Anda di halaman 1dari 26

Proses Keperawatan Nanda, NIC & NOC

PROSES KEPERAWATAN TERKAIT DENGAN NNN (NANDA-I-NIC-NOC)

NANDA-I (North American Nursing Diagnosis Association-International), NIC


(Nursing Intervention Classification) dan NOC (Nursing Outcome Classification)

Kemajuan dunia keperawatan pada saat ini telah memicu para perawat baik di dalam dan luar
negeri untuk mencoba memahami berbagai model asuhan keperawatan untuk bisa digunakan
dalam setting klinik. Dalam prakteknya, perawat menggunakan proses keperawatan ketika
melakukan asuhan perawatan pada pasien. Pada umumnya muncul kesimpangsiuran
pemahaman mengenai perbedaan atau kaitan antara proses perawatan, NANDA-I, NIC dan
NOC. Makalah ini akan mencoba menjelaskan kepada pembaca sekalian mengenai proses
keperawatan yang kemudian dikaitkan dengan NANDA-I, NIC dan NOC.

1. Proses Keperawatan

Keperawatan sebagai proses diperkenalkan sejak tahun 1955 oleh Hall dan pada tahun
2004 proses keperawatan ditetapkan sebagai series of steps oleh ANA (American Nursing
Association) (Wilkinson, 2007).

Proses keperawatan kemudian dipahami sebagai:

a. Cara berpikir dan bertindak yang special (khusus)

b. Pendekatan yang sistematik, kreatif untuk mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi


masalah kesehatan yang actual dan potensial untuk mengidentifikasi kekuatan pasien
dan untuk mendukung kesejahteraan

c. Kerangka kerja dimana perawat menggunakan pengetahuan dan ketrampilan untuk


mengekspresikan “human caring” (Wilkinson, 2007).

Kaitan antara proses keperawatan dengan nursing model (berbagai model/teori


keperawatan):

a. Mempengaruhi penggunaan dari nursing process

b. Membantu menjelaskan keunikan dari perawat dalam tempatnya di dalam tim


multidisiplin

c. Teori berdasarkan pada nilai dan asumsi mengenai health, patient, perawatan dan
lingkungan

d. Setiap teori menggambarkan konsep di atas dan menjelaskan bagaimana satu dengan
yang lain berkaitan (Wilkinson, 2007)
Adanya berbagai macam nursing model kemudian akan memunculkan beberapa macam
definisi tentang keperawatan, dan juga cara pendekatan dari masing masing model
mempengaruhi penggunaan proses keperawatan. Salah satu contoh pengaruh nursing
model dalam proses keperawatan adalah adanya perbedaan dalam hal pengkajian,
misalnya pengkajian di psikiatri akan mempunyai beberapa fokus yang berbeda dengan
pengkajian dalam lingkup medikal bedah atau komunitas. (Stuart & Laraia, 2001).

2. Kaitan proses keperawatan dengan NANDA-I, NIC dan NOC

Proses perawatan merupakan suatu cara berpikir dan bertindak yang spesial (khusus)
dalam melakukan asuhan keperawatan. Dalam proses keperawatan, terdapat beberapa
tindakan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain yaitu: assessment
(pengkajian), diagnosis (penentuan diagnosa), perencanaan hasil (planning: outcome),
perencaan intervensi (planning: intervention), pelaksanaan (implementation) dan evaluasi
(evluation) (Wilkinson, 2007)

Pada prakteknya kegiatan proses keperawatan di atas tidaklah selalu berurutan tetapi bisa
dikerjakan pada waktu bersamaan (overlapping).

Dimanakah posisi NANDA-I, NIC dan NOC dalam proses keperawatan?

Pada dasarnya NANDA-I adalah merupakan label diagnostic (berada pada fase penentuan
diagnosa), NIC merupakan Klasifikasi intervensi keperawatan (berada pada fase Planning:
intervensi) dan NOC adalah merupakan klasifikasi outcome (berada pada fase planning:
outcome). Pada saat ini label diagnostic tidak hanya dapat dirujuk kepada NANDA-I tetapi
juga bisa merujuk kepada label diagnostik: GORDON’s nursing diagnosis atau ICNP yang
dikeluarkan oleh International Council of Nursing (ICNP, 2005).

Nursing process ditunjukkan oleh gambar berikut ini (Wilkinson, 2007):

Assessment phase
Kegiatan dalam pengkajian dibagi dalam empat hal, yaitu mengumpulkan data, memvalidasi
data, mengorganisir data dan mencatat data.

a. Mengumpulkan data (Wilkinson, 2007)

Data yang didapatkan dapat dikelompokkan dalam

1). Subjective data: cover data/symptoms

Merupakan data yang tidak bisa di ukur atau diobservasi, contohnya: pemikiran klien,
dll. Data subyektif bisa juga didapatkan dari Significant Others atau dari petugas
kesehatan yang lain. Data ini hanya bisa didapatkan dari apa yang klien sampaikan
pada perawat.

2). Objective data: overt data/signs

Adalah data yang bisa dideteksi oleh orang lain selain klien, biasanya didapatkan
dengan cara melakukan observasi atau memeriksa klien. Contoh data obyektif adalah
nadi, warna kulit, urin output, dan hasil diagnosa misalnya X-ray dll.

Pengkajian dibedakan antara pengkajian awal dan pengkajian lanjutan Pada dasarnya
pengkajian awal merupakan pengkajian pada awal masuk, biasanya adalah berisi data
base, dan merupakan pengkajian lengkap. Pengakajian Lanjutan merupakan
pengkajian focus yang berfokus pada masalah, aktifitas atau perilaku spesifik dan bisa
juga pengkajian yang datanya digunakan untuk mengevaluasi pencapaian hasil dan
penyelesaian masalah.

Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai cara yaitu antara lain dengan observasi,
wawancara dan pengkajian fisik. Sedangkan data yang dikaji meliputi aspek biologi,
psikologi, social, spiritual dan cultural.

b. Memvalidasi data (Wilkinson, 2007)

Memvalidasi data artinya mengecek kembali data untuk klarifikasi. Validasi data
dilakukan pada kondisi sebagai berikut:

1). Data subyektif dan obyektif tidak sinkron

2). Statement klien berbeda pada waktu pengkajian yang berbeda

3). Data tampak sangat tidak normal

4). Adanya faktor yg mempengaruhi pada waktu melakukan pengukuran misalnya


frekuensi nafas bayi yang sedang menangis

c. Mengorganisir data (Wilkinson, 2007)

Data yang telah didapatkan perlu diorganizier berdasarkan kerangka kerja dengan
menggunakan model keperawatan (nursing model). Beberapa contoh nursing model
adalah sebagai berikut :
1). Gordon’s functional health patterns framework: common patterns behavior that
contribute to health, quality of life, and achievement of human potential

2). Orem’s self care model: patient’s abilities to perform self care to maintain life, health
and well being

3). Roy’s adaptation model: patterns indicating the clients’s ability to adapt in one of four
modes: psychological, self-concept, social role, and interdependence

4). Maslow’s hierarchy of Needs (non nursing model)

5). Stuart Adaptation Model – adalah merupakan model penanganan psikiatri yang
membagi pasien dalam beberapa tahap penanganan yaitu krisis, akut, pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan. (Stuart & Laria, 2001). Model ini sangat tepat digunakan
dalam keperawatan jiwa karena memberikan arahan untuk penanganan pasien dengan
masalah psikiatrik. Model ini juga mengarahkan apa data spesifik dalam keperawatan
jiwa yang perlu di kaji dan juga menggunakan NANDA-I sebagai rujukan label
diagnostic.

d. Mencatat data (Wilkinson, 2007)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencatatan hasil pengkajian
adalah:

1). Data subyektif dituliskan dengan menuliskan kata-kata klien dengan menggunakan
“…” atau menggunakan paraphrase tanpa menggunakan “…”

2). Catat cues dan bukan inference (cues adalah apa yang klien ceriakan, apa yang anda
lihat, apa yang anda dengar, rasakan, bau dan ukur), sedangkan inference berarti
penilaian atau apa arti dari cues)

3). Hindari menggunakan kata umum misalnya good, normal, adekuat, tolerated well.

Diagnosis Phase – NANDA-I

Istilah diagnose keperawatan pertama kali muncul dalam literature keperawatan pada 1950 an
yang menggambarkan fungsi dari professional perawat (McManus, 1951 cit. Wilkinson,
2007). Kemudian pada 1973 ANA memasukkan diagnosa keperawatan sebagai aktifitas
keperawatan yang penting sebagai fungsi yang diakui dari professional perawat.

Beberapa hal yang perlu dimengerti oleh perawat mengenai terminology diagnosis adalah

a. Diagnosis

Adalah merupakan fase kedua dalam proses keperawatan dan merupakan proses yang
digunakan untuk menginterpretasikan data untuk membuat kesimpulan dan membuat
nursing diagnosis

b. Nursing diagnosis
Adalah merupakan kesimpulan dari status kesehatan pasien dan merupakan produk dari
aktifitas‘diagnosis’.

c. Diagnostic label

Merupakan daftar standar penulisan nursing diagnosis. Umumnya perawat menggunakan


NANDA-I sebagai diagnostic label, tetapi ada juga diagnostic label yang dibuat oleh
Gordon, atau ICNP®. (Wilkinson, 2007)

Hubungan antara diagnosa keperawatan dengan respon manusia (human respon)

Diagnosa keperawatan didasarkan kepada respon manusia terhadap berbagai macam


kejadian atau stressor misalnya penyakit atau cedera. Stressor ini bisa berasal dari
biologi, psikologi, social dan spiritual atau bahkan dari treatment.

Respon manusia terjadi dalam berbagai tingkatan, misalnya tingkat sel, sistemik, organis
atau secara keseluruhan (whole person). Dalam hal ini diagnosa keperawatan biasa
berada pada level whole person.

Perlu dimengerti bahwa suatu stressor bisa menyebabkan banyak respon yang mungkin
bisa berupa respon yang membantu atau respon yang berbahaya atau merusak
(Wilkinson, 2007).

Tujuan dari adanya diagnosa adalah untuk mengidentifikasi status kesehatan pasien
dalam hal (Wilkinson, 2007):

a. Strengths

b. wellness diagnoses

c. actual, potential, and possible nursing diagnoses

d. collaborative problems

e. medical problems

Kegiatan dalam fase diagnosa adalah (Wilkinson, 2007):

1. Interpreting: dilakukan dengan mengidentifikasi hasil pengkajian dan kemudian


dilanjutkan dengan mengumpulkan gejala atau tanda yang mungkin menjadi satu
kelompok dan kemudian melihat pola dan hubungan satu tanda dan gejala dengan
yang lainnya. Kegiatan selanjutnya dalam menginterpretasi data di sini adalah dengan
menarik kesimpulan mengenai status kesehatan saat ini dan menentukan etiologi dan
mengkategorikan masalah yang ada.

2. Verify: Kesimpulan yang telah dibuat diverifikasi dengan pasien (kecuali pasien yang
tidak sadar atau hampir meninggal)

3. Label
Label untuk diagnosa keperawatan menggunakan system klasifikasi (taxonomy).
Untuk itulah perlu adanya bahasa keperawatan yang sama, antara lain dengan
menggunakan NANDA-I.

NANDA- I mempunyai susunan sebagai berikut:

a. Label adalah kata atau frase yang menggambarkan kesehatan klien. Label bisa
digunakan sebagai PROBLEM/masalah atau ETIOLOGI/penyebab
b. Definition: mengekspresikan dengan tepat dan jelas mengenai kealamiahan diagnosa
dan membedakan label dengan yang lain
c. Defining characteristic (Batasan karakteristik): Adalah tanda (data subyektif dan
obyektif) yang mengindikasikan adanya label diagnosa. Untuk diagnosa actual
batasan karakteristik adalah tanda dan gejala. Tidak semua batasan karakteristik perlu
ada untuk bisa menggunakan label sebagai diagnosa
d. Relate or Risk factors adalah semua kondisi, situasi yang berkaitan dengan masalah
misalnya hal yang mempengaruhi, menyebabkan, bisa berasal dari biologi, psikologi,
social, developmental, treatment dll.

Cara memilih label diagnosa adalah dengan mencocokkan gejala dan tanda yang
didapatkan dari pengkajian dengan definisi dan batasan karakteristik yang ada dalam
NANDA-I. Untuk mempermudah pencocokan data pengkajian dengan NANDA-I,
penulis telah menerbitkan sebuah buku dengan judul Fast Methods of formulating nursing
diagnoses: Cara cepat merumuskan diagnosa keperawatan (2006) dimana dalam buku ini
terdapat semua kata yang terdapat dalam NANDA 2005 yang akan memberikan petunjuk
kepada kita untuk mengetahui dimana posisi data tersebut dalam diagnosa NANDA.

4. Record (Wilkinson, 2007)

Pencatatan/penulisan diagnosa dilakukan berdasarkan beberapa aturan berikut ini.


Beberapa hal dibawah ini perlu dimengerti sebelum memahami cara penulisan diagnosa
keperawatan

- P = Problem

- E = Etiology

- S = Symptom and Sign (bisa juga dituliskan dalam bentuk S = subjective, O =


Objective)

- R/t = Related to (merupakan penghubung antara P dan E)

Cara penulisan diagnosa aktual

a. Format dasar (P r/t E) (2 statement) = Two-Part statement

Contoh:

Problem (r/t) Etiology

Situational low sel-esteem (r/t) Rejections


Noncompliance (discharge procedure) (r/t) Unresolved anger delay discharge

b. Format P.E.S (P.E.S format = Problem, etiology, symptom)

Format ini direkomendasikan pada saat anda pertama kali belajar menulis diagnosa
keperawatan. Jika anda menggunakan metode ini anda perlu menambahkan as
manifested by (A.M.B) setelah etiologi dan diikuti dengan sign and symptoms dari
pasien.

Beberapa aturan modifikasi pada etiologi adalah sebagai berikut:

1). Menggunakan “Secondary to” or 2 0

Etiologi bisa dibagi dalam dua statemen dengan menggunakan dengan kata
“Secondary to” or 2 0 antara statemen satu dengan yang yang lainnya. Kata
setelah secondary to biasanya merupakan patofisiologi atau proses penyakit

Contoh penulisan diagnosa keperawatan dengan menggunakan secondary to:

Risk for impaired skin integrity r/t decreased peripheral circulation 2 0 diabetes

2). “Unknown etiology”

Perawat membuat diagnosa pada saat terdapat batasan karakteristik tetapi perawat
mungkin belum tahu apa penyebab atau factor yang berkontribusi terhadap
timbulnya masalah.

Contoh penulisan diagnosa dengan menggunakan format “unknown etiology”:

“Noncompliance (medication regimen) r/t unknown etiology

Apabila anda berpikir bahwa anda tahu etiologi tetapi anda masih merasa perlu
data lagi untuk memastikan, maka anda perlu menggunakan frase “possible
related to”

Contoh penulisan diagnosa:


Noncompliance (medication regiment) possibly r/t unresolved anger about
diagnosis

3). “Complex etiology”

Apabila anda menemukan bahwa etiologi dari masalah terlalu banyak atau
kompleks maka anda bisa menuliskan etiologi dengan ‘complex factors’

Diagnosa keperawatan yang biasanya mempunyai etiologi yang komplek yaitu:

Decisional conflict or Chronic Low Self-esteem

Contoh statement diagnosa:

Chronic Low Self-esteem r/t complex factors

c. Format diagnosa keperawatan yang terdiri dari 3 – 4 statemen

Pada dasarnya modifikasi diagnosa keperawatan yang mempunyai 3-4 statemen


merupakan penambahan statemen pada problem dan atau pada related factors.

Contoh diagnosa keperawatan yang terdiri dari 3 statemen:

d. Format diagnosa keperawatan yang terdiri dari 1 statement (Problem saja tanpa
Etiologi dan lainnya).

Beberapa NANDA label sudah sangat spesifik sehingga mungkin tidak memerlukan
etiologi dalam statement diagnostiknya. Diagnosa yang biasanya menggunakan satu
statement adalah:

Wellness diagnoses

Contoh diagnosa yang dapat menggunakan format 1 statement:

- Disuse syndrome
- Impaired environmental interpretation syndrome

- Post-trauma syndrome

- Rape-trauma syndrome

- Relocation stress syndrome

- Death anxiety

- Decreased cardiac output

- Defensive coping

- Latex Allergy response

- Unilateral neglect

Cara penulisan diagnosa potensial (Resiko)

- Diagnosa resiko (potensial) didiagnosa dengan melihat adanya faktor resiko dan
bukan batasan karakteristik

- Format hanya Problem + Etiology

- Etiologi didapatkan dari Risk factors (Faktor resiko)

- Bentuk bisa berupa 1 statement, 3 statement, multiple etiologi

- Tidak bisa menggunakan format P.E.S

Cara penulisan Possible Nursing diagnoses

Adalah diagnosa yang diangkat apabila perawat masih perlu mencari data lain karena
data yang ada tidak cukup untuk menjadi salah satu statement (baik problem atau
etiologi). Untuk kasus ini, diagnosa yang dituliskan dengan menambah kata
‘possible’. Kata ‘possible’ ini bisa digunakan sebelum Problem atau sebelum
penulisan etiologi.

Contoh:

• Possible Situational Low Self-esteem r/t loss of job and rejection by family

• Disturbed thought process possible r/t unfamiliar surrounding

• Possible Low self-esteem r/t unknown etiology

Cara penulisan Collaborative problems


Masalah kolaboratif adalah komplikasi dari penyakit, tes atau treatment dimana
perawat tidak bisa menangani secara mandiri. Etiologi untuk masalah kolaboratif
biasanya dituliskan dengan mencantumkan penyakit, treatment atau patologis.

Dalam keperawatan jiwa, masalah kolaboratif tidak terlalu banyak, tetapi perawat bisa
mencermati beberapa treatment yang mungkin menyebabkan respon pasien yang
perlu diintervensi oleh perawat. Penulis mencoba mencermati masalah-masalah
kolaborasi dalam keperawatan jiwa yaitu misalnya efek dari ECT dan efek dari
pengobatan tranquilizer yang mungkin menjadi etiologi untuk diagnosa Risk for Falls
(Resiko jatuh).

Tugas perawat untuk masalah kolaborasi adalah prevention dan observasi.

Contoh statemen diagnosa:

Risk for falls r/t administering tranquilizer

Dalam diagnosa kolaboratif, pasien tidak mempunyai Sign and Symptoms (karena
tugas perawat mendeteksi apakah sign dan symptom tersebut muncul atau tidak)
sehingga masalah kolaboratif tidak bisa menggunakan format P.E.S

Planning: Outcome phase – The nursing outcomes classification (NOC)

NOC adalah ‘istilah’ standar untuk menggambarkan outcomes pasien.

Pengertian NOC:

- An outcome is “an individual, family or community state, behavior, or perception, that is


measured along a continuum in response to nursing intervention” (Moorhead, Johnson &
Maas, 2004, p. 25)

NOC (2004) terdiri dari 330 outcomes yang terbagi dalam tujuh domains (Moorhead,
Johnson & Maas, 2004):

a. Functional health

b. physiological health

c. psychosocial health

d. health knowledge and behavior

e. family health

d. perceived health

e. community health

Component of NOC (Moorhead, Johnson & Maas, 2004)


• Label: the broadly state

• A definition: concrete, observable, behaviors and states that can be used to evaluate patient
status

• List of indicators

• Measurement scale: a five-point measurement scale is used to evaluate patient staus on each
indicator

Cara menggunakan NOC adalah dengan membandingkan nilai status dari setiap indicator
sebelum dan setelah dilakukan intervensi

Contoh penulisan NOC:

Aggression self control

140110 Identify when angry (5: consistently demonstrated)

Penulisan secara tradisional

Kontrol diri terhadap agresi, ditandai dengan kemampuan mengidentifikasi kapan saat marah
(ditunjukkan secara konsisten)

Planning: Intervention – NIC (Nursing Intervention Classification)

NIC merupakan klasifikasi intervensi keperawatan yang dibuat untuk menyeragamkan bahasa
intervensi yang dilakukan oleh perawat.

NIC edisi ke empat terdiri dari 514 intervention dan edisi ke lima (2008) terdiri dari 542
aktifitas (mempunyai sekitar 12000 aktifitas) (Bulechek, Butcher, & Dochterman, 2008)

Domain of NIC (Bulechek, Butcher, & Dochterman, 2008)

• Basic physiological

• Complex physiological

• Behavior

• Safety

• Family

• Health system

• Community

Komponen NIC, setiap NIC terdiri dari


- Label

- Definisi

- Aktifitas

Cara menggunakan NIC adalah dengan memilih aktifitas yang tepat untuk mencapai outcome
yang diharapkan.

Fase Implementasi (Wilkinson, 2007)

Hal-hal yang dilakukan dalam implementasi yang bisa dilakukan oleh perawat terdiri dari:

- Do (melakukan), implementasi pelaksanaan kegiatan dibagi dalam beberapa kriteria yaitu:

a. dependent interventions: dilaksanakan dengan mengikuti order dari pemberi perawatan


kesehatan lain

b. collaborative (interdependent): interventions yang dilaksanakan dengan professional


kesehatan yang lain

c. Independent (autonomous) intervention: intervensi dilakukan dengan melakukan nursing


orders dan sering juga sering juga digabungkan dengan order dari medis

- Delegate (mendelegasikan): pelaksanaan order bisa didelegasikan hanya saja ada beberapa
tanggung jawab yang perlu dicermati oleh pemberi delegasi yaitu apakah tugas tersebut
tepat untuk didelegasikan, apakah komunikasi tepat dilakukan dan apakah ada supervisi
atau pengecekan kerja

- Record (mencatat), pencatatan bisa dilakukan dengan berbagai format tergantung pilihan
dari setiap institusi

Fase evaluasi (Wilkinson, 2007)

Kegiatan dalam fase evaluasi meliput evaluasi patient outcomes dan nursing process.

Evaluasi patient outcomes dilakukan dengan mereview indicator outcome.

Evaluasi nursing proses dilakukan dengan mereview fase assessment, diagnosis, planning:
outcome, nursing order dan implementation

Referensi

a. Bulechek, GM., Butcher, HK., & Dochterman, JM. (2008). Nursing Intervention
Classification (NIC). 5th, ed. St Louis. Mosby Elsevier.

b. Moorhead, S., Johnson, M., & Maas, M. (2004). Iowa Outcomes Project. Nursing
Outcomes Classification (NOC).3rd. St Louis. Mosby.

c. ICN (2005). International Classification for Nursing Practice. Geneva.


d. NANDA (2007) Nursing diagnoses: Definitions and Classification 2007-2008.
Philadelphia

e. Stuart, G.W, Laraia, M.T (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 7th ed. St
Louis. Mosby.

f.Wilkinson. J.M (2007). Nursing Process and Critical Thinking. 4th ed. New Jersey.
Pearson Education.

https://www.academia.edu/4290935/Proses_Keperawatan_Nanda

Aplikasi Proses Keperawatan Nanda, NIC & NOC


Keperawatan pd Ganguan System Organ tubuh Manusia
PROSES KEPERAWATAN TERKAIT DENGAN NNN (NANDA-I-NIC-NOC)

Pasien Tn.C berusia 25 tahun, berjenis kelamin laki-laki, beragama Islam, lulusan SMP, yang
sekarang bekerja sebagai pedagang es degan, mempunyai istri bernama Ny.K yang berumur
29 tahun, lulusan SMA, beragam Islam, bekerja sebagai pedagang, namun Ny.K berdagang
batagor. Pasien datang ke RSUD Jombang diantar oleh keluarganya untuk mendapatkan
perawatan yang lebih intensif karena pada tanggal 9 Juni 2015 pukul 06:00 WIB pasien
panas. Kemudian pukul 09:00 WIB semakin panas dan menggigil. Pasien pernah MRS 1
bulan yang lalu di Unipdu Medika Jombang dengan tipes. Kemudian pasien di rujuk ke
RSUD Jombang untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Pasien di rawat di
Paviliun Cempaka. Pasien didiagnosa HIV positif tetapi pasien dan keluarga tidak menerima.
Istri pasien juga menjelaskan semenjak pacaran sebelum menikah dengan pasien, telah
melakukan hubungan seksual di luar pernikahan dan oral seks. Hal itu dilakukan tidak hanya
sekali dua kali dalam berpacaran Pasien dan keluarga mengganggap bahwa sakitnya ini
karena disantet oleh orang lain. Karena pasien merasa kakak-kakak pasien tidak suka
dengannya dan pasien menganggap kakak-kakaknya iri karena pasien adalah anak yang
paling disayangi oleh orang tuanya. Informasi yang didapatkan bahwa pasien dulunya
memang pernah berganti- ganti pasangan, bekerja sebagai sopir di Aceh dan pemasang
CCTV di berbagai daerah yaitu Jawa Tengah, Sulawesi, Kalimantan, Bali. Apabila pasien
ditanya tentang masalalu pekerjaannya sebagai sopir dan pemasang CCTV pasien tidak mau
menjawab. Hasil pengkajian didapatkan pasien batuk terus menerus dan mengeluarkan sekret
berwarna kuning kental dan tenggorokannya sakit jika dibuat untuk menelan. BB 70 kg (tiga
bulan yang lalu) dan sekarang BB 40kg. Terdapat kandidiasis oral, plak putih pada mulut,
mukosa bibir kering, gigi kuning dan kotor. Konjungtiva pasien pucat. Terdapat bercak-
bercak coklat di tangan kanan dan kiri. Ada suara tambahan ronchi di paru-paru kanan.
Keluarga juga menjelaskan terdapat bisul di pantat kanan dan kiri. Pasien mendapatkan terapi
infus RL 500cc /24jam, injeksi ceftriaxone 2x1 gr, levofloxacin 1x500 mg, cotrimoxaxole
1x2 tablet dan kandistatin oral drop. Rangkaian dari hasil pengkajian telah didapatkan
masalah keperawatan sebagai berikut:

1. Ketidakefektifan koping kemungkinan penyebabnya karena kronisitas kondisi dan


perawatan diri yang komplek.

Data subyektif: pasien mengatakan bahwa dirinya disantet orang lain.

Data obyektif: pasien belum bisa menerima sakitnya sekarang, hubungan pasien dan keluarga
tidak baik karena pasien selalu ingin dituruti oleh keluarganya, jika keinginannya tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan pasien, pasien selalu marah-marah dan membentak keluarga,
apabila pasien ditanya tentang masa lalu pekerjaannya sebagai sopir dan pemasang CCTV
pasien tidak mau menjawab, terkadang pasien tidak percaya dengan perawat atau petugas
lainnya.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh kemungkinan penyebabnya karena


kesulitan untuk menelan.

Data subyektif: pasien mengatakan tenggorokannya sakit jika di buat menelan.

Data obyektif: kandidiasis oral, plak putih pada mulut, mukosa bibir kering,gigi kuning dan
kotor, makan 2x / hari, porsi sedikit (3-5 sendok), makanan dari RSUD Jombang, minum 3-
4x / hari, air putih, susu putih, BB SMRS: 70kg(tiga bulan yang lalu), BB MRS: 40kg.

3. Kerusakan membran mukosa oral kemungkinan penyebabnya karena defisit


imunologis dan timbulnya lesi penyebab patogen.

Data subyektif: pasien mengatakan mulutnya sariawan setelah makan mie pedas dengan cabe
10.

Data obyektif: kandidiasis oral, plak putih pada mulut, mukosa bibir kering, gigi kuning dan
kotor.

4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas kemungkinan pensyebabnya karena peningkatan


produksi sputum.
Data subyektif: pasien mengatakan batuk terus menerus dan mengeluarkan riak berwarna
kuning.

Data obyektif: pasien batuk terus-menerus dan mengeluarkan sekret berwarna kuning kental,
nadi:80x / menit, RR: 25 x / menit, terdapat ronchi di paru-paru kanan.

5. Intoleransi aktivitas kemungkinan penyebabnya karena gangguan sistem transport


oksigen sekunder akibat anemi.

Data subyektif: pasien mengatakan badannya lemas.

Data obyektif: pasien makan disuapi oleh istrinya, pasien pergi ke kamar mandi dibantu oleh
ibu dan istrinya, pasien terbaring lemah di tempat tidur, pasien diseka oleh istrinya saat MRS,
pasien dibantu istrinya saat ganti baju, HB 8,4g / dl.

Berdasarkan intervensi yang sudah direncanakan, maka implementasi untuk mencapai tujuan
sebagai berikut:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum


ditandai dengan pasien batuk terus menerus menerus dan mengeluarkan sekret berwarna kuning
kental, nadi :80x / menit, RR: 25 x / menit, terdapat ronchi di paru-paru kanan. Tindakan
keperawatan:

1) membina hubungan saling percaya,

2) mengkaji

3) mengobservasi suara paru, mencatat area penurunan atau tak ada aliran udara dan bunyi
nafas adventisius, mis krekels, mengi ,

4) menjelaskan dan ajarkan latihan nafas dalam sering dan batuk efektif,

5) menganjurkan pemberian minum air hangat, dari pada dingin,

6) berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan RL 500cc / 24 jam, levofloxacin
1x500mg, cotrimoxaxole 1x2 tablet, dan ceftriaxone 2x1gr.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan untuk menelan
ditandai dengan kandidiasis oral, plak putih pada mulut, mukosa bibir kering, gigi kuning dan kotor,
makan 2x / hari, porsi sedikit (3-5 sendok), makanan dari RSUD Jombang, minum 3-4x / hari, air
putih, susu putih, BB SMRS: 70kg(tiga bulan yang lalu), BB MRS: 40kg.
Tindakan keperawatan:

1) mengkaji kesulitan untuk menelan dan merasakan,

2) mengobservasi bising usus,

3) memberikan fase istirahat sebelum makan. menghindari prosedur yang melelahkan saat
mendekati waktu makan,

4) menjelaskan pentingnya nutrisi pada keluarga dan pasien,

5) berkolaborasi dengan tim ahli gizi dalam pemberian diet TKTP,

6) menentukan jumlah dan tipe makanan yang disukai dan dapat ditoleransi pasien,

7) memberikan oral hygiene sebelum dan sesudah makan,

8) menganjurkan makanan porsi kecil tapi mengeluarkan sekret berwarna kuning kental,
nadi :80x / menit, RR: 25 x / menit, terdapat ronchi di paru-paru kanan.

Tindakan keperawatan:

1) membina hubungan saling percaya,

2) mengkaji sering dan camilan berkalori tinggi.

3. Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan defisit imunologis dan timbulnya lesi
penyebab pathogen ditandai dengan kandidiasis oral, plak putih pada mulut, mukosa bibir kering,
gigi kuning dan kotor.

Tindakan keperawatan:

1) mengkaji membran mukosa atau mencatat seluruh lesi oral. Memperhatikan keluhan
nyeri, bengkak, sulit mengunyah atau menelan,

2) mengobservasi keadaan membran mukosa,

3) mendorong pasien untuk tidak merokok,

4) menjelaskan pemberian diet yang tidak mengandung garam, pedas, menghindari gesekan,
dan makanan atau minuman asam,
5) berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian candistatin sesuai indikasi dan instruksi
dokter,

6) memberikan perawatan oral sesegera mungkin setelah makan.

4. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan kronisitas kondisi dan perawatan diri yang komplek
ditandai dengan pasien belum bisa menerima sakitnya sekarang, hubungan pasien dan keluarga
tidak baik karena pasien selalu ingin dituruti oleh keluarganya, jika keinginannya tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan pasien, pasien selalu marah-marah dan membentak keluarga, apabila pasien
ditanya tentang masa lalu pekerjaannya sebagai sopir dan pemasang CCTV pasien tidak mau
menjawab, terkadang pasien tidak percaya dengan perawat atau petugas lainnya

Tindakan keperawatan:

1) mengkaji sistem sosial serta adanya dukungan, persepsi tentang kehilangan dan stresor,
2) mengevaluasi kemampuan pasien untuk memahami kejadian dan situasi secara realistis,
3) mengobservasi tanda- tanda vital,

4) membantu pasien menggunakan rasa humor untuk mengatasi rasa stigma dari penyakit,
5) menjelaskan pentingnya partisipasi dalam kelompok pendukung,

6) berkolaborasi dengan praktisi perawat tentang pengetahuan HIV.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat
anemi ditandai dengan pasien makan disuapi oleh istrinya, pasien pergi ke kamar mandi dibantu
oleh ibu dan istrinya, pasien terbaring lemah di tempat tidur, pasien diseka oleh istrinya saat MRS,
pasien dibantu istrinya saat ganti baju.

Tindakan keperawatan:

1) mengkaji pola tidur dan mencatat perubahan dalam proses berperilaku,

2) mengobservasi respon psikologis terhadap aktivitas, misal perubahan tekanan darah,


frekuensi pernafasan,

3) memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang,

4) menjelaskan pentingnya istirahat bagi pasien kepada keluarga dan pasien,

5) mendorong pasien untuk melakukan apapun yang mungkin, mis., perawatan diri, duduk
dikursi, berjalan, pergi makan siang.
Evaluasi sumatif dari asuhan keperawatan ini adalah:

Diagnosa 1: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi


sputum ditandai dengan pasien batuk terus menerus dan mengeluarkan sekret berwarna kuning
kental, nadi :80x / menit, RR: 25 x / menit, terdapat ronchi di paru-paru kanan. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 5x24 jam, masalah teratasi, pasien mengatakan kadang- kadang saja
batuk, tidak keluar sekret, tidak ada suara tambahan ronchi ataupun wheezing.

Diagnosa 2: perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan untuk
menelan ditandai dengan kandidiasis oral, plak putih pada mulut, mukosa bibir kering, gigi kuning
dan kotor, makan 2x / hari, porsi sedikit (3-5 sendok), makanan dari RSUD Jombang, minum 3-4x /
hari, air putih, susu putih, BB SMRS: 70kg(tiga bulan yang lalu), BB MRS: 40kg. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 5x24 jam, masalah teratasi, pasien mengatakan tenggorokannya
sudah tidak sakit lagi jika di buat menelan, bising usus kurang lebih 15x / mnt, pasien istirahat
sebelum makan, pasien makan satu porsi makan makanan dari RSUD, pasien berkumur dengan air
hangat setelah makan, pasien tidak mau gosok gigi, walaupun dengan gosok gigi lembut.

Diagnosa 3: kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan defisit imunologis dan
timbulnya lesi penyebab pathogen ditandai dengan kandidiasis oral, plak putih pada mulut, mukosa
bibir kering, gigi kuning dan kotor. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam,
masalah teratasi sebagian, pasien masih terdapat kandidiasis oral, plak putih pada mulut, mukosa
bibir lembab, gigi kuning dan bersih.

Diagnosa 4: ketidakefektifan koping berhubungan dengan kronisitas kondisi dan perawatan diri yang
komplek ditandai dengan pasien belum bisa menerima sakitnya sekarang, hubungan pasien dan
keluarga tidak baik karena pasien selalu ingin dituruti oleh keluarganya, jika keinginannya tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan pasien, pasien selalu marah-marah dan membentak keluarga,
apabila pasien ditanya tentang masa lalu pekerjaannya sebagai sopir dan pemasang CCTV pasien
tidak mau menjawab, terkadang pasien tidak percaya dengan perawat atau petugas lainnya. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam, masalah belum teratasi, pasien masih
mengatakan bahwa dirinya sakit karena di santet, TD :120 / 60mmHg, nadi :94x / menit, suhu: 37 0C,
RR:24 x / menit, pasien marah karena di anggap sakit hiv.

Diagnosa 5: intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder
akibat anemi ditandai dengan pasien makan disuapi oleh istrinya, pasien pergi ke kamar mandi
dibantu oleh ibu dan istrinya, pasien terbaring lemah di tempat tidur, pasien diseka oleh istrinya saat
MRS, pasien dibantu istrinya saat ganti baju. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24
jam, masalah teratasi, pasien mengatakan sudah mampu melakukan kegiatan sendiri, TD :120 /
60mmHg, nadi :94 x / menit, suhu: 37 0C, RR:24x/menit, pasien merasa lingkungannya nyaman,
pasien mampu duduk, makan sendiri, ganti baju sendiri.

PEMBAHASAN Pengkajian Hasil pengkajian pada pasien yang menderita HIV / AIDS berjenis kelamin
lakilaki dan berumur 25 tahun. Distribusi menurut jenis kelamin penderita AIDS di Afrika dan AS atau
Eropa menunjukkan perbedaan yang jelas sesuai dengan cara penularan yang dominan di negara-
negara tersebut. Saat ini distribusi penderita pria dan wanita di Afrika hampir sama (1:1), sedangkan
di AS atau Eropa bervariasi antara 10 sampai 25 kali lebih banyak penderita pria. Dan kelompok
terbesar adalah golongan umur 30-39 tahun, disusul dengan golongan umur 40-49 tahun dan 20-29
tahun. Mereka ini termasuk kelompok umur yang memang aktif seksual (Irianto, 2014). Informasi
yang didapatkan bahwa pasien dulunya memang pernah berganti- ganti pasangan. Menurut Huda
(2013) bahwa HIV dapat disebabkan dengan berhubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak
terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV. Dari hal tersebut penulis dapat
menyebutkan bahwa HIV memang dapat ditularkan melalui berhubungan seksual. Selain itu juga
bisa disebabkan karena jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian,
mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV, ibu penderita HIV positif kepada bayinya
ketika dalam kandungan. Hasil pengkajian didapatkan kandidiasis oral, terdapat plak putih pada
mulut, seboroic dermatitis, pasien mengatakan 3 bulan yang lalu BB nya 70 kg dan sekarang 40 kg,
hasil laboratorium pada tanggal 10-06-2015 HB 8,4 g / dl, dan dari hasil foto thorak menunjukkan
adanya pneumonia di paru-paru kanan. Manifestasi klinis pada HIV fase klinik 2 yaitu penurunan BB
(10%) tanpa sebab, diare kronik tanpa sebab sampai >1 bulan. Demam menetap (intermiten atau
tetap>1 bulan). Kandidiasis oral menetap. TB pulmonal (baru), plak putih pada mulut, infeksi bakteri
berat misalnya: pneumonia, empiema (nanah dirongga tubuh terutama pleura, abses pada otot
skelet, infeksi sendi atau tulang), meningitis, bakteremia, gangguan inflamasi berat pada pelvic,
acute necrotizing ulcerative stomatitis, gingivitis atau periodontitis anemia yang penyebabkan tidak
diketahui (< 0,5x10 9 /l) dan trombositopenia (ketidakefektifan bersihan jalan nafas ini perlu
diangkat karena pasien mengalami pneumonia sehingga terjadi penumpukan sekret. 2. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan untuk menelan. Diagnosa ini
terjadi karena pasien mengalami kandidiasis oral, plak putih pada mulut, mukosa bibir kering, gigi
kuning dan kotor, makan 2x / hari, porsi sedikit (3-5 sendok), makanan dari RSUD Jombang, minum
3-4x / hari, air putih, susu putih, BB SMRS:70kg (tiga bulan yang lalu), BB MRS: 40kg.

Manifestasi gastrointestinal penyakit AIDS mencakup hilangnya selera makan, mual, vomitus,
kandidiasis oral serta esophagus dan diare kronis (Smeltzer dan Bare, 2002). Diagnosa perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh perlu diangkat karena terdapat beberapa gejala yang sesuai
sebagai data penunjang. Tetapi pasien ini tidak mengalami mual dan vomitus. 3. Kerusakan
membran mukosa oral berhubungan dengan defisit imunologis dan timbulnya lesi penyebab
patogen. Diagnosa ini terjadi karena pasien mengalami kandidiasis oral, plak putih pada mulut,
mukosa bibir kering, gigi kuning dan kotor. Kandidiasis oral adalah suatu infeksi jamur, hampir
terdapat secara universal pada semua penderita AIDS serta keadaan yang berhubungan dengan
AIDS. Kandidiasis oral ditandai oleh bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga mulut Tanda
gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan yang sulit serta nyeri (Smeltzer dan Bare, 2002).

Sesuai data yang telah didapatkan maka diagnosa ini perlu diangkat.

4. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan kronisitas kondisi dan perawatan diri yang
komplek. Diagnosa ini terjadi karena pasien belum bisa menerima sakitnya sekarang, pasien selalu
mengatakan bahwa dirinya di santet oleh orang lain, keluarga mengatakan terdapat bisul di pantat
kanan dan kiri hal ini karena di santet, hubungan pasien dan keluarga tidak baik karena pasien selalu
ingin dituruti oleh keluarganya. Jika keinginannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan pasien,
pasien selalu marah- marah dan membentak keluarga. Menurut Price dan Wilson (2012) bahwa hasil
positif palsu dapat menimbulkan dampak psikologis yang besar. Diagnosa ini perlu diangkat karena
sesuai dengan beberapa gejala yang sama pada data penunjang.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder


akibat anemi. Diagnosa ini terjadi karena pasien makan disuapi oleh istrinya, pasien pergi ke kamar
mandi dibantu oleh ibu dan istrinya, pasien terbaring lemah di tempat tidur, pasien diseka oleh
istrinya saat MRS, pasien dibantu istrinya saat ganti baju, HB 8,4g / dl. Menurut Smeltzer dan Bare
(2002) bahwa pasien mungkin tidak mampu mempertahankan yang lazim karena gangguan sistem
transport oksigen sekunder akibat anemi dan keadaan mudah lemah. Sesuai data penunjang
diagnosa intoleransi aktivitas ini perlu diangkat. Pelaksanaan Keperawatan Implementasi secara
umum dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat sebelumnya. Tetapi pada saat pengkajian
tidak bisa dilaksanakan secara berurutan. Hal ini tergantung dari respon dan kondisi pasien, sarana
dan prasarana dirumah sakit. Semua intervensi telah dilakukan meliputi membina hubungan saling
percaya, mengkaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada, mengobservasi suara
paru, mencatat area penurunan atau tak ada aliran udara dan bunyi nafas adventisius, mis krekels,
mengi, menjelaskan dan ajarkan latihan nafas dalam sering dan batuk efektif, menganjurkan
pemberian minum air hangat, dari pada dingin, berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
cairan RL 500cc / 24 jam, levofloxacin 1x500mg, cotrimoxaxole 1x2 tablet, dan ceftriaxone 2x1gr.
Semua intervensi dapat dilaksanakan karena melihat dari kondisi pasien yaitu ketidakefektifan
bersihan jalan nafas karena pasien batuk terus menerus dan mengeluarkan sekret berwarna kuning
kental. Evaluasi Keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum ditandai dengan pasien batuk terus menerus dan mengeluarkan
sekret berwarna kuning kental, nadi :80x / menit, RR: 25 x / menit, terdapat ronchi di paru-paru
kanan. Evaluasi pada diagnosa tersebut sudah sesuai dengan tujuan yaitu dalam waktu 5x24 jam
masalah teratasi. Hal ini dapat dibuktikan secara subyekif pasien mengatakan kadang-kadang saja
batuk. Secara obyektif tidak keluar sekret, tidak ada suara tambahan ronchi atau pun wheezing.
Karena sebelum tindakan didapatkan hasil pengkajian pasien mengalami batuk terus menerus dan
mengeluarkan sekret berwarna kuning kental, nadi:80x/menit, RR: 25 x/menit, terdapat ronchi di
paru-paru kanan.

6. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab 4 tentang perbandingan
antara teori dengan kasus pada klien dengan HIV / AIDS di RSUD Jombang, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian yang didapatkan dari pasien HIV / AIDS di lapangan sudah sesuai dengan teori.
Namun tidak semua yang ada pada teori terdapat pada kasus nyata pada klien. Hal tersebut
ditunjang dengan beberapa pengkajian fisik yang sesuai dengan teori.

2. Diagnosa keperawatan yang ada pada teori tidak semuanya dapat ditemukan pada kasus
nyata dan juga terdapat diagnosa tambahan pada kasus nyata karena tergantung pada kondisi dan
persepsi pasien.

3. Intervensi keperawatan yang ada pada teori dapat dilaksanakan semua pada kasus nyata.
Namun ada intervensi tambahan untuk menyesuaikan dengan kondisi pasien.

4. Implementasi pada kasus HIV / AIDS sudah dilakukan semua dan keberhasilan dari
pengobatan tergantung dari kerjasama antara keluarga dan perawat terutama pasien. Dan yang
perlu diperhatikan lagi untuk pasien HIV / AIDS dalam pemeriksaan laboratorium perlu adanya
persetujuan dari pasien. Sehingga tidak menimbulkan dampak psikologis yang besar.

5. Evaluasi dari masalah yang dialami pasien secara umum dapat teratasi sesuai dengan
rencana yang ditetapkan. Namun pasien masih belum bisa menerima bahwa telah terdiagnosis HIV
positif.
REFERENSI Aditama, Y Tjandra. (2007). Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral Panduan
Tatalaksana Klinis Dan Remaja. Edisi 2. Jakarta: DEPKES RI Andrews, Gilly. (2009). Buku Ajar
Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC Burns A, August . (2009). Perempuan dan AIDS.
Yogyakarta: INSISTPress Djuanda, Adhi. (2007). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 5. Jakarta:
fakultas kedokteran universitas Indonesia Doenges, E Marilynn. (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta: EGC . (2012). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC Faqih, Miftah, dkk. (2013). Panduan
Penanggulangan AIDS Perspektif Nahdlatul Ulama. Jakarta: Pengurus pusat lembaga kesehatan
nahdlatul ulama Glasie, Anna dan Gebbie, Alisa. (2006). Keluarga Berencana Dan Kesehatan
Reproduksi. Jakarta: EGC Heffner, Linda J dan Schust, Danny J. (2008). At a Glance Sistem Reproduksi
Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Medical Series Huda Nurarif, Amin dan Kusuma Hardhi. (2013).
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Jilid
1.Yogyakarta: Mediaction Publising Hutapea, Ronald. (2011). AIDS dan PMS dan Perkosaan. Edisi
Revisi 2011. Jakarta: Rineka Cipta Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular Dan Tidak
Menular Panduan Klinis. Bandung: ALFABET Kusmiran, Eny. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja
Dan Wanita. Jakarta. Salemba medika Manuaba, Ida Ayu Chandranita. (2009). Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi
HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika . (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan pedoman skipsi

file:///C:/Users/USER/Downloads/1256-2881-1-SM.pdf ( jurnal )

Aplikasi Cara Penyusunan Proposal Laporan Tugas


Akhir Menggunakan Nanda, NIC & NOC Keperawatan
pd Ganguan System Organ tubuh Manusia
PROSES KEPERAWATAN TERKAIT DENGAN NNN (NANDA-I-NIC-NOC)

Teknik Pengumpulan dan Analisa Data Pengumpulan data pada penelitian tahap satu dilakukan
dengan observasi format dokumentasi keperawatan, studi laporan audit asuhan keperawatan dan
FGD dengan perawat pelaksana serta FGD dengan manajemen keperawatan RS dalam
pengembangan format. Data hasil observasi dan studi dokumen berupa persentase dideskripsikan
dengan kategori yang dikelompokkan sebagai berikut: baik (76-100), cukup (56-75) dan buruk

HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap pertama penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data dengan
wawancara dengan kepala seksi asuhan keperawatan RS Dirgahayu dan studi dokumen audit asuhan
keperawatan sebagai data dasar. Data tentang audit asuhan keperawatan dinilai berdasar instrumen
Depkes tahun 1997 yaitu instrument A, B dan C. Hasil audit asuhan keperawatan dari semua ruang
perawatan yang dilakukan terakhir pada tahun 2015 menunjukkan pencapaian nila

Audit pada komponen pengkajian, tindakan, evaluasi dan catatan asuhan keperawatan menunjukkan
dalam kategori baik dan pada komponen diagnosa serta perencanaan dalam kategori cukup. Hal ini
sesuai dengan observasi format asuhan keperawatan yang digunakan RS saat ini. Format pengkajian
berbentuk checklist sehingga memudahkan perawat dalam mengisinya. Format tindakan
keperawatan dan evaluasi dalam catatan perkembangan telah ada format baku dan mudah diisi.
Catatan askep dinilai secara keseluruhan dalam hasil baik karena tuntutan akreditasi RS dan
legalisasi catatan perawatan. Hasil audit pada komponen diagnosa dan perencanaan keperawatan
menunjukkan cukup. Audit merupakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi proses
keperawatan, sedangkan audit klinis dapat mengidentifikasi apa yang seharusnya dan yang tidak
seharusnya dilakukan. Audit tidak hanya berguna untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan, namun juga untuk membantu perawat memperoleh dan menggunakan pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang diperlukan untuk menciptakan suasana kerja yang produktif, berarti
dan memuaskan (Poortaghi et al. 2015) Hasil ini sesuai dengan pernyataan beberapa perawat yang
diwawancarai karena mengalami kesulitan dalam menyusun diagnosa berdasar pengkajian dan
rencana keperawatan karena harus menuliskan serta belum ada panduan dalam pembuatannya.
Oleh karena itu, FGD pertama dilakukan dengan perawat pelaksana dari dua ruang perawatan pada
tanggal 12 Juli 2017 di ruang rapat lantai 2 santo Yakobus A untuk menggali masalah yang ada.
Beberapa isu strategis yang muncul adalah 1. Format diagnosa keperawatan berdasar Nanda-
international masih dalam proses penyusunan 2. Format rencana keperawatan berdasar NOC dan
NIC masih dalam proses revisi 3. Format evaluasi keperawatan masih belum efisien dalam penulisan
4. Perawat menuliskan catatan keperawatan terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan dan tidak
semua rencana keperawatan dapat dilakukan 5. Pengisian dokumentasi keperawatan setiap perawat
berbeda-beda (belum terstandar) 6. Motivasi perawat untuk mendokumentasikan asuhan
keperawatan dalam kategori kurang 7. Evaluasi dari supervisi atasan belum optimal 8. Belum ada
penilaian keberhasilan asuhan keperawatan Perumusan diagnosa keperawatan membutuhkan
proses berpikir kritis, keterampilan penalaran dan pengalaman sebelumnya (Poortaghi et al. 2015).
Penyusunan format diagnosa keperawatan standar yang sedang disusun oleh RS Dirgahayu saat ini
menggunakan pendekatan standar NANDA. Tim penyusun terdiri dari kepala ruang, supervisor dan
manajemen keperawatan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja di bidang
keperawatan. Perawat menyepakati bahwa tipe checklist mudah diaplikasikan jika format diagnosa
keperawatan yang baru nanti tersusun. Checklist ini merupakan salah satu metode pengamatan
terstruktur di mana sebelumnya secara cermat sudah mendefinisikan apa yang akan diobservasi
melalui suatu perencanaan yang matang (Nursalam, 2013). Harapan perawat terhadap format
asuhan keperawatan adalah 1. Pencatatan dengan menggunakan komputer dirasakan akan
memudahkan dalam dokumentasi keperawatan 2. Perlu ditunjuk sumber daya manusia khusus
dalam penjaminan mutu asuhan keperawatan 3. Perlu diadakan workshop dan sosialisasi tentang
model pendokumentasian asuhan keperawatan berdasar Nanda-NOC dan NIC bagi perawat sehingga
seluruh perawat mengerti aturan baku penyusunan dan penulisan asuhan keperawatan Data yang
diperoleh dengan metode FGD tersebut dijadikan dasar dalam FGD kedua dengan pihak manajemen
keperawatan RS Dirgahayu dalam rangka penyusunan format dokumentasi asuhan keperawatan
yang akan dikembangkan dan diujicobakan. Sesuai dengan dara dasar maka format yang perlu
ditekankan dalam pengembangan adalah format diagnosa dan perencanaan keperawatan yang
memiliki nilai dalam kategori cukup. Format pengkajian, tindakan dan evaluasi ditingkatkan karena
telah memiliki nilai dalam kategori baik. Diskusi kelompok terarah kedua dilakukan pada tanggal 12
Agustus 2017 di ruang rapat lantai 2 komplek ruangan manajemen RS Dirgahayu. Pada FGD kedua ini
peneliti mempresentasikan isu strategis yang diperoleh dalam FGD 1, kemudian mendiskusikan
kemungkinan harapan perawat dan peneliti dalam mengembangkan format dokumentasi asuhan
keperawatan yang sudah ada. Format dokumentasi asuhan keperawatan yang diusulkan dalam
pengembangan penelitian ini adalah mulai dari penegakan diagnosa keperawatan berdasar
NANDAinternational, perencanaan keperawatan berdasar NOC dan NIC, implementasi keperawatan
dan evaluasi keperawatan sesuai dengan perencanaan. Format dokumentasi keperawatan
dipresentasikan di hadapan manajemen keperawatan RS dan masukan atas format tersebut dicatat
untuk kemudian dievaluasi dan direvisi sebelum dilakukan uji coba kepada perawat. Workshop dan
sosialisasi tentang proses keperawatan berbasis SNL NANDA-I, NOC dan NIC dilakukan pada hari
Selasa, 21 Agustus 2017 yang diikuti oleh 11 orang perawat yang dipilih oleh manajemen RS untuk
mewakili ruang perawatan medikal bedah. Masing-masing perawat mendapatkan modul berisi
dokumentasi asuhan keperawatan berbasis Standardized Nursing Language (SNL) NANDA-I, NOC dan
NIC. Workshop dan sosialisi ini berlangsung selama satu hari pemberian materi dan dilanjutkan
dengan latihan pembuatan catatan keperawatan uji coba penggunaan format hasil pengembangan.
Uji coba format dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan selama 10 hari mulai dari tanggal 21-30
Agustus 2017 dan tanggal 31 Agustus 2017 dilakukan pengumpulan lembar uji coba.

Rekomendasi berdasarkan uji coba format dokumentasi asuhan keperawatan yang diusulkan oleh
perawat adalah
1. Semua perawat mendapatkan pelatihan tentang bahasa keperawatan standar menurut
NANDA-I, NOC dan NIC

2. Format dokumentasi asuhan keperawatan untuk dapat diaplikasikan di RS Dirgahayu

3. Melakukan pengembangan format asuhan keperawatan untuk diagnosa prioritas yang


sering muncul di RS

4. Membedakan batasan karakteristik masalah keperawatan menurut usia (pada dewasa dan
anak) SIMPULAN Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap pertama survei untuk
mengetahui isu strategis dalam format dokumentasi keperawatan serta mengembangkannya. Tahap
dua adalah uji coba format hasil pengembangan awal dan penilaian mutu format serta mutu
dokumentasi keperawatan yang dibuat oleh perawat pelaksana. Penilaian audit asuhan keperawatan
di ruang perawatan RS Dirgahayu didapatkan hasil pengkajian, tindakan dan evaluasi keperawatan
dengan kategori baik, sedangkan pada diagnosa dan perencanaan menunjukkan kategori cukup.
Komponen format asuhan keperawatan yang dikembangkan adalah pada bagian diagnosa
keperawatan yang menyediakan acuan menurut NANDA-international, perencanaan keperawatan
mengacu pada NOC untuk tujuan/ outcome dan NIC untuk intervensi. Format tindakan dan evaluasi
keperawatan mengikuti perencanaan yang disusun menggunakan NOC dan NIC sehingga indicator
pencapaian terukur jelas dan terstandar. Mutu format asuhan keperawatan menurut functionality,
efficiency dan usability semuanya dalam kategori baik. Mutu dokumentasi proses keperawatan
(pengkajian, diagnosa,perencanaan, tindakan dan evaluasi) menurut kelengkapan, akurasi, relevansi
dan kebaruan semuanya dalam kategori baik.

file:///C:/Users/USER/Downloads/PENGEMBANGAN_FORMAT_DOKUMENTASI_ASUHAN_K.
pdf

Anda mungkin juga menyukai