01 Kode Etik Dan Standar Audit PDF
01 Kode Etik Dan Standar Audit PDF
AUDITOR AHLI
KESA
KODE MA : 2.210
2008
EDISI KELIMA
Kode Etik dan Standar Audit
ISBN 979-3873-06-X
DAFTAR ISI
Lampiran 1
Lampiran 2
Modul Kode Etik dan Standar Audit ini dimaksudkan untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang seharusnya dimiliki dan
dilaksanakan oleh seorang auditor sebagai aparatur pengawasan intern
pemerintah mengenai kode etik dan standar audit dengan tujuan pembelajaran
sebagai berikut :
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. SISTEMATIKA MODUL
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan secara rinci standar audit yang berlaku
bagi APIP beserta penjelasannya. Sebagai tambahan bahan
perbandingan, pada bab ini akan dijelaskan secara ringkas
Standar Profesi Audit Internal yang disusun oleh Konsorsium
Organisasi Profesi Audit Internal. Pada akhir bab diberikan
latihan soal/bahan diskusi.
BAB V Penutup
C. METODOLOGI PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, para peserta dapat menjelaskan pengertian profesi,
kode etik, standar, kendali mutu dan pentingnya ketiga hal tersebut dalam
pelaksanaan tugas audit di lingkungan Pemerintahan.
A. PENGERTIAN PROFESI
a. Identifikasikan kejadiannya.
Kepercayaan masyarakat
dan pemerintah atas hasil kerja
auditor ditentukan oleh keahlian,
independensi serta integritas
moral/kejujuran para auditor dalam
menjalankan pekerjaannya.
Ketidakpercayaan masyarakat
terhadap satu atau beberapa
auditor dapat merendahkan
martabat profesi auditor secara
keseluruhan, sehingga dapat
merugikan auditor lainnya.
1. Ukuran mutu;
2. Pedoman kerja;
5. Alat pengawasan;
F. LATIHAN SOAL
Setelah mempelajari bab ini para peserta mampu menjelaskan dan menerapkan
kode etik APIP
Kode etik APIP dimaksudkan sebagai pegangan atau pedoman bagi para
pejabat dan auditor APIP dalam bersikap dan berperilaku agar dapat
memberikan citra APIP yang baik serta menumbuhkan kepercayaan masyarakat
terhadap APIP.
A. LANDASAN HUKUM
Kode etik APIP ini diberlakukan bagi seluruh auditor dan pegawai
negeri sipil yang diberi tugas oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) untuk melaksanakan pengawasan dan pemantauan tindak
lanjutnya.
Isi dari kode etik APIP ini memuat 2 (dua) komponen, yaitu: (1)
Prinsip-prinsip perilaku auditor yang merupakan pokok-pokok yang
melandasi perilaku auditor; dan (2) Aturan perilaku yang menjelaskan
lebih lanjut prinsip-prinsip perilaku auditor.
1. Prinsip-prinsip Perilaku
a. Integritas
b. Obyektivitas
c. Kerahasiaan
d. Kompetensi
2. Aturan Perilaku
a. Integritas
Bahan Diskusi:
Diskusikan kasus tersebut yang dikaitkan dengan unsur integritas dan apa yang harus
dilakukan oleh Profesor Sumitro.
b. Obyektivitas
Bahan Diskusi:
c. Kerahasiaan
Bahan Diskusi:
d. Kompetensi
Bahan Diskusi:
C. PELANGGARAN
1. Tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik tidak dapat diberi
toleransi, meskipun dengan alasan tindakan tersebut dilakukan
demi kepentingan organisasi atau diperintahkan oleh pejabat yang
lebih tinggi.
D. PENGECUALIAN
a. Teguran tertulis;
iii. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam tindakan atau
kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau
mendiskreditkan organisasinya.
iv. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat
menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasinya; atau
kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka, yang
meragukan kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan
memenuhi tanggungjawab profesinya secara objektif.
G. LATIHAN SOAL
Setelah mempelajari bab ini, para peserta mampu menjelaskan standar audit yang
berlaku bagi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah serta standar audit yang berlaku
pada organisasi audit internal lainnya.
A. PENDAHULUAN
1. Landasan Hukum
4. Ruang Lingkup
PRINSIP-PRINSIP DASAR
STANDAR UMUM
1. Prinsip-prinsip Dasar
a. Kewajiban Auditor
b. Kewajiban APIP
5) Melakukan Koordinasi
Program
pengembangan
kualitas mencakup
seluruh aspek
kegiatan audit di
lingkungan APIP.
Program ini
dirancang untuk
memberikan nilai tambah dan meningkatkan
kegiatan operasi organisasi serta memberikan
jaminan bahwa kegiatan audit di lingkungan APIP
sejalan dengan Standar Audit dan Kode Etik.
Efektivitas program tersebut harus dipantau secara
terus menerus baik oleh internal APIP maupun pihak
lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
2. Standar Umum
1) Independensi APIP
2) Obyektivitas Auditor
c. Keahlian
2) Kompetensi Teknis
d. Kecermatan Profesional
Independensi
pada dasarnya
merupakan state of
mind atau sesuatu yang
dirasakan oleh masing-
masing menurut apa yang diyakini sedang berlangsung.
Sehubungan dengan hal tersebut, independensi auditor
dapat ditinjau dan dievaluasi dari dua sisi, independensi
praktisi dan independensi profesi. Secara lengkap hal
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Jika independensi
atau obyektivitas terganggu, baik secara faktual maupun
penampilan, maka gangguan tersebut harus dilaporkan
kepada pimpinan APIP. Auditor dapat menyampaikan
keberatannya atas
penugasan audit yang
dapat mengganggu
independensi dan
obyektivitasnya
sehingga pimpinan
dapat menggantikannya
dengan orang lain yang
tidak terganggu
keindependensian dan
obyektivitasnya. Dalam
pelaksanaannya perlu
diciptakan ketentuan yang mengatur tentang tatacara
pelaporan tersebut.
c. Keahlian
d. Kecermatan Profesional
Standar pelaksanaan
pekerjaan audit kinerja
mendeskripsikan sifat kegiatan
audit kinerja dan menyediakan
kerangka kerja untuk
melaksanakan dan mengelola
pekerjaan audit kinerja yang
dilakukan oleh auditor. Secara sistematis standar pelaksanaan
audit kinerja terdiri dari:
a. Perencanaan
b. Supervisi
1) Pengumpulan bukti
2) Pengujian bukti
d. Pengembangan Temuan
e. Dokumentasi
a. Perencanaan
b. Supervisi
1) Pengumpulan bukti
2) Pengujian bukti
d. Pengembangan Temuan
e. Dokumentasi
Standar pelaporan
merupakan acuan bagi penyusunan
laporan hasil audit kinerja yang
merupakan tahap akhir suatu proses
audit untuk mengomunikasikan hasil
audit kepada auditi dan pihak lain
yang terkait.
d. Kualitas Laporan
e. Tanggapan Auditi
Laporan
hasil audit
kinerja baik
bentuk surat
atau bab
harus
memuat:
9) Identifikasi audit;
f. Kualitas Laporan
Laporan
yang obyektif
berarti informasi
yang disajikan itu
seimbang (adil)
dalam isi maupun
redaksinya, tidak
memihak sehingga
pengguna laporan
dapat diyakinkan
oleh fakta yang
disajikan. Laporan
obyektif juga
memiliki pengertian
tidak menyesatkan. Auditor yang menyampaikan laporan
hasil audit harus berdiri netral.
g. Tanggapan Auditi
b. Prosedur Pemantauan
c. Status Temuan
Pernyataan tersebut
dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman dan kesadaran
bahwa tanggungjawab menindak-
lanjuti rekomendasi audit bukan
berada pada auditor melainkan pada auditi. Oleh sebab itu,
dalam praktiknya, auditor harus memperoleh pernyataan
b. Prosedur Pemantauan
c. Status Temuan
a. Perencanaan
b. Supervisi
1) Pengumpulan bukti
2) Pengujian bukti
d. Dokumentasi
a. Perencanaan
b. Supervisi
o Pengumpulan Bukti
o Pengujian Bukti
Pengujian bukti
dimaksudkan untuk
menilai kesahihan bukti
yang dikumpulkan dan
kesesuaian bukti dengan
hipotesis. Bukti diuji
dengan memperhatikan
urutan proses kejadian
(sequences) dan
d. Dokumentasi
Hasil audit
investigatif harus
didokumentasikan dalam
berkas audit investigatif
secara akurat dan
lengkap. Pedoman
internal audit investigatif
harus secara khusus dan
jelas menekankan
kecermatan dan pentingnya ketepatan waktu. Laporan
temuan audit investigatif dan pencapaian hasil audit
investigatif harus didukung dengan dokumentasi yang
cukup dalam berkas audit investigatif.
o Kualitas Laporan
o Isi Laporan
v Identifikasi auditi;
o Kualitas Laporan
2. Referensi:
§ BPK.
§ Standar Umum
a. Persyaratan kemampuan/keahlian;
b. Independensi;
d. Pengendalian mutu.
o Komunikasi Pemeriksa;
o Dokumentasi pemeriksaan.
a. Perencanaan;
b. Supervisi;
c. Bukti; dan
d. Dokumentasi pemeriksaan.
a. Bentuk;
b. Isi laporan;
b. Komunikasi Pemeriksa;
d. Pengendalian intern;
f. Dokumentasi pemeriksaan.
Sebagaimana dikemukakan di
atas, sebagai bahan
perbandingan, berikut ini
diuraikan Standar Profesi Audit
Internal yang diterbitkan oleh
1. Standar Atribut
1) Independensi Organisasi
1) Keahlian
2) Kecermatan Profesional
2. Standar Kinerja
1) Perencanaan
3) Pengelolaan Sumberdaya
5) Koordinasi
b. Lingkup Penugasan
1) Pengelolaan Risiko
2) Pengendalian
3) Proses Governance
c. Perencanaan Penugasan
1) Pertimbangan Perencanaan
2) Sasaran Penugasan
d. Pelaksanaan Penugasan
1) Mengidentifikasi Informasi
3) Dokumentasi Informasi
4) Supervisi Penugasan
1) Kriteria Komunikasi
2) Kualitas Komunikasi
• Alasan ketidak-patuhan.
E. LATIHAN SOAL
4. Apa saja yang harus dimiliki auditor untuk memenuhi standar umum
yang pertama (keahlian dan pelatihan)?
10. Apa yang dimaksudkan dengan bukti relevan dan bukti kompeten ?
11. Apa saja yang harus didokumentasikan dalam Kertas Kerja Audit
(KKA)?
15. Unsur-unsur apa saja yang harus ada dalam setiap temuan hasil
pemeriksaan?
17. APIP melakukan audit dengan standar audit sendiri, berarti APIP
dalam menjalankan tugas auditnya tidak mengikuti standar audit
yang telah ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Benarkah
pernyataan ini ? Jelaskan jawaban Saudara !
19. Bentuk dan isi laporan harus disusun sedemikian rupa, sehingga
memenuhi tujuan audit, jelas, mudah dimengerti, lengkap dan
objektif. Bentuk dan isi laporan audit tersebut sekurang-kurangnya
harus mencakup hal-hal apa ?
20. Menurut standar audit, apa yang harus dilakukan auditor jika
mendapatkan temuan yang berindikasi melawan hukum?
dilaksanakan dengan mutu di bawah standar, hal ini akan memberikan dampak
yang kurang lebih sama. Godaan yang dihadapi APIP memang banyak dan
terkadang sangat menggiurkan, tapi martabat profesi justru diukur antara lain
dari kemampuan untuk menepis godaan tersebut dan tetap bersikap objektif.
Arens, Alvin A., Beasley, Mark S., and Elder, Randel J., Auditing and Assurance
Services, Ptentice Hall, 11th edition, 2007
Lampiran 1
Standar Pengendali Mutu Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) SPM Seksi 200 Perumusan
Kebijakan dan Prosedur Pengendalian Mutu, terdapat 9 unsur kebijakan dan
prosedur kendali mutu audit yang wajib dibuat, yaitu :
1. Independen, yang memberikan keyakinan memadai bahwa, pada setiap lapis
organisasi, semua staf profesional mempertahankan independensi sebagaimana
diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik. Secara rinci, Aturan Etika
No.1, Integritas, Objektivitas dan Independensi, memuat contoh-contoh penerapan
yang berlaku untuk akuntan publik.
2. Penugasan Personil, yang memberikan keyakinan memadai bahwa penugasan
akan dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan
keakhlian teknis untuk penugasan tersebut. Dalam proses penugasan personil,
sifat dan lingkup supervisi harus dipertimbangkan. Umumnya, apabila personil
yang ditugaskan semakin cakap dan berpengalaman, maka supervisi secara
langsung terhadap personil tersebut, semakin tidak diperlukan.
3. Konsultasi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa personil akan
memperoleh informasi yang memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang
memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan (judgement) yang
memadai. Sifat konsultasi akan tergantung atas beberapa faktor, antara lain ukuran
KAP dan tingkat pengetahuan, kompetensi dan pertimbangan yang dimiliki oleh
staf pelaksana perikatan.
4. Supervisi, yang memberikan keyakinan memadai bahwa pelaksanaan perikatan
memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh KAP. Lingkup supervisi dan review
yang sesuai pada kondisi tertentu, tergantung atas beberapa faktor, antara lain
kerumitan masalah, kualifikasi staf pelaksana perikatan, dan lingkup konsultasi
yang tersedia dan yang telah digunakan. Tanggung jawab KAP untuk menetapkan
prosedur mengenai supervisi berbeda dengan tanggung jawab staf secara
individual untuk merencanakan dan melakukan supervisi secara memadai atas
perikatan tertentu.
5. Pemekerjaan (Hiring), yang memberikan keyakinan memadai bahwa semua staf
profesionalnya memiliki karakteristik yang tepat sehingga memungkinkan mereka
melakukan perikatan secara kompeten. Akhirnya, mutu pekerjaan KAP tergantung
kepada integritas, kompetensi dan motivasi personil yang melaksanakan dan
melakukan supervisi atas pekerjaan. Oleh karena itu, program pemekerjaan KAP
menjadi salah satu unsur penentu untuk mempertahankan mutu pekerjaan KAP.
6. Pengembangan Profesional, yang memberikan keyakinan memadai bahwa
personil memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka
memenuhi tanggungjawabnya. Pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan
merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan kepada personilnya pengetahuan
memadai untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan karier
mereka di KAP.
Lampiran 2
Etika profesi bagi akuntan di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
tahun 1973, kemudian disempurnakan tahun 1981 dan tahun 1986. Selanjutnya etika
tersebut disempurnakan lagi tahun 1987 dan tahun 1994 diberi nama Kode Etik
Akuntan Indonesia (KEAI).
Setiap manusia yang memberikan jasa berdasarkan pengetahuan dan keahlian, harus
memiliki tanggung jawab kepada pihak-pihak yang terpengaruh oleh jasanya tersebut.
Akuntan, yang pemakaian gelarnya dilindungi oleh UU No. 34 tahun 1954 adalah
profesi yang berdiri di atas landasan kepercayaan masyarakat. Dengan demikian dalam
melaksanakan tugasnya, akuntan harus senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat
dengan menjalankan tugasnya secara objektif dan bertanggung jawab.
KEAI adalah pedoman bagi para anggota IAI agar objektif dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan pekerjaan profesinya.
Rumusan KEAI yang dihasilkan kongres ke 6 IAI tahun 1994 terdiri atas 8 Bab, 11
pasal dan 6 pernyataan etika profesi. Pokok-pokok pernyataan etika profesi tersebut
adalah sebagai berikut :
2) Jika terlibat dalam profesi akuntan publik, setiap anggota tidak boleh
menawarkan jasanya secara tertulis kepada calon klien, kecuali atas
permintaan klien. Dalam hal ini KAP diperkenankan untuk memberikan
Company Profile.
Berdasarkan hasil Kongres ke 7 IAI tahun 1998, telah dilakukan beberapa perubahan
pada kerangka kode etik IAI, sehingga menjadi sebagai berikut :
1. Prinsip Etika, yang mengikat seluruh anggota IAI, dan merupakan produk
kongres.
2. Aturan Etika, yang mengikat kepada anggota kompartemen dan merupakan
produk Rapat Anggota Kompartemen. Aturan etika tidak boleh bertentangan
dengan prinsip etika.
3. Interpretasi Aturan Etika, merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan
yang dibentuk oleh kompartemen setelah memperhatikan tanggapan dari anggota,
dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan
Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini, sebagaimana telah diuraikan pada
halaman-halaman sebelum ini dapat dipakai sebagai interpretasi, sebelum adanya
interpretasi baru.
Adapun Prinsip Etika Profesi, yang merupakan landasan perilaku etika profesional,
terdiri atas 8 prinsip, yang secara lengkap dikutip sebagai berikut :
3. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.
01. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi
kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota
dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
02. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur
dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan
4. Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
01. Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota . Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,
tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta
bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.
02. Anggota bekerja dalam berbagai kaapasitas yang berbeda dan harus
menunjukkan objektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam
praktik publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi
manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai
seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam
kapasitas keuangan dan manajemen di industri, pendidikan dan
pemerintahan. Mereka juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin
masuk ke dalam profesi. Apa pun jasa atau kapasitasnya, anggota harus
melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara objektivitas.
03. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan
dengan aturan etika sehubungan dengan objektivitas, pertimbangan yang
cukup harus diberikan terhadap factor-faktor berikut :
a. Adakalanya anggota dihadapkan pada situasi yang memungkinkan
mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan
ini dapat mengganggu objektivitasnya.
b. Adalah tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua
ssituasi di mana tekanan-tekanan ini mungkin terjadi. Ukuran kewajaran
(reasonableness) harus digunakan dalam menentukan standar untuk
mengidentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat merusak
objektivitas anggota.
c. Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau
pengaruh lainnya untuk melanggar objektivitas harus dihindari.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak
atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
01. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi
tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa professional
yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah
hubungan antara anggota dan klien atau pemberi kerja berakhir.
02. Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah
diberikan atau terdapat kewajiban legal atau professional untuk
mengungkapkan informasi.
03. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah
pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya
menghormati prinsip kerahasiaan.
04. Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi.
Kerahasiaan juga mengharuskan anggota yang memperoleh informasi
selama melakukan jasa professional tidak menggunakan atau terlihat
menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau keuntungan
pihak ketiga.
05. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang
penerima jasa tidak boleh mengungkapkannya ke publik. Karena itu, anggota
tidak boleh membuat pengungkapan yang tidak disetujui (unauthorized
disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk pengungkapan
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus
dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima
jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan
keakhliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk
Selanjutnya di bawah ini disajikan contoh Aturan Etika, yaitu Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku di kalangan Kantor Akuntan Publik (KAP).
Isinya adalah sebagai berikut :
101 Independensi
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan
sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional
sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik yang
ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi
independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in
appearance).
publik pendahulu atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik
lain dengan jenis dan periode serta tujuan yang berlainan.
Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan
komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai.