Anda di halaman 1dari 4

MANAJEMEN RISIKO

Tugas Kelompok

“Identifikasi Risiko Perusahaan”

Dosen Pengampu

Ni Putu Santi Suryantini, SE., M.M.

Oleh Kelompok 7:

Ni Kadek Yuliantari Dewi (1707522048)

Ni Kadek Novi Yusmira Dewi (1707522062)

Ni Kadek Lisa Luciana (1707522070)

Alicia Arta Chandra (1707522117)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN REGULER DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
1. Perusahaan sektor transportasi : Perusahaan Blue Bird
Blue Bird Group merupakan market leader dalam bisnis transportasi, Blue Bird
sudah menjadi brand yang kuat dan dikenal luas oleh masyarakat. Diawali dengan
armada 25 taksi pada tahun 1972, kini setelah lebih dari 30 tahun mendalami bisnis jasa
transportasi, Blue Bird telah berkembang pesat dengan sekitar 12000 armada-nya yang
tersebar di seluruh penjuru Jakarta. Kesuksesan yang diraih oleh Blue Bird ini tak lepas
dari upaya Blue Bird dalam memanfaatkan teknologi. Berawal sekitar tahun 1972, Blue
Bird yang mengimplementasikan pertama kali di Indonesia sistem komunikasi radio
serta penggunaan argometer yang ketat untuk armada-armadanya. Jejak langkah Blue
Bird ini diikuti pula oleh perusahaan taksi lainnya yang beroperasi di Indonesia. Sekitar
beberapa tahun terakhir ini Blue Bird sudah menggunakan teknologi GPS (Global
Positioning System). Selain digunakan untuk melacak posisi armada-armadanya, GPS ini
juga digunakan sarana berkomunikasi antara armada taksi dengan Call Center.

2. Identifikasi resiko yang muncul disertai dengan teknik resiko dan kelompok kami
menggunakan Analisis Sekuen Risiko dengan pengukuran risiko menggunakan Matriks
Frekuensi dan Signifikansi Risiko.

Jawab:
Analisis Sekuen Risiko :

Taksi Konvensional yang


Taksi Online Fitur Online dalam
Tidak Menggunakan Fitur
Masuk mencari Taksi
Online

Berkurangnya Minat
Konsumen terhadap Kehilangan Pangsa Pasar
Blue Bird

Risiko yang muncul di Blue Bird Group yaitu berkurangnya minat konsumen
untuk menggunakan jasa taksi blue bird dikarenakan munculnya ojek online yang
memudahkan konsumen menggunakan fitur online daripada harus mencari keberadaan
taksi blue bird.
Teknik risiko yang kelompok kami gunakan adalah matriks frekuensi dan
signifikansi risiko. Teknik matriks frekuensi dan signifikansi risiko merupakan teknik
yang mengelompokkan risiko berdasarkan dua dimensi yaitu frekuensi dan signifikansi.
Proses dalam teknik ini pada dasarnya melakukan dua hal, yaitu yang pertama
mengembangkan standar risiko dan yang kedua menerapkan standar tersebut untuk risiko
yang telah diidentifikasi. Dalam hal ini, kelompok kami membuat standar untuk frekuensi
dan signifikansi dengan menggunakan dua standar, yaitu tinggi dan rendah. Kemudian
kelompok kami mengevaluasi risiko berkurangnya minat konsumen untuk menggunakan
jasa taksi blue bird. Hal ini dikarenakan mulai munculnya ojek online yang lebih
memudahkan konsumen dengan menggunakan fitur online daripada harus mencari
keberadaan taksi blue bird. Berdasarkan informasi tersebut, risiko berkurangnya minat
konsumen untuk menggunakan jasa taksi blue bird bisa dikategorikan sebagai frekuensi
tinggi, signifikansi tinggi. Bagan berikut ini meringkaskan hasil tersebut.

Risiko berkurangnya minat


konsumen
Tinggi
Signifikansi

Rendah

Rendah Tinggi

Frekuensi
3. Pengukuran risiko menggunakan tipe risiko operasional, Pengengelolaan risiko
menggunakan fokus dan timming pengendalian risiko.

Jawab :
Definisi risiko operasional yaitu kerugian yang terjadi melalui operasi perusahaan
misalkan sistem yang gagal atau serangan dari pesaing. Dan risiko yang muncul di Blue
Bird Group yaitu berkurangnga minat konsumen untuk menggunakan jasa taksi blue bird
dikarenakan munculnya ojek online yang memudahkan konsumen menggunakan fitur
online dari pada harus mencari keberadaan Blue Bird.
Maka solusinya, perusahaan Blue Bird memutuskan untuk bekerjasama dengan
pihak Gojek untuk meminimalisir risiko yang muncul. Dimana gojek telah bersinergi
meluncurkan fitur bersama: Go-Blue Bird, yang memungkinkan konsumen memesan
taksi si Burung Biru melalui aplikasi Gojek. Sebelumnya, keduanya juga telah
bekerjasama: sebagian armada taksi Blue Bird disiapkan untuk mendukung aplikasi Go-
Car sehingga pemesan Go-Car sangat dimungkinkan dijemput taksi Blue Bird dengan
tarif Go-Car.

Definisi fokus pengendalian risiko yaitu pengendalian risiko bisa difokuskan pada
usaha mengurangi kemungkinan munculnya risiko dan mengurangi keseriusan
konsekuensi risiko tersebut. Disini fokus dari perusahaan Blue Bird yaitu dengan bekerja
sama dengan Gojek untuk mengurangi kerugian dari perusahaan Blue Bird tersebut
dikarena semakin sedikit minat pelanggan yang menggunakan taksi konvensional.
Definisi timming pengendalian risiko yaitu dari sisi timming (waktu),
pengendalian risiko bisa dilakukan sebelum, selama, dan sesudah risiko terjadi. Disini
sebelum perusahaan Blue Bird mengalami kebangrutan, perusahaan Blue Bird
memutuskan untuk menjalin kerjasama dengan pihak Gojek.

Anda mungkin juga menyukai