Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 1

NAMA : MUHAMMAD MUHTARAOM


NIM : 020939709
BENGKULU

1). Sebutkan perbedaan antara kejahatan dengan pelanggaran dalam ranah hukum
pidana?
jawaban :
-Pelanggaran
perbuatan pidana ringan, orang baru menyadari hal tersebut merupakan tindakpidana karena
perbuatan tersebut tercantum dalam undang-undang, istilahnya disebut wetsdelict (delik undang-
undang ). Dimuat dalam buku III KUHP pasal 489 sampai dengan pasal 569. Contoh mabuk
ditempat umum (pasal 492 KUHP/536 KUHP), berjalan diatas tanah yang oleh pemiliknya
dengan cara jelas dilarang memasukinya (pasal551KUHP).

-Kejahatan
perbuatan pidana berat, meskipun perbuatan tersebut tidak dirumuskan dalam undang-undang
menjadi tindak pidana tetapi orang tetap menyadari perbuatan tersebut adalah kejahatan dan
patut dipidana, istilahnya disebut rechtsdelict (delik hukum). Dimuat didalam buku II KUHP
pasal 104 sampai dengan pasal 488. Contoh pencurian (pasal 362 KUHP), pembunuhan (pasal
338 KUHP), perkosaan (pasal 285 KUHP).

2). Jelaskan elemen-elemen konsep monoisme dan dualisme dalam menentukan suatu
perbuatan sebagai perbuatan pidana/tindak pidana? Apa saja yang menjadi
pembedanya diantara kedua aliran tersebut? Manakah yang digunakan di
Indonesia?
jawaban :

Dari perbedaan pendapat mengenai penafsiran istilah strafbaarfeit oleh para ahli hukum
pidana, maka menurut Sianturi (1986: 209) dikenal adanya 2 (dua) pandangan mengenai
unsur-unsur delik.
Pandangan Monistis/ monisme
Pandangan ini merumuskan unsur-unsur delik sebagai berikut:

1. Mencocoki rumusan delik.


2. Ada sifat melawan hukum.
3. Ada kesalahan yang terdiri dari dolus dan culpa dan tidak ada alasan pemaaf.
4. Dapat dipertanggungjawabkan.
Jadi apabila salah satu unsur di atas tidak terpenuhi maka seseorang tidak dapat dipidana
atau dengan kata lain tidak ada delik.

Pandangan Dualistis/ Dualisme


Pandangan ini disebut juga aliran modern dan berpendapat bahwa syarat-syarat
pemidanaan terdiri atas perbuatan atau pembuat yang masing-masing memiliki unsur
sebagai berikut:

1. Unsur-unsur yang termasuk perbuatan adalah:

– Mencocoki rumusan delik

– Ada sifat melawan hukum (tidak ada alasan pembenar)

2. Unsur-unsur yang termasuk pembuat adalah:

– Kesalahan (dolus dan culpa)


– Dapat dipertanggungjawabkan (tidak ada alasan pemaaf)

Penjajahan Belanda atas Indonesia memberikan pengaruh yang besar terhadap sistem hukum
Indonesia. Melalui konkordansi, Indonesia mengadopsi hukum Belanda untuk diterapkan di
Indonesia agar tidak terjadi kekosongan hukum. Dalam proses konkordansi tersebut, sistem
hukum Belanda memberikan pengaruh yang besar terhadap pondasi sistem hukum Indonesia
terutama sejak digunakannya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang didasari
ajaran monistis yang menjadikan kesalahan sebagai salah satu unsur perbuatan pidana.[20]

Semula KUHP sekarang berasal dari Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie yang
disahkan oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1886 dan diberlakukan pada tahun 1915. Sejak
tahun 1946, Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie diundangkan melalui UU Nomor 1
tahun 1946 tentang hukum pidana yang diberlakukan di Indonesia. Kemudian melalui UU
Nomor 73 tahun 1958, dinyatakan berlakunya UU Nomor 1 tahun 1946 untuk seluruh wilayah
Indonesia. Sejak saat itu berlakulah satu KUHP di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai