Anda di halaman 1dari 5

Makalah

Hukum kirchoff

Dosen pembimbing : Sulung R. Wira ghani

Oleh :

Rica Sapta Martana

NIM :4112097

SEMESTER/KELAS : 1/C

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM

FAKULTAS TEKNIK

2012
Hukum Khircoff

1) Hukum I Kirchoff
Dengan menggunakan hukum Ohm kita dapat menemukan besarnya arus yang mengalir
pada suatu rangkaian gabungan seri-paralel. Meskipun demikian, kadang-kadang kita
menjumpai rangkaian yang sulit untuk dianalisis. Sebagai suatu contoh, kita tidak dapat
menemukan aliran arus pada setiap bagian rangkaian sederhana dengan kombinasi
hambatan seri dan paralel. Menghadapi rangkaian yang sulit seperti ini, kita
menggunakan hukum-hukum yang ditemukan oleh G. R. Kirchhoff (1824-1887) pada
pertengahan abad 19. Terdapat dua hukum Kirchooff, dan hukum-hukum ini adalah
aplikasi sederhana yang baik sekali dari hukum-hukum kekekalan muatan dan energi.
Hukum pertama Kirchhoff atau hukum persambungan (junction rule) didasarkan atas
hukum kekekalan muatan, dan kita telah menggunakannya pada kaidah
untukhambatanhambatan paralel.
Hukum I Khircoff berbunyi: Pada suatu titik cabang, jumlah kuat arus yang masuk sama
dengan jumlah kuat arus yang keluar.

Misalkan pada titik cabang P

Maka sesuai dengan Hk I Khircoff adalah:


I1 + I 2 = I 3 + I 4

2) Hukum II Khircoff
Hukum II Kirchhoff atau kaedah loop (loop rule) didasarkan atas kekekalan energi.
Hukum II Khircoff berbunyi:
Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik ( ) dengan
penurunan tegangan (IR) adalah sama dengan nol.
Secara matematis:

Perjanjian tenda untuk ggl ε dan kuat arus I dalam persamaan di atas adalah sbb.
(1) pilih loop untuk masing-masing lintasan tertutup dg arah tertentu, namun jika
memungkinkan usahakan searah arah arus.
(2) Kuat arus bertanda positif jika searah dengan arah loop dan negatif jika
berlawanan arah dengan arah loop.
(3) Bila ketika mengikuti loop sesuai dengan arah loop, kutub positif dijumpai lebih
dulu dari kutub negatifnya, maka ggl bertanda positif, dan negatif jika sebaliknya.
Beda potensial (tegangan jepit) antara dua titik pada suatu cabang, misalnya antara titik a
dan b, dihitung dengan persamaan:
Contoh soal

1. Perhatikan rangkaian berikut!

Tentukanlah kuat arus (I) yang mengalir dalam rangkaian di samping!

Penyelesaian:
Misalkan E1 = 6 V, E2 = 3 V, R1 = 8 W, R2 = 5 W, hambatan dalam r1 = r2 =1 W rangkaian
ini hanya terdiri dari sebuah loo, misalkan arahnya searah dengan arah jarum jam maka
kuat arus I dapat ditentukan dengan hukum II kirchoff yaitu:
SE + S(IR)= 0
-E1 + E2 + I (R1 +R2 + r1 + r2) =0
- 6 + 3 + I (8 +5 +1 +1) = -3 +I (15) = 0
15 I = 3
Rangkaiannya menjadi:

Penerapan dalam kehidupan sehari-hari:

Dalam kehidupan sehari-hari, kadang kita harus memasang lampu-lampu secara seri,
tetapi dalam keadaan yang lain kita harus memasang lampu secara paralel. Kuat arus listrik
dalam suatu rangkaian tak bercabang, besarnya selalu sama. Lampu-lampu di rumah kita
pada umumnya terpasang secara paralel. Pada kenyataannya rangkaian listrik biasanya terdiri
banyak hubungan sehingga akan terdapat banyak cabang maupun titik simpul. Titik simpul
adalah titik pertemuan dua cabang atau lebih. Penyelesaian dalam masalah rangkaian listrik
yang terdapat banyak cabang atau simpul itu digunakan Hukum I dan II Kirchhoff.
Sebagai contoh berikut dijelaskan ada dua komponen arus yang bertemu di satu titik simpul
sehingga menjadi satu, seperti ditunjukkan pada gambar :

Anda mungkin juga menyukai