Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH INDIVIDU

PERILAKU KEORGANISASIAN

“PENGARUH REVOLUSI INDUSTRI 4.0 TERHADAP BUDAYA DAN DISIPLIN KERJA”

D
I
S
U
S
U
N
O
L
E
H

Suci Wahyuni Putri 1810091510717

Dibimbing Oleh :

AZHARI,S,Sos,M.Si

PRODI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BANGKINANG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami ucapkan atas berkah dan rahmat dari Allah
SWT yang telah memberikan berkat kesehatan dan nikmat berfikir bagi penulis untuk dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “pengaruh revolusi industri 4.0 terhadap budaya
dan disiplin kerja”Makalah ini disusun untuk memberikan atau menambah pengetahuan dan
pemahaman bagi pembacanya.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan untuk memperbaiki dan menambah penulisan dan
kelengkapan isi makalah ini.Ucapan terima kasih juga tak lupa penulis ucapkan kepada
seluruh pihak yang telah membantu saya dalam penulisan makalah ini. Harapan penulis
semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya, teman-teman sependidikan
dan bagi siapapun yang membacanya.

Bangkinang,10 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Revolusi Industri


B. Pengaruh Revolusi Industri 4.0 Terhadap Budaya Dan Disiplin Kerja
C. Skill Yang Dibutuhkan Revolusi Industri 4.0

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Isu berkembangnya revolusi industri 4.0 telah muncul sejak tahun 2009. Seiring
berkembangnya inovasi teknologi, revolusi keempat ini bukan hanya wacana,tetapi telah
terjadi di depan mata. Revolusi industri 4.0 dipandang sebagai sebuah antitesis dari revolusi
industri sebelumnya. Revolusi industri keempat ini diharapkan tidak menimbulkan masalah
seperti revolusi sebelumnya, bahkan seharusnya menyelesaikan masalah yang ditinggalkan.
Seperti masalah pencemaran lingkungan akibat teknologi yang digunakan, oleh karena itu
revolusi industri 4.0 dikenal dengan penggunaan berbagai energi baru terbarukan, serta alat
dan produk yang ramah lingkungan. Serta ada pula isu ketimpangan secara sosial dan
ekonomi yang tidak dapat diselesaikan oleh revolusi industri pertama, kedua, dan ketiga.
Bahkan ada indikasi ketimpangan antara orang miskin dan orang kaya semakin meningkat.
Pembangunan yang makin maju seiring dengan meningkatnya kualitas sumber daya
manusia. Akan tetapi, masalah sosial masih banyak yang mengintai dan terus bertambah.

B.Rumusan Masalah

 Apa itu revolusi industri 4.0?


 Apa pengaruh revolusi industri 4.0 terhadap budaya dan disiplin kerja?
 Apa saja skill yang dibutukan 4.0?
C.Tujuan Penulisan

 Mengetahui apa itu revolusi industri 4.0

 Mengetahui pengaruh revolusi industri 4.0 terhadap budaya dan disiplin kerja?
 Mengetahui skill-skill yang dibutuhkaan 4.0

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Revolusi Industri 4.0

Adalah Prof Klaus Schwab, Ekonom terkenal dunia asal Jerman, Pendiri dan Ketua
Eksekutif World Economic Forum (WEF) yang mengenalkan konsep Revolusi Industri 4.0.
Dalam bukunya yang berjudul “The Fourth Industrial Revolution”, Prof Schawab (2017)
menjelaskan revolusi industri 4.0 telah mengubah hidup dan kerja manusia secara
fundamental. Berbeda dengan revolusi industri sebelumnya, revolusi industri generasi ke-4
ini memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas. Kemajuan teknologi baru
yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis telah mempengaruhi semua disiplin
ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah. Bidang-bidang yang mengalami terobosoan berkat
kemajuan teknologi baru diantaranya (1) robot kecerdasan buatan (artificial intelligence
robotic), (2) teknologi nano, (3) bioteknologi, dan (4) teknologi komputer kuantum, (5)
blockchain (seperti bitcoin), (6) teknologi berbasis internet, dan (7) printer 3D.
Revolusi industri 4.0 merupakan fase keempat dari perjalanan sejarah revolusi
industri yang dimulai pada abad ke -18. Menurut Prof Schwab, dunia mengalami empat
revolusi industri. Revolusi industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap untuk
mendukung mesin produksi, kereta api dan kapal layar. Berbagai peralatan kerja yang
semula bergantung pada tenaga manusia dan hewan kemudian digantikan dengan tenaga
mesin uap. Dampaknya, produksi dapat dilipatgandakan dan didistribusikan ke berbagai
wilayah secara lebih masif. Namun demikian, revolusi industri ini juga menimbulkan dampak
negatif dalam bentuk pengangguran masal.
Ditemukannya enerji listrik dan konsep pembagian tenaga kerja untuk menghasilkan
produksi dalam jumlah besar pada awal abad 19 telah menandai lahirnya revolusi industri
2.0. Enerji listrik mendorong para imuwan untuk menemukan berbagai teknologi lainnya
seperti lampu, mesin telegraf, dan teknologi ban berjalan. Puncaknya, diperoleh efesiensi
produksi hingga 300 persen.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada awal abad
20 telah melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang dikendalikan secara
otomatis. Mesin industri tidak lagi dikendalikan oleh tenaga manusia tetapi menggunakan
Programmable Logic Controller (PLC) atau sistem otomatisasi berbasis komputer.
Dampaknya, biaya produksi menjadi semakin murah. Teknologi informasi juga semakin maju
diantaranya teknologi kamera yang terintegrasi dengan mobile phone dan semakin
berkembangnya industri kreatif di dunia musik dengan ditemukannya musik digital.
Revolusi industri mengalami puncaknya saat ini dengan lahirnya teknologi digital
yang berdampak masif terhadap hidup manusia di seluruh dunia. Revolusi industri terkini
atau generasi keempat mendorong sistem otomatisasi di dalam semua proses aktivitas.
Teknologi internet yang semakin masif tidak hanya menghubungkan jutaan manusia di
seluruh dunia tetapi juga telah menjadi basis bagi transaksi perdagangan dan transportasi
secara online. Munculnya bisnis transportasi online seperti Gojek, Uber dan Grab
menunjukkan integrasi aktivitas manusia dengan teknologi informasi dan ekonomi menjadi
semakin meningkat. Berkembangnya teknologi autonomous vehicle (mobil tanpa supir),
drone, aplikasi media sosial, bioteknologi dan nanoteknologi semakin menegaskan bahwa
dunia dan kehidupan manusia telah berubah secara fundamental.

B. Pengaruh Revolusi Industri 4.0 Terhadap Budaya Dan Disiplin Kerja

Perubahan kebudayaan akibat penetrasi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk


memenuhi kebutuhan manusia merupakan dampak dari revolusi industri. Menurut
pendapat Selo Soemardjan (tokoh pendidikan dan sosiolog) “Kebudayaan adalah semua
perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan yang dapat mempengaruhi suatu
sistem sosial, sikap, nilai-nilai, maupun pola yang ada diantara kelompok dalam
masyarakat”. Perkembangan dunia digital saat ini sudah mencapai segala aspek dari segi
bisnis, politik, ekonomi, budaya, hiburan, transportasi, dan lain sebagainya. Dari segi budaya
saat ini di berbagai Negara telah mengembangkan budaya digital (digital culture), yang
dimana fleksibilitas memungkinkan membawa pengaruh pada industri media dan pengguna.

Revolusi industri 4.0 membuat perkembangan teknologi informasi sangat luas dalam
kehidupan masyarakat. Aktivitas keseharian, aktivitas profesional dan aktivitas ilmu
pengetahuan tidak terpisah jauh dari kemudahan teknologi. Hal ini menyebabkan waktu dan
biaya yang lebih efesien. Teknologi internet dan kepiawaian dalam menggunakan algoritma
menyebabkan konektivitas semakin mungkin terjadi dan menghubungkan manusia dengan
segala aktivitas di seluruh dunia.

Revlousi industri 4.0 memberikan peluang besar bagi perkembangan umat manusia.
Munculnya berbagai peran baru, sebagai peran perantara, seperti penyedia jasa sistem
online, penyedia jasa e-marketing, penyedia jasa pembuat bank data dan lainnya, menjadi
peran baru yang juga membuak terciptanya pekerjaan baru. Gojek, Lazada, Bukalapak, dan
banyak brand lainnya, merupakan bentuk lapangan pekerjaan baru, profesi baru, sekaligus
aktivitas baru bagi masyarakat di era revolusi industri saat ini. Masyarakatakan menemukan
berbagai kemudahan dalam berhubungan sosial, bertransaksi bisnis, menjalankan hobi, dan
lainnya lewat berbagai bentuk aplikasi. Internet dan informasi teknologi menjadi tools yang
memudahkan pemenuhan kebutuhan manusia di era ini.

Pendidikan 4.0 sebagai respons atas kehadiran revolusi industri 4.0 sudah semestinya
diperkuat dalam setiap pengembangan dan pembangunan kapasitas diri.

Ciri dari pendidikan 4.0 adalah

 Kreatif
 Kritis
 Komunikatif
 Kolaboratif

yang kemudian lebih dikenal dengan 4K. Budaya kerja bermutu perlu dibangun dengan 4K.
Oleh sebab itu, setiap kita sebagai pelaku sejarah dan perubahan di lembaga manapun,
termasuk lembaga pendidikan sudah semestinya menjadikan 4K sebagai kerangka bekerja,
dasar berpijak dalam merancang program kerja, mengeksekusi program kerja, dan begitu
seterusnya.

Masa depan sebuah lembaga, untuk itu, ditentukan dari bagaimana budaya kerja dibentuk,
dijadikan pijakan dalam mengemban amanah dan tanggung jawab, dan begitu seterusnya.
Ketika 4K menjadi bagian tidak terpisahkan dari lembaga dan berimplikasi terhadap
efektivitas kinerja lembaga, ini akan memberikan efek perubahan bagi pembangunan
lembaga.

Setiap mereka yang menjiwai 4K, dengan sendirinya, akan menjadi pelaku-pelaku
perubahan yang bernalar kritis untuk membaca dan menjawab persoalan secara kritis;
Berpandangan kreatif sebab apa yang dilakukan selalu berpedoman kepada inovasi untuk
menjadi lebih baik; Berkarangka komunikatif dimana mampu mengkomunikasikan setiap
gagasannya secara publik, dan yang terpenting adalah kerja sama menjadi hal pokok dalam
menyukseskan program yang dikerjakan.

Oleh sebab, budaya kerja bermutu di 4.0 menjadi kata kunci untuk melakukan banyak
perubahan dan memberikan efek perubahan untuk semua. Peradaban sebuah bangsa,
dengan demikian, hanya dapat diperoleh ketika budaya kerja bermutu untuk kepentingan
bersama dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan komitmen tinggi.

Fasilitas kantor yang lengkap dan nyaman juga mempengaruhi budaya kerja karyawan.
Kebanyakan perusahaan startup tersebut menyediakan tempat bersantai, bermain dan
kantin gratis. Dekorasi kantor sangat mendukung kreativitas karyawannya. Cara berpakaian
juga membedakan budaya kerja, biasanya dalam bekerja dalam berpakaian kerja sudah
diatur dengan mengenakan kemeja, berbeda dengan perusahaan startup yang
membebaskan karyawannya dalam berpakaian.
Mereka yang menjadi juara dalam kompetisi adalah sekelompok manusia yang secara
berkelanjutan mengikuti perkembangan dan dinamika dunia sehingga kemampuan
membaca peluang dan kesempatan menjadi niscaya untuk dilakukan. Merancang dan
membangun ruang pendidikan dinamis untuk menjawab tantangan hidup di masa depan
adalah dengan menciptakan budaya kerja bermutu.

Disiplin kerja merupakan suatu proses perkembangan konstruktif bagi pegawai yang
berkepentingan karena disiplin kerja ditunjukan pada tindakan bukan orangnya (Bintoro dan
Daryanto 2017:95). Seorang karyawan dapat dikatakan disiplin apabila telah mematuhi
peraturan yang ada dan tidak melanggar norma-norma sosial yang berlaku. Pada era
revolusi industri 4.0 disiplin kerja tidak lagi memperhatikan jam masuk dan jam pulang
karyawan, melainkan performance seorang karyawan yang menentukan jam kerja.

Etika dan tata krama dimiliki manusia dan tidak dimiliki teknologi. Prinsip-prinsip disiplin
kerja akan berubah sebagai contoh dengan semakin canggihnya teknologi, karyawan tidak
perlu hadir di tempat kerja tepat waktu. Prinsip-prinsip disiplin kerja yang masih bisa
dilakukan karyawan adalah bekerja sesuai dengan prosedur, mematuhi dan taat kepada
saran atasan, menggunakan peralatan kerja dengan efektif dan efisien, dan tidak
menunjukkan sikap malas bekerja. Di era revolusi industri 4.0 membutuhkan tenaga kerja
yang kreatif, kritis, komunikatif, dan kolaboratif. Hal itu dapat menjadi dasar dalam
merancang program kerja dan menyelesaikan program kerja.

Hal ini berarti akan ada banyak jenis pekerjaan yang hilang dan tergantikan oleh fungsi robot
atau artificial intelligence. Para tenaga kerja manusia pun tidak menutup kemungkinan akan
menghadapi jenis pekerjaan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, sehingga
revolusi ini mau tak mau menuntut kita untuk terus mengembangkan skill yang sekiranya
dapat bermanfaat serta mumpuni di masa depan. Kesimpulannya budaya dan disiplin kerja
dapat berubah dengan adanya perkembangan teknologi dan internet pada era revolusi
industri 4.0, maka untuk menghadapi disruption ini, kita sebagai generasi millenial mampu
meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan kerja sama tim dalam menghadapi
perubahan teknologi.

C.Skill Yang Dibutuhkan Revolusi Industri 4.0

Lantas, apa saja skill yang dibutuhkan untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Sehingga Era revolusi industri 4.0 ini, bukan hanya pengetahuan teknologi yang harus
dibekali, tetapi juga pengetahuan tentang manusia itu sendiri.Menurut Hermawan
Kartajaya, dalam bukunya Citizen 4.0, mengungkapkan bahwa manusia di era 4.0 memiliki
empat passion. Passion merupakan perasaan yang sangat kuat pada diri seseorang. Dan
passion yang dimiliki di era 4.0 yakni:

1.passion for knowledge. Di era ini tiap-tiap orang berupaya untuk memiliki pengetahuan
atau keahlian. Mereka punya keinginan belajar yang sangat besar, dan internet serta
konektivitas membantu mewujudkan keinginan mereka tersebut.
2.passion for business. Manusia pada era ini lebih terdorong untuk menjadi mandiri dan
tidak mau menjadi beban orang lain secara finansial. Mereka akan menjadikan ketrampilan
mereka sebagai ruang untuk mendapatkan pendapatan finansial. Mereka menggunakan
inovasi hingga memperhatikan sisi kemanusiaan dalam berbisnis (humane
entrepreneurship).

3.passion for service. Manusia pada era ini berusaha untuk selalu memuaskan orang-orang
disekitarnya. Konektivitas menjadi faktor penting dalam menjalankan passion ini. Mereka
memahami bahwa dengan membantu orang lain, mampu membantu diri sendiri untuk
mencapai potensi diri secara optimal.

4.passion for people. Manusia pada era ini menyadari bahwa dirinya tidak dapat
menyelesaikan masalah oleh dirinya sendiri. Untuk dengan memiliki hubungan antar
manusia akan membantu mereka dalam mengidentifikasi masalah dan mencari solusi
terhadap masalah tersebut.

Dengan demikian kita harus memahami betul bagaimana era revolusi industri 4.0 ini dan
kompetensi seperti apa yang harus dimiliki dalam membangun sebuah bangsa yang siap
dengan berbagai perubahan namun juga karakter sebuah bangsa tidak akan hilang karena
perubahan. Oleh karenan itu, kompetensi apa yang harus dipersiapkan dalam menghadapi
era revolusi industri 4.0 dan mampu menjadi sumber daya manusia unggul yang mampu
bersaing yakni sebagai berikut :

1. Communication Skill

Ada banyak pekerjaan yang terintegrasi dengan teknologi, karena itulah harus ada
keterampilan dan kemampuan di bidang teknologi. Semua dimulai dari bangku sekolah serta
ketersediaan internet buat semau kalangan. Ini akan mendorong masyarakat tidak awam
lagi dengan pekerjaan aneh di masa depan. Sehingga tidak shock batin saat disrupsi terjadi.
Kemampuan atau keterampilan dalam komunikasi juga penting adanya serta perlu
ditingkatkan setiap waktu untuk digunakan dalam membangun suatu hubungan atau relasi
dengan orang-orang sekitar anda karena era revolusi industry 4.0 setiap orang dituntut
untuk berkolaborasi bukan hanya dengan bangsa sendiri tetapi juga dengan bangsa asing.
Sehingga termasuk didalamnya adalah kemampuan berbahasa asing karena kemampuan ini
penting dikuasai agar dapat berkomunikasi pada tingkat global.

2. Literasi Teknologi Informasi

Mengubah sistem pendidikan ke arah modern, artinya ada hubungan dunia sekolah dengan
dunia industri. Semua itu melalui program link and match kedua lini tersebut, mulai dari
kurikulum berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, dan Mathematics),
praktik hingga proses adaptasi dengan dunia kerja. Guru selaku kuasa di sekolah diberikan
pelatihan dan sarana dalam mendukung prosesnya ke arah teknologi. Jadi para guru sangat
melek di bidang teknologi dan bisa melihat potensi anak didiknya di masa depan sesuai
bidang industri yang ia gemari. Dalam era revolusi ini, pendidikan yang sangat diperlukan
adalah pendidikan yang dapat membentuk generasi kreatif, inovatif dan kompetitif. Hal ini
bisa dicapai dengan cara pengoptimalan penggunaan teknologi sebagai alat bantu dalam
sarana pembelajaran. Hal itu sangat berguna untuk menghadapi perkembangan teknologi
dan perkembangan ilmu pengetahuan yang selalu berkembang cepat.

3. Kepemimpinan

Kemampuan untuk mengatur atau leadership bagi peserta didik atau mahasiswa, hal ini
dapat dikembangkan saat mereka mengikuti organisasi ataupun ekstrakulikuler. Tren
pengembangan kepemimpinan tidak hanya cukup belajar dan paham konsep kepemimpinan
namun harus juga menguasai berbagai teknik atau tools soft-skill yang relevan, disesuaikan
dengan posisi, situasi dan tantangan yang dihadapi termasuk kini tantangan era revolusi
industry 4.0. Setiap orang memiliki potensi kepemimpinan dalam dirinya (Born), namun
untuk menghadapi konteks dan tantangan di era revolusi industry 4.0 yang kompetitif perlu
adanya pengembangan kepemimpinan (Made), artinya kebutuhan dan kemauan belajar
harus datang dari dalam diri seseorang (horizontal) dan setiap pemimpin maupun diatasnya
lagi akuntable terhadap program kepemimpinan (vertikal). Pemahaman kepimpinan dimasa
lalu sudah tidak memadai lagi, perlu peningkatan kapabilitas yang lebih tinggi. Era revolusi
industri 4.0, pengaruh global, makro dan mikro situasi, membuat bisnis semakin complex,
semakin sulit diprediksi dan berubah dengan cepat. Untuk mensiasati tantangan ini
diperlukan visi yang kuat sesuai dengan konteks, penguasaan kekuatan informasi agar
memiliki pemahaman tinggi terhadap situasi. Perjelas dengan penggunaan model, frame
work, simplifikasi dan kreatif dan inovatif dalam mencari taktik solusi terbaik sehingga gesit
dan adaptif terhadap perubahan.

4. Critical Thinking

Kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan melalui kebiasaan membaca dan berdiskusi
secara intensif. Kurikulum harus fleksibel untuk mengakomodasikan ragam minat, bakat,
dan waktu yang dipunyai peserta didik dengan Demand-driven (didorong bersama antara
lembaga/satuan pendidikan dengan dunia kerja) diharapkan mampu mengakomodasi
peserta didik berfikir kritis terkait ilmu pengetahuan dan dunia kerja yang semakin
berkembang. Critical thinking atau kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk
berpikir masuk akal, kognitif dan membentuk strategi yang akan meningkatkan
kemungkinan hasil yang diharapkan. Berpikir kritis juga bisa disebut berpikir dengan tujuan
yang jelas, beralasan, dan berorientasi pada sasaran. Sehingga kemampuan ini akan sangat
membantu di era revolusi industry 4.0 yang menuntut efisiensi dan efektivitas dalam semua
hal.

5. Emotional Intelligence atau kecerdasan emosi.


Dalam hal ini, termasuk pula kemampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, serta
memanfaatkan emosi. Kecerdasan emosi atau dalam hal ini bisa disebut Complex problem
solving disini merupakan kemampuan penyelesaian masalah kompleks dengan dimulai dari
melakukan identifikasi, menentukan elemen utama masalah, melihat berbagai kemungkinan
sebagai solusi, melakukan aksi/tindakan untuk menyelesaikan masalah, serta mencari
pelajaran untuk dipelajari dalam rangka penyelesaian masalah. Hal ini sangat dibutuhkan
dalam era revolusi industry 4.0 yang sangat kompetitif, dimana membutuhkan ketekunan
dan kesabaran dalam mampu bersaing dengan kompetitor lainnya.

6. Kreativitas.

Kemampuan untuk menemukan sesuatu yang unik dan out of the box. Menciptakan inovasi-
inovasi baru atau mengembangkan yang sudah ada karena daya kreativitas yang belum bisa
digantikan oleh mesin. Oleh karena itu, generasi milenial harus kreatif dalam segala aspek
kehidupan agar tidak tertinggal oleh kemajuan saat ini. Creativity atau kreatifitas adalah
kemampuan dan kemauan untuk terus berinovasi, menemukan sesuatu yang unik serta
bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Creativity disini dapat juga diartikan
mengembangkan sesuatu hal yang sudah ada sehingga dapat menjadi lebih baik. Sehingga
kreativitas ini sangat penting di era revolusi industry 4.0 karena banyak jenis pekerjaan yang
hilang dan tergantikan oleh fungsi robot atau artificial intelligence, hal ini menuntut
manusia pada era itu untuk mampu memanfaatkan setiap kesemapatan.

KESIMPULAN
Revolusi industri 4.0 dapat disebut sebagai era kompetisi yang menuntut kecakapan
hidup sehingga kita mampu secara mudah menyesuaikan dengan kepentingan dan
kebutuhan zaman. Untuk itu, siapa yang selalu berpikir kerdil dan jauh dari pandangan
maju, maka mereka harus siap untuk tersingkir dan disingkirkan.

Siapapun yang kemudian merasa paling hebat dan tidak mau belajar kepada yang lain akan
dipastikan terjungkal di gelanggang kompetisi sebab mereka berpandangan bahwa
pengetahuan, pengalaman hidup dan lain seterusnya dianggap sudah mencukup dan cukup.
Berhenti untuk belajar dan merasa paling hebat di antara yang lain justru adalah sebuah
bencana sebab di sinilah kehancuran karir atau kehilangan banyak kesempatan muncul.

Berhenti untuk membangun hubungan baik dengan yang lain sebetulnya menjadi pintu bagi
hilangnya peluang kerja sama dalam konteks maksimalisasi fungsi otak secara konkret.
Hidup di era revolusi industri 4.0 dapat dianalogikan seperti membangun jejaring laba-laba.
Semakin banyak jejaring laba-laba yang dibuat, ini akan menghasilkan kemampuan dan
kecakapan hidup di antara sesama sehingga akan mampu menghasilkan kerja dan kinerja
yang jauh lebih baik daripada bekerja sendiri.

Jejaring laba-laba dalam konteks penguatan kapasitas diri di era 4.0 perlu dipahami sebagai
kerangka untuk menebar energi, peluang, kesempatan, semangat bekerja lebih baik, dan
begitu seterusnya sehingga jejaring laba-laba dalam konteks yang lebih fungsional
sesungguhnya bermuara kepada keberhasilan yang dibangun di atas fondasi kerja bersama,
kerja dengan energi dan pikiran positif, kerja dengan kekuatan kolektif dari pelbagai banyak
individu yang tergabung dalam satu kelompok tim kerja.

Oleh sebab itu, terjemahan praktis dari revolusi industri 4.0 adalah semua manusia dengan
pelbagai kebutuhan, kepentingan, disiplin hidup dan ilmu, dan begitu seterusnya perlu
secara bersama-sama saling mem(ber)bagi pengalaman hidup untuk dapat menyelesaikan
persoalan manusia dan bangsa secara bersama-sama. Era 4.0 perlu diterjemahkan sebagai
ajakan moral dan kemanusiaan agar seluruh manusia mampu berpikir kolektif dan bekerja
kolektif demi kepentingan yang lebih besar.

DAFTAR ISI

https://www.kompasiana.com/amp/baba122/5c8274e6677ffb0cdc34be05/pengaruh-
revolusi-industri-4-0-terhadap-budaya-dan-disiplin-kerja

https://www.nusabali.com/berita/28807/dampak-kebudayaan-indonesia-dalam-revolusi-
industri-40

https://amp.ayobandung.com/read/2019/03/17/47271/kaum-milenial-dobrak-budaya-
industri-40

https://www.researchgate.net/publication/333825896_Dampak_Revolusi_40_Terhadap_Ke
lestarian_Budaya_Indonesia

https://eeduki.com/2019/05/26/viral-strategi-untuk-menjawab-tantangan-sosial-budaya-di-
era-revolusi-industri-4-0/amp/

Anda mungkin juga menyukai