tim ronde keperawatan hadir ditempat peaksanaan ronde
keperwatan
3) Persiapan dilakukan sebelumnya
b. Proses
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awala hingga akhir
2) Seluruh peserta berperan aktif dalan mengikuti ronde sesuai peran
yang telah dilakukan
c. Hasil
1) Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
2) Maslah pasien dpat teratasi
3) Perawat dapat :
 Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
 Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
 Meningkatkan kemampuan validitas dan pasien
 Meningkatkan kemampuan menetukan diagnosis keperawatan
 Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
82

 Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan


keperawatan
 Meningkatkan kemampuan justifikasi
 Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
83

J. SISTEM DOKUMENTASI KEPERAWATAN


1. Pengertian
Dokumentasi merupakan catatan autentik dalam penerapan
manajmen asuhan keperawatan profesional.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Menerapkan sistem dokumentasi keperawatanb dengan benar
b. Tujuan Khusus
1) Mendokumentasikan asuhan keperawatan
2) Mendokumentasikan HE melalui kegiatan perencanaan pulang
3) Mendokumentasikan timbang terima
4) Mendokumnetasikan kegiatan supervisi
5) Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus melalui ronde
keperawatan
3. Manfaat
a. Sebagai alat komunikasi antar perawat dan tenaga kesehatan lain
b. Sebagai dokumentasi legal dan mempunyai nilai hokum
c. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
d. Sebagai refrensi pembelajarn dalam peningkatan ilmu keperwatan
e. Mempunyai nilai riset penelitian dan penegembangan keperawatan
4. Pelaksanaan
Secara garis besar pendokumentasian PIE meliputi :
1. Pengkajian perawatan
a. Pengumpulan data criteria LARB ( Lengkap, Akurat, Relevan
dan Baru)
b. Pengelompokan data, kriteria :
 Data biologis, hasil dari : observasi tanda-tanda vital,
pemeriksaan fisik melalui inspeksi,palpasi, perkusi dan
auskultasi
 Data psikologis yang lebih spesifik untuk menunjang dalam
menegakkan diagnose keperawatan jiwa, social , spiritual
melalui wawancara dan observasi, disertai pemeriksaan
penunjang lainnya.
2. Diagnosis keperawatan
Kriteria :
- Status kesehatan dibandingkan dengan norma untuk
menentukan kesenjangan
- Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan pasien
- Diagnosis keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang
perawat.
- Komponen diagnosis terdiri dari P-E-S
84

3. Perencanaan
Prioritas masalah, criteria :
- Masalah yang mengancam kehidupan
- Masalah yang mengancam kesehatan
- Masalah yang mempengaruhi perilaku
Tujuan asuhan keperawatan, memenuhi syarat SMART
- Tujuan dirumuskan secara singkat
- Disusun berdasarkan diagnosis keperawatan
- Dapat diukur
- Dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah
- Adanya target waktu pencapaian
Rencana tindakan keperawatan didasarkan pada NIC(Nursing
Intervention Classification). Jenis rencana tindakan ada 3
komponen :
- Diagnosis / observasi
- Edukasi / He
- Tindakan independent, dependen dan interdependen
4. Intervensi/Implementasi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana
tindakan yang akan ditentukan dengan maksud agar kebutuhan
pasien terpenuhi secara optimal mencakup aspek peningkatan ,
pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan dengan mengikut
sertakan.
5. Evaluasi
Dilakukan secara periodic, sistematis, dan berencana untuk
menilai perkembangan pasien setelah tindakan keperawatan.
Kriteria :
- Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
- Evaluasi hasil menggunakan indicator perubahan fisiologis,
dan tingkah laku pasien
- Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan untuk
diambil tindakan selanjutnya
- Evaluasi melibatkan klien dan tim kesehatan lain
- Evaluasi dilakukan dengan standar (tujuan yang ingin dicapai
dan standar praktik keperawatan)

Anda mungkin juga menyukai