Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SERRATIA, PSEUDOMONAS DAN PROTEUS

Makalah Dibuat Sebagai Tugas Mata Kuliah Bakteriologi


Semester 3 Prodi Sarjana Terapan Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Disusun oleh :
UMMU ANISATUN KHINAYAH
NIM. P07134218030

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2019
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
atas pimpinan dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang dibuat sebagai tugas mata kuliah
BakteriologiTopik pembahasan dalam makalah ini yaitu serratia,
pseudomonas dan proteus. Ucapan terima kasih kepada dosen yang telah
mengarahkan dan membimbing para mahasiswa dalam penyusunan
makalah ini. Masih banyak kekurangan dalam makalah ini baik dari
penyajian maupun teknis penyusunannya. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini kedepannya. Demikian yang dapat saya
sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat.

Yogyakarta, 04 Desember 2019

Ummu Anisatun Khinayah


P07134218030
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bakteri merupakan organisme bersel-tunggal yang bereproduksi


dengan cara sederhana, yaitu dengan pembelahan biner. Sebagian besar
hidup bebas dan mengandung informasi genetik dan memiliki sistem
biosintetik dan penghasil energi yang penting untuk pertumbuhan dan
reproduksinya. Sejumlah bakteri, bersifat parasit intraseluler obligat contohnya
Chlamydiae dan Rickettsiae.
Dalam beberapa hal bakteri berbeda dari eukariot. Bakteri tidak
memiliki ribosom 80S maupun organel bermembran, seperti nukleus,
mitokondria, lisosom, retikulum endoplasma maupun badan golgi, bakteri tidak
memiliki flagela fibril 9+2 atau struktur silia seperti pada sel eukariot. Bakteri
memiliki ribosom 70S dan kromosom sirkuler tunggal (nukleoid) tanpa sampul
yang disusun oleh asam deoksiribonukleat untai-ganda (DNA) yang
bereplikasi secara amitosis. Jika terjadi pergerakan sering disebabkan adanya
struktur flagela filamen-tunggal. Sejumlah bakteri memiliki mikrofibril eksternal
(pili atau fimbria) yang berfungsi untuk menempel. Mycoplasma tidak memiliki
dinding sel, sedangkan eubakteria lainnya menghasilkan struktur sampul
dengan susunan senyawa kimianya mirip peptidoglikan dinding sel.
Eubakteria yang berdinding sel dan archaebakteria dapat berbentuk kokus
(bola), basil (batang), batang melengkung atau spiral. Struktur kimia sampul
eubakteria sering digunakan untuk membedakannya ke dalam kelompok
bakteri Gram-positif, Gram-negatif, dan “acid-fast” (tahan-asam).
Spesies bakteri didefinisikan secara deskriptif (fenotipik). Setiap
macam
bakteri dianggap sebagai suatu spesies, yang dibentuk dari kumpulan strain
yang memberikan beberapa gambaran sangat berbeda dari strain lain. Suatu
strain merupakan merupakan progeni atau subkultur dari isolat koloni tunggal
dalam kultur murni. Spesies bakteri didefinisikan melalui (1) sifat struktural
dari bentuk, ukuran, cara pergerakan, tahap istirahat, reaksi pewarnaan Gram,
dan pertumbuhan secara makroskopik, (2) sifat nutrisi dan biokimia, produk
akhir dan informasi biokimia lain pada metabolit dan komponen seluler, (3)
sifat fisiologi relatif terhadap oksigen, temperatur, pH, dan respon terhadap zat
antibakteri, (4) sifat ekologi dan (5) komposisi basa DNA, homologi, dan sifat
genetik.
Kumpulan spesies bakteri terdiri dari strain-strain yang saling
berhubungan tetapi berbeda organisme, kadang-kadang disebut sebagai
“cluster”. Dalam setiap kumpulan spesies atau “cluster”, suatu strain dipilih
secara acak untuk menjadi wakil terbaik dari spesies tersebut. Strain ini
disebut biotipe (atau biovar) dari spesies, dan sesudah itu sifatnya digunakan
untuk menggambarkan spesies tersebut. Strain biotipe digunakan sebagai
“strain referensi”, tersedia pada koleksi kultur seperti ”The American Type
Culture Collection” (ATCC), Rockville, Maryland, USA. Strain biotipe tidak
memperlihatkan semua sifat strain dalam kumpulan spesies. Oleh karena itu,
penandaan subspesies, seperti serotipe (serovar), patotipe (patovar),
morfotipe (morfovar), atau tipe faga (fagovar) kadang-kadang digunakan untuk
menunjukan sifat tertentu dari variasi strain. Pada bakteri, tidak adanya kriteria
gabungan definitif untuk penandaan spesies dapat dipahami akibat variasi
pada tingkat dimana kelompok dipisahkan, bergantung pada gambaran
peneliti, sebagai kolektor dan pemisah. Menurut kategori pemisah yang
menandai setiap serotipe (serovar) Salmonella sebagai suatu spesies dengan
nama yang dimilikinya. Di pihak lain, pengumpul menandai serotipe individu
sebagai jumlah tipe dalam spesies tunggal, contohnya, Klebsiella sp. atau
Streptococcus sp.. Begitu pula pada spesies Serratia sp., Pseudomonas sp.
dan Proteus sp.
B. Rumusan Masalah
1. Serratia sp. ?
2. Pseudomonas sp. ?
3. Proteus sp. ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui bakteri Serratia sp.
2. Mengetahui bakteri Pseudomonas sp.
3. Mengetahui bakteri Proteus sp.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Serratia sp.
1. Karakteristik bakteri Serratia sp.
Serratia sp. termasuk bakteri gram negatif, fakultatif anaerob, motil
karena mempunyai flagela peritrik, berbentuk batang, berukuran 0,5-0,8
mikron x 1,0-5,0 mikron, menghasilkan pigmen merah yang sangat
banyak, koloni sangat berlendir, oksidase negatif, mereduksi nitrat, indol
negatif, Vogues- Proskauer positif, Simmon’s sitrat yang positif,
menghasilkan DNase, gelatinase, Lipase, Lecithinase, kitinase dan enzim
esterase, memanfaatkan malonate.
2. Klasifikasi bakteri Serratia sp.
Berikut klasifikasi dari bakteri Serratia sp.:
a. Kingdom : Bacteria
b. Filum : Proteobacteria
c. Kelas : Gammaproteobacteria
d. Ordo : Enterobacteriales
e. Famili : Enterobacteriaceae
f. Genus : Serratia
3. Spesies bakteri Serratia sp.
Perbedaan spesies ini dilakukan berdasarkan uji enzymatic dari setiap
spesies Serratia sp. sebagai berikut:
a. Serratia aquatilis
b. Serratia entomophilia
c. Serratia marcescens
d. Serratia proteamaculans
e. Serratia symbiotoca
4. Pertumbuhan bakteri Serratia sp.
Serratia seperti Enterobacteriaceae lain, tumbuh baik pada media
biasa di bawah kondisi anaerobik dan aerobik. Bakteri ini tumbuh dengan
baik pada media sintetis yang menggunakan berbagai senyawa sebagai
sumber karbon tunggal. Pertumbuhan yang optimum dari semua strain
Serratia pada pH 5-9 dan pada suhu 20-37 C. Pertumbuhan semua
strain Serratia terhambat pada pH <4,5 atau > 45 C. Beberapa strain
dapat tumbuh baik pada pH 5, sementara yang lain pada pH yang sama
membutuhkan masa inkubasi lebih lama untuk menunjukkan
pertumbuhan
Banyak jenis media selektif diferensial yang telah dikembangkan
untuk isolasi dan pengujian pendugaan Serratia. Media selektif tersebut
antara lain: CT agar, DTC agar, dan SMA. CT agar (caprylate thallus
agar) mengandung caprylate sebagai sumber karbon untuk Serratia dan
garam thallous sebagai inhibitor bagi organisme lain. DTC agar
(dioxyribonuclease toluidine blue cephalothin agar) mengandung
sefalotin yang menghambat sebagian besar organisme kecuali
Psuedomonas aeruginosa dan produksi DNase membantu mendeteksi
Serratia. SMA dikembangkan dan berisi sefalotin dan colistin.
Penambahan colistin pada media ini bertujuan untuk menghambat P.
aeruginosa. Dari tiga jenis media di atas, CT agar adalah media selektif
yang terbaik untuk Serratia. Sedangkan DTC adalah media yang paling
sederhana dari tiga jenis media untuk dipersiapkan.
5. Effektivitas bakteri Serratia sp.
Hasil penelitian Balitka manado menunjukkan bahwa penggunaan
Seratia sp. dapat menurunkan populasi telur, larva, pupa dan imago B.
longissima. Aplikasi bakteri Serratia sp. menunjukkan tingkat efektivitas
yang sama dengan penggunaan pestisida sintetik. sehingga dapat
dikatakan bahwa penggunaan bakteri ini bisa menggantikan pestisida
(Setyolaksono, 2011). Percobaan di laboratorium, Serratia sp. dapat
menyebabkan kematian B. longissima sebesar 90%.
B. Pseudomonas sp.
1. Karakteristik bakteri Pseudomonas sp.
Pseudomonas sp. merupakan genus bakteri gram negatif yang
tergolong dalam kelompok Pseudomonadaceae sebanyak 191 spesies.
Biolife Indonesia menyediakan media kultur Biolife untuk mendeteksi
Pseudomonas sp., termasuk Pseudomonas aeruginosa. Sebagian besar
bersifat aerobic dan sebagian anaerobic membentuk biofilm. Kelompok
Pseudomonas yang membentuk biofilm menghasilkan eksopolisakarida
yang membuat bakteri ini dapat menempel pada permukaan dan sulit
dihilangkan dengan prosedur pembersihan biasa. Pseudomonas sp.
termasuk bakteri yang dapat hidup di berbagai lingkungan dikarenakan
bakteri ini mampu menggunakan substrat yang tidak lazim, seperti sabun,
farmasi, lemak dan golongan surfaktan. Oleh sebab itu pengujian bakteri
ini penting untuk indutri makanan dan farmasi. Bakteri ini berbentuk basil
dengan ukuran kurang lebih 0,6-2 mikrometer, terlihat bakteri tunggal,
berpasangan membentuk rantai pendek. Bakteri Pseudomonas sp. tidak
berspora serta mempunyai alat gerak berupa flagel monotrik.
2. Klasifikasi bakteri Pseudomonas sp.
Berikut klasifikasi dari bakteri Pseudomonas sp.:
a. Kingdom : Bacteriae
b. Filum : Proteobacteria
c. Kelas : Gammaproteobacteria
d. Ordo : Pseudomonadales
e. Famili : Pseudomonadaceae
f. Genus : Pseudomonas
3. Spesies bakteri Pseudomonas sp.
Pembagian spesies bakteri Pseudomonas sp. berdasarkan pada
ribosomonal RNA (rRNA) atau homolog DNA. Sebagai berikut:
a. Pseudomonas aeruginosa
b. Pseudomonas flouresen
c. Pseudomonas putida
d. Pseudomonas stutzeri
e. Pseudomonas mendocina
C. Proteus sp.
1. Karakteristik bakteri Proteus sp.
Proteus sp. termasuk dalam famili enterobakteriaceae, bakteri
bentuk batang, gram negatif, tidak berspora, tidak berkapsul, flagel
peritrik, ada yang cocobacilli, polymorph, berpasangan atau membentuk
rantai, kuman ini berukuran 0,4-0,8 x 1.0-0,3 mm. Bakteri proteus sp.
Termasuk dalam bakteri non fruktosa fermenter, bersifat fakultatif aerobe
atau anaerob. Mengeluarkan bau khas dan swarming pada media BAP.
Proteus sp. Menunjukan pertumbuhan yang menyebar pada susu 37ºC.
Proteus sp. membentuk asam dan gas dari glukosa, sifatnya khas antara
lain mengubah fenil alanin menjadi asam fenil alanin pirufat atau PAD
dan menghidrolisa urea dangan cepat karena adanya enzim urase pada
TSIA bersifat alkali asam dengan membentuk H 2S. Proteus sp. disebut
juga bakteri proteolitik karena bakteri ini ini dapat menguraikan dan dapat
memecah protein secara aerob / anaerob sehingga menghasilkan
komponen berbau busuk seperti hidrogen, sulfid, amin, indol, dan asam
lemak. Proteus sp. dapat menghidrolisis urea menjado CO3 dan NH3
serta melepas amoniak.
2. Klasifikasi bakteri Proteus sp.
Berikut klasifikasi dari bakteri Proteus sp.:
a. Kingdom : Bacteria
b. Filum : Proteobacteria
c. Kelas : Gamma Proteobacteria
d. Ordo : Enterobacteriales
e. Famili : Enterobacteriaceae
f. Genus : Proteus
3. Spesies bakteri Proteus sp.
Pembagian spesies bakteri Proteus sp. berdasarkan uji enzimatik dan uji
biokimia. Sebagai berikut:
a. Proteus mirabilis
b. Proteus vulgaris
c. Proteus hauseri
d. Proteus myxofaciens
e. Proteus penneri
4. Pertumbuhan bakteri Proteus sp.
Bakteri jenis Proteus tumbuh mudah pada media biasa tanpa
bahan penghambat, dalam situasi aerob atau semianaerob, pada suhu
10-43°C.
a. Media Mac Conkay Agar (MCA)
Pertumbuhan bakteri Proteus sp. pada media MCA memiliki cirri-ciri
koloni sedang besar, tidak berwarna atau merah muda, non lakatosa,
fermented, smooth, menjalar atau tidak, jika menjalar permukaan
koloni kasar (rought).
b. Media NA
Pertumbuhan bakteri Proteus sp. yang baik pada media NA memiliki
cirri-ciri kolooni kecil, elevasi cembung, smooth, pinggiran rata, dan
berwarna putih keruh.
c. Media BAP (Blood Agar Palte)
Proteus pada media selektif BAP memiliki cirri-ciri koloni sedang,
smooth, keeping, ada yang menjalar dan ada yang tidak menjalar,
bersifat anhaemolytis.
d. Uji Biokimia
Pada ujia biokimia bakteri Proteus sp. mampu memecah urea
dengan cepat, mencairkan gelatin, glukosa dan sukrosa dipecah
menjadi asam dan gas, mannit dan laktosa tidak pecah. Terlihat pada
tes biokimia secara umum.
5. Penularan dan pengobatan bakteri Proteus sp.
Proteus sp. termasuk kuman patogen, menyebabkan infeksi
saluran kemih atau kelainan bernanah seperta abses, infeksi luka.
Proteus sp. Ditemukan sebagai penyebab diare pada anak anak dan
menimbulkan infeksi pada manusia. Penyebaran penyakit oleh Proteus
sp. melalui air sumur yang digunakan penduduk untuk mandi, mencuci,
makan dan minum yang kemungkinan bakteri ini untuk masuk ke tubuh
dan masuk melalui luka yang menyebabkan infeksi pada saluran kemih
serta dapat menyebabkan diare.
Salah satu contoh kasus infeksi Proteus mirabilis sering terjadi
pada pasien di rumah sakit. Infeksi ini biasanya terjadi karena peralatan
media yang tidak steril, seperti catheters, nebulizers (untuk inhalasi), dan
sarung tangan untuk pemeriksaan luka. Infeksi Proteus mirabilis dapat
diobati dengan sebagian besar jenis penisilin atau sefalosporin kecuali
untuk kasus tertentu. Tidak cocok bila digunakan nitrofurantoin atau
tetrasiklin karena dapat meningkatkan resistensi terhadap ampisilin,
trimetoprim, dan siprofloksin. Jika terbentuk batu/kristal, dokter bedah
harus menghilangkan blokade ini dahulu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Serratia sp. termasuk bakteri gram negatif, fakultatif anaerob, motil
karena mempunyai flagela peritrik, berbentuk batang, berukuran 0,5-0,8
mikron x 1,0-5,0 mikron, menghasilkan pigmen merah yang sangat banyak,
koloni sangat berlendir.
Pseudomonas sp. merupakan genus bakteri gram negatif yang
tergolong dalam kelompok Pseudomonadaceae sebanyak 191 spesies.
Biolife Indonesia menyediakan media kultur Biolife untuk mendeteksi
Pseudomonas, termasuk Pseudomonas aeruginosa. Sebagian besar bersifat
aerobic dan sebagian anaerobic membentuk biofilm
Proteus sp. termasuk dalam famili enterobakteriaceae, bakteri bentuk
batang, gram negatif, tidak berspora, tidak berkapsul, flagel peritrik, ada
yang cocobacilli, polymorph, berpasangan atau membentuk rantai, kuman ini
berukuran 0,4-0,8 x 1.0-0,3 mm. Bakteri proteus sp. Termasuk dalam bakteri
non fruktosa fermenter, bersifat fakultatif aerobe atau anaerob.
Mengeluarkan bau khas dan swarming pada media BAP.
DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarto. 2015. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : CV. Sagung


Seto.
2. D.G. Baucias dan J.C. Pendland. 1998. Principles of insect
pathology. Kluwer Academic Publisher. London. 182-183p.
3. Gupte, S,MD. 1990. Mikrobiologi Dasar. Alih Bahasa Julius E,S.
Jakarta : Binarupa Aksara.
4. A. D. Amri, F. Sayuti, “Artikel Penelitian,” vol. 01, no. 3, pp. 305–
315, 2017.
5. J. A. Perioperatif, I. Fuadi, and R. H. Sitanggang, “Artikel
penelitian,” vol. 5, no. 88, pp. 51–56, 2017.

Anda mungkin juga menyukai