PROPOSAL
OLEH :
Dalam bab ini, penulis akan menguraikan beberapa hal yang berkaitan
dengan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan
A. Latar Belakang
kemandirian yang maksimal dan baik (Jarossova, 2014 dalam Aini, 2018).
Menurut Basford & Slevin (2013) teori orem merupakan teori model
sangat penting pada saat pasien tidak dapat memenuhi kebutuhan biologis,
kenapa pasien tidak bisa memenuhi kebutuhan tersebut, termasuk hal apa saja
banyak perawatan diri yang harus dilakukan pasien. Dengan cara memberikan
Masa nifas merupakan masa paling rentan terjadinya angka kesakitan. Salah
satu penyebab kesakitan pada ibu nifas yaitu masalah pada proses laktasi
(Hamilton, 2012). Dalam masa nifas, pengetahuan tentang tehnik menyusui sangat
penting untuk diketahui. Cara menyusui yang salah dapat menyebabkan ASI tidak
Suratni, 2017)
dari capaian yang ditetapkan. Pada tahun 2013 cakupan ASI Eksklusif mencapai
38% dan pada tahun 2016 turun menjadi 29.5%. Cakupan ASI Eksklusif di Jawa
salah satunya adalah pengetahuan ibu. Faktor pengetahuan ibu maupun keluarga
sangat mendukung proses pemberian air susu ibu (Meyliya & Evi, 2018).
Berdasarkan data di atas, maka studi kasus tentang penerapan teori self care
orem terhadap ibu post partum penting untuk dilaksanakan guna mengetahui
B. Rumusan Masalah
penerapan teori self care orem terdahap peningkatan keterampilan ibu post partum
1. Bagi Profesi
Penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu keperawatan dalam
penerapan teori self care orem untuk meningkatkan keterampilan ibu post partum
dalam menyusui.
2. Penulis
penerapan teori self care orem untuk meningkatkan keterampilan ibu post partum
dalam menyusui.
3. Masyarakat
Dalam bab ini, penulis akan menguraikan beberapa hal yang berkaitan
dengan tinjauan pustaka sebagai dasar rujukan dan membantu dalam pemecahan
problematika penelitian yang terdiri dari konsep teori self care orem, cara
penerapan teori self care orem, tehnik menyusui pada ibu post partum, ASI
Teori self care adalah tindakan yang matang dan mementingkan orang lain
yang dimiliki agar dapat menggunakan secara tepat, nyata dan valid untuk
lingkungan. Self Care digunakan untuk mengontrol atau faktor eksternal dan
kesejahteraannya, oleh karena itu teori ini dikenal sebagai Self Care (perawatan
perawatan diri dan mempunyai hak untuk melakukan perawatan diri secara
mandiri, kecuali bila orang itu tidak mampu. Self care menurut Orem adalah
kesehatan dan kesejahteraan individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit
Teori defisit perawatan diri (Deficit Self Care) Orem dibentuk menjadi 3 teori
untuk melakukan perawatan diri secara mandiri, disebut sebagai Self Care Deficit.
sehingga ketika tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka seseorang akan
penyelesaian masalah tersebut, yaitu bertindak atau berbuat sesuatu untuk orang
lain, sebagai pembimbing orang lain, sebagai pendidik, memberikan support fisik,
memberikan support psikologis dan meningkatkan pengembangan lingkungan
(Purwandari, 2010).
kesehatan kepada pasien atau sasaran menggunakan teori self care orem yang
dikendaki tidak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan-pesan yang
positif (Notoatmojo, 2010). Terdapat beberapa media cetak yang dapat di gunakan
dalam memberikan bimbingan dan pengajaran kepada ibu post partum/nifas yaitu
leaflet, buku panduan, lembar balik (flip chart), flyer (selebaran), poster, brosur,
majalah kesehatan, spanduk, booklet dll. Pemilihan booklet sebagai media dalam
relatif lebih banyak dan lebih spesifik serta dapat menimbulkan minat sasaran
menyusui bayi agar mencapai asuhan nifas yang optimal. Hal ini dapat di berikan
baik selama perawatan maupun saat ibu akan pulang sebagai bekal untuk
Peran supportif dan edukatif perawat sangat dibutuhkan oleh pasien yang
B. ASI Eksklusif
untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas bayi. ASI Eksklusif dapat
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi pada awal
kehidupannya, tidak hanya karena ASI mengandung cukup banyak gizi tapi ASI
juga mengandung antibodi yang melindungi bayi dari infeksi. Pemberian ASI
sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan
kecerdasan bayi, oleh karena itu pemberian ASI perlu mendapatkan perhatian
pada ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat berjalan dengan baik.
Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja dan tanpa tambahan
makanan lain sampai bayi berusia 6 bulan, agar zat gizi yang dibutuhkan sampai
umur tersebut dapat terpenuhi hanyadari ASI saja (Jumiyati & Simbolon, 2015).
a. Manfaat ASI
b. Manfaat lain pemberian ASI bagi bayi (Monika, 2014) adalah: 1) Sebagai
usia 6 bulan, 2) Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat
anti – kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga akan mengurangi
anak dari serangan alergi, 4) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk
1) Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung syaraf sensorik
sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi
mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah disbanding yang tidak menyusui.
Mencegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara
memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25 % lebih kecil
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali
ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah
berat, selain karena ada janin, juga karena penimbunan lemak pada tubuh,
cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam
proses produksi ASI. Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih
banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga
akan terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan
4) Aspek psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga
untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh
1) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk
membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Kecuali itu,
penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit
2) Aspek psikologi
suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan
3) Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan
saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus
dibersihkan serta minta pertolongan orang lain (Wulandari & Praborini, 2018).
Menurut Wulandari & Praborini (2018) manfaat ASI bagi negara adalah: 1)
Menurunukan angka kematian dan kesakitan bayi : Kandungan ASI yang berupa
zat protektif dan nutrien di dalam ASI yang sesuai dengan kebutuhan bayi,
menjamin status gizi bayi menjadi baik serta kesakitan dan kematian anak
subsidi untuk rumah sakit : Rawat gabung akan memperpendek lama perawatan
ibu dan bayi di rumah sakit, sehingga mengurangi subsidi/ biaya rumah sakit.
generasi penerus: anak yang mendapatkan ASI, akan mengalami tumbuh kembang
2. Tehnik menyusui
Teknik menyusui, merupakan suatu peristiwa disaat ibu menyusui bayi nya
dengan benar dan bayi mengisap secara naluriah yang nantinya tidak merugikan
antara ibu dan si bayi (Marshella & Rusmiyati, 2017). Teknik menyusui yang
baik dan benar harus dipahami oleh semua ibu agar tidak terjadi kesalahan dalam
salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI, bila teknik dilakukan dengan
tidak benar dapat menyebabkan puting menjadi lecet sehingga ibu merasakan
karena tidak mengetahui cara-cara yang sederhana seperti cara menaruh bayi pada
payudara ketika menyusui, isapan bayi yang menyebabkan puting terasa nyeri dan
Pada saat menyusui usahakan memberi minum dalam suasana yang santai
bagi ibu dan bayi. Buatlah kondisi ibu senyaman mungkin. Selama beberapa
minggu pertama, bayi perlu diberi ASI setiap 2,5 – 3 jam sekali. Menjelang akhir
minggu keenam, sebagian besar kebutuhan bayi akan ASI setiap 4 jam sekali.
Jadwal ini baik sampai bayi berumur antara 10 –12 bulan. Pada usia ini sebagian
besar bayi tidur sepanjang malam sehingga tak perlu lagi memberi makanan di
Langkah – langkah menyusui yang benar menurut Lailia & Utami (2018)
akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara: 1) Ibu duduk atau
berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah
agar kaki ibu tidak menggantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran
kursi, 2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu/kepala tidak boleh menengadah,dan bokong bayi
ditahan dengan telapak tangan, 3)Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan
ibu, dan yang satu didepan, 4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi
lengan bayi terletak pada satu garis lurus, 6) Ibu menatap bayi dengan kasih
sayang.
c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menipang
cara: 1) Menyentuh pipi dengan puting susu, 2) Menyentuh sisi mulut bayi.
sebagian besar kalang payudra dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu
berada di bawah langit – langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari
tempat penampungan ASI yang terletak di bawah puting payudara. Posisi salah,
yaitu apabila bayi hanya menghisap pada putting susu saja, akan mengakibatkan
masukan ASI yang tidak adekuat dan puting lecet, 2) Setelah bayi mulai
diganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi
pada putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.
supaya bayi tidak muntah (gumoh dalam bahasa jawa) setelah menyusu. Cara
Dengan cara menelengkupkan bayi diatas pangkuan ibu, lalu usap –usap
Pada hari pertama, biasanya ASI belum keluar, bayi cukup disusukan
susu dihisap oleh bayi. Setelah hari ke 4 – 5,boleh disusukan selama 10 menit.
Setelah produksi ASI cukup, bayi dapat disusukan selama 15 menit (jangan lebih
dari 20 menit). Menyusukan selama 15 menit ini jika produksi ASI cukup dan ASI
lancar keluarnya, sudah cukup untuk bayi. Dikatakaan bahwa, jumlah ASI yang
terisap bayi pada 5 menit pertama adalah ±112 ml, 5 menit kedua ±64 ml, dan 5
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2013).
D. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah “terdapat pengaruh penerapan teori self care
Orem terhadap tingkat pengetahuan pada ibu post partum dalam teknik menyusui
Aini, N. (2018). Teori Model keperawatan (1st ed.; Belly, ed.). Malang:
Basford, L., & Slevin, O. (2013). Theory and Practice Nursing (4th ed.; T.
Meyliya, Q., & Evi, Z. (2018). Pengaruh Pengetahuan Ibu Menyusui Terhadap
Nurhayati, F., & Suratni, A. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum
Kerja PKM Melong Asih Kota Cimahi. Jurnal Ilmiah Bidan, 2(1).
Aditya, N. (2014). Handbook For New Mom (1st ed.; H. Dewi, ed.). Yogayakarta:
Stiletto Book.
Atava Rizema, S., & Putra. (2009). Panduan Riset Keperawatan & Penulisan
Bahiyatun. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal (1st ed.; M. Ester,
Damai, Y. (2011). Asuhan Kebidanan Masa Nifas (1st ed.; A. Yulianti, ed.).
Damayanti, D. (2010). Asiknya Minum ASI (1st ed.; R. Ambarani, ed.). Jakarta:
Jannah, W. (2012). Enjoy Your Pregnancy, Moms (1st ed.; I. Hamzah, ed.).
Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.
Jauhari, I., & Fitriani, R. (2018). Perlindungan Hak Anak Terhadap Pemberian
Air Susu Ibu (ASI) (1st ed.; Sulaiman, ed.). Yogyakarta: Cv Budi Utama.
Lailia, N., & Utami, W. (2018). Buku Ajar Keperawatan Anak (1st ed.; Idham,
mataram.ac.id/index.php/home/index
Maryunani. (2019). Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (1st ed.; Y. Rahayu,
Milah, S. (2019). Nutrisi Ibu Dan Anaka (1st ed.; I. Rosidawati, ed.). Jawa Barat:
EDU Publisher.
Monika, B. (2014). Buku Pintar Asi dan Menyusui (1st ed.; S. Kiki, ed.).
Muhlisin, A. (2017). Teori Self Care Dari Orem Dan Pendeketan Dalam Praktek
Notoatmojo. (2010). lmu Perilaku Kesehatan (2nd ed.; A. Fadli, ed.). Jakarta:
Rineka Cipta.
Pieter, H. Z. (2017). Dasar-Dasar Komunikasi Bagi Perawat (1st ed.; Suwita & I.
Pitriani, R., & Iraianti, B. (2014). Asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui
Prajogo, S. (2015). Upaya Mengefektifan Proses Menyusui Pada Ibu Nifas. Jurnal
Puji, A., & Rahayu. (2016). Keperawatan Maternitas (1st ed.; H. Rahmadhani,
Rahmayanti, R. (2017). Penerpan Teori Self Care Orem's Dan Teori Becoming A
Mother Mercer's Pada Ibu Post Seksio Sesaria Usia Remaja : Laporan Kasus.
Sembiring, J. (2019). Buku Ajar Neonatus, Bayi Balita, Anaka Pra Sekolah (1st
Setiadi. (2013). Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan (2nd ed.).
Soetjiningsih. (2011). ASI: Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan (3rd ed.; G. Putra,
ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Soetomo. (2015). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam (2nd ed.; J. Santoso & G.
Suririnah. (2009). Merawat Bayi 0-12 bulan (3rd ed.; J. Hadibroto, ed.). Jakarta:
Waji, N. (2013). ASI dan Panduan Ibu Menyusui (1st ed.; W. Hidana, ed.).
Wulandari, R., & Praborini, A. (2018). Anti Stress Menyusui (1st ed.; Kawanita,