W. Laurence Newman
OLEH
NANDA NAHDHIYAH
Para peneliti kualitatif menggunakan teori dalam penelitian untuk tujuan-tujuan yang
berbeda. Pertama, dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai
penjelasan atas perilaku dan sikap-sikap tertentu. Teori ini bisa jadi sempurna dengan
adanya variabelvariabel, konstruk-konstruk, dan hipotesis-hipotesis penelitian. Misalnya,
para ahli etnografi memanfaatkan tema-tema kultural atau ―aspek-aspek kebudayaan‖
(Wolcott, 1999:113) untuk dikaji dalam proyek penelitian mereka, seperti kontrol sosial,
bahasa, stabilitas dan perubahan, atau organisasi sosial, seperti kekerabatan atau keluarga
(lihat pembahasan Wolcott:1999 tentang sejumlah penelitian antropologi yang
mengangkat topik-topik kebudayaan). Tema-tema ini dapat memberikan serangkaian
hipotesis siap pakai untuk diuji dengan literatur-literatur yang ada. Meskipun para peneliti
kualitatif tidak merujuk pada tema-tema tersebut sebagai teori mereka, tema-tema ini
umumnya menyediakan penjelasan lengkap yang sering kali dimanfaatkan oleh antropolog
untuk meneliti perilaku culturesharing dan tingkah laku manusia. Pendekatan ini sangat
populer dalam penelitian ilmu kesehatan kualitatif dimana peneliti biasanya mengawali
penelitianya dengan model-model teoretis, seperti adopsi dalam praktek-praktek kesehatan
atau kualitas dalam orentasi kehidupan umat manusia.
Beberapa perspektif teoritis yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
sebagai berikut (Creswell, 2007):
- Perspektif feminis mengugat kaum wanita saat ini yang ditindas dengan
sewenangwenang dan institusi yang turut membentuk kondisi tersebut. Topik-topik
penelitian bisa mencangkup isu-isu kebijakan yang berhubungan dengan realisasi
keadilan sosial bagi kaum wanita dengan ranah-ranah tertentu atau pengetahuan
tentang kondisikondisi ketertindasan yang dialami oleh mereka (Ollesen, 2000).
- Wacana rasial memunculkan pertanyaan-pertanyaan penting tentang tentang
kontruksi dan kontrol atas pengetahuan yang berbau ras, khususnya tentang
orangorang dan komunitas-komunitas kulit berwarna (Ladson-Bilings, 2000)
- Perspektif teori kritis fokus pada pemberdayaan umat manusia agar dapat bebas dari
kungkunghan rasial, kelas, dan gender yang diletakkan pada mereka (Fay, 1987)
- Teori queer-begitulah istilah yang digunakan dalam literatur ini berfokus pada
individu-individu yang menanamkan pada dirinya sebagai kelompok lesbian, gay,
biseksual, atau trans gender. Penelitian-penalitian yang menerapkan perspektif
teoritis ini bukan berarti menjadikan individu-individu diatas sebagai objek mentah
yang dapat diperlakukan begitu saja, melainkan lebih berusaha mencari sisi-sisi
kultural dan politis apa yang membuat mereka terkucilkan dalam ranah sosial. Teori
ini bahkan menyuarakan kembali hak-hak dan pengalaman-pengalaman individu
yang tertindas (Gamson, 2000)
- Studi ketidak mampuan berfokus pada makna inklusi dalam sekolah, yang
melibatkan para pengurus sekolah, guru dan orang tua yang memiliki anak-anak
dengan ketidak mampuan tetentu (Mertens, 1998).
Rossman dan Rallis (1998) mengartikan teori dalam penelitian kualitatif sebagai
perspektif pos modern dan kritis: Ada empat hal yang menjadi fokus utama dalam kritik
ini: a). Penelitian pada dasarnya melibatkan isu-isu kekuasaan, b). Laporan penelitian
tidak transparan dan netral, tetapi dikuasai oleh individu-individu yang secara teoritis
berorentasi pada ras, gender, merupakan aspekaspek penting dalam memahami
pengalaman manusia dan d). Penelitian historis tradisional telah membungkam kelompok-
kelompok yang tertindas dan marginal.
Ketiga, dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai poin akhir
penelitian. Dengan menjadikan teori sebagai poin akhir penelitian, berarti peneliti
menerapkan proses penelitianya secara induktif yang berlangsung mulai dari data, lalu ke
tema-tema umum, kemudian menuju teori atau model tertentu