Makalah Kaustik Soda
Makalah Kaustik Soda
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1) Dapat mengetahui apa kaustik soda itu.
2) Mengetahui sifat fisik dari NaOH/kaustik soda.
3) Mengetahui cara pembuatan Kaustik soda/NaOH.
4) Mengetahui kegunaan dari kaustik soda/NaOH.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Sifat Kimia
NaOH berwarna putih atau praktis putih, berbentuk pellet,
serpihan atau batang atau bentuk lain.
Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur.
Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida
dan lembab.
Mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut
dalam eter.
NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air,
NaOH murni merupakan padatan berwarna putih.
Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium
dan hidroksida
c. Penanganan
Cuci bersih setelah penanganan
Jangan biarkan air masuk ke dalam wadah karena reaksi
eksotermis
Minimalkan akumulasi debu
Jangan sampai terkena mata, kulit, atau pakaian
Jaga agar wadah tertutup rapat
Membuang sesuatu yang terkontaminasi.
d. Penyimpanan
Simpan di wadah tertutup rapat
Simpan di tempat yang sejuk, kering, dan berventilasi
Jauhkan dari bahan yang bersifat asam
Lindungi dari kelembaban
Wadah harus ditutup rapat untuk mencegah konversi NaOH
ke natrium karbonat oleh CO2 di udara. (Wikipedia, 2011)
Skala Industri
Bahan baku proses pembuatan caustic soda adalah garam, air, dan
listrik. Proses pembuatan caustic soda melalui beberapa tahapan proses,
pemurnian bahan baku yang meliputi pencampuran, pengendapan pengotor,
penyaringan pengotor, penukaran ion. Tahap selanjutnya adalah proses utama
yang meliputi pengasaman dan elektrolisa. Tahap Finishing meliputi
evaporasi dan pendinginan produk. Produk samping dari pembuatan caustic
soda berupa gas Cl yang diproses lebih lanjut menjadi chlorine cair.
B. Proses Utama
1. Penambahan HCl (Pengasaman)
Penambahan HCl dilakukan untuk mengurangi terjadinya
pembentukan chlorate pada sel elektrolisa, larutan masuk anoda
diasamkan hingga ph 4.
2. Elektrolisa
Larutan keluar dari resin penukar ion memasuki sebelum
memasuki sel elektrolisa dipanaskan terlebih dahulu hingga suhu 87oC
dengan steam. Pada proses elektrolisa menggunakan anoda dan katoda
yang dialiri arus DC(direct current) sebagai sumber energy. Elektrolisa
ini menggunakan nikel sebagai sel katoda dan titanium sebagai sel
anoda. Reaksi utama yang terjadi dalam elektrolisa :
Anoda : 2Cl- → Cl2 + 2e
Katoda: 2e- + 2H+ → H2
Antara sel anoda dan katoda dibatasi oleh membran, yaitu nafion yang
hanya dapan dilalui oleh ion positif.
Pada anoda feed masuk adalah larutan garam, ion Cl- pada NaCl
teroksidasi sehingga ion Na+ kehilangan pasangan dan bergerak menuju
anoda. Pada anoda feed masuk adalah H2O dan NaOH recycle pada
suhu 85oC, ion H+ dari H2O tereduksi sehingga ion OH- kehilangan
pasangan. Ion Na+ dan OH+ ini selanjutnya bertemu dan membentuk
NaOH. Dihasilkan larutan NaOH yang dihasilkan 32%. Hasil samping
dari proses elektrolisa ini berupa gas chlorine (Cl2) dan gas Hydrogen
(H2) pada suhu 91oC. Gas Cl2 diproses lebih lanjut menjadi Cl2 liquid,
sedangkan gas H2 diblower ke udara karena jumlahnya relatif sedikit.
Larutan keluar anoda pada suhu 91oC di recycle kembali menuju
tangki pencampur. Sedangkan larutan keluar katoda suhu 91oC
mengandung NaOH 32%, 10% direcycle kembali sebagai umpan dan
sebagian yang lain diproses lebih lanjut untuk mendapatkan NaOH
50%.
Pada elektrolisa ini juga terjadi berbagai reaksi samping. Reaksi
samping yang terjadi yaitu pembentukan Chlorate (NaClO3) reaksi
pembentukan chlorate :
H2O + Cl2 ↔ HClO + HCl
HClO + 3NaOH → NaClO3 + 2NaCl + 3H2O
Perpindahan ion yang terjadi dalam elektrolisa juga tidak
sempurna, sekitar 5% ion Cl- lolos menuju katoda (Uhde), dan sekitar
5% ion OH- lolos menuju anoda, membentuk NaOH dan kemudian
membentuk chlorate.
Reaksi samping lain yang terjadi adalah sebagian dari H2O di
anoda juga teroksidasi dengan reaksi:
H2O → 2H+ + O2 + 2e-
Reaksi ini menghasilkan gas O2 yang akan keluar dari bagian atas
anoda, dan ion H+ yang akan menuju ke katoda, kemudian ion H+
bereaksi dengan OH- manjadi H2O (back mixing).
C. Finishing
1. Evaporasi
NaOH 32% yang keluar dari sel elektrolisa memasuki
evaporator untuk dipekatkan menjadi 50% NaOH. NaOH di evaporasi
menggunakan steam sehingga NaOH 50% keluar memiliki suhu 144oC.
NaOH 50% kemudian didinginkan melalui beberapa tahap pendinginan,
pertama ditukarkan panasnya dengan feed katoda sehingga suhunya
menjadi 110,7oC, larutan ini kemudian didinginkan kembali
menggunakan air pendingin hingga suhunya mencapai 45oC dan
ditampung ke dalam tangki penampung.
2. Treatment Recycle
Garam lemah dari anoda masih mengandung chlorate di
treatment terlebih dahulu dengan penambahan HCl untuk reaksi
destruksi chlorate :
NaClO3 + HCl → NaCl + 3Cl2 + 3H2O
Setelah melewati reaktor destruksi chlorate, kandungan Cl2 di stripping
menggunakan udara. Larutan setelah stripping yang mengandung NaCl
dan H2O siap direcycle menuju tangki pencampur
refining factor =
Makin kecil nilai refining factor, maka efisiensi netralisasi makin tinggi.
Pemakaian larutan kaustik soda dengan kensentrasi yang terlalu tinggi akan
bereaksi sebagian dengan trigiserida sehingga mengurangi rendemen minyak
dan menambah jumlah sabun yang terbentuk. Oleh karena itu, harus dipilih
konsentrasi dan jumlah kaustik soda yang tepat untuk menyabunkan asam
lemak bebas dalam minyak. Dengan demikian penyabunan trigliserida dan
terbentuknya emulsi dalam minyak dapat dikurangi, sehingga dihasilkan
minyak netral dengan rendemen yang lebih besar dan mutu minyak yang
lebih baik.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih konsentrasi
larutan alkali yang digunakan dalam netralisasi adalah sebagai berikut:
1. Keasaman dari Minyak Kasar
Konsentrasi dari alkali yang digunakan tergantung dari jumlah
asam lemak bebas atau derajat keasaman minyak. Makin besar jumlah
asam lemak bebas, makin besar pula konsentrasi alkali yang digunakan.
Secara teoritis, untuk menetralkan 1 kg asam lemak bebas dalam
minyak (sebagai asam oleat), dibutuhkan sebanyak 0,142 kg kaustik soda
Kristal, atau untuk menetralkan 1 ton minyak yang mengandung 1% asam
lemak bebas (10 kg asam lemak bebas) dibutuhkan sebanayk 1,42 kg
kaustik soda Kristal. Pada proses netralisasi perlu ditambahkan kaustik
soda berlebih yang disebut excess dari jumlahnya terantung dari sifat-sifat
khas minyak; misalnya untuk minyak kelapa sebanyak 0,1 – 0,2% kaustik
soda didasarkan pada berat minyak.
2. Jumlah Minyak Netral (Trigliserida) yang Tersabunkan Diusahakan
Serendah Mungkin
Makin besar konsentrasi larutan alkali yang digunakan, maka
kemungkinan jumlah trigliserida yang tersabunkan semakin besar pula
sehingga angka refining factor bertambah besar.
3. Jumlah Minyak Netral yang Terdapat dalam Soap Stock
Makin encer larutan kaustik soda, maka makin besar tendensi
larutan sabun untuk membentuk emulsi dengan trigliserida. Umumnya
minyak yang mengandung kadar asam lemak bebas yang rebdah lebih beik
dinetralkan dengan alkali encer (konsentrasi lebih kecil dari 0,15 N atau
5oBe), sedangkan asam lemak bebas dengan kadar tinggi, baik dinetralkan
dengan larutan alkali 10-24oBe. Dengan menggunakan larutan alkali encer,
kemungkinan terjadinya penyabunan trigliserida dapat diperkecil, akan
tetapi kehilangan minyak bertambah besar karena sabun dalam minyak
akan membentuk emulsi.
4. Suhu Netralisasi
Suhu netralisasi dipilih sedemikian rupa sehingga sabun (soap
stock) yang terbentuk dalam minyak mengendap dengan kompak dan
cepat. Pengendapan yang lambat akan memperbesar kehilangan minyak
karena sebagian minyak akan diserap oleh sabun.
5. Warna Minyak Netral
Makin encer larutan alkali yang digunakan, makin besar jumlah
larutan yang dibutuhkan untuk netralisasi dan minyak netral yang
dihasilkan berwarna lebih pucat.
3.1. Kesimpulan
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik,
adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida
basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk
larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di
berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam
proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen.
Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam
laboratorium kimia.
3.2. Saran
Dari penjabaran yang telah kami lakukan, sebaiknya jika akan
menggunakan bahan ini haruslah dengan hati-hati dan teliti serta diharapkan
menggunakan peralatan-peralatan kerja yang dibutuhkan seperti sarung
tangan karet, pakaian keamanan dan pelindung mata. Karena seperti kita tahu
bahwa bahan-bahan ini sangatlah berbahaya. Solid natrium hidroksida atau
larutan natrium hidroksida akan menyebabkan luka bakar kimia, cedera atau
bekas luka permanen, dan kebutaan jika kontak tidak dilindungi jaringan
tubuh manusia atau hewan.
Daftar Pustaka
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II Pembahasan
2.1. Pengertian NaOH/Kaustik Soda
2.2. Sifat-Sifat NaOH/Kaustik Soda
2.3. Pembuatan NaOH/Kaustik Soda
2.4. Kegunaan NaOH/Kaustik Soda
BAB III Penutup
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Daftar Pustaka