NAMA KELOMPOK:
o M. ZAINI
o JIMMY JASANDA
o RAMSIAH
o ALFIYANOR
o ROMANSYAH
o RIPANI
o ABDUL HADI
Mingguan Medan Prijaji yang dilahirkan Raden Mas Tirto Adhi Soerjo. Medan Prijaji menjadi surat kabar pertama yang digarap
seluruhnya oleh orang-orang Indonesia. (Foto: Okezone/Ist)
Masa Reformasi
Berakhirnya pemerintahan
Presiden Soeharto pada 21 Mei
1998 telah mengubah lanskap
pers Tanah Air sangat dramatis.
Kebebasan bersuara yang
sebelumnya seperti barang
mahal, memicu kelahiran
media-media baru dengan
Sejumlah koran nasional yan terbit di Jakarta. (Foto:
iNews.id/Zen Teguh) sangat cepat. Liberalisasi pers
muncul tanpa terbendung.
Apalagi berdasarkan Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999, tak ada
lagi SIUPP untuk melahirkan media massa.
Anggota Dewan Pers Wikrama Iryans Abidin (periode 2008) mendeskripsikan
perkembangan jumlah media massa di era reformasi mengalami lonjakan luar
biasa ketimbang pada era Orde Baru. Dalam kurun 1999-2000, sehari bisa
terbit lima media massa baru bila dirata-rata.
Sebagai perbandingan, selama 32 tahun era Soeharto hanya berdiri 289
media cetak, enam stasiun televisi dan 740 radio. Setahun pascareformasi,
jumlah media cetak melonjak menjadi 1.687 penerbitan atau bertambah enam
kali lipat. Jika dihitung dengan skala waktu, berarti setahun pasca- reformasi
tersebut telah lahir 1.389 media cetak baru atau 140 per bulan atau hampir
lima media per hari.
Namun berdasarkan data pada 2008, jumlah media cetak itu kini telah
berkurang drastis. Perkembangan industri pers terus menyusut karena
berbagai faktor. Data Serikat Penerbit Pers (SPS) yang dikutip Lembaga
Dewan Pers Dr Soetomo (LPDS), sekitar 71% dari total 1.678 media yang
terbit pascareformasi mengalami kebangkrutan karena manajemen dan
pengelolaan bisnisnya tidak sehat.
Sebuah fakta mengejutkan pula ketika harian Sinar Harapan, salah satu
media cetak legendaris mengakhiri kiprahnya. Pada 31 Desember 2015, Sinar
Harapan berhenti terbit untuk seterusnya.
Era Digital
Pesatnya pertumbuhan internet di Indonesia turut mewarnai wajah pers
Indonesia. Media massa tak lagi koran, majalah/tabloid, televisi dan radio,
namun muncul platform baru bernama media online (siber). Dewan Pers
memperkirakan, hingga 2017 media online di Indonesia mencapai 43.300
media.
Seiring makin kuatnya pemodal terjun ke bisnis media, muncul
kecenderungan perusahaan media bergabung dalam satu korporasi dan
bernaung dalam konglomerasi. Bergabungnya sejumlah media melalui akusisi
atau penggabungan (merger) ini merupakan perkembangan tak terelakkan.
Konvergensi pun menjadi hal yang semakin umum.