Anda di halaman 1dari 11

Memaknai Hakikat Ujian Kehidupan

– Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan


lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah
Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali)
dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-
Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha
Kuasa. (QS: Ar Ruum ayat 54)
Proses penciptaan manusia sejatinya diawali dengan
fase ketidakberdayaan, hidup seorang bayi tentu
bergantung kepada orangtuanya, hingga berbicara
dan berjalannya harus dibimbing dan diarahkan oleh
kedua orangtuanya.
Setelah itu ia masuk pada fase berikutnya, tumbuh
dan berkembang menjadi pribadi kuat, mampu
berjalan, bahkan berlari dengan kencang dan bisa
hidup mandiri, seiring dengan berjalannya waktu,
tubuhnya pun menjadi lemah kembali, tak berdaya
bahkan bergantung pada orang lain di usianya yang
sudah lanjut.
Inilah hakikat daripada penciptaan manusia, Allah
Ta’ala yang sejatinya menghidupkan dan mewafatkan
seseorang, sehebat dan sekuat apapun seseorang
hidup di dunia, kelak ia akan menjadi lemah kembali
dan tak berdaya melawan penuaan.
Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu;
dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada
umur yang paling lemah (pikun), supaya Dia tidak
mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Kuasa. (QS: An Nahl ayat 70)
Dalam mengarungi samudera kehidupan, seseorang
tidak lepas dari yang namanya ujian, setiap insan
pasti akan bertemu dengan ujian, dalam keadaan suka
atau tidak suka, siap tidak siap, ujian akan datang
menghampiri setiap insan.
Semakin tinggi keimanan seseorang, maka akan
semakin besar pula ujian yang kelak akan dihadapi,
ibarat sebuah pohon, semakin tinggi maka akan
semakin kencang pula hembusan angin yang
menimpanya, dalam hal ini ujian paling berat
dihadapi oleh para nabi, kemudian orang-orang shalih
dan seterusnya tergantung kadar keimanan seseorang.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
(saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang
mereka tidak diuji lagi? dan Sesungguhnya Kami telah
menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka
Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang
benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta.” (QS: Al ‘Ankabuut ayat 2-3)
Allah Ta’ala akan memberikan kabar gembira bagi
seseorang yang senantiasa bersabar atas segala ujian
kehidupan yang menimpanya, ia akan dimasukkan ke
dalam golongan orang-orang yang mendapat petunjuk
dari-Nya, mendapat jaminan berupa kebaikan di
dunia maupun di akhirat serta mendapat
pengampunan atas dosa-dosa yang telah ia lakukan
dahulu sebagaimana dijelaskan di dalam beberapa
ayat dan hadist.
“dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar.(156). (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi
wa innaa ilaihi raaji’uun”[[1]].(157). mereka Itulah
yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat
dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (QS: Al Baqarah ayat 155-
157)
“dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang
tunduk patuh (kepada Allah), (yaitu) orang-orang yang
apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,
orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa
mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan
orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang
telah Kami rezkikan kepada mereka.” (QS: Al Hajj ayat
34-35)
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di
sisi Allah adalah kekal. dan Sesungguhnya Kami akan
memberi Balasan kepada orang-orang yang sabar
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan.” (QS: An Nahl ayat 96)
“Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang
menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi
mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS: As
Sajdah ayat 17)
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman.
bertakwalah kepada Tuhanmu”. orang-orang yang
berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. dan
bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas.” (QS: Az Zumar ayat 10)
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan
kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang
mempunyai Keuntungan yang besar.” (QS: Fushshilat
ayat 35)
Dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah radiyallahu
‘anhu (perihal keagungan bersabar), bahwasanya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
”Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan,
atau penyakit, atau kekhawatiran, atau kesedihan, atau
gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan
Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya
karenanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadist lain dari Anas radiyallahu ‘anhu,
bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kecuali
apa yang dimakan dari tanaman tersebut merupakan
shadaqahnya (orang yang menanam). Dan apa yang
dicuri dari tananman tersebut merupakan
shadaqahnya. Dan apa yang dimakan oleh binatang
buas dari tanaman tersebut merupakan shadaqahnya.
Dan apa yang dimakan oleh seekor burung dari
tanaman tersebut merupakan shadaqahnya. Dan
tidaklah dikurangi atau diambil oleh seseorang dari
tanaman tersebut kecuali merupakan shadaqahnya”.
(HR. Muslim)
Kehidupan seorang mukim tidak terlepas dari
kesabaran, karena seseorang yang beriman kepada
Allah Ta’ala, maka ia seyogyanya bersabar dalam
menghadapi pelbagai ujian yang menimpa diri dan
sanak saudaranya.
Alquran mengisyaratkan sabar sebagai sebuah
penolong bagi seseorang dalam menjawab segala teka-
teki kehidupan, maka hendaknya seorang mukmin
bersabar dengan kesabaran yang indah, karena Allah
Ta’ala sedikitpun tidak akan menyia-nyiakan amalan
kebajikannya.
Jika kita perhatikan secara seksama akan isi
kandungan Alquran, akan kita dapati hampir semua
kata-kata “iman” selalu diiringi dengan “amal
shalih”, sekiranya ada satu ayat dalam Alquran yaitu
di surat Huud ayat 11 yang mensejajarkan “iman”
dengan kata “sabar”, hal ini menunjukkan betapa
agungnya sebuah kesabaran.
“Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana),
dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh
ampunan dan pahala yang besar”.
Ayat sebelumnya menerangkan keadaan orang-orang
yang mendapat nikmat pasca bencana, kebanyakan
manusia berbangga dan gembira, ia lupa kalau Allah
Ta’ala yang menghilangkan bencana tersebut,
berbeda dengan para penyabar yang menyikapinya
dengan bijak dan meyakini segala ketetapan-Nya yang
sudah tercatat ada di dalam kitab (Lauhul Mahfuzh)
sebelum dijadikannya suatu bencana atau suatu
nikmat.
Dipatenkannya ketetapan yang ada di dalam Lauhul
Mahfuzh ,semata-mata supaya orang-orang yang
bersabar tidak berduka cita terhadap apa yang luput
darinya, tidak pula terlalu gembira dan melampaui
batas hingga membuatnya sombong terhadap apa
yang diberikan kepadanya.
Hanya orang-orang terpilihlah yang senantiasa bisa
menjadi seorang penyabar sejati karena
kekhusyuannya sesuai dengan isyarat yang
diabadikan di dalam surat Al Baqarah ayat 45:
”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.
Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.”
Ditambahkan di ayat lainnya perihal keutamaan dan
manfaat bersabar:
Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu[[2]], Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar. (QS Al Baqarah ayat
153).
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu. (QS Ali ‘Imran ayat 200)
Dan bersabarlah, karena Sesungguhnya Allah tiada
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat
kebaikan.(QS Huud ayat 115)
Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan
bersabar, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyia-
nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. (QS
Yusuf ayat 90)
Dan bersabarlah kamu, Sesungguhnya janji Allah
adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang
yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu
menggelisahkan kamu. (QS Ar Ruum ayat 60)
Jika seseorang melihat fenomena di zaman sekarang,
ada beberapa alasan yang menjadikan manusia akan
bersedih hati, di antaranya:
 Pesimis menjalani kerasnya hidup
 Rasa lapar karena sulitnya mendapat makanan
 Kekurangan materi atau dilanda kemiskinan
 Tidak lulus dalam ujian sekolah
 Mendapat kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan
dengan gaji tetap
 Letih dan penat dengan rutinitas hidup yang
membosankan
 Mendapat tekanan dari atasan dan tuntutan dari
bawahan di tempat kerja
 Kurang mendapat perhatian dari orang-orang
terdekat
 Mendapat musibah yang tak diduga seperti
kecelakaan yang menimpa diri atau sanak saudara
 Jauh dari anak dan isteri karena terikat pekerjaan
yang mengharuskannya pergi berbulan-bulan
 Memiliki banyak hutang atau terlilit hutang
dengan rentenir
 Kehilangan barang-barang berharga
 Kehilangan orang-orang yang dicintai
 Memiliki penyakit menahun yang tak kunjung
sembuh
 Kesulitan mendapat jodoh atau pendamping hidup
 Memiliki permasalahan dalam kehidupan rumah
tangga
 Belum memiliki keturunan setelah sekian lama
menikah
 Gagal panen karena kebun yang digarap dirusak
oleh hama atau cuaca yang kurang bersahabat atau
dicuri oleh orang lain
Masalah yang datang silih berganti, beban hidup yang
begitu berat sehingga sulit untuk dipikul dan beban
pikiran yang terus menumpuk memang akan
menjadikan seseorang bersedih hati, akan tetapi
sebagai orang mukmin, hendaknya ia jangan pernah
lupa untuk terus berusaha dan berdoa.
Imam Syafi’i berkata:
‫أتهزأ بالدعاء وتزدريه؟ وما تدري بما صنع الدعاء؟‬
“Apakah engkau mengejek dan meremehkan doa?, Kau
tidak tahu apa yang bisa dilakukan oleh doa?”
Sikap seorang mukmin hendaknya tetap bersabar atas
segala kejadian yang menimpa dirinya, senantiasa
menjalani rentetan kehidupannya dengan penuh
keyakinan, karena masalah sejatinya akan
memuliakan hidup seseorang dengan sifat sabar yang
dimilikinya.
“Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik”.
(QS Al Ma’aarij ayat 5)
Seseorang yang hidupnya sedang ditimpa ujian,
usahlah bersedih berkepanjangan dengan beratnya
masalah yang sedang dihadapi, tidak mudah memang
tapi apa salahnya untuk mencoba dan terus berusaha
dengan tetap semangat, optimis dan terus berpikir
positif, kenapa demikian?
Karena anda masih mempunyai Tuhan yang
senantiasa mendengar, melihat dan memperhatikan,
tersenyumlah dengan tulus, di saat orang lain berat
untuk melakukannya ketika ia menghadapi kesulitan,
anda justru sebaliknya, tersenyumlah karena dari
situlah anda akan merasakan kebahagiaan yang
dihadirkan oleh Tuhan semesta alam ke dalam hati
anda yang penuh keredhoan akan ketetapan yang
sudah digariskan, buah dari kesabaran anda
menjalani kehidupan adalah kebahagiaan.
Tersenyumlah!!…..
Karena di sana ada Yang mencintaimu !!
Yang memperhatikanmu!!
Yang melindungimu!!
Yang menolongmu!!
Yang mendengarmu!!
Yang melihatmu!!
Yaitu Allah Yang Maha Pengasih !!
 
[1]. Artinya: Sesungguhnya Kami adalah milik Allah
dan kepada-Nya-lah Kami kembali. kalimat ini
dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali
kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu
ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.
[2]. Ada pula yang mengartikan: mintalah
pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat.
Redaktur: Deasy Lyna Tsuraya

Anda mungkin juga menyukai