Anda di halaman 1dari 23

PENENTUAN WAKTU ISTIRAHAT BERDASARKAN

PERHITUNGAN BEBAN KERJA FISIOLOGI


(Studi Kasus: PT.CAHAYA MURNI SRIWINDO)

SKRIPSI

VINCENT
1712001

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beban kerja umumnya ditafsirkan sebagai sebuah perbedaan antara
kapasitas atau kemampuan pekerja terhadap tuntutan pekerjaan yang harus
dihadapi. Pekerjaan manusia dibagi menjadi dua yaitu bersifat mental dan fisik,
shingga masing-masing mempunyai tingkat beban yang berbeda-beda. Tingkat
beban yang terlalu tinggi membuat pemakaian energi yang berlebihan atau yang di
kenal dengan overstress, dan sebaliknya bila tingkat beban yang terlalu rendah
dapat menimbukan rasa bosan dan kejenuhan atau understress (Meshkati dalam
Tarwaka, 2010)
Secara umum beban kerja seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
kompleks, baik internal maupun eksternal. Faktor internal beban kerja meliputi
faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, dan status gizi,) dan faktor psikis
(motivasi, persepsi, kepercayaan, kepuasan,). Sedangkan faktor eksternal beban
kerja meliputi, tugas-tugas (kompleksitas pekerjaan, tanggung jawab dan
sebagainya, organisasi kerja (waktu kerja, shift kerja, sistem kerja dan sarana kerja)
dan kondisi lingkungan kerja (lingkungan kerja fisik, kimia, biologis dan
psikologis) (Manuaba dalam Tarwaka, 2004).
Kondisi lingkungan kerja yang baik adalah salah satu faktor penunjang
produktivitas karyawan yang pada akhirnya berdampak pada kenaikan tingkat
kinerja karyawan. Kondisi lingkungan kerja dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu
lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non-fisik (Sedarmayanti, 2001).
Contoh lingkungan kerja fisik adalah penerangan, warna dinding, sirkulasi udara,
musik, kebersihan, dan keamanan. Sedangkan lingkungan kerja non-fisik
contohnya adalah struktur tugas, desain pekerjaan, pola kerja sama, pola
kepemimpinan, dan budaya organisasi.
Menurut Oesman (2010) kerja manual dan berulang-ulang pada kondisi
lingkungan yang panas merupakan salah satu faktor yang berpotensi meningkatkan

2
3

beban kerja fisik dan terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat menimbulkan
penyakit akibat kerja (keluhan muskuloskeletal dan kelelahan). Salah satu upaya
perlindungan terhadap operator dari bahaya dan risiko dalam bekerja adalah dengan
perbaikan kondisi kerja melalui intervensi ergonomi yang berpatokan pada prinsip
fitting the task to the man. Agar tercipta kondisi kerja dan lingkungan yang sehat,
aman, nyaman dan efisien, serta tercapainya produktivitas yang setinggi-tingginya
diperlukan pemanfaatan fungsional tubuh manusia secara optimal dan maksimal
(Kroemer & Grandjean, 1993).

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penelitian ini permasalahan yang telah di uraikan di latar belakang
adalah berapa lama waktu istirahat yang dibutuhkan pekerja di bagian Pengepakan
berdasarkan perhitugan beban kerja

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengukur tingkat beban kerja pekerja dan mengklasifikasi beban
kerja berdasarkan perhitungan.
2. Mengetahui jumlah penggunaan energi serta kalori dan
membandingkannya dengan teori.
3. Menantukan lama waktu istirahat yang dibutuhkan pada stasiun
Pengepakan.

1.4 Batasan Masalah


Berdasarkan masalah dalam penelitian ini akan di berikan batasan-batasan
permasalahan sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada perusahaan Cahaya Murni Sriwindo
Palembang, dan terbatas pada stasiun Pengepakan.
2. Penentuan tingkat beban pekerjaan akan diukur dengan perhitungan
metabolisme denyut nadi, konsumsi kalori, dan konsumsi energi.
4

1.5 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Instansi Tahun Perbedaan

Universitas Belum menggunakan


1 Sarwo Widodo Muhammadiyah 2008 perhitugan terhadap tingkat
Surakarta konsumsi kalori.

Pengukuran beban hanya


Universitas dilakukan dengan
2 Ernitua Purba 2014
Sumatera Utara perhitungan menggunakan
denyut nadi.

Universitas
Belum menggunakan
Pembangunan
3 Lalan Ruslani 2015 pengukuran dengan konsumsi
Nasional
energi
Veteran Jakarta
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Beban Kerja


Beban kerja adalah sejumlah proses atau kegiatan yang harus diselesaikan
oleh seorang pekerja dalam jangka waktu tertentu. Apabila seorang pekerja
mampu menyelesaikan dan menyesuaikan diri terhadap sejumlah tugas yang
diberikan, maka hal tersebut tidak menjadi suatu beban kerja. Namun, jika
pekerja tidak berhasil maka tugas dan kegiatan tersebut menjadi suatu beban
kerja.
Beban kerja adalah sesuatu yang dirasakan berada di luar kemampuan
pekerja untuk melakukan pekerjaannya. Kapasitas seseorang yang dibutuhkan
untuk mengerjakan tugas sesuai dengan harapan (performa harapan) berbeda
dengan kapasitas yang tersedia pada saat itu (performa aktual). Perbedaan
diantara keduanya menunjukkan taraf kesukaran tugas yang mencerminkan
beban kerja.

2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja


Beban kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor eksternal dan
faktor internal. Menurut Manuaba (2000), faktor-faktor yang
mempengaruhi beban kerja antara lain :
a. Faktor eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti;
1. Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang,
tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan
tugas-tugas yang bersifat psikologis, seperti kompleksitas
pekerjaan, tingkat kesulitan, tanggung jawab pekerjaan.
2. Organisasi kerja, seperti lamanya waktu bekerja, waktu istirahat,
shift kerja, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur
organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.

5
6

3. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan


kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan kerja psikologis
b. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu
sendiri akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal
meliputi :
1. Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, dan
kondisi kesehatan)
2. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan dan
kepuasan).

2.1.2 Penilaian Beban Keja Fisik


Menurut Astrand and Rodhal (1977) dalam Tarwaka, dkk bahwa
penilaian beban kerja dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif,
yaitu metode penilaian langsung dan metode penilaian tidak langsung.
a. Metode Penilaian Langsung
Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang
dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja.
Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang diperlukan
untuk dikonsumsi. Meskipun metode pengukuran asupan oksigen lebih
akurat, namun hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan
diperlukan peralatan yang mahal.
Berikut adalah kategori beban kerja yang didasarkan pada metabolisme,
respirasi suhu tubuh dan denyut jantung menurut Christensen (1991) pada
tabel 2.1 berikut:
TABEL 2.1 KATEGORI BEBAN KERJA BERDASARKAN METABOLISME,
RESPIRASI, SUHU TUBUH DAN DENYUT JANTUNG
7

Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk


hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan
regresi kuadratis sebagai berikut:
E = 1,80411 – 0,0229038 X + 4,71733 x 10-4 X2 ...................... (2.1)
Dimana:
E = Energi (Kkal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung/nadi (denyut/menit)
a. Metode Penilaian Tidak Langsung
Metode penilaian tidak langsung adalah dengan menghitung denyut
nadi selama bekerja. Pengukuran denyut jantung selama bekerja merupakan
suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain dengan metode 10 denyut
(Kilbon, 1992) dimana dengan metode ini dapat dihitung denyut nadi kerja
sebagai berikut:
10 Denyut
Denyut Nadi (Denyut/Menit) =  60.......(2.2)
WaktuPerhitungan

Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja


mempunyai beberapa keuntungan, selain mudah, cepat, sangkil dan murah
juga tidak diperlukan peraltan yang mahal serta hasilnya pun cukup reliabel
dan tidak menganggu ataupun menyakiti orang yang diperiksa.
Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari
beberapa jenis yaitu:
1) Denyut Nadi Istirahat (DNI) adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan
dimulai
2) Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut nadi selama bekerja
3) Nadi Kerja (NK) adalah selisih antara denyut nadi istirahat dengan denyut
nadi kerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peranan yang sangat penting
didalam peningkatan cardiat output dari istirahat sampai kerja maksimum.
Peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja
maksimum oleh Rodahl (1989) dalam Tarwaka, dkk (2004:101)
8

didefinisikan sebagai Heart Rate Reverse (HR Reverse) yang diekspresikan


dalam presentase yang dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
DNK  DNI
% HR Reverse =  100.......(2.3)
DN Max  DNI
Denyut Nadi Maksimum (DNMax) adalah:
(220 – umur) untuk laki-laki dan (200 – umur) untuk perempuan Lebih
lanjut untuk menentukan klasifikasi beban kerja bedasarkan peningkatan
denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena
beban kardiovaskuler (cardiovasculair load = % CVL) dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut.
100  ( DNK  DNI )
% CVL = .......(2.4)
DN Max  DNI

Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian di bandingkan dengan


klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut:
TABEL 2.3 KLASIFIKASI BERAT RINGAN BEBAN KERJA BERDASARKAN
% CVL

Selain cara tersebut diatas cardivasculair strain dapat diestimasi


mengunakan denyut nadi pemulihan (heart rate recovery) atau dikenal
dengan Metode Brouba. Keuntungan metode ini adalah sama sekali tidak
menganggu atau menghentikan pekerjaan, karena pengukuran dilakukan
setelah subjek berhenti bekerja. Denyut nadi pemulihan (P) dihitung pada
akhir 30 detik menit pertama, kedua dan ketiga (P1, P2, P3). Rerata dari
ketiga nilai tersebut dihubungkan dengan total cardiac cost dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Jika P1 – P3 ≥ 10 atau P1, P2, P3 seluruhnya < 90, nadi pemulihan normal
2) Jika rerata P1 yang tercatat ≤ 110, dan P1 – P3 ≥ 10, maka beban kerja
tidak berlebihan (not excessive)
9

3) Jika P1 – P3 < 10 dan Jika P3 > 90, perlu redesaian pekerjaan


Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolue denyut nadi
pada ketergantungan pekerjaan (the interruption of work), tingkat
kebugaran (individual fitness) dan pemaparan lingkungan panas. Jika
pemulihan nadi tidak segera tercapai maka diperlukan redesain pekerjaan
untuk mengurangi tekanan fisik. Redesain tersebut dapat berupa variabel
tunggal maupun variabel; keseluruhan dari variabel bebas task (tugas),
organisasi kerja dan lingkungan kerja yang menyebabkan beban kerja
tambahan.

2.1.3 Konsumsi Oksigen


Gas oksigen (O2) merupakan salah satu hal yang dibutuhkan manusia
untuk bertahan hidup. Oksigen ini bahkan lebih penting jika dibandingkan
air atau makanan. Manusia bisa bertahan hidup sekitar tiga minggu tanpa
makanan, sedangkan tanpa minuman manusia bisa bertahan selama tiga
hari, tetapi tanpa oksigen manusia hanya akan bertahan beberapa hari saja.
Oksigen digunakan pada proses pembakaran dalam tubuh untuk
membentuk energi sehingga proses-proses di dalamnya bisa berlangsung.
Untuk menghasilkan energi, oksigen tersebut dibawa ke mitokondria,
organel yang berfungsi sebagai reaktor penghasil energi untuk sel. Di sinilah
oksigen digunakan untuk pembakaran. Secara sederhananya, oksigen
digunakan untuk membakar molekul gula (glukosa) menghasilkan karbon
dioksida, air, dan ATP (Adenosine Tri-Phosphate, adenosin-tiga-fosfat).
ATP inilah energi yang dimaksud.
Untuk mengetahui jumlah konsumsi oksigen dapat digunakan metode
perhitungan VO2max, yaitu volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh
manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Rumus yang
digunakan adalah:
DNmax = 220 – umur
VO2max = 15 x (DNmax/DNI)
Ox Uptk = VO2max x BB
10

Dimana:
DNmax = Denyut Nadi Maksimal (Denyut/Menit)
DNI = Denyut Nadi Istirahat (Denyut/Menit)
VO2max = Volume Maksimal O2 (ml/kg/Menit)
Ox Uptk = Konsumsi Oksigen (L/Menit)
BB = Berat Badan (kg)

TABEL 2.2 KATEGORI KONSUMSI OKSIGEN MAKSIMUM

2.1.4 Total Metabolisme (Total Metabolism)


Salah satu proses yang paling penting dalam badan manusia ialah
berubahnya energi kimia dari makanan menjadi panas dan tenaga mekanik.
Makanan dipecah di dalam usus menjadi senyawa kimia sederhana sehingga
dapat diserap oleh dinding alat pencerna sampai ke aliran darah. Bagian
besar dari pecahan makanan lalu diangkut ke hati untuk disimpan sebagai
cadangan energi dalam bentuk glikogen, dan jika dibutuhkan lalu dilepaskan
ke dalam aliran darah sebagian besar dalam bentuk senyawa gula.
Segenap perubahan yang menyangkut bahan makanan itu disebut
”metabolisme ”. Oleh proses metabolik itulah energi dihasilkan dan dipakai
untuk kerja mekanis melalui sarana kimiawi di dalam otot. Sedangkan yang
dimaksud metabolisme basal adalah konsumsi energi secara konstan pada
saat istirahat dengan perut dalam keadaan kosong, yang mana tergantung
pada ukuran berat badan dan jenis kelamin. Total metabolisme tubuh secara
langsung dapat diukur melalui konsumsi oksigen dengan persamaan sebagai
berikut: (Konz, 1996 : 50)
11

Tot Met = 60 Energy x Ox Uptk ................................................. (2.5)


Dimana:
Tot Met = Total Metabolism (total metabolisme)
Energy = Konsumsi energi (Kkal/menit)
Ox Uptk = Oxygen Uptake (konsumsi oksigen) (Liter/menit)

GAMBAR 2.1 PROSES METABOLISME TUBUH

2.2 Pemulihan Energi saat Istirahat


Irama antara konsumsi energi dan pembayaran kembalinya, atau
pergantian antara bekerja dan pemulihannya berlaku sama bagi semua fungsi
tubuh. Ia diperlukan bagi keseluruhan orang maupun jantung atau otot. Waktu
istirahat merupakan kebutuhan Fisiologis yang tidak dapat ditawar demi untuk
mempertahankan kapasitas kerja.
Waktu istirahat dibutuhkan tidak hanya bagi kerja fisik, tetapi juga oleh
jabatan yang menimbulkan tegangan mental dan saraf. Istirahat juga
dibutuhkan untuk mempertahankan ketangkasan digital, ketajaman indera serta
ketekunan konsentrasi mental.
12

2.2.1 Periode Istirahat


Dalam buku Sastrowinoto (1985), menyebutkan bahwa dengan studi
kerja kita mengetahui bahwa orang yang bekerja diselipi oleh istirahat
dengan berbagai jalan. Ada 4 tipe istirahat yang dapat dibedakan :
a.Spontan
Istirahat spontan jelas merupakan istirahat yang diselipkan oleh
pekerja sendiri untuk mengaso. Meski tidak akan memakan waktu lama
meskipun sering dilakukan, terutama pada pekerjaan yang berat.
b. Tersembunyi
Ialah melakukan pekerjaan yang tidak perlu bagi tugas yang sedang
Ia tangani. Banyak juga tempat-tempat yang memungkinkan waktu
mengaso jenis itu, misalnya membersihkan komponen mesin,
membenahi bangku kerja, duduk yang enak dan lain-lain.
c. Kondisi pekerja
Istirahat kondisi kerja terdiri atas segala tipe waktu tunggu,
tergantung pada pengaturan pekerja atau gerakan dari mesin. Seringkali
waktu tunggu semacam itu terjadi ketika operasi mesin telah selesai,
perkakas harus didinginkan, menanti datangnya komponen, atau operasi
perawatan mesin.
d. Telah ditentukan
Istirahat telah ditentukan dibuat berdasarkan studi kerja. Kalau
ditentukan banyaknya waktu istirahat pendek yang diselipkan selama
bekerja, maka ternyata bahwa mengaso tersembunyi dan mengaso
spontan akan berkurang jumlahnya.

2.2.2 Pengaruh Waktu Kerja dan Waktu Istirahat


Pengaturan waktu istirahat harus disesuaikan dengan sifat, jenis
pekerjaan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya seperti lingkungan
kerja panas, dingin, bising dan berdebu. Namun demikian secara umum, di
Indonesia telah ditentukan lamanya waktu kerja sehari maksimum adalah 8
jam kerja dan selebihnya adalah waktu istirahat. \
13

Dalam hal lamanya waktu kerja melebihi ketentuan yang telah


ditetapkan (8 jam per hari atau 40 jam seminggu), maka perlu diatur waktu-
waktu istirahat khusus agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani tetap
dapat dipertahankan dalam batas-batas toleransi. Pemberian waktu istirahat
tersebut secara umum dimaksudkan untuk:
a. Mencegah terjadinya kelelahan yang berakibat kepada penurunan
kemampuan fisik dan mental serta kehilangan efisiensi kerja.
b. Memberi kesempatan tubuh untuk melakukan pemulihan atau
penyegaran.
c. Memberikan kesempatan waktu untuk melakukan kontak sosial.

2.2.3 Penentuan Waktu Istirahat Dengan Pendekatan Fisiologis


Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk
hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah
persamaan regresi kuadratis sebagai berikut:
E = 1,80411 – 0,0229038 X + 4,71733 x 10-4 X2 ................... (2.6)
Setelah melakukan penghitungan diatas, kita dapat menghitung
konsumsi energi dengan menggunakan persamaan :
K= Et -Ei......................................................................(2.7)
Dimana:
K = Konsumsi energi (kilokalori/menit)
Et = Pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (kilokalori/menit)
Ei = Pengeluaran energi pada waktu sebelum bekerja
Selanjutnya konsumsi energi dikonversikan kedalam kebutuhan
waktu istirahat dengan menggunakan persamaan Murrel (Pullat, 1992)
sbb:
Rt = 0 untuk K<S......................................(2.8)
K / S1xT(K.S) / .BM
Rt = untukS<K<2S.................................(2.9)
2
T(K.S)
R=  1,11 untukK>2S...................................(2.10)
K .BM
14

Dimana :
Rt = waktu istirahat
K = energi yang dikeluarkan selama bekerja
S = standar energi yang dikeluarkan (pria = 5 kkal/menit, wanita= 4
kkal/menit)
BM = metabolisme basal (pria = 1,7 kkal/menit, wanita = 1,4 kkal/menit)
T = lamanya bekerja (menit).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

Mulai
Mulai

Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Tujuan Masalah

Pengumpulan Data
Data umur, berat badan, dan tinggi badan
Data-data Metabolisme pekerja
Data waktu kerja dan istirahat

Pengolahan Data dan Analisis


Perhitungan dan penetuan tingkat
beban kerja

Bandingkan Waktu istirahat


yang baru dengan waktu
istirahat semula

Kesimpulan dan Saran

Selesai
Mulai

15
16

3.2 A
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini terdapat beberapa data yang dikumpulkan, yaitu:
a. Umur pekerja bagian pengepakan
b. Berat badan pekerja bagian pengepakan
c. Denyut nadi saat bekerja dan istirahat
d. Periode istirahat
e. Waktu bekerja

4.2 Pengolahan Data


Dari data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dilakukan
pengolahan data yang meliputi peningkatan denyut nadi(%HR Reverse),
denyut nadi maksimal, beban kardiovaskuler (%CVL), VO2max, jumlah
konsumsi oksigen(Ox Uptk), konsumsi energi, total metabolisme, dan
waktu istirahat.

4.2.1 Penilaian Beban Kerja Dengan Metode Tidak Langsung


Metode penilaian tidak langsung adalah dengan menghitung
denyut nadi selama bekerja. Pengukuran denyut jantung selama
bekerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculair
strain.
 Penilaian Denyut Nadi Pekerja Bagian Pengepakan
DNK
No. Nama Umur DNI Rerata
1 2 3 4
1 Ilham 32 69 115 122 128 135 125
2 Welly 30 70 114 125 131 138 127
3 Adriansyah 38 67 118 123 127 136 126
4 Triono 33 68 119 124 129 137 127

17
18

No. Nama Umur DNI DNK DNmax NK


1 Ilham 32 69 125 188 56
2 Welly 30 70 127 190 57
3 Adriansyah 38 67 126 182 59
4 Triono 33 68 127 187 59
Rerata 68,50 126,30 186,75 57,80

1. Perhitungan %HR Reverse


DNK  DNI
% HR Reverse =  100
DN Max  DNI

126,3  68,5
=  100
186,75  68,5
= 48,88%
2. Perhitungan Cardiovasculair strain(%CVL)
100  ( DNK  DNI )
% CVL =
DN Max  DNI

100  (126,3  68,5)


=
186,75  68,5
= 48,88%
Selain menggunakan perhitungan diatas cardiovasculair strain
dapat diestimasi menggunakan denyut nadi pemulihan (heart rate
recovery) atau dikenal dengan metode “Brouba”. Denyut nadi
pemulihan ini diukur tepat setelah pekerja berhenti bekerja yaitu pada
akhir 30 detik menit pertama, kedua dan ketiga. Untuk menilai hasil
nadi pemulihan dapat digunakan ketentuan sebagai berikut:
(a) Jika P1 – P3 ≥ 10, atau rerata P1, P2 dan P3 < 90 maka nadi
pemulihan normal
(b) Jika rerata P1 ≤ 110 dan P1 – P3 ≥ 10, maka beban kerja tidak
berlebihan (not excessive)
(c) Jika P1 – P3 ≤ 10, atau rerata P3 > 90 maka nadi pemulihan tidak
normal dan perlu redesain pekerjaan.
19

Nadi Pemulihan
No. Nama Umur
1 2 3
Rerata

1 Ilham 32 85 83 75 81,00
2 Welly 30 84 80 76 80,00
3 Adriansyah 38 89 85 77 83,67
4 Triono 33 87 82 75 81,33
Rerata 86,25 82,50 75,75 81,50

No. Keterangan Hasil

1 Rerata DNI 68,50


2 Rerata DNK 126,30
3 Rerata DN Max 186,75
4 Rerata NK
5 HR Reverse
48,88%
6 CVL
48,88%
7 Nadi Pemulihan
P1 86,25
P2 82,50
P3 75,75

Rerata P1,P2,P3 81,50


P1-P3 10,50

Grafik Denyut Nadi


200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4

DNI DNK DNmax NK


20

4.2.2 Penilaian Beban Kerja Dengan Metode Langsung


Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi
yang dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama
bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang
diperlukan untuk dikonsumsi. Lebih lanjut menurut Christensen
(1991) dan Grandjean (1993) dalam Tarwaka dan Solichul H.A Bakri
(2004:97) menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk menilai
berat ringannya beban kerja dengan menghitung nadi kerja, konsumsi
oksigen, ventilasi paru dan suhu inti tubuh.
Secara lengkap pengolahan data untuk menilai beban kerja secara
langsung dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
 Penilaian Beban Kerja Pekerja Bagian Pengepakan

No. Nama Umur Berat badan VO2Max Ox Uptk

1 Ilham 32 66 40,87 2,697


2 Welly 30 69 40,71 2,809
3 Adriansyah 38 72 40,75 2,933
4 Triono 33 63 41,25 2,598
Rerata 40,90 2759,79

No. Nama Umur Ox Uptk DNK

1 Ilham 32 2,697 125,00


2 Welly 30 2,809 126,93
3 Adriansyah 38 2,933 126,02
4 Triono 33 2,598 127,25
Rerata 2,759 126,30
Berdasarkan dari Tabel diatas maka dapat diestimasi kebutuhan
energi dan total metabolisme sebagai berikut:
1. Konsumsi Energi
E = 1,80411 – 0,0229038 X + 4,71733 x 10-4 X2
= 1,80411 – 0,0229038 (126,30) + 4,71733 x 10-4 (126,30)2
= 7,52 Kkal/min
21

2. Total Metabolisme
Tot Met = 60 Energy x Ox Uptk
= 60 (7,52) x 2,759
= 1.244,86 Kkal/h
No. Keterangan Hasil
1 Denyut Nadi Kerja 126,3
2 Konsumsi Oksigen 2,759
3 Energi 7,52
4 Total Metabolisme 1244,86

4.2.3 Penentuan Waktu Istirahat Dengan Pendekatan Fisiologis


Perhitugan waktu istirahat untuk pekerja badian pengepakan:
 Xk = 126,3
Et = 1,80411 – 0,0229038 X + 4,71733 x 10-4 X2
= 1,80411 – 0,0229038 (126,30) + 4,71733 x 10-4 (126,30)2
= 7,52 Kkal/min
 Xi = 68,50
Ei = 1,80411 – 0,0229038 X + 4,71733 x 10-4 X2
= 1,80411 – 0,0229038 (68,50) + 4,71733 x 10-4 (68,50)2
= 2,42 Kkal/min
 K = Et – Ei
= 7,52 Kkal/min - 2,42 Kkal/min
= 5,1 Kkal/min
Karena nilai S < K = 5,1 kkal/min < 2S yaitu energi yang
dikeluarkan selama bekerja lebih dari nilai standar energi yang
dikeluarkan (pria = 5 kkal/mnt), maka adalah:
K / S xT(K.S) / .BM
Rt =
2
5,1 / 5 x 420 (5,1.5) / 1,7
=
2
= 3,213 jam
22
23

Dafpus
Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri Dasar-Daar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press.

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan


Produktivitas. Surakarta : Uniba Press.

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja. Bandung:


Mandar Maju.

Oesman, T. 2010. Intervensi Ergonomi Pada Proses Stamping Part Body


Component Meningkatkan Kualitas Dan Kepuasan Kerja Serta Efisiensi Waktu di
Divisi Stamping Plant PT ADM JAKARTA. Jakarta.

Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man 4th edition. Taylor & Francis Inc.
London.

Berggren, G. dan Hohwu Christensen, E. (2005). Heart Rate and Body Temperature
as Indices of Metabolic Rate during Work. European Journal of Applied Physiology
and Occupational Physiology 14: 255-260.

Rodahl (1989), dalam Manuaba (2000). Hubungan Beban Kerja dan Kapasitas
Kerja. Jakarta. Rineka Cipta.

Pulat, B. Mustafa. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomic. AT & T


Network System. Oklahoma.

Anda mungkin juga menyukai