PKM-P
JUDUL PROGRAM
“Peran terapi kompres hangat dan dingin dengan kombinasi jahe pada penderita nyeri
sendi Arthritis dan kemampuan fungsional di panthi wredha mojokerto”
BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh:
1. SURIFAN DATA WARDANA ( 7310014/2009 )
2. SARA ( 7311028/ 2011)
3. M. CHOIRUL UMAM ( 7311019 / 2011 )
4. DIAN ISTIQOMAH (7311010 / 2011)
5. PURNAWATI NURUL QOMARI (7312011 / 2012)
JOMBANG
2013
ii
PENGESAHAN LAPORAN AKHIR
Rp 10. 250.000,-
iii
Abstract
Dalam penelitian ini menghilangkan nyeri menggunakan metode pengkompresan air
hangat di kombinasi dengan pengompresan air dingin dan sebagai pendukungnya menggunakan
jahe.Pengompresan air hangat adalah metode menggunakan suhu hangat sekitar 40 – 43 o C atau
sesuai dengan kenyaman pasien. Dengan metode ini menimbulkan beberapa efek fisiologis yang
meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi, meningkatkan sirkulasi, Memperlancar
sirkulasi darah,Mengurangi rasa sakit,Memberi rasa hangat, nyaman serta tenang, Menurunkan
intensitas nyeri dan memberikan rasa nyaman. Kompres ini dilakukan untuk
Menaikkan suhu setempat sehingga memperbesar pembuluh darah (vasodilatasi)
sehingga akan meningkatkan suplai darah ke seluruh tubuh dengan mengurangi ketegangan dan
meningkatkan perasaan nyaman. Kompres air hangat di diletakkan di daerah yang terasa kram
atau nyeri dengan air yang diisikan ke wadah dengan suhu 38 o c atau sesuai dengan kenyamanan
pasien untuk pergelangan tangan.
Kemudian mengisi kantong air panas sepertiga sampai setengahnya untuk menghindari
berat yang tidak diperlukan dan keringkan kantong air panas dengan handuk tujuannya agar
kantong tersebut tidak bersentuhan secara langsung dengan kulit. Dan letakkan pada bagian yang
terasa nyeri atau kram selama kurang lebih 10 menit.
Setelah itu mengkombinasikan dengan menggunakan air dingin yang mana persepsi
dingin menjadi dominan dan mengurangi persepsi nyeri dan menyebabkan vasokontriksi pada
pembuluh darah. Terapi fisik yang sangat efektif untuk mengatasi rasa nyeri dan inflamasi serta
sangat mudah untuk dilakukan dan tidak menimbulkan efek samping yang merugikan. Pengaruh
dari kompres dingin ialah Reduksi nyeri, Reduksi spasme otot, Reduksi inflamasi, Reduksi
edema, Menurunkan intensitas nyeri dan memberikan rasa nyaman,
Proses penyembuhan luka dan radang setempat. Metode kompres dingin ini sama saja
dengan pengompresan hangat,yakni isi ice pack dengan es kira kira 4o c atau sesuai dengan
kenyamanan pasien. Isi sepertiga dengan es untuk menghindari berat yang tidak di
perlukan,bungkus dengan handuk agar tidak bersentuhan secara langsung dengan kulit saat di
kompres dan kompres selama 5 menit.setelah selesai maka mengompres kembali dengan air
hangat seperti langkah – langkah sebelumnya.
Untuk mendukung proses penyembuhan nyeri atau kram maka menggunakan jahe yang
di jadikan serbuk di dalam kapsul yang mana Mekanisme aksi dari jahe yakni menanggulangi
nyeri sendi dan peradangan. Beberapa penelitian menunjukkan zat yang terkandung pada jahe
(kurkumin, gingerole) dapat menghambat proses inflamasi dan nyeri.
iv
KATA PENGANTAR
Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga
penulis mampu menyelesaikan laporan akhir Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian
Masyarakat yang berjudul “Peran terapi kompres hangat dan dingin dengan kombinasi jahe
pada penderita nyeri sendi Arthritis dan kemampuan fungsional di panthi wredha
mojokerto”
Dalam Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat ini, penulis mencoba
mencari solusi bagi lansia yang mengalami keluhan sendi arthrithis. Agar mereka secra mandiri
dapat mengatasi keluhan tersebut.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini, di antaranya:
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Lansia cenderung mengalami penurunan pada sistem muskuloskeletal dan nyeri sendi. Nyeri
kronik merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada Lansia. Hasil penelitian dari (Zeng
et al 2008) prevalensi nyeri di indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Sedangkan Peningkatan
biaya per tahun di Amerika sebanyak 8 % total ongkos, penanganan penyakit ini telah mencapai
US$ 48 miliar (Declan et all,2003) . Obat-obatan mahal seperti Vioxx dan Celebrex yang muncul
pada awal tahun 2000 menambah mahal biaya penyembuhan penyakit radang sendi dan masuk
urutan ke 7 biaya penyakit termahal (kompas.com 2012). Dari data distribusi penyakit pada orang
berusia di atas 50 tahun di Semarang menunjukkan 40% penduduk usia itu menderita nyeri sendi
dan Reumatik, Denpasar 56%, Malang 61% (Kalim,2004). Menurut (BPS, 2004), menyebutkan
pada abad 21 merupakan abad lanjut usia Era of Population Ageing, karena pertumbuhan
penduduk. Diperkirakan tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia sebesar 41% dari total
jumlah penduduk(Maryam 2008). UHH Indonesia meningkat dari 66,2 tahun pada tahun 2004
menjadi 70,6 pada tahun 2009. Dengan meningkatnya UHH, maka populasi penduduk lansia
mengalami peningkatan (Depkes RI, 2007).
Peningkatan proporsi jumlah lansia tersebut perlu mendapatkan perhatian karena kelompok
lansia merupakan kelompok beresiko tinggi yang mengalami berbagai masalah kesehatan
khususnya penyakit degeneratif (Depkes RI, 2007). Seperti inflamasi seperti nyeri tekan, disertai
pula dengan pembengkakan, gangguan muskuluskeletal yang mengakibatkan terjadinya gangguan
imobilitas, dan aktivitas. Penyakit terbanyak yang diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%),
(Komnas Lansia tahun 2006,) nyeri sendi ini merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia
(Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan, 2008).
Keluhan nyeri yang timbul dapat mengganggu lansia sehingga, lansia tidak dapat bekerja
atau beraktivitas dengan nyaman. kekakuan, dan spasme otot serta adanya tanda utama yaitu
pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan gangguan gerak (Meiner&Luekenotte, 2006). Nyeri
sendi merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku. Cara yang paling baik untuk
memahami pengalaman nyeri, persepsi dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls
1
melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari
beberapa rute saraf. Terdapat pesan nyeri, sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka
otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan
pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (Mc.
Nair,1990). Hal itu merupakan penyebab utama disabilitas pada lansia (Depkes, 2008). Penyakit
inflamasi sistemik kronik yang menyebabkan tulang sendi destruksi, deformitas, dan
mengakibatkan kelumpuhan (Meiner&Luekenotte, 2006).
2
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan peran kompres hangat dan kompres dingin dengan kombinasi jahe
terhadap penurunan nyeri sendi arthritis dalam peningkatan kemampuan fungsional pada lansia Di
Panthi Wredha Mojokerto.?
3
1.5.3 Bagi Tempat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi petugas kesehatan Panthi Wredha
dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang kompres hangat dan kompres dingin dengan
kombinasi jahe terhadap penurunan nyeri sendi Arthritis dan kemampuan fungsional pada lansia di
Panthi Wredha Mojokerto.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
2.1.1 Pengertian Kompres Hangat
Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat setempat yang dapat
menimbulkan beberapa efek fisiologis yang meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi dan
meningkatkan sirkulasi. Kompres hangat dapat digunakan pada pengobatan nyeri dan merelaksasi
otot-otot yang tegang (Gabriel F.J, 2000).
2.1.2 Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Nyeri
Kompres hangat merupakan stimulasi kutaneus. Menurut teori gate control mengatakan
bahwa stimulasi kutaneus mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-Beta yang lebih besar dan
cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan delta-A berdiameter kecil.
Gerbang sinap menutup impuls nyeri (Perry & Potter, 2005). Panas meredakan iskemia dengan
menurunkan kontraksi dan meningkatkan sirkulasi serta meredakan nyeri dengan mengurangi
ketegangan dan meningkatkan perasaan nyaman (Bobak, 2004).
2.1.3 Definisi Kompres Dingin
Pengertian kompres dingin adalah suatu metode dalam penggunaan suhu rendah setempat
yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis. Mekanisme lain yang mungkin bekerja adalah
bahwa persepsi dingin menjadi dominan dan mengurangi persepsi nyeri (Price, 2005).
2.1.4 Pengaruh Kompres Dingin Terhadap nyeri
Pengaruh terapi dingin adalah mengurangi rasa nyeri menurunkan kolagenase, menurunkan
cairan sendi dan efek relaksasi spasme otot metode yang mendasari terapi dingin adalah sistem
konduksi (heinrichs,2003). Efek secara langsung yakni menurunkan suhu setempat, menurunkan
metabolik dan menurunkan konduksi saraf sehingga menurunkan rasa nyeri. Terapi dingin
memberikan stimulasi pada nosiseptor sebagai rangsangan noksius, kompres dingin merupakan
stimulasi kutaneus. Menurut teori gate control mengatakan bahwa stimulasi kutaneus mengaktifkan
transmisi serabut saraf sensori A-Beta yang lebih besar dan cepat. Proses ini menurunkan transmisi
nyeri melalui serabut C dan delta-A berdiameter kecil. Gerbang sinap menutup impuls nyeri (Potter
&Perry, 2005).
2.2 ARTHRITIS
2.2.1 Definisi
Arthritis adalah kelainan sendi yang meliputi peradangan (American College of
Rheumatology,2010).
5
2.2.2 Gejala-Gejala Arthritis
Gejala-gejala dari arthritis termasuk nyeri dan fungsi yang terbatas dari sendi-sendi.
Peradangan dari sendi-sendi dari arthritis dikarakteristikan oleh kekakuan, pembengkakan,
kemerahan, dan kehangantan sendi. Kepekaan dari sendi yang meradang.
Banyak bentuk-bentuk dari arthritis, karena Arthritis adalah penyakit-penyakit rheumatik (
European League Against Rheumatism/EULAR, 2010), yang dapat mempengaruhi beragam organ-
organ tubuh yang tidak secara langsung melibatkan sendi-sendi. Oleh karenanya, gejala-gejala pada
beberapa pasien-pasien dengan bentuk-bentuk tertentu dari arthritis dapat juga termasuk demam,
pembengkakan kelenjar (simpul getah bening), kehilangan berat badan, kelelahan, merasa tidak
enak,
2.2.3. Faktor Penyebab
Nyeri yang terkait dengan arthritis disebabkan oleh kerusakan pada sendi, antara lain:
1. Cartilage. Sendi yang keras tetapi licin dan melapisi ujung tulang, cartilage membuat tulang
mudah tergelincir dengan lembut satu sama lain.
2. Joint capsule. Membran yang agak keras ini membungkus semua bagian sendi.
3. Synovium. Membran tipis melapisi joint capsule dan mengeluarkan cairan synovial yang
melicinkan persendian.
2.3 Konsep Nyeri
2.3.1 Definisi Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang dsertai
oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual (The International Association for The Study of
Pain,2000)
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan (Price,2005:1063)..
2.3.2 Proses Fisiologi Nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku. Serabut nyeri memasuki
medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam
massa berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel
saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa
hambatan ke korteks serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak
menginterpretasi kualitas nyer dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang
lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (Mc. Nair,1990).
6
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas dan kecemasan, keletihan,
pengalaman sebelumnya, gaya koping, dukungan keluarga dan social.
2.3.4 Klasifikasi Nyeri
1. Berdasarkan Etiologi
1) Nyeri akut
2) Nyeri kronik
2. Berdasarkan lokasi
1) Nyeri superficial atau kutaneus
Biasanya timbul akibat stimulasi terhadap kulit seperti pada laserasi, luka bakar, dan sebagainya.
2) Nyeri somatik dalam
Nyeri yang terjadi pada otot dan tulang serta struktur penyokong lainnya.
3) Nyeri viseral
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ internal.
4) Nyeri sebar (radiasi)
Sensasi nyeri yang meluas dari daerah asal kejaringan sekitar.
5) Nyeri fantom
Nyeri khusus yang dirasakan oleh klien yang mengalami amputasi.
6) Nyeri alih
Nyeri yang timbul akibat adanya nyeri visceral yang menjalar ke organ lain. Berdasarkan organ
1) Nyeri organic
2) Nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan (actual atau potensial) organ.
3) Nyeri neurogenic
4) Nyeri psikogenik
Nyeri akibat berbagai factor psikologis.
2.4 Kemampuan Fungsional
2.4.1 Definisi Kemampuan Fungsional
Kemampuan fungsional adalah suatu proses untuk mengetahui kemampuan pasien
melukukan aktivitas spesifik dalam hubungan dengan rutinitas kehidupan sehari-hari. Pada
penderita Arthritis kemampuan fungsional dapat diukur dengan skalajette (Azizah, 2008).
2.5. Konsep Jahe
2.5.1 Deskripsi
Berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya ada tiga jenis jahe yang dikenal, yaitu:
jahe gajah (Zingiber officinale var. Roscoe) atau jahe putih, jahe putih kecil atau jahe emprit
7
(Zingiber officinale var. Amarum), dan jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) atau jahe sunti
(Wardana et all, 2002).
2.5.2 Jenis Tanaman
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya.
Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
1) Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak Rimpangnya lebih besar dan
gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias
dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe
olahan.
2) Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit Ruasnya kecil, agak rata
sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak
atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi.
Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
3) Jahe merah
Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil. sama seperti jahe kecil, jahe
merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan
jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.
2.5.3 Kandungan Jahe
Jahe (Zingeber officinale) suatu tanaman obat yang telah lama dikenal dan amat populer
terutama sering digunakan untuk mengatasi gangguan muskuloskeletal, artritis, dan gangguan
saluran cerna ( Altman & Marcussen, American College of Rheumatology 2001). Mekanisme aksi
dari jaher dalam hal menanggulangi nyri sendi dan peradangan masih belum banyak diketahui.
Beberapa penelitian menunjukkan zat yang terkandung pada jahe (kurkumin, gingerole) dapat
menghambat proses inflamasi dan nyeri (Masoud et all.2002).
Kandungan dalam Jahe berbeda-beda tergantung dari kesegaran jahe (jahe segar atau jahe
kering) dan juga usia jahe ketika dipanen. Jahe yang berumur 5-7 bulan mengandung sedikit serat,
sementara pada usia 9 bulan, komponen volatil dan pungent jahe mencapai maksimum begitu juga
kandungan serat jahe yang semakin bertambah seiring dengan bertambahnya usia jahe.
8
BAB III
METODE PENELITIAN
9
3.6 Definisi Operasional
Pengertian Kompres Hangat Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu
hangat setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis yang meredakan iskemia dengan
menurunkan kontraksi dan meningkatkan sirkulasi. Kompres hangat dapat digunakan pada
pengobatan nyeri dan merelaksasi otot-otot yang tegang (Gabriel F.J, 2000).
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya.
Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
1) Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak Rimpangnya lebih besar dan
gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias
dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe
olahan.
2) Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit Ruasnya kecil, agak rata
sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak
atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi.
Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
3) Jahe merah
Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil. sama seperti jahe kecil, jahe
merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan
jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.
10
dengan kombinasi jahe ,dan sesudah dilakukan kompres hangat dan dingin,lansia yang memiliki
nyeri sendi diobservasi lagi.
3.9 Analisa Data
Dari semua data yang terkumpul kemudian ditabulasi dan dikelompokkan sesuai dengan
variabel yang diteliti. Dan dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji kai square bertujuan untu
menilai pengaruh teknik kompres hangat dan dingin dan pemberian kombinasi jahe terhadap
penuruanan tingkat nyeri sendi dan untuk mengatahui tingkat efektifitas teknik kompres hangat dan
dingin. Nilai kemaknaan ρ ≤ 0,05 artinya bila uji statistik menunjukkan nilai ρ ≤ 0,05 maka ada
pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk analisa
data menggunakan program komputer SPSS.
11
BAB IV
PELAKSANAAN PROGRAM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Studi Pendahuluan
2. Penyusunan Proposal
4. Penyusunan Laporan
Penelitian
5. Publikasi
4.2 Biaya
2. KETUA BULAN
PENELITI TPP
3. ANGGOTA 1 BULAN
4. ANGGOTA 2 BULAN
5. ANGGOTA 3 BULAN
12
6. ANGGOTA 4 BULAN
2. BELANJA BAHAN
13
13.AMPLOP 1 Pack 15.000 15.000
14
KE PANTI
TOTAL Rp 6.449.000
15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang berisi tentang kesimpulan yang berdasarkan
tujuan penelitian dan hasil penelitian, sedangkan saran berdasarkan dari manfaat penelitian, maka
didapatkan sebagai berikut :
KESIMPULAN
Berdasarkan dari tujuan penelitian dan pembahasan maka didapatkan bahwa pengaruh terapi
komres hangat dengan kompres jahe pada penderita nyeri sendi artristish dip anti werdha mojokerto
didaptkan sebagai berikut :
1. ada perbedaan nyeri sendi lansia yang sebelum dan sesudah perlakuan kompres hangat yang
signifikan dengan besar penurunan mencapai 33,3% kategori nyeri ringan
2. ada perbedaan kemampuan fungsional lansia sebelum dan sesudah kompres yang signifikan
dengan besar peningkatan mencapai 6% kategori mandiri sebagaia
3. Ada perbedaan nyeri dan kemampuan fungsional lansia sebelum dan sesudah perlakuan
kompres jahe yan signifikan dengan benar penurunan mencapai 33,3 % pada nyeri sendi
kategori ringan dan 6 % pada kemmpuan fundgsional kategori nyeri mandiri sebagian
SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah di uraikan di atas,maka peneliti member saran sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Dapat memberiakn bahan masukan refrensi untuk melakukan pengembangan penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh terapi kompres jahe pada penderita nyeri sendi
arthritis.
2. bagi Institusi Pendidikan
Dapat memberikan masukan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang
konsep terapi kompres dan nyeri sendi akibat arthritis sekaligus sebagai masukan bahan
refrensi dalam pengembangan ilmu kesehatan khususnya yang berkaitan dengan pengaruh
kompres dengan nyeri sendi akibat arthritis.
3. Bagi tempat Peneliti
Dapat sebagi acuan dalam upaya meningkatkan ilmu pengetahuan khusus kesehatan
para petugas kesehatan tentang pengaruh kompres jahe dengan nyeri sendi arthriris.
16
DAFTAR PUSTAKA
Allan and David. (2007). Concepts in acute Pain Therapy. http.www.ajph.com. Diakses 12 februari
2013 pukul 19:22
Altman Dan Mercussen. (2001). Effects of a Ginger Extract on knee pain patients with
Osteoarthritis http.www.American Reumathoid.com. Di akses unduh 14 februari 2013
pukul 15:34
Astuti, Widhi. (2010). ekstrak jahe merah (Zingiber officinale roscoe varr Rubrum) dalam
pengurangan nyeri otot http.www.JournalUndip.ac.id serial online 21, 6 halaman di akses
tanggal 07 maret 2013 pukul 21:40
Campbell, Anthony. (2007). Petunjuk Lengkap Perawatan Nyeri Persendian Dan Otot. Jakarta :
EGC
Declan, Aj. (2003). Treatment And Prevention For Pain and Muscels http.www.Ajph.com di akses
16 februari 2013 pukul 09:20
Eni, K .(2006). Ketrampilan dan prosedur laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC.
Ganiswarna, Sulistia. (2002). Farmakologi Dan Terapi Edisi Revisi keempat. Jakarta: Gaya Baru
Haghigi, Masoud. (2002). Comparing The Efects of Ginger (Zingiber officinale roscoe varr
Rubrum) Extract And Ibu Propen On Patients With Osteoarthritis http.www.O’
connorMiamiUniversity.com di akses tanggal 07 februari 2013 pukul 22:12
Kertia, Nyoman. (2011). Perbandingan Natrium Diklofenak Dengan Pemberian Ekstrak Jahe pada
Pasien dengan Osteoarthritis http.www.FkUGM journal.ac.id volume 39:13 halaman di
akses 14 februari 2013 pukul 14: 16
Maryam. Dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika: Jakarta.
Mansjoer, Soewarni. (2004). Mekanisme kerja Obat anti Radang http.www.journalusu.ac.id volume
42 : 14 halaman di akses 14 februari 2013 pukul 14:19
Meinner And Leukenotte. (2006). Asosiation Reumatoid Of America http.www. Ajph.com di akses
12 februari 2013 pukul 12:34
Munguia, izquerdo. (2007). Exercise In Warm Water decreases Pain in Middle aged Women With
Fibromyalgi http.www.Scienedirection.com volume 90 : 1 halaman di akses 14 februari
2013 pukul 13:34
Naddler, Scoot. (2004). The Pysiologic Basis and Clinical Apliations of Cryotherapy and
Thermotherapy for the Pain http.www. American Journal Public Health (Ajph).com volume
141 : 11 halaman di akses 09 februari 2013 pukul 09:20
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi penelitian Ilmu keperawatan: Pedoman
Skripsi Tesis dan Instrumen Penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penenlitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Oktera, Jayadi. (2006). Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat Dan
Keamanannya http.www.unej.ac.id Volume 32 : 8 halaman di akses 08 februari 2013 pukul
22:00
Potter Dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, proses dan praktik edisdii
4 volume 1, Jakarta: EGC
Priharjo, R. (2000). Perawatan Nyeri: Pemenuhan Ktivitas istirahat pasien. Jakarta: EGC
Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UNIPDU Jombang. (2010). Buku
Panduan Penyusunan Proposal dan Skripsi.
Rahmann, Ann. (2010). Exercise for People With Osteoarthritis Aquatic Intervensions
http.www.journal sports medicine.com Edisi 19 : 6 halaman di akses 12 februari 2013 pukul
19:30
Reinhard, Grzanna. (2001). Ginger An Herbal Medicinal Product With Broad Anti-Inflamatory
Actions http.www.TehrainUniveristy.com Edisi 161 : 12 halaman di akses 14 februari 2013
pukul 16:00
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Edisi Pertama. Penerbit graham ilmu :
Yogyakarta.
Soeparman & Sarwono. (2001). Buku Ajaran Penyakit Dalam. jilid 2, Balai Penerbit FKUI :
Jakarta.
18
Tomas, Pablo. (2008). Eight Month of Physicial Training in Warm Water In Women with
fibromyalgia http.www.Ajph.com. volume 52 : 9 halaman di akses 12 februari 2013 pukul
20.22
Twomey, Lance. (2000). A Rationale For The Treatment Back Paint And Joint Pain by Manual
Therapy http.www.ptjournal.apta.org series 72: 8885-893 di akses 12 februari 2013 pukul
19:00
Wardhana, et all . (2002). Kandungan Jahe http.www.journal IPB.ac.id Volume 32: 11 halaman di
akses 12 februari 2013 pukul 12:49
Widjaja, Barata. (2004). Psiko Neuro Imunologi Edisi revisi kedua. Jakarta: EGC
Yekti dan Mutiatikum. (2008). Faktor – Faktor yang berhubungan dengan penyakit Sendi.
Bandung: Mizan Pustaka
19
Lampiran 1
Anggaran
2. KETUA BULAN
PENELITI TPP
3. ANGGOTA 1 BULAN
4. ANGGOTA 2 BULAN
5. ANGGOTA 3 BULAN
6. ANGGOTA 4 BULAN
2. BELANJA BAHAN
20
6.BENANG SIET 15 buah 2.000 30.000
21
22. LENGSER 2 buah 30.000 60.000
TOTAL Rp 6.449.000
22
Lampiran 2
23
24