Anda di halaman 1dari 11

METODE PELAKSANAAN JEMBATAN

A.              RUANG LINGKUP PEKERJAAN

                    I.     Umum
 Mobilisasi
                   II.     PekerjaanTanah
 Timbunan biasa dari sumber galian
 Timbunan pilihan dari sumber galian
                  III.     Perkerasan  Berbutir Dan Perkerasan Beton Semen
 Perkerasan Beton Semen dengan Anyaman Tulangan Tunggal
                 IV.     Pekerjaan Struktur 

 Beton mutu sedang dengan fc’=30 Mpa untuk lantai jembatan

 Beton mutu sedang dengan fc’=20 Mpa

 Beton mutu rendah dengan fc’=15 Mpa

 Baja tulangan U 24 Polos

 Baja tulangan U 39 Ulir

 Pengadaan dan Pengangkutan Bahan Jembatan Klas B Span : 40 m

 Pemasangan jembatan rangka baja Klas B Span : 40 m

 Pasangan batu

                  V.     Penutup

B.              METODE PELAKSANAAN

Untuk lebih jelasnya metode pelaksanaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut meliputi Pekerjaan-
pekerjaan :

I.    UMUM

Pekerjaan ini mencakup pekerjaan Mobilisasi dan Pengukuran.

 Mobilisasi dan Demobilisasi


Pekerjaan ini meliputi penyiapan fasilitas kontraktor seperti pembuatan base camp, kantor, barak,
bengkel dan gudang. Mendatangkan/Mobilisasi peralatan yang dibutuhkan hingga lokasi pekerjaan
dan mengembalikannya/Demobilisasi setelah seluruh pekerjaan selesai. Mendatangkan personil
sesuai dengan kebutuhan dan persetujuan Direksi. Menyiapkan fasilitas laboratorium di
lapangan hingga dapat digunakan selama masa konstruksi berlangsung. Menyiapkan laporan-laporan
sesuai yang disyaratkan serta gambar-gambar pelaksanaan pekerjaan.
II. PEKERJAAN TANAH 

1.      Pekerjaan Timbunan Biasa dari sumber galian


Pekerjaan timbunan Biasa dilaksanakan pada lokasi oprit jembatan atau lokasi lain menurut
kebutuhannya dengan persetujuan Direksi Teknis, urutan pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai
berikut :

  Sebelum pekerjaan dimulai, terlebih dahulu mempersiapkan gambar design dari data-data awal yang
diambil pada saat survey awal dan gambar design lokasi ini diajukan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan terlebih dahulu, timbunan ini terletak pada oprite jembatan.
  Dilakukan juga inspeksi kondisi alat, alat pelindung diri (sepatu Safety, helm) rambu-rambu beserta
petugas pengatur lalu lintas dilengkapi bendera merah dan semua harus dipersiapkan terlebih dahulu.
  Setelah gambar design disetujui, kemudian dilaksanakan pemasangan patok-patok elevasi (bowplank)
  Sebelum material didatangkan dari quarry yang telah disepakati bersama-sama dengan direksi teknis,
diadakan pengujian simple material selected terlebih dahulu. Dan setelah pengujian material telah
disetujui oleh Direksi dan kemudian dituangkan ke dalam report hasil investigasi dan menjadi
pegangan untuk pelaksanaan pengiriman material untuk pekerjaan.
  Setelah itu, material dari quarry dikirim ke lokasi dengan memakai dump truck, dan pada lokasi telah
tersedia peralatan penghamparan dan pemadatan serta water tank untuk menjaga pada saat
penghamparan material tetap dalam kadar air yang telah disepakati bersama dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
  Material dihampar dengan Motor Grader secara per layer dengan tebal hampar maksimum 15 cm dan
kemudian diikuti dengan pemadatan oleh Vibro Roller yang juga telah disepakati jumlah lintasan
pemadatan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Kemudian, apabila penghamparan dilaksanakan
pada saat terik matahari yang mengakibatkan material menjadi kering dan terburai oleh embusan
angin maka segera dilakukan penyiraman air dengan water tank.
  Selanjutnya dilakukan test pemadatan dan jika hasil test sudah sesuai lanjutkan pekerjaan lain.

2.         Pekerjaan Timbunan Pilihan dari sumber galian


Pekerjaan timbunan Pilihan dilasanakan setelah pekerjaan timbunan biasa siap dilaksanakan dan
sempurna menurut spesifikasi Teknis dan persetujuan Direksi Teknis, urutan pelaksanaan sebagai
berikut :

Urutan Pelaksanaan :

  Sebelum pekerjaan dimulai, terlebih dahulu mempersiapkan gambar design dari data-data awal yang
diambil pada saat survey awal dan gambar design lokasi ini diajukan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan terlebih dahulu, timbunan ini terletak pada oprite jembatan atau lokasi lain yang ditentukan.
  Untuk menjamin keselamatan kerja, sebelumnya dilakukan juga inspeksi kondisi alat, alat pelindung diri
(sepatu Safety, helm) rambu-rambu beserta petugas pengatur lalu lintas dilengkapi bendera merah
dan semua harus dipersiapkan terlebih dahulu.
  Setelah gambar design disetujui, kemudian dilaksanakan pemasangan patok kontrol elevasi
(bowplank)
  Sebelum material didatangkan dari quarry yang telah disepakati bersama-sama dengan direksi teknis,
diadakan pengujian simple material selected terlebih dahulu. Dan setelah pengujian material telah
disetujui oleh Direksi dan kemudian dituangkan ke dalam report hasil investigasi dan menjadi
pegangan untuk pelaksanaan pengiriman material untuk pekerjaan.
  Setelah itu, material dari quarry dikirim ke lokasi dengan memakai dump truck, dan pada lokasi telah
tersedia peralatan penghamparan dan pemadatan serta water tank untuk menjaga pada saat
penghamparan material tetap dalam kadar air yang telah disepakati bersama dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
  Material dihampar dengan Motor Grader secara per layer dengan tebal hampar maksimum 15 cm dan
kemudian diikuti dengan pemadatan oleh Vibro Roller yang juga telah disepakati jumlah lintasan
pemadatan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Kemudian, apabila penghamparan dilaksanakan
pada saat terik matahari yang mengakibatkan material menjadi kering dan terburai oleh embusan
angin maka segera dilakukan penyiraman air dengan water tank.
  Selanjutnya dilakukan test pemadatan dan jika hasil test sudah sesuai dilanjutkan dengan pengukuran
guna dituangkan dalam sertifikasi pembayaran.
III.       PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON
    

SEMEN

gan Anyaman Tulangan Tunggal


Pekerjaan yang ditetapkan dalam Pasal ini terdiri dari Konstruksi Perkerasan jalan Beton semen
portland diberi anyaman tulangan tunggal sebagaimana disyaratkan, diatas oprite jembatan atau
badan jalan yang telah dipersiapkan dan diterima sesuai dengan spesifikasi ini, menurut garis-garis
ketinggian, kelandaian, ukuran, penampang melintang dan penyelesaian akhir yang diperlihatkan
dalam gambar atau sebagaimana diarahkan oleh Direksi Pekerjaan.

Urutan Pelaksanaan :

  Terlebih dahulu disiapkan lokasi pekerjaan yang akan dilakukan Perkerasan Beton Semen dengan
Anyaman Tulangan Tunggal dengan cara membersihkan lokasi pekerjaan dari kotoran dan sisa-sisa
pekerjaan timbunan sebelumnya, kondisi timbunan harus telah dalam keadaan padat.
  Untuk meminimalisir kecelakaan kerja, sebelumnya dilakukan juga inspeksi kondisi peralatan, alat
pelindung diri (sepatu Safety, helm) para pekerja yang akan melaksanakan kegiatan pekerjaan
dilapangan.
  Setelah gambar design disetujui, kemudian dilaksanakan dengan kegiatan pemasangan
patok kontrol elevasi (bowplank), formwork acuan kerja pada lokasi pengecoran dan kegiatan
pabrikasi baja tulangan.
  Setelah pekerjaan baja tulangan selesai lalu dilanjutkan dengan kegiatan pengecoran beton dengan
mutu, desain dan ketebalan seperti yang telah dipersyaratkan dalam gambar.
  Pengecoran beton harus dilaksanakan dengan tanpa berhenti sampai pada suatu sambungan
konstruksi yang telah ditentukan dan disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan tersebut
diselesaikan.
  Beton harus dicor dengan cara sedemikian rupa untuk menghindari segregasi/pemisahan partikel-
partikel halus dan kasar dalam campuran. Beton harus dicor ke dalam acuan sedekat mungkin
dengan posisi akhirnya untuk menghindari pengaliran campuran beton dan tidak diijinkan untuk
mengalirkan campuran beton lebih dari satu meter setelah pengecoran.
  Selanjutnya dilakukan perawatan beton sesuai spesifikasi teknis dan apabila telah selesai dilanjutkan
dengan pengukuran guna dituangkan dalam sertifikasi pembayaran.

VII.   PEKERJAAN STRUKTUR

Untuk Pekerjaan struktur ini dilaksanakan terlebih dahulu setelah diperoleh hasil Job mix dari
laboratorium dan pengujian bahan material, kemudian setelah pekerjaan selesai harus diuji/dievaluasi
mutunya dari laboratorium. 

1.     Beton mutu sedang dengan fc’=30 Mpa Lantai Jembatan


Untuk pekerjaan beton 30 Mpa digunakan pada Lantai Jembatan, Approaching Slab atau Plat
Injak ataupun pada masing-masing lokasi lainnya yang ditentukan oleh direksi teknis. Pekerjaan ini
dimulai setelah pekerjaan pembesian selesai, diaduk dengan menggunakan concrete mixer dan
pemadatannya dilakukan dengan menggunakan concrete vibrator, untuk menjaga mutu beton sesuai
spesifikasi yang diinginkan perlu diambil slump test pada saat pengecoran danselinder untuk uji tekan
beton dilaboratorium.

A.  Pekerjaan Persiapan

   Pekerjaan yang termasuk dalam hal ini adalah pekerjaan struktur beton.
   Material campuran beton (semen, pasir, aggregate) didatangkan dari supplier ke lokasi pekerjaan dan
disimpan dalam tempat penyimpanan/ Gudang/Storage.
   Mutu beton yang digunakan sesuai dengan mutu beton pada dokumen lelang yang diminta.
   Jenis semen Portland yang digunakan sesuai dengan permintaan dokumen lelang.
   Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya digunakan air bersih
dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula atau organic.
   Agregat kasar dan halus yang digunakan (ukuran/dimensi) sesuai dengan permintaan dari spesifikasi
dokumen lelang dan telah mendapat persetujuan direksi.
   Material agregat diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau dari
pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
   Agregat bebas dari bahan organic seperti spesifikasi teknis yang ada dalam dokumen pelelangan.
   Selama kegiatan pengecoran dilakukan, keselamatan dan kesehatan kerja di lokasi pekerjaan harus
tetap diperhatikan guna menghindari terjadinya resiko kecelakaan kerja yang tidak diinginkan.

B.    Pencampuran dan Penakaran


  Rancangan Campuran Proporsi bahan dan berat penakaran menggunakan metode sesuai yang
disyaratkan.
  Campuran Percobaan dilakukan dan hasil dari percobaan tersebut akan dijadikan acuan pembuatan
beton pada saat dilakukan pekerjaan beton di lapangan dan disaksikan oleh direksi pekerjaan.
  Campuran percobaan sesuai dengan permintaan spesifikasi dalam dokumen lelang dan mendapat
persetujuan dari direksi pekerjaan.
  Ketentuan sifat-sifat campuran sesuai dengan spesifikasi teknis yang diminta dalam dokumen
pelelangan.
  Pencampuran :
a)     Beton dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis (concrete mixer)
b)    Pencampur dilengkapi dengan tangki air bersih yang memadai dan alat ukur yang akurat untuk
mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran.
c)     Pertama-tama alat pencampur diisi dengan aggregate, pasir dan semen yang telah ditakar,
selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.

C.    Pelaksanaan Pengecoran.
1.     Sebagai persiapan, lokasi pengecoran dibersihkan dari sampah, potongan kayu, bendrat, paku dan
sampah lainnya dengan penghisap debu, kompresor dan atau air.
2.     Bekisting dilumuri mould oil hingga rata. Kebocoran bekisting telah dicek dan disumbat. Sambungan
dengan pengecoran sebelumnya (jika ada) telah disiram dengan calbond atau air semen serta
bekisting dibebaskan dari genangan air. Sebelum instruksi pengecoran segala persetujuan yang
diperlukan telah diurus dan disetujui oleh direksi/owner dan pengawas pekerjaan.
3.     Penuangan dilakukan dengan tenaga manusia (sebelumnya material beton ditampung pada tempat
penampungan untuk kemudian dituang langsung ke tempat bekisting. Tinggi jatuh beton pada scat
pengecoran tidak lebih dari 1,5 meter agar tidak terjadi pemisahan antara batu pecah yang berat
dengan pasta beton, (segregasi).
4.     Pemadatan dibantu dengan vibrator mekanikal type tertentu dalam jumlah yang memadai. Selang
vibrator dibenamkan sampai batas kedalaman beton sebelumnya dan agar tidak terjadi kantong
udara. Vibrator tidak mengenai tulangan atau penutup (shutter) kecuali penutup dari beton.
5.     Selanjutnya dilakukan perawatan beton sesuai spesifikasi teknis.

2.     Beton mutu sedang dengan fc’=20 Mpa

Beton mutu sedang dengan fc’20 Mpa umumnya digunakan pada elemen struktur abutment, trotoar
jembatan, kolom dan balok struktur tembok penahan tanah ataupun pada masing-masing lokasi
lainnya yang ditentukan oleh direksi teknis. Pekerjaan ini dimulai setelah pekerjaan baja tulangan
selesai dilaksanakan, campuran beton diaduk dengan menggunakan concrete mixer dan pemadatan
selama pengecoran dilakukan dengan menggunakan concrete vibrator, untuk menjaga mutu beton
sesuai spesifikasi yang diinginkan perlu diambil slump test pada saat pengecoran dan silinder
untuk uji tekan beton dilaboratorium. Teknis pekerjaan beton mutu sedang dengan fc’ 20 Mpa ini
dapat diuraikan sebagai berikut :

A.    Pelaksanaan Pengecoran.
1.     Sebagai persiapan lokasi pengecoran dibersihkan dari sampah, potongan kayu, bendrat, paku dan
sampah lainnya.
2.     Alat-alat pelindung diri bagi para pekerja seperti helm, sepatu safety dan lainnya harus digunakan
untuk mencegah adanya resiko kecelakaan kerja saat pengecoran.
3.     Bekisting dilumuri mould oil hingga rata. Kebocoran bekisting telah dicek dan disumbat. Sambungan
dengan pengecoran sebelumnya (jika ada) telah disiram dengan calbond atau air semen serta
bekisting dibebaskan dari genangan air.
4.     Penuangan dilakukan dengan tenaga manusia (sebelumnya material beton ditampung pada tempat
penampungan untuk kemudian dituang langsung ke tempat bekisting. Tinggi jatuh beton pada saat
pengecoran tidak lebih dari 1,5 meter agar tidak terjadi pemisahan antara batu pecah yang berat
dengan pasta beton, (segregasi).
5.     Pemadatan dibantu dengan vibrator mekanikal type tertentu dalam jumlah yang memadai. Selang
vibrator dibenamkan sampai bates kedalaman beton sebelumnya dan agar tidak terjadi kantong
udara. Vibrator tidak mengenai tulangan atau penutup (shutter) kecuali penutup dari beton.
6.     Selanjutnya dilakukan perawatan beton sesuai spesifikasi teknis dan apabila telah selesai dapat
dilanjutkan dengan pengukuran kuantitas kerja guna dituangkan dalam sertifikat pembayaran.

3.     Beton mutu rendah dengan fc’=15 Mpa

Untuk pekerjaan beton 15 Mpa digunakan pada patok pengarah, beton kerb struktur tembok penahan
tanah pada oprite ataupun pada masing-masing lokasi lainnya yang ditentukan oleh direksi
teknis.Pekerjaan ini dimulai setelah pekerjaan pembesian selesai, diaduk dengan menggunakan
concrete mixer dan pemadatannya dilakukan dengan menggunakan concrete vibrator, untuk menjaga
mutu beton sesuai spesifikasi yang diinginkan perlu diambil slump test pada saat pengecoran
dan selinder untuk uji tekan beton dilaboratorium.

A.      Pelaksanaan Pencampuran
1.     Rancangan Campuran Proporsi bahan dan berat penakaran menggunakan metode sesuai yang
disyaratkan.
2.     Campuran Percobaan dilakukan dan hasil dari percobaan tersebut akan dijadikan acuan pembuatan
beton pada saat dilakukan pekerjaan beton di lapangan dan disaksikan oleh direksi pekerjaan.
3.     Campuran percobaan sesuai dengan permintaan spesifikasi dalam dokumen lelang dan mendapat
persetujuan dari direksi pekerjaan.
4.     Ketentuan sifat-sifat campuran sesuai dengan spesifikasi teknis yang diminta dalam dokumen
pelelangan.
5.     Pencampuran :
d)    Beton dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis (concrete mixer)
e)     Pencampur dilengkapi dengan tangki air bersih yang memadai dan alat ukur yang akurat untuk
mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap penakaran.
f)     Pertama-tama alat pencampur diisi dengan aggregate, pasir dan semen yang telah ditakar,
selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.

B.    Pelaksanaan Pengecoran.
1.     Lokasi pengecoran dibersihkan dari kotoran, potongan kayu, bendrat, paku dan sampah lainnya
2.     Sebelum pengecoran, bekisting dilumuri dengan mould oil hingga rata. Kebocoran bekisting telah
dicek dan disumbat. Sambungan dengan pengecoran sebelumnya (jika ada) telah disiram dengan
calbond atau air semen serta bekisting dibebaskan dari genangan air. Sebelum instruksi pengecoran
segala persetujuan yang diperlukan telah diurus dan disetujui oleh direksi/owner dan pengawas
pekerjaan.
3.     Penuangan dilakukan dengan tenaga manusia. Tinggi jatuh beton pada saat pengecoran tidak lebih
dari 1,5 meter agar tidak terjadi pemisahan antara batu pecah yang berat dengan pasta beton,
(segregasi).
4.     Apabila dirasa perlu, pemadatan dibantu dengan vibrator mekanikal type tertentu dalam jumlah yang
memadai. Selang vibrator dibenamkan sampai batas kedalaman beton sebelumnya dan agar tidak
terjadi kantong udara.
5.     Selanjutnya dilakukan perawatan (curing) beton sesuai spesifikasi teknis.

4.      Pekerjaan Baja Tulangan U – 24 Polos


Pekerjaan Baja Tulangan U-24 Polos ini dilaksanakan setelah terlebih dahulu besi didatangkan
kelokasi pekerjaan dan dilakukan pemotongan dan pembengkokkan sesuai dengan ukuran dan
bentuk yang telah ditentukan dalam gambar teknik (rencana). Pekerjaan pembesian dimulai sebelum
pekerjaan pengecoran beton dilaksanakan.

Persiapan:
1.     Pekerjaan dilakukan secara manual (tenaga manusia) dan alat bantu berupa bar bender dan bar
cutter.
2.     Lokasi pekerjaan : Struktur  pondasi, dinding dan lantai jembatan.
3.     Sarung tangan, helm dan sepatu safety harus dikenakan oleh para pekerja guna menghindari cedera
serius saat melaksanakan pekerjaan pembesian dilapangan.

Uraian pelaksanaan :
1.     Material baja tulangan didatangkan dari pabrik/supplier ke lokasi pekerjaan.
2.     Material diletakkan pada stock area material baja tulangan atau dalam gudang proyek.
3.     Selanjutnya dilakukan perakitan tulangan/pabrikasi, yaitu berupa pengukuran panjang yang
diperlukan, pemotongan dengan bar cutter dan pembengkokan dengan bar bender dan dikerjakan
pada saat suhu dingin.
4.     Batang tulangan kemudian disusun/dipasang sesuai dengan Gambar pelaksanaan dan
persilangannya diikat kuat dengan kawat bendrat.

5.      Pekerjaan Baja Tulangan U – 39 Ulir

Pekerjaan Baja Tulangan U-39 Ulir ini dilaksanakan setelah terlebih dahulu besi didatangkan kelokasi
pekerjaan dan dilakukan pemotongan dan pembengkokkan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang
telah ditentukan dalam gambar teknik (rencana). Pekerjaan pembesian dimulai sebelum
pekerjaan pengecoran beton dilaksanakan.

Asumsi:
1.      Pekerjaan dilakukan secara manual (tenaga manusia) dan alat bantu berupa bar bender dan bar
cutter.
2.      Lokasi pekerjaan : Struktur  pondasi, dinding dan lantai jembatan.
3.      Alat pelindung keselamatan seperti Sarung tangan, helm dan sepatu safety harus dikenakan oleh para
pekerja guna menghindari cedera serius saat melaksanakan pekerjaan pembesian di lapangan.

Uraian pelaksanaan :
   Material baja tulangan didatangkan dari pabrik/supplier ke lokasi pekerjaan.
   Material diletakkan pada stock area material baja tulangan atau dalam gudang proyek.
   Selanjutnya dilakukan perakitan tulangan/pabrikasi, yaitu berupa pengukuran panjang yang diperlukan,
pemotongan dengan bar cutter dan pembengkokan dengan bar bender dan dikerjakan pada saat
suhu dingin.
   Batang tulangan kemudian disusun/dipasang sesuai dengan Gambar pelaksanaan dan persilangannya
diikat kuat dengan kawat bendrat.

6.     Pengadaan dan Pengangkutan Bahan Jembatan Klas B Span : 40 m

Pengadaan jembatan rangka baja terdiri dari komponen-komponen baja standar prafabrikasi yang
dipasok lengkap hingga batas tumpuan, termasuk tumpuan elastomer, penahan dan peredam gempa
lateral, sandaran dan plat baja gelombang untuk lantai jembatan yang diproduksi di pabrikan rangka
baja. Bentang jembatan dan ketentuan-ketentuan lainnya mengikuti spesifikasi teknis yang telah
ditentukan dalam dokumen teknis yaitu jembatan rangka baja klas B40.

Komponen-komponen jembatan rangka baja didatangkan ke lokasi pekerjaan dengan menggunakan


jasa pengangkutan/ekspedisi sampai seluruh komponen-komponen tersebut diterima dilapangan.
Dapat diuraikan sebagai berikut :
a)      Komponen rangka baja diproduksi dipabrik/supplier dan diangkut ke lokasi pekerjaan.
b)      Semua komponen rangka baja dilapisi dengan perlindungan karat galvanis celup panas mutu tinggi
guna mencegah terjadinya korosif.
c)      Selama pengangkutan, semua komponen jembatan di pak dan di bundel dengan strap anti karat dan
ganjal kayu untuk menghindari kerusakan selama pemuatan, pengiriman dan penurunan.
d)      Gunakan Crane dan peralatan angkut dengan kapasitas yang memadai untuk mengangkat seluruh
komponen hingga pengangkutan ke lokasi pekerjaan.
e)      Selama proses pengangkutan keselamatan pekerja harus tetap diperhatikan guna menghindari resiko
terjepit ataupun resiko kecelakaan kerja lainnya.
f)       Komponen-komponen yang telah diangkut ke lokasi pekerjaan disimpan dilokasi yang terlindungi dari
resiko kerusakan.
g)      Setelah semua komponen tiba dilokasi, dilakukan pengecekan dan serah terima guna dilanjutkan
dengan proses perakitan/pemasangan.

7.      Pemasangan jembatan rangka baja Klas B Span : 40 m

Perakitan dengan sistem kantilever adalah suatu sistem perakitan jembatan rangka baja yang
dilakukan tanpa alat penyangga/perancah tetapi merupakan sistem pemasangan komponen per
komponen yang dipasang setempat secara bertahap mulai dari abutment atau pilar hingga posisi 
akhir (abutment atau pilar berikutnya) dengan cara penambahan dan pemasangan masing-masing
komponen pada sebagian bentang yang  telah dipasang sebelumnya, hingga membentuk kantilever
yang bergerak segmen demi segmen menuju ke perletakan jembatan berikutnya.

Pemasangan sistem kantilever ini bersifat statis dan membutuhkan bentang pemberat dan rangka
penghubung.

Panjang bagian belakang abutment yang dibutuhkan untuk memasang konstruksi baja adalah
sepanjang bentang pemberat ditambah daerah bebas untuk jalan kerja, misalnya panjang bentang
pemberat ditambah ± 10 m.

Lebar yang dibutuhkan untuk masing-masing keadaan ± 10 m untuk bentang pemberat ditambah 5 m
untuk jalan kerja. Sebagai tambahan dibutuhkan juga tempat untuk menumpukan komponen baja dan
sebagainya.

Penumpu sementara yang akan digunakan disediakan oleh kontraktor pelaksana atau erektor. Ganjal
kayu yang kuat harus dipasang dibawah masing-masing titik tumpuan pada abutment atau pilar untuk
menumpu bagian pangkal dari bentang kantilever selama pemasangan. Persyaratan kayu penumpu
ini harus mengikuti pokok bahasan Area Perakitan dan Pekerjaan Persiapan, butir d.
Pada embankment yang terdekat dengan level akhir, maka sebaiknya untuk pemasangan bentang
pertama berkisar ± 1.50 m di atas level akhir. Dengan demikian akan sangat berguna jika terjadi
lendutan di bagian bawah ujung kantilever.

Ujung belakang bentang pemberat harus ditumpu dengan ganjal kayu atau landasan beton yang
dirancang sesuai dengan kondisi tanah yang ada dan secara umum pelaksanaannya harus
sepenuhnya sesuai dengan Pokok Bahasan Bentang Pemberat.

Bentang pemberat adalah suatu bentang rangka standard yang berguna  untuk manahan berat
sendiri komponen rangka baja yang sedang dirakit di atas sungai sehingga dengan pengimbang
beban lawan yang berada di tempat yang disediakan pada bentang pemberat (biasa terletak di
pangkal bentang), bentuk kantilever yang terjadi di atas sungai tetap stabil (momen guling terjadi
ditahan oleh beban lawan). Bentang pemberat dihubungkan dengan bentang permanen yang sedang
dirakit melalui rangka penghubung/linking steel. Bentang pemberat dan rangka penghubung
disediakan oleh kontraktor pelaksana atau erector.
Penambahan beban lawan untuk mengimbangi momen guling dari bentang kantilever, menyesuaikan
terhadap kemajuan panjang bentang permanen yang sedang dirakit.
Secara umumnya perakitan dilaksanankan seperti dijelaskan pada sub bahasan 1 di atas. Bila
komponen-komponen telah duduk (terpasang) pada pelat buhul, komponen tersebut harus
ditempatkan dengan tepat dan harus ditahan dengan pasak (drift) yang ada agar semua komponen
terpasang dengan tepat sebelum dibautkan.

Sistem perakitan ini telah direncanakn dengan langkah-langkah yang mudah dan dimulai dengan
perakitan bentang pemberat di atas tanah pada area oprit hingga selesai.
Adapun urutan-urutan perakitan adalah sebagai berikut :

Langkah 1.
Sebagai dasar perakitan statis awal adalah pembuatan satu rangkaian bentuk frame segitiga
awal/pertama tepat setelah susunan rangka penghubung, tentunya dapat dimulai dengan
pemasangan batang diagonal (2) pada sambungan/join J1 dimana pelat sambungnya sudah
terpasang lebih dahulu. Setelah kelengkapan sambungan sudah terpasang semua pada J1, maka
baut dapat segera dimasukan dan diputar dalam kondisi sementara sehingga batang diagonal (2)
masih mudah diatur posisinya untuk menunggu dipasangnya batang datar bawah (3) yang
dipasangkan dan dibautkan pada J2 lebih dahulu.

Sambung dan pasang baut batang (2) dan (3) pada sambungan J3 dengan dilengkapi keperluan plat
sambung dan kelengkapannya (missal jika diperlukan plat sisipan dan lain-lain). Setelah terbentuk
frame segitiga pada posisi yang benar maka lengkapi semua baut pada tiap-tiap sambungan dan
dapat dikencangkan sepenuhnya sehingga terbentuklah “segitiga awal” (segitiga, J1 J2 J3) sebagai
segitiga pijakan awal untuk perakitan selanjutnya. Pembentukan segitiga ini harus dua sisi bersama-
sama agar setelah disusul dengan pemasangan girder melintang dari J3 akan membentuk kantilever
sebagai pegangan untuk perakitan komponen demi komponen berikutnya. Pasang pengikat
sementara batang bawah dan baut pada tempatnya, dimana pembautan ini juga bersifat sementara,
kemudian pasang gelagar melintang atas ujung (5) pada J1 (dua sisi).

Langkah 2.
Pasang batang datar tepi atas pada pelat-pelat buhul dan pelat penyambung bagian bawah pada titik
sambungan/join J1 yang telah selesai sebelumnya. Sisipkan pelat penyambung atas dan pelat
pengisi bagian dalam (jika diperlukan). Setelah join J1 terpasang, pelat penyambung badan dan
pengisi badan dan dalam keadaan pembautan penuh (baut dikencangkan sepenuh-penuhnya).

Langkah 3.
Rakit dan pasang dua batang diagonal (2) berikut pelat penyambung buhul termasuk pelat
penyambung batang diagonal yang sudah ditandai bersama-sama sehingga membentuk rakitan ^ (V
terbalik). Angkat dalam keadaan tegak dan sisipkan ujung bawahnya (dari bentuk ^) diantara pelat
buhul batang bawah pada sambungan J3. Sisipkan pelat pengisi sanyap dan pelat penyambung ke
bagian bawah jalur diagonal, lalu dikunci dengan kunci pas ujung lancip dan sisipkan agar pelat buhul
atas bisa pas dengan batang atas (1) pada sambungan J4. Pasang pelat penyambung sayap bawah
dan bagian dalam dan bagian luar pelat pengisi pada J3 dan pasang bagian baut-baut pada J4 dan
J5 (yaitu setengah ke bawah).

Langkah 4.
Pasang batang  datar tepi bawah (3), masukan diantara pelat buhul pada bagian pertemuan J3 yang
telah selesai sebagian. Pasang pelat pengisi jika dijelaskan pada Gambar Erection Jembatan dan
pelat penyambung atas selesai (J4) setelah pemasangan pelat penghubung badan bagian atas dan
pelat penyambung badan yang ada dan baut seluruhnya pada pertemuan J4.

Pada ujung depan dari batang datar bawah, pasang pelat buhul luar dan pelat penyambung bawah
secara bersamaan dengan pengisi yang ditentukan, bautkan pada batang datar bawah  dan batang
diagonal pada sambungan/join (J5).

Langkah 5.
Pasang ikatan angin batang atas dan hubungksn pada pertemuan di J1 dan J4 saling menyilang.
Jalan kerja dari kayu dapat dipasang pada gelagar melintang batang atas (5) dan rangka pengangkat
dipindahkan satu panel berikutnya dipasang dan diikat kembali.
Langkah  6.
Ulangi langkah ke (1). Pasangkan batang penghubung atas berikutnya seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya  dan selesaikan titik hubung J3.

Langkah 7.
Ulangi langkah ke (2) dan lanjutkan tahapan perakitan seperti sebelumnya.
“Penting sekali bahwa seluruh baut harus dikencangkan penuh setelah semua komponen pada suatu
titik pertemuan terpasang”.

Pasa saat pemasangan kantilever, pengikat silang sementara harus dipasang pada bagian bawah
batang di setiap ujung batang yang disesuaikan jalurnya, pengikat silang sementara ini dibutuhkan
untuk mengurangi lendutan lateral pada kantilever akibat beban angin dan untuk mengikat batang
bagian bawah (dalam tekanan) untuk mengimbangi pengait.

Pengikat ini harus dilepas setelah konstruksi selesai dan bentang telah menopang keempat sudutnya.
Penopang tidak dapat dipasang sebelum pengikat sementara dilepas.

Pengangkatan dan pengangkutan komponen-komponen dari tempat penumpukan ke tempat


pemasangan (penyambungan) perlu dilakukan selama proses pemasangan. Hal ini dapat dilakukan
dengan berbagai macam sarana atau metode tergantung dari keadaan lokasi. Metode-metode yang
digunakan bisa berbagai alternatif antara lain :
 Melalui jembatan lama dengan menggunakan crane kecil.
 Kabel-kabel yang digantung diantara kedua abutment dibawah jembatan.
 Menggeser komponen di atas alas kayu melalui bagian konstruksi baja yang sudah selesai.
Disarankan untuk mencengah kerusakan komponen, sebaiknya digunakan rol.  
Sebaiknya digunakan dua rangka pengangkat sederhana yang terbuat dari profil baja ringan dan
dipasang pada kedua batang paling atas dengan membautnya melalui lubang drainase atau baut
pada pelat badan. Penggunaan rangka pengangkat ini bersama-sama dengan katrol rantai atau katrol
tangan, menjamin kemudahan pengoperasian dan alat ini dapat dipindah-pindah sepanjang bentang
selama berlangsungnya pemasangan jembatan.

Rangka jembatan akan melendut secara elastis sebagai akibat adanya kantilever dan bentang
pemberat juga akan melendut dan akan menambah besar lendutan pada bagian ujung bentang yang
sedang dikerjakan.

Seperti dijelaskan pada sub bahasan 3 di atas, lawan lendut pada bentang rangka terbentuk sebagai
bentuk pabrikasi pelat buhul batang atas dan batang bawah dan tidak diperlukan tindakan khusus
atau penyesuaian-penyesuaian selama pelaksanaan system kantilever ini.
Yang perlu diperhatikan adalah, perakitan baja ditempatkan pada level yang ditentukan untuk
mengantisipasi lendutan hingga bagian ujung kantilever berada diatas bagian abutment dan pilar.

Untuk menentukan ketinggian dari penyangga dengan ganjalan kayu disetiap ujungnya dimana 
bentang menumpu pada salah satu atau kedua ujungnya di pilar, maka hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :

   Geometri dari tempat pabrikasi bentang pemberat, bentang terkantilever dan rangka penghubung;
   Lendutan elastis dari ujung kentilever dan;
   Ketinggian relatif dari ketiga pilar atau abutment  pada alur jembatan.

Tidak dimungkinkan untuk menentukan tinggi rata-rata untuk setiap kombinasi bentang karena level
pilar dan abutment relatif bervariasi disetiap lokasi dan ditentukan kemudian dengan alinyemen
vertical jalan yang dibutuhkan.
Sebelum rangka jembatan selesai terpasang (sebaiknya didongkrak turun lebih dahulu) batang
penopang dan panel lantai profil baja tidak dapat dipasang. Lepaskan pengikat sementara batang
bagian bawah bagian sebelum pemasangan batang penopang dan dudukan.
Sistem lain selain system kantilever dipasang setempat yang dapat digunakan adalah system
kantilever yang ditumpu ditengah bentang sehingga mengurangi sifat pangkantileveran dan
mengurangi bentang pemberat dan beban lawan. Dalam hal ini, penopang bagian tengah harus
sebagai titik berat bentang . Metode ini biasa dipakai khususnya untuk jembatan rangka bentang
panjang

8.     Pekerjaan Pasangan Batu

Pekerjaan pasangan batu ini merupakan pekerjaan pada bangunan struktur pelengkap jembatan,
dilaksanakan pada lokasi jalan pendekat (oprit) jembatan sebagai pengaman sisi terluar dari oprit
jembatantersebut, untuk itu maka dipasang tembok pengaman dengan pasangan batu.

Urutan Pelaksanaan dapat diuraikan sebagai berikut :


1.     Sebelum pelaksanaan dilakukan, terlebih dahulu mempersiapkan gambar kerja bersama dengan
Direksi Pekerjaan.
2.     Setelah lokasi yang akan dikerjakan ditentukan, kemudian dipasang patok dan elevasi serta diberi
rambu-rambu lalu lintas pada lokasi pekerjaan tersebut agar lalu lintas tidak terhambat dan tidak
merusak pekerjaan.
3.     Selain persiapan di lokasi, material yang akan dipergunakan terlebih dahulu diusulkan kepada direksi.
4.     Setelah material disetujui direksi, penyiapan material pada lokasi pekerjaan harus telah
diperhitungkan terhadap kapasitas pekerja pada satu hari pekerjaan sehingga tidak terdapat
pekerjaan yang terlantar.
5.     Kemudian pekerjaan dilaksanakan dengan pekerjaan lantai kerja sebelum pemasangan batu dan
setelah umur dari lantai kerja tercapai, pekerjaan pasangan batu dimulai dari pondasi bawah dan
kearah dinding atas.
6.     Setelah pekerjaan selesai, dilakukan pengukuran bersama hasil pekerjaan dengan Direksi Pekerjaan
dan setelah disetujui dapat dibuat berita acara pemeriksaan pekerjaan sebagai dasar untuk
menjadikan hasil pekerjaan pada progress prestasi pekerjaan.

Demikian metode pelaksanaan secara garis besarnya, metode pelaksanaan yang lebih detail akan
dibuat pada saat pelaksanaan nanti. Tentu saja di dalam pelaksanaannya nanti dapat timbul alternatif
– alternatif lain yang mungkin lebih efisien dan efektif. Mudah-mudahan uraian ini dapat memberikan
gambaran yang cukup jelas tentang langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pelaksanaan proyek
ini.
                                                                    

Anda mungkin juga menyukai