Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular RSUDZA/
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Oleh:
1807101030020
Pembimbing :
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena
rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus ini.
Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW
atas semangat perjuangan dan panutan bagi umatnya
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh
dari kesempurnaan. Saran dan kritik dari dosen pembimbing dan teman teman
akan penulis terima dengan tangan terbuka, semoga dapan menjadi bahan
pembelajaran dan bekal di masa mendatang.
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada sel kontraktil jantung, potensial aksi terdiri dari beberapa fase, yaitu:4
-Fase 0 (Depolarisasi cepat)
Di bawah keadaan normal, serat otot jantung dapat berkontraksi sekitar 60-100
kali/menit oleh karena impuls listrik yang dihasilkan oleh nodus SA. Aksi ini akan
2
merubah potensial istirahat membran dan membiarkan masuknya Na+ secara
cepat melalui natrium channel. Dengan masuknya natrium, maka potensial dalam
membran sel akan menjadi lebih positif sehingga ambang potensialnya akan naik
sekitar 30 mV.
-Fase 1 (Repolarisasi Awal)
Setelah fase 0, channel untuk ion K+ terbuka dan melewatkan ion kalium ke luar
dari dalam sel. Hari ini membuat potensial membran sel menjadi lebih turun
sedikit.
-Fase 2 (Plateau)
Setelah repolarisasi awal, untuk mempertahankan membran potensial di membran
sel, maka ion kalsium akan segera masuk sementara ion kalium tetap keluar.
Maka dari itu, ambang potensial membran sel akan tetap datar untuk
mempertahankan kontraksi sel otot jantung.
-Fase 3 (Repolarisasi cepat)
Aliran lambat kalsium berhenti, akan tetapi aliran ion kalium yang keluar
membran tetap terjadi sehingga potensial membran menjadi turun (lebih negatif).
-Fase 4 (Istirahat)
Potensial membran menjadi ke fase istirahat di mana potensialnya sekitar -90 mV.
Ion natrium dan kalium akan kembali ke tempat masing-masing.8
Kontraksi jantung pertama kali diawali dengan adanya pencetus impuls
dari nodus SA. Impuls listrik kemudian menyebar ke seluruh atrium hingga atrium
berkontraksi dan selanjutnya menyebar ke nodus AV. Dari nodus AV, impuls
berjalan ke berkas His dan menelusuri cabang berkas kanan dan kiri hingga ke
serabut purkinje. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya kelainan pada seluruh
proses kerja otot jantung ini, maka digunakan elektrokardiograf. Elektrokardiograf
merupakan alat perekam aktivitas listrik jantung yang dilakukan dengan cara
meletakkan sadapan pada permukaan tubuh. Hasil dari pencatatan listrik jantung
ini disebut sebagai elektrokardiogram.4,8Pada elektrokardiogram, arah defleksi
gelombang tercatat sesuai dengan aliran arus listrik. Defleksi positif akan
terbentuk apabila aliran arus listrik berjalan ke arah elektroda positif. Begitu pula
sebaliknya, defleksi negatif akan terbentuk apabila aliran arus listrik berjalan
3
menjauhi elektroda positif. Jika arus listrik berjalan perpendikular, maka akan
terdapat gambaran gelombang bifasik.1
B. Hubungan Sadapan EKG dengan Aksis Jantung
Sadapan EKG merupakan ‘mata’ atau sudut pandang jantung yang dilihat
dari berbagai arah. Sadapan ini dikenal pula sebagai EKG 12 Sadapan, yaitu yang
terdiri dari tiga sadapan ekstremitas standar, tiga sadapan ekstremitas diperkuat
(augmented) dan enam sadapan prekordial. Sadapan ekstremitas standar disebut
pula sebagai sadapan bipolar, yaitu sadapan I, II dan III. Sadapan I mengukur
perbedaan potensial listrik lengan kanan dan lengan kiri. Sadapan II mengukur
perbedaan potensial listrik lengan kanan dengan kaki kiri. Sadapan III mengukur
perbedaan potensial listrik lengan kiri dengan kaki kiri. Ketiga sadapan ini
membentuk segitiga sama sisi atau yang disebut sebagai Segitiga Einthoven.
Sadapan ekstremitas diperkuat (augmented) dan sadapan prekordial termasuk ke
dalam sadapan unipolar. Sadapan ekstremitas diperkuat yaitu avR, avL, dan avF,
sedangkan sadapan prekordial yaitu V1 hingga V6. EKG yang rutin dipakai yaitu
Lead I, II, III, aVR, aVL, aVF, V1,V2,V3,V4,V5 dan V6.9
4
ialah posisi listrik dari jantung pada waktu berkontraksi dan bukan dalam arti
posisi anatomis.10
5
Gambar 3. Diagram Hexaxial Jantung
a) Jantung berputar ke kiri atau searah jarum jam (clock wise rotation =
CWR). Arah perputaran ini dilihat dari bawah diafragma ke arah kranial.
Pada keadaan ini ventrikel kanan terletak lebih ke depan, sedang ventrikel
kiri lebih ke belakang. Ini dapat dilihat pada sadapan prekordial dengan
memperhatikan prekordial transitional zone, di mana pada keadaan normal
terletak pada V3 dan V4. Pada clock wise rotation tampak transitional
zone lebih ke kiri, yaitu pada V5 dan V6.
b) Jantung berputar ke kanan atau berlawanan dengan arah jarum jam
(counter clock wise rotation). Pada keadaan ini ventrikel kiri terletak lebih
ke depan, sedang ventrikel kanan lebih ke belakang. Pada counter clock
wise rotation tampak transitional zone pindah ke kanan, yaitu V1 dan V2.
6
E. Metode Penilaian Aksis
Penilaian aksis dilakukan dengan cara menilai Lead I dengan aVF, yaitu:1
-Apabila kedua lead lead tersebut berdefleksi positif atau dominan berdefleksi
positif, maka dipastikam aksis jantungnya normal, yaitu antara 0 derajat s/d +90
derajat.
-Apabila lead I berdefleksi positif atau dominan berdefleksi positif sedangkan lead
aVF berdefleksi negatif atau dominan berdefleksi negatif, maka dipastikan aksis
jantungnya antara -30 derajat s/d -90 derajat atau LAD (Left Axis Deviation).
-Apabila kedua lead berdefleksi negatif atau dominan berdefleksi negatif, maka
dipastikan aksis jantungnya dengan arah ekstrim.
Deviasi aksis kiri biasanya disebabkan oleh LBBB, hemiblok anterior kiri,
LVH dan ASD Primum. Sedangkan deviasi aksis kanan biasanya disebabkan oleh
RBBB, RVH, kor pulmonal dan ASD Sekundum.6
7
BAB III
KESIMPULAN
Penilaian aksis jantung dapat dinilai dari sadapan I dan aVF. Jika Lead I
memiliki kompleks QRS dengan defleksi positif dan aVF positif, maka aksis
jantung normal. Jika Lead I defleksi positif dan aVF defleksi negatif, maka
dikatakan sebagai Left Axis Deviation (LAD). Jika Lead I defleksi negatif dan
aVF defleksi positif, maka dikatakan sebagai RightAxis Deviation (RAD). Jika
Lead I defleksi negatif dan aVF defleksi negatif, maka dikatakan sebagai Extreme
Right Axis Deviation.
8
DAFTAR PUSTAKA
11. Patel S, Kwak L, Agarwal SK, Tereshchenko LG, Coresh J, Soliman EZ, et
al. Counterclockwise and Clockwise Rotation of QRS Transitional Zone:
Prospective Correlates of Change and Time-varying Associations with
Cardiovascular Outcomes. J Am Heart Assoc. 2017;6(11).
9
10