Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI

SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLIDA

“SEDIAAN GEL”

Disusun oleh:

Mina Audina (31113030)

Ms. Rochmatin Solihati (31113031)

Nadhya Dwi Yanti (31113032)

Nikken Nurul Ramadhani (31113033)

Nova Mardiana (31113034)

Novia Hergiani (31113035)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di dunia
farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang
muncul. Perkembangan pengobatan pun harus terus dikembangkan. Berbagai macam bentuk
sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan
industri.
Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang
bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk dikonsumsi oleh
masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim,
salep, gel, pasta dan suppositoria yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan
semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah dipakai, mudah pada pengabsorbsiannya.
Juga untuk memberikan perlindungan pengobatan terhadap kulit.
Berbagai macam bentuk sediaan semisolid memiliki kekurangan, salah satu
diantaranya yaitu mudah ditumbuhi mikroba. Untuk meminimalisasi kekurangan tersebut,
para ahli farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat.
Dengan demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk
meminimalisasi kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan
formulasi dengan benar dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang
digunakan dan dikombinasikan dengan baik dan benar.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah
1. Mahasiswa mampu mengetahui rancangan formula dalam pembuatan gel piroksikam.
2. Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan sediaan gel piroksikam.
3. Mahasiswa mampu memahami evaluasi pada sediaan gel piroksikam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang  besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel
kadang – kadang disebut jeli. Jika massa gel terdiri dari jaringan kecil yang terpisah, gel
digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium Hidroksida). Dalam sistem
dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang
dinyatakan sebagai magma (misalnya Magma Bentonit). Baik gel maupun magma dapat
berupa tiksotropik, membentuk semi padat jika dibiarkan dan akan menjadi cair pada
pengocokan, gel fase tunggal dapat dibuat dari makro molekul sintetik (misalnya Karbomer)
atau dari gom alam (misalnya Tragakan). Sediaan tragakan disebut juga mucilago. Gel dapat
digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau dimasukan ke dalam lubang tubuh.
Ada 2 macam basis gel yaitu gel hidrofobik dan gel hidrofilik :
1.    Gel hidrofobik (oleogel) adalah sediaan dengan basis yang biasanya mengadung parafin
cair dengan polietilen atau minyak lemak membentuk gel dan silika koloidal atau aluminium
atau sabung seng.
2.    Gel hidrofilik (hidrogel) adalah sediaan dengan basis yang biasanya mengandung air,
gliserol atau propilen glikol membentuk gel dengan gelling agent (pembentuk gel) yang
sesuai seperti tragakan, pati, derivat selulosa, polimer karboksivinil, dan magnesium-
aluminium silikat.
Sifat / Karakteristik Gel (Lachman, 496 – 499):
Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan
tidak bereaksi dengan komponen lain. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat
memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika
sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol,
pemerasan tube, atau selama penggunaan topikal. Karakteristik gel harus disesuaikan
dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.
  Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar
dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan). Gel dapat terbentuk
melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi satelah pemanasan
hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang
dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan
tersebut akan membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang
disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.
Gel merupakan sistem semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan
(Departemen Kesehatan RI, 1995). Gel pada umumnya memiliki karakteristik yaitu
strukturnya yang kaku. Gel dapat berupa sediaan yang jernih atau buram, polar, atau non
polar, dan hidroalkoholik tergantung konstituennya. Gel biasanya terdiri dari gom alami
(tragacanth, guar, atau xanthan), bahan semisintetis (misal : methylcellulose,
carboxymethylcellulose, atau hydroxyethylcellulose), bahan sintetis (misal : carbomer),
atau clay (misal : silikat). Viskositas gel pada umumnya sebanding dengan jumlah dan
berat molekul bahan pengental yang ditambahkan.
Gel dapat dikelompokkan menjadi : lipophilic gels dan hydrophilic gels. Lipophilic
gels(oleogel) merupakan gel dengan basis yang terdiri dari parafin cair, polietilen atau
minyak lemak yang ditambah dengan silika koloid atau sabun-sabun aluminium atau
seng. Sedangkan hydrophylic gels, basisnya terbuat dari air, gliserol atau propilen glikol,
yang ditambah gelling agent seperti amilum, turunan selulosa, carbomer dan magnesium-
aluminum silikat (Gaur et al, 2008).
Berdasarkan sifat pelarut terdiri dari hidrogel, organogel, dan xerogel. Hydrogel
(sering disebut juga aquagel)merupakan bentuk jaringan tiga dimensi dari rantai polimer
hidrofilik yang tidak larut dalam air tapi dapat mengembang di dalam air. Karena sifat
hidrofil dari rantai polimer, hidrogel dapat menahan air dalam jumlah banyak di dalam
struktur gelnya (superabsorbent)Organogel merupakan bahan padatan non kristalin dan
thermoplastic yang terdapat dalam fase cairan organic yang tertahan dalam jaringan
cross-linked tiga dimensi. Cairan dapat berupa pelarut organic, minyak mineral, atau
minyak sayur.
Xerogel berbentuk gel padat yang dikeringkan dengan cara penyusutan. Xerogel
biasanya mempertahankan porositas yang tinggi (25%),luas permukaan yang besar (150-
900 m/g), dan ukuran porinya kecil (1-10 nm). Saat pelarutnya dihilangkan di bawah
kondisi superkritikal, jaringannya tidak menyusut dan porous, dan terbentuk aerogel.
Gelling agent bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Gom alam dan polimer berfungsi
dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan partikel. Pada saat dikempa, partikel
cenderung beraglomerasi. Bahan sangat larut seperti gula, mengikat partikel bersama
dengan membentuk jembatan kristal. Pengikat untuk proses granulasi basah biasanya
dilarutka dalam air atau suatu pelarut biasanya berupa alkohol dan larutan pengikat
digunakan untuk membentuk masa basah/granul. Dalam pengikatan partikel bersama
yang berperan adalah ikatan van der walls dan ikatan hidrogen. Contoh : mikrokristalin
selulosa, gom arab.
Penggunaan gelling agent dengan konsentrasi yang tinggi mengakibatkan viskositas
dari gel meningkat pula sehingga bisa mengakibatkan gel akan sulit dikeluarkan dari
wadahnya. Temperature yang tinggi pada saat penyimpanan akan mengakibatkan
konsistensi dari basis berubah, misalnya pada hydrogel yang sebagian besar solvennya
berupa air maka temperature yang tinggi akan mengakibatkan sebagian dari solvennya
akan menguap sehingga akan mengakibatkan perubahan pada struktur gel.Basis gel
sebagian besar berupa polimer – polimer. Gel merupakan crosslinked system dimana
aliran tidak akan terjadi apabila berada dalam keadaan steady state. Sebagian besar bahan
merupakn liquid tetapi gel memiliki sifat seperti padatan karena adanya ikatan 3 dimensi
didalam larutan. Ikatan ini mengakibatkan adanya sifat swelling dan elastic. Untuk
melihat kerusakan dari struktur gel dapat dilihat dari kekakuan/rigidness dari gel tersebut.
Temperature tinggi dapat mengakibatkan kekakuan dari gel meningkat oleh karena itu
proses penyimpanan dari sediaan bentuk gel harus diperhatikan.

B. Uraian Bahan
a. Uraian Zat aktif
1. Piroksikam (Farmakope Indonesia edisi IV halaman 683, Martindale edisi 35 halaman
102) λ : 230 nm (British Pharmacope hal 1645)
Rumus molekul : C15H13N3O4S.
Berat Molekul : 331,35.
Pemerian : Serbuk, hampir putih atau coklat terang atau kuning terang;
tidak berbau. Bentuk monohidrat berwarna kuning.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam asam-asam encer dan
sebagian besar pelarut organik; sukar larut dalam etanol dan
dalam larutan alkali mengandung air.
Stabilitas : Kurang dari 300 C.
Dosis : 0,5-1%.
Khasiat : Analgetik-antipiretik, antiinflamasi.
Indikasi :Rasa nyeri, inflamasi dan kekakuan pada rematoit arthritis,
osteoarthritis.
Efek Samping : Gangguan kulit, sindrom nefrotik dan nefritis interstisial.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

b. Uraian Zat Tambahan


1. TEA (HPE, 754) (FI IV, 1203)
BM : 101,19
Struktur : C6H15NO3 149.19
Pemerian : Serbuk halus, putih, sedikit berbau khas, higroskopis
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanoldengan eter dan
dengan air dingin
Inkompabilitas: Trietanolamina akan bereaksi dengan asam mineral untuk membentuk
kristal garam dan ester. Dengan asam lemak lebih tinggi,
trietanolamina membentuk garam yang larut dalam air dan memiliki
karakteristik sabun. Trietanolamina juga akan bereaksi dengan
tembaga untuk membentuk garam kompleks. Trietanolamina dapat
bereaksi dengan reagen seperti tionil klorida untuk menggantikan
gugus hidroksi dengan halogen. Produk dari reaksi-reaksi ini sangat
beracun, menyerupai mustard nitrogen lainnya.
Titik didih : 335°C
Titik lebur : 208°C
Fungsi : Alkalizing Agent
Konsentrasi : 2-4%
Alasan : TEA merupakan alkalizing agent, diaman dapat membantu kelarutan
dari bahan aktif (Piroksikam) dan meningkatkan pH dari Gelling agent
(Carbopol). Tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mudah
mengalami hidrolisis dan oksidasi (Piroksikam mudah mengalami
oksidasi)

2. Karbopol (HPE, 111)


Pemerian : Serbuk halus, putih, sedikit berbau khas, higroskopis
Kelarutan : Setelah netralisasi dengan alkali hidroksida, atau amina larut dalam
air, dalam etanol, dan dalam gliserol
Fungsi : Gelling Base
Konsentrasi : 0,5- 2%
pH : 2,5 – 4,0 untuk 0,2% w/v system disperse

3. Tween 80 ( Farmakope Indonesia IV halaman 687, Handbook of


Pharmaceutical excipient edisi VI halaman 375 )
Pemerian : Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda hingga
coklat muda, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan tidak berbau dan
praktis tidak berwarna, larut dalam etanol, dalam etil asetat,
tidak larut dalam minyak mineral.
Konsentrasi : 1-15%.
Stabilitas : Stabil pada elektrolit dan asam lemah, dan basa. Berangsur-
angsur akan tersaponi dengan asam kuat dan basa.
OTT : Akan berubah warna atau mengendap dengan phenol, dan
tannin.
pH larutan : 6-8 untuk 5% zat (w/v) dalam larutan berair
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, lindungi dari cahaya, ditempat
sejuk dan kering.
4. Air suling/aquadest (Farmakope Indonesia III halaman 96)
BM : 18,02.
Rumus molekul : H₂O.
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk
Fisik (es, air, dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang
sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus
terlindungi dari kontaminasi partikel - pertikel ion dan bahan
organik yang dapat menaikan konduktivitas dan jumlah
karbon organik. Serta harus terlindungi dari partikel - partikel
lain dan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak
fungsi air.
OTT/Inkompabilitas : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipient
lainya yang mudah terhidrolisis.

C. Prinsip Percobaan
Pembuatan gel piroksikam menggunakan gelling agent carbopol, tween 80 sebagai
pelarut zat aktif, dan trietanolamin sebagai pengental. Evaluasi dilakukan dengan
pemeriksaan organoleptik, pemeriksaan pH, pemeriksaan BJ, pemeriksaan viskositas.
Evaluasi kembali dilakukan setelah penyimpanan selama seminggu.

BAB III

METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum pembuatan sediaan sirup ini berlangsung pada hari Selasa tanggal 19 Mei 2015 di
Laboratorium Kimia Farmasi STIKes BTH Tasikmalaya.

B. Alat Dan Bahan


a. Alat : Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah timbangan, batang pengaduk,,
spatel, kertas perkamen, gelas ukur, pipet tetes, beaker glass, viskometer Brookfield, dan
cawan penguap.
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah piroksikam sebagai zat aktif,
carbopol 940, trietanolamin, tween 80, dan aquadest.
Formulasi (Formula 5)
R/ Tiap 100 g mengandung 500 mg piroksikam.
Carbopol 940 5g
Trietanolamin 3g
Tween 80 5g
Aquadest ad 100 g

C. Prosedur Pembuatan

Siapkan alat dan Setarakan Menimbang


bahan timbangan bahan

Mengembangkan
carbopol 940 Massa 1: Massa 2:
dalam 50 ml
Masukan TEA Melarutkan
aquadest panas
tetes pertetes piroksikam oleh
selama 15 menit
hingga massa tween 80
di beaker glass
gel bening
Masukan Aduk
Masukkan
massa 2 ke menggunakan
aquadest ???????? ml
dalam massa batang
1 pengaduk

Kemas, beri
etiket, dan
label

BAB IV

EVALUASI DAN PEMBAHASAN


A. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis
Gel yang kami buat mempunyai mempunyai hasil :
- Warna : Kuning transparan
- Bau : Bau khas carbopol
- Rasa : Pahit

2. Viskositas
Sediaan sebanyak 100 g diuji dalam viscometer Brookfield oleh spindel nomor 5.

Rpm Persentase Cp
30 73,7 9827
60 84,1 5607
100 84,1 3364

Lalu di buat kurva :

Grafik Hubungan Viskositas gel dengan rpm


12000

10000

8000 f(x) = − 90.37 x + 11989.36


R² = 0.94
Viskositas

Cp
6000
Linear (Cp)
4000

2000

0
20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
rpm

Tipe
alir : Plastis
3. Pemeriksaan pH
Gel dimasukkan kedalam wadah kemudian pH diukur menggunakan pH universal,
kemudiaan hasilnya dilihat dengan mencocokkan warna strip dengan warna acuan.
 Nilai pH :6
 Sifat : Asam lemah
Hasil pemeriksaan pH diperoleh pH yaitu 6. pH ini masih masuk pada kisaran pH
normal kulit yaitu 4,5-6,5 (Osol, 1975) sehingga diharapkan sediaan krim tersebut tidak
mengiritasi.

4. Pengujian Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel gel dioleskan pada sekeping kaca
atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang
homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar. Hasil yang diperoleh pada pengujian
gel adalah tingkat homogenitasnya baik karena tak terlihat butiran kasar dan gelembung

5. Pemeriksaan Daya Sebar

Dengan cara sejumlah zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian
bagian atasnya di beri kaca yang sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri rentang waktu
1 – 2 menit. kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat
sediaan berhenti menyebar ( dengan waktu tertentu secara teratur ). Hasil uji daya sebar
yang dilakukan adalah diameter penyebarannya sebesar 6,5 cm dengan berat beban 14 g.
Berdasarkan Garg, et.al, rentang daya sebar yang disyaratkan untuk sediaan topikal adalah
sebesar 5-7 cm. Untuk itu dapat disimpulkan jika daya sebar dari gel yang dibuat sesuai
dengan persyaratan yang diinginkan.
B. Pembahasan
Piroksikam merupakan salah satu AINS dengan struktur baru yaitu oksikam, derivat
enolat (Clarke, 2004). AINS mampu mengahambat sintesis mediator nyeri prostaglandin dan
sangat bermanfaat sebagai anti nyeri. Khasiat AINS sangat ditentukan kemampuan
menghambat sintesis prostaglandin melalui hambatan aktifitas COX (Lelo, Azna et al,
2004). Dari berbagai uji klinik pada penderita osteoarthritis ditunjukkan bahwa AINS baik
yang non selektif maupun yang selektif menghambat aktifitas COX-2 berkhasiat dalam
mengurangi nyeri rematik (Kumar, 2011).
Makin lebih selektif suatu AINS menghambat COX-1 makin berkurang khasiatnya
sebagai antiinflamasi dan sebaliknya dengan sediaan yang makin lebih selektif menghambat
COX-2. Penggunaan COX-2 sebagai obat analgetika tunggal akan menunjukkan efek
mengatap. Waktu paruh dalam plasma lebih dari 45 jam sehingga dapat diberikan hanya
sekali sehari. Absorbsi berlangsung cepat dilambung, terikat 99% pada protein plasma. Kira
– kira sama dengan kadar cairan sinovia. Efek samping tersering adalah gangguan saluran
cerna, antara lain yang berat adalah tukak lambung. Efek samping tersering adalah pusing,
tinnitus, nyeri kepala dan eritema kulit. Piroksikam tidak dianjurkan diberikan pada wanita
hamil, pasien tokak lambung dan pasien yang sedang minum antikoagulan indikasi
piroksikam hanya untuk penyakit inflamasi sendi misalnya arthritis momatoid,
osteoarthritis, sponditis ankilosa. Dosis 10-20 mg sehari (Syarif. 2007)
Piroksikam merupakan antiinflamasi non steroid (AINS) mempunyai sifat tidak larut
dalam air, asam-asam encer dan sebagian besar pelarut organik, sehingga perlu diupayakan
untuk menaikkan kelarutannya dengan penambahan surfaktan (Kumar, 2011). Prinsip
kelarutan piroksikam adalah stabilitas yang sangat baik pada pH 7,5 dengan pKa 6,3. Faktor
yang mempengaruhi laju degradasi antara lain pH, dapar, suhu, media reaksi dan adanya
bahan tambahan seperti surfaktan (Kumar, 2011).
Pada penelitian ini bentuk sediaan terpilih adalah gel mempunyai kadar air yang
tinggi sehingga dapat mengurangi kondisi panas dan tegang yang sifatnya setempat dan
timbulnya kulit meradang. Gel diaplikasikan langsung pada kulit yang mengalami gangguan
dan setelah kering akan meninggalkan lapisan tipis tembus pandang, elastik dengan daya
lekat tinggi, yang tidak menyumbat pori sehingga tidak mempengaruhi pernafasan kulit.
Pelepasan obat pada sediaan gel sangat bagus. Bahan obat dilepaskan dalam waktu yang
singkat dan hampir sempurna (voight, 1971). Sediaan dalam bentuk gel lebih banyak
digunakan karena rasa dingin dikulit, mudah mengering membentuk lapisan film sehingga
mudah dicuci dengan air (Massey. 2010).
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan perancangan formula, peracikan, dan
evaluasi sediaan gel dari bahan aktif piroksikam yang merupakan salah satu AINS dengan
struktur baru yaitu oksikam, derivat enolat. Setelah melakukan praktikum kali ini
diharapkan praktikan dapat merancang formula, meracik, dan mampu mengevaluasi sediaan
Gel Piroksikam.
AINS mampu menghambat sintesis mediator nyeri prostaglandin dan sangat
bermanfaat sebagain anti nyeri. Adapun alasan dibuat dalam bentuk sediaan gel adalah pada
penggunaan oral piroksikam dapat memberikan efek samping seperti gangguan GI, sakit
kepala oleh karena itu, untuk mengatasi efek samping tersebut piroksikam dapat digunakan
secara transdermal, tingkat difusi piroksikam ke dalam membran, absorbsinya lebih besar
jika dalam bentuk gel (mudah berpenetrasi kedalam membran atau sel target), bentuk
sediaan gel lebih acceptable karena mempunyai efek dingin ketika digunakan. Gel, kadang-
kadang disebut jeli dan merupakan sistem semi padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat
dari partikel organik yang kecil atau molekul organik yang besar, yang terpenetrasi oleh
suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel
digolongkan sebagai sistem dua fase.
Pada pembuatan sedian gel ini digunakan bahan aktif piroksikam yang berupa
serbuk, berwarna kuning terang , tidak berbau dan berbentuk monohidrat berwarna kuning.
Kelarutan piroksikam sangat sukar larut dalam air, dalam asam encer dan sebagian besar
pelarut organik; sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali yang mengandung air.
Natrium Diklofenak juga berfungsi sebagai analgesik antiinflamasi karena mengandung
gugus fenil amino asetat yang dapat menghambat jalur siklooksigenase.
Golongan anti inflamasi lain, bahan aktif piroksikam memiliki BM lebih kecil dan
sifatnya yang lebih nonpolar daripada turunan oksikam lainnya, sehingga piroksikam
memiliki kemampuan menembus kulit lebih besar dibandingkan turunan oksikam lainnya.
Sebelum melakukan tahap evaluasi gel. Praktikan menyiapkan rancangan formulasi
sediaan berdasarkan pertimbangan dari karakteristik kimia fisika baik dari segi bahan aktif
maupun bahan tambahan.
Adanya karbopol pada formula tersebut dapat memberikan bentuk sediaan gel yang
transparan dan zat aktifnya homogen. Selain itu penggunaan carbopol lebih efisien dalam
hal pembuatan dan waktunya singkat, karbopol juga digunakan sebagai gelling agent karena
karbopol dalam konsentrasi sedikit sudah dapat memberikan viskositas yang baik untuk
sediaan gel ini. Sedangkan untuk menjaga stabilitas sediaan gel, ditambahkan nipagin dan
nipasol sebagai pengawet untuk mencegah kontaminasi mikroba serta digunakan aquadest
sebagai fase kontinu dari gel.
Dengan menggunakan formula tersebut dalam proses pembuatan sediaan gel
piroksikam praktikan berharap dapat membentuk sediaan gel seperti yang diharapkan.
Prosedur pertama dalam pembuatan gel piroksikam adalah menimbang bahan-bahan
yang di perlukan sesuai formula yang kita pilih datas. Awalnya kita memasukkan karbopol
bersama dengan air. Aduk hingga terbentuk massa gel yang baik, yaitu bening dan kenyal.
Lalu masukan bahan aktif yaitu piroksikam yang telah di larutkan dengan tween. Aduk
hingga homogen. Pada tahap ini hasil yang terjadi ternyata masih seperti emulgel yaitu
bewarna kuning buram. Hal itu karena kita belum menambahkan air pada sediaan. Maka
dari itu kita menambahkannya. Hingga terbentuk hasil yang kuning bening kenyal.
Evaluasi sediaan dimaksudkan untuk menguji apakah sediaan yang dibuat telah
sesuai dengan kriteria atau persyaratan yang berlaku untuk sediaan gel serta untuk menjaga
kestabilan sedíaan. Diantaranya adalah tes organoleptis, uji homogenitas, uji pH, dan uji
viskositas.
Data Organoleptis dari sedían yang kami buat yaitu :
 Bentuk dan warna : gel, kuning bening

 Bau : bau khas carbopol

 Rasa : pahit
Uji selanjutnya adalah uji pH. Uji ini dilakukan karena sediaan gel piroksikam ini
untuk penggunaan topikal, maka sediaan harus mempunyai tingkat keasaman atau pH
dalam rentang pH dari permukaan kulit. Hal ini dikarenakan sediaan yang terlalu asam akan
menyebabkan iritasi pada kulit, sedangkan sediaan yang terlalu basa akan membuat kulit
menjadi kering pada uji pH dengan menggunakan kertas indikatot pH didapatkan pH
sedíaan sebesar 6. pH ini masuk dalam rentang persyaratan dalam pembuatan gel
piroksikam ini, yaitu pH nya antara 6-7. Sediaan kami cocok dan tidak iritatif jika
digunakan secara topikal pada kulit.

Selanjutnya uji viskositas, pada uji ini pengukuran viskositas kami menggunakan
spindel no 5, Pada pengujian viskositas, setelah data dimasukkan ke dalam kurva ternyata
dihasilkan jenis aliran plastis. Dimana aliran plastis diperoleh ketika semakin besar
kecepatan, maka semakin besar viskositas. Dilihat dari bentuk kurva, berbentuk agak
melengkung ke bawah. Pengujian viskositas ini dilakukan menggunakan viscometer
Brookfield.
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel gel dioleskan pada sekeping
kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang
homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar. Hasil yang diperoleh pada pengujian gel
adalah tingkat homogenitasnya baik karena tak terlihat butiran kasar dan gelembung.
Yang terakhir uji daya sebar, uji ini dilakukan untuk mengetahui kecepatan
penyebaran gel pada kulit dan mengetahui kelunakan dari gel untuk menyebar pada kulit.
Uji ini dilakukan dengan meletakkan 1 gram sediaan di tengah cakram berskala dan
kemudian ditutup dengan cakram penutup dan diberi beban secara bertahap hingga diameter
penyebaran konstan. Hasil uji daya sebar yang dilakukan adalah diameter penyebarannya
sebesar 6,5 cm dengan berat beban 14g. Berdasarkan Garg, et.al, rentang daya sebar yang
disyaratkan untuk sediaan topikal adalah sebesar 5-7 cm. Untuk itu dapat disimpulkan jika
daya sebar dari gel yang dibuat sesuai dengan persyaratan yang diinginkan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Gel merupakan sistem semi padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
organik yang kecil atau molekul organik yang besar, yang terpenetrasi oleh suatu cairan
2. Pada praktikum ini digunakan piroksikam sebagai bahan aktif karena piroksikam berfungsi
sebagai analgesik antiinflamasi untuk sedian topikal
3. Uji yang dilakukan adalah uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji viskositas, dan uji
daya sebar.
4. Pada uji organoleptis (bau, rasa, dan warna) didapatkan hasil yang sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan.
5. Pada uji pH diperoleh pH sediaan yaitu 6 sesuai dengan rentang yang dipersyaratkan yaitu
6-7
6. Hasil dari uji viskositas diperoleh dan mempunyai tipe alir plastis
7. Hasil uji daya sebar yang dilakukan adalah diameter penyebarannya sebesar 6.5 cm dengan
berat beban 14 gram. Berdasarkan Garg, et.al, rentang daya sebar yang disyaratkan untuk
sediaan topikal adalah sebesar 5-7 cm. Untuk itu dapat disimpulkan jika daya sebar dari gel
yang dibuat sesuai dengan persyaratan yang diinginkan.

B. Saran
Diharapkan kepada semua mahasiswa/siswi untuk lebih banyak belajar mengenai sifat,
stabilitas, tipe gel maupun cara melarutkan dan penyimpanannya. Pada saat pembuatan gel,
praktikan harus mengetahui kelarutan dari bahan-bahan obat yang dikerjakan, Praktikan
juga harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas sirup, agar dapat
menghasilkan gel yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi III .
Jakarta : Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi IV .
Jakarta : Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978 . Formularium Nasional Edisi
2 .Jakarta : Dekpes RI
Aiache. 1993. Biofarmasetika, diterjemahkan oleh Widji Soerartri Edisi II. Jakarta :
Airlangga Press
Ardhie Muhandari Ari. 2004. Dermatitis dan Peran Steroid Dalam Penyimpanan. Jakarta :
Dexa Media
Ansel C, Howard. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh
Farida Ibrahim, Edisi IV Jakarta : UI-Press
Clarke, E. G. C., Moffat, A. C., Osselton, M. D., Widdop, B. 2004. Clarke’s Analysis of
Drugs and Poisons. London : Pharmaceutical Press.
Kumar, Vivek R. dan Satish Kumar. 2011. Formulation and evaluation of Mimosa
pudica gel. Int. J. Pharm Pharm. Scie. 3(1): 55-57.
Paye Marc. Barel O, Andre. Maibach I. Howard (Editor). Handbook of Cosmetic
Science and Technology, Second Edition. New York : Lomdon
Rowe J, Raymond. Sheskey J, Paul. Quinin E, Marian. 1986. Handbook of
Pharmaceutical Excipients. London.
Sweetman, C sean. 2009. The Complete Drug Prefence, Martindale Ed
36.London.Chicago:Pharmaceutical Press.

Syarif Amir, Estuningtyas A, Setiawati A, Muchtar A, Arif A, Bahry B, Suyatna


D.Frans. 2007. Farmakologi dan terapi edisi 5. Jakarta : Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia.

Voigt, R., 1971, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi diterjemahkan oleh Soedani
Noeroen, Edisi kelima, Ypgyakarta : Gadjah Mada University Press

Syamsuni . 2007 . Ilmu Resep . Jakarta : EGC

LAMPIRAN
A. Perhitungan Bahan
0,5
1. Piroksikam : × 100 g = 0,5 g
100

5
2. Carbopol : × 100 g =5g
100

Air Panas :5 x 10 ml = 50 ml

3
3. TEA : × 100 g =3g
100

5
4. Tween 80 : × 100 mg =5g
100

5. Aquadest panas : 100 – (0,5+5+50+3+5) = 36,5 ml

Anda mungkin juga menyukai