Anda di halaman 1dari 10

Integrasi Sains-Islam dalam Pembelajaran Biologi mengenai

Reptile dibidang Zoologi


Muhammad Firman Hidayat
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Abstrak
Integrasi Sains-Islam pada hakekatnya bertujuan untuk mengembalikan kejayaan Islam
sebagaimana terjadi pada masa-masa ilmuwan Islam hidup di masa lampau. Integrasi Sains-
Islam juga merupakan manifestasi penghilangan dikotomi antara agama dengan sains.
Pemilahan atau dikotomi antara ilmu agama dengan sains yang disebut ilmu umum,
sebenarnya merupakan upaya untuk mengimplementasikan kehidupan yang sekular serta
wawasan yang parsial dan bukan holistic. Mengenai pembelajaran zoologi ini tidak jauh dari
pembahasan mengenai hewan salah satunya yang akan dibahas yaikni bertema Reptil dalam
kandungan ayat- ayat Al-quran bagi yang mempelajarinya. Dalam arti temuan dalam sains
adalah memperjelas apa yang telah dimukakan dalam Al-quan.

Kata kunci: Integrasi, Sains-Islam, Pembelajaran Biologi mengenai repptil di bidang zoologi

1. Pendahuluan

Ilmu pengetahuan pada hakekatnya berasal dari Allah s.w.t. Manusia hanya bersifat
menemukan, namun pencipta tetap Allah s.w.t. Hanya kemudian muncul dikotomi yang
membedakan antara ilmu agama dengan ilmu di luar agama yang kemudian diberi sebutan
dengan ilmu umum. Padahal secara historis, ilmuwan muslim seperti Ibnu Sina, disamping ahli
kedokteran, juga ahli agama. Demikian pula Abu Musa Al-Khawarizmi, Ibnu Rusd, Abu
AlHaitham, Al-Biruni dan lain sebagainya1.
Pemisahan ilmu agama dengan ilmu-ilmu yang dikenal sebagai ilmu umum, semakin
dipertajam dengan pemikiran dalam filsafat ilmu yang mengatakan agama dimulai dari percaya
sedangkan ilmu dimu;lai dari tidak percaya. Hal inilah yang memperkuat anggapan bahwa
antara ilmu agama dengan ilmu umum merupakan sesuatu yang tiudak dapat ditemukan, mereka
berdiri sendiri-sendiri. Seringkali muncul seruan agar jangan mencampur adukkan antara agama
dengan ilmu atau ilmu dengan agama, karena mereka berdua berasal dari sesuatu yang berbeda.
Namun bernarkah anggapan ini? Padahal Albert Enstein pernah mengatakan “Ilmu Pengetahuan
tanpa Agama adalah Buta, dan Agama tanpa Ilmu Pengetahuan adalah Pincang”. Dengan
demikian integrasi kedua bidang tersebut penting dilakukan, mengingat antara lain Islam adalah
ajaran yang komprehensif dan sempurna. Pertanyaan lainnya adalah bagaimana
mengintegrasikan Sains dan Islam dalam tataran implementasi dan bukan hanya wacana saja?

1
Alhumami, A. 2006. Sains dan Teknologi dalam Islam. Jakarta: Republika

1
2. Model Integrasi Al-Qur’an sebagai Payung (Sumber Inspirasi) dalam Pembelajaran
Biologi

Di dalam hubungan antara Al-Qur’an dengan Sains, sering orang mengemukakan bahwa
Sains seperti Biologi adalah sebagai pembukti kebenaran ayat Al-Qur’an. Pernyataan ini
sebenarnya agak berbahaya, sebab apabila ternyata melalui penelitian Biologi atau Sains
menghasilkan ketidakterbuktian, maka orang bisa murtad karena menganggap Al-Qur’an keliru.
Padahal sebenarnya adalah Sainsnya yang tidak menjangkau apa yang dikemukakan dalam
AlQur’an. Oleh karena itu pernyataan bahwa Sains adalah Pembukti Al-Qur’an haruslah diralat
dengan sains adalah penjelasan Al-Quran. Jadi kedudukannya hanya sebagai penjelas sesuatu
yang ada dalam Al-Qur’an2.

Di dalam integrasi Sains (antara lain Biologi) dengan Islam (dalam hal ini Al-Qur’an),
AlQur’an adalah sumber inspirasi. Al-Qur’an harus diletakkan di awal dalam kajian, dan bukan
diposisikan sebagai pembenar pernyataan dalam Sains, sehingga integrasi yang terjadi adalah
dengan mencari-cari atau mencoba-coba menempel-nempelkan ayat Al-Qur’an ke dalam
penjelasan Sains. Beberapa uraian berikut adalah menjelaskan hal ini3.

2.1 Kandugan ayat Al-Qur’an berbicara di antaranya tentang salah satu ciptaan-Nya,
yakni kelompok reptil dan sedikit amfibi. Reptil adalah satu kelas dari kerajaan
binatang yang terdiri atas ular, kadal, penyu, buaya, dan tuatara.

Reptil (seperti ular dan kadal) dan amfibi (seperti katak) termasuk jenis-jenis hewan yang
oleh Alquran disebut sebagai dābbah, ad-dawāb, atau man yamsī ‘alā baṭnih, sebutan yang lazim
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “binatang melata” atau “hewan yang berjalan
di atas perutnya”. Sebutan ini paling tidak dapat kita jumpai dalam Alquran sebanyak enam kali.

ِ ۖ َّ‫ير ِّمنَ ٱلن‬K


‫اس‬ َّ ‫ا ُل َو‬Kَ‫و ُم َو ۡٱل ِجب‬Kُ‫ ُر َوٱلنُّج‬K‫ض َوٱل َّشمۡ سُ َو ۡٱلقَ َم‬
ٞ Kِ‫ َّد َوٓابُّ َو َكث‬K‫ َج ُر َوٱل‬K‫ٱلش‬ ‫أۡل‬
ِ ‫ت َو َمن فِي ٱ َ ۡر‬ ِ ‫أَلَمۡ ت ََر أَ َّن ٱهَّلل َ يَ ۡس ُج ۤ ُد لَ ۤۥهُ َمن فِي ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
ۗ ‫ق َعلَ ۡي ِه ۡٱل َع َذ‬
١٨ ۩‫ابُ َو َمن يُ ِه ِن ٱهَّلل ُ فَ َما لَ ۥهُ ِمن ُّم ۡك ِر ۚ ٍم إِ َّن ٱهَّلل َ يَ ۡف َع ُل َما يَ َشٓا ُء‬ َّ ‫َو َكثِي ٌر َح‬

Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud
kepada Allah, juga matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, hewan-hewan
yang melata dan banyak di antara manusia? Tetapi banyak (manusia) yang pantas
mendapatkan azab. Barangsiapa dihinakan Allah, tidak seorang pun yang akan
memuliakannya. Sungguh, Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki (Alquran, Surah al-
Ḥajj/22: 18)

ُ Kُ‫ع يَ ۡخل‬K
‫ا‬KK‫ق ٱهَّلل ُ َم‬ َ ۡ ۡ ۡ ۡ َ َ‫َوٱهَّلل ُ َخل‬
ٖ ۚ Kَ‫ي َعلَ ٰ ٓى أ ۡرب‬K‫ي َعلَ ٰى ِر ۡجلَ ۡي ِن َو ِمنهُم َّمن يَمۡ ِش‬K‫ي َعلَ ٰى بَطنِ ِهۦ َو ِمنهُم َّمن يَمۡ ِش‬K‫ َّل دَٓاب َّٖة ِّمن َّم ٖ ۖٓاء فَ ِمنهُم َّمن يَمۡ ِش‬K‫ق ُك‬
٤٥ ‫ير‬ ٞ ‫يَ َشٓا ۚ ُء إِ َّن ٱهَّلل َ َعلَ ٰى ُك ِّل َش ۡي ٖء قَ ِد‬

Dan Allah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian ada yang berjalan di atas
perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan
empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah Mahakuasa atas
segala sesuatu (Alquran, Surah an-Nūr/24: 45)

2
Alhumami, A. 2006. Sains dan Teknologi dalam Islam. Jakarta: Republika
3
Pranggono, B. 2005. Mukjizat Sains dalam Al-Qur’an: Menggali Inspirasi Ilmiah. Bandung: Ide Islami

2
ۗ ٓ ۡ
َ ۗ ِ‫ف أَ ۡل ٰ َونُ ۥهُ َك ٰ َذل‬
ِ ‫ك ِإنَّ َما يَ ۡخ َشى ٱهَّلل َ ِم ۡن ِعبَا ِد ِه ٱل ُعلَ ٰ َمؤ ُْا إِ َّن ٱهَّلل َ ع‬
٢٨ ‫َزي ٌز َغفُو ٌر‬ ٌ ِ‫اس َوٱل َّد َوٓابِّ َوٱأۡل َ ۡن ٰ َع ِم ُم ۡختَل‬
ِ َّ‫َو ِمنَ ٱلن‬

Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan
ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah
yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha
Pengampun (Alquran, Surah Fāṭir/35:28)

ٞ ‫ث فِي ِه َما ِمن دَٓاب ٖ َّۚة َوهُ َو َعلَ ٰى َجمۡ ِع ِهمۡ إِ َذا يَ َشٓا ُء قَ ِد‬
٢٩ ‫ير‬ ِ ‫ت َوٱ َ ۡر‬
َّ َ‫ض َو َما ب‬ ُ ‫َو ِم ۡن َءا ٰيَتِ ِهۦ خ َۡل‬
‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو ِ أۡل‬

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah penciptaan langit dan bumi dan makhluk-
makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Mahakuasa mengumpulkan
semuanya apabila Dia kehendaki (Alquran, Surah As-Syūrā/42: 29)

٦ ‫ين‬ ٖ َ‫ ّل فِي ِك ٰت‬ٞ ‫ض إِاَّل َعلَى ٱهَّلل ِ ِر ۡزقُهَا َويَ ۡعلَ ُم ُم ۡستَقَ َّرهَا َو ُم ۡست َۡو َد َعهَ ۚا ُك‬
ٖ ِ‫ب ُّمب‬ ‫أۡل‬
ِ ‫۞و َما ِمن دَٓاب َّٖة فِي ٱ َ ۡر‬
َ

Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah
rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis)
dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) (Alquran, Surah Hūd/11: 6)

ُّ ‫َوفِي خَ ۡلقِ ُكمۡ َو َما يَب‬


٤ َ‫ت لِّقَ ۡو ٖم يُوقِنُون‬ٞ َ‫ُث ِمن دَٓابَّ ٍة َءا ٰي‬

Dan pada penciptaan dirimu dan pada makhluk bergerak yang bernyawa yang bertebaran (di
bumi) terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) untuk kaum yang meyakini (Alquran, Surah al-
Jāṡiyah/45: 4)

Ayat-ayat ini berbicara di antaranya tentang salah satu ciptaan-Nya, yakni kelompok
reptil dan sedikit amfibi. Reptil adalah satu kelas dari kerajaan binatang yang terdiri atas ular,
kadal, penyu, buaya, dan tuatara.
Tuatara (Sphenodon punetatus) adalah jenis reptil langka serupa kadal yang hidup hanya
di beberapa pulau kecil di sekitar Selandia Baru. Reptil ini disebut fosil hidup karena sisa dari
kelompoknya sudah punah jutaan tahun lalu. Soal mengapa mereka masih bertahan hidup hingga
masa kini, tidak ada yang tahu jawabannya. Baru sedikit perikehidupan tuatara yang diketahui4.

Sementara itu, ular diperkirakan terdiri dari sekitar 2.500 jenis. Ular hidup menyebar di
kawasan yang panas. Jenis ular sangat variatif, dari yang tidak berbahaya bagi manusia hingga
yang memiliki bisa mematikan. Warnanya pun beragam, dari yang polos hingga yang berwarna-
warni indah. Ukuran ular juga beragam, dari yang hanya berukuran kurang dari 10 cm sampai
hingga yang melebihi 17 meter. Persepsi manusia terhadap ular juga bervariasi; sebagian
manusia memujanya dan sebagian yang lain begitu membencinya dan menyamakannya dengan
iblis5.

4
Alhumami, A. 2006. Sains dan Teknologi dalam Islam. Jakarta: Republika
5
Campbell, N.A, Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga

3
Dengan begitu banyaknya jenis binatang mengagumkan yang diciptakan Allah, mengapa
Dia menciptakan mahluk yang “berjalan di atas perutnya?” Jawabannya tentu saja karena
makhluk ini memiliki peran tersendiri dalam rantai makanan, dengan memakan tikus, kadal, dan
sejenisnya, dan kemudian berbalik menjadi mangsa bagi binatang lain.

Ada empat cara unik ular bergerak, yaitu: (1) mengelokkan badan, biasa disebut cara
“serpentine”; (2) menekankan tubuh ke tanah dan bergerak maju dengan menggunakan kinerja
otot yang diciptakan khusus untuk menunjang gerakan ini; (3) cara “caterpillar”, yaitu
menggerakkan kulit dengan bantuan otot yang mengarah maju-mundur -cara ini lazim digunakan
oleh ular-ular berukuran besar; dan (4) menggunakan sisik perut yang lebar untuk “memegang”
bagian tanah yang tidak rata dan maju lurus ke depan6. Kemampuan unik lain yang diberikan
kepada ular adalah caranya makan. Dengan fleksibilitas sendi rahang bawahnya ular mampu
menelan mangsa berukuran jauh lebih besar daripada ukuran kepalanya. Ular perlu waktu yang
relatif lama untuk mencerna mangsanya dengan sempurna. Ular sanca, misalnya, bisa saja hanya
makan satu kali dalam satu tahun7.

Kelompok lain yang memiliki jenis hampir sama banyak dengan ular adalah kadal.
Kelompok ini terdiri dari sekitar 2.500 jenis. seperti halnya ular, kelompok kadal memiliki
variasi bentuk dan warna yang sangat banyak. Salah satu dari jenis kadal adalah bunglon. Hewan
ini dapat merubah warna kulitnya sesuai keperluan. la juga dapat menggerakkan kedua matanya
secara terpisah; satu mata untuk mengincar mangsa, dan yang lain untuk mengawasi datangnya
pemangsa. Kadal secara umum berjalan dengan empat kaki, namun beberapa jenis di antaranya
memiliki bentuk tubuh mirip ular, tidak berkaki. Beberapa jenis kadal dapat berlari cepat di atas
air menggunakan kedua kaki belakangnya sebagai penopang laju. Beberapa jenis lainnya bahkan
dapat melayang dengan bantuan “sayap” berupa kulit yang melebar di antara kaki depan dan
belakangnya. Jenis kadal yang memiliki ukuran tubuh paling besar adalah komodo8. Hewan ini
dapat mencapai ukuran panjang sampai 8 meter (10 feet) dan berat 350 kilogram. Komodo
adalah hewan yang berbahaya, dan karenanya Pulau Komodo di NTT merupakan pulau yang
tidak aman untuk ditinggali. Tidak saja kehadiran komodo yang membuat pulau ini berbahaya,
tetapi juga adanya beberapa jenis ular, kalajengking, dan laba-Iaba beracun dalam jumlah
banyak9.

Sedikit lebih kecil daripada ukuran komodo adalah “gila monster”, satu-satunya kadal
beracun dari kawasan gurun Amerika Utara. Hewan ini hidup dari memakan telur burung dan
tikus. Karena kawasan itu tidak menyediakan makanan yang berlimpah, Tuhan memberinya
kemampuan menyimpan lemak pada ekornya. Adapun kadal terkecil adalah tokek yang berasal
dari Pulau Virgin. Variasi bentuk dan warna yang tinggi pada kelompok ular dan kadal tidak
hadir begitu saja tanpa arti. Ini semua merupakan bukti betapa Allah Mahakuasa. Allah
berfirman,

َ ِ‫ض ُم ۡختَلِفًا أَ ۡل ٰ َونُ ۚ ٓۥهُ إِ َّن فِي ٰ َذل‬


١٣ َ‫ك أَل ٓيَ ٗة لِّقَ ۡو ٖم يَ َّذ َّكرُون‬ ‫أۡل‬
ِ ‫َو َما َذ َرأَ لَ ُكمۡ فِي ٱ َ ۡر‬

6
Pranggono, B. 2005. Mukjizat Sains dalam Al-Qur’an: Menggali Inspirasi Ilmiah. Bandung: Ide Islami
7
Campbell, N.A, Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga
8
Campbell, N.A, Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga
9
Campbell, N.A, Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga

4
Dan (Dia juga mengendalikan) apa yang Dia ciptakan untukmu di bumi ini dengan berbagai
jenis dan macam warnanya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang mengambiJ pelajaran (Alquran, Surah an-Naḥl/16: 13)
Hewan yang sangat berbeda bentuknya, namun masih masuk dalam kelompok reptil,
adalah kura-kura atau penyu dan labi-labi. Ada 250 jenis kura-kura yang hidup di bumi, mulai
dari yang hidup di daratan (hutan sampai padang pasir) hingga yang hidup di perairan (laut,
sungai, danau). Hewan ini dilengkapi tempat    berlindung berupa cangkang. Pada beberapa jenis
berat cangkang bahkan dapat mencapai sekitar sepertiga berat badannya. Cangkang berfungsi
melindungi kura-kura dari bahaya. Begitu kura-kura memasukkan kepala dan kakinya ke dalam
cangkang, akan sulit bagi pemangsa untuk mengganggunya. Bentuk kaki kura-kura bervariasi,
bergantung pada tempat hidupnya10. Kura-kura Galapagos memiliki kaki yang kuat untuk
berjalan, sedangkan penyu laut memiliki kaki yang berubah menjadi sirip untuk berenang.

Hubungan antara manusia dengan kura-kura sudah berlangsung agak lama. Pada banyak
masyarakat kura-kura digunakan sebagai simbol kekuatan, keteguhan hati, dan kebijaksanaan.
Manusia pada umumnya menyukai kura-kura, namun hal ini membuat malah mendorong
sebagian orang menangkapinya untuk berbagai keperluan, dan merusak habitatnya sehingga
membuatnya terancam punah. Manusia seharusnya mengapresiasi apa pun ciptaan Allah dengan
selalu mengingat firman-Nya,

٦ ‫ين‬ ٖ َ‫ ّل فِي ِك ٰت‬ٞ ‫ض إِاَّل َعلَى ٱهَّلل ِ ِر ۡزقُهَا َويَ ۡعلَ ُم ُم ۡستَقَ َّرهَا َو ُم ۡست َۡو َد َعهَ ۚا ُك‬
ٖ ِ‫ب ُّمب‬ ‫أۡل‬
ِ ‫۞و َما ِمن دَٓاب َّٖة فِي ٱ َ ۡر‬
َ

Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah
rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis)
dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) (Alquran, Surah Hūd/11: 6)
Dari semua hewan reptil, buaya adalah yang paling ditakuti manusia. Ada 22 jenis buaya
yang dikenal sampai saat ini. Buaya diperkirakan sudah ada di bumi sejak 200 juta tahun lalu.
Buaya, sebagaimana kura-kura, sudah ada pada masa dinosaurus11. Meski tampak kuno dan
primitif, sebenarnya buaya dan kura-kura adalah jenis termaju di antara semua reptil. Dalam hal
sistem peredaran darah, buaya lebih dekat kepada burung daripada kadal12.

Buaya membuat sarang dan dikenal sangat perhatian kepada anak-anaknya. Bila pada
hewan yang lain jenis kelamin calon anak ditentukan oleh kromosom, maka tidak demikian
dengan buaya. Jenis kelamin mereka tidak ditentukan ketika masih dalam bentuk telur. Suhu saat
setengah waktu pengeramanlah yang menentukannya. Pada jenis American alligator, bila suhu
sarang tinggi maka telur akan menetas menjadi anak jantan, dan menjadi anak betina bila suhu
sarang rendah. Berbeda dari jenis ini, jenis crocodile akan menghasilkan anak betina bila suhu
sarang tinggi atau rendah, dan menetaskan anak jantan bila suhunya sedang13.

Kodok dan katak adalah hewan amfibi yang paling dikenal. Kelompok ini biasa dianggap
menjijikan tanpa alasan yang jelas. Katak bertubuh pendek, gempal atau kurus, dengan
punggung agak bungkuk. Katak umumnya berkulit halus, lembap, dengan kaki belakang
panjang, sedangkan kodok atau bangkong berkulit kasar berbintil, kering, dan kaki belakang
10
Campbell, N.A, Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga
11
Campbell, N.A, Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga
12
Purwanto, A. 2008. Ayat-ayat Semesta Sisi-sisi Al-Quran yang Terlupakan. Bandung: Mizan
13
Purwanto, A. 2008. Ayat-ayat Semesta Sisi-sisi Al-Quran yang Terlupakan. Bandung: Mizan

5
seringkali pendek saja, membuatnya kurang pandai melompat jauh. Katak dan kodok bermula
dari telur yang diletakkan di air, di sarang dari busa, di lumut pohon yang basah, atau di tempat
basah lainnya, termasuk di punggung katak jantan. Telur menetas menjadi berudu atau kecebong
yang masih bernafas dengan insang selama hidup di dalam air. Seiring waktu akan tumbuh kaki
belakang pada berudu yang kemudian disusul munculnya kaki depan, dan pada akhirnya
bernafas dengan paru-paru.

Kodok dan katak menyebar luas, terutama di daerah tropis. Jumlah jenis hewan ini makin
berkurang apabila lokasinya makin dingin, seperti di atas gunung atau di daerah dengan empat
musim. Itu karena binatang ini termasuk hewan berdarah dingin dan membutuhkan panas
matahari di lingkungan hidupnya. Hewan ini dapat ditemui hidup mulai dari hutan, padang pasir,
sungai, rawa, sawah, hingga Iingkungan permukiman. la memangsa berbagai jenis serangga, dan
dimangsa oleh ular, kadal, burung, linsang, bahkan oleh manusia. la membela diri secara fisik
dengan  melompat, dan beberapa di antaranya dengan melumuri tubuhnya dengan lendir pekat
yang lengket atau lendir beracun14.

Katak menjadi salah satu mukjizat Nabi Musa saat di Mesir. Setelah Allah membekali
Musa dengan banyak mukjizat, seperti topan, serangan belalang dalam jumlah yang sangat 
banyak yang merusak pertanian, kutu yang mengganggu kehidupan masyarakat Mesir, dan
mengubah air minum mereka menjadi darah, Allah melengkapinya dengan munculnya katak
dalam jumlah sangat besar. Katak tiba-tiba berlompatan begitu saja di makanan penduduk Mesir,
memenuhi rumah dan area mereka beraktivitas. Allah menjelaskan hal ini dalam firman-Nya,

ْ ‫ٱست َۡكبَر‬
ْ ُ‫ُوا َو َكان‬ ٰ َّ َ‫ضفَا ِد َع وٱل َّدم ءا ٰيَت ُّمف‬
َّ ‫ٱلطوفَانَ َو ۡٱل َج َرا َد َو ۡٱلقُ َّم َل َوٱل‬
ُّ ‫فَأ َ ۡر َس ۡلنَا َعلَ ۡي ِه ُم‬
١٣٣ َ‫وا قَ ۡو ٗما ُّم ۡج ِر ِمين‬ ٖ َ ‫صل‬
ۡ َ‫ت ف‬ ٖ َ َ َ

Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan darah (air minum
berubah menjadi darah) sebagai bukti-bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan
diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. (Alquran, Surah al-A‘rāf/7: 133)

Dari kelompok hewan amfibi dan reptil, hanya katak dan ularlah yang disebut dalam Alquran.

Adapun uraian repetil yang sudah di jelaskan diatas menengai hewan reptile yang di kutip
dari Al-quran. berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai klasifikasi dan manfaat dari hewan
yang sudah disebutkan diatas yakni mengenai reptile.

Tubuh reptilia terdiri dari 3 bagian yaitu: kepala, leher, badan dan ekor.

 Pada bagian kepala berbentuk seperti piramid; dan terdapat mulut, 1 pasang mata, dan
telinga luar.
 Pada bagian leher panjang dan berlanjut dengan badan, bagian leher ini hanya ditandai
oleh adanya lekukan saja.
 Pada bagian badan terdapat 2 pasang alat gerak, yaitu bagian anterior dan posterior.
 Pada bagian ekor yang berbentuk silindris, pada kadal panjangnya lebih kurang 2,5 kali
panjang badan ditambah kepala.

14
Purwanto, A. 2008. Ayat-ayat Semesta Sisi-sisi Al-Quran yang Terlupakan. Bandung: Mizan

6
Penutup tubuh

 tubuh ditutupi kulit yang kering, keras, dan bersisik


 pada kura-kura rangkanya mengalami modifikasi menjadi karapaks (perisai punggung
dan plastron (perisai perut) yag tersusun dari protein keratin

Anggota tubuh

 bergerak dengan cara melata


 ular tidak mempunyai tungkai
 buaya, kura-kura dan cicak mempunyai dua pasang tungkai
 tungkai cecak tersusun secara pararel untuk memudahkan menempel dan merambat di
dinding

Perkembangbiakan

 pembuahan terjadi di dalam tubuh (fertilisaasi internal)


 telur yang sudah dibuahi dikeluarkan dari tubuh betina dan berkembang di alam bebas
(ovipar) 
 ada juga telur yang berada di tubuh induknya hingga menetas (ovovivipar)

Kelas reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu

 Rhyncocephalia (contohnya: Tuatara)


 Testudinata / Chelonia (contohnya: Penyu, Kura-kura, dan Bulus)
 Squamata (Contohnya: Serpentes, Lacertilia, dan Amphisbaena)
 Crocodilia (contohnya: Buaya, Aligator, Senyulong, dan Caiman).

Klasifikasi Reptilia terdiri dari 4 sub kelas yaitu:

 Anapsida,
 Parapsida,
 Diapsida, dan
 Sinapsida.

Habitat dan penyebaran

Reptil dapat ditemukan di air dan darat, habitat reptil antara lain sungaisungai besar
maupun kecil, kolam-kolam kecil, kubangan hewan, kayu lapuk, dan akar banir yang
terakumulasi dengan serasah daun. Reptil mempunyai daerah penyebaran yang sangat luas di
dunia, menempati semua benua kecuali Antartika, dapat dijumpai dari laut, sungai, darat, tepi
hutan, dataran rendah sampai pegunungan, namun bukan berarti setiap jenis reptil dapat dijumpai
di semua tempat. Beberapa jenis reptil memiliki daerah penyebaran yang sempit dan terbatas,

7
kadang hanya dijumpai pada tipe habitat spesifik, sehingga jenis-jenis yang mempunyai habitat
spesifik sangat baik digunakan sebagai jenis indikator terjadinya perubahan lingkungan15.
Menjelaskan bahwa penyebaran reptil dipengaruhi olehbeberapa faktor seperti tipe
vegetasi, ketinggian, iklim, batas alam seperti laut, dan habitat mikro. Ketergantungan hidup
reptil terhadap faktor di atas menyebabkan penyebaran reptil terbatas dan spesifik sesuai daya
dukung habitat dan penyesuaian hidup dari jenis itu sendiri. Pola vegetasi dari suatu wilayah
terus berubah seiring berkembangnya zaman. Wilayah yang terdegradasi menyebabkan habitat
dari reptil berkurang.16 menyatakan penyebaran dan keanekaragaman reptil di dunia dipengaruhi
oleh jumlah cahaya matahari, ketinggian dan tipe habitat pada daerah tersebut.
Beberapa jenis reptilia dari sub bangsa Lacertilia sebagian yang berasosiasi dengan lingkungan
manusia di sekitar kebun yang tidak monokultur dan sebagian lagi penghuni hutan sekunder.
Ordo Testudinata dan Crocodylia hampir tidak ada yang hidup berasosiasi dengan manusia.
Sedangkan Sub ordoular paling banyak variasinya17.
Penggolongan reptil berdasarkan tempat yang umum ditemukan adalah:

1. akuatik: kelompok hewan yang sepanjang hidupnya di perairan,


2. Arboreal: kelompok hewan yang sepanjang hidupnya di atas pohon,
3. Terrestrial: kelompok yang sepanjang hidupnya di atas permukaan tanah, dan
4. Fossorial: hewan yang hidup dalam lubang-lubang tanah

Ciri Khas

Reptilia adalah kelompok hewan darat yang sebenarnya karena mereka bernapas dengan
paru-paru sepanjang hidupnya. Sebagai hewan darat yang hidup di lingkungan kering, kulitnya
memiliki lapisan bahan tanduk yang tebal. Lapisan ini mengalami modifikasi menjadi sisik-
sisik. Kulit sedikit sekali mengandung kelenjar kulit. Ada di antaranya yang selain mempunyai
sisik epidermis juga mempunyai sisik dermis,misalnya buaya. Pada anggota Lacertilia
pengelupasan kulit terjadi sedikit demi sedikit, sedangkan pada ular terjadi sekaligus. Reptil
termasuk Tetrapoda sehingga memiliki 4 buah tungkai atau kaki, tetapi adapula di antara
anggota-anggotanya yang tungkainya mereduksi atau menghilang sama sekali.Menghilangnya
tungkai-tungkai itu merupakan ciri sekunder, atau wujud adaptasi terhadap lingkungan. Hewan
reptil berkloaka dengan celah berbentuk transversal atau longitudinal. Sebagai hewan darat
reptiltelah memiliki langit-langit sekunder, dan pada buaya perkembangannya telah sempurna.
Semua reptilbergigi kecuali kura-kura. Perlekatan gigi-gigi itu ada yang acrodont, pleurodont,
thecodont. Pada anggota Lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri
penting untuk klasifikasi. Alat pendengar, ada yang dilengkapi dengan telinga luar dan ada yang
tidak. Mata ada yang berkelopak dan dapat bergerak, ada pula yang kelopaknya tidak dapat
bergerak serta berubah menjadi bangunan transparan18. Reptil jantan memiliki alat kelamin luar
berupa sebuah penis atau satu pasang hemipenis.Embrio memiliki gigi telur untuk merobek
cangkang telur pada waktu menetas. Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur
15
Amri, S., Nurdjali, B., & Siahaan, S. (2015). Keanekaragaman Jenis Reptil Bangsa Squamata di Kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung
Desa Sebatih, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak. Jurnal Hutan Lestari.3(1) , 30– 34
16
Iskandar, D. T., & Erdelen, W. R. (2006). Conservation of Amphibians and Reptiles in Indonesia: Issues and Problems. Journal Amphibians
and Reptile Conservation. 4 (1), 60-87
17
Kurniati, H. (2003). Amfibia dan Reptilia Cagar Alam Gunung Supirio, BiakNumfor: Daerah Korido dan Sekitarnya. Jurnal Berita
Biologi.6(5), 691-497
18
Iskandar, D. T., & Erdelen, W. R. (2006). Conservation of Amphibians and Reptiles in Indonesia: Issues and Problems. Journal Amphibians
and Reptile Conservation. 4 (1), 60-87

8
tengkoraknya. Formulasi ini dikemukakan oleh Osborn tahun 1903,yaitu ditunjukkan dengan
adanya ciri-ciri tengkorak: anapsid, diapsid, synapsid (parapsid). Sekarang klasifikasi reptil
tersebut telah banyak berubah, dan dibagi menjadi 4 ordo: Testudinata,
Rhynchocephalia,Squamata dan Crocodilia. Reptil memiliki sejumlah ciri khusus, misalnya:
tubuh mereka yang tertutupi oleh strukturyang disebut "sisik". Mereka adalah hewan berdarah
dingin, yang berarti mereka tidak dapat menghasilkan panas tubuh sendiri. Itulah sebabnya
mengapa mereka membutuhkan sinarmatahari langsung untuk menghangatkan tubuh. Mereka
berkembang biak dengan carabertelur.

Ciri Umum

Reptilia merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas
dengan paru-paru. Ciri-ciri hewan reptilia adalah seperti berikut :

 Kulit bersisik kering


 Bernafas dengan paru-paru.
 Biasanya bertelur dan telur bercangkang keras.
 Beberapa reptilia mempunyai empat kaki dan beberapa lagi tidak berkaki.
 Berdarah dingin (suhu badan berubah mengikut suhu persekitaran). Karena reptilia
berdarah dingin, maka mereka tidak dapat mengontrol suhu badan mereka. Hewan
reptilia mempunyai kulit yang bersisik yang terdiri dari selaput bertulang atau bergading,
mempunyai kaki yang pendek atau tidak mempunyai kaki langsung. Kebanyakan reptilia
bertelur (oviparous), walaupun beberapa adalah (ovoviviparous), menyimpan telur di
dalam perut induknya sampai menetas. Telur reptilia mempunyai kuning telur berzat dan
kulit telur yang kuat seperti kulit. Telur dieramkan di dalam sarang yang berbentuk
seperti gua atau lubang yang tertutup dedaunan seperti buaya atau ular, maupun dalam
tanah seperti penyu. Reptilia tidak mempunyai tingkat larva, seperti amphibia. Telur
reptilia juga mempunyai kulit yang kuat dan tidak diselaputi gel. Terdapat 5000-6000
spesies reptilia dalam empat ordo dan tiga sub-kelas.

Manfaat untuk manusia

Beberapa jenis ular dan buaya berguna bagi manusia karena:

 Memangsa golongan hewan rodentia dan serangga yang mengganggu (hama).


 Kulitnya bisa dimanfaatkan untuk pembuatan tas, sepatu, ikat pinggang dan hiasan
lainnya.
 Kulit keras dari kura-kura/penyu juga dimanfaatka untuk sisir dan macam hiasan yang
lain (sendok, dsb)
 Daging dan telurnya di negara-negara tertentu dipakai untuk konsumsi makanan manusia.

4. Penutup/Kesimpulan

Integrasi Sains-Islam dalam pembelajaran Biologi dapat dilakukan dengan dua macam
model yakni:

9
(1) Model Integrasi Al-Qur’an sebagai Sumber Inspirasi, yakni meletakkan Al-Qur’an pada
awal pembelajaran sebagai payung pengetahuan atau sumber inspirasi ilmu pengetahuan
atau sumber rujukan utama yang selanjutnya dijelaskan oleh berbagai fenomena dalam sains.

(2) Model Integrasi Al-Qur’an sebagai Sumber Konfirmasi, yakni melakukan analisis
kritis/pembahasan fenomena dalam sains, yang kemudian dikonfirmasikan dengan
Al;Qur’an, dalam arti temuan dalam sains adalah memperjelas apa yang telah dikermukakan
Al-Qur’an.
(3) Kedua model dapat digunakan secara simultan dan bersinergi dalam pembelajaran Biologi
mengenai hewan reptile mulai dari klasifikasi sampai manfaatnya.

Daftar Pustaka

[1] Alhumami, A. 2006. Sains dan Teknologi dalam Islam. Jakarta: Republika
[2] Amri, S., Nurdjali, B., & Siahaan, S. (2015). Keanekaragaman Jenis Reptil Bangsa
Squamata di Kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung Desa Sebatih, Kecamatan
Sengah Temila, Kabupaten Landak. Jurnal Hutan Lestari.3(1) , 30– 34
[3] Biodiversity Vitt, L.J., & Caldwell, J. P. (2014). Herpetologyan Introductory Biology of
Amphibians and Reptiles. Sam Noble Museum and Biology Department. University of
Oklahoma
[4] Campbell, N.A, Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
[5] Campbell, N.A, Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
[6] Campbell, N.A, Jane B. Reece, Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
[7] Iskandar, D. T., & Erdelen, W. R. (2006). Conservation of Amphibians and Reptiles in
Indonesia: Issues and Problems. Journal Amphibians and Reptile Conservation. 4 (1), 60-
87
[8] Kurniati, H. (2003). Amfibia dan Reptilia Cagar Alam Gunung Supirio, BiakNumfor:
Daerah Korido dan Sekitarnya. Jurnal Berita Biologi.6(5), 691-497
[9] Mistar. (2008). Panduan Lapangan Amfibi dan Reptil di Areal Mawas Provinsi
Kalimantan Tengah (Catatan di Hutan Lindung Beratus). Kalimantan Tengah: Yayasan
Penyelamatan Orangutan Borneo.
[10] Pranggono, B. 2005. Mukjizat Sains dalam Al-Qur’an: Menggali Inspirasi Ilmiah.
Bandung: Ide Islami
[11] Purwanto, A. 2008. Ayat-ayat Semesta Sisi-sisi Al-Quran yang Terlupakan. Bandung:
Mizan.

10

Anda mungkin juga menyukai