Anda di halaman 1dari 12

REFERAT

SISTEM AKSIS JANTUNG

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular RSUDZA/
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Oleh:

WINA SRI UTAMA

1807101030020

Pembimbing :

dr. Nurkhalis, Sp.JP, FIHA

BAGIAN/SMF ILMU KARDIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS SYIAH KUALA

RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena
rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus ini.
Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW
atas semangat perjuangan dan panutan bagi umatnya

Adapun tugas presentasi referat yang berjudul “Sistem Aksis Jantung”,


diajukan sebagai salah satu tugas dalam menjalani kepaniteraan klinik senior
Unsyiah BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin. Penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi – tingginya kepada dr. Nurkhalis, Sp.JP yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan dalam
menyelesaikan tugas ini.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh
dari kesempurnaan. Saran dan kritik dari dosen pembimbing dan teman teman
akan penulis terima dengan tangan terbuka, semoga dapan menjadi bahan
pembelajaran dan bekal di masa mendatang.

Banda Aceh, Februari 2020

Penulis

i
BAB I

PENDAHULUAN

Elektrokardiogram (EKG) merupakan suatu rekaman aktivitas listrik


jantung yang didapatkan dengan menilai perubahan potensial listrik di permukaan
tubuh. Rekaman ini akan memberikan informasi tentang struktur dan fungsi
jantung.1,2Rekaman aktivitas listrik jantung didapatkan dari adanya perpindahan
ion-ion seperti natrium, kalium, dan klorida di antara membran sel. Perpindahan
dari ion-ion ini menjadi mekanisme utama pada eksitasi dan kontraksi otot
jantung.3Kontraksi jantung diawali dengan adanya pencetus listrik jantung dari
nodus SA. Impuls tersebut kemudian menyebar ke nodus AV, lalu ke berkas his
dan berujung ke serabut Purkinje. Proses yang disebut sebagai depolarisasi dan
repolarisasi ini akan terekam oleh elektrokardiograf melalui permukaan tubuh
menjadi gelombang P, Q, R, S dan T.4
Setiap gelombang yang terlihat pada EKG mewakilkan perubahan listrik
jantung yang dideteksi oleh dua elektroda. Defleksi positif menandakan impuls
listrik menuju elektroda positif dan defleksi negatif menandakan impuls listrik
menjauhi elektroda positif. Arah aktivitas listrik jantung ini dapat digambarkan
dengan menggunakan vektor. Arah rata-rata vektor disebut sebagai aksis jantung.5
Batas normal aksis yaitu sekitar -30 hingga +90 derajat. Deviasi aksis melebihi
batas tersebut disebut sebagai deviasi aksis kanan atau kiri.1
Deviasi aksis kiri sering ditemukan pada kasus Left Bundle Branch Block
(LBBB), Left Ventricular Hypertrophy (LVH) dan Atrial Septal Defect Primum
(ASD Primum). Sedangkan deviasi aksis kanan sering ditemukan pada Right
Bundle Branch Block (RBBB), Right Ventricular Hypertrophy (RVH) dan Atrial
Septal Defect Secundum (ASD Secundum). Penilaian deviasi aksis jantung ini
dilakukan dengan cara melihat lead I dan aVF. Jika Lead I memiliki kompleks
QRS dengan defleksi positif dan aVF positif, maka aksis jantung normal. Jika
Lead I defleksi positif dan aVF defleksi negatif, maka dikatakan sebagai Left Axis
Deviation (LAD). Jika Lead I defleksi negatif dan aVF defleksi positif, maka
dikatakan sebagai RightAxis Deviation (RAD). Jika Lead I defleksi negatif dan
aVF defleksi negatif, maka dikatakan sebagai Extreme Right Axis Deviation.6

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Prinsip Dasar Elektrofisiologi akan Aksis Jantung


Elektrofisiologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai mekanisme
terbentuknya aktivitas listrik dan konsekuensinya dalam kehidupan suatu
organisme. Elektrofisiologi jantung merupakan ilmu yang mempelajari
mekanisme, fungsi dan keberadaan aktivitas elektrik jantung,dari inisiasi hingga
konduksi impuls. Kontraksi sel otot jantung terjadi oleh karena adanya potensial
aksi yang menyebar di seluruh membran sel otot. Terdapat dua jenis sel otot
jantung, yaitu:4,7
1. Sel Kontraktil: membentuk sekitar 99% dari keseluruhan sel otot jantung. Sel
ini berfungsi untuk memompa darah dan tidak membentuk potensial aksi.
2. Sel Otoritmik: merupakan sel yang tidak berkontraksi namun berfungsi sebagai
pemicu dan penghantar potensial aksi yang akan menyebabkan sel kontraktil
berkontraksi.

Gambar 1. Potensial aksi pada sel kontraktil jantung

Pada sel kontraktil jantung, potensial aksi terdiri dari beberapa fase, yaitu:4
-Fase 0 (Depolarisasi cepat)
Di bawah keadaan normal, serat otot jantung dapat berkontraksi sekitar 60-100
kali/menit oleh karena impuls listrik yang dihasilkan oleh nodus SA. Aksi ini akan

2
merubah potensial istirahat membran dan membiarkan masuknya Na+ secara
cepat melalui natrium channel. Dengan masuknya natrium, maka potensial dalam
membran sel akan menjadi lebih positif sehingga ambang potensialnya akan naik
sekitar 30 mV.
-Fase 1 (Repolarisasi Awal)
Setelah fase 0, channel untuk ion K+ terbuka dan melewatkan ion kalium ke luar
dari dalam sel. Hari ini membuat potensial membran sel menjadi lebih turun
sedikit.
-Fase 2 (Plateau)
Setelah repolarisasi awal, untuk mempertahankan membran potensial di membran
sel, maka ion kalsium akan segera masuk sementara ion kalium tetap keluar.
Maka dari itu, ambang potensial membran sel akan tetap datar untuk
mempertahankan kontraksi sel otot jantung.
-Fase 3 (Repolarisasi cepat)
Aliran lambat kalsium berhenti, akan tetapi aliran ion kalium yang keluar
membran tetap terjadi sehingga potensial membran menjadi turun (lebih negatif).
-Fase 4 (Istirahat)
Potensial membran menjadi ke fase istirahat di mana potensialnya sekitar -90 mV.
Ion natrium dan kalium akan kembali ke tempat masing-masing.8
Kontraksi jantung pertama kali diawali dengan adanya pencetus impuls
dari nodus SA. Impuls listrik kemudian menyebar ke seluruh atrium hingga atrium
berkontraksi dan selanjutnya menyebar ke nodus AV. Dari nodus AV, impuls
berjalan ke berkas His dan menelusuri cabang berkas kanan dan kiri hingga ke
serabut purkinje. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya kelainan pada seluruh
proses kerja otot jantung ini, maka digunakan elektrokardiograf. Elektrokardiograf
merupakan alat perekam aktivitas listrik jantung yang dilakukan dengan cara
meletakkan sadapan pada permukaan tubuh. Hasil dari pencatatan listrik jantung
ini disebut sebagai elektrokardiogram.4,8Pada elektrokardiogram, arah defleksi
gelombang tercatat sesuai dengan aliran arus listrik. Defleksi positif akan
terbentuk apabila aliran arus listrik berjalan ke arah elektroda positif. Begitu pula
sebaliknya, defleksi negatif akan terbentuk apabila aliran arus listrik berjalan

3
menjauhi elektroda positif. Jika arus listrik berjalan perpendikular, maka akan
terdapat gambaran gelombang bifasik.1
B. Hubungan Sadapan EKG dengan Aksis Jantung

Sadapan EKG merupakan ‘mata’ atau sudut pandang jantung yang dilihat
dari berbagai arah. Sadapan ini dikenal pula sebagai EKG 12 Sadapan, yaitu yang
terdiri dari tiga sadapan ekstremitas standar, tiga sadapan ekstremitas diperkuat
(augmented) dan enam sadapan prekordial. Sadapan ekstremitas standar disebut
pula sebagai sadapan bipolar, yaitu sadapan I, II dan III. Sadapan I mengukur
perbedaan potensial listrik lengan kanan dan lengan kiri. Sadapan II mengukur
perbedaan potensial listrik lengan kanan dengan kaki kiri. Sadapan III mengukur
perbedaan potensial listrik lengan kiri dengan kaki kiri. Ketiga sadapan ini
membentuk segitiga sama sisi atau yang disebut sebagai Segitiga Einthoven.
Sadapan ekstremitas diperkuat (augmented) dan sadapan prekordial termasuk ke
dalam sadapan unipolar. Sadapan ekstremitas diperkuat yaitu avR, avL, dan avF,
sedangkan sadapan prekordial yaitu V1 hingga V6. EKG yang rutin dipakai yaitu
Lead I, II, III, aVR, aVL, aVF, V1,V2,V3,V4,V5 dan V6.9

Gambar 2. Sadapan EKG

Aksis jantung merupakan arah rata-rata vektor jantung atau proyeksi


jantung. Yang dimaksud dengan proyeksi jantung dalam elektrokardiografi ini

4
ialah posisi listrik dari jantung pada waktu berkontraksi dan bukan dalam arti
posisi anatomis.10

C. Aksis Frontal: Nilai Normal, LAD, RAD, Sup

Aksis jantung frontal menggambarkan kumpulan rata-rata vektor


gelombang depolarisasi ventrikel pada bidang vertikal (frontal). Titik acuan
vektor ini ialan 0° atau searah dengan sadapan I. Normalnya aksis jantung berada
di antara -30° hingga 90°. Aksis yang berada di atas -30° disebut sebagai Left Axis
Deviation (LAD), sedangkan yang di bawah 90° disebut sebagai Right Axis
Deviation (RAD). Perhitungan aksis jantung ini dapat dilakukan dengan
menggunakan keenam sadapan ekstremitas. Diagram Hexaxial kenam sadapan
menggambarkan posisi jantung dalam plana vertikal (frontal). Untuk perhitungan
aksis jantung, dibutuhkan minimal dua sadapan, di mana dua sadapan yang paling
baik dalam menggambarkan aktivitas listrik jantung secara keseluruhan ialah
Sadapan I dan Sadapan aVF.10

5
Gambar 3. Diagram Hexaxial Jantung

D. Aksis Horizontal: Normal, CWR, CCWR

Pada beberapa kondisi dapat terjadi perputaran jantung pada aksis


longitudinal, yaitu:11

a) Jantung berputar ke kiri atau searah jarum jam (clock wise rotation =
CWR). Arah perputaran ini dilihat dari bawah diafragma ke arah kranial.
Pada keadaan ini ventrikel kanan terletak lebih ke depan, sedang ventrikel
kiri lebih ke belakang. Ini dapat dilihat pada sadapan prekordial dengan
memperhatikan prekordial transitional zone, di mana pada keadaan normal
terletak pada V3 dan V4. Pada clock wise rotation tampak transitional
zone lebih ke kiri, yaitu pada V5 dan V6.
b) Jantung berputar ke kanan atau berlawanan dengan arah jarum jam
(counter clock wise rotation). Pada keadaan ini ventrikel kiri terletak lebih
ke depan, sedang ventrikel kanan lebih ke belakang. Pada counter clock
wise rotation tampak transitional zone pindah ke kanan, yaitu V1 dan V2.

Gambar 4. EKG Normal, CWR dan CCWR

6
E. Metode Penilaian Aksis

Penilaian aksis dilakukan dengan cara menilai Lead I dengan aVF, yaitu:1

-Apabila kedua lead lead tersebut berdefleksi positif atau dominan berdefleksi
positif, maka dipastikam aksis jantungnya normal, yaitu antara 0 derajat s/d +90
derajat.

-Apabila lead I berdefleksi negatif atau dominan berdefleksi negatif sedangkan


aVF berdefleksi positif, mak dipastikan aksis jantungnya antara +90 derajat s/d
180 derajat atau RAD (Right Axis Deviation).

-Apabila lead I berdefleksi positif atau dominan berdefleksi positif sedangkan lead
aVF berdefleksi negatif atau dominan berdefleksi negatif, maka dipastikan aksis
jantungnya antara -30 derajat s/d -90 derajat atau LAD (Left Axis Deviation).

-Apabila kedua lead berdefleksi negatif atau dominan berdefleksi negatif, maka
dipastikan aksis jantungnya dengan arah ekstrim.

F. Makna Aksis Jantung

Deviasi aksis kiri biasanya disebabkan oleh LBBB, hemiblok anterior kiri,
LVH dan ASD Primum. Sedangkan deviasi aksis kanan biasanya disebabkan oleh
RBBB, RVH, kor pulmonal dan ASD Sekundum.6

7
BAB III

KESIMPULAN

Elektrokardiogram merupakan suatu rekaman atau pencatatan aktivitas


listrik jantung yang didapatkan dengan menilai perubahan potensial listrik di
permukaan tubuh. Rekaman ini didapatkan dari perpindahan ion-ion di antara
membran sel. Aksis jantung merupakan arah rata-rata vector jantung atau proyeksi
jantung, yaitu posisi listrik dari jantung pada waktu berkontraksi dan bukan dalam
arti posisi anatomis dari jantung tersebut.

Penilaian aksis jantung dapat dinilai dari sadapan I dan aVF. Jika Lead I
memiliki kompleks QRS dengan defleksi positif dan aVF positif, maka aksis
jantung normal. Jika Lead I defleksi positif dan aVF defleksi negatif, maka
dikatakan sebagai Left Axis Deviation (LAD). Jika Lead I defleksi negatif dan
aVF defleksi positif, maka dikatakan sebagai RightAxis Deviation (RAD). Jika
Lead I defleksi negatif dan aVF defleksi negatif, maka dikatakan sebagai Extreme
Right Axis Deviation.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Evans JDW. Crash Course Sistem Kardiovaskular. Kalim H, editor.


Jakarta: Elsevier; 2017.

2. Tao L, Kendall K. Sinopsis Organ Sistem Kardiovaskular. Tangerang:


KARISMA Publisher; 2014.

3. Jaye DA, Xiao Y, Sigg DC. Basic Cardiac Electrophysiology: Excitable


Membranes. Card Electrophysiol Methods Model. 2010;(August 2010).

4. Irawati L. Aktifitas Listrik pada Otot Jantung. J Kesehat Andalas.


2015;4(2):596–9.

5. Loftis P. Determining Axis and Axis Deviation on an ECG. J Am Acad


Physician Assist. 2010;2(July):10.

6. Churchhouse A. Kardiologi dan Kelainan Vaskular ; Crash Course edisi


Indonesia 1. 1st ed. Jakarta: Elsevier; 2017. 463 p.

7. Handayani A. Sistem Konduksi Jantung. Univ Muhammadiyah Sumatera


Utara. 2017;2(3):116–23.

8. Klabunde RE. Cardiac Electrophysiology: Normal and Ischemic Ionic


Currents and the ECG. Adv Physiol Educ. 2017;41(1):29–37.

9. Dharma S. Sistematika Interpretasi EKG: Pedoman Praktis. Jakarta: EGC;


2010.

10. Maharani E. Elektrokardiografi: Konsep Dasar dan Praktik Klinik.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2018.

11. Patel S, Kwak L, Agarwal SK, Tereshchenko LG, Coresh J, Soliman EZ, et
al. Counterclockwise and Clockwise Rotation of QRS Transitional Zone:
Prospective Correlates of Change and Time-varying Associations with
Cardiovascular Outcomes. J Am Heart Assoc. 2017;6(11).

9
10

Anda mungkin juga menyukai