Anda di halaman 1dari 10

Dengan menggunakan umur median dapat ditentukan kategori penduduk suatu wilayah

dengan kategori berikut.

1. Penduduk muda, jika umur median kurang dari 20 tahun.


2. Penduduk intermediate, jika umur median antara 20 tahun sampai 30 tahun (20 tahun <
median < 30 tahun).
3. Penduduk tua, jika umur median > 30 tahun.

Sebagai contoh, Tabel 2.10 menyajikan data penduduk Indonesia tahun 1995 menurut
kelompok umur lima tahunan dan jumlah kumulatifnya (dalam persentase).

Tabel 2.10

Penduduk Indonesia, Tahun 1995 (Ribuan)

Kelompok Jumlah Kumulatif %Kumulatif


Umur Penduduk
0-4 20.452 20.452 10,50
5-9 21.788 42.240 21,69
10-14 23.709 65.949 33,86
15-19 20.279 86.228 44,28
20-24 17.151 103.379 53,08
25-29 16.308 119.687 61,46
30-34 14.982 134.669 69,15
35-39 14.119 148.788 76,40
40-44 11.103 159.891 82,10
45-49 8.251 168.142 86,34
50-54 7.120 175.262 89,99
55-59 6.195 181.457 93,17
60-64 5.182 186.639 95,83
65-69 3.556 190.195 97,66
70-74 2.448 192.643 98,92
75+ 2.112 194.755 100,00
Jumlah 194.755
Sumber. Diolah dari BPS, Supas 1995, Tabel 02 Seri S2

Dari data pada table 2.10 dapat dihitung umur median dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut.

N 194.755 .000
= =97.377 .500
2 2

Angka 97.377.500 ini berada pada kelompok umur 20-24 tahun dengan jumlah kumulatif
103.379 (ribu). Dengan demikian l M =20 ( batas bawah )
d
Dari kelompok umur 20-24 tahun akam dicari nilai x sebagai bagian umur median
dengan ilustrasi sebagai berikut.

Umur

20 x
25

Jumlah Penduduk

86.228.000
97.377.000 103.379.000

25−20 103.379 .000−86.228 .000


=
x−20 97.377 .000−86.228.000

17.151.000
¿
11.149 .500

11.149 .500
x=20+ ×5
17.151.000

Dengan rumus umur median diperoleh:

194.755.000
M d =20+
[
2
2
−86.228.000

17.151.000 0000
×5
]
973.775 .000−86.228.000
¿ 20+ [ 17.151.000
×5]
11.149 .500
¿ 20+ [ 17.151.000] ×5

= 20+(0,6500787×5)=20+3,25=23,25≈23,3

Dengan demikian, umur median penduduk Indonesia pada tahun 1995 adalah 23,3 tahun,
yang berarti setengah dari penduduk Indonesia pada tahun 1995 berusia di bawah 23,3 tahun dan
setengahnya lagi berusia lebih tua dari 23,3 tahun. Umur median ini terletak diantara 20 dan 30
tahun. Dengan kata lain, penduduk Indonesia dapat dikategorikan sebagai penduduk
intermediate, yaitu transisi dari penduduk muda (young population) ke penduduk tua (old
population)

Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)


Rasio ketergantungan (dependency ratio) adalah angka yang menyatakan perbandingan antara
banyaknya penduduk usia nonproduktif (penduduk usia di bawah 15 tahun dan penduduk usia 65
tahun atau lebih) dengan banyaknya penduduk usia produktif (penduduk usia 15-64 tahun).
Secara matematis, rumus untuk menghitung rasio ketergantungan adalah sebagai berikut.

Total dependency = youth dependency + aged dependency

P0−14 P65+¿
¿ × 100+ × 100¿
P 15−64 P15−64

P65+¿
¿ P0−14 + × 100¿
P15−64

“Rasio ketergantungan” atau “rasio beban tanggungan” yang dibicarakan dalam studi
demografi sering disebut age dependency ratio. Hal ini disebabkan karena rasio ini lebih
merupakan perbandingan antara penduduk muda dan penduduk tua dengan penduduk usia kerja.
Meskipun tidak akurat secara ekonomi, rasio ketergantungan dapat menggambarkan banyaknya
penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia kerja.

Dengan memperhatikan kedua rasio ketergantungan tersebut, untuk usia muda dan usia
lanjut, kira dapat mengetahui kelompok umur mana yang berkontribusi paling besar atau sedikit
dalam rasio ketergantungan total. Dengan menggunakan data pada table 2.4, dapat dihitung rasio
ketergantungan penduduk Indonesia pada tahun 2000 seperti contoh berikut ini.

65,23+10,22
Dependency tahun 2000 ¿ ×100=55,22
136,64

65,23
Youth dependency tahun 2000 ¿ ×100=47,74
136,64

10,22
Aged dependency tahun 2000 ¿ ×100=7,48
136,64

Hasilnya, pada tahun 2000, rasio ketergantungan adalah 55 per 100 penduduk usia kerja,
yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di Indonesia mempunyai tanggungan
sekitar 55 penduduk usia nonproduktif, 48 diantaranya berasal dari kelompok usia muda, dan 8
lainnya berasal dari kelompok usia lanjut. Angka ini jauh lebih rendah dari rasio ketergantungan
pada tahun 1955, yaitu 81 per 100 penduduk usia produktif. Rasio ketergantungan penduduk usia
tua meningkat selama dekade tersebut, yaitu 10,2 pada tahun 1955 menjadi 12,5 pada tahun
2000. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya harapan hidup rata-rata penduduk Indonesia (Lihat
Bab 5 Morbiditas Mortalitas). Sebaliknya, rasio ketergantungan penduduk usia muda semakin
menurun, dari 70,1 pada tahun 1955 menjadi 47,2 pada tahun 2000. Penurunan drastic ini terjadi
sebagai akibat penurunan rata-rata jumlah anak yang dipunyai oleh perempuan Indonesia.

Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)

Dari pengelompokan penduduk menurut jenis kelamin, ukuran yang dihasilkan adalah rasio jenis
kelamin. Ukuran ini menyatakan perbandingan antara banyaknya jumlah penduduk laki-laki dan
banyaknya jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya
dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan. Hubungan ini dapat
dinyatakan sebagai berikut.

jumlah penduduk laki−laki


Sex ratio= ×k
jumlah penduduk perempuan

Sebagai contoh, pada tahun 1995, rasio jenis kelamin penduduk Indonesia adalah 99.
Besar rasio tersebut berarti dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 99 penduduk laki-laki
(lihat Tabel 2.4.). Secara terperinci, hitungan ini didapat dari :

Jumlah penduduk laki-laki = 96.929.931 orang

Jumlah penduduk perempuan = 97. 824.877 orang

96.929 .931
Rasio jenis kelamin= × 100=99
97.824 .877

Besar kecilnya rasio jenis kelamin di suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa hal, antara
lain sebagai berikut.

1. Rasio jenis kelamin waktu lahir (sex ratio at birth). Para demographer mengajukan
bahwa perbandingan antara bayi laki-laki dengan bayi perempuan pada waktu lahir
berkisar antara 103-105 bagi laki-laki per 100 bayi perempuan.
2. Pola mortalitas antara penduduk laki-laki dan perempuan. Jika kematian laki-laki lebih
besar daripada jumlah kematian perempuan, maka rasio jenis kelamin semakin kecil. Hal
ini bisa terjadi, misalnya, disuatu daerah dengan pekerjaan yang berbahaya bagi laki-laki,
seperti pertambangan dan peperangan.
3. Pola migrasi antara penduduk laki-laki dan perempuan. Jika suatu daerah memiliki
jumlah rasio lebih kecil dari 100, maka hal ini berarti di daerah tersebut lebih banyak
penduduk perempuan, yang mungkin disebabkan karena banyaknya penduduk laki-laki
yang bermigrasi keluar dari wilayah tersebut.
Angka Melek Huruf (Literacy Rate)

Dari informasi membaca dan menulis, dapat dihitung angka melek huruf (AMH). Ukuran ini
menunjukkan banyaknya penduduk usia 10 tahun ke atas yang melek huruf per seribu penduduk
berumur 10 tahun ke atas. Secara sistematis, rumus untuk menghitung AMH dapat dituliskan
sebagai berikut.

P10+¿(melek huruf )
AMH= ¿
P10+¿ × k ¿

di mana :

AMH : Angka melek huruf

P10+¿ ¿ : Penduduk umur 10 tahun keatas

k : konstanta, biasanya 100

Sebagai contoh, penduduk Indonesia usia 10 tahun keatas berjumlah 152.514.964 orang,
sedangkan penduduk usia 10 tahun ke atas yang melek huruf berjumlah 133.357.809 orang.
Dengan demikian, angka melek huruf penduduk Indonesia pada tahun 1995 adalah sebagai
berikut.

133.357 .809
AMH= × 100=87,4
152.514 .964

Hal ini berarti, terdapat 87% penduduk Indonesia kelompok umur 10 tahun ke atas yang
melek huruf.

PIRAMIDA PENDUDUK

Selain menggunakan metode numerik, komposisi penduduk dapat pula digambarkan dengan
menggunakan grafik. Salah satu grafik yang umum digunakan adalah piramida penduduk.
Bagian berikut ini membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan piramida pendudukl.

Gambaran Piramida Penduduk


Teknik Penggambaran

Dalam penggambaran sebuah piramida penduduk, beberapa hal berikut harus diperhatikan.

1. Sumbu vertical untuk umur, baik menurut kelompok umur satu tahunan (single year)
ataupun lima tahunan (5 year age groups).
2. Sumbu horizontal untuk jumlah penduduk, dapat menggunakan jumlah absolut maupun
persentase (dengan total 100% untuk kedua kelompok umur).
3. Dasar piramida dimulai dengan kelompok umur termuda dan dilanjutkan ke atas untuk
kelompok umur yang lebih tua, misalnya dalam kelompok umur 5 tahunan akan dimulai
dengan 0-4 tahun, 5-9 tahun, dan seterusnya sampai umur tertua.
4. Puncak piramida untuk kelompok umur tua sering dibuat dengan system umur terbuka
(open-ended intrerval). Misalnya untuk umur 75,76,77,78,79, dan seterusnya cukup
dituliskan 75+.
5. Besarnya balok diagram untuk masing-masing kelompok umur harus sama.
6. Bagian sebelah kiri piramida digunakan untuk mewakili penduduk laki-laki dan sebelah
kanan piramida untuk penduduk perempuan.

Model Piramida Penduduk

Menurut bentuknya, dalam demografi dikenal ada lima bentuk atau model piramida penduduk,
seperti terlihat pada gambar 2.1.
Model 1. Piramida penduduk model ini mempunyai dasar lebar dan kemiringan (slope)
tidak terlalu curam atau datar. Bentuk semacam ini terdapat pada penduduk
dengan tingkat kelahiran tinggi dan kematian yang tidak terlampau tinggi, dan
umur median rendah, sedangkan rasio ketergantungan tinggi

Model 2. Dibandingkan dengan model 1, dasar piramida penduduk model 2 ini lebih lebar
dengan kemiringan lebih curam sesudah kelompok umur 0-4 tahun sampai
kepuncak piramida. Dasar piramida yang lebar pada usia muda menunjukkan
hasil tingkat kelahiran yang tinggi beberapa waktu sebelumnya. Sementara
kemiringan yang curam menunjukkan dampak tingkat kematian yang tinggi,
terutama kematian bayi. Artinya, meskipun kelahitan cukup tinggi, namun bayi
tetap hidup untuk usia yang lebih tinggi sangat kecil. Model seperti ini terdapat
pada negara berkembang sebelum mulai masa transisi demografi, dimana umur
median rendah dan rasio ketergantungan sangat tinggi. Contoh piramida
penduduk bentuk ini, salah satunya adalah Indonesia pada tahun 1971 (Gambar
2.3.)
Model 3. Bentuk piramida ini dikenal dengan bentuk sarang tawon kuno (old fashioned
beehive). Piramida ini terdapat pada negara yang telah mengalami penurunan
kelahiran dan kematian yang cukup lama. Dari dasar piramida terlihat jumlah
kelahiran yang begitu rendah. Karakteristik yang dimiliki piramida ini yaitu umur
median sangat tinggi, dengan rasio ketergantungan yang sangat rendah.

Model 4. Piramida penduduk yang berbentuk lonceng atau genta (the bellshaped pyramid).
Bentuk ini dicapai oleh negara-negara yang paling sedikit sudah 100 tahun
mengalami penurunan tingkat kelahiran dan kematian. Umur median cenderung
meningkat dan rasio ketergantungan meninggi yang disebabkan tingginya
proporsi penduduk tua.

Model 5. Piramida penduduk dengan bentuk ‘kendi’. Terdapat pada negara yang
mengalami penurunan tingkat kelahiran secara drastis dengan tingkat kematian
bayi yang semakin menurun. Jumlah penduduk usia 15 tahun lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah penduduk umur 0-14 tahun kemudian. Piramida
penduduk seperti ini dialami oleh Indonesia pada tahun 1990 dan 2000 (Gambar
2.4.)

Faktor yang Memengaruhi Bentuk Piramida Penduduk

Pada dasarnya, piramida penduduk adalah refleksi struktur umur penduduk menurut umur dan
jenis kelamin. Bentuk-bentuk piramida penduduk seperti yang telah diuraikan sebelumnya
ditentukan oleh tiga proses demografi, yakni kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan
perpindahan penduduk (mobilitas)

Fertilitas

Faktor fertilitas tercermin pada jumlah kelahiran. Jika jumlah kelahiran meningkat, maka dasar
piramida penduduk akan menjadi lebih lebar dibandingkan dengan dasar piramida pada tahun-
tahun sebelumnya. Sebaliknya, akan terjadi dasar piramida yang lebih pendek jika jumlah
kelahiran menurun. Apabila dalam satu piramida jumlah penduduk usia 5-9 tahun lebih besar
dari jumlah penduduk usia 0-4 tahun, maka dapat diprediksi bahwa selama lima tahun
sebelumnya telah terjadi penurunan jumlah kelahiran.

Mortalitas
Faktor mortilitas tercermin dari perubahan angka kematian menurut umur (age specific mortality
rate) atau perubahan tingkat kematian bayi (infant mortality rate). Jika pada waktu yang lalu
tingkat kematian bayi cukup tinggi, maka akan terjadi penciutan balok piramida di atas
kelompok umur 0-4 tahun dan kemiringan piramida akan semakin curam dibandingkan dengan
kemiringan piramida pada tahun-tahun sebelumnya. Penciutan ini terutama terjadi apabila
tingkat kelahiran masih tinggi, tetapi sebagian besar bayi yang lahir tidak dapat hidup untuk
mencapai usia dewasa. Sebaliknya, apabila tingkat kematian bayi menurun, terutama dalam hal
penurunan drastis, maka jumlah bayi yang akan tetap hidup sampai usia dewasa akan bertambah
banyak. Hal ini mengakibatkan pembengkakan jumlah penduduk usia remaja dan usia kerja
sekitar 15 tahun kemudian. Dalam gambar piramida penduduk, hal seperti ini terlihat dari
melebarnya bagian tengah piramida penduduk. Apabila terjadi peperangan yang memakan
banyak korban, maka akan terlihat adanya lekukan pada piramida penduduk laki-laki pada umur
tertentu, misalnya usia 20-49 tahun.

Migrasi

Migrasi penduduk meliputi migrasi masuk maupun keluar. Migrasi biasanya terjadi pada
kelompok umur dewasa. Jika migrasi masuk lebih besar dibandingkan dengan migrasi keluar
pada kelompok umur tersebut, maka akan terjadi pembengkakan pada bagian tengah piramida
penduduk dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Ciri Penduduk menurut Bentuk Piramida Penduduk

Berdasarkan komposisi umur dan jenis kelamin karekteristik penduduk dari suatu Negara,
piramida penduduk dapat dibedakan atas tiga ciri, yaitu ekspansif (expansive), konstriktif
(constrictive), dan stasioner (stationary) (Gambar 2.2.)
Expansive

Lebar pada bagian dasar piramida, menunjukkan proporsi penduduk muda yang besar dan
kecilnya proporsi penduduk tua, serta pertumbuhan penduduk yang tinggi. Contoh: Indonesia
dan Meksiko pada tahun 1970-an.

Constrictive

Bagian dasar piramida kecil dan sebagian penduduk masih berada dalam kelompok umur muda.
Contoh: Amerika Serikat pada tahun 1970.

Stationary

Bagian dasar piramida kecil, penduduk dalam tiap kelompok umur hamper sama banyaknya dan
mengecil pada usia tua. Contoh: Swedia pada tahun 1970.

Anda mungkin juga menyukai