Bab Ii TB Pbpam Mesy PDF
Bab Ii TB Pbpam Mesy PDF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Pretreatment
Kekeruhan pada air baku berasal dari air permukaan (misalnya sungai)
mempunyai fluktuasi, dimana kekeruhan yang tinggi dapat terjadi pada saat
musim hujan yang berasal dari aliran air yang membawa lumpur. Kekeruhan
dengan konsentrasi 100 mg/l dapat terjadi pada saat musim penghujan, sehingga
diperlukan bangunan pendahuluan yang dapat menurunkan kandungan lumpur
tesebut agar dapat meringankan beban kerja bangunan pengolahan yang lain.
Bangunan pendahuluan ini adalah bangunan prasedimentasi yang berfungsi
sebagai tempat pengendapan partikel diskrit, seperti lempung, pasir dan zat padat
lainnya yang bisa mengendap secara gravitasi (memiliki specific gravity ≥ 1,2 dan
berdiameter ≤0,05 mm). Partikel diskrit adalah partikel yang selama proses
pengendapannya tidak berubah ukuran, bentuk dan beratnya. Dalam
pengoperasiannya, prasedimentasi dapat mengurangi zat padat sebesar 50 % -
70%.
Bangunan prasedimentasi dapat dibagi atas empat zona atau ruang, yaitu:
a. Zona Inlet, tempat memperhalus transisi aliran dari aliran influent ke aliran
steady uniform di zona pengendapan.
b. Zona Outlet, tempat memperhalus transisi dari settling zone ke aliran
effluent.
c. Zone Lumpur, tempat menampung material yang diendapkan berupa lumpur
endapan.
d. Zone Pengendapan, tempat berlangsungnya proses pengendapan partikel
dari air baku, sehingga harus bebas dari pengaruh ketiga zone lainnya.
Nama Komposisi
Ferric Sulfate Fe2(SO4)3
Ferric Chloride FeCl3
Chlorinated Coppears FeCl2Fe(SO4)3
Sumber: Benny Chatib, 1991
3. Pengadukan pneumatis
Pengadukan pneumatis adalah pengadukan yang menggunakan udara (gas)
berbentuk gelembung sebagai tenaga pengadukan. Gelembung tersebut
dimasukkan ke dalam air dan akan menimbulkan gerakan pada air (Gambar 2.6).
Injeksi udara bertekanan ke dalam air akan menimbulkan turbulensi, akibat
lepasnya gelembung udara ke permukaan air. Aliran udara yang digunakan untuk
pengadukan cepat harus mempunyai tekanan yang cukup besar sehingga mampu
menekan dan menggerakkan air. Makin besar tekanan udara, kecepatan
gelembung udara yang dihasilkan makin besar dan diperoleh turbulensi yang
makin besar pula.
3. Proses koagulasi
Proses mixing atau pengadukan adalah proses dimana dua atau lebih
material dicampur untuk memperoleh derajat keseragaman yang diinginkan.
Proses mixing digunakan untuk menimbulkan kondisi turbulensi yang cukup
besar pada aliran. Pada proses pengadukan cepat memerlukan waktu yang relatif
cukup singkat, karena pada prinsipnya tujuan utam adari mixing adalah
mendispersikan zat-zat kimia. Dengan waktu pengadukan yang singkat, maka
volume pengadukan relatif kecil. Waktu mixing yang pendek dikonversikan
dengan meningkatnya gradien kecepatan (G).
= (II.14)
Dimana: n = putaran rotasi pengaduk (rps)
P = power pengaduk (N.m/dt)
gc = kecepatan gravitasi (m/s2)
Dt = diameter pengaduk (m)
γ = densitas air (kg/m3)
Kt = konstanta pengaduk untuk turbulensi
4. Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds adalah bilangan untuk menentukan apakah aliran itu
laminer, turbulen atau transisi.
Dt 2 n
N Re
(II.15)
Dimana: Nre = bilangan Reynolds
n = putaran rotasi pengaduk (rps)
dt = diameter pengaduk (m)
γ = densitas air (kg/m3)
μ = viskositas absolut (kg/m.dt)
Kriteria desain untuk unit koagulasi dapat dilihat pada Tabel 2.5
Gambar 2.6 Tipe paddle (a) tampak atas, (b) tampak samping
Sumber : Qasim, et al., 2000.
Gambar 2.7 Tipe turbine dan propeller. (a) turbine blade lurus, (b) turbine blade
dengan piringan, (c) turbin dengan blade menyerong, (d) propeller 2 blade, (e)
propeller 3 blade
Sumber : Qasim, et al., 2000
b. Cara Hidrolis
Baffle channel flocculator
Flokulator yang berbentuk saluran dan dilengkapi dengan baffle. Ada 2
jenis aliran yaitu aliran horizontal dan vertikal.
Gambar 2.9 Baffle channel flokulator dengan desain normal (aliran horizontal)
Sumber : Jurnal Bahan Ajar Satuan Proses, 2018
Hydraulic jet action flocculator
Sangat sesuai dengan pengolahan air minum debit kecil.
1/ 2
P
G (II.17)
V
Hf akibat belokan k
b 2 (II.20)
2g
Dimana: k = konstanta empiris
vb = kecepatan aliran (m/det)
2.5 Sedimentasi
Bangunan sedimentasi berfungsi mengendapkan partikel-partikel flokulen
yang terbentuk pada proses koagulasi-flokulasi pada bak pengaduk cepat dan
lambat. Bentuk bangunan sedimentasi ada yang rectangular dan circular tank,
dimana pada tiap tangki terdapat 4 zona, yaitu:
a. Zona Inlet
Berfungsi sebagai tempat memperhalus transisi aliran dari aliran influen ke
aliran steady uniform di settling zona.
b. Zona Outlet
Berfungsi sebagai tempat memperhalus transisi dari settling zona ke aliran
effluen.
c. Zona Settling (pengendapan)
Berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses pengendapan partikel
dari air.
d. Zona lumpur
Berfungsi sebagai tempat untuk menampung lumpur hasil dari proses
pengendapan.
Gambar 2.13 Bak Sedimentasi berbentuk segi empat: (a) denah, (b) potongan
memanjang
Sumber: Metcalff dan Eddy,1991
Gambar 2.14 Bak Sedimentasi Berbentuk Lingkaran – center feed: (a) denah, (b)
potongan melintang
Sumber: Metcalff dan Eddy,1991
Gambar 2.15 Bak Sedimentasi Berbentuk Lingkaran – periferal feed: (a) denah,
(b) potongan melintang
Sumber: Metcalff dan Eddy,1991
Parameter Nilai
(jam)
Bilangan Reynold (Re) < 2000
Efisiensi penyisihan (%) 80
Kandungan lumpur 0,5 – 2
Bilangan Froude (Fr) ≥ 10-5
Sumber: Schulz-Okun, 1984
2.6 Filtrasi
Bangunan filter berfungsi untuk menyaring flok-flok halus yang masih
terdapat didalam air yang tidak terendapkan pada sedimentsi II dan juga
menyaring bakteri atau mikroorganisme lain yang ada dalam air. Beberapa macam
proses filtrasi antara lain:
1. Saringan pasir cepat (rapid sand filter)
Filtrasi jenis ini umumnya digunakan untuk mengolah air minum dan
industri, mudah terjadi clogging, sehingga diperlukan pencucian dengan
menggunakan aliran yang berlawanan dengan arah penyaringan.
P60
Uniform coefficient (UC) = (II.25)
P10
Dimana: P10 = diameter pasir yang 10 % lolos saringan
P60 = diameter pasir yang 60 % lolos saringan
UC = koefisien keseragaman
Kehilangan tekanan pada saat operasi:
1. Kehilangan tekanan pada media pasir dan penyangga (kerikil)
Persamaan rose untuk porositas yang beragam:
1,067 D v α C D . x
hl . . Σ (II.26)
φ g ε4 d
Dimana: hl = headloss (m)
Φ = faktor bentuk
D = tebal media (m)
g = gaya gravitasi (m/det2)
vα = kecepatan filtrasi (m/det)
ε = porositas
CD = koefisien drag
x = berat fraksi
d = diameter geometri (m)
Persamaan untuk mencari nilai CD untuk NRe < 1 adalah:
24
CD (II.27)
N Re
Persamaan CD untuk 1 < NRe< 104 adalah:
24 3
CD 0,34 (II.28)
N Re N Re
Dimana: CD = koefisien drag
NRe = bilangan Reynolds
2. Kehilangan tekanan pada underdrain
Persamaan yang digunakan:
2
1 Q
H . g . (II.29)
2 C . A
Dimana: H = headloss (m)
g = gaya gavitasi (m/det2)
Q = debit pengolahan (m3/det)
C = koefisien orifice ≈ 0,65
A = luas orifice (m2)
2.7 Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses untuk membunuh bakteri, protozoa, dan virus
dengan kuantitas desinfektan yang kecil dan tidak beracun bagi manusia. Adapun
prinsip yang digunakan dalam proses desinfeksi adalah menggunakan klor sebagai
desinfektan. Beberapa desinfektan lainnya adalah klorin dioksida, ozon, ultra
violet, bromin, iodine dan pemanasan. Klorin dioksida 25 kali lebih efektif
dibanding gas klor, yang mudah meledak pada suhu tinggi. Tidak menghasilkan
Trihalometan dan tidak bereaksi dengan ammonia. Sedangkan UV lebih mahal
disbanding dengan penggunaan klor dan tidak menyediakan perlindungan residu.
Klorinasi merupakan pilihan penting untuk suatu instalasi pengolahan air
minum. Pada pengolahan air untuk kebutuhan industri, klor bukanlah satu-satunya
desinfektan yang dipakai, namun khlor meupakan desinfektan efektif yang telah
dikenal. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
a. Hanya senyawa klor yang relatif murah dan mudah didapat. Klor juga
mudah ditangani dalam operasinya. Desinfeksi dengan klor merupakan yang
paling sederhana dan tidak membutuhkan operator yang sangat ahli
b. Kemampuan klor dalam membunuh bakteri atau virus (agen desinfektan)
Klor tersedia dalam bentuk dibawah ini dalam pengolahan air minum adalah:
.
Dosis klor dihitung dengan adanya Break Point Chlorination (BPC) dan sisa
klor. Jika kurang, maka desinfektan menjadi tidak efisien (gagal) dan bila
kelebihan akan menyebabkan rasa dan bau yang tidak enak dalam air minum.
BPC memberikan indikasi bahwa :
a. Semua zat yang dapat teroksidasi telah teroksidasi tuntas
b. Amoniak hilang sebagai N2
c. Masih ada residu klor aktif tersebut untuk desinfeksi daalam system
distribusi
Sisa klor (residu klor) dalam air diperlukan untuk mencegah terjadinya
infeksi bakteri selama pejalanan air samapai ke konsumen. Biasanya klor
tergantung dari jarak yang ditempuh, pH dan temperatur air. Untuk jarak yang
tidak begitu jauh, sisa klor cukup 0,2 - 0,4 mg/l.
Rumus yang digunakan:
Dosis chlor = BPC + sisa chlor