Anda di halaman 1dari 12

ATRIAL SEPTAL DEFECT

A. Defenisi
Defek septum atrial atau Atrial Septal Defect (ASD) adalah gangguan septum atau
sekat antara rongga atrium kanan dan kiri. Septum tersebut tidak menutup secara
sempurna dan membuat aliran darah atrium kiri dan kanan bercampur.
ASD adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang memisahkan atrium kanan dan
atrium kiri (bagian atas) (Karson. 2012).
Atrial septal defeck ( ASD ) adalah penyakit jantung bawaan lubang (defek) pada
septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi interatrial
semasa janin, atrial septal defect adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang
memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan kanan).

B. Klasifikasi
Klasifikasi Berdasarkan letak lubang, ASD dibagi dalam tiga tipe :
1. Ostium secundum: merupakan tipe ASD yang tersering. Kerusakan yang terjadi
terletak pada bagian tengah septum atrial dan fossa ovalis. Sekitar 8 dari 10 bayi lahir
dengan ASD ostium secundum. Sekitar setengahnya ASD menutup dengan
sendirinya. Keadaan ini jarang terjadi pada kelainan yang besar. Tipe kerusakan ini
perlu dibedakan dengan patent foramen ovale. Foramen ovale normalnya akan
menutup segera setelah kelahiran, namun pada beberapa orang hal ini tidak terjadi hal
ini disebut paten foramen ovale. ASD merupakan defisiensi septum atrial yang sejati.
2. Ostium primum: kerusakan terjadi pada bagian bawah septum atrial. Biasanya disertai
dengan berbagai kelainan seperti katup atrioventrikuler dan septum ventrikel bagian
atas. Kerusakan primum jarang terjadi dan tidak menutup dengan sendirinya.
3. Sinus venosus. Kerusakan terjadi pada bagian atas septum atrial, didekat vena besar
(vena cava superior) membawa darah miskin oksigen ke atrium kanan. Sering disertai
dengan kelainan aliran balik vena pulmonal, dimana vena pulmonal dapat
berhubungan dengan vena cava superior maupun atrium kanan. Defek sekat primum
dikenal dengan ASD I, Defek sinus Venosus dan defek sekat sekundum dikenal
dengan ASD II.

C. Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang
diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.
Kelainan kromosom misalnya Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Faktor Prenatal
a) Ibu menderita infeksi Rubella
b) Ibu alkoholisme
c) Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d) Ibu menderita IDDM
e) Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetic
a) Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b) Ayah atau ibu menderita PJB
c) Sindroma Down
d) Lahir dengan kelainan bawaan lain

ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Dalam keadaan normal, pada
peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan sehingga
darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir, lubang ini biasanya menutup.
Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan
(shunt), Penyebab dari tidak menutupnya lubang pada septum atrium ini tidak diketahui.

D. Patofisiologi
Pada ASD berhubungan dengan arah dan besarnya pintasan atau shunt darah yang
melewati jalur intraartrial. Faktor utama yang menentukan besarnya pintasan adalah
ukuran defek dan compliance  dari ventrikel.Faktor kedua sangat dipengaruhi oleh
resistensi vaskular dari paru.
Pada orang normal bagian kiri jantung memiliki sistem tekanan yang lebih tinggi dari
bagian kanan. Pada kasus ASD, darah akan mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan,
hal ini disebut dengan ”Left to Right Shunt” atau pintasan kiri ke kanan. Kelebihan darah
ini akan menyebabkan volume darah yang berlebihan baik pada atrium kanan dan
ventrikel kanan. Volume yang berlebihan pada jantung kanan akan menjadikan seluruh
aliran darah menjadi berlebihan, yang menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal,
yang menyebabkan terjadinya kegagalan pada ventrikel kanan. Ketika tekanan pada
atrium kanan meningkat  dan menyamai tekanan di atrium kiri maka perbedaan tekanan
di antara kedua  ruangan itu akan berangsur-angsur hilang, sehingga pintasan kiri ke
kanan akan berhenti. Keadaan ini lama-lama akan membalik tekanan yang melintasi
ASD, akhirnya pintasan akan berbalik menjadi pintasan kanan ke kiri atau yang dikenal
dengan nama Eisenmenger’s Syndrom.

E. Manifestasi Klinis
ASD di awalnya tidak menimbulkan gejala. Saat tanda dan gejala muncul biasanya
murmur akan muncul. Seiring dengan berjalannya waktu ASD besar yang tidak
diperbaiki dapat merusak jantung dan paru dan menyebabkan gagal jantung. Tanda dan
gejala gagal jantung diantaranya:
1. Kelelahan
2. Mudah lelah dalam beraktivitas
3. Napas pendek dan kesulitan bernapas
4. Berkumpulnya darah dan cairan pada paru
5. Berkumpulnya cairan pada bagian bawah tubuh

F. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi :
1. Gagal jantung
2. Penyakit pembuluh darah paru
3. Endokarditis
4. Obstruksi pembuluh darah pulmonal(hipertensi pulmonal)
5. Aritmia
6. Henti jantung

G. Penatalaksanaan Medis
Bila pemeriksaan klinis dan elektrokardiografi sudah dapat memastikan adanya defek
septum atrium, maka penderita dapat diajukan untuk operasi tanpa didahului
pemeriksaan kateterisasi jantung. Bila telah terjadi hipertensi pulmonal dan penyakit
vaskuler paru, serta pada kateterisasi jantung didapatkan tahanan arteri pulmonalis lebih
dari 10U/m²  yang tidak responsif dengan pemberian oksigen 100%, maka penutupan
defek septum atrium merupakan indikasi kontra.
1. Tindakan operasi
Indikasi operasi penutupan ASD adalah bila rasio aliran darah ke paru dan sistemik
lebih dari 1,5. Operasi dilakukan secara elektif pada usia pra sekolah (3–4 tahun) kecuali
bila sebelum usia tersebut sudah timbul gejala gagal jantung kongaestif yang tidak
teratasi secara medikamentosa. Defect atrial ditutup menggunakan patch

2. Tanpa operasi
Lubang ASD dapat ditutup dengan tindakan nonbedah, Amplatzer Septal Occluder
(ASO), yakni memasang alat penyumbat yang dimasukkan melalui pembuluh darah di
lipatan paha. Meski sebagian kasus tak dapat ditangani dengan metode ini dan
memerlukan pembedahan. Amplatzer septal occluder (ASO) adalah alat yang
mengkombinasikan diskus ganda dengan mekanisme pemusatan tersendiri (self-
centering mechanism). Ini adalah alat pertama dan hanya menerima persetujuan klinis
pada anak dan dewasa dengan defek atrium sekundum (DAS) dari the United States
Food and Drug Administration (FDA US). Alat ini telah berhasil untuk menutup defek
septum atrium sekundum, patensi foramen ovale, dan fenestrasi fontanella. 
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
No. Register :
Agama :
masuk :
2. Keluhan Utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter tergantung dari jenis
defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi biasanya terjadi sesak,
pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Anak mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan pembengkakan pada tungkai
tapi biasanya tergantung pada derajat dari defek yang terjadi.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) PrenatalHistory
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi
virus      Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan obat-obatan
serta penyakit DM pada ibu.
2) Intranatal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.Riwayat Neonatus
 Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
 Anak rewel dan kesakitan
 Tumbuh kembang anak terhambat
 Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegali
 Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga yang
meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan.

4. Pola Peran
a. Pola Aktivitas dan latihan
1) Keletihan/kelelahan
2) Dispnea
3) Perubahan tanda vital
4) Perubahan status mental
5) Takipnea
6) Kehilangan tonus otot
b. Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan
1) Riwayat hipertensi
2) Endokarditis
3) Penyakit katup jantung.
c. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Ansietas, khawatir, takut
2) Stress yang b/d penyakit
d. Pola nutrisi dan metabolik
1) Anoreksia
2) Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
e. Pola persepsi dan konsep diri
1) Kelemahan
2) Pening
f. Pola peran dan hubungan dengan sesama
1) Penurunan peran dalam aktivitas sosial dan keluarga

5. Pemeriksaan Fisik
a. TTV (Tanda-tanda vital)
Tekanan Darah (TD)      : Meningkat
Nadi (N)                        : Takikardi
Suhu Tubuh (S)              :  38.7 ˚C
Respirasi (RR)               :  dispnea pada saat istirahat atau pada saat  aktivitas
Pemeriksaan fisik menggunakan Head To Toe
1. Kepala : rambut bersih, tidak ada ketombe, tidak ada tumor, rambut warna hitam
sedikit ada uban, tidak ada nyeri tekan , tidak ada lesi.
2. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
3. Mata : simetris, konjungtiva anemis, fungsi penglihatan sedikit buram
4. Hidung : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada keluhan dan kelainan pada
hidung
5. Telinga : bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu pendengaran
6. Mulut : bibir tampak kering, gigi bersih, tidak ada perdarahan dan pembengkakan
pada gusi
7. Payudara : tidak ada pembengkakan di kelenjar mammae
8. Dada : 
Jantung:
a) Inspeksi           : bentuk asimetris, irama nafas tidak teratur
b) Palpasi             : teraba adanya bising pada ics II atau III kiri
c) Perkusi : suara jantung pekak, suara paru sonor
d) Auskultasi       :bunyi paru vasikuler, terdapat bunyi jantung tambahan
9. Abdomen :
a) Inspeksi           : bentuk simetris, datar
b) Palpasi            : tidak terdapat nyeri tekan abdomen
c) Perkusi            : timpani
d) Auskultasi       : batas normal 5-12x/menit
10. Genetalia : tidak terpasang kateter
11. Ekstremitas :
a) Ekstremitas atas : terpasang infus RL pada tangan kiri, tidak terdapat oedem
b) Ektremitas bawah : tidak terdapat luka, tidak terjadi kelumpuhan, terdapat
oedem pada pergelangan kaki

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Darah lengkap (haemoglobin, hematokrit, eritrosit)
2) Analisa gas darah
3) Cardiac isoenzim (LDH, CK, CK-MB)
4) Faal hemostasis (PTT dan APTT)
b. Radiologi
Rontgen thorak untuk mengetahui gambaran paru dan jantung
c. Elektrokardiografi
Menilai irama, heart rate, gangguan konduksindan perubahan pola.
d. Ekokardiografi
Dari pemeriksaan ini maka akan dapat dilihat adanyan kebocoran aliran darah dari
atrium kiri ke atrium kanan.
e. Transkranial dopler
Pemeriksaan yang lebih sensitif untuk mendeteksi ASD, metode ini dapat melihat
adanya impact serebral pada ASD

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d penurunan TD
2. Intoleransi aktivitas b.d hipoksia
3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen
dan zat nutrisi ke jaringan
4. Gangguan pertukaran gas b.d edema paru
C. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa NOC NIC
O. Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Aktifitas
1. Penurunan  Tanda Vital dalam Cardiac care 1. Evaluasi adanya nyeri
curah jantung rentang normal dada
b.d penurunan (Tekanan darah, 2. Catat adanya disritmia
TD Nadi, respirasi) jantung
 Dapat mentoleransi 3. Catat adanya tanda dan
aktivitas, tidak ada gejala penurunan
kelelahan cardiac putput
 Tidak ada edema 4. Monitor status
paru, perifer, dan pernafasan yang
tidak ada asites menandakan gagal

 Tidak ada jantung

penurunan 5. Monitor balance cairan

kesadaran
2. Intoleransi  Berpartisipasi dalam Activity 1. Kolaborasikan dengan
aktivitas b.d aktivitas fisik tanpa therapy tenaga rehabilitasi
hipoksia disertai peningkatan medic dalam
tekanan darah, nadi, merencanakan program
dan RR tera[I yang tepat
 Mampu melakukan 2. Bantu klien untuk
aktivitas sehari – mengidentifikasi
hari (ADLs) secara aktivitas yang mampu
mandiri dilakukan
 Tanda-tanda vital 3. Bantu untuk
normal mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
4. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
5. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas.
3. Keterlambatan  Anak berfungsi Peningkatan 1. Kaji faktor penyebab
pertumbuhan optimal sesuai perkembanga gangguan
dan tingkatannya n anak dan perkembangan anak
perkembangan  Keluarga dan anak remaja 2. Indentifikasi dan
b.d tidak mampu gunakan sumber
adekuatnya menggunakan pendidikan untuk
suplai oksigen koping terhadap memfasilitasi
dan zat nutrisi tantangan karena perkembangan anak
ke jaringan adanya yang optimal
ketidakmampuan 3. Berikan perawatan
 Keluarga mampu yang konsisten
mendapatkan 4. Tingkatkan komunikasi
sumber-sumber verbal dan stimulsi
sarana komunitas taktil
5. Berikan instruksi
berulang dan sederhana
6. Berikan reinforcement
positif atas hasil yang
dicapai anak
4. Gangguan  Mendemonstrasikan Airway 1. Buka jalan nafas,
pertukaran gas peningkatan management gunakan teknik chin lift
b.d edema paru ventilasi dan atau jaw thrust bila
oksigen yang perlu.
adekuat 2. Posisikan pasien untuk
 Memelihara memaksimalkan
kebersihan paru- ventilasi
paru dan bebas dari 3. Identifikasi pasien
tanda-tanda distress perlunya pemasangan
perrnafasa alat jalan nafas buatan
 Mendemonstrasikan 4. Lakukan fisioterapi
batuk efektif dan dada jika perlu
suara nafas yang 5. Monitor respirasi dan
bersih, tidak ada status O2.
sianosisdan dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips).
 Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal.

DAFTAR PUSTAKA
Faisal, Baraas. 2009. Pengantar Penyakit Jantung pada Anak. Jurnal Kardiologi Indonesia
Vol. XVII No. 2. April – Juni 2009.
Markum. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Sistem Kardiovaskuler
dan Hematologi. Jakarta : Salemba.
Rokhaeni, H dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Ed 1. Jakarta : Bidang
Diklat Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional “Harapan Kita”.

Anda mungkin juga menyukai