Ringkasan Dan Tanggapan Prof. Satya Arinanto
Ringkasan Dan Tanggapan Prof. Satya Arinanto
Nomor Absen 27
April 2016
RINGKASAN
1. Transisi Politik Menjadi Demokrasi
negara-negara yang masa lalunya bersifat otoriter atau totaliter dimulai sejak tahun
revolusi politik yang luar biasa dimana transisi dan otoritarianisme menuju
Filipina, Rumania, dan dimana saja; serta oligarki rasial di Afrika Selatan. Proses
politik, pertanyaan mengenai siapa subyek atau pelaku politik muncul dengan
berakhirnya politik, dan Negara yang dilanda oleh pasar global, menjadi begitu
menonjol dalam literature akhir-akhir ini, sehingga apa saja yang bisa dicapai oleh
menyebut suatu gejala paling mengejutkan dalam sejarah umat manusia, suatu
gejala yang secara mendadak mencuat dalam bagian pertama abd ke-20 yang baru
lalu. Dapat disimpulkan bahwa Negara totaliter adalah sebuah sistem politik yang
-2-
dengan melebihi bentuk-bentuk kenegaraan despotik tradisional-secara
masyarakat.
Menurut George Orwell dalam bukunya Animal Farm, Penguasa totaliter tidak
hanya mau memimpin tanpa gangguan dari bawah; ia tidak hanya mau memiliki
monopoli kekuasaan; juga bagaimana masyarakat hidup dan mati; bangun, tidur,
makan, belajar dan bekerja. Mengontrol apa yang mereka fikirkan, siapa yang tidak
Salah satu contoh lain Negara totaliter di Asia adalah di Kamboja setelah Khmer
jalannya transisi, namun yang menjadi partisipan utama dan memberikan pengaruh
-3-
Hampir tidak ada hubungan sipil-militer seperti di negara demokrasi yang disebut
dan bergerak ke arah ekonomi dengan menahan laju inflasi dan pengangguran
Negara maju seperti di Amerika Utara dan Eropa Barat, pemetaan kedua
fungsi tersebut sudah bisa berjalan seimbang, masing-masing bisa berperan sesuai
dengan funginya, tidak tumpang tindih dan intervensi. Kalaupun ada pengaruh,
maka sipil yang mempengaruhi militer dan bukan sebaliknya. Karena yang berjalan
adalah prinsip “supremasi sipil”, maka kebijakan politik yang ditempuh dan
hubungan sipil-militer dalam arti yang menyeluruh dan tidak hanya terbatas pada
Dalam kasus Chile, pemerintah telah memilih sarana yang berbeda untuk
-4-
terbaik untuk menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran HAM, karena pegadilan
tersebut dapat berjalan sesat untuk memenuhi kepentingan atau tujuan politik
untuk Dwifungsi, yang selama ini dijadikan landasan untuk kekuasaan politiknya.
perwira ke posisi sipil, netralitas politik, pemisahan POLRI dari TNI, dan orientasi
pertahanan.
Salah satu bentuk pelanggaran HAM dalam transisi politik terjadi pada kasus
pembunuhan Steven Biko di Afrika Selatan. Dia adalah pendiri gerakan Kesadaran
Kaum Kulit Hitam yang paling kharismatik dan meninggal di penjara, terbaring
telanjang di atas tikar dari lantai batu di rumah sakit Pretoria dengan mulut penuh
ditimbulkan dari putusan tersebut. Hal ini dapat terealisasi, namun dapat diberikan
Ntsiki Biko, janda Steven Biko menilai rekonsiliasi haruslah datang dengan
-5-
mengadukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi, walaupun akhirnya ditolak.
pada tanggal 16 Februari 1999, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Afrika Selatan
Biko, berdasarkan 2 alasan sebagai berikut: (1) Para pembunuh Biko belum
negara memiliki hukum pidana. Selain itu dalam hukum internasional juga
di kalangan para ahli bahwa kewajiban untuk melakukan penuntutan secara alamiah
-6-
O’Donnell melihat adanya heterogenitas Amerika Latin yang lebih tinggi dari
pada Eropa Selatan. Beberapa ahli ilmu politik menyebut situasi rezim di beberapa
negara Amerika Latin pra transisi politik sebagai “otoriterisme birokratis”. Contohnya
adalah Rezim Somoza di Nikaragua, Rezim Batista di Kuba, dan Rezim Stroessner
di Paraguay. Transisi di Eropa Selatan tergambar lewat negara Yunani dan Spanyol.
Spanyol memerintah secara totaliter, namun berakhir pada tahun 1980an dengan
Yunani tergambar oleh kelompok perwira militer (junta) yang mengambil alih
Jerman Timur setelah Perang Dunia menjadi blok komunis hingga pada masa
transisi dengan bersatunya Jerman Timur dan Barat pada bulan Oktober 1990. Di
tembok Berlin terpampang simbol tekanan Komunis dari Polisi Negara Jerman
Timur. Salah satu yang memperkuat Jerman ialah pengalamannya 40 tahun lebih
dengan konsep negara hukum menghasilkan keadilan transisional dalam era pasca
komunis.
BAB III
KEADILAN TRANSISIONAL
1. PENGANTAR
-7-
Lebih dari 20 bangsa dalam tempo 25 tahun mencoba untuk
restoratif”, “klarifikasi historis”, dan sebagainya. Menurut Bronkhorst, ada tiga hal
yang perlu dibahas dalam konteks keadilan pada masa transisi yaitu: (1)
dari kondisi masa lalu suatu negara. Perbedaan ini membuat upaya penyelesaian
lalu yang pernah terjadi. Terkait permasalahan masa lalu, Ruti G.Teitel
lalunya yang represif dan prospeknya untuk membentuk suatu tata pemerintahan
yang liberal?
-8-
Menurut Kritz, pemerintahan asing didorong untuk memberikan perlindungan
bagi mereka yang berasal dari rezim sebelumnya atau memfasilitasi pengeluaran
atau ekstradisi mereka untuk diadili. Harus dipertimbangkan bahwa jalan dimana
transisi di berbagai negara dan tetap fokus pada upaya transisi di seluruh dunia.
menawarkan suatu konstruksi alternatif dari hukum yang tetap berlangsung dan
kekal. Hukum Internasional berlaku untuk mengurangi dilema dari aturan hukum
keadilan pengganti pada waktu transisi dan untuk menjustifikasi legalitas berkaitan
lalunya. Jika keseimbangan kekuatan pada masa transisi tidak dapat diciptakan,
maka pembeberan kejahatan dari rezim sebelumya tidak dapat dibenarkan. Hal ini
antara kekuatan masa lampau dan para elit penggantinya pada masa transisi. Para
-9-
1. Skenario pertama, booming like west. Dalam gambaran ini negara pascakomunis
antara kelompok populis, nasionalis, militer dan ada asusmsi adanya kembali ke
komunis.
3. Skenario ketiga tidak mengarah pada transisi jagka panjang, dimana pemerintah
berubah dengan reformasi yang abnormal dan tetap berupaya mengubah arah.
4. Skenario keempat adalah skenario yang tidak dapat atau tidak seharusnya
mengajarkan sesuatu dalam model kesempurnaan ilmu sosial, kita tidak dapat
sebagai berikut: Dalam perdebatan tentang hubungan hukum dan keadilan dengan
hukum, atau sebaliknya, beberapa langkah hukum justru harus dilakukan untuk
mendahului politik.
Menurut Teifel, dilema awal dimulai dari konteks keadilan dalam transformasi
politik: hukum dicerna sebagai suatu fenomena yang terletak di antara masa lalu
-10-
dan masa yang akan datang, antara retrospektif dan prospektif, antara individual
dan kolektif. Dalam fungsi sosial yang umum, hukum berfungsi untuk memberikan
ketertiban dan stabilitas; namun dalam masa pergolakan politik yang luar biasa,
arah (paradoxical).
Pengadilan tidak akan dapat menetapkan secara sah kesalahan masyarakat yang
nasional oleh pemerintah, (2) bagaimana politik mempengaruhi hukum dengan cara
hukum itu.
Dalam Transisi, akan muncul suatu dilema transisional yang hadir pada
keseluruhan waktu sejarah politik. Bagaimana suatu aturan hukum ditegakkan, dan
Teitel, dalam transformasi politik masalah legalitas berbeda dengan masalah teori
-11-
hukum sebagaimana ia muncul dalam demokrasi-demokrasi yang mantap dalam
inti tentang legitimasi dari rezim baru, termasuk kondisi, peranan, dan pengadilan
transisional.
membentuk suatu hukum sesuai dengan rule of law akan dibebani kepada
Mengenai pelanggaran HAM yang terjadi pada masa NAZI Hitler, prinsip-
-12-
TANGGAPAN
Buku Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik Di Indonesia oleh Prof. Dr. Satya
Arinanto, SH, M.H., memberikan banyak informasi dan pengetahuan yang sangat
penting bagi semua orang khususnya mahasiswa untuk memahami mengenai masa
transisi, demokrasi, kerusuhan tahun 1998, dan pelanggaran HAM terdahulu yang
dilakukan oleh penguasa totaliter. Menurut George Orwell dalam bukunya Animal Farm,
penguasa totaliter tidak hanya memimpin tanpa gangguan dari bawah; ia tidak hanya
mau memiliki monopoli kekuasaan, tetapi juga mau secara aktif menentukan bagaimana
masyarakat hidup dan mati; bagaimana mereka bangun dari tidur, makan, belajar dan
bekerja. Ia juga mau mengontrol apa yang mereka pikirkan; dan siapa yang tidak ikut
akan dihancurkan1.
Pada tahun 1985 kekuasaan hukum, politik, sosial, dan militer, praktis berada
Indonesia merupakan salah satu negara yang bertransisi dari pemerintahan Orde Baru
setelah 32 tahun lamanya memerintah menuju ke demokrasi yang dimulai pada tahun
1998. Demokrasi adalah sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat, oleh karena itu berbicara mengenai demokrasi adalah membicarakan tentang
Pemerintah Indonesia sampai sekarang masih bebenah diri dalam hal menuju
demokrasi kerakyatan yang mampu membawa negara ke arah supremasi hukum yang
-13-
masa lalu yang sampai sekarang masih melanda. Kekuasaan otoriter dalam masa orde
Sekarang di masa menuju arah demokrasi yang matang, Indonesia masih berbenah diri,
pembenahan tersebut juga dibantu oleh masyarakat yang berperan tidak hanya menjadi
rakyat apabila suatu kebijakan dinilai tidak sesuai dengan keadaan masyarakat.
Masyarakat bisa bersuara, mereka bisa berkomentar, bahkan tidak sedikit mereka
mencaci pemerintahan yang dianggap lalai dalam kinerjanya. Hal ini berbeda dengan
keadaan masa pada masa orde baru Soeharto, dimana banyak masyarakat dibungkam
kenyataannya kekuasaan tertinggi itu berada pada Presiden. Artinya, semua pemegang
kekuasaan tanpa terkecuali tunduk pada Presiden. Dalam kaitan ini berkali-kali kita
dihadapkan fakta bahwa ketua Mahkamah Agung datang melapor dan mohon petunjuk
kepada Presiden, seperti Menteri atau Gubernur yang minta petunjuk 3. Hal ini
Selain itu, kebebasan pers pun dibungkam. Semua berita hanya tertuju pada
TVRI dan RRI. Pemberitaan terkesan tertutup, tidak menyiarkan demonstrasi besar-
-14-
besaran yang terjadi, kerusuhan massa, sampai berita korupsi. Apakah Indonesia pada
saat itu benar-benar ideal seperti yang digambarkan? Kebijakan negara dalam
pembatasan media akan memberi gambaran berbagai kebijakan dan tidakan birokrasi
Indonesia.
bisnis penyiaran yang terkait dengan ruang sakral pribadi Soeharto. Lalu, bisnis televisi
kemudian hanya dimiliki dan dijalankan oleh anak dan kerabat Presiden Soeharto.
yang bersifat tertutup tanpa akuntabulitas publik. Media penyiaran di era Orde Baru
memberikan kebijakan penyiaran hanya bagi mereka yang memiliki hubungan erat
dengan kekuasaan, dan pelaku bisnis di luar lingkar keuasaan akan dipersulit serta
dicurigai akan mengguncang kekuasaan. Hanya TVRI dan RRI yang diberikan
dilanjutkan oleh B.J Habibie, kemudian Abdurrahman Wahid serta Megawati Soekarno
Putri hingga bertransisi dan melakukan pemilihan presiden secara langsung. Pemilihan
presiden secara langsung pada tahun 2004 yang dimenangkan oleh Susilo Bambang
-15-
Hubungan militer dengan pencitraan TNI yang sangat berkuasa di masa Orde
baru hampir tidak dibarengi dengan kontrol sipil berbeda dengan yang terjadi di negara
demokrasi. Dominasi TNI dengan rezim otoriternya akhirnya kandas melalui reformasi
setelah jatuhnya pemerintahan Orde Baru dengan ditandai "Lima Langkah Reformasi
TNI". Tentu saja tidakan reformasi TNI dilakukan agar terpeliharanya momentum
demokrasi yang masih memerlukan sistem politik yang kuat dan kepemimpinan yang
Selain itu mucul lembaga baru pada era demokrasi seperti KPK untuk
memberantas tindak pidana korupsi, Mahkamah Konstitusi yang memiliki fungsi dan
peran menjaga konstitusi guna tegaknya prinsip konstitusionalitas hukum, dan Komnas
Berkaitan dengan pelanggaran HAM, banyak sekali yang terjadi pada zaman
pratransisi. Setiap masyarakat yang menentang akan diberikan ganjaran, bahkan tidak
masa orde baru. Pelanggaran HAM berat kerap terjadi, walaupun HAM telah disinggung
dalam dasar negara UUD 1945. Dalam Pasal 28 I ayat (1) UUD 1945 serupa dengan
ketentuan pasal 4 UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 tahun 2000
sebagai: "Hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal
dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak
-16-
Beberapa contoh dari pelanggar HAM tersebut adalah Pelanggaran HAM berat
Tanjung Priok (1984), kasus pelanggaran HAM berat di Aceh masa berlakunya Daerah
Operasi Militer (DOM) (1989) hingga pelanggaran HAM pada masa reformasi di tahun
19986. Reformasi tahun 1998 merupakan sejarah dimana kerusuhan banyak terjadi,
tragedi-tragedi masa transisi terjadi, memunculkan tragedi Semanggi I-II dan tragedi
1998, yaitu Elang Mulya Lesmana, Hery Hartanto, Hendriawan Sie, dan Hafididhin
Royan. Sebagai buntut dari peristiwa berdarah Universitas Trisakti, pada tanggal 13-14
Padahal, prinsip dalam hukum acara pidana mengatur prinsip HAM, yaitu prinsip-
2004 tentang kekuasaan Kehakiman, dan harus ditegakkan sesuai menurut ketentuan
Pidana (KUHAP)7, terutama poin 1 dan 2 yang mengungkapkan: (1) Persamaan di muka
hukum (equality before law). Tidak ada perbedaan terhadap setiap orang, baik atas
dasar jabatan, agama, suku, golongan, dan sebagainya (2) Setiap tindakan hukum
harus dilakukan atas dasar perintah tertulis dan dilakukan oleh pejabat yang berwenang
terlihat dari peran internasional yang membantu proses perdamaian yang ada di Aceh.
Persoalan pelanggaran HAM di Aceh secara rinci telah dilaporkan oleh beberapa
-17-
lembaga seperti Human Rights Watch maupun lembaga-lembaga lain di tanah air
seperti kontras, koalisi NGO di Aceh, dan sebagainya 8. Melalui perjanjian damai di
Indonesia dapat tercapai dengan proses mediasi dari kedua belah pihak yang berseteru.
Diawali dengan kejadian Tsunami yang membuka jalan hubungan pusat dengan Aceh.
Pemerintahan baru di bawah SBY-JK kala itu membuka perundingan dengan GAM
2005 yang membawa dampak penting bagi perubahan sosial-politik di Aceh ke depan.
Pemerintahan Aceh yang disahkan pada 1 Agustus 2006 yang juga mengatur tentang
HAM, terdiri dari 5 pasal, yaitu pasal 227 s/d pasal 231. Sesuatu yang relatif baru,
dicantumkan dalam UUPA ini adalah tentang komisi kebenaran dan rekonsiliasi, yang
disebutkan akan dibentuk dengan diundangkannya UUPA ini. Pengadilan HAM juga
Berdasarkan fakta yang ada, pemerintah di era reformasi jelas peduli akan
aksi tebang pilih mengenai pelanggar kejahatan HAM ini. Karena, sampai sekarang ada
beberapa pensiunan jenderal besar yang pada zaman orde baru terkait dengan kasus
pelanggaran HAM sampai sekarang tidak tersentuh hukum. Jika dikaitkan, nyatanya
pemerintahan yang dibentuk sekarang ini masih berkaitan erat dengan militer yang pada
-18-
zaman orde baru. Mereka yang diduga sebagai pelanggar HAM juga merupakan
petinggi partai besar yang sekarang masih eksis hingga kini juga merupakan orang
dekat Soeharto di jaman Orde Baru. Secara langsung maupun tidak langsung
masyarakat akhirnya berpandangan, bahwa apakah peran militer masih sangat kuat di
Kebobrokan rezim Orde Baru harus dihapuskan, dari pelanggaran HAM hingga
KKN yang harus ditindak. Sekarang masyarakat lebih pintar, semua berbicara, dan
berkolusi dengan pengusaha. Beberapa praktek korupsi besar pada masa Orde Baru
adalah korupsi Pertamina (1970-an), Bulog, akhir tahun 1970-an dan 1990-an, Bank
(1997) pada bank pemerintah dan swasta yang diberikan oleh Bank Indonesia atas
nama kredit BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia) yang berjumlah ratusan triliun
rupiah, serta praktek monopoli dan oligopoli atas tata niaga cengkeh dan jeruk di
Sulawesi Utara dan Kalimantan Barat tahun 1990-an9. Alhasil Indonesia menjadi negara
masyarakat atas pemerintahan yang telah berjalan. Walaupun sudah terjadi reformasi
besar-besaran yang terjadi pada tahun 1998, namun tetap saja ada sebagian besar
masyarakat yang belum puas dan tidak percaya kepada pemerintah. Buktinya saja,
9 Muhammad Hisyam, Krisis Masa Kini dan Orde Baru (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
2003), hal. 197.
10 ibid, hal 199
-19-
masih banyak kasus main hakim sendiri, ataupun kebrutalan yang terjadi oleh ormas-
ormas yang masih menilai bahwa hukum masih tidak memihak kepada rakyat. Dari
memboikot hal-hal yang dianggap mereka salah tanpa melalui jalur hukum.
percaya dengan penegak hukum di negeri sendiri. Pada dasarnya penegakan hukum
dilakukan oleh alat penegak hukum (law enforcement agency) yang umumnya meliputi
kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan, dan yang juga dikenal sebagai jalur hukum
terakhir adalah badan peradilan. Karenanya, orang melihat badan peradilan sebagai the
Selain itu, pada era demokrasi saat ini, populer istilah “demokrasi kebablasan”.
Demokrasi kebablasan bisa terlihat dari partai politik yang jumlahnya terlalu banyak,
Soltau, partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir,
perwakilan politik dilegitimasi melalui partai politik. Oleh karena itu banyak orang
masyarakat.
-20-
Demokrasi Indonesia juga seharusnya berpedoman pada dasar negara,
sehingga masyarakat Indonesia dapat menjadi pribadi pancasila dan UUD 1945 yang
ideal. Saat ini negara yang masih belum stabil masih dalam fase berbenah diri. Bhineka
Tunggal Ika (beragam tapi tetap satu) janganlah hanya sebagai semboyan belaka,
namun realisasinya haruslah terjadi demi Indonesia yang lebih baik. Sosialisasi nilai-
-21-
DAFTAR PUSTAKA
Arinanto, Satya. Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik di Indonesia. Jakarta: Pusat
Hisyam, Muhammad. Krisis Masa Kini dan Orde Baru. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2003.
-22-