Anda di halaman 1dari 2

Review Dosen Tamu Prof.

Irwanto

Nama : Felix Anggit

NPM : 1706052851

Mata Kuliah : Perlindungan Anak

Prof. Irwanto adalah dosen psikologi di universitas Atmajaya Jakarta.


Pada sesi kuliah umum hari ini beliau menjelaskan dua tema besar. Narkoba dan
orang dengan HIV atau AIDS. Dalam narkoba beliau menjelaskan penjelasan
pemakaian obat-obatan ini ada sejak masa penjajahan dan dahulu banyak
bangsawan di tanah Jawa yang juga menggunakan secara rutin. Bahkan pulau
Jawa saat itu menjadi salah satu penghasil opium, atau salah satu zat yang saat
ini dikategorikan sebagai narkoba. Narkoba di monopoli oleh Belanda untuk
membantu pemasukan kas negara. Selain itu beliau menjelaskan data-data
penumpasan narkoba di Indonesia yang tak kunjung membaik dan yang ada
trennya malah naik tiap tahun. BNN dan kepolisian adalah sekian dari banyak
penegak hukum yang terlibat dalam proses pemberantasan narkoba dianggap
tidak mampu menyelesaikan masalah ini, malah banyak pelanggaran baru yang
terjadi didalamnya.

Narkoba adalah permasalahan kompleks yang perlu dilihat secara holistik,


unsur-unsur didalamnya dan strateginya perlu dikaji ulang. Resistensi menjadi
kunci dalam pemberantasan narkoba. Meskipun aparat penegak hukum paham
akan hal itu, namun proses resistensi ke masyarakat tidak dilakukan secara
maksimal. Dampaknya adalah tidak adanya ketahanan di masyarakat dalam
peredaran narkoba. Masyarakat tidak paham akan konsekuensi penggunaan
narkoba. Hanya faktor ekonomi dan kenikmatan yang dipikirkan. Penjara penuh
dengan narapidana narkoba yang padahal bisa dicegah jika berfokus pada hal
tersebut. Narkoba dikaitkan dengan konteks kejahatan juga sangat berhubungan
dengan jual beli senjata ringan, serta industri seks yang didalamnya
mengandung lebih banyak kejahatan terutama terhadap perempuan dan anak.
Narkoba menjadi alat transaksi, sekaligus menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan
dari dunia tersebut.
Beliau menjelaskan tentang solusi lama dan baru. Solusi lama adalah
kriminalisasi tidak pandang bulu yang dilakukan aparat penegak hukum,
terutama dalam ‘semangat’ war on drugs yang dicanangkan oleh pemerintah
Amerika Serikat. Padahal hal itu berarti melakukan perang terhadap semua
orang yang terlibat dalam napza baik sebagai pemakai atau sebagai produsen
dan pengedar. Selain itu pecandu menjadi target yang sangat empuk, padahal
produsen dan pengedar tidak pernah kalah dimana dan kapan saja. Selanjutnya
adalah cara baru. Pertama kriminalisasi terhadap produsen, pengedar
pengobatan dan rehabilitasi bagi pecandu atau pemakai. Selain itu investasi
dalam pencegahan narkoba lebih difokuskan pada mengevaluasi keberhasilan,
walaupun treatment dan rehabilitasi membutuhkan biaya yang banyak namun
hasilnya lebih sustainable dan menimbulkan resistensi di masyarakat.

Selanjutnya adalah pembahasan tentang masalah kesehatan di


masyarakat, terutama ODHA. Indonesia sebagai negara yang tidak berpihak
sama sekali ke permasalahan anak, terutama anak-anak dengan kerentanan
seperti itu. Salah satu contoh kasusnya adalah kasus obat HIV satu dosis untuk
anak yang dilarang karena mengandung minyak babi dan MUI melarang obat itu.
Akhirnya? Anak-anak harus membeli obat dengan dosis dewasa dan lebih
mahal, ARV yang menjadi kebutuhan sehari-hari menjadi hal yang sulit bagi
anak-anak pengidap HIV yang orangtuanya mengalami kesulitan ekonomi. Prof.
Irwanto juga berusaha membantu dengan membuat lembaga swadaya
masyarakat yang berfokus untuk membantu anak-anak, terutama yang ada pada
kondisi ekonomi kebawah untuk semangat melanjutkan hidupnya meski mngidap
HIV, serta memenuhi hak-hak mereka.

Anda mungkin juga menyukai