Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKHIR PENELITIAN GENAP 2018/2019

1. IDENTITAS PENELITIAN
A. JUDUL PENELITIAN

Faktor Resiko Cerebro Vascular Accident (CVA) yang mempengaruhi nilai Glasgow
Coma Scale (GCS) di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan

B. BIDANG, TEMA, TOPIK, DAN RUMPUN BIDANG ILMU

Bidang Fokus RIRN /


Bidang Rumpun
Unggulan Perguruan Tema Topik (jika ada) Bidang Ilmu
Tinggi

Penguatan
pengetahuan dan
pengembangan
kebiasaan
Kesehatan masyarakat Keperawatan
dalam
berperilaku sehat

2. IDENTITAS PENGUSUL

Perguruan Tinggi/ Program Studi/


Nama, Peran ID Sinta H-Index
Institusi Bagian
Mufarika, S. Kep.,
Ns., M. Kep Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Ngudia Keperawatan 0 0
Husada Madura
Ketua Pengusul

Beni Purnomo Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Ngudia Keperawatan 0 0
Anggota Husada Madura

Umar Faruk Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Ngudia Keperawatan 0 0
Anggota Husada Madura

Nur Aini Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Ngudia Keperawatan 0 0
Anggota Husada Madura

Hoyrul Bariah Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Ngudia Keperawatan 0 0
Anggota Husada Madura

Maryam Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Ngudia Keperawatan 0 0
Anggota Husada Madura

3. MITRA KERJASAMA PENELITIAN (JIKA ADA)


Pelaksanaan penelitian dapat melibatkan mitra kerjasama, yaitu mitra kerjasama dalam melaksanakan penelitian, mitra
sebagai calon pengguna hasil penelitian, atau mitra investor

Mitra Nama Mitra


4. LUARAN DAN TARGET CAPAIAN
Luaran Wajib
Status target capaian (
Tahun Keterangan (url dan nama
accepted, published, terdaftar jurnal, penerbit, url paten,
Luaran Jenis Luaran atau granted, atau status keterangan sejenis lainnya)
lainnya)

1 Hak Cipta granted -

Luaran Tambahan

Status target capaian (accepted, Keterangan (url dan nama jurnal,


Tahun Jenis Luaran published, terdaftar atau granted, penerbit, url paten, keterangan
Luaran atau status lainnya) sejenis lainnya)

Publikasi Ilmiah
1 Jurnal Nasional accepted/published
Tidak Terakreditasi

1 Bahan Ajar sudah terbit

5. ANGGARAN
Rencana anggaran biaya penelitian mengacu pada PMK yang berlaku dengan besaran minimum dan maksimum
sebagaimana diatur pada buku Panduan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Edisi 12.
Total RAB 1 Tahun Rp. 3,700,000
Tahun 1 Total Rp. 3,700,000

Jenis Biaya
No. Pembelanjaan Item Satuan Vol. Satuan Total
1 Bahan ATK Paket 1 Rp Rp
100,000 100,000
2 Bahan Bahan Penelitian Unit 20 Rp Rp 300,000
(Habis Pakai) : kinesio 10,000
tapping
3 Bahan Bahan Penelitian Unit 30 Rp Rp 390,000
(Habis Pakai) : 13,000
probiotik
4 Pengumpulan Data FGD Persiapan Paket 1 Rp Rp
Penelitian 140,000 140,000
5 Pengumpulan Data HR Pembantu orang 6 Rp Rp
Lapangan 25,000 150,000
6 Pengumpulan Data HR Pembantu Peneliti orang 6 Rp Rp
25,000 150,000
7 Pengumpulan Data Transport orang 6 Rp Rp
30,000 180,000
8 Pengumpulan Data Transport orang 6 Rp Rp
50,000 300,000
9 Pengumpulan Data Biaya konsumsi orang 6 Rp Rp 60,000
10,000
10 Pengumpulan Data Biaya konsumsi orang 6 Rp Rp
27,500 165,000
11 Analisis Data Biaya konsumsi rapat orang 3 Rp Rp
27,500 82,500
12 Analisis Data HR Pengolah Data P (Penelitian) 1 Rp Rp
100,000 100,000
13 Pelaporan, Luaran Biaya Publikasi artikel Paket 1 Rp Rp
Wajib, dan Luaran di Jurnal Nasional 1,000,000 1,000,000
Tambahan
14 Pelaporan, Luaran Luaran KI (paten, hak Paket 1 Rp Rp
Wajib, dan Luaran cipta, dll) 500,000 500,000
Tambahan
15 Pelaporan, Luaran Biaya konsumsi rapat orang 3 Rp Rp
Wajib, dan Luaran 27,500 82,500
Tambahan
18 Total RAB Rp
3,700,000
6. KEMAJUAN PENELITIAN

A. RINGKASAN: Tuliskan secara ringkas latar belakang penelitian, tujuan dan tahapan metode penelitian, luaran
yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian.

CVA merupakan penyebab kematian no 3 setelah jantung dan kanker. Terdapat 2 jenis CVA yaitu CVA iskemik dan CVA
infark. Di antara keduanya, CVA infark lebih jarang namun memiliki laju mortalitas yang sangat tinggi. Hipertensi, Diabetes
Militus, Rokok dan alkohol merupakan faktor resiko modiviabel yang sangat berperan dengan terjadinya CVA. Tujuan dari
penelitian ini untuk menganalisis faktor resiko CVA yang mempengaruhi nilai GCS (Glassgow Coma Scale) di IGD RSUD.
Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan.
Metode penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan survey. Variabel independen yaitu faktor resiko CVA
(Hipertensi, Diabetes Militus, rokok dan alkohol) dan variabel dependen yaitu nilai GCS. Jumlah sampel penelitiannya adalah 33
responden dengan pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling, instrumen yang digunakan adalah Kuesioner.
Berdasarkan uji Multivariat, faktor hipertensi terhadap nilai GCS nilai r= 0,408, faktor Diabetes Militus terhadap nilai GCS
nilai r= 0.304, faktor rokok terhadap nilai GCS nilai r= 0,246 dan faktor alkohol terhadap nilai GCS nilai r= 0,255. Hasil
penilaian menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi nilai GCS pada pasien CVA di IGD RSUD. Syarifah Ambami
Rato Ebu Bangkalan adalah Hipertensi dan Diabetes Militus dengan nilai r= 0,408 dan 0,304.
Dengan hasil penelitian ini di harapkan kepada keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita CVA untuk
memperhatikan faktor resiko CVA (Hipertensi, Diabetes Militus, rokok dan alkohol). Serta bagi peniliti selanjutnya di harapkan
untuk melakukan tindak lanjut penelitian tentang faktor resiko yang mempengaruhi GCS.

B. KATA KUNCI: Tuliskan maksimal 5 kata kunci.

Nilai GCS, Hipertensi, Diabetes Militus, Rokok, Alkohol

Pengisian poin C sampai dengan poin H mengikuti template berikut dan tidak dibatasi jumlah kata atau halaman namun
disarankan seringkas mungkin. Dilarang menghapus/memodifikasi template ataupun menghapus penjelasan di setiap poin.

C. HASIL PELAKSANAAN PENELITIAN: Tuliskan secara ringkas hasil pelaksanaan penelitian yang telah dicapai sesuai
tahun pelaksanaan penelitian. Penyajian dapat berupa data, hasil analisis, dan capaian luaran (wajib dan atau
tambahan). Seluruh hasil atau capaian yang dilaporkan harus berkaitan dengan tahapan pelaksanaan penelitian
sebagaimana direncanakan pada proposal. Penyajian data dapat berupa gambar, tabel, grafik, dan sejenisnya, serta
analisis didukung dengan sumber pustaka primer yang relevan dan terkini.

Hasil penelitian mengenai faktor resiko cerebro vascular accident (CVA) yang mempengaruhi nilai Glasgow coma scale
(GCS) di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan dengan jumlah responden 33 orang.
A. Data Umum
Data Umum ini meliputi Karakteristik Responden yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.
1. Karakteristik Respon den Berdasarkan Umur

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu

No Usia Frekuensi (F) Prosentase (%)


1. 18-40 tahun 6 18,2
2. 40-59 tahun 18 54,5
3. >60 tahun 9 27,3

Total 33 100%
Berdasarkan
tabel di atas menunjukkan lebih dari 50% responden berusia 40-59 tahun yaitu sebanyak 18 (54,5%) pasien di IGD RSUD
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan jenis kelamin di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
No Jenis kelamin Frekuensi (F) Prosentase (%)
1 Laki-laki 21 63,6
2 Perempuan 12 36,4
Total 33 100
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan lebih dari 50% responden laki-laki yaitu sebanyak 21 (63,6%) pasien di IGD
RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pekerjaan di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu

No Pekerjaan Frekuensi (F) Prosentase (%)


1. PNS 8
24,2
2. Petani 8
24,2
3. IRT 7
21,2
4. Tidak bekerja 10
30,3
Total 33 100
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa terbanyak responden yang tidak bekerja yaitu sebanyak 10 (30,3%) pasien
di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkal.

B. Data Khusus
1. Analisa Univariat
Data Khusus menampilkan karakteristik responden berdasarkan faktor resiko CVA yang mempengaruhi nilai GCS
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai GCS
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan nilai GCS di IGD RSUD Syarfah Ambami Rato Ebu Bangkalan
No Nilai GCS Frekuensi (F) Prosentase (%)
1 Baik 8 24,2
2 Cukup 10 30,3
3 Kurang 14 42,4
4 Sangat buruk 1 3,0
Total 33 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa terbanyak responden dengan nilai GCS 9-11 yaitu sebanyak 14 (42,4%)
pasien di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan.
b. Karakteristik responden berdasarkan faktor resiko Hipertensi
Tabel 2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan faktor resiko Hipertensi di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato
Ebu Bangkalan
No Tingkat Hipertensi Frekuensi (F) Prosentase (%)
1 Ringan 5 15,2
2 Sedang 12 36,4
3 Berat 16 48,5
Total 33 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa terbanyak responden mengalami hipertensi berat >160/100 mmhg
sebanyak 16 orang pasien dengan prosentase (48,5%).

c. Karakteristik responden berdasarkan faktor resiko Diabetes Melitus


Tabel 3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan faktor resiko Diabetes Melitus di IGD RSUD Syarifah Ambami
Rato Ebu Bangkalan
No Tingkat Gula Darah Frekuensi (F) Prosentase (%)
1 Bukan DM 5 15,2
2 Belum pasti DM 6 18,2
3 DM 22 66,7
Total 33 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan lebih dari 50% responden banyak yang mengalami gula darah >200 sebanyak 22
orang pasien dengan prosentase (66,7%).
d. Karakteristik responden berdasarkan faktor resiko Alkohol
Tabel 4 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan faktor resiko Alkohol di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan
No Alkohol Frekuensi (F) Prosentase (%)
1 Ringan 20 60,6
2 Sedang 11 33,3
3 Berat 2 6,1
Total 33 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan lebih dari 50% responden tidak pernah mengkonsumsi alkohol sebanyak 20
orang pasien dengan prosentase (60,6%).
e. Karakteristik responden berdasarkan faktor resiko Merokok
Tabel 5 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan faktor resiko Merokok di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan
No Rokok Frekuensi (F) Prosentase (%)
1 Ringan 15 45,5
2 Sedang 16 48,5
3 Berat 2 6,1
Total 33 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan terbanyak responden yang Merokok tapi berhenti sebanyak 16 orang pasien dengan
prosentase (48,5%).
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan antara Hipertensi dengan nilai GCS
Tabel 6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan hubungan antara hipertensi dengan nilai GCS pada pasien CVA di
IGD RSUD syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan

Variabel P Value Nilai Correlation


Hipertensi 0,009 0,408

Berdasarkan analisa data yang dilakukan pada 33 responden, didapatkan nilai hubungan antara hipertensi terhadap nilai
GCS 0,408 dengan nilai signifikan 0,009.
b. Hubungan antara Diabetes Melitus dengan nilai GCS
Tabel 7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan hubungan antara Diabetes Melitus dengan nilai GCS pada pasien
CVA di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan.

Variabel P Value Nilai Correlation


Diabetes Melitus 0,043 0,304

Berdasarkan analisa data yang dilakukan pada 33 responden, didapatkan nilai hubungan antara Diabetes Melitus
terhadap nilai GCS 0,304 dengan nilai signifikan 0,043.

c. Hubungan antara Rokok dengan nilai GCS


Tabel 8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan hubungan antara rokok dengan niulai GCS pada pasien CVA di
IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan .

Variabel P Value Nilai Correlation


Rokok 0,084 0,246

Berdasarkan analisa data yang dilakukan pada 33 responden, didapatkan nilai hubungan antara rokok dengan nilai
GCS 0,246 dengan nilai signifikan 0,084.
d. Hubungan antara Alkohol dengan nilai GCS
Tabel 9 Distribusi frekuensi responden berdasarkan hubungan antara alkohol dengan nilai GCS pada pasien CVA di
IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan
Variabel P Value Nilai Correlation
Alkohol 0,076 0,225

Berdasarkan analisa data yang dilakukan pada 33 responden didapatkan nilai hubungan antara alkohol dengan nilai
GCS 0,225 dengan nilai signifikan 0,076.

3. Analisa Multivariat

Analisis ini bertujuan untuk memperoleh jawaban faktor mana yang paling berhubungan dengan nilai Glasgow
Coma Scale, oleh karena itu perlu dilakukan analisis multivariat dengan teknik Analisis Faktor (Factor Analysis). Tahap
analisis multivariat meliputi penentuan nilai korelasi secara keseluruhan atau umum, penentuan nilai hubungan masing-
masing faktor terhadap Nilai GCS dan interpretasi r tiap faktornya .
Tabel 4.2.10 Distribusi nilai KMO and Bartlett’s Test
Kaiser- Mayer-Olkin Measure of Sampling Adecuacy. .259
Bartlett’s Test of Sphericity Approx Chi-Square 35.668

df 10

Sig .000

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa variabel diuji memenuhi persyaratan komunalitas yaitu lebih
besar dari 0,5. Dengan nilai KMO : 0,259. Barlett Test of Spehricity : 35,668 dengan sig : 0,000 maka dari itu syarat
KMO dan Barlett Test of Spehricity terpenuhi.
1) Gambaran Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) pada Pasien Cerebrro Vascular Accident (CVA) di IGD RSUD
Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan

Hasil penelitian terhadap 33 responden pada pasien CVA di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan
menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan nilai GCS 9-11. Penurunan secara sederhana dimana penderita tidak
sadar dalam arti tidak terjaga atau tidak terbagun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respon yang normal pada
stimulus untuk memudahkan mengingat atau menelusuri kemungkinan penyebab penurunan kesadaran meliputi stroke dan
penyakit jantung (syok) adalah kondisi tubuh yang mengancam jiwa yang diakibatkan kegagalan sistem sirkulasi darah
dalam mempertahankan suplai darah yang memadai. Berkurangnya suplai darah mengakibatkan berkurangnya suplai
oksigen jaringan tubuh, jika tidak teratasi maka dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ penting yang dapat
mengakibatkan kematian (Azwar, 2010).
Penilaian kesadaran secara kuantitatif dapat diukur dengan menggunakan skala Glasgow Coma Scale (GCS) dapat
memberikan jalan pintas yang sangat berguna. Skala ttersebut memungkinkan pemeriksa membuat peringkat tiga respon
utama klien terhadap lingkungan sepeti respon mata, verba, dan motorik. Glasgow Coma Scale adalah skala pengukuran
objektif terhadap sistem neurologis (perubahan status mental) dengan menggunakan angka untuk mencatat urutan data
pengkajian yang di kumpulkan. Pada pemeriksaan Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan untuk mengevaluasi status
neurologic sperti respon mata (E), respon verbal (V) dan respon motorik (M) (Muttaqin, 2008).

2) Gambaran Hipertensi pada Pasien Cerebro Vascular Accident (CVA) di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan

Hasil penelitian terhadap 33 responden pada pasien CVA di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan
menunjukkan bahwa terbanyak responden yang mengalami hipertensi berat >160/100 mmhg sebanyak 16 orang pasien
dengan prosentase (46,6%).
Tekanan darah merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam kejadian CVA. Tekanan darah yang
tinggi atau lebih sering dikenal dengan istilah Hipertensi merupakan faktor risiko utama, baik pada CVA Iskemik maupun
CVA Hemoragik. Hal ini disebabkan oleh hipertensi memicu proses arterosklerosis oleh karena tekanan yang tinggi dapat
mendorong Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol untuk lebih mudah masuk dalam lapisan intralumen pembuluh
darah dan menurunkan elastisitas dari pembuluh darah tersebut (Lumongga, 2007).
Menurut Kabo (2010) Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis di mana tekanan darah meningkat di atas
tekanan darah yang disepakati normal. Hipertensi adalah faktor penyebab utama kematian karena stroke dan faktor yang
memperberat infark miokard (serangan jantung). Kondisi tersebut merupakan gangguan yang paling umum pada tekanan
darah. Hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang sering terjadi dengan peningkatan tekanan darah secara
persisten. Diagnosa hipertensi pada orang dewasa dibuat saat bacaan diastolik rata-rata dua atau lebih,paling sedikit dua
kunjungan berikut adalah 90mmHg atau lebih tinggi atau bila tekanan darah multiple sistolik rerata pada dua atau lebih
kunjungan berikutnya secara konsisten lebih tinggi dari 140mmHg (Potter & Perry, 2005).

3) Gambaran Diabetes Melitus pada Pasien Cerebrro Vascular Accident (CVA) di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato
Ebu Bangkalan

Hasil penelitian terhadap 33 responden pada pasien CVA di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan
menunjukkan lebih dari 50% responden yang mengalami gula darah >200 sebanyak 22 orang pasien dengan prosentase
(66,7%).
Selain dikenal sebagai penyakit, diabetes melitus juga merupakan faktor risiko untuk terjadinya CVA. Diabetes
Melitus di golongkan menjadi dua tipe, yaitu Diabetes tipe 1 (Akibat defisiensi insulin absolute akibat destruksi sel beta
yang disebabkan oleh auto imun ataupun idiopatik) dan diabetes tipe 2 (Defisiensi insulin relativ yang disebabkan oleh
defek sekresi insulin lebih dominan daripada resistensi insulin ataupun dapat sebaliknya) (Depkes, 2008).
Diabetes Melitus adalah suatu keadaan yang ditandai dengan hiperglikemia yang terjadi karena adanya gangguan
sekresi insulin atau kerja insulin ataupun keduanya, dan termasuk suatu kelompok penyakit metabolik. Diagnosis diabetes
melitus ditegakkan jika konsentrasi darah sewaktu (plasma vena) >200 mg/dl atau konsentrasi glukosa darah puasa >126
mg/dl atau konsentrasi glukosa darah >200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada TTGO (Tes Toleransi
Glukosa Oral). Diabetes Melitus menyebabkan CVA melalui kemampuannya menebalkan pembuluh darah otak yang
berukuran besar. Penebalan tersebut akan mengakibatkan diameter pembuluh darah mengecil yang akhirnya menyebabkan
gangguan aliran darah ke otak yang berujung pada kematian sel-sel otak.

4) Gambaran Alkohol pada Pasien Cerebrro Vascular Accident (CVA) di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan

Hasil penelitian terhadap 33 responden pada pasien CVA di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan
menunjukkan lebih dari 50% responden tidak mengkonsumsi alkohol sebanyak 20 orang pasien dengan prosentase
(60,6%).
Peran alkohol dalam sumbangannya sebagai faktor resiko CVA memang masih kontroversial dan di duga
tergantung pada dosis yang dikonsumsi. Alkohol dapat meningkatkan risiko terserang CVA jika diminum dalam jumlah
banyak, sedangkan dalam jumlah sedikit dapat mengurangi risiko CVA, akan tetapi kebiasaan mengkonsumsi alkohol
dalam jumlah banyak dapat menjadi salah satu pemicu untuk terjadinya hipertensi, yang memberikan sumbangan faktor
risiko untuk terjadinya penyakit CVA. Dalam sebuah pengamatan diperoleh data bahwa konsumsi 3 gelas alkohol perhari
akan meningkatkan resiko CVA Hemoragik yaitu perdarahan intraserebral hingga 7 kali lipat (Wahjoepramono, 2005).

5) Gambaran Rokok pada Pasien Cerebrro Vascular Accident (CVA) di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan

Hasil penelitian terhadap 33 responden pada pasien CVA di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan
menunjukkan bahwa terbanyak responden yang berhenti merokok sebanyak 16 orang pasien dengan prosentase (48,5%).
Rokok merupakan salah satu faktor yang signifikan untuk meningkatkan risiko terjadinya CVA. Orang yang
memiliki kebiasaan merokok cenderung lebih berisiko terkena penyakit jantung dan CVA dibandingkan orang yang tidak
merokok (CVA Association, 2010). Hal ini disebabkan oleh zat-zat kimia beracun dalam rokok, seperti nikotin dan karbon
monoksida yang dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, meningkatkan tekanan darah, dan menyebabkan
kerusakan pada sistem kardiovaskular melalui berbagai macam mekanisme tubuh. Rokok juga berhubungan dengan
meningkatnya kadar fibrinogen, agregasi trombosit, menurunnya HDL dan meningkatnya hematokrit yang dapat
mempercepat proses arterosklerosis yang menjadi faktor risiko untuk terkena CVA. Nikotin dalam rokok menyebabkan
vasokontriksi pembuluh darah yang dapat mengakibatkan naiknya tekanan darah. Arteri juga mengalami penyempitan dan
dinding pembuluh darah menjadi mudah robek, yang mengakibatkan produksi trombosit meningkat sehingga darah mudah
membeku. Selain itu, merokok dapat mengakibatkan hal buruk bagi lemak darah dan menurunkan kadar HDL dalam darah.
Semua efek nikotin dari rokok dapat mempercepat arterosklerosis dan penyumbatan pembuluh darah. Karbon monoksida
dari rokok juga dapat mengurangi jumlah oksigen yang dibawa oleh darah, sehingga menyebabkan ketidak seimbangan
antara oksigen yang dibutuhkan dengan oksigen yang dibawa oleh darah (Stroke Associatoan, 2010).
Menurut Junaidi (2011), Peranan rokok pada proses arterosklerosis adalah Meningkatkan kecenderungan sel-sel
darah menggumpal pada dinding arteri. Ini meningkatkan resiko pembentukan thrombus/plak, Merokok menurunkan
jumlah HDL/kolesterol baik dan menurunkan pkemampuan HDL dalam menyingkirkan kolesterol LDL yang
berlebihan,Merokok meningkatkan oksidasi lemak yang berperan pada perkembangan arterosklerosis.

6) Hubungan Hipertensi dengan Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 33 pasien CVA di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan, diketahui bahwa 16 responden (48,5%) mengalami hipertensi Berat, sedangkan 12 responden (36,4%)
mengalami hipertensi sedang, dan 5 responden (15,2%) mengalami hipertensi ringan. Berdasarkan uji statistik didapatkan
nilai hubungan antara hipertensi dengan kualitas nilai GCS 0,408 dengan nilai p=0,009. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Ramadhanis (2012) yang menyatakan bahwa pasien hipertensi berat pada pasien CVA akan merusak
pembuluh darah di seluruh tubuh, tekanan yang terus menerus tinggi menyebabkan kerusakan pada dinding pembulu darah
yang disebut disfungsi endotel. Hal ini memicu pembentukan plak arterosklerosis dan trombosis (pembekuan darah yang
berlebihan) akibatnya pembuluh darah tersumbat jika penyumbatan terjadi pada otak dapat menyebabkan suplai oksigen
pada otak menurun sehingga akan mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan pada
otak, terkait dengan penurunan kesadaran adalah Penurunan kesadaran secara kwalitatif, GCS kurang dari 13 (Martuti,
2009).

Tekanan darah merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam kejadian CVA. Tekanan darah yang
tinggi atau lebih sering dikenal dengan istilah Hipertensi merupakan faktor risiko utama, baik pada CVA Iskemik maupun
CVA Hemoragik. Hal ini disebabkan oleh hipertensi memicu proses arterosklerosis oleh karena tekanan yang tinggi dapat
mendorong Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol untuk lebih mudah masuk dalam lapisan intemalumen pembuluh
darah dan menurunkan elastisitas dari pembuluh darah tersebut (Lumongga, 2007).

7) Hubungan Diabetes Melitus dengan Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 33 pasien CVA di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan, diketahui bahwa 22 responden (66,7%) mengalami diabetes melitus, sedangkan 6 responden (18,2%) beum
pasti diabetes melitus, dan 5 responden (15,2%) bukan diabetes melitus. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai
hubungan antara Diabetes melitus dengan kualitas nilai GCS 0,304 dengan nilai p=0,043. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh penelitian Dora, dkk pada 46 pasien stroke memperlihatkan bahwa hiperglikemia secara bermakna
memperburuk status neurologis pasien dengan GCS <8 dan meningkatkan besar edema otak pasca CVA. Penelitian Basu
dkk menunjukkan bahwa kadar HbA1c yang tinggi secara bermakna berhubungan dengan angka kematian. Penelitian
Weir, dkk pada 645 pasien CVA memperlihatkan bahwa risiko kematian dalam 3 bulan pertama meningkat 1,87 kali pada
pasien dengan hiperglikemia. Penelitian Frontera, dkk pada 281 pasien perdarahan subaraknoidal menunjukkan bahwa
hiperglikemia berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan perburukan status fungsional.
Bruno et al (2006), Berpendapat bahwa hiperglikemia pada CVA akan memacu kerusakan sel saraf. Pada kondisi
CVA hemoragi, hiperglikemia memacu munculnya edema dan kematian jaringan sekitar hematoma. Hiperglikemia
meningkatkan ukuran infark pada jaringan otak iskemik yang mengalami reperfusi, tetapi tidak pada lesi tanpa perfusi
(infark lakunar). Pada lesi infark tanpa perfusi glukosa yang mencapai sel kurang sehingga tidak menambah akumulasi
laktat dan asidosis. Jadi daerah iskemik dengan sirkulasi korateral lebih rentan terhadap efek hiperglikemia. Pada
pendarahan intraserebral, hiperglikemia juga memperburuk keadaan dengan mekanisme yang sama yaitu memproduksi
laktat berlebiha pada daerah iskemik disekitar lokasi pendarahan. Gejala yang disebabkan oleh pendarahan di dalam otak
adalah kelemahan, mati rasa atau kesemutan pada satu sisi tubuh, kesulitan berbicara atau memahami, sakit kepala secara
tiba-tiba perubahan kesadaran mual muntah atau leher kaku.

8) Hubungan Alkohol dengan Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 33 pasien CVA di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan, diketahui bahwa 20 responden (60,6,5%) tidak mengkomsumsi alkohol, sedangkan 11 responden (33,3%)
berhenti mengkonsumsi alkohol, dan 2 responden (6,1%) mengkonsumsi alkohol. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai
hubungan antara alkohol dengan kualitas nilai GCS 0,225 dengan nilai p=0,076. Berdasarkan data diatas tidak ada
hubungan yang signifikan antara alkohol dengan nilai GCS. Hal ini seuai dengan yang dikemukakan oleh Mukamal (2005)
Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pada pasien yang mempunyai riwayat CVA yang mengkonsumsi alkohol lebih dari
2 kali dengan dosis sedang (10.0-29.0 g/hari) sangat beresiko memperburuk kondisi pasien. Reynolds, et al., (2006)
melakukan penelitian epidemologi dengan metaanalisis untuk mengetahui risiko relatif kejadian CVA akibat
mengkonsumsi tingkat variasi konsumsi alkohol. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi alkohol
kurang dari 1 kali per hari merupakan resiko ringan terjadinya CVA iskemik. Apabila minum alkohol 1-2 kali per hari
beresiko sedang terhadap kejadian CVA. Apabila mengkonsumsi alkohol lebih dari 5 kali minum per hari beresiko berat
terjadinya CVA. Risiko relatif terjadinya CVA baik pada pria maupun wanita akibat mengkonsumsi alkohol hampir sama.
Peran alkohol dalam sumbangannya sebagai faktor resiko CVA memang masih kontroversial dan di duga
tergantung pada dosis yang dikonsumsi. Alkohol dapat meningkatkan risiko terserang CVA jika diminum dalam jumlah
banyak, sedangkan dalam jumlah sedikit dapat mengurangi risiko CVA, akan tetapi kebiasaan mengkonsumsi alkohol
dalam jumlah banyak dapat menjadi salah satu pemicu untuk terjadinya hipertensi, yang memberikan sumbangan faktor
risiko untuk terjadinya penyakit CVA. Dalam sebuah pengamatan diperoleh data bahwa konsumsi 3 gelas alkohol perhari
akan meningkatkan resiko CVA Hemoragik yaitu perdarahan intraserebral hingga 7 kali lipat (Wahjoepramono, 2005).

9) Hubungan Rokok dengan Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 33 pasien CVA di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu
Bangkalan, diketahui bahwa 15 responden (45,5%) tidak merokok, sedangkan 16 responden (48,5%) berhenti meroko,
dan 2 responden (6,1%) merokok. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai hubungan antara rokok dengan kualitas nilai
GCS 0,246 dengan nilai p=0,084. Berdasarkan data diatas tidak ada hubungan yang signifikan antara rokok dengan nilai
GCS. Hal ini seuai dengan yang dikemukakan oleh Park dkk menyatakan bahwa, kebiasaan merokok bukan merupakan
satu-satunya pengaruh penyebab memperburuk nilai GCS pada pasien CVA. Resiko pendarahan subaraknoid pada
perokok, mencapai puncak pada 3 jam setelah merokok tetapi akan menurun setelah 10 tahun dari rokok terakhir yang
dihisap (Cardig, 2005). Rokok berperan membentuk plak di dinding pembuluh darah arteri, nikotin pada rokok membuat
jantung bekerja lebih keras, karena meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Karbon monoksida pada rokok akan
berkaitan dengan hemoglobin, terjadi penurunan kadar oksigen di aliran darah sehingga jaringan tubuh termasuk otak akan
kekurangan kadar oksigen (Genis, 2009).
Resiko terjadinya arterosklerosis menunjukkan korelsi yang kuat dengan berapa banyak rokok yang dikonsumsi
oleh perokok dalam setiap tahun. Kenaikan resiko lebih besar terjadi pada perokok yang masih aktif dan juga mantan
perokok (Kiechl, Stefan, MD dkk, 2005).
Asap rokok menyebabkan disfungsi dari endotel pada pembuluh darah, yang berhubungan dengan perubahan
pada proses hematosis dan marker pada proses inflamasi. Rokok juga meningkatkan konsentrasi fibrinogen, menurunkan
aktifitas fibrinolitik, meningkatkan agresi platelet dan menurunkan aliran darah di otak yang disebabkan karena
vasokontriksi, yang mana mempercepat pembentukan trombus (Viveca, 2008).

10) Faktor Resiko Cerebro Vascular Accident (CVA) Yang Mempengar Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Di IGD RSUD
Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan

Berdasarkan uji multivariat dengan menggunakan Analisis Faktor (Factor Analysis), faktor hipertensi terhadap
kualitas nilai GCS 0,408 dengan nilai signifikan 0,009 nilai hubungan antara Diabetes Melitus terhadap nilai GCS sebesar
0,304 dengan nilai signifikan 0,043, nilai hubungan antara Merokok terhadap nilai GCS sebesar 0,246 dengan nilai
signifikan 0,084, nilai hubungan antara Alkohol terhadap nilai GCS sebesar 0,255 dengan nilai signifikan 0,076.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai hubungan antara faktor resiko CVA yang berhubungan terhadap
nilai GCS yang paling besar adalah faktor Hipertensi dan Diabetes Melitus.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Ramadhanis (2012) yang menyatakan bahwa pasien hipertensi berat
pada pasien CVA akan merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, tekanan yang terus menerus tinggi menyebabkan
kerusakan pada dinding pembulu darah yang disebut disfungsi endotel. Hal ini memicu pembentukan plak arterosklerosis
dan trombosis (pembekuan darah yang berlebihan) akibatnya pembuluh darah tersumbat jika penyumbatan terjadi pada
otak dapat menyebabkan suplai oksigen pada otak menurun sehingga akan mengalami penurunan kesadaran dan bahkan
koma karena terjadi pembengkakan pada otak, terkait dengan penurunan kesadaran adalah Penurunan kesadaran secara
kwalitatif, GCS kurang dari 13 (Martuti, 2009).
Peningkatan kadar gula darah pada pasien CVA umum terjadi, keadaan hiperglikemia yang ditemukan pada
hingga 2/3 penderita stroke iskemik fase akut telah dihubungkan dengan outcame penderita yang buruk, hiperglikemi yang
terjadi bisa disebabkan karena adanya riwayat diabetes ataupun juga karena adanya respon stres (HP.et al, 2010).
Karena sebagian besar pasien CVA di IGD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangklan mengalami hipertensi
dan Diabete Melitus, Hipertensi merupakan faktor resiko yang potensial pada kejadian CVA karena hipertensi dapat
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak, atau menyebabkan penyempitan pembuluh darah otak. Pecahnya
pembuluh darah otak akan mengakibatkan pendarahan otak, sedangkan jika terjadi penyempitan pembuluh darah otak akan
mengganggu aliran darah otak yang pada akhirnya akan menyebabkan penurunan kesadaran bahkan sampai kematian sel-
se otak.

D. STATUS LUARAN: Tuliskan jenis, identitas dan status ketercapaian setiap luaran wajib dan luaran tambahan (jika
ada) yang dijanjikan pada tahun pelaksanaan penelitian. Jenis luaran dapat berupa publikasi, perolehan kekayaan
intelektual, hasil pengujian atau luaran lainnya yang telah dijanjikan pada proposal. Uraian status luaran harus
didukung dengan bukti kemajuan ketercapaian luaran sesuai dengan luaran yang dijanjikan. Lengkapi isian jenis
luaran yang dijanjikan serta mengunggah bukti dokumen ketercapaian luaran wajib dan luaran tambahan melalui
Simlitabmas mengikuti format sebagaimana terlihat pada bagian isian luaran
1. Luaran Wajib
Luaran wajib pada penelitian ini adalah hak cipta. Berdasarkan pengajuan untuk memperoleh hak kekayaan intelektual (hak
cipta) pada tanggal 14 Oktober 2019 ke sentra HKI STIKes Ngudia Husada Madura, maka pada tanggal 28 Oktober 2019
peneliti telah memperoleh sertifikat hak cipta yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia dengan
nomor 000160931
2. Luaran Tambahan
a. Publikasi Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi
Penelitian ini telah diajukan (submit) sebagai artikel ilmiah pada Jurnal Obsgyn STIKes Ngudia Husada Madura pada
tanggal 10 September 2019, telah menerima review, dan berdasarkan Letter of Acceptance yang diterima pada tanggal 25
September 2019, maka artikel ilmiah tersebut akan diterbitkan pada Jurnal Obsgyn Vol. 13 No. 1 bulan Maret tahun 2020.
E. PERAN MITRA: Tuliskan realisasi kerjasama dan kontribusi Mitra baik in-kind maupun in-cash (jika ada). Bukti
pendukung realisasi kerjasama dan realisasi kontribusi mitra dilaporkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Bukti dokumen realisasi kerjasama dengan Mitra diunggah melalui Simlitabmas mengikuti format sebagaimana
terlihat pada bagian isian mitra

Tidak ada

F. KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN: Tuliskan kesulitan atau hambatan yang dihadapi selama melakukan
penelitian dan mencapai luaran yang dijanjikan, termasuk penjelasan jika pelaksanaan penelitian dan luaran
penelitian tidak sesuai dengan yang direncanakan atau dijanjikan.

Tidak ditemukan kendala yang berarti selama penelitian


G. RENCANA TINDAK LANJUT PENELITIAN: Tuliskan dan uraikan rencana tindaklanjut penelitian selanjutnya dengan
melihat hasil penelitian yang telah diperoleh. Jika ada target yang belum diselesaikan pada akhir tahun pelaksanaan
penelitian, pada bagian ini dapat dituliskan rencana penyelesaian target yang belum tercapai tersebut.

Tidak ada

H. DAFTAR PUSTAKA: Penyusunan Daftar Pustaka berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada laporan akhir yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

1. Alimul, Aziz 2008, keterampilan dasar praktik klinik, Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta.
2. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
3. Azwar. M, 2010, Gambaran Cedera Kepala Dengan Epidural. http://digilib.Stikes kusumahusada.ac.id/download.php?
id=652. Diakses tanggal 29 september 2015 jam 20.30
4. Bahanuddin M, dkk. Faktor resiko kejadian stroke pada dewasa awal tahun 2010-2012. Epidemiologi. 2013
5. Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
6. Campbell, Don, 2002, Efek mozart, Gramedia Pustaka Utama , jakarta.
7. Corwin. Elizabeth J, 2009, Buku Saku PATFISIOLOGI, EGC, Jakarta
8. Depkes RI. Prevelensi Stroke. http:/www.depkes.go.id/index.php/-berita/press-release/1703-8-dari-1000-orang-di-
indonesia-terkena-stroke.htm.2011(diunduh tanggal 24 maret 2016)
9. Hendrati Tia Nahara, 2012, Sistem syaraf parasimpatik(syaraf tidak sadar), diakes 4
November2013<http;/11074tianahara.co.id/2012/04/behaviorurldefaultvml.html
10. Hidayat. Azis alimul.2010.Metode penelitian kebidanan Dan teknik Analitik Data, Jakarta: Salemba Medika
11. Junaidi, I, 2011, Stroke Waspadai Ancamannya, Penerbit Andi, Yogyakarta.
12. Lingga. Lanny, 2013, ALL ABOUT STROKE, Jakarta: PT Elex Media Kompotindo
13. Misbah J, Wendra A. Clinical patten of hospitalized strokes in 28 hospitals in indonesia. Med J indones.2008;9:29-34.
14. Muttaqin. Arif, 2008, Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan, Salemba Medika,
Jakarta.
15. Notoadmodjo. S.2005. Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT Rineka Cipta
16. Notoadmodjo. S.2010. Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta
17. Notoadmodjo. S.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT Rineka Cipta
18. Nursalam.2006. Konsep & Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Surabaya: Salemba Medika
19. Nursalam.2008. Konsep & Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Surabaya: Salemba Medika
20. Nursalam.2011. Konsep & Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Surabaya: Salemba Medika
21. Wahyu.G. 2009, Stroke hanya menyerang orang tua?. B first. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai