Anda di halaman 1dari 26

WIKA | CONSTRUCTION

1 April 2019

BUY/BELI CSA INSTITUTE

WIKA.JK ERMAN SUMIRAT


Target Harga (Rp) 2.622,- M :08122038021
E :erman.sumirat@gmail.com
Harga 1 April 2019 (Rp) 2,030 OPTIMIST GROWTH IN 2019; MISPRICING IN 2018

Tahun 2018, harga saham WIKA mengalami penurunan sampai 55


persen walaupun kinerja keuangan menunjukan pertumbuhan sales,
laba dan EPS yang signifikan. Di tahun 2019 ini, dengan solidnya
pertumbuhan kontrak dalam Pipeline, adanya eskpansi usaha ke luar
negeri seperti Afrika, proyek Kereta Api Cepat Jakarta Bandung yang
tetap berjalan, MRT Tahap II dan Airport di Makassar serta peraihan
cash dari IPO anak perusahaan, WIKA tetap menunjukkan adanya
portfolio yang stabil dan adanya diversifikasi yang tidak hanya
bergantung pada APBN Infrastruktur tetapi juga mendapatkan proyek
dari BUMN dan Swasta. Adanya pertumbuhan ini menunjukkan potensi
kinerja fundamental yang relatif baik dan stabil sehingga harga saham
masih mempunyai trend naik dengan Target Price (TP) 2,622 seiring
dengan harapan membaiknya IHSG Pasca Pilpres 2019

Pemegang Saham Jumlah Saham


Negara Republik Indonesia 5.834.850.000 (65.049%)
Public (<5%) 3.135.101.372 (34.951%)

Prepared by:
DR (Cand) Erman A Sumirat, SE, MBus, CRP,Ak
OPTIMIST GROWTH IN 2019; MISPRICING IN 2018
Price: Rp 2,030–Target Price: Rp2,622, Recommendation: BUY

Tahun 2018, harga saham WIKA mengalami penurunan sampai 55 persen walaupun kinerja keuangan
menunjukan pertumbuhan sales, laba dan EPS yang signifikan. Di tahun 2019 ini, dengan solidnya
pertumbuhan kontrak dalam Pipeline, adanya eskpansi usaha ke luar negeri seperti Afrika, proyek Kereta
Api Cepat Jakarta Bandung yang tetap berjalan, MRT Tahap II dan Airport di Makassar serta peraihan
cash dari IPO anak perusahaan, WIKA tetap menunjukkan adanya portfolio yang stabil dan adanya
diversifikasi yang tidak hanya bergantung pada APBN Infrastruktur tetapi juga mendapatkan proyek dari
BUMN dan Swasta. Adanya pertumbuhan ini menunjukkan potensi kinerja fundamental yang relatif baik
dan stabil sehingga harga saham masih mempunyai trend naik dengan Target Price (TP) 2,622 seiring
dengan harapan membaiknya IHSG Pasca Pilpres 2019

ANALISIS EKONOMI

Di tahun 2019 ini diperkirakan pertumbuhan dunia masih melambat seiring dengan issue Trade Wars yang
belum selesai sejak tahun 2018. Hal ini mendorong penurunan Yield US Treasury jangka menengah dan
panjang , walau the FED masih ada tendensi untuk menaikan tingkat suku bunga acuan sehingga Amerika
Serikat akan berpotensi mengalami resesi dan diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga termasuk di
beberapa negara
Postur perekonomian Indonesia di tahun 2019 dapat diprediksikan relatif flat dengan pertumbuhan
ekonomi di sekitaran 5,3 % tidak berbeda jauh dengan 2018. Kemudian inflasi 3,5%, nilai tukar diperkirakan
mencapai 15.000 rupiah/usd. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di atas pertumbuhan ekonomi dunia
rata-rata sebesar 3,1%, pertumbuhan negara maju sebesar 2,2-2,3%. Dibandingkan negara lain,
pertumbuhan Indonesia juga masih di atas rata-rata negara berkembang (4.5%) kecuali pertumbuhan China
(6,5%) dan India (7,3%). Indonesia berusaha menekan Defisit Transaksi Berjalan dengan belum pulihnya
harga komoditas dan issue trade wars yang membuat ekonomi dunia melambat kemudian masih tingginya
impor minyak yang kemudian akan ditanggulangi dengan program konversi energi misalnya B20 dan
kendaraan bermotor listrik

Asumsi APBN 2019 APBN 2018

Pertumbuhan Ekonomi 5,3% 5,4%

Inflasi 3,5% 3,5%

Nilai Tukar Rupiah 15.000 13.400

Suku Bunga 5,3% 5,2%

ICP 70 USD/Barrel 48 USD/Barrel

Lifting Minyak 775 ribu Barrel/hari 800 ribu Barrel/hari

Lifting Gas 1250 ribu barrel/hari 1200 ribu Barrel/hari

Untuk anggaran infrastuktur, pertumbuhan anggaran hanya sebesar 1,04% menjadi 415 Triliun berbeda
dengan pertumbuhan tahun 2015 sebesar 65,5 % dan 2017 sebesar 44,3%. Sehingga, di dalam struktur
APBN, ada kenaikan anggaran infrastruktur namun persentase pertumbuhan mengalami perlambatan yaitu
hanya sebesar 1,04-2,4%, pertumbuhan ekonomi akan di dorong anggaran sosial yang naik sekitar 80T.
Sumber: Kementrian Keuangan RI, 2019

Adanya reorientasi alokasi anggaran dapat terlihat dari alokasi biaya sosial yang meningkat dari 615 triliun
yaitu anggaran pendidikan 492,5 T dan anggaran kesehatan 123,1 T (meningkat 14,6 %.) Adapun Dana
Daerah dan dana Desa naik 8,3 % menjadi 826,T. Dari segi pertumbuhan, anggaran pemerintah lebih
meningkatkan pertumbuhan anggaran pendidikan, kesehatan, sosial dan dana desa dibandingkan kenaikan
anggaran infrastruktur. Hal ini akan mempengaruhi kinerja keuangan WIKA dan perlu diperhatikan dalam
melakukan valuasi harga saham WIKA
Sumber: Kementrian Keuangan RI, 2019

Dana Sosial Dana Alokasi Daerah dan Desa

Untuk Bursa Saham, Data tahun 2018 lalu menunjukan pasar modal mengalami pelemahan sebesar 2,5
persen akibat kenaikan suku bunga the FED yang agresif. Dimana asing mengeluarkan dana dari Bursa Efek
Indonesia sebesar 90 Trilyun selama dua tahun terakhir. Di tahun 2018, saham WIKA menjadi 1415 rupiah
dari 3150, turun hingga 55 %. Hal ini dikarenakan sentimen pasar akibat kenaikan bunga the FED,
depresiasi rupiah dan tingginya rasio hutang, padahal di tahun 2018 WIKA mencatat adanya pertumbuhan
laba dengan CAGR 5 tahunan sebesar 65 persen. Terjadi anomali antara penurunan harga saham dengan
kenaikan pertumbuhan laba. Di saat bursa sudah mulai membaik tahun ini disertai dengan release Laporan
Keuangan 2018, data menunjukan Dow Jones sudah naik 11 %, Nikei 12%, Hang Seng 11 % sedangkan IHSG
baru naik sebesar 3,7% (Data Bisnis Indonesia, 2019). IHSG masih tumbuh lambat dikarenakan event Pilpres
17 April ini, dan setelah Pilpres IHSG diperkirakan akan naik seiring dengan masuknya dana investasi asing,
salah satu sektor yang akan terkena imbas positif adalah sektor konstruksi termasuk saham WIKA
(Bloomberg, 2019).

ANALISIS INDUSTRI

Struktur Industri Konstruksi: Capital Intensive with high levered financing yang menjadi barrier to entry
untuk pemain baru dan ancaman subtitusi yang rendah. Kontraktor besar seperti WSKT, WIKA, PTPP dan
ADHI mempunyai bargaining position yang tinggi terhadap supplier. Namun kebanyakan proyek konstruksi
dillakukan dengan cara tender sehingga konsumen mempunyai bargaining power yang tinggi dan para
kontraktor besar harus menawarkan harga yang kompetitif karena adanya tender, proyek menghasilkan
cash inflow setelah masa commissioning dan terkadang ada proyek yang sifatnya turnkey dan kontraktor
berperan menyediakan pre financing untuk mencapai margin usaha yang lebih baik
Sumber: Stockbit, 2019
P/E WIKA saat ini sekitar 10.78 di atas WSKT, PTPP dan sedikit di bawah ADHI dengan PBV WIKA 1,26 yang
sudah di atas 1 artinya market value WIKA sudah di atas Book Value Equity nya sebesar 1, 26 kali yang
sudah sama dengan PBV Industri. Dari Market Capital, Enterprise Value, P/E dan P/BV dapat dilihat nilai
WIKA mendekati lebih besar dan sama dengan nilai industrinya. Dari rasio Profitabilitas WIKA mempunyai
operating dan net margin (13 % dan 9 %) yang lebih baik dari kompetitornya yaitu WSKT (10% dan 2 %),
PTPP (10% dan 6 %) dan Adhikarya (11% dan 4%). Adapun ROA semua sama sama diangka 3 % dengan ROE
WIKA sebesar 11 % yang mirip dengan WSKT (11%), PTPP (12%) dan ADHI (15%) dengan range yang tidak
terlalu berbeda jauh. Untuk produktivitas, Aset turnover WIKA (0,54) tidak terlalu berbeda jauh dengan
PTPP (0,50) dan ADHI (0,58) dengan Waskita yang terendah (0,38). Cash Conversion Cycle (CCC) WIKA
sebesar 29,86 dimana perusahan kontraktor lain mengalami CCC yang negative artinya payables
outstanding di perusahaan competitor lebih lama daripada waktu sales outstanding dan waktu inventory
daripada WIKA. Dengan turnover piutang WIKA sebesar 1,62 yang lebih baik daripada PTPP (0,99) dan ADHI
(1,05) namun masih dibawah WSKT (2,63). Dari sisi Likuiditas, Current Ratio WIKA 1,54 lebih liquid daripada
WSKT, PTPP dan ADHI dengan Quick Ratio yang sehat sebesar 1,33 yang juga diatas competitor. Untuk
Solvabilitas, tingkat DER WIKA sebesar 0,49 masih dibawah WSKT yang cukup tinggi (3,49), PTPP (0,97) dan
ADHI (1,34), Nampak terlihat WSKT dan ADHI sudah overlevered dibandingkan WIKA, sehingga risiko WIKA
dalam default lebih kecil dibandingkan competitor. DER WIKA terendah vs peers dan rata rata industri.
Tingkat interest coverage WIKA sebesar 3,45 tidak berbeda jauh dengan WSKT (2,93), PTPP (3,46) dan ADHI
(3,36). Yang membuat WIKA unggul adalah dari segi Free Cash Flow sebesar 4,45 Triliun jauh diatas WSKT
(4,051 T), PTPP (3,389 T) dan ADHI yang memiliki Free Cash Flow Negatif (-1,799 T).

Untuk Dividend Payout Ratio WIKA WSKT PTPP ADHI mempunyai kebijakan payout yang sama di sekitaran
20% dengan yield sebesar 1,24%, lebih rendah dari competitor. Walaupun EBIT dan Net Income WIKA lebih
kecil WSKT, namun WIKA mempunyai EPS growth (67%) yang lebih tinggi dibandingkan kompetitor lainnya.
Untuk manajemen Arus kas, Arus kas Operasional WIKA 2,723 Triliun lebih baik daripada PTPP dan ADHI
namun masih di bawa Waskita, WIKA mempunyai CFI 4,918 dengan Capex sebesar 2,498 triliun, belanja
capex yang terbesar dibandingkan dengan competitor. Hal ini menunjukkan adanya Pertumbuhan di masa
yang akan datang dilihat dari besarnya Capex. Adapun aktivitas arus kas pendanaan menunjukkan adanya
dana masuk sebesar 4,877 T di atas PTPP (2,542 T) dan ADHI (281 M) namun masih dibawah WSKT yang
mendapatkan arus kas pendanaan 20,332 Triliun Rupiah. Risiko proyek pun lebih rendah karena
kepemilikan proyek yang bergantung pada pemerintah sudah kurang dari 20% dari pipelines. IPO beberapa
anak perusahaan akan memperkuat arus kas dan daya saing. Perusahaan pun dapat meminimalkan proyek
turnkey yang nantinya mengamankan posisi arus kas dan mengindikasikan risiko yang lebih rendah dari
peersnya.

WIKA mempunyai keunggulan di industri khususnya dalam net profit margin, current ratio, debt to
equity ratio, interest coverage dan free cash flow.
WIKA berhasil mencetak pendapatan pada 2017 sebesar Rp26,2 triliun, dari Rp15,7 triliun di 2016, naik 63
persen . Pendapatan ini didorong oleh segmen infrastruktur dan gedung sebesar 131 persen menjadi
Rp17,1 triliun dari Rp7,4 triliun pada 2016. Seperti terlihat di dalam grafik, pendapatan terbesar WIKA
memang dari infrastruktur dan gedung yang menyumbang sebesar 65 persen pada 2017 lalu. Kenaikan
pendapatan tersebut juga membuat laba bersih WIKA pada 2017 naik 14 persen menjadi Rp1,2 triliun dari
Rp1,1 triliun pada 2016. Sektor lainnya berasal dari Energi dan Pabrik Industri (15%), Precast (13%) dan
sektor Properti sebesar 6 %.

Sementara itu, ADHI mencatat pendapatan 2017 naik 37 persen menjadi Rp15,2 triliun dari Rp11,1 triliun
pada 2016. Seiring dengan pendapatan, laba bersih ADHI pada 2017 juga naik 65 persen menjadi Rp515
miliar dari Rp313 miliar pada 2016. Secara rinci, kenaikan pendapatan Adhi Karya pada 2017 didorong oleh
pendapatan segmen jasa konstruksi yang naik 41 persen menjadi Rp13 triliun dari Rp9,2 triliun pada 2016.
Segmen jasa konstruksi ini mengambil bagian sebesar 85 persen terhadap pendapatan ADHI pada 2017.

WSKT berhasil membukukan kinerja dengan pertumbuhan tertinggi. Waskita mencatat pendapatan 2017
naik 88 persen menjadi Rp45,2 triliun dari Rp23,8 triliun pada 2016 Berdasarkan laporan keuangan
perseroan 2017, kenaikan pendapatan itu didorong oleh kenaikan dari jasa konstruksi sebesar 90 persen
menjadi Rp42,3 triliun. Pendapatan dari jasa konstruksi sendiri menyumbang 94 persen terhadap
pendapatan Waskita di 2017. Hal tersebut membuat laba bersih Waskita naik signifikan sebesar 127 persen
menjadi Rp3,9 triliun dari Rp1,7 triliun pada 2016
Dengan Banyaknya proyek infrastruktur besar multi years yang lama dan capex yang besar, maka hal ini
akan mempengaruhi CCC dan Receivable days yang lebih lama terlihat dari tahun 2018 dan proyeksi 2019
dan 2020, CCC dan Receivable Days WIKA akan lebih lama dari tahun-tahun sebelumnya

Dari jumlah nilai proyek, kebanyakan proyek berasal dari BUMN, kemudian pemerintah dan swasta
Lamanya CCC menyebabkan adanya kebutuhan modal kerja baik hutang usaha dan hutang jangka pendek.
Pembiayaan Investasi juga memerlukan kebutuhan jangka panjang. Hal ini mempengaruhi Debt to Equity
Ratio yang meninggi namun masih di bawah 1 dengan coverage yang cenderung meninggi sehingga lebih
baik dan sehat sesuai covenant dari aturan bank dan relatif stabil untuk menjaga rating yang baik
(minimum investment grade)

Assets Liabilities Equity


Description 2018 2017 2018 Growth
Cash Flow From Operating 2.722 1.855 1.112 46,74%
Cash Flow From Investing - 4.917 - 2.637 1.338 86,46%
Cash Flow From Financing 4.876 2.727 9.175 78,80%
Increase of Net Cash 2.681 1.975 6.724 35,75%
Beginning Balance of Cash 11.253 9.269 2.560 21,40%
Ending Cash of Cash 13.973 11.253 9.269 24,17%

SOLID FUNDAMENTALS STRONG BALANCE SHEET and CASH


P&L GROWING ASSET
GROWING SALES, INCOME & R/E

IDR Billions 20018 2017 2016 2015 2014


Revenue Retained Earnings 5.479 3.860 3.005 2.170 1.679
R/E Growth 41,94% 28,45% 38,48% 29,24%
Dividend 240 344 125 128 170
Dividend Payout 20,00% 30,00% 20,00% 20,00% 30%

Income
ANALISIS FUNDAMENTAL
Di tahun 2018 WIKA mempunyai kinerja keuangan yang signifikan dengan pertumbuhan ekuitas 36,80%
dan liabilitas 39,66% dan aset 38,80 % bisa menghasilkan Net Cash Flow dengan kenaikan YoY 35,75 %,
menciptakan revenue dengan kenaikan 19,03% yang akhirnya menyebabkan kenaikan income sebesar
52,89% dengan pertumbuhan EPS 43,94% dan R/E sebesar 41,94%. WIKA tercatat memperoleh laba
sebesar 1,73 Triliun Rupiah naik 44 % dibandingkan laba bersih 2017. Dividen Payout Ratio diperkirakan
sebesar 20 sampai 30 % dimana pada tahun buku 2017 dividen dibagikan setara 20 % dari laba bersih
sebesar 1,2 triliun. Dividen ini tidak terlalu besar untuk dibagikan karena besarnya dana untuk kebutuhan
investasi, dimana kebutuhan investasi WIKA diperkirakan akan mencapai 19 Triliun rupiah
Secara garis besar Profitabilitas WIKA di tahun 2018 mengalami perbaikan dibandingkan tahun 2017
walaupun belum sebaik tahun 2014-2015. Tingkat Likuiditas mengalami peningkatan dan jauh lebih baik
dibandingkan tahun tahun sebelumnya diiringi oleh perbaikan tingkat collection dengan asset turnover
yang tetap relatif stabil. Capital Structure dan Gearing mengalami peningkatan. Adapun margin relatif
meningkat sedikit dibandingkan tahun 2017, dengan adanya pertumbuhan sales, operating income, asset
dan equity dengan rate yang menurun dibandingkan tahun 2017. Dilihat dari kinerja laporan keuangan dan
rasio keuangan, dapat disimpulkan bahwa WIKA mempunyai kondisi fundamental yang sehat dan
mempunyai kelebihan utama dalam rasio likuiditas. LIKUIDITAS adalah keunggulan dari WIKA
Untuk masalah pekerjaan, hingga November 2018, WIKA membukukan kontrak baru sebesar Rp 34,24
triliun. Kontrak ini naik 20% dibanding bulan sebelumnya atau sebanyak Rp 5,7 triliun, Hal ini ditopang oleh
segmen infrastruktur dan gedung, serta properti. Segmen infrastruktur dan gedung membukukan kontrak
baru sebesar Rp 26,17 triliun, industri sebesar Rp 4,62 triliun, properti Rp 1,78 triliun, dan energi dan
industrial plant sebesar Rp 1,67 triliun. Jenis proyeknya berupa: Bendungan Sadawarna Paket 1 sebesar Rp
617,48 miliar dan proyek Bendungan Randu Gunting Jawa Tengah sebesar Rp 550 miliar. Ada juga Proyek
pembangunan 6 ruas Tol Dalam Kota sebesar Rp 549,58 miliar dan pembangunan pabrik pupuk amonium
nitrat (KAN) sebesar Rp 441,60 miliar. Sementara, berdasarkan kepemilikan proyek (project owner)
mayoritas berasal dari swasta atau private sector dengan porsi 52,57%. Lalu, sinergi BUMN 26,33% dan
pemerintah 21,11%.

KINERJA WIKA 2019

Di tahun 2019 ini, WIKA membidik proyek kereta di benua Afrika dengan track sepanjang 1000 km,
bekerjasama dengan BUMN Inka dan Len Industri dengan prediksi nilai investasi 40 Triliun. Beberapa
proyek seperti jalan, perumahan dan jembatan juga akan dibangun di Sarawak, Aljazair, Dubai dan Filipina.
Contohnya ada proyek pembangunan perumahan sebanyak 3950 unit di Aljazair yang dibiayai oleh
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia Eximbank berupa kredit modal kerja ekspor dengan skema
National Interest Account (NIA). Proyek ini akan membangun 1700 unit rumah subsidi (lodgement) di Baraki
dan El Harrach dan 2250 unit di Ain Delfa dan Khemis Milian, Blida dengan total nilai 187,7 Miliar.

Dari segi Jumlah proyek yang besar, WIKA mempunyai proyek yang besar yaitu tol Balikpapan Samarinda
dengan nilai investasi 78 persen, tol Serang Panimbang, tol Manado Bitung dan tol Cengkareng Kunciran,
kemudian LRT Inner Jakarta Gading Velodrome dan yang terbesar adalah High Speed Rail Jakarta Bandung
dengan nilai investasi 78 Triliun Rupiah. Project Owner kebanyakan dengan BUMN. WSKT terlihat memiliki
jumlah proyek yang lebih banyak kemudian PTPP yang juga mempunyai proyek besar pembangkit listrik.
WIKA perlu terus dipantau terutama progress pekerjaan HRS Jakarta Bandung. Sampai dengan Maret 2019
ini, pembebasan lahan untuk track HRS Jakarta Bandung sudah mencapai 142, 3 km sebesar 94 % dengan
sisa yang belum dibebaskan adalah untuk fasum dan fasos. Diperkirakan total pembebasan lahan akan
mencapai 100 % dicapai pada bulan Juni 2019. Adapun progress pembangunan fisik saat ini sudah
mencapai 9,2 % dimana saat ini sudah melakukan tahapan konstruksi dengan pembangunan pilar-pilar
untuk terowongan. Diperkirakan tahapan pekerjaan konstruksi di tahun 2019 ini akan mencapai 55 % dari
progress keseluruhan.

Sebagai Perusahaan EPC dan Investasi terintegrasi WIKA melakukan shifting strategy diversifikasi yang baik,
pertumbuhan segment industry, energy dan Industrial Plant, Infra dan Building, Property dan Realty masih
menunjukkan adanya pertumbuhan positif. Di tahun kuartal pertama 2019 kontrak baru tumbuh sebesar
33,26%, tumbuh dari 1,148 Trilyun (1M2018) menjadi 1,530 T (1M2019)

Industrial Plant mengalami pertumbuhan yang tinggi dan signifikan di kuartal pertama 2019 dengan sedikit
pertumbuhan di bidang property dan Realty walaupun sektor Building mengalami penurunan di
bandingkan tahun 2018
WIKA melakukan diversifikasi kontrak secara baik. Kontrak mengalami shifting dari Swasta hampir sebesar
70 persen di tahun 2018 menjadi BUMN sebesar 66,81% di tahun 2019 dengan kontrak Pemerintah yang
turun dari 7,49 persen menjadi 1,27% di tahun 2019. Hal ini menandakan WIKA tidak bergantung dan
memperkecil sharing kontrak dari pemerintah dan lebih mengandalkan proyek dari sektor BUMN dan
Swasta.

Ekspansi bisnis dan membaiknya kinerja keuangan membuat WIKA tetap bisa beerkembang ke depan
walaupun anggaran pemerintah di bidang infrastruktur tidak naik secara signifikan. Hal ini dapat terlihat
dari potensi TOD yang bisa meningkatkan kinerja WIKA seiring dengan maraknya pembangunan. Beberapa
potensi juga dapat meningkatkan kinerja keuangan seperti Rencana IPO Wika Realty dan Wikon;
pengembangan bisnis EPC; akusisi Hotel Intercontinental dan Produksi Motor Listrik infrastruktur dengan
kontribusi sebesar 2,2 Triliun.. Pada saat ini proyek besar seperti Kereta Api Cepat Bdg-Jkt dengan nilai
investasi US$5.58miliar (Rp82tn) telah mencapai progress 85 % untuk pembebasan lahan dan total progress
proyek total mendekati 10 persen. Kinerja pun ada peningkatan dalam kemampuan eksekusi kontrak,
manajemen pipeline, pendanaan dan pengelolaan arus kas. Kontrak baru WIKA per FY18 naik tajam
+29.11% YoY menjadi sebesar 51.69tn rupiah dengan proyek besar seperti Airport Makassar (Rp2.42tn);
Terminal Kijing Mempawah (Rp2.49tn) dan proyek tol ruas Bangkinang-Pangkalan (Rp8.68tn)

Pada Februari 2019, WIKA mendapatkan SPK dari PT Angkasa Pura I untuk melakukan konstruksi
pembangunan Bandara Sultan Hasanudin Makasar yaitu paket terminal perluasan penumpang domestik
eksisting sisi selatan, gedung parkir serta akses jalan utama yang akan diperkirakan selesai bulan April
2021. Proyek ini mempunyai nilai sebesar 2,6 Triliun. Selain Bandara, WIKA dengan PTPP mempunyai
proyek bersama dengan BUMN Sarinah untuk membangun 3 tower dengan 41 lantai dan 3 basement di
lahan seluas 1,7 hektar dengan nilai investasi senilai 1,8 Triliun Rupiah.

WIKA juga mempunyai rencana untuk raising fund sebesar 2 trilyun rupiah dengan IPO WIKA Realty dan
WIKA Industri Konstruksi di tahun 2019 yang tertunda dari rencana di bulan Mei 2018 karena situasi yang
tidak tepat di saat pasar modal Indonesia mengalami bearish di saat beberapa kali the FED menaikan bunga
sehingga menekan rupiah dan mempengaruhi IHSG. Wika mempunyai rencana juga untuk melakukan
divestasi pada beberapa jalan tol diantaranya Surabaya-Mojokerto (20% kepemilikan), Serang-Panimbang
(80% kepemilikan), Manado-Bitung (20% kepemilikan), Lintas Jabar (25% kepemilikan), and Balikpapan-
Samarinda (15% kemepmilikan), dengan total investasi sebesar 15,6 triliun. IPO dua anak perusahaan dan
divestasi kepemilikan di jalan tol akan memberikan kas dari aktivitas investas sehingga WIKA mempunyai
likuiditas dan dana yang dapat memperkuat cadangan modal dan/atau dipakai sebagai sumber dana untuk
menjaga dan meningkatkan pertumbuhan usaha.

INTRINSIC VALUE WIKA

Valuasi Saham WIKA akan dilakukan dengan melakukan proyeksi Laporan Rugi Laba, Balance Sheet dan
Cash Flow untuk tahun 2019 E sampai tahun 2023 E. Estimasi Profit Loss dengan melakukan estimasi new
contract, carry over dan order book serta penentuan burn rate kemudian estimasi pendapatan dan biaya
biaya berdasarkan metode percentage of sales. Kemudian dilakukan estimasi cash flow dan balance sheet
Setelah Proyeksi dilakukan, kemudian dihitung WACC dan valuasi Discounted Cash Flow untuk memperoleh
nilai intrinsik saham WIKA

WACC
Adjusted Beta 1,88
Risk-Free Rate 6%
Market Risk Premium 9%
Cost of Equity 22,92%
Gross Cost of Debt 10%
Tax Rate 25%
Net Cost of Debt 8%
Equity/(Equity + Net Debt) (%) 32,05% Debt 42,015
Weighted Cost of Equity (%) 7,35% Equity 19,82
Net Debt /(Equity + Net Debt)
(%) 67,95%
Weighted Cost of Debt (%) 5,10%
WACC 12,44%

TV Growth 1,50%

Dengan harga intrinsic yang menjadi Target Price (TP) RP 2,622.64 dan harga saat ini 2,030, saham
WIKA menjadi undervalued dengan Upside Potential 29 %, maka direkomendasikan untuk dibeli: BUY
ANALISIS TEKNIKAL WIKA
Saham WIKA masih mempunyai trend bullish, berhasil break high disertai dengan volume yang cukup besar
bahkan lebih besar dari volume rata-rata seminggu terakhir. Secara trend juga masih mengindikasikan
saham WIKA masih uptrend. Target WIKA jangka pendek adalah uji resisten di 2300 bila berhasil breakout
ada peluang melanjutkan uji resisten berikutnya di 2400 dan 2510. Dapat Stoploss jika harga break low dari
2130.

KESIMPULAN

Kami masih merekomendasikan untuk membeli saham WIKA dengan Target Price Rp. 2622,24

Alasan Membeli WIKA:

1. DER terendah dbanding pesaing juga mempunyai likuiditas yang baik; Overall, fundamental
keuangan WIKA sangat baik
2. Risiko Proyek yang rendah karena proyek dari pemerintah kurang dari 20 %, kebanyakan proyek
berasal dari BUMN dan Swasta
3. IPO anak anak perusahaan akan memperkuat arus kas dan daya saing
4. Proyek HSR yang sudah terlihat jelas dan adanya peningkatan new contract di tahun 2019
5. Valuasi intrinsic value yang masih ada upisde potential dibandingkan dengan harga saham WIKA
saat ini ditandai dengan rendahnya PER dan PBV setelah harga saham WIKA jatuh di tahun 2018
6. Analisis Teknikal masih memperlihatkan adanya trend bullish
7. Ekspektasi pasar untuk kenaikan IHSG terutama sektor Konstruksi setelah Pilpres 2019

Anda mungkin juga menyukai